KINERJA LIPASE WHOLE-CELL, LIPASE EKSTRASELULER, DAN LIPASE KOMERSIAL SEBAGAI BIOKATALIS UNTUK SINTESIS BIODIESEL RUTE NON-ALKOHOL Iqna Qisthiya1 dan Heri Hermansyah2 1
Teknologi Bioproses, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2 Riset Grup Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi menggantikan bahan bakar fosil. Sintesis biodiesel dengan biokatalis digunakan untuk menggantikan proses konvensional yang menggunakan katalis alkali. Penggunaan biokatalis ini karena mempunyai keunggulan di proses separasi yang lebih mudah dan terhindarnya dari reaksi samping yang merugikan. Lipase sebagai biokatalis untuk sintesis biodiesel dapat digunakan dalam bentuk lipase intraseluler (whole-cell) dan ekstraseluler. Pada penelitian ini, whole-cell dari Rhizopus oryzae dikultivasi melalui metode single step dan two step. Lipase ekstraseluler yang berupa ekstrak kasar diperoleh dari Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Aspergillus awamori. Konsentrasi lipase sebanyak 10% wt reaktan dugunakan untuk reaksi interesterifikasi dengan rasio minyak kelapa sawit dan metil asetat sebesar 1:12 pada suhu 35oC selama 48 jam. Reaksi ini dilakukan pada reaktor batch dan kemudian dianalisa menggunakan HPLC. Kinerja kedua jenis lipase ini dibandingkan dengan lipase komersial. Yield biodiesel terbaik diperoleh saat whole-cel free dikultivasi dengan metode one step sebesar 41% dan dengan lipase ekstraseluler dari Aspergillus awamori sebesar 19%. Kinerja lipase terbaik pada sintesis biodiesel diperoleh dari lipase komersial dengan Candida rugosa yaitu 86,55%. Kata kunci: biodiesel, lipase whole-cell, lipase ekstraseluler, lipase komersial, rute non-alkohol
Abstract Performance of Whole-cell Lipase, Extracellular Lipase, and Commercial Lipase as Biocatalyst for Non-Alcohol Route of Biodiesel Synthesis. Biodiesel is one alternative fuel that has potential to replace fossil fuels. Biodiesel synthesis with biocatalyst is used to replace conventional processes using alkali catalyst. Useof this biocatalyst because it has advantages in the separation process easier and avoidance of adverse side reaction. Lipase as biocatalyst for biodiesel synthesis can be used in the form of intracellular (whole-cell) and extracellular lipase. In this study, whole-cell from Rhizopus oryzae cultivated with single-step and two-step methods. Extracellular lipase in the form of crude extract obtained from Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, and Aspergillus awamori. Lipase concentrations as much as 10 wt% of reactants were used for interesterification reaction with the ratio of palm oil and methyl acetate by 1:12 at a temperature of of 35oC for 48 hours. This reaction is carried out in a batch reactor and then analyzed using HPLC. The performance of both types of lipase was compared with commercial lipase. Best biodiesel yield was obtained when whole-cel free cultivated by one step method by 41% and with the extracellular lipase from Aspergillus awamori by 19%. Best performance on the synthesis of biodiesel lipase derived from Candida rugosa lipase is commercially with 86.55%. Keywords: biodiesel, whole-cell lipase, extracellular lipase, commercial lipase, non-alcohol route
1. Pendahuluan
dilakukannya penelitian mengenai potensi penggunaan enzim lipase intraseluler sebagai biokatalis whole-cell.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk menggantikan bahan bakar fosil. Sumber dari minyak nabati, lemak hewan dan juga minyak goreng bekas dapat digunakan untuk produksi biodiesel. Reaksi yang paling umum digunakan untuk produksi biodiesel adalah transesterifikasi dengan menggunakan katalis kimia, baik asam maupun basa. Namun, katalis kimia ini memiliki kekurangan seperti kesulitan pada pemisahan gliserol, terdapat limbah basa dalam jumlah banyak dari tahap pencucian, konsumsi energi yang tinggi, dan menghasilkan gas buang [1].
Sintesis biodiesel menggunakan enzim lipase mempunyai kelemahan. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan lipase terdeaktivasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam mengkatalisis reaksi menjadi buruk. Metode baru yang dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengubah rute reaksi dari menggunakan alkohol ke rute reaksi yang tidak menggunakan alkohol. Reaksi tersebut menghasilkan triasetilgliserol yang merupakan produk samping penting dengan nilai lebih tinggi dibanding gliserol dapat dilihat pada Persamaan 1. [5]. Reaksi kompleks ini mengubah tiga reaksi reversible berturutan.
Penggunaan katalis enzim lipase mengurangi masalah terkait katalis asam dan basa. Lipase merupakan enzim yang mengkatalisasi lemak untuk menjadi monogliserida, digliserida, asam lemak bebas, dan gliserol. Lipase untuk produksi biodiesel dari trigliserida harus non-stereospesifik sehingga seluruh tri-, di-, dan monogliserida dapat terkonversi menjadi fatty acid methyl esters (FAMEs). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lipase untuk sintesis biodiesel adalah inhibisi produk dengan yield biodiesel tinggi, waktu reaksi singkat, kemungkinan penggunaan kembali enzim, suhu, dan resistansi alkohol serta kemudahan produksi lipase [2]. Lipase bereaksi spesifik pada permukaan minyak atau air yang dapat diperoleh dari hewan, tanaman, dan mikroorganisme. Namun, lipase yang paling sering digunakan adalah lipase dari mikroorganisme. Lipase dari mikroorganisme memungkinkan untuk mencapai yield enzim lebih tinggi, dan manipulasi strain lipase secara genetik diproduksi dengan biaya rendah dengan sifat diinginkan untuk konversi lemak dan minyak alami menjadi biodiesel. Selain itu, lipase mikroorganisme memungkinkan untuk mencapai pertumbuhan cepat pada kultur media biaya rendah [3]. Lipase dari bakteri dan fungi paling banyak digunakan untuk reaksi interesterifikasi dan parameter optimal untuk penggunaan spesifik lipase begantung pada sumber lipase. Terdapat dua klasifikasi utama dari biokatalis enzim : (1) lipase ekstraseluler (contohnya enzim yang sebelumnya telah diperoleh dari produksi mikroorganisme hidup dan dimurnikan) yang mana mikroorganisme penghasil utama adalah Mucor miehei, Rhizopus oryzae, Candida Antarctica, Pseudomonas cepacia; dan (2) lipase intraseluler yang tetap, baik di dalam atau pada dinding sel memproduksi yang pada kedua keadaan enzim terimobilisasi [4]. Namun, penggunaan lipase ekstraseluler juga membutuhkan biaya yang tinggi untuk pemisahan, pemurnian, dan stabilitas pada skala industri. Hal ini memicu
TG + CH! COOCH! ↔ 3RCOOCH! + TA
(1)
Penggunaan biokatalis lipase whole-cell dalam mensintesis biodiesel rute non-alkohol masih sedikit dilakukan. Maulana (2012) melakukan penelitian sintesis biodiesel rute non-alkohol dengan menggunakan lipase whole-cell Candida rugosa. Penelitian tersebut menghasilkan yield metil ester sebesar 40,16%. Lipase whole-cell yang digunakan diimobilisasi dalam alginat sehingga memiliki aktifitas yang lebih tinggi dibanding free lipase untuk memotong trigliserida [6]. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis biodiesel rute non-alkohol dengan menggunakan lipase whole-cell Rhizopus oryzae dengan dua metode kultivasi, yaitu single-step dan two step. Selain itu, lipase ekstraseluler dari jenis fungi Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Aspergillus awamori juga digunakan sebagai biokatalis dalam sintesis biodiesel. Kinerja enzim lipase tersebut diujikan dengan mengetahui yield metil ester yang terkandung dalam biodiesel dan dilakukan pembandingan dengan kinerja lipase komersial.
2. Metode Penelitian 2.1 Bahan Biakan jamur Rhizopus oryzae dalam media agar miring yang dibeli dari Institut Teknologi Bandung. Ekstrak kasar lipase Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Aspergillus awamori diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Jawa Barat. Potato Dextros Broth (PDB) dibeli dari BD Difco digunakan untuk pembuatan medium dengan konsentrasi 1,2% w/v. Medium basal tersebut terdiri dari 90,70% w/w air; 6,35%w/w trypton; 0,09% w/w NaNO3; 0,09% w/w KH2PO4; 0,05% w/w MgSO4.7H2O yang dibeli dari Merck; dan 2,72%w/w minyak zaitun sebagai substrat dengan merk dagang Oliviola. Minyak kelapa sawit yang digunakan dengan merk dagang
Bimoli dan metil asetat dari Merck dengan rasio 1:12 sebagai reaktan. 2.2
Kultivasi Lipase Whole-cell
Rhizopus oryzae yang mempunyai lipase spesifik posisi 1,-3 digunakan sebagai biokatalis whole-cell. Kultivasi dilakukan dengan dua metdode, yaitu single step dan two step. 2.2.1 Metode Single Step Inkubasi I dilakukan pada labu Erlenmeyer 125 ml yang mengandung 50 ml PDB diinokulasi secara aseptik dengan mentransferkan spora dari medium Potato Dextrose Agar (PDA) dan disimpan pada temperatur ruang (250 C) selama 24 jam dengan kecepatan 60 osilasi pada shaker. Filamen fungi dipisahkan dari medium PDB dan medium broth menggunakan metode sentrifugasi. Setelah dicuci dengan air selama beberapa menit, maka diperoleh whole-cell free I. 2.2.2 Metode Two Step Metode ini merupakan kelanjutan dari metode single step. Setelah tahap separasi I, diperoleh whole-cell Rhizopus oryzae. Filamen fungi tersebut ditransferkan secara aseptik ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml lain yang mengandung 50 ml medium basal. Kemudian medium diinkubasi kembali (tahap Inkubasi II) pada temperatur ruang (250C) dengan kecepatan 60 osilasi selama 24 jam. Pada separasi II, filamen fungi dipisahkan menggunakan metode sentrifugasi kembali. Setelah dicuci dengan air selama beberapa menit, maka diperoleh whole-cell free II. 2.3
Sintesis Biodiesel Rute Non Alkohol dengan Biokatalis Lipase Free
Sintesis biodiesel dilakukan menggunakan dua jenis enzim lipase, yaitu lipase whole-cell free dari fungi Rhizopus oryzae dan lipase ekstraseluler dari tiga jenis fungi, yaitu Aspergillus niger, Aspergillus awamori, dan Aspergillus oryzae. Reaksi dilangsungkan dalam reaktor batch pada botol Scoth Duran 250 ml yang berisi minyak kelapa sawit. Sintesis biodiesel ini direaksikan pada suhu 35°C. Konsentrasi whole cell biokatalis yang digunakan adalah 10% wt dari reaktan minyak kelapa sawit dan metil asetat. Whole cell biokatalis dicampurkan ke dalam substrat yan telah mencapai suhu 35°C. Kemudian metil asetat ditambahkan dengan rasio 12:1 mol minyak kelapa sawit. Untuk variasi waktu proses pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 4, 12, 18, 28, dan 48. Analisa sampel dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatograph (HPLC).
Gambar 1. Diagram Alir Kultivasi Whole-Cell Free Rhizopus oryzae
3. Hasil dan Pembahasan 3.1
Hasil Kultivasi Whole-cell Rhizopus oryzae
Rhizopus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil lipase melalui whole-cell. Rhizopus oryzae telah digunakan secara luas karena mudah diperoleh, mudah tumbuh dan tidak mudah terkontaminasi dengan mikroorganisme lainnya. Kultivasi digunakan pada temperatur ruang (25 0C) sebagai temperatur inkubasi. Hal ini dinilai lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan temperatur 35 0C yang digunakan oleh Ban, et al [7]. Setelah 24 jam, spora tersebut tumbuh menjadi sel-sel berwarna putih seperti bulatan kecil. Betuk tersebut dikarenakan inkubasi yang dilakukan pada shaker sehingga sel tergulung. Pada metode two step, dilakukan pemindahan ke medium basal yang bertujuan agar jamur dapat tumbuh lebih banyak dengan menggunakan substrat berupa minyak zaitun. Minyak zaitun merupakan trigliserida yang digunakan oleh Rhizopus oryzae sebagai sumber karbon untuk menghasilkan enzim lipase. Jin & Bierma menggunakan metode ini dan berhasil mendapatkan sel 3-4 kali lebih banyak dibanding metode single step [7]. Namun, pada penelitian ini tidak diperoleh jumlah sel yang lebih banyak.
Sintesis Biodiesel Rute Non-alkohol dengan Katalis Lipase Whole-cell
Pada penelitian ini, dilakukan reaksi interesterifikasi yang menggunakan metil asetat sebagai pensuplai gugus alkil sehingga rute reaksi menjadi non-alkohol. Enzim yang mempunyai atom N berlebih memberikan ion ke pensuplai gugus alkil, dalam penelitian ini adalah metil asetat. Ion H yang berlebih kemudian berpindah menyerang sehingga terbentuk ikatan antara substrat (trigliserida) dengan metil asetat. Lipase kemudian memotong ikatan tersebut sehingga terbentuk digliserida. Hal yang sama terjadi pada enzim lipase sehingga terbentuk monogliserida kemudian terbentuk biodiesel. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai substrat pada reaksi interesterifikasi. Minyak kelapa sawit memiliki kandungan asam palmitat hingga 47,9% dan asam oleat hingga 37% [8]. Kandungan asam lemak pada substrat mempengaruhi aktivitas lipase dan pertumbuhan sel. Asam lemak secara signifikan dapat mempengaruhi permeabilitas dan kekakuan membran sel. Permeabilitas dan kekakuan yang tinggi mempermudah untuk meningkatkan aktivitas reaksi interesterifikasi dan stabilitas enzimatik. Konversi dari trigliserida menjadi metil ester terjadi pada sel mikroba (Rhizopus oryzae) sendiri. Reaksi ini berlangsung secara intraselulser seiring dengan metabolisme sel. Metabolisme tersebut yang juga menghasilkan enzim lipase yang dikeluarkan dari tubuhnya. Enzim lipase ini dikeluarkan saat mikroba mencapai fasa log pertumbuhan [9]. Pada Gambar 2 ditunjukkan yield metil oleat dari masing-masing reaksi. Yield merupakan jumlah mol produk yang diinginkan dibagi dengan jumlah mol yang terkonversi. Pada reaksi ini produk adalah metil oleat dan komponen yang terkonversi adalah trioleat. Setelah reaksi selama 48 jam pada metode single step diperoleh sebesar 41%. Yield metil oleat terbesar pada metode two step pada jam ke-48 sebesar 25%. Hal ini menunjukan metode kultivasi two step tidak memberikan kinerja lipase whole-cell yang lebih aktif untuk mengkonversi trigliserida menjadi biodiesel. Substrat yang digunakan pada medium kultivasi dan reaksi interseterifikasi juga mempengaruhi pertumbuhan dan reaksi interesterifikasi. Pada saat kultivasi digunakan minyak zaitun sebagai substrat whole-cell, sedangkan pada reaksi interesterifikasi digunakan substrat berupa minyak kelapa sawit. Perubahan medium ini menyebabkan jamur harus beradaptasi kembali pada medium baru sebagai sumber karbonnya. Reaksi interesterifikasi menjadi lebih lambat dan metil ester yang dihasilkan tidak cukup tinggi dikarenakan aktivitas lipase yang kecil.
50% Yield metil oleat
3.2
40% 30% 20% 10% 0% 0
4
12
18
28
48
Waktu (jam) Single Step
Two Step
Gambar 2. Besar Yield Metil Oleat Hasil Sintesis Biodiesel dengan Lipase Free Whole-Cell (t = 48 jam; T = 35 0C; Rasio mol reaktan = 1:12, C lipase = 10%wt reaktan)
Yield pada penelitian ini masih cukup kecil jika dibandingkan dengan yield hasil penelitian Jin dan Bierma. Pada penelitian Jin dan Bierma tahun 2010, biokatalis whole-cell tumbuh dan bereaksi pada suhu ruang dan tanpa imobilisasi dapat mencapai yield biodiesel sekitar 90% dan dapat mengkonversi hampir 100% trigliserida menjadi biodiesel. Substrat yang digunakan berbeda-beda, yaitu minyak kelapa murni, minyak goreng bekas, dan minyak pelumas dengan yield beruturt-turut 75%,, 80%, dan 55%. Namun, waktu reaksi yang dibutuhkan paling sebentar 96 jam [7]. 3.3
Pengaruh Imobilisasi Lipase Whole-cell dengan Metode Entrapment dan Enkapsulasi
Untuk mempertahankan aktivitas kinerja enzim lipase, telah dilakukan penelitian yang menggunakan enzim lipase dalam bentuk terimobilisasi. Pada lipase wholecell telah banyak diteliti dengan mengimobilisasi pada Biomass Support Particles(BSPs) [4, 7]. Pengaruh immobilisasi metode entrapment dan enkapsulasi, maka dilakukan perbandingan dari hasil yang diperoleh. Faiz (2013) melakukan sintesis biodiesel rute non-alkohol dengan biokatalis enzim lipase whole-cell yang diimobilisasi dengan dua cara, yaitu entrapment pada kisi BSPs dan enkapsulasi dengan kitosan [11] Pada Gambar 3 merupakan grafik perbandingan yield metil oleat dari sintesis biodiesel pada jam ke-48 menggunakan whole-cell free dan whole-cell yang diimobilisasi. Yield metil oleat dihasilkan dengan imobilisasi kitosan, baik pada metode single step maupun two step, tidak terlalu jauh, yaitu 36% dan 33%. Hal ini mungkin dikarenakan imobilisasi dilakukan setelah proses kultivasi sehingga terjadi ketidakstabilan sel. Ketidakstabilan pada metode two step khususnya dikarenakan sel yang harus beradaptasi dengan medium baru seperti pada free whole-cell.
80%
20% Yield metil oleat
66%
60% 41% 40%
41%
36%
33%
25%
20% 0%
16% 12% 8% 4% 0% 0
4
12
18
28
48
Waktu (jam)
Aspergillus niger
Gambar 3. Perbandingan yield sintesis biodiesel dengan whole-cell pada jam ke-48 (t = 48 jam; T = 35 0C; Rasio mol reaktan = 1:12, C lipase = 10%wt reaktan)
Yield Metil Oleat
100%
Hasil interesterifikasi biodiesel menunjukan jam ke-48 sebesar 13%; 17%; 19% diperoleh berturut-turut oleh Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, dan Aspergillus awamori. Aktivitas enzim pada ekstrak kasar yang tidak seluruhnya mengandung lipase murni.
87%
80% 59% 60% 41% 40%
28%
25%
20% 0 0% 1
2
3
4
5
6
Substrat-Jenis Lipase
Gambar 5. Perbandingan Yield Sintesis Biodiesel Rute Non-Alkohol dengan Lipase Free pada Jam ke-48
Sintesis Biodiesel Rute Non-alkohol dengan Katalis Lipase Ekstraseluler
Lipase ekstrak kasar berupa liquid ini mengkatalisasi reaksi dengan baik saat awal reaksi yaitu saat jam ke-0 hingga jam ke-4 dengan rata-rata sebesar 13%. Namun, pada jam ke-12 peningkatan yield terbesar terdapat pada lipase Aspergillus awamori hinga menjadi 12%. Peningkatan yield, baik pada sintesis menggunakan lipase Aspergillus niger maupun Aspergillus oryzae, tidak terjadi dengan signifikan setelah jam ke-12 hingga jam ke-48. Namun, hasil yang berbeda pada sintesis biodiesel dengan menggunakan lipase Aspergillus awamori yang mengalami peningkatan signifikan hingga jam ke-48.
Aspergilus awamori
Gambar 4. Besar Yield Metil Oleat Hasil Sintesis Biodiesel dengan Lipase Ekstraseluler (t = 48 jam; T = 35 0C; Rasio mol reaktan = 1:12, C lipase = 10%wt reaktan)
Hasil tertinggi diperoleh dari sintesis biodiesel menggunakan whole-cell yang diimobilisasi pada BSPs sebesar 66%. Hasil pada metode ini cukup besar karena kestabilan lipase lebih terlindungi dari pengaruh metil asetat saat reaksi interesterifikasi berlangsung. Dikatakan bahwa konsentrasi metil ester yang tinggi merupakan faktor pada berkurangnya aktivitas lipase selama pengulangan metanolisis dan perlakuan degan glutaraldehida merupakan cara efektif untuk mencegah lipase intraseluler mendapat serangan dari produksi metil ester dan dari kebocoran [10]. Pada whole-cell terimobilisasi BSPs metode two step, jumlah sel lebih banyak karena sebelum reaksi ditumbuhkan juga pada medium basal yang terdapat minyak zaitun. 3.4
Aspergillus oryzae
Keterangan Gambar : No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.5
Reaksi Interesterifikasi Substrat Minyak Jenis Lipase Spesies Kelapa Sawit Whole-cell Rhizopus oryzae Aspergillus Kelapa Sawit Ekstraseluler awamori Kelapa Sawit Komersial Candida rugosa Jelantah Komersial Candida rugosa Jelantah Komersial Porcine Pancreatic Kelapa Sawit Whole-cell Candida rugosa
Perbandingan Sintesis Biodiesel Rute Nonalkohol dengan Biokatalis Lipase Komersial
Yield biodiesel yang dihasilkan dengan menggunakan lipase komersial Candida rugosa lipase bentuk tersuspensi dalam penelitian Septhian Marno adalah sebesar 86,55% [12]. Pada penelitian tersebut digunakan
minyak kelapa sawit sebagai substrat. Yield biodiesel yang dihasilkan dengan menggunakan Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi dalam penelitian Muhammad Ekky adalah sebesar 28% [13]. Pada penelitian tersebut digunakan substrat berupa minyak jelantah. Risan Aji juga menggunakan substrat minyak jelantah dan diperoleh yield sebesar 59% dengan menggunakan lipase komersial Porcine pancreatic [14]. Pada penelitian Maulana, digunakan minyak kelapa sawit sebagai substrat dan lipase whole-cell free. Namun, tidak diperoleh yield biodiesel dengan penggunaan lipase free. [6] Substrat pada reaksi merupakan salah faktor yang mempengaruhi hasil sintesis biodiesel. Yield yang lebih kecil pada sintesis biodiesel dengan substrat minyak jelantah disebabkan karena minyak jelantah mempunyai bilangan asam yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bilangan asam yang dimiliki oleh minyak sawit. Bilangan asam tersebut akan mempengaruhi konversi produk yang dihasilkan. Selain itu, jenis enzim lipase dan konsentrasi lipase yang digunakan pada sintesis mempengaruhi hasil. Pada penelitian ini digunakan minyak kelapa sawit dengan diperoleh yield biodiesel menggunakan lipase whole-cell Rhizopus oryzae sebesar 41%, sedangkan dengan lipase ekstraseluler terbesar dari Aspergillus awamori sebesar 19%. Jika dibandingkan dengan penggunaan lipase dalam bentuk tersuspensi free sebagai biokatalis, maka konsentrasi biodiesel yang terbentuk menggunakan lipase komersial Candida rugosa mempunyai nilai yang paling besar bila dibandingkan dengan lipase whole-cell dan ekstraseluler.
4. Kesimpulan Metode kultivasi two step pada whole-cell Rhizopus oryzae tidak memberikan jumlah sel dan kinerja lipase yang lebih baik secara signifikan dibanding dengan single step. Kinerja whole-cell free lebih baik pada lipase yang dikultivasi dengan metode single step dengan yield biodiesel sebesar 41%. Namun, sintesis biodiesel menggunakan lipase ekstraseluler memperoleh yield terbaik dengan menggunakan Aspergillus awamori, yaitu sebesar 19% yang dipengaruhi kemurnian kandungan pada ekstrak lipase. Perbandingan kinerja lipase terbaik pada reaksi interesterifikasi diperoleh dengan menggunakan lipase komersial Candida rugosa dengan yield sebesar 86,55%.
Ucapan Terima Kasih Penelitian ini didanai oleh Hibah Intensif Rset SINas 2012-2013, Departemen Pendidikan Tinggi Indonesia.
Daftar Acuan [1] H. Joshi, “Biodiesel Production Using Chemical And Enzymatic Catalysts And Improvement Of Cold Flow Properties Using Additives,” 2011. [2] L. Fjerbaek, K. V Christensen, and B. Norddahl, “A review of the current state of biodiesel production using enzymatic transesterification.,” Biotechnology and bioengineering, vol. 102, pp. 1298–315. 2009. [3] R. Gupta, P. Rathi, N. Gupta, and S. Bradoo, “Lipase assays for conventional and molecular screening : an overview,” vol. 71, pp. 63–71, 2003. [4] S. N. Hashemizadeh, O. Tavakoli, F. Tabandeh, a. a. Karkhane, and Z. Forghanipour, “A Comparative Study of Immobilized-Whole Cell and Commercial Lipase as a Biocatalyst for Biodiesel Production from Soybean Oil,” no. 1, pp. 311–318, Nov. 2011. [5] Y. Xu, W. Du, and D. Liu, “Study on the kinetics of enzymatic interesterification of triglycerides for biodiesel production with methyl acetate as the acyl acceptor,” Journal of Molecular Catalysis B: Enzymatic, vol. 32, pp. 241–245, Mar. 2005. [6] M. A. Maulana, “Pemanfaatan Whole Cell Candida Rugosa Sebagai Biokatalis Untuk Sintesis Biodiesel Melalui Rute Non - Alkohol,” Universitas Indonesia, 2012. [7] G. Jin and T. J. Bierma, “Whole-cell Biocatalysts for Producing Biodiesel from Waste Greases,” Illinois, 2010. [8] C. M. Drapcho, N. P. Nhuan, and T. H. Walker, Biofuels Engineering Process Technology. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2008, p. 385. [9] G. Falony, J. C. Armas, J. C. D. Mendoza, and J. L. M. Hernández, “Production of Extracellular Lipase from Aspergillus niger by Solid-State Fermentation,” vol. 44, no. 2, pp. 235–240, 2006. [10] S. Hama, “Biodiesel Fuel Production Using Fungus Whole Cell Biocatalysts,” Kobe University, 2006. [11] Faiz, Merisa Bestari. "Studi Kinetika Lipase Whole-cell Rhizopus oryzae Terimobilisasi dalam Sintesis Biodiesel Menggunakan Rute NonAlkohol." Universitas Indonesia. 2013. [12] Marno, Septhian. "Interesterifikasi Minyak Kelapa Sawit dengan Metil Asetat Menggunakan Biokatalis untuk Memproduksi Biodiesel". Universitas Indonesia. 2008 [13] Ekky, Muhammad. "Reaksi Interseterifikasi Minyak Jelantah Dengan Metil Asetat menggunakan Biokatalis Candida rugosa lipase Untuk Memproduksi Biodiesel". Universitas Indonesia. 2013 [14] Surendro, Risan Aji. "Reaksi Interesterifikasi Minyak Jelantah dengan Metil Asetat Menggunakan Biokatalis Porcine pancreatic lipase untuk Memproduksi Biodiesel". Universitas Indonesia. 2013