KINERJA GURU PROFESIONAL di SMA NEGERI se-KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Bernardo Marpaung NIM. 071233310021
Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dibandingkan dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai dan sampel penelitian adalah 12 Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dan 12 Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yaitu cara atau teknik yang mengungkapkan fakta yang jelas tentang perbedaan Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dan belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, yakni menanyakan secara lansung tentang tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran di sekolah meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sebagai gambaran kinerjanya di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional adalah baik dengan skor rata-rata 85,08 dan Kinerja Guru belum Bersertifikat Pendidikan Profesional adalah kurang dengan skor rata-rata 64,92. Selanjutnya ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru belum Bersertifikat Pendidik Profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai. Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional lebih baik dari pada Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Perbedaan ini diperkuat dari hasil analisis statistik menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari nilai kritiknya pada taraf signifikansi 5%, yaitu 18,50 > 2,07. Kata Kunci
: kinerja, guru profesional
PENDAHULUAN Program Sertifikasi guru merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi dengan mengacu pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
1
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Berdasarkan produk hukum tersebut dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sementara guru yang belum bersertifikat tenaga pendidik profesional juga harus dituntut menguasai kompetensi dan memiliki kualifikasi akademik yang setara dengan disiplin ilmu yang diajarkannya, akan tetapi belum memperoleh tunjangan profesi sesuai persyaratan undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Program Sertifikasi merupakan upaya peningkatan mutu guru disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru karena pada dasarnya gaji yang diterima guru per-bulan hanya cukup untuk makan-minum per bulan dan tidak cukup membiayai anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (PT) yang biaya pendidikan sangat mahal saat ini. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non pegawai negeri sipil (swasta), namun demikian uang
janganlah dijadikan primadona, jika kita jadikan primadona akan merusak moral, dan pikiran akan terkontaminasi oleh uang, nanti ditakuti setiap kegiatan dikaitkan dengan uang dan pamrih. Perlu ditegaskan bahwa program sertifikasi guru merupakan sarana atau instrumen meningkatkan kualitas kompetensi guru supaya menjadi guru yang profesional, dan dapat meningkatkan kinerjanya serta menentukan kelayakan dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional dan dampak yang diharapkan dari meningkatnya kinerja guru ini adalah tercapainya peningkatan mutu hasil pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan nasional disamping itu guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Uraian di atas sangat terkait dengan kinerja guru, utamanya bagi guru-guru yang telah memperoleh sertifikat tenaga pendidik profesional. Sebagaimana diketahui, dalam lingkup Kabupaten Serdang Bedagai secara khusus pada tingkat SMA Negeri hingga tahun 2010 terdapat sejumlah 608 orang guru, dan 121 orang diantaranya sudah memiliki sertifikat tenaga pendidik profesional, sedangkan 487 orang guru lainnya belum tersertifikasi sebagai tenaga pendidik profesional. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai tingkat kinerja guru bersertifikat pendidik profesional secara umum tidak ada perbedaan signifikan dengan guru belum bersertifikat pendidik profesional. Ditinjau dari ketiga aspek kinerja guru
2
sebagaimana diuraikan di atas, diketahui bahwa masih banyak guru bersertifikat pendidik profesional belum dapat melaksanakan perencanaan pembelajaran misalnya penyusunan silabus, RPP, alat evaluasi, media dan sumber belajar sesuai dengan petunjuk teknis yang seharusnya. Begitu juga dengan penggunaan media belajar, perangkat pembelajaran yang digunakan guru umumnya hanya pada mata pelajaran tertentu saja, karena memang sudah tersedia di sekolah sedangkan mata pelajaran lainnya guru kurang memiliki media pembelajaran yang representatif untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kondisi guru yang telah mendapat serifikat tenaga pendidik profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai mencerminkan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sampingan baik yang sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sampingan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah, berbanding terbalik dengan tuntutan pendidikan bahwa guru yang telah mendapat sertifikat pendidik profesional wajib melaksanakan pembelajaran minimal 24 jam tatap muka per minggu dan maksimal 40 jam tatap muka per minggu, tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan yang memiliki izin operasional dari Pemerintah Pusat maupun Daerah kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya. Uraian di atas mengindikasikan bahwa, pada prinsipnya guru di SMA
Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai yang sudah bersertifikat tenaga pendidik profesional belum cukup memenuhi syarat profesionalisme terhadap ketiga aspek kinerja guru yang seharusnya dimiliki dalam menjalankan tugas mengajar. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan tujuan penyelenggaraan sertifikasi guru oleh pemerintah, yang secara umum dapat dikatakan bahwa seharusnya dengan penyelanggaraan sertifikasi guru, profesionalisme guru semakin meningkat dengan demikian seiring meningkatnya profesionalisme maka kinerja guru ikut meningkat. Namun demikian gambaran tentang guru yang telah bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai, belum mewakili keadaan sesungguhnya, mengingat hal ini hanya diperoleh melalui pengamatan penulis semata. Untuk memperoleh gambaran lebih jelasnya mengenai permasalahan ini, maka diperlukan tindakan nyata melalui suatu penelitian, untuk mengungkap bagaimana kinerja guru yang bersertifikat pendidik profesional dengan guru belum bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai. Sesuai dengan latar belakang maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran kinerja guru bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai. 2. Untuk mengetahui gambaran kinerja guru belum bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk mendeskripsikan perbedaan kinerja guru bersertifikat pendidik profesional dengan kinerja guru belum bersertifikat pendidik
3
profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai.
dari: guru yang Bersertifikat Pendidik Profesional dan guru yang belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengambilan datadata sekunder dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai dan Kantor Sekolah tempat penelitian, wawancara dan observasi. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan, mendeskripsikan data hasil penelitian menggunakan statistik deskripsi. Untuk menentukan kategori Kinerja Guru dilakukan dengan menggunakan ketentuan kategori seperti yang dikemukakan oleh Fattah (2008). Karena penelitian ini bersifat membandingkan antara variabel eksperimen dengan variabel kontrol, maka uji persyaratan analisis yang digunakan terbagi ke dalam dua bagian yaitu uji normalitas dan homogenitas.
METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki 16 SMA Negeri. Adapun alasan penulis memilih lokasi adalah: Sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian tentang Kinerja Guru bersertifikat pendidik profesional dengan Guru belum bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai yang sudah memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional tahun 2007 s/d 2010 yang berjumlah 121 orang dan Guru belum bersertifikat pendidik profesional yang berjumlah 487 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni Guru Bersertifikat Pendidik Profesional sebanyak 12 orang dan Guru yang belum bersertifikat Pendidik Profesional sebanyak 12 orang sehingga jumlah sampel sebanyak 24 orang guru dari SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai yang telah memiliki guru Bersertifikat Pendidik Profesional lebih dari 10 orang, hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa disekolah tersebut telah terbentuk komunitas guru profesional dan sudah memiliki kinerja yang lebih baik menuju sekolah standar nasional (SSN). Berdasarkan data yang diperoleh, maka sekolah yang memiliki Guru Profesional lebih dari 10 orang yaitu: SMA Negeri 1 Perbaungan, SMA Negeri 1 Sei Rampah, SMA Negeri 1 Dolok Masihul dan SMA Negeri 1 Bandar Khalipah. Variabel dalam penelitian ini adalah Kinerja Guru Profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai dilihat
HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja guru bersertifikat pendidik profesional dibandingkan dengan kinerja guru yang belum bersertifikat pendidik profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai. Sehubungan dengan itu maka data yang dideskripsikan terbagi atas dua bagian yaitu data Kinerja guru bersertifikat pendidik profesional (X1) dan data kinerja guru belum bersertifikat pendidik profesional (X2), dengan rincian 12 guru yang bersertifikat pendidik profesional dan 12 guru bersertifikat pendidik profesional. Data kinerja guru yang dinilai dilihat dari tiga aspek yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
4
1. Data Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Perencanan Pembelajaran Tabel 1. Data Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Perencanaan Pembelajaran No Sampel Kinerja Guru Bersertifikat Belum Bersertifikat 1 90 73 2 90 60 3 90 53 4 87 60 5 83 73 6 87 60 7 90 77 8 93 73 9 93 57 10 90 63 11 87 70 12 93 60 Jumlah 1073 779 Mean 89.42 64.92 Berdasarkan tabel 1. terlihat bahwa yang belum bersertifikat pendidik guru yang bersertifikat pendidik profesional adalah kurang dengan nilai profesional lebih mampu membuat rata-rata 64,92. perencanaan pembelajaran dari pada Selanjutnya perbedaan kinerja guru yang belum bersertifikat pendidik guru bersertifikat pendidik profesional profesional. Kemampuan dengan guru yang belum bersertifikat merencanakan pembelajaran guru yang pendidik profesional dilihat dari aspek bersertifikat pendidik profesional perencanaan pembelajaran dapat adalah baik dengan nilai rata-rata dikategorisasi dalam bentuk tabel 2. 89,42, sedangkan kemampuan guru Tabel 2. Kategori Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Perencanan Pembelajaran No. Nilai Sertifikasi Belum Bersertifikasi Kategori F % F % 1 90 – 100 8 66,67 0 0 Sangat baik 2 80 – 89 4 33,33 0 0 Baik 3 70 – 79 0 0 5 41,67 Cukup 4 <70 0 0 7 58,33 Kurang Jumlah 12 100,00 12 100,00 -
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa guru yang bersertifikat pendidik profesional pada umumnya memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran dalam kategori sangat baik yakni sebanyak 8 orang guru
(66,67%), sedangkan guru belum bersertifikat pendidik profesional memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran dalam kategori kurang, yakni sebanyak 7 orang guru (58,33%).
5
2. Data Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tabel 3. Data Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Pelaksanaan Pembelajaran No Sampel Kinerja Guru Bersertifikat Belum Bersertifikat 1 86 66 2 88 68 3 80 72 4 80 62 5 78 70 6 84 64 7 88 64 8 80 68 9 88 70 10 82 72 11 84 64 12 84 58 Jumlah 1002 798 Mean 83.50 66.50 Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa guru yang bersertifikat pendidik profesional lebih mampu melaksanakan pembelajaran dari pada guru yang belum bersertifikat pendidik profesional. Kemampuan melaksanakan pembelajaran guru yang bersertifikat pendidik profesional adalah baik dengan nilai rata 83,50, sedangkan kemampuan guru yang
belum bersertifikat pendidik profesional adalah kurang dengan nilai rata-rata 66,50. Selanjutnya perbedaan kinerja guru bersertifikat pendidik profesional dengan guru yang belum bersertifikat pendidik profesional dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran dapat dikategorisasi dalam bentuk tabel 4.
Tabel 4. Kategori Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Pelaksanaan Pembelajaran No. Nilai Sertifikasi Belum Bersertifikasi Kategori F % F % 1 90 – 100 0 0 0 0 Sangat baik 2 80 – 89 11 91,67 0 0 Baik 3 70 - 79 1 8,33 4 33,33 Cukup 4 <70 0 0 8 66,67 Kurang Jumlah 12 100,00 12 100,00 Berdasarklan tabel 14 di atas terlihat bahwa guru yang bersertifikat pendidik profesional pada umumnya memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran dalam kategori baik yakni sebanyak 11 guru (91,67%),
sedangkan guru belum bersertifikat pendidik profesional memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran dalam kategori kurang, yakni sebanyak 8 guru (66,67%).
6
3. Data Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Evaluasi Pembelajaran Tabel 5. Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Evaluasi Pembelajaran No Sampel Kinerja Guru Bersertifikasi Belum Bersertifikasi 1 77 60 2 83 60 3 93 57 4 83 70 5 73 63 6 90 63 7 80 47 8 77 73 9 90 60 10 90 60 11 87 57 12 83 70 Jumlah 1006 740 Mean 83.83 61.67
Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat guru yang belum bersertifikat bahwa guru yang bersertifikat pendidik profesional merupakan pendidik profesional lebih mampu kategori kurang dengan nilai rata-rata melakukan evaluasi pembelajaran dari 61,67. pada guru yang belum bersertifikat Selanjutnya perbedaan kinerja guru pendidik profesional. Kemampuan bersertifikat pendidik profesional melakukan evaluasi pembelajaran dengan guru belum bersertifikat guru bersertifikat pendidik profesional pendidik profesional dilihat dari aspek merupakan kategori baik dengan nilai evaluasi pembelajaran dapat rata 83,83, sedangkan kemampuan dikategorisasi dalam bentuk tabel 6. Tabel 6.Kategori Kinerja Guru Berdasarkan Aspek Evaluasi Pembelajaran No. Nilai Sertifikasi Belum Bersertifikasi Kategori F % F % 1 90 – 100 4 33,33 0 0 Sangat baik 2 80 – 89 5 41,67 0 0 Baik 3 70 - 79 3 25,00 3 25,00 Cukup 4 <70 0 0 9 75,00 Kurang Jumlah 12 100,00 12 100,00 -
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa guru bersertifikat pendidik profesional pada umumnya memiliki kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran di atas nilai cukup yakni sebanyak 4 orang guru (33,33%) dalam kategori baik dan 5 orang guru (41,67%) sangat baik, sedangkan guru belum
bersertifikat pendidik profesional memiliki kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran dalam kategori kurang, yakni sebanyak 9 orang guru (75%) dan 3 orang guru (25%) dalam kategori cukup. Setelah dilakukan penggabungan nilai pada masing7
masing aspek kinerja antara guru bersertifikat pendidik profesional bersertifikat pendidik profesional dengan guru belum bersertifikat dengan yang guru belum bersertifikat pendidik profesional sebagai berikut pendidik profesional maka diperoleh ini: tabel nilai perbedaan kinerja guru Tabel 7. Nilai Perbedaan Kinerja Guru No Nilai Akhir Sertifikasi Belum Sertifikasi 1 85 66 2 87 64 3 86 63 4 83 64 5 78 69 6 86 63 7 86 63 8 83 71 9 90 64 10 86 66 11 85 64 12 86 62 Jumlah 1021 779 Mean 85,08 64,92 SD 2,75 2,56 bersertifikat pendidik profesional jika Mencermati tabel 7 terlihat dilihat dari aspek perencanaan, bahwa tidak ada guru bersertifikat pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pendidik profesional yang memiliki adalah kurang dimana nilai tertinggi nilai kurang (nilai<70) dan memiliki hanya mampu mencapai 71 dan nilai kemampuan dalam perencanaan, terendah 62 dengan nilai rata-rata pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran 64,92 dan standart deviasi 2,56. yang lebih baik, dimana nilai tertinggi Selanjutnya perbedaan Kinerja Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik guru bersertifikat pendidik profesional Profesional adalah 90 dan nilai dengan guru belum bersertifikat terendah 78 dengan nilai rata-rata profesional dapat dikategorisasikan 85,08 dan standart deviasi 2,75. dalam bentuk tabel berikut ini. Sedangkan kemampuan guru belum Tabel 8. Kategori Perbedaan Kinerja Guru No. Nilai Sertifikasi Belum Bersertifikasi Kategori F % F % 1 90 - 100 1 8,33 0 0 Sangat baik 2 80 - 89 10 83,33 0 0 Baik 3 70 - 79 1 8,33 1 8,33 Cukup 4 <70 0 0 11 91,66 Kurang Jumlah 12 100,00 12 100,00 -
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar guru bersertifikat
pendidikat profesional yakni sebanyak 10 orang guru memiliki kategori baik 8
(83,33%), yang memiliki kategori cukup 1 orang guru (8,33%) dengan nilai 78 dan kategori sangat baik hanya 1 orang guru (833%) dengan nilai 90. Sementara itu guru belum bersertifikat pendidik profesional banyak yang memperoleh secara umum memiliki nilai <70 yaitu 11 orang guru (91,66%) memiliki kategori kurang dan hanya 1 orang guru saja (8,33) yang memiliki kategori cukup dengan ini mennyatakan bahwa kinerja guru belum bersertifikat masih Kurang baik dari aspek pelaksanaan, perencanaan dan evaluasi pembelajaran.
Karena hipotesis penelitian ini bersifat membandingkan, maka uji persyaratan analisis yang digunakan terbagi ke dalam dua bagian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Lilliefors. Normal atau tidaknya distribusi data adalah dengan cara mengkonsultasikan nilai Lhitung (Lo) dengan nilai Ltabel (Lt) pada taraf signifikan 5%. Sedangkan derajat kebebasannya ditentukan berdasarkan jumlah sampel (N) Setelah dilakukan perhitungan uji normalitas, diperoleh tabel ringkasan perhitungan sebagai berikut:
Uji Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji persyaratan analisis. Tabel 9. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Penelitian No Variabel Penelitian Lo Lt(0,05) Keterangan 1 Kinerja Guru Bersertifikasi Pendidik Profesional 0,20 0,24 Normal 2 Kinerja Guru Belum Bersertifikasi Pendidik Profesional 0,17 0,24 Normal
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa nilai L hitung untuk variabel Kinerja Guru Bersertifikasi Pendidik Profesional adalah lebih kecil dari nilai kritiknya (0,20 < 0,24(0,05)). Ini bermakna data Kinerja Guru Bersertifikasi Pendidik Profesional berdistribusi normal. Demikian halnya nilai L hitung untuk variabel Kinerja Guru Belum Bersertifikasi Pendidikan Profesional adalah lebih kecil dari nilai kritiknya (0,17 < 0,24(0,05)). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data Kinerja Guru belum Bersertifikasi Pendidik Profesional berdistribusi normal.
dengan varians terkecil, dengan ketentuan data memiliki varians yang homogen jika nilai F hitung < F tabel Berdasarkan uji homogenitas (0,05). diperoleh hasil perhitungan Fh < Ft(0,05), yaitu 1,17 < 2,82. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa sampel penelitian memiliki varians yang homogen. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diuji adalah ”Ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional.” Untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji t. Ketentuan yang digunakan adalah jika to > tt(0,05) pada taraf signifikan 5%,
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians terbesar
9
berarti “ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai.” Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 10 diperoleh nilai t hitung (to) = 18,50 dengan nilai t tabel(0,05) = 2,07, sehingga t hitung > t tabel (0,05), yakni 18,50 > 2,07. Karena nilai hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ”ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional di SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai” diterima.
tujuan pendidikan nasional, meningkatkan mutu dan hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan profesionalitas guru. Berdasarkan Teori Usman (2006) untuk menilai kualitas kinerja guru dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu: aspek perencanaan pembelajaran, aspek pelaksanaan pembelajaran, aspek evaluasi pembelajaran dengan hal ini diharapkan guru dapat menjalankan kinerjanya sebagai tenaga pendidikan secara lebih profesional, yakni mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan tepat sehingga tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dapat terealisasi dengan baik. Berbeda dengan Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional yang belum teruji kemampuannya secara portofolio atau PLPG dikhawatirkan kurang profesional dalam melakukan kegiatan pembelajaran yakni kurang mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan tepat sehingga tujuan pendidikan yang telah dirumuskan tidak terealisasi dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional adalah baik dengan nilai rata-rata 85,08. Sebanyak 1 guru (8,33%) memiliki kinerja dalam kategori sangat baik, 10 guru (83,34%) kategori baik, dan 1 guru (8,33%) kategori cukup. Guru yang telah bersertifikasi lebih konsisten dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan RPP sebagai realisasi dan pengembangan dari silabus yang ditetapkan pemerintah sebagai salah satu indikator menilai kinerja guru hal ini terbukti dari nilai rata-rata pada aspek perencanaan pembelajaran yaitu
PEMBAHASAN Guru adalah tenaga pendidikan di sekolah yang sangat berperan membawa peserta didik kepada tujuan pendidikan, karenanya kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sangat diperlukan. Tanpa guru yang berkualitas, mustahil sesuatu sistem pendidikan berikut acara kurikulernya dapat mencapai hasil sebagaimana diharapkan. Prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses belajarmengajar yang menjamin optimalisasi hasil ‘pembelajaran’ secara kurikuler ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Guru yang bersertifikasi adalah guru yang telah memperoleh sertifikasi melalui jalur portofolio atau PLPG berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2008. Tujuannya adalah menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
10
89,42 dimana 8 orang guru (66,67%) memiliki kategori sangat baik dan sebanyak 7 guru (58,33%) memiliki kategori cukup. Dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran, secara umum guru telah menerapkan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dapat dilihat dari nilai rata-rata 83,50 dimana 11 guru (91,67%) memiliki kategori baik dan 1 orang guru (8,33%) memiliki kategori cukup. Selanjutnya dilihat dari aspek evaluasi pembelajaran guru senantiasa menyusun alat eveluasi baik test formatif maupun sumatif dengan memperhatikan indiktor-indikator dalam menyusun test terbukti dari nilai rata-rata guru bersertifikat pada aspek evaluasi pembelajaran yaitu 83,83 dimana 4 guru (33,33%) memiliki nilai sangat baik, 5 guru (41,67%) memiliki kategori nilai baik dan 3 guru (25,00%) memiliki kategori nilai cukup. Konsistensi guru bersertifikat pendidik profesional dalam mendesain pembelajaran yang sarat dengan IPTEK sangat terealisasi di dalam menyelenggarakan setiap pembelajaran, akan tetapi dalam proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hanya terealisasi disaat guru mengikuti PLPG selanjutnya kegiatan tersebut tidak ada tindak lanjutnya di unit sekolah masing-masing padahal Penelitian Tindakan kelas merupakan salah satu wujud guru yang telah bersertifikat mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru yang profesional. Bila dilihat dari teknik pengembangan Perangkat pembelajaran guru bersertifikat sudah mengembangkannya sesuai dengan APKG 1 dan APGK 2. Sementara itu Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional secara umum menunjukkan
kurang dengan nilai rata-rata 64,92, dimana nilai tertinggi adalah 71 dan nilai terendah adalah 62, dari 12 Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional, hanya 1 guru (8,33%) memiliki kinerja dalam kategori cukup, 11 guru (91,67%) kategori kurang. Jika dilihat dari kemampuan guru belum bersertifikat pendidik profesional dalam merencanakan pembelajaran memiliki nilai rata-rata 64,92 dan sebanyak 5 guru (41,67%) memiliki nilai cukup sedangkan 7 guru (58,33%) memiliki kategori nilai (<70) kurang, dilihat dari kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki nilai rata-rata 66,50 dan sebanyak 8 guru (66,67%) memiliki kategori kurang sedangkan 4 guru (33,33%) memiliki kategori cukup dan dilihat dari kemampuan guru dalam malaksanakan evaluasi pembelajaran dengan nilai rata-rata 61,67 dan sebanyak 9 guru (75,00%) memiliki kategori kurang sedangkan 3 guru (25,00%) memiliki kategori cukup. Secara umum guru belum bersertifikat pendidik profesional kurang memperhatikan sebagaimana yang dilakukan oleh Guru Bersertifikat Pendidik Profesional. Bahkan tidak jarang Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional yang memberikan pembelajaran kepada siswa tanpa menggunakan RPP dan metode pembelajaran yang monoton pada penggunaan metode pembelajaran yang kering akan aspek pedagogik selanjutnya ketidaksiapan guru belum bersertifikat pendidik profesional dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena dianggap belum menjadi keharusan, padahal dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru akan memperolah manfaat timbal balik (feedback) dengan peningkatan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta
11
didik disamping sudah memiliki karya ilmiah PTK pada saat mengikuti PLPG nantinya. Keinginan guru yang belum bersertifikat pendidik profesional dalam menciptakan suasana pembelajaran yang sarat dengan IT masih kurang yang mengakibatkan kurangnya semangat peserta didik dalam proses belajar dikarenakan kecenderungan peserta didik yang lebih menguasai perkembangan IPTEK. Hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina (2010) yang menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran secara umum dikategorikan baik dengan skor rata-rata 4,4 termasuk 6 indikator lainnya. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dikategorikan baik dengan skor ratarata 4,4 termasuk 5 indikator lainnya namun dalam menggunakan media kinerja guru geografi masih tergolong kurang baik, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Koes (2010) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh persepsi sertifikasi guru terhadap motivasi kerja guru pada guru SMA Negeri 2 Surakarta, dengan sumbangan relatif sebesar 41,3% dan sumbangan efektif 20,9%. (2) Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi kerja guru pada guru SMA Negeri 2 Surakarta, dengan sumbangan relatif sebesar 58,7% dan sumbangan efektif 29,8%. (3) Ada pengaruh persepsi sertifikasi guru dan kompetensi guru terhadap motivasi kerja guru pada guru SMA Negeri 2 Surakarta, dengan koefisien determinasi sebesar 0,507%. Dari hasil penelitian tersebut menarik untuk dilihat Kinerja Guru Profesional. Selanjutnya setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari nilai kritiknya pada taraf signifikansi
5%, yaitu 18,50 > 2,07. Menurut aturan analisis statistik jika to tt, berarti ada perbedaan antara variabel yang diteliti, yakni ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran lebih baik dari Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional. Ini disebabkan dengan adanya portofolio atau PLPG guru memperoleh pelajaran yang berharga bagaimana memberikan pendidikan secara tepat kepada siswa di sekolah. Sehubungan dengan itu pelaksanakan Sertifikasi guru dalam menunjang teralisasinya tujuan pendidikan nasional mutlak diperlukan sehingga mutu pendidikan indonesia semakin meningkat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
KESIMPULAN Setelah membahas permasalahan yang diteliti diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional adalah baik dengan nilai rata rata-rata 85,08. Sebanyak 1 guru (8,33%) memiliki kinerja dalam kategori sangat baik, 10 guru (83,34%) kategori baik, dan 1 guru (8,33%) kategori cukup. 2. Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional adalah kurang dengan nilai rata-rata 64,92. Dari 12 Guru Belum Bersertifikat Pendidikan Profesional, sebanyak 1 guru (8,33%) memiliki kinerja dalam kategori cukup, 11 guru (91,67%) kategori kurang.
12
3.
Ada perbedaan antara Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Profesional dengan Kinerja Guru Belum Bersertifikat Pendidik Profesional di SMA Negeri se-Kabupaten Serdang Bedagai. Ini diperkuat dari hasil analisis statistik menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung lebih besar dari nilai kritiknya pada taraf signifikansi 5%, yaitu 18,50 > 2,07.
Anonim. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, Tentang Pedoman Penyusunan Standar pelayanan minimal penyelenggara Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar Menengah. Jakarta Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbana
SARAN Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri Se-Kabupaten Serdang Bedagai maka dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlunya pemerintah menfasilitasi guru bersertifikat pendidik profesional untuk meningkatkan pengembangan diri dalam mempertahankan profesionalitasnya. 2. Perlunya guru SMA Negeri seKabupaten Serdang Bedagai pada khususnya untuk menerapkan apa yang dipelajarinya dari kegiatan portofolio atau PLPG secara konsisten guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 3. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan guna memberikan perbandingan atau masukan yang konstruktif bagi kesempurnaan hasil penelitian ini.
Anonim. 2006. Undang-Undang 14 dan 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Program Sertifikasi Guru. Bandung: Citra Urbana Apridawati. Tingkat Pemahaman Guru terhadap Sertifikasi menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen (Studi Deskripstif-Analisa terhadap Guru-Guru SMA di Kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh Tengah, Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: FIS UNIMED Collieti, A. B. 1987. Teaching Methods and Applied Teqniques, Keystone Pub-Ins. New York Conell, WF. 1972. The Gindance of Learning Activites. New York: Appleton Century Coffs
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003. Jakarta: Sinar Grafika
Djamarah. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Anonim. 2003. UUGD Pasal 2 ayat 2 tentang Guru sebagai tenaga profesional. Jakarta: Sinar Grafika 13
Hasyim. 2004:36. Teori Personality. Padang: PTS Publication & Distributor SDN BHD
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung: CV Yrama Raya Samami. 2006:3. Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung
Koes. Pengaruh Persepsi Sertifikasi Guru terhadap Motivasi Kerja Guru SMA Negeri 2 Surakarta, Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamdyah Surakarta
Fattah, Nanang. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas terbuka
Kunandar. 2007. Guru Profesional, Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Fachruddin. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jambi: Gaung Persada Pers Sudjana. 2002. Metode Bandung: Tarsito
Levine. 1084. Professional Development Professional Experiences Help Teachers Meet The Standard. The Science Teacher
Statistika.
Simajuntak. Pengaruh Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas Mengajar pada Mata Pelajaran Pkn di SMA Negeri 14 Medan Kelas x semester ganjil T.P 2009/2010, Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: FIS UNIMED
Leod Mc. 1989. The Achieveing Siciety. New Jersey: D. Van Nostrantd Co. Inc. Princeton Marsely. Pengaruh Program Sertifikasi Guru terhadap Kesejahteraan dan Motivasi Kerja Guru SMA Negeri se-Kota Malang, Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: FE Universitas Negeri Malang
Sulistyorini. 2001. Evaluasi program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Supriyadi, D. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa. 2003. Implementasi KTSP 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya
Usman. 2006. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Bumi Aksara: Yogyakarta
Pidarta. 1990. Perencanaan Pendidik Partisipasi dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta
Yoesoef, D. 1980. Profesionalisasi & Penerapan KTSP. Gaung Persada Press: Jakarta
Robbins. 1997. Standar Mutu Pendidikan Nasional. New York: Hill Book Co
14
Martinus. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Gaung Persada Pers: Jambi
Melina. Analisis kompetensi Guru Geografi SMA Negeri 3 Medan, Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: FIS UNIMED
15