Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1 Januari 2010, hal. 110 – 121 Terakredit asi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) A n d i Wi j ay an t o Su t ar n o Jurusan Administ rasi Bisnis FISIP Universit as Diponegoro Jl. Imam Bardjo, SH. No.1 Semarang A b st r act . The purposes of t his st udy w ere t o measure t he ef f iciency level of st at e bank in Indonesia, t o ident if y w hich bank had t he best ef f iciency level, and t o f ind ef f iciency det erminant s of st at e bank in Indonesia. Analyt ical t echnique used w as t he DEA (Dat a Envelopment Analysis). Input and out put variables used int ermediary f unct ion of St arvarek model. Four banks w ere chosen as samples by using purposive sampling. The result of t he st udy show ed t hat st ate bank in Indonesia had a good relat ively ef f icient level. BRI, BTN, and Bank M andiri had a relat ive ef f iciency level reaching 100% , w hile BNI w as t he only bank t hat w as relat ively inef f icient w it h relat ive ef f iciency score 88.5% . Number of human resources, t he t ot al variable credit and short t erm securit ies became t he dominant det erminant of t he ef f iciency of st at e banks in Indonesia. Inef f icient companies should have increased ef f iciency by perf orming input or out put maximizat ion. Alt hough t he BRI, BTN, and Bank M andiri had proven relatively high eff iciency, the efficiency was not a peak performance they could achieve, meaning t hat t he current level of ef f iciency could st ill be improved higher by input and/or out put maximizat ion; pot ent ial improvement s t hat could be achieved by BNI w ere reducing t he f ixed asset s and sof t w are, t he amount of labor, t he t ot al deposit (input ) and increasing t he t ot al credit . Key w o r d s: bank eff iciency, int ermediary f unct ion, Dat a Envelopment Analysis
Berbagai macam kebijakan deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1983 terbukti mampu menggairahkan industri perbankan nasional dengan tingkat pertumbuhannya yang begitu cepat. Hingga pengalaman buruk krisis ekonomi pada tahun 1997 yang berujung pada dilikuidasinya
Korespondensi dengan Penulis: A n d i Wij ay an t o : Telp. +62 24 841 4513, Fax. +62 24 844 9629 E-m ail: andibilt @gm ail.com
37 bank umum swasta nasional pada tahun 1999 yang dinilai tidak sehat dan t idak layak operasi menunjukkan bahwa meski kebijakan deregulasi mampu meningkat kan pert umbuhan indust ri perbankan yang pesat , namun t idak mampu menciptakan industri perbankan yang kuat.
PER BANK AN Penelit ian Fachrudin (2008) t erhadap 37 bank umum sw ast a nasional yang dilikuidasi pada bulan M aret 1999 dan 73 bank umum sw ast a nasional yang bertahanhidup pada saat it u membu kt ikan bah w a bank-bank yang dilikuidasi beroperasi dengan t idak ef isien dibandingkan bank-bank non likuidasi. Dengan menggunakan dat a laporan keuangan bank-bank yang bersan g ku t an u n t u k t ah u n b u ku 1994 sam p ai dengan tahun buku 1997, Fachruddin (2008) menu njukkan bahw a salah sat u pen yebab ro nt oknya perbankan nasional dalam menghadapi kondisi krisis adalah operasi yang tidak ef isien. Dat a perbankan nasional menunjukkan bahwa banyak perbankan nasional yang saat ini masih menjalankan operasinya dengan t idak ef isien. Menurut Asia Banking and Finance Inst itut e (ABFI), dibandingkan dengan negara tetangga (ASEAN), perbankan di Indonesia menunjukkan spread (selisih t ingkat bunga kredit dan bunga deposito) yang paling besar tetapi t ingkat BOPO (To t al Biaya o p erasio n al d ib ag i Pen dapatan operasional) just ru menunjukkan sebaliknya, yaitu sekitar 84%. Anomali tersebut dikarenakan perbankan di Indonesia tidak efisien dalam kegiat an op erasin ya. Imp likasi dari kejadian tersebut adalah banyaknya investor asing masuk ke sistem perbankan Indonesia untuk memperoleh laba yang lebih besar (Abidin, et.al, 2008). Melihat kondisi tersebut, maka penting bagi perbankan untuk meningkatkan efisiensi operasinya agar lebih t angguh dalam menghadapi perub ahan ling kun gan ekono mi bisnis yang terjadi. Apalagi t erjadinya krisis ekonomi global yang dipicu kasus subprime mortgage di Amerika Serikat telah berdampak negatif terhadap perekonomian berbagai negara di belahan dunia. Operasi yang ef isien diharapkan akan mampu mencegah kehancuran indust ri perbankan nasional sebagaimana yang terjadi pada tahun 1997.
Ef isiensi telah menjadi f okus perhatian bagi perusahaan dalam menin gkat kan kinerjanya untuk menghasilkan laba yang lebih besar melalui peningkat an pendapat an dan menekan biayabiaya yang harus dikorbankan. Ef isiensi merupakan cara mencapai hasil yang ingin dicapai dengan membandingkan ant ara input dan out put nya (Suw andi, 2004). Dalam hal ini dapat dilihat bahw a rumusan efisiensi sebenarnya tidak berbeda dengan produktifit as. Ceha (2000) juga menyebut istilah efisiensi sama dengan produktifitas. Perusahaan disebut efisien secara teknis jika dapat memproduksi sejumlah out put t ert ent u dengan menggunakan sejumlah input yang sesedikit mungkin (Smit h & St reet, 2005). Menurut Ceha (2000) konsep aw al efisiensi dikemukakan oleh Farrel (1957). Farrel menyatakan bahwa efisien suatu perusahaan (industri, perusahaan, organisasi sosial, dan lain-lain) dapat diukur at as dua komponen, yaitu technical eff iciency yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menent ukan out put maksimum dari ketersediaan input dan allocative eff iciency yang menggambarkan kemampuan industri dalam menggunakan kombinasi input secara optimal given t ingkat harga dan t eknologi produksi yang dipunyai. Kombinasi kedua komponen tersebut disebut economic eff iciency. Dalam bidang perbankan, menurut Harada & Ito (2005) ef isiensi sebuah bank meliputi 2 komponen, yait u: (a) ef isiensi t eknis (t echnical eff iciency), efisiensi secara teknis merujuk pada kemampuan bank mencapai output maksimal dari sekumpulan inpu t t ert ent u; dan (b) ef isiensi alokat if (allocat ive ef f iciency). Ef isiensi alokat if menunjukkan kemampuan bank untuk menggunakan input -input dengan proporsi yang opt imal pada harga input yang t ert entu. Kedua ukuran efisiensi tersebut dapat dikombinasikan unt uk men d ap at kan ef isi en si secara keselu ru h an .
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
111
PER BANK AN Sement ara produktivitas faktor total (Total Fact or Product ivit y = TFP) merupakan indikat or hubungan ant ara output dengan volume agregat dari seluruh input. Hasil bagi rata-rata t ert imbang pertumbuhan input dengan pertumbuhan volume output akan didapat kan pertumbuhan TFP. Ef isiensi lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ef isiensi operasi (Farrel dalam Ceha, 2000) unt uk mengukur ef isiensi operasional dan X-Ef ficiency untuk menjelaskan perbedaan ef isiensi antar bank. Konsep efisiensi operasi adalah murni t eknis dan dapat didef inisikan sebagai ef isiensi t eknis produksi yang menunjukkan seberapa jauh proses produksi lembaga keuangan tersebut dari isokuan. Sementara ef isiensi alokat if menggambarkan in-ef isiensi berhubungan dengan kenyataan ketika lembaga keuangan tersebut menggunakan kombinasi input yang tidak optimal pada harga input tertentu (Luc Laeven, World Bank Online, 2009). Pen guku ran ef isiensi pada bank secara t radisional dapat dilakukan dengan menggunakan rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini merupakan ukuran efisiensi yang lazim dipakai untuk memberikan penilaian atas kinerja efisiensi perbankan. M en u ru t Ceh a (2000) t erd ap at emp at pengukuran ef isiensi, yait u: (a) least -squares econometric product ion (LSEP) models; (b) tot al f actor productivit y (TFP); (c) st ochastic f rontiers analysis (SFA); dan (d) data envelopment analysis (DEA). Metode LSEP models dan TFP kebanyakan dit erapkan untuk permasalahan dimana menggunakan data time-series dan membant u pengukuran perubahan t eknologi (t echnical change) dan/at au TFP. Kedua met odologi tersebut mengasumsikan semua perusahaan adalah technically efficient. Sedangkan metode SFA dan DEA kebanyakan diterapkan untuk permasalahan dengan menggunakan data sampling perusahaan (pada 112 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 110 – 121
sat u t it ik dalam sat u periode w akt u). Keempat metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) metode Parametrik (LSEP models dan SFA) dan (2) met ode Non-Parametrik, TFP dan DEA (Rokhim, 2007). Dat a Envelopment Analysis (DEA) merupakan met ode analisis yang dapat menghasilkan production front ier unt uk mengident ifikasi unit yang digunakan sebagai ref erensi yang dapat membant u unt uk mencari penyebab dan jalan keluar dari ket idakefisienan. Charn es, Co op er & Rho des meru pakan orang yang pertama kali memperkenalkan pendekatan DEA pada tahun 1978 untuk mengevaluasi efisiensi relatif Decision Making Unit s (DMU) dalam sebuah organisasi dengan memberi bobot pada input/output. Model DEA ini beserta t urunannya disebut mo del st andar, dimana dalam model ini set iap UPK memilih secara t erpisah bobot -bobotnya unt uk memaksimalkan ef isiensi secara individual. Dalam perkembangan lebih lanjut , Beasley (1998), mengembangkan model DEA yang lebih umum (model DEA generalisasi), dimana bobot-bobot dari input dan output dipilih secara simult an unt uk semua DM U sedemikian hingga memaksimalkan ef isiensi set iap DM U secara rerata (Sutapa, 2001). Menurut Hadad, et . al. (2003) pendekat an yang digunakan dalam mendef inisikan hubungan input output dalam t ingkah laku instit usi finansial pada metode paramet rik maupun nonparametrik adalah: (1) Pendekatan produksi (t he pro duct ion ap proach); (2) Pen dekat an int ermediasi (t he int ermediat ion approach); dan (3) Pendekatan aset (t he asset approach). Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari akun deposit (deposit accounts) dan kredit pinjaman (loans); mendef inisikan out put sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait.
PER BANK AN Input -input dalam kasus ini dihit ung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed assets) and material lainnya. Pendekat an int ermediasi memandang sebuah institusi f inansial sebagai int ermediator yang merubah dan ment ransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input -input instit usional sepert i biaya tenaga kerja dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi f inansial (f inancial invest ments). Akhirnya, pendekat an aset ini melihat f ungsi primer sebuah inst it usi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan asset memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi f inansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans), dekat sekali dengan pendekatan int ermediasi, dimana output benar-benar didef inisikan dalam bentuk aset-aset. Pemilihan input dan out put yang t epat dalam penerapan analisis DEA merupakan langkah yang krusial. Hal ini meng ing at bahw a terdapat pendekatan yang berbeda-beda dalam analisis DEA. Pendekat an yang berbeda-beda dalam analisis DEA menyebabkan bahwa variabel input output analisis DEA juga beragam. Variasi variabel input dan out put dalam analisis DEA diungkapkan oleh Cinca, Molinero & Garcia (2002). Menurutnya, meskipun DEA secara ekstensif telah digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi institusi keuangan serta keuntungannya yang jelas, namun masih terdapat masalah yang belum dapat dipecahkan hingga saat ini. Terdapat banyak pand ang an yang b ervariasi yang didasarkan pada filosofi modelling yang berbeda mengenai input dan output dari institusi keuangan. Chakrabart i & Chaw la (2005) mengemukakan bahwa permasalahan utama dalam penerapan DEA adalah def inisi input dan out put . Sebagai sebuah lembaga int ermediasi keuangan,
bank dipandang sebagai institusi yang ment ransformasikan deposit menjadi kredit sehingga deposit digunakan sebagai input. Sedangkan sebagai instit usi keuangan, bank menjadi inst itusi yang menggunakan modal dan t enaga kerja unt uk menghasilkan produk-produk keuangan sepert i kredit dan pelayanan rekening deposit, sehingga deposit menjadi output. Hingga saat ini terdapat berbagai versi berkaitan dengan penet apan input dan output bank. Beberapa penelit ian terdahulu menunjukkan perbedaan dalam input dan output suat u organisasi meski organisasi yang d it elit i adalah serupa. Chakrabarti & Chawla (2005) dalam penelitiannya menggunakan varian dari pendekat an int ermediasi dimana out put bank adalah pendapat an bunga (interest income), pendapatan non bunga (non interest income) dan total kredit (total loans). St avarek (2002) melakukan penelitian yang memfokuskan studi pada bat as efisiensi (frontier ef ficiency) yang diartikan sebagai seberapa dekat jarak kurva produksi dari bank-bank yang akan dievaluasi dengan batasefisiensi yang terbaik (best frontier). Pendekat an DEA dilakukan dimodifikasi sehingga sebagai variabel input ef isiensi fungsi intermediasi bank adalah aset tetap dan sof tware, jumlah tenaga kerja, dan t otal deposit (tot al deposit s). Sedangkan variabel out put nya adalah total kredit (total loans) dan penempatan dalam surat berharga (short term securit ies). Harada & Ito (2005) melakukan penelitian yang men gan alisis up aya pemerint ah dalam mengarahkan konsolidasi perbankan pasca krisis mat a uang yang terjadi di Asia serta menunjukkan prospek secara kualitatif dari peranan konsolidasi dalam rekonstruksi sektor perbankan. Di samping it u, penelit ian ini juga menganalisis ef isiensi manajemen bank dan efek dari konsolidasi yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan unt uk memverifikasi apakah terdapat perbaikan dalam kondisi
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
113
PER BANK AN keuangan bank, peningkat an ef isiensi manajemen serta apakah efek dari konsolidasi dari sekt or perbankan. Untuk melihat keefektifan konsolidasi digunakan analisis event st udy respon harga saham sedangkan unt uk menganalisis perf ormance digunakan laporan keuangan. Sementara untuk menganalisis efisiensi digunakan DEA. Penelitian tersebut menyimpulkan bahw a rata-rata efisiensi sektor perbankan menunjukkan terjadinya pemulihan sejak dilakukan public funds inject ion pada t ahun 1999. Ef isiensi bank-bank sw ast a yan g t idak men erima sun t ikan d an a pemerintah pasca krisis mata uang asia menunjukkan kondisi yang baik selama periode penelitian. Bou-Said & Saucier (2003) dalam t ulisannya liquidit y, solvency, and eff iciency: an empirical analysis of the Japanese bank’s dist ress melakukan p en elit ian yan g dit uju kan u nt uk men jaw ab p ermasalah an apakah keg ag alan bank at au rekapitalisasi bank merupakan akibat kumulat if dari kredit yang bermasalah yang disebabkan krisis likuidit as dan kondisi insolven atau merupakan akibat dari ketidakmampuan manajemen unt uk mempertahankan ef isiensi yang disebabkan oleh tekanan kondisi ekonomi. Dalam penelitian ini digunakan met odologi CAMEL dimana unt uk variabel kecukupan modal (capit al adequacy), kualitas aset (asset quality), kemampuan memperoleh pendapat an (earnings abilit y) dan risiko likuidit as (liquidit y risk) diperoleh dari lap oran keu an g an b ank semen t ara variabel kualit as manajemen bank (bank’s management quality) karena sifatnya yang subyekt if digunakan konsep batas produksi yang efisien (ef ficient production f rontier atau yang disebut juga dengan X-inef ficiency) dihit ung dengan menggunakan DEA. Dengan menggunakan pendekat an produksi variabel input yang digunakan adalah biaya personel (personal expenses), Total aset t etap (t otal fixed asset ), biaya lain-lain (other expenses) dan
114 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 110 – 121
dana ekst ernal (ext ernal f unds). Sement ara sebagai out put adalah kredit (loans), simpanan nasabah / pihak ket iga (customer deposits), investasi ekuit as (equity invest ment), aset lain (other earning assets). Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengukur t ingkat ef isiensi bank persero di Indonesia; (b) mengidentifikasi bank persero yang memiliki tingkat efisiensi terbaik (best pract ice) di Indonesia; (c) menentukan faktor-faktor yang menjadi determinan tingkat efisiensi bank persero di Indonesia.
M ETODE Penelit ian ini menggunakan met ode non paramet rik DEA (Dat a Envelopment Analysis) dengan pendekat an int ermediasi. Pendekat an int ermediasi melihat institusi keuangan sebagai int ermed iat or yang b isn is ut amanya adalah meminjam dana dari para depositor dan menyalurkannya ke pihak lain untuk mendapatkan keunt ungan. Dalam pendekatan ini maka output dari sebuah inst it usi, misaln ya bank, adalah pinjaman/kredit (loans) dan sebagai input adalah berbagai biaya (biaya bunga, tenaga kerja, modal dan operasional). Formulasi DEA adalah sebagai berikut (Purwantoro, 2003): s
Maksimumkan h0
r 1 m
s
Dengan syarat
r 1 m
x
i 1 1 i 0
ur yrj
1; j 1,2,..., n
x i 1 i ij ur
u r yr 0
m
x i 1 i i 0
; r 1,..., s
PER BANK AN
r
m
; i 1,..., m
x i 1 i i 0
Dari persamaan tersebut, j = 1,2,...,n merupakan DM U, yrj , xij > 0 adalah konst ant a yang menggambarkan jumlah yang diamat i dari r t h output dan i th input dari jth DMU. DMUj merupakan kumpulan dari j = 1,...,n entit as yang menggunakan i = 1,...,m input unt uk memproduksi r = 1,...,j output. Nilai h 0 £ 1. Analisis DEA dilakukan dengan menggunakan bant uan sof tware Banxia Frontier Analysis. Sebagai pembanding hasil analisis DEA juga dihit ung Rasio BOPO yang merupakan rasio antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Rasio BOPO =
Biaya Operasional Pendapa tan Operasional
Variabel input dan output yang digunakan adalah varian dari pendekatan intermediasi model St arvarek dimana output bank adalah tot al kredit (t o t al lo an s) d an p en emp at an d alam su rat berharga (short term securit ies), sedangkan input bank adalah aset t et ap dan sof t w are, jumlah tenaga kerja, dan total deposit s. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan bank persero di Indonesia, yait u PT Bank Ekspor Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero), dan PT. Bank M andiri (Persero), Tbk. Sedangkan dat a yang dianalisis adalah laporan keuangan perusahaan bank persero di Indonesia tahun 2008. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Pertimbangan dalam pemi-
lihan sampel adalah bahw a sampel merupakan bank yang tidak hanya melayani nasabah korporasi (B2B-Business to Business), tetapi juga melayani nasabah retail. Berdasarkan kriteria ini terpilih 4 bank, yaitu BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri.
HASIL
Ef i si e n si Ba n k m e n u r u t Tr ad i si o n al (Rasi o BOPO)
Pe n d e k a t a n
Saat ini rasio ant ara Biaya Operasional dengan Pendapat an Operasional (BOPO) merupakan ukuran yang umum dipakai untuk mengukur kinerja ef isiensi perbankan dalam pendekat an t radisional. Keunggulan dari rasio BOPO adalah kemu d ah an d alam p erh it un g an dan penggunaannya. Rasio BOPO men unju kkan kemampu an perusahaan untuk mengopt imalkan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan unt uk menghasilkan pendapatan operasional. Berdasarkan raasio ini, perusahaan yang ef isien adalah perusahaan yang mampu menekan input serendah-rendahnya (biaya operasional) unt uk menghasilkan out put (pendapatan operasional) yang setinggi-tingginya. Di sini dapat kita lihat bahwa faktor input dalam rasio BOPO adalah biaya operasional, sedangkan outputnya adalah pendapatan operasional. Berikut ini adalah tingkat ef isiensi perbankan persero di Indonesia pada tahun 2008 dengan menggunakan rasio BOPO. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari empat sampel bank persero yang ada di Indonesia, menurut rasio BOPO Bank Mandiri merupakan bank dengan tingkat ef isiensi paling tinggi yang dit unjukkan d en gan rasio BOPO t eren dah yait u 60,32% . Dengan kata lain, t ot al biaya operasional Bank
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
115
PER BANK AN Mandiri hanya sebesar 60,32% dari pendapat an yang mampu dihasilkan. Atau dapat pula dikatakan bahw a pendapat an operasional Bank M andiri adalah 1,66 kali lipat dari biaya operasionalnya. Jika dibandingkinan dengan tahun sebelumn ya, ban k mand iri men g alami ken aikan kinerja ef isiensi yang signif ikan yait u mencapai 31,31%. Demikian juga pada bank BRI memiliki t ingkat ef isiensi yang baik yang dit unjukkan dengan rasio BOPO sebesar 62,38% . Angka ini men u nju kkan p enin g kat an kin erja ef isien si sebesar 11,40% dibandingkan dengan t ahun sebelumnya. Bank BTN juga memiliki t ingkat ef isiensi yang baik yang ditunjukkan dengan rasio BOPO sebesar 69,24%. Sementara it u BNI merupakan sat u-satunya bank dalam penelit ian ini yang kinerja efisiensinya men galami penu run an d ib and in gkan t ahu n 2007. Ini dit unjukkan dengan rasio BOPO yang meningkat sebesar 1,69% dibandingkan t ahun seb elu mn ya (d ari 84,38% p ad a t ah u n 2007 menjadi 86,07% pada tahun 2008). Hal ini pula yang menempatkan BNI dengan t ingkat efisiensi terendah menurut rasio BOPO. Ef i si en si Ban k d en g an Dat a En v el o p m en t A n al y si s (DEA ) Data Envelopment Analysis(DEA) merupakan tool manajemen yang sangat populer dan banyak digunakan untuk mengukur efisiensi. DEA biasanya
digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu o rg anisasi at au p eru sah aan yang biasanya dinyatakan dalam Decision M aking Unit (DMU). Hasil analisis DEA at as perusahaan perbankan persero di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Skor Ef isiensi Bank Persero di Indonesia
Unit Nam e PT BNI PT BRI PT BTN PT. Mandi ri
Scor e ( %) 88.5 100.0 100.0 100.0
Ef f i cien t *
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari empat sampel bank persero yang ada d i In d on esia, d alam men jalan kan f un g sinya sebagai lembaga intermediasi BRI, BTN dan Bank Mandiri merupakan bank yang memiliki tingkat ef isiensi relatif mencapai 100%. Sedangkan BNI merupakan satu-satunya bank yang secara relat if tidak efisien dengan skor efisiensi relatif sebesar 88,5% . Det er m i n an Ti n g k at Ef i si en si Ban k Per ser o d i In d o n esi a Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel input dan output yang menjadi determinan pada
Tabel 1. Rasio BOPO Per ban kan Persero di Ind onesia Tahun 2008
No
Perusahaan
1 2 3 4
BNI BRI BTN Bank M andiri
Pend ap at an Operasi on al (Rp .) 13.460.772.000.000 22.186.290.000.000 2.177.403.000.000 19.937.607.000.000
Sumber: Annual Report 2008, diolah.
116 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 110 – 121
False True True True
Bi aya Op erasio nal (Rp.) 11.586.249.000.000 13.840.177.000.000 1.507.578.000.000 12.027.165.000.000
Rasio Rasi o 0,8607 0,6238 0,6924 0,6032
BOPO % 86,07% 62,38% 69,24% 60,32%
PER BANK AN masing-masing bank adalah berbeda. Kont ribusi variab el in p u t d an o u t p u t p ad a b an k BNI ditunjukkan dalam Tabel 3.
berart i. Pada sisi inp ut , jumlah t enaga kerja menjadi kont ributor terbesar bagi ef isiensi BRI. Kontribusi variabel input dan output pada bank BTN dit unjukkan dalam Tabel 5.
Tabel 3. In pu t / Ou t p ut Con t r ibu t io ns BNI No .
V ari abel
1
Aset t etap dan sof tw are Jumlah t enaga kerja Total deposit (total deposits) Penempatan dalam surat berharga Total kredit (t ot al loans)
2 3 4 5
Tabel 4. In pu t / Ou t p ut Con t r ibu t io ns BRI
K on t ri bu si (% )
I/O
38.68 54.16 7.16
Input Input Input
0.00
Output
No .
Vari ab el
1
Aset tet ap dan sof tw are Jumlah t enaga kerja Tot al deposit (t otal deposit s) Penem patan dalam surat berharga Tot al kredit (tot al loans)
2 3 4
100.00
Output
5
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
K on t ri bu si (%)
I/O
11.72
Input
88.28 0.00
Input Input
100.00
Out put
0.00
Out put
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
Variabel input out put yang menent ukan tingkat efisiensi BNI adalah aset tetap dan soft w are, jumlah t enaga kerja, tot al deposit (t ot al deposits) pada sisi input dan tot al kredit (t ot al loans) pada sisi output. Pada sisi input, jumlah tenaga kerja menjadi kontributor terbesar bagi efisiensi BNI. Sedangkan pada sisi output, determinan efisiensi adalah variabel total kredit (total loans). Kinerja BNI dalam menyalurkan kredit terbukti tidak maksimal. Dari total deposit sebanyak Rp 166.397.437.000.000, BNI hanya mampu menyalurkan dalam bentuk kredit sebanyak Rp 106.342.351.000.000 at au hanya sebesar 63,9%. Kontribusi variabel input dan output pada bank BRI ditunjukkan dalam Tabel 4. Variabel input out put yang menent ukan tingkat efisiensi BRI adalah aset tetap dan soft ware serta jumlah tenaga kerja pada sisi input dan penempat an dalam surat berharga (short t erm securities) pada sisi output. Variabel t otal deposit (total deposit s) dan total kredit (t otal loans) hasil pengujian t idak menunjukkan kont ribusi yang
Tabel 5. In pu t / Ou t p ut Con t r ibu t io ns BTN No . 1 2 3 4 5
V ari abel
Kon t ri bu si (% )
I/O
44.16 50.41
Input Input
5.43
Input
0.00
Output
100.00
Output
Aset tet ap dan sof tw are Jumlah t enaga kerja Tot al deposit (t otal deposit s) Penem patan dalam surat berharga Tot al kredit (tot al loans)
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
Variabel input out put yang menent ukan tingkat efisiensi BTN adalah aset tetap dan software, jumlah tenaga kerja, total deposit pada sisi input dan total kredit (total loans) pada sisi output. Pada sisi input, kontribusi variabel aset tetap dan software dalam menentukan efisiensi adalah sebesar 44,16%, jumlah tenaga kerja sebesar 50,41%, total deposit (total deposits) 5,43%. Sedangkan pada
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
117
PER BANK AN sisi output, total kredit (total loans) 100%. Jumlah t enaga kerja menjadi kontribut or terbesar bagi efisiensi BTN. Kontribusi variabel input dan output pada Bank Mandiri ditunjukkan dalam Tabel 6. Variabel input out put yang menent ukan tingkat efisiensi Bank Mandiri adalah aset tet ap dan sof tware serta jumlah tenaga kerja pada sisi input dan penempat an surat berharga (short term securities) pada sisi output . Variabel total deposit dan total kredit (t otal loans) hasil pengujian tidak menunjukkan kont ribusi yang berart i. Jumlah t enaga kerja menjadi kontribut or terbesar bagi ef isiensi Bank Mandiri. Tabel 6. Input /Out put Cont ribut ions Bank Mandiri No .
Vari ab el
1
Aset tet ap dan sof tw are Jumlah t enaga kerja Tot al deposit (t otal deposit s) Penem patan dalam surat berharga Tot al kredit (tot al loans)
2 3 4 5
Kon t ri bu si (% ) 38.56
Input
61.44 0.00
Input Input
100.00
Output
0.00
Output
I/O
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
Po t en t i al Im p r o v em en t Po t ent ial imp rovemen t pada Ban k BNI dapat dilakukan dengan maksimalisasi input dan output sebagaimana dit unjukkan dalam Tabel 7. Potent ial improvement yang dapat dilakukan oleh Bank BNI antara lain adalah pada sisi input dengan cara: (a) mengurangi aset tet ap dan so f t w ar e seb esar 11,47% , yait u d ari Rp 3.732.893.000.000 menjadi Rp 3.304.839.277.716; (b) mengurangi jumlah t enaga kerja sebesar 11,47% , yai t u d ar i Rp 3.298.886.000.000 m en j ad i Rp 2.920.600.195.481; ser t a (c)
118 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 110 – 121
mengurangi t ot al deposit sebesar 11,47% , yait u d ar i Rp .166.397.437.000.000 m en j ad i Rp 147.316.514.432.358. Sedangkan peningkat an ef isiensi pada sisi output dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penempatan dalam surat berharga sebesar 10,96%, yait u dari Rp.9.874.051.000.000 menjadi Rp.10.956.595.403.515.
PEM BAHA SA N Pen d ekat an t rad isio n al d alam an alisis ef isiensi perbankan dengan menggunakan rasio BOPO (rasio ant ara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional) telah lama dikenal dan banyak digunakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan alternatif dalam analisis efisiensi perbankan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) memberikan hasil yang ko n si st en ji ka d ib an d i n g k an d en g an h asil pengukuran efisiensi dengan menggunakan rasio BOPO. Pengukuran ef isiensi relat if bank dalam menjalankan fungsi intermediasi dengan menggunakan pendekatan DEA menunjukkan bahwa bank-bank persero di Indonesia t elah berfungsi secara efisien dalam mengumpulkan dana-dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut. Hal ini dit unjukkan dengan rat a-rat a ef isiensi relatif yang mencapai 97.13%. Kedua met ode juga menempat kan Bank BRI, BTN dan Bank M andiri sebagai bank yang memiliki kinerja relat if yang ef isien dan BNI sebagai bank yang memiliki kinerja relatif yang tidak ef isien dibanding bank-bank persero lainnya. Dalam ukuran pendekatan t radisional, menurut rasio produktif itas menunjukkan bahwa rata-rata rasio out put input bank persero di Indonesia mencapai 70,49% . Hal ini menunjukkan bahw a
PER BANK AN Tabel 7. Pot ent ial Improv ement pada Bank BNI Inp ut / Out pu t Nam e Aset t etap dan sof tw are Jumlah tenaga kerja Total deposit (total deposits) Total kredit (t ot al loans) Surat berharga
Val ue
Targ et
Po t ent ial Im pr ov em en t
3.732.893.000.000 3.298.886.000.000 166.397.437.000.000 106.342.351.000.000 9.874.051.000.000
3.304.839.277.716 2.920.600.195.481 147.316.514.432.358 106.342.351.000.000 10.956.595.403.515
-11,47% -11,47% -11,47% 0,00% 10,96%
Sumber: Hasil analisis, diolah (2009).
mukan bahwa Bank BRI, BTN dan Bank M andiri merupakan bank yang memiliki t ingkat efisiensi relat if mencapai 100% . Sedangkan BNI merupakan sat u-satunya bank yang secara relatif tidak ef isien dengan skor efisiensi relatif sebesar 88,5%. Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Inf oBank (2008) terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan dari 125 bank berdasarkan lima kriteria, seperti f akt or permod alan melalui Capit al A dequ acy Rat io (CAR), fakt or akt iva produktif melalui Non Perf orming Loans dan pemenuhan PPAP, f akt or rent abilit as melalui Ret urn on Average Asset s (ROA) dan Ret urn on Average Equit y (ROE), faktor likuidit as melalui Loan t o Deposit Ratio (LDR) dan pertumbuhan kredit sert a f aktor efisiensi melalui beban pendapatan operasional yang dibanding dengan pendapatan operasional dan Net Interest Margin. Hasil penelitiannya menempatkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada peringkat t erat as sebagai bank pemerintah dengan kinerja terbaik, diikuti oleh Bank M andiri dan disusul oleh Bank Negara Indonesia (BNI). Analisisnya menemukan bahwa bank-bank yang berhasil mencetak predikat sangat bagus t ersebut merupakan bankbank yang berhasil memanf aat kan moment um pertumbuhan ketika situasi ekonomi makro makin kondusif sert a bank-bank makin giat mencari kesempatan fee-based income.
Dengan menggunakan pendekat an DEA, ABFI (Asian Banking Finance and Inf ormatics Institute) juga menyimpulkan bahwa selama tahun 2008 Bank BRI, BTN dan Bank M andiri merupakan bank persero yang memiliki t ingkat ef isiensi paling tinggi dibanding bank persero lainnya. Secara keseluruh an d ap at disimp ulkan bahwa variabel input dan output yang secara dominan menjadi determinan efisiensi f ungsi intermediasi bank persero di Indonesia adalah variabel jumlah tenaga kerja pada sisi input serta variabel total kredit dan penempat an dalam surat berharga pada sisi output. Dihasilkannya variabel jumlah tenaga kerja sebagai determinan kunci pada sisi input menegaskan kembali bahw a fakt or sumberdaya manusia merupakan f akt or t erpent ing bagi organisasi, khususnya bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan bagi bank BNI yang memilih ef isiensi relatif terendah dibandingkan bank-bank persero lainnya untuk meningkatkan efisiensinya antara lain adalah memproduksi level output saat ini dengan jumlah input yang lebih sedikit (input maximization) atau menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang ada saat ini (output maximization). Input maximization yang dapat dilakukan oleh Bank BNI ant ara lain adalah dengan cara mengurangi aset t et ap dan sof t w are, jumlah
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA
119
DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
sebanyak 70,49% dari input dapat diubah menjadi output . Sedangkan melalui analisis DEA dit e-
PER BANK AN t enaga kerja, dan t ot al deposit masing-masing sebesar 11,47%. Sedangkan peningkat an efisiensi pada sisi out put (out put maximizat ion) dapat dilakukan dengan cara meningkat kan penempat an dalam surat berharga sebesar 10,96% . Langkah ini dilakukan karena 100% output BNI dibentuk oleh t otal kredit. Sedangkan penempatan dalam surat berharga tidak memiliki kont ribusi yang signifikan. Kedua langkah ini jika dilakukan akan dapat membentuk perimbangan yang optimal ant ara input dengan output. Sebagai sebuah pengukuran efisiensi relat if, hasil analisis DEA tidak serta merta menyimpulkan bahwa BRI, BTN dan Bank M andiri sebagai bank yang ef isien t idak d ap at lagi men in gkat kan efisiensinya. Bank-bank tersebut tetap terus dapat meningkat kan ef isiensinya melalui maksimisasi input dan output t ersebut . Akhirnya, ef isiensi perbankan tidak hanya diukur dari f ungsinya sebagai lembaga intermediasi.
KESIM PULA N DA N SA RA N Kesi m p u l an Penelit ian ini bert ujuan unt uk mengukur tingkat efisiensi bank persero di Indonesia, mengident ifikasi bank persero yang memiliki t ingkat ef isiensi terbaik (best practice) di Indonesia, serta menent ukan faktor-faktor yang menjadi determinan tingkat ef isiensi bank persero di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata bank persero yang ada di Indonesia memiliki t ingkat ef isien relatif yang baik dalam menjalankan f ungsinya sebagai lembaga int ermediasi dengan rat a-rat a skor efisiensi sebesar 97.13%. Bank BRI, BTN dan Bank Mandiri merupakan bank yang memiliki tingkat efisiensi relatif mencapai
120 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN
Vol. 14, No. 1, Januari 2010: 110 – 121
100% . Sedangkan BNI merupakan sat u-sat unya bank yang secara relatif tidak efisien dengan skor ef isiensi relat if sebesar 88,5% . Variabel jumlah tenaga kerja pada sisi input serta variabel total kredit dan penempatan dalam surat berharga pada sisi output secara dominan menjadi determinan efisiensi fungsi intermediasi bank persero di Indonesia. Hal in i menu njukkan bahw a f akt o r su mb erdaya man usia merup akan f akt o r t erp en t ing b ag i organisasi, khususnya bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sar an Bank yang tidak ef isien dapat meningkatkan t ingkat ef isiensinya dengan melakukan input maximization atau output maximization. Bank harus dapat memproduksi level out put saat ini dengan jumlah input yang lebih sedikit (input maximizat ion) at au menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang ada saat ini (output maximization). Pengukuran ef isiensi ini adalah ef isiensi relatif. Oleh karena itu, meskipun Bank BRI, BTN dan Bank Mandiri terbukti memiliki efisiensi relatif yang t inggi, namun ef isiensi t ersebut bukanlah kinerja puncak yang dapat mereka capai. Artinya, tingkat efisiensi saat ini masih dapat dit ingkatkan lagi baik dengan input maximizat ion maupun output maximization. Potent ial improvement yang dapat dilakukan oleh Bank BNI antara lain adalah pada sisi input dengan cara mengurangi aset t et ap dan softw are, jumlah t enaga kerja dan t otal deposit. Sedangkan peningkat an ef isiensi pada sisi out put dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penempatan dalam surat berharga. Penting bagi penelit ian lanjut an unt uk mengukur ef isiensi perbankan dengan menggunakan pendekat an yang berbeda, misalnya dengan menggunakan
PER BANK AN pendekatan produksi. Gabungan beberapa pendekatan dapat diuji coba untuk mendapatkan hasil pengukuran efisiensi yang lebih komprehensif.
DA FTA R PUSTA KA Abidin, Z., Endri, & Nirmalaw ati, D. 2008. Kajian Evaluasi Kinerja Keuangan Dan Ef isiensi Sert a Pemeringkat an Bank Umum: ABFI Banking Award 2008. Pusat Penelitian dan Pengabdian M asyarakat (P3M ) ABFI Inst it ut e Perbanas. ht t p://w w w.perbanasinst itute.ac.id/ (di-dow nload 25 April 2008). Bou-Said M.J. & Saucier, P. 2003. Liquidity, Solvency, and Efficiency? An Empirical Analysis of t he Japanese Banks’s Distress. 20th Symposium on Banking and Monet ary Economics. 5-6 June, Birmingham (Grande-Bretagne). Ceha, R. 2000. Pengembangan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk Pengukuran Prest asi Karyaw an (Individual) dalam Team Kerja. Jurnal TMI, Vol.1, No.1, pp.1-21. Chakrabarti, R. & Chaw la, G. 2005. Bank Efficiency in India Since The Ref orms; An Assesment. Icra Bulletin Money & Finance, July-December, pp.31-48. Cinca, C. S., M olinero, C.M., & García, F.C. 2002. Behind DEA Ef ficiency in Financial Inst it utions. Discussion Papers in Account ing & Finance. AF02-7. Sout hampton, UK: University of Sout hampton. Fach ru d in . 2008. Beb erap a In d i kasi Ban k Li ku id asi : Perin g at an (W arn in g ) b ag i (Calon) Nasabah dan Investor. Medan: USU. Hadad, M.D., Santoso, W., Ilyas, D., & Mardanugraha, E. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan In do nesia: Pen ggu naan M et o de No n-
parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). www.bi.go.id. (di-download 2 April 2009). Harada, K. & Ito, T. 2005. Rebuilding The Indonesian Banking Sect or-Economic Analysis of Bank Consolidation and Efficiency. JBICI Review, No.12, (August ), pp.32-59. Laeven, L. 1999. Risk and Ef ficiency in East Asian Banks. Financial Sector Strat egy and Policy. The World Bank Working Paper. (di-dow nload 2 April 2009). Purwantoro, R.N. 2003. Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA) dalam Kasus Pemilihan Produk Inkjet Personal Printer. Usahawan. No. 10 TH XXXII Oktober 2003. Rokhim, R. 2007. Ef isiensi Bank Tak Cuma Soal Biaya & Pen d ap at an . Bisn is In d o n esia Online (di-download 01 M ei 2007). Smith, P.C. & Street, A. 2005. M easuring The Eff iciency of Public Service: The Limit Analysis. J.Royal St atistical Societ y, Part 2, pp.401-417. Su t ap a, I.N. 2001. Pen g alo kasian A n gg aran dengan M empertimbangkan M ult i-Input / Out put M enggunakan Dat a Envelopment An alysis. Ju rnal Teknik Indu st ri , Vo l.3, No.1(Juni), pp.26 – 34. Suw andi. 2004. Pengaruh Kejelasan Peran dan M otivasi Kerja t erhadap Ef ekt ifit as Pelaksanaan Tugas Jabatan Kepala Sub Bagian di Lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. _______. Annual Report PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tahun 2008. _______. Annual Report PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tahun 2008. _______. A n nu al Rep ort PT. Ban k Tab u ng an Negara (Persero) Tahun 2008. _______. Annual Report PT. Bank Mandiri (Persero) Tahun 2008.
KINERJA EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASI BANK PERSERO DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Andi Wijayanto dan Sutarno
121