Pengaruh Teknologi Informasi dan Saling Ketergantungan terhadap Kinerja Manajerial dengan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen sebagai Variabel Intervening
KIKI WIDIASTUTI Universitas Diponegoro Semarang WAHYU MEIRANTO, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT This major study of management accounting was applied to the contingency approach to studying management accounting system design and performance. This study examined the effect of information technology and the interdependence of managerial performance through management accounting systems. Information technology is a merger between computer technology and telecommunications. While the interdependence itself is one of the contingency variable to consider in designing the SAM. While managerial performance is a measure of how effective and efficient performance of individual members of the organization. Managerial performance is one of the factor that can improve organizational effectiveness. The population used in this study is an employee or a manager of banking services in the area belongs to Central Java and Yogyakarta. Study sample 52 respondents selected based on criteria in purposive sampling. Data were analyzed using Partial Least Square (PLS) in a of Structural Equation Modeling (SEM). The results shows that the information technology (IT) have positive indirect effect and significant impact on managerial performance through management accounting system (MAS). Interdependence (SK) also have positive indirect effect and significant impact on managerial performance through management accounting system (MAS). Keywords: Information Technology, Interdependence, Management Accounting System (MAS).
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia akan informasi terus meningkat seiring dengan pesatnya perkambangan zaman, dalam waktu yang relatif singkat informasi dapat berubah. Informasi adalah data yang berguna yang dapat diolah sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat (Bodnar dan Hopwood, 1995). Disamping itu juga kelangsungan hidup suatu perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan orang banyak. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur merupakan salah satu jenis perusahaan yang mempunyai entitas yang komplek dimana di dalamnya terdapat sejumlah perubahan lingkungan persaingan, sistem perdagangan yang setiap saat dapat mengancam pertumbuhan perusahaan. Persaingan pasar telah menciptakan pergolakan, tekanan, resiko dan ketidakpastian organisasi. Puncak tuntutan organisasi yaitu menjawab segala ancaman dan kesempatan dalam lingkungan bersaing dan mendesain serta menggunakan sistem pengendalian yang tepat, untuk mencapai tujuan ini perusahaan manufaktur biasanya mempunyai sistem akuntansi manajemen yang baik yang dikelola para manajer dalam melaksanakan operasional perusahaan (Khandwalla, 1972, 1973; Burchell et al. (1980); Haas, 1987; Bromwich dan Bhimani, 1994 dalam Mia dan Clarke, 1999). Sistem akuntansi manajemen merupakan prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternatif dari berbagai kegiatan perusahaan. SAM dalam suatu organisasi dapat menjadi informasi sebagai alat penghubung, pengendalian, evaluasi dan laporan terhadap biaya-biaya, aktivitas dan kinerja. SAM merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi para manajer (Bowens dan Albernethy, 2000). Chenhall dan Morris (1986), Johnson (1990), Mia dan A.Patiar (2001), mengatakan bahwa syarat utama informasi yang diperlukan yaitu SAM yang dapat membantu manajer dalam mempertinggi kualitas pengambilan keputusan mereka, dengan demikian mereka dapat memperbaiki kinerja organisasi (Downie, 1997). SAM dalam perusahaan industri diharapkan dapat mempersiapkan para manajer dalam membentuk format yang tepat bagi industri dan para manajer diminta merasakan kepuasan yang sama terhadap kebutuhan informasi (Dent, 1996; Govindarajan, 1984; Mia dan Chenhall, 1994; Simons, 1990 dalam Arsono dan Muslichah, 2002). Karakteristik informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat berdasarkan persepsi para manajerial sebagai pengambilan keputusan dikategorikan dalam empat sifat yaitu scope
berkaitan dengan penyediaan informasi yang fokus pada internal dan eksternal perusahaan, timeliness berkaitan dengan kecepatan pelaporan, aggregation menyediakan ringkasan informasi sesuai dengan area fungsional, waktu periode atau melalui model keputusan, dan integration terdiri dari informasi tentang aktivitas departemen lain dalam perusahaan dan bagaimana keputusan yang dibuat di satu departemen mempengaruhi kinerja di departemen lainnya (Chenhall dan Morris, 1986 seperti yang dikutip dalam Arsono dan Muslichah 2002). Karakteristik informasi yang tersedia dalam organisasi tersebut akan menjadi efektif apabila mendukung kebutuhan pengguna informasi akan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan pendekatan kontijensi bahwa tingkat ketersediaan dari masing-masing karakteristik informasi sistem akuntansi mungkin tidak selalu sama untuk setiap organisasi tetapi ada faktor tertentu lainnya yang akan mempengaruhi tingkat kebutuhan terhadap informasi akauntansi manajemen. Hal ini dapat digambarkan bahwa informasi akuntansi manajemen sebagai sub kontrol dalam organisasi, akan selalu dihadapkan pada sub sistem kontrol lainnya seperti desentralisasi karena kedua sub sistem kontrol tersebut selalu ada dalam suatu organisasi. (Outley, 1980 dalam Nazarudin, 1998) Untuk itu suatu sistem akuntansi manajemen juga dipengaruhi oleh teknologi informasi dan saling ketergantungan. Teknologi dan saling ketergantungan dengan dibantu sistem akuntansi manajemen dapat mengetahui kinerja manajerial. Teknologi informasi merupakan bagian dari sitem informasi dan teknologi informasi menunjukan pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi (Aji, 2005). Teknologi informasi juga dapat dikatakan suatu rangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasi data menjadi informasi yang berguna (Bodnar, 2006). Informasi tersebut dapat tersedia dengan adanya komputer yang didukung oleh berbagai macam perangkat lunak yang mudah pengoperasiaannya, memungkinkan bagi manajer dapat mengakses informasi dengan cepat dan dimungkinkan lebih banyak laporan yang dibutuhkan. Ini dimungkinkan karena dengan menggunakan jaringan informasi yang berhubungan dengan lingkungan eksternal (misal: pemerintah, pesaing) dan internal (dari berbagai departemen) dapat diperoleh dengan mudah dan cepat (Arsono dan Muslichah, 2002). Suatu informasi dapat dikatakan memiliki manfaat dalam proses pengambilan keputusan apabila informasi tersebut disajikan secara akurat, tepat waktu dan relevan. Informasi saat ini telah diakui sebagai salah satu sumber daya atau investasi yang patut dikembangkan oleh suatu perusahaan yang diharapkan dapat memiliki kinerja yang lebih
serta dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencapaian tujuan organisasi (Komara, 2005). Kinerja manajerial juga dipengaruh oleh saling ketergantungan melalui sistem akuntansi manajemen. Saling ketergantungan adalah salah satu variabel kontinjensi yang perlu dipertimbangakan dalam merancang SAM, tetapi masih sedikit menerima perhatian dari peneliti. Peneliti yang telah mengkaitkan secara langsung pengaruh saling ketergantungan dengan SAM adalah Chenhall dan Morris (1986) Mia dan Goyal (1991) dalam Arsono dan Muslichah (2002). Semakin tinggi tingkat saling ketergantungan akan menyebabkan semakin kompleksnya tugas yang dihadapi manajer. Sebagai akibat manajer membutuhkan informasi yang lebih banyak, baik itu informasi yang terkait dengan departemen lain. Disamping itu, Hayes (1977) dalam Arsono dan Muslichah menyatakan bahwa pengukuran kinerja terhadap unit yang mempunyai tingkat saling ketergantungan tinggi akan sangat bermanfaat apabila pengukuran tersebut tidak hanya mencakup penilaian pencapaian target tetapi mencakup penilaian relibilitas, kerjasama, dan fleksibilitas para manajer devisi. Saling ketergantungan organisasi cenderung mempengaruhi aktivitas perencanaan dan pengendalian bagi sub unit yang mempunyai tingkat saling ketergantungan tinggi, yang bisa menyulitkan tugas koordinasi. Peningkatan kinerja suatu badan usaha khususnya manajerial membutuhkan informasi akuntansi manajemen. Salah satu peran penting sistem informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi bagi orang yang tepat dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat. Informasi berperan meningkatkan kemampuan manajemen untuk memahami keadaan lingkungan sekitarnya dan mengidentifikasikan aktivitas yang relevan (Nazarrudin, 1998). Para manajer akan membutuhkan SAM yang dapat memberikan informasi yang bersifat integritas (Arsono dan Muslichah, 2002) informasi yang dihasilkan oleh SAM akan membantu manajer untuk mengatasi kompleksitas tugas yang dihadapi, sehingga dengan informasi yang tersedia akan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Karakteristik SAM dapat memainkan peran yang penting. SAM di desain untuk memberikan informasi yang lebih canggih dan tidak hanya membantu membuat keputusan dalam departemen namun juga membantu koordinasi antar departemen (Bowens dan Abernethy, 2000 ). Secara keseluruhan menunjukkan bahwa kinerja manajerial yang merupakan kemampuan manajer dalam membuat perencanaan, kemampuan manajer mencapai target, dan kiprah manajer diluar perusahaan, sebenarnya berhubungan dengan keempat karakteristik
besarnya hubungan bervariasi tergantung pada fungsi yang harus dilakukan oleh manajer (Juniarti dan Evelyne, 2003). Beberapa peneliti menunjukan adanya hasil penelitian yang berbeda-beda. Ainun Mardiyah dan Gudono (2001), Nazarudin (1998), membuktikan bahwa ada pengaruh positif antara desentralisasi terhadap kinerja manajerial dengan dibantu oleh karakterisktik sistem akuntansi manajemen, Fuad Rahman (2000) menggunakan karakteristik SAM yaitu broad scope sebagai hubungan antara ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi terhadap kinerja manajerial. Sedangkan Arsono dan Muslichah (2002) berhasil membuktikan bahwa karakteristik SAM scope dapat bertindak sebagai variabel antara dalam hubungan positif antara teknologi informasi dan kinerja manajerial serta saling ketergantungan dengan kinerja manajerial. Namun penelitian Arsono dan Muslichah hanya pada perusahaan manufaktur saja tidak mencoba pada jenis perusahaan lainnya. Dari hasil-hasil tersebut membuktikan adanya perbedaan (gap research) dan menunjukan bahwa setiap peneliti memiliki situasi dan kondisi yang menyebabkan pengaruh desentralisasi dan sistem akuntansi manajemen tidak sama diterapkan pada beberapa objek penelitian yang dikaji oleh para peneliti tersebut. Atas dasar latar belakang inilah dilakukan penelitian tentang pengaruh teknologi informasi dan saling ketergantungan terhadap kinerja manajerial dengan karakteristik SAM sebagai variabel intervening. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah teknologi informasi melalui sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial? 2. Apakah saling ketergantungan melalui sisitem akuntansi manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk untuk membuktikan secara empiris bahwa penggunaan sistem akuntansi manajemen (SAM) sebagai mediasi antara teknologi informasi dan saling ketergantungan dengan kinerja manajerial. Setelah tujuan penelitian ini tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti secara empiris bagi akuntan manajemen bahwa selain memberikan gambaran tentang teknologi informasi dan saling ketergantungan untuk meningkatkan kinerja manajerial maka manajemen perlu mengetahui penggunaan informasi SAM yang dapat digunakan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Serta dapat mengambil manfaat bahwa dengan penggunaan informasi SAM, maka perusahaan dapat membandingkan informasi yang dimilikinya dengan para kompetitornya dalam pengambilan keputusan.
II. TELAAH TEORI
1.
Teori Kontijensi Pendekatan kontinjensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak
ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan, namun sistem akuntansi manajemen juga tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Pendekatan kontijensi dapat mengetahui apakah keadadalan sistem akuntansi manajeman itu akan selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak. Dengan didasarkan pada pendekatan kontinjensi maka ada kemungkinan terdapat variabel penentu lainnya yang akan saling berinteraksi, selaras dengan kondisi yang dihadapi (Nazaruddin, 1998). Menurut Otley (1980) dalam Arsono dan Muslichah (2002), menegaskan bahwa organisasi beradaptasi mengahadapi kondisi kontijensi dengan menata faktor-faktor yang dapat dikendalikan agar terbentuk konfigurasi yang sesuai sehingga diharapkan menghasilkan efektivitas organisasi. Penggunaan konsep kesesuian dalam teori kontijensi menunjukan tingkat
kesesuaian
antara
faktor-faktor
kontekstual
(kontijensi)
dan
SAM
akan
memungkinkan manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
2.
Teknologi Informasi Sistem informasi adalah sebuah rangakaian prosedur formal mengenai pengumpulan
data yang kemudian diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) didefinisikan sebagai kumpulan manusia dan sumbersumber model di dalam suatu organisasi yang bertanggungjawab untuk menyiapkan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi, perkembangan sistem akuntasi informasi tidak terlepas dari investasi teknologi informasi (TI). Teknologi informasi mempunyai fungsi utama dalam dunia bisnis yaitu pemrosesan informasi. Haag dan Cummings (1998) dalam Arsono dan Muslichah (2002) menyatakan terdapat lima kategori tugas pemrosesan informasi yang mencakup
menangkap,
menyampaikan, menciptakan, menyimpan, dan mengkomunikasikan. Berikut disajikan dalam tabel di bawah ini
KATEGORI PEMROSESAN INFORMASI DAN ALAT TEKNOLOGI INFORMASI Tugas pemrosesan Informasi
Keterangan
Alat TI
Menangkap informasi
Memperoleh informasi pada titik asalnya
Teknologi input, misalnya: Mouse, Keyboard, Barcode reader
Menyampaikan informasi
Menyajikan informasi dalam bentuk yang paling berguna
Teknologi output, misalnya: Screen, Printer, Speaker
Menciptakan informasi
Memproses informasi untuk memperoleh informasi baru
Teknologi software, misalnya: Word processing, Payroll, Expert system
Menyimpan informasi
Menyimpan informasi untuk penggunaan waktu yang akan datang
Teknologi penyimpanan, misalnya: Hard disk, CDRom, Tape
Mengkomunikasikan informasi
Menyampaikan informasi ke orang lain atau ke lokasi lain
Teknologi telekomunikasi, misalnya: Modem, Satellite
Sumber: Haag dan Cummings 1998 : 18 Tiap tugas dan pemrosesan informasi tersebut dapat digunakan secara individu, atau juga dapat digabungkan untuk mencapai suatu sistem informasi yang dapat menangani semua tugas. Christiansen dan Mouritsen (1995) dalam Arsono dan Muslichah (2002), menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan tantangan bagi akuntansi manajemen.
3.
Saling Ketergantungan Chenhal dan Moris (1986), mendifinisikan saling ketergantungan (interpedensi) sebagai
tingkat dimana departemen tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas mereka. Saling ketergantungan merupakan variabel penting dalam hubungan kontraktual. Perbedaan fungsi
dan
spesialis
organisasi
memungkinkan
terjadinya
saling
ketergantungan
organisasional (Aldrich 1976, dalam Arsono dan Muslichah 2002). Dalam Arsono dan Muslichah (2002), Robbins (2001) mengidentifikasi tiga bentuk saling ketergantungan, yaitu :
a. Sequential interdependence : Satu kelompok tergantung pada suatu kelompok lain untuk masukannya tetapi ketergantungan itu hanya satu arah, misalnya Bagian Kredit dan Bagian Dana. Dalam hal ini bagian kredit bergantung pada bagian dana untuk masukanya. Dalam saling ketergantungan berurutan, jika kelompok yang memberi masukan tidak menjalankan tugasnya dengan benar maka kelompok yang bergantung pada kelompok pertama akan sangat terkena. b. Pooled interdependence : Dua atau lebih unit menyumbang output secara terpisah ke unit yang lebih besar, misalnya bagian Akuntansi/IT dan Bagian Operasional. Kedua departemen ini pada hakikatnya terpisah dan jelas terbedakan satu sama lain. c. Reciprocal interdependence: Dimana kelompok – kelompok bertukar masukan dan keluaran, misalnya kelompok pemasaran dan dana. Pada interdependence ini kelompok dana saling bergantung secara timbal balik. Kelompok dana memperlukan kelompok pemasaran untuk menginformasikan tentang bunga yang akan diterima oleh nasabah. TIPE SALING KETERGANTUNGAN
Pooled (a)
A B
Sequential (b)
A
B
Reciprocal (c)
A
B
(Sumber: Robbins, S.P., Organization Theory 1990 : 191, dalam Arsono dan Muslichah, 2002) 4.
Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) Informasi SAM adalah sistem informasi yg menghasilkan keluaran (Output) dengan
menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
manajemen. Proses ini dapat dideskripsikan melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis, pelaporan, dan pengelolan informasi. Keluaran mencakup laporan khusus, harga pokok produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan komunikasi personal (Hansen dan Mowen, 2004). Perencanaan SAM merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi yang perlu mendapatkan perhatian sehingga diharapkan bisa memberikan kontribusi positif didalam mendukung keberhasilan sistem pengendalian organisasi. Salah satu fungsi dari SAM adalah menyediakan sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktivitasnya, serta mengurangi ketidapastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan organisasi dengan sukses. (Hansiadi, 2002). Menurut Chenhall dan Morris (1986) dalam Arsono dan Muslichah (2002) mengidentifikasi 4 (empat) karakteristik informasi SAM yaitu sebagai berikut : a. Broad Scope. Didalam sistem informasi, broad scope mengacu kepada dimensi fokus, kuantifikasi, dan horison waktu (Gorry dan Morton 1971; Larcker, 1981; Gordon dan Narayanan, 1984). SAM tradisional memberikan informasi yang terfokus pada peristiwa–peristiwa dalam organisasi, yang dikuantifikasi dalam ukuran moneter, dan yang berhubungan 21
dengan data historis. Lingkup SAM yang luas mencakup ukuran nonmoneter terhadap karakteristik lingkungan ekstern (Gordon dan Miller 1976). Disamping itu, lingkup SAM yang luas akan memberikan estimasi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa di masa yang akan datang didalam ukuran probabilitas. b. Timeliness. Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness SAM. Informasi yang timeliness meningkatkan fasilitas SAM untuk melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Jadi timeliness mencakup frekwensi pelaporan dan kecepatan pelaporan. Chia (1995) menyatakan bahwa timing informasi menunjuk kepada jarak waktu antara permintaan dan tersedianya informasi dari SAM ke pihak yang meminta. c. Aggregation. SAM memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi
berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba, dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal. d. Integration. Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai segmen dalam sub – sub organisasi. Karakteristik SAM yang membantu koordinasi mencakup spesifikasi target yang menunjukkan pengaruh interaksi segmen dan informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh subunit organisasi. Chia (1995) menyatakan bahwa informasi yang terintegrasi dari SAM dapat digunakan sebagai alat koordinasi antar segmen dari subunit dan antar subunit. Kompleksitas dan saling ketergantungan antar subunit akan direfleksikan dalam informasi yang terintegrasi dari SAM.
5.
Kinerja Manajerial Kinerja merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, merupakan suatu
proses berkesinambungan yang melibatkan sumber daya manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kinerja diperasionalkan sebagai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah kinerja anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi dan representasi (Mahoney et al . 1963 dalam Arsono dan Muslichah, 2002). Menurut Govindarajan dan Gupta, (1985) : Nauri dan Parker, (1998) dalam Arsono dan Muslichah (2002) kinerja manajerial adalah kemampuan manajemen dalam melakasanakan tanggung jawabnya terhadap kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, pengembangan personel, pencapain anggaran, pengurangan biaya (peningkatan pendapatan). Penilaian kinerja adalah bagaimana kita menentukan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi tujuan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan dengan melalui umpan balik kerja.
6.
Hipotesis Tekonologi komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang banyak
berpengaruh terhadap sistem informasi organisasi karena dengan sistem informasi berbasis komputer informasi dapat disajikan tepat waktu dan akurat. TI dapat mempengaruhi karakteristik SAM scope. Jadi penggunaan TI, yang merupakan penggabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi, membantu SAM dalam menyajikan informasi lingkup luas. Ini dimungkinkan karena dengan menggunakan jaringan, informasi yang berhubungan dengan lingkungan eksternal (misal: pemerintah, pesaing) dan internal (dari berbagai departemen) dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Teknologi komputer, dengan berbagai macam perangkat lunak, memungkinkan SAM untuk menyajikan berbagai format, baik itu format yang mengacu pada model keputusan formal maupun penggabungan informasi fungsional dan temporal. Ini dapat dilakukan karena adanya database yang memungkinkan data lama dan baru selalu tersedia untuk kepentingan manajemen. Tersedianya TI yang dapat mempengaruhi karakteristik SAM, memungkinkan manajer untuk mengambil keputusan secara tepat dan cepat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial H1 : Teknologi Informasi Berpengaruh Tidak Langsung Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Karakteristik SAM
Unit organisasi tidak hanya perlu informasi yang berkaitan dengan unitnya sendiri, tetapi juga informasi yang berkaitan dengan unit lain. Bouwens dan Abernethy (2000) berpendapat
bahwa
SAM
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
pengaruh
saling
ketergantungan. Informasi board scope yang disediakan oleh SAM menyediakan manajer sebagai alternatif solusi untuk dipertimbangkan. Ini memungkinkan para manajer untuk memahami masalah yang terjadi secara lebih baik (Bouwens dan Abernethy 2000; Abernethy dan Guthrie 1994; Chenhall dan Morris 1986 dalam Arsono dan Muslichah 2002). Bouwens dan Abernethy (2000) dalam Arsono dan Muslichah menyatakan bahwa interdependensi berpotensi untuk menciptakan gap informasi bagi pembuat keputusan. Gap ini terjadi karena informasi yang tersedia lebih sedikit dari yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Ketika ini terjadi, maka pembuta keputusan menghadapi
tersebut. Informasi yang terintegrasi yang disajikan oleh SAM akan membantu para manajer untuk dapat mengambil keputusan yang efektif sehingga dampak kineja yang ditimbulkan dari pembuatan keputusan tersebut akan meningkat. H2 : Saling Ketergantungan Berpengaruh Positif Tidak Langsung Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Karekteristik SAM
GAMBAR KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN Teknologi Informasi
+ Karakteristik
Kinerja
SAM
Manajerial
+ Saling Ketergantungan
III.METODE PENELITIAN
1.
Jenis data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dan diolah adalah data primer yang diperoleh dari jawaban
para Pimpinan Cabang, Kabid Umum, Kasi pemasaran, Kabid Dana, Kasi Kredit, Akuntansi/TI yaitu jawaban terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dari peneliti mengenai teknologi informasi, saling ketergantungan, kinerja manajerial dan karakteristik informasi SAM yang dibutuhkan perusahaan. 2.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa perbankan yang diproksikan melalui
manajer perusahaan jasa perbankan yang berada di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan cara memilih perusahaan jasa perbankan yang berada di Jawa Tengah dan merupakan bank milik daerah khususnya PD.PBR BKK. 3.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
a.
Definisi Operasional Variabel Independen 1. Teknologi Informasi Teknologi informasi dioperasionalkan sebagai teknologi yang digunakan untuk
menangkap, menyampaikan, menciptakan, menyimpan dan mengkomunikasikan informasi. Haag dan Cummings (1998) dalam Arsono dan Muslichah (2002), mendefinisikan teknologi informasi sebagai alat berbasis komputer yang digunakan orang untuk bekerja dengan informasi dan mendukung informasi dan kebutuhan pemrosesan informasi dari suatu organisasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan instrumen yang dikembangan sendiri oleh peneliti yang terdiri dari tujuh pertanyaan dimana pertanyaan didasarkan indikator yang dikemukaan oleh Haag dan Cummings (1998) dalam Arsono dan Muslichah (2002), yaitu menangkap, menyampaikan, menciptakan, menyimpan dan mengkomunikasikan informasi. Ukuran teknologi informasi (TI) didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala lima poin, dengan nilai satu jika teknologi informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dan nilai lima jika teknologi informasi yang dibutuhkan tersedia. 2. Saling Ketergantungan Saling ketergantungan dioperasionalkan sebagai pertukaran output yang terjadi antara
instrumen yang dikembangkan oleh Van de van et al. dalam Arsono dan Muslichah 2002. Pengukuran ini menggunakan diagram yang menggambarkan tiga tipe saling ketergantungan (pooled interdependence, sequentiap independence dan reciprocal interpedence). Saling ketergantungan diukur dengan menggunakan skala likert dengan tiga item pertanyaan yang dikembangkan oleh Van de Ven et.al (1976) dalam Arsono dan Muslichah (2002). Ukuran saling ketergantungan (SK) didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item
yang menggunakan skala lima poin, dengan nilai satu jika saling
ketergantungan jauh dibawah rata-rata hingga nilai lima jika kinerja jauh di atas rata-rata. b. Definisi Operasional Variabel Dependen Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi, dan representasi (Mahoney et al. 1963 dalam Arsono dan Muslichah, 2002). Kinerja ini diukur menggunakan
skala likert dengan enam item pertanyaan yang
dikembangkan oleh Mohoney et.al (1963) dalam Arsono dan Muslichah (2002) yang menggunakan skala lima poin, dengan nilai satu jika kinerja jauh dibawah rata-rata hingga nilai lima jika kinerja jauh di atas rata-rata. c.
Definisi Operasional Variabel Intervening Chenhall dan Morris (1986) dalam Arsono dan Muslichah (2002) mengidentifikasi
empat karakteristik informasi SAM, namun diantara keempat karakteristik tersebut informasi broad scope telah teridentifikasi sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan manajerial. SAM dioperasionalkan sebagai ketersediaan informasi SAM. Sesuai dalam Arsono dan Muslichah variabel
SAM ini akan diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Chenhall dan Morris (1986) dan secara meluas telah digunakan oleh peneliti dibidang akuntansi.
Instrumen tersebut digunakan untuk mengukur persepsi
informasi yang bermanfaat bagi para manajer. Variabel sistem akuntansi manajemen (SAM) ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan instrumen yang dikembangan sendiri oleh peneliti yang terdiri dari sembilan pertanyaan dimana pertanyaan didasarkan indikator yang dikemukaan oleh Chabhall & morris (1986) dalam Arsono dan Muslichah (2002). Ukuran teknologi informasi didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala lima poin, dengan nilai satu jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dan nilai lima jika informasi yang dibutuhkan tersedia.
d. Alat Analisis Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull (Ghozali, 2008), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus didistribusikan normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah perusahaan jasa perbankan yang diproksikan melalui
manajer perusahaan jasa perbankan yang berada di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan cara memilih perusahaan jasa perbankan yang berada di Jawa Tengah dan merupakan bank milik daerah khususnya PD.PBR BKK. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengirimkan 60 kuesioner secara langsung dan kuesioner yang pengisian datanya lengkap hanya sebanyak 52 kuesioner. Tabel Deskripsi Objek Penelitian Keterangan
Jumlah
Presentase
Kuesioner yang disebar
60
100%
Kuesioner yang tidak terisi lengkap
(8)
13,33%
52
86,67%
Kuesioner yang digunakan untuk input data (Respone Rate) Sumber: Data Diolah, 2011 Adapun karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Demografi Responden Keterangan
Total
Presentase
Jumlah sampel
52
100%
Pria
32
61,54%
wanita
20
38,46%
25 – 35 tahun
13
25%
36 – 45 tahun
30
57,69%
>45 tahun
9
17,31%
Jenis Kelamin:
Usia:
Pendidikan: SLTA
7
13,46%
Diploma
5
9,62%
S1
40
76,92%
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 2.
Analisi Data a. Statistik Deskriptif Instrumen kuesioner digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari 4 pengukur
variabel. Variabel teknologi informasi yang digunakan ada 7 indikator, variabel saling ketergantungan terdiri dari 3 indikator, sistem akuntansi manajemen 9 indiaktor dan kinerja manajerial 6 indikator. Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian, disajikan dalam tabel statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata serta standar deviasi dapat dilihat pada tabel. Pada tabel tersebut disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot jawaban yang secara teoritis didesain dalam kuesioner dan kisaran sesungguhnya yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi atas jawaban responden yang sesungguhnya. Tabel Statistik Deskriptif Std.
N
Min
Max
Mean
Median
TI
52
22
35
28,86
29
2,34
SK
52
10
15
12,21
12
1,19
SAM
52
31
43
36,90
37
2,46
KM
52
20
29
23,17
22,5
2,47
Deviasi
Sumber : Data primer yang diolah b. Outer Model Indikator dalam penelitian ini diukur dengan indikator reflektif. Indikator reflektif diuji discriminant validity dengan cross loading sebagai berikut:
Result For Outer Loading KM
SAM
SK
TI
KM1
0,907888
0,554265
0,587573
0,392804
KM2
0,403084
0,212575
0,274881
0,305498
KM3
0,700626
0,495030
0,458398
0,282881
KM4
0,582898
0,348977
0,451864
0,496913
KM5
0,685138
0,495508
0,451398
0,326927
KM6
0,892187
0,742214
0,718188
0,456193
SAM1
-0,090097
-0,020664
-0,153723
0,189778
SAM2
0,561668
0,798402
0,585847
0,419153
SAM3
-0,137528
-0,057785
-0,106992
0,102999
SAM4
0,371412
0,577803
0,431051
0,290388
SAM5
0,750771
0,845092
0,661323
0,485046
SAM6
0,273022
0,457783
0,129817
0,388045
SAM7
0,135732
0,565836
0,201602
0,454288
SAM8
0,456337
0,674634
0,374938
0,305808
SAM9
0,277927
0,446602
0,357878
0,364813
SK1
0,395967
0,398128
0,693708
0,308507
SK2
0,702952
0,669647
0,863549
0,383128
SK3
0,281665
0,243513
0,507890
-0,055458
TI1
0,316975
0,342017
0,200448
0,661135
TI2
0,452860
0,538346
0,305655
0,849883
TI3
0,405734
0,362209
0,414765
0,638470
TI4
0,094889
0,286831
-0,035132
0,641623
TI5
0,462387
0,490791
0,391850
0,795731
TI6
-0,055811
-0,076595
-0,102020
0,189091
0,192595 0,140474 TI7 Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011
-0,003152
0,403591
Pengujian discriminant validity adalah bahwa indikator pada suatu konstruk akan mempunyai loading factor terbesar pada konstruk yang dibentuknya daripada loading factor dengan konstruk yang lainnya.
Ada beberapa indikator yang menunjukan loading factor rendah atau kurang dari 0,5, sehingga indikator tersebut harus didrop. Tabel berikut adalah result for outer loading yang nilai loading factor dibawah 0,5 sudah didrop. Tabel Result For Outer Loading KM
SAM
SK
TI
KM1
0,896857
0,558572
0,591855
0,391406
KM3
0,719786
0,491386
0,460690
0,278794
KM4
0,595946
0,352604
0,452753
0,490433
KM5
0,677945
0,483269
0,459435
0,295860
KM6
0,898648
0,748709
0,719969
0,454169
SAM2
0,565719
0,793856
0,587273
0,423649
SAM4
0,377878
0,600986
0,431846
0,278677
SAM5
0,753518
0,856924
0,668225
0,481979
SAM7
0,134842
0,578298
0,198733
0,464353
SAM8
0,480848
0,723411
0,381623
0,298280
SK1
0,388226
0,356335
0,665754
0,320798
SK2
0,701787
0,683975
0,875909
0,384224
SK3
0,291819
0,256324
0,516597
-0,067970
TI1
0,311904
0,341279
0,196136
0,669930
TI2
0,441242
0,480681
0,297089
0,851771
TI3
0,403976
0,316445
0,410704
0,630891
TI4
0,084231
0,263326
-0,038906
0,630897
TI5
0,446024
0,471631
0,392651
0,810483
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 Untuk menilai reliabilitas suatu konstruk dapat dinilai dari composite reability, Average Variance Extracted (AVE) dan membandingkan nilai akan AVE dengan nilai korelasi antar konstruk.
Tabel Composite Reability dan AVE Composite Reability
AVE
KM
0,856446
0,513799
SAM
0,750052
0,319286
SK
0,737869
0,494966
TI
0,806562
0,401508
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 Ada cara lain untuk mengukur outer model yaitu dengan melihar akar AVE dan korelasi antar konstruknya. Model dinyatakan baik jika akar AVE pada suatu konstruk lebih tinggi daripada korelasi antar konstruk tersebut dengan konstruk lain. Berikut adalah korelasi antar variabel laten. Tabel Akar AVE dan Korelasi Antar Konstruk KM
SAM
SK
KM
1,000000
SAM
0,712705
1,000000
SK
0,715506
0,681807
1,000000
TI
0,489808
0,533473
0,371295
TI
1,000000
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 Pada tabel tersebut nilai akar AVE ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstruk lainnya dengan ini berarti konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi. c.
Inner Model Menilai inner model adalah melihat hubungan antar konstruk laten dengan melihat hasil
koefisien parameter path dan tingkat signifikasinya (Imam Ghozali, 2008). Berikut adalah Rsquare pada konstruk
Tabel R-square R Square KM
0,507948
SAM
0,556006
SK TI Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 d.
Pengujian Hipotesis Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output
result for inner weight berikut ini: Tabel Result for Inner Weight (Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial) Standard Standard Original Sample Mean T Statistics Deviation Error Sample (O) (M) (│O/STERR│) (STDEV) (STERR) SAM -> KM
0,712705
0,713969
0,041141
0,041141 17,323577
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 Dari table tersebut dapat dilihat terdapat hubungan positif antara sistem akuntansi manajemen (SAM) dengan kinerja manajerial (KM) dengan koefisien sebesar 0,712. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t statistik diatas 1,96 yaitu sebesar 17, 323. Tabel Result for Inner Weight (Saling Ketergantungan Terhadap Sistem Akuntansi Manajemen)
SK -> SAM
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (│O/STERR│)
0,561082
0,573313
0,056736
0,056736
9,889269
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011
Berdasarkan tabel saling ketergantungan berpengaruh signifikan terhadap sistem akuntansi manajemen dengan koefisien sebesar 0,561. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat nilai t statistik yaitu sebesar 9,889 itu berarti diatas 1,96. Tabel Result for Inner Weight (Teknologi Informasi Terhadap Sistem Akuntansi Manajemen)
TI -> SAM
Original
Sample Mean
Sample (O)
(M)
0,325146
0,333866
Standard
Standard
Deviation
Error
(STDEV)
(STERR)
0,065339
0,065339
T Statistics (│O/STERR│)
4,976309
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2011 Berdasarkan tabel Teknologi informasi (TI) berpengaruh signifikan terhadap sistem akuntansi manajemen (SAM) dengan koefisien sebesar 0,325. Hal tersebt dapat dilihat dari nilai t statistik diatas 1,96 yaitu sebesar 4,976. Dengan demikian hipotesis H1 dan hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Karena T-statistic dari masing-masing hipotesis tersebut diatas 1,96 sehingga hipotesisnya di terima. e.
Intepretasi Hasil 1. Pengujian Hipotesis 1 Berdasarkan hasil perhitungan statistik tabel pengaruh teknologi informasi (TI)
terhadap sistem akuntasi manajemen (SAM) dapat disimpulkan bahwa konstruk teknologi informasi (TI) berpengaruh signifikan terhadap sistem akuntansi manajemen (SAM). Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari 1,96 yaitu sebesar (4,976). Disamping itu juga dari hasil perhitungan statistik dalam penelitian ini pengaruh sistem akuntansi manajemen (SAM) terhadap kinerja manajerial (KM) dapat disimpulkan bahwa konstruk sistem akuntansi manajemen (SAM) berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial (KM). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat t-satatistic yang lebih besar dari 1,96 yaitu sebesar 17,323. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsono dan Muslichah (2002) yang menyatakan bahwa semakin tinggi ketersediaan teknologi informasi (TI) di perusahaan akan sangat membantu tugas yang dihadapi manajer. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.
2.
Pengujian Hipotesis 2 Berdasarkan hasil perhitungan statistik tabel pengaruh saling ketergantungan (SK)
terhadap sistem akuntasi manajemen (SAM) dapat disimpulkan bahwa konstruk saling ketergantungan (SK) berpengaruh signifikan terhadap sistem akuntansi manajemen (SAM). Ini dibuktikan dengan melihat t-stactic yang lebih besar daripada 1,96 yaitu sebesar (9,889). Disamping itu juga dari hasil perhitungan statistik dalam penelitian ini pengaruh sistem akuntansi manajemen (SAM) terhadap kinerja manajerial (KM) dapat disimpulkan bahwa konstruk sistem akuntansi manajemen (SAM) berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial (KM). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat t-satatistic yang lebih besar dari 1,96 yaitu sebesar 17,323. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Bouwes & Albernethy 2000; Abernethy & Guthrie 1994; Chenhall & Morris 1986), hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi broad scope yang disediakan oleh SAM menyediakan manajer berbagai alternatif solusi untuk dipertimbangkan, ini memungkinkan para manajer untuk memahami masalah yang terjadi secara lebih baik. Serta sesuai dengan penelitian dari Arsono dan Muslichah (2002) yang menyatakan bahwa semakin tinggi saling ketergantungan, semakin dibutuhkan informasi lingkup luas. Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima.
V. KESIMPULAN
1.
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Penggunaan teknologi informasi yang semakin tinggi akan meningkatkan kebutuhan informasi SAM yang semakin tinggi pula. Meningkatnya
kebutuhan akan informasi SAM pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja manajerial. Dengan adanya hal tersebut nantinya diharapkan dapat memepermudah pengguna saat mengambil suatu keputusan. 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hubungan saling ketergantungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi saling ketergantungan akan semakin meningkatkan kebutuhan akan informasi SAM yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini melengkapi penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. 2.
Keterbatasan 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada lingkungan PD. BPR BKK dan tidak melibatkan PD. BKK,karena PD. BKK merupakan lembaga mikro non financial dan tidak dieriksa oleh Bank Indonesia (BI). 2. Dari hasil analisis terdapat kuesioner yang pengisiannya tidak lengkap sehingga data tidak dapat diolah karena tidak sesuai dengan kriteria. 3. Dari indikator variabel ada beberapa indikator yang harus didrop karena nilai loading factor di bawah 0,5.
3.
Saran 1. Karena berdasarkan penelitian ini, masih terdapat indikator yang nilai loading factor dibawah 0,5 dimungkinkan karyawan tersebut belum sepenuhnya memahami tentang kegunaan TI, SK, SAM, terhadap kinerja manajerial mereka. Seingga diharapkan agar para karyawan/ karyawati dapat melakukan dan mengikuti pelatihan agar dapat mengerti tentang kegunaan dan pentingnya sistem akuntasi manajemen bagi perusahan. Karena dalam penelitian ini masih terdapat loading factor yang nilainya dibawah 0,5 ,sehingga dalam melakukan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah beberapa variabel lainnya yang juga dapat mempengaruhi sistem akuntansi terhadap kinerja manajerial seperti teknologi informasi, saling ketergantunga, dll.
2. Penggunaan selain metode survey seperti metode interview dapat digunakan untuk mendapatkan komunikasi dua arah guna mendapatkan jawaban yang lebih subjek. 3. Karena dalam penelitian ini terdapat kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memeriksa terlebih dahulu kelengkapan jawaban pada kuesioner.
REFERENSI
Aji Supriyanto. 2005, “Pengantar Teknologi Informasi.” Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Arsono dan Muslichah. 2002. “Pengaruh Teknologi Informasi dan Saling Ketergantungan, Karateristik Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial.” www.google.com/search. Bouwens, J. Dan Abernethy, MA. 2000.”The Consequences of Customization on Management Accounting System Design.” Accounting Organization and Society. Vol.15, pp.221-241. Bodnar. H. George dan Hopwood. W. S. 1995.”Accounting Information System.” Diterjemahkan oleh Amir. A. Dan Rudi. M. 2000. Bodnar. H. George dan Hopwood. W. S. 1995.”Accounting Information System.” Diterjemahkan oleh Amir. A. Dan Rudi. M. 2006 Chenhall, RH. Dan Morris, D. 1986. “The Impact of Structure, Environment, and Interdependence on Perceived Usefulness of Management Accounting System.”The Acoounting Review, Vol.28, pp.16-35. Fuad
Rahman, Aulia. 2001. “Hubungan Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasiterhdap Kinerja Manajerial.” Thesis (tidak dipublikasikan), Program Pasca Sarjana UNDIP, Semarang.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square Edisi2. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godono dan Mardiyah, A.A. 2001. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi terhadapKarakteristik SAM. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 4 No.1 Hal 1-27. Hansen, D. R dan Mowen, M. M. 2004. Management Accounting. Diterjemaknan oleh Dewi F. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Hansiadi, Y. H. 2002. Sistem Informasi Manajemen dan Tingkat Desentralisasi Organisasi: Implimentasinya terhadap Kinerja Manajemen. Antisipasi. Vol. 6, No. 1. Hal. 108-120. Juniarti dan Evelyne. 2003. “Hubungan Karakteristik Informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur.” www.google.com/search. Komara. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.” www.foofle.com/search.
Mardiyah, Aida Ainul dan Gudono. 2001. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi terhadap Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4(1). Pp.1-30. Mia, L dan Brian Clarke, 1999. “Market Competition, Management Accounting System and Business Unit Performance.” Management Accounting Research, Vol.10. pp 137158. Nazaruddin. 1998. “Pengaruh Desentralisasi dan Karekteristik Informasi SAM terhadap Kinerja Manajerial.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 1441-162.