BAHAN DAN HETODE PEHELITIAN
.
.
at Penelltlaq Penelitian
ini dilakukan dalam tiga tahap,
(a) tahap pertumbuhan/penggemukan, (b) tahap
yaitu:
pemotong-
an (penyembelihan), dan (c) tahap evaluasi daging. Tahap pertumbuhan
sapi
PT.
Kariyana Gita Utama, Cicurug, Sukabumi selama empat
bu-
lan.
dilaksanakan di unit penggemukan
Tahap
pemotongan dilaksanakan
di
Rumah
Potong
Hewan (RPH) PT. Sampico Adhi Abattoir, Cibitung, Bekasi, tahap evaluasi daging dilaksanakan di
dan
Ternak
Laboratorium
Daging dan Laboratorium Makanan Ternak
Peternakan
Fakultas
IPB Bogor, Laboratorium Kimia BPT Ciawi
Bo-
gor, dan Laboratorium Teknologi Pengolahan Daging, Jurusan
Teknologi
Hasil
Ternak
Fakultas
Peternakan
UGM
Yogyakarta. an Penelitian Dalam penelitian ini digunakan 96 ekor sapi yang
terdiri
dari 32 ekor sapi Sumba Ongole
jantan
(SO),
32
ekor sapi Brahman Cross (Bx) kastrasi asal Pare-pare dan 32 ekor sapi Australian Coamercial Cross (ACC) kastrasi. Sapi mempunyai rataan bobot badan awal penelitian 314.61
+ I,
21.25 kg dengan kisaran umur 1.5 sampai 3 tahun
-
(gigi
13)* Kandang
ternak
yang digunakan
masing-masing berupa kandang kelompok
sebanyak
3
buah,
berukuran 10 x 11
m2, berikut dengan segala perlengkapannya
.
Ransum
disusun menurut NFtC (1976) dan
berdasarkan
yang tersedia, yaitu dengan bahan kering
bahan
trat 85% dan rumput raja ( P e n n i s e h p u r p u r e z z m x setum gandum
typoides) 15%.
Penni-
Konsentrat tersusun dari
pollard
(wheat pollard), dedak padi, kulit biji
coklat,
biji
bungkil (Tabel
konsen-
3),
kapuk, onggok, kapur, sedangkan
kandungan
garam
gizi
dan
buffer
konsentrat
dan
rumput raja adalah seperti pada Tabel 4. Tabel 3.
Susunan Pakan Konsentrat (basis as fed)
Bahan pakan
As fed (kg)
%
Bahan kering (kg)
Pollard gandum (Wheat pollard) Dedak padi Kulit biji coklat Bungkil biji kapuk Onggok Kapur (CaC03) Garam (NaC1) WLffer (CaO dan MgO) T o t a l
112.46
100.00
100.00
Alat sebagai
yang digunakan dalam penelitian, antara
lain
berikut: timbangan sapi, timbangan pakan,
alat
pencacah rumput (chopper), seperangkat peralatan abatto-
ir, timbangan karkas, timbangan organ dan daging, pengukur
tebal lemak punggung (USDA Preliminary
Grade),
pengukur
luas urat daging mata
Cutability
rusuk
plastik grid), pengukur nilai keempukan daging
(lembar (Warner-
Bratzler Shear), serta peralatan laboratorium untuk analisis komposisi kimia dan kualitas fisik daging. Tabel 4.
Kandungan Zat Gizi Konsentrat dan Rumput Raja
Kandungan zat gizi
ons sent rat^
Rumput rajaa (King grass)
Bahan kering (Dry matter), % ~etabolizableEnergy (ME), kkal/kg Protein kasar (PK), % Lemak, % Serat kasar (SK), % Kalsium (Ca), % Fosfor (P), % Abu, %
Total Digestible Nutrient (TDN), % a~erdasarkanhasil analisis pakan yang ada di usahaan penggemukan sapi
per-
. .
Metode Pen-txan Sapi
SO,
Bx Pare-pare dan ACC
sebanyak
96
ekor
masing-masing dipotong pada bobot potong I (350-375 kg);
I1
(376-400 kg); I11 (401-425 kg) dan IV (426-450 kg).
Bobot potong I dan I1 masing-masing 6 ekor dan bobot potong I11 dan IV masing-masing 10 ekor untuk setiap bangsa
Sapi dipilihara secara feedlot
sapi.
(penggemukan)
dalam kandang kelompok dengan pemberian pakan yang sebanyak
yang
mampu dikonsumsi sampai
potong yang telah ditentukan. cara
diberikan sebanyak 2.5
mencapai
bobot
Air minum disediakan
ad l i b i t u m (tidak terbatas).
kering)
sama
-
Pakan
(dalam bahan
3.0% dari bobot
badan
setiap
hari, yaitu terdiri dari 85% konsentrat dan
rumput
raja (king grass).
tiga
se-
15%
Ransum konsentrat
diberikan
malam,
sedangkan
kali sehari pada pagi, sore dan
rumput raja diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. an
Sisa pakan ditimbang setiap pagi sebelum pemberi-
pakan berikutnya untuk mengetahui jumlah pakan
dikonsumsi.
yang
Penimbangan bobot badan sapi dilakukan
se-
tiap bulan sekali secara individu pada pagi hari sebelum pemberian
pakan, yaitu untuk mengetahui rataan
pertam-
bahan bobot badan harian atau average daily gain Pengamatan
pertumbuhan dilakukan di PT.
Kariyana
(ADG). Gita
Utama, Cicurug, Sukabumi selama kurang lebih empat bulan sedangkan pemotongan sapi dilakukan di PT. Sampico
Adhi
Abattoir, Cibitung, Bekasi pada saat sapi mencapai bobot potong sesuai yang telah direncanakan.
Sebelum disembelih (dipotong), sapi dipuasakan lama
kurang lebih 24 jam untuk mengurangi
pencernaan dan hanya diberi air minum. dilakukan
saluran
Selain itu
penimbangan sapi untuk mengetahui
Setelah sapi disembelih,
tong.
isi
dilakukan
se-
juga
bobot
po-
penimbangan
karkas, komponen non-karkas (kulit, kepala, kaki, saluran
pencernaan, hati, jantung, paru-paru, limpa,
dan
tenggorokan), serta lemak pelvis, ginjal
ginjal
dan
tung.
Setelah karkas ditimbang, segera dilayukan
ruang
pelayuan (chilling room) yang bertemperatur
~ O C selama 2
hari, dan kemudian setelah itu
diukur
dalam 2
-
dikeluarkan
dari ruang pelayuan untuk ditimbang ulang sebelum kukan pemotongan karkas.
jan-
dila-
Karkas layu atau karkas dingin
tebal lemak punggung dan luas urat
daging
mata
pada irisan antara rusuk ke 12 dan 13, serta
se-
lanjutnya dilakukan deboning (pemisahan tulang) dan
di-
rusuk
potong-potong menurut potongan komersial (retail cut). Sampel daging untuk pengamatan kualitas daging, diambil dari otot Longissiaus dorsi (LD) atau dengan
nama
lain Longissinti thoraxis et lurbarum pada potongan
cube
roll kimia
seberat kurang lebih 500 g. dan jaringan ikat daging
Pengamatan
komposisi
(hidroksiprolin) meng-
gunakan otot Longissirnus dorsi (LD) berasal dari 5
ekor
sapi untuk setiap bangsa sapi dan bobot potong yang
di-
pilih
secara
random, sedangkan
untuk
lemak
daging
menggunakan
otot
SelireIbranosus
(ST) dan
Biceps
Sentitendinosus
komposisi
feaoris
asam (SM),
(BF) secara
komposit bangsa
yang sapi
berasal dari 3 ekor dan bobot potong.
sapi
Otot SM
untuk pada
setiap
potongan
topside, sedangkan otot ST dan BF pada silverside. vanu D l a m a t ~ Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: (a).
Tahap pertumbuhan (penggemukan), meliputi: Pertambahan pakan
(b).
bobot badan harian, konsunrsi
dan
konversi
.
Tahap pemotongan, meliputi: persentase bobot kas,
persentase
punggung rusuk,
penyusutan karkas,
kar-
tebal
lemak
(lemak subkutan), luas urat daging
persentase lemak pelvis, ginjal
mata
dan
jan-
tung, bobot dan persentase potongan komersial karkas (retail cut), komponen karkas (tulang, daging, lemak), dan komponen non-karkas.
(c).
Tahap evaluasi daging, ging,
meliputi: sifat fisik
yaitu nilai keempukan (shear force),
da-
susut
masak (cooking loss), daya mengikat air oleh
pro-
tein daging (water-holding capacity = WHC) dan pH; komposisi daging), serta
kimia
daging
(kandungan
zat
gizi
yaitu kadar air, protein, lemak dan
kadar
hidroksiprolin
dan
komposisi
abu asam
lemak daging. Pertahahan bobot badan har-.
Dihitung berdasar-
kan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal
dibagi
dengan jarak waktu (hari) antara dua penimbangan (kg).
nsumsi dan konversi D .
Konsumsi bahan kering
pakan dihitung berdasarkan konsumsi pakan dikalikan ngan kandungan bahan kering pakan.
Konversi pakan
diamati adalah konversi pakan berdasarkan bahan yaitu
dihitung berdasarkan perbandingan
konsumsi
bahan
kering pakan dengan
deyang
kering, jumlah
antara
pertambahan
bobot
Feed cost/gain, dihitung berdasarkan perbanding-
badan.
an antara biaya pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan. Persentase bobot karkw.
Dihitung berdasarkan per-
bandingan antara bobot karkas panas (segar) dengan bobot potong dikalikan 100 persen. Tebal
Ditentukan dengan cara
tebal lemak pada kurang lebih tigaperempat
ngukur jang
lemak ounuaunq.
irisan penampang melintang urat daging mata
Cutability Grade.
Lokasi
pengukuran
panrusuk
antara rusuk ke 12 dan 13, dengan menggunakan USDA liminary
me-
Pre-
seperti
terlihat pada Ganbar 8.
Lg-danig
mata rusuk.
Dihitung dengan
mengukur luas penampang urat daging mata rusuk
(Longis-
sirus dorsi) pada irisan antara rusuk 12 dan 13. mukaan plastik
irisan
urat daging mata rusuk
transparan,
kemudian digambar
ditempel dengan
cara
Perdengan spidol.
3/4 panjang irisan penampang melintang otot Longissirus dorsi
Pengu kuran t e b a l lemak pungg ung
Gambar 8.
Lokasi Pengukuran Tebal Lemak Punggung (Taylor, 1984) daging
Gambar bidang permukaan penampang melintang urat
mata rusuk ditera dengan plastik grid (Gambar 9 ) , dengan satuan 1 inci2 tiap 10 titik. Jumlah titik yang tercakup oleh bidang penampang melintang tersebut dijadikan ukuran luas urat daging mata rusuk dalam inci2. Persentase hitung
. .
lemak ~elvis.a w a l dan iantunq
dengan cara menimbang lemak yang terdapat
.
Didalam
ruang pelvis, ginjal dan jantung, kemudian dibagi dengan bobot karkas panas dikalikan 100 persen. eld
u r a .
Kualitas
karkas (yield grade) ditentukan dengan menggunakan pedoman menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Departement of Agriculture = USDA), yaitu sebagai
Gambar 9.
berikut: yield
(1)
grade),
Pengukuran Luas Urat Daging Mata Rusuk dengan Plastik Grid. Masing-masing Kotak 0.1 inci2 (Taylor, 1984) Penentuan nilai dan (2)
(prelidnary
permulaan
Penentuan
nilai
akhir
(final
yield grade).
Penentuan nilai permulaan, berdasarkan tebal punggung.
Nilai permulaan yang ditentukan
lemak
berdasarkan
tebal lemak punggung dalam inci, terlihat pada Tabel Untuk
setiap
kenaikan tebal lemak punggung
0.2
5.
inci,
nilai permulaan (PYG) bertambah 0.5. Penentuan nilai akhir, dilakukan dengan koreksi nilai permulaan terhadap bobot karkas panas, luas urat daging
mata rusuk dan banyaknya perlemakan ruang
ginjal dan jantung. ging dalam
Untuk tiap satu inci2 luas urat da-
mata rusuk lebih besar dari yang telah
ditentukan
Tabel 6 untuk bobot karkas tertentu, maka
permulaan berarti
pelvis,
nilai
(PYG) harus dikurangi dengan 0.3, karena
bobot karkas lebih rendah dari yang
ini
seharusnya
Tabel 5.
Hubungan antara Tebal Lemak Punggung dengan Nilai Permulaan (-1-nary Y i e l d G r a d e ) (Minish dan Fox, 1 9 7 9 )
Nilai permulaan ( PYG
Tebal lemak punggung ( inci )
Tabel 6.
Hubungan antara Bobot Karkas Panas dengan Luas Urat Daging Mata Rusuk (Minish dan Fox, 1 9 7 9 )
Bobot karkas panas ( lbs
dicapai. lebih
Luas urat daging mata rusuk (inci2)
Sebaliknya jika luas urat daging
kecil dari Tabel 6 untuk bobot
maka PYG harus ditambah dengan 0.3.
mata
karkas Koreksi
rusuk
tertentu, persentase
lemak pelvis, ginjal dan jantung dilakukan sebagai berikut,
yaitu
untuk tiap kelebihan
sebesar
satu
persen
lemak pelvis, ginjal dan jantung dari yang telah ditentukan yaitu sebesar 3.5 persen dari karkas, maka harus ditambah dengan 0.2 dan sebaliknya untuk
PYG
setiap
kekurangan satu persen dari 3.5. persen, PYG harus dikurangi dengan 0.2. Persenuse potongan
komersial
m.
Dihitung
berdasarkan persentase bobot potongan komersial cut)
terhadap bobot karkas layu.
(retail
Potongan komersial
adalah potongan daging tanpa tulang menurut peta sapi yang dipergunakan di PT.
Sampico Adhi
daging
Abattoir
(Gambar 10).
Gambar 10.
Peta Potongan Daging Komersial di PT. Sampico Adhi Abattoir
Ukuran
karkas.
Ukuran karkas
meliputi:
panjang
karkas, panjang kaki, dalam dada (lebar karkas), panjang tulang
kanon (Cannon-bone length) dan
(plumpness of leg). antara
kemontokan
paha
Kemontokan paha adalah perbandingan
lingkar paha dengan panjang paha.
Lingkar
paha
diukur pada kurang lebih sepertiga bagian atas
panjang-
nya
terlihat
paha.
Lokasi pengukuran karkas
seperti
pada Gambar 11.
a. Panjang karkas (0 - P) (0 - X)
b. Panjang kaki c. Dalam dada
(s
- u)
d. Panjang tulang kanon ( A e. Lingkar paha Gambar 11.
-
B)
Lokasi Pengukuran Karkas Sapi
e
e
w f s m force).
Keempukan
daging
diukur secara obyektif dengan alat Warner-Bratzler Sbear dan
hasil
pengukuran dinyatakan dalam
satuan
kg/cm2.
Urat daging mata rusuk dengan penampang kurang lebih cm2 dan pan jang 3 cm (bobot sekitar 200 g) , sebelum
50
di-
masukkan ke dalam panci perebus dipasang biretal tliermo-
mker dengan cara ditancapkan sampai menembus bagian dalam
daging.
berisi
air
Sampel daging dimasukkan ke dan direbus sampai
termometer
dalam
panci
menunjukJcan
angka 81°c, dan kemudian didinginkan sampai mencapai bobot yang konstan yaitu sekitar satu jam setelah perebusan.
Setelah dingin daging tersebut dicetak dengan
alat
pengebor (corer) yang bagian dalamnya mempunyai diameter 1.27
cm,
sehingga diperoleh
potongan-potongan
daging
diameter 1.27 cm dengan panjang kurang lebih 3 cm.
Po-
tongan-potongan
ke-
empukannya
daging yang diperoleh diukur nilai
dengan alat Warner-Bratzler Shear.
Semakin
tinggi nilai shear force yang didapatkan, maka keempukan daging semakin rendah. Susut persentase perebusan
masak ( cselisih
lea. Dihitung bobot daging
sebelum
(sampai mencapai temperatur
berdasarkan dan
81'~)
sesudah terhadap
bobot daging sebelum perebusan. va m e m a t a r (WHC). penekanan
Dilakukan menurut
dari H a m (1972) yang dikemukakan oleh
metode Swat-
land (1984), yaitu dengan menggunakan alat carver press.
Sampel
daging kurang lebih 0.3 g diletakkan
di
antara
dua kertas saring, kemudian dijepit dengan carver press, yaitu
di antara dua plat jepitan berkekuatan 35 kg
tiap cm2 selama 5 menit. adalah
Luas area basah (wetted area)
luas air yang diserap kertas saring akibat
jepitan,
yaitu
selisih luas lingkaran luar
pada kertas saring.
se-
dan
pendalam
Pengukuran lingkaran dilakukan
ngan
planimeter
merk Hruden, sedangkan
yang
digunakan adalah Whatman-1.
kertas
de-
saring
Bobot air bebas
(air
daging yang terlepas karena proses penekanan) dapat
di-
hitung dengan rumus sebagai berikut: mg H20
=
Luas area basah (cm2)
.....................
-
8.0
0.0948 mg H20 % air bebas
=
------
x
100%
300 mg Dengan mengetahui kadar air total daging, maka kadar air terikat atau WHC dapat ditentukan.
WHC pH
=
kadar air total ( % )
dauu.
kecil-kecil
dan
-
kadar air bebas ( % )
Sampel daging sebanyak 10 dicacah
sampai
halus.
g,
Selanjutnya
dimasukkan ke dalam beker glas 50 ml, diencerkan air suling (aquades) sebanyak 10 ml diaduk sampai gen
dan
merk Hana.
pH (derajat keasaman) diukur
diiris
dengan
dengan homo-
pH-meter
m.Ditentukan Sampel dalam
dengan
metode AOAC
daging sebanyak kurang lebih 5 g
(1975).
dimasukkan
ke
botol timbang yang telah diketahui bobotnya,
-
di-
6 jam
pada
suhu 1 0 5 ~ ~ Kemudian . didinginkan dalam eksikator,
lalu
keringkan ke dalam alat pengering selama 4
ditimbang
X
.
= bobot awal botol timbang (g), Y = banyaknya
sampel
(g) dan Z = bobot akhir botol timbang dan sampel (g). Madar
motein.
(AOAC, 1975).
Ditentukan dengan metode
Sampel daging sebanyak 1
-
Kjeldahl
2 g dimasukkan
ke dalam labu Kjeldahl, ditambahkan kira-kira 6 g
kata-
lis (campuran selen) dan didestruksi dengan 25 ml
H2S04
pekat. Destruksi dilakukan hingga larutan menjadi jernih dan
berwarna
hijau, kemudian didestilasi
setelah
di-
encerkan lebih dulu dengan 300'ml air suling (yang tidak mengandung N).
Tambahkan beberapa butir batu didih
dan
larutan dijadikan basa dengan menambah kira-kira 100 NaOH
33%.
Destilat (NH3 dan air) ditangkap dalam
ml
labu
erlenmeyer yang terlebih dahulu telah diberi 25 ml H2S04 0.3 N dan 2 tetes indikator campuran.
Destilasi (penyu-
lingan) diteruskan hingga semua N telah tertangkap H2S04
yang ada dalam erlenmeyer (bila 2/3
dalam
labu destilasi telah menguap).
yang
berisi
destilat
dan
kelebihan
dari
Labu H2S04
oleh
cairan
erlenmeyer dititrasi
dengan larutan NaOH 0.3 N hingga warna berubah dari biru ke
hijau.
Kemudian dibandingkan dengan
dari blanko.
hasil
titrasi
I
Kadar protein =
(Y-Z) x Titar NaOH x 0.014 x .................................
6.25
x 100%
X
X = banyaknya sampel (g), Y = jumlah ml NaOH untuk titar blanko, dan Z = jumlah ml NaOH untuk titar sampel.
. M
Ditentukan dengan
soxhlet lebih
(AOAC,
5
g,
1975).
Sampel
dimasukkan
ke
menggunakan
daging
dalam
seberat
selongsong
alat
kurang penyari
(pengekstrak), kemudian dimasukkan ke-dalam labu soxhlet dan disari (diekstraksi) dengan petroleum spirit di atas penangas air (waterbath). Setelah penyarian selesai (24
-
48 jam) sampai petroleum spirit di dalam alat
jernih,
kemudian labu penyari dikeringkan,
ditiup
dengan kompresor untuk
spirit
secepat mungkin.
dibuka
menghilangkan
Selanjutnya labu
soxhlet dan
petroleum
penyari
di-
keringkan selama 1 jam dan ditimbang. b - a Kadar lemak
=
-----
x 100%
X
x
= banyaknya sampel (g), a = bobot awal labu
penyari,
dan b = bobot akhir labu penyari.
K
m
.
Sampel daging kurang lebih 5 g dimasuk-
kan ke dalam cawan porselin (silica disc), kemudian
di-
masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 400 6 0 0 ~( AOAC, ~
1975)
.
Sesudah
sampel
berwarna
-
putih
sebagai abu (mineral), diangkat dan didinginkan, kemudian ditimbang. z - X
Kadar abu
=
-----
x 100%
Y
X
=
bobot awal cawan porselin, Y
=
banyaknya sampel (g),
dan Z = bobot akhir cawan porselin dan sampel. aan
ikat daainq. Penentuan kadar hidroksi-
prolin digunakan metode spektrofotometris menurut Stagemann-Stalder (CSIRO, 1980) dengan alat model
spektrofotometer
Spectronic-21 D merk Milton Roy.
Kadar
kolagen
intramuskular dihitung berdasarkan konsentrasi hidroksiprolin dikalikan dengan angka faktor 7.14.
Prinsip pe-
nentuan kadar hidroksiprolin adalah metode
hidrolisis.
Sampel daging dihidrolisis di dalam larutan asam hidrokhlorik (HCL) yang mendidih secara konstan selama kurang lebih 16 jam, kemudian disaring dan diencerkan. Oksidasi hidroksiprolin dengan khloramin-T yang
diikuti dengan
pembentukan senyawa berwarna merah dengan 4-dimetil-aminobenzaldehid. Selanjutnya penentuan konsentrasi hidroksiprolin dilakukan dengan membandingkan absorban larutan berwarna
yang diperoleh terhadap absorban larutan hi-
droksiprolin standar dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 558 nm (Lampiran 4, lemak
5
dan 6).
u.Analisis asam
lemak
rantai panjanq dilakukan dengan metode kromatografi gas. Sampel daging dikeringkan di dalam freeze drier, dan
setelah kering diekstraksi lemaknya. kan dimetilisasi untuk menguap (ester).
Lemak yang
merubah ke dalam
dihasil-
bentuk
mudah
Ester yang didapat kemudian diinjeksikan
ke alat kromatografi gas model varian (Lampiran 7).
Penelitian ini merupakan 3
suatu percobaan
berfaktor
x 4, yaitu 3 bangsa sapi (SO, Bx, dan ACC) dan 4 macam
bobot potong (I = 350-375 kg, I1 = 376-400 kg, I11 425 kg, dan IV = 426-450 kg).
Untuk mengoreksi
=
401-
pengaruh
perbedaan bobot badan awal di antara bangsa sapi, dilakukan analisis peragam. Model
untuk percobaan ini (Steel dan
Torrie,
1984)
'adalah sebagai berikut :
Peteranaan : = nilai pengamatan (respon) yang diamati i' jk U = nilai tengah umum "i
= pengaruh taraf ke-i dari bangsa sapi = pengaruh taraf ke-j dari bobot potong
( a l ) ) i j = pengaruh
interaksi taraf ke-i dari bangsa sapi dan taraf ke-j dari bobot potong.
b(Xijk
' i jk
- X ...)
= pengaruh peubah pengiring, dengan X
(bobot badan awal) sebagai peubah pengiring.
= pengaruh sisa yang mendapat perlakuan bersa-
ma taraf ke-i dari bangsa sapi, taraf ke-j dari bobot potong dan taraf ke-k dari ulangan.
Perbedaan dengan
di antara bangsa sapi dan bobot potong
uji
t
dan
uji
Multiple-Range Test). profil
Duncan
dengan sumbu
analisis
(kecenderungan) dari
bangsa sapi dan bobot potong,
kesejajaran
New
(Duncan's
Kemudian dilakukan juga
untuk mengetahui tendency
pengaruh uji
jarak
diuji
yaitu
datar,
uji
meliputi
kesejajaran
antar profil dan uji keberimpitan (SAS, 1987). Untuk terhadap
mengetahui pertumbuhan relatif
bobot tubuh dan pertumbuhan
organ
relatif
tubuh
komponen
karkas terhadap bobot karkas, dilakukan analisis
dengan
menggunakan persamaan alometrik dari Huxley (1932) yang disitasi oleh Natasasmita (1978). Persamaan alometrik:
Y
=
a xb, yang dalam penggunaannya
diubah
dalam
bentuk persamaan logaritma: Log Y = log a
+
b log X
Y = bobot komponen tubuh/karkas yang mengalami pertumbuhan perkembangan X = bobot tubuh keseluruhan atau bobot karkas a = intersep (konstanta) b = koefisien pertumbuhan relatif Untuk tumbuhan uji
mengetahui
perbedaan nilai
relatif (b) di antara bangsa
kesejajaran dan uji keberimpitan,
menentukan
nilai
dengan uji t.
b
sama dengan 1
koefisien sapi,
dilakukan
sedangkan
atau
per-
tidak,
untuk diuji