STUDI SEMIOTIKA SOSIAL WEB KOMUNITAS KASKUS MENGENAI KINERJA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Irwanto Program Studi Penyiaran Akom BSI Jakarta Jl. Kayu Jati V No.2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur
[email protected]
Abstract This reseach try to understand meaning of text and symbol at the Kaskus web community on cyber space. The subject of this research is thread of the perform president Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) in the first year of the second period his position as president of the Republic Indonesia in the Kaskus web community. The object are text and images form contained of symbol. Accordance to the intent and purpose of this study, this research used qualitative methodology and then used social semiotic of MAK Halliday – Ruqaiyya Hassan approach. The result showed that the meaning of texts and symbols on the forum-related news research subjects are basically supportive and criticize the performance of President SBY . Text and symbol in the form of text communication as well as symbols Kaskus community on the web is not always the same as that used in the everyday reality of life. Members of the web constructed text and symbols they used. If they want to reach agreement within the meaning in the interaction, they must have reference to the text and the symbols used before. Keyword : text, symbol, web community. Abstraksi Penelitian ini berupaya memahami makna teks serta simbol yang terdapat pada komunikasi web komunitas Kaskus di dunia maya. Subjeknya merupakan forum berita mengenai kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun pertama periode kedua pemerintahannya yang terdapat pada web komunitas Kaskus. Sementara objek penelitiannya adalah tulisan yang berbentuk teks serta gambar simbol yang terdapat di dalamnya. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika sosial MAK Halliday-Ruqaiyya Hassan yang terkait dengan thread kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode kedua masa pemerintahannya. Hasil penelitian diperoleh makna teks-simbol pada forum berita yang terkait dengan subjek penelitian yakni mendukung serta mengkritisi kinerja Presiden SBY. Anggota web Kaskus mengkonstruk teks-simbol yang mereka gunakan, hingga tidak sama dengan yang dipakai dalam kehidupan realitas. Bila ingin mencapai kesepahaman dalam makna maka siapapun yang terlibat dalam interaksi harus memiliki referensi terhadap teks serta simbol yang digunakan. Kata kunci: teks, simbol, web komunitas
I. PENDAHULUAN Berkembangnya teknologi komunikasi membuat media komunikasi menjadi lebih murah dan mudah digunakan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mutakhir dewasa ini, memungkinkan masyarakat dunia hidup dalam proses komunikasi yang makin cepat dan interaktif. Kedahsyatan komputer dengan bentuk informasi virtualnya telah menjungkirbalikkan tatanan lama tentang cara berkomunikasi. Kecanggihan teknologi internet bisa menjadi ajang bersosialisasi, berekspresi, dan bahkan untuk mencari jodoh. Dunia virtual dapat menjadi gaya hidup tersendiri, 16
yang akan semakin menonjol peranannya pada generasi X, generasi yang terbentuk dalam abad informasi (Susanto: 2001). Bentuk komunikasi bermediasi internet dengan peralatan komputer, menumbuhkan suatu interaksi komunitas berbasis teknologi internet. Biasa dikenal dengan beberapa istilah diantaranya komunitas dunia maya, komunitas virtual atau komunitas cyber. Saat ini masyarakat Indonesia mengalami proses pengkristalan jejaring sosial. Ini bisa dilihat dengan semakin marak masyarakat yang memanfaatkan jaringan internet. Mulai dari mencari
informasi, menyebar informasi serta berkomunikasi dengan teman melalui situs sosial atau forum-forum diskusi atau menjadikannya sebagai sarana bersosialisasi dan aktualisasi. Penggunanya pun beragam dari usia anak, dewasa sampai orang tua. Kaskus sebagai web komunitas yang memiliki anggota terdaftar sejumlah 1.957.441 (per 10 Agustus 2010) dengan jumlah posting 201.659. 295 bukan sekadar komunitas web biasa. Jumlah tersebut tentunya diluar perhitungan orang-orang yang bukan anggota namun berkunjung dan memahami komunitas web Kaskus. Bila merujuk pada situs www.Alexa. Com, yaitu sebuah web informasi yang memberikan peringkat bagi sebuah web, berdasarkan data per 11 Agustus 2010, Kaskus berada pada urutan pertama pada jumlah akses untuk wilayah Indonesia. Sementara DetikForum dan Indonesia.com menyusul pada posisi kedua serta ketiga. Masih berdasar pada sumber yang sama, peringkat Kaskus di dunia berada pada urutan ke 261 diantara jutaan web yang ada dalam alam maya. Masih gunakan sumber yang sama, Kaskus berada pada peringkat enam dibawah Facebook, Google, Google.co.id, Yahoo serta Blogger untuk kategori web atau situs terpopuler di Indonesia. Dengan kata lain Kaskus memegang peranan untuk membentuk suatu opini di Indonesia Peneliti tertarik untuk mengambil peristiwa yang terkait dengan pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berada pada forum ”Berita dan Politik” komunitas web Kaskus. Beragam komentar terhadap kinerja pemerintahan yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Kaskus merupakan hal unik karena siapapun baik pro dan kontra bisa mengekspresikan opininya pada web ini. Terlebih menjelang dan saat setahun kepemimpinanya pada periode kedua masa pemerintahannya, yakni tanggal 19 dan 20 bulan Oktober 2010. Siapapun yang menjadi anggota komunitas web Kaskus otomatis bisa menjadi komunikatornya. Sementara siapapun bisa untuk menjadi komunikannya. Sebagai web komunitas yang berada pada dunia maya, maka secara proses produksi pesan, anggota web komunitas Kaskus tidak mengalami proses gatekeeper sebagaimana layaknya media konvensional lainnya. Siapapun dengan latar belakang apapun bisa memberikan komentar terhadap thread pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua masa pemerintahannya. Anggota komunitas web Kaskus bisa berkomentar apapun tanpa harus melewati proses editing dan kebijakan redaksional yang berbelit. Dalam komunitas web kaskus, kata, kalimat serta gambar apapun bisa dijadikan ungkapan ekspresi. Para kaskuser juga bisa memanfaatkan media Kaskus
ini sebagai tempat yang menurut mereka paling ”aman” dalam menyampaikan informasi. Setidaknya ekspresi dan pendapat mereka dibaca dan ditanggapi oleh anggota web komunitas Kaskus lainnya. Mereka tidak perlu khawatir akan ditangkap aparat keamanan saat mengutarakan ekspresinya. Kondisi ini yang tentu saja berbeda ketika mereka menyampaikannya di ruang publik ataupun pada media konvensional lainnya. Selain itu, anggota komunitas Kaskus bisa menjadikan web komunitas ini menjadi sarana aman melontarkan cacian, makian dan atau pujian ditengah media media massa konvensional yang isinya terlalu dominan diintervensi oleh kebijakan redaksi yang sangat bernuansa kepentingan pemilik modal. Dengan keadaan ini, peneliti meyakini, web komunitas Kaskus khususnya forum berita politik dijadikan sebagai sarana aman serta media yang toleran bagi para kaskuser untuk mengomentari Presiden susilo Bambang Yudhoyono. Proses komunikasi anggota dalam komunitas web tersebut berbeda dengan proses komunikasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat budaya komunikasi orang mengalami perubahan. Baik cara interaksi maupun bahasa komunikasi verbal yang diekspresikan. Interaksi bisa kapanpun dan dimanapun walau komunikator dan komunikan tidak saling bertatap muka. Sedang motif komunikasi yang diekspresikan melalui lambang komunikasi verbal memiliki makna tertentu. Aktifitas komunikasi tersebut tentunya menggunakan bahasa komunikasi verbal yang berupa simbol dan berbentuk tulisan serta gambar. Begitu juga dalam berkomunikasi pada dunia maya. Ada aktifitas pertukaran serta pemaknaan lambang dalam berkomunikasi. Jelaslah bahwa pada proses komunikasi ini terdapat simbol-simbol yang memiliki makna. Upaya memaknai simbol komunikasi verbal yang digunakan tidaklah mudah, karena faktanya bahwa logika simbol komunikasi seringkali tidaklah sama dengan logika yang digunakan masyarakat umum dalam pola pikir pada kehidupannya seharihari. Begitu juga dengan simbol-simbol yang digunakan pada komunitas web Kaskus. Simbol dipahami, dikonstruksi dan direkonstruksi sesuai dengan konteks serta interpretasi antar penggunanya. Dibutuhkan daya imajinasi untuk berkomunikasi dengan pesan simbol-simbol verbal yang terdapat pada komunitas web Kaskus. Sebab simbol yang digunakan harus mampu merefleksikan isi pernyataan yang sedang dialami oleh si pengirim pesan tersebut. Sementara pada sisi lain, pembaca pesan dituntut bisa memahami simbol yang dibacanya. 17
Proses ini diperlukan agar terjadi komunikasi yang efektif dalam komunitas web Kaskus. Menarik dan juga unik, meski semua orang bisa menjadi anggota komunitas web Kaskus, namun tidak semua orang bisa melakukan komunikasi komunikasi bebas sesuai dengan keinginannya. Ada batasan dan aturan yang harus dipahami yaitu penggunan simbol antara anggota Kaskus. Sehingga bila ada yang ingin mengunggah sesuatu atau memberikan komentar harus memahami terlebih dahulu simbol yang telah disepakati bersama oleh anggota lainnya. Para anggota Kaskus menggunakan simbol komunikasi sosial yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun makna simbol komunikasi tersebut tidak sesuai dengan yang telah menjadi kesepakatan masyarakat pada umumnya. Peneliti berasumsi terdapat makna lain yang diinterpretasikan pada simbol komunitas web Kaskus. Ini mengisyaratkan adanya perubahan serta keunikan pada realitas tanda dan makna sebagai sebagai satu unsur terpenting dalam berkomunikasi pada komunitas web Kaskus. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan sosial-budaya yang begitu beragam, tumpang-tindih dan campur aduknya berbagai macam nilai. Selain itu, hal ini membuat sub budaya baru dalam berkomunikasi. Dari aspek demografis, ini bisa memunculkan sub kelompok pada masyarakat. Penggunaan simbol komunikasi yang beda dengan makna dalam kehidupan sosial tadi adalah hal unik yang ada pada dunia maya. Tidak hanya itu, penggunaan simbol komunikasi yang dipakai pada komunitas web Kaskus menghadirkan makna baru yang digunakan untuk saling mengirim pesan sesama anggota. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menelaah teks dan simbol yang digunakan pada komunitas web Kaskus. Dengan demikian sebagai panduan agar fokus pada subjek serta objek dalam melakukan penelitian, maka disusunlah rumusan masalah: Bagaimana deskripsi makna teks dan simbol dalam komunikasi web komunitas Kaskus terkait dengan kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua masa pemerintahannya ? II. KAJIAN LITERATUR 2.1. Komunikasi Dunia Maya Dalam pemakaian umum saat ini, dunia maya adalah istilah komprehensif untuk World Wide Web (www), milis elektronik, kelompok-kelompok dan forum diskusi, ruang ngobrol (chating), permainan interaktif multi player (Turkle: 1995) Dengan menggunakan teknologi internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia 18
manapun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet paling populer e-mail, fitur yang dipakai oleh para pengguna internet untuk bertukar pesan, dan World Wide Web (www), sebuah sistem situs komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser dan dengan menyambungkan komputer dengan pada internet (Severin : 2008). Internet mengubah komunikasi dengan beberapa cara fundamental. Media massa tradisional pada dasarnya menawarkan model komunikasi ”satu untuk banyak”. Sedangkan internet memberikan model tambahan yakni, ”banyak untuk satu” (e-mail ke satu alamat sentral, banyaknya pengguna yang berinteraksi dengan satu website) dan ”banyak untuk banyak” (e-mail, miliss, kelompok-kelompok baru). Internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh media masa sebelumnya (Severin 2008:). 2.2. Komunitas Dunia Maya Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity). (Bungin 2006:). Tidak hanya itu saja pengembangan jaringan dan sistem-sistem realitas virtual bukan hanya tentang menciptakan pasar-pasar baru bagi peralatan elektronik baru atau membuat rumah kita lebih “cerdas”. Tetapi hal itu terutama tentang membangun komunitas-komunitas dan memudahkan interaksi manusia (Fidler: 2003). Purbo (2003) memahami bahwa komunitas maya ternyata terbentuk dalam forum diskusi dan silaturahmi antar warga dunia maya. Aplikasi surat elektronik (e-mail) merupakan fasilitas utama yang digunakan untuk membangun komunitas yang mempunyai kekuatan besar. Pada awalnya masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah hiperealitas manusia tentang nilai, citra dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta. Namun ketika teknologi manusia mampu mengungkapkan misteri pengetahuan itu, maka manusia bisa menciptakan ruang kehidupan baru bagi
manusia di dalam dunia maya itu. Hidup dalam dunia maya bukanlah pengganti untuk kehidupan dalam dunia fisis, tetapi hal itu memberi peluang-peluang bagi orang-orang untuk meluaskan cakrawala mereka dan berbagi pengalaman yang mungkin tidak bisa diperoleh tanpa dunia virtual. Misalnya dalam: cyberspace, komunitas-komunitas yang didasarkan pada minat-minat bersama bisa melibatkan orangorang yang hidup di tempat-tempat terpencil, yang untuk alasan fisis terkurung dalam rumah mereka atau dirumah sakit, yang sering berpergian, dan yang terlalu sibuk atau mungkin yang terlalu pemalu untuk menghadiri pertemuan-pertemuan terjadwal atau acara-acara dalam tempat-tempat di dunia nyata ( Fidler: 2003). 2.3. Bahasa dan Konstruksi Realitas Bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh aturan main tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna. Dalam bahasa harus mematuhi aturan main bahasa (gramar, sintaks) jika kita ingin menghasilkan sebuah ekspresi yang bermakna. Aturan main pertama dalam bahasa, menurut Saussure, bahwa didalam bahasa hanya ada prinsip perbedaan (difference). Kata-kata mempunyai makna disebabkan diantara kata-kata tersebut ada perbedaan, disebabkan mereka berada di dalam relasi perbedaan. Jadi, yang pertama dilihat dalam kajian strukturalisme bahasa adalah relasi, bukan hakikat tanda itu sendiri (Piliang: 2003). Bahasa merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa juga merupakan alat konseptualisasi dan alat narasi. Menurut De Fleur (1989), bahasa tidak lagi semata menggambarkan realitas, melainkan menentukan gambaran (citra) yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media ternyata mampu mempengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, serta akhirnya mengubah dan mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language), dan makna (meaning). Penggunaan bahasa tertentu dalam thread terkait dengan kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua masa pemerintahannya berimplikasi akan menghasilkan makna tertentu. Dalam banyak kasus, kita dapat menemukan kelompok-kelompok yang memiliki kekuasaan mengendalikan makna di tengah pergaulan sosial melalui media massa. Menurut Halliday (1972), secara makro fungsi-fungsi bahasa dapat dijabarkan dalam tiga fungsi.
Pertama fungsi ideasional, untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan diantara anggota masyarakat. Kedua fungsi impersonal, untuk menyampaikan informasi diantara anggota masyarakat. Ketiga fungsi tekstual, untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi. Pada prosesnya bahasa yang dipakai merupakan hasil dari konstruksi yang mengalami proses dialektika sosial. Frans M. Parera dalam Berger dan Luckman (1990) menyatakan, adanya dialektika antara diri (self) dalam hal ini anggota web dengan dunia sosialnya, yang pada hal ini adalah alam Kaskus. Dialektika tersebut berlangsung melalui tiga momen simultan. Pertama, eksternalisasi, yaitu penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Kedua, obyektifitas, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Ketiga, internalisasi, yaitu proses ketika individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau tempat individu menjadi anggotanya (Bungin: 2008). Masih menurut Berger dan Luckmann (Bungin: 2008), tiga momen dialektika itu melalui proses konstruksi sosial yang dilihat dari segi asal mulanya merupakan hasil ciptaan manusia, yaitu buatan interaksi intersubjektif. Pertama, tahapan eksternalisasi berlangsung ketika produk sosial (dalam hal ini bahasa –teks serta simbol) tercipta di masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasinya atau menyesuaikan diri ke dalam dunia sosio kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Kedua, tahapan obyektifasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubjektif masyarakat. Hal terpenting dalam obyektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Sehingga sebuah tanda dapat dibedakan dari obyektivasi-obyektivasi lainnya, karena tujuannya yang eksplisit yang digunakan sebagai isyarat atau indeks bagi pemaknaan subyektif. Dengan demikian obyektivas juga dapat digunakan sebagai tanda, meskipun semula tidak dibuat untuk maksud itu. Sebuah wilayah penandaan (signifikasi) dapat menjembatani wilayahwilayah kenyataan, dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol, dan modus linguistik yang dinamakan dengan bahasa simbol. Maka pada tingkat simbolisme, signifikasi linguistik terlepas secara maksimal dari “disini dan sekarang” dari kehidupan sehari-hari. Sehingga bahasa memegang peranan penting dalam obyketivasi terhadap tanda-tanda dan bahkan tidak saja memasuki wilayah de facto melainkan juga apriori yang berdasarkan kenyataan lain tidak dapat 19
digunakan sebagai tanda, meskipun semula tidak dibuat untuk maksud itu. Sebuah wilayah penandaan (signifikasi) dapat menjembatani wilayah-wilayah kenyataan, dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol, dan modus linguistik yang dinamakan dengan bahasa simbol. Maka pada tingkat simbolisme, signifikasi linguistik terlepas secara maksimal dari “disini dan sekarang” dari kehidupan sehari-hari. Sehingga bahasa memegang peranan penting dalam objketifasi terhadap tanda-tanda dan bahkan tidak saja memasuki wilayah de facto melainkan juga apriori yang berdasarkan kenyataan lain tidak dapat dimasuki dalam pengalaman sehari-hari. Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi dimana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang diobyektivasi. Jadi yang terpenting dalam objektivikasi adalah melakukan signifikasi, memberikan tanda bahasa dan simbolisasi terhadap benda yang disignifikasi. Lalu melakukan tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang kemudian menjadi obyektivikasi linguistik yakni pemberian tanda verbal maupun simbolisasi yang kompleks. Ketiga, tahapan internalisasi yaitu pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna. Artinya sebagai manifestasi dari proses-proses subyektif orang lain yang demikian menjadi bermakna secara subyektif bagi individu itu sendiri. 2.4. Semiotika Sosial Secara terminologis, istilah semiotik menurut Eco (1979, dalam Sobur: 2001) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objekobjek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Sedangkan Van Zoest (1996) dalam Sobur (2001:95-96) mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Dalam semiotik, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat dapat teramati, mengacu pada hal yang dirujuknya, dan dapat diinterpretasikan adalah tanda. Benda, peristiwa atau kebiasaan yang dapat memberikan hubungan segitiga dengan sebuah ground, sebuah denotatum, dan dengan sebuah interpretannya adalah tanda (Zoest: 1996). Fungsi tanda (sign) adalah membangkitkan makna, karena tanda selalu dapat dipersepsi oleh perasaan (sense) dan pikiran (reason). Dengan menggunakan akal sehatnya, seseorang biasanya menghubungkan sebuah tanda pada rujukannya (reference) 20
untuk menemukan makna tanda itu (Noth, 1990:7992). Sekurang-kurangnya, menurut Pateda dalam Sobur (2001) ada sembilan macam semiotik, salah satunya adalah semiotik sosial. Halliday dalam Sobur (2001) mengatakan semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. Halliday telah membangun suatu kerangka kerja yang memungkinkan untuk membedah interaksi antara teks dan situasi (konteks) yang didasarkan pada tiga konsep: medan wacana (field of discourse), pejabat wacana (tenor of discourse), dan mode wacana (mode of discourse) (Sudibyo: 2001). 2.5. Kinerja Menurut Bernardin dan Russel (dalam Ruky: 2002) kinerja dipahami sebagai prestasi atau catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Sedang menurut Simanjuntak (2005) kinerja dipahami sebagai tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Armstrong dan Baron dalam M.Phil (2007) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan starategis organisasi dan kepuasaan konsumen. Dengan demikian maka kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut begitu pula bagaimana cara mengerjakannya. Menurut Ilyas (1999), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan. Ia juga memaparkan Lebih jauh lagi bahwa Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika jajaran personil di dalam organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut maka dapat dimengerti dan dipahami bahwa pengertian kinerja mengandung substansi pencapaian
hasil kerja serta prosesnya oleh seseorang dan kelompok berdasarkan tanggung jawab yang dijalankan secara legal, sesuai dengan nilai moral dan etika dalam mencapai tujuan dalam satu kurun waktu yang ditentukan. III. METODE PENELITIAN Pada dasarnya metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (1998), metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Dengan demikian, tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Metode semiosis yang dipergunakan dalam riset ini adalah metode semiotika sosial dari M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hassan. Lewat metode ini peneliti akan melihat teks dan simbol yang digunakan pada web komunitas Kaskus, termasuk cara pemberitaan maupun istilah-istilah yang digunakan. Menurut Halliday (1994) semiotika sosial adalah pendekatan yang memberi tekanan pada konteks sosial yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk bahasa. Perhatian utamanya terletak pada hubungan antara bahasa dengan struktur sosial, dengan memandang struktur sosial sebagai sesuatu segi dari sistem sosial. Selanjutnya, Halliday (1978) merumuskan bahwa komunikasi yang terjalin akan berdasarkan pengalaman masingmasing partisipan sehingga bersifat intersubjektifitas. Sesuai dengan metode peneltian yang ditetapkan sebelumnya, maka unit analisa data yang digunakan peneliti adalah teks dan simbol. Tentunya yang terdapat pada komunitas web Kaskus yakni pada forum “Berita dan Politik” dengan tema setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua pemerintahannya. Data primer didapatkan melalui pengumpulan komentar terhadap unggahan berita (thread) yang terkait objek penelitian yakni kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua masa pemerintahannya pada komunitas web Kaskus dengan tehnik purposif yakni thread yang terdapat pada tanggal 11,19,20 serta 21 Oktober 2010. Metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah observasi teks. Halhal yang menjadi aspek observasi antara lain kata, istilah, frase, gambar atau suatu cara penulisan bahkan penyembunyian fakta tertentu (Hamad, 2004).
Data primer yang diperoleh dengan tehnik purposif akan dielaborasi dengan data sekunder, tentunya dengan menggunakan teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Guna mendukung data primer maka peneliti membutuhkan data sekunder yakni hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten. Tekhnik analisis yang digunakan menekankan perhatian mengenai lambang-lambang atau tanda yang digunakan dari semua isi berita (teks), termasuk cara pemberitaan (frame) maupun istilah-istilah yang digunakannya. (Sobur, 2001). Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua masa pemerintahannya. Sementara langkah-langkah yang diambil peneliti untuk menjawab rumusan masalah serta identifikasi masalah penelitian ini dilakukan secara sistsematis dan prosedural. Langkah awal diawali dengan mengumpulkan data berupa teks serta simbol pada web komunitas sesuai dengan unit analisa yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu data pada web Kaskus yang mengandung unsur pemberitaan kinerja presiden SBY pada periode kedua pemerintahannya tersebut dikumpulkan. Setelah terkumpul dianalisa tiap teks dan simbol yang dipakai berdasarkan teori yang digunakan serta pisau analisa semiotika sosial. Analisa itu ditinjau dari unsur medan wacana apa yang digunakan, siapa pelibat wacananya serta sarana wacana apa yang dipakai. Hasil dari analisa tersebut dibuat tipologinya. Lalu setelah proses analisa tersebut usai maka data tersebut disimpulkan. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan landasan teori yang telah ditentukan sebelumnya. Data yang berupa teks dan simbol tersebut dianalisa dengan semiotika sosial M.A.K Halliday.
IV. PEMBAHASAN 4.1. Terdapat Komunikasi Imajinasi Web Komunitas Kampung Kaskus Berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu mengetahui deskripsi simbol yang berupa penanda dan petanda dan reinterpretasi penanda dan petanda pada komunitas web Kaskus terkait kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Serta unit analisa yang berupa teks serta simbol dengan pisau analisa semiotika sosial M.A.K Halliday, maka pada sub bab ini akan dijelaskan pembahasan mengenai makna unggahan yang telah dianalisa sebelumnya. Web komunitas Kaskus memiliki pengertian yang tidak lagi bersifat lokal dan tidak dibedakan oleh karakteristik atau unsur-unsur kepentingan yang 21
yang sama dalam masyarakat tertentu, tidak juga oleh perbedaan suku, ras atau agama. Siapapun dengan latar apapun bisa bergabung menjadi anggota web tersebut. Lebih jauh dijelaskan oleh Anderson dalam Hadi (2005) makna komunitas dipahami sebagai imagined communities, tidak peduli apakah masyarakat itu berbeda keyakinan, rasa dan suku, atau diantara mereka tidak akan kenal atau tidak pernah saling kenal antar anggotanya, tidak pernah tatap muka, atau tidak saling pernah mendengar tentang mereka, mereka adalah satu komunitas (terbayang). Artinya dibenak setiap orang web komunitas Kaskus terdapat sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka. Meskipun pada realitas belum tentu. Anggota web komunitas Kaskus yang memiliki kebersamaan tadi berada dalam “kampung” yang berbentuk sosial virtual. Dengan demikian apa yang ada didalamnya merupakan “konstruk” dari dalam dunia sosial yang riil. Forum berita politik adalah sarana untuk menyampaikan fakta dan wacana berinteraksi yang dikonstruk sebagai ajang wacana dan mobilisasi dari gerakan sosial baru di dunia sosial riil. Pada dunia maya yang komunikatornya semu merupakan potensi untuk berkembangnya kepribadian terpisah (split personalitiy). Sehingga terdapat celah pada alam maya termasuk juga pada web komunitas Kaskus bagi para anggotanya untuk bisa konsisten berada pada kesadaran kritis antara dunia maya dan dunia sosial riil. Ini adalah satu cara mengatasi kepribadian terpisah dan multi identitas dalam dunia maya dan dunia sosial riil. Pada kondisi ini identitas personal komunikator keluar dari dunia realitas menuju dunia maya. Sehingga komunikator bukanlah ”ia” yang sebenarnya, melainkan sebagai manusia semu yang bisa menjelma jadi siapa saja sesuai dengan kehendaknya
->->keluar ->-> Gambar 01. Visualisasi split personality komunikator Dari gambar tersebut dipahami, ketika komunikator akan berinteraksi pada dunia maya, maka ia keluar dari dunia realitas lalu masuk ke dunia maya. Saat komunikator berada pada dunia maya (garis hitam putus-putus). ia jadi sosok yang berubah atau semu dengan segala identitas imajinasinya sendiri ia bisa 22
memiliki identitas lebih dari satu. Apalagi sistem pada alam maya khususnya pada web komunitas Kaskus memungkinkan untuk memiliki identitas multi. Melihat “realitas” tersebut ada potensi dari forum-forum diskusi dunia maya dan jejaring pertemanan untuk membentuk varian baru dari gerakan sosial. Bahkan dapat disebut sebagai post gerakan sosial ketika mendasarkan pada realitas virtual dunia maya yang cenderung tidak merepresentasikan kesosialannya (sosial). Gerakan ini sebagai gerakan sosial virtual yang boleh jadi sebagai bentuk “pelarian” pada alam riil. Sebagai varian baru dari gerakan sosial baru, maka gerakan sosial virtual ini melawan ketidakadilan, diskriminasi, dan neoliberalisme dengan media dan cara baru yang disediakan oleh dunia maya. Jejaring pertemanan dan forum-forum diskusi adalah beberapa di antara bentuk gerakan sosial virtual tersebut. Ia melawan apa yang dilawan oleh gerakan sosial baru baik di dunia maya maupun di dunia sosial riil. Dalam analisa data sebelumnya ditemukan bahwa pola komunikasi pada komunitas tersebut lebih merupakan bentuk eklektik dari pola komunikasi lisan dan tulisan komunitas diskusi konvensional. Komunikator yang semu tadi menciptakan sendiri kata-kata ataupun simbol sebagai lambang komunikasinya. Kondisi ini di Kaskus tidak selamanya sama dengan yang digunakan pada dunia nyata. Maka akan terciptalah sebuah formula bahasa lisan yang ditulis serta simbol-simbol, yang tidak menekankan formalitas, namun tetap merepresentasikan motivasi komunikasi yang kaya akan ide, pendapat serta argumentasi. Dengan kecenderungan budaya dunia maya yang lebih egaliter daripada dunia nyata, maka tulisan yang “membatasi” bentuk komunikasi dalam web komunitas Kaskus pun menjadi cair. Menciptakan bahasa dan simbol serta penggunaan bahasa lisan dalam interaksi merupakan wujud dari budaya egaliter tadi. Bahkan lambat laun kaidah teks formal yang menyandarkan pada bentuk baku tulisan dan referensi sebagai penghargaan intelektual pun bisa memudar di dunia maya. Melalui data yang telah dianalisa sebelumnya, dipahami bahwa web komunitas Kaskus yang berada pada alam dunia memiliki toleransi yang cukup luas bagi individu anggotanya untuk melakukan konstruksi wacana maupun bahasa. Individu bisa mengkreasikan apapun semaunya ketika akan mengunggah isi pesannya. Teks ataupun simbol yang digunakan bisa sama bisa juga berbeda dari referensi yang telah dipahami oleh masyarakat pada dunia realitas. Sebagaimana yang dilontarkan George Ritzer manusia adalah aktor yang kreatif dalam realitas yang diciptakannya sendiri,
relatif bebas di dalam dunia sosialnya (Bungin, 2008). Artinya anggota web komunitas Kaskus yang terdiri dari individu manusia ketika akan mengunggah isi pesannya tidak sepenuhnya ditentukan oleh kaidah dan kebiasaan masyarakat sosial serta pakem berbahasa. Anggota web komunitas Kaskus mengkreasikan wacana, istilah-istilah ataupun simbol yang digunakan pada web komunitas itu. Mereka mengonstruksi realitas yang dipahaminya lalu merekonstruksinya kembali dalam realitas maya, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektifitas individu lain dalam institusi sosialnya. Salah satunya adalah penggunaan kata partai bemokrat yang dipakai pada web komunitas Kaskus. Awalnya kata tersebut diambil dari kata bemo, yang menurut arti keseharian mengacu pada angkutan kota beroda tiga yang jalannya sangat lambat serta keberadaannya saat ini sudah dilarang Pemda DKI. Namun ketika digunakan dalam web Kaskus, kata tersebut berubah makna. Kata Bemokrat yang diserta dengan gambar bemo berwarna partai demokrat dikonstruksi lalu dimaknai sebagai kinerja SBY serta aparatur negara yang berasal dari partai tersebut lambat seperti bemo. Sehingga yang pada awalnya tidak ada, lalu dikonstruksi sehingga menjadi ada dan diterima oleh masyarakat Kaskus.
Gambar 02. Partai Bemokrat 4.2. Tema Wacana Dari hasil analisa data, pada dasarnya tema wacana pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang mendukung kinerja Presiden SBY pada tahun pertama masa pemerintahannya serta yang mengkritiknya. Anggota web komunitas Kaskus yang mendukung menggunakan teks serta simbol yang bermakna denotasi maupun konotasi. Bila diperhatikan dari penggunaan kata-katanya, pihak yang mendukung beralasan bahwa SBY adalah presiden yang dipilih secara sah, setidaknya sampai tahun 2014. Sehingga tidak ada alasan bagi suatu wacana untuk mengkritik (karena belum berakhir masa jabatannya) apalagi menggulingkannya. Selain itu alasan mengenai waktu, meski pada konteks ini telah setahun berjalan masa pemerintahan SBY- Boediono, namun belum pantas dikatakan kinerja mereka tidak berhasil. Karena masa bakti kinerja presiden SBY belumlah habis, masih menyisakan empat tahun lagi. Jadi tahun pertama pemerintahannya ini tidaklah
waktu yang tepat untuk menilainya, dengan kata lain masih terlalu prematur. Sementara bagi yang mengkritik, teks serta simbol yang digunakan sebenarnya bertendensi untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja presiden SBY pada tahun pertama masa pemerintahannya. Sehingga sisa waktu yang ada bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk digunakan menyelesaikan problema yang ada. Masalah-masalah yang harus segera diselesaikan oleh SBY pada wacana forum berita politik ini antara lain tata kelola pemerintahan, pengangkatan pejabat yang tidak kapabel, masalah perbatasan dengan negara tetangga, masalah TKI, kualitas kepemimpinan presiden yang kerap mengeluh didepan publik dan lebih prioritaskan pencitraan, masalah angka pengangguran dan kemiskinan dan lamban dalam menyelesaikan masalah. Hasil dari wawancara dengan media relation Kaskus saudari Lia, dijelaskan bahwa tidak ada campur tangan pihak Kaskus terkait dengan tema (thread) kinerja Presiden SBY pada periode kedua tahun pertama masa pemerintahannya. Semua yang diunggah berasal dari para anggota web komunitas tersebut. Bahkan pembuatan forum berita politik itu diawali oleh banyaknya kaskuser yang membahas mengenai hal itu. Pada konteks ini web komunitas Kaskus menyediakan wadah untuk mengkonstruk realitas sendiri bagi para anggotanya. Mereka punya kewenangan penuh untuk membuat aturan khusus bagi komunitasnya sendiri. Web komunitas memiliki aturan yang tentunya berbeda dengan aturan yang ada pada dunia realitas. Web Komunitas memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi dan sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri (Bungin, 2006). Pada web komunitas Kaskus hal tersebut ditandai dengan ditemukannya sistem kepangkatan bagi para anggotanya. Pangkat ini ditentukan dari jumlah unggahan yang telah dilakukan oleh anggota. Semakin banyak jumlah unggahan baik itu thread ataupun sekadar komentar tentu pangkatnya akan semakin tinggi. Jika semakin tinggi pangkat anggota Kaskus maka semakin leluasa untuk melakukan interaksi dalam web ini. Pengertian leluasa disini bukan berarti yang pangkatnya kecil tidak bisa bebas dan dibatasi dalam membuat thread atau melakukan komentar. Namun lebih pada kewenangan anggota yang berpangkat tinggi berhak melakukan apresiasi terhadap anggota yang lain terkait 23
dengan unggahan anggota yang bersangkutan. Apresiasi tersebut ditandai dengan bentuk simbol cendol yang merupakan apresiasi tertinggi yang berlaku dalam keanggotaan web komunitas Kaskus. Tidak sembarang anggota bisa memberikan ataupun mendapatkan cendol. Hanya yang telah berpangkat kaskus addict (telah melakukan unggahan lebih dari 2000) bisa memberikan cendol dan hanya anggota yang mampu memberikan thread yang baik yang bisa mendapatkannya. Meski kata baik disini sangat objektif karena tidak ada indikator pasti, tergantung dari kehendak yang ingin memberikan simbol cendol. Pengertian leluasa selanjutnya, yakni hanya anggota yang berpangkat tinggi (berpangkat Kaskus Addict) saja yang diperkenankan untuk memberikan simbol bata sebagai tanda bahwa thread atau komentar yang dilakukan oleh para anggota web komunitas kaskus tidak baik. Simbol cendol dan bata ini nantinya akan muncul pada identitas anggota web komunitas kaskus ini, contoh :
Gambar 03 : Identitas di Kaskus Pada contoh tersebut dipahami bahwa komunikatornya memiliki ID nama (bernama) National Geographic. Profil fotonya berlatar hitam dengan tulisan National Geographic serta tulisan Kaskus. Dengan nomor keanggotaan 1128284 bergabung dikaskus sejak Oktober 2009, lokasinya berada di Grup TRBO. Pangkatnya kaskus addict sudah mengungah sebanyak 3.368, punya unggahan di blognya sebanyak 37 (blognya dilink/ditautkan ke Kaskus) dan telah mendapat bata sebanyak dua kali. Namun dari identitas yang tertera ini tidak bisa dikenali jati diri yang sebenarnya dari National Geographic ini. Apa yang tertera pada identitas tersebut hanya sebatas Kartu Tanda Penduduk atau “KTP” dunia maya yang sangat berbeda dengan dunia realitas. Perbedaan inilah yang membuat proses serta budaya komunikasi pada dunia maya lebih cair. Anggota web komunitas ini lebih terbuka untuk menyampaikan pendapatnya. Ia tuliskan komentarnya tanpa harus khawatir akan adanya pihak lain yang mengancam kenyamanann serta keselamatan dirinya. Terbuka juga dapat ditafsirkan dengan tanpa sungkan atau blak blakan dan ekspresif ketika mengemukakan pendapatnya. 24
Ini terlihat dengan penggunaan bahasa non formal yang disampaikan dengan cara yang lebih cair dan egaliter. Pada konteks ini terbuka dalam arti bagi yang mendukung ataupun mengkritik kinerja SBY. Dengan demikian ada semacam kesadaran pada personalitas anggota web komunitas Kaskus yang dipisahkan dari dunia realitas yang nyata oleh mekanisme dunia maya. Kesadaran tersebut mengalami proses transisi dari dunia realitas yang berada pada alam nyata menuju dunia realitas yang berada pada alam maya. Kesadaran pada dunia maya ini bisa disebut sebagai kesadaran metafor. Ketika para anggota web komunitas Kaskus berada pada dunia maya, maka seakan lahir kembali dalam kehidupan pada dunia maya, dengan identitas yang bisa dibuat sebebasnya serta mudah untuk mengganti-gantikannya. Cukup dengan fasilitas memiliki account email saja, seseorang telah menjadi warga web komunitas Kaskus. Dari gambaran tersebut dipahami bahwa, siapapun yang hendak mendaftar ke dalam web komunitas Kaskus ini bisa mengonstruk identitasnya sesuai dengan keinginannya tanpa harus sama dengan identitas pada dunia nyata. Namun demikian hal ini akan menjadi kesepakatan bersama pada web komunitas Kaskus, sehingga menjadi kesepahaman bersama. Web komunitas Kaskus laksana kampung yang didalamnya ada penduduk yang diatur dengan aturan yang berlaku pada kampung tersebut. Sebagai ciptaan manusia, maka masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya. Seperti membangun stratifikasi sosial membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, membangun sistem kejahatan dan kontrol-kontrol sosial, dan sebagainya (Bungin ; 2006). Begitu juga halnya dengan web komunitas Kaskus, ada anggota web sebagai penduduknya. Terdapat pengatur lalu lintas pesan yang diunggah serta ada pula yang memonitor isi pesan tersebut. Orang ini disebut sebagai moderator . Moderator memiliki kewenangan untuk memindahkan thread yang isinya tidak sesuai dengan forum (istilah dikaskus salah kamar), menghapus thread atau komentar yang diunggah anggota apabila isinya dirasakan akan memprovokasi, mengandung unsur SARA, pornografi serta menimbulkan konflik . Dalam berinteraksi pada dunia maya juga memerlukan etika, ini biasanya berupa kesepakatan etiket (hukum tidak tertulis) yang perlu dihormati oleh setiap individu yang berinteraksi di internet. Begitu juga halnya pada web komunitas Kaskus
yang juga memiliki aturan main bagi para anggotanya untuk bisa berinteraksi. Jika terjadi pelanggaran norma, maka komunitas yang lain biasanya akan mengingatkannya. Etika ini yang kemudian menjadi koridor pengikat antar pengguna internet dalam berinteraksi. Etika itu antara lain melarang pengguna internet menganggu atau mengancam anggota lain, melanggar hak cipta, mengirim berita kasar dan banyak lagi (W. Purbo, 2003). Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra dan antar sesama anggota masyarakat maya. Dipastikan bahwa konstruksi masyarakat maya pada mulanya berkembang dari sistem intra dan antar jaringan yang berkembang menggunakan sistem sarang laba-laba sehingga membentuk sebuah jaringan masyarakat yang besar. Hal ini seperti awal mula pembentukan kaskus diawali dari hasil tugas kuliah Andrew Darwis. Saat itu ia membuat sarana agar bisa berkomunikasi dengan rekan sesama mahasiswa Indonesia yang berada di Seattle Amerika Serikat angotanya pada waktu itu masih sangat terbatas dalam belum sejumlah dengan anggota web Kaskus saat ini Dari hasil paparan pada sub bab gambaran umum serta sub bab analisa data, ditemukan bahwa thread awal yang dibuat pada forum berita politik terkait dengan tema setahun kinerja Presiden SBY hampir sebagian besar anggota komunitas Kaskus mengutip dari portal berita resmi. Diantaranya Suara Karya online, detikcom, Tribunews, Media Indonesia online serta Kendari News online. Namun ada juga tambahan kata-kata serta tetap simbol yang dikreasikan oleh si pengunggah thread yang bersangkutan. Jadi para anggota web komunitas Kaskus membuat thread awal atu thread starter yang dikutip dari portal berita resmi. Lalu kutipan berita tersebut dimodifikasi oleh anggota web komunitas tersebut baik isi maupun kondisi fisik teksnya. Komunikator dalam komunitas Kaskus semu, pada konteks ini mereka tidak saling kenal dalam alam nyata satu dengan yang lainnya. Walau dilengkapi dengan foto, tapi foto yang digunakan sebagai identitas diri sebenarnya bisa pakai foto apa saja dan siapa saja (avatar). Meski demikian mereka terlibat interaksi yang mendalam dengan tema tertentu. Padahal bila berada pada dunia realitas belum tentu mereka yang tidak saling kenal tersebut mau melakukan komunikasi terlebih terhadap isu politik yang sensitif tentang kinerja pemerintahan presiden SBY. Dalam dunia nyata pun mereka belum tentu mau dan berani mengungkapkan pendapat pribadinya mengenai kinerja Presiden SBY terkait dengan setahun
pemerintahannya. Hal ini menandakan bahwa proses interaksi yang terjadi lebih terbuka, tidak ada perasaan sungkan antar sesama anggota web komunitas Kaskus untuk memberikan komentar terkait dengan kinerja pemerintahan Presiden SBY. Para anggota web komunitas Kaskus merasa memiliki sendiri kampung nya ini. Tidak ada rasa khawatir sehingga mereka lebih terbuka dan berterus terang dalam menyampaikan pendapat pada kinerja Presiden SBY. Sehingga apapun yang dilakukan selagi tidak melanggar etika dan aturan yang ada pada web Kaskus tidak jadi masalah buat mereka, walaupun sebenarnya jika dilakukan pada dunia realitas akan melanggar etika. Termasuk dalam membuat thread awal ataupun mengomentari thread orang. Salah satu contohnya ketika anggota web komunitas Kaskus lebih takut jika dirinya dilempari bata daripada khawatir dirinya diamankan pihak berwajib karena membuat komentar yang merugikan orang lain. Hal ini terjadi karena bata dikonstruk sebagai simbol sebagai tanda reputasi yang bersangkutan tidak baik. Inilah yang akan menurunkan kredibilitas dari anggota web tersebut. 4.3. Pelibat Wacana Peran interaksi antara yang terlibat dalam penciptaan teks dan merujuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks. Begitu juga dengan sifat orang-orang itu serta kedudukan dan peranan mereka pada wacana. Menurut Berger dan Luckmann (Bungin, 2008), Proses teks serta simbol hingga bisa diterima oleh masyarakat web komunitas Kaskus melalui konstruksi yang didalamnya terdapat tiga momen dialektika, yaitu eksternalisasi obyektivikasi serta internalisasi Dari data yang diperoleh terkait dengan makna yang terdapat pada penggunaan teks serta simbol pada web komunitas Kaskus di forum berita politik pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu mendukung serta mengkritik kinerja Presiden SBY. Kenyataan ini atau realitas sosial sebagai hasil dari konstruksi para anggota web komunitas Kaskus melalui tahapan dialektika yang telah dijelaskan sebelumnya. Konstruksi sosial itu tidak terjadi di ruang hampa namun sarat akan berbagai kepentingan. Sesuai dengan unit analisa penelitian ini yaitu forum berita politik yang mengetengahkan wacana kinerja presiden SBY pada periode kedua tahun pertama pemerintahannya, maka pelibat wacana terdiri dari beragam pihak. Diantaranya yang menjadi subjek pembicaraan utama pada forum berita politik 25
web komunitas Kaskus untuk penelitian ini ialah SBY sebagai presiden Republik Indonesia. Pelibat wacana selanjutnya Boediono serta para menteri-menteri. Pada konteks ini Boediono secara struktur sebagai wakil presiden yang bekerja mendampingi presiden. Lalu pelibat wacana selanjutnya ialah jajaran menteri yang bertindak selaku pembantu presiden dalam bidang tertentu. Dibawah komando Presiden SBY, merekalah yang dalam kesehariannya menjalankan roda pemerintahan negeri ini. Pada data analisa yang ditemukan nama menteri perekonomian Hatta Radjasa juga menjadi pelibat wacana. Pelibat wacana selanjutnya yakni orang-orang yang mengomentari kinerja dari pemerintahan Presiden SBY. Dari data yang ditemukan, untuk hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Pelibat wacana non anggota web komunitas Pengertian ”non” disini dipahami sebagai orangorang diluar komunitas kaskus namum terlibat dalam wacana. Diantaranya ialah orang yang dijadikan nara sumber oleh redaksi portal berita yang dikutip oleh anggota komunitas. Dalam hal ini terdiri dari pakar politik, dosen, mahasiswa, anggota dewan dan menteri. Selain itu terdapat pelibat wacana yang juga masuk kategori ini yaitu redaksi portal berita yang memuat berita tentang kinerja Presiden SBY, diantaranya portal berita Suara Karya, mediaindonesia.com, detikcom, tribunmedan.com, kendarinews , korandigital serta blog kompasiana. Jika dikaitkan dengan tema wacana dan berdasarkan data yang diperoleh, maka untuk pelibat wacana jenis ini ada yang mengkritik kinerja Presiden SBY ada juga yang mendukung kinerja Presiden SBY. Sedangkan untuk pelibat wacana selanjutnya, yakni b. Pelibat wacana anggota web komunitas Kaskus. Kategori ini ialah komunikator yang menjadi anggota web komunitas Kaskus. Merekalah yang melakukan unggahan, baik yang berupa thread awal ataupun unggahan yang berupa komentar. Pelibat wacana jenis ini yang sejak pada pembahasan awal telah disinggung memiliki ”KTP” dunia maya. Situasi komunikasi yang dijalin oleh mereka lebih cair dan terkadang ada unsur gurauan. Dari data teks serta simbol yang ditemukan, dipahami bahwa pengguna web komunitas dalam hal ini adalah Kaskus lebih mementingkan aspek kebebasan dalam bertransaksi gagasan. Mereka tidak perlu khawatir akan ancaman terhadap materi yang disampaikannya. Pada dunia maya, apa yang tabu dan dirahasiakan secara sosial di dunia 26
nyata, pada alam maya ditelanjangi untuk massa (Piliang, 2010 : 48). Melalui identitas semu yang dipunya tentu menjadi penambah modal keberanian untuk ungkapkan gagasannya di dunia maya. Identitas nama maupun foto yang ditampilkan oleh anggota web komunitas Kaskus tidak memiliki relasi dengan dunia realitas. Salah satu yang ditemukan dalam data penelitian adalah penggunaan nama Susnoduadji sebagai identitas dan gunakan gambar HP merek Nokia sebagai gambar profilnya (foto). Kategori pelibat wacana anggota komunitas web Kaskus dapat dikategorisasi melalui motif komunikasinya ketika berinteraksi. a. Kaskuser hura-hura, yaitu anggota web komunitas Kaskus yang motifnya sekadar mencari kepuasaan semata dalam berinteraksi, terlihat dari makna teks yang digunakan. Kaskuser jenis ini motifnya interaksinya lebih pada sekedar kesenangan dan bermain-main dengan bahasa dan tidak pada esensi tema serta kedalaman makna. b. Kaskuser sejati, yaitu anggota web komunitas Kaskus yang mengunggah atau memberikan komentar “serius”, isinya lebih berbobot. Pada konteks ini, ketika bila mengkritik ataupun mendukung kinerja SBY tidak gunakan kata yang mengandung unsur canda serta disertai dengan alasan yang bisa diterima akal. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai komunikator semu serta peran pertama dan peran kedua, maka pelibat wacana pada kategori anggota web komunitas Kaskus memiliki kepribadian yang terpisah. Saat berinteraksi di web, anggota web komunitas dengan jati diri KTP semu dan foto avatar dirinya. Sehingga komentar dilakukan dengan bebas tanpa harus khawatir. Interaksi yang terjalin pada konteks ini justru lebih egaliter dibanding pada dunia nyata. Atribut seperti jabatan, profesi, latar belakang, serta usia dilepas dan ditinggalkan pada alam nyata dan tidak dibawa atau tidak digunakan ketika interaksi pada web Kaskus. Siapapun bisa bertindak dan melakukan apapun pada dunia maya yang mungkin tidak bisa dilakukannnya pada dunia kehidupan realitas. Sementara ketika berada pada dunia nyata anggota web komunitas Kaskus harus mematuhi kondisi norma, hukum, etika sosial harus disesuaikan dengan yang berlaku pada dunia realitas. Komentar yang akan disampaikan pun disesuaikan dengan keadaan nyata anggota web komunitas Kaskus dalam kehidupan sehari-harinya, yang tidak lagi berada pada dunia maya. Mereka telah menyesuaikan diri kembali dengan dunia realitas.
Dari hasil analisa ditemukan juga bahwa pelibat wacana kategorisasi anggota web komunitas Kaskus mempunyai struktur meskipun semu. Struktur yang ada berfungsi sebagai identitas level dalam komunitas tersebut. Pada Komunitas Kaskus level ini disebut sebagai ”pangkat”. Tiap anggota web komunitas mempunyai pangkat. Kepangkatan ini akan mempengaruhi kebebasan dalam melakukan interaksi. Kebebasan yang dimaksud bukan kebebasan berpendapat tapi lebih yang dimaksud disini ialah kewenangan memberikan apresiasi pada anggota komunitas Kaskus yang lainnya. Bentuknya disimbolkan dengan gambar bata warna merah serta gambar cendol. Gambar bata sebagai dianggap negatif bagi si pemberinya. Sedangkan gambar cendol warna hijau sebagai apresiasi positif bagi si pemberinya. Indikasi negatif dan positif yang dimaksud tidak memiliki indikator ilmiah pasti dan sangat subjektif. Intinya cenderung pada suka atau tidak suka dari si pemberi tersebut Dengan adanya simbol cendol dan bata pada pada web komunitas ini memunculkan kategorisasi dilihat dari kredibilitasnya dalam memberikan informasi ataupun komentar. Telah dijelaskan sebelumnya tingkat kredibilitas ditinjau dari simbol cendol serta bata yang terdapat pada identitas Kaskuser yang unggahannya telah diberikan apresiasi atau justru dimaki, yakni kategori: a. Kaskuser teladan, yaitu anggota web komunitas yang telah memiliki cendol karena unggahannya telah diapresiasi baik oleh anggota lainnya. Simbol tersebut tersematkan pada identitasnya. b. Kaskuser biasa, yaitu anggota web komunitas Kaskus yang tidak memiliki cendol ataupun bata. Selama berinteraksi konditenya belum pernah diberikan apresiasi ataupun belum pernah membuat anggota lain memakinya. c. Kaskuser mbalelo, yaitu anggota web komuitas kaskus yang telah dilempar bata. Sebagaimana yang telah dijelaskan, biasanya Kaskuser yang mendapat bata akibat dari ulahnya yang buat geram anggota lain karena melanggar aturan ataupun etika yang berlaku. Simbol bata itu disematkan pada identitas imajinernya. Sayangnya pada konteks ini konsep semiotika sosial yang diusung oleh MAK Halliday serta Hassan tidak mampu menjelaskan tentang pelibat wacana (komunikator semu) atau split personality yang terjadi pada dunia maya web komunitas Kaskus dengan alam realita. Sesuai dengan temuan data, maka pelibat wacana yang termasuk dalam kategorisasi anggota web komunitas Kaskus memiliki peluang untuk split personalitiy.
Baik komentar ataupun identitas yang dimiliki pada dunia maya bisa tidak sesuai dengan yang ada di web komunitas tersebut. Selain itu pula, temuan dalam penelitian ini ternyata mampu menjelaskan bahwa struktur juga memegang peranan dalam pelibat wacana semiotika sosial Halliday. Adanya struktur kepangkatan yang mempengaruhi kebebasan dalam berinteraksi sebagai indikasi adanya aturan yang terstruktur dalam pelibat wacana. 4.4. Sarana Wacana Dari data yang dianalisa sebelumnya, ditemukan bahwa bahasa pada web komunitas Kaskus merupakan suatu sistem simbol yang memiliki makna, dan makna adalah arti yang mengacu pada suatu fakta atau peristiwa. Sehingga melahirkan realitas bahasanya secara tersendiri. Dengan demikian, bahasa tidak saja mampu mengkomunikasikan suatu fakta, tetapi juga menjadi syarat yang menjembatani permainan bahasa atau mengakomodasi komunikasi sosial antarbudaya yang berbeda. Dunia maya mengisyaratkan sebuah jagat raya maya antara tempat kita tinggal, tumbuh dan berkembang dengan bahasa mayanya, dan menjiwai setiap tindakan kita dengan nafas mayanya. Jadi segenap kompleksitas kemanusiaan anggota web komunitas Kaskus adalah realitas maya. Bahasa dunia maya memproduksi dan mensimulasi simbol-simbol kebahasaan lewat produksi citra atau simulasi tanda. Sebuah tanda tidak mengacu pada suatu referensi apapun. Simulasi adalah penciptaan model-model realitas tanpa usul-usul atau referensi realitas. Dalam konteks bahasa web komunitas Kaskus, setiap makna, setiap tanda ataupun citra tidak lagi mengacu pada realitas sesungguhnya. Ia hanya merupakan permainan bahasa yang tidak ditujukan untuk mencapai komunikasi pesan yang efektif dari kedalaman makna itu sendiri, melainkan sekedar kesenangan bermain dengan bahasa dan kenikmatan yang disebut Roland Barthes sebagai Jouissance, atau yang diistilahkan Baudrillard “ekstasi komunikasi” (Hadi, 2001: 97) atau penulis mengistilahkan sebagai orgasme komunikasi. V. PENUTUP Proses komunikasi pada web komunitas memiliki pola interaktif yang interpretasi maknanya akan terus berkembang. Terkait dengan penelitian ini yakni makna teks serta simbol pada web komunitas Kaskus, maka makna teks serta simbol tersebut akan terus berkembang dan melenceng dari makna aslinya. 27
pelibat wacana serta sarana wacana. Anggota web komunitas Kaskus melakukan proses konstruksi realitas Creswell, John W. 2003. Research Design: Qualita¬tive, Quantitative and Mixed Methods pada teks serta simbol yang digunakan sehingga web Approach¬es (2nd ed.). Thousand Oaks: Sage Kaskus ini menjadi kampung yang imajiner namun Publications. nyata dalam benak dan pikiran partisipan yang terlibat. Secara garis besar medan wacana teks serta Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis. Yogyakarta. Bentang Budaya. simbol pada forum berita politik pada web komunitas Kaskus yang terkait dengan kinerja Presiden Susilo Griffin, Em. 2006. A First Look At Communication Theory (5th ed.). Boston: Mc¬Graw-Hill Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode kedua pemerintahannya bermakna mendukung dan mengkritik. Lincoln, Yvonna S dan Egon G. Guba. 2009. Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Partisipan yang terlibat komunikasi menEmerging Confluences”. Dalam Norman K. garah pada kesenangan, keasyikan dan kedekatan Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds.), Handbook sehingga teks serta simbol yang dipakai maknanya of Qualitative Research (2nd ed.).Thousand tidak hanya mengacu pada realitas sesungguhnya Oaks: Sage Publications Inc. yang terdapat pada kehidupan sehari-hari, tapi juga permainan penggunaan bahasa atau penulis meng- Hadi, Astar. 2005. Matinya Dunia Cyber Space. Jakarta. LKIS. istilahkan sebagai pecapaian orgasme komunikasi. Sementara sarana wacana yang digunakan pada teks Halliday, M.A.K & Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa Dadan simbol tersebut ada yang bermakna denotasi lam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta. dan konotasi. Namun sayangnya semiotika ini tidak Gadjah Mada University Press. mampu menjelaskan tentang pelibat wacana yang komunikatornya semu atau mengalami split personality Hamad, Ibnu. 1997. Media Massa Sebagai Wahana Benturan Antar Peradaban (sebuah studi semiyang terjadi pada dunia maya web komunitas Kaskus. otika sosial), tesis Pasca UI. Berinteraksi pada web komunitas Kaskus dibutuhkan referensi pemahaman teks serta simbol http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. (10/10/11) bagi partisipan sehingga tidak terjadi salah paham dalam memaknai. Sementara saran bagi penyedia http://www.kaskus.us/ (10/10/10) layanan web komunitas Kaskus perlunya dipikir- h t t p : / / w w w . k a s k u s . u s / s h o w p o s t . php?p=140462595&postcount=3 (02/03/11) kan perangkat lunak bagi penyedia web komunitas sejenis untuk mencegah terjadinya pembuatan Ilyas. Yaslis, Kinerja-Teori. 1999. Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. Jaidentitas palsu ataupun identitas ganda pada web karta, FKM-UI. komunitas. Serta perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai komunikasi dunia maya, mengingat M. Phil, Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta, Rajagrafindo Persada,. trend interaksi sosial saat ini berbasis dunia maya. Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural studies atas Matinya Makna. YogyaDAFTAR PUSTAKA karta. Jalasutra. A.B, Susanto. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Me- ---------. 2010. Post Realitas. Yogyakarta. Jalasutra. Purbo, W. Ono. 2003. Filosofi Naif Dunia Maya. Jatropolis. Jakarta. Kompas. karta. Republika,. Barley, S. 1983. Semiotics and the Study of Occupational and Organizational Cultures, da- Rauf, Maswadi. 1993. Komunikasi Politik : Masalah Bidang Kajian dalam Ilmu Politik. Jakarta, lam Administrative Science Quarterly. No.28, hlm.393-413 Gramedia Pustaka Utama. Budiman, Maneke. 2001. Semiotika Dalam Tafsir Ruky, Achmad S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Sastra: Antara Riffattere dan Barthes Dalam Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Bahan Pelatihan Semiotika. Jakarta. Pusat Pe- Severin Werner J, Tankard James W, JR. 2008. Teori nelitian Kemasyarakatan dan Budaya LPUI. Komunikasi. Jakarta, Kencana. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakar- Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan ta. Kencana Prenada Media Grup. Evaluasi Kinerja. Jakarta, Fak.Ekonomi Univ. --------------------. 2008. Konstruksi Sosial Media Ind. Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media Suatu Group. Pengantar Untuk Analisis Wacana, 28
. Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. ---------, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung. PT. Rosdakarya. Turkle, S. 1995. Life on The Screen : Identify in The age of The Internet. New York. Simon and Schuster.
29