Hotmal Jafar, Iskandar Muda, Andri Zainal, Wahidin Yasin: Pengaruh Penerapan Total Quality
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Monalisa Br Ginting*, dan Arifin Akhmad** *Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Staff Auditor KAP Erwin, Zikri dan Rekan
[email protected]
**Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Abstract : The purposes of this research is to find out empirical evidence of influence of firm characteristics toward the comprehensiveness of disclousure financial report at the corporates of consummer goods company listed on Indonesia Stock Exchange between 2007 to 2009. Sampling method that used is purposive sampling and there are 24 sample companies that will be research objects with 72 unit analysis. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id. The research hypotheses are tested using multiregression. The result of this research shows that firm size, profitability, likuidity, leverage and public portion share have an influence simultaneously toward the comprehensiveness of disclousure financial report. But partially, there is only firm size has an influence toward the comprehensiveness of disclousure financial report., but this test showed that profitability, likuidity, leverage, and public portion share have not influence toward toward the comprehensiveness of disclousure financial report. According to the result of this research, the next research will be suggested to use some ratio to measure profitability, likuidity, and leverage and adding a periode of the research in order to get the result maximal. There has not optimal disclousure which tilled by the companies (emiten), Bapepam-LK need to control it more. Keyword: Disclousure, Firm Size, Profitability, Likuidity, Leverage, and Public Portion Share. PENDAHULUAN Perusahaan go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. Investor menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan sejumlah keuntungan. Dampak krisis keuangan global tahun 2008 mengakibatkan para investor dan kreditor berhati- hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Selain itu, para investor akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Investor dalam menanamkan dananya pada perusahaan, menilai bagaimana manajemen perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam laporan keuangan yang menjelaskan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
18
Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya
Jurnal Ekonom, Vol 13 No 1, Januari 2010
diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Pengungkapan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas. Lang dan Lundholm (1994) dalam Subiyantoro (1996: 3) mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Variabel yang kedua adalah variabel kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas perusahaan dan profitnya. Variabel terakhir adalah variabel pasar (market related variables) dilihat dari porsi saham publik, umur perusahaan, dan status perusahaan. Ukuran perusahaan dijadikan sebagai salah satu karakteristik perusahaan. Semakin besar perusahaan maka akan semakin lengkap pengungkapan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) dan Sartika (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi mendorong perusahaan itu melakukan pengungkapan yang lebih lengkap karena menunjukkan bahwa perusahaan itu berada pada posisi aman dan mampu bersaing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang menyatakan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Mampu tidaknya perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek inilah yang menjadikan rasio likuiditas dijadikan sebagai salah satu karakteristik perusahaan yang berpengaruh dalam pengungkapan laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2008). Namun tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Hidayat
(2008) yang menyatakan likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Rasio leverage menunjukkan struktur hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Sartika (2008) yang menyatakan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Porsi saham publik yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak banyak pemegang saham juga akan mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang menyatakan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2008) menyatakan porsi saham publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian dari peneliti terdahulu dengan peneliti terdahulu lainnya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan objek dan waktu penelitian. Perbedaan hasil penelitian inilah memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan barang konsumsi yang telah go public. Alasan peneliti menggunakan perusahaan barang konsumsi karena berdasarkan data bisnis indonesia intelligence tahun lalu (2009), emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun lalu mampu mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun atau naik 45,03% dibandingkan dengan perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 66,11%. Selain itu, pertimbangan lainnya sehingga peneliti menggunakan perusahaan barang konsumsi sebagai objek penelitian adalah permintaan terhadap barang konsumsi bersifat inelastis artinya persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibanding persentase perubahan harga. Permintaan
19
Monalisa Br Ginting, Arifin Akhmad: Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan
terhadap barang konsumsi tidak banyak dipengaruhi oleh situasi perekonomian negara karena termasuk kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan memfokuskan karakteristik perusahaan terhadap ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahan pada masa tertentu atau masa pelaporan yang tepat dalam pengambilan keputusan, informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan: Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2). Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 12 disebutkan bahwa ”tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Tingkatan pengungkapan menurut Harahap (2007: 85), terdiri atas adequate, fair dan full. Adequate yaitu informasi minimum yang harus disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan). Pengungkapan yang memadai bukan berarti
20
banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalanpersoalan yang dianggap penting oleh auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para pembacanya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan dalam laporan keuangan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan. a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan struktur perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Menurut Almilia (2007: 5), “perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan kecil”. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan baik yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. a. Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. (Kasmir,2008: 205) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih (net profit margin/NPM) karena rasio ini menunjukkan laba yang terkait dengan penjualan. NPM
Jurnal Ekonom, Vol 13 No 1, Januari 2010
dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Almilia (2007: 5), menyatakan bahwa “net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu”. Perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) yang tinggi juga akan menghasilkan disclosure yang lebih luas atas laporan keuangannya. Hal tersebut disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja manajemen yang baik. Selain itu, manajemen juga ingin meyakinkan kepada investor dan kreditor bahwa operasi perusahaan berjalan dengan efisien. b. Likuiditas Kasmir (2008: 130) menyatakan rasio likuiditas sering disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar. Alasan peneliti lebih mengutamakan rasio lancar dibandingkan dengan rasio cepat karena pada rasio lancar persediaan termasuk ke dalam aset lancar berbeda dengan rasio cepat yang justru mengurangkan persediaan dari aset lancarnya. Dalam perusahaan barang konsumsi, persediaan juga sangat memegang peranan penting, karena dapat dijaminkan untuk menjamin hutang perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan tingkat pengungkapan. Secara finansial perusahaan yang kuat lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah. c. Leverage Leverage dapat dikatakan sebagai pinjaman sehingga suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak aktiva dibandingkan yang disediakan pemegang saham melalui investasi mereka. Menurut Stice, dkk (2005: 787), “para investor biasanya lebih menginginkan leverage yang tinggi untuk meningkatkan ukuran perusahaan mereka tanpa harus meningkatkan investasi mereka, tetapi para
kreditor (lender) lebih memilih leverage yang rendah untuk meningkatkan keamanan pinjaman mereka”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio hutang terhadap aktiva (DTAR) karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditor. Selain itu, DTAR adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh kreditor untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi risiko. Kreditor akan mengamati DTAR untuk menilai efisiensi dari kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi DTAR, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Horne (2005: 210), menyatakan bahwa “semakin tinggi debt to asset ratio, maka semakin besar risiko keuangannya”.Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, namun utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi, 2004: 41). Adanya pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih komperehensif (Irawan, 2006: 21). d. Porsi Saham Publik Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern). Alasan inilah yang menyebabkan perusahaan menganggap perlunya pengungkapan atas informasi mengenai porsi saham publik dalam laporan keuangan perusahaannya (Irawan, 2006: 22). Berdasarkan tinjauan pustaka, baik teoritis maupun hasil penelitian terdahulu, peneliti menggambarkan kerangka konseptual pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebagai berikut:
21
Monalisa Br Ginting, Arifin Akhmad: Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan
Ukuran Perusahaan (X1) Profitabilitas (X2) Karakteristik Perusahaan (X)
Likuiditas (X3)
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)
Leverage (X4) Porsi Saham Publik (X5)
Gambar 1 : Kerangka Konseptual METODE Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian asosiatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling yang merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time series) dengan data silang tempat (cross section). Sumber data adalah data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro, 2002: 147). Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2009 yang berjumlah 34 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009 2. perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh laba selama tahun 20072009 3. perusahaan-perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan lengkap per 31 Desember dan telah telah diaudit oleh auditor independen
22
Berdasarkan kriteria yang telah dikemukakan sebelumnya maka perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 24 perusahaan dengan 72 unit analisis (24 x 3 tahun). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18. Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian asumsi klasik akan mendukung hasil pengujian hipotesis. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berdasarkan hasil uji baik secara grafik melalui histogram dan kurva P-Plot dan statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang tidak menceng ke kanan atau menceng ke kiri dan kurva P-plot yang distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal. Melalui uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,654 dan signifikan pada 0,786.
Jurnal Ekonom, Vol 13 No 1, Januari 2010
b.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antarvariabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi gejala multikolenearitas. Hasil uji multikolenearitas menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolenearitas antarvariabel independen. Hal ini ditunjukkan dalam angka Variance Inflation Factors (VIF) dari LOGSIZE, NPM, CR, DTAR, dan PSP tidak lebih besar dari 10 yaitu LOGSIZE=1,297, NPM=1,235; CR=2,020; DTAR=1,951; dan PSP=1,076 dan nilai Tolerance dari kelima variabel dependen yang tidak lebih kecil dari 0,1 yaitu LOGSIZE=0,771; NPM=0,810; CR=0,495; DTAR=0,512; dan PSP=0,929. c.
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Hasil uji autokolerasi menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokolerasi. Hal ini dibuktikan dari hasil uji runt test nilai signifikan diatas 0,05 yaitu sebesar 0,812 dan nilai DurbinWatson sebesar 1,710 (diatas -2 dan dibawah +2) d.
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastitas ditunjukkan dengan gambar Scattterplot dimana titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu dan uji gletser dimana kelima variabel dependen nilai signifikannya diatas 0,05 yaitu LOGSIZE=0,344; NPM=0,605; CR=0,615; DTAR=0,724; PSP=0,443 HASIL Berdasarkan analisis hasil regresi diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.
Y
= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X5 + ε KP
=
0,254 + 0,032LOGSIZE 0,126NPM + 0,006CR 0,001DTAR +0,044PSP + ε
+ +
Berdasarkan hasil uji F yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari Fhitung > Ftabel (7,827 > 2,50) dan signifikansi penelitian lebih kecil dari 0,05 (0,0000078 > 0,05). Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dari ukuran perusahaan (LOGSICE) thitung > ttabel (5,952 > 2,000) sedangkan untuk NPM thitung < ttabel (1,206 < 2,000); CR thitung < ttabel (1,347 < 2,000); DTAR thitung < ttabel (0.025 < 2,000); dan PSP thitung < ttabel (1,082 < 2,000) PEMBAHASAN Hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah minimum 53% (sekitar 36 item yang diungkapkan dari yang seharusnya 68 item) dan maksimum 82% (sekitar 56 item dari 68 item yang ditetapkan) dengan rata-rata 66,25% (sekitar 45 item). Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang disyaratkan dalam peraturan BapepamLK yaitu Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 diungkapkan secara lengkap oleh perusahaan. Kondisi ini mensyaratkan bahwa Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten) agar perusahaan dapat memberi pengungkapan yang lebih lengkap. Sehingga laporan keuangan memiliki manfaat yang signifikan bagi keperluan pemakainya. Hasil regresi berganda menggunakan uji F atau F test dengan tingkat signifikansi α = 5% menunjukkan Fhitung sebesar 7,827 dengan tingkat signifikansi 0,0000078. Pada tabel hanya terlihat tiga angka desimal
23
Monalisa Br Ginting, Arifin Akhmad: Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan
dibelakang koma. Sedangkan Ftabel dicari dengan jumlah sampel (n) = 72; jumlah variabel (k) = 5; taraf signifikansi α = 5%; degree of freedom df1 = k-1 = 4 dan df2 = nk = 72-5 = 67 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,50 (taraf signifikansi α =5%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, artinya ukuran perusahaan (LOGSIZE), net profit margin, current ratio, debt to asset ratio, porsi saham publik secara simultan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan karena Fhitung > Ftabel (7,827 > 2,50) dan signifikansi penelitian lebih kecil dari 0,05 (0,0000078 < 0,05). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006), Sartika (2008), dan Hidayat (2008). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. thitung > ttabel (5,952 > 2,000), Signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka lebih kecil dari 0,05 (0,0000001 < 0,05). Profitabilitas (X2) yang menggunakan net profit margin (NPM) diperoleh hasil bahwa secara parsial NPM ini tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung (1,206) < ttabel (2,000) dengan tingkat α = 5% pada signifikansi 0,232 > 0,05. Variebel likuiditas (X3) yang menggunakan current ratio (CR) diperoleh hasil bahwa secara parsial CR tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai thitung (1,347) < ttabel (2,000) dengan tingkat α = 5% pada signifikansi 0,183 > 0,05. leverege (X4) dalam hal ini menggunakan debt to asset ratio (DTAR) secara parsial bahwa DTAR tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai thitung untuk variabel DTAR adalah 0,025, sedangkan ttabel 2,000, sehingga thitung < ttabel (0.025 < 2,000) dan Signifikansi sebesar 0,980. porsi saham publik (X5) diperoleh hasil bahwa secara parsial bahwa porsi saham publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai
24
thitung untuk variabel porsi saham publik (PSP) adalah 1,082, sedangkan ttabel 2,000, sehingga thitung < ttabel (1,082 < 2,000). Signifikansi sebesar 0,283. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang di lakukan pada 24 perusahaan barang konsumsi yang dipilih sebagai sampel dengan tiga tahun periode pengamatan yakni tahun 2007-tahun 2009 sehingga unit analisis berjumlah 72 unit (n), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. secara simultan, karakteristik perusahaan yang tercermin dalam ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006), Sartika (2008), dan Hidayat (2008) 2. secara parsial, hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan variabel profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada hasil penelitian ini. 3. karakteristik perusahaan yang diukur melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, porsi saham publik memberikan kontribusi 32,5% dalam mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan 67,5% dipengaruhi variabel lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini terdiri atas : 1. penelitian ini hanya meneliti sebagian kecil dari variabel yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, namun perlu dikaji lebih lanjut kemungkinan variabel lain yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan seperti
Jurnal Ekonom, Vol 13 No 1, Januari 2010
umur perusahaan, kepemilikan asing dan sebagainya. 2. periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas pada periode tahun 2007-tahun 2009. 3. peneliti mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage hanya menggunakan masing-masing satu rasio saja sehingga dianggap belum dapat mewakili secara keseluruhan. SARAN Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka peneliti memberikan saran kepada : 1. peneliti selanjutnya, agar menambah variabel independen seperti sektor perusahaan, umur perusahaan, struktur modal, pemilikan asing dan penerbitan sekuritas dan lain sebagainya. Menambah periode penelitian minimal satu periode sehingga periode penelitian menjadi empat tahun untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan beberapa rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. 2. manajemen perusahaan publik, sebaiknya dalam melakukan pengungkapan laporan keuangan haruslah lengkap sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh bapepam-LK. 3. investor atau calon investor, sebaiknya melakukan analisis terhadap karakteristik perusahaan terutama melalui rasio-rasio keuangan yang digunakan menentukan besarnya pengembalian atas investasi yang dilakukan. 4. Bapepam-LK, agar lebih mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan (emiten), agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan yang lebih lengkap. Karena berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 24 perusahaan yang dijadikan sebagai sampel, tidak ada satupun perusahaan mampu mengungkapkan ke 68 item pengungkapan yang ditetapkan Bapepam-LK. DAFTAR RUJUKAN Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, 2007. “Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”, Makalah Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis, Universitas Trisakti, Jakarta. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa : Dodo Suharto dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Buku Satu, Jakarta. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hanafi, Mamduh M, 2004. Manajemen Keuangan, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda, 2000. Teori Akunting, Edisi Kelima, Alih Bahasa : Herman Wibowo, Edisi Kelima, Penerbit Interaksara, Batam. Hidayat, Fendi rohmad, 2008. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Horne, James C Van dan John M Wachowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Keduabelas, Alih Bahasa : Sudarmoko, Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Irawan, Bambang, 2006. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
25
Monalisa Br Ginting, Arifin Akhmad: Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan
pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Jogiyanto, H.M.2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Lubis, Ade Fatma., Arifin Akhmad dan Firman Syarif, 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU Press, Medan. Nugraheni, B.Linggar Yekti.,Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto.2002. “Analisis Faktorfaktor Fundamental Perusahaan terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.VIII. No.1.pp.75-91 Subiyantoro, Edi. 1996. “Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan
26
Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi I.Yogyakarta Stice, K Earl., James D Stice dan K Fred Skousen, 2005. Akuntansi Intermediate, Edisi Kelimabelas, Salemba Empat, Buku dua, Jakarta. Suta, I Putu Gede Ary. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta : Yayasan SAD Satria Bakti. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 46/MDAG/PER/9/2009 Tentang ”Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin UsahaPerdagangan”. http://www.kadinjakarta.or.id/Opport unities/opu100600078/peraturanmenteri-perdagangan-ri-nomor---46m-dag-per-9-2009.aspx