KEYNOTE SPEAKER KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN ASSOCIATION CAMBISTE INTERNATIONALE WORLD CONGRESS 2016 Jakarta, 29 April 2016 Yang Kami muliakan, Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia, Yang terhormat, Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Pengurus dan Anggota ACI, dan Bapak-Ibu sekalian yang berbahagia, Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, 1.
Patut kita syukuri bersama seluruh nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kita semua dapat hadir pada acara Association Cambiste Internationale (ACI) World Congress 2016 yang kali ini Indonesia menjadi tuan rumahnya.
2.
Ini juga merupakan suatu kehormatan bagi Saya berkesempatan untuk memberikan sambutan dalam acara besar ini yang juga dihadiri oleh Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia.
3.
Beberapa waktu lalu Dewan Perwakilan Rakyat telah mengesahkan Undang-undang tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK). Kita menyambut baik kehadiran undang-undang ini sebagai pedoman dalam mencegah dan menangani krisis keuangan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Bapak Wakil Presiden, Bapak dan Ibu hadirin yang Saya hormati, 4.
Ada lesson learned yang dapat kita ambil hikmahnya dari sejumlah krisis keuangan global (global financial crisis), dan semestinya pula kita telah mampu memahami berbagai faktor penyebabnya. Studi empiris IMF (2014) menunjukkan paling tidak ada 4 (empat) faktor penyebab krisis.
Faktor yang pertama, terkait dengan boom kredit yang tidak diiringi dengan standar pemberian yang baik sehingga menciptakan kredit masalah dalam jumlah besar,
Faktor yang kedua, apresiasi nilai aset yang berlangsung cepat (rapid asset price appreciation) khususnya aset properti yang sering digunakan sebagai agunan kredit.
Faktor ketiga yang terkait dengan penciptaan instrumen-instrumen keuangan baru (creation of new instruments) yang acap kompleks dan embedded didalamnya sejumlah risiko yang belum dipahami dan tidak dikelola dengan baik, dan yang terakhir
Faktor yang keempat yaitu terkait dengan liberalisasi dan deregulasi sektor keuangan yang antara lain memungkinkan terjadinya bauran antara bisnis bank investasi (investment bank) dengan bank komersial (commercial bank), dan adopsi model internal dalam manajemen risiko yang belum sepenuhnya seimbang dengan peningkatan kapasitas pengawas untuk mengujinya.
5.
Berangkat dari pemahaman kita terhadap berbagai faktor penyebab krisis di atas khususnya 2 faktor yang terakhir, maka Saya sangat berharap Bapak dan Ibu yang tergabung dalam ACI khususnya ACI Indonesia memiliki komitmen yang sama dengan kami untuk lebih mengedepankan dan mengutamakan stabilitas sistem keuangan melalui peningkatan pemahaman terhadap berbagai macam produk produk dan instrument keuangan dan meningkatkan kapasitas dan profesionalitas.
6.
Saya memahami pendalaman pasar keungan sangatlah penting untuk kegiatan usaha para anggota ACI baik global maupun Indonesia. Namun saya ingin menekankan bahwa pendalaman pasar keuangan akan membahayakan stabilitas sektor jasa keuangan apabila tidak dibarengi dengan tersedianya infrastruktur yang sepadan, termasuk didalamnya pengaturan dan pengawasan yang memadai serta penerapan managemen risiko yang robust. Saya menghargai upaya Anggota ACI Indonesia untuk mengadopsi internationally accepted code of conduct dalam melakukan transaksi keuangan. Ini merupakan bagian dari penguatan infrastruktur yang saya sampaikan tadi.
7.
Apa yang Saya sampaikan di atas rasanya juga tidak berlebihan. Hasil surveillance yang kami lakukan menunjukkan bahwa aktivitas proprietary tradings dalam pasar valuta asing yang dilakukan oleh beberapa bank nampak lebih dominan dibandingkan peran bank-bank tersebut sebagai lembaga intermediasi.
8.
Saya hanya ingin sampaikan bahwa pada waktunya, terhadap bank-bank tersebut akan kami mintakan komitmennya agar lebih berperan aktif dalam merealisasikan fungsi intermediasi terutama untuk membiayai berbagai sektor prioritas yang telah digadang oleh Pemerintah dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Bapak Wakil Presiden, Bapak dan Ibu hadirin yang Saya hormati, 9.
Di level global dan domestik, sebagaimana kita pahami, banyak upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah dan otoritas pengawas untuk merestorasi dampak kerugian yang timbul dari krisis keuangan. Salah satu inisiatif yang ditempuh oleh The Financial Stability Board (FSB) adalah adopsi standar persyaratan permodalan (capital requirements) Basel III yang termasuk juga didalamnya perhitungan countercyclical capital buffer dan surcharge bagi global systemically important financial institutions (SIFIs).
10. Indonesia sebagai anggota G-20 dan anggota Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) secara moral dimintakan komitmennya yang lebih tinggi untuk mengadopsi Basel III tersebut menjadi ketentuan yang efektif berlaku terhadap perbankan. 11. Harapan kita tentu adopsi Basel III akan membuat kondisi permodalan bank di Indonesia menjadi lebih kuat dan hal itu pada gilirannya berdampak positif terhadap stabilitas sistem keuangan. 12. Tingkat permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perbankan nasional saat ini yang sebesar 21,93% (per Februari 2016) menunjukkan bahwa perbankan nasional memiliki kualitas resiliensi yang luar biasa dalam mengabsorpsi kerugian (losses), termasuk yang bersumber dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perbankan di ranah pasar valuta asing, pasar uang dan transaksi derivatif.
13. Ingin Saya tekankan bahwa adopsi Basel III tidak berhenti ketika ketentuannya telah diterbitkan. Ada proses penilaian yang dilakukan oleh BCBS untuk memastikan bahwa implementasi Basel III tetap konsisten dengan dokumen Basel sendiri. Proses ini dinamakan sebagai Regulatory Consistency Assessment Program (RCAP). 14. Saya sampaikan bahwa Indonesia saat ini sedang menjalani proses RCAP di atas. Proses RCAP ini diharapkan rampung seluruhnya pada akhir Mei ini, dan Saya berharap hasilnya menunjukkan tingkat pemenuhan (level of compliance) yang terbaik sehingga kita dapat meyakini bahwa permodalan bank kita sejatinya berada pada level yang tidak diragukan oleh semua pemangku kepentingan, baik di level domestik maupun internasional. 15. Saya meyakini bahwa persepsi yang positif atas kekuatan modal perbankan nasional akan memberikan basis bertransaksi yang kondusif kepada Bapak dan Ibu yang tergabung dalam ACI.
Bapak dan Ibu yang Saya hormati, 16. Dalam lingkup yang lebih besar, Saya juga ingin menyampaikan bahwa di tahun 2016 ini, kita juga kembali mengikuti proses penilaian terhadap sektor jasa keuangan yang secara kolaboratif dilakukan oleh pihak IMF dan World Bank, yaitu Financial Sector Assessment Program (FSAP). Proses serupa sudah pernah kita selesaikan bersama di tahun 2009/2010, dan ini siklus 5 tahunan yang harus diikuti oleh Indonesia sebagai anggota G-20. 17. Sejalan dengan tujuannya di atas, maka dalam FSAP, kita akan dinilai secara komprehensif dari berbagai aspek untuk bisa melihat kemampuan sektor jasa keuangan nasional dalam menghadapi ancaman risiko sistemik (systemic risk) dan spill-over risk. Lingkup FSAP sendiri diantaranya akan mencakup penilaian pemenuhan terhadap berbagai standar internasional (Basel Core Principles, IOSCO Principles, dan Insurance Core Principles), pelaksanaan stress testing, kerangka krisis manajemen, kerangka kebijakan makro prudensial dan pemenuhan terhadap prinsip-prinsip dalam infrastruktur pasar keuangan (financial market infrastructures). 18. Melihat kedalaman dan multi area yang dinilai dalam FSAP, Saya melihat bahwa kelancaran proses FSAP sangat membutuhkan komitmen dan kerja
sama yang sangat intensif oleh kita semua. Dalam kesempatan ini, Saya ingin pula menyampaikan bahwa kita sudah mempersiapkan seluruh aspek yang terkait dengan pelaksanaan FSAP tersebut dan meyakini prosesnya akan berlangsung dengan efektif. 19. Pada ujung proses FSAP ini, tentu saja kita juga menginginkan bahwa hasilnya akan menunjukkan bahwa sektor jasa keuangan nasional memiliki daya tahan (resiliences) yang sangat baik dalam menghadapi berbagai risiko yang timbul baik yang berasal dari lingkup domestik, regional dan global. 20. Untuk ini, kembali Saya mengajak Bapak dan Ibu anggota ACI Indonesia untuk tetap berkomitmen dalam menciptakan dan menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Kurangnya komitmen kita, Saya pastikan juga berdampak pada kualitas transaksi keuangan yang dilakukan dengan mitra bisnis perbankan nasional, terlebih dalam era kompetisi yang sedang kita hadapi saat ini.
Bapak Wakil Presiden, Bapak dan Ibu hadirin yang saya hormati, 21. Kami, bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang lain pasca penyelesaian Undang-undang tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) akan terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Mekanisme dan kerangka yang sudah lebih jelas dalam mengantisipasi dan menyelesaikan krisis akan membantu kita semua dalam menjaga kiprah sektor jasa keuangan dalam berkontribusi membangun bangsa. 22. Ini prestasi yang kita patut banggakan dan untuk ini, Saya kembali berharap hal yang sama juga dapat dibangun oleh semua pemangku kepentingan termasuk Bapak dan Ibu anggota ACI. 23. Akhir kata, besar harapan Saya bahwa dari Kongress ACI ini dapat dihasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat dalam kita bersama-sama terus menjaga sustainability dan stabilitas sistem keuangan nasional. Saya juga berharap ACI Indonesia tetap mampu memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggotanya.
24. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati seluruh langkah prestasi yang kita sumbangkan kepada negeri tercinta. 25. Terima kasih dan selamat pagi.
Billahitaufiq wal hidayah. Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 29 April 2016 Ketua Dewan Komisioner
Muliaman D. Hadad, Phd.