ISSN 1907 - 3666
Volume 1, 10Nomor Nomor 3, 2, Nopember November 2016 Volume 2007 Penasehat Dewan Redaksi : Dr. Zulkifli Rangkuti, SE., M.Si. Dr. Jus Usman Sumanegara, MM.
Dr. Rokhmad Slamet, MM. Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr.
Ketua Dewan Redaksi Wakil Ketua Dewan Redaksi
Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr. Dr. Dwi Suryanto, SE, M.Sc.
: :
Staf Ahli : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS. Dr. M. Riduan, SE, MM. Dr. H. Sumiyar, M.Pd. Dr. Hj. Farida Hanum Lubis, M.Pd. Dr. Enny Ariyanto
Dr. Sugito Effendi, M.Si. Dr. Ir. Achmad Nasir, M.Si. Dr. Harniati Dr. Yana Suryaman Suherman Sapri, MM.
Editor Dr. Dwi Suryanto, SE, M.Sc. Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd. Dr. Enjang Sudarman, M.Si.
: Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr. Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Ir. Djodi Achmad Hussain, MM.
Penyunting Pelaksana Dr. H. Zaharuddin, SE, MM. Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. Drs. Rokhmad Slamet, MM.
: Akka Latifa Yusdinar, SE, MM. Ir. Aswin Naldi Sahim, MM. Ir. Hj. Nyayu Siti Rahmaliya, MM.
Mitra Bestari : Dr. Eny Ariyanto (UMB) Dr. Sugito Efendi, M.Si (UNAS) Dr. Etty Riani, MS. (IPB) Dr. Albert Napitupulu, M.Si (UKI) Olivia Yolanda, SE, MM. (STIE MBI) Sekretariat Editing
:
Budi Purnomo, SE. Sugito Hartadi, SE. Hengki Supriyanto, SH.
Sekretariat Administrasi
:
Dewi Listiorini, SE. Kunto Atmojo, SE, MM. Gopi Susanto, SE.
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected] Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
233
234
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume1,10Nomor Nomor3,2,Nopember Novembe 2016 Volume 2007 DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 10, Nomor 2, bulan November 2016 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke sepuluh ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain: 1. Faktor Penentu Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan PT. Raudhah Nurul Iman 2. Budidaya “Ikan Lele” Kandungan Gizi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan 3. Model Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia 4. Pengaruh Efikasi Diri dan Pengetahuan Pencemaran Lingkungan terhadap Kepedulian Lingkungan Siswa Sekolah Menegah Pertama (Survey Pada Siswa SMP kelas VIII di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) 5. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Siswa terhadap Pemahamn Konsep Matematika 6. Perlindungan Anak terhadap Kekerasan Lingkungan (Penelitian Deskriptif Tahun 2015) 7. Perbandingan Harga Saham, Likuiditas Saham, dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham 8. Pengaruh Brand Image Pasar Bunga Rawa Belong dan Daya Tarik Produk terhadap Transformasi Kewirausahaan Para Umkm Pusat Promosi Pasar Bunga dan Hasil Pertanian Di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat 9. Pengaruh Faktor-faktor Internal dan Eksternal terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia 10. Analisis Beban Kerja Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia Tahun 2016 11. Arus Kas dan Pergerakan Harga Saham Syariah dalam Jakarta Islamic Index 12. Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris dengan Menerapkan Metode Kooperatif Learning Di SMAN VI Karawang 2016 13. Pengaruh Profitabilitas dan Leverage terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 14. Model Entrepreneurship untuk Memperkuat UKM Indonesia dalam Menghadapi Krisis Finansial Global 15. Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Hubungan Industrial Di Indonesia Amerika Serikat (Studi Pustaka) 16. Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Puskesmas Panyindangan 17. Kajian Hukum dalam Kontrak Bisnis Melalui Penerapan Prinsip Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak 18. Dorongan Budaya Mencipta, Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif dan Kesediaan Membuka Jaringan terhadap Kreativitas Kerja Karyawan (Studi Empirik Pada Industri Kreatif Distro Feysen Di Kota Bandung) 19. Pengaruh Pemecahan Saham (stock split) terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada 25 Perusahaan yang Melakukan (stock split) Periode 20122014)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
235
20. Pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang 21. Analisis Pengaruh Sosial Media Marketing terhadap Brand Awareness yang Berdampak terhadap Pembentukan Brand Image 22. Peran Ekuitas Merek Sebagai Sumber Keunggulan Kompetitif dalam Jasa Pendidikan 23. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Mudharabah dan Musyarakah), dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang. Terima kasih Redaksi
236
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume 1, 10Nomor Nomor 3, 2, Nopember November 2016 Volume 2007 FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya, S.E., M.M.* ............................ 1 BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir* ............................................................................................................ 11 MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto* ............................................................................................. 19 PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA (Survey Pada Siswa SMP Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih* .................................................................................................... ... 27 PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh : Arie Widiyastuti* .................................................................................................. 39 PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina* .................................................................................................... 47 PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti* ................................................................................................. 55 PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih* ............................................................................................ 63 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hidayati* .................................................................................................... . 71 ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi* ............................................................................................................. 85 ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono* ....................................................................................... 99 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman* .............................................................................................. 107
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
237
Volume1,10Nomor Nomor3,2,Nopember November2007 2016 Volume PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati* ............................................................................. MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih* ............................................................................................ ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno* ...................................................................................................... MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar* ........................................................................................ KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan* ................................................................................................ DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI EMPIRIK PADA INDUSTRI KREATIF DISTRO FEYSEN DI KOTA BANDUNG) Oleh : Aan Khurosani ...................................................................................................... PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada 25 Perusahaan yang Melakukan Stock Split) Periode 2012-2014) Oleh : Kusnadi .................................................................................................................. PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti .................................................................................................... ....... ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini ............................................................. PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna .............................................................................................. PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih ................................................................................................
238
117
123
129
149
157
165
177
187
201
209
217
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya* ABSTRACT This study was conducted to determine the effect of service quality and price to customer satisfaction and customer satisfaction to customer loyalty PT Raudhah Nurul Iman. The study population was 55 people. Data collection techniques in this study was saturated sampling, method used in this research is quantitative descriptive analysis method. The results showed the quality of service and price have a positive effect on customer satisfaction, where prices have a greater influence than the quality of service. Customer satisfaction has a positive effect on customer loyalty. The linear regression equation for the impact of service quality and price to customer satisfaction is Y = 0,258X1 + 0,747X2, and to customer satisfaction to customer loyalty is Z = 0,299Y. Keywords: Quality Service, Price, Customer Satisfaction and Customer Loyalty.
PENDAHULUAN Dalam merencanakan perjalanan, pada umumnya masyarakat menginginkan paket lengkap, mulai dari tiket pesawat, penginapan, hingga tiket masuk tempat wisata di kota atau negara tujuan. Masyarakat pasti menginginkan kemudahan untuk mendapatkan kebutuhan perjalanannya, maka masyarakat dapat menggunakan jasa biro perjalanan yang menyediakan berbagai kebutuhan perjalanan tersebut. Biro perjalanan memberikan jasa pemesanan tiket pesawat, tiket kereta, tiket bus, pemesanan penginapan atau hotel, pengurusan dokumen perjalanan dan jasa-jasa lainnya. Berdasarkan survei perilaku konsumen online yang dilakukan oleh Google bersama dengan perusahaan market research internasional Taylor Nelson Sofres, industri perjalanan merupakan industri yang paling populer dalam kebiasaan berbelanja online masyarakat Indonesia (www.marketeers. com). Hal ini berarti semakin maraknya persaingan antara biro perjalanan yang ada. Untuk dapat bertahan dalam industri yang ada, sebuah biro perjalanan harus berusaha menjaga pelanggannya agar menjadi pelanggan yang loyal. Berdasarkan penelitian Reichheld dan Sasser dalam Lovelock dan Witrz (2011:338) dapat diambil kesimpulan bahwa pelanggan yang loyal dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan.
Loyalitas pelanggan dicapai melalui kepuasan pelanggan. Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:79-87) kepuasan pelanggan adalah penilaian pelanggan terhadap produk atau jasa apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Jika sudah sesuai atau melebihi harapannya, maka pelanggan akan menjadi puas dengan mendapatkan nilai lebih dari harapannya. Beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan, kualitas produk, harga, faktor situasional dan faktor personal. Dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan, sebuah perusahaan harus dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik. Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:87) mengatakan kualitas pelayanan (service quality) merupakan sebuah elemen penting yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Selain kualitas pelayanan, hal lain yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan adalah harga. Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:447-466) mengatakan bahwa konsumen cenderung menggunakan harga sebagai indikator untuk biaya layanan dan kualitas layanan. Hal ini dapat membuat harga menjadi faktor untuk menarik konsumen maupun sebaliknya membuat konsumen menolak menggunakan jasa yang ditawarkan. Walau banyak faktor lain yang menentukan, namun harga merupakan elemen terpenting yang menentukan keuntungan perusahaan.
* Dosen Program Studi Strata Satu Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
Penelitian-penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang berbeda. Penelitian oleh Marcelitha T. Montolalu yang mengambil objek SwissBelhotel Maleosan Manado dan penelitian Florencia T. Sia dan Hartono Subagio dengan objek IPO Korean Café dan Restaurant menyimpulkan kualitas pelayan dan harga berpengaruh positif terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan, yang paling berpengaruh adalah kualitas pelayanan. Penelitian Olive Caroline dan Chandra Kuswoyo yang mengambil objek penelitian pelanggan Hotel Zodiak di Bandung dan penelitian Indah Dwi Kurniasih dengan objek Bengkel AHASS 0002-Astra Motor Siliwangi Semarang mengungkapkan bahwa harga tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan atau loyalitas pelanggan. Sedangkan penelitian lain oleh Yuda Ramadani yang melakukan penelitian pada PT TIKI JNE Agen Galunggung Malang memaparkan bahwa harga merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. Dapat dilihat bahwa walaupun variabel-variabel penelitian sama, namun hasilnya akan berbeda untuk objek penelitian dan waktu penelitian yang berbeda. Menurut penelitian J.L Heskett, W.E Sasser Jr, and L. A. Schlesinger dalam Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:86) loyalitas timbul tidak hanya karena pelanggan puas tetapi pelanggan harus merasa benarbenar puas dan senang karena mendapat nilai tambah dari jasa yang diterima. PT Raudhah Nurul Iman berusaha menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan agar para pelanggannya menjadi pelanggan yang loyal karena loyalitas pelanggan dibutuhkan untuk kelangsungan usaha. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor Penentu Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan PT. Raudhah Nurul Iman” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi bagaimana pengaruh kualitas layanan dan harga terhadap kepuasan pelanggan serta pengaruh kepuaasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan TINJAUAN PUSTAKA Harga Menurut Kotler dan Keller (2014:312) harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli
2
dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:447-466) mengatakan bahwa konsumen cenderung menggunakan harga sebagai indikator untuk biaya layanan dan kualitas layanan. Kualitas Pelayanan Pemahaman yang berbeda tentang kualitas, dapat membuat berbedanya definisi untuk kualitas pelayanan. Lovelock dan Wirtz (2011:405) mengungkapkan kualitas pelayanan dilihat dari persepsi pelanggan yang secara konsisten telah memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:87) mengatakan kualitas pelayanan (service quality) merupakan sebuah elemen penting yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Dimensi kualitas pelayanan meliputi keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty), bukti fisik (tangibles), Lovelock dan Wirtz (2011:406-408) mengungkapkan enam gap atau kesenjangan yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dalam penyampaian jasa yaitu the knowledge gap,the policy gap, the delivery ga, the communication gap, the perceptions ga, the service quality gap Kualitas pelayanan sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Pelayanan yang baik didukung dengan sumber daya manusia sebagai pelaksana atau pemberi jasa kepada pelanggan. Dengan adanya kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dalam penyampaian jasa kepada pelanggan, maka sebuah perusahaan maupun individu penyedia jasa harus dapat memberikan pelayanan yang baik dengan dapat diandalkan (reliability), mau membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat (responsiveness), dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada pelanggan (assurance), memberikan sikap peduli (emphaty), serta mempunyai fasilitas yang baik (tangible). Kepuasan Pelanggan Kotler dan Armstrong (2014:35) menyebutkan kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:7987) kepuasan pelanggan adalah penilaian pelanggan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
terhadap produk atau jasa apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Kepuasan muncul jika produk atau jasa sudah sesuai dengan kebutuhanan dan keinginan pelanggan, sebaliknya jika tidak sesuai maka pelanggan akan menjadi tidak puas. Beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan, kualitas produk, harga dan faktor lainnya. Hubungan antara kualitas pelayanan, harga dan faktor lainnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Sumber: Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:79) Menurut penelitian J.L Heskett, W.E Sasser Jr, and L. A. Schlesinger dalam Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:86) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan dapat berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, seperti dari terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.2 Hubungan Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan
terus menerus menggunakan yang ditawarkan sebuah perusahaan dalam jangka panjang dan merekomendasikan produk perusahaan kepada teman dan rekan. Konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Penelitian Reichheld dan Sasser dalam Lovelock dan Wirtz (2011:338-339) mengungkapkan keuntungan yang didapat dari loyalitas pelanggan adalah : didapatkan dari pembelian yang bertambah, sedikitnya biaya produksi, rekomendasi yang diberikan pelanggan loyal terhadap orang lain, harga khusus. Pelanggan yang loyal biasanya tidak terlalu sensitif terhadap harga karena sudah tahu jasa yang terima sudah sesuai kebutuhan dan harapan. Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:147152) hubungan perusahaan dengan pelanggan dapat berubah seiring waktu, berikut adalah tahapantahapannya: consumers as strangers, customers as acquaintances, customers as friends, customers as partners Perusahaan harus dapat menjaga pelanggannya agar menjadi pelanggan yang loyal karena loyalitas pelanggan dapat menjadi roda berjalannya perusahaan yaitu dengan tercapainya keuntungan. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya yaitu berkomitmen untuk terus menggunakan jasa yang ditawarkan, tidak mudah terpengaruh terhadap penawaran dari kompetitor, dan mau merekomendasikan kepada orang lain. Loyalitas pelanggan dapat membuat perusahaan berjalan dengan baik dan dengan cara itu perusahaan akan memperoleh keuntungan sebagaimana yang diharapkannya. Kerangka Pemikiran Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran KUALITAS PELAYANAN (X1)
Keandalan (Reliability) Cepat tanggap (Responsiveness) Kepastian (Assurance) Empati (Emphaty) Bukti Fisik (Tangibles)
LOYALITAS ELANGGAN (Z) KEPUASAN PELANGGAN (Y)
Sumber: Penelitian J.L. Hesek J.L Heskett, W.E Sasser Jr, and L. A. Schlesinger dalam Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:86)
HARGA (X2)
Loyalitas Pelanggan Lovelock dan Wirtz (2011:338-339) mengatakan loyalitas pelanggan adalah kerelaan pelanggan untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Kesesuaian harga dengan jasa yang diberikan Daya saing dengan kompetitor Kesesuaian harga dengan persepsi pelanggan
Kepuasan terhadap kualitas pelayanan Kepuasan terhadap harga
Menggunakan jasa terus menerus Tidak mudah terpengaruh terhadap penawaran dari kompetitor Merekomendasikan kepada orang lain
Sumber: Zeithaml, Bitner & Gremler (2013:79-87, 152, 447-466) dan Lovelock dan Wirtz (2011:338
3
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
Keterkaitan Dengan Penelitia Sebelumnya Dalam penelitiannya Yuda Ramadani (2014) bahwa variabel kualitas layanan, harga dan secara simultan maupun parsial berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan dan harga merupakan variabel yang dominan. Marcelitha T. Montolalu (2013) bahwa kualitas layanan dan harga berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Variabel kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap loyalitas pelanggan dibandingkan harga. Olive Caroline dan Chandra Kuswoyo (2013) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas jasa terhadap kepuasan pelanggan sedangkan untuk variabel kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Florencia T. Sia dan Hartono Subagio (2013) bahwa service quality, corporate image dan price berpengaruh signifikan dan positif terhadap customer satisfaction, customer satisfaction sebagai variabel intervening berpengaruh signifikan dan positif terhadap customer loyalty, faktor yang berpengaruh dominan terhadap customer satisfaction adalah service quality, selanjutnya corporate image dan terakhir adalah price. Indah Dwi Kurniasih (2012) bahwa pengaruh langsung harga terhadap loyalitas lebih besar daripada pengaruh tidak langsungnya, sedangkan pengaruh langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas lebih besar daripada pengaruh tidak langsungnya, pengaruh total harga terhadap loyalitas lebih kecil daripada pengaruh total kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Hipotesis H1: Diduga bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan yang diterapkan PT. Raudhah Nurul Iman maka semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan. H2: Diduga bahwa semakin rendah harga yang diterapkan PT. Raudhah Nurul Iman maka semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan. H3: Diduga bahwa semakin tinggi kepuasan pelanggan PT Raudhah Nurul Iman maka semakin tinggi tingkat loyalitas pelanggan. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2013:13)
4
menyatakan bahwa: “Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan” Operasionalisasi Variabel Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Kualitas Pelayanan (X1)
Harga (X2)
Kepuasan Pelanggan (Y)
Loyalitas Pelanggan (Z)
Konsep Variabel
Indikator
Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Harga didefinisikan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa dalam pemenuhan kebutuhannya.
Keandalan (Reliability) Cepat tanggap (Responsiveness) Kepastian (Assurance) Empati (Emphaty) Bukti Fisik (Tangibles)
Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya.
Kepuasan terhadap kualitas pelayanan Kepuasan terhadap harga
Kesesuaian harga dengan jasa yang diberikan Daya saing dengan kompetitor Kesesuaian harga dengan persepsi pelanggan
Loyalitas didefinisikan Menggunakan jasa sebagai kerelaan terus menerus pelanggan untuk terus Tidak mudah menerus menggunakan terpengaruh terhadap yang ditawarkan penawaran dari sebuah perusahaan kompetitor dalam jangka panjang Merekomendasikan dan merekomendasikan kepada orang lain produk perusahaan kepada teman dan rekan.
Sumber: Dikembangkan berdasarkan kajian teori kepuasan pelanggan Zeithaml, Bitner dan Gremler (2013:79-87,152), Lovelock dan Wirtz (2011:338) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pelanggan yang secara aktif menggunakan jasa PT Raudhah Nurul Iman adalah sebanyak 55 pelanggan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti menggunakan metode sampling jenuh karena pelanggan PT Raudhah Nurul Iman yang secara aktif menggunakan jasanya adalah sejumlah 55 pelanggan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
Metode Analisis Uji Instrumen : Metode analisis dalam penelitian ini diawali dengan pengujian terhadap kelayakan kuesioner agar memastikan kuesioner dapat diterima oleh responden dengan bantuan program SPSS version 20.0 for windows 1. Uji Validitas Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan valid bilamana instrumen tersebut dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat atau dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran (Hedwigis.dkk, 2014:24). Apabila sebuah instrumen yang diujikan sesuai, maka instrumen ersebut dapat dikatakan valid (Agusty, 2006). Pengujian validitas untuk penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 20 responden terlebih dahulu dan seluruh pernyataan yang disebar ke responden dinyatakan valid. 2. Uji Reliabilitas Pengujian realibilitas adalah menunjukkan pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Hedwigis.dkk, 2014:25). Suatu instrumen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian atas instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap atau konsisten. Uji ini hanya dapat dilakukan pada pernyataan-pernyataan yang valid. Berdasarkan hasil perhitungan seluruh pernyataan yang disebar ke responden dinyatakan reliabel
3.
Uji Asumsi Klasik (Uji Model Regresi) 1. Uji Normalitas Uji ini dilakukan utnuk melihat apakah variabel bebas dan variabel tak bebas mempunyai distribusi normal. 2. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara faktor pengganggu yang satu dengan lainnya (non autokorelasi). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan tes Durbin Watson. Menurut Ghozali, (2009:100).
Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisa regresi. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Koefisien determinasi (R2) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu, koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui prosentase perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh variabel independen.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.
Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah varian dalam model regresi adalah sama atau tidak. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas yaitu hubungan linier yang pasti antara peubah-peubah bebasnya.Untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (Variance Inflation Factory). jika nilai VIF masih kurang dari nilai 10 maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi atau meramal variabel-variabel lain. (Sulaiman, 2002). Untuk menganalisis variabelvariabel penelitian seperti kualitas layanan dan harga memerlukan metode penelitian regresi berganda. Regresi linier berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal dua variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = a+b1X1 + b2X2 + ….bnXn Persamaan regresi model yang kedua adalah : Z = a+ b3Y Uji Hipotesis (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independen mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan SPSS dengan tingkat signifikasi yang di tetapkan adalah 5%
5
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian PT Raudhah Nurul Iman yang bergerak dalam bidang Biro Perjalanan berdiri pada tanggal 10 Juli 2003 berdasarkan Akta Notaris Achmad Sofian, SH di Jakarta. Pada tanggal 28 Juli 2003 mendapat Izin Tetap Usaha Pariwisata untuk jenis Biro Perjalanan Wisata dari Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. PT Raudhah Nurul Iman juga sudah termasuk dalam anggota penuh ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) sejak tanggal 12 Agustus 2003. PT Raudhah Nurul Iman berada di Plaza Radio Dalam, Jl. Radio Dalam Raya No.6, Jakarta Selatan. Kegiatan utama PT Raudhah Nurul Iman antara lain adalah: ticketing, inbound tour, outbound tour, transportasi: menyediakan bus atau minibus untuk perjalanan wisata dalam negeri, menyediakan voucher hotel dalam dan luar negeri beserta transfer in-out, dokumen perjalanan: melayani pengurusan paspor, visa, asuransi perjalanan dan dokumen perjalanan lainnya. PT Raudhah Nurul Iman menetapkan visinya yaitu menjadi Biro Perjalanan yang memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Misi perusahaan adalah: 1. Menjadi rekan yang dapat diandalkan bagi pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik untuk segala keperluan perjalanan yang dibutuhkan pelanggan. 2. Membangun keterlibatan pegawai dalam meningkatkan pelayanan bagi pelanggan. 3. Berkomitmen untuk mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi dalam bidang perjalanan demi efisiensi dan efektivitas proses perjalanan pelanggan. Analisis Data Penelitian 1. Kualitas Layanan Hasil skor rata-rata tanggapan responden sebesar 244, ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan penilaian sangat baik terhadap variabel kualitas pelayanan pada PT Raudhah Nurul Iman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa PT Raudhah Nurul Iman dianggap telah memberikan kualitas pelayanan yang baik oleh para pelanggannya. 2. Harga Hasil skor rata-rata tanggapan responden sebesar 243, ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan penilaian sangat baik
6
3.
4.
terhadap variabel harga pada PT Raudhah Nurul Iman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa PT Raudhah Nurul Iman dianggap telah memberikan harga yang sesuai baik oleh para pelanggannya. Kepuasan Pelanggan Hasil skor rata-rata tanggapan responden sebesar 243, ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan penilaian sangat baik terhadap variabel kepuasan pelanggan pada PT Raudhah Nurul Iman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa para pelanggan dianggap telah merasa puas akan kualitas pelayanan dan harga yang diberikan PT Raudhah Nurul Iman. Loyalitas Pelanggan Hasil skor rata-rata tanggapan responden sebesar 245, ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan penilaian sangat baik terhadap variabel loyalitas pelanggan pada PT Raudhah Nurul Iman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa para responden sebagai pelanggan PT Raudhah Nurul Iman merupakan pelanggan yang loyal.
Uji Asumsi Klasik (Uji Model Regresi) 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas untuk tahap ini dapat dilihat melalui grafik normal probability plot-nya sebagai berikut: Gambar 4.1 Uji Normalitas Probability Plot
Sumber : Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
Gambar 4.2 Uji Normalitas Probability Plot
3.
Uji Heterokedastisitas Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak (random) serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 2.
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
Uji Autokorelasi Berdasarkan tabel hasil pengolahan data, diketahui nilai Durbin-Watson adalah 2,165 berarti keseluruhan variabel berada pada kondisi tidak ada autokorelasi. Tabel 4.1 Uji Autokorelasi
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak (random) serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb R Adjusted Std. Error of DurbinSquare R Square the Estimate Watson a 1 ,952 ,907 ,903 1,105 2,165 a. Predictors: (Constant), Harga (X2), Kualitas Pelayanan (X1) b. Dependent Variable: Kepuasan Pelanggan (Y) Model
R
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 Berdasarkan tabel hasil pengolahan data diatas, diketahui nilai Durbin-Watson adalah 2,190 berarti keseluruhan variabel berada pada kondisi tidak ada autokorelasi. Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Model Summary Model
1
R
,866
R Square a
,750
b
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
,745
2,281
2,190
a. Predictors: (Constant), Y b. Dependent Variable: Z
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 4.
Uji Multikolinearitas Dari hasil tabel dilihat pada kolom Collinearity Statistics bahwa model regresi layak di pakai, karena memenuhi kriteria yang ada, dimana nilai tolerance X1 sebesar 0,462, X2 sebesar 0,462, lalu nilai nilai VIF X1 sebesar 2,163 dan X2
7
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
sebesar 2,163 berarti nilai kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami multikolinearitas. Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients Model
a
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant)
,221
X1_Kualitas_Pelayanan
,000
,462
2,163
X2_Harga
,000
,462
2,163
a. Dependent Variable: Y_Kepuasan_Pelanggan
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 Dari hasil tabel dilihat pada kolom Collinearity Statistics bahwa model regresi (model 2) layak di pakai, karena memenuhi kriteria yang ada, dimana nilai tolerance Y sebesar 1,000 dan VIF sebesar 2,365 dibawah angka 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak mengalami multikolinearitas. Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficients Model
a
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
(Constant)
,559
Y1_Kepuasan_Pelanggan
,000
VIF
1 1,000
2,365
Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas, maka dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y = 0,258X1 + 0,747X2 Persamaan model regresi di atas diinterpretasi bahwa: 1. Diketahui konstanta adalah 2,008, artinya apabila kualitas pelayanan dan harga mempunyai nilai 0, maka nilai kepuasan pelanggan memiliki nilai 2,008. 2. Nilai sebesar 0,258 artinya bila X2 (harga) dikontrol, maka setiap perubahan satu satuan X1 (kualitas pelayanan) akan meningkatkan Y (kepuasan pelanggan) sebesar 0,258. 3. Nilai sebesar 0,747 artinya bila X1 (kualitas pelayanan) dikontrol, maka setiap perubahan satu satuan X2 (harga) akan meningkatkan Y (kepuasan pelanggan) sebesar 0,747. 4. Hasil uji hipotesis menunjukkan t hitung untuk X1 (kualitas pelayanan) 4,140 dimana t tabel 2,00404 berarti t hitung 4,140 > t tabel 2,00404 dan nilai sig 0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. 5. Hasil uji hipotesis menunjukkan t hitung untuk X2 (harga) 12,000 dimana t tabel 2,00404 berarti t hitung 12,000 > t table 2,00404 dan nilai sig 0,000 < 0,05 , artinya ada pengaruh antara harga terhadap kepuasan pelanggan. Tabel 4.6 Uji t Coefficients
a. Dependent Variable: Z_Loyalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Error
Uji Hipotesis (Uji t) Tabel 4.5 Uji t
(Constant) Y1_Kepuasan_Pelanggan
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
(Constant)
Beta
2,008
1,622
1,238
,221
X1
,129
,031
,258
4,140
,000
X2
,596
,050
,747
12,000
,000
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
8
,051
.766
,299
2,281
.000
Sig.
Error
1
,116
2,879
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20
b. Dependent Variable: Y Coefficients
1,814
a. Dependent Variable: Z
a. Predictors: (Constant), X2, X1
Model
5,224
1
Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas, maka dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut: Z = 0,299Y Persamaan model regresi di atas diinterpretasi bahwa: 1. Konstanta sebesar 5,224 berarti bahwa kepuasan pelanggan dapat meningkatkan loyalitas pelangan sebesar nilai konstantanya walaupun variabel kepuasan pelanggan mempunyai nilai 0.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
2.
3.
Nilai sebesar 0,299 artinya besaran kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelangan adalah sebesar 0,299. Hasil uji hipotesis menunjukkan t hitung 2,879 dimana t tabel 2,00404 berarti t hitung 2,879 > t tabel 2,00404 dan nilai sig 0,000 < 0,05 , artinya ada pengaruh antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.
2.
Koefisien Determinasi (R2 ) Besarnya nilai koefisien determinasi adalah 0,907, maka dapat dikatakan bahwa secara simultan besarnya pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan pelanggan sebesar 90,7%, sedangkan sisanya 9,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 4.7 Analisis Koefisien Determinasi Model Summary Model
1
R
,952
a
b
3.
R
Adjusted
Std. Error of the
Durbin-
Square
R Square
Estimate
Watson
,907
,903
1,105
2,165
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 Besarnya nilai koefisien determinasi adalah 0,750, maka dapat dikatakan bahwa secara simultan besarnya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 75%, sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 4.8 Analisis Koefisien Determinasi b
Model 1
R a
,866
Model Summary R Adjusted Std. Error of Square R Square the Estimate ,750 ,745 2,281
DurbinWatson 2,190
a. Predictors: (Constant), Y b. Dependent Variable: Z
Sumber: Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS V.20 Pembahasan Hasil Penelitian Dari pemaparan hasil penelitian di atas, berikut adalah jawaban dari hipotesis yang disampaikan pada bab sebelumnya: 1. Hasil uji menunjukan besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan adalah 0,258 dan nilai sig < 0, 05, artinya ada pengaruh positif antara variabel. Hasil ini artinya semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan PT Raudhah Nurul Iman, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ini, maka hipotesis pertama (H1) yang menduga bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan yang diterapkan PT Raudhah Nurul Iman maka semakin tinggi kepuasan pelanggan dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Hasil uji menunjukan besarnya pengaruh harga terhadap kepuasan pelanggan adalah 0,747 dan nilai sig < 0, 05, artinya ada pengaruh positif antara variabel. Hasil ini artinya semakin sesuai penetapan harga yang diberikan PT Raudhah Nurul Iman, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis kedua (H2) yang menduga bahwa semakin rendah harga yang diterapkan PT Raudhah Nurul Iman maka semakin tinggi kepuasan pelanggan dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Hasil uji menunjukan besarnya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan 0,299 dan nilai sig < 0, 05, artinya ada pengaruh positif antara variabel. Hasil ini artinya semakin tinggi kepuasan pelanggan maka semakin tinggi tingkat loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis ketiga (H3) yang menduga bahwa semakin tinggi kepuasan pelanggan maka semakin tinggi loyalitas pelanggan dapat diterima dan terbukti kebenarannya.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dapat disampaikan beberapa pokok kesimpulan yang sekaligus sebagai jawaban atas tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, sebagai berikut: (1) Variabel kualitas pelayanan (X1) mempunyai pengaruh positif dan lebih kecil dibandingkan dengan variabel harga (X2) terhadap kepuasan pelanggan (Y) pada PT Raudhah Nurul Iman, (2) Variabel harga (X2) mempunyai pengaruh positif dan lebih besar dibandingkan dengan variabel kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan pada PT Raudhah Nurul Iman, (3) Variabel kepuasan pelanggan (Y) mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan (Z) pada PT Raudhah Nurul Iman. Saran Saran yang dapat disampaikan antara lain adalah sebagai berikut: (1) variabel kualitas pelayanan, maka PT Raudhah Nurul Iman harus memberikan pelatihan kepada karyawan cara mengahadapai pelanngan yang
9
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
baik dan fasilitas ruangan lebih dibuat sedemikian rupa sehingga pelanggan merasa nyaman dalam melakukan transaksi, (2) PT Raudhah Nurul Iman harus sering memberikan potongan harga atau bonus bagi pelanggan sering melakukan transaksi, (3) variabel kepuasan pelanggan perusahaan harus memberikan harga yang bersaing dengan perusahaan pesaing, (4) variabel loyalias perusahaan harus memberikan pelayanan yang berbeda dengan perusahaan pesaing misalnya dengan memberikan jasa antar jemput untuk pembelian tiket DAFTAR PUSTAKA Agusty Ferdinand. (2006). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Caroline, Olive dan Kuswoyo, Chandra (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan. Jurnal Manajemen, 12 (2): 128-129. Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariet dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hastari, Riska Intania (2015). Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT Bank Bukopin Tbk Cabang Gunung Sahari Jakarta. Jakarta: ABFI Perbanas. Hedwigis Esti, dkk. 2014. Pedoman Penulisan dan Bimbingan Skripsi. Jakarta: ABFI Institute Perbanas. Kotler, Phillip dan Armstrong, Gary (2014). Principles of Marketing (Fifteenth Edition). England: Peason Education Limited. Kurniasih, Indah Dwi (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Variabel Kepuasan Pelanggan (Studi pada Bengkel AHASS 0002Astra Motor Siliwangi Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, 1 (1):37.
10
Lovelock, Christopher dan Wirtz, Jochen (2011). Service Marketing (Seventh Edition). England: Peason Education Limited. Montolalu, Marcelitha T. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan di SwissBelhotel Maleosan Manado. Jurnal EMBA, 2 (4): 1495-1497. Ramadani, Yuda (2014). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyaltias Pelanggan (Studi pada PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir Agen Galunggung Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2 (2): 1. Sia, Florencia T. dan Subagio, Dr. Hartono (2013). Analisa Pengaruh Price, Service Quality, dan Corporate Image Terhadap Customer Loyalty dengan Customer Satisfaction sebagai Variabel Intervening Konsumen IPO Korean Café dan Restaurant Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, I (1): 1-8. Sugiyono (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sulaiman, Wahid. (2002). Jalan Pintas Menguasai SPSS. Yogyakarta : Andi Zeithaml, Valerie.A, Mary Jo Bitner, dan Dwayne D. Gremler (2013). Services Marketing (Sixth Edition). Singapore: McGraw Hill International. http://marketeers.com/article/survei-google-industritravel-merupakan-industri-populer-pilihankonsumen-indonesia.html (diakses 22 September 2015) https://junaidichaniago.wordpress.com/2009/05/17/ transformasi-data-dengan-spss/ (diakses 14 Oktober 2015) http://www.statistikian.com/p/spss.html (diakses 14 Oktober 2015)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Dieta Amalia Kaniasari dan Yohanes Ferry Cahaya*
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir* ABSTRACT Catfish among other species Catfish Dumbo (Clarias gariepinus), Paiton Dumbo, Sangkuriang, Phyton, Masamo and Local. To live in freshwater, identified his body slick, slightlyflattened and elongated mustache. The Indonesian archipelago has the name : kalang fish (Sumatera Barat), Maut fish (Gayo and Acheh), Sibakut fish (Karo), Pintet fish (Kalimantan Selatan), Keling fish (Makassar), Cepi fish (Sulawesi Selatan), Lele fish (Jawa Tengah). Currently widely cultivated catfish Sangkuriang, in two business segments, namely segment germination and segment enlargement. Pool can be ground pools, cement, plastic, fiber tub and pool round (basic iron frame with walls were given plastic, etc). New technology biofloc / biofloc-165 cultivation technology that principle is no / little wáter exchange and attempt to eliminate toxic ammonia to recicle microbial protein in form of biofloc / floc so that in can be consummed by fish, which has been successfully developed. And there is also cultivated carfish Sangkuriang, with the conventional / simple technology and it can get profit at Pesanggrahan, South of Jakarta. Catfish are one source of animal protein is inexpensive, easy to available, contain many nutrients and beneficial to human health. Key words : Catfish, sangkuriang, germination, enlargement, biofloc, conventional.
PENDAHULUAN Jenis-jenis ikan lele antara lain ikan lele dumbo, ikan lele dumbo Paiton, ikan lele Sangkuriang, ikan lele Phyton, ikan lele Masamo dan ikan lele lokal. Ikan lele dumbo merupakan hasil perkawinan silang antara Clarias gariepinus jantan (asli Afrika) dan Clarias fiscus betina (ikan lele lokal Taiwan). Pertama kali diperkenalkan tahun 1985, yang sifat turunannya lebih mendekati sifat jantan sehingga diberi nama Clarias gariepinus. Dengan berkembangnya sekian lama maka terjadilah inbreeding (perkawinan sedarah) sehingga sifat keunggulannya menurun dan diupayakan varietas unggul lele dumbo seperi dumbo Paiton, Sangkuriang, Phyton dan Masamo (NS Suprapto dan Samtafsir SL, 2013 a : 6 - 7). Lele atau ikan keli atau catfish, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki “kumis” yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Lele di nusantara mempunyai banyak nama daerah, antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).
Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), Ê0Þ0º0 (Jepang) dan ‡œb_îv (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. (http//id.facebook.com, 2011 : 1). Saat ini yang banyak ditemui di masyarakat, yang banyak dibudidayakan yaitu varietas ikan lele Sangkuriang. Ikan lele Sangkuriang ini dikembangkan oleh Balai Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Ikan ini merupakan hasil silang balik. Induk betina F2 dikawinkan dengan Induk jantan F6 sehingga menghasilkan F26. Induk jantan F26 selanjutnya dikawinkan dengan Induk betina F2 dan menghasilkan ikan lele yang unggul yang disebut Sangkuriang.
* Dosen Program Studi Strata Satu Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
11
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
Ikan lele Sangkuriang banyak dibudidayakan oleh para pembudidaya terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan daerah lain. Ikan ini memiliki ukuran yang lebih panjang bila dibandingkan dengan jenis yang lain untuk bobot yang sama. Calon induk lele Sangkuriang banyak didistribusikan oleh Pemerintah kepada para pembenih sebagai bentuk bantuan. Disamping itu, para pembenih juga bisa membeli indukan tersebut dalam bentuk paketan (NS Suprapto dan Samtafsir SL, 2013 b : 6 7). Budidaya lele Sangkuriang ataupun jenis lele lainnya dapat dibagi ke dalam dua segmen usaha, yaitu: Segmen usaha Pembenihan dan Segmen usaha Pembesaran. Pada segmen usaha pembenihan, indukan diperoleh langsung dari sumber benih yang terpercaya / bersertipikat antara lain dari Balai Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Indukan yang baik dan berkualitas merupakan modal dasar untuk memperoleh penangkaran benih lele yang berkuantitas dan berkualitas, yang pada gilirannya dalam pembesaran lele pada segmen usaha pembesaran dapat diperoleh pula yang berkuantitas dan berkualitas.. Pada segmen usaha perbenihan ini, pekerjaanpekerjaan yang dilakukan antara lain membuat kolam indukan dengan penanganan khusus dengan berukuran tertentu dan ketinggian air tertentu. Selanjutnya dibuat kolam pemijahan sebagai media khusus untuk indukan memijah dengan berukuran tertentu. Kemudian dibuat kolam penetasan telor sebagai media pemeliharaan benih dengan berukuran tertentu dan ketinggian air tertentu. Selanjutnya dibuatkan juga kakaban sebagai media tempat menempelnya telur, yang dibuat dari ijuk yang panjang lebarnya berukuran tertentu. Dilakukan pemeliharaan larva.Setelah telur menempel pada kakaban selanjutnya dipindahkan pada kolam khusus untuk penetasan, biasanya pemindahan dilakukan pada sore hari, maka besoknya pagi-pagi telur sudah menetas. Setelah itu larva harus diberikan pakan berupa cacing sutra dan diberikan pakan yang bermacam-macam jenis dan ukurannya hingga mencapai ukuran benih siap tebar, biasanya sampai dengan ukuran 4-6 cm. Dilakukan penyortiran benih yaitu kegiatan seleksi benih sesuai ukuran yang diharapkan secara merata, tujuannya yaitu untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam sehingga dapat menghindarai adanya ukuran benih yang lebih besar karena bisa memangsa benih yang lebih kecil. Penyortiran benih dilakukan
12
dengan menggunakan baskom khusus. Dilakukan pengemasan benih dan harga benih sesuai ukurannya, biasanya dengan ukuran 4-6 cm, 5-7 cm, 6-8 cm, 79 cm. Benih yang telah disortir selanjutnya ditampung pada wadah berupa jerigen plastik atau drum plastik, untuk menghindari kerusakan pada benih karena tekstur jerigen plastik sangat licin dan dilakukan perlakuan tertentu. Selanjutnya benih dihitung dan dimasukan secara perlahan. Sebaiknya distribusi benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari, untuk menghindari suhu panas akibat terik matahari (clariasfarm.blogspot.com, 2013 a : 1-9). Pada segmen usaha Pembesaran, berdasarkan volume ganti airnya maka diterapkan pembudidaya yaitu : (1). Budidaya dengan banyak ganti air (air jernih). (2). Sedikit / tanpa ganti air. (3). Ganti air secukupnya (air hujan / green water system). Pada sistem budidaya air jernih, pergantian air bisa mencapai 100%. Kondisi airnya dijaga tetap jernih sehingga ikan dalam kolam kelihatan dan kelebihannya tidak ada bau tidak sedap. Buang air bisa dilakukan setiap saat, untuk mengeluarkan endapan yang berasal dari kotoran ikan maupun sisa pakan. Dengan kondisi air yang jernih, nafsu makan tetap tinggi sehingga pertumbuhan ikan lebih cepat. Penebaran bisa dilakukan dengan kepadatan tinggi yaitu 1000 hingga 2500 ekor per meter persegi. Pada sistem sedikit / tanpa ganti air, perubahan warna air terjadi dari hijau di awal kemudian menjadi semakin pekat, berubah ke arah keruh (putih/coklat keruh), hingga coklat kemerahan. Saat air berubah dari hijau, mulai muncul bau yang tidak sedap seperti bau kentut karena gas H2S (terutama malam dan pagi hari), bau pesing karena ammonia saat siang – sore. Munculnya bau tidak sedap karena kondisi air kekurangan oksigen sehingga proses perombakan bahan organik dari kotoran ikan dan sisa pakan serta metabolit ikan menghasilkan bau tidak sedap. Hal tersebut harus segera diatasi karena bisa terjadi kematian bertahap maupun masal. Penyakit yang sering muncul antara lain serangan penyakit cacar (white spot) yang disebabkan oleh Ichthyophtyrius (parasite protozoa), perut bengkak (infeksi bakteri) atau penyakit kuning (jaundice) serta serangan Aeromonas. Pada sistem dengan mempertahankan air hijau atau yang dikenal dengan istilah Green Water System adalah salah satu cara berbudidaya ikan lele dengan mengupayakan agar air tetap hijau dari awal hingga panen. Untuk mempertahankan agar air tetap hijau
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
maka perlu pergantian air yang cukup untuk pengenceran plankton. Plankton tetap diupayakan pada kecerahan sekitar 25 – 40 cm. Dengan kondisi kecerahan 25 – 40 cm dan air berwarna kehijauan, nafsu makan ikan sangat tinggi sehingga pertumbuhan ikan cepat. Kelebihannya tidak muncul bau tidak sedap dan kondisi ikan sehat, tidak ada ikan menggantung karena kondisi air jelek (NS Suprapto dan Samtafsir SL, 2013 : 11 - 12). Ada beberapa tipe konstruksi kolam yaitu kolam tanah, kolam semen dan kolam plastik (terpal atau HDPE). Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi teknis maupun biaya konstruksinya. Pada kolam tanah diperlukan kondisi tanah yang kandungan liatnya tinggi sehingga kedap air, dengan menggali tanah dan digunakan sebagai tanggul kolam. Pembuatan kolam ada yang berderet dengan pengaturan air secara seri (dari kolam satu masuk ke kolam lainnya) dan ada yang parallel (pemasukan dan pengeluaran sendiri-sendiri). Keuntungan kolam tanah antara lain lebih mudah menumbuhkan plankton dan makanan alami, warna air dan kualitasnya lebih stabil, ikan tidak mudah terserang penyakit. Kelemahannya , panen ikan lebih sulit, kadang ada bau tanah, kolam mudah bocor karena dilubangi ketam, bila hujan airnya sering keruh. Persiapan kolam lebih lama serta proses persiapan yang lebih rumit seperti pengeringan, balik tanah, pengapuran. Pada kolam semen, umumnya ukuran kolam bervariasi, ada yang kecil, ada yang lebih besar. Konstruksi kolam sudah cukup baik, dengan membuat pembuangan sentral dan kolam miring ke tengah. Keuntungan kolam semen antara lain lebih kedap, tidak mudah diganggu ketam, control lebih mudah, persiapan lebih cepat serta panen lebih cepat. Tetapi biaya pembuatannya lebih mahal dan pengelolaan planktonnya lebih sulit (kurang stabil). Pada kolam plastik (terpal atau HDPE), maka lahan yang tadinya tidak bisa digunakan untuk kolam, sekarang bisa digunakan untuk kolam. Keuntungan kolam plastik adalah biaya pembuatannya lebih murah, lebih mudah dan cepat, persiapan kolam lebih cepat serta proses panennya cepat. Namun kekurangannya bila konstruksinya tidak benar, kolam mudah jebol, disamping itu pengelolaan airnya relative lebih sulit karena cenderung air kurang stabil dibanding dengan kolam tanah maupun kolam semen. Pembuatan kolam plastik sangat variatif, ada yang tertanam seluruhnya, ada yang di atas tanah dan ada pula yang sebagian di atas tanah.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pada bak fiber juga bisa dilakukan selain bentuk konstruksi kolam di atas, ada bak fiber yang berbentuk kotak, ada yang bulat. Kepadatan tebar lele, mulai dari 100 ekor per meter persegi, meningkat menjadi 150, 200 bahkan 300 ekor per meter persegi, untuk lele konsumsi yang lebih banyak. Seiring dengan hal tersebut, penguasaan dalam pengelolaan air maupun pakan serta pengendalian penyakit sangat diperlukan. Semakin padat ikan ditebar, semakin banyak tingkat kesulitan yang dihadapi. Hal-hal ini yang mempengaruhi tingkat keberhasillan dalam usaha lele. Teknologi baru yang sekarang sudah dikenalkan yaitu teknologi BIOFLOC, yang pada awalnya merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah (lumpur aktif) atau activated sludge secara biologi dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme (seperti bakteri). BIOFLOC adalah kumpulan dari berbagai organism (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll) yang tergabung dalam gumpalan / floc. (berasal dari kata bios artinya kehidupan dan floc /flock artinya gumpalan) (NS Suprapto dan Samtafsir SL, 2013 : 13 - 16). Ikan lele merupakan salah satu sumber protein hewani bagi manusia disamping sumber protein hewani yang lainnya. Jumlah penduduk Indonesia, tahun 2010 sebanyak 237,8 juta jiwa (Sensus Penduduk 2010, BPS). Pada tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 240 juta jiwa, dengan pertumbuhan 1,49%/th, dengan 4 - 5 juta bayi lahir / th, 10.000 bayi lahir / hari, penduduk yang tinggal di Jawa sebanyak 58% pada hal luas Jawa 7% dari luas Indonesia (Kepala BKKBN, 30 April 2014). Menurut Bank Dunia jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 diperkirakan sebanyak 252,3 juta jiwa (Ari Wahyudi di Internet, 12 Januari 2015). Oleh karena itu asupan protein hewani dari ikan lele yang kandungan gizinya baik dan harganya relative murah, merupakan hal yang positif bagi masyarakat dan dapat mendorong perkembangan pembudidayaan ikan lele. Kandungan gizi ikan lele antara lain mengandung sumber energi, protein, lemak, kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi (Fe), Natrium (Na), tiamin (B1), riboflavin (B2) dan niasin, yang masing-masing mempunyai manfaatnya bagi kesehatan manusia. Kandungan Gizi Ikan Lele yang Bagus Untuk Dikonsumsi, jangan dianggap remeh ikan lele. Makanan yang mudah didapat dan murah ini, selain kaya zat gizi juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak (mafiakafi, 2012 : 1 - 2).
13
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pelaksanaan budidaya lele di Indonesia, gizinya dan manfaatnya bagi kesehatan serta khususnya pelaksanaan pembudidayaan / pembesaran lele Sangkuriang dengan teknologi Biofloc yang dilakukan di Pekalongan, Jawa Tengah (referency) dan teknologi yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha yang terdapat di Pesanggrahan, Jakarta Selatan (wawancara). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan deskriptif analitis dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini dengan melakukan penelitian melalui kepustakaan / referensi dan di lokasi obyek penelitian (Nazir Moh, 1983 : 63). Melalui kepustakaan / referensi dapat diperoleh dari berbagai media antara lain di makalah, jurnal, internet dan lainnya tentang yang berkaitan dengan pembudidayaan ikan lele, termasuk dengan teknologi Biofloc dan teknologi yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha. Sedangkan penelitian di obyek penelitian yang berlokasi di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dengan melakukan wawancara dengan pelaku usaha yang melakukan teknologi yang biasa dilakukan,. HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya lele Sangkuriang ataupun jenis lele lainnya dapat dibagi ke dalam dua segmen usaha, yaitu: Segmen usaha Pembenihan dan Segmen usaha Pembesaran (dapat dilakukan teknologi yang biasa dilakukan dan dapat dengan teknologi Biofloc / Biofloc 165), dengan jenis-jenis kolamnya telah diuraikan di atas. Ikan lele mengandung banyak gizi dan bermanfaat bila dikonsumsi. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Segmen usaha pembenihan (clariasfarm.blogspot.com, 2013 a : 1-9) Pada segmen usaha pembenihan untuk jenis Sangkuriang, agar indukan diperoleh langsung dari sumber benih yang terpercaya / bersertipikat antara lain dari Balai Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Indukan yang baik dan berkualitas merupakan modal dasar untuk memperoleh penangkaran benih lele yang berkuantitas dan berkualitas, yang pada gilirannya dalam pembesaran lele pada segmen usaha pembesaran dapat diperoleh pula yang berkuantitas
14
dan berkualitas. Pada segmen usaha perbenihan ini, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan antara lain membuat kolam indukan dengan penanganan khusus seperti pengomposan dan lain-lain, berukuran 5mx3mx1,5m (=PxLxT) dengan ketinggian air 60 cm. Setelah kolam induk sudah selesai selanjutnya dibuat Kolam Pemijahan, sebagai media khusus untuk indukan memijah, Kolam Pemijahan berukuran 4m x 2m x 1m (PxLxT). Sebagai media pemeliharaan benih maka dibutuhkan Kolam Penetasan Telur, yang nantinya digunakan untuk penetasan telur dan pemeliharaan larva hingga berukuran benih siap tebar. Kolam Penetasan Telur berukuran 4m x 3m x 0,5m (P x L x T) dengan ketinggian air 20cm. Selanjutnya dibutuhkan juga Kakaban sebagai media tempat menempelnya telur, kakaban dibuat dengan bahan dari Ijuk, ukuran kakaban 1,5 m (panjang) dengan lebar ijuk sekitar 40 cm. Sebelum digunakan kakaban harus bersih dari kotoran dan debu, bersihkan kakaban dengan cara merendam dan membilasnya dengan air bersih diulang beberapa kali. Kemudian dalam pelaksanaan pemijahan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : - Seleksi induk : dibutuhkan indukan yang memenuhi kriteria tertentu seperti umur indukan, asal usul indukan, indukan harus sehat, bobot / ukuran indukan dan tentunya indukan harus siap memijah. - Persiapan air; air yang digunakan harus air bersih terhindar dari pencemaran. - Pemijahan dilakukan secara alami bukan disuntik, ini dilakukan supaya benih yang dihasilkan benar-benar benih yang unggul dan sehat. - Setelah semua persiapan sudah selesai selanjutnya memindahkan indukan pada kolam pemijahan, dilakukan dengan hati-hati dengan penuh kasih sayang supaya indukan tidak stress. Biasanya sore hari indukan dipindahkan maka malam harinya indukan akan memijah dan pagi hari telur sudah memenuhi kakaban. Selanjutnya dilakukan pemeliharan larva dengan melakukan : Setelah telur menempel pada kakaban selanjutnya dipindahkan pada kolam khusus untuk penetasan, biasanya pemindahan dilakukan pada sore hari, maka besoknya pagi-pagi telur sudah menetas. Larva yang baru menetas akan mampu bertahan selama 4 hari dengan memakan kuning telur bawaannya, setelah itu larva harus diberikan pakan berupa cacing sutra.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
Seiring perkembangannya larva akan diberikan pakan yang bermacam-macam jenis dan ukurannya hingga mencapai ukuran benih siap tebar, biasanya sampai dengan ukuran 4-6 cm. Selanjutnya dilakukan penyortiran benih : Yaitu kegiatan seleksi benih sesuai ukuran yang diharapkan secara merata, tujuannya yaitu untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam sehingga dapat menghindarai adanya ukuran benih yang lebih besar karena bisa memangsa benih yang lebih kecil. Kita tahu bahwa lele adalah jenis ikan yang sering memangsa sesamanya (kanibal) apabila kekurangan pakan atau kondisi lapar. Penyortiran benih dilakukan dengan menggunakan baskom khusus. Selanjutnya dilakukan pengemasan benih : Benih yang telah disortir selanjutnya ditampung pada wadah berupa jerigen plastic atau drum plastik, penulis memilih menggunakan jerigen plastik / drum plastik untuk menghindari kerusakan pada benih karena tekstur jerigen plastik sangat licin, jika wadah yang digunakan bertekstur kasar maka dikhawatirkan dapat melukai tubuh lele dan luka tersebut dapat menjadi “pintu masuk” bagi virus atau penyakit.Mengingat jarak yang ditempuh saat pengangkutan benih kadang cukup jauh, maka perlu adanya perlakuan, antara lain dengan menggunaka ramuan tertentu yang dituangkan pada jerigen. Setelah jerigen/ drum plastik sudah diisi dengan ramuan tersebut, selanjutnya benih dihitung dan dimasukan secara perlahan. Kini benih dalam jerigen siap diangkut ke tempat pembesaran dengan aman, meskipun perjalanan jarak jauh. Sebaiknya distribusi benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari, untuk menghindari suhu panas akibat terik matahari. Perhitungan harga benih, umumnya petani yang melakukan segmen usaha Pembesaran menggunakan ukuran benih bermacam-macam, tetapi pada umumnya benih yang siap untuk dibesarkan mulai pada ukuran 4-6 cm, adapun berikut ini daftar harga benih : 4-6 cm : Rp. 150,-, 5-7 cm : Rp. 175,-, 6-8 cm : Rp. 200,-, 7-9 cm : Rp. 225,- (harga benih yang pernah terjadi saat itu). 2.
Segmen usaha pembesaran yang biasa dilakukan (budidaya-petani.blogspot.com, 2012:1). Teknik Cara Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang – Budidaya Petani : Besar ikan lele sangkuriang konsumsi berkisar antara 7 s/d 10 ekor per kilonya. Pada tahap
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pembesaran ikan lele biasanya menggunakan benih ukuran 5/6, 7/8 atau 9/10 cm, tetapi kenyataannya banyak yang menggunakan ukuran 5/6 karena untuk ukuran 7/8 & 9/10 susah mendapatkannya. Hal ini disebabkan semakin tingginya minat terhadap lele sangkuriang. Benih lele sangkuriang yang ukuran 5/ 6 memerlukan waktu 50 s/d 60 hari untuk panen, bahkan masa panen bisa dipercepat lagi dengan lebih sering memberikan pakan setiap harinya. Kolam disarankan dalam teknik cara pembesaran ikan lele sangkuriang, menggunakan kolam terpal karena lebih mudah & memiliki banyak keuntungan. Metode awal yg biasa digunakan untuk yang baru memulai disarankan membuat satu kolam berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 125 cm s/d 130 cm. Sebaiknya tanah untuk kolam terpal digali sedalam 60 cm, jangan lupa untuk meratakan, menghaluskan, memadatkan tanah dasar kolam & membuat kamalir pada dasar kolam. Tanah hasil galian kolam digunakan untuk tanggul yang mengelilingi kolam, ketinggian tanggul sekitar 40 cm. Dinding kolam bisa dibuat dengan bambu atau pasangan batako. Ukuran kolam yaitu 5 m x 2 m atau 10 m2 seperti keterangan di atas dapat menampung benih sebanyak 1000 s/d 1200 ekor, karena kisaran tebar yang ideal untuk lele adalah 100 s/d 120 ekor/m2. Kolam ikan lele yang sudah tersedia diisi dengan air yang bersih & memenuhi standart, jangan sampai air tercemar dengan zat-zat yang dapat membahayakan. Isi kolam ikan lele dengan air hingga mencapai ketinggian 50 cm, setelah itu wajib melakukan pengomposan dengan menggunakan kotoran kambing, yang dosisnya 1,5 kg/m2, sehingga untuk kolam berukuran 10 m2 memerlukan kotoran kambing sebanyak 15 kg. Kotoran kambing kemudian dibagi menjadi dua karung, & diikat rapat lalu masukkan kedalam kolam, biarkan karung yang berisi kotoran kambing tersebut mengapung. Setelah itu pada air kolam diberikan larutan /cairan yang dapat memperbaiki kualitas air dan menjaga kestabilan PH air, sebaiknya gunakan larutan yang telah teruji & terpercaya. Dalam teknik budidaya lele sangkuriang sebaiknya memiliki alat pengukur PH air. Jika PH air kolam sudah memenuhi syarat, baru penebaran bibit lele dilakukan. Pengomposan & pemberian larutan ini hanya dilakukan sekali pada setiap proses persiapan kolam. Di hari ke-8, karung yang berisi kotoran kambing kemudian diangkat, injak-injak karung atau dicelupcelupkan sebelum diangkat agar kandungan zat-zat
15
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
yang berguna untuk kesehatan air kolam & lele lebih banyak keluar. Benih sebaiknya membeli dari tempat-tempat yang sudah terpercaya sebagai pembenih lele sangkuriang. Tebarkan benih sesuai dengan kisaran tebar yang ideal, penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore. Pemberian pakan ikan lele diberikan 5 s/d 6 kali setiap hari, pemberian pakan diberi jarak sekitar 2 s/ d 3 jam, pemberian pakan pertama dimulai pada jam 9 pagi, sebaiknya hindari memberi pakan sebelum jam 9 pagi, karena jika terlalu pagi permukaan kolam yang masih tercemar sehingga tidak baik untuk ikan lele. Jika ingin menggunakan pelet murni dalam pembesaran ikan lele sangkuriang maka komposisi yang baik adalah pelet apung sebanyak 30 % & pelet tenggelam 70 %. Jika ingin diselingi dengan pakan tambahan maka pelet tenggelam harus dikurangi. Misalnya jika ingin memberi pakan tambahan berupa ayam tiren sebanyak 50 %, maka pemberian pelet tenggelam hanya tinggal 20 % saja, takaran pelet apung tidak boleh dikurangi yaitu 30 %. Sebagai gambaran, jika kita menggunakan pelet adalah pelet tahap 1 untuk benih 5/6 atau 7/8 = 3 kg, pelet tahap 2 = 5 kg, pelet tahap 3 = 22 kg & pelet Tenggelam = 70 kg. Jadi total penggunaan pelet adalah 100 % atau 100 kg adalah untuk pemberian pakan benih lele 1000 ekor & biasanya akan memperoleh hasil sekitar 1 kuintal lele konsumsi. Jika pelet tahap-1 telah habis, maka tinggi air harus ditambah 20 cm hingga menjadi 70 cm, lakukan pengisian dengan air baru tanpa pengomposan, penambahan air berikutnya jika pakan pelet tahap 2 telah habis tambah ketinggian air 20 cm lagi sehingga menjadi 90 cm, ketinggian air tidak ditambah sampai pakan pelet tahap 3 habis, selanjutnya jika pelet tahap 3 telah habis baru ketinggian air ditambah lagi 30 cm sehingga menjadi 120 cm, ketinggian air tetap 120 cm sampai pada panen ikan lele sangkuriang tiba. 3.
Segmen usaha pembesaran lele dengan teknologi Biofloc/Biofloc-165 (dari referency). Biofloc berasal dari kata “Bios” artinya kehidupan dan “Floc atau Flock” artinya gumpalan. Jadi pengertian “Biofloc” adalah kumpulan dari berbagai organism (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll) yang tergabung dalam gumpalan (floc). Penerapan teknologi biofloc pada prinsipnya adalah teknologi budidaya tanpa / sedikit ganti air dan
16
berusaha menghilangkan racun ammonia dengan mendaur ulang menjadi protein mikroba dalam bentuk biofloc sehingga bisa dikonsumsi oleh ikan. Sehingga jenis probiotiknya harus lebih spesifik disamping berfungsi mengurai organik, membentuk floc, mendaur ulang ammonia menjadi protein. Probiotik adalah mikroba yang sengaja diberikan melalui oral atau media (lingkungan) dan bersifat menguntungkan bagi organism target (hewan budidaya). Jenis probiotik yang digunakan antara lain Bacillus subtilis, Bacillus lyche niformis, Bacillus megaterium dan Lactobacillus, yang harus dipilih untuk menunjang kebutuhan dalam aplikasi sistem biofloc. Keunggulan teknologi biofloc adalah hemat lahan dan air, padat tebar tinggi (1000 – 2000 / m3), efisiensi pakan (FCR 0,8), kesehatan ikan, tekstur daging yang lebih hygienis baik. Akhirnya disebut Biofloc-165 adalah singkatan dari 1 Hati, 6 Prinsip (Ketuhanan, Pelayanan, Keteladanan, Pembelajaran, Tujuan dan Keseimbangan), dan 5 Langkah (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat dan Rajin), Konsep 165 ini disusun dan dipopulerkan oleh Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian dalam membangun kecerdasan emosional dan spiritual, dengan model ESQ-165. Penerapan teknologi Biofloc pada budidaya ikan lele di para anggota KMP/FKMP (Komunitas Masamo Pekalongan/Forum Komunikasi Mina Pantura) Pekalongan, Tahun 2011–2012,.di kolam bundar 1 unit : kolam bundar berdiameter 2 m dan ketinggian air terdalam 115 cm, tebar 7500 ekor, luas kolam 3,14 m2 (=3,14 x (1/2 x 2)kuadrat)), kepadatan 2388 ekor/m2 (7500/3,14), hasil panen 771 kg, pakan 543 kg, FCR 0,7, umur 79 hari. 4.
Segmen usaha pembesaran lele dengan teknologi yang biasa dilakukan rakyat (hasil wawancara dengan pelaku usaha di Pesanggrahan, Jakarta Selatan). Menggunakan kolam bundar berdiameter 2 meter (seperti pada kolam bundar pada teknologi Biofloc), ketinggian air sekitar 100 cm, tebar 2500 ekor, diberikan pakan / pellet pada waktu pagi, siang, sore, diberikan supplemen cairan 2 cc /kali dioplos dengan pakan / pellet tersebut. Setiap kali pemberian pakan, tandanya ikan lele tersebut sehat yaitu bila saat ditaburkan / diberikan pakan ikan, maka ikan-ikan lele tersebut berebutan untuk memperoleh pakan ikan yang ditaburkan / diberikan. Bila ikan tidak sehat, maka saat ditaburkan / diberikan pakan, ikan-ikan lele tersebut tidak berebutan dan tandanya ada
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
sesuatu penyakit / bakteri ada di dalam kolam tersebut. Untuk itu air kolam tersebut harus diganti, dengan cara setengah air diganti dengan air baru (tetapi air baru tersebut merupakan air yang sudah diendapkan sebelumnya). Gambaran perhitungan biaya dan pendapatan secara global adalah sebagai berikut: Tabel 1 : Perhitungan biaya dan pendapatan secara global, usaha pembesaran lele, per sebuah kolam bundar, seorang pelaku usaha, di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. No.
Uraian
Volume
1.
Kolam bundar + plastik, umur ekonomis 4 th, panen 2,5 bln. Benih ikan lele Pakan / pellet, 5 sak @ 300 kg Supplemen cair Jumlah pengeluaran Hasil panen (pendapatan kotor) Keuntungan (minimal)
1 bh
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Harga /unit (Rp/unit) 750.000,-
Biaya, Hasil (Rp/panen) 39.000,-
300,1.000,-
750.000,1.500.000,-
50.000,-
150.000,2.439.000,3.400.000,-
2.500 ekor 1.500 kg 3 botol 200 kg, minimal
17.000,-
961.000,-
Menurut sumber yang lain, Lele (budidaya), 1 fillet (141.5g) (dimasak, panas kering) (5 oz.) : (1). Kalori: 217, Protein: 26.7g, Karbohidrat: 0.0g, Total Fat: 11.5g, Fiber: 0.0g. (2). Excellent sumber : Selenium (20.7mcg), dan Vitamin B12 (4mcg), (3). Sumber yang baik : Kalium (459mg), dan Niacin (3.6mg). Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Makanan yang tergolong kedalam “sumber makanan yang sangat baik” adalah terdapat nutrisi 20% atau lebih dari nilai harian yang dianjurkan. Ketika dimasak (panas kering) - lele liar mengandung 0,333 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.1g), DHA (0.137g), dan ALA (0.096g), per 100 gram ikan lele liar. Ketika dimasak (panas kering) - lele budidaya mengandung 0,259 gram omega-3 asam lemak, berasal dari EPA (0.049g), DHA (0,128), dan ALA (0.082g), per 100 gram ikan lele budidaya (mothernature, 2011 : 1).
Sumber : Data Primer, diolah. 6. Seorang pelaku usaha akan berpikir, berapa kolam bundar yang perlu diadakan / diperlukan sesuai dengan kemampuannya untuk memperoleh hasil atau keuntungan yang ingin diperoleh. Satuan biaya dan pendapatan atau keuntungan tersebut di atas dapat dijadikan acuan untuk melakukan usaha yang panennya sekitar 2,5 bulan, tinggal melipat gandakan, apakah 5 kolam, 10 kolam, 20 kolam, 30 kolam, dan seterusnya, tinggal menghitungnya, dan jarak waktu tebar benih dapat diperhitungkan dalam memperoleh jarak panen yang diinginkan. 5.
Kandungan gizi. Kandungan gizi yang terkandung pada lele memiliki peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh dan apabila jenis gizi tersebut tidak terpenuhi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Kandungan gizi ikan lele (mafiakafi, 2012 : 1 - 2) : Jenis Zat Gizi Kadar air (%) Sumber Energi (cal) Protein (gr) Lemak (gr) Kalsium (Ca) (mgr) Posfor (P) (mgr) Zat besi( Fe) (mgr) Natrium (mgr) Tiamin ( Vit B1) Riboflavin (Vit B2) (mgr) NiaSin (mgr)
Bagian ikan yang dapat dimakan 78,5 90 18,7 1,1 15 260 2 150 0,1 0,05 2,0
Sumber: FAO,1972
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Ikan segar utuh 47,1 54 11,2 0,7 9 159 1,2 90 0,06 0,03 1,2
Manfaat bagi tubuh bila dikonsumsi (mafiakafi, 2012 : 2). Kandungan gizi pada ikan lele tersebut bila dikonsumsi mempunyai manfaat bagi tubuh: Sumber energy : Kekurangan sumber energi dapat membuat tubuh lemas dan mengakibatkan akivitas manusia tersebut terhenti sehingga menjadi tidak produktif. Protein : Kekurangan protein dapat menyebabkan kerontokan rambut, kuku yang tidak sehat, serta gangguan pertumbuhan. Lemak : Lemak merupakan sumber asam lemak esensial. Kekurangan lemak dapat menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, hati, dan ginjal. Kalsium (Ca) : Kalsium banyak terdapat pada ikan, termasuk juga ikan lele. Kekurangan kalsium (Ca) dapat menyebabkan pelunakan tulang dan pertumbuhan tulang yang tidak sempurna. Fosfor (P) : Kekurangan fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Fosfor juga mempengaruhi pertuumbuhan tulang.
17
BUDIDAYA “IKAN LELE” KANDUNGAN GIZI DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Oleh : Munawir*
-
-
-
-
-
Zat besi (Fe) : Kekurangan zat besi dapat mngakitbatkan penyakit anemia. Ciri-ciri orang yang kekurangan zat besi adalah pusing, suhu tubuh dingin, mudah keletihan, tidak bergairah dan pucat. Natrium : Hal yang terjadi pada tubuh yang kurangan natrium adalah volume darah menurun yang membuat tekanan darah menurun, pusing, kadang disertai dengan kram otot, lemas, lelah, dan kehilangan selera makan. Tiamin (B1) : Tiamin merupakan suatu koenzim. Kekurangan tiamin (Vit B1) dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tepi atau lesi pada saraf pusat dan dapat mengakibatkan penyakit beri-beri. Riboflavin (B2) : Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan lesi pada mulut, bibir dan lidah. Niasin : Kekurangan niasin dapat menyebabkan sindrom defisiensi pelagra yang ditandai dengan penurunan berat badan, gangguan pencernaan, dermatitis serta depresi.
KESIMPULAN 1. Jenis-jenis ikan lele (ikan keli / Catfish) antara lain ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus), Dumbo Paiton, Sangkuriang, Phyton, Masamo dan Lokal, yang hidup di air tawar, dikenali tubuhnya licin, agak pipih memanjang dan memiliki kumis memanjang. 2. Lele di nusantara mempunyai nama daerah antara lain ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan Sibakut (Karo), ikan Pintet (Kalimantan Selatan), ikan Keling (Makassar), ikan Cepi (Sulawesi Selatan) dan ikan Lele / Lindi (Jawa Tengah). 3. Saat ini banyak diusahakan / dibudidayakan ikan lele Sangkuriang dalam 2 segmen usaha yaitu segmen usaha pembenihan dan segmen usaha pembesaran. 4. Jenis-jenis kolamnya antara lain berupa kolam tanah, semen, plastik / terpal, bak fiber dan kolam bundar (kerangka besi, dasar dan dindingnya diberi plastik). 5. Teknologi baru Biofloc / Biofloc-165, untuk usaha pembesaran lele Sangkuriang, prinsipnya adalah teknologi budidaya tanpa / sedikit ganti
18
6.
7.
air dan berusaha menghilangkan racun ammonia dengan mendaur ulang menjadi protein mikroba dalam bentuk biofloc / gumpalan sehingga bisa dikonsumsi oleh ikan, yang sudah dikembangkan dan hasilnya baik, sehingga hal tersebut ditinjau dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi baik untuk dikembangkan. Ada teknologi sederhana / simple, yang biasa dilakukan untuk pembesaran lele Sangkuriang, hasil wawancara dari pelaku usaha di daerah Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang dapat dipakai sebagai acuan untuk pembesaran lele dan dapat diperoleh keuntungan. Kandungan gizinya ikan lele banyak antara lain mengandung sumber energi, protein, lemak, kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi (Fe), Natrium (Na), tiamin (B1), riboflavin (B2) dan niasin, yang masing-masing mempunyai manfaatnya bagi kesehatan manusia. Selain kaya zat gizi juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak. Jadi ikan lele mempunyai kandungan gizi yang banyak dan sangat bermanfat untuk kesehatan tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA Ari Wahyudi, 12 Januari 2015, di internet. Budidaya-petani,blogspot.com, 2012, Teknik Cara Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang. Banten.antara news,com, 8 Maret 2013, di internet. Clariasfarm.blogspot.com, 2013, Pembenihan Lele Sangkuriang. http://www.mothernature.com/Library, 2011, Ikan Lele dan Kandungan Gizinya. Indolele.blogspot.com, 2014, Keuntungan Budidaya Lele Sangkuriang. Lelesangkuriang.sofhatjamil.com, 2013, Kandungan Gizi Ikan Lele (Sangkuriang). Mafiakafi.blogspot.com, 2011, Kandungan Ikan Lele Yang Bagus Untuk Dikonsumsi. Nazir, Moh, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Suprapto NS, Samtafsir SL, 2013, Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya, Agro 165 Depok, Jawa Barat. www.bibitikan.net, 2015 (?), Kandungan Gizi Ikan Lele dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. www.informasitangerang.blogspot.com, 11 Maret 2010.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto* ABSTRACT A management information system or MIS is an information system that in addition to doing all the processing of transactions necessary foe an organization, also provide support and processing for information management or decision-making functions. Current HRM paradigm also integrates a SIM in the application implementation. SIM is used as a tool in the management of human resources through the recording, storage, and management of human resource information in a more structured and organized. Keyword: Management information.
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem informasi sangat berpengaruh kepada pemimpin karena pimpinan di hadapkan kepada perubahan-perubahan tertentu. SIM mencakup semua sistem manajemen yang ada di perusahaan, termasuk Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Beberapa manfaat atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi. 2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis. 3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif. 4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi. 5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi. 6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensikonsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru. 7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi model dan pemeliharaan sistem. 8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
Lingkungan bisnis telah mengalami perubahan secara fundamental. Perubahan-perubahan tersebut menuntut perubahan peran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang lebih kompleks dan lebih baik dari sebelumnya Meningkatnya isu-isu bisnis yang terkait dengan SDM memiliki pengaruh kuat pada manajer sumber daya manusia. Pengelolaan SDM dituntut lebih proaktif dan responsif. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) telah berubah dari fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi-fungsi lain dalam organisasi, untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berubahnya fungsi dan pusat perhatian MSDM memerlukan perubahan kualifikasi pengelola MSDM agar dapat mengikuti perkembangan dan memberikan tanggapan yang sesuai. Oleh karena itu, sistem informasi manajemen sangat penting dibangun dalam aplikasi MSDM agar terintegrasi dengan manajemen lainnya. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia atau Human resourches Information System (SISDM/ HRIS) merupakan sebuah bentuk interseksi atau pertemuan antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan teknologi informasi. Sistem ini menggabungkan MSDM sebagai suatu disiplin yang utamanya mengaplikasikan bidang teknologi informasi ke dalam aktivitas-aktivitas MSDM seperti dalam hal perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam serangkaian langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencanaan sumber
* Dosen Program Studi Strata Satu Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
19
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
daya perusahaan. Walaupun demikian, belum semua perusahaan menerapkan sistem ini. Salah satu alasan mereka adalah kurangnya pengetahuan mereka mengenai pembangunan dan model sistem ini. Oleh karena itu, pembangunan dan model Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia penting untuk dijelaskan. Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis urgensi penerapan Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam perusahaan. Setelah itu, pada tulisan ini akan digambarkan dan dijelaskan mengenai pembangunan dan model Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen (SIM) didefinisikan oleh Sutanta (2003) sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama, dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerja sama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu. Sistem ini berfungsi untuk melakukan pengolahan data, menerima masukan (input), kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang. Manfaat yang diperoleh antara lain mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia guna mencapai tujuan. Agar sistem informasi manajemen dalam suatu organisasi dapat beroperasi secara efektif, Sutana (2003) mengungkapkan bahwa perlunya diperhatikan tentang sembilan unsur penting berikut : 1. Data yang dibutuhkan 2. Kapan data dibutuhkan 3. Siapa yang membutuhkan 4. Di mana data dibutuhkan 5. Dalam bentuk apa data dibutuhkan 6. Prioritas yang diberikan dari bermacam data 7. Prosedur atau mekanisme yang digunakan untuk memproses data 8. Bagaimanapengaturan umpan balik 9. Mekanisme evaluasi yang digunakan
20
Aplikasi SIM dikembangkan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan informasi setiap unit fungsional pada semua tingkatan kegiatan manajemen. Isi informasi yang dibutuhkan tergantung pada fungsi masing-masing unit fungsional yang ada. Ciri informasi yang dibutuhkan tergantung pada jenis pembuatan keputusan yang mempunyai perbedaan tergantung pada tingkatan kegiatan manajemen. Dengan demikian, suatu SIM yang baik harus mampu memberikan dukungan pada proses perencanaan dan pengendalian (Sutanta, 2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Aset penting yang harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah tenaga kerja atau sumber daya manusia. Samsudin (2006) mendefinisikan sumber daya manusia (SDM) sebagai orang-orang yang bekerja di dalam organisasi. SDM adalah orang-orang yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. SDM inilah yang membuat sumber daya lainnya dapat berjalan. Hasibuan (2006) berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Fungsifungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, model kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Menurut Panggabean (2004), kegiatan-kegiatan di bidang SDM dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan, kegiatan-kegiatan itu terdiri atas analisis pekerjaan dan evaluasi pekerjaan. Di sisi lain, dari sisi pekerja, kegiatan-kegiatan itu terdiri atas pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan model, promosi, kompensasi, dan pemutusan hubungan kerja.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
MSDM mengatur dan menetapkan program kepegawaian (Hasibuan, 2006) yang mencakup : 1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan. 3. Menetapkan program kesejahteraan, model, promosi, dan pemberhentian. 4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. 5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya. 6. Memonitor undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan sejenis. 7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh. 8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan. 9. Mengatur mutasi karyawan. 10. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya. PEMBAHASAN Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia Perencanaan SDM baru dapat dilakukan dengan baik dan benar jika informasi berikut ini diperoleh (Hasibuan, 2006) : 1. Job analysis Job analysis memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia, dan alat-alat yang digunakan. 2.
Organisasi Organisasi memberikan informasi tentang : a. Tujuan yang ingin dicapai b. Jenis organisasi c. Dasar dan struktur organisasi d. Rentang kendali setiap departemen e. Pola kepemimpinan f. Jumlah perincian serta perincian manajerial dan operasional g. Jenis-jenis authority yang didelegasikan dalam organisasi h. Tingkat-tingkat posisi pejabat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
Situasi persediaan tenaga kerja Situasi persediaan tenaga kerja memberikan informasi tentang : a. Persediaan tenaga kerja dan tingkat kemampuan SDM b. Jenis-jenis, susunan umur, tingkat pendidikan, serta penyebaran atau pemerataan tenaga kerja c. Kebijaksanaan perburuhan dan kompensasi pemerintah d. Sistem, kurikulum, dan tingkat-tingkat pendidikan SDM
Informasi-informasi di atas mengandung resiko yang tidak kecil apabila tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan informasi secara manual dapat mengakibatkan beberapa kesalahan seperti duplikasi dan kehilangan data. Oleh karena itu, paradigma MSDM terkini juga mengintegrasikan SIM dalam aplikasi penerapannya. SIM dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengelolaan SDM melalui pencatatan, penyimpanan, dan pengelolaan informasi SDM secara lebih terstruktur dan terorganisasi. Maka dari itu, muncullah konsep Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia (SIM-SDM). Menurut Marimin, Tanjung, dan Prabowo (2006), Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SI-SDM) adalah suatu sistem yang terdiri dari software dan hardware yang dirancang untuk menyimpan dan memproses semua informasi pegawai. Aplikasi SISDM mempunyai peranan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia secara efektif dan efisien melalui tersedianya informasi sumber daya manusia yang cepat, lengkap, dan akurat. SI-SDM dapat memberikan beberapa keuntungan, di antaranya : 1. Sistem Teknologi Informasi (TI) memungkinkan departemen SDM berperan aktif dalam perencanaan strategis organisasi. 2. Departemen SDM dapat mengambil perspektif global terhadap persediaan dan kebutuhan model SDM untuk selanjutnya diinterpretasikan dengan cara yang lebih efektif. 3. Departemen SDM dapat mengambil manfaat dari akses langsung ke sumber data eksternal yang berisi informasi penting bagi penyusunan strategi SDM. 4. Perencanaan dan pengelolaan SDM akan lebih terarah, lebih proporsional, dan lebih obyektif.
21
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
Marimin, Tanjung, dan Prabowo (2006) juga berpendapat bahwa Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia (SIM-SDM) adalah prosedur sistematik untuk mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan, menarik, dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh organisasi tentang sumber daya manusia, aktivitas-aktivitas personalia, dan karakteristik unit organisasi. Penggunaan SIM-SDM dapat mengotomatiskan sebagian besar pekerjaan pencatatan atau pendataan pegawai suatu organisasi dan dapat mempermudah kinerja pegawai di departemen SDM. Dengan sistem yang terintegrasi, SIM-SDM dapat mengurangi duplikasi dan kesalahan dalam menyajikan informasi pegawai. Tujuan SIM-SDM adalah meningkatkan efisiensi data tenaga kerja di mana SDM dikumpulkan dan berhubungan dengan perencanaan SDM. SIM-SDM mempunyai banyak kegunaan dalam suatu organisasi. Yang paling dasar adalah otomatisasi dari pembayaran upah dan kegiatan benefit. Dengan SIMSDM, pencatatan waktu tenaga kerja dimasukkan ke dalam sistem, dan dimodifikasi sesuai setiap individual. Kegunaan umum yang lain dari SIM-SDM adalah kesetaraan kesempatan bekerja. SIM SDM dapat memberikan tiga keuntungan, antara lain: 1. Sistem TI memungkinkan departemen SDM berperan aktif dalam perencanaan strategis perusahaan. 2. TI mengintegrasikan dan menyimpan semua informasi SDM dalam suatu database nasional, yang sebelumnya tersimpan di beberapa lokasi fisik yang terpisah. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan, departemen SDM dapat mengambil perspektif global terhadap persediaan dan kebutuhan model SDM untuk selanjutnya diinterpretasikan dengan cara yang lebih efektif. 3. SIM SDM memfasilitasi penyimpanan dan akses ke catatan kepegawaian yang vital bagi perusahaan. Sebagai tambahan terhadap data internal, dengan fasilitas internet, departemen SDM dapat mengambil manfaat dari akses langsung ke sumber data eksternal yang berisi informasi penting bagi penyusunan strategi SDM, seperti literatur, data kependudukan, informasi praktek-praktek SDM yang dilakukan perusahaan lain, dan aturan-aturan ketenagakerjaan.
22
Manajer dalam suatu perusahaan memerlukan informasi yang memiliki karakteritik tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan. Keputusan yang didasarkan pada informasi akurat akan memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keputusan yang hanya berdasarkan intuisi saja. Karakteristik informasi yang dipersiapkan dalam Sistem Informasi Sumberdaya Manusia adalah : 1. Timely (tepat waktu) 2. Accurate (akurat) 3. Concise (ringkas) 4. Relevant (relevan) 5. Complete (lengkap) Perancangan, pembangunan, dan model SIM memerlukan sumber daya yang relatif tidak sedikit. Oleh karena itu, pembangunan dan model SIM harus dirancang secara tepat dan akurat. Untuk merancang SIM-SDM yang efektif, para ahli menyarankan untuk menilainya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai data yang akan diperlukan seperti : 1. Informasi apa yang tersedia, dan informasi apa yang dibutuhkan tentang orang-orang dalam organisasi ? 2. Untuk tujuan apa informasi tersebut akan diberikan ? 3. Pada format yang bagaimana seharusnya output untuk penyesuaian dengan data perusahaan lain? 4. Siapa yang membutuhkan informasi 5. Kapan dan seberapa seringnya informasi dibutuhkan ? Model Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia Pembangunan atau model SIM-SDM dalam suatu organisasi harus disesuaikan dengan visi dan misi organisasi. Tujuan utama dari pembangunan dan model SIM-SDM haruslah dapat “memanusiakan” karyawan suatu organisasi dengan cara memanfaatkan teknologi informasi untuk membantu melaksanakan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Sebelum mengembangkan atau mengganti sistem yang baru, sistem lama yang ada harus dipahami dan dikaji kekurangan dan kelebihannya (Marimin, Tanjung, dan Prabowo, 2006). Dalam membuat model SIM-SDM, format umum yang digunakan sama dengan subsistem input, database, dan subsistem output yang telah digunakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
di berbagai area fungsional lain. Subsistem input merupakan kombinasi standar dari pengolahan data, penelitian, dan intelijen. Dalam banyak perusahaan, database ditempatkan dalam penyimpanan komputer. Subsistem output mencerminkan arus sumber daya manusia dalam perusahaan. McLeod (1995) menyatakan bahwa dalam model SIM-SDM, ada beberapa subsistem yang terlibat di dalamnya, antara lain : 1. Sistem informasi akuntansi Data yang ditangani oleh SIM-SDM merupakan campuran elemen-elemen data personel dan data akuntansi. Contoh elemen data personel misalnya nama pegawai, jenis kelamin, tanggal lahir, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Contoh elemen data akuntansi seperti upah per jam, gaji bulanan, pendapatan kotor bulan ini, dan pajak penghasilan. 2. Subsistem penelitian sumber daya manusia Subsistem ini mengumpulkan data melalui proyek penelitian khusus. Penelitian diadakan karena informasi tertentu belum terdapat dalam SIM-SDM. Contohnya adalah penelitian suksesi (calon bagi posisi tertentu), analisis dan evaluasi jabatan, serta penelitian keluhan. 3. Subsistem intelijen sumber daya manusia Subsistem ini mengumpulkan data yang berhubungan dengan sumber daya manusia dari lingkungan perusahaan. Elemen lingkungan yang menyediakan data ini meliputi pemerintah, pemasok, serikat pekerja, masyarakat global, masyarakat keuangan, dan pesaing. Banyak dari intelijen ini dikumpulkan melalui sistem informal. 4. Database SIM-SDM Database SIM-SDM dapat berisi data yang menjelaskan tidak hanya pegawai, tetapi juga organisasi dan perusahaan di lingkungan perusahaan. Sebagian besar database ini ditempatkan pada komputer sentral perusahaan, tetapi database lainnya berada di Divisi SDM, divisi lain, dan di luar pusat pelayanan. Perangkat lunak yang dapat digunakan dalam manajemen database di antaranya IMS, FOCUS, DB2, dan dBASE. 5. Output SIM-SDM Manajer SDM menggunakan output SIM-SDM lebih sering dari manajer lainnya. Pemakai SIMSDM menerima output dalam bentuk laporan periodik dan jawaban atas database queries. Sebagian besar perangkat lunak yang digunakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
untuk output merupakan hasil model bersama antara perusahaan dan jasa sistem informasi. 6. Subsistem perencanaan angkatan kerja Perencanaan angkatan kerja melibatkan semua kegiatan yang memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi kebutuhan pegawai di masa datang. Aplikasi perencanaan angkatan kerja yang paling populer adalah pembuatan bagan organisasi, peramalan gaji, dan analisis atau evaluasi kerja. Aplikasi lain yang dapat digunakan adalah perencanaan dan pemodelan angkatan kerja. 7. Subsistem perekrutan Penelusuran pelamar telah diterapkan secara ekstensif. Penelusuran pelamar kerja sebelum mereka dipekerjakan lebih banyak dipraktekkan dari pada melakukan pencarian internal untuk menemukan calon pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa usaha perusahaan untuk mengisi lowongan kerja lebih difokuskan pada lingkungan. 8. Subsistem manajemen angkatan kerja Aplikasi subsistem ini meliputi penilaian kinerja, pelatihan, pengendalian posisi, relokasi, keahlian atau kompetensi, suksesi, dan pendisiplinan. Manajamen angkatan kerja sangat jarang diaplikasikan. Fenomena tersebut karena subsistem ini cukup sulit diterapkan. 9. Subsistem kompensasi Aplikasi yang berhubungan dengan gaji merupakan aplikasi komputer yang paling mapan dalam bisnis. Maka dari itu, subsistem ini merupakan yang paling sering diterapkan oleh perusahaan. Aplikasi yang sering dikembangkan dalam manajemen kompensasi mencakup peningkatan penghargaan, gaji, kompensasi eksekutif, insentif bonus, dan kehadiran. 10. Subsistem benefit Berbagai aplikasi dalam subsistem ini umumnya sangat rumit dan sukar dilaksanakan. Kerumitan aplikasi tersebut menunjukkan bahwa SDM bukan sekedar menerapkan aplikasi yang mudah. Subsistem ini merupakan bukti bahwa SDM telah berhasil dalam mencapai end-user computing. 11. Subsistem pelaporan lingkungan Aplikasi yang terlingkup dalam subsistem ini antara lain catatan Equal Employment Opportunity (EEO), analisis EEO, peningkatan
23
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
serikat pekerja, catatan kesehatan, bahan beracun, dan keluhan. Dua aplikasi EEO yang diterapkan secara luas, dilengkapi dengan informasi lain yang ditujukan langsung kepada pemerintah maupun serikat pekerja. Berbagai aplikasi ini ditujukan untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan kepada pihak yang berkepentingan di luar perusahaan, bukan kepada manajemen. Pembangunan dan atau model sistem informasi yang umum dilakukan adalah menggunakan System Development Life Cycle (SDLC). Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembangunan atau model SIM-SDM (Marimin, Tanjung, dan Prabowo, 2006) sebagai berikut : 1. Investigasi sistem a. Pengumpulan informasi Informasi yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder. Data-data yang telah diperoleh dikumpulkan sebagai suatu dokumentasi dari sistem informasi yang ada dan digunakan di bagian kepegawaian. Setelah itu, data-data tersebut dijadikan bahan pertimbangan perencangan SIMSDM yang akan dikembangkan. b. Memahami dan mengevaluasi sistem yang ada Proses ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem yang ada. Kelemahan dan kekurangan sistem yang ada perlu diperbaiki dan disempurnakan. Di sisi lain, kelebihan sistem yang ada perlu dipertahankan dan dimunculkan kembali dalam sistem baru. c. Identifikasi kebutuhan pengguna Pembangunan atau model solusi sebaiknya menggunakan pendekatan user centered. Tidak ada satu pun aplikasi atau user interface yang dapat cocok untuk seluruh pengguna. Oleh karena itu, tenaga teknologi informasi lokal memiliki kesempatan untuk berperan dalam menyediakan solusi bagi pengguna. d. Studi kelayakan Tujuan utama studi kelayakan adalah mengevaluasi solusi sistem alternatif dan mengusulkan aplikasi yang paling layak dan diinginkan dalam model. Studi kelayakan sistem dilakukan terhadap aspek organisasi
24
2.
3.
4.
5.
(manajerial), aspek teknis, aspek operasional, dan aspek ekonomi. Keempat aspek tersebut saling berkaitan. Analisis sistem Tahap ini memerlukan keterlibatan manajemen eksekutif, analis sistem, dan pengguna untuk menentukan sistem informasi yang diperlukan secara spesifik. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis informasi yang dibutuhkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan kapabilitas proses informasi untuk masing-masing aktivitas sistem. Laporan hasil investigasi dan analisis Setelah melakukan investigasi dan analisis, maka diperoleh gambaran secara detail tentang sistem yang ada. Hasil dari investigasi dan analisis sistem tersebut dilaporkan kepada organisasi yang menginginkan perubahan sistem. Laporan tersebut berisi : a. Uraian alasan dan scope (batasan) investigasi dan analisis b. Deskripsi sistem yang ada dan operasinya c. Uraian tujuan (obyektif) dan kendala sistem d. Deskripsi tentang masalah-masalah yang belum etratasi dan potensi masalah e. Uraian tentang asumsi selama proses investigasi dan analisis f. Rekomendasi-rekomendasi sistem baru dan kebutuhannya untuk desain awal g. Proyeksi kebutuhan sumber daya dan biaya Desain sistem Desain sistem didefinisikan sebagai proses di mana kebutuhan-kebutuhan telah diuraikan pada tahap analisis, kemudian diterjemahkan ke dalam model presentasi perangkat lunak. Desain sistem terdiri dari tiga bagian, yaitu desain user interface, desain data, dan desain proses. Langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam proses desain antara lain : a. Mendefinisikan tujuan sistem b. Membangun sebuah model konseptual c. Menerapkan kendala-kendala organisasi d. Mendefinisikan aktivitas pemrosesan data Implementasi sistem Program komputerisasi yang tersusun perlu diuji coba dalam waktu yang memadai, sampai semua bagian di dalam organisasi tidak lagi menemukan kesalahan pada program tersebut. Tahapan ini dilanjutkan hingga sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
6.
keinginan pengguna. Beberapa hal yang terdapat dalam tahap ini sebagai berikut : a. Akuisisi perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan b. Pembangunan atau modifikasi (model) perangkat lunak c. Pelatihan bagi user d. Dokumentasi sistem e. Konversi sistem Pemeliharaan dan evaluasi sistem Setelah sistem berjalan, selanjutnya sistem tersebut akan terus dimonitor untuebk terus mengetahui apakah sistem tersebut masih sesuai dengan kebutuhan pengguna atau organisasi. Dalam tahap ini dapat juga dilakukan evaluasi dan perbaikan atau modifikasi guna meningkatkan kemampuan (daya guna) sistem tersebut. Masalah-masalah yang ditemukan akan dicari solusinya secara bersama-sama.
KESIMPULAN Paradigma MSDM terkini juga mengintegrasikan SIM dalam aplikasi penerapannya. SIM dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengelolaan SDM melalui pencatatan, penyimpanan, dan pengelolaan informasi SDM secara lebih terstruktur dan terorganisasi. Aplikasi SI-SDM mempunyai berbagai peranan penting, antara lain : 1. Menyiapkan sumber daya manusia secara efektif dan efisien melalui tersedianya informasi sumber daya manusia yang cepat, lengkap, dan akurat. 2. Mengotomatiskan sebagian besar pekerjaan pencatatan atau pendataan pegawai suatu organisasi dan dapat mempermudah kinerja pegawai di departemen SDM. 3. Mengurangi duplikasi dan kesalahan dalam menyajikan informasi pegawai. 4. Meningkatkan efisiensi data tenaga kerja di mana SDM dikumpulkan dan berhubungan dengan perencanaan SDM. 5. Mengambil suatu keputusan. Ada beberapa subsistem yang terlibat di dalam SIM-SDM, diantaranya : 1. Sistem informasi akuntansi 2. Subsistem penelitian sumber daya manusia 3. Subsistem intelijen sumber daya manusia 4. Database SIM-SDM
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Output SIM-SDM Subsistem perencanaan angkatan kerja Subsistem perekrutan Subsistem manajemen angkatan kerja Subsistem kompensasi Subsistem benefit Subsistem pelaporan lingkungan
Pembangunan dan atau model sistem informasi yang umum dilakukan adalah menggunakan System Development Life Cycle (SDLC). Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembangunan atau model SIM-SDM sebagai berikut: 1. Investigasi sistem a. Pengumpulan informasi b. Memahami dan mengevaluasi sistem yang ada c. Identifikasi kebutuhan pengguna d. Studi kelayakan 2. Analisis sistem 3. Laporan hasil investigasi dan analisis a. Uraian alasan dan scope (batasan) investigasi dan analisis b. Deskripsi sistem yang ada dan operasinya c. Uraian tujuan (obyektif) dan kendala sistem d. Deskripsi tentang masalah-masalah yang belum etratasi dan potensi masalah e. Uraian tentang asumsi selama proses investigasi dan analisis f. Rekomendasi-rekomendasi sistem baru dan kebutuhannya untuk desain awal g. Proyeksi kebutuhan sumber daya dan biaya 4. Desain sistem a. Mendefinisikan tujuan sistem b. Membangun sebuah model konseptual c. Menerapkan kendala-kendala organisasi d. Mendefinisikan aktivitas pemrosesan data 5. Implementasi sistem a. Akuisisi perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan b. Pembangunan atau modifikasi (model) perangkat lunak c. Pelatihan bagi user d. Dokumentasi sistem e. Konversi sistem 6. Pemeliharaan dan evaluasi sistem
25
MODEL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Djamarel Hermanto*
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, Malayu S. P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Marimin, Hendri Tanjung, dan Haryo Prabowo. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. McLeod, Raymond, Jr. 1995. Sistem Informasi Manajemen: Studi Sistem Informasi Berbasis Komputer Jilid II. Alih bahasa: Hendra Teguh. Jakarta: Prenhallindo.
26
Panggabean, Mutiara Sibarani. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sutanta, Edhy S. T. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA (Survey Pada Siswa SMP Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih* ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of self-efficacy directly to environmental concerns, knowledge of environmental pollution to environmental concerns, the direct effect of environmental pollution knowledge to environmental concerns and the indirect influence of self-efficacy to environmental concerns through knowledge of environmental pollution. The method used is a survey method. Proportional sampling technique Cluster Random Sampling 99 students. The results showed that there is a direct and significant influence self efficacy due to environmental concerns students produce t = 5.560> table = 2.000. There is a significant direct effect of knowledge of environmental pollution due to environmental concerns students produce t = 2,598> t table = 2.000. There is a direct and significant effect of self-efficacy to knowledge of environmental pollution due to produce t = 6.173> table = 2.000. There is no significant indirect influence of self-efficacy terhadp students environmental awareness through knowledge of environmental pollution due to produce t = 1.634
PENDAHULUAN Allah SWT. telah menciptakan alam semesta dan seisinya. Alam yang tercipta dapat menjadi sumber ilmu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Manusia dapat mengetahui bagaiman terjadinya siklus air, bagaimana tumbuhan dan hewan hidup, bagaimana proses kesimabnagan alam terjadi. Dengan pengetahuan ini manusia diharapakan dapat lebih bijaksana dalam memnfaatkan semua yang telah ada di alam sehingga lingkungan yang baik akan tercipta. Aktifitas kehidupan manusia yang dilakukan seharihari ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan hidup. Aktifitas kehidupan manusia seringkali menyalahi kaidah-kaidah yangada dalam tatananlingkungan hidup sehingga berakibat terjadinya pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal kebentuk baru yang cenderung lebih buruk. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumber daya alam.
Adanya rasa peduli terhadap lingkungan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam kerusakan lingkungan. Kepedulian lingkungan akan semakin tumbuh jika seseorang selalu menanamkan dalam pikiran bahwa seseorang adalah orang yang sangat peduli. Kepedulian terhadaap lingkungan akan lebih efektif dilakukan secara bersama-sama. Rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan saat ini terlihat semakin lama semakin menurun bahkan dapat menghilang karena jarangnya siswa-siswi langsung terjun melihat bagaimana lingkungan diseseseorangrnya. Krisis kepedulian lingkungan pada siswa disebabkan oleh kemajuan teknologi sehingga siswa hanya lebih cenderung berfikir intan dan tidak mau berusaha. Dengan pemebelajaran IPA di sekolah diharapkan memiliki peranan penting dalam menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungannya. Sehingga lingkungan alam tetap terjaga dan siswa memiliki rasa bahwa mereka perlu menjaga lingkungannya. Siswa tersebut tidak hanya memnafaatkan apa yang ada dalam
* Dosen Prodi PAUD Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Panca Sakti
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
27
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
lingkungan tetatpi siswa tersebut juga memberikan manfaat pada lingkungan. Rasa keyakinan akan kemempuan yang mendorong siswa tersebut bertindak sesuai dengan apa yang semestinya dilakukan akan membantu rasa kepedulian lingkungan tersebut timbul. Efikasi diri merupakan rasa keyakinan akan kemampuan dan hasil yang akan diperoleh dari kemampuaanya sehingga mendorong tindakan seseorang menjadi lebih efektif dan sesuai dengan pengetahuan yang dimilki. Efikasi diri dapat memberikan dorongan untuk mengembagkan pengetahuan pada pencemaran lingkungan, karena dengan efikasi diri siswa dapat mengetahui kemampuan yang telah dicapainya dan apa yang belum dicapai siswa tersebut dapat menggali lagi informasi agar pengetahuannya telah diyakinkan dalam dirinya. Degan efikasi tersebut maka siswa akan mengetahui apakah yang harus dilakuakan dan bagaimanakah yang harus melakaukan. Perilaku siswa yang yakin akan kemampuannya sehingga ia dapat mengetahui hasil yang akan dicapai dan memberikan tindakan sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Efikasi diri dapat mendorong siswa memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan. Efikasi diri memberikan penagruh besar daalm mengembangkan rasa peduli terhadap lingkungan dan dapat menajaga kebersihan serta kelestarian dari lingkungan. Seseirang yang memiliki efikasi diri yang tinggi maka akan bertindak dengan bijaksana karena dengan segala kemapuan yang diyakininya akan membuat orang tersebut bertindak sesuai dengan semestinya. Dengan efikasi diri maka rasa kepedulian siswa akan semakin tumbuh dan terus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis tertarik mengambil penelitian yang berjudul Pengaruh Efikasi diri dan Pengetahuan Pencemaran Lingkungan terhadap Kepedulian Lingkungan Siswa (Survey pada siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Cakung Jakarta Timur) karena ingin mengetahui apakah sikap efikasi diri dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan pencemaran lingkungan serta mempengaruhi rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan. Dengan keyakinan akan kemampuan tentang pencemaran lingkungan yang dimiliki maka siswa lebih yakin dalam bertindak terhadap lingkungan sehigga kepedulian lingkungan tercipata dalam diri siswa.
28
Penulis memilih pengetahuan pencemaran lingkungan karena pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi dalam pembelajaran IPA. Kepedulian lingkungan merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran IPA sehingga penulis dapat mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran IPA sebagai pembentuk kepedulian lingkungan terlaksan atau pengetahuan tersebut hanya sekedar pengetahuan tanpa memeliki manfaat untuk siswa tersebut. Penulis memilih melakukan penelitian terhadap SMP yang ada di Kecamatan Cakung Jakarta Timur karena mengamatai keadaan lingkungan daerah cakung yang tidak layak sebagai lingkungan bersih. Namun, pada dasarnya Kecamatan Cakung memiliki banyak sekolah terutama SMP sehingga seharusnya membuktikan dengan banyaknya anak-anak yang sekolah maka, anank-anak tersebut akan memepelajari tentang pencemaran lingkungan dan diharapkan dapat menjaga lingkungan. Lingkungan Dalam Ensiklopedia Indonesia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar suatu organisme, meliputi : (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer, dan lainnya, (2) lingkungan hidup (biotik) yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Ensiklopedia Amerika menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor-faktor yang membentuk lingkungan sekitar (Amos, 2008 ). Menurut Supardi (2003), lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biotik. Pertama, lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadan fisik yang ada di sekitar individu misalnya batu-batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim, kelembaban, angin dan lainlain. Lingkungan fisik ini berhubungan erat dengan makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh mineral yang dikandung suatu tanah menentukan kesuburan yang erat hubunganya dengan tanaman yang tumbuh di atasnya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
Kedua, lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada di sekitar individu baik manusia, hewan dan tumbuhan. Tiap unsur biotik, berinteraksi antar biotik dan juga dengan lingkungan fisik atau lingkungan abiotik. Mahkluk hidup itu meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada halekatnya manusia diciptakan sebagai pemimpin sehingga sangat berperan penting dalam menjada kesatuan dari ruang dan penghuni ruang tersebut. Ruang yang merupakan lingkungan sedangkan penghuni ruang tersebut merupakan makhluk hidup yang saling berinteraksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain. Selain interaksi tersebut, makhluk hidup membutuhkan faktor abiotik (tak hidup) dari lingkungan yang menjadi tempat hidup. Kepedulian Lingkungan Pada dasarnya permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi pada saat ini adalah tidak adanaya rasa peduli dari manuia terhadap lingkungan yang dijadikan tempat untuk hidupnya. Manusia hanya berfikir untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya dan mendapatkan keuntungan dari lingkungan tanpa memperhatikan kerusakan apa yang terjadi pada lingkungan sehingga membuat lingkungan menjadi tidak seimbang sebagaimana mestinya. Dengan memahami etika lingkungan kita tidak hanya mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi kita dapat membatasi tingkah laku dan berupaya mengendalikan berbagai kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Peduli terhadap masalahmasalah lingkungan merupakan bagian dari kepdulian lingkungan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Schultz, Shriver, Tabanice, dan Khazian (2003) menyatakan bahwa kepdulian lingkungan merupakan suatu perasaan seperti khwatir, yang berhubungan dengan keyakinan akan adanya masalah lingkungan. Maka dapat disimpulkan bahwa kepedulian lingkungan adalah peka dan peduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atau ketidakseimbangan. Kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat ditinjau dengan dua tujuan utama: pertama, dalam hal tersedianya sumber daya alam, sampai sejauhmana sumber-sumber tersebut secara ekonomik menguntungkan untuk digali dan kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan guna
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
membiayai kegiatan pembagunan. Kedua, jika kekayaan yang dimiliki memang terbatas dan secara ekonomik tidak menguntungkan untuk digali dan diolah, maka untuk selanjutnya strategi apa yang perlu ditempuh untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembagunan bangsa yang bersangkutan (Najmudin, 2005). Kepedulian lingkungan dapat ditunjukkan dengan adanya rasa antusias yang tinggi dari seseorang untuk melakukan tindakan yang baik dan benar pada lingkungan, contoh ketika ada sampah saja yang berada tidak pada tempatnya seseorang yang memiliki rasa peduli lingkungan yang tinggi ia akan memngambil dan menempatkan sampah tersebut pada tempat yang sesuai, walaupun pada dasarnya yang melakukan tindakan salah tersebut bukan ia tetapi ada rasa peduli lingkungan sehingga memaksanya untuk bertanggungjawab atas semua yang terjadi pada lingkungannya. Kepedulian lingkungan membuat seseorang menjadi bijaksana dalam bertindak terhadap lingkungan, baik dalam merawat, mengelolah dan memanfaatkan lingkungan. Pencemaran Lingkungan Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam lingkungan tersebut, sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuknya zat asing yang biasa disebut polutan ke dalam tatanan lingkungan tersebut. Bahan polutan tersebut umumnya bersifat toksik yang berbahaya bagi organisme hidup, akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung lebih buruk (Palar, 2004). Polusi adalah istilah untuk menyebutkan setiap pencemaran atau pengotoran lingkungan yang terdapat dimuka bumi oleh bahan atau zat yang mengganggu kesehatan manusia, kualitas hidup manusia, atau fungsi alami ekosistem. Ekosistem adalah lingkungan di mana berbagai jenis makhluk hidup dan tak hidup saling berinteraksi dan saling mempengaruhi (Purwanto, 2008). Pencemaran lingkungan merupakan tanda adanya ketidakseimbangan alam anatara biotik dan abiotik sehingga membuat lingkungan menujukkan gangguan ataupun masalah yang akan membuat makhluk hidup yang ada disekitarnya merasa tidak nyaman. Pencemaran lingkungan terjadi karena banyaknya
29
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
manusia yang tidak memiliki rasa peduli terhadap lingkungan sehingga dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada dilikungan sekitarnya disengaja dieksploitasi untuk keuntungan semata. Tindakan bijaksana manusia menjadi tolak ukur untuk kondisi lingkunga, ketika ia bertindak sesuka hati pada lingkungan maka jangan pernah salahkan lingkungan jika ia menunjukkan gejala alam yang cenderung kepada bencana bagi manusia yang ada lingkungan teesebut. Oleh karena itulah manusia yang memiliki akal dan pikiran dituntut untuk menjaga lingkungannya agar lingkungannyapun menjadi manfaat bagi manusia. Pengetahuan Pencemaran Lingkunagan Pengetahuan tentang pencemaran lingkungan ada pada pembahasan terakhir pada siswa kelas VII SMP tentang Pengelolahan lingkungan. Indikator dari materi tersebut adalah peserta didik mampu memahami peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi tersebut mengenai tentang : Pencemaran lingkungan dapat terjadi akibat kegiatan manusia atau proses alami. Sesuatu yang menyebabkan polusi (pencemaran) disebut Polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, makhluk hidup, panas, suara, radiasi. Ciri-ciri lingkungan alami dan tercemar apabila sungai yang masih alami, airnya jernih, tidak berbau, tidak ditumbuhi enceng gondok, tidak ditumbuhi ganggang yang melimpah,banyak terdapat berbagai jenis ikan dan lain-lain. Sumber-sumber Pencemaran Lingkungan adalah pencemaran kimiawai merupakan pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia. Misalnya, limbah pabrik seperti raksa dan timbal. Pencemaran fisik merupakan pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat, atau gas. Pencemaran biologis merupakan pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit. Akibat Pencemaran Terhadap Makhluk Hidup secara Global Pencemaran akan menurunkan kualitas lingkungan atau ekosistem.Akibatnya timbul ganguan terhadap makhluk hidup yang ada pada lingkungan itu termasuk manusia. Dalam jumlah yang banyak di atmosfer Gas karbon dioksida menghalangi pantulan panas dari atmosfer. Panas akan dipantulkan kembali ke bumi. Sehingga bumi menjadi lebih panas ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat
30
menaikkan suhu udara secara global sehhinga dapat mengubah pola iklim di seluruh dunia. Akibat pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida nitrogen dan oksida belerang dalam hujan asam. Penebangan hutan tanpa perhitungan atau secara liar menyebabkan perubahan lingkungan dengan berbagai dampak yang buruk. Apabila pohon-pohon di hutan dan di lereng-ereng gunung ditebang akan menyebabkan air hujan mengalir deras. Erosi tanah mempengarui kesuburan tanah. Air dan tanah yang terbawa oleh aliran air akan bercampur menjadi lumpur. Lumpur tersebut akan menutupi pori-pori tanah di permukaan. Akibatnya, daya serap tanah terhadap air hujan menjadi berkurang. Penggundulan hutan juga menyebabkan habitat dan berbagai jenis hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang merupakan sumber daya alam hayati yang rusak. Usaha untuk mencegah dan mengatasi pencemaran lingkungan serta kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan seperti pada pencemaran air antara lain disebabkan oleh limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga, dan limbah minyak. Pencemaran air oleh limbah industri dapat dicegah dan ditanggulangi dengan cara pembuanagan limbah industri diatur sedemikian rupa sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem. Dengan demikian bahan dari limbah yang berupa zat-zat beracun dapat dihilangkan Pencemaran air oleh logam yang berasal dari industri dapat dicegah atau diatasi dengan cara menanam tumbuhan sejenis alang-alang di sekitar perairan tempat pmbuangan limbah. Pencemaran air oleh limbah pertanian dapat dicegah dengan cara mencegah limbah pertanian agar tidak mengalir ke sungai dan danau. Pengaturan terhadap penggunaan pupuk buatan, yaitu menggunakan pupuk hanya pada saat tanaman pertanian tumbuh tidak memupuk lahan kosong,tidak memupuk ketika hujan, dan tidak membuang sisa pupuk ke sungai. Menggunakan pestisida yang mudah diurai oleh alam. Menggunakan metode lain selain menggunakan pestisida, misalnya dengan biological control. Biological control yaitu pemberantasan hama dengan menggunakan makhluk hidup pemakan hama tersebut. Pencemaran udara oleh karbon dioksida dapat dicegah dengan cara mengurangi penggunaan bahan baker minyak dan mencegah panebangan hutan untuk lahan pertanian. Pencemaran tanah ditimbulkan oleh pestisida dan limbah industri. Penggunaan pestisida
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
harus sesuai dengan aturannya. Sedangkan penanggulanan pencemaran tanah oleh limbah industri yaitu pabrik harus memiliki tempat penampungan dan pengolahan limbah. Pencemaran suara dapat dicegah atau ditanggulani dengan cara tidak membangun pabrik dekat pemukiman penduduk. Tidak membangun bandara di dekat pemukiman penduduk. Para tenaga kerja pabrik yang berada pada lingkungan suara yang keras. Efikasi diri Efikasi diri merupakan satu kesatuan arti yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris, self efficacy. Konstruk tentang self efficacy diperkenalkan pertama kali oleh Bandura yang menyajikan satu aspek pokok dari teori kognitif sosial. Efficacy didefenisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan self sebagai orang yang dirujuk (Wallatey, 2001). Menurut Bandura dalam Feist and Feist (2002) efikasi diri adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan seseorang peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka. Our succesful performance in physical, academic, and job tasks in enhanced by feelings of efikasi diri (Baron, dkk 2009). Dalam teori sosial kognitif, Bandura dalam Luthan (2005) efikasi diri adalah menyangkut tugas yang spesifik dibandingkan dengan persepsi umum dari keseluruhan kompetensi. Subtansial defenisi efikasi diri di atas, dapat dikatakan lebih spesifik dan secara hakiki mempunyai perbedaan arti dengan self-esteem. Bandura dalam Luthan (2005) merumuskan bahwa ekspektasi menentukan perilaku atau kinerja dilakukan atau tidak, oleh karena itu ekspektasi sangat menentukan kontribusi pada perilaku bahkan juga menjadi penentu lama tidaknya suatu perilaku dapat dipertahankan bila dihadapkan dengan masalah. Individu yang mempunyai ekspektasi efikasi diri yang rendah akan berpengaruh terhadap perilakunya yang rendah pula. Dalam konteks ini tidak adanya ekspektasi efikasi diri akan membuat rendahnya partisipasi dan memilih menyerah ketika menghadapi kesulitan (Brown,2001). Keyakinan kepada kemampuan sendiri mempengaruhi motivasi pribadi, makin tinggi efikasi diri maka tingkat stres makin rendah. Sebaliknya,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
makin tinggi keyakinan kepada kemampuan sendiri, maka makin kokoh tekadnya untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Keyakinan kepada efikasi mempengaruhi tingkat tantangan dalam menyelesaikan tugas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bukan hanya kemampuan kerja yang menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas, melainkan juga ditentukan oleh tingkatkeyakinan pada kemampuan sehingga dapat menambah intensitas motivasi dan kegigihan kerja karyawan. Defenisi tersebut dikaitkan dengan pengambilan keputusan atas kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi di masa mendatang. Di dalam melaksanakan berbagai tugas, orang yang mempunyai efikasi diri tinggi adalah sebagai orang yang berkinerja sangat baik. Mereka yang mempunyai efikasi diri dengan senang hati menyongsong tantangan, sedangkan mereka yang peragu mencobapun tidak bisa, tidak peduli betapa baiknya kemampuan mereka yang sesungguhnya. Rasa percaya diri meningkatkan hasrat untuk berprestasi, sedangkan keraguan menurunkannya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu pengamatan atau penyelidikan yang krtis untuk mendapatkan keterangan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam suatu daerah tetentu (Margono, 2007). Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan analisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik (Suugiyono, 2007). Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan analisis jalur (Path Analysis). Penelitian dengan metode survey adalah penelitian yang dilakuakn untuk mengetahui tentang suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Analisis jalur (Path Analysis) adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linear berganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (konstribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur dari hubungan kasual antara variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z (Supardi, 2012).
31
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
Gambar Diagram Analisis Jalur Keterangan : X1 = Efikasi diri (variabel bebas) X2 = Pengetahuan Pencemaran Lingkungan (variabel bebas) X3 = Kepedulian Lingkungan Siswa (variabel terikat) Adapun pengaruh antar variable : 1) Koefisien pengaruh langsung efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan siswa. 2) Koefisien pengaruh langsung efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. 3) Koefisien pengaruh langsung pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingnkungan 4) Koefisien pengaruh tidak langsung antara efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data secara keseluruhan dari perhitungan dan pengujian yang dilakukan dengan bantuan komputer melalui program aplikasi SPSS 20 serta analisis dan interpretasinya. Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian
Hasil Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Kesatu Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1) Hipotesis statistik H0: P31 = 0 H1: P31 ‘“ 0 2) Hipotesis dalam bentuk kalimat: H0 : tidak terdapat pengaruh langsung efikasi diri (X 1 ) terhadap kepedulian lingkungan siswa (X3). H1 : terdapat pengaruh langsung efikasi diri (X1) terhadap kepedulian lingkungan siswa (X3) 3) Kriteria uji: Jika thitung > ttabel; maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh langsung Jika thitung < ttabel ; maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh langsung Selanjutnya uji signifikansi pengaruh dengan menentukan nilai ttabel dan pengujian hipotesis untuk α á = 0.05 dan dk = n-k-1. Berdasarkan analisis jalur diketahuii bahwa koefisien jalur variabel efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan siswa : . Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2 Nilai Kekeliruan Baku Koefisien ) dan Thitung
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2016 Berdasarkan tabel di atas untu áα= 0,05 dan dk = n – k - 1 = 99 – 2 – 1= 96 pada uji dua pihak diperoleh nilai ttabel = 2,000. Karena nilai thitung > ttabel ( 5, 560 > 2,000) maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan. 2.
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2016
32
Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1) Hipotesis statistik H0: P32 = 0 H1: P32 ‘“ 0
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
2)
3)
Hipotesis dalam bentuk kalimat: H0 : tidak terdapat pengaruh langsung pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) terhadap kepedulian lingkungan siswa (X3). H1 : terdapat pengaruh langsung antara minat belajar (X2) terhadap kepedulian lingkungan siswa (X3). Kriteria uji: Jika thitung > ttabel; maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh langsung Jika thitung < ttabel ; maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh langsung.
2)
Hipotesis dalam bentuk kalimat: H0 : tidak terdapat pengaruh langsung efikasi diri (X1 ) terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan (X2). H1 : terdapat pengaruh langsung efikasi diri (X 1 ) terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan (X2). 3) Kriteria uji: Jika thitung > ttabel; maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh langsung Jika thitung < ttabel ; maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh langsung Selanjutnya uji signifikansi pengaruh dengan menentukan nilai ttabel dan pengujian hipotesis untuk αá = 0.05 dan dk = n-k-1. Berdasarkan analisis jalur diketahuii bahwa koefisien jalur variabel efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan siswa. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4 Nilai Kekeliruan Baku Koefisien dan Thitung
Selanjutnya uji signifikansi pengaruh dengan menentukan nilai ttabel dan pengujian hipotesis untuk αá = 0.05 dan dk = n-k-1. Berdasarkan analisis jalur diketahuii bahwa koefisien jalur variabel pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan siswa: . Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3 Nilai Kekeliruan Baku Koefisien ) dan Thitung
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2016 Berdasarkan tabel di atas untuk áα = 0,05 dan dk = n – k - 1 = 99 – 2 – 1= 96 pada uji dua pihak diperoleh nilai ttabel = 2,000. Karena nilai thitung > ttabel ( 6,173 > 2,000) maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan.
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2016 Berdasarkan table di atas untu áα= 0,05 dan dk = n – k - 1 = 99 – 2 – 1= 96 pada uji dua pihak diperoleh nilai ttabel = 2,000. Karena nilai thitung > ttabel ( 2,598 > 2,000) maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan pada siswa. 3.
Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1) Hipotesis statistik: H0: P21 = 0 H1: P21 ‘“ 0
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.
Pengujian Hipotesis Keempat Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1) Hipotesis statistik: H0: P321 = 0 H1: P321 ‘“ 0 Koefisien jalur X1 ke X2 melalui X3 P321 = P21 x P32
33
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
2)
Hipotesis dalam bentuk kalimat: H0 : tidak terdapat pengaruh tidak langsung efikasi diri (X 1 ) ter hadap kepedulian lingkungan siswa (X3) melalui pengetahuan pencemaran lingkungan (X2). H1 : terdapat pengaruh tidak langsung efikasi diri (X 1 ) terhadap kepedulian lingkungan siswa (X3) melalui pengetahuan pencemaran lingkungan (X2). Kriteria uji: Jika thitung > ttabel; maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh tidak langsung Jika thitung < ttabel ; maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh tidak langsung
3)
Selanjutnya uji signifikansi pengaruh dengan menentukan nilai ttabel dan pengujian hipotesis untuk α á (=0.05) dan dk = n-k-1. Berdasarkan analisis jalur diketahui bahwa koefisien jalur variabel efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan = 0,531 x 0,235 = 0,1247. Jika dibandingkan dengan nilai maka nilai < = 0,125 < 0,504. Dari data mentah dan dari perhitungan dengan bantuan spss 20 diperoleh :
= = =
( 21 −1) 21 2
+( 21 −1) 32 2 21 + 32 −2
(99−1) 0,1082
+(99−1)0,0712
99+99−2 1,143 196
= 0,076
Maka diperoleh thitung yaitu : ℎ
=
ℎ
=
321
0,1247 0,076
= 1,634
Berdasarkan table di atas untu áα = 0,05 dan dk = n – k - 1 = 99 – 2 – 1= 96 pada uji dua pihak diperoleh nilai ttabel = 2,000. Karena nilai thitung < ttabel ( 1,634 < 2,000) maka H0 diterima dan disimpulkan tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan.
34
Pembahasan 1. Pengaruh langsung Efiaksi Diri (XI) terhadap Kepedulian Lingkungan Siswa (X3) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan. Pada penelitian ini efikasi diri yang diukur oleh kepedulian lingkungan menunjukkna adanya korelasi yang signifikan dan memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. Hal ini di buktikan dari nilai koefisien korelasi dimana menghasilkan nilai 0,628 lebih besar dari 0,05. Besarnya pengaruh langsung efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan adalah KD = P312 x 100 % = 0,5042 x 100 % = 0,2540 x 100 % = 25,40 %, sisanya sebesar 74,60 % di pengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel efikasi diri. Berdasarkan hasil perhitungan maka hasil penelitian sesuai dan sejalan dengan pengajuan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan. Efikasi diri siswa SMP kelas VIII yang ada di kecamatan Cakung dalam hal ini adalah saat mata pelajaran IPA yang menunujkkan materi Pencemaran Lingkungan. Efikasi diri mendoronng siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemmapuan yang dimiliki. Dengan adanya kemampuan dalam pencemaran lingkungan maka siswa akan menunjukkan sikap pengamalan dari kemampuan yang dimiliki. Efikasi mendorong siswa untuk tepat dan bijaksana dalam pengolahan lingkungan sehinggga rasa kepedulian lingkungan pada siswa akan muncul dari dalam diriinya. Bandura dalam Luthan (2005) merumuskan bahwa ekspektasi menentukan perilaku atau kinerja dilakukan atau tidak, oleh karena itu ekspektasi sangat menentukan kontribusi pada perilaku bahkan juga menjadi penentu lama tidaknya suatu perilaku dapat dipertahankan bila dihadapkan dengan masalah. Pernyataan tersebut mendorong hasil penelitian ini, dimana pada penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri dapat mempengaruhi kepedulian lingkungan pada siswa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
2.
Pengaruh langsung Pengetahuan Pencemaran Lingkungan (X2) terhadap Kepedulian Lingkungan Siswa (X3) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan. Pada penelitian ini pengetahuan pencemaran lingkungan yang diukur oleh kepedulian lingkungan menunjukkna adanya korelasi yang signifikan dan memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap kepedulian lingkungan. Hal ini di buktikan dari nilai koefisien korelasi dimana menghasilkan nilai 0,503 lebih besar dari 0,05. Besarnya pengaruh langsung pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan adalah KD = P322 x 100 % = 0,2352 x 100 % = 0,0552 x 100 % = 5,52 %, sisanya sebesar 94,48 % di pengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar pengetahuan pencemaran lingkungan. Hasil ini menunjukkan nilai prosentase yang sangat kecil pengaruh pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang diberikan dari pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan. Oleh sebab itu, seorang guru sebaiknya dalam penyampaian materi khususnya pada materi pencemaran lingkungan harus kompeten. Sehingga dengan kekompetensian seorang guru dapat membangkitkan rasa ingi tahu dari siswa. Peningkatan kompetensi seorang guru dapat dilakuakan dengan bertindaka kreatif dan menguasai materi tersebut. Schultz, Shriver, Tabanice, dan Khazian (2003) menyatakan bahwa kepdulian lingkungan merupakan suatu perasaan seperti khwatir, yang berhubungan dengan keyakinan akan adanya masalah lingkungan. Dari pernyataan tersbut maka pengetahuan pencemaran lingkungan sangatlah berguna untuk menamabah pengetahuan siswa tentang bahaya dari pencemaran lingkungan, dengan pengetahuannya tersebut diharapkan siswa memiliki rasa khawatir sehingga bijaksana dalam berperilaku terhdap lingkungan. Berdasarkan hasil perhitungan maka hasil penelitian sesuai dan sejalan dengan pengajuan hipotesis penelitian yang menyatakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan siswa SMP kelas VIII yang ada di kecamatan Cakung dalam, hal ini adalah saat mata pelajaran IPA yang menunujkkan materi Pencemaran Lingkungan. Pengaruh langsung Efiaksi Diri (X1) terhadap Pengetahuan Pencemaran Lingkungan (X2) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. Pada penelitian ini efikasi diri yang diukur oleh pengetahuan pencemran lingkungan menunjukkna adanya korelasi yang signifikan dan memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. Hal ini di buktikan dari nilai koefisien korelasi dimana menghasilkan nilai 0,531 lebih besar dari 0,05. Besarnya pengaruh langsung efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan adalah KD = P212 x 100 % = 0,5312 x 100 % = 0,2819 x 100 % = 28,19 %, sisanya sebesar 71,81 % di pengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel efikasi diri. Berdasarkan hasil perhitungan maka hasil penelitian sesuai dan sejalan dengan pengajuan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. Efikasi diri siswa SMP kelas VIII yang ada di kecamatan Cakung dalam hal ini adalah saat mata pelajaran IPA yang menunujkkan materi Pencemaran Lingkungan. Efikasi diri yang dimiliki oleh siswa SMP kelas VIII ini rata-rata sudah cukup tinggi. Namun ada pula siswa yang efikasi dirinya masih rendah. Efikasi merupakan faktor penting dari dalam diri siswa yang berguna untuk peningkatatan pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan adanya efikasi diri yang tinggi maka tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa juga baik, karena dengan efikasi diri siswa dapat merasa yakin akan kemampuannya sendiri. Sehingga efikasi diri dapat menentukan dan mempredikasi kemampuan sendiri dan apabila terdapat kekurang akan pengetahuan yang dimiliki, maka siswa tersebut akan berusaha untuk mencari tahu smapai dia memahamai pengetahuan tersebut.
35
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
4.
36
Oleh karena itu, untuk meningkatkan efikasi diri pada siswa adalah dengan cara meningkatkan kepercayaan diri. Kepercayaan diri dapat ditingktkan oleh seorang guru yang berperan sebagai motivator untuk siswa sehingga siswa akan terus mengasah kemampuannya sehingga di akan yakin akan kemmapuannya. Baron dan Byrne ( 2000) mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Pernyataan tersebut mendorong hasil penelitian ini, dimana pada penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri dapat mempengaruhi pengetahuan penemaran lingkungan pada siswa. Pengaruh Tidak Langsung Efikasi diri (X1) terhadap Kepedulian lingkungan siswa (X3) melalui Pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan . Pada penelitian ini efikasi diri yang diukur oleh kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan menunjukkna adanya korelasi yang signifikan dan tidak memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan. Besarnya pengaruh langsung pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan adalah KD = P3212 x 100 % = 0,12472 x 100 % = 0,0155 x 100 % = 1,55 %, sisanya sebesar 98,45% di pengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil ini menunjukkan nilai prosentase yang sangat kecil pengaruh efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil perhitungan maka hasil penelitian sesuai dan sejalan dengan pengajuan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan melalui pengetahuan pencemaran lingkungan siswa SMP kelas VIII yang ada di kecamatan Cakung dalam, hal ini adalah saat mata pelajaran IPA yang menunujkkan materi Pencemaran Lingkungan.
Menurut Suparno dan Suhaena (2005), sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan adanya peghargaan terhadap alam. Penghargaan terhadap alam ditunjukkan oleh efikasi diri, dimana telah diketahui bahwa efikasai keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sehingga dengan adanya kemampuan terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan dapat menigkatkan rasa kepedulian lingkungan pada siswa khususnya siswa SMP di kecamatan Cakung jakarta Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akan lebih efektif apabila peningktan kepedulian lingkungan siswa dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan pencemaran lingkungan pada siswa. Sehingga siswa paham akan damapk negatif yang diberikan dari pencemaran lingkungan. Adanya pengetahuan pencemaran lingkungan juga dapat membuat perilaku siswa terhadap lingkungan tepat dan bijaksana karena siswa tersebut mengetahui bahaya yang akan dihasilkan dari pencemaran lingkungan tersebut. Hasil dari pengetahuan tersebut akan mendorong siswa dalam meningkatkan rasa kepedulian lingkungan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan efikasi diri terhadap kepedulian lingkungan. Dari hasil analisis koefisien jalur didapat nilai koefisien jalur X1 terhadap X3 ( P31) sebesar 0,504 dan setelah diuji dengan uji t pengaruh tersebut ternyata signifikan karena thitung > ttabel (5,560 > 2,000). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan efiksi diri (X1) terhadap kepercayaan diri kepedulian lingklungan (X3). Kontribusi langsung efikasi diri (X1) terhadap kepedulian lingkungan (X3) adalah 25,40 % dengan nilai korelasi 0,628. 2. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan pengetahuan pencemaran lingkungan terhadap kepedulian lingkungan. Dari hasil analisis koefisien jalur didapat nilai koefisien jalur X2 terhadap X3 ( P32) sebesar 0,180 dan setelah diuji dengan uji t pengaruh tersebut ternyata tidak signifikan karena thitung > ttabel (2,598 > 2,000). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan pengetahuan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
3.
4.
pencemaran lingkungan (X2) terhadap kepeduliam lingkungan (X3). Kontribusi langsung pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) terhadap kepedulian lingkungan (X3) adalah 5,52 % dengan nilai korelasi 0,503. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan efikasi diri terhadap pengetahuan pencemaran linmgkungan. Dari hasil analisis koefisien jalur didapat nilai koefisien jalur X1 terhadap X2 ( P21) sebesar 0,531 dan setelah diuji dengan uji t pengaruh tersebut ternyata signifikan karena thitung > ttabel ( 6,173 > 2,000 ). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh langsung yang signifikan efikasi diri (X1) terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan (X2). Kontribusi langsug efikasi diri (X1) terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) adalah 28,19 %dengan nilai korelasi 0, 531. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan efikasi diri (X1) terhadap kepedulian lingkungan (X3) melalui pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) ditentukan dari hasil kali koefisien jalur X1 ke X2 dan X2 ke X3. Koefisien jalur pengaruh tidak langsung X1 ke X3 melalui X2 yaitu x = 0,732.x 0,180 = 0,1247 dan setelah diuji dengan uji t pengaruh tersebut ternyata tidak signifikan karena thitung < t tabel (1,634 < 2,000). Hal tersebut menunjukkan tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan efikasi diri (X1) terhadap pengetahuan pencemaran lingkungan (X2) melalui kepeduliam lingkungan (X3) dengan konstribusi 5,52 % dengan nilai korelasi 0,076.
SARAN Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan, dan implikasi penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan saran sebagai berikut : 1. Guru harus menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan, seperti setiap mengajar sebelum memulai proses belajar mengajar guru menyruh semua ssiwa untuk memperhatikan kebersihn kelas dan kolong meja setiap masing-masing siswa. 2. Guru harus memiliki efikasi diri yang tinggi agar apa yang disamapikan benar-beanr yakin merupakan informasi penting untuk siswa-siswi sehingga informasi yang didapat merupakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
4.
5.
informasi yang dapat diyakini oleh siswa sebagai kemampuan yang siswa miliki. Sebaikanya dalam mengajar diperlukan kekreatifitsan agar pembelajaran mudah dipahami dan diamalkna dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dalam pemeblajaran pencemaran lingkungan guru dapat menampilkan sebuah materi yang menyenangkan dengan multimedia sehingg siswa tidak bosan dan lebih paham karena ditunjukkan damapk negative yang benar-benar terjadi dari pencemaran lingkungan tersebut. Guru memberikan contoh nyata peduli terhadap lingkungan, misalnya guru tersebut dating ke kelas dengan penampilan yang rapih dan bersih. Selain dari pihak guru pihak kepala Sekolah juga wajib memberikan motivasi dan penghargaan untuk guru, agar efikasi diri pada guru tumbuh dan berkembang sehingga dalam menyampaikan suatu materi, maka guru akan lebih menguasai materi dan kreatif dalam pengembangan materi.
DAFTAR PUSTAKA Amos, N. (2008) . Kesadaran Lingkungan. Jakarta : Penerbit PT Rinika Cipta. Baron, RA. & Donn B. (2000). Social Psychology (9th ed). Boston : Allyn and Bascon. Brown, H.D. (200)1. Teaching By Principles: An Active Approach To Language Pedagogy. (2nd ed). San Francisco: Addison Wesley Longman, Inc. Feist, J. & Feist, Gj. (2002). Theories of Personality (5thed). Boston: Mc Graw-Hill. Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andika Yuwono dkk. Edisi Pertama, Penerbit Yogyakarta : Andi. Margono. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta. Nadjmuddin, R. (2005). Membangun Lingkungan Hidup yang Harmonis dan Berperadaban. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu. Palar, H. (2004). Pencemran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Purwanto. (2008). Awas Polusi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Schultz, P., Wesley C.S., Jennifer, J. & Tabanice, A.M.K. . (2003). Implicit Connection With Nature. San Marcos: Elsever Ltd.
37
PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA SMP (Survey Pada Siswa SPM Kelas VIII Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur 2014) Oleh : Delina Kasih*
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Supardi, I.( 2003). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : PT. Alumni. Supardi, U.S. (2012). Aplikasi Statistika Dalam Penelitia. Jakarta Ufuk Press.
38
Suparno & Anna S. (2005). Peningkatan kualitas Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas. Wallatey R,H. 2001. Self Efficacy in Health Related Behavior Change. http:// trochim.human.cornel.edu/gallery/walkley/ self-eff.htm diakses 13 September 2014.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh : Arie Widiyastuti* ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of parental concern and interest in learning to pemahamn math concepts, to determine the influence of parental supervision of pemahamn mathematical concept, and to determine the influence of student interest to the understanding of mathematical concepts. The method used is a survey method. Samples taken as many as 60 students. Data was collected by questionnaire directly to the sample. Data analysis using descriptive statistics such as finding the mean, median, mode, standard deviation, and inferential statistics is to find coefficients. The results showed: (1) There is an effect of parental attention and interest in learning together against pemahamn mathematical concepts. (2) There is an effect of parental attention to pemahamn mathematical concepts. (3). No influence students' learning interest terrhadap understanding of mathematical concepts. The implication of this study provide a significant contribution to Pemahamn mathematical concepts. During this time the problem Pemahamn mathematical concepts less serious attention from the teacher. So to overcome these problems, needed their efforts and the efforts of the teachers, in order to improve Pemahamn mathematical concepts by conducting repairs on the variable parental concern and interest in learning that run at your school. By conducting repairs on these variables are expected pemahamn math concepts students will increase. Keywords: Attention parents, Interest in Learning, understanding of mathematical concepts.
Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa indonesia apalagi di era globalisasi saat ini yang menuntut kesiapan setiap bangsa untuk bersaing secara bebas. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah. Tujuan adanya pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk mempertahankan dirinya sebagai anggota masyarakat dengan kemampuan akademik yang diperoleh dari sekolah formal dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yakni UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1), yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang terjadi diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya. aktivitas belajar. Hasil dari proses belajar ini disebut dengan prestasi belajar yang mencerminkan kualitas pendidikan, kemampuan, dan keterampilan siswa. Matematika adalah pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari. Untuk mengingat dan mengenal kembali materi yang dipelajari siswa harus mampu menguasai konsep materi tersebut. Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya pembelajaran. Pembelajaran adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran.
* Dosen Prodi PAUD Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Panca Sakti
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
39
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh: Arie Widiyastuti*
Pengertian interaksi mengandung unsur memberi dan menerima. Dalam pembelajaran ditandai sejumlah unsur: a) Tujuan yang hendak dicapai b) Siswa, guru dan sumber belajar lainnya c) Model yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar Matematika merupakan mata pelajaran yang terurut, bertingkat dan berkelanjutan. Artinya materi yang diberikan kepada siswa adalah konsep-konsep dasar yang merupakan fondasi dalam penyampaian konsep selanjutnya. Keberhasilan penguasaan konsep awal matematika pada siswa menjadi pembuka jalan dalam penyampaian konsep-konsep matematika selanjutnya sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika pada materimateri selanjutnya. Selain itu, jika siswa menguasai konsep dengan baik maka siswa dapat menyelesaikan berbagai variasi soal matematika dan dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Permasalahan yang muncul adalah prestasi belajar siswa yang belum mencapai titik optimal menjadi masalah yang banyak ditemui guru dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar. Permasalahan prestasi belajar siswa muncul karena banyak faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa. Muhibbin Syah (2011: 145) membagi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi tiga faktor, yakni faktor internal siswa, factor eksternal siswa, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal siswa terbagi menjadi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Dalyono (2005: 55) mengemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal (yang berasal dari dalam diri) yakni kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Perhatian Orang Tua tercermin dari adanya bantuan yang diberikan orang tua kepada anak ketika anak mengalami kesulitan belajar yang berdampak pada prestasi belajar anak ke depannya. Perhatian Orang Tua dapat pula diwujudkan dengan menyediakan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa guna mendukung proses belajar mengajarnya yang juga akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Terkadang siswa tidak memiliki semangat,
40
disinilah peran orang tua untuk memberikan perhatian kepada anaknya berupa motivasi dan semangat. Bila perlu orang tua berinisiatif berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan untuk mengetahui perkembangan belajar anaknya. Slameto (2010: 180) berpendapat bahwa minat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik afektif siswa. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat belajar merupakan dorongan dari dalam pribadi siswa untuk menjadi suka dengan matematika. Tanpa adanya minat dari dalam diri siswa terhadap matematika tentunya prestasi belajar akan menjadi tidak maksimal. Sedangkan faktor yang berasal dari luar pribadi siswa adalah berasal dari orang tua siswa dan lingkungan sekolah. Faktor Orang Tua dalam bentuk perhatian yang mendukung siswa mencapai prestasi dalam pembelajaran mat. Kurangnya perhatian orang tua menjadi faktor penghambat pencapaian Prestasi Belajar Matematika. Faktor Lingkungan Sekolah dalam bentuk kondisi lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman untuk proses belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif dan nyaman serta kurang fasilitas akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Kedua faktor ini menginspirasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah perhatian orang tua penting bagi pendidikan anak? 2. Apakah perhatian orang tua memiliki peran bagi pembelajaran ? 3. Apakah kemampuan numerik mampu mendukung kegiatan belajar siswa? 4. Bagaimana upaya meningkatkatkan minat belajar metematika siswa ? 5. Apakah minat belajar memiliki peran bagi pembelajaran lanjutan ? 6. Apakah minat belajar mampu meningkatkan belajar siswa ? 7. Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa ?
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh: Arie Widiyastuti*
8. 9.
Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap minat belajar matematika ? Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap pemahaman konsep matematika?
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar secara bersama-sama terhadap pemahaman konsep matematika ? 2. Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap pemahaman konsep matematika ? 3. Apakah terdapat pengaruh minat belajar terhadap pemahaman konsep matematika ? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar secara bersamasamaterhadap pemahaman konsep matematika siswa SMP se Kecamatan Bekasi 2. Untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua terhadap pemahaman konsep matematika siswa SMP se Kecamatan Bekasi. 3. Untuk mengetahui pengaruh minat belajar terhadap pemahaman konsep matematika siswa SMP se Kecamatan Bekasi Landasan Teori Pemahaman Konsep Matematika Belajar merupakan kegiatan bagi seseorang yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik, 2001:154). Menurut William Burton (Uzer Usman, 2004:5) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada individu berkat adanya interaksi antar individu dan lingkungannya. Uzer Usman(2004:4) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar interaksi atau hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan peserta didik aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun social.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dalam matematika belajar aktif tidak harus berbentuk kelompok, belajar aktif dalam kelas besar pun bisa terjadi. Dalam pembelajaran matematika siswa dibawa ke arah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan sasaran pembelajaran matematika yang kreatif dan krtitis. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih ketrampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya kepada “bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada “mengapa” soal tersebut dapat diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam pelaksanaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Konsep Matematika Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman (Wina Sanjaya, 2006: 123-124). Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada sehingga terbentuk skema baru. Asimilasi dan akomodasi terbentuk berkat pengalaman siswa (Wina Sanjaya,2006: 257) Menurut Arifin Jos (2001), konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sedangkan menurut Herman Hudojo (2003:124), konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwaperistiwa itu termasuk atau tidak ke dalam ide abstrak tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu pengertian yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu obyek atau peristiwa termasuk atau tidak termasuk dalam pengertian tersebut. Perhatian Orang Tua Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 14) “Perhatian diartikan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. Menurut Baharuddin (2009: 177) “Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
41
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Arie Widyastuti*
dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada suatu sekumpulan obyek”. Perhatian orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemusatan energi yang dilakukan dengan sengaja, intensif dan terkonsentrasi dari orang tua yang dilandasi rasa penuh kesadaran dalam melakukan tindakan demi prestasi belajar anaknya. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian dari orang tua adalah pemenuhan kebutuhan terhadap kebutuhan fisik serta memperhatikan kesehatan anak (memberikan makanan yang bergizi), menyediakan fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan dalam untuk belajar, sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis adalah memberikan kasih sayang (perhatian), memanfaatkan waktu membimbing dan membantu anak belajar, memberikan motivasi atau semangat belajar, serta pemenuhan kebutuhan sosial seperti memperhatikan pergaulan anak, menciptakan kerja sama dengan orang lain, dan memperhatikan kegiatan organisasi. Faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua 1) Dipandang dari segi obyek, maka dapat dirumuskan bahwa hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya atau hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari yang lainnya. 2) Dipandang dari segi subyek yang memperhatikan maka dapat dirumuskan bahwa hal yang sering menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi subyek. Hal yang bersangkut-paut dengan pribadi subyek juga bermacam-macam. (Sumadi Suryabrata, 2006: 16) Minat Belajar Secara sederhana, minat berarti kecendurungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber yang dikutip Muhibbin Syah (2011: 152) menyatakan bahwa minat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor Dalyono (2005: 56) berpendapat bahwa, “Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga dari hati sanubari”. Selain itu Djaali (2008: 121) menjelaskan minat sebagai “Penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa suka yang lebih atau ketertarikan akan sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh yang berasal dari dalam
42
diri pribadi individunternal antara lain : pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Pengertian Minat Belajar Minat Belajar yang besar cenderung, menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya Minat Belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. (Dalyono 2005: 57). Dalam kaitannya dengan Matematika, siswa yang telah memiliki minat belajar terhadap Matematika akan menyukai mata pelajaran Matematika yang diberikan oleh gurunya. Tanpa disuruh siswa akan berusaha untuk belajar dan memahami pelajaran Matematika. Guru pun juga dapat memanfaatkan minat para siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa sehingga mencapai Prestasi Belajar Matematika yang maksimal. Cara Membangkitkan Minat Belajar Slameto (2010: 180-181) berpendapat bahwa “Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat adalah pada suatu obyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada”. Tanner & Tanner dalam Slameto (2010: 181) menjelaskan, “selain memanfaatkan minat yang telah ada, menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minatminat baru pada diri siswa”. Bila usaha-usaha diatas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha pencapaian tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya dengan baik. Diharapkan insentif dapat memberikan motivasi pada siswa sehingga minatnya terhadap bahan pelajaran juga akan muncul Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar terhadap Pemahaman Konsep Matematika Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap pemahaman konsep matematika adalah Perhatian Orang Tua. Orang tua mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi belajar siswa. Semakin besar perhatian orang tua terhadap proses belajar anak maka semakin tinggi pula prestasi belajar anak dan sebaliknya. Minat Belajar siswa, siswa yang telah memiliki minat belajar terhadap Matematika akan menyukai mata pelajaran Matematika yang diberikan oleh gurunya. Tanpa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN PT. RAUDHAH NURUL IMAN Oleh : Arie Widyastuti*
2.
3.
disuruh siswa akan berusaha untuk belajar dan memahami pelajaran Matematika. Semakin tinggi minat maka semakin tinggi pula prestasinya, begitupun sebaliknya. Perhatian Orang Tua, Minat Belajar sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan pencapaian prestasi belajar. Maka dari itu, Perhatian Orang Tua, Minat Belajar secara bersama-sama diduga mempunyai pengaruh yang positif terhadap Prestasi Belajar Matematika. Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Minat Belajar Siswa Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk membinahubungan orang tua dan anak yang pada akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan, membina dan mengembangkan minat belajar anak salah satunya adalah penanaman kedisiplinan terhadap anak. Perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya dalam belajar akan membangkitkan minat belajar anak, karena anak akan merasa dalam dia belajar selalu mendapat perhatian orang tuanya. Perhatian orang tua tidak cukup dengan melengkapi keperluan sarana dan prasarana belajar, melainkan kebutuhan perhatian, kepedulian dan rasa kasih sayang serta pngayoman sehingga anak dapat belajar dengan tenang dan penuh dengan semangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh karena mendapat apresiasi dari kedua orang tua, anak lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi belajar yang tinggi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bila perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif maka diri siswa akan timbul minat belajar yang tinggi pada siswa’ Pengaruh Minat Belajar Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Minat adalah rasa suka yang lebih atau ketertarikan akan sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh yang berasal dari dalam diri pribadi individu. Minat yang timbul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk lebih tertarik melakukan suatu aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat secara refleks mempengaruhi pikiran, emosi, dan tingkah laku siswa. Siswa yang telah memiliki minat belajar terhadap Matematika akan menyukai mata pelajaran Matematika yang diberikan oleh gurunya. Tanpa disuruh siswa akan berusaha
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
untuk belajar dan memahami pelajaran Matematika. Guru pun juga dapat memanfaatkan minat para siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa sehingga mencapai Prestasi Belajar Matematika yang maksimal. Minat adalah salah satu factor yang dapat mempeminatngaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidangbidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi. Hipotesis Penelitian Dari kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas maka didapatkan hipotesis sebagai berikut . 1. Terdapat pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar terhadap pemahaman konsep matematika siswa SMP se kecamatan Bekasi. 2. Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap pemahaman konsep matematika siswa SMP se kecamatan Bekasi. 3. Terdapat pengaruh minat belajar terhadap pemahaman konsep siswa SMP se kecamatan Bekasi. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bekasi dan sekolah Menengah Pertama Negeri 35 Bekasi. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah metode survey dengan pendekatan studi Regresi yang merupakan bagian dari jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian dengan metode survey adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang sesuatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
43
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh: Arie Widiyastuti*
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi target dalam penelitian adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bekasi dan sekolah Menengah Pertama 35 Bekasi. Sampel penelitian kelas VII dilakukan secara acak sebagai sampel. Menurut Suharsimi Arikunto ( 1988:115 ), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dengan judul dan permasalahan penelitian, maka yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Bekasi. Deskripsi Data Deskripsi data secara keseluruhan pada Bab IV ini ditampilkan dari hasil perhitungan dan pengujian yang dilakukan dengan bantuan komputer melalui program aplikasi SPSS 16, serta analisis dan intepretasinya. Tabel 4.1. Deskripsi Data Penelitian Statistics Perhatian Orang tua N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
Minat Belajar
2.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016 3. 4.
Analisa Data Pemahaman Konsep Matematika (Y) Adapun grafik histogram yang menggambarkan Pemahaman Konsep matematika (Y) sebagai berikut :
Pemahaman Konsep Mtk
60
60
60
0 133.25 132.50 149 18.397 100 170 7995
0 114.72 114.00 107a 13.963 91 151 6883
0 26.20 26.50 27a 2.892 19 30 1572
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016 1.
Analisis Data Minat Belajar (X2) Adapun grafik histogram yang menggambarkan Minat Belajar (X2) sebagai berikut :
Analisis Data Variabel Perhatian Orang Tua (X1 ) Adapun grafik histogram yang menggambarkan frekuensi data Perhatian Orang Tua (X 1 ) sebagai berikut :
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016 ANALISIS PENELITIAN Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan seperti ketentuan yang tertulis pada akhir Bab III. Hasil perhitungan dan pengujian bisa dilihat pada Tabel 4.6., Tabel 4.7., dan Tabel 4.8. berikut : Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Variabelb Y Model Summary
Model 1
R .650
R Square a
.423
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.402
2.236
a. Predictors: (Constant), Minat_Belajar, Perhatian_Orngtua a. Dependent Variable: Pemahamn_Konsep_Mtk..
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016
44
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh: Arie Widiyastuti*
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persamaan Garis Regresi Pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error 7.314
3.015
.042
.016
.116
.021
Perhatian_Orngtu a Minat_Belajar
Beta
t
Sig.
2.426
.018
.268
2.642
.011
.558
5.500
.000
a. Dependent Variable: Pemahamn_Konsep_Mtk
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016 Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pengujian Signifikasi Koefisien Regresi Pengaruh Variabel X1 dan X2 dengan Variabel Y
2.
ANOVAb Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
208.583
2
104.292
Residual
285.017
57
5.000
Total
493.600
59
F 20.857
Sig. .000a
3. Sumber : Hasil Pegolahan SPSS, 2016 Dari ketiga tabel di atas, akan di uji tiga hipotesis sekaligus yaitu: 1. Pengaruh Perhatian Orang Tua (X1) dan Minat Belajar (X2) secara bersama-sama terhadap Pemahaman Konsep Matematika (Y) Koefisien korelasi ganda pengaruh variabel bebas perhatian orang tua (X1) dan minat belajar (X 2 ) secara bersama-sama terhadap Pemahaman Konsep matematika (Y) adalah sebesar 0,650.terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas Perhatian orang tua (X1) dan Minat belajar (X2) secara bersamasama terhadap Pemahaman Konsep matematika (Y) adalah sebesar 0,650. Sedangkan koefisien determinasinya sebesar 42,3% menunjukkan bahwa besarnya kontribusi Perhatian orang tua (X1) dan Minat belajar (X2 ) secara bersama-sama terhadap Pemahaman Konsep matematika (Y) adalah sebesar 42,3%, sisanya (57,7%) karena pengaruh faktor lain. Sedangkan untuk pengujian hipotesis melalui analisis regresi diperoleh hasil perhitungan terlihat pada Tabel 4.7. dan Tabel
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.8., Dari Tabel 4.7. diperoleh persamaan garis regresi yang merepresentasikan pengaruh variabel X1 dan X2 terdahap variabel Y, yaitu = 7,314 + 0,042 X1 + 0,116 X2. Dari Tabel 4.7. terlihat bahwa nilai Sig = 0.000 dan Fhitung = 20,857, sedangkan Ftabel = 3,17. Karena nilai Sig < 0,05 dan Fhitung > Ftabel maka H0 di tolak yang berarti bahwa koefisien regresi tersebut signifikan. Dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas Perhatian orang tua (X1) dan Minat belajar (X 2 ) secara bersama-sama terhadap Variabel terikat Pemahaman Konsep matematika (Y). Pengaruh Perhatian orang tua (X1) terhadap Pemahaman Konsep matematika (Y) Terlihat bahwa nilai Sig = 0.007 dan thitung = 2,642, sedangkan ttabel = 1,64. Karena nilai Sig < 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 di tolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas X1 (Perhatian Orang Tua) terhadap variabel terikat Y (Pemahaman Konsep Matematika ). Pengaruh Minat belajar (X 2 ) ter hadap Pemahaman Konsep matematika(Y) Hipotesis pengaruh ini adalah : Terlihat bahwa nilai Sig = 0.002 dan thitung = 5,500, sedangkan ttabel = 1,64. Karena nilai Sig < 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 di tolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas X2 (Minat belajar) terhadap variabel terikat Y (Pemahaman Konsep Matematika).
Kesimpulan Berdasarkan analisa pembahasan penelitian di atas selanjutnya akan dikemukakan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama perhatian orang tua ( X1 ) dan minat belajar(X2) terhadap pemahaman konsep matematika ( Y ) dengan mendasar pada pengujian signifikansi koefisien regresi yaitu ditunjukkan oleh nilai Sig = 0.000 dan Fhitung = 20,857, sedangkan Ftabel = 3,17 sehingga nilai Sig < 0,05 dan Fhitung > Ftabel atau regresi tersebut signifikan. Hal ini di tunjukkan juga dengan skor koefesien korelasi atau hubungan positif yang ditunjukan dengan skor r y1 = 0,650. Sedangkan kekuatan sumbangan ditunjukan
45
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PEMAHAMN KONSEP MATEMATIKA Oleh: Arie Widiyastuti*
2.
3.
dengan koefisien determinasi sebesar 0,423 yang menunjukan bahwa kontribusi Perhatian orang tua dan Minat belajar terhadap pemahaman konsep matematika sebesar 42,3 %, yang berarti benar bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas X1 (Perhatian orang tua) dan X 2 (Minat belajar) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y (Pemahaman konsep matematika). Terdapat pengaruh yang signifikan Perhatian orang tua ( X1 ) terhadap pemahaman konsep matematika ( Y ) dengan mendasar dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig = 0.011 dan thitung = 2,642, sedangkan ttabel = 1,64. Terdapat pengaruh yang signifikan Minat belajar (X2) terhadap pemahaman konsep matematika ( Y ) dengan mendasar dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai Sig = 0.000 dan thitung 5,500, sedangkan ttabel = 1,64.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mengusulkan beberapa saran sebagai berikut : 1. Guru seyogianya terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi profesional mereka dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan perhatian orang tua siswa dan minat belajar siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan teori dan konsep tentang Perhatian orang tua dan minat belajar terhadap pemahaman konsep matematika serta menelitinya secara empirik di lapangan secara komprehensip. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka. Cipta Arikunto, S. 1988.ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan Perkembangan. Yogyakarta: Arruz Dalyono.M 2005. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
46
Gagne, Robert M., 1978, The Conditions of Learning, New York: Holt Herman Hudojo. 2003. Pengembangan Kurikulum dan PembelajaranMatematika. Cetakan I. Malang : Universitas Negeri Malang (UMPress) Huojo, Herman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI Idris Harta. 2006. Pendekatan/Model Pembelajaran Aritmetika danMatematika Sekolah Menurut KTSP. Disampaikan pada SeminarPengembangan Model-Model Pembelajaran Matematika Sekolah diUniversitas Negeri Yogyakarta, tanggal 14 Oktober 2006 Jos, Arifin. (2001). Bilangan Pecahan: Rubrik Matematika2003 Herman Hudojo, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI Muhibin Syah. (2011).Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.. Palembang: Unsri. Suherman, Erman.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.2001. Sukardi. (2008).Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata.2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Ed, Revisi,11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Usman, Moh Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. W. Gulo. 2004.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Wina Sanjaya.2006. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina* ABSTRACT This research is a descriptive study that focuses on the problem of violence that occurs in children due to environmental factors. Environmental factors that meant starting from the family, school and social environment of the child. This study aims to look at anything that can lead to child abuse and how to minimize them. The simplest definition of violence is any act that tends to hurt another person, in the form of physical aggression, verbal aggression, anger or hostility (Abu Huraerah: 2006). Scourging child or child abuse or child abuse or maltreatment of children is a free translation of child abuse, which act arbitrarily people are supposed to be the protector (guard) in a child (individuals aged less than 18 years) physical, sexual, and emotionally. Understanding violence child protection According to Law No. 23 of 2003 under Article 3 of Law PA is covering physical, psychological, sexual, and neglect. UNICEF defines child abuse is "All forms of abuse are physical and / or emotional, sexual abuse, neglect, or exploitation of commercial or other cause interference with actual or potential harm to development, health and survival of children nor the dignity in the context responsible relationships, trust, or power ". Violence against children is divided into: physical abuse, neglect, sexual and emotional abuse Kekeran. Based on the results of the study showed that violence against children may be done by the next of kin, or in the school environment and social environment. The role of parents and the environment in monitoring the activities of children may minimize the violence that may occur around the environment. Child abuse cases that often occur include: sexual violence from those closest to them as the biological parent / step / adopted, teachers, uncles, grandparents and neighbors; Physical or psychological violence committed by parents of anger in children (parenting is not appropriate); abduction of children; child trafficking; children who become victims of drugs. Protective measures may be related to the child abuse can be done with the public health approach (public health), namely through the efforts of promotive, preventive, diagnostic, curative, and rehabilitative services. Keywords: child abuse, environmental factors, the role of parents
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus, kasus tertinggi dengan jumlah kasus per bidang dari 2011 hingga april 2015. Anak berhadapan dengan hukum hingga april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus. Anak bisa menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dengan fokus kekerasan pada anak ada
3, yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. Pelaku kekerasan pada anak bisa dibagi menjadi tiga. Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah. Kedua, tenaga kependidikan yaitu guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah seperti cleaning service, tukang kantin, satpam, sopir antar jemput yang disediakan sekolah. Ketiga, orang yang tidak dikenal. Berdasarkan data KPAI di atas tersebut, anak korban kekerasan di lingkungan masyarakat jumlahnya termasuk rendah yaitu 17,9 persen.
* Dosen Prodi PAUD Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Panca Sakti
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
47
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
Artinya, anak rentan menjadi korban kekerasan justru di lingkungan rumah dan sekolah. Lingkungan yang mengenal anak-anak tersebut cukup dekat. Artinya lagi, pelaku kekerasan pada anak justru lebih banyak berasal dari kalangan yang dekat dengan anak. 78.3 persen anak menjadi pelaku kekerasan dan sebagian besar karena mereka pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya atau pernah melihat kekerasan dilakukan kepada anak lain dan menirunya. Upaya untuk mereduksi meningkatnya jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia dapat dilakukan oleh orang tua, guru sebagai pendidik, masyarakat dan pemerintah. Pertama, Orang Tua. Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam kekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak habis-habisan, apalagi tindakan kekerasan (pemukulan dan penyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Akhirnya anak merasa trauma, bahkan putus asa. Penting disadari orang tua bahwa anak dilahirkan ke dunia ini dilekati dengan berbagai hak yang layak didapatkannya. Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pengasuhan yang baik, kasih sayang, dan perhatian. Anak pun memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik di keluarga maupun di sekolah, juga nafkah (berupa pangan,sandang dan papan). Bagaimanapun keadaannya, tidak wajib seorang anak menafkahi dirinya sendiri, sehingga ia harus kehilangan banyak hak-haknya sebagai anak karena harus membanting tulang untuk menghidupi diri (atau bahkan keluarganya). Dalam kasus child abuse, siklus kekerasan dapat berkembang dalam keluarga. Individu yang mengalami kekerasan dari orang tuanya dulu, memiliki kecenderungan signifikan untuk melakukan hal yang sama pada anak mereka nanti. Tingkah laku agresi dipelajari melalui pengamatan dan imitasi, yang secara perlahan terintegrasi dalam sistem kepribadian orang tua. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk menyadari sepenuhnya bahwa perilaku mereka merupakan model rujukan bagi anak- anaknya, sehingga mereka mampu menghindari perilaku yang kurang baik. Kedua, Guru. Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di negara kita bukan saja untuk membuat anak pandai dan pintar,
48
tetapi harus juga dapat melatih mental anak didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan. Sikap arif, bijaksana, dan toleransi sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik, termasuk status sosial orang tua murid sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijak. Ketiga, Masyarakat. Anak-anak kita ini selain bersentuhan dengan orang tua dan guru,mereka pun tidak bisa lepas dari berbagai persinggungan dengan lingkungan masyarakat dimana dia berada. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat untuk turut memberikan nuansa pendidikan positif bagi anak-anak kita ini. Salah satu elemen tersebut adalah pihak pengelola stasiun TV. Banyak riset menyimpulkan bahwa pengaruh media (terutama TV) terhadap perilaku anak (sebagai salah satu penikmat acara TV) cukup besar. Berbagai tayangan kriminal di berbagai satsiun TV, tanpa kita sadari telah menampilkan potret-potret kekerasan yang tentu akan berpengaruh pada pembentuk mental dan pribadi anak. Penyelenggara siaran TV bertanggungjawab untuk mendesain acaranya dengan acara yang banyak mengandung unsur edukasi yang positif. Keempat, Pemerintah. Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap kemashlahatan rakyatnya, termasuk dalam hal ini adalah menjamin masa depan bagi anak-anak kita sebagai generasi penerus. Upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak jelas menjadi kewajiban pemerintah,yang didukung oleh keluarga dan masyarakat. Masyarakat Indonesia modern ternyata belum sadar bahwa anak memiliki hak penuh untuk diperlakukan secara manusiawi. Anak harus mendapatkan jaminan keberlangsungan hidup dan perkembangannya di bawah naungan ketetapan hukum yang pasti, yang harus dijalankan semua pihak, baik keluarga masyarakat maupun pemerintah (negara). Untuk meminimalisir kekerasan yang terjadi pada anak karena factor lingkungan maka diperlukan peran semua pihak, terutama dalam hal pencegahannya. B. Kajian Pustaka Definisi yang paling sederhana dari kekerasan adalah segala tindakan yang cenderung menyakiti orang lain,berbentuk agresi fisik, agresi verbal, kemarahan atau permusuhan (Abu Huraerah:2006). Penderaan anak atau penganiayaan anak atau
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
kekerasan pada anak atau perlakuan salah terhadap anak merupakan terjemahan bebas dari child abuse, yaitu perbuatan semena-mena orang yang seharusnya menjadi pelindung (guard) pada seorang anak (individu berusia kurang dari 18 tahun) secara fisik, seksual, dan emosional. Pengertian kekerasan Menurut UU perlindungan anak no 23 tahun 2003 dalam Pasal 3 UU PA adalah meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran. UNICEF mendefinisikan bahwa kekerasan terhadap anak adalah “Semua bentuk perlakuan salah secara fisik dan/atau emosional, penganiayaan seksual, penelantaran, atau eksploitasi secara komersial atau lainnya yang mengakibatkan gangguan nyata ataupun potensial terhadap perkembangan, kesehatan, dan kelangsungan hidup anak ataupun terhadap martabatnya dalam konteks hubungan yang bertanggung jawab, kepercayaan, atau kekuasaan”. Kekerasan terhadap anak terbagi atas: kekerasan fisik, penelantaran , kekeran seksual dan kekerasan emosional. Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan, kekuasaan, dan posisi nya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja, bukan karena kebetulan (Andez, 2006). Kekerasan juga meliputi ancaman, dan tindakan yang bisa mengakibatkan luka dan kerugian. Luka yang diakibatkan bisa berupa luka fisik, perasaan, pikiran, yang merugikan kesehatan dan mental.kekerasan anak Menurut Andez (2006) kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking/ jual-beli anak. Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru. Ada beberapa situasi yang menyulitkan orang tua dalam menghadapi anak sehingga tanpa disadari mengatakan atau melakukan sesuatu yang tanpa disadari dapat membahayakan atau melukai anak, biasanya tanpa alasan yang jelas. Kejadian seperti inilah yang disebut penganiayaan terhadap anak. Dalam beberapa laporan penelitian, penganiayaan terhadap anak dapat meliputi: penyiksaan fisik, penyiksaan emosi, pelecehan seksual, dan pengabaian.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya penganiayaan terhadap anak antara lain immaturitas/ ketidakmatangan orang tua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obatobat terlarang dan alkohol. Ada juga orang tua yang tidak menyukai peran sebagai orang tua sehingga terlibat pertentangan dengan pasangan dan tanpa menyadari bayi/anak menjadi sasaran amarah dan kebencian. Segala bentuk penyiksaan fisik terjadi ketika orang tua frustrasi atau marah, kemudian melakukan tindakan-tindakan agresif secara fisik, dapat berupa cubitan, pukulan, tendangan, menyulut dengan rokok, membakar, dan tindakan - tindakan lain yang dapat membahayakan anak. Sangat sulit dibayangkan bagaimana orang tua dapat melukai anaknya. Sering kali penyiksaan fisik adalah hasil dari hukuman fisik yang bertujuan menegakkan disiplin, yang tidak sesuai dengan usia anak. Banyak orang tua ingin menjadi orang tua yang baik, tapi lepas kendali dalam mengatasi perilaku sang anak. Penyiksaan yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, dan meninggalkan bekas baik fisik maupun psikis, anak menjadi menarik diri, merasa tidak aman, sukar mengembangkan trust kepada orang lain, perilaku merusak, dll. Dan bila kejadian berulang ini terjadi maka proses recoverynya membutuhkan waktu yang lebih lama pula. Pengabaian terhadap anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala ketiadaan perhatian yang memadai, baik fisik, emosi maupun sosial. Pengabaian anak banyak dilaporkan sebagai kasus terbesar dalam kasus penganiayaan terhadap anak dalam keluarga. Jenis-jenis pengabaian anak: · Pengabaian fisik merupakan kasus terbanyak. Misalnya keterlambatan mencari bantuan medis, pengawasan yang kurang memadai, serta tidak tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga. · Pengabaian pendidikan terjadi ketika anak seakan-akan mendapat pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan prestasi sekolah yang semakin menurun.
49
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
·
Pengabaian secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak menyadari kehadiran anak ketika ´ribut´ dengan pasangannya. Atau orang tua memberikan perlakuan dan kasih sayang yang berbeda diantara anakanaknya. · Pengabaian fasilitas medis. Hal ini terjadi ketika orang tua gagal menyediakan layanan medis untuk anak meskipun secara finansial memadai. Dalam beberapa kasus orang tua memberi pengobatan tradisional terlebih dahulu, jika belum sembuh barulah kembali ke layanan dokter. Efek pengabaian anak pengaruh yang paling terlihat adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Bayi yang dipisahkan dari orang tuanya dan tidak memperoleh pengganti pengasuh yang memadai, akan mengembangkan perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab (Hurlock, 1990), dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang. Efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf. Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya. Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child abuse), antara lain; 1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anakanaknya. Orang tua agresif melahirkan anakanak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadiorang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan
50
2)
3)
4)
mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991); Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang. Dampak kekerasan terhadap anak lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah. Solusi untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak. · Pendidikan dan Pengetahuan Orang Tua Yang Cukup Dari beberapa faktor yang telah kita bahas diatas, maka perlu kita ketahui bahwa tindak kekerasan terhadap anak, sangat berpengaruh terhahap perkembangannya baik psikis maupun fisik mereka. Oleh karena itu, perlu kita hentikan tindak kekerasan tersebut. Dengan pendidikan yang lebih tinggi dan pengetahuan yang cukup diharapkan orang tua mampu mendidik anaknya kearah perkembangan yang memuaskan tanpa adanya tindak kekerasan. · Keluarga Yang Hangat Dan Demokratis Psikolog terpesona dengan penelitian Harry Harlow pada tahun 60-an memisahkan anak- anak monyet dari ibunya, kemudian ia mengamati pertumbuhannya. Monyet-monyet itu ternyata menunjukkan perilaku yang mengenaskan, selalu ketakutan, tidak dapat menyesuaikan diri dan rentan terhadap berbagai penyakit. Setelah monyet-monyet itu besar dan melahirkan bayi-bayi lagi, mereka menjadi ibu-ibu yang galak dan berbahaya. Mereka acuh tak acuh terhadap anak-anaknya dan seringkali melukainya. Dalam sebuah study terbukti bahwa IQ anak yang tinggal di rumah yang orangtuanya acuh tak acuh, bermusuhan dan keras, atau broken home, perkembangan IQ anak mengalami penurunan dalam masa tiga tahun. Sebaliknya anak yang tinggal di rumah yang orang tuanya penuh pengertian, bersikap hangat penuh kasih sayang dan menyisihkan waktunya untuk berkomunikasi dengan anakanaknya, menjelaskan tindakanya, memberi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
·
kesempatan anak untuk mengambil keputusan, berdialog dan diskusi, hasilnya ratarata IQ ( bahkan Kecerdasan Emosi ) anak mengalami kenaikan sekitar 8 point Hasil penelitian R. Study juga membuktikan bahwa 63 % dari anak nakal pada suatu lembaga pendidikan anak-anak dilenkuen ( nakal ), berasal dari keluarga yang tidak utuh ( broken home ). Kemudian hasil penelitian K. Gottschaldt di Leipzig ( Jerman ) menyatakan bahwa 70, 8 persen dari anakanak yang sulit di didik ternyata berasal dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh atau mengalami tekanan hidup yang terlampau berat. (Ahmad, Aminah . 2006 : 1). Membangun Komunikasi Yang Efektif Kunci persoalan kekerasan terhadap anak disebabkan karena tidak adanya komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga. Sehingga yang muncul adalah stereotyping (stigma) dan predijuce (prasangka). Dua hal itu kemudian mengalami proses akumulasi yang kadang dibumbui intervensi pihak ketiga. Sebagai contoh kasus dua putri kandung pemilik sebuah pabrik rokok di Malang Jawa Timur. Amy Victoria Chan (10) dan Ann Jessica Chan (9) diduga jadi korban kekerasan dari ibu kandung mereka saat bermukim di Kanada. Ayahnya terlambat tahu karena sibuk mengurus bisnis dan hanya sesekali mengunjungi mereka. Mereka dituntut ibunya agar meraih prestasi di segala bidang sehingga waktu mereka dipenuhi kegiatan belajar dan beragam kursus seperti balet, kumon, piano dan ice skating. Jika tidak bersedia, mereka disiksa dengan segala cara. Mereka juga pernah dibiarkan berada di luar rumah saat musim dingin.(Kompas edisi 24 Januari 2006). Kejadian ini mungkin tidak terjadi jika ayahnya selalu mendampingi anakanaknya. Untuk menghindari kekerasan terhadap anak adalah bagaimana anggota keluarga saling berinteraksi dengan komunikasi yang efektif. Sering kita dapatkan orang tua dalam berkomunikasi terhadap anaknya disertai keinginan pribadi yang sangat dominan, dan menganggap anak sebagai hasil produksi orang tua, maka harus selalu sama dengan orang tuanya dan dapat diperlakukan apa saja.
51
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
Upaya perlindungan yang dapat dilakukan berkaitan dengan kekerasan pada anak ini dapat dilakukan dengan pendekatan kesehatan pada masyarakat (public health), yaitu melalui usaha promotif, preventif, diagnosis, kuratif, dan rehabilitatif. Dua usaha yang pertama ditujukan bagi anak yang belum menjadi korban (non-victim) melalui kegiatan pendidikan masyarakat dengan tujuan utama menyadarkan masyarakat (public awarness) bahwa kekerasan pada anak merupakan penyakit masyarakat yang akan menghambat tumbuh kembang anak yang optimal, oleh Karenanya harus dihapuskan. Sedangkan dua usaha terakhir ditujukan bagi anak yang telah menjadi korban (victim) dengan tujuan utama memberikan tata laksana korban secara menyeluruh (holistic) meliputi aspek media, psikologis, sosial, termasuk di dalamnya upaya reintegrasi korban ke dalam lingkungannya semula. Upaya perlindungan di atas dapat dilaksanakan oleh profesional di bidangnya masingmasing di satu pihak dan media di pihak lain. (http:// www.setneg.go.id) Upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak jelas menjadi kewajiban pemerintah, yang didukung oleh keluarga dan masyarakat. Masyarakat Indonesia modern ternyata belum sadar bahwa anak memiliki hak penuh untuk diperlakukan secara manusiawi. Anak harus mendapatkan jaminan keberlangsungan hidup dan perkembangannya di bawah naungan ketetapan hukum yang pasti, yang harus dijalankan semua pihak, baik keluarga masyarakat maupun pemerintah (negara). Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta jauh dari berbagai tindak kekerasan. Kita menyadari bahwa kekerasan telah meremukkan kekayaan imajinasi, keriangan hati, kreatifitas,bahkan masa depan anak- anak kita. C. Hasil Penelitian Sebelumnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STKIP St. Paulus Ruteng Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia telah mengadakan melakukan penelitian tentang “Potret Kekerasan Terhadap Anak dan Pola Asuh Anak di Manggarai”. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan fenomena dan kecenderungan kejadian/masalah kekerasan terhadap anak dan pola asuhnya; Mengeksplorasi dan mengidentifikasi sebab akibat pola asuh dan kekerasan terhadap anak;
52
Mendeskripsikan persepsi masyarakat Manggarai tentang pola asuh dan kekerasan terhadap anak; Menemukan kemungkinan pola asuh dan perlindungan anak di masa yang akan datang. Fokus dari penelitian ini antara lain isu-isu yang menyangkut fenomena yang terjadi di Manggarai. Diantara kasus anak yang mengemuka antara lain kekerasan fisik, verbal dan penelantaran, kekerasan seksual, buruh/pekerja anak, perilaku menyimpang pada anak, pola asuh anak, kesehatan anak, perjudian dan kekerasan terhadap anak. Adapun metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Responden riset ini ada 674 responden, perempuan dan laki-laki, dewasa, usia di atas 20 tahun, menikah dan tidak menikah. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 10,3%, 16,4% dan 2,7 % anak sering menjadi koban kekerasan fisik dari secara berurutan angka kekerasan fisik yang dilakukan oleh orangtua/ keluarga, guru dan kepala sekolah, dan teman. Sebanyak 16,7 % responden pun menyatakan sering menjadi pelaku kekerasan fisik. Terkait kekerasan verbal, sebanyak 15,4%, 8,4% dan 17,7% responden menyatakan menjadi korban kekerasan verbal oleh orangtua/keluarga, gur u/ kasek, dan teman/lingkungan.Dari responden tersebut 31,54% diantaranya menjadi pelaku kekerasan verbal. Terkait kekerasan seksual, ada 1% yang pernah menjadi korban kekerasan seksual oleh orang tua/keluarga. Ada 10,7% responden yang pernah mengalami kekerasan seksual di sekolah dan dari responden yang pernah mengalami kekerasan seksual di sekolah, 1,4% diantaranya menyatakan sering menjadi korban kekerasan seksual. Sedangkan 0,9% serta 6,7% responden pernah menajdi korban kekerasan seksual oleh teman dan orang di luar kategori yang telah disebutkan sebelumnya. Berkait dengan kebiasaan merokok, hanya 28,5% yang pada masa kanak-kanaknya tidak merokok dan 16,8 % diantaranya sering merokok. Terkait video porno, 4,3% anak sering menonton video porno, 55,8% menyatakan kadang-kadang menonton dan 39,9% tidak pernah. Dari data tersebut artinya ada 60.3% anak pernah menonton video porno. Terkait pola asuh orangtua, 16% dan 9% responden pernah mengalami pendisiplinan yang mengalami kekerasan fisik dan verbal secara berurutan. Hal ini bermakna praktek kekerasan sebagai upaya pendisiplinan masih terjadi yang seharusnya tidak
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
ada. Terkait tanggung jawab dan prioritas orang tua dalam pembiayaan untuk anak, 82% responden menyatakan bahwa prestise dan tagihan adat lebih penting dari kebutuhan dasar anak. Sehingga banyak kebutuhan anak yang tertunda dikesampingkan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa saja yang dapat memicu timbulnya kekerasan pada anak dan bagaimana cara meminimalisirnya. METODE PENELITIAN Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristikkarakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis. Furchan (2004:448-465) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu; (1) Studi kasus, yaitu, suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya halhal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
membuat hipotesis. (2) Survei. Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus- kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal- hal yang tidak nyata. (3) Studi perkembangan. Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatantingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional. (4) Studi tindak lanjut, yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu. (5) Analisis dokumenter. Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis. (6) Analisis kecenderungan. Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. (7) Studi korelasi. Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kekerasan pada anak anak mungkin saja dilakukan oleh keluarga terdekat, atau di lingkungan sekolah dan dilingkungan sosialnya. Peran orang tua dan lingkungan dalam memantau kegiatan anak dapat meminimalisir kekerasan yang mungkin saja dapat terjadi disekitar lingkungannya. Kasus kekerasan anak yang sering terjadi antara lain adalah: kekerasan seksual dari orang terdekat mereka seperti orang tua kandung/tiri/angkat, guru, paman , kakek dan tetangga; kekerasan fisik atau psikis yang dilakukan oleh orang tua saat marah pada anak (pola asuh yang tidak tepat); penculikan anak; perdagangan anak; anak yang menjadi korban narkoba. Upaya perlindungan yang dapat dilakukan berkaitan dengan kekerasan pada anak ini
53
PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KEKERASAN LINGKUNGAN (PENELITIAN DESKRIPTIF TAHUN 2015) Oleh : Irma Yuliantina*
dapat dilakukan dengan pendekatan kesehatan pada masyarakat (public health), yaitu melalui usaha promotif, preventif, diagnosis, kuratif, dan rehabilitatif. KESIMPULAN Pelaku kekerasan pada anak bisa dibagi menjadi tiga. Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah. Kedua, tenaga kependidikan yaitu guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah seperti cleaning service, tukang kantin, satpam, sopir antar jemput yang disediakan sekolah. Ketiga, orang yang tidak dikenal. Upaya untuk mereduksi meningkatnya jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia dapat dilakukan oleh orang tua, guru sebagai pendidik, masyarakat dan pemerintah.
54
DAFTAR PUSTAKA: Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta :Penerbit Nuansa, Emmy Soekresno S. Pd.(2007). Mengenali Dan Mencegah Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Anak. Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Putrika P.R. Gharini. ( 2004) . ‘Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan http://www.kpai.go.id/artikel/potret-kekerasanterhadap-anak-dan-pola-asuh-anak-di- manggarainusa-tenggara-timur/ http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelakukekerasan-terhadap-anak-tiap-tahun-meningkat/ Mafrukhi dkk. (2006). Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta :Penerbit Erlangga.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti* ABSTRACT The aim of this study was to determine again whether there are differences in the stock price, stock liquidity, and abnormal return before and after the stock split. This study used secondary data obtained by accessing through the site www.finance.yahoo.com, www.duniainvestasi.com, www.sahamok.com and www.idx.com.id as supplementary data. The data used in this study include the date of the announcement of stock split which is used as the event date (t0), the stock price daily closing company stock split in the observation period, Composite Stock Price Index (CSPI) daily number of shares traded on a daily basis, and the number of outstanding shares or listed share. In this research, stock liquidity is measured using the method of trading volume activity (TVA), which is the division between the number of shares traded by the number of shares outstanding. Market-adjusted model is used to calculate the abnormal return. Calculation of abnormal return is the difference between the actual return and expected return. Hypothesis testing is done by t-test Paired Sample t-Test with a value Asymp. Significance 2-tailed á <5%. Keywords: stock split, the share price, trading volume activity, and abnormal return
PENDAHULUAN Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh, baik informasi yang tersedia di publik maupun pribadi (privat) (Lestari dan Sudaryono, 2008). Salah satu informasi yang ada dalam pasar modal adalah pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham (stock split) merupakan strategi perusahaan yang dilakukan di pasar modal untuk menarik minat calon investor (Wijanarko, 2012). Penelitian yang dilakukan Indarti dan Purba (2011) tentang pemecahan saham pada tahun 2007 berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata-rata harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian yang dilakukan Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin (2003) menyimpulkan bahwa harga saham mempunyai pengaruh signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan Hendrawijaya, (2009) menyimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan harga saham yang signifikan terhadap keputusan sebelum dan sesudah stock split. Penelitian Prabowo (2000) juga menyimpulkan bahwa stock split tidak berpengaruh
signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Sadikin (2011) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah stock split. Penelitian tentang pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham telah dilakukan oleh Rahdiansyah (2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada harga saham dan likuiditas saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian Wijanarko dan Prasetiono (2012) menyimpulkan bahwa adanya reaksi pasar yang cepat terhadap informasi pemecahan saham yang dipublikasikan, namun pemecahan saham tidak memberikan perbedaan terhadap abnormal return yang diterima walaupun terdapat perbedaan pada trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian yang dilakukan Sadikin (2011) yang menyimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
* Dosen FEB IKPIA Perbanas Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
55
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Hasil yang berbeda yang dilakukan Hendrawijaya, (2009) menyimpulkan bahwa secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian yang dilakukan Muchtar (2008) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan. Penelitian mengenai pemecahan saham terhadap abnormal return oleh Mulyanto (2006), menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian Muchtar (2008) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Penelitian Zein, Indrawati dan Hariyani (2009) juga menyimpulkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan pada peristiwa pemecahan saham. Hasil yang berbeda pada penelitiannya Hendrawijaya, (2009) yang menyimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return pada periode sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Hasil yang berbeda juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008) menyimpulkan bahwa secara umum stock split tidak mempunyai pengaruh terhadap abnormal return saham perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Wijanarko dan Prasetiono (2012) yang menyimpulkan bahwa stock split tidak memberikan perbedaan terhadap abnormal return yang diterima walaupun terdapat perbedaan pada TVA sebelum dan sesudah stock split. KAJIAN PUSTAKA Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2003:92). Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar
56
sebelum dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukan stock split (Wijanarko, 2012). Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan dan selalu menjadi teka-teki dalam dunia ekonomi (Larasati, 2009). Hal ini disebabkan karena pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aktivitas perusahaan yang tidak menambah nilai ekonomis perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan, tetapi banyak perusahaan yang melakukan aktivitas tersebut (Brigham dan Gapenski, 1994 dalam Larasati, 2009). Pemecahan saham (stock split) biasanya dilakukan perusahaan pada saat harga saham dinilai sudah terlalu tinggi sehingga mengakibatkan daya beli investor berkurang (Ewijaya dalam Alzeta, 2008 dalam Hendrawijaya, 2010). Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu pemecahan naik (split up) merupakan peningkatan jumlah saham yang beredar dengan cara memecah selembar saham menjadi n lembar saham, sedangkan pemecahan turun (split down) adalah kebalikan dari pemecahan naik, yaitu peningkatan nilai nominal per lembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar (Puspitasari, 2012). Ada dua teori utama yang mendukung peristiwa pemecahan saham, yaitu signaling theory dan trading range theory (Purnamasari, 2013). Manajer melakukan aktivitas pemecahan saham untuk memberikan sinyal yang baik atau ekspektasi optimis kepada publik (Hendrawijaya, 2009). Aktivitas pemecahan saham hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang lebih baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan (Ika dan Purwaningsih, 2008 dalam Wijanarko dan Prasetiono, 2012). Nichols dan Dravid (1990, dalam Zein, Indrawati dan Hariyani, 2009) mendukung trading range theory dengan menyatakan bahwa aktivitas pemecahan saham merupakan upaya menajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang waktu tertentu. Jadi menurut trading range theory ini, perusahaan melaksanakan aktivitas pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya dinilai terlalu tinggi (Zein, Indrawati dan Haryani, 2009). Trading range theory menyatakan bahwa manajemen melakukan aktivitas pemecahan saham didorong oleh perilaku praktisi pasar sehingga dapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
menjaga harga saham agar tetap optimal untuk meningkatkan daya beli investor (Hikmah dan Satoto, 2010). Harga Saham Perusahaan dengan kinerja yang baik akan mengalami peningkatan pada harga sahamnya (Rusliati dan Farida, 2010). Apabila harga sahamnya dinilai sudah terlalu tinggi maka perusahaan akan melakukan stock split agar harga sahamnya menjadi optimal kembali untuk menarik minat investor (Latifah, 2008). Konsep harga pasar merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar dalam menilai suatu perusahaan yang ada di pasar modal (Astuti, 2012). Seperti komoditas di pasar kompetitif, harga saham terbentuk dari interaksi penawaran (supply) dan permintaan (demand) (Myra, Meiden dan Sangaji, 2005). Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan dan sangatlah dipengaruhi oleh kekuatan pasar karena harga saham itu sifatnya berubah-ubah dan selalu mengalami pasang-surut tergantung atas permintaan dan penawaran di dalam pasar (Setyadi, 2010). Trading volume activity (TVA) Perhitungan trading volume activity (TVA) dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar tersebut pada kurun waktu yang sama, sehingga rumus TVA menurut Beaver (1968 dalam Sudiro, 2000) didapat persamaan sebagai berikut :
Jumlah saham i yang diperdagangkan pada periode t TVA = Jumlah saham i yang beredar pada periode t Abnormal Return Menurut Husnan (1998 dalam Sudiro, 2000) Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Rumus Abnormal return adalah: Abnormal return = Actual Return Saham i – Expected Return Saham i
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
{( AR
it
}
= Rit – E(Rmt)
Ket : Rit adalah actual return saham i pada periode t yang dapat dihitung dengan membagi selisih harga saham pada hari ini dan hari sebelumnya dengan harga saham hari sebelumnya. Actual return = harga saham hari ini – harga saham hari sebelumnya Harga saham hari sebelumnya
Rumusnya adalah
Rit = Pt – Pt-1 Pt-1
Ket: Rit = Actual return Pt = harga saham hari ini Pt-1 = harga saham hari sebelumnya E(Rmt) adalah expected return pasar pada periode t yaitu diperoleh dari selisih indeks harga saham gabungan hari ini dengan hari sebelumnya dibagi dengan indeks harga saham gabungan pada hari sebelumnya. Rumus E(Rmt) = IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1 HIPOTESIS Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Terdapat perbedaan harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pemecahan saham. H2 : Terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pemecahan saham. H3 : Terdapat perbedaan abnormal return saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pemecahan saham. METODE Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan harga saham, likuiditas saham, abnormal return apabila perusahaan telah melakukan pemecahan saham dan sebelum melakukan pemecahan saham. Unit analisisnya adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan pemecahan saham dan terdaftar di Bursa
57
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Efek Indonesia tahun 2010–2014 dengan data yang bersifat time series, yaitu data yang diamati selama periode tertentu terhadap objek penelitian (Hendrawijaya, 2012). Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah peristiwa pemecahan saham (stock split) sebagai variabel dependen dimana variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Operasional variabel dalam penelitian ini adalah harga saham, likuiditas saham yang diukur menggunakan metode trading volume activity dan abnormal return. Harga saham. Pengaruh stock split terhadap harga saham di bursa akan dikoreksi sesuai dengan rasio dari stock split atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama (Halim, 2003:92). Likuiditas saham. Variabel yang digunakan sebagai alat ukur dari likuiditas saham menggunakan metode trading volume activity. Perhitungan trading volume activity (TVA) dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangankan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar tersebut pada kurun waktu yang sama. Abnormal return. Perhitungan abnormal return penelitian ini dengan menggunakan model yang disesuaikan pasar yaitu market adjusted model. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaanperusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara bersifat purposive sampling, yakni perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas pemecahan saham pada periode 2010-2014. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini berasal dari data sekunder, yaitu data yang berasal dari perusahaanperusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010–2014. Sumber data dalam penelitian dari Bursa Efek Indonesia, yaitu data historical price (harga saham) dan volume dari jumlah perdagangan saham secara harian pada perusahaan-perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan
58
mengakses melalui situs www.finance.yahoo.com, www.duniainvestasi.com, www.sahamok.com dan www.idx.com.id. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah event study yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan harga saham, trading volume activity, dan abnormal return pada periode sebelum dan sesudah pemecahan saham. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif, Kolmogorov-Smirnov Test dan uji Paired Sample t-Test dimana untuk perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS). HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis 1 Setelah diketahui rata rata harga saham pada periode 5 hari sebelum dan sesudah pemecahan saham selanjutnya dilakukan uji sampel berpasangan (Paired Samples t-Test) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Hasil Uji Statistik Rata Rata Harga Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham Paired Samples Test Paired Samples Test Paired Differences T Std. Std. 95% Confidence Deviation Error Interval of the Mean Difference Lower Upper 7817,00 22,80351 10,198 7788,68 7845,3143 766,520 000 04 570 0
df
Mean
Pair 1
hrgsblm – hrgssdh
4
Sig. (2tailed)
,000
Sumber : Data diolah (2015) Dari hasil output SPSS menunjukkan hasil uji ratarata harga saham pada periode peristiwa sebelum dan sesudah pemecahan saham. Hal ini dapat disimpulkan terdapat perbedaan harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, dengan demikian hipotesis pertama diterima. Hipotesis 2 Setelah diketahui rata-rata trading volume activity pada periode 5 hari sebelum dan sesudah pemecahan saham selanjutnya dilakukan uji sampel berpasangan (Paired Samples t-Test) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Rata Rata Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham
Pair 1
tvasblm – tvassdh
Paired Samples Test Paired Differences T Mean Std. Std. 95% Confidence Deviat Error Interval of the ion Mean Difference Lower Upper -,0015980 ,0027 ,0012466 -,0050590 ,00186 -1,282 874 30
df
Sig. (2tailed)
4
,269
Sumber : Data diolah (2015) Hasil tabel 2 dapat dilihat bahwa probabilitas sig. 0,269 > dari tingkat signifikansi 0,05. Secara statistik terlihat juga dari nilai t hitung -1,282 lebih kecil dari t tabel 5%=2,13185, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Hipotesis 3 Setelah diketahui rata-rata abnormal return pada periode 5 hari sebelum dan sesudah pemecahan, selanjutnya dilakukan uji sampel berpasangan (Paired Samples t-Test) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Hasil Uji Statistik Rata Rata Abnormal Return Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2Std. Error 95% Confidence tailed) Mean Interval of the Difference Lower Upper ,002772 ,01541146 ,00689222 -,01636386 ,02190786 ,402 4 ,708 00 Mean
Pair 1
arsblm – arssdh
Std. Deviation
Sumber : Data diolah (2015) Hasil tabel 3 dapat dilihat bahwa probabilitas sig. 0,708 > dari tingkat signifikansi 0,05. Secara statistik terlihat juga dari nilai t hitung 0,402 lebih kecil dari t tabel 5%=2,13185, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. INTERPRETASI HASIL Pengujan tehadap pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah agar dapat menarik minat investor dapat dibuktikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin (2003) dan Indarti dan Purba (2011) yang menyimpulkan bahwa terdapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
perbedaan rata-rata harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Hendrawijaya (2009), Prabowo (2000) dan sadikin (2011) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan harga saham yang signifikan pada peristiwa sebelum dan sesudah pemecahan saham. Hasil uji hipotesis ke dua dapat disimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham yang diukur menggunakan indikator dari nilai rata-rata trading volume activity 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham. Meskipun pada saat pemecahan saham harga saham menjadi lebih murah, ternyata saham tersebut belum tentu likuid. karena dalam berinvestasi, investor akan selalu melihat dan mengukur kinerja fundamental suatu perusahaan, sehingga investor belum tentu akan membeli saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dilakukan Hendrawijaya (2009) dan Muchtar (2008) yang membuktikan bahwa secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan Rahdiansyah (2010), Sadikin (2011) dan Wijanarko dan Prasetiono (2012) yang membuktikan bahwa secara statstik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Pengujian terhadap hipotesis ke tiga, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata rata abnormal return 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan saham. Secara teoritis yang menyatakan bahwa pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang akan memberikan return kepada pasar adalah tidak terbukti. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hendrawijaya (2009), Sudiro (2000), Pratiwi (2008), dan Wijanarko dan Prasetiono (2012) menyimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
59
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh Mulyanto (2006), Muchtar (2008), dan Zein, Indrawati dan Hariyani (2009) menyimpulkan bahwa ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik terhadap rata-rata harga saham 5 hari sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan harga saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Hal tersebut menyatakan bahwa pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah agar perusahaan dapat menarik minat investor adalah terbukti. Sedangkan pengujian antara likuiditas saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham yang diukur menggunakan indikator dari nilai ratarata trading volume activity 5 hari sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemecahan saham dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham sehingga saham akan menjadi lebih likuid adalah tidak terbukti. Meskipun pada saat pemecahan saham harga saham menjadi lebih murah, ternyata saham tersebut belum tentu likuid. Karena dalam berinvestasi, investor akan selalu melihat dan mengukur kinerja fundamental suatu perusahaan, sehingga investor belum tentu akan membeli saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Pengujian terhadap rata-rata abnormal return 5 hari sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Hasil tersebut menyatakan bahwa pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang akan memberikan abnormal return kepada pasar adalah tidak terbukti. Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diusulkan untuk penelitian selanjutnya karena keterbatasan dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian dengan jangka waktu periode minimal 5 tahun dengan
60
menggunakan dua periode pengamatan, yaitu periode pendek (21 hari pengamatan) dan periode panjang (41 hari pengamatan) sehingga sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham bisa lebih banyak sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan dalam jangka panjang setelah melakukan pemecahan saham. Dalam penentuan abnormal return hendaknya menggunakan metode lainnya. Model metode yang digunakan mean-adjusted model (model disesuaikan rata-rata) atau market model (model pasar) untuk memeriksa konsistensi hasil perhitungan abnormal return pada penelitian selanjutnya. Diharapkan dapat mempertimbangkan untuk memasukkan variabel kinerja fundamental perusahaan yang berguna untuk mengetahui apakah kinerja saham sudah mampu mencerminkan kinerja perusahaan secara umum, sebelum maupun setelah melakukan pemecahan saham. DAFTAR PUSTAKA Darmadji, Tjiptono. & Fakhruddin, Hendy M. (2001). Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi ke-1. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21. Edisi ke-7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. (2003). Analisis Investasi. Edisi ke1. Jakarta: Salemba Empat. Hikmah, Khoirul & Satoto, Shinta Heru. (2010). Analisis Tingkat Kemahalan Harga Saham Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebagai Faktor Pembeda Keputusan Pemecahan Saham (Stock Split): Pengujian Terhadap Trading Range Hypothesis Dan Signalling Hypothesis. Jurnal Buletin Ekonomi, Vol.8, No.1 : 1-70. Indarti, Iin., dan Purba, Desti Mulyani. BR. (2011). Analisis Perbandingan Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split. Aset Vol. 13 No. 1 (Maret). 57-63. Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Kartika, Andi. (2009). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Indonesia. Kajian Akuntansi Fakultas Ekonomi Unisbank Semarang, Vol.1, No.1. Latifah P, Nurul. (2008). Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Perubahan Laba. Jurnal Fokus Ekonomi, Vol.3, No.1 : 48-59. Muchtar, Farid. (2008). Analisis Reaksi Saham Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Ditunjukkan Oleh Abnormal Return Dan Trading Volume Activity. Skripsi. Malang: Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN). Mulyanto, Widodo Hari. (2006). Analisis Kinerja Saham Di Seputar Pengumuman Pemecahan Saham. Tesis diterbitkan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Myra, Agustina., Meiden, Carmel & Sangaji, Joko. (2005). Perilaku Reaksi Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham Atas Pengumuman Dividen. Jurnal Akuntabilitas, Vol.4, No.2 : 39-50. Nazir, Moh. (2003), Metode Penelitian. Cetakan Kelima, Jakarta: Ghalia Indonesia. Prabowo. (2000). Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Harga Saham Yang Diukur Dengan Indeks Individu Saham Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Purnamasari, Sagung Intan. (2013). Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Perdagangan Saham di BEI 2007-2012. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.3, No.2 : 258-276. Puspitasari, Emiliya Agustine. (2012). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dan Yang Tidak Melakukan Stock Split Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah diterbitkan. Surabaya: Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Rahdiansyah, M. (2010). Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham Dan Likuiditas Di Bursa Efek Jakarta (Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Periode Mei 2008 - Oktober 2009). Skripsi Diterbitkan. Malang: Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Rohana., Jeannet, dan Mukhlasin. (2003). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan dampak yang ditimbulkannya. Simposium Nasional Akuntansi VI, hal 601-613. Rokhman, M. Taufiq Noor., Affandy, Didied P. dan Kiptiyah, S.M. (2009). “Analisis Return, Abnormal Return, Aktivitas Volume Perdagangan Dan Bid-Ask Spread Saham Di Seputar Pengumuman Stock Split”. Wacana Vol. 12 Nomor 4. ISSN. 1411-0199. Rumanti, F.A. & Moerdiyanto. (2012). Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Return Dan Trading Volume Activity (Tva) Saham Perusahaan Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Disertai yang tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Rusliati, Ellen & Farida, Esti Nur. (2010). Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas Dan Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.3 : 161-174. Sadikin, Ali. (2011). Analisis Abnormal Return Saham dan Volume Perdagangan Saham, Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 12, No.1. Setyadi, Pipit Wahyu. (2010). Analisis Pengaruh Harga Saham Dan Volume Perdagangan Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Melakukan Stock Split Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi diterbitkan. Jawa Timur: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Sudiro, Andrijanto Surjo. (2000). Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke-15. Bandung: ALFABETA. Susilowati, Kurnia Mustika. (2012). Reaksi Return Saham Dan Volume Perdagangan Sebelum Dan Sesusdah Stock Split Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
61
PERBANDINGAN HARGA SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMECAHAN SAHAM Oleh : Inung Wijayanti*
Wijanarko, Iguh & Prasetiono. (2012). Analisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap likuiditas saham dan return saham (study kasus pada perusahaan yang terdaftar di BEI Periode 2007-2011). Diponegoro journal of management, Vol.1, No.2 : 189-199.
62
Zein, Zainal Abidin., Indrawati, Novita dan Hariyani, Eka. (2009). Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Dan Likuiditas Saham. Jurnal Ekonomi, Vol.17, No.2.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih* ABSTRACT TThis research was conducted to see the effect of brand image of Pasar Bunga Rawa Belong and product attraction on UMKM’s entrepreneurship transformation at center of promotion of flower and agricultural product market. This is a descriptive quantitative research with questioner as a method and 80 florists as the respondent. The result of this research is there is a significant effect of brand image on entrepreneurship transformation (t = 2,954, p = 0,004 < 0,05) and there is no significant effect of product attraction on entrepreneurship transformation which means florist not really care about product that they sell (t = 1,865, p = 0,066 > 0,05). Keywords: brand image, product attraction, entrepreneurship transformation
Pendahuluan Sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat saat ini sudah mulai menerima perubahan karena tanpa disadari perubahan yang terjadi mempengaruhi gaya hidup mereka dimana berimbas pada tuntutan kebutuhan hidup. Adanya peningkatan kebutuhan dari kebutuhan sekunder yang belakangan ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat penting didukung fenomena sosial yang semakin berkembang dilihat dari sisi perkembangan budaya. Memasuki kawasan pasar bunga rawa belong seperti memasuki taman bunga. Berbagai jenis bunga cantik dengan beragam warna akan memanjakan mata, kala menjejakkan kaki di pasar bunga rawa belong, samar-samar aroma bunga pun menyeruak hidung saat masuk bagian dalam pasar. Pasar ini tidak pernah sepi pengunjung terutama hari-hari yang berkaitan dengan pengadaan bunga seperti keperluan perkawinan, acara kantor dan kegiatan-kegiatan lainnya, yang tentu bunga tidak pernah luput jadi perhatian untuk menjadikan daya tarik pada event-event yang di gelar. Pasar bunga ini dihuni oleh 400 lebih pedagang. Usaha mereka
dari pedagang bunga, pendekor dan penyedia alatalat dekor dan disekitar pasar itu juga banyak pedagang –pedagang yang bukan bunga namun sangat berarti bagi pedagang bunga. Konsep pemasaran yang memberikan pengalaman unik kepada pelanggan dikenal dengan istilah Emotional Marketing . konsep ini berusaha menghadirkan pengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada konsumen. Dengan demikian konsumen akan merasa ada sesuatu yang berbeda dan pengalaman selama menikmati produk/jasa dari kegiatan bisnis ini dan akan tertanam dalam pikiran mereka. Sehingga nantinya pelanggan tidak hanya akan puas dan loyal tapi juga menyebarkan informasi mengenai keunggulan produk secara word of mouth. Di dalam perkembangannya kegiatan usaha bisnis berlomba-lomba untuk menduduki posisi pemimpin pasar dan setidaknya selalu menciptakan suatu kepercayaan konsumen terhadap produknya, yang dilakukan dengan cara mempertajam citra merek (brand image). Brand image adalah persepsi konsumen ketika melihat suatu produk yang didasarkan pada kenyataan dan biasanya dikaitkan dengan kualitas pelayanannya. Citra merek yang kuat
* Dosen FEB IKPIA Perbanas Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
63
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
memberikan sejumlah keunggulan seperti: posisi pasar yang superior dibandingkan pesaing, kapabilitas unik yang sulit ditiru, loyalitas pelanggan dan pembelian ulang yang lebih besar, dan lain-lain. Sehingga dibenak konsumen tidak lupa sebagai suatu produk yang mengedepankan mutu dan keinginan konsumen, karena diantara para konsumen memiliki tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan atau merek. Pasar Bunga Rawa Belong salah satu lokasi penjualan bunga terbesar dan terkenal yang ada pada saat ini. Pasar Bunga adalah sebuah tempat berkumpulnya pedagang dan petani bunga potong segar untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Jabodetabek bahkan luar kota dan seluruh indonesia. Untuk menciptakan brand image maka pihak pengelola pasar di bawah pengawasan dinas pertanian dengan nama pusat promosi bunga membuat masyarakat semakin tahu bahwa bunga adalah rawa belong. Peniliti mencoba ingin tau apa yang dirasakan oleh pelaku bisnis bunga sehingga mempunyai keinginan sebagai pedagang bunga yang sekarang ini menjadikan tren budaya bagi kalangan tertentu karena bisnis bunga hanya untuk memenuhi kebutuhan yang tergantung pada moment-moment tertentu saja. Memprioritaskan pelanggan merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh pedagang, saat konsumen melakukan pembelian pedagang tidak hanya sekedar ingin memberikan produk atau jasa yang ditawarkan tetapi juga ingin memberikan pelayanan dan suasana yang baik bagi pelanggannya. Daya tarik produk merupakan pertimbangan bagi para pedagang karena menjalankan bisnis bagi para pedagang adalah apa yang dibisniskan mempunyai daya tarik dan bunga merupakan daya tarik tertentu. Konon perdagangan bunga sudah di lakukan secara turun temurun dan merupakan tinggalan budaya dari masyarakat Betawi . Andalan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut adalah bercocok tanam dari bibit bunga, tanaman hias, tanaman daun untuk hias sampai pendekor taman, bendekor pelaminan yang semuanya mengandung unsur bunga dan daun. Keragaman produk untuk membentuk pertumbuhan bisnis semakin lama semakin berkembang sesuai kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.
64
Tranformasi Kewirausahaan sangat terlihat dengan beralihnya antar generasi yang diwarisi dengan cara dagang bunga potong semakin sedikit. Perubahan ini akan mendatangkan pelaku-pelaku bisnis baru yang datang dari berbagai daerah dan paling banyak dari Jawa Barat. Tranformasi pola pikir (mindset) dan paradikma (paradigm), yaitu sebuah tranformasi pemikiran, sikap, motif semangat dan karakter yang lama untuk berubah menjadi seseorang yang berpikiran sama dengan seorang entrepreneur yang cerdas. Dalam rencana penelitian, penulis ingin mengetahui dan ingin memperoleh jawaban bahwa bisnis bunga merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarkat Usaha Kecil Menengah yang berada di wilayah Pasar Bunga Rawa Belong yang sudah terkenal di wilayah Jakarta dan merupakan centra bisnis yang menjadi tujuan utama bagi pedagang-pedagang/florist di wilayah DKI dan sekitarnya bahkan luar daerah pun sudah mengenal Pasar bunga tersebut. Dari latar belakang masalah yang dikemukakan penulis ingin meneliti dengan judul: “Pengaruh Brand Image Pasar Bunga Rawa Belong dan Daya Tarik Produk terhadap Transformasi Kewirausahaan pada UMKM Pusat Promosi Bunga dan Hasil Pertanian di Kecamatan Kebon Jeruk- Jakarta Barat. Darilatarbelakang tersebut dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui Brand Image Pasar Bunga Rawa Belong yang dirasakan para UMKM Pusat Promosi Bunga dan Hasil Pertanian diKecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi Daya Tarik Produk bagi para UMKM Pusat Promosi Baunga dan Hasil Pertanian di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. 3. Untuk mengetahui Transformasi Kewirausahaan para UMKM Pusat Promosi Baunga dan Hasil Pertanian di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Brand Image Pasar Bunga Rawa Belong terhadap Transformasi Kewirausahaan para UMKM Pusat Promosi Bunga dan Hasil Pertanian di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
5.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Daya Tarik Produk terhadap Transformasi Kewirausahaan bagi para UMKM Pusat Promosi Bunga dan Hasil Pertanian di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Tinjauan Pustaka Pemasaran Pemasaran adalah faktor kunci suksesnya bidang usaha, karena pemasaran merupakan bagian fundamental yang menunjang dan memperlancar proses penjualan. Kegiatan pemasaran semakin berkembang sehingga makin banyak perusahaan mulai menyadari betapa pentingnya beralih dari perusahaan yang hanya menjual produk dan penjualan ke strategi pemasaran.Pemasaran saat ini tidak hanya sebatas menjual dan mengiklankan produk atau jasa tetapi lebih dari itu adalah suatu keharusan pemasar memuaskan kebutuhan pelanggan. Apabila pemasar memahami kebutuhan pelanggan, dapat mengembangkan produk dan jasa yang menyediakan nilai unggul bagi pelanggan, menetapkan harga, mendistribusikan, mempromosikan produk dan jasa itu secara efektif, maka produk dan jasa tersebut akan mudah untuk dijual karena memiliki daya tariknya sendiri. Berikut ini adalah pendapat ahli tentang pengertian pemasaran yaitu : Pemasaran, menurut Tjiptono (2008 : 5) adalah “fungsi yang memiliki kontak yang paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eskternal”. Oleh karena itu, pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Dalam bukunya, Kotler (2004:9) menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut definisi yang diuraikan Kotler tersebut yaitu dalam proses pemasaran dibutuhkan beberapa pihak yang harus terlibat, maka dari itu Kotler
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
menyebut pemasaran merupakan proses sosial. Karena, di dalam pemasaran terdapat beberapa pihak yang saling berhubungan agar produk-produk dari produsen sampai ke tangan konsumen. Brand Image (Citra Merek) Kotler (2007:388) mengatakan bahwa citra adalah cara masyarakat mempersepsi (memikirkan) perusahaan atau produknya. Oleh karena itu, citra suatu produk atau sebuah perusahaan mempresentasikan nilai-nilai konsumen, konsumen potensial, konsumen hilang, dan kelompok-kelompok masyarakat lain yang berhubungan dengan perusahaan. Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran masyarakat dalam semalam atau disebarkan melalui satu media saja. Sebaiknya citra harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus menerus. Pengekspresian hal tersebut melalui: Lambang, citra yang kuat terdiri dari satu lambang atau lebih yang memicu pengenalan perusahaan dan merek harus dirancang agar langsung dikenali. Suasana, ruang fisik tempat organisasi memproduksi atau menyerahkan produk dan jasanya juga merupakan pencipta citra yangkuat. Acara-acara, suatu perusahaan dapat membangun suatu identitas melalui jenis kegiatan yangdisponsorinya. Citra merek adalah kumpulan asosiasi merek yang membentuk suatu persepsi tertentu terhadap merek tersebut (Tandjung 2005:59).Citra merek dapat dianggap seperti jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Citra merek terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan terhadap ciri merek, konsekuensi penggunaan merek, dan situasi pemanfaatan yang tepat, disamping evaluasi, perasaan dan emosi sehubungan dengan suatu merek. Faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
65
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
-
Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam sebuah merek menurut Tandjung (2005:59), yaitu: a. Recognition. Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen.Jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. b. Reputation. Suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti memiliki track-record yang baik. c. Affinity. Suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipresepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik. d. Domain Menyangkut seberapa lebar scope dari suatu produk yang ingin menggunakan merek yang bersangkutan. Citra merek sangat penting bagi perusahaan untuk strategi pemasarannya, karena: Citra merek dapat dibuat sebagai tujuan dalam strategipemasaran Citra merek dapat dipakai sebagai dasar untuk bersaing dengan merek lain dari produksejenis
66
-
Citra merek dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan volume penjualan Citra merek dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas dan strategi pemasaran yang digunakan Agar citra merek dapat terbentuk sesuai identitas merek yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan harus mampu untuk memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek menjadi merek yang memiliki citra baik.Citra merek ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kualitas yang penting menurut persepsi konsumen. Menurut Wicaksosno (dalam Krystia: 2012) mengemukakan pentingny pengembangan Citra Merk dalam keputusan pembelian, Brand Image yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: 1. Meningkatkan pemahaman terhadap aspekaspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. 2. Memperkaya orientasi konsumsi terhadap halhal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk. 3. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. 4. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan , mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing. Merk konsumen yang buat dapat menarik konsumen untuk menggunakannya sebagai faktor penentu dalam pemilihan keputusan pembelian, sedangkan syarat yang kuat adalah citra merk (brand image) yang merupakan interpretasi akumulasi berbagai informasi yang diterima konsumen Daya Tarik Produk Daya tarik produk (Fandy Tjiptono:1997:95) merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan pedagang/penjual untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Konsep Daya Tarik Produk, menunjukkan bagaimana produk yang masuk dapat mengakibatkan konsumsi total pada kategori (Mason, 1999:223). Indikator untuk mengukur Daya Tarik Produk adalah:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
(1) harga produk, (2) keunggulan produk dan (3) ketersediaan produk pendukung. Dari ketiga indikatordaya tarik produk tersebut masing-masing pembeli memiliki persepsi yang berbeda, mulai dari tertarik, berminat membeli, melakukan pembelian hingga pasca beli. Mason (1999:223) secara spesifik menggunakan daya tarik pada kategori produk sebagai penjelasan untuk pembelian pelanggan. Dengan menunjukkan bagaimana suatu produk yang masuk dapat mengakibatkan konsumsi total pada kategori. Mason juga memberikan keterangan bila pelanggan merasa yakin akan suatu kategori, maka jika kita menanggung konsumsi yang diwakili dengan keyakinan akan dapat dipengaruhi dengan kategori atribut. Penemuannya memberikan kesan jika memberikan perbedaan dalam preferensi individu,kategori produk akan diubah yaitu dengan menambahkan pilihan juga akan mampu berubah (meningkat) secara potensial. Suatu produk tidak hanya memiliki mutu bila produk tersebut hanya menahan produk bebasnya saja, namun mutu dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti daya tarik (attractiveness), daya tahan (maintainability) dan mudah dalam penggunaan (ease of use) dan pada khususnya suatu produk harus memuaskan keinginan dari konsumen (Kotler, 2000:112). Powell (2000:90) menggambarkan bahwa prinsipprinsip daya tarik produk merupakan perwujudan dari mutu produk yang sangat baik. Dimana dapat dikatakan bahwa mutu produk menentukan keadaan dan keberadaan suatu produk. Apabila mutu dari suatu produk itu jelek maka daya tarik suatu produk tersebut akan rendah, hal ini dikarenakan daya tarik merupakan sesuatu yang amat penting bagi produk. Suatu produk tidak hanya memiliki mutu bila produk tersebut hanya menahan produk bebasnya saja, namun mutu dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti daya tarik (attractiveness), daya tahan (maintainability) dan mudah dalam penggunaan (ease of use) dan pada khususnya suatu produk harus memuaskan keinginan dari konsumen (Kotler, 2000:112). Powell (2000:90) menggambarkan bahwa prinsipprinsip daya tarik produk merupakan perwujudan dari mutu produk yang sangat baik. Dimana dapat dikatakan bahwa mutu produk menentukan keadaan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dan keberadaan suatu produk. Apabila mutu dari suatu produk itu jelek maka daya tarik suatu produk tersebut akan rendah, hal ini dikarenakan daya tarik merupakan sesuatu yang amat penting bagi produk Tranformasi Kewirausahaan Sekarang era baru di Indonesia akan tercipta dengan adanya sistem ekonomi yang berbasis UKM dengan semangat kewirausahaan yang kuat, konseptual dan tangguh . Sistem ekonomi yang berbasis UKM ini ternyata mampu bertahan dari adanya gelombang krisi ekonomi yang dimulai tahun 1998 dan sekarang sudah mulai memperoleh titik terang sejak tahun 2015 pemerintah telah menghimbau seluruh bank untuk masuk dalam sektor mikro dan UKM karena akan membawa manfaat penyebaran ekonomi yang lebih merata melalui kredit mikro yang dapat membantu para usaha kecil yang lebih menjajikan. Untuk menjadi wirausaha yang sukses diperlukan beberapa langkah dalam transformasi pola pikir dan paradigma agar bisa menjalankan bisnis dan tahapantahapan dari proses entrepreneurship. Tahapan itu adalah: (hendro2011:61) Tranformasi Pola Pikir Trnformasi Cara Berpikir Tranformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi manajer pengelola bisnis. Metode Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variable) , brand Image dan Daya Tarik Produk yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah Tranformasi Kewirausahaan. Alat ukur dari masing-masing variabel penelitian adalah kuesioner, dimana untuk setiap jawaban diberikan kategori penilaian dan kemudian diolah dengan menggunakan skala likert dengan skala 1 tidak setuju hingga skala 5 sangat setuju. Alat analisis yang digunakan adalah regresi korelasi berganda linier, berdasarkan alat analisis ini akan diketahui seberapa besar hubungan dan kontribusi dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Selanjutnya untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis teoritis, maka akan digunakan uji t. Selain itu,sebelumnya dilakukan juga pengujian
67
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dan juga pengujian realibilitas menggunakan Alpha Cronbach. Hasil nilai validitas yang diujikan didapatkan r penelitian (corrected itemtotal correlation) yang diperoleh > dari r tabel sebesar 0,443. Dengan demikian seluruh pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dan didapatkan skor r penelitian 0,975, 0,986 dan 0,975 lebih besar dar r tabel sebesar 0,443. Dengan demikian pernyataan dalam indikator tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan pada penelitian selanjutnya. Pembahasan Dari perhitungan regresi dan korelasi berganda yang dilakukan, didapatkan hasil yang menunjukkan kontribusi diberikan lebih besar oleh Brand Image daripada Daya Tarik Produk terlihat dari hasil standardized coefficients beta, brand image memiliki koefisien sebesar 0,592 dan koefisien yang dimiliki Daya Tarik Produk 0,374 (Y = 0,592 BI + 0,374 DTP + e’). Dapat dikatakan bahwa brand Image memiliki kontribusi sebesar 0,592/0,374= 1,58 kali dibandingkan dengan Daya Tari Produk terhadap Tranformasi Kewirausahaan. Dalam hal ini Daya Tarik Produk menurut para pedagang tidak menjadikan hal yang menjadi pertimbangan untuk melakukan bisnis, karena berdagang adalah secara kebetulan lokasi mendukung untuk menjual bunga. Selain itu dilakukan juga uji determinasi berganda yang menunjukkan besaran koefisien determinasi berganda yang dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh yaitu 0,927, dan memiliki arti bahwa variabel Tranformasi Kewirausahaan dapat dijelaskan oleh variabel brand Image dan Daya Tarik Produk sedangkan sisanya sebesar 1,00 – 0,927= 0,073 (7,3%) dijelaskan oleh faktor lainnya yang bukan menjadi objek dari penelitian. Dalam penelitian juga dilakukan uji t yang menunjukkan masing-masing variabel independen memiliki pengaruh dengan variabel dependen jika t hitung > dari nilai t tabel, atau nilai probabilitas t hitung < probabilitas t tabel. Besarnya nilai t tabel yaitu á = 0,05/2 uji dua arah, n-k-1 = 50-2-1 = 2,011741.
68
Berdasarkan jawaban responden pada variabel Brand Image dengan nilai tertinggi pada pernyataan Brand Image dengan nilai total 327 masuk dalam kategori Setuju, artinya para pedagang merasakan bahwa berdagang bunga di Rawa Belong mempunyai Brand Image Pasar bunga dengan Baik. Brand Image baik itu di dukung oleh butir pernyataan no 3 dan 9 dalam kuesioner adalah Reputasi pasar bunga sebagi pusat promosi hasil pertanian karena didukung oleh pemerintah daerah dan dilingkungan pasar mudah menemukan jasa pelengkap seperti perangkai , pengantar bunga dan penyedia asesoris bunga yang menjadikan Pasar Bunga Rawabelong semakin berimage Gambar Kerangka Pemikiran
Berdasarkan jawaban responden pada variabel Daya Tarik Produk dengan total nilai 310 masuk dalam kategori setuju artinya Daya Tarik Produk bunga yang dijadikan objek untuk berdagang mempunyai daya tarik yang bagus dengan di dukung oleh jawaban responden bahwa hasil pertanian bunga mampu dijual dengan harga yang paling murah sehingga dapat mendatangkan pembeli dengan jumlah yang banyak selain itu pedagang bunga merasa bangga bisa berdagang di rawa belong yang sudah terkenal Berdasarkan jawaban responden pada variabel Tranformasi Kewirausahaan dengan total nilai ratarata 306 masuk dalam kategori setuju artinya Tranformasi Kewirausahaan para pedagang bunga di rawa belong adalah baik. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dijawab dengan nilai tertinggi bahwa para pedagang harus kerja keras agar mencapai keuntungan besar dan terbukti modal sekarang yang dimiliki sekarang sudah mencapai tiga kali lipat dari modal awal . .
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
Dari hasil uji parsial variabel Brand Image terhadap Tranformasi Kewirausahaan Hasil uji t dari variabel Brand Image terhadap variabel Transformasi Kewirausahaan menunjukkan besarnya t hitung 2,954 dengan taraf signifikansi 0,004 maka 0,05>0,004 ada pengaruh Brand Image terhadap Tranformasi Kewirausahaan. Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji parsial variabel Daya Tarik Produk terhadap Tranformasi Kewirausahaan Hasil uji t dari variabel Daya Tarik Produk terhadap variabel Transformasi Kewirausahaan menunjukkan besarnya t hitung 1,865 dengan taraf signifikansi 0,066 maka 0,05<0,066 maka ada pengaruh Daya Tarik Produk terhadap Tranformasi Kewirausahaan namun tidak signifikan artinya para pedagang tidak terlalu memperdulikan produk yang dijual. Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan 1. Para pedagang merasakan bahwa berdagang bunga di Rawa Belong mempunyai Brand Image Pasar bunga dengan Baik. 2. Daya Tarik Produk bunga yang dijadikan objek untuk berdagang mempunyai daya tarik yang bagus 3. Tranformasi Kewirausahaan para pedagang bunga di rawa belong adalah baik. 4. Dari hasil uji parsial variabel Brand Image ada pengaruh yang signifikan terhadap Tranformasi Kewirausahaan 5. Dari hasil uji parsial variabel Daya Tarik Produk terhadap Tranformasi Kewirausahaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap Tranformasi Kewirausahaan. Rekomendasi 1. Terhadap Brand Image nilai terendah dari jawaban responden adalah pada pernyataan: Pasar semakin ramai karena mempunyai penataan gedung yang terdiri dari kios-kios, lapak-lapak yang nyaman untuk menjual produk yang unggul yang tidak ditemukan ditempat lain. Sebaiknya pihak pengelola memperbaiki penataan pasar yang lebih menarik lagi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.
3.
Terhadap Daya Tarik Produk nilai terendah dari jawaban responden adalah pada pernyataan: Sampai kapanpun saya tetap ingin menjadi pedagang bunga karena menjanjikan masa depan yang lebih baik. Sebaiknya pihak pengelola lebih memotivasi para pedagang untuk meningkatkan daya kreativitas yang lebih baik. Terhadap Tranformasi nilai terendah dari jawaban responden adalah pada pernyatan: Saya merasa berdagang bunga lebih menjajikan, hal tersebut sebaiknya para pedagang lebih optimis lagi karena selama manusia hidup bahkan sampai meninggal manusia butuh bunga.
Daftar Pustaka Assauri ,Sofjan (2015) Manajemen Pemasarn. Jakarta: PT RajaGrafindo Kotler, Pholip, (2007) Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Indeks Tjiptono. F. (2000) Strategi Pemasaran Edisi Pertama. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Sowter, Co;;in V (2003). Cara Mudah Memahami Pemasaran. Edisi Pertama Penerbit PPM, Jskarta. Shimp, Terence A. (2003) Periklanan Pronosi Edisi 5, Jsakarta : Erlangga. Sugiono , (2003) .Metode Penelitian Bisnis. Bandung . CV Alfabeta. Hendro, Ir. 2006 Handook of Entrepreneurship . Be. A Smart and Good Entrepreneurhip. Six Edition, New York: MC. Graw Hill Publishing. Cannon, Joseph P.,William D Perreault, Jr E Jerome McCarthy. (2008). Pemasaran Dasar Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Tony Sitinjak. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fuad, M, dkk. (2000). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Govindarajan, M. (2007). Marketing Management (Concepts, Cases, Challenges and Trends 2nd Edition). New Delhi: Prentice Hall of India Private Limited.
69
PENGARUH BRAND IMAGE PASAR BUNGA RAWA BELONG DAN DAYA TARIK PRODUK TERHADAP TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN PARA UMKM PUSAT PROMOSI PASAR BUNGA DAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN KEBON JERUK- JAKARTA BARAT Oleh : Erna Wahyuningsih*
Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1 & 2. Jakarta: PT Prenhalindo. Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 2. Jakarta: PT Prenhalindo.
70
Hendro, (2011) Dasar-dasar Kewirausahaan, Jakarta:Penerbit Erlangga Kasmir (2014) Kewirausahaan Edisi Revisi , Jakarta :PT RajaGrafindo Persada
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati* ABSTRACT This study aimed to verify the impact of Factor-factor Internal and External on Sharia Bank Profitability in Indonesia. This study involved sample of the sharia banking industry in Indonesia which are bank operating throughout the study period and the bank that issued the financial statements during the first quarter of 2008 until february 2015. The analysis technique used in this study is applying the error correction models (ECM). The results showed only variables financing and interest rate which affects the profitability of Sharia banks in Indonesia. Using the EngelGranger (EG) test, it is proven that internal factors such as third party funding of Syariah Banking has significant effect to the profitability of Syariah Banking in Indonesia for long term, and as well as the financing has positive significant effect to the profitability both in short and long term, but NPF does not have effect to the profitability of Syariah banking in Indonesia neither in short nor in long term. The external factors such as the BI rate has negative significant effect both in short and long term to the profitability of Syariah Banking, and inflation in Indonesia for short term does not give significant effect to the probability but for long term the inflation has positive significant effect to the profitability of Syariah Banking in Indonesia. Internal and external factors have effect to the profitability of Syariah Banking both in short and long term. Key Words: Profitability, third party fund, financing, non performing financing, GDP, BI Rate, inflation, Sharia banks
PENDAHULUAN Perbankan syariah saat ini telah menjadi salah satu perbankan yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi perbankan syariah bukan hanya sebagai lembaga intermediasi atau perantara dalam sektor keuangan untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana, namun memiliki fungsi sebagai manajer investasi dan memiliki peran dalam mendorong kegiatan di sektor riil. Pada saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998 lalu, banyak Bank Konvensional yang dilikuidasi akibat meningkatnya laju suku bunga riil serta fluktuasi valuta asing yang tidak sehat sehingga mengakibatkan ketidakstabilan dalam sistem ekonomi di Indonesia. Namun, kondisi tersebut tidak dialami oleh Perbankan Syariah, sebab dalam operasionalnya Perbankan Syariah tidak menggunakan konsep bunga. Bank syariah dalam kegiatan operasionalnya
harus mengacu pada prinsip-prinsp syariah yang berlandaskan Al Qur’an dan Hadist. Dalam satu dekade terakhir ini masyarakat luas mulai mengenal sistem perbankan berbasis syariah. Sebagian masyarakat mulai mengerti bahwa bunga yang terdapat pada bank konvensional adalah riba dan mulai tertarik untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992. Bank Syariah pertama ini merupakan hasil jerih payah tim Perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam agenda Musyawarah Nasional (Munas) IV. Hasil munas tersebut mendorong lahirnya UU No.7 tahun 1992 mengenai Perbankan, yang menjadi landasan hukum berdirinya bank syariah di Indonesia. Menurut Suryani (2011) dengan lahirnya Undang-Undang tersebut dan diamandemen menjadi UU No. 10 tahun 1998 telah membuat perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah semakin pesat. Hal itu terkait salah
* Dosen FEB IKPIA Perbanas Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
71
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
satu pasal dalam UU tersebut yang mengizinkan sistem perbankan Indonesia untuk menerapkan dual banking system. Sistem tersebut memungkinkan bank konvensional untuk membuka bank syariah baru maupun mendirikan Unit Usaha Syariah (UUS). Berikut grafik yang menggambarkan perkembangan jumlah Bank Syariah di Indonesia sejak tahun 2008 sampai dengan Februari 2015: Grafik 1.1 Data Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2008 - 2014 Berdasarkan grafik 1.1 di atas dapat dilihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2008-Feberuari 2015 didominasi oleh BPRS yang jumlahnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2015. Pada tahun 2008 hanya ada 131 BPRS, menjadi 163 BPRS pada tahun 2014, dan menurun pada Februari 2015 menjadi 162 BPRS. Jumlah UUS (Unit Usaha Syariah) pada tahun 2008 sebanyak 27 UUS, menjadi 23 UUS pada tahun 2011, dan menurun kembali hingga Februari 2015 menjadi 22 UUS. Penurunan jumlah UUS tersebut sebagai dampak dari kebijakan spin off yang terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah. Kebijakan tersebut mendorong terjadinya konversi dari UUS menjadi BUS, sehingga jumlah BUS yang pada tahun 2008 hanya sebanyak 5 bertambah menjadi 11 pada tahun 2011 dan menjadi 12 hingga Februari 2015. Munculnya bank-bank syariah baru menimbulkan persaingan yang sehat antar bank syariah baik dalam hal meningkatkan pelayanan jasa dengan berbagai fasilitas maupun dengan meningkatkan kinerja bank itu sendiri. Salah satu yang menjadi tolak ukur untuk menyatakan kinerja sebuah bank baik atau tidak dapat dililhat dari seberapa besar laba yang diperoleh bank tersebut. Tingkat laba yang dihasilkan sebuah bank dapat dilihat dari indikator ROA, semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula tingkat laba yang diperoleh suatu bank.
72
Menurut Riyadi dan Yulianto (2014) tujuan utama bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan, namun juga untuk peningkatan volume usaha. Peningkatan volume usaha akan mendorong pontensi keuntungan yang akan diperoleh bank syariah meningkat pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume usaha adalah melalui peningkatan pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang disalurkan merupakan asset yang paling dominan dalam struktur asset Bank Syariah, yang dapat mempengaruhi ratio Return of Assets (ROA) yang merupakan indikator dalam mengukur keuntungan bank syariah. Stiawan (2009) menjelaskan bahwa Return of Assets (ROA) menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sisi aktiva yang dimiliki oleh sebuah bank untuk menghasilkan laba. Dua jenis faktor yang dapat mempengaruhi tingkat perubahan laba atau keuntungan suatu bank, yaitu faktor yang berasal dari internal dan eksternal. Bank syariah perlu menjaga pertumbuhan ROA dari berbagai faktor internal maupun eksternal yang mampu mempengaruhinya dengan tujuan agar tingkat keuntungan yang akan diperoleh bank dikemudian hari tetap terjaga. Beberapa faktor yang sering digunakan dalam sebuah penilitian yang terdapat pada indikator makro ekonomi yaitu inflasi, tingkat suku bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi sedangkan untuk indikator karakteristik bank itu sendiri (internal) anatara lain produk pembiayaan, Non Performing Financing (NPF), aset, dana pihak ketiga (DPK) dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, maka paper ini bertujuan menganalisis Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. KAJIAN LITERATUR Menurut Sutrisno (2008:43) bank syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan perbankan yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, serta jasa-jasa yang ketentuannya disesuaikan dengan ajaran Islam. Menurut Rivai (2013:24) Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Sedangkan menurut Sakti (2007:288) Bank Islam adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan bagi para nasabah. Dimana mekanisme kerjanya secara sederhana adalah; menginvestasikan dana yang terkumpul dari nasabah untuk dunia usaha, ketika terdapat hasil (profit), maka bagian profit tersebut dibagi kembali antara bank dan nasabah. Karim (2014:97) menejelaskan dalam kegiatan operasionalnya perbankan syariah menawarkan beberapa produk yang dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu 1) Produk Penghimpunan Dana (funding); 2) Produk Penyaluran Dana (financing); dan 3) Produk Jasa (Service). Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah pada prinsipnya terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka. Perbedaan yang paling mendasar DPK Bank Syariah dengan DPK Bank Konvensional adalah dalam hal pemberian imbalan yang diberikan pada pemilik dana, yaitu tidak berdasarkan pada tingkat suku bunga simpanan. Imbalan atas DPK yang berhasil dihimpun dikelompokkan berdasarkan pada akad (prinsip syariah) pada penghimpunan dana, yang dibagi atas dasar akad wadiah atau mudharabah. Dalam prakteknya, simpanan Giro disepakati dengan akad wadiah, simpanan Deposito disepakati dengan akad mudharabah, sedangkan untuk produk simpanan Tabungan dapat disepakati baik dengan akad wadiah maupun mudharabah. Muhamad (2015:35-36) Wadiah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. Mudharabah adalah transaksi penenaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan dan menyatakan bahwa DPK berepngaruh terhadap laba adalah penelitian Anggreni & Suardhika (2014) yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan dan positif tehadap tingkat perubahan laba.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pembiayaan Karim (2014:97) menjelaskan bahwa penyaluran dana pada bank syariah lebih dikenal dengan pembiayaan. Berdasarkan tujuan penggunaannya pembiayaan syariah dibagi dalam empat kategori, yaitu: 1) Pembiayaan berdasarkan berdasarkan prinsip jual-beli; 2) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa; 3) Pembiayaan berdasrakan prinsip bagi hasil; 4) Pembiayaan berdasarkan akad pelengkap. Faktor pembiayaan menjadi salah satu penyumbang terbesar yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Riyadi dan Yulianto (2014) menjelaskan bahwa pembiayaan jual beli dan bagi hasil dapat mempengaruhi tingkat return yang akan diterima oleh bank. Dengan adanya pembiayaan jual beli dan bagi hasil yang disalurkan kepada nasabah akan memberikan return dan margin yang akan menjadi laba bagi bank syariah. Teori ini didukung oleh hasil penelitian Rahman dan Rochmanika (2012) yang menyebutkan bahwa pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perbankan syariah. Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah kepada nasabah menghadapi risiko berupa tidak kembalinya pembiayaan yang disalurkan. Pramuka (2010) menjelaskan bahwa risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan karena nasabah tidak mampu melunasi atau membayar jumlah pokok pinjaman beserta imbalannya yang telah diberikan bank syariah sesuai jangka waktu yang telah disepakati bersama. Hal tersebut dikenal sebagai pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing). Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/10/PBI/2009 telah menetapkan bahwa batas maksimal NPF suatu bank umum syariah sebesar 5%. Risiko pembiayaan bermasalah yang akan muncul di kemudian hari dapat diminimalkan dengan cara pada saat akan memberikan pembiayaan selayaknya suatu bank melakukan analisis terlebih dahulu kepada nasabah yang ingin meminjam dana tersebut. Analisis yang dilakukan kepada nasabah dalam bentuk 5 C, yang meliputi: 1) Character. 2) Capital; 3) Capacity; 4) Collateral dan 5) Condition of Economy. Menurut Kasmir (2012:107-108) ada ukuranukuran yang digunakan untuk menentukan suatu pembiayaan berkualitas atau tidak, yang oleh Bank Indonesia dilompokkan dalam ketentuan sebagai berikut: 1) Lancar (pas);2) Dalam Perhatian Khusus
73
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
(special mention); 3) Kurang Lancar (substandard); 4) Diragukan (doubtful) dan 5) Macet (loss). Pembiayaan bermasalah atau kredit macet dapat diukur dengan menggunakan rasio NPF. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPF adalah sebagai berikut (Riyadi dan Yulianto, 2014):
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan NPF/NPL adalah penelitian Ariyanti (2010) yang menyatakan bahwa secara parsial NPL berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan yang diperoleh. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Stiawan (2009) yang menyatakan adanya pengaruh negatif signifikan NPF terhadap tingkat keuntungan bank. Wibowo dan Syaichu (2013) mendukung hasil penelitian Ariyanti yang menunjukkan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan bank. Variabel Makro Ekonomi Kegiatan operasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan biasanya dipengaruhi oleh lingkungan makro ekonomi, begitupun bagi industri perbankan, terutama dikaitkan dengan kebijakan yang akan diambil dan biasanya memiliki hubungan dengan kinerja keuangan perbankan. Variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga acuan (BI Rate) dan inflasi. Pertumbuhan Ekonomi (GDP) Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari ukuran makro yang dapat memengaruhi kondisi ekonominya, Pendapatan nasional biasanya digunakan untuk membandingkan kondisi ekonomi antar negara. Salah satu variabel ekonomi makro menurut Herlambang, Brastoro, dan Kelana (2001:15) yang sangat penting yaitu GDP (gross domestic product) atau disebut PDB (Produk Domestik Bruto) karena dapat menghitung output barang dan jasa serta pendapatan dari suatu negara. Rumus yang digunakan dalam menghitung GDP (Stiawan, 2009):
Tingkat Suku Bunga Acuan Menurut Sahara (2013) tingkat suku bunga acuan atau biasa disebut BI Rate adalah suku bunga
74
kebijakan yang diumumkan oleh Bank Indonesia untuk dijadikan acuan dalam penetapan suku bunga di pasar uang, seperti suku bunga deposito, suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) dan suku bunga kredit. Menurut Bank Indonesia fungsi penetapan kebijakan BI Rate dilakukan agar mencapai sasaran dalam operasional kebijakan moneter yaitu ditunjukkan dengan adanya perkembangan suku bunga di Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/ N) melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management). Wibowo dan Syaichu (2013) menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya menjaga kestabilan moneter, Bank Indonesia perlu menetapkan suku bunga acuan dalam operasi pasar terbuka agar kegiatan perekonomian cenderung lebih stabil. Anto dan Wibowo (2012) berpendapat bahwa jumlah dana yang akan dipinjamkan ke penerima dana dan jumlah dana yang akan dipinjamkan oleh pemilik dana akan dipengaruhi oleh faktor tingkat suku bunga. Inflasi Pengertian inflasi menurut Bank Indonesia secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kecenderungan naiknya harga-harga secara umum dan terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut akan meningkatkan harga barang, biaya produksi perusahaan ikut meningkat, dan dapat memengaruhi minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Menurut Bank Indonesia berdasarkan penyebabnya jenis inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu: Demand pull inflation dan Cosh push inflation. Menurut Karim (2007:139) para ekonom Islam berpendapat bahwa inflasi dapat memberikan pengaruh yang buruk bagi perekonomian di suatu negara karena: 1. Memicu terjadinya gangguan pada fungsi pembayaran di awal, fungsi dari unit perhitungan, dan fungsi uang yang dominan terjadi pada fungsi tabungan (nilai simpanan); 2. Dapat mengurangi motivasi seseorang untuk menabung dan sikap terhadap menyimpan uang di bank dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save). Jika hal tersebut dibiarkan terjadi akan mengurangi jumlah investasi dan menyebabkan berkurangnya jumlah transaksi pembiayaan sehingga berdampak pada profitabilitas bank syariah;
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
3.
4.
Kecenderungan masayarakat untuk membeli barang-barang mewah dan non-primer semakin meningkat (naiknya Marginal Provensity to Consume); Terjadinya penimbunan kekayaan (hoarding) yang dilakukan masyarakat untuk ha-hal yang tidak produktif seperti: membeli tanah, logam mulia, mata uang asing, dan bangunan daripada menanamkan modal yang disetor pada sektor produktif seperti: industrial, perdagangan, pertanian, transportasi, dan lainnya.
Profitabilitas Riyadi dan Yulianto (2014) menyatakan bahwa untuk mengetahui dan menilai baik atau buruknya kinerja sebuah badan usaha dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bisa dengan melihat profitabilitas sebuah bank. Rasio profitabilitas adalah suatu ukuran untuk melihat kemampuan atau usaha sebuah bank dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas sangat penting karena dapat mengetahui tingkat efisiensi kinerja suatu bank dan tingkat kesehatan suatu bank. Berdasarkan Paket Kebijakan 29 Mei 1993, kualitas manajemen adalah salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi profitabilitas suatu bank karena menyumbang bobot 25% dan total penilaian terhadap kondisi kesehatan sebuah bank (Umam, 2013:257). Dalam Riyadi (2006:155-156) dijelaskan bahwa rasio untuk menghitung profitabilitas ada dua, yaitu: Return On Equity (ROE)
dan Return On Assets (ROA)
Penelitian ini menggunakan rasio ROA untuk menghitung profitabilitas bank syariah. Penelitian Sebelumnya Bank Syariah dalam aktivitas pengelolaan dana untuk mendapatkan laba selalu dihadapkan pada potensi naik atau turunnya laba yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal bank. Riyadi dan Yulianto (2014) menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut meliputi indikator makro, perpajakan, karakteristik bank, struktur keuangan, kualitas aset,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
likuiditas, dan modal. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi tingkat perubahan laba sebuah bank bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor makro ekonomi dan struktur keuangan mempengaruhi tingkat keuntungan. Faktor-faktor makro ekonomi yang sering digunakan dalam sebuah penilitian yaitu inflasi, tingkat suku bunga acuan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk indikator karakteristik bank itu sendiri antara lain produk pembiayaan, Non Performing Financing (NPF), aset, dana pihak ketiga (DPK), rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan lain sebagainya. Selanjutnya akan dibahas beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain: Menurut Karim, Sami, dan Hichem (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Bank Spesific, IndustrySpecific and Macroeconomic Determinants of African Islamic Bank’s Profitability menunjukkan bahwa ukuran bank, modal, inflasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas perbankan syariah, sedangkan total aset pinjaman bersih dan rasio pendapatan biaya berpengaruh siginifikan negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah. Masood dan Ashraf (2012) dalam penilitianya yang berjudul Bank-Specific and Macroeconomic Profitability Determinants of Islamic Banks menyatakan bahwa ukuran aset dan kecukupan modal berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas, gearing ratio berpengaruh positif terhadap return on asset (ROA), sedangkan produk domestik bruto dari sisi aset berpengaruh negatif terhadap profitabilitas tetapi berpengaruh positif terhadap return on equity (ROA), dan untuk kontirbusi tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan. Stiawan (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar, dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Periode 2005-2008) menyatakan bahwa faktor makro ekonomi yaitu GDP dan inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah di Indonesia. Sedangkan pangsa pasar berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank syariah. Pada karakteristik bank itu sendiri seperti CAR dan FDR berpengaruh signifikan positif, akan tetapi untuk variabel NPF, BOPO, dan SIZE berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Nusantara (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan
75
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
Bank Umum Go Public dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun 2005-2007) mengemukakan bahwa NPL dan BOPO berpengaruh signifikan negatif sedangkan LDR dan CAR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel return on asset (ROA). Anto dan Wibowo (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Penentu Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah menjelaskan bahwa pendapatan nasional, inflasi, pangsa pasar, dan jumlah uang yang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Akan tetapi, variabel tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap perbankan syariah di Indonesia.Wibowo dan Syaichu (2013) menyatakan bahwa inflasi dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap perubahan laba suatu bank. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Karim, Sami, dan Hichem (2010) yang menunjukkan bahwa secara signifikan inflasi berpengaruh positif terhadap perubahan laba, adanya pengaruh positif dan signifikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) serta menunjukan pertumbuhan ekonomi sebagai penentu perubahan laba bank. Dalam penelitian yang dilakukan Masood dan Ashraf (2012) mengungkapkan bahwa dari sisi aset real gross domestic production (RGDP) menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap laba sedangkan return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap perubahan laba bank. Sementara itu Inflasi menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan laba bank. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan a Pih ak Ketig a (DP K)
PE M BIAYAA N
N O N PE RFO R M IN G FIN AN CIN G (NP F) PROFITABILITAS PER TU M BUHAN EKON OM I (GDP)
TINGKA T SUKU BU NG A ACU AN (BI Rate)
IN FLASI
76
METODE PENELITIAN Objek penelitian adalah industri perbankan syariah yang didalamnya meliputi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbankan syariah yang ada di Indonesia dari awal berdirinya hingga saat ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang meliputi BUS dan UUS dengan periode dari triwulan pertama (Maret) tahun 2007 sampai dengan triwulan terakhir (Desember) 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder. Data tersebut merupakan data internal perbankan syariah yang bersumber dari data statistik Laporan Triwulan Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) dan data eksternal di luar perbankan syariah, yaitu data yang mnyangkut makro ekonomi berupa data Statistik yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia (BI), meliputi: 1) DPK perbankan syariah di Indonesia; 2) Total Pembiayaan yang diberikan Perbankan Syariah di Indonesia; 3) Rasio Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Indonesia dan 4) Rasio Return on Asset (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia. Sedangkan data yang diambil dari data publikasi BPS, yaitu: 1) Pertumbuhan Ekonomi (GDP); 2) Tingkat Suku Bunga Acuan; dan 3) Tingkat Inflasi. Penelitian ini menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) untuk menguji pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat untuk mengetahui adanya hubungan jangka pendek dan jangka panjang diantara variabel tersebut. Model koreksi kesalahan adalah model yang tepat untuk data time series yang seringkali tidak stasioner dan menunjukkan ketidakseimbangan dalam jangka pendek tetapi dalam jangka panjang memiliki kecenderungan keseimbangan (Widarjono, 2013:305). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model koreksi kesalahan dan kointegrasi. Model koreksi kesalahan (Error Correction Model) bertujuan untuk melakukan koreksi terhadap ketidakseimbangan yang terdapat pada variabel yang tidak stasioner pada level tetapi mengalami stasioner pada tingkat diferensi dan antar variabel saling terkointegrasi. Variabel yang saling terkointegrasi kemungkinan mempunyai hubungan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
atau keseimbangan jangka panjang tetapi belum tentu memiliki hubungan atau ketidakseimbangan dalam jangka pendek. Model ini memiliki beberapa manfaat bagi para ahli di bidang ekonometrika, tetapi manfaat yang paling utama adalah untuk mengatasi masalah data time series yang seringkali tidak stasioner dan masalah adanya regresi lancung (Widarjono, 2013:320). Regresi lancung harus dan dapat diatasi melalui beberapa metode berikut ini: 1) Uji Stasioneritas; 2) Transformasi Data; 3) Uji Kointegrasi; dan 4) Estimasi Model Koreksi Kesalahan. Uji stasionaritas data dilakukan untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan memiliki nilai rata-rata dan varian yang konstan. Cara yang dapat dilakukan pada data yang tidak stasioner menjadi data stasioner dengan cara menguji data tersebut menggunakan unit root test dari PP (Philips-Perron). Untuk memutuskan data stasioner atau tidak perlu dilakukan pengujian stasioneritas pada level, 1 st difference, dan 2nd difference. Pada tahap stasioner pada level variabel diharapkan tidak stasioner, maka masing-masing variabel harus memiliki nilai probabilitas lebih besar dari nilai signifikan 0,05 yang telah ditetapkan. Sedangkan pada tahap 1 st difference masing-masing variabel diharapkan memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 maka semua variabel dinyatakan telah stasioner, namun jika ada salah satu variabel yg tidak stasioner pada difference pertama maka dapat di-differencekan semua variabel pada 2nd difference. Transformasi data dilakukan untuk mentransformasikan data yang tidak stasioner menjadi stasioner. Menurut Nachrowi dan Usman (2006:341) untuk mempelajari perilaku data time series yang tidak stasioner tidak dapat dianalisis secara umum (general) tetapi hanya bisa dipelajari dengan cara mengelompokkan data ke dalam berbagai inteval waktu. Menurut (Widarjono, 2013:316) Uji kointegrasi merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah residual dalam regresi persamaan terkointegrasi stasioner atau tidak dan hanya bisa menggunakan data penelitian berintegrasi dalam derajat yang sama, suatu data dapat dikatakan terkointegrasi jika data time series Y dan X tidak mengalami stasioner pada level tetapi mengalami stasioner pada tingkat difference dimana memiliki
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
tingkat diferensi yang sama. Jika variabel yang diteliti terkointegrasi maka menunjukkan bahwa dalam jangka panjang memiliki hubungan yang stabil dan jika tidak terkointegrasi maka menunjukkan bahwa dalam jangka panjang tidak memiliki hubungan yang saling berkaitan. Uji model koreksi kesalahan (ECM) merupakan suatu model yang memasukkan penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan yang terjadi pada variabel yang tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada tingkat diffrence dan kedua variabel saling terkointegrasi (Widarjono, 2013:320). Hasil yang saling terkointegrasi tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel mungkin saja tidak memiliki keseimbangan dalam jangka pendek, tetapi memiliki keseimbangan dalam jangka panjang. Berikut persamaan yang digunakan dalam penelitian ini:
Dimana: ROA = Variabel terikat DPK = Dana Pihak Ketiga PEMB = Total Pembiayaan yang disalurkan NPF = Pembiayaan bermasalah PE = Pertumbuhan Ekonomi RATE = Tingkat suku bunga acuan INF = Inflasi PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan regresi yang dikembangkan dengan analisis kointegrasi (CoIntegration) dan model koreksi kesalahan (Error Correction Model). Penggunaan Error Correction Model ini diharapkan dapat terhindar dari adanya regresi lancing dengan cara melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan yang terjadi pada variabel yang tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada tingkat diffrence dan kedua variabel saling terkointegrasi. Uji Stasionaritas Data Dalam mendeteksi stasionaritas, penelitian ini menggunakan uji akar unit Philips-Perron (PP) dengan tiga tahapan pengujian, yaitu stasioner pada level, lalu pada 1st difference dan pada 2nd difference. Hasil Uji tersebut dapat dilihat pada Tabel. 1. 1 berikut ini:
77
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
Tabel 1.1 Uji Stasionaritas Data D PK
P rob . pada L evel 0 ,9 9 9 9
P rob . 1 st D iff e r e n c e 0 ,0 0 0 0
P ro b . 2 n d D if fe re n c e 0 ,0 0 0 1
PEM B
0 ,9 8 4 6
0 ,1 8 0 1
0 ,0 0 0 0
NPF
0 ,1 8 9 0
0 ,0 0 0 0
0 ,0 0 0 1
PE
0 ,3 2 3 1
0 ,0 0 0 1
0 ,0 0 0 1
RATE
0 ,1 4 6 5
0 ,0 1 3 8
0 ,0 0 0 0
IN F
0 ,2 4 0 9
0 ,0 0 1 2
0 ,0 0 0 0
ROA
0 ,5 2 8 6
0 ,0 0 0 0
0 ,0 0 0 1
S er ies
Sumber: Output Eviews 8.0 Hasil uji stasioner pada level, masing-masing variabel nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (0,05) dan nilai t-statistics dari masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel (0,05), yang berarti bahwa seluruh variabel tidak stasioner pada level. Hal ini dapat dilanjutkan ke tahap pengecekan berikutnya. Uji stasionaritas data pada 1st difference hamper seluruh variabel memiliki nilai probabillitas lebih kecil dari nilai alpha (0,05), yang menunjukkan bahwa data stasioner, kecuali variabel pembiayaan memiliki nilai probabilitas diatas 0,05 yaitu 0,1801 maka harus dilakukan uji stasionaritas data pada 2nd difference. Hasil uji stasioner pada 2nd difference menunjukkan bahwa nilai probabilitas masing-masing lebih kecil dari nilai alpha (0,05) yang ditetapkan, serta nilai tstatistics dari masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel (0,05), sehinnga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel stasioner pada tahap 2nd difference. Jika seluruh data telah ditransformasi dari tidak stasioner menjadi stasioner maka data time series yang ada tidak mempunyai masalah regresi lancung. Estimasi Persamaan Jangka Panjang Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan persamaan jangka panjang. Hasil estimasi persamaan jangka panjang dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 E Stimasi Persamaan Jangka Panjang V a r ia b le
C o e ffic ie n t
S td . E r r o r
t-S ta tistic
P ro b .
C
0 .0 3 0 4 2 4
0 .0 0 7 1 0 3
4 .2 8 3 1 3 5
0 .0 0 0 2
DPK
- 0 .0 0 0 3 1 5
8 .5 3 E - 0 5
- 3 .6 9 4 1 1 0
0 .0 0 0 9
PEM B
0 .0 0 0 2 8 6
8 .8 7 E - 0 5
3 .2 2 0 5 4 0
0 .0 0 3 1
N PF
0 .0 1 6 5 3 5
0 .0 8 1 1 1 1
0 .2 0 3 8 5 3
0 .8 3 9 9
PE
0 .0 8 5 3 9 9
0 .0 7 2 0 9 7
1 .1 8 4 5 0 0
0 .2 4 5 8
RATE
- 0 .2 4 8 5 6 6
0 .1 0 4 7 0 6
- 2 .3 7 3 9 4 8
0 .0 2 4 4
IN F
0 .0 4 4 0 0 3
0 .0 3 5 7 1 3
1 .2 3 2 1 3 5
0 .2 2 7 8
Tabel 1.2 merupakan hasil estimasi profitabilitas (ROA) sebagai variabel terikat dengan pendekatan Ordinary Least Squared (OLS). Dilihat layak tidaknya model (uji F), nilai F-statistic sebesar 0,000002 lebih kecil dari alpha (0,05). Dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan (PEMB), pembiayaan bermasalah (NPF), pertumbuhan ekonomi (PE), tingkat suku bunga acuan (RATE) dan inflasi (INF) di dalam suatu penelitian tidak harus semua variabel berada dibawah 0,05. Namun, apabila suatu variabel memiliki nilai probabilitas dibawah 0,05 maka variabel bebas tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Dari keenam variabel bebas diatas yang memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya adalah dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan (PEMB), dan tingkat suku bunga acuan (RATE) masing-masing sebesar 0.0009; 0.0031; dan 0.0244. Pengecekan Kointegrasi Pengujian ada atau tidaknya kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu metode yaitu uji kointegrasi Engel-Granger (EG). Kointegrasi dalam suatu persamaan regresi dapat dilihat dari nilai residualnya, jika nilai residualnya stasioner maka terdapat kointegrasi. Hasil pengujian kointegrasi dengan menggunakan dua metode tersebut dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Pengecekan Kointegrasi EG Pada Level Adj. t-Stat
Prob.*
Phillips-Perron test statistic
-4,792418
0,0005
Test critical values:
1% level
-3,632900
5% level
-2,948404
10% level
-2,612874
Sumber: Output Eviews 8.0 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas statistik PP 0,0005 lebih kecil dari nilai alpha (0,05) dan nilai statistik PP sebesar -4,792418 sedangkan nilai kritis statistik untuk á = 1%; á = 5%; á = 10% masing-masing sebesar -3,632900; 2,948404; dan -2,612874. Apabila nilai statistik hitung lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel terkointegrasi dan dapat juga dillihat dari nilai probabilitasnya yang berada dibawah nilai signifikansi 0,05.
R - s q u a r e d = 0 .6 9 3 0 5 6 F - s t a t i s ti c 1 0 . 9 1 3 3 0 ( 0 , 0 0 0 0 0 2 )
Sumber : Output Eviews 8.0
78
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
Kointegrasi dan Model Koreksi Kesalahan Model koreksi kesalahan (Error Correction Model) adalah metode yang digunakan untuk mengoreksi adanya ketidakseimbangan antar variabel yang saling terkointegrasi dimana kemungkinan variabel memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang namun belum tentu memiliki hubungan atau ketidakseimbangan dalam jangka pendek, untuk itu diperlukan penyesuaian untuk melakukakan koreksi ada atau tidaknya ketidakseimbangan tersebut. Model koreksi kesalahan (Error Correction Model) memiliki beberapa manfaat, akan tetapi yang paling utama penggunaan dari model ini bagi para ahli ekonometrika yaitu untuk mengatasi masalah data time series yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung. Berikut beberapa uji asumsi yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel gangguan: Uji Normalitas Hasil uji normalitas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,632172 lebih besar dari nilai alpha (0,05), hal ini menunjukkan bahwa residual yang didistribusikan dari masing-masing variabel mempunyai distribusi normal. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar variabel gangguan satu observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu. Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Breusch dan Godfrey yang lebih dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Tabel 1.4 Uji Autokorelasi
Obs*R-squared
1,803042 4,412102
Prob. F (2,18) Prob. Chi-Square (2)
0,1856 0,1101
Sumber: Output Eviews 8.0 Berdasarkan tabel 1.4 diatas diperoleh informasi uji LM dengan nilai hitung sebesar 4,412102 (diperoleh dari informasi Obs*R-Squared) yang berarti model tidak mengandung masalah autokorelasi karena nilai probabilitas chi squares sebesar 0,1101 (11,01%) lebih besar dari nilai alpha 0,05.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic
1,774144
Prob. F(6,20)
0,1339
Obs*R-squared
11,02680
Prob. Chi-Square(6)
0,1375
9,816083
Prob. Chi-Square(6)
0,1992
Scaled explained SS
Sumber: Output Eviews 8.0 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa nilai chi square hitung sebesar 11,02680, sedangkan nilai probabilitas chi squares pada á = 1% dan á = 5% masing-masing sebesar 0,1375 dan 0,1992 lebih besar dari alpha (0,05) yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, uji Glejser menunjukkan bahwa hasil regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam satu regresi antar variabel independen satu dengan yang lainnya saling berhubungan atau tidak, jika memiliki hubungan maka mengandung masalah multikolinieritas yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi yang tinggi (R2) yaitu diatas 0,8. Hasil uji multikolineraritas dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini: Tabel 1.6 Uji Multikolinieritas DPK
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
Uji Heteroskedastisitas Salah satu pernyataan yang penting pada model OLS maupun regresi berganda adalah mengetahui bahwa varian bersifat konstan (homoskedastisitas) yang dapat diketahui dari uji heteroskedastisitas. Pengujian ini menggunakan metode Glejser. Tabel 1.5 Uji Heteroskedastisitas
DPK
PEMB
NPF
PE
RATE
INF
1
0.996590
-0.291312
-0.399109
-0.266683
-0.096742
PEMB
0.996590
1
-0.312589
-0.397868
-0.267451
-0.076786
NPF
-0.291312
-0.312589
1
-0.170769
0.695287
-0.161995
PE
-0.399109
-0.397868
-0.170769
1
-0.122382
0.046252
RATE
-0.266683
-0.267451
0.695287
-0.122382
1
0.683828
INF
-0.096742
-0.076786
-0.161995
0.046252
0.683828
1
Sumber: Output Eviews 8.0 Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki korelasi kuat adalah PEMB dan DPK sedangkan yang lainya tidak ada. Hal ini dapat dimaklumi terejadi korelasi yang kuat antara variable
79
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
pembiayaan dan DPK, karena secara teori maupun praktek, kedua variable tersebut memang saling terkait, yaitu pembiayaan yang disalurkan pada masyarakat berasal dari DPK yang berhasil dihimpun oleh bank. Walaupun diantara variabel tersebut memiliki nilai koefisien yang tinggi dan menyatakan adanya hubungan linier diantara keduanya, namun antar variabel tersebut tidak saling mengganggu dan tidak mempengaruhi hasil akhir regresi maka tidak menjadi masalah karena kelima variabel independen tersebut tetap menunjukkan pengaruh terhadap variabel dependennya. Hasil Error Correction Model (ECM) Selanjutnya uji yang digunakan dalam menganalisis model koreksi kesalahan (Error Correction Model) menggunakan uji F, uji T, dan koefisien determinasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependennya baik secara parsial maupun bersama sama. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1.7 berikut ini: Tabel 1.7 Hasil Model Koreksi Kesalahan Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
Variable
-0.00125
0.00073
-1.70949
0.0988
D(DPK/1000)
-0.00017
0.00011
-1.64195
0.1122
D(PEMB/1000)
0.00034
0.00014
2.38477
0.0244
D(NPF)
0.11942
0.07473
1.59791
0.1217
D(RATE)
-0.31677
0.11322
-2.79785
0.0094
D(PE)
-0.04424
0.09549
-0.46334
0.6468
D(INF)
0.02316
0.03073
0.75372
0.4575
RES(-1)
-0.80481
0.19756
-4.07376
0.0004
R-squared 0.55317 F-statistic 4.77506 Prob(F-statistic) 0.00135
Sumber: Output Eviews 8.0 Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat diketahui adanya persamaan jangka pendek dari masing-masing variabel, berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai F-statistic sebesar 4.77506 dengan probabilitas 0.00135. Dengan menggunakan alpha 0,05 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Fstatistic berada dibawah 0,05 (5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Lalu nilai speed of adjustment-nya (koefisien dari res(-1)) sebesar -0.804808 dengan probabilitas 0.0004, nilai koefisien tersebut harus negatif dan signifikan yaitu dengan probabilitas dibawah 0,05. Dengan demikian, dapat diambil
80
kesimpulan bahwa dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan, pembiayaan bermasalah, tingkat suku bunga acuan, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabillitas. Nilai R-squared sebesar 0.553168 artinya variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan, pembiayaan bermasalah (NPF), tingkat suku bunga acuan, dan inflasi mencerminkan bahwa adanya pengaruh terhadap profitabilitas sebesar 62% dan sisanya terdapat 38% yang menunjukkan adanya pengaruh dari variabelvariabel lain diluar dari model penelitian. Hasil uji t variabel pembiayaan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0203 dalam jangka pendek dan 0,0094 dalam jangka panjang Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, karena nilai t-statistics lebih besar dari nilai t tabel. Pada saat total pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat tumbuh 1% maka profitabilitas bank syariah juga akan tumbuh sebesar 3,82%, begitupun sebaliknya jika pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunan 1% maka profitabilitas bank syariah juga mengalami penurunan sebesar 3,82%. Produk pembiayaan jual beli yang sering digunakan dalam transaksi adalah produk murabahah. Variabel dana pihak ketiga (DPK) memperoleh nilai t-statistics sebesar -0,822026 dengan probabilitas 0,4208 lebih besar dari nilai alpha (0,05) menunjukkan bahwa sumber dana pihak ketiga (DPK) dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap kenaikan tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Hal ini bisa terjadi, mungkin karena pihak bank tidak mengelola sumber dana yang ada secara efisien sehingga tidak mempengaruhi tingkat keuntungan bank. Namun, variabel DPK memperoleh koefisien -3,648251 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0046 lebih kecil dari nilai signifikan (0,05) menunjukkan bahwa dalam jangka panjang DPK berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil perhitungan uji t terhadap NPF diperoleh nilai t-statistics 1.781369 dengan probabilitas sebesar 0.0900 dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang diperoleh t-statistics 0,139208 dengan probabilitas sebesar 0,8906 lebih besar dari alpha (0,05) yang menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (NPF) tidak berpengaruh terhadap
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka penddek maupun dalam jangka panjang. Maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya bahwa jika tingkat pembiayaan bermasalah tumbuh maka tidak berpengaruh pada tingkat profitabilitas. Begitupun sebaliknya, jika pembiayaan bermasalah mengalami penurunan, maka tidak akan mempengaruhi tingkat profitabilitas yang diperoleh bank. Selanjutnya tingkat suku bunga acuan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji t secara parsial yang diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0138 dengan koefisien 0,403305 dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0009 dengan koefisien -0,54036. Besarnya pengaruh tingkat suku bunga acuan terhadap profitabilitas sebesar -0,40% mencerminkan jika tingkat suku bunga acuan mengalami pertumbuhan 1% maka profitabilitas bank akan mengalami penurunan sebesar 0,40%. Dan sebaliknya, jika profitabilitas bank tumbuh sebesar 0,40% maka tingkat suku bunga mengalami penurunan sebesar 1%. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai t-statistics 1,211262 dengan probabilitas sebesar 0,2399 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa pada saat inflasi mengalami pertumbuhan maka tidak akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas, begitu juga sebaliknya jika inflasi mengalami penurunan maka tidak akan mengurangi tingkat profitabilitas. Namun, dalam jangka panjang inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas perbankan syariah. Hal ini ditunjukkan dari nilai probabilitas sebeesar 0,0308 dengan koefisien 0,10872. Pembahasan dan Hasil Penelitian Sebelumnya Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat diketahui bahwa pembiayaan memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia perbankan syariah di Indonesia pembiayaan yang lebih sering digunakan dalam transaksi jual-beli yaitu
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
menggunakan produk murabahah karena transaksinya lebih sederhana dibandingkan dengan dua produk lainnya. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya Rahman & Rochmanika (2012) yang menyatakan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Namun, hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Riyadi & Yulianto (2014) yang menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah. Hal ini terjadi karena objek yang digunakan dalam penelitian berbeda yang menggunakan empat Bank Umum Syariah (BUS) sehingga terjadi perbedaaan. Apabila pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan, maka akan berdampak pada profitabilitas bank. Bank akan memperoleh keuntungan dari margin atau revenue yang diperoleh ketika nasabah mengembalikan pembiayaan beserta margin yang telah disepakati sesuai akad. Variabel dana pihak ketiga (DPK) dalam jangka pendek secara parisal tidak memiliki pengaruh yang signifikan, namun dalam jangka panjang DPK berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat perubahan laba perbankan syariah yang ada di Indonesia. Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anggreni & Suardhika (2014) yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengruh positif terhadap profitabilitas dan merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap profitabilitas. Jika dana pihak ketiga tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, kemungkinan penjelasan yang dapat diberikan karena pihak bank belum maksimal dalam mengelola sumber dana pihak ketiga (DPK) sehingga tidak mempengaruhi tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Seharusnya jika bank dapat menghimpun dana yang berasal dari masyarakat atau disebut dana pihak ketiga (DPK), bank dapat menggunakan sumber dana tersebut untuk mendukung kegiatan operasionalnya dan dapat dikelola menjadi lebih produktif seperti digunakan untuk menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan maupun investasi. Pembiayaan bermasalah (NPF) atau dalam bank konvensioanl dikenal dengan istilah kredit macet (NPL) menunjukkan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Riyadi & Yulianto (2014) dan
81
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
Wibowo & Syaichu (2013) yang menjelaskan bahwa pembiayaan bermasalah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman & Rochmanika (2012) dan Ariyanti (2010) yang menyatakan bahwa pembiayaan bermasalah memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas perbankan syariah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Stiawan (2009) memaparkan bahwa NPL dan NPF berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah. Apabila terjadi peningkatan dalam pembiayaan bermasalah, maka akan berdampak langsung dengan profitabilitas bank karena pembiayaan yang disalurkan kemungkinan tidak dapat ditagih sehingga bank harus menerima risikonya. Tingkat bunga suku acuan atau disebut BI rate mengindikasikan adanya pengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya Anto &Wibowo (2012) yang menjelaskan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Apabila tingkat suku bunga acuan mengalami kenaikan maka akan berdampak pada naiknya suku bunga deposito yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya sumber dana pihak ketiga (DPK) bank syariah yang menerapkan sistem bagi hasil, masyarkat akan lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank konvensional karena akan mendaptkan bunga yang lebih tinggi. Selanjutnya variabel inflasi menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan antara variabel inflasi terhadap profitabilitas yang berada di perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Anto & Wibowo (2012) dan Masood & Ashraf (2012) yang menjelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Jika terjadi peningkatan atau penurunan inflasi, maka tidak akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perbankan syariah yang ada di Indonesia. Namun, dalam jangka panjang inflasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Karim, Sami, dan Hichem (2010) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki dampak positif
82
dan signifikan terhadap profitabilitas bank syariah di Afrika. Meningkatnya inflasi akan menyebabkan nilai rill dari tabungan akan semakin berkurang karena melambungnya harga-harga barang, sehingga masyarakat akan lebih banyak menggunakan uangnya untuk memenuhi biaya pengeluaran. Hal tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas bank. Jika kenaikan inflasi terjadi terus-menerus maka akan berdampak dalam jangka panjang karena harga-harga barang terus mengalami peningkatan, tetapi dalam jangka pendek tidak terlalu berpengaruh. KESIMPULAN Faktor-faktor internal yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia dalam jangka panjang, lalu pembiayaan berpengaruh signifikan positif baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia, dan pembiayaan bermasalah yang diukur oleh NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Faktor-faktor eksternal yang terdiri dari tingkat suku bunga acuan atau BI rate berpengaruh signifikan dan negatif baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah dan tingkat inflasi di Indonesia dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, tetapi dalam jangka panjang inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah di Indonesia memiliki dampak atau pengaruh baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat profitabilitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun didominasi oleh pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah di Indonesia. Total pembiayaan yang disalurkan merupakan cerminan dari keberhasilan bank syariah dalam meningkatkan pendapatannya. Kemampuan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya dan mampu menyalurkan pembiayaan kepada nasabah dapat dilihat dari sumber dana pihak ketiga (DPK) yang diperolehnya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
DAFTAR PUSTAKA Anggreni, M. R., & Suardhika, M. S. (2014). Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Risiko Kredit, Dan Suku Bunga Kredit Pada Profitabilitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 27–38, (Online), Vol. 9, No. 1, (http://ojs.unud.ac.id/index.php/ Akuntansi/article/view/8612/7531, diakses 7 April 2015). Anto, & M. Ghafur Wibowo. (2012). F a k t o r Faktor Penentu Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia. La_Riba: Jurnal Ekonomi Islam, (Online), Vol. 6, No. 2, (http:// journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/ 2982/2757, diakses 25 Oktober 2014). Antonio, M. Syafi’i. (2001). Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Ariyanti, Lilis Erna. (2010). Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, Dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Umum Di Indonesia. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Dwijayanthy, Febrina, & Prima Naomi. (2009). Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007. Karisma, (Online), Vol. 3 (2): 87-98 (http://repository.upnyk.ac.id/1827/1/ FEBRINA[2].pdf, diakses 30 Januari 2015) Karim, Adiwarman A. (2014). Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Karim, Adiwarman A. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Karim, Ben Khediri, Ben Ali Mohamed Sami, & BenKhedhiri Hichem. (2010). Bank-Specific, Industry-Specific and Macroeconomic Determinants of African Islamic Banks’ Profitability. International Journal of Business and Management Science, (Online), 3(1): 39–56, (http://e-resources.pnri.go.id:2056/ docview/873581287/abstract/ 716D2DDD6E614EB3PQ/4?accountid=25704, diakses 3 Januari 2015). Machmud, Amir, and Rukmana. (2009). Bank Syariah: Teori, Kebijakan, Dan Studi Empiris Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Masood, Omar, & Muhammad Ashraf. (2012). Bank-Specific and Macroeconomic Profitability Determinants of Islamic Banks.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Qualitative Research in Financial Markets, (Online), 4(2/3): 255–268, (http://eresources.pnri.go.id:2056/docview/1034103459/ a b s t r a c t / 7 7 4 E 7 8 5 5 FA B E 4 9 B D P Q / 2?accountid=25704, diakses 3 Januari 2015) Nachrowi, & Hardius Usman. (2006). Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nusantara, Ahmad Buyung. (2009). Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Pengenalan Inflasi http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/ Contents/Default.aspx http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/ Contents/Disagregasi.aspx http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/ Contents/Pentingnya.aspx Penjelasan BI Rate http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/ Contents/Default.aspx http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penetapan/ Contents/Default.aspx Pramuka, Bambang Agus. (2010). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Sektor Publik (JAMBSP), (Online), Vol. 7 No. 1: 5, ( ht t p s :/ / www. a ca demia . edu / 6 8 0 1 7 6 3 / jurnal_akuntansi _manajemen _bisnis _ISSN _1829_9857_dan _sektor _publik _JAMBSP_Faktor–Faktor_yang_berpengaruh _terhadap _tingkat _profitabilitas _bank _umum _syariah, diakses 21 November 2014). Rahman, A.F., & R. Rochmanika. (2012). Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia. Iqtishoduna, (Online), Vol.8, No.1, (http://ejournal.uin–malang.ac.id/index.php/ ekonomi/article/view/1768, diakses 18 November 2014). Riyadi, Slamet. (2006). Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Riyadi, Slamet, & Agung Yulianto. (2014). Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli,
83
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Puji Hadiyati*
Financing To Deposit Ratio (FDR), Dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia. November. Accounting Analysis Journal, (Online), (http://journal.unnes.ac.id/sju/ index.php/aaj/article/view/4208/3875, diakses 15 Januari 2015). Sari, Mutia Dwi, Zakaria Bahari, & Zahri Hamat. (2013). Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia: Suatu Tinjauan. Jurnal Aplikasi Bisnis, (Online), Vol. 3, No. 2, (http:// ejournal.unri.ac.id/index.php/JAB/article/view/ 1590/1565, diakses 26 Desember 2014). Stiawan, Adi. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Mkaroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Sudarsono, Heri. (2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suryani. (2011). Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia. STAIN Malikussaleh Lhokseumawe: Walisongo, (online), Vol. 19, No.1, (http:// download.portalgaruda.org
84
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia. (2003). Konsep, Produk, Dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan. Umam, Khaerul. (2013). Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 pasal 1 ayat 2 tahun 1998 Tentang Perbankan. (http:/ /www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubahdengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998) Wibowo, Edhi Satriyo, & Muhammad Syaichu. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF, Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro Journal of Management, (Online) Vol. 2, No. 2, (http:// ejournal–s1.undip.ac.id/index.php/djom/article/ view/2651/2643, diakses 21 November 2014). Widarjono, A. (2013). Ekonometrika, Pengantar Dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://www.bi.go.id http://www.bps.go.id http://www.ojk.go.id
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi* ABSTRACT Workload Analysis Directorate General of Immigration, Ministry of Justice and Human Rights of the Republic of Indonesia, page xv + 90 + 5 + 3 table image + 37 bibliography (1980-2012) +2 Annex. This study aims to identify the efficiency and effectiveness of the workload that describes the principles of rational, effective, efficient, realistic and tangible operational. Mapping the real condition of the employees of both quantitative and qualitative as well as the competencies needed in a work unit as formulation ingredients and the ratio formation needs of employees for the purposes of the institutional arrangement. Clarify and reinforce the preparation of institutional format which will be formed in a more proportionate in order to achieve a balance between authority and organizational goals with the amount of organization. This research is descriptive research by collecting data through the deployment of entry form and instructions for filling in the form of manuals and audio-visual equipment. Filling out the form is done through a website based www.imigrasi.go.id. Data processing tools are collected later on though by using Form C, Form G, Form E. workload measurement results further examined to obtain accurate and objective results and describes the conditions corresponding facts. The measurement results are common tendency workload varies. With the possibility of irrational. Above normal due to no mark-up on the data volume or below normal work due to incomplete product and the size of the norms of the time that can be on the Inventory. From the data processing in Directorate General of Immigration on the recapitulation of the needs of employees will be able to know the level of effectiveness and efficiency of the unit and work unit performance.
LATAR BELAKANG Analisis Beban Kerja dalam suatu organisasi sangat penting sekali, karena dengan Analisis Beban Kerja dalam suatu organisasi dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dan penataan organisasi serta yang akan berimplikasi pada efektivitas pelayanan publik. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik semakin meningkat, namun yang diharapkan belum sepenuhnya terwujud secara riil. Salah satu penyebab utamanya adalah distribusi pegawai pada suatu unit kerja yang belum mengacu sepenuhnya pada kebutuhan organisasi. Belum terdistribusinya pegawai pada satu unit kerja dan kurangnya pada unit yang lain, merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian organisasi di dalam pemerintahan. Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki peran penting dan strategis dalam menjalankan tugasnya
*
sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.09.PR.07-10 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM, serta pasal 528 mengenai Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang imigrasi. Analisis Beban Kerja yang mengacu pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. ABK merupakan salah satu unsur penting dalam kaitannya dengan reformasi birokrasi. Hal ini dikarenakan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik semakin besar, namun profesionalisme yang
Direktur Penelitian Pengabdian Pendidikan Masyarakat, Insitute Perbanas
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
85
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
diharapkan belum sepenuhnya terwujud. Salah satu penyebab utama adalah distribusi pegawai pada suatu unit kerja atau satuan kerja belum mengacu pada kebutuhan organisasi yang sebenarnya. ABK dapat dijadikan salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan di bidang kepegawaian, sehingga formasi pegawai yang telah disusun dapat memenuhi kebutuhan pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk pelaksanaan tugas secara profesional, efektif dan efisien. METODE PENELITIAN Adapun jenis penelitan dalam penelitian ini adalah deskriptif, karena penelitian ini ingin memberi penjelasan terhadap kebutuhan pegawai di tiap unit kerja dan mengukur sejauh mana ketersediaan pegawai yang ada di unit tersebut, sehingga dapat diukur tingkat efisiensi, efektifitas dan strukturisasi pegawai. Selain itu, penelitian ini juga mengukur tingkat produktifitas setiap unit kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemangku jabatan di setiap unit kerja di kantor Kementerian Kum Ham, Direktorat Imigrasi seluruh Indonesia yaitu bagian, divisi, unit fungsional, kantor wilayah tingkat I,II,III, sebanyak 3.026 responden Pengiriman kuesioner memalui WEB kepada 3.026 responden yang mengembalikan kuesioner 1.310 dan yang mengisi secara benar ada sebanyak 329 responden. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan formulir isian (Form A); dan jumlah pemangku jabatan (Form B), beserta petunjuk pengisiannya berupa petunjuk pengisian form dalam bentuk manual dan audio visual. Pengisian form tersebut dilakukan berbasis website melalui www.imigrasi.go.id. Ketentuan pengisian diatur sebagai berikut : 1). Setiap jabatan dibuatkan Formulir A dan Formulir B. 2). Setiap unit eselon II, III dan IV dibuatkan Formulir C. 3). Setiap unit organisasi dalam suatu Satker dibuatkan Formulir D. 4). Setiap satuan kerja dibuatkan Formulir Pengolahan Data Beban Kerja. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan formulir sebagai berikut :
86
1). Menghitung beban/bobot kerja setiap jabatan yang berada pada satu unit organisasi, sebagaimana pada Form C beserta petunjuk pengisiannya, 2). Menghitung kebutuhan pejabat/pegawai, sebagaimana dalam kolom Form D beserta petunjuk pengisiannya, 3). Menghitung rekapitulasi jumlah kebutuhan pegawai/pejabat unit, tingkat efektivitas dan efisiensi unit (EU) dan tingkat prestasi kerja unit (PU) sebagaimana pada Form E beserta petunjuk pengisiannya. Hasil pengukuran beban kerja perlu ditelaah lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang akurat dan obyektif serta menggambarkan kondisi sesuai faktanya : 1). Dari hasil pengukuran beban kerja sering dijumpai kecenderungan yang bervariasi dengan kemungkinan tidak rasional. 2). Di atas normal, yang disebabkan adanya markup pada data volume kerja dan atau norma waktu yang dapat dicatat Analis atau dilaporkan oleh responden atau sebalikmya. 3). Di bawah normal, yang disebabkan kurang lengkapnya produk dan kecilnya norma waktu yang dapat diinventarisir oleh Analis atau dilaporkan oleh responden. Untuk mengurangi deviasi yang dapat terjadi, maka hasil yang sudah diperoleh, perlu dievaluasi dengan unit yang beban kerjanya dianalisis dengan melakukan pengecekan sebagai berikut : Apakah unit tersebut sering/rata-rata sepanjang tahun melakukan kerja lembur yang nyata (tidak fiktif). EU (Efektivitas dan Efisiensi Unit ) Kolom (7) diisi dengan menggunakan rumus : =
ℎ
ℎ
7=
3 4 1305
PU (Prestasi Kerja Unit )/ kolom 8" diisi dengan menggunakan pedoman : a. EU diatas 1,00 = A ( Sangat Baik ) b. EU antara 0,90-1,00 = B ( Baik ) c. EU antara 0,70-0,89 = C (Cukup ) d. EU antara 0,50-0,69 = D ( Sedang ) e. EU di bawah 0,50 = E ( Kurang )
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi “Ada hubungan antara variabel x dan y” dan hipotesis nol (HO) yang berbunyi “Tidak ada hubungan antara variabel x dan y”.
1. 2. 3.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Direktorat Jenderal Imigrasi dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang imigrasi. Hasil pengolahan data pada 7 (tujuh) unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi tentang Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) dapat dilihat pada tabel di bawah ini, Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Jenderal Imigrasi No. 1 2
3
4 5
6
7
Unit Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian Direktorat Intelijen Keimigrasian Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian Direktorat Lintas Batas dan Kerjasana Luar Negeri Keimigrasian Direktorat Sistem dan Teknologi Keimigrasian Jumlah
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 134
Selisih
EU
PU
207.834
Jumlah Kebutuha n Pejabat/ Pegawai 159,260
-25,260
1,189
A
117.876
90,326
76
-14,326
1,189
A
35.673
27,336
23
-4,336
1,189
A
43.428
33,278
28
-5,278
1,189
A
Beban Kerja
4. 5. 6. 7.
A.
Ket.
No.
75.999
58,237
49
-9,237
1,189
A
35.673
27,336
23
-4,336
1,189
A
1
57.387
43,975
37
-6,975
1,189
A
573.870
440
370
-70
1,189
A
Sumber: Hasil Olah Data
2 3 4
5 6
Tabel diatas menunjukan bahwa Direktorat Jenderal Imigrasi pada tahun 2014 memiliki jumlah beban kerja sebesar 573.870 orang/jam (OJ), dengan jumlah kebutuhan pegawai sebanyak 440. Jumlah pegawai yang ada sebanyak 370 orang. Dengan demikian Direktorat Jenderal Imigrasi kekurangan pegawai sebanyak 70 orang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Adapun rinciannya sebagai berikut : Sekretariat Direktorat Jenderal kekurangan 26 pegawai; Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa, dan Fasilitas Keimigrasian kekurangan 14 pegawai; Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian kekurangan 4 pegawai; Direktorat Intelijen Keimigrasian kekurangan 5 pegawai; Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian kekurangan 9 pegawai; Direktorat Lintas Batas dan Kerjasana Luar Negeri Keimigrasian kekurangan 4 pegawai; Direktorat Sistem dan Teknologi Keimigrasian kekurangan 6 pegawai; DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI 1. SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan Administratif kepada seluruh satuan organsisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masingmasing bagian di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi Unit Organisasi
Bagian Penyusunan Program dan Laporan Bagian Kepegawaian Bagian Keuangan Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dan Rumah Tangga Bagian Humas dan Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional Jum lah
34.122
Jumlah Kebutuha n Pejabat/ Pegawai 26,147
22
-4,147
1,189
A
31.020 40.326 54.285
23,770 30,901 41,598
20 26 35
-3,770 -4,901 -6,598
1,189 1,189 1,189
A A A
48.081
36,844
31
-5,844
1,189
A
Beban Kerja
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada
Selisih
EU
PU
0
0,000
0
0,000
0,000
0
207.834
159,260
134
-25
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki beban kerja unit sebesar 207.834 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1.189.
87
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Untuk lebih memahami ABK di masingmasing Unit Eselon III di Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi, di bawah ini akan dijelaskan 5 (lima) bagian yang ada di Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Bagian Penyusunan Program dan Laporan memiliki beban kerja unit sebesar 34.122 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 4,754 Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Penyusunan Program dan Laporan sebanyak 26 orang, pegawai yang ada sebanyak 22 orang. Dengan demikian Bagian Penyusunan Program dan Laporan kekurangan pegawai sebanyak 4 orang. 2). Bagian Kepegawaian memiliki beban kerja unit sebesar 31.020 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 3,566. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Kepegawaian sebanyak 23 orang, pegawai yang ada sebanyak 20 orang. Dengan demikian Bagian Kepegawaian kekurangan pegawai sebanyak 3 orang. 3). Bagian Keuangan memiliki beban kerja unit sebesar 40.326 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Keuangan sebanyak 30 orang, pegawai yang ada sebanyak 26 orang. Dengan demikian Bagian Keuangan kekurangan pegawai sebanyak 4 orang. 4). Bagian Pengelolaan BMN dan Rumah Tangga memiliki beban kerja unit sebesar 54.285 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Pengelolaan BMN dan Rumah Tangga sebanyak 41 orang, pegawai yang ada sebanyak 35 orang. Dengan demikian Bagian Pengelolaan BMN dan Rumah Tangga kekurangan pegawai sebanyak 6 orang. 5). Bagian Humas dan Tata Usaha memiliki beban kerja unit sebesar 48.081 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan
88
pegawai pada Bagian Humas dan Tata Usaha sebanyak 37 orang, pegawai yang ada sebanyak 31 orang. Dengan demikian Bagian Humas dan Tata Usaha kekurangan pegawai sebanyak 6 orang. 6). Bagian Jabatan Fungsional memiliki beban kerja unit sebesar 10.857 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Jabatan Fungsional sebanyak 8 orang, pegawai yang ada sebanyak 7 orang. Dengan demikian Bagian Jabatan Fungsional kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 2. DIREKTORAT DOKUMEN PERJALANAN, VISA DAN FASILITAS KEIMIGRASIAN Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan dokumen perjalanan, visa dan fasilitas keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masing-masing bagian di lingkungan Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian dapat dilihat pada tabel di bawah ini, Tabel 3. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian). No. 1 2
3 4
5 6
Unit Organisasi Sub Direktorat Dokumen Perjalanan Sub Direktorat Dokumen Perjalanan Khusus TKI Sub Direktorat Visa Sub Direktorat Izin Masuk dan Bertolak & Tempemig Sub Direktorat Fasilitas Keimigrasian Sub Bagian Tata Usaha Jum lah
10.857
Jumlah Kebutuha n Pejabat/ Pegawai 8,320
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 7
4.653
3,566
68.244 15.510
Beban Kerja
Selisih
EU
PU
-1,320
1,189
A
3
-0,566
1,189
A
52,294 11,885
44 10
-8,294 -1,885
1,189 1,189
A A
9.306
7,131
6
-1,131
1,189
A
9.306
7,131
6
-1,131
1,189
A
117.876
90,326
76
-14
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian memiliki beban
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
kerja unit sebesar 117.876 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Dokumen Perjalanan memiliki beban kerja unit sebesar 10.857 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Dokumen Perjalanan sebanyak 8 orang, pegawai yang ada sebanyak 7 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Dokumen Perjalanan kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 2). Sub Direktorat Dokumen Perjalanan Khusus TKI memiliki beban kerja unit sebesar 4.653 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada di Sub Direktorat Dokumen Perjalanan Khusus TKI. 3). Sub Direktorat Visa memiliki beban kerja unit sebesar 68.244 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Visa sebanyak 52 orang, pegawai yang ada sebanyak 44 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Visa kekurangan pegawai sebanyak 8 orang. 4). Direktorat Izin Masuk dan Bertolak & Tempemig memiliki beban kerja unit sebesar 15.510 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Izin Masuk dan Bertolak & Tempemig sebanyak 11 orang, pegawai yang ada sebanyak 10 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Visa kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 5). Sub Direktorat Fasilitas Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 2,377. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Fasilitas Keimigrasian sebanyak 7 orang, pegawai yang ada sebanyak 6 orang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dengan demikian Sub Direktorat Fasilitas Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 6). Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa, dan Fasilitas Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Bagian Tata Usaha sebanyak 7 orang, pegawai yang ada sebanyak 6 orang. Dengan demikian Sub Bagian Tata Usaha kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 3.
DIREKTORAT IZIN TINGGAL DAN STATUS KEIMIGRASIAN Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan izin tinggal dan status keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masingmasing bagian di lingkungan Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian dapat dilihat pada table di bawah ini, Tabel 4. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian No.
1 2 3
4
Unit Organisasi
Sub Direktorat Izin Tinggal Sub Direktorat Alih Status Keimigrasian Sub Direktorat Status Keimigrasian dan Kewarganegar aan Sub Bagian Tata Usaha Jum lah
Beban Kerja
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai
3.102
2,377
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 2
24.816
19,016
1.551
1,189
Selisih
EU
PU
-0,377
1,189
A
16
-3,016
1,189
A
1
-0,189
1,189
A
6.204
4,754
4
-0,754
1,189
A
35.673
27,336
23
-4
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 35.673 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189.
89
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Izin Tinggal memiliki beban kerja unit sebesar 3.102 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar (lihat total jumlah EU). Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, dapat diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Izin Tinggal. 2). Sub Direktorat Alih Status Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 24.816 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 3,566. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Alih Status Keimigrasian sebanyak 19 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 16 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Alih Status Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 3 orang. 3). Sub Direktorat Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan memiliki beban kerja unit sebesar 1.551 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Status Keimigrasian dan Kewarganegaraan. 4). Sub Bag Tata Usaha Izin Tinggal dan Status Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 6.204 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, dapat diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Bag Tata Usaha Izin Tinggal dan Status Keimigrasian.
90
4.
DIREKTORAT INTELIJEN KEIMIGRASIAN Direktorat Intelijen Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intelijen keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masing-masing bagian di lingkungan Direktorat Intelijen Keimigrasian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Intelijen Keimigrasian No. 1
2
3
4
5
Unit Organisasi Sub Direktorat Operasi Intelijen Keimigrasian Sub Direktorat Pengamanan Keimigrasian Sub Direktorat Produksi Intelijen Keimigrasian Sub Direktorat Kerjasama Intelijen Keimigrasian Sub Bagian Tata Usaha Jum lah
15.510
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai 11,885
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 10
9.306
7,131
6.204
10.857
Beban Kerja
Selisih
EU
PU
-1,885
1,189
A
6
-1,131
1,189
A
4,754
4
-0,754
1,189
A
8,320
7
-1,320
1,189
A
1.551
1,189
1
-0,189
1,189
A
43.428
33,278
28
-5
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Intelijen Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 43.428 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Operasi Intelijen Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 15.510 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Operasi Intelijen Keimigrasian sebanyak 11 orang, pegawai yang ada sebanya 10 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Operasi Intelijen Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 1 orang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
2). Sub Direktorat Pengamanan Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Pengamanan Keimigrasian sebanyak 7 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 6 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Pengamanan Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 3). Sub Direktorat Produksi Intelijen Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 6.204 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Produksi Intelijen Keimigrasian. 4). Sub Direktorat Kerjasama Intelijen Keimigrasian beban kerja unit sebesar 10.857 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Kerjasama Intelijen Keimigrasian sebanyak 8 orang, pegawai yang ada sebanyak 7 orang. Sub Direktorat Kerjasama Intelijen Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 5). Sub Bagian Tata Usaha memiliki beban kerja unit sebesar 1.551 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Bagian Tata Usaha. 5.
DIREKTORAT PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN KEIMIGRASIAN Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyidikan dan penindakan keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masing-masing
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bagian di lingkungan Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian No. 1
2
3
4
5
Unit Organisasi Sub Direktorat Penyidikan Keimigrasian Sub Direktorat Penindakan Keimigrasian Sub Direktorat Pencegahan dan Penangkalan Sub Direktorat Detensi Imigrasi dan Deportasi Sub Bagian Tata Usaha Jumlah
15.510
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai 11,885
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 10
20.163
15,451
10.857
23.265
Beban Kerja
Selisih
EU
PU
-1,885
1,189
A
13
-2,451
1,189
A
8,320
7
-1,320
1,189
A
17,828
15
-2,828
1,189
A
6.204
4,754
4
-0,754
1,189
A
75.999
58,237
49
-9
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Intelijen Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 75.999 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Penyidikan Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 15.510 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Penyidikan Keimigrasian sebanyak 11 orang, pegawai yang ada sebanyak 10 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Penyidikan Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 2). Sub Direktorat Penindakan Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 20.163 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189 Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Penindakan Keimigrasian sebanyak 15 orang, pegawai yang ada sebanyak 13 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Penindakan Keimigrasian kekurangan pegawai sebanyak 2 orang.
91
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
3). Sub Direktorat Pencegahan dan Penangkalan memiliki beban kerja unit sebesar 1.551 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Pencegahan dan Penangkalan. 4). Sub Direktorat Detensi Imigrasi dan Deportasi memiliki beban kerja unit sebesar 23.265 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Detensi Imigrasi dan Deportasi sebanyak 17 orang, pegawai yang ada sebanyak 15 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Detensi Imigrasi dan Deportasi kekurangan pegawai sebanyak 2 orang. 5). Sub Bagian Tata Usaha memiliki beban kerja unit sebesar 6.204 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, tampak diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Bagian Tata Usaha. 6). Bagian Jabatan Fungsional memiliki beban kerja unit sebesar 10.857 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Bagian Jabatan Fungsional sebanyak 8 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 7 orang. Dengan demikian Bagian Jabatan Fungsional kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 6.
DIREKTORAT LINTAS BATAS DAN KERJASAMA LUAR NEGERI KEIMIGRASIAN Direktorat Lintas Batas dan Kerja Sama Luar Negeri Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan lintas batas dan kerjasama luar negeri keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi.
92
Tabel 4.7. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/ Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Lintas Batas dan Kerjasama Luar Negeri Keimigrasian No. 1 2
3
4
5
Unit Organisasi Sub Direktorat Kerjasama Perbatasan Sub Direktorat Kerjasama Organisasi Internasional Sub Direktorat Kerjasama Antar Negara Sub Direktorat Pembinaan dan Kerjasama Keimigrasian Perwakilan Sub Bagian Tata Usaha Jum lah
4.653
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai 3,566
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 3
6.204
4,754
4
7.755
5,943
9.306
7,131
Beban Kerja
Selisih
EU
PU
-0,566
1,189
A
-0,754
1,189
A
5
-0,943
1,189
A
6
-1,131
1,189
A
7.755
5,943
5
-0,943
1,189
A
35.673
27,336
23
-4
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Lalu Lintas dan Kerjasama Luar Negeri Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 35.673 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 5,943. Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Kerjasama Perbatasan memiliki beban kerja unit sebesar 4.653 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Kerjasama Perbatasan. 2). Sub Direktorat Kerjasama Organisasi Internasional memiliki beban kerja unit sebesar 6.204 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa tidak terdapat selisih antara kebutuhan pegawai dan jumlah pegawai yang ada pada Sub Direktorat Kerjasama Organisasi Internasional. 3). Sub Direktorat Kerjasama Antar Negara memiliki beban kerja unit sebesar 7.755 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Kerjasama Antar Negara sebanyak 6 orang, pegawai yang ada sebanyak 5 orang. Dengan demikian Sub
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Direktorat Kerjasama Antar Negara kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 4). Sub Direktorat Pembinaan dan Kerjasama Keimigrasian Perwakilan memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Pembinaan dan Kerjasama Keimigrasian Perwakilan sebanyak 7 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 6 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Pembinaan dan Kerjasama Keimigrasian Perwakilan kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 5). Sub Bagian Tata Usaha memiliki beban kerja unit sebesar 7.755 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Bagian Tata Usaha sebanyak 6 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 5 orang. Dengan demikian Sub Bagian Tata Usaha kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 7.
DIREKTORAT SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI KEIMIGRASIAN Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sistem dan teknologi informasi keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Hasil pengolahan data untuk masingmasing bagian di lingkungan Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Tabel 4.8. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian No. 1 2
3
4
5 6
Unit Organisasi Sub Direktorat Pelaporan dan Pemeliharaan Sub Direktorat Kerjasama Teknologi Informasi & Penyebaran Informasi Sub Direktorat Perencanaan dan Pengamanan Sub Direktorat Dokumen Keimigrasian & Kartu Elektronik Sub Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional Jum lah
6.204
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai 4,754
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 4
4.653
3,566
3
9.306
7,131
4.653
Beban Kerja
Selisih
EU
PU
-0,754
1,189
A
-0,566
1,189
A
6
-1,131
1,189
A
3,566
3
-0,566
1,189
A
9.306 23.265
7,131 17,828
6 15
-1,131 -2,828
1,189 1,189
A A
57.387
43,975
37
-7
1,189
A
Ket.
Sumber: Hasil Olah Data Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2014 Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 57.387 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 1,189. Dari hasil pembahasan secara menyeluruh, selanjutnya diurai secara lebih terinci per unit organisasi sebagai berikut: 1). Sub Direktorat Pelaporan dan Pemeliharaan memiliki beban kerja unit sebesar 6.204 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Pelaporan dan Pemeliharaan sebanyak 5 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 4 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Pelaporan dan Pemeliharaan kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 2). Sub Direktorat Kerjasama Teknologi Informasi dan Informasi Keimigrasian memiliki beban kerja unit sebesar 4.653 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Kerjasama Teknologi Informasi dan Informasi Keimigrasian sebanyak 4 orang, pegawai yang ada sebanyak 3 orang.
93
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Dengan demikian Sub Direktorat Kerjasama Teknologi Informasi dan Informasi Keimigrasian mengalami kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 3). Sub Direktorat Perencanaan dan Pengamanan memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Perencanaan dan Pengamanan sebanyak 7 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 6 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Perencanaan dan Pengamanan mengalami kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 4). Sub Direktorat Keimigrasian dan Kartu Elektronik memiliki beban kerja unit sebesar 4.653 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Direktorat Keimigrasian dan Kartu Elektronik sebanyak 4 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 3 orang. Dengan demikian Sub Direktorat Keimigrasian dan Kartu Elektronik mengalami kekurangan pegawai sebanyak 1 orang. 5). Sub Bagian Tata Usaha memiliki beban kerja unit sebesar 9.306 orang jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,189. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja, diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Sub Bagian Tata Usaha sebanyak 7 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 6 orang. Dengan demikian Sub Bagian Tata Usaha mengalami kekurangan pegawai sebanyak 1 orang.
B.
No.
1 2 3 4 5 6
132.708
1,117
101
Jumlah Pegawai yang ada (orang) 91
17.450
1,111
134
121
-13
220.400
1,111
168
152
-16
220.400
1,111
168
152
-16
191.400
1,111
146
132
-14
191.400
1,111
134
121
-13
Beban Kerja Tingkat (orang/jam) Efisiensi
Unit Direktorat
Kantor Imigrasi I Khusus Ngurah Rai Kantor Imigrasi I Khusus Bandara Soekarno-Hatt Kantor Imigrasi I Khusus Jakarta Barat Kantor Imigrasi I Khusus Jakarta Selatan Kantor Imigrasi I Khusus Surabaya Kantor Imigrasi I Khusus Batam
Jumlah Kebutuhan Pegawai (orang)
Selisih (orang) -10
Sumber: Hasil Olah Data Hasil pengolahan data Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai memiliki beban kerja unit sebesar 132.708 jam, dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1,117. Diketahui bahwa jumlah kebutuhan pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai sebanyak 101 orang, sementara pegawai yang ada sebanyak 91 orang. Dengan demikian Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai kekurangan pegawai sebanyak 10 orang. C.
No. 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
94
KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS Tabel 4.9. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
HASIL ANALISIS BEBAN KERJA KANTOR IMIGRASI I, II, DAN III Tabel 4.10. Kantor Imigrasi Kelas I
0,891
Jumlah Kebutuhan Pegawai (orang) 81
Jumlah Pegawai yang ada (orang) 91
1,098
99
91
-8
127.764
1,076
97
91
-6
122.152
1,029
93
91
-2
Kelas I
130.403
1,098
99
91
Kelas I
90.785
0,988
Kelas I
154.734
1,068
118
111
-7
Kelas I
158.916
1,068
121
114
-7
Kelas I
111.520
1,068
85
80
-5
Kelas I
119.884
1,068
91
86
-5
Kelas I
118.474
0,998
Kelas I
127.764
1,076
97
91
-6
Kelas I
116.116
0,978
88
91
+3
Kelas I
127.764
1,076
97
91
-6
Kelas I
146.370
1,068
112
105
-7
Beban Kerja (orang/jam)
Tingkat Efisiensi
Kelas I
105.833
Kelas I Bangka
130.403
Kelas I Kelas I
Unit Direktorat Kantor Imigrasi Banda Aceh Kantor Imigrasi Pangkal Pinang, Belitung Kantor Imigrasi Serang, Banten Kantor Imigrasi Tangerang Kantor Imigrasi Bengkulu Kantor Imigrasi Yogyakarta Kantor Imigrasi Jakarta Pusat Kantor Imigrasi Jakarta Timur Kantor Imigrasi Jakarta Utara Kantor Imigrasi Tanjung Priok Kantor Imigrasi Bandung Kantor Imigrasi Semarang Kantor Imigrasi Surakarta Kantor Imigrasi Malang Kantor Imigrasi Tanjung Perak
Selisih (orang) +10
-8 Sesuai
Sesuai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kantor Imigrasi Kelas Pontianak Kantor Imigrasi Kelas Banjarmasin Kantor Imigrasi Kelas Palangkaraya Kantor Imigrasi Kelas Balikpapan Kantor Imigrasi Kelas Samarinda Kantor Imigrasi Kelas Bandar Lampung Kantor Imigrasi Kelas Ambon Kantor Imigrasi Kelas Ternate Kantor Imigrasi Kelas Tobelo Kantor Imigrasi Kelas Mataram Kantor Imigrasi Kelas Kupang Kantor Imigrasi Kelas Jayapura Kantor Imigrasi Kelas Pekanbaru Kantor Imigrasi Kelas Tanjung Pinang Kantor Imigrasi Kelas Makassar Kantor Imigrasi Kelas Palu Kantor Imigrasi Kelas Kendari Kantor Imigrasi Kelas Manado Kantor Imigrasi Kelas Padang Kantor Imigrasi Kelas Palembang Kantor Imigrasi Kelas Polonia
I
105.857
0,891
81
91
+10
19
I
105.857
0,891
81
91
+10
20
I
118.474
0,998
91
91
Sesuai
21
I
105.833
0,891
81
91
+10
22
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
106.698
0,898
81
91
+10
I
127.764
1,076
97
91
-6
I
106.698
0,898
81
91
+10
I
106.698
0,898
81
91
+10
23
24
25
26
27
28
29
30 31
I
106.698
0,898
81
91
+10
I
133.357
1,123
102
91
-11
32 33
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
I
105.833
0,891
81
91
+10
34 35 36 37
Sumber: Hasil Olah Data
38 39
Tabel 4.11. Kantor Imigrasi Kelas II No. 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Unit Direktorat Kantor Imigrasi Kelas II Langsa NAD Kantor Imigrasi Kelas II Lhokseumawe Kantor Imigrasi Kelas II Meulaboh NAD Kantor Imigrasi Kelas II Sabang NAD Kantor Imigrasi Kelas II Singaraja Kantor Imigrasi Kelas II Tanjung Pandan Bangka Belitung Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon Kantor Imigrasi Kelas II Kuala Tungkal, Jambi Kantor Imigrasi Kelas II Bogor, Jawa Barat Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon, Jawa Barat Kantor Imigrasi Kelas II Depok, Jawa Barat Kantor Imigrasi Kelas II Karawang Kantor Imigrasi Kelas II Sukabumi, Jawa Barat Kantor Imigrasi Kelas II Tasikmalaya Kantor Imigrasi Kelas II Cilacap Kantor Imigrasi Kelas II Pati, Jawa Tengah Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang, Jawa Tengah Kantor Imigrasi Kelas II Wonosobo, Jawa Tengah
40
0,893
Jumlah Kebutuhan Pegawai (orang) 54
Jumlah Pegawai yang ada (orang) 61
87.271
1,096
67
71.085
0,893
54
71.085
0,893
82.350 82.350
Beban Kerja (orang/jam)
Tingkat Efisiensi
71.085
41 Selisih (orang)
42
+7
43
61
-6
44
61
+7
45
54
61
+7
46
1,034
63
61
-2
47
1,034
63
61
-2
82.350
1,034
63
61
-2
82.350
1,034
63
61
-2
82.350
1,034
63
61
-2
82.350
1,034
63
61
-2
82.350
1,034
63
61
-2
86.681
1,089
66
61
-5
86.681
1,089
66
61
-5
86.681
1,089
66
61
-5
86.681
1,089
66
61
-5
86.681
1,089
66
61
-5
66.582
0,836
51
61
+10
86.681
1,089
66
61
-5
Kantor Imigrasi Kelas II Blitar, Jawa Timur Kantor Imigrasi Kelas II Jember, Jawa Timur Kantor Imigrasi Kelas II Madiun, Jawa Timur Kantor Imigrasi Kelas II Entikong, Kalimantan Barat Kantor Imigrasi Kelas II Sambas, Kalimantan Barat Kantor Imigrasi Kelas II Sanggau, Kalimantan Barat Kantor Imigrasi Kelas II Singkawang, Kalimantan Barat Kantor Imigrasi Kelas II Kota Baru, Kalimantan Selatan Kantor Imigrasi Kelas II Sampit, Kalimantan Tengah Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan, Kalimantan Timur Kantor Imigrasi Kelas II Tarakan, Kalimantan Timur Kantor Imigrasi Kelas II Tual, Maluku Kantor Imigrasi Kelas II Sumbawa, NTB Kantor Imigrasi Kelas II Atambua, NTT Kantor Imigrasi Kelas II Maumere, NTT Kantor Imigrasi Kelas II Biak, Papua Kantor Imigrasi Kelas II Merauke, Papua Kantor Imigrasi Kelas II Tembaga Pura, Papua Kantor Imigrasi Kelas II Manokwari, Papua Kantor Imigrasi Kelas II Sorong, Papua Barat Kantor Imigrasi Kelas II Bagan Siapi Api, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Bengkalis, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Dumai, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Selat Panjang, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Siak, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Tembilahan, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Belakang Padang, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Ranai, Riau Kantor Imigrasi Kelas II Tanjung Uban, Riau
80.093
1,006
61
61
Sesuai
94.306
1,185
72
61
-11
94.705
1,190
73
61
-12
87.271
1,096
67
61
-6
70.516
0,886
54
61
+7
70.272
0,883
54
61
+7
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
86.681
1,089
66
61
-5
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
91.988
1,156
70
61
-9
87.271
1,096
67
61
-6
88.885
1,117
68
61
-7
87.271
1,096
67
61
-6
77.836
0,978
60
61
+1
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
87.271
1,096
67
61
-6
83.184
1,045
64
61
-3
87.271
1,096
67
61
-6
87.169
1,095
67
61
-6
Sumber: Hasil Olah Data
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
D.
ANALISIS BEBAN KERJA DIVISI KEIMIGRASIAN DAN RUMAH DETENSI IMIGRASI 1. DIVISI KEIMIGRASIAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM Divisi Keimigrasian Bidang Lalu Lintas, Izin Tinggal, & Status Keimigrasian dengan Sub Bidang Lalu Lintas Keimigrasian dan Sub Bidang Izin Tinggal & Status Keimigrasian. Lalu pada Divisi Keimigrasian Bidang Intelijen Penindakan & Sistem Informasi Keimigrasian
95
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
memiliki Sub Bidang Intelijen & Penindakan Keimigrasian dan Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian. Jumlah hasil dari analisis Analisis Beban Kerja Divisi Keimigrasian berdasarkan data yang diperoleh dari responden adalah sebagai berikut. Tabel 5.1. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat/Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Divisi Keimigrasian No. 1 2 3 4 5
6 7 8
9
Unit Direktorat
Beban Kerja (orang/jam)
Tingkat Efisiensi
40.155
0,993
Jumlah Kebutuhan Pegawai (orang) 31
53.971
1,334
41
31
-10
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
40.155
0,993
31
31
Sesuai
Kantor Imigrasi Kelas III Takengon, NAD Kantor Imigrasi Kelas III Bekasi, Jawa Barat Kantor Imigrasi Kelas III Kediri, Jawa Timur Kantor Imigrasi Kelas III Pamekasan, Jawa Timur Kantor Imigrasi Kelas III Tanjung Redeb, Kalimantan Timur Kantor Imigrasi Kelas III Kalianda, Lampung Kantor Imigrasi Kelas III Labuan Bajo, NTT Kantor Imigrasi Kelas III Dabo Singkep, Riau Kepulauan Kantor Imigrasi Kelas III Tarempa, Riau Kepulauan
Jumlah Pegawai yang ada (orang) 31
2.
RUMAH DETENSI IMIGRASI Pada bab ini akan disajikan Analisis Beban Kerja Rumah Detensi Imigrasi berdasarkan data yang diperoleh dari responden. Hasil pengolahan data untuk Rumah Detensi Imigrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1.2. Rekapitulasi Kebutuhan Pejabat / Pegawai, Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Unit (EU), dan Prestasi Kerja Unit (PU) Bidang Intelijen, Penindakan, dan Sistem Informasi Keimigrasian
Selisih (orang) Sesuai
Sumber: Olah Data Dari tabel di atas diketahui bahwa unit organisasi dari Divisi Keimigrasian Bidang Lalu Lintas, Izin Tinggal, dan Status Keimigrasian memiliki jumlah beban kerja unit sebesar 571.296 jam (OJ), dengan tingkat efisiensi unit sebesar 1,105. Kebutuhan jumlah pejabat/ pegawai sebanyak 438 orang, pegawai yang ada sebanyak 396 orang, sehingga Unit Organisasi ini mengalami kekurangan orang sebanyak 42 orang. Begitu pula pada Divisi Keimigrasian Bidang Intelijen Penindakan & Sistem Informasi Keimigrasian yang didalamnya terdapat Sub Bidang Intelijen & Penindakan Keimigrasian dan Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian memiliki jumlah beban kerja unit sebesar 571.296 jam (OJ), dengan tingkat efisiensi unit sebesar 1,105. Kebutuhan jumlah pejabat/ pegawai sebanyak 438 orang, pegawai yang ada sebanyak 396 orang, sehingga Unit Organisasi ini mengalami kekurangan orang sebanyak 42 orang.
96
Dengan demikian Divisi Keimigrasian secara umum memiliki jumlah beban kerja unit sebesar 1.142.592 jam (OJ), dengan tingkat Efisiensi unit sebesar 1.105. Hasil jumlah perhitungan beban kerja jumlah kebutuhan pegawai pada Divisi Keimigrasian sebanyak 875 orang, pegawai yang ada sebanyak 792 orang, sehingga Divisi Keimigrasian mengalami kekurangan pegawai sebanyak 84 orang.
No. 1
2
Unit Organisasi
Beban Kerja
Jumlah Kebutuhan Pejabat/ Pegawai 438
Bidang Lalu Lintas, Izin 571.296 Tinggal, & Status Keimigrasian Bidang Intelijen 571.296 438 Penindakan & Sistem Informasi Keimigrasian Jumlah 1.142.592 875,549 Jumlah Pegawai Yang Diperlukan (-), Kelebihan Pegawai (+)
Jumlah Pejabat/ Pegawai yang ada 396
Selisih
EU
PU
-41,775
1,105
A
396
-41,775
1,105
A
792
-83,549 -84
1,105
A
Ket.
Sumber: Olah Data Dari di atas diketahui bahwa pada tahun 2014, Rumah Detensi Imigrasi memiliki Beban Kerja unit sebesar 2.518.285 orang jam (OJ), dengan tingkat efisiensi sebesar 2,923. Hasil perhitungan beban kerja dari jumlah pegawai yang dibutuhkan berjumlah 1.930 orang, sementara jumlah pegawai yang ada pada Rumah Detensi Imigrasi berjumlah 1.980 orang, dengan demikian terdapat kelebihan 50 orang pegawai. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Pelaksanaan Survei Analisis Beban Kerja di Direktorat Jenderal Imigrasi pada tahun 2014 dilakukan pada seluruh unit eselon II, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di seluruh Indonesia, Kantor Imigrasi di
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
seluruh Indonesia, dan Rumah Detensi Imigrasi. Dari hasil pengolahan data Analisis Beban Kerja dapat diketahui beberapa kekurangan pada setiap unit kerja. Kekurangan tersebut terjadi sebagai akibat antara lain karena tingginya beban kerja dalam rangka mewujudkan pelayanan prima terhadap masyarakat. Hal itu terbukti pada tahun 2012 dengan tingginya beban kerja di beberapa unit Direktorat Jenderal Imigrasi, antara lain di Direktorat Dokumen Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian yang telah menerbitkan sejumlah 1.563.345 paspor, sementara target yang ditentukan sejumlah 2.030.318 paspor. Artinya ada sekitar 466.973 paspor yang belum tercapai. Tingginya beban kerja lainnya yaitu jumlah penyidikan pelaku tindak pidana Keimigrasian. Pada tahun 2012 sejumlah 657 penyidikan telah ditindak lanjuti oleh Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian. Sementara target yang ditetapkan sejumlah 853 penindakan. Artinya ada sekitar 196 penindakan yang belum tercapai. Selain itu, pemberian layanan informasi kebijakan pengelolaan keimigrasian kepada para stakeholders, melakukan penyusunan strategi komunikasi kehumasan, melakukan penyusunan program komunikasi publik, dan pengembangan teknologi informasi membutuhkan dukungan sangat besar dan kompleks sehingga membutuhkan adanya penambahan pegawai. Selanjutnya, berdasarkan hasil Analisis Beban Kerja yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa efesiensi jabatan di Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukkan tingkat efesiensi yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada beban kerja yang dapat diselesaikan dengan baik oleh setiap unit kerja di Direktorat Jenderal Imigrasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa unit kerja yang membutuhkan tambahan tenaga pegawai untuk menunjang kinerja dan ketuntasan berbagai pekerjaan yang terdapat di unit kerja tersebut. Adapun efektivitas jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukan tingkat efektivitas yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada data survei yang telah dilakukan di
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
seluruh lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi. Namun demikian masih terdapat beberapa unit kerja di Direktorat Jenderal Imigrasi yang belum berpartisipasi mengisi survei Analisis Beban Kerja, sehingga efektifitas kerja belum dapat terlihat secara menyeluruh dan detail. 2.
SARAN Survei Analisis Beban Kerja tahun 2014 perlu ditelaah dan dikaji lebih lanjut. Hal itu mengingat besarnya unit kerja di Direktorat Jenderal Imigrasi. Karena itu, survei Analisis Beban Kerja untuk tahun yang selanjutnya perlu dilaksanakan dengan cara mengklasifikasi unit kerja yang ada. Misalnya, pelaksanaan survei ABK Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Imigrasi, dan Rumah Detensi Imigrasi. Selain itu, untuk pelaksanaan survei ABK yang efektif diperlukan dukungan yang kuat dari pimpinan agar seluruh pegawai mau berpartisipasi dengan aktif dan mampu menggambarkan beban kerjanya masing-masing dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA Komaruddin (1996:235), Dasar-dasar Manajemen Investasi. Jakarta : Rineka. Cipta. Simamora (1995:57). Manajemen Sumberdaya Manusia. STIE YPKN . Jakarta Hasibuan (2005:116). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta Peraturan Menteri Keuangan No.140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan. Munandar (2001:383). Stress dan Keselamatan Kerja. Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Menpan Lampiran Keputusan Menteri Agama RI No.164 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Kementerian Agama. Sritomo Wignjosoebroto (2006:130). Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya : Guna Widya. Siagian S.P. (1986:152). Eksekutif yang Efektif. Jakarta : Gunung Agung.
97
ANALISIS BEBAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Oleh : Rushadi*
Schemerhorn (1998:5). Manajemen. Penerbit : Endi. Yogyakarta. Peraturan Menteri Perhubungan RI No.PM.90 Tahun 2014 tentang Hari dan Jam Kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan. Wing Haryono (1978). Pariwisata, Rekreasi dan Entertainment. Ilmu Publisher. Bandung Lakein, Alan (2007:11). Manajemen Waktu. Penerbit : Katulistiwa. Jakarta Kotler dan Keller (2007:69). Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Penerbit : PT Indeks. Jakarta.
98
David W. (2001:3). Pemasaran Strategi. Terjemahan Lina Salim. Edisi IV, Cetakan 1, Jilid II. Penerbit : Erlangga. Jakarta. William J. Stanton terjemahan Juliadi (2003:242). Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi X. Cetakan Kesepuluh. Penerbit : Erlangga. Jakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono* ABSTRACT This paper is written to find out how the influence of company Free Cash Flow (FCF), Operating Cash Flow (OCF), Net Operating Profit after Tax (NOPAT) to its stock price. The research objects are eight stocks that always listed in Jakarta Islamic Index within 2009 – 2013 period. The information from Cash Flow indicates the company ability to manage its operation and how it strive for sustainability in the future, then, its stock price will adjust accordingly. In order to find the influence of Cash Flo all the data run using panel data analysis. This research shows that FCF has negative and significance impact to stock price, NOPAT has positive and significance impact to stock price, but not OCF. Key words: free cash flow, stock price, NOPAT, operation cash flow
Sejak The Fed, bank sentral Amerika, menurunkan suku bunga acuan dibawah 1% maka ekonomi dunia mengalami pertambahan dana murah. Dana murah masuk ke negarag-negara mencari investasi yang menguntungkan, salah satunya melalui pasar modal konvensional maupun syariah. Sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, Indonesia, menjadi tujuan investor dunia. Indoneisa adalah salah satu surga investasi di kawasan Asia, hal ini dapat dilihat dari Grafik 1, pergerakan JII yang cenderung naik harian JII pada periode Mei 2010 – Des 2012. Grafik 1 Jakarta Islamic Index
seperti terlihat dalam Tabel 1. Rata-rata Return Periode 2010-2012. Hal ini dapat diartikan sebagai indikasi minat investor untuk berinvestasi di pasar modal syariah Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pasar sejenis dinegara lainnya. Tabel 1. Rata-rata Return Periode 2010-2012 Index Pasar Modal Syariah
Return
JII _ Indonesia
0.053%
FTSE _ Malaysia
0.048%
DJI world _ Dow Jones
0.024%
DJI asia _ ASIA
0.016%
DJI asean _ ASEAN
0.045%
Sumbe: Marsono, dkk (2014), diolah
Sumber: data diolah penulis Pertumbuhan ini didukung dengan tingkat return harian yang mencapai 0.053%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan indeks saham syariah lainnya,
Hasil penelitian Marsono, dkk (2014) menunjukan bahwa return saham di pasar modal syariah di Indonesia dan Asean memiliki kemiripan, dan lebih menarik dibandingkan di kawasan lainnya. Namun tingkat volatilitasnya juga tinggi jika dibandingakn dengan pasar modal syariah di kawasan lainnya, hal ini menggambarkan tingkat risiko pasar yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham adalah arus kas. Kemampuan perusahaan mempertahankan ataupun meningkatkan aliran arus kasnya akan berdampak pada kinerja
* Dosen FEB IKPIA Perbanas Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
99
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
perusahaan secara keseluruhan. Hal ini sejalan temuan Long dkk (2013) yang menunjukkan bahwa return saham secara signifikan dipengaruhi oleh informasi arus kas. Hasil serupa juga ditemuan oleh Wang (2010), Farama dan Midiastuty (2011), Vogt dan Vu (2000). Sementara itu, Sodikun dan Marsono (2015) menemukan bahwa hasil prediksi harga saham berdasarkan nilai bukunya tidak berbeda jauh dengan harga saham di pasar modal. Mereka menggunakan arus kas untuk menentukan nilai buku saham. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengungkapkan bagaimana pengaruh arus kas terhadap pergerakan harga saham-saham yang termasuk dalam JII (Jakarta Islamic Index). Tiga bentuk arus kas digunakan untuk diukur tingkat pengaruhnya terhadap harga saham dari delapan perusahaan yang menjadi objek penelitian.
barang atau jasa yang dihasilkan. Penentuan besarnya arus kas dari operasi tidak memperhitungkan pengaruh dari suku bunga tetapi hanya fokus pada kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi perusahaan. OCF dihitung dengan cara sebagai berikut.
Arus Kas Perusahaan Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah arus kas. Secara langsung apa yang terjadi dalam perusahaan akan terekam dalam perubahan arus kas. Sehingga menjadi wajar jika perubahan yang terjadi pada arus kas sejatinya akan mempengaruhi persepsi investor saham maupun kreditor. Arus kas yang digunakan dalam artikel ini meliputi arus kas bebas, arus kas operasi, arus modal. Menurut Gitman (2012:122), arus kas bebas merupakan sejumlah kas yang tersedia bagi para investor (kreditor dan pemilik), setelah perusahaan memenuhi kebutuhan operasionalnya dan membayarkan kebutuhan atktivanya (tetap dan tidak tetap). Arus kas bebas seperti ini diangap mengandung informasi penting bagi investor khususnya pemegang saham. Di sisi lain, manajemen ingin menahannya untuk memicu pertumbuhan yang lebih besar. Semakin besar pertumbuhan diharapkan kompensasi bagi manajemen juga akan meningkat. Benturan kepentingan ini pada akhirnya akan berdampak pada pergerakan harga saham. Ukuran Free Cash Flow sebagaimana merujuk kepada Gitman (2012:122) adalah:
NFAI (net fixed asset investment) adalah alokasi yang direncanakan untuk melakukan pembelian/ perbaikan/penggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai aset tetap perusahaan. NFAI disebut juga Capex (capital expenditure). Umumnya capex digunakan oleh perusahaan yang telah memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek yang stabil serta menggunakan modal dalam jumlah yang besar. NFAI dapat dihitung dengan rumus berikut.
OCF = NOPAT + Depreciation ………………… .(2) NOPAT (net operating profits after tax), nilai ini diperlukan untuk mengetahui berapa kas yang tersedia bagi pemodal (kreditor dan pemegang saham) setelah pajak. Selain itu, NOPAT menggambarkan kemampuan perusahaan melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Formulasi NOPAT adalah sebagai berikut. NOPAT = EBIT X (1 – t) ……………………. (3)
NFAI = perubahan aktiva tetap + depresiasi …. (4) NCAI (Net Current Asset Investment) adalah modal kerja yang diperlukan perusahaan untuk mendanai operasional hariannya. NCAI disebut juga modal kerja (working capital) adalah aktiva lancar yang merupakan bagian dari investasi dalam suatu kegiatan bisnis. Walaupun bagian dari investasi, namun modal kerja berbeda dengan capex, karena capex adalah pengeluaran untuk membeli aktiva tetap, merawat aktiva tetap, ataupun untuk pengembangan usaha. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut. NCAI = perubahan aktiva lancar – perubahan (hutang dagang + akrual) …..… (5)
Free Cash Flow = OCF – NFAI - NCAI………..(1) OCF (operating cash flow) adalah arus kas yang berasal dari aktifitas operasi_ produksi dan penjualan
100
Note payable (nota kredit) tidak termasuk dalam NCAI karena terdapat bunga yang diminta oleh kreditor atas Free Cash Flow.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
Hubungan antara Arus Kas dan Harga Saham Investor memperhatikan informasi yang terdapat pada arus kas dan reaksi investor dapat diukur dari pergerakan harga saham yang mengikuti dinamika arus kas terkait. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Vogt dan Vu (2000), mereka menemukan bahwa arus kas bebas dan keputusan pengguanaannya berpengaruh terhadap nilai pemegang saham dalam jangka panjang. Vogt dan Vu juga menemukan bahwa reaksi pergerakan harga saham akan berbeda antara perusahaan yang efisien dan tidak efisien. Harga saham perusahaan yang tidak efisien akan merespon positif setiap informasi tentang pengeluaran modal (dalam hal ini pembelian kembali saham). Sementara itu untuk perusahaan yang efisien, harga saham akan naik jika ada informasi tentang penambahan anggaran modal. Long dkk (2013) menemukan bahwa sejalan dengan berjalannya waktu, return saham secara signifikan dipengaruhi oleh arus kas. Mereka juga menemukan bahwa pengaruh informasi tentang arus kas mempunyai durasi dua tahun. Sementara itu pada 2008 Cheng dan Mohamad menemukan indikasi investor jangka panjang dan menengah lebih memperhatikan earning daripada arus kas. Namun tidak demikian dengan investor jangka pendek, sehingga dinamika arus kas mempengaruhi pergerakan harga saham. Cheng dan Mohamad juga menemukan bahwa abnormal return saham dapat dijelaskan oleh perubahan arus kas bebas. Tanpa memperhatikan jangka waktu maupun tingkat efisiensi perusahaan secara umum ditemukan bahwa arus kas bebas berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh positif arus kas terhadap harga saham ditemukan oleh Wang (2010), Farama dan Widiastuty (2012), Arieska dan Gunawan (2011), Rosdini (2002), Arlina dkk (2014), Faisal dkk (2013), serta Ginting (2012) Hasil yang berbeda ditemukan oleh Arieska dan Gunawan (2012), Putriani dan Sukartha (2014), Evendy dan Isynuwardhana (2015), Aini (2009), Arifulsyah dan Yunaidi (2012), Pratama dan Akbar (2014), dan Adiwiratama (2012)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Data dan Model Statistik Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arus kas bebas, arus kas operasi, dan NOPAT dari perusahaan yang secara konsisten sahamnya masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang mencerminkan 30 perusahaan yang sesuai dengan sistem syariah di dalam operasionalnya. Indeks ini diterbitkan dua kali dalam setahun, perusahaan yang termasuk dalam indeks ini mencerminkan tingkat likuiditas yang tinggi. Dalam penelitian ini digunakan saham-saham yang secara berturut-turut masuk dalam JII selama periode 2009 – 2013. Variasi industri dari sampel terpilih cukup beragam, meliputi sub sektor perkebunan, sub sektor otomotif, sub sektor batubara, sub sektor semen, sub sektor farmasi, sub sektor telekomunikasi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Panel Pooled Data Analysis sebagai berikut.
Yit = α + β Xit + εit
i = 1,2,…,N
t = 1,2,…,T (3.3)
Dimana N = banyaknya observasi; T = banyaknya waktu; N x T = banyaknya data panel Tiga model regresi digunakan untuk mengambarkan pengaruh dari arus kasi bebas, arus kas operasi, dan NOPAT terhadap harga saham. Analisis data panel dilakukan untuk menentukan estimator model regresi yang lebih baik dan disesuaikan dengan kondisi matriks varians-covarians residual. Hanya satu model yang digunakan oleh karena itu ketiga metode tersebut diuji tingkat signifikansinya dengan menggunakan uji Chow, uji LM (Lagrange Multiplier), dan uji Hausman. Model yang terpilih akan dites lagi tingkat linearitasnya dengan alat uji normalitas. Pergerakan Harga Saham Sepanjang periode pengamatan seperti terlihat dalam Grafik 2., saham Astra International (AI) terus tumbuh sampai dengan akhir tahun 2011 kemudian manajemen AI melakukan stock split 1:10.
101
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
Sejak saat itu harga saham AI turun dari Rp74.000 perlembar menjadi Rp6.850 dan bergerak disekitar harga tersebut. Harga saham AI yang sebelumnya dominan, kini menjadi nomor dua terendah, dengan tingkat pertumbuhan yang juga nyaris tidak ada. Dalam hal ini bias diasumsikan bahwa keputusan stock-split tidak sessuai dengan harapan investor. Grafik 2. Pergerakan Harga Saham Syariah di BEI
Sumber: data diolah peneliti Jika dibandingkan dengan harga saham lain terlihat harga AI lebih stabil pada akhir tahun 2013 50% dari sampel menunjukan penurunan harga pasar sahamnya, dua yang mengalami kenaikan. Secara keseluruhan gejolak harga saham tersebut mencerminkan kondisi internal perusahaan, maupun kondisi industri dimana mereka berada sedang mengalami tekanan. Ada kecenderungan bahwa gejolak harga pasar tidak dipengaruhi oleh perubahan arus kas, seperti terlihat dalam Grafik 3. Harga Saham dan Arus Kas, kecuali untuk harga saham Unilever (UNI) secara konsisten harga sahamnya bergerak sejalan dengan perubahan arus kas termasuk arus kas bebas, arus kas operasi, dan NOPAT. Grafik 3. Harga Saham, FCF, OCF, NOPAT
Sumber : Data diolah Sumber : Data diolah
102
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
uji heterokedastis tidak perlu dilakukan. Hasil uji model fixed effect seperti terlihat dalam tabel 2, adalah: Tabel 2 Hasil Uji Data Panel Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C FCF OCF NOPAT
15631.15 -1.204501 0.080993 1.126973
981.4016 0.244905 0.374331 0.488440
15.92737 -4.918234 0.216366 2.307290
0.0000 0.0000 0.8293 0.0240
Sumber: data diolah
Sumber : Data diolah Secara teoritis dapat dikatakan hanya pemegang saham Unilever yang menganggap laporan arus kas bebas perusahaan Unilever memberikan informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan maupun industrinya. Sementara itu, harga saham Kalbe (KLB), perusahaan yang bergerak diindustri yang sama dengan Unilever, menunjukan pola yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa pemegang saham Kalbe tidak percaya pada laporan arus kas perusahaan. Analisis Data Panel Pengujian pertama adalah membandingkan antara model common effect dan model fixed effect. Hasil uji chow menunjukan bahwa F-hitung maupun Chisquare masing-masing lebih kecil dari alpha 5%. Hasil ini mengindikasikan bahwa model fixed effect lebih baik daripada model common effect, model fixed effect lebih baik dalam mengestimasi data panel. Tahap selanjutnya adalah menguji antara model random effect dan model fixed effect. Hasil uji Hausman menunjukan bahwa p-value (prob) lebih kecil dari alpha 5%, hal ini mengindikasikan bahwa model fixed effect lebih baik daripada model random effect. Uji selanjutnya antara model common effect dan model random effect tidak diperlukan, karena hasil uji sebelumnya telah menentukan bahwa model fixed dapat mengestimasi data panel. Demikian juga dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Analisis Pengaruh Arus Kas terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 2 Hasil Uji Data Panel di atas dapat dibuat model persamaan regresi berganda yang mengambarkan pengaruh ketiga jenis arus kas terhadap harga saham adalah sebagai berikut. Y= 15631,15 – 1,21X1 + 0,081X2 + 1,13X3 Keterangan: Y = Harga Saham X1 = FCF X2 = OCF X3 = NOPAT Berdasarkan persamaan di atas, FCF (arus kas bebas) memiliki nilai konstanta -1.21 ini menunjukan bahwa FCF berpengaruh negatif terhadap harga saham. Investor menganggap kenaikan nilai FCF mengurangi proyeksi keuntungan investasi mereka dalam jangka pendek. Persepsi ini menjadi benar jika melihat p-value dari FCF yang menunjukan angka 0,000 jauh lebih kecil dari alpha 5%, FCF signifikan mempengaruhi harga saham. Tingkat variabilitas sector diperkirakan mempengaruhi nilai konstanta yang negatif, sebagaimana hasil penelitian Sodikun dan Marsono (2013). Hasil ini didukung hasil penelitian yang dilakukan Arieska dan Gunawan (2011), Cheng dan Mohamad (2008), Long dkk (2013) mereka menemukan juga bahwa cukup sulit untuk menentukan pergerakan harga saham berdasarkan pada arus kas bebas. Hal ini disebabkan tingkat variabilitas yang tinggi dari hasil uji data sampel. Kenudian mereka menggunakan earnings forecasts dan harga saham sebagai
103
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
penyeimbang discount rate. Model ini kemudian diterapkan dengan beberapa skenario terkait cara pengukuran arus kas serta dimensi waktu yang berbeda, hasilnya mereka membuktikan bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh arus kas bebas. Namun hasil ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Vogt dan Vu (20000, Evendy dan Isynuwardhana (2015) serta Putriani dan Sukartha (2014) yang menemukan bahwa FCF tidak berpengaruh terhadap pergerakan harga saham Arus kas operasi menunjukan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari kegiatan operasionalnya sendiri. Keberhasilan perusahaan mengelola usaha dapat dilihat dari arus kas operasainya, dan ini sejatinya mendapat perhatian dari para investor. Jika melihat persamaan di atas ternyata OCF mempunyai konstantanya 0,081 hal ini mengindikasikan bahwa OCF berpengaruh positif atas pergerakan harga saham. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Arlina dkk (2014), Faisal dkk (2013), Ginting (2012). Namun jika melihat nilai p-value 0,829 lebih besar dari alpha 5%, maka pengaruh OCF terhadap harga saham tidak signifikan. Arus kas operasional tidak dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang. Hasil ini menunjukan bahwa investor belum menganggap OCF sebagai faktor dominan di dalam menilai kinerja investasinya, sehingga berapapun besarnya OCF tidak akan mendorong pergerakan harga saham. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aini (2009), Adiwiratama (2012), Arifulsyah dan Yunaidi (2012). Jika melihat persamaan di atas ternyata NOPAT mempunyai konstantanya 1,13 hal ini mengindikasikan bahwa NOPAT berpengaruh positif atas pergerakan harga saham. Naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh naik turunnya NOPAT sebesar 1,13 kalinya. Jika melihat p-value NOPAT sebesar 0.024 lebih kecil dari alpha 5% (Tabel 2 – Hasil Uji Data Panel) ternyata pengaruh NOPAT terhadap harga saham adalah signifikan. Kemungkinan besar para investor menganggap bahwa NOPAT memberikan informasi yang mereka
104
inginkan, ini tercermin dari reaksi perubahan harga saham setiap kali perusahaan mengumumkan laporan keuangannya. Besarnya nilai konstanta NOPAT dibandingkan dengan variable yang lain dan positif, mencerminkan karakter sebagian besar investor yang cenderung berinvestasi untuk jangka pendek. Secara keseluruhan model yang dibangun untuk mengukur pengaruh arus kas bebas, arus operasional, dan NOPAT terhadap pergerakan harga saham diuji menggunakan Uji F. Hasilnya menunjukan nilai prob F-statistik 0,000 jauh lebih kecil daripada alpha 5%. Di samping itu, nilai adjusted R-squared model ini mencapai 86,74% yang menunjukan bahwa arus kas bebas, arus kas operasi, dan NOPAT dapat menjelaskan pergerakan harga saham syariah di Bursa Efek Indonesia. Kesimpulan dan saran 1. Free cash flow atau arus kas bebas berpengaruh negative dan signifikan terhadap pergerakan harga saham syariah di Bursa Efek Indonesia 2. Operating cash flow arus kas operasional berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pergerakan harga saham syariah di Bursa Efek Indonesia. 3. Net operating profit ater tax atau arus kas operasi setelah pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakn harga saham di Bursa Efek Indonesia. Saran 1. Investor sebaiknya mulai melakukan investasi jangka panjang dibandingkan jangka pendek karena lebih menguntungkan. 2. Manajemen perusahaan dapat memanfaatkan prilaku investor saham, dalam hal pengambilan keputusan pengelolaan arus kas bebas khususnya untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa depan. 3. Penelitian selanjutnya, disarankan menambah jumlah sampel dan periode penelitian untuk mengeliminasi variasi yang mengganggu ketepatan pengukuran regresi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
DAFTAR PUSTAKA Adiwiratama, Jundan.2012 Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas dan Size Perusahaan terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Volume 2, no. 1. Aini, Nur.2009. Pengaruh Laba dan Komponen Arus Kas terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan terdaftar di BEI Periode Tahun 2007–2009). TEMA Vo 6 edisi 2, September 2009, halaman 170-182. Arlina, Sinarwati, Lucy Sri Musmini.2014. Pengaruh Informasi Arus Kas, Laba Kotor, Ukuran Perusahaan, Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2010-2012).e-journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi SI. Volume:2 No.1. Arieska, Metha. Gunawan, Barbara.2011 Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham dengan Set Kesempatan Investasi dan Dividen Sebagai Variabel Moderas. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 1, Mei: 13-23. Arifulsyah, Hamdani. Yunaidi.2012. Pengaruh Arus Kas Operasi, Laba Bersih, Rasio Likuiditas, Dan Rasio Aktivitas Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Tahun 20072009). Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. Vol.5 Desember, 34 - 43. Evendy, Ria Fransisca. Isynuwardhana, Deannes.2015. Pengaruh Faktor Eksternal, Keputusan Internal Keuangan, Dan Free Cash Flow Terhadap Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks Kompas 100 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013. Bina Ekonomi. Volume 19 Nomor 2, halaman 171 – 187. Cheng Fan Fah, Mohamad, Shamsher. 2008. Are Cash Flow Relevant for Stock Pricing In Bursa Malaysia? International Journal of Economics and Mangaement 2(2): ISSN 1823 – 836X Damodaran, Aswath.2001. The Dark Side of Valuation: Valuing Old Tech, New Tech and New Economy Companies. Upper Saddle
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
River: Prentice-Hall, Inc. Faisal, Zuarni, Cut Deisi Hasrina.2013. Pengaruh Price Earning Ratio Dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei). Jurnal Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Oktober 2013 : 74-83. Farama, Jerry. Midiastuty, Pratana Puspa.2011 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Return: Dimoderasi Kesempatan Investasi Dan Siklus Hidup. Jurnal Akuntansi. Volume 2 – Nomor 1, Februari, halaman 106 – 124. Ginting, Suriani.2012. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Arus Kas Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 2, Nomor 01, April. Gitman, Lawrence J. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th edition. Addison Wesley. Lina Shi, Huai Zhang, Jun Guo.2014.Analyst Cash Flow Forecasts and Pricing of Accruals. Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting 30: 95105. Dalam http://www.sciencedirect.com Long Chen, Zhi Da, Xinlei Zhao. 2013. What Drives Stock Price Movements? RFS Advance Access published February 23. Oxford University Press. Marsono, AD, Sodikun, Ridarmelli.2014.Analisis Risiko Pasar Modal Konvensional dan Pasar Modal Syariah di Kawasan Asia Periode 20092003.Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Volume 1, Nomor 2, Maret 2014.hlm:13-26.ISSN: 2354 5550 Nachrowi dan Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Putriani, Ni Putu. Sukartha, I Made.2014. Pengaruh Arus Kas Bebas Dan Laba Bersih Pada Return Saham Perusahaan LQ-45. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3 (2014):390-401. Ross, S. (1977). The Determinant of Financial Structure: The Incentive Signaling Approach. Bell Journal of Economics. Vol 8, N0. 1. Spring: 23-40.
105
ARUS KAS DAN PERGERAKAN HARGA SAHAM SYARIAH DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX Oleh : A Dewantoro Marsono*
Sodikun, Marsono, AD.2015. Investment Decision: to hold, to buy or to sell Stocks. The Implementation of Price Mutiple Model in Banking Industry.Proceedings: 2nd International Conference for Emerging Markets January 2015.hlm:44-51. ISBN:978-602-1466-1-2 Vogt, Stephen C, Vu, Joseph D. (2000). Free Cash Flow And Long-Run Firm Value: Evidence From The Value Line Investment Survey. Journal of Managerial Issues. Vol. XII. No.2. Summer 2000: 188-207.
106
Wang, George Yungchih .2010. The Impacts of Free Cash Flows and Agency Costs on Firm Performance. J. Service Science & Management, 2010, 3, 408-418. Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonosia. Indonesian Stock Exchange. (2009-2013). Annual Report Januari 5, 2011. Dalam www.idx.co.id
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman* ABSTRACT This paper is written to find out how the influence of company Free Cash Flow (FCF), Operating Cash Flow (OCF), Net Operating Profit after Tax (NOPAT) to its stock price. The research objects are eight stocks that always listed in Jakarta Islamic Index within 2009 – 2013 period. The information from Cash Flow indicates the company ability to manage its operation and how it strive for sustainability in the future, then, its stock price will adjust accordingly. In order to find the influence of Cash Flo all the data run using panel data analysis. This research shows that FCF has negative and significance impact to stock price, NOPAT has positive and significance impact to stock price, but not OCF. Key words: free cash flow, stock price, NOPAT, operation cash flowThe ability of students to English language material in a conversation in SMA N VI Karawang very low. This can be seen from the results of student learning ability levels transactional conversation and interpersonal learners based on the results of preliminary observations obtained 48.50%. This condition indicates learning in this matter is not resolved. These problems can be identified due to the applied learning method uses only teacher lecture, without using appropriate learning methods. Therefore, this study aims to improve understanding and acceptance of learners. By using Jigsaw model of cooperative learning methods to improve learning achievement in English. Research results obtained; (1) The application of cooperative learning of jigsaw models have a positive impact in improving student achievement marked by increased mastery learning students in each cycle, the value average first cycle are 67.00 with 62.50%, mastery learning increased . In the second cycle, namely value - average 71.75 with 80.00% mastery learning, and in Cycle III the average value of 77.63 with 90.00% mastery learning. In the third cycle in the classical mastery learning students has been reached. (2) use of cooperative learning model of jigsaw has a positive effect, which can increase students’ motivation to relearn the lesson material that has been received, this is indicated by the enthusiastic students who stated that students are interested and interested in cooperative learning model of jigsaw so that they become motivated to learn. (3) The cooperative learning model jigsaw has a positive impact on cooperation between the students, it is pointed out their responsibilities in a group where students are better able to teach his less fortunate. Keywords: Student Achievement, the ability of English conversation, cooperative learning methods, models Jigsaw
PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 ini, perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 yang sangat kompetitif. Oleh sebab itu guru perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih
mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
* Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
107
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbolsimbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987). Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan adalah mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi informational, memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global , mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Dengan Menerapkan Metode Kooperatif Learning di SMAN VI Karawang
108
B.
Identifikasi Masalah 1. Hasil Balajar Siswa Bahasa Inggris masih rendah 2. Kemampuan percakapan Bahasa inggris transaksional rendah 3. Kemampuan percakapan Bahasa inggris interpersonal rendah 4. Penggunaan Metode Pembelajaran Belum opimal 5. Kebanyakan guru dalam penguasaan metode pembelajaran masih rendah
C.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran bahasa Inggris di SMAN VI Karawang 2. Bagaimana Penerapan Metode pembelajaran Kooferatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk meningkatkan prestasi Siswa 3. Bagaimana Penerapan Metode Pemebelajaran Model Jigsaw untuk meningkatkan prestasi siswa
D.
Tujuan Penelitian Tujuan dari melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap hasil belajar Bahasa Inggris 2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model jigsaw E.
Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin di capai dalam penelitian ini antara lain : 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris oleh guru. 2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
4.
Sumbangan pemikiran bagi guru Bahasa Inggris dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Bahasa Inggris.
LANDASAN TEORI 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar itu adalah suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas yang diperoleh dalam jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya. Menurut Nawawi (1981: 127) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku. 2.
Metode Pengajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001). Pengertian Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi antara siswa dalam kelompoknya. Metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Menurut Johnson & Johnson ( 1993), yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Menurut Abdurrahman & Bintoro ( 2000:78-79) Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif : 1) Saling ketergantungan positif, Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. 3) Akuntabilitas individual Dalam pembelajaran kooperatif, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa. 3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini. 1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja sama (collaborative skill objectives).
109
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
2.
110
Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Kelompok belajar yang berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang sederhana hingga yang kompleks. Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru. Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen sehingga tujuan belajar kooperatif tidak tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh guru. Ada 3 teknik untuk menentukan anggota kelompok secara acak yang dapat digunakan oleh guru. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. Berdasarkan metode sosiometri. Melalui metode sosiometri guru dapat menentukan siswa yang tergolong disukai oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru menyusun kelompok-kelompok belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong banyak teman, yang tergolong biasa, dan yang terisolasi. a) Berdasarkan kesamaan nomor. Jika jumlah siswa dalam kelas terdiri atas 40 siswa dan guru ingin membentuk 10 kelompok belajar yang dari 1 hingga 10. Selanjutnya, para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuklah 10 kelompok siswa dengan masing-masing beranggotakan 4 orang siswa yang memiliki karakteristik heterogen. b) Menggunakan teknik acak berstrata. Para siswa dalam kelas lebih dahulu dikelompokkan secara homogen atas dasar jenis kelamin dan atas dasar
3.
4.
5.
6.
kemampuannya (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Setelah itu, secara acak siswa diambil dari kelompok homogen tersebut dan dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan belajar siswa. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa. Beberapa aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan mereka dari freustasi atau kebingungan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru. b. Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di masa lampau. c. Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang harus diikuti atau pengertian contoh kepada para siswa. d. Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para siswa mengenai tugas mereka. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama. a. Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau produk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
tertentu. Jika karya kelompok berupa laporan, tiap anggota kelompok harus menandatangani laporan tersebut sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi laporan kelompok dan dapat menjelaskan alasan isi laporan tersebut. b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan salah satu cara untuk mendorong kelompok menjalin kerja sama sehingga terjalin pula rasa kebersamaan antar anggota kelompok. 7. Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak dapat dikatakan benarbenar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota kelompok yang mengerjakan seluruh pekerjan. 8. Menyusun kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan dalam suatu kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan kerja sama antar kelompok. terciptanya suasana kehidupan kelas yang sehat, yang memungkinkan semua potensi siswa bekembang optimal dan terintegrasi. 9. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bertolak dari penilaian acuan patokan (criterion referenced). Pada awal kegiatan belajar guruhendaknya menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai. 10. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama atau gotong royong sereing memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. 11. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa. Tujuan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu. 12. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada saat melakukan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
13. Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama. Pada saat memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-kadang menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan untuk menjalin kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang memiliki masalah dalam menjalin kerja sama. Dalam kondisi semacam itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa dapat bekerja efektif. 14. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok-pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau contoh, dan menjawab pertanyaan dan hsil belajar mereka. 15. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan patokan. Para anggota kelompok hendaknya juga diminta untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka. 16. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu belajar di kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siswa untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu. Model Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawankawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari atau enam siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Pada anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu desebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para pakar siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompoknya semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
111
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. 5. Kerangka Berpikir Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris pada materi pokok Responding to initial greetings dengan menerapkan metode kooperatif model Jigsaw pada siswa kelas X-3 SMAN VI Karawang tahun pelajaran 2015/2016,dengan menggunakan peneltian tindakan kelas. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMAN VI Karawang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. 2.
Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas X-3 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 16 laki-laki dan 24 perempuan, tahun pelajaran 2015/2016 pada pokok materi Responding to initial greetings 3.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Action Research (Tindakan Kelas) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000 : 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
112
Alur Penelitian 1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model jigsaw. 3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanaka Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Silabus Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. c. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. d. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Bahasa Inggris
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
pokok materi percakapan transaksional dan interpersonal . Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. IV. HASIL PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN SIKLUS I Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 September 2015 di Kelas X-3 dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak pendamping guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan.Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif , dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah sebagai berikut: Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No
Uraian
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus I 67,00
Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. B. HASIL PENELITIAN SIKLUS II Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
25 62,50%
Dari table tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,00 dan ketuntasan belajar mencapai 62,50% atau ada 25 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai e”70 hanya sebesar 62,50% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2016 di Kelas X-3 dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana hpelajaran dengan memperhatikan revisi pada Siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formati.
113
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut : Tabel Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No
U raia n
H as il S ik lu s II
1
N ila i rata -ra ta te s fo rm atif
2
J u m lah sisw a ya n g tu n ta s b e la ja r
3
P e rse n ta se k e tu nta sa n be lajar
7 1 ,7 5 32 8 0,0 0 %
Sumber : Data diolah Dari table tersebut di atas diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 71,75 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 32 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu dalam mata pelajaran bahasa Inggris yang mereka pelajari. Disamping itu adanya kemampuan guru yang mulai meningkat dalam prose belajar mengajar. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Memotivasi siswa 2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep 3) Pengelolaan waktu Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: C. HASIL PENELITIAN SIKLUS III Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 2016 di
114
Kelas X-3 dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut: Tabel Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III No
Uraian
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah sisw a yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus III 77,63 36 90,00%
Berdasarkan tabel dan gambar tersebut diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,63 dan dari 40 siswa yang telah tuntas sebanyak 36 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang mampu. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
3.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
4.
Revisi Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. D. PEMBAHASAN Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi bahasa Inggris yang telah disampaikan guru selama ini nilai rata – rata Siklus I 67,00 dengan ketuntasan belajar 62,50%, meningkat pada siklus II yaitu nilai rata – rata 71,75 dengan ketuntasan belajar 80,00%, dan pada Siklus III nilai rata-rata 77,63 dengan ketuntasan belajar 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Rekapitulasi hasil ketuntasan belajar siswa tersebut dapat disajikan pada tabel dan diagram sebagai berikut: Tabel Hasil Tes Formatif Siswa Pada Setiap Siklus No
Tindakan
Nilai
% Ketuntasan
Rata-rata
Belajar
1
Siklus I
67.00
62.50%
2
Siklus II
71.75
80%
3
Siklus III
77.63
90%
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif dalam peningkatan prestasi belajar siswa, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw yang paling dominan adalah, mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/ melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/ evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu nilai rata – rata Siklus I 67,00 dengan ketuntasan belajar 62,50%, meningkat pada siklus II yaitu nilai rata – rata 71,75 dengan ketuntasan belajar 80,00%, dan pada Siklus III nilai rata-rata 77,63 dengan ketuntasan belajar 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Sumber : Data diolah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
115
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF LEARNING DI SMAN VI KARAWANG 2016 Oleh : Enjang Sudarman*
2.
3.
B.
Penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.
Saran Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model jigsaw memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas X-3 SMAN VI Karawang tahun pelajaran 2015/ 2016.
116
4.
Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I. Jakarta: Erlangga. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati* ABSTRACT The phenomenon of the increase in the BI rate for five years terakhi stock rmembuat property sector downturn. investors must make very accurate analysis of the factors that affect stock prices. In general, to analyze the condition of companies using fundamental analysis is done by analyzing the condition of the company, which is calculated using financial ratios is Return on Assets (ROA) and Debt to Equity Ratio (DER). This study aims to determine the effect of the Return On Asset and Debt to Equity Ratio can have a significant effect on stock returns property. Sample ambildari penelitianini in Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2015. The data used in this research is secondary data consist of annual data report ROA and DER. The analytical method used is multiple linear regression which previously had passed the stage of classical assumption test. The data processing is done, uses SPSSV.22 application for windows. Regression test results showed that jointly profitability (ROA) and Leverage (DER) positive and significant impact on Stock Return. HasilujikoefisiendeterminasimenunjukkanbahwanilaiR Square is a 16% .penelitian this indicates that variable stock returns can be explained by the variable profitability (ROA) and Leverage (DER) by 16% while the remaining 84% influenced by other variables. Keywords: Profitability (Return On Asset), Leverage (Debt to Equity Ratio) and Stock Return
LATAR BELAKANGMASALAH Bisnis property dan real estate adalah bisnis yang dikenal memiliki karakteristik cepat berubah (volatile), persaingan yang ketat, persisten, dan kompleks. Kenaikan harga property disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain-lain. Sudah selayaknya apabila perusahaan pengembang mendapatkan keuntungan yang besar dari kenaikan harga property tersebut, dan dengan keuntungan yang diperoleh maka perusahaan pengembang dapat memperbaiki kinerja keuangannya sehingga dapat menaikkan harga saham. Tahun 2015 saham sector property dalam negeri mengalami pertumbuhan yang masih melesu. Sekretaris Jenderal REI (Real Estate Indonesia) Hari
Raharta yang dikutip dari (www.rei.or.id), 10 Agustus 2015) menilai jika BI rate turun menjadi 5 persenatau 6 persen dan uang muka pembelian property turun menjadi 20 persen maka daya beli konsumen akan meningkat. Fenomena ini membuat investor harus melakukan analisis yang sangat akurat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Karenabagi investor pasar modal fluktuasi harga saham sangatlah penting, mengingatresikoinvestasisahamsangattinggi. Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015” Pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap return saham dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut:
* Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
117
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati*
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran RASIO PROFITABILITAS (RETURN ON ASSET)
Tabel 4.7 Nilai koefisien Persamaan Regresi \ Untuk Hipotesis 1
RASIO LEVERAGE (DEBT EQUITY RATIO)
RETURN SAHAM
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Std. B Error
Model 1 (Constant) ROA
2.1 Perumusan Hipotesis Dari landasan konseptual dan kajian pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: H 1 : Return On Assets berpengaruh terhadap return saham H 2 : Debt to Equity berpengaruh terhadap return saham H 3 : Return On Assets dan Debt to Equity secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham TINJAUAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini akan dijelaskan mengenai Grand Theory, Middle Theory dan Teori-Teori Aplikasi. Grand Theory dalam penelitian ini adalah teori perusahaan (entity theory) dan Middle Theory adalah teori keagenan (agency theory) dan TeoriTeori Aplikasi adalah teori manajemen keuangan perusahaan khususnya pengaruh rasio profitabilitas dan rasio leverage terhadap return saham. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan dua macam variabel, yaitu variable dependen dan variable independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham (Actual return) dan variable independen adalah Return On Assets dan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia tahun 2016. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 22 dan Microsoft Excel. HASIL PEMBAHASAN Hasil Analisis Regresi 1. H1: Return On Assets berpengaruh terhadap Return saham Hasil analisis data uji regresi dapat dibuat rumus persamaan regresi berdasarkan tabel berikut:
118
1,358
,399
-,022
,058
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
-,059
t
Sig.
3,400
,001
-,390
,699
Tolerance
1,000
VIF
1,000
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM b
Model Summary
Model 1
R ,059
a
Adjusted
Std. Error of
Durbin-
R Square
R Square
the Estimate
Watson
,004
-,020
1,25075
,923
a. Predictors: (Constant), ROA b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Sumber: Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Dari tabel 4.7 di atas, diperoleh persamaan regresi linier untuk hipotesis 1. Return Saham = 1,358 - 0,022 ROA Persamaan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham ditunjukkan dengan Sig. 0,699e” 0,05. Peningkatan satu unit ROA akan menurunkanreturn saham sebesar -0,022 2. Besarnya nilai R square adalah 0,004 atau 0,4% yang berarti kemampuan menjelaskan variansi variabel bebas Return On Asset terhadap variansi variabel terikat Return saham adalah 0,4%, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang diluar model. 2.
H 2 : Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Return saham Hasil analisis data uji regresi dapat dibuat rumus persamaan regresi berdasarkan tabel berikut: Tabel 4.8 Nilai koefisien Persamaan regresi untuk Hipotesis 2 Coefficientsa
Model 1 (Constant) DER
Unstandardize d Coefficients Std. B Error ,586
,313
,264
,108
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
,349
Sig.
1,873
,068
2,443
,019
Tolerance
1,000
VIF
1,000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati*
Model Summary
Model
R
Adjusted
Std. Error of
R Square
R Square
the Estimate
,122
,101
a
1
b
,349
Durbin-Watson
1,17412
1,219
a. Predictors: (Constant), DER b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Sumber: Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Dari tabel 4.8 di atas, diperoleh persamaan regresi linier untuk hipotesis 2 : Return Saham = 0,586 + 0,264Debt Equity Ratio Persamaan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham ditunjukkan dengan Sig. 0,019d” 0,05.Peningkatan satu unit DER akan meningkatkan return saham sebesar 0,264. 2. Besar R square adalah 0,12 atau 12% yang berarti kemampuan menjelaskan variansi variabel bebas Debt Equity Ratio terhadap variansi variabel terikat return saham adalah 12%, sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. H3 : Return On Asset dan Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Return Saham Hasil analisis data uji regresi dapat dibuat rumus persamaan regresi berdasarkan tabel berikut: Tabel 4.9 Nilai koefisien persamaan regresi untuk hipotesis 3
Pengujian Hipotesis(Uji F) Uji statistik F digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika F hit > F tabel, maka Ho ditolak Jika F hit < tabel, maka Ho diterima. Tabel 4.10. Hasil pengujian F Test a
ANOVA Model 1 Regression
Sum of Squares
Mean Square
df
10,790
2
5,395
Residual
56,716
42
1,350
Total
67,506
44
F
Sig.
3,995
,026
b
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM b. Predictors: (Constant), DER, ROA
Sumber: Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS
3.
Coefficients
Unstandardize d Coefficients Std. B Error
Model 1 (Constant)
-,258
,687
ROA
,093
,068
DER
,378
,135
a
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
-,376
,709
Tolerance
VIF
,246
1,378
,176
,626
1,597
,500
2,795
,008
,626
1,597
Durbin-
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
b
Model Summary
M
R
Std. Error of
o
Sq
Adjuste
the
d
ua
dR
Estimat
Watso
re
Square
e
n
el
R
1
,4 0 0
,1 60
,120
1,1620
a
a. Predictors: (Constant), DER, ROA
b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Sumber: Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
6
1,320
Pada tabel 4.10 didapatkan nilai F hitung 3,995 dengan tingkat Signifikansi 0,026. Nilai Sig tersebut lebih kecil dari angka probabilitas (á=0,05), yang artinya variabel independen Return On Asset dan Debt Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Pengujian Hipotesis(Uji t) Berdasarkan tabel 4.9, didapat t hitunguntuk variabelROA adalah 1,378.Sedangkan nilai ttabel yang didapat adalah 2,018.Dengan demikian dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan t hitung< ttabel.Selain itu, uji hipotesis juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada uji t. nilai signifikansi pada tabel 4.9 adalah 0,176. Dengan demikian lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dan tidak ada pengaruh signifikan antara ROA terhadap Return saham dalam uji linier berganda secara parsial.. Berdasarkan tabel 4.9 juga didapat thitung untuk variabel DER adalah 2,795.Sedangkan nilai ttabelyang didapat adalah 2,018.Nilai signifikannya adalah 0,008. Dengan demikian perhitungan tersebut dapat disimpulkan thitung>ttabeldan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
119
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati*
Artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh signifikan antara DER terhadap Return saham dalam uji linier berganda secara parsial. Model regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh kedua variabel independen ROA dan DER terhadap return saham secara bersama-sama. Model tersebut dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Return Saham = βo + β1 ROA + β2 DER Berdasarkan hasil analisis regresi berganda ditunjukkan tabel 4.9 di atas sehingga dapat diformulasikan : Return Saham = -0,258 + 0,093 ROA + 0,378 DER Persamaan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Secara bersama-sama model ini menjelaskan bahwa pengaruh ROA dan DER positif dan signifikan ditunjukkan dengan ROA (Sig. 0,176) dan DER (Sig. 0,008) dengan tingkat korelasi masing-masing ROA (0,093) dan DER (0,378). 2. Besarnya nilai R square adalah 0,16 atau 16% yang berarti kemampuan menjelaskan variansi variabel bebas Return On Asset dan Debt Equity Ratio terhadap Return saham secara bersama-sama sebesar 16% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 4.1 Interprestasi Hasil Setelah melakukan pembahasan di atas, maka di dapat interprestasi hasil berdasarkan teknik analisi yang digunakan pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Di antaranya adalah: 1. Hubungan Return On Asset dan Return Saham ROA dengan return saham mempunyai hubungan negatifdan tidak signifikan pada penelitian ini, jika ROA meningkat maka return juga akan meningkat. Untuk meningkatkan ROA maka manajer dalam mengambil keputusan secara normatif mempertimbangkan portfolio investasi yang akan menghasilkan marginal return yang lebih besar daripada marginal investasi (asset). 2. Hubungan Debt to Equity Ratio dan Return saham. Hubungan DER dengan return saham mempunyai hubungan positif dan signifikan, jika DER meningkat maka return akan meningkat. Manajer dapat mengambil keputusan sumber
120
3.
pendanaan secara normatif dengan mempertimbangkan lebih efisien pendanaan hutang lebih besar dari modal sendiri karena cost of capital dari modal sendiri lebih kecil. Hubungan Return On Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Return saham Pengaruh kedua variabel independen yaitu : ROA dan DER terhadap return saham secara simultan adalah positif dan signifikan ditunjukkan dengan nilai F test 3,995 dengan Sig 0,026. Dengan demikian pada perusahaan properti bisa menggunakan kebijakan keuangan untuk meningkatkan return saham dengan meningkatkan ROA dan DER.
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan meneliti profitabilitas Return On Asset dan leverage Debt to Equity Ratio terhadap return saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil temuan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Return On Asset (ROA) mempunyai nilai ratarata sebesar 6,125% selama periode 2011-2015. Return on asset pada perusahaan property berpengaruh negatef terhadap return saham sebesar -0,022 dan tidak signifikan dengan nilai (Sig. 0,699). Nilai R square ROA adalah 0,004 atau 0,4%. Untuk meningkatkan ROA maka manajer dalam mengambil keputusan secara normative mempertimbangkan portfolio investasi yang akan menghasilkan marginal return yang lebih besar daripada marginal investasi (asset). 2. Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai nilai rata-rata sebesar 2,395% selama periode 20112015. Debt to equity ratio pada perusahaan property berpengaruh positif terhadap return saham sebesar 0,264 dan signifikan dengan nilai (Sig. 0,019). Nilai R square DER adalah 0,12 atau 12%.Dengan demikian manajer dapat mengambil keputusan sumber pendanaan secara normatif dengan mempertimbangkan pendanaan hutang lebih besar dari modal sendiri karena cost of capital dari modal sendiri lebih kecil. 3. ROA dan DER secarabersama-sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan ditunjukkan dengan nilai F test 3,995 dengan Sig 0,026. Nilai R square sebesar 16%. Dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati*
demikian pada perusahaan property bias menggunakan kebijakan keuangan untuk meningkatkan return saham dengan meningkatkan ROA dan DER SARAN Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Return on asset pada perusahaan property berpengaruh negative terhadap return saham dan tidak signifikan karena fakor ekonomi yaitu inflasi yang sedang terjadi pada lima tahun terakhir, disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi persediaan terlalu banyak dan aktiva tetap tetap beroperasi dibawah normal. 2. Debt to equity ratio pada perusahaan property berpengaruh positif terhadap return saham dan signifikan. Ini karena factor perusahaan yang memperoleh pendanaan dari hutang. Keputusan memperoleh pendanaan dari luar harus dipertimbangkan dengan aktiva yang cukup baik sehingga perusahaan tidak memiliki resiko yang besar dalam memenuhi kewajibannya. 3. ROA dan DER secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Dengan hubungan utang perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitas yang kemudian menaikkan harga saham, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar. Umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan utang dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Jika perusahaan yang menggunakan utang dan membayar bunga, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang kecil, sehingga menghemat pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faisal(2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Malang, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Arikunto, Suharsimi(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. EdisiRevisiKeenam. Jakarta, Penerbit PT. RinekaCipta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Brealey, Myers dan Marcus, (2008).Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Penerbit Erlangga. Bringham, F Eugene danJoil F. Houston, (2001).Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Surabaya: Penerbit Erlangga. Fahmi, Ilham, (2014). Analisa Laporan Keuangan. Bandung, Penerbit Alfabeta. Gujarti, Damodar. (2003). Basic Econometrics. International Edition. McGraw Hill. Harahap, S.S (1995). Teori Akuntansi. Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Harahap, S.S (2004). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo (2006). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di P asar Modal Indonesia. PT. Bursa Efek Jakarta Hery, (2009). Teori Akuntansi Edisi Pertama Cetakan Pertama. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Hermanto, Bambang dan Mulyo Agung (2012). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta, Penerbit Lentera Ilmu Cendekia. Ikatan Akuntansi Indonesia.(2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta, PenerbitS alemba Empat. IAI; PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (revisi 2009) no. 1: Penyajian Laporan Keuangan : Jakarta. Keown, J Arthur dkk (2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh. Jakarta, Penerbit Salemba Empat. Manurung, Haymans Adler (1992). AnalisisSaham Indonesia, PT. Adler Manurung Press, Jakarta. Manurung, Haymans Adler(2004). Penilaian Perusahaan, PT. Adler Manurung Press, Jakarta. Munawir, (2001).AnalisaLaporanKeuangan. CetakanPertama, Edisi Keempat. Yogyakarta, Penerbit Liberty. Murti, Wahyu(2011). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham. Jakarta, Penerbit Cintya Press. Nuh, Muhammad danSuhajarWiyoto (2011). Accounting Principles. Jakarta, Penerbit Lentera Ilmu Cendekia.
121
PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Oleh : Nur Hamidah dan Putri Sarirati*
Pandapotan, Sony(2009). Pengaruh Return On Asset, Price Earning Ratio dan Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Go Public Di Indonesia. Skripsi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Riduwan (2014).Dasar-DasarStatistik. Bandung, Penerbit Alfabeta. Sundjaja, Ridwan, dkk (2003). Manajemen Keuangan. Jakarta, Penerbit Literata Lintas Media.
122
Syamsuddin, Lukman(2004). Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan Pengawasan dan Pengambilan Keputusan). Jakarta, Penerbit PT. Raja GrafindoPersada. ModulManajemenKeuangan STIMA IMMI www.bi.go.iddidownloadpada 11 Maret 2016 www.idx.co.iddidownloadpada 16 Mei 2016 www.rei.or.id www.google.co.id
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih* ABSTRACT The purpose of this study was to identify the contribution of UKM in general to economic growth and development in Indonesia. And how the role of entrepreneurship in enhancing competitiveness and operational quality of UKM in the face of the global financial crisis. The research method using descriptive method kualitaitif, with the approach of the study of literature. The data collection is done with the study of literature in the textbooks, media articles, and browsing on-line. The results of this study indicate that the UKM sector has contributed to the economic development of Indonesia, there are factors that are a challenge to the development of UKM and entrepreneurship factors play an important role in improving the capabilities of UKM in Indonesia. Keyword: UKM, entrepreneurship
PENDAHULUAN Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor. Selama 1997-2006, jumlah perusahaan berskala UKM mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha di Indonesia. Sumbangan UKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%-57%. Sumbangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%. Sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/ pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli/ importir di luar negeri. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya
yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Eksistensi dan peran UKM yang pada tahun 2007 mencapai 49,84 juta unit usaha, dan merupakan 99,99% dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional. Pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 1.786,22 triliun atau 53,49 persen, kontribusi UK tercatat sebesar Rp. 1.253,36 triliun atau 37,53 persen dan UM sebesar Rp. 532,86 triliun atau 15,96 persen dari total PDB nasional, selebihnya adalah usaha besar (UB) yaitu Rp. 1.553,26 triliun atau 46,51 persen. Sedangkan pada tahun 2007, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 335,09 triliun atau 18,76
* Dosen Manajemen Universitas Mercubuana
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
123
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih*
persen dibanding tahun 2006. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp. 1.496,25 triliun atau 37,81 persen dan UM sebesar Rp. 625,06 triliun atau 15,79 persen, selebihnya sebesar Rp. 1.836,09 triliun atau 46,40 persen merupakan kontribusi UB. Seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut: Gambar 1 Kontribusi Jenis Usaha Terhadap PDB (angka dalam triliun rupiah)
Gambar 2 Sebaran Unit Usaha UKM berdasarkan sektor ekonomi tahun 2006
Gambar 3 Sebaran Unit Usaha UKM berdasarkan sektor ekonomi tahun 2007
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Statistik UKM 2006-2007 mengatakan bahwa upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya baik dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro di atas selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah UKM periode 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2007. Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa-jasa dengan perkembangan masing-masing sektor tercatat sebesar 51,14 persen, 27,40 persen, 6,49 persen, 5,54 persen dan 4,60 persen. Seperti tampak dalam gambar sbb:
124
Dapat dilihat dari statistik yang dikeluarkan oleh UKM, bahwa 5 sektor yang memiliki porsi terbesar adalah UKM yang terkait dengan industri makanan dan minuman. Sektor ini membentuk rantai makanan yang berupa input bahan baku dan output jadi makanan dan minuman. Industri Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan menyumbang bahan baku untuk pembuatan makanan dan minuman, sementara Industri Perdagangan, Hotel, dan Restoran menjual makanan dan minuman jadi hasil pengolahan dari industri sebelumnya. Sehingga jika ditotal, sektor makanan dan minuman memiliki proporsi unit usaha UKM lebih dari 80%. Dua langkah strategis yang bisa diusulkan untuk pengembangan sektor UKM, yaitu demand pull strategy dan supply push strategy. Demand pull strategy mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan luar negeri, dan menyediakan peluang pasar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih*
-
Supply push strategy yang mencakup strategi pendorong sisi penawaran. Ini bisa dilakukan dengan ketersediaan bahan baku, dukungan permodalan, bantuan teknologi/ mesin/alat, dan peningkatan kemampuan SDM. Salah satu program peningkatan kapabilitas UKM yang sering dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemampuan SDM adalah pengembangan entrepreneurship pengusaha UKM. Pengembangan entrepreneurship bertujuan untuk meningkatkan kemandirian usaha, kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam sektor UKM, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UKM. Berdasarkan pendahuluan di atas, penulis tertarik untuk mengemukakan hal-hal berikut ini dalam makalah yang ditulis: 1. Bagaimana peranan UKM sektor makanan dan minuman dalam bentuk proporsi usaha, dan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia? 2. Bagaimana entrepreneurship dapat meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UKM? TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar. Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah: Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
-
Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil. Yang menjadi kekuatan UKM seperti kebebasan untuk bertindak, menyesuaikan kepada kebutuhan setempat dan peran serta dalam melakukan usaha/ tindakan, sedangkan kelemahannya kelemahan yaitu relatif lemah dalam spesialisasi, modal dalam pengembangan terbatas dan sulit untuk mendapat karyawan yang cakap Istilah entrepreneurship secara filosofis berarti kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar atau penggerak dalam menghadapi tantangan hidup. Setidaknya ada 3 pengertian tambahan dari entrepreneurship, yaitu: 1. Tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif. 2. Semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan sesorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, dan menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru. 3. Kemampuan untuk mengelola aktivitas usaha, mulai dari proses merencanakan, melaksanakan, hingga menanggung resiko yang timbul untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Banyak text book yang telah mendefinisikan ciriciri entrepreneurship dari berbagai aspek, semisalnya gender, produk yang dihasilkan, usia, serta profil psikologis, seperti yang ditulis oleh Griffin & Ebert (2005) dan Boone (2007), yang dapat diringkas sbb: 1. Mempunyai hasrat untuk selalu bertanggung jawab bisnis dan sosial 2. Komitmen terhadap tugas 3. Memilih resiko yang moderat 4. Merahasiakan kemampuan untuk sukses 5. Cepat melihat peluang 6. Orientasi ke masa depan
125
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih*
7. 8. 9. 10.
Selalu melihat kembali prestasi masa lalu Memiliki skill dalam organisasi Toleransi terhadap ambisi Fleksibilitas tinggi
G. Pinohot seperti yang dikutip oleh Hisrich et. al. (2009) membuat suatu komparasi perbedaan antara manajer secara tradisional dengan wirausaha, baik dari wirausaha individu maupun korporasi, yang dapat dilihat sbb:
METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan rasionalistik. Metode kualitatif-rasionalistik ini didasarkan atas pendekatan holistik berupa suatu konsep umum (grand concepts) yang diteliti pada objek tertentu (spesific object), yang kemudian mendudukkan kembali hasil penelitian yang didapat pada konsep umumnya. Paradigma penelitian kualitatif diantaranya diilhami falsafah rasionalisme yang menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna dibalik fakta empiris sensual. Secara epistemologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang diteliti tidak dilepaskan dari konteksnya atau setidaknya objek diteliti dengan fokus tertentu, tetapi tidak mengeliminasi konteksnya (Moleong, 2007). Pengumpulan data menggunakan pendekatan studi literatur. Literatur yang diperiksa meliputi buku teks, artikel media massa, dan penelusuran literatur online.
126
PEMBAHASAN Segala usaha bisnis dijalankan dengan azas manfaat, yaitu bisnis harus dapat memberikan manfaat tidak saja secara ekonomi dalam bentuk laba usaha, tetapi juga kelangsungan usaha. Beberapa faktor penentu keberhasilan usaha adalah: · Kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. · Kapabilitas dan kompetensi manajemen. · Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan modal untuk menjalankan usaha. Krisis global dunia telah menggagalkan, bahkan membangkrutkan banyak bisnis di dunia. Di tengah krisis global yang melanda dunia tahun 2008-2009, Indonesia menjadi salah satu negara korban krisis global, walaupun kita telah belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa sektor UKM tahan krisis, namun tetap saja harus ada kewaspadaan akan dampak krisis ini terhadap sektor UKM, Mudradjad Kuncoro mengatakan ada 7 tantangan yang harus dihadapi UKM dalam era krisis global, yaitu: 1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. 2. Akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. 3. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7% yang sudah memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau koperasi). 4. Tren nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfluktuatif dan berubah-ubahnya komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih*
5.
Pengadaan bahan baku, masalah terbesar yang dihadapi dalam pengadaan bahan baku adalah mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang relatif jauh. Ini karena bahan baku bagi UKM yang berorientasi ekspor sebagian besar berasal dari luar daerah usahan tersebut berlokasi. 6. Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu. 7. Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing sebagai suatu hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan, salah satu langkah strategis untuk mengamankan UKM dari ancaman dan tantangan krisis global adalah dengan melakukan penguatan pada multi-aspek. Salah satu yang dapat berperan adalah aspek entrepreneurship. Wirausaha dapat mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki, dengan proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan UKM siap menghadapi tantangan krisis global. Beberapa peran entrepreneurship dalam mengatasi tantangan di UKM adalah: 1. Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi: a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik). b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan saran untuk masukan pengembangan UKM. 2. Bertindak inovatif, yaitu: a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap aspek kegiatan UKM. b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan manfaat dari suatu bisnis. UKM harus memiliki manajemen resiko dalam segala aktivitas usahanya. Sementara untuk mengatasi masalah yang ada di UKM saat ini, tidak saja dibutuhkan 3 sikap di atas, namun juga diperlukan langkah-langkah pendukung dari manajemen UKM, dalam aspek penataan manajemen UKM . Beberapa aspek pengelolaan manajemen UKM yang harus dibenahi sbb: - Personil - Fasilitas fisik - Akuntansi - Keuangan - Pembelian - Pengurusan barang dagangan - Penjualan - Advertensi - Resiko - Penyelenggaraan sehari-hari KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pemaparan UKM dan entrepreneurship di atas, maka penulis mengambil kesimpulan sbb: 1. Usaha Kecil Menegah (UKM) Indonesia telah membuktikan perannya sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan membuktikan diri secara historis tahan terhadap krisis. 2. Setidaknya ada 7 tantangan yang dihadapi oleh UKM dalam krisis finansial global yang dapat mengancam daya saing dan operasional UKM. 3. Aspek entrepreneurship dapat berperan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi UKM, yaitu bagaimana UKM harus dapat bertindak inovatif, berpikir kreatif, dan berani mengambil resiko. Penulis juga mengemukakan saran pengembangan UKM sebagai berikut: 1. UKM harus memiliki manajemen resiko yang baik dalam rangka pengelolaan usaha, untuk itu disarankan adanya perhatian dan pengelolaan perusahaan berdasarkan kepada resiko yang ada.
127
MODEL ENTREPRENEURSHIP UNTUK MEMPERKUAT UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL Oleh : Lisnatiawati Saragih*
2.
128
Entrepreneurship tidak akan berjalan jika tida memiliki sikap mental positif. Oleh karena itu, pelaku UKM diharapkan memiliki sikap mental positif sebagai syarat utama untuk berpikir kreatif, bekerja secara inovatif, dan berani mengambil resiko.
REFERENSI Boone and Curtz, 2007. Contemporary Business. New York: Thomson Learning Griffin and Ebert. 2005. Business Essential. New Jersey: Prentice Hall. Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc. Rexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Statistik UKM 2006-2007, Kementerian Koperasi dan UKM, diakses pada tanggal 17 Agustus 2009
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIAAMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno* ABSTRACT Abstrak: Sistem Manajemen Hubungan Industrial (SMHI), menganalisis perbandingan beberapa sistem manajemen hubungan industrial yang ada di Negara-negara maju seperti: SMHI di Eropa dan Amerika Serikat dengan SMHI di Indinesia). Tujuan penulisan ini untuk mengetahui perbandingan SMHI di luar dengan SMHI di Indonesia. Artikel perbandingan SMHI ini dilakukan melalui studi kepustakaan yang yang bersumber dari buku-buku, jurnal, undang-undang dan dokumen lainnya. Metode penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan naratif atau historis. Analisis dalam penelitian ini berhasil mengungkap perbedaan SMHI di Amerika Serikat dengan SMHI di Indonesia bahwa SMHI di Indonesia telah diimplementasikan pada Sistem Manajemen Hubungan Industrial yang telah diratifikasi oleh Konvensi International Labor Organization dan beberapa kebijakan nasional masih terdapat perbedaan terutama menunjukkan jadi diri bangsa Indonesia atau kebijakan yang belum diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Keywords: Perbandingan, sistem, manajemen, hubungan, Industri.
Globalisasi pada awal 1990-an, disambut dengan eforia, aliran modal ke negara-negara berkembang meningkat enam kali lipat dalam kurun waktu enam tahun (1990-1996). Globaliasasi merupakan penyatuan negara-negara di dunia sampai kepada kebutuhan untuk bertindak lebih kolektif bagi masyarakat maupun negara-negara untuk memecahkan masalah-masalah umum yang mereka hadapi. Globalisasi memungkinkan arus modal, teknologi dan sumber daya manusia berpindah dari satu negara ke negara lain dengan menghilangkan hambatan-hambatan yang sebelumnya telah ada. Globalisasi mungkin dapat membantu beberapa negara meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu jumlah produksi dan barang dan jasa meningkat. Dampak positifnya adalah tersedianya SDM yang murah bagi perusahaan, terbukanya lapangan kerja dengan mudah karena tersedia di pasar SDM dalam jumlah banyak dan kualitas yang tinggi. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi terhadap lemahnya SDM kita, di antaranya adalah sering kalah dalam perundingan negoisasi kontrak dengan pihak luar; banyak perusahaan strategis di miliki oleh pihak asing; banyaknya posisi-posisi pengambil keputusan di perusahaan yang dikuasai tenaga kerja asing
(expatriate). Arus modal, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) demikian cepat mobilitasnya atar negara dalam satu kawasan, satu wilayah regional dalam satu benua, maupun antar benua. Negaranegara maju dari Barat telah mempelopori penerapan manajemen hubungan industrial, didasarkan pada pola demokrasi dan kemitraan saling menguntungkan antar pengusaha dan pekerja. Perjuangan pekerja untuk mendapatkan hak-haknya telah berlangsung ber abad-abad dengan pengorbanan waktu, biaya dan pertaruhan nyawanya. Perjuangan buruh yang telah berlangsung lama tersebut sedikit demi sedikit membuahkan hasilnya dengan disepakatinya hak-hak mereka dalam hubungan industri. Diperlukan kerja sama dan kerja keras dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi, pengusaha dan tokoh-tokoh pekerja untuk mempersiapan peraturan perundang-undangan yang mampu menjembatani antara kepentingan pengusaha dan kepentinyan pekerja untuk menciptakan yang berkualitas hubungan industrial yang kondusif dalam persaingan global yang mereka hadapi. Pendidikan sumber daya manusia harus di arahkan untuk peningkatan knowledge, skill and attitude dalam bidang hubungan industrial agar memiliki competitive
* Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
129
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
advantage di tingkat global namun tetap memerhatikan dan melindungi kepentingan nation, and character building, budaya dan tradisi kultural bangsa. Diperlukan terobosan yang berani untuk dapat mewujudkan sistem manajemen hubungan industrial yang mampu menjamin kepastian hukum dan berkeadilan dari kalangan perguruan tinggi, pelaku dunia usaha, tokoh-tokoh-tokoh pekerja, dan pemerintah. Di Indonesia dengan bergulirnya reformasi sebagai akibat dari krisis moneter yang diikuti krisis ekonomi menuntut perubahan di berbagai bidang, khususnya dibidang ketenagakerjaan dengan disyahkannya UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan disusul pengesahan UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industri (PPHI). Pemerintah dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja masih sibuk dengan pembenahan ke dalam organisasinya. Penyelesaian perselisihan hubungan industri (PPHI) masih belum berjalan dengan semestinya karena perangkat aparat penegakan hukum dan instrument di bidang Pengadilan Hubungan Industrial masih dalam proses melakukan perekrutan hakim, hakim ad hoc, mediator, konsiliator dan perangkat PPHI lainnya. Pada artikel ini penulis ingin membatasi pembahasan pada Sistem Manajemen Hubungan Industri di Amerika Serikat dengan membandingkan dengan sistim manajemen hubungan industri di Indonesia yang dalam rangka menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja dan menciptakan ketenangan berusaha bagi pengusaha serta peran serta pemerintah dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pekerja dan pengusaha. Permasalahan Hubungan Industrial di Indonesia sampai saat ini masih banyak perusahaan yang masih belum mengetahui keberadaan atau pemberlakuan undang-undang ketenagakerjaan tersebut di atas baik UU No 13 tahun 2003 maupun UU No 2 tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya. Artikel ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas persamaan dan perbedaaan sistim manajemen hubungan industrial di Amerika Serikat dengan sistem manajemen hubungan industrial di Indonesia dan kebijakan mana saja yang bisa implementasikan serta mana yang harus tinggalkan atau diganti. Artikel ini diharapkan dapat menjawab ke dua pertanyaan pokok di sistim manajemen hubungan industrial dan dapat dijadikan bahan perbandingan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah,
130
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat para pengusaha, dan para pekerja di bidang hubungan industrial. METODE Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian pustaka yang yang bersumber dari buku-buku, artikel, jurnal, peraturan Perundang-undangan baik berupa edisi internasional maupun nasional yang berkaitan dengan SMHI. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, diskusi kelompok, analisa data, dan evaluasi serta di akhiri dengan pembuatan laporan. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Januari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian dengan ciri menggunakan seting alami, bersifat deskriptif, menekankan pada proses, dengan menggunakan pendekatan induktif, dan memberikan perhatian kepada makna. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang telah terjadi dalam SMHI. Penelitian studi pustaka ini sebagai subyek penelitian bukan sampel, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasikan. Teknik perbandingan isi dipergunakan sebagai bingkai oleh peneliti dalam melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara, melakukan pengelompokan dan pembingkaian jawaban nara sumber, dan analisis hasil temuan kualitatif. Segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan mengiterpretasikan informasi yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Proses penelaahan teoretik suatu konsep dimulai dari komponen analisi, aspek yang dievaluasi, indikator sampai kepada penjabaran dan penulisan butir instrumen. Peneliti menjelaskan pakar yang menelaah instrumen, prosedur telaah dan hasil telaahnya secara kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan sekunder, sedangkan observasi dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan analisis SMHI. Untuk menjaring data sekunder dapat diangkat melalui berbagai macam dokumentasi tentang perspektif implementasi dan hasil kebijakan. Teknik pengumpulan data dari sumber data primer maupun sekunder dan tertier yang dilakukan peneliti meliputi wawancara tentang regulasi, kebijakan pemerintah tentang SMHI. Telaah dokumen dilakukan terhadap dokumen kebijakan tertulis tentang Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
SMHI dokumen prosedur operasional, instruksi kerja, dokumen hasil monitoring dan evaluasi serta rencana perbaikan secara berkelanjutan. Peneliti melakukan wawancara dengan instrumen pedoman wawancara terhadap regulator. Peneliti menyajikan teknik pengumpulan data dalam bentuk tabel atau bagan yang meliputi komponen analisi, aspek yang dianalisis, sumber data, instrumen yang digunakan dan sumber data, teknik pengumpulan data dan jenis instrumen yang digunakan. HASIL Sistem Manajemen Hubungan Industri di Amerika Serikat. Evolusi dari sistem hubungan industrial di Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang, meliputi sejarah pekerja Amerika serta orang-orang yang berperan dalam sistem perburuhan, ekspansi ekonomi yang menyebabkan nasionalisasi para imigran, sampai dengan menjadi kekuatan utama industri dunia. Sejarah hubungan industri di Amerika Serikat diawali dari masa kolonial dan pra industri, pada masa awal kolonial sampai dengan masa perang revolusioner, hubungan perburuhan (hubungan antara pekerja dan majikan) didominasi oleh prinsip-prinsip utama aturan perburuhan yang berasal dari Hukum Umum Inggris. Serikat pekerja modern di perusahaan yang pertama terbentuk adalah serikat pekerja pembuat sepatu di Philadelpia pada tahun 1794. Selanjutnya mereka bergabung dengan serikat tukang kayu, pekerja percetakan, dan pekerja ahli lainnya di New York beberapa kota besar lainnya. Serikat pekerja ini memperjuangkan kenaikan gaji mereka dan melancarkan pemogokan apabila mereka tidak setuju dengan upah yang mereka terima. Pada tahun 1820 muncul inisiatif di Philadelpia dan New York untuk membentuk partai buruh sebagai bentuk perjuangan para pekerja. Pada pemilihan tahun 1832, partai buruh sukses menempatkan wakilnya Andrew Jackson sebagai anggota Senat di Gedung Putih sebagai wakil para buruh/pekerja. Sejak saat itu isu perburuhan disampaikan diranah politik. Perjuangan perburuhan diranah politik ini berhasil meningkatkan pengaruh dibidang ekonomi seperti membatasi pekerja anak, batasan jam kerja dan lain-lain. Serikat pekerja ini berkembang pesat seiring dengan kemajuan ekonomi nasional maupun keberuntungan ekonomi daerah, puncaknya adalah pada tahun 1886 beranggotakan 700.000 pekerja. Pada tahun 1886 Federasi buruh Amerika (American federation of Labor/AFL) memulai kiprahnya, dipimpin oleh Samuel Gompers. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Federasi buruh ini memiliki filosofi organisasi sebagai serikat pekerja bisnis. AFL merupakan serikat pekerja yang berada antara serikat pekerja kompromis seperti The Knights of Labor dan serikat pekerja radikal seperti IWW. Strategi dari AFL adalah mempromosikan organisasi buruh menjadi hanya satu serikat pekerja yang kuat. Yang diperjuangkan adalah gaji dan kondisi kerja dari pekerja. Salah satu prinsip sebagi petunjuk dasar dari AFL adalah organisasi serikat pekerja dipisahkan berdasarkan keahlian anggotanya, Pada awalnya dalam hubungan industrial antara pekerja dan majikan, Mandor sangat berperan penting dan dapat langsung menerima serta mengganti pekerja yang dikenal dengan sistem hubungan langsung. Sehingga pada masa sampai sebelum tahun 1913, mandor sangat berperan penting dalam penentuan pergantian pekerja. Pada awal abad ke-20 Frederick Taylor ’s meyakinkan bahwa penggunaan ilmu manajemen akan menguntungkan perusahaan. Ilmu manajemen juga mengenalkan fungsi manajemen, pembagian kerja, sistem penggajian , supervise, system reward and phunisment serta hubungan antara pekerja dan majikan. Dengan semakin berkembangnya era industrialisasi, AFL sebagai federasi serikat pekerja yang beranggotan organisasi pekerja yang mempunyai keahlian tukang menjadi kurang berperan, karena banyaknya organisasi yang tergabung dalam federasi menyebabkan koordinasi dalam rangka memperjuangkan aspirasi menjadi sulit. Ahirnya para pemimpin serikat pekerja menyadari perlu dibentuk serikat pekerja industri. Melalui debat panjang antara serikat pekerja industri yang dipimpin Lewis dengan AFL, akhirnya Lewis dan pendukungnya membentuk organisasi baru Conggress of Industrial Organization (CIO). Akhirnya CIO dan AFL sepakat untuk bersama-sama memperjuangkan nasib pekerja sebagai anggotanya. Terpilihnya franklin D Rosevelt sebagai presiden Amerika pada tahun 1932 dan akibat dari krisis ekonomi dan sosial melahirkan kebijakan baru dibidang perburuhan. Presiden Rosevelt mengenalkan kebijakan baru tentang asuransi pegawai, lapangan kerja baru, jaring pengaman social dan upah minimum. Peraturan perburuhan baru ini dikenal dengan nama National Labor Relation Act (NRLA) pada tahun 1935. Tahun 1940 Untuk menjembatani permasalahan perburuhan, Presiden Rosevelt membuat The National War Labor Board (WLB). WLB merupakan badan tripartite dalam menangani
131
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
masalah tenaga kerja, yang terdiri dari pihak yang netral sebagai ketua, manajemen dan perwakilan pekerja. Pada tahun 1955 dua federasi buruh yang besar yaitu AFL dan CIO bergabung menjadi AFLCIO untuk mengatasi perbedaan yang ada diantara mereka dengan tujuan agar mereka dapat lebih focus memperjuangkan upah dan kondisi kerja buruh. Tahun 1960-an. serikat pekerja sukses mengorganisir banyak sekali pekerja sector public. Tantangan bagi manajemen dan serikat pekerja dimasa ini adalah sama, yaitu adanya konflik dilapangan pekerjaan dan serikat pekerja lokal. Sehingga manajemen dan serikat pekerja harus mencari prinsip-prinsip bersama yang disepakati untuk mengatsi masalah ketenaga kerjaan. Tantangan lain adalah meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia untuk memenuhi tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat. Tahun 1970an, pengaruh serikat pekerja mulai menurun karena pekerja memperoleh gaji yang naik secara cepat. Masalah ketenaga kerjaan dapat diatasi ditingkat manajemen. Tahun 1980an, merupakan periode kritis dan memerlukan eksperimen bagi digunakannya strategi yang baru oleh manajemen, pekerja dan pemerintah yang mengambil keputusan dibidang ketenaga kerjaan. Mereka harus memutuskan untuk meninggalkan praktek-praktek yang tradisional dan mencari ide yang lebih baru. Tahun 1990-an, berkembangnya sektor privat yang tidak membutuhkan serikat pekerja, perkembangan teknologi, perpidahan pekerja antar negara, tenaga kerja tidak tetap (outsourcing), merupakan isu-isu yang membutuhkan usaha dan member tekanan bagi serikat pekerja, merupakan tantangan yang harus diatasi oleh pemimpin-pemimpin baru dari serikat pekerja. Tahun 2000-an. merupakan datangnya era millennium baru, dengan makin berkembangnya perusahaan multinasional yang ada di Amerika dan beroperasi di manca negara memberi tantangan baru bagi serikat pekerja yang bersifat global. Pengadilan Hubungan Industri (PHI) Di samping badan-badan federal dan negara, pengadilan secara konstan menafsirkan hukum, dan putusan kadang-kadang konflik. Pengadilan Banding kemudian mendamaikan setiap konflik. Semua undang-undang diskriminasi kerja menyediakan untuk penegakan pengadilan, seringkali sebagai pilihan terakhir jika lembaga pemerintah untuk penegakan hukum gagal. Berkenaan dengan Judul VII, pengadilan federal sering terlibat dalam dua cara:
132
penyelesaian sengketa antara EEOC dan majikan atas hal-hal seperti akses ke catatan perusahaan, dan menentukan biaya manfaat diskriminasi ketika upaya keluar-dari-pengadilan konsiliasi gagal. Rute hukum yang mungkin untuk keluhan terhadap majikan kegiatan HRM. Berkenaan dengan penegakan hukum oleh pengadilan, manuver hukum sering membuat gambaran membingungkan, terutama karena setiap langkah proses tersebut dapat mengajukan banding. Dan dengan tiga pihak yang terlibat EEOC, penggugat, dan terdakwa - banding adalah tempat umum. Semua kemungkinan untuk sidang, banding, ulangan, dan bahkan daya tarik ulangan dapat menyebabkan penundaan beberapa tahun sebelum masalah diselesaikan. Bila penundaan tersebut ditambahkan ke penundaan yang diciptakan oleh proses EEOC dari tuntutan, hasilnya adalah mengecewakan kepada pihak yang terlibat. Setelah keputusan pengadilan akhir dicapai dalam kasus judul VII, ia dapat memberikan solusi drastis: kembali membayar, menyewa kuota, penempatan kembali karyawan, promosi segera karyawan, penghapusan program pengujian, atau penciptaan rekrutmen khusus atau program pelatihan. Selain itu, pengadilan memberlakukan kuota dan jadwal untuk kerja Amerika Afrika di kelas berbagai pekerjaan. Jika Georgia Power gagal memenuhi tujuan, maka perintah pengadilan yang diberikan untuk rasio mempekerjakan wajib: Satu Afrika Amerika akan dipekerjakan untuk setiap kulit putih sampai persentase tujuan itu tercapai. Pengadilan lain telah memerintahkan perusahaan untuk memberikan kridit karyawan senioritas pada saat mereka telah di diskriminasi ditolak kerja. Namun demikian, banyak perintah pengadilan tidak begitu drastis. Banyak tergantung, tentu saja, pada fakta-fakta seputar kasus ini. Salah satu faktor penting adalah apakah majikan membuat setiap upaya sukarela untuk mematuhi undang-undang antidiskriminasi. Jika perusahaan menunjukkan bukti berhasil mengejar rencana tindakan afirmatif, pengadilan dapat memutuskan untuk menerapkan tindakan kurang ketat. Implementasi yang tepat dari sukarela serta spontan rencana tindakan afirmatif dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya dari bab ini. Badan ini baru-baru ini menerapkan program mediasi sebagai alternatif untuk proses investigasi tradisional yang memakan waktu. Program mediasi dimulai pada tahun 1991 dengan uji coba di instansi Philadelphia, New Orleans, Houston, dan kantor lapangan Washington. Keberhasilan program Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
percontohan ini mengarah pada pembentukan Alternative Dispute Resolution (ADR) tugas yang merekomendasikan program implementasi penuh pada tahun 1994. Saat ini, setiap kantor kabupaten memiliki program mediasi di tempat yang memanfaatkan kombinasi dari kedua mediasi internal dan eksternal. Negosiasi antara tenaga kerja dan manajemen adalah aspek paling menonjol dan dipublikasikan dari perundingan kolektif (collective bargaining). Perwakilan dari kedua belah pihak bertemu pada meja perundingan untuk menegosiasikan syarat-syarat dan ketentuan kontrak tenaga kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan kerja dan kesejahteraan ekonomi dari ratusan bahkan ribuan pekerja. Suasana pada meja perundingan biasanya serius dan terkadang menegangkan, khususnya ketika sejumlah besar karyawan terpengaruh oleh negosiasi atau adanya ancaman mogok kerja.
Kebanyakan negosiator adalah para profesional yang pandai menjaga ketenangan selama pembahasan kontrak, tetapi terkadang negosiasi juga dapat memanas. Negosiator manajemen tahu bahwa kesalahan dalam meja perundingan dapat merugikan perusahaan mereka jutaan dolar biaya operasional dan biaya tenaga kerja. Negosiator serikat pekerja menyadari bahwa penyelesaian kontrak tidak hanya mempengaruhi kehidupan kerja dari unit pekerja yang dirundingkan, tetapi hal itu juga dapat menentukan preseden penting berkaitan dengan keefektifan serikat pekerja pada negosiasi-negosiasi selanjutnya. Negosiator dari kedua belah pihak pada meja perundingan menyadari Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bahwa penyelesaian kontrak akhir adalah refleksi dari kemampuan berunding mereka. Reputasi profesional para negosiator, direksi hubungan industri korporat, dan petugas serikat kerja dapat meningkat pesat atau hancur total, tergantung pada kinerja mereka selama pembahasan kontrak. Baik negosiator manajemen maupun serikat pekerja mempertaruhkan sejumlah besar uang dan kekuasaan ketika mereka duduk pada meja perundingan; oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang mengejutkan bahwa pembahasan kontrak menyangkut persiapan yang matang, taktik jenius, dan terkadang ledakan emosional. Bab ini menyediakan pandangan praktek dari negosiasi kontrak kerja atau perundingan kerja. Penekanan khusus diletakkan pada persiapan negosiasi serta strategi dan taktik yang diperlukan pada meja perundingan. Pemeriksaan tahap-tahap perundingan menyangkut titik akhir yang ingin dicapai. Karena keberadaannya sangatlah penting terhadap kesuksesan sebuah perundingan kolektif, pembahasan lengkap mengenai persiapan perundingan sebagai persyaratan legal perundingan beritikad baik dapat dilihat sebagai berikut : Tahap-Tahap Proses Perundingan Proses negosiasi kontrak antara tenaga kerja dan manajemen dapat dibagi ke dalam empat tahap: (1) persiapan untuk negosiasi; (2) tuntutan awal; (3) perundingan utama; dan (4) perundingan “sebelas jam”. Tahap persiapan terjadi sebelum pihak-pihak bertemu untuk negosiasi resmi. Seringkali tahap ini paling memakan waktu dan bagian terpenting dalam perundingan kolektif; akan tetapi, persiapan perundingan biasanya tidak dilakukan dibawah tekanan karena tenggat waktu kontrak dan mogok kerja potensial belum menjadi perhatian utama para negosiator. Ketika kesepakatan perundingan kolektif menjadi luas, kompleks, dan menyangkut banyak karyawan, persiapan dapat mencapai satu tahun atau lebih. Demikian juga, ketika pembahasan kontrak yang sulit dapat diantisipasi, persiapan perundingan dapat agak luas. Situasi perundingan yang tidak terlalu kompleks dan kontroversial mungkin hanya membutuhkan persiapan selama beberapa minggu. Ketika pihak-pihak bertemu pada meja perundingan untuk secara resmi memulai pembahasan kontrak, tekanan dan semangat mulai terbangun. Negosiator serikat pekerja dan manajemen saling bertukar permintaan dan tuntutan awal mengenai syarat dan ketentuan kesepakatan perundingan kolektif yang prospektif. Sulit untuk menggambarkan secara pasti urutan tahap-tahap yang
133
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
dilakukan ketika pihak-pihak bertemu. Pada beberapa contoh, tim perundingan serikat pekerja dan manajemen mulai secara perlahan dan berhati-hati sebagai upaya menyelidiki posisi pihak lain. Pada situasi yang lain, serikat pekerja mempresentasikan tuntutannya, manajemen kemudian memberikan komentar terhadap tuntutan-tuntutan serikat kerja yang dianggap tidak masuk akal, dan negosiasi dimulai dengan “kedua belah pihak yang berapi-api”. Tergantung pada kompleksitas kesepakatan perundingan kolektif, negosiasi biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan. Kedua pihak tidak selalu bertemu setiap hari pada periode ini, ataupun melakukan rapat-rapat maraton. Sejalan dengan tenggat waktu kontrak yang kian dekat, bagaimanapun, sesi negosiasi biasanya bertambah dalam frekuensi maupun durasi. Ketika tanggal yang ditargetkan semakin dekat, negosiasi bisa berubah menjadi sesi-sesi semalam suntuk yang penuh tekanan dimana kedua pihak berupaya untuk mencapai kesepakatan dan menghindari pemogokan ataupun larangan bekerja. Perundingan kolektif dimulai dengan tahap persiapan dan selanjutnya dilakukan tuntutan awal, perundingan utama, dan tahap perundingan sebelas jam. Jika kedua pihak mengalami kebuntuan, seorang mediator akan dipanggil untuk membantu tim perundingan negosiator serikat pekerja dan manajemen agar mendapatkan kembali momentum perundingan mereka dan menghindari adanya mogok kerja. Kebanyakan tim perundingan negosiator serikat pekerja dan manajemen mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu kontrak berakhir. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, maka serikat pekerja dapat melakukan mogok kerja atau para pengusaha dapat memberlakukan larangan bekerja. Kedua pihak juga dapat memutuskan untuk menghentikan mogok kerja dan melanjutkan negosiasi, terutama ketika kesepakatan sudah hampir dicapai dan mogok kerja tidak menghasilkan apa-apa. Ketika kesepakatan perundingan kolektif dinegosiasikan dan disetujui oleh para anggota serikat pekerja, syarat-syarat kontrak yang baru seringkali berlaku surut terhadap tanggal kadaluwarsa kontrak yang asli. Persiapan Perundingan Kolektif Mungkin tahap yang paling menentukan dari sebuah proses perundingan kolektif yaitu dasar yang ditetapkan sebelum negosiasi yang nyata. Sebagai seorang negosiator veteran Fritz Ihrig menyatakan:
134
“Menurut pandangan saya 90 persen dari apa yang dicapai dalam sebuah proses negosiasi terjadi di balik layar. Bagian yang baik darinya yaitu persiapanmelakukan pekerjaan rumah anda”. Pengalaman pada meja perundingan dapat menjadi aset yang penting untuk seorang negosiator, tetapi hal yang terpenting tetaplah persiapan yang hati-hati dan menyeluruh. Ada tiga alasan mendasar untuk persiapan perundingan: 1) Persiapan memungkinkan masing-masing tim perundingan untuk menetapkan tujuan perundingannya dan batasan sampai dimana ia bersedia untuk menyerah sebelum melakukan mogok kerja atau larangan bekerja. Tuntutan-tuntutan dalam perundingan dapat disusun secara hati-hati dan diurutkan berdasarkan tingkat kepentingan terhadap serikat pekerja dan manajemen; 2) Persiapan memungkinkan tim yang bernegosiasi untuk membuktikan dan membela tuntutantuntutannya. Dengan mengumpulkan dan mengatur informasi yang berhubungan dengan perundingan kolektif, negosiator dapat secara cepat mengacu kepada informasi ekonomi, industrial, dan keuangan yang memiliki hubungan yang penting pada ketentuan kontrak yang sedang dibahas; 3) Persiapan memungkinkan tim yang sedang bernegosiasi untuk mengantisipasi tuntutan-tuntutan lawan. Kondisi ini mirip seperti pada saat seorang pelatih sepak bola memandu timnya untuk menghadapi lawan pada pertandingan selanjutnya dengan cara mendeteksi kekuatan, kelemahan, dan kecenderungan mereka, maka persiapan yang menyeluruh dari sebuah tim negosiasi akan meminimalisir kejutan-kejutan yang mungkin dihadapi pada meja perundingan. Singkatnya, persiapan sebelum negosiasi menunjukkan upaya oleh serikat pekerja dan manajemen untuk meningkatkan posisi tawar relatif mereka. Ketika kedua pihak mempersiapkan secara menyeluruh negosiasi yang akan dihadapi, mungkin mereka akan memakai pandangan yang lebih realistis pada negosiasi kontrak dan mengurangi kemungkinan adanya mogok kerja atau larangan bekerja. Jika satu pihak mempersiapkan dengan sangat baik sedangkan pihak lainnya tidak, maka mungkin terjadi ketidakcocokan dengan akibat yang buruk. Memulai Persiapan Persiapan sebelum negosiasi dapat merupakan proses yang sangat memakan waktu yang membutuhkan pengkoordinasian banyak informasi. Seringkali pekerjaan mengumpulkan data dan informasi diasosiasikan dengan proses perundingan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
kolektif yang merupakan tanggung jawab beberapa orang. Oleh karena itu, ada dua hal penting yang harus diingat. Pertama, persiapan perundingan harus dikoordinasikan. Manajemen kebanyakan memberikan tanggung jawab ini kepada direksi personalia atau hubungan industrial pada tingkat pabrik, divisi, atau korporat. Serikat pekerja mengkoordinasikan persiapan melalui kepemimpinan lokal, regional, atau internasional mereka. Seringkali kepala negosiator pada masing-masing pihak mengkoordinasikan persiapan perundingan. Satu kegiatan pengkoordinasian yang penting yaitu menetapkan komite untuk menyusun tuntutantuntutan dalam berbagai bagian dari kesepakatan perundingan kolektif. Sebagai contoh, ada komite yang bertanggung jawab pada struktur upah dan gaji, komite untuk tunjangan, komite untuk peraturan kerja dan ketentuan perlindungan, serta komite untuk keamanan dan kesehatan. Aspek penting yang kedua dari persiapan yaitu memutuskan kapan untuk mulai. Beberapa negosiator mengklaim bahwa persiapan sebelum perundingan dimulai segera setelah kesepakatan perundingan kolektif dinegosiasikan. Demikian, jika sebuah kesepakatan perundingan kolektif dengan jangka waktu tiga tahun dinegosiasikan dan dimulai pada 15 Mei 1995, negosiator yang mengikuti paham ini akan memulai persiapan sebelum perundingan untuk negosiasi tahun 1998 pada sekitar akhir Mei 1995. Meskipun mungkin lebih baik untuk meminimalisir kesalahan karena memulai lebih awal, akan tetapi banyak informasi ekonomi dan industrial yang dibutuhkan untuk negosiasi pada tahun 1998 belum tersedia. Sangatlah penting untuk menyediakan sebanyak mungkin waktu untuk tahap persiapan. Setahun atau lebih mungkin dibutuhkan untuk negosiasi yang kompleks atau bermasalah, sedangkan beberapa bulan mungkin cukup untuk kontrak sederhana yang mencakup kondisi lokal. Menyeleksi Tim Perundingan dan Kepala Negosiator Tim perundingan bertanggung jawab secara penuh dalam pembuatan tuntutan dan tuntutan balik terhadap tim perundingan lawan; ia mempunyai kekuasaan untuk menyetujui kesepakatan kontrak sementara. Anggota tim perundingan harus dapat menyusun tuntutan, menganalisa implikasi-implikasi jangka pendek maupun jangka panjang dari tuntutan balik yang dibuat oleh lawan, mempresentasikan argumen yang meyakinkan selama pembahasan kontrak, dan menghasilkan kesepakatan tanpa terlalu Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mengkompromikan kepentingan lawan. Kualifikasi individu dari keanggotaan tim perundingan meliputi pengetahuan mengenai hubungan tenaga kerjamanajemen, memahami kontrak secara mendalam, dan pemahaman mengenai kondisi ekonomi dan industri yang mempengaruhi negosiasi. Syarat-syarat pribadi seorang negosiator meliputi kecerdasan, kemampuan untuk berbicara secara jelas dan singkat, bertemperamen tenang, sabar, dan memiliki stamina fisik. Setiap negosiator harus diseleksi secara hati-hati agar dapat membentuk tim yang berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan tim yang terbagi-bagi dan individual. Anggota tim perundingan harus mengetahui apa yang dipikirkan dan ingin dicapai oleh tiap anggota; anggota harus memahami peranan mereka masing-masing, kapan mereka harus bicara, dan kapan mereka harus mendengarkan dan tetap diam. Biasanya, kepala negosiator bertanggung jawab untuk membentuk negosiator-negosiator individu menjadi sebuah tim perundingan yang efektif. Jumlah optimal anggota yang dibutuhkan untuk menegosiasikan kontrak secara sukses merupakan pertimbangan yang utama dalam menyusun tim perundingan. Sederhana dinyatakan, tim perundingan tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Pada situasi perundingan yang paling sederhana, satu perwakilan serikat pekerja dan satu perwakilan manajemen menegosiasikan seluruh kesepakatan perundingan kolektif. Kesepakatan macam ini mungkin dapat diterima ketika kontrak tersebut tidak kompleks dan hanya menyangkut sedikit karyawan pada suatu lokasi. Banyak kesepakatan perundingan kolektif, bagaimanapun, merupakan dokumen yang panjang, kompleks, dan menyangkut banyak karyawan pada beberapa lokasi, jadi kebanyakan tim perundingan memiliki beberapa negosiator. Beberapa tim perundingan menjadi sangat besar karena petugas serikat pekerja dan manajemen menganggapnya sebagai simbol status jika mereka dilibatkan dalam negosiasi. Tim perundingan yang besar juga menciptakan peluang kebocoran informasi rahasia dan sensitif dari pembahasan kontrak atau dari rapat yang mendahului pembahasan kontrak. Tim perundingan yang memiliki terlalu sedikit negosiator dapat menimbulkan beban yang tidak masuk akal pada tiap negosiator dan tim perundingan yang kecil juga mungkin akan kekurangan pengalaman dalam menangani banyak ketentuan yang ditemukan dalam kontrak tenaga kerja yang kompleks. Tanpa memperhatikan ukuran dari tim negosiasi, semua anggota harus memahami peranan mereka
135
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
masing-masing pada meja perundingan. Beberapa anggota tim perundingan tidak banyak berbicara dan hanya bertanggung jawab untuk membuat perkiraan biaya dan menyediakan informasi penting yang dibutuhkan oleh kepala negosiator. Anggota lainnya mungkin memimpin pembahasan kontrak yang menyangkut ketentuan-ketentuan dalam area keahlian mereka. Beberapa anggota tim perundingan mungkin digunakan untuk tujuan taktis. Mereview Negosiasi-Negosiasi Sebelumnya Persiapan untuk perundingan kolektif memerlukan pengumpulan sebanyak-banyaknya informasi yang berkaitan dengan upah, jam kerja, dan kondisi kerja. Titik awal yang baik dalam proses pengumpulan informasi yaitu mereview negosiasi-negosiasi sebelumnya antara serikat pekerja dan perusahaan. Ketika tidak ada negosiasi sebelumnya, manajemen dapat menemukan pelajaran untuk melihat pengalaman perundingan pada perusahaan lain di industri yang sama yang telah berurusan dengan serikat pekerja. Serikat pekerja juga merasa berguna untuk memeriksa sejarah negosiasi perusahaan dengan organisasi tenaga kerja lainnya. Review dapat dimulai dengan pemeriksaan tuntutan lawan dan hal-hal yang “harus dimenangkan” pada negosiasi sebelumnya. Jika detail catatan pengingatan pembahasan kontrak sebelumnya disimpan, akan sangat bijak untuk melihat ketentuanketentuan kontrak pada bagian dimana pihak lawan bersedia untuk menyerah dibandingkan dengan dimana perundingan yang keras terjadi. Anggaplah bahwa serikat pekerja menetapkan kenaikan upah yang wajar selama negosiasi dua tahun yang lalu, tetapi tetap teguh mengamankan klausa pengurus serikat tenaga kerja yang mengharuskan karyawan unit perundingan yang baru untuk bergabung dengan serikat pekerja dalam waktu 30 hari kerja. Manajemen menduga bahwa kedua hal tersebut mungkin terjadi pada kesempatan pembahasan kontrak selanjutnya. Pertama, serikat pekerja tidak akan mempertimbangkan modifikasi apapun dari klausa pengurus serikat pekerja karena hal tersebut merupakan bentuk terkuat kesepakatan keamanan serikat pekerja resmi yang tersedia dan serikat pekerja akan sangat keberatan untuk menyerah. Kedua, serikat pekerja mungkin membantah kenaikan gaji yang besar, mengutip fakta bahwa kenaikan dari pembahasan kontrak sebelumnya adalah wajar. Serikat pekerja juga harus melihat subjek perundingan dimana manajemen bersedia untuk menyerah
136
dibandingkan pada saat ia menekan perusahaan dengan tujuan mengantisipasi perilaku perundingan manajemen selama negosiasi yang akan datang. Kedua pihak harus mempelajari kesuksesan dan kegagalan negosiasi sebelumnya. Jika manajemen gagal mempengaruhi serikat pekerja untuk mencabut peraturan kerja yang ketat yang membuatnya sulit untuk menugaskan karyawan unit perundingan untuk bekerja diluar unit sementara, maka serikat pekerja harus mengantisipasi bahwa manajemen mungkin akan menyerang subjek ini lagi. Kecuali serikat pekerja bersedia untuk menyerah pada hal ini, mereka harus dipersiapkan untuk menerima tuntutan balik dan argumen pada peraturan kerja yang ketat. Tidak hanya penting untuk menentukan tujuan perundingan apa yang tercapai atau tidak tercapai pada negosiasi sebelumnya, tetapi masing-masing pihak juga harus mempelajari taktik dan kesediaan lawan untuk menyerah pada subjek perundingan yang berbedabeda. Manajemen mungkin menyerah dengan cepat dalam meningkatkan tunjangan asuransi jiwa kelompok karyawan, tetapi mungkin menyerah dengan lambat dan iri terhadap kenaikan tunjangan pensiun. Serikat pekerja harus memutuskan apakah pola konsesi yang serupa mungkin akan terjadi pada kesempatan pembahasan kontrak selanjutnya. Mogok Kerja (Strike) Pemogokan oleh serikat pekerja di Amerika Serikat di atur oleh undang-undang, kecuali untuk pekerja sektor public atau pelayanan umum. Pemogokan diberitahukan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum mogok dilaksanakan. Pegawai yang melakukan mogok kerja di AS upah tidak dibayarkan dan pengusaha diperbolehkan mencari pengganti agar produksi tetap berjalan. Mogok kerja sebagai bagian dari persiapan perundingan, banyak tim perundingan menyusun rencana mogok kerja. Rencana mogok kerja atau larangan bekerja pihak manajemen biasanya ditujukan terhadap isu-isu seperti bagaimana mempertahankan operasional secara utuh atau sebagian selama pemberhentian kerja, pengaturan untuk melayani pelanggan, pengaturan pemasok, perlindungan pabrik, ketersediaan pekerjaan bagi karyawan unit perundingan yang tidak ingin berpartisipasi dalam mogok kerja, dan penggantian mogok kerja bagi karyawan yang melakukannya. Rencana mogok kerja pihak serikat pekerja meliputi penugasan jajaran piket, membuat pembayaran dana mogok kerja kepada anggota serikat pekerja yang memenuhi syarat, dan menjaga petugas internasional Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
sejajar pada acara-acara yang bersangkutan yang diasosiasikan dengan perdebatan. Kedua pihak juga mungkin ingin mengatur pembahasan kontrak selanjutnya selama pemberhentian kerja. Penutupan Perusahaan (lock out) Dalam undang-undang di Amerika Serikat, Perusahaan dapat melakukan penutupan perusahaan sebagai antisipasi terhadap dampak negatif pemogokan oleh pekerja yang dapat membuat kerugian lebih besar lagi. Tindakan ini dilakukan dalam rangka menghindari hilangnya keuntungan, biaya operasional, kehilangan pelanggan, dan akibat buruk di masa depan dari gagalnya perundingan. Penutupan perusahaan juga dapat dilakukan sebagai tindakan balasan terhadap gagalnya perundingan. Penutupan perusahaan dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada NLRA satu minggu sebelum pelaksanaan penutupan perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk menengahi perbedaan pendapat. MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRI DI INDONESIA Sejarah Perkembangan Hubungan Industrial di Indonesia Era Kekuasaan Militer dan Undang-Undang Darurat Militer tahun 1951 – 1957. Sebelum dilahirkannya undang-undang no 2 tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya, pada awal mula berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ketentuan mengenai Penyelesaian PHI diatur dengan UndangUndang Darurat No. 16 tahun 1951 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan; Perkembangan selanjutnya diperbaiki dengan Undang-undang No. 22 tahun 1957, Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-15A/ MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ditingkat Perusahaan dan Pemerantaraan; serta Surat Edaran Dirjen Binawas No. B-78/BW/1994 tentang Penjelasan Kepmenaker Nomor Kep-15A/Men/1994. Perselisihan-perselisihan perburuhan yang besar dan penting yang disertai pemogokan-pemogokan mulai timbul setelah pengakuan kedaulatan. Sampai permulaan tahun 1951 negara kita belum mempunyai peraturan tertentu untuk menyelesaikan masalah perburuhan, pada waktu iti perselisihan-perselisihan perburuhan diurus dan diselesaikan oleh pihak-pihak Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang bersangkutan sendiri (buruh dan majikan), dimana perlu dicampuri oleh pegawai-pegawai kementrian Perburuhan di pusat dan di daerah. Cara kerja semacam ini pada saat itu mampu memberikan hasil yang diinginkan sehingga mendorong dikeluarkannya Peraturan Kekuasaan Militer No.1 tahun 1951, untuk mengatasi keadaan pada waktu itu. Pertimbangannya adalah bahwa pembangunan negara dan masyarakat Indonesia membutuhkan jaminan keamanan dan ketertiban. Pemogokanpemogokan dan perselisihan-perselisihan perburuhan diperusahaan jawatan atau badan usaha milik negara yang vital dapat menggangu stabilitas keamanan dan ketertiban perlu diatur dan diselesaikan sedemikian rupa supaya tidak mengganggu keamanan dan ketertiban. Peraturan kekuasan militer pada saat itu dianggap hanya mampu mengatasi sebagian permasalahan saja, maka pada bulan September 1951 sebagai upaya kedua memecahkan kesulitan perburuhan secara lebih memuaskan Pemerintah memaklumatkan Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun 1951. Meskipun belum sempurna, tetapi sudah merupakan perbaikan banyak bila dibandingkan dengan Peraturan Kekuasaan Militer. Dalam sejarah perjalanan selama lebih lima tahun Undang-Undang Darurat itu dapat menyelesaikan hampir semua perselisihan-perselisihan perburuhan (PHP) besar dan kecil dan sanggup menurunkan jumlah pemogokan sampai ke angka yang sekecilkecilnya berdasarkan catatan statistik waktu itu.Jadi ditinjau dari sudut kesanggupan untuk menstabilkan keadaaan perburuhan dapat dikatakan berhasil dengan baik, jumlah jam kerja hilang dan kerugian yang diakibatkannya dalam lapangan produksi turun sampai angka yang kecil sekali. Setelah melalui pembahasan-pembahasan dan melibatkan berbagai unsur hubungan perburuhan akhirnya pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 22 Tahun 1957, dalam Undang-undang baru ini tetap diusahakan penyelesaian perselisihan perburuhan secara cepat dan efektif, tetapi juga sangat memperhatikan beberapa prinsip yang menjadi kepentingan asasi dari pergerakan buruh tanpa mengabaikan kepentingankepentingan kaum pengusaha.Untuk mengatur pelaksanaan Undang-Undang No. 22 Tahun 1957, agar dapat berjalan sesuai dengan perkembangan hubungan industrial maka dibuatlah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-15A/MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian PHI Dan PHK ditingkat Perusahaan terdiri dari pasal 3 sampai pasal 7 dan pada tingkat Pemerantaraan diatur mulai dari
137
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
pasal 8 sampai dengan pasal 10. Di tingkat perusahaan sebelum terjadi PHI dilakukan penanganan terhadap keluh kesah dengan tahapan sebagai berikut : a) dilakukan perundingan secara Bipartit, dengan prinsip musyawarah untuk mufakat antara pekerja dengan atasannya atau atasannya dengan pengusaha; b) Perundingan dapat pula dilakukan antara pengusaha dengan pengurus seikat pekerja yang terdaftar di Departemen Tenaga Kerja; c) Pengusaha dan sekikat pekerja wajib mengupayakan agar keluh kesah yang timbul tidak mengakibatkan PHI atau PHK. Dalam hal keluh kesah meningkat menjadi PHI maka penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut : a) Melalui musyawarah untuk mufakat antara Serikat Pekerja atau gabungan Serikat pekerja dengan Pengusaha atau gabungan pengusaha; b) Perundingan dilakukan sebanyak-anyaknya 3 (tida) kali dalam waktu paling lama 1(satu) bulan dengan setiap perundingan dibuatkan risalah yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan; c) Risalah perundingan meliputi beberapa hal antara lain : nama dan alamat pekerja atau serikat pekerja, maupun pengusaha atau gabungan pengusaha, tanggal dan tempat perundingan, alasan atau pokok masalah perselisihan, pendirian para pihak, kesimpulan perundingan tanggal dan tanda tangan para pihak dapat berupa sebagai berikut : a) apabila tercapai kesepakatan dibuatkan persetujuan bersama secara tertulis.yang ditandatangani para pihak; b) apabila tidak tercapai kesepakatan, maka kedua belah pihak dapat menyelesaikan melalui arbitrase; c) penyelesai melalui arbitrase dapat diminta kepada P4D dengan tembusan kepada Departement Tenaga Kerja. Dan seterusnya sampai dengan tingkat P4P seperti dimuat dalam Undang-undang No.22 Tahun 1957. Surat Edaran Dirjen Binawas No. B-78/BW/1994 tentang Penjelasan Kepmenaker Nomor Kep-15A/ Men/1994. Bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja tersebut merupakan penyempurnaan dari Kepmenaker No. 342/Men/1986 tentang Pedoman Umum Pemerantaraan PHI; Kepmenaker No. Kep 1108/Men/1986 tentang Pedoman Pelaksanaan PPHI dan PHK dan Kepmenaker 120/Men/1988 tentang pedoman penuntun Perilaku dalam Pencegahan dan PPHI agar didalam pelaksanaannya tidak tumpang tindih dan dapat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Departemen Tenaga Kerja berkoordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan kasuskasus ketenagakerjaan yang sudah melintas batas
138
kewenangannya misalnya untuk penanganan kejahatan diperusahaan dengan kepolisian, tenaga kerja asing dengan imigrasi dan kependudukan, perpajakan dengan departemen Keuangan dan pemerintah lokal demi terciptanya mekanisme kerja yang harmonis antar instansi atau lembaga. Perkembangan selanjutnya di era reformasi yang didahului oleh perubahan tatanan politik, ekonomi, sosial budaya dan stabilisas keamanan akhirnya pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membidani terbitnya Undangundang No. 2 tahun 2004, tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, namun karena belum siap, pemerintah mengundurkan berlakunya PHI selama setahun sesuai dengan UU No. 2 Tahun 2005 Tentang Penangguhan Berlakunya UU No. 2 Tahun 2004. Penundaan tersebut, menurut mantan Dirjen Pembinaan HI dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Depnakertrans dr. Muzni Tambusai, MSc., dimaksudkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dan sarana fisik PHI. Sesuai dengan UU, perangkat SDM PHI terdiri dari Mediator, Konsiliator, Arbiter, dan Majelis Hakim PHI. Sementara sarana fisik terdiri dari sarana kantor dan peralatan PHI di 33 provinsi di Indonesia. Penyiapan PHI dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) yang terdiri dari pejabat Mahkamah Agung dan Depnakertrans. Secara singkat dapat digambarkan melalui skema dibawah ini. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004, proses penyelesaian PHI dapat dilakukan dalam dua bagian yaitu persiapan sebelum ke pengadilan atau proses di luar pengadilan dan proses di pengadilan. Persiapan Penyelesaian PHI di luar pengadilan dilakukan melalui bipartit, mediasi, konsiliasi dan arbitasi. Sedangkan proses penyelesaian PHI melalui pengadilan dimulai dari pengajuan gugatan, pemeriksaan berita acara, putusan hakim, upaya hukum dan eksekusi putusan. Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan: a) memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; b) mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai; c) dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah; d) memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
kesejahteraan; dan e) meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha dijamin oleh undang-undang.
organisasi pengusaha diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asosiasi pengusaha dapat terbentuk berdasarkan jenis-jenis industri tetapi dapat pula secara umum. Seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan lain-lain
Hubungan Industrial di Indonesia Dalam melaksanakan hubungan industrial, seperti yang diatur pada UU No. 13 tahun 2003 pasal 102, Pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/ buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan. Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana : Serikat Pekerja/Serikat Buruh Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana di atur secara khusus dengan UU No 21 tahun 2000. Dan dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam UU No 13 tahun 2003 pasal 102, serikat pekerja/serikat buruh berhak menghimpun dan mengelola keuangan serta mempertanggungjawabkan keuangan organisasi termasuk dana mogok. Besarnya dan tata cara pemungutan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. Serikat pekerja dapat dibentuk secara independen di tingkat perusahaan maupun terafiliasi dengan induk serikat pekerja lainnya seperti KSPSI, KSBSI dan sebagainya.
Lembaga Kerja Sama Bipartit UU No 13 tahun 2003 pasal 106 mengatur ketentuan mengenai Lembaga Kerja sama Bipartit sebagai berikut : Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/ buruh di perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai tata cara pembentukan dan susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) lebih lanjut diatur dengan Keputusan Menteri.
Organisasi Pengusaha Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Ketentuan mengenai Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Lembaga Kerja Sama Tripartit Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari: Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota; dan Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh. Tata kerja dan susunan organisasi Lembaga Kerja sama Tripartit lebih lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Perjanjian Kerja Bersama Perjanjian kerja bersama (PKB) dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha sesuai UU No 13 tahun 2003 pasal 116. Penyusunan PKB dilaksanakan secara musyawarah. PKB harus dibuat
139
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam hal terdapat PKB yang dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka PKB tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah dan terjemahan tersebut dianggap sudah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 116 UU No 13 tahun 2003. Dalam hal musyawarah tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI). Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan. Dalam hal di satu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja/ serikat buruh, maka serikat pekerja/serikat buruh tersebut berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB dengan pengusaha apabila memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal di satu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja/ serikat buruh tetapi tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan maka serikat pekerja/serikat buruh dapat mewakili pekerja/buruh dalam perundingan dengan pengusaha apabila serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan telah mendapat dukungan lebih 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara. Dalam hal dukungan tidak tercapai maka serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan PKB dengan pengusaha setelah melampaui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara dengan mengikuti prosedur. Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh maka yang berhak mewakili pekerja/buruh melakukan perundingan dengan pengusaha yang jumlah keanggotaannya lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasa 120 ayat (1) tidak terpenuhi, maka serikat pekerja/serikat buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut untuk mewakili dalam perundingan dengan pengusaha. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud tidak terpenuhi,
140
maka para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masingmasing serikat pekerja/serikat buruh. Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 dan Pasal 120, UU No 13 tahun 2003 dibuktikan dengan kartu tanda anggota. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) UU No 13 tahun 2003 diselenggarakan oleh panitia yang terdiri dari wakilwakil pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/ serikat buruh yang disaksikan oleh pihak pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan pengusaha. Masa berlakunya perjanjian kerja bersama paling lama 2 (dua) tahun. PKB dan dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh. Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku. Dalam hal perundingan tidak mencapai kesepakatan maka PKB yang sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun. Isi PKB yang disepakati oleh perwakilan pekerja dan perwakilan pengusaha paling sedikit memuat : a) hak dan kewajiban pengusaha; b) hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/ buruh; c) jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama; dan d) tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama. Ketentuan dalam PKB tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal isi PKB bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Apabila di kemudian hari kedua belah pihak sepakat mengadakan perubahan PKB, maka perubahan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PKB yang sedang berlaku. Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan pekerja/ buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB. Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan isi PKB atau perubahannya kepada seluruh pekerja/buruh. Pengusaha harus mencetak dan membagikan naskah PKB kepada setiap pekerja/buruh atas biaya perusahaan. Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh bertentangan dengan PKB. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
Dalam hal ketentuan dalam perjanjian kerja bertentangan dengan PKB, maka ketentuan dalam perjanjian kerja tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam PKB. Dalam hal perjanjian kerja tidak memuat aturanaturan yang diatur dalam PKB maka yang berlaku adalah aturan-aturan dalam PKB. Pengusaha dilarang mengganti PKB dengan peraturan perusahaan, selama di perusahaan yang bersangkutan masih ada serikat pekerja/serikat buruh. Apabila dalam perusahaan tidak ada lagi serikat pekerja/ serikat buruh dan PKB diganti dengan peraturan perusahaan, maka ketentuan yang ada dalam peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada dalam PKB. Dalam hal PKB yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau diperbaharui dan di perusahaan tersebut hanya terdapat 1 (satu) serikat pekerja/ serikat buruh, maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan PKB tidak mensyaratkan ketentuan dalam Pasal 119. PKB yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau diperbaharui dan di perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh dan serikat pekerja/ serikat buruh yang dulu berunding tidak lagi memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1) UU No 13 tahun 2003, maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan PKB dilakukan oleh serikat pekerja/serikat buruh yang anggotanya lebih 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan bersamasama dengan serikat pekerja/serikat buruh yang membuat PKB terdahulu dengan membentuk tim perunding secara proporsional. PKB yang sudah berakhir masa berlakunya dapat diperpanjang atau diperbaharui dan apabila di perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh dan tidak satupun serikat pekerja/serikat buruh yang ada memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1), maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan PKB dilakukan menurut ketentuan Pasal 120 ayat (2) dan ayat (3). Dalam hal terjadi pembubaran serikat pekerja/serikat buruh sesuai pasal 131 UU No 13 tahun 2003 atau pengalihan kepemilikan perusahaan maka PKB tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu PKB. Penggabungan perusahaan (merger) dan masingmasing perusahaan mempunyai perjanjian kerja bersama maka perjanjian kerja bersama yang berlaku adalah PKB yang lebih menguntungkan pekerja/ buruh. Penggabungan perusahaan (merger) antara perusahaan yang mempunyai perjanjian kerja Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bersama dengan perusahaan yang belum mempunyai PKB maka PKB tersebut berlaku bagi perusahaan yang bergabung (merger) sampai dengan berakhirnya jangka waktu PKB. PKB mulai berlaku pada hari penandatanganan kecuali ditentukan lain dalam PKB tersebut. PKB yang ditandatangani oleh pihak yang membuat PKB selanjutnya didaftarkan oleh pengusaha pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Ketentuan mengenai persyaratan serta tata cara pembuatan, perpanjangan, perubahan, dan pendaftaran PKB diatur dengan Keputusan Menteri. Lembaga Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat pasal 138 UU No 13 tahun 2003. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/ serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (PHI) melalui prosedur PPHI yang diatur dengan undang-undang No. 2 tahun 2004. Di dalam PPHI ada beberapa jenis perselisihan yaitu perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan. Masing-masing perselisihan memiliki cara penyelesaian sendiri-sendiri Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena kelalaian atau tetidak patuhan salah satu atau para pihak dalam melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan, atau perjanjian kerja, Peraturan Perusahaan (PP), Perjanjian Kerja Bersama (PKB); perselisihan kepentingan adalah perselisihan karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau PP atau PKB; Perselisihan PHK yaitu perselisihan mengenai PHK yang dilakukan oleh salah satu pihak, baik pada badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik perseorangan atau persekutuan baik swasta, milik negara maupun usaha sosial. Penyelesaian PHI diluar Pengadilan. Perundingan Bipartit Perundingan Bipartit adalah Perundingan antara pekerja atau SP dengan Pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan HI.Proses dalam bipartit dilakukan paling lama 30 hari kerja sejak tanggal
141
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
dimulainya perundingan dan bila belum mencapai kesepakatan dianggap gagal. Dalam hal mencapai kesepakatan dibuat Perjanjian Bersama (PB), dan wajib didaftarkan pada pengadilan HI di wilayah para pihak membuat PB. Apabila PB tidak dilaksanakan, pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan HI di domisili pemohon yang diteruskan pada pengadilan HI dimana PB didaftarkan. Arbitrase Hubungan Industrial. Arbitrase adalah penyelesaian perselisihan kepentingan dan antar SP dalam satu perusahaan diluar PHI melalui arbiter yang mengikat para pihak dan bersifat final. Arbitrase dilakukan atas dasar kesepakatan secara tertulis dalam perjanjian arbitrase yang memuat syarat-syarat tertentu, berdasarkan kesepakatan tersebut para pihak tidak dapat diajukan gugatan PHI karena putusan arbitrase bersifat akhir dan final, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat diajukan pembatalas oleh MA. Lama waktu penyelesaian arbiter adalah 30 hari sejak penandatanganan penjanjian penunjukan arbiter dan dapat diperpanajng 1 kali selama 14 (empat belas) hari. Apabila pada sidang pertama salah satu pihak maupun kuasanya tidak hadir tanpa alasan yang sah, walaupun telah dipanggil secara patut sebanyak tiga kali berturutturut, maka arbiter dapat memeriksa dan menjatuhkan putusan berdasarkan undang-undang yang berlaku, perjanjian, kebiasaan, keadilan dan kepentingann umum. Apabila kedua belah pihak tidak hadir maka arbiter dapat membatalkan perjanjian penunjukan arbiter dab tugas arbiter dianggap selesai. Apabila perdamaian telah tercapai, arbiter/majelis arbiter wajib membuat akta perdamaian yang ditandatangani semua pihak yang kemudian didaftarkan pada pengadilan HI diwilayah akta perdamaian itu dibuat. Dan apabila perdamaian tidak dilaksanakan, pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan HI yang berwenang atau menyampaikan pada pengadilan HI domisili pihak tersebut yang akan diterukan kepada pengadilan HI dimana akta perdamaian didaftarkan. Konsiliasi Hubungan Industrial Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, PHK, antar SP dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh konsiliator yang netral. Konsiliator menjalankan tugasnya selamalamanya 20 hari terhitung sejak menerima permintaan
142
penyelesaian perselisihan. Dalam waktu 7 hari kerja, konsiliatr mengadakan penelitian tetantg duduk perkaranya dan selambat-lambatnya pada hari kerja ke 8(delapan) sudah dilakukan sidang konsiliasi pertama, konsiliator dapat meminta keterangan saksi atau saksi ahli. Apabila tercapai kesepakatan, dibuatkan PB yang ditandatangani masing-masing pihak dan disaksikan oleh konsiliator dan didaftarkan ke pengadilan HI diwilayah hukum pihak-pihak tersebut dan para pihak menerima bukti pendaftaran tidak terpisahkan dari PB. Namun apabila tidak tercapai kesepakan, konsiliator mengeluarkan anjuran penyelesaian secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama disampaikan kepada para pihak. Para pihak memberikan jawaban tertulis yang isinya menyetujui atau menolak anjuran konsiliator paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis. Dalam hal anjuran disetujui para pihak, maka konsiliator akan membantu membuatkan PB untuk didaftarkan ke pengadilan HI, tetapi apabila tidak disetujui, maka akan dilanjutkan penyelesaian perselisihan ke PHI setempat dengan pengajuan gugatan. Mediasi Hubungan Industrial Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, kepentingan, PHK, antar SP dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh mediator yang netral.Sebelum diajukan ke PHI, para pihak yang tidak dapat menyelesaikan perselisihan melalui konsiliasi maupun arbitrase, terlebih dahulu diselesaikan melalui mediasi, yang dilakukan oleh mediator yang berada di kantor instansi ketenaga kerjaan kabupaten/kota. Mediator menjalankan tugasnya dalam waktu 30 hari terhitung sejak menerima pelimpahan. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja, mediator segera mengadakan sidang mediasi. Dalam hal tercapai kesepakatan PPHI melalui mediasi, dibuatkan PB yang ditandatangani kedua pihak dan disaksikan oleh mediator untuk kemudian didaftarkan ke PHI di wilayah hukum para pihak dan diberikan akta bukti pendaftaran yang tidak terpisahkan dari PB. Apabila tidak tercapai kesepakatan, mediator mengeluarkan anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10(sepuluh) hari kerja sejak sidang pertama mediasi. Dalam hal anjuran tertulis tidak disetujui oleh para pihak maka dapat dilanjutkan ke PHI setempat dengan pengajuan gugatan. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
Proses Penyelesaian Melalui PHI Dalam hal mediasi atau konsiliasi tidak mencapai kesepakatan, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan HI yang merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan peradilan umum. Hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata Umum, kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang. Putusan dalam PHI yang menyangkut perselisihan hak dan perselisihan PHK tidak membuka kesempatan untuk banding ke pengadilan tinggi, tetapi dapat langsung dimintakan kasasi. Sedangkan yang menyangkut putusan perselisihan kepentingan dan perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat dimintakan kasasi ke MA. Gugatan PHI diajukan ke pengadilan HI yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja disertai dengan risalah penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Apabila suatu gugatan telah diperiksa dan dirasakan terdapat kekurangan, hakim dapat meminta penggugat menyempurnakan gugatan tersebut dan dapat meminta bantuan panitera pengganti untum membantu menyempurnakan gugatan tersebut. Proses beracara di PPHI dapat dilakukan dengan proses cepat dan proses biasa, berdasarkan alasanalasan permohonan yang berkepentingan disimpulkan adanya kepentingan yang mendesak dapat dilakukan proses cepat. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan, Ketua PN mengeluarkan penetapan proses cepat atau biasa. Setelah penetapan , ketua PN dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja menentukan majelis hakim, tempat dan waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan. Para pihak diberi waktu 14(empat belas) hari kerja untuk menyerahkan jawaban dan pembuktian masingmasing. Sedangkan dalam proses biasa selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penetapan majelis hakim, Ketua Majelis Hakim melakukan sidang pertama, penundaan sidang karena ketidakhadiran salah satu pihak atau para pihak diberikan sebanyakbanyaknya 2(dua) kali penundaan. Majelis hakim memberikan putusan selambatlambatnya 50 (lima Puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama, dan putusan mengenai perselisihan dapat diajukan kasasi, selambat-lambatnya 14(empat belas) hari kerja sejak dibacakan disidang majelis hakim. Pengajuan kasasi dilakukan melalui Sub Kepaniteraan PHI setempat yang kemudian menyampaikan berkas perkara kepada keua MA.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Penyelesaian kasasi pada MA, dilakukan oleh Majelis Hakim Kasasi yang terdiri dari seorang hakim Agung dan 2 dua orang hakim ad-hoc yang memeriksa dan mengadili dengan penetapan dari Ketua MA. Kasasi dalam PHI diselesaikan selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan kasasi diterima. Pemeriksaan kasasi meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum, baik yang meliputi bagian dari putusan yang merugikan pemohon kasasi maupun bagian yang menguntungkan pemohon kasasi. Dalam hal putusan kasasi masih belaum dapat memuaskan salah satu pihak, maka pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan upaya hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali (PK). Upaya hukum luar biasa PK dapat dilakukan apabila terdapat hal atau keadaan tertentu berupa adanya bukti baru(novum), atau adanya kekhilafan hakim dalam menerapkan hukumnya, PK tidak dapat dimintakan PK lagi. Skema Pengadilan HI Skema Pengadilan HI
PENGAJUAN GUGATAN
Persiapan Gugatan
PEMERIK SAAN 1. Pendaftaran panggilan dan pendaftaran. 2. Pembacaan 3. Jawaban 4. Putusan Sela 5. Replik 6 Duplik 7. Pembuktian 8. Kesimpulan
UPAY A 1. Perlawanan (verzet) 2. Banding 3. Kasasi 4. Peninjauan Kembali
EKSEK USI 1.Pemberian Tegoran 2. Peletakan sita eksekusi 3. Lelang a.Permohonan b. Pengumuman c.Pelaksanaan lelang.
PUTUSAN HAKIM
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2004 Tentang Tata Cata Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Ad-hoc PHI dan Hakim Ad-hoc pada MA dan Keputusan Menteri Nomer PER.01/MEN/XII2004 tentang tata cara Seleksi Calon Hakim Ad-hoc Pengadilan HI dan Calon Hakim Ad-hoc pada MARI, serta Keputusan Menteri Nomor Kep.101/MEN/IV/ 2004, dalam praktek sering kali dilakukan oleh pemerintah dan lembaga peradilan secara tidak tepat ada kesan dipermainkan/titipan. Hak-hak pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja sering kali diabaikan oleh majelis hakim yang kurang bertanggung jawab yang memiliki kekuasaan yang tidak seimbang dengan pekerja atau serikat pekerja, untuk kepentingan pengusaha yang meiliki kemampuan mengatur hasil keputusan tanpa memperhatikan hak-hak pekerja. Penyebab terjadinya perselisihan hubungan industrial tersebut diatas dapat dilihat diantaranya dari
143
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
: a) timbulnya itikad yang kurang baik dari pekerja/ buruh maupun pengusaha /majikan yang menyimpang dari perjanjian kerja/peraturan ketenagakerjaan; b) belum dihayatinya sikap mental dan sikap sosial para pelaku proses produksi oleh pengusaha/majikan dan pekerja/buruh; c) kurang keterbukaan dari pihak majikan/pengusaha maupun pekerja/buruh, saling curiga mencurigai. Pada satu sisi pengusaha wajib memperhatikan kesejahteraan pekerja/buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan kemajuan yang dicapai oleh perusahaan. Kemudian pekerja/buruh berusaha menyadari posisinya sehingga memiliki tanggung jawab atas kelancaran, kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. Pemerintah mengusahakan terciptanya dan terbinanya hubungan yang serasi antara pengusaha/majikan dan pekerja/ buruh yang akan mendorong tercapainya efisiensi dan kelangsungan hidup perusahaan dan sekaligus dapat memenuhi kesejahteraan buruh perusahaan yang bersangkutan sesuai perkembangan dan kemajuan perusahaan. Lahirnya UU No. 13 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannya justru makin menjauhkan jaminan kepastian kerja bagi pekerja/buruh, sebaliknya menguntungkan bagi pengusaha/majikan karena tidak terbebani dengan biaya tetap dan lebih fleksibel dalam penggunaan tenaga kerja. Dalam rangka upaya pencegahan timbulnya perselisihan hubungan industrial akibat ketidakseimbangan hukum antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan dalam hal penerapan Perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan, PP, PKB, sangat penting untuk menciptakan ketenangan bekerja bagi pekerja/buruh dan ketenangan berusaha bagi pengusaha/majikan sehingga kemajuan perusahaan dapat dicapai dan kesejahteraan buruh dan keluarganya dapat terjamin. Untuk itu peraturan ketenagakerjaan harus disusun bersadarkan nilai kemitraan antara pengusaha/majikan dengan pekerja/ buruh. Kemitraan menurut Muzni Tambusai dibangun dalam 3 (tiga) kerangka kemitraan yaitu : a) mitra dalam proses produksi, pekerja melakukan pekerjaanpekerjaan produktif menurut tingkat keahliannya dan ketrampilannya; pengusaha mengelola dan mengatur kegiatan-kegiatan produksi secara berdaya guna dan berhasil guna dengan prinsip-prinsip manajemen yang sehat; b) mitra dalam keuntungan, pekerja dapat menikmati hasil keuntungan perusahaan melalui tambahan pendapatan untuk mengingkatkan kesejahteraan; pengusaha dapat mengembangkan
144
uasaha dari hasil keuntungan perusahaan; c) mitra dalam tanggung jawab, pekerja melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan penuh ketekunan dan disiplin; pengusaha melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan penuh keterbukaan. Bentham pada abad ke-18 telah mempersoalkan peranan pemerintah dalam penggunaan peraturan perundang-undangan. Apabila dikaitkan dengan penjelasan di atas, di mana norma-norma hukum terkait dengan kekuasaan tertinggi dari suatu negara mempunyai kekuasaan memaksa, maka pendapat Bentham tersebut ada benarnya. Di Indonesia, masalah hubungan antara pemerintah dan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan menampakkan porsi persoalan baru, yang mana undang-undang tersebut selama ini masih dibuat dengan mengakomodasikan sebagian kecil perwakilan pekerja/buruh dan lebih dominan adanya unsur kekuasaan dari pengusaha, pemerintah dan investor asing. Pada hakekatnya suatu peraturan perundangundangan merupakan hasil interaksi sosial yang mengandung aspek kekuasaan, sehingga ada kalanya suatu peraturan perundang-undangan baru dibidang ketenagakerjaan, bahkan dapat merupakan penyebab terjadinya pertentangan antara pengusaha/majikan dengan pekerja/buruh. Sebagai suatu masyarakat yang sedang berkembang, salah satu pengaruh dari perkembangan itu adalah timbulnya kebutuhan untuk meninjau kembali doktrin-doktrin dan konsepsikonsepsi hukum yang selama ini dipakai untuk melayani lalu lintas masyarakat1. Nampaklah di sini peranan pemerintah begitu besar dalam penggunaan peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk mengadakan social engineering. Mogok Kerja (strike) Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. Pasal 138 UU No 13 tahun 2003. Pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh yang bermaksud mengajak pekerja/buruh lain untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung dilakukan dengan tidak melanggar hukum. Pekerja/ buruh yang diajak mogok kerja, dapat memenuhi atau tidak memenuhi ajakan tersebut. Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/ atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan/atau membahayakan keselamatan orang lain. Dalam hal buruh melakukan Mogok kerja maka sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. Pemberitahuan sekurangkurangnya memuat: a) waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja; b) tempat mogok kerja; c) alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja; dan d) tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja. Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh, maka pemberitahuan ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja. Mogok kerja yang dilakukan tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara: melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan proses produksi; atau bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan. Instansi pemerintah dan pihak perusahaan yang menerima surat pemberitahuan mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 wajib memberikan tanda terima. Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan wajib menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan merundingkannya dengan para pihak yang berselisih. Dalam hal perundingan tidak menghasilkan kesepakatan maka atas dasar perundingan antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh atau penanggung jawab mogok kerja, mogok kerja dapat diteruskan atau dihentikan untuk sementara atau dihentikan sama sekali. Mogok kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 dan Pasal 140 adalah mogok kerja tidak sah. Akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah diatur dengan Keputusan Menteri. Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh untuk menggunakan hak mogok Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai. Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan damai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap mogok kerja yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, pengusaha dilarang: a) mengganti pekerja/buruh yang mogok kerja dengan pekerja/buruh lain dari luar perusahaan; atau b) memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh selama dan sesudah melakukan mogok kerja. Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah. Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah (UU No13 tahun 2003 pasal 145). Penutupan Perusahaan Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak pekerja/buruh sebagian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan. Tindakan lock out harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku pada pasal 146 UU No 13 tahun 2003. Lock out dilarang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta kereta api. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat sekurangkurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum lock out dilaksanakan. Pemberitahuan lock out atau tutup sekurang-kurangnya memuat: waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri lock out; dan alasan dan sebab-sebab melakukan lock out ditandatangani oleh pengusaha dan/atau pimpinan perusahaan yang bersangkutan. Pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dan instansi yang bertanggung jawab di bidang
145
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
ketenagakerjaan yang menerima secara langsung surat pemberitahuan lock out sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 harus memberikan tanda bukti penerimaan dengan mencantumkan hari, tanggal, dan jam penerimaan. Sebelum dan selama lock out berlangsung, instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan berwenang langsung menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya lock out dengan mempertemukan dan merundingkannya dengan para pihak yang berselisih. Apabila perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, maka atas dasar perundingan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh, lock out dapat diteruskan atau dihentikan untuk sementara atau dihentikan sama sekali. Pemberitahuan lock out atau tutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak diperlukan apabila pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melanggar prosedur mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140; pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melanggar ketentuan normatif yang ditentukan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. PEMBAHASAN Gambaran Umum Penerapan Manajemen Hubungan Industri di Indonesia. Dengan dilandasi oleh pengertian bahwa pekerja merupakan Mitra dalam proses produksi, pekerja melakukan pekerjaan-pekerjaan produktif menurut tingkat keahliannya dan ketrampilannya; pengusaha mengelola dan mengatur kegiatan-kegiatan produksi secara berdaya guna dan berhasil guna dengan prinsip-prinsip manajemen yang sehat. Mitra dalam keuntungan, pekerja dapat menikmati hasil keuntungan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan; pengusaha dapat mengembangkan usaha dari hasil keuntungan perusahaan. Mitra dalam tanggung jawab, pekerja melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan penuh ketekunan dan disiplin; pengusaha melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan semangat keterbukaan. Pola Kemitraan dalam perusahaan merupakan upaya dalam peningkatan produktivitas, kualitas dan kuantitas produksi yang dapat diwujudkan melalui hubungan kerja yang baik antara pekerja dan pimpinan perusahaan, maka disusunlah Peraturan kerja dan hak kewajiban pekerja dan pimpinan perusahaan dalam pengelolaan pekerja dalam perusahaan.
146
Garis kebijaksanaan Undang-undang ketenagakerjaan di Indonesia diarahkan untuk tercapainya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kepentingan perusahaan dan kepentingan pekerja dengan jalan: memperlakukan semua pekerja secara wajar dan adil dengan tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, jenis kelamin, dan status sosial lainnya; memperhatikan dan menjaga kesehatan dan kesejahteraan dari para pekerja dan keluarga mereka; menciptakan dan memelihara lingkungan tempat kerja yang aman dan menyenangkan; dimana perlu dan pada saat-saat tertentu meninjau kembali syarat-syarat kerja disesuaikan dengan Undang-Undang yang berlaku; mendidik, melatih dan mempersiapkan pekerja untuk jabatan-jabatan yang lebih bertanggung-jawab dan mendorong para pekerja untuk mengambil keputusan dalam batas-batas wewenang dan tanggung-jawab masing-masing. Analisis Perbandingan SMHI Berdasarkan studi peraturan perundangundangan di Indonesia, praktek PHI, dan observasi dukumen di PHI penulis menemukan bahwa manajemen hubungan industrial di Indonesia telah berjalan di hampir semua komponen hubungan industrial sepeti di Amerika Serikat. Ada sebagian yang belum berjalan, atau ada perbedaan bentuk pelaksanaan karena sedang dalam proses penyesuaian yang memakan waktu cukup lama. Di bawah ini penulis tampilkan tabel perbandingan implementasi MHI di Amerika Serikat dengan di Indonesia. No
Bentuk
Hubungan
Industrial (HI)
Sistem
Sistem
Peraturan
undangan
Perundang-
Perundang-
Indonesia
Kesesuaian
di
undangan di AS 1
Manajemen HI - Serikat Pekerja
Ada
UU No.21/2000(SPSI/
V
Pembentukan SP
Ada
SBSI)
V
Pembubaran SP
Ada
Ada, UU No. 21 /2000
X
Tidak ada -Organisasi Pengusaha
Ada
UU
No.
13/
V
2003:APINDO, KADIN - LKS Bipartit
Ada
UU No. 13/2003
V
- LKS Tripartit
Ada
UU No. 13/2003
V
- PKB
Ada
UU No. 13/2003
V
-Peraturan Perundang-
Ada
UU No. 13/2003 & UU
V
Undangan
No 2/ 2004
- Lembaga PHI
Ada
UU No. 2/ 2004
V
2
Mogok Kerja
Ada, tidak dibayar
UU No. 13/ 2003
VV
3
Penutupan
Ada, boleh cari
Ada, sah, upah dibayar
Perusahaan
pengganti pekerja
Ada,
tidak
VV
boleh
diganti
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
Dengan demikian maka penulis dapat membuktikan bahwa manajemen hubungan industrial di Indonesia telah berjalan sesuai perundangundangan yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 dan PP 78 tahun 2015, dalam hal program pensiun di AS merupakan program wajib bagi pekerja dan pengusaha secara bersama-sama, sedangkan di Indonesia juga diwajibkan berdasarkan UU No 14 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan peraturan tentang pesangon yang di atur dalam UU No. 13 tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannyadalam hal Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan kerja Pemerintah Indonesia mengamanatkan pada pasal 87 dan 88 UU No. 13 tahun 2003 dan PP No. 50 tahun 2012; dalam hal pengaturan SP pemerintah RI telah menetapkan UU No. 21 tahun 2000; Dalam hal penyelesaian perselisihan hubungan industrial pemerintah RI menerbitkan UU No. 2 tahun 2004; dalam hal pemogokan kerja (strike) dan lock out pemerintah telah mengatur dalam UU No. 13 tahun 2003 dan dan UU No. 2 Tahun 2004. Dalam hal perlindungan kerja, kalaupun ada yang belum berjalan bukan karena ketidak patuhan tetapi karena sedang dalam proses penyesuaian atau perbedaan dalam kemampuan pelaksanaan. Proses penyesuaian dan perbaikan memakan waktu cukup lama karena selalu saja mengundang perdebatan yang cukup sengit antara serikat pekerja yang diwakili oleh pengurus Federasi SP dengan asosiasi pengusaha (APINDO) dan pemerintah sebagai pembuat regulasi. Selama proses perundingan sering terjadi deadlock karena proses negosiasi tidak berjalan dengan semestinya sehingga tidak ada penyelesaian terhadap pembahasan kasus tertentu. Poin-poin dead lock biasanya terjadi seputar, kontrak kerja, kerja outsourcing, upah minimum sektoral dan propinsi, kesejahteraan pegawai misalnya kenaikan gaji, tunjangan, karyawan dan keluarganya. Sedangkan isu-isu tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya sama dan telah berjalan sebagaimana di atur dalam UU no 13 tahun 2003. Peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagian besar telah mengatur hak-hak pekerja seperti yang berlaku di AS hal tersebut dikarenakan pemerintah Indonesia banyak mencontoh dari AS dalam penyusunan perundang-undangan di Indonesia. Kalaupun ada perbedaan pada umumnya hanya seputar implementasinya Belem dapat berjalan seperti yang diharapkan. Masing terdapat kesenjangan dalam Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
implementasinya dipengaruhi oleh kemampuan dunia usaha untuk menjalankan UU sesuai yang di atur dalam pasal-pasalnya. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Dari keseluruhan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dari beberapa aspek manajemen hubungan industri di Indonesia yang diuraikan menjadi beberapa unsur/dimensi, sebagian besar diantaranya sudah sesuai dengan SMHI yang ada, tetapi masih ada beberapa yang belum sesuai dengan harapan misalnya pembubaran serikat pekerja. Hak pengusaha untuk mengajukan pembubaran serikat pekerja kepada Pemerintah secara terperinci dapat penulis perbandingkan sebagai berikut: a) Kebijakan Kompensasi di Indonesia terdapat kesesuaian dengan proses dalam Kebijakan hukum di AS. Perbedaan pada umumnya terjadi pada kualitas dan kuantiítas saja. Penerapan struktur upah, jam kerja, jam kerja lembur, cuti tahunan, sudah dilaksanakan sesuai peraturan normatif. Sedangkan proses perjanjian kerja pada saat masuk kerja telah dilaksanakan antara pekerja dengan pengusaha sesuai undang-undang, dan seterusnya; b) Pemenuhan terhadap manajemen hubungan industri dalam beberapa komponen hubungan industrial telah terpenuhi seperti adanya Serikat Pekerja, Organisasi Pengusaha, Lembaga Kerja Sama Bipartit, Peraturan Perusahaan, Pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang hubungan industrial dan lembaga hubungan industri. Sedangkan ketentuan mengenai pengusaha dapat mengusulkan untuk pembubaran SP di Indonesia justru dilarang; c) Serikat Pekerja di AS dapat mengajukan pemogokan tetapi tidak mendapatkan upah dan pengusaha dapat mencari pengganti pekerja lain. Mogok kerja di Indonesia yang dilakukan secara sah, pekerja tetap mendapatkan upah dan pengusaha tidak dapat melakukan penggantian pekerja yang melakukan mogol kerja; d) Undang-undang Ketenagakerjaan di AS maupun di Indonesia, Pengusaha dapat melakukan penutupan perusahaan sebagai balasan terhadap pemogokan oleh pekerja untuk mengindari kerugian lebih besar. Rekomendasi Dalam hal permintaan pembubaran SP bahwa di Indonesia, pengusaha dilarang menghalang-halangi pekerja untuk membentuk atau tidak membentuk SP, atau menjadi atau tidak menjadi pengurus atau anggota SP, meskipun UU di AS memperbolehkan
147
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA AMERIKA SERIKAT (STUDI PUSTAKA) Oleh : Yuni Pratikno*
pengusaha untuk mengajukan pembubaran SP, kiranya hal ini merupakan hal yang demokratis dan tidak perlu dibuatkan pasal-pasal yang memperbolehkan pengusaha untuk membubarkan SP; a) Mekipun penyelesaian hubungan industri sudah dalam undang-undang, hendaknya pilihan pertama penyelesai hubungan industri dilaksanakan di luar pengadilan (alternative dispute resolution). Penyelesaian hubungan industri di pengadilan memakan waktu lama dan biaya yang besar untuk menyewa konsultan hokum atau pengacara. Hasil penyelesaian perkara belum tentu sesuai dengan yang diharapkan; b) Ketentuan mogok kerja di Indonesia sudah lebih baik untuk kepentingan pekerja dengan catatan dilakukan secara sah tetapi tidak memihak kepada pengusaha. Ketentuan ini perlu dipertahankan sebagai perlindungan kerja dan hakhak penyampaikan pendapat secara demokratis. Kedepan perlu di pertimbangkan hak pengusaha untuk dapat mencari pengganti pekerja yang mogok, agar perusahaan tidak melakukan penutupan perusahaan karena pekerjanya melakukan mogok sehingga perusahaan tetap dapat beroperasi dan tidak menyebabkan kerugian jangka panjang bagi perusahaan; c) Ketentuan penutupan perusahaan di Indonesia sudah baik dan perlu dipertahankan karena masih melindungi kepentingan pengusaha agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar lagi. Penutupan perusahaan dapat dihindari dengan meperbolehkan pengusahaan untuk mencari pengganti pekerja yang mogok dan mempertimbangkan untuk memotong upah bagi pekerja yang melakukan mogok kerja dengan alas an keadilan dalam pengupahan. DAFTAR PUSTAKA Carrellee, Michael R and Heavrin Christina(2010): Labor Relation and Collective Bargaining. (USA, Mc Grow Hill) Fossum, John A.(2006) : Labor Relations Development, Structure, Process. (USA, Mc Grow Hill International Edition) Ivanicevich, John M. Human Resources Management, (New York: McGraw-Hill), 2007) Katz, Harry C., Kochan, Thomas A, Colvin, Alexander J.S(2008): An Introduction to Collective Bargaining and Industrial Relation. (USA, Mc GrowHill)
148
Mulyadi, Lilik dan Subroto, Agus(2011): Penyelesaian Perkara Pengadilan Hubungan Industrial dalam Teori dan Praktek (Penerbit : Bandung PT. Alumni) Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2004, Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Siswanto Hoerip(2006), HRD Forum, Persiapan Menghadapi Pengadilan Hubungan Industrial, sebagai Penggugat maupun Tergugat. Jakarta Tambuzai, Huzni(2001), Kebijakan Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Lokakarya Hubungan Industrial, (Jakarta) Simanjuntak, Payaman.(2011): Manajemen Hubungan Industrial, Serikat Pekerja, Perusahaan dan Pemerintah, (Jakarta, Lembaga Penerbit FEUI) Simanjuntak, Payaman (2009): Manajemen Hubungan Industrial, (Jakarta, Jala Permata Aksara) Panggabean H.P (2007), Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, (cet. pertama, Jakarta) Adnan, Farah Lisa(2007), Tahapan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Menurut UU No.2 Tahun 2004, (Jurnal Ilmiah edisi ketiga, Jakarta : Universitas Sahid) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta, Definisi Ketenagakerjaan, Website Dinas Tenaga Kerja Propinsi DKI Jakata. Sunarno(2005), Kepala Bagian Bantuan Hukum Biro Hukum Depnaker. Informasi Hukum Volume VII, Tentang PPHI. (Jakarta) Rahardjo, Satjipto(1978), Permasalahan Hukum di Indonesia, (Bandung : Alumni)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar* ABSTRACT Human Resources professional and qualified will form employee performance, both individuals and groups who then have an impact on the effectiveness of the organization as a whole. The issue is how to create the Human Resources that can generate optimal performance so that corporate objectives can be achieved. Discussing about the employee's performance will not be released in the presence of factors that can affect a person's performance. Motivation and job satisfaction is a part of the factors that can influence the creation of employee performance. The magnitude of the effect of work motivation (X1) to Increasing Employee Performance, the results obtained that tcount for variable X1 (Work Motivation) is approximately 6598, while the value of ttabel for n = 50 is equal to 2.011. so 6598> 2011, because thitung> t table, then H0 rejected and Ha received and concluded that work motivation (X1) has an influence on employee performance. The amount Influence Job Satisfaction (X2) to Increase Employee Performance, is evident from the results obtained that tcount for X2 (Job Satisfaction) amounted to 7823, while the value of ttabel for n = 50 is equal to 2.011. so 7823> 2011, because thitung> t table, then H0 rejected and Ha accepted and it can be concluded that job satisfaction (X2) have an influence on employee performance. Motivation and Job Satisfaction jointly (simultaneously) effect on Employee Performance Improvement. This proved the value of F for two variables: work motivation (X1) and Job Satisfaction (X2) values ??obtained Fhitung 50 899. Medium Ftabel (? 0.05) n = 50 amounted to 2.79. so Fhitung> Ftabel or 50 899> 2,79. Thus H0 is rejected and Ha accepted. Proved that the value of F that is greater than a predetermined value Ftabel. While the value of R Square of 0.684 means that the two independent variables Work Motivation and Job Satisfaction jointly effect of 68.4% and the remaining 31.6% influenced by other factors not observed by the author. Keyword: Motivation, Performance,
Robbins (2012) menyatakan bahwa motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan. Upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Untuk dapat melakukan pekerjaan dengan kualitas tinggi maka tuntutan adanya kepuasan kerja semakin meningkat seiring dengan persaingan organisasi bisnis lain. Kepuasan kerja juga mempunyai arti penting untuk aktualisasi diri karyawan. Karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan dengan karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja memiliki arti yang sangat penting untuk
memberikan situasi yang kondusif dilingkungan perusahaan. Untuk Variabel Motivasi Kerja (X1 ) ada 50 responden yakni karyawan di Puskesmas Panyindangan, adapun hasil jawabannya adalah : Pernyataan 1 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
149
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Dari pernyataan pertama Variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 7 orang atau 14%, setuju 17 orang atau 34%, dan sangat setuju 25 orang atau 50%. Pernyataan 2 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Pernyataan 5 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Dari pernyataan kelima variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab cukup setuju 4 orang atau 8%, setuju 36 orang atau 72%, dan sangat setuju 10 orang atau 20%. Pernyataan 6 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Dari pernyataan kedua variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 10 orang atau 20%, setuju 17 orang atau 34%, dan sangat setuju 19 orang atau 38%. Pernyataan 3 Variabel Motivasi Kerja (X1 ) Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Dari pernyataan keenam variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 2 orang atau 4%, cukup setuju 15 orang atau 30%, setuju 12 orang atau 24%, dan yang menjawab sangat setuju 20 orang atau 40%. Pernyataan 7 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Dari pernyataan ketiga variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 4 orang atau 8%, setuju 17 orang atau 34%, dan sangat setuju 25 orang atau 50%. Pernyataan 4 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan ketujuh variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab cukup setuju 5 orang atau 10%, setuju 24 orang atau 48%, dan sangat setuju 21 orang atau 42%. Pernyataan 8 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan keempat variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab tidak setuju 2 orang atau 4%, cukup setuju 14 orang atau 28%, setuju 26 orang atau 52%, sangat setuju 8 orang atau 16%.
150
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Dari pernyataan kedelapan variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab cukup setuju 7 orang atau 14%, setuju 18 orang atau 36%, dan sangat setuju 25 orang atau 50%. Pernyataan 9 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Pernyataan 12 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Dari pernyataan kesembilan variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab tidak setuju 2 orang atau 4%, cukup setuju 11 orang atau 22%, setuju 22 orang atau 44%, dan sangat setuju 15 orang atau 30%. Pernyataan 10 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Dari pernyataan keduabelas variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 12 orang atau 24%, setuju 21 orang atau 42%, sangat setuju 16 orang atau 32%. Sedangkan untuk Variabel Kepuasan Kerja (X2) ada 50 responden yakni karyawan di Puskesmas Panyindangan, adapun hasil jawaban dalam grafik berikut ini : Pernyataan 1 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Dari pernyataan kesepuluh variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab cukup setuju 3 orang atau 6%, setuju 22 orang atau 44%, dan sangat setuju 25 orang atau 50%. Pernyataan 11 Variabel Motivasi Kerja (X1 )
Dari pernyataan pertama Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 4 orang atau 8%, setuju 24 orang atau 48%, sangat setuju 21 orang atau 42%. Pernyataan 2 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Dari pernyataan kesebelas variabel Motivasi Kerja (X1) yang menjawab tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 7 orang atau 14%, setuju 15 orang atau 30%, sangat setuju 27 orang atau 54%.
Dari pernyataan kedua Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 7 orang atau 14%, setuju 21 orang atau 42%, sangat setuju 19 orang atau 38%.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
151
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Pernyataan 3 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Dari pernyataan keenam Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 2 orang atau 4%, cukup setuju 3 orang atau 6%, setuju 24 orang atau 48%, sangat setuju 21 orang atau 42%. Pernyataan 7 Variabel ..Kepuasan Kerja (X2 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan ketiga Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab cukup setuju 6 orang atau 12%, setuju 30 orang atau 60%, sangat setuju 14 orang atau 28%. Pernyataan 4 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan ketujuh Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab cukup setuju 10 orang atau 20%, setuju 19 orang atau 38%, sangat setuju 21 orang atau 42%. Pernyataan 8 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan keempat Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab cukup setuju 5 orang atau 10%, setuju 28 orang atau 56%, sangat setuju 17 orang atau 34%. Pernyataan 5 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kedelapan Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 8 orang atau 16%, setuju 20 orang atau 40%, sangat setuju 21 orang atau 42%. Pernyataan 9 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kelima Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 2 orang atau 4%, cukup setuju 8 orang atau 16%, setuju 21 orang atau 42%, sangat setuju 18 orang atau 36%. Pernyataan 6 Variabel Kepuasan Kerja (X2)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesembilan Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab cukup setuju 6 orang atau 12%, setuju 24 orang atau 48%, sangat setuju 20 orang atau 40%.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
152
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Pernyataan 10 Variabel Kepuasan Kerja (X2 )
Dari pernyataan pertama Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 16 orang atau 32%, setuju 17 orang atau 34%, sangat setuju 13 orang atau 26%. Pernyataan 2 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesepuluh Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 6 orang atau 12%, setuju 22 orang atau 44%, sangat setuju 18 orang atau 36%. Pernyataan 11 Variabel Kepuasan Kerja (X2 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kedua Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 6 orang atau 12%, tidak setuju 12 orang atau 24%, cukup setuju 2 orang atau 4%, setuju 18 orang atau 36%, sangat setuju 12 orang atau 24%. Pernyataan 3 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesebelas Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 4 orang atau 8%, setuju 22 orang atau 44%, sangat setuju 23 orang atau 46%. Pernyataan 12 Variabel Kepuasan Kerja (X2 )
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan ketiga Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 9 orang atau 18%, setuju 19 orang atau 38%, sangat setuju 19 orang atau 38%. Pernyataan 4 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan keduabelas Variabel Kepuasan Kerja (X2) yang menjawab tidak setuju 1 orang atau 2%, cukup setuju 6 orang atau 12%, setuju 24 orang atau 48%, sangat setuju 19 orang atau 38%. Dan variabel Kinerja Karyawan (Y) ada 50 kuesioner, adapun jawabannya : Pernyataan 1 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan keempat Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 5 orang atau 10%, setuju 14 orang atau 28%, sangat setuju 26 orang atau 52%.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
153
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Pernyataan 5 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Dari pernyataan kedelapan Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 7 orang atau 14%, setuju 20 orang atau 40%, yang menjawab sangat setuju 19 orang atau 38%. Pernyataan 9 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kelima Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 8 orang atau 16%, cukup setuju 10 orang atau 20%, setuju 18 orang atau 36%, sangat setuju 13 orang atau 26%. Pernyataan 6 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesembilan Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 5 orang atau 10%, setuju 24 orang atau 48%, sangat setuju 20 orang atau 40%. Pernyataan 10 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan keenam Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 14 orang atau 28%, setuju 20 orang atau 40%, sangat setuju 13 orang atau 26%. Pernyataan 7 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesepuluh Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 2%, tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 2 orang atau 4%, setuju 23 orang atau 46%, dan sangat setuju 20 orang atau 40%. Pernyataan 11 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan ketujuh Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 17 orang atau 34%, setuju 14 orang atau 28%, sangat setuju 16 orang atau 32%. Pernyataan 8 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Dari pernyataan kesebelas Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab tidak setuju 3 orang atau 6%, cukup setuju 13 atau 26%, setuju 18 atau 36%, dan sangat setuju 16 orang atau 32%.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
154
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Pernyataan 12 Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Pada hasil ANOVA diatas, menunjukan nilai Fhitung untuk kedua variabel yaitu Motivasi Kerja (X1) dan Kepuasan Kerja (X2) diperoleh nilai Fhitung sebesar 50.899. Sedang Ftabel (a 0,05) n = 50 adalah sebesar 2,79. jadi Fhitung > Ftabel atau 50.899 > 2,79. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama (simultan) memang berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan Ini terbukti bahwa nilai Fhitung yang diperoleh lebih besar dari nilai Ftabel yang telah ditetapkan.
Dari pernyataan keduabelas Variabel Kinerja Karyawan (Y) yang menjawab sangat tidak setuju 3 orang atau 6%, tidak setuju 4 orang atau 8%, cukup setuju 10 atau 20%, setuju 15 orang atau 30%, sangat setuju 18 orang atau 36%. HIPOTESIS a. Pengaruh antara Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Jika diperhatikan hasil tabel coefficient diatas dengan menggunakan perhitungan analisis SPSS Versi 16.00, maka nilai t hitung untuk variabel X1 (Motivasi Kerja) adalah sebesar 6.598, sedangkan nilai ttabel untuk n = 50 adalah sebesar 2.011. jadi 6.598 > 2.011, karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa Motivasi Kerja (X 1 ) memang mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Karyawan. b. Pengaruh antara Kepuasan Kerja (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Jika diperhatikan hasil tabel coefficient diatas, maka nilai t hitung untuk variabel X 2 (Kepuasan Kerja) adalah sebesar 7.823, sedangkan nilai ttabel untuk n = 50 adalah sebesar 2.011. jadi 7.823 > 2.011, karena thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa Kepuasan Kerja (X 2 ) memang mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Karyawan.
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sumber : Hasil Pegolahan SPSS Pada tabel ini ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R , Std. Error dan Durbin Watson. Dimana nilai R (besar) menunjukan gabungan hubungan kedua variabel bebas Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap variabel terikat Kinerja Karyawan adalah sebesar 0,827. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yaitu Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama berhubungan signifikan sebesar 82.7%. Sisanya sebesar 17.3% berhubungan oleh faktor lain. Dan nilai R Square sebesar 0,684 artinya kedua variabel bebas Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama berpengaruh sebesar 68.4% dan sisanya sebesar 31.6% berpengaruh dengan faktor lain yang tidak teramati oleh penulis. 2
KESIMPULAN Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan pada Puskesmas Maja Cipanas maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan. Ini terbukti nilai Fhitung untuk kedua variabel yaitu Motivasi Kerja (X1) dan Kepuasan Kerja (X 2 ) diperoleh nilai F hitung sebesar 50.899. Sedang Ftabel (a 0,05) n = 50 adalah sebesar 2,79. jadi Fhitung > Ftabel atau 50.899 > 2,79.
155
ANALISIS MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PUSKESMAS PANYINDANGAN Oleh : Akka Latifah Jusdienar*
Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Ini terbukti bahwa nilai Fhitung yang diperoleh lebih besar dari nilai Ftabel yang telah ditetapkan. Sedangkan nilai R Square sebesar 0,684 artinya kedua variabel bebas Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama berpengaruh sebesar 68.4% dan sisanya sebesar 31.6% berpengaruh dengan faktor lain yang tidak teramati oleh penulis. DAFTAR PUSTAKA Adam I. Indrawijaya, 2002. Perilaku Organisasi. Sinar Baru Algesindo, Bandung. Agus Darma, 2001. Perilaku Dalam Organisasi. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Ahmad Tohardi, 2002, Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, Universitas Tanjung Pura, Mandar Maju, Bandung. Alex, S., Nitisemito, 2001. Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Arep, Ishak dan Tanjung Hendri. 2003. Manajemen Motivasi. Jakarta : PT. Gramedia. Widiasarana Indonesia. As'ad, M. 2006. Psikologi Industri : Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty. Dina Nurhayati. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Kerajinan AKP CRAFT Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H. Donnelly Jr, 2000. Organizations: Behaviour, Structure and Process, McGraw-Hill Companies Inc, Boston. ______, 2003.“Organizations : Behavior, Structure, Process” (Eleventh Edition)., Boston: McGraw-Hill Irwin. Gorda. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar : Widya Kriya. Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron. 2003. Behavior in Organization. Eigth Edition. Prentice Hall, New Jersey. Hariandja, Marihot T.E, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Hasibuan, Malayu S.P. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. ______, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan. Masalah,Edisi Revisi, Bumi Aksara:Jakarta. ______, 2005, Manajemen Sumber Daya
156
Manusia, PT Bumi Aksara. Jakarta. ______, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan, Jakarta : PT Bumi Aksara. Heidjrahman dan Husnan, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE-UGM, Yogyakarta. Kreitner R, & kinicki, A., 2001. Organizational behavior. Fith Edition,. International Edition, Mc grawHill Companies, Inc. Luthans, Fred, 2002, Organizational Behavior, 7th ed, McGraw-Hill, New York. Malthis, Robert L. & John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan oleh Jimmy Sadeli & Bayu Prawira Hie. Jakarta Salemba Empat. Mamduh M. Hanafi, 2003, Manajemen, YKPN, Yogyakarta, Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, edisi kedua, cetakan ketiga, Penerbit : Refika Aditama, Bandung ______, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. ______, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya. Bandung. ______, 2005. Manajemen Sumber daya Manusia. Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Martoyo, S. 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogjakarta. Mathis, Robert L & Jackson, John H. 2006. Human Resources Management. Edisi sepuluh, Penerbit Salemba Empat, Nawawi, Hadari, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Saydam, Gouzali, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan Mikro dalam Tanya Jawab, Penerbit Djambatan, Jakarta Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya manusia dan produktivitas. CV Mandar Maju,. Bandung. Simamora Henry, 2006, Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi III, STIE YKPN ______, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN. Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta. ______, 2009, Pengembangan Sumber Daya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan* ABSTRACT In the formulation of Paragraph I of Article 1374 BW or Paragraph 1 of Article 1338 of the Civil Code is a literal translation qt'the French Civil Code (Article 1134), which means that in a contract, the parties make an appointment or special conditions; that deviate from the general rules concerning the amount of responsibility juridical and if the parties do this, it means that the contract has been providing law. In Paragraph 3 of Article 1374 BW (Old) Dutch, Paragraph 3 of Article 1338 qt'the Civil Code of Indonesia declares that the contract should be implemented in good faith. Goodwill in a business contract doctrine or principle derived from Roman law. Roman core business contract law provisions of pacta sunt servanda is used as the basis of good faith provisions. Freedom of contract in principle, everyone is free to close a deal, set itself the contents of the agreement, as long as it is not prohibited by the laws of both morality and public order (Article 1337 Civil Code). Key Words: Business contracts, goodwill, freedom of contract
PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis telah menimbulkan kompleksitas dan keberagaman transaksi seiring arus globalisasi dunia yang membuat dunia menjadi seolaholah tanpa batas. Globalisasi diartikan juga sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Kondisi ini menimbulkan tuntutan akan kepastian hukum (legal certainty) dari setiap transaksi. Pada sisi lain proses globalisasi yang selalu diidentikkan dengan liberalisasi berbagai kegiatan bisnis justru lebih mengijinkan minimalisasi yang efektif dari campur tangan pemerintah pada kegiatan-kegiatan ekonomi. Menyerahkan aturan-aturan bisnis pada mekanisme pasar dan kebebasan pelaku usaha memunculkan kontrol sebagai piranti utarna untuk menciptakan legal certainly dari hubungan para pihak yang melakukan transaksi. Perjanjian merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan bisnis, baik yang dilakukan antar individu dalam satu negara maupun hubungan antar perusahaan yang bersifat lintas batas negara.Perjanjian-perjanjian tersebut terlahir dengan adanya kesepakatan antara minimal dua pihak yang terkait, dapat dipastikan bahwa adanya kesepakatan tersebut didasarkan pada kebebasan berkontrak para pihak yang terkait.
Kondisi seperti diuraikan diatas menjadikan kebebasan berkontrak sebagai paradigma utama dalam hukum kontrak.Kebebasan berkontrak dipandang sebagai penjelmaan hukum (legal expression) prinsip perdagangan bebas, seiring dengan semakin berpengaruhnya doktrin pemikiran ekonomi laissez faire pada abad sembilan belas. Sama halnya dengan liberalisasi perdagangan, doktrin kebebasan berkontrak dibangun diatas asumsi terdapatnya kekuatan posisi tawar yang sama antara para pihak yang melakukan transaksi. Akibatnya bisa terjadi pihak yang lemah dikuasai oleh pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Kritikan-kritikan terhadap doktrin kebebasan berkontrak menyebutkan terjadinya perubahan paradigma hukum kontrak dari kebebasan berkontrak kearah kepatutan. Saat ini kebebasan berkontrak tidaklah berarti kebebasan tanpa batas. Unsur kepastian hukum dalam kebebasan berkontrak diimbangi dengan unsur keadilan (Justice) bagi para pihak dalam kontrak.Doktrin kebebasan berkontrak bergeser kearah doktrin iktikad baik. Pembatasan kebebasan berkontrak tersebut setidak-tidaknya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni: 1) Makin berkembangnya ajaran iktikad baik dimana iktikad baik tidak hanya ada pada pelaksanaan kontrak
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
157
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
tetapi juga harus ada pada saat dibuatnya kontrak. 2) Makin berkembangnya ajaran penyalahgunaan keadaan. Iktikad baik seharusnya menjadi ruh dalam memahami, melahirkan dan melaksanakan perjanjian. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa lain saat ini menjadi dinamika yang berkembang di Indonesia. Banyak pihak berharap penyelesaian sengketa melalui jalur ini akan membawa angin segar bagi dunia hukum dan bisnis. Pada kenyataannya praktik penyelesaian sengketa di luar jalur pengadilan ini sering terkendala dengan iktikad baik masing-masing pihak maupun pihak lain yang terkait, akibatnya muncul persoalan hukum. Walaupun iktikad baik menjadi asas yang paling penting dalam hukum kontrak dan diterirna dalam berbagai sistem hukum, tetapi hingga kini doktrin iktikad baik masih merupakan sesuatu yang kontroversial. Perdebatan yang utama adalah berkaitan dengan deûnisi iktikad baik itu. Pada kenyataanya sangat sulit menemukan pengertian yang jelas tentang iktikad baik.Akibatnya tidak ada makna tunggal iktikad baik dan berkembang banyak deûnisi iktikad baik. Hal ini dapat dipahami, karena pengaturan iktikad baik dalam hukum kontrak sangat minim. Selama ini iktikad baik sudah diatur dalam beberapa ketentuan Peraturan Prosedur Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Selain itu, UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian sengketa juga sudah memasukan pengaturan iktikad baik dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (6). Merujuk pada Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indonesia, yurisprudensi dan doktrin pada umumnya mengartikan iktikad baik bersifat objektif jika berada dalam ranah perikatan. Sementara itu, dalam ranah hukum benda, iktikad baik diartikan sebagai sesuatu yang bersifat subjektif. Kemudian, dalam perkembangannya iktikad baik tak hanya muncul dalam bidang hukum perdata saja melainkan juga dalam hukum publik.Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indonesia, hanya menyebutkan bahwa semua kontrak dilaksanakan dengan iktikad baik. Tidak ada penjelasan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan iktikad baik tersebut. Banyaknya pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya yang tidak luput dari adanya kerjasama dan menuntut suatu kontrak bisnis juga menunjukkan arti
158
pentingnya perlindungan hukum bagi pihak yang beriktikad baik dalam suatu kontrak bisnis. Rekan bisnis yang seharusnya menjadi mitra yang baik sekaligus pihak yang menghormati kontrak tidak jarang temyata beriktikad buruk. Berdasarkan uraian diatas, terlihat adanya kelemahan atau kekurangan dalam pengaturan substansi hukum kontrak, khususnya yang berkaitan dengan pengaturan dan perlindungan bagi pihak yang beriktikad baik. Penulis tertarik untuk mencoba meneliti bagaimana “Kajian Hukum Dalam Kontrak Bisnis Melalui Penerapan Prinsip Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak”. PEMBAHASAN Kontrak Bisnis Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts. Sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan overeenkomst (perjanjian). Dalam pengertian yang luas, kontrak adalah kesepakatan yang mendefinisikan hubungan antara dua pihak atau lebih. Sedangkan kontrak bisnis dalam pengertiannya yang paling sederhana adalah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih untuk melakukan transaksi bisnis. Kontrak bisa bersifat lisan dan bisa juga bersifat tulisan. Pernyataan kontrak tertulis bisa berupa memo atau kwitansi. Karena hubungan kontraktual yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang memiliki potensi kepentingan yang saling bertentangan, persyaratan kontrak biasanya dilengkapi dan dibatasi oleh hukum. Dukungan dan pembatasan oleh hukum tersebut berfungsi untuk melindungi pihak yang menjalin kontrak untuk mendefinisikan hubungan khusus di antara mereka seandainya ketentuannya tidak jelas, mendua arti dan bahkan tidak lengkap. Munir Fuady, menyebutkan banyak definisi tentang kontrak telah diberikan dan masing-masing bergantung pada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut dianggap sangat penting, dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam definisi tersebut. Salah satu definisi kontrak yang diberikan oleh salah satu kamus, bahwa kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. Selanjutnya ada juga yang memberikan pengertian kontrak sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian perjanjian di mana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai suatu tugas. Soedjono Dirdjosisworo
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
mendefinisikan kontrak sebagai suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya, hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya. Setiap kontrak setidak-tidaknya melibatkann dua pihak, pihak yang menawarkan adalah pihak yang mengajukan penawaran untuk membuat suatu kontrak, dan pihak yang ditawari adalah pihak terhadap siapa kontrak tersebut ditawarkan. Iktikad Baik Iktikad baik dalam kontrak bisnis merupakan doktrin atau asas yang berasal dari hukum romawi, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik harus dilacak ke dalam doktrin iktikad baik yang berkembang dalam hukum romawi tersebut. Walaupun iktikad baik menjadi asas yang paling penting dalam hukum kontrak bisnis dan diterima dalam berbagai sistem hukum, namun hingga kinidoktrin iktikad baik masih merupakan sesuatu yang kontroversional. Perdebatan utama yang timbul adalah berkaitan dengan definisi iktikad baik tersebut. Dengan perkataan lain, perdebatan ini berkaitan dengan apa sebenarnya yang dimaksud dengan iktikad baik itu. Dalam kenyataannya sangat sulit menemukan pengertian yang jelas tentang iktikad baik tersebut. Hal ini dapat dipahami karena pengaturan itikad baik dalam hukum kontrak sangat minim, yang memasukkan ketentuan itikad baik ke Kitab UndangUndang Hukum Perdata hanya mengatur sedikit saja. J. Satrio menyebutkan bahwa, ketentuan iktikad baik merupakan ketentuan yang ditujukan kepada pengadilan. Dikatakan demikian karena sengketa mengenai iktikad baik dalam prakteknya hampir selalu dimintakan penyelesaiannya kepada pengadilan. Dengan demikian perkembangan doktrin iktikad baik lebih merupakan hasil kerja pengadilan daripada legislatif yang berkembang secara kasus demi kasus. Menurut Hoge Road, iktikad baik merupakan doktrin yang merujuk kepada kerasionalan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat. Lebih lanjut menyatakan bahwa, perjanjian harus dilaksanakan menurut kerasionalan dan kepatutan, dan memperhatikan iktikad baik pada pelaksanaan perjanjian tidak lain adalah menafsirkan perjanjian menurut ukuran kepatutan dan kerasionalan. Dengan demikian lahir pandangan yang menyatakan bahwa Hoge Road telah menyamakan iktikad baik dengan kerasionalan dan kepatutan, namun rujukan tersebut
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
belum membuat kekaburan iktikad baik menjadi jelas. Pengertian kepatutan sebagai salah satu bentuk keadilan masih sangat abstrak dan sarat dengan perdebatan filosofis. Di Inggris, doktrin iktikad baik masih merupakan sesuatu yang kontroversional, karena pengadilan belum mampu menemukan makna iktikad baik yang kongkrit dalam konteks hukum kontrak bisnis. Tanpa makna iktikad baik yang jelas, doktrin iktikad baik dapat menjadi ancaman bagi kesucian prinsip kepastian dan prediktabilitas hukum. Di Amerika, banyak sekali pandangan yang mencoba memberikan pengertian terhadap iktikad baik. Akibat ketidakjelasan pengertian tersebut, penerapan iktikad baikseringkali lebih banyak didasarkan pada intuisi pengadilan.Yang hasilnya kerap tidak dapat diprediksi dan tidak konsisten. J. M. Van Dunne membagi tahapan kontrak dalam tiga fase, yakni fase pra kontrak, fase pelaksanaan kontrak, dan fase pasca kontrak. Iktikad baik sudah harus ada sejak fase pra kontrak di mana para pihak mulai melakukan negosiasi hingga mencapai kesepakatan, dan fase pelaksanaan kontrak. Pembahasan iktikad baik tersebut semestinya dimulai dari iktikad baik dalam fase kontrak kemudian dilanjutkan dengan iktikad baik pada saat pelaksanaan kontrak.Ruang lingkup pengaturan iktikad baik dalam berbagai sistem hukum umumnya hanya mencakup iktikad baik dalam fase pelaksanaan kontrak, belum mencakup fase pra kontrak. Dalam hukum kontrak, iktikad baik memiliki tiga fungsi. Iktikad baik dalam fungsinya yang pertama mengajarkan bahwa seluruh kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan iktikad baik. Fungsi kedua adalah fungsi menambah. Fungsi ketiga adalah fungsi membatasi dan meniadakan. Penerapan fungsi-fungsi iktikad baik tersebut dalam praktek pengadilan masih menimbulkan beberapa permasalahan. Iktikad baik dapat dibedakan antara iktikad baik subjektif dan iktikad baik objektif. Standar atau tes iktikad baik pelaksanaan kontrak tentunya adalah standar objektif. Dalam hukum kontrak, pengertian bertindak sesuai dengan iktikad baik mengacu kepada ketaatan. Iktikad baik subjektif dikaitkan dengan hukum benda. Di sini ditemui istilah pemegang yang beriktikad baik atau pembeli barang yang beriktikad baik dan sebagainya sebagai lawan dari orang-orang yang beriktikad buruk. Seorang pembeli yang beriktikad baik adalah seseorang yang membeli
159
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
barang dengan penuh kepercayaan bahwa si penjual benar-benar pemilik dari barang yang dijualnya. Dalam hukum benda, iktikad baik diartikan sebagai kejujuran.Pembeli yang beriktikad baik adalah orang yang jujur yang tidak mengetahui adanya cacat yang melekat pada barang yang dibelinya, artinya cacat mengenai usul-usulnya. Dalam hal ini, iktikad baik merupakan suatu elemen subjektif.Iktikad baik yang subjektif ini berkaitan dengan sikap batin atau kejiwaan, yakni apakah yang bersangkutan menyadari atau mengetahui bahwa tindakannya bertentangan atau tidak dengan iktikad baik. Iktikad baik pelaksanaan kontrak mengacu kepada iktikad baik yang objektif. Standar yang digunakan dalam iktikad baik objektif adalah standar yang objektif yang mengacu kepada suatu norma yang objektif. Perilaku para pihak dalam kontrak harus diuji atas dasar norma-norma objektif yang tidak tertulis yang berkembang di dalam masyarakat. Ketentuan iktikad baik menunjuk kepada norma-norma tidak tertulis yang sudah menjadi norma hukum sebagai suatu sumber hukum tersendiri. Norma tersebut dikatakan objektif karena tingkah laku tidak didasarkan pada anggapan para pihak sendiri, tetapi tingkah laku tersebut harus sesuai dengan anggapan umum tentang iktikad baik tersebut. Kebebasan Berkontrak Prinsipbahwa orang terikat persetujuanpersetujuan mengasumsikan adanya suatu kebebasan tertentu di dalam masyarakat untuk dapat turut serta di dalam lalu-lintas yuridis dan hal ini mengimplikasikan pada prinsip kebebasan berkontrak. Bilamana antara pihak telah diadakan sebuah persetujuan, diakui bahwa ada kebebasan kehendak di antara para pihak tersebut. Bahkan, di dalam kebebasan kehendak ini diasumsikan adanya suatu kesetaraan minimal. Pada intinya, suatu kesetaraan ekonomis antara pihak sering tidak ada, tampaknya tidak ada pula kebebasan untuk mengadakan kontrak. Kepentingan umum masyarakat menuntut dan menetapkan pula pembatasan kebebasan untuk mengadakan sebuah kontrak. Bahwa adanya kebebasan untuk mencapai kesepakatan tentang apa dan dengan siapa kita ingin melakukannya, adalah sangat penting. Prinsip kebebasan berkontrak disebut sebagai dari hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkontrak adalah begitu esensial, baik bagi individu untuk mengembangkan diri di dalam kehidupan pribadi dan di dalam lalu-lintas
160
kemasyarakatan serta untuk mengindahkan kepentingan-kepentingan harta kekayaan, maupun bagi masyarakat sebagai satu kesatuan, sehingga halhal tersebut oleh beberapa penulis dianggap sebagai suatu hak dasar. Friedman memandang bahwa kebebasan berkontrak adalah suatu aspek hukum esensial dari kebebasan individu. Hugo Grotius, seorang tokoh terkemuka dari aliran hukum alam, beranggapan bahwa suatu kontrak adalah suatu tindakan suka rela dari seorang yang menjajikan sesuatu kepada orang lain dengan maksud bahwa orang lain itu akan menerimanya. Kontrak tersebut adalah lebih dari sekedar suatu janji, karena suatu janji tidak memberikan hak kepada pihak lain atas pelaksanaan janji itu. Akibat Hukum Kontrak Bisnis Akibat hukum suatu kontrak pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari akibat hukum suatu kontrak. Kemudian, hak dan kewajiban ini tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak, maksudnya, kewajiban di pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pun sebaliknya, kewajiban di pihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Jadi akibat hukum di sini tidak lain adalah pelaksanaan dari suatu kontrak itu sendiri. Menurut pasal 1339 KUH Perdata, suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan), kebiasaan dan undang-undang. Dengan demikian setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat dalam undang-undang dan dalam adat kebiasaan (di suatu tempat dan di suatu kalangan tertentu), sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh kepatutan (norma-norma kepatutan) harus juga diindahkan. Ada 3 (tiga) sumber norma yang ikut mengisi suatu perjanjian, yaitu undang-undang, kebiasaan dan kepatutan. Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan iktikad baik.Norma yang dituliskan di atas ini merupakan salah satu sendi yang terpenting dari hukum perjanjian.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mengikat para pihak sebagaimana undang-undang dan perikatan ini hanya berlaku bagi para pihak perjanjian saja (Pasal 1340 KUH Perdata). Perjanjian tidak dapat membawa kerugian kepada pihak ketiga dan juga membawa keuntungan bagi pihak ketiga kecuali memberikan haknya untuk pihak ketiga. Perjanjian tidak dapat ditarik kecuali atas kesepakatan para pihak atau karena ada alasanalasan yang kuat (Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata). Kontrak Harus Didasarkan pada Iktikad Baik Suatu kontrak terdiri dari serangkaian kata. Oleh karena itu, untuk menetapkan isi kontrak, perlu dilakukan penafsiran, sehingga dapat diketahui dengan jelas maksud para pihak dalam kontrak. Penafsiran atau interprestasi kontrak adalah proses di mana seseorang memberikan makna terhadap suatu symbol dari ekspresi yang digunakan oleh orang lain. Simbol yang lazim digunakan adalah kata-kata baik satupersatu maupun kelompok, oral maupun tertulis.Suatu perbuatan dapat juga menjadi simbol yang dapat dilakukan interprestasi. Penafsiran kontrak adalah penentuan makna yang harus ditetapkan dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh para pihak dalam kontrak dan akibat-akibat hukum yang timbul karenanya. Asas iktikad baik memegang peranan penting dalam penafsiran kontrak. Beberapa sistem hukum, seperti hukum kontrak Jerman memiliki ketentuan yang mewajibkan bahwa kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan iktikad baik. Jika kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan iktikad baik, maka setiap isi kontrak ditafsirkan secara fair atau patut. Di awal, kalangan sarjana dan peraturan perundang-undangan berpendapat bahwa penafsiran kontrak hanya diperlukan untuk sesuatu yang tidak jelas. Jika isi kontrak telah jelas, maka tidak ada atau tidak diperlukan penafsiran.Sehubungan dengan hal ini Pasal 1378 BW (lama) Belanda menentukan bahwa jika kata-kata suatu kontrak telah jelas, tidak diperkenankan untuk menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran. Sekarang ini dianut paham bahwa dalam penafsiran kontrak tidak lagi dibedakan antara isi kontrak yang jelas dan tidak jelas, bahkan terhadap kata-kata yang tampak jelas, dapat dilakukan penafsiran dengan mengarahkannya kepada kehendak para pihak atau keadaan khusus yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
relevan untuk menentukan makna yang mereka maksud. Selain ketentuan di atas, BW (lama) dan KUH Perdata Indonesia masih memberikan beberapa pedoman lagi dalam menafsirkan suatu kontrak. Misalnya pasal 1379 BW (lama) Belanda menentukan bahwa jika kata-kata suatu kontrak dapat diberikan berbagai macam penafsiran, harus dipilih penafsiran yang meneliti maksud kedua belah pihak yang membuat kontrak itu daripada memegang teguh kata-kata tersebut secara literal. Dengan demikian, kontrak harus diberikan penafsiran yang paling sesuai dengan kehendak atau maksud para pihak, walaupun artinya harus menyimpang kata-kata dalam kontrak. Di sini terlihat bahwa teori kehendak (historis-psikologis) dijadikan dasar penafsiran kontrak. Penafsiran kontrak menurut ajaran ini tidak lain daripada menetapkan kehendak dari orang melakukan tindakan hukum. Pengaturan Iktikad Baik dalam Hukum Indonesia Minimnya pengaturan iktikad baik dalam hukum kontrak di Indonesia dapat dipahami karena hanya ada di Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KUH Perdata), yang hanya menyebutkan bahwa semua kontrak harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Kalaupun ada yang mencoba mendefinisikan iktikad baik tersebut masih akan tetap menimbulkan kebingungan. Untuk dapat memahami makna iktikad baik yang lebih jelas harus dilihat pada penafsiran iktikad baik dalam praktik peradilan. Hakim memegang peranan penting dalam menafsirkan atau memperluas ajaran iktikad baik tersebut. Ketika mengadili suatu perkara, hakim harus mengkonstantasi benar tidaknya peristiwa yang diajukan kepadanya. Setelah berhasil mengkonstantasi peristiwanya, hakim harus mengkualifikasi peristiwanya. Setelah itu hakim harus menentukan hukum apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang bersangkutan. Hakim di Indonesia dalam menemukan hukum dapat merujuk kepada beberapa sumber hukum seperti peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi. Hakim di Indonesia tidak terikat kepada yurisprudensi dalam kasus yang sama. Di lain pihak, dengan tidak dianutnya asas ini ternyata juga menimbulkan peluang bagi hakim atau pengadilan untuk membangun hukum yudisial baru yang dapat mengikuti perkembangan
161
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
masyarakat dalam putusan-putusannya. Dari putusan-putusan pengadilan juga akan tergambar bagaimana sikap hakim dalam menilai iktikad baik dalam suatu kontrak, apakah akan menerapkan doktrin tersebut atau tidak menerapkan doktrin tersebut atau bahkan justru menimbulkan doktrin baru. Dari putusan pengadilan ini akan terlihat bagaimana peranan hakim dalam menafsirkan suatu perundang-undangan yang kurang jelas atau bahkan dianggap tidak adil. Dari beberapa putusan pengadilan di Indonesia yang berkaitan dengan penerapan iktikad baik dalam negosiasi dan penyusunan kontrak, terlihat bahwa sesungguhnya tidak secara tegas menunjuk bahwa putusan tersebut diderivasi dari iktikad baik dalam negosiasi dan penyusunan kontrak yang merupakan perluasan doktrin iktikad baik dalam pelaksanaan kontrak. Kasus-kasus yang ada didominasi oleh perkara yang berkaitan dengan jual beli dan peralihan hak. Sesungguhnya persoalan-persoalan tersebut dapat didekati dari sisi iktikad baik yang bersifat subyektif dan pasal 1386 KUHPerdata Indonesia. Namun demikian, karena perkara-perkara ini tetap berkaitan dengan proses terbentuknya kontrak, maka ia juga dapat menjadi bagian dari iktikad baik dalam proses negosiasi penyusunan kontrak. Berakhirnya Kontrak Bisnis KUH Perdata menyebutnya sebagai hapusnya perikatan, yaitu pada Pasal 1381 yang menyebutkan bahwa perikatan-perikatan hapus: 1. Karena pembayaran; 2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3. Karena pembaharuan hutang; 4. Karena perjumpaan hutang atau kompensasi; 5. Karena pencampuran hutang; 6. Karena pembebanan hutang; 7. Karena musnahnya barang yang terhutang; 8. Karena batal atau pembatalan; 9. Karena berlakunya suatu syarat batal; 10. Karena lewatnya waktu Pembayaran dalam arti luas adalah pemenuhan prestasi, baik dari pihak yang menyerahkan uang sebagai harga maupun bagi pihak yang menyerahkan kebendaan sebagai barang sebagaimana yang diperjanjikan. Jadi, pembayaran diartikan sebagai “menyerahkan uang” bagi pihak yang satu dan “menyerahkan barang” bagi pihak yang lainnya.
162
Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, maka pembayaran yang mengenai suatu barang tertentu, harus dilakukan di tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjian dibuat. Di luar kedua hal tersebut pembayaran harus dilakukan di tempat tinggal si berpiutang, selama orang itu terus-menerus berdiam dalam keresidenan di mana ia berdiam sewaktu perjanjian dibuat dan di dalam hal-hal lainnya di tempat tinggalnya si berhutang. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan, adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang menolak pembayaran, walaupun telah dilakukan dengan perantaraan notaris atau jurusita. Uang atau barang yang sedianya sebagai pembayaran tersebut disimpan atau dititipkan kepada Panitera Pengadilan Negeri dengan suatu Berita Acara, yang dengan demikian hapuslah hutang piutang tersebut. Pembaharuan hutang dapat dilaksanakan melalui tiga mekanisme, yaitu: 1. Apabila seorang yang berhutang membuat suatu perikatan hutang baru guna orang yang menghutangkannya, yang menggantikan hutang yang lama yang dihapuskan karenanya; 2. Apabila seorang berhutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berhutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya; 3. Apabila sebagai akibat dari perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berhutang dibebaskan dari perikatannya. Perjumpaan hutang adalah suatu perhitungan atau saling memperhitungkan hutang-piutang antara pihak satu dengan pihak lainnya. Pihak I dalam suatu hubungan hutang-piutang menjadi kreditur terhadap Pihak II. Namun pada hubungan hutang-piutang lainnya Pihak I menjadi debitur bagi Pihak II, sehingga masing-masing memiliki hutang dan piutang, hutangpiutang inilah yang diperjumpakan. Percampuran hutang terjadi demi hukum dengan mana piutang dihapuskan, apabila kedudukan sebagai orang berpiutang dan orang berhutang berkumpul pada 1 (satu) orang. Pembebasan hutang adalah suatu pernyataan yang tegas dari si berpiutang bahwa ia tidak lagi menghendaki prestasi dari si berhutang dan melepaskan haknya atas pembayaran atau pemenuhan prestasi suatu perjanjian.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
Musnahnya barang yang terhutang adalah suatu keadaan di mana barang yang menjadi objek perjanjian tidak dapat lagi diperdagangkan, hilang atau sama sekali tidak diketahui apakah barang itu masih ada atau sudah tidak ada lagi. Hapusnya perikatan di sini oleh karena musnahnya barang tersebut disebabkan di luar kesalahan si berhutang atau disebabkan oleh suatu kejadian di luar kekuasaannya. Pembatalan sebagai salah satu sebab hapusnya perikatan adalah apabila salah satu pihak dalam perjanjian tersebut mengajukan atau menuntut pembatalan atas perjanjian yang telah dibuatnya, pembatalan mana diakibatkan karena kekurangan syarat subjektif dari perjanjian yang dimaksud. SIMPULAN Dari uraian pembahasan di atas dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: pertama, kontrak merupakan suatu proses yang diawali dengan tahap perundingan (negosiasi), penandatanganan dan pelaksanaan. Pada masingmasing tahap para pihak mempunyai kewajiban hukum atas iktikad baik. Hal ini mempunyai kewenangan untuk menilai dipenuhinya kewajiban itu berdasar prinsip kepatutan dan kepantasan (redelijkheid en billijkheia). Kewenangan itu digunakan untuk menciptakan pelaksanaan hak dan kewajiban yang adil. Prinsip kebebasan berkontrak masuk ke dalam hukum kontrak melalui asas konsensualisme. Dengan asas ini dianut paham bahwa kontrak hanya dapat diciptakan melalui kesepakatan atau consensus di antara para pihak yang mengadakan kontrak. Implementasi kebebasan berkontrak dalam suatu kontrak bisnis memiliki beberapa konsekuensi: (a). Hukum berlaku bagi kontrak didasarkan pada maksud yang sebenarnya; (b). Maksud para pihak “bertemu” pada saat dibuatnya kontrak bisnis; (c). Hasil kesepakatan bersama itu menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya; (d). Sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, pengadilan tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi suatu kewajiban kontraktual. Kedua, iktikad baik merupakan asas yang sangat penting dalam hukum kontrak dan telah diterima dalam berbagai hukum nasional dan internasional, namun permasalahan tentang definisi iktikad baik tetap sangat abstrak. Hal ini disebabkan tidak ada pengertian iktikad baik yang diterima secara universal.Pada akhirnya, pengertian iktikad baik
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
memiliki dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah dimensi subjektif, yang berarti iktikad baik mengarah kepada makna kejujuran. Dimensi yang kedua adalah dimensi yang memaknai iktikad baik sebagai kerasionalan dan kepatutan atau keadilan. Iktikad baik dalam kontrak bisnis memiliki tiga fungsi. Semua kontrak harus ditafsirkan dengan iktikad baik. Iktikad baik juga memiliki fungsi menambah suatu kewajiban kontraktual. Selain itu, iktikad baik juga memiliki fungsi membatasi dan meniadakan suatu kewajiban kontraktual. Dalam fungsi yang pertama, penafsiran kontrak tidak hanya didasarkan kepada apa yang secara jelas diperjanjikan atau kepada para pihak, tetapi juga harus memperhatikan iktikad baik. Bahkan, terhadap kontrak yang sudah jelaspun masih dapat ditafsirkan dengan iktikad baik. Dalam fungsi yang kedua, berdasarkan iktikad baik, hakim dalam suatu perkara tertentu dapat menambah isi perjanjian atau bahkan ketentuan undang-undang. Dalam fungsinya yang ketiga, manakala hakim dalam suatu perkara tertentu menemukan isi kontrak yang bertentangan dengan keadilan dan kepatutan, ia dapat mengurangi bahkan meniadakan suatu kewajiban kontraktual. Ketiga, pengadilan dan hukum di Indonesia belum memiliki pemahaman yang utuh mengenai iktikad baik, akibatnya penerapan iktikad baik sering menjadi tidak konsisten, dan tidak jelas standar atau parameter apa yang dipergunakan untuk menilai iktikad baik tersebut. Hal ini juga menyebabkan lemahnya perlindungan hukum bagi pihak yang beritikad baik dalam kontrak bisnis di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Atiyah,P.S,1995, An Introduction to Law of Contract, Oxford University Press Inc, New York. Dirdjosisworo, Soedjono, 2003 Kontrak Bisnis, Menurut Sistem Civil Law, Common Law dan Praktek Dagang Internasional (Mandar Maju, Bandung ). Friedman, 1990, Teori dan Filsafat Hukum. Hukum dan Masalah-Masalah Kontemporer (susunan III), Rajawali Pers, Jakarta. Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak, dari Sudut Pandang Hukum Bisnis (Citra Aditya Bakti, Bandung). J.J.H Bruggink, 1996 (alih bahasa Arief Sidharta) Refleksi tentang Hukum, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung.
163
KAJIAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS MELALUI PENERAPAN PRINSIP IKTIKAD BAIK DALAM KEBEBASAN BERKONTRAK Oleh : Rus Sulistiawan*
Khairandy,Ridwan, 2004, Iktikat Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Mertokusumo, Sudikno, 1999, Mengenal Hukum, Liberty, Yogjakarta. P.L. Wery, 1990, Perkembangan tentang Hukum Iktikad Baik di Nederland, Percetakan Negara, Jakarta. Perwira, Dani, 2008, Perlindungan Hukum dalam Kontrak Bisnis, Jurnal Ilmu Hukum USU. Rahman, Hasanudin, 2003, Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis, Contract Drafting (Citra Aditya Bakti, Bandung ).
164
Remy Syahdeni, Sutan, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. Satrio, J, 1992, Hukum Perjanjian , Citra Aitya Bakti, Bandung. Utomo, St. Laksanto, 2011, Aspek Hukum Kartu Kredit dan Perlindungan Konsumen, PT Alumni, Bandung,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI EMPIRIK PADA INDUSTRI KREATIF DISTRO FEYSEN DI KOTA BANDUNG) Oleh : Aan Khurosani ABSTRACT The creative industry is an industry that is focused on the creation of goods and services by relying on the expertise, talent and creativity as intellectual property. One of the sectors included in the creative industry is a distribution fashion. The purpose of this study was to analyze the effect of creating cultural impetus, the value of freedom cohesive strength and willingness to open up the network for the creativity of employees in the creative industries fashion distro in Bandung, West Java. The sampling technique used purposive sampling technique with a sample of 226 respondents. Analyzed using Structural Equation Modeling with AMOS program 18.0. The results show that there is positive and significant cultural impetus created to force the value of freedom cohesive, there is a positive and significant impact strength values of freedom cohesive for the creativity of employees, there is a positive and significant impact strength values of freedom cohesive on the willingness to open a network and there are positive influence willingness to open up the network for the creativity leader. Keyword : Creates cultur support, the power of cohesive freedom value, willingness to open a network, and Work Creativity
LATAR BELAKANG Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif pemerintah Indonesia saat ini terus menggalakan industri kreatif. Pemerintah menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber kekuatan ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Pemerintah mendorong industri kreatif karena peluang pengembangan ekonomi kreatif dapat penciptaan lapangan kerja, membantu pengentasan kemiskinan, meningkatkan pendapatan nasional dan mampu menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara (Departemen Perdagangan RI, 2008). Dalam industri kreatif, kreativitas merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh pemilik atau pengelola. Banyaknya industry kreatif yang kalah bersaing karena mereka kurang kreatif. Inovasi melalui kreativitas merupakan faktor penting dalam keberhasilan dan keunggulan kompetitif dari organisasi (Woodman, dkk, 1993). Organisasi, khususnya yang didorong teknologi, harus lebih kreatif dan inovatif dari sebelumnya untuk bertahan hidup,
untuk bersaing, tumbuh, dan memimpin (Jung, dkk, 2003; Tierney, dkk , 1999). Kualitas dan inovasi dalam organisasi erat terkait dengan budaya organisasi (Michela dan Burke, 2000). Budaya organisasi merupakan variabel kunci yang bisa mendorong keberhasilan perusahaan. Meski tidak sepenuhnya benar, bahwa perusahaan yang berhasil adalah yang mempunyai budaya yang kuat, tetapi perusahaan yang berhasil bukan sekedar mempunyai budaya yang kuat melainkan budaya yang kuat tersebut harus cocok dengan lingkungannya (Denison, 1990; Kotter, & J. Heskett, 1992). Budaya organisasi terdiri dari empat jenis budaya dominan: hirarki, pasar, clan dan mencipta (Cameron dan Quinn, 1999). Budaya mencipta adalah budaya organisasi yang memberikan kesempatan lebih banyak bagi individu untuk mengembangkan dengan cara mereka sendiri, asalkan mereka konsisten dengan tujuan organisasi. Fokus organisasi adalah untuk mendapatkan peluang sebanyak mungkin dari lingkungan eksternal Individu akan dianggap sebagai orang-orang yang berhasil jika mereka dapat
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
165
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
menciptakan dan mengembangkan ide-ide baru dan inovasi (Aktas, dkk, 2011). Namun dalam penelitian sebelumnya hubungan antara budaya/iklim organisasi dan kreativitas / inovasi relatif terbatas (McLean, 2005). Oleh karena itu diperlukan sebuah kekuatan nilai-nilai budaya yang memberikan kebebasan secara kohesif kepada individu untuk mengekspresikan kemampuannya dalam mengeluarkan ide-ide atau gagasan baru sehingga memunculkan kreativitas dalam bekerja. Selanjutnya untuk mendukung nilai-nilai kebebasan berkreasi individu harus melakukan pembelajaran yang secara terus menerus dengan melakukan kesediaan membuka jaringan. Kesediaan membuka jaringan merupakan bagian dari berbagi pengetahuan. Berbagi pengetahuan dapat dikonseptualisasikan dalam berbagai cara mulai dari eksplorasi pengetahuan baru melalui kombinasi baru dari pengetahuan yang ada untuk pemanfaatan pengetahuan yang ada (Uzzi, 2010). Berbagi pengetahuan juga dapat dilihat sebagai suatu proses pertukaran pengetahuan. Dalam kontek industri kreatif, kekuatan nilai kebebasan kohesif merupakan perilaku kebebasan berkreasi yang bertumpu pada kekuatan kerjasama dalam kelompok sehingga mampu mendorong peningkatan kreativitas kerja. Penelitian ini secara eksplisit meneliti pengaruh dorongan budaya mencipta terhadap kreativitas kerja karyawan melalui variabel intervening kekuatan nilai kebebasan kohesif dan kesediaan membuka jaringan pada industri kreatif Distro Feysen di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Budaya Mencipta Budaya merupakan sistem dari aturan informal yang menunjukkan bagaimana orang-orang didalamnya berperilaku pada sebagian besar waktunya dalam organisasi. Gagasan budaya organisasi menjadi penting dalam studi perilaku organisasi dalam dekade terakhir (Barley, S at all ; 1988). Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai definisi dan pengukuran, budaya merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa baik seorang individu sesuai dengan konteks organisasi (Kilmann, R., Saxton, M., & Serpa, R ; 1986, Schein, E. H ; 1985).
166
Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai pola dari asumsi dasar (Schein, E. H ; 1984). Asumsi ini dapat memfasilitasi atau menghambat arus informasi antara berbagai organisasi pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar organisasi (De Long, D. W. dan Fahey, L ; 2000). Budaya Organisasi menciptakan iklim (Reichers, A. E. dan Schneider, B ; 1990) dan mereka bertahan lebih lama dari rekanrekan iklim mereka (Calantone, J. Roger , S.T. Cavusgil, & Y.Zhao : 2002, Denison, D. R. : 1996). Budaya organisasi didefinisikan sebagai pola dari nilai-nilai dan keyakinan yang membantu individu memahami fungsi organisasi dan menyediakan norma untuk perilaku dalam organisasi (Deshpande, Rohit dan Frederick E. Webster : 1989). Budaya mencipta, disebut sebagai budaya dan perkembangan kewirausahaan, menggabungkan fokus pada tingkat fleksibilitas yang tinggi dengan penekanan pada posisi kompetitif. Budaya organisasi didukung oleh sistem terbuka yang mempromosikan kesediaan untuk bertindak (Deshpande dan Farley , 1999 ; Denison , 1990). Tujuan budaya mencipta adalah untuk mendorong kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan kreativitas (Deshpande dan Farley , 1999). Budaya mencipta ditandai dengan dinamis dan inovatif. Budaya mencipta juga mendorong kebebasan dan mengambil inisiatif sebagai sumber nilai kompetitif (Collins dan Porras, 1996). Nilai Kebebasan Kohesif Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif (the power of cohesive freedom values) adalah daya kelola pemimpin yang berkarakter merangkul dengan memberi keleluasaan berfikir dan kerjasama kelompok sehingga mendorong perilaku berkreasi. (Khurosani. A : 2014). Sebuah organisasi yang memberikan sistem nilai kebebasan berkreasi bagi setiap individu, akan membuat perilaku individu mampu untuk mengembangkan imajinasinya dalam melahirkan sebuah hasil karya. Melalui kekuatan kerjasama dalam kelompok, individu yang mempunyai perilaku kebebasan berkreasi akan memiliki hubungan yang terbuka serta mampu membuka jaringan atau berbagi pengetahuan dengan siapa saja, sehingga akan didapatkan ide-ide, wawasan dan pengalaman baru. (khurosani. A : 2014).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Organisasi yang memberikan kebebasan berkreasi adalah organisasi yang menerapkan kepercayaan (trust) terhadap anggota organisasi dalam sistem budaya organisasinya. Kepercayaan interpersonal atau kepercayaan antara rekan kerja meruapakan atribut yang sangat penting dalam budaya organisasi, yang diyakini memiliki pengaruh kuat atas berbagi pengetahuan. Kepercayaan interpersonal dikenal sebagai seorang individu atau harapan kelompok dalam keandalan janji atau tindakan individu atau kelompok lain (Politis, 2003). Anggota tim memerlukan adanya kepercayaan untuk merespon secara terbuka dan berbagi pengetahuan (Gruenfeld, 1996). Kesediaan membuka Jaringan Sebuah jaringan adalah serangkaian pelaku dan himpunan hubungan yang mewakili beberapa hubungan, atau kurang, antara pelaku (Brass, Galaskiewicz, Greve, dan Tsai, 2004). Dalam pengaturan organisasi, jaringan biasanya melibatkan kontak dengan berbagai rekan untuk tujuan manfaat kerja bersama (Linehan dan Scullion, 2008). Hal ini juga tergantung pada interaksi informal melibatkan kebaikan, persuasi, dan koneksi ke setiap orang yang sudah memiliki pengaruh (Henning dan Jardim, 1977). Jaringan adalah penting untuk mencapai tugas, mendapatkan mobilitas ke atas, dan pengembangan pribadi dan profesional (Bartol dan Zhang, 2007). Pittaway, at all (2004) menyoroti bahwa jaringan sangat penting untuk mengakses pengetahuan untuk membuat inovasi in-house dan juga penting untuk belajar tentang praktek kerja inovatif dimana organisasi lain telah dikembangkan atau diadopsi. Jaringan meningkatkan interaksi sosial dan kepercayaan menghasilkan timbal balik yang kondusif untuk transfer pengetahuan. Selain itu, studi menyoroti bahwa perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki jaringan jauh lebih rendah tingkat kompetensi dalam inovasi daripada perusahaan-perusahaan yang melakukan jaringan (Ritter & Gemünden, 2003). Kreativitas Kerja Kreativitas dilihat dalam pengaturan organisasi, berfokus pada hasil atau produk kreatif. Sebuah produk kreatif didefinisikan sebagai salah satu yang baru atau asli dan berguna atau yang sesuai (Amabile, 1996; Ford, 1996; Mumford & Gustafson, 1988; Woodman et al., 1993).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dalam literatur organisasi, kreativitas mengacu pada generasi ide fase inovasi (Shalley & Zhou, 2008) dan kreativitas adalah dipandang sebagai langkah awal yang penting dalam inovasi dan kunci untuk mendapatkan keuntungan kompetitif (Amabile, et al., 2005). Kreativitas merupakan penemuan ide-ide baru yang imajinatif (Newell dan Shaw 1972), yang melibatkan kebaruan inovasi radikal atau solusi untuk masalah, dan masalah reformulasi radikal. Kreativitas merupakan solusi kreatif yang hanya dapat mengintegrasikan ada pengetahuan dalam cara yang berbeda, baik baru atau direkombinasi dan harus memiliki nilai (Higgins 1999). Menurt Amabile (1983) definisi konseptual tentang kreativitas didasarkan pada definisi operasional kreativitas yang menekankan untuk menghasilkan ide kebaruan, memiliki nilai dan tepat diperlukan dalam tugas sehingga berguna, benar atau berharga bagi individu atau perusahaan. Hubungan Dorongan Budaya Mencipta dan Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif Tujuan dorongan budaya mencipta adalah untuk mendorong kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan kreativitas (Deshpande dan Farley , 1999). Jenis budaya mencipta ditandai dengan menjadi dinamis dan inovatif. Budaya mencipta juga mendorong kebebasan dan mengambil inisiatif sebagai sumber nilai kompetitif (Collins dan Porras, 1996). Budaya mencipta telah menunjukkan keunggulannya dalam hal kinerja mengenai beberapa produk dalam lingkungan yang berbeda. Suasana kerja yang dinamis dan inovatif serta pemimpin yang baik dalam pengambil kreatif dan resiko. Setiap organisasi yang dibangun atas dasar nilainilai organisasi yang kokoh, seperangkat prinsip abadi menunjukkan apa yang penting bagi suatu organisasi (Howell dan Kirk-Brown, 2005). Nilai-nilai organisasi adalah asumsi sadar yang dipegang teguh dan keyakinan di jantung budaya organisasi memberikan arahan kepada semua keputusan dibuat dalam organisasi di semua tingkatan (Rokeach, 1973). Tanpa nilai-nilai organisasi, anggota organisasi akan secara berbeda, mengikuti sistem nilai masing-masing dibentuk di masa kecil dan diperoleh dari masyarakat dimana mereka berasal (Donald dan Gandz, 1992).
167
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Setiap organisasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari produk-produk baru untuk mencapai pertumbuhan yang cepat, dan keberhasilannya ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan produk yang unik dan layanan baru yang relevan. Dengan dorongan budaya mencipta, nilai-nilai menjadi selaras dengan prinsip-prinsip keanggotaan dan orientasi eksternal. Budaya mencipta berkonsentrasi pada kreativitas, dinamisme penyesuaian, dan usaha serta merespon indikasi eksternal (Williams, 1979). Berdasarkan penjelasan di atas dan kajian literatur penelitian ini mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H1: Semakin tinggi dorongan budaya mencipta maka semakin tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif. Hubungan Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif dan Kesediaan Membuka Jaringan Sebuah organisasi yang memberikan sistem nilai kebebasan berkreasi bagi setiap individu, akan membuat perilaku individu mampu untuk mengembangkan imajinasinya dalam melahirkan sebuah hasil karya. Dengan kekuatan kerjasama dalam kelompok, individu yang mempunyai perilaku kebebasan berkreasi akan memiliki hubungan yang terbuka mampu membuka jaringan atau berbagi pengetahuan dengan siapa saja, sehingga akan didapatkan ide-ide, wawasan dan pengalaman baru. Organisasi yang memberikan kebebasan berkreasi adalah organisasi yang menerapkan kepercayaan (trust) terhadap anggota organisasi dalam sistem budaya organisasinya. Kepercayaan interpersonal atau kepercayaan antara rekan kerja adalah atribut yang sangat penting dalam budaya organisasi, yang diyakini memiliki pengaruh kuat atas berbagi pengetahuan. Kepercayaan interpersonal dikenal sebagai seorang individu atau harapan kelompok dalam keandalan janji atau tindakan individu atau kelompok lain (Politis, 2003). Anggota tim memerlukan adanya kepercayaan untuk merespon secara terbuka dan berbagi pengetahuan (Gruenfeld, 1996). Selanjunya kebebasan berkreasi yang diberikan oleh organisasi akan nampak apabila terjadi komunikasi antara staf. Komunikasi di sini mengacu pada interaksi manusia melalui percakapan lisan dan penggunaan bahasa tubuh saat berkomunikasi. Interaksi manusia sangat ditingkatkan dengan adanya jejaring sosial di tempat kerja. Bentuk komunikasi adalah fundamental dalam mendorong transfer
168
pengetahuan (Smith dan Rupp, 2002). Sistem informasi akan memberi dampak pada berbagi pengetahuan. Istilah sistem informasi yang digunakan untuk merujuk kepada pengaturan orang, data dan proses yang berinteraksi untuk mendukung operasi sehari-hari, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam organisasi (Whitten, 2001). Organisasi menggunakan sistem informasi yang berbeda untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan melalui menciptakan atau memperoleh pengetahuan terbaru, di mana karyawan berbagi keahlian elektronik dan akses ke berbagi pengalaman menjadi mungkin untuk staf lain (Connelly dan Kelloway, 2003). Berbagi pengetahuan akan terkendala oleh struktur organisasi. Struktur organisasi tradisional biasanya ditandai dengan lapisan rumit dan garis tanggung jawab dengan rincian tertentu dari prosedur pelaporan informasi. Saat ini, sebagian besar manajer menyadari kelemahan struktur birokrasi dalam memperlambat proses dan meningkatkan kendala pada arus informasi. Selain itu, prosedur seperti itu sering menghabiskan sejumlah besar waktu agar pengetahuan dapat menyaring melalui setiap tingkat. Berdasarkan penjelasan di atas dan kajian literatur, penelitian ini mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H2 : Semakin tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif maka semakin tinggi kesediaan membuka jaringan. Hubungan Kekuatan nilai kebebasan kohesif dan kreativitas kerja karyawan Di tengah-tengah perubahan, organisasi dan pemimpin berusaha untuk menciptakan kerangka kelembagaan di mana kreativitas dan inovasi diterima sebagai norma-norma budaya dasar. Aturan permainan tak tertulis (norma-norma perilaku) dan berbagi nilai-nilai mempengaruhi semangat, kinerja dan penerapan kreativitas dan inovasi di banyak cara yang berbeda (Sinha, 1995). Nilai-nilai, norma-norma dan asumsi terlibat dalam mempromosikan dan melaksanakan kreativitas dan inovasi (Hatch, 1993 ; Sackmann, 1991 ; Cameron, dkk, 1998). Menciptakan iklim kreatif dalam sebuah organisasi diperlukan adanya upaya untuk membangun sebuah kultur organisasi yang memungkinkan individu-individu didalamnya berinovasi. Salah satu kunci utama untuk memunculkan kreativitas dalam sebuah kelompok adalah kebebasan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Kekuatan nilai kebebasan kohesif merupakan sarana untuk meningkatkan kreativitas kerja. Nilai kebebasan yang dimiliki akan memudahkan pemimpin dalam berkreasi untuk menciptakan ide-ide kreatif. Berdasarkan penjelasan di atas dan kajian literatur, penelitian ini mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H3 : Semakin tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif maka semakin tinggi kreativitas kerja karyawan. Hubungan Kesediaan membuka Jaringan dan kemampuan kreativitas kerja karyawan Jaringan adalah perpaduan antara keterbukaan dan perlindungan. Informasi dan pengetahuan yang disediakan melalui berbagai jaringan adalah tidak sebagai penghambat bagi proses kreatif yang sukses. Berbagai konfigurasi jaringan, seperti jaringan pemasok dan konsumen, jaringan lokal perusahaan tetangga, jaringan profesional dan jaringan semua pengetahuan dapat berkontribusi pada proses kreatif lebih efektif (Karlsson dan Clusters, 2010). Analisis jaringan memandang pelaku ekonomi sebagai bagian saling tergantung dan terkait dari keseluruhan terhubung, bukan sebagai unit independen dari pengamatan ( Uzzi, 2007). Hal ini jelas bahwa kreativitas juga dapat lebih dipahami dan dianalisis dengan menerapkan prinsip-prinsip teori jaringan dan analisis jaringan, karena banyak dari ideide, informasi dan pengetahuan yang sangat penting untuk proses kreatif diakses melalui berbagai profesional, jaringan komersial dan swasta. Dalam studinya tentang kreativitas di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat menunjukkan bahwa terobosan kreatif orang-orang seperti Pythagoras, Freud, Picasso, dan Watson dan Crick adalah konsekuensi dari jenis tertentu jaringan pribadi yang merangsang kreativitas pribadi yang luar biasa (Collins, 1998). Dalam beberapa dekade terakhir, para sarjana dalam ilmu organisasi sudah mulai menganalisis aspek jaringan dari kreativitas individu (Burt, 2004; Perry-Smith, 2006). Jaringan menawarkan tiga keuntungan unik (Uzi & Dunlap, 2005): informasi pribadi, akses ke keahlian yang beragam, dan kekuasaan. Dimungkinkan untuk memahami pentingnya jaringan terhadap kreativitas dengan menerapkan teori jaringan (Karlsson, 2010). Jaringan menyediakan hubungan horizontal yang melintasi batas kelembagaan untuk menempatkan orang-orang dan organisasi dalam kontak langsung dengan satu sama lain. Teori jaringan terbagai kedalam tiga bagian Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
((Karlsson, 2010) : Pertama jaringan menggunakan informasi modern dan teknologi komunikasi memfasilitasi transfer informasi yang cepat atas setiap jarak tetapi mereka juga membantu menciptakan informasi. Sebagai orang yang terhubung ke jaringan menerima informasi yang mereka mensintesis dan informasi baru muncul karena informasi sebagian dibangun berdasarkan informasi. Jaringan ini juga membantu dalam berbagi dan menciptakan ide-ide. Baik informasi dan ide-ide masukan penting dalam proses kreatif. Kedua, jaringan pribadi memainkan peran penting dalam transfer pengetahuan tacit, yang sering merupakan masukan penting dalam proses kreatif. Transfer pengetahuan tacit memerlukan tatap muka interaksi dalam waktu yang lebih lama, yang berarti bahwa jaringan pribadi lokal memiliki keunggulan yang kuat ketika datang ke transfer pengetahuan tacit. Ketiga, proses kreatif ditandai dengan manipulasi informasi, ide dan pengetahuan tetapi karakteristik informasi, ide dan pengetahuan yang sangat berbeda dari barang biasa. Salah satu ciri umum dasar informasi, ide dan pengetahuan adalah bahwa biaya produksi tidak tergantung dari skala penggunaan, yang berarti hasil yang meningkat atas penggunaan informasi, ide dan pengetahuan. Faktor ini secara tradisional diberikan manfaat bagi penggerak awal dalam proses kreatif. Berdasarkan penjelasan di atas dan kajian literatur, penelitian ini mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H4 : semakin tinggi kesediaan membuka jaringan maka semakin tinggi kreativitas kerja karyawan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari empat konstruk hubungan tersebut, dapat dilihat dalam model teoritis berikut ini (gambar 1): Gambar .1. Teoretikal Model H1 Dorongan Budaya Mencipta
H3 Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif H2
Kreativitas kerja karyawan
Kesediaan membuka Jaringan
H4
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen yang didistribusikan ke setiap Distribution Outlet (Distro) di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. Sebanyak 226 sampel industry kreatif Distro (Distribution Outlet) feysen yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Sampel sebanyak 226 tersebut, telah memenuhi kriteria berpengalaman dalam usaha Distro dimana usia minimumnya adalah 3 tahun dalam
169
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
beroperasi. Sampel terdiri dari 161 laki-laki (71,24%) dan 65 perempuan (28,76%). Dalam rangka mengembangkan kuesioner valid dan reliabel, beberapa item yang disusun berdasarkan literatur terkait pada studi sebelumnya dalam penelitian ini. Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah tentang demografi informasi. Bagian kedua terdiri Dorongan Budaya Mencipta (DBM), Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif (KNKK), Kesediaan membuka Jaringan dan Kreativitas kerja karyawan (KKP). Indikator yang digunakan untuk dorongan budaya mencipta (DBM) terdiri dari 6 item diadaposi dari (Cameron dan Quinn, 1999). Responden diminta untuk mengukur bagaimana (dbm1) dorongan dalam beradaptasi, (dbm2) fleksibilitas, (dbm3) dorongan berinovasi, (dbm4) dorongan menciptakan standar baru, (dbm5) perbaikan terus menerus, (dbm6) kreatif mencari solusi. Penggunaan indikator kekuatan nilai kebebasan kohesif diadaptasi dari (Barney, 1996; Collins dan Porras, 1996 ; Schein, 1985) terdiri dari (nk1) memiliki kepercayaan, (nk2) memiliki kewenangan, (nk3) memiliki kebebasan berfikir kreatif, (nk4) terjalinya komunikasi dengan bawahan, (nk5) adanya ide-ide kelompok. Indikator kesediaan membuka jaringan diadaptasi dari (Collins, 1998; Syed-Ikhsan dan Rowland, 2004; Davenport dan Prusak, 1998; Goh, 2002), terdiri dari (kmj1) penggunaan teknologi informasi, (kmj2) memiliki jaringan pribadi, (kmj3) mempunyai teknik berbagi pengetahuan, (kmj4) memiliki Teamwork (Kelompok Kerja), (kmj5) kesediaan untuk berbagi pengetahuan secara bebas. Sedangkan indikator kreativitas kerja karyawan diadaptasi dari (Harris dan Mossholder, 1996; Amabile, 1983; Kylen dan A.B. Shani, 2002). Indikator kreativitas kerja karyawan diukur dengan (kkp1) kemampuan menghasilkan ide-ide baru, (kkp2) kemampuan berfikir imajinatif , (kkp3) kemampuan mengubah cara kerja, (kkp4) kemampuan menggabungkan ide, (kkp5) kemampuan memecahkan masalah. Masing-masing kuesioner diukur dengan menggunakan 10 skala pengukuran, dimana 1 menunjukan “sangat tidak setuju” dan 10 menunjukan “sangat setuju”. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menggunakan Software AMOS 18. AMOS adalah alat untuk memecahkan permasalahan Structural Equation Modeling yang didasarkan pada data matrik kovarian sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya. (Ghozali, 2011).
170
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis SEM Berdasarkan pengolahan data dengan program AMOS diperoleh hasil bahwa pengujian kelayakan model pengembangan dorongan budaya mencipta dan kreativitas kerja karyawan industri kreatif layak di uji karena memenuhi semua nilai good of fit index dan mempunyai nilai dalam rentang yang disyaratkan. Berdasarkan hasil pengujian kelayakan model dapat dilihat nilai goodness of fit index untuk semua kriteria yang digunakan yaitu Chi-square, probability, RMSEA, GFI, AGFI, CMIN, TLI, CFI memiliki nilai yang baik, sehingga model ini dapat diterima dan memenuhi nilai yang disyaratkan sehingga cukup layak untuk di uji hipotesis. Hasil uji kelayakan keunggulan bersaing industri kreatif distro Fashion dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Secara ringkas hasil pengujian kelayakan dengan goodness of fit index dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Hasil Pengujian Kelayakan Full Model Pengembangan Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif Goodness-offit-index Chi-Square
Probability CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Cut-offvalue 80,232
Hasil
Keterangan
73,817
= 0,05 =2,00 =0,90 =0,90 =0,95 =0,95 =0,08
0,128 1,210 0,947 0,922 0,961 0,969 0,032
Fit Chi-Square Hasil < Chi-Square Tabel, df = 61 Fit Fit Fit Fit Fit Fit Fit
Sumber : diolah untuk penelitian ini Selanjutnya hasil AMOS yang diperoleh dalam bentuk critical N yang dikembangkan oleh Hoelter (1983) berpandangan bahwa jika nilai critical N Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
sebesar 200 pada tingkat signifikansi 0,01 dan 0,05 maka model dapat diterima dengan satisfactory fit. Hasil penelitian Hoelter pada tingkat signifikansi 0,01 adalah 251 dan Hoelter 0,05 dengan angka 224 yang berarti model ini cukup fit dan dapat digeneralisir dan di uji untuk objek penelitian lain di tempat yang berbeda. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis pada Tabel. 2 dapat dilihat bahwa dari empat hipotesis yang dibangun semua hipotesis berhubungan positif atau ada hubungan positif antara dorongan budaya mencipta dengan kekuatan nilai kebebasan kohesif, kekuatan nilai kebebasan kohesif dengan kreativitas kerja karyawan, kekuatan nilai kebebasan kohesif dengan kesediaan membuka jaringan, kesediaan membuka jaringan dengan kreativitas kerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan program AMOS 18.0 dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Regression Weights Full Model Dorongan Budaya Mencipta, Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif, Kesediaan Membuka Jaringan, Kreativitas Kerja Karyawan KEKUATAN DORONGAN NILAI_KEBEBASAN <--BUDAYA_MENCIPTA _KOHESIF KESEDIAAN_ KEKUATAN MEMBUKA <--- NILAI_KEBEBASAN_K JARINGAN OHESIF KEKUATAN KREATIVITAS <--- NILAI_KEBEBASAN_K KERJA_KARYAWAN OHESIF KREATIVITAS KESEDIAAN_MEMBUK <--KERJA_KARYAWAN A JARINGAN
Estimate
S.E.
C.R.
P
Label
,713
,172
4,147
***
par_7
1,888
,439
4,298
***
par_8
,576
,170
3,382
***
par_9
,108
,051
2,128
,033
par_10
Sumber : diolah untuk penelitian ini Hipotesis 1. Semakin Tinggi Dorongan Budaya Mencipta Semakin Tinggi Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif. Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh dorongan budaya mencipta terhadap kekuatan nilai kebebasan kohesif menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai cr sebesar 4,147 dengan probabilitas 0,000. Nilai tersebut memenuhi syarat penerimaan hipotesis karena nilai cr >1,96 yang berarti tidak alasan untuk menolak hipotesis 1. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dorongan budaya mencipta kekuatan berpengaruh terhadap nilai kebebasan kohesif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara dorongan budaya mencipta dan kekuatan nilai kebebasan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kohesif. Setiap organisasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari produk-produk baru untuk mencapai pertumbuhan yang cepat, dan keberhasilannya ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan produk yang unik dan layanan baru yang relevan. Dengan dorongan budaya mencipta, nilai-nilai menjadi selaras dengan prinsipprinsip keanggotaan dan orientasi eksternal. Budaya mencipta berkonsentrasi pada kreativitas, dinamisme penyesuaian, dan usaha serta merespon indikasi eksternal (Williams, 1979). H 2: Semakin Tinggi Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif Semakin Tinggi Kesediaan Membuka Jaringan Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kekuatan nilai kebebasan kohesif terhadap kesediaan membuka jaringan menunjukkan hasil signifikan dengan nilai cr sebesar 4,298 dengan probabilitas 0,000. Nilai tersebut memenuhi syarat penerimaan hipotesis yaitu nilai cr >1,96 yang berarti tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 2. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan nilai kebebasan kohesif berpengaruh terhadap kesediaan membuka jaringan Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan kekuatan nilai kebebasan kohesif positif dan signifikan terkait dengan kesediaan membuka jaringan. Dengan kekuatan kerjasama dalam kelompok, individu yang mempunyai perilaku kebebasan berkreasi akan memiliki hubungan yang terbuka mampu membuka jaringan atau berbagi pengetahuan dengan siapa saja, sehingga akan didapatkan ide-ide, wawasan dan pengalaman baru. Organisasi yang memberikan kebebasan berkreasi adalah organisasi yang menerapkan kepercayaan (trust) terhadap anggota organisasi dalam sistem budaya organisasinya. Kepercayaan interpersonal atau kepercayaan antara rekan kerja adalah atribut yang sangat penting dalam budaya organisasi, yang diyakini memiliki pengaruh kuat atas berbagi pengetahuan. H 3 : Semakin Tinggi Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif semakin Tinggi Kreativitas kerja karyawan Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kekuatan nilai kebebasan kohesif terhadap kreativitas kerja karyawan menunjukkan hasil signifikan dengan nilai cr sebesar 3,382 dengan probabilitas 0,000. Nilai tersebut memenuhi syarat penerimaan hipotesis yaitu
171
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
nilai cr >1,96 yang berarti tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 3. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan nilai kebebasan kohesif berpengaruh terhadap kreativitas kerja karyawan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan kekuatan nilai kebebasan kohesif positif dan signifikan terkait dengan kreativitas kerja karyawan. Dalam sebuah organisasi yang menerapkan budaya kebebasan dalam berfikir akan memunculkan gagasan-gagasan kreatif. Adanya kekuatan nilai kebebasan kohesif dengan memberikan kepercayaan dalam melaksanakan tugas dan adanya kebebasan berfikir kreatif berdampak memunculkan kreativitas kerja karyawan.
masukan penting dalam proses kreatif. Transfer pengetahuan tacit memerlukan tatap muka interaksi dalam waktu yang lebih lama, yang berarti bahwa jaringan pribadi lokal memiliki keunggulan yang kuat ketika datang ke transfer pengetahuan tacit. Ketiga, proses kreatif ditandai dengan manipulasi informasi, ide dan pengetahuan tetapi karakteristik informasi, ide dan pengetahuan yang sangat berbeda dari barang biasa. Salah satu ciri umum dasar informasi, ide dan pengetahuan adalah bahwa biaya produksi tidak tergantung dari skala penggunaan, yang berarti hasil yang meningkat atas penggunaan informasi, ide dan pengetahuan. Faktor ini secara tradisional diberikan manfaat bagi penggerak awal dalam proses kreatif.
H 4 : Semakin Tinggi Kesediaan Membuka Jaringan Semakin Tinggi Kreativitas kerja karyawan Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kesediaan membuka jaringan terhadap kreativitas kerja karyawan menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai cr sebesar 2,128 dengan probabilitas 0,033. Nilai tersebut memenuhi syarat penerimaan hipotesis yaitu nilai cr >1,96 sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 4. Hubungan antara kesediaan membuka jaringan dan kreativitas kerja karyawan mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen untuk belajar berpengaruh terhadap kreativitas kerja karyawan. Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan positif antara kesediaan membuka jaringan dan kreativitas kerja karyawan. Jaringan menyediakan hubungan horizontal yang melintasi batas kelembagaan untuk menempatkan orang-orang dan organisasi dalam kontak langsung dengan satu sama lain. Teori jaringan terbagai kedalam tiga bagian ((Karlsson, 2010) : Pertama jaringan menggunakan informasi modern dan teknologi komunikasi memfasilitasi transfer informasi yang cepat atas setiap jarak tetapi mereka juga membantu menciptakan informasi. Sebagai orang yang terhubung ke jaringan menerima informasi yang mereka mensintesis dan informasi baru muncul karena informasi sebagian dibangun berdasarkan informasi. Jaringan ini juga membantu dalam berbagi dan menciptakan ide-ide. Baik informasi dan ide-ide masukan penting dalam proses kreatif. Kedua, jaringan pribadi memainkan peran penting dalam transfer pengetahuan tacit, yang sering merupakan
KESIMPULAN Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan hubungan antara dorongan budaya mencipta dan kekuatan nilai kebebasan kohesif mempunyai arah yang positif dan signifikan. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi dorongan budaya mencipta maka semakin tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif. Setiap perusahaan yang mempunyai budaya mencipta tinggi akan memiliki kekuatan bagi individu dalam menciptakan ide-ide secara bebas sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki organisasi. Setiap organisasi yang dibangun di atas dasar nilai-nilai organisasi yang kokoh, seperangkat prinsip abadi menunjukkan apa yang penting bagi suatu organisasi (Howell dan Kirk-Brown, 2005). Nilai-nilai organisasi adalah asumsi sadar yang dipegang teguh dan keyakinan di jantung budaya organisasi memberikan arahan kepada semua keputusan dibuat dalam organisasi di semua tingkatan (Rokeach, 1973). Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan hubungan antara kekuatan nilai kebebasan kohesif dan kesediaan membuka jaringan mempunyai arah yang positif dan signifikan. . Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif maka semakin tinggi kesediaan membuka jaringan. Sebuah organisasi yang memberikan sistem nilai kebebasan berkreasi bagi setiap individu, akan membuat perilaku individu mampu untuk mengembangkan imajinasinya dalam melahirkan sebuah hasil karya. Dengan kekuatan kerjasama dalam kelompok, individu yang mempunyai perilaku kebebasan berkreasi akan memiliki hubungan yang terbuka mampu membuka jaringan atau berbagi pengetahuan dengan siapa saja, sehingga akan didapatkan ide-ide, wawasan dan pengalaman baru.
172
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan hubungan antara kekuatan nilai kebebasan kohesif dan kreativitas kerja karyawan mempunyai arah yang positif dan signifikan. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi kekuatan nilai kebebasan kohesif maka semakin tinggi kreativitas kerja karyawan. Organisasi dan pemimpin berusaha untuk menciptakan kerangka kelembagaan di mana kreativitas dan inovasi diterima sebagai norma-norma budaya dasar. Nilai-nilai, norma-norma dan asumsi terlibat dalam mempromosikan dan melaksanakan kreativitas dan inovasi (Hatch, 1993 ; Sackmann, 1991 ; Cameron, dkk, 1998). Menciptakan iklim kreatif dalam sebuah organisasi diperlukan adanya upaya untuk membangun sebuah kultur organisasi yang memungkinkan individu-individu didalamnya berinovasi. Salah satu kunci utama untuk memunculkan kreativitas dalam sebuah kelompok adalah kebebasan. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan hubungan antara kesediaan membuka jaringan dan kreativitas kerja karyawan mempunyai arah yang positif dan signifikan. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi kesediaan membuka jaringan maka semakin tinggi kreativitas kerja karyawan. Berbagai konfigurasi jaringan, seperti jaringan pemasok dan konsumen, jaringan lokal perusahaan tetangga, jaringan profesional dan jaringan semua pengetahuan dapat berkontribusi pada proses kreatif lebih efektif (Karlsson dan Clusters, 2010). Kreativitas juga dapat lebih dipahami dan dianalisis dengan menerapkan prinsip-prinsip teori jaringan dan analisis jaringan, karena banyak dari ide-ide, informasi dan pengetahuan yang sangat penting untuk proses kreatif diakses melalui berbagai profesional, jaringan komersial dan swasta Keterbatasan dan Agenda Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki keterbatasan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan observasi lapangan yaitu : 1) Ada indikator variabel yang memiliki loading factor dibawah 0.5 yaitu KKP(18) dan KKP(21). Walaupun demikian karena indikator tersebut memiliki arti penting untuk variabel kreativitas kerja karyawan, maka masih digunakan dalam penelitian ini.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2)
Pemilihan obyek penelitian hanya pada industri kreatif distro feysen sebagai obyek dan sampel penelitian dari 14 jenis industri kreatif yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, atau 4 jenis industri kreatif yang ada di Kota Bandung merupakan keterbatasan dalam penelitian ini.
Adapun agenda penelitian mendatang sebagai perbaikan dari keterbatasan penelitian saat ini adalah: 1. Menambahkan indikator lain pada variabel kreativitas kerja karyawan dengan menambah sumber referensi yang berkaitan dengan variabel kreativitas kerja karyawan, sehingga akan lebih mampu menjelaskan dari variabel kreativitas kerja karyawan. 2. Mengkolaborasi dari beberapa jenis industri kreatif yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia baik itu industri kreatif yang berkatagori industri kecil menengah maupun industri kreatif yang berkatagori menengah keatas, sehingga hasil penelitian akan lebih digeneralisir atau dapat digunakan pada semua jenis-jenis industri kreatif lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Aktas E, C. Isik, K. Mithat, “The Effect Of Organizational Culture On Organizational Efficiency: The Moderating Role Of Organizational Environment and CEO Values”, Procedia Social and Behavioral Sciences 24, 1560–1573, 2011. Amabile, T. M., Barsade, S.G., Mueller, J.S., and Staw, B.M. (2005). “Affect and Creativity at Work.” Administrative Science Quarterly 50:3: 367-403. Amabile T.M, “The social psychology of creativity: A componential conceptualization”, Journal of Personality and Social Psychology, 45: 357– 376, 1983. Barley, S., Meyer, G., & Gash, D. “Cultures of culture: Academics, practitioners, and the pragmatics of normative control”. Administrative Science Quarterly, 33: 24-60. 1988. Bartol, K. M., and Zhang, X. (2007). “Networks and Leadership Development: Building Linkages for Capacity Acquisition and Capital Accrual.” Human Resource Management Review 17: 388–401
173
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Barney J.B, Organizational culture: can it be a source of sustained competitive advantage, Academy of Management Review 11 (3), 656–665. 1986. Brass, D. J., Galaskiewicz, J., Greve, H.R., & Tsai, W. (2004). “Taking stock of networks and organizations: A multilevel perspective.” Academy of Management Journal 24: 795-819. Burt, R.S. (2004), Structural Holes and Good Ideas, American Journal of Sociology 110, 349-399. 2004. Calantone, J. Roger , S.T. Cavusgil, & Y.Zhao, “Learning orientation, firm innovation capability, and firm performance”. Industrial Marketing Management, 31(6): 515. 2002. Cameron K.S, & R.E. Quinn, “Diagnosing and changing organizational culture: Based on the competing values framework”, Reading, MA: Addison Wesley, 1999. Cameron K.S, S. Kim, & D.R. Ettington, “The Conceptual Foundations of Organizational Culture, Higher Education”: Handbook of Theory and Research. New York: Agathon. 1988. Collins J.C, J.I. Porras, “Building your company’s vision”, Harvard Business Review September– October, 65–77, 1996. Collins, R. The Sociology of Philosophies: A Global Theory of Intellectual Change, Belknap Press, Cambridge, MA. 1998. Collins, R. The Sociology of Philosophies: A Global Theory of Intellectual Change, Belknap Press, Cambridge, MA. 1998. Connelly, C. and Kelloway, E. ‘‘Predictors of employees’ perceptions of knowledge sharing cultures’’, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 24 No. 5, pp. 294301.2003. Davenport, T. and Prusak, L. Working Knowledge: How organizations Manage What They Know, Harvard Business School Press, Boston, MA. 1998. De Long, D. W. and Fahey, L. “Diagnosing cultural barriers to knowledge management”, The Academy of Management Executive, Vol. 14 No. 4, pp. 113-128. 2000 Denison. D.R, “Corporate Culture and Organizational Effectiveness”, Administrative Science Quarterly, 29, 52-73, 1990.
174
Denison, D. R. “What is the difference between organizational culture and organizational climate? A native’s point of view on a decade of paradigm wars”, Academy of Management Review, Vol. 21 No. 3, pp. 619-654. 1996. Deshpande R, & J.U. Farley, “Corporate culture and market orientation: Comparing Indian and Japanese firms”, Journal of International Marketing,Vol. 7(4),pp. 111 – 127, 1999. Deshpande, Rohit and Frederick E. Webster. “Organizational Culture and Marketing: Defining the Research Agenda,” Journal of Marketing 53 (January): 3-15. 1989. Ghozali I, Model Persamaan Struktural Konsep Aplikasi dengan Program Amos 18.0. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Goh, S. ‘‘Managing effective knowledge transfer: an integrative framework and some practice implications’’, Journal of Knowledge Management, Vol. 6 No. 1, pp. 23-30. 2002. Gruenfeld, D.H., Mannix, E.A., Williams, K.Y. and Neale, M.A. ‘‘Group composition and decision making: how member familiarity and information distribution affect process and performance’’, Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol. 67 No. 1, pp. 1-15. 1996. Harris S.G, & K.W. Mossholder, “The Affective Implications of Perceived Congruence with Culture Dimensions during Organizational Transformation”, Journal of Management, 22(4), 1996 Hatch M.J, “The dynamics of organizational culture”, Academy of Management Review, Vol. 18 No. 4, pp. 657-93, 1993. Henning, M., and Jardim (1977). The Managerial Woman. London, Pan Books. Higgins, L. F. (1999). “Applying principles of creativity management to marketing research efforts in high-tech markets.” Industrial Marketing Management 28(3): 305"317. Jung. D.I, C. Chow, & A. Wu, “The Role of Transformational Leadership in Enhancing Organizational Innovation: Hypotheses and Some Preliminary Findings”, The Leadership Quarterly, 14, 525–44, 2003. Karlsson C, 2010. Clusters, Networks and Creativity. CESIS Electronic Working Paper Series, Paper No. 235
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Karlsson C. Clusters, Networks and Creativity. CESIS Electronic Working Paper Series, Paper No. 235. 2010. Kilmann, R., Saxton, M., & Serpa, R. Gaining control of the corporate culture. San Francisco: Jossey-Bass.1986. Khurosani. A. Membangun Model Kekuatan Nilai Kebebasan Kohesif Untuk Meningkatkan Kreativitas Kerja Karyawan dan Inovasi Produk. Disertasi, 2014 Kotter. J, & J. Heskett, Corporate culture and performance (New York: Free Press), 1992. Kylen S.F, & A.B. Shani, “Triggering Creativity in Teams: An Exploratory Investigation”, Creativity And Innovation Management. USA, MA: Blackwell Publishers Ltd (Vol. 11 No.1) pp. 17-30, 2002. Linehan, M., and Scullion, H (2008). “The Development of Female Global Managers: The Role of Mentoring and Networking.” Journal of Business Ethics 83: 29–40. McDonald P, J. Gandz, Getting value from shared values, Organizational Dynamics (1992) 64–77. McLean L.D, “Organizational Culture’s Influence on Creativity and Innovation: A Review of the Literature and Implications for Human Resource Development Advances in Developing Human Resources”. Vol. 7, No. 2 May 2005 226-246, 2005. Michela J.L, & W.W. Burke, “Organizational culture and climate in transformations for quality and innovation”, In N.M. Ashkanasy, C.P.P. Wilderom & M.F. Peterson (Eds.). Handbook of organisational culture and climate. California: Sage, 2000. Newell, S. (1972). Human Problem Solving. Englewood Cliffs, N.J, Prentice-Hall. Perry-Smith, J.E. Social Yet Creative: The Role of Social Relationships in Facilitat-ing Individual Creativity, Academy of Management Journal 49, 85-101. 2006. Pittaway, L., Robertson, M., Munir, K., Denyer, D., and Neely, A (2004). “Networking and Innovation: a systematic review of the evidence.” Politis, J. ‘‘The connection between trust and knowledge management: what are its implications for team performance’’, Journal of Knowledge Management, Vol. 7 No. 5, pp. 5566.2003. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Reichers, A. E. and Schneider, B. “Climate and culture: An evolution of constructs”, in Schneider, B. (Ed), Organizational Climate and Culture, Jossey-Bass, San Fransico, CA, pp. 5–39. 1990 Ritter, T., & Gemünden, H. G (2003). “Network competence: Its impact on innovation success and its antecedents.” Journal of Business Research 56(9): 745–755. Rokeach M, The Nature of Human Values, The Free Press, New York, 1973. Sackmann S.A, “Cultural Knowledge in Organization: Exploring the Collective mind”. Newbury Park, CA: Sage Publications. 1991 Schein, E. H. Organizational culture and leadership. San Francisco: Jossey-Bass.1985. Schein, E. H. “Coming to a new awareness of organizational culture”, Sloan Management Review, Vol. Winter No., pp. 3-16. 1984. Shalley, C., Zhou, J., & E (2008). Expanding the scope and impact of organizational creativity research. Mahwah, NJ, Erlbaum. Sinha J.B.P, “The Cultural Context of Leadership and Power, Sage International”, New Delhi. 1995. Smith, A. and Rupp, W. ‘‘Communication and loyalty among knowledge workers: a resource of the firm theory view’’, Journal of Knowledge Management, Vol. 6 No. 3, pp. 250-61.2002. Syed-Ikhsan, S. and Rowland, F. (2004), ‘‘Knowledge management in public organizations: a study on the relationship between organizational elements and the performance of knowledge transfer’’, Journal of Knowledge Management, Vol. 8 No. 2, pp. 95-111. Tierney, P.S.M. Farmer, & G.B. Graen, “An examination of leadership and employee creativity: The relevance of traits and relationships”, Personnel Psychology, 52: 591– 620, 1999. Uzzi, B. & S. Dunlap, How to Build Your Network, Harvard Business Review, De-cember, 1-9, 2005. Uzzi, B., L.A.N. Amaral & F. Reed-Tsochas, SmallWorld Networks and Manage-ment Science Research: A Review, European Management Review 4, 77-91, 2007. Whitten, J., Bentley, L. and Dittman, K, System Analysis and Design Methods, McGraw-Hill, New York, NY, (2001)
175
DORONGAN BUDAYA MENCIPTA, KEKUATAN NILAI KEBEBASAN KOHESIF DAN KESEDIAAN MEMBUKA JARINGAN TERHADAP KREATIVITAS KERJA KARYAWAN Oleh : Aan Khurosani*
Williams, R.M. Jr, “Change and stability in values systems: a sociological perspective”, in Rokeach, M. (Ed.), Understanding Human Values”, The Free Press, New York, NY, pp. 15-46, 1979. Woodman, R.W, J.E, Sawyer, & R.W. Griffin, “Toward a Theory of Organizational Creativity”, Academy of Management Review, 18, 293– 321, 1993.
176
Woodman, R. W., Sawyer, J.E., & Griffin, R.W (1993). “Toward a Theory of Organizational Creativity.” Academy of Management Review 18: 293–321.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi ABSTRACT Management believes if the company's stock price is too high it will make the investors less interested. Therefore stock split policy issued by management to make its stock price lower, it would make its stock more attractive to investors. The purpose of this study is to find out and analyze the impact of stock split events on abnormal return and trading volume activity before and after stock split. The sampling technique used in this study is purposive sampling and the samples are 25 companies. This study was performed by using a Paired Samples T-Test with the event period in seven days before stock split, event date, and seven days after stock split. The result of this study shows that the stock split does not affect abnormal return but stock split affect trading volume activity. Keywords : stock split, abnormal return, trading volume activity
PENDAHULUAN Persaingan di dunia usaha semakin meningkat karena sudah masuknya sistem ekonomi pasar bebas, hal ini membuat perusahaan mulai mencari alternatif pendanaan eksternal lain selain dari pasar uang demi menopang kelangsungan operasional usahanya. Pasar modal pun mulai dilirik para pencari modal dan mulai memperjualbelikan surat berharganya di bursa. Menurut Husnan (1998:3) pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan maupun sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, dan juga baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pengumuman stock split merupakan salah satu bentuk informasi yang tersedia pada pasar modal yang efisien. Pemecahan saham (stock split) merupakan metode yang umum digunakan untuk menurunkan harga pasar saham suatu perusahaan dengan meningkatkan jumlah lembar saham milik pemegang saham (Gitman dan Zutter, 2011:581). Pemecahan saham (stock split) adalah memecah lembar saham menjadi n lembar saham dan harga saham baru setelah stock split per lembarnya menjadi 1/n dari harga sebelumnya. Misalnya stock split yang
dilakukan oleh perusahaan (emiten) dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (2-for-1 split) di mana setiap pemegang saham akan menerima 2 lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, sedangkan nilai nominal saham baru merupakan setengah dari nilai nominal saham sebelumnya (Nurfitri dan Tjun, 2009:3). Terdapat dua teori yang dianggap memotivasi perusahaan untuk melakukan stock split, yaitu signaling theory dan trading range theory. Menurut signaling theory, stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada investor karena umumnya hanya perusahaan yang memiliki kinerja baik saja yang melakukan stock split. Trading range theory menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham menjadi tidak likuid yang artinya akan berpengaruh terhadap likuiditas saham tersebut sehingga stock split dapat menjadikan harga saham lebih optimal bagi investor kecil yang mempunyai dana terbatas. Stock split berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tetapi tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Stock split sering dibuat sebelum menerbitkan saham tambahan untuk meningkatkan
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
177
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
pemasaran yang saham dan merangsang aktivitas pasar. Reaksi pasar terhadap stock split dapat dilihat dari perubahan penjualan dan harga saham. Perubahan harga saham akan mempengaruhi actual return saham melalui perubahan capital gain, sehingga dapat menimbulkan selisih antara ekspektasi dengan actual return sehingga menimbulkan abnormal return (Ruslianti dan Farida, 2010). Trading volume activity mencerminkan jumlah saham yang diperdagangkan atau volume perdagangan di bursa efek serta sebagai suatu indikator dari reaksi pasar terhadap suatu pengumuman. Menurut Marwan Asri dan Faisal (1998) dalam Wijanarko dan Presetiono (2012), Trading Volume Activity (TVA) adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari peristiwa stock split dengan menguji perbedaan pada sebelum dan sesudah stock split menggunakan variabel abnormal return dan trading volume activity. Penelitian yang dilakukan Wijanarko dan Prasetiono (2012) maupun Pramana dan Mawardi (2012) menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham yang signifikan walaupun terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Penelitian yang dilakukan Hernoyo (2013) justru menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split tetapi tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan untuk trading volume activity. Menurutnya adanya perbedaan yang signifikan abnormal return menunjukkan bahwa peristiwa stock split membuat harga saham mengalami pergeseran ke kisaran harga yang lebih likuid. Berbeda dengan penelitian Setyohutomo dan Asandimitra (2014) serta Lasmanah dan Bagja (2014) yang menyimpulkan bahwa peristiwa stock split tidak menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan baik untuk variabel abnormal return dan trading volume activity pada sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Berdasarkan perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split? Apakah peristiwa
178
pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split? KAJIAN TEORI Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham (stock split) merupakan metode yang umum digunakan untuk menurunkan harga pasar saham suatu perusahaan dengan meningkatkan jumlah lembar saham milik pemegang saham masing-masing (Gitman dan Zutter, 2011:581). Pemecahan saham (stock split) adalah memecah lembar saham menjadi n lembar saham. Harga saham baru setelah stock split per lembarnya adalah menjadi 1/n dari harga sebelumnya. Misalnya stock split yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (2-for-1 split) di mana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, sedangkan nilai nominal saham baru merupakan setengah dari nilai nominal saham sebelumnya (Nurfitri dan Tjun, 2009). Pemecahan saham (stock split) tidak menambah nilai perusahaan, artinya pemecahan saham (stock split) tidak mempunyai nilai ekonomis. Menurut Jogiyanto (2000:398) misalnya jumlah yang beredar suatu perusahaan berjumlah 1 juta lembar dengan harga Rp1.000,00 per lembar. Sehingga dapat diketahui nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar Rp1 Miliyar (1 juta lembar x Rp1.000,00). Jika perusahaan melakukan pemecahan saham dari 1 lembar saham menjadi 2 lembar saham, sehingga harga saham menjadi Rp500,00 per lembar dan lembar saham yang beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap Rp1 Miliyar (2 juta lembar x Rp500,00). Tujuan dari dilakukannya stock split adalah agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dengan harga yang lebih rendah dari harga sebelumnya. Menurut Fahmi (2014:175) terdapat beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga akan memberatkan calon investor untuk membeli saham tersebut; 2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham; 3. Menarik investor besar yang berpotensi lebih banyak untuk memiliki saham tersebut;
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
4.
5. 6.
Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka dana yang dimiliki investor kecil tidak akan terjangkau; Menambah jumlah saham yang beredar; Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah karena sudah dipecah artinya telah terjadi diversifikasi investasi.
Signaling Theory Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal positif karena manajemen perusahaan yang memiliki infomasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya akan menyampaikannya kepada publik yang yang belum mengetahuinya. Manajer perusahaan melakukan stock split untuk memberikan sinyal yang positif, hal ini diinterpretasikan bahwa manajer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik mengenai masa depan perusahaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan investor. Teori ini didukung dengan kenyataaan bahwa perusahaan yang melakukan stock split biasanya merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split agar sinyal tersebut dianggap valid dan dipercaya serta mendapat reaksi yang positif oleh pasar. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, tidak berarti bahwa pasar beraksi karena informasi stock split tersebut yang tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split (Jogiyanto, 2000:401). Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2000:401) menemukan bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu menaggung biaya tersebut. Trading Range Theory Trading Range Theory menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham menjadi tidak likuid yang artinya akan berpengaruh terhadap likuiditas saham tersebut. Dengan meningkatnya likuiditas saham sesudah stock split akan meningkatkan pula jumlah transaksi perdagangan pasar modal serta jumlah kepemilikan saham. Pemecahan saham juga menjadikan harga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
saham lebih optimal bagi investor kecil yang mempunyai dana terbatas. Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split karena didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan pemecahan saham (stock split) mereka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Pemecahan saham ini juga dikarenakan untuk meningkatkan daya beli para investor, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham (Latifah, 2007). Secara umum menurut trading range theory, perusahaan umumnya melakukan stock split karena menganggap harga sahamnya terlalu tinggi, dan hal tersebutlah yang menyebabkan perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split). Namun penelitian Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2000:398) menemukan hal yang sebaliknya, yaitu likuiditas pasar akan semakin rendah setelah stock split, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya, serta biaya pialang meningkat secara proporsional. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ohlson dan Penman (1985). Abnormal Return Return saham merupakan perolehan keuntungan atau hasil atas investasi yang telah dilakukan oleh investor atau pemegang saham. Menurut Jogiyanto (2000:107) return dapat berupa return realisasi (return sesungguhnya) yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. 1. Return realisasi (realized return) atau return yang sesungguhnya, merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Actual return dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: Ri,t =
P i,t - P i,t-1 P i,t-1
Keterangan: Ri,t = actual return (return sesungguhnya) sekuritas i pada periode t Pi,t = harga saham sekuritas i pada periode t Pi,t-1 = harga saham sekuritas i pada periode t-1
179
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
2.
Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return ekpektasi sifatnya belum terjadi.
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau return ekspektasi (Jogiyanto, 2000:415). Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000:416), return ekspektasi menggunakan dapat diestimasi dengan tiga model, yaitu: 1. Mean-Adjusted Model Mean-adjusted model (model disesuaikan ratarata) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Formula mean-adjusted model adalah sebagai berikut: E(Ri,t) =
ΣRi,j T
Keterangan: E(Ri,t) = return ekspektasi sekuritas i pada periode t Ri,j = return realisasi sekuritas i pada periode j T = lamanya periode estimasi
2.
Market Model Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan: Ri,j = αi + βi Rmj + εi,j Keterangan: Ri,j = return realisasi sekuritas i pada periode j αi = intercept untuk sekuritas i βi = koefisien slope yang merupakan beta (risiko sistematis) dari sekuritas i Rmj = return indeks pasar sekuritas i pada periode estimasi j εi,j = kesalahan residu sekuritas i pada periode estimasi j
3.
Market-Adjusted Model Market-adjusted model (model disesuaikan pasar) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah dengan menggunakan return indeks pasar pada saat tersebut. E(Ri,t) = Rmit Keterangan: E(Ri,t) = return ekspektasi sekuritas i pada periode t Rmi,t = return indeks pasar sekuritas i pada periode t
180
Trading Volume Activity Likuiditas saham mencerminkan jumlah saham yang diperdagangkan atau volume perdagangan di bursa efek. Likuiditas juga merupakan suatu indikator dari reaksi pasar terhadap suatu pengumuman yang diukur salah satunya dengan menggunakan volume perdagangan saham atau trading volume activity (TVA). Trading volume activity (TVA) menurut Marwan Asri dan Faisal (1998) dalam Wijanarko dan Presetiono (2012) merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan salah satu ukuran dari aktivitas jual beli saham di bursa efek, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham di bursa efek juga akan semakin meningkat. Di Indonesia, perusahaan publik mulai melakukan stock split sejak tahun 1993 dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini menurut Latifah (2007) disebabkan stock split dianggap berhasil memenuhi tujuan perusahaan, salah satunya adalah memperbaiki likuiditas saham perusahaan. Reaksi pasar dapat dilihat dengan adanya perubahan volume perdagangan di pasar modal. Menurut Wismar’in (2004) dalam Latifah (2007), perubahan volume perdagangan tersebut yang menunjukkan aktivitas perdagangan di bursa serta mencerminkan keputusan investasi para investor di pasar modal. Volume perdagangan juga berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran dari saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin meningkatnya volume perdagangan saham, hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh publik sehingga akan berpengaruh terhadap naik atau turunnya harga atau pun return saham tersebut. Trading volume activity (TVA) merupakan perbandingan antara jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan pada suatu periode tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada periode tertentu. Menurut KERANGKA PENELITIAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian ini akan melihat apakah peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap abnormal return dan trading volume Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
activity pada sebelum dan sesudah stock split. Pengaruh stock split ditunjukkan dengan adanya perbedaan pada rata-rata abnormal return dan trading volume activity sebelum perusahaan melakukan stock split dan sesudah perusahaan melakukan stock split. Berikut ini gambaran secara sistematis pola pemikiran penelitian ini: Gambar 1 Pola Pemikiran Sebelum Rata-Rata Paired Samples T-Test
Abnormal Sesudah Peristiwa Stock Split Sebelum Rata-Rata
Paired Samples T-Test
Trading Volume Sesudah
Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran, serta penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi referensi, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H01 : Peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split Ha1 : Peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split H02 : Peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh terhadap trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split Ha2 : Peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan dari analisis data. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui serta menganalisis pengaruh dari pemecahan saham (stock split) terhadap abnormal return dan trading volume activity pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 sebelum dan sesudah dilakukannya stock split. Lingkup penelitian ini hanya pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan pemecahan saham (stock split) pada tahun 2012-2014. Waktu pengamatan dalam penelitian ini dengan menggunakan jendela peristiwa Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
(window event) selama 15 hari yang terdiri atas 7 hari sebelum peristiwa stock split (t-7), hari peristiwa stock split (t0) dan 7 hari sesudah peristiwa stock split (t+7). Tanggal diumumkannya pemecahan saham (stock split) disebut juga dengan event date (t0). Jendela peristiwa (event window) digunakan untuk melihat pengaruh peristiwa stock split terhadap abnormal return dan trading volume activity. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2004:33). a. Stock Split (X) Pemecahan saham (stock split) adalah memecah lembar saham menjadi n lembar saham dan harga saham baru setelah stock split per lembarnya menjadi 1/n dari harga sebelumnya. Misalnya stock split yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (2-for-1 split) di mana setiap pemegang saham akan menerima 2 lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, sedangkan nilai nominal saham baru merupakan setengah dari nilai nominal saham sebelumnya (Nurfitri dan Tjun, 2009). 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004:33). a. Abnormal Return (Y1 ) Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau return ekspektasi (Jogiyanto, 2000:415). Pengujian abnormal return dapat menggunakan persamaan sebagai berikut: ARi,t = Ri,t – E(Ri,t) Keterangan: ARi,t : abnormal return saham i pada hari t Ri,t : actual return saham i pada hari t E(Ri,t) : expected return saham ke-i pada hari ke-t
181
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
Actual return dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Ri,t =
Pi,t - Pi,t-1 Pi,t-1
Keterangan: Ri,t : actual return sekuritas i pada periode t Pi,t : harga saham sekuritas i pada periode t Pi,t-1 : harga saham sekuritas i pada periode t-1
Return ekspektasi dapat dihitung menggunakan market-adjusted model, yaitu menggunakan return indeks pasar pada saat tersebut [E(Ri,t) = Rmt] dengan persamaan: Rmt =
(IHSGt - IHSGt-1) IHSGt-1
Keterangan: Rmt : return market pada periode t IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
b.
Trading Volume Activity (Y2 ) Trading volume activity (TVA) merupakan perbandingan antara jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan pada suatu periode tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada periode tertentu. Trading volume activity bisa diukur menggunakan persamaan: TVAi,t =
Σ Saham i yang diperdagangkan pada hari t Σ Saham i yang beredar pada hari t
Keterangan: TVAi,t : trading volume activity perusahaan i pada waktu t i : nama perusahaan sampel t : pada waktu tertentu
Populasi dan Sampel Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perusahaan (emiten) yang melakukan pemecahan saham (stock split) dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yang artinya sampel yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi kriteria yang ditentukan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan stock split pada periode tahun 2012-2014.
182
2.
3.
4.
Perusahaan yang hanya melakukan stock split satu kali selama periode penelitian dan tidak melakukan corporate action lainnya seperti right issue, warrant, saham bonus, dividen, merger, laporan keuangan, dan pengumuman lainnya sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan minimal selama 15 hari pengamatan, yaitu 7 hari sebelum stock split, hari peristiwa stock split dan 7 hari sesudah stock split. Perusahaan tidak didelisting dan datanya tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis.
Pada tahun 2012-2014 terdapat 32 perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split). Setelah melakukan purposive sampling, terdapat 7 perusahaan yang tidak diambil sebagai sampel penelitian karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan di atas. Sampel akhir yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 perusahaan. Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi Uji Normalitas Untuk melihat apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan melakukan uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov. Uji normalitas ini nantinya digunakan untuk mengetahui alat analisis apa yang akan digunakan dalam uji hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji parametrik, yaitu dengan Paired Samples T-Test. Sedangkan apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non parametrik dengan Wilcoxon Test. Taraf kesalahan (á) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% (0,05). Adapun dasar pengambilan keputusan untuk menentukan normalitas data adalah sebagai berikut: a) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. b) Jika probabilitas (Sig.) > 0,05, maka data berdistribusi normal. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan ringkasan hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov serta kesimpulan yang diambil.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
Tabel 1 Ringkasan Uji Normalitas Variabel
Nilai KolmogorovSmirnov Z
Nilai Sig.(2-tailed)
AAR Sebelum
0,850
0,052
AAR Sesudah
0,708
0,520
ATVA Sebelum
0,958
0,185
ATVA Sesudah
1,0087
0,125
Keterangan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Sumber : Hasil pengolahan SPSS (2016) Data abnormal return maupun trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split berdistribusi normal maka selanjutnya dapat melakukan pengujian hipotesis dengan uji parametrik menggunakan Paired Samples T-Test. Metode Analisis Data Pengolahan data serta penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS version 21.00 for windows. Dalam penelitian ini, teknik analisis data digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan metodologi studi peristiwa (event study). Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan dalam bentuk pengumuman. Studi peristiwa ini dapat digunakan untuk menguji informasi suatu pengumuman dengan maksud untuk melihat reaksi pasar dari pengumuman tersebut (Jogiyanto, 2000:392). 1. Uji Deskriptif Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif secara individu dari masingmasing variabel yang digunakan. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran data dari masing-masing variabel yang diteliti dengan melihat nilai mean (ratarata), standar deviasi (simpangan baku), nilai maksimum dan nilai minimum (Wijanarko dan Prasetiono, 2012). 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu uji-t dua sampel berpasangan (Paired Samples T-Test). Uji ini dilakukan terhadap dua sampel berpasangan untuk membuktikan apakah peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap abnormal return dan volume trading activity pada sebelum dan sesudah pemecahan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
saham (stock split). Menurut Santoso (2011:263), Paired Samples T-Test diartikan sebagai sebuah uji terhadap sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Kriteria pengambilan keputusan untuk uji hipotesis adalah sebagai berikut: a. Taraf kesalahan (á) = 5% (0,05) nilai ttabel sebesar 2,064. b. - Jika nilai t-hitung > t-tabel, maka H02 ditolak, Ha2 diterima. - Jika t-hitung < t-tabel, maka H02 diterima, Ha2 ditolak. atau - Jika probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H02 ditolak, Ha2 diterima. - Jika probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H02 diterima, Ha2 ditolak. ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Analisis Data Uji Deskriptif Uji deskriptif dapat menggambarkan secara statistik jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, serta standar deviasi dari ratarata abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Tabel 2 di bawah ini memperlihatkan hasil statistik deskriptif rata-rata abnormal return. Tabel 2 Statistik Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split N AAR_Sebelum AAR_Sesudah Valid N (listwise)
Minimum
25
-.04717
25
-.02051
Maximum
Mean
Std. Deviation .09852 .0024684 .0230313 4 .05407 .0018376 .0148874 0
25
Sumber : Output SPSS 21.00, data diolah peneliti (2016) Dilihat dari tabel 2, nilai average abnormal return (AAR) sebelum stock split memiliki nilai minimum sebesar -0,04717 dan nilai maksimum sebesar 0,09852, selain itu memiliki nilai mean sebesar 0,0024684 dan nilai standar deviasi 0,02303134. Sedangkan sesudah stock split memiliki nilai minimum sebesar -0,02051, nilai maksimum 0,05407, nilai mean 0,0018376 dan nilai standar deviasi
183
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
0,01488740. Terjadi penurunan average abnormal return (AAR) sesudah dilakukannya stock split. Tabel 3 Statistik Deskriptif Rata-Rata Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split N ATVA_Sebelum ATVA_Sesudah Valid N (listwise)
25 25 25
Minimum
Maximum
.000044 .000000
Mean
.020533 .00432846 .005219 .00096717
Std. Deviation .005506145 .001341601
Sumber : Output SPSS 21.00, data diolah peneliti (2016)
tidak berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split. Trading Volume Activity Penelitian ini menggunakan uji Paired Samples T-Test untuk variabel rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah stock split. Tabel 5 di bawah ini merupakan hasil pengujian tersebut: Tabel 5 Output Paired Samples Test Rata-Rata Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split Paired Differences
Dilihat dari tabel 3, nilai average trading volume activity (ATVA) sesudah stock split juga mengalami penurunan. Sebelum stock split, ATVA memiliki nilai minimum sebesar -0,000044, nilai maksimum sebesar 0,020533, nilai mean sebesar 0,00432846 dan nilai standar deviasi 0,005506145. Sesudah dilakukannya stock split, nilai minimum ATVA menjadi sebesar 0,000000, nilai maksimum 0,005219, nilai mean 0,00096717 dan nilai standar deviasi 0,001341601. Uji Hipotesis Abnormal Return Penelitian ini menggunakan uji Paired Samples T-Test untuk variabel rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Tabel 4 di bawah ini merupakan hasil pengujian tersebut: Tabel 4 Output Paired Samples Test Rata-Rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split Paired Differences Mean
t
df
Sig.
Std.
Std. Error
95% Confidence
(2-
Deviation
Mean
Interval of the
tailed)
Difference Lower Pair 1
AAR_Sebelum -
.00063080
.01864211 .00372842
Upper
-.00706428 .00832588
.169
24
.867
AAR_Sesudah
Sumber : Output SPSS 21.00, data diolah peneliti (2016) Pada kolom paired samples test menunjukkan nilai t-hitung adalah 0,169 dan nilai probabilitas (sig.) rata-rata perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split sebesar 0,867. Hasil ini memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel dan nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti menerima H01 dan menolak Ha1 yang menyatakan bahwa peristiwa pemecahan saham (stock split)
184
Mean
t
Sig.
Std. Error
95% Confidence Interval
(2-
Deviation
Mean
of the Difference
tailed)
Lower ATVA_Sebelum -
df
Std.
Upper
.003361292 .004672927 .000934585 .001432402 .005290182 3.597
24
.001
Pair 1 ATVA_Sesudah
Sumber : Output SPSS 21.00, data diolah peneliti (2016) Pada kolom paired samples test menunjukkan nilai t-hitung adalah 3,597 dan nilai probabilitas (sig.) rata-rata perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split sebesar 0,01. Hasil ini memiliki nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel dan nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti menolak H02 dan menerima Ha2 yang menyatakan bahwa peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembahasan Hasil Hipotesis Pertama Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan pada rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan menerima hipotesis nol pertama (H01) atau menolak hipotesis alternatif pertama (Ha1 ). Hal ini berarti peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split. Penelitian ini menolak signaling theory yang menyatakan bahwa peristiwa stock split memberikan sinyal positif tentang prospek perusahaan yang baik di masa depan karena umumnya perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Selain itu menurut teori ini, stock split akan berdampak pada kesejahteraan investor yang semakin meningkat. Kenyataannya para investor masih belum yakin bahwa pemecahan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
saham (stock split) mampu memberikan sinyal yang positif tentang masa depan perusahaan yang semakin menguntungkan. Di samping itu, pemecahan saham (stock split) tidak mampu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham karena rata-rata abnormal return mengalami penurunan sesudah dilakukannya stock split meskipun mampu meningkatkan harga saham sesudah dilakukannya stock split. Selain itu penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan yang nyata untuk abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Sejalan dengan penelitian ini, Lasmanah dan Bagja (2014) berpendapat bahwa tidak adanya perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split disebabkan investor merasa bahwa peristiwa stock split tidak memberikan nilai tambah dalam bentuk peningkatan kesejahteraan maupun nilai aset para pemegang saham, sehingga peristiwa stock split tidak menarik bagi investor untuk berinvestasi.
secara proporsional. Pemecahan saham juga belum mampu meningkatkan jumlah kepemilikan saham jika dilihat dari penurunan volume perdagangan sesudah stock split. Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2000) berpendapat bahwa menurunnya volume perdagangan sesudah stock split dikarenakan adanya biaya-biaya yang ikut meningkat secara proporsional sesudah stock split. Biaya tersebut antara lain biaya pialang/biaya broker maupun biaya surat saham yang menjadi lebih tinggi sesudah stock split. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pramana dan Mawardi (2012) yang menyatakan bahwa penurunan trading volume activity sesudah stock split disebabkan pemodal menilai perusahaan yang melakukan stock split tidak dapat memberikan keuntungan yang pasti bagi mereka, selain itu pemodal juga tidak tertarik untuk membeli saham walaupun harga sahamnya rendah.
Pembahasan Hasil Hipotesis Kedua Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan menolak hipotesis nol kedua (H02) atau menerima hipotesis alternatif kedua (H a2 ). Hal ini berarti peristiwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh terhadap trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split. Salah satu teori yang motivasi manajemen melakukan pemecahan saham (stock split) adalah trading range theory. Trading range theory yang menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham menjadi tidak likuid sehingga dilakukanlah pemecahan saham (stock split) untuk meningkatkan likuiditas. Stock split yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan likuiditas saham perusahaan dalam penelitian ini adalah tidak terbukti. Saham yang likuid merupakan saham yang sering diperdagangkan di bursa. Volume perdagangan sesudah stock split justru lebih rendah jika dibandingkan sebelum dilakukan stock split karena jumlah saham yang diperdagangkan di bursa sesudah stock split mengalami penurunan yang cukup nyata jika dibandingkan sebelum stock split sehingga stock split mempengaruhi trading volume activity. Penurunan trading volume activity ini menandakan bahwa investor sepertinya tidak tertarik dengan saham-saham yang telah melakukan kebijakan stock split meskipun harganya sudah turun
KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap abnormal return dan trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menggunakan Paired Samples T-Test, peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh terhadap abnormal return pada sebelum dan sesudah stock split, namun stock split berpengaruh terhadap trading volume activity pada sebelum dan sesudah stock split. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penggunaan sampel, variabel, serta waktu pengamatan yang terbatas. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi dan berbeda, serta pemilihan periode pengamatan dan jumlah sampel diperpanjang dan ditambah agar lebih menguatkan hasil penelitian. Dalam menanggapi peristiwa stock split, sebaiknya para investor maupun perusahaan yang mengeluarkan kebijakan stock split harus berhatihati. Informasi stock split yang tersedia di pasar modal perlu dianalisis terlebih dahulu agar nantinya informasi tersebut dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, kebijakan stock split tidak menjamin akan meningkatkan abnormal return maupun trading volume activity perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
185
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA 25 PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT) PERIODE 2012-2014) Oleh : Kusnadi
kinerja perusahaan sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji & Pakarti, Piji. (2003). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Rineka Cipta. Darmadji, Tjiptono & Fakhruddin, Hendy M. (2001). Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, Irham. (2014). Analisis Kinerja Keuangan: Panduan Bagi Akademisi, Manajer dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: CV Alfabeta. Gitman, Lawrence J. & Zutter, Chad J. (2012). Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. Edinburgh: Pearson. Hernoyo, Muhammad Ade. (2013). Pengaruh Stock Split Announcement Terhadap Volume Perdagangan dan Return. Management Analysis Journal, II (1): 110-116. ISSN 22526552. Husnan, Suad. (1998). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Lasmanah & Bagja, Bambang. (2014). Abnormal Return and Stock Trading Volume Analysis on the Company Taking Stock Split at Indonesia Stock Exchange Periode 20102013. International Journal of Science and Research (IJSR), II (4): 566-572. ISSN (Online) : 2319-7064. Latifah, Nurul. (2007). Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. Fokus Ekonomi. II (2): 6580. ISSN : 19076304. Nurfitri, Dina Justifyani & Tjun, Lauw Tjun. (2009). Pengaruh Kebijakan Stock Split Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Go Public yang Terdaftar dalam BEI. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.
186
Pramana, Andi & Mawardi, Wisnu. (2012). Analisis Perbandingan Trading Volume Activity dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham. Diponegoro Journal of Management, I (1): 1-9. Ruslianti, Ellen & Farida, Esti Nur. (2010). Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, XII (3): 161-174. Santoso, Singgih. (2011). Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sari, Artiza Brilian. (2011). Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang: Program Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Setyohutomo, Deddy & Asandimitra, Nadia. (2014). Analisis Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Split Pada Perusahaan yang Melakukan Stock Split. Jurnal Ilmu Manajemen, II (2): 434-448. Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Suwardjono. (2012). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Wijarnako, Iguh & Prasetiono. (2012). Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham. Diponegoro Journal of Management, I (2): 189-199. www.idx.co.id http://finance.yahoo.com
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti ABSTRACT Safety is one of the factors that support and influence employee performance employee's work is a measure of the success of the employee in performing the work. In order to improve the performance of employees is necessary to guarantee the safety of the company in the form of physical and non-physical. This research was motivated by the problems encountered in safety at PT. Swarna Bajapacific Balaraja Banten on employee performance. Based on research studies there are still many factors that have not been appropriate safety standards. In this population is the number of employees by 253 people and sampling as many as 72 people with menngunakan Slovin formula. With data collection through interviews, questionnaires / questionnaire with a research instrument as many as 10 questions from each of the variables X and Y. Based on the research that has been done it was concluded as follows: there is a positive effect of the lower of safety (X) on employee performance (Y) on PT.Swarna Bajapacific Balaraja correlation value of the correlation value of 0.267 means the safety variables have low leverage against employee performance variables. To test the hypothesis, test t count 2,315> t table of 1.658, then Ha Ho accepted and rejected, meaning that there is significant influence between safety on employee performance. Keywords: Safety, Performance
Latar Belakang Masalah Dari pengamatan saya dan diskusi dengan manajer personalia di PT. Swarna Bajapacific, merupakan perusahaan yang sedang berkembang dimana setiap tahunnya ada penambahan jumlah karyawan dan bertambahnya mesin-mesin produksi yang tentunya semuanya itu untuk menungkatkan hasil produksi, dan untuk kierja karyawannya secara menyeluruh sudah baik tetapi masih belum optimal seperti yang di harapkan perusahaan, penyebab belum optimalnya kinerja karyawan diantaranya masih banyak karyawan yang sering tidak masuk kerja, baik izin, alfa atau pun sakit, adanya karyawan yang masih melanggar peraturan yang dibuat perusahaan dan tidak melaksanakan standar oprasional pegawai ( SOP ) dengan baik, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan di PT.Swarna Bajapacific belum optimal diantaranya: kopetensi pegawai, kurangnya pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan dan kecelakaan kerja, motivasi, dan dukungan perusahaan yang belum maksimal.
Dari salah satu penyebab belum optimalnya kinerja karyawan diatas adalah masih kecilnya kesadaran karyawan terhadap kesehatan dan resiko kecelakaan kerja yang menyebabkan seringnya karyawan yang sakit dan mengalami kecelakaan kerja, bahkan ada yang sampai meninggal dunia, sehingga karyawan tidak dapat bekerja dengan baik, bahkan karyawan tidak lagi produktif yang tentunya akan merugikan diri karyawan itu sendiri maupun perusahaan. Tabel 1.1 Tabel Kecelakan kerja PT. SBP Tahun 2010 2011 2012 2013
(x) Kejadian/kasus 10 13 5 4
Sumber : PT. Swarna Bajapacific, 2014 Dari tabel diatas terjdi penurun kecelakan yang cukup baik, tetapi masih tetap masih ada saja kecelakaan yang menimpa karyawan oleh karenanya
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
187
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
perlu adanya upaya–upaya agar tidak ada lagi kecelakaan yang menimpa karyawan (zero insident). PT.Swarna Bajapacific telah melakukan upaya– upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja dengan memberikan alat pelindung diri secara maksimal, memberikan makan dan minuman kesehtan dan perusahaan juga memberikan jaminnan atau perlidungan Keselamatan dan kesehatan Kerja. Dan apabila telah terpenuhi maka akan menyebabkan karyawan bekerja dengan segenap kemampuannya, sehingga kinerja meningkat. Berdasarkan pemikiran demikian, penulis memandang perlu melakukan penelitian tentang Pengaruh Keselamatan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat disusun ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh yang signifikan antara keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Swarna Bajapacific? 2. Berapa besar pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Swarna Bajapacific? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan. Manfaat Penelitian Informasi yang diperoleh melalui penenlitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Perusahaan a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan mengenai sejauhmana pengaruh Keselamatan Kerja terhadap kinerja karyawan di perusahaan. b. Pimpinan perusahaan dapat memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) agar mereka lebih diperhatikan.
188
c.
2.
3.
Sebagai landasan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan keselamatan kerja agar kedepannya perusahaan bisa lebih efektif dalam menjalankan atau mengambil keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Peneliti selanjutnya: a. Dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama, serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini. b. Dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan sampai s e b e r a p a jauh teori-teori yang sudah ditetapkan pada kasus dilapangan sehinggga hal-hal yang masih dirasa kurang dapat diperbaiki. Bagi Peneliti sendiri a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kenyataan di dunia usaha dibandingkan dengan teori yang didapat di bangku kuliah khususnya tentang program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan. b. Memperoleh keterampilan di bidang pengendalian faktor resiko bagi pekerja. c. Memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan
Landasan Teori Manajeman Sumber Daya Manusia Sedangkan manajemen sumber daya manusia mempunyai pengertian suatu ilmu dan seni yang mengatur dan mengelola hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektifdan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat, Hasibuan ( 2005:10 ). Di samping itu manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
Definisi MSDM Beberapa pendapat para ahli manajemen mengenai pengertian Manajeman Sumber daya Manusia ( MSDM ) antara lain : Mangkunegara ( 2011: 2 ) memberikan pengertian Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu ( pegawai ). Diperkuat Wilson ( 2012:6 ) memberikan pengertian manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengerakan dan pengawasan, terhadap pengawasan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas Pokok MSDM Sesuai Fungsi oprasional manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan ( 2005:21 ) tugas pokok manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup menetapkan jumlah tenaga kerja, seleksi, penempatan, program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian. Sedangkan Mangkunegara ( 2009:3 ) menjelaskan tugas pokom MSDM adalah pengadaan tenaga kerja, pengembangan, pemberian balas jasa, Integrasi, pemeliharaan tenaga kerja, pemisahan tenaga kerja. Dan di perjelas oleh Wilson ( 2012:7 ) menyatakan tugas pokok MSDM adalah pengadaan sumber daya manusia, pengembangan sumber daya manusia, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan sumber daya manusia. Pengertian Keselamatan Kerja Menurut Daryanto ( 2007:20 ) yang mengartikan keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Pengertian keselamatan kerja, menurut Mathis dan Jackson yang dikutip oleh cecep dan mita ( 2013:89 ) keselamatan kerja adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. secara filisofi ( Depnaker RI,1991 ) menyatakan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya demi terjaminnya keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta hasil karya dan budaya yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kerja pada khususnya. Diperkuat dengan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam undangundang tentang keselamatan kerja No 1 tahun1970 pasal dua, ini memberikan perlindungan keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dari segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Faktor-faktor keselamatan kerja Sesuai dengan pengertian keselamatan kerja yang dikemukakan para ahli diatas, Maka Moenir ( 1983:203 ) berpendapat faktor-faktor dari keselamatan kerja adalah: a. Lingkungan Kerja Secara Fisik Secara fisik, upaya-upaya yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah: 1. penempatan benda atau barang sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan atau mencelakakan orang-orang yang berada di tempat kerja atau sekitarnya. 2. Perlindungan pada pegawai/pekerja yang melayani alat-alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alat perlindungan yang sesuai dan baik. 3. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan, pertolongan dan perlindungan b. Lingkungan Sosial Psikologis Sedangkan jaminan kecelakaan kerja secara psikologis dapat dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas pegawai atau pekerja yang meliputi: 1. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai/pekerja tanpa membedakan agama, suku kewarganegaraan, turunan dan lingkungan social. 3. Perawatan dan pemeliharaan asuransi terhadap para pegawai kecelakaan. 4. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan akibat kecelakaan, baik fisik maupun mental. Bentuk jaminan masa depan ini dapat diwujudkan seperti tunjangan pensiun, tunjangan cacat ataupun namanya.
189
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
5.
Kepastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah satu jaminan bahwa orang-orang dalam organisasi itu dilindungi hak/kedudukannya oleh peraturan.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan pada pasal 3 Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang ditunjukan untuk : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi peledakan d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan kejadiankejadian lain berbahaya e. Memberi pertolongan pada kecelakaan f. Memberi alat-alat perlindungan dirik g. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin cuaca, sinar dan radiasi, suara dan getaran. h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan i. Memperoleh penerapan yang cukup dan sesuai j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik l. Memeliha kesehatan dan ketertiban m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya n. Mengamankan dan memperlancar pengakutan orang, binatang, tanaman atau barang o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan p. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan penyimpangan barang q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya r. Menyesuaikan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa sasaran dari syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi perusahaan adalah keselamatan dan kesehatan. sumber daya manusia atau tenaga kerja yang merupakan suatu kegiatan untuk mencegah
190
kecelakaan, cacat, kematian dan kerugian sebagai akibat dari kecelakaan kerja. Tujuan Keselamatan Kerja Menurut Wilson ( 2012:393 ) adalah mencegah timbulnya kecelakaan kerja yang dialami karyawan. Dan di pertegas Daryanto ( 2007:20 ) Tujuan keselamatan kerja menurutnya adalah sebagai berikut: a. pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produk nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Selain itu Nofareni mengemukakan tujuan keselamatan kerja sebagai berikut: 1. Melindungi pekerja dan orang lain ditempat kerja. 2. Menjamin agar setiap sumber produksidapat dipakai secara aman dan efisien. 3. Menjamin proses produksi berjalan lancar. 4. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat. 5. Mencegah terjadinyakecelakaan danpenyakit akibat kerja. Kecelakaan Kerja dan factor Penyebabnya Kecelakakan kerja menurut Daryanto ( 2007:23) adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan, karena dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Di perjelas dalam setandar OHSAS ( 18001:2007 ) yang mengartikan kecelakaan kerja adalah insiden yang menimbulkan cidera, penyakit akibat kerja ( PAK ) ataupun kefatalan ( kematian ). Diperkuat oleh Frank Bird dalam Dedi dan Ratna ( 2013:194 ) yang mengartikan kecelakkan kerja sebagai berikut, “an accident is undesired evend that result in physical harn to a person or damage to property. It is usually the result of a contact with a source of energy ( kinetic, electrical, chemical, therminal, etc. )” . Kecelakaan adalah suatu kejadian yang selalu mempunyai sebab dan selalu berakibat kerugian. Menurut H.W.Heinrich ( 1930 ) dalam dedi dan ratna ( 2013:194 ) dengan teori dominonya mengemukakan beberapa faktor penyebab kecelakaan dan penggolongannya sebagai berikut. Ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
a.
Kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) Faktor-faktor yang termasuk dalam kondisi ini antara lain meliputi Peralatan yang tidak diamankan dengan baik Peralatan yang rusak Penerangan yang tidak baik Tempat penyimpanan barang atau peralatan yang tidak aman.dan Penempatan letak barang atau peralatan yang tidak aman. b. Tindakan yang tidak aman (Unsafe act) Yang termasuk dalam kategori tindakan yang tidak aman ini antara lain ; Tidak mengamankan peralatan dengan baik Tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh Membuang benda sembarangan Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan, menyesuaikan atau memutuskan Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan, mencapur atau mengkombinasi Mengambil ( posisi yang tidak aman dibawah beban yang tergantung ) bekerja dengan ceroboh Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain dan sebagainya. Dari pengertian para ahli diatas dapat diartikan bahwa terjadinya kecelakaan terkait 4 ( empat ) unsur produksi, yaitu manusia, peralatan, material, dan lingkungan yang saling berinteraksi dan bersamasama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kerugian Akibat kecelakaan Kerja Kerugian akibat kecelakaan menurut H.W.Heinrich dikategorikan atas 2( dua ) kategori yaitu, kerugian langsung ( direct cost ) dan kerugian tidak langsung ( indirect cost ). 1. kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti: a. Biaya pengobatan dan kompensasi. b. Kerusakan Sarana Produksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.
Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian tersembunyi. Misalnya kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, Klaim atau ganti rugi, dampak social, citra dan kepercayaan konsumen. Penjelasan kerugian tidak langsung tersebut antara lain sebagai berikut: a. Kerugian Jam kerja b. Kerugian Produksi c. Kerugian social d. Citra dan Kepercayaan Konsumen Prinsip pencegahan kecelakkan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan menghilangkan factor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman.Namun dalam perakteknya tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling terkait. Oleh karena itu dikembangkan beberapa teori dan konsep dalam pencegahan kecelakaan antara lain: a. Pendekatan Energi 1. Pengendalian pada sumber bahaya 2. Pendekatan pada jalan energy 3. Pengendalian pada penerima b. Pendekatan Manusia 1. Pembinaan dan pelatihan 2. Promosi K3 dan kampanye K3 3. Pembinaan prilaku aman 4. Pengawasan dan inspeksi k3 5. Audit K3 6. Komunikasi K3 7. Pengembangan prosedur kerja aman ( Safe working practices ) c. Pendekatan Teknis 1. Rancangan bangunan yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang baku untuk menjamin kelalaian instalasi atau peralatan kerja. 2. System pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegaah kecelakaan dalam pengoprasian alat atau instalasi misalnya tutup pengaman mesin, system inter lock, system alarm, system intrumentasi dan lainnya. d. Pendekatan Administratif 1. Pengaturan waktu jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi. 2. Menyediakan alat keselamatan kerja
191
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
3.
Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3 4. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja. e. Pendekatan Manajemen 1. Menerapkan Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). 2. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif 3. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3 khususnya untuk manajemen tingkat atas. Upaya pencegahan kecelakaan atau upaya keselamatan harus dilakukan secara terpadu dengan memadukan semua unsur dan aspek keselamatan agar memeperoleh hasil yang diharapkan. Kinerja Pegawai Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance ( Prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang ). Pengertian kinerja secara umum dapat dikatakan sebagai besarnya kontribusi atau hasil kerja yang dicapainya dan diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan atau sasaran-sasaran oganisasi atau organisasi dimana ia bekerja. Menurut Mangkunegara ( 2011:67 ) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Wilson ( 2012:231 ) kinerja ( Performance ) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persayaratan-persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan ( Job Standard ). wibowo ( 2013:7 ) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kinerja memberikan pengerian kinerja sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Beberapa kata kunci definisi kinerja: a. Hasil kerja. b. Pekerja, proses atau organisasi. c. Terbukti secara konkrit. d. Dapat diukur. e. Dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
192
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi ( Amstrong dan baron, 1998:15 ) dalam wibowo (2013) Kinerja dalam Organisasi merupakan tanggung jawab utama seorang pimpinan, dimana seorang pemimpin harus bisa membantu pegawainya agar bisa berpestasi lebih baik. Dengan demikian kineja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaiman cara mengerjakannya. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi atau menilai keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya Penilaian kinerja atau prestasi pegawai dikenal dengan istilah “performance rating, performance appraisal, personnel assessment, employee evaluation, merit rating, efficiency rating, service rating.” Menurut Leon C. Maginson ( 1991 :310 ) mengemukakan bahwa penilaian prestasi atau kinerja pegawai adalah suatu proses yang digunakan majikan untuk menentukan apakah seseorang pegawai melakukan pekerjaannnya sesuai dengan yang dimaksudkan. Dan Andrew E. Sikula ( 1981 : 205 ) menjelaskan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Berdasarkan pendapat diatas, penilaian prestasi pegawai adalah suatu proses penilain prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Bagi suatu perusahaan menurut Wilson ( 2012: 232-233 ) penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara lain, evaluasi antar individu dalam organisasi, pengembangan dalam diri setiap individu, pemeliharaan sistem, dan dokumentasi. 1. Evaluasi antar individu dalam organisasi 2. Pengembangan antar individu dalam organisasi 3. Pemeliharaan system 4. Dokumentasi Dan tujuan penilaian kinerja menurut Attwood/ Dimmock dalam Sedarmayanti ( 2007:263-264 ). yaitu, 1. Membantu meningkatkan kinerja. 2. Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
3.
Membantu kebutuhan pelatihan dan pengembangan. 4. Menyepakati rencana untuk pengembangan karyawan dimasa depan. 5. Menilai potensi dimasa depan untuk kenaikan pangkat. 6. Memberi umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja mereka. 7. Memberi konsultasi kepada karyawan mengenai peluang karir. 8. Meningkatkan taraf kinerja karyawan untuk maksud menijau gaji. 9. Mendorong pimpinan untuk berpikir cermat mengenai kinerja staf pada umumnya dan factor yang mempengaruhi, termasuk gaya kepemimpinan dan prilaku mereka sendiri. Manfaat Penilaian Kinerja menurut sedarmayanti ( 2007:264-265 ). yaitu, 1. Meningkatkan prestasi kerja. Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan/prestasinya. 2. Memberi kesempatan kerja yang adil. Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesmpatan menempati sisi pekerjaan sesuai kemampuannya. 3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Melalui penilaian kerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga, memungkinkan adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka. 4. Penyesuaian Kompensasi. Melalui penilian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menetukan perbaikan pemberian kompensasi, dan sebagainya. 5. Keputusan promosi dan demosi Hasil penelitian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mempromosikan atau mendemosikan karyawan. 6. Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan. Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan tersebut. 7. Menilai proses rekrutmen dan seleksi Kinerja karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses rekrutmen dan seleksi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pengukuran kinerja Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat dijadikan sebagai dasar pengalaman setiap pekerjaan. Untuk memudahkan penilaian kinerja karyawan, menurut Wilson ( 2012 : 233-235 ) standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Suatu pekerjaan dapat diukur melalui: 1. Jumlah Pekerjaan. 2. Kualitas pekerjaan. 3. Ketepatan waktu mengerjakan pekerjaan. 4. Kehadiran. 5. Kemampuan bekerja sama yang dituntut suatu pekerjaan tertentu. Metode Penilaian kinerja pegawai Metode Penilaian prestasi kerja pada umumnya di kelompokan menjadi 2 macam, yakni metode penilaian yang berorientasi waktu yang lalu dan metode penilaian yang berorientasi waktu yang akan datang. Metode penilaian yang berorientasikan waktu yang lalu Penilaian prestasi kerja pada umumnya berorientasi pada masa lalu, artinya penilaian prestasi kerja seorang itu dinilai berdasarkan hasil yang telah dicapai oleh karyawan selama ini. Metode yang berorientasi masa lalu ini mempunyai kelebihan dalam hal perlakuan terhadap kerja yang telah terjadi, dan sampai derajat tertentu dapat diukur. Namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan, yakni prestasi kerja pada waktu yang lalu tidak dapat dirubah. Tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja yang lalu para karyawan memperoleh umpan balik terhadap pekerjaan mereka. Selanjutnya umpan balik tersebut dapat dimanfaatkan untuk perbaikan-perbaikan prestasi mereka. Menurut Soekidjo dalam supartini ( 2007 , 34-35 ) bahwa teknik-teknik yang digunakan dalam penilaian ini antara lain mencakup : a. Skala tertentu b. Check list c. Metode peristiwa kritis: d. Metode peninjauan lapangan: Metode penilaain ini dilakukan dengan cara para penilai atau pimpinan langsung kelapangan untuk menilai prestasi kerja karyawan. hal ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan supervise.
193
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
2.
Secara sengaja dan terencana para penilai mendatangi tempat kerja para karyawan untuk melakukan penilain prestasi kerja yang bersangkutan.
Tes prestasi kerja Metode penilaian prestasi kerja berorieestasi kerja yang berorientasi waktu yang kana datang. Metode penilaian prestasi kerja yang berorientasi waktu yang akan datang memusatkan prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan-penetapan sasaran prstasi kerja dimasa yang akan datang. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain, sebagai berikut : a. Penilaian diri ( self appraisals ) b. Pendekatan “ Management by objective (MBO)” c. Penilaian Psikologis: d. Teknik pusat penilaian: e. Unsur-unsur penilaian kinerja Terdapat beberapa unsur kinerja dalam organisasi. Menurut B. Siswanto Sastrohadiwiryo ( 2005 ), belum ada kesamaan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya dalam menentukan unsur-unsur yang harus dinilai dalam proses penilaian kinerja yang dilakukan manajemen / menyelia penilai disebabkan selain terdapat perbedaan yang diharapkan dari masing-masing perusahaan, juga karena belum terdapat standar baku tentang unsurunsur yang perlu diadakan penilaian. Pada umumnya unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilain kinerja adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemampuan. a. Kesetiaan b. Hasil kerja c. Tanggung jawab d. Ketaatan e. Kejujuran f. Prakarsa g. Kemampuan Unsur kinerja karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai itu mencakup seperti hal-hal diatas. Dan dengan standar penilaian tersebut maka perusahaan dapat mengetahui dan dapat memaksimalkan kinerja karyawan. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di PT. Swarna Bajapacifik di Banten. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu Mei-Juni 2013, yang diawali dengan
194
pembuatan proposal sampai terjun ke lapangan hingga penulis secara utuh dalam bentuk laporan ini. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan jenis penelitian kuantitatif dengan melakukan survey yang di laksanakan di pabrik PT.Swarna Bajapacific di Balaraja Tangerang propinsi Banten, sedangkan variable penelitian terdiri dari dua variable yaitu satu variable bebas yakni keselamatan kerja dan satu variable terikat kinerja karyawan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di Pabrik PT. Swarna Bajapacific di Balaraja Tangerang Profinsi Banten. 1. Sampel Menurut Sugiyono ( 2012:62 ) mengemukakan Sampel adalah bagian dari jumlah dan kareakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dan menurut Ridwan ( 2011:48 ) sampel adalah bagian dari populasi, sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan penentuan sampel Ridwan memberikan ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Dengan berpedoman uraian tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling), sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin yang d kemukakan oleh Rahmat ( 1998:82 ) dalam Ridwan ( 2010:65 ) sebagai berikut: N n = -------------------1 + N (e) 2 Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat atau diinginkan (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10%).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
N n
= 1 + N (e) 2 253
n
= 1 + 253 (10%) 2 253
n
=
= 1 + 2.53 253
=
n = 71.67 3.53
Dengan menggunakan rumus Slovin di atas didapat sampel sebanyak 71.67 atau dibulatkan menjadi 72 responden atau sampel. 2.
Instrumen / Alat Pengumpulan Data Instrumen atau alat yang dipergunakan dalam upaya pengumplan data penelitian khususunya keselamatan kerja dan kinerja karyawan adalah model kuesioner (angket) yang disusun menurut model skala likert. Instrumen ini disusun dalam bentuk pertanyaan mememiliki 5 jawaban sehingga skor tertinggi 5 dan skor terendah 1
Hasil Penelitian dan Pembahasan PT. SWARNA BAJAPACIFIC selanjutnya disingkat PT. SBP berdiri 11 Agustus 1989 berfokus pada bidang industri baja antara lain baja konstruksi, pipa-pipa baja dan barang-barang lain yang dibuat dari baja. Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, maka Direksi menetapkan untuk menerapkan sistem Management by Objective disingkat M.B.O dengan melibatkan seluruh jajaran untuk ikut menetapkan sasaran masing-masing bagian dan atau pribadi karyawan dengan mengacu pada sasaran utama perusahaan. Salah satu program utama perusahaan tahun 2006 adalah memperoleh ISO 9001:2008, dan untuk tahun-tahun selanjutnya adalah berupaya untuk mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2008 dan terus meningkatkan kualitas produk. Ruang lingkup yang dicapai dari standar sistem manajemen mutu adalah untuk dua produk utama perusahaan berupa : 1. Pipa baja spiral. 2. Atap gelombang Penelitian di PT. Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang Banten. Dengan populasi sebanyak 253 orang karyawan dan sampel sebanyak 72 orang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
karyawan.Pengamatan dilakukan di lingkungan kerja di PT. Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang Banten. Dan memperoleh data yang akurat tentang sejarah berdirinya perushaan tersebut, struktur organisasi dan tugas serta fungsi masing-masing. Pada PT.Swarna Bajapacific penulis mendapatkan informasi tentang keselamatan kerja dan kinerja karyawan yang ada pada PT.Swarna Bajapacific. Dari data penelitian tersebut diperoleh perhitungan bahwa : pertanyaan diambil dari beberapa jumlah kuesioner dengan jawaban sebagai berikut : yang menjawab “sangat setuju” (SS) sebagaimana terlihat pada tabel 4.4 lalu dijumlahkan dengan responden yang menjawab “setuju” (S) kemudian dijumlahkan lagi dengan responden yang menjawab “Netral” (N), “tidak setuju” (TS) dan “sangat tidak setuju” (STS) begitu seterusnya, lalu dari hasil seluruh jawaban pertanyaan dijumlahkan kemudian dibagi 720 (jumlah hasil jawaban) dan dikalikan 100%. Dari tabel tersebut diperoleh jumlah seluruh jawaban dari hasil pertanyaan = 260 + 365 + 95 + 0 + 0 = 720 sebagaimana rincian di bawah ini :
SS =
S =
N =
TS =
STS = Kinerja karyawan di PT.Swarna Bajapacific di Balaraja Tangerang berlangsung efektif. Hal ini terbukti sebagaimana data tersebut diatas dan penulis menyimpulkan berdasarkan pada hasil jawaban seluruh responden yang berjumlah 720 karyawan dengan variabel Kinerja karyawan dengan 10 pertanyaan, dan diperoleh hasil jawaban sebagai berikut : yang menjawab “sangat setuju” berjumlah 260 atau 36,11%, yang menjawab “setuju” berjumlah 365 atau 50,69%, yang menjawab “Netral/Ragu-ragu” berjumlah 95 atau 13,20, sedangkan yang menjawab “tidak setuju” berjumlah 0 atau 0%, dan yang manjawab “sangat tidak setuju” sebanyak 0 atau 0%.
195
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
Berikut pengujian Validitas instrumen Variabel Keselamatan(X): Tabel 4.5 Tabel hasil Uji Validitas variabel (X) No Item
Harga t hitung
Harga t tabel
Keputusan
Pertanyaan
Koefisiensi korelasi r hitung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,641 0,483 0,358 0,745 0,507 0,509 0,352 0,412 0,371 0,624
6,996 4,615 3,21 9.358 4,927 4,949 3,151 3,782 3,341 6,682
1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
unruk menguji reliabilitas instrumrn dengan metode Sperman brown.
rii
2.rb 1 rb
Uji Reliabilitas vaiabel Keselamatan (X) dengan rumus Seperman Brown r11 =
2.r11
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.3
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.4
r11 =
2.r11
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.5
Item pertanyaan No.6
r11 =
2.r11
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.8
r11 =
2.r11
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.9
Item pertanyaan No.10
r11 =
2.r11
Item pertanyaan No.1
Item pertanyaan No.2
=
1+ rb
=
1+ 0,64
=
1+ rb
1+ rb
2.(0,64)
2.(0,48)
2.(0,36) 1+ 0,36
= 0,780
1,64
=
1+ 0,48
=
1,28
0,96
= 0,649
1,48
=
0,72 1,36
= 0,529
Sumber : Data olahan SPSS, 2013 Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa seluruh item alat ukur dinyatakan valid, Jadi instrumen yang valid ini dapat dilanjutkan ke uji Reliabilitas Berikut pengujian Validitas instrumen Variabel Kinerja Karyawan (Y): Tabal. 4.6 Tabel hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y) No Item
Harga t hitung
Harga t tabel
Keputusan
Pertanyaan
Koefisiensi korelasi r hitung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,296 0,551 0,295 0,58 0,595 0,495 0,533 0,478 0,433 0,497
2,594 5,53 2,581 5,964 6,195 4,763 5,265 4,556 4,016 4,791
1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658 1,658
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data olahan SPSS, 2013 Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 10 alat ukur dinyatakan seluruhnya valid. Jadi instrumen ini dapat di lanjutkan ke uji Reliabilitas. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya: metode Belah dua (split half), dan Seperman Brown, Kuder Richardson-20 (KR-20), KR-21, Anova Hyot dan alpha. Peneliti
196
Item pertanyaan No.7
1+ rb
1+ rb
=
=
1+ rb
1+ 0,51 2.(0,51)
=
2.(0,35)
=
2.(0,41) 1+ 0,41
=
=
1+ 0,37
2.(0,62) 1+ 0,62
= 0,851
1,51 1,02
= 0,675
= 0,675
0,7
= 0,519
1,35
=
2.(0,37) =
1,74
1,51
1+ 0,35
=
1,48
1,02 =
1+ 0,51
1+ rb
1+ rb
1+ 0,74
=
2.(0,51) =
1+ rb
1+ rb
2.(0,74)
0,82 1,41
= 0,582
0,74 =
=
1,37
1,24 1,62
= 0,540
= 0,765
Selanjutnya mencari t tableapabila diketahui signifikasi untuk Q =0,05 dan dk = 72-2 =70, dengan uji satu pihak, maka diperoleh t tabel = 0,227. Membuat keputusan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel Kaedah keputusan : jika t hitung> t tabel berarti valid dan sebaliknya t hitung< t tabel berarti tidak valid
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
Tabal. 4.7 Tabel hasil Uji Reliabilitas Variabel Keselamatan (X) No item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Koefisiensi Korelasi 0,64 0,48 0,36 0,74 0,51 0,51 0,35 0,41 0,37 0,62
Harga r 11 0.780 0,649 0,529 0,851 0,675 0,675 0,519 0,582 0,54 0,765
Harga r tabel 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data olahan SPSS, 2013 Dari hasil uji coba instrumen penelitian reliabilitas variabel Xdiperoleh kesimpulan bahwa 10 alat ukur dinyatakan seluruhnya reliabel. Jadi instrumen ini dapat di lanjutkan ke uji Linier sederhana. Uji Reliabilitas vaiabel Kinerja (Y) dengan rumus Seperman Brown Item pertanyaan No.1
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,30) = 1+ 0,30
0,6 = 0,462 1,3
Item pertanyaan No.2
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,55) 1,1 = = 0,710 1+ 0,55 1,55
Item pertanyaan No.3
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,29) 0,58 = = 0,450 1+ 0,29 1,29
Item pertanyaan No.4
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,58) 1,16 = = 0,734 1+ 0,58 1,58
Item pertanyaan No.5
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,59) 1,18 = = 0,742 1+ 0,59 1,59
Item pertanyaan No.6
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,49) 0,98 = = 0,658 1+ 0,49 1,49
Item pertanyaan No.7
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,53) 1,06 = = 0,693 1+ 0,53 1,53
Item pertanyaan No.8
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,48) 0,96 = = 0,649 1+ 0,48 1,48
Item pertanyaan No.9
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,43) 0,86 = = 0,601 1+ 0,43 1,43
Item pertanyaan No.10
r11 =
2.r11 1+ rb
=
2.(0,50) = 1+ 0,50
1 = 0,667 1,5
Mencari r tabelapabila diketahui signifikasi untu á = 0,05 dan dk = 72 – 2 =70,dengan uji satu pihak, maka diperoleh rtabel = 0,235.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Membuat keputusan dengan membandingkan r dengan r tabel, kaidah keputusan : jika r hitung> r hitung berarti reliabel dan sebaliknya r hitung
Koefisiensi Korelasi 0,3 0,55 0,29 0,58 0,59 0,49 0,53 0,48 0,43 0,5
Harga r 11 0,462 0,71 0,45 0,734 0,742 0,658 0,693 0,649 0,601 0,667
Harga r tabel 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data olahan SPSS, 2013 Dari hasil uji coba instrumen penelitian reabilitas variabel Y diperoleh kesimpulan bahwa 10 alat ukur dinyatakan seluruhnya reliabel. Jadi instrumen ini dapat di lanjutkan ke uji Linier sederhana. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Untuk mengukur besarnya pengaruh Keselamatan (X) terhadap Kinerja karyawan (Y) dihitung dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut :
Rumus regresi linier : Ỹ = a + bx Tabel : 4.9 Analis pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja karyawan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
X 33 31 34 37 27 28 37 38 31 38 31 28 33 33 36 37 33 38 33 34 33 35 27
Y 34 45 45 43 38 40 48 42 44 43 38 40 44 44 43 40 42 41 46 46 44 42 46
XY 1122 1395 1530 1591 1026 1120 1776 1596 1364 1634 1178 1120 1452 1452 1548 1480 1386 1558 1518 1564 1452 1470 1242
X2 1089 961 1156 1369 729 784 1369 1444 961 1444 961 784 1089 1089 1296 1369 1089 1444 1089 1156 1089 1225 729
Y2 1156 2025 2025 1849 1444 1600 2304 1764 1936 1849 1444 1600 1936 1936 1849 1600 1764 1681 2116 2116 1936 1764 2116
197
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
24 36 45 1620 1296 25 33 39 1287 1089 26 37 45 1665 1369 27 31 40 1240 961 28 33 41 1353 1089 29 33 40 1320 1089 30 30 39 1170 900 31 44 41 1804 1936 32 40 42 1680 1600 33 38 44 1672 1444 34 39 44 1716 1521 35 41 44 1804 1681 36 37 44 1628 1369 37 32 39 1248 1024 38 37 42 1554 1369 39 33 34 1122 1089 40 31 45 1395 961 41 33 45 1485 1089 42 37 43 1591 1369 43 27 38 1026 729 44 28 40 1120 784 45 37 48 1776 1369 46 40 42 1680 1600 47 31 44 1364 961 48 40 43 1720 1600 49 31 38 1178 961 50 27 40 1080 729 51 35 44 1540 1225 52 33 44 1452 1089 53 37 43 1591 1369 54 35 40 1400 1225 55 35 42 1470 1225 56 39 41 1599 1521 57 33 46 1518 1089 58 34 46 1564 1156 59 35 44 1540 1225 60 33 42 1386 1089 61 33 46 1518 1089 62 34 45 1530 1156 63 33 39 1287 1089 64 38 45 1710 1444 65 33 40 1320 1089 66 31 41 1271 961 67 33 40 1320 1089 68 32 39 1248 1024 69 44 41 1804 1936 70 40 42 1680 1600 71 38 44 1672 1444 72 39 44 1716 1521 Jumlah 2478 3045 105008 86348 Min 27 34 1026 729 Max 44 48 105008 1936 Ratarata 34,416667 42,291667 2876,9315 1199,2778 N 72 72 72 72
2025 1521 2025 1600 1681 1600 1521 1681 1764 1936 1936 1936 1936 1521 1764 1156 2025 2025 1849 1444 1600 2304 1764 1936 1849 1444 1600 1936 1936 1849 1600 1764 1681 2116 2116 1936 1764 2116 2025 1521 2025 1600 1681 1600 1521 1681 1764 1936 1936 129357 1156 2304
1796,625 72
2.
Menghitung a: a = Y – bX =
Y b X
a = Y – bX =
3045 2478 0,197 72 72
n
n
a = Y – bX = 42,291 0,197.(34,416) a = Y – bX = 42,708 6,779 a = 35,929
Dari uraian diatas maka persamaan regresi linier menjadi :Y= ( 35.929 ) + ( 6,779 ) X, artinya setiap perubahan satu satuan skor variabel X, maka akan diikuti perubahan nilai skor Y sebesar 6,779 kali pada X pada konstanta 35,929 Analisis Korelasi Untuk mengukur kuat atau tidaknya hubung antara Keselamatam (X) terhadap Kinerja karyawan (Y) dihitung dengan menggunakan korelasi product moment sebagai berikut : rxy
n xy x y n x 2 x 2n y 2 y 2
rxy
72105008 24783045 7286348 2478272129357 30452
rxy
rxy
7560576 7545510
6217056 61404849313704 9272025 15066
7657241679
Sumber : Data olahan SPSS, 2013 Hasil penelitian ini dihitung dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, analisis korelasi penentu atau koefisien dan uji hipotesis. 1. Menghitung b: b=
198
n XY X Y n X 2 X 2
b=
72.(105008) (2478).(3045) 7286348 2478 2
b=
7560576 7545510 6217056 6140484
b=
15066 0,1968 76572
rxy
15066 56492,87024
rxy 0,267
Dari hasil perhitungan diatas dapat diperoleh nilai r sebesar 0,267 hal ini berarti hubungan antara Keselamatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah rendah dan negatif. Koefisien Penentu atau Koefisien Determinasi Untuk mengukur seberapa besar pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja karyawan (Y) dinyatakan dalam presentase (%)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
KP = r2 x 100% = (0,267)2 x 100% = 0,071289x 100% = 7,13% Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai koefisien penuntun (KP) Sebesar 7,13% yang berarti pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja karyawanadalah sebesar 7,13 % dan sisanya 92,87% merupakan pengaruh faktor lain. Uji Hipotesis Uji hipotesis merupakan suatu prosedur dalam pengambilan keputusan apakah suatu hipotesis diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menguji kebenaran koefisien korelasi dalam menyatakan hubungan antara variable X dan Y dengan menggunakan alpha (á) = 0,05. Ha = ada pengaruh yang signifikan antara Keselamatan terhadap Kinerja Karyawan. Ho = tidak ada pengaruh yang signifikan antara Keselamatan terhadap Kinerja Karyawan Dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : t
t
t
t
t
rxy n 2 1 rxy 2
0,267 72 2 1 0,267 2
0,267 70 1 0,071289
0,2678,3666 0,928711 2,234 0,964
t= 2.317 ttabel
Dasar pengambilan keputusan : dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t table sebagai beriku : 1. Jika nilia t hitung > nilai t tabel, maka Ha artinya koefisien regresi signifikan 2. Jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka Ho artinya koefisien regresi tidak signifikan Level of significant (á) telah ditetapkan sebesar 5% atau 0,05 sedangkan Degree of freedom (df) berdasarkan rumus df = n-2 dihasilkan df = 72 – 2 = 70, sehingga ttabeladalah 1,658, Karena thitung> ttabel yakni 2,137 >1,658, karena thitung lebih besar daripada ttabel . Artinya terdapat pengaruh korelasi yang signifikan antara Keselamatan kerja terhadap Kinerja karyawan. Adanya pengaruh Keselamatan yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja karyawan sehingga besarnya pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja kinerja sebesar 7,13%. Hal ini menunjukkan bahwa Keselamatan kerjaselalu menjadi dorongan bagi Karyawanuntuk meningkatkan Kinerjanya, semakin baik perusahaan, maka semakin terjamin pula Keselamatandalam peningkatan Kinerja karyawan. Sedangkan pada uji keberartian koefisien korelasi menunjukkan bahwa pengaruh Keselamatan terhadap Kinerja karyawan sangat signfikan, hal ini berarti Keselamatanmempunyai peran penting dan tidak dapat diabaikan dalam peningkatan Kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Keselamatan terhadap Kinerja karyawan pada PT.Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang.
= (α;df = n -2) = (0,05;df = 72 -2) = 0,05;df = 70 = 1,658
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yangrendah antara keselamatan (X) terhadap kinerja Karyawan (Y) pada PT.Swarna Bajapacific Balaraja Tangerang, dengan nilai korelasi sebesar0,267, Nilai korelasi tersebut berarti variabel Keselamatan mempunyai pengaruh yang rendah terhadap variabel Kinerja karyawan pada PT.Swarna Bajapacific BalarajaTangerang. Dengan kontribusi variabel Keselamatan terhadap variabel Kinerja karyawan yang mencapai7,13%, diperkirakan setiap variabel Keselamatan mengalami kenaikan sebesar 1 akan mengakibatkan kenaikan variabel Kinerja karyawan sebesar 0,267.
199
PENGARUH KESELAMATAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SWARNA BAJAPACIFIC BALARAJA TANGERANG Oleh : Indri Astuti
2.
Dimana hasil penelitian koefisien korelasi bahwa interval koefisien termasuk kedalam kategori rendah. Determinasi dari koefisien korelasi Keselamatan Kerja karyawan mempengauhi Kinerja Karyawan. Dengan demikian dapat disimpulkan uji t hitung menujukan Ha diterima dan Ho ditolak.
Saran-saran Saran-saran yang dapat dikemukakan sehubungan dengan kesimpulan di atas sebagai berikut : 1. Pimpinan perusahaan sebaiknya meningkatkan pemberian jaminan keselamatan kepada karyawan untuk meningkarkan rasa aman dan tentunya akan meningkatkan kinerja karyawan. Dengan cara melakukan pembanahan sistem SMK3 yang belum diterapkan secara optimal. 2. Kepada Pimpinan perusahaansegera melakukan tindakan yang dianggap perlu yang bersifat urgent dan dapat membahyakan keselamatan karyawan dengan melakukan pemberian tanda bahaya pada peralatan dan perlengkapan yang beresiko menimbulkan kecelakaan. Dan selanjutnya pembenahan secara bertahap mengenai tata letak yang beresiko menimbulkan bahaya dan penyakit kerja. Daftar Pustaka Nita Sri handayani. Pengaruh system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT”XX” Herujito. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta :PT.Grasindo Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Djambatan Hasibuan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta : P T . B u m i Aksara. Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.Remaja Rosda karya. Jusuf. 2012. Aspek Sikap Mental Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Syiar Media Ike Kusdyah. 2008 Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarat : CV Andi Offset. Siagian. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya
200
Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negri Sipil. Bandung : PT. Refika Aditama. Wilson Bangun. 2012. Manejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pres Boedi Rijanto. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. (K3L) Industri Konstruksi. Jakarta : Mitra Wacana Media Daryanto. 2007. Keselamatan dan Kehatan Kerja Bengkel. Jakarta : Rineke Cipta Cecep T dan Mitha. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta : Nuha Medika Dedi Alamsyah dan Ratna Muliawati,2013, Pilar Dasar ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarat : Nuha Medika John Ridley. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta ; Erlangga Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta Bandung Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta Bandung. Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta : Gaung Persada Press Arikunto. 2009, Menejemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Riduwan, Engkos. 2011. Path Analisys. Bandung : Alfabeta Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung : Alfabeta http://www.psychologymania.com/2012unsurunsurkinerja.html http://www.thesis.binus.ac.com/2011 pengaruh motivasi terhadap kinerja.html htt p:/ /nof ar eni.wor dpr es. com/2 011/ 0 4/ 18 / Keselamatan dan Kecelakaan kerja http://sodoriza.wodpres.com/2010/04/02 definisikonseptual-variabel-definisioprasionalvatiabel. http://ahdasaifulaziz.blogspot.com/2011/06/ keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud481-babitesis.pdf http//risnawatiririn.wordpress.com/2011/02/27/ konsep kineja pegawai. http//m.sindonews.com/read/2014/02/18/3483659/ 1 9 2 - 9 11 - p e s e r t a - j a m s o s t e k - a l a m a i kecelakaan-kerja
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini ABSTRACT Social media is a collection of application based on internet built based on set of ideology and technology of Web 2.0 and has a possibility on creating a creation and information exchange from internet users. Web 2.0 is a basic formation of social media. Therefore, the purpose of this research is to find out the impact of social media (X1) towards Brand Awareness (X2) and Brand Image (Y) of PT XL Axiata. Sampling technique used in this research is writer used descriptive method with survey technique where every population members has a same chance to be choose as a whole sample, and there are 124 samples in this research. Analytical result shows that there are significant and positive impact between social media with brand awareness and brand image of PT XL Axiata. This is possible because consumer of telecommunication provider nowadays are tech-savvy and use social media as a source of information therefore consumer feel a lot of benefits by using social media. Keyword : Sosial Media, Marketing, Human Resource
PENDAHULUAN Media sosial kini telah menjadi kecenderungan dalam komunikasi pemasaran. Menurut Kaplan dan Heinlein (2010), media sosial adalah sekelompok aplikasi berbasiskan internet yang dibangun berdasarkan kerangka pikiran ideologi dan teknologi dari Web 2.0, dan memungkinkan terbentuknya kreasi dan pertukaran isi informasi dari pengguna internet. Web 2.0 adalah dasar terbentuknya social media (Carlsson, 2010). Media sosial adalah medium untuk bersosialisasi dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan secara cepat kepada pengguna internet dalam jumlah yang besar. Contoh-contoh media sosial sekarang yang sedang berkembang adalah: facebook, twitter, Instagram, path, youtube dan lain-lain. Keberadaan internet memunculkan paradigma baru mengenai pemasaran, internet marketing atau yang sering disebut pemasaran online pada dasarnya adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan secara online melalui penggunaaan teknologi internet (Jones, Malczyk, et. Al, 2010:4). Penggunaan media sosial dalam komunikasi pemasaran atau bisa disebut sebagai social media marketing. Menurut Michael
A.Stelzner, twitter adalah salah satu jenis media yang mendukung internet marketing sebagai alternatif untuk proses pemasaran dan melakukan interaksi dengan konsumen (Stelzner. 2013:29-36). METODE PENELITIAN Data yang diperoleh dari penelitian dilakukan dengan cara studi literature, mempelajari jurnal-jurnal, karya ilmiah dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan tema penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian menggunakan descriptive research. Descriptive research dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Selanjutnya data-data tersebut diolah menggunakan SPSS. MEDIA SOSIAL Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaaan dan pertukaran user-
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
201
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating dan bookmark sosial (Kaplan dan Haenlein, 2010; Weber,2009). Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka yang diterbitkan pada tahun 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalnya Wikipedia), blog dan microblog (misalnya twitter), komunitas konten (misalnya youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook), virtual game (misalnya world of craft) dan virtual social (misalnya second life). Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain facebook, myspace, twitter dan path. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) Aaker (1997) mengatakan bahwa kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan (Shimp, 2003). Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari perasaan yang tak pasti bahwa merek tertentu dikenal, menjadi sebuah keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satusatunya dalam kelas produk bersangkutan (Aaker, 1997). Kontinum ini dapat terwakili oleh tiga tingkatan kesadaran merek yang berbeda. Seperti yang ditunjukan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek
CITRA MEREK Biasa disebut juga dengan reputasi. Merupakan intangible assets yang sangat bernilai. Selain tidak mudah ditiru, citra merek positif dipercaya dapat memikat konsumen dengan lebih efektif pada saat konsumen menghadapi berbagai tawaran menarik (Sulaksana, 2003). Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi tertentu yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek (Shimp, 2003). Asosiasi pada merek akan sangat kuat jika dilandaskan pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya (Aaker, 1997). Terdapat sebelas tipe asosiasi merek yang dijelaskan oleh Aaker (1997:167). Kesebelas tipe asosiasi merek tersebut adalah: Gambar 2.3 Asosiasi-asosiasi Merek Negara/wilayah geografis
Atribut produk Barang-barang tak berwujud
Kompetitor
Manfaat bagi pelanggan
Merek nama
Kelas produk
& simbol
Gaya hidup /personalitas
Harga relatif Pengguna/pelanggan
Orang tersohor/biasa Penggunaan aplikasi
Sumber: Aaker,1997
202
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Operasional Variabel No 1
Variabel Social Media
Dimensi Pemasaran melalui media sosial yang dilakukan oleh brand sehingga menimbulkan respon oleh follower brand tersebut
2
Brand Awareness
Kekuatan suatu brand di dalam memori konsumen yang dapat diukur sebagai kemampuan konsumen mengidentifika si brand dalam kondisi yang berbeda (Keller, 2009)
3.
Brand Image
Persepsi dan kepercayaan yang dianut oleh konsumen yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi di memori konsumen terhadap brand (Kotler and Keller, 2009)
Social Media (X1) Brand Image (Y)
Brand Awareness (X2)
PARADIGMA PENELITIAN Brand awareness adalah kekuatan suatu brand didalam memori konsumen yang dapat di ukur sebagai kemampuan komsumen mengidentifikasi brand dalam kondisi yang berbeda (Keller,2009). Brand awareness terdiri dari: brand recall dan brand recognition. · Brand recognition (aided recall) berkaitan dengan kemampuan konsumen untuk mengkonfirmasi paparan sebelumnya mengenai suatu brand ketika diberikan brand sebagai petunjuk. · Brand recall (unaided recall) berkaitan dengan kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand tanpa diberikan bantuan HIPOTESIS Menurut McFedries (2007), menyajikan gambaran singkat tentang media sosial, berkomentar bahwa satu tujuan dari media sosial mungkin untuk meningkatkan kehadiran seseorang di dunia maya. Java, Song, Finin dan Tseng (2007) mempelajari tentang topologi dan geografis tentang sifat jaringan media sosial twitter. Pada penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa orang-orang menggunakan media sosial untuk membicarakan tentang aktivitas mereka sehari-hari dan untuk berbagi informasi. Menurut Brogan, Postman, Thompson (2008), media sosial khususnya twitter digunakan untuk tujuan branding. Menurut Huberman, Romero, dan Wu (2009), media sosial khususnya twitter difokuskan pada interaksi yang terjadi antar penggunanya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Indikator/alat ukur 1.1 Jenis media sosial yang digunakan 1.2 Frekuensi penggunaan media sosial (twitter) dalam 1 minggu terhadap twitter account PT XL Axiata 1.3 Frekuensi aktivitas media sosial dalam 1 minggu terhadap twitter account PT XL Axiata 1.4 Kemampuan konsumen untuk mengingat brand tanpa diberikan bantuan (unaided/recall) 1.5 Kemampuan konsumen mengingat brand jika dibandingkan dengan brand kompetitornya tanpa diberikan bantuan (unaided/recall) 1.6 Kemampuan konsumen untuk mengkonfirmasi paparan sebelumnya mengenai suatu brand ketika diberikan petunjuk (aided/recognition) 1.1 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap kekuatan brand (strength of brand associations) 1.2 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap keandalan brand (favourability brand associations-reliable) 1.3 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap keefektivitas brand (favourability brand associationseffective) 1.4 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap keefisienan brand (favourability brand associationsefficient) 1.5 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap penyampaian brand tersebut kepada konsumen (favourability brand associationsdelivered) 1.6 Persepsi/asosiasi konsumen terhadap keunikan brand (uniqueness of brand associations)
Pertanyaan 1.1Apakah anda menggunakan media sosial twitter? 1.2 Seberapa sering anda melihat tweet dari XL di timeline anda dalam seminggu? 1.3 Seberapa sering anda melakukan interaksi (mention, reply, tweet) dengan twitter XL dalam seminggu?
Sumber Huberman, Romero and Wu (2009)
1.2 Saya mengetahui account twitter PT XL Axiata 1.3 Saya lebih mengetahui ccount twitter PT XL Axiata daripada account twitter operator telekomunikasi seluler lainnya 1.4 Ketika saya melihat @XL123, saya tahu bahwa @XL123 adalah official account twitter dari PT XL Axiata
Keller (2009)
1.1 Menurut saya @XL123 dapat diandalkan karena saya mendapatkan respon yang cepat ketika melakukan pengaduan masalah 1.2 Menurut saya PT XL Axiata telah melakukan interaksi secara efektif dengan konsumen melalui @XL123 1.3 Menurut saya @XL123 memudahkan saya dalam memperoleh informasi tentang produk XL dengan cepat 1.4 Menurut saya @XL123 menyampaikan informasi yang saya butuhkan tentang produk XL
Keller (2009)
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan quantitative research. Quantitative research bertujuan untuk menghitung data dan biasanya menerapkan beberapa bentuk analisis statistic (Malhotra). Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive research. Descriptive research bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian dan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Malhotra, 2007). Descriptive research dilakukan dengan meminta responden mengisi kuesioner yang diberikan.
203
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
Sampel Bentuk pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner sifatnya terstruktur. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner untuk melakukan uji reliabilitas dan validitas secara langsung ke sejumlah responden. Teknik pengukuran dan skala pada penelitian ini menggunakan noncomparative scaling techniques, dimana responden diminta untuk memberikan penilaian yang paling sesuai menurut mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan di dalam kuesioner. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data kuesioner ini menggunakan software SPSS versi 19.0. Pada tahap ini, hipotesis yang dibangun dalam penelitian siap diuji. Peneliti melakukan riset deskriptif untuk menguji realibilitas dan validitas dari data dan metode analisis regression untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah disusun. 1. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauh mana skala menghasilkan hasil yang konsisten jika pengukuran berulang akan dibuat (Malthora, 2007). Pengujian rehabilitas digunakan dengan menggunakan rumus Cronbach. Pemilihan metode ini dikarenakan faktor-faktor yang diukur menggunakan skala likert 1 sampai 6. Pada rumus Cronbach, data dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 (Malthora, 2007). Semakin tinggi koefisien hasil yang diperoleh, maka dapat dikatakan relabilitasnya semakin tinggi 2. Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana perbedaan skor skala yang diamati mencerminkan perbedaan sebenarnya antara objek-objek dengan karakteristik yang diukur. Suatu peneilitian dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila penelitian tersebut menjalankan fungsi ukurannya, memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya penelitian tersebut. Analisis Regresi Untuk menjawab identifiaksi masalah, yaitu apakah ada hubungan antara variable-variabel dalam penggunaan media sosial, maka peneliti menggunakan metode regresi untuk melihat hubungan antara variable.
204
Analisis regresi adalah sebuah analisis statistik untuk menyelidiki hubungan antara variable dependent dan variable independent. Hubungan antara variable-variabel ini digolongkan dengan sebuah model secara matematik yang disebut persamaan regresi. Pada penelitian ini menggunakan simple regression dan multiple regression · Simple Regression Simple regression adalah persamaan regresi untuk meneliti hubungan antara 1 variabel dependent dengan 1 variabel independent. Simple regression dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara variable brand image (dependent variable) dengan variable brand awareness (independent variable). Sehingga persamaan simple regression nya adalah :
Y = + bX ·
Multiple Regression Multipe regression adalah persamaan regresi untuk meneliti hubungan 1 variable dependent dengan 2 atau lebih variable independent Sehingga persamaan: multiple regression nya adalah:
Y = + bX1 + cX2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Uji validitas social media Hasil uji validitas variabel social media terdiri dari 3 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel [4.23] sebagai berikut: Tabel 4.23 Validitas Social Media Pertanyaan
KMO
& Anti image Communalities
Sig
correlation
Component matrix
Pertanyaan 1
KMO
= 0,635
0,715
0,836
Pertanyaan 2
0,650
0,648
0,724
0,813
Pertanyaan 3
Sig = 0,000
0,728
0,617
0,756
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Semua item pada variabel social media memenuhi persyaratan validitas. Dengan demikian semua item pada variabel social media dinyatakan valid. ·
Uji validitas brand awareness Hasil uji validitas variabel brand awareness terdiri dari 3 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel [4.24] sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
Tabel 4.24 Validitas Brand Awareness Pertanyaan
KMO Sig
Pertanyaan 4
KMO
& Anti image Communalities correlation = 0,665
Component
Hasil analisis regresi Tabel 4.27 Cooefficient Single Regression I
matrix 0,745
0,863
Model
Unstandardized
Standardized t Coefficients
Pertanyaan 5
0,690
0,780
0,629
0,793
Cooefficients
Pertanyaan 6
Sig = 0,000 0,657
0,757
0,870
B
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Semua item pada variabel brand awareness memenuhi persyaratan validitas. Dengan demikian semua item pada variabel brand awareness dinyatakan valid. ·
Uji validitas brand image Hasil uji validitas variabel brand image terdiri dari 3 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel [4.25] sebagai berikut: Tabel 4.25 Validitas Brand Image
Pertanyaan
KMO Sig
& Anti image Communalities correlation
Component matrix
Pertanyaan 7
KMO
= 0,765
0,804
0,897
Pertanyaan 8
0,768
0,740
0,889
0,943
Pertanyaan 9
Sig = 0,000 0,760
0,852
0,923
8,12
0,901
Pertanyaan 10
0,817
Std.
Sig.
Beta
Error 1.(Constant)
-6.862E-17
.078
Social media
.501
.078
.501
.000
1.000
6.399
.000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.27] menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel social media (independent variable) berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel brand image. Dari tabel [4.27] dapat dilihat bahwa nilai konstanta sangat kecil, dan nilai B (unstandardized cooefficient) untuk social media sebesar 0,501. Maka persamaan regresi menjadi Y = 0,501X Tabel 4.28 Model Summary Single Regression I R Square
Adjusted R Square
.251
.245
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Semua item pada variabel brand image memenuhi persyaratan validitas. Dengan demikian semua item pada variabel brand image dinyatakan valid. Item-item yang memenuhi persyaratan reliabilitas dan validitas sejumlah 10 item. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel [4.26] sebagai berikut: Tabel 4.26 Rekapitulasi Uji Reliabilitas dan Validitas P ertany aan
Reliabilitas
V aliditas
Pertanyaan 1
R eliable
V alid
Pertanyaan 2
R eliable
V alid
Pertanyaan 3
R eliable
V alid
Pertanyaan 4
R eliable
V alid
Pertanyaan 5
R eliable
V alid
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.28] menunjukkan nilai R Square (coefficient of determination) sebesar 0.251. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pada social media(independent variable) dapat menjelaskan variasi pada dependent variablenya yaitu brand image sebesar 25,1% sedangkan 74,9% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi ini. Hal ini dikarenakan jika variabel social media meningkat, peningkatan yang dialami oleh variabel brand image tidak sebesar peningkatan yang dialami oleh variabel social media. Tabel 4.28 Cooefficient Single Regression II Model
Unstandardized
Standardized T
Cooefficients
Coefficients
Pertanyaan 6
R eliable
V alid
Pertanyaan 7
R eliable
V alid
Pertanyaan 8
R eliable
V alid
1.(Constant)
-6.562E-17
.087
Pertanyaan 9
R eliable
V alid
Brand
.607
.087
Pertanyaan 10
R eliable
V alid
awareness
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
B
Std.
Sig.
Beta
Error
.607
.000
1.000
6.599
.000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
205
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
Pada tabel [4.28] menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel brand awareness (independent variabel) berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel brand image. Dari tabel [4.28] dapat dilihat bahwa nilai konstanta sangat kecil, dan nilai B (unstandardized cooefficient) untuk social media sebesar 0,607. Maka persamaan regresi menjadi Y = 0,607X Tabel 4.29 Model Summary Single Regression II R Square
Adjusted R Square
.263
.286
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.29] menunjukkan nilai R Square (coefficient of determination) sebesar 0.263. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pada brand awareness (independent variable) dapat menjelaskan variasi pada dependent variablenya yaitu brand image sebesar 26,3% sedangkan 73,7% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi ini. Hal ini dikarenakan jika variabel brand awareness meningkat, peningkatan yang dialami oleh variabel brand image tidak sebesar peningkatan yang dialami oleh variabel brand awareness. Hasil Multiple Regression Test Tabel 4.30 ANOVA Multiple Regression I Model
Sum
of Df
Squares 1. Regression
Mean
F
Sig
216.689
.000ª
Model
Unstandardized
Standardized T
Cooefficients
Coefficients
B 1. (Constant)
96.154
2
48.077
Residual
26.846
121
.222
Total
123.000
123
b. Dependent variable: brand image
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.30] menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa secara keseluruhan variabel social media dan brand awareness (independent variabel) berpengaruh signifikan terhadap variabel brand image (dependent variabel)
Sig.
Std. Error Beta
2.162E-16 .042
Social media
.100
.049
Brand awareness
.830
.049
.100 .830
.000
1.000
2.029
.045
16.910 .000
a. Dependent variabel: brand image
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.31] pada variabel social media menunjukkan nilai signifikansi 0,045 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel social media (independent variable) berpengaruh signifikan terhadap brand image (dependent variable). Pada tabel [4.31], pada variabel brand awareness menunjukkan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel brand awareness (independent variable) berpengaruh signifikan terhadap brand image (dependent variable). Pada variable social media memiliki nilai B (unstandardized coefficient) sebesar 0,100. Hal ini berarti brand awareness memiliki pengaruh positif terhadap brand image. Pada variabel brand awareness memiliki nilai B (unstandardized coefficient) sebesar 0,830. Hal ini berarti brand awareness memiliki pengaruh positif terhadap brand image. Dari tabel [4.31] dapat dilihat bahwa nilai konstanta sangat kecil, maka persamaan regresi menjadi Y = 0,100X1 + 0,830X2 Tabel 4.32 Model Summary Multiple Regression I Model
R
R Square
Square
a. Predictors: (Constant), Social media, brand awareness
206
Tabel 4.31 Coefficients Multiple Regression I
1
.884ª
.782
Adjusted
Std. Error of
R Square
the Estimate
.778
.47103095
a. Predictors: (Constant), social media, brand awareness
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Pada tabel [4.33] menunjukkan nilai R square (coefficient of determination) sebesar 0,782. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pada variabel social media dan brand awareness (independent variable) dapat menjelaskan variasi pada dependent variablenya yaitu brand image sebesar 88,4% sedangkan 11,6% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi ini.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
Berdasarkan analisis diatas, maka rekapitulasi tentang uji hipotesis penelitian dapat dilihat pada tabel [4.33] sebagai berikut: Tabel 4.33 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Penelitian No
Independent Variable Social Media
Dependent Variable Brand Image
2
Brand Awareness
Brand Image
3
Social Media dan Brand Awareness
Brand Image
1
Hipotesis
Uji Hipotesis
H1: Variabel social media berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel brand image H2: Variabel brand awareness berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel brand image H3: Variabel social media dan brand awareness berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel brand image
Diterima
Diterima
Diterima
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS Jadi dapat disimpulkan, dalam penelitian ini terdapat 3 hipotesis penelitian. Berdasarkan tabel [4.33] menyatakan bahwa ketiga hipotesis penelitian diterima. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Social Media (pertanyaan 1,2,3) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap brand image (pertanyaan 7,8,9,10) pada penggunaan media sosial twitter yang diterapkan pada account twitter PT XL Axiata yaitu @XL123 2. Brand Awareness (pertanyaan 4,5,6) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap brand image (pertanyaan 7,8,9,10) pada penggunaan media sosial twitter yang diterapkan pada account twitter PT XL Axiata yaitu @XL123 3. Social Media (pertanyaan 1,2,3) dan Brand Awareness (pertanyaan 4,5,6) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap brand image (pertanyaan 7,8,9,10) pada penggunaan media sosial twitter yang diterapkan pada account twitter PT XL Axiata yaitu @XL123.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Saran Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak. Hal ini bertujuan untuk memperoleh konsistensi dan keakuratan dari hasil penelitian yang lebih besar 2. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan pada semua operator telekomunikasi yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian dapat membandingkan penggunaan media sosial yang diterapkan oleh seluruh operator telekomunikasi yang ada di Indonesia 3. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan pada lingkup media sosial yang lebih beragam, selain twitter juga dilakukan pada facebook. Hal ini bertujuan agar memaksimalkan penggunaan media sosial yang dimiliki PT XL Axiata untuk menjalankan strategi pemasaran mereka 4. Untuk penelitian selanjutnya agar variabel penelitian selain media sosial, brand awareness dan brand image juga menggunakan variabel brand satisfaction, brand trust dan brand attachment. 5. Untuk penelitian selanjutnya juga agar dilakukan pada produk XL dan meneliti hubungan antar produk XL dengan media sosial yang digunakan oleh PT XL Axiata Daftar Pustaka Aggarwal, P (2004) “The Effects of Brand Relationship Norms on Consumer Attitudes and Behavior” Journal of Consumer Research Alimen, N., and Cerit, A.G. (2009). “Dimensions of Brand Knowledge : Turkish University Student’s Consumption of International Brands”. European and Mediterranean Conference on Information System. Anderson, E.W. (1998). “Customer Satisfaction and Word of Mouth”. Journal of Service Research Belch, George & Belch, Michael (2012). “Advertising and Promotion: an Integrated Marketing Communications Perspective”. 9th edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Casalo, L.V, Flavian, C., Guinaliu, M. (2011). “The Generation of Trust in The Online Service and Product Distribution : The Case of Spanish Electronic Commerce”. Journal of Electronic
207
ANALISIS PENGARUH SOSIAL MEDIA MARKETING TERHADAP BRAND AWARENESS YANG BERDAMPAK TERHADAP PEMBENTUKAN BRAND IMAGE Oleh : Nyayu Siti Rachmaliya dan Nurul Wahdini
Commerce Research. Chen, Y., and Xie, J. (2008) “Online Consumer Review : Word of Mouth as a New Element of Marketing Communication Mix”. Management Science Cheung, C.M.K., Lee M.K.O, Rabjohn, N (2008) “The Impact of Electronic Word of Mouth. The Adoption of Online Opinions in Online Customer Communities”. Internet Research Hair, Joseph F., Bush, Robert P. and Ortinau, David J. (2003). “Marketing research: With a Changing Information Environment”. New York McGraw-Hill Hair, Joseph F., et al (2000). “Multivariate Data Analysis”. New Jersey: Prentice Hall Helps, J.E., Lewis, R., Mobilion, L., Perry, D., and Raman, N (2004). “Viral Marketing or Electronic Word of Mouth Advertising: Examining Consumer Responses and Motivations to pass along Email”. Journal of Advertising Research Horppu, M., Kuivalainen, O., Tarkiainen, A., and Ellonen, H.K. (2008). “Online Satisfaction, Trust and Loyalty, and The Impact of The Offline Parent Brand”. Journal of Product and Brand Management: Emeral Article Jansen, B.J. Zhang, M., Sobel, K, Chowdury, A (2009). “Twitter Power: Tweets as Electronic Word of Mouth”. Journal of the American Society for Information Science and Technology Kaplan and Haenlein (2009). “Users of the World, Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media”. Kelley School of Business,
208
Indiana University Kirtis, A.M., Karahan, F. (2011). “To Be or Not to Be in Social Media Arena as the Most Cost Efficient Marketing Strategy after the Global Recession”. 7 th International Strategic Management Conference Kotler, Philip, and Keller, Kevin Lane, (2012). “Marketing Management 14e”. England: Pearson Education Malhotra, Naresh K (2010). “Marketing Research: An Applied Orientation”. Pearson PrenticeHall Neti, Sisira (2011). “Social Media and It’s Role in Marketing”. International Journal of Enterprise Computing and Business Systems. Rui, H. and Whinston, A (2009). “Social Media as an Innovation – the Case of Twitter” Majalah: Marketing Mix 01/IX/Januari 2012 Website: Diakses pada tanggal 01 May 2015 http://www.xl.co.id http://Twitter .com/XL123 http://Twitter .com/Telkomsel http://Twitter .com/Indosatmania
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna ABSTRACT High competition among universities to make each university must create a competitive advantage, one of which comes from brand equity. By having a high brand equity expected to graduate from college can re-use educational services khususunya dijenjang higher education is a doctorate. Based on these results the overall brand equity components affect the intention to use the services again so that it can be said when the college's brand equity increases, will cause the intention to use the service of education at a higher level. Keywords: brand equity, college, intentions service reuse
LATAR BELAKANG Meningkatnya jumlah perguruan tinggi di Indonesia, membuat beberapa universitas atau institusi perguruan tinggi berlomba-lomba untuk menarik perhatian mahasiswa seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarkat akan pentingnya pendidikan. Adanya pendidikan membantu seseorang untuk menambah pengetahuan, menunjang karier dimasa yang mendatang, membangun karakter hingga yang dapat menunjang kemajuan bangsa (Kompasiana, 2014). Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung salah satunya pada kemampuan pemerintah untuk dapat memberikan pendidikan yang memadai bagi warga negaranya, dan untuk mewujudkan hal tersebut harus tersedia telebih dulu sarana dan prasarana hingga tenaga pengajar yang memadai. Pentingnya hal tersebut kemudian mendorong pemerintah melalui berbagai macam kebijakan dan program beasiswa untuk mendorong para pengajar perguruan tinggi meningkatkan kompetensinya. Salah satu cara yang ditempuh untuk meningkatkan kompetensi pengajar dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar kompetensi dosen selaku dosen pengajar menjadi meningkat. Jenjang pendidikan doktor merupakan gelar akademik tertinggi yang diperoleh dari perguruan tinggi. Berdasarkan data, tahun 2012 jumlah penyandang gelar doktor di Indonesia baru mencapai 25.000 orang (Kompas.com). Jumlah ini tentunya masih jauh dari kebutuhan doktor di *
Indonesia meningat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar sehingga kebutuhan akan pendidikan sangat tinggi pula. Pada jenjang doktoral dimana hal ini kemudian membuat calon mahasiswa menjadi lebih selektif dan lebih teliti untuk menentukan program studi yang akan dipilih. Peningkatan jenjang pendidikan akan makin meningkat kriteria calon mahasiswa seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan mahasiswa tersebut, seperti pilihan calon mahasiswa dapat dipengaruhi oleh internasionalisasi program studi, kepemilikan twinning atau incountry suatu program studi (Chen, 2008) sementara hasil penelitian Hawkins menyatakan bahwa kurikulum dari suatu program studi juga merupakan pertimbangan dari calon mahasiswa. Pada jenjang magister khususnya master of business administration (MBA) mahasiswa mengambil kuliah pada jenjang ini dikarenakan keinginan untuk meningkatkan kemampuan tata kelola (Governance) dan adminstrasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga untuk pengelola program MBA harus dapat merealisasikan dan memenuhi kebutuhan calon mahasiswa sehingga tetap menjadi pilihan dibandingkan pengelola program studi lainnya (Timtime & Mmereki, 2011). Sementara untuk jenjang doktoral yang memicu calon mahasiswa tertarik mengambil program doktor dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor ekternal dan internal, dimana untuk faktor internal salah satunya adalah keinginan untuk menjadi peneliti (Wigearova, 2016).
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Perbanas Institute
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
209
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna,
Melihat peluang tersebut beberapa universitas baik perguruan tinggi negeri ataupun swasta di Indonesia membuka program studi doktor dari berbagai bidang ilmu. Berikut merupakan jumlah mahasiswa program doktor tahun 2011/2012 yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Baru Program Doktoral Tahun 2011/2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Kalimatan Timur Sulawesi Utara
No. Provinsi 12 Sulawesi Selatan 13 Bali TOTAL Sumber : Data Diolah, 2015
Jumlah Mahasiswa Baru (orang) 2.146 5.339 228 1.310 1.130 14 104 138 30 27 53 Jumlah Mahasiswa Baru (orang) 422 12 1.366
Data diatas yang diperoleh dari Pusat data dan Statistik Pendidikan, Sekretariat Jendral seperti yang terlihat pada tabel diatas, jumlah calon mahasiswa Program Doktoral tahun 2011/2012 yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia. Dari data tersebut terlihat bahwa seluruh mahasiswa program doktor sebagian besar peminatnya berada di Pulau Jawa. Keberadaan lulusan doktor sangat dibutuhkan ditengah rendahnya minat peneliti ataupun dosen untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke tahap doktoral. Hal ini terlihat dari kuota yang mampu dipenuhi oleh calon mahasiswa penerima beasiswa luar negeri hanya 800 orang dari kuota keseluruhan berjumlah 1.000 orang (kompas.2013). Rendahnya minat tersebut kemudian mendorong masing-masing kampus yang memiliki program studi doktor dituntut untuk dapat menarik minat calon mahasiswanya guna mendorong peningkatan jumlah lulusan doktor yang ada di Indonesia. Salah satu universitas tertua di Indonesia khususnya di Pulau Jawa adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memiliki beberapa fakultas diantaranya adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang menyediakan program studi berjanjang diploma
210
hingga doktor. Program doktor terdiri dari tiga program studi yaitu Manajemen, Akuntansi dan Ilmu Ekonomi. Dengan meraih berbagai akreditasi baik dari Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT) baik dari luar negeri salah satunya adalah AACSB International (Association to Advance Collegiate Schools of Business) tentunya akan menjadi suatu daya tarik bagi calon mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari website magister sains dan doktor Universitas Gadjah Mada dalam kurun waktu 2004 hingga 2013 jumlah doktor yang diluluskan sebanyak 141 orang doktor (mscdoctor.feb.ugm.ac.id, 2013). Salah satu cara yang dapat digunakan oleh kampus khususnya program studi untuk meningkatkan minat calon mahasiswa adalah dengan memiliki keunggulan kompetitif yang nantinya akan membedakannya secara langsung dari kompetitor. Ada berbagai sumber dari keunggulan kompetitif seperti sinergi antara permintaan dan biaya, budaya organisasi, hingga ekuitas merek (Bharadwaj et al., 1993). Ekuitas merek merupakan merupakan seperangkat aset dan liabilities dari suatu merek yang dihubungkan dengan nama atau simbol, bisa mengurangi dan menambah nilai yang dihasilkan oleh suatu produk atau jasa dan menyediakan nilai bagi konsumen begitu juga dengan perusahaan (Aaker, 1992, h.28). Ekuitas merek terdiri dari beberapa komponen yaitu kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, loyalitas merek dan asset kepemilikan merek lainnya (Aaker, 1992). Beberapa penelitian terdahulu dalam mengukur ekuitas merek terutama dibidang jasa mengadopsi konsep ekuitas merek yang digunakan oleh Keller tahun 1993 (Makgosa & Moelfi, 2012). Namun pengukuran ekuitas merek perguruan tinggi dengan konsep ekuitas merek Aaker tahun 1992 masih jarang dilakukan. Berdasarkan penelitian dengan objek penelitian beberapa produk menyatakan bahwa adanya ekuitas merek memiliki pengaruh terhadap niat untuk menggunakan suatu produk (Moredi & Zarei, 2011;Jushermi, 2009;Chang,Hsu &Chung, 2008). Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa ekuitas merek juga berpengaruh pada keputusan penggunaan suatu produk (Lukman, 2014; Fadli & Qamariah, 2008). Hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan lebih banyak melihat pengaruh ekuitas merek produk terhadap niat untuk membeli produk bahkan keputusan pembelian produk, namun belum ditemui oleh penulis yang penelitian yang membahas ekuitas merek pada jasa pendidikan dan dianalisis
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna
pengaruhnya terhadap keputusan untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. KAJIAN LITERATUR Ada pun kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Merek Sebelum mengkaji mengenai ekuitas merek terlebih dahulu pemahaman mengenai merek menjadi penting untuk dipahami. Menurut The American Marketing Association (AMA) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau gabungan kesemuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau kumpulan penjual dan membedakanya dari kompetitornya (Kotler dan Keller, 2009:276). Merek juga memiliki peranan penting bagi suatu institusi, karena adanya suatu merek dalam mengurangi persepsi resiko yang ditanggung konsumen, sementara bagi perusahaan adanya merek membantu mereka untuk lebih stabil dalam suatu industri (Benneke, 2011). Merek juga dianggap sebagai salah satu sinyal mengenai kredibilitas produk (Erdem and Swait, 1998). b. Ekuitas Merek Ekuitas merek merupakan merupakan seperangkat aset dan liabilities dari suatu merek yang dihubungkan dengan nama atau simbol, bisa mengurangi dan menambah nilai yang dihasilkan oleh suatu produk atau jasa dan menyediakan nilai bagi konsumen begitu juga dengan perusahaan (Aaker, 1992, h.28). Menurut Aaker ada lima komponen penting yang membentuk ekuitas merek yaitu asosiasi merek, kesadaran merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan asset kepemilikan merek lainnya. Sementara menurut Keller (1993), ekuitas merek berbasis konsumen merupakan pengaruh merek terhadap respon konsumen yang dikaitkan dengan seluruh aktivitas pemasaran suatu produk. Konsep tersebut mengenalkan dua variabel sebagai komponen ekuitas merek yaitu citra merek dan kesadaran merek. Adanya ekuitas merek memberikan berbagai keuntungan baik untuk produsen maupun konsumen. Bagi produsen ekuitas merek yang tinggi merupakan suatu sumber keunggulan kompetitif dan dapat memprediksi pembelian dimasa yang akan datang, efisiensi dari program pemasarn perusahaan, brand extension dan loyalitas merek (Vogel, Evanchitzky & Ramaseshan, 2008; Bharadwaj, 1993;
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Aaker,1992:29). Sementara untuk konsumen adanya ekuitas merek membantu untuk mengurangi resiko, memudahkan alur informasi mengenai suatu produk dan lain sebagainya (Aaker,1992:29, Lee, Lee & Wu, 2009). c. Pengambilan Keputusan Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditampilkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menentukan produk dan jasa yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan mereka (Schifman & Kanuk, 2010: 23). Perilaku konsumen merupakan hal yang tidak nampak namun perkembangan tetap harus menjadi prioritas untuk selalu dipantau perkembangannya oleh pemasar. Salah satunya adalah tahapan pengambilan keputusan konsumen, dimana dalam industri jasa terdapat tiga tahap yang dilalui yaitu (Lovelock & Witrz, 2011) : 1. Tahap pre purchase merupakan tahap dimana konsumen menyadari kebutuhannya, mencari informasi terkait jasa yang dibutuhkan, mengevaluasi berbagai alternatif dan membangun ekspektasi terhadap suatu layanan hingga keputusan pembelian dilakukan. 2. Tahap service encounter stage merupakan tahap dimana konsumen mulai melakukan kontak dengan penyedia jasa. 3. Tahap post encounter stage merupakan tahapan dimana konsumen melakukan evaluasi kinerja penyedia layanan dan membandingkannya dengan ekspektasi. Jika konsumen merasa puas dengan layanan yang diberikan maka salah satu tindakan yang dilakukan adalah membeli atau menggunakan kembali (repeat purchase) (Schifman & Kanuk, 2010: 499). Hal tersebut dapat tercapai jika konsumen merasa bahwa mereka mendapatkan “value” sesuai dengan yang diharapkan. PENGEMBANGAN HIPOTESIS a. Hubungan Asosiasi Merek dengan Penggunaan Kembali Asosiasi merek merupakan segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung dihubungkan dengan memori konsumen mengenai suatu merek. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra merek yang akan muncul dibenak konsumen. H1:Asosiasi merek berpengaruh niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan
211
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna,
b.
Hubungan Kesadaran merek dengan Penggunaan Kembali Kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Kesadaran merek juga merupakan salah satu konsep penting dalam ekuitas merek terutama dalam industri pendidikan tinggi (Manafi, et al., 2011). Hasil penelitian yang dilakukan (Hindarto, 2013) menyatkan bahwa terdapat pengaruh antara kesadaran merek dengan niat untuk membeli ulang. H2: Kesadaran merek berpengaruh pada niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan c. Hubungan Loyalitas Merek dengan Penggunaan Kembali Loyalitas merupakan dimensi utama dari ekuitas merek merupakan pertimbangan utama ketika menempatkan nilai pada suatu merek karena loyalitas dapat pula diartikan ke dalam aliran keuntungan.. Merek dianggap lebih lazim dan lebih banyak menjadi obyek loyal karena dianggap sebagai identitas produk atau perusahaan (Dharmmesta,1999). Oleh karena itu, adanya loyalitas merek menjadi salah satu konsep penting karena dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan salah satunya adalah pembelian ulang (Tjahyadi, 2006) H3: Loyalitas merek berpengaruh pada niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan d. Hubungan Persepsi Kualitas Layanan dengan Penggunaan Kembali Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan mengenai kualitas atau keunggulan produk atau jasa layanan sehingga dapat memberikan alasan untuk membeli dan membedakan merek Bonjai & Hoo, 2012). Persepsi kualitas akan memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti alasan untuk membeli karena biasanya konsumen membeli produk yang telah diketahui kualitasnya, diferensiasi/posisi, harga optimum dan brand extension. Penelitian yang dilakukan oleh (Wibowo dkk., 2013) menyatakan kualitas layanan yang memuaskan konsumen dapat mempengaruhi niat konsumen untuk membeli suatu produk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hindarto, 2013) menyatakan hasil bahwa pembelian ulang produk Honda vario dipengaruhi oleh persepsi kualitas. H4: Persepsi kualitas mempengaruhi niat untuk menggunakan kembali jasa pendidikan.
212
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian korelasional karena dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel terikat yaitu ekuitas merek yang terdiri dari asosiasi merek, persepsi kualitas, kesadaran merek dan loyalitas merek, berbagai komponen tersebut dianalisis hubungannya dengan variabel niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. Penyataan-penyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel dalam penelitian ini diadopsi dari Aaker, 1991. Sebelum disebar terlebih dahulu dilakukan pre test untuk mengetahui pemahaman responden mengenai pernyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel. Setelah itu, dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan menggunakan skali likert. Hasil dari pre test, seluruh penyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel telah valid dan reliabel. Analisis data dilakukan dengan regresi linier berganda dengan program SPSS. Berikut merupakan persamaan regresi yang digunakan : Y= a+B 1X 1+B 2X 2+B 3X 3+B 4X 4+e Y = Niat untuk menggunakan kembali (Repurchase intention) a = Konstanta B1, B2,B3 = Koefisien regresi X1 = Asosiasi Merek X2 = Kesadaran Merek X3 = Loyalitas Merek X4 = Persepsi Kualitas Layanan e = eror/epsilon Dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau á = 0,05 POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Magister Sains Universitas Gadjah Mada angkatan periode Februari 2007 hingga Mei 2011. Mahasiswa program Magister Sains yang menjadi sampel terdiri dari tiga program studi yaitu program studi ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak admisi magister sains diperoleh jumlah mahasiswa aktif pada periode waktu tersebut adalah 270 orang mahasiswa dengan rincian 107 untuk mahasiswa program studi manajemen, 99 mahasiswa program studi akuntansi dan 64 mahasiswa program studi ilmu ekonomi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna
tehnik accidential sampling dikarenakan tidak semua mahasiswa dapat ditemui karena beberapa mahasiswa telah memasuki tahapan akhir yaitu semester akhir dan telah memulai penelitian sehingga tidak aktif ke kampus. Dari 270 kuesioner yang disebar jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 106 sampel yang merupakan mahasiswa aktif. Sementara untuk pengembangan indikator yang digunakan untuk mengukur setiap variabel dalam penelitian ini digunakan konsep (Aaker, 1996) mengenai pengukuran ekuitas merek lintas pada berbagai produk dan pasar. UJI ASUMSI KLASIK a. Uji Normalitas Pengujian dilakukan untuk mengetahui distribusi data dari variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini dengan menggunakan nilai Kolmogorof-Smirnov sebagai acuan. Berdasarkan hasil oleh data yang telah dilakukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 sehingga dapat dikatakan data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi normal. b. Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terjadinya korelasi antar masing-masing variabel bebasnya. Deteksi dilakukan dengan mengacu pada nilai Tolerance dengan nilai dibawah lebih besar 0,10 dan nilai VIF lebih kecil 10,00. Setelah dilakukan pengujian nilai tolerance sangat beragam namun berada nilainya berada dibawah 0,10. Sementara untuk nilai Tolerance berkisar antara nilai 1, 657 hingga 2, 570 oleh karena itu nilai tersebut berada dibawah nilai 10,00 sehingga dapat dikatakan bahwa antar variabel-variabel independen tidak ada korelasi atau bebas multikolinieritas. c. Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara faktor pengganggu yang satu dengan yang lainnya (non autokorelasi). Pada uji autokorelasi ini digunakan tes Durbin Watson (DW) dengan nilai -2 hingga 2 dikatakan data tersebut bebas autokorekasi. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan nilai Durbin Watson adalah 1,864 sehingga dapat dikatakan data yang digunakan dalam penelitian ini bebas autokorelasi. d. Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dimana deteksi terjadinya heteroskedastisitas dilihat dari scatterplot apabila titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar 1. Hasil Scatterplot
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2013 Berdasarkan scatterplot yang ada diatas nampak bahwa titik-titik menyebar secara acak sehingga dapat dikatakan data dalam penelitian ini bebas dari heteteroskedastisitas. VALIDITAS DAN RELIABILITAS Sebelum melakukan pengeolahan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap seluruh indikator yang digunakan untuk menguji masing-masing variabel.Berikut merupakan hasil uji yang telah dilakukan : Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas No. 1.
Variabel Loyalitas M erek
No.
Variabel
2.
Persepsi Kualitas
3.
Kesadaran Merek
4.
AsosiasiM erek
5.
Niat
Indikator L1 L2 L3 L4 L5 Indikator PQ 1 PQ 2 PQ 3 PQ 4 PQ 5 PQ 6 PQ 7 KS1 KS2 KS3 AS1 AS2 AS3 AS4 AS5 AS6 AS7 AS8 AS9 N1 N2
Factor Loadings 0, 555 0,543 0,810 0,845 0,685 Factor Loadings 0,683 0,760 0,836 0,709 0,773 0,743 0,685 0,793 0,862 0,766 0,558 0,778 0,566 0,731 0,835 0,828 0,890 0,824 0,442 0,850 0,850
Cronbach’s Alpha 0,722
Cronbach’s Alpha 0,862
0,707
0,835
0,668
Sumber: D ata diolah, 2013
213
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna,
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk menguji setiap variabel sudah valid dan reliable karena nilai factor loading diatas 0,5. Namun hanya satu indikator dari variabel asosiasi merek yaitu asosiasi merek 9 yang nilai factor loadings dibawah 0,5 namun berdasarkan Hair et al., 2010 jika factor loading berada diangka ± 0,30 hingga ± 0,40 masih dapat diterima sehingga seluruh indikator yang digunakan untuk menguji masingmasing variabel telah valid dan reliabel. Sementara untuk uji reliabilitas, hasil penelitian menyatakan bahwa seluruh indaktor yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini telah reliabel, karena nilai cronbach’s alpha berada diatas 0,6. ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden yang berhasil temui dan merupakan gambaran umum responden dalam penelitian ini : Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin 1. Perempuan 2. Laki-laki Jumlah Sumber: Data Diolah, 2013.
Frekuensi 62 44 106
Persentase ( % ) 58,5 41,5 100
Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagaian besar responden yang berhasil ditemui adalah mahasiswa dari program studi dengan jurusan Akuntansi yaitu sebanyak 48 orang responden, dan sebagian besar merupakan responden berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan nilai Fhitung sebesar 28.427 dengan tingkat signifikansi 0.000.Oleh karena itu, dapat dikatakan nilai Fhitung lebih besar dibandingkan dengan Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek, kesadaran merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat penggunaan kembali layanan pendidikan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor ekuitas merek yaitu asosiasi merek,kesadaran merek, loyalitas merek dan persepsi kualitas terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. Pengaruh masing-masing faktor tersebut terlihat dalam persamaan regresi berikut: Y = 0,208-0,069X1+0,064X2+0,346X30,037X4+e Pada analisis yang berkaitan dengan hubungan parsial untuk masing-masing faktor ekuitas merek,
214
variabel asosiasi merek nilai thitung sebesar -2,514 lebih kecil dibandingkan t tabel yaitu 1,960 maka dapat dikatakan asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. Pada variabel kesadaran merek nilai thitung sebesar 1,139 lebih kecil dibandingkan t tabel yaitu 1,960 sehingga dapat dikatakan variabel kesadaran merek tidak berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. Pada variabel loyalitas merek nilai t hitung sebesar 9.396 lebih besar dibandingkan t tabel yaitu 1,960 sehingga dapat dikatakan variabel loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan. Pada variabel persepsi kualitas nilai thitung sebesar -1,173 lebih besar dibandingkan ttabel yaitu 1,960 sehingga dapat dikatakan variabel persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan PEMBAHASAN Persaingan antar perguruan tinggi semakin kompetitif sehingga menuntut masing-masing pengelola program studi untuk lebih kreatif dalam menciptakan program pemasaran yang dapat menarik calon mahasiswa baru. Terutama untuk level program doktor, dimana mahasiswa tersebut memiliki kriteria kebutuhan dan tuntuan lebih karena mahasiswa program doktor memiliki berbagai tujuan ketika mengambil studi doktor, baik yang bersifat internal dan eksternal. Kondisi tersebut kemudian mengharuskan masing-masing program studi untuk memunculkan keunggulan kompetitif sebagai salah satu barrier to entry dalam menghadapi kompetisi. Salah satu cara untuk mengembangkan keunggulan kompetitif adalah mengembangan ekuitas merek yang kemudian merangkum kekuatan merek secara keseluruhan. Berdasarkan teori ekuitas merek yang dimunculkan oleh Aaker tahun 1992, komponen dari ekuitas merek terdiri dari asosisasi merek, kesadaran merek, loyalitas merek dan persepsi kualitas. Setelah dilakukan analisis dari empat faktor ekuitas merek yang berpengaruh positif hanya loyalitas merek, dimana nilainya mencapai 9.396. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bonjei dan Hoo tahun 2013 dimana semakin pengguna merasa puas terhadap suatu produk maka konsumen juga akan semakin berniat untuk menggunakan suatu teknologi dimasa yang akan datang. Walaupun antara penelitian terdahulu objek penelitian berada di industri yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia Nova Yatna
berbeda namun hasilnya tidak berbeda. Oleh karena itu, baik dalam industri yang berkaitan dengan teknologi dan komunikasi seperti smartphone dan industri jasa, loyalitas merek perlu dibangun oleh produsen agar konsumen dapat terus menggunakan suatu produk. Walaupun ketika diuji secara parsial hanya loyalitas merek yang berpengaruh niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan pada jenjang doktoral. Namun ketika diuji secara besamasama ekuitas merek yang terdiri dari asosiasi merek, kesadaran merek, loyalitas merek dan persepsi kualitas berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan layanan pendidikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chang dan Browdosky tahun 2007 di Taiwan. Penelitian tersebut mengambil objek industri kecantikan dimana hasilnya adalah semakin konsumen mengenal merek, hal tersebut akan membantu perusahaan untuk meningkatkan ekuitas merek sehingga diharapkan dapat membantu memperkuat ingatan konsumen terhadap merek dan pembelian kembali merek tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa bagian yaitu : 1. Secara keseluruhan konsep ekuitas merek perguruan tinggi akan mempengaruhi niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan, artinya semakin tinggi ekuitas merek suatu perguruan tinggi maka makin tinggi pula keinginan untuk melanjutkan pendidikan kembali di universitas yang sama. 2. Universitas bahkan program studi harus membangun ekuitas merek mereka dengan menjadikan aspek-aspek dari asosiasi merek, kesadaran merek, loyalitas merek dan persepsi kualitas menjadi perhatian bagi seluruh sivitas akademika untuk terus diperhatikan. 3. Dari faktor-faktor yang membangun ekuitas merek yang berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan kembali layanan pendidikan loyalitas merek merupakan faktor berpengaruh terhadap niat menggunakan layanan pendidikan.Oleh karena itu dapat dikatakan semakin loyal seorang mahasiswa terhadap program studi maka semakin besar keinginan mereka untuk menggunakan kembali layanan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kampus tersebut ketika mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saran yang disampaikan adalah diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi ekuitas merek pada industri jasa lainnya sehingga generalisasi untuk konsep ekuitas merek dapat dilakukan. Selain itu, ruang lingkup penelitian yang masih terbatas yaitu hanya pada perguruan tinggi negeri belum diaplikasikan pada perguruan tinggi swasta. DAFTAR PUSTAKA Aaker,D.A.1991.Managing Brand Equity : Capitalizing On The Value Of a Brand Name,.Ontario:Macmillan,Inc.1992.The Value Of Brand. Journal Of Bussines Startegy. .1996.Measuring Brand Equity Across Products and Market. California Management Review, 38: 102-120 Aaker, D.A., Kumar,V., George S., & Leone, R.P. 2011. Marketing Research, 10th ed.USA: John Wiley & Sons, Inc. Bharadwaj, G.S.,Varadarajan, R.P. dan Fahy, J.1993. Sustainable Competitive Advantage in Service Industries: A Conceptual Model and Research Proposition, Journal of Marketing, 57:83-99. Benneke, J., H. 2011. Marketing the Institution for Prospective Students-Review of Brand (Reputation)Management in Higher Education. International Journal of Business and Management, 6: 29-44. Bunzel, L. David. 2007. Universities Sell Their Brands. Journal Of Product &Brand Management, 16: 152-153. Bonjai, J. & Hoo, W.C.2012.Brand Equity and Current as Horizon for Repurchase Intention of Smartphone. International Journal of Business and Society, 13:33-48. Chang, K.E.C., & Browdosky, H.2007. Relationship Among Attitiude, Brand Equity and Repurchase Intention:The Case of Skincare Products in Taiwan. Society for Marketing Advances Proceedings, 52. Chang, H.H., Hsu, C.H.& Chung, S.H.2008. The Antecedents and Consequence of Brand Equity in Service Market, Asia Pacific Management Review, 13:604-621.
215
PERAN EKUITAS MEREK SEBAGAI SUMBER KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM JASA PENDIDIKAN Oleh : Chicilia OlehNova : Chicilia Yatna,Nova SE., Yatna, M.Sc.
Chen, L.H.2008.Internasionalization and International Marketing? Two Framework for Understanding International Student’s Choice of Canadian Univeristies. Journal of Marketing for Higher Education, 18:1-33. Erdem, T.&Swait, J.1998. Brand Equity as Signaling Phenomenon. Journal of Consumer Psycology, 7:131-157. Fadli &Qamariah, I., 2008. Analisis Pengaruh FaktorFaktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Keputusan Pembelian:Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara. Jurnal Manajemen Bisnis, 1:48-58. Hair, J.F. Jr, R.E. Anderson, Black, W.C.,& Babin, B.J 2010. Multivariate Data Analysis,7th ed,Engelwood Cliffs,NJ: Prentice-Hall,Inc. Hindarto, I.2013.Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, dan AsetAset Merek Lainnya Pada Minat Beli Ulang Sepeda Motor Honda Vario Techno di Purworejo. E-journal.umpwr.ac.id, 9. Jushermi. 2009. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli Telkomnet Instan pada PT.Telkom Cabang Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 17:55-65. Keller, K.L. 1993. Conceptualizing, Measuring, and Managing Customer-Based Brand Equity. Journal of Marketing, 57:1-22. Kotler, P.&Keller, Kevin L.2009. Marketing Management,13th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc. Lee, H.M., Lee., C.C.& Wou, C.C.2009. Brand Image Strategy Affects Brand Equity After M&A. European Journal of Marketing, 45:1091-1111. Lukman, M.D.2014. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk The Botol Sosro Kemasan Kotak. Jurnal Administrasi Bisnis, 10:64-81. Lovelock, C. & Wirtz, L.2011.Service Marketing.New Jersey:USA. Makgosa, R.& Molefhi, B.A.2012. Rebranding an Institution of Higher Education in Botswana. Business and Economic Research, 2:1-13. Manafi, M., Saedinia, M., Gheshami, R., Hojabri, R., Fazel, O. & Jamshidi, D. 2011. Brand Equity Determinant in Educational Industry :A Study of Large Universities of Malaysia,
216
Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3:769-781. Moredi, H. & Zarei, A. 2011. The Impact of Brand Equity on Puchase Intention and Brand Preference-The Moderating Effects of Country of Origin Image. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5:539-545. Mourad,Maha.,Christine,Ennew.,&Kortam,Wael. 2011.Brand Equity In Higher Education. Marketing Intelegence & Planning, 29: 408420. Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. 2010. Consumer behavior (10th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc. Swastha Dh,B.1999.Loyalitas Pelanggan:Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 14:73-88. Timtime, Z.T. & Mmereki, R.N.2010. Challenges Faced by Graduate Business Education in Southern Africa. Quality Assurance in Education, 19:110-129. Tjahyadi, A. R.2006.Brand Trust dalam Konteks Loyalitas Merek:Peran Karakteristik Merek, Karakteristik Perusahaan dan Karakteristik Hubungan Pelanggan-Merek, Jurnal Manajemen, 6:63-76. Vogel, V., Evanschitzky, H., & Ramaseshan, B.2008. Customer Equity Drivers and Future Sales. Journal of Marketing, 72:98-108. Wigerova, A.2016. A Study of The Motives of Doctoral Student. Social and Behavioural Science, 217:123-131. www.ugm.ac.id http://www.kopertis12.or.id/2015/08/17/10-kampusterbaik-di-indonesia-versi-kemristekdikti.html http://edukasi.kompas.com/read/2013/05/27/ 03532277/Rendah.Peminat.Pendidikan.Doktor. (diakses 23 Oktober 2015) http://www.kompasiana.com/henyharyati/5-alasanp e n t i n g n y a pendidikan_552e374c6ea834cb238b457d (diakses 31 Mei 2016) http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/27/ 00562870/Indonesia. Targetkan. Seratus. Ribu. Doktor. Pada. 2015 (diakses 31 Mei 2016) http://mscdoctor.feb.ugm.ac.id/msc-new/alumni/ data-alumni.html (diakses 03 Juni 2016)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih ABSTRACT Banking is an institution that has an important role in the economic development of a country, as a financial institution has the function as a collector of funds and channeling funds to the community. In Indonesia, the bank is divided into two conventional banks and Islamic banks, Islamic banking is intuition, which provides banking services based on the principle syariah.Kegiatan financing in Islamic banks is important for a bank because of the bank financing will have a margin for operational activities of banks , diverse financing principle in islamic banks will make customers become more numerous in choosing to borrow funds in islamic banks, one of which is financing for small hasil.Besar financing at a bank is certainly influenced by other factors, some of the factors that may affect the volume of financing for results dintaranya namely, deposits, Level Sharing, and this proves that NPF.Penelitian DPK, Level Sharing, and NPF affect the volume of financing for the results. Keywords: DPK, Level Sharing, NPF, and Volume Finance for Results
PENDAHULUAN Lembaga keuangan bank merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara, di Indonesia bank terbagi menjadi dua jenis yaitu bank konvensional dan bank syariah, beberapa tahun ini pertumbuhan usaha bank syariah di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat, pertumbuhan usaha perbankan tersebut disebabkan karena banyaknya unit usaha perbankan syariah yang baru dibuka dan juga perbaikan kualitas Sumber Daya Insani. Sebagai lembaga yang bertugas untuk penghimpun (funding) dan penyalur dana masyarakat (lending) dalam hal ini pembiayaan berupa investasi dan modal kerja, bank membutuhkan kepercayaan nasabah untuk menjaga eksistensinya. Seiring dengan mulai banyaknya bank yang ada di Indonesia sudah semestinya bank syariah di Indonesia mulai meningkatkan jumlah pembiayaan banknya, hal ini dikarenakan pembiayaan merupakan hal yang penting bagi bank untuk memperoleh laba (profitabilitas). Dalam bank syariah pembiayaan
tidak bersifat menjual uang dan mengandalkan piutang untuk memperoleh laba. Pembiayaan pada bank syariah mirip dengan investment banking di bank konvensional, dimana secara garis besar produk bank syariah terbagi menjadi dua jenis yaitu pembiayaan mudharabah (trust financing) dan pembiayaan musyarakah (partnership financing). Namun kebanyakan bank syariah lebih sering menggunakan pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah), masih minimnya pembiayaan berbasis bagi hasil dan sewa (ijaroh) dan akad pendanaan lainya, yang disalurkan menunjukan bahwa perbankan syariah belum mencerminkan core business yang sesungguhnya. Padahal pembiayaan berbasis bagi hasil inilah yang sangat berpotensi dalam menggerakan sektor riil. Pembiayaan non bagi hasil khususnya murabahah, merupakan bentuk pembiayaan sekunder yang seharusnya dipergunakan sementara yakni pada awal pertumbuhan bank yang bersangkutan, sebelum bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaan bagi hasil, dan atau porsi pembiayaan murabahah tersebut
* Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
217
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
tidak mendominasi pembiayaan yang dikeluarkan (Muthaher, 2012). Berikut ini adalah jumlah pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank umum syariah pada tahun 2013-2015. Jumlah Pembiayaan yang di Salurkan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2013-2015 (Dalam Miyar Rupiah) 120.000 100.000 80.000
PEMBIAYAAN MUDHRABAH
60.000
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
40.000
PEMBIAYAAN MURABAHAH
20.000
Sumber : Bank Indonesia (data diolah), 2016. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan murabahah naik turun dan pembiayaan mudharabah, dan musyarkah mengalami peningkatan dalam kurun waktu 20132015 namun kenaikan tersebut masih belum terlalu besar, dalam grafik diatas juga menggambarkan bahwa pembiayaan berbasis mudharabah masih belum banyak diminati oleh bank syariah terbukti dari grafik tersebut penyaluran pembiayaan mudharabah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak sampai menyentuh angka 20 triliun .
penelitian (Narbuko & Achmadi, 2009:107). Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling adalah sebuah sampel nonprobabilita yang menyesuaikan diri dengan kriteria tertentu yang juga sering disebut 2 dengan pengambilan sampel bertujuan (Cooper & Emory, 1998:245). Kriteria perbankan yang akan digunakan untuk penelitian agar dapat dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bank umum syariah yang berada dibawah pengawasan OJK. 2. Bank umum syariah yang modalnya sebagian besar dimiliki oleh pihak swast non asing. 3. Bank umum syariah yang melaporkan laporan keungannya di BI pada kurun waktu 20102015. 4. Bank tersebut menyediakan fasilitas pembiayaan berbasis bagi hasil dan memiliki rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang digunakan. Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 bank. Sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini: Daftar Sampel Nama Bank yang Memberikan Fasilitas Pembiayaan NO
Non Performing Financing (NPF) Kurniawati dan Zulfikar (2014) mengatakan NPF merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang macet dengan keseluruhan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Rumus rasio NPF
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian, seperti sekumpulan orang, kejadian, dan minat yang akan diambil untuk dijadikan suatu objek dalam penelitian (Sekaran, 2006:121). Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah swasta nasional yang terdaftar dalam pengawasan OJK. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 bank. Sampel merupakan sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu
218
NAMA BANK
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
PT. Bank BRI Syariah
4
PT. Bank BNI Syariah
5
PT. B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
6
PT. Bank Syariah Mandiri
7
PT. Bank Syariah Mega Indonesia
8
PT. Bank Panin Syariah
9
PT. Bank Syariah Bukopin
10
PT. BCA Syariah
11
PT. Maybank Syariah Indonesia
Sumber : Bank Indonesia, 2016
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Pemilihan Teknik Model Estimasi Regresi Data Panel Untuk memilih model yang paling tepat dalam mengelolah data panel, maka terdapat beberapa pengujian dalam menentukan teknik estimasi regresi data panel, uji yang dilakukan yaitu: 1. Uji Chow Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan model mana yang paling tepat dalam mengestimasi data panel, yaitu model common effect atau model fixed effect. Hipotesis uji chow adalah: H0 : Model mengikuti commond effect Ha : Model mengikuti fixed effect α : 5% Ketentuan: Terima H0 dan tolak Ha jika Probability crosssection F > α Tolak H0 dan terima Ha jika Probability crosssection F < α Jadi, jika cross section F hitung lebih besar dari α (F hitung > α ), maka model yang dipilih yaitu common effect yang menyatakan bahwa H0 diterima, sebaliknya jika cross section F hitung lebih kecil dari á (F hitung < α ) maka model yang dipilih yaitu fixed effect yang menyatakan bahwa H1 diterima. Nilai F statistik pada Uji chow ditentukan oleh : (SSRR-SSRU)/q F = ------------------------(SSRU/n-k)
Dimana: SSRR = SSRU =
2.
q
=
n k
= =
sum of squared residuals Common Effect sum of squared residuals Fixed Effect jumlah variabel bebas tanpa konstanta jumlah observasi jumlah variabel bebas termasuk konstanta
Uji Hausman Uji hausman adalah pengujian untuk membandingkan atau memilih model mana yang terbaik untuk digunakan dalam regresi data panel antara model fixed effect atau random effect. Dengan melihat angka Probabilitas Cross- Section Random dengan a
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
= 5% atau 0.05 . Jika probabilitas cross-section random lebih besar dari 0.05 (probabilitas > 0.05) maka model yang terpilih adalah random effect yang menyatakan H 1 diterima. Sebaliknya jika probabilitas cross-section random lebih kecil dari 0.05 (probabilitas < 0.05) maka model yang terpilih adalah fixed effect. 3.
Uji Lagrange Multiplier Uji lagrange multiplier (LM) adalah pengujian untuk membandingkan atau memilih model mana yang tepat untuk digunakan dalam regresi data panel antara model commond effect atau model random effect. Hipotesis uji LM adalah: H0 : Commond Effect H1 : Random Effect Uji lagrange multiplier dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ...........
Dimana: n T
= Jumlah Perusahaan = Jumlah Periode
∑ ē²
=
∑
²
Jumlah Rata-Rata Kuadrat Residual Jumlah Residual Kuadrat
dapat dilihat dengan membandingkan nilai LM hitung dengan nilai Chi-Square tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebanyak jumlah variabel independen (bebas) dan alpha atau tingkat signifikan sebesar α = 5% (ditentukan di awal). Jika nilai LM hitung lebih besar dari chi-square tabel (LM hitung >chi-square), maka model yang dipilih adalah random effect yang menyatakan H1 diterima, sebaliknya jika nilai LM hitung lebih kecil dari chi-square tabel (LM hitung
219
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian meliputi model regresi, uji hipotesis (uji t), uji F (kelayakan model), dan koefisien determinasi (R2). Uji Statistik t Uji t sering digunakan untuk uji parametik dua sampel independen. Uji t digunakan dengan sampel yang kecil, populasi mempunyai distribusi normal, dan diasumsikan varian populasi sama (Cooper & Emory, 1998:77). Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) secara parsial (individu). Uji statistik t sebagai berikut:
H0 : b1 = 0, b2 = 0, b3 = 0 Artinya variabel independen (bebas) yaitu dana pihak ketiga, tingkat pembiayaan berbasis bagi hasil, dan non performing financing secara parsial (individu) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (terikat) yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
H1 : b1 ≠ 0, b2 ≠ 0, b3 ≠ 0 Artinya variabel independen (bebas) yaitu dana pihak ketiga, tingkat pembiayaan berbasis bagi hasil, dan non performing financing secara parsial (individu) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (terikat) yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Dalam uji t, membandingkan t hitung dengan t tabel. Nilai t tabel ditentukan berdasarkan tingkat signifikan sebesar α = 5%. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji Statistik F Uji F digunakan untuk menguji hipotesis mengenai suatu parameter dari beberpa populasi atau lebih dari dua populasi (Supranto, 2009:70). Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen (bebas) berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat) secara simultan (bersama-sama). Uji statistik F sebagai berikut:
b1= b2= b5 = bi=... Artinya secara simultan (bersama-sama) variabel independen (bebas) yaitu dana pihak ketiga, tingkat pembiayaan berbasis bagi hasil, dan non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (terikat) yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
Artinya secara simultan (bersama-sama) variabel independen (bebas) yaitu dana pihak ketiga, tingkat pembiayaan bebasis bagi hasil, dan non performing financing berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (terikat) yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Dalam uji F, membandingkan F hitung dengan F tabel. Nilai F tabel ditentukan berdasarkan tingkat signifikan sebesar α = 5%. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien Determinasi (R2) Menurut Ghozali (2011:97) koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan model menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 menandakan kemampuannya variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Apabila nilai R2 mendekati satu, menandakan bahwa variabelvariabel independen mampu memberikan penjelasan untuk memprediksi mengenai variasi variabel dependen. Penggunaan koefisien determinasi, memiliki kelemahan yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.Apabila terdapat tambahan satu variabel independen, nilai determinasi akan meningkat tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap variabel dependen akibat dari variabel tambahan tersebut.Oleh karena itu, pada saat evaluasi model terbaik dapat menggunakan nilai adjusted R2. Nilai dari adjusted R2 dapat naik atau turun tergantung dari tambahan satu variabel independen tersebut (Ghozali, 2011: 97). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠...≠bi ≠ 0
220
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak menghendaki adanya korelasi antar variabel independen. Hasil Uji Multikolinieritas LOG(DPK) TBH LOG(DPK) 1,000000 0,189037 TBH 0,189037 1,000000 NPF 0,088756 0,170961 Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8,2016.
1.
2.
3.
NPF 0,0887 56 0,1709 61 1,0000
Nilai koefisien dari variabel DPK dengan variabel TBH (dan sebaliknya) adalah 0,189037. Nilai 0,189037 lebih kecil dari 0,85 (0,189037 < 0,85) dan dapat diartikan bahwa variabel DPK dengan variabel TBH (dan sebaliknya) bebas dari multikolinieritas. Nilai koefisien dari variabel DPK dengan variabel NPF (dan sebaliknya) adalah 0,088756. Nilai 0,088756 lebih kecil dari 0,85 (0,088756 < 0,85) dan dapat diartikan bahwa variabel DPK dengan variabel NPF (dan sebaliknya) bebas dari multikolinieritas. Nilai koefisien dari variabel TBH dengan variabel NPF (dan sebaliknya) adalah 0,170961. Nilai 0,170961 lebih kecil dari 0,85 (0,170961 < 0,85) dan dapat diartikan bahwa variabel TBH dengan variabel NPF (dan sebaliknya) bebas dari multikolinieritas.
Fixed Effect Fixed effect adalah metode estimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Model ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi tetap antar bank dan antar waktu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program E-Views 8, maka metode fixed effect adalah sebagai berikut:
Hasil Regresi Metode Fixed Effect Hasil Regresi Metode Fixed Effect Dependent Variable: LOG(VOLUMEPBH) Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/28/16 Time: 14:22 Sample: 2013Q1 2015Q4 Periods included: 12 Cross-sections included: 11 Total panel (unbalanced) observations: 126 Linear estimation after one-step weighting matrix Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DPK) TBH NPF C
0.373228 1.410866 1.071536 3.907186
0.081812 0.657235 1.861206 0.703544
4.562007 2.146670 0.575721 5.553575
0.0000 0.0340 0.5660 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.991266 0.990253 0.345043 977.8426 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-W atson stat
11.58328 7.229297 13.33416 1.234751
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.951086 19.22720
Mean dependent var Durbin-W atson stat
7.284877 1.036489
Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa variabel independen yaitu dana pihak ketiga dan tingkat pembiayaan bagi hasil mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil karena probabilitas dibawah 0,05 (Prob < 0,05). Sedangkan variabel independen yang lainnya yaitu non performing financing memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel dependen yaitu volume pembiayaan berbasis bagi hasil karena probabilitas diatas 0,05 (Prob > 0,05). Hasil R-squared sebesar 0,990253 atau 99,02% merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sisanya sebesar 0,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Pemilihan Model Regresi Data Panel Untuk dapat memilih model manakah yang tepat dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan beberapa pengujian. Pengujian tersebut terdiri dari 3 yaitu, Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier. Dari 3 uji dapat ditentukan model regresi data panel dapat digunakan dengan metode commond effect, fixed effect, atau random effect. Berikut ini adalah pengujian dalam menentukan model regresi yang tepat untuk data penelitian: Uji Chow Uji Chow adalah pengujian untuk menentukan model mana yang paling tepat dalam mengestimasi data panel, yaitu model commond effect atau model fixed effect. Uji chow dilakukan dengan menggunakan uji statistik F atau chi- kuadrat dengan hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
221
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
H0 : Model mengikuti commond effect Ha : Model mengikuti fixed effect α : 5% Ketentuan: Terima H0 dan tolak Ha jika Probability cross-section F > α Tolak H0 dan terima Ha jika Probability cross-section F < α
H0 : Model mengikuti commond effect Ha : Model mengikuti random effect Tabel Chi Square dengan Alpha 5% = 7,815 Ketentuan : Terima H0 jika nilai LM hitung < Chi Squared Hasil Lagrange Multiplier Test
Berikut ini merupakan hasil dari uji chow yang dilakukan dengan menggunakan software E-Views 8 yaitu:
residual 13-Mar 13-Jun
Hasil Chow Test PT.BANK MUAMALAT INDONESIA
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects d.f.
Prob.
2.37389
Des-13
2.487178
14-Mar
582.712607
(10,112)
0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOG(VOLUMEPBH) Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/01/16 Time: 12:28 Sample: 2013Q1 2015Q4 Periods included: 12 Cross-sections included: 11 Total panel (unbalanced) observations: 126 Use pre-specified GLS weights Variable LOG(DPK) TBH NPF C
Coefficient 1.159572 -0.378109 -5.619918 -3.054270
Std. Error 0.102871 4.445938 9.497844 0.982181
PT.BANK VICTORIA SYARI AH
2.410697
14-Sep
2.552155
Des-14
2.050809 2.493759
15-Jun
2.304234
15-Sep
2.281573
Des-15
2.255855
11.27208 -0.085046 -0.591705 -3.109680
Prob. 0.0000 0.9324 0.5551 0.0023
PT.BANK BRI SYARIAH
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.536872 0.525484 2.407439 47.14212 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
11.58328 7.229297 707.0827 0.174036 PT.BANK BNI SYARI AH
Unweighted Statistics
13-Jun
-1.761815
13-Sep
-1.958034
Des-13
-1.310159
14-Mar
0.297037 276.3211
Mean dependent var Durbin-Watson stat
-1.123369
14-Sep
-0.847534
Des-14
-0.784741
Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
0.33844
15-Sep
-0.654921
Des-15
-0.639286
13-Mar
2.261256
13-Jun
0.914976
13-Sep
0.914024
Des-13
0.785119
14-Mar
0.856363
14-Jun
0.815124
14-Sep
0.745089
Des-14
0.915538
15-Mar
1.008525
15-Jun
1.034105
15-Sep
1.119669
Des-15
1.072903
13-Mar
0.183182
13-Jun
0.162936
13-Sep
0.207198
Des-13
0.244999
14-Mar
0.453171
14-Jun
0.470337
14-Sep
0.416965
Des-14
0.506874
0.705962
Des-15
0.768304
13-Mar
0.091224
13-Jun
0.197428
1.075142773
0.459829
0.211442249
0.208158 0.024141
14-Mar
0.09711
14-Jun
0.019448
14-Sep
0.302878
Des-14
0.290582
15-Mar
0.384829
15-Jun
0.318758
15-Sep
0.371297
PT.B.P.D JAWA BARAT BANTEN SYARI AH
Des-15
222
1.036891
0.664784
Des-13
Uji Lagrangge Multiplier (LM) Uji lagrange multiplier (LM) adalah uji untuk membandingkan atau memilih model mana yang terbaik untuk digunakan dalam regresi data panel antara commond effect atau random effect. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian lagrange multiplier sebagai berikut:
1.047885767
0.73323
15-Sep
13-Sep
Berdasarkan tabel 4.13 hasil dari uji chow dapat dilihat bahwa nilai probabilitas cross-section F dan cross-section chi-square lebih kecil dari 0,05 (0,0000 dan 0,0000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Maka metode yang dipilih adalah metode fixed effect.
-1.023663
-0.528302
15-Jun
15-Mar
7.284877 0.340086
5.621571056
-0.958768
14-Jun
15-Jun
R-squared Sum squared resid
2.370985
-2.055466
15-Mar
t-Statistic
jumlah rata-rata residual kuadrat
2.571015
14-Jun
13-Mar
Cross-section F
rata-rata kuadrat
2.364077
13-Sep
15-Mar
Statistic
Effects Test
rata-rata
2.306581
-0.46396 13-Mar
13-Jun
0.015516751
1.839251 1.837928
13-Sep
1.724746
Des-13 PT.BANK SYARI AH MANDIRI
0.124566
1.598458 14-Mar
14-Jun
1.730927 1.54296
14-Sep
1.470209
Des-14
1.353789 15-Mar
1.484733
15-Jun
1.647923
15-Sep
1.626976
Des-15
1.640318
1.624852
2.640142397
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
13-Mar
13-Mar
5.113278698
-3.739754
13-Sep
-3.709506
13-Jun
0.837181081
Des-13
-3.365553
13-Sep
0.835439873
-3.399845
Des-13
0.616411844
14-Jun
-3.580761
14-Mar
0.733357588
14-Sep
-3.741789
Des-14
-3.507255
14-Jun
0.664427135
14-Sep
0.555157618
14-Mar PT.BANK MEGA SYARIAH INDONESIA
-3.509947
13-Jun
15-Mar
PT.BANK BRI SYARIAH
-3.401591
15-Jun
-3.657126
Des-14
0.838209829
15-Sep
-3.790353
15-Mar
1.017122676
15-Jun
1.069373151
Des-15
-3.159597 13-Mar
13-Jun
0.101377
13-Sep
0.177376 14-Mar
0.033555645 0.02654814 0.042931011
14-Sep
1.247353
Des-14
1.315499
PT.BANK BNI SYARIAH
Des-13
0.06002451
14-Mar
0.205363955
14-Jun
0.221216894
14-Sep
0.173859811
Des-14
0.256921252
15-Mar
0.441937767
-0.429367
15-Jun
0.537626233
-0.323
15-Sep
0.498382345
13-Sep
-0.32071
Des-15
0.590291036
Des-13
-0.083916
13-Mar
0.008321818
1.437205
15-Jun
1.499475
15-Sep
1.433337
Des-15
1.295852
14-Mar
0.889751
0.791656101
-0.114894
14-Jun
-0.056894
14-Sep
-0.009241
Des-14
-0.055553
13-Jun
0.038977815
0.194181
13-Sep
0.043329753
Des-13
0.000582788
14-Mar
0.009430352
14-Jun
0.000378225
14-Sep
0.091735083
Des-14
0.084437899
15-Jun
0.326517
15-Sep
0.315976
Des-15
0.393425
13-Mar
-0.013623
PT.B.P.D JAWA BARAT BANTEN SYARIAH
0.000185577
-0.306996
13-Jun
-0.177457
13-Sep
-0.096543
Des-13
-0.16474
15-Mar
0.148093359
-0.033952
15-Jun
0.101606663
14-Jun
-0.026946
15-Sep
0.137861462
14-Sep
-0.040899
Des-15
0.215258882
Des-14
0.056155
13-Mar
3.382844241
14-Mar
15-Mar
0.243784
15-Jun
0.258359
15-Sep
0.21829
Des-15
0.223427
13-Mar
0.012707
0.000161464
0
13-Jun
0
13-Sep
0
Des-13
0
14-Mar
PT.BANK SYARIAH MANDIRI
0
14-Jun
0
14-Sep
-3.249645
Des-14
-1.399376
15-Mar
-1.349357
15-Jun
-1.355967
15-Sep
-1.343771
Des-15
-1.473787
-0.847659
residual kuadrat 13-Mar
PT.BANK VICTORIA SYARIAH
13-Mar 13-Jun
15-Mar
PT.BANK MUAMALAT INDONESIA
1.151120847
13-Sep
13-Jun
PT.MAYBANK SYARI AH INDONESIA
1.25365867
Des-15
0.28133 1.269839
13-Mar
PT.BCA SYARI AH
15-Sep
0.759181
14-Jun
15-Mar
PT.BANK SYARIAH BUKOPIN
12.58066336
-0.140817
Des-13 PT.BANK PANIN SYARIAH
3.546923
0.718525074
jumlah
13-Jun
5.588860062
13-Sep
5.635353732 6.186054404
14-Mar
6.61011813
14-Jun
5.811460026
14-Sep
6.513495144
Des-14
4.205817554
15-Mar
6.21883395
15-Jun
5.309494327
15-Sep
5.205575354
Des-15
5.088881781
13-Mar
4.224940477
13-Jun
3.103992094
13-Sep
3.833897145
Des-13
1.716516605
14-Mar
0.919236078
14-Jun
1.26195791
14-Sep
0.718313881
Des-14
0.615818437
15-Mar
0.279103003
15-Jun
0.114541634
15-Sep
0.428921516
Des-15
0.40868659
3.377979333 2.974748765
Des-13
2.555067978
14-Mar
2.996108279
14-Jun
2.380725562
14-Sep
2.161514504
Des-14
1.832744657
15-Mar
2.204432081
15-Jun
2.715650214
15-Sep
2.647050905
Des-15
2.690643141
13-Mar
12.31972794
13-Jun
13.98575998
13-Sep
13.76043476
3.0886586
0.880014098
31.91950966
24.70289257
jumlah residual kuadrat
5.32031591
Des-13
13-Jun 13-Sep
14.68473901
PT.BANK MEGA SYARIAH INDONESIA
67.69426037
PT.BANK PANIN SYARIAH
Des-13
11.326947
14-Mar
11.55894602
14-Jun
12.82184934
14-Sep
14.00098492
Des-14
12.30083764
15-Mar
11.57082133
15-Jun
13.37457058
15-Sep
14.36677586
Des-15
9.983053202
13-Mar
0.019829427
13-Jun
0.010277296
13-Sep
0.031462245
Des-13
0.079146569
14-Mar
0.576355791
14-Jun
1.612491086
14-Sep
1.555889507
Des-14
1.730537619
15-Mar
2.065558212
15-Jun
2.248425276
15-Sep
2.054454956
Des-15
1.679232406
151.3707086
13.66366039
17.62592537
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
223
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
PT.BANK SYARIAH BUKOPIN
PT.BCA SYARIAH
PT.MAYBANK SYARIAH INDONESIA
13-Mar
0.184356021
13-Jun
0.104326416
13-Sep
0.102854904
Des-13
0.007041895
14-Mar
0.013200631
14-Jun
0.003236927
14-Sep
8.54E-05
Des-14
0.003086136
15-Mar
0.037706261
15-Jun
0.106613351
15-Sep
0.099840833
Des-15
0.154783231
13-Mar
0.094246544
13-Jun
0.031490987
13-Sep
0.009320551
Des-13
0.027139268
14-Mar
0.001152738
14-Jun
0.000726087
14-Sep
0.001672728
Des-14
0.003153384
15-Mar
0.059430639
15-Jun
0.066749373
15-Sep
0.047650524
Des-15
0.049919624
Hasil Pemilihan Model Regresi Data Panel Dari hasil kedua uji pemilihan model regresi data panel yang sudah dilakukan, mendapatkan hasil yang sama disetiap ujinya, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini, yaitu: Hasil Pemilihan Model Regresi Data Panel 0.817132001
KETERANGAN Commond Effect Uji Chow vs Fixed Effect Fixed Effect Uji Hausman vs Random Effect Random Effect Uji Lagrange Multiplier vs Commond Effect Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
0.392652447
13-Mar
0
13-Jun
0
13-Sep
0
Des-13
0
14-Mar
0
14-Jun
NAMA UJI
0
14-Sep
10.56019263
Des-14
1.958253189
15-Mar
1.820764313
15-Jun
1.838646505
15-Sep
1.8057205
Des-15
2.172048121
20.15562526
322.2928858
Sumber: Hasil Olah Data Ms. Excel, 2016.
Berdasarkan hasil tabel 4.12 dan perhitungan diatas, dapat dilihat nilai LM hitung sebesar 604,4743551 lebih besar dari tabel chi square sebesar 19,68 (604,4743551 < 19,68). Dapat disimpulkan tolak H0 dan terima H1 yang menyatakan bahwa pendekatan estimasi model mengikuti model random effect.
224
HASIL Fixed Effect
Random Effect
Random Effect
Berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman terbukti bahwa random effect merupakan model yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini dibandingkan commond effect ataupun fixed effect. Setelah mendapatkan model regresi yang tepat, maka diperoleh hasil dari persamaan regresi sebagai berikut: VPBH = 5,130726 + 0,192243 DPK + 2,277950 TBH + 9,988676 NPF Dari persamaan regresi tersebut dapat diperoleh informasi-informasi sebagai berikut: 1. Volume pembiayaan berbasis bagi hasil bernilai 5,130726 ketika DPK, TBH, dan NPF bernilai nol. 2. Volume pembiayaan berbasis bagi hasil bertambah sebesar 0,192243 ketika terjadi peningkatan DPK sebesar 1% dan variabel independen lainnya dianggap konstan. 3. Volume pembiayaan berbasis bagi hasil bertambah sebesar 2,277950 ketika terjadi peningkatan tingkat pembiayaan bagi hasil sebesar 1% dan variabel independen lainnya dianggap konstan. 4. Volume pembiayaan berbasis bagi hasil bertambah sebesar 9,988676 ketika terjadi peningkatan NPf sebesar 1% dan variabel independen lainnya dianggap konstan. Uji Hipotesis Setelah menentukan model regresi mana yang akan digunakan dalam penelitian melalui uji chow dan uji hausman maka tahap selanjutnya yaitu menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial maupun simultan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Uji t (Parsial) Uji t atau uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen secara parsial atau individu terhadap variabel dependen. Suatu variabel independen dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel) atau jika nilai dari probabilitas masing-masing variabel bebas p-value lebih kecil dari a (p-value < α ). Hasil Uji t (Parsial) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(DPK) TBH NPF C
0.192243 2.277950 9.988676 5.130726
0.077165 1.266657 3.599287 0.803992
2.491318 1.798395 2.775182 6.381560
0.0141 0.0746 0.0064 0.0000
Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
Hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut: 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) H0 : DPK tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil H1 : DPK berpengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil Untuk variabel DPK diperoleh nilai t-statistik sebesar 2,491316 dengan nilai probabilitas 0,0141 lebih kecil dari tingkat signifikan sebesar 5% (Prob < 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. 2. Tingkat Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (TBH) H0 : TBH tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil H2 : TBH berpengaruh terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil Untuk variabel TBH diperoleh nilai t-statistik sebesar 1,798395 dengan nilai probabilitas 0,0744 lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 5% (Prob > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H2 ditolak. Sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel TBH tidak signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. 3. Non Peroforming Financing (NPF) H0 : NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil H3 : NPF berpengaruh terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Untuk variabel NPF diperoleh nilai t-statistik sebesar 2,775182 dengan nilai probabilitas 0,0064 lebih kecil dari tingkat signifikan sebesar 5% (Prob < 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H3 diterima. Sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil Uji F (Simultan) Uji F atau uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen (bebas) berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat) secara simultan (bersama-sama). Berikut ini merupakan hipotesis yang digunakan untuk uji F, yaitu: H0 : DPK, TBH, dan NPF secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil H1 : DPK, TBF, dan NPF secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil Ketentuan : Prob (F-statistik) < 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima Prob (F-statistik) > 5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak Hasil Uji F (Simultan) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.156160 0.135410 0.394325 7.525744 0.000116
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.541983 0.421451 18.97004 0.856462
Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
Berdasarkan hasil tabel 4.18 diperoleh nilai Prob (F-statistik) sebesar 0,000116 lebih kecil dari 5% (0,000000 < 0,05) yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa DPK, TBH, dan NPF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui kemampuan model regresi atau variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel dependen (terikat) atau bisa dikatakan untuk melihat persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi dengan menggunakan software E-Views 8.
225
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.156160 0.135410 0.394325 7.525744 0.000116
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.541983 0.421451 18.97004 0.856462
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Ringkasan Hasil Uji Hipotesis No. 1
Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
Berdasarkan tabel 4.19, nilai Adjusted Rsquared sebesar 0,135410. Hal ini menunjukkan bahwa 13,54% variabel independen yaitu DPK, TBH, dan NPF secara simultan berpengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan sisanya 86.46 % dipengaruhi oleh variabel independen lainnya yang diluar dari penelitian ini. Interpretasi Hasil Uji hipotesis dilakukan untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan (baik arahnya positif atau negatif) antara variabel bebas yaitu dana pihak ketiga, tingkat pembiayaan berbasis bagi hasil, dan non performing financing terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada bank umum syariah nasional di Indonesia. Laporan keuangan yang digunakan merupakan laporan keuangan triwulan periode 20132015 dan dapat dilihat di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t (secara parsial), uji F (secara simultan), dan uji koefisien determinasi (R2). Uji hipotesis t atau uji secara parsial (masingmasing) menunjukkan bahwa variabel independen yaitu DPK mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. TBH memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. NPF mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Uji F atau uji secara simultan (bersama-bersama) menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari DPK, TBH, dan NPF berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini memiliki nilai adjusted R2 sebesar 13,54% yang memberikan hasil sangat besar terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan sisanya sebesar 86,46% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari penelitian ini.
226
Hipotesis H0 = DPK tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil
T-Test 2.491318
F-Test 0.0141
H1 = DPK berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil
2.
H0 = TBH tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil
H0 diterima dan H1 ditolak jika FTest > α
1.798395
0,0746
H2 = TBH berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil
3.
H 0 = NPF berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil
Ketentuan Diterima/Ditolak H0 ditolak Diterima dan H1 diterima jika FTest < α
H0 ditolak dan H2 diterima jika Ditolak F- Test < α
H0 diterima dan H2 ditolak jika FTest < α
2.775182
0.0064 H 0 ditolak dan H3 diterima jika FTest < α
H 3 = NPF tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil Sumber: Hasil Olah Data E-Views 8, 2016.
Diterima
H0 diterima dan H3 ditolak jika FTest > α
Pengaruh DPK Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil DPK berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Hipotesis 1 diterima. Nilai koefisien regresi pengaruh antara DPK terhadap penyaluran pembiayaan perbankan menunjukkan angka 2,491318 (nilai koefisien regresi positive) dan nilai probabilitas sebesar 0,0141 < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa DPK berpengaruh positive dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati & Zulfikar (2014) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh negative terhadap volume pembiayaan bagi hasil, dikarenakan bank tidak sepenuhnya menyalurkan dana pihak ketiganya untuk pembiayaan bagi hasil saja akan tetapi bank juga menggunakan dana pihak ketiganya untuk memenuhi kewajiban bank yang lainya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
Dengan kata lain dana pihak ketiga yang dihimpun oleh suatu bank disalurkan kepada pembiayaan lain diluar pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andraeny (2011) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positife dan signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Pada penelitian ini DPK berpengaruh positif dan signifikan hal ini tentu saja membuktikan bahwa bank lebih banyak mengunakan DPK untuk kegiataan pembiayaan. Pengaruh Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Tingkat pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Hipotesis 2 ditolak. Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi antara TBH dengan kredit volume pembiayaan bagi hasil yaitu menunjukkan angka 1,798395 (nilai koefisien regresi positif) dan nilai probabilitas sebesar 0,0746 > 0.05. Dapat disimpulkan bahwa TBH positif dan tidak signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pembiayaan bagi hasil tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Sebab terjadi ketimpangan total pembiayaan bagi hasil dengan pendapatan bagi hasil yang diterima oleh setiap bank syariah. . Pengaruh NPF Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil NPF berpengaruh negatif terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Hipotesis 3 diterima. Nilai koefisien regresi pengaruh antara NPF terhadap volume pembiayaan bagi hasil menunjukkan angka 2,775182 (nilai koefisien regresi positif) dan nilai probabilitas sebesar 0.0064 < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faizal dan Prabawa (2010) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa NPF cenderung tidak dapat diprediksi dan dihindari oleh perbankan karena ia merupakan resiko bawaan. Hal ini membuat keputusan penyaluran pembiayaan pada bank syariah tidak dapat mengacu pada besaran nilai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
NPF, karena bisa saja NPF tinggi pada suatu waktu bukan oleh karena debitur sengaja menunggak, melainkan karena kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik, dan apabila bank memutuskan untuk mengurangi penyaluran pembiayaan pada saat ini, maka bisa jadi bank melewatkan kesempatan untuk dapat memperoleh lebih banyak debitur, dimana kesempatan tersebut dapat diambil oleh kompetitornya. Hal ini juga dapat disebabkan karena terkadang meskipun NPF suatu perusahaan perbankan tinggi, perusahaan tetap akan menyalurkan pembiayaan dalam jumlah besar, karena penyaluran pembiayaan merupakan salah satu sarana bank untuk memperoleh keuntungan. Jadi NPF berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan bagi hasil. Pengaruh DPK, Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil, dan NPF Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Dari hasil olahan data dengan menggunakan software E-Views 8, pada pengujian uji F (secara bersama-sama) menunjukkan nilai prob (Fstatistik)sebesar 0,000116 lebih kecil dari a = 5% (0,000116 < 0,05) yang berarti secara simultan variabel DPK, TBH, dan NPF mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil yang diberikan. Dapat diartikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu DPK, Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil, dan NPF secara simultan berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulannya sebagai berikut: 1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh secara positive dan signifikan terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 20132015. 2. Variabel Tingkat Pembiayaan Bagi Hasil (TBH) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2015. 3. Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
227
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
4.
Volume Pembiayaan Bagi Hasil pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2015. Ketiga variabel yaitu DPK, TBH, dan NPF berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan bagi hasil.
DAFTAT PUSTAKA Andraeny, Dita. (2011). Analisi Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah di Indonesia.( www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id. Diakses pada 17 April 2016). Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Edisi Pertama. Jakarta : Gema Insani. Ascarya. (2012). Akad dan Produk Bank Syariah. Edisi 4. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cooper, D. R., & Emory, C. W. (1998). Metode Penelitian Bisnis (Jilid Kedua) (Kelima). Jakarta: Erlangga. Fahrul, Fauzan & Darwanis, M, A. (2012). Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan Muharabaah Terhadap tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi universitas syiah kuala. Vol.2,no.1. (https://www.academia.edu/ 7575979 / PENGARUH TINGKATRISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK SYARIAH Studi PadaBank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh, diakses pada 10 Januari 2016). Faizal, Agung & Prabawa,Sri,A. (2010). Analisis Pengaruh Total Aset Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Volume Pembiaayaan Bagi Hasil (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia). Jurnal Ilmiah Manajemen. Vol.8,No.1(http:// r e p o s it o r y. u ni b . a c . i d/ v i ew / c r ea t o r s / Prabawa=3ASri_Adji= 3A=3A.html, Diakses pada 17 April 2016). Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2004). Statistik Nonparametrik. Semarang: Badan Universitas Diponegoro.
228
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2013). Analisis Multivariat dan Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Giannini, Nur,G. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal. N0.1, (http://journal.unnes.ac.id/sju/ index.php/aaj/article/view/1178/1146, diakses pada 14 mei 2016). Hadiyati,puji. (2013). Pengaruh pembiyaan non performing financing mudharabah dan musyarakah pada bank muamalat Indonesia.ejurnal manajemen dan bisnis. Vol.1, no.1 (http://repository.perbanasinstitute.ac.id/xmlui/ bitstream/handle/123456789/ 1379 / PENGARUH % 20NON % 20 PERFORMING % 20 FINANCING % 20 PE MBIAYAAN % 20MUDHARABAH % 20 DAN % 20 MUSYARAKAH % 20 P ADA % 20 BANK % 20 MUAMALAT % 20 INDONESIA. pdf sequence=1, diakses pada 7 Januari 2016). Hendri, Aal., Ethika, dan Yeasy Darmayanti.(2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. No.1(http:// eju r na l. bu ngha tt a . a c . id/index. php journal=JFEK&page=article& op=view&path[]=1910&path[]=1707. Diakses pada 15 April 2016). Jusriania, Fandindya & Rahardjo, N. (2013). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Deviden,Kebijakan Utang, Dan Kepemilikan Mnajerial Terhadap Nilai Perusahaan. http://Eprints.undip.ac.id. Diakses pada 13Maret 2016). Lewis, Mervyn, K & Algaoud, Latifa. (2001). Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik,Prospek. Jakarta: Pt.Serambi Ilmu Semesta. Karim, Adiwarman A. (2008). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Edisi 3.Jakarta: PT Grafindo Persada. Kurniawanti, Agustina & Zulfikar. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. (https://
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL (MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH), DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Sri Wahyuningsih
publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/4718. Diakses pada 15 April 2016). Muthaher, Osmad. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Akasara. Nasution, Chairuddin S. (2003). Manajemen Kredit Syariah Bank Muamalat. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vo.7, no.3 (http://www.fiskal.depkeu.go.id/ webbkf/kajian%5CChaerudin-3.pdf diakses pada 11 Maret 2016). Palupi, Isnaini, F, N. (2015). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Finencing, Dan Modal Sendiri Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. naskah publikasi universitas muhamadiyahsurakarta.http:// portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarti cle&article=75124, diakses pada 4 Januari 2016. Pramono, Nugroho Heri. (2013). Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Syariah Di Indonesia. No.2 ( http:// journal.unnes.ac.id[sju/index.php/aaj, Diakses pada 16 April 2016). Qolby, Muhammad Luthfi. (2013). FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007- 2013. Economics Development Analysis Journal. No.4 (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj, diakses pada 17 April 2016).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sekaran,Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Suharso, P. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis. Jakarta: Indeks. Umam,Khotibul. (2016). Perbankan Syariah “DasarDasar Dinamika Perkembangannya Di Indonesia”. Edisi 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Wibowo, E. S. & Syaichu , M. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Vol.2, No.2 (http://portalgaruda.org/ ?ref=browse&mod=viewarticle&article=75124, diakses pada 24 April 2016). http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-keuangan/ bank/umum- syariah/Default.aspx, diakses pada 29 April 2016. http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-danstatistik/laporan-keuangan- perbankan/ Default.aspx, diakses pada 29 April 2016.
229