Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA ANAK GIFTED WITH DISYNCHRONOUS DEVELOPMENT (STUDI TUNGGAL PADA SATU SUBJEK) Kemil Wachidah Dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl. Mojopahit 666B Sidoarjo Surel :
[email protected]
Abstrak Penelitian studi tunggal ini dilakukan untuk mendeskripsikan isi dari 12 karangan narasi Miko, dilihat dari aspek kebahasaan, kognitif, dan afektif anak. Miko merupakan Gifted student With Disynchronous Development. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi pada aspek kebahasaan, kognitif, dan afektif, sebagai berikut: 1) pengorganisasian isi sesuai dengan struktur narasi yang terdiri dari lima komponen, yaitu pembukaan, rangsangan, pengembangan, leraian, dan penutup; 2) pilihan kata(diksi) yang muncul dalam karangan narasi adalah kata umum dan khusus, abstrak, slang, asing, dan majas metafora; 3) jenis kalimat berupa kalimat tunggal, kalimat bersusun, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran; 4) alat kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi; 5) gaya ejaan yang spesifik secara konsisten muncul pada karangan narasi si Miko; 6) kemampuan kognitif dalam karangan narasi Miko berupa penyimpulan ; dan 7) kemampuan afektif Miko berupa sikap terbuka, sikap luwes, ramah, simpatik, dan sikap sosial dalam karangan narasi. Kata Kunci: karangan narasi, anak Gifted With Disynchronous Developmental, inklusi.
Abstract This case study described twelve narrative essays of Miko within aspects of language, cognitive, and affective. Miko is Gifted child With Disynchronous Development. The results indicated that the narrative essays in aspects of language, cognitive, and affective, as follows: 1) organizing content according to the narrative structure that consists of five components, namely opening, inciting moment, development stage, denouement and ending; 2) choice of words (diction) that appear in the narrative essays are general and specific words, abstract, slang, foreign, and a figure of speech metaphor; 3) the sentences that appear in the narrative essays are simple sentence, compound sentence, and complex sentence; 4) tools of cohesion grammatical in the narrative essays are reference, substitution, ellipsis, and conjunction; and 5) specific style of spelling was found consistently in the narrative essays; 6) cognitive skill of Miko in the narrative essays is inference; and 7) affective skill of Miko are openness, sympathetic, gracious, and emphathetic in the narrative essays. Key Words: narrative essay, gifted children with dysnchronous development, inclusion
PENDAHULUAN Tulisan yang dihasilkan oleh anak merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Terlebih lagi melihat hasil tulisan anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan sesuatu yang sangat menarik dewasa ini. Karena wacana yang
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 67
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
dibutuhkan untuk memahami segala aspek pada anak berkebutuhan khusus, kurang tersedia di Indonesia khususnya. Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan kecerdasan atau bakat istimewa (gifted). Menurut Renzulli (dalam Maria, 2008: 5), anak Gifted merupakan anak yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi di atas rata-rata, memiliki daya imajinasi yang tinggi, serta motivasi dan komitmen kerja yang juga tinggi. Anak gifted termasuk pada golongan anak yang memiliki keistimewaan pada bakat dalam dirinya, tetapi sebaliknya juga memiliki permasalahan yang terjadi dibeberapa anak gifted dalam hal bersosialisasi dan pada bidang-bidang mata pelajaran tertentu. Subjek penelitian ini adalah studi tunggal pada Miko sebagai anak gifted with disynchronous developmental yang bersekolah di SDN Lemahputro I Sidoarjo. Gambaran yang tercermin pada Miko yaitu, terlihat dari kelebihan dalam mengungkapkan apa yang ada dalam imajinasinya pada sebuah tulisan narasi yang dimilikinya lebih dari anak seumurannya, kemampuan yang tinggi pada bidang matematika, serta gaya berpikirnya yang abstrak. Disisi lain, Miko juga terlihat menjadi anak yang tertinggal dari seumurannya pada bidang mata pelajaran yang dia rasa kurang berminat. Ia memiliki kelebihan membuat origami dalam segala bentuk secara otodidak. Ia mempunyai kemampuan pandang ruang yang baik. Bahkan daya analisis atau daya logikanya dalam memecahkan soal matematika bercerita melebihi seumurannya, selain itu beberapa karya dari hasil mengarangnya dari sisi teks dan konteks memiliki nilai lebih pada gambaran imajinasinya. Pada anak gifted with disynchronous developmental tersebut, menarik untuk dilihat dari hasil karangan narasinya. Tercermin dalam isi ceritanya yang memiliki daya imajinatif yang bervariasi. Bahkan, salah satu kelebihan dan minat yang dimilikinya adalah menulis karangan berbentuk narasi imajinatif. Peneliti ingin memahami secara dalam hasil karya menulis karangan narasi Miko sebagai anak gifted with disynchronous developmental yang dilihat dari aspek kebahasaan, kognitif, dan afektif. Disamping itu kajian ilmiah yang mendalam
dari
keterampilan
Website: www.ojs.umsida.ac.id
menulis
anak
gifted
with
disynchronous
Page | 68
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
developmental membantu dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah inklusif.
GIFTED WITH DISYNCHRONOUS DEVELOPMENTAL Anak Gifted with Disynchronous Developmental merupakan kategori anak berbakat yang memiliki perkembangan secara psikis dan emosional tidak sinkron dengan memasukkannya sebagai anak-anak yang membutuhkan perhatian ekstra karena mempunyai risiko mengalami perkembangan psikis yang salah arah, salah diagnosa sebagai anak bergangguan, salah menerima perlakukan dalam dunia pendidikan, yang berakibat pada terbentuknya perilaku yang menyimpang, dan terhambatnya prestasi di sekolah. Dari penelitian Monks (dalam Maria, 2008: 5) dilaporkan bahwa setengah dari populasi anak berbakat (gifted) cenderung mengalami masalah di sekolah karena capaian prestasinya berada di bawah ratarata. Masalah ini disebabkan bukan hanya karena tidak terdukungnya perkembangan kemampuan kognitif mereka melalui metode pembelajaran yang tepat di sekolah, tetapi juga disebabkan karena adanya masalah dalam perkembangan afektif dan psikomotorik yang disebut disinkronitas dalam perkembangan. Pada
karakteristik
anak
gifted,
cenderung
memiliki
kemiripan
perkembangan dengan anak penyandang autis savant dalam kemampuan visual. Mereka sama-sama mempunyai kemampuan visual learning dan memory fotografis yang sangat baik, namun pada anak-anak penyandang autis savant tidak memiliki tingkat kreativitas yang baik sebagaimana anak-anak gifted. (Sack dalam Maria, 2008: 235). Seringkali pula anak-anak gifted juga mengalami keterlambatan bicara ketika masa balita, sehingga sering terdiagnosa sebagai anak-anak autis asperger.
KARANGAN NARASI Menulis Narasi adalah deskripsi dari suatu peristiwa atau rangkaian dari berbagai peristiwa (Abbott, 2002: 12). Peristiwa merupakan inti dari jenis karangan narasi. Tanpa adanya peristiwa, hanya akan diperoleh sebuah deskripsi, argumentasi, atau eksposisi. Narasi memiliki beberapa bentuk. Berdasarkan tujuan Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 69
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
penulisan, Keraf (2007: 136) membedakan narasi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris
dan
narasi
sugestif.
Narasi
Ekspositoris
bertujuan
untuk
menyampaikan informasi kepada para pembaca sebagai peningkatan pengetahuan mereka tentang suatu hal. Sedangkan, narasi sugestif memiliki tujuan untuk menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal atau imajinasi. Keraf (2007: 141) juga membagi narasi dalam dua bentuk, yaitu narasi fiktif dan nonfiktif. Contoh narasi fiktif adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng. Sementara itu, narasi nonfiktif adalah sejarah, biografi, dan autobigrafi. Cerita (story) memiliki unsur latar (setting) dan episode (episode). Latar dan episode dapat didefinisikan sebagai pengenalan dan rintangan dalam analisis Labov dan Waletzky (1967, seperti yang dikutip dalam Renkema, 2004: 193— 195). Selanjutnya, unsur-unsur pada kisah (episode) terbagi menjadi tiga, yaitu pembukaan (beginning), pengembangan (development), dan penutup (ending). Pengembangan memiliki reaksi kompleks (complex reaction) dan jalan mencapai tujuan (goal path). Menurut Medwell et al. (2005: 131— 133), berkiblat pada pendapat Aristoteles, bahwa tulisan membutuhkan pembukaan, tengahan, dan penutup. Dengan kata lain, dalam sebuah narasi terdapat bagian pembuka yang jelas penggambarannya, bagian pengembangan yang koheren, dan bagian akhir yang memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, maka struktur narasi dibagi menjadi lima bagian,
yaitu
pembukaan
(opening),
rangsangan
(inciting
moment),
pengembangan (development stage), leraian (denouement), dan penutup (ending). Kompetensi Menulis Karangan Kompetensi wacana menurut Willis (dalam Ghufron, 2012: 42) meliputi penyajian masalah, pengorganisasian karangan, penuyusunan dan pengembangan paragaraf, penyusunan kalimat, pemilihan dan pemakaian kata, dan pemakaian ejaan. Selain kompetensi wacana yang digambarkan Willis di atas, dalam penelitian ini juga melihat kemampuan menulis karangan yang dilihat dari aspek afektif dan kognitif. Digambarkan menurut Wilkinson (1983: 70-76) untuk menganalisis perkembangan kemampuan menulis secara detail, Wilkinson membuat skala analisis keterampilan menulis berdasarkan variabel penggunaan bahasa, kognitif, afektif, dan aspek moral . Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 70
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
Berdasarkan kompetensi wacana tersebut, kompetensi menulis karangan dalam penelitian ini adalah kompetensi dalam pengorganisasian isi, pemilihan kata, penyusunan kalimat, kohesi dan koherensi paragraf, dan mekanik yang meliputi ejaan, dan tanda baca, aspek kognitif, dan aspek afektif.
METODE Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative research), secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap secara dalam tentang kemampuan kebahasaan, kognitif, dan afektif yang dilihat dari kumpulan karangan narasi anak gifted with disynchronous developmental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan wawancara. Teknik Dokumentasi, yakni peneliti memanfaatkan catatan dan dokumen. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini berupa hasil karangan narasi Miko dari kelas 4 sampai kelas 6, hasil belajar, dan catatan medical tentangnya. Observasi dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati secara dalam aktivitas subjek penelitian, sehingga teknik ini telah menjadi salah satu trianggulasi data, demi tercapainya hasil penelitian. Jenis observasi yang digunakan berupa observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat secara langsung dan berkala dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati, disamping melakukan pengamatan, peneliti ikut serta melakukan kegiatan yang dikerjakan oleh sumber data. (Sugiyono, 2010: 227). Observasi penelitian ini mengamati kegiatan pembelajaran anak gifted with disynchronous developmental kelas VI di sekolah inklusif. Aspek yang diamati meliputi proses menulis karangan narasi berupa pemberian petunjuk untuk menulis karangan, self assessment, dan lembar observasi proses menulis. Teknik wawancara digunakan peneliti dengan tujuan ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono, 2010: 231). Oleh karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menempatkan peneliti Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 71
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
sebagai instrumen langsung, maka teknik wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semistruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori indept interview, dimana dalam implementasinya lebih fleksible bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur, dimana pihak yang diajak wawancara diminta argumen, dan pemikirannya. (Sugiyono, 2010: 233). Wawancara dalam penelitian untuk menggali sedalam mungkin data dari responden, yaitu Miko sebagai anak penyandang gifted, guru pendamping khusus, guru kelas, dan orangtua dari anak gifted with disynchronous developmental yang akan menjawab pertanyaanpertanyaan. Teknik Analisis Data mengemukakan langkah-langkah dalam analisis data meliputi: 1) mempersiapkan data (data mentah, transkipsi, data lapangan, gambar dan sebagainya; 2) mengolah dan mempersiapkan data untuk di analisis seperti transkipsi wawancara, lembar observasi, memilah-milah dan menyusun data sesuai sumber informasi; 3) membaca keseluruhan data untuk menangkap gagasan umum apa yang terkandung dari informasi partisipan; 4) menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya; 5) terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek kebahasaan yang dilihat dari lima komponen, yaitu pengorganisasian isi, pilihan kata atau diksi, kalimat, kohesi, dan mekanik. Pertama, Temuan yang dihasilkan peneliti dalam pengorganisasian isi sesuai dengan struktur narasi yang terdiri dari lima komponen oleh Medwell et al (2005), yaitu pembukaan, rangsangan, pengembangan, leraian, dan penutup.
Terdapat informasi tokoh,
waktu, tempat dan tindakan yang terkait antarkomponen pada karangan narasi. Mulai dari komponen pembukaan hingga komponen penutup memiliki keterkaitan cerita. Hal tersebut menunjukkan kesusaian isi sesuai alur cerita karangan narasi. Kedua, aspek kebahasaan mengenai pilihan kata atau diksi. Hasil penelitian pada bab IV menyatakan, bahwa pilihan kata atau diksi yang muncul dalam
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 72
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
karangan narasi adalah kata umum dan khusus, abstrak, slang, asing, dan majas metafora. Jika diamati dari hasil penelitian, penggunaan kata umum dalam karangan narasi tidak menimbulkan makna yang umum atau ambigu, karena terdapat perpaduan dalam penggunaan kata umum dan khusus antarkalimat pada karangan narasi. Setiap kata umum yang muncul dalam karangan, selanjutnya dijabarkan dengan menggunakan kata khusus sehingga isi dari cerita dapat diikuti oleh pembaca sesuai alur cerita, misalnya pada kalimat “saat di setengah perjalanan, Flandre dating untuk menemani dan memberi mereka Makanan. Guzzo ingin tau apa isinya, “isinya apaan tuh?” *Harapan Guzzo* “Semoga isinya makanan khas eropa timur.” *Kenyataan dimata Guzzo* “AAAAAAAAAAAAAAAH? SEGO PENCOK?!” Pemilihan kata makanan dalam contoh kalimat di atas merupakan kata umum, tetapi tidak menimbulkan makna yang luas dan ambigu, karena dijelaskan dengan kata khusus, yaitu sego pencok. Selain kata umum dan khusus yang muncul dalam karangan narasi, terdapat juga kata slang. Pada data nomor 1 hingga 9, mayoritas kata yang muncul dalam karangan berupa kata slang. Hal tersebut berhubungan dengan isi cerita yang menggambarkan tentang anak SMA dalam kehidupan sekolah. Pada akhirnya kata-kata yang digunakan mayoritas berupa kata slang sebagai percakapan antara tokoh dalam karangan, untuk menunjukkan kesan keakraban, keterbukaan dan ramah antarteman dalam lingkup SMA. Misalnya, kata lu, gue, buset, WTF, IYKWIM, dan nyunyu. Selain kata umum, khusus, dan slang, ditemukan juga pada hasil penelitian penggunaan kata asing. Kata asing yang digunakan berupa kata, frase, dan kalimat bahasa Inggris, serta dua kata berbahasa Jepang. Jika dicermati dengan seksama, bahwa pada keseluruhan cerita, nama tokoh yang berperan dalam cerita mayoritas menggunakan nama khas dari Jepang. Bahkan beberapa kata asing yang tidak biasa muncul di kalangan anak-anak justru ada pada karangan narasi Miko, dia selalu menggunakan kata banzai, yaitu sebuah istilah yang dipakai pada peperangan di Jepang, disebut serangan banzai. Hal tersebut terjadi karena
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 73
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
kemampuan imajinasi yang tinggi sebagai anak gifted yang cenderung kepada visual spatial. Kemampuan imajinasi yang besar ditandai dengan kemampuan dalam mengekspresikan sebuah cerita dengan menggunakan bahasa yang bermetafora. Dabrowski dalam The Theory of Positive Disintegration menyatakan, bahwa anak gifted mempunyai imajinasi yang sangat berbeda dengan anak-anak lain, inajinasinya sering terlalau jauh dan luas. Pernyataan Dabrowski tersebut mendukung hasil temuan dalam penelitian ini, yang terdapat bahasa metafora dan kata abstrak dalam karangan. Misalnya tunggangan maut, menjalar, sebuah langkah kecil, dst, untuk contoh bahasa metafora, serta kedamaian, sabar, tabah, dst, untuk contoh kata abstrak. Ketiga, aspek kebahasaan mengenai kalimat. Hasil analisis data, jenis kalimat berdasarkan struktur klausa adalah kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Lengkap atau tidaknya suatu kalimat dilihat dari ada atau tidaknya unsur subjek dan predikat. Apabila suatu kalimat mempunyai unsur subjek dan predikat, kalimat tersebut termasuk kalimat lengkap. Namun, apabila salah satu dari fungsi tersebut tidak ada, kalimat tersebut termasuk kalimat tidak lengkap. Pada keseluruhan data, jenis kalimat lengkap lebih banyak daripada kalimat tidak lengkap. Data kalimat lengkap telah dijabarkan pada kalimat tunggal, kalimat bersusun, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Berdasarkan data, keseluruhan kalimat tidak lengkap disebabkan oleh tidak adanya unsur subjek. Selanjutnya, kategori yang mengisi gatra fungsi sesuai dengan teori dari 13 kategori yang dikemukakan Harimurti Kridalaksana. Kategori yang muncul mengisi gatra fungsi data berjumlah 8 kategori, yaitu nomina, pronomina, verba, numeralia, preposisi, ajektiva, introgativa, dan adverbia. Gatra fungsi subjek pada data diisi oleh kategori nomina, pronomina, frase nominal, dan frase pronominal. Gatra fungsi predikat pada data diisi oleh kategori verba, adjektiva, frase nominal, frase adjektiva, dan frase verbal. Gatra objek diisi nomina, pronomina, frase nominal, frase pronominal, frase numeralia, frase preposisional dan frase koordinatif.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Gatra keterangan diisi oleh frase adverbial, frase
Page | 74
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
preposisional, frase koordinatif, frase adjektiva, dan frase nominal. Gatra pelengkap diisi oleh nomina dan frase nominal. Keempat, terdapat alat kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Hasil referensi dari hasil penelitian terdapat tiga tipe, yaitu referensi orang (persona), referensi penunjukan (demonstratif), dan referensi perbandingan (komparatif). Referensi orang (persona) terdiri atas: (1) referensi orang pertama tunggal, terdapat pronomina orang pertama tunggal saya; (2) referensi orang pertama jamak, terdapat pronomina orang pertama jamak kita; (3) referensi orang kedua tunggal, terdapat pronomina orang kedua tunggal kamu; (4) referensi orang kedua jamak, terdapat pronomina orang kedua jamak kalian; (5) referensi orang ketiga tunggal, terdapat pronomina orang ketiga tunggal dia; dan (6) referensi orang ketiga jamak, terdapat pronomina orang ketiga jamak mereka. Dari hasil penelitian, referensi penunjukan dibagi menjadi referensi penunjukan tempat, referensi penunjukan nomina, dan referensi penunjukan orang. Referensi penunjukan tempat, diketahui terdapat deiksis di sana. Referensi penunjukan nomina, terdapat referensi penunjukan -nya. Referensi penunjukan orang, diketahui terdapat deiksis itu. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian, ditemukan referensi perbandingan perbedaan berupa deiksis berbeda dengan. Berikutnya mengenai substitusi, dan elipsis. Substitusi dari hasil penelitian, yaitu substitusi verba. Terdapat verba menungganginya, verba tersebut digantikan verba mengendarai yang pada kalimat selanjutnya sehingga dinamakan penggantian verba. Selain substitusi, ada pula bentuk elipsis yang muncul dalam data, yaitu elipsis nomina. Ditemukan nomina Guzzo, nomina tersebut dihilangkan pada kalimat selanjutnya sehingga dinamakan elipsis nomina. Alat kohesi yang terakhir adalah konjungsi. Berdasarkan hasil penelitian, keempat bentuk konjungsi tersebut muncul dalam karangan narasi. Pertama, konjungsi pertentangan, diketahui terdapat konjungsi kecuali dan tapi. Konjungsi tersebut menghubungkan antarkalimat dalam wacana dan merupakan penanda pertentangan sehingga dinamakan konjungsi antarkalimat adversatif atau pertentangan. Kedua, konjungsi penambahan ditandai dengan bentuk dan untuk menambah informasi. Pemakaian konjungsi penambahan dan dalam data cukup banyak. Ketiga, konjungsi temporal dipakai apabila terdapat peristiwa yang Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 75
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
dihubungkan oleh waktu. Pemakaian konjungsi temporal pada data sangat beragam, yaitu lalu, tak lama kemudian, saat, setelah, dan akhirnya. Keempat, konjungsi kausal merupakan salah satu bentuk konjungsi yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Konjungsi kausal biasanya ditandai dengan pemakaian kata karena. Pada data penelitian ini, ditemukan alat konjungsi kausal berupa karena dan sebab. Kelima, pada aspek kebahasaan mengenai mekanik. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, ditemukan bahwa dalam ejaan ada beberapa gaya yang spesifik secara konsisten pada karangan narasi si Miko. Selain pemakaian huruf kapital dan miring yang benar sesuai kaidah ejaan, kemudian penulisan huruf yang sesuai dengan fungsi ejaan, serta tanda baca yang sesuai juga dengan ejaan yang disempurnakan. Ditemukan pula kesalahan dalam ejaan. Akan tetapi kesalahan-kesalahan tersebut justru menarik untuk didiskusikan pada bab ini. Pertama, kesalahan pemakaian huruf kapital, ada beberapa kalimat yang hampir keseluruhan kata di dalamnya menggunakan huruf kapital, ada pula frase, dan klausa yang menggunakan huruf kapital. Jika diperhatikan dengan seksama, pemakaian huruf kapital pada kata-kata dalam kalimat menunjukkan makna kalimat secara emosional dan inti penting dalam sebuah percakapan. Ketika pada sebuah cerita, Miko mengungkapakan kata-kata yang bermakna emosional, itu selalu ditunjukkan dengan memakai huruf besar. Pemakaian huruf besar tersebut, seolah-olah mengajak pembaca untuk masuk dalam cerita yang dibuatnya. Ada penekanan dan penegasan di dalamnya untuk kata-kata yang bersifat emosional. Bentuk pemakaian huruf kapital pada kata-kata bersifat emosional itu muncul, karena anak gifted selain ia mempunyai perkembangan emosi dengan intensitas yang kuat, ia juga mempunyai perkembangan emosi dengan range yang luas, dalam, sangat empati, dan mudah merasa iba. Sebenarnya jika diperhatikan, melihat dari bentuk emosi yang muncul pada karangan narasi, bahwa kata-kata yang terucap bukanlah dari sisi emosi yang buruk, tetapi ada unsur empati kepada teman, atau lingkungan dalam ceritanya, yang memancing timbulnya emosi. Hakikatnya emosi tersebut bersifat emosi empati terhadap sesamanya atau pun lingkungannya. Seperti yang disampaikan Tracy L. Cross dalam karyanya
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 76
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
berjudul Social And Emotional Lives Of Gifted Students, bahwa salah satu personality dari anak gifted adalah sensitif atau memiliki empati yang besar. Aspek Kognitif, pada aspek kognitif dalam karangan narasi, ditemukan kemampuan kognitif berupa penggambaran, penafsiran, perenungan, dan penyimpulan. Pertama, kognitif penggambaran dalam karangan narasi terlihat dari penginformasian tokoh dan tempat kejadian secara jelas dan spesifik. Sedangkan informai waktu, bersifat abstrak. Isinya disusun digambarkan sesuai kronologi kejadian, dan ada beberapa judul cerita ber episode yang menggambarkan secara berurutan peristiwa yang terjadi tanpa adanya perenungan, penafsiran, dan penyimpulan. Kedua, kognitif penafsiran ditandai oleh gambaran cerita sederhana tentang kejadian, tetapi pada beberapa kalimat terdapat keterangan, penjelasan, atau kriteria yang sederhana ke penarikan deduksi dalam satu urutan sebab akibat yang terkait satu sama lain. Salah satu penilaian sederhana yang muncul dalam cerita di atas ada pada data nomor 10, “Shimeji memandang Himeka. Ia pikir telinga kucing dikepalanya hanya sekedar bando. Setelah melihatnya dari dekat, telinga kucing tersebut benar-benar asli. Ia merasa telinga kucing tersebut hanya sekedar operasi plastik”. Ketiga, kognitif penyimpulan ditandai dengan waktu dalam cerita disebutkan secara abstrak. Isi cerita disusun secara kronologi berdasarkan urutan kejadian. Cerita yang dikemukakan merupakan gambaran kejadian bersifat imajinatif, tetapi pada bagian tertentu terdapat bagian-bagian yang bersifat khusus, merupakan sebuah kesimpulan yang kemudian digeneralisasi, seperti pada bagian cerita data nomor 11 “Naomi Hakita Miko, Siswi SMA Abstrack school. Disebut abstrack karena tidak tentu dan peraturannya tidak tetap. selalu berubah setiap waktunya” dan “Kimiko bukanlah sosok yang mudah menyerah namun mudah stress dan marah” Keempat, kognitif perenungan ditandai dengan adanya hipotesis sederhana pada tingkat pernyataan melalui pembangunan makna, seperti pada bagian cerita “Jika Dia dapat memulihkan Indonesia dan mengancam agar tidak melakukan hal yang sama, Kimiko akan mendapatkan kedamaian. Tapi berkata lebih mudah daripada melakukannya. Dia tidak dapat melakukannya Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 77
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
sendiri.”
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
Pengorganisasian ide seperti itu termasuk pengembangan kognitif
perenungan. Jika diperhatikan secara dalam, pada keseluruhan isi cerita dimulai dari alur yang kecil ke arah yang luas. Berpikir yang detail ke arah Global. Hasil analisis tersebut sepaham dengan hasil penelitian Linda Silverman (2013): Upside-Down Briliance, the visual-spatial learner. Silverman mengatakan, bahwa gaya berpikir anak visual spatial learner seperti anak gifted cenderung pada berpikir divergen, yaitu berpikir dari yang kecil ke arah global. Ia pandai dalam menghubungkan dengan masalah-masalah yang lain, melakukan analisis dan prediksi, mengapa masalah itu dapat terjadi dan bagaimana akibat selanjutnya. Ia melakukan pemecahan masalah yang sulit dipahami oleh mayoritas, karena tidak terbesit oleh mayoritas untuk menuju arah sesuai yang dipikirkan anak gifted. Aspek
Afektif
pada
hasil
karangan
Miko,
dilihat
dari
intrapersonal/hubungan diri sendiri dan interpersonal/hubungan dengan orang lain. Pada intrapersonal, dilihat dari sikap terbuka dalam karangan, sikap luwes, ramah, dan simpatik, dan minat dalam menulis karangan. Sedangkan pada interpersonal, dilihat dari sikap empati dalam karangan, dan sikap sosial dalam karangan. Pertama, intrapersonal dalam karangan narasi, tercermin pada tiga indikator, yaitu sikap terbuka dalam karangan, sikap luwes dan simpatik dalam karangan, dan minat dalam menulis karangan. Sikap terbuka dalam karangan ditunjukkan dengan adanya timbal balik dialog antartokoh dalam cerita. Adanya stimulus dan respons dalam dialog antartokoh merupakan salah satu indikator keterbukaan. Menurut Nottoadmodjo aspek keterbukaan mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Selanjutnya, sikap luwes, ramah, dan simpatik banyak ditunjukkan pada karangan narasi Miko. Keseluruhan isi cerita pada karangan narasi sangat luwes, ramah, dan simpatik. Salah satu contoh karangan pada data 10. Dari judul cerita, sudah menunjukkan sikap simpati, yaitu Nekomimi care. Judul tersebut sesuai dengan isi ceritanya yang ramah dan simpatik bercerita tentang tokoh utama dalam cerita yang memiliki sikap simpatik dan peduli terhadap orang-orang disekitarnya.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 78
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
Terakhir, minat dalam menulis karangan berdasarkan Survey of Writing Interest and Awarness tergambarkan bahwa Miko memiliki kecenderungan yang besar terhadap menulis karangan. Kecenderungan itu ditunjukkan dengan kesenangannya dalam menulis karangan, terlebih lagi terhadap karangan yang mengandung imajinasi. Kesenangan dalam berimajinasi terlihat dalam semua hasil karangannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan orang tua dan guru kelas Miko, yang menjelaskan secara dalam tentang minat Miko dalam menulis, sehingga hampir menghabiskan waktu di depan laptop setiap harinya. Kedua, interpersonal pada hasil penelitian merujuk pada sikap empati dan sikap sosial dalam karangan. Pada sikap empati, ditemukan dua bentuk sikap empati, yaitu empati kognitif dan afektif. Mayoritas isi cerita mencerminkan bentuk intelektual yang memahami kondisi, perasaan orang lain, sehingga dari perasaan tersebut melahirkan bentuk konkrit berupa tindakan. Ada keseimbangan antara empati kognitif dan empati afektif dalam karangan narasi. Dari empati kognitif, yaitu sebuah emosi yang tumbuh karena merasakan apa yang dirasakan dan dialami oleh seseorang sehingga menghasilkan motivasi altruistik berupa empati afektif, yaitu tindakan. Selanjutnya sikap sosial dalam karangan narasi tercermin dari bentuk sikap sosial berupa saling tolong menolong, saling memberi, rasa setia kawan, dan kerjasama. Penemuan mengenai aspek afektif berupa sikap empati yang tinggi terhadap sesamanya dalam isi karangan, kemudian sikap sosial yang peka terhadap orangorang di lingkungan sekitar, mencermikan kepribadian yang matang emosi. Kemampuan Miko, membaca secara naluri emosi orang lain sehingga terciptalah hubungan yang baik dengan orang lain. Hal tersebut tergambarkan secara baik pada keseluruhan ceritanya. Penjelasan Dabrowski tentang teori overexcitebilities development, di mana perkembangan emosi anak gifted mengalami perkembangan emosi dengan skala besar. Maka tidak heran jika anak gifted lahir dengan sensitivitas tinggi, perkembangan pemahaman dan perasaan terhadap situasi sosial ini akhirnya juga sangat tinggi. Silverman (2013) juga mengatakan, anak gifted sangat memiliki insting yang sangat tajam, sehingga mudah tersentuh dan responsif terhadap masalah sosial.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 79
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penilitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Pengorganisasian Isi Pengorganisasian isi dalam karangan narasi berdasarkan komponen struktur narasi, terdapat empat jenis informasi pada setiap komponen. Jenis informasi yang terdapat dalam komponen-komponen narasi adalah informasi tokoh, tempat, waktu, dan tindakan. Informasi tokoh, tempat, waktu, dan tindakan selalu muncul dalam setiap komponen walaupun terdapat perbedaan fungsi informasi dalam komponen tertentu. Selain itu, pada komponen penutup terdapat informasi tambahan, yaitu kata penutup. Informasi tersebut digunakan untuk memperjelas bahwa narasi telah berakhir. Munculnya informasi pada setiap komponen narasi menunjukkan bahwa Miko telah menyadari perlunya informasi dalam setiap komponen struktur narasi yang dia tulis. b. Pilihan Kata (Diksi) Jenis-jenis kata dalam karangan narasi Miko adalah kata umum, khusus, abstrak, slang, asing, dan majas metafora. Pada karangan narasi, Miko cenderung memilih kata khusus untuk digunakan dalam menggambarkan isi cerita, sehingga dapat dipahami dengan jelas kandungan alur cerita di dalamnya. Selain itu, pada karangan narasinya terutama nomor 10 hingga 12, beberapa kata, frase, maupun kalimat menggunakan majas metafora, misalnya tunggangan maut, menjalar, sebuah langkah kecil. c. Kalimat Jenis kalimat berdasarkan struktur klausa adalah kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Lengkap atau tidaknya suatu kalimat dilihat dari ada atau tidaknya unsur subjek dan predikat. Apabila suatu kalimat mempunyai unsur subjek dan predikat, kalimat tersebut termasuk kalimat lengkap. Namun, apabila salah satu dari fungsi tersebut tidak ada, kalimat tersebut termasuk kalimat tidak lengkap. Pada keseluruhan data, jenis kalimat lengkap lebih banyak daripada kalimat tidak lengkap. Data kalimat lengkap telah dijabarkan pada kalimat tunggal, kalimat bersusun, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. kategori yang muncul mengisi gatra fungsi data Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 80
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
berjumlah 8 kategori, yaitu nomina, pronomina, verba, numeralia, preposisi, ajektiva, introgativa, dan adverbia. d. Kohesi Temuan yang dihasilkan oleh peneliti menunjukkan bahwa, terdapat alat kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Hasil referensi dari hasil penelitian terdapat tiga tipe, yaitu referensi orang (persona), referensi penunjukan (demonstratif), dan referensi perbandingan (komparatif). Substitusi dari hasil penelitian, yaitu substitusi verba. Ada pula bentuk elipsis yang muncul dalam data, yaitu elipsis nomina. Alat kohesi yang terakhir adalah konjungsi, yaitu konjungsi pertentangan, konjungsi penambahan, konjungsi temporal, dan konjungsi kausal. e. Mekanik/Ejaan Ejaan dalam karangan narasi berupa pemakaian huruf kapital dan miring yang benar sesuai kaidah ejaan, kemudian penulisan huruf yang sesuai dengan fungsi ejaan, serta tanda baca yang sesuai juga dengan ejaan yang disempurnakan. Ditemukan pula hal menonjol terdapat pada ejaan, yaitu kesalahan dalam ejaan, yaitu kesalahan pemakaian huruf kapital, ada beberapa kalimat yang hampir keseluruhan kata di dalamnya menggunakan huruf kapital, ada pula frase, dan klausa yang menggunakan huruf kapital. f. Aspek Kognitif Mayoritas
karangan
narasi
Miko
berdasarkan
isi
karangan
dan
pengorganisasian ide-ide, merupakan aspek kognitif penggambaran. Selain itu pada data nomor 10, 11, dan 12, ditemukan aspek kognitif penafsiran, penyimpulan, dan perenungan pada isi karangan narasi. g. Aspek Afektif Aspek afektif pada hasil karangan Miko, dilihat dari intrapersonal/hubungan diri sendiri dan interpersonal/hubungan dengan orang lain. Pada intrapersonal, adanya sikap terbuka dalam karangan, sikap luwes, ramah, dan simpatik, dan minat dalam menulis karangan. Sedangkan pada interpersonal, adanya sikap empati dalam karangan, dan sikap sosial dalam karangan.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 81
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089 -3833
Volume. 6, No. 1, Februari 2017
SARAN Penelitian tentang karangan narasi anak gifted with disynchronous developmental masih terbatas. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan pembahasan lain dari penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dapat dilakukan berdasarkan beberapa temuan dan pengamatan selama melakukan analisis, sebagai berikut. “Penelitian mengenai perbedaan narasi yang ditulis oleh anak gifted with disynchronous developmental berdasarkan jenis kelamin.” Penelitian ini juga dapat diperluas dengan membahas narasi dari sudut indikator kognitif dan afektif yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Abbot. H. Porter. 2002. The Cambridge Introduction to Narrative. Cambridge: Cambridge University Press. Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar (teori, diagnosis, dan remediasinya). Jakarta: PT Rineka Cipta. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2008. Pengadaan dan pembinaan tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusif. Jakarta: Dit PSLB Depdiknas (Juni 2008) Ghufron, Syamsul. 2012. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Bahasa Indonesia Tulis Anak Usia 9-11 Tahun. Tesis magister pendidikan tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Utama. Hayyu, Yasmin Aulia. 2008. Analisis Narasi yang Ditulis oleh Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri. Skripsi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Kumalaningrum, Ratih. 2012. Pola Kalimat Bercerita Anak Autis: Studi Kasus terhadap Tiga Anak Autis Usia 8-11 Tahun. Skripsi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Kridalaksana, Harimurti, dkk. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Maria, Julia. 2008. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 82
Fitroh Setyo Putro Pribowo, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC APPROACH
Murdock-Smith. 2013. Understanding the Social and Emotional Needs of Gifted Children. InSight: Rivier Academic Journal, Volume 9, Number 2, FALL 2013 Medwell et al. 2005. Primary English: Knowledge and Understanding. Exeter: Learning Master. Monks, J.F.and Katzko, M.W.. 2005. Giftedness and Gifted Education In Conception of Giftedness-ed: Stenberg, J.R.&Davidson, J.E.. Cambridge University press, NY. Nunik, Rahmawati. 2009. Analisis Kohesi-Analisis Koherensi (Fakultas Ilmu Bahasa). Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Silverman, Linda Kreger. 2013. Upside Down Brilliance: The Visual Spatial Learner. Nebraska: Nebraska Association for The Gifted. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. Tarigan,
Henry
Guntur.
2008.
Menulis
(sebagai
suatu
keterampilan
berbahasa).Bandung: Angkasa Bandung. Wilkinson, A. 1983. “Assesing Language Development: The Crediton Projek”, dalam Learning to Write: First Language/Second Language. London & New York: Longman. Zainurrahman. 2011. Menulis: Dari Teori hingga Praktik (penawar racun plagiarisme). Bandung: Alfabeta.
Website: www.ojs.umsida.ac.id
Page | 83