Ringkasan Khotbah - 20 Nov'11
Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Yakobus yang menuliskan kitab ini adalah saudara Tuhan Yesus, bukan rasul Yakobus. Yakobus juga adalah saudara Yudas, penulis kitab Yudas (bukan Yudas Iskariot) yang juga adalah saudara Tuhan Yesus. Yakobus ini juga sebagai pemimpin gereja di Yerusalem dan seorang Yahudi. Peranan Yakobus sangatlah besar meski demikian ia tidak merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, dalam surat ini ia menyebut dirinya sebagai seorang hamba Tuhan (bukan saudara kandung-Nya); dan ia menulis surat ini kepada 12 suku yang tersebar di antara bangsa-bangsa. Pada waktu itu 12 suku Israel sudah tidak ada lagi. Jadi 12 suku yang dimaksud di sini adalah orang-orang Kristen Yahudi.
Ia langsung memulai suratnya dengan mengatakan bahwa ujian dalam hidup kita harus diterima dengan sukacita karena hasil dari ujian itu baik bagi iman kita. Kedua, kita juga perlu meminta hikmat dari Tuhan agar waktu menghadapi ujian itu kita dapat menganggapsya sebagai sukacita.
Ujian dan Pencobaan. Yakobus menasehatkan kita supaya menganggap sebagai sukacita yang murni apabila kita menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Sukacita murni berarti sukacita yang penuh atau mencapai kegenapannya. Terjemahan Indonesia “apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan” di sini kurang tepat (orang yang jatuh dalam dosa harusnya sedih bukan bersukacita). Terjemahan yang lebih tepat adalah menghadapi ujian. Ujian di sini artinya adalah sesuatu yang kita terima secara tidak siap dan tidak memiliki antisipasi apa-apa. Orang Kristen mula-mula di bawah penjajahan Romawi waktu itu kebanyakan hidup miskin. Hanya sedikit sekali yang kaya. Inilah keadaan jemaat pada waktu Yakobus menulis surat ini. Waktu itu orang Kristen juga mulai dibenci oleh pemerintahan Romawi karena mereka tidak menyembah Kaisar sebagai Tuhan melainkan menyembah Yesus sebagai Tuhan. Tadinya agama Kristen hanya dianggap sebagai sekte kecil karena itu diberi kebebasan hak otonomi untuk mengatur agamanya sendiri. Namun lama-kelamaan penyebarannya begitu cepat. Kaisar tidak dianggap sebagai Tuhan dan karena itu mulailah terjadi penganiayaan-penganiayaan.
Karena itu bagian ini dapat dibahasakan ulang, “anggaplah sebagai sukacita yang murni apabila kita menghadapi pencobaan yang kita tidak siap, mendadak, dan tidak kita antisipasi sebelumnya.” Orang-orang Kristen pada waktu itu memang mengalami pencobaan yang sewaktu-waktu dapat menimpa mereka: nyawa mereka bisa hilang, anak mereka bisa dibunuh, dan sebagainya. Apalagi nanti pada pemerintahan Nero tidak ada lagi toleransi bagi orang Kristen. Setelah tahun 60, Nero menuduh orang Kristen yang membakar kota Roma, padahal ia sendiri yang membakarnya. Nero juga menuduh orang Kristen kanibal karena makan daging
1/5
Ringkasan Khotbah - 20 Nov'11
dan minum darah pada waktu melakukan perjamuan kudus. Karena itu orang-orang Kristen dibunuh dan dianiaya. Yakobus hidup dalam masa-masa yang seperti ini.
Mengapa Yakobus berpesan supaya kita bersukacita dalam kesulitan dan penganiayaan? Bukankah orang bersukacita dalam hal-hal yang menyenangkan? Yakobus menulis bahwa ujian-ujian yang tidak siap kita alami itu akan menghasilkan ketekunan. Hasil dari iman adalah ketekunan ( / endurance = suatu karakter Kristen seperti waktu emas dimasukkan dalam perapian dan dibakar sampai semua kotorannya naik ke atas dan dibakar, diserok dan dibuang sampai bersih). Maka ujian ini diperlukan untuk membuat kita memiliki satu kekuatan dan ketahanan. Pengertian dari ketahanan di sini adalah satu sifat aktif dalam bertahan secara konsisten, suatu tekad kuat untuk menghadapi kesulitan apapun namun juga memiliki pengharapan yang menjadi dasar dari semua karakter Kristen yang lain. Jadi sukacita yang Alkitab katakan berbeda dengan sukacita yang didefinisikan oleh dunia saat ini. Ketahanan ini adalah hasil dari pengujian (dokimion / proving). Ujian membuat kita memiliki karakter yang dapat diakui. Jika kita tidak pernah mengalami ujian yang masuk dalam perbaraan yang panas maka hasilnya tidak teruji.
Ujian yang menghasilkan ketahanan ini terus sampai pada akhirnya kita menjadi bersih dan tidak bercacat lagi (Ayat 4). Kata ini muncul dalam Kej.6:9 (Nuh). Nuh sudah mengalami pengujian yang membuat ia berkenan di hadapan Tuhan. Ini bukan sesuatu yang ia peroleh begitu saja tetapi mungkin hasil dari ujian setelah Nuh menghadapi berbagai ejekan, hinaan, dan kesulitan-kesulitan yang lain. Pengertian lain juga bisa sempurna, utuh, tidak ada campuran dan single minded atau hanya memiliki satu pikiran untuk memuliakan Tuhan saja. Pengujian ini terus berlangsung sampai semua kotoran dalam diri kita dibersihkan sampai murni. Tanpa pengujian ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang murni karena masih terlalu banyak campuran kedagingan kita yang berdosa
John Calvin dalam buku Mutiara Kehidupan Kristen juga mengatakan hal yang serupa: mengapa salib diperlukan? Ada dua hal yang penting. Pertama, salib diperlukan untuk ketekunan kita supaya kita bisa bertekun dan bertahan dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. Kedua, salib diperlukan sebagai bentuk keadilan Tuhan. Salib adalah untuk menghukum orang berdosa. Waktu Kristus mati di atas kayu salib, Ia tidak berdosa tetapi dihukum untuk dosa yang kita lakukan. Jadi salib diberikan untuk menghukum dosa kita. Waktu orang Kristen mengalami pencobaan sebenarnya itu adalah sesuatu yang adil yang sudah seharusnya kita terima. Seringkali orang Kristen waktu dalam kesulitan bertanya mengapa kepada Tuhan tetapi waktu kita mengalami hal yang baik kita tidak bertanya mengapa. Orang yang melakukan hal ini adalah orang yang tidak sadar dirinya orang berdosa yang patut menerima hukuman. Kita tidak layak menerima hal yang baik. Hal yang buruklah yang sepatutnya kita orang berdosa terima. Sebagai orang berdosa seharusnya kita tidak sehat, seharusnya kita mati, dan mengalami hal yang buruk. Jadi jika kita mengalami salib adalah
2/5
Ringkasan Khotbah - 20 Nov'11
sesuatu yang wajar, mengapa kemudian kita marah-marah? Kita orang berdosa kita layak dihukum. Ini adalah bentuk keadilan Tuhan. Tetapi jika kenyataannya dalam dunia kita lahir sehat, kehidupannya lancar dan baik, itu semua adalah kasih karunia Tuhan bukan karena kita lebih baik dari orang lain. Kita lupa bahwa kita tidak selayaknya mendapat semua kebaikan itu.
Salib juga diperlukan untuk menyempurnakan keselamatan kita. Bukankah semua sudah genap dalam Kristus? Buat apa lagi salib dan penderitaan dialami orang Kristen? Paulus mengatakan bahwa kita dikaruniakan bukan hanya untuk percaya tetapi juga untuk menderita bagi Dia. Jadi kita mengalami kesulitan karena kita mau disempurnakan. Kristus mati di kayu salib supaya keselamatan kita menjadi genap. Kita juga perlu disalibkan supaya keselamatan kita menjadi genap. Ini bukan berarti kita dapat menyelamatkan diri sendiri. Namun sama seperti Kristus mati karena dosa, kita juga perlu mati karena dosa. Sama seperti Kristus mati menanggung kesalahan orang lain yang tidak perlu ditanggung-Nya, demikian juga kita diminta untuk mengampuni musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Kita akan dijadikan semakin serupa dengan Kristus. Tujuan orang Kristen bukanlah untuk masuk surga tetapi untuk menjadi serupa dengan Kristus yang artinya kita perlu menanggung salib dan penderitaan. Kadang-kadang salib berarti kita perlu menanggung kesalahan orang lain. Saat itulah keselamatan kita menjadi sempurna seperti yang dikatakan oleh Calvin.
Demikian juga yang dikatakan Yakobus bahwa ketekunan perlu menyelesaikan karyanya supaya kita dapat menjadi matang, komplit dan tidak kekurangan apapun. Kata matang di sini artinya mencapai tujuan. Dalam Perjanjian Baru yang paling sering menggunakan kata ini adalah Yakobus. Waktu kata matang ini digunakan untuk karakter berarti segala hal yang dibutuhkan untuk memproses karakter kita sampai menjadi matang. Ini bukanlah kematangan yang tidak bisa dicapai / terlalu sempurna / terlalu jauh melainkan kematangan yang bisa dicapai. Kita dapat menjadi seseorang yang berintegritas, yang pikirannya (single) hanya satu yaitu untuk menyenangkan Tuhan dalam kesetiaannya mengikut Tuhan. Kita bukan menjadi perfeksionis tetapi kita punya arah ke sana. Ada yang bisa kita capai. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dalam Luk.6 – Kasihilah musuhmu, berbuatlah yang baik, dan jika memberi pinjaman lakukanlah tanpa mengharapkan kembali – ini adalah standar yang tinggi sekali tetapi bukan tidak bisa kita capai. Kita dapat mengarah kepada satu kematangan bahkan mungkin untuk menanggung kesalahan orang lain. Pada waktu kesulitan datang kita harus bertanya apa yang Tuhan inginkan melalui semua ini? Tuhan sedang membentuk kita menjadi matang. Karakter yang agung itu tidak pernah dibangun dalam satu hari. Demikian juga karakter yang rusak tidak runtuh dalam sehari, semua ada prosesnya.
Waktu Yakobus mengatakan bertahan artinya berulang-ulang. Kita semua dimatangkan oleh Tuhan dengan cara dan proses yang berbeda-beda. Ada orang yang dipukul sekali cepat matang, ada pula orang yang sudah dipukul dan dihancurkan berulang-ulang masih tidak sadar juga. Jika kita menoleh ke belakang seluruh hidup kita semua kesulitan yang pernah kita alami
3/5
Ringkasan Khotbah - 20 Nov'11
adalah untuk mematangkan kita. Jika kita belum matang-matang, Tuhan akan membuat kita sampai menjadi matang. Inilah ketekunan: berulang-ulang. Daging kita (kekasaran, ketidaksabaran, kecabulan, keegoisan kita, dan lain-lain) begitu melawan Tuhan. Jika kita tidak dihabisi oleh Tuhan maka kita akan menjadi batu sandungan dan mempermalukan Nama Tuhan sampai kita mati. Mungkin secara teori kita mengerti bahwa ini firman Tuhan, tetapi waktu ujian itu tiba dalam hidup tidak tentu kita siap. Setiap orang Kristen memiliki area ketidakmatangan yang berbeda-beda. Kita tahu dosa apa yang masih ada dalam diri kita dan Tuhan akan memakai segala cara untuk mematangkan kita. Tujuan salib adalah untuk mematikan dosa. Jika kita mau ikut Tuhan sungguh-sungguh tidak mudah tetapi kita akan dimatangkan.
Karena ini bukan hal yang mudah maka Yakobus mengatakan mintalah pada Tuhan yang murah hati tanpa mencari-cari kesalahan. Hikmat yang dikatakan di sini adalah hikmat yang diberikan Tuhan bagi kita supaya dapat menghadapi ujian dengan sukacita yang murni. Sukacita yang murni ini tidak diperoleh begitu saja tetapi melalui pembakaran dan pengujian. Kita tidak akan pernah mengetahui sukacita macam apa yang dialami murid-murid Kristus ketika melihat Ia bangkit dari kematian kecuali kita mengalami ‘kematian’ juga. Tanpa ada pencobaan yang berat yang menguji dan mematangkan hidup kita, kita tidak akan bertumbuh dan menjadi berkat bagi banyak orang. Itulah sebabnya Yakobus berkata mintalah hikmat kepada Tuhan. Tuhan tidak akan mengingat-ingat dosa yang kita buat. Tidak seperti manusia yang mengingat-ingat kesalahan.
Waktu kita menghadap pada Tuhan saat mengalami kesulitan dan meminta hikmat, kita harus percaya dan jangan bimbang. Waktu Yakobus mengatakan hal ini bukan berarti kita harus beriman dulu baru Tuhan kasih. Justru kemurahan hati Tuhan tidak berkaitan dengan apa yang kita lakukan. Waktu Yesus mati di kayu salib waktu kita masih berdosa. Waktu Tuhan menjawab doa kita dan memberi hikmat justru menunjukkan kemurahan hati-Nya dan bukan karena kita cukup baik. Kemurahan hati Tuhan melampui respon kita. Pengertian jangan ragu-ragu di sini adalah jangan ragu kepada karakter Tuhan yang murah hati. Jika tidak maka pikiran kita akan bercabang dua dan tidak stabil. Di balik ini ada pengertian seorang yang bermuka dua yang pikirannya tidak pernah stabil. Yakobus mau mengatakan bahwa orang yang tidak punya ketetapan hati itu berbeda dengan Tuhan yang punya ketetapan hati yang tunggal. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah bercanda waktu mengatakan sesuatu. Jika Ia mengatakan Ia murah hati, betul Ia murah hati. Seorang Kristen sejati harus teguh waktu menghadapi kesulitan, ia harus berpegang pada kebenaran Firman Tuhan. Orang yang bercabang hati tidak akan menerima apa-apa.
Pada waktu itu 90% dari kerajaan Romawi adalah orang miskin sisanya 10 % adalah orang kaya. Kekayaan dapat menjauhkan kita dari Tuhan selain itu kekayaan juga akan berlalu dan lenyap pada waktu kita mati. Oleh karena itu kita tidak seharusnya menyandarkan diri pada
4/5
Ringkasan Khotbah - 20 Nov'11
kekayaan. Sebaliknya kemiskinan dapat dipakai menjadi alat Tuhan untuk menguji iman kita agar kita matang. Orang miskin juga kelak akan memperoleh status yang mulia pada waktu kedatangan Kristus yang kedua, sedangkan kemuliaan orang kaya dalam kekayaannya akan lenyap pada waktu ia mati.
Marilah kita meminta hikmat pada Tuhan agar kita memiliki sukacita yang murni waktu menghadapi ujian dan dapat bertahan sampai kita matang dalam keadaan apapun, baik kaya maupun miskin, sehat maupun sakit dan dalam segala kondisi yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. (VP)
5/5