KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1972 TENTANG PERESMIAN BERLAKUNJA "EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka usaha pembakuan bahasa Indonesia jang meliputi bidang-bidang edjaan, tata-istilah dan tata-bahasa, dipandang perlu untuk meresmikan berlakunja "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan". Mengingat : 1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945 ; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 1971 ; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA : Menjatakan tanggal 17 Agustus 1972 sebagai hari mulai berlakunja setjara resmi "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan" sebagaimana terdapat dalam Lampiran Keputusan Presiden ini, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pelaksanaannja dilakukan dengan bertahap. 2. Buku-buku resmi dan buku-buku peladjaran dengan edjaan lama tetap dipergunakan selama masa peralihan. Pentjetakan baru atau pentjetakan ulang dari buku-buku itu dilakukan dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan". 3. Bagi lingkungan Pemerintah ditetapkan sebagai berikut : a. Hubungan surat menjurat resmi antara instansi-instansi dilingkungan Pemerintah mulai tanggal berlakunja Keputusan ini dilakukan dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan" dan agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknja mulai tanggal 1 Januari 1973. b. Penggunaan formulir-formulir resmi dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan" dilakukan setelah formulir lama habis, dan agar diusahakan mulai tanggal 1 April 1973 telah digunakan formulir-formulir dengan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan". c. Dalam pelaksanaan penggunaan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan" itu tidak disediakan biaja/anggaran setjara chusus.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
KEDUA : Menugaskan kepada Departemen-departemen jang bersangkutan untuk memberikan penerangan, pendjelasan serta langkah-langkah jang perlu guna kelantjaran pelaksanaan penggunaan "Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan sesuai dengan kebidjaksanaan jang digariskan dalam diktum PERTAMA. KETIGA : Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972. Ditetapkan di Djakarta Pada tanggal 16 Agustuts 1972 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SOEHARTO DJENDERAL TNI LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1972 TENTANG PERESMIAN BERLAKUNJA "EJAAN BAHASA INDONESIA YANG TELAH DISEMPURNAKAN” I . PEMAKAIAN HURUF. 1. Abdjad. Huruf-huruf jang digunakan dalam bahasa Indonesia serta nama-namanja ialah : Huruf
Utjapan
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm
a be tje de e ef ge ha i dje ka el em
Huruf Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz
Utjapan en o pe ki er es te u fe we eks je zet
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
2. Vokal. Penulisan vokal tidak mengalami perubahan. a asah, lusa e emas, pena i isi, simpan o oleh, tokoh . u utuh, pun 3. Diftong. Penulisan diftong tidak mengalami perubahan. ai pandai, sampai au atau, harimau oi amboi' 4. Konsonan. Penulisan Konsonan pada umumnja tidak mengalami perobahan. (a). Jang tidak berubah : b bahasa, sebab d dua, abad g guna, tiga h hari, tuah k kami, rakjat I lekas, kesal m maka, diam n nanti, tuan ng ngilu, pening p pasang, siap r raim, putar s sampai, lemas t tutup, rapat w wanita, hawa (b) Jang berubah : lama baru dj djalan j jalan j pajung y payung njja ny nyonya sjat sy syarat ch tarich kh tarikh gabungan huruf ini sebenarnja tidak terdaftar dalam edjaan lama. (c) Lain-lain : Huruf-huruf dibawah ini diresmikan pemakaiannja.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
f maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat Huruf-huruf q dan x jang lazim digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta dipakai djuga. 5. Nama diri Penulisan nama orang, badan hukum, nama sungai, gunung, djalan dan sebagainja hendaknja disesuaikan degan edjaan jang disempurnakan, ketjuali bila ada pertimbangan-pertimbangan chusus dari segi hukum, tradisi atau sedjarah. II.PENULISAN KATA 1. Kata dasar Kata jang berupa kata dasar masing-masing ditulis sebagai satu kesatuan. Saja punya buku baru. Kantor Pajak penuh sesak. 2. Kata djadian (a) imbuhan (awalan, achiran, sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasarnja. menengok mempermainkan (b) awalan atau achiran ditulis serangkai dengan kata jang langsung mengikuti atau mendahuluinja, kalau bentuk dasarnja berupa gabungan kata. menganak sungai bertepuk tangan sebar luaskan (c) Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan achiran, maka, kata-kata itu ditulis serangkai. memberitahukan mempertanggungjawabkan (d) Kalau salah satu unsur gabungan kata chusus dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. prasangka swadaya tunanetra 3. Kata ulang Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung. hati-hati obat-obatan gilang-gemilang (Lihat djuga keterangan mengenai tanda ulang).
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
4. Kata madjemuk Hanja dalam kata madjemuk seperti : hulubalang peribahasa bumiputra matahari bagian-bagiannja ditulis serangkai. 5. Di dan ke Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata jang mengikutinja. Mereka ada di sini Mari berangkat ke pasar Tetapi : Saya percaya kepada ibu. 6. Lah, kah, tah, pun Lah, kah, tah, dan pun ditulis serangkai dengan kata jang mendahuluinja. Sayalah yang dicari Apakah dia tahu? Sekalipun miskin, dia tidak pernah mengeluh. Tetapi : Jangankan dua kali, sekali pun engkau belum pernah datang. 7. Kau, ku, mu nya Kau- dan ku- ditulis serangkai dengan kata jang mengikutinja ; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata jang mendahuluinja. Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. III. PENULISAN HURUF 1. Huruf besar Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama : (a) kata pertama suatu kalimat : Selamat pagi. Kita harus bekerja keras. (b) suatu kutipan langsung. Dia bertanya, "Kapan kita pulang?" (c) nama diri atau kata jang dipakai sebagai namaa diri. (Bila nama diri disusun oleh lebih dari satu kata, tiap kata mulai dengan huruf besar.) Allah Islam Alkitab Nabi Adam Profesor Supomo Selasa
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
Samudra Indonesia Inggris Dewan Perwakilan Rakyat Tjatatan : Kata-kata berikut ditulis dengan huruf ketjil. keinggris-inggrisan masalah ketuhanan 2. Huruf miring Huruf miring menundjukkan : (a). djudul buku, karja seni, madjalah, dan surat kabar jang dikutip dalam karangan Nagarakertagama karangan Prapanca majalah Ekonomi dan Keuangan (b). penjebutan huruf atau kata dalam kalimat Huruf pertamaa kata abad ialah a. (c). kata asing jang belum terserap sepenuhnja dalam bahasa Indonesia politik divide et impera Weltanschauung (Dalam naskah huruf jang hendak ditjetak dengan huruf miring diberi garis bawah) IV. TANDA BATJA Tanda-tanda batja jang berikut dan huruf jang mengikutinja dipisahkan oleh satu spasi : . …) , …] ; …” : …’ ? …2 ! Tanda-tanda batja berikut dipisahkan satu spasi dari huruf atau tanda batja jang mendahuluinja : (… =… [… ,… 1. Titik (.) (a)’ mengachiri kalimat jang bukah pertanjaan atau seruan. Ayabku tinggal di Solo (b) dipakai dibelakang singkatan nama orang Moh. Yamin Ismail Mz. (c) dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ichtisar, dan daftar. (Lihat djuga pemakaian tanda kurung). III. Departemen X : A. Direktorat Jendral a B. Direktorat Jendral b C. Direktorat Jendral c
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
(d) dipakai dibelakang singkatan nama gelar, djabatan, dan sapaan. Prof. Ir. Yth. Sdr: Nn. (e) dipakai dibelakang singkatan kata atau ungkapan jang sudah sangat umum. dsb. dll. u.b, dst. a.n. d.a. (f) dalam bilangan, dapat memisahkan angka ribuan, djutaan, dan seterusnja ketjuali dalam angka tahun dan nomor (halaman, mobil, telepon, dll). Dalam menjebutkan waktu, tanda titik memisahkan angka djam dari angka menitnja. 1.966 1.966.111.966 1.945 halaman jam 19.45 Tetapi : Halaman 1945 pada tahun 1945 teleponlah 81459 (g) tidak dipakai dalam singkatan jang ditulis dengan huruf besar. MPR UUD PSSI ABRI SMP (h) tidak dipakai dalam akronim. Deppen ekdjen Hankam Titura Reskrim (i) tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Cu TNT DNA cm Rp $ (j) tidak dipakai dibelakang djudul (buku, karangan, berita, dan bab). Djalan Tak Ada Udjung Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kedaulatan ( Bab I UUD 45 ) Tetapi : Saya sudah membaca Renungan Indonesia (k) Dalam surat menjurat tidak dipakai dibelakang tanggal, nama, dan alamat, jang tidak mendjadi bagian kalimat. Jakarta, 17 Mei 1973, Kepada Yth. Sdr. Kasandinama Jalan Arif 107 Bandung Tetapi : Sdr. Kasandinama tinggal di Jalan Arif 107, Bandung. 2. Koma (,)
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
(a) dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu pemerintjian atau pembilangan. Saya membeli kertas, pena, dan tinta Satu, dua, ……… ……. tiga ! (b) mentjeraikan anak kalimat, baik jang dirangkaikan oleh kata penghubung maupun jang tidak. Saya sudah selesai,.tetapi ia belum. Malu bertanya, sesat di jalan (c) mentjeraikan kutipan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Kata ibu dengan lemah lembut, "Hati-hatilah". (d) dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, jang ditulis sebaris. Dekan Fakultas Kedokteran UI, Salemba 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1970 (e) mentjeraikan bagian nama jang dibalik susunannja dalam daftar pustaka. Siregar, Merari, Azab dan Sengsara Weltevreden, Balai Pustaka, 1920 (f) dipakai diantara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbit. (Lihat tjontoh pada (e).) (g) dipakai diantara nama orang dan gelar akademis jang mengikutinja, untuk membedakannja dari singkatan nama keluarga atau marga. Djokosutomo, SH Tetapi : Ismail Mz. (h) dipakai dimuka angka persepuluhan dan diantara rupiah dan sen dalam bilangan. 12,54 m Rp 12,50 3. Titik koma (;). Titik koma memisahkan bagian-bagian kalimat, djika dalam bagian-bagian kalimat itu sudah ada koma. Hasil negeri itu terdiri atas ; teh dan kopi ; minyak, emas, dan bidji besi ; ikan dan ternak. 4. Titik dua (:) (a) dipakai sebagai pengantar suatu daftar, rangkaian, atau pemerintjian. Yang kita perlukan sekarang ialah: kertas, tinta, dan pena. (b) dipakai.. (i) diantara djilid atau nomor dan halaman, (ii) diantara bab dan ajat dalam kitab-kitab sutji, atau (iii) diantara djudul dan anak djudul suatu karangan. Tempo, I (1971), 34 : 7 Surah Yasin : 9 Karangannya, Pendidikan: Sebuah Studi, sudah terbit.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
(c) dipakai diantara bagian jang menundjukkan pembitjara dan apa jang diutjapkannja dalam pertjakapan. Ibu : "Bawa kopor ini, Mir!" Amir : "Baik, bu." 5. Tanda hubung (-) (a) menjambung suku-suku kata dasar jang terpisah oleh pergantian baris. ada cara baru (b) menjambung awalan dengan bagian kata dibelakangnja atau achiran dengan bagian kata didepannja pada pergantian baris cara baru mengukur panas cara baru mengukur kelapa alat pertahanan yang baru (c) menjambung unsur-unsur kata ulang. anak-anak kemerah-merahan (d) menjambung bagian-bagian tanggal. 4-7-1935 6. Tanda pisah (------) (a) membatasi penjisipan kata, kelompok kata, atau anak kalimat jang memberi pendjelasan chusus. Kemerdekaan bangsa itu----dan saya yakin pasti akan datang---- harus diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. Semua barangnya----radio, televisa, dan perhiasan----dibawa lari pencuri. (b) menegaskan adanja oposisi atau pendjelasan lainnja. Mereka semua mengenal Pak Salim----guru tua di kota kecil itu. (c) diantara dua bilangan atau tanggal jang berarti sampai dengan atau dintara dua nama kota jang berarti ke, sampai. 1910----------1945 Jakarta----------------Bandung 7. Tanda elipsis (…) (a) menggambarkan kalimat jang terputus-putus. Kalau begitu …… ya, marilah kita berangkat. (b) menundjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian jang dihilangkan. "Faktor-faktor …… itu akan diteliti sekedarnya". 8. Tanda tanj a (?) (a) menundjukkan pertanjaan jang mengharapkan djawaban atau jang bersifat retoris.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? Tetapi : Saya tidak tahu jam berapa dia datang. (b) bila ditaruh dalam tanda kurung menundjukkan utjapan jang disangsikan atau jang kurang dapat dibuktikan kebenarannja. Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?) Iksan pergi ke Sigli (?) menengok neneknya. 9. Tanda seru (!) Tanda seru menuhdjukkan ungkapan seruan,.perintah, dan jang meminta perhatian chusus. Merdeka! Alangkah panasnya! Pergi ! 10. Tanda kurung ( () ) (a) mengapit keterangan jang ditambahkan pada kalimat atau bagianbagiannja. Gempa bumi di Skopye (Yogoslavia) menimbulkan banyak korban. (b) mengapit keterangan jang bukan bagian dari keseluruhan pokok pembitjaraan. Katanya ia belum pernah (sic) melihat karangan itu. (c) mengapit angka atau huruf jang memerintji satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat djuga diikuti hanja, oleh kurung tutup. Masalah ejaan menyangkut bidang : (A) fonologi (B) morfologi (C) sintaksis atau : A) fonologi B) morfologi C) sintaksis 11. Tanda kurung siku ( [ ] ) (a) mengapit huruf, kata, atau kelompok kata jang ditambahkan pada kalimat kutipan. Sang Sapurba men[d]engar bunji gemersik itu. (b) mengapit keterangan dalam kalimat pendjelas jang sudah bertanda kurung. (Perbedaan antara dua macam proses ini [ lihat Bab I ] tidak dibicarakan lagi.) 12. Tanda petik ("...") (a) mengapit petikan langsung jang berasal dari pembitjara, dari naskah atau bahan tertulis lain. Kedua tanda petik itu ditulis sama tinggi diatas baris. "Sudah siap," katanya.
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS
"Saya belum siap,"serunya," tunggu sebentar." (b) mengapit djudul sjair, karangan, dan bab buku. Sadjak" Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5. Karangan Moh. Hatta “Demokrasi Kita" sudah diterbitkan lagi. Bacalah bab" Samsulbahri membunuh diri" dalam buku Sitti Nurbaja. (c) mengapit istilah jang kurang dikenal atau kata jang diberi arti chusus. Istilah "tak bersuara" menundjuk kepada keadaan terbuka dalam batang tenggorok. "Lampu hijau" belum lagi menyala. Tjatatan : Tanda petik tutup (…") didahului oleh titik, koma, tanda tanja, dan tanda seru jang mendjadi bagian kutipan. la berkata," Jelek benar pensil ini.” “Siapa kau?" tanyanya. 13. Tanda petik tunggal (‘…') Tanda petik tunggal mengapit kutipan dalam kutipan lain. Katanya, "Kemana saja' profesor' kita ini?" 14. Tanda ulang (2) Tanda ini terbatas pemakaiannja pada tulisan tjepat, notula, dan surat kabar. 15. Tanda garis miring (/) (a) dipakai dalam penomoran kode surat. (b) dipakai sebagai pengganti kata per dan atau. No. 272/Sek/II/66 Harganya Rp 97,50/meter pendahuluan/pembukaan
DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS