KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BABAKAN TASIKMALAYA (Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: Wahyu Ismatulloh NIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BABAKAN TASIKMALAYA (Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: Wahyu Ismatulloh NIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
I
KEPEMIPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BABAKAN TASIKMALAYA ( Analisi Terhadap Hadis
Lan Yufliha Quwmun lVullaw Antrultum Imruatun)
Skripsi Diaj ukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Wahyu Ismatqlloh
NIM:
1110034000062
Pernbimbing,
Maulana, M.A 19650207 199903
I
001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN I\EGERI SYARIF' HIDAYATULLAH ISLAM UNIVERSITAS JAKARTA 1435H..12014M..
ilt
7
PENGESATIAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALANI PANDANGAN MASYARAKAT BABAKAN TASIKMALAYA ( Analisis Terhadap Hadis Lun
Yr(lilta Qawntun lYullnv Amruhum hnruutnn ) Oleh:
Wahlu Ismatulloh 11
10034000062
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islan.r Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal l6 Oktober 2014.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah saftr syarat mcmperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis. Jakarta. 03 Desember 2014
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Li[iKUmmi Kaltsum. MA NIP: 19711003 199903 2 001
Jauhar Azizy. MA NIP: 19820821 200801 I 012
Anggota, Penguji II
Penguji I
Mu^
Dr. AtiyatulUlya. MA NIP: 19700112 199603 2001
Dr. M.{sa HA. Salam NIP:19531231 198603 Pembimbing
IV
r
-
LEMBAR PERNYATAAN Dengan
ini
saya menyatakan bahwa
:
I. skripsi ini merupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar skata
I di universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri
syarif
Hidayatullah Jakarta 3"
Jika dikemudian hari terbukti bahwa katyu ini bukan asli karya asli saya ataupun merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia untuk
menerima sanksi yurLg berlaku
di
Universitas Islam Negeri syarif
Hidayatullah Jakarta.
,49 Juli2014
NIM: 1110034000062
---( PERSEMBAHAN )---
Ku Persembahkan Karya Kecilku Ini Teruntuk : Almamater Tercinta Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Kedua Orang Tuaku Terkasih.. Kakak-kakakku Tercinta.. Serta Adik-adikku Tersayang.. Yang Selalu Menghujaniku Dengan Penuh Kebahagiaan, Merangkulku Dengan Penuh Kehangatan, Mengingatkanku Dengan Penuh Keceriaan Aku Cinta Kalian, Aku Sayang Kalian
-----V
PEDOMAN TRANSLITERASI1 A. Konsonan = اTidak Dilambangkan
=زz
=قq
=بb
=سs
=كk
=تt
= شsy
=لl
=ثṡ
=صṣ
=مm
=جj
=ضḍ
=نn
=حḥ
=طṭ
=وw
= خkh
=ظẓ
=هh
=دd
‘=ع
`=ء
=ذż
=غg
=يy
=رr
=فf
B. Vokal dan Diftong Vokal Pendek
Vokal Panjang
Diftong
َ◌ = a
= ◌َ —اā
= ◌َ ىai
َ◌ = i
= ◌َ —ىī
= ◌َ وaw
َ◌ = u
= ◌َ —وū
1
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 tahun 1987.
VI
C. Keterangan Tambahan 1. Kata sandang ( الalif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya ( )اﻟﺠﺰﯾﺔal-jizyah, ( )ﻻﺛﺎراal-âthâr dan ( )ﻣﺔﻟﺬاal-dhimmah. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat. 2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya almuwaṭṭa’. 3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan swt
= Subḥānahu wa ta’ālā
As
= ‘Alaihi al-Salām
M
= Masehi
QS
= al-Qur’an Surah
saw
= Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam
H
= Hijriyah
r.a
= Raḍiya Allāh ‘anhu
w
= Wafat
h
= Halaman
VII
ABSTRAK Wahyu Ismatulloh Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan Tuntutan persamaan hak yang dilontarkan oleh kaum perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sudah merupakan agenda di zaman sekarang ini. Prestasi dan keterampilan yang ditunjukan oleh perempuan selama ini mampu memunculkan anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki sudah tidak ada lagi perbedaan, semua memiliki peluang yang sama. Salah satu yang menjadi tuntutan persamaan tersebut ialah persamaan dalam bidang kepemimpinan. Perempuan dinilai tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin dengan alasan yang bermacam-macam, diantaranya ialah adanya hadis yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Hadis ini kerap kali dipahami sebagai dalil yang melarang perempuan untuk ikut serta dalam dunia kepemimpinan. Salah satu daerah yang menerapkan pemahaman hadis tersebut adalah kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa Barat. Di kampung ini sebagian besar masyarakat menyatakan setuju dengan argument yang menyatakan bahwa perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin. Penelitian ini dilakukan melalui dua jenis penelitian, yakni field research (penelitian lapangan) dan library research (penelitian kepustakaan).
VIII
KATA PEGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ ربّ اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ واﻟﺼّﻼة واﻟﺴّﻼم ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤّﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ اﺟﻤﻌﯿﻦ
اﻟﺤﻤﺪ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah atas rahmat, nikmat dan taufik-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan. Shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita, Nabi Agung Muhammad saw. yang telah memberikan pencerahan kepada dunia dan jagat raya. Penulis sangat sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis. 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Kepala Prodi Tafsir-Hadis dan Bapak Jauhar Azizy selaku Sekretaris Prodi Tafsi-Hadis. 3. Bapak Maulana, M.A selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dan memberi masukan kepada penulis serta memotivasi penulis
IX
4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, baik Perpustakaan Umum (PU) UIN maupun Perpustakaan Fakultas (PF) Ushuluddin. 5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Dudung Hasbullah dan Ibunda Lilis Qabilah, terima kasih atas semua pengorbanannya yang tiada henti, mendo’akan penulis selama ini dan seterusnya, serta mendukung penulis dalam sisi materi maupun non-materi hingga penulis mampu untuk terus berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu. 6. Kakak-kakakku yang baik, ka Miftah, ka Resi, ka Rosyi, ka Junjun, yang selalu memberikan motivasi dan menyalakan api semangat penulis. Adik-adiku dan sepupuku yang manis dan lucu, Hana Mustakimah, Muh Nashir, Nail Birra Kamilah, Nabil Muhammad Mumtaz, yang selalu menghibur dan membuat penulis tertawa ceria. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu mengikuti gerak langkah kalian semuanya. 7. Neng Lita Ira Aprillianti beserta Keluarga yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat baru untuk penulis, semoga Allah membalas semuanya. 8. Sahabat-sahabat kocak, Algifri Muqsit, Firman Daiman, Maulana Sidqi, Ahmad Mujamiluddin, Fatahillah, Haji Qari, yang selalu menemani penulis suka dan duka dari awal masuk kuliah hingga sekarang ini, memberikan pinjaman motor Perjuangan dan laptop Purba sehingga penulis bisa meneyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat satu genteng, Gugun Gunawan, Muhammad Rasyidi, Wandi Ruswandi, yang sudah memberikan pencerahan dalam penyusunan skripsi ini, menemani penulis, makan bareng, tidur bareng, bangun bareng, dan sakit bareng-bareng.
X
10. Kawan-kawan seperjuangan, Ali Akbar, Zainuri, Nurfajri, Yadi Mulyadi, Dwi Atmi Mufarrida, Khairun Nisa, Rina Andriani, Asri Wiwit, Sa’adah, Siti Nurhamidah, Suprihatini dan keluarga besar Tafsir Hadis B 2010, anak-anak Paguyuban Himalaya, Formabi, Maus FC, Arkim, dan yang lainnya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semuanya. Semoga skripsi ini bisa memberikan banyak manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah swt. senantiasa membukakan samudera ilmu-Nya kepada kita semuanya. Āmīn Yā Rab al-Ālamīn.
Jakarta, 09 Juli 2014 Penulis
Wahyu Ismatulloh NIM : 1110034000062
XI
DAFTAR ISI COVER .................................................................................................................. I LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. II LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... III LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. IV HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... V PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... VI ABSTRAK ...................................................................................................... VIII KATA PENGANTAR ..................................................................................... IX DAFTAR ISI .................................................................................................... XII BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7 E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7 F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II : TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN A. Apa Itu Kepemimpinan Perempuan ?? …….…............................... 17 B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan …….......................... 19 C. Hambatan Kepemimpinan Perempuan …………………………... 22
XII
D. Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan ................................ 24 a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan ............ 25 b. Perempuan Makhluk Penggoda ................................................ 26 c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa ................................... 27 d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya .................................. 28 e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan adalah Rumah ..................... 28
BAB III: SEPUTAR KUALITAS HADIS A. Teks Hadis dan Terjemahannya ........................................................ 31 B. Takhrij Hadis ................................................................................... 31 C. Kegiatan Penelitian Hadis ................................................................ 36 1. Penelitian Sanad Hadis .............................................................. 36 a. I’tibar ................................................................................... 37 b. Kritik Sanad ......................................................................... 39 c. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis .................................. 52 2. Penelitian Matan Hadis .............................................................. 55 a. Asbabul Wurud .................................................................... 55 b. Perbandingan Dengan al-Qur’an ......................................... 57 c. Perbandingan Dengan Hadis Lain ...................................... 58 d. Pendekatan Sejarah .............................................................. 60 e. Pendekatan Bahasa .............................................................. 61 f. Kesimpulan Penelitian Matan Hadis .................................. 61 D. Syarh Hadis ..................................................................................... 61
XIII
BAB IV: PENGETAHUAN MASYARAKAT BABAKAN TERHADAP HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN A. Sekilas Gambaran Masyarakat Babakan Tasikmalaya .................... 64 1. Letak Geografis Kampung Babakan ......................................... 64 2. Data Penelitian .......................................................................... 67 B. Pengetahuan Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan Perempuan ...................................................................................... 72 1. Data Penelitian .......................................................................... 73 2. Kesimpulan Penelitian .............................................................. 76 C. Pandangan Masyarakat Babakan Terhadap Seputar Kepemimpinan Perempuan ...................................................................................... 79 1. Data Penelitian .......................................................................... 79 2. Kesimpulan Penelitian .............................................................. 83
BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 85 B. Saran-saran ...................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
XIV
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hal yang terpenting dalam mempelajari sebuah agama adalah dengan mempelajari sumber ajarannya. Banyak pemeluk agama yang terkejut ketika ditanya apa sumber ajaran agama yang anda peluk. Bagi orang Islam khususnya, sumber ajarannya adalah al-Qur’an yang dicatat dalam mushaf, dan sunnah Rasulullah saw. yang dicatat dalam kitab-kitab hadis.1 Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang merupakan suatu mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muahammad saw. dan membacanya merupakan suatu amal ibadah.2 Al-Qur’an merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menduduki peringkat teratas. Sedangkan hadis ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrīr) dan yang sebagainya.3 Ia merupakan sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an. Hadis Nabi Muhamnad saw. selain sebagai sumber ajaran Islam yang ke dua, juga berfungsi sebagai sumber sejarah dakwah (perjuangan) Rasulullah di masa hidupnya. Hadis juga mempunyai fungsi sebagai penjelas bagi al-Qur’an, menjelaskan yang bersifat global, mengkhususkan yang umum dan menafsirkan
Muh Zuhri, Telaah Matan Hadis : Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta: LESFI, 2003), Cet 1, h. 1. 2 Zainal Abidin, Seluk Beluk al-Qur’an (Jakarta: PT. Rineka Cipta, ), h. 2 3 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 20 1
2
ayat-ayat al-Qur’an,4 yang pada akhirnya ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.5 Keberadaan hadis berperan penting dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Disamping sebagai pedoman, hadis juga menjadi pengatur aktivitas pemeluk Islam, salah satunya ialah mengatur persoalan kepemimpinan. Persoalan ini kerap kali menjadi perbincangan yang menarik apabila kepemimpinan dipegang oleh seorang perempuan, sehingga mampu menghadirkan perdebatan-perdebatan yang bisa dibilang tidak pernah usai sampai sekarang ini. Persoalan perempuan merupakan hal yang selalu menarik dan aktual untuk dikaji dan telah berlangsung hampir seusia dengan lahirnya kebudayaan Islam. Hingga kini, perbedaan laki-laki dan perempuan ternyata masih menyimpan beberapa masalah, baik dari segi subtansi kejadian maupun peran yang diemban dalam masyarakat.6 Peranan perempuan dalam masyarakat kerap kali masih menjadi pokok persoalan, dimana kecenderungan penilaian bahwa normativitas Islam menghambat ruang gerak perempuan dalam masyarakat. Hal ini didukung oleh pemahaman bahwa tempat terbaik bagi perempuan adalah di dalam rumah, sedangkan untuk di luar rumah tidak diperbolehkan, karena banyak terjadi kemudharatan. Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 1. 5 Yusuf Qardhawi, Penerjemah Muhammad al-Baqir, Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. (Bandung: Penerbit Karisma, 1995), Cet. IV, h. 17. 6 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 2001), Cet.2, h. 1. 4
3
Realitas kehidupan kaum perempuan terlihat masih berada di pinggirpinggir sosial. Mereka dalam masyarakatnya sering dipandang sebagai makhluk kelas dua (second class), sering kali hak-hak mereka hanya dibatasi pada wilayahwilayah kehidupan yang sangat ekslusif dan marjinal.7 Hal ini dapat ditemukan secara nyata pada peran-peran mereka, baik dalam sektor domestik maupun publik. Para pemerhati kajian perempuan mengemukakan bahwa posisi-posisi perempuan demikian itu disamping karena faktor ideologi dan budaya yang memihak kepada laki-laki, boleh juga dijustifikasi oleh kaum agamawan.8 Riffat Hassan sebagaimana dikutip oleh Syafiq Hasyim, mensinyalir adanya faktor yang menyebabkan terjadinya subordinasi9 dan segregasi10 terhadap perempuan. Dia menyatakan bahwa ada tiga asumsi teologis yang dikenal dalam Yahudi, Kristen, dan Islam yang menyebabkan superioritas laki-laki atas perempuan. Pertama, makhluk utama Tuhan adalah lak-laki, bukan perempuan, karena perempuan diyakini tercipta dari tulang rusuk adam, sehingga secara ontologis perempuan adalah makhluk derivatif dan nomor dua. Kedua, perempuan adalah penyebab kejatuhan laki-laki dari surga. Ketiga, perempuan tidak hanya diciptakan dari laki-laki tetapi juga untuk laki-laki.11
Pengantar Husein Muhammad dalam Amirudin Arani (ed.), Tubuh, Seksualitas dan Kedaulatan Perempuan, (Jakarta: Rahima, 2002), h. xi. 8 Husen Muhammad, Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 23-24. 9 Diartikan dengan kedudukan bawahan, lihat Kamus Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.1379 10 Diartikan dengan pemisahan (suatu golongan dari golongan lain), pengasingan, dan pengucilan 11 Syafiq Hasyim, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2001), h. 48 7
4
Wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan. Selain itu, banyak anggapan yang mengatakan bahwa jika perempuan menjadi seorang pemimpin, maka akan mendapatkan banyak tantangan, baik itu dari faktor fisiknya maupun psikologisnya. Perempuan dibebani tugas kontrak untuk mengandung, melahirkan dan menyusui, sehingga hal tersebut dapat mengurangi keleluasan perempuan untuk aktif terus dalam berbagai bidang. Di samping itu, banyak pula yang mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan mudah menyerah. Selain itu, ketika penulis sedang melakukan tugas dari Lemabaga Survey Indonesi di daerah Tasikmalaya untuk menjadi surveyor terkait tentang pemilihan umum, penulis juga mendapatkan pemahaman responden yang serupa dengan pemaparan di atas bahwasannya dalam dunia kepemimpinan, perempuan tidak diperbolehkan untuk ikut terjun ke dalamnya. Perempuan lebih pantas untuk bekerja di dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani suami. Maka tidak aneh bila kebanyakan orang tua di kampung tersebut menikahkan anak perempuannya dalam usia dini. Hal ini dikarenakan agama melarangnya untuk menjadi pemimpin. Dari kasus tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah pandangan mereka tersebut itu benar-benar dari pemahamannya tentang dalil agama yang melarangnya yang dalam hal ini acuannya ialah hadis Nabi saw :
5
َﺎل َﻣ ْﻦ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُِﻮل ا ﱠ ِ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ِﻣ ْﻦ َرﺳ ْ َﲏ ا ﱠُ ﺑِﺸ ِ ﺼﻤ َ َﺎل َﻋ َ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ 12
ًَﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة َ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَﻔُﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑِْﻨﺘَﻪُ ﻗ
“Dari Abu Bakrah ia berkata, "Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw. saat Kisra hancur, beliau bertanya: "Siapa yang mereka angkat sebagai raja?" para sahabat menjawab, "Puterinya." Beliau lalu bersabda: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranya kepada seorang wanita." Hadis di atas seringkali dipahami bahwa kepemimpinan hanya untuk kaum laki-laki dan menegaskan bahwa perempuan harus mengakui kepemimpinan dari laki-laki.13 Meski banyak pendapat yang mengatakan hadis larangan kepempimpinan perempuan itu dinilai sahih, ternyata masih dapat didiskusikan. Ada kelompok yang menggunakan hadis tersebut sebagai argumen untuk menggusur kaum perempuan dari dunia kepemimpinan. Ada pula kelompok yang menolak terhadap pemakaian hadis tersebut dengan alasan bahwa perempuan berhak terjun ke dunia kepemimpinan. Berdasarkan pemaparan penelitian di atas, penulis merasa berkepentingan untuk mengkaji pemahaman masyarakat Babakan terhadap kepemimpinan perempuan dengan menganalisis hadis Nabi saw. yang di anggap sebagai rujukannya. Oleh karena itu, penulis
12
mengangkat judul “Kepemimpinan
Sunan an-Nasai bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Din al-Suyuthi (Beirut: Daar al-Fikr, 2005), Juz. 7-8, h. 241. 13 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), Cet. 13, h. 313.
6
Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berangkat dari realitas bahwa doktrin agama sering dijadikan legitimasi untuk mengkooptasi hak dan peran perempuan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasannya tentang kepemimpin perempuan dengan merujuk kepada pandangan masyarakat Babakan Tasikmalaya. Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : -
Bagaimana pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan kepemimpinan perempuan ??
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kualitas hadis (Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan) yang kerap kali digunakan sebagai senjata untuk melarang perempuan untuk berkreasi di dunia kepemimpinan. 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan pemahaman masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis tersebut. 3. Untuk menambah khazanah keilmuan penulis dalam memahami sebuah hadis, terutama hadis tentang kepemimpinan perempuan.
7
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut: -
Dari Segi Akademis: Untuk memperkaya dinamika wacana kepemimpinan perempuan dalam kesetaraan jender.
-
Dari Segi Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai acuan pengembangan wawasan keilmuan yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan.
-
Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas penulis, disamping sebagai bukti dan implimentasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) dan kepustakaan (Library Research). Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian dengan terjun secara langsung ke lokasi yang menjadi objek penelitian, dimana dalam memperoleh datadata penulis melakukan wawancara secara langsung guna memperoleh data yang otentik.
8
Sedangkan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian dengan cara mencari bahan pengetahuan dari buku, kitab, atau bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam sumber data, yaitu : a. Sumber Data Primer. Dalam sumber ini, penulis mengacu kepada dua sumber, yaitu pengumpulan data yang didapat ketika penelitian di lapangan, seperti data yang didapat dari responden yang diwawancarai, data dari kantor Kelurahan, data dari ketua Rumah Warga (RW) dan ketua Rumah Tangga (RT), serta data dari pihak yang bersangkutan. Kemudian pengumpulan data yang diperoleh dari referensi buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, yakni Kitāb al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī dan Setara Di Hadapan Tuhan. b. Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, skripsi, artikel, majalah, dan yang lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang sedang penulis teliti. 3. Teknik Pengumpulan Data Tehnik Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.14 Dalam penelitian ini
14
Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 211
9
ada beberapa tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Tehnik Angket Tehnik angket ini merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini, tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan kepemimpinan perempuan. b. Tehnik Wawancara Wawancara merupakan tehnik interaksi dan interaksi secara langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan guna untuk mengumpulkan data-data dan informasi melalui tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan. c. Tehnik Dokumentasi Tehnik Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang bisa memberikan informasi tentang judul yang bersangkutan, yaitu dengan menggunakan tehnik book survey, tehnik mencari data dengan jalan melakukan telaah dan analisis terhadap buku, kitab, majalah, dokumen, dan lain-lain.
10
4. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti adalah Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.15 Penelitian ini dilakukan dari tanggal 2 sampai 13 Juni 2014. Proses pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yakni Tahap Perencanaan yang meliputi penyusunan perangkat penelitian, mengajukan ijin dan meminta data-data terkait tempat yang diteliti. Tahap Pelaksanaan, melakukan penelitian terkait permasalahan yang sedang penulis kaji. Tahap Penyelesaian, meliputi proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian. 5. Populasi dan Sampel Sampel adalah kelompok kecil yang akan kita amati. Sedangkan populasi ialah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi kita.16 Dalam penelitian ini, populasinya ialah masyarakat yang tinggal di Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Sesuai data yang diperoleh penulis dari ketua Rumah Warga (RW) 04 dan ketua Rumah Tangga (RT) 01, 02 dan 03 Kampung Babakan, dapat diketahui bahwasannya jumlah masyarakat di Kampung Babakan sebanyak 448 orang. Mengingat banyaknya jumlah populasi tersebut, maka penulis akan membatasinya dengan mengambil sample yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun. Dari 448 orang tersebut, terdapat
15
Untuk mengetahui alasan kenapa penulis menjadikan Kampung Babakan Purbaratu Tasikmalaya sebagai objek penelitian, dapat dilihat pada halaman 68. 16 Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 2006), h. 160
11
147 orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun17. Kemudian penulis mengambil sample sejumlah setengah lebih satu dari jumlah 147 orang tersebut, yakni sebanyak 74 orang. Setelah diketahui samplenya, selanjutnya penulis menggunakan metode pengambilan Sample Strata dengan melihat karakteristik perbedaan jenis kelamin, sehingga nantinya jumlah laki-laki dan perempuan yang manjadi sample berjumlah sama, yaitu 37 orang. 6. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan desain yang spesifik dan detail agar hasilnya bisa terstuktur. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kuantitatif, data yang diteliti bersifat angka ataupun statistik yang pengukurannya berasal dari sampel yang menjadi objek penelitian. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menghimpun data, mengolah dan menganalisis hasil penelitian dalam bentuk angka-angka atau statistik.18 7. Tehnik Analisa Data Tehnik analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang
17
Dari 448 orang masyarakat Babakan, orang yang berusia di antara 0 sampai 20 tahun sebanyak 193 orang, yang berusian di antara 21 sampai 55 tahun sebanyak 147 orang dan yang berusia 56 tahun ke atas sebanyak 108 orang. Data ini didapat berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh ketua RT 01, 02 dan 03 dan RW. 04 kampung Babakan pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 17.00 WIB. 18 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h.42.
12
terkumpul. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka tehnik analisa yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif. Penulis akan berusaha untuk menggabungkan semua data yang ada untuk menjelaskan permasalahan yang sedang dilakukan. F. Tinjauan Pustaka Untuk dapat memecahkan persoalan dan mencapai tujuan sebagaimana diungkap di atas, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka, guna untuk mendapat kerangka berfikir yang dapat mewarnai kerangka kerja serta memperoleh hasil sebagaiman
yang
diungkapkan.
Dalam
menyusun
Skripsi
ini,
penulis
menggunakan kitab hadis yang berkaitan dengan pembahasan, seperti kitab alMu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī, Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ, Tahżīb al-Tahżīb, Tahżīb al-Kamāl, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah, dan lainnya. Selain itu, dalam kajian ini terdapat beberapa buku dan tulisan yang terkait dengan kepemimpinan perempuan, antara lain sebagai berikut : Syafiq Hasyim dalam bukunya Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam, beliau mengupas tentang keabsahan perempuan menjadi pemimpin baik secara teologis, politis maupun kesejarahan. Di sini dikemukakan beberapa artikel yang menyoroti tentang kepemiminan perempuan baik lewat tinjauan al-Qur’an, hadis, fiqih maupun tasawuf.19
19
h. 23-32.
Syafiq Hasyim, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam (Jakarta: TAF Indonesia, tth),
13
Dalam bukunya, Perempuan Tertindas Kajian Hadis-hadis Misoginis, Hamim Ilyas menjelaskan bahwasannya kepemimpinan perempuan khususnya politik secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis tersebut, pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim pengadilan, dan berbagai jabatan politis lainnya dilarang. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa perempuan menurut petunjuk syara’, hanya diberi tanggungjawab untuk menjaga harta suaminya. Oleh karenanya, al-Khattabi misalnya, mengatakan bahwa seorang perempuan tidak sah menjadi khalifah. Demikian pula as-Syaukani dalam menjelaskan hadis tersebut berkata bahwa perempuan itu tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak boleh menjadi kepala Negara.20 M. Quraish Shihab, dalam karyanya yang berjudul Perempuan, tepatnya pembahasan kepemimpina perempuan, ia menyatakan bahwa kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas dalam kehidupan rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinannya tidak hanya terbatas dalam upaya mempengaruhi laki-laki agar mengakui hak-haknya yang sah, tetapi juga harus mencakup sesama jenisnya agar dapat bangkit kerjasama meraih dan memelihara harkat dan martabatnya,21 dan kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas dalam rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat (publik). Penulis juga telah melakukan penelitian skripsi yang berkaitan dengan seputar isu-isu kepemimpinan perempuan, diantaranya :
20
Hamim Ilyas, dkk, Perempuan Tertindas Kajian Hadi-hadis Misoginis, (Yogyakarta: elSAQ Press, 2003), h. 279 21 M. Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 341
14
Skripsi Zulfikri yang berjudul Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad. Dalam skripsinya ia memaparkan bagaimana pendapat kedua tokoh dalam menghadapi pemojokan terhadap kaum perempuan. Nasaruddin Umar yang merupakan tokoh yang mempunyai pengaruh terhadap pemikiran dan gerakan gender di Indonesia, ia menafsirkan ayat-ayat yang terkesan bias gender dengan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan keilmuan studi tafsir. Husein Muhammad merupakan salah seorang tokoh yang konsen terhadap permasalahan gender. Ia salah satu deretan ulama Indonesia yang melontarkan gagasan-gagasan pembacaan ulang terhadap fiqih klasik terutama yang berkaitan dengan permasalahan perempuan, rumusan yang telah ada dalam literatur kitab-kitab fiqih menggambarkan sikap ambivalensi Islam dalam memperlakukan perempuan.22 Skripsi Noor Rohman yang berjudul Konsep Kepemimpinan (Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an; Analisis Tafsir Muhammad Syahrur. Dalam skripsinya dipaparkan bahwasannya menurut Syahrur, sifat inferioritas yang telah dilekatkan oleh tradisi kepada perempuan bahwa mereka adalah kurang dalam hal akal dan agamanya, merupakan pandangan yang mengada-ada. Pandangan
22
Zulfikri, Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
15
demikian muncul karena telah ditetapkan oleh sistem masyarakat patriarkhis yang berlaku saat itu.23 Skripsi yang akan penulis tekuni ini berbeda dengan apa yang telah disebutkan di atas tadi, yang mana pembahasannya lebih condong ke dalam dunia tafsir, yaitu dengan melihat bagaimana penafsiran ahli tafsir terhadap ayat alQur’an yang berbicara tentang kepemimpinan. Sedangkan skripsi ini lebih condong ke dalam dunia hadis, yaitu dengan menganalisis hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Selain itu, dalam pembahasanya dicantumin pula pemahaman masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis kepemimpinan perempuan dan pandangannya terkait kepemimpinan, karena jenis skripsi ini ialah penelitian lapangan (Field Research), disamping sebagai penelitian kepustakaan (Library Research). G. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan sebuah hasil yang utuh dan sistematis, pembahasan materi dalam skripsi ini dibagi kedalam empat bab, dengan rincian sebagai : Bab pertama membahas Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Pembahasan.
23
Noor Rohman, Konsep Kepemimpinan ((Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an; Analisis Tafsir Muhammad Syahrur, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
16
Pada bab kedua, akan memaparkan pembahasan Tinjauan Umum Tentang Kepemimpinan Perempuan yang mencakup Apa Itu Kepemimpinan Perempuan, Syarat-syarat
Pemimpin
dan
Kepemimpinan,
Hambatan
Kepemimpinan
Perempuan, dan Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan. Bab ketiga akan membahas Seputar Kualitas Hadis yang diteliti. Pada bab ini meliputi Teks hadis dan terjemahannya, Takhrij Hadis, Kegiatan Penelitian Hadis yang terdiri dari Penelitian Sanad Hadis dan Penelitian Matan Hadis, serta Syarh
Hadis
dengan
mencantumkan
pandangan
ulama
terhadap
hadis
kepemimpinan perempuan. Pada bab keempat, akan membahas Pemahaman Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan Perempuan dengan mencakup pembahasan Gambaran Sekilas Masyarakat babakan, Pemahaman Mereka Terhadap Hadis Kepemimpina dan Pemahaman Terhadap Kepemimpinan Perempuan. Sementara pada bab kelima, penulis akan menyimpulkan dari seluruh bahasan dan masalah yang menjadi Skripi ini dan saran-saran, disertai dengan daftar pustaka yang menjadi sumber referensi.
17
BAB II TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN Di antara kaum yang tertindas di dunia ini, kaum perempuan berada di urutan teratas.24 Salah satu dari aspek tertindasnya itu ialah adanya pemahaman yang melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. M. Said Ramadhan al-Buthi berpendapat bahwa pada dasarnya masalah yang sering dijadikan lahan empuk untuk menggugat Islam dalam hal kesetaraan kaum perempuan dan lakilaki adalah masalah kepemimpinan.25 Bila kita lirik sekarang ini, banyak kaum perempuan yang cakap dan mahir dalam dunia kepemimpinan. Partisipasi26 kaum perempuan semakin lama semakin meningkat dan mendominasi, hal ini dikarenakan berkat kegigihannya dalam menyerukan kesamaan hak-haknya dengan kaum laki-laki, termasuk dalam menyangkut persoalan kepemimpinan. Tuntutan persamaan hak perempuan tentunya didasarkan pada beberapa anggapan bahwa perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan, hanya kesempatan berkembanglah yang membedakannya.27
Kaukab Siddique, Menggugat Tuhan Yang Maskulin (Jakarta: Paramadina, 2002), h. xv. M. Said Ramadhn al-Buthi, Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat dan Keadilan Islam (Jakarta: Intermedia, 2002), Cet ke-1, h. 109. 26 Partisipasi adalah turut serta dalam suatu kegiatan dan memiliki efek samping bagi keadaan sekitar. Lihat dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Kompas, 2005), h. 207, karangan S. Badudu. 27 Gurniwan K. Pasya, Dalam Artikel Peranan Wanita Dalam Kepemimpinan dan Politik, FPIPS UPI, h.2 24 25
18
Berikut akan dipaparkan sekilas tentang dunia kepemimpinan perempuan beserta syarat-syarat seorang pemimpin. A. Apa itu Kepemimpinan Perempuan ?? Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) yang berarti bimbing atau tuntun.28 Setelah ditambah dengan awalan “pe”, maka menjadi “pemimpin” (leader), berarti orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan tertentu.29 Kemudian setelah ditambah akhiran “an” menajadi “pimpinan”, artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership), berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.30 Kata pemimpin dan kepemimpinan merupakan satu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan, baik secara struktur maupun fungsinya. Artinya, kata pemimpin dan kepemimpinan adalah satu kesatuan kata yang mempunyai keterkaitan, baik dari segi kata maupun makna.31
28
h.967.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-4,
Matondang, Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan manajemen Strategik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),h. 5 30 Adib Sofia Sugihastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan Dalam Layar Terkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h.181. 31 Ghalia Indonesia, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.7. 29
19
Menurut Wahjosumidjo, butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna sebagai berikut :32 a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. c. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin dengan bawahan dan situasi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dapat mempengaruhi orang lain, sehingga orang itu bersikap dan berlaku sesuai dengan tujuan pemimpin. Hal yang terpenting dari kepemimpinan adalah adanya pengaruh, gaya, ataupun cara bagaiman dapat mempengaruhi orang lain serta efektifnya kekuasaan dari seorang pemimpin.33 Perempuan kerap kali didefinisikan sebagai lawan dari laki-laki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang (manusia) yang mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.34
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.26. Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis; Tinjauan Teologis Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h.72. 34 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1268. 32 33
20
Jadi, kepemimpinan perempuan dapat diartikan bahwa yang menjadi pengatur atau yang mempengaruhi orang lain adalah seorang perempuan (lawannya laki-laki). B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan John Gage Allee, menyatakan bahwan pemimpin itu ialah pemandu, penuntun, penunjuk, komandan (leader a guide, a conductor, a commander). 35 Dalam mewujudkan kepemimpinan yang baik, tentunya diperlukan pula seorang pemimpin yang baik. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kriteria persyaratan sebagai seorang pemimpin. Menurut al-Marwadi, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang apabila ia ingin menjadi seorang pemimpin,36 diantaranya : a. Harus mempunyai sifat adil b. Mempunyai keberanian Dalam ha ini, seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dalam memutuskan suatu masalah, dalam artian bersifat tegas. c. Berakal sehat Maksud berakal sehat disini ialah cerdas dan tidak mempunyai cacat mental, sehingga dapat mengemban tugas kepemimpinannya dengan baik dan maksimal.
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 33. 36 Nur Mufid, Bedah al-Ahkam al-Suthaniyah al-Marwadi (Surabaya: Pustaka Progresif, 200), h. 29. 35
21
d. Tidak cacat fisik Hal ini berguna agar dalam menjalankan roda kepemimpinannya tidak mengalami kesulitan, karena jika seorang pemimpin memiliki cacat, maka tidak akan optimal dalam mengerjakan tugasnya. Sedangkan tugas seorang pemimpin sangatlah banyak. e. Mempunyai visi Visi yang baik dapat menciptakan kebijakan yang baik, yang mana nanti inti kebijakan ini untuk kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan rakyat. Sedangkan dalam pandangan imam al-Ghazali, seorang pemimpin harus mempunyai syarat yang harus dipenuhi, diantaranya :37 a. Balig Maksud balig disini ialah sudah dewasa dan mempunyai kecerdasan emosional. b. Berakal sehat c. Merdeka Maksud merdeka disini adalah merdeka dari segala hal apapun. d. Harus laki-laki Hal ini berdasarkan pemahaman QS. al-Nisā` [4] ayat 34 e. Tidak cacat f. Mempunyai pengetahuan yang luas
37
Munawir Syadjali, Islam dan Tata Negara (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h. 78
22
g. Wara’ (kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri dan tidak berbuat hal-hal yang dilarang). Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syaratsyarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, namun penulis akan menyimpulkannya sebagai berikut : a. Harus laki-laki b. Memiliki sifat adil c. Bersikap tegas dan berani d. Berwibawa dan memiliki daya tarik e. Sehat jasmani maupun rohani (fisik dan mental) f. Berakal sehat dan mempunyai pengetahua yang luas g. Ramah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan h. Memiliki sifat Jujur i. Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi Untuk konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan, ada tiga hal yang harus dikaitkan dengannya, yaitu :38 a. Kekuasaan Kekuasaan ini diartikan sebagai kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahan unuk berbuat sesuatu.
38
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, h. 31.
23
b. Kewibawaan Maksud kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan untuk mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh padanya dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. c. Kemampuan Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggotanya. C. Hambatan Kepemimpinan Perempuan Superioritas terhadap laki-laki bukan berarti penghalang besar bagi perempuan untuk terus mengembangkan kemampuannya. Dewasa ini superioritas tersebut tidak dapat lagi dipertahankan. Artinya, tidak setiap laki-laki pasti bisa lebih berkualitas dari perempuan. Zaman telah berubah, sekarang telah semakin banyak perempuan yang memiliki potensi dan bisa melakukan peran-peran yang selama ini dipandang hanya dan harus menjadi milik laki-laki. Banyak perempuan di berbagai ruang kehidupan yang mampu tampil dalam peran kepemimpinan domestik maupun publik.39 Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk perempuan, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan-jabatan tertinggi, kendati ada jabatan yang oleh sebagian ulama dianngap tidak boleh diduduki oleh perempuan, yaitu jabatan kepala Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: LKis, 2001), h. 25. 39
24
Negara dan hakim. Namun perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukungan larangan tersebut.40 Perempuan sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki berfungsi sebagai pelindung perempuan. Begitu pula hambatan fisik wanita yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas-tugas berat. Untuk lebih jelas, Ibrahim menguraikan beberapa hambatan yang muncul dari kepemimpinan perempuan sebagai berikut41 : a. Hambatan Fisik. Dalam kodratnya, banyak orang yang mengatakan bahwa perempuan dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui. Keharusan ini mengurangi keleluasaan perempuan untuk aktif terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan. b. Hambatan Teologis. Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai makhluk yang diciptakan
untuk
laki-laki,
termasuk
untuk
mendampinginya,
menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Menurut cerita teologis, perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki. Cerita ini secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti dalam keidupan bermasyarakat. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), Cet ke-13, h. 317 41 Gurniwan Kamil Pasya, Mengutip Pendapatnya Ibrahim Dalam Artikelnya Berjudul Peranan Wanita Dalam Kepemimpinan dan Politik, UPI, h. 9 40
25
c. Hambatan Sosial-Budaya. Pandangan ini melihat perempuan sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, dan tergantungan. Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya. Pandangan ini pula menempatkan lak-laki secara sosio-kultural lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan. d. Hambatan Sikap Pandang. Hambatan ini bisa dimunculkan oleh pandangan dikotomistis antara tugas perempuan dan laki-laki. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah, sedangkan laki-laki dilihat sebagai makhluk luar rumah. e. Hambatan Historis. Kurangnya nama perempuan dalam sejarah dimasa lalu bisa dipakai untuk membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah seperti halnya laki-laki. D. Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan Umat Islam meyakini bahwa agamanya sebagai raḥmatan li al-’ālamῑn, artinya agama yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Salah satu bentuk rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap keutuhan kemanusiaan kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki. Ukuran kemuliaan seorang manusia dihadapan Allah swt. adalah prestasi dan kualitas dari ketakwaanya, tanpa membedakan jenis kelaminnya.42
42
Lihat QS. al-Ḥujurāt [49] ayat 13
26
Sayangnya, ajaran Islam yang demikian ideal dan luhur itu, khususnya berkaitan dengan relasi laki-laki dan perempuan tidak terimplementasi dengan baik dalam realitas sosiologis para penganutnya. Kondisi itu dibangun berdasarkan beberapa pemahaman sebagai berikut : a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan Pemahaman tentang asal-usul penciptaan manusia dalam kitabkitab fiqih menjelaskan bahwa nabi Adam as. adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan swt, sedangkan isterinya, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam as.43 Pemahan seperti ini mengacu kepada alQur’an surat al-Nisā` [4]: ayat 1 :
44
َ َ ۡ ٖ َ ٰ ِ َ ة ٖ َو َ َ َ ِ ۡ َ َز ۡو
ِّ
ُ
َ َ َ ُ ُ ٱ ِي
َ َ َ ٱ ُس ٱ ُ ا ْ َر
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya45 Allah menciptakan isterinya. Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam a.s bagian belakang yang sebelah kiri ketika ia sedang tidur. Kemudian Adam a.s bangun dan dikejutkan oleh keberadaan Hawa.46
43 44
Tim LSPPA, Setara di Hadapan Tuhan, h. 55 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002),
h.78 45
Maksud dari padanya ialah bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Jilid 1, h. 646. 46
27
Pemahaman demikian membawa implikasi yang luas dalam kehidupan sosial, di antaranya menimbulkan pandangan marginal,47 subordinatif,48 dan stereotif49 terhadap perempuan. Kemudian pemahaman bahwa Hawa selaku perempuan pertama yang tercipta dari bagian tubuh laki-laki, yaitu Adam as, membawa kepada keyakinan bahwa perempuan hanyalah manusia kelas dua (the second human being). Perempuan bukanlah manusia yang utama, melainkan sekedar pelengkap, diciptakan dari dan untuk laki-laki. Konsekuensinya, perempuan tidak boleh berada di depan dan tidak boleh menjadi pemimpin.50 b. Perempuan Merupakan Makhluk Penggoda Alasan ini berawal dari pemahaman tentang kejatuhan Adam as. dan Hawa dari Surga. Pada umumnya ulama-ulama mendakwahkan ajaran bahwa Adam as. jatuh dari surga akibat godaan Hawa yang terlebih dahulu terpengaruh oleh bisikan iblis. Pemahan seperti ini mengacu kepada al-Qur’an surat al-A’rāf [7]: ayat 20-22. Implikasi dari pemahaman seperti ini adalah bahwa perempuan itu hakikatnya makhluk penggoda dan dekat dengan iblis. Selain itu banyak yang beranggapan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan.
47
Tidak terlalu menguntungkan, berada di pinggir Kedudukan bawahan 49 Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang tidak tepat 50 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press, 2007), Cet ke-2, h. 12 48
28
Stereotipe ini membawa kepada sikap misogini51 terhadap perempuan. Perempuan mudah sekali dipengaruhi dan diperdayakan, dan karena itu tidak boleh keluar rumah, lebih baik baginya tinggal dirumah saja mengurusi rumah tangga, merawat anak-anak, melayani suami, dan tidak perlu aktif di masyarakat, apalagi dalam masalah kepemimpinan Negara.52 c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa Pemahaman ini sudah tidak asing lagi didengar dikalangan masyarakat. Perempuan dinilai terlalu lemah bila dijadikan seorang pemimpin. Perasaan yang dimilikinya sangat halus sehingga dikhawatirkan tidak mampu untuk mengambil keputusan yang tegas. Perempuan mempunyai hati yang lembut, sehingga dalam berinteraksi dengan mereka diperlukan sikap yang lembut dan perhatian yang lebih.53 Hal ini menimbulkan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Perempuan lebih dikenal dengan makhluk bersifat lemah, rapuh, emosional dan kadang-kadang pula tidak mampu mengatasi situasi-situasi yang sulit dan berat. Berbeda sebaliknya dengan lakilaki yang dikenal kurang begitu emosional dan menunjukan kegigihan yang lebih besar. 54
51
Perasaan benci kepada perempuan. Lihat di Kamus Inggris Indonesia, Cet XIII, h.382 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, h. 13 53 Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah (Jakarta: Qisthi Press, 2007), 52
h. 25 Fatima Umar NAsif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntunan Islam (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2001), h.187. 54
29
d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa “perempuan itu kurang akal dan kurang agamanya.”55 Maksud dari kurang akalnya disini ialah bila dilihat dari sudut ingatan yang lemah, maka dari itu kesaksiannya harus dikuatkan oleh kesaksian yang lain untuk menguatkannya dan akhirnya bisa dipercayai. Adapun maksud dari kurang agamanya ialah karena perempuan mengalami masa haid dan nifas. Dalam keadaan tersebut ia meninggalkan shalat dan puasa.56 Secara eksplisit, hadis ini menunjukan bahwa akal dan agama perempuan itu lemah, dan selama itu tidak ada perubahan, maka perempuan tidak diperbolehkan untuk memegang jabatan tertinggi suatu Negara. e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan Adalah Rumah. Islam memandang perempuan bukan sebagai makhluk domestik (rumah) yang tidak diperkenankan merambah wilayah publik (umum). Namun budaya patriarkhi yang berkembang selama ini menempatkan perempuan sebagai makhluk rumah. Dari dahulu hingga saat ini, masih banyak perempuan yang dianggap sebagai makhluk nomor dua,
Muhammad Anas Qasim Ja’far, Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan; Sebuah Persfektif Islam (Jakarta: Azan, 2001), h. 39 56 http: //muslimah.or.id/tahukah-engkau-saudariku/apa-maksud-hadits-wanita-kurangakal-dan-agamanya.html. Diakses pada tanggal 27 April 2010 55
30
perempuan hanya bertugas pada kegiatan rumah saja, seperti mengurus anak, menyusui, mengurus suami, dan tidak untuk publik. Jika seorang perempuan memikul jabatan penguasa, maka ia dituntut untuk terus menerus melakukan perjalanan dalam rangka menunaikan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Ini berarti perempuan harus meninggalkan rumahnya dan meninggalkan tugas-tugas yang telah diembankan sebagai sosok seorang ibu dan istri. Kemudian pekerjaannya juga menuntut pembauran yang bebas dan interaksi sosial dalam jumlah yang panjang dengn kaum laki-laki, dan hal ini dilarang oleh agama.57 Bila melihat pemaparan tentang alasan penolakan kepemimpinan perempuan di atas, penulis tidak begitu sepakat dengan beberapa poin dari alasan-alasan tersebut, yaitu poin perempuan merupakan makhluk penggoda dan perempuan lemah akal dan agamanya. Kedua poin itu terlalu memojokkan kaum perempuan. Apa karena kasus penurunan Adam a.s dari surga itu menjadikan cap untuk menandakan bahwa perempuan merupakan makhluk penggoda ? lantas bagaiman dengan perempuan yang selalu menjaga keormatannya, yang dengan segala upaya dia menjaga diri dari hal-hal yang bisa menodai dirinya ? ini menunjukan bahwa tidak semua perempuan adalah makluk penggoda.
Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntunan Islam, h.187. 57
31
Bila kita liat sekarang ini, kaum perempuan sudah mulai mampu mengimbangi kemampuan laki-laki, terutama dari segi pengetahuan dan keagamaan. Banyak pakar-pakar dari kaum perempuan yang bermunculan di bidang tersebut, seperti pakar di bidang politik, ilmuwan, sosial, menjadi ustadzah, dan lainnya. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bawa akal dan agama perempuan tidaklah lebih lemah dari laki-laki, bahkan bisa saja sebaliknya.
32
BAB III SEPUTAR KUALITAS HADIS A. Teks Hadis dan Terjemahannya Berikut adalah teks hadis yang menjadi acuannya :
َﺎل َﻣ ْﻦ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُِﻮل ا ﱠ ِ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ِﻣ ْﻦ َرﺳ ْ َﲏ ا ﱠُ ﺑِﺸ ِ ﺼﻤ َ َﺎل َﻋ َ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ 58
ًَﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة َ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَﻔُﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑِْﻨﺘَﻪُ ﻗ
“Dari Abu Bakrah ia berkata : Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw saat Kisra hancur, beliau bertanya: Siapa yang mereka angkat sebagai raja ? Para sahabat menjawab : Puterinya. Beliau lalu bersabda : Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranya kepada seorang wanita."
B. Takhrīj al-Ḥadīs Takhrīj berasal dari kata ( ﺧﺮجkharaja) yang berarti “tampak” atau “jelas”. Para ahli bahasa mengartikannya dengan “mengeluarkan (al-istinbāṭ)”.59 Kegiatan takhrīj ini dilakukan dengan tujuan: Pertama, untuk mengetahui asalusul riwayat hadis (sumber asal hadis) yang sedang diteliti. Kedua, untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang sedang diteliti, karena mungkin saja hadis tersebut memiliki lebih dari satu sanad, atau mungkin juga kualitas diantara sanad itu berbeda-beda.60 58
Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Fikr, 2005), Juz.
7-8, h. 241. 59
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet. ke-1, h.198. 60 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet ke-1, h. 44.
33
Untuk menyelesaikan kegiatan takhrīj al-ḥadīṡ ini, penulis menggunakan tiga metode, yaitu : 1. Metode Lafal atau Kata Metode ini merupakan suatu metode yang berlandaskan pada katakata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja.61 Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
ﻛﺘﺎب اﳌﻌﺠﻢ اﳌﻔﻬﺮس
( ﻵﻟﻔﺎظ اﳊﺪﻳﺚ اﻟﻨﺒﻮىal-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ alNabawī), dengan lafad
ﻓﻠﺢ, maka hadis di atas akan terdapat dalam : 62
ً ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة,ﻻ 18 ﻓﱳ,82 خ ﻣﻐﺎزى 75 ت ﻓﱳ 8 ن ﻗﻀﺎة 51 ,47 ,43 :5 ﺣﻢ
2. Metode Awal Matan Hadis Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
ﻛﺘﺎب ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ اﻃﺮاف
( اﳊﺪﻳﺚMausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ), maka hadis di atas akan terdapat dalam : 61 62
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h.198.
A. J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī (Leiden: E. J. Brill, 1936 M), Juz. 5, h. 196
34
63
...... ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ َوﻟﱠﻮْا 70 :9 ,10 :6 خ 2262 ت 227 :8 ن 51 :5 ﺣﻢ
3. Metode Tema Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
ﻛﺘﺎب ﻛﻨﺰ اﻟﻌﻤﺎل ﰱ ﺳﻨﻦ
( اﻻﻗﻮال واﻻﻓﻌﺎلKanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl), maka hadis di atas akan ditemukan dengan nomor hadis 14673. 64
ً ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة- 14673 ()ﺣﻢ خ ت ﻣﻦ اﰉ ﺑﻜﺮة
Berikut ini adalah riwayat-riwayat hadis di atas dari setiap mukharrij berdasarkan naskah aslinya. Diantaranya : Susunan yang terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī :
ُﻮل ِ َﺎل ﻟَ َﻘ ْﺪ ﻧَـ َﻔﻌ َِﲏ ا ﱠُ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤ ٍﺔ َِﲰ ْﻌﺘُـﻬَﺎ ِﻣ ْﻦ َرﺳ َ ﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ َ َْْف َﻋ ْﻦ اﳊ ٌ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ا ْﳍَْﻴﺜ َِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋَﻮ َﺎل ﻟَﻤﱠﺎ ﺑَـﻠَ َﻎ َ َﻞ ﻓَﺄُﻗَﺎﺗِ َﻞ َﻣ َﻌ ُﻬ ْﻢ ﻗ ِ َﺎب اﳉَْﻤ ِ ﺻﺤ ْ َْت أَ ْن أَﳊَْ َﻖ ﺑِﺄ ُ َﻞ ﺑَـ ْﻌ َﺪ ﻣَﺎ ﻛِﺪ ِ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﻳﱠﺎ َم اﳉَْﻤ َ ِا ﱠ 63
Abū Ḥājar Muḥammad al-Sa’īd ibn Basyūnī, Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ (Beirut: Daar alKutub al-Islamiyyati), Juz. 6, h. 721 64
‘Alā`a al-Dīn ‘Alī al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn, Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa alAf’āl (Beirut: Muassasah al-Risaalah,1989), Juz.6, h.23
35
َﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ْﺖ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ِس ﻗَ ْﺪ َﻣﻠﱠﻜُﻮا ﻋَﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﺑِﻨ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ﱠن أَ ْﻫ َﻞ ﻓَﺎر َ ُﻮل ا ﱠِ َ َرﺳ َ ا ْﻣ َﺮأَةً
65
َﻞ ﻟَﻤﱠﺎ ﺑـَﻠَ َﻎ َﺎل ﻟَ َﻘ ْﺪ ﻧَـ َﻔﻌ َِﲏ ا ﱠُ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤ ٍﺔ أَﻳﱠﺎ َم اﳉَْﻤ ِ ﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ َ ْف َﻋ ْﻦ اﳊَْ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ا ْﳍَْﻴﺜ َِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋَﻮ ٌ َﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَةً ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ﱠن ﻓَﺎ ِرﺳًﺎ َﻣﻠﱠﻜُﻮا اﺑْـﻨَﺔَ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﱠﱯ َ اﻟﻨِ ﱠ
66
Susunan yang terdapat dalam Sunan al-Tirmiżī :
َﲏ ﺼﻤ ِ َﺎل َﻋ َ ﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ َ ِث َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﲪَُﻴْ ٌﺪ اﻟﻄﱠﻮِﻳ ُﻞ َﻋ ْﻦ اﳊَْ َ َﲎ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺧَﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﳊَْﺎر ِ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟْ ُﻤﺜـ ﱠ َﺎل َﺎل َﻣ ْﻦ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَﻔُﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا اﺑْـﻨَﺘَﻪُ ﻓَـﻘ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُﻮل ا ﱠِ َ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ِﻣ ْﻦ َرﺳ ِ ا ﱠُ ﺑِﺸ ْ ْل ْت ﻗـَﻮ َ ﺼ َﺮةَ ذَﻛَﺮ ُ ﺸﺔُ ﻳَـﻌ ِْﲏ اﻟْﺒَ ْ َﺖ ﻋَﺎﺋِ َ َﺎل ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ ﻗَ ِﺪﻣ ْ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَةً ﻗ َ ﱠﱯ َ اﻟﻨِ ﱡ ﺼ َﻤ ِﲏ ا ﱠُ ﺑِ ِﻪ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻌ َ ُﻮل ا ﱠِ َ َرﺳ ِ
67
Susunan yang terdapat dalam Sunan al-Nasā`ī :
َﲏ ﺼﻤ ِ َﺎل َﻋ َ ﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ َ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﲪَُْﻴ ٌﺪ َﻋ ْﻦ اﳊَْ َ ِث ﻗ َ َﲎ ﻗَﺎ َل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﺧَﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﳊَْﺎر ِ أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟْ ُﻤﺜـ ﱠ َﺎل ﻟَ ْﻦ َﺎل َﻣ ْﻦ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَﻔُﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑِْﻨﺘَﻪُ ﻗ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُﻮل ا ﱠِ َ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ِﻣ ْﻦ َرﺳ ِ ا ﱠُ ﺑِﺸ ْ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَةً
68
Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī (Beirut: Daar al-Fikr, 2006), Juz.3, h. 89. 66 Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī, Juz.4, h.265. 67 Abī ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah, al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai al-Turasi al-‘Arabi, 1995), Juz.4, h.527. 68 Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Fikr, 1930), Juz.8, h.227. 65
36
Susunan yang terdapat dalam Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal :
َﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم أَ ْﺳﻨَ ُﺪوا َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ ﱠﱯ ِّ َِْﲕ َﻋ ْﻦ ﻋُﻴَـ ْﻴـﻨَﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛ َِﲏ أَِﰊ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ َﻋ ْﻦ اﻟﻨ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﳛ 69
ٍأَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ إ َِﱃ ا ْﻣ َﺮأَة
ُﻮل ﻟَ ْﻦ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـﻘ َ ُِﻮل ا ﱠ َ ْﺖ َرﺳ ُ َﺎل َِﲰﻌ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻋُﻴَـ ْﻴـﻨَﺔُ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ 70
ٍﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ أَ ْﺳﻨَﺪُوا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ إ َِﱃ ا ْﻣ َﺮأَة
ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ْﻦ َ ُِﻮل ا ﱠ ُ َﺎل َرﺳ َ َﺎل ﻗ َ ﺴ ِﻦ ﻋَﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ َﺮةَ ﻗ َ ََْك َﻋ ْﻦ اﳊ ٌ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋﻔَﺎ ُن ﺑْﻦ ُﻣ ْﺴﻠِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣﺒَﺎر 71
ٌﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ ﲤَْﻠِ ُﻜ ُﻬ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة
Setelah dilakukan takhrīj al-ḥadīṡ, maka dapat di ketahui bahwa terdapat tujuh (7) hadis tentang kepemimpinan perempuan yang terdapat dalam empat (4) sumber kitab hadis, yaitu :
Sumber Kitab
Jumlah Hadis
خ
2
ت
Bab
Kitab
ﱯ اﱃ ﻛﺸﺮى وﻗﻴﺼﺮ ّ ّﺑﺎب ﻛﺘﺎب اﻟﻨ
ﻣﻐﺎزى ﻓﱳ
اﻟﻔﺘﻨﺔ اﻟﱴ ﲤﻮج ﻛﻤﻮج اﻟﺒﺤﺮ
1
ﻓﱳ
ﻣﺎﺟﺎء ﰱ اﻟﻨّﻬﻲ ﻋﻦ ﺳﺐ اﻟﺮّﻳﺎح
ن
1
ﻗﻀﺎة
اﻟﻨّﻬﻲ ﻋﻦ اﺳﺘﻌﻤﺎل اﻟﻨّﺴﺎء ﰱ اﳊﻜﻢ
ﺣﻢ
3
Musnad Penduduk Bashrah
ﺣﺪﻳﺖ اﰉ ﺑﻜﺮة ﻧﻔﻴﻊ ﺑﻦ اﳊﺎرث ﺑﻦ ﻛﻠﺪة
Tabel. 1. Hasil Takhrij Hadis Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal (Beirut: Muassasah alRisalah, 1995), No hadis 20402, Juz. 24, h. 43. 70 Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal, No hadis 20474, Juz. 24, h. 120. 71 Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal, No hadis 20517, Juz. 24, h. 149. 69
37
C. Kegiatan Penelitian Hadis Penelitian hadis merupakan tolak ukur untuk meneliti kualitas sebuah hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis. Kualitas hadis ini sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan hadis yang bersangkutan.72 Para ulama muḥaddiṡīn melakukan penelitian ini dilihat dari dua segi, yaitu penelitian melalui sanad hadis dan peneletian melalui matan hadis. Berikut langkah-langkah dalam penelitian hadis dari segi sanad hadis dan matan hadis. 1. Penelitian Sanad Hadis Sanad ialah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.73 Ada tiga peristiwa penting yang mengharuskan adanya penelitian sanad hadis. Pertama, pada zaman Nabi Muhammad saw tidak seluruh hadis tertulis. Kedua, sesudah zaman Nabi saw. terjadi pemalsuan hadis. Ketiga, penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis. 74 Kritik sanad dilakukan untuk mengetahui kebersambungan sebuah sanad dilihat dari guru dan muridnya serta tahun kelahirannya. Kegiatan ini merujuk kepada beberapa kitab, seperti Tahżīb al-Tahżīb, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` alRijāl, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah, dan kitab-kitab lainnya yang berkaitan dengan kritik sanad. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet ke-1, h. 28. 73 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet. ke-1, h.198. 74 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 11 72
38
a. Al-I’tibār Al-I’tibār menurut bahasa merupakan bentuk maṣdar dari kata i’tibara, yang berarti pemeriksaan terhadap sesuatu untuk mengetahui sesuatu yang lain yang sejenis.75 Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, i’tibār berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.76 Dengan dilakukannya i’tibār, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang sedang diteliti, demikian juga dengan nama-nama periwayatnya dan metode periwayat yang digunakan untuk masing-masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan dari i’tibār adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya, dilihat dari ada tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutabi’ 77 dan syahīd. 78 Melalui i’tibār ini akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki syahīd dan mutabi’ ataukah tidak.
75
Mahmud Thahhan, Intisari Ilmu Hadis (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 154.
76
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet ke-1, h. 51. 77
Yang dimaksud dengan mutabi’ adalah periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi saw. 78
Yang dimaksud dengan syahīd adalah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabisaw.
39
Hadis yang sedang diteliti ini diriwayatkan oleh satu orang sahabat, yaitu Abī Bakrah. Sedangkan mukharrijnya terdiri dari empat orang, yaitu Imām al-Bukhārī, al-Tirmiżī, al-Nasā`ī, dan Aḥmad ibn Ḥanbal. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti hadis dengan mukharrijnya adalah Aḥmad ibn Ḥanbal. Pada semua jalur periwayatan hadis, periwayat pertama adalah Abī Bakrah, karena beliau adalah seorang sahabat Nabi saw. Nama asli beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah. Kemudian pada periwayat kedua disebutkan dengan lafadz abīhi, yang mana ini menandakan bahwa abīhi ini adalah ayah dari ‘Uyainah. Setelah penulis melakukan penelusuran, ternyata ditemukan bahwa abīhi ini ialah ‘Abd al-Raḥmān ibn Jausyani al-Gaṭāfanī alBaṣrī. Selain itu, terdapat perbedaan metode periwayatan yang digunakan oleh para periwayat dalam sanad hadis tersebut. Lambang-lambang metode periwayatan yang digunakan antara lain ḥaddaṡanā, akhbaranā, qāla, ‘an, ḥaddaṡanī, dan sami’tu. Dalam hadis tersebut terdapat mutabi’, yaitu al-Ḥasān sebagai mutabi’ bagi Abīhi, dan Muḥammad ibn Bakr sebagai mutabi’ bagi Yaḥyā ibn Sa’īd. Sedangkan untuk syahīd, tidaklah ditemukan karena hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat, yakni Abī Bakrah.79
79
Lihat pada skema sanad hadis, pada h. 10.
40
b. Kritik Sanad Hadis Dalam kritik sanad ini, penulis hanya akan meneliti tiga sanad yang ada dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal dari riwayat Abī Bakrah. Ketiga sanad itu masing-masing dari jalur Muḥammad ibn Bakr, Yaḥyā, dan ‘Affān ibn Muslim. Penulis memilih kitab Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal ini karena merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kutub al-sittah pada tingkat keenam (terakhir). Berikut ini adalah bentuk sanad hadis yang terdapat di dalam beberapa kitab hadis setelah dilakukannya takhrīj al-ḥadīṡ. Perbandingan Sanad Hadis
No Mukharrij 1 2
خ
Sanad Hadis
ْف َﻋ ْﻦ اﳊَْ َﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮَة ٌ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ا ْﳍَْﻴﺜَ ِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋَﻮ ْف َﻋ ْﻦ اﳊَْ َﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮَة ٌ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ا ْﳍَْﻴﺜَ ِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋَﻮ
3
ت
ََﻦ اﳊَْ َﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮة ْ ِث َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﲪَُْﻴ ٌﺪ اﻟﻄﱠﻮِﻳ ُﻞ ﻋ ِ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟْ ُﻤﺜـ ﱠَﲎ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﺧَﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﳊَْﺎر
4
ن
ََﺎل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﲪَُْﻴ ٌﺪ َﻋ ْﻦ اﳊَْ َﺴ ِﻦ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮة َ ِث ﻗ ِ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﺧَﺎﻟِ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﳊَْﺎر َ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﻟْ ُﻤﺜـ ﱠَﲎ ﻗ َﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮَة ْ َﻦ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛ َِﲏ أَِﰊ ﻋ ْ َْﲕ ﻋ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳛ
5 6 7
ﺣﻢ
َﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮَة ْ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔُ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴ ِﻪ ﻋ َك َﻋ ْﻦ اﳊَْ َﺴ ِﻦ ﻋَﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜَﺮَة ٌَﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋﻔَﺎ ُن ﺑْﻦ ُﻣ ْﺴﻠِﻢ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣﺒَﺎر Tabel. 2. Perbandingan Sanad Hadis
41
SKEMA SANAD HADIS رﺳول ﷲ ﺻل ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم
ﺳﻣﻌت
ﻋن
ﻗﺎل
w 52 H
اﺑﻰ ﺑﻛرة
ﻋن
ﻋن
w-H
w 110 H
اﺑﯾﮫ
اﻟﺣﺳن
ﻋن
ﻋن
ﻋن
w-H
w 165 H
w 146 H
w 142 H
ﻋﯾﯾﻧﺔ
ﻣﺑﺎرك
ﻋوف
ﺣﻣﯾد اﻟطوﯾل
ﻋن
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
w 198 H
w 204 H
w 220 H
w 210 H
w 186 H
ﯾﺣﯾﻰ
ﻣﺣﻣّد ﺑن ﺑﻛر
ﻋﻔﺎن ﺑن ﻣﺳﻠم
ﻋﺛﻣﺎن ﺑن اﻟﮭﯾﺛم
ﺧﺎﻟد ﺑن اﻟﺣﺎرث
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﺣد ّﺛﻧﺎ
ﻋن
ﺣدﺛﻧﻰ
w 252 H w 256 H w 241 H
ﺣم
ﻣﺣﻣّد ﺑن اﻟﻣﺛﻧّﻰ
خ ﺣد ّﺛﻧﺎ
اﺧﺑرﻧﺎ
w 279 H
w 303 H
ت
ن
42
Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur Yaḥyā No
Nama Periwayat
Urutan Sebagai Periwayat
Urutan Sebagi Sanad
1 2 3 4 5
Aḥmad ibn Ḥanbal Yaḥyā ‘Uyainah Abīhi Abī Bakrah
Periwayat ke 5 Periwayat ke 4 Periwayat ke 3 Periwayat ke 2 Periwayat ke 1
Mukharrij Sanad 1 Sanad 2 Sanad 3 Sanad 4
Tabel. 3. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur Yahya
1. Aḥmad ibn Ḥanbal Nama lengkap beliau adalah Aḥmad ibn Muḥamad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl al-Syaibānī al-Mawarżī al-Bagdādī. Beliau dikandung ibunya di Marwā lalu dilahirkan pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 163 H, dan dibesarkan di Bagdad dalam keadaan yatim.80 Dikalangan sahabatnya, beliau dikenal dengan nama Abū ‘Abdullāh.81 Beliau meninggal pada hari Jum’at, bulan Rabi’ul awal tahun 241 H (855 M) di Bagdad dan dimakamkan di Marwaz.82 Jenazah beliau diantar oleh 800.000 orang lakilaki dan 600.000 perempuan, serta orang-orang Nasrani, Yahudi, dan Majusi sekitar 20.000 orang.83 Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa, karenanya, setiap kali mendengar ada ulama yang terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang
Sahliono, Biografi dan Tingkatan Perawi Hadis (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), Cet Ke-1, h.164. 81 Al-Shalih, Ulama al-Hadis, h. 394 82 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al-Hadis (Bandung: Alma’arif, 1974), h. 375 83 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Musthalah al-Hadis (Jakarta: PT. Bina Ilmu, tt), h.92 80
43
ulama. Di antara daerah-daerah yang beliau kunjungi untuk menimba ilmu adalah : Baṣrah, Kuffah, Makkah, Yamān, Waṣīṭ, Meṣīr, dan linnya.84 Imām al-Syafī’ī mengatakan tentang diri Imām Aḥmad ibn Ḥanbal sebagai berikut, “Setelah saya keluar dari Bagdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh, dan lebih berilmu daripada Aḥmad ibn Ḥanbal”.85 Guru-guru beliau di bidang hadis sangatlah banyak, di antaranya ialah: Sufyān ibn ‘Uyainah, Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, ‘Afān ibn Muslim, Ibrāhīm ibn Sa’ad, Abū Bakr ibn Iyās, Muḥammad ibn Bakr, Yazīd ibn Ḥarūn, ibn Ubaid al-Tanaffus, Yaḥyā, dan lain-lain. Sedangkan yang meriwayatkan hadis dari beliau antara lain adalah: ‘Alī ibn al-Madīnī, Aḥmad ibn Abī al-Ḥawāri, Yaḥyā ibn Ma'īn, Aḥmad ibn Ṣalīḥ al-Miṣrī, dan lain-lain Penilaian para kritikus hadis tehadap beliau: (a) Abū 'Ubaidah menuturkan: “Ilmu kembali kepada empat orang”, kemudian beliau menyebutkan Aḥmad ibn Ḥanbal, dan dia berkata: “Dia adalah orang yang paling faqīh diantara mereka.” (b) Abū Ja'fār al-Nufail menuturkan: “Aḥmad ibn Ḥanbal termasuk dari tokoh agama”, (c) Ibn Ḥibbān mengemukakan bahwa Ia adalah seorang Ahli Fiqih.
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al-Hadis, h. 373 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet. ke-1, h.229. 84 85
44
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aḥmad ibn Ḥanbal berstatus tokoh agama dan ahli fiqih”. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni Yaḥyā adalah “Muttasil”, karena saling bertemu. 2. Yaḥyā Nama lengkap beliau adalah Yaḥyā ibn Sa’īd ibn Farūkh al-Qaṭṭān al-Tamīmī, Abū Sa’īd al-Biṣrī.86 Beliu meninggal pada tahun 198 H. Diantara guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Abān ibn Ṣam’āh, Ismā’īl ibn Abī Khālid, Ja’fār ibn Muḥammad, ‘Uyainah, Hātim ibn Abī Ṣagīrah, Hajjāj ibn Abī ‘Uṡmān, Ḥammād ibn Salamah, Ḥumaid al-Ṭawīl, Yazīd ibn Abī ‘Ubaid, dan yang lainnya. Sedangkan muridmurid yang meriwayatkan hadis darinya antara lain ialah: Ibrāhīm ibn Muḥammad, Aḥmad ibn Ṡābit, Aḥmad ibn Ḥanbal, Ishāq ibn Manṣūr, Ismā’īl ibn Mas’ūd, Sufyān al-Ṡaurī, Zaid ibn Akhzām, Sufyān ibn ‘Uyainah, Sahl ibn Ṣālīḥ, Syu’bah ibn al-Hajjāj, dan masih banyak murid yang lainnya. Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah, ma’mūn. (b) Imām al-‘Ijlī, menilainya ṡiqqah. (c) Abū Zur’ah, menilainya dengan ṡiqqah. (d) Abū Ḥātim, menilainya dengan ṡiqqah, ḥāfiẓ. (e) Imām al-Nasā`ī, menilainya dengan ṡiqqah. 87
Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, (Beirut: Muassasah al-Risālah, tt), Juz. 31, h. 329 87 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb (Beirut: Dār alFikr, 1415 H/1995 M), Juz. 4, h. 359. 86
45
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yaḥyā berstatus ṡiqqah dan ḥāfiẓ. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni ‘Uyainah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 3. ‘Uyainah Nama lengkap beliau adalah ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Jausyanī, Abū Mālik al-Baṣrī.88 Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Ayyūb ibn Mūsā, ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī, ‘Alī ibn Zaid ibn Jud’ān, Qāsim ibn Rabī’ah ibn Jausyanī, Marwān al-Aṣfar, Nafī’ Maulā ibn ‘Umar, dan Abā Zubair al-Makī. Sedangkan murid-murid beliau antara lain : Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, Asḥal ibn Ḥātim, Sa’īd ibn Sufyān, Sahl ibn Yūsuf, Muḥammad ibn ‘Abdullāh, Yaḥyā, Yazīd ibn Hārūn, dan yang lainnya. Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah. (b) Ibn Ḥajār, menilainya dengan ṣadūq. (c) Imām al-Żahabī, menilainya dengan ṡiqqah. (d) Abū Ḥātim, menilainya dengan ṣadūq. (e) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya dalam kitab al-ṡiqqāh (f) Imām al-Nasā`ī, menilainya dengan ṡiqqah. (g) Imām al-Tirmizī, menilainya dengan ṣaḥīḥ. Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ‘Uyainah berstatus ṡiqqah, ṣadūq dan ṣaḥīḥ. Selain itu, antara beliau dengan
88
Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 23, h. 77
46
gurunya, yakni ‘Abd al-Rahmān (abīhi) adalah “Muttasil”, karena mereka berdua saling bertemu. 4. Abihi Nama lengkap beliau adalah ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī alGaṭāfanī al-Baṣrī.89 Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Buraidah ibn alḤuṣaib al-Aslamī, Rabī’ah ibn Jausyanī, Sanūrah ibn Jundab, Abū Bakrah al-Ṡaqafī, ‘Abdullāh ibn ‘Abbās, ‘Abdullāh ibn ‘Umar ibn alKhattāb, dan ‘Uṡmān ibn ‘Āṣ. Sedangkan untuk murid beliau hanyalah satu orang, yaitu putranya sendiri, yakni ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī. Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Ibn Ḥajār, menilainya dengan ṡiqqah. (b) Abū Zur’ah, menilainya ṡiqqah. (c) Imām al-Tirmizī, menilainya dengan ṣaḥīḥ. (d) Ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah Insyā Allāh. (e) Imām al-‘Ijlī, menilainya dengan ṡiqqah. Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa ‘Abd al-Rahmān berstatus ṡiqqah dan ṣaḥīḥ. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni Abī Bakrah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
89
Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 17, h.34
47
5. Abī Bakrah Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī. Dikatakan pula bahwa nama beliau ialah Nafai’ ibn Masrūḥ.90 Menurut al-Mufaḍḍal ibn Gassān al-Galābī, beliau wafat 52 H di Bashrah.91 Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulallah saw. Sedangkan murid-murid beliau antara lain : Ibrāhīm ibn ‘Abd al-Rahmān ibn ‘Auf, Baḥr ibn Marrār ibn ‘Abd al-Rahmān, al-Ḥasān al-Baṣrī, Abū ‘Uṡmān, Sa’īd ibn Abī al-Ḥasān, ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyani al-Gaṭāfanī, ‘Abd al-‘Azīz ibn Abī Bakrah, Muḥammad ibn Sirīn, Abū ‘Uṡmān alNahdī, dan masih ada yang lainnya.92 Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Menurut ibn Ḥajār, beliau adalah seorang sahabat. (b) Imām al-Żahabī, menilainya dengan seorang sahabat. (c) Menurut al-Ḥāfiẓ Abū Nu’īm al-Aṣbahānī, beliau adalah seorang laki-laki yang shalih. Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Abī Bakrah berstatus seorang sahabat Nabi saw. Mengingat posisi Abu Bakrah sebagai sahabat Nabi saw, para ulama jarḥ wa ta’dīl tidak mempersoalkan tentang ’adalahnya, karena para sahabat mempunyai sifat
Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah (Kairo: Maktabah Ibn Tamiyah, 1993 H), Juz. 6, h. 369 91 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 30, h. 8 92 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 4, h. 238 90
48
yang adil, sehingga semua ulama sepakat bahwa al-ṣahābī kulluhum ‘udul.93 Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur Muḥammad ibn Bakr
No
Nama Periwayat
Urutan Sebagai Periwayat
Urutan Sebagi Sanad
1 2 3 4 5
Aḥmad ibn Ḥanbal Muḥammad ibn Bakr ‘Uyainah Abīhi Abī Bakrah
Periwayat ke 5 Periwayat ke 4 Periwayat ke 3 Periwayat ke 2 Periwayat ke 1
Mukharrij Sanad 1 Sanad 2 Sanad 3 Sanad 4
Tabel. 4. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur Muhammad ibn Bakr
1. Aḥmad ibn Ḥanbal (telah dijelaskan di halaman 41) Aḥmad ibn Ḥanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari Muḥammad ibn Bakr dengan ungkapan ḥaddaṡanā. Kemudian antara beliau dengan gurunya, Muhḥmmad ibn Bakr adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 2. Muḥammad ibn Bakr Nama lengkap beliau adalah Muḥammad ibn Bakr ibn ‘Uṡmān alBursānī, Abū ‘Abdullāh. Kunyah beliau ialah Abū ‘Uṡmān al-Baṣrī.94 Beliau wafat pada tahun 204 H. Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Ḥumaid ibn Mihrān, Sulaimān ibn ‘Ubaid, Syu’bah ibn al-Hajjāj, Ṣadaqah ibn Abī ‘Imrān, ‘Uyainah, ‘Uṡmān ibn Abī Rawwād, Hisyām ibn Ḥasān, Yaḥyā ibn Qais, 93 94
Ibnu Ahmad ‘Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis (Sidoarjo: Mashun, 2008), h.5 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz.24, h.530
49
Yūnus ibn Yazīd, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau antara lain : Aḥmad ibn Manṣūr, Aḥmad ibn Ḥanbal, Ishāq ibn Manṣūr, Ḥātim ibn Bakr, Zaid ibn Akhzam, Sufyān ibn Waki’, Muḥammad ibn Ḥātim, Muḥammad ibn Yaḥyā al-Żuhlī, dan yang lainnya.95 Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Ḥanbal ibn Ishāq, menilainya dengan ṡāliḥ al-ḥadīṡ. (b) ‘Uṡmān ibn Sa’īd, menilainya dengan ṡiqqah. (c) Muḥammad ibn Sa’ad, menilainya ṡiqqah. (d) Yaḥyā ibn Ma’īn, menilainya dengan ṡiqqah. (e) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya dalam kitab al-ṡiqqāh. Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa Muḥammad ibn Bakr berstatus ṡiqqah. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni ‘Uyainah adalah “Muttasil”, karena mereka berdua saling bertemu.
3. ‘Uyainah (telah dijelaskan di halaman 44) Nama lengkap beliau adalah ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Jausyanī, Abū Mālik al-Baṣrī. 4. Abīhi (telah dijelaskan di halaman 45) Yakni ‘Abhd al-Rahmān ibn Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Baṣrī 5. Abī Bakrah (telah dijelaskan di halaman 46) Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī.
95
Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 3, h. 522.
50
Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur ‘Affān ibn Muslim
No
Nama Periwayat
Urutan Sebagai Periwayat
Urutan Sebagi Sanad
1 2 3 4 5
Ahmad ibn Hambal ‘Affān ibn Muslim Mubārak Al-Ḥasān Abī Bakrah
Periwayat ke 5 Periwayat ke 4 Periwayat ke 3 Periwayat ke 2 Periwayat ke 1
Mukharrij Sanad 1 Sanad 2 Sanad 3 Sanad 4
Tabel. 5. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur ‘Afan ibn Muslim
1. Aḥmad ibn Ḥanbal (telah dijelaskan di halaman 41) Aḥmad ibn Ḥanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari ‘Affān ibn Muslim dengan ungkapan ḥaddaṡanā. Kemudian antara beliau dengan gurunya, yakni ‘Affān ibn Muslim adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 2. ‘Affān ibn Muslim Nama lengkap beliau adalah ‘Affān ibn Muslim ibn ‘Abdullāh alṢafār, Abū Uṡmān al-Baṣrī. Menurut Abū Dāud, beliau meninggal pada tahun 220 H di Bagdad.96 Guru-guru beliau dalam bidang hadis antaralaian ialah : Syu’bah, Abdullāh ibn Bakr, Mubārak, Hammām ibn Yaḥyā, Salīm ibn Ḥayyān, Aswād ibn Syaibān, Ziyad, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau antaralaian : Bukhārī, Hajjāj ibn Syā’ir, Imām al-Dārimī, Abī Mūsā
96
175.
Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 20, h.
51
Hārūn, Aḥmad ibn Ḥanbal, Abī Bakr ibn Abī ‘Attāb, Ḥasān ibn Muḥammad, dan yang lainnya. Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Abū Ḥātim, menilainya dengan ṡiqqah, imām, muttaqīn. (b) Abū Aḥmad ibn ‘Adī, menilainya dengan asyharu. (c) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya dalam kitab al- ṡiqqāh. (d) Ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah, kaṡīr al-ḥadīṡ. Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ‘Affān ibn Muslim berstatus ṡiqqah dan muttaqīn. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni Mubārak adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 3. Mubārak Nama lengkap beliau adalah Mubārak ibn Faḍālah ibn Abi Umayyah al-Qurasī. Kunyah beliau adalah Abū Fuḍālah.97 Menurut Abū Bakr ibn Abī Khaisamah, beliau meninggal pada tahun 166 H.98 Guru-guru beliau dalam bidang hadis antara lain: Ṡābit al-Bunānī, Ḥabīb ibn Abī Ṡābit, ‘Alī ibn Zaid, Ḥasān al-Baṣrī, Hisyaā ibn ‘Urwah, Yūsūf, Yūnus ibn ‘Ubaid, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau antaralaian : Ibrāhīm ibn Ḥumaid al-Ṭawīl, Ḥabbān ibn Hilāl, Hajjāj ibn Muḥamad, Sulaimān ibn Ḥarb, Syaibān ibn Farūkh, ‘Affān ibn Muslim, Mūsā ibn Ismā’īl, Yaḥyā ibn Żakariyā, dan yang lainnya.
97 98
190.
Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 4, h. 18. Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 27, h.
52
Penilaian para kritikus hadis tehadap beliau : (a) Imām al-Nasā`ī, menilainya dengan ḍa’īf.
(b) ‘Amr ibn ‘Alī, saya mendengar ‘Affān
berkata bahwa beliau ṡiqqah. (c) ‘Abdullāh ibn Aḥmad, menilainya dengan ḍa’īf al-ḥadīṡ. (d) Abū Bakr ibn Abī Khaisamah, menilainya dengan ḍa’īf. Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa Mubārak berstatus ḍa’īf. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni al-Ḥasān adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 4. Al-Ḥasān Nama lengkap beliau adalah al-Ḥasān ibn Abī al-Ḥasān, Yasār alBaṣrī, Abū Sa’īd.99 Menurut Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, beliau meninggal pada bulan Rajab tahun 110 H.100 Guru-guru beliau dalam bidang hadis antara lain : Usāmah ibn Zaid, Anas ibn Mālik, Sa’īd ibn Ubādah, ‘Abdullāh ibn ‘Abbās, Abī Bakrah, Abī Hurairah, Anas ibn Ḥākim, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau antaralaian : Ishāq ibn Rabī’, Ismā’īl ibn Muslim, Mubārak ibn Faḍālah, Mālik ibn Dīnār, Gālib al-Qaṭṭān, Abān ibn Ṣālih, dan yang lainnya.
99
Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 1, h. 388. Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 6, h.
100
126
53
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad, menilainya ṡiqqat, ma’mūn. (b) Mūsā ibn Ismā’īl, mengatakan bahwa Ḥasān adalah syaikh ahl Baṣrah. Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yaḥyā berstatus ṡiqqat, dan ma’mūn. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni Abī Bakrah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu. 5. Abī Bakrah (telah dijelaskan di halaman 46) Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī.
c. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis Berdasarkan pemaparan tentang jarh wa ta’dil periwayat di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : -
Adanya ketersambungan sanad antara periwayat yang satu dengan periwayat yang lainnya. Artinya, para periwayat saling bertemu dan benarbenar menerima hadis dari periwayat diatasnya sehingga terdapat keterkaitan guru dan murid diantara mereka. Selain itu lambang lafaz periwayatan yang digunakannya ialah ḥaddaṡanā, akhbaranā, qāla, ‘an, ḥaddaṡanī, dan sami’tu.
-
Periwayat hadis pada umumnya mereka semua adalah ‘adil dan ḍabit. Dalam artian, mereka kuat hafalan hadisnya dan mampu menyampaikan hadis tersebut kepada orang lain dengan baik. Akan tetapi ada satu orang
54
yang dinilai cacat dengan pernyataan ḍa’īf, yakni al-Mubārak (terdapat dalam hadis Aḥmad ibn Ḥanbal dari jalur ‘Affān ibn Muslim), sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas hadis ini ḍa’īf. Namun terdapat penguat dari jalur lain (terdapat muttabi’ bagi al-Mubārak, yakni ‘Auf) yang terdapat dalam jalur Imām al-Bukhārī. Tanpa perlu melakukan penelitian, penulis beranggapan bahwa semua hadis yang terdapat dalam Kitāb Ṣaḥīḥ al-Bukhārī berkualitas Ṣaḥīḥ. Menurut imam adz-Dzahabi, Ṣaḥīḥ alBukhārī adalah sebuah buku Islam yang paling agung sesudah alQur’an.101 Dengan adanya penguat dari jalur Imām al-Bukhārī tersebut, maka kualitas hadis ini menjadi Ḥasan li Ghairih.102
Hussein Bahreisy, Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari (Surabaya: alIkhlas, 1992), h. Ix. 102 Ḥadīṡ Ḥasan li gairih adalah ḥadīṡ ḍa’īf yang karena perawinya buruk hafalannya (su`u al- ḥifẓi), tidak dikenal identitasnya dan menyembunyikan kecacatan (mudallis) yang naik derajatnya menjadi Ḥasan li gairih karena dibantu oleh hadis-hadis lain yang semisal dan semakna atau karena banyak perawi yang meriwayatkannya (mempunyai muttabi’ atau syahid). 101
55
Kualitas Perawi Hadis Dari Aḥmad ibn Ḥanbal Tabel A No
Nama Perawi
Kualitas
Tahun Wafat
1
Abī Bakrah
Seorang Sahabat
52 H
2
‘Abd al-Rahmān
Ṡiqqah Ṣahīh
Tt
3
‘Uyainah
Ṡiqqah Ṣadūq
Tt
Yaḥyā
Ṡiqqah Ḥafīẓ
198 H
Muḥ. Ibn Bakr
Ṣiqqah Ṣahīh
204 H
Aḥmad ibn Ḥanbal
Ahl Fiqh Ṣālih
241
4
5
Ḥasān
Tahun Wafat 110 H
Jarak Usianya 58 Tahun
‘Abd al-Rahmān
Tt
Tt
‘Uyainah
Tt
Tt
Yaḥyā
198 H
Tt
Muḥ. Ibn Bakr
204 H
Tt
Murid
43 Tahun Aḥmad ibn Ḥanbal
241 H 37 Tahun
Tabel. 6. Dari Jalur Muhammad ibn Bakr dan Jalur Yahya
Tabel B No
Nama Perawi
Kualitas
Tahun Wafat
Ḥasān
Tahun Wafat 110 H
Jarak Usianya 58 Tahun
1
Abī Bakrah
Seorang Sahabat
52 H
‘Abd al-Rahmān
-H
-H
2
Ḥasān
Ṡiqqah Ma’mūn
110 H
Mubārak
165 H
55 Tahun
3
Mubārak
Ḍa’īf
165 H
‘Affān ibn Muslim
220 H
55 Tahun
4
‘Affān ibn Muslim
Ṡiqqah Muttaqīn
220 H
Aḥmad ibn Ḥanbal
241 H
21 Tahun
5
Aḥmad ibn Ḥanbal
Ahl Fiqh Ṣālih
241 H
Murid
Tabel. 7. Dari Jalur ‘Afan ibn Muslim
56
2. Penelitian Matan Hadis Kritik matan hadis termasuk kajian yang jarang dilakukan oleh muhaddiṡin jika dibandingkan dengan kegiatan mereka terhadap kritik sanad hadis. Tindakan tersebut bukan tanpa alasan, menurut mereka bagaimana mungkin dapat dikatakan hadis Nabi saw. kalau tidak ada silsilah yang menghubungkan kita sampai kepada sumber hadis (Nabi Muhammad saw). Kalimat yang baik susunan katanya dan kandungannya sejalan dengan ajaran Islam, belum dapat dikatakan sebagai hadis apabila tidak ditemukan rangkaian periwayat yang sampai kepada Rasulullah saw. Sebaliknya, tidaklah bernilai sanad hadis yang baik kalau matannya tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.103 a. Asbāb al-Wurūd al-Ḥadīṡ Untuk memahami sebuah hadis, tidak cukup hanya mendalami maknanya secara tekstual, akan tetapi harus pula memahami apa yang menjadi latar belakang hadis tersebut keluar dari lisan mulia Rasulallah saw. Asbāb al-Wurūd dipahami sebagai :
اﳊﺪﻳﺚ وﻣُﻨﺎﺳﺒﺎﺗﻪ ِ أﺳﺒﺎب وروِد ُ ﻳﻌﺮف ﺑﻪ ُ ﻋﻠ ٌﻢ Ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadis dan munasabahmunasabahnya.104
Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 59-60 104 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), Cet ke-5, Jilid.2, h. 296. 103
57
Dapat disimpulkan bahwa asbāb al-wurūd ini menjelaskan kronologis kejadian yang melatarbelakangi sebuah hadis. Faidah dari mengetahui asbāb al-wurūd sebuah hadis adalah untuk membantu dalam menjelaskan maksud kandungan hadis tersebut.105 Ibn Taimiyah berkata: “Mengetahui sebab itu menolong dalam memahami hadis dan ayat al-Qur’an, sebab mengetahui sebab itu dapat mengetahui musabbab (akibat).”106 Setelah dilakukan pencarian, akhirnya dapat diketahui bahwa hal yang melatarbelakangi munculnya hadis tentang kepemimpinan perempuan ini adalah sebagai berikut : Dari Abī Bakrah, ia berkata bahwa Nabi saw. mengucapkan hadis ini ketika mengetahui bahwa orang-orang Persia telah menunjuk seorang perempuan untuk memimpin mereka setelah raja Kisra meninggal. Kemudian Nabi saw. bertanya:“Siapa yang menggantikan kepemimpinannya? Jawabnya: “Mereka telah mempercayakan kekuasaan kepada putrinya.” Saat itulah Nabi saw bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum jika dipimpin oleh seorang perempuan.” 107
Said Agil Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbab al-Wurud Studi Kritis Hadis Nabi: Pendekatan Sosio Historis Kontekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet ke-1, h.14. Lihat Kitab Asbāb Wurūd al-Ḥadīs karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Alamiyyah), h.10 106 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1987), Cet ke5, h. 286. Lihat juga dalam kitab Majmu’ Fatawa Syaikh al-Islam ibn Taimiyyah yang disusun oleh Syaikh Abdurrahman ibn Muhammad ibn Qasim (Riyadh: Daar ‘Alam al-Kutub), v.1, h.111. 107 Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud; Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet Ke-1, v.3, h.151. 105
58
b. Perbandingan Dengan al-Qur’an Salah satu kriteria keshahihan matan hadis ialah tidak bertentangan dengan al-Qur’an. Penelitian dengan pendekatan ini biasanya yang diteliti adalah kesesuaian antara matan hadis dengan al-Qur’an. Apabila matan suatu hadis bertentangan dengan ayat al-Qur’an dan kedudukannya tidak mungkin dikompromosikan, maka hadis tersebut tidak dapat diterima dan dinyatakan sebagai hadis ḍa’īf. 108 Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang secara langsung mendukung hadis yang penulis teliti, yaitu pada surat an-Nisa [4]: 34:
“Kaum laki-laki
..... ٱ ّ ِ َ ُل َ ٰ ُ نَ َ َ ٱ ّ ِ َ ٓ ِء
itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…” 109
Dalam fikih politik (siyasah) maupun fikih pernikahan (munakahah), kaum perempuan acap dipandang tak berhak menjadi pemimpin sebagai kepala pemerintahan maupun kepala keluarga.110 Imam al-Qurthubi,111 mengataka bahwa para lelaki (suami) didahulukan diberi hak kepemimpinan karena lelaki berkewajiban memberi nafkah kepada wanita dan membela mereka, lelaki juga yang hanya menjadi penguasa hakim, dan ikut bertempur. Sedangkan semua itu tidak terdapa dalam perempuan.
Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis (ttp: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), h. 365. Kementerian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka, 2012), h. 108 110 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 169. 111 Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Vol. 4, h.392 108 109
59
Selain itu, al-Zamakhsyari menyatakan bahwa tugas laki-laki memimpin perempuan sebagaimana pemimpin memimpin rakyat dalam bentuk perintah, larangan, dan yang semacamnya.112 Meskipun ayat di atas berbicara mengenai kepemimpinan laki-laki dalam sektor rumah tangga, namun ayat tersebut kerap kali digunakan sebagai senjata untuk melarang perempuan terjun dalam dunia kepemimpinan, khususnya kepemimpinan Negara. c. Perbandingan Dengan Hadis Lain Ulama hadis sepakat bahwa tidak diterima suatu hadis yang bertentangan dengan hadis yang telah mempunyai status yang tetap dan jelas.113 Berikut adalah perbandingan matan hadis-hadis kepemimpian perempuan No
Mukharrij
1
خ 2
Matan Hadis
َﺎل َ ْﺖ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ِس ﻗ َْﺪ َﻣﻠﱠ ُﻜﻮا َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﺑِﻨ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ﱠن أَ ْﻫ َﻞ ﻓَﺎر َ ُِﻮل ا ﱠ َ َﺎل ﻟَﻤﱠﺎ ﺑـَﻠَ َﻎ َرﺳ َﻗ ًﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ اﻣَْﺮأَة َﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ﱠن ﻓَﺎ ِرﺳًﺎ َﻣﻠﱠ ُﻜﻮا اﺑْـﻨَﺔ َ ﱠﱯ َﻞ ﻟَﻤﱠﺎ ﺑـَﻠَ َﻎ اﻟﻨِ ﱠ ِ ﻟََﻘ ْﺪ ﻧـَ َﻔﻌ َِﲏ ا ﱠُ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤ ٍﺔ أَﻳﱠﺎ َم اﳉَْﻤ ًَﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣَﺮأَة َ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ
3
ت
َﺎل َﻣ ْﻦ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُِﻮل ا ﱠ ِ ِﻦ َرﺳ ْ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ﻣ ْ ﺼﻤ َِﲏ ا ﱠُ ﺑِﺸ َ َﻋ .... ًﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣَﺮأَة َ ﱠﱯ َﺎل اﻟﻨِ ﱡ َ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَ ُﻔﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا اﺑْـﻨَﺘَﻪُ ﻓَـﻘ
4
ن
َﺎل َﻣ ْﻦ َ َﻚ ﻛِ ْﺴﺮَى ﻗ َ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ َﻫﻠ َ ُِﻮل ا ﱠ ِ ِﻦ َرﺳ ْ َﻲ ٍء َِﲰ ْﻌﺘُﻪُ ﻣ ْ ﺼﻤ َِﲏ ا ﱠُ ﺑِﺸ َ َﻋ َﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣَﺮأًَة َ ا ْﺳﺘَ ْﺨﻠَ ُﻔﻮا ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑِْﻨﺘَﻪُ ﻗ ٍَﺎل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم أَ ْﺳﻨَ ُﺪوا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ إ َِﱃ ا ْﻣَﺮأَة َﻗ
5
ﺣﻢ
6
ٍُﻮل ﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم أَ ْﺳﻨَ ُﺪوا أَْﻣَﺮُﻫ ْﻢ إ َِﱃ ا ْﻣَﺮأَة ُ ﻳـَﻘ ٌﻟَ ْﻦ ﻳـُ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم ﲤَْﻠِ ُﻜ ُﻬ ْﻢ ا ْﻣَﺮأَة
7
Tabel. 8. Perbandingan Matan Hadis Kepemimpinan Perempuan
112 113
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua,, h. 174. Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis, h. 368.
60
Berdasarkan redaksi hadis yang diriwayatkan oleh Imām al-Bukhārī sebanyak dua kali, Imām al-Tirmidżī sebanyak satu kali, Imām al-Nasā`ī sebanyak satu kali, dan Imām Aḥmad ibn Ḥanbal sebanyak tiga kali, terlihat terdapat beberapa perbedaan dalam menuliskan redaksinya. 114 Berikut adalah perbedaan redaksinya :
No
Mukharrij
1
خ
2
ت
3
ن
Redaksi Matan Yang Digunakan
ﻟَ ْﻦ ﻳُـ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم َوﻟﱠﻮْا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَ ًة
ٍﻟَ ْﻦ ﻳُـ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم أَ ْﺳﻨَﺪُوا أَ ْﻣ َﺮُﻫ ْﻢ إ َِﱃ ا ْﻣ َﺮأَة
ﺣﻢ
4
ٌﻟَ ْﻦ ﻳُـ ْﻔﻠِ َﺢ ﻗـ َْﻮٌم ﲤَْﻠِ ُﻜ ُﻬ ْﻢ ا ْﻣ َﺮأَة Tabel. 9. Perbedaan Redaksi Matan Yang Digunakan
Dari ketiga matan hadis di atas, perbedaan terlihat dari segi penggunaan katanya, yaitu wallaw amrahum, asnadū amrahum, dan tamlikuhum yang mempunyai arti menyerahkan, menyandarkan, dan menguasakan urusan. Meskipun terdapat perbedaan redaksi matan, namun tidak terdapat pertentangan dari segi maknanya. Secara umum, hadis di atas menyampaikan
Lihat pada kitab karya Imām al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī (Beirut: Daar alFikr, 2006) Juz 3, h. 89 dan Juz 4, h.265. Kitab karya Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah, al-Jāmi’ alṢaḥīḥ al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai al-Turasi al-‘Arabi, 1995) Juz 4, h.527. Kitab karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Fikr, 1930), Juz 8, h.227. Kitab karya Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1995) kitab Musnad penduduk Bashrah, Bab Hadis Abi Bakrah Nafi’ ibn alHaris ibn Kaldah, Juz. 24, h.43, h.120 dan h.149. 114
61
suatu berita bahwa tidak akan bahagia suatu kaum apabila dipimpim oleh seorang perempuan.115 d. Pendekatan Sejarah Dalam pendekatan ini, penulis akan melihat kepada dua kejadian. Pertama, kejadian dimana Nabi saw. mengeluarkan hadis ini. Kedua, kejadian yang menyebabkan sahabat Abu Bakrah mengeluarkan kembali periwayatan hadis ini dari Nabi saw. Kejadian pertama yang menyebabkan Nabi saw. mengeluarkan hadis ini adalah ketika Nabi saw. mendengar berita dari salah seorang sahabat tentang pengangkatan seorang perempuan bernama Buwaran binti Syairawaih bin Kisra yang diangkat menjadi pemimpin di Persia setelah raja Kisra meninggal. Kemudian Nabi saw. bersabda Tidak akan beruntung suatu kaum jika dipimpin oleh seorang perempuan. 116 Kejadian kedua yang menyebabkan sahabat Abu Bakrah mengeluarkan kembali hadis ini yang diperkirakan telah dituturkan oleh Nabi saw. 25 tahun yang lalu adalah peristiwa Perang Jamāl (perang unta). Perang ini terjadi di Bashrah pada tahun 656 M. Perang ini adalah antara pasukan Alī dan ‘Aisyah yang dipicu karena karena pembunuhan Khalīfah Uṡmān di Madinah. Ketika ‘Alī menjabat sebagai khalīfah, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh ‘Aisyah dengan alasan bahwa ‘Alī tidak mau menghukum para pembunuh Abdurrahman al-Baghdadi, Emansipasi, Adakah Dalam Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 176. 116 Muḥammad ibn ‘Abd al-Raḥmān al-Mubārakfūrī, Tuḥfat al-Aḥwāzī bi Syarḥ Jāmi’ alTirmizī (Beirut: Daar al-Kutub al-ilmiyyah, 1990), Juz.VI, h.447. 115
62
‘Uṡmān.117 Disaat perang Jamāl ini akan berlangsung, sahabat Abu Bakrah merasakan kegelisahan yang luar biasa, haruskah ia mengangkat senjata terhadap ‘Alī, saudara sepupu Nabi saw. dan Khalīfah yang sah, ataukah ia harus mengangkat senjata terhadap ‘Aisyah, istri tercinta Nabi saw ?? Pada akhirnya, meskipun Abu Bakrah sependapat dengan ‘Aisyah, namun Abu Bakrah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam perang Jamāl dengan alasan hadis tersebut.118 e. Pendekatan Bahasa Lafadz amrahum dalam hadis di atas menunjukan makna menyerahkan kepemimpinan secara umum kepada kaum perempuan.119 Hal inilah yang mengisyaratkan bahwa hadis ini berisi larangan untuk menyerahkan urusan kepemimpinan umum kepada perempuan. f. Kesimpulan Penelitian Matan Hadis Bila dilihat dari redaksi matan-matan hadis di atas, dapat dikatakan bahwa redaksi matan tersebut berkualitas ṣaḥīḥ. Hal ini disebabkan matan-matan hadis di atas tidak bertentangan dengan ayat al-Qur’an. Disamping itu pula, kandungan matan-matan hadis di atas tidak bertentangan antara satu dan lainnya, meskipun terdapat perbedaan pada sebagian teks hadisnya.
117
263.
A. Syalabi, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. al-Husna Rizka, 1997), Cet ke- 1, h.
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Daar al-Ma’rifat, 1379 H), Jilid 13, h.56. 119 Ahmad Sarwat, Fiqih Politik, DU Center Press, h. 118. 118
63
D. Syarh Hadis Dalam penjelasan ini, penulis akan mencantumkan beberapa pendapat ulama maupun pakar ilmuan, diantaranya : a. Imām al-Ṭabarī Imām al-Ṭabarī menyatakan bahwa walaupun kita menggunakan hadis tersebut sebagai dasar hukum, tetapi hanya menyangkut satu masalah khusus, yaitu bahwa perempuan tidak boleh memegang puncak pimpinan tertinggi Negara, perempuan tidak bisa menjadi khalifah, selain itu bisa.120 Sekalipun teks hadisnya itu berupa khabār (kalimat berita), namun mengandung celaan (żam) atas suatu kaum yang menyerahkan kekuasaan pemerintahannya kepada seorang perempuan berupa ancaman tiadanya keberuntungan atas mereka. Celaan ini merupakan indikasi adanya tuntutan yang bersifat pasti (jazm). b. Imam asy-Syaukani Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn Abdullah al-Syaukani. Beliau dilahirkan pada bulan Dzulqa’dah 1173 H dan wafat pada bulan Jumadil Akhir 1250 H. Beliau adalah seorang ulama besar, hakim, ahli fiqih dan mujaddid di Yaman. Dalam kitabnya yang berjudul Nail al-Authar, beliau berpendapat bahwa dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukan bahwa seorang
Lily Zakiah Munir (ed), Memposisikan Kodrat dan Perubahan Dalam Persfektif Islam (Bandung: Mizan, 1999), h. 72. 120
64
wanita bukanlah orang yang pantas dan berhak menjadi pemimpin. Bahkan tidak halal bagi suatu kaum mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin. Sedangkan menjauhkan diri dari perkara yang membawa kepada ketidakbahagiaan adalah wajib.121 Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imam al-Syaukani menyatakan perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, dengan alasan perempuan tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, disamping untuk menghindari hal yang dapat menyebabkan ketidakberuntungan. c. Imām al-Bagawī Imām al-Bagawī ini merupakan seorang ahli tafsir, hadis, dan ulama fiqih dari mazhab Syafi’i. Beliau dilahirkan pada tahun 436 H dan wafat pada tahun 516 H.122 Mengenai persoalan hadis kepemimpinan perempuan, Imām al-Bagawī tidak menyatakan apakah perempuan itu boleh atau tidak menjadi seorang pemimpin. Akan tetapi, dalam kitabnya berjudul Syarḥ al-Sunnah, beliau menyatakan bahwa para ulama sepakat bahwa perempuan tidak boleh menjadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya ialah karena pemimpin harus keluar rumah mengurusi permasalahan jihad dan urusan kaum muslim. Sedangkan perempuan adalah aurat dan tidak boleh keluar rumah. Perempuan itu lemah, tidak Muḥammad ‘Alī ibn Muḥammad Al-Syaukānī, Nail al-Auṭār : Kitāb al-Aqḍiyah wa alAḥkām : Bābu al-Man’i min wilāyah al-Mar`ah.... (Beirut:Daar al-Fikr, 1989), Jilid 9, h.168. 122 http://id.wikipedia.org/wiki/al-baghawi Diakses pasa 12 April 2014, pukul 20.03 121
65
mampu menjelaskan setiap urusan, karena mereka kurang akal dan agamanya. Kemudian memutuskan perkara adalah tanggung jawab yang begitu urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan, yaitu laki-laki.123
Abū Muḥammad al-Ḥusain ibn Mas’ūd al-Bagawī, Syarḥ al-Sunnah ; Tahqiq, Takhrij dan Komentar Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Zuhair (Jakarta: Pustaka Azzam), juz.6, h.60. 123
66
BAB IV PEMAHAMAN MASYARAKAT BABAKAN TERHADAP HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang gambaran masyarakat Babakan yang menjadi obek penelitian, serta mencari tahu bagaimana pemahaman dan pandangan mereka terhadap hadis kepemimpinan perempuan. A. Sekilas Gambaran Masyarakat Babakan Purbaratu Tasikmalaya Sebelum membahas tentang pemahaman masyarakat Babakan terhadap hadis kepemimpinan perempuan serta pandangannya terhadap kepemimpinan perempuan, penulis akan memaparkan dahulu tentang gambaran daerah tersebut. 1. Letak Geografis Kampung Babakan Dalam Kamus Bahasa Sunda, Babakan di artikan sebagai kampung baru yang sengaja didirikan di tempat yang semula tidak ada penghuninya.124 Lahan yang dijadikan sebagai kampung Babakan awalnya adalah sebuah hutan kecil, kemudian dibangun sebuah kampung kecil pula. Hal yang melatar belakangi penamaan Babakan karena kampung yang baru dan kecil luas wilayahnya.125 Babakan merupakan salah satu nama kampung yang berada di Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Kampung Babakan terletak pada ketinggian sekitar 300 - 400 meter di atas permukaan laut, R.A Danadibrata, Kamus Basa Sunda (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2006), h. 46 Berdasarkan wawancara dengan kokolot (sesepuh) kampung Babakan pada hari Senin, 9 Juni 2014 pukul 09.30 WIB 124 125
67
dengan topografi dataran rendah. Suhu udara di kampung ini rata-rata 24 – 29 C dengan banyaknya curah hujan 46,50 MM. Luas wilayah kampung Babakan adalah 8,33 ha. Kampung Babakan ini terdiri dari 1 Rumah Warga, yaitu RW 04 dan 3 Rumah Tangga, yaitu RT 01, 02 dan 03.126 Kampung Babakan berada di ujung selatan kelurahan Purbaratu sehingga posisinya langsung berbatasan dengan kelurahan lain. Secara geografis, batasbatas wilayah kampung Bababakan adalah sebagai berikut : Sebelah Barat
: Kampung Cintapada Kelurahan Setianegara
Sebelah Timur
: Kampung Purbasari Kelurahan Purbaratu
Sebelah Utara
: Kampung Cikareo Kelurahan Purbaratu
Sebelah Selatan
: Kampung Leuwigenta Kelurahan Setianegara
Jumlah penduduk di kampung Babakan sebanyak 211 orang laki-laki dan 237 orang perempuan, total seluruhnya adalah 448 orang dengan jumlah kepala keluarga (KK) 146 KK.127 Di kampung ini terdapat satu Taman Kanak-kanak, yaitu TK Miftahul ‘Ulum. Di TK inilah anaka-anak kampung Babakan memulai belajar mengenal huruf alfabet, belajar membaca, mengenal angka, belajar berhitung, dan belajar bernyanyi. Anak-anak belajar selama 2 jam dalam sehari, mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 10.00. Waktu yang harus ditempuh oleh anak-anak di TK ini adalah 126
Data ini sesuai dengan data yang didapatkan oleh penulis di Kantor Kelurahan Purbaratu pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 10.00 WIB. 127 Data ini berdasarkan rekapan data pada bulan Januari 2014 dari ketua RW 04 Babakan pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 14.30 WIB.
68
selama 3 tahun, yakni dari usia 4 sampi 7 tahun. Selain itu, belajar di TK juga merupakan persyaratan untuk bisa masuk ke Sekolah Dasar. Di kampung ini, anak-anak di haruskan masuk TK dahulu sebelum masuk SD. Selain TK, di kampung Babakan terdapat satu Sekolah Agama, yaitu Sekolah Agama Miftahul ‘Ulum. Di sekolah ini anak-anak belajar ilmu tentang agama, baik dari mulai belajar iqra, praktik shalat, menghafal juz’ama, belajar akhlak, dan lain-lain. Anak-anak belajar mulai pukul 13.00 sampai pukul 15.00. Waktu yang ditempuh oleh anak-anak di Sekolah Agama ini adalah selama 6 tahun, sama dengan Sekolah Dasar. Jadi, di kampung Babakan, anak-anak yang belajar di Sekolah Dasar harus belajar pula di Sekolah Agama. Pukul 07.30 sampai 12.00 anak-anak belajar di Sekolah Dasar dan pukul 13.00 sampai 15.00 belajar di Sekolah Agama. Selain terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Agama Miftahul ‘Ulum, terdapat pula Sekolah Dasar Negeri Purbaratu IV. Sekolah Dasar (SD) ini merupakan pembatas antara Kampung Babakan dengan Kampung Cikareo, dan letaknya di kelilingi oleh pesawahan. Pola pekerjaan masyarakat sebagian besar adalah petani. Ini dikarenakan potensi lahan bidang pertanian yang begitu luas, yakni sebesar 4,26 ha. Selain itu, penanaman jagung, kacang tanah dan ketela juga dilakukan di samping-samping pesawahan. Di samping sebagai petani, ada pula masyarakat yang bekerja sebagai penenun dan penjahit tikar mendong, namun propesi ini lebih banyak dilakukan
69
oleh kaum ibu-ibu, karena pekerjaan tersebut dilakukan di waktu senggang ketika pekerjaan rumah tangganya sudah selesai. 2. Data Penelitian Dalam penelitian ini, responden yang menjadi objek penelitian adalah 74 orang yang mewakili dari seluruh masyarakat kampung Babakan. Selain itu, alasan penulis mengambil kampung Babakan ini adalah ketika penulis melakukan survey terkait pemilihan umum, penulis manemukan pemahaman responden yang mengatakan bahwa perempuan tidak diperbolehkan untuk menjadi pemimpin, terutama Presiden Negara. Menurutnya perempuan lebih pantas untuk bekerja di dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani sang suami. Selain itu, kampung Babakan terkenal sebagai kampung yang Islami. Dalam artian, masyarakat di kampung ini tidak terlalu neko-neko dan selalu berpegang pada apa yang ada di zaman dahulu. Sebagai contoh, kalau kata ulama dulu A, mereka juga memahaminya tetap dengan A, perempuan berkerudung semua kalau ke luar rumah, dan lain-lain. 74 responden ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan sehingga terjadi keseimbangan antara objek yang dikaji oleh peneliti, bukan hanya laki-laki saja maupun perempuan. Dengan latar belakang usia, pendidikan, dan profesi yang berbeda dari responen, maka pemahamannya pun berbeda pula. Untuk itu, penulis akan membuat tabel-tabel hasil dari penelitian, guna untuk mempermudah pembaca untuk memahami hasil penelitian ini.
70
Adapun daftar nama-nama responden dan arsip yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis akan mencantumkannya dalam lampiran di akhir skripsi ini. Untuk gambaran umum mengenai responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini Tabel I Jenis Kelamin Responden
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
1
Laki-laki
37
50%
2
Perempuan
37
50%
Total
74
100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah responden anatara laki-laki dan perempuan adalah sama, masing-masing berjumlah 37 orang dengan prosentase 50%, sehingga jumlah keduanya adalah 100%. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan Sample Strata dengan melihat karakteristik perbedaan jenis kelamin, yakni sebanyak 74 orang (37 orang laki-laki dan 37 orang perempuan). Adapun alasan penulis mengambil sample 74 orang adalah karena jumlah penduduk masyarakat Babakan sebanyak 448 orang. Pada bab pendahuluan, penulis sudah menjelaskan bahwa sample yang akan di ambil adalah orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun. Dari 448 orang masyarakat Babakan,
71
terdapat 147 orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun 128. Oleh karena itu, penulis mengambil sample sejumlah setengah lebih satu dari jumlah 147 orang, yakni sebanyak 74 0rang. Adapun klasifikasi usia responden, akan dipaparkan pada tabel selanjutnya. Tabel II Latar Belakang Usia Responden
No
Usia
Jumlah
Prosentase
1
21 - 29 Tahun
19
25,68 %
2
30 - 45 Tahun
26
35,13 %
3
46 - 55 Tahun
29
39,19 %
Total
74
100 %
Usia responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori usia, yakni usia 21 - 29 tahun sebagai dewasa awal, usia 30 - 45 tahun sebagai dewasa madya, dan usia 46 - 55 tahun sebagai dewasa akhir. Alasan penulis memulai klasifikasi usia dengan 21 tahun adalah karena di usia ini, orang mulai menginjak masa kedewasaan dan pola pikirnya pun mulai meluas. Sedangkan untuk batas akhir klasifikasi usia, penulis mengakhiri dengan usia 55 tahun, hal ini dikarenakan orang di usia tersebut atau pun di atasnya sudah mulai lupa akan hal-
128
Dari 448 orang masyarakat Babakan, orang yang berusia di antara 0 sampai 20 tahun sebanyak 193 orang, yang berusian di antara 21 sampai 55 tahun sebanyak 147 orang dan yang berusia 56 tahun ke atas sebanyak 108 orang. Data ini didapat berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh ketua RT 01, 02 dan 03 dan RW. 04 kampung Babakan pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 17.00 WIB.
72
hal yang berkaitan dengan pengetahuan serta sudah masa bodoh dengan dunia yang sedang penulis tekuni. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 21 - 29 tahun mempunyai jumlah 19 orang (25,68%), responen yang berusia 30 – 45 tahun mempunyai jumlah 26 orang (35,13%) dan responden berusia 43 – 55 tahun mempunyai jumlah 29 orang (29,19%), sehingga jumlah keseluruhannya 100%. Tabel III Latar Belakang Pendidikan Responden
No
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Prosentase
1
SD/sederajat
33
44,59 %
2
SMP/sederajat
8
10,81 %
3
SMA/sederajat
19
25,68 %
4
Perguruan Tinggi
14
18,92 %
74
100 %
Total
Latar belakang responden berdasarkan tingkat pendidikan ini dibagi menjadi empat kategori, yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar sebanyak 33 orang (44,59%), yang berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama sebanyak 8 orang (10,81%), yang berpendidikan terakhir Sekolah
73
Menengah Atas sebanyak 19 orang (25,68%) dan yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 14 orang (18,92%). Dari latar belakang pendidikan responden di atas, dapat disimpulkan bahwa Sekolah Dasar merupakan pendidikan terakhir yang paling dominan di antara tingkat pendidikan yang lainnya, ini dikarenakan orang-orang zaman dahulu yang kurang mementingkan pendidikan. Dalam hal ini ialah responden yang berusia antara 43 – 55 tahun. Tabel IV Latar Belakang Pekerjaan Responden
No
Pekerjaan
Jumlah
Prosentase
1
Petani
15
20,27 %
2
Pedagang
4
5,41 %
3
Pengusaha
6
8,11 %
4
Guru/PNS
8
10,81 %
5
Dokter
2
2,70 %
6
Buruh
13
17,57 %
7
Ibu Rumah Tangga
19
25,67 %
8
Mahasiswa
7
9,46 %
Total
74
100 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa latar belakang pekerjaan responden yang paling dominan adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 19 orang
74
(25,67%), disusul oleh petani dengan jumlah 15 orang (20,27%), respoden yang mempunyai pekerjaan sebagai buruh dengan jumlah 13 orang (17,57%), respoden yang mempunyai pekerjaan sebagai guru/PNS dengan jumlah 8 orang (10,81%), respoden yang pekerjaannya sebagai mahasiswa sebanyak 7 orang (9,46%), respoden yang pekerjaannya sebagai pengusaha dengan jumlah 6 orang (8,11%), respoden yang pekerjaannya sebagai pedagang dengan jumlah 4 orang (5,41%) dan respoden yang pekerjaannya sebagai dokter dengan jumlah 2 orang (2,70%). Dari gambaran umum yang berhubungan dengan responden, dimulai dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan, penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pemahaman mereka terhadap hadis kepemimpinan perempuan dan pandangannya terhadap kepemimpinan perempuan. Guna untuk mengetahui itu semua, maka penulis akan melakukan wawancara langsung kepada 74 responden dengan mengajukkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan. Untuk mempermudah pemahaman pembaca, maka penulis akan mengkategorikan pertanyaan-pertanyaan menjadi dua kategori, yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan hadis kepemimpinan perempuan dan pertanyaan yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan. B. Pemahaman Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan Perempuan Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan bagaimana pemahaman masyarakat Babakan terhadap hadis kepemimpinan perempuan. Guna mengetahui
75
itu, penulis akan melontarkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hadis tersebut. Berikut adalah gambarannya. 1. Data Penelitian Dalam kategori pertanyaan ini, penulis akan berusaha untuk mencari tahu apakah masyarakat kampung Babakan benar-benar mengetahui hadis tentang kepemimpinan perempuan dan apakah mereka sepakat dengan kandungan dari hadis tersebut ? Tabel 1.1 Apakah anda pernah mendengar atau membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan ??
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Pernah Mendengar dan Membaca
6
8,11 %
2
Pernah Mendengar
8
10,81 %
3
Pernah Membaca
17
22,97 %
4
Tidak Pernah Mendengar dan Membaca
43
58,11 %
74
100 %
Total
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa responden yang pernah mendengar dan membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan sebanyak 6 orang (8,11%), yang pernah mendengar saja sebanyak 8 orang (10,81%), yang pernah membaca saja sebanyak 17 orang (22,97%) dan yang tidak pernah mendengar dan membaca sebanyak 43 orang (58,11%).
76
Responden yang tidak pernah mendengar dan membaca tentang hadis kepemimpinan perempuan memiliki jumlah yang paling banyak, mereka adalah orang-orang awam. Sedangkan responden yang pernah mendengar maupun membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan adalah para guru, ustadz dan ajengan. Tabel 1.2 Bila pernah mendengar ataupun membaca, darimana anda mendapatkan sumber informasi tersebut ?
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Dari Ceramah Ulama/Ustad
8
25,81 %
2
Dari Kitab-kitab
7
22,58 %
3
Dari Buku Bacaan
16
51,61 %
31
100%
Total
Tabel 1.2 ini merupakan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan sebelumnya, yakni pertanyaan bagi responden yang pernah mendengar ataupun membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Pada tabel 1.1, dapat kita ketahui bahwa responden yang pernah mendengar maupun membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan berjumlah 31 orang (dari 74 orang). Oleh sebab itu, pada tabel 1.2 ini total responden sebanyak 31 orang, karena 43 responden tidak pernah mendengar maupun membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan.
77
Dari Tabel 1.2 dapat kita ketahui bahwa sumber yang memberikan informasi kepada responden yang pernah mendengar maupun membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan sangatlah berbeda-beda. Responden yang mendapatkan informasi dari ceramah Ulama atau Ustad berjumlah 8 orang (25,81%), yang mendapatkan informasi dari kitab-kitab berjumlah 7 orang (22,58%) dan yang mendapatkan informasi dari buku bacaan berjumlah 16 orang (51,61%). Tabel 1.3 Suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Apakah anda setuju dengan ungkapan hadis tersebut ??
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Sangat Setuju
14
18,92 %
2
Setuju
49
66,22 %
3
Tidak Setuju
11
14,86 %
74
100 %
Total
Dari tabel 1.3 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju dengan ungkapan hadis suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan berjumlah 14 orang (18,92%), sedangkan yang menyatakan setuju sebanyak 49 orang (66,22%) dan yang menyatakan tidak setuju berjumlah 11 orang (14,86%).
78
Semua responden menyatakan ungkapannya bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan yang menjadi acuan mengapa mereka menyatakan sangat setuju, setuju, dan tidak setuju. Untuk mengetahui alasannya, dapat kita lihat pada halaman 77. Tabel 1.4 Apakah anda paham dengan maksud kandungan hadis di atas ??
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Paham
41
55,41 %
2
Tidak Paham
33
44,59 %
74
100 %
Total
Pada tabel 1.4 ini, kita dapat mengetahui apakah masyarakat Babakan benar-benar paham atau tidak dengan maksud hadis suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Ternyata dari 74 responden yang penulis wawancarai, 41 orang (55,41%) paham dengan maksud kandungan hadis tersebut, sedangkan 33 orang (44,59%) tidak paham dengan maksud hadis tersebut. 2. Kesimpulan Setelah penulis melakukan pengumpulan, pengelompokan dan analisis data berdasarkan tabel-tabel yang sudah penulis sajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing responden memiliki pemahaman yang beragam dalam
79
memahami hadis kepemimpinan perempuan. Berikut adalah poin-poin dari pemahaman mereka : a. Sebagian besar masyarakat Babakan tidak begitu mengetahui hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Meskipun ada yang mengetahuinya, namun hanya sebagian saja, itupun mereka yang memiliki wawasan luas (seperti guru, ustad dan ajengan). b. Mengenai pemahaman terhadap hadis kepemimpinan perempuan, setelah penulis paparkan arti hadisnya, yakni suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan, sebagian besar masyarakat Babakan ternyata memahami maksud hadis tersebut, sehingga 63 orang (dari 74 orang yang diwawancarai) mengatakan setuju dengan apa yang dikatakan hadis itu. Berikut adalah alasanalasan yang mereka tuturkan : 1. Perasaan perempuan terlalu halus, sehingga semua kebijakan yang dilakukan akan berdasarkan perasaannya (seperti kasihan) bukan berdasarkan rasio yang logis. 2. Perempuan mempunyai fisik yang tidak begitu kuat dan sebanding dengan laki-laki, sehingga tidak akan kuat untuk menjadi pemimpin yang harus menghadapi banyaknya cobaan. 3. Jiwa perempuan cenderung gampang menyerah. Ini berbeda dengan lak-laki yang dikenal pantang menyerah meskipun menghadapi masalah yang berat.
80
4. Perempuan mempunyai tugas khusus yang sangat penting, yakni mengurus dan bertanggung jawab atas rumah tangganya, mengurus suami dan mengurusanak-anak. 5. Perempuan tidak mampu bersikap tegas dalam memutuskan suatu kebijakan. Semua yang diputuskannya akan berdasarkan perasaan hati bukan berdasarkan benar dan salah. Adapun yang menyatakan tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh hadis tersebut ialah dengan alasan : 1. Kebahagian itu dapat dirasakan ketika warga yang menjadi daerah kepemimpinan seorang pemimpin merasa nyaman dan senang atas kepemimpinannya, bukan karena jenis kelamin seorang pemimpin. 2. Dalam mengemban urusan kepemimpinan tidak dilihat dari jenis apa yang memimpin, laki-laki ataupun perempuan, tetapi tergantung kepada kemampuan dan kesanggupannya untuk memimpin. 3. Semua orang berhak untuk menjadi seorang pemimpin jika dia mampu dan sanggup untuk menjalaninya, karena tidak ada kewajiban yang mengharuskan bahwa laki-laki yang berhak menjadi pemimpin.
81
C. Pandangan Masyarakat Babakan Terhadap Seputar Kepemimpinan Perempuan Setelah mengetahui bagaiman pemahaman masyarakat Babakan terhadap hadis kepemimpinan perempuan, sekarang penulis akan mencari tau bagaimana pandangan mereka terhadap kepemimpinan perempuan. 1. Data Penelitian Dalam hal ini, penulis akan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan. Berikut adalah bentuk pertanyaan dan tanggapan mereka terhadap kepemimpinan perempuan. Tabel 2.1 Menurut anda, apakah jenis kelamin seorang pemimpin itu penting dalam hal kepemimpinan ?
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
2
Penting
48
64,86 %
3
Tidak Penting
26
35,14 %
74
100 %
Total
Dari tabel 2.1 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan bahwa jenis kelamain seorang pemimpin itu penting sebanyak 48 orang (64,86%), dan yang menyatakan tidak penting sebanyak 26 orang (35,14%).
82
Responden yang menyatakan jenis kelamin seorang pemimpin itu penting mendominasi dari yang lainnya, hal ini dikarenakan orang-orang di kampung ini sebelum mengenal lebih jauh calon seorang pemimpin, terlebih dahulu mereka melihat apa jenis kelamin dari calon pemimpin, laki-laki ataukah perempuan. Tabel 2.2 Berbicara mengenai kepemimpinan, apakah anda setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki ?
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Sangat Setuju
6
8,11 %
2
Setuju
42
56,76 %
3
Tidak Setuju
26
35,13 %
Total
74
100 %
Dari tabel 2.2 menunjukan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju dengan anggapan yang menyatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki sebanyak 6 orang (8,11%), yang menyatakan setuju sebanyak 42 orang (56,76%) dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 26 orang (35,13%). Mereka menyatakan hal yang demikian bukan tanpa alasan. Untuk mengetahui alasannya, dapat kita lihat pada pertanyaan selanjutnya, yakni pada tabel 2.3 dan 2.4.
83
Tabel 2.3 Bila anda setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Agama Melarang Perempuan Menjadi Pemimpin
8
16,67 %
2
Laik-laki Lebih Kuat Dari Perempuan
27
56,25 %
3
Laki-laki Lebih Cerdas Dari Perempuan
0
0%
4
Laki-laki Lebih Berwibawa Dari Perempuan
13
27,08 %
48
100 %
Total
Pada tabel 2.3 ini dijelaskan tentang alasan yang mendasari responden menyatakan setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa seorang pemimipin haruslah laki-laki. Pertanyaan ini
merupakan lanjutan dari
pertanyaan
sebelumnya, yakni pertanyaan pada tabel 2.2. Pada tabel tersebut dicantumkan bahwa responden yang setuju dengan argumen bahwa seorang pemimpin haruslah laki-laki sebanyak 48 orang. Jumlah tersebut akan menjadi jumlah sample pada tabel 2.3 ini. Dari tabel 2.3, dapat kita ketahui beberapa alasan yang membuat sebagian besar responden menyatakan setuju kalau pemimpin haruslah laki-laki. Yang beralasan bahwa agama melarang perempuan menjadi pemimpin sebanyak 8 orang (16,67%), yang beralasan laki-laki lebih kuat dari perempuan sebanyak 27 orang (56,25%), yang beralasan laki-laki lebih cerdas dari perempuan sebanyak 0
84
orang (0%), dan yang beralasan laki-laki lebih berwibawa dari perempuan sebanyak 13 orang (27,08%). Tabel 2.4 Bila anda tidak setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?
No
Alternatif Jawaban
Jumlah
Prosentase
1
Perempuan Mempunyai Hak Menjadi Pemimpin
19
73,08 %
2
Perempuan Mampu Untuk Memimpin
4
15,38 %
3
Perempuan Lebih Peka Terhadap Keadaan Sosial
3
11,54 %
26
100 %
Total
Pada tabel 2.4 ini dijelaskan tentang alasan yang mendasari responden menyatakan tidak setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa seorang pemimipin haruslah laki-laki. Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pertanyaan sebelumnya, yakni pertanyaan pada tabel 2.2. Pada tabel tersebut dicantumkan bahwa responden yang tidak setuju dengan argumen bahwa seorang pemimpin haruslah laki-laki sebanyak 26 orang. Jumlah tersebut akan menjadi jumlah sample pada tabel 2.4 ini. Dari tabel 2.4 dapat kita ketahui beberapa alasan yang membuat responden menyatakan tidak setuju dengan argument bahwa pemimpin harus seorang lakilaki. Yang beralasan bahwa perempuan mempunyai hak menjadi pemimpin sebanyak 19 orang (73,08%), yang beralasan bahwa perempuan mampu untuk
85
memimpin sebanyak 4 orang (15,38%) dan yang beralasan bahwa perempuan lebih peka terhadap keadaan sosial sebanyak 3 orang (11,54%). 2. Kesimpulan Penulis sudah melakukan pengumpulan, pengelompokan dan analisis data berdasarkan tabel-tabel yang sudah penulis sajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing responden memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap kepemimpinan perempuan. Berikut adalah perbedaannya : a. Sebagian besar masyarakat Babakan memberikan anggapan bahwa jenis kelamin seorang pemimpin sangatlah penting dalam dunia kepemimpinan, sehingga 64,87% cenderung setuju dengan ungkapan yang menyatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki, bukan perempuan. Sedangkan 35,13% nya menyatakan tidak setuju. Berikut adalah alasan-alasan yang dilontarkan oleh 64,87% : 1. Laki-laki dilihat dari segi fisik dan kejiwaannya lebih kuat dari perempuan, sehingga mampu menahan semua cobaan. 2. Adanya dalil-dalil agama yang mengisyaratkan melarangan perempuan menjadi pemimpin, yakni hadis Nabi saw. yang sedang penulis kaji dan ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa laki-lakilebih kuat dari perempuan. 3. Laki-laki lebih berwibawa daripada perempuan, baik dalam menghadapi masalah, berbicara, berfikir dan berpenampilan. Berikut adalah alasan-alasan yang dilontarkan oleh 35,13% :
86
1. Semua orang mempunyai hak yang sama tanpa membedabedakan jenis kelamin, diantaranya hak menjadi pemimpin. Perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. 2. Perempuan sudah mulai mampu untuk memimpin. Hal ini dibuktikan dengan bermunculannya pemimpin perempuan, baik menjadi lurah, walikota, maupun gubernur. 3. Perempuan mempunyai perasaan yang lembut sehingga mudah peka terhadap keadaan-keadaan sosial. b. Setelah dilakukan wawancara terkait kriteria pemimpin yang ideal, banyak kriteria-kriteria yang diberikan oleh masyarakat Babakan. Diantaranya sebagai berikut : 1. Seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur dan adil, karena ini berhubungan dengan kepercayaan dari rakyat. 2. Tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. 3. Teguh prinsip dan pendiriannya, sehingga tidak akan mudah terpengaruh oleh prinsip oranglain. 4. Peduli terhadap rakyat, karena keberadaan rakyat ini menjadi poin yang sangat penting dalam dunia kepemimpinan. 5. Seorang pemimpin harus mempunyai fisik dan mental yang kuat dalam mengahadapi tugas-tugas yang sangat berat. 6. Bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan rakyat. 7. Memiliki kompetensi personal, sosial dan spiritual 8. Mempunyai intelektual yang tinggi.
87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang penulis lakukan mengenai pengetahuan masyarakat kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya terhadap hadis Nabi Muhammad saw. yang berbunyi suatu kaum tidak akan beruntung apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan serta kaitannya dengan kepemimpinan perempuan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak begitu mengetahui hadis tersebut. Hal itu terbukti dari 74 responden yang diteliti, hanya 31 responden yang mengetahui hadis tersebut, itu pun para ustadz, guru, ajengan dan sesepuh. Sedangkan 43 responden tidak mengetahuinya. Mengenai pengetahuannya, mereka menyatakan bahwa hadis tersebut memang mengisyaratkan bahwa perempuan dilarang untuk menjadi seorang pemimpin. Namun disamping hadis tersebut, ada beberapa alasan pula yang mereka paparkan kenapa perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin, diantaranya bahwa perempuan lebih baik di dalam rumah karena tugas inti seorang perempuan adalah di dalam rumah, kemudian perasaan perempuan terlalu lemah dan kurang mampu untuk bersikap tegas sehingga dalam memutuskan suatu kebijakan, akan berdasarkan perasaannya bukan berdasarkan rasio yang logis maupun berdasarkanbenar dan salah.
88
B. Saran-saran Bagi masyarakat Babakan alangkah baiknya jika mengadakan kajian khusus terkait masalah kepemimpinan dengan mengambil landasan al-Qur’an dan hadis, agar pemahaman mereka benar-benar mantap mengetahui seputar dunia kepemimpinan, tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh sesepuh kampung tersebut. Bagi para pembaca, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan di lain waktu agar penelitian ini bisa menjadi lebih bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Aḥmad ibn Ḥanbal, Abū ‘Abdillāh. Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal. Beirut: Muassasah al-Risalah. Juz. 24. 1995. ‘Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis. Sidoarjo: Mashun. 2008. Alwi, Hasan. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam. Jilid 35. 2009. Badawi, Mahmud Syaikh. Taman Wanita-wanita Salehah. Jakarta: Qisthi Press. 2007. Al-Bagawī, Abū Muḥammad al-Ḥusain ibn Mas’ūd. Syarḥ al-Sunnah; Tahqiq, Takhrij dan Komentar Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Zuhair. Jakarta: Pustaka Azzam. Juz.6. Al-Baghdadi, Abdurrahman. Emansipasi, Adakah Dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 1997. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam. Jilid 35. 2009. Al-Syaukānī, Muḥammad ‘Alī ibn Muḥammad. Nail al-Auṭār. Beirut: Daar alFikr. 1989. Bahreisy, Hussein. Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari. Surabaya: al-Ikhlas. 1992. Al-Baqir, Muhammad. Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. Bandung : Penerbit Karisma, Cet. IV. 1995.
i
Barus, Utary Maharany. Pemimpin Wanita dan Hakim Wanita Dalam Pandangan Hukum Islam. Jurusan Hukum Keperdataan. Fakultas Hukum,. Universitas Sumatera Utara. 2005. Basyūnī, Abū Ḥājar Muḥammad al-Sa’īd. Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ. Beirut: Dār al-Kutub al-Islamiyyati. Juz. 6. al-Bukhārī, Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl. Matān Masykūl alBukhārī. Beirut: Dār al-Fikr. 2006. Bustamin dan M. Isa H.A. Salam. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Al-Buthi, M. Said Ramadhan. Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat dan Keadilan Islam. Jakarta: Intermedia. Cet ke-1. 2002. Al-Damsyiqi, ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi. Asbabul Wurud; Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul. Jakarta: Kalam Mulia. Cet ke-1. V. 3, 2002. Danadibrata, R.A. Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama. 2006. Departemen Pendidikan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cet ke-4. 1994. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002. Ghalia Indonesia. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984. Hasyim, Syafiq. Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuan Dalam Islam. Bandung: Mizan. 2001. _______ Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam. Jakarta: TAF Indonesia. tth. ii
Ḥisām al-Dīn, ‘Alā`a al-Dīn ‘Alī al-Muttaqī. Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl. Beirut: Muassasah al-Risālah. Juz.6. 1989. Ibn Ḥajār Al-‘Asqalanī, Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī. Tahżīb al-Tahżīb. Beirut: Dār al-Fikr. Juz. 4. 1415 H/1995 M. _______ Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah. Kairo: Maktabah Ibn Tamiyah. Juz 6. 1993. Ilyas, Hamim. dkk. Perempuan Tertindas Kajian Hadi-hadis Misoginis. Yogyakarta: elSAQ Press. 2003. Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. Jakarta: Bulan Bintang. Cet ke-1. 1992. Ja’far, Muhammad Anas Qasim. Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan; Sebuah Persfektif Islam. Jakarta: Azan. 2001. Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001. Kementerian Agama Republik Indonesia. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka. 2012. Marnesi, Fatimah dan Riffat Hasan. Setara Di Hadapan Allah. Yogyakarta: LSPPA. Cet ke-3 2000. Matondang. Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Al-Mazī, Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf. Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl. Beirut: Muassasah al-Risālah. Juz. 31.tt.
iii
Al-Mubārakfūrī Muḥammad ibn ‘Abd al-Raḥmān. Tuḥfat al-Aḥwāzī bi Syarḥ Jāmi’ al-Tirmizī. Beirut: Daar al-Kutub al-ilmiyyah. Juz.VI. 1990 Mufid, Nur. Bedah al-Ahkam al-Suthaniyah al-Marwadi. Surabaya: Pustaka Progresif. 2000. Muhammad, Husen. Fiqh Perempuan. Yogyakarta: LkiS. 2007. _______ Fiqih Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LKis. 2001. Mulia, Siti Musdah. Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender. Yogyakarta: Kibar Press. Cet ke-2. 2007. Munawwar, Said Agil dan Abdul Mustaqim. Asbab al-Wurud Studi Kritis Hadis Nabi: Pendekatan Sosio Historis Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet ke-1. 2001. Munir, Lily Zakiah. Memposisikan Kodrat dan Perubahan Dalam Persfektif Islam. Bandung: Mizan. 1999. Nasif, Fatima Umar. Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntunan Islam. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim. 2001. Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988. Al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta:Pustaka Azzam. Vol. 4. 2008. Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalah al-Hadis. Bandung: Alma’arif. 1974. Al-Rifa’i, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press. Jilid 1. 1991.
iv
Rohman, Noor. Konsep Kepemimpinan (Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an; Analisis Tafsir Muhammad Syahrur. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. Sahliono. Biografi dan Tingkatan Perawi Hadis. Jakarta: Pustaka Panji Mas. Cet ke-1. 2000. Saurah, Abī ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā. al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī. Beirut: Dār Ahyai al-Turasi al-‘Arabi. Juz.4. 1995. Sayadi, Wajidi. Hadis Tarbawi; Pesan-pesan Nabi saw Tentang Pendidikan. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2009. Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan Bintang. Cet ke-5. Jilid.2. 1981. Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Cet ke- 13. 1996. _______ Perempuan. Jakarta: Lentera Hati. 2007. Siddique, Kaukab. Menggugat Tuhan Yang Maskulin. Jakarta: Paramadina. 2002. Solahuddin, M. Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis .Bandung: Pustaka Setia. Cet. ke-1. 2009. Sugihastuti, Adib Sofia. Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan Dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis. 2003. Al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn. Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Beirut: Dār al-Fikr. Juz.8. 1930. Syadjali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: Universitas Indonesia. 1993..
v
Syalabi, A. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. al-Husna Rizka. Cet 1. 1997. Thahhan, Mahmud. Intisari Ilmu Hadis. Malang: UIN Malang Press. 2007. Tuwu, Alimuddin. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. 2006. Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Paramadina. Cet ke-2. 2001. _______ Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2010. Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1984. Wensinck, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī. Leiden: E. J. Brill. Juz 5. 1936. Yuslem, Nawir. Ulum al-Hadis. Ttp: PT. Mutiara Sumber Widya. 2001. Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Musthalah al-Hadis. Jakarta: PT. Bina Ilmu. tt. Zuhri, Muhammad. Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis. Yogyakarta: LESFI. Cet ke-1. 2003. Zulfikri. Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010.
vi
i
LAMPIRAN : Lampiran 1
: Informed Consent _____ii
Lampiran 2
: Populasi dan Sampel _____iii
Lampiran 3
: Persetujuan Untuk Diwawancarai _____v
Lampiran 4
: Keterangan dan Petunjuk Angket _____vi
Lampiran 5
: Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Penelitian _____vii
Lampiran 6
: Dokumentasi Penelitian _____x
ii
Lampiran 1 : INFORMED CONSENT Salam Hormat, Saya adalah mahasiswa S1 Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian tentang kepemimpinan perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mayarakat Babakan Purbaratu Tasikmalaya terkait hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Saat ini saya bermaksud untuk melakukan pengambilan data penelitian mengenai pemahaman tersebut. Proses pengambilan data ini dilakukan melalui wawancara maupun pengisian kuesioner yang akan saudara/i isi sendiri. Hasil penelitian ini sangat tergantung pada jawaban yang saudara/i berikan. Oleh karena itu, saya mohon jawaban wawancara maupun pengisian angket ini sesuai dengan pemahaman saudara/i mengenai hadis kepemimpinan perempuan. Agar data tersaji secara akurat dan tidak terjadi kesalahan dalam pengisian, saya mohon bacalah petunjuk pengisian dengan seksama. Data yang diberikan saudara/i hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Saya sangat menghargai luang waktu yang saudara/i berikan untuk wawancara dan pengisian kuesioner ini, atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
Penulis
Wahyu Ismatulloh NIM: 1110034000062
iii
Lampiran 2 : POPULASI dan SAMPEL PENELITIAN Populasi
: Seluruh Masyarakat Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu.
Sampel
: 74 Orang Yang Berusia Antara 21 sampai 55 Tahun.
Berikut Daftar Nama-nama 74 Responden Yang Terbagi Dalam 2 Kategori : 1. Kategori Laki-laki (37 Orang)
2. Kategori Perempuan (37 Orang)
No
Nama
Usia
Pekerjaan
No
Nama
Usia
Pekerjaan
1
Enjang
48
Guru
1
Lilis K
52
IRT
2
A. Ois
39
Guru
2
Fina F Nisa
24
IRT
3
H. Oo K
47
Pengusaha
3
Tatat
49
IRT
4
Ajengan Dede
53
Petani
4
Nisa S
33
IRT
5
Sobihin
36
Guru
5
Rosyi DS
26
Guru
6
Ande
28
Guru
6
Tiar
55
IRT
7
H. Mumu
44
Dokter
7
Heni
24
IRT
8
H. Mawardi
50
Pengusaha
8
Iyah
53
IRT
9
Fatah
27
Buruh
9
Novi SH
36
IRT
10
Lala
38
Buruh
10
Ai Yuli
34
IRT
11
Imran Rasyadi
55
Petani
11
Ruki
41
IRT
12
Miftah
32
Dokter
12
Suci NM
26
IRT
13
Asep
29
Guru
13
Cucum
54
Pedagang
14
Rifqi Algifari
23
Mahasiswa
14
H Mustakimah
21
Mahasiswa
15
Nashir
22
Mahasiswa
15
Fatanah
52
Petani
16
Junjun M
29
Guru
16
Nina
43
IRT
17
M. Sa’id
48
Buruh
17
Indah
38
IRT
18
Dudung
43
Petani
18
Entut
46
Buruh
iv
19
Rahmat M
21
Mahasiswa
19
Enen
49
Pedagang
20
Mang Ipeh
47
Buruh
20
Kokom
53
IRT
21
Dadang
43
Pengusaha
21
Resi
29
IRT
22
Edih S
54
Petani
22
Rina
32
IRT
23
Umar
48
Petani
23
Eyet
47
IRT
24
Topan
24
Mahasiswa
24
Ecin
49
Petani
25
Tatang
53
Petani
25
Iik K
28
Guru
26
Roni
27
Buruh
26
Tiar
46
Petani
27
Dede Hidayat
41
Pengusaha
27
Ai Nani
40
IRT
28
Engking
42
Petani
28
Ceu Een
47
Buruh
29
Eep S
46
Buruh
29
Anah
51
Petani
30
Dadan
23
Mahasiswa
30
Munawaroh
47
Petani
31
Mamat
41
Buruh
31
Ririn
44
Buruh
32
Adul
44
Petani
32
Itoh H
39
Pedagang
33
H. Darus
54
Pengusaha
33
Muflihah
33
IRT
34
Nanang
51
Buruh
34
Mia Aulia
22
Mahasiswa
35
H. Cecep
52
Pengusaha
35
Hj. Enok
53
Pedagang
36
Solihin
34
Buruh
36
Iroh
49
Buruh
37
Dayat
40
Petani
37
Ceu Cucu
53
Petani
Penulis
Wahyu Ismatulloh NIM: 1110034000062
v
Lampiran 3 : LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK DI WAWANCARAI SETELAH MENDAPAT PENJELASAN DARI INFORMED CONSENT
Setelah mendapatkan penjelasan dari maksud dan tujuan penelitian ini, maka saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara : Nama
: Wahyu Ismatulloh
NIM
: 1110034000062 Mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul
: Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya; Analisi Terhadap Hadis Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan.
Demikianlah persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela, tanpa ada paksaan dari siapapun.
Tasikmalaya , 06 Juni 2014 Responden
(...………………….………..)
vi
Lampiran 4 : ANGKET Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan
( Keterangan Angket )
Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari Masyarakat Babakan Purbaratu Tasikmalaya terkait dengan pemahamannya terhadap hadis kepemimpinan perempuan.
Dengan mengisi angket ini, berarti anda telah ikut serta membantu penulis dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini. ( Petunjuk Pengisian )
Sebelum anda menjawab dafar pertanyaan yang sudah disiapkan, terlebih dahulu isi kolom identitas yang telah disediakan.
Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri lingkaran (O) pada jawaban yang tepat dalam soal bentuk Pilihan Ganda (PG), dan kemukakan pendapat anda dalam soal bentuk Essai.
Isilah angket ini dengan jujur dan sesuai dengan pengetahuan anda. Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih atas segala bantuan dan
kerjasamanya.
Penulis
Wahyu Ismatulloh NIM: 1110034000062
vii Hari/Tanggal
:
Pukul
:
Nama :
J. Kelamin
:
Usia
Pekerjaan
:
:
Pendidikan Terakhir :
Pertanyaan Berkaitan Dengan Hadis Kepemimpinan Perempuan 1. Apakah anda pernah mendengar atau membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan ?? A. Pernah Mendengar dan Membaca B. Pernah Mendengar Saja C. Pernah Membaca Saja D. Tidak Pernah Mendengar dan Membaca
(langsung ke no 3)
2. Bila pernah mendengar atau membaca. darimana anda mendapatkan sumber informasi tersebut ?? A. Dari Ceramah Ulama/Ustad B. Dari Kitab-kitab Hadis C. Dari Buku-buku Bacaan D. Lainnya, sebutkan …………………………………. 3. Suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Apakah anda setuju dengan ungkapan hadis tersebut ?? A. Sangat Setuju B. Setuju C. Tidak Setuju 4. Alasan apa yang membuat anda memberikan anggapan tersebut ?? Tuliskan !! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
viii
........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 5. Apakah anda paham dengan maksud kandungan hadis di atas ?? A. Paham B. Tidak Paham
Pertanyaan Berkaitan Dengan Kepemimpinan Perempuan 1. Menurut anda, apakah jenis kelamin seseorang itu penting dalam hal kepemimpinan ?? A. Penting B. Tidak Penting 2. Berbicara mengenai kepemimpinan, apakah anda setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki ?? A. Sangat Setuju B. Setuju C. Tidak Setuju
(langsung ke pertanyaan no 4)
3. Bila setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?? A. Agama Melarang Perempuan Untuk Menjadi Pemimpin B. Laki-laki Lebih Kuat Dari Perempuan C. Laki-laki Lebih Cerdas Dari Perempuan D. Laki-laki Lebih Berwibawa Dari Perempuan E. Lainnya, sebutkan ………………….
(langsung ke pertanyaan no 5)
4. Bila tidak setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?? A. Perempuan Punya Hak Untuk Menjadi Pemimpin B. Perempuan Sudah Dianggap Mampu Untuk Memimpin C. Perempuan Lebih Peka dan Aktif Terhadap Keadaan Sosial D. Lainnya, sebutkan …………………… (langsung ke pertanyaan no 5)
ix
5. Beranjak dari persoalan jenis kelamin seorang pemimpin, menurut Bapak/Ibu, seperti apakah sosok pemimpin yang ideal itu ?? Tuliskan !!! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………................................................................................................
x
Lampiran 6 : DOKUMENTASI PENELITIAN
xi
RIWAYAT HIDUP Nama
: Wahyu Ismatulloh
Tempat, Tanggal Lahir
: Tasikmalaya, 9 Februari 1991
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Kp. Babakan RT. 001 RW. 004 Kel. Purbaratu Kec. Purbaratu Kota Tasikmalaya
Riwayat Pendidikan
: SDN Purbaratu IV (1998-2004) SMP Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah Condong (2004-2007) SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah Condong (2007-2010) S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2015)
Pengalaman Organisasi
: Wakil Ketua Laskar Pramuka SMP Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2005-2006) Pengurus OSPC Bagian Kesehatan SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2007-2008) Pengurus OSPC Bagian Olahraga SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2008-2009) Pengurus BEMJ Tafsir Hadis (2013-2014) Pengurus Himalaya Bagian Olahraga (2013-2014)
Demikian sekilas riwayat hidup ini dibuat dengan belum sempurna. Jakarta, 9 Juli 2014 Penulis Wahyu Ismatulloh NIM : 1110034000062