Merdekakan Guru Indonesia! KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN PERAN SERTA SASTRA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER
MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG METODE PEMBERIAN TUGAS TERPADU
Alasan Kurikulum Baru ( 2013 ) Menyikapinya Kurikulum 2013 Profesi Guru Jadi Incaran UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT SMPN 2 MUNJUL
Diterbitkan oleh : JKKG
PENGANTAR REDAKSI
(Jaring Komunikasi Komunitas Guru)
http://www.buletinguruindonesia.com
“ Buletin Guru Indonesia adalah Media publikasi online nasional untuk mengembangkan dan menyebar luaskan kompetensi guru, kreatifitas, karya tulis ilmiah dan inovatif guna membangun kepribadian bangsa dan meningkatkan komunikasi insan guru “ Pengelolah /Penanggung Jawab: Bambang Sutedjo,SPd,Msi Dewan Redaksi : -Pristy Aroma Mawarda, S.Si -T. Yuliantoro , SPd
Merdeka...!! pekik itu berkumandang membahana selama 68 tahun. Tahun 2013 ini selain kemerdekaan yang dirasakan hasilnya juga ditandai diluncurkan Kurikulum 2013 yang merupakan peng embangan kurikulum 2006 (KTSP). Dengan ada Kur ikulum 2013 perubahan yang mendasar adalah menu ntut siswa tidak semata- mata ditekan mempunyai kemampuan menghafal melainkan kemampuan mem ahami suatu proses dengan demikian menghasilkan perubahan sikap dan perilaku. Guru sebagai lokomo tip Kurikulum 2013 harus mempu membawa gerbo ng tersebut sampai pada stasiun tujuan. Untuk itu ma ka guru dituntut keberanian mengubah pola menga – jar dan penilaian dari tertutup menjadi terbuka.
Merdeka Guru Indonesia....................... .............................2
Layout/Desing : -T.T. Susanto, S.Ikom - A.S. Adhim, S.Kom e-mail:
[email protected] 0817 0388 6953
Meningkatkan hasil belajara fisika.......................... 5 Peran Sastra Sebagai Media Pendidikan Karakter .........22 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS...................30 KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN.......39
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA....49
Bidik Lensa.............................................................56 Alasan Kurikulum 2013 diterapkan...............................57 Menyikapinya Kurikulum 2013…….............................58 Profesi guru jadi incaran.................................................60
Keterangan Cover depan Presiden RI menyematkan tanda kehormatan paskibrata 2013 di Istana Negara. Keterangan Sampul Belakang HUT RI ke 68 diperingati di berbagai penjuru Dunia tidak hanya didalam negeri.
Setiap karya tulis yang termuat di Buletin Guru Indonesia memiliki ISSN 2338-2155 dengan barcode berbeda-beda tergantung volume, nomor, dan tahun penerbitan. Secara otomatis karya tulis tersimpan dan terkoneksi di PDII LIPI dan TGJ LIPI Jakarta. Untuk bukti publikasi penulis, mengunduh atau download : halaman depan (cover depan), hal 1 (daftar isi), karya tulisan anda lengkap, dan halaman belakang (cover belakang) yang ada barcode. Jika kesulitan hubungi redaksi
[email protected]
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013 Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155 ISSN 2338-2155
1
Merdekakan Guru Indonesia! Oleh: Agus Riyanto SD Negeri Wonorejo,Polokarto, Sukoharjo
[email protected]
Guru merupakan elemen penting dalam pendidikan. Bukan hanya dalam pembelajaran di sekolah, guru juga memegang peranan penting di masyarakat. Seorang guru dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan dan kewibawaan yang mampu mempengaruhi paradigma seseorang. Keberhasilan
pembelajaran
akan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menentukan keberhasilan pendidikan, dan
semakin kompleks ini;
keberhasilan pendidikan akan menentukan
1. Bebas dari belenggu politik.
masa depan cerah bangsa Indonesia untuk
Membebaskan guru dari politik bukan
bersaing dalam persaingan global. Hal yang
berarti guru harus buta tentang politik. Jumlah
perlu diingat, bahwa “Peran guru dalam
guru (PNS dan Non-PNS) di Indonesia yang
pembelajaran belum dapat digantikan oleh
begitu
mesin, radio, tape recorder, ataupun komputer
kepentingan-kepentingan
yang
paling
modern
sekalipun”
besar,
sangat
rawan
ditumpangi
(Nana
Sudjana dalam TIM, 2004:112). Begitu besarnya peranan seorang guru, mulai pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
penghasilan
seorang
guru
bisa
dikatakan cukup (guru PNS) dan mulai pemerintahan
Presiden
Susilo
bambang penguasa dalam sistem perpolitikan di
Yudhoyono (2007) penghasilan seorang guru PNS
Indonesia. Dunia politik melirik profesi guru
bersertifikasi), inilah salah satu mimpi guru
yang merupakan fenomena pada saat ini
yang sudah terwujud. Sehingga, tidak ada lagi
sebagai alat yang pas untuk mewujudkan
cerita seperti Umar Bakri untuk guru-guru
ambisi
PNS di Indonesia. Akan tetapi bagaimana
Otonomi
yang guru bukan PNS?. Berikut ini akan
bupati/walikota memanfaatkan guru sebagai
diuraikan
alat politik yang didasarkan pada loyalitas.
bisa
dikatakan
beberapa
lebih
impian
(Guru
guru
dalam
politiknya. daerah
Adanya
UU
tentang
memungkinkan seorang
Hal ini sangat mungkin terjadi di mana saja, 2
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi
peserta
didik
pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Akan tetapi, Guru yang mengajar pada satu lembaga saat ini masih terbelah dan bukan rahasia umum lagi. Dunia
dalam
tiga
macam
manghasilkan pendidikan yang jauh dari
sertifikasi), dan guru Non PNS. Adakah
tujuan pendidikan nasional. Hal yang masih
jaminan
hangat saat ini adalah adanya penekanan
pembelajaran lebih baik dibandingkan guru
angka kelulusan Ujian nasional yang harus
PNS atau Non PNS? Bukankah tanggung
tinggi
jawab mereka akhirnya juga sama?!
pemerintah
sekolah-sekolah. nasional
masih
Angka
daerah
kepada
kelulusan
dijadikan
tolak
sertifikasi
belum
memberikan
Kelompok-kelompok
ujian ukur
(yang
Guru
sertifikasi,
guru
PNS
yaitu;
pendidikan yang dibelenggu oleh politik akan
oleh
Guru
guru,
guru
seyogyanya dihapuskan saja.
ini
Pemerintah
keberhasilan dan prestasi kerja dalam dunia
harus mengakui guru sebagai guru dengan
pendidikan oleh pemerintah daerah.
kedudukan dan kesejahteraan yang sama.
Guru harus dibebaskan dari yang
Dana yang digunakan untuk membayar
demikian, agar guru dapat berkonsentrasi
sertifikasi
bisa
penuh pada tugas pokok dan fungsinya yang
mensejahterakan guru non PNS. Apakah tidak
diatur dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang
kasihan jika melihat guru sertifikasi bisa
Guru dan Dosen. Jika guru yang merupakan
berpenghasilan diatas 5 juta per bulan,
elemen pokok dalam sistem pendidikan dapat
sedangkan
berperan sesuai tupoksinya, maka tujuan
berpenghasilan
pendidikan nasional akan terwujud dan akan
perbulannya?
guru
dialokasikan
non
250.000
untuk
PNS
hanya
sampai
500.000
berimbas langsung dalam mengatasi pada
Pemerintah harus punya sikap tegas
berbagai permasalahan fundamental negara
untuk membatasi jumlah guru baru setiap
seperti
tahunnya, kalau perlu dirikanlah akademi
kemiskinan
Sehingga,
dan
harapannya
pengangguran. tujuan
nasional
guru seperti akademi polisi dan akademi
Indonesia dapat segera tercapai.
militer. Misalnya, mendirikan akademi guru
2. Guru adalah guru.
per kabupaten/kota, alumni akademi guru ini
Menurut Undang-undang No. 14 tahun
harus
mau
menjadi
guru
diwilayah
2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
3
kabupaten/kota tersebut ersebut. Sehingga
dibelakang atau tidak menjadi apa-apa, guru
tidak ada lagi klas-klas guru di Indonesia.
harus mau dan mampu memberikan dorongan
3. Guru
yang kuat agar generasi yang sedanglan
harus
digugu
lan
ditiru
ditiru.
(dipercaya dan diteladani). Fenomena guru ini sangat hebat,
4. Guru adalah profesi. Guru
banyak anak muda yang tertarik untuk
merupakan melalui
jabatan
pendidikan
yang
menjadi guru. Akan tetapi, banyak sekali guru
diperoleh
muda yang tidak memahami hakikat seorang
keguruan, guru ditekuni dan dilaksanakan
guru. Perilaku dan gaya hidupnya sangat jauh
bukan untuk mencari jabatan lain, guru juga
dari figur seorang guru yang harus digugu lan
memiliki kode etik, dan guru memiliki
ditiru. Hal ini juga diungkapkan oleh Vena
organisasi profesional yadengan Persatuan
Melinda (Republika, 16 April 2013) yang
Guru Republik Indonesia. Hal-hal tersebut
mengatakan bahwa "Orang menjadi guru
seharusnya menjadikan jabatan guru diakui
karena materi bukan karena idealisme”.
sebagai jabatan profesi.
Perilaku dan figur seorang guru dapat
Dengan
diakuinya
khusus
guru
sebagai
diwujudkan dari konsep pendidikan yang
jabatan profesi, seharusnya PGRI selaku
diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Seorang
organisasi
guru harus ing ngarsa sung tuladha (di depan
kewenangan untuk membentuk dewan guru
atau menjadi pemimpin, seorang guru harus
dan peradilan guru (seperti pada militer),
bisa memberikan contoh atau teladan bagi
sehingga
siapa saja terutama anak didiknya.
masyarakat atau kedinasan, peradilan ini yang
terbesar
ketika
guru,
terkana
diberikan
kasus
dalam
berwenang untuk mengadili, bukan diadili diperadilan umum. Demikian uraian tentang beberapa impian guru, semoga keberadaan guru akan semakin baik dan semakin baik dari tahun ke tahun dan bisa menjadikan generasi muda Ingatlah bahwa satu keteladanan lebih
Indonesia
menjadi
generasi
unggulan,
berarti daripada seribu nasihat), ing madya
generasi yang menjadi tuan di rumahnya dan
mangunkarsa (ditengah atau menjadi bagian
menjadi tuan di tanah tumpah darahnya
dari suatu kelompok, seorang guru harus bisa
sendiri.
memberikan dukungan untuk semua orang untuk berbuat baik, berperilaku terpuji dan berkata
jujur
dalam
mencapai
tujuan
bersama), lan tut wuri handayani (jika 4
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS TERPADU DIKELAS 9E, 9F dan 9G MTS NEGERI TANJUNGANOM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Dra. Wiwik Wahyuntari
Karena mengalami kesulitan,
1.PENDAHULUAN
ia merasa enggan untuk belajar dan tidak
A. Deskripsi Masalah Fisika
termotivasi untuk belajar.Berbagai upaya
banyak para guru yang mengeluh tentang
telah dilakukan oleh Guru untuk memperbaiki
rendahnya
hasil belajar siswa, misalnya penggunaan alat
Dalam
pengajaran
kemampuan
siswa
dalam
memahami dan menerapkan konsep Fisika.
bantu demonstrasi dan
Hal ini terlihat masih banyaknya siswa
dan lain-lain. Sekalipun demikian hasilnya
kesulitan
masih
mengerjakan
soal-soal
dan
rendahnya hasil belajar ( nilai ) baik dalam
tetap
belum
meningkat
secara
signifikan.
ulangan harian, ulangan semester maupun
Melihat kondisi kelas pada saat
ujian madrasah. Dari data leger madrasah
Proses belajar mengajar, yang secara umum
nilai rata-rata fisika pada semester ganjil
kurang
tahun pelajaran 2011/2012 untuk kelas IX
mengerjakan tugas latihan soal, baik tugas
adalah 6,25, hal ini belum menunjukan
untuk pemahaman konsep, tugas pemantapan,
ketuntasan belajar individu. Dan berdasarkan
ataupun tugas yang berupa penerapan konsep,
hasil observasi awal yang dilakukan peneliti
hal
selama
menggunakan
kegiatan
membiasakan diri untuk
ini
dimungkinkan
belajar
anak
kemampuannya
tidak secara
belajar
mengajar
bahwa
kemampuan
maksimal. Keadaan ini yang menyebabkan
terhadap
anak kurang siap dalam menerima maupun
keberhasilan belajarnya. Ini terlihat dari anak
melanjutkan pelajaran, yang pada akhirnya
yang mempunyai kemampuan rendah, kurang
menyebabkan hasil belajar khususnya Fisika
aktif
menjadi tidak tuntas.
berlangsung, siswa
terlihat
sangat
dalam
berpengaruh
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar. Hal ini ditandai siswa tersebut tidak
Dari kondisi siswa yang demikian ini,
membawa buku paket, tidak mengerjakan PR,
maka peneliti berkeyakinan untuk dapat
tidak menjawab pertanyaan tes awal dengan
meningkatkan hasil dalam mata pelajaran
benar dan tidak menjawab tugas (soal-soal
Fisika,
latihan) dengan benar. Menurut siswa tersebut
pembelajaran yang tepat, sehinnga siswa
tugas (soal-soal) latihan terlalu sulit.
menjadi siap dalam setiap menerima pelajaran.
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
perlu
diupayakan
srategis
ISSN 2338-2155
5
Salah satu strategi tersebut adalah dengan
D. Tujuan Penelitian
mendapatkan
Berdasarkan rumusan masalah di
pemahaman kembali pelajaran yang telah
atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini
diterima guna benar-benar membawa pada
adalah sebagai berikut :
metode
ini
siswa
akan
kesiapan siswa, yang pada akhirnya akan
1. Meningkatkan hasil belajar siswa
meningkatkan hasil belajar Fisika dengan
untuk
menggunakan
melalui metode pemberian tugas
kemampuannya
secara
mata
pelajaran
Fisika
terpadu.
maksimal.
2. Membantu kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas terpadu.
B. Masalah yang Sesungguhnya Adapun masalah sesungguhnya dalam
3. Meningkatkan kinerja Guru dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah :
melaksanakan proses pembelajaran.
1. Siswa kesulitan mengerjakan tugas
E. Manfaat Penelitian Hasil penilitian ini diharapkan
( soal – soal latihan ) 2. Siswa kurang termotivasi untuk
bermanfaat bagi siswa, guru dan madrasah adapun manfaat penelitian ini adalah
belajar
Bagi Siswa :
3. Hasil belajar siswa rendah
1. Siswa lebih siap memahami konsep Fisika dalam proses belajar
C.Rumusan Masalah Berangkat dari kenyataan di atas, perlu
dilakukan
upaya-upaya
untuk
mengatasinya, agar pendidikan Fisika betulbetul dapat memainkan perannya sebagai pembentuk direalisasikan
intelektual. dalam
Upaya bentuk
tersebut Classroom
Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Permasalahan mendasar dalam penelitian
2.Siswa lebih mantap dalam pemahaman konsep-konsep Fisika. 3.Siswa dapat mengembangkan konsep Fisika. 4.Melatih siswa berfikir kritis, kreatif dan inovatif Bagi guru : 1.Guru
dapat
melaksanakan
kegiatan
tindakan ini adalah : “Apakah dengan metode
pembelajaran Fisika dengan baik dan
pemberian tugas terpadu dapat meningkatkan
mempermudah
hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran
konsep Fisika pada siswa.
Fisika ?” Indikator keberhasilan penelitian ini adalah termotivasinya siswa mengerjakan soal dalam kelompok dan memiliki daya serap > 65 % dengan ketuntasan > 75 %.
dalam
menanamkan
2.Guru dapat meningkatkan kinerja dan profesionalismenya Bagi Madrasah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan terbaik bagi madrasah itu
6
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
sendiri untuk meningkatkan kinerja guru
untuk
siswa dan
juga
maupun memperbaiki mutu madrasah.
pembelajaran bagi guru.
sebagai
metode
Pada dasarnya tujuan pemberian 1. KAJIAN
TEORITIK
DAN
tugas dalam proses pembelajaran adalah
HIPOTESIS TINDAKAN
memberikan kesempatan pada siswa untuk
A. Kajian Teoritik
melatih hal-hal yang dipelajari atau diselidiki.
Metode pemberian tugas mandiri
Disamping itu tugas juga merupakan latihan
diberikan kepada siswa secara kelompok
guna menemukan cara-cara belajar yang baik
diskusi
secara
(Nasution : 1982 : 153). Dampaknya bagi
berkelanjutan. Artinya, siswa diberi tugas
siswa adalah agar siswa dapat menghayati
secara
materi
dan
secara
kelompok
individu,
dalam
bentuk
diskusi
yang
dipelajari
dan
kelompok dan kemudian dilanjutkan dengan
melaksanakaan
pemberian tugas secara individu.
bertanggungjawab. Secara spesifik untuk
Metode pemberian tugas terpadu ini menjadi tersebut
metode
utama,
memberikan
karena dukungan
tugas
melatih secara
materi yang melibatkan tugas berfungsi untuk
metode
latihan guna memahami konsep atau teori
bagi
secara lebih mendalam dan lebih baik.
pemahaman konsep, memantapan konsep dan
(Hudoyo : 1988 : 172).
penerapan konsep Fisika. Pemberian tugas
Pemberian tugas terpadu yang baik,
kelompok dalam bentuk diskusi kelompok
isi maupun pengorganisasiannya diharapkan
merupakan proses bertukar pikiran tentang
mampu meningkatkan hasil belajar bagi siswa.
suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu
Pemberian tugas terpadu memberikan harapan
(Wiyanto, 2000;1). Dalam diskusi kelompok
kepada siswa untuk bergairah mempelajari
ini siswa terlibat interaksi verbal mengenai
materi yang akan dipelajari dikelas, sehingga
suatu masalah atau topik dengan cara saling
siswa mendapatkan pengalaman baru dalam
membagi
mereka
intelektualnya. Pada saat kegiatan belajar
mendapatkan pengertian yang lebih lengkap
mengajar dikelas. Siswa dapat mengoreksi
dan jelas. Dengan pemberian tugas secara
kasalahan konsep yang telah dipelajarinya dan
individu, maka siswa diharapkan akan mampu
akhirnya akan memadukan dengan konsep
menemukan informasi secara mandiri.
yang diberikan oleh guru. Dengan demikian
informasi
sehingga
Metode pemberian tugas adalah cara
metode ini akan membuat penguasaan materi
pembelajaran yang dilakukan guru dengan
siswa
jalan memberikan tugas kepada siswa untuk
diharapkan lebih tertarik pada pelajaran Fisika
mengerjakan
dan akhirnya hasil belajar semakin tinggi.
sesuatu
selama
proses
pembelajaran. Dari uraian ini tugas terpadu
lebih
matang
sehingga
siswa
B. Hipotesis Tindakan
mempunyai peran ganda, yaitu sebagai tugas Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
7
Berdasarkan tindakan metode
teori
penelitian
di atas, ini
pemberian
hipotesis
adalah “ Melalui
tugas
terpadu
dapat
belum dapat dipecahkan pada siklus pertama dijadikan peneliti
bahan
perbaikan,
merencanakan
selanjutnya
berbagai
langkah
perbaikan untuk ditetapkan pada siklus kedua.
meningkatkan hasil belajar Fisika “.
Hal itu dilakukan dari satu siklus ke siklus berikutnya, sampai masalah yang dihadapi
3. METODOLOGI PENELITIAN
dapat dipecahkan secara tuntas.
A. Setting Penelitian Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
dilaksanakan di MTs Negeri Tanjunganom
D. Instrumen
pada kelas IX semester II Tahun Pelajaran
1. Lembar
Observasi
untuk
2011/2012 dalam mata palajaran Fisika.
mengetahui keaktifan siswa pada
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22
proses belajar.
Januari sampai dengan 28 Maret 2012.
2. Angket untuk siswa.
Adapun subyek penelitian adalah siswa dari
3. Lembar tugas / soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa.
kelas 9E, 9F. dan 9G.
4. Ulangan harian siswa. 4. HASIL PENELITIAN DAN
B. Persiapan Penelitian Adapun
persiapan
dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1. Guru
membuat
perangkat
2. Guru membuat instrumen yang
Observasi,
misalnya Catatan
blanko lapangan.
Lembar Kerja Siswa (LKS). 3. Guru membuat lembar tugas / soal-soal
A. Siklus Pertama Pada siklus pertama peneliti melakukan 3 kali pertemuan / tatap muka di
pembelajaran.
diperlukan,
PEMBAHASAN
untuk
pemahaman,
tiga kelas dengan materi Rangkaian Listrik Perencanaan Tindakan ( Planning ) 1. Guru
melaksanakan
pengembangan
tugas untuk penerapan konsep.
berdekatan
pelaksanaan
penelitian secara rinci. C. Siklus Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang ditetapkan berdasarkan materi pelajaran
dalam
2. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
jadwal
materi
bentuk klasikal
pemantapan konsep dan lembar
4. Menyusun
kegiatan
tempat
duduk
yang
satu
baris
dalam
bangku dengan anggota 4 – 5 orang 3. Guru membagikan LKS untuk didiskusikan
dalam
kelompok,
tentang Materi Rangkaian Listrik
dan waktu pelaksanaan. Permasalahan yang 8
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
4. Siswa
menyimpulkan
mempresentasikan menyampaikan
hasil
dan
berhitung
/
terlambat
diskusi
yang
rendah
sehingga
dalam
berdiskusi
dan
menyelesaikan soal. Hal ini menyebabkan kerja kelompok ini kurang bersemangat.
kelompok. 5. Guru membagikan lembar tugas
c. Ada
kelompok
(soal-soal latihan) yang memuat
anggotanya
soal-soal pemahaman, pemantapan,
semua,
dan penerapan konsep tentang
mendahului
Rangkaian Listrik.
dalam
6. Siswa mengerjakan tugas (soalsoal latihan secara individual.)
1. Pada pelaksanaan pertemuan 1 penyampaian materi pelajaran oleh sesuai
dengan
rencana
pembelajaran yang dibuat. Tetapi penanaman
konsep
siswa
pandai
sehingga
selalu
kelompok
lain
berdiskusi
dan
menyelesaikan soal. Hal ini menimbulkan
materi
kemampuan
antar
Pengamatan Tindakan (Observing) 1. Peneliti mengamati kegiatan siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan
siswa
pengamatan siswa.
dapat
dilakukan
dengan baik. Selain itu tugas-tugas
anggota
kelompok.
pelajaran yang diajarkan kepada belum
yang
ketidakseimbangan
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
guru
selalu
instrumen
2. Bimbingan terhadap siswa dalam
/ soal-soal latihan telah sesuai
pembeljaran
dengan
terlihat mempengaruhi motivasi
konsep
materi
yang
2. Kegiatan siswa (kelompok) dalam
tentang
untuk arus
membahas
listrik
belum
terlaksana seperti yang diharapkan.
kelompok
optimal 3. Penerapan tugas
metode
terpadu
pemberian
mempengaruhi
keaktifan siswa. 4. Data tentang aktifitas guru dan
Hal ini dapat diamati dari : a. Ada
kelompok
dan keaktifan siswa tetapi belum
diajarkan.
berdiskusi
diskusi
yang
anggotanya kurang kompak
aktifitas
siswa
dalam
siklus
pertama disajikan dalam tabel 2.
dan serasi sehingga kegiatan
5. Data tentang hasil belajar siswa
kelompok itu didominasi oleh
dalam siklus pertama disajikan
siswa yang pandai.
dalam tabel 1.
b. Ada kelompok yang semua
Refleksi Tindakan (Reflecting)
anggota kelompoknya memiliki kemampuan Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
9
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa, serta data kuesioner yang diberikan siswa diperoleh hal-
rata-rata
masing-masing
kelas
65,6 ; 64,9 dan 65,1. 7. Ketuntasan
belajar
tiap
kelas
belum melampui 75%, pada siklus
hal sebagai berikut : Keberhasilan Guru
pertama masing- masing = 50%
1. Adanya kesadaran guru peneliti
dari 40 siswa, = 57% dari 40 siswa
tentang yang
kekurangan-kekurangan dirasakan
pada
saat
pembelajaran berlangsung. 2. Adanya untuk
inisiatif
guru
berusaha
Rencana Perbaikan 1. Menukar
peneliti
memperbaiki
kekurangan-kekurangan
dan 54% dari 40 siswa.
tersebut
pada pertemuan berikutnya.
keanggotaan
kelompok
yang
semua
menimbulkan
ketidakserasian
dengan
keanggotaan kelompok yang lain sehingga diperoleh 8 kelompok
3. Metode yang digunakan tepat,
yang
seimbang
kemampuan
meskipun pelaksanaannya belum
fisikanya. Dengan demikian dalam
efektif.
satu kelompok ada anggota yang
Kendala yang dihadapi guru dan siswa
kemampuan
1. Siswa belum gerak cepat pada
sedang dan rendah.
posisi
berkelompok
saat
akan
fisikanya
tinggi,
2. Menetapkan letak posisi yang tetap tiap kelompok.
berkelompok. 2. Penggunaan waktu belum sesuai
3. Guru memotivasi siswa selalu
sebagaimana yang direncanakan
aktif dalam berdiskusi kelompok
dalam rencana pengajaran.
mengerjakan LKS.
3. Banyak siswa yang terlihat kurang
4. Guru
mencoba
menerapkan
mau bekerja sama pada saat
kembali
mengerjakan
pertemuan pertama, tetapi dengan
tugas
LKS
dan
perencanaan
pada
cara yang lebih baik. Alasannya
diskusi kelompok. 4. Aktifitas siswa masih didominasi
karena guru belum sepenuhnya dapat
oleh siswa pandai. 5. Langkah-langkah tindakan tidak
melaksanakan
rencana
tindakan tersebut dengan tepat.
sepenuhnya dapat dilakukan oleh guru karena belum biasa. 6. Nilai hasil belajar
siswa hanya
berkisar tidak lebih dari daya serap 65% yaitu 10
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
Tabel 1.
Hasil belajar siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas tercantum pada data berikut : Kelas 9E
Kelas 9F
Kelas 9G
No
Kegiatan
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
1.
Siswa yang ikut tes
40
100%
40
100%
40
100%
2.
Nilai terendah
58
56
56
3.
Nilai tertinggi
76
75
75
4.
Nilai rata-rata
67
65.5
65,5
5.
Siswa
yang 20
mencapai
nilai
50 %
18
45 %
19
48 %
di
atas 6.5
Tabel 2. No
Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama
Aspek yang dinilai
Kelas 9E Jumlah
1.
Kelas 9F
Kelas 9G
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
82.5%
28
70%
29
72.5%
27
67.5%
25
62.5%
27
67.5%
Menjawab pertanyaan 25
62.5%
21
52.5%
31
77.5%
31
77.5%
13
32.5%
23
57.5%
27
67.5%
17
42.5%
11
27.5%
dan 23
57.5%
23
57.5%
27
67.5%
62.5%
13
32.5%
11
27.5%
Perhatian
terhadap 33
pelajaran Fisika 2.
Keterlibatan
siswa
secara penuh 3.
(soal-soal)
yang
diberikan oleh guru
4.
Mengemukakan pendapat
5.
Memecahkan masalah atau soal-soal Fisika
6.
Memperjelas
meminta pendapat jika ada
pendapat
yang
kurang jelas 7.
Menganalisis
hal-hal 25
yang disepakati / tidak bila
ada
perbedaan
pendapat
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
11
8.
Membuat rangkuman hasil
pembahasan
27
67.5%
31
77.5%
17
42.5%
27,25
68.13%
21,38
53.44%
22
55%
/
penyelesaian soal-soal Rata-rata
Tabel 3. No 1.
Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E
Pertanyaan Tentang
Kelas 9F
Kelas 9G
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
95%
5%
93%
7%%
95%
5%
mendapat 95%
5%
90%
10%
90%
10%
90%
10%
90%
10%
90%
10%
95%
5%
90%
10%
90%
10%
83%
17%
66%
34%
81%
19%
mengerjakan 56%
44%
76%
24%
56%
44%
mengerjakan 44%
56%
94%
6%
44%
56%
72%
28%
6%
94%
56%
44%
0%
100%
0%
100%
0%
Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?
2.
Apakah
anda
pembagian
tugas
dalam
kelompok ? 3.
Apakah
anda
kerjasama
dalam kelompok pembahasan soal ? 4.
Apakah
anda
mengerjakan
tugas
ikut dalam
kelompok ? 5.
Apakah
anda
mengajukan
pertanyaan jika ada kesulitan dalam kerja kelompok ? 6.
Apakah anda
semua soal yang diberikan oleh guru ? 7.
Apakah anda semua tugas ?
8.
Apakah anda merasa senang dengan metode diskusi dan pemberian tugas?
9.
Apakah tugas yang diberikan 100% sesuai dengan materi yang diajarkan?
12
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
10.
Apakah metode pemberian 93%
7%
86%
14%
88%
12%
tugas terpadu yang diberikan kepada
anda
memudahkan
dapat memahami
konsep Fisika ?
No
Pertanyaan Tentang
11.
Kendala / kesulitan yang anda Waktu kurang dan Waktu kurang dan Waktu jumpai
waktu
Kelas 9E
mengerjakan kelompok
tugas. 12
kompak
Tuliskan
kesan-kesan
anda
Kelas 9F tidak soal
ada
bisa
Perencanaan yang diterapkan
tidak
mudah Senang
kerja mengerti.
dapat
bekerjasama
dalam
kelompok.
yang
Perencanaan Tindakan (Planning)
dan
kompak.
kelompok.
B. Siklus Kedua
sempit
yang kelompok
sulit.
Lebih mudah dan Lebih
setelah mengerjakan tugas.
Kelas 9G
sudah
ditentukan
pada
pertemuan sebelumnya. 3. Guru
menjelaskan
dan
pada siklus 2 ini sama seperti siklus 1
mempertegas cara siswa bekerja
hanya
dalam kelompok kemudian guru
pada pertemuan kedua membahas
lebih meningkatkan bimbingannya
materi Beda Potensial.
pada
siswa
ketika
sedang
menjawab pertanyaan LKS. Guru Pelaksanaan Tindakan (Acting)
pengamat
1. Penyampaian
bimbingan
materi
pelajaran
lebih jelas dan sistematis karena guru
telah
menguasai
materi
turut
membantu
pada
beberapa
kelompok siswa. 4. Sebagian
besar
siswa
dalam
pelajaran. Selain itu penanaman
kelompoknya sudah mulai aktif
konsep pelajaran yang diajarkan
menjawab pertanyaan LKS. Tidak
semakin tegas dan tugas telah
tampak lagi anggota kelompok
sesuai
yang tidak mengerjakan LKS dan
dengan
materi
yang
diajarkan. 2. Guru kembali menyuruh siswa duduk sesuai dengan kelompok
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
perhatian mereka lebih terpusat pada
kegiatan
yang
sedang
dilakukan.
ISSN 2338-2155
13
Pengamatan Tindakan (Observing)
menjadi
1. Bimbingan terhadap siswa dalam
menjadi
dan
70,5.
dari
65,5
Data
ini
pembelajaran diskusi kelompok
menunjukkan adanya kemajuan
terlihat mempengaruhi motivasi
belajar siswa yang cukup baik.
dan keaktifan siswa sudah mulai
Kendala yang dihadapi guru dan siswa
aktif.
Meskipun
2. Penerapan tugas
metode
terpadu
mempengaruhi
sudah mengalami sedikit peningkatan, hal ini tidak terlepas dari guru maupun
aktifitas siswa dalam siklus kedua disajikan dalam tabel 3.
siswa, kendala itu antara lain : 1. Terkesan guru peneliti tergesagesa saat mengajarkan pelajaran
4. Data tentang hasil belajar siswa siklus
guru
memotivasi dan mengaktifkan siswa
3. Data tentang aktifitas guru dan
dalam
upaya
pemberian
keaktifan belajar siswa.
kedua
disajikan
dalam tabel 4.
karena terikat oleh waktu. 2. Jumlah soal / tugas yang diberikan kepada siswa belum seimbang dengan
waktu
sehingga tidak
Refleksi Tindakan (Reflecting)
yang
tersedia,
semua
soal /
Berdasarkan hasil catatan guru
tugas bisa diselesaikan oleh siswa.
peneliti dan data pada tabel 5, hasil
3. Siswa merasa enggan mengerjakan
belajar siswa serta data kuesioner yang
soal yang berupa soal cerita atau
diberikan
yang sifatnya pengembangan.
siswa
diperoleh
hal-hal
sebagai berikut :
Rencana Perbaikan
Keberhasilan Guru
1. Guru
1. Semua direncanakan
tindakan dapat
yang terlaksana
meskipun belum efektif.
peneliti
mengoptimalkan
berusaha waktu
yang
sesuai dengan perencanaan dalam rencana Pembelajaran.
2. Aktifitas siswa mengerjakan LKS
2. Guru memotivasi siswa untuk
dan menjawab pertanyaan guru
selalu aktif dalam mengerjakan
sudah mulai terlihat walaupun
tugas
baru 8 – 10 orang.
diperhatikan
3. Hasil belajar siswa mengalami
14
68,9
soal
cerita juga
dan
untuk waktu
mengerjakan.
peningkatan dari rata-rata masing-
3. Rencana tindakan siklus 2 masih
masing 67 menjadi 69,6 ; dari 65.5
terus dilaksanakan pada siklus 3.
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
Tabel 4.
Hasil belajar pada siklus kedua dari masing-masing kelas tercantum pada data berikut : Kelas 9E Jumlah
Kelas 9F
Kelas 9G
No
Kegiatan
1.
Siswa yang ikut tes 40
2.
Nilai terendah
61
60
62
3.
Nilai tertinggi
89
76
82
4.
Nilai rata-rata
69,61
68,89
70,47
5.
Siswa
yang 28
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
100%
40
100%
40
100%
70 %
32
80 %
36
90 %
mencapai nilai di atas 6.5
Tabel 5. No
Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua.
Aspek yang dinilai
Kelas 9E Jumlah
1.
Perhatian
Kelas 9F
Kelas 9G
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
72.5%
27
67.5%
29
72.5%
siswa 27
67.5%
25
62.5%
31
77.5%
23
57.5%
21
52.5%
21
52.5%
31
77.5%
23
57.5%
29
72.5%
33
82.5%
27
67.5%
21
52.5%
dan 33
82.5%
29
72.5%
29
72.5%
67.5%
23
57.5%
15
37.5%
terhadap 29
pelajaran Fisika 2.
Keterlibatan secara penuh
3.
Menjawab pertanyaan
(soal-
soal) yang diberikan oleh guru 4.
Mengemukakan pendapat
5.
Memecahkan masalah atau soalsoal Fisika
6.
Memperjelas meminta
pendapat
jika
pendapat
ada
yang kurang jelas 7.
Menganalisis hal-hal 27 yang tidak
disepakati bila
/ ada
perbedaan pendapat
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
15
8.
Membuat rangkuman 31
77.5%
31
77.5%
25
62.5%
82%
25,8
71%
25
69%
hasil pembahasan / penyelesaian
soal-
soal Rata-rata
Tabel 6. No 1.
29,3
Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E
Kelas 9F
Kelas 9G
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
100%
0%
93%
7%
95%
5%
mendapat 100%
0%
100%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
100%
0%
5%
90%
10%
100%
0%
17%
66%
34%
81%
19%
44%
76%
24%
56%
44%
40%
84%
16%
74%
26%
28%
80%
20%
85%
15%
0%
100%
0%
100%
0%
7%
86%
14%
88%
12%
Pertanyaan Tentang Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?
2.
Apakah
anda
pembagian
tugas
dalam
kelompok ? 3.
Apakah
kerjasama 100%
anda
dalam
kelompok
pembahasan soal ? 4.
Apakah
anda
ikut
95%
mengerjakan tugas dalam kelompok ? 5.
Apakah anda mengajukan 83% pertanyaan kesulitan
jika
ada
dalam
kerja
kelompok ? 6.
Apakah anda mengerjakan 56% semua soal yang diberikan oleh guru ?
7.
Apakah anda mengerjakan 60% semua tugas ?
8.
Apakah
anda
senang
dengan
diskusi
dan
merasa 72% metode pemberian
tugas? 9.
Apakah
tugas
diberikan
sesuai
yang 100% dengan
materi yang diajarkan? 10.
16
Apakah metode pemberian 93%
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
tugas
terpadu
diberikan
yang
kepada
dapat
anda
memudahkan
memahami konsep Fisika ?
Kelas 9E
Kelas 9F
Kelas 9G
No
Pertanyaan Tentang
11.
Kendala / kesulitan yang Waktu kurang
Waktu
kurang Waktu terbatas
anda
sedikit.
sehingga tidak
jumpai
waktu
mengerjakan tugas. 12
Tuliskan
tepat waktu.
kesan-kesan Lebih mudah dan Lebih
anda setelah mengerjakan bisa tugas.
mudah Senang
kerja mengerti.
dapat
bekerjasama
kelompok.
dalam kelompok.
C. Siklus Ketiga Perencanaan Tindakan (Planning) Rencana tindakan yang diterapkan pada siklus ke 2 membahas materi Dilatasi. Adapun perencanaan pada siklus 3, yaitu : 1. Letak
posisi
seperti
pada
kelompok
sama
mengerjakan LKS dan berdiskusi
siklus
untuk
untuk membahas materi dilatasi.
2
2. Rencana
memperlancar gerakan.
tindakan
dapat
2. Penerapan diskusi kelompok yang
dilaksanakan secara keseluruhan
divariasikan dengan tanya jawab
hanya saja pemberian angket siswa
dan pemberian tugas.
waktunya sangat terbatas hanya
3. Penggunaan waktu yang efisien
kurang lebih 5 menit.
sesuai dengan RPP. 4. Penugasan
siswa
untuk
mempresentasikan hasil diskusi
Pengamatan Tindakan (Observing) 1. Penerapan kelompok
kelompok. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
dengan
1. Pada siklus ke 3 guru peneliti
pemberian
metode yang tanya
diskusi divariasikan
jawab tugas
dan dalam
hanya mengulang tindakan siklus
penyampaian materi dilatasi oleh
ke
guru
2.
Guru
meningkatkan
peneliti
cukup
membuat
gairah
pelayanan dan bimbingannya pada
antusias
kelompok-kelompok
belajar siswa, pertanyaan LKS
siswa
saat
dan
terlihat
dapat diselesaikan siswa. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
17
2. Motivasi
dan
tampak
keaktifan
lebih
4. Nilai hasil belajar siswa cukup
siwa
meningkat.
meningkat
Ini
dengan
rata-rata
terlihat dari semua tugas yang
masing-masing kelas dari 69,61
diberikan
menjadi 79,10
oleh
guru
dapat
, dari 68,89
diselesaikan oleh siswa, walaupun
menjadi 78,30 dan dari 70.47
waktu
menjadi 78,00.
kegiatan
ini
sedikit
bertambah dari yang direncanakan. 3. Ketuntasan individual
belajar pada
secara
masing-masing
kelas 85%, 95% dan 92.5%.
Untuk lebih jelas hasil belajar siswa selama siklus ketiga dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.
Hasil belajar siswa pada siklus ketiga dari masing-masing kelas. Kelas 9E Jumlah
Kelas 9F
Kelas 9G
No
Kegiatan
1.
Siswa yang ikut tes 40
2.
Nilai terendah
61
64
65
3.
Nilai tertinggi
88
88
92
4.
Nilai rata-rata
74,50
76
78.5
5.
Siswa
yang 34
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
100%
40
100%
40
100%
85 %
38
95 %
37
92.5%
mencapai nilai di atas 6.5
Tabel 8. No
Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus ketiga.
Aspek yang dinilai
Kelas 9E Jumlah
1.
Perhatian
Kelas 9F
Kelas 9G
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
81%
31
86%
31
86%
siswa 35
97%
33
91%
31
86%
31
86%
29
83%
27
75%
27
75%
25
71%
21
58%
terhadap 29
pelajaran Fisika 2.
Keterlibatan secara penuh
3.
Menjawab pertanyaan
(soal-
soal) yang diberikan oleh guru 4.
18
Mengemukakan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
pendapat 5.
Memecahkan
31
86%
27
75%
29
81%
dan 35
97%
33
91%
29
81%
69%
21
60%
17
47%
97%
29
83%
31
86%
86%
28,5
79%
27
75%
masalah atau soalsoal Fisika 6.
Memperjelas meminta
pendapat
jika
pendapat
ada
yang kurang jelas 7.
Menganalisis hal-hal 25 yang
disepakati
tidak
bila
/ ada
perbedaan pendapat 8.
Membuat rangkuman 35 hasil pembahasan / penyelesaian
soal-
soal Rata-rata
Tabel 9. No 1.
31
Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E
Kelas 9F
Kelas 9G
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
100%
0%
93%
7%
100%
0%
mendapat 100%
0%
100%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
100%
0%
5%
90%
10%
100%
0%
17%
66%
34%
81%
19%
Pertanyaan Tentang Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?
2.
Apakah
anda
pembagian
tugas
dalam
kelompok ? 3.
Apakah
anda
dalam
kerjasama 100% kelompok
pembahasan soal ? 4.
Apakah
anda
ikut
95%
mengerjakan tugas dalam kelompok ? 5.
Apakah anda mengajukan 83% pertanyaan kesulitan
jika
ada
dalam
kerja
kelompok ?
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
19
6.
Apakah anda mengerjakan 95%
5%
95%
5%
95%
5%
5%
94%
6%
95%
5%
18%
96%
4%
86%
14%
0%
100%
0%
100%
0%
7%
86%
14%
88%
12%
semua soal yang diberikan oleh guru ? 7.
Apakah anda mengerjakan 95% semua tugas ?
8.
Apakah
anda
senang
dengan
diskusi
dan
merasa 82% metode pemberian
tugas? 9.
Apakah
tugas
diberikan
sesuai
yang 100% dengan
materi yang diajarkan? 10.
Apakah metode pemberian 93% tugas
terpadu
diberikan dapat
yang
kepada
anda
memudahkan
memahami konsep Fisika ?
No
Pertanyaan Tentang
11.
Kendala / kesulitan yang Waktu anda
jumpai
Kelas 9E
Tuliskan
kerja.
kesan-kesan Lebih mudah dan Lebih
anda setelah mengerjakan bisa tugas.
penuh
tugas dengan tugas.
dengan
mengerjakan.
Kelas 9G tepat Waktu
cukup Waktu
waktu untuk
mengerjakan tugas. 12
Kelas 9F
mudah Senang
kerja mengerti.
kelompok.
dapat
bekerjasama dalam kelompok.
mengalami perubahan peningkatan
Refleksi Tindakan (Reflecting) Berdasarkan
hasil
temuan
lapangan, observasi siswa dan nilai
20
hasil belajar. 2. Metode pemberian tugas terpadu
hasil belajar siswa dapat diketahui
yang
keberhasilan guru dan siswa antara
menarik minat dan aktifitas siswa
lain :
pada
1. Keberhasilan siswa selama siklus
yang ada hubungannya dengan
selama
siklus
konsep
Arus
ketiga Listrik
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
dengan
diterapkan
soal-soal
guru
cukup
penegembangan
kehidupan sehari-hari.
dapat
ISSN 2338-2155
Di akhir tulisan ini peneliti
3. Daya serap dan ketuntasan belajar dapat terpenuhi karena motivasi
menyarankan :
dan strategi yang memadai.
1. Perlu perhatian tambahan kepada siswa
5. KESIMPULAN DAN SARAN
baik
siswa
yang
aktif
maupun siswa yang kurang aktif.
A. Kesimpulan
Bagi
Berdasarkan data yang didapat
siswa
yang
aktif
baik kuantitatif maupun kualitatif,
tambahan
peneliti menarik kesimpulan berikut :
pujian saat siswa mengerjakan
1. Pemberian
tugas dengan benar, untuk siswa
tugas
soal
terpadu
penghargaan
perlu
dengan tingkat kesukaran soal,
yang
penerapan
pendekatan dan diberi motivasi
konsep,
pemantapan
kurang
berupa
dan pengembangan soal ternyata
tentang
dapat meningkatkan hasil belajar
pelajaran ini.
aktif
pentingnya
perlu
materi
2. Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. 2. Dengan
memberikan
siswa,
perhatian
perlu
kiranya
siswa
dan
dibiasakan untuk terus belajar,
pujian terhadap siswa ternyata
terus berlatih mengerjakan tugas /
dapat meningkatkan motivasi dan
soal-soal latihan yang terprogram
aktifitas siswa dalam mengikuti
sesuai kemampuan dan waktu
pelajaran.
yang
berupa
motivasi,
teguran
ada
secara
berkesinambungan.
B. Saran DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud 1994 Kurikulum Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Garis-garis
besar
Program Pengajaran (GBPP) Fisika. Jakarta : Proyek Peningkatkan SLTP. Depdikbud, 1994 Kurikulum Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Proyek peningkatan SLTP. Depdikbud, 1999 Suplemen GBPP Fisika. Jakarta. Hudoyo Herman,
1979,
Pengembangan
Kurikulum dan
Pelaksanaan
di
Depen Kelas :
Surabaya : Usaha. Nasution, 1982, Berbagai Pendekatan
Dalam
Proses Belajar
Mengajar : Jakarta : Bina
Aksara. Tim Pelatih Proyek PGSM : 1999 : Penelitian Tingkat
Kelas : Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi proyek Pengembangan Guru Madrasah Menengah. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
21
Peran Sastra Sebagai Media Pendidikan Karakter Oleh : Ali Muchson Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya Abstrak. Maraknya berbagai bentuk tindak arogansi, brutal, penyelewengan, korupsi, dan tindak kesewenang-wenangan yang dapat kita saksikan dari berbagai media pada setiap hari, menandai adanya krisis terhadap nilai-nilai luhur bangsa. Pendidikan karakter di negeri ini serasa telah hilang. Sektor Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn misalnya, yang seharusnya dapat menjadi media, sekaligus sebagai katalisator atau penyaring untuk membendung arus merebak budaya kekerasan, disinyalir oleh sebagian kalangan pengamat pendidikan telah berubah menjadi mata pelajaran berbasis indoktrinasi yang semata-mata mengajarkan dan mencekoki nilai baik dan buruk saja, kurang diimbangi dengan pola pembiasaan secara intensif yang dapat memicu peserta didik untuk bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai luhur. Pendidikan karakter seharusnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran sastra, materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai kehidupan perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra, dipastikan dapat menjadi media strategis untuk mewujudkan tujuan mulia itu. Melalui karya sastra, sejak dini peserta didik diajak melakukan pembiasaan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung mereka memiliki Tindak dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Sastra dapat digunakan sebagai media penyampaian pendidikan karakter kepada peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik seharihari di rumah, sekolah dan masyarakat. Tentu saja, langkah visioner semacam ini tidak akan banyak maknanya jika tidak diimbangi dan dukungan penuh dari berbagai kalangan secara intensif menginternalisasi pendidikan berbasis karakter dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Kata kunci: Pembelajaran Sastra, Pendidikan Karakter, Pendidik, Peserta didik Bukan rahasia lagi, merebaknya sikap
didiksekarang gampang sekali melontarkan
hidup yang buruk, melembaganya budaya
bahasa oral dan bahasa tubuh yang cenderung
kekerasan, atau merakyatnya bahasa ekonomi
tereduksi oleh gaya ungkap yang kasar, brutal
dan politik, disadari atau tidak, telah ikut
dan vulgar. Nilai-nilai etika dan estetika telah
melemahkan karakter peserta didikbangsa,
terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan
sehingga menjadikan nilai-nilai luhur dan
konstan. Pendidikan berbasis karakter di
kearifan sikap hidup seakan mati suri. Peserta
negeri ini memang terasa telah lama hilang.
22
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
Pendidikan Agama dan Pendidikan
para elite kita yang seharusnya menjadi idola
Kewarganegaraan atau PKn misalnya, yang
dan sosok anutan sosial. Tindak korupsi,
seharusnya dapat menjadi media, sekaligus
sikap serakah, dan mau menang sendiri, justru
sebagai katalisator atau penyaring untuk
menjadi tontonan masif di tengah massa yang
membendung
demikian gampang disaksikan melalui layar
arus
merebaknya
budaya
kekerasan, dinilai telah berubah menjadi mata
kaca maupun media cetak.
pelajaran berbasis indoktrinasi yang semata-
Predikat sebagai bangsa yang beradab
mata mengajarkan dan mencekoki nilai baik
dan berbudaya, situasi semacam itu jelas
dan buruk saja, kurang diimbangi dengan pola
sangat tidak menguntungkan bagi masa depan
pembiasaan
bangsa, khususnya dalam melahirkan generasi
secara
intensif
yang
dapat
memicu peserta didik untuk berTindak dan
masa
bersikap sesuai dengan nilai-nilai kehidupan
intelektual,
yang positif. Akibat pola indoktrinasi yang
sosial. Dengan demikian, perlu ada upaya
demikian lama dalam ranah pendidikan,
serius dari segenap komponen bangsa untuk
disadari atau tidak, telah mengubah cara
membangun
pandangpeserta
menjadi
mengembalikan karakter bangsa yang hilang.
egois, baik terhadap diri sendiri maupun
Dalam konteks di atas, menjadi menarik
sesamanya. Pada akhirnya, mereka kurang
ketika sebagai seorang pendidik Bahasa dan
memiliki
Sastra
didikcenderung
kepekaan
terhadap
sesamanya,
depanyang
cerdas,
emosional,
baik
spiritual,
kesadaran
Indonesia,
secara maupun
kolektif
demi
memberikan
nilai-nilai
atau
kehilangan nilai kasih sayang, dan sibuk
menginjeksikan
dengan dunianya sendiri yang cenderung
pendidikan karakter ke dalam pembelajaran
agresif dengan tingkat degradasi moral yang
serta
sudah berada pada titik ambang batas yang
menginternalisasikan
tidak dapat dimaklumi.
melalui sastra sebagai media.
diupayakan
dapat
berwawasan
mengajak
pendidikan
dan
karakter
Melalui berbagai media dapat kita saksikan, sudah berkali-kali panggung sosial
Ada apa dengan sastra?
negeri ini diwarnai pentas tragis tentang tawuran
antarpelajar,
kebut-kebutan,
Sejumlah pandangan bahkan kritik dari
premanisme, pemerkosaan, minuman keras,
beberapa
pengamat
atau seks pra-nikah yang dilakukan oleh para
pendidikan dinilai hanya
remaja.
mementingkan
porsi
pendidikan,
dunia
memburu
akademik
dan
semata,
Di lain pihak, mereka terjebak menjadi
sehingga mengabaikan persoalan-persoalan
pengguna dan pengedar pil-pil setan dan zat-
moral dan keluhuran budi, kalau pun ada
zat adiktif lainnya. Kondisi demikian, masih
penyampaiannya
diperparah dengan miskinnya keteladanan
Maka dipandang perlu ada terobosan visioner
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
cenderung
indoktrinatif.
ISSN 2338-2155
23
yang
dapat
menginternalisasikan sesuai
dengan
mengajak
dan
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud
pendidikan
karakter
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
dinamika
perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
tuntutan
dan
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
perkembangan psikososial peserta didik. Pembelajaran diharapkandapat
karya
menjadi
Saat ini bagi Indonesia, pendidikan
sastra,
medium
yang
karakter
juga
berarti
melakukan
strategis untuk mewujudkan tujuan mulia itu.
sungguh-sungguh,
Melalui karya sastra, sejak dini peserta didik
berkelanjutan untuk
dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan
menguatkan
olah budi secara intens sehingga secara tidak
semuaorang Indonesia bahwa tidak akan ada
langsung
masa
mereka
memiliki
tindak
dan
sitematik
usaha
membangkitkan dan
kesadaran
depan
yang
dan
serta
lebih
keyakinan
baik
tanpa
kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan
membangun dan menguatkan karakter bangsa
berkreasi
dengan
tersebut.
Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa
Melalui
makalah
ingin
depan yang lebih baik yang dapat diwujudkan
menunjukan bahwa sastra dapat digunakan
tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin
sebagai
diri, tanpa kegigihan, tanpasemangat belajar
media
karya
sastra
ini
penulis
penyampaian
pendidikan
yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa
karakter kepada peserta didik. Titik fokus permasalahan dalam tulisan
tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
ini adalah upaya-upaya apa saja dalam
tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat
pembelajaran sastra yang dapat dijadikan
berkontribusi bagikemajuan bersama, serta
media
tanpa rasa percaya diri.
penyampaian
pendidikan
karakter
Akhirnya, karakter didefinisikan secara
terhadap peserta didik? Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk
berbeda-beda oleh berbagai pihak. Karakter
memberikan masukan bagi pendidik, sekolah,
menurut Depdikbud adalah bawaan, hati,
institusi-institusi
sumbangsih
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
terhadap khalayak umum khususnya dunia
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.
pendidikan bahwasanya sastra dapat dijadikan
Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
media
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
untuk
lain
dan
menyampaikan
pendidikan
karakter kepada peserta didik.
Di samping itu, ada juga yang menyebutkan bahwa karakter sebagai penilaian subjektif
Pendidikan Karakter Bangsa
terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
penilaian subjektif terhadap kualitas mental
manusia yang berhubungan dengan Tuhan
saja,
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
membentuk karakter hanya berkaitan dengan
24
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
sehingga
upaya
mengubah
ISSN 2338-2155
atau
stimulasi
terhadap
intelektual
seseorang.
lebih luas sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Sejalan pula dengan
(thefreedictionary.com, 2004). Sedangkan menurut Megawangi (2003),
pandangan Piaget dalam Pateda (1988) dalam
kualitas karakter meliputi sembilan pilar,
usaha mencari hubungan antara bahasa dan
yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-
pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa
Nya; (2) Tanggung jawab, Disiplin dan
perkembangan bahasa dan penggunaannya
Mandiri; (3) Jujur/amanah dan Arif; (4)
oleh anak tercermin dalam perkembangan
Hormat dan Santun; (5) Dermawan, Suka
mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan
menolong, dan Gotong-royong; (6) Percaya
sosialnya memegang peranan penting dalam
diri, Kreatif dan Pekerja keras; (7)
kehidupan
Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan
anak
tersebut.
Lingkungan
sekitarlah yang memrogram bagaiman kelak sang anak akan tumbuh dan berkembang.
rendah hati; (9) Toleran, cinta damai dan kesatuan.
Pendidikan Karakter dan Pembelajaran
Orang yang memiliki karakter baik
Sastra
adalah orang yang memiliki kesembilan pilar juga
Produk aktivitas sastra sebagai potret
kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang
atau cerminan keadaan sosial budaya bangsa
dengan sendirinya. Perkembangan karakter
haruslah diwariskan kepada generasi muda.
pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor
Selaras
bawaan
(2008:131), sastra memiliki potensi yang
karakter
tersebut.Karakter,
(nature)
dan
seperti
faktor
lingkungan
dengan
pendapat
Herfanda
besar untuk membawa masyarakat ke arah
(nurture). Pandangan Confusius, seorang filsuf
perubahan, termasuk perubahan karakter.
terkenal Cina, dalam Megawangi (2003)
Di samping mengandung keindahan,
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya
sastra juga memiliki nilai manfaat bagi
memiliki potensi mencintai kebajikan, namun
pembaca. Segi kemanfaatan muncul karena
bila
dengan
penciptaan sastra berangkat dari kenyataan
pendidikan dan sosialisasi setelah manusia
sehingga lahirlah suatu paradigma bahwa
dilahirkan, maka manusia dapat berubah
sastra yang baik menciptidakan kembali rasa
menjadi binatang, bahkan lebih hina lagi dari
kehidupan. Penciptaannya yang dilakukan
binatang tersebut
bersama-sama dan saling berjalinan seperti
potensi
ini
tidak
diikuti
Maka seyogyanya, berbagai sosialisasi
terjadi dalam kehidupan kita sendiri. Namun,
dan pendidikan anak yang berkaitan dengan
kenyataan tersebut di dalam sastra dihadirkan
nilai-nilai kebajikan, baik di lingkungan
melalui berbagai tahap proses . Artinya
keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang
bahan-bahan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
tentang
kenyataan
tersebut
ISSN 2338-2155
25
dipahami melalui proses penafsiran baru oleh
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
pengarang. Adapun manfaat sastra bagi
yaitu dengan pengintegrasian langsung nilai-
pembaca, adalah berkenaan dengan nilai-nilai
nilai karakter yang menjadi bagian terpadu
yang terkandung di dalamnya agar pembaca
dari mata pelajaran. Pendidikan karakter dapat
lebih
dicapai melalui beberapa karya sastra, di
mampu
menerjemahkanpersoalan-
persoalan dalam hidup melalui kebaikan
antaranya sebagai berikut:
jasmani dan kebaikan rohani. Bahkan pandangan lebih jauh dari itu, sastra
dalam
kaitan
dengan
pendidikan
a.
Puisi dan Lagu
Sebagaimana yang kita saksikan, puisi,
media
musik atau lagu dengan lirik yang puitis dapat
pembentuk watak dan moral peserta didik.
memberikan efek yang sangat dalam bagi
Dengan
pendidikdapat
pendengarnya. Konon telah banyak dilakukan
mempengaruhi peserta didiknya. Karya sastra
para calon ibu, bayi dalam kandungan pun
dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik
dapat dipengaruhi dengan lagu yang diputar
secara implisit maupun eksplisit. Dengan
dekat dengan perut sang calon ibu tersebut.
mengapresiasi cerpen, novel, cerita rakyat,
Sebagai ilustrasi, silakan cermati contoh puisi
dan puisi, kita dapat membentuk karakter
berikut ini:
karakter,
yaitu
sastra
sastra
sebagai
seorang
peserta didik, sastra mampu memainkan perannya. Nilai-nilai kejujuran, kebaikan,
Kisah Seekor Ulat Kecil
persahabatan,
Seekor ulat kecil hidup dalam tumbuhan
persaudaraan,
kekeluargaan,
keikhlasan, ketulusan, kebersaman, tuntutan
yang lebat
untuk
Tanpa teman tanpa kerabat
meghormati
orangtua,
perlunya
mencintai lingkungan, dan lain sebagainya
Walaupun ia dapat hidup tanpa kerja
yang
berat
berhubungan
dengan
pendidikan
karakter, dapat kita terapkan kepada peserta
Namun ia tidak dapat makan dengan
didik melalui pembelajaran sastra.
nikmat Ulat kecil, ulat yang malang
Melalui
upaya
apa
sastra
dapat
mencekam
membentuk karakter? Peran sastra menyampaikan
sebagai media atau
pendidikankarakter
dalam
Tenggelam dalam kesunyian yang
untuk
menginjeksikan pembelajaran
Walaupun bahan pangan dan kekayaan Tak pernah kekurangan Namun ia tetap kesepian
kepada peserta didik, ada beberapa upaya
Ulat kecil bergelimang kegelisahan
yang
Menanti bintang yang akan membawa
dapat
dilakukan
oleh
pendidik.
Pengungkapkan nilai-nilai karakter dalam 26
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
kebahagiaan ISSN 2338-2155
Gairah makan si ulat hilangdalam
berbagai nilai-nilai karakter dalam lingkungan
penantian panjang
kehidupan peserta didik. Nasehat-nasehat
Ulat kecil yang malang
yang dibuat akan menggores diingatan,
Mati dalam kesunyian
kemudian
Kinanti Sevi R., Kelas II SLTPN 20
dalam kehidupan sehari-hari karena nasehat
Tangerang
Kompas Minggu, 13 Februari
mereka
akan
mengaplikasikan
itu berasal dari dirinya sendiri untuk temantemannya, atau sebaliknya.
2005 Berdasarkan puisi di atas, kita dapat
c.
Cerita Lisan
merefleksikan diri bahwa dalam kehidupan
Pemanfaatan contoh sastra lisan, dalam
sebaiknya tidak seperti ulat kecil yang hidup
hal ini cerita rakyat, merupakan sarana yang
tanpa teman dan kerabat.
ia
baik untuk memberikan contoh dan sikap
tidakdapat makan dengan nikmat. Dalam
keteladanan kepada peserta didik. Lebih-lebih
kehidupan kita harus bersosialisasi dengan
cerita yang disampaikan adalah cerita rakyat
teman sehingga kita dapat berbagi bersama.
dari daerah peserta didik sendiri, tentu akan
Dipertegas pula bahwa walaupun ulat kecil
lebih menginspirasi mereka.
Sehingga
tidak pernah kekurangan bahan pangan dan
d.
kekayaan namun ia tetap kesepian. Sehingga
Rangkaian isi cerita cerita pendek
ia bergelimang kegelisahan. Jika hal ini kita
dapatdigunakan sebagai bahan perbandingan
ajak para siswa untuk merefleksi ke dalam
dengan kehidupan atau kejadian-kejadian
kehidupan, berarti meskipun bergelimang
dalam hidup nyata para peserta didik,
kekayaan dan kemewahan tanpa adanya
kemudian
teman atau sahabat maka hidup kita akan
mempengaruhi dan mengubah hal-hal yang
berasa sepi dan tanpa kebahagiaan.
bersifat negatif dalam cerita pendek tersebut
Dari gambaran puisi di atas, para
menjadi
pendidik dapat menggunakan dan sekaligus
mereka.
Cerita Pendek atau Cerpen
dapat
nilai
digunakan
positif
dalam
untuk
kehidupan
Maka berkat ini, peserta didik mampu
memanfaatkan puisi, atau pun lirik lagu-lagu dalam rangkaian sebuah musik atau dikenal
mengambil
dengan
pendidikan karakter yang tersirat dan tersurat
musikalisasi
puisi,
untuk
secara
langsung
nilai-nilai
ke
dalam cerita pendektersebut karena rangkaian
dalam jiwa peserta didik. Dengan begitu,
isi dalam cerita pendek merupakan bagain
diharapkan akan terbentuk kehalusan budi
dari kehidupan peserta didik itu sendiri. Hal
pekerti mereka.
itu,
mengintegrasikan
b.
nilai-nilai
karakter
Pantun
dapat
juga
ditempuh
dengan
menggunakan cerita untuk memunculkan
Para peserta didik diajak membuat
nilai-nilai karakter dengan menceritakan kisah
berbagai pantun nasehat untuk memunculkan
hidup orang-orang besar yang berpengaruh
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
27
terhadap
perubahan
positif
di
berbagai
mereka lihat pada tayangan televisi. Setelah
belahan dunia.. Melalui kisah nyata yang
melalui
dialami orang-orang besar dan terkenal dapat
kemudian
menjadikan peserta didik akan terpikat dan
sekaligus meluruskan nilai-nilai apa saja yang
mengidolakan serta menumbuhkan keinginan
ada dalam film di televisi tersebut. Kiranya
menjadi seperti tokoh yang idolakan.
hal ini akan lebih menggoreskan kesan yang
e.
diskusi
dan
pendidik
mendalam tentang
Novel
apresiasi akan
bersama,
menjelaskan
nilai-nilai pendidikan
Penggunaan karya novel sebagai media
karakter yang mereka dapat dari menyaksikan
untuk mengungkapkan nilai-nilai atau norma-
tayangan, mendiskusikan yang apresiatif, dan
norma kehidupan dalam masyarakat melalui
penjelasan pendidiknya.
diskusi
dan
brainstorming
dapat
Walhasil, selain pemanfaatan media
digunakan oleh pendidik. Cerita dalam novel
sastra di atas, masih banyak cara lain yang
banyak memberikan kisah-kisah yang mampu
dapat digunakan oleh pendidik, atau bahkan
menjadikan pembacanya berimajinasi dan
dikombinasikan, untuk menyampaikan nilai-
masuk dalam cerita novel tersebut. Banyak
nilai
penikmat novel yang terpengaruh dengan isi
dicermati dan
yang ada dalam novel, baik itu gaya
faktor penyeleksian atau pemilihan bahan ajar
berbicara, busana bahkan berbagai perilaku
yang tepat adalah tahapan yang sangat
setelah membaca dan memahamirangkaian
penting. Kiranya dapat dipastikan, dengan
cerita. Dengan media novel, akan sangat baik
memilih bahan ajar yang tepat, peserta didik
apabila
akan merasakan kedalaman materi yang
pendidik
pendidikan
mampu
karakter
pun
memasukkan untuk
dapat
dalam
pendidikan
karakter.
Perlu
jangan sampai terlupakan,
membuat
mereka
menyadari
mempengaruhi peserta didiknya ke arah
kehidupan.
Tumbuh
kembangnya
sikap-sikap yang lebih positif.
kesadaran
itulah
yang
makna sikap
akan
membuat
hanya
sekadar
f. Drama
pembelajaran
Sebagai produk karya sastra pula,
mengajarkan materi kepada peserta didik,
dramadapat juga digunakan sebagai media
namun sejatinya ada proses mendidik kepada
untuk melukiskan kejadian-kejadian yang
mereka untuk bersikap lebih arif dan bijak.
berisikan nilai-nilai karakter. Maka,
secara
Sebuah
bukan
contoh,
membaca
Laskar
audio visual serta aplikasi langsung dengan
Pelangi
pementasan drama, menjadikan peserta didik
membacaBelenggu karya Iwan Simatupang
lebih mudah untuk memahami dan menyerap
bagi peserta didik pasti memiliki dampak
nilai-nilai karakter tersebut. Di samping itu,
berbeda. Barangkali proses pemahaman novel
tugas-tugas yang dapat dikerjakan di rumah
Belenggu terasa lebih sulit jika dibandingkan
dapat mengambil contoh tentang apa yang
dengan membaca dan memahami novel
28
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
karya
Andrea
Hirata
ISSN 2338-2155
dan
Laskar Pelangi. Kita tahu, rangkaian isi novel
disertakan pula pendidikan karakter di dalam
Laskar Pelangi lebih cocok digunakan dalam
penyampaiannya, baik melalui puisi, lagu,
pembelajaran,
pantun, cerita lisan, cerpen, novel, dan drama,
karena
isi
novel tersebut
berbicara masalah pendidikan, pentingnya
tampaknya
belajar, dan menghargai seorang pendidik.
pendidikan karakter untuk masuk ke dalam
Sedangkan Belenggu berisi cerita yang terlalu
jiwa peserta didik, maka secara umum
dewasa, sehingga belum sesuai dengan usia
harapannya akan mampu mengubah karakter
peserta didik. Yang pasti, bukan berarti satu
bangsa kita menuju karakter lebih baik demi
di antara novel itu buruk, yang membedakan
kemajuan bangsa dalam situasi persaingan
hanya persoalan bagaimana pemanfaatannya
global.
harus disesuaikan dengan usia mereka. Berkat
akan
mampu
membawa
DAFTAR PUSTAKA
memahami prinsip tersebut, pembelajaran
Depdikbud, 1995. Kamus Besar Bahasa
sastra diharapkan dapat dijadikan sebagai
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
instrumen pendidikan yang sebenarnya, yaitu
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan
mengubah karakter peserta didik menjadi
Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
lebih baik, bermoral, dan bermartabat. Upaya-
Jakarta.
upaya demikian itu, semua demi generasi
Megawangi,
penerus yang lebih baik dari aspek kualitas
Karakter
sekaliguskuantitas mereka.
Madani.
Fungsi karya sastra sebagai media untuk pengintegrasian,
untuk IPPK
2003.
Pendidikan
Membangun
Masyarakat
Indonesia
Heritage
Foundation.
pendidikan
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori
karakter, penanaman nilai-nilai yang baik
Kesusastraan (Terjemahan Melani Budianta)
kepada peserta didik kiranya mampu menjadi
Jakarta: Gramedia.
satu
Restuti, Kosasih E. 2008. Mandiri, Bahasa
di
penyampaian
Ratna.
antara
metode
untuk
menuju
pendidikan yang lebih baik di tengah-tengah
Indonesia
kebangkrutan
Jakarta: Penerbit Erlangga
moral,
maraknya
tindak
untuk
SMP/MTs
Kelas
VII.
kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, yang tengah menjalar dan menjangkiti
Restuti, Kosasih E. 2008. Mandiri, Bahasa
bangsa
Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:
ini.
Maka,
pengajaran
sastra
dipastikan mampu dijadikan sebagai pintu
Penerbit Erlangga
masuk dalam penanaman nilai-nilai moral seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi,
http://www.pbindoppsunisma.com/wp-
santun dan berbagai sikap posiitf lainnya..
content/uploads/2013/03/ANIK-SRI-
Dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan
GUNARTI-
pendidik melalui pembelajaran sastra yang Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
54-591.pdf
diunduh 20 Mei 2013 ISSN 2338-2155
29
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA KELAS VIIIC SMP NEGERI 15 PEKALONGAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG (TTS)
Dra. Mufidah SMP Negeri 15 Pekalongan Email :
[email protected]
ABSTRAK Hasil belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan terhadap mata pelajaran IPS selama ini masih kurang dari 60% siswa yang dapat mencapai KKM. Berdasarkan keadaan tersebut, guru melakukan upaya agar hasil belajar siswa dapat meningkat, yaitu dengan melakukan tindakan berupa penggunaan media Teka-teki Silang ( TTS ) dalam kegiatan pembelajaran, sebagai media siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS yang dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan test dan non test, dengan alat pengumpul data berupa lembar tugas, lembar post test, dan lembar pengamatan baik oleh guru terhadap siswa maupun terhadap guru oleh kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa Kelas VIII C setelah diadakan tindakan, bila dibandingan dengan hasil belajarnya sebelum diadaakan tindakan. Penggunaan Media Pembelajaran berupa TTS dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 15 Pekalongan. Karena melalui media TTS sebagai sarana dalam mengerjakan latihan soal-soal, siswa akan berusaha untuk menemukan jawaban soal-soal dalam mengisi TTS, sehungga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. mereka tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran dan akan lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Kata kunci : hasil belajar, IPS, media pembelajaran, Teka-teki Silang ( TTS )
masyarakat, bangsa dan negara ( Undang-
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, butir
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
1
dan proses pembelajaran agar peserta didik
disempurnakan juga diharapkan bahwa proses
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
pembelajaran harus
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
suasana yang aktif, kreatif dan menyenangkan
pengembangan
sehingga siswa mampu mengembangkan diri
diri,
kepribadian,
akhlak
mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, 30
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
).Dalam
sesuai
dengan
Kurikilum
2004
mampu
yang
menciptakan
lingkungannya.
Namun
ISSN 2338-2155
demikian sampai saat ini dunia pendidikan
pembelajaran masih menekankan pada aspek
kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan saja, belum menyentuh pada
pengetahuan merupakan seperangkat fakta
sikap dan kreatifitas siswa, karena guru
yang harus dihafal. Guru adalah ujung tombak
kurang melibatkan siswa agar aktif dalam
dalam
proses pembelajaran.
pembelajaran
untuk
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kelas
Rendahnya hasil belajar IPS pada
sebagian besar masih berfokus pada guru
siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan
sebagai sumber pengetahuan yang utama, dan
dapat dilihat dari rendahnya nilai ulangan
ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi
siswa untuk mata pelajaran IPS. Hasil ulangan
pembelajaran..
harian siswa sebelum diadakan tindakan
Itulah kenyataan yang dihadapi oleh
hanya 46% siswa yang dapat mencapai KKM,
sebagian besar guru IPS. Materi pelajarannya
atau
yang kompleks, sering dianggap sebagai
60 masih jauh dari 85%, sehingga dapat
pelajaran yang mudah tapi susah, bersifat
dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran tidak
hafalan
tuntas.
dan
menyebabkan
membosankan, rendahnya
sehingga
perhatian
dan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya
perhatian
siswa
pada
siswa
yang
memiliki
nilai diatas
Kegiatan
ulangan
remidialpun
tidak
dapat
membantu
seringkali
memperbaiki dan menaikkan nilai mereka. Selama
mata
ini
pembelajaran
pembelajaran
menarik
metode ceramah yang diterapkan secara
prestasi
murni, sehingga siswa merasa tidak pernah
menyebabkan
kurang
rendahnya
dilibatkan
siswa.
dalam
masih
kegiatan
pelajaran IPS, ditambah dengan strategi yang
guru
dalam
kegiatan
menggunakan
pembelajaran.
Kondisi yang demikian terjadi pula
Siswa seolah-olah hanya diharuskan untuk
di SMP Negeri 15 Pekalongan. Hasil belajar
menghafal fakta-fakta, sehingga siswa merasa
siswa kelas VIII terhadap mata pelajaran IPS
bosan dan kurang berminat terhadap kegiatan
selama ini masih rendah karena nilai ulangan
pembelajaran.
mereka
bisa
ternyata menjadi salah satu fakta yang
mencapai nilai KKM. Sementara kegiatan
berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar
pengajaran dikatakan berhasil apabila 85%
siswa.
tidak
sampai
60%
yang
siswa dikelas itu dapat mencapai KKM. Hal
Pada
Keadaan
yang
ulangan
demikian
harian
itu menandakan bahwa pembelajaran IPS
pertama (semester 2 ) sebelum diadakan
kurang
masih
siklus, siswa yang tuntas ( mencapai KKM )
model
atau memiliki nilai 60 keatas sebanyak 20
pembelajaran yang kurang merangsang siswa
orang atau sebesar 55,6 %. Siswa yang tidak
untuk
tuntas atau dengan nilai kurang dari 60
menarik,
menggunakan
belajar
karena
guru
menggunakan
lebih
giat,
dan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
proses
ISSN 2338-2155
31
sebanyak 16 orang atau sebesar 44,4 %,
1988 ), dalam proses pembelajaran siswa akan
dengan nilai rata-rata kelas 55,8.
lebih mudah mencerna isi materi pelajaran
Dari gambaran keadaan diatas dapat
bila digunakan alat bantu atau media, baik
disimpulkan bahwa ketuntasan belajar kelas
berupa media cetak ( buku, modul, brosur,
VIII C secara klasikal belum tuntas, karena
atau sejenisnya ) atau media non cetak yang
baru mencapai 55,6% atau kurang dari 85 %
berupa media elektronik ( audio, videi, film,
siswa yang tuntas atau mendapatkan nilai
dsb. ). Teka-Teki Silang (Wikipedia Bahasa
minimal 60, nilai yang diperoleh siswapun
Indonesia, ensiklopedia bebas ) adalah suatu
masih berada pada nilai dengan tingkat
permainan dimana kita harus mengisi ruang-
sedang. Kondisi yang demikian mendorong
ruang kosong berbentuk kotak putih dengan
peneliti untuk mengadakan inovasi dalam
huruf-huruf yang membentuk sebuah kata
kegiatan
berdasarkan
pembelajaran
dengan
mencoba
petunjuk
yang
diberikan.
melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui
Petunjuknya bisa dibagi kedalam kategori
penggunaan media yang diharapkan dapat
pertanyaan
menjadi strategi untuk menarik minat siswa
tergantung pada arah kata-kata yang harus
dalam belajar.
diisi.
mendatar
Pemilihan
atau
menurun,
media
Teka-Teki
Penyebab mengapa prestasi belajar
Silang cocok untuk diterapkan pada materi
siswa rendah pada setiap ulangan harian dapat
IPS kelas VIII semester 2, karena materi-
diduga antara lain karena siswa kurang
materi tersebut lingkupnya luas dan bersifat
memahami konsep pengajaran IPS. Siswa
hafalan sehingga tidak efektif bila dilakukan
kurang
pembelajaran
termotivasi
menyelesaikan
tugas
rumah ( PR ), minat baca siswa rendah, dan tidak
mau
bertanya
pada
saat
dengan
metode
ceramah
ataupun diskusi Dengan
proses
menggunakan dapat
ini
pembelajaran. Guru masih menggunakan
diharapkan
metode ceramah sehingga kurang melibatkan
perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS,
siswa untuk aktif dalam pelajaran, Akibatnya
karena siswa akan aktif mencari jawaban atas
materi pelajaran menjadi kurang menarik.
pertanyaan-pertanyaan
Dari berbagai permasalahan di atas ,
akan
media
menumbuhkan
yang
harus
diselesaikan. Partisipasi aktif siswa dalam
ada satu masalah utama yang perlu mendapat
proses
perhatian, yaitu meningkatkan hasil belajar
meningkatkan hasil belajarnya. Tujuan yang
siswa pada pelajaran IPS. Upaya yang
ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas
diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar
ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS
siswa pada pelajaran IPS ialah dengan
melalui penggunaan Media Pembelajaran
menggunakan media pembelajaran berupa
Teka-Teki Silang pada siswa kelas VIII SMP
Teka-Teki Silang ( TTS ). Menurut Soeparno,
Negeri 15 Pekalongan.
32
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
pembelajaran
akan
ISSN 2338-2155
dapat
( post test ) untuk mengukur peningkatan
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelas
prestasi
belajar
siswa
dalam
VIIIC yang siswanya berjumlah 36 orang,
pembelajaran
terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa
Dilaksanakan setiap akhir siklus. Test ( Post
perempuan. Kelas VIII C merupakan kelas
Test ), digunakan untuk mengetahui hasil
yang
belajar siswa, dilakukan evaluasi dalam
mengalami
kesulitan
dalam
melalui
menerima
bentuk
karena hasil ulangan harian IPS mereka ketika
pembelajaran.Hasil post test siswa adalah
semester 1 rata-rata dibawah KKM ( kurang
nilai
dari 60 ). Kondisi siswa sebagian besar adalah
kemampuan individu pada mata pelajaran IPS
pasif dalam kegiatan pembelajaran, dan
setelah memperoleh pembelajaran dengan
mereka cenderung bersifat masa bodoh.
media TTS. (2). Observasi ( pengamatan ),
Sarana
dilaksanakan dengan melakukan observasi
yang
selama
ini
test
prestasi
pada
TTS.
memahami konsep-konsep pembelajara IPS,
pembelajaran
post
media
belajar
akhir
kegiatan
sebagai
indikator
digunakan pada mata pelajaran IPS adalah
( pengamatan ) terhadap aktifitas
buku paket, LKS, Peta, Atlas dan Globe.
pada saat pembelajaran dan mengamati
Metode yang digunakan dalam penelitian
siswa
kinerja guru dalam menerapkan media TTS
ini adalah metode deskriptif komparatif, yaitu
pada kegiatan pembelajaran.
dengan membandingkan nilai antar siklus.
( pengamatan ), digunakan oleh kolaborator
Untuk
untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam
alisis
data
dilakukan
secara
kuantitatif dan kualitatif. Analisa kuantitatif
pembelajaran,
digunakan untuk menganalisa hasil test,
menerapkan
sedangkan analisa kualitatif digunakan untuk
media TTS. (3).Dokumentasi, berupa daftar
menganalisa hasil observasi. Sumber data
nilai
dalam kegiatan penelitian ini adalah :
pembelajaran menggunakan media TTS.
(1).
Instrumen/alat
Siswa
,
berupa
hasil
proses
dan
Observasi
kinerja
pembelajaran
ulangan
harian
guru
menggunakan
sebelum
pengumpulan
datanya
meliputi
Guru
1 : berupa lembar pengamatan kegiatan guru, (2) Instrumen 2
proses pembelajaran Tehnik
yang
mengumpulkan data
(1)
kegiatan
pembelajaran dan evaluasi ( Post test ), (2). : berupa hasil pengamatan selama
:
dalam
digunakan
adalah
untuk
dengan :
Instrumen
:
berupa lembar
pengamatan kegiatan siswa, (3) Instrumen 3 : berupa lembar penilaian. Prosedur
(1). Test, menurut Suharsimi Arikunto ( 2006 :
pelaksanaan
penelitian
223 ) digunakan untuk mengukur ketrampilan,
tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
observasi, dan refleksi dalam setiap siklus,
Tes dilakukan dalam bentuk ulangan harian
maka
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
prosedur
penelitian
ini dilakukan ISSN 2338-2155
33
melalui proses berupa : rencana, tindakan,
individual.
observasi dan refleksi serta revisi hingga
berdasarkan jumlah jawaban yang diisi
mencapai tujuan yang diharapkan.
dengan benar.
Rencana lakukan
adalah
Menyiapkan
tindakan
yang
sebagai
berikut
Rencana
peneliti
6.
Untuk
Nilai
menguji
siswa
dihitung
kemampuan
siswa
(1).
( evaluasi ) guru melakukan ulangan
Pelaksanaan
dalam bentuk post test yang dilakukan
:
Pembelajaran ( RPP ), (2). Menyiapkan media
pada akhir kegiatan pembelajaran
pembelajaran berupa TTS untuk latihan soal-
Kegiatan tindakan pada Siklus I dan II ini
soal, (3). Menyiapkan Lembar Pengamatan
dilaksanakan dengan bantuan kolaborator.
Kegiatan Siswa, (4). Menyiapkan Lembar
HASIL
Pengamatan Kegiatan Guru, (5). Menyiapkan
PEMBAHASAN
siswa
jawaban TTS dan Post Test. langkah-langkah
kegiatan
oleh
peneliti
selama
kegiatan
pembelajaran menggunakan media TTS pada
pembelajaran dengan menggunakan TTS
Siklus
sebagai media pembelajaran adalah :
Penyimpangan
1.
tentang
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
DAN
Hasil pengamatan terhadap kegiatan
soal-soal post test, (6). Menyiapkan kunci
Adapun
PENELITIAN
I
dengan
materi
Sosial”
besarnya
“Pengendalian
didapatkan
data
motivasi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, keaktifan
yang ingin dicapai. 2. Guru menugaskan siswa untuk membaca
dalam mencari jawaban soal-soal melalui
buku-buku sumber ( buku-buku paket atau
materi yang telah dipelajari dan kemandirian
LKS ) dengan menunjukkan materi yang
siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Pada aspek Motivasi , 80% siswa telah
harus dikuasai dan memberikan batasan
memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran.
waktu ( 20 menit ). 3.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman
Aspek Keaktifan 77,9 % ,ini terlihat dari
siswa dalam pendalaman materi tersebut,
kesungguhan dari sebagian besar siswa dalam
siswa
berusaha
ditugaskan
untuk
mengerjakan
mencari
jawaban
atas
latihan soal-soal dalam bentuk TTS.
pertanyaan-pertanyaan dalam TTS dengan
Waktu mengerjakan TTS di batasi, ( 20
aktif
menit ).
Kemandirian 75,7 % , yang tampak pada cara
4. Guru mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berusaha
agar menyelesaikan
siswa tugasnya
sendiri-sendiri. 5. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa untuk dievaluasi sebagai nilai tugas 34
untuk
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
membaca
mereka
berusaha
pertanyaan
dalam
buku
sumber.
menjawab TTS
yang
Aspek
pertanyaandilakukan
dengan bersaing secara sehat, karena adanya motivasi dari guru dengan memberi pujian bagi yang selesai lebih cepat dari teman lainnya. ISSN 2338-2155
Berdasarkan
hasil
kegiatan
direncanakan peneliti pada siklus I dapat
pengamatan kegiatan siswa oleh peneliti pada
tercapai sebesar 78,9 %.
ketiga aspek, dapat disimpulkan bahwa rata-
Kegiatan
pembelajaran
rata motivasi,keaktifan dan kemandirian siswa
menggunakan
dalam
dengan
dengan mengadakan penilaian terhadap tugas
menggunakan media TTS adalah 77.9% .
individu dengan menilai hasil pekerjaan siswa
Dalam penelitian tindakan kelas ini
dalam latihan soal-soal melalui media TTS.
mengikuti
peneliti
pembelajaran
mengadakan
kerjasama
dengan
Hasil
media
dengan
siswa
TTS ditindaklanjuti
dalam
latihan
soal-
seorang kolaborator yang kebetulan juga
soal menggunakan media TTS
sebagai Kepala Sekolah disekolah kami, yaitu
bahwa 28 siswa memiliki nilai antara 60 – 90
Bapak Slamet Suroso, S. Pd. Kolaborator
yang ini berarti 80% siswa telah tuntas.
melakukan pengamatan terhadap kegiatan
Sedangkan
guru selama kegiatan pembelajaran didalam
mendapatkan nilai kurang dari 60, artinya
kelas.
dari
20% siswa belum tuntas, sedangkan nilai rata-
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator
rata kelasnya adalah 65,9. Maka dapat
terhadap kegiatan yang dilakukan peneliti
dikatakan bahwa pada siklus I kegiatan
ialah:
pembelajaran secara klasikal di Kelas VIII C
Adapun
hasil
penilaian
7
siswa
diketahui
lainnya
masih
Ketika siklus I, pada aspek Kegiatan
belum tuntas, karena siswa yang dapat
Pendahuluan peneliti mendapatkan skor 32
menyelesaikan tugas dengan nilai mencapai
dari skor maksimal yang seharusnya 40.
KKM baru 80 %. Namun demikian nilai yang
Artinya, pada aspek kegiatan pendahuluan
mereka dapatkan dalam nilai tugas setelah
peneliti baru melakukan 80 % dari kegiatan
diadakan tindakan kelas sudah bagus.
yang telah direncanakan dalam RPP. Pada
Penilaian
juga
dilakukan
dengan
aspek kegiatan inti, peneliti mendapat skor 23
mengadakan evaluasi berupa post test pada
dari skor maksimal yang seharusnya 30.
akhir kegiatan untuk mengetahui tingkat
Berarti peneliti baru melaksanakan 76,7 %
penguasaan siswa terhadap materi yang telah
dari semua kegaiatan yang telah direncanakan.
mereka pelajari. Hasil evaluasi melalui post
Dan pada aspek kegiatan penutup, skor yang
test pada siklus I, menunjukkan bahwa siswa
diberikan oleh kolaborator adalah 20 dari skor
yang tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau
maksimal
Ini
memiliki nilai 60 keatas adalah sebanyak 27
mengandung maksud bahwa peneliti baru
siswa atau sebesar 77,1 %, sedangkan siswa
melaksanakan 80 % dari kegiatan yang
yang tidak tuntas atau memiliki nilai kurang
direncanakan. Dan secara keseluruhan, rata-
dari 60 adalah sebanyak 8 siswa atau sebesar
rata
22,9 %, dan nilai rata-rata kelasnya 67,4. Hal
yang
kegiatan
seharusnya
pembelajaran
25.
yang
telah
ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan siswa Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
35
Kelas VIII C secara klasikal belum tuntas,
TTS, dengan aktif mencari jawabannya dari
karena kurang dari 85 % siswa yang tuntas
buku sumber. Kemandirian
atau mendapatkan nilai 60 keatas. Namun
kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah
demikian, dengan penggunaan TTS sebagai
89. Namun demikian kemandirian siswa
media pembelajaran hasil belajar siswa lebih
belum sepenuhnya terjadi karena masih ada
meningkat bila dibandingkan dengan hasil
siswa yang bertanya-tanya tentang jawaban
belajar mereka pada pra siklus, dan nilai yang
pada teman sebelahnya.
mereka dapatkanpun sudah berada pada
Berdasarkan
tingkat cukup tinggi, karena sudah ada yang
kegiatan siswa terhadap ketiga aspek oleh
mendapatkan nilai 100.
peneliti , dapat disimpulkan bahwa rata-rata
Berdasarkan
hasil
pengamatan
hasil
siswa dalam
kegiatan
pengamatan
motivasi, keaktifan dan kemandirian siswa
terhadap kegiatan siswa oleh peneliti pada
dalam
siklus II dengan materi “ Pelaku-pelaku
menggunakan media TTS pada siklus II
Ekonomi
adalah 91,4% .
dalam
Sistem
Perekonomian
mengikuti
pembelajaran
dengan
Hasil pengamatan yang dilakukan
Indonesia, selama kegiatan pembelajaran menggunakan media TTS didapatkan data
kolaborator
tentang
ialah , pada aspek kegiatan pendahuluan
motivasi siswa yang lebih besar
pada
peneliti
di
siklus
II
pembelajaran,
peneliti mendapatkan skor 36 dari skor
keaktifan siswa yang lebih serius dalam
maksimal yang seharusnya 40. Artinya, pada
mencari jawaban soal-soal, dan kemandirian
aspek kegiatan pendahuluan peneliti sudah
siswa dalam menyelesaikan tugasnya juga
melakukan 92,5 % dari rencana kegiatan yang
lebih baik.
disiapkan. Pada aspek kegiatan inti, peneliti
dalam
mengikuti
kegiatan
Besarnya motivasi siswa pada siklus II, dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
mendapat skor 27 dari skor maksimal yang seharusnya
30.
Berarti
peneliti
telah
dengan menggunakan media TTS adalah
melaksanakan 90% dari semua kegaitan yang
sebesar 92,9 % . Hal ini dapat diartikan
telah direncanakan. Dan pada aspek kegiatan
bahwa lebih dari 92 % siswa memiliki
penutup, skor yang diberikan oleh kolaborator
motivasi untuk mengikuti pelajaran. Terbukti
adalah
ketika mengerjakan
tugas,
siswa terlihat
seharusnya
bersungguh-sungguh
dan
memanfaatkan
melaksanakan 92 % dari kegiatan yang
waktu
dengan
sebaik-baiknya.
Keaktifan
22
dari 25.
skor Artinya
maksimal
yang
peneliti
telah
direncanakan. Secara keseluruhan, rata-rata
siswa dalam mengerjakan tugas pada siklus II,
kegiatan
adalah sebesar 92,1 % . Hal ini dapat dilihat
direncanakan peneliti dapat tercapai sebesar
dari kesungguhan
91,5 %.
siswa dalam mencari
pembelajaran
yang
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam 36
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
telah
individu
31 siswa atau sebesar 88,6 %, sedangkan
dengan menilai hasil pekerjaan siswa dalam
siswa yang tidak tuntas atau memiliki nilai
latihan soal-soal melalui media TTS pada
kurang dari 60 adalah sebanyak 4 siswa atau
siklus II adalah, 33 siswa memiliki nilai
sebesar 11,4 %. Nilai rata-rata kelas 72,8. Hal
antara 60 sampai 90, yang ini berarti 94,3 %
ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan siswa
siswa telah tuntas. Sedangkan 2 siswa lainnya
Kelas VIII C pada siklus II secara klasial
masih mendapatkan nilai kurang dari 60,
tuntas karena sudah mencapai 88,6 % siswa
artinya 5,7 % siswa belum tuntas, dan nilai
yang telah tuntas atau mendapatkan nilai 60
rata-rata kelasnya ialah 81. Jadi pada siklus II
keatas. Dengan demikian dapat disimpulkan
ketuntasan belajar kelas VIII C secara
bahwa dengan menggunakan media TTS
klasikan telah tuntas, karena sudah lebih dari
dalam kegiatan pembelajaran, prsetasi belajar
85 % siswa mendapatkan nilai 60 keatas.
siswa lebih meningkat.
Penilaian
terhadap
tugas
Hasil post test pada siklus II adalah , siswa yang tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau memiliki nilai 60 keatas adalah sebanyak
Perbandingan hasil ulangan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Jumlah Responden No
Nilai
Pra Siklus
Siklus I
Ketuntasan Siklus
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
II
TT
T
TT
T
TT
T
16
20
8
27
4
31
44,4%
55,6
22,9
77,1
11,4%
88,6
%
%
%
1
≤ 59
16
8
4
2
60 -69
11
6
5
3
70 – 79
8
10
10
4
80 – 89
1
9
12
5
90 -100
-
2
4
Jumlah
36
35
35
Rata-rata
55,8
67,4
72,8
36
35
%
35
Dari tabel di atas didapatkan informasi bahwa
siswa menjadi lebih baik. Hal ini dapat
setelah diadakan tindakan kelas dengan
dibuktikan
menggunakan media TTS sebagai media
ulangan siswa pada siklus I ke siklus II bila
pembelajaran pada pelajaran IPS, hasil belajar
dibandingkan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
dengan
dengan
meningkatnya
pada
pra
hasil
siklus.
ISSN 2338-2155
37
Perbandingan hasil ulangan siswa pada pra
karena siswa aktif mencari jawaban dalam
siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
buku materinya untuk dapat menyelesaikan
grafik dibawah ini.
TTS nya. Dengan mencari jawaban atas pertanyaan dalam TTS berarti siswa telah berusaha untuk belajar dengan baik. Siswa
SIMPULAN penelitian
merasa dilibatkan secara langsung dalam
penulis
kegiatan pembelajaran, sehingga tidak merasa
lakukan, penulis dapat membuat kesimpulan
jenuh atau bosan dengan pelajaran IPS,
sebagai berikut :
bahkan mereka terlihat tertarik dan asyik
Penggunaan model pembelajaran TTS dalam
dengan
belajarnya.
kegiatan
dengan
media
Berdasarkan penelitian
tindakan
hasil
kelas
pembelajaran
yang
IPS
dapat
Model
TTS
telah
pembelajaran nyata
dapat
siswa,
meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar serta
dengan ketuntasan 77,1 % menjadi 88,6 %
kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas.
pada siklus II.
meningkatkan
motivasi
belajar
Hal ini disebabkan karena dengan media
Maka secara umun dapat dikatakan bahwa
pembelajaran berupa TTS siswa lebih tertarik
penggunaan model pembelajaran teka-teki
untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran.
silang dapat meningkatkan hasil belajar IPS
Sikap negatif siswa seperti suka berbicara
siswa
atau bermain-main sendiri dengan temannya
Pekalongan pada semester II Tahun Pelajaran
pada jam pelajaran IPS menjadi berkurang,
2010 / 2011.
kelas
VIII
C
SMP
Negeri
15
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan SMP, 2006, Pengembangan Media Pembelajaran, Dirjen Manajemen Dikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Soeparno, 1988, Media Pengajaran, Intan Pariwara, Surakarta. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Wikipedia, 2010, Teka-teki Silang, http : // id.wikipedia.Org / Wiki / TTS Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional http://mgmpipssmpkotapekalongan.blogspot.com/2013/01/penelitian-tindakan-kelas-2.html
38
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN O l e h : Heru Asri Poerno Matan Pengawas Pendidikan Kota Surabaya
melaksanakan
A. PENDAHULUAN
Kepala sekolah merupakan pemimpin di sekolah yang dipimpinnya. Semua sumber daya, baik sumber daya manusia yang meliputi guru, pegawai, dan peserta didik serta sumber daya yang lain berada di bawah Dengan kepemimpinan
kepala sekolah inilah semua orang yang dipimpinnya diharapkan dapat melaksanakan tugas
mereka dengan sebaik- baiknya.
Kemajuan atau kemunduran suatu sekolah sangat ditentukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah yang mendapat kewenangan untuk mengelola sekolah dengan melibatkan semua pihak dengan tujuan untuk mengembangkan sekolah kearah keberhasilan. Dalam hal ini kepala sekolah haruslah benar- benar dapat mewujudkan
kepemimpinanyna,
sehingga
orang- orang yang dipimpin dapat bekerja dengan penuh semangat dan motifasi yang tinggi. Seorang kepala sekolah yang bijaksana akan selalu berusaha agar orang- orang yang dipimpin dapat melaksanakan kewajibannya dengan semangat yang tinggi dan penuh kesadaran dalam keadaan apapun. Sebagai seorang pemimpin, maka sudah sewajarnya seorang kepala sekolah dapat memberikan dorongan
kepada
anak
dengan
penuh
kesungguhan, dengan melakukan kebijakan-
1. Latar belakang
kepemimpinannya.
tugas
buahnya
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
agar
kebjakan yang demokratis dan terpuji. Karena sebagai manusia
awam staf juga ingin
memperoleh penghargaan dan bimbingan dari pimpinannya.
Dengan
demikian
jabatan
kepala sekolah menuntut profesionalisme yang tinggi agar sekolah yang dipimpinnya benar- benar dapat berhasil sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut. Selain itu seorang kepala sekolah harus memahami tipe- tipe kepemimpinan kependidikan.
khususnya
dibidang
Pemahaman
tipe
kepemimpinan ini diperlukan karena anak buah yang dipimpinnya cukup beragam dan dengan berbagai karakter yang beragam pula. Sehingga dapat menerapkan berbagai tipe kepemimpinan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Perkembangan dalam era globalisasi dan tuntutan perkembangan masyarakat, juga menuntut seorang kepala sekolah senantiasa tanggap dan mempunyai kemauan untuk maju dan
berkembang
serta
memiliki
jiwa
kewirausahaan dalam menyiapkan anak didik memasuki masa depannya. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi dalam sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh, bahkan
sangat
menentukan
terhadap
ISSN 2338-2155
39
kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam
Dalam sebuah lembaga pendidikan agar dapat
pendidikan modern, kepemimpinan kepala
bekerja sesuai dengan fungsinya, maka para
sekolah perlu mendapat perhatian secara
pengelolanya harus memiliki kepemimpinan.
sungguh- sungguh.
Dalam dunia pendidikan diperlukan adanya kepemimpinan
2. Tujuan Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah “ kepemimpinan pendidikan “ juga dimaksudkan sebagai pelengkap
referensi
untuk
meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia, khususnya Kepala Sekolah, dan siapapun yang peduli terhadap pendidikan.
pendidikan
dari
kepala sekolah. Secara sederhana dapat dikatakan yang
dimaksud
pendidikan
dengan
adalah
kepemimpinan
kepemimpinan
penggerak-penggerak
pendidikan
Education Leadership
yang
ditulis
ini ada beberapa hal yang perlu diketahui dan
mengemukakan
dipahami
kepemimpinan sebagai berikut :
sekolah
sebagai
pimpinan pendidikan, yaitu : yang
dengan
kepemimpinan kepala sekolah ? manakah yang
kepala
mendukung
kepemimpinannya ? 4. Peran
apakah
yang
harus sekolah
dalam memimpin sekolah ?
diperlukan
sistem untuk
tentang
some goal or purpose.” Jadi
kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam
sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan itu merupakan tujuan bersama. Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara
dilaksanakan oleh kepala
5. Bagaimana
pendapatnya
membimbing suatu kelompok sedemikan rupa
3. Apakah yang harus dimiliki untuk
Tahalele
people are induced to move forward to ward
paling efektif di sekolah ?
sekolah
oleh
“ Leadership is the process by which
dimaksud
2. Tipe kepemimpinan
yang
memiliki jiwa kepemimpinan pendidikan.
Suharto.I ( 1993 ) dan J.F.
1. Apa
yang
berlangsung dalam bidang pendidikan yaitu
Dari latar belakang dan tujuan dalam makalah
kepala
bahwa
C.A Weber dalam bukunya Fundamentals of
B. PERMASALAHAN
oleh
seorang
seleksi jabatan
sekolah ?
atau
usaha
mempengaruhi,
kepala
mendorong,
dalam
membimbing,
mengarahkan dan menggerakkan staf, guru, yang
siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang
kepala
terkait untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Tipe-tipe
C. PEMBAHASAN
sekolah
Kepemimpinan
Pendidikan
1. Kepemimpinan Pendidikan
40
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
Pada dasarnya menurut pelaksanaan, ada tiga
dan menghargai pendapat guru, memberi
tipe dasar kepemimpinan, yaitu (a) otoriter, (b)
kesempatan
demokratis dan (c) laissez-faire.
mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya.
Dalam prakteknya ternyata tipe- tipe tersebut
Dibawah
cukup bervariasi tergantung pada situasi
bekerja dengan senang dan ikhlas untuk
kematangan bawahan yang akan dibinanya.
memajukan pendidikan disekolah. Semua
Bahkan dari tiga tipe dasar kepmimpinan itu
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana
timbul tipe kepemimpinan lain, misalnya tipe
yang telah dipikirkan dan disepakati bersama.
instruktif,
Pemimpin sekolah dianggap sebagai seorang
konsultatif,
partisipatif
dan
kepada
guru-guru
kepemimpinannya
untuk
guru-guru
bapak, saudara atau kakak yang dapat
delegatif.
menempatkan diri sesuai dengan kondisi dan
a. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter ini, seorang pemimpin memperlihatkan kekuasaanya. Ia berpendapat
keadaan lingkungannya. c. Kepemimpinan “ Laissez – faire ”
bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin
Tipe kepemimpinan “ Laissez – faire “ ini
besar sekali, dialah yang bertanggung jawab
memberikan banyak kebebasan kepada anak
dalam kepemimpinannya. Ia takut dan merasa
buah. Guru-guru dan staf dibiarkan bekerja
cemas
sesuka hatinya, berinisiatif dan menurut
jika
pekerjaan
yang
dilakukan yang
kebijakan sendiri. Mereka tidak usah diawasi
diharapkan. Oleh sebab itu, pengawasannya
dalam melaksanakan tugas. Pemimpin tipe ini
sangat ketat. Suasana di sekolah selalu tegang.
bekerja tanpa rencana dan menganggap suatu
Guru- guru tidak diberi kesempatan untuk
rencana akan mengekang kebebasan guru,
berinisiatif
bahkan bimbinganpun tidak diberikan kepada
bawahannya
tidak
dan
sesuai
dengan
mengembangkan
daya
kreatifnya. Pada umumnya situasi sekolah
mereka.
tidak akan menggembirakan guru- guru dan
Pemimpin
sebagai akibatnya mereka bersifat acuh tak
“ sebenarnya bukan pemimpin,
acuh atau memberontak, kecuali guru yang
akibatnya anak
menjadi sahabat atau teman dekatnya.
kegemaran masing-masing. Semua bekerja
b. Kepemimpinan demokratis
tanpa tujuan bersama. Mungkin pemimpin
Kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan keadaan
sekarang
adalah
kepemimpinan
demokratis. Semua guru disekolah bekerja untuk mencapai tujuan
bersama dan hasil
putusan diambil melalui musyawarah dan mufakat serta ditaati. Pemimpin menghormati Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
yang
bersifat
“
laissez-faire sebagai
buah selalu sibuk dengan
tipe ini merasa bahwa ia tidak sanggup menjalankan tugas, atau mungkin tidak mengetahui cara-cara memimpin yang baik. Dari berbagai tipe kepemimpinan tersebut dalam prakteknya sangat situasional , artinya suatu tipe kepemimpinan dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif untuk ISSN 2338-2155
41
situasi yang lain. Dengan demikian Kepala
b). Ketrampilan
hubungan
sekolah harus dapat memahami situasi yang
kemanusiaan,
misalnya
terjadi disekolah,sehingga dapat nenerapkan
memotivasi
tipe kepemimpinan yang efektif.
mendorong guru dan staf,
Untuk mendukung kepemimpinannya Kepala
bekerja sama dengan orang
sekolah harus memiliki beberapa hal yang
lain. c). Ketrampilan
sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
mengembangkan
pribadi
pengembangan
harus
sekolah,
memperkirakan
yang
masalah yang akan muncul
percaya diri, berani, bersemangat,
dan
murah hati dan memiliki kepekaan
pemecahannya.
Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Hal ini merupakan bekal utama Kepala Sekolah agar dapat menjelaskan kepada semua pihak baik guru, staf dan pihak lain, serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapai.
3). Pengetahuan yang luas. Dalam hal ini seorang Kepala Sekolah harus emiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait.
tugasnya
sebagai
Kepala
Sekolah, yaitu : a).
Ketrampilan
teknis,
misalnya menyusun jadwal pelajaran,
melakukan
supervisi
pengajaran,
memimpin rapat, dan lainlain. 42
a.
Keputusan
Menteri
Pendidikan
Nasional RI nomor 162/U/2003 tentang pedoman
penugasan
guru
sebagai
Kepala Sekolah, antara lain dinyatakan bahwa
guru
tambahan untuk
dapat
sebagai
diberi
Kepala
memimpin
dan
tugas Sekolah
mengelola
pendidikan disekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam Bab III pasal 4, syarat-syarat guru yang diberi tugas sebagai Kepala Sekolah meliputi persyaratan umum
4). Ketrampilan professional yang terkait dengan
mencari
3. Landasan Hukum
sosial (Depdikbud, 1998). 2).
konseptual,
konsep
1). Kepribadian yang kuat, dalam hal ini Sekolah
dan
misalnya mengembangkan
pelaksanaan memimpin sekolah, yaitu :
Kepala
dan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
dan persyaratan khusus. Persyaratan umum yang dimaksud antara lain meliputi keimanan kepada
Tuhan
dan ketaqwaan
YME,
usia,
sehat
jasmani dan rohani, pengalaman aktif mengajar serta DP3 dalam 2 tahun terakhir serendah-rendahnya bernilai baik,
kecuali
memperoleh
unsur nilai
kesetiaan
amat ISSN 2338-2155
baik.
Sedangkan persyaratan khusus selain
Selain sebagai pemimpin,
Kepala
pendidikan terendah juga kepangkatan
Sekolah juga harus berfungsi sebagai
minimal yang harus dipenuhi. Selain
manajer di sekolah. Oleh karena itu antara
itu khusus untuk calon Kepala Sekolah
kepemimpinan dan manajerial tidak dapat
SMA, SMK dan SLB diutamakan yang
dipisahkan.
dapat komunikasi dalam bahasa Inggris
menjiwai manajer dalam melaksanakan
dan atau bahasa asing lainnya.
tugasnya.
Kepemimpinan
akan
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Adapun tugas Kepala Sekolah sering
RI nomor 13 tahun 2007 tentang
dirumuskan sebagai EMASLEC, yaitu
standar kompetensi Kepala Sekolah /
Educator
Madrasah, pada pasal 1 (1) disebutkan
Administrator,
bahwa untuk diangkat sebagai Kepala
Leader (pemimpin), Enterpreunership
Sekolah/Madrasah,
(wira usahawan) dan Climator (pencipta
seseorang
wajib
(pendidik),
Manajer,
Supervisor
(penyelia),
memenuhi standar kompetensi Kepala
iklim kerja).
Sekolah / Madrasah yang berlaku
Dalam melaksanakan ketujuh tugas itulah
nasional.
kepemimpinan
Adapun standar yang dimaksudkan
Kepala
meliputi standar kualifikasi umum,yaiu
pendidikan
kualifikasi
akademis,
melaksanakan ketujuh tugas tersebut.
mengajar,
usia
pengalaman
serta
jenjang
akan
Sekolah
Penilaian
diterapkan.
sebagai
harus
kinerja
pemimpin
terpadu
Kepala
Jadi
dalam
Sekolah
Sedangkan
dilakukan secara berkala oleh pejabat
kualifikasi khusus yang harus dipenuhi
yang berwenang yang ditunjuk meliputi
meliputi status sebagai guru, memiih
aspek berdasarkan tugas dan tanggung
sertifikat pendidik sebagai guru dan
jawab Kepala Sekolah ,yaitu Emaslec.
memiliki sertifikat pendidik sebagai
Selain itu dalam penilaian kinerja agar
guru dan memiliki sertifikat Kepala
mendapatkan gambaran secara utuh juga
Sekolah yang diterbitkan oleh lembaga
dilakukan penilaian input dan output baik
yang ditetapkan pemerintah.
akademis maupun non akademis selama
kepangkatan
minimal.
Selain standar kualifikasi,
seorang
kepemimpinan
Kepala
Sekolah
yang
calon Kepala Sekolah harus memenuhi
bersangkutan.
standar
meliputi
digunakan sebagai bahan menentukan
kepribadian,
promosi ataupun mutasi Kepala Sekolah
demensi
kompetensi kompetensi
yang
Hasil penilaian kinerja
manajerial, kewirausahaan, supervisi
sebagaimana
tertuang
dan kompetensi sosial.
Kepmendiknas nomor 162/U/2003.
dalam
4. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
43
Masing-masing komponen tugas Kepala
4) Kemampuan membimbing siswa,
Sekolah tersebut dapat diuraikan dalam
dengan
indikator
beberapa aspek sebagai berikut :
ekstrakurikuler
dan
a. Komponen Kepala Sekolah sebagai
lomba
sekolah
diluar
kegiatan mengikuti seperti
kesenian, olah raga dan lain-lain.
Pendidik (Educator) Aspek yang ada dalam komponen
5) Kemampuan
mengembangkan
pendidik meliputi :
staf melalui berbagai kegiatan,
1) Prestasi sebagai guru, dengan
misalnya
indikator
program
tenaga administrasi secara teratur,
melaksanakan
melalui pertemuan guru di MGMP,
menyusun
pembelajaran,
pendidikan/pelatihan
KBM,melaksanakan
melalui seminar/diskusi/lokakarya,
evaluasi,melakukan analisis hasil
melalui penyediaan bahan bacaan,
belajar
memperhatikan kenaikan pangkat
serta
melaksanakan
program perbaikan dan pengayaan. 2) Kemampuan membimbing guru, dengan
indikator
program
menyusun
pengajaran
bimbingan
dan
konseling,
melaksanakan program pengajaran dan
bimbingan
konseling,
mengevaluasi hasil belajar dan layanan
bimbinan
konseling,
menganalisis hasil evaluasi belajar dan layanan bimbingan konseling serta
melaksanakan
pengayaan
program
dan
perbaikan
dan memperhatikan jenjang karir. 6) Kemampuan
mengikuti
perkembangan melalui
IPTEK
dengan
pendidikan/pelaihan,
pertemuan
profesi,
media
elektronik dan lain-lain. 7) Kemampuan mengajar jadwal
memberi
yang
baik
pelajaran
contoh melalui
perminggu
dengan perangkatya, memberikan alternatif
strategi
pembelajaran
yang efektif seperti pemanfaatan media pembelajaran yang ada.
/remedial. b. Komponen Kepala Sekolah sebagai 3) Kemampuan karyawan,
membimbing dengan
menyusun
program
melaksanakan serta
44
tugas
Manajer
indikator kerja, sehari-hari
mengevaluasi
dan
Dalam
hal
ini
aspek
yang
ada
meliputi : 1) Kemampuan menyusun program
mengendalikan kinerja karyawan
sekolah,
secara periodik.
memiliki program baik jangka
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
dengan
indikator
ISSN 2338-2155
panjang, menengah dan program
1) Aspek
kemampuan
mengelola
jangka pendek baik akademik
administrasi
maupun
non akademik serta
bimbingan, administrasi kesiswaan,
mempunyai mekanisme monitor
ketenagaan, keuangan dan aspek
dan evaluasi pelaksanaan program
mengelola administrasi sarana /
secara sistematika dan periodik.
prasarana sekolah.
2) Kemampuan
menyusun
pembelajaran
2) Memiliki data secara lengkap serta tertata secara sistematis dan
organisasi/kepegawaian disekolah,dengan
indikator
nampak ada arah peningkatan /
organisasi
pengembangan
dengan struktur yang jelas disertai
pengaturannya.
memiliki
struktur
dan
uraian tugas serta penunjukkan personalia yang sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.
dalam
d. Komponen Kepala Sekolah sebagai Supervisor (penyelia) Sebagai supervisor (penyelia), aspek
3) Kemampuan menggerakkan staf, dengan
indikator
menggerakkan
ada
upaya
staf
secara
terprogram, memiliki bukti catatan hasil serta melakukan evaluasi untuk peningkatan kinerja staf. 4) Kemampuan
yang yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah adalah : 1) Kemampuan menyusun program supervisi
pendidikan,
indikator
memilki
dengan program
supervisi yang terjadwal secara
mengoptimalkan
rinci, memiliki instrumen supervisi
sumber daya sekolah, dengan
dan
indikator
minimal 1 kali pertahun atau setiap
ada
program
pemanfaatan sumber daya dan pelaksanaannya
optimal,
ada
evaluasi, ada analisis dan ada program
tindak
lanjut
pemanfaatan sumber daya. c. Komponen Kepala Sekolah sebagai administrator Aspek yang diperlukan dalam hal Kepala Sekolah sebagai administrator adalah : Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
frekuensi
supervisi
kelas
kegiatan. 2) Kemampuan supervisi
melaksanakan
pendidikan,
dengan
indikator ada pelaksanan supervisi terjadwal,
dilaksanakan
dengan
instrumen, dan setiap guru dapat disupervisi minimal 1 kali dalam 1 tahun atau setiap kegiatan. 3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi,
dengan
indikator
ISSN 2338-2155
45
melaksanakan hasil supervisi yang terjadwal
dengan
dilaksanakan
untuk setiap guru / karyawan.
Leadership (pemimpin) yang
indikator mampu berkomunikasi, memahami
e. Komponen Kepala Sekolah sebagai
Aspek
5) Kemampuan komunikasi, dengan
pembaca
lawan
bicara
atau
tulisannya
dan
dapat
memanfaatkan media yang ada dan efisien dalam menggunakan waktu
diperlukan
dalam
dan tulisan.
komponen ini adalah : 1) Memiliki kepribadian yang kuat, yaitu
menunjukkan
jujur,percaya
sikap
diri,bertanggung
Enterpreunership (wira usahawan) 1) Kemampuan
mencari
/
jawab, berani mengambil resiko,
menemukan gagasan baru, sesuai
berjiwa besar secara konsisten, dan
dengan kebutuhan sekolah dan
tidak diragukan oleh guru, staf
disosialisasikan
administrasi
sekolah
dan
siswa,
mempercayai bahkan menjadikan teladan.
dengan
indikator
mengenal
kepada
2) Kemampuan
dibidang
warga
melakukan
pembaharuan
2) Kemampuan mengenal anak buah,
disekolah
baik
pembelajaran,kegiatan
ekstrakurikuler,
penggalian
kekurangan
sumber daya dengan sasaran yang
seluruh anak buahnya dan memiliki
jelas dan telah dijabarkan dalam
catatan perkembangannya.
program kerja dan disosialisasikan
kemampuan
dan
3) Pemahaman terhadap visi dan
kepada warga sekolah.
misi sekolah, dengan indikator
3) Memiliki jiwa wira usaha, dengan
memiliki visi dan misi sekolah,
bekerja sama dunia usaha dan
mensosialisasikan, terprogram dan
dunia industri untuk mewujudkan
dievaluasi.
visi dan misi sekolah, percaya diri,
4) Kemampuan
mengambil
keputusan,
yaitu
mampu
mengambil
keputusaan
dalam
waktu dan isi yang tepat dan sebelumnya
dimusyawarahkan
dengan guru atau karyawan atau pihak terkait. 46
f. Komponen Kepala Sekolah sebagai
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
berpikiran
positif,
berorientasi
pada hasil, berani ambil resiko, memiliki
jiwa
kepemimpinan,
berpikiran orisinal dan berorientasi kemasa depan. g. Komponen Kepala Sekolah sebagai Climator (pencipta iklim kerja) ISSN 2338-2155
1) Kemampuan
menggali
potensi
sekolah baik kekuatan maupun
2) Kemampuan menciptakan suasana yang
sehat
menyenangkan,
dan misalnya
Dalam seleksi tahap kedua ini meliputi tes tertulis yang berkaitan dengan potensi
akademik,
kepemimpinan
yang
layak,
yang meliputi integritas, kepribadian,
baik
jasmani
perilaku dan hubungan sosial serta
maupun rohani, perasaan bersatu,
kecerdasan emosi dan pemaparan
penghargaan yang wajar.
makalah.
perlakuan kesejahteraan
3) Kemampuan mengelola konflik, dengan
indikator
kemampuan
antara
Kepala
lain
Sekolah
mengatasi perselisihan, frekuensi terjadinya perselisihan.
dengan
Pendidikan
Keputusan
Nasional
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari latar belakang dan pembahasan tersebut,dapat
disimpulkan
sebagai
berikut :
5. Seleksi calon Kepala Sekolah Sesuai
pernah dicapai. b. Seleksi tahap kedua
kelemahannya.
kerja
dilengkapi bukti-bukti prestasi yang
menteri
RI
nomor
162/U/2003 tanggal 24 Oktober 2003, bahwa seleksi calon Kepala Sekolah terdiri dari dua tahapan yang merupakan satu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan dan harus diikuti oleh semua
a. Sesuai dengan tugasnya,seorang Kepala Sekolah harus benar-benar dapat berperan
sebagai
educator, manajer, administrator, supervisor,
leader,
enterpreunership dan climator. b. Kepala Sekolah harus memahami
calon Kepala Sekolah.
tentang tipe-tipe kepemimpinan
a. Seleksi tahap pertama
pendidikan dan landasan hukum
Dilakukan untuk meneliti kelengkapan administrasi
berupa
keterangan
sehat,daftar
riwayat
hidup,surat
keterangan aktif mengajar dan atau membimbing,
DP3,
ijasah
serta
makalah atau karya tulis dibidang pendidikan.Selain
itu
dapat
pula
yang berkaitan dengan jabatan Kepala Sekolah serta memiliki kepribadian yang kuat, memahami tujuan
pendidikan,pengetahuan
luas dan ketrampilan professional. c. Seleksi calon
Kepala Sekolah
dapat dilakukan secara bertahap yaitu seleksi tahap pertama dan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
47
tahap kedua yang merupakan satu
perkembangan
kesatuan.
dapat dilakukan kegiatan rutin berupa
2. Saran
di
masyarakat,
workshop,rapat
diklat dan uji kompetensi secara
Agar kemampuan Kepala Sekolah
rutin
senantiasa dapat mengikuti dan
kemampuan Kepala Sekolah.
menyesuaikan
kerja,
untuk
meningkatkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA Ametembun NA, 1981. Kepemimpinan dalam perubahan Pendidikan (suatu pendekatan system), Bandung. Casson Herbert.N,1986. Bagaimana seharusnya jadi pemimpin, Bandung : PT Al-Maarif. Depdikbud, 1998. Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan menengah Umum. Depdiknas, 2004. Himpunan Peraturan Perundang – undangan bidang Pendidikan, Jakarta : Biro hukum dan organisasi Sekretariat Jenderal Depdiknas. -------, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Indrafachrudi Soekarto,Tahalele.JF, 1993. Mengantar bagaimana memimpin sekolah yang baik, Jakarta, Ghalia Indonesia. Mantja.W, 2007. Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, Malang : Elang Mas. Nasution Thamrin, 1984. Kepemimpinan Pendidikan bagi Kepala Sekolah, Jakarta : Penerbit Madju Medan. Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar komptensi Kepala Sekolah / Madrasah, 2007, Jakarta. Riberu.J, 1982. Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta : Tema Baru Wahjosumidjo, 1994. Kiat Kepemimpinan dalam teori dan praktek, Jakarta : PT.Harapan Masa PGRI 48
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA HUBUNGAN SEKOLAH
DENGAN
MASYARAKAT
DI
SMPN
2
MUNJUL
KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: Nurul Amaliyah http://forumgurunusantara.blogspot.com
BAB I PENDAHULUAN
4. Penghubung
A.
masyarakat dan pemerintah.
Latar Belakang Masalah
antara
sekolah
dengan
layanan
Agar sekolah dapat melaksanakan tugasnya
pendidikan yang diinginkan masyarakat dan
dengan mutu yang baik, pran serta Komite
kebutuhan sekolah bagi pendidikan generasi
Sekolah untuk terlibat secara aktif dalam
mudanya.
penyelenggaraan
Sekolah
sebagai
penyedia
Sekolah
terpisahkan
dari
jasa
adalah
bagian
;masyarakat
tak
sehingga
sekolah membutuhkan peran serta masyarakat
pendidikan,
sangat
menentukan. Untuk mengetahui sejauh mana peran
dalm meningkatkan jasa layanan pendidikan.
serta masyarakat berpartisipasi aktif dalam
Selama ini peran serta masyarakat dalam
pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan
membantu peningkatan mutu pembelajaran di
mendorong kualitas pengelolaan pendidikan
sekolah masih sangat kurang. Banyak faktor
di sekolah,gar sekolah dapat melaksanakan
selain
belakang
tugasnya dengan mutu yang baik, pran serta
pendapatan
Komite Sekolah untuk terlibat secara aktif
masyarakat yang kebanyakan petani masih
dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat
kurang.
menentukan.
letak
pendidikan
Menurut
geografis, juta
latar
tingkat
keputusan
Mendiknas
No.
Untuk mengetahui sejauh mana peran serta
044/U/2002, tugas dan peran Komite Sekolah
masyarakat
ada empat macam, yaitu :
pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan
1. Memberikan
pertimbangan
penentuan
pelaksanaan
dan
berpartisipasi
aktif
dalam
dalam
mendorong kualitas pengelolaan pendidikan
kebijakan
di sekolah,gar sekolah dapat melaksanakan
pendidikan.
tugasnya dengan mutu yang baik, peran serta
2. Memberikan sumbangan pemikira, dana
Komite Sekolah untuk terlibat secara aktif
dan tenaga dalam menyelenggarakan
dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat
pendidikan. 3. Melakukan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan
menentukan. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan mendorong kualitas pengelolaan pendidikan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
49
di sekolah, penulis mencoba mengadakan
2. Sejauh mana peran aktif orang tua/ wali
penelitian
yang
murid terhadap penyelenggaraan
dilaksanakan di SMPN 2Munjul kabupaten
pendidikan jangka menengah.
tindakan
sekolah
Pandeglang B.
E. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian untuk
Identifikasi Masalah
Situasi menunjukkan bahwa peran orang tua/
memperoleh data tentang peran aktif orang tua/ wali murid terhadap penyelenggaraan
wali murid hanya sebatas sebagai penyandang dana,
sehingga
berpartisipasi
terkesan secara
mereka
tidak
aktif
untuk
pendidikan di SMPN 2Munjul kabupaten Pandeglang.
meningkatkan mutu pembelajaran disekolah.
F.
Kehadiran orang tua/ wali murid disekolah
Pada
jarang sekali. Pertemuan warga sekolah
mendapat manfaat antara lain :
dengan orang tua/ wali murid di sekolah
1. Untuk Penulis
demikian
pertemuan
untuk
untuk
meningkatkan
mutu
penulis
berharap
tentang peran aktif masyarakat dan warga sekolah. 2. Untuk Guru
pembelajaran tidak terjadi. C.
penelitian,
wawasan dan pengetahuan khususnya
membahas upaya bersama warga sekolah dan masyarakat
akhir
Penelitian ini diharapkan bermanfaat guna
bertepatan dengan pembagian buku raport. Dengan
Manfaat Penelitian
Menambah
Pembatasan Masalah
Masalah dalam kegiatan penelitian merupakan
pentingnya
suatu hal yang harus dicari pemecahannya.
dalam
mengikutsertakan
tentang masyarakat
pendidikan.
Masalah yang penulis kemukakan sangat kompleks, oleh sebab itu penulis membatasi
pengetahuan
3. Untuk Murid Murid
ruang lingkup masalah pada hal peran aktif
sadar
bahwa
mereka
dalam
orang tua murid terhadap penyelenggaraan
menuntut ilmu didukung oleh semua pihak.
pendidikan di SMPN 2Munjul kabupaten
4. Untuk Sekolah Dapat
Pandeglang. D.
yang
dihadapi
gambaran
tentang
keberhasilan pengelolaan sekolah yang
Perumusan Masalah
Masalah
dijadikan
dalam
melibatkan
rangka
melaksanakan penelitian akan lebih jelas
unsur
peran
aktif
orang
tua/wali murid.
apabila dirumuskan. Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1.Faktor apa saja yang menjadi latar belakang
A.
belum berperan-aktifnya orang tua/ wali murid? 50
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
Landasan Teori Menurut surat keputusan Mendiknas No.
044/U/2002, tugas atau peran Komite ISSN 2338-2155
A.
Sekolah ada empat macam, yaitu : 1. Memberikan
pertimbangan
Lokasi Penelitian SMPN
dalam
2
Munjul
kabupaten
Pandeglang berdiri sejak tahun 1987 terleltak
penentuan dan pelaksanaan kebijakan
di atas tanah ± 9.619 m2 yang terletak di jalan
pendidikan. 2. Memberikan sumbangan pemikira, dana
raya Munjul Cikeusik kecamatan Munjul.
dan tenaga dalam menyelenggarakan
Pada saat ini SMPN 2 Munjul membina sebanyak
pendidikan.
murid yang terdiri dari 6
3. Melakukan kontrol terhadap transparansi
rombongan belajar (rombel), terdiri dari : 2
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
rombel kelas VII, 2 rombel kelas VIII dan 2 rombel kelas IX.
keluaran pendidikan 4. Penghubung
antara
sekolah
Tenaga pengajar sebanyak 25 orang,
dengan
masyarakat dan pemerintah.
dan tenaga Tata Usaha sebanyak 5 orang,
Pengelolaan pendidikan yang baik di sekolah
dengan ruang kelas sebanyak 15 ruang; 1
akan mendorong terjadinya peningkatan mutu
ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang Kepala
proses pendidikan, apabila mutu proses
Sekolah, 1 ruang Laboratorium, 1 ruang
pembelajaran
Perpustakaan dan 3 kamar kecil.
meningkat,
maka
peluang
peningkatan mutu hasil belajar murid semakin
Dari 15 ruang kelas yang dalam kondisi
besar.
cukup baik hanya 7 ruang, sedangkan sisanya
B.
rusak berat. Bangunan utama yang dibangun
Deskripsi Kondisi Sekolah
Pengelolaan pendidikan di sekolah, banyak
dari awal, hingga kinipun belum mengalami
sekolah
program
rehab. Dalam keadaan bangunan yang cukup
Majajemen Berbasis Sekolah (MBS). Salah
memprihatinkan, ternyata murid-siswi SMPN
satunya adalah Komite Sekolah belum dapat
2 Munjul mampu berprestasi di beberapa
berperan secara optimal. Halini terjadi karena
bidang.
belum
menerapkan
Komite
Dalam bidang olah raga prestasi juara
Sekolah masih jarang dilakukan. Sehingga
umum pilah Bupati Pandeglang pernah diraih
banyak keputusan dan kebijakan di sekolah
pada tahun2006/2007 bahkan bidang volly
diambil secara sepihak oleh sekolah.
ball mampu mewakili provinsi Banten untuk
Dalam situasi semacam ini, peran masyaraka/
tingkat Nasional yaitu pada tahun 2006/2007
wali
penerima
di Jogjakarta, tahun 2007/2008 di Makasar
kepuatusan. Selain itu sebagian masyarakat/
dan mengirimkan dutanya menjuarai tingkat
wali murid menyerahkan sepenuhnya masalah
kabupaten pada tahun 2009/2010 ini.
komunikasi
murid
antara
sekolah dan
tampak
sebagai
Pada tingkat kecamatan pun prestasi
pendidikan kepada sekolah, sehingga terkesan orang tua kurang peduli terhadap sekolah.
bidang
BAB III METODE PENELITIAN
SMPN 2 Munjul mendapat penghargaan dan
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
kesenian
seringkali
murid-murid
ISSN 2338-2155
51
kadang-kadang diminta oleh warga untuk
percakapan, dialog dan tukar pikiran yang
mengisi acara-acara yang diselenggarakan
tujuannya adalah untuk memperolah data
oleh masyarakat.
obyekf aspek-aspek situasi pembelajaran,
B.
keksulitan-kesulitan sekolah dalam usaha
Waktu dan Lama Waktu Penelitian Pengamatan dilakukan oleh peneliti
meningkatkan mutu layanan pendidikan di
sejak peneliti betugas di SMPN 2 Munjul,
SMPN 2 Munjul.
setelah melakukan identifikasi selama tugas,
F.
maka peneliti melakukan penelitian sejak
Adapun data yang diperoleh selanjutnya
bulan Oktober 2010.
menggunkan teknik analisis dan penulis ingin
Sedikit data otentik yang diperoleh oleh
memperoleh gambaran sejauh mana tingkat
peneliti
peran aktif masyarakat serta faktor yang
menjadi
bahan
acuan
untuk
Teknik Pembahasan
melakukan perubahan yang nyata, walaupun
mempengaruhinya.
data diperolah hanya dalam waktu satu bulan.
G.
Tentunya masih kurang data pendukung.
Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan
Namun peneliti berusaha menampilkan data
untuk meningkatkan mutu sekolah melalui
yang seakurat mungkin dan sesuai dengan
peran serta Komite Sekolah dengan kerja
realita yang ada.
sama dengan pendekaan yang partisipatif.
C.
Pendekatan partsiatif menekankan adanya
Subjek Penelitian
Rancangan Tindakaan
Sesuai yang telah peneliti ungkapkan diawal
keerlibatan
subejk
stakeholders dalam pengembagan program
penelitiannya
adalah
seluruh
seluruh
warga
sekolah
dan
komponen orang tua murid, warga belajar
pendidikan di sekolah.
serta warga sekolah guru serta murid-siswi
Sosialisasi
SMPN 2 Munjul.
melalui rapat guru dan Komite Sekolah harus
D.
dilakukan, serta kesempatan dan kewenangan
Variabel Penelitian
program
secara
berkelanjutan
Peneliti lebih menitikberatkan pada hubungan
diberikan kepada stakeholders atau warga
sekolah dengan masyarakat dalam rangka
sekolah
memberikan layanan standar mutu pendidikan
masing-masing.
sesuai
dengan
tanggung
jawab
pada SMPN 2 Munjul kabupaten Pandeglang. E.
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti
mengidentifikasi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN dukungan
PEMBAHASAN
masyarakat (dana, daya, pemikiran, moral)
A.
dengan melakukan observasi untuk memantau
Bangunan sejak tahun 1997 belum mendapat
jumlah populasi serta sampel penelitian.
renovasi
Peneliti juga melakukan teknik pertemuan
memprihatinkan, kusen-kusen telah lapuk di
individual, yaitu mengadakan pertemuan,
makan
52
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
Kondisi Sekolah
dengan
usia.
Dalam
keadan
kondisi
yang
demikian
ISSN 2338-2155
membuat warga sekolah mesti ekstra hati-hati
a.
Menciptakan
terutama bila cuaca hujan.
partisipatif
kepemimpinan
demokratis
dan
yang
fleksibel
di
sekolah B.
Kegiataan Siklus 1
b.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat
1.
Perencanaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :
monitoring
a.
pendidikan di sekolah
Mengadakan diskusi, dialog, tukar pikiran
serta
ecvaluasi
dalam pertemuan individual dengan guru,
c.
murid-siswi serta Komite Sekolah.
akuntabilitas di lingkungan sekolah.
b.
d.
Mempersiapakan lembar observasi untuk
Menumbuhkan
sekolah.
c.
4.
Mempersiapakan daftar pertanyaan yang
transparansi
Meningkatkan
melihat bagaimana kondisi sekolah saat ini.
program
mutu
dan
pendidikan di
Refleksi
akan digunakan dalam diskusi, dialog antara
Hasil yang diperoleh dikumpulkan
Kepala Sekolah sebagai peneliti dan warga
serta dianalisis. Hasil analisis digunakan
sekolah serta Komita Sekolah sebagai mitra
sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan
peneliti.
pada siklus berikutnya.
2.
C. Kegiatan Siklus 2
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada penelitian
1.
Perencanaan
siklus 1 adalah melakukan indentifikasi
Peneliti
keadaan sekolah serta menyusun program
lembar observasi yang akan dilakukan warga
rencana perbaikan secara menyeluruh setelah
sekolah dan Komite Sekolah baik secara
memperoleh data dari hasil lembar observasi
kelompok maupun individu.
yang telah disiapkan melalui tahapan :
2.
a. Persiapan
Instrumen lembar observasi disebar dengan
b.
cara
Pelaksanaan
mempersiapkan
instrumen
pada
Pelaksanaan
mengadakan
visit
individu
guna
c. Penutupan
melaksanakan kegiatan dialog.
d.
Penilaian hasil observasi
3.
e.
Tindak lanjut.
Visit individu dibadi dalam beberapa wilayah,
-
Siap dengan instrumen observasi Observasi tidak mengganggu proses
Observasi
yaitu wilayah Barat, wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Utara. Sasarannya tertuju
belajar mengajar.
pada masyarakat yang mempunyai putra/ putri
3.
yang bersekolah di SMPN 2 Munjul.
Observasi Peneliti
berkeliling
lingkungan
4.
Refleksi
sekolah melakukan dialog dan diskusi dengan
Data yang diperoleh dari hasil observasi
warga sekolah yang bertujuan untuk :
diinventarisir dan disusun untuk kemudian
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
53
dibuat perencanaan ssesuai dengan kebutuhan.
a.
Hasil perencanaan disebar kembali kepada
arah program sekolah
Komita Sekolah.
b.
D. Kegiatan Siklus 3
permasalahan yang dihadapi sekolah untuk
1. Perencanaan
mencapai
Melaksanakan
beberapa
langkah
secara
Komite Sekolah mengetahui secara pasti
Komite
Sekolah
tujuan
yang
c.
a.
harus dilakukan untuk
Sekolah,
Komite
Sekolah
dan
tokoh
telah
ditetapkan
bersama.
bertahap, antara lain : Rapat perencanaan antara guru, Kepala
mengetahui
Komite Sekolah mengetahui apa yang
d.
sekolah untuk
meningkatkan
mutu
masyarakat dalam rangka pembuatan RKS
pendidikan di sekolah.
dan RAPBS. Komite Sekolah dilibatkan
4.
secara aktif dalam kegiatan ini.
Pada akhirnya warga sekolah merasa tidak
b.
sendiri dalam mengembangkan sekolah baik
Pertemuan dengan wali murid untuk
Refleksi
sosialisasi RKS dan RAPBS serta penguatan
dari
kerja sama antara wali murid dan warga
pembelajarannya. Dengan demikian, upaya
sekolah
untuk meningkatkan mutu sekolah menjadi
agar
upaya
peningkatan
mutu
sisi
manajemen
maupun
proses
pendidikan di sekolah mendapat dukungan
lebih mudak dilaksanakan.
dari wali wali murid.
E. Pembahasan tiap siklus, antar siklus dan
c.
perbandingan dengan kondisi awal
Studi banding/ kunjungan warga sekolah
dan Komite Sekolah ke sekolah yang baik di
Sekolah. Komunikasi dan kerjasama antara
luar daerah.
warga sekolah dan Komite Sekolah
d.
Pameran karya siswa serta prestasi apa
menjadi sangat baik. Hal ini terlihat dari
saja yang berhasil pada tingkat kecamatan,
inisiatif komite untuk memberikan ide dan
kabupaten, provinsi bahkan tingkat nasional.
gagasannya kepada Kepala Sekolah demi
2.
kemajuan sekolah. Di pihak lain, Kepala
Pelaksanaan
Pada perencanaan poin a, b, dan d telah
Sekolah
terlaksanan yang dihadiri 70% orang tua/ wali
permasalahan
murid. Sedangkan poin c menunggu waktu
kepada
yang tepat.
penyelesaiannya secara bersama.
3.
Gagasan
Observasi
mengkomunikasikan yang
komite
untuk
dihadapi untuk
sekolah dicarikan
meningkatkan
mutu
Sejauh mana pelibatan Komite Sekolah secara
pendidikan di sekolah baik dari Komite
aktif dalam pembuatan RPS dan RAPBS
Sekolah,
memiliki dampak yang sangat luas, di
ditindaklanjuti
antaranya :
penggalangan dana dan implementasinya
Kepala
Sekolah
sampai
dan
pada
guru tahap
(pengadaan mushala dan pavingisasi). 54
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
masalah yang serius untuk dicarikan solusi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
alternatif pemecahan permasalahan. A.
B.
Kesimpulan
Saran
Upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
Kualitas proses pembelajaran di sekolah
dalam mengelola hubungan sekolah dengan
meningkat dengan meningkatnya kepedulian
masyarakat
mutu
Komite Sekolah. Untuk penyusunan program
sekolah melalui peningkatan peran Komite
jangka panjang perlu diperluas lagi peran
Sekolah mempunyai dampak yang sangat baik.
Komite Sekolah pada hal-hal yang sifanya
Sepanjang
mendorong
utamanya
kerjasama
peningkatan
yang
partisipatif,
masyarakat
untuk
membantu
komunikatif dan terabuka tetap dijalin antara
secara langsung dengan bahan dan tenaga.
Komite Sekolah dan warga sekolah, peran
Sebagai contoh pembuatan pagar sekolah
Komite Sekolah mempunyai andil besar
bahan baku dari masyarakat dan dikerjakan
dalam meningkatkan mutu pendidikan di
langsung oleh masyarakat.
sekolah,
maka
dapat
terus
dijaga DAFTAR PUSTAKA
kelestariannya. Pelibatan
Komite
Sekolah
mulai
dari
-
Departemen Pendidikan Nasional (2006).
perencanaan program dan anggaran sampai
Pemberdayaan Komite Sekolah.
dengan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
-
program dapat menjmbuhkan kepercayaan
Manajemen Berbasis Sekolah.
dan kerja sama yang baik antara warga seklah
-
dan stakeholders.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah. BP.
Faktor latar belakang pendidikan orang tua
Cipta Jaya, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional (2007).
Direktur Tenaga Kependidikan (2006).
murid dan latar belakang pekerjaan menjadi
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
55
BIDIK LENSA
56
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
Alasan Kurikulum Baru ( 2013 ) diterapkan
Bangkalan (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan kurikulum 2013 sangat diminati para pengelola pendidikan. Alasan dibuat kurikulum baru untuk SD, SMP, SMA, dan SMK adalah karena kurikulum yang berlaku terlalu padat dan tidak efisien. Banyak materi yang hanya membebani siswa dan tak banyak digunakan dalam kehidupan nyata siswa. Berikut adalah Perubahan Kurikulum Pendidikan Terbaru yang Berlaku Tahun 2013 untuk SD, SMP, SMA, SMK Kurikulum Pendidikan ini akan digunakan di dunia pendidikan di tahun ajaran 2013-2014. "Buktinya ada beberapa sekolah di Indonesia yang bersedia membiayai sendiri untuk penerapan kurikulum baru ini, dan mereka hanya meminta pendampingan dan panduan kepada Kemendikbud," kata Mohammad Nuh di Bangkalan. Ia menjelaskan, jumlah lembaga pendidikan di Indonesia yang ditunjuk Kemendikbud menerapkan kurikulum baru pada tahun pelajaran 2013-2014 ini sebanyak 6.500 lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SMA. Akan tetapi, jumlah lembaga pendidikan yang sebenarnya menerapkan kurikulum itu, justru jauh lebih banyak dari yang ditetapkan Kemendikbud itu. "Karena pada praktiknya, kurikulum baru yang kita terapkan ini memang lebih menarik dibanding kurikulum yang lama. Pada kurikulum baru ini berbasis karakter, bukan kompetensi," kata Mohammad Nur. Para kurikulum pendidikan sebelumnya, siswa bersifat pasif dan guru paling aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Namun, pada kurikulum yang baru itu, anak didik yang justru dituntut lebih aktif. Misalnya, setiap anak diminta untuk berdiri di depan teman-teman untuk saling berkenalan, sementara guru lebih menempatkan diri sebagai pengarah dan pembimbing kegiatan siswa. Karena tekanannya pada upaya pembentukan karakter, maka sistem penyajian mata peajaran pada kurikulum baru tersebut secara terintegratif, sehingga semua jenis pelajaran diintegrasikas dengan nilai-nilai moral agama. Oleh karena itu, jam pelajaran agama pada kurikulum baru tersebut juga ditambah. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
57
Menyikapinya Kurikulum 2013 Oleh : Wiyono, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMP Al Izzah Internasional Islamic
Boarding
Sechool Batu Jawa Timur DARI tahun ke tahun, semakin bertambah dewasanya umur negara ini. Berbagai hal dilakukan, berbenah untuk mengarah ke suasana atau kondisi yang lebih baik. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Di bidang ini semenjak Indonesia berdiri sudah kali sembilan perubahan kurikulum. Hal itu dilakukan bertujuan untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini yang konon diopinikan semakin lama semakin rendah dibanding dengan negara tetangga lain. Itu didasarkan dari hasil
dampak positif dan negatifnya. Jika itu tidak
ujian
dan
ada, atau berjalan sendiri-sendiri maka, suatu
mutu pendidikan, baik dari segi pendidiknya
proses tidak mungkin berjalan. Sebagai
maupun dari segi peserta didik itu sendiri.
contoh, menyalanya lampu listrik, setrika,
Ada asumsi setiap pergantian pemerintahan
kulkas,
atau pejabat eksekutif, bersama itu juga ada
sebagainya karena saling berjalan bersamanya
pergantian sistem pendidikan yang baru.
antara
Berbagai tanggapan yang dilontarkan oleh
Tak terkecuali kurikulum 2013 ini. Banyak
masyarakat tentang perubahan atau perubahan
tanggapan
tersebut. Baik tanggapan positif ataupun
menghiasinya.
negatif mungkin sering kita dengar. Hal itu
dikomandoni
diawali
Kurikulum
Nasional tetap bersih kukuh menjalankan
Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum
kurikulum ini. Tidak tanggung-tanggung,
Tingkat
dan
dana yang dibutuhkan dalam kurikulum ini
patut
sekira Rp600 miliar, Rp1,4 triliun, atau
nasional,
dengan
Satuan
Kurikulum2013. berbangga
dan
persaingan
global,
munculnya
Pelajaran
(KTSP),
Sebenarnya perfikir
kita
positif/optimistis,
komputer,
arus
mungkin
televisi,
positif
dan
positif
dan
Pihak oleh
sampai
dan
arus
lain
negatif.
negatif
yang
pemerintah
yang
Menteri
Rp2,4
Pendidikan
triliun,
untuk
bukan malah berpersepsi negatif, karena hal
menyukseskan kurikulum 2013. Tidak cukup
itu ada perubahan yang lebih baik. Namun
di situ, bahkan sosialisasi dan pelatihan pun
bagi mereka yang berfikir negatif atau pesimis,
dilakukan untuk memperlancar hal tersebut.
kurikulum KBK malah diartikan dengan
Tahap awal sosialisasi dan pelatihan
Kemeng.
tentang kurikulum 2013 ini dimulai dari
dimaknai
pelatihan guru inti yang langsung dipandu
dengan Kurikulum Tidak Siap Pakai.Itu lah
oleh Bapak Mendiknas Muhammad Nuh dan
kenyataannya, semua perubahan pasti ada
Wakil
Kurikulum Bikin Sedangkan
58
Kumet
kurikulum
atau
KTSP
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
Presiden
Indonesia
Budiono.
ISSN 2338-2155
Kemudian
dilanjutkan
dengan
pelatihan
tersebut.Kelebihan
lain
kurikulum
2013
kepada guru sekolah dasar dan menengah
berikutnya yaitu: Standart Kompetensi (SK),
yang
ditunjuk.
Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada
dilakukan
kebutuhan siswa, bukan pada mata pelajaran.
serentak di Indonesia khususnya di Jawa
Keunikan lain kurikulum ini menitik beratkan
Timur mulai 9 -13 Juli 2013. Sosialisasi awal
kepada sikap, pengetahuan, keterampilan,
ini diikuti oleh Kepala sekolah, dan guru mata
karakter yang berdasarkan pada pendekatan
pelajaran yang terdiri dari sekolah yang
ilmiah atau sientific approach. Di samping itu,
ditunjuk atau diamanahi untuk menjalankan
kurikulum 2013 ini menitikberatkan kepada
kurikulum 2013 ini. Sekolah yang ditunjuk
korelasi antara pembelajaran dengan apa yang
untuk melaksanakan kurikulum ini pertama
diberikan Allah Tuhan Yang Maha Esa
sebagian sekolah negeri dan sekolah yang
kepada manusia selaku pengelola alam sekitar.
memiliki nilai akreditasi "A", baik di tingkat
Khususnya mengacu pada pembelajaran yang
kota
diawali dengan mengamati, menanya, menalar,
Pelatihan
dan
ataupun
sosialisasi
di
ini
tingkat
kabupaten.
Mengapa kurikulum 2013 ini harus tetap
dan
mencoba
atau
mencipta.
dilaksanakan, meskipun banyak rintangan
Berdasarkan uraian di atas, memang
ataupun hambatan? Karena kurikulum ini
benar-benar kompleks kurikulum 2013 ini,
memang unik, beda, dan penuh dengan
karena disusun berdasarkan kebutuhan siswa.
penanaman sikap, pengetahuan, nilai, dan
Perlu diketahui dan digaris bawahi bahwa
karakter peserta didik dibandingkan dengan
kebutuhan siswa atau anak didik tidak hanya
kurikulum
yaitu:
sekarang, besuk, satu minggu, satu bulan, satu
Semua silabus, rencana pembelajaran (RPP),
tahun lagi. Melainkan lima tahun, sepuluh
buku pegangan guru, dan buku pegangan
tahun, dua puluh tahun, tiga puluh, bahkan
siswa disediakan oleh pemerintah dengan
lima
harga
Yang jelas kurikulum ini disusun untuk
sebelumnya.
Bedanya
yang
terjangkau.
puluh
tahun
ke
depan.
untuk
kebutuhan pendidikan siswa jangka panjang.
mengajar,
Memang pandidikan tidak bisa dirasakan
mendidik, dan mengembangkan pendidikan.
secara langsung seperti makan makanan atau
Jika
membuat
membalik telapak tangan yang mudah dan
silabus,
langsung dirasakan, tetapi dirasakan di masa
rencana pengajaran, sekarang kita tinggal
depan. Hal ini mengacu kepada ajaran Islam
mengajar dan mengembangkan pendidikan
sahabat Ali bin Abi Tholib menyampaikan
untuk mencapai tujuan bersama yang akan
bahwa, " Ajari dan didiklahlah anakmu
kita capai berdasarkan garis besar yang sudah
dimasa akan datang". Karena kita tidak tahu
dituangkan
masa akan datang seperti apa, maka kita
Hal
itu
dilakukan
mempermudah
dulu
perangkat
kita
guru
sibuk
pembelajaran,
di
dalam
bertujuan dalam
dengan seperti
kurikulum
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
2013
ISSN 2338-2155
59
sebagai pendidik harus mempersiapkan anak
berbuat apa-apa secara optimal, maka kita
didik secara optimal, mulai perencanaan,
tidak akan dapat apa yang luar biasa tersebut,
pelaksanaan, evaluasi, untuk menghadapi
yaitu hasil dari kurikulum 2013 ini. Sekarang
masa akan datang yang beda dengan apa yang
pertanyaannya, bagaimana kita sebagai guru
kita alami sekarang. Bekal yang tepat dan
atau pendidik mensikapi kurikulum 2013
sesuai dengan masa yang akan datang adalah
tersebut? Jangan justru bersikap pesimistis
teguhnya iman kepada Allah SWT, sikap,
atau negatif, tetapi sebaiknya kita harus
pengetahuan, kemampuan, dan karakter yang
"sami’na waato’na" alias mendengar dan
baik.Beberapa
sudah
menurut atau menjalankanya dengan baik dan
dituangkan dalam kurikulum 2013 ini. Maka
maksimal. Dengan sikap tersebut maka kita
tidak salah dan tidak boleh ragu, alias harus
semua nanti akan dapat yang terbaik yang
terus
untuk
menjadi impian semua masyarakat Indonesia.
2013 ini. Kita
Selain itu sikap, pengetahuan, keterampilan,
semua sebagai pendidik harus yakin setiap
dan karakter bangsa kita juga akan jauh lebih
perubahan pasti ada nilai positifnya. Contoh
baik dibandingkan sebelumnya. Kurikulum
nilai positif itu: Kita oleh Allah SWT sudah
2013 semoga beradab, berkarakter, dan bisa
diberikan hal yang luar biasa, jika tidak
menjadi
maju,
hal
itulah
pantang
melaksanakan kurikulum
yang
mundur
yang
terbaik.
Profesi guru jadi incaran Oleh : Izmi Rajiani
Di tahun 80″an Iwan Fals boleh saja memposisikan guru dengan lagu Oemar Bakrinya. Tapi itu dulu, sekarang lain bro. Tidak ada lagi guru yang hidupnya pas pasan sejak adanya program pemerintah yang yang berfihak kepada kaum guru. Gaya hidup para guru yang sudah lulus sertifikasi pun berubah total. Kini tampilan mereka sudah berubah total dengan model rambut terbaru, menenteng Blackberry dan ber- Avanza atau Ber- Xenia Xenia merefleksikan kehidupan kelas menengah Indonesia pada umumnya. Kini para orang tua pun tidak sembunyi sembunyi mengatakan bahwa anak atau menantunya seorang guru .Bila ada berita yang sangat menarik di negara tercinta ini selain kasus korupsi di hampir semua lini, maka berita tentang guru dan calon guru lah yang layak mendapatkan rating, mulai dari banyaknya calon mahasiswa yang memilih untuk mendaftar di universitas universitas yang menghasilkan tenaga guru, tercapainya target sertifikasi guru, resahnya guru guru yang sudah tersertifikasi karena mau di uji lagi, dan ini yang paling gress dan di tunggu tunggu : BIAYA PENDIDIKAN CALON GURU DITANGGUNG HINGGA LULUS Tapi jangan gembira dulu dengan biaya yang ditanggung tersebut karena mulai tahun 2013, pemerintah bakal membatasi jumlah penerimaan mahasiswa baru di lembaga pendidik dan tenaga kependidikan di PTN dan PTS 60
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338-2155
. Ada apa lagi nih…….di negara ini, BBM bersubsidi sudah dibatasi, sekarang orang mau jadi guru aja di batasi, bukankah tahun tahun sebelumnya kran di buka selebar lebarnya. Menteri Pendidikan Nasional kita sekarang, Mohammad Nuh, yang merupakan pejabat karir dimana beliau meniti karir dari dunia pendidikan sampai menjadi orang nomor satu tentunya sangat faham akan kondisi dunia pendidikan di Indonesia dengan segala permasalahannya yang kompleks. Di era beliaulah insan insan pendidik bisa merasakan martabatnya terangkat dengan adanya dana pengembangan yang begitu besar sehingga sangatlah mudah untuk pergi ke luar negeri dengan kemasan program sandwich, program academic recharging, mempresentasikan paper,dll. Sekalipun hasilnya hanya kadang kadang status update di Facebook…..on the waykeHawaii…..mempresentasikanpaper ten tang tiwul dan gaplek di university of…. tapi setidaktidaknyakepergianyangbersangkutan k e negara lain bisa meningkatkan percaya diri danbisadi jadikan bahan bercerita selama satu bulan pada saatnya mengajar dalam kelas. Dilevel perguruantinggi kebijakan beliau un tuk para dosen sudah terlihat gregetnya berupa makin kurangnya yang bergelar profesor. Kalo dulu…pangkat berjalan saja seperti air Bengawan Solo yang mengalir sampai jauh hingga mentok ke level profesor..sekarang tunggu dulu. Profesor harus memiliki gelar Doktor…doktor beneran lho bukan Doktor Humoris Causa…kalo tidak punya gelar doktor jangan harap dapat gelar Profesor. Akibatnya setelah itu ramai ramai dosen yang sekolah biar dapat gelar doktor.Sudahdapat doktor terbayanglah gelar profesor karena biasanya dengan penyesuaian sedikit sudah jadi + tunjungan profesor yang cukup untuk hidup teramat layak. Tapi itu dulu, dengan kebijakan pak Menteri yang baru kalo mau jadi profesor harus punya publikasi internasional maka terkuburlah harapan banyak kawan kawan yang hampir profesor.Mendiknas mengatakan, selalu ada pertanyaan mendasar setelah guru ditetapkan menjadi profesi dan tersertifikasi. Pertanyaan itu terkait sifat dari sertifikasi, yakni apakah mengikat sepanjang hayat atau Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ada periodesasi untuk mengevaluasi tentang kompetensi profesionalitasnya. Karena sertifikasi itu bertujuan memastikan profesionalitas, sedangkan sifat dari profesionalitas itu sangat fluktuatif, maka kualitas guru bisa naik dan menurun kapan saja.Kualitas guru setelah tersertifikasi masih saja diperdebatkan.
Mempertanyakan kualitas guru yang tersertifikasi Para guru yang sudah dinyatakan lulus sertifikasi tidak menunjukkan kualifikasi mengajar yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang belum lulus. Bahkan dalam kadar tertentu para guru yang belum lulus menunjukkan kinerja yang baik karena mempunyai harapan agar lulus sertifikasi. Mereka yang sudah lulus justru merasa sudah aman karena semua cita-citanya sudah kesampaian. Sebagai guru yang merupakan manusia terpilih ada dua keutamaan yg paling tidak harus dimiliki oleh para guru yaitu keutamaan intelektual dan keutamaan prilaku. Sekalipun sudah menda pat sertifikasi yang dianggap sebagai tujuan akhir guru guru juga menderita penyakit penyakit sebagai berikut: 1. TIPES = Tidak punya salera Rata rata tidak punya selera. Sama seperti makan kalau seleranya makan soto yah dimanapun berada harus makan soto. Begitu juga kalo mengajar, senangnya mengajar topik yang dia tau , dari dulu sampai sekarang ya itulah. Jadi prinsip yg dipakai adalah ajarkan apa yg mau diajarkan bukan apa yg mau siswa ketahui. Jadi jangan heran kalau ada guru selama 10 tahun yg diajarkan itu itu saja artinya yang bersangkutan bukan berpengalaman 10 tahun, tetapi melakukan hal yang sama 10 tahun. Jadi mau sertifikasi atau tidak ya sami mawon. (2) MUAL = Mutu pendidikan amat lemah Kebijakan harus melanjutkan studi membuat guru guru Indonesia sudah banyak yang petentang petenteng dengan gelar masternya baik yang MSi ( sering di ISSN 2338-2155
61
plesetkan Magister Sembarang Iso) dan MM ( sering di plesetkan Mesti Marine karena ikut prilaku 4D : datang, duduk, diam, dapat title). Di luar negeri pembuktian profesioanlisme adalah dengan berapa banyak hasil penelitian dan conference internasional yg diikuti. Sedangkan di Indonesia yg dibanggakan adalah banyaknya jam mengajar di mana mana dan sudah tersertifikasi apa belum?. Tetapi ketika ditanya pernah ikut konferensi internasional di mana atau berapa banyak penelitian yg dipublikasikan jawabnya adalah belum sempat. Ini menunjukkan kualitas pendidikan yg amat lemah, karena meneliti hanya sekali waktu menulis untuk portofolio sertifikasi. (3) KUDIS = kurang disiplin, Masih dalam mengembangkan kompetensi akademik penyakit kurang disiplin terlihat dari malasnya para guru membaca hasil hasil penelitian di jurnal terbaru bagimana trend mengajar sekarang . Alasannya itu kan ditulis dalam bahasa Inggris. Bagaimana bisa faham kalo tidak disiplin? Disamping penyakit INTELEKTUAL diatas dalam hal PRILAKU , masih terlihat penyakit penyakit akut seperti ; (4) ASMA = Asal masuk kelas Kalau di DPR ada istilah 3D ; datang, duduk, duit, ada juga guru guru kita yg berprilaku asal ngajar. Yg penting ngoceh , nyeritain pengalaman susahnya dapat sertifikasi sampai 2 jam , kemudian selesai , nyari kelas tempat bercerita lagi . Makanya begitu pelajaran selesai komentar siswanya adalah Gurune Ngedabrus… Gurune Asmuni —Asal Muni ….dlll Wajar saja mereka berkomentar begitu karena hanya peserta didiklah satu-satunya kelompok orang yang merasakan bagaimana para guru mengajar. (5) KUSTA = Kurang strategi, Strategi bisa dianalogikan dgn cara memasak dan yg diajarkan ibarat menu . kalo yg diketahui cuman satu menu sejak 10 atau 20 tahun lalu, strategi macam apa yg mau diharapkan? Andalannya adalah bedah
62
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
buku….membaca buku teks dr awal sampai akhir pelajaran . Tunjangan sertifikasi mestinya dipergunakan untuk mengupgrade diri supaya pengetahuannya tetap relevan dan menjadi referensi dengan membeli buku, kursus, mengakses internet agar kian kompeten tidak dilakukan. Yang terjadi justru memoles penampilan dengan mengikuti trend terbaru atau membeli mobil supaya tambah prestise dengan jabatan sebagai guru. (6). BISUL = Biasa sulap (nilai ujian) ; Nah inilah sisi humanis yg menunjukkan guru juga manusia. Guru banyak yg tidak tahan diratapi dan disambati siswa dan orang tua siswa masalah kehidupan sehingga lebih banyak pertimbangan kemanusiaan yg dilakukan, dan juga untuk bermain favorit biar disenangi siswa dan orang tua ditambah lagi kita orang timur yang sudah terbiasa mempraktekkan nilai nilai hablum minan naas. Bila sertifikasi hanya diterjemahkan sebagai cara meningkatkan kualitas kehidupan guru dan supaya bisa tampil keren apakah salah apabila pemerintah ingin menguji kembali guru guru yang tersertifikasi dikaji kembali? Tujuan program sertifikasi adalah untuk memperbaiki kinerja guru supaya terjadi perbaikan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Jika hanya guru yang mendapat manfaat sementara peserta didik tidak mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan jangan meratap kalau kuota untuk menjadi guru dibatasi dan akan diadakan pengujian ulang terhadap mereka yang sudah tersertifikasi mulai bulan Juli ini. Selamat kepada generasi generasi baru yang layak menjadi guru dan layak mendapat biaya merealisasikan impiannya menjadi seorang guru profesional. Kepada rekan rekan guru yang sudah tersertifikasi tepiskan semua keraguan , tunjukan bahwa anda layak dengan menjauhi penyakit penyakit tersebut diatas. Selamat membangun Indonesia supaya menjadi lebih baik. http://edukasi kompas.com
ISSN 2338-2155
Vol III No 3 Thn 2013
Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013
ISSN 2338- 2155
ISSN 2338-2155
63