KENAKALAN REMAJA DALAM KOMUNITAS GENG MOTOR (Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: Irvan Matondang NIM. 106032201107
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK
Irvan Matondang Kenakalan Remaja dalam Komunitas Geng Motor (Study Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren sawit Jakarta Timur). Skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor (Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur)”, dilatarbelakangi dengan menjamurnya geng motor di Jakarta. Geng motor yang diisi oleh kalangan remaja, sering melakukan perilaku negatif atau menyimpang dari norma-norma sosial di masyarakat. Kenakalan atau perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh para remaja geng motor, seperti balapan liar, narkoba, berjudi, tawuran antar geng motor, perusakan fasilitas umum, dan sek bebas, yang sangat meresahkan masyarakat dan menyimpang dari norma-norma. Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng motor dan kenakalan remaja. Geng motor ialah kelompok remaja yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur, dan mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya. Kenakalan Remaja ialah prilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda yang memiliki gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga hal itu membentuk tingkah laku yang menyimpang. Selain itu skripsi ini juga akan menggambarkan fenomena geng motor dengan teori anomi dan tindakan non konformitas, serta teori fungsi dan disfungsi dari Robert King Merton, dimana suatu institusi tidak harus selalu berfungsi atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk sekelompok orang tertentu dan tidak berfungsi bagi kelompok orang yang lain. Teori anomi Merton adalah kemacetan dalam struktur kebudayaan, yang terjadi terutama pada saat ada ketidaksesuaian antara norma kebudayaan dan norma tujuan untuk bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriftif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara komunitas geng motor P-dox. Berdasarkan penelitian ini menyimpulkan bahwa kenakalan yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox adalah balap liar, mengkonsumsi minuman keras dan narkoba, seks bebas serta bermain judi. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan yaitu faktor lingkungan keluarga, adanya persoalan ketidakpuasan terhadap keluarga karena terdapat ketidakharmonisan antara orang tua dan anak sehingga remaja merasa diabaikan di dalam lingkungan keluarga, kemudian faktor lingkungan pergaulan, yaitu pencarian jati diri dan rasa kesetiakawanan yang sangat kuat dengan cara melakukan tindakan negatif, dan faktor hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, yaitu lingkungan sosial yang pasif, tidak memberikan sanksi sosial ataupun sanksi lainnya yang bersifat tegas kepada remaja geng motor Pdox yang melakukan tidak kenakalan. Adapun dampak kenakalan yang dilakukan remaja, bagi dirinya sendiri, seringnya terkena razia kepolisian yang membuatnya dipukuli oleh aparat kepolisian, terkena penyakit dari kenakalan yang dilakukannya, seperti muntah darah dan penyakit kelamin, serta bagi remaja wanita berakibat pada kehamilan diluar nikah dan pernikahan usia dini.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng motor (Study Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur).” Skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1
Ibu Dzuriyatun Thoyibah, Msi selaku dosen pembimbing, juga sebagai dosen pembimbing utama, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
2
Bapak Saifudin Asrori, Msi selaku dosen pembimbing atas kesabaran, kritik dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
3
Ibu Dra. Jaoharatul Jamillah, Msi selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
4
Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Sosiologi atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.
5
Keluargaku tercinta dan tersayang, tiada yang lebih indah dan menyenangkan apabila berada di kediaman kita sendiri. Penulis sangat berterima kasih kepada Ayahanda H. Mardan Matondang dan Ibunda Hj. Yusrani Nasution atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran pengorbanan dan segala doa yang mereka panjatkan untuk penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan nilai yang baik. Terimakasih untuk Abangku tercinta Rizal Matondang atas segala fasilitas yang diberikan selama menempuh perkuliahan, kakak-ku Halimah Matondang Amd, Irma Matondang SKM Farida Matondang SPd, yang selalu memberikan motifasi kepada penulis, kemudian Adik-ku tersayang Fitriyani Matondang dan Sarah Matondang yang rela berkorban untuk menggantikan segala pekerjaan yang seharusnya dilakukan penulis. Kebersamaan dalam keluarga Matondang yang selalu membuat penulis tersenyum dan bahagia.
6
Sahabat-sahabatku Andri Prakarsa yang selalu membantu dan memotifasi selama mengerjakan skripsi ini, karenanya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, Muhammad Ayub yang selalu menasihati penulis agar menjadi manusia yang lebih baik, Ghundar Muhammad al-Hasan yang mengerti dan memahami bagaimana penulis. Sampai kapanpun penulis tidak akan melupakan kalian. Ovar yang selalu membantu segala tugas perkuliahan
iii
dan rela kosan disinggahi untuk bermalam, Lhutfian yang selalu menghibur penulis dengan canda tawanya, Febri saudara satu suku dari penulis. Nana, Erfan, Fina, Azharina, Rahmi, Betty, Rizkiyah, Dijah, Budiman, Pebri, Fajar, Fuad, Hamidah, Syofah, Yandi, penulis akan selalu merindukan kebersamaan dengan kalian. 7
Kawanku di lingkungan rumah Ari Ramadhan, Maulana Yusuf dan Muhammad Farhan yang selalu menemani kemanapun dan kapanpun penulis inginkan, kalian adalah kawan terbaikku. Seluruh remaja geng motor P-dox terutama saudara Zajuli dan Didi, Handiyansah, Bowo, Komarudin, Qinay, Engkus, dan para remaja anggota geng motor P-dox lainnya, terimakasih
telah menerima dan memberikan informasinya
kepada penulis. 8
Semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt.
Begitu pula dengan skripsi ini, karena itu saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang sangat penulis harapkan.
Jakarta, 12 September 2011
Irvan Matondang
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
V
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
5
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..........................................
7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................
7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................
8
A. Jenis Penelitian..................................................................
8
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................
8
C. Instrumen Pengumpulan Data ............................................
10
D. Sumber Data ......................................................................
10
E. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................
10
F. Pengolahan Dan Analisis Data ............................................
10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
BAB 2 KAJIAN TEORI A. Geng Motor ..........................................................................
13
B. Kenakalan Remaja ...............................................................
17
1. Bentuk Kenakalan Remaja ..............................................
19
2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja ....................
20
a. Teori Sosiogenis……………………………………...
20
b. Teori Sub-kultur………………………………………
22
v
3. Faktor -Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ..................
24
C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas .....................
25
BAB 3 GAMBARAN UMUM GENG MOTOR P-DOX A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................
29
B. Profil Geng Motor P-dox …………………………..............
32
BAB 4 TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor P-dox.............................................................................
45
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor P-dox ..................................................................
75
C. Dampak Dari Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor P-dox ............................................................................
87
BAB 5 PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
93
B. Saran-saran .............................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 98 LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan yang dilakukan oleh geng motor merupakan persoalan yang cukup
serius. Hal ini dianggap serius karena menggangu ketertiban umum dan mengarah kepada tindakan krimninal. Belakangan tindakan yang dilakukan geng motor selalu berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan data dari artikel terkait teridentifikasi beberapa kasus kenakalan yang dilakukan oleh geng motor seperti balap liar di jalan umum, tawuran antargeng, mencuri, menjarah, perusakan fasilitas umum, dan penyerangan terhadap kantor kepolisian. Geng motor yang menjadi pelakunya, antara lain, geng
bonek Surabaya, geng BRIGEZ (Bandung), geng Binter Mercy (Bandung), GBR
(Bandung), XTC (Bandung), dan Geng Motor Jakarta. Table 1. Bentuk-bentuk kenakalan Geng Motor No 1
Nama Bonek
Daerah Surabaya
2
BRIGEZ
Bandung
3 4
Binter-Mercy GBR
Bandung Bandung
-
5
XTC
Bandung
-
6
Geng motor
Jakarta
-
-
Bentuk kenakalan Balap liar Tawuranan antar geng motor Balap liar Mencuri Menjarah Perusakan fasilitas Tawuran antar geng motor Perang besar antar geng motor menyerang kantor kepolisian Perang besar antar geng motor menyerang kantor kepolisian1 Pengroyokan antar geng motor2
Sumber: diolah dari berbagai sumber (Post Kota, http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/06/09/polisiburu-geng-motor-bunuh-takmir-mesjid, http://news.okezone.com/read/2010/07/25/338/356236/dua-geng-motorbentrok-di-monas, dan lain) 1
Erva Kurniawan, “Geng Motor di Bandung.” Artikel diakses dari http://www.poskota.co.id/beritaterkini/2010/06/09/polisi-buru-geng-motor-bunuh-takmir-masjid pada tanggal 1 Februari 2011. 2 News Okezone, “Dua geng motor bentrok di monas” artikel diakses dari http://news.okezone.com/read/2010/07/25/338/356236/dua-geng-motor-bentrok-di-monas pada tanggal 1 Februari 2011.
1
2
Dari data tersebut persoalan kenakalan geng motor nampaknya telah mengarah kepada tindakan melanggar hukum atau kegiatan kriminal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan generasi muda. Sebagaimana dijelaskan oleh Soekanto, masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan dan sikap apatis. Beberapa sikap melawan, misalnya, dalam bentuk radikalisme dan delinkuensi. Sedangkan sikap apatis seperti penyesuaian yang membabibuta terhadap ukuran moral. Persoalan ini dialami oleh kelompok usia remaja, yakni suatu kelompok yang jika dilihat secara fisik bisa disebut telah matang, tetapi belum bisa disebut matang bila dilihat secara sosial. Kelompok ini perlu banyak belajar mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya.3 Sesuai dengan pemaparan Dariyo, remaja (adolescence) memiliki makna “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.” Kata tersebut berasal dari bahasa Latin adolescere. Dengan kata lain, Dariyo menyatakan bahwa remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Dengan mengutip Thornburg, ia menggolongkan remaja kedalam tiga tahap, yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Remaja tidak memiliki tempat yang jelas, mereka tidak termasuk dalam kategori anak-anak dan tidak juga dikatakan dalam kategori dewasa4. Demikian juga Ali dan Asrori menyatakan: Masa remaja merupakan golongan yang tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk dalam golongan dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Hal tersebut menyebabkan tidak sedikit remaja-remaja menyalurkan dengan media yang salah dalam bentuk kenakalan remaja. Beberapa bentuk dari kenakalan remaja yang terjadi seperti tawuran antar pelajar, perusakan fasilitas umum, dan juga mencoret dinding sekolah ataupun tempat umum. Hal ini sangat mengkhawatirkan para orang tua yang memiliki anak remaja. Kenakalan remaja
3 4
Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1999), h. 413-414. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13-14
3
bukan hanya terjadi pada keluaga menengah ke bawah, tetapi juga melanda pada keluarga menengah ke atas5. Geng motor merupakan salah satu fenomena masalah sosial yang berhubungan erat dengan persoalan kesulitan remaja dalam melakukan adaptasi dengan modernisasi baik dari aspek kemunculannya, karakter anggotanya, maupun dari jenis kegiatannya. Derasnya arus modernisasi mempengaruhi semua aspek yang ada di remaja, baik itu karakter, perkembangan prilaku, sifat, dan lingkungan pergaulannya. Dari aspek kemunculannya geng motor berawal dari rasa kesetiakawanan yang tinggi antar sesama anggota yang sebagian besar adalah remaja, yang disayangkan kesetiakawanan yang berkembangan pada komunitas geng motor adalah mengarah pada kegiatan dan tindakan negatif para anggotanya. Adapun karakter anggotanya bahwa mayoritas dari anggota geng motor adalah remaja laki-laki. Para remaja ini tertarik untu masuk geng motor karena beberapa faktor seperti: keinginan untuk diakui oleh teman-teman sebayanya, terutama oleh teman dalam satu geng motor. Geng motor kemudian berkembang untuk menjadi jagoan yang diakui oleh geng lainnya, geng motor merupakan sarana dalam penyaluran ekspresi para remaja, geng motor juga merupakan sarana menampilkan eksistensi diri atau kelompoknya. Geng motor
juga membuat remaja merasa aman dan nyaman
bergaul.6 Ada beberapa alasan yang menyebabkan remaja, terlebih khusus laki-laki termotifasi untuk masuk dan bergabung di komunitas geng motor seperti yang jabarkan oleh Santrock, menjadi anggota geng motor dapat memenuhi beberapa kebutuhan. Pertama kebutuhan membuktikan diri sebagai laki-laki sejati, hal ini dibuktikan dengan pernyataan, setelah
5
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, ( Jakarta: 2006), h. 9. Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”,. Studi Kasus Terhadap tiga orang Remaja Laki-laki Anggota geng motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf 6
4
bergabung dengan geng motor merasa menjadi hebat. Kedua adalah kebutuhan sosialisasi dengan teman sebaya.7 Selain itu, geng motor merupakan salah satu sarana atau cara bagi para remaja dalam mengisi waktu luangnya (setelah lelah dengan kegiatan sekolah atau mengisi waktu yang memang selalu luang bagi mereka anggota yang tidak bersekolah atau bekerja). Dengan bergabung dalam geng motor, remaja merasa mendapatkan segala sesuatu yang bisa menghilangkan beban dalam pikiran mereka. Mereka bisa mendapatkan status, aksi-aksi bersama, ikatan persahabatan, simpati, kasih sayang, prestise, harga diri, dan rasa aman terlindung. Namun demikian, sebagaimana ditunjukan dalam data di awal geng motor sangat dekat dengan masalah kenakalan remaja. Para remaja idealnya adalah generasi muda yang seharusnya mempunyai aktifitas dalam bentuk yang positif. Sayang ketika mereka bergabung dalam komunitas geng motor perilaku mereka cenderung mengarah pada perilaku negatif. Hal ini juga yang terjadi di daerah Duren Sawit Jakarta Timur pada komunitas geng motor P-dox. Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan), pada tahun 1995. Geng motor ini berawal dari teman sepermainan yang berkumpul bersama dan tumbuh besar menjadi seorang remaja dalam lingkungan yang sama. Dimulai dari masa anak-anak lalu tumbuh menjadi anak remaja, para remaja meluangkan waktu senggang, dengan berkumpul bersama atau yang biasa
disebut dengan istilah”Nongkrong”. Kebersamaan yang
berlangsung lama ini memupuk rasa kesetiakawanan yang tinggi para anggotanya sampai saat ini. Namun, demikian ada indikasi dimana para remaja ini melakukan kenakalan-kenakalan yang meresahkan masyarakat sekitar, seperti balap liar, perjudian, meminum minuman keras, 7
Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”, Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf
5
seks bebas, dan yang paling memprihatinkan ialah menggunakan narkoba, hal ini berdampak pada lingkungan dimana mereka tinggal baik secara sosiologis maupun sikologis. Melihat permasalahan ini penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul: “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor” (Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur).
B.
Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang didapatkan oleh penulis, ada beberapa
skripsi yang membahas, terkait dengan penelitian ini. Diantaranya adalah: Pertama, penelitian yang berjudul “Kenakalan Remaja: Studi Kasus Remaja Delinkuensi di MTSN Tanggerang 2 Pamulang.”8 Skripsi ini ditulis oleh Kartini, mahasiswi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009. Berdasarkan kesimpulannya faktor-faktor penyebab seorang menjadi delinkuensi adalah kontrol diri yang lemah masalah keluarga, komunitas atau lingkungan keluarga yang tidak baik, untuk itu perlu adanya nilai-nilai agama yang juga sangat berpengaruh memperkokoh mental dan spiritual seorang anak dimulai dari lingkungan keluarga dengan menanamkan dan menjunjung tinggi norma agama. Lingkungan yang tidak baik juga sangat mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak, seorang anak juga harus selektif dalam memilih teman agar tidak salah dalam bergaul. Seorang anak juga sangat membutuhkan peran serta orang tua untuk mendidik dan membimbingnya dalam menjalani setiap proses ketika remaja menjadi dewasa. Kedua, penelitian yang berjudul Fungsi Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus Kenakalan Remaja Di KotaMadya Jakarta Timur).9 Penelitian ini ditulis oleh Isak Sawo, Program Pasca Sarjana Studi Sosiologi Universitas Indonesia, yang 8
Kartini, “Kenakalan Remaja: Studi Kasus RemajaDelinkuensi Di MTSN Tanggerang 2 Pamulang,” (Skripsi S1Fakultas Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009). 9 Isak Sawo, “Fungsi Keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja :Studi Kasus Kenalan Remaja di Kota Madya Jakarta Timur,” (Tesis S2 Pascasarjana UI Jakarta).
6
membahas masalah kenakalan remaja bagaimana keluarga dapat mencegah timbulnya anak melakukan kenakalan. Keluarga merupakan bentuk institusi sosial yang menentukan remaja untuk bertingkah laku. Hal ini karena lingkungan keluarga sebagai tempat untuk sosialisasi bagi anak. Fungsi keluarga diharapkan agar remaja tidak melakukan tindakan menyimpang yang berimplikasi terhadap kenakalan remaja. Fungsi atau peranan keluarga diharapkan dapat meminimalisasi kenakalan remaja. Menurut Isak Sawo faktor internal terjadinya adalah untuk mengaktualisasikan dirinya, rasa aman yang didapatkan ketika berada diluar lingkungan keluarga, menjaga kesetiakawanannya, takut tidak mempunyai teman, memenuhi rasa puas terhadap apa yang dilakukannya serta kebebasan yang didapatkan. Faktor eksternalnya adalah karena lingkungan keluarga (broken home) dan lingkungan pergaulan (kesetiakawanan). Ketiga, penelitian yang berjudul Profil Perilaku Maskulinitas Agresif pada remaja lakilaki Anggota Geng Motor: Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor.10 Skripsi ini ditulis oleh Lulu Riszeki Yuliani, mahasiswi Bimbingan Konseling membahas motifasi bergabungnya pada tiga anak remaja kebutuhan untuk diterima dalam suatu kelompok. Di Bandung geng motor memiliki reputasi negatif bagi masyarakat, namun bagi ketiga orang remaja ini menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Dengan begitu ketiga orang remaja ini mau melakukan orientasi anggota baru dan serangkaian kegiatan geng agar dapat diterima dalam kelompok. Penyebab lainnya adalah ketidaknyamanan tiga anak remaja dalam keluarga, dikarenakan kurangnya keterbukaan dan komunikasi antara orang tua dan anak. Berdasarakan tinjauan pustaka diatas, terlihat bahwa penelitian di atas membahas kenakalan remaja yang telah dikaji dari berbagai perspektif, akan tetapi kajian mengenai kenakalan remaja dalam geng motor sangat penting dan menarik untuk dikaji dalam 10
Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”, Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf
7
kenakalan remaja yang dilakukan oleh komunitas dalam geng motor. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengkaji kenakalan remaja yang terjadi dalam komunitas geng motor Pdox. Peneliti akan melihat kenakalan-kenakalan yang dilakukan para remaja Geng Motor Pdox, faktor-faktor penyebabnya kenakalan remaja, serta apa saja dampak kenakalan dan aktifitas yang dilakukan oleh komunitas Geng Motor P-dox bagi remaja itu sendiri, keluarga, dan masyarkat sekitar.
C.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, guna memperjelas, lebih spesifik dan memudahkan pembahasan masalah penelitian yang diangkat, penulis membatasi masalah pada kenakalan yang dilakukan remaja dalam komunitas geng motor P-dox di daerah Duren Sawit Jakarta Timur. Maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana gambaran umum kenakalan remaja dalam komuitas geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur? 2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan remaja geng motor Pdox Duren Sawit Jakarta Timur? 3. Apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan para remaja geng motor P-dox bagi remaja, keluarga, dan masyarakat sekitar?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan peneliti dalam hal ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox.
8
2. Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng P-dox. 3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan oleh para pelaku geng motor.
Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Sebagai literatur yang memberikan gambaran tentang kenakalan remaja pada geng motor, faktor-faktor penyebab dan dampaknya bagi masyarakat. 2. Sebagai prasyarat untuk meraih gelar sarjana pada jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E.
Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.11 Sedangkan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ada beberapa istilah dalam 11
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), h. 92.
9
penelitian kualitatif seperti studi kasus, fenomenologi, etnomonologi, dan etnografi. Dalam penelitian menggunakan pendekatan studi kasus, dengan melakukan penyelidikan intensif terhadap kenakalan komunitas geng motor P-dox 2.
Subjek Penelitian Informan utama dalam penelitian kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox
terdiri dari 5 informan laki-laki dan 2 orang informan wanita dengan jumlah keseluruhan 22 orang. Dari kelima orang tersebut salah satunya adalah pemimpin dari geng motor P-dox dan memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang dilakukan. 4.
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data lapangan, dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai
berikut : a.
Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Metode observasi sebagai alat pengumpul data, dapat dikatakan berfungsi ganda, sederhana, dan dapat dilakukan tanpa menghabiskan biaya. Namun demikian, dalam melakukan observasi peneliti dituntut memiliki keahlian dan penguasaan kompetensi tertentu.12 Dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yaitu dengan mengamatii, menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox secara langsung bersama subjek yang akan diamati. Kegiatan yang diamati oleh penulis seperti balap motor, mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan perjudian yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox.
12
Ibid., h. 173.
10
b.
Wawancara (interview) Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing. Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewe).13 Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara tatap muka (face to face).14 Jadi di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara langsung dengan informan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Jumlah keseluruhan anggota geng motor P-dox 22 orang berjenis kelamin pria. Subjek yang diwawancara secara langsung oleh peneliti adalah 7 orang, yaitu 5 informan pria dan 2 informan wanita.
5.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara
digunakan agar wawancara menjadi terarah dan tepat. Sedangkan hand phone untuk merekam pembicaraan agar tidak terlupa pada subyek penelitian, dan buku catatan digunakan untuk mencatat berbagai hal penting dalam penelitian ini.
13
Ibid., h. 179. Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 69. 14
11
6. Sumber Data Dalam penelitian ini dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan dan observasi. Data ini diperoleh langsung dari sumbernya, terutama orang yang dipilih sebagai informan yang akan diajak wawancara. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan data yang berupa informasi kenakalan yang dilakukan oleh geng motor P-dox, penyebab dan dampaknya. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui kepustakaan, seperti buku-buku, skrisi, tesis, dan internet, yang berhubungan dengan penelitian ini.
7.
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Febuari 2011.
Adapun tempat penelitian dilakukan di lingkungan RT 02, RW 013 Duren Sawit Jakarta Timur.
8.
Pengolahan dan Analisis Data Penulis melakukan pengumpulan data dari para informan. Kesimpulan diambil
berdasarkan dari data-data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian. Jadi kesimpulan merupakan jawaban dari data yang telah didapatkan. Mengemukan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas. Data dianalisis dengan menggunakan tiga tahap yaitu, pertama, reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting, terhadap data yang terkait dengan kenakalan dalam komunitas geng motor P-dox. Kedua, penyajian data, dengan data, maka akan memudahkan untuk memahami bentuk-bentuk, faktor-faktor penyebab, dan dampak kenakalan geng motor P-dox, apa yang terjadi dan merencanakan
12
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Ketiga, penarikan kesimpulan dengan melakukan penyimpulan terhadap data yang sudah didapatkan dan mengaitkannya dengan teori dan juga dapat menjawab pertanyaan penelitian.15 . F.
Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian teori yang berisi definisi geng motor, kenakalan remaja, struktural fungsional, teori anomi dan tindakan non- konformitas. Bab III Gambaran umum geng motor P-dox terdiri dari gambaran umum wilayah dan profil anggota geng motor P-dox. Bab IV Temuan hasil penelitian terdiri dari gambaran umum kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor P-dox. Faktor penyebab kenakalan yang dilakukan remaja geng motor P-dox. Dampak kenakalan yang dilakukan oleh remaja geng motor P-dox. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
15
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011). h. 253.
BAB II KAJIAN TEORI
Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng motor dan kenakalan remaja. Selain itu teori yang berkaitan dengan fenomena geng motor dan kenakalan remaja teori anomi dan tindakan non-konformitas dari Robert K Merton. Berikut ini adalah konsep yang digunakan:
A. Geng Motor Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada kelompok-kelompok berkisar dari “play group”(kelompok bermain di masa kanak-kanak dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng menjadi perhatian umum karena secara awam istilah tersebut merujuk pada komunitas perusuh yang biasanya terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada pengertian yang lebih sederhana, geng adalah kelompok perkoncoan remaja, bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa. Ini merupakan kelompok yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur, dan mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya. 1 Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu geng terdiri dari anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk pengabaian, dan upaya mereka mencari kompensasi bagi segala kekurangannya, menyebabkan anak-anak muda ini
1
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), h. 389.
13
14 kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi jahat dan berusaha mendapatkan segala sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal yang tidak ditemukan di tengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru mereka dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.2 Geng motor menjadi tempat untuk mendapatkan sesuatu kebahagiaan maupun kepuasan diri bagi para remaja, kebahagiaan yang tidak mereka dapatkan dari lingkungan keluarga dan sosial lainnya, di dalam geng motor mereka mendapatkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan antar remaja yang membuat mereka merasa nyaman. Beberapa hal yang biasanya terdapat dalam geng motor menurut Katini Kartono adalah: pertama, kepemimpinan; kedua istilah-istilah tertentu yang hanya dimiliki dan dimengerti oleh geng motor tersebut; ketiga, ada aturan khusus yang apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. 3 Dengan kata lain, di dalam sebuah geng motor ada seorang pemimpin yang memimpin segala aktifitas dalam sebuah geng motor, salah satu wewenang pemimpin adalah menentukan wilayah untuk melakukan aktifitas dalam geng motor. Dari segala aktifitas yang mereka lakukan bertujuan untuk memperkuat dan menumbuhkan loyalitas bagi setiap anggotanya. Untuk itu syarat pemimpin dalam sebuah geng adalah memiliki kekuatan, keterampilan, dan nyali yang besar, jika dibandingkan dengan para anggota lainnya. Hal tersebut menjadikan si pemimpin mendapatkan respek dan menjadi panutan dari anggota lainnya. Figur kepemimpinan dalam geng motor harus dimiliki oleh seorang yang
2 3
Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 13. Ibid., h. 14-15.
15 memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat, seperti memiliki kekuatan untuk memimpin para anggotanya, memiliki keberanian dalam mengambil suatu tindakan, dan disegani oleh para anggota maupun orang lain. Di dalam kelompok geng motor tadi kemudian muncul bahasa sendiri dengan penggunaan kata dan istilah khusus yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng itu sendiri. Timbul pula ungkapan bahasa, gerak tubuh dan isyarat sandi tertentu. Dari seluruh kelompok itu selanjutnya muncul satu tekanan kepada semua anggota kelompok, agar setiap individu mau menghormati dan mematuhi segala aturan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini Kartini Kartono, mengutip salah satu pernyataan Ralf Dahrendorf, bahwa orang yang tidak pernah mengerjakan sesuatu lebih daripada yang diharuskan, harus mencari sumber penghargaan lainnya untuk menghindari rasa tidak senang dari teman-temannya.4 Berkaitan dengan sanksi sebagaiman yang dikatakan oleh Kartono, maka segala sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu tersebut akan dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang diterima dari anggota lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng.5 Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini: 1) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan lebih dari 50 anak remaja. 2) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Didalam geng tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara hakiki dan perempuan
4 5
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grasindo Persada 1983), h. 59. Kartini Kartono, Patologi sosiologi 2 Kenakalan Remaja. h 15.
16 (yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula berlangsung perkawinan di antara mereka, sungguhpun pada umumnya anak laki lebih suka kawin dengan perempuan luar, dan bukan dengan anggota gang sendiri. 3) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak berprestasi, dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada anak-anak remaja lainnya. 4) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia sebaya; berupa per-group atau kawan-kawan sebaya, yang memiliki semangat dan ambisi yang kurang lebih sama. 5) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat setia dan loyal terhadap sesama. 6) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan tingkah-laku mereka, semakin "tenarlah" nama gengnya, dan semakin banggalah hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh kelompok berandalan remaja lainnya.6
6
Ibid., h. 16-18.
17 B. Kenakalan Remaja .
Masa Remaja, menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. 7 Kenakalan yang terjadi pada masyarakat sangat berkaitan atau identik dengan para remaja, oleh karena itu perlu kita ketahui jenjang dimana para remaja banyak melakukan aksi kenakalan yang dapat meresahkan lingkungan dimana remaja berada dan tinggal. Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman- temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal-hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. 8
Adapun pengertian kenakalan remaja menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a) Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anakanak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya. b) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
7 8
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 9. Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13-14.
18 c) Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.9
Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan bahwa kenakalan remaja ialah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan. 10 Dadang Hawari mengatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan nakal apabila melanggar atau menyimpang dari norna agama, sekolah dan masyarakat. Standar moralitas menurut ajaran agama sudah jelas dan standar tersebut kemudian diberlakukan di lingkungan sekolah dan masyarakat, meskipun kadang kala masyarakat setempat mempunyai standar nilai yang mengacu pada adat istiadat setempat.11
Kenakalan remaja menurut Kartini Kartono, ialah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (Patologis) secara sosial pada anak remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka
itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pada umumnya anak remaja ini mempunyai kebiasaan yang aneh dan ciri khas tertentu, seperti cara berpakaian yang mencolok, mengeluarkan perkataan-perkataan yang buruk dan kasar, kemudian para remaja ini juga memiliki tingkah laku yang selalu mengikuti trend remaja pada saat ini.12
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari 9
Pengertian Kenakalan Remaja. Diakses pada tanggal 8 januari 2011. Dari http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html. 10 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 89. 11 H. Ridjaluddin, Psikologi Agama, Tinjauan Islam Terhadap Kenakalan Pelajar, (Jakarta: LKI Nugraha Ciputat, 2008), h. 6. 12 Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, h. 8.
19 nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tesebut berarti telah menyimpang.13
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang keluar dari norma-norma atau aturan-aturan sosial yang telah ada dalam tatanan kehidupan masyarakat. Kenakalan yang dilakukan oleh kalangan remaja, para remaja dianggap telah melakukan suatu pelanggaran terhadap norma-norma yang ada di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa juvenile delinquency adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak remaja dengan melanggar setiap norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat sehingga dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
1. Bentuk Kenakalan Remaja Beberapa bentuk kenakalan remaja menurut Gunawan, adalah: a.
Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang ditetapkan, sehingga dapat mengganggu dan membahayakan pemakai jalan yang lain (kecepatan maksimum di dalam kota adalah 25 sampai 40 kilometer per jam).
b.
Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul, majalah, dan cerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai peredaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi, dan sebagainya.
13
Suwarniyati Sartono, Pengurangan Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta. laporan penelitian UI, (Jakarta: Persada, 1985). h. 7.
20 c.
Membentuk kelompok atau gang dengan norma yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, dan sebagainya.
d.
Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengan selera lingkungan, sehingga dipandang kurang atau tidak sopan di mata lingkungannya.14
Dari beberapa bentuk kenakalan remaja yang telah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk kenakalan lainnya seperti, perusakan fasilitas umum, membolos sekolah, mencorat- coret dinding sekolah dan tawuran antar pelajar.
2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja. Kejahatan remaja menurut Kartini Kartono, merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan, dan mempunyai sebabmusabab yang majemuk. Dengan menggunakan pemikiran para sarjana yang menekuni topik ini, maka ia menggolongkannya dalam empat teori yaitu biologis, psikogenis, sosiogenis, dan teori sub-kultur. Menurut penulis dari keempat teori tersebut, maka yang paling relevan adalah teori sosiogenis dan sub-kultur.
a. Teori sosiogenis Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kartini Kartono, para sosiolog berpendapat penyebab tingkah-laku kenakalan pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi 14
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, h. 92.
peranan sosial setiap individu di tengah
21 masyarakat, status individu di tengah kelompoknya, partisipasi sosial, dan pendefinisiandiri atau konsep dirinya. 15 Proses simbolisasi diri ini berlangsung tidak sadar dan berangsur-angsur untuk kemudian menjadi bentuk kenakalan pada diri seorang remaja. Menurut Kartini Kartono hal ini berlangsung sejak usia sangat muda, dimulai dari keluarga sendiri yang berantakan, sampai pada masa remaja dan masa dewasa di tengah masyarakat. Terbentuknya pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum, sehingga menimbulkan kenakalan yang dilakukan remaja secara terus menerus.16 Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dapat terjadi karena faktor keluarga sendiri, seperti keluarga broken home, lingkungan sosial, seperti pergaulan dengan remaja lainnya yang telah melakukan kenakalan, dan kebudayaan yang telah melekat dalam lingkungan tersebut sehingga remaja dapat terjerumus dalam kenakalan. Kartono memiliki pemikiran yang sama dengan E.H Sutherland yang mengatakan seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan perilaku yang tidak jahat. Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang-orang lain dan orang tersebut mendapatkan perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukan oleh orangorang yang berperilaku dengan kecendrungan melawan norma-norma hukum yang ada. Lebih lanjut Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi yang diferensial (differential association), karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut, sebagai akibat interaksi dengan pola-pola perilaku jahat. Anak dan para remaja menjadi nakal dikarenakan oleh partisipasinya di tengah-tengah suatu lingkungan sosial. Karena itu, semakin lama anak bergaul dan semakin intensif relasinya dengan anak-anak jahat
15
Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 “Kenakalan Remaja”, h. 28. Ibid., h. 29.
16
22 lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial tersebut dan semakin besar kemungkinan anak-anak remaja tadi benar-benar menjadi kriminal.17 Jadi, teori Sutherland menekankan kepribadian anak, dengan mental yang lemah dan tidak terdidik dengan baik, dan menjalani proses pembentukan tadi. Khususnya proses pembentukan tersebut sangat mudah berlangsung pada anak-anak remaja yang memiliki kejiwaan yang sangat labil dalam mencari jati diri mereka.
b. Teori subkultur delinkuensi Menurut Kartini Kartono "Kultur" atau "kebudayaan" dalam hal ini menyangkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah-laku responsif sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompok geng tadi. Sedang istilah "sub" mengindikasikan bahwa bentuk "budaya" tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya.18 Teori Subkultur mengaitkan kepercayaan atau keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misal-nya ambisi materiil, hidup santai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dan lain-lain) yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja brandalan dan kriminal, dikarenakan mereka ingin mencapai suatu status sosial yang tinggi dan prestise di kelompoknya. 19 Menurut teori subkultur ini, sumber kenakalan remaja ialah; sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja nakal tersebut. 17
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar , (Jakarta: LSA, 2008). h. 213. Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 “Kenakalan Remaja”, h. 31. 19 Ibid., h. 31. 18
23 Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain ialah: (1) punya populasi yang padat, (2) status sosial-ekonomis penghuninya rendah, (3) kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk, (4) banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi. 20 Salah satu hal yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting bagi munculnya sub kultur kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang menyimpang dari norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi menyimpang dan kriminal. 21 Sebaiknya, remaja dengan hidup berkecukupan tidak selalu terhindar dari tindakan menyimpang, hidup dengan segala fasilitas yang sudah tersedia menyebabkan remaja merasa jenuh dan mencari sesuatu yang mereka tidak dapatkan dirumah. Proses pencarian diluar tidak selalu bernilai positif akan tetapi tak jarang remaja dihadapkan dengan nilai-nilai yang bersifat negatif. Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh faktor kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemewahan). Kemewahan membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama menganggur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu hidup santai, sehingga dari faktor diatas anak-anak dapat melakukan kenakalan sebagai tempat pelarian dirinya. 22 Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kenakalan yang terjadi dikalangan remaja, baik dari sub kultur kalangan kelas ekonomi atas, sub kultural menengah, 20
Ibid., h.32. Ibid., h.32. 22 Ibid., h. 33. 21
24 maupun kultur ekonomi bawah memiliki potensi yang sama untuk berkembangnya perilaku menyimpang atau kenakalan pada remaja. Dengan kata lain fenomena kenakalan remaja tidak hanya terjadi pada kalangan bawah saja.
3. Faktor- faktor penyebab kenakalan remaja Adapun menurut Agoes Dariyo gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas, di mana jiwa dalam keadaan labil, sehingga mudah terseret oleh lingkungan. Seorang anak tidak tiba-tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah dibentuk oleh lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), termasuk kesempatan yang di luar kontrol yaitu: a. Kondisi keluarga yang berantakan(Broken Home), kondisi keluarga yang berantakan
merupakan
cerminan
adanya
ketidakharmonisan
antar
individu(suami-istri dan orang tua anak) dalam lembaga rumah tanngga. Hubungan suami-istri yang tidak sejalan yakni ditandai dengan pertengkaran, percekcokan, maupun konflik terus menerus. Selama konflik itu berlangsung dalam keluarga , anak-anak akan mengamati dan memahami tidak adanya kedamaian dan kenyamanan dalam keluarganya. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian, dan kasi saying dari orang tua mereka. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih sayang dan perhtian dari pihak lain, dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan diluar rumah.23 b. Situasi (rumah tangga,
sekolah,
lingkungan)
yang
menjemukan dan
membosankan, padahal tempat-tempat tersebut mestinya dapat merupakan
23
Agoes dariyo. Psikologi Perkembangan Remaja. h. 110.
25 faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif).24 c. Lingkungan masyarakat yang tidak atau kurang menentu bagi prospek kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi, gosip, isu-isu negative atau destruktif, perbedaan terlalu mencolok antara si kaya dan si miskin, dan sebagainya.25 Beberapa faktor yang telah disebutkan diatas merupakan faktor utama penyebab terjadinya kenakalan remaja, namun ada beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada remaja, seperti Status sosial ekonomi orang tua yang rendah, menyebabkan anak remaja ini melakukan pencurian, karena tidak sangupnya para orang tua mereka untuk memenuhi segala kebutuhan apa yang mereka inginkan dan juga penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat, ketika anak sering diperlakukan kasar dan keras dari orang tua mereka, mungkin anak itu akan taat dan patuh dihadapan orang tua, akan tetapi, sifat kepatuhan itu hanya bersifat sementara. Mereka akan cendrung melakukan tindakan yang negatife, sebagai pelarian dan protes terhadap kedua orang tua mereka. 26
C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas Teori fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi 24
Ibid., h. 110. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, h. 93. 26 Agoes dariyo. Psikologi Perkembangan Remaja. h. 111. 25
26 tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan tidak keseimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.27 Teori ini menekankan pada keteraturan (order) di dalam masyarakat dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.28 Fokus pada fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial ketimbang motif individu. Fungsi, menurut Merton, didefinisikan sebagai “konsekuensikonsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu sistem”. Selain memiliki fungsi, fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial yang lain.
Untuk memperbaiki kelemahan serius pada fungsionalisme
struktur awal ini, Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi.29 Menurut Merton fungsi yang telah dijelaskan diatas, harus bersifat netral secara ideologis, sehingga Merton mengajukan pula satu konsep yang disebutnya dis-fungsi. Sebagaimana struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang terhadap pemeliharaan fakta-fakta sosial lainnya, sebaliknya ia juga dapat menimbulkan akibatakibat yang bersifat negatif. 30 Pokok pemikiran Merton, yakni bahwa suatu institusi tidak
27
Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007). h. 48. George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 21. 29 George Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001), h. 269. 30 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, h. 22. 28
27 harus selalu berfungsi atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk kelompok orang tertentu dan tidak berfungsi bagi kelompok orang yang lain. 31 Salah satu kasus yang mengaplikasikan teori dalam penelitian ini ialah kenakalan remaja oleh geng motor. Kenakalan remaja pada geng motor, seperti balapan liar, narkoba, sek bebas, dan lain-lain ini menjadi dis-fungsi bagi unit sosial lainnya seperti unit sosial kepolisian, keagamaan, pranata hukum dan menjadi fungsi bagi remaja geng motor itu. Kenakalan remaja adalah salah satu bentuk patologi yang ada dalam masyarakat. Perilaku yang dilakukan para remaja yaitu sebagai saluran untuk mendapatkan kebahagian, hal itu dilakukan dengan penyimpangan-penyimpangan yang keluar dari struktur sosial. Kenakalan ini memiliki fungsi bagi remaja itu sendiri, akan tetapi ini menjadi dis-fungsi bagi sistem sosial lainnya. Dalam penganut teori fungsional ini harus memandang segala pranata sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat harus berfungsi dalam artian positif maupun negatif. Setiap unit sosial harus memainkan peranannya masing-masing dan menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan demikian dalam teori struktur fungsional kelompok geng bisa saja dianggap memiliki fungsi, sebagaiman kemiskinan juga bisa memiliki fungsi Sebaliknya bagi Merton hal ini merupakan situasi anomi, yaitu suatu kondisi yang terjadi bila tujuan kultural dan sarana kelembagaan tidak lagi sejalan. Hal ini merupakan kebalikan dari situasi konformitas dimana sarana yang sudah digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.32
31 32
Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, h. 63. Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). h. 34.
28 Situasi anomi terjadi pada fenomena geng motor dimana untuk mendapatkan teman yang mengerti, para remaja mencarinya melalui cara-cara yang secara sosial dianggap menyimpang, seperti balap motor, judi, dan seks bebas merupakan perilaku yang dianggap menyimpang secara sosial. Tindakan-tindakan tersebut secara hukum merupakan pelanggaran ketertiban dan keamanan. Dengan demikian, kehidupan geng motor meskipun memiliki fungsi memberi kebahagiaan, tetapilebih tepat untuk dikelompokan sebagai tindakan non-konformitas.
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A.
Wilayah Geografis Duren Sawit secara geografis berada di wilayah timur DKI Jakarta. Berdasarkan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 tentang penyempurnaan batas dan luas wilayah sebagai pelaksanaan keputusan gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 tentang Pemecahan, penyatuan, penetapan batas, perubahan nama kelurahan yang kembar atau sama dengan penetapan luas wilayah kelurahan, maka kelurahan Duren Sawit memiliki luas wilayah 455,55 ha, yang ditata kedalam RT/RW sebanyak 17 RW dan 182 RT (jumlah RT sebelumnya 187 RT namun terjadi pengurangan sebanyak 5 RT yang disebabkan karena ada beberapa lingkungan RT terkena proyek banjir Kanal Timur (BKT) yaitu RT 008, 009, 010 yang berada dilingkungan RW 02 RT. 006/4 dan RT011/11. Batas wilayah Kelurahan Duren Sawit sebagai berikut : - Sebelah Utara
: Jalan Raya perumnas, Kelurahan Klender
- Sebelah Timur
: Kali buaran, Kelurahan Malaka Sari, Kelurahan Pondok Kelapa
- Sebelah Selatan : Kalimalang, Kelurahan Cipinang Melayu - Sebelah Barat
: Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Pondok Bambu.1
Tempat penelitian ini dilakukan di Rt 02 Rw 013 Tegalamba Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur. Berikut ini adalah data dan tabel yang didapat peneliti dari Kelurahan Duren Sawit.
1
Buku Laporan Kegiatan Bulan Maret 2011, Kelurahan Duren Sawit.
29
30 1.
Kependudukan
a. Jumlah Penduduk tiap RW sampai dengan bulan Maret 2011 No.
RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 011 012 013 014 015 016 017
JUMLAH RT KK 13 723 10 602 9 710 8 654 9 534 14 750 9 602 16 713 16 831 12 663 11 542 8 331 10 502 9 414 8 313 9 640 11 513
WNI LK 1784 1544 1798 1472 1744 2486 1701 1847 1850 1624 1635 1148 1430 1328 2000 2577 1844
PR 1723 1316 2062 1324 1272 1162 1218 1969 1272 1004 2376 1236 1379 1413 1464 1394 1559
JML 3507 2860 3860 2796 3016 3648 2919 3816 3122 2628 4011 2384 2809 2741 3464 3971 3403
WNA LK 1 2
Jumlah 182 10.037 29.812 25143 54.955 3 Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit
PR 1 -
JML 1 1 2
1
4
JUMLAH 3507 2860 3860 2796 3016 3648 2919 3816 3123 2628 4011 2384 2810 2741 3464 3971 3405 55.959
Data penduduk khususnya di RW 013 yang menjadi tempat penelitian terdiri, dari 10 RT dan 502 KK, Jumlah laki-laki 1430 jiwa dan perempuan 1379 jiwa, terdapat 1 warga negara asing yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah keseluruhan penduduk dari RW 013 adalah 2810 jiwa. Rasio Kepadatan Penduduk : Jumlah Penduduk
2809 :
55.959 = 5,019 %. Dari data diatas RW 013 memiliki kepadatan penduduk ke 12 dari dari 17 RW yang ada di kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur dengan jumlah 2810 jiwa. b. Jumlah penduduk menurut pendidikan dan pekerjaan s.d bulan Maret 2011 No
Pekerjaan
1
Jumlah Penduduk PENDIDIKAN Tidak sekolah
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 29.815 25144 55.959 36
38
74
31 Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/PT Jumlah 2 PEKERJAAN Karyawan swasta/PemerintahABRI Pedagang Pensiun Pertukangan Lain-lain Tani Buruh tani Nelayan Fakir miskin Jumlah 3 DROP OUT (Putus sekolah) Tidak sekolah Dari SD Dari SLTP Dari SLTA Dari akademi/PT Anak-anak dibawah Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit
342 1320 1679 559 1862 5167
247 2065 1092 1098 1576 5016
589 1385 2771 1657 3438 9914
4490 7815 3745 2056 6364
9575 5542 5618 3214 8951
14065 13357 9363 5270 42055
539 763 790 2351
547 623 728 2291
1086 1386 1518 3990
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk menurut pendidikan, terdapat 74 orang penduduk yang tidak bersekolah, penduduk yang tidak lulus SD berjumlah 589 orang, penduduk yang lulus SD berjumlah 1385 orang, lulus SMP berjumlah 2771 orang, lulus SMA berjumlah 1657 orang, dan penduduk yang menyelesaikan akademi berjumlah 3438 orang baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah penduduk menurut pekerjaan, terdapat 14065 orang karyawan swasta, bekerja sebagai pedagang berjumlah 13357 orang, lain-lain 1963 orang yang berarti adalah pengangguran atau yang tidak memiliki pekerjaan tetap, dan termasuk golongan fakir miskin berjumlah 5270 orang baik laki-laki maupun perempuan.
32 c. Data Keagamaan Data pemeluk agama dari 54.857 jiwa penduduk Kelurahan Duren Sawit adalah sebagai berikut: 1. Islam
: 43.883 Orang = 79 %
2. Kristen Protestan
: 5.023 Orang = 9,15 %
3. Kristen Katolik
: 4.957 Orang = 9,36 %
4. Hindu
: 415 Orang = 0.75 %
5. Budha
: 579
Jumlah
: 54.857 Orang
Orang = 1.05 %
Mayoritas penduduk kelurahan Duren Sawit beragama Islam dengan jumlah keseluruhan 43.883 orang. Bergama Kristen Protestan berjumlah 5.023 orang. Beragama Kristen Katolik berjumlah 4.957 orang. Bergama Hindu berjumlah 415 orang. Beragama Budha berjumlah 579 orang. Jumlah keseluruhan dari data pemeluk agama di atas adalah 54.857 orang.2
B. Profil Geng Motor P-dox Fenomena geng motor yang ada di masyarakat telah menjamur diseluruh wilayah Jakarta khususnya di daerah Jakarta Timur. Dari beberapa geng motor yang berada di Duren Sawit Jakarta Timur ada salah satu geng motor yang bernama P-dox, kata P-dox yang berarti tempat persinggahan dari anak-anak brutal yang menghiraukan norma yang berlaku dalam masyarakat. Berikut ini adalah data tabel profil geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur: 2
Buku Laporan Kegiatan Bulan Maret 2011, Kelurahan Duren Sawit.
33 Seperti yang telah diungkapkan oleh saudara Handay: “P-dox merupakan tempat yang dimana dalam istilah dunia balap motor nasional yaitu “Peadock” tempat dimana untuk pengaturan sebuah motor Sport, istilah ini lebih di permudah dengan sebutan P-dox oleh tongkrongan kami”.3 Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan) pada tahun 1995, pada saat itu Komarudin berumur 16 tahun. Geng motor ini berawal dari teman sepermainan terdiri dari sembilan orang yang sebaya dan ada tiga orang yang masih bertahan sampai saat ini termasuk Komarudin. Mereka berkumpul bersama dan tumbuh besar menjadi seorang remaja dalam lingkungan yang sama, dari kesembilan orang tersebut kebanyakan dari mereka tidak mengenyam pendidikan sekolah hanya sebagian kecil yang lulus sekolah dasar. Pertemanan dalam geng P-Dox dimulai dari masa anak-anak lalu tumbuh menjadi anak remaja. Mereka memiliki latar belakang yang sama sebagai yang memiliki hobi yang
sama
yakni
berkumpul
bersama
atau
yang
biasa
disebut
dengan
istilah”nongkrong”. Karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan maka mereka sering melakukan aktifitas berkumpul bersama tersebut. Sampai akhirnya muncul ide untuk menyebut perkumpulan ini dengan nama P-dox yang berarti tempat persinggahan dan pelarian anak-anak remaja. Dari tongkrongan tersebut mereka mulai mencoba mengkonsumsi minuman keras kemudian narkoba yang bisa membuat mereka merasa senang. Pada tahun 2000 ada salah satu anggota baru masuk kedalam tongkrongan P-dox bernama Ikin (nama samaran), dia memiliki kemampuan untuk membongkar dan mengatur agar motor bisa lebih cepat. Kemudian timbul keinginan diantara anggota P-dox untuk membuat perkumpulan motor 3
Hasil Wawancara Peneliti dengan saudara Handay anggota Geng Motor P-Dox, Sabtu 7 Mei 2011.
34 yang diberi nama geng motor P-dox dengan melakukan aktifitas balapan motor dan berjudi untuk menghasilkan uang dan membeli minuman keras ataupun narkoba. Hal-hal yang telah disebutkan terjadi secara turun-temurun sampai saat ini. Dengan kata lain, munculnya geng motor P-dox ini adalah sebagai sarana menyalurkan hoby balapan liar, mencari kesenangan, melepaskan jenuh, dan ajang berkumpulnya (nongkrong) bagi para anak-anak remaja terutama para remaja di lingkungan Duren Sawit Jakarta Timur. Seperti yang diungkapkan oleh ketua geng motor P-dox : “Bahwa geng motor P-dox ini adalah tempat untuk menyalurkan hoby dalam balapan liar dan tempat mencari kesenangan yang tidak ada tongkrongan lainnya.4
“Tongkrongan P-dox, jadi tempat untuk mencari kesenangan buat anak muda atau remaja”.5 “P-dox jadi tempat buat anak muda atau remaja untuk menyalurkan hoby di balap liar”.6 Hal ini juga diungkapkan oleh saudara inisial P: “P-dox jadi tenar dikalangan anak-anak motor dan dikalangan tongkrongan, biar kata kita da tenar dari dulu, siapa si yang ga kenal P-dox”.7 Geng motor P-dox merupakan geng yang disegani dan ditakuti oleh geng lain sejak dahulu. Seperti pernyataan saudara inisial D: “Biar P-dox disegani dan ditakuti sama geng motor dan tongrongan lain, biar kata kita dari dulu udah ditakutin sama geng dan tongkrongan lain”.8
4
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei2011. Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011. 6 Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011. 7 Hasil Wawancara Penulis dengan P (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011. 8 Hasil Wawancara Penulis dengan D (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011. 5
35 Sebagai sebuah perkumpulan perkumpulan yang terdiri dari remaja, mereka yang bergabung dalam geng motor P-dox mereka juga ingin menjadi orang sukses. seperti yang diungkapkan oleh saudara Qinay (nama samaran): “ Anak-anak P-dox ingin menjadi orang sukses meski dengan jalan yang ga bener siapa si di P-dox yang ga maw sukses ”.9
Geng motor P-dox juga memiliki Motto yang sampai saat ini masih diberlakukan. Seperti yang dungkapkan saudara P (inisial): “Di P-dox juga punya motto,mottonya: Lw asik gw santai, lw ngusik gw bantai”.10
Motto dalam tongkrongan geng motor P-dox ini memiliki makna, bahwa remaja geng motor P-dox terbuka menerima remaja yang ingin bergabung atau menjalin persahabatan dengan geng motor lainnya. Tetapi jka remaja geng motor P-dox ini merasa terusik atau diusik, maka remaja geng motor P-dox tidak segan-segan untuk berperilaku keras dan kasar pada anggota geng motor lainnya. Namun demikian, sebagai khas sebuah geng remaja komunitas geng motor P-dox memiliki ciri lebih menyukai kegiatan seperti keluar malam, balap motor. Sebagaimana diungkapkan oleh komandan P-dox:
“Kita keluar malam rame-rame, paling dikit empat motor, semuanya jalan bareng ketempat trek-trekan” “Kita punya stiker P-dox biar anak lain pada tau, kalo kita anak P-dox”
9
Hasil Wawancara Penulis dengan Qinay (nama samaran) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011. 10 Hasil Wawancara Penulis dengan P (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011.
36 “Sebelum kita keluar malam buat balap liar, kita mabok dulu, biar lebih asik lebih santai pas dijalan, jadi tambah pede juga kalo ada musuh yang ngajakin troan” “Rata-rata motor anak P-dox pake knalpot racing, biar enak didenger sama anak lain”.11
1.
Karakteristik Anggota P-dox Berdasarkan Umur dan Lama Bergabung Penggolongan remaja menurut Thornburg sebagaimana telah dibahas sebelumnya
yakni terbagi dalam tiga tahap yaitu: yang pertama adalah remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun) (c) remaja akhir (usia 18-21 tahun). Terdapat 22 anggota P-Dox, usia di atas 21 tahun sebanyak 8 orang, adapun yang di bawah 21 terdiri dari 13 orang. Dengan pembagian tersebut maka karakteristik anggota P-dox adalah sebagaimana terlihat dalam table berikut:
No
Umur
Jumlah
Prosentase
13-14 Tahun (Remaja Awal)
0
0%
15-17 Tahun (Remaja Tengah)
1
4,5%
18-21 Tahun (Remaja Akhir)
13
59%
Di atas 21 tahun
8
36.4%
Sumber: Dikumpulkan dari hasil kuestioner dan wawancara Berdasarkan data yang berhasil penulis kumpulkan sebagaimana terlihat dalam tabel diatas anggota geng motor P-dox terdiri dari 22 orang. Dengan anggota yang
11
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.
37 berumur 21 tahun keatas tergolong dewasa terdiri dari 8 individu, dengan persentase 36.4%. Jumlah terbesar terdapat pada usia 18-21 tahun tergolong remaja akhir terdiri dari 13 individu dengan persentase 59%. Usia 15-17 tergolong remaja tengah dengan persentase 4,5% dan tidak ada anggota geng motor P-dox yaang berumur 13-14 tahun atau termasuk dalam kategori remaja awal. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Agoes Dariyo (2004), penggolongan remaja terbagi dalam tiga tahap yang pertama adalah remaja awal (usia 13-14), (b) remaja tengah (usia 15-17) (c) remaja akhir (usia 18-21), pada umur 21 tahun keatas dan selebihnya dikategorikan pada usia menuju dewasa. Dengan demikina bisa dikatakan bahwa anggota geng motor P-dox merupakan geng yang beranggotakan remaja dengan karateristik dalam masa pencarian jati diri.
Mayoritas lama bergabung anggota P-dox sekitar 1-5 tahun termasuk dalam anggota baru, anggota lainnya lama bergabung 6-10 tahun termasuk anggota lama dan lama bergabung 11-16 tahun merupakan anggota terlama yang bergabung dalam komunitas geng motor P-dox.
Lama Bergabung Frequency Valid 1-5 Tahun 14 (Anggota Baru) 6-10 Tahun 5 (Anggota lama) 11-16 Tahun (Anggota sangat lama) Total
Percent 63.6
22.7
3
13.6
22
100.0
38
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal 11November 20011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal 11November 20011
Menurut data diatas jumlah terbesar dalam kategori lama bergabung terdapat lama bergabung 1-5 tahun, meskipun bukan waktu yang singkat namun dibandingkan dengan anggota lainnya masih tergolong baru. Mereka terdiri dari 14 individu, 63.6% dari seluruh anggota, Dalam kategori anggota terlama terdiri dari 5 individu, persentase 22.7% dan kategori anggota paling lama terdiri dari 3 individu, persentase 13.6%.
39
2.
Karakteristik Anggota P-dox berdasarkan Pendidikan, Pernikahan dan Pekerjaan Identifikasi anggota geng motor P-dox memiliki dasar pendidikan yang berbeda-
beda, akan tetapi kebanyakan dari anggota geng P-dox adalah STM (Sekolah Tehnik Menengah) dan dari 22 orang anggota geng 20 orang diantaranya pernah merasakan pendidikan sekolah dan 2 orang yang tidak sekolah. Pada pernikahan kebanyakan belum menikah dan pekerjaan terdapat 10 orang pengangguran dan 9 orang yang bekerja. Seperti data data dibawah ini:
Pendidikan 1
Valid Tidak Sekolah Pernah Sekolah Total
Frequency 2 20 22
Percent Valid Percent 9.1 9.1 90.9 90.9 100.0 100.0
Cumulative Percent 9.1 100.0
Sumber: Kuestioner dan wawancara dengan anggota geng motor P-dox, pada tanggal 11 November 2011
40
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal 11November 20011
Dari data yang berhasil dikumpulkan penulis ada dua
anggota geng motor P-dox
yang tidak sekolah terdapat 2 individu dengan persentase 9.1%, kemudian yang sekolah terdiri dari 20 individu dengan persentase 90.9%. Artinya mayoritas anggota geng motor P-dox pernah sekolah dan hanya dua orang yang tidak bersekolah.
41 Pendidikan. 2 Frequency Percent Valid Tidak Sekolah 2 9.1 SD SMP STM Total
1 5 14 22
4.5 22.7 63.6 100.0
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal 11November 20011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal 11November 20011
Menurut data di atas ada dua anggota geng P-dox yang tidak sekolah, dengan persentase 9,1%. Anggota yang hanya lulusan SD satu orang, dengan persentase 4,5%, lulusan SMP lima orang, dengan persentase22,7%, lulusan STM terdiri dari 14 orang,
42 dengan persentase 63,6%, Artinya mayoritas anggota geng motor P-dox adalah lulusan STM dan terbanyak kedua adalah lulusan SMP.
Status Pernikahan Valid Cerai Belum Menikah Menikah Total
Frequency 1 17 4 22
Percent 4.5 77.3 18.2 100.0
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng motor P-dox, pada tanggal 18 November2011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal 11November 20011
43 Menurut data diatas anggota geng motor P-dox yang bercerai terdiri dari 1 orang dengan persetase 4.5%, anggota yang belum menikah terdiri dari 17 orang, dengan persentase 77,3% berwarna hijau. Dan yang sudah menikah terdiri dari 4 orang, dengan persentase 18,2%. Artinya anggota geng motor P-dox yang belum menikah memiliki jumlah terbesar dari jumlah yang sudah menikah. Pekerjaan Frequency Percent Valid Pengangguran 10 45.5 Sekolah 3 13.6 Bekerja 9 40.9 Total 22 100.0 Sumber: Kuestioner dan Wawancara anggota geng motor P-dox, pada tanggal 18 November 2011
Menurut data diatas anggota geng motor P-dox adalah pengangguran yang terdiri dari 10 individu dengan persentase 45.5%, anggota yang sekolah terdiri dari 3 individu
44 dengan persentase 13.6%, dan anggota yang bekerja teridiri dari 9 individu dengan persentase 40.9%. Artinya anggota geng motor P-dox yang pengangguran lebih banyak satu orang dengan yang bekerja, dan sisanya masih dalam masa pendidikan. Kemudian pekerjaan yang dilakukan remaja Pdox bermacam-macam seperti buruh serabutan (pekerjaan yang tidak menentu) dan sebagai perantara jual beli barang (hp, motor, dan lain-lain).
BAB IV KENAKALAN REMAJA DALAM KOMUNITAS GENG MOTOR P-DOX
A. Gambaran Umum Kenakalan Remaja Dalam komunitas Geng Motor Pdox Bab ini akan menggambarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang menjadi aktifitas utama geng motor P-dox. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, setidaknya terdapat empat jenis kenakalan remaja yaitu: 1) balap motor, 2) minuman keras dan narkoba, 3) seks bebas, 4) berjudi. Selain itu bab ini juga akan menggambarkan faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox. Dari hasil wawancara
yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan
terhadap orang tua dan keluarga yang dianggap tidak mendukung eksistensi anggota geng motor P-dox secara individu menjadi faktor penyebab yang dijadikan alasan utama para remaja mencari “kebahagiaan” dengan cara bergabung menjadi anggota geng motor P-dox. Faktor lainnya adalah faktor pergaulan dan hubungan sosial yang bersifat pasif. Adapun gambaran umum bentuk kenakalan yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox, antara lain: 1.
Balapan Liar Geng motor P-dox seperti kebanyakan geng motor lainnya yang terdiri dari
beberapa orang dan berkumpul bersama lalu memiliki kendaraan bermotor hingga
45
46
terbentuk sebuah komunitas geng motor. Dalam setiap komunitas mempunyai simbol atau ciri khas tertentu, berupa bendera, memiliki motor yang sejenis, dan kostum berupa jaket yang sama dalam satu geng motor. Pada komunitas geng motor P-dox juga memiliki symbol untuk mengeksistensikan keberadaan komunitas geng motor dalam dunia geng motor, symbol itu berupa stiker bertuliskan P-dox yang ditempelkan pada bagian motor yang mudah terlihat oleh para komunitas geng motor lainnya. Symbol ini mempermudah untuk mengenali geng motor P-dox dan menjadi ciri khas dari setiap anggotanya. Dalam aksinya geng motor P-dox berkumpul secara berkelompok dan mengunjungi tempat-tempat yang sering dijadikan arena balap liar, dalam setiap geng motor memiliki beberapa kendaraan bermotor yang kecepatannya melebihi kendaraan bermotor pada umumnya, agar bisa mengikuti setiap arena balap liar. Begitu juga dengan geng motor P-dox, para anggotanya memiliki beberapa motor yang cepat untuk mengikuti setiap aksi balap liar. Ada beberapa motif tertentu kenapa remaja P-dox melakukan balap liar, antara lain menyalurkan hoby, mencari kesenangan, dan mengejar prestise. Kegiatan dalam balap motor meliputi kegiatan memodifikasi (menyetel) tampilan motor agar sesuai keperluan. Balap motor biasanya juga diikuti dengan aktifitas taruhan, jalan-jalan dan mencari perempuan untuk diajak berkencan. Sebagaimana diungkapkan oleh saudara Juri: “Biasanya kita nyeting motor, taroan, kumpul bareng, jalan-jalan terus nyari cewe apa jablay dijalan”.1
1
Hasil wawancara dengan Juri (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011.
47
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara X : “Pertama kali turun balapan liar di geng P-dox, yang dilakukan balapan liar biasa, ya adu-adu kecepatan motor”.2 Dipertegas oleh saudara P: ” Awalnya Cuma ikut nonton, lama kelamaan jadi pengen ikut balapan juga. Balap liar satu untuk menguji kecepatan berkendara, kedua untuk mencari pamor agar geng P-dox itu banyak dikenal orang”.3 Juga seperti yang diungkapkan oleh saudara Pade yang dikenal sebagai perantara dalam perjudian balap liar: “Jelas saya sering terlibat di balapan geng motor P-dox, karna saya sebagian dari calo maksudnya ya bisa dikatakan orang pertama yang ngajakin taruhan. Pertama kali saya terlibat dalam balap liar itu di lingkup geng motor P-dox”.4
Informan mengakui bahwa mereka pertama kali ikut balapan adalah di kelompok di P-dox. Sebelumnya mereka sekedar nonton saja. Meskipun dalam kegiatan balap motor terdapat resiko kecelakaan akan tetapi anggota P-Dox tetap menikmatinya. Kecelakaan biasanya terjadi jika terdapat peserta balapan yang mengikutinya, sehingga mudah sekali terjadi senggolan dengan motor lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X : “Kalo yang kecelakaan di geng P-dox jarang, Kalo orang-orang laen sering, Biasanya karena yang balapan lagi banyak yang turun”.5 Diperkuat oleh saudara N: 2
Hasil wawancara dengan sudara Juri (nama samaran) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011. 3 Hasil wawancara dengan sudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011. 4 Hasil wawancara dengan saudara Pade (nama samaran) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011. 5 Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011.
48
“Kecelakaan terjadi biasanya karna senggol-senggolan motor”.6 Resiko lain dari balapan motor adalah reaksi aparat keamanan yang menganggap bahwa kegiatan tersebut melanggar aturan dan bagian dari pengganggu ketertiban umum. “Kita ditangkap, ditilang, motor ditahan, paling sering digebukin, ditendangin, ditabrak sama polisi’.7 Juga diperkuat oleh pernyataan saudara N: “Menilang motor,ditangkep-tangkepin tendangin”.
kadang
juga
ditendang-
Juga dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Urusan ketangkep itu ga masalah, besok bisa ditebus, yang namanya kepolisian itu ujung-ujungnya duit”.8 Demikian juga reaksi anggota masyarakat lainnya yang tidak menyukai kegiatan ini, juga reaksi keluarga yang umumnya tidak tahu, dan melarang mereka untuk melakukan kegiatan balap liar ini. Seperti yang diungkapkan saudara W : “Kadang ga terima, kadang sering ngadu kepolisi. Terutama ngadu ke RT dulu terus ke polisi, abis itu digerebek sama polisi”.9 Juga diperkuat oleh penjelasan saudara J: “Orang tua ga menyetujuinya, Karna geng motor kita geng motor liar. Jadi kalo ketauan pasti dilarang, Sama aja nyelakain diri sendiri”.10
6
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011. 7 Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober 2011. 8 Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 9 Hasil wawancara dengan saurdara W (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 10 Hasil wawancara dengan saudara J (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011.
49
Juga diungkapkan oleh saudara P: “Orang tua tidak tahu pak, mungkin dia akan melarang untuk balapan seperti itu”.11 Juga diungkapkan oleh saudara N: “Orang tua tau kalo saya ikut trek liar, sebenarnya tidak dikasi tapi karna saya orang badung (nakal) ya saya ikut-ikut aja udah”.12 Juga diperkuat oleh pernyataan saudara X: “Masyarakat sekitar sebenarnya si engga menerima karna sebenarnya mengganggu aktifitas dia di malam harinya”.13 Semua itu bagi anggota P-dox sudah biasa saja, karena sudah menjadi resiko dalam mengikuti setiap aksi dalam balap liar dan juga sudah menjadi kesenangan para remaja. Seperti yang diungkapkan oleh saudara B: “Biasa aja, karna dah resiko dan hoby kita”.14 Diperkuat oleh pernyataan saudara W: “Habis mau gimana lagi orang udah hoby kita”.15 Dipertegas oleh penjelasan Birong salah satu anggota geng motor P-dox. “Dengan mengikuti aksi balap liar dengan taruhan siapa motor tercepat kemudian memenangkan balapan tersebut, hal itu akan membuat nama pribadi ataupun nama geng motor P-dox akan menjadi terkenal dan disegani oleh kalangan geng motor lainnya”.16 . 11
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24oktober 2011. 12 Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 13 Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 14 Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 15 Hasil wawancara dengan saudara W (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24 oktober 2011. 16 Hasil wawancara dengan saudara Bironk (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011.
50
Tempat-tempat yang sering dijadikan arena balap liar antara lain, di Jalan Raya LP Cipinang Jakarta Timur dan Jalan Raya Matraman Jakarta Timur. Dalam balap liar ini geng motor P-dox akan mencari musuh dan bertaruh untuk melakukan balap liar, besar taruhan ditentukan oleh kesepakatan dari kedua geng motor. Seperti dijelaskan oleh saudara P: “Ya jelas, judi pasti jadi bagian dari balap liar, kurang seru kalo ga taroan”.17
Diperkuat oleh penjelasan saudara A : “Kalo judi balap liar iya,minimal uang yang dikeluarkan seratus ribu s/d dua ratus ribu sekitar segitu, kalo untuk bentrok antara geng P-dox sama yang lain itu tergantung situasi dan kondisinya, dalam perjudian balap liar ya kadang menang kadang kalah”. 18
Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Di P-dox judi paling besar lima juta, kalo kita taruhan di balap liar, taruan terkecil dua puluh ribu itu buat judi kartu”.19
Setelah terjadi kesepakatan lalu para geng motor akan melakukan balap liar. Uang taruhan tersebut didapat dari patungan setiap anggota geng motor, lalu dikumpulkan menjadi satu, kemudian jika memenangkan pertaruhan maka modal uang dikembalikan selebihnya dipakai untuk kesenangan bersama.
17
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011. 18 Hasil wawancara dengan saudara A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011. 19 Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011.
51
Menurut penjelasan saudara Bodong salah satu anggota geng motor P-dox, menyatakan: “Uang taruhan yang didapat dari hasil balapan tersebut akan digunakan untuk bersenang-senang anggota geng motor P-dox, seperti mabuk-mabukan, bermain wanita, dan membeli narkoba”.20
Reaksi dari para remaja jika memenangi balapan liar bergembira, namun jika mereka mengalami kekalahan maka akan timbul rasa tidak terima dan ingin membalas kekalahannya. Diungkapkan juga oleh saudara X : “Bergembira dan Pesta pora sama anak-anak. Seneng lah, kalo da menang kita bisa mabok, da gitu nama P-dox jadi tenar”.21
Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Reaksi kalo menang yang pasti happy lah. Sepuluh persen dari hasil taruhan buat minum, kalo kalah ya mau gimana lagi paling diem aja dah”.22
Diperkuat oleh pernyataan saudara Dodo: “Kalo kita kalah kita ga terima, anak P-dox masa kalah. Gimana caranya kita harus ngebales kekalahan dan menang, tapi kalo tetep kalah sampe dua kali, kita nerima emang dasar motor musuhnya yang kencang”.23
20
Hasil wawancara dengan saudara Bodong (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011. 21 Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011. 22 Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011. 23 Hasil wawancara dengan saudara Dodo (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011.
52
Juga diperkuat oleh saudara Pade: “Kalo kalah kita langsung ngebales kekalahan, kalo ga menang juga kita ga bisa mabuk-mabukan”.24
Dalam setiap aksi balap liar juga sering terjadi perkelahian masal antar remaja geng motor, hal ini disebabkan karena uang taruhan yang tidak dibayar oleh lawan atau musuh dengan alasan tertentu sehingga memicu perkelahian antar sesama geng motor. Seperti yang diungkapkan Birong salah satu anggota geng motor P-dox. “Kawan-kawan termasuk saya, sering berantem sama anggota geng motor lain, karena mereka ga mau bayar padahal mereka da jelasjelas kalah dalam balap liar. Kalo mereka main curang pasti kita berantem sama musuhnya”.25
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara P: “Pernah ribut pas balap liar, karena musuhnya ga sportif, kita yang menang, tapi dia ngaku menang padahal jelas kita yan masuk finish duluan, kita baku hantam dan distart ulang, akhirnya kita tetep menang”.26
Aksi balap liar ini terjadi setiap minggunya, dimulai pada pukul setengah satu malam sampai pada adzan subuh berkumandang, para anggota geng motor Pdox akan pulang kerumahnya masing-masing atau kembali ke base camp (tempat tongkrongan). Khususnya pada malam sabtu dan malam minggu, karena malam tersebut merupakan malam yang ramai untuk melakukan aksi balap liar dan juga 24
Hasil wawancara dengan saudara Pade (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011. 25 Hasil wawancara dengan saudara Bironk (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011. 26 Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 1 oktober 2011.
53
hari dimana para remaja geng motor P-dox berakhir pekan, lepas dari segala kesibukan kesehariannya. Pada malam-malam biasa hanya beberapa geng motor saja yang terdapat di arena balap liar. Seperti yang dijelaskan oleh saudara W : “Seringnya sih malem sabtu, malem minggu, malem jumat. Tapi kalo malam jumat jarang-jarang karena sepi yang pada balapan”. 27 Diungkapkan juga oleh saudara B: “Karena kalo malem biasa ga rame, kan waktunya kerja, karena malam tersebut dah tradisi juga buat anak-anak motor”.28 Diperkuat oleh pernyataan saudara P: “Sering hampir setiap hari, lebih sering malam sabtu sama malam minggu”.29
2.
Mengkonsumsi Minuman Keras dan Narkoba Kenakalan berikutnya yang dilakukan oleh geng motor P-dox adalah
mengkonsumsi
minuman
keras.
Dalam
komunitas
geng
motor
P-dox
mengkonsumsi minuman keras tidak dapat dipisahkan dalam pergaulan seharihari remaja, hal tersebut bahkan sudah menjadi kebiasaan dari beberapa remaja Pdox. Menurut para informan mereka minum minuman keras setiap hari ketika remaja ini berkumpul. Dari beberapa informan juga mengatakan bahwa mengkonsumsi minuman keras agar otak menjadi segar, agar dimata teman lainnya sebagai anak gaul (modern), menghilangkan kejenuhan, dan dapat
27
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 28 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 29 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
54
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi jika sudah meminum minuman keras tersebut.
Seperti yang diungkapkan saudara Y : “Sudah menjadi tradisi untuk minum apa mabok, sejak abangabangan, jadi turun temurun sampe sekarang”.30 Dipertegas juga oleh ungkapan saudara K : “Awal mula suka minuman keras awalnya nyoba yang berakhir kebiasaan, dan bisa dibilang tradisi”.31 Juga yang diungkapkan saudara X : “Namanya anak muda ya pernah merasakan, mau mencoba. Buat ngeplay aja, biar otak ga boring, ngilangin bete”.32 Menurut salah satu informan mengkonsumsi minumaan keras dan narkoba pada saat ini merupakan anak gaul (modern), jika tidak mengkosumsi barang tersebut dianggap sebagai anak remaja yang ketinggalan zaman. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh saudara P: “Yah gimana ya, nyingkapinya biar gaul anak sekarang ga mabok ga gaul.. lebih enak aja pikiran kalo uda minum sama ngebags”.33 Diperkuat juga oleh pernyataan saudara X: “Kalo lagi bete, jadi santai aja bawaannya, kalo pengen gw nokip (mabuk), kalo ga ya gw ga nokip (mabuk).34
30
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 31 Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 32 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 33 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 34 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
55
Seperti yang diungkapkan saudara Y mengatakan : “Yang dirasain sih enak aja, kalo udah minum enak aja buat jalanjalan, jadi percaya diri, bt ilang dan pikiran jadi lepas ga ada beban”.35 Para anggota geng motor P-dox pertama kali menkonsumsi minuman keras dan narkoba berawal dari keinginan mereka untuk mencoba bagaimana rasanya menkonsumsi minuman keras dan narkoba. Seperti yang dijelaskan saudara W : ”Awalnya nyoba-nyoba, kalo lagi suntuk, bete, ada masalah langsung make atau minum, terus ketagihan, jadi kterusan sampe sekarang”.36
Diungkapkan juga oleh saudara J : “Mulai munum itu waktu baru ke jakarta, sebelum masuk geng motor P-dox, semenjak saya kerja di PT saya sudah ikut-ikut minuman keras, asal mulanya karna ikut-ikutan teman aja, kemungkinan ya setelah dicoba ternyata enak, yang dirasa rileks terus enak buat tidur”.37
Dipertegas oleh pernyataan saudara A : “Awalnya waktu saya bergabung di geng motor P-dox ini. Sebelum kita trek-trekan liar itu kadang-kadang kita minum pake-pake narkoba gitu, sebenarnya saya tidak menyukai, tapi saya jajal-jajal gitu trus ketagihan”.38
Pada umumnya sejak SMP remaja geng motor P-dox ini sudah mengenal dan mengkonsumsi
minuman keras tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh
saudara X :
35
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 36 Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 37 Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 38 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
56
“Pertama kali minum hampir semua yang ada disini SMP semua”.39 Dipertegas oleh pernyataan saudara K : “Mulai minum minuman keras sejak kelas satu SMP sampe gw udah kerja begini sampe gw di PHK juga larinya keminuman, asal mula teman-teman minum-minuman keras dari nongkrong aja”. 40
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa mengkonsumsi minuman keras sudah menjadi kebiasaan bagi setiap anggota geng motor P-dox, bahkan hampir setiap malam para anggota geng motor mabuk, hal yang sulit dihilangkan atau sekedar menguranginya, karena dengan mengkonsumsi minuman keras secara bersama-sama akan memupuk rasa kesetiakawanan yang erat antar sesama anggota, khususnya geng motor P-dox dan juga kesenangan dapat dirasakan ketika meminum-minuman keras tersebut. Seperti apa yang
diungkapan
Komandan selaku ketua geng motor P-dox: “Dengan mabuk-mabukan bersama, rasa kesetiakawanan kita akan tumbuh dengan erat, kalo satu orang minum yang lain harus ikut minum meski ada yang ga suka, semua harus rata minum, jangan sampai ada yang ga minum biar cuma sedikit”.41
Jika salah satu dari para remaja ini tidak ikut minum, maka hal itu sama saja tidak menghargai teman lainnya yang sedang minum, dengan begitu mau tidak mau remaja harus ikut minum sebagai bentuk rasa kesetiakawanan, kecuali dengan alasan tertentu mereka dapat menerimanya. Bagi para remaja geng motor P-dox ini, dengan mengkonsumsi minuman keras selain mendapatkan kesenangan 39
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 40 Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 41 Hasil wawancara dengan Komandan ketua geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011.
57
dari hal tersebut juga bisa mengurangi dan menghilangkan segala beban fikiran dan permasalahan yang dihadapinya, seperti masalah dengan keluarga, pacar, ataupun dengan para sahabatnya. Seperti yang diungkapkan juga oleh saudara K, yang mengatakan. “Kalo sudah minum dan mabok bareng sama kawan-kawan, lupa semua masalah yang ada diotak, bawaannya senang terus ga ada beban pikiran sama sekali, dan jadi lebih santai aja hadapin masalah apapun”.42
Diperkuat juga oleh pernyataan saudara P: “Biasanya masalah yang timbul ya paling utang atau juga masalah keluarga, trus engga jauh masalah pacar lah, entah itu diputusin entah itu berantem ya seperti itu larinya keminuman”.43
Uang untuk membeli minuman keras ini didapatkan dari hasil taruhan balap liar dan dari patungan perorangan. Bahkan untuk mendapatkan minuman keras kadang-kadang properti yang dimiliki seperti HP digadaikan. Para anggota geng motor P-dox mendapat minuman keras dengan cara membeli, mereka membeli di warung-warung yang menjual minuman keras. Uang untuk membeli minuman keras ini di dapat dari patungan (uang yang dikumpulkan dari beberapa anggota geng motor P-dox) bahkan ada yang dari menggadai HP. Seperti yang diungkapkan saudara X : “Beli, itu juga dari patungan anak-anak atau pete pete, belinya diwarung”.44 42
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 25 juni 2011. 43 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
58
Dipertegas oleh peryataan saudara Y : “Patungan, kadang ngutang, karena uda langganan, kadang kita juga pernah gade HP buat beli minuman, karena ga da duit. Ditebusnya pas ada duit lagi’’.45 Jenis minuman yang dikonsumsi ada berbagai macam, sesuai dengan uang yang didapatkan dan dikumpulkan dari
perorangan. Menurut penjelasan
Komandan ketua anggota geng motor P-dox. “Anak-anak ga masalah mau minum minuman keras jenis apapun, yang penting mereka bisa mabok dan bersenang-senang, kalo sanggup beli merk Mansion ya syukur, kalo ga ada duit, minum Tuak juga jadi, ga masalah asal bisa mabok”.46
Seperti yang diungkapkan juga oleh saudara X : “Minuman yang biasa gw minum sama anak-anak P-dox biasanya inex atau chiu, karena harganya lebih murah dibandingin minuman yang lain dan lebih banyak di jual”.47
Jenis minuman keras yang dikonsumsi sebagaimana dijelaskan dari beberapa informan terdiri dari merk Mansion dengan harga dalam ukuran besar Rp 65.000 per botol dan yang ukuran kecil dengan harga Rp 45.000 per botol. Meskipun demikian, minuman ini termasuk jarang dikonsumsi, karena harganya termasuk mahal bagi remaja P-dox. Adapun minuman yang biasa dikonsumsi oleh mereka adalah jenis Inex dan Chiu dengan harga Rp 20.000 per liter, karena harganya murah dan tidak memberatkan keuangan anggota geng motor P-dox.
44
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 45 Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 46 Hasil wawancara dengan Komandan ketua geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011. 47 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
59
Hasil penelitian kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox yaitu kenakalan dalam memakai narkoba, ada beberapa dari anggota geng motor P-dox ini menggunakan barang terlarang tersebut. Jenis narkoba yang mereka gunakan adalah jenis“daun ganja kering” dalam bentuk rokok, mereka menyebutnya dengan istilah “Bags” atau “Sayur” mereka menggunakan barang terlarang tersebut dikarenakan harga yang lebih terjangkau dibandingkan minuman keras, meski barang tersebut sulit untuk didapatkan. Dalam istilah remaja geng motor P-dox, satu ampel narkoba dalam bentuk daun ganja kering seharga Rp 20.000. Apabila dijadikan dalam bentuk rokok, satu ampel bisa membentuk tiga batang rokok untuk dihisap. Seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “Bentuknya si daun ganja kering, yang dilinting jadi bentuk roko, kaya roko samsu lah pasnya. Ada kertas yang buat ngelinting (dibuat agar berbentuk rokok) namanya Vapir”.48
Mengkonsumsi minuman keras dan narkoba masing-masing remaja geng Pdox memiliki selera tersendiri dalam menentukan apa yang lebih disukai oleh para remaja. Namun mayoritas remaja P-dox lebih menyukai narkoba dibandingkan minuman keras, karena lebih memabukan. Seperti yang dijelaskan oleh saudara Omen: “Rata-rata anak P-dox lebih doyan bags, dibanding minuman, sayang aja barangnya susah didapet, coba di indomaret ada, pasti kita borong dan banyak yang beli”.49
48
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 49 Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
60
Seperti yang dijelaskan oleh saudara Bewox. “Saya lebih enak pakai bags dibandingin minuman keras, selain harga yang lebih murah juga karena lebih ngeplay(memabukan)”.50
Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Yang lebih nikmat awalnya minuman, minuman selesai lari ke narkoba, itupun kalo ada, kalo ga ada barang (narkoba) ya kita mi num-minum aja, jadi semuanya nikmat, apalagi minuman ditimpa narkoba, ngesekspun jadi kalah nikmat”.
Seperti yang diungkapkan oleh informan yang lainnya, anggota geng motor P-dox sering mengkonsumsi ganja atau bags dan sejenis narkoba lainnya seperti sabu-sabu dan extasi. Diungkapkan juga oleh pernyataan saudara W : “Ya, kalo pemakai si engga terlalu, kalo buat nyoba-nyoba, seperti extasi, sabu, ganja. Biasa dipakai sih ganja, sayur atau bags”.51 Dipertegas oleh pernyataan saudara A : “Untuk masalah narkoba di kalangan anak P-dox make semua , apapun narkoba pernah ngerasain, mau putau, sabu, ganja, pernah semua”.52 Para remaja ini juga menyadari segala akibat yang harus ditanggung jika sering menggunakan narkoba, tetapi para anggota tetap saja menggunakan narkoba tersebut dengan menghiraukan segala akibat yang akan diterimanya. Selain berakibat pada fisik ataupun psikis bagi para remaja pemakai narkoba, ada akibat lain dari penggunaan narkoba tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh saudara Omen. 50
Hasil wawancara dengan Bewox (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 25 juni 2011. 51 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 52 Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
61
”Resikonya gede kalo pake bags, sekali ketahuan sama aparat kepolisian kita bakal ditangkap dan masuk penjara, makannya kalo mau beli barang ini harus udah janjian ditempat tertutup, belinya juga sama yang udah langganan. Dikonsumsinya pun ga disembarang tempat, kalo saya make nya di rumah, jadi ga ketahuan siapasiapa”.53
Sebagaimana balap motor, mengkonsumsi minuman juga menjadi hal yang secara umum dianggap melanggar aturan dan ketertiban. Anggota P-dox juga menyadari hal tersebut, dan mengetahui jika perbuatan mereka pasti akan menghasilkan resiko berhadapan dengan aparat kepolisian. Pada suatu ketika anggota geng motor P-dox pernah terjaring razia minuman keras dan narkoba. Seperti yang dijelaskan oleh saudara X : “Pernah, sering minuman”.54
ketauan,
reaksi
aparat
biasalah,
namanya
Lebih lanjut pengalaman berhadapan dengan aparat diceritakan oleh saudara K. Dia bisa selamat karena kebetulan hanya membawa minuman keras dan tidak sedang membawa narkoba. “Sama aparat pernah sekali, cuma dicaci maki doang terus ditanyatanya. Awalnya kita digerebek di P-dox dari semua arah, untungnya kita ga bawa narkoba, kita cuma minum doang jadi kita pada lolos. Kalo ada narkoba abis kita ditangkep”.55 Pengalaman anggota P-dox yang membawa narkoba lebih lengkap karena dia ditangkap, dipukul, bernegosiasi dengan polisi agar membayar
53
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 25 juni 2011. 54 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 55 Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
62
sejumlah uang agar bebas dari penjara, dan akhirnya dia dipenjara selama 3 tahun. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X: “Ga lama kawan kita tapi anak diluar P-dox, Cuma kadang nongkrong disini dia ketangkep polisi. Jadi ceritanya dia pengedar, pas ngejual narkoba dia dijebak sama pembeli yang jadi cepu (gembel yang dibayar polisi untuk ngejebak pengedar). Pas transaksi langsung di grebek sama intel. Kawan kita ada dua orang yang ketangkep, yang satu damai ditempat bayar dua juta setengah. Satu lagi kawan kita ga bisa damai ditempat karena ga punya uang, akhirnya dia dibawa kekantor terus digebukin, polisi ini minta seratus juta minimal tujuh puluh lima juta untuk nebus. Karena ga sanggup dia pun disidang dan di penjara tiga setengah tahun”.56 Meskipun hubungan tidak harmonis dengan warga sekitar, tetapi P-dox tidak pernah mengalami bentrok fisik dan tidak pernah rusuh. Anggota geng motor Pdox tidak pernah melakukan kerusuhan terhadap masyarakat sekitar, meskipun banyak warga yang tidak menyukai keberadaan geng motor P-dox. Seperti yang diungkapkan saudara X : “Kita ga pernah rusuh sama warga, yang penting kita minum disitu bae-bae, kalo buat aparat mah urusan belakangan”.57 Diungkapkan juga oleh saudara A : “Anggota geng P-dox itu berkomunikasi baik dengan warga sekitar, penilaian warga terhadap geng P-dox ini ada yang bilang tidak wajar ada juga yang bilang baik”.58
Diperkuat oleh pernyataan saudara Omen: “Kita sama warga biasa aja, yang penting gw ga ngusik, juga sebaliknya warga juga ga ngusik kalo pas anak-anak lagi nokip”.59 56
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 57 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 58 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
63
Geng motor P-dox dapat berhubungan baik dengan masyarakat sekitar, mereka tidak pernah membuat masalah dengan masyarakat sekitar geng motor Pdox, meskipun perilaku mereka dapat dikatakan menyimpang. 3.
Seks Bebas Anggota geng motor P-dox umumnya berada dalam usia produktif, 19-23.
Diantaranya 4 orang yang sudah beristri dan selebihnya masih berstatus lajang. Seperti yang dijelaskan saudara X: “Ada empat orang yang udah punya istri, ya pinter-pinter aja bagi waktu, yang penting mah ngasih duit buat belanja”.60 Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Sebagian punya sebagian engga, rata-rata yang punya istri yang udah senior di P-dox , tapi tetep nongkrong bareng sama kita meski punya istri”.61
Menurut pengakuan mereka hasrat seksual mereka biasanya muncul setelah mereka melakukan aktifitas balapan, minuman keras, dan berjudi. Sebagaimana dituturkan oleh saudara X : “Kemungkinan si gitu, kan efeknya dari minuman, apa abis trektrekan, trus ngebags, ya kan larinya ke cewe , namanya laki kita punya hasrat. Pasti kepingin merasakannya”.62 Diperkuat oleh pernyataan dari saudara P:
59
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 60 Hasil wawancara X (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 61 Hasil wawancara P (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 62 Hasil wawancara X (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
64
“Kalo kita selesai trek-trekan, apalagi ditambah mabok, kalo cewenya pengen apa kitanya pengen ya jadilah kita ngeseks, intinya ya sama sama mau, cewenyapun bisa dipake kawan yang lainnya kecuali dia punya pacar anak geng motor P-dox, kita ga mau ganggu, kita juga ga mau ribut Cuma gara-gara cewe”. 63 Selain itu efek dari minuman alkohol, menonton video porno, juga membuat hasrat seksual anggota P-dox meningkat. Ketika hasrat seksual meningkat dan mereka menemukan lawan jenis (perempuan) yang mau untuk melayaninya maka seks bebas itu terjadi. Hal ini Sebagaimana diakui oleh Dodo: “Kalo pengaruh alkohol itu udah pasti, cowok mana si yang nggak mau ngeliat dandanan atau penampilan seorang cewek berpakaian seksi. Kepengen make atau ngerasain tubuhnya, dari situ kita selalu pengen berhubungan intim. Da gitu cowo yang dah minum atau kena ganja pasti pikirannya ngeres. Kita kenalan, kita ajak nokip, ngeganja, sampe pada enak(mabok) . Kita ajakin tuh cewek berhubungan. Ceweknya juga mau. Ya udah disitulah kita sering ngelakuin sex bebas. Dah gitu banyak juga kan yang terpengaruh video-video mesum. Nah disitu rasa kepengenannya masa dia bisa , kita ga bisa”.64
Dipertegas oleh penjelasa saudara P: “Kalo udah kena minuman sama narkoba, udah gitun dalam keadaan giting (mabok) cewe apapun yang penting cewe, ya kami hajar, kalo untuk urusan jelek apa engganya urusan belakangan”.65
Hal ini juga diperkuat oleh saudari R dan G adalah jablay (wanita nakal) yang pernah bermain dan melakukan seks bebas dengan beberapa remaja anggota geng motor P-dox: 63
Hasil wawancara P (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 64 Hasil wawancara dengan Dodo(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 65 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
65
“Gw ngelakuin itu karena pengaruh alkohol, suka sama suka Cuma ngalir gitu aja, karena terbawa suasana, kesenangan lah”.66
Diperkuat oleh pernyataan saudari G: “Karena suka sama suka, ga sadar, Karena pengaruh alkohol, kadang dari diri sendiri, kadang gw dicekokin jadi gw mau ngelakuin itu”.67 Pergaulan bebas atau seks bebas, dimana para remaja ini melakukan seks bebas dengan teman wanita para remaja ini atau yang biasa disebut dengan istilah pacar. Pada malam-malam remaja geng motor P-dox mengunjungi arena yang dijadikan balapan liar, para remaja ini mengajak teman wanitanya untuk sekedar menemani dan melihat setiap aksi remaja geng motor P-dox. Setelah selesai melihat aksi balap liar, kemudian pasangan remaja ini mencari tempat untuk melakukan hubungan seks. Seperti yang diungkapkan saudara X : “Ya, kalo ada rumah temen yang lagi sepi baru kita ngeseks ma pacar, kadang dihotel yang murah meriah, di kebon pun jadi”.68
Diungkapkan juga oleh saudara A : “Pernah juga melakukan seks bebas, rasanya nikmat, kalo tidak ada cewe itu rasanya kurang, kalo cewe itu buat penyemangat. Biasa ngelakuinnya si dihotel yang murah”.69
Diperkuat oleh pernyataan saudara Dodo: “Abis balapan terus menang taruhan gw nyewa hotel buat ngeseks sama cewe gw, kadang juga dikosan temen gw yang texas(bebas)”.70 66
Hasil wawancara dengan R (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 67 Hasil wawancara dengan L (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 68 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 69 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
66
Aktifitas tersebut berlanjut sampai perempuan yang dijadikan pacar hamil. Awalnya perempuan yang mereka pacari menjadi anggota P-dox dan akhirnya berhenti ketika telah hamil. Menurut pengakuan informan ada empat orang wanita yang hamil diluar nikah. Seperti yang diungkapkan Saudara A : “Pacaran di geng P-dox itu bebas, gak ada yang ngelarang-larang. Kadang cewenya juga da yang bader(nakal) juga si, kalo si cewe itu hamil ujung-ujungnya dinikahin”.71
Dijelaskan oleh saudara Omen: “Ada empat orang cewe P-dox, gara-gara pada bunting(hamil diluar nikah) jadi kawin satu-satu, abis itu uda ga da lagi cewe P-dox”.72 Dipertegas oleh pernyataan saudara K: “Kalo engga hamil, dilanjutin lagi, kalo hamil ya kawinin lah”.73 Ada juga wanita milik bersama para remaja geng motor P-dox ini, untuk melampiaskan nafsu birahi pada wanita tersebut. Wanita ini biasa disebut dengan istilah “Jablay” oleh kalangan geng motor. Para wanita tersebut juga ikut dalam setiap aktifitas geng motor P-dox seperti balap liar dan mabuk-mabukkan. Jadi selain dengan pacar masing-masing anggota P-dox juga melakukan hubungan intim dengan perempuan bersama. Seperti yang dituturkan oleh saudara B : “Pernah ada jablay yang dipake rame-rame, awalnya kita rayu, gombalin, akhirnya dia mau dipake rame-rame. Ada juga jablay yang 70
Hasil wawancara dengan Dodo salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 71 Hasil wawancara dengan A`(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 72 Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 73 Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
67
kita cekokin biar bisa dipake rame-rame. Kalo uda sama suka lebih gampang dipakenya, ini yang sering ada di P-dox, karena suka sama suka. Satu perempuan itu di pake rame-rame jadi perempuan itu juga yang kegatelan namanya juga WTS (Wanita Tenaga Setan) perempuan itu juga gampangan sama siapa aja mau”.74
Hamil diluar nikah menjadi hal yang biasa terjadi di komunitas geng motor P-dox. Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Hamil diluar nikah si udah biasa, kalo orang tua yang tau mah kaget, tapi kalo di p-dox mah udah biasa, kalo ada yang bikin sange (terangsang) hajar, selama kita mau cewenya mau hajar terus”.75 Untuk perempuan yang digunakan ramai-ramai meskipun hamil, biasanya tidak ada yang mau bertanggung jawab. Seperti yang diungkapkan saudara B : “ Pernah kejadian, waktu itu ada jablay P-dox yang bunting, tapi ga ketauan siapa bapaknya karena terlalu banyak yang make dia. Akhirnya dia pulang kampung buat nutupin aibnya”.76 Aktifitas seks bebas di kalangan P-dox dilakukan secara sukarela, tanpa ada bayaran. Perempuan yang diajak kencan juga bukan perempuan penjaja seks komersial tetapi jablay (sebutan untuk perempuan gampangan) yang juga memiliki hasrat naluri seks yang tinggi. Seperti yang diungkap Saudara A : “Gak lah, kalo namanya anak-anak P-dox sejarahnya ga ada yang bayar, kalo buat anak-anak main ma cewek kaya gitu. Buat cewekcewek bayaran anti anak P-dox, maklum yang ada ceweknya yang minta terus ma kita”.77
74
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 75 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 76 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 77 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
68
Dipertegas oleh saudara P: “Untuk cewe bayaran engga, tapi kalo jablay iya, kalo jablay suka sama kehidupan malam apa balapan liar”.78 Kesadaran terhadap penyakit kelamin yang diakibatkan oleh seks bebas sebenarnya sudah mulai muncul, namun kesadarn tersebut tidak mampu mengalahkan harapan tentang kesenangan yang akan mereka dapatkan. Seperti yang dituturkan oleh saudara B : “Sebenernya si rasa takut ada dengan adanya HIV itu, kita semua bener-bener takut banget. Tapi mau gimana lagi. Kita udah sange(terangsang), giting(mabok), terus masalah penyakit mah belakangan. Kita nikmatin ajah. Demi kepuasan sendiri terus da rasa penarasarn nikmatnya dunia tuh kaya gimana, make cewe”.79
Ada Pengalaman tentang penyakit yang diderita oleh salah satu remaja geng motor P-dox, penyakit itu dinamakan Sipilis, yang diakibatkan oleh seks bebas sebagaimana diceritakan oleh seorang informan saudara B : “Awalnya si kena penyakit itu, lagi minum minum tuh, nyampe giting, ngeganja pokoknya tuh udah parah. Da gitu ada cewe, cewe itu jablay, setelah gue dah giting dan main sama dia, selesai make, pas sehari atau dua hari baru berasa dah tuh kencing gua nahan terus pas kencing keluar darah, keluar nanah, pas setelah dua hari itu gak tau nya cewek itu penyakitan, trus anu gue berdarah, bernanah, gitu dah terus kalo kencing gue sakit. Itu juga kalo ngencing rasanya kaya pegangan mau-mau kagak-kaga tuh kencing, dan tuh kalo kencing kaya orang abis sunat udah pusing banget, kalo kita pengen kencing bawaannya pengen ngamuk, sakit banget dah pokoknya setiap detik pasti keluar nanah”.80
78
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 79 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 80 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
69
Dari penyakit yang mereka alami, ada enam remaja geng motor P-dox yang terkena penyakit dari seks bebas tersebut, seperti yang diungkapkan oleh saudara W: “Di P-dox ada sekitar enam orangan yang kena penyakit Sipilis, awalnya pada bingung, Cuma pas tau obatnya dan sembuh, pada nge seks lagi”.81 Kehawatiran tentang penyakit dan pengalaman mereka terhadap penyakit tersebut tidak membuat mereka jera dan berupaya melakukan aktifitas seks bebas dengan alat-alat pengaman. Karena bagi mereka hal tersebut tidak sempat mereka lakukan. Seperti yang dituturkan saudara B : “Pake pengaman, kita pake pengaman gak bakalan sempet kepikiran buat pake pengaman, sekarang mikir aja udah giting udah parah mana sempet si kita kepikiran buat pake pengaman, makanya sekarang kita belajar dari pengalaman makanya sekarang-sekarang kita kalo mau make cewek pake pengaman kita sekarang belajar dari pengalaman kemaren kan kita dah kena penyakit”.82 Perempuan yang disebut sebagai jablay, juga mengakui jika dia melakukan seks bebas dengan anggota P-dox karena suka sama suka. Dia juga mengakui bahwa dia melakukan gonta-ganti pasangan dalam hubungan intim dengan anggota P-dox, ada yang 6 orang dan ada yang 3 orang. Seperti yang diungkapkan saudari R. “Karena suka sama suka, ga sadar, Karena pengaruh alkohol, kadang dari w sendiri, kadang w dicekokin jadi w mau ngelakuin itu. Suka Cuma ngalir gitu aja, karena terbawa suasana, kesenangan lah”.83 81
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 82 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 83 Hasil wawancara dengan C (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
70
Sebagaimana diungkapkan oleh anggota P-dox laki-laki, perempuan yang disebut jablay dan WTS juga menyadari bahaya penyakit, tetapi dia tidak mau peduli dengan dampak penyakit tersebut. Karena bagi dia kesenangan sesaat itulah yang menjadi prioritas. Seperti yang diungkapkan saudari G: “Kalo mikirin penyakit Cuma bikin w pusing aja, w ngerasai Cuma nyari kesenangan w ngejalanin aja intinya w nongkrong, cari kesenangan”.84
Selain itu dia juga sudah tidak lagi memperdulikan statusnya di masyarakat, apakah dia disebut orang baik-baik atau perempuan rendahan. Seperti yang diungkapkan saudari R: “Gw ga peduli dengan status w yang jablay w ga harus malu, orang mau bilang apa w ga peduli. Orang bilang w jablay, iya emang benar”.85
Meskipun demikian, dia masih memiliki merasa bersalah ketika harus menggugurkan kandungannya berkali-kali. Seperti yang dituturkan saudari G : “Gw sempet hamil beberapa kali, gw gugurin, ya gimana nya sedih sih, kan itu darah daging sendiri dan gw kecewa sama diri gw sendiri”.86
84
Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 85 Hasil wawancara dengan C (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 86 Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
71
4.
Bermain Judi Selain kenakalan seperti balapan liar, mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan seks bebas, dalam komunitas geng motor P-dox juga terdapat kenakalan berupa perjudian. Perjudian yang dilakukan bermacam-macam, seperti judi balapan liar, judi dengan menggunakan kartu dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X: “Ya, hampir semua yang ada disini suka judi, apa judi balap liar, mokay (judi kartu), adu ikan cupang, judi play station”. 87
Dijelaskan oleh saudara J: “Sebagian anggota P-dox ada yang suka judi ada juga yang tidak. Kalo judi kartu saya sendiri tidak pernah, tetapi kalo judi balap liar iya, minimal uang yang dikeluarkan seratus ribu sampai dengan dua ratus ribu sekitar segitu”.88
Dipertegas oleh pernyataan saudar A: “Masalah judi di P-dox itu emang suka berjudi, kalo saya pribadi paling judinya ya dimotor aja, selain judi motor kadang si main kyukyu (jenis permainan judi kartu), terus remi gaple, judi bola juga tapi enggak hanya di ruang lingkup P-dox aja. Taruhannya paling seratus ribu sampai lima ratus ribu lah kurang lebih”.89
Karena terlalu asik bermain judi anggota P-dox pernah berjudi samapai dua hari dua malam. Sebagaimana dijelaskan saudara K.
87
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 88 Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 89 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
72
“Ya, sampe ga sadar kita pernah judi sampe dua hari dua malam”.90 Diungkapkan oleh saudara B: “Biasanya kita main mokay dari jam sebelas sampe subuh itu uda selesai, tapi kalo orang-orangnya banyak bisa sampe satu hari satu malem”.91 Besar uang yang dipertaruhkan dalam permainan judi ini sesuai dengan kesepakatan sebelum permainan judi ini dimulai. Kegiatan ini berlangsung pada malam remaja anggota geng motor P-dox ini tidak melakukan aksi balap liar, dimulai antara pukul 23.00 sampai uang yang dipertaruhkan habis dan sampai menjelang subuh. Seperti yang diungkapkan saudara Birong. “ Saya main judi sampai semalaman, jika uang habis ya berenti dan digantiin sama yang lain, kalo menang terus sampai pagi. kalo menang keuntungan yang didapat bisa seratus sampai dua ratus ribu rupiah dalam semalam”. 92
Judi juga merupakan bagian dari balap liar, karena tidak ada balap liar yang dilakukan tanpa judi. Seperti diungkapkan saudara W: “Ya jelas, judi pasti jadi bagian dari balap liar, kurang seru kalo ga taroan. Ya, bisanya kalo judi balap motor taroan nya antara 500-1 juta. Tergantung dari musuhnya kita siap aja”.93
Ketika menang balapa motor, artinya juga menang taruhan, dan ketika kalah maka berarti juga kalah taruhan. Seperti yang diungkapkan saudara Pade: “Bergembira dan Pesta pora sama anak-anak. Seneng lah, kalo da menang kita bisa mabok, da gitu nama P-dox jadi tenar. Sebaliknya 90
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 91 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 92 Hasil wawancara dengan Birong(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 93 Hasil wawancara dengan W(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
73
reaksinya sih kalo kalah timbul rasa tidak terima. Pengen ngebales kekalahan kita, Istilah bahasa anak motor ngebal, ngebal ( ngebales kekalahan taroan motor) , ga mau kita kalah, maunya menang terus, Untuk nyari nama juga karena P-dox paling terdepan”.94
Tidak hanya pada saat balapan motor, judi juga dilakukan pada saat ada peristiwa pertandingan bola. Seperti yang diungkapkan saudara A: “Pasti kita ikut judi juga, bikin kocokan kaya arisan, yang ikut diutamain anak-anak P-dox, selebihnya baru dari luar. Paling lima puluh ribu, itu kalo taroan bola”.95
Peserta permainan judi, bisa berasal dari kelompok P-dox atau berasal dari luar P-dox tergantung pada jenis judinya, entah judi yang dilakukan balap liar, judi kartu ataupun perjudian dalam sepak bola. “Ga cuma anak P-dox aja, kadang kita juga nyaloin (perantara dalam judi) anak luar untuk main atau ngelawan anak P-dox”.96
Baik judi maupun balapan liar bisa berdampak pada pertikaian jika sala satu fihak merasa dirugikan. Seperti yang diungkapkan saudara X: “Pernah, waktu kita balap liar, jadi motor kita masuk finis duluan, tapi kalo kata musuhnya dia yang masuk duluan, kecot lah kita, sempet pukul-pukulan. Bis itu biar jelas, akhirnya kita ulang balapannya, kita menang waktu itu”.97 Diperkuat oleh pernyataan saudara P: “Kita pernah bentork sama salah satu orang, karena hp yang kita gadai untuk main judi dijual sama yang bersangkutan. kita pukul pake 94
Hasil wawancara dengan Pade(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 95 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 96 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 97 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
74
batu sampe bocor kepalnya, akhirnya dia minta maaf dan ngeganti hp yang dijual”.98 Hal-hal yang telah disebutkan diatas adalah beberapa gambaran umum bentuk kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor P-dox. Kenakalan kenakalan para remaja tersebut dapat dihindari atau bahkan dicegah, apabila lembaga dalam suatu masyarakat berfungsi dengan baik. Salah satu kasus yang mengaplikasikan teori dalam penelitian ini ialah kenakalan remaja oleh geng motor. Kenakalan remaja pada geng motor, seperti balapan liar, narkoba, sek bebas, dan lain-lain ini menjadi disfungsi bagi unit sosial lainnya seperti unit sosial kepolisian, keluarga, keagamaan, pranata hukum dan menjadi fungsi bagi remaja geng motor itu. Kenakalan remaja merupakan gejala patologis masyarakat, untuk itu dalam menangani permasalahan kenakalan remaja dibutuhkan peran-peran sosial dari unit sosial maupun pranata sosial yang ada di masyarakat, seperti pranata keluarga, pranata agama dan pranata hukum. Peranan di sini lebih banyak menunjuk kepada fungsi. Peranan merupakan konsep apa yang bisa dilakukakan oleh individu dalam kehidupan masyarakat sebagai organisasi ataupun peranan juga merupakan suatu perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Struktur sosial kerangka terorganisasi dari hubungan sosial yang melibatkan anggota-anggota kelompok masyarakat. Dari konsep-konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anomi adalah kemacetan dalam struktur kebudayaan, yang
98
Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
75
terjadi terutama pada saat ada ketidaksesuaian yang akut antara norma kebudayaan dan norma tujuan-tujuan serta kapasitas terstruktur secara sosial dari anggota atau kelompok untuk bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Dalam konsep ini, nilai kebudayaan akan membantu menghasilkan perilaku yang menyimpang dengan amanat nilai-nilai sendiri.99 Dalam teori struktural fungsional, setiap elemen-elemen saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang menciptakan keseimbangan. Elemenelemen ini menjalankan fungsinya dalam suatu struktur, apabila didalamnya terdapat penyimpangan elemen lain mencoba menyeimbangkannya, mencoba untuk tetap statis dalam keadaan seimbang atau ekuilibrium dan mengabaikan terjadinya konflik-konflik.
B.
Faktor-Faktor penyebab kenakalan Remaja yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox
1.
Faktor Lingkungan keluarga Sebagai lembaga terkecil dalam suatu masyarakat, keluarga mempunyai
fungsi-fungsi tertentu, fungsi-fungsi itu adalah sebagai berikut: a) Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi setiap anggota keluarga, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut. b) Keluarga merupakan unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. 99
Amelliafitta’s, Robert K. Merton, Strukturalis Yang Bersahaja. Diakses pada tanggal 18 agustus 2011. Dari http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/01/19/robert-k-merton-strukturalis-yangbersahaja/.
76
c) Keluarga menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup. d) Keluarga merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.100
Dari penyajian beberapa fungsi yang telah disebutkan, nyatalah betapa penting nya fungsi keluarga bagi perkembangan remaja. Faktor utama penyebab terjadinya kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox dari temuan penelitian dilapangan adalah persoalan ketidakpuasan terhadap keluarga karena faktor-faktor ketidakharmonisan antara orang tua dan anak. Masalah internal yang dihadapi para remaja ini adalah kurangnya perhatian, pengawasan dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menganggap orang tua terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga mereka mengabaikan segala perilaku yang dilakukan oleh anak mereka. Beberapa informan menganggap dengan kesibukan orang tua, mereka bisa bebas melakukan kegiatan apapun. Seperti yang diungkapkan oleh saudara P-tet: “ Orang tua saya selalu sibuk sama kerjaannya dan jarang pulang kerumah, mereka juga cuek sama saya, jadi saya bebas ngelakuin hal apapun di luar, seperti balap liar, hisap ganja dan mabuk-mabukan, tanpa sepengetahuan mereka”.101 100
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1992) h. 23. Hasil wawancara dengan P-tet(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 101
77
Anggota P-dox yang berinisial P juga merasa memiliki tekanan batin meskipun sebenarnya keluarganya tidak termasuk broken home: “ Broken home si ga, Cuma kalo buat bermasalah si iya yang saya alami si ya seperti itu, trus tekanan batin dari keluarga ya seperti itu, efeknya kita semua menjadi brutal”.102
Demikian juga yang diungkapkan oleh saudara X: “Saya pribadi biasanya kurang perhatian orang tua saya terhadap saya, makanya bisa dikatakan keluarga saya keluarga yang broken home. Tapi bukan di katakan keluarga broken home yang terpisah(cerai)”.103 Ditegaskan responden yang berinisial G mengatakan bahwa menjadi anggota P-dox dan menyukai segala aktifitasnya adalah karena tidak pernah dapat kesenangan dirumah. Selain itu juga karena alasan broken home. “Gw dirumah ga pernah dapat kesenangan, termasuk broken home, karena orang tua cerai jadi gw kesenangan diluar yang w ga dapat di rumah”.104
Harapan anak untuk mendapatkan kebahagiaan dari dalam lingkungan keluarga tidak berhasil mereka dapatkan. Akhirnya mencari kebahagiaan di komunitas geng motor P-dox. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan yang didapatkan ketika mereka melakukan kegiatan yang bisa disebut sebagai kenakalan . Hal tersebut membuktikan bahwasannya fungsi unit sosial dalam keluarga, dimana anggota P-dox tidak
mampu memberikan nilai dan tidak
berperan untuk mempertahankan norma-norma.
102
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 103 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 104 Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
78
Hanya satu orang anggota geng motor P-dox yang orang tuanya bercerai dan empat orang yang bapaknya telah meninggal. Seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “Ada empat orang anak P-dox ga punya bapak, setahu saya begitu”.105 Juga diungkapkan oleh saudara X: “Ada sekitar enam orangan yang orang tuanya ga utuh, Cuma ga tau cerai apa meninggal”.106
Hal ini cukup unik karena pada umumnya
anggota geng motor P-dox
tinggal bersama keluarga atau orang tuanya. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan dari saudara yang berinisial W: “Hampir semua anak P-dox tinggal sama orang tuanya, kecuali yang uda pada merid (nikah)”
Nampak tidak ada perbedaan antara anggota P-dox yang memiliki orang tua lengkap, maupun yang orang tuanya bercerai atau merupakan anak yatim. Terdapat ketidak harmonisan dalam keluarga remaja anggota geng motor P-dox dijadikan alasan untuk terlibat dalam aktifitas kenakalan. Faktor utamanya adalah karena anak merasa diabaikan dalam keluarga. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “ Hubungan baik-baik aja, tapi di keluarga cuek, masing-masinglah. Kalo nganggur ga ngapa-ngapain pasti kita jadi bulan-bulanan atau diomelin sama orang tua”.107 Dijelaskan oleh saudara X: 105
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 106 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 107 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
79
“Ya kalo dikelurga cuek aja, gw pengen ngapain aja terserah gw, yang penting gw ga nyusahin orang-orang rumah”.108
Juga ditegaskan oleh saudara W: “Kalo ma abang pernah bentrok, bisanya karena gw nganggur, kalo gw kerja ga bakal lah”.109
Dengan kata lain, karena menjadi pengangguran maka orang tua tidak suka dan sering memarahi, karena tidak senang dengan perlakuan orang tua dan mersa tidak mendapatkan dukungan, sehingga mereka masuk dalam komunitas geng motor P-dox. Sebagian keluarga dan orang tua mengetahui bahawa anak-anak remaja ini mengikuti aktifitas geng motor P-dox salah satunya balap liar, ada juga sebagian remaja yang keluarganya tidak mengetahuinya. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X: “Ya biasa aja si orang tua kita ini orang tua kita kan jarang merhatiin anaknya”.110
Juga dijelaskan oleh saudara Y: “Orang tua kita tuh biasa-biasa ajalah, orang dari pagi sampe malem tuh selalu kerja atau sibuk sendiri-diri”111 Hal ini diperkuat oleh pernyataan oleh saudari W: “Bokap nyokap tau, kalo nyokap cuek, kalo bokap sering ngontrol. Kalo gw kelayapan sering dicari bokap. Cuma w nya nyari 108
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 109 Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 110 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 111 Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
80
kesenagnan, diomelin pun biasa aja masuk kuping kiri keluar kuping kanan”.112
2.
Faktor Lingkungan Pergaulan Pada masa remaja seorang anak telah tumbuh dan berkembang dalam
pergaulan dimana remaja tinggal dan juga diikuti dengan tumbuhnya rasa kesetiakawanan antar remaja di kelompoknya. Dalam hal ini perilaku remaja dalam tahapan perluasan pergaulan sosial ini mencari jati dirinya dengan masuk dalam komunitas geng motor P-dox. Menurut para informan, para remaja di komunitas geng motor P-dox dapat menemukan rasa kesetiakawanan. Menurut mereka rasa kesetiakawanan yang ada diantara remaja tumbuh menjadi sangat kuat, hal ini ditunjukan dengan tindakantindakan kebersamaan termasuk
dalam hal-hal yang negatif . Rasa
kesetiakawanan yang tinggi menjadi alasan utama kenapa para remaja ini masuk dalam komunitas geng motor P-dox. Rasa kesetiakawanan yang dimaksud adalah teman yang bisa mengerti mereka baik susah maupun senang. Seperti yang diungkapakan oleh saudara X: “Yang ngertiin kita, susah seneng bareng-bareng”.113 Sebenarnya dalam berteman tidak memilih-milih, mereka mencari teman yang bisa diajak santai dan nongkrong bareng. Dijelaskan oleh saudara Y:
112
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 113 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
81
“Kalo buat bertemen si, kita ga milih-milih ya, kita si nongkrongnongkrong bareng, yang lebih penting tuh kita setia kawanlah”.114 Pergaulan di P-dox selama ini membuat mereka merasa nyaman, karena mereka merasa bisa dimengerti. “Pengennya punya temen ya yang ngerti gw, tapi jujur kalo di P-dox ngertiin w semua”.115 Selain itu mereka juga mersa terdapat solidaritas yang tinggi diantara anggota P-dox. “Kalo teman saya tidak milih milih ya. Cuma saya suka aja dengan solidaritas di geng P-dox ini”.116 Dengan demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh informan berinisial J, P-dox merupakan sebuah keluarga yang mereka diinginkan. “Ya di geng P-dox ini, jadi di geng P-dox ini dah kita anggap seperti keluarga kita atau saudara”.117 Adapun awal mula para remaja ini masuk dalam komunitas geng motor Pdox ini bermacam-macam, karena teman sejak kecil dan ada yang mulanya diajak oleh teman yang lainnnya. Seperti yang diungkapkan oleh P: “Kebetulan kita dari kecil kan dah main bareng, apalagi dan pada dewasa gini, jadi kita mikir tuh kecil bareng masa dah gede gini kita misah, makannya kita tuh jalin hubungan di geng P-dox ini lebih erat lagi”.118 Selain pengaruh pertemanan sejak kecil, sekedar bergaul, nongkrong juga menjadi awal beberapa informan masuk dalam komunitas geng motor P-dox. 114
Hasil wawancara denganY (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 115 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 116 Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 117 Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 118 Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
82
“Ya jadi waktu itu kan istilahnya kalo buat dari masalah minuman berawal dari di ajak nongkrong di P-dox ditawarin minum, trus diceritain juga sama anak-anak P-dox disini kalo minum anak asik anak motor juga, namanya geng motor P-dox, udah gitu anaknya asikasik, rasa kebersamaanya tuh bener-bener terjalin banget nongkrong di P-dox ini”.119 Dipertegas oleh pernyataan saudara Y: “Awal saya masuk di geng motor P-dox itu diajak teman lalu saya merasa nyaman”.120 Meskipun menemukan teman yang memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi dan membuat mereka merasa nyaman, tetapi tidak menutup kemungkinan anak remaja geng motor P-dox ini berteman dengan remaja diluar komunitas geng motor P-dox. Seperti yang diunhgkapkan oleh saudara P: “Pernah, banyak juga dari luar p-dox, kawan-kawan pada seneng nongkrong di P-dox, karena orang-orang di P-dox enak-enak dan asik-asik”.121
Hal senada juga diungkapkan oleh informan lainnaya: “Pernah dapet temen yang enak di luar P-dox, sampe sekarang juga masih beteman”.122 Dalam komunitas geng motor P-dox teman tidak spenuhnya bisa mempengaruhi dalam setiap pengamilan keputusan seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “Kalo ada kawan kasih masukan kita hargai, nanti kita pikirin kalo bagus ya dijalanin”.123 119
Hasil wawancara dengan J(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 120 Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 121 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 122 Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
83
Diungkapkan oleh saudara X: “Kalo untuk mempengaruhi si engga, tapi kalo lagi ada masalah kita curhatin”.124 Dipertegas oleh pernyataan saudara P: “Teman saya ada yang berpengaruh dalam kehidupan saya ada juga yang tida, ya itu tergantung orangnya”.125 Persahabatan di antara para remaja didasarkan pada kesetiakawanan yang tinggi, maka persahabatan diantaranya terjadi tanpa memandang siapa sebenarnya teman-teman tersebut, apakah temannya seorang penjahat, seorang baik-baik, hal ini tidak dipermasalahkan. Persahabatan yang ada di antara remaja adalah karena kesetiakawan yang sudah terbentuk. Dalam kasus minuman keras, narkoba, seks bebas, apabila teman-temannya melakukan hal tersebut, maka yang lainnya akan melakukan hal yang sama tanpa ada pertimbangan dan pemikiran tertentu. Fakta inilah yang menjadikan lingkungan pergaulan kemudian rasa kesetiakawanan yang erat, menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan-kenakalan yang terjadi terjadi dalam komunitas geng motor P-dox.
3.
Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar Sejak masa kanak-kanak, seorang remaja mulai belajar dari lingkungan
keluarga. Anak belajar menyerap nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang ada dalam sebuah keluarga, di mana nilai-nilai dan unsur-unsur tersebut berasal dari 123
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 124 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 125 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
84
budaya komunitas yang lebih luas. Kemudian, ketika mnginjak masa remaja, dia akan memperluas pergaulan sosialnya, seperti dengan teman sebaya dan orang dewasa. Dalam hubungan dengan masyarakat, beberapa informan merasa memiliki komunikasi yang sangat baik dengan lingkungan sekitarnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial P: “Sama lingkungan baik lah yang penting kita ga ganggu begitupun sebaliknya”.126 Juga diungkapkan oleh Y: “Kalo berkomunikasi baik si ya pastinya. Kita tuh orangnye sangat menghargai orang ga mengusik-ngusik orang jadi tuh kalo sama tetangga kita hargai banget”. 127 Dipertegas oleh pernyataan saudara X: “Kita kan nongkrong disitu ga buat onar, dia juga kan ga pernah ngusik kita”.128 Namun demikian, beberapa informan juga menyadari terdapat berbagai macam tanggapan dari masyarakat tentang keberadaan geng motor P-dox, baik yang berpendapat positif baik juga yang berpendapat negatif. Seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “Penilaian warga terhadap geng P-dox ini ada yang bilang tidak wajar ada juga yang bilang baik”.129
Diungkapkan oleh saudara X: “Ada juga yang ngomong kalo dia tuh bikin onar mulu padahalkan kalo dikampung kita ga bikin onar. Ya bermacam-macam ragamlah 126
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 127 Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 128 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 129 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
85
orang yang bekata atau menilai, kita nanggepin nya ya biasalah orang berhaklah beropini berpendapat”.130 Hubungan sosial bersifat pasif, sekedar hanya bertegur sapa tanpa ada komunikasi yang intensif. “Ya kita si ga ngobrol banyak, kalo ketemu ya negor aja”131 Diperkuat oleh pernyataan saudara W: “Ya beragam, ada yang anggap kalo geng motor P-dox tuh brutal segala macem”.132 Dari data di atas bisa dimaknai bahwa lingkungan sosial P-dox berada cenderung pasif. Meskipun terdapat kesan negatif tetapi juga tidak ada sanksi sosial ataupun sanksi lainnya yang bersifat tegas ataupun menghukum. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan-ikatan sosial tidak memiliki kekuatan untuk mencegah remaja terjerumus dalam perilaku yang secara sosial menyimpang. Daya tarik kehidupan geng sangat kuat menjadi saluran alternatif para remaja untuk mencari kebahagiaan hidup. Meski remaja geng motor P-dox ini suka balapan liar, mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan seks bebas. Mereka mengakui sebagai manusia beragama, salah satunya pernah mengikuti pengajian dan percaya dengan adanya surga dan neraka. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh saudara P: “Percayalah, kita kan kecilnya pernah ikut ngaji, meski kita tukang balapan, mabok, pasti mau masuk surga, siapa si yang ga mau masuk surga”.133 130
Hasil wawancara dengan X(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 131 Hasil wawancara dengan J(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 132 Hasil wawancara dengan W(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 133 Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
86
Diperkuat oleh saudara X: “Pernah waktu kecil belajar ngaji, tapi kalo sekarang uda engga, jangankan ngaji, solat aja ga pernah”.134
Cara remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dimana remaja tinggal dan hidup. Lingkungan kehidupan remaja dalam masyarakat mengandung unsur nilai, norma, etika, kebiasaan, dan adatistiadat. Hal ini sangat mempengaruhi baik atau tidaknya pola perilaku remaja dalam lingkungan masyarakat. Pada kasus anomi (penyimpangan) kenakalan yang terjadi pada remaja dalam komunitas geng motor P-dox seperti balapan liar, menkonsumsi minuman keras dan narkoba, seks bebas, dan bermain judi, tidak semata-mata kesalahan dari remaja itu sendiri, tetapi ada faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja seperti faktor keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan sosial. Maka untuk mempertahankan struktur yang ada dalam suatu masyarakat, pranata keluarga, pranata hukum, agama, dan pendidikan harus memberikan hukuman kepada remaja anggota geng motor P-dox karena telah melakukan tindak kenakalan yang dapat merusak struktur.
134
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
87
C. Dampak dari kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor Pdox Kenakalan-kenakalan yang terjadi dalam komunitas geng motor P-dox telah memberi dampak terhadap anggota geng P-dox baik secara individu maupun keluarga. Kenakalan yang dilakukan oleh geng motor P-dox berdampak pada: 1. Kekerasan fisik. Dampaknya bagi fisik yaitu seringnya para remaja dipukuli dan ditendangi oleh aparat kepolisian dan mudahnya remaja anggota geng motor P-dox terkena penyakit akibat dari kenakalan yang dilakukannya. Menurut beberapa informan mengatakan bahwa mereka pernah tertangkap aparat kepolisian karena melakukan balap motor, kemudia mereka dipukuli, ditilang, dan dibawa ke kantor polisi. Seperti dijelaskan oleh saudara X: “Saya pernah tertangkap polisi waktu melakukan aksi balap liar, saya langsung dipukuli dan motor yang dipakai untuk balapan hampir hancur ditendangin sama polisi, abis itu dibawa ke kantor polisi dan diminta uang tebusan kalau mau bebas”.135
Juga diungkapakan oleh saudara B: “Gw pernah ketangkep sama intel di pemuda lagi trek liar bareng anak P-dox, tanpa basa-basi langsung digebukin dan ditendangin. Gw lolos karena ada salah satu kawan gw yang bapaknya polisi, gw ngaku jadi ponakannya, akhirnya gw dilepas tanpa dibawa ke kantor polisi”.136
135
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 136 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
88
Dijelaskan oleh saudara P: “Kita ditangkap, ditilang, motor ditahan, paling sering digebukin, ditendangin, ditabrak sama polisi’.137
Selain tertangkap karena balapan motor, ada juga beberapa anggota Pdox yang tertangkap karena kasus narkoba, kemudian yang bersangkutan dipenjara karena tidak sanggup untuk membayar denda yang dibuat aparat kepolisian. Seperti yang diungkapkan oleh saudara yang berinisial X: “Ga lama kawan kita tapi anak diluar P-dox, Cuma kadang nongkrong disini dia ketangkep polisi. Jadi ceritanya dia pengedar, pas ngejual narkoba dia dijebak sama pembeli yang jadi cepu (gembel yang dibayar polisi untuk ngejebak pengedar). Pas transaksi langsung di grebek sama intel. Kawan kita ada dua orang yang ketangkep, yang satu damai ditempat bayar dua juta setengah. Satu lagi kawan kita ga bisa damai ditempat karena ga punya uang, akhirnya dia dibawa kekantor terus digebukin, polisi ini minta seratus juta minimal tujuh puluh lima juta untuk nebus. Karena ga sanggup dia pun disidang dan di penjara tiga setengah tahun”.138
2. Kesehatan reproduksi Dalam kenakalan seks bebas, ada beberapa anggota geng motor P-dox ini melakukan pernikahan dalam usia dini (muda). Dikarenakan hamil diluar nikah. Dampak pada anak yang dilahirkan adalah di cap oleh masyarakat sekitar sebagai anak haram, karena anak tersebut lahir diluar pernikahan orang tuanya. Selanjutnya dampak yang terima setelah menikah adalah ketidaksiapan para remaja ini untuk mengemban tanggung jawab sebagi orang tua, dikarenakan usia
137
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 138 Hasil wawancara dengan X(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
89
yang belum matang dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang berakibat pada pertengkaran dalam keluarga kemudian berakhir pada perceraian. Seperti yang diungkapkan oleh saudara Zebong: “ Saya salah satu pelaku seks bebas, yang pada akhirnya pacar saya hamil, dan mau ga mau harus nikah muda sebelum tetangga pada tau tentang kehamilan pacar saya. Setelah menikah kami justru sering bertengkar, anak pun jadi ga ke urus dan kitapun hampir cerai. Sulit rasanya untuk ngurus rumah tangga, apalagi di usia muda seperti saya ini”139 Kebebasan dalam berhubungan dengan lawan jenis menyebabkan terjadinya kehamilan dan pernikahan usia muda di komunitas geng motor P-dox, menurut informan ada empat orang wanita hamil diluar nikah. Seperti yang diungkapkan Saudara A : “Pacaran di geng P-dox itu bebas, gak ada yang ngelarang-larang. Kadang cewenya juga da yang bader(nakal) juga si, kalo si cewe itu hamil ujung-ujungnya dinikahin.140 Ada empat orang cewe P-dox, gara – gara pada bunting(hamil diluar nikah) jadi kawin satu-satu, abis itu uda ga da lagi cewe P-dox”.141 Kenakalan seks bebas di geng P-dox tidak akan berhenti sampai wanita teman kencan mereka hamil, hal ini akan terus berlanjut sampai si wanita benarbenar hamil.
139
Hasil wawancara dengan Zebong(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 140 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 141 Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
90
Seperti yang diungkapkan oleh saudara yang berinisial K: “Kalo engga hamil, dilanjutin lagi, kalo hamil ya kawinin lah”.142 Seperti yang diungkapkan saudara B : “ Pernah kejadian, waktu itu ada jablay P-dox yang bunting, tapi ga ketauan siapa bapaknya karena terlalu banyak yang make dia. Akhirnya dia pulang kampung buat nutupin aibnya”.143
Ada juga sekitar enam orang yang terkena penyakit akibat dari seks bebas yang dilakukannya. Jenis penyakit dari seksbebas itu bernama Sipilis. Seperti yang diungkapkan oleh saudara B: “Awalnya si kena penyakit itu, lagi minum minum tuh, nyampe giting, ngeganja pokoknya tuh udah parah. Da gitu ada cewe, cewe itu jablay, setelah gue dah giting dan main sama dia, selesai make, pas sehari atau dua hari baru berasa dah tuh kencing gua nahan terus pas kencing keluar darah, keluar nanah, pas setelah dua hari itu gak tau nya cewek itu penyakitan, trus anu gue berdarah, bernanah, gitu dah terus kalo kencing gue sakit. Itu juga kalo ngencing rasanya kaya pegangan mau-mau kagak-kaga tuh kencing, dan tuh kalo kencing kaya orang abis sunat udah pusing banget, kalo kita pengen kencing bawaannya pengen ngamuk, sakit banget dah pokoknya setiap detik pasti keluar nanah”.144
Ada juga yang sempat menggugurkan kandungan, akibat dari seks bebas yang dilakukannya.
142
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 143 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 144 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
91
Seperti yang dituturkan saudari G : “W sempet hamil beberapa kali, w gugurin, ya gimana nya sedih sih, kan itu darah daging sendiri dan gw kecewa sama diri w sendiri”.145
3. Dampak fisik dan emosional dari minuman keras dan narkoba. Kemudian yang terakhir adalah dampak dari minuman keras dan narkoba, mereka merasakan hal seperti emosi yang sulit dibendung memicu terjadinya perkelahian antar geng motor sampai terjadi perkelahian antar teman sepermainan. Barang terlarang tersebut juga menjadikan para remaja ini pemalas untuk melakukan aktifitas kesehariannya. Hal ini juga merupakan pemicu utama terjadinya seks bebas dan perkelahian yang terjadi dalam komunitas geng motor. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X: “Kalo da kena tokipan atau narkoba, anak-anak P-dox gampang emosi, apa bentrok sama geng motor lain atau kawan sendiri”.146
Dijelaskan oleh saudara B: “Abis minum efeknya Cuma seharian, tapi kalo narkoba bisa sampe duahari, gw jadi males ngapa-ngapain, berat aja bawaanya”.147
Dijelaskan oleh pernyataan saudara P: “Selesai nokip atau ngebags kebanyakan, gw jekpot(muntah), abis itu langsung sakit”.148
145
Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 146 Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 147 Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011. 148 Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
92
Dijelaskan oleh saudara Z: “Gara-gara sering begadang gw gampang masuk angin. Terus pernah sekali muntah darah kebanyakan nokip(mengkonsumsi minuman keras)”.149
149
Hasil wawancara dengan Z (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober 2011.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kelompok anak muda yang tergabung dalam geng P-dox merupakan salah satu wujud dari kehidupan geng di mana terjadi kenakalan remaja. Sebagaimana dinyatakan Kartono (1986) geng identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak kriminalitas. Adapun kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja dalam komunitas geng motor P-dox, sebagai berikut; 1. Balapan Liar merupakan aksi kebut-kebutan di jalan umum dan dilakukan pada malam hari yang diperlihatkan oleh setiap anggota geng motor dalam mencari kesenangan, mengejar prestise, menyalurkan hoby, dan mencari uang melalui taruhan balap motor. 2. Mengkonsumsi Minuman Keras dan Narkoba, merupakan bentuk dan sarana untuk mempererat rasa kesetiakawanan antar anggota geng motor P-dox. Dan juga sebagai bentuk pelarian dari segala permasalahan yang dihadapi oleh anakanak remaja, terutama masalah yang terjadi dalam keluarga. 3. Seks Bebas, hubungan yang dilakukan oleh anak-anak remaja geng motor P-dox kepada teman wanita (pacar) atas dasar nafsu, tanpa mempertimbangkan segala akibat-akibat yang akan diterima, baik dalam jangka waktu pendek ataupun dalam jangka waktu panjang.
93
94 4. Bermain Judi, merupakan sarana permainan untuk mengisi waktu luang ketika anak-anak remaja ini sedang berkumpul (nongkrong). Judi yang dilakukan seperti judi balap motor, judi sepak bola, dan judi kartu.
Penelitian ini memperkuat teori tentang geng dan kenakalan remaja sebagaimana dinyatakan oleh Kartono (1986). Melalui wawancara intensif dengan anggota P-dox bisa disimpulkan bahwa penyebab sekelompok remaja
yang
tergabung dalam P-dox adalah upaya mereka untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan. Mereka menganggap apa yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Mereka mendapatkan hal-hal seperti rasa kesetiakawanan dan kebersamaan melalui geng P-Dox. Dengan kata lain faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang terjadi dalam komunitas geng motor P-dox, yaitu; 1. Adanya persoalan ketidakpuasan terhadap keluarga dan ketidakharmonosan antara orangtua dan anak, yang tidak baik dikarenakan hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak. Kurangnya kasih sayang dan pengawasan pada anak remaja menyebabkan remaja ini melakukan tindak kenakalan. 2. Pencarian jati diri, menemukan arti pershabatan dan rasa kesetiakawanan, melalui tindakan-tindakan bersama kearah negatif. 3. Kondisi hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, dimana remaja P-dox tinggal cendrung pasif. Meskipun terdapat kesan yang negatif tetapi tidak ada sanksi sosial yang tegas ataupun menghukum untuk remaja yang melakukan tindaka kenakalan.
95 Mengingat
karakteristik
anggota
P-dox
pada
umumnya
merupakan
pengangguran maka apa yang terjadi dalam geng P-dox memperkuat teori subkultul deliquensi. Menurut teori ini faktor yang sangat penting bagi munculnya sub kultur kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses. Keinginan untuk sukses di satu sisi dan ketidaktersediaan fasilitas untuk mendapatkan sukses memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang menyimpang dari norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi menyimpang dan kriminal. Temuan-temuan dalam penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagaimana dijelaskan oleh Robert K.Merton, struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang terhadap pemeliharaan integritas sosial. Namun demikian, struktur sosial juga dapat menimbulkan akibat-akibat yang bersifat negatif. Maka penulis berkesimpulan bahwa keluarga, institusi pendidikan, dan juga hubungan-hubungan sosial yang dialami oleh anggota P-dox tidak mengintegrasikan mereka terhadap nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat. Sebaliknya mereka merasa tidak puas dan melakukan apa yang disebut perlawanan atau tindakan non-konformitas. Tindakan-tindakan anggota P-dox cenderung melawan norma-norma mapan yang ada dalam masyarakat. Sesuatu yang secara sosial buruk, sebaliknya mereka anggap sebagai hal yang membahagiakan. Kebahagiaan yang dicari oleh anggota P-dox bukanlah sesuatu yang tanpa memiliki dampak negatif. Dari pengakuan anggota P-dox, dampak-dampak yang diterima dari kenakalan yang dilakukan mereka adalah mudahnya remaja ini terserang penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur, kepribadian yang terus menyimpang, terkena razia kepolisian, dipukuli oleh kepolisian, kecelakaan yang berakibat kematian, kehamilan di luar nikah, dan pernikihan usia dini. Mereka nampaknya menyadari bahwa kondisi
96 tersebut merupakan resiko dan harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan apa yang disebut ‘kebahagiaan’ dan ‘kebebasan’.
B. Saran-Saran Kenakalan-kenakalan yang terjadi dalam komunitas geng motor P-dox adalah bagian dari masalah social. Tidak seharusnya cara-cara non-konformitas menjadi pilihan remaja dalam menjalani hidup.
Semua pihak terkait seharusnya melakukan
langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Orang tua seharusnya lebih memahami anak-anak mereka, menjadi pelindung dan teman yang bisa menegerti kesulitan anak. Agar anak
tidak merasa
diabaikan, maka diperlukan komunikasi yang intensif sehingga anak-anak remaja tidak menjadikan kehidupan geng sebagai pilihan. 2.
Mengarahkan para remaja geng motor P-dox ini untuk mengikuti balapan resmi yang diadakan oleh pihak swasta dan meninggalkan balap liar yang selama ini
mereka lakukan, dengan memberitahukan keuntungan dan
kerugian yang mereka terima. Dengan begitu mereka bisa menyalurkan hoby tanpa ada resiko buruk yang akan menimpa para remaja ini. 3.
Memberikan bimbingan tentang dampak buruk dari setiap kenakalan yang mereka lakukan. Hal lainnya adalah dengan membawa para remaja ini kearah yang bersifat positif, seperti mengikuti olahraga futsal, biliyar, dengan adanya kegiatan tersebut setidaknya mengurangi kenakalan yang biasa dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox.
97 4.
Perlunya peranan
masyarakat dan pemerintah sekitar untuk berani
memberantas kenakalan yang terjadi dengan memberikan sanksi ataupun hukuman yang tegas agar memberikan efek jera pada setiap anggota geng motor P-dox.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad dan Asrori Mohammad,. “Psikologi Remaja” Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara, 2010. Bagong Suyanto dan sutinah, “Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan”. Edisi Perdana. Jakarta: LKI “Nugraha” Ciputat, 2008. Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003. Dariyo, Agus. “Psikologi Perkembangan Remaja”. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. Gunawan H, Ari. Sosiologi Pendidikan. Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problema Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Kartono, Kartini. Patologi Sosial II “Kenakalan Remaja”. Jakarta: Rajawali, 1986. Kuper Jessica & Kuper Adam. Esiklopedi ilmu-ilmu social. Edisi kedua: Accelator Lyotard. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000. Poloma, Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Raho, Bernard. SVD. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Presentasi Pustaka. 2007. Razak, Yusron, “Sosiologi Sebuah Pengantar” . Jakarta: LSA, 2008. Ridjaluddin H, Psikologi Agama. “ Tinjauan Islam Terhadap Kenakalan Pelajar”. Edisi Perdana. Jakarta: LKI “ Nugraha” Ciputat, 2008. Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Ritzer, George dan Goodman J Douglas. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik SampaI Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Shadily Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Cetakan ketujuh, PT Pembangunan, 1980. Sartono, Suwarniyati. Pengurangan Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta. Laporan penelitian UI. Jakarta: Persada, 1985. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1992. Sukanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
99
Tim Penulis . Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Ceqda, 2007. Zuriah, Nurul. “Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi”. Jakarta PT Bumi Aksara, 2006.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Keterangan Gambar: Gambar (1), menunjukan simbol bertuliskan dari komunitas geng motor P-dox berupa stiker bertulisakan P-dox, yang ditempelkan pada salah satu bagian motor. Simbol ini bertujuan agar geng motor P-dox ini dikenal oleh geng motor lainnya. Gambar (2), menunjukan anggota geng motor P-dox sedang berkumpul, sebelum berangkat menuju arena balap liar. Gambar (3), menunjukan dua remaja geng motor P-dox sedang memeriksa kondisi motor yang akan dipakai saat balapan liar. Kegiatan ini dilakukan sebelum mereka turun dalam aksi balap liar. Gambar (4), menunjukan beberapa remaja anggota geng motor P-dox sedang berkumpul dan digambar tersebut ada salah satu motor yang sering digunakan untuk balap liar oleh komunitas geng motor P-dox.
Gambar 5
Gambar 7
Gambar 6
Gambar 8
Keterangan Gambar: Gambar (5), menggambarkan aktifitas salah satu anggota P-dox sedang melakukan taruhan (judi) balap liar. Kejadian ini terjadi pada malam sabtu pukul 02.00 WIB, besar taruhannya adalah tiga ratus ribu. Geng motor P-dox memenangi judi balap liar tersebut. Gambar (6,7,8), menggambarkan balap liar antar geng motor, termasuk geng motor Pdox yang ada di dalamnya. Aktifitas ini terjadi pada malam sabtu dan malam minggu di jalan raya LP Cipinang, dimulai pada pukul 01.00 sampai terdengar adzan subuh.
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Keterangan Gambar: Gambar diatas menunjukan salah satu kenakalan yang dilakukan oleh anggota geng motor P-dox yaitu mengkonsumsi minuman keras yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Jenis minuman yang dikonsumsi pada gambar tersebut adalah mansion dan bir.
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Keterangan Gambar: Gambar (13), menunjukan dimulainya permainan judi dengan kartu dan uang sebagai taruhan. Besarnya uang yang dipertaruhkan adalah Rp 5000/orang seperti yang tampak dalam gambar, dan dimainkan oleh empat orang anggota geng motor P-dox. Gambar (14), menunjukan uang yang terkumpul dan kartu yang dibuka adalah pemenang dalam judi kartu tersebut. Gambar (15 dan 16), menunjukan sedang berlangsungnya permainan. Tampak anggota geng motor P-ox sedang menikmati permainan judi kartu.