KEMITRASEJAJARAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Muhammad Gusmakin NIM : 102044225097
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEPERDATAN ISLAM JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
i
ii
iii
iv
Persembahan Halaman khusus ini penulis persembahkan untuk ibunda serta ayahanda tercinta yang senantiasa memberikan cinta kasihnya dengan ikhlas sehingga penulis dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamaba ALLAH. Kakak – kakak saya yang selalu memberikan dukungan dengan tulus sepenuh hati serta para sahabat yang senantiasa setia membantu penulis.. Jika saja aku dapat mengulang kembali hari-hari yang telah aku lewati bersama ibunda dan ayahanda, aku tidak akan menyakiti mereka dengan kata-kata ataupun perlakuanku yang tidak pantas untuk mereka sehingga membuat luka di hati mereka. Aku akan berusaha untuk membahagiakan mereka walau semua cinta dan kasihnya tak akan dapat terbalas. Ibunda dan Ayahanda, terima kasih semua yang telah ibu dan ayah perjuangkan untuk ananda. Hanya maaf yang baru ananda bisa berikan untuk semua yang telah diberikan kapada ananda. Sekali lagi trimakasih ibunda dan ayahanda, aku masih butuh bimbingan dan nasehat-nasehatmu untuk meneruskan perjuangn hidupku sebagai hamba ALLAH.
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Muhammad Gusmakin
NIM
: 102044225097
Tempat, Tanggal Lahir
: Grobogan, 11 Juli 1982
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “ Kemitrasejajaran Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Perspektif Hukum Islam”, benar-benar merupakan karya asli, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumber asalnya. Segala kesalahan dan kekurangan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dengan pencabutan gelar akademik.
Jakarta, 25 Agustus 2010
Muhammad Gusmakin
vi
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah Al-Khalik yang telah menciptakan langit dan bumi beserta seluruh makhluk yang hidup di dalamnya, dan tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada seorang manusia agung yang dipercaya Allah sebagai pengemban wahyu terakhir-Nya Nabi besar Muhammad SAW yang menyeru manusia untuk mengikuti jalan Allah SWT. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang banyak membantu serta mendorong penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian pembuatan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, SH, MM, selaku dekan fakultas syariah dan hukum yang selalu membina dan membantu penulis dalam proses belajar dan mengajar di fakultas yang dipimpinnya hingga terselesaikannya penulisan ini. 2. Bapak Drs.H.A.Basiq Djalil, SH.MA selaku ketua jurusan Ahwal Asyahsiyah dan Bapak Kamarusdiana, MA. selaku sekretaris jurusan atas bantuan kepada penulis di dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.
viii
3. Ibu Hj. Ummu Hanna Yusuf. MA. Dosen pembimbing yang memberikan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Para Dosen dan seluruh karyawan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 5. Ibu dan bapak serta kakak-kakak tercinta, yang banyak memberikan dorongan dan motivasi baik moril maupun materil 6. Istri dan anak ku tercinta yang selalu memberikan semangat bagi penulis 7. Saudara-saudara yang banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini 8. Para sahabat yang telah memberikan penulis hari-hari indah yang tak terlupakan selama kuliah di Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 9. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya. Amin.
Tangerang, 4 Mei 2010 Penulis
Muhammad Gusmakin
ix
x
DAFTAR ISI
Lembar peersetujuan pembimbing……………………………………………
i
Surat pernyataan……………………………………………………………….
ii
Persembahan……………………………………………………………………
iii
Kata pengantar…………………………………………………………………
vi
Daftar isi………………………………………………………………………..
viii
BAB I.
PENDAHUHAN
A. Latarbelakang masalah ……………………………………….…
1
B. Pembatasan dan perumusan masalah…………………………
8
C. Tujuan penulisan ………………………………………………….
9
D. Metode penelitian ……………………………………………….
10
E. Sistematika penulisan ……………………………………………
12
BAB II
MITRA SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF FIKIH
A. Mitra sejajar ………………………………………………………
14
B. Kemitraan perempuan dan laki-laki dalam islam ……………
22
C. Dasar-dasar yang dipakai kesejajaran perempuan dan laki-laki dalam islam ……………………………………………………… BAB III
26
KEBEBASAN PEREMPUAN UNTUK BEREKPRESI
A. Peran Perempuan di dalam berbagai organisasi …………… xi
30
……………………………………..31
B. Mengelola Usaha kerajinan
C. Bekal yang harus dimiliki oleh seorang perempuan yang Berkarir ……………………………………………………………..36 BAB IV
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM …………………………
39
B. Kemuliaan perempuan ………………………………………….
43
A. Perempuan dalam pandangan islam
C. Kemuliaan perempuan dalam pandangan islam ………………..47 BAB V
TINJAUAN KRITIS TERHADAP MITRA SEJAJAR DALAM ISLAM
A. Asal usul dan substansi kejadian manusia B. Kodrat laki-laki dan perempuan
……………………..51
………………………………60
C. Perbedaan perempuan dan laki-laki…………………………. BAB VI
62
MASALAH-MASALAH ATUAU HAMBATAN – HAMBATAN YANG YANG DI HADAPI DALAM MELAKSANAKAN MITRA SEJAJAR
PEREMPUAN
DAN
LAKI-LAKI
DI
ERA
SEKARANG INI A. Budaya membedakan perempuan dan laki-laki ………………..70 B. Doktrin islam yang mengajarkan bahwa perempuan harus tunduk pada laki-laki …………………………………………………………72 BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 74 B. Saran-saran………………………………………………………………76 xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang masalah
Dalam sejarah parkembangan peradaban manusia, Laki-laki selalu mendominasi perempuan disegala bidang, baik di bidang agama maupun bidang kehidupan sosial masyarakat. Bukti sejarah ini kemudian dipolitisir menjadi alasan untuk mengatakan bahwa laki-laki lebih berkuassa dan superioritas atas perempuan. Dalam hal-hal demikian perempuan selalu tidak mendapatkan hak-hak sebagaimana yang diperoleh laki-laki, termasuk hak-hak kebendaan dan pemanfaatan atas kebendaan itu, sebagai bukti yaitu dalam institusi keluarga maupun dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan terpaksa selalu menanti dan mengharapkan belas kasihan dari pihak lakilaki. Dalam kehidupan berpolitik, laki-laki berada
dalam hak yang berkuasa,
sedangkan perempuan selalu tidak mendapatkan haknya sebagaimana yang di dapat oleh laki-laki, bahkan dalam kehidupan beragamapun pihak
perempuan
terpinggirkan dengan alasan banyak “pantangan” yang harus dihindari oleh perempuan dalam pengamalan agama.1 Padahal kalau kita cermati secara mendalam kalangan islam sendiri sudah banyak memberikan dalil-dalil yang menerangkan tentang kemuliaan sosok kehidupan perempuan, akan tetapi dalil-dalil yang ada tersebut masih nampaknya dipahami secara sepihak oleh dominasi laki-laki. Padahal
1
Amir Syarifudin.Isu-isu penting hukum islam kontemporer di Indonesia, MERETAS KEBEKUAN IJTIHAD.hal 181.Ciputat pers Jakarta.
1
kalau kita cermati, Al-Qur‟an dalam menempatkan perempuan itu tanpa adanya perbedaan dengan laki-laki walaupun dalam beberapa ayat-ayat tertentu ada kelebihan hak bagi laki-laki dibanding perempuan. Berbagai usaha kaum perempuan sudah dilakukan akan tetapi yang terjadi yaitu bukannya didukung usaha-usahanya malah timbul pertentangan dan perdebatan yang sangat dahsyat dikalangan islam itu sendiri. Akan tetapi keinginan kaum perempuan untuk menyamakan dirinya terhadap kaum laki-laki tidak sampai disitu saja. Bahkan sampai melakukan perbuatan yang tidak dapat dilakukan oleh kaum perempuan pun mereka lakukan demi menuntut persamaanya dengan kaum laki-laki, sebagai bukti keinginan kaum perempuan tersebut yaitu dengan sengaja masuk ke toilet khusus laki-laki dan buang air kecil dengan cara berdiri, seharusnya para perempuan tersebut paham betul kalau buang air kecil dengan cara berdiri itu hanya dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan tidaklah mungkin melakukan hal yang sekonyol itu, namun hal seperti itupun dilakukan demi menuntut haknya.2 Sebagai umat islam dalam hidup bermasyarakat diatur dalam nilai-nilai agama yang secara tekstual aturan itu terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadis Nabi. Sedang aturan tentang hubungan antara perempuan dengan laki-laki itu sudah ditetapkan sebagaimana layaknya teks hukum agama. Tidak akan mengalami perubahan, adapun yang mengalami perubahan yaitu pemahaman atas teks yang tidak berubah sesuai dengan konteksnya. 2
Daily Lampu Merah Edisi 13 Juli 2005
2
Salah satu contoh Negara yang belum siap menerima kedatangan arus emansipasi yaitu Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam dan yang pernah dijajah oleh bangsa asing, hal ini terbukti ketika mereka menghadapi arus deras dan inspirasi yang menuntut kesamaan hak perempuan dan laki-laki dan tidak menginginkan domminasi laki-laki atas perempuan. Terlihat jelas ketika mereka menghadapi aturan yang terdapat dalam sumber pokok agama islam, mereka menghadapi jarak antara arus yang berlaku di tengah kehidupan masyarakatnya dengan ajaran agama yang dianutnya. Mereka menghadapi perbenturan antara tuntutan agama dan tuntutan kemajuan yang telah mulai dirasakannya. Budaya barat yang mengikuti hampir semua umat manusia dalam rangka arus emansipasi itu, menempatkan perempuan itu sebagai mitra yang sejajar atau equal partner bagi laki-laki baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan sosial. Yang menjadikan pertanyaan adalah mampukah umat islam memahami dan menerima kenyataan tersebut?, bagaimana pandangan hukum islam terhadap kedudukan dan peran yang sejajar antara laki-laki dan perempuan itu?, Konsep mitra sejajar dengan menempatkan hubungan laki-laki dengan perempuan sebagai mitra atau partner yang sejajar merupakan bagian dari kerangka emansipasi yang berlaku di dunia barat. Sedang emansipasi secara sederhana berarti kemerdekaan dan kebebasan bila dihubungkan dengan perempuan berarti kemerdekaan kaum perempuan sedang kemerdekaan biasanya dihubungkan dengan penjajahan dan kebebasan biasanya dihubungkan dengan keterikatan, maka emansipasi perempuan berarti kebebasan 3
perempuan dari kungkungan budaya yang berlaku dan kemerdekaannya dari penjajahan kaum laki-laki, dan sudah waktunya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan sebagaimana yang terdapat dalam teks Al-Qur‟an Memang ada benarnya, karena selama ini perempuan selalu berada pada pihak dibawah laki-laki dalam rumah tanggapun perempuan didominasi oleh laki-laki, keadaan seperti ini dirasakan oleh semua pihak terutama pihak perempuan. Keadaan yang demikian itu dianggap sebagai sesuatu keterbelakangan dan kemunduran yang harus dihilangkan, oleh karena itu perempuan menuntut haknya yang selama ini tidak dimilikinya, dan saat ini perempuan minta diberlakukanya sebagai mitra atau partner. Meskipun yang dilakukan oleh perempuan tidak mesti sama secara persis dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki, namun antara dua tugas itu terdapat perimbangan atau kesejajaran. Emansipasi dalam dunia barat sudah lama di berlakukan dan mereka sudah menganggap telah meninggalkan sifat keterbelakangan yang selama ini mereka pikirkan. Akan tetapi dunia barat dalam memberlakukan emansipasi terlalu melampaui batas sebagai bukti munculnya perempuan dalam kegiatan olah raga keras misalnya tinju dan gulat hal ini sudah menghilangkan harkat dan martabat perempuan Arah emansipasi perempuan di Indonesia, meskipun terpengaruh oleh dunia barat, namun tidak mengarah kepada emansipasi secara total. Hal ini dijelaskan bahwa wanita baik sebagai warga Negara
maupun sebagai sumberdaya insani
pembangunan, mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan disegala bidang oleh karena itu pembinaan peranan wanita 4
sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan. Meskipun sudah dijelaskan bahwa peran aktifnya perempuan dalam pembangunan
namun
tidak
meninggalkan
tugas
pokoknya
dalam
keluarga.peningkatan peran wanita dalam pembangunan bangsa selalu dikaitkan dengan suatu persyaratan “dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya. Dari ketentuan GBHN tersebut, terlihat emansipasi yang dilakukan bangsa Indonesia dengan apa yang terjadi di Barat. Di Indonesia diarahkan pada persamaan hak dan kewajiban serta peranan dalam pembangunan dan tetap memelihara harkat dan martabatnya sebagai perempuan. Dengan demikian, arah emansipasi menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar dari laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Penggunaan kata ”sejajar”disini mengandung arti bahwa dalam menjalankan peran nya, apa yang dilakukan oleh perempuan tidak harus sama dengan yang di lakukan laki-laki. Sedangkan peningkatan peranannya dalam keluarga tidak harus menempati sebagai kepala dalam keluarga. Penggunaan kata “mitra”tidak harus diartikan bahwa perempuan akan mengambil alih peranan laki-laki dalam masyarakat; tetapi yang dituntut adalah adanya sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mengisi, saling bantu serta saling melengkapi. Dunia Barat mengangkat kedudukan dan peran perempuan sejajar dengan laki-laki dengan menggunakan istilah equal partner atau mitra sejajar melalui konsep Emansipasi. Emansipasi dalam artian, pembangunan hak dan kewajiban yang sama kepada perempuan sebagaimana diperoleh laki-laki. Dan hal ini sebenarnya telah 5
dirintis oleh Islam semenjak 14 abad yang lalu. Hal itu terdapat dalam beberapa ayat al-Qur‟an dan telah mengajarkannya sebelum orang Barat memikirkannya. Dengan begitu penempatannya sebagai mitrasejajar dengan laki-laki sebenarnya bukan masalah dalam Islam. Namun yang perlu dipertanyakan adalah sejauhmana Islam telah memberikan peranan dan kedudukan terhadap perempuan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Untuk mengetahui tinjauan ajaran Islam terhadap peran dan kedudukan perempuan dan kemitrasejajaranya dengan laki-laki itu perlu digali dari sumber pokoknya yaitu al-Qur‟an dan beberapa penjelasan Nabi dan hadisnya. Selanjutnya kita berusaha untuk meningkatkan kedudukan dan peran perempuan tersebut melalui pemahaman kontekstual terhadap kedua sumber tersebut. Ada beberapa ayat al-Qur‟an yang menyatakan samanya hak dan kewajiban perempuan dengan laki-laki antara lain dalam ayat sebagai berikut. firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 228:
(
/ (انبقشة
Artinya: “Dan para perempuan mempunyai hak yang semisal dengan kewajiban secara patut”3 (Q.S.2( al-Baqoroh) 228. Ayat tersebut sudah jelas sekali atas persamaan hak dan kewajiban tersebut. Hak bagi perempuan (istri) merupakan kewajiban bagi laki-laki (suami), sedangkan yang
3
Al-Qur‟an, 2.228
6
kewajiban perempuan adalah hak bagi laki-laki, perbandingan hak dengan kewajiban itu diibaratkan dengan kata „semisal‟ yang berarti „sama.‟ Muhammad Rasyd Ridha, salah seorang tokoh pemikir islam kontemporer dalam kitabnya Al Mana‟ jilid II, mengatakan bahwa ayat tersebut merupakan kaidah umum yang berbicara tentang kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang, kecuali dalam masalah kepemimpinan dalam rumah tangga. Firman Allah dalam surat al-Nisa‟ ayat 32: .٤/(انُسبء
“bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,4( Q.S.4( al-Nisa‟) 32. Dari ayat tersebut secara jelas mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk berusaha dan hak untuk memperoleh apa yang di usahakan masing-masing. Dua ayat tersebut merupakan contoh yang jelas tentang peran perempuan dan kedudukannya sebagai mitra sejajar bagi laki-laki. Pergaulan antara suami dengan istri dalam rumah tangga sebagaimana tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 187: / (انبقشة
Artinya: “….mereka (istri-istri) adalah pakaian untukmu dan kamu adalah pakaian untuk mereka (istri-istri)…”.(QS.2(al-Baqarah) 187. 4
Al-Qur‟an, 4.32
7
Ahli tafsir yang bernama Mujahid sebagaimana dinukilkan oleh al-Qurltubi mengatakan bahwa ayat itu berarti “masing-masing pihak merupakan mitra tempat menemukan ketenangan bagi pihak lain”. Tiga contoh di atas menunjukan kesamaan dalam hak-hak keduniaan atau sosial kemasyarakatan. Al-Qur‟an banyak berbicara tentang kesamaan keduanya dalam kehidupan beragama dan mendapatkan pahala atas usaha dan amal baik yang dilakukannya.5 B.
Pembatasan dan perumusan masalah
Studi ini tidak berambisi untuk mengkaji secara menyeluruh problem mitrasejajar di seluruh penjuru dunia. Studi ini akan membatasi daripada kajian atas respon masyarakat islam terhadap kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki. Sebagai bahan perbandingan penulis juga akan melacak arus mitra sejajar yang terjadi di Indonesia. Untuk lebih memfokuskan kajian ini, penulis membatasi studi ini dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana masyarakat islam dalam menghadapi mitra sejajar antara perempuan dan laki-laki 2. Bagaimana pandangan islam tehadap kebebasan perempuan dalam ber ekspresi 3. Bagaimana kedudukan perempuan dalam islam
5
Amir Syarifudin.H.Dr.Prof,isu-isu penting hukum islam kontemporer di Indonesia,MERETAS KEBEKUAN IJTIHAD.hal 185. CIPUTAT PERS Jakarta.
8
4. Bagaimana konsep mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam, dan 5. Apa saja Masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang di hadapi dalam melaksanakan mitra sejajar perempuan dan laki-laki di era sekarang ini. C.
Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah: 1. Melakukan studi deskriptif atas kebijakan pemerintah di bidang hak asasi manusia yang menjurus kepada kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki. Sekaligus melakukan monitoring penerapan kebijakan tersebut. 2. Merekomendasikan dan menawarkan gagasan baru di bidang pengaturan masalah mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam. Secara teoritik, study ini juga akan menegaskan pilihan negara dalam mengadopsi teori-teori pembangunan demokrasi atau hak asasi manusia. 3. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat islam dalam menghadapi konsep mitra sejajar perempuan dan laki-laki yang terjadi di Indonesia 4. Secara khusus, study ini akan menampilkan performance baru kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki, baik dalam pandangan hukum islam maupun dalam pandangan negara, termasuk dalam hak asasi manusia.
Meskipun dalam al-Qur‟an sudah dijelaskan tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di mata Allah, dan yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada Allah. Tapi masyarakat islam belum dapat menerima penjelasan tersebut secara menyeluruh. Disinilah letak signifikasi gagasan dalam pembahasan ini. 9
Argumen lain yang mengukuhkan signifikasi gagasan pembahasan ini terlihat pada ambisi studi ini yang bermaksud mengkontruksikan pandangan masyarakat islam terhadap kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki, Dimana kehadiran emansipasi perempuan yang di canangkan oleh dunia barat itu telah menghilangkan harkat dan martabatnya sebagai perempuan. D.
Metode penelitian
Dalam penulisan ini penulis diharapkan pada usaha untuk memperoleh data, baik yang berhubungan dengan teori maupun masalah yang langsung dari lapangan. 1.
Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif tidak mensyaratkan adanya obyek lokasi dan meniscayakan adanya populasi. karena penelitian kualitatif selalu berorientasi pada penemuan konsepkonsep atau temuan evaluasi yang baru. 2.
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah para ahli yang mengerti dan memahami tentang demokrasi, hak asasi manusia dan kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam.Sementara unit analisis teoritiknya adalah konsep-konsep yang dikemukakan dalam rumusan permasalahan.. 3.
Tipe penelitian
Penelitian ini bersifat descriptive-explanatori, Tipe penelitian ini bermaksud melakukan pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat, 10
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan antar konsep yang diselidiki. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan untuk menjelajah dalam rangka mencari gagasan baru sebagai output penelitian yang sebelumnya belum tersedia. Penemuan konsep baru itulah yang menjadi prodak utama penelitian ini. 4.
Teknik pengumpulan data
Teknik utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan kepustakaan. Sementara itu, observasi dan wawancara dimungkinkan jika diperlukan. Wawancara; untuk mendapatkan informasi, peneliti akan melakukan wawancara mendalam (depth interview), berbentuk terbuka dan tak berstruktur (unstructured). Teknik ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan berekspresi bagi informan sebagai unut analisis penelitian sehingga dimungkinkan berbagai gagasan dan pemikiran berkait dengan kebijakan dan implementasinya dapat tergali. Observasi; teknik ini dilakukan untuk mengkonfrontir berbagai temuan dalam wawancara dengan situasi riil lapangan. Observasi juga sekaligus merupakan teknik untuk membaca secara obyektif obyek-obyek mitra sejajar dalam islam. Penggunaan dokumen dan bahan pustaka; Kedua bahan itu dihadirkan sebagai data pijakan bagi proses penelitian sejak perencanaan hingga penulisan laporan. Penggunaan bahan ini meliputi sumber primer, skunder dan tertier dalam terminology penelitian hukum. 5.
Teknik pengambilan sample
Proses penelitian kualitatif tidak mengenal konsep keterwakilan (representativeness) dalam sample. Bahkan penelitian kualitatif terkadang tidak membutuhkan sample. 11
Informan yang akan di ambil adalah para ahli di bidangnya, yang itu tidak menggambarkan secara umum kecenderungan dalam suatu lokasi dan komunitas. 6.
Teknik analisis data
Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan mengikuti secara ketat struktur logis gaya berfikir ilmiah. Data kualitatif akan di analisis dengan menggunakan metode deduktif, content analis, dan fenomenologi, Kesemuanya itu dilakukan dengan menurut data yang disesuaikan dengan sistematika penulisan laporan. E.
Sistematika penulisan
Penulisan laporan penelitian, secara umum memuat tiga hal pokok; pendahuluan, temuan-temuan dalam riset yang dilakukan, dan terahir kesimpulan dan saran atau rekomendasi. Secara garis besar sistematika penulisan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1.
Pendahuluan; sebagai bagian pembuka, dalam bagian ini penulis akan memaparkan proses awal perencanaan penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan signifikasi gagasan, metodologi penelitian dan terakhir sitematika penulisan laporan.
2.
Bagian kedua adalah temuan riset. Dalam bagian ini penulis akan memaparkan aspek-aspek teoritik berkait dengan tema penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengujian ketiga variabel konsep penelitian hingga menemukan suatu kontruksi prodak yang ingin dihasilkan dalam penelitian ini. Bagian ini terdiri dari lima bab besar yaitu sebagai berikut: 12
a.
Mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam perspektif fikih;
b.
Kebebasan perempuan untuk berexspresi.
c.
Kedudukan perempuan dalam islam
d.
Tinjauan kritis terhadap mitra sejajar dalam Islam
e.
Masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang di hadapi dalam melaksanakan mitra sejajar perempuan dan laki-laki di era sekarang ini.
3.
Bagian terahir berisi kesimpulan dan saran.kesimpulan berarti jawaban dan penegasan penulisan dalam menjawab asumsi dan rumusan penelitian sementara saran-saran memuat rekomendasi akademik berkait dengan konsep yang ditemukan dalam penelitian.
13
14
BAB II MITRA SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI
A.
Kemitrasejajaran
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “Kemitraan”1 mengandung arti jalinan kerja sama. Kemitraan pada suami istri dalam kehidupan rumah tangga dapat diartikan suatu jalinan kerja sama, kalau dalam suatu sistem kehidupan berumah tangga dikatakan suami mencari nafkah dan istri mengasuh anak dirumah, inipun mencerminkan makna suatu jalinan kerja sama. Adapun kata “sejajar” sepadan dengan baris, deret, sebaris, sederet, sejalan,(sama arah dan jarak) sama derajat, tingkat dan parallel. Laki-laki dan perempuan dapat menjadi mitra sejajar yang harmonis apabila keduanya memiliki persamaan tingkat, derajat hak dan kewajiban, kedudukan peranan dan kesempatan dalam berbagai bidang, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kesejajaran seperti itu belum terwujud sepenuhnya karena berbagai faktor penyebab kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam mewujudkan kemitrasejajaran. Kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan laki-laki adalah kondisi dinamis apabila perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan hak, kewajiban dan kedudukan, peranan dan kesempatan yang dilandasi sikap dan perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling mengisi dalam berbagai bidang.
15
Dengan demikian kemitrasejajaran tidak dilandasi oleh keinginan untuk menciptakan persaingan antara laki-laki dan perempuan. Dalam islam, pada hakikatnya Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling menghormati, saling membantu sesuai dengan kodrat masing-masing, Apabila dalam kehidupan riil antara laki-laki dan perempuan, kususnya dalam kehidupan berumah tangga suami dan istri menjadi mitrasejajar yang harmonis, potensi sumber daya keduanya secara maksimal dapat bermanfaat. Itulah tujuan islam, sebagaimana tujuan Tuhan menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini kita dapat mengetahui apakah laki-laki dam perempuan telah menjadi mitrasejajar atau belum kita dapat menggunakan berbagai kriteria, di antaranya sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif perempuan sebagai mitrasejajar laki-laki dalam perumusan kebijakan pengambilan keputusan, perencanaan dan dalam kegiatan sehari-hari. 2. Manfaat yang diperoleh perempuan dari hasil pelaksanaan berbagai kegiatan. Baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat hasilnya. 3. Akses dan kontrol/penguasaan perempuan terhadap berbagai sumber daya. 4. Dampak terhadap kedudukan dan peranan perempuan. Kemitrasejajaran dapat direalisasikan bila suasana yang kondusif dapat diciptakan khususnya dalam kehidupan berkeluarga, yang didalamya laki-laki (sebagai suami) dan perempuan (sebagai istri) mampu berperan dalam suatu jajaran atau jejer (bahasa
16
jawa) yaitu duduk sama rendah berdiri sama tinggi6, Dalam kehidupan nyata seharihari tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan tidak ada hak-haknya yang lebih besar, serta tidak ada yang peranannya lebih penting dari yang lain. Jadi “Kemitrasejajaran” adalah kesejajaran hak dan kewajiban serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan baik dilingkungan kehidupan berkeluarga khususnya, maupun dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama sebagai mitra sejajar yang harmonis dalam arti selaras, serasi, seimbang yang ditandai dengan sikap dan perilaku yang saling peduli, menghormati, menghargai, serta membantu dan mengisi, serta dilandasi rasa saling asih, asah dan saling asuh. Kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki secara normatif dalam ajaran islam mempunyai prinsip pokok yaitu persamaan antara manusia sebagai mahluk Allah, baik antara perempuan dan laki-laki, bangsa atau suku dan keturunan.Sedangkan perbedaan yang meninggikan dan merendahkan seseorang hanya dapat di nilai dari pengabdian dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(
:٤٩ / ( انحجشاث
Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.(QS.49(al-Hujarat):13. Kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam ajaran qoth‟I (fundamental) secara normative adalah setara, kendati ada perbedaan biologis, di dalam berbagai 6
Asisten IV Mentri Negara UPW dalam semiloka kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki di Jakarta,9-10 Oktober 1996. hal 8-9
17
ayat dalam berbagai surat misalnya kata yang menunjuk laki-laki selalu bergandengan dengan kata yang menunjuk perempuan
)َٗثٜ“(ركشٔاkata
dzakaro
dan unsa”(laki-laki dan perempuan( Adapun ajaran yang bersifat juz‟iyah (particular) adalah ajaran yang bersifat kontekstual, terkait dengan dimensi, ruang dan waktu.ajaran ini bersifat dhonni (tidak mutlak), bisa terjadi modifikasi atau tetap dipertahankan sebagaimana bunyi harfiahnya sehingga terwujud nilai-nilai keadilan bagi orang yang terkait misalnya dalam kesaksian dan waris. Kaum perempuan yang berpendidikan menurut status yang sejajar dengan laki-laki. Sebagian masyarakat menyatakan secara tegas bahwa perempuan diberikan status yang lebih rendah. Sebagian modernis dikalangan ulama‟ islam cenderung menyakini bahwa al-Qur‟an memberikan status yang sejajar bagi kedua jenis kelamin ini yaitu (perempuan dan laki-laki) Ajaran islam yang bersumberkan al-Qur‟an dalam hal ini merujuk kepada normative dan sekaligus konstektual. Al-Qur‟an secara normative memihak kesetaraan status bagi kedua jenis kelamin (perempuan dan laki-laki). Secara konstektual al-Qur‟an memang menyatakan adanya kelebihan tertentu kaum laki-laki atas kaum perempuan. Para ahli hukum islam dengan mengabaikan konteksnya berusaha memberikan status yang lebih unggul bagi laki-laki dari pengertian normative. Dalam pandangan sosiologis-antropologis. Kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial baik lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat
18
mengalami pergeseran dan perbedaan yang signifikan secara sosiologis antropologis diantaranya yaitu: 1.
Nomad (bangsa pengembara) termasuk masyarakat arab. Ketika al-Qur‟an diturunkan. Pada masyarakat ini menurut Engels bahwa kaum laki-laki harus pergi berburu menghadapi binatang-binatang buas dan berperang, sementara kaum perempuan harus diam dirumah karena kodradnya (hamil, melahirkan dan menyusui7) karena yang demikian ini akan membawa implikasi ekonomis politis. ketika kaum laki-laki pulang dari berburu, perang dan lain sebagainya membawa aset ekonomis dan politis. Sedangkan kaum perempuan tidak memiliki jasa seperti itu. Situasi inilah yang kemudian mengantarkan adanya dominasi laki-laki atas perempuan.
2.
Agraris; secara statistik sistem matrilinial dan matrilokal timbul bukan pada masyarakat yang berburu, tetapi pada masyarakat yang bertani ketika secara ekonomis suatu pekerjaan tidak memerlukan otot kuat, tetapi dikarenakan alam. Maka perempuan lebih dominan atau setidak-tidaknya sejajar sehingga ada ungkapan ibu pertiwi. Hal ini adalah refleksi sosiologis antropologis yang serba murah kepada penghuninya seperti Dewi Sri dan sebagainya.
3.
Modern; pada masyarakat ini tidak lagi pekerjaan di dominasi oleh kekuatan fisik namun oleh keterampilan. Perempuan dirumah dengan industri rumahan
7
Dr.Hj.Zaitunah Subhan.Tafsir kebencian,Studi Bias Gender Dalam Al-Qur‟an,LkiS Yogyakarta, hal 92, lihat juga Arif Budiman Op.Cit.hal 20
19
komputer, pekerjaan di Bank menjadi sama nilainya dengan kaum laki-laki, implikasinya pada aspek pendidikan ekonomi dan politik. Oleh karena itu, diskusi mengenai kemitrasejajaran diperlukan rekontruksi penafsiran al-Qur‟an atau rekonstruksi sosial mengikuti al-Qur‟an atau hadist. Dari sinilah adanya pendekatan tekstual problematic, kontekstual dan reinter pretatip. Implikasinya antara lain pada kepemimpinan, kewarisan dan kesaksian. Per-Undang-undangan di Indonesia memandang bahwa Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan bermula dan tumbuh pada era Repelita IV yaitu dari gagasan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Ny.Lasiah Sutanto SH, (alm). Gagasan-gagasan tersebut kemudian disusun menjadi suatu konsep dan diperjuangkan oleh para anggota MPR hingga dapat di tuangkan dalam TAP MPR nomor II/TAP/1993 tentang Garis-garis Basar Haluan Negara pada era Repelita V. Pada era Kabinet Pembangunan VI (tahun 1993) Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dicanangkan sebagai wawasan dan strategi untuk mencapai sasaran dan tujuan peningkatan dan kedudukan dan peranan perempuan disegala bidang kehidupan, khususnya dalam bidang kehidupan berkeluarga. Di situ masih terdapat adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam hak maupun kwajiban8. Prinsip–prinsip kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dicerminkan dalam pancasila (sebagai landasan idiil), UUD 1945 (sebagai landasan konstitusional)dan GBHN (sebagai landasan operasional)dan telah menempatkan perempuan dalam 8
Zaitunah Subhan OP.Cit. hal 94-95
20
keluhuran kodrat, harkat dan martabatnya sebagai warga Negara yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban, serta peranan yang sama. Kemitrasejajaran laki-laki dan paerempuan ini di cananngkan oleh presiden sebagai tema pidato pada peringatan Hari Ibu (22 Desember 1995) di Mojokerto, Jawa Timur. Wawasan kemitrasejajaran ini juga telah di muat dalam Deklarasi Jakarta (1994), dan telah disepakati untuk dikembangkan dikawasan Asia pasifik sesuai dengan kondisi Negara masing-masing. Hasil konferensi tersebut disampaikan sebagai bahan masukan pada konferensi (Internasional) Wanita ke-4 di Beijing (1995), Dengan demikian, wawasan kemitrasejajaran tidak saja membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat di Negara-negara kawasan Asia Pasifik dan berkembang diseluruh dunia. Di dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan suku dengan adat dan karasteristik yang heterogen, kedudukan laki-laki dan perempuan cukup bervariasi. Ada hukum adat yang menempatkan perempuan lebih dominan (matriarkhat, misalnya Minangkabau). Ada hukum adat yang menempatkan laki-laki lebih dominan (patriarkhat, misalnya Batak dan Bali). Ada pula yang menempatkan kedudukan lakilaki dan perempuan seimbang (parental, misalnya Jawa). Untuk menelaah masalah tersebut pada bagian ini akan di uraikan bagaimana ketentuan perundang-undangan yang mengatur kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan. yaitu: 1. Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 27 – 34) 2. Ketetapan MPR Nomor II /MPR/1988 dan tap MPR Nomor II/MPR/1993 21
3. Undang – Undang, dan 4. Peraturan pemerintah. Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 27–34) menyatakan bahwa semua warga Negara berkedudukan sama. Secara implisit, warga Negara tidak hanya kaum laki-laki tetapi termasuk juga kaum perempuan, jadi Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai mitra sejajar. Ketetapan MPR merupakan ketetapan perundang-undangan tingkat kedua setelah UUD 1945. Didalam dua ketetapan MPR tersebut, dapat diamati peranan perempuan dalam pembangunan pada PJPT I dan PJPT II yaitu Tap MPR Nomor II / MPR /1988 pada butir 10, sedang dalam ketetapan MPR Nomor II /MPR /1993 pada butir 9, 13, dan 329. Ketetapan tersebut pada awalnya memberikan kedudukan yang sama pada laki-laki dan perempuan atau menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai mitrasejajar, namun pada akhir kalimat masih diikuti dengan pernyataan bahwa kemitrasejajaran tersebut “sesuai atau dengan memperhatikan kodrat, harkat dan martabatnya seseorang sebagai perempuan”. Tingkat ke tiga dari urutan perundang-undangan yang mengatur kedudukan laki-laki dan perempuan adalah undang-undang nomor 1 tahun 1974, peraturan pemerintah (PP) nomor 9 tahun 1975 dan PP nomor 10 tahun 1990. Pasal 31 UU 1/1974,ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa perempuan (isrti) merupakan mitrasejajar dari laki-laki (suami), sedangkan dalam ayat (3) menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga 9
Zaitunah Subhan OP.Cit. hal 97
22
dan istri menjadi ibu rumah tangganya, sehingga dalam masyarakat tumbuh pemahaman yang kurang menguntungkan. B.
Kemitraan perempuan dan laki-laki dalam islam
Kemitraan laki-laki dan perempuan, dalam menempati posisi kepala rumah tangga, Islam pun telah memberikan posisi yang sama kepada suami maupun istri. masingmasing menduduki posisi sebagai kepala rumah tangga, hanya bidangnya yang berbeda sesuai dengan kodratnya masing-masing. (laki-laki memegang urusan keluar sedang perempuan memegang urusan kedalam) dan hal ini kemudian menjadi suatu aturan modern yang dimuat oleh prinsip-prinsip modern yaitu;”the right man in the right place,”di samping adanya pembagian tugas pekerjaan spesifik. Jauh belasan abat yang lalu Nabi telah bersabda
َّٗ ٔسهى إرَأُسِذَاالَيشُِ انٛ اهلل ػُّ قم قم سسٕل اهلل صالاهلل ػهِٙشَة سَظَٚػٍَ ابٗ ُْش )٘(سٔاِ انبخبس
شِاَْهِِّ فَبَخَظِشِانسَبػَ َتَٛغ
Bila sesuatu urusan di berikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran,10” Nabi juga telah bersabda;
ٍع َٔيَسئُٕل ػ ٍ و أَّ قم كُهُكُى سَا. صُٙض ػٍ ان.ِذ ََب ػبذاهلل ابٍ ػًشسَٛػٍ س ِّ خٛجمُ ساع فِٗ أْه ِّ ٔيسئٕلٌ ػٍ سػ ُ ّخّ ٔانشٛع ٔيسئٕل ػٍ سػ ٍ َخِّ فَبااليَبو سَاٛػ ِ َس
10
Imam Jalaluddin Assuyuti, Jhami‟ usshoghir juz awal hal.36
23
( سٔاِ االيبو أحًذ ٔانبخبس٘ ٔيسهى..........خَٓبٛسػ
ٍج صَٔجَِٓب ٔيسئٕنّ ػ ِ َٛٔانًَشأةُ فِٗ ب )ٖ ٔابٕدأد ٔنخشيز
”Kamu semua adalah pemimpin dan masing-masing akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.11” Jadi, betapapun seseorang menginginkan kebebasan dan kesamaan masih harus tunduk dengan kenyataan adanya job desckription sesuai dengan kemampuan dan kualitas yang tersedia pada dirinya. Tidak mungkin pada suatu rumah tangga kedudukan suami–istri harus sama-sama sekali. Karena hal seperti itu akan menimbulkan anarki dalam suatu kelompok. Lebih tegasnya lagi dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan suami dan istri adalah kepemimpinan komplementer, artinya masing-masing tidak mandiri, dan harus saling menyempurnakan. Selain itu, dapat di kemukakan bahwa untuk memperkuat terjadinya kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan agar masing - masing tidak mendominasi, Nabi menyampaikan pesan yang sangat mendalam agar terjadi saling menghormati terhadap peran dan posisi masing-masing. Nabi bersabda,
تٚ ٔافٗ سٔا.قٕثٚ ٍغ يٛعٚ ٌػٍ اَبٗ ػًشٔ قبل قبل سسٕل اهلل كفٗ ببنًئشإثًب ا .ٗٓقٛانب.انحبكى.احًذ فٗ يسُذِ ابٕدأد.ِسٔا.ؼٕلٚ
ٍ”ي
Cukup besar dosa seseorang yang menyia-nyiakan keluarganya12.”dan yang lainya,”
11 12
Muhammad ibnu Umar Nawawi, Banten Syarah ukudulijain, hal.6 Imam Jalaluddin Assuyuti, Jhami‟ usshoghir juz 2 hal.90
24
ارادػبانشجم.ّ ٔسهىٛقم سسٕل اهلل صالاهلل ػه: اهلل ػُّ قمٙشةسظٚػٍ ابٗ ْش \ .و. ٓبانًالئكت حخٗ حصبحٛايشاحّ إنٗ فشاشّ فهى حأحّ فببث غعببٌ ػه Bila seseorang laki-laki meminta istrinya memenuhi hajatnya kemudian ia menolaknya, maka malaikat melaknat istrinya tersebut sampai pagi hari.” Apabila terjadi dominasi atau pelanggaran hak oleh salah satu pihak kepada orang lain, maka pihak yang di langgar tidak dibiarkan begitu saja oleh islam tanpa ada jalan keluar dari keadaan tersebut. Bagi laki-laki di beri hak talak (mencerai istrinya) yang harus di gunakan setepat dan sebenar mungkin, sehingga tidak digunakan sekedar untuk mempermainkan perempuan tanpa alasan dan dasar yang bisa diterima. Dalam hadis di jelaskan bahwa barang halal yang paling di benci Allah Swt. Adalah „talak”13
ّ ٔسهى ابغط انحاللٛقم سسٕل اهلل صالاهلل ػه: اهلل ػُّ قمٙ(ػٍ ابٗ ػًشا سظ سٔاِ ابٕدأد ٔابٍ يبجّ ٔانحبكى.انطالق dan pada hadish
إنٗ اهلل
lain di nyatakan bahwa talak mengguncangkan „arsy. ini di
maksudkan agar laki-laki tidak mempermainkan talak. Bagi perempuan juga di beri jalan keluar dari kondisi rumah tangga yang mencekam dirinya,yakni melalui „khulu‟ (perceraian dengan pembayaran ganti)‟faskh‟ (permintaan pembubaran akat nikah melalui hakim), dan Syiqoq‟ ( adanya suatu kondisi kerenggangan dan perpecahan yang hebat antar suami–istri). Yang disebut terahir datangnya dari istri yang tidak 13
Jhami‟usshoghir Op.Cit.hal 5
25
menghendaki lembaga rumah tangganya berlangsung terus dan pada akhirnya bila tidak dapat di upayakan secara baik, maka dapat dilakukan perceraian antara suamiistri, bila jalan perceraian yang dipilih dan merupakan jalan yang terbaik bagi keduanya, Allah swt berjanji akan memberikan kelapangan bagi masing-masing pihak. Allah Swt telah berfirman. :٤/(انُـسبء
“jika kedua orang hakam14 itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.”(QS.4( Al-Nisa‟). 35)15 .٤/(انُـسبء
“Jika keduanya bercerai, (karena itu jalan yang terbaik) Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya.” (QS.4( Al-Nisa‟).130)16 Dalam islam istilah-istilah gender yang digunakan dalam al-Qur‟an untuk menyebut laki-laki dalam makna kemitraan dengan perempuan tidak selalu menggunakan kata yang sama baik laki-laki maupun perempuan. Hal yang demikian bisa saja di pahami sebagai kemukjizatan al-Qur‟an yang mengandung prediksi kemasa depan atau bisa juga dipahami untuk memperkuat pandangan al-Qur‟an berbicara pada tema-tema
14
Hakam adalah Juru pendamai Al-Qur‟an. 4.35 16 Al-Qur‟an. 4.130 15
26
tertentu secara detil, namun dalam banyak hal hanya bersifat universal dan global, sehingga memberikan akomodasi bagi penafsiran baru.17 Kata rijal (laki-laki) bergandengan atau berpasangan dengan kata nisa‟ (perempuan), misalnya dalam masalah kepemimpinan. Sedangkan kata al-zakar (laki-laki) bergandengan atau berpasangan dengan kata unsa (perempuan), misalnya dalam masalah waris. Dari sini tentu ada makna yang signifikan (penting, berarti).
C. Prisip atau dasar-dasar yang dipakai kemitrasejajaran perempuan dan lakilaki dalam islam Islam memiliki beberapa dasar atau beberapa prinsip yang dipakai dalam kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan diantaranya yaitu: 1. Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai hamba, dan salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam sutat al-Zariyat ayat 56” .٥١/جٚانزس
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku(QS.51(al-Zariyat).56)”18 Dari segi kejadiannya. islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.Hal ini dapat kita ketahui dari surat an-Nisa ayat 1 yang menerangkan
17
Komarudin Hidayat,Memahami Bahasa Agama;Sebuah Kajian Hemeneutik (Jakarta,Paramadina,1996)hlm.135 18 Al-Qur‟an, 51.56
27
bahwa perempuan tidak di jadikan dari tulang rusuk laki-laki melainkan dari substansi yang sama dengan laki-laki. dan yang membedakan keduanya hanyalah ketaqwaanya.surat al-Hujarat ayat 13)dan amalannya dari surat al-Nahl ayat 97).
.٤٩/ (انحجشث
“‟Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS.49 (alHujarat).13)
.١٦/(انُحم
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”19(QS.16(alNahl).97)
19
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
28
Kita sebagai umat Islam sudah tentulah merujuk kepada al-Qur‟an. Sedangkan dalam al-Qur‟an banyak ditemukan ayat-ayat yang menggambarkan hubungan laki-laki dan perempuan dan suami istri yang setara untuk saling menyempurnakan. 2.
Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai kholifah dimuka bumi, maksud dan tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini adalah.disamping menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah Swt juga untuk menjadi kholifah di bumi,dalam hal ini di tegaskan dalam surat al-Baqoroh ayat 30, yaitu”
.٢/ انبقشة
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."20(QS.2(al-Baqoroh).30) 3. Islam memandang laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan tuhanya, seperti diketahi, menjelang seorang anak keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima
20
Al-Qur‟an, 2.30
29
perjanjian dengan tuhanya, sebagaimana disebutkan dalam surat al-A‟raf ayat 172, yaitu”
.٧/(االػشاف
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(QS.7(al-A‟Raaf).172)
30
31
BAB III KEBEBASAN PEREMPUAN UNTUK BEREKPRESI A.
Peran Perempuan di dalam berbagai organisasi
Dalam berbagai kegiatan perempuan juga ikut terlibat, misalnya dalam bidang politik, keterlibatan perempuan dalam bidang politik atau yang berkaitan dengan urusan Negara dan masyarakat, al-Quran menjelaskan sebagaimana yang tercantum dalam surat at-Taubah ayat 71 yaitu:
.٩/ (انخٕبت
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”21(QS.9(at-Taubah).71) Maksudnya adalah kerja sama, memberikan bantuan dan penguasaan.dan sebagai bukti keterlibatan perempuan dalam berpolitikan yaitu Ummu Hani,r.a yang telah dibenarkan sikapnya oleh nabi ketika memberikan jaminan keamanan kepada kedua orang musrik. Dan jaminan keamanan itu merupakan salah satu dari aspek bidang politik, bukti lain yaitu sewaktu Aisyah meninggalkan rumahnya di Madinah menuju Basroh di Irak untuk memimpin pasukannya melawan Ali ibnu Abi Tholib, isu 21
Al-Qur‟an, 9.71
32
terbesar dalam peperangan tersebut, soal suksesi setelah terbunuhnya kholifah ke tiga yaitu Ushman, dalam hal ini berarti terlibat dalam politik praktis. B.
Mengelola Usaha kerajinan
Berusaha (kerja) dalam pandangan islam adalah suatu keniscayaan, al-Qur‟an menjelaskan dalam surat al-Mulk, ayat 2, yang berbunyi sebagai berikut
٧٦. /(انًهك
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” Yang lebih baik “amalnya” yakni pekerjaan. Kerja adalah menggunakan daya fisik, daya fikir dan daya kalbu serta daya hidup. Akan tetapi tidak semua pekerjaan itu di restui oleh agama, namun amal shaleh lah yang direstui dan yang paling di anjurkan oleh agama, sebab pekerjaan itu telah memenuhi nilai-nilai yang di amanatkan agama.(QS.76 (al-Mulk).2) Dalam teks al-Qur‟an surat al-Imron ayat 195, yang berbunyi :
33
.٣/ٌ(ال ػًشا
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.22 Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”(QS.3(al-Imran).195) Dalam surat yang lain yaitu, Surat an-Nisa‟ ayat 124, yang bunyinya :
.٤/(انُـسبء
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”(QS.4(al-Nisa‟).124) Dalam teks keagamaan, tidak di temukan satupun teks yang jelas dan pasti yang mengarah pada larangan perempuan untuk bekerja, walau di luar rumah.Pada prinsipnya, perempuan tidak dilarang untuk bekerja. Sebab pada dasarnya agama telah menetapkan suatu kaidah yang berbunyi, dalam hal kemasyarakatan, semuanya
22
Maksudnya adalah sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan,maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan.kedua-duanya sama-sama manusia,tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tantang penilaian iman dan amalnya.
34
boleh selama tidak ada larangan, dan dalam hal ibadah murni semuanya boleh selama tidak ada tuntutan. Pada zaman Nabi saw perempuan-perempuan telah bekerja dengan berbagai aneka pekerjaan, bahkan pada masa kholifah Umar r.a seorang perempuan ditugaskannya untuk mengurus semacam administrasi pasar. Jadi dalam berbagai usaha kerajinan, perempuan juga ikut terlibat di dalamnya, misalnya dalam hal sebagi berikut : Menjahit baju dan merancang. Banyak orang membutuhkan hijab dengan harga terjangkau dalam segala mode dan ukuran. Para wanita yang bisa merancang atau menjahit dapat menyumbangkan jasanya untuk saudari-saudarinya, selain itu dapat mencari uang di rumahnya sendiri. Memang ini merupakan saran yang ambisius. Namun bisa saja sekelompok perempuan bekerja sama membuat pakaian dan menjualnya via pos, ini pasti akan membantu saudari-saudari kita yang tinggal di tempat-tempat terpencil yang tak mudah mencapai toko-toko yang menyediakan pakaian bagi para wanita yang ingin berbusana secara Islami 23. Seni dan ketrampilan. Banyak orang kini merasakan bahwa Islam”terlalu kering”, jika anda melihat karya-karya yang luar biasa di museum-museum, atau melihat pasar-pasar, bazaar, dan masjid-masjid di negara-negara Islam, anda akan heran mengapa orang-orang Islam tidak menciptakan benda-benda itu lagi. Kini kita tahu bahwa orang-orang Islam yang mempunyai bakat seni telah tak berani lagi menekuninya (karena orang tua yang terlalu keras atau karena hal-hal lainnya), 23
Huda Khotob, Buku Pegangan Wanita Islam, Al Bayan kelompok Penerbit Mizan, hal.83
35
sehinga mereka kehilangan karunia yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada mereka. Setiap kebudayaan menghasilkan karya seni; orang Islam melakukannya di masa yang lalu, dan tidak ada alasan mengapa mereka tidak melakukannya lagi sekarang. Tidak semua media seni bertentangan dengan Islam; kita membutuhkan seniman (baik laki-laki maupun perempuan) untuk memperkaya kebudayan kita dalam batas-batas syari‟at24. Kesekretarisan. Banyak usahawan Muslim yang lebih suka sekretaris Muslim, tetapi sulit mendapatkannya. Banyak pemilik perusahan yang memerlukan orang-orang dengan kemampuan kesekretarisan: itu merupakan pekerjaan yang sangat baik dan bernilai tinggi. Akan tetapi wanita yang melakukan pekerjaan itu harus berperilaku Islami, dan menghindari situasi-situasi yang tidak dibenarkan dalam Islam, misalnya hanya berdua dengan laki-laki dalam satu ruangan. Pekerjaan kesekretarisan dan mengetik dapat dikerjakan di rumah, terutama dengan dimungkinkannya hubungan dengan computer, mesin faksimili, dan berbagai keajaiban tehnologi lainnya; orang memerlukan dokumen-dokumen, laporan-laporan, dan semua itu perlu di ketikpekerjaan semacam itu dapat dilakukan di rumah. Karena itu juga perempuan harus berhenti bekerja untuk sementara waktu karena melahirkan anak, perempuan akan tetap dapat melakukan sedikit pekerjaan jika perempuan itu menginginkan atau membutuhkannya. Media dan penerbitan. Bidang ini merupakan bidang pekerjaan yang cocok untuk dikerjakan di rumah. Seorang penulis atau editor paruh waktu dapat mengambil porsi 24
Huda Khotob, Op.Cit.hal 85
36
pekerjaan sebanyak atau sedikit yang diinginkannya sesuai dengan tugas-tugasnya dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak. Di bidang lainnya, dibutuhkan juga suara-suara orang Islam; radio dan televisi adalah yang pertama muncul di benak kita, akan tetapi surat kabar dan majalah umum pun tak kalah pentingnya. Ada beasiswa untuk pelatihan kewartawanan dan semacamnya, anda harus teliti melihatnya di koran-koran25. Dalam Islam semua pekerjaan dapat di anggap sebagai ibadah, jika seorang perempuan melakukannya dengan motif yang suci dan mencari ridho Allah dengan cara melakukan pekerjaan perempuan dengan baik. Baik seorang ibu rumah tangga yang mengepel lantai dapur, seorang ibu yang selalu menganti popok anaknya, ataupun menejer tingkat tinggi dalam perusahaan besar yang berhasil, pekerjaan anda adalah sesuatu yang bernilai. Apapun yang dilakukan dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk berdakwah juga, baik dengan penampilan sebagai seorang yang pandai, berdaya guna dan bergaya hidup bersih, maupun secara lebih langsung dengan berbicara kepada orang-orang yang kita temui dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang mungkin mereka tanyakan.Harus selalu siap untuk menggunakan kesempatan yang ada sebaik-baiknya. Paling sedikit kita dapat membuat orang berpikir dua kali tentang sesuatu yang negative; yang terbaik adalah jika kita dapat menunjukan jalan hidup yang lebih baik bagi mereka.
25
Huda Khotob, Op.Cit.hal 87
37
C.
Bekal yang harus dimiliki oleh seorang perempuan yang berkarir
Bekal yang harus dimiliki oleh seseorang yang berkarir di antaranya yaitu memahami tugas pokoknya sebagai seorang perempuan.dan karir seorang perempuan sebaiknya di kerjakan setelah tugas pokoknya sebagai perempuan telah terselesaikan. Seorang pakar hukum islam Mesir, Abu Zahra, telah menulis bahwa, Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja, akan tetapi yang perlu di perhatikan adalah bahwa pekerjaan pokok perempuan adalah membina rumah tangganya, sebab hanya perempuanlah yang mampu melindungi rumah tangganya dengan kasih dan sayang mereka. Perempuanlah yang mendidik anak-anak mereka dan membekalinya dengan perasaan-perasaan positif, menyangkut masyarakat. Merekalah yang menanamkan keharmonisan dalam masyarakat, sehingga anak-anak itu dapat berkembang di tengah-tengah masyarakat, dengan mencintai anggotanya serta di cintai oleh anggota masyarakatnya. Selain itu seorang perempuan juga harus mengetahui posisinya sebagai perempuan. dalam artian tidak menghilangkan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai perempuan. sebab dalam islam segala sesuatu itu di ciptakan dengan kodrat, sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Qomar ayat 49,yaitu : .٥٤/(انقًش “Sesungguhnya
kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.(QS.54(al-
Qomar).49)
38
Oleh para pakar qodar diartikan sebagai “ukuran-ukuran, sifat-sifat yang telah ditetapkan Allah Swt bagi segala sesuatu, dan itulah yang di namakan kodrat. Jadi dalam pandangan islam, perempuan dan laki-laki sebagai individu dan jenis kelamin memiliki kodrat masing-masing.
39
40
BAB IV KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM
A.
Perempuan dalam pandangan islam
kesejajaran perempuan dan laki-laki (Gender) merupakan suatu konsep ilmiah dan sudah menjadi suatu ilmu tersendiri, karena segala segi permasalahanya sudah di analisis sedemikian rupa. Namun bagaimanapun juga harus diketahui bahwa konsep jender berasal dari Barat. Jadi berarti bahwa konsep yang dominan yang mempermasalahkan jender itu adalah konsep sekuler. Tapi kita patut bersyukur karena konsep tersebut diolah kembali dengan dasar-dasar wawasan keIndonesiaan, sehingga faktor agama sebagai faktor yang paling penting dalam wawasan keIndonesiaan itu ikut menjadi pertimbangan. Kalau kita kembali kepada ajaran islam yang sebenarnya kita harus kembali kepada sumber awalnya, yaitu al qur‟an. Di dalam al quran; salah satu keistimewaannya adalah bahwa diantara 114 surat ada surat khusus bernama surat an-Nisa (wanita) dan paling sedikit ada 7 surat dalam al quran yang berbicara masalah wanita yang berkaitan dengan hak, kewajiban, fungsi, peran dan lain-lain, yang semuanya itu menjadi pembahasan konsep jender yang ilmiyah itu. surat-surat lain surat dari surat an-Nisa tersebut adalah an-Nur,al-Ahzab, at-Talak, at-Tahrim, al-Mumtahanah. Jadi perempuan bukan cuma sekedar judul surat saja, tapi isinya menjelaskan tentang perempuan, diantaranya yaitu; surat al-Mujadalah; mengenai perempuan yang memprotes. al-Mumtahanah; mengenai perempuan yang lulus ujian. Bahkan dalam 41
surat Saba ditampilkan perempuan sebagai negarawan, yaitu ratu Saba, yang kemudian menjadi permaisuri Raja Sulaeman. Jadi dalam islam banyak tokoh wanita yang jadi pemimpin atau ratu. Yang paling asasi yang harus di lihat adalah bagaimana islam memandang masalah perempuan, karena sebenarnya konsep jender itu asasnya bertitik tolak dari pandangan terhadap perempuan, bagai mana kita melihat perempuan itu, sehingga kita bisa menjelaskan statusnya, perannya, fungsinya dan lain-lain Selain Al-qur‟an hadis Nabi pun banyak berbicara tentang perempuan. Hadis yang berkaitan dengan perempuan yang mencakup persoalan dunia misalnya; AnNisa‟u Imadulbilad perempuan adalah tiang Negara dan hadis lainya berkaitan dengan akhirat; Aljannatu tahta akdamil ummahat sorga itu di telapak kaki ibu. Semuanya mengangkat derajat perempuan. Namun dunia modern menganggap bahwa sumber kemunduran perempuan itu adalah islam, dengan menunjuk contoh yang paling akhir, yaitu kemenangan Taliban yang melarang wanita keluar rumah, bekerja bahkan sekolah. Ini dijadikan bukti, padahal ini hanya satu contoh saja dari beberapa tempat di dunia. Bila kita lihat di beberapa Negara islam, kepala pemerintahnya adalah perempuan, seperti Pakistan, Banglades dan Turki. Jadi tidak bisa dikatakan apa yang terjadi di Taliban itu gambaran tentang perempuan itu. Kita harus kembali melihat sumber asalnya yaitu Al-qur‟an dan hadis. Kalau kita ingin memahami pandangan islam tentang perempuan yang terkandung dalam Al-qur‟an, kita harus mengetahui keadaan sebelumnya yaitu bagaimana keadaan perempuan sebelum islam, lalu kita bandingkan dengan keadaan perempuan sesudah datangnya islam. Dari situ baru kita tahu bagaimana islam mengangkat derajat perempuan sebelum 42
islam. paling sedikit 10.000 tahun terakir pernah ada perbedaan-perbedaan besar dan agama-agama besar yang pernah mendominasi dunia dan perempuan, misalnya peradaban Yunani kuno, Romawi, Mesirkuno, Cina, Hindia serta Yahudi dan Nasrani. Ada satu buku yang sangat cermat mencatat peradaban yang menyangkut perempuan berjudul; Al-Mar‟ah bainal-fiqh wal-qonun karangan Prof DR.Mustofa Asaiba‟I (ilmuwan Syiria) dalam buku itu ia mengumpulkan banyak sekali data baik mengenai peradaban lama maupun agama lama disamping ia memperbandingkan bagaimana perempuan dalam peradaban kuno dan per-Undang-undangan modern serta perempuan dalam ajaran islam. Penulis akan menukil beberapa bagian dari buku itu yaitu ketika berbicara mengenai keadaan wanita pada masa Yunani kuno, yang terkenal dengan para tokoh filsapatnya seperti Plato, Aristoteles dan Sokrates. Dalam perkembangan peradaban Yunani kuno, dalam kaitanya dengan wanita, menurut analisis Dr.Assibai bahwa pada awalnya masarakat Yunani sangat merendahkan derajat wanita, bahkan sebagian besar pekerjaan kasar di Yunani itu di kerjakan oleh wanita. Sedangkan kaum elit mengurung wanita, terutama yang cantik-cantik di kurung di istana. Tujuanya untuk memuaskan nafsu pembesar Negara. Dalam proses selanjutnya, wanita itu mendapatkan kebebasan yang besarsekali, sehingga dalam mitos Yunani salah satu contoh di gambarkan bahwa dewa-dewa itu wanita. Ada satu dewa yang menjalin cinta dengan rakyat biasa, akhirnya melahirkan anak. Anaknya itu kemudian di jadikan dewa cinta dewa Amor. Peradaban-peradaban yang lain kurang lebih sama, artinya memandang rendah terhadap wanita.Bahkan diCina, anaknya yang baru lahir 43
di buatkan sepatu yang sempit ada kalanya dari besi, sehingga kakinya jadi kecil, agar dia tidak keluar rumah. Selanjutnya kita melihat wanita dalam pandangan agama kuno, Agama Yahudi mengatakan penyebab semua dosa adalah wanita, karena wanita yang mengeluarkan Adam dari surga. Yang lebih aneh lagi adalah doktrin Kristen di abad pertengahan.Ada satu konsili di Roma yang mempermasalahkan apakah wanita itu manusia atau bukan manusia. Bahkan konsili lain yang lebih baru mengatakan wanita itu manusia tetapi tidak berhak masuk surga. oleh karena itu juga tidak berhak mengikuti segala macam misa agama. Masyarakat arab yang muncul sesudah peradaban besar ini juga tidak kurang pandangannya yang negatip terhadap wanita. Bahkan yang paling ekstrim dari mereka adalah pada waktu isterinya mendekati saat-saat bersalin, mereka menyediakan lubang kubur begitu anaknya yang lahir itu perempuan, maka langsung dikuburlah anak perempuan itu, dan halini dijelaskan dalam surat al-Nahl ayat 58,yaitu : ١٦.٥٨/(انُحم
“Dan
.
apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan,
hitamlah
(merah
padamlah)
mukanya,
dan
dia
sangat
marah.”(QS.16(an-Nahl).58) Jadi pada masa itu kalau anaknya lahir perempuan maka mukanya berubah masam, karena tidak rela anaknya perempuan.
44
B.
Kedudukan Perempuan di dalam Islam
Maka tatkala islam datang hilanglah penindasan-penindasan terhadap wanita, dan kembalilah mereka pada kondisi sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Firman Allah Ta‟ala. .٤٩/(انحجشث
“Hai manusia,sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan (QS.49(Al Hujarat).13) Maka Allah subhanahu wa ta‟ala menempatkan wanita berada sederajat dengan lakilaki di dalam hak asasi manusia seperti halnya ia sederajat di dalam hak pahala dan dosa atas perbuatannya. Firman Allah subhanahu wa ta‟ala
١٦.٧٣/(انُحم
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik26, dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.(QS.16(AnNahl).97)
26
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dalam islam mendapatkan pahala yang sama dan bahwa amal soleh harus disertai iman
45
Firman AllahSubhanahu wa Ta‟ala:
“sehingga Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musrikin laki-laki dan perempuan” (QS.33(Al-Ahzab). 73)
Dan Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengharamkan keberadaan perempuan sebagai bagian dari harta warisan dari suami yang meninggal, seperti apa yang telah Allah Ta‟ala firmankan berikut ini: )٤.١٩/(انُـسبء
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa ”(QS.4(An-Nisa): 19) Allah pun menjamin kebebasan jati diri perempuan dan menjadikannya ahli waris, bukan sebagai harta warisan, serta menetapkan hak baginnya di dalam warisan dari harta kerabatnya, sebagaimana firman Allah subhanahu waTa‟la:
)٧ .٤/(انُـسبء
46
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan Ibu –Bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita adahak bagian (pula)dari harta peninggalan bapak –ibu dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagiannya yang telah ditetapkan”(QS.4 (An-Nisa‟:7) Dan firman Allah ta‟ala:
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu :bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan,27 dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua 28, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagianpembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak 27
Bagian laki-laki duakali bagian perempuan adalah karena kwajiban laki-laki lebih berat dari perempuan seperti membayar maskawin dan memberi nafkah(lihat An-Nisa‟:34) 28 Lebih dari dua maksudnya adalah dua atau lebih sesuai dengan apa yang di amalkan Nabi
47
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Hingga mengenai hal-hal yang menyangkut pembagian warisan bagi perempuan ,seperti; ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan istri. Kemudian dalam masalah perkawinan Allah SWT membatasi suami atas empat orang istri, sebagai batasan ikatan perkawinan dengan syarat yang paling dominan yaitu membangun
keadilan
yang merata
diantara
istri-istrinya.
Dan
diwajibkan
mempergauli mereka dengan cara yang ma‟ruf. Allah SWT telah berfirman sebagai berikut : ٩ .٤/ (انُـسبء
“Dan pergaulilah mereka dengan cara yang ma‟ruf”(QS.4(An-Nisa‟:19) Allah jadikan pemberian (mahar) itu sebagi hak bagi wanita ,dan menyuruh suami agar memberinya secara sempurna kecuali pemberian
yang dikembalikan
(sebagian)dengan cara menyenangkan hati.Firman Allah Ta‟ala…
٤ .٤/(انُـسبء
“berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan .29 Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.(QS.4(An-Nisa‟:4) 29
Pemberian itu adalah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak,karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas
48
Allah jadikan wanita sebagai pemimpin, penegak, dirumah suaminya yang mengatur bagi anak-anaknya.Sabda Rosul SAW :“Perempuan itu adalah pemimpin didalam rumah suaminya dan bertanggung jawab dari orang –orang yang di pimpinnya.” Sedangkan kewajiban suami adalah memberi nafkah dan pakaian dengan cara yang ma‟ruf.30 C.
Kemuliaan perempuan dalam pandangan islam
Islam telah memuliakan perempuan dengan kemulian yang tidak ada bandingannya dimasyarakat manapun. Rasulullah shallalahu‟alaihi wa salam bersabda, “Hanyalah orang mulia yang akan memuliakan perempuan, dan hanyalah orang yang hina yang merendahkan perempuan.” Dan akhir perkataan yang disampaikan Rasululluh shallalahu‟alaihi wassalam, sementara beliau di atas tikar kematiannya adalah “Perlakukanlah perempuan itu dengan sebaik-baiknya.” Dalam kitab sunan dari Muadz bin Jundah Al Qusyairi, dia berkata,”Wahai Rasulluh, apa hak istri kami yang wajib kepada kami?” Rasullah saw bersabda, “Engkau harus memberinya makan apa yang engkau makan, memberinya pakaian dengan jenis yang engkau pakai, jangan memukul muka dan jangan menjelekjelekannya,‟
30
Mhtadi abrori,KOREKSI ATAS PERILAKU WANITA BERIMAN,cetakan pertama Desenber 2001.MAKTABAH SALAFI PRESS
49
Umar bin Khaththab berkata, „Demi Allah, ketika zaman jahilliah kami tidak anggap perempuan sebagai sesuatu yang diperhitungkan, sehingga Allah menurunkan apa yang Ia turunkan dan memberinya bagian dengan apa yang telah ditetapkan-Nya.” Rosullulah SAW kemudian bersabda:“Orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik ahlaknya dan orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap istrinya” Dan Rosullulah SAW bersabda :“Perlakukanlah perempuan dengan baik, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan rusuk yang paling bengkok adalah tulang yang paling atas. Jika engkau hendak meluruskan maka ia akan patah dan jika engkau biarkan akan tetap bengkok.”(HR.Nasa‟i) Dengan hal ini Rosullulah SAW menginginkan laki-laki menanggung tindakantindakan perempuan, dan dalam masalah ini Rosullulah SAW sendiri yang jadi panutannya. Jika perempuan menjadi seorang ibu, maka islam sangat memuliakannya. Allah SWT berfirman:
“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua, Ibu-bapaknya,Ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaKU dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu”(QS. 31(Lukman).14)
50
Allah SAW telah menuntut untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kemudian mengkususkannya kepada ibu, kemudian menuntut bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua. Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi SAW “Siapa
orang
yang
paling
berhak
saya
hormati?
”Rosullulah
SAW
menjawab,”Ibumu”kemudian dia berkata,”kemudian siapa lagi?”Rosullulah SAW menjawab“Ibumu,”kemudian dia berkata,”kemudian siapa lagi?”Rosullulah SAW menjawab,”Ibumu”Kemudian dia berkata,”Kemudian siapa lagi?” Rosullulah SAW menjawab,”Bapakmu.” Ibu disebut tiga kali, kemudian bapak setelahnya. Karena Ibu telah memberi saham yang besar dengan mengandung, melahirkan dan menyusui. Kemudian, karena tabiat ibu lebih lemah dari bapak maka dia lebih membutuhkan pemeliharaan daripada lakilaki. Oleh karena itu,kita akan melihat sebuah kesalahan jika perempuan diberi tempat yang tidak disiapkan untuknya karena artinya mereka menginginkan agar perempuan itu mendurhakai agamanya dalam masyarakat islam di bawah selogan-selogan kebebasan, peradapan dan kemajuan.Ini hanyalah selogan-selogan sekilas yang menyembunyikan beban-beban dan kekacauan-kekacauan didalam masyarakat, dimana akan membuat perempuan sibuk diluar dan meninggalkan urusan rumahnya. Dan biasanya, jika perempuan turun kejalan, maka dia keluar dengan pakaian terbuka yang akan menimbulkan berbagai perubahan didalam masyarakat. 51
Islam telah memberikan kemulian kepada perempuan, sehinga dia menjadi manusia yang mulia yang berdiri untuk memenuhi anggapan manusia bahwa manusia ini benar-benar mulia dan mengkristal dalam anggapan laki-laki sebagai bapak, anak laki-laki, saudara laki-laki atau suami dengan memberi nafkah kepada anak perempuan, ibu, saudara perempuan dan istri dan mencegah perempuan untuk berusaha dan bekerja di luar rumah. Oleh Karena itu kewanitannya bisa terpelihara,karena hal inilah dorongan daya tarik pertama bagi laki-laki yang mana dia akan berusaha untuk mendapatkannya, kemudian melaksanakan kerjasama yang baik dalam kehidupan rumah tangga yang menghasilkan ketenangan, ketentraman dan kasih sayang, kemudian berkeinginan berperan sebagai ibu dan memelihara anakanak yang masih kecil. Maha Benar Allah Yang Berfiman,‟Allah yang menciptakan segalanya, mengetahui (Yang kamu lahirkan dan rahasiakan)dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”31
31
PerNas RI :KDT No.ISBN:979-97145-2-4.Syah‟Ali Al-Qodhi.Wadhiilfatul mar‟ah fil Mujtama‟il Insaani.Edisi Indonesia:RUMAH TANGGAKU KARIRKU,S.AgToha Ma‟ruf.&S.Ag Saiful Hadi.Penerbit MUSTAQIM.
52
53
BAB V TINJAUAN KRITIS TERHADAP MITRA SEJAJAR DALAM ISLAM A.
Asal usul dan substansi kejadian manusia
Untuk memahami secara mendalam konsep jender dalam Al-Qur‟an. Maka terlebih dahulu perlu difahami asal-usul dan substansi kejadian manusia menurut al-Qur‟an. Bagaimana al-Qur‟an memposisikan laki-laki dan perempuan, baik dari segi substansi maupun dari segi fungsi dan status? Dalam al-Qur‟an asal-usul dan substansi kejadian manusia dapat dilihat di dalam beberapa kategori, yaitu asal-usul manusia sebagai mahkluk biologis, asal-usul spesies manusia pertama, yakni Adam dan Hawa, asal-usul reproduksi manusia, dan substansi manusia itu sendiri32. 1.
Asal-Usul Manusia sebagai Mahkluk biologis Sebagaimana mahkluk biologis lainnya, manusia berasal-usul dari air sebagaimana dijelaskan di dalam beberapa ayat berikut ini ;
a.
Q.,s. al-Anbiya‟/21:30;
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
32
Dr.Nasaruddin Umar, MA.Argumen Kesetaraan Gender, Prespektif Al-Qur‟an, Pengantar Prof.Dr.M.Quraish Shihab,MA.hal.209
54
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”? b.
Q,s. al-An‟am/6;99:
“Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuhtumbuhan itu tanaman yang menghijau.” c.
Q,s. al-Nuur/25:45:
“Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air”33 Sebagaian ulama berpendapat bahwa, meskipun manusia bagian dari makhluk biologis, asal-usul penciptaannya berbeda dengan makhluk biologis lainnya, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat-ayat tersebut di atas. Awal penciptaan manusia
33
Al-Qur‟an, 24.45
55
dilakukan di Surga yang digambarkan berada di luar planet bumi,34 dan dengan demikian, yang dimaksud kata . (segala sesuatu) dalam ayat pertama di atas
tidak termasuk manusia (Adam dan Hawa). Namun demikian, Abu al-Qasim alBalkkhi dan Abu Muslim al- Ishfahani, sebagaimana dikutip Al-Razi bahwa surga (yang secara harfiah berarti “taman:”)tempat manusia diciptakan, tetap di dalam planet bumi dengan alasan sebagai berikut ; 1. Kata yang digunakan Allah untuk memerintahkan Adam dan Hawa meningalkan surga ialah kata (turunlah /Qs.al baqarah/2:36), lebih berkonotasi geografis, artinya berada dalam jangkauan kehidupan fisik, seperti istilah yang digunakan dalam Q,s. al-Baqarah/2;61; (pergilah kalian ke suatu kota) 2. seandainya yang dimaksud surga adalah tempat pembalasan, tentulah ia kekal di dalamnya sebagaimana firman Tuhan dalam Q,s. al-Hijr/15:48): (dan mereka samasekali tidak akan dikeluarkan darinya). 3. Tempat itu adalah tempat untuk memperoleh ridha Tuhan, bebas dari perilaku iblis yang mau sujud dan menyebabkan kemarahan Tuhan.
34
Ulama‟ yang berpendapat seperti ini antara lain al-Juba‟I, yang mengatakan manusia diciptakan di surga dilangit ketujuh, kemudian diturunkan ke bumi, lihat tafsir al-RAzi, Jilid I hal. 452. pendapat ini secara sainsnsusah diterima karena kehidupan mahluk biologis menuntut persyaratan tertentu,untuk memungkinkan mereka bertahan hidup.
56
4. surga sebagai tempat pembalasan, kenikmatan didalamnya tidak akan berakhir, sebagaimana di tegaskan dalam Q.S.Al-ra‟d/13:35
Artinya : Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka35. (QS.13(Al-ra‟d):35 begitu pula dalam banyak ayat di sebutkan surga adalah tempat kekal di dalamnya. Kalau Adam dan Hawa keluar berarti tidak sejalan dengan bunyi ayat-ayat itu. 5. Tidak tepat di ciptakan manusia di dalam surga yang sekaligus merupakan tempat pembalasan segala amal kebajikan. 6. Cerita penciptaan Adam dari tanah tidak di hubungkan dengan kisah kejatuhan manusia dari satu alam kealam lain, atau dari satu planet ke planet lain.
35
Al-Qur‟an, 13.35
57
Air adalah unsur penting dalam kehidupan setiap makhluk biologis, termasuk manusia. Tanpa air tidak terbayangkan adanya kehidupan. Ayat-ayat di atas sesuai dengan pandangan sains modern bahwa seluruh makhluk biologis membutuhkan air. Hanya pada planet yang mempunyai cadangan air yang memungkinkan untuk di huni oleh makhluk biologis36. Sampai di sini tidak ada persoalan antara laki-laki dan perempuan karena asal-usul kejadian makhluk biologis tersebut secara genetika tidak di bedakan.Laki-laki dan perempuan. Jantan dan Betina diciptakan dan berasal dari unsur yang sama. 2.
Asal-Usul Sepesies Manusia Pertama.
Manusia sebagai salah satu sepesies makhluk biologis asal-usulnya berasal dari tanah, sebagai mana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur‟an sebagai berikut. a.
Q.S Nuh/71:17-18:
“ Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
36
Maurice Bucaille, Bibel, hal.276
58
“Kemudian dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. b.
Q.S Thaha/20:55;
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, c.
Q.s.Hud/11:61:
“Dia telah menciptakan kalian dari bumi(tanah). d.
Q.s. al-Hajj/22:5
59
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. e.
Q.s.al An‟am,6:2:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). f.
Q.s.al-Shafat/37:11:
60
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa37yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. g.
Q.s.al -Rahman/55:14:
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. h.
Q.s.al-Hijr/15:26:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. i.
Q.s.al-Mu‟minun/23:12:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. 37
Maksudnya: malaikat, langit, bumi dan lain-lain.
61
j.
Q.s.al-Furqan/25:54:
:Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah,38 dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. k.
Q.s.al-Nisa‟/4:1:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya,39 Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,40 dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
38
Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan
sebagainya. 39
maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan . 40
menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
62
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dari “diri”yang satu (a single self), dan daripadanya Allah menciptakan pasangan (pair) nya, dan daripadanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kalian kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. B.
Kodrat laki-laki dan perempuan
Seorang laki-laki mempunyai tugas tersendiri, begitu juga perempuan mempunyai tugas tersendiri. Masing-masing saling melengkapi, tidak mungkin keduanya berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya saling membutuhkan. Jika salah satu jenis dari keduanya ingin menyerupai dengan jenis yang lainnya, maka hal ini dilarang oleh Islam, karena jenis yang ingin sama dengan yang lainnya akan merusak eksistensi dirinya dan tidak mungkin sama dengan jenis yang lain. Karena keseimbangan akhlak dalam masyarakat adalah terdapat dalam semua aspeknya, baik aspek materi atau aspek akhlak. Dan pakaian merupakan salah satu dari aspek-aspek ini. Orang yang memakai baju olah raga dia akan merasa bahwa ruh olah raga mengalir di tubuhnya, walaupun dia lemah fisiknya. Seorang pemuda yang memakai baju kakek-kakek, akan nampak pengaruh pakaian dalam berjalannya dan dalam tindakan-tindakannya. Oleh karena itu, pemeliharan Isalam agar tampak jelas antara laki-laki dan perempuan adalah dengan membedakan pakaian mereka. Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu‟anhu Rasullah shallallhu‟alaihi wa sallam bersabda „ “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.”(HR.Bukhari). Dalam riwayat lain‟ 63
“Allah melaknat laki-laki yang berkelakuan seperti banci dan perempuan yang berkelakuan seperti laki-laki.” Dari Abu Hurairah berkata, “Rasullah shallalahu‟alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki.”(HR.Bukharai) Rasullah shallallahu‟alaihi wa sallam menyebutkan, diantara orang-orang yang di laknat dan laknatnya diikuti oleh laknatnya malaikat diantaranya yaitu:
Laki-laki yang diciptakan oleh Allah sebagai laki-laki, kemudian dia menjadikan dirinya perempuan dan menyerupai perempuan.
Perempuan yang dijadikan oleh Allah sebagai perempuan, kemudian dirinya menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai laki-laki
Rasullah shallallahu „alihi wa sallam melihat seorang laki-laki memakai sutra, maka belia bersabda, “Ini adalah pakaian orang yang tidak berakhlak.”(HR. Syaikhani) Dari Ali radhiyallahu‟anhu berkata : “Rasullah shallallahu‟alaihi wa sallam melarangku untuk memakai cincin dari emas dan memakai qasi (sejenis sutra) dan dari pakaian yang dicelup dengan warna kuning,” Jadi secara kodrati laki-laki dan perempuan merupakan mitra sejajar yang saling melengkapi, saling tergantung dan saling membutuhkan. Harkat dan martabat dapat dicapai melalui perjuangan yang gigih, baik dari laki-laki maupun dari perempuan,
64
tanpa harus tergantung satu sama lain. Bila pengertian ini dipahami oleh semua pihak, pernyataan sesuai dengan atau dengan memperhatikan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai perempuan‟tersebut tidak perlu lagi di cantumkan dalam GBHN. Kalimat tersebut mengundang penafsiran bahwa kodrat, harkat, dan martabat perempuan berbeda dengan laki-laki, serta mangandung pengertian bahwa perbedaan tersebut menempatkan perempuan tidak sebagai mitra sejajar laki-laki.Jadi perempuan, dengan adanya perbedaan tersebut terkesan menjadi lebih rendah dari laki-laki.41 C.
Perbedaan perempuan dan laki-laki
Perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi penciptaanya, laki-laki (Adam) diciptakan Allah dari tanah tanpa melibatkan manusia manapun, karena memang belum ada manusia manapun. Sedangkan perempuan (Hawa) sebagai jodohnya, diciptakan dari tulang rusuk Adam. Begitu Abul Basyar yang berarti bapak manusia dan Ummul Basyar yang berarti ibu manusia dan berlainan jenis; semua itu diciptakan Allah sebagai manusia pertama dan kedua. Apabila yang pertama ditegaskan dalam firman Allah (al-Qur‟an),maka yang kedua dijelaskan melalui sabda rosullullah, (al-Hadish) jadi dari pengertian tersebut cukup jelas adanya perbedaan asal usul kejadian antara keduanya, meskipun dari diri yang satu yaitu laki-laki (Adam) dan Adam diciptakan dari tanah, pengertian ini sesuai dengan ayat 1 surat anNisa‟,sebelum dikemukakan perkembanganya, dalam arti yang lebih umum, perlu disampaikan kajian tentang Isa bin Maryam. Ia dilahirkan dari ibunya Maryam yang
41
Dr.Hj.Zaitunah Subhan.TAFSIR KEBENCIAN,Studi Bias Gender Dalan Qur‟an.Penerbit,LKIS Yogyakarta,cet I,September 1999.hlm.96
65
suci. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Adam (laki-laki) diciptakan Allah tanpa adanya ayah dan ibu, sedangkan Hawa (perempuan diciptakan tanpa ibu, dan Isa Alaihissalam tanpa ayah, begitulah kehendak Allah atas dasar kekuasaanya. Dalam keadaan seperti itu patut dipertanyakan, bagaimana teori Darwin yang dikemukakan para pengikutnya bahwa manusia itu terjadi dari kera (monyet). Dari pernyataan itu, dapatkah dibuktikan dengan argument yang kuat?. Kelemahan teori tersebut diantaranya karena tidak mau melibatkan kajian wahyu dari penciptaannya (Allah), seperti halnya dalam berbagai teori yang lain, semuanya hanya digagahi dengan akal dengan berbagai penyelidikan yang kabur dan praduga, oleh sebab itu tidak mustahil kalau banyak teori dan ketentuan hukumnya bertentangan dengan wahyu : al-Qur‟an dan al-Hadish. Perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sifat dan organya, perempuan dibedakan dari laki-laki bukan saja dapat diperhatikan dari kodrat dan asal kejadian fitrohnya, melainkan juga dapat di bedakan melalui komposisi organ dan beberapa sifatnya, dan lebih jelasnya lagi dari letak lahiriahnya yaitu letak bedanya adalah dari alat kelaminnya. Disamping adanya jenggot dan kumis bagi laki-laki menurut umumnya dan buah dada yang lebih menonjol bagi perempuan. dari perbedaan tersebut menjadi logis apabila dalam hal aturan hukumnya. Hak dan kewajiban antara keduanya akan menjadi berbeda pula, Disamping memiliki persamaan di berbagai persoalan. Khususnya dalam bertanggung jawab beribadah kepada Allah. Hak dan kewajiban serta adanya perbedaan dan persamaan hukum yang disesuaikan dengan kondisi yang disesuaikan dengan diri manusia beserta sifat-sifat yang dimiliki antara 66
keduanya, aturan inilah yang dapat ditemukan di dalam ajaran islam. Sebagai aturan yang diturunkan dari langit untuk manusia di bumi yang asal kejadianya diciptakan oleh Allah. Apabila manusia di ciptakan oleh Allah dan aturan hukumnya dibuat Allah, maka sulit akan dikatakan tidak tepat, akal yang sehat dan penuh rasa syukur tentu mudah menerimanya. Sekalipun ditemukan adanya beberapa perbedaan antara hak dan kwajiban disamping adanya persamaan. Inilah yang perlu dipahami dengan baik agar umat islam tidak terperangkap dengan berbagai teori dan faham yang hanya didasarkan pada realita, akal dan rasa yang ingin lepas dari keterikatan wahyu dari penciptanya. Kita seharusnya dapat memahami adanya kebenaran semu dan kebenaran menurut jati dirinya. Untuk yang pertama kebenarannya hanya berpangkal pada khayal yang dapat diwujudkan dalam realita. tetapi tidak memiliki akar dalam dan ujung yang menjulang tinggi. sedangkan yang kedua akarnya berasal dari langit dan ujungnya dapat mengantarkan ke pengadilan ahirat kelak. Begitulah kebenaran islam yang harus diyakini setiap muslim.42 Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari hak, kewajiban dan hukumnya, dengan tertib telah dikemukakan bahwa menurut asal kejadian fitrahnya dan organ serta sifat-sifatnyamanusia yang berlainan jenis laki-laki dan perempuan memiliki beberapa perbedaan disamping dikemukakan persamaanya. Oleh sebab itu apabila dalam kehidupan berumah tangga dan dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas antara keduany itu memiliki hak dan ewjiban serta hokum yang berbeda.
42
Ahmad Husnan,KEADILAN HUKUM ISLAM ANTARA WANITA DAN LAKI_LAKI.Penerbit.Al-Husna,hlm.135
67
Bukanlah suatu yang janggal bahkan harus ditangkap sebagai suatu pengertian selaras dan logis. Diantara contoh yang perlu diketahui dalam kajian ini antara lain: 1. Laki-laki memiliki hak dalam imam shalat berjamaah yang didalamnya terdapat perempuan, sedangkan perempuan tidak memiliki hak seperti itu. 2. Laki-laki memiliki hak menjadi pemimpin dalam kehidupan berumah tangga dan dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas. Sedangkan perempuan tidak memiliki hak seperti itu, kecuali dalam pengertian yang lebih terbatas saat suami tidak ada dan antara sesama perempuan saja. 3. Laki-laki memiliki hak kawin lebih dari satu dalam satu masa. dan hak seperti itu tidak dapat dimiliki oleh perempuan. 4. Anak laki-laki memiliki hak harta waris dari orang tuanya dua kali lipat dari hak anak perempuanya.dan pengertian ini cukup jelas adanya perbedaan antara keduanya. 5. Dalam kebebasan bergerak di luar rumah laki-laki tidak ada ketentuan syar‟i yang membatasinya. Sedangkan perempuan keluar atau bepergian harus idzin suaminya. Hal inipun merupakan salah satu dari perbedaan hukum antara keduanya. 6. Dalam hal shalat jum‟at, laki-laki wajib yang tidak boleh diganti dengan shalat zhuhur, kecuali sakit (dhorurot). Sedangkan perempuan boleh memilih salah satunya, dalam hal ini sering disebut dengan wajib mukhayyar. Dan hal inilah sebagai contoh kongkrit ajaran islam yang menunjukan adanya perbedaan hak, kewajiban dan hukum antara laki-laki dan perempuan. Adanya 68
perbedaan tersebut bukan menunjukan ketidak adilan dalam ajaran islam. Tetapi justru sebaliknya. Karena telah disesuaikan oleh penciptanya antara asal kejadianya. Perbedaan organ dan aturan yang telah dibuatnya.Dengan demikian itulah jati diri ajaran islam yang tidak boleh di ganggu gugat oleh siapapun juga. Laki-laki dan perenpuan mempunyai perbedaan dari segi tolak ukur nilai benar. Namun demikian pihak lain telah melakukan pemahaman yang tidak benar. Mereka menilai adanya perbedaan hak, kewajiban dan hukum antara keduanya itu dinyatakan tidak adil, dengan tolak ukur nilai benar yang berbeda. Apabila ukuran kebenaran tolak ukur dalam Islam adalah wahyu; al Qur‟an dan as-sunnah, maka tolak ukur nilai benar bagi mereka adalah akal, rasa dan realita. Oleh sebab itu tidak mustahil apabila mereka melancarkan serangan terhadap Islam yang mereka pandang tidak adil. Untuk menangkalnya selain kita harus paham benar adanya perbedaan tolak ukur nilai benar tersebut juga perlu memiliki kearifan dan kemampuan untuk mendudukan persoalannya. Pengertian benar menurut wahyu harus dipahami, disamping benar menurut kasus atau waqi‟atul „ain juga harus dimengerti. Untuk yang pertama tidak mungkin salah, sedang bagi yang kedua mungkin benar dan mugkin salah. Disinilah inti persoalan yang harus dicermati dan dipahami, agar tidak terjadi kekacauan pemikiran seperti yang dialami para pemikir Islam, karena tipisnya iman dan kurangnya penguasaan terhadap persoalan yang dikaji. Apabila hal tersebut telah dipahami dengan baik, insya Allah adanya berbagai teori konsep di alam demokrasi atau lainnya di luar Islam, baik mereka yang mensuarakan dan memperjuangkan
69
kebebasan atau persamaan, ataupun lain istilah yang lebih indah tetapi megandung kebenaran semu, dengan cepat akan dapat diatasi. Carl yang juga termasuk salah seorang yang ikut mencanagkan teori persamaan antara laki-laki dan wanita, seraya berkata,” Sesungguhnya ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan wanita, yang tidak hanya berasal dari perbedaan perangkat-perangkat seksual, atau karena rahim dan kehamilan, atau karena ada perbedaan metode pendidikan. Tetapi perbedaan itu berasal dari suatu sebab yang amat mendalam, yaitu karena pengaruh organic secara keseluruhan, yang disertai dengan materi-materi kimiawi dan genetik. Apabila kejadian-kejadian yang fundamental ini diabaikan, dan sekaligus merupakan acuan aktivitas kewanitaan, tentu bisa dikatakan bahwa masing-masing jenis antara pria dan wanita mungkin untuk menerima satu jenis pendidikan dan melaksanakan berbagi pekerjaan yang serupa. Padahal pada hakekatnya wanita itu jauh berbeda dengan laki-laki. Setiap bagian di dalam tubuhnya mempunyai ciri yang sesuai dengan jenisnya, begitu pula kaitanya dengan setiap perangkat organiknya, apalagi dengan susunan syarafnya. Sementara itu, tatanan organ atau fisiologis tak jauh berbeda dengan tatanan astronomi, yang tidak bisa diselewengkan. Sungguh tidak mungkin kita merombak kecenderungan humanistic pada diri wanita, lalu dipaksa untuk menerimanya. Bagaimana pun juga kita harus dengan tabiatnya yang khusus, tanpa harus merubah mereka untuk mengikuti kaum laki-laki. Karena pada dasarnya peranan mereka untuk
70
memajukan peradaban lebih tinggi dari pada peranan kaum laki-laki. Maka tidak seharusnya para wanita menyejajarkan diri dengan kaum laki-laki.”43 Ustadz Al-Maududy pernah berkata,”Inilah spesifika ilmu biologi. Berbagai kajian telah menetapkan bahwa wanita berbeda dengan laki-laki dalam segala hal, baik dari bentuk, organ-organ luar yang tampak hingga bagian-bagian terkecil dari tubuhnya yang merupakan subtansi protein dari susunan tubuhnya. Dilihat dari pembentukan jenis kelamin pada janin ,bisa diketahui pertumbuhannya dari jenis yang memberikan gambaran yang berbeda. Tubuh wanita tersusun dengan berbagai susunan yang memang dia persiapkan untuk bisa melahirkan anak dan memiliki kemampuan untuk mendidik dan membimbing. Dilihat dari pembentukan awal didalam rahim hingga dia mencapai masa baligh, maka tubuh wanita berkembang dan akhirnya kesiapan itu benar-benar menjadi sempurna. Inilah yang kemudian bisa diketahui secara pasti batasan-batasan cara pembentukannya.”44
43 44
Al-Mar‟ah bainal-fiqh wal-qonun,Atitiba‟y.Dalam muqodimahnya. Al-Hijab.hlm 221
71
72
BAB VI MASALAH-MASALAH ATUAU HAMBATAN – HAMBATAN YANG YANG DI HADAPI DALAM MELAKSANAKAN MITRA SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI ERA SEKARANG INI
A.
Budaya membedakan perempuan dan laki-laki
Dengan mempertimbangkan hukum keseimbangan ilahiah, mari kita renungkan hubungan antara laki-laki dan perempuan.Menurut hukum ilahiah, hubungan ini ditetapkan atas prinsip pembagian kerja, yaitu laki-laki bertanggung jawab untuk menjalankan tugas di luar rumah, sementara perempuan bertanggung jawab atas tugas di dalam rumah. Alqur‟an menyatakan bahwa “kaum laki-laki adalah pemimpin kaum perempuan.” Ini bukan berarti bahwa laki-laki adalah atasan perempuan, atau tuannya. Hal ini cuma berarti bahwa dalam mengelola rumah tangga dan mendidik keluarga, tugas laki-laki adalah, karena kemampuannya yang lebih aktif, untuk mencari nafkah, mengurusi pekerjaan dan, ketika dipanggil, mempertahankan negaranya. Laki-laki secara alamiah lebih sesuai untuk tugas-tugas demikian, dan karena sifat alamiah inilah, makanya tugas-tugas tersebut menjadi tanggung jawab laki-laki, bukan perempuan. Kata qawwam pada ayat diatas, adalah bentuk yang memberi tekanan dari kata qa‟im yang berarti,” orang yang bertanggung jawab atau menjaga sesuatu atau seseorang.”Jadi, penggunaan kata ini adalah petunjuk adanya keputusan pembagian kerja ketimbang sebagai petunjuk superioritas laki-laki atas perempuan. 73
Harus diakui bahwa perempuan memiliki tanggung jawab pengelolaan rumah tangga dikarenakan pembawaannya yang lebih pasif,bakatnya untuk tugas-tugas rumah tangga, kelembutan kasih-sayangnya, yang semua itu sungguh sesuai untuk mengurusi soal kerumah tanggaan ketimbang jika soal tersebut harus ditangani kaum lelaki. Sejak zaman dulu kehidupan telah diatur dengan stabil oleh pembagian kerja ini. Mencari nafkah sering berarti berburu, bercocok tanam, mencari ikan, bekerja di kebun buah-buahan, mengangkut barang dagangan untuk barter atau diperdagangkan, semua tugas ini secara fisik sukar dilakukan, dan karena itu, lebih baik dan lebih mudah dilakukan oleh laki-laki. Sementara laki-laki terlibat dalam kegiatan tersebut, maka memang lebih praktis bagi perempuan untuk tinggal di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun demikian, dengan datangnya revolusi industri, tercipta kondisi yang cenderung merusak tatanan alam ini. Muncul pekerjaan yang pada taraf tertentu sesuai untuk perempuan. Karena tradisi di negara-negara barat tidak mengharuskan perempuan untuk memisahkan diri dari laki-laki dan hidup dalam pingitan, perempuan pun keluar dari rumah dan bekerja di kantor dan pabrik. Perlahan-lahan, pola hidup tradisional mulai berubah. Laki-laki bukan lagi satu-satunya pencari nafkah: perempuan mulai berbagi tanggung jawab itu. Kemudian perempuan memperoleh independensi ekonomi sehingga mereka “melepaskan diri dari belenggu yang dibuat laki-laki”untuk menciptakan kehidupan baru yang independent bagi dirinya.
74
Sekarang ini, batas-batas sosial yang ditetapkan olah konvensi tradisional telah pudar, dan semua negara kini mempunyai undang-undang yang mendukung persamaan jenis kelamin. Walaupun demikian,perempuan modern tetap merasakan dirinya berada di jenjang yang lebih rendah daripada laki-laki. Mereka tetap tidak bias mencapai status yang sama dalam bidang-bidang penting kehidupan modern, baik secara ekonomi maupun profesi. Keadan ini jelas mengindikasikan bahwa, bertentangan dengan cara berfikir para pejuang women‟s lib, pengkondisian sosial tidak dapat disalahkan penyebab perbedaan yang berlangsung berabad-abad mengenai status antara laki-laki dan perempuan. Jika memang perbedaan ini karena bentukan sosial, tentu pada akhir abad ke-20 perempuan telah memperoleh status yang sejajar dengan laki-laki. Jelasnya kita harus mencari alasan lain B.
Doktrin islam yang mengajarkan bahwa perempuan harus tunduk pada laki-laki
Dalam hal ini ada kesan bahwa islam itu tidak adil, karena ada perbedaan hak, kewajiban serta perbedaan beberapa hukum antara laki-laki dan perempuan, begitulah yang dapat ditangkap dari beberapa pendapat orang diluar islam dan sebagian pemikir islam yang telah terbawa arusnya, kesan tersebut mudah dipahami, karena selain tidak dikaji secara utuh yang melibatkan latar belakang dan sebab adanya perbedaan, juga tolak ujur nilai benar itu hanya di nilai dari akal, rasa, realita dan peradaban yang sedang tumbuh, jadi kehendak Allah dan Rasul-Nya yang menjadi sumber dan dasar islam serta kekuatan iman tidak di tampilkan sebagai tolak ukurnya.
75
Kesan yang salah tersebut perlu segera di hilangkan dengan cara mengemukakan kajian yang dapat menggambarkan pengertian yang utuh. Untuk itu disamping mengetengahkan latarbelakang yang menjadi sebab adanya perbedaan. Perlu di iringi secara kongrit aturan-aturan islam, yaitu untuk mengikuti fitrah dalam pembagian tugas dan pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan, dimana masingmasing memiliki tugas tertentu untuk kebaikan ummat manusia. Gambaran yang menunjukan kedudukan laki-laki dan perempuan seperti peperangan yang sengit, hal ini menyembunyikan kenyataan dan bertentangan dengan kebaikan masyarakat yang islami, bahkan seluruh masyarakat kemanusiaan. Dan masalah yang sebenarnya adalah pembagian spesialisasi, keberagaman, saling melengkapi dan keadilan. hal itulah yang ada dalam ajaran islam, karena dzat yang mengaturnya adalah pencipta dari laki-laki dan perempuan, dimana dia lebih tahu segala sesuatu yang baik bagi mereka. Jadi islam tidak mengajarkan bahwa perempuan itu harus tunduk kepada laki-laki, dan doktrin-doktrin seperti itu harus segera dihilangkan, karena islam hanya menginginkan manusia bertindak pada fitrahnya. yaitu laki-laki mengerjakan pekerjaan bagian luar rumah, yakni mencari nafkah, dan perempuan mengerjakan pekerjaan dalam, yakni memelihara rumah tangga suaminya.
76
77
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Dalam menjalankan kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan islam tidak membedakan diantara keduanya, sebab dalam islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang peribadatan, laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama di mata Tuhan yang membedakan hanyalah ketaqwaannya terhadap Tuhannya. Untuk menghasilkan kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan yang harmonis islam telah memberikan tatanan yang alamiah, laki-laki dan perempuan adalah mitra, bukan atasan ataupun penguasa terhadap perempuan. Islam sendiri memnberikan kebebasan terhadap perempuan tersebut tidak melampaui batas kodrat, harkat dan martabatnya sebagai perempuan, islam memandang bahwa pekerjaan pakok perempuan adalah memelihara rumah tangga suaminya, mendidik anak-anaknya dan memberikan kasih sayang terhadapnya, sebab hanya perempuanlah yang mampu memberikan kasih dan sayangnya terhadap anak-anak dan keluarganya. Jadi islam tidak mengajarkan bahwa perempuan itu harus tunduk kepada lakilaki, dan dokrtin-doktrin seperti itu harus segera dihilangkan, karena islam hanya mengingikan manusia bertindak pada fitranya, yaitu laki-laki mengajarkan pekerrjaan bagian luar rumah, yakni mencari nafkah, dan perempuan mengerjakan pekerjaan dalam, yakni memelihara rumah tangga suaminya. 78
Islam telah memberikan kemulian kepada perempuan, sehingga dia menjadi manusia yang mulia yang berdiri untuk memenuhi anggapan manusia bahwa manusia ini benar-benar mulia dan mengkristal dalam anggapan laki-laki sebagain bapak, anak laki-laki, saudara laki-laki atau suami dengan member nafkah kepada anak perempuan, ibu,saudara perempuan dan istri dan mencegah perrempuan untuk berusaha dalam bekerja di luar rumah.Oleh karena itu kewanitaannya bisa terpelihara, karena hal inilah dorongan daya tarik pertama bagi laki-laki yang mana dia akan berusaha untuk memdapatkannya, kemudian melaksanakan kerja sama yang baik dalam kehidupan rumah tangga yang menghasilkan
ketenangan,
ketentraman
dan
kasih
sayang,
kemudian
berkeinginan berperan sebagai ibu dan memelihara an ak-anak yang masih kecil. Maha Benar Allah Yang Berfirman, Allah yang menciptakan segalanya, mengetahui(Yang kamu lahirkan dan rahasikan)dan Dia Maha Halus lagi Maha mengetahui. Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dengan kodratnya tersendiri begitu pula perempuan dan yang satu dangan yang lain harus saling melengkapi, agar tercapai kehidupan yang harmonis di dalam raya ini. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan itu sama, sama-sama sebagai mahluk Tuhan, sama-sama mempunyai hak untuk beribadah terhadap Tuhannya, akan tetapi di antara keduanya juga mempunyai perbedaan, yakni beda tugas, beda sifat dan organnya, dan beda hak dan kewajibannya.
79
80
81
82
83