KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 7 Agustus 2010 Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro 1. Kemitraan dalam Pendidikan Kehidupan
manusia
selalu
mengisyaratkan
pentingnya
kemitraan,
dimana
kemitraan
mengandung pengertian adanya persahabatan, kerjasama, hubungan timbal balik yang saling membantu. Kehidupan yang produktif dan bersahabat membutuhkan adanya hubungan kemitraan, pertemanan, dan persaudaraan untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan yang dapat dirasakan dan diterima oleh semua yang terlibat dalam kehidupan bersama. Secara kodrati manusia hidup di dalam dunia dan bersama dunia, oleh karenanya kehidupan manusia bukan sekedar bertempat tinggal di dunia ini secara pasif, tetapi kehidupan manusia dilakukan secara aktif untuk mengusahakan, mengembangkan, dan memperbaiki kehidupan dalam konteks tempat tinggal di mana manusia hidup. Manusia hidup bersama orang lain oleh karenanya manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam memahami dan memberi makna lingkungan tempat tinggal di mana secara sosial manusia menjalani kehidupan. Belajar dan pendidikan selalu terjadi dalam proses sosial, oleh karenanya aktivitas belajar selalu bersifat social-learning (belajar sosial) dan tujuannya juga untuk berpartisipasi dalam kehidupan serta usaha perbaikan kehidupan social. Suatu contoh mengapa anak-anak ingin belajar bahasa? Sebenarnya mereka ingin dapat berbicara untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial bersama orang tuanya. Dengan kemampuan menggunakan bahasa maka anak-anak akan dapat memahami permasalahan kehidupan yang dihadapi secara bersama, dan dengan berpartisipasi dalam pemecahan masalah kehidupan, maka mereka akan memperoleh penghargaan dan diakui eksistensinya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Bahasa sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan, tetapi juga untuk menyampaikan pengetahuan atau bahkan untuk berkomunikasi membangun kemitraan yang penuh rasa menghargai dan menghormati satu dengan lain. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diciptakan oleh
masyarakat untuk membantu
keluarga, dan msyarakat dalam tugas menyiapkan generasi anak-anak yang belum siap dalam kehidupan sosial, dengan tujuan membantu mengembangkan dalam diri anak suatu kondisi fisik,
1
intelektual, dan moral yang dituntut oleh masyarakat secara keseluruhan. Fungsi sekolah sebagai lembaga yang dikembangkan masyarakat adalah untuk tugas melaksanakan pendidikan bagi anak dan pemuda agar dapat sesuai dengan tuntutan sosial budaya masyarakat. Sebagaimana realita masyarakat yang terus menerus berubah dan berkembang maka apa yang dilakukan oleh sekolah untuk menyiapkan anak dalam melakukan peran sosial harus terus menerus melakukan perubahan. Ungkapan ini cenderung menggambarkan bahwa peran sekolah sebagai lembaga pendidikan harus menyesuaikan dengan perubahan sosial, seolah-olah apa yang terjadi di sekolah selalu tertinggal dari perkembangan cepat masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun, pandangan para ahli pendidikan progresif meletakkan tugas pendidikan sebagai instrumen untuk membangun masyarakat baru, yang merupakan sisi lain dari fungsi pendidikan untuk melestarikan kehidupan sosial budaya. Peran sekolah dalam kehidupan masyarakat yang utama adalah peran pendidikan yang mencakup pengembangan dalam diri anak kemampuan fisik, kognitif, dan moral, sehingga mereka mampu untuk melakukan peran sosial dalam kehidupan masyarakat. Secara ideal tiga ranah kemampuan anak dapat dikembangkan secara harmonis oleh kegiatan pendidikan di sekolah. Akan tetapi karena perkembangan kehidupan modern di mana ilmu pengetahuan dan teknologi dengan orientasi untuk mengejar pencapaian kemajuan ekonomi lebih dominan, maka kegiatan sekolah lebih dominan pada aktivitas pengajaran atau pengembangan kemampuan kognitif anak. Orientasi pendidikan atau belajar di sekolah lebih menekankan pada penguasaan materi pelajaran seperti matematika, fisika, bahasa, ekonomi, geografi dll. Peran guru lebih cenderung diletakkan sebagai seorang ahli di bidang materi pelajaran tersebut dengan tugas mengajarkan pengetahuan keahlian itu pada murid. Peran guru bergeser kearah penyampaian pengetahuan dan teknologi pada siswa, sehingga peran guru sebagai pendidikan siswa yang dapat menyentuh aspek sosial-emosional, dan pengembangan kepribadian siswa menjadi lemah. Hubungan guru dan murid dalam kegiatan belajar cenderung menjadi bersifat mekanis kering yang tidak menyentuh dimensi emosi dan perasaan, karena orientasi belajar lebih bersifat
transfer (pemindahan) pengetahuan dari guru pada siswa maka proses belajar cenderung bersifat formal top-down yang diarahkan otoritas guru. Dalam kondisi seperti ini hubungan kemitraan antara guru dan siswa dalam proses belajar untuk mengembangkan pengetahuan, dan kepribadian anak menjadi hilang. Hubungan guru dan murid bersifat instruktif, sehingga murid kurang
dapat
kepribadiannya.
mengarahkan Sementara
dirinya
sendiri
pengetahuan
2
dalam
yang
mengembangkan
diperoleh
oleh
murid
pengetahuan kurang
dan
memiliki
kebermaknaan bagi pengembangan atau perbaikan kehidupan dirinya, karena pengetahuan yang diperoleh terasing dari kebutuhan pengembangan diri. Dalam kehidupan modern peran pendidikan sekolah lebih diarahkan dan dikaitkan dengan ekonomi dan hampir semua pemerintah mengakui bahwa sekolah harus dapat menghasilkan tenaga kerja yang terdidik dan berketrampilan yang dibutuhkan bagi pencapaian kemajuan dan persaingan ekonomi. Aktivitas pendidikan sering dipandang sebagai investasi untuk memperoleh peningkatan ekonomi bagi peserta didik. Secara individual dan sosial pandangan semacam ini tentu sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat akan perlunya tersedianya lapangan kerja dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia akan kesejahteraan material. Namun demikian tampaknya perlu dikembangkan pandangan bahwa tujuan kehidupan manusia bukan sekedar untuk mengumpulkan kekayaan material yang dapat menimbulkan keserakahan kepemilikan material yang mendorong terbentuknya dominasi kekuasaan yang menimbulkan konflik. Banyak ahli yang menyatakan pentingya arah pengembangan pendidikan atau pengembangan masyarakat untuk pencapaian masyarakat yang bijak ( wise). Pendidikan untuk membangun kehidupan sosial yang lebih bijak adalah menjadi dasar bagi membangun masyarakat yang lebih memiliki karakter baik. Ada suatu contoh yang unik pentingnya pendidikan karakter di masyarakat Jepang. Undang-undang dasar pendidikan Jepang menetapkan bahwa tujuan pendidikan adalah “penyempurnaan karakter setiap individu”, tanpa menyebut sesuatu tentang aspek praktis dari pendidikan seperti pengetahuan dan keterampilan. Pandangan umum masyarakat Jepang terhadap tujuan pendidikan adalah untuk pengembangan karakter individu atau untuk pengembangan kehidupan intelektual dan spiritual. Orang Jepang seolah-olah merasa tidak senang untuk mengkaitkan aktivitas pendidikan dengan aspek praktis untuk pencapaian material, walaupun mereka yakin bahwa aktivitas pendidikan menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan, tetapi tujuannya lebih bersifat tujuan intrinsic yaitu mengembangkan kemampuan intelektual dan pengembangan karakter. Masyarakat Jepang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap aktivitas belajar, walaupun tujuan utamanya untuk pembentukan karakter, tetapi masyarakat Jepang berhasil dalam pencapaian kemajuan ekonomi. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam kehidupan sekolah di masyarakat Jepang sangat sederhana yaitu nilai jujur, hemat, bersih, dan kerja keras, tetapi karena dilaksanakan dengan partisipasi yang luas dalam keluarga, masyarakat, dan tempat kerja maka dapat membentuk karakter masyarakat Jepang yang mendukung pencapaian kemajuan ekonomi. Sekolah sebagai salah satu lembaga formal yang memang dengan sengaja dirancang sebagai tempat belajar, tempat untuk berkomunikasi antara guru dan murid, yang difasilitasi dengan
3
peralatan belajar (laboratorium, perpustakaan, olah raga, music, teknologi informasi) maka di sekolah seolah-olah sebagai tempat yang khusus untuk melaksanakan kegiatan pendidikan atau belajar. Namun demikian sekolah bukan identik dengan pendidikan, karena aktivitas pendidikan terjadi secara luas baik dalam keluarga, masyarakat, maupun tempat kerja. Bahkan di tempat rekreasi untuk mengisi waktu luangpun terjadi aktivitas pendidikan atau belajar. Apa yang penting dari realitas aktivitas pendidikan atau belajar yang dapat terjadi dalam konteks kegiatan hidup yang beraneka ragam maka organisasi sekolah tidak mungkin mengisolasi dirinya dari kehidupan masyarakat yang lebih luas. Sekolah sebagai masyarakat kecil untuk melaksanakan tugas pendidikan atau belajar bagi mereka yang belum siap melaksanakan peran sosial dalam masyarakat seharusnya dapat membangun kerjasama atau kemitraan dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat. Kemitraan sekolah dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat ini dibutuhkan untuk tujuan-tujuan: a. Membantu sekolah dalam melaksanakan tugas pendidikan atau belajar bagi para siswa, b. Memperkaya pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dalam bermacam-macam setting kehidupan, c.
Mendekatkan kegiatan belajar sesuai dengan konteks kehidupan yang riil di dalam kehidupan sehari-hari,
d. Membantu sekolah untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat bagi kegiatan pendidikan dan belajar siswa, e. Meningkatkan berkembangnya kemandirian, kreativitas, sikap toleransi dan keterbukaan para siswa dalam kehidupan belajar, f.
Meningkatkan kebermaknaan kegiatan belajar siswa bagi perubahan kehidupan dan pemecahan masalah sosial.
2. Tugas Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebagai manager (pengelola) dan juga sebagai leader (pemimpin) dalam organisasi sekolah, memiliki tugas di samping pengembangan akademik, juga pengembangan kemitraan sekolah. Dua tugas ini sangat penting dan saling mendukung satu dengan lain. Bahwa kegiatan akademik di sekolah terjadi sebagai proses sosial sehingga dibutuhkan kemitraan antara mereka yang terlibat dalam proses akademik. Sebagaimana dijelaskan di atas dalam proses akademik, dibutuhkan hubungan kemitraan antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa lain, yunior dengan senior, antara siswa dengan tenaga administratif. Kegiatan belajar pada dasarnya adalah saling bekerja sama dan saling membantu, sehingga hubungan kemitraan dalam kegiatan akademik sangat dibutuhkan dalam aktivitas belajar di sekolah.
4
Pengembangan kehidupan sosial budaya sekolah adalah sebagai landasan penting untuk tumbuhnya kemitraan dalam kegiatan akademik. Pengembangan kemitraan sosial sekolah pada dasarnya adalah sangat penting bagi pengembangan karakter siswa seperti menghargai aktivitas belajar, jujur, hemat, bersih, dan kerja keras. Pembentukan karakter seseorang selalu terjadi atau terbentuk dalam proses dan konteks kebudayaan, dimana semua anggota-anggota kelompok ikut terlibat dalam mendukung penampilan nilai-nilai yang dianggap berharga. Sebagaimana telah disebutkan dua tugas utama kepala sekolah adalah manajemen dan kepemimpinan, dimana tugas manajemen terkait dengan proses dan struktur organisasi, sementara kepemimpinan terkait dengan tugas pengembangan nilai-nilai (budaya) yang dapat memberi dukungan terhadap proses atau aktivitas organisasi sekolah. Kepala sekolah memiliki tugas
manajemen
(pengelolaan)
seperti
merancang,
mengorganisir,
menggerakkan,
mengevaluasi kegiatan belajar di kelas, perpustakaan, makan bersama di sekolah, hubungan sekolah dengan keluarga (orang tua siswa), hubungan sekolah dengan dunia kerja, hubungan sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya, dll. Di samping itu kepala sekolah juga memiliki tugas kepemimpinan yaitu menciptakan budaya kemitraan dalam kehidupan sekolah dan kemitraan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah. Keberhasilan untuk membangun kemitraan sekolah adalah sangat ditentukan oleh peran kepala sekolah dalam melaksanakan tugas manajemen dan kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu adalah menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk membangun manajemen kemitraan internal dalam sekolah dan eksternal dengan lembaga di luar sekolah (dalam masyarakat), dan menciptakan budaya kemitraan internal dan eksternal.
5