K.EMENTERIAN .PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSTTAS SYIAH KUALA
"
FAKULTAS HUKUM
DARUSSALAM - BANDA ACEH
Telepon.: (0651) 7410304, 7552295 Fax .. 7552295
Nornor · 0490a/UN11.1/PP/2012
Lamp.
Hal
; Penunjukan Sebagai Narasumber
Yth.
: Ke.f?ala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah AceI1 di. Banda Aceh
2S April 2012
Dengan honnat. sehubungan dengan surat Saudara No: 005/1521.1/6/2012 tanggal 20 April 2012 perihal Kesediaan Menjadi Narasumber pada acara Sosia!is;;si Qanun Aceh No. 7 Tahun 2010 tentang Perikanan dan Permen 14 Tahun 2011 tentang Usaha .Perikanan Tangkap yang akan dilaksanakan pada tanggal 26·s.d 2$ April 20·12 di Banda Aceh, rnaka untuk mcnjadi narasumber pada kegiatan terscbut ditunjuk Saudara : Narna : Ekndi, 5.H., M.Si NIP : 19671207199~03 I 002 Pangkar/Golongan : Pembina Tk. I (!V/b) Jabafun
: Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Demikian atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
PEMERINTAH ACEH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Tgk. Matern No. 7 Telp. (0651) 22951 - 22836 - 23181 Fax. (0651) 22951 Kotak Pos 124 Kode Pos 23121
BANDA
ACER Banda Aceh, 20 April 2012 M 30 Jurnadil Awwal 1433 H
Nomor tamplran Perihal
: 005/15:]!-J(' /~OJ~
YangTerhormat,
: l (Satu) Lembar : «esedtoan Menjadifliara~umbl;!r
... ~.~5. 'f.1.':':.+:!
fJD }:, ~
~
...:?.~~!:-:'. 1!:':~.'::'0.7.
:!;f
di-
~
~~~··· . .
Tcmoat
~·~~~~~~/ l.
Dalam rengka me.mngkatkan pemahaman -akan pentlngnya pengetolaan sumberdaya perikanan secara arif dan bijaksana dengan mempematlkan kelesta-ri:an/keberlanjutan sumberdaya ikan khusu~nya .peraturan perundang-undangan •dibidang sumberdava perikanan di Aceh dan landasan hukurn terkalt lairmya, maka Dinas Kelautan dan Perlkanan Aceh akan mcieksanakan Kegiatan Sosialisasl Qanun Ace!h nomor 7 Tahun 2010 tentang Petiftanan dan Permen 14 Tahur'I 2011 tentang usahs Perikanan Tangkap, yang pelakssnaannya direncanaken pada :
r
H a·rf lo'- Tanggal Tempat
>-
.., .
Ka.mis s/d Sabtu i. ?26 s/d 28 April 2012 Hotel Lading, JI. Cut Meutla No. 19 Gp. Baru Kee. B<Jnda- Aceh
Balturrahman Kota '
2. (,Jntuk terlaksananva kegiptan dimaksud dirninta kesediaan Saudara menjadl Narawmber:/Peinateri yang akan disajikan pada 'AC;ira SosiaJisa~i Qanun Aceh nomor 7 Tahun 20.10 tentang P.erikanan dan Permen 1.4 Tahun 2011 1entang Usaha Perikanan Tangkap dengan juddl makalah sepertiDafr.ar- Tertampir,
~.
Diharapkan makalah/materl daP,at diserahkan kepa.da panitia pelaksana sehari senenrrn pelaksanaan Sosialisasl Qanun Aceh nomor 7 Tahun 2010 tent.ang PeriKanan dan Perrnen 14 Tahun 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap (hori Rabu, tanggol 25 April 2012) untuk dlgandskan. dengan atamar Dinas kelautan dan Perikanan Aceh ciq Bidang Pengawasan, Pengendalian Mutu · dan ·Sumberdaya Kelautan dan Perikanari (kontak person Sdr. Novo Zuhra (Hp: 0.81360511.9.91) don. Sdr, Masri Hasyim {Hp: 08536273.912~)).
4. .D.emikiandisarnpaikan atas perhatian dan kerjasarnanva diuc~pkan terlrna kaslh'.
NIP. 196004301 003 JllD No. 875.1/1276.1/2.3/2012, Tgt 02 April 2012
~ /';
-t'
tarnplran Surat Nomor
0:::>'>/1r21.J/
Ta.neeal
20 April 2012
c l~ol'l.,
JU DUL MATER I PADA ACP.RA SOSIALISASI QANUN ACEH NOMOR-7TAHUN 2010TENTANG PERIKANAN DAN PERMEN 14 TAHUN 2011 TENTANG USAHA PERI KANAN TANGKAP TAHUN ANGGAAAN 2012
tnstansl
No
1.
Dinas kt!liit.ltan dan Perikanari Ateh
2.
Biro Hukum Setda Aceh
Mater I Keb1jokonPembongunorl Keiautan don Perikonan
A~
.
.
Substonsi don Aspek Hukum Qonun Aceh Nomor 7
tonun 2010 terltang PerrJ.;anan
[)
Unlversitas Sylah Kuala/1i'D-lt 1-\u\'Vvv<
4.
Sadan Pe!ayanan ·A~h
S.
, ·se~s.Le !'e(izir,an
Hukurn DKP Aceh
Perizinan Terpadu (BP2T)
Kajian Akademis don Aspek Hokum ontoro Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2020 ttg Pertkonot: don Permrm 14 Tabun 201J .tentang Usana Perikanan Tangkap Prosedur ststem Pertzinan di BP2.T Aceh do/om upova trnptementosl Qono11 Ateh Na. 7 Tabun 2010 centong Perikonon
.Usaha dan ,_f.erlindunga~:_ Evoluosi don_f.?ndotaan Periiina» l.Jsa!w tioerct:
f{A.nAN IIUKUM TERHAD AP QANUN ACEHNO!VIOR 7 TAHlJN 2010 TENTANG
P.ER1KANAN DAN PERATURAN MENTERI KELAOTAN PEIUKANAN NOMOR 14 l'AfllJN 2011TF.NTA.J\1G USAHA PERIKANAN TANGKA.P* Okb: £ F E --i b I. S.11..M.Si."
I. Pendahulunn Mcnurut Pasal 7 Undan·g-und<mg Nomor I~ Tahun 20 I I tentang Pemhentukan Peraturan Perundang-undangan. jenis dan hierarki pcraruran perundaug-undangan terdirir
aras: a. Undang-Undang Dasar ..Negara Repuhlik Indonesia
J"sh1111 1945;
b. Kctetapan ~fajcdis Permusyawaraian Rakyat;
d. Peraturan Pemerintah;
e.
Peraru rnn
Pres iden,
i. Peraruran Daerah Prov i nsi. d.an g.
Peraruran Daerah Kabuparen/Kota. Jeni< pcraturan
peumdang-undangan sclain yang discburkan otch dalam 7 ayat (1 ),
berupa peraturan yang diretapkan oleh Majelis· Pennusyawararan Rnk;,iat. Dewan Perwaki lan Rakyat, Dewan
Pcrwakilan
Dacrah, vlahkamah
».gung,
i\olahkmniih
Konstitusl.
1-ladan
.. Disampaikan Pada Acnra .~\>srrilisa:;i ·QU11u11 Aceh '.\:(.nnur 7 Tahuu 2til0 l<:ntan~ Pcrikunun Dau Peraturau \·(enter Kelauran ()an Pcl'ikanan Non~ur. l 4 Tahun 10 I I lc.ntung. Lsaha Pcrikanun Tanukao " Dusen P<1d1: F11kult:1s Hukum Univ:;'rs.itas Syinb .Kuala. Darussalam. F.landn Aceh
Pemeriksa
Keuan!i-all.
Kornisi
Yudisial.
kornisi .setingkar yan-g dibentuk
Bank Indonesia.
Menteri.
dengan ()n(lang-U1idm1g.·atat1
badan.
lembaga.
arau
Pernerintah aias periniah
l.mdnng-llndang_, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. Gubernur. l)ewM Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/walikota.
Kcpala Desa atau yang seringkat, diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mcngikat Sepanja11g
l'eraruran Pcrundang-undangan
diperiruahkan cleh
y1mg lebih tinggi atau diberuuk berdasarkan kewenangan.
Dari hirarkhi peraturan perundang-ondangan tersehur di a1as tcl'!iliat bahwa pcraturan daerah berada pada ringkaran paling rendah. Yang rnenjadi
masalah dengan
lahirnya
undai:g-undang: Nomor 11 Tahun 2006 tenrang Pernerintahan Aceh y>111g. membcnkan otonomi khusus kcpada Aceh, adalah bagairnana kedudukan qanurr dalam sistern birarkhi perauiran perundang-undangan nll$1on~I, lehih khusus .apabila dikaltkan antara kcdudukan
qanun dengan peraturan perundang-undangan yang ridak termasuk dalam hirarkhi peraturan perundang-undangan .s·ebag'ilimana dimaksudkan dalarn pasal 7 ayat { l) Undang-undang Nornor 12 Tahun 20 I I. misalnya kedudukan anrara qanun Aceh nrnnor 7 I alum lO IO rcntang perikanan
dengan
Peraturan Menter] Kelautan ·dm1 Perikanan
Rcpuhllk Indonesia
Nemer PER.14/MEN 2011 tentang {;~aha Perikanan Tangkap.
n. Qanun
Dalam
Sistern Hukum
Nasional
Peraturan Dacrah adalah salah saru beuruk peraturan -pctaksana
Lnt(iang•undang ..
Pada pokoknya. kewenangannya rnengatur bersumber dari kewenangan yang ditentukarr oleh pernbentuk .undang-undang. pcraiura»
daerah
didelegasikan
juga
diipat
mengatur
Ak11n rctapi, dalam hal-ha! sendiri
secara eksplisii kewenangannya
hal-hal
yang
oleh undang-undang.
terrcntu,
meskipun
tidak
tetapi diangg~p
perlu diarur oleh daerah untuk
rnclaksanakan
otonorni
- seluas-Iuasnva .
daerah yanz '
sebagairnana dimaksud oleh Pasal Ul ayar (5) dan (6) lllJI> 1')4;i Perubahan kedua. Pasal 14 CU N.o. 12 Tahun 4011 menyebutkan hahwa, Pcraturan Dacrah Provinsi dan
Peraturan
Daerah
Kabupaten.Kota
berisi
materi
muaran
dalarn
rangka
penyelenggaraan omnomi daerah dan rugas pembaruuan scna rnenampung kondisi khusus.daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundengan yang lcbih ringgi. Karena kewenangan untuk mcngetur pcnyelcnggaraan otonorni daerah dan iugas pernbaruuan itu juga diteruukan
send in oleh l;nsal 18 aynr c 5) dim (C•) I.JUI)
1945
Peruhahan Kcdua, maka pcraturan daerah yang rnemuat rnateri yang diperlukan untuk menyelenggarakan oronomi dan rugas pernbamuan rtu juga llnp!ll dianggar sccara langsung melaksanakan keiemuan undang-undang dasar.
Dilihat dari tingkatan, Qanun (Peraturan Daerah) merupakan bagian paling rendah dari jenis dan hierarki peraturan perundangan sebagairnana disebutkan pada Pasal 1 ayat
( I) Undang-undang Nonror 12 Tahun 2011 .. Ol.eh karena itu Qanun merupakan peraturan · tingkat
dacrah yang tidak terpisahkau dari kesaruan sisrcm perondang-undangan
nasional. Oleh karena itu Qanun tidaklah boleh bertentangan dengan pcraiuran yang kbih tinggi. UntuR rnenghidari
tCrja,cilnya pencmangan aruars Qanurr dengan
peraruran
pcrundang-undangarr yang tebihtingg], dalam pembuatannya perlu diperhatikan beberapa asas sehagai berikut:
'a. asas lex _s.u_periori dcrogat lex imthcriot'.i (peraturan hukum yang dibuat oleh kekuasaan yang lebih tinggi, lebih tinggi pula kedudukannya):
b, asas lex superior!
derogat lex lnferiori
(peraturan
hukum yang lebih ting~i
mernbatalkan peraturan hukum yang l<:bili rcndah):
.
'
c. asas lex posteriori derogate lex priori
tperaturan
hukum yang baru mencabur peraruran
hukum yang lama);
d. asas lex spesialis derogate lex generalis
(peraturan hokum
-yt111g
khusus
mengesamplngkan peraurran hukum yang umum]: dru1
e. asas egalitair (tidak diskriminarif dalam perumusan norma). Meskipun kedudukan qanun sarna dengan peraturan daerah, dalam Undang-undang
Nomor
11
Ta!1Un 2006
tenrang
Pemenntahan
Aceh
ado beberapa
hal
yang
membedakannya.
I. sebagian besar qanun-qanun lahirnya itu karena diperiruahkan langsung oleh undangundang tersebut (sebanyak 63 Pasal):
2. dalam rnelaksanakan perintah Undang-undang tersebut tidak harus menungg« adanya peraturan pelaksana lainnya di bawah undang-undang; 3.
.muaran sanksi selain daoar berupa kurungan paling lan1a.·6 (enarn) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000.00 (Iima puluh juta rupiah), tempi dapar juga rnemuat:
I) Ketentuan pernbebanan biaya paksaan penegakan hukum. seturuhnya atau sebagian. kepada pelaoggar sesuai.dengan peraruran perundang-undangan: 2) Ancarnan pidanaatau denda lain yang scsuai .dengan yang diatur dalam peraturan
perundang-undaugan lain: 3} Mcngenai jinayah (hukum Pidana] dlberlakukan sanksi khusus sesuai dengao
Syariat Islam.
Meskipun adanya beberapa hal khusus dalam pembuatan Qanun d1 Provins: Nanggroe Aceh Darussalam seperri discbutkan di aras, udak .berarti Aceh dapat mernbuat peraturan perundang-undangan
daerah terlepas dari sistern perundang-undnn.gan
<ecara nasional,
karena Aceh jugs mcrupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TII. Peraturan Menteri Dalam Sistem Rukum Nasional Peraturan vlenteri adalah salah saru jcnis
setlngkat lebih rendah dari Peraturan Presiden.
peraruran perundaug-uudangan
yaJ1g
Kewenangan Menteri unruk membemuk
suatu pcraturan menren ini bersuoibcr dari f'asal 17 UL D I 945. olelr karcna menrcn-mcorcn Negara adalah pembantu-pembantu
presiden
yang
menangani
bidang-bidang
tugas
pemerintahan yang diberikan kepadanya ..
Dalam
hubungannya
c.Je.ngan
Peraturan
membcntuk suan, peraruran Mentcri adalah
Merueri,
Menteri-Menteri
Depanemen, -sedangkan Memeri Koordinator lernbaga-lernbaga
pemerintahao
dalam
Merueri-Menteri
yang rnemegang suatu
dan Merner! Negara
penmdang-undarrgan.
yang dapat
sebab
tidak mcrupakan yang
berwenang
membentuk peraturan Menteri adalah Menteri Departernen, sedangkan mentcri-menrcr! laihnya tMenteri Koordinator dan Mcnten Negara) hanya dapar rnembuat peraruran yang bcrsifat Intern (berlaku secara lnteren) yaitu kepurusan yang tidak rnengikat umum, Hal ini
berbeda dengan Peraturan Menteri Depanemen, dirnana Peraturan mcmerl rersebur adalah suaru kepurusan yang bcrsifat mcngsrur (Rcgeling).1
Maria Farida lndrati S, llmn Perundang-Undangan, Dasasr-Dasar don Pcmbentukannya,
Yogyakarra: Kanisius, 2006. hlm 199-200
Meskipun Peraturan Merueri berada diluar hirarkhi peraturan penmdang-uadangan sebagaimana dirumuskan dalam P~s?I 7 ayat (I l, tctapi bcrdasarkan Pa~al 8 ayat {2)
peraturan Merueri rersebut keberadaannya diakui clan mernpunyai kekuaran h\1kum rnengikat sepanjang diperintahkan olch Peraturan Pcruudang-undangan yanr.i lebih ling)ii atau dibentuk berdasarkan kewenangap. Atas dasar iru, maka Peraturan Menteri rnempunyai bebcrapa Fungsi, yaitu.:
I. Menyelenggarakan
pengaturan
umt1111
.dalarn
rangka penyelenggaraan
kekuaasaan
pcmerintahan di bidangnya: Fungsl im dunilikl oleh sctiap Menter] scsuai dcngan tugasnya. rnisalnya
Menteri Kelautan dau perikanan mempunyai kekuasaan mengatur
segala hal yang berkaitan .de11ga11 bida11g kelautan clan perikanan
2, Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketenruan dalam Peraruraa Presiden. Disini Perateran Menter! si Iatnya delcgasian dari Pcraturan Presiden, .:>t:hingga substanst dari
peratnran menteri dislni sifarnya adalah pengaturan lebih lanjut dari kebijakan yang oleh presiden diruangkan dalam Peraturan Presiden. 3. Menyelenggarakan pengaruran lebih lanjur ketenruan dalam Undang-Undang' yang tegascega~ menyebuinya. Pelaksauaan fungsi inl misalnya terdapat dalam kctenruan Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 31 l'ahun 2004 tentang perikannn. Menurut Pasal 32·. ketentuan lebih lanju: mengenal tata cara dan syarat-syarat. pernberian SIL!P, SI Pl dan SJKPI diatur dengan Peraturan Menreri, Sclaojnrnya Pawl
lcbih tanjut mengenm penangkapan perigelolaan
perikanan Republik
dengan peraturanMentcri.
< menyebutkan. ketentuan
ikan dan/atau pernbudidayaan
ikan di \\·ilaya)1
Indonesia yang bukan untuk rujuan komersial diarur
4_ Mcnyclenggaran
Pengaturan
lebih
laniut
ketentuan dalarn
Peraturan
pernerintah yang
tegas-tegas 111enyenuinyo.=
IV. Kedudukan Oanun Aceh Nomor 7 Tnhun ZOlO tentang Perikanan dan Peraturan l\'lcntcri Kclauran (Ian Perikanan /\om.or M Tahnn ;wu teutaug Usaha Perikanau Tangkap Dalam sistern hokum Nasional
Bagaimanakah
kedudukan
anrara
Qanun
Aceh
Nomor 7 Tahon 20 I 0 lenrang
Perikanan dan Perauuan Menteri Kelautan dart Perikanan Nornor 14 Tahun 10 I I ientang I rsaha
Perikanan
diperteutangkan?
Tangkap
Dalam
Sistem
Hukum
Nasional?
Apakah keduanya
Untuk rnernberikan jawaban terhadap' perlan~~an ini.
dapar
kiranya perlu
terlebih .dahulu disampaikan perbedaan anrara Perawran Daerah (Qanun) dengan peraturan
Menteri: tcrmasuk dalam bagian dari hlerarki
I. Pcraturan Daerah ~<~anon)
peraturan perundang-
undangan, meskipun pada tingkatan paling rendah, -sedangkan Pcraiuran Mcntcri ridak. 2. l.irrgkup operasi peraturan daerah (Qanun) lebih luas daripada lingkup operas! Peraturan Menteri. karena mencakup lapangarr penutdang-urrdangan dan lapangan
administrasi ..
sedangkan Peraturan Menteri ierbatas hanyaoalam lingkul') administrasi saia 3. Kekuatan mengikar Peraturan Daerah (Qanun) rnutlak, sedangkan Pcrsrnrnn Menter] sifat.
-
.
mensikatnva tidak rnutlak
+
3
Maria Farida lndrati S. Ilmu. Perundang-Undangan . Jonis .Fungst. dan lv/(1feri Muatan,
Yogyakarta: Kanisius, 2CHO,
' Supardan Mndenng, 2005.hlm. 99-100
Mm. 215·227
Teknik Perundapg-undangan: di Indonesia, p·1 Perea, Jakarta.
Dari perbedaan yang disampaikan di atas rnenunjukkan bahwa secara normarif. Qanun kedudukannya lebih kuat. dihandingkan dengan peraturtm vlenteri, Selain illl kuamya
kedudukan Qanun terhadap Peraturan Menteri terllha; dari bunyi Pasal 4 ayat (1) TAP MPR \lomor 11 f!MPR/21)00 tentang Sumber Hukum dan Tarn· l.lrutau Pera tu ran PerundangUndangan, yang rnengatakan bahwa, Peraturan a/au Keputusun mahkamah
ltfo.,'1111,1(,
Badan
Peme>·ik~a keuangan. Mentert. Bank Indonesia. Badon. Lcmbaga. atau Kamtst yang sering/cat yang dtbentuk olel:pemertntah ttdak' boleh bertentangan dengan ketentuan y1;11g
iermuat <"1iC1m ta/a 111 11ft111peritturan17e11mdti11g-1111da11xw1. 1
l.ahirnya
Undang-Undang
Nomor
I 0 lahun
100!\
tentang Pemberuukan
perundang Undangan, yang kcrn udian ti i gai1ti i:le1111ru1 Undang-Undang
io I I
pcraturan
·'lomor 12 T ahun
tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan .. kedudukan Pcraturan M<:nteri
menjadi lain, karena dalam Pasat 8 Uudang-Undang bahwa Pernturan Menreri
omor 12 Tahun 2011
dinyatakan
keberadaannya diaku! dan 111
sepanjang dipenntahkan oleh Peraturan Perundanu-undonga» yanp. lebih ttnggi a1a11
dib.enruk berdasarkan kewenangan. Dari apa yang disebutkan di dalam Pasal 8 Undang-Undang Nornor
11 tahun 2() I I~
bahwa Pcraruran iYlen(eri merupakan delegasi dari peraturan Perundang-Llndangan yang lebih ringgi.atau karena dibentuk berdasarkan kcwenangan. rnaka Peraturan :vtemeri tersebut juga rnerupakan bagian dari peraruran perundang-undangan. Pemberuukan P~r:;i\unn rnenteri
yni1g seperii ii1i. kedudukannya beradadi atas Qanun, rctapl apabiia pemhentukan Peraturan Menteri rersebut bukan karcna dclegasi da1.'i peraturan perundang-undangan yang ld:iih ti'nggi atau dlbentuk bukan karena kewenangamrya. maka kedudukan Pcraturan Menreri
tersebut berada di bawah Qamm.
Berkaitan.dengan peraturan Mentcri Kclautan dan Perikanan Nornor 14 Tahun :WI I tentang Usaha Perikanan Tangkap, jika dilihat pada bagiau menimbang hagiaii b, yang rncnyatakan bahsvu datum rangku pemanfaatan sumber daya ikan untuk kemakmuran rakyat dan sebagai tindak lanju: Posal 25 dun Pasal
Ji
Undang·Undong Nomor 31 Tahun 201)4
tentang, Perikanan sebagaimana telah dtubah dcngan Undang-UndangNontor -15
foh1111
2009 dipandang perlu mengatur kembalt usaha perikanan tongkap sebagatmana diotur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor f'ER.051MEiV/200S tentung Usaha Perikanan Tangkap sehagaimana telii!i diuboh dengan f'im:1wmn1\1enteri Kelautan
dan Penkanan Nomorl'ER.i21MENl2009.rnaka dapat dikatakan bahwa Peraruran Menter! tersebut dibuat berdasarkan Delegasi ilari Undang-Undaug
Nornor
3 t Tahun 2004 tcruang
perikanan. Oleh karena iru kedudukan darl Peraturan Menreroi rersebur lebih 1inggi dibandingkan dengan Qanun Aceh Nornor 7 Tahun 2-010 lt:n!ang·P<:rikitrnm. Olch karcna iru substansi yang ada.dalam Qanun Nnmor 7 Tahun 20 I 0 yang khusus berkeitan dengan Usaha. Perikanan Tangkap tidaklah boleh berrentangan dcngan Pcraturan l\>{cnrcri Kclauran dan Perikanan Nornor PER. 14/MEN/20 I I. Dari hasil analisis terdapat adanya pasat-pasal yan~ terdapatr dalam Qanun Nemer 7 Tahun 20 IO ientaug Pcrikanan
ridak sesual. dan bertentangan dengan ketentuan yang
terdapat da I am Peraturan Menteri Kelautan dan Peri kanan Nornor P!;:R, l 4M EN/2011. Adapun Pasal-Pasal, yang saling tidak scsuai iru antara
lain adalah yang berkaitan dengan
pcrizinan. Dalam Pasal 43: Ayat (2) Qanun Nomor 7 Tahun 201fl1entllng
Perikanan. r:;uberm'1r
berwenang mernberikan izin berupa
a.
Meruberikau .SIUP pada usaha perikanan laur Aceh di aras
b. Memberikan SfFI unruk kapal yang berbobo: di atas 30 .GT c. Mcmbcrikan SlK.l'I untuk kapal yimg bcrbobor di atas 10 G'I d. Memberikan izin rerhadap kapal asing dalnm segala jenis dan ukur.an. Padahal rncnurut
Peraturan Mcnteri Kelautan clan Pcrikanan Repuhlik Indonesia
Nomor Per.49iMen/20 I I Tentang
Perubahan
Ams Peraturan
Pcrikanan Nomor Pcr.14/!vlcn/2011
Tcruang Lsahe
fkt1kAmin
Menreri Kelautan Dan Ta11g~aµ, yang hcrwcnang
untuk itu adalah Direktorat Jenderal. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan
Pasal 5, yang
rnengatakan babwa, ( 1) f)irektur Jenderal berwenang menerbitkan SITIP. SIP!. dau SlK Pl untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas JO (tigapuluh) GT. (~) Gubernur berwenang rnencrbitkan .SIUP.'SlPI,
ukuran di
R!RS
adrninistraslnya
da11.':llKPI untuk kapal perikanan dengan
lt'I (sepuluh) GT sampai dengan 30 rriga puluh) dan bercperasi
di
wilayah pengclolaan
GT. di wilayah
perikanan ym1g menjadi
kewenangannya, 'serta tidak rnenggunakan modal dan/atau tenaga ker]a asing. (3) Bnpati/wallkora berwcnang mcnerbitkau Sil
P .. SlPI.
dan Sl:KPI unruk kapal perikanan
dengan ukuran S (lima) G'Lsarupai dengan 10 (sepuluh) GT, di wilayah administrnsinya dan beroperasi di wilayah pengelolaan pcrikanan yang. menjadi kewerrangennya. serta .tidak rnenggunakan modal dan/aiau renaga.kerja asing. (4) Pencrbltan 'SJ.UP, SIJ)I. dan STKPT oieh gubernur atau bupati/walikota sebagalnrann
dimaksud pada ayat (2) <Jan ayat (3) dalam pclaksll)1aannya dilakukan oteh kepala dines atau peiaba; yang di-iunjuk. (4a)Guh~rnur atau bupari/walikotawajib menyarnpaikan
laporan penerbitan-Sllff"
S1KP! sesuai kewcnangannya, setlap « (enam) bulan kepada Menreri,
SIPl dim
(5) Persyaratan dan tata cara penerbiran S!UP. SH'l. dan SI Kf'I yang menjadi kewenangan guliemur atau bnpati/walikota diatur oleh pernermtahan .d11t:rnh dcngan 1i1e11gac1,1 pada
Peraruran Menteri ini. Mclihat adanya ketidakscsuaian penganrran tcntang pcrizinan scbagaiman discbutkan di atas, menunjukkan adanya ketidaktaatan Qa1rn11 \lomor7 Tahun 2.010 terhadap Pasal 16.:! ayat (3) Undang-Undang Nornor 11 Tahun 2006 tentang Pcrnerintahan Aceh dan Pcraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pernbagian l Jrusan Pemerintahan A ntara Pemerimah. Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pernerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal
162 ayat (3)
Pemecintah AccJ1
dan
Undang-Undang
Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2006 menyebutkan.
Kabuparen/Kora
berweoang
rnenerhitkan
izin
penangkapan ikan dan pengusahaan sumberdaya alarn lau; lainnva di laut sekitar Aceh sesuai dengan kewenangannya, Dikaiikan dengan kewenangan ini secara Jellis Peraturan Pemerintah No 38 Tahun .meml>'
I. Pemberian izin penangkapaa dan/arau pengangkutan 'ikan yang menggunakan kapal
pcrikauan berukuran di mas 30 GT dan di bawah 30 G'F'yang menggunakan rcnaga kerja asing. (kewenangan Pernerintah) 2. Pemberian izin penangkapan dan/atau pengangkutan ikan yang rnenggunakan kapal perikanan berukuran di atas I 0 QT sampai dengan 30 GT serta tidak menggunakan
tenaga kerja Ming. (kewenanagan Pernerlntahan Daerah provinsi)
3. Pemberlan
izin penangkapan dan/arau pengangkutan
pcrikanan sampal dcngan 10 G'I
scrta ridak
ikan yang menggunakan
menggunakan
kapal
tenaga ke1ja asing.
(Pemerintahan Oaerah Kabupaten/Kota) Dari apa yang dipaparkan di mas, mcnunjukkan
hahwa, pengaturan perizinan yang,
berkairan dengan penecbitan SlUP, SIP!, dan SIKPI yangdiatur dalam Qanun Nqmer 7 Tahon
20 JO
bukan
menrpakan
kewcnangan
Pemerinrah
Aceh
don
Pemerinrah
.Kabupaten/Kota karena bertentangan dengan kewenangan sebagaimana yang disebutkan oleh Peraturan Pernerinrah N.C/ 38 Tahun 2007, bahkan tidak ~c~ua.i dcngilil Pnsal 162 ayat
(3) Undang-Undang
Nomor 11.
Sedangkan
Pemberian izin SIVP. SI-Pl. dan SIKP!
sebegaimana diatur dalarn Peraturan j\·fr.nteri Kelauian dan Pcrikanao N~)mor 14 lnhun 1.011,
sudah scsuai dengan PernturanPemerimah. dimaksud. Konsekuensi dari adanya
pen~aruran substansi yang berkaitan dengan perizinan SI UP .. SJ Pl.. dan SI KPI xang tidaksesual
dengan kewenangan
K11b11paten/K111ii.,
yang dlmilik]
oleh Pemerintah
Aceh dan Pemcrintah
perlu dipikirkan untuk melakukan perubahan terhadap Qanun Nomor 7
Tahun 2010 dimaksud. Apabila perubahan ini dilakukan, maka perubahan tersebut haruslah dilakukan secara keseluruhan, supaya subsiansi yang dikandung olch Qamm bidang Perikanan kedepan tidak akan bcrtcmangan dengan peraturan perundang-undangan yang 'lebih tinggi.
V.PENUTUP Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan NomorPf'R. 141MENi2011
rentans Usaha
.Peri.kanir Tangkap merupakan delegasi dari Pasal 25 don Pasal 32 /Jndt.mf<-.l}ndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanon, .sehing!Jll Pcraruran Menteri tersebui keduduk;innya
berada di ams Qanun Aceh Nomor i Tahun 20 I 0 tentang Pcrikanan. Olch Karena iru substansi yang diarur idalnm (Ja11u11
Aceh
Nornor 7 Tchun 201 () haruslah sesuei dengan
Peraturan Merneri Kelautan dan Perikanan Nomor PC:R. I 4/MEN/201 I. .. Terhadap Substansi Qant111 Aceh Nornor 7 Tahun 20 L 0 yang tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kelauran dan Pcrikanan
Nomor PER. 14/MEN/2011.
haruslah dilakukan
pcrubahan, Pcrubahan ini pcrlu dilakukan sebagai bentuk ketaaran terhadap asas hukurn yailu asas lex superior! derogat lex inferiori.
nAFTAR PlJSTAKA
Maria rarida lndrati S, Ilmu f erundang-Uhdangan, Dasasr-Dasar dan Pembentukannya; Yogyakana: Kanisius, 20()6
· '
Maria Farida lndrati S. .Ilmu Penmdang-Undangan. Jenis .Fungs). clan Mater!
Maaran.
Yogyakarta; Kanisius, 20 IO·.
Supardan Modeong, Teknik Pcrundang-undangan di Indonesia.. Jakarta, P'I' Perea .. 200~.