Kembangkan SDM, Timor Leste Bakal Kirim SDM untuk Belajar di UNAIR UNAIR NEWS – Kementerian Kesehatan Pemerintah Timor Leste melakukan penjajakan kerjasama dengan Universitas Airlangga dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan. Pengembangan SDM tersebut nantinya diwujudkan dengan mengirim SDM untuk belajar di UNAIR. Penjajakan kerjasama berlangsung Rabu (28/12), di Ruang Sidang B, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Pada pertemuan kali ini, UNAIR menggandeng perwakilan dari fakultas yang dibutuhkan terkait dengan kebutuhan kerjasama. Keterlibatan fakultas yang dimaksud yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Fakultas Farmasi, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Direktur Nasional Administrasi dan SDM Kemenkes Timor Leste Maximiano Neno mengatakan, ada lima prioritas bidang yang mereka butuhkan terkait dengan pengembangan SDM di sana (Timor Leste, -red). Kelima bidang pendidikan tersebut yakni spesialis penyakit dalam, anak, bedah umum, anestesi, dan kebidanan dan kandungan. Maximiano melanjutkan, Pemerintah Timor Leste saat ini membutuhkan tenaga kesehatan subspesialis. Mengingat, tenaga kesehatan subspesialis di sana belum mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. “Sampai saat ini terus terang, kita belum memiliki dokter sub spesialis yang bisa memenuhi kebutuhan di sana. Maka itu kami ingin memberikan pendidikan untuk para dokter, untuk mendidik dokter-dokter spesialis di sana untuk dididik menjadi dokter sub spesialis,” ujarnya.
Direktur yang pernah menempuh pendidikan di FKM UNAIR itu berharap, paling tidak awal tahun 2017 ada tindak lanjut yang positif terkait kerjasama ini. Namun begitu, ia belum bisa memastikan jumlah SDM yang akan dikirim untuk belajar di UNAIR. “Ini masih dalam tahap diskusi, belum bisa dipastikan berapa yang akan dikirim,” ujarnya. Sementara itu, ditemui di ruang kerjanya, Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Dra., M.Si. mengatakan, penerimaan mahasiswa asing tersebut akan mengikuti sistem seleksi yang diselenggarakan di UNAIR. “Semua mengikuti sistem penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan di UNAIR. Ini ada pembicaraan khusus karena menyangkut bidang kesehatan, bidang yang berhubungan langsung dengan manusia, sehingga tidak bisa toleransi terkait seleksi. Tidak bisa kemudian lebih dilonggarkan,” ujar Nyoman. Pendaftaran mahasiswa asing yang ada di UNAIR yakni melalui jalur mandiri khusus mahasiswa asing. Nyoman juga mengatakan, sejauh ini tidak ada kuota khusus yang diberikan UNAIR terkait jumlah mahasiswa asing. Rencananya pada tahun 2017 mendatang, pendaftaran jalur mandiri untuk mahasiswa asing akan dilakukan secara online. Sebelumnya, pemerintah Timor Leste telah rutin mengirimkan putra putri terbaik mereka untuk menempuh pendidikan di UNAIR. Pemerintah Timor Leste telah memulai mengirim putra putri terbaik untuk belajar di UNAIR sejak 2002 silam. Sejak tahun 2014 hingga saat ini, tercatat, ada 16 mahasiswa asing asal Timor Leste yang berkuliah di UNAIR. Mereka diterima di UNAIR baik yang mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Timor Leste maupun beasiswa yang diberikan oleh Dikti seperti Kemitraan Negara Berkembang (KNB). (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan
Menjadi Duta Mancanegara
Airlangga
di
UNAIR NEWS –Belajar di negeri orang memang menjadi pengalaman yang berharga. Namun dibutuhkan persiapan yang matang bagi tiap pelajar yang akan mengikuti study abroad dan program pendek di luar negeri. Tak terkecuali dengan mahasiswa UNAIR, bagi mereka yang akan mengikuti program perkuliahan di luar negeri akan dipersiapkan untuk menjadi UNAIR SATRIA (UNAIR Student Ambassador for International Program). Hingga saat ini, tercatat kurang lebih 148 mahasiswa akan mengikuti program kegiatan internasional. Seluruh mahasiswa tersebut akan mendapatkan pembekalan menjadi UNAIR SATRIA. Kali ini, Selasa (27/12), kurang lebih 15 mahasiswa mengikuti pembekalan UNAIR SATRIA, di Ruang Sidang B Kantor Manajemen Kampus C UNAIR. 15 mahasiswa tersebut mengikuti program internasional ke berbagai negara, mulai dari Ceko, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea, hingga Amerika. Melalui UNAIR SATRIA, mahasiswa UNAIR yang mengikuti kegiatan internasional, utamanya study abroad dan program pendek di luar negeri akan lebih siap dan dapat menjadi ‘ambassador’ dari UNAIR selama program berjalan. “Ini (UNAIR SATRIA, red) merupakan program UNAIR, untuk pendampingan mahasiswa ke luar negeri. Program ini melalui IOP (Internasional of Partnership, red), karena kita yang punya channel kepada para partner kita yang menawarkan program study exchange,” jelas Administrator Outbond Mobility IOP Astria Okta Herdiani. Dalam pembekalan tersebut, Astria memberikan pendampingan terkait persiapan mahasiswa yang akan berangkat ke luar
negeri. Ia juga menunjukkan berbagai kendala yang akan dihadapi, dari pengalaman para mahasiswa yang sudah pernah study exchange sebelumnya. “Yang paling essensial itu isu kesehatan. Di Indonesia kesehatannya normal, namun sampai sana ternyata ada masalah. Kan suasananya juga berbeda dari negara kita,” jelasnya. Selain isu kesehatan, Astria mengungkapkan bahwa mahasiswa study abroad juga sering kesulitan dengan akademiknya. “Seperti dulu itu ada mahasiswa studi di Korea yang kelasnya bentrok. Dia mau ikut kelas A, tapi sama dosennya kelas B gak bisa dilobi, mungkin terkendala komunikasi. Jadi kita bantu mereka dengan cara menghubungi unit mereka, sampai mahasiswa ini bisa mengikuti mata kuliah yang diminati,” ceritanya. “Selain itu, juga ada masalah studi, karena tiap universitas punya sistemnya masing-masing. Ada mahasiswa yang study exchange ke Jepang dan mengambil 20 sks, ternyata itu tugasnya sudah banyak sekali, jadi dia susah kalau mau ikut UKM-nya di sana. Kalau di Indonesia biasanya mampu mengambil 24 sks, tapi di sana beda,” imbuhnya. Pembekalan dilakukan tidak hanya sebelum keberangkatan saja, namun juga pendampingan ketika program berlangsung hingga sepulang dari luar negeri. “Setelah pulang, kita nanti minta testimoni mereka, itu kita posting di media sosial atau buat mahasiswa yang mengikuti program exchange ke depannya. Jadi kita mendampingi baik pre, during maupun after studinya,” pungkas Astria.(*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
UNAIR Siapkan Prodi Menuju Akreditasi Internasional UNAIR NEWS – Selain di tingkat regional (AUN-QA), UNAIR memiliki rencana untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan lembaga akreditasi internasional. Bila penilaian oleh para asesor AUN-QA bisa menjangkau seluruh prodi, maka akreditasi di tingkat internasional dilakukan oleh lembagalembaga tertentu yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan prodi terkait. “Seperti ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics). ASIIN itu untuk worldwide, walaupun dia berposisi di Jerman, dia lebih pada teknik, tapi juga bisa natural sciences, seperti matematika. Ada juga yang AACSB (The Association to Advance Collegiate Schools of Business) accreditation yang lebih kepada bisnis. Jadi, tergantung program studi karena tidak semuanya bisa diakreditasi oleh satu badan,” terang Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Airlangga Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA. Nantinya, BPM bekerjasama dengan prodi-prodi untuk mencari badan akreditasi yang tepat dan sesuai untuk melakukan penilaian. Terkait dengan visitasi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan itu belum bisa memberikan kepastian waktu. Menurutnya, setiap badan akreditasi memiliki proses yang bervariasi antara satu sama lain. “Jadi, ada yang kita harus menjadi member dulu, mengikuti workshop mereka. Setelah mengikuti workshop ada pendampingan, menyusun self-assessment report, setelah itu Self Assessment Report (SAR) kita komunikasikan. Setelah komunikasi, apakah mereka memandang layak untuk diteruskan ke komite, kita ikuti
proses itu. Tapi intinya, yang kita tekankan pada tahun 2017 ada prodi yang bisa divisit oleh badan akreditasi internasional,” tegas Ketua BPM. Selain itu, soal prodi mana saja yang akan dinilai oleh badan akreditasi internasional juga masih dalam pertimbangan. Namun, ia mendorong prodi-prodi yang sudah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi dan tersertifikasi internasional oleh AUN-QA untuk segera mencari badan akreditasi internasional yang sesuai dan bisa menilai prodi yang bersangkutan. Terkait dengan standar penilaian, Ketua BPM mengatakan, standar yang ditetapkan antara AUN-QA dengan badan akreditasi internasional tak jauh berbeda. Pada prinsipnya, mereka akan menilai tujuan dan proses pembelajaran seperti hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes). “Sebetulnya yang penting adalah kita melaksanakan sebaik mungkin proses pendidikan kita. Kemudian kita mencari badan akreditasi internasional yang bisa meng-assess prodi tersebut. Kalau sudah seperti itu, kita menyesuaikan standar yang mereka tetapkan. Kita sesuaikan apakah kita bisa memenuhi standar mereka atau tidak,” tuturnya. Selain pelaksanaan proses pendidikan yang optimal, akreditasi internasional juga merupakan salah satu target UNAIR untuk meningkatkan kualitas sesuai standar prodi-prodi di perguruan tinggi terkemuka di dunia. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Abdikan Diri untuk Peduli Lingkungan dan Edukasi UNAIR NEWS – Menjadi mahasiswa merupakan waktu yang tepat untuk melakukan banyak hal yang bermanfaat. Selain ditempa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan beragam penelitian, tidak sedikit mahasiswa yang masih menyisihkan waktunya untuk berbagi kepada sesama. Di tengah waktu minggu tenang menjelang Ujian Akhir Semester (UAS), Rizky Yanuar Rahmadan bersama tujuh rekan-rekannya menggelar Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Selasa (27/12). Bersama rekan satu angkatan di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), mahasiswa yang akrab disapa Yanuar tersebut melakukan Pengmas dengan sistem peduli lingkungan dan edukasi. Sebanyak 15 anak dari Panti Asuhan Al Qomariyah Medokan Ayu Surabaya terlihat antusias mengikuti jalannya kegiatan. Peserta Pengmas diajak mengenali berbagai jenis tumbuhan mangrove terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka diajak untuk menanam mangrove di lahan yang sudah disediakan. Salah satu peserta, Alfito Wahyu mengungkapkan, meski sudah sering mengunjungi ekowisata mengrove, ini merupakan kali pertamanya ikut langsung menanam mangrove. “Kalau kesini memang sudah sering, tapi baru kali ini menanam pohon dan dikenalkan beragam kegunaannya,” jelasnya. Selesai menanam mangrove, Yanuar dan tim mengajak peserta mengelilingi area konservasi tumbuhan yang menjadi penyangga ekosistem pesisir laut tersebut. Di sela-sela kegiatan, mahasiswa asli Surabaya tersebut menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan inisiasinya bersama tim. Ia juga menjelaskan bahwa dengan kegiatan ini, peserta yang notabene dari kalangan menengah bawah tersebut bisa turut serta menjaga kelestarian lingkungan untuk masa mendatang.
“Dengan kegiatan ini semoga mereka bisa semakin memahami pentingnya mangrove dan tahu juga mengenai fungsinya,” jelas Yanuar. Sesaat setelah acara selesai, mahasiswa angkatan 2015 tersebut juga menjelaskan bahwa acara perdana ini merupakan ide sederhana yang ke depan akan dikembangkan menjadi kegiatan yang lebih besar. “Untuk awal, ya sederhana saja dulu. Semoga ke depan bisa lebih besar lagi,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila