BioSMART Volume 6, Nomor 1 Halaman: 65-70
ISSN: 1411-321X April 2004
Kemampuan Cerna Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) terhadap Pakan Alternatif di Penangkaran Digestibility capacity of captive bear cuscus (Ailurops ursinus) fed on alternative feed WARTIKA ROSA FARIDA1♥, NURJAENI2, R. MUTIA2, D. DIAPARI2 1
Bidang Zoologi, Pusat Penelitan Biologi-LIPI, Cibinong-Bogor 16911 2) Fakultas Peternakan IPB, Darmaga, Bogor Diterima: 7 Nopember 2003. Disetujui: 15 Desember 2003.
ABSTRACT An experiment was conducted to know feed consumption and brief description of digestibility on bear cuscus (Ailurops ursinus) in the Small Mammal Captivity on Zoology Division, Research Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Bogor. The experiment material used three adult bear cuscus whose bodyweight are 5.90 kg, 6.10 kg, and 5.65 kg. The feedstuff consists of fruits: passion fruit (Passiflora edulis), banana (Musa sp.), rose apple (Syzygium aquaeum), guava (Psidium guajava), ketapang leaf (Terminalia catappa), kemang leaf (Mangifera kemanga), pohpohan (Pilea trinervia), and kangkung (Ipomea aquatica), sweet potatoes (Ipomoea batatas), dog food, and bread. The result showed that dry matter intake was 23.74 g/kg BW0,75/head/day or 1.52% of its bodyweight, and the average consumption of ash, crude protein, ether extract, crude fiber, material extract non nitrogen, and gross energy were 6.38%, 13.76%, 3.20%, 14.25%, 62.41%, and 404.44 kcal/day, respectively. Bodyweight gain was 25 g/head/day and feed conversion was 3.77. The nutrient digestibility of ash, crude protein, ether extract, crude fiber, and material extract non nitrogen were 51.91%, 43.11%, 82.17%, 45.87%, and 73.16%, respectively. Total digestible nutrient was 60.71%. Based on feed palatability, there are three kinds of feed most prefer by bear cuscus, namely bread, ketapang leaf, and kemang leaf. Key words: Digestibility, alternative feed, bear cuscus, Ailurops ursinus.
PENDAHULUAN Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Kekayaan ini dimungkinkan karena letak kepulauan Indonesia yang berada diantara dua wilayah biogeografis utama dunia yaitu benua Asia dan Australia. Mengingat kekayaan akan satwa dan tumbuhannya, maka Indonesia dikenal sebagai salah satu negara “mega-biodiversity“ yaitu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kekayaan satwa Indonesia pertama di dunia adalah kekayaan akan satwa mamalia (binatang menyusui), yaitu sekitar 515 jenis, 36% diantaranya adalah satwa endemik Indonesia. Menurut badan konservasi dunia International Union for the Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) tentang daftar species yang terancam punah di dunia, jumlah jenis satwa Indonesia yang terancam punah adalah 128 jenis mamalia, 104 jenis burung, 19 jenis reptil, 60 jenis ikan, dan 29 jenis hewan invertebrata (Anonim, 1988). Salah satu jenis satwa berkantung endemik Indonesia ♥ Alamat korespondensi: Jl. Raya Bogor-Jakarta Km. 46, Cibinong-Bogor 16911 Tel.: +62-21-8765056/64. Fax.: +62-21-8765068 e-mail:
[email protected]
timur yang terdapat di Papua (Irian Jaya), Sulawesi, Maluku, dan Pulau Timor adalah kuskus. Satwa ini termasuk dalam famili Phalangeridae. Saat ini sebagian besar dari famili Phalangeridae dilindungi secara hukum dan tercantum dalam Appendix konvensi CITES (Anonim, 1996). Salah satu jenis kuskus yang hanya terdapat di pulau Sulawesi adalah kuskus beruang (Ailurops ursinus). Saat ini populasi kuskus beruang terus menurun dan terancam punah, karena terjadinya perburuan dan perdagangan liar. Di samping itu sebagian hutan yang merupakan habitat aslinya telah mengalami kerusakan akibat pembukaan hutan untuk areal pertanian dan pemukiman penduduk. Sampai saat ini pun pemerintah belum mampu menghentikan perdagangan satwa liar ilegal. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka usaha pelestarian dan perlindungan satwa khususnya kuskus sangat penting untuk segera dilakukan. Klasifikasi kuskus beruang menurut Temminck (1824) dalam Flannery et al. (1987) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Sub Phylum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Marsupialia Famili : Phalangeridae Sub Famili : Ailuropinae Genus : Ailurops Spesies : Ailurops ursinus (Temminck, 1824). 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
66
B i o S M A R T Vol. 6, No. 1, April 2004, hal. 65-70
Kuskus beruang merupakan jenis kuskus yang paling besar dan paling primitif, memiliki panjang tubuh mulai dari kepala hingga ujung ekornya lebih dari satu meter dan tercatat sebagai mamalia terbesar di tajuk atas hutan Sulawesi, selain monyet yaki (Kinnaird, 1995). Salah satu usaha mendukung pelestarian satwa liar adalah dengan menangkarkannya, karena melalui penangkaran dapat dipelajari dan diperoleh banyak informasi ilmiah guna menunjang konservasi baik in situ maupun ex situ. Sampai saat ini penelitian mengenai kuskus masih terbatas pada hal-hal yang bersangkutan dengan penelaahan tentang taksonomi dan sedikit masalah ekologi, sedangkan informasi yang berkaitan dengan masalah pakan masih belum banyak dilaporkan (Farida et al., 1999). Informasi yang berkaitan dengan pakan antara lain mengenai konsumsi, palatabilitas, dan kecernaan pakan, sangat penting untuk diketahui guna menunjang keberhasilan budidaya kuskus di penangkaran, mengingat tidak tertutup kemungkinan untuk menjadikan satwa ini sebagai sumber pangan di daerah aslinya, karena daging kuskus sudah sejak lama dikonsumsi oleh penduduk setempat. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan satwa ini di masa mendatang diharapkan tidak lagi menangkap langsung dari alam, yang akan mempercepat kepunahannya, tetapi memanfaatkan hasil budidaya di penangkaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi, palatabilitas dan gambaran umum kecernaan pakan pada kuskus beruang. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh informasi ilmiah yang dapat digunakan dalam membantu usaha pengembangan budidaya kuskus dan upaya konservasi agar tetap terjaga kelestariannya.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Penangkaran Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI selama 40 hari. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga ekor kuskus beruang dewasa yang terdiri dari seekor jantan dan sepasang jantan dan betina, dengan bobot badan awal masing-masing adalah 5,9 kg; 6,1 kg; dan 5,65 kg. Ketiga ekor kuskus berasal dari Sulawesi Tengah. Kandang berdinding kawat loket yang digunakan berjumlah dua buah masing-masing berukuran 2,16 x 2 x 1,97 m dan berlantai beton. Kandang I ditempati oleh seekor kuskus jantan, sedangkan kandang II ditempati oleh sepasang jantan dan betina. Sebelum penelitian, kandang dan perlengkapannya diberi desinfektan agar terbebas dari kuman. Pakan diberikan dua kali pemberian, yaitu pukul 08.00 wib dan pukul 15.30 wib. Setiap jenis bahan pakan sebelum disajikan, dipotong-potong, ditimbang, dan diletakkan di dalam dua baki plastik. Baki I berisi daundaunan dan baki II berisi jenis-jenis pakan lainnya. Jumlah pemberian tiap jenis bahan pakan secara ad libitum, sehingga hewan percobaan bebas memilih jenis pakan yang disukainya (kafetaria). Semua jenis pakan diberikan dalam waktu bersamaan. Sisa setiap jenis pakan ditimbang
keesokan harinya. Bahan pakan yang diberikan kepada kuskus selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan pakan yang asupkan pada kukus dalam penelitian. Tipe Buah-buahan
Daun-daunan
Umbi-umbian Pakan tambahan
Jenis Markisa Pisang ambon Jambu biji Jambu air Ketapang Kemang Pohpohan Kangkung Ubi jalar Roti tawar Dog food
Penimbangan bobot badan dilakukan sebelum dan sesudah penelitian, dilaksanakan pada pagi hari sebelum diberi pakan. Masa pengumpulan data dilakukan selama 14 hari, tetapi sebelumnya telah dilakukan masa aklimatisasi selama 10 hari, guna membiasakan/mengkondisikan kuskus terhadap pakan penelitian. Pengukuran kecernaan pakan dilakukan hanya pada seekor kuskus jantan dalam kandang I secara in vivo dengan metode koleksi total. Feces yang terkumpul di timbang setiap hari dan sebanyak 10% dari total feces harian selama 14 hari, dikumpulkan dan disimpan dalam freezer hingga saat dilakukannya analisis di laboratorium. Feces dipisahkan menjadi dua bagian yaitu yang dihasilkan pada minggu ke-1 dan minggu ke-2 untuk mengetahui kecernaan pakan per minggu. Analisis bahan pakan dan feces dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong dan di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan pakan penelitian yang digunakan dipilih berdasarkan pada tingkat kesukaaan hewan dan ketersediaan di pasaran tergantung musim. Pemberian pakan tambahan berupa roti tawar dan dog food sebagai sumber energi dan mineral guna mencegah timbulnya kekurangan energi dan penyakit defisiensi mineral. Pemberian kedua jenis pakan tambahan ini sengaja dibatasi untuk mencegah timbulnya obesitas. Sebagaimana dikemukakan oleh George (1982), bahwa pemberian pakan dengan kandungan kalori yang tinggi pada hewan yang dikandangkan seyogyanya dibatasi untuk mencegah kecelakaan akibat obesitas tubuh hewan. Hasil analisis kandungan zat-zat makanan bahan pakan disajikan pada Tabel 2. Nilai konsumsi pakan dihitung berdasarkan berat segar (BS) dan berat kering (BK). Nilai rerata konsumsi pakan pada kuskus, baik dalam bentuk berat segar maupun berat kering untuk setiap ekornya disajikan pada Tabel 3.
FARIDA dkk. – Kemampuan cerna Ailurops ursinus terhadap pakan alternatif
67
antara 1,5-3% dari bobot badannya, sedangkan pada hewan ruminansia berkisar EB Zat-zat makanan ( % ) 2-3% dari bobot badannya. Bahan pakan (kal/g) BK Abu PK LK SK BETN Dari data tersebut juga diketahui bahwa Markisa 13,24 0,30 1,31 0,45 4,28 6,90 611 rerata konsumsi pakan tidak begitu berbeda Ubi jalar 29,34 1,02 1,50 0,37 1,02 25,43 1085 antara kuskus yang dikandangkan secara Jambu biji 11,75 0,45 0,61 0,16 2,36 8,17 547 individu (kandang I) dengan yang Jambu air 4,79 0.,3 1,22 0,31 2,36 0,77 547 dikandangkan berpasangan (kandang II) Pisang ambon 19,26 0,90 1,20 0,20 0,15 16,81 974 baik dalam mengkonsumsi bahan segar Dog food 93,68 5,17 10,75 16,02 6,09 55,65 4903 maupun dalam mengkonsumsi bahan Roti tawar 66,01 1,24 8,15 1,55 0,38 54,68 3034 kering. Tiga jenis bahan pakan yang paling Kangkung 10,99 1,14 2,06 0,15 1,80 5,84 475 besar mensuplai konsumsi bahan kering Daun kemang 13,30 1,33 2,71 0,19 2,50 6,57 635 bagi ketiga ekor kuskus tersebut berturutDaun ketapang 23,00 1,65 3,66 0,46 4,66 12,57 873 turut adalah daun ketapang, roti tawar, dan Pohpohan 10,00 2,04 2,27 0,31 2,64 2,74 362 daun kemang dengan rerata konsumsi Keterangan: BK: bahan kering; SK: serat kasar; PK: protein kasar; BETN: bahan harian masing-masing 30,28%, 17,31%, dan ekstrak tanpa nitrogen; LK: lemak kasar; EB: energi bruto. 17,21%. Gambar 1 memperlihatkan rerata konsumsi tiap jenis pakan. Tingginya konsumsi roti tawar, daun kemang, dan daun Tabel 3. Konsumsi pakan kuskus. ketapang, tentunya sangat berhubungan dengan tingkat palatabilitasnya, karena palatabilitas adalah rasa dari Konsumsi Pakan (g) Hari ke Kandang I Kandang II bahan-bahan pakan atau pakan itu sendiri yang BS BK BS BK mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi pakan (Scott et 1 719,00 124,69 549,00 103,32 al., 1982). Keunggulan ketiga jenis pakan tersebut antara 2 831,00 162,,05 623,00 112,98 lain roti tawar memiliki warna, rasa, dan tekstur yang 3 425,00 71,80 527,00 103,60 relatif lebih baik sehingga menarik bagi kuskus, dengan 4 673,00 121,59 470,50 88,90 kandungan nutrisinya untuk protein kasar sebesar 12,35% 5 549,00 87,33 504,00 91,18 dan serat kasar hanya 0,58% (dalam 100% BK). 6 548,00 103,54 482,50 93,29 Roti tawar merupakan jenis pakan yang paling awal 7 443,00 84,95 476,50 87,63 dipilih oleh ketiga ekor kuskus untuk dikonsumsi 8 315,00 68,14 392,00 80,36 dibandingkan jenis-jenis pakan lainnya, dan daun kemang 9 620,00 107,70 374,50 69,67 yang berupa pucuk-pucuk daun yang masih muda dan 10 360,00 72,62 331,50 61,37 teksturnya terasa masih lunak, sebagaimana umumnya pada 11 330,00 62,18 335,50 69,04 tanaman yang masih muda memiliki kandungan lignin 12 449,00 77,41 497,50 93,18 yang rendah sehingga kecernaannya tinggi (Tilman et al., 13 189,00 55,91 510,00 99,25 1986). Kandungan protein kasar daun kemang cukup tinggi 14 238,00 49,97 536,00 104,78 yaitu sebesar 20,37% dan kandungan serat kasarnya Rerata 477,79 89,28 475,32 89,90 Sd 187,95 31,28 87,79 15,16 sebesar 18,80% (dalam 100% BK). Kecernaan bahan pakan yang tinggi akan menyebabkan ternak mudah lapar, sehingga hewan ingin selalu mengkonsumsinya (Sutardi, Berdasarkan Tabel 3. ternyata nilai konsumsi pakan 1980). Jenis pakan ketiga yang disukai kuskus adalah daun pada kandang I berkisar antara 189,00-831,00 g dengan ketapang, yang juga merupakan salah satu pakan kuskus di rerata 477,79 ± 187,95 g BS atau 49,97-162,05 g dengan habitat aslinya (Farida et al., 1999). Hal ini sejalan dengan rerata 89,28 ± 31,28 g BK/ekor/hari atau 23,56 g BK/kg pendapat Ensminger et al. (1987), bahwa faktor-faktor BB0,75/ekor/hari, sedangkan konsumsi pakan pada kandang yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak non II berkisar antara 331,5-623,00 g dengan rerata 475,32 ± ruminansia adalah warna, rasa, tekstur, dan kandungan 87,79 g BS atau 61,37-112,98 g dengan rerata 89,90 ± nutrisi bahan pakan. Daun-daunan yang dikonsumsi oleh ketiga ekor kuskus 15,16 g BK/ekor/hari atau 23,91 g BK/kg BB0,75/ekor/hari. Secara umum rerata konsumsi pakan pada kuskus adalah sebagian besar hanya dimakan bagian lunaknya (pucuk 476,56 g/ekor/hari BS atau 89,59 g/ekor/hari dalam BK daun dan batang muda), hal ini disebabkan karena pada atau 23,74 g BK/kg BB0,75/ekor/hari. Dengan demikian daun-daun muda teksturnya lembut, kandungan proteinnya konsumsi pakan rata-rata kuskus adalah 1,52% dari bobot tinggi, konsentrasi tanin dan ligninnya rendah, juga lebih badannya. Hal ini sedikit berbeda dengan beberapa hewan mudah dicerna daripada daun-daun tua (Oates et al., 1980 lain seperti pada kuskus tanah 2,12% dari bobot badannya dan Mc Key et al., 1981). Jenis buah-buahan yang paling (Hume et al., 1997), kancil 2% dari bobot badannya banyak dikonsumsi adalah pisang ambon. Hal ini (Jumaliah, 1999), kadal 0,63% dari bobot badannya disebabkan pisang ambon mempunyai aroma yang wangi, (Ridwan et al., 2001) dan anjing pelacak 1,81% dari bobot bentuk dan tekstur yang lunak dengan kandungan serat badannya (Wahyuni, 2000). Hal ini sesuai dengan pendapat kasar yang hanya 0,78% (dalam100% BK), sedangkan Parakkasi (1986), bahwa konsumsi pakan hewan non pada jambu biji dan ubi jalar selain teksturnya yang keras, ruminansia dalam bahan kering pada umumnya berkisar kandungan energi kedua jenis pakan ini juga relatif tinggi, Tabel 2. Komposisi zat-zat makanan bahan pakan.
B i o S M A R T Vol. 6, No. 1, April 2004, hal. 65-70
68
35
Konsumsi (gram/ekor/hari)
30
25
20
15
10
5
Pohpohan
Daun kemang
Daun ketapang
Jenis Bahan Pakan
Kangkung
Roti tawar
Dog food
Jambu air
Jambu biji
Kandang 2
Pisang ambon
Kandang 1
Ubi jalar
Markisa
0
Gambar 1. Konsumsi rata-rata setiap jenis bahan pakan.
sehingga kuskus hanya sedikit mengkonsumsinya. Sebagaimana dilaporkan Wahju (1985), semakin tinggi kandungan energi pakan semakin rendah konsumsi hewan terhadap pakan tersebut. Roti tawar merupakan jenis pakan yang paling awal dipilih oleh ketiga ekor kuskus untuk dikonsumsi dibandingkan jenis-jenis pakan lainnya, dan daun kemang yang berupa pucuk-pucuk daun yang masih muda dan teksturnya terasa masih lunak, sebagaimana umumnya pada tanaman yang masih muda memiliki kandungan lignin yang rendah sehingga kecernaannya tinggi (Tilman et al., 1986). Kandungan protein kasar daun kemang cukup tinggi yaitu sebesar 20,37% dan kandungan serat kasarnya sebesar 18,80% (dalam 100% BK). Kecernaan bahan pakan yang tinggi akan menyebabkan ternak mudah lapar, sehingga hewan ingin selalu mengkonsumsinya (Sutardi, 1980). Jenis pakan ketiga yang disukai kuskus adalah daun ketapang, yang juga merupakan salah satu pakan kuskus di habitat aslinya (Farida et al., 1999). Hal ini sejalan dengan pendapat Ensminger et al. (1987), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak non ruminansia adalah warna, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi bahan pakan. Daun-daunan yang dikonsumsi oleh ketiga ekor kuskus sebagian besar hanya dimakan bagian lunaknya (pucuk daun dan batang muda), hal ini disebabkan karena pada daun-daun muda teksturnya lembut, kandungan proteinnya tinggi, konsentrasi tanin dan ligninnya rendah, juga lebih mudah dicerna daripada daun-daun tua (Oates et al., 1980 dan Mc Key et al., 1981).
Jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang ambon. Hal ini disebabkan pisang ambon mempunyai aroma yang wangi, bentuk dan tekstur yang lunak dengan kandungan serat kasar yang hanya 0,78% (dalam100% BK), sedangkan pada jambu biji dan ubi jalar selain teksturnya yang keras, kandungan energi kedua jenis pakan ini juga relatif tinggi, sehingga kuskus hanya sedikit mengkonsumsinya. Sebagaimana dilaporkan Wahju (1985), semakin tinggi kandungan energi pakan semakin rendah konsumsi hewan terhadap pakan tersebut. Jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi kuskus setiap hari (Tabel 4.) diperoleh dengan cara menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dikalikan dengan persentase masing-masing zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Konsumsi zat-zat makanan selama pengamatan adalah abu 3,71-8,54 (rerata 5,72 ± 1,40) g/ekor/hari; protein kasar 8,38-18,26 (rerata 12,32 ± 2,87) g/ekor/hari; lemak kasar 1,80-4,33 (rerata 2,87 ± 0,80); serat kasar 8,84-19,15 (rerata 12,27 ± 3,15) g/ekor/hari; bahan ekstrak tanpa nitrogen 27,09-109,19 (rerata 55,90 ± 24,66) g/ekor/hari; dan energi bruto 295,53607,42 (rerata 404,44 ± 88,08) kkal/ekor/hari. Nilai konsumsi zat-zat makanan tersebut bila dinyatakan dalam persentase bahan kering, masing-masing adalah abu 6,38%, protein kasar 13,76%, lemak kasar 3,20%, serat kasar 14,25%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 62,41%. Pada Tabel 5 diperlihatkan pertambahan bobot badan ketiga ekor kuskus selama penelitian. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pertambahan bobot badan terendah dicapai oleh kuskus
FARIDA dkk. – Kemampuan cerna Ailurops ursinus terhadap pakan alternatif
69
hewan dan digunakan untuk kelangsungan proses-proses kegiatan didalam tubuh. Tabel 6 memperlihatkan hasil perhitungan Hari EB Zat-zata makanan (g/ekor/hari) ke (Kal/g) kecernaan pakan oleh kuskus terhadap zatBK Abu PK LK SK BETN 1 114,00 3,71 8,38 1,80 8,84 91,27 526,95 zat makanan bahan pakan penelitian. Nilai 2 137,50 4,56 10,30 2,30 11,15 109,19 607,42 kecernaan semu zat-zat makanan apabila 3 87,70 4,46 9,63 2,17 10,08 61,36 400,65 dilihat per minggu terlihat meningkat. Hal 4 105,20 4,34 9,57 2,31 9,46 79,52 485,62 ini diduga karena kemampuan kuskus yang 5 89,26 4,81 10,42 2,33 11,03 60,67 410,88 meningkat dengan terbiasanya organ-organ 6 98,41 5,33 11,47 2,77 11,72 67,12 440,04 pencernaan kuskus dalam mencerna bahan 7 86,29 5,70 12,06 2,74 12,17 53,62 387,35 pakan yang diberikan dengan 8 74,25 5,75 12,25 3,03 11,62 41,60 329,52 berlangsungnya waktu penelitian, juga 9 88,68 5,78 12,25 2,34 12,24 56,07 402,00 disebabkan pada minggu ke-1 konsumsi 10 67,00 5,59 12,09 2,48 12,52 34,32 295,53 pakan oleh kuskus yang relatif tinggi 11 65,61 6,20 13,22 3,35 13,82 29,02 296,11 menyebabkan laju ingesta di dalam saluran 12 85,30 7,34 15,81 3,96 16,99 41,20 389,47 pencernaan lebih cepat keluar menjadi feses 13 77,58 7,90 16,82 4,21 17,95 30,70 344,38 karena terdorong pakan yang masuk, 14 77,37 8,54 18,26 4,33 19,15 27,09 346,24 sehingga penyerapan dan pencernaan zat-zat Rerata 89,59 5,72 12,32 2,87 12,77 55,91 404,44 makanan oleh saluran pencernaan tidak Sd 19,34 1,40 2,87 0,80 3,15 24,66 88,08 optimal. Hal ini berbeda dengan keadan pada minggu ke-2, konsumsi pakan kuskus Tabel 5. Pertambahan bobot badan kuskus. lebih rendah menyebabkan laju ingesta yang keluar menjadi feses tidak secepat Jenis BB awal BB akhir PBB pada minggu ke-1, sehingga penyerapan Kandang Kelamin (g) (g) (g/ekor/hari) dan pencernaan zat-zat makanan oleh I Jantan 5.900 6.200 21,43 saluran pencernaan kuskus lebih optimal II Jantan 6.100 6.500 28,57 mengakibatkan kecernaannya lebih tinggi. Betina 5.650 6.000 25,00 Kemampuan kuskus beruang mencerna Keterangan: BB = Bobot badan; PBB = Pertambahan bobot badan. bahan kering lebih rendah dibandingkan kemampuan kuskus tanah yang mencapai 90% (Hume et al., 1997). Hal ini Tabel 6. Kecernaan semu zat-zat makanan disebabkan kuskus beruang dalam penelitian ini lebih banyak mengkonsumsi Zat-zat makanan ( % ) Pengamatan daun-daunan, yang berbeda dengan kuskus EB BK Abu PK LK SK BETN (kkal) tanah yang lebih banyak mengkonsumsi Minggu ke-1 69,09 49,27 38,81 78,65 36,63 86,08 72,07 buah-buahan. Hal ini sebagaimana Minggu ke-2 60,72 54,55 47,41 85,68 55,11 70,73 74,25 kebiasaan kuskus beruang di habitat aslinya Rerata 64,91 51,91 43,11 82,17 45,87 78,41 73,16 yang lebih banyak mengkonsumsi daundaunan daripada buah-buahan (Farida et al., 1999). jantan di dalam kandang I. Hal ini disebabkan adanya Nilai total digestable nutrient (TDN) digunakan untuk penurunan tingkat konsumsi pakan menjelang akhir memperkirakan kebutuhan akan energi. Satu-satunya penelitian dibandingkan dengan kuskus di kandang II yang kehilangan nutrient dari energi total yang dikonsumsi oleh tingkat konsumsi pakannya lebih stabil hingga akhir kuskus adalah kehilangan dalam bentuk pakan yang tidak penelitian (Tabel 3). tercerna dalam feces, meskipun secara kasar dianggap Konversi pakan merupakan nilai yang diperoleh bahwa komponen di luar feces seluruhnya dimanfaatkan berdasarkan nisbah antara konsumsi pakan dengan oleh kuskus, padahal sebenarnya tidak demikian pertambahan bobot badan yang dicapai selama kenyataannya. Hasil perhitungan TDN dari pakan pengamatan. Konversi pakan dipengaruhi oleh kandungan penelitian adalah sebesar 60,71%. Hal ini dimungkinkan protein pakan, tersedianya zat-zat nutrisi dalam ransum, karena bahan-bahan pakan yang diberikan walaupun temperatur lingkungan, dan kesehatan. Dari hasil sebagian besar terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan perhitungan nilai konversi pakan kuskus pada kandang I yang umumnya mengandung serat tinggi, tetapi kualitas adalah 4,17 dan pada kandang II adalah 3,36. Semakin bahan pakan tersebut cukup baik dan untuk daun-daunan rendah nilai konversi pakan berarti efisiensi penggunaan yang dikonsumsi oleh kuskus adalah bagian pucuk, daun, pakan semakin tinggi dan semakin tinggi nilai konversi dan batang mudanya saja, sehingga kecernaannya cukup pakan berarti pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan tinggi (Tilman et al., 1986), sebagaimana terlihat bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi kemampuan kuskus mencerna bahan kering pakan dapat penggunaan pakan rendah (Nesheim dan Card, 1979). mencapai hingga rerata 64,91%. Kecernaan pakan merupakan gambaran secara kasar mengenai jumlah zat makanan yang dapat dicerna oleh Tabel 4. Konsumsi zat-zat makanan.
70
B i o S M A R T Vol. 6, No. 1, April 2004, hal. 65-70
KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi pakan kuskus beruang (Ailurops ursinus) adalah sebesar 23,74 g BK/kg BB0,75 atau sebesar 1,52% dari bobot badannya, dengan konsumsi zat-zat makanan masingmasing abu 6,38%; protein kasar 13,76%; lemak kasar 3,20%; serat kasar 14,58%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 62,41%, dan energi bruto 404,44 kkal/ekor/hari. Sebagai gambaran kecernaan zat-zat makanan pada kuskus beruang adalah abu 51,91%; protein kasar 43,11 %; lemak kasar 82,17%; serat kasar 45,87%; bahan ekstrak tanpa nitrogen 78,41%, dan energi 73,16%. Nilai total digestible nutrient (TDN) pakan adalah sebesar 60,71%. Berdasarkan palatabilitasnya, tiga jenis bahan pakan yang paling disukai ketiga ekor kuskus beruang adalah roti tawar, daun ketapang, dan daun kemang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1988. IUCN Red List of Threatened Animals. Cambridge: IUCN. Anonim. 1996. List of CITES Species. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. Ensminger, M.E. and Olentine, Jr. 1987. Feed and Nutrition Complete. 1st ed. California: Ensminger Publishing Company. Farida, W.R., G. Semiadi, dan H. Dahruddin. 1999. Pemilihan jenis-jenis tumbuhan sebagai tempat bersarang dan sumber pakan kuskus (Famili Phalangeridae) di Irian Jaya. Jurnal Biologi Indonesia 2 (5): 235-243. Flannery, T., M. Archer, and G. Maynes. 1987. The phylogenitic relationships of living Phalangerids (Phalangeroidea: Marsupialia) with a sugested new taxonomy. In Arther, M. (ed.). Possum and Opossum, Studies in Evolutions. Sydney: Surrey Beatty & Sons and The Royal Zoological Society of New South Wales. George , G.G. 1982. Cuscus Phalanger spp: Their management in
captivity. In Evans, D.D. (ed.). The Management of Australian Mammals in Captivity. Adelaide: Zoological Society of South Australia. Hume, I.D., M.J. Runcie, and J.M. Caton. 1997. Digestive physiology of thr ground cuscus (Phalanger gymnotis), a New Guinean phalangerid marsupial. Australian Journal of Zoology 45: 561-571. Jumaliah, N. 1999. Pola Perilaku, Estimasi Kuantitatif Konsumsi dan Daya Cerna Kancil (Tragulus javanicus) terhadap Pakan di Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Thesis. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. Kinnaird, M.F. 1995. North Sulawesi: A Natural History Guide. Jakarta: Developmen Institute Wallacea. McKey, D.B., J.S. Gartland, P.G. Waterman, and G.M. Choo. 1981. Food selection by colobus monkeys (Colobus satanas) in relation to plant chemistry. Biological Journal of the Linnean Society 16: 115-146. Nesheim, M.C., R.E Austin, and L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12th ed. Washington:National Academy. Oates, J.F., P.G. Waterman, and G.M. Choo. 1980. Food selection by South Indian leaf-monkey, Presbytis johnii, in relation of leaf chemistry. Oecologia 45: 45-56. Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak. Diktat Kuliah Vol.2B. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Ridwan, R., Nahrowi, dan Hj.L.A. Sofyan. 2001. Pemberian berbagai jenis pakan untuk mengevaluasi palatabilitas, konsumsi protein, dan energi pada kadal (Mabouya multifasciata) dewasa. Biodiversitas 2 (1): 98-103. Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutritions of Chiken. 3rd ed. Ithaca: M.L. Scott and Ass.. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Bogor: Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peteranakan IPB. Tillman, A.D., Hartadi, R. Soedomo, P. Soeharto, dan L.Soekanto. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wahyuni, W. 2000. Pemanfaatan Zat Makanan Pakan Lokal Dengan Sumber Protein yang Berbeda pada Anjing Pelacak (Canis familiaris). Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB.