KELAYAKAN USAHATANI POLA TANAM ROTASI CABAI MERAH DAN TOMAT Feasibility of Cropping Pattern of Red Chili and Tomato 1. Ema Husnul Chotimah 2. Suyudi 3. Hj. Tenten Tedjaningsih 1.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (
[email protected]) 2. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (
[email protected]) 3. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (
[email protected]) ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya produksi dan pendapatan serta kelayakan usahatani pola tanam rotasi pada cabai merah dan tomat di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat yang dilakukan responden pada luas lahan 0,5 ha adalah menguntungkan. Hasil analisis menunjukkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat pada luas lahan 0,5 hektar selama satu tahun sebesar Rp 34.872.715, pendapatan sebesar Rp 58.627.285 dan R/C untuk usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat sebesar 2,68. Kata kunci : Kelayakan, Pola Tanam Rotasi, Cabai Merah, Tomat ABSTRACT The purpose of this research was to find out production cost and income as well as feasibility of cropping pattern of red chili and tomato at Cibeureum on Sukamantri Ciamis. The method used was a case study. Result this study to indicate cropping pattern of red chili and tomato did respondent in vast 0,5 ha is advantaged. The analysis showed that the production cost of cropping pattern of red chili and tomato in a year was Rp 34.872.715, the income was Rp 58.627.285 and the R/C of cropping pattern of red chili and tomato was 2,68. Key Words : Feasibility, Cropping Pattern, Red Chili, Tomato
1
PENDAHULUAN Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki umur panen yang cukup pendek, permintaan pasarnya pun cukup tinggi karena merupakan kebutuhan dapur sehari-hari. Nilai ekonomis sayuran bukan hanya dari hasil panen dalam bentuk segar saja, tetapi berbagai produk pasca panen sayuran yang telah diolah juga memiliki nilai ekonomis tinggi karena sayuran menjadi lebih tahan lama, tidak mudah rusak, dan tidak cepat busuk (Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto, 2012). Cabai sebagai komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan di bidang industri pengolahan pangan juga akan berperan terhadap besarnya serapan pasar cabai. Selain itu dengan meningkatnya kemajuan di bidang transportasi juga akan lebih menunjang dalam proses pemasarannya (Tim Bina Karya Tani, 2008). Tomat juga merupakan komoditas hortikultura yang penting. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, bahan kosmetik, obat-obatan dan bahan baku industri saus (Emi Fitriani, 2012). Kedua tanaman tersebut memiliki manfaat dan kegunaan yang tidak dapat digantikan oleh komoditas pertanian lainnya. Karakteristiknya yang tidak tahan lama dan selalu dikonsumsi segar membuatnya harus tersedia setiap saat, itulah yang menjadi penyebab setiap saat permintaan dan kebutuhan cabai selalu tinggi (Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan, 2013). Sektor pertanian Kabupaten Ciamis memiliki berbagai macam komoditas sayuran, termasuk diantaranya adalah cabai dan tomat. BPS Ciamis (2012) menunjukkan bahwa Kecamatan Sukamantri merupakan daerah penghasil cabai, dan tomat dengan produksi terbesar di Kabupaten Ciamis. Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri merupakan desa terluas dengan volume produksi terbesar untuk cabai dan tomat. Salah satu jenis cabai yang dibudidayakan adalah cabai merah. Petani membudidayakan komoditas sayuran (cabai merah dan tomat) tersebut pada lahan
2
tegalan dengan sistem pola tanam rotasi atau pergiliran tanaman. Rotasi tanaman menurut Ramdhon Bermanakusumah (1978) dalam Kartasapoetra (1989) merupakan penanaman tanaman yang berbeda-beda secara bergilir pada sebidang tanah dan pada kurun waktu tertentu kembali lagi pada tanaman pertama. Pergiliran tanaman dapat berlangsung dalam periode setahun atau beberapa tahun tergantung keperluan. Pengembangan tanaman sayuran (cabai merah dan tomat) sebagai salah satu komoditas pertanian yang potensial pada akhirnya harus bermuara pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan petani sehingga perlu diketahui gambaran mengenai bagaimana kelayakan usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang kelayakan usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang petani di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis dengan pertimbangan bahwa petani tersebut telah melakukan pembudidayaan tanaman cabai merah dan tomat dengan pola tanam rotasi secara kontinyu. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan data base Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (2012) bahwa Kecamatan Sukamantri merupakan daerah produksi cabai dan tomat tertinggi di Kabupaten Ciamis. Kerangka Analisis Analisis yang digunakan dalam menghitung biaya produksi dan pendapatan serta kelayakan pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat, secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut : Biaya total = biaya tetap + biaya variabel Penerimaan = jumlah produksi x harga produk Pendapatan = penerimaan – biaya total Kelayakan suatu usahatani dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Abdul Rodjak, 2006) : Penerimaan R/C = Biaya Total
3
Hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Jika R/C >1, berarti usahatani memperoleh keuntungan dan layak untuk diusahakan. Jika R/C < 1, berarti usahatani tidak memperoleh keuntungan dan tidak layak untuk diusahakan. Jika R/C = 1, berarti usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau berada dalam keadaan impas.
PEMBAHASAN Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Pola tanam merupakan salah satu cara petani dalam efisiensi penggunaan lahan dan untuk menata ulang kalender penanaman. Di daerah tropis seperti Indonesia biasanya pola tanam disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, salah satunya adalah dengan pergiliran tanaman atau rotasi tanaman. Rotasi tanaman merupakan penanaman tanaman yang berbeda-beda secara bergilir pada sebidang tanah dan pada kurun waktu tertentu kembali lagi pada tanaman pertama. Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri merupakan salah satu daerah yang melakukan usahatani cabai merah dan tomat secara rotasi atau bergilir pada lahan yang sama. Luas lahan yang digunakan oleh responden adalah seluas 0,5 ha dengan lama sewa lahan selama satu tahun. Berdasarkan lama penyewaan lahan yang dilakukan oleh responden, maka penelitian yang dilakukan adalah meneliti biaya produksi, pendapatan dan kelayakan usahatani yang dilakukan oleh responden selama satu tahun. Selama setahun responden melakukan dua kali usahatani, yaitu usahatani cabai merah dan usahatani tomat. Kedua tanaman tersebut ditanam secara rotasi atau pergiliran tanaman. Lama budidaya cabai merah per musim tanam adalah selama 7,5 bulan dan budidaya tomat per musim tanam adalah selama 4,5 bulan. Cabai merah ditanam sebagai tanaman pertama dan tomat sebagai tanaman kedua Budidaya cabai merah ditanam pada bulan Desember hingga Juli. Setelah cabai merah selesai dipanen lahan diistirahatkan (bera) untuk beberapa saat sebelum penanaman tomat dilakukan. Hal ini berguna untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit pada tanaman cabai merah sebelum dilakukan penanaman tanaman tomat. Budidaya tomat ditanam pada bulan Juli hingga Desember.
4
Pada usahatani dengan sistem pola tanam rotasi, pengolahan lahan yang terdiri dari pencangkulan, pembuatan bedengan, pemupukan dasar, dan pemasangan mulsa hanya dilakukan satu kali yaitu sebelum penanaman tanaman pertama (cabai merah). Sedangkan pada saat penanaman tanaman kedua yaitu tomat, pengolahan lahan yang dilakukan hanya pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman cabai merah dan pembuatan lubang tanam baru pada bedengan. Berdasarkan sistem kalender, cabai merah ditanam pada pertengahan musim hujan. Hal ini mengakibatkan penyiraman pada tanaman cabai merah tidak dilakukan karena mengandalkan dari air hujan. Pada saat musim kemarau pun penyiraman pada tanaman cabai merah dan tomat masih bergantung pada hujan. Teknis Budidaya Cabai Merah Benih yang digunakan oleh
petani (responden) adalah benih cabai merah
varietas hibrid Gada. Keunggulan varietas Gada diantaranya adalah produktivitas tinggi yaitu 1 kg/tanaman (Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan, 2013). Lahan seluas 0,5 hektar membutuhkan benih sebanyak 7.500 benih, tetapi biasanya petani menyemaikan sebanyak 8.000 benih. Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam larutan fungisida. Perendaman benih bertujuan untuk menghindari serangan hama atau penyakit dan untuk mempercepat perkecambahan. Benih disemai satu persatu pada bumbungan daun pisang. Langkah awal dari pengolahan lahan adalah pembabadan atau pembersihan lahan. Selanjutnya lahan dicangkul dan pembuatan bedengan. Bedengan yang dibuat oleh responden berukuran panjang 12 meter, lebar 120 cm dan tinggi 30 cm serta jarak antar bedengan 50 cm. Bedengan yang telah selesai dibuat, kemudian diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang dan pupuk buatan. Lahan seluas 0,5 ha digunakan pupuk kandang sebanyak 12,5 ton, pupuk NPK sebanyak 400 kg dan ZA sebanyak 100 kg. Pada pemupukan dasar juga diberikan insektisida granula yang berfungsi untuk melindungi tanah dari hama yang bersarang di dalam tanah. Pupuk kandang, pupuk buatan dan insektisida granula dicampur dan ditutup kembali oleh tanah dan permukaan bedengan dihaluskan agar pemasangan mulsa dapat dilakukan dengan baik. Mulsa yang digunakan responden adalah Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). Pemasangan mulsa dilakukan oleh dua orang dengan cara membentang dan menarik
5
antara dua sisi dengan permukaan perak di bagian atas. Pelubangan mulsa dilakukan dengan jarak 60 cm x 50 cm. Bibit cabai merah yang telah berumur 24 hari setelah semai kemudian ditanam ke dalam lubang tanam. Pada usahatani dengan sistem rotasi, pengolahan lahan hanya dilakukan satu kali saja yaitu sebelum penanaman bibit tanaman pertama. Pemeliharaan yang dilakukan responden pada budidaya tanaman cabai merah meliputi pemberian pupuk pelengkap cair, pemasangan ajir, pengikatan dan pemasangan rapia atas, perempelan serta pengendalian gulma, hama dan penyakit. Pemberian pupuk pelengkap cair dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk pelengkap cair pada tanaman cabai merah. Agar tanaman dapat tetap tumbuh dengan tegak maka harus dilakukan pengikatan yaitu dengan pengikatan tanaman pada ajir. Pemasangan ajir pada tanaman cabai merah dilakukan pada 2 minggu setelah tanam, selain itu juga dilakukan pemasangan rapia secara horizontal sepanjang bedengan pada ajir bagian atas agar ajir dapat berdiri dengan tegak dan tidak mudah roboh. Perempelan yang dilakukan responden adalah dengan membuang tunas air di ketiak daun atau di bawah percabangan utama tanaman. Perempelan dilakukan dengan cara dipetik pada pagi hari dengan menggunakan tangan. Pengendalian hama dan penyakit merupakan tahap yang harus dilakukan untuk menunjang
keberhasilan
usaha
budidaya
cabai
merah.
Sebelum
melakukan
pengendalian, harus diketahui terlebih dahulu penyebab utama timbulnya gangguan pada tanaman. Hama yang sering dijumpai oleh responden dalam budidaya cabai merah adalah ulat daun, ulat tanah dan lalat buah, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman cabai merah adalah busuk buah, busuk daun dan bercak daun. Frekuensi penyemprotan yang dilakukan oleh responden adalah setiap 5 hari sekali. Panen pertama untuk cabai merah varietas Gada seperti yang diusahakan responden dimulai sejak umur 120 hari setelah tanam. Produktivitas tanaman cabai merah dapat dilihat dengan membandingkan jumlah tanaman cabai merah yang ditanam oleh responden pada luas lahan 0,5 ha per musim tanam yaitu sebanyak 7.500 tanaman dengan jumlah hasil produksi cabai merah yaitu sebanyak 7.000 kg maka dapat diperoleh produktivitas tanaman cabai merah sebesar 0,93 kg/tanaman. Produktivitas tersebut lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas cabai merah hibrid varietas Gada
6
menurut Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan (2013) yang memiliki produktivitas sebesar 1 kg/tanaman. Cabai merah yang telah dipanen kemudian disortir berdasarkan keseragaman warna dan pemisahan buah yang baik dengan buah yang cacat atau rusak, kemudian cabai merah dikemas dengan menggunakan karung untuk dipasarkan. Teknis Budidaya Tomat Benih yang digunakan oleh petani (responden) adalah benih tomat varietas Permata. Tomat ini yang merupakan termasuk ke dalam jenis tomat sayuran. Keunggulan tomat varietas Permata ini diantaranya adalah memiliki potensi hasil 3-4 kg per pohon dengan berat buah sekitar 50-60 gram per buah dan buah berbentuk oval dan teksturnya keras. (Bernardinus T. Wahyu Wiryanta, 2007). Lahan seluas 0,5 hektar membutuhkan benih sebanyak 7500 benih, tetapi biasanya petani menyemaikan sebanyak 8000 benih. Sebelum disemai, benih tomat direndam dalam larutan fungisida. Perendaman benih bertujuan untuk menghindari serangan hama atau penyakit dan untuk mempercepat perkecambahan. Benih disemai satu persatu pada bumbungan daun pisang. Tindakan-tindakan pengolahan tanah yang dilakukan responden terdiri dari pembersihan bedengan dan pembuatan lubang bedengan. Pembersihan bedengan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Pada usahatani dengan pola tanam rotasi, penanaman tanaman pertama dan kedua tidak menggunakan lubang tanam yang sama, tetapi dilakukan pembuatan lubang kembali pada penanaman tanaman kedua. Lubang tanam dibuat di sebelah lubang penanaman tanaman pertama dengan jarak sekitar 10 cm. Pelubangan mulsa dilakukan sama seperti pada tanaman cabai merah dengan jarak lubang 60 cm x 50 cm. Bibit yang telah berumur 18 hari setelah semai telah siap ditanam. Penanaman bibit tomat dilakukan pada pagi hari. Setiap satu lubang ditanami satu bibit tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan responden pada budidaya tanaman tomat meliputi pemupukan susulan, pemasangan ajir, pengikatan dan pemasangan rapia atas, perempelan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan susulan diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada saat 7, 30, 60 dan 80 hari setelah tanam sebanyak 6 kg/200 liter air dengan dosis pemberian sebanyak 250 ml/pohon. Pemberian pupuk dilakukan
7
dengan cara dicor, yaitu menyiram ke dalam lubang mulsa plastik. Selain itu juga diberikan pupuk pelengkap cair dengan cara disemprotkan pada tanaman. Tanaman tomat mutlak memerlukan ajir karena dapat membantu menegakkan tanaman. Pemasangan ajir pada tanaman tomat dilakukan pada 2 minggu setelah bibit ditanam pada lubang tanam. Agar ajir tetap tegak dan tidak mudah roboh maka dilakukan juga pemasangan rapia secara horizontal sepanjang bedengan pada ajir bagian atas. Tanaman tomat juga harus dilakukan perempelan pada tunas-tunai air yang muncul. Perempelan dilakukan dengan cara dipetik menggunakan tangan pada pagi hari. Hasil panen tomat yang berkualitas juga ditentukan dari cara mengatasi hama dan penyakitnya. Hama yang sering dijumpai oleh responden adalah ulat, lalat buah, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman tomat adalah busuk buah dan busuk daun. Buah tomat dipanen pertama kali pada umur 70 hari setelah tanam. Produktivitas tanaman tomat dapat dilihat dengan membandingkan jumlah tanaman tomat yang ditanam oleh responden pada luas lahan 0,5 ha per musim tanam yaitu sebanyak 7.500 tanaman dengan jumlah hasil produksi tomat yaitu sebanyak 15.000 kg maka dapat diperoleh produktivitas tanaman tomat sebesar 2 kg/tanaman. Produktivitas tersebut lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas tomat varietas Permata menurut Bernardinus T. Wahyu Wiryanta (2007) yang memiliki produktivitas sebesar 3-4 kg/pohon. Buah yang telah dipetik dan terkumpul kemudian disortasi dan dikemas dengan menggunakan peti agar buah tomat dapat terhindar dari kerusakan. Analisis Biaya Usahatani Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Biaya usahatani rotasi cabai merah dan tomat dihitung berdasarkan per satu kali musim tanam, dimulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan pada luas lahan 0,5 ha. Adapun satu musim tanam cabai merah yang dilaksanakan responden di daerah penelitian adalah selama 7,5 bulan, sedangkan satu musim tanam tomat selama 4,5 bulan. Biaya Tetap Biaya Tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi pada hasil produksi yang terdiri dari sewa lahan, penyusutan alat per usahatani dan biaya bunga dengan satuan rupiah (Rp). Biaya tetap total dari kedua usahatani cabai merah dan tomat yang ditanam secara rotasi dapat dilihat pada Tabel 9.
8
Tabel 9. Rincian Biaya Tetap Pada Usahatani Cabai Merah dan Tomat Per Musim Tanam Pada Luas Lahan 0,5 Ha Cabai Merah Tomat Total No Uraian (Rp) (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan 468.750,00 281.250,00 750.000,00 2 Penyusutan Alat 1.381.040,00 828.623,00 2.209.663,00 3 Bunga Modal Tetap 135.774,00 48.834,00 184.608,00 Biaya Tetap Total 1.985.564,00 1.158.707,00 3.144.271,00 Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Tabel 9 menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap total pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat pada luas lahan 0,5 hektar selama satu tahun adalah sebesar Rp 3.144.271,00, yang digunakan untuk biaya sewa lahan sebesar Rp 750.000,00, penyusutan alat sebesar Rp 2.209.663,00 dan bunga modal sebesar Rp 184.608,00. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya mempunyai pengaruh langsung pada hasil produksi. Biaya variabel dalam penelitian ini terdiri dari benih, pupuk kandang, pupuk buatan, pestisida, tali rapia, ajir, mulsa plastik hitam perak, dan lain-lain. Biaya variabel total dari kedua usahatani cabai merah dan tomat yang ditanam secara rotasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rincian Biaya Variabel Total Usahatani Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Pada Luas Lahan 0,5 Ha Tomat Biaya Variabel Total Cabai Merah No Uraian (Rp) (Rp) (Rp) 1 Sarana produksi a. Benih 660.000,00 500.000,00 1.160.000,00 b. Pupuk : a) Kandang 4.000.000,00 4.000.000,00 b) NPK 480.000,00 120.000,00 600.000,00 c) ZA 160.000,00 160.000,00 d) PPC 700.000,00 700.000,00 1.400.000,00 c. Pestisida 3.365.000,00 4.045.000,00 7.410.000,00 d. Tali Rapia 87.500,00 87.500,00 175.000,00 e. Ajir 1.406.250,00 843.750,00 2.250.000,00 f. MPHP 1.212.500,00 727.500,00 1.940.000,00 g. Peti 2.250.000,00 2.250.000,00 2 Tenaga kerja 5.550.000,00 3.000.000,00 8.550.000,00 3 Bunga modal variabel 1.293.399,00 540.045,00 1.833.444,00 Jumlah 18.914.649,00 12.813.795,00 31.728.444,00 Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya variabel total yang dikeluarkan pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat pada luas lahan 0,5 hektar selama satu tahun adalah sebesar Rp 31.728.444,00, yang dikeluarkan untuk sarana produksi
9
sebesar Rp 21.345.000,00 untuk tenaga kerja sebesar Rp 8.550.000,00 dan untuk bunga modal variabel sebesar Rp 1.833.444,00. Biaya Total Biaya total dalam usahatani cabai merah maupun tomat merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya total pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dapat dilihat pada Tabel 13.
No. 1 2
Tabel 13. Biaya Total Pada Usahatani Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Pada Luas Lahan 0,5 Ha Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Total Komoditas (Rp) (Rp) (Rp) Cabai merah 1.985.564,00 18.914.649,00 20.900.213,00 Tomat 1.158.707,00 12.813.795,00 13.972.502,00 Jumlah 3.144.271,00 31.728.444,00 34.872.715,00
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani cabai merah adalah sebesar Rp
20.900.213,00
dan
biaya
total
pada
usahatani
tomat
adalah
sebesar
Rp 13.972.502,00. Sedangkan biaya total pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dalam satu tahun adalah sebesar Rp 34.872.715,00. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produk dengan harga jual produk. Penerimaan dalam usahatani cabai merah adalah sebesar Rp 56.000.000,00 dan penerimaan pada usahatani tomat adalah sebesar Rp 37.500.000,00. Sedangkan penerimaan total pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dalam satu tahun adalah sebesar Rp 93.500.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
No. 1 2
Tabel 14. Rincian Penerimaan Total Pada Usahatani Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Jumlah produk Harga jual Penerimaan Komoditas (kg) (Rp/kg) (Rp) Cabai merah 7.000 8.000 56.000.000,00 Tomat 15.000 2.500 37.500.000,00 Penerimaan Total 93.500.000,00
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Pendapatan dan R/C Pendapatan pada usahatani rotasi cabai merah dan tomat pada penelitian ini merupakan hasil dari selisih antara penerimaan dengan biaya total produksi per musim tanam. Berdasarkan hasil perhitungan, pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani cabai merah adalah sebesar Rp 35.513.505,00 per musim tanam dan pendapatan yang
10
diperoleh dari hasil usahatani tomat adalah sebesar Rp 23.527.498,00 per musim tanam, sedangkan pendapatan total dari usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dalam satu tahun adalah sebesar Rp 59.041.003,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15.
No. 1 2
Tabel 15. Rincian Pendapatan Total dan R/C Pada Usahatani Pola Tanam Rotasi Cabai Merah dan Tomat Cabai Merah Tomat Pendapatan Total Uraian (Rp) (Rp) (Rp) Pendapatan 35.099.787,00 23.527.498,00 58.627.285,00 R/C 2,67 2,68 2,68
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. R/C berguna untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usahatani rotasi cabai merah dengan tomat. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui jika penerimaan total pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dalam setahun adalah sebesar Rp 93.500.000,00 dan dibagi dengan biaya total usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat dalam setahun adalah sebesar Rp 34.872.715,00, maka akan diperoleh nilai R/C sebesar 2,68. Artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,68 rupiah. Berdasarkan hasil perhitungan R/C tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat yang dilakukan petani pada luas lahan 0,5 ha layak diusahakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, biaya dan pendapatan usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat adalah : 1) a. Besarnya biaya produksi total yang dikeluarkan petani pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat selama satu tahun yaitu sebesar Rp 34.872.715,00. b. Pendapatan total yang diperoleh petani dari usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat selama satu tahun yaitu sebesar Rp 58.627.285. 2) Usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat layak diusahakan, dimana nilai R/C pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat selama satu tahun yaitu sebesar 2,68.
11
Saran Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan pendapatan pada usahatani pola tanam rotasi cabai merah dan tomat adalah sebagai berikut : 1) Kepada petani agar melakukan penyiraman secara intensif terutama pada musim kemarau agar volume produksi tanaman cabai merah besar dan tomat yang dihasilkan meningkat. 2) Kepada petani agar tetap melakukan usahatani cabai merah dan tomat dengan pola tanam rotasi karena berdasarkan hasil analisis kedua usahatani layak untuk diusahakan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rodjak. 2006. Manajemen Usahatani. Bandung: Pustaka Giratuna. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2012. Ciamis : Badan Pusat Statistik. Bernardinus T. Wahyu Wiryanta. 2007. Bertanam Tomat. Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka. Emi Fitriani. 2012. Untung Berlipat Dengan Budidaya Tomat Di Berbagai Media Tanam. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto. 2012. Panen Sayur Secara Rutin Di Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya. Kartasapoetra. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Jakarta: Bina Aksara. Muhammad Syukur., Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan. 2013. Sukses Panen Cabai Tiap Hari. Depok: Penebar Swadaya. Nani Sumarni dan Agus Muharam. 2008. Sukses Bertanam Cabai Dimusim Hujan dan Kemarau. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
12