KELAYAKAN SENTRALISASI SUMUR DALAM DI KAWASAN PERUMAHAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGALIHAN PENGGUNAAN SUMUR DANGKAL INDIVIDUAL
Anandita Sancoyo Murti, Herr Soeryantono, dan Nyoman Suwartha
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
Abstrak Eksploitasi air tanah dangkal telah menyebabkan penurunan muka air tanah. Penulisan skripsi ini bertujuan memberikan solusi transisi dalam mengurangi ekploitasi air tanah dangkal. Solusi yang ditawarkan yaitu perancangan sumur dalam terpusat disertai sistem perpipaan dengan studi kasus di kawasan perumahan. Metode perancangan sumur dalam terpusat meliputi perancangan sumur dalam menggunakan pompa submersible, serta jaringan distribusi perpipaan dengan metode Hardy-cross. Desain ini kemudian ditinjau kelayakannya dari sisi finansial, sosial, dan lingkungan. Kelayakan finansial ditinjau dari sisi biaya perancangan sumur dalam terpusat. Kelayakan sosial ditinjau mengenai peningkatan harga jual properti yang berdampak pada taraf hidup pengguna. Kelayakan lingkungan ditinjau mengenai pengaruh dari penurunan muka air tanah pada kawasan perumahan. Hasil analisa menunjukkan bahwa peningkatan harga jual properti layak diterapkan pada kawasan perumahan, penurunan muka air tanah yang terjadi memberikan ruang discharge dan recharge, serta nilai B/C ratio dari perancangan adalah 3,05. Sehingga perancangan sumur dalam terpusat layak diterapkan di kawasan perumahan. Kata kunci: Analisis finansial B/C rasio; Analisis lingkungan; Analisis sosial; Kawasan perumahan; Studi kelayakan
Feasibility Study of Deep Well Centralization in Residential Area as a Transition Alternative of Shallow Individual Well Abstract The exploitation of shallow ground water has led to the decrease in groundwater. This study aims to offer transition solutions in reducing the exploitation of shallow ground water. Solutions that are proposed consist of the design of centralized deep well equipped with piping system in residential area. The design method of deep well composes of the utilization of submersible pump as well as the design of piping distribution system through the Hardy-cross method. The feasibility level of the design is that reviewed from financial, social, and environmental aspects. On the other hand, the financial analysist will be adapted from the cost of deep well construction. While the social feasibility will be reviewed in term of the increase of properties pricing rate that will directly effect the quality of user’s life. The environmental feasibility will be in accordance with the impact caused by the decrease of groundwater in residential area. The analysis results show that the increase of property pricing rate is feasible to be implemented in the residential area, with the decrease itself causes the formation of recharge and discharge areas, with the value of B/C ratio of 3,05. At last, it can be concluded that the design of centralized deep well feasible to be implemented in residential area. Keywords: Financial analysis with B/C ratio; Environmental analysis; Social analysis; Residential area; Feasibility study
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
1. Pendahuluan Kebutuhan air sangat menunjang kelangsungan hidup manusia. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55 - 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan sehari-hari terhadap air baku untuk kebutuhan domestik yang mencakup kebutuhan rumah tangga dan air minum berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air. Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa volume kebutuhan air domestik bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200 - 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari. Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Pengadaan air domestik harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan Internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Air domestik yang biasa digunakan di wilayah Kota Depok diambil dari air tanah, namun keberadaan air tanah yang selalu dimanfaatkan untuk kebutuhan akan air domestik menyebabkan beberapa kerugian di sisi lahan. Permukaan air tanah di Kota Depok setiap tahun mengalami penurunan sebesar 20 cm, karena maraknya pembangunan pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya data dari Bina Marga dan Sumber Daya Air (Bimasda) Kota Depok yaitu sebanyak 83 persen kebutuhan air bersih di Kota Depok berasal dari air tanah, dan 17 persen yang menggunakan sumber dari PDAM (Bimasda, 2011). Pernyataan di atas mengacu pada kebutuhan akan pentingnya distribusi air domestik yang tidak lagi menggunakan air tanah sebagai sumbernya. Air tanah yang telah biasa digunakan dapat digantikan dengan air PDAM namun pengelolaannya sedang diusahakan hingga saat ini. Keadaan penurunan muka air tanah dan kebutuhan air domestik yang meningkat tidak diimbangi kemampuan ketersedian air baku yang memadai. Maka sebagai solusi transisi sembari menunggu PDAM memperluas jaringan air baku untuk kebutuhan domestik, sebaiknya tiap pembukaan pusat
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
2
perbelanjaan, apartemen, dan perumahan baru harus dilengkapi fasilitas sumur terpusat dengan sistem distribusi jaringan perpipaan. Pengembangan jaringan distribusi air baku dengan sumur terpusat yang dialirkan melalui pipa akan diperhitungkan sebagai solusi alternatif dari penggunaan sumur individual yang dimiliki setiap bangunan. Untuk mendukung pengambilan keputusan penerapan alternatif ini, maka perlu dikaji mengenai biaya pembuatan instalasinya dan kelayakan terkait finansial dan non-finansial. Biaya instalasi jaringan distribusi air baku merupakan salah satu yang dipertimbangkan dalam menetapkan nilai jual suatu bangunan. Perhitungan sederhana yang digunakan developer perumahan (properti) dalam menetapkan harga jual rumah yaitu menghitung komponen tanah matang, biaya legalitas dan perizinan, biaya konstruksi, biaya manajemen pengelolaan, dan profit sekitar 30 persen. Dari perhitungan tersebut perlu ditinjau seberapa besar kenaikan harga jual apabila instalasi jaringan distribusi air baku ini diterapkan, serta dibandingkan dengan penggunaan air baku yang bersumber dari sumur dangkal individual.
2. Tinjauan Teoritis 2.1 Perhitungan Debit dan Drawdown Analisa penurunan muka air tanah membutuhkan faktor transmisivitas, storativitas, waktu pemompaan, jarak radius dari sumur, serta nilai u dan W(u). Transmisivitas didapatkan dari literatur yang terkait dengan jenis tanah di kawasan perumahan. Data storativitas didapatkan dari literatur dengan jenis tanah dan spesific yield kawasan perumahan. Waktu pemompaan ditentukan sekitar jam pemakaian air bersih. Kemudian untuk jarak dari titik pemompaan ditentukan hingga didapatkan nilai muka air tanah normal. Berikut tabel yang menyatakan langkah perhitungan: Tabel 2.1. Langkah perhitungan mencari nilai penurunan muka air tanah
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
3
Nilai u dan W(u) didapatkan dengan menyesuaikan dari rumus berikut:
u=
r 2S 4Tt
(2.1)
Dengan, u
: terdapat pada tabel nilai W(u) vs u
r
: jarak dari titik pemompaan (m)
S
: storativitas
T
: transmisivitas (m2/s)
t
: waktu pemompaan (s)
Nilai W(u) didapatkan dengan menyesuaikan nilai u pada tabel berikut ini: Tabel 2.2 Tabel nilai W(u) vs u u x 1 x 0.1 x 0.01 x 0.001 x 0.0001 x 0.00001 x 0.000001 x 0.0000001 x 1E-08 x 1E-09 x 1E-10 x 1E-11 x 1E-12 x 1E-13 x 1E-14 x 1E-15
1.0 0.219 1.82 4.04 6.33 8.63 10.94 13.24 15.54 17.84 20.15 22.45 24.75 27.05 29.36 31.66 33.96
2.0 0.049 1.22 3.35 5.64 7.94 10.24 12.55 14.85 17.15 19.45 21.76 24.06 26.36 28.66 30.97 33.27
3.0 0.013 0.91 2.96 5.23 7.53 9.84 12.14 14.44 16.74 19.05 21.35 23.65 25.96 28.26 30.56 32.86
4.0 0.0038 0.7 2.68 4.95 7.25 9.55 11.85 14.15 16.46 18.76 21.06 23.36 25.67 27.97 30.27 32.58
5.0 0.0011 0.56 2.47 4.73 7.02 9.33 11.63 13.93 16.23 18.54 20.84 23.14 25.44 27.75 30.05 32.35
6.0 0.00036 0.45 2.3 4.54 6.84 9.14 11.45 13.75 16.05 18.35 20.66 22.96 25.26 27.56 29.87 32.35
7.0 0.00012 0.37 2.15 4.39 6.69 8.99 11.29 13.6 15.9 18.2 20.5 22.81 25.11 27.41 29.71 32.02
8.0 3.8E-05 0.31 2.03 4.26 6.55 8.86 11.16 13.46 15.76 18.07 20.37 22.67 24.97 27.28 29.58 31.88
9.0 1.2E-05 0.26 1.92 4.14 6.44 8.74 11.04 13.34 15.65 17.95 20.25 22.55 24.86 27.16 29.46 31.76
Sumber: Wenzel, 1942
Setelah nilai u dan W(u) diketahui, maka kemudian mencari drawdown dengan rumus sebagai berikut:
ho − h =
Q W (u ) 4πT
(2.2)
dengan, ho-h : penurunan muka air tanah (m) Q
: debit aliran (m3/s)
T
: transmisivitas (m2/s)
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
4
2.2 Analisa Biaya Analisa biaya perencanaan menggunakan analisa harga satuan yang mencakup harga satuan material dan harga satuan upah yang kemudian diolah dengan luas volume menjadi analisa harga satuan. Berikut ilustrasi k olom perhitungan biaya: Tabel 2.3 Ilustrasi perhitungan biaya No.
Uraian Pekerjaan
Volume
Unit
Diketahui
Diketahui
Diketahui
Harga Satuan Rp. Diketahui
Jumlah Harga Rp.
2.3 Metode Perbandingan Manfaat dan Biaya (B/C Ratio) Metode B/C Ratio adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek tersebut. Metode ini merupakan salah satu konsep yang dapat menentukan kelayakan sebuah proyek, biasanya sebuah proyek yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum (Giatman, MSIE, Drs.M., 2006). Rumus yang digunakan adalah:
BCR = dimana,
PVbenefits
(2.3)
PVcos ts PVbenefits
: present value of benefits
PVcost
: present value of costs
Nilai BCR > 1 maka proyek layak dijalankan, jika <1 maka sebaliknya.
3. Metode Penelitian Tugas akhir ini membahas mengenai penggunaan sentralisasi sumur dalam ditinjau dari kelayakan finansial dalam usaha property. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya sentralisasi sumur dalam sebagai sumber air baku kebutuhan domestik dan membandingkan dengan biaya sumur dangkal individual, serta mengkaji kelayakan sentralisasi sumur dalam sebagai sumber air baku terhadap usaha property memakai sumur dalam yang didistribusikan melalui jaringan pipa sebagai pengganti penggunaan sumur dangkal individual.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
5
3.1 Skema Umum Tujuan dan Lingkup Studi
Studi Pustaka Identifikasi dan Pengumpulan Data
Peninjauan rancangan eksisting sumur dangkal individual
Perancangan sumur dalam dan ground water tank Perancangan sistem perpipaan
Analisa Desain Perhitungan biaya setiap komponen perancangan Analisa Biaya Analisa Kelayakan
No
Yes
Kesimpulan
Selesai
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
6
3.2 Identifikasi dan Pengumpulan Data Tabel 3.1. Pengumpulan Data No.
Data
Sumber
1.
Bangunan dan fasilitas yang tersedia
Kantor Pengelola dan
2.
Jumlah penghuni dan pengguna fasilitas
Kantor Marketing
3.
Peta kawasan Perumahan Telaga Golf
Perumahan Telaga Golf
4.
Topografi kawasan Perumahan Telaga Golf
Google Earth
5.
Nilai transmisivitas dan storitivitas
Jurnal terkait
6.
Harga satuan sumur dangkal
1. Buku harga satuan.
7.
Harga satuan komponen sumur dalam
2. Website.
8.
Harga satuan komponen ground water tank
9.
Harga satuan instalasi pipa
10. Nilai inflasi
4. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya sentralisasi sumur sebagai sumber air baku kebutuhan domestik dan membandingkan biaya dengan biaya sumur dangkal individual, serta mengkaji kelayakan sentralisasi sumber air baku terhadap usaha property memakai sumur dalam yang didistribusikan melalui jaringan pipa sebagai pengganti penggunaan sumur dangkal individual. Kawasan yang dipilih yaitu Perumahan Telaga Golf, Sawangan, Depok. 4.1 Hasil Perhitungan 4.1.1
Pemakaian Air
Debit pemakaian air dihitung dari fasilitas yang diperkirakan membutuhkan air yang berada di kawasan. Perancangan ini dipersiapkan untuk 25 tahun ke depan hingga tahun 2038, sehingga dilakukan proyeksi pengguna kawasan perumahan ini dengan laju pertumbuhan penduduk 4,32 % (Pemkot Depok, 2013). Berikut debit pemakaian air bersih pada kawasan Perumahan Telaga Golf:
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
7
Tabel 4.1. Rekapitulasi debit pemakaian air No.
Peruntukan Bangunan 1 Rumah 2 Aquatic Fantasy (Swimming Pool) 3 Doctorabbit School (Pre-eleminary school) 4 Fitness Club 5 Kantor Marketing 6 Kantor Pengelola 7 Masjid Al Iman 8 Minimarket 9 Rumah Toko Total Debit
Total Debit Pemakaian Air 2013 Debit Pemakaian Air (Q) m3/hari m3/dtk liter/hari 895,125 895.125 0.010360 300 0.3 0.000003 500 0.5 0.000006 454 0.4536 0.000005 1,000 1 0.000012 1,500 1.5 0.000017 3,000 3 0.000035 30 0.03 0.0000003 9,000 9 0.000104 910,909 910.9086 0.010543
2038 Debit Pemakaian Air (Q) m3/hari m3/dtk 1790 0.02072 0.864 0.00001 1.439 0.000017 1.306 0.000015 3 0.000033 4.318 0.00005 8.64 0.0001 0.086 0.000001 25.908 0.0003 1835.685522 0.021246
liter/hari 1790250 864 1439 1306 2879 4318 8636 86 25908 1,835,686
Sumber: Hasil perhitungan 4.1.2
Sumur Dangkal Individual
Penurunan muka air tanah (drawdown) sumur dangkal yang terjadi di Perumahan Telaga Golf, Sawangan, Depok ini menggunakan data penggunaan sumur individual (pantek) dengan asumsi kedalaman akuifer rata-rata yaitu 25 m.
0 -‐80
-‐60
-‐40
-‐20
-‐5E-‐09
0
20
40
60
80
-‐1E-‐08
h0 -‐h (m)
-‐1.5E-‐08 -‐2E-‐08 -‐2.5E-‐08
T = 0,00289 m2/s T = 0,00579 m2/s
-‐3E-‐08 -‐3.5E-‐08 -‐4E-‐08 -‐4.5E-‐08 Jarak (m)
Gambar 1. Drawdown sumur dangkal Sumber: Hasil perhitungan Sumur dangkal yang dimiliki setiap unit rumah ini membutuhkan biaya dalam instalasinya. Sumur dangkal diletakkan di setiap unit rumah yang ada di kawasan Perumahan Telaga Golf yang berjumlah 1.570 unit rumah. Tabel 4.2. Biaya pembuatan sumur dangkal
Sumber: Hasil perhitungan
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
8
4.1.3
Sumur Dalam
Sumur dalam yang dirancang dipermudah dengan perhitungan pompa untuk menaikkan sumber air dalam menuju reservoir. Pompa yang digunakan yaitu pompa submersible. Pompa submersible merupakan pompa yang dioperasikan di dalam air. Debit yang dibutuhkan untuk diangkat di setiap titik berbeda. Debit di setiap titik disesuaikan dengan pemakaian air dalam perancangan perpipaan. Debit sumur dalam yang telah dirancang yaitu sebagai berikut: Tabel 4.3. Debit sumur dalam Debit
Titik
m3/s
1
0.00541
2
0.01139
3
0.00411
Sumber: Hasil perhitungan Debit sumur dalam pada setiap titik tersebut membutuhkan daya pompa sebesar 4,19 kW (5,48 PK), 13,54 kW (17,73 PK), dan 2,98 kW (3,9 PK) untuk mengangkat air dari sumber air tanah. Kriteria pompa yang akan digunakan berdasarkan tekanan pompa harus lebih besar dari tekanan yang diperlukan. Spesifikasi pompa disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan di pasaran. Berikut spesifikasi pompa yang digunakan: -
Titik 1 : 4,19 kW (5,48 PK) Tipe pompa
= Submersible
Power
= 7,5 kW, 3 Phase, 3x400 V
Diameter
= 2 inch
Frekuensi
= 50 Hz
Maksimum debit = 17 m3/ jam
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
9
-
Titik 2 : 13,54 kW (17,73 PK) Tipe pompa
= Submersible
Power
= 15 kW, 3 Phase, 3x400 V
Diameter
= 2 inch
Frekuensi
= 50 Hz
Maksimum debit = 60 m3/ jam -
Titik 3 : 2,98 kW (3,9 PK) Tipe pompa
= Submersible
Power
= 5,5 kW, 3 Phase, 3x400 V
Diameter
= 2 inch
Frekuensi
= 50 Hz
Maksimum debit = 14 m3/ jam Penurunan muka air tanah sumur dalam ini akan dihitung seperti halnya perhitungan sumur dangkal. Berikut penurunan muka air tanah sumur dalam yang terbentuk: 0 -‐200
-‐150
-‐100
-‐50
-‐0.2
0
50
100
150
200
-‐0.4 -‐0.6
h0-‐h (m)
-‐0.8 T = 0,00289 m2/s -‐1
T = 0,00579 m2/s
-‐1.2 -‐1.4 -‐1.6 -‐1.8 Jarak (m)
Gambar 2. Drawdown sumur dalam Sumber: Hasil perhitungan Sumur dalam yang dirancang dalam tulisan ini meliputi pelaksanaan dan metode yang digunakan saat instalasinya. Berikut biaya pembuatan sumur dalam: Tabel 4.4. Anggaran biaya sumur dalam Rekapitulasi Anggaran Biaya Sumur Dalam No. A B C
Uraian Pekerjaan Hidrogeologi Pekerjaan Pemboran Pengadaan Material
Volume 1 3 1
Satuan unit unit unit Jumlah Total
Jumlah Harga Rp. 25,000,000 261,000,000 120,800,000 406,800,000
Sumber: Hasil perhitungan
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
10
4.1.4
Ground water tank dan tower water tank
Penelitian ini merancang penyimpanan air dalam ground water tank untuk bak penampung kemudian akan dinaikkan ke tangki air atas (tower water tank) yang selanjutnya disalurkan melalui pipa jaringan distribusi ke rumah-rumah warga. Dalam pemompaan dari sumur dalam yang menggunakan pompa sebagai salah satu alat utamanya, kemudian digunakan jet pump yang akan mengalirkan air dari bak penampung (ground water tank) menuju tangki air atas (tower water tank). Ground water tank ini digunakan untuk meringankan beban pompa sumur dalam dengan sumber air tanah. Kriteria perancangan tangki ini direncanakan 20 % dari kebutuhan air dalam satu hari untuk keamanan apabila kebutuhan air meningkat. Dari kebutuhan air didapatkan dimensi setiap bak penampung. Dimensi dari setiap bak penampung telah disesuaikan terhadap lahan di kawasan perumahan. Berikut perancangan yang ditinjau di setiap titik: Tabel 4.5. Desain ground water Titik 1 2 3
Debit m3/s 0.00541 0.01139 0.00411
Faktor kapasitas
Waktu, t
20% 0.2 0.2 0.2
jam 10 10 10
Kapasitas reservoir m3 39 82 30
Panjang
Lebar
Tinggi
m 4.5 5.5 3.5
m 3 5 3
m 3 3 3
Sumber: Hasil perhitungan Air yang telah ditampung sementara akan dipompa menuju tangki air menggunakan pompa jet (jet pump). Pompa jet merupakan pompa tipe sentrifugal. Pompa sentrifugal memindahkan air dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran impeler. Pompa ini mengubah energi kecepatan menjadi energi tekanan sehingga air dapat diangkat ke elevasi yang lebih tinggi. Pompa diletakkan di atas ground water tank dengan pelindung pasangan bata. Berikut spesifikasi teknis pompa jet yang dibutuhkan: Kapasitas pompa = 100 liter/menit Daya hisap
= 50 m
Daya motor
= 500 Watt
Pipa
= 1 inch
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
11
Dari pompa jet, air yang telah dipompa akan dialirkan menuju tangki air. Tangki air ini berfungsi untuk mengalirkan air ke daerah pelayanan secara gravitasi. Berikut spesifikasi tangki air yang digunakan yaitu: Volume
= 10.000 liter (10 m3)
Tinggi
= 275,5 cm
Diameter = 260 cm Spesifikasi tangki air akan disesuaikan dengan debit air yang dibutuhkan dikalikan dengan waktu pengangkatan yaitu 50 menit, sehingga didapatkan jumlah tangki yang dibutuhkan di setiap titik. Berikut desain dan jumlah dari tangki air atas (tower water tank): Tabel 4.6.Desain tower water tank Titik 1 2 3
Debit m3/s 0.00541 0.01139 0.00411
Waktu menit 50 50 50
Kapasitas tangki m3 16 34 12
Jumlah tangki buah 2 3 1
Sumber: Hasil perhitungan Biaya yang dibutuhkan dalam perancangan ground water tank dan tower water tank ini didasarkan pada beberapa pekerjaan. Berikut rekapitulasi data biaya pembuatan ground water tank dan tower water tank: Tabel 4.7. Anggaran biaya ground water tank dan tower water tank Rekapitulasi Anggaran Biaya Ground Tank dan Tower Tank Jumlah Harga Uraian Rp. A Pekerjaan tanah 4,931,743 B Pekerjaan reservoir 19,500,000 C Pengadaan barang 181,930,284 206,362,027 Jumlah Total
No.
Sumber: Hasil perhitungan
4.1.5
Perpipaan
Pada perancangan ini digunakan pipa PVC. Pipa jenis ini merupakan bahan Polyvinyl Chloride. Bahan ini memiliki kelebihan tahan terhadap korosi, kuat, ringan, serta mudah dalam penyambungan dan pemeliharaan.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
12
Perancangan sistem jaringan distribusi perpipaan ini menggunakan pipa PVC kelas AW berdiameter 4 inch (102 mm). Pipa PVC kelas AW yang berukuran diameter 4 inch memiliki panjang 4 m dengan sistem penyambungan SC (solvent cement). Sistem perpipaan dihitung dengan menggunakan metode Hardy-cross dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.8. Arah dan besar debit aliran pipa
Sumber: Hasil perhitungan Distribusi jaringan perpipaan yang dirancang dalam tulisan ini meliputi pelaksanaan dan metode yang digunakan saat instalasinya. Berikut biaya sistem jaringan perpipaan: Tabel 4.9. Anggaran biaya perpipaan No. A B C D
Rekapitulasi Anggaran Biaya Perpipaan Jumlah Harga Uraian Rp. PEKERJAAN PERSIAPAN 115,193,272 PEKERJAAN TANAH 328,430,680 PEKERJAAN PEMASANGAN 8,792,859,964 PEKERJAAN FINISIHING 115,193,272 9,351,677,190 Jumlah Total
Sumber: Hasil perhitungan
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
13
5. Pembahasan 5.1.1
Analisa Kelayakan Finansial
Kelayakan penggunaan sumur dalam terpusat yang diterapkan pada kawasan perumahan akan ditinjau dengan analisa manfaat. Analisa manfaat digunakan untuk mengevaluasi penggunaan perancangan untuk diterapkan di kawasan perumahan. Analisa manfaat ditinjau dari biaya instalasi serta manfaat penerapan bagi warga. Manfaat yang ditinjau dikelompokkan menjadi dua yaitu manfaat secara real dan manfaat semu. Manfaat real adalah manfaat yang timbul yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat pihak lain. Manfaat semu adalah manfaat yang diterima oleh beberapa pihak saja. Manfaat real juga akan dikelompokkan menjadi manfaat yang secara langsung dan tidak langsung. Hal yang diperhatikan dalam menentukan manfaat yaitu kenaikan kesejahteraan tanpa adanya kenaikan nilai dari adanya perancangan. Tabel 5.1. Manfaat perancangan Manfaat Langsung
Kemudahan pemenuhan kebutuhan air bersih yang dibutuhkan tanpa adanya pemompaan air dari setiap sumber air tanah yang berada di bawah unit rumah masing-masing Jarak radius dari penurunan muka air tanah yang terbentuk lebih kecil sehingga pencemaran yang terjadi dalam air bersih yang digunakan dapat diatasi dari pusatnya
Tidak
Memudahkan kontrol debit air yang dibutuhkan warga dalam
Langsung
pemenuhan kebutuhan air bersihnya Daya tarik bagi pembeli unit rumah dengan spesifikasi air yang dialirkan berasal dari sumur dalam terpusat yang diusahakan oleh pengembang properti
Harga manfaat dibandingkan dengan nilai sekarang yang hanya ditinjau dari biaya perancangan sumur dalam terpusat beserta komponen tangki dan jaringan perpipaan. Sehingga nilai B/C ratio dapat dilihat sebagai berikut:
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
14
76,260,699 + 30,236,826,588 9,940,407,474 BCR = 3,05 BCR =
Nilai B/C ratio menunjukkan 3,05. Kelayakan suatu proyek ditinjau dari nilai tersbut dimana apabila nilai BCR > 1, maka proyek layak dijalankan. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa 3,05 > 1, sehingga dapat dinyatakan bahwa perancangan sumur dalam terpusat dari sisi finansial layak dijalankan dan diterapkan di kawasan Perumahan Telaga Golf, Sawangan, Depok. 5.1.2
Analisa Kelayakan Sosial
Kelayakan penggunaan sumur dalam terpusat yang diterapkan pada kawasan perumahan juga ditinjau dari segi sosial. Kondisi sosial yang dibahas mengenai pengaruh harga jual properti dari kawasan perumahan. Harga jual properti suatu kawasan perumahan dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia dalam kawasan tersebut. Fasilitas baru yang diberikan pada kawasan perumahan ini yaitu supply kebutuhan air bersih melalu jaringan perpipaan yang bersumber dari sumur dalam terpusat. Fasilitas ini memungkinkan kenaikan harga jual properti. Ketika perancangan diterapkan, maka harga terpengaruh oleh kenaikan biaya yang terjadi yaitu sebesar 1,62 kalinya. Peningkatan biaya ini merupakan hal wajar ketika fasilitas baru diterapkan pada suatu kawasan. Harga yang meningkat menguntungkan warga yang telah tinggal sebelum adanya perancangan sumur dalam terpusat. Kemudahan dalam menerima supply air menjadi daya tarik bagi warga yang ada serta calon pembeli. Dengan adanya harga yang lebih mahal dibandingkan harga unit rumah tanpa adanya sumur dalam terpusat, calon pembeli pun meningkat diprediksi berasal dari tingkat sosial yang lebih tinggi untuk mendapatkan unit rumah pada kawasan perumahan ini. Kelayakan sosial yang terbentuk menyatakan bahwa pengguna pada kawasan perumahan merasakan adanya manfaat kemudahan dalam mendapatkan air bersih dari fasilitas sumur dalam terpusat. Manfaat yang didapatkan mendukung aktivitas yang berkaitan dengan air bersih serta memudahkan pengguna dalam mendapatkan air bersih sehingga perancangan sumur dalam terpusat dikatakan layak untuk diterapkan pada kawasan perumahan.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
15
5.1.3
Analisa Kelayakan Lingkungan
Kelayakan penggunaan sumur dalam terpusat yang diterapkan pada kawasan perumahan ditinjau dari sisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang dibahas mengenai pengaruh penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah yang terjadi pada setiap titik sumur dalam membentuk penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah yang semakin turun berdampak buruk pada penurunan tanah pada suatu kawasan. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan konservasi air salah satunya yaitu ground water recharge. Area untuk recharge harus disediakan sehingga penurunan tanah dapat dikendalikan. Sumur dalam terpusat membentuk penurunan muka air tanah yang dalam. Hal ini dapat diperbaiki dengan konservasi air yang telah disebutkan. Konservasi air dengan ground water recharge didukung dengan data jarak radial dari titik pemompaan sumur. Jarak radial sumur dalam sebesar 125 meter dari titik pemompaan. Setiap sumur berjarak 500 meter. Hal tersebut memungkinkan adanya area yang dapat digunakan untuk melakukan pengisian kembali (recharge) air yang telah dipompa. Dibandingkan dengan pemompaan dengan menggunakan sumur dangkal individual, sumur dalam terpusat lebih memberikan ruang kosong untuk pengisian kembali. Sumur dangkal individual berjarak 10 meter pada setiap titiknya. Sedangkan jarak radial yang terjadi terinpolasi sehingga tidak menyediakan area kosong untuk pengisian kembali. Sehingga sumur dalam lebih mampu memberikan manfaat untuk pengisian kembali air tanah yang telah terpompa. Selain itu, jarak sumur dengan septictank merupakan hal yang perlu diperhatikan. Jarak minimal antara sumber air dengan septictank menurut Depkes (1985) yaitu 10 meter. Apabila sumber air berasal dari sumur dangkal individual, maka syarat tersebut tidak dapat terpenuhi, dengan adanya data bahwa setiap rumah berjarak 10 meter. Bakteri dari setiap septictank pada setiap unit rumah dapat menyebar hingga titik sumber air.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
16
Penggunaan kedua sumur, baik sumur dangkal maupun sumur dalam, tidak luput dari beberapa resiko yang diberikan. Sebaiknya hal ini menjadi perhatian pihak yang berwenang yaitu pemerintah untuk menyediakan air bersih yang lebih layak digunakan. Namun untuk solusi antara sebelum adanya dukungan sumber air bersih dari pemerintah, dari sisi lingkungan bahwa desain sumur dalam terpusat lebih layak diterapkan dibandingkan sumur dangkal individual.
6. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penulisan tugas akhir ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Biaya instalasi sumur dalam terpusat sebesar Rp 9,940,407,474 sedangkan biaya sumur dangkal individual sebesar Rp 6,123,000,000. Sehingga selisih biaya sebesar Rp 3,817,407,474 dan peningkatan dalam persen antara sumur dalam dengan sumur dangkal yaitu sebesar 62,35 %. b. Kelayakan penerapan instalasi sumur dalam terpusat menurut sisi finansial memiliki nilai B/C ratio sebesar 3,05. Dari sisi sosial menunjukkan
sumur dalam terpusat dengan distribusi
jaringan perpipaan mempermudah pengguna dalam mendapatkan air bersih dan menjadikan daya tarik bagi calon pembeli. Serta dari sisi lingkungan diketahui bahwa jarak radial dari titik pemompaan setiap sumur dalam memudahkan konservasi pengisian kembali air tanah. Sehingga penerapan perancangan sumur dalam terpusat ini layak dijalankan dan diterapkan di kawasan Perumahan Telaga Golf, Sawangan, Depok.
7. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diberikan diantaranya sebagai berikut: a.
Desain perancangan ground water tank dengan tangki tanam terhambat lahan yang kurang luas. Sehingga seharusnya dikaji ulang untuk ke depannya mengenai desain tangki tanam.
b.
Adanya tower water tank dalam desain ground water tank sebaiknya dialihkan menjadi tangki tanam sepenuhnya agar estetika penyimpanan air lebih baik.
c.
Desain perpipaan yang dilakukan sangat terbatas oleh kondisi eksisting kawasan lain di sekitar perumahan sehingga dibutuhkan pembebasan lahan dan desain perancangan yang lebih baik.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
17
d.
Dalam tulisan ini desain perpipaan hanya menghitung arah dan debit yang sebenarnya, sehingga perlu adanya pengecekan dan pengoptimalan dalam desain perpipaan agar dapat diterapkan pada kondisi sesungguhnya.
e.
Kelayakan perancangan perlu dikaji ulang dengan penambahan manfaat yang lebih luas mengenai faktor lingkungan seperti kualitas air sehingga nilai kelayakan yang didapatkan menjadi lebih besar.
f.
Dalam tulisan ini belum menyatakan adanya treatment air bersih yang diambil, sehingga perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai treatment air bersih.
g.
Perancangan yang ditawarkan merupakan sebagai solusi antara dalam pengalihan penggunaan sumur dangkal individual, sehingga perlu adanya dukungan pihak yang berwenang yaitu pemerintah untuk memberikan pelayanan ketersediaan air bersih masyarakat.
Daftar Referensi Cherry, John A., R.Allan Freeze. Groundwater. 1979. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Chilton, John. Groundwater in the Urban Environment: Selected City Profiles. 1999. Rotterdam: A.A. Balkerna Publishers. Dake, J.M.K., Endang P.Tcahyan, Y.P.Pangaribuan. Hidrolika Teknik Edisi Kedua. 1985. Jakarta: Erlangga. DeGarmo, E. Paul. William G. Sullivan, James A. Bontadelli, Elin M. Wicks. Engineering Economy. Giatman, MSIE, Drs.M. Ekonomi Teknik. 2006. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Grant, Eugene L., W. Grant Ireson, Richard S. Leavenworth. 2001. Dasar-dasar Ekonomi Teknik Jilid 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Herlambang, Arie, dan R. Haryoto Indriatmoko. Pengelolaan Air Tanah dan Intrusi Air Laut. JAI Vol.1, No.2. 2005. Johnson, A.I. Spesific Yield – compilation of spesific yields for various materials. U.S. Geological Survey Water Supply Paper 1662-D.74 p. 1967. Jogiyanto H.M., Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. 2011. Yogyakarta: Andi Offset. Karamah, Eva F. Diktat Kuliah Ekonomi Teknik GP32021 Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia FTUI.
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
18
Perumahan Telaga Golf, Sawangan, Kota Depok. Potter, Merle C. David C. Wiggert., Bassem H.Ramadan. Mechanichs of Fluids. Prasetya, Ferry. Modul Ekonomi Publik. 2012. Malang. Ram Gupta S. Hydrology & Hydraulic Engineering Systems. 1989. New Jersey: Pearson. Robert J.Houghtalen, Ned H. C. Hwang, A.Osman Akan. Fundamental of Hydraulic Engineering Systems Fourth Edition. 2010. New Jersey: Pearson. Soeryantono, Herr. Ringkasan Groundwater. Jakarta Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992. Wandowo, Zainal Abidin, Alip, dan Djiono. Daerah Resapan Air tanah Cekungan Jakarta. 2001. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta: Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN. http://bimasda.depok.go.id/ http://www.jasaindonesia.web.id
Kelayakan Sentralisasi..., Anandita Sancoyo Murti, FT UI, 2013
19