Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia)
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
KEGUNAAN DAN KEPUASAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KAJIAN KES DI KECAMATAN RUPAT UTARA, RIAU, INDONESIA) Eko Hero M.Soc.Sc Master Program Universiti Kabangsaan Malaysia Abstract The study explains about the using of mass media as information resources of teenager health reproduction at Rupat District, Bengkalis Regency, Riau Province – Indonesia. This Study aim do find out the basis wichh delivered to the information resource on dimension of uses and gratification health reproduction information. The data were collected by interviewing on one set questioner through quantitative method. They were interviewed randomly at 5 villages with different demography background. It was focused on the uses and gratification theory, where could bedesribed that HIV/AIDS (53%) and alcohol consumption (43%) rarelt accessed. Although, another data show us the most interested information access is about HIV/AIDS (85%) than other health reproduction of informations. Then respondents attention on newspaper is bigger than television and family expert. In the whole respondent give the positive fact on the use aspect of health reproduction information through applicative dimension. Gratification aspect finding was self identity (78%) and self interaction (87%) on simple category. It can be concluded the access of health reproduction information resource influences the use concept through applicative dimension, and gratification is influenced by self identity and self interaction of health reproduction information. Keywords : Health Reproduction Information, mass media, Uses and gratifications. PENGENALAN Berbincang mengenai kesehatan, kita akan dihadapkan kepada beragam makna yang luas. Pada tahun 1975, WHO menjelaskan kesehatan sebagai suatu keadaan yang terbebas dari segala jenis penyakit baik secara fisik, mental dan sosial. Suprihatin (2000) pula menyatakan bahwa kesehatan ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial (pemeriksaan, pengobatan, perawatan termasuk kepada kehamilan, beranak dan “ekonomis”. Lebih sederhana lagi (Faluso and Odu, 2010) dipetik dari Akinade menyebutkan kesehatan sebagai proses mendapatkan informasi dan pembentukan sikap, keyakinan tentang seks, identitas seksual, dan perilaku seksual. Berbagai isu kesehatan kerap melanda para remaja di berbagai negara. Diantaranya perilaku seks bebas, HIV/AIDS, penyakit menular seks, aborsi dan lain sebagainya masa ini menjadi masalah di negara-negara maju dan negara-negara membangun (Alford and Hauser, 2009). Misalnya angka aborsi dan HIV/AIDS, Wijsen and Lee 52
(Alford, 2008), menyatakan syphilis, grohrohea dan clamdya (Van, 2006) pada tahun 2004 hingga 2005 United States menduduki tempat pertama diikuti oleh France, Germany and Netherlands, dan dialami oleh remaja berusia antara 15 – 19 tahun. Menurunnya kesehatan remaja didukung oleh banyak aspek, mulai dari “gempuran” media massa, kebutuhan hidup, kekerasan, lingkungan, dan faktor pengawasan dari orangtua. Di kawasan AsiaTenggara, misalnya Thailand didapati bahwa perilaku seks bebas telah diamalkan oleh para remaja, akan tetapi mereka tidak mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dari tingkah laku seks bebas mereka (Sarwono, 1994). Di Malaysia pula data mengenai angka kesehatan remaja mengalami turun naik. Data dari Royal Malaysian Police (Lukman, 2009) menyebutkan berdasarkan kepada perkiraan dasar ada sekitar 75.000 kanakkanak yang hidup di jalan, dengan 10.000 pengguna narkoba dan 5.000 anak kabur dari rumah dilaporkan setiap tahun. Di Indonesia pula, menurut kajian Syno-
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) vate menyatakan bahwa perilaku seks bebas oleh remaja di Indonesia mengalami peningkatan khususnya dibandar-bandar besar Indonesia (Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya). Remaja usia 14 hingga 24 tahun sebanyak 60 persen mengaku telah melakukan hubungan seksual, 16 persen mengaku telah melakukannya sejak usia 13 – 15 tahun, sedangkan 44 persen mengaku telah melakukan hubungan seks sejak usia 16 – 18 tahun. Fenomena-fenomena yang berlaku diatas, selalunya berlaku karena tidak adanya pembangunan jatidiri remaja secara berkesinambungan. Sebab dalam usia remaja setiap orang mengalami proses kematangan semua organ badan termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berfikir secara abstrak (Hurlock, 1990 ; Papalia and Olds, 2001). Belum lagi (Piaget (Santrock, 2001) adanya kecenderungan remaja untuk termotivasi secara aktif untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis. Sehingga antara dorongan hasrat dan kemampuan kognitif dan afektif yang dimiliki akan mengalami “pergaduhan” sehingga remaja akan mencari pelarian. Bagi mengatasi keadaan ini, perlu dilaksanakannya pendidikan seks bagi remaja baik secara formal dan nonformal. Pendidikan seks adalah perlakuan proses sadar dan tersistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses biologis menurut agama dan sudah ditetapkan oleh masyarakat (Arif Rahman Hakim, 2002). Ianya mencakup semua aspek tentang seksualitas termasuk informasi tentang keluarga berencana reproduksi ditambah lagi informasi tentang semua aspek seksualiti seseorang (George, 2004). Pendidikan seks secara formal telah berlaku dibeberapa negara. Misalnya di Afrika pendidikan seks telah difokuskan untuk menahan laju epidemic AIDS tumbuh, dengan cara menetapkan program pendidikan AIDS melalui pogram kemitraan dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Lembaga Swadaya (NGO) internasional (Sorcar, 2010). Mengikut Merson (2006) pula menyatakan bahwa Mesir telah mengajarkan tentang pengetahuan tentang sistem reproduksi kepada laki-laki dan wanita tentang organ seksual, kontrasepsi, penyakit menular seksual di sekolah-sekolah pub-
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
lik (ketika siswa berusia 12 – 14 tahun). Di kawasan Eropa, misalnya di Perancis (European Sex Survey, 2006) pendidikan seks sudah menjadi bagian dari kurikulum sejak tahun 1973. Di Jerman pula, menurut Meh Zu (2006) pendidikan seks telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah sejak tahun 1970. Sejak tahun 1992 pendidikan seks sudah berada dibawah pengawasan tugas pemerintah. Meliputi proses tumbuh kembang remaja, perubahan selama masa puber, emosi, proses biologi reproduksi, aktivitas seksual, kemitraan, aborsi dan lain sebagainya. Di kawasan Asia tidak banyak negara yang memberikan pendidikan seks secara formal kecuali Jepang. Anastasia, Ulla and Hiroko, (1993) menyebutkan bahwa di Jepang pendidikan seks telah diwajibkan pada usia 10 atau 11 tahun, terutama yang berhubungkait dengan tema haid dan ejakulasi. Lain pula keadaan yang berlaku di Jepang berbeza dengan kawasan Asia lainnya seperti Indonesia, Malaysia, Mongolia, Korea Selatan, dan Thailand. Kerangka pendidikan seks cenderung mengarah kepada pendidikan non formal yang bersifat pelatihan. Sedangkan untuk kawasan Pakistan, Bangladesh, Myanmar dan Nepal sama sekali tidak mempunyai bahkan menghindari pendidikan seks secara formal mahupun non formal, yang dipetik dari Mehta, Groenen and Roque (2002). Bagi kawasan Asia Tenggara, negara-negara yang memiliki mayoritas masyarakat Islam, untuk memberikan tunjuk ajar mengenai pendidikan seks bukanlah hal yang mudah. Sebab ketika berbincang mengenai pendidikan seks ataupun kesehatan reproduksi ramai orang akan menganggap sebagi pembicaraan yang lucah. Khususnya Malaysia, Brunei dan Indonesia masih mengalami pro kontra dalam hal program penerapan pendidikan seks di sekolah. Sebagai sesuatu hal yang sensitif dan taboo, “budaya timur juga mempunyai pandangan bahwa masalah seks adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dibincangkan dihadapan public, apalagi dihadapan kanak-kanak” (Harian Media Indonesia, 2009). Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Lok Yim Pheng (Setiausaha Agung Kesatuan Perkhidmatan Perguruan Kebangsaan) bahwa guru-guru masih bersedia mengendalikan pendidikan seks karena tidak pernah 53
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) mendapatkan latihan yang professional. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, (2008), susahnya menekan angka tersebut karena dipengaruhi oleh derasnya informasi yang diterima remaja dari pelbagai media massa, sehingga memungkinkan remaja melakukan tindakan seks sebelum menikah dengan satu atau berganti pasangan. Kurangnya informasi tentang seks juga memperkuat kemungkinan remaja percaya serta salah paham dalam menyerap informasi dari media massa atau rekan sebaya. Ditambah lagi dengan paham kebebasan yang dianut oleh media massa di Indonesia mempertegas pandangan Baran and Dennis (2003) bahwa media massa adalah ladang bisnis. Sehingga kandungan media, mengandungi sedikit sekali aspek social responsibility. Walhasil, informasi yang disampaikan tidak diimbangi dengan pengetahuan khalayak terhadap fenomena-fenomena yang dikembangkan dalam kandungan rancangan tertentu. PERNYATAAN MASALAH Tidak adanya jalan penyelesaian mengenai persoalan yang terus menggelinding bagaikan “bola salju” (snowball) ini, membuktikan bahwa persoalan kesehatan reproduksi remaja sangatlah penting. Menurut Antono, Ford, dan Zahroh (2006) ini berpunca dari adanya perubahan proses dari nilai-nilai hidup kaum remaja. Perubahanperubahan nilai hidup yang dimaksud adalah kecenderungan menurunnya atau bahkan tidak mempedulikan keadaan kesehatan reproduksinya sendiri. Misalnya saja Kemudian Sugiri Syarief (Okezone, 2010) Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan data bahwa sejak 2010 ini diketahui sebanyak 50 persen remaja perempuan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sudah tidak perawan karena melakukan hubungan seks pra nikah. Dan penyelidikan yang dijalankan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada bulan JanuariJuni 2008 menyimpulkan empat hal : Pertama, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film lucah. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks. Ketiga, 62,7% remaja 54
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. Keadaan ini menunjukkan bahwa, persoalan kesehatan reproduksi sudah berada pada tahap endemic (sangat serius). Ianya juga membuat pakar kesehatan reproduksi remaja Indonesia Hasmi (2001) berasumsi bahwa pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi terhad. Ertinya peningkatan aktifiti seksual dikalangan kaum remaja tidak diimbangi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Selain media massa berjalan hanya sebagai ladang bisnes, kecelaruan juga timbul akibat ketidakupayaan perancang mesej media untuk memikir, menganalisis dan menentukan secara kreatif keatas saluran yang tepat serta membentuk sebuah tayangan yang komperehensif (Arens, 1999). Hal itu tentunya bukan sahaja ditayangkan dalam bentuk iklan sahaja. Tetapi sudah tentu pihak media boleh “membungkusnya” dalam tayangan kreatif yang menurut Sciavo (2007) tayangan yang mengandungi unsur pemberitahuan, mempengaruhi, dan memotivasi penonton secara individu, institusi, dan publik tentang isu-isu kesehatan penting kepada profesional kesehatan, kumpulan khusus, pembuat polisi dan memperkenalkan, mengadopsi, atau menyokong perilaku, praktik atau polisi yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan. Aspek-aspek tontonan seperti ini perlu disegerakan atau diperbanyak lagi kuantitinya. Sebab faktor media massa pada masa sekarang telah memberikan pengaruh kuat dalam transformasi perilaku seksual remaja. Kekerapan remaja mendapatkan informasi dari aktifiti mengakses media massa seperti televisyen dan internet, telah ikut menyokong peningkatan pengetahuan seksual negatif remaja. Hal ini selari dengan apa yang dikatakan oleh Drucker (2001) bahwa televisyen dan internet meninggalkan dampak terhadap budaya (nilai dan norma) (Bryant and Thompson, 2002) dalam membentuk konsepsi penonton tentang kenyataan sosial. Disamping itu juga tidak terbukanya faktor bukan media massa terhadap remaja, dinilai juga telah memberi pengaruh yang signifikan. Remaja dengan berbagai faktor personal (peng-
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia)
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
etahuan, risiko hidup, kendali diri, aktifiti sosial), faktor lingkungan (akses terhadap sumber informasi, sosial budaya, nilai dan norma), faktor perilaku (orientasi seksual, pengalaman seksual, peristiwa kesehatan dan lain sebagainya) (Antono, Ford, dan Zahroh, 2006) sebenarnya memerlukan kekerapan sokongan positif dari faktor-faktor bukan media ini. Hanya saja karena keadaan yang cukup dilematis maka persoalan remaja ini menjadi sangat susah.
a. Mengenal pasti tingkatan pengetahuan remaja mengenai informasi kesehatan reproduksi. b. Mengenal pasti kebutuhan, minat terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja. c. Mengenal pasti sumber informasi (televisyen, akhbar dan ahli keluarga) mana yang diberikan tumpuan paling besar bagi mendapatkan informasi kesehatan reproduksi remaja d. Mengenal pasti kegunaan informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. e. Mengenal pasti kepuasan mana yang diperTUJUAN KAJIAN olehi remaja melalui pencarian informasi Kajian tentang kegunaan dan kepuasan kesehatan reproduksi. dalam pola penggunaan media massa sebagai sumber informasi pengetahuan kesehatan re- KERANGKA TEORI produksi remaja merupakan suatu usaha preven- Teori kegunaan dan kepuasan merupakan tif berbagai pihak bagi masa depan remaja yang sebuah teori yang diadaptasi dari teori Fungsionlebih baik. Mengingat berbagai usaha selama ini alis, dan diperkenalkan oleh para sosiologis tertelah dijalankan oleh banyak pihak. Mulai dari masuk Jay Blumler dan Elihu Katz (1973). Kajian kempen melalui media massa (iklan sosial, se- tentang kegunaan dan kepuasan ini mula-mula lebaran, pamflet), kempen langsung (pelatihan, diperkenalkan apabila mereka menolak dakwaan pembagian alat kontrasepsi, kempen ke sekolah- Berelson (Baran and Davis, 2003) bahwa bidang sekolah) (BKKBN, 2008). komunikasi telah mati. Sebab pada masa itu ban Namun hingga saat ini, masih dinilai be- yak kajian hanya diarahkan kepada kesan-kesan lum berhasil. Sebab bagi perbincangan kearah pemujukan kempen terhadap penonton sahaja. pengetahuan reproduksi masih lagi dianggap ta- Namun berdasarkan pada kajian tentang “kesan boo, dan tidak patut untuk disampaikan kepada ketiadaan akhbar” (Severin and Tankard, 2000) kanak-kanak mereka. Selain itu, adanya anggapan menunjukkan bahwa bidang ini masih lagi berpoyang berkembang bahwa masalah reproduksi para tensi terutama dalam aspek psikologis dan sosial belia akan memahami dengan sendirinya, mem- Katz, Blumer dan Gurevitch (Rakhmat, 2005). buat kempen menjadi tidak berkesan. Sama halnya dengan McQuail (2004) juga men Walau bagaimanapun, kempen mesti ter- unjukkan bahwa penggunaan media dihala tujuus dijalankan dengan berbagai cara dan inovasi- kan bagi memenuhi kebutuhan informasi, meinovasi. Dan salah satunya, media massa sebagai neguhkan identiti peribadi, memenuhi integriti akses penyampai informasi yang utama. Sebab dan interaksi sosial serta untuk menghibur diri. Noelle-Neumann (1984) pernah menyatakan Sebagai makhluk sosial, motif mahupun bahwa media massa bersifat serba ada atau ubiq- karakteristik khalayak terbentuk dari lingkunuity. Media massa mampu mendominasi karena gan sosialnya. Lingkungan sosial ini diantaranya keberadaannya ada dimana-mana sehingga mem- karakteristik demografi, kumpulan-kumpulan sobuat khalayak susah untuk menghindarinya. sial serta karakteristik personal. Jadi, pada asasnya pendekatan kegunaan dan kepuasan diarahkan OBJEKTIF KAJIAN kepada konsep khalayak aktif karena mesej yang Kajian ini secara amnya untuk melihat pengeta- disampaikan media massa tidak dipahami pemakhuan kesehatan reproduksi diperoleh remaja mel- naannya (Ruggiero, 2000). Namun menurut Croalui sumber-sumber informasi baik yang berasal teau dan Hoynes (2003), dalam konsep khalayak dari media massa mahupun bukan media massa. aktif ini mempercayai bahwa manusia itu pada Untuk menjawabnya, maka pengkaji akan meng- asasnya memiliki intelegensi dan bersifat otohuraikan objektif kajian ini kepada : nom. Sehingga keadaan ini mampu mendorong 55
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) khalayak untuk memilih kandungan media yang sealiran dalam pemenuhan serta minat khalayak (Rosengren, 2003) itu sendiri. Sebab itu, Blumler dan Katz, mencadangkan bahwa Teori Kegunaan dan kepuasan pengguna media memainkan peranan yang aktif dalam memilih dan menggunakan media. Nyatanya pengguna media turut mengambil bahagian dalam proses komunikasi secara aktif dan menjadi sasaran media. Blumler dan Katz menyatakan bahwa pengguna media mencari bahan atau program yang disiarkan yang mampu memberikan kepuasan kepada pengguna media. Hal ini bermakna Teori Kegunaan dan Pemuasan mengandaikan bahwa pendengar mempunyai hak untuk memilih dalam memberikan kepuasan kepada kehendak mereka. Kebutuhan khalayak meliputi ciri-ciri demografi seperti umur, bangsa, jantina, kumpulan bermain dan ciri-ciri personaliti. Katz et al. (1973) dalam kajiannya di Israel mendapati bahwa kebutuhan yang berkaitan dengan media berkait rapat dengan umur dan taraf pendidikan seseorang. McQuail et al. (2000) menyatakan bahwa kebutuhan untuk pelepasan atau escapism mencirikan bahwa individu itu mempunyai penyesuaian peribadi yang lemah (low personal adjustment) dan self esteem yang rendah. Beberapa kebutuhan di atas, sekurangnya boleh memenuhi dan mempengaruhi kebutuhan khalayak seperti kebutuhan kognitif dan afektif, integriti personal, integriti sosial dan perhubungan sosial. Kebutuhan kognitif boleh dicapai atau dipenuhi dengan fungsi pengawasan. Manakala kebutuhan afektif dan pelepasan pula dapat dipenuhi oleh diversion dan fungsi hiburan. Sedangkan kebutuhan integriti personal pula dapat dipenuhi oleh fungsi identiti diri, dan kebutuhan
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
integriti sosial dipenuhi oleh fungsi perhubungan sosial (McQuail, 2004). 2.4 MODEL KAJIAN
Kajian ini berpandukan kepada model rajah 2.4 berikut, yang telah diubahsuai dari rajah 1 (model kegunaan dan kepuasan kerangka kajian Katz) sebagai asas. Seperti yang tergambar pada rajah 1 model kegunaan dan kepuasan media bermula dengan perlingkungan sosial yang mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan individu. Kebutuhan khalayak meliputi ciri-ciri demografi seperti umur, bangsa, jantina, kumpulan bermain dan ciri-ciri personaliti. Katz et al. (1973) dalam kajiannya di Israel mendapati bahwa kebutuhan yang berkaitan dengan media berkait rapat dengan umur dan taraf pendidikan seseorang. McQuail et al. (1972) menyatakan bahwa kebutuhan untuk pelepasan atau escapism mencirikan bahwa individu itu mempunyai penyesuaian peribadi yang lemah (low personal adjustment) dan self esteem yang rendah. Beberapa kebutuhan diatas, sekurangnya boleh memenuhi dan mempengaruhi kebutuhan khalayak seperti kebutuhan kognitif dan afektif, integrity personal, Integriti social dan perhubungan sosial. Kebutuhan kognitif boleh dicapai atau dipenuhi dengan fungsi pengawasan. Manakala kebutuhan afektif dan pelepasan pula dapat dipenuhi oleh diversion dan fungsi hiburan. Sedan56
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) gkan kebutuhan integriti personal pula dapat dipenuhi oleh fungi identiti diri, dan kebutuhan integriti sosial dipenuhi oleh fungsi perhubungan sosial. Kebutuhan-kepeluan yang ada, akan didapatkan dengan menggunakan sarana media, yaitu sumber bukan media massa dan sumber media massa. Sumber bukan media massa berasal dari perlingkungan khalayak dengan tidak melibatkan teknologi komunikasi dan informasi. Ianya bersumber dari rakan-rakan, keluarga, hubungan antarperibadi, informasi secara turun temurun, hobi, seminar-seminar serta sumber-sumber lainnya yang diperoleh dengan berbagai cara. Manakala sumber media massa pula terdapat beberapa pembolehubah penggunaan media atau kombinasi penggunaan media yang boleh membawa kepada kepuasan. Pembolehubah yang dimaksud Katz et al. 1973 (dalam Rakhmat, 2000) adalah isi kandungan media, jenis media, konteks sosial. Ketiga pemboleh ubah tersebut memberikan kesan media dapat dioperasionalisasikan sebagai hasil penilaian kemampuan media dalam memberikan kepuasan kepada khalayak (sejauhmana media massa mampu membantu khalayak memecahkan masalah dalam diri/lingkungan sosial). Penilaian yang dilakukan keatas media yang menjadi sasaran utama dalam perolehan informasi, untuk memastikan sejauhmana informasi tersebut diperoleh oleh khalayak media itu sendiri.
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Berdasarkan pada model yang dibina oleh Katz diatas, model ini kajian di bawah inilah nanti yang akan menjadi ukuran pengkaji dalam mengenal pasti pola penggunaan media massa sebagai sumber informasi kesehatan reprodusi remaja. Model kajian ini adalah sebagaimana yang disebut di rajah 2.4.2. Berdasarkan pada model kegunaan dan kepuasan yang ditunjukkan pada rajah 2 diatas, bermula dengan ciri demografilah nantinya akan mempengaruhi minat. Ciri demografi yang merupakan aspek-aspek penyokong dalam pelingkungan social akan menentukan sejauh minat masyarakat akan dibangkitkan. Bersumber dari minat maka akan menyebabkan khalayak berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan mencari sumber media massa yang menyediakan informasi kesehatan reproduksi bagi mendapatkan kegunaan. Apabila kegunaan terpenuhi, mereka akan mendapatkan kepuasan dalam berbagai bentuk. HIPOTESIS Dalam kajian ini pengkaji telah membentuk beberapa hipotesis untuk diuji, antara lain : Hipotesis 1 Terdapat Hubungan Diantara Kebutuhan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Minat Terhadap Kesehatan Reproduksi Hipotesis 2 Terdapat Hubungan Diantara Kebutuhan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Pencarian Informasi Kesehatan Reproduksi Hipotesis 2a : Hubungan Antara Minat Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Tumpuan Kepada Sumber informasi (TV) 57
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia)
Hipotesis 2b : Hubungan Antara Minat Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Tumpuan Kepada Sumber informasi (Akhbar) Hipotesis 2c : Hubungan Antara Minat Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Tumpuan Kepada Sumber informasi (Ahli Keluarga) Hipotesis 3 Hipotesis 3a : Tumpuan Sumber informasi (TV) Dengan Kegunaan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Hipotesis 3b : Hubungan Antara Tumpuan Sumber informasi (Akhbar) Dengan Kegunaan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Hipotesis 3c : Hubungan Antara Tumpuan Sumber informasi (Ahli Keluarga) Dengan Kegunaan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Hipotesis 4 Hipotesis 4a : Hubungan Antara Dengan Kegunaan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Kepuasan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi (Identiti Pribadi) Hipotesis 4b : Hubungan Antara Dengan Kegunaan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi Dengan Kepuasan Terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi (Hubungan Pribadi)
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Dalam kajian ini, peyelidik menggunakan soal selidik sebagai instrumen mengumpul data kuantitatif. Instrumen ini akan dibahagi kepada enam bahagian utama. Soalan-soalan yang tertera akan diberikan pilihan soalan atau dikenal dengan nama soalan tertutup, agar responden mudah dalam memberikan jawapan. Walau bagaimanpun, terdapat satu soalan terbuka dimana para responden dapat memberikan jawapan sendiri berbanding memilih jawapan yang
ditetapkan penyelidik sebagai pelengkap kepada soalan tertutup dan juga mendapatkan data yang lebih tepat. Namun bilangan soalan terbuka dibataskan untuk mengelakkan responden menjawab perkara yang tidak berkaitan karena ia akan mengelirukan penyelidik emasa membuat análisis data (Csaja & Blair, 1996). Keseluruhan pengoperasian dan pengolahan data yang diperolehi diselaraskan dengan kaedah kaKAEDAH KAJIAN jian kuantitatif menggunakan pakej SPSS (Statis Kajian ini akan mengkaji pola penggunaan tical Package for Social Science) melalui perisian media massa sebagai sumber informasi kesehatan komputer. Skala pengukuran merupakan aspek reproduksi pada remaja. Seterusnya sebagai pan- penting yang ditekankan dalam bahagian ini yang duan dalan kajian ini pengkaji akan mengguna- mana proses pembahagian nomnor adalah isomokan kerangka teori kegunaan dan kepuasan. Be- prik untuk mewujudkan hubungan yang sepadan rasaskan kepada kajian-kajian masa lalu, kajian di antara setiap angka dengan ciri-ciri yang henini juga akan menggunakan kaedah tinjauan atau dak diukur. pemerhatian. Kaedah yang dijalankan ini berbentuk pengumpulan data yang dirancang bagi tujuan HASIL KAJIAN menganalisis beberapa aspek yang saling ber- Berasaskan pada aras p>0.05 sesuatu hubungan. hipotesis itu akan diterima jika nila khi kuasa dua Kawasan kajian ini berada di Kecamatan itu berada diaras penerimaan kurang dari p=0.05. Rupat Utara berada di Kabupaen Bengkalis Pro- Jika nilai berada lebih besar dari aras p=0.05 maka pinsi Riau. Kecamatan Rupat Utara beribu negeri hipotesis ditolak. di Tanjung Medang dengan luas kawasan 628.50 m2. Kecamatan ini pula memiliki 5 (lima) buah Hipotesis 1: Terdapat perbezaan diantara ciri dedesa dengan batas wilayahnya. Dengan rincian mografi jantina dengan kebutuhan terhadap inforsampel kajian sebagai berikut : masi kesehatan reproduksi remaja. 58
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia)
Jadual 4.8.1 Jantina dengan Kebutuhan terhadap Informasi Kesehatan Reproduksi
Jadual 4.8.1 menjelaskan mengenai perbezaan masing-masing jantina dengan kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 87 orang lelaki yang menyatakan bahwa informasi kesehatan reproduksi itu kurang perlu dan yang menyatakan perlu seramai 38 orang. Sedangkan perempuan pula, ada seramai 89 orang yang menyatakan bahwa informasi tersebut kurang perlu dan seramai 36 orang pula yang mengatakannya perlu. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 = 7.7a menunjukkan bahwa tidak terdapat perbezaan diantara jantina dengan kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dikalangan remaja. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya melebihi aras yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan perbezaan diantara ciri demografi jantina dan kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi ditolak.
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Jadual 4.8.2 menjelaskan mengenai hubungan diantara kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan minat terhadap informasi kesehatan reproduksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 45 orang yang menyatakan bahwa informasi kesehatan reproduksi itu perlu dan berminat, sedangkan yang menyatakan perlu tapi tidak kurang berminat seramai 29 orang responden. Seterusnya yang menyatakan kurang perlu dan berminat ada seramai 80 orang. Sedangkan yang menyatakan informasi kesehatan tersebut kurang perlu dan kuran berminat ada seramai 91 orang. Serta ada 5 orang responden yang menyatakan bahwa Informasi kesehatan reproduksi kurang perlu dan tidak berminat. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 = 6.259a menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan minat kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.044 dan lebih kecil berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan diantara kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan minat terhadap informasi kesehatan reproduksi diterima. Hipotesis 3: Terdapat hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan sumber informasi kesehatan reproduksi Sub-hipotesis 3a: Terdapat hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi.
Hipotesis 2: Terdapat hubungan diantara kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan minat terhadap informasi kesehatan reproduksi
Jadual 4.8.3 menjelaskan mengenai hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan 59
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) reproduksi dengan televisyen sebagai informasi kesehatan reproduksi. Berdasarkan pada jadual di atas, frekuensi diantara yang berminat dengan kurang berminat pada masa penontonan 10 – 16 jam per minggu relatif seimbang. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =8.281a menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.218 dan lebih kecil berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi diterima.
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
adap informasi kesehatan reproduksi dengan akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.595 dan lebih besar berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara minat kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi ditolak. Sub-hipotesis 3c : Terdapat hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi
Sub-hipotesis 3b: Terdapat hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi
Sama halnya dengan jadual diatas, Jadual 4.8.4 menjelaskan mengenai hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan akhbar sebagai informasi kesehatan reproduksi. Secara mayoritas, hasil kajian tidak menunjukkan perbezaan yang terlalu kentara antara kekerapan responden dalam membaca akhbar dengan yang tidak terhadap minatnya. Sebab secara totaliti 125 orang responden yang menyatakan berminat dan yang kurang berminata ada 120 orang dan yang tidak berminat ada 5 orang sahaja. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =2.784a menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara minat terh60
Selari dengan jadual 4.8.5 di atas, Jadual 4.8.3 juga menjelaskan mengenai hubungan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan ahli keluarga sebagai informasi kesehatan reproduksi. Terlihat hasil yang sangat jelas bahwa pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi masih taboo. Ini dinyatakan dengan data bahwa seramai 103 orang responden tidak pernah membincangkannya dengan ahli keluarga mereka. Padahal mereka menyatakan minatnya terhadap informasi tersebut Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =4.091a menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara minat terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.394 dan lebih besar berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara minat kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi ditolak.
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) Hipotesis 4: Terdapat hubungan diantara sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja. Sub-hipotesis 4a: Terdapat hubungan diantara televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi.
Jadual 4.8.6 menjelaskan mengenai hubungan diantara televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Berdasarkan kepada hasil kajian sebahagian besar reponden menyatakan bahwa kegunaan informasi kesehatan reproduksi tidaklah beitu penting. Namun purata yang menyatakan demikian itu ialah mereka-mereka yang tidak memiliki televisyen. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =0.057a menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.812 dan lebih besar berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara televisyen sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi ditolak. Sub-hipotesis 4b: Terdapat hubungan diantara akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi Jadual 4.8.7 menjelaskan mengenai hubungan diantara akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Berdasarkan kepada hasil kajian sebahagian besar reponden menyatakan bahwa
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
kegunaan informasi kesehatan reproduksi kurang berguna. Meskipun mereka membaca 1-2 kali dalam satu minggu.
Meskipun demikian melihat dari hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =12.829a menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan diantara akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.022 dan lebih kecil berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara akhbar sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi diterima. Sub-hipotesis 4c: Terdapat hubungan diantara ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi
Jadual 4.8.8 menjelaskan mengenai hubungan diantara ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Hasil kajian menunjukkan sebahagian besar reponden menyatakan 61
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) bahwa kegunaan informasi kesehatan reproduksi kurang berguna jika diperolehi dari ahli keluarga. Namun purata yang menyatakan demikian itu ialah mereka-mereka yang tidak pernah membincangkanya dengan ahli keluarga mereka. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =3.405a menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.182 dan lebih besar berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara ahli keluarga sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi ditolak. Hipotesis 5: Terdapat hubungan diantara kegunaan terhadap dengan kepuasan terhadap informasi kesehatan reproduksi
Jadual 4.8.9 menjelaskan mengenai hubungan diantara kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan kepuasan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Berdasarkan kepada hasil kajian seramai 67 orang responden yang menyatakan kurang berguna namun puas. Serta yang menyatakan berguna dan puas ada seramai 25 orang. Sedangkan yang responden yang menyarakan kuang berguna dan kurang puas ada seramai 118 orang dan yang menyatakan berguna tetapi kurang puas ada seramai 40 orang. Sementara itu, hasil ujian khi kuasa dua yang bernilai X2 =0.104a menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan 62
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
kepuasan terhadap informasi kesehatan reproduksi. Ini dikarenakan nilai singnifikan khi kuasa duanya adalah 0.747 dan lebih besar berbanding nilai khi kuasa dua yang telah ditetapkan. Maknanya hipotesis yang menyatakan hubungan yang signifikan diantara kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi dengan kepuasan terhadap informasi kesehatan reproduksi ditolak. RUMUSAN Berasakan kepada kajian yang dilakukan bagi mengenalpasti pola penggunaan media massa sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Rupat Utara, di nilai masih rendah. Akan tetapi dari data yang ada juga diketahui lebih dari setengah responden merupakan penonton yang aktif. Sebab, meskipun tidak memiliki televisyen ataupun akhbar tetapi mereka melakukan sebuah usaha mengkonsumpsinya ditempat lain. Namun aspek-aspek yang mereka konsumpsi masih belum terlalu mengarah kepada informasi kesehatan reproduksi. Keadaan ini telah digambarkan dalam analisis hipotesis diatas, terkait perbezaan dan hubungan diantara aspek-aspek yang ada di dalam kajian ini. Ada hipotesis yang diterima atau memiliki nilai signifikan (hubungan) dan ada juga yang ditolak atau tidak memiliki nilai signifikannya. Dalam kajian ini, dapat disimpulkan bahwa : a. H1 (ditolak), ertinya tidak ada perbezaan jantina yang berhubung kait dengan kebutuhan terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja. Semua remaja baik itu lelaki mahupun perempuan samasama memerlukan informasi kesehatan reproduksi. b. H2 (diterima), ertinya terdapat hubungan diantara kebutuhan dengan minat. c. H3 (H3a, H3b, dan H3c) (di tolak), menunjukkan bahwa minat terhadap informasi kesehatan reproduksi ternyata tidak ada hubungannya dengan sumber informasi yang tersedia. d. H4 (H4a dan H4c) (ditolak), ini menunjukkan bahwa sumber informasi tidak ada hubungannya kegunaan sesebuah informasi kesehatan reproduksi. Namun H4b (diterima), bahwa sumber informasi melalui akhbar memiliki hubungan dengan kegunaan terhadap informasi kesehatan reproduksi.
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) Ini diduga karena sifat dari pada akhbar itu sendiri, yang boleh dikonsumpsi oleh khalayak secara berulang kali meskipun informasi telah disampaikan sejak lama. e. H5 (ditolak), menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan diantara kegunaan sebuah informasi kesehatanj rerpoduksi dengan kepuasan yang didapat oleh responden. BATASAN KAJIAN DAN CADANGAN KAJIAN MASA HADAPAN Sesuai dengan bidang akademik pengkaji yaitu Media dan Ilmu Komunikasi, maka kajian ini hanya menyentuh kepada aspek pola penggunaan media dikalangan remaja sahaja. Kajian yang hanya dibatasi kepada 3 jenis sumber informasi (televisyen, akhbar dan ahli keluarga) dan 5 jenis isu kesehatan (Kekurangan darah merah, HIV/AIDS, merokok, minuman keras dan memaborsi) ini telah berupaya untuk melihat dan mengenalpasti sejauhmana remaja memaksimalkan fungsi media untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Meskipun dalam menjalankan kajian ini pengkaji menggunakan unsur-unsur minat, kegunaan, kepuasan tetapi pada initnya adalah untuk melihat pola penggunaan medianya sahaja. Ketertarikan pengkaji terhadap persoalan yang sangat sederhana ini karena dipengaruhi oleh kondisi dan keadaan sosial masyarakat berbeza dengan perlingkungan kajian-kajian yang telah ada. Setidaknya upaya yang pengkaji lakukan ini dapat menjadi tolak ukur bagi aktifiti-aktifiti pembinaan masyarakat dan lebih mengayakan teknik-teknik penyebaran informasi ke daerah kategori pinggiran pedalaman ataupun pedalaman. Dalam kajian ini pengkaji melihat responden baik dari segi pendidikan dan pekerjaan secara keseluruhan. Sehingga jawapan bagi melakukan uji terhadap hipotesis pun dilakukan secara am. Oleh karena itu, bagi kajian kedepad diharapkan agar kajian dilakukan jauh lebih spesisifik lagi dengan jenis responden yang homogenik secara cirri demografi. Ini akan memberikan pandangan yang lebih spesifik lagi tentang fenomena yang berlaku dikalangan masyarakat luas. Disamping itu, kajian ini hanya berfokus kepada satu teori kegunaan dan kepuasan dengan teknik analisa menggunakan spss. Untuk kajian
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
yang lain, kajian mengenai permasalahan kesehatan reproduksi perlu menggunakan teori lain, misalnya belajar sosial. Diharapkan dengan teori tersebut, setelah kajian dijalankan bentuk nyata dari upaya pembinaan remaja akan lebih terlihat. Selain itu pula, kajian hendaknya dilakukan memang di wilayah pedalaman. Karena penduduk wilayah pedalaman ada yang telah melakukan urbanisasi, dan ketika sesekali pulang ke kampong halaman maka perubahan sekecil mungkin yang dibawa akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat tempatan. Selain itu juga, pengkaji kedepan diharapkan mampu membuat kajian yang akan mengubah paradigm masyarakat tentang arti penting memiliki pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi. Sehingga pandangan, persoalan reproduksi akan diketahui dengan sendirinya setelah menikah akan bergeser. 5.5 PENUTUP Kajian ini telah menunjukkan betapapun media massa telah banyak menyampaikan informasi kesehatan reproduksi, namun tidak didukung dengan memberikan pemahaman yang baik, maka informasi yang ada akan disalah artikan oleh remaja. Melalui kajian dengan menggunakan teori kegunaan dan kepuasan ini setidaknya dapat mengetahui secara am berhubungkait dengan efektifiti penyiaran mengenai informasi kesehatan reproduksi yang telah ada. Dengan berbagai factor yang ada dilingkungan responden, kajian ini mendapati pola penggunaan media sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Rupat Utara – Riau – Indonesia masih belum maksimal. RUJUKAN A. Javier,. Bargas-Avila, Lötscher, Jonas,. Orsini, Sébastien,. Opwis, Klaus,. 2009. Intranet satisfaction questionnaire: Development and validation of a questionnaire to measure user satisfaction with the Intranet Computers in Human Behavior (25) 1241–1250 AJ Flanagin. MJ Metzger. 2001. Internet Use In The Contemporary Media Environment. Human Communication Research. 27 (1) ; 153-181 Ajuwon, A.J. (2002): HIV Risk Related Behaviour, Sexual Coercing and Implications for Prevention Strategies among Female Apprentice Tai63
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) lors in Ibadan, Nigeria, in AIDS and Behaviour., 6 (3) ; 229-35 Akinade and Sulaiman, 2005. Sexuality Education and Couple Guidance Lagos: Bats Olatunji Publishers Alford, S. 2008. Reproductive Health Outcomes & Contraceptive Use Among US Teens. Advocates for Youth. Washington Alford, S. Debra Hauser. 2009. Adolescent Sexual Health in Europe and The US ; Why The Different ? Advocates for Youth. Washington Al-Gahtani, S. S. & King, M. 1999. Attitudes, satisfaction and usage: Factors contributing to each in the acceptance of information technology. Behaviour & Information Technology, 18(4), 227–297. AmFAR AIDS Research. 2006. HIV Prevention for Men Who Have Sex With Men. Issue Brief No. 4 Antono. S., N. Ford., Zahroh.,S. 2006. Determinant of Youth Sexual Behaviour and It’s Implication To Reproductive And Sexual Health Policies And Services In Central Java. Journal Of Health Promotion ; 1 (2) ; 60-71 Arens, W.F. 1999. Contemporery Advertising. Ed. Ke-7. USA: McGraw Hill Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Arunachalam and Sivasubramanian, 2007. Theoretical Framework To Measure The User Satisfaction In Internet Banking . Academic Open Internet Journal. Vol 20 Babalola, Stella,. Fatusi, Adesegun,. Anyanti, Jennifer. 2009. Media Saturation, Communication Exposure and HIV stigma in Nigeria, Social Science & Medicine journal. 68. p. 1513–1520 Babalola, Stella., B. Oleko Tambashe & Claudia Vondrasek. 2005. Parental Factors and Sexual Risk Taking among Young People in Côte d’Ivoire. African Journal of Reproduction Health, 9(1). 45-65 Babie,E.R. 1975, The Practice of Social Research. California: Publishing Wadsworth Bailey, J., & Pearson, S. 1983. Development of a tool for measuring and analyzing computer user satisfaction. Managment Science, 29(5), 530–545. Baran, S.J., Dennis K. Davis. 2003. Mass Communcation Theory ; Foundations, Ferment and 64
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Future. 3d ed. Balmont. Calif.: Thomson/Wardsworth Bartsch, Anne,. Viehoff, Reinhold. 2010, The Use of Media Entertainment and Emotional Gratification, journal of Procedia Social and Behavioral Sciences 7 (5): 2247–2255 BKKBN Pusat Jakarta. 2008. Program Dan Strategi KB Nasional. PT. Kencana Karya. Jakarta Blumler JG, Katz E., 1974, The Uses Of Mass Communications: Current Perspectives On Gratifications Research. Beverly Hills, CA:Sage Publications. BP, Stoner,. WH, Whittington,. SO, Aral,. JP, Hughes,. HH, Handsfield,. KK, Holmes. 2003. Avoiding risky sex partners: Perception of partners’ risks v. partners’ self reported risks. Sexually Transmitted Infections. 70 (6):197–201. Brieger, W.R. 2004. West African Youth Initiative: Outcome of Reproductive Health Education Program. Journal of Adolescene. Vol. 29. 436-446 Bryant, J., & Thompson, S. 2002. Fundamentals of Media Effects, 1st ed. New York: McGrawHill Higher Education Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Croteau And Hoynes. 2003. Media Society : Industries, Images and Audiences (3 ed). Pine Forge Press. Thousand Oakes Darroch, Jacqueline E., Jenny Higgins, David J. Landry, Susheela Singh. 2003. Factors Associated with the Content of Sex Education in U.S. Public Secondary Schools”, Perspectives on Sexual and Reproductive Health 3 (5): 261-269 Drucker, P.F. 2001. The essential Drucker: Selections From the Management works of Peter F. Drucker. New York: Harper Business. Dunn, M.E. and Marie, P. 1997. Trends in Sexuality Education in United States and Canadian Medical School: Journal of Psychology and Human Sexuality 9 (4), 175-184 Dutton., WH. Kahin. B.,Callaghan., R. Wyckoff., AW. 2005. Transforming enterprise. The economic and social implications of information technology. SNP Best-set Typesetter Ltd., Hongkong Eighmey, J., & McCord, L. 1998. Adding value in the information age: Uses and gratifications
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) of sites on the World Wide Web. Journal of Business Research, 41(3), 187–194. European. Sex Survey. 2006. Teens from Germany, Iceland Ditch Virginity Early Faluso, A.F., Odu B.K,. 2010. Effect of Sexuality Education on The Improvementof Health Status of Young People in The University of Ado-Eikiti Nigeria. Procedia Social Behaviour Sciences. 5 (2) : 1009-1016l Garramore, Gina. M., 1984, Motivational Modul ; Replication Across Media For Political Campaign Conduct, Journalism Quartetly, 61 (3) : 537- 541 George Monbio. 2004. Joy of sex education. The Guardian Gerungan., WA. 1996. Psikologi Sosial. Bandung. Ersco Guhardja, S,. 1993. “Pengembangan sumber daya keluarga: bahan pengajaran”, PT., Institut Pertanian Bogor. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,BPK Gunung Mulia Hakim. A.R,. 2002. Meniti Remaja Muslim. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung Hakim., AR. 2002. Pendidikan Seks Dalam Perspektif Keislaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta Harian Media Indonesia. 2009 Harian Republika, 28 November 2002 Hasmi, E. 2001. Meeting Reproductive Health Needs of Adolescent In Indonesia. Journal of Adolescent Reproductive and Sexual Helath. UNESCO Hatmadji, R,. 1993. Adolescent Reproductive Health In Indonesia. Research Report of Joint Coorperation. Jakarta ; Demographic Institute Faculty of Economic University of Indonesia, Teh Ford Foundation. RAND Corporation. The World Organization. Yayasan Kusuma Buana Health GAP Report. 2006. GAO Report on PEPFAR Prevention Program : United States Abstinence/Being Faithfull-only Program Produce Stigma on Death Hendershot, Christian S.; Stoner, Susan A.; George, William H.; Norris, Jeanette. 2007. Alcohol Use, Expectancies, And Sexual Sensation Seeking As Correlates Of Hiv Risk Behavior In Heterosexual Young Adults. Psychology of Addictive Behaviors, 21(3), 365-372. Hernandez, Graciella Epinosa,. Lefkowitz,
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Eva S. 2009. Sexual Behaviour And Attitudes And Ethnic Identity During College. Journal of Sex Research. 26 (8) : 125-133 Hindin, Michelle J,. Fatusi, Adesegun O. 2009. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health Volume 35 (2) : 58 – 62 http://www.google.com/spring2001/uses. htm Huang, J.-H., Yang, C., Jin, B.-H., & Chiu, H. 2004. Measuring satisfaction with business-toemployee systems. Computers in Human Behavior, 20 (6) : 17–35. Inskip, Charles,. Butterworth, Richard,. MacFarlane, Andrew. 2008. A study of the information needs of the users of a folk music library and the implications for the design of a digital library system, Information Processing and Management . 4 (4) : 647–662 Jacqueline, E.D,. David J. Laundry., Susheela Singh. 2000. Changing Emphasis in Sexuality Education in US. Public Secondary School.. Family Planing Perspective. 3 (2) : 1988 – 1999 Jen-Her Wu, Shu-Ching Wang, Ho-Huang Tsai. 2010. Falling In Love With Online Games : The UsesAnd Gratification Perspective. Computer in Human Behaviour . 2 (6) : 1862-1871 Johnson,. Thomas J. & K. Kaye,. Barbara. 2004. Wag The Blog: How Reliance Ontraditional Media And The Internet Influence Credibility Perceptions Ofweblogs Among Blog Users. Journalism & Mass Communication Quarterly, 8 (1) : 622-642. Kaye, Barbara K., Jhonson, Thomas J. 2004. A Web For All Reason : Uses And Gratfication of Internet Component For Political Information. Thelematics And Informatic. 21 (2) : 197-223 Khan et al. 2001. Cost-effectiveness of the female condom in preventing HIV and STDs in commercial sex workers in rural South Africa. Social Science & Medicine. 52 (1) ; 135-148 Khan, F. R., Abbasi, A. S., Mahsud, M. N., Zafar, H. A., & Kaltikhel, A. U. 1999. The press and Sindhi–Mohajir ethnic relations in Hyderland: Do the newspapers cultivate ethnicity? In A. Goonasekera, Kippax., S. Murray., JP. 1980. Using The Mass Media Need Gratification and Perceived Utility. The Communication Research. 7 (3) ; 335 – 359 Koniak-Grifin, Deborah., Huang, Rong,. 65
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) Lesser, Janna,. Gonzalez-Figueroa, Evelyn,. Sumiko Takayanagi, and Clumberland, William G. 2009. Young Parents Relationship Characteristic, Shared Sexual Behaviours, Perception Of Partner Risk And Dyadics Influences. Journal of Sex Research, 46 (5). 483-493 Koo, D. K. 2009. The Moderating Role Of Locus Of Control On The Links Between Experiential Motives And Intention To Play Online Games. Computers in Human Behavior, 25 (2) : 466–474 Lee., W. 2003. Sexual Ecounter, Pasific Text Modern Sexualities. Cornell University Press. USA Leite, Iúri C,. Gupta, Neeru. 2007 Assessing Regional Differences In Contraceptive Discontinuation, Failure And Switching in Brazil Reproductive Health, 4 (6) : 156 - 169 Leung, Louis. 2003. Impacts Of Net-Generation Attributes, Seductives Properties of The Internet and Gratification-Obtained on Internet Use. Journal of Telematics And Informatics. 20 (5) : 107-129 Leung., L & Wei., R. 2000. More Than Talk On The Move ; Uses And Gratification Of The Cellular Phone. Journalisme And Mass Communication Quartley 77 (2) ; 308-320 Liang, T.P., Lai, H.J. & Ku, Y.C. 2007. Personalized Content Recommendation And User Satisfaction: Theoretical Synthesis And Empirical Findings. Journal of Management Information Systems. 2 (3) : 45-70. Littlejohn, S. 2002. Theories of Human Communication (7th ed.). Albuquerque, NM: Wadsworth Livaditi, J, Vassilopoulou, K, Christos Lougos and Chorianopoulos, K, 2002, Needs and Gratifications for Interactive TV Applications: Implications for Designers, Proceedings of the 36th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS’03) Lukman, Z.M. 2009. Miss Understanding on Child Prostitution and Prostituted Children in Malaysia. Europian Journal of Social Science. Vol. 9 Lull, James. 1995. Media, Communication, Culture: A Global Approach. Cambridge, England: Polity Press (co-published in USA by Columbia University Press. Mardiani, A. 2007. Thesis : Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Lab School Jakarta. Univesitas Diponegoro. 66
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Semarang Martin, J. M., & Schumacher, P. 2003. Loneliness and social uses of the Internet. Computers in Human Behavior, 19(6), 659–671. McKeen, J. D., Guimaraes, T., & Wetherbe, J. C. 1994. The Relation Between User Partricipation And User Satisfaction: An Investigation Of Four Contingency factors. MIS Quaterly, 18(4), 427–451. McLeod, J.M. & Becker, L.B. (1974) Testing The Validity Of Gratification Measures Through Political Effects Analysis. In: The Uses Of Mass Communications: Current Perspectives On Gratifications Research, Blumler, J.G. & Katz, E. (eds.), pp. 137-164. Beverly Hills, CA: Sage. McQuail, D. 2004. McQuail’s Mass Communication Theory. London: Sage. Mehta, S,. Riet Groenen and Fransisco Roque. 2002. Adolescent in Changing Times : Issues and Perspective For Adolescent Reproduction Health in The Escape Region. United Nations Social and Econimic for Asia and The Pasific. Bangkok. Thailand Merson., M. H. 2006. The HIV–AIDS Pandemic at 25 — The Global Response. The New England Journals Of Medicine. 3 (54) :2414-2417 Nicholas Garnham. 2000. Information Society’ As Theory Or Ideology: A Critical Perspective In Technology, Education And Employment In The Information Age. Journal of Information, Communication & Society . 3 (2). 139-152 Noelle-Neumann.E,. 1984. The Spiral Silence. A Theory of Public Opinion – Our Social Skin. University Of Chicago Press. Nwagwu, W,E,. 2007, The Internet As A Source Of Reproductive Health Information Amongadolescent Girls In An Urban City In Nigeria, BMC Public Health 2007. 7 : 354 Okezone. 6 desember 2010 Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human Development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Pornsakulvanich, V., Haridakis, P., & Rubin, A. M. 2008. The Influence Of Dispositions And Internet Motivation On Online Communication Satisfaction And Relationship Closeness. Computers in Human Behavior, 24 (7) : 2292-2310. Prijana Hadi, Ido. 2005. Populasi dan Tekh-
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) nik Sampling, PT. Elex Komputindo. Jakarta Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung Rojas-Guyler L, Ellis N, Sanders S. 2005. Acculturation, Health Protective Sexual Communication, And Hiv/Aids Risk Behavior Among Hispanic Women In A Large Midwestern City. Health Education and Behavior ; 3 (2) : 767–779 Rojas-Guyler., L. Ellis., N. Sanders., S. 2005. Communication, Health Protective Sexual Communication, And HIV/AIDS Risk Behaviour Among Hispanic Women In Large Midwetern City. Journal Health Education And Behaviour. 32 (96) : 767-779 Rosengren, Karl Erik. 2003. Communication an Introduction, Sage Publications Rosengren,. K.E. 1974. Uses and gratification: A Paradigm Outlined. In: The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratifications Research, Blumler, J.G. & Katz, E. (eds.), pp.269-286, Beverly Hills: Sage Rubin, A.M. 1981. An Examination Of Television Viewing Motivations, The Communication Research. 8 (1), 141-165 Rubin, A.M. 1994. Media Uses And Effects: A Uses And Gratifications Perspective. Di dalam Haridakis, P.M. & Whitmore E.H. 2006. Understanding Electronic Media Audiences: The Pioneering Research of Alan M. Rubin. Review and Criticism: Research Pioneer Tribute. Journal of Broadcasting & Electronic Media. 50(4). 766-774. Ruggiero, Thomas E. 2000. Uses And Gratifications Theory in The 21 St Century Mass Communication And Society 3 (1). 3-37 Samsudin A. Rahim & Latifah Pawanteh. 2000. Media penetration and cultural consequences on adolescents in Malaysia. Jurnal Komunikasi. 16. pp 51 – 70 Samsudin A. Rahim & Latifah Pawanteh. 2001. Penilaian Intervensi Sosial PROSTAR Terhadap Kesedaran AIDS Di Kalangan Remaja. Kementerian Kesehatan Malaysia. Percetakan Asni Sdn. Bhd Santrock, J. W. 2001. Adolescence (8th ed). North America: McGraw-Hill. Sarwono, Dr. Sarlito Wirawan,. 1994. Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada Schoivo R. 2007. Health Communication ; From Theory to Practice. Jossey-Bass.
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Severin, Werner J., and James W. Tankard. 2000. Communication Theories: Origins, Methods and Uses in the Mass Media, 5th Ed. Boston: Longman. Shaft, T., Sharfman, M., & Wu, W. (2004). Reliability assessment of the attitude towards computers instrument (ATCI). Computers in Human Behavior, 20(5), 661–689. Silalahi, Gabriel Amin. 2002. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Citra Media. Sidoarjo Sorcar, Piya. 2010. A New Approach to Global HIV/AIDS Education. The Huffington Post Stafford, F.T., Stafford, R.M. & Schkade, L.L. 2004. Determining uses and gratifications for the Internet. Decision Sciences, 3 (5). 259-288. Suprihatin. 2000. Internet Dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat. Jurnal Media Informasi. Vol 13 (5) : 9-13 Temubual dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis, 14 Oktober 2010 Tjitarsa, I.B. 1995. Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Seksual Beresiko Terhadap AIDS pada Remaja dengan Kehamilan yang Tidak Dikehendaki, Dalam Meninjau AIDS dan REMAJA. Jakarta. Kerjasama Jaringan Epidemologi Nasional dengan Ford Foundation Turner, Richard,. Turner, Lyan H. 2008. Introducing Communication Theory : Analysis and Aplication. 3Th Edition. Salemba Humanika Van Eijk, A.M., Lindblade, K.A., Odhiambo, F., Peterson, E., Sikuku, E., Ayisi, J.G., Ouma, P., Rosen D.H., and Slutsker, L. 2008, Reproductive health issues in rural Western Kenya, The Effect Of Training Health Care Workers To Provide “Focused Antenatal Care”. Ouma et al. Reproductive Health 2010, 7 (1) : 1765 - 1779 Weibel, D., Wissmath, B., Habegger, S., Steiner, Y., & Groner, R. 2008. Playing online games against computer- vs. human-controlled opponents: Effects on presence, flow, and enjoyment. Computers in Human Behavior, 24(5), 2274–2291. Weibull, L. 1985. Structural factors in gratifications research. In K. E. Rosengren, L. A. Wenner, & P. Palmgreen (Eds.), Media gratifications research: Current perspectives. Sage: Beverly Hills, CA, USA. : 123–147. West, Richard, dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 67
Kegunaan dan Kepuasan Media Massa sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Kajian Kes di Kecamatan Rupat Utara, Riau, Indonesia) Jakarta: PT. Salemba Humanika Wilson., TD. 2000. Human Information Behaviour. Special issue On information Science Ressearch. 3 (2) ; 49-55 Witte, Susan S. El-Bassel, Nabila; Gilbert, Louisa; Wu, Elwin; Chang, Mingway. 2007. Predictors of Discordant Reports of Sexual and HIV/Sexually Transmitted Infection Risk Behaviors Among Heterosexual Couples. Sexually Transmitted Diseases: 34 (5) : 302-308 Witte.,SS, El-Bassel N, Gilbert., L, Wu E, Chang., M. 2007. Predictors of discordant reports of sexual and HIV/sexually transmitted infection risk behaviors among heterosexual couples. Sexually Transmitted Diseases ; 34 (13) : 302–308. Wolf, R. Cameron, Linda A. Tawfik and Katherine C. Bond. 2000. “Peer Promotion Programs and Social Networks in Ghana: Methods for
68
Medium Volume 1, Nomor 1 Desember 2012
Monitoring and Evaluating AIDS Prevention and Reproductive Health Programs among Adolescents and Young Adults. Journal of Health Communications, 5 (8) : 61-80 Wu, J., & Liu, D. (2007). The effects of trust and enjoyment on intention to play online games. Journal of Electronic Commerce Research, 8(2), 128–140. Yee, N. 2006. Motivations for play in online games. CyberPsychology and Behavior, 9(6) : 772– 775 ZHOU, Jian-fang,. Mantell, Joanna E,. RU, Xiao-mei. 2009. Reproductive and Sexual Health of Chinese Migrants. Journal of Reproduction & Contraception. 20(3):169-182 Zillmann, D. and Bryant, J. 1994. Entertainment as media effect. In J. Bryant, & D. Zillman