KECAKAPAN KOMUNIKATIF MAHASISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd. Muhammad Candra, S.Pd., M.Ed. Hj. Dewi Murni, S.S, M.Hum. English Lecturer at The Teacher Training and Education Faculty of Maritim Raja Ali Haji University Jalan Politeknik Senggarang Tanjungpinang, Kepulauan Riau 29100 Telp. 0771-7001550, fax. 0771-7038999 Website: http://fkip.umrah.ac.id E-mail:
[email protected] E-mail:
[email protected], Phone: 081372104449 Abstract The purpose of this study is to find out the students’ communicative competence in English speaking were done by the fifth semester students at the Indonesian Language Department of FKIP UMRAH. The population and sample of the research are the first semester students of Indonesian study program (class C1,C2,C3,C4,C5,C6,C8) with 26 of ± 260 students (10% of the population). The location is at The Faculty of Teacher Training and Education. It started from 1st October – 31st December 2012. Data collection technique was done by recording the students’ speaking in asking and answering ten structured questions. And, the data were analyzed by the following procedures: reading, identification, classifying and interpretation of each communicative competence categories which were spoken by them. Then, the numbers of the students’ frequency of communication in asking and answering questions per items of communicative categories are devided into the total number of students and timed to 100 % will be gotten the percentage of communicative competence categorically. The result of the study are found four students’ communicative competence categories, they are (1) Garmmatical/Linguistic Competence (GC) with “Enough”, 18 (69.23%); (2) Discourse Competnec (DC) with “Bad”, 10 (38.46%); (3) Sociolinguistic Comptence (SC) with “Enough”, 16 (61.53%); (4) Strategic Competence with “Enough”, 18 (698.23%) for their quality of communication in asking and answering ten structured questions. In the other words, the quality’s level of their communication are “Low Enough”. For the following researcher, The advanced research about the causes of the lowerness of the students’ communicative competence happened (qualitative study) and the application the appropriate method to improve the student’s communicative competence in writtenl or spoken (quantitative study) are very needed because they are not investigated yet. Key Words: Communicative Competence, asking and answering structured questions, and Speaking
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
1
PENDAHULUAN Ada dua hal yang dapat digunakan pengguna bahasa dalam menyampaikan ide, pemikiran, persaaan, dan yang diketahuinya kepada orang lain yaitu secara lisan dan tulisan. Kemampuan pengguna bahasa dalam mengeksekusi bahasa tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa itu sendiri, atau informsasi tersebut tersampaikan dan dapat dimengerti sipenerima bahasa itu, maka dia disebut kompeten mengkomunikasikan bahasa tersebut. Artinya kompeten secara konseptual (tahu apa yang akan disampaikan) dan praktikal (mewujud dalam tulisan dan ucapan). Komunikasi yang demikian disebut komunikatif (Savigon dalam Zainil, 2005). Kompetensi komunikatif merupakan barometer kemampuan pemahaman dan penggunaan suatu bahasa dengan baik dan benar oleh penggunanya. Ini terdiri dari kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategik. Dengan kata lain, pengguna bahasa Inggris, misalnya, kompeten berkomunikasi dalam ke empat komponen di atas. Kalau tidak, para pengguna bahasa belum dapat dikatakan cakap berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Granville (2011) menyatakan bahwa kompetensi komunikatif sebagai kemampuan memfungsikan bahasa dengan benar pada situasi, tempat, dan waktu yang nyata. Kompetensi gramatikal/grammatical competence bahasa mencakup kemampuan pengguna bahasa dalam memahami dan menggunakan bahasa itu dengan benar struktur, sintaksis, bunyi dan bentuknya katan-kata yang diucapkan/dituliskan. Misalnya, pengguna bahasa mampu mengucapkan/menuliskan ‘ good morning sir ! ‘dengan lancar tanpa ada keraguan Dengan demikian, ini mengindikasikan bahwa dia sudah komepeten dari segi tata bahasa/gramatikal. Kompetensi sosiolinguistik/sociolinguistic competence mencakup kemampuan penggunaan bahasa sewaktu berinteraksi dengan lawan bicara misalnya, dengan memperhatikan dan memahami betul kultur budaya dan tujuan dari penggunaan bahasa tersebut seperti diantarnya kapan, dimana, situasi dan suasana, dengan siapa dan untuk apa mengkomunikasikan suatu hal kepada orang lain. Sehingga luarannya adalah terciptanya hunungan komunikasi timbal balik yang harmonis. Misalnya, ketika seorang mahasiswa betermu dosennya di pagi hari di kampus dan menyapa atau memberi salam ‘good morning, sir !’ dengan bunyi dan intonasi yang tepat secara kontekstual dan dosen juga menjawab salamnya : ‘good morning my student’. Dengan demikian, si mahasiswa sudah kompeten secara sosiolonguistik dalam berbicara/berinterkasi bahasa Inggris. Kompetensi wacana/discourse competence mencakup kemampuan pengguan bahasa dalam menggunakan struktur dan penanda wacana dalam kaitannya dengan waktu/tense, sebab/cuase, pertentangan/contrast dan menekankan hal ini dalam mengelola peran serta dalam komunikasi/percakapan yang sedang berlangsung. Misalnya, si A : bertanya ‘where did you go yesterday ?’ kemudian si B menjawab : ‘I went to Jakarta’. Maka si A dan b sudah memiliki kompetensi wacana karena sudah memahami dan mampu mengeksekusi penanda wacana tentang waktu/tense dengan baik : ‘did’ kata bantu kata kerja untuk waktu lampau dan ‘went’ kata kerja untuk waktu lampau dari kata kerja ‘go’.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
2
Kompetensi strategik/strategic competence mencakup kemampuan pengguna bahasa untuk mengetahui kapan dan bagaimana berperan serta dalam suatu diskusi, menjaga komunikasi/percakapan agar tetap berjalan dengan baik dan begitu juga mengakhiri serta memahami persoalan-persoalan yang terjadi dalam percakapan dengan baik pula. Misalnya, ketika pengguna bahasa lupa atau tidak mengetahui bahasa Inggris ‘bald’ pada saat percakapan sedang berlangsung, maka dia tidak mengehntikan pembicaraannya melainkan dia menggunakan suatu strategi untuk menjaga agar komunikasi tidak berhenti dan tetap dapat berlangsung dengan cara ‘substitution strategy’ (lihat meta-cognitive strategy di Chamot, et al, 1999), dengan mengatakan ‘the head like a baby’ or ‘doesn’t need to comb’. Dalam hal ini, si pengguna bahasa sudah memiliki kompetensi strategik yang baik. Dari uraian di atas, sudah sangat bagaimana seharusnya setiap pengguna bahasa Inggris, secara teoritis, kompeten berbicara dalam bahasa Inggris. Dengan kata lain, keempat kompetensi tersebut saling terkait/mempengaruhi.pernyataan ini diperkuat oleh Shumin (2002 :206) yang menyatakan keempat kompetensi di atas sebagai indikator dari efektifitas seseorang dalam berbicara/seseorang dikatakan berbicara dengan efektif. Namun, bagaimana dengan kemampuan komunikasi bahasa Inggris masyarakat Indonesia umumnya, dan mahasiswa FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji khusunya yang mana telah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing (Foregn Language) dan memasukkannya dalam kurikulum nasional mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi? Masytha (2012), dari hasil penelitiannya, menyatakan bahwa hanya 50 % atau 15 orang dari 30 siswa yang aktif berbicara bahasa Inggris. Sedangkan, Damaiyanti (2012) menyatakan bahwa kemampaun berbicara mahasiswa STKIP PGRI Blitar adalah 54.16% melalui penerapan strategi komunikasi dimana mereka sudah/sedang mengikuti matakuliah ‘speaking III dan V’. Kemudian Pohan (2010) menemukan kemampuan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Indonesia FKIP UMRAH dalam menggunakan strategi membaca metakognitif : ‘setting plan’ masih rendah yaitu 40 (52.64%) dari 95 mahasiswa. Untuk mahasiswa semester satu, Pohan (2011) melalui analisis kesalahan tulisan mahasiswa, menemukan kesalahan yang paling dominan ada kesalahan penulisan/penggunaan kata kerja yaitu 13 (28.68%) dari 16 responden. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti sendiri, sebagai dosen bahasa Inggris, terhadap kemampuan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Indonesia yang masih rendah : kuantitas dan kualitas berbicaranya, dimana mereka sudah belajar bahasa Inggris dari SMP, SMA sampai di FKIP UMRAH dengan mengikuti matakulaih bahasa Inggris dan praktik berbicara bahasa Inggris. Dan, data atau hasil penelitian tentang kompetensi komunikasi/berbicara mereka belum ada sampai saat ini. Dari uraian permasalahan di atas, jelas terlihat betapa pelajar dan mahasiswa Indonesia umumnya dan mahasiswa FKIP UMRAH khususnya masih kurang kompetensi komunikasi/berbicaranya. Maka, pada kesempatan ini, peneliti hanya mempfokuskan penelitiaanya pada analisis kecakapan komunikatif/’communicative competence’ mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester V Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
3
Adapun rumusan masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :Bagaimanakah kecakapan komunikatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester V FKIP UMRAH dalam berbicara bahasa Inggris ? Sebagai hasil akhir dari penelitian ini adalah tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan atau dengan kata lain terjawabnya rumusan masalah di atas yaitu : Untuk mengetahui kecakapan komunikatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester V FKIP UMRAH dalam berbicara bahasa Inggris. Sebagai luaran/‘output’ dari penelitian ini adalah diketahuinya data kecakapan/komptensi komunikatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Semester V FKIP UMRAH dalam berbicara bahasa Inggris yang mencakup : 1) Kecakapan Gramatikal/’Grammatical Competence’ 2) Kecakapan Sosiolinguistik/’Sociolinguistic Comptence’ 3) Kecakapan Wacana/ ‘Discourse Competence’ 4) Kecakapan Strategik/’Strategic Competence’ Adapun urgensi/keutamaan penelitian ini, sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan luaran penelitian ini sudah sangat jelas yaitu kuantitas atau jumlah intensitas para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Semester V FKIP UMRAH dalam berbicara bahasa Inggris masih sangat sedikit baik di dalam/luar kelas ; dan juga kualitas bahasanya ketika berbicara bahasa Inggris masih kurang baik (berdasarkan pengamatan peneliti). Jika kondisi/masalah ini dibiarkan dan tidak diadakan penelitian, dikhawatirkan mereka akan semakin kurang berkompeten dalam berbicara bahasa Inggris di masa yang akan datang. Jadi disini urgensinya dan dengan diketahuinya data dari ke empat kecakapan/kompetensi komunikasi mahasiswa tersebut, akan mempermudah dosen dalam mempersiapkan materi, teknik dan proses pembelajaran berbicara dalam bahasa Inggris kepada mahasiswa. Begitu juga dengan mahasiswa akan lebih mudah mempersiapkan diri dalam belajar dan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggrisnya karena mereka sudah tahu kelemahamnya pada keempat kompetensi tersebut. Konsep Kecakapan Komunikatif Untuk memperjelas pemahaman tentang kecakapan komunikatif, peneliti merujuk kepada beberapa pakar linguistic. Bagaric (2007:94) menyatakan bahwa istilah kecakapan komunikatif itu berarti mampu berkomunikasi sementara Chomsky (1965) dalam Bagaric (2007) mendefiniskan kecakapan itu sebagai ‘apa yang diketahui sipengguna bahasa’ dan komunikatif sebagai wujud atau realisasi dalam bentuk ujaran atau tulisan dari apa yang diketahui sipengguna bahasa tersebut yang disebutnya sebagai ‘penampilan’. Sebaliknya, Hymes (1972) dalam Yano (2012) yang menjelaskan bahwa kecakapan linguistic Chomsky kurang memperhatikan betapa sangat pentingnya kemampuan linguistic untuk menghasilkan dan memahami ujaran-ujaran yang sesuai dengan konteks yang terjadi. Berikutnya, Canale dan Swain (1980) dalam Yano (2012) menafsirkan kecakapan komunikatif sebagai suatu sintesa dari pengetahuan prinsip-prinsip dasar tata bahasa, bagaimana bahasa itu digunakan dalam ranah social untuk menampilkan fungsi-fungsi komunikasi, dan bagaimana ujaran-ujaran dan fungsi-fungsi komunikasi dapat digabungkan menurut prinsip-prinsip wacana. Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
4
Akan tetapi lain halnya dengan Kramsch (2006) dalam Fang (2010:112) yang menyatakan bahwa belajar bahasa sebagai perolehan dari kecakapan komunikatif yang sekarang dia tafsirkan sebagai ekspresi, interpretasi dan negosiasi makna antar dua pembicara atau antara teks dan pembacanya. Dari uraian konsep kecakapan komunikatif di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kecakapan komunikatif itu adalah kemampuan pembicara dalam memahami, menafsirkan, dan merealisasikan bahasa sesuai dengan konteksnya. Konsep Berbicara Brown (2001) mendefinisikan berbicara sebagai proses interaksi membangun makna yang mencakup memproduksi, menerima, dan memproses informasi. Richards (2002:201) menjelaskan tujuh jenis berbicara: (1) percakapan santai: untuk membuat kontak sosial dengan orang-orang untuk menjalin hubungan, untuk terlibat dalam obrolan berbahaya yang menempati sebagian besar waktu kita habiskan dengan teman-teman, (2) memberikan instruksi atau menyelesaikan sesuatu, (4) menjelaskan sesuatu, (5) mengeluh tentang perilaku masyarakat, (6) membuat permintaan sopan, (7) orang menghibur dengan lelucon dan anekdot. Jenis lain dari berbicara juga diusulkan oleh Brown (2004:141): Berbicara imitatif: kemampuan untuk hanya kembali parrot (meniru) sebuah kata atau frase atau mungkin pengulangan tugas kalimat dalam imitasi fonologis. Berbicara intensif: produksi membentang pendek bahasa lisan yang dirancang untuk menunjukkan kompetensi dalam sebuah band sempit tata bahasa, hubungan phrasal, leksikal, atau fonologis seperti tugas respon diarahkan, membaca penyelesaian keras, kalimat dan dialog dan kuesioner lisan, gambar-terbatas cued tugas: urutan sederhana, terjemahan sampai ke tingkat kalimat sederhana. Berbicara responsif: interaksi singkat dengan bicara seperti tanya jawab, memberi petunjuk dan arah, parafrase, Berbicara Interaktif: transaksional Bahasa (bertukar informasi spesifik) dan interpersonal pertukaran (menjaga hubungan sosial), seperti wawancara, diskusi dan percakapan, permainan, dan role-play. Berbicara Luas: kompleks, membentang relatif panjang wacana, dan sering variasi pada monolog, biasanya dengan minimal presentasi interaksi verbal seperti oral, gambar-cued / bercerita, menceritakan kembali cerita, acara baru, terjemahan (prosa diperpanjang). Tanya jawab dan percakapan merupakan bagian dari kegiatan komunikasi mahasiswa yang akan dikaji tentang kompetensi komunikatif mereka dalam berbicara bahasa Inggris. Komponen Kecakapan Komunikatif Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) mengklasifikasikan empat kompenen kecakapan komunikatif: a) Kecakapan linguistic mengacu kepada penguasaan pengethuan dari kode bahasa itu sendiri yang mencakup aturan pembentukan kata dan kosa kata, pengucapan/fonologi, dan pembentukan Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
5
kalimat/sintak. Pengetahuan kode bahasa ini dirangkai dalam istilah pemahaman makna literal dari ujaran tersebut. b) Kecakapan wacana mengacu kepada kemampuan menggunakan aturan dan kesepakatan penggabungan makna dan bentuk gramatikal untuk mencapai teks yang diucapkan secara utuh dalam bentuk/situasi/cara yang berbeda. Kepaduan ini dicapai lewat kesesuaian dalam bentuk (kata ganti benda/pronouns, kata yang sama/synonyms, kata sambung dan struktur yang sejajar) dan kelogisan dalam makna. c) Kecakapan sosiolinguistik mengacu kepada penguasaan penggunaan aturan budaya dan wacana dari suatu bahasa. Artinya, kesesuaian tindak tutur dan kelajiman berbicara dalam konteks budaya masayarakat bahasa itu sendiri. d) Kecakapan strategik mengacu kepada penguasaan dari strategi bahasa lisan dan non lisan untuk mengatasi kebuntuan dan meningkatkan efektifitas dalam berkomunikasi: meringkas, mengalihkan, bahasa gerak tubuh, variasi intonasi, kecepatan / irama suara, pengulangan, umpan balik, berperan serta, dan pengalihan topik. Anslisis Kecakapan Komunikatif Mahasiswa Berdasarkan uraian para pakar linguistic tentang konsep dan komponen kecakapan komunikatif di atas, peneliti mencoba mengaitkannya dengan apa yang dianalisis darikecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris? Secara teoritis Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) sudah jelas menggambarkan bahwa (1) Kecakapan gramatikal/linguistik mengindikasikan sipembicara mampu menggunakan dan memahami struktur bahasa Inggris secara akurat dan tanpa ragu, yang memberikan kontribusi untuk kefasihan mereka) - bagaimana kata-kata yang tersegmentasi ke berbagai suara. Maka analisisnya difokuskan kepada keakuratan dan kelancaran ujaran bahasa Inggris baik tata bahasa (grammar), bunyi (phonology), dan struktur kalimat (sintak). (2) Kecakapan wacana mengindikasikan sipembicara mampu mengunakan penanda struktur dan wacana untuk mengekspresikan ide-ide yang menunjukkan hubungan waktu, menunjukkan penyebabnya, kontras, dan penekanan atau dengan ini; dan dapat mengatur giliran dalam percakapan. Maka focus analisis ada pada keakuratan dan kelancaran penanda strutur dan wacana. (3) Kecakapan sosiolinguistik mengindikasikan sipembicara mengetahui apa yang diharapkan secara sosial dan budaya oleh pengguna dari bahasa sarsaran (TL) - apa komentar yang tepat, bagaimana meminta selama interaksi, bagaimana menanggapi bahasa ‘nonverbal’ sesuai dengan tujuan dari pembicaraan, atau mampu untuk menyandikan/encode dan membaca sandi /decode putaran wacana dengan benar. Maka focus analisis kecakapan komunikatif mahasiswa ada pada keakuratan dan kelancaran mereka dalam berinteraksi secara lisan sesuai konteks. (4) Kecakapan strategic menidnikasikan kemampuan mahasiswa untuk mengetahui kapan dan bagaimana untuk berperan serta dalam pembicaraan, cara membuat pembicaraan terus berlangsung, dan cara mengakhiri percakapan serta masalah pemahaman. Jadi fokus analisis peneliti terletak pada keakuratan dan kelancaran mahasiswa Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
6
dalam menggunakan strategi ketika mengalami masalah dalam berbicara bahasa Inggris. Untuk menguji kecakapan komunikatif ini Cummins (1983) dalam Pillar (2012) menyatakan bahwa pengujian model nilai yang ketat/diskrit-point dan terpadu/integratif disamakan dengan penilaian kognitif / akademis kemahiran bahasa (Cognitive/Academic Language Proficiency) dan keterampilan dasar komunikatif antar pribadi (Basic Interpersonal Communication Skill) masingmasing. Hatch (1992) dalam Pillar (2012) mengidentifikasi ‘CALP’ dengan pemahaman pendengaran, membaca dan menulis, dan ‘BIC’ dengan Interaksi lisan, yang biasanya melibatkan keterampilan produktif. Maka dari itu, peneliti menggunakan Basic Interpersonal Communication Skill (BICS) dalam pengujian kecakapan komunikatif mahasiswa yang disarankan oleh Cummins (1983) dan Hatch (1992) dalam Pillar (2012) karena berhubungan langsung dengan permasalahan dari penelitian ini. Untuk menilai kecakapan komunikatif lisan, Brown (2004) menyarankan menggunakan skala penilaian Pengujian Bicara bahasa Inggris (Test of Spoken English/TSE): Tabel 1: Skala Penilaian Pengujian Bicara bahasa Inggris (TSE) Nilai Deskripsi Komunikasi hampir selalu efektif: tampil sangat kompeten, berbicara hampir 60 tidak pernah ditandai dengan bahasa ibu (misalnya bahasa Indonesia) Komunikasi umumnya efektif: tugas yang dilakukan kompeten, keberhasilan 50 penggunaan strategi penyeimbang, pidato/berbicara terkadang ditandai bahasa ibu (misalnya bahasa Indonesia) Komunikasi agak efektif: tugas yang dilakukan agak kompeten, beberapa 40 keberhasilan penggunaan strategi penyeimbang, pidato/berbicara selalu ditandai bahasa ibu (misalnya bahasa Indonesia) Komunikasi umumnya tidak efektif: tugas umumnya dilakukan buruk, tidak 30 efektif menggunakan strategi penyeimbang, berbicara/pidato sangat sering ditandai dengan bahasa ibu (misalnya bahasa Indonesia) Tidak ada komunikasi yang efektif: Tidak ada bukti kemampuan untuk melakukan tugas, tidak ada penggunaan yang efektif dari strategi 20 penyeimbang, berbicara/pidato hampir selalu ditandai dengan bahasa ibu (misalnya bahasa Indonesia) Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan peneletian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian deskriptif: mendeskripsikan informasi tentang peristiwa, aktifitas apa adanya (Arikunto, et al, 2007). Pada kesempatan ini peneliti meneliti aktivitas berbicara yang menyangkut kecakapan komunikatif bahasa Inggris mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester V (lima) FKIP UMRAH dan mendeskripsikan kompetensi mereka apa adanya.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
7
1) Populasi dan Sampel Popiulasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semester V (lima) sebanyak ± 260 orang yang terdiri dari 7 kelas (C1, C2, C3, C4, C5, C6, C8) pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMRAH. Dan samplenya yaitu Mahasiswa semester V sebanyak 26 orang (10% dari jumlah populasi) yang diambil secara random (random sampling) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMRAH. Dan, waktu penelitian dimulai sejak 1 September 2012 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau. 2) Prosedur Penelitian Untuk memperjelas proses, tahapan dan luaran yang diharapkan dari penelitian ini, maka dapat dilihat dari prosedur penelitian berikut: a) Peneliti membagi 26 mahasiswa menjadi dua kelompok yang terpisah dan tidak saling melihat. b) Peneliti mempersiapkan 13 kartu pertanyaan terstruktur yang kontekstual, kemudian diberikan kepada 13 mahasiswa, dengan cara mengambil kartu tersebut tanpa melihat, untuk dipahami dan dihapal yang masing-masing 10 pertanyaan. Mereka berperan sebagai penanya (asker) dan diberi kebebasan untuk memilih pasangannya (in pairs) yang mana pada sesi ke dua mereka berperan sebagai penjawab (responder). c) Kemudian peneliti mengulangi kegiatan pada poin (b). tetapi yang mengambil adalah kelompok penjawab (responder) untuk berperan sebagai penanya. d) Baik kepada penanya maupun penjawab diberikan waktu sekitar tiga ketukan/detik untuk berpikir dan ketukan ke empat tindak tutur sudah mulai. e) Pada saat Tanya - Jawab berlangsung, peneliti melakukan rekaman lewat tape-recorder/video shooting kegiatan tersebut dari awal sampai selesai. f) Berdasarkan rekaman Tanya jawab mahasiswa ini, peneliti menganalisis kecakapan komunikatif mereka yang mencakup kecakapan gramatikal, wacana, sosiolinguistik, dan strategic. 3) Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dia berperan sebagai instrument utama yang berfungsi sebagai pengolah dan penafsir data yang ditemukan hingga menjadi suatu kesimpulan. Yang kedua, ‘video/tape recorder’ yang digunakan untuk merekam mahasiswa yang sedang berbicara dalam bahasa Inggris: Tanya – jawab dan atau percakapan. Yang ketiga, lembar observasi yang berguna untuk mengamati kecakapan komunikatif mahasiswa ketika berbicara bahasa Inggris.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
8
SKALA PENILAIAN KECAKAPAN KOMUNIKATIF Kode Topic: ________ Penilai (s): __________________________________ Nama : ________________________________ Tanggal: ________________ Tanya – Jawab (TJ) APP = kesesuaian, ACC = Akurasi, FLU = Fluency, RNG = Range COMP = Pemahaman, INTL = kejelasan,
1 = Tidak pernah, 2 = Jarang, 3 = Terkadang; 4 = Sering, 5 = Selalu
Tabel 2: Lembar Observasi Kecakapan komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris Frekuensi Komunikasi (√ ) No Uraian Kecakapan Komunikatif 1 2 3 4 5 1 Merespon dengan sedikit ragu-ragu (FLU). Berbicara dalam kalimat yand lengkap 2 (FLU). 3 Kalimat terstruktur dengan baik (FLU). Berbicara hanya dalam bahasa Inggris 4 (ACC). Berbicara/Pidato jelas dan dapat dipahami 5 (FLU). Mengucapkan kata-kata dengan benar 6 (ACC) Berbicara dengan sedikit terpengaruh dari 7 bahasa Indonesia (ACC). 8 Memberikan respon yang benar (ACC). Memahami pengertian keseluruhan 9 pertanyaan (COMP). 10 Memberikan respon yang tepat (APP). Memberikan respon terhadap pertanyaan 11 yang diajukan (RNG). Jumlah Nilai = ……. Rata-Rata = …… /11 = …… Nilai Akhir = ……… (Modifikasi dari Pillar, 2012)
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
9
Tabel 3: Indikator dan Sub-indikator Kompetensi Komunikatif No Variable Indicators Sub-indicators Penguasaan pengethuan dari kode bahasa itu sendiri yang mencakup aturan pembentukan kata dan kosa kata, pengucapan/fonologi, dan pembentukan Kecakapan 1 kalimat/sintak. Gramatikal Pengetahuan kode bahasa ini dirangkai dalam istilah pemahaman makna literal dari ujaran tersebut.
Kecakapan Komunikatif 2
3
Kecakapan Wacana
Kecakapan Sosiolinguistik
Kemampuan menggunakan aturan dan kesepakatan penggabungan makna dan bentuk gramatikal untuk mencapai teks yang diucapkan secara utuh dalam bentuk/situasi/cara yang berbeda. Kepaduan ini dicapai lewat kesesuaian dalam bentuk (kata ganti benda/pronouns, kata yang sama/synonyms, kata sambung dan struktur yang sejajar) dan kelogisan dalam makna. Penguasaan penggunaan aturan budaya dan wacana dari suatu bahasa. Artinya, kesesuaian tindak tutur dan kelajiman berbicara dalam konteks budaya masayarakat bahasa itu sendiri.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
Items
1 2 3 6
4 5
7 8
10
4
Kecakapan Strategik
Penguasaan dari strategi bahasa lisan dan non lisan untuk mengatasi kebuntuan dan meningkatkan efektifitas dalam berkomunikasi: meringkas, mengalihkan, bahasa gerak tubuh, variasi intonasi, kecepatan / irama suara, pengulangan, umpan balik, berperan serta, dan pengalihan topik.
9 10 11
(Sambungan dari table 3: Indikator dan Sub-Indikator Kompetensi Komunikatif) Pengumpulan Data Pada Penelitian ini, data akan dikumpulkan melalui rekaman aktifitas berbicara bahasa Inggris /“tape recorder”/video dan observasi. Rekaman/tape recorder/video digunakan untuk mengumpulkan data tentang kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Peneliti merekam aktivitas berbicara mereka dengan menggunakan ‘tape recoder’. Observasi juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Di sini, peneliti mengamati aktivitas komunikasi lisan yang dilakukan mahasiswa dari awal sampai akhir (dengan lembar observasi) untuk mendapatkan data tersebut. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui membaca, menggambarkan, mengelompokkan, dan menafsirkan (Gay, 2000:239). - Membaca: data hasil rekaman berbicara bahasa Inggris dan lembar observasi dibaca oleh peneliti untuk melihat kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris dan kemudian mengklasifikasikan data tersebut ke dalam empat kategori: “Very Good” (VG)/Sangat Baik, “Good” (G)/Baik, “Enough”/Cukup, dan “Bad” (B)/Jelek. - Menggambarkan: menggambarkan secara jelas tentang aktivitas komunikasi lisan yang mencakup indikator dan sub-indikator dari kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. - Mengelompokkan: dari gambaran di atas, peneliti kemudian mengelompokkan mahasiswa ke dalam kategori Sempurna, Sangat Baik, Baik, Cukup dan Jelek per indikator kecakapan komunikatif (“Grammatical Competence, Discourse Competence, Sociolinguistic Competence, dan Strategic Competence”) dalam berbicara bahasa Inggris. - Menafsirkan: menafsirkan data kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris ke dalam kesimpulan/pemahaman secara menyeluruh. Maksudnya, peneliti menafsirkan dan menghubungkan data Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
11
tentang kemampuan komunikasi mahasiswa tersebut dari dua instrument yang digunakan: rekaman dan observasi sehinggan hasil penelitian ini dapat dipahami. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris: tanya – jawab dengan sepuluh pertanyaan terstruktur. Kecakapan komunikatif ini mencakup kecakapan linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategik. 1) Kecakapan Grammatikal/Linguistik Berdasarkan hasil rekaman dan observasi percakapan tanya jawab yang dilakukan mahasiswa, ditemukan kecakapan mereka seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4: Kecakapan Gramatikal/Linguistik Frekuensi Komunikasi Uraian Kecakapan No TP/ Jarang Terkd Selalu/ Gramatikal Sering/4 1 /2 g/3 5 6 11 4 5 Merespon dengan 1 (23.07 (42.30 (15.38% (19.23 sedikit ragu-ragu %) %) ) %) 10 9 5 2 Berbicara dalam 2 (38.46 (34.61 (19.23% (7.69 kalimat yang lengkap %) %) ) %) 10 9 7 Kalimat terstruktur 3 (38.46 (34.61 (26.92% dengan baik %) %) ) 3 17 5 1 Mengucapkan kata6 (11.53 (65.38 (19.23% (3.84 kata dengan benar %) %) ) %) Dari tabel 4 di atas, kecakapan mahasiswa dalam (1) merespon dengan sedikit ragu-ragu pada kegiatan komunikasi tanya jawab secara lisan ada 6 orang (23.07%) dari 26 mahasiswa yang berfrekuensi jarang, 11 orang (42.30%) terkadang, 4 orang (15.38%) sering, dan 5 orang (19.23%) selalu. Kemudian pada butir 2, ada 10 orang (38.46%) yang jarang, 9 orang (34.61%) yang terkadang, 5 orang (19.23%) yang sering, dan 2 orang (7.69%) yang selalu berbicara dalam kalimat yang lengkap. Pada uraian nomor 3, ada 10 orang (38.46%) yang jarang, 9 orang (34.61%) yang terkadang, 7 orang (26.92%) yang sering, dan tidak ada satu mahasiswapun yang selalu kalimat yang diucapkannya terstruktur dengan baik. Dan pada butir 6, ada 3 orang (11.53%) yang jarang, 17 orang (65.38%) yang terkadang, 5 orang (19.23%) selalu, dan 1 orang (3.84%) yang selalu mengucapkan kata-kata dengan benar.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
12
2) Kecakapan Wacana Dari hasil analisis data kegiatan tanya-jawab mahasiswa, ditemukan kecakapan wacana mereka sebagai berikut. Tabel 5: Kecakapan Wacana Frekuensi Komunikasi Uraian Kecakapan No TP/ Jarang/ Terkd Sering Selalu/ Wacana 1 2 g/3 /4 5 5 9 5 7 Berbicara hanya dalam 4 (19.23 (34.61 (19.23 (26.92 bahasa Inggris %) %) %) %) 5 12 5 4 Berbicara jelas dan 5 (19.23 (46.15 (19.23 (15.38 dapat dipahami %) %) %) %) Pada tabel 5 di atas, pada butir 4, ada 5 orang (19.23%) dari 26 mahasiswa yang jarang, 9 orang (34.61%) terkadang, 5 orang (19.23%) sering, dan 7 orang (26.92%) selalu berbicara hanya dalam bahasa Inggris. Kemudian pada poin 5, ada 5 orang (19.23%) yang jarang, 12 orang (46.15%) terkadang, 5 orang (19.23%) sering dan 4 orang (15.38%) selalu berbicara jelas dan dapat dipahami. 3) Kecakapan Sosiolinguistik Dari hasil analisis data kegiatan tanya-jawab mahasiswa, kecakapan sosiolinguistik mereka sebagai berikut. Tabel 6: Kecakapan Sosiolinguistik Frekuensi Komunikasi Uraian Kecakapan No TP/ Jaran Terkd Sering Sosiolinguistik 1 g/2 g/3 /4 Berbicara dengan 7 5 10 7 sedikit terpengaruh (26.9 (19.23 (38.46 dari bahasa Indonesia 2%) %) %) 10 10 5 Memberikan respon 8 (38.4 (38.46 (19.23 yang benar 6%) %) %)
ditemukan
Selalu/5 4 (15.38% ) 1 (3.84%)
Dari tabel 6 di atas, pad butir 7, ada 7 orang (26.92%) dari 26 mahasiswa yang jarang, 5 orang (19.23%) terkadang, 10 orang (38.46%) sering, dan 4 orang (15.38%) selalu berbicara bahasa Inggris dengan sedikit terpengaruh dari bahasa Indonesia. Kemudian pad butir 8, ada 10 orang mahasiswa (38.46%) yang jarang, 10 orang mahasiswa (38.46%) terkadang, 5 orang (19.23%) sering, dan 1 orang (3.84%) selalu memberikan respon yang benar.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
13
4) Kecakapan Strategik Dari hasil analisis data kegiatan tanya-jawab mahasiswa, ditemukan kecakapan strategik mereka sebagai berikut. Tabel 7: Kecakapan Strategik No
Uraian Kecakapan Strategik
TP/ 1
9
Memahami pengertian keseluruhan pertanyaan
10
Memberikan respon yang tepat
-
11
Memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan
-
-
Frekuensi Komunikasi Jarang/ Terkdg/ Sering 2 3 /4
Selalu/ 5
7 (26.92 %)
11 (42.30% )
5 (19.23 %)
3 (11.53 %)
10 (38.46 %) 6 (23.07 %)
9 (34.61% ) 12 (46.15% )
5 (19.23 %) 3 (11.53 %)
2 (7.69 %) 5 (19.23 %)
Dari tabel 7 di atas, pada butir 9 ditemukan 7 orang (26.92%) dari 26 mahasiswa yang jarang, 11 orang (42.30%) terkadang, 5 orang (19.23%) sering, dan 3 orang (11.53%) selalu memahami pengertian keseluruhan pertanyaan. Kemudian pada butir 10, ada 10 orang mahasiswa (38.46%) yang jarang, 9 orang (34.61%) terkadang, 5 orang (19.23%) sering, dan 2 orang (7.69%) selalu memberikan respon yang tepat. Dan pada butir 11, ada 6 orang (23.07%) yang jarang, 12 orang (46.15%) terkadang, 3 orang (11.53%) sering, dan 5 orang (19.23%) selalu memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan temuan di atas, peneliti akan membahasnya lebih jauh tentang kecakapan komunikatif mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris: tanya jawab. Kemudian dikaitkan dengan teori dan hasil temuan penelitian yang relevan. 1) Kecakapan Grammatikal/Linguistik Ada empat uraian kecakapan gramatikal/Linguistik, yaitu (1) Merespon dengan sedikit ragu-ragu, (2) Berbicara dalam kalimat yang lengkap, (3) Kalimat terstruktur dengan baik, (4) Mengucapkan kata-kata dengan benar. Hal ini tercakup dalam Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) yang menyatakan bahwa kecakapan gramatikal itu mengacu kepada penguasaan pengetahuan dari kode bahasa itu sendiri yang mencakup aturan pembentukan kata dan kosa kata, pengucapan/fonologi, dan pembentukan kalimat/sintak. Pengetahuan kode bahasa ini dirangkai dalam istilah pemahaman makna literal dari ujaran tersebut. Jadi mahasiswa yang sering dan selalu merespon dengan sedikit ragu-ragu ada 9 orang (34.61%) dan 17 orang (65.38%) yang terkadang atau jarang.... Artinya dalam hal ini, kualitas kecakapan gramatikal para mahasiswa adalah “Cukup” (65.38%). Kemudian, mahasiswa yang sering dan selalu berbicara dalam kalimat yang lengkap ada 7 orang (26.92%) dan 19 orang (73.07%) yang jarang atau terkadang.... Artinya lebih banyak mahasiswa yang jarang atau Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
14
terkadang berbicara dalam kalimat yang lengkap. Maka kualitas kecakapan mahasiswa untuk butir ini adalah “Cukup”. Seterusnya, 19 orang (73.07%) mahasiswa yang jarang atau terkadang kalimat yang mereka ucapkan terstruktur dengan baik dan 7 orang (26.92%) yang sering kalimatnya terstruktur dengan baik. Artinya kualitas kecakapan gramatikalnya adalah “Cukup”. Dan, 20 orang (76.92%) yang jarang atau terkadang; 6 orang (23.07%) yang mengucapkan katakata dengan benar. Artinya kualitas kecakapan gramatikalnya adalah “Jelek”. Maka dapat disimpulkan bahwa kecakapan gramatikal mahasiswa dalam tanya jawab bahasa Inggris masih dalam kualitas “Cukup”, 18 (69.23%). Dengan kata lain, kebanyakan mahasiswa masih bermasalah dalam pengucapan dan tata bahasa dalam suatu kalimat yang benar dalam bahasa Inggris. 2) Kecakapan Wacana Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) yang menyatakan bahwa Kecakapan wacana mengacu kepada kemampuan menggunakan aturan dan kesepakatan penggabungan makna dan bentuk gramatikal untuk mencapai teks yang diucapkan secara utuh dalam bentuk/situasi/cara yang berbeda. Kepaduan ini dicapai lewat kesesuaian dalam bentuk (kata ganti benda/pronouns, kata yang sama/synonyms, kata sambung dan struktur yang sejajar) dan kelogisan dalam makna. Dalam hal ini, ada dua uraian kecakapan wacana: (1) berbicara hanya dalam bahasa Inggris dan (2) berbicara jelas dan dapat dipahami. Karena situasi tanya jawabnya dalam bahasa Inggris, maka berbicaranya hanya dalam bahasa Inggris sebagai wujud dari kecakapan wacana itu sendiri. Pada kesempatan ini, pada butir 4, ada 14 orang (53.84%) yang jarang atau terkadang; 12 orang (46.15%) yang sering atau selalu berbicara hanya dalam bahasa Inggris. Artinya kualitas kecakapan wacana mereka adalah “Cukup” karena ada sebagian yang masih menggunakan selain bahasa Inggris. Kemudian pada butir 5, ada 17 orang (65.38%) yang jarang atau terkadang; 9 orang (34.61%) yang sering atau selalu berbicara jelas dan dapat dipahami. Artinya kualitas kecakapan wacananya adalah “Kurang”. Dengan kata lain, masih banyak bahasa Inggris (tanya jawab) mahasiswa yang kurang jelas dan dapat dipahami: bermasalah pada kepaduan dalam bentuk dan kelogisan dalam makna. 3) Kecakapan Sosiolinguistik Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) yang menyatakan bahwa Kecakapan sosiolinguistik mengacu kepada penguasaan penggunaan aturan budaya dan wacana dari suatu bahasa. Artinya, kesesuaian tindak tutur dan kelajiman berbicara dalam konteks budaya masayarakat bahasa itu sendiri. Berdasarkan temuan pada butir 7 di atas, ada 12 orang (46.15%) yang jarang atau terkadang; 14 orang (53.84%) yang sering atau selalu berbicara dengan sedikit terpengaruh dari bahasa Indonesia. Artinya kualitas kecakapan sosiolinguistik mahasiswa adalah masih “Kurang”. Kemudian, ada 20 orang (76.92%) yang jarang atau terkadang; 6 orang (23.07%) yang sering atau selalu memberi respon yang benar. Di sini justru kecakapan sosiolinguistik mereka “Jelek”.
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
15
4) Kecakapan Strategik Verhoeven dan Vermeer (1992), Canale dan Swain (1980) dalam Pillar (2012) dan Shumin (2002:206) yang menyatakan bahwa Kecakapan strategik mengacu kepada penguasaan dari strategi bahasa lisan dan non lisan untuk mengatasi kebuntuan dan meningkatkan efektifitas dalam berkomunikasi: meringkas, mengalihkan, bahasa gerak tubuh, variasi intonasi, kecepatan / irama suara, pengulangan, umpan balik, berperan serta, dan pengalihan topik. Ada empat hasil strategi yang digunakan mahasiswa pada saat komunikasi lisan: tanya jawab. Pada butir 9, ada 18 orang (69.23%) yang jarang atau terkadang; 8 orang (30.76%) yang sering atau selalu memahami pengertian keseluruhan pertanyaan. Artinya kecakapan strategik mahasiswa adalah “Kurang”. Kemudian pada butir 10, ditemukan 19 orang (73.07%) yang jarang atau terkadang; 7 orang (26.92%) yang sering atau selalu memberikan respon yang tepat. Di sinipun kecakapan strategiknya masih “Kurang”. Dan pada butir 11, ada 18 orang (69.23%) yang jarang atau terkadang; 8 orang (30.76%) yang sering atau selalu memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan. Di sini juga kecakapan strategiknya adalah “Kurang”. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: a) Kualitas Kecakapan Gramatikal: pembentukan kata, kalimat, dan pengucapan, mahasiswa dalam melakukan tanya jawab adalah “Cukup” rendah, 18 (69.23%) b) Kualitas Kecakapan Wacana: kesesuaian dalam bentuk (kata ganti benda/pronouns, kata yang sama/synonyms, kata sambung dan struktur yang sejajar) dan kelogisan dalam makna, mahasiswa dalam melakukan tanya jawab adalah “Kurang”, 10 (38.46 %) yang sering dan selalu berbicara hanya dalam bahasa Inggris dan berbicara jelas dan dapat dipahami. c) Kualitas Kecakapan Sosiolinguistik: kesesuaian tindak tutur dan kelajiman berbicara dalam konteks budaya masayarakat bahasa Inggris, mahasiswa dalam melakukan tanya jawab adalah “Cukup” rendah , 16 (61.53%). d) Kualitas Kecakapan Strategik: mengatasi kebuntuan dan meningkatkan efektifitas dalam berkomunikasi, mahasiswa dalam melakukan tanya jawab adalah “Cukup” rendah, 18 (69.23%). SIMPULAN Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan sebelumnya, maka terjawablah rumusan masalah tentang Kecakapan komunikatif mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang Kepulauan Riau, yaitu 1) Para mahasiswa telah menguasai kecakapan komunikatif dalam berbicara bahasa Inggris dengan kualitas “Cukup” rendah untuk kategori kecakapan gramatikal: pembentukan kata, kalimat, dan pengucapan, 18 (69.23%), kecakapan wacana: kesesuaian dalam bentuk (kata ganti benda/pronouns, kata yang sama/synonyms, kata sambung dan struktur yang sejajar) dan kelogisan dalam makna, dengan kualitas “Kurang”, 10 (38.46 %) yang mana mahasiswa sering dan selalu berbicara hanya dalam Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
16
bahasa Inggris dan berbicara jelas dan dapat dipahami; dan kecakapan strategik: mengatasi kebuntuan dan meningkatkan efektifitas dalam berkomunikasi, dengan kualitas “Cukup” rendah, 18 (69.23%); untuk kategori kecakapan sosiolinguistik: kesesuaian tindak tutur dan kelajiman berbicara dalam konteks budaya masayarakat bahasa Inggris, dengan kualitas “Cukup” rendah, 16 (61.53%). 2) Para mahasiswa masih kurang cakap dalam pengucapan, pembentukan kata/sintaksis, kepaduan dalam bentuk dan kelogisan dalam makna, kesesuaian tidak tutur sesuai konteks, dan usaha mempertahankan komunikasi tetap bisa belangsung. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diusulkan beberapa saran, yaitu: 1) Para dosen bahasa Inggris yang akan mengajarkan matakuliah bahasa Inggris di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia agar mempersiapkan materi dan latihan yang dapat meningkatkan kecakapan komunikatif secara lisan (orally): gramatikal, wacana, sosiolinguistik, dan strategik, para mahasiswa. 2) Perlu perhatian dan kajian khusus terhadap keempat kategori kecakapan komunikatif tersebut karena kualitas semuanya masih “Cukup” dan ada satu yang “Kurang” (Kecakapan Wacana/’Discourse Competence’). 3) Penelitian lanjutan, baik kualitatif maupun kuantitatif, sangat diperlukan untuk menggali berbagai penomena kecakapan komunikatif mahasiswa baik lisan maupun tulisan dan menemukan solusinya. DAFTAR PUSTAKA Arikounto, Suharsimi, Suhardjono, and Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Bagaric, Vesna dan Djigunovic, J. Mihaljevic. Defining Communicative Competence. Serbia: Univeristy of Osijek dan Zagreb Brown, H.D. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practice. San Fransisco: Fransisco State University. Chamot, et al. 1999. The Learning Strategies: Handbook. New York: Longman. Damaiyanti, Susi. 2012. The Communication Strategies Employed By Speaking Class Students at the English Department of STKIP PGRI Blitar. Thesis. Graduate Program in English Language Teaching State University of Malang. Fang, Fan. 2010. A Discussion on Developing Students’ Communicative Competence in College English Teaching in China. Guangdong: Shantou University. www.jltr Gay, L.R., and Arisian. 2000. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. NY: Prentice – Hall, Inc. Masyitha, 2012. Using Story-Telling Technique with Picture Series to Improve the English Speaking Ability of the Eigth Graders of SMPN 4 Kota Ternate. Thesis. Graduate program in English Language Education the University of Malang. Pillar, Granville W. 2012. A Framework for Testing Communicative Competence. Hungary: University College of Nyiregyhaze. Pohan, Erwin, dkk. 2010. Strategi Belajar yang Digunakan Mahasiswa dalam Membaca Teks Bahasa Inggris. Tanjungpinang: FKIP UMRAH. Pohan, Erwin dan S. Barakhabh Ali. 2011. Analisis Kesalahan Tulisan Bebas Bahasa Inggris Mahasiswa Semester Satu FKIP UMRAH. Tanjungpinang: FKIP Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
17
UMRAH Shumin, Kang. 2002. Factor to Consider: Developing Adult EFL Students’ Speaking Abilities. In Jack C. Rishards and Willy A. Renandya, Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge University Press. pp. 204 Yano, Yasukata. 2012. Communicative Competence and English as an International Language. Japan: Waseda University. www.paaljapan.org/resource/.../03yasukata.p Zainil. 2005. Good language Learner Strategies and Communicative Language Teaching. Padang: Universitas Negeri Padang
Kecakapan Komunikatif Mahasiswa dalam Berbicara Bahasa Inggris: Erwin Pohan, Muhammad Candra, dan Dewi Murni.
18