KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI DI SMPN 01 LASEM)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan/Prodi: Kependidikan Islam
Disusun Oleh: LAELATUN NIKMAH NIM 063311001
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
ii
iii
DEKLARASI Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, bahwa skripsi ini tidak berisi karya yang telah ditulis orang lain dan diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan
Semarang,
April 2010
Deklarator,
Laelatun Nikmah NIM. 063311001
iv
ABSTRAK Laelatun Nikmah (NIM: 063311001). “KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 01 LASEM”, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, (2) Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, dengan metode pengumpulan data meliputi wawancara/interview, metode dokumentasi, dan metode observasi/pengamatan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, kemudian menganalisisnya dengan bukti kebenaran data yang ada. Dalam hal ini analisis penulis memfokuskan pada perencanaan , pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, motivasi, fasilitas, serta pemberdayaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem serta peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya PAI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan kepala sekolah terkait dengan mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah dilaksanakan secara optimal, hal ini dapat dilihat pada: 1) pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem, dalam melaksanakan manajemen pembelajaran ada beberapa langkah yang dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) evaluasi, (e) motivasi, (f) fasilitas, (g) dan pemberdayaan. Disini penulis tidak menemukan permasalahan yang begitu signifikan, karena Out Put yang dihasilkan menunjukkan adanya peningkatan yang baik, sehingga SMPN 01 Lasem dikategorikan sebagai RSBI. 2) Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran, dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: (a) peningkatan kualitas pendidik yaitu dengan mengikutsertakan para guru untuk mengikuti pelatihan maupun kursus, melaksanakan kegiatan sosialisasi KTSP, serta melaksanakan MGMP, (b) penetapan Hidden Curriculum, dilakukan dengan pengadaan jam tambahan untuk membaca Al-Qur’an, memaksimalkan mushola sebagai tempat kegiatan keagamaan, serta berpartisipasi dalam PHBI, (c) pelaksanaan pembelajaran di mana siswa dijadikan sebagai sentral pembelajaran Student centered learning, guru memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kreatifitas yang dimiliki, (d) pengembangan sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan optimal tapi masih memerlukan dukungan dari beberapa pihak agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi khususnya pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. dan masukan bagi mahasiswa, tenaga pengajar, para peneliti, dan kepada semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang.
v
MOTTO
öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# χÎ) “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du:11)1
1
Depertemen Agama Republic Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh keihlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah dan ibuku tercinta (Bapak. Kasrum dan Ibu Sholikati) yang senantiasa mendo’akanku sepanjang waktu 2. Kakakku dan adikku terkasih dan tersayang (Muktiono dan Muanisah) yang selalu memotifasi dalam belajar
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Illahi Rabbi, tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dengan nikmat islam. Kemudian perkenankanlah dengan selesainya skripsi yang berjudul Kebijakan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI Studi di SMPN 01 Lasem, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada: 1. Prof. DR. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, selaku pembimbing dan Ismail SM, M.Ag, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan semangat dan ide-ide, maupun pikiran konstruktif selama penulis berkonsultasi 3. Bapak Ismail SM, M.Ag, selaku ketua jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah dan Dr. Mustafa Rahman, M.Ag. selaku sekretaris jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan saran tentang penulisan skripsi ini. 4. Dra. H. Nur Uhbiyati, M.Pd , selaku wali studi penulis yang telah memberi saran dalam keakademikan serta pertimbangan dalam pemilihan judul. 5. Para dosen atau staf pengajar dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan dalam Kepandidikan Agama Islam 6. Ayahanda Kasrum, dan ibunda tercinta Sholikati, Kakek Sudirman, dan Nenek Kayat, kakakku terkasih dan tercinta Muktiono, serta adekku tersayang Muanisah yang telah memberikan dukungan moral dan material serta do’a terhadap keberhasilan studi penulis
viii
7. Keluarga besar kost Amalia (mba f3, Nila, Nita, Atik, mba Diant, murti, ShaSha, Novie, Anie, Alvi, Dani, Ifa, Nikmah, Kofa, Erna, Mier, Ayomi, Aning, Indi, Ida, Susi, Kotul, Fatimah, Bibeh, Jannah, Lia, Tanti, Agustin, Ima, Eka, Hilda, Alin) yang telah menghiasi hari-hari dalam suka maupun duka. 8. Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang IAIN Walisongo Gugus depan Kota Semarang 07.119-07.120 (Umi, Li2f, Murni, Zahro, Inayah, Syafaatun, dst.) 9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung untuk tidak bosan-bosan berusaha menjadi lebih baik (Ati’, Nieswah, Umi, Li2, Nita, Sifa, mas Ali, Ulil, Anwar, mba eka dst.) 10. Ihsan yang selalu membantuku dalam ngeprit skripsi 11. Temen-temen PPL SMP Al-Azhar yang selalu memberi motifasi selama PPL 12. Temen-temen KKN posko 04 Batursari (Ubet, Ardi, Neha, Topik (Robot), Anwar, Neng Rohmah, Iib, Isnan (0m raksasa), Usfur, Velis,) yang telah memberikan keceriaan selama KKN. 13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan yang berlimpat darinya. Serta proses selama ini penulis alami semoga bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti keseluruhan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin. Semarang, juli 2010 Penulis
Laelatun Nikmah NIM. 063311001
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................
v
HALAMAN MOTTO.........................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................
x
BAB I.
KEBIJAKAN
KEPALA
SEKOLAH
DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN DI SMPN 01 LASEM
BAB II.
A. Latar belakang masalah...................................................
1
B. Penegasan istilah .............................................................
4
C. Perumusan masalah.........................................................
6
D. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................
6
E. Kajian pustaka.................................................................
7
F. Metode penelitian............................................................
8
KEBIJAKAN
KEPALA
SEKOLAH
DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PAI A. Kebijakan pendidikan .....................................................
14
1) Konsep kebijakan pendidikan ..................................
14
2) Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan...................
16
3) Komponen kebijakan ................................................
20
B. Kebijakan pendidikan di Indonesia.................................
23
C. Mutu pembelajaran..........................................................
26
1) Konsep manajemen mutu ..........................................
26
2) Mutu pembelajaran .....................................................
28
x
D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI............. BAB III.
DATA
PENELITIAN
TENTANG
KEBIJAKAN
30
KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN DI SMPN 01 LASEM A. Kondisi umum SMPN 01 Lasem ....................................
36
1. Letak geografis..........................................................
36
2. Sejarah berdiri ...........................................................
36
3. Visi, misi dan tujuan sekolah ....................................
37
4. Keadaan guru, siswa dan karyawan ..........................
38
5. Sarana dan prasarana.................................................
38
6. Struktur organisasi ....................................................
40
B. Data khusus SMPN 01 Lasem ........................................
41
1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ........................................................................
41
2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ....................................................... BAB IV.
ANALISIS
KEBIJAKAN
KEPALA
SEKOLAH
50
DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN DI SMPN 01 LASEM A. Analisis terhadap kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ............................................................. B. Analisis
terhadap
pelaksanaan
manajemen
mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ........................... BAB V.
61
65
PENUTUP A. Simpulan .........................................................................
72
B. Saran ...............................................................................
73
C. Penutup............................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Tentang Keadaan Guru SMPN 01 Lasem. 2. Data Tentang Jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010. 4. Daftar Pedoman Observasi. 5. Surat Penujukan Pembimbing. 6. Surat Keterangan Riset Dari SMPN 01 Lasem, Diknas, Dan Banklimnas. 7. Daftar Riwayat Pendidikan.
xii
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STUDI DI SMPN 01 LASEM
A. Latar Belakang Masalah. Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Inilah tantangan mutakhir manusia abad ini yang perlu diberi jawaban oleh pendidikan kita.1 Komitmen bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin dalam UUD 1945, khususnya pasal 31, yang menjelaskan bahwa” setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Landasan konstitusional komitmen pendidikan inilah yang membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia untuk berbuat baik bagi sistem pendidikan nasional melalui berbagai kebijakan bidang pemerintahan dan pembangunan, termasuk kebijakan otonomi daerah.2 Apabila di atas disebutkan bahwa titik sentral masyarakat adalah sekolah, maka kepala sekolah berada di titik paling sentral dalam kehidupan sekolah. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Demikian juga seorang kepala sekolah mempunyai peran pimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan yang menjadi tanggung jawabnya.3
1
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2003 ), hlm.41. M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 ), hlm 201-202. 3 Ngalim Purwanto, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 ), hlm.73. 2
1
2
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan imam Bukhari dari abu Hurairah, Rasullulah SAW bersabda:
: ٤
(0 12% 3 ) . ,-% + *)"( " ' " & % #" $ !
Artinya: Dari abu Hurairah r.a ia berkata: telah bersabda Rasullulah SAW: apabila suatu urusan di serahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.(H.R. Bukhari). Hadis tersebut menunjukkan betapa islam sangat menekankan pentingnya manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk didalamnya aktivitas pendidikan. Suatu aktivitas akan berjalan lancar dan teratur apabila di dasarkan pada manajemen yang sehat dan didukung oleh kepentingan yang tepat dan handal.5 Tuntutan yang paling mendesak dalam pembangunan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat adalah peningkatan kemampuan dalam melakukan penelitian dan analisis kebijakan. Kepala sekolah harus mampu melahirkan gagasan inovatif yang berguna untuk menghasilkan alternatif kebijakan dalam membangun. Sistem pendidikan yang efisien, bermutu dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat mengenal dan mengerti berbagai kedudukan, keadaan dan apa yang diinginkan baik oleh guru maupun pegawai tata usaha serta pembantu lainnya. Sehingga dengan adanya kerjasama yang baik dapat menghasilkan pikiran yang harmonis dalam usaha perbaikan sekolah.6 Kepala sekolah merupakan motor penggerak penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana 4
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut:Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), juz I, hlm.26. 5 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi Dann Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), cet.I, hlm.126. 6 Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris Pengembanagn Lembaga Pendidikan Islam , ( Malang: Lintas Pustaka, 2007), hlm 59.
3
tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya di realisasikan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Aktifitas belajar sangat terkait dengan proses perencanaan ilmu dan menempatkan orang-orang berpengetahuan pada derajat yang tinggi, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-mujaadilah ayat:11
;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ ( Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi pengetahuan beberapa derajat(QS. Al-Mujaadilah: 11)7 Dalam pendidikan
konteks dunia pendidikan, bagaimana cara mewujudkan
yang
bermutu,
manusia(
kepala
sekolah,
guru,
tenaga
kependidikan lain, karyawan, peserta didik, orang tua atau wali siswa, dan steakholder di pandang dari kacamata MMT (TQM) adalah pelanggan yang harus menjadi pusat perhatian dalam memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya. Kepuasan peserta didik terletak pada proses yang sedang berlangsung dan hasil pendidikan yang memuaskan dalam proses pendidikan. Dengan demikian kualitas pendidikan bukanlah suatu yang berdiri sendiri tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan terkait sebagai suatu proses dalam sebuah sistem, bila membicarakan masalah kualitas pendidikan maka tidak akan terlepas dari tiga unsure pendidikan yaitu, 7
hlm. 434.
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2000),
4
masukan, proses, dan lulusan. Keberadaan lulusan lembaga pendidikan merupakan SDM yang menjadi subjek dan objek pembangunan yang perlu ditingkatkan kualitasnya melalui jalur pendidikan dalam fungsi, proses, dan aktifitasnya yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.8 SMPN 01 Lasem didirikan sebagai alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Keberadaan SMPN 01 Lasem diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya dari segi akademis maupun non akademis. Sebagai pendidikan formal SMPN 01 Lasem mempunyai potensi untuk berkembang sebagai lembaga pendidikan yang mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Dalam perkembangann mutu pendidikan SMPN 01 Lasem patut dibanggakan, karena merupakan salah satu sekolah yang sudah menjalankan sekolah berstandar internasional. Tercapainya mutu di SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah tersebut. Kepala sekolah sangat berperan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran agar bisa terlaksana secara optimal sehingga dengan terlaksananya kegiatan pembelajaran yang bermutu diharapkan akan terbentuk citra yang positif dan partisipasi aktif masyarakat di dunia pendidikan. Berangkat dari fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI (studi di SMPN 01 Lasem).
B. Penegasan Istilah. Untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul ”kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI ( studi di SMPN 01 Lasem)”
8
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jakarta:Grafindo,2002), hlm.2.
5
1. Kebijakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.9 2. Kepala sekolah. Menurut Wahjosumidjo, kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan member pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajarmengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”10 3. Manajemen mutu. Manajemen berasal dari bahasa inggris “ manage ” yang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola. Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi lainnya secara optimal agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.11 Mutu mempunyai arti (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat ( kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya), kualitas.12
9 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 2006), cet.3, hlm.157. 10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Dan Permasalahannya,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 83. 11 T. Hani Handoko, Manajemen, ( Yogyakarta: BPFE,1995), hlm.8. 12 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), Cet.3, hlm.1060.
6
4. Pembelajaran. Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaktif yang berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.13 5. Pendidikan Agama Islam. PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.14
C. Rumusan Masalah. Rumusan masalah dimaksudkan yaitu permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi, sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut nantinya menjadi terarah dan jelas. Adapun rumusan, masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem? 2. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian. Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat, maka tujuan yang hendak dicapai dalam tujuan ini adalah: 1. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. 13 14
S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara,1999), hlm.102. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.130.
7
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. Diadakannya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis. Dapat memberi masukan dan informasi secara teori dan penelitian ini sesuai dengan tema judul skripsi, utamanya masalah kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. 2. Secara praktis. a. Bagi sekolah. Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi kepala sekolah dalam rangka meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI. b. Bagi siswa. Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai wahana informasi dan masukan untuk mengefektifkan pembelajaran PAI dan mata pelajaran lain pada umumnya. c. Bagi peneliti. Dapat
menambah
pengalaman
dan
pengetahuan
baru
khususnya dalam bidang penelitian manajemen mutu pembelajaran.
E. Kajian Pustaka. Penulis menyadari bahwa secara subtansial penelitian ini bukan hal yang baru, di dunia akademik telah banyak karya-karya seperti itu, penulis menyadari bahwa apa yang akan diteliti ini ada kemiripan yang telah ditulis sebelumnya, kajian pustaka terhadap karya yang terdahulu dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan penelitian di lapangan. Diantara kajian pustaka yang mencangkup tentang manajemen mutu dalam bidang pendidikan antara lain: 1. Anik Munfaizah (310303 ), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah, Jurusan kependidikan Islam ( KI ), tahun 2008 dengan skripsinya yang berjudul “
8
Kepemimpinan Visioner Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kendal” dengan hasil penelitiannya bahwa seorang kepala sekolah disamping sebagai pemimpin di sekolahnya juga sebagai pemimpin visioner. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah juga di tuntut untuk memajukan sekolahnya dengan cara meningkatkan mutu pendidikannya, mutu dalam penelitian ini adalah sejauh mana sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya dalam berbagai aspek pendidikan, penelitian ini sebagai rujukan bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran kepala sekolah, mutu akan tercapai bila masing-masing pihak mau bekerjasama satu sama lain. 2. Wahdan Ikhtiari Abdillah (3102044), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI), tahun 2007 dengan skripsinya yang berjudul “ Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator Mata Pelajaran PAI di SLTP N Kretek 1 Wonosobo ” dengan hasil studinya menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dan kemajuan sekolah, ia harus mampu
memimpin dan
menjalankan perannya agar segala kegiatan terkendali dan terarah dalam usaha inovasi dan mencoba ide-ide baru dan praktek-praktek baru dalam bentuk manajemen kelas yang lebih efektif dan efisien. Dalam skripsi ini hanya menyinggung arti pentingnya kepala sekolah sebagai administrator. Dalam skripsi ini fokus penelitiannya lebih spesifik yaitu kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI serta dalam skripsi ini juga membahas mengenai upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
F. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,
penelitian
deskriptif
adalah
penelitian
yang
berusaha
9
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang.15 menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong), metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.16 Sementara itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
tergantung
pada
pengamatan
pada
manusia
dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.17 Penulis menggunakan metode kualitatif sebab: (1) lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2) peneliti dan subjek penelitian, (3) memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilainilai yang dihadapi. Jadi, dalam penelitian ini sangat memungkinkan adanya perubahan-perubahan konsep sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. 18 Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini di harapkan dapat menggambarkan situasi mengenai peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem. 2. Sumber Data. a. Peneliti bertanya mengenai fariabel yang diteliti kepada subjek atau kelompok subjek untuk dijawab. Metode ini diharapkan penulis memperoleh data berupa tanggapan, pendapat, dari kepala sekolah, dan tidak menutup kemungkinan para guru, karyawan, orang tua serta semua pihak yang berkaitan di SMPN 01 Lasem.
15 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru Offset, 1989), hlm 64. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.3. 17 Ibid 18 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet.4, hlm.41.
10
b. Dokumen atau arsip, buku, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan penelitian, yakni tentang kebijakan yang dilakukan kepala sekolah. Dan tak kalah pentingnya adalah dokumendokumen SMPN 01 Lasem tentang peningkatan mutu pembelajaran. c. Tempat yaitu berupa ruang laboratorium, kelas, dan sebagainya sebagai tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan data penelitian. 19 3. Metode Pengumpulan Data. Untuk mempermudah dalam melaksanakan studi lapangan, penulis menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data yang diperlukan, adapun metode pengumpulan data yang dimaksud adalah: a. Interview/ Wawancara. Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula20. Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau responden.21 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan umum SMPN 01 Lasem. Selain itu metode wawancara juga digunakan untuk memperoleh
data
tentang
kebijakan
kepala
sekolah
dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran yang ada disana. Dalam wawancara peneliti menggunakan teknik silang yang dikandung maksud untuk memperoleh data yang akurat. Interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan wawancara secara langsung dengan pihak terkait, tentunya orangorang yang berkompeten dalam pengelolaan SMPN 01 Lasem yaitu kepala sekolah, guru, siswa maupun karyawan.
19
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik, (Bandung: Tarsito,2004), edisi VII, hlm. 137. 20 S. Margono, Op. Cit, hlm.165. 21 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, ( Surabaya: SIC,1996), hlm.67.
11
b. Dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.22 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum berupa biografi sekolah, visi, misi, tujuan sekolah, dan sarana dan prasarana di SMPN 01 Lasem. Dalam hal ini penulis meminta bantuan kepada orang-orang yang terkait, tentunya orang-orang yang berkompeten dalam pengelolaan di SMPN 01 Lasem. c. Observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian23. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi umum SMPN 01 Lasem. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem. Dalam observasi peneliti mencari data-data yang diinginkan agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi yang ada, dalam observasi peneliti dibantu oleh kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan sebagainya. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan cara mencari makna (meaning).24
22
Suharsimi Ari kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.236. 23 S. Margono, op.cit, hlm.158. 24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin,1996), hlm.104.
12
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis non statistik yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Di sini penulis berusaha untuk mencoba memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.25 Untuk membuat kesimpulan penulis menggunakan metode induktif, yaitu metode yang bertumpu pada fakta peristiwa yang sifatnya lebih khusus yang selanjutnya dijadikan konklusi yang bersifat umum.26 5. Keabsahan Data. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas interbal), trasfermability (validitas eksternal), dependability (realibilitas), confirmability (obyektifitas). Untuk menguji keabsahan data disini penulis menggunakan uji kredibilitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan: Perpanjangan pengamatan, meningkatkan
ketekunan,
triangulasi,
uji
analisis
kasus
menggunakan data referensi, dan mengadakan member check.
negatif,
27
Jadi disini penulis menggunakan uji kredibilitas dengan triangulasi. Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan penulis adalah pemeriksaan dengan sumber yang lainya. Jadi disini penulis membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif.28 Hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data dari hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
25
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.103. Ibid, hlm.11. 27 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.ALFABETA, 2008), cet.4, 26
hlm 121 28
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.178
13
dikatakan kepala sekolah terkait dengan wawancara mengenai kebijakan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dengan apa yang diobservasi penulis apakah hasil wawancara sudah sesuai dengan data yang ditemukan oleh penulis.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kebijakan pendidikan 1. Konsep kebijakan pendidikan Kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani yaitu “polis” yang artinya kota. Analisis kebijakan pendidikan dapat dipahami baik melalui pendekatan metodologis maupun konseptual. Metodologi pada intinya merupakan keseluruhan proses yang secara sistematis dilakukan untuk melembagakan analisis kebijakan dalam suatu sistem dan mekanisme yang institusional. Secara konseptual analisis kebijakan merupakan suatu ilmu perekayasaan sosial (social engineering) yang artinya ialah ilmu yang ditujukan untuk melahirkan manfaat dari konsep dan teori dalam berbagai disiplin ilmu sosial untuk pemecahkan permasalahan yang dihadapi oleh suatu kebijakan public.1. Definisi kebijakan pendidikan sebagaimana adanya dapat disimak melalui pernyataan-pernyataan berikut ini. Carter V. Good (1959) (dalam Imron, 2002:18) menyatakan, Educational policy is judgment, derived from some system of values and some assesment of situational factors, operating within institutionalized adecation as a general plan for guiding decision regarding means of attaining desired educational objectives. Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa dicapai. Kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang
1
Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan Nasional, Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik , (Bandung: Widya Aksara Press,2009), hlm. 49
14
15
legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat. Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkahlangkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Ada beberapa aspek yang tercakup dalam kebijakan pendidikan, diantaranya adalah: 1. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari kesatuan teori dan praktik 2. Kebijakan pendidikan mempunyai validitas perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan itu 3. Kebijakan pendidikan ditujukan pada kebutuhan peserta didik 4. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran visi, misi dan tujuan pendidikan2 5. Kebijakan pendidikan memiliki kejelasan tujuan untuk melahirkan pendidikan yang tepat Selain itu, kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni: 1. Memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan. 2. Memenuhi aspek legal-formal. Kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut. 3. Memiliki konsep operasional agar dapat diimplementasikan dan untuk memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. 4. Dibuat oleh yang berwenang. Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga dan sampai menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan. 2
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm.140153
16
5. Dapat dievaluasi. Kebijakan pendidikan tentunya tak luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa diperbaiki. 6. Memiliki sistematika. Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem, oleh karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan satu sama lainnya.3 Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan relevan adalah bagaimana memahami berbagai isu kebijakan pendidikan agar mampu melahirkan berbagai gagasan yang berguna dalam upaya menghasilakan alternatif kebijakan dalam membangun sistem pendidikan yang efisien, bermutu, dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kebijakan pendidikan adalah suatu bentuk tindakan yang diambil atas beberapa pertimbangan, untuk mengarahkan manajer/kepala sekolah dalam menentukan masa depan sekolah sesuai dengan visi, misi pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
2. Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan Faktor
yang
menentukan
perubahan,
pengembangan,
atau
reskontruksi organisasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga dapat dirasakan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berfungsi dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi 3
Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”, http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsep-dan-kebijakanpendidikan33.php, hlm.2, 29 Januari 2010
17
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Fungsi analisis kebijakan dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian pokok. a) Fungsi alokasi. Untuk melaksanakan fungsi penting ini analisis kebijakan harus mampu melibatkan diri didalam, atau paling tidak mempelajari tentang sistem, dan proses pembuatan kebijakan negara baik pada tingkat suprastruktur (political) maupun pada tingkatan sektoral (teknichal). Kajian makro ini pada dasarnya merupakan analisis hubungan timbal balik antara sistem pendidikan dengan sistem yang lebih besar. Agar pendidikan memiliki kesesuaian dengan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat maka perlu diciptakan suatu keadaan agar sistem pendidikan dapat
berkembang
secara
seimbang
dengan
perubahan
dan
perkembangan zaman. b) Fungsi inquiri. Fungsi inquiri dapat dilakukan jika seluruh atau sebagian agenda penelitian dan pengembangan sudah dilaksanakan dan mencapai hasilhasilnya. Dalam fungsi inquiri pelaksanaan analisis kebijakan berkaitan dengan pendekatan, metodologi, serta teknik-teknik analisis. Kajian metodologi dan substansial dalam rangka melaksanakan fungsi inquiri terdapat dua bentuk kajian metodologi atau substansial. Kajian metodologi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik bagi para peneliti agar dicapai penyempurnaan dalam metodologi analisis dan penelitian dikemudian hari. Kajian substansial dimaksudkan untuk memperoleh sintesis dari berbagai kelompok jenis temuan penelitian dan pengembangan yang sudah ada agar diperoleh suatu usulan kebijakan yang lebih realistis berkaitan dengan isu-isu kebijakan yang sudah diidentifikasikan sebelumnya. Disamping itu, apakah suatu gagasan kebijakan itu relevan atau tidak dilihat dari kepentingan masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. 4
Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm.77-78
18
c) Fungsi komunikasi Fungsi komunikasi, yaitu fungsi yang dapat dilaksanakan jika analisis kebijakan menghasilkan berbagai gagasan atau usulan kebijakan yang benar-benar realistis. Tugas analisis kebijakan dalam hal ini adalah menyampaikan alternatif atau gagasan kebijakan tersebut kepada sumua pihak yang berhubungan agar diperoleh suatu umpan balik mengenai keabsahan gagasan-gagasan yang diusulkan agar menjadi kebijakan public. Oleh karena itu tugas para analis kebijakan adalah meyakinkan pihak-pihak
tersebut
khususnya
yang
menyangkut
keuntungan,
kelemahan, dan berbagai implikasinya yang mungkin timbul dari penerapan suatu gagasan kebijakan yang diusulkan.5 Tujuan
dilakukannya kebijakan dilihat dari ruang lingkup
waktunya terdapat tiga jenis perencanaan nasional pendidikan yang perlu dibuat secara teratur dan sinambung. Ketiga jenis kebijakan tersebut meliputi kebijakan jangka panjang, menengah dan pendek. 1. Kebijakan jangka panjang (periode 25 tahun) Kebijakan jangka panjang pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bersifat prospektif (antisipasi masa depan), yaitu kebijakan negara dibidang pendidikan yang ditentukan oleh suatu proyeksi
pendidikan
dalam
suatu
cakupan
waktu
kedepan.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk menghasilkan skenario masa depan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia yang perlu diciptakan pada akhir kurun waktu pembangunan jangka panjang kedua. 2. Kebijakan jangka menengah Rencana
pembangunan
(repelita)
lima
tahun
sektor
pendidikan disusun dengan jabaran yang telah operasional, menjadi kebijakan, program-program dan sasaran pembangunan masingmasing program pembangunan. Secara umum, gambaran repelita dapat digunakan sebagai berikut:
5
Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Op.Cit. hlm 81-103
19
a. Arah dan kebijakan repelita. b. Keadaan dan masalah, masalah-masalah pokok yang disimpulkan dari keadaan pendidikan sebagai hasil dari penilaian dan kajian pelaksanaan pendidikan dalam repelita sebelumnya. c. Kebijaksanaan dan langkah-langkah, Kebijakan ini dikembangkan berdasarkan analisis terhadap keadaan masalah pendidikan sekarang dan perkiraan dalam lima tahun mendatang. d. Program dan sasaran, jika kebijakan yang dirumuskan diatas telah dilaksanakan. 3. Kebijakan jangka pendek. Dalam perencanaan tahunan, masing-masing meliputi empat periode dengan lama tiga bulan untuk tiap periode yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, tahap persiapan perencanaan, tahap ini merupakan penyiapan data khususnya syang berkaitan dengan jumlah peserta didik yang akan dilayani, kepegawaian, sarana dan prasarana yang diperlakukan serta peralatan yang dibutuhkan. Kedua, periode ini merupakan waktu untuk merumuskan dan mempublikasikan kebijakan. Ketiga, urusan proyek dan penetapan pagu anggaran. Periode untuk melaksanakan usulan anggaran proyek Keempat, dalam periode ini persiapan pelaksanaan proyek pembangunan
telah dilaksanakan dan persiapan untuk siklus
perencanaan tahun berikutnya mulai dirintis dan dilaksanakan. Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan tersebut pada dasarnya merupakan siklus yang paling menentukan jika analisis kebijakan ingin memberikan pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan.6
6
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1994), hlm.75-82
20
Fungsi kebijakan pendidikan adalah untuk mengarahkan kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan agar mencapai tujuan secara efektif dan efisien serta sebagai pedoman bertindak dalam suatu organisasi agar kegiatan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Sedangkan tujuan dibuatnya kebijakan adalah untuk melakukan dan mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat agar tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Komponen kebijakan 1. Perumusan masalah. Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mediaknosis penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang
memungkinkan,
memadukan
pandangan-pandangan
yang
bertentangan, dan merancang kebijakan-kebijakan yang baru. Perumusan masalah adalah suatu bentuk kebijakan yang diambil atas beberapa pertimbangan baik dari pertimbangan tujuan, strategi, maupun kepentingan lingkungan eksternal. Perumusan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses dengan empat fase yang saling tergantung, yaitu: a. Pencarian masalah (problem search) proses penemuan dan penyatuan beberapa representasi masalah yang dihasilkan oleh para pelaku kebijakan b. Pendefinisian masalah (problem definition) proses mengkarakteristikkan masalah-masalah substantif kedalam istilah-istilah yang paling dasar dan umum c. Spesifikasi masalah (problem specification) tahap pemahaman masalah dimana analis mengembangkan representasi masalah subtantif secara formal (logis)
21
d. Pengenalan masalah (problem sensing) tahap perumusan masalah dimana analisis mengalami kekhawatiran yang campur aduk dan gejala ketegangan dengan cara mengenali situasi masalah.7 2. Peramalan. Peramalan (forecasting) adalah suatu prosedur untuk membuat informasi yang faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar informasi yang telah ada. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi dimasa mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu. Tentang masalah kebijakan ramalan mempunyai tiga bentuk utama, yaitu: a. Proyeksi adalah ramalan yang didasarkan pada ekstrapolasi atas kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan, b. Sebuah prediksi adalah ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik yang tegas. Sifat terpenting dari prediksi adalah menspesifikasikan kekuatan penyebab dan akibat yang diyakini mendasari suatu hubungan c. Suatu perkiraan adalah ramalan yang didasarkan pada penilaian yang informative atau penilaian pakar tentang situasi masyarakat dimasa depan.8 3. Rekomendasi. Rekomendasi kebijakan adalah cara yang dilaksanakan agar sebuah kebijakan dapat mencapai sasarannya. Dalam rekomendasi kebijakan maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana prakondisi untuk
keberhasilan
pelaksanaan
kebijakan,
yaitu:
komunikasi,
sumberdaya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi a.
Komunikasi, pemimpin harus mengkomunikasikan kepada bidang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kebijakan supaya mereka memahami kebijakan yang menjadi tanggungjawabnya.
7
William N. Dunn, Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public, (Yogyakarta: Gajah Mada,1999), hlm.226-230 8 Ibid, hlm.291-292
22
b.
Sumber daya manusia harus mendukung pelaksanaan kebijakan, jika SDM tidak mendukung maka menghambat pelaksanaan kebijakan
c.
Disposisi atau pelaksana kebijakan, pelaksana kebijakan harus ditetapkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta komitmen melaksanakan kebijakan yang dimaksud
d.
Struktur birokrasi, koordinasi menjadi faktor yang penting dalam pelaksanaan kebijakan.9
4. Pemantauan. Pemantauan atau monitoring menyediakan
pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan tentang akibat kebijakan yang diambil sebelumnya. Pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan public. Pemantauan memiliki empat fungsi dalam analisis kebijakan yaitu: a. Kepatuhan (compliance) pemantauan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan para administrator program, staf, dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat b. Pemeriksaan (auditing) pemantauan membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu telah sampai pada mereka c. Akuntansi (monitoring) menghasilkan sesuatu yang bermanfaat d. Eksplanasi pemantauan juga menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan public dan program berbeda10 5. Evaluasi. Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang dihasilkan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah dapat terselesaikan tetapi 9
Syafaruddin, Op.Cit, hlm 90-92 William N. Dunn, Op.Cit, hlm.20
10
23
juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan masalah kembali. Evaluasi kebijakan merupakan tahap penting dalam kebijakan public. Ada beberapa fungsi evaluasi diantaranya yaitu: a. Evaluasi memberi informasi yang falit dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan. b. Evaluasi kebijakan memberi sumbangan klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.11 Dalam proses pembuatan kebijakan/analisis kebijakan maka harus memperhatikan lima komponen yaitu: perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan serta evaluasi. Kelima komponen tersebut saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lainnya, karena kelima komponen tersebut dapat berguna untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relefan dengan kebijakan dalam berbagai konteks pendidikan.
B. Kebijakan pendidikan di Indonesia. Kini muncul berbagai gagasan mengenai kebijakan
pendidikan
nasional menuju peningkatan mutu pendidikan, berbagai sistem baru pengelolaan pendidikan telah ditawarkan. Bahkan standarisasi juga menjadi pilihan kebijakan pendidikan yang dimaksudkan untuk memenuhi daya saing lokal, nasional maupun global. Para penyelenggara pendidikan harus konsisten dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan12. Setidaknya dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan 11
Syafaruddin, Op.Cit, hlm 96-97 Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah” http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-pembelajaran-di-sekolah/, hlm.5, 3 Januari 2010 12
24
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.13 Kemudian, mengenai definisi kebijakan Negara; dimana hal itu adalah sebuah konsep yang berlaku dalam sebuah negara (nation), maka berikut ini adalah dua definisi tentang kebijakan negara. W.I Jenkins (1978) : a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve (seperangkat keputusan-keputusan yang saling berhubungan antar-satu sama lainnya; dibuat oleh para pelaku politik (politisi) atau kelompok politisi menyangkut pemilihan tujuan dan orientasi pencapaian tujuan tersebut dalam situasi khusus dimana keputusan itu berada, secara prinsipil, berada dalam kekuasaan para politisi ini). Chief J.O Udouji (1981) : an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that effect society at large (sebuah rangkaian keputusan dalam hal pelaksanaan yang ditujukan untuk sebagian masalah atau sekelompok masalah-masalah (yang saling berkaitan) dimana seluruh masalah itu mempengaruhi masyarakat banyak) Dari pemahaman teoritis tersebut kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut kebijakan public adalah keputusan yang dibuat oleh negara khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara yang bersangkutan. Problematika mendasar yang ada di indonesia adalah masalah mengenai mutu pendidikan, menyadari posisi indonesia yang jauh tertinggal dalam dunia pendidikan, berbagai langkah kebijakan ditempuh, diantaranya adalah: 13
UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS), (Jogjakarta: Media Wacana,2003), hlm.12
25
1. Penambahan anggaran dana pendidikan sesuai dengan ketentuan UU No. 20 Thn 2003 dan amandemen pasal 31 (4) UUD 1945 menyebutkan, penetapan dana anggaran pendidikan minimal sebasar 20% dari APBN dan APBD 2. Perubahan kurikulum, salah satu kebijakan pemerintah yang dimaksud berkaitan dengan pendidikan, yaitu adanya perubahan kurikulum 1994 berupa CBSA, menjadi KBK, lalu ditahun 2006 menjadi KTSP 3. Rekrutmen guru dilihat dari kualitas maupun kuantitas pada kenyataanya kemampuan akademi yang dimiliki guru masih dibawah standars. Dalam UU No. 20 Thn 2003 disebutkan bahwasannya standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala dalam Dalam PP No. 19 Thn 2005 pasal 91 tentang penjaminan mutu pendidikan yaitu 1. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan 2. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan 3. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat1 dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas14 Kebijakan public adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang dengan kewenangannya harus dipatuhi oleh masyarakat. Dalam meningkatkan mutu pendidikan pemerintah telah menempuh beberapa kebijakan yang ini dibuktikan melalui perbaikan secara terus menerus untuk mencapai hasil yang telah diinginkan.
14
Suherli, “ Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan” http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalam-pendidikan.html, hlm 1, 29 Januari 2010
26
C. Mutu Pembelajaran 1. Konsep Manajemen Mutu Mutu mengandung dua hal, yaitu: sifat (keadaan) dan (taraf) kedudukan. Akan tetapi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai sifat dan taraf tersebut.15 Mutu adalah pemenuhan terhadap kebutuhan steakholder, bersistem pencegahan, mempunyai standar tanpa cacat dan mempunyai ukuran harga ketidakpuasan.16 Bila dikaitkan dengan sekolah mutu akan berkenaan dengan segala aspek yang berhubungan dengan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendidik didalam suatu sekolah. Mutu dalam bidang pendidikan meliputi mutu input, output dan outcomes. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses, proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Output pendidikan dikatakan bermutu jika hasil belajar akademik maupun non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.17 Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul karena mutu dapat digunakan sebagai konsep yang secara bersama-sama absolute dan relative. Mutu secara mutlak atau absolut memiliki ukuran nilai tertinggi, bersifat unik dan sangat berkaitan dengan ungkapan kebaikan (goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth) dan idealitas. Biasanya mutu dalam ukuran absolut sudah ditetapkan produsen secara subjektif.18 Ukuran mutu diterapkan secara relative, yaitu berdasarkan pada kebutuhan steakholder. Bukan hanya produsen, tetapi 15
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999), hlm.26 16 Tony Bush dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In Education Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj. Fahrurrozi, (Yogyakarta:IRCISOD,2006), hlm.191 17 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2006), hlm.410 18 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005), hlm.9
27
steakholder pun turut menentukan mutu.19 Tolak ukur mutu yang baik bukan tolak ukur yang bersifat absolut, melainkan yang bersifat relative, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan steakholder mutu sekolah akan baik jika sekolah tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan steakholder. Aplikasi mutu: pertama redefinisi tugas untuk memudahkan kerja bagi semua unsur pendidikan, maka diperlukan pembagian tugas (job description) yang jelas. Sekaligus sebagai upaya menghindari dari overlapping diantara masing-masing unsur tersebut. Kedua, prefisionalisme pimpinan lembaga pendidikan yang paling bertanggung jawab dalam tumbuh kembangnya prakarsa, partisipasi, inovasi dan kreatifitas dalam pengembangan kelembagaan. Ketiga berorientasi pada proses dan produk.. untuk meningkatkan hasil belajar salah satu hal penting adalah memperhatikan proses belajar mengajar. Keempat, berorientasi pada perubahan mental. Setiap aktifitas pendidikan, sesuatu yang harus menjadi perhatian utama adalah hasil yang ingin dicapai yaitu tujuan dan target pendidikan dan akhlakul karimah sebagai porsi paling penting dalam pendidikan islam.20 TQM merupakan budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus, fokus pada stakeholder sekolah demi kepuasan jangka panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah.21 TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan terus menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan steakholder saat ini dan dimasa mendatang.22 Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa TQM merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas. Dalam dunia pendidikan sekolah yang bermutu adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada 19
Ibid Imam Tholhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Tradisi Integrasi Keilmuan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.189 21 Husaini Usman, Op.Cit, hlm.459 22 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo,2003), hlm.79 20
28
input, proses, out put, dan out come. Jika mutu pendidikan ingin dicapai maka siswa, guru, staf dan masyarakat harus bekerjasama untuk mewujudkan tujuan tersebut.
2. Mutu Pembelajaran Membicarakan mengenai mutu pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan/strategi pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta dapat menghasilkan lulusan yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka kita harus memperhatikan mengenai beberapa komponen yang dapat mempengaruhi pembelajaran, Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: a) Siswa dan Guru b) Kurikulum c) Sarana dan prasarana pendidikan d) Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, guru, siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib dan kepemimpinan e) Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan materi, serta penggunaan strategi pembelajaran f) Pengelolaan dana g) Evaluasi h) Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan lembaga lain.23 Strategi pembelajaran yang dilakukan guru menjadi salah satu kajian untuk mengukur kualitas pembelajaran, maka didalamnya terdapat tiga strategi yang menjadi pusat perhatian ketiga strategi tersebut yaitu: 1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy) adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran. 2. Strategi penyampaian (delivery strategy) yaitu: komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pengajaran. Ada dua fungsi dari 23
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada,2009), hlm.164-166
29
strategi ini, yaitu 1) menyampaikan isi pengajaran kepada siswa, 2) latihan tes. 3. Strategi pengelolaan pengajaran (management strategy) Strategi ini berkaitan
dengan
pengambilan
keputusan
tentang
strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pengajaran. Dalam meningkatkan kualitas sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran, seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan : 1. Kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif 2. Siswa, “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali 3. Pelibatan guru secara maksimal. 4. Kurikulum yang tetap tetapi dinamis, sehingga tujuan mutu dapat dicapai 5. Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi 6. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork) yang saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.24 Selain itu ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. 1. Peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi peserta didik. Menurut pendapat Gibbs bahwa kreatifitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, 24
Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2008), hlm.154-155
30
dan pengawasan yang tidak ketat. Apa yang dilakukan diatas sulit untuk dilakukan, tapi paling tidak guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif, karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktifitas dan kreatifitas guru. 2. Peningkatan disiplin belajar Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib dimana guru, staf sekolah dan peserta didik bergabung dalam sekolah, tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin diri. 3. Peningkatan motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.25 Dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran adalah strategi pembelajaran
yang
digunakan
oleh
pendidik
agar
pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan hasilnya dapat diandalkan. Dalam meningkatkan mutu pembelajaran maka pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik dapat meningkatkan kreatifitas serta pengetahuan yang dimilikinya.
D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi
25
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), hlm.105-112
31
guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen pendidikan26 Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa. Dengan demikian pendekatan pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat berpengaruh secara langsung kepada efektifitas belajar siswa.27Agar sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah mampu menghasilkan out put yang berkualitas maka sistem tersebut harus mampu menciptakan sistem belajar yang berkualitas tinggi yang secara operasional dapat dipresentasikan oleh proses pembelajaran yang berkualitas. Ada beberapa komponen yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran, komponen-komponen tersebut adalah: 1. Proses pembelajaran Pikiran utama yang terdapat dalam prinsip. Strategi, dan tahapan belajar mengajar PAI mencerminkan bahwa pembelajaran PAI tidak sesederhana dengan proses penyampaiannya. Tetapi fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya. 1. Prosedur pembelajaran Pengembangan
kegiatan
belajar
mengajar
PAI
harus
diorientasikan pada fitrah manusia agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan keseimbangan
tersebut diperlukan ketepatan dalam
menentukan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pada PAI, pemilihan ketiga hal tersebut diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh guru. Ada enam pendekatan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran PAI, yaitu:
26
Abdul Ranchman Shaleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, Dan Aksi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.243 27 Ibid, hlm.211
32
a. Pendekatan pembelajaran 1. Pendekatan rasional, pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek penalaran. 2. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa 3. Pendekatan pengalaman, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalahmasalah dalam kehidupan 4. Pendekatan pembiasan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan 5. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas 6. Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figure pendidik, petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik b. Metode Metode apapun yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi terhadap prinsip kegiatan belajar mengajar: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Belajar dengan melakukan, guru harus menyediakan kesempatan peserta didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya 3. Mengembangkan wahana sosial 4. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
33
5. Mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan masalah28 2. Kurikulum Sekolah harus dapat mempertahankan nilai relevansi yang tinggi antara kurikulum, situasi, dan kondisi tuntutan serta kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum harus dapat mengakomodasikan unsur-unsur teoritis dan praktis berdasarkan tujuan yang berdasarkan kebutuhan yang diperkirakan sesuai dengan dinamika yang beraneka ragam, oleh karena itu kurikulum harus dipantau dan dievaluasi secara terus menerus agar dapat menjamin kualitas maupun kuantitas produk suatu sekolah dan tidak semata-mata berorientasi pada produk melainkan juga pasar29 3. Kerja pembelajaran Kerja
pembelajaran
ini
bagi
pendidik
dimaksudkan
untuk
meningkatkan pelayanan terhadap mutu pendidikan secara team teaching di kelas dan team working dalam workshop. Masing-masing peran dan fungsi pendidik diarahkan pada kerja pembelajaran
supaya dapat
meningkatkan mutu PAI. Bagi siswa, kerja pembelajaran ini dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk memberdayakan siswa dalam melakukan kajian-kajian ilmiah dengan ,melibatkan diri secara kelompok atau dengan kajian individual 4. Peran pendidik Sebagai seorang pendidik guru harus merencanakan, melaksanakan, dan harus mengawasi program-program yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran bagi peningkatan prestasi peserta didik. Tiga komponen kompetensi yang harus dimiliki guru agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan dengan efektif, yaitu: a. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar 28
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Jogjakarta: Teras,2007), hlm. 19-26 29 Mukhtar, Op.Cit, hlm.24
34
mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut peserta didik b. Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan profesi c. Komponen
kompetensi
penguasaan
akademik
yang
meliputi:
pemahaman wawasan pendidikan, dan penguasaan bahan kajian30 5. Pengelolaan siswa/pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered approach). Filosofi pembelajaran berpusat pada siswa adalah penekanan lebih pada proses pembelajaran secara signifikan ketimbang produk/outcomes pembelajaran. Pada pendekatan ini lebih menitik beratkan pada: a. Anak adalah sentral pelaksanaan pembelajaran b. Pembelajaran berfokus pada anak secara total c. Guru memberi peluang bagi anak untuk secara alami mengembangkan diri hingga ke tingkat edvan d. Sentral perubahan terhadap anak meski tidak selalu diobservasi e. Perubahan hanya dialami pada konteks dari siswa secara menyeluruh f. Perubahan dan motivasi anak bersifat internal, guru hanya member dorongan dan fasilitas31 6. Pengelolaan lingkungan kelas Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik terhadap proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta 30
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2008), hlm.128 31 Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006), hlm.83
35
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal serta mendapatkan mutu yang bagus maka pembelajaran harus dikelola dengan baik Dalam mewujudkan pembelajaran yang bermutu maka seorang pendidik harus mampu memodifikasi model-model pembelajaran PAI agar tidak terkesan kaku. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya pembaharuan dan peningkatan kualitas PAI secara terencana, sistematis dan mendasar dengan merumuskan kembali visi, misi dan tujuan PAI sesuai dengan tuntutan zaman. PAI harus mampu menciptakan suatu pendidikan yang berkarakter dan memiliki moral yang baik dalam membangun peserta didik.
BAB III
DATA PENELITIAN TENTANG KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 01 LASEM
A. Data Umum Tentang SMPN 01 Lasem. 1. Letak Geografis SMPN 01 Lasem. SMPN 01 Lasem yang beralamatkan Jl. Raya No 1 Lasem yang terletak di desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. SMPN 01 Lasem berada pada tempat yang strategis karena terletak diantara lembaga pemerintahan maupun tempat umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Disebelah timur terdapat Bank BKK, Bank BRI, Bank BMT dan pasar. SMPN 01 Lasem berada di kota Lasem yang merupakan daerah pesisir pantai, namun disekilingnya juga terdapat pegunungan yaitu Gunung Argo Kajar. Hal ini dapat menambah keindahan suasana belajar di SMPN 01 Lasem, disamping itu juga dapat memudahkan siswa SMPN 01 Lasem untuk studi lapangan seperti mempelajari kehidupan satwa laut, mempelajari aneka ragam tumbuhan alam pegunungan, keadaan jual beli dipasar dan sebagainya. 2. Sejarah berdirinya. Berdirinya SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat Lasem yang terdiri dari para pendidik/guru dan ulama/kyai maupun komite. Para guru negeri yang berdomisili di kecamatan Lasem bermusyawarah dengan para kyai dan masyarakat, hasil musyawarah sepakat mendirikan lembaga pendidikan di kota Lasem. Akhirnya pada tanggal 2 Agustus 1973 berdirilah SMPN 01 Lasem. Seiring dengan perkembangannya akhirnya SMPN 01 Lasem mendapatkan bantuan tanah seluas 14044m2 dengan luas bangunan 6199m2
36
37
dari pemerintah, sekarang dapat dilihat SMPN 01 lasem dengan sarana dan prasarana yang bias dikategorikan sangat lengkap.1 3. Visi, misi dan tujuan SMPN 01 Lasem. a. Visi. “SEKOLAH
YANG
UNGGUL
DALAM
PRESTASI,
MENGHASILKAN LULUSAN YANG INOVATIF, KOMPETITIF, BERAKHLAK MULIA, DAN BERWAWASAN INTERNASIONAL” b. Misi. 1) Melaksanakan pengembangan kurikulum satuan pendidikan bertaraf nasional dan internasional. 2) Melaksanakan pengembangan proses pembelajaran di sekolah bertaraf nasional dan internasional. 3) Meningkatkan pencapaian kompetensi kelulusan seluruh mata pelajaran bertaraf nasional dan internasional. 4) Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik bertaraf nasional dan internasional. 5) Melaksanakan
peningkatan
kompetensi
pendidik
dan
tenaga
kependidikan bertaraf nasional dan internasional. 6) Melaksanakan pengembangkan fasilitas pendidikan bertaraf nasional dan internasional. 7) Melaksanakan sekolah sesuai SPM. 8) Melaksanakan pengembangan pembiayaan sekolah. 9) Melaksanakan kehidupan yang berakhlak mulia. 10) Melaksanakan pola hidup yang sehat. 11) Melaksanakan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai estetika. 12) Melaksanakan kegiatan keagamaan. c. Tujuan. 1) Meningkatkan kualitas sekolah dari SSN menjadi rintisan SBI. 2) Mempersiapkan SMP Negeri 01 Lasem dalam kegiatan rintisan sekolah bertaraf internasional mulai tahun pelajaran 2009/2010. 1
Dokumen sejarah SMPN 01 Lasem
38
3) Menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif di tingkat nasional dan internasional. 4. Keadaan guru dan pegawai administrasi SMPN 01 Lasem. a. Keadaan jumlah guru SMPN 01 Lasem. SMPN 01 Lasem mempunyai tenaga guru sebanyak 46 orang , 41 orang yang berstatus PNS dan 6 orang yang berstatus honorer (daftar guru terlampir) sehingga untuk saat ini penerimaan guru lebih diproritaskan
PNS karena saat ini SMPN 01 Lasem membutuhkan
tenaga pengajar yang banyak lagi. *Lampiran 1 data tentang Keadaan Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2009/2010. b. Keadaan karyawan. Untuk membantu proses perencanaan belajar mengajar dan tata administrasi SMPN 01 Lasem dibantu oleh orang 8 perempuan dan 11 orang laki-laki yang berstatus honorer sebanyak 11 orang dan 8 PNS sebanyak orang. *Lampiran 1 data tentang jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010. c. Keadaan siswa. KELAS ROMBEL JML MURID
VII
VIII
IX
JUMLAH
8
8
8
24
264
276
300
840
5. Sarana dan prasarana SMPN 01 Lasem. Sarana dan prasarana tidak lain adalah untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. Saat ini ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi kebutuhan pokok dalam dunia pendidikan. SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan menengah pertama yang memberikan sarana dan prasarana yang mencukupi agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal. Dalam rangka menunjang keberhasilan pendidikanya, lembaga ini berupaya secara bertahap untuk melengkapi sarana prasarana pendidikannya. Hingga kini SMPN 01 Lasem telah memiliki sarana dan prasarana, yang secara terperinci sebagai berikut:
39
a. Ruang kelas sebanyak 24 ruang. b. Ruang perpustakaan Lt 1 dan Lt 2. c. Ruang Lab. IPA. d. Ruang Lab. Bahasa. e. Ruang Lab. Komputer. f. Ruang Ketrampilan. g. Ruang Multimedia. h. Ruang Kesenian. i. Ruang OSIS/BK. j. Ruang UKS. k. Tempat Ibadah. l. Aula Serbaguna. m. Ruang Guru. n. Ruang Tata Usaha. o. Ruang Kepala Sekolah p. Kantin. q. Kamar Mandi r. Tempat Parkir. s. Halaman/Tempat Upacara. t. Lapangan Olah Raga.
40
6. Struktur Organisasi SMPN 01 Lasem. Adapun struktur organisasi SMPN 01 Lasem adalah sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI SMPN 01 LASEM KEPALA SEKOLAH Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd
WAKIL KEPALA SEKOLAH Yuni Marhaeni Rahayu, S.Pd URS. TU KOMITE
URS. KURIKULUM 1. 2. 3.
Drs. Harjanta Endang M, S.Pd Suyamti, S.Pd
Subali
URS. KESISWAAN
URS. SARANA/ PRASARANA
Drs. A. Salam
PENGELOLA PERPUSTAKAAN
PENGELOLA KET. JASA
Minkhatul, S.Pd
Endiyati, S.Pd
GURU MAPEL
Supriyo, S.Pd Suharjo, S.Pd
PENGELOLA KOMPUTER
PENGELOLA LAB. IPA
PENGELOLA LAB. BAHASA
Anik, S, S.Kom
Priharyono
Setyo H, S.Pd
WALI KELAS
GURU BP / BK 1. 2. 3.
VIIA : Ratih L, S.Pd VIIB : H.A. Dahlan, S.Pd VIIC : Budiharti, S.Pd VIID : Tasripan, S.Pd VIIE : Es. Sutami, S.Pd VIIF : Hj. Siti Romlah, S.Pd VIIG : Suprapti, S.Pd VIIH : Eni Latifah, S.Ag
URS. HUMAS
VIIIA : Eliya Shofia, S.Pd VIIIB : Nursidhi, S.Pd VIIIC : Setyo Hastuti, S.Pd VIIID : Sri Wuryuni, S.Pd VIIIE : Anik S, S.Kom VIIIF : Hj. Endiyari, S.Pd VIIIG : Endah SR, S.Pd VIIIH : Hj. Erna N, S.Pd
Dra. Puji L Drs. Hadliri Eni Latifah, S.Ag
IXA : Minkhatul K, S.Pd IXB : Sugiharto, S.Pd IXC : Eny SZ, S.Pd IXD : Hasta W, S.Pd IXE : Suryantini, S.Pd IXF : Sri Wahyuni, S.Pd IXG : Ninik SM, S.Pd IXH : Hj. Endang H, S.Pd
41
B. Data
Khusus
Tentang
Kebijakan
Dalam
Meningkatkan
Mutu
Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. 1. Kebijakan
kepala
sekolah
dalam
meningkatkan
manajemen
mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. a. Perencanaan kebijakan. Perencanaan merupakan usaha yang dilakukan kepala sekolah untuk mengembangkan strategi yang akan dilaksanakan, antara lain membantu
kepala
sekolah
dan
staf
untuk
mengubah
kondisi
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dalam perencanaan kebijakan sebagai upaya pemaksimalan daya saing lembaga, SMPN 01 Lasem berupaya untuk melakukan pembinaan terus menerus dalam semua aspek, baik organisasi, sarana dan prasarana, kesejahteraan karyawan dan juga pelatihan-pelatihan guru-guru dan karyawan. Adapun terkait dengan kebijakan mutu pembelajaran khususnya PAI maka pihak sekolah memberlakukan beberapa strategi untuk menghasilkan mutu pembelajaran yang lebih baik, yaitu: 1) Peningkatan kualitas guru. Untuk menciptakan out put yang berkualitas faktor terpenting adalah peningkatan kualitas guru. Peningkatan ini diusahakan untuk dapat bertahan menghadapi persaingan yang ada tuntutan mengenai peningkatan guru memang seharusnya dilakukan dengan tujuan mampu
mengikuti
perkembangan
saat
ini,
yang
diharapkan
kependidikan guru benar-benar memenuhi standar yang diinginkan pemerintah dan intansi terkait. Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak. Pelatihan atau pengembangan kualitas SDM terutama menyangkut kemampuan guru dalam mengajar adalah bagian terpenting dari usaha peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas guru ini merupakan salah satu pilar dalam mendorong pencapaian mutu. Karena proses pembelajaran menyangkut kemampuan mengajar guru, maka dalam
42
pelaksanaan
program
ini
penekanannya
adalah
peningkatan
kemampuan guru dalam mengajar, baik untuk mata pelajaran umum maupun agama, standar kualitas guru yaitu kegiatan sebelum mengajar, diantaranya adalah membuat prota, promes dan satpel. Untuk meningkatkan kualitas guru maka kepala sekolah mendorong guru-guru untuk mengikuti program pembinaan pegawai berbagai kegiatan seperti: (a) Kerjasama dengan pihak lain dalam penyelenggaraan pelatihan dan kursus. Seperti kursus bahasa inggris untuk guru/karyawan, pelatiahan operasional computer dan internet, pelatihan guru atau karyawan dan lain-lain. Dalam hal ini dari 46 guru yang ada di SMPN 01 Lasem, khususnya 3 guru PAI telah melaksanakan pelatihan. Karena kepala sekolah disini membuat kebijakan agar seluruh guru yang ada di SMPN 01 Lasem dapat mengikuti pelatihan sebagai bekal untuk melaksanakan pembelajaran agar lebih bermutu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (b)Studi banding antar sekolah, yaitu dengan menentukan sekolah baik negeri maupun swasta yang lebih maju untuk dijadikan standar agar SMPN 01 lebih bermutu, studi banding ini dilakukan bukan terbatas pada sekolah yang ada di Rembang saja akan tetapi pihak sekolah disisni melihat dari kemajuan yang telah diraih oleh sekolah tersebut. (c) Diadakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Kegiatan ini antara guru yang satu dengan guru yang lainnya berbeda menurut jenis pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri. Menurut kepala sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masing guru mata pelajaran. (d)Kegiatan sosialisasi KTSP di tingkat gugus, pelatihan guru mata pelajaran , seminar-seminar atau workshop pendidikan seperti worskshop peningkatan kreativitas mengajar seperti PAIKEM.
43
Merupakan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan guru dalam membuat metodologi dalam mengajar. (e) Melakukan penjaringan tenaga education sesuai dengan spesifikasi jurusan/kesesuaian pendidikan yang diampu dan diutamakan yang sudah strata I (SI), sehingga profesionalisme guru dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2) Kegiatan belajar mengajar (KBM). Agar diperoleh hasil yang memuaskan maka terlebih dahulu sekolah harus melakukan perubahan yang mendasar terkait dengan kegiatan belajar mengajar, diantaranya yaitu: (a) Kurikulum Sekolah mempunyai wewenang untuk mengubah dan mengelola sendiri kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pelaksanaan isi kurikulum dapat dirombak berdasarkan rapat yang dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan adanya guru yang berkualitas serta didukung dengan kurikulum yang dinamis maka mutu pendidikan akan terwujud. Sebagai upaya peningkatan mutu PAI maka kebijakan yang diambil oleh sekolah adalah membuat hidden curriculum serta memaksimalkannya, hidden curriculum yang ada di SMPN 01 Lasem, yaitu: (1)Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa untuk membaca Al-Qur’an setiap akan memulai pelajaran PAI yang diambil oleh guru pada saat mengajar di kelas/pada saat ada jam pelajaran PAI. (2)Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan kegiatan keagamaan bagi siswa pada waktu istirahat untuk melaksanakan sholat sunah seperti shalat dhuha, dan setiap materi ibadah sholat mempraktekkan langsung di mushola. Hal ini bertujuan untuk agar siswa menjadi bisa mengingat-ingat materi.
44
(3)Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah. Hal ini dilakukan agar siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat dan qurban. Pelaksanaan ibadah ini juga agar siswa peka terhadap lingkungan sekeliling/rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama yang membutuhkan. (4)Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan qiro’ah yang dilakukan diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya yaitu pada hari minggu pagi. Dalam kegiatan tersebut dipelajari teknik baca Al-Qur’an dengan lagu, mempelajari tajwid dan sebagainya. Kegiatan ini diperuntukkan bagi semua siswa yang berminat mengikuti kegiatan ini. Pelaksanaan ekstrakulikuler ini telah dibimbingan dari para pengajar yang professional. (5)Guru dituntut untuk memberikan contoh kepada siswa, yaitu tentang pembiasaan bersalaman dan mengucapkan salam apabila bertemu dengan teman, guru, dan karyawan sebelum dan sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar kelas. (6)Akhlak siswa di lingkungan sekolah. Para siswa harus mempunyai akhlak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan. Semua guru SMPN 01 Lasem mempunyai sikap dan perilaku yang baik dan menjadi contoh teladan siswa dari sekolah lain. (7)Siswa dituntun untuk dapat melaksanakan sholat lima waktu. Disini guru dapat melihat dengan observasi melalui data harian sholat yang harus diisi oleh setiap siswa. (8)Meskipun SMPN 01 Lasem merupakan sekolah nasional tetapi disini kepala sekolah memberlakukan kebijakan bagi semua siswa untuk menggunakan rok panjang dan baju lengan panjang bagi putri, dan celana panjang serta lengan pendek bagi putra. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa khususnya yang
45
laki-laki untuk melaksanakan sholat, sehingga siswa tidak repot untuk membawa peralatan sholat.2 Kalau dianalisis bahwa kurikulum sebagai ruh dari pada lembaga pendidikan, karena kurikulumlah yang bisa menunjukkan jati diri lembaga pendidikan tersebut mau dibawa kemana. Begitu juga dengan SMPN 01 Lasem kurikulum yang diterapkan menunjukkan
penguatan pada aspek Islam dan sains dengan
kemasan yang begitu apik dan mampu mendesain sesuai dengan tuntutan pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai. 3) Siswa “sebagai pusat” (student centered learning). Siswa adalah sentral pelaksanaan pembelajaran, atau dalam artian pembelajaran terfokus pada siswa secara totallitas. Oleh karena itu guru memberi peluang bagi siswa untuk secara alami mengembangkan
diri
hingga
ketingkat
yang
lebih
tinggi.
Kekreatifitasan dan siswa aktif yang sangat diharapkan. Pihak sekolah fokus
pada
intelektual
(intellectual
focus),
dimana
sekolah
memfokuskan diri untuk membantu anak didiknya mengembangkan kebiasaan menggunakan otak intelektualnya secara baik. Disamping itu juga pengajaran dan pembelajaran harus bersifat dipersonalisasikan untuk memaksimumkan potensi anak didik yang telah dimilikinya, sehingga siswa menjadi pembelajar aktif. Peningkatan mutu pendidikan pada siswa SMPN 01 Lasem dengan proses monitoring dari guru. Jadi disini guru tidak hanya bertugas menyampaikan pengajaran tetapi mereka juga dituntut untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang peserta didiknya. Ketika guru mengetahui bahwa siswanya mengalami permasalahan dengan pelajaran maka secepatnya guru mengatasinya dengan melaksanakan jam tambahan seusai pelajaran. Selain itu untuk membangun kesiapan pada siswa dari BK selalu siap untuk mengatasi permasalahan2
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada tanggal 23 Januari 2010
46
permasalahan yang dialami siswa baik berasal dari pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitarnaya. Sehingga siswa diharapkan akan lebih mudah dan nyaman dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan adanya kerjasama yang baik dari seluruh komponen yang ada di sekolah, terutama terkait dengan kebebasan yang diberikan oleh siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kreatifitas yang dimiliki, maka mutu dapat dilihat dari perkembangan jumlah murid dan jumlah kelas dari tahun ke tahun yang semakin bertambah. No
Tahun
Jumlah murid
Jumlah kelas
1
2006/2007
815
21
2
2007/2008
843
22
3
2008/2009
844
24
4
2009/2010
850
24
4) Sarana dan Prasarana Yang dimaksud prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah, dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung sarana dan prasarana yang ada digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. SMPN 01 Lasem sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan digunakan seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir pendidikan yang diharapkan. Dilihat dari berbagai kesiapan-kesiapan yang digunakan oleh SMPN 01 Lasem guna memberikan pelayanan yang terbaik untuk siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar merupakan proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Dari segi manajemen yang sudah tertata dengan baik serta proses belajar
47
mengajar dengan nyaman, sarana yang mendukung dan lingkungan yang dinamis, merupakan proses dalam menghasilkan mutu yang jauh lebih baik.3 b. Pengambilan keputusan. Dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Keputusan ada yang bersifat terstruktur dan ada yang bersifat tidak terstruktur. Keputusan terstruktur dapat diambil manakala informasi, data, dan fakta tersedia secara lengkap untuk memecahkan masalah sesuai prosedur. Sedangkan putusan tidak berstruktur adalah putusan yang diambil manakala data dan informasi tidak tersedia untuk pengambilan keputusan. Setelah perencanaan kebijakan ditetapkan maka tahap selanjutnya adalah
pengambilan
keputusan
mengenai
kebijakan
yang
telah
direncanakan. Setelah disepakati bersama kepala sekolah SMPN 01 Lasem menyerahkan sepenuhnya pada setiap masing-masing guru mata pelajaran. Jadi setelah kebijakan dirumuskan maka setiap guru memiliki wewenang untuk mengatur pembelajaran yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Karena kepala sekolah disini hanya sebagai pengarah dan pengawas terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran memerlukan pengawasan, karena bagaimanapun juga, proses pembelajaran memerlukan pengendalian yang dilakukan dengan tujuan apakah proses pembelajaran serta kualitas peserta didik itu lebih baik (meningkat) atau kualitasnya semakin rendah/menurun. Oleh karena itu diadakanya rapat rutin guna membahas masalah-masalah yang ada selama tahun ajaran dan juga langkah-langkah apa yang hendak dilakukan selanjutnya.
3
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada tanggal 23 Januari 2010
48
Dengan
adanya
pengawasan
maka
akan
terlihat
bahwa
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar/tidak. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan melakukan absensi terhadap guru dan karyawan. Absensi sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, karena jika guru absen, maka akan menghambat materi yang ditargetkan mengingat jumlah jamnya yang hanya 2 jam. Dalam melakukan pengawasan kepala sekolah melibatkan guru senior karena dirasa guru senior memiliki pengalaman yang lebih dalam pembelajaran maka mereka harus mengawasi guru yunior, sedangkan guru senior disini dipantau langsung oleh kepala sekolah. Selain itu, pengawasan juga dilaksanakan dari pihak luar, baik komite sekolah, daerah maupun pusat. Hal ini untuk memberikan masukan bagi peningkatan
mutu
pembelajaran,
karena
pihak
luar
terutama
masyarakatlah yang akan menjadi lingkungan yang nyata dan evaluator bagi para peserta didik. Pengawasan dilakukan guna meningkatkan mutu yang lebih baik dimasa mendatang. c. Kebijakan sekolah. Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan yang bermakna adalah tujuan utama pengajaran. Sebaliknya guru-guru yang efektif menerapkan berbagai strategi secara independen sehingga motivasi menjadi sebuah aspek permanen kelasnya yang kebutuhan psikologis siswa-siswanya terpenuhi bahwa mereka menemukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna serta mereka yakin akan berhasil. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah secara efektif, efisien dan optimal, maka ada beberapa strategi pokok yang harus dilakukan oleh sekolah, diantara Strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengantisipasi keadaan masa depan agar dapat terus meningkatkan mutu serta tetap survive ditengah persaingan dunia pendidikan yang serba ketat, maka SMPN 01 Lasem memberlakukan beberapa kebijakan, diantaranya adalah:
49
1) Bencmarking (patok duga). Menentukan sekolah lain baik negeri maupun swasta yang lebih maju untuk dijadikan standar. Dalam memilih dan menentukan sekolah sebagai standar tidak harus meliputi semua unsur tetapi bisa tiap unsur (iptek, imtak dan ikhtiar). 2) Pengembangan atau peningkatan kualitas SDM terutama guru. Peningkatan kualitas SDM dapat direalisasikan dengan cara sebagai berikut: (a) Mengikutsertakan mereka dalam pelatihan, penataran, lokakarya, seminar, dan sejenisnya yang mengarah kepada penguasaan materi, penguasaan. (1) Alat pembelajaran mutakhir, penguasaan metodologi dan strategi. (2) Pembelajaran, manajemen pengelolaan sekolah dan lain sebagainya. (b) Kajian dan pembinaan setiap pekan, koordinasi rutin pekanan, pemerataan tugas kepanitiaan dan lain-lain. 3) Pengembangan fasilitas belajar yang mutakhir. Melakukan pengadaan dan penyempurnaan alat pembelajaran terbaru dan lebih canggih, sehingga siswa lebih termotivasi dan didekatkan dengan teknologi mutakhir sebagai bentuk kepeloporan penguasaan iptek. 4) Menyediakan sarana kerja dan tugas-tugas mandiri Siswa diberikan sarana kerja untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta dan meningkatkan budaya kinerja. Kantin, toko buku atau perpustakaan dapat dijadikan laboratorium kerja siswa, selain kegiatan pramuka/kepanduan, UPKS dan lain-lain. 5) Kurikulum dan silabus. Perlu mengkaji dan mengembangkan kurikulum dan silabus sesuai dengan kebijakan pemerintah (depertemen pendidikan nasional) disamping itu juga perlu mengembangkan kurikulum dan menyusun
50
silabus pendidikan agama untuk memahamkan siswa terhadap agamanya secara murni dan konsekwen, mengingat banyaknya pelanggaran syari’at, undang-undang dan tata tertib oleh kebanyakan orang pada akhir-akhir ini. 6) Peningkatan manajemen. Manajemen sekolah perlu terus dikembangkan, kepala sekolah perlu dibekali manajemen yang cukup bukan sekedar kemampuan pendidikan. 7) Peningkatan sumber dana. Sekolah lebih difokuskan kepada masalah pendidikan, sedang pendanaan lebih menjadi tugas para staf yang telah dipilih dan dipercaya oleh sekolah. Dengan meningkatnya posisi sekolah maka kebutuhan operasional meningkat. Perlu dikembangkan dialog secara intensif antara orang tua, murid, pemerintah dan donator. 8) Sangat mengutamakan pelayanan prima. Untuk mencapai kualitas lembaga ditengah persaingan yang semakin ketat. Pihak sekolah berupaya memberikan pelayanan yang baik kepada stakeholder, karena dengan pelayanan yang baik maka akan lebih mudah untuk mewujudkan kerjasama dengan masyarakat sekitar. Oleh karena itu apabila ada komplen dari pelanggan pendidikan maka SMPN 01 Lasem secepat mungkin untuk segera menyelesaikannya, langkah ini ditempuh agar kepuasan pelanggan dapat tercapai.4 2. Manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi suatu instansi pendidikan untuk dapat bertahan menghadapi persaingan yang ada. Pemenuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengelola pembelajaran dengan baik agar menghasilkan out put dengan kualitas terbaik, sehingga dapat bersaing dan berpengaruh pada peningkatan 4
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada tanggal 23 Januari 2010
51
kepercayaan konsumen terhadap out put yang dihasilkan selama mengikuti pendidikan di SMPN 01 Lasem. Berikut ini merupakan gambaran pelaksanaan manajemen pembelajaran yang dilakukan di SMPN 01 Lasem. b. Perencanaan (Planning).5 Perencanaan
kegiatan
pembelajaran
adalah
rencana
yang
digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus. Guru SMPN 01 Lasem dituntut untuk membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi: 1) Program semesteran. Program semesteran ini berisi tentang hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester mata pelajaran ini berisikan tentang kompetensi dasar, pokok materi, indikator keberhasilan belajar, pengalaman belajar yang akan dicapai, alokasi waktu dan sistem penilaian sumber, bahan, alat sudah termasuk dalam prota. 2) Program rencana pembelajaran. Program rencana pembelajaran adalah sebuah persiapan yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam setiap mengajar. Setiap pendidik membuat rencana pembelajaran yang isinya sesuai dengan konsep kurikulum yang sudah ada. 3) Kalender pendidikan. Kalender pendidikan di SMPN 01 lasem dibuat oleh pihak sekolah berasal dari hasil musyawarah kerja tim pengembangan kurikulum yang dikoordinir oleh wakasek kurikulum. Dalam menentukan kalender pendidikan ditentukan atas dasar efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar mengajar yang ada disekolah. c. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian
pembelajaran
adalah
pekerjaan
seorang
pendidik untuk mengatur dan mengembangkan sumber-sumber belajar. 5
Hasil Wawancara dengan ibu Endang M, S.pd. selaku Wakasek Kurikulum SMPN 01 Lasem, 20 Januari 2010
52
Sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara yang efektif dan efisien. Dalam kegiatan pengorganisasian pendidik terlibat dalam pembagian tugas khusus yang harus dilakukan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran yang juga akan melibatkan berbagai proses antara pribadi, misal bagaimana memotivasi peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan bahan pelajaran yang baik bagi peserta didik serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efisien serta iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik dalam proses pembelajaran. d. Pelaksanaan (Actuating).6 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik dalam silabus maupun pembelajaran. Ada beberapa langkah yang dilakukan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: 1. Apersepsi. Apersepsi adalah menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman peserta didik/kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik. 2. Pendekatan pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu: pendekatan CTL. Artinya, siswa belajar dengan melibatkan diri secara langsung bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi peserta didik diharapkan memahami, dan melaksanakan materi yang disampaikan (dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari.
6
Hasil wawancara dengan bapak Drs. A. Salam, selaku guru mata pelajaran PAI SMPN 01 Lasem, tanggal 21 Januari 2010
53
3. Metode pembelajaran. Salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran PAI adalah metode yang tepat untuk mentrasfer materi PAI. Oleh karena
itu
penggunaan
metode
pembelajaran
PAI
harus
memperhatikan masing-masing materi pembelajaran, kondisi siswa, serta persediaan sarana dan prasarana. Proses belajar mengajar PAI di SMPN 01 Lasem dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran, adapun metode yang digunakan oleh guru antara lain: a. Metode ceramah, digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran PAI yang disampaikan dengan jalan menerangkan dan menuturkan
secara
penyampaian
lisan
pada
murid
sedangkan
diakhir
materi pelajaran guru dapat memberikan dan
mengambil kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan. b. Metode Tanya jawab, ini digunakan untuk membangkitkan pemikiran siswa baik untuk bertanya maupun menjawab sehingga proses
belajar
mengajar
lebih
dialogis,
tercipta
suasana
menyenangkan, tidak kaku dan membosankan. c. Metode demonstrasi, adalah metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian, memperlihatkan bagaimana melakukan suatu kepada siswa, seperti materi sholat fardhu, menyelenggarakan sholat jenazah dan lain-lain. d. Metode diskusi, merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektifitas dan emosionalitas
yang
akan
menghargai
bobot
pikir
dan
perkembangan akal semestinya. Dalam pelaksanaannya, metode-metode diatas sangat membantu dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga proses
54
belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, dan bahwa dengan metode-metode tersebut materi tidak sulit untuk dipahami. 4. Media pembelajaran PAI. Disamping penentuan metode pembelajaran untuk menunjang percepatan belajar harus memperhatikan media pembelajarannya. Media yang digunakan di SMPN 01 Lasem sesuai dengan materi yang diajarkan, kreatifitas pendidik dalam menggunakan media sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Adapun media yang digunakan seperti gedung, perpus, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga dan sebagainya. Selain itu pendidik juga dituntut untuk menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan pembelajaran. e. Evaluasi (Evaluating) Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran yang terpenting adalah penilaian (evaluasi). Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa evaluasi hasil belajar. SMPN 01 Lasem melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar dengan menggunakan penilaian berbasis kelas yang memuat ranah kognitif, ranah psikomotorik dan efektif. Dalam hal ini bentuk penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Penilaian proses. Penilaian proses dilakukan terhadap partisipasi peserta didik baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Standar yang digunakan dalam penilaian proses dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, sopan santun terhadap guru dan peserta lainnya, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegiatan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Adapun SMPN 01 Lasem dalam menentukan ketuntasan minimal memberikan penilaian tiga ranah yaitu: a. Ranah kognitif, penilaian kognitif dilakukan dengan adanya tes tertulis, ulangan harian terprogram minimal 3 kali dalam satu
55
semester, apabila dalam ulangan harian terprogram belum mencapai ketuntasan, maka diadakan proses remidisasi. b. Ranah psikomotorik, ranah psikomotorik dapat dinilai sesuai materi dan metode yang digunakan. Misal metode diskusi maka aspek yang dinilai pada perhatian terhadap pelajaran, ketepatan memberikan contoh, kemampuan mengemukakan pendapat, dan untuk tanya jawab serta bentuk performance dan hasil karya keseharian misalnya menghafal dan menulis ayat alqur’an dan sebagainya. c. Ranah afektif, kriteria yang dinilai diantaranya: kehadiran, kesopanan, kerajinan, kedisiplinan, keramahan, ketepatan dalam mengumpulkan tugas, partisipasi dalam belajar, perhatian dalam pelajaran. 2. Penilaian hasil. Dalam pelaksanaan penilaian hasil dilakukan pada tengah semester dan akhir semester. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Dalam penilaian hasil ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu: Pertanyaan lisan didalam kelas, ulangan harian terprogram yang dilakukan secara periodik, tugas individu, Tugas kelompok, ulangan semesteran, dan ujian praktik.7 f. Motivasi (Motivating). Motivasi adalah pemberian inspirasi, semangat dan dorongan agar melakukan kegiatan secara suka rela. Motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan proses belajar siswa. Dengan adanya motivasi diharapkan dapat mendorong guru dan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Disini kepala sekolah memberikan motivasi penuh kepada sekolah memberikan 7
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada tanggal 22 januari 2010
56
motivasi kepada guru maupun siswa agar dapat menunjang penghasilan pelaksanaan pembelajaran. Untuk menarik dan memotivasi guru dan siswa agar semangat dalam kegiatan belajar mengajar maka kepala sekolah memberikan penghargaan ketika ada guru maupun siswa yang berprestasi atau bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu untuk memotivasi siswa kepala sekolah bersama guru disini membuat buku penghubung antara guru kelas dan orang tua siswa. Fungsi buku penghubung ini untuk memberitahu tentang prestasi siswa sekolah, diharapkan siswa mendapat motivasi keluarga. Dengan adanya buku penghubung tersebut maka kerjasama antar orang tua terjalin dengan baik. g. Fasilitas (Fasilitating). Fasilitas pendidikan adalah semua hal yang dibutuhkan oleh sekolah dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah yang ada, untuk memacu
dan
mempersiapkan
serta
mengupayakan
terwujudnya
manajemen pembelajaran yang baik pada suatu lembaga pendidikan maka hal penting yang harus diperhatikan yaitu fasilitas pendidikan. Fasilitas berperan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang ada pada SMPN 01 Lasem. Fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dapat pelaksanakan pembelajaran bisa dikatakan telah memenuhi syarat, dimana terdapat media visual, audio visual, visual, dan sarana-sarana lain yang mendukung
pembelajaran.
Sehingga
proses
pembelajaran
dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai. h. Pemberdayaan (Empowering). Pemberdayaan adalah proses memberdayakan orang-orang dalam suatu lembaga untuk menjadikan lembaga tersebut lebih maju. Di SMPN 01
Lasem
untuk
meningkatkan
kualitas
guru
dalam
kegiatan
pembelajaran, maka kepala sekolah memberdayakan guru-guru untuk mengikuti program-program seperti diadakannya MGMP bagi semua
57
guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri. Menurut kepala sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masingmasing guru mata pelajaran. Selain kegiatan tersebut juga ada kegiatan sosialisasi KTSP, pelatihan computer, internet dan bahasa inggris, serta seminar dan pelatihan/worksop pendidikan seperti peningkatan kreatifitas belajar mengajar seperti PAIKEM yang merupakan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan guru dalam membuat metodologi dalam mengajar. Peningkatan mutu pembelajaran sudah menjadi keharusan dan menjadi konsep yang paling manjur untuk menjawab tantangan global yang ada. Setelah melihat mengenai gambaran pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMPN 01 Lasem, kita dapat mengetahui hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Kaitannya dengan mutu pembelajaran hal yang harus diperhatikan yaitu, penilaian efektifitas sekolah tentang multi segi yaitu: input (masukan), out put (proses), out come (keluaran). a. Out put Out put yang diharapkan, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Out put dapat berupa prestasi akademik yang dihasilkan siswa seperti lomba pidato, qiroah, juga prestasi non akademik, misalnya kejujuran, toleransi sesama teman, kasih sayang yang tinggi, kepatuhan, kesopanan. Prestasi yang pernah dicapai oleh SMPN 01 Lasem dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan yang cukup menggembirakan, SMPN 01 Lasem mengikuti lomba-lomba baik dari tingkat kabupaten, karisidenan, sampai tingkat propinsi. Diantara prestasi-prestasi yang pernah diraih dalam dapat dilihat sebagai berikut:
58
Lampiran III : Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010
No 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Jenis kegiatan Tahun 2009/2010 Lomba Pidato keagamaan Lomba MTQ Tilawah
Nama Siswa Dyah Layli F. Laila Rosidah
Fahrur Rosi Izatun Munawaroh MTQ / Tartil Laili Nur Rosidah Lomba kaligrafi pi Betari AM Lomba kaligrafi pa Ahmad Wildan Lomba Tartil STQ dan MTQ
Izzatul Munawaroh Ahmad Fahrur Rosi Zaki Aslahul Khitam
Penyelenggara
Tingkat
Hasil
Pan. Kartini Book fair Rembang -"-
Kabupaten
Juara II
-"-
Juara II
-"-"-
-"-"-
Juara I Juara III
Dinas Pendidikan Kab. Rembang -"-"-
-"-
Juara III
Panitia LPTQ Kec. Lasem -"-"-
-"-"-
Juara I Juara Hrp III Kabupaten Juara I -"-
Juara I
-"-
Juara III
Ini membuktikan bahwa out put yang dihasilkan SMPN 01 Lasem sudang sangat baik dan menentukan eksistensi dan kualitas sekolah yang patut dipertahankan.8 b. Proses. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses yang sangat tinggi. Proses merupakan tahap yang berlangsung selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam sekolah dan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam visi, misi, serta tujuan sekolah maka memerlukan proses yang perlu diperhatikan agar segala kegiatan yang ada didalam sekolah dapat berjalan kondusif. SMPN 01 Lasem yang dikatakan sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional dan unggulan memiliki karakteristik pembelajaran sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi. 8
Hasil wawancara dengan petugas kesiswaan oleh ibu Rina Yulianti, pada tanggal 22 januari 2010
59
2. Metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. 3. Lingkungan kelas yang kondusif, aman dan menyenangkan. 4. Melaksanakan
kurikulum
pembelajaran
yang
mampu
meningkatkan proses KBM menjadi berkualitas dan menyenangkan 5. Guru,yang mempunyai professional dan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran. 6. Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar. Dengan adanya pembelajaran yang bermutu, SMPN 01 Lasem dapat memberikan kepuasan pada para pelanggannya, langkah ini ditempuh agar kepuasan pelanggan dapat tercapai. c. Input pendidikan. Input pendidikan sangat penting sebagai salah satu faktor peningkatan mutu pendidikan SMPN 01 Lasem. Karakteristik tersebut menunjang keberhasilan pendidikan yang ada di SMPN 01 Lasem. Selain itu, dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran PAI antara lain menciptakan tata tertib sekolah dalam rangka meningkatkan akhlak peserta didik. Mutu pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, sisi proses dan sisikeluarannya, dilihat dari proses pendidikan dikatakan bermutu jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, yaitu kesesuaian antara hasil dan tujuan. Diantaranya dapat dilihat dari: 1. Dengan adanya jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa untuk membaca Al-qur’an, sedikit banyak siswa dapat membaca jus amma dengan baik dan benar setelah lulus dari SMPN 01 Lasem. 2. Dengan pelaksanaan ibadah zakat dan qurban yang ada di sekolah. Menjadikan siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat dan qurban serta agar siswa peka terhadap lingkungan sekeliling/rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama yang membutuhkan. 3. Siswa menjadi terbiasa megucapkan salam dan bersalaman antar sesama teman, dengan kepala sekolah, dan peserta didik serta
60
karyawan sekolah apabila bertemu pada pagi hari/mau berpisah pada siang hari. 4. Siswa menjadi terbiasa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran di pagi hari dan ketiga berpisah pada siang hari. 5. Dengan memaksimalkan musholla sekolah, siswa menjadi terbiasa untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat zuhur berjama’ah untuk melatih kedisiplinan beribadah dan jiwa kebersamaan. 6. Dengan adanya kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh sekolah, seperti peringatan hari-hari besar Islam, pesantren kilat yang dilaksanakan pada minggu pagi dan semacamnya. Maka siswa lebih mengerti dan mendalami pendidikan islam dengan baik. 7. Dengan mendapatkan pelajaran PAI siswa dapat mengamalkan apa yang telah diperoleh dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti kewajiban untuk menciptakan suasana aman, bersih, indah, tertib, kekeluargaan, dan rindang di lingkungan sekolah dan sekitarnya. 8. Adanya kesadaran dari diri siswa untuk menghindari rasa dan sikap permusuhan, perselisihan dan pertengkaran antara sesama serta mengembangkan sifat disiplin. 9. Dengan mendapatkan pelajaran PAI di sekolah siswa menjadi lebih sopan santun terhadap guru, orang tua. Serta para siswa mempunyai ahklak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan. Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik peserta didik selain itu juga ditentukan oleh peran dan kemampuan kepala sekolah, guru, karyawan serta stakeholder sekolah dalam upaya memenej sekolah untuk mengantarkan peserta didik menuju tujuan yang diharapkan.
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 01 LASEM
Data yang telah tersusun dari bab III tentang kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01 Lasem, untuk selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk memperoleh penjelasan mengenai objek yang akan diteliti. Dalam analisis ini akan dikemukakan mengenai kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01 Lasem. A. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 01 Lasem, baik mengenai
peningkatan
kurikulum,
peningkatan
profesionalisme
guru,
pemenuhan kebutuhan, sarana dan prasarana serta pemberdayaan pendidikan, telah, sedang dan akan dilaksanakan secara terus menerus. SMPN 01 Lasem harus mengembangkan visi yang menurut peneliti perlu mendapat perhatian yaitu: pertama, populis yakni sekolah yang selalu dicintai oleh masyarakat karena sekolah tumbuh di masyarakat dan berkembang oleh masyarakat. Kedua, pembentukan pribadi siswa yang baik, yaitu sekolah yang mampu menciptakan bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berahlak mulia. ketiga, berkualitas yaitu sekolah yang mampu mencetak anak-anak bangsa yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup dan sanggup menghadapi tantangan serta perubahan zaman. Terkait dengan kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, ada beberapa hal yang dilaksanakan diantaranya yaitu: 1. Perlibatan semua komponen yaitu: guru, karyawan, serta kepala sekolah dalam mencapai keuntungan yang kompetitif mereka semua harus diberdayakan untuk meningkatkan kualitas lulusan secara bersama-sama
61
62
untuk memecahkan masalah. Meningkatkan proses pendidikan dan memuaskan pelanggan. Kepala sekolah SMPN 01 Lasem harus memimpin sekolah dengan contoh-contoh yang relevan. Misal penggunaan alat-alat , bahasa,
data
dan
merekomendasikan
konsep
manajemen
mutu
pembelajaran. Peran kepala sekolah sebagai penasehat, infrastruktur, dan pemimpin tidak boleh diabaikan. Artinya, ia harus memahami dan memanaj secara terus menerus untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan yang diharapkan. Pemimpin merupakan penentu keberhasilan organisasi dalam mewujudkan tujuan dapat dijadikan teladan serta mampu memberikan inspirasi pada seluruh komponen SMPN 01 Lasem. Dari hal inilah perlunya seorang pemimpin yang bisa membawa SMPN 01 Lasem untuk lebih maju mengedepankan pada mutu dan kualitas out put-nya sehingga mampu bertahan ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan pada saat ini. 2. Peningkatan kualitas guru. Ada beberapa penunjang untuk peningkatan kualitas guru dan karyawan SMPN 01 Lasem antara lain: a. Pelatihan MGMP untuk meningkatkan kualitas mengajar guru. b. Training manajemen dan kepemimpinan tenaga pendidik. c. Workshop peningkatan kualitas mengajar. d. Mengadakan diskusi rutin dewan guru setiap satu bulan sekali. e. Mendorong guru untuk melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi bagi yang belum(SI). Beberapa kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dan karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan pendidikan yaitu: masyarakat dengan mengadakan perbaikan internal maka diharapkan semua pelanggan merasa puas dengan hasil yang diperolehnya. Sehingga percaya terhadap civitas SMPN 01 Lasem tetap terjaga karena kualitas yang dihasilkan oleh SMPN 01 Lasem.
63
3. Kurikulum Kurikulum dapat dimaknai sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum merupakan alat penting dalam proses pendidikan. Dan di SMPN 01 Lasem menetapkan hidden curriculum sebagai penunjang kurikulum PAI. Diantaranya yaitu: a. Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit untuk membaca AlQur’an memulai pelajaran PAI. b. Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan kegiatan keagamaan seperti shalat dhuha, shalat jama’ah zuhur bersama c. Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah. d. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan qiro’ah yang dilakukan diluar jam pelajaran. e. Pembiasaan bersalaman apabila bertemu dengan teman, guru, dan karyawan sebelum dan sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar kelas. Desain kurikulum yang diterapkan di SMPN 01 Lasem inilah yang menjadi ciri khusus dan menjadikan SMPN 01 Lasem mampu bersaing ditengah-tengah persaingan pada saat ini. Tidak ada kurikulum yang dikatakan paling tepat dan bagus yang sesuai, karena kurikulum itu sendiri harus menyesuaikan pada perubahan dan perkembangan serta tuntutan masyarakat. Selain faktor-faktor penunjang yang telah memadai, demi tercapainya
kualitas
pendidikan
SMPN
01
Lasem
juga
harus
mempersiapkan diri terhadap perubahan-perubahan yang sewaktu-waktu mengalami pergeseran. 4. Sarana dan prasarana. SMPN 01 Lasem sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan digunakan seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir pendidikan yang diharapkan. SMPN 01 Lasem juga memberikan pelayanan yang terbaik untuk siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar merupakan proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Fasilitas yang dipakai maupun tenaga pendidikan yang dimiliki SMPN 01 Lasem
64
diharapkan mampu mencetak out put yang berkualitas baik dibidang Islam maupun sains dan memberikan kepuasan pada pelanggan pendidikan. Sedangkan dalam meningkatkan mutu sekolah, kebijakan yang diberlakukan oleh kepala sekolah dalam rangka untuk mengantisipasi masa depan agar mampu bersaing dan bertahan dalam menghadapi persaingan dunia pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan terus menerus, tujuan dan fokus SMPN 01 Lasem adalah peningkatan mutu secara terus menerus baik dari segi pelayanan, pengelolaan, kegiatan belajar mengajar, maka langkah dan kebijakan yang diambil harus berorientasi pada peningkatan mutu dan daya saing pada sekolah lainnya. 2. Komunikasi yang baik dari segala aspek dan melakukan kerjasama dengan siapa saja. Sistem komunikasi yang baik diharapkan mampu menampung semua aspirasi dari semua pihak, baik dari wali murid, dewan guru, karyawan, masyarakat serta anak didik. Kalau sistem ini bisa dioptimalisasi maka manajemen sekolah bisa dijalankan dengan baik karena semua ide dan aspirasi mereka bisa diakomodir dan dilaksanakan secar bersama-sama. 3. Perkembangan di SMPN 01 Lasem dibilang berbeda dengan lembaga pendidikan lain, hal ini bisa dilihat dari aktifitas guru dan karyawan yang ada dilembaga tersebut. Setiap guru selalu melakukan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik, agar penjiwaaan materi yang disampaikan lebih efektif agar siswa tidak jenuh dan bosan. Guru selalu mendampingi siswa dalam belajar hal ini bertujuan agar anak dapat dikondisikan dan mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga proses KBM lebih optimal. 4. Fasilitator pendukung kelancaran manajemen mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem. a) Sumber daya manusia yang berkualitas dan professional, sangat mendukung pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran.
65
b) Adanya kemauan dan kesediaan peserta didik untuk belajar dan berminat terhadap pengembangan serta peningkatan kualitas keagamaan. c) Dukungan
dan
komitmen
yang
tinggi
dalam
pelaksanaan
manajemen pembelajaran di SMPN 01 Lasem. Hal itu terlihat dengan adanya usaha sekolah untuk berusaha menciptakan suasana sekolah yang kondusif dan islami yang tertuang dari visi, misi. d) Adanya dukungan, bantuan, masukan dari komite terhadap proses pembelajaran. 5. Adanya tanggung jawab (accountability) Sekolah dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan komitmen terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan arang tua/masyarakat.
B. Analisis pelaksanaan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh SMPN 01 Lasem dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran, manajemen mutu pembelajaran ini terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi. 1. Perencanaan pembelajaran. Perencanaan ini berkaitan dengan kegiatan yang hendak dicapai pada masa depan. Dalam kegiatan perencanaan mengatur berbagai sumber daya, agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Disini pendidik harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan materi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik dan perkembangan lingkungan sekitar. Proses pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan cara merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus, program semesteran, program tahunan, program rencana pembelajaran, dan kalender pendidikan. Dalam melakukan perencanaan pembelajaran ini pendidik senantiasa
memberikan
yang
terbaik
bagi
pesertta
didik
untuk
66
meningkatkan mutu yang ada di sekolah agar out put yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas. SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan telah melaksanakan perencanaan dengan baik dalam manajemennya, terutama pada bidang pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tersebut telah dikatakan baik melihat indikaror-indikatornya yaitu: pada tiap awal tahun pelajaran baru pihak SMPN 01 Lasem mengadakan rapat rutin guna mengevaluasi seluruh bentuk kegiatan selama setahun yang telah dilakukan, serta membahas program-program untuk tahun yang akan datang. 2. Pengorganisasian pembelajaran. Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik di SMPN 01 Lasem harus mampu memotifasi peserta didik serta menciptakan suasana kelas yang kondusif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran hubungan antara pendidik dan peserta didik dapat berjalan baik, hal ini disebabkan karena pendidik di SMPN 01 Lasem mampu memerankan dirinya sebagai : a. Fasilitataor, pendidik memfasilitasi setiap kebutuhan siswa, khususnya yang berhubungan dengan proses pembelajaran. b. Manajer,
pendidik
disini
berposisi
sebagai
pengelola
proses
pembelajaran sehingga arah dan tujuan dapat dicapai. c. Motivator, pendidik adalah orang yang memberikan pelajaran kepada peserta didik, untuk itu pendidik harus memberikan motivasi kepada siswa untuk meraih masa depan yang lebih baik. d. Evaluator, proses pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pengetahuan, penguasaan materi yang telah diajarkan dan mengubah sikap peserta didik agar menjadi lebih baik. Penguasaan materi pembelajaran diukur dengan evaluasi. Dengan kegiatan pengorganisasian yang dilakukan di SMPN 01 Lasem tersebut, menurut peneliti sudah sesuai dengan kerangka teori. Kegiatan proses pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem terlihat lancar dan suasana yang kondusif. Pengorganisasian pengajaran di SMPN 01
67
Lasem juga telah dilakukan dengan baik hal ini terbukti dengan adanya antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran karena didukung oleh kelas yang efektif, menarik, nyaman, bersih dan menyenangkan bagi perkembangan potensi peserta didik sehingga memotivasi mereka untuk lebih giat belajar. 3. Pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: a. Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai pelajaran. b. Pembelajaran dilakukan dengan suasana
yang kondusif sehingga
hubungan antara pendidik dan peserta didik saling menghargai. c. Pendekatan dilakukan dengan pendekatan multistategi dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai serta pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. d. Pembelajaran
yang
dilakukan
memungkinkan
peserta
didik
mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, sesuai dengan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran di SMPN 01 Lasem metode yang digunakan sangat variatif yakni, metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan diskusi. Metode-metode ini sangat membantu dalam menyampaikan materi kepada peserta didik sehingga mereka lebih mudah dalam mencerna pelajaran yang telah disampaikan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Hal itu ditujukan dari prestasi yang diraih oleh siswa baik bidang akademik maupun non akademik. Sudah sepatutnya SMPN 01 Lasem berupaya untuk lebih baik serta mempertahankan apa yang telah dimiliki agar dapat bersaing dengan lembaga lain. 4. Evaluasi pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil dilihat dengan adanya evaluasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip kontinuitas, yaitu pendidik secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,
68
perkembangan, dan perubahan peserta didik. Dari hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki program pembelajaran, meningkatkan tingkat penguasaan peserta didik dan memantau keberhasilan pembelajaran yang telah diterapkan. Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMPN 01 Lasem, masyarakat sekitar diberi informasi tentang bagaimana hasil yang telah dicapai oleh siswa yang belajar di SMPN 01 Lasem, hal tersebut sebagai bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Hal ini telah dilakukan dengan baik yakni dengan melaksanakan penilaian terhadap kinerja peserta didik. Adapun penilaian tersebut meliputi penilaian hasil dan penilaian proses yang terdiri dari tiga ranah yaitu: kognitif, psikomotorik dan efektif. 5. Motivasi pembelajaran. Prestasi yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan tanpa adanya sebuah motivasi dan dorongan dari semua pihak baik kepala sekolah, guru, maupun karyawan. Dalam kegiatan belajar mengajar kepala sekolah selalu memotivasi guru sehingga keseluruhan daya penggerak didalam diri guru yang menimbulkan kegiatan pembelajaran yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dan dapat memperoleh hasil yang optimal. 6. Fasilitas pembelajaran. Sejauh ini fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dilihat oleh peneliti bisa dikatakan telah memenuhi syarat dimana disetiap ruang kelas sudah dilengkapi dengan LCD, TV. Selain itu juga terdapat laboratorium IPA, bahasa, laboratorium computer yang dapat digunakan untuk internet dan juga area hot spot yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, serta perpustakaan yang bisa dimanfaatkan siswa sebagai tempat untuk memperoleh dan menambah pengetahuan. Dari penelitian yang yang penulis lakukan fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem sudah dimanfaatkan secara optimal. Dengan didukung fasilitas yang lengkap maka proses belajar mengajar diharapkan dapat
69
berjalan dengan efektif dan efisien. SMPN 01 Lasem diharapkan dapat terus mengembangkan fasilitas agar kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi dan mereka merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan. 7. Pemberdayaan. Kepala sekolah SMPN 01 lasem sudah melakukan pemberdayaan terhadap guru maupun karyawan, yang disini bisa dilihat dari peran kepala sekolah agar setiap guru melakukan pelatihan/worksop terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran seperti MGMP, sosialisasi KTSP, pelatihan computer serta peningkatan kreatifitas mengajar. Dengan adanya guru dan pegawai yang professional maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, efisien dan terarah. Menurut peneliti guru-guru yang ada di SMPN 01 Lasem masih muda dan mempunyai pemikiran demokratis dan maju. Dengan kualitas yang dimiliki oleh setiap guru maka akan mempengaruhi juga terhadap kualitas proses pembelajaran yang berlangsung serta mampu membawa sekolah ketingkat mutu yang lebih baik. Dari gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMPN 01 Lasem kita dapat melihat mutu yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut. Mutu dapat dilihat dari “masukan” yang meliputi: siswa, tenaga pengajar, administrator, dana, sarana dan prasarana, kurikulum, buku-buku perpustakaan, laborat dan alat pembelajaran, “proses” meliputi: pengelolaan lembaga, program studi, kegiatan belajar mengajar, interaksi akademik. Sedangkan “hasil” meliputi: lulusan, perilaku/ahklak, hasil-hasil, kinerja lainnya. a. Input pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang bermutu maka proses belajar mengajar akan terlaksana dengan lancar. Dengan adanya guru yang professional diharapkan mampu memberikan pengetahuan, materi kepada peserta didik lebih mantap, dan peserta didik mendapat pelajaran dari guru yang berkompeten. Guru, kepala sekolah, karyawan merupakan sumber daya yang termasuk dalam input pendidikan. Jika input baik,
70
maka mutu pembelajaran akan baik. Semua input pendidikan itu akan menjadikan mutu sekolah baik atau mutu tidak baik tergantung dari proses pembelajaran di lingkungan sekolah berlangsung. b. Proses pembelajaran. Apabila penyelenggara pembelajaran mempunyai kinerja yang baik, maka akan tercipta iklim sekolah yang kondusif. Di SMPN 01 Lasem diharapkan mempunyai lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku, dan segala peraturan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya iklim sekolah yang kondusif, tentunya akan berdampak pada suasana belajar yang nyaman. Mutu sekolah tidak dapat dilihat dari keluarannya saja tetapi juga dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Out put pembelajaran Dilihat dari segi kualitas keluarannya, SMPN 01 Lasem mempunyai kualitas yang baik, baik dalam iptek maupun imtaq. Mengacu pada kualitas yang dihasilkan tersebut, tentunya tidak terlepas dari fungsi perencanaan yang telah dilakukan. Kegiatan yang direncanakan setiap kurun waktu tertentu (apakah akhir semester, akhir tahun, 2 tahun/ 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai/hasil pembelajaran berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan harian, ulangan umum, UN), tersebut tidak dapat dicapai tanpa sumber yang mendukung, yaitu sumber daya. Menurut peneliti SMPN 01 Lasem telah mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam lembaga pendidikan yang nantinya dapat merealisasikan tujuan pembelajaran, kompetensi dan professional guru merupakan faktor pendorong tercapainya kualitas anak didik.
71
Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik maupun non akademik yang telah dihasilkan oleh peserta didik, sekolah disini berkuwajiban untuk mengantarkan peserta didik menuju tujuan yang diharapkan. Dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran kepala sekolah mempunyai keinginan selain siswanya mempunyai kemampuan yang lebih dibidang akademis, mereka juga memiliki moral yang baik. Untuk itu diperlukan kerjasama seluruh komponen yang ada disekolah yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan untuk bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan apa yang telah direncanakan. Disini kepala sekolah menghimbau kepada guru PAI untuk dapat menanamkan nilai-nilai islam kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari diskripsi hasil penelitian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, dari penelitian di lapangan penulis dapat memberikan gambaran bahwasannya dalam mencapai peningkatan mutu pembelajaran khususnya PAI peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sudah berhasil dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam membuat kebijakan kepala sekolah sudah mengacu pada komponen-komponen dalam merumuskan kebijakan, komponen-komponen tersebut adalah: a. Perencanaan/perumusan masalah kebijakan, yaitu: kebijakan yang diambil atas beberapa pertimbangan baik pertimbangan tujuan, strategi maupun kepentingan lingkungan eksternal. b. Peramalan (forecasting), yaitu membuat informasi yang faktual tentang situasi social masa depan atas dasar informasi yang telah ada. c. Evaluasi, tahap akhir dalam pembuatan kebijakan adalah evaluasi. Dalam evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang dihasilkan. 2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem telah dilaksanakan secara optimal, hal tersebut terbukti dengan adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini dapat berjalan dengan baik serta menghasilkan lulusan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran PAI, ada beberapa komponen yang dapat mempengaruhi pembelajaran, komponen-komponen tersebut adalah: 1) orientasi pembelajaran, 2) proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran pendidik harus mengetahui metode apa yang tepat digunakan
72
73
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 3) kurikulum, 4) kerja pembelajaran, 5) peran pendidik, 6) penilaian, 7) pengelolaan siswa dengan pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered approach), 8) pengelolaan kelas yang kondusif. Manajemen pembelajaran dalam usaha meningkatkan mutu harus mengelola komponen yang ada dengan sebaik-baiknya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari input, proses, dan out put yang dihasilkan dari sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah menunjukkan peningkatan mutu, hal ini tercermin dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, dimana sebelum dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan selalu diawali dan diakhiri dengan membaca do’a secara bersama-sama. Suasana kelas yang kondusif membuat peserta didik nyaman untuk menerima pelajaran. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan tentang keagamaan di sekolah juga dilaksanakan peringatan hari-hari besar islam, pesantren kilat, amaliah ramadhan, pelaksanaan qurban pada hari raya idul adha, dan sebagainya. Hal-hal istimewa inilah yang menjadi cirri khas pembelajaran di SMPN 01 Lasem, yang ini dimaksudkan untuk membentuk generasi muda yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibekali dengan wawasan keagamaan.
B. Saran. 1. Bagi pembaca yang memetik hikmah dari karya tulis ini, diharapkan untuk lebih memahami dan peduli terhadap pembelajaran serta peningkatan kualitas atau mutu sekolah. 2. Penelitian ini merupakan barometer kecil dari apa yang menjadi konsep besar mutu pembelajaran dalam dunia pendidikan yang bisa dijadikan sebagai langkah alternative menuju peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan bisa memberikan kepuasan pada pelanggan.
74
3. Bagi tenaga edukatif/dewan guru diharapkan memiliki orientasi untuk memenuhi standar kualifikasi akademis sebagaimana yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mengingat guru memiliki posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun suatu bangsa. 4. Perlu adanya dukungan dari sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan manajemen mutu pembelajaran agar out put yang dihasilkan berkualitas.
C. Penutup Akhirnya, puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mengaruniakan Taufiq, Hidayah dan pertolongan–Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kebijakan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI studi di SMPN 01 Lasem” shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang juru selamat yang selalu dinantikan akan syafa’at oleh seluruh umat manusia kelak dihari kiamat. Penulis menyadari, sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, namun masih terdapat kekurangan disana-sini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang budiman guna perbaikan selanjutnya. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat menambah khazanak keilmuan dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah” http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutupembelajaran-di-sekolah/, 3 Januari 2010 Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Bush, Tony dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In Education Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj. Fahrurrozi, Yogyakarta: IRCISOD, 2006. Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2000. Dunn, William N., Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public, Yogyakarta: Gajah Mada, 1999. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi Dann Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998, cet.I. Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE,1995. Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutb alIlmiyah, 1992, juz I. Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2005. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet.4. Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam , Malang: Lintas Pustaka, 2007. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Nasution, S., Kurikulum Dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Jogjakarta: Teras, 2007. Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo, 2003. Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, cet.3. Purwanto, Ngalim, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet.3. Rianto, Yatim, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, Surabaya: SIC, 1996. Shaleh, Abdul Ranchman, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, Dan Aksi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Sirozi, M., Politik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Offset, 1989. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. ALVABETA, 2008, Cet.4.
Suherli, “Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan” http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalampendidikan.html, 29 Januari 2010 Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”, http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsepdan-kebijakan-pendidikan33.php, 29 Januari 2010 Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik, Bandung: Tarsito, 2004, edisi VII. Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan Nasional, Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik , Bandung: Widya Aksara Press, 2009. Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994. Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. _________, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, Jakarta: Grafindo, 2002. Tholhah, Imam dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Tradisi Integrasi Keilmuan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS), Jogjakarta: Media Wacana, 2003. Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Dan
Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2009.