KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM UPAYA PROTEKSI BISNIS PERUMAHSAKITAN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN dr. TRI HESTY WIDYASTOETI, Sp.M, MPH Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan
Jakarta, 14 Januari 2016
OUTLINE
• Tantangan Pelayanan Kesehatan dan Globalisasi • Arah Kebijakan Pemerintah terkait MEA • Upaya Kebijakan Proteksi Kementerian Kesehatan
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN DAN GLOBALISASI
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN Pencapaian MDGs dan SDG’s
Implementasi JKN
• ↙ angka kematian • ↙ angka kemiskinan • ↙ angka kesakitan
Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya
• ↗ akses pelayanan • Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat Indikator
Tahun 2015
Target 2019
0
10
5600
10
19
481
Tahun 2014
Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
DAMPAK GLOBALISASI PADA KESEHATAN NASIONAL Keterbukaan Ekonomi
Barang, jasa, modal, SDM, Ide, Informasi
Arus lintas batas
Kelembagaan dan Regulasi internasional
Sektor Kesehatan dan Perekonomian Nasional
Faktor Risiko Kesehatan
Ekonomi Rumah Tangga Kesehatan Penduduk
DIOLAH dari: Richard Smith, London School of Hygiene and Tropical Medicine https://www.economicsnetwork.ac.uk/health/Lecture18_globalization.ppt
Globalisasi PERAN RUMAH SAKIT
Pelayanan Kesehatan
Nasional
GLOBALISASI PELAYANAN KESEHATAN MENUNTUT KEMANDIRIAN PELAYANAN KESEHATAN. SIAPKAH RUMAH SAKIT? 4 Mode globalisasi pelayanan kesehatan
(based on GATT/WTO):
Cross border delivery (e-health) layanan jarak jauh Consumption abroad (movt. of patients/health tourism) pasien ke LN Commercial presence (FDI hospitals) investasi asing pada faskes, Alkes LN Movement of personnel (doctors abroad) Keterbukaan tenaga kesehatan
DIOLAH dari: Richard Smith, London School of Hygiene and Tropical Medicine https://www.economicsnetwork.ac.uk/health/Lecture18_globalization.ppt
MODE GLOBALISASI 1 CROSS BORDER DELIVERY OF SERVICES Pengiriman sampel lab, diagnosis dan konsultasi klinik jarak jauh (via surat/email/dll) Penerapan E-health/ Telemedicine Kelebihan: Mendorong pelayanan ke daerah minim akses Mengatasi hambatan manusia dan biaya
Resiko: Infrastruktur telekomunikasi, modal tinggi.
MODE GLOBALISASI 2: CONSUMPTION ABROAD Pergerakan pasien secara lintas batas menuju negara yang menyediakan jasa diagnosis/pengobatan. Pergerakan tenaga kesehatan profesional secara lintas batas untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan Kelebihan Meningkatkan devisa (bagi negara penerima) Mengatasi kekurangan SDM dan memberi pelayanan yang lebih terjangkau (bagi negara pengirim) Resiko Hilangnya devisa (negara pengirim) Hilangnya kepercayaan pada sistem kes publik (negara pengirim) Menciptakan struktur pasar berganda (bagi negara penerima) Mengganggu pelayanan kesehatan lokal (bagi negara penerima)
MODE GLOBALISASI 3: COMMERCIAL PRESENCE Pendirian RS, Klinik,dll melalui investasi asing langsung akuisisi, merger, kerjasama. Asing terlibat dalam manajemen faskes, jasa pendidikan medik/paramedik, IT, dll Kelebihan Transfer teknologi/ilmu, mengurangi beban infrastruktur publik, menciptakan lap. kerja, meningkatkan standar
Resiko
Perhatian pada pasien menengah ke bawah. Dominasi fungsi publik bergeser ke privat
MODE GLOBALISASI 4: MOVEMENT OF HEALTH PROFESSIONALS Dapat mencakup dokter, perawat, bidan, paramedis, konsultan, manajemen. Faktor yang mempengaruhi: perbedaan upah, kondisi kerja, standar hidup, kualifikasi, kebutuhan negara yang berbeda. Kesempatan Mengatasi kekurangan pelayanan kesehatan lokal, meningkatkan akses dan standar.
Resiko Kehilangan tenaga kesehatan terampil (bagi negara asal) Kemampuan daya saing tenaga kesehatan lokal
ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT MEA
LANDASAN HUKUM TERKAIT
UU 29/2004 tentang Praktik Kedokteran UU 36/2009 tentang Kesehatan UU 44/2009 tentang RS UU 23/2014 tentang Pemda (Lampiran kewenangan izin RS dan TK) UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan Peraturan Presiden 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha yg Tertutup dan Bidang Usaha yg Terbuka dgn Persyaratan di Bidang Penanaman Modal Permenkes 12 / 2012 tentang Akreditasi RS Permenkes 67/2013 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing Permenkes 2052/2013 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran Permenkes 56 / 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS
IMPLEMENTASI UU PEMDA: PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG UPAYA KESEHATAN Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
yang
Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. PEMERINTAH PUSAT
PEMDA PROVINSI
PEMDA KABUPATEN/KOTA
Penerbitan izin rumah sakit kelas A dan fasilitas pelayanan kesehatan penanaman modal asing (PMA) serta fasilitas pelayanan kesehatan tingkat nasional.
Penerbitan izin rumah sakit kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah provinsi.
Penerbitan izin rumah sakit kelas C dan D dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah.
P E RATURAN P RE S I DE N 3 9 / 2 014 T E N TANG DA F TAR BI DA N G USA H A YG T E RT UTUP DA N BI DA N G USA H A YG T E RBUKA DG N P E RSYA RATAN DI BI DA N G P E N A NAMAN M ODA L DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL TERKAIT RUMAH SAKIT
NO BIDANG USAHA 1 Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen dan/atau Jasa Manajemen Rumah Sakit 2 Hospital Services / Pelayanan Rumah Sakit Spesialistik / Subspesialistik
PERSYARATAN Kepemilikan modal asing maksimal 67% 1. Kepemilikan modal asing maksimal 67% yang dapat dilakukan di seluruh Indonesia 2. Kepemilikan modal asing dari negara-negara ASEAN maksimal 70% yang dapat dilakukan diseluruh Ibukota Provinsi. 14
SEK TOR JASA KESEHATAN YANG DIBUKA DALAM MEA BERDASARKAN MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT (MRA) Pasal V AFAS: “Tiap Negara Anggota mengakui pendidikan atau pengalaman yang dimiliki oleh Negara Anggota dengan tujuan untuk memberikan lisensi atau sertifikasi pada penyedia jasa. Pengakuan ini didasarkan pada persetujuan pengaturan Negara Anggota atau dapat disesuaikan sendiri”;
Tujuan: Menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mencapai kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi.
3 MRA Jasa Kesehatan:
Ruang proteksi negara
ASEAN MRA on Nursing Services (Keperawatan)
ASEAN MRA on Medical Practitioners (dokter)
ASEAN MRA on Dental Practitioners (Dokter Gigi)
6 Kriteria Pengakuan: 1. Pendidikan 2. Ujian
3. Registrasi & pemberian lisensi
4. Pengalaman Pendidikan profesional lanjutan 5. Kode etik (professional conduct)
BEBERAPA UPAYA KEBIJAKAN PROTEKSI KEMENKES MENGHADAPI MEA 2015
STRUK TUR NEGOSIASI JASA KESEHATAN DI ASEAN
Presiden
Menteri Perekonomian Menteri Perdagangan
Menteri Perdagangan
Kepala BKPM Eselon 1
CCCA (Perdagangan Barang)
Business Services SWG
AJCCM
CCS
Eselon 2 / Eselon 3 Kementerian Perdagangan
Healthcare Services Sectoral Working Group (HSSWG) Kementerian Kesehatan
AJCCD
CCI (Investasi)
Logistics and Transport Services SWG
AJCCN
PROSES IZIN RUMAH SAKIT DAN PERGESERAN KEWENANGAN PASCA UU PEMDA IZIN MENDIRIKAN Diajukan oleh Pemilik RS Untuk jangka waktu 1 tahun & hanya dpt diperpanjang utk 1 tahun Menkes RS kelas A dan PMA Rekom Kadinkes Prov Gubernur RS Kelas B Rekom Kadinkes Kab/Kota Bupati/Walikota RS Kelas C & D Rekom Kadinkes Kab/Kota IZIN OPERASIONAL Diajukan oleh Pengelola RS Berlaku utk jangka waktu 5 tahun Menkes RS kelas A dan PMA Rekom Kadinkes Prov Gubernur RS Kelas B Rekom Kadinkes Kab/Kota Bupati/Walikota RS Kelas C & D Rekom Kadinkes Kab/Kota REGISTRASI & AKREDITASI Setelah mdptkan Izin Operasional Mrpk persyaratan perpanjangan izin operasional Akreditasi wajib, sesuai standar akreditasi tahun 2012
IZIN RUMAH SAKIT PENANAMAN MODAL ASING (PMA) Izin Rumah Sakit Penanaman Modal Asing (PMA) dikeluarkan dengan mengacu pada hal-hal berikut: Harus berbentuk badan hukum Hanya untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik Lokasi di seluruh wilayah Indonesia Besaran modal asing maksimal 67 % Direktur rumah sakit harus Warga Negara Indonesia.
Perpres 39/2014
ALUR PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT PMA BKPM
Direktur yang bertanggungjawab di bidang perumahsakitan
Dinas Kesehatan Provinsi
Tim visitasi
Tim Pengendali pemberian izin Rumah Sakit
Direktur yang bertanggungjawab di bidang perumahsakitan
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Rumah Sakit
PERMENKES 67 / 2013 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAG A KESEHATAN WARG A NEG ARA ASING Ruang Lingkup : 1. Pelayanan Kesehatan
Kewenangan TK-WNA Pendamping TK-WNA
2. Pendidikan dan pelatihan kesehatan
Kualifikasi dan Persyaratan TKWNA
4. Penelitian kesehatan
Mekanisme Perizinan
3. Bakti sosial bidang kesehatan
Persyaratan Pengguna
21
TIM KOORDINASI PERIZINAN TK-WNA
Menteri melalui Kepala Badan menugaskan Tim Koordinasi untuk melakukan penilaian terhadap pemenuhan persyaratan rekomendasi yang diajukan Pengguna.
Tim terdiri atas unsur:
Unit teknis terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan; KKI; MTKI; dan KFN.
Tim Koordinasi menerbitkan rekomendasi atau surat penolakan paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak berkas permohonan diterima lengkap. Rekomendasi selanjutnya diteruskan kepada Kementerian/Lembaga terkait sesuai jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.
1. PELAYANAN KESEHATAN Yankes langsung/tdk langsung pada pasien di fasyankes pengguna
KUALIFIKASI TK-WNA
Menggunakan pendamping untuk alih IPTEK Kompetensi TKWNA belum dimiliki oleh nakes Ind/dlm jmlh sedikit
Medis : dr Sp atau drg Sp
Nakes lain : S-1 /setara Serkom; STRA Khusus/STRS & SIP/SIK
PENGGUNA TK-WNA
RS kelas A & B terakreditasi Fasyankes tertentu yg ditetapkan Menteri
2. Pendidikan & Pelatihan Kesehatan Meliputi :
a. b.
TK-WNA yang memberikan dan mengikuti pendidikan formal TK-WNA yang memberikan dan mengikuti pelatihan
PENDIDIKAN KESEHATAN Pengguna Kegiatan Pendidikan Formal Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang memiliki izin dan program studi yang terakreditasi
Tenaga pendidik pd satuan pendidikan formal bidang kesehatan Minimal dr.Sp/drg.Sp dgn kualifikasi tambahan /setara atau nakes lain dgn gelar akademik Magister/setara - Pendidik Klinis Serkom dan STRS - Pendidik Non klinis sesuai peraturan bidang pendidikan
TKWNA YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN
Merupakan peserta didik pada satuan pendidikan formal bid kes yg kontak langsung pasien untuk memperoleh ijazah dan/atau serkom Kualifikasi Tenaga medis : dokter/dokter gigi Tenaga kesehatan lain : D3 atau setara Sertifikat kompetensi, STR bersyarat, SIP/SIK
Penyelenggara : Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan; Rumah Sakit Pendidikan; Dan Organisasi Profesi Yang Diakui Pemerintah Hanya dapat mendayagunakan TKWNA paling lama 60 (enam puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang Harus memiliki izin penyelenggaraan setelah memenuhi persyaratan umum serta persyaratan tambahan
3. Bakti Sosial Bidang Kesehatan • Berupa pelayanan kesehatan langsung kpd pasien/klien
• Di bawah tanggungjawab nakes Ind yg memiliki STR & SIP/SIK dg kompetensi yg setara & memperoleh izin dr Kadinkes kab/kota setempat • Penyelenggaraan harus memiliki surat persetujuan TK-WNA dari KKI/MTKI/KFN dan Izin penyelenggaraan
KUALIFIKASI TK-WNA BAKTI SOSIAL: Tenaga medis, dokter spesialis/dokter gigi spesialis; dan Tenaga kesehatan lain, minimal S1 atau yang setara.
Penyelenggara Bakti Sosial TK-WNA a) b) c) d)
Rumah sakit dengan minimal kelas C; Organisasi profesi bidang kesehatan; Institusi pendidikan bidang kesehatan; dan Instansi pemerintah pusat termasuk TNI/POLRI
Penyelenggara bakti sosial harus melakukan kerja sama dengan organisasi profesi bidang kesehatan terkait
4. Penelitian Kesehatan Kegiatan memiliki:
penelitian
kesehatan
harus
kejelasan maksud, tujuan, objek penelitian, dan metodologi yang dipergunakan; dan manfaat penelitian yang dilakukan bagi pelayanan kesehatan di Indonesia. TK-WNA dilarang melakukan penelitian dengan menggunakan metode uji klinik (clinical trial). Pengajuan permohonan rekomendasi dilakukan setelah memenuhi persyaratan Pengguna disertai kelengkapan persyaratan umum dan persyaratan tambahan
Kualifikasi TK-WNA Doktor, memiliki pengalaman sebagai peneliti utama paling sedikit 2 (dua) penelitian yang telah dipublikasikan di internasional Persyaratan teknis TK-WNA Sertifikat kompetensi dari negara asal yang diakui kolegium; STR sementara/STRA khusus; dan SIP/SIK
Pengguna Dalam Kegiatan Penelitian Kesehatan
Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi; Rumah sakit pendidikan; Institusi/badan/lembaga penelitian kesehatan pemerintah/swasta; dan Lembaga penelitian kesehatan internasional yang diakui pemerintah.
PROTEKSI REGULASI TERHADAP MASUKNYA TENAGA KERJA ASING
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
UU NO.29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran psl 30 – 32, psl 75 (2) – (3) ketentuan pidana UU NO.44 tahun 2009 ttg Rumah Sakit psl 14 mempekerjakan TKA (STR dan SIP) P E R M E N K E S N O . 2 0 5 2 t a h u n 2 0 11 t t g I j i n P r a k t i k d a n p e l a k s a n a a n P r a k t i k K e d o k t e r a n p s l 1 7 S I P ; p s l 1 8 -19 lingkup kegiatan, psl 28 (3) Kersos dr/drg WNA P E R M E N K E S N O . 6 7 t a h u n 2 0 1 3 t t g P e n d a y a g u n a a n T K - W N A ( R P T K A , T i m K o r. P e r i j i n , S T R , S I P ) P E R K O N S I L N O . 6 t a h u n 2 0 11 t t g R e g i s t r a s i d o k t e r d a n d o k t e r g i g i p s l . 1 3 PERKONSIL NO. 14 tahun 2013 ttg Adaptasi dokter dan dokter gigi WNA P E R K O N S I L N O . 1 7 t a h u n 2 0 1 3 t t g R e g i s t r a s i S e m e n t a r a ( D i k l a t , Ya n k e s , B a k s o s , L i t d o k ) d a n Registrasi Bersyarat (Peserta PPDS/PPDGS) dokter dan dokter gigi WNA KEPKONSIL NO.37 tahun 2008 ttg Dokter/Dokter Gigi WNA pemberi alih iptekdok (proses revisi)
TERIMA KASIH