Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia Retno Andriati (Dosen Antropologi FISIP Unair;
[email protected])
Abstract Trade activity in Indonesia actually has existed since pre-colonial era. Growing process of trade activity has given rise to specific behavior of trade activity and business networking from community. Trader usually have a role in merchant community from various etnic in different area, both of inland and coastal areas. This study aim to review the proccess of establishing and reinforcing the trade network from various etnic and between the rulers from era to era in Anthropology perspective. Literature method was used in this study. The results show that the proccess of establishing and reinforcing the trade and business network were done by Chinese. The policy from one era to another era supported the establishment and reinforcement of goods distribution network. Keywords: trade, merchant, network, Chinese, Indonesia
Abstrak Aktivitas perdagangan di Indonesia telah ada sejak era pre-kolonial. Dalam perkembangannya telah memunculkan perilaku perdagangan dan jaringan bisnis yang khas dari suatu komunitas. Para pedagang biasanya memiliki peran tertentu dalam komunitas saudagar yang berasal dari berbagai sukubangsa yang berasal dari daerah yang berbeda, baik di daerah pedalaman dan pantai. Studi ini bertujuan untuk mereview proses berdirinya dan penguatan jaringan perdagangan dari anekaeagam sukubangsa dan antara pemegang kekuasaan dari satu jaman ke jaman yang lain dalam sedut pandang Antropologi. Metode penulisan dengan menggunakan penelusuran pustaka. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa proses pendirian dan penguatan perdagangan dan jaringan bisnis telah dilakukan oleh orang Cina. Kancah perpolitikan dari satu jaman ke jaman yang lain telah mendukung berdirinya dan penguatan jaringan distribusi kebutuhan hidup. Kata Kunci: perdagangan, saudagar, jaringan, orang Cina, Indonesia
P
edagang/pengusaha membangun
nomi perdagangan telah melahirkan peri-
jaringan sosial perdagangan an-
laku ekonomi berdagang tertentu dari
tar individu, kelompok, etnik,
kelompok dan jaringan pedagang dan
baik dari wilayah sekitarnya atau wilayah
pengusaha. Kekuasaan dan status raja-
Asia lainnya. Aktivitas pelaku ekonomi
raja
perdagangan ini dipengaruhi beragam
kembangnya berbagai jaringan perda-
faktor sosial, budaya, ekonomi dan po-
gangan dan bisnis di Indonesia dan Asia
litik. Pengaruh ini nampak dalam proses
pada jaman pra kolonial sampai kolonial.
tumbuh berkembangnya aktivitas eko-
Maknanya berbagai strategi perdagangan
sangat
penting
dalam
tumbuh
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 111
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
yang diterapkan raja dan komunitas
pengaruh
kebijakan
perdagangan
di
pedagang/pengusaha melahirkan budaya
Nusantara tidak hanya lokal, regional,
berdagang baru (Admosudirdjo, 1983,
nasional melainkan juga internasional.
Weber, 1979, van Leur, 1955).
Demikian juga kebijakan negara lain atau
Berbagai kajian tentang kapital-
internasional berpengaruh terhadap akti-
isme perdagangan menunjukkan muncul-
vitas ekonomi perdagangan Nusantara.
nya jaringan bisnis perdagangan kon-
Akibatnya kekuatan jaringan bisnis tiap
vensional pribumi, Cina, orang-orang
etnik umumnya dan Cina khususnya tiap
Eropa dan etnik lain tidak terlepas dari
jaman berbeda sejalan dengan variasi
proses awal perdagangan barter lewat
aktivitas dan transaksi ekonomi perda-
jalur laut dari India ke Cina atau
gangan, konflik dan aliansi yang terjadi
sebaliknya. Proses ini semula mengkons-
sampai munculnya borjuasi dagang dari
truksi relasi antar etnis, kelas-etnis, antar
kelompok
penguasa/raja-bangsawan berdasar re-
pengusaha pribumi dan Cina. Masalah
lasi harmoni kemudian berkembang men-
yang dikaji dengan perspektif Antropologi
jadi
kompetisi, konflik sampai muncul
Ekonomi ini adalah bagaimana proses
perang dan berbagai tindakan kekerasan
pembentukan dan penguatan jaringan
serta
perdagangan.
perdagangan dari berbagai etnik dan
Kajian lain mengkaitkan pengaruh kebi-
antar para penguasa dari jaman ke jaman
jakan
di Indonesia?
monopoli intern
pemerintah
dalam
dari
penguasa/politik/
yang berlaku tiap jaman
pejabat-pejabat
Indonesia,
Yang dimaksud kelompok peda-
terhadap kegiatan ekonomi perdagangan
gang dalam
dan penentuan nasib peradaban masya-
satuan beberapa pedagang yang menjual
rakat. Pendekatan sejarah ini umumnya
barang tertentu. Jaringan bisnis peda-
pesimis dan Eropacentris, yang menga-
gang/pengusaha adalah sekelompok pe-
baikan peran pelaku ekonomi perda-
dagang/pengusaha dari berbagai suku-
gangan
kurang
bangsa/etnis yang memasarkan produk
menghargai peran pedagang Asia karena
dengan memanfaatkan kelompok sendiri
pendekatan itu berpihak pada kolonial.
dan jalur distribusi yang dibangun dan
Kondisi ini mendorong ahli sejarah lain,
dikuasai.
sosiolog, ahli ekonomi, antropolog meng-
perdagangan
kaji aktivitas perdagangan secara lebih
ternyata bervariasi. Pada
rinci.
kolonial, tiap etnis dari wilayah tertentu
di
Nusantara
dan
Kajian mereka menunjukkan
kajian ini adalah satu ke-
Aktivitas dari
jaringan jaman
ekonomi ke
jaman
jaman pra
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 112
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
di Asia, seperti Jawa, Bugis, Makasar,
syachbandar dan pedagang berdasar
Madura, Cina, Arab, India, Melayu dan
kepercayaan yang dibangun raja. Namun
yang lain mempunyai semangat wira-
ada orang kepercayaan raja memanfaat-
usaha tinggi dengan saling tukar menu-
kan kerjasama dan kepercayaan ini,
kar barang yang berbeda. Kegiatan eko-
dengan mencari keuntungan sendiri di
nomi perdagangan ini tumbuh berkem-
luar upah dari raja. Saat keuntungan
bang
kerajaan-kerajaan
sudah terakumulasi, mereka berusaha
besar, seperti Sriwijaya, Makasar dan
membangun kerajaan sendiri. Proses ini
Majapahit.
Semula orang Cina kurang
berakibat munculnya kerajaan-kerajaan
berperan sebagai pedagang perantara
pantai, yang lebih menguasai perda-
dalam struktur perdagangan pada waktu
gangan maritim, baik di Jawa maupun
itu. Sementara peran orang Jawa dan
luar Jawa. Akibatnya monopoli raja lama
Melayu kuat sekali dalam perdagangan
kelamaan di wilayah pedalaman menga-
rempah-rempah, struktur perdagangan
lami
dan menguasai pelayaran di Nusantara
Pedagang juga membeli barang-barang
(Schrieke,
Alatas, 1988). Luas
luar yang tidak ada di wilayahnya dan
wilayah perdagangan tidak hanya lokal
menjualnya kembali di wilayah peda-
tetapi juga internasional. Awal raja di
laman. Jalur perdagangan kelewat rumit
wilayah pedalaman terlibat perdagangan,
dan panjang dari asal barang dagangan
karena upeti mereka menumpuk dan
untuk sampai ke tangan pembeli. Wilayah
berlebih.
tertentu
pada
jaman
1960;
Kondisi ini mendorong para
keruntuhan
(Wertheim,
berkembang
menjadi
1999).
pusat
raja membentuk syachbandar di kota tepi
perdagangan internasional, seperti pe-
pantai guna menukarkan barang upeti
sisir Sumatera, Selat Malaka, Semenan-
dengan barang lain yang diperlukan
jung Malaya, pesisir utara Jawa, Brunei,
keluarga raja sendiri atau diperdagang-
Sulu dan Maluku. Para bangsawan Islam
kan di wilayah pedalaman. Syachbandar
Majapahit berdagang pada abad XIV.
terdiri dari relasi yang dikenal raja,
Pedagang Cina, India, Arab dan Melayu
seperti bangsawan, keluarga dan peda-
Islam menetap di pesisir dan mendirikan
gang-pedagang
pusat-pusat perdagangan.
tertentu (Suryo, 2006).
Peran raja sebagai penguasa sangat besar
Fluktuasi perdagangan, kuatnya
dalam mendominasi perdagangan, se-
jaringan perdagangan dan lalu lintas
hingga kerajaan pedalaman mengalami
perdagangan di Asia, serta dinamika
masa kejayaan. Mekanisme kerja raja,
mekanisme pasar tersebut, karena relatif BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 113
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
tingginya kompetisi antar raja/penguasa,
Ketika
pengusaha/pedagang dan jaringannya.
Portugis, komunitas pedagang yang biasa
Perdagangan tumbuh menjadi konflik
berdagang di pelabuhan itu pindah dan
kepentingan dan kompetisi, yang digerak-
berdagang
kan oleh semangat untuk mendominasi
pelabuhan lain (Ricklefs, 1991; Scricke,
dalam ekonomi pasar. Sayangnya proses
1960).
perdagangan yang semula harmoni ini
etnik asing mendorong mereka secara
terganggu ketika orang-orang Eropa, yang
sengaja atau tidak disengaja melakukan
diawali
Inggris,
kerja sama, baik melalui perang penak-
Belanda menginjakkan kakinya di wilayah
lukan dan pemaksaan, maupun perjanjian
Nusantara dan mencari hasil bumi sendiri
pembagian hasil. Ikatan kerjasama ini
berupa rempah-rempah, karena negara-
dilanjutkan dengan penguatan jaringan
nya dan negara Eropa lain sangat memer-
perdagangan yang ada dan pembuatan
lukan rempah-rempah. Kompetisi terjadi
aturan perdagangan yang lebih meng-
dan transaksi ekonomi pedagang di
untungkan mereka sendiri. Proses ini
Nusantara
ketika
menimbulkan monopoli di berbagai wila-
orang-orang Eropa berusaha memonopoli
yah di Nusantara. Di samping itu jalur
perdagangan. Kegiatan perdagangan yang
lalulintas
menjanjikan keuntungan ekonomi makin
terjaminnya keamanan, karena muncul
mendorong bangsa Portugis berusaha
perlawanan jaringan perdagangan etnik
merebut
Tujuan
dan raja/penguasa lain, baik secara ter-
menguasai pelabuhan agar barang da-
buka atau perdagangan gelap. Akibatnya
gangan cepat sampai ke pembeli tanpa
penguasaan wilayah teritorial tertentu
banyak pedagang perantara yang terlibat.
menjadi penting untuk kelancaran lalu-
Portugis
mulai
kemudian
terbelenggu
pelabuhan
Melaka.
pelabuhan
lewat
Dominasi
Melaka
wilayah
dikuasai
pesisir/
penguasa/raja
perdagangan
atau
memerlukan
Bangsa Portugis menyadari keke-
lintas perdagangan (Booth,
et al,1988;
liruannya setelah melalui proses bahwa
Wertheim, 1999; Schrieke
1960; van
menguasai
berarti
Leur 1955; Atmosudirjo, 1983). Penemu-
menguasai komunitas pedagang. Ternya-
an kapal api sebagai alat transportasi,
ta
berdagang
mempercepat proses distribusi barang.
dengan orang-orang yang telah mempu-
Akibatnya peran Portugis meningkat
nyai relasi dagang sebelumnya. Mereka
waktu itu. Namun Portugis tidak bertahan
secara tidak langsung mengkontruksikan
lama dan gagal monopoli. Belanda belajar
relasi saling percaya dalam berdagang.
dari kegagalan Portugis, dengan memeta-
pelabuhan
pedagang
hanya
bukan mau
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 114
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
kan
potensi
wilayah
timur
terlebih
waktu pada abad 12. Ketika mereka
dahulu, membuat deskripsi rinci tentang
berhasil
penemuan-penemuan Portugis, kekayaan
besar, posisinya sulit digeser, meskipun
Asia,
pemerintah-pemerintah
persoalan-persoalan
yang
ada
mengembangkan
perusahaan lokal
telah
berkaitan alat transportasi, seperti kapal.
mengeluarkan kebijakan yang diskrimi-
Hasil
natif untuk menahan laju pertumbuhan
pemetaan
ini
dijadikan
dasar
Belanda untuk membuat strategi lebih
ekonomi mereka.
baik dan kapal lebih bagus,
bertransaksi
sehingga
Belanda lebih berhasil (Scricke, 1960).
dan
Kemampuan mereka menangani
hutang
piutang sebagai pinjaman kepada orang-
Lalu lintas kegiatan perdagangan
orang pribumi serta kekuatan keinginan
ini makin berubah, ketika bertambahnya
mereka mengakumulasi modal yang akan
jumlah orang-orang etnis Cina dan Eropa
dibawa ke negaranya pada abad sebe-
lain juga mulai masuk ke jalur perdagang-
lumnya, membuat posisi mereka mantap
an di Asia dan berusaha mendominasi
dan sulit tergantikan sebagai pedagang
pedagang-pedagang Asia.
Masuk dan
perantara di negara-negara Asia Tengga-
kuatnya peran etnis Eropa di wilayah
ra. Bakat bisnis orang Cina yang didukung
Melaka dan sekitarnya, bukan karena
oleh kondisi-kondisi dari perkumpulan-
kemampuan mereka saja, tetapi juga
perkumpulan Cina dan lembaga-lembaga
karena jasa besar para penunjuk jalan
dagang, menciptakan jalur-jalur kelem-
dari etnis Asia dan raja-raja yang ber-
bagaan yang mempunyai daya tahan
sekutu dengan mereka. Orang-orang Cina
terhadap kapitalis lokal yang berusaha
banyak menetap dan melakukan perka-
menandinginya.
winan campur dengan perempuan pendu-
Berdasarkan perspektif Antropo-
duk lokal. Jaringan pedagang Cina, Eropa
logi Ekonomi, sayangnya berbagai kajian
makin berhasil dan kuat. Akibatnya
kegiatan ekonomi perdagangan pada
terjadi fluktuasi dalam kegiatan perda-
jaman pra kolonial ini kurang mengkait-
gangan di Asia, sehingga pedagang Jawa
kan adanya dinamika dan perubahan
dan Melayu migrasi dan berdagang ke
sosial budaya yang terjadi pada masya-
wilayah
itu
rakat akibat bergantinya kekuasaan raja
(Lombart, 2000). Mackie (1998) mem-
yang terus nenerus sebagai akibat pere-
buktikan bahwa alasan penting lain,
butan barang dan wilayah perdagangan.
keberhasilan perdagangan orang Cina,
Ganti raja, ganti kebijakan dan tata
karena mereka pandai memanfaatkan
aturan,
Makasar
pada
waktu
karena
masing-masing
raja
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 115
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
sebagai penguasa mempunyai motivasi
Cina bergerak di bidang perdagangan.
ekonomi, sosial dan politik berbeda yang
Ternyata kemampuan berdagang orang
berdampak pada masyarakat, khususnya
Cina terbaca oleh pemerintah kolonial,
bagi pedagang/pengusaha dari berbagai
karena mereka lebih gigih, rajin, ulet,
etnis. Tiap kebijakan baru tidak dijelas-
hemat dan dapat memanfaatkan peluang
kan bagaimana proses sosialisasinya.
ekonomi secara maksimal. Orang-orang
Proses perubahan menunjukkan bahwa
Cina ini terlanjur keluar dari negeri
sifat perdagangan dan jenis produksi
asalnya, maka mereka berusaha survive
yang diperdagangkan berbeda dan hal ini
dengan meningkatkan kesejahteraannya
penting dipahami. Padahal jenis barang
di Jawa dan pulau-pulau lain. Thee Kian
dagangan berbeda seiring perubahan
Wie (1990) mengatakan orang-orang
sosial budaya, ekonomi dan politik yang
Cina peranakan berkesempatan memper-
terjadi.
oleh pendidikan barat seperti bidang
Kondisi perdagangan tersebut ber-
kedokteran, perbankan, guru, wartawan
lanjut pada jaman kolonial. Berbagai
dan yang lain. Sementara adanya kemaju-
disertasi menunjukkan bagaimana asal
an bidang perdagangan dan sektor eko-
usul, tumbuh kembang dan kejayaan etnis
nomi lain, memerlukan bermacam tenaga
Cina dalam perdagangan di Jawa pada
profesional. Orang-orang Cina yang siap
jaman kolonial akibat berbagai peraturan
pakai yang telah mengenyam pendidikan
dan peluang ekonomi yang dibuat ko-
barat ini, memenuhi peluang ekonomi
lonial
bagaimana
tersebut. Fungsi orang-orang Cina sebagai
pedagang
perantara, termasuk pedagang perantara
pribumi/santri dalam kaitannya gerakan
antara perdagangan besar dan kecil.
penyebaran dan pengaruh Islam terhadap
Orang Cina lebih sukses di bidang eko-
tumbuh berkembangnya kewirausahaan/
nomi perdagangan perantara dibanding
perdagangan, proses runtuhnya perda-
orang pribumi yang bergerak pada per-
gangan, baik itu perdagangan budak,
dagangan eceran. Orang Cina mengalami
perdagangan perantara distribusi, per-
kemunduran dalam perdagangan karena
dagangan hasil bumi, tembakau maupun
faktor intern mereka sendiri dibanding
bandar opium yang dikuasai oleh etnis
faktor ekstern, yaitu pengaruh
Cina. Belanda melarang penyewaan dan
krisis perang. Sementara itu VOC terus
penjualan tanah pertanian di Jawa kepada
memperluas kekuasaannya guna meng-
orang-orang Cina, sehingga orang-orang
amankan jalur-jalur perdagangannya. Hal
Belanda.
kompetisi
Sekaligus
mereka
dengan
masa
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 116
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
ini nampak dari serangan-serangan VOC
pembatas kultural di antara mereka
terhadap raja-raja yang menguasai per-
(Carey, 1986).
dagangan melalui syachbandar. Mereka
Seiring makin kuat berkuasanya
menaklukkan raja-raja dan santri yang
VOC, maka VOC
mempersempit gerak
lebih dulu menguasai perdagangan peran-
berdagangan komunitas pedagang pri-
tara, dengan menggantikan dan memper-
bumi di Nusantara. Para pedagang hanya
kerjakan orang-orang Cina sebagai peda-
boleh
gang perantara di berbagai wilayah.
pedalaman saja dan tidak boleh berke-
Orang-orang Cina terus
mengembang-
liling lagi tanpa ijin VOC. Akibatnya para
kan potensi diri, dengan mengambil ke-
santri, yang semula mereka bebas ber-
untungan pada tiap kesempatan. Banyak
dagang kemanapun asal mereka menda-
kasus menunjukkan orang-orang Cina
pat pesanan barang dari relasi yang
menjadi kepala kamar dagang/kapitan di
dikenalnya, sekaligus menyebarkan aga-
berbagai wilayah, misal Cirebon, Banten,
ma Islam sejak jaman pra kolonial,
Semarang. Relasi ini tumbuh menjadi
menjadi terbelenggu.
dominasi kekuasaan orang-orang Cina
minta ijinpun, belum tentu diijinkan jika
terhadap para raja/pangeran dan masya-
barang dagangan sama. Kegiatan perda-
rakatnya. Orang-orang Cina lebih maju
gangan ini terganggu, karena kompetisi
dalam perdagangan, karena kemudahan
tidak adil bagi santri dan transaksi
aturan dan hak-hak istimewa yang men-
ekonomi terbatas. Artinya kelas-kelas
dukung dari VOC dan Inggris/orang
pedagang
Eropa. Mereka dipercaya menarik pajak
Islam paling taat dihalau dari perniagaan
dari orang-orang Jawa. Kejayaan mereka
laut internasional oleh VOC dan dipaksa
membuat resah dan kecemburuan sosial
menjadi pedagang-pedagang kecil domes-
dari orang-orang Jawa hingga terjadi
tik (Geertz, 1982). Sementara itu orang-
kasus juga, yaitu gerakan anti Cina dan
orang Hindu dipaksa menjadi pegawai
berujung pembantaian, seperti di Batavia,
yang melayani kepentingan Belanda dan
Jogyakarta, Solo. Proses ini membentuk
para petani dipaksa menanam tanaman
dan memperkuat identitas ke Cinaan me-
komersial untuk kepentingan ekspor ko-
reka, khususnya Cina peranakan. Namun
lonial. Akibatnya banyak orang Jawa dan
ada juga proses asimilasi dari orang Cina
luar Jawa hanya menjadi pedagang lokal.
dengan orang Jawa, meskipun masih ada
Proses ini secara historis mendorong
berdagang
pribumi
di
wilayah
lokal/
Jika mereka me-
sebagai
penganut
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 117
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
masyarakat cenderung bermental agrari-
berkompetisi melalui perang untuk mem-
an dan bekerja sebagai pegawai, karena
pertahankan kekuasaannya dan bekerja
pegawai lebih baik dan prestisius diban-
sama dengan orang-orang Eropa dan Cina
ding pedagang (Suryo, 2006).
pilihannya, yang juga ingin monopoli
Para raja atau bangsawan juga
barang dagangan tertentu. Akibatnya
mensosialisasi masyarakat lewat utusan-
wilayah Nusantara di bawah Majapahit
nya, agar mereka jangan terlibat perda-
(wilayah ASEAN sekarang) makin terpe-
gangan,
identik
cah belah. Para raja dan VOC membuat
dengan penipuan. Padahal raja-raja ini
perjanjian dan kesepakatan pembagian
melindungi kepentingannya, agar para
kerja dengan sistem bagi hasil dalam
raja dan penguasa
perdagangan. VOC membatasi luas pema-
karena
perdagangan
tidak tersaingi
pedagang pribumi. Akibatnya pedagang
saran barang. Misal
pribumi menjadi pedagang lokal. Akhir-
anak buah Raja Majapahit, Raja Banten
nya banyak anggota masyarakat terpeng-
atau Raja Bone berlayar dan berdagang
aruh untuk tidak memilih berdagang yang
ke wilayah Nusantara lain harus mempu-
penuh resiko, mengingat berdagang itu
nyai surat jalan dari VOC. Jika melanggar
tidak selalu untung dan pendapatannya
aturan akan dihukum. Mereka hanya bo-
tidak pasti, berbeda dengan pekerjaan
leh melewati wilayah tertentu saat ber-
sebagai pegawai. Para priyayi juga takut
dagang dan berdagang barang tertentu.
tersaingi karena asal pedagang adalah
pedagang sebagai
Burger, Schrieke, Wartheim mela-
masyarakat biasa. Jika pedagang sukses
kukan
studi
pada
masa
Indonesia
berdagang maka mereka menjadi kaya
mengalami transisi. VOC dilawan juga
sehingga status sosial ekonominya me-
oleh penyelundup
ningkat di masyarakat. Akibatnya status
VOC) di Maluku dan Sarekat Islam di Jawa
ekonomi mereka dapat setara atau bah-
Tengah dan daerah lain, agar mereka
kan mengungguli para priyayi (Suryo,
berkurang
2006; Lombart, 2000; Geertz, 1982;
gelap dari penyelundup ini yang tetap
Burger, 1983). Para raja tetap melakukan
membuat perdagangan di wilayah timur
perdagangan berskala menengah dan
berlangsung. VOC berjaya karena beker-
besar pada jaman kolonial ini. Kelompok
jasama dengan Cina dan pribumi. Namun
pedagang raja dan jaringannya memper-
monopoli VOC gagal terus karena nilai
oleh ijin dari VOC, atas dasar kerjasama
rempah sebagai barang dagangan mero-
raja dan VOC. Bahkan para raja/penguasa
sot dan tiap abad barang dagangan yang
(menurut defenisi
monopolinya.
Perdagangan
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 118
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
lebih penting berbeda, demikian juga rute
peranakan/totok pada jaman transisi,
perdagangan internasional, antar pulau
padahal secara historis peran ke duanya
dan dalam satu pulau berpengaruh terha-
berbeda dalam berbisnis. Jika hal ini
dap pengintegrasian ekonomi perdagang-
dikaitkan dengan pemikiran Marx dalam
an antar wilayah. Proses ini menimbulkan
aliran Marxisme, Antropologi Ekonomi,
spesialiasi dan perdagangan regional pa-
bahwa gejala munculnya jaringan bisnis
da taraf cukup tinggi (Howard, 1988;
ekonomi dari pedagang Nusantara, Cina
Ricklefs, 1991). Furnivall (1944) menge-
dan suku bangsa /etnis lain tidak tumbuh
mukakan bahwa VOC membuat keputus-
jika sistem sosial tidak mendukung.
an politik dengan makin mempertajam
Untuk itu Twang Peck Yang (2005) me-
dan membedakan orang pribumi, kulit
nyangkal beberapa kajian bahwa jaringan
kuning/Cina dan kulit putih/Eropa untuk
bisnis etnis Cina lebih menonjol perannya
memperkuat kekuasaannya. VOC melaku-
dibandingkan dengan jaringan bisnis Cina
kan pembagian kerja berdasar perbedaan
totok. Jaringan bisnis Cina totok justru
warna kulit.
Karakteristik masyarakat
mulai nampak besar peran dan pengaruh-
Nusantara adalah masyarakat plural,
nya pada ekonomi perdagangan di Indo-
maka bentuk kegiatan ekonominya juga
nesia sejak masa transisi kemerdekaan,
plural. Pembedaan mendasar ini beraki-
tepatnya pada jaman penjajahan Jepang
bat adanya perbedaan problema yang
karena ada peluang ekonomi pada masa
timbul, yaitu pluralisme problema politik
revolusi. Mereka bekerjasama dalam per-
dan ekonomi. Khususnya problema peng-
tukaran
organisasian permintaan pasar dan inte-
orang pribumi revolusioner dan para
grasi politik antar masyarakat dalam satu
pejabat pemerintah Indonesia pada wak-
kerangka kerja sosial. VOC mengelompok-
tu itu.
kan dan mempekerjakan pribumi di
tersebut, pendekatan dan analisisnya des-
bidang pertanian, perkebunan dan menja-
kriptif saja serta kurang dilihat dampak-
dikan mereka pegawai rendahan. VOC
nya bagaimana terdominasinya masyara-
lebih menempatkan posisi orang Cina,
kat dan pedagang pribumi. Prediksi para
sebagai sesama pendatang menjadi rekan
ahli dengan temuan dan pemikirannya
kerja yaitu sebagai pedagang perantara.
untuk jaman-jaman berikutnya kurang
perdagangan
dengan
orang-
Kritik terhadap hasil penelitian
Kajian-kajian khusus jaringan per-
dilakukan. Ternyata jika kita melihat
dagangan Indo-Cina umumnya kurang
kondisi sekarang konstruksi nilai untuk
membedakan antara jaringan bisnis Cina
tidak menjadi pedagang dan bahwa BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 119
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
pribumi itu malas serta kurang berani
petisi
mengambil resiko tetap terjadi. Mitos
pedagang Cina. Studi senada juga dilaku-
pribumi malas berlanjut karena beragam-
kan Dewey (1962) tentang bagaimana
nya etnik dan luasnya wilayah kepulauan
relasi sosial antar pedagang di pasar-
Nusantara, membuat rawan konflik dan
pasar tradisional Jawa. Para isteri petani
menjadi warisan nilai budaya kepada
menjual hasil pertanian subsisten ke
generasi berikutnya. Kondisi ini mencip-
pasar untuk memenuhi kebutuhan ekono-
takan
masing-masing
mi. Untuk menjadi pedagang kecil-kecilan
etnik dan jenis pekerjaan, yang nampak-
ini tidak memerlukan persyaratan ad-
nya berpengaruh terhadap pemenuhan
ministratif yang rumit. Orang-orang Cina
kebutuhan ekonomi, sosial masyarakat.
ini kadang berfungsi sebagai pemodal,
Jaman Transisi Kemerdekaan, pembinaan
dengan memberikan kredit kepada peda-
dan perlindungan pengusaha pribumi
gang Jawa. Cina monopoli rokok di wila-
pada jaman transisi dari RIS (Republik
yah perkotaan Kudus pada awal kemerde-
Indonesia Sementara) ke demokrasi ter-
kaan hingga sekarang. De Jonge (1988)
pimpin belum menampakkan hasil berarti
menunjukkan hasil studinya di Madura,
bagi suksesnya pengusaha pribumi. Bah-
bagaimana kompetisi pemodal pribumi,
kan program benteng yang berusaha
yaitu
meminimalkan ketergantungan Indonesia
saudagar Cina dalam perdagangan temba-
pada asing dan nasionalisasi perusahaan-
kau.
perusahaan besar kurang membawa per-
Madura sangat besar, karena struktur
baikan keadaan sosial ekonomi masyara-
sosial dan jaringan mereka dibentuk se-
kat. Gejolak politik waktu itu berpenga-
cara halus, yaitu para juragan Madura/
ruh terhadap kebijakan pemerintah yang
Cina
dihasilkan, karena sasaran program pe-
bandol, yaitu pedagang perantara sesama
nguatan
orang
ethnocentrisme
pengusaha
pribumi
kurang
berdagang
para
kyai
dengan
pedagang-
dengan
saudagar-
Peran pemasok tembakau dari
menggunakan Madura/Cina.
De
tengkulak/ Jonge
separo
juga
mencapai sasaran dan masih berdasar
menunjukkan
kepentingan
Geertz
tembakau rajangan dari Madura merupa-
(1973) menegaskan bagaimana dinamika
kan bahan dasar pabrik rokok besar milik
kompetisi antar pengusaha pribumi dan
orang Cina, seperti Gudang Garam Kediri,
Cina di Mojokuto Jawa Timur pada jaman
Grendel, Oepet, Bentoel Malang, Nojorono
transisi kemerdekaan. Sukses kelompok
Kudus, Djarum Semarang dan Sampurna
pedagang Jawa terhambat dalam berkom-
Surabaya di pulau Jawa. Keberadaan
pribadi/golongan.
lebih
jasa
produksi
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 120
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
pabrik rokok ini menunjang tetap sur-
dan terpola bisnis tak lazim. Keterlibatan
vivenya perdagangan tembakau di Madu-
militer dalam kegiatan ekonomi bertuju-
ra. Namun jumlah juragan Cina menurun,
an memperoleh pendapatan ekstra, baik
seiring tumbuh berkembangnya gerakan
untuk operasional, pendapatan pribadi
anti Cina, sehingga juragan dan bandol
maupun pembiayaan aktivitas politik. Se-
keturunan Cina lebih berkumpul sesame-
mula militer hanya menyediakan barang
nya di Pamekasan. Sementara itu juragan
secara ilegal, melalui penyelundupan pa-
dan bandol dari Madura tinggal di pantai-
da masa revolusi, kemudian mereka lebih
pantai selatan Sumenep. Mereka mema-
mengembangkan relasi dengan peng-
sok tembakau rajangan berdasar pesanan,
usaha-pengusaha Tionghoa. Divisi Dipo-
termasuk dari Eropa.
Jaringan aliansi
negoro Jawa Tengah, yaitu Angkatan
dagang ini mempunyai struktur pirami-
Darat paling banyak dan menonjol dalam
dal, namun tauke sebagai pelanggan/
berbisnis.
pemesan tidak berpengaruh langsung
memenuhi kebutuhan peralatan/fasilitas
dalam proses pengawasan mekanisme
militer tetapi mereka juga ingin mempu-
kerja mereka. Pengawasan hanya antar
nyai kehidupan dan kesejahteraan yang
bandol saja, jika bandol/pedagang lapisan
wajar. Kegiatan ekonomi yang mengun-
bawah maka relasinya dagang murni.
tungkan secara kelembagaan dan juga
Namun jika aliansi ini lebih tinggi maka
pribadi ini berakibat Angkatan Darat
relasinya antara pelindung dan klien.
ingin keadaan darurat perang terus ber-
Ikatan aliansi ini sampai pada hutang
lanjut agar mereka tetap dapat berbisnis.
piutang dalam berdagang, karena mereka kurang mandiri untuk modal.
Divisi
ini
terdesak
harus
Borjuasi pengusaha pribumi tidak pada produksi karena prosesnya lebih
Jaman Awal Kemerdekaan/Orde
terkonsentrasi pada perdagangan saja.
Lama, Robison (1986) mengatakan ke-
Sementara pengusaha Cina konsentrasi
kuasaan militer dengan aturan-aturannya
juga pada proses produksi barang. Para
begitu menekan sehingga membuat kon-
birokrat, militer lebih menyukai beker-
disi social vacum dan masuk ke dalam sis-
jasama dengan pengusaha Cina. Untuk itu
tem birokrasi. Kondisi ini mendorong
upaya pemerintah Orde Baru pada tahun
pengaruh asing dan Cina kapitalis menja-
1969-1981 memberi kesempatan pada
di kuat terhadap hubungan negara dan
golongan pengusaha pribumi asli, guna
kapital, sementara peran kapitalis pribu-
berkompetisi dengan golongan pengusa-
mi rendah. Perwira dan prajurit terlatih
ha Cina. Usaha ini kurang berhasil. BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 121
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
Permasalahan sosial politik dan kultural
saja, yang berpengaruh terhadap jatuhnya
mulai terbelit sosio ekonomi dan politik-
pengusaha pribumi, karena tiap mereka
ekonomi yang bersifat lebih struktural.
melakukan investasi usaha maka Cina dan
Konflik antar golongan pribumi dan Cina
asing langsung melakukan hal sama
tentang kemakmuran dan ekonomi meng-
dengan investasi lebih besar. Sementara
akibatkan kompleksitas permasalahan.
kelebihan pengusaha Cina adalah jaringan
Ternyata kesenjangan dan perbedaan
kekerabatan mereka dari generasi ke
ekonomi ke dua golongan tersebut tetap
generasi sehingga dukungan finansial dan
terjadi. Padahal pemerintah telah meng-
kapital dari keluarga dapat berlangsung
atur sirkulasi uang. Namun pihak industri
terus menerus. Mereka mampu mengaku-
tidak langsung mengikuti kebijakan ini,
mulasi kapital dari generasi ke generasi.
sehingga berdampak bagi pekerjanya ka-
Berbeda dengan pengusaha pribumi yang
rena antar sektor saling terkait. Kemun-
tidak saling tolong menolong dalam aku-
duran pengusaha pribumi dan kemajuan
mulasi kapital untuk melalui masa tran-
pengusaha Cina karena ada perubahan
sisi dari kapitalisme perdagangan ke
dalam pola produksi. Buktinya 412 in-
kapitalisme industri. Sarekat Dagang
dustri milik pribumi yang memperoleh
Islam yang berusaha berkompetisi bah-
lisensi, hanya 40% kapasitas produksi
kan koalisi dengan Cina nasionalis per-
yang berlangsung. Akhirnya tinggal 2
anakan kurang mampu berkompetisi.
orang pengusaha pribumi saja yang mam-
Pengusaha Cina totok mampu mengguna-
pu bertahan. Akibatnya industri ini dibeli
kan jaringan kredit, koleksi, import, se-
para pengusaha Cina. Kekuatan pengu-
mua perdagangan dan ritel guna investasi
saha Cina bertambah. Contoh lain industri
dalam berproduksi sendiri. Castles juga
rumahtangga batik tumbuh menjadi in-
menunjukkan sukses industri rokok di
dustri kecil sampai tahun 1970an. Kemu-
Kudus karena kelas menengah berhasil
dian muncul kapital besar dari pengusaha
menciptakan industri rokok pertamanya.
Cina yang mampu membangun industri
Mereka berhasil menanggulangi gejolak
besar batik cap, sehingga pengusaha batik
dan tantangan perubahan sosial politik.
pribumi mengalami kemunduran.
Namun, mereka gagal membangun or-
Dalam hal ini Castles (1967) menemukan
bahwa
karakteristik
budaya
pribumi hanya satu sampai dua generasi
ganisasi ekonomi yang lebih kompleks dalam mengembangkan industri kretek berikutnya, karena pengaruh keadaan
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 122
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
sosial politik yang berubah kembali. Disertasi
Yahya
A.
dalam konteks perubahan sosial politik
Muhaimin
dan sosial ekonomi. Namun disertasi
(1991) juga mengatakan bahwa kelom-
Abdullah, 1994, menyangkal agama saja
pok pengusaha di Indonesia pada tahun
tidak cukup, ada faktor lain yang mem-
1950-1980 belum terbentuk dan malah
buat para wirausahawan sukses adalah
muncul pengusaha klien, yaitu kelompok
peluang ekonomi dan pertumbuhan eko-
pengusaha swasta pribumi yang tergan-
nomi suatu wilayah, baik desa maupun
tung kepada penguasa/birokrat untuk
kota karena struktur politik setempat/
melakukan kegiatan bisnisnya. Perusaha-
interverensi pemerintah.
an itu sesungguhnya milik pemerintah
Jaman Orde Baru, senada dengan
atau orang Tionghoa, namun di atas
Robison, hasil penelitian Crouch (1999)
namakan orang pribumi. Pada awal ke-
menunjukkan kebiasaan dagang militer
merdekaan kepemilikan perusahaan di
dan birokrat berlangsung sampai jaman
Nusantara selama penjajahan 344 tahun,
Orde Baru, di mana militer dan birokrat
didominasi perusahaan asing, terutama
sebagai pejuang dan penjaga negara,
Belanda dan pedagang Cina.
sekaligus sebagai pengusaha. Kondisi ini
Berbagai hasil penelitian lain di
membuat militer untung dan mereka
Jawa dan Madura menunjukkan bahwa
dapat memperluas bisnis dan memper-
ada korelasi positif antara agama dan
oleh keuntungan pribadi. Buktinya peran
perdagangan. Bahkan untuk agama Islam
tentara/militer
penyebaran awalnya melalui jalur per-
fungsi-fungsi administratif, politik dan
dagangan.
ekonomi pada masa revolusi tahun 1945-
Semangat santri berdagang
Kritik
begitu
terhadap
besar
dalam
dan kompetisi dengan kelompok etnis
1965.
kajian-kajian
lain juga relatif tinggi dan cakupan wila-
tersebut karena kurang melihat bagai-
yah tidak
terbatas. Mereka menjual
mana peran dan perilaku ekonomi dari
rempah-rempah, tembakau, hasil bumi
anak-anak dan kroninya mantan pengu-
dan barang kebutuhan sehari-hari tergan-
asa Orde Baru, yaitu Soeharto. Mereka
tung pesanan. Jika pribumi gagal berkom-
sempat memonopoli berbagai kegiatan
petisi dengan Cina, karena pengaruh so-
ekonomi perdagangan dengan hak-hak
sial dan struktural sejak jaman kolonial.
istimewa dari kebijakan pemerintah.
Studi Geertz, 1973; Ricklefs, 1991; de
Mereka juga bekerjasama dengan pengu-
Jonge 1989 menunjukkan adanya korelasi
saha-pengusaha besar atau konglomerat
antara agama Islam dan perdagangan
Cina. Di samping itu pemerintah dalam BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 123
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
membuat kebijakan kurang memperhi-
peluang dan kesempatan yang tidak
tungkan budaya pelaku-pelaku ekonomi
terbatas. Dia mengkritik juga berbagai
pribumi yang lebih bergerak dalam
studi tentang orang-orang Cina lebih pada
perdagangan skala kecil dan menengah,
pendekatan sejarah dan politik, belum
kurang mampu membaca dan memetakan
ada
peluang
bagaimana masyarakat Cina berusaha
ekonomi
dan
bagaimana
terciptanya budaya pasar di Indonesia.
pendekatan
antropologi
tentang
survive.
Aris Arif Mundayat (2007) menegaskan nampaknya orang-orang Cina
Penutup
tetap berusaha survive karena pengalam-
Jaringan bisnis perdagangan Cina sudah
an
menggurita di Indonesia. Jaringan guanxi
mereka
kebijakan
menunjukkan pemerintah
bagaimana
atau
politik
dan xinyong mereka demikian kuat dan
Indonesia merupakan ancaman untuk
solid.
Berbagai kebijakan pemerintah,
identitas dan kelangsungan kehidupan
terutama sejak awal transisi kemerde-
sosial mereka. Untuk itu jaringan bisnis
kaan memperkokoh kedudukan mereka.
Cina berusaha tetap mengembangkan
Meskipun kebijakan pemerintah memba-
modal sosial dan modal budaya yang
tasi ruang gerak pedagang/pengusaha
dimiliki dengan bonding yaitu memper-
Cina pada awalnya, namun karena pe-
kuat ikatan dan kohesi dalam kelompok
dagang/pribumi sendiri kurang meng-
jaringan sosialnya, serta memperkuat
asah potensi kewirausahaannya, militer
bridging dan linking baik di Indonesia,
dan birokrat ikut berbisnis untuk kepen-
Asia Tenggara atau negara-negara lain.
tingan kelembagaan dan diri sendiri,
Berbagai kebijakan pemerintah berusaha
adanya peluang-peluang ekonomi maka
menghapus dan menyingkirkan orang/
pengusaha/pedagang Cina tetap sukses.
pengusaha Cina, memberi kesempatan
Apalagi jaman orde baru, kebijakannya
kepada pengusaha pribumi namun peng-
malah melahirkan konglomerat-konglo-
usaha Cina tetap survive. Itu sebabnya
merat Cina. Demikian juga pada jaman
kebijakan meningkatkan kekuatan peng-
reformasi. Suksesnya mereka karena
usaha pribumi menjadi penting dengan
penguasaan jalur informasi, produksi dan
tanpa menyingkirkan pengusaha Cina
distribusi barang, serta mereka mampu
melalui pengembangan modal sosial yang
memanfaatkan modal sosial, budaya, eko-
mereka miliki, merubah orientasi nilai
nomi dan kebijakan pemerintah/politik
tentang nilai hidup terbatas menjadi
yang ada. Jika pengusaha/pedagang Cina BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 124
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
gagal, mereka segera bangkit kembali melalui relasi jaringan guanxinya.
Se-
mentara pedagang/pengusaha pribumi masih menempati kelas sosial pengusaha/pedagang menengah dan bawah. Hanya beberapa birokrat dan kroni-kroni rejim Orde Baru sebagai pengusaha papan atas. Kondisi ini berlanjut hingga jaman reformasi dan pasca reformasi. Daftar Pustaka Abdullah, Irwan (1994) The Muslim Businessmen of Jatinom Amsterdam: Universiteit van Amsterdam. Admosudirdjo, Prajudi (1984) Sejarah Ekonomi Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita.
Dewey, Alice G. (1962) Peasant Marketing in Java, New York: The Free Press of Glencoe, Inc. Howard, Dick (1988) “Perdagangan antar Pulau, Pengintegrasian Ekonomi dan Timbulnya suatu Perekonomian Nasional” dalam Sejarah Ekonomi Indonesia. Terjemahan, Jakarta: LP3ES. Furnivall, JS. (1944) Netherlands India: A Study of Plural Economy, London: Cambridge University Press. Geertz. Clifford (1973) Penjaja dan Raja, Jakarta: PT Gramedia. Geertz. Clifford (1982) Islam yang saya amati. Terjemahan, Jakarta: YIIS. Lombart, Dennys (2000) Nusa Jawa: Silang Budaya-Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia, Jakarta: PT Gramedia.
Alatas SH. (1988) Mitos Pribumi Malas, Jakarta: LP3ES.
Muhaimin, Yahya A. (1991). Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980, Jakarta: LP3ES.
Burger, DH (1983). Prakapitalisme di Asia, Jakarta: PT Sinar Harapan.
Mundayat, Aris Arif (2007) Etnisitas dan Jaringan Bisnis, Yogyakarta: UGM.
Booth, Anne, William JO’Malley, Anna Weidemann (eds) (1988). Sejarah Ekonomi Indonesia, Terjemahan. Jakarta: LP3ES.
Ricklefs, MC. (2005) Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Terjemahan, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Carey, Peter (1986) Orang Jawa dan Masyarakat Cina (1755-1825), Jakarta: Pustaka Azet. Castles, L. (1967) Religion, Politics and Economic Behavior in Java: The Kudus Cigarette Industry, New Haven: Yale University. Crouch, Harold (1999). Militer dan Politik di Indonesia. Terjemahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. De Jonge, Huub (1989) Madura, dalam Empat Zaman: Pedagang, Pekembangan Ekonomi dan Islam, Jakarta: PT Gramedia.
Robison, Richard & Vedi R Hadiz (2004) Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an age of Markets, London: Routledge Curzon. Robison, Richard (1986) Indonesia: The Rise of Capita,. Sidney: Allen & Unwin. Schrieke, B. (1960). Indonesian Sociological Studies, Bandung: Sumur. Suryo, Djoko (1998) Masyarakat Indonesia dalam Dinamika Sejarah: Kesinambungan dan Perubahan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 125
Retno Andriati, “Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia” hal. 111-126.
Suryo, Djoko (2006) Sejarah Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UGM Van Leur, JC. (1960) Indonesian Trade and Society: Essyas in Asian Social and Economic History,Bandung: Sumur.
Yang, Twang Peck (2005) Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950. Yogyakarta: Niagara.
Wertheim, WI. (1999) Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial. Terjemahan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 126