Keberpihakan Media Online terhadap Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 Ircham Miladi Aganovi Dr. Nina Mutmainnah Armando, M.Si 1. 2.
Communication Department, Faculty of Social & Political Science, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia Communication Department, Faculty of Social & Political Science, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini ingin melihat bentuk keberpihakan yang dilakukan oleh Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan Tempo.co terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Keberpihakan dilihat melalui dua dimensi yang terdapat dalam konsep imparsialitas yakni keberimbangan dan netralitas. Penelitian ini menemukan fakta bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh media online yang diteliti cenderung tidak berimbang, dilihat dari tidak dimuatnya keterangan dua sisi dalam satu teks pemberitaan serta adanya pemfavoritan terhadap calon tertentu. Pemberitaan Kompas.com, Detik.com dan Tempo.co memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla sementara pemberitaan Republika.co.id memfavoritkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Mengenai netralitas, mayoritas pemberitaan di Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan Tempo.co tidak mencampurkan fakta dan opini. Namun, pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan Tempo.co melakukan penyimpulan satu pihak. Kata kunci: keberpihakan media, imparsialitas, analisis isi, pemilihan umum, media online, pemilihan presiden Online Media Partiality towards the Candidates of Indonesia President and Vice President on Presidential Election 2014 (A Content Analysis of News about Presidential Election on Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id and Tempo.co on June 1st – July 9th) Abstract The study will examine how online media like Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id and Tempo.co partially support the candidates of Indonesia president and vice president on Presidential Election 2014. Online media in this study are those who does not have a direct affiliation to political interests. The concept of impartiality is used to identify the form of partiality. With following dimensions: balance and neutrality, this study found some facts. First, about balance, this study found a fact that online media which has been studied is not balance when reporting news. It proved by only a few news that give both sides opinion. This study also found that several media favoring certain candidates. Kompas.com, Detik.com and Tempo.co favoring Joko Widodo – Jusuf Kalla while Republika.co.id favoring Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Second, about neutrality, this study found the majority of news in Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id and Tempo.co did not mix the fact and opinion. However, these media made one side conclusion by giving limited fact while reporting news. Keywords: media partiality, impartiality, content analysis, election, online media, presidential election
Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
2
I. 1.1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang berusaha menggambarkan dan
menunjukkan keberpihakan media online terhadap kandidat yang berkontestasi dalam Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014. Keberpihakan yang akan dilihat adalah keberpihakan yang dilakukan oleh media online yang pemiliknya tidak mempunyai afiliasi langsung terhadap calon presiden dan wakil presiden RI maupun partai politik yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden RI pada Pemilihan Presiden RI 2014. Keberadaan pemilu sejak lama tidak bisa dilepaskan dari adanya aktivitas pers. Pers memegang kekuatan penting terutama sebagai medium komunikasi politik yang memberikan pesan-pesan politik ke masyarakat. Pers di media massa, tidak saja mampu membentuk pendapat, akan tetapi juga mengubah sikap seseorang pada saat mereka mau memberikan keputusan kepada siapa suara mereka akan diberikan (Suwardi, 1993). Pada penelitian yang dilakukan Romadlan (2001) terhadap pers pada Pemilu 1999, ditemukan fakta bahwa pers di Indonesia cenderung memiliki pola pemberitaan yang menonjolkan satu kelompok atau partai tertentu. Apabila melihat lebih ke belakang lagi, yakni pada masa Orde Lama, pers juga mempunyai kecenderungan yang sama. Bedanya, pada masa Orde Lama, keberpihakan pers dilakukan secara terang-terangan. Misalnya, Harian Rakyat yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (Luhulima, 2006). Dengan menyatakan secara terbuka bahwa diri mereka berpihak, masyarakat bisa memahami, mengapa surat kabar tertentu pemberitaannya cenderung mendukung salah satu partai. Pada masa Orde Baru, sikap mendukung salah satu organisasi politik terlihat pada surat kabar Suara Karya yang berafiliasi dengan Golongan Karya. Surat kabar ini dimanfaatkan bagi sarana kampanye Golongan Karya dalam rangka memenangkan pemilu (Anwar, 1992). Apabila dibandingkan dengan yang terjadi pada penyelenggaraan Pemilihan Presiden RI 2014, maka akan didapat kondisi yang berbeda. Pada Pemilihan Presiden RI 2014 hanya koran The Jakarta Post yang secara terang-terangan pada tulisan editorialnya mendukung pencalonan Joko Widodo sebagai presiden Republik Indonesia.1 Dukungan pada editorial, secara signifikan berhubungan dengan preferensi pembaca atau masyarakat terhadap kandidat yang bertarung dalam pemilu, serta mampu memengaruhi dan mengharahkan pemilih (Dalton, Beck, & Huckfeldt, 1998). Penelitian tersebut juga 1
Lihat http://nasional.Kompas.com/read/2014/07/04/10580561/Harian.The.Jakarta.Post.Nyatakan.Dukung.Jokowi Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
3
mengatakan bahwa pemberian informasi yang negatif terhadap kandidat mampu membuat para calon pemilih mengubah hasil pilihannya. Melihat fakta tersebut, masyarakat berhak tahu kandidat mana yang cenderung didukung oleh media yang dikonsumsinya, sehingga masyarakat dapat lebih kritis menangkap pesan yang disampaikan oleh media dan tidak menganggap pesan tersebut sebagai kebenaran yang mutlak. Pada
kondisi
saat
media
tidak
mengungkapkan
secara
terang-terangan
keberpihakannya, maka diperlukan cara lain agar dapat melihat bentuk keberpihakan yang dilakukan oleh media. Salah satu cara untuk mengetahui apakah media memiliki kecenderungan untuk memihak salah satu kontestan pemilu adalah dengan melihat struktur kepemilikannya. Apabila suatu lembaga pers tergabung dalam kelompok usaha media yang dimiliki oleh seseorang yang terjun ke dunia politik, hampir dipastikan pemberitaannya mempunyai kecenderungan untuk berpihak. Selain media yang pemilikya terjun langsung ke dunia politik, idealnya, media lainnya, yang tak punya afiliasi langsung dengan kepentingan politik praktis, mampu menjaga keberimbangan dan netralitasnya dalam memberitakan aktivitas pemilihan presiden. Namun pada prakteknya, keberpihakan media menjadi sesuatu yang sulit untuk dihindari. Terdapat beberapa hal yang membuat keberpihakan media sulit dihindari, selain karena faktor kepemilikan. Yakni pertama adalah adanya pengaruh ideologi (Romadlan, 2001). Pada penelitian yang dilakukan oleh Romadlan (2001), terbukti ideologi mempengaruhi pola pemberiaan media untuk mendukung salah satu partai politik. Di luar dua faktor yang sudah disebutkan sebelumnya, ideologi dan organisasi (kepemilikan), Shoemaker dan Reese (1996) juga memaparkan tiga faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap isi media. Faktor tersebut yaitu, pertama adalah faktor individual, kedua adalah faktor rutinitas media, lalu terakhir faktor ekstra media. Keberpihakan yang dilakukan oleh pers mempunyai dampak yang signifikan. Dalam penelitian Martin dan Yurukoglu (2014) disebutkan bahwa pemirsa di Amerika Serikat yang menonton saluran TV Fox News satu jam lebih lama dalam seminggu, meningkat 10% kecenderungannya dalam memilih calon presiden dari Partai Republik. Dengan potensi kekuatan yang sebesar itu, sikap tidak berpihak dari pers sangatlah penting untuk dipertahankan. Kemampuan pers untuk bersikap imparsial (tidak memihak) dan memberikan informasi yang akurat, sangat diperlukan untuk membantu para pemilih (masyarakat) mampu membuat pilihan yang rasional.
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
4
1.2
Permasalahan Pada penyelenggaraan Pemilu 2014, salah satu sumber informasi pada masyarakat,
selain media massa adalah media online. Berdasarkan data dari Kemenkominfo (2013), jika di tahun 1998 pengguna jasa internet di Indonesia baru berada di angka 500 ribu orang atau hanya sekitar 0,25% dari jumlah penduduk Indonesia, maka jumlah pengguna internet meningkat signifikan di tahun 2013 menjadi 82 juta pengguna atau sekitar 33,35% dari 245 juta jiwa (Kemenkominfo, 2013). Dengan khalayak yang terus tumbuh, pengaruh media online juga semakin besar dalam menentukan opini publik, yang akhirnya sedikit banyak berpotensi menentukan hasil Pemilihan Pesiden. Untuk itu, media online diharapkan mampu untuk tidak berpihak, menjaga imparsialitasnya. Meski keberpihakan, selain pada lembaga penyiaran, tidak benar-benar dilarang, media online seharusnya tetap bisa menjaga imparsialitasnya untuk menjalankan fungsinya melayani kepentingan publik (Armando, 2014). Media online yang para pemiliknya terjun langsung di dunia politik mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk berpihak, terutama kepada kepentingan politik dari pemiliknya. Sementara media online yang pemiliknya tidak terjun ke dunia politik punya peluang yang lebih besar untuk tidak berpihak kepada salah satu kubu yang bertarung pada Pemilihan Presiden 2014. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, dirumuskan dua pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah media online yang tidak punya afiliasi langsung dengan kelompok politik tertentu mempunyai keberpihakan terhadap salah satu kandidat calon presiden? 2. Bagaimana bentuk keberpihakan terhadap kandidat calon presiden yang dilakukan oleh media online yang tak punya afiliasi langsung dengan kelompok politik tertentu? 1.3 Tujuan Penelitian ini betujuan untuk melihat bentuk-bentuk keberpihakan yang dilakukan oleh media online yang tidak memiliki afiliasi langsung dengan kelompok politik tertentu, pada isu Pemilihan Presiden 2014. Meski media-media tersebut tidak menyatakan dukungannya secara terbuka terhadap salah satu pasangan calon presiden, namun pemberitaan yang mereka keluarkan seringkali mengandung unsur keberpihakan.
II.
TINJAUAN TEORITIS Konsep utama yang menjadi acuan untuk menilai keberpihakan media-media online
dalam pemberitaan terkait Pemilihan Presiden 2014 adalah konsep imparsialitas pada Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
5
pemberitaan. Pemberitaan yang imparsial secara umum didefinisikan sebagai pengambilan sikap netral (Harcup dalam Wallace, 2013). The Office of Communication (Ofcom), lembaga yang mengatur regulasi dan kompetisi pada industri komunikasi di Inggiris, mendefinisikan imparsialitas sebagai tidak mendukung salah satu pihak, dan harus seimbang terhadap subyek pemberitaan (The Office of Communication, 2011). Lebih lanjut, BBC’s College of Journalism (2012) menyatakan imparsialitas membutuhkan jurnalis untuk aktif mencari dan menimbang sumber-sumber berita yang relevan pada suatu isu dan menampilkannya secara berimbang tanpa adanya bias personal. Westersthal dalam buku McQuail (2010) mengandaikan imparsialitas sebagai sebuah sikap netral dan harus dicapai melalui kombinasi balance (equal atau proporsional waktu/tempat/penekanan) antara interpretasi, sudut pandang, atau versi dari kejadian dan netralitas. Imparsialitas berhubungan dengan apakah suatu berita menampilkan satu sisi atau dua sisi dari peristiwa yang diberitakan (Eriyanto, 2011). Konsep mengenai imparsialitas ini juga disinggung dalam Kode Etik Jurnalistik yang menjadi pedoman bagi aktivitas pers di Indonesia. Pada Pasal 1 dan Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik terdapat kalimat yang menyatakan wartawan harus memberitakan secara berimbang, serta tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi dalam pemberitaan yang dibuatnya. Apabila diturunkan, konsep imparsialitas memiliki dua dimensi, yakni keberimbangan dan netralitas (McQuail, 1992). Menurut Budner dan Krauss dalam Pithaloka (2009), berita yang berimbang adalah berita yang memberikan kesempatan yang sama terhadap dua atau lebih argumen.. Sementara Nurudin dalam Widyaninggar (2014), menyatakan keberimbangan berarti wartawan harus bebas dari interpretasi dan opini serta tidak menghilangkan serta menyeleksi sisi tertentu untuk diberitakan. Berita yang berimbang adalah berita yang menampilkan semua sisi, tidak menghilangkan dan menyeleksi sisi tertentu untuk diberitakan (Eriyanto, 2011) Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur keberimbangan adalah dengan menentukan apakah tindakan, kejadian atau fakta terkait lain yang diberitakan tampaknya mencerminkan favourably atau unfavourably pers pada salah satu sisi partai atau peserta pemilihan umum (McQuail, 1992). Favourably pers merujuk ke arah kandidat yang mana pers memberikan dukungan. Dalam bahasa yang lain, favourably pers dapat dilihat pada kandidat mana yang meraih pemberitaan positif yang lebih banyak dengan pemberitaan negatif yang lebih sedikit. Untuk mengukur favourability tersebut dilakukan dengan mengukur tonality dari setiap unit pemberitaan. Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
6
Secara spesifik, cara ini dilakukan oleh Dunaway (2012) dalam penelitiannya tentang pemberitaan terhadap pemilihan senat di negara bagian Colorado, Amerika Serikat tahun 2004. Ia menginstruksikan coder untuk membaca tiap artikel yang memuat berita tentang pemilihan tersebut. Kemudian mereka diminta menentukan dan memberikan penilaian. Apakah secara umum, berita yang dibaca tersebut tidak memiliki tone sama sekali, memiliki tone negatif, memiliki tone yang berimbang atau memiliki tone yang positif. Pengukuran ini dipilih Dunaway (2012) karena menanyakan pertanyaan secara umum seperti ini membuat coder melakukan coding berdasarkan impresinya mengenai tone keseluruhan dari berita. Menurut Dunaway (2012), tone muncul dalam pemberitaan untuk berbagai jenis alasan. Pertama dapat disebabkan oleh kesengajaan penulis berita dalam memilih tone, atau yang kedua karena penyeleksian sumber berita atau kutipan wawancara yang dilakukan oleh jurnalisnya. Sementara, dimensi kedua, yakni netralitas, didefinisikan sebagai kemampuan berita untuk menyampaikan peristiwa dan fakta apa adanya (Eriyanto, 2011). Lebih lanjut Eriyanto (2011) juga menyebutkan bahwa netralitas berkaitan dengan prinsip non-evaluative dan nonsensational. Non-evaluative berarti suatu pemberitaan tidak memasukkan penilaian pribadi. Sehingga seharusnya berita tidak melakukan pencampuran fakta dan opini. Sedangkan nonsensational adalah berita tidak melebih-lebihkan fakta yang diberikan ataupu mempersempit fakta yang ada sehingga lahir pemberitaan yang sifatnya melakukan penyimpulan satu pihak.
III.
Metodologi Penelitan Dalam studi ini, bentuk-bentuk keberpihakan media-media online terhadap pasangan
Prabowo Subianto – Hatta Rajasa atau Joko Widodo – Jusuf Kalla dilihat dengan menggunakan konsep imparsialitas yang diukur dengan metode analisis isi. Analisis isi digunakan dengan melakukan pencatatan frekuensi pemberitaan yang muncul serta melakukan pengkodean terhadap isi subjek atau isi berita. Menurut Krippendorf (1993), analisis isi melihat data sebagai representasi, bukan dari kejadian fiksi namun dari teks, gambar dan ekspresi yang dibuat untuk dibaca, dilihat atau diinterpretasikan. Dalam menarik sampel, digunakan teknik purposive (purposive sampling) dan quota sampling. Teknik purposive digunakan untuk menentukan hari-hari mana saja yang dijadikan sampel pemberitaan. Dipilih tanggal 10, 16, 23, dan 30 Juni, serta tanggal 6 Juli 2014 sebagai sampel. Tanggat-tanggal tersebut merupakan satu hari setelah debat kandidat dilaksanakan. Selain atas alasan meningkatnya jumlah pemberitaan, pemberitaan media online pada tanggaltanggal tersebut diduga banyak melakukan penilaian terhadap jalannya debat kandidat yang Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
7
berpotensi bias dan menimbulkan keberpihakan. Selanjutnya digunakan teknik quota sampling, berdasarkan jumlah berita di media online pada masing-masing tanggal yang telah ditentukan. Didapat 96 berita yang terpilih sebagai sampel. Analisis isi akan dilakukan terhadap unit analisis yang merupakan satu pemberitaan di media online. Dalam satu unit analisis itu, akan dilihat berdasarkan empat kategorisasi yang disusun berdasarkan dua dua dimensi dari konsep imparsialitas, yakni keberimbangan dan netralitas.
Empat
kategorisasi
tersebut
adalah peng-cover-an berita, favourability,
pencampuran opini dengan fakta, dan penyimpulan satu pihak. Keempatnya dapat dilihat dalam tabel oprasionalisasi konsep berikut ini. Tabel 3.1 Oprasionalisasi Konsep Dimensi
Sub-Dimensi
Indikator
Keberimbangan
peng-cover-an
Ada-tidaknya
• Memberikan keterangan dua sisi
berita
keterangan dua sisi
• Tidak memberikan keterangan
dalam pemberitaan Favourability
Tone pemberitaan terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden; positif, negatif dan netral.
Nilai
dua sisi • Tone positif kepada Prabowo – Hatta Rajasa • Tone negatif kepada Prabowo – Hatta Rajasa • Tone netral kepada Prabowo Hatta Rajasa • Tone positif kepada Jokowi – Jusuf Kalla • Tone negatif kepada Jokowi – Jusuf Kalla • Tone netral kepada Jokowi – Jusuf Kalla
Netralitas
Pencampuran
Ada-tidaknya
opini dengan
pencampuran fakta dan
fakta
opini dalam
• Tidak ada pencampuran fakta dan opini • Ada pencampuran fakta dan opini
pemberitaan Penyimpulan
Ada-tidaknya
satu pihak
penyimpulan sepihak
• Tidak ada penyimpulan fakta
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
8
dalam pemberitaan
yang bersifat sepihak • Ada penyimpulan fakta yang bersifat sepihak
Untuk mengukur reliabilitas, peneliti menggunakan intercoder reliability. Koder yang digunakan untuk melakukan intercoder reliability dari penelitian ini adalah seorang Sarjana Komunikasi. Menurut Neundorf (2002), jumlah unit analisis yang dibutuhkan untuk melakukan intercoder reliability paling tidak 10% dari populasi unit studi. Dari 96 berita yang akan dilakukan analisis isi penelitian ini, maka angka minimal berita yang diuji dengan intercoder realibility adalah 10 berita. Digunakan rumus Holsti berikut ini untuk menghitung reliabilitas.
Angka reliabilitas minimum yang harus dicapai dengan metode Persentage of Agreement adalah 80% (Riffie, Lacy dan Fico, 1998 dalam Manulong, 2012). Hasil uji realibilitas pada penlitian ini menunjukkan bahwa tiap variabel realibilitasnya sudah berada diatas 80%. IV. 4.1
ANALISIS Profil Kompas.com
Kompas.com pertama kali berdiri pada tahun 1995. Saat itu, Kompas.com masih menggunakan nama Kompas Online dan isi atau kontennya hanyalah versi digital dari harian Kompas cetak. Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1998, yakni penggunaan secara resmi nama Kompas.com. Pada tahun 1998 ini pula dikembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang baru sebagai sebuah portal berita (Kompas.com, diakses November 2014). Pada tahun 2008, atau 10 tahun sejak nama Kompas.com digunakan, kembali terjadi perubahan pada portal berita ini. Kompas.com membawa logo, tata letak, hingga konsep baru di dalamnya. Pengembangan dilakukan agar semakin memanjakan pembaca maupun Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
9
pengiklan. Pengembangan ini juga membawa Kompas.com tidak hanya menyajikan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video hingga live streaming. Pada periode ini, pengunjung pun semakin bertambah jumlahnya. Pada awal tahun 2008 didapat 20 juta pembaca aktif setiap bulannya. Sementara itu, untuk angka jumlah kunjungan, Kompas.com telah mencapai 120 juta page view per bulan.2 Keberadaan Kompas.com sebagai sebuah institusi pers tentu tak bisa dilepaskan dengan adanya harian Kompas. Terdapat banyak versi mengenai sejarah pendirian harian Kompas. Salah satu versi yang ada ialah tentang inisiatif Partai Katolik yang akhirnya diterima dengan berat hati oleh para jurnalis profesional, mengingat situasi saat itu. Seperti dikutip dalam Sulistiyono (2002), Jakob Oetama yang merupakan salah satu pendiri harian Kompas menyatakan bahwa: “Kami berdua sebenarnya enggan menerima permintaan menerbitkan suratkabar Kompas. Lingkungan politik, ekonomi dan infrastruktur pada masa itu tidak menunjang. Namun permintaan itu cukup mendesak tatkala sejumlah koran yang dikelompokkan dalam BPS dan bernada anti komunis dibredel serentak” (Kompas, 2 Juni 1980)
Versi ini dikuatkan dengan fakta mengenai keberadaan Yayasan Bentara Rakyat sebagai yayasan yang menerbitkan harian Kompas. Anggota yayasan ini adalah gabungan dari berbagai organisasi Katolik seperti pimpinan Partai Katolik, Organisasi Pemuda Katolik, Persatuan Guru Katolik, Universitas Katolik dan Wartawan Katolik. Yayasan tersebut berasaskan Katolik, Pancasila dan Manifesto Politik Republik Indonesia (Sulistiyono, 2002). 4.2
Profil Detik.com
Detik.com berdiri pada 9 Juli 1998. Saat ini jumlah pageview Detik.com berada di bawah Kompas.com menurut situs pemeringkat web Alexa.com (2014), terlepas dari beberapa kekurangan metode pengukuran yang dilakukan oleh situs tersebut. 3 Para pendirinya adalah orang-orang yang sebelumnya sudah bergelut dalam dunia jurnalistik seperti Budiono Darsono, mantan wartawan DeTik yang dibredel pada tahun 1994. Pendirian Detik.com didasari oleh perkembangan internet yang pesat, ditambah lagi pengalaman perusahan pendiri Detik.com, PT Agranet Multicitra Siberkom atau yang dikenal dengan nama Agrakom, dalam bidang jasa teknologi komunikasi. Saat itu para pendiri Detik.com melihat adanya peluang bisnis pemberitaan online (Yuniarti, 2009; Kurniasih, 2
Lihat http://inside.Kompas.com/about-us Hanya user yang memasang toolbar Alexa di browsernya, atau terpasangi cookies Alexa, yang behavior browsing-nya tercatat oleh Alexa. Artinya, hanya dari orang-orang itulah Alexa menampilkan data peringkat trafik, bukan data eksak berapa banyak pengunjung. Mungkin karena gratis dan mudah dipakai, Alexa kemudian populer sebagai alat untuk membanding-bandingkan peringkat trafik portal (Luthfie, N., 2008). 3
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
10
2005). Bisnis tersebut dinilai tidak memerlukan biaya produksi yang tinggi, karena berbagai sarana dan prasana yang berhubungan dengan internet telah dimiliki perusahaan (Kurniasih, 2005). Sejak 3 Agustus 2011, Agrakom, perusahaan yang memiliki Detik.com diakuisisi sahamnya 100% oleh CT Corp milik pengusaha Chairul Tanjung. Dengan nilai akuisisi sebesar Rp540 Miliar, Detik.com resmi menjadi bagian dari PT Trans Corporation yang juga memiliki unit usaha media lain yakni stasiun televisi Trans TV dan Trans 7 (Tempo.co, 2011). 4.3
Profil Republika.co.id
Republika.co.id mulai berporasi sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah terbitnya harian Republika. Keberadaan Republika.co.id tidak bisa dilepaskan dari keberadaan harian Republika yang masih tergabung dalam satu kelompok usaha. Kelahiran harian Republika erat kaitannya dengan kebangkitan politik Islam lewat organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada tahun 1990-an. Pendirian Republika dinyatakan secara tegas dalam program ICMI yang berbentuk Rensi Jannah (Rencana Kerja Jangka Mengengah) dan Rensi Jannatun (Rencana Kerja Jangka Tahunan) (Wahyudi, 2005). Rencana kerja tersebut akhirnya berhasil terealisasikan dengan berdirinya Republika pada 4 Januari 1993. Untuk bisa terbit, Republika harus mendapat Surat Izin Usaha Penerbitan Pers. Untuk mendapatkannya, Yayasan Abadi Bangsa yang merupakan perpanjangan Yayasan ICMI, harus berganti menjadi PT Abdi Massa (Wahyudi, 2005). Pada perkembangannya, PT Abdi Massa berubah nama menjadi PT Mahaka Media. Hal tersebut dilakukan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 4 Mei 20104. Saat itu, pengusaha Erick Thohir mengakuisisi PT Abdi Massa melalui kelompok usaha miliknya yakni PT Mahaka Media. Meski sudah berganti kepemilikan, harian Republika tetap mempertahankan identitas lamanya. Dalam situs mahakamedia.com, perusahaan yang menaungi harian Republika, disebutkan bahwa harian Republika merupakan “Surat kabar nasional komunitas Muslim terbesar di Indonesia”. Sehingga secara singkat bisa disimpulkan bahwa pemilik baru tetap berusaha mempertahankan identitas harian Republika di mata masyarakat sebagai surat kabar yang dekat dengan komunitas muslim. 4.4
Profil Tempo.co
4
http://www.mahakamedia.com/about_us/corporate_history Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
11
Tempo.co
pertama
kali
berdiri
menggunakan
nama
Tempointeraktif.com.
Tempointeraktif.com berdiri pada 6 Maret 1996 sebagai upaya menjaga eksistensi saat majalah Tempo dicabut izin penerbitannya sejak tahun 1994.5 Menurut data 2013 Tempo.co memproduksi 300 berita per hari dengan jumlah pembaca mencapai 24 juta per bulannya. Angka tersebut melonjak hampir 140 persen dari periode sebelumnya. Begitu pula jumlah halaman yang dibuka (page per view), meningkat dari 50 juta per bulan pada 2012 menjadi 99,5 juta per bulan pada 2013 (Laporan Tahunan Tempo, 2013). Membahas Tempo.co tentu tidak bisa dilakukan tanpa melihat proses sejarah dari Majalah Tempo. Majalah Tempo berdiri setelah keluarnya Gunawan Mohamad, Christian Wibisono, Fikri Djufri, Bur Rusuanto dari majalah Ekspress. Majalah Tempo berdiri dengan suntikan modal dari Ciputra, melalui Yayasan Jaya Raya yang dipimpinnya. Saat itu pembagian sahamnya adalah 50% milik Jaya Raya sementara 50% lainnya milik karyawan majalaah yang baru dibentuk tersebut (Kurniawati, 1997). Dalam kaitannya dengan pemilu, beberapa bulan sebelum pemilu legislatif dimulai, Majalah Tempo menerbitkan edisi dengan sampul muka berjudul “Palagan Terakhir Prabowo”. Pada majalah tersebut, banyak fakta yang cukup menggegerkan muncul. Salah satunya adalah pernyataan Prabowo yang mengaku pernah menculik beberapa aktivits pada masa Reformasi (Tempo, 2013)6. Pemberitaan majalah Tempo yang berusaha menampilkan sisi negatif dari sosok Praowo Subianto ini, tentu secara tidak langsung menjadi indikasi sikap majalah Tempo terhadap Prabowo. 4.5
Analisis Data
4.5.1
Keberimbangan Dalam dimensi keberimbangan terdapat dua sub-dimensi yakni peng-cover-an berita
dan favourability atau favorabilitas.
5 6
http://korporat.Tempo.co/tentang/timelineApj Lihat Majalah Tempo Edisi 28 Oktober – 3 November 2013 Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
12
4.5.1.1 Peng-cover-an Berita
Persentase Pemberitaan yang Hanya Melakukan Peng-‐cover-‐an Satu Sisi 100% 50%
69%
75%
75.60%
83.30%
Kompas.com
Republika.co.id
De
Tempo.co
0%
Gambar 4.1 Persentase Pemberitaan yang Hanya Melakukan Peng-cover-an Satu Sisi
Empat media online yang diteliti, pemberitaannya mayoritas tidak melakukan pengcover-an dua sisi. Berita-berita tersebut hanya menggunakan satu sisi narasumber saja. Pemberitaan yang hanya melakukan peng-cover-an satu sisi pada Kompas.com persentasenya 69%, paling kecil dibanding dengan media online yang lain. Sementara pada Republika.co.id, Detik.com, dan Tempo.co presentasenya berturut-turut adalah 75%, 75,6% dan 83,3%. 4.5.1.2 Favourability
Pada dimensi ini, peneliti ingin melihat favourability atau kefavoritan dari mediamedia online terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden. Favourability ini diukur dengan tonality dari setiap berita yang ada. Tonality pada penelitian ini ditetapkan dengan indikator positif, negatif atau netral. 4.5.1.2.1
Favourability di Kompas.com
Pemberitaan Kompas.com, tonality-nya cenderung memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Pasangan ini mendapat lebih banyak tone positif dibanding tone negatif pada pemberitaan yang ada. Angkanya masing-masing adalah 37,9% dan 17,2%. Sementara, 46,4% pemberitaan lainnya, cenderung mempunyai tone yang netral terhadap pasagan ini.
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
13
Tonality Pemberitaan di Kompas.com Posi
Nega
37.90% 57.10%
Netral
37.90% 17.20% 46.40%
Prabowo-‐HaEa
Jokowi-‐JK
Gambar 4.2 Tonality Pemberitaan di Kompas.com
Pada pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, pemberitaan Kompas.com dengan tone positif sebanyak 6,9%, sementara pemberitaan dengan tone negatif sebanyak 37,9%. Sisanya yakni 57,1% pemberitaan, mempunyai tone yang netral. 4.5.1.2.2
Favourability di Detik.com
Pada Detik.com pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa mendapat berita dengan tone positif sebanyak 19,5% dan tone negatif sebanyak 22%. Sementara sisanya, yakni 58,5% pemberitaan mempunyai tone netral terhadap mereka. Sedangkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla, mendapat 26,8% pemberitaan dengan tone positif dan 12,2% pemberitaan dengan tone negatif, 61% pemberitaan sisanya punya tone yang netral.
Tonality Pemberitaan di De5k.com Posi
Nega
Netral
58.50% 19.50% 22.00%
61.00% 26.80% 12.20%
Prabowo-‐HaEa
Jokowi-‐JK
Gambar 4.3 Tonality Pemberitaan di Detik.com
Dengan arah tonality seperti itu, Detik.com dalam pemberitaannnya juga cenderung memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla dibanding pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Apabila pemberitaan dengan tone netral diabaikan, maka pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla mendapat pemberitaan dengan tone positif lebih banyak dibanding Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
14
pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Sementara untuk pemberitaan dengan tone negatif, terjadi sebaliknya. Pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa mendapat jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. 4.5.1.2.3
Favourability di Tempo.co
Tonality Pemberitaan di Tempo.co Posi
16.70%
Nega
38.90% 44.40%
Netral 61.10%
38.90% 0.00%
Prabowo-‐HaEa
Jokowi-‐JK
Gambar 4.4 Tonality Pemberitaan di Tempo.co
Pada Tempo.co arahnya lagi-lagi cenderung sama, yakni memfavoritkan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Namun menariknya, pada Tempo.co pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla tidak mendapatkan pemberitaan dengan tone negatif sama sekali alias 0%. Pasangan ini hanya mendapat pemberitaan dengan tone positif dan netral, masing-masing di angka 38,9% dan 61,1%. Pada pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, di Tempo.co terdapat 16,7% berita dengan tone positif, 38,9% berita dengan tone negatif dan 44,4% dengan tone netral. Dilihat dari tonality-nya, Tempo.co dapat dikatakan mempunyai favourability terhadap pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. 4.5.1.2.4
Favourability di Republika.co.id
Hasil berbeda ditunjukkan oleh pemberitaan yang terdapat pada Republika.co.id. Hanya pada media ini, pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa mendapatkan pemberitaan dengan tone positif lebih banyak dibandingkan dengan tone negatif. 50% pemberitaan tentang Pemilihan Presiden RI 2014 di Republika.co.id mempunyai tone positif terhadap pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, sementara
12,5%-nya mempunyai tone negatif dan
sisanya, 37,5% mempunyai tone yang netral.
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
15
Tonality Pemberitaan di Republika.co.id Posi
Nega
37.50%
Netral
12.50%
Prabowo-‐HaEa
37.50%
50.00%
Jokowi-‐JK
Gambar 4.5 Tonality Pemberitaan di Republika.co.id 4.5.2 Netralitas
Dalam dimensi ini, terdapat dua sub-dimensi yakni pencampuran fakta dano opini serta ada tidaknya penyimpulan satu pihak dalam pemberitaan. 4.5.2.1 Pencampuran Fakta dan Opini Melalui sub dimensi ini, peneliti ingin melihat apakah media online yang diteliti melakukan pencampuran fakta dan opini dalam pemberitaannya. Berdasarkan analisis isi yang dilakukan, persentase pemberitaan yang melakukan pencampuran fakta dan opini dari masing-masing media online sangatlah kecil. Bahkan untuk Republika.co.id pemberitannya tidak ada yang melakukan pencampuran fakta dan opini
Pencampuran Fakta dan Opini dalam Pemberitaan 3% 2%
2,1%
2% 1% 1%
1,05%
0.00%
0% Kompas.com
De
Republika.co.id
1,05% Tempo.co
Gambar 4.6 Persentase Pencampuran Fakta dan Opini dalam Pemberitaan
Media online yang pada pemberitannya terdapat pencampuran fakta dan opini adalah Detik.com dengan angka 2,1% serta Tempo.co dan Kompas.com yang masing-masing dengan angka 1,05%. Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
16
4.5.2.2 Penyimpulan Satu Pihak
Melalui sub-dimensi ini, pemberitaan di media online akan dinilai isinya apakah mempunyai kecenderungan untuk memberikan kesimpulan satu pihak. Media online dengan jumlah pemberitaan yang melakukan penyimpulan satu pihak paling besar presentasenya adalah Republika.co.id dengan 75%, diikuti Kompas.com dengan 67,9%, Detik.com dengan 61% serta Tempo.co 55,6%.
Pemberitaan dengan Penyimpulan Satu Pihak 80% 60%
75%
68%
40%
61.00%
55.60%
20% 0% Repubilka.co.id Kompas.com
De
Tempo.co
Gambar 4.7 Persentase Pemberitaan dengan Penyimpulan Satu Pihak
V.
PEMBAHASAN Untuk menilai keberpihakan pers, salah satu caranya adalah dengan melihat
bagaimana keberimbangan diterapkan dalam setiap pemberitaan yang dilakukan oleh media. Dimensi pertama dari keberimbangan adalah mengenai peng-cover-an berita. Semua media online yang diteliti pernah melakukan pemberitaan dengan melakukan peng-cover-an satu sisi. Dalam konteks pemberitaan tentang pemilihan presiden, tidak ditampilkannya sisi lain dari sebuah isu, membuat berita yang dibaca oleh khalayak hanya merupakan pandangan sempit dari satu narasumber atau sumber yang digunakan. Khalayak tidak mendapatkan suatu penjelasan yang utuh dari narasumber di pihak lain yang sangat mungkin pendapatnya berseberangan. Sebagai contoh, pada berita berjudul “Fadli Zon: Jawaban Pak Jokowi Sebagai Kepala Daerah” yang diterbitkan Detik.com, hanya terdapat Fadli Zon, salah seorang tim sukses Prabowo Subianto – Hatta Rajasa yang digunakan sebagai narasumber berita. Akibatnya berita tersebut hanya memuat informasi dan penilaian yang disepakati oleh satu kubu saja Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
17
yang dalam hal ini adalah kubu Prabowo Subianto - Hatta Rajasa. Dalam berita tersebut klarifikasi dari kubu Joko Widodo – Jusuf Kalla mengenai penilaian negatif yang dilakukan oleh Fadli Zon tidak dimuat. Padahal itu diperlukan agar pembaca dapat menyimpulkan pendapat atau fakta dari siapa yang lebih relevan untuk dipercaya dan dijadikan suatu kesimpulan. Model pemberitaan tersebut membuat pembaca hanya mendapatkan fakta yang sifatnya parsial, hanya dari satu kubu saja. Apabila merujuk pada konsep bias yang dipaparkan oleh D’Alessio dan Allen (2010), perilaku tidak memberi keterangan dua sisi pada pemberitaan ini bisa digolongkan kedalam gatekeeping bias. Gatekeeping bias adalah kondisi dimana penulis berita dan editor menentukan cerita mana yang akan ditampilkan ke publik. Bias jenis ini menganggap suatu fakta atau pendapat lebih penting atau lebih menarik untuk diangkat menjadi sebuah berita. Sub-dimensi selanjutnya yang menilai tentang keberimbangan adalah favourability. Sub-dimensi ini mensyaratkan, seharusnya setiap media online mampu bersikap untuk tidak memfavoritkan salah satu calon. Pada data yang sudah dianalisis, diketahui bahwa tiga dari empat media online yang diteliti cenderung memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Tiga dari empat media online tersebut adalah Kompas.com, Detik.com dan Tempo.co. Jumlah tone positif tentang Joko Widodo – Jusuf Kalla pada berita yang mereka terbitkan, lebih banyak dibandingkan berita dengan tone yang sama ke pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Untuk menjelaskan temuan tersebut, penelti mengaitkannya dengan latar belakang media yang memproduksi berita-berita ini. Pertama dimulai dari Tempo.co. Beberapa bulan sebelum Pemilu 2014 dilaksanakan, majalah Tempo yang masih dalam satu kelompok usaha dengan Tempo.co, menerbitkan edisi dengan judul pada halaman mukanya berbunyi “Palagan Terakhir Prabowo”.7 Pada kolom opini di majalah tersebut, meski tidak secara terbuka, Majalah Tempo mengajak untuk calon pemilih agar tidak memilih Prabowo Subianto apabila nantinya ia maju dalam Pemilihan Presiden RI 2014. Selain disebut sebagai “produk gagal reformasi”, Prabowo Subianto dalam majalah edisi tersebut, disepadankan dengan Hitler, seorang otoriter yang berhasil meraih tampuk kepemimpinan melalui jalur yang demokratis, yakni melalui pemilihan umum. Untuk menutup tulisan opini tersebut, Tempo menuliskan beberapa kalimat dalam sebuah paragraf yang berbunyi seperti ini: Masih ada waktu bagi 180 juta lebih calon pemilih untuk menimbang-nimbang setiap calon. Kita tentu ingin menghasilkan pemimpin yang terbaik, bukan salah satu produk gagal reformasi yang pintar beretorika”. (Tempo, 3 November 2013) 7
Lihat Majalah Tempo Edisi 28 Oktober – 3 November 2013 Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
18
Dari situ terlihat jelas, sikap editorial Majalah Tempo yang anti-Prabowo. Secara teori, posisi atau sikap editorial seharusnya tidak berdampak pada pemberitaan, jika berkaca adanya pemisahan antara editorial dan independennya bagian pemberitaan (Druckman & Parkin, 2005). Namun, banyak pihak mempertanyakan hal ini, melihat dari kenyataan bahwa disengaja atau tidak, pemberitaan punya kemungkinan besar untuk mengikuti sikap dari editorial. (Page, 1996; Rowse, 1957 dalam Druckman & Parkin, 2005). Kedua, penjelasan mengapa Kompas.com juga memfavoritkan Joko Widodo – Jusuf Kalla dibanding Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam pemberitannya adalah terkait kedekatan ideologis. Kompas.com masih berada dalam satu kelompok usaha dengan harian Kompas yang dalam sejarahnya memang dekat dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sulistiyono, 2002), partai yang mengusung Joko Widodo – Jusuf Kalla. Kedekatan secara ideologis dijelaskan pula oleh Romadlan (lihat Romadlan, 2001). Faktor ideologis ini meski abstrak dan tidak terlihat, tetap merupakan salah satu faktor yang memengaruhi isi media, sesuai yang dipaparkan oleh Shoemaker dan Reese (1996). Ideologi merupakan hal mendasar yang menjadi kerangka berpikir bagi individu. Adanya kesamaan ideologi, pandangan dan nilai-nilai yang dianut, membuat dukungan Kompas.com terhadap calon yang diusung PDIP yakni pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla, dimungkinkan terjadi. Faktor kedekatan ideologis ini pula yang kemudian menjelaskan perbedaan arah favourability yang terjadi pada Republika.co.id, dimana Republika.co.id lebih memfavoritkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Republika.co.id yang masih satu kelompok usaha dengan harian Republika, punya kedekatan ideologis dan historis dengan kelompok Islam. Berdirinya harian Republika, diprakarsai oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, yang pada dekade 1990an punya kedekatan dengan Presiden Soeharto lewat B.J Habibie yang menjadi salah satu tokohnya (Romadlan, 2001; Wahyudi, 2005). Pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa meski pengusung utamanya adalah partai berhaluan nasionalis seperti Partai Gerindra, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional, tetapi anggota koalisi dari kubu ini mempunyai jumlah partai bernafaskan Islam lebih banyak, yakni PBB, PKS dan PPP.8 Hal ini diperkuat dengan merapatnya tokoh-tokoh Islam pada kubu Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Tokoh-tokoh Islam tersebut adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj9 dan mantan Ketua PP Muhammadiyah, Amien Rais.10 8
Lihat http://www.voaindonesia.com/content/parpol-dukung-pasangan-prabowo-hatta-dalampilpres/1917769.html 9 Lihat http://www.Republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/05/15/n5lunj-said-aqil-putuskan-dukungprabowo Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
19
Terakhir, untuk penjelasan mengenai mengapa Detik.com memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla, pendekatannya berbeda dengan tiga media online yang lain. Namun peneliti mencoba pula untuk melihat latar belakang dan sejarah pendirian dari Detikcom. Detik.com berdiri atas dasar peluang bisnis media online yang kala itu masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang perusahaan pendiri Detik.com, yakni PT. Agranet Multicita Siberkom yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang IT. Dari fakta tersebut, peneliti melihat bahwa sikap memfavoritkan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang dilakukan Detik.com lebih berdasar alasan popularitas, terutama pada sosok Joko Widodo. Maksud dari hal ini adalah bahwa masyarakat selaku pembaca cenderung menyukai pemberitaan tentang Joko Widodo. Berita-berita yang disukai masyarakat tentu menghasilkan page view yang tinggi bagi media online yang akhirnya memberikan keuntungan bagi perusahaan, lewat banyaknya pengiklan. Aktivitas pers, mulai dari melakukan pemberitaan sampai usaha untuk mengedukasi pembaca, dilakukan salah satunya didasari pada tujuan untuk meraih keuntungan. Berita harus disajikan dan dibingkai sesuai yang diinginkan oleh pasar untuk memaksimalkan keuntungan dan readership atau apabila dalam konteks media online adalah page view (Companie, 1980; Hamilton, 2004; Sigal, 1973 dalam EshbaughSoha, 2010) 5.1.1
Netralitas
Dalam menjelaskan netralitas, akan digunakan dua dimensi sebagai alat ukurnya. Pertama adalah dimensi tentang apakah suatu berita melakukan pencampuran fakta dan opini dalam pemberitaan. Menurut hasil analisis data yang sudah dilakukan, berita-berita di media online yang diteliti cenderung tidak mencampurkan opininya dalam pemberitaan. Beritaberita tersebut, mayoritas selalu memaparkan fakta dengan baik dan jelas siapa sumbernya. Namun terdapat bentuk pencampuran opini lain yang diamati peneliti dari hasil penelitian ini. Pemberitaan media online, kerap kali menjadikan pernyataan orang yang sangat subjektif, penuh opini, dan sangat berpihak sebagai judul berita, sekaligus sebagai inti pemberitaan. Meski opini tersebut tidak dilakukan oleh wartawan atau penulis berita, tetapi secara keseluruhan, berita yang ditampilkan, didominasi oleh opini atau penilaian seseorang yang seringkali mempunyai arah yang negatif terhadap salah satu pasangan calon presiden.
10
Lihat http://www.Republika.co.id/berita/nasional/politik/14/07/01/n80y8j-ini-alasan-amien-rais-dukungprabowohatta Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
20
Sebagai contoh untuk kasus ini adalah berita Kompas.com berjudul “Fahmi Idris: 60 Persen Massa Golkar Dukung Jokowi-JK”.11 Berita tersebut menampilkan klaim sepihak Fahmi Idris tentang dukungan massa atau pendukung Partai Golkar terhadap pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Meski Kompas.com tidak beropini sama sekali dalam pemberitaan tersebut, namun pemilihan pendapat Fami Idris sebagai berita sudah menunjukkan bahwa ada kesengajaan untuk membuat masyarakat mengetahui adanya pendapat seperti itu. Berita tersebut, apabila merujuk pada teori Bandwagon Effect, yang menyatakan bahwa pemilih akan cenderung mengikuti pilihan dari mayoritas masyarakat (Eriyanto, 2007 dalam Holik, 2014), jelas menguntungkan kubu Joko Widodo – Jusuf Kalla. Kedua, netralitas pers perlu dilihat dari bagaimana sebuah teks berita tidak melakukan penyimpulan satu pihak. Merujuk pada data yang dianalisis di bab sebelumnya, lebih dari setengah pemberitaan di media online melakukan penyimpulan satu pihak. Media online tersebut turut menggiring pembaca atau khalayaknya untuk menangkap penyimpulan yang mereka lakukan. Media online menyediakan fakta yang terbatas yang akhirnya membuat pembaca hanya mengambil kesimpulan dari fakta yang terbatas itu pula. Seharusnya media online, menyediakan sebanyak mungkin fakta, sebanyak mungkin informasi yang akhirnya membantu para pembacanya untuk membuat penyimpulannya sendiri atas suatu isu. Contoh yang dapat dipaparkan untuk menjelaskan hal ini adalah berita berjudul “Dianggap Gagal Saat Debat, Prabowo Dinilai Sulit Dongkrak Elektabilitas”12 yang dikeluarkan oleh Kompas.com. Berita tersebut dalam isinya, hanya memaparkan fakta-fakta atau alasan-alasan yang menjelaskan kegagalan Prabowo Subianto dalam debat kandidat. Seharusnya media online cukup memperlihakan aktivitas Prabowo Subianto saat debat kandidat. Penilaian mengenai gagal tidaknya atau memuaskan tidaknya Prabowo saat debat kandidat, seharusnya diserahkan pada para pembaca. Media tidak perlu memberikan kesimpulan, dengan mencatut sumber yang kemungkinan besar bersifat subjektif. VI.
KESIMPULAN
Keberpihakan yang tercermin melalui pemfavoritan terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden melalui pemberitaan terbukti dilakukan oleh media-media online yang diteliti. Kompas.com, Detik.com, dan Tempo.co memfavoritkan pasangan Joko Widodo – 11
http://nasional.Kompas.com/read/2014/06/16/0735068/Fahmi.Idris.60.Persen.Massa.Golkar.Dukung.JokowiJK
12
http://nasional.Kompas.com/read/2014/06/10/1459179/Dianggap.Gagal.di.Debat.Prabowo.Dinilai.Sulit.Dongkr ak.Elektebilitas
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
21
Jusuf Kalla melalui pemberitaannya. Sementara Republika.co.id memfavoritkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam pemberitannya. Selain itu, penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga bentuk keberpihakan yang dilakukan oleh media online. Pertama, media online kerap kali hanya menggunakan keterangan satu sisi untuk mengarahkan fakta tertentu, dengan jumlah persentase yang berbeda. Kedua, pemberitaan tentang pemilihan presiden pada Kompas.com, Republika.co.id, Detik.com, dan Tempo.co mayoritas melakukan penyimpulan satu pihak. Berita dengan penyimpulan satu pihak sifatnya mengarahkan pembaca, padahal seharusnya berita cukup menampilkan informasi selengkap mungkin kemudian membiarkan pembaca yang melakukan interpretasi dan penilaian. Ketiga, meski pada masing-masing media online persentase pemberitaan yang melakukan pencampuran fakta dan opini dalam pemberitaan sangat kecil, media online melakukan pemilihan narasumber yang opininya mendukung calon tertentu dan atau menjelekkan calon tertentu lainnya. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk keberpihakan yang dilakukan. VII.
SARAN
Untuk penelitian kedepannya tentang keberpihakan pers perlu diperdalam kajiankajian mengenai latar belakang, sejarah dan kecenderungan suatu lembaga pers di pemilupemilu sebelumnya. Selain itu metode yang digunakan akan lebih mampu menjelaskan fenomena yang ada ketika mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Misalnya dengan mencari data primer, wawancara dengan para jurnalis yang menulis berita.
DAFTAR PUSTAKA Buku Direktorat Jendral Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2013). Profile of Media in Indonesia, Developments and Achievements. Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika. Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
22
Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media. Graber, D.A. (2000). Media Power in Politics. Thousand Oaks, CA: Congressional Quarterly Press. Harcup, T. (2009). Journalism Principle and Practice. 2nd Edition. London: Sage Publications, Ltd. Krippendorff, Klaus (1993). Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi (Farid Wajidi, Penerjemah). Jakarta: Rajawali Press. Luhulima, James. (2007). Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965: Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. McQuail, D. (1992). Media Performance. Mass Communication and the Public Interest. London: Sage Publications, Ltd. McQuail, D. (2000). McQuail’s Mass Communication Theory.. London: Sage Publications, Ltd. Nurudin. (2009). Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers. Shoemaker, P.J. dan Reese, S.D. (1996). Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content. White Plains, New York: Longman. Wallace, S. (2013). Impartiality in the News. Journalism: New Challenges. Bournemouth: Centre for Journalism & Communication Research Bournemouth University. Artikel Jurnal Dalton, Beck dan Huckfeldt. (1998). Partisan Cues and the Media: Information Flows in the 1992 Presidential Election. The American Political Science Review, Vol. 92, No. 1 (Mar., 1998), pp. 111-126. D’Allessio, D., & Allen, M. (2000). Media bias in presidential elections. Journal of Communication, 50(4). Dunaway, J. (2012). Media Ownership and Story Tone in Campaign News. American Politics Research 41(1) Eshbaugh-Soha, Matthew. (2010) The Tone of Local Presidential News Coverage. Political Communication, 27:121-140. Martin, G.J. dan Yurukoglu, A. (2014). Bias in Cable News: Real Effects and Polarization. Paper presented at 12th Conference on Media Economics. Naples, 10 Oktober 2014. Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
23
Anwar, R. (1992). Penampilan Informasi Pembangunan di Surat Kabar Indonesia (Suatu Perbandingan Melalui Analisis Isi Berita Pembangunan di Harian Suara Karya dan Harian Suara Pembaruan). Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Holik, Idham (2014) Komunikasi Politik Pencitraan Kandidat (Studi Kasus Keterlibatan Konsultan Politik dalam Pencalonan Jokowi di Pemilukada DKI Jakarta 2012. Ringkasan disertasi. Depok: Universitas Indonesia. Kurniawati (1997) Tempo di Balik Pembredelan Pers 1971-1972. Skripsi. Depok: Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Manulong, D.P. (2012) Representasi Agenda Media Dalam Surat Kabar Nasional (Sebuah Analisis Isu-Isu Lingkungan Dalam Kompas dan Koran Tempo).
Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia. Pithaloka (2010) Objektivitas Pemberitaan Surat Kabar (Analisis Isi Pemberitaan Calon Ketua Umum Partai Golkar Menjelang Musyawarah Nasional Golkar 2009 di Koran Kompas dan Media Indonesia). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Romadlon, S. (2001) Pengaruh Ideologi Pada Pola Pemberitaan Surat Kabar Tentang Partai- Partai Politik Selama Kampanye Pemilu 1999 (Analisis Isi Terhadap Harian Kompas dan Harian Republika). Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Sulistiyono, D. (2002). Pers Partai Politik dan Pendidikan Politik: Suatu Studi Tentang Pers Partisan di Era Reformasi. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Suwardi, H. (1993). Pers dan Pemilu Indonesia (Suatu Studi Komunikasi Politik Terhadap Liputan Berita-Berita Kampanye Pemilu 1987 pada 10 Suratkabar di Indonesia. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Wahyudi, H. (2005). Proses Berdirinya Surat Kabar Republika (1992-1993). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Widyaninggar, V.S.H. (2014). Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat Pada Harian Jurnal Nasional Dan Harian Kompas (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada Harian Jurnal Nasional dan Harian Kompas Periode 1 Maret - 5 April 2013). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yuniarti, E. (2009). Perbandingan Manajemen Redaksional Situs Berita Online (Studi Kasus Detik.com dan Kompas.com). Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Regulasi atau Peraturan
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
24
Dewan
Pers.
(2011).
Kode
Etik
Jurnalistik
Wartawan
Indonesia
(http://www.dewanpers.or.id/page/kebijakan/peraturan/?id=513 diakses pada 7 Januari 2015) The Office of Communication. (2011). Broadcasting Code. Section Five: Due Impartiality and
Due
Accuracy
and
Undue
Prominence
of
views
and
opinions.
(http://stakeholders.ofcom.org.uk/ diakses pada 30 Oktober 2014) Artikel Online Armando, A. (2014, Januari 1) Bila Media Menjadi Sarana Kampanye Politik. Indonesia 2014.
Indonesia-2014.com
(http://www.indonesia-2014.com/read/2014/01/01/bila-
media-menjadi-sarana-kampanye-politik#.VInSm_mSzBY diakses pada 30 November pukul 01.45 WIB) Alexa.com (2014) (http://www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses pada 31 Desember pukul 2:56 WIB) BBC
College
of
Journalism
(2012a)
Introducing
Impartiality.
(http://www.bbc.co.uk/journalism/ethics-and-values/impartiality/ diakses pada 3 Januari 2014 pukul 20.00) Luthfie, Nukman. (2008). Pageviews Kompas.com Mengalahkan Detik.com. Virtual.co.id. (http://www.virtual.co.id/blog/dotcom/pageviews-Kompascom-mengalahkan-detikcom/ diakses pada 31 Desember 2014 pukul 2.57 WIB) Pemberitaan Lima Ketua Partai Pendukung Jokowi JK Kumpul di Rakernas Nasdem (2014, Mei 7). Metrotvnews.com. (http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/05/27/246151/lima-ketua-partai-pendukungjokowi-jk-kumpul-di-rakernas-nasdem diakses pada 24 Desember 2014 pukul 20.30 WIB) Mengapa Hary Tanoe Dukung Prabowo Hatta (2014, Juni 21). Tribunnews.com (http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/21/mengapa-hary-tanoe-dukungprabowo-hatta diakses pada 24 Desember 2014 pukul 20.30 WIB) Parpol
Dukung
Pasangan
Prabowo
Hatta
Dalam
Pilpres
(2014,
Mei
24)
(http://www.voaindonesia.com/content/parpol-dukung-pasangan-prabowo-hatta-dalampilpres/1917769.html diakses pada 24 Desember 2014 pukul 21.00 WIB) Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014
25
Universitas Indonesia Keberpihakan media online terhadap ..., Ircham Miladi Aganovi, FISIP UI, 2014