KEBERADAAN TOL TENGAH KOTA BAGI MASYARAKAT SURABAYA DITINJAU DARI RTRW JAWA TIMUR TAHUN 2009-2029 KUSUMASTUTI, SAPTARITA KUSUMAWATI, AMI ASPARINI Staf Pengajar Program Studi DIII Teknik Sipil FTSP-ITS Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak - Tol Tengah Kota Surabaya merupakan salah satu pilihan untuk menyelesaikan persoalan kemacetan lalu lintas kota Surabaya. Namun rencana pembangunan Tol Tengah yang telah disetujui dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya didalam lingkup RTRW Jawa Timur tahun 2009-2029 menjadi dilema dikarenakan kondisi Surabaya saat ini dalam proses pembangunan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road, dan Lingkar Barat; apabila ketiga jalan ini dapat mengatasi kemacetan lalu lintas Surabaya, maka keberadaan tol tengah sudah bukan merupakan kebutuhan primer lagi. Rencana Tol Tengah apabila ditinjau dari sisi RTRW Nasional, Jawa Timur dan kota Surabaya adalah merupakan rencana pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan berupa review literatur yang merupakan bagian yang utuh. Hasil yang dicapai adalah untuk mendapatkan kepastian tentang terwujudnya Tol Tengah, terutama untuk jalur Utara-Selatan Surabaya.
Kata Kunci : Tol Masyarakat Surabaya.
Tengah
Kota,
Kemacetan,
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pola jaringan jalan utama di Surabaya pada dasarnya adalah berbentuk koridor linier yang menghubungkan kawasan Utara dan Selatan (Tanjung Perak-Waru). Namun saat ini telah terjadi pergeseran dari arah yang linier, cenderung berbentuk sistem radialpersegi panjang seiring dengan meningkatnya perkembangan pembangunan di kawasan Barat-Timur Kota Surabaya serta meningkatnya penggunaan jalan Tol Surabaya-Malang. Salah satu masalah utama dalam sistem jaringan jalan di Kota Surabaya adalah bercampur baurnya segala macam jenis kendaraan (mobil ringan, truk, sepeda motor, becak dan lain-lain) serta berbagai macam aktifitas (parkir, pedagang kaki lima, pedestrian dan lain-lain) semakin menambah beban dari sebagian besar jalan-jalan di kota Surabaya, sehingga banyak jalan-jalan yang ada di Kota Surabaya, termasuk jalan-jalan utama di pusat kota yang telah mencapai kepadatan yang tinggi. Fenomena seperti ini dapat ditemui di sepanjang jalan yang membelah kota dari Utara ke Selatan yaitu sepanjang jl.Demak, jl.Ijen, jl.jl.Arjuno, jl.Pasar Kembang, jl.Diponegoro, jl.Wonokromo, jl.Ahmad Yani yang fungsi utamanya adalah Jalan Arteri Primer. Pada kenyataannya sepanjang jalan diatas telah mengalami banyak perubahan dengan penggunaan lahannya, sehingga sudah tidak layak menjadi jalan Arteri Primer lagi.
Sebagai sistem jaringan jalan peninggalan masa lalu, jaringan jalan Kota Surabaya lebih dominan menghubungkan koridor Utara-Selatan kota dan kurang mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada koridor Barat-Timur Kota Surabaya. Akibat dari hal tersebut sudah mulai terasa saat ini dimana kurang memadainya jaringan jalan yang menyediakan akses Barat-Timur Kota Surabaya. Namun upaya untuk lebih mengembangkan akses Barat-Timur saat ini sudah mulai dikembangkan seiring dengan perkembangan kawasan Barat dan Timur Kota Surabaya. Permasalahan lain yang berkaitan dengan sistem jaringan jalan yang ada di kota Surabaya adalah tentang akses masuk dari Selatan dan Timur Kota Surabaya, yang secara dominan menghubungkan akses antara Kota Surabaya dengan kota terdekat secara langsung yaitu Sidoarjo dan beberapa kota-kota lain di Jawa Timur secara tidak langsung. Saat ini kawasan-kawasan entry tersebut yang paling dominan menimbulkan masalah adalah Bundaran Waru. Bundaran Waru sebagai mata rantai antara Kota Surabaya dan Sidoarjo telah dirasakan sebagai titik penyebab kurang baiknya akses lalu lintas antara kedua kota tersebut. Kurang baiknya manajemen lalu lintas pada kawasan bundaran tersebut serta ditunjang dengan kondisi geometrik kawasannya sendiri yang kurang menguntungkan, ditengarai telah menjadikan Bundaran Waru sebagai penyebab terjadinya kemacetan di kawasan tersebut. Namun jika dilihat lebih lanjut sebenarnya ada beberapa hal pokok yang ikut menunjang terjadinya kemacetan pada kawasan Timur dan Selatan ini, yaitu [1] : - Sungai dan jalan kereta api di sebelah Timur jalan Ahmad Yani. - Banyaknya persimpangan antara rel kereta api dengan jalan raya, terutama di bagian Selatan Kota Surabaya. Kapasitas jalan masuk yang tidak sesuai dengan arus lalu lintas yang melewatinya. Maka untuk mengatasi kemacetan di koridor UtaraSelatan Kota Surabaya rencana pembangunan Tol Tengah Kota (Tanjung Perak-Waru) merupakan salah satu solusinya, dan apabila ditinjau dari RTRW Provinsi Jawa Timur, keberadaan Tol Tengah Kota merupakan bagian dari kebutuhan dalam menyediakan infrastruktur bagi arus lalu lintas barang dan jasa di Jawa Timur, serta apabila ditinjau dari RTRW Nasional, maka keberadaan Tol Tengah Kota merupakan pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan
G-9 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
2.2. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2003-2013 [1] -
Proses pembangunan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road dan Lingkar Barat. Menurut Surabaya Integruated Transport Network Planning Study, bahwa solusi mengatasi kemacetan di koridor Utara-Selatan adalah membangun Jalan Lingkar (Ring Road) dan penerapan Angkutan Massal perkotaan.
III. HIPOTESIS DAN METODA PENELITIAN 3.1. Hipotesa Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut : Hipotesa 1 : Untuk menyelesaikan persoalan kemacetan lalu lintas Kota Surabaya salah satu pilihannya adalah Tol Tengah Kota. GAMBAR 1.1.KEMACETAN DI JALAN AHMAD YANI SURABAYA – MEI 2011 1.2. Perumusan Masalah Keberadaan Tol Tengah Kota bagi masyarakat Surabaya, dipicu oleh persoalan kemacetan lalu lintas Kota Surabaya yang berbasis indeks pembangunan nasional yang terpadu dan berkelanjutan dan kondisi Kota Surabaya yang berupaya mengatasi kemacetan dengan pembangunan jalan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road dan Lingkar Barat. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. 2. 3.
Untuk mengetahui peranan Tol Tengah Kota dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Surabaya. Untuk mengetahui keberadaan Tol Tengah Kota ditinjau dari RTRW Jawa Timur tahun 2009-2019. Untuk mengetahui keberadaan Tol Tengah Kota dengan kondisi Kota Surabaya yang dalam proses pembangunan jalan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road dan Lingkar Barat.
1.4. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini selanjutnya dimungkinkan sebagai pedoman bahan usulan dalam rencana pembangunan Tol Tengah Kota Surabaya.
Hipotesa 2 : Tol Tengah Kota merupakan proyek Pemerintah Pusat yang ada di daerah. Hipotesa 3 : Keberadaan Tol Tengah Kota dengan kondisi Surabaya yang sedang dalam proses pembangunan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road dan Lingkar Barat. 3.2. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan berupa review literatur yang merupakan bagian dari penelitian yang utuh, maka langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Usaha-usaha untuk mengatasi kemacetan lalu lintas Kota Surabaya. - Keberadaan Tol Tengah Kota ditinjau dari RTRW Jawa Timur tahun 2009-2029. - Kondisi Kota Surabaya dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.
IV. STRUKTUR TATA RUANG KOTA SURABAYA [1] 4.1. Struktur Jaringan Utama Kota Kebijaksanaan untuk mengefektifkan penggunaan poros Utara-Selatan adalah : -
II. LANDASAN TEORI 2.1.Konsep Dasar Tol Tengah Kota Surabaya [2] Rencana pembangunan Tol Tengah Kota merupakan proyek Pemerintah Pusat yang ada di daerah dan telah disetujui dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur tahun 2009-2029 dan RTRW Kota Surabaya tahun 2009-2019.
G-10
Merencanakan Outer dan Middle Ring Road kawasan Barat dan Outer dan Middle Ring Road kawasan Timur. Ring Road ini akan diintegrasikan dengan Jalan Utama Jalur Utara antara lain dengan penggal jalan kawasan Pelabuhan Tanjung Perak ke Timur menuju Bangkalan dengan interconnection di Tambak Wedi.
ISBN : 978-979-18342-3-0
-
Mengoptimalkan poros Utara-Selatan untuk mendukung kegiatan fungsi primer dan mengoptimalkan sistem jaringan jalan Barat-Timur untuk kegiatan fungsi sekunder.
4.2. Kegiatan Fungsi Utama Kota Kebijaksanaan pembangunan Kota Surabaya dalam RTRW masih mengacu pada INDARMADI, GARPAR, yang menetapkan bahwa fungsi utama kota adalah : industri, perdagangan, maritim, pendidikan, garnisum, pariwisata.
5. KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA WILAYAH 5.1.Konsep dan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Dalam pengembangan sistem transportasi Kota Surabaya tidak terlepas dari arahan regional Surabaya Metropolitan Area, yakni sebagai berikut : 1.
2. 4.3. Unit-unit Pengembangan Unit pengembangan merupakan kawasan dengan batasan tertentu yang merupakan salah satu pendekatan untuk memudahkan koordinasi dalam hal alokasi pelayanan kota bagi masyarakat di suatu kawasan tertentu. Kota Surabaya terbagi atas 23 unit pengembangan dan kawasan pelabuhan dan militer. Setiap Unit Pengembangan dibentuk berdasarkan dominasi fungsi kegiatan tertentu yang akan dikembangkan serta rencana kepadatan penduduk dan bangunan berdasarkan kapasitas pengembangan tertentu. Dalam rangka memenuhi kepentingan yang beragam, perlu dikembangkan pola tata ruang yang menyelaraskan tata guna tanah, air, udara dan alam lainnya dalam satu kesatuan ekosistem yang dinamis. Karena itu Kota Surabaya dibagi atas beberapa Wilayah Pembangunan. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut : - Wilayah Pengembangan Surabaya Bagian Tengah. - Wilayah Pengembangan Surabaya Bagian Timur. - Wilayah Pengembangan Surabaya Bagian Barat. 4.4. Unit Pelayanan Kota Unit pelayanan dibedakan menjadi tiga tingkatan pelayanan yakni : -
-
Pelayanan Regional : diarahkan di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya. Pelayanan Kota : bagian Barat berpusat di Kawasan Tandes, bagian Tengah berpusat di kawasan Pusat Pelayanan Regional, dan bagian Timur berpusat di kawasan Gunung Anyar. Pelayanan Unit Pengembangan : menyebar sesuai dengan pusat unit pengembangan.
4.5. Rencana Sistem Transportasi Rencana sistem transportasi lebih ditekankan pada rencana penanganan dan pengembangan transportasi darat dalam kaitannya Surabaya sebagai pusat pengembangan GERBANGKERTOSUSILA disamping penanggulangan masalah transportasi seperti kemacetan, keterlambatan, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain. Sedangkan tujuan rencana sistem transportasi antara lain untuk mengurangi beban lalu lintas di jalur tengah, meningkatkan beban lalu lintas dipinggir (ring road) dan aksesibilitas wialayah Timur-Barat serta meletakkan dasar-dasar sistem transportasi yang baik untuk ditindaklanjuti pada masa yang akan datang.
3.
4.
5.
Pola grid pattern akan diaplikasikan dalam penyebaran aksesibilitas dari jalan-jalan kota [3] Pengembangan jaringan jalan dirancang guna mengembangkan lingkungan perkotaan dan menghubungkan antar pusat-pusat regional [4] Pergerakan arus lalu lintas harus dipisahkan antar transportasi regional dan transportasi lokal. Pengembangan jaringan jalan arteri untuk mendukung dan menggairahkan pengembangan industri di sepanjang pesisir utara GERBANGKERTOSUSILA. Jalan-jalan by-pass dan ring road harus direncanakan untuk menghindari arus lalu lintas menerus dan mengatasi mobilitas yang tinggi dari arus lalu lintas antar kota [5]
5.2. Struktur Transportasi Untuk mengatasi kurang efisiennya fungsi jaringan jalan dan tidak optimalnya sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kegiatan Kota Surabaya, maka ada dua skenario yang diusulkan untuk mengatasi kecenderungan yang terjadi : -
Skenario I : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat belum terealisasikan, maka jl.Demak-jl.Ijenjl.Arjuno-jl.Pasar Kembang-jl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani tetap sebagai Arteri Primer. - Skenario II : Dengan asumsi bila jalan Lingkar Timur maupun Barat sudah terealisasikan maka jl.Demak-jl.Ijenjl.Arjuno-jl.jl.Pasar Kembang-jl.Diponegorojl.Wonokromo-jl.A.Yani akan berubah fungsi sebagai jalan Arteri Sekunder. Berdasarkan kecenderungan yang terjadi serta berdasarkan keppres no.15/2002 yang membolehkan semua proyek dilanjutkan pembangunannya (termasuk pembangunan jalan Tol Tengah Kota) maka skenario II menjadi alternatif pilihan pertama. Dengan asumsi jika skenario II benar-benar terealisasi diharapkan akan mengurangi kemacetan dan kepadatan lalu lintas serta memindahkan jenis kendaraan besar (truk, bus antar kota dan sejenisnya) pada jalur seperti tersebut diatas.
5.3. Transportasi Darat [1] 5.3.1.Jaringan Jalan Berdasarkan Study For Arterial Road System Development In Gerbangkertosusila, rencana pengembangan transportasi adalah : -
Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Jembatan Suramadu G-11
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
-
Jalan Tol Eastern Middle Ring Road Jalan Tol Waru-Tanjung Perak (jalan Tol Tengah Kota). Rencana pelebaran 6-Lajur jalan Tol SurabayaGempol
Pola lalu lintas Kota Surabaya dapat dibedakan menjadi 2 yakni jalur penghubung Utara-Selatan dan jalur TimurBarat. Arahan masing-masing jalur adalah sebagai berikut : -
-
-
-
-
-
Rencana akses Selatan-Utara : Penghubung Surabaya bagian Selatan dan Utara terutama diperuntukkan bagi lalu lintas regional. Untuk itu rencana pembangunan jalur Lingkar Tengah maupun lingkar Luar di Barat dan Timur perlu diwujudkan, yakni : Jalan Lingkar Tengah Timur direncanakan bersambung dengan jalan Arteri Primer dan Ring Road Sidoarjo. Jalan Lingkar Tengah Barat direncanakan akan bersambung dengan jalan Arteri Primer MojokertoSurabaya. Jalan Lingkar Luar Timur direncanakan akan bersambung dengan jalan Tol Waru-Juanda (Tol Tengah Kota) dan Arteri Primer Sidoarjo. Rencana akses Timur-Barat : Jalur-jalur penghubung Wliayah Surabaya bagian Timur dan Barat perlu dihubungkan dengan akses yang memadai. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kondisi pada jalur-jalur berikut : Jalur jl.Benowo-jl.Tandes-jl.Banyu Uripjl.Pandegiling-jl.Kertajaya Jalur jl.Mayjen Sungkono-jl.HR.Mohammadjl.Adityawarman-jl.Panjang Jiwo-jl.Kedung Barukjl.Wonorejo Rungkut.
Berdasarkan Surabaya Integrated Transport Network Planning (SITNP) Dilandasi pada urgensi permasalahan transportasi yang dihadapi Kota Surabaya, disusun arahan sistem transportasi, yang garis besarnya adalah : -
-
Rencana jaringan jalan Ada 8 prioritas utama pengembangan sistem transportasi kota Surabaya di masa mendatang : Jalan penghubung jl.Jemur Andayani ke jalan Tol Waru-Gempol Jalan layang jl.Pandegiling-jl.Pasar Kembang Jalan layang jl.Pandegiling-jl.Darmo Pengembangan jl.Sulawesi Jalan layang jl.Dharmahusada-jl.Raya Gubeng Pelebaran pada titik-titik penting pada ruas jalan Tol Surabaya-Gempol Pengembangan jl.Gunungsari Pengembangan jl.Kalianak/jl.Gresik Jalur Kereta Api Metro Utara-Selatan
G-12
-
-
-
Jalur kereta api Metro dimulai dari Pelabuhan Tanjung Perak ke daerah Purabaya di Selatan Kota Surabaya. Ada 25 buah stasiun pemberhentian dengan berbagai tipe sepanjang 18,0 km yang sebagian besar direncanakan berupa struktur elevated dan akan melewati pusat kota Surabaya. Jalur Kereta Api Metro Barat-Timur Jalur kereta api yang melintas dari pusat kota Darmo Satelit di Barat ke terminal ITS dekat Pakuwon City (Laguna Indah) di Surabaya Timur. Ada 22 stasiun pemberhentian sepanjang 11,6 km pada rute ini. Jalur khusus bus jalur Barat Laut-Timur Jalur khusus bus dimulai dari terminal Tambak Oso Wilangun dan melintas sepanjang alinyemen jl.Kalianak dan jl.Gresik. Panjang lajur khusus ini sepanjang 9,2 km dan terdiri atas 6 stasiun pemberhentian Pelayanan kereta api untuk kawasan Sub Urban Berdasarkan identifikasi potensi yang cukup tinggi untuk pengembangan pelayanan kereta api untuk komuter sub urban antara Sidoarjo-Surabaya Kota, maka sistem ini diajukan sebagai alternatif pengguna angkutan umum bus yang saat ini sudah ada.
Berdasarkan RTRW Jawa Timur Tahun 2009-2029 [6] Keberadaan Tol Tengah Kota merupakan bagian dari kebutuhan dalam menyediakan infrastruktur bagi arus lalu lintas barang dan jasa di Jawa Timur. Karena itu Pemprov. Jatim menyajikan pandangan-pandangan alternatif guna terwujudnya jalan Tol Tengah tersebut. Salah satu alternatif dibangunnya Tol Tengah menyusuri alur Sungai Kalimas, sebab apabila dibangun diatas sungai tanpa menutup permukaan sungai, hal ini tidak akan ada penggusuran (meminggirkan) masyarakat, tetapi kelemahannya banyak belokan dan turun dari Tol lokasinya rumit, selain itu apabila dibangun diatas sungai akan terkoneksi dari segi estetika dengan Master Plan Pemkot Surabaya dan rencana PT.KA. yang akan membuat doubel track, sebab apabila lewat diatas sungai Kalimas akan kelihatan membentang dan melintas diatas Kota dan hal ini kurang baik dari sisi estetika, sedangkan apabila tetap menggunakan desain awal (lewat sekitar rel Kereta Api), maka akan banyak rumah-rumah penduduk yang tergusur (masyarakat yang tinggal disepanjang rel Kereta Api), tetapi apabila ditinjau dari segi estetika jalur Tol ini tidak akan kelihatan membentang dan melintas di Tengah Kota, sehingga dari sisi estetika kelihatan sangat baik, disamping itu di bundaran Waru akan merupakan pertemuan dengan empat jalan Tol lainnya, kemudian di Morokrembangan juga akan di desain pertemuan beberapa jalan Tol lagi, dan apabila lewat sekitar rel KA. juga akan menghilangkan daerah kumuh di sekitar rel KA. Maka dengan ketinggian 8,4 meter Tol yang dibangun, elevated di bawah jalan Tol dapat digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) [2]
ISBN : 978-979-18342-3-0
GAMBAR 5.1. SALAH SATU ALTERNATIF RENCANA TOL TENGAH KOTA YANG AKAN DIBANGUN DIATAS SUNGAI KALIMAS [6]
Berdasarkan RTRW Jawa Timur rencananya juga akan banyak proyek pembangunan dan pengembangan Wilayah, termasuk didalamnya pembangunan sistem jaringan transportasi terpadu, baik darat, laut, maupun udara. Kondisi pembangunan transportasi darat saat ini yang hampir selesai adalah Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) seksi IA dari Surabaya sampai Sepanjang (Sidoarjo) sepanjang 2,3 kilometer, sehingga Bunderan Waru Surabaya menjadi simpang susun yang mempertemukan sejumlah jalur Tol, termasuk Tol
Tengah Kota dengan Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo). Simpang susun Waru akan mempertemukan pintu keluar Tol Sumo menuju pintu masuk Tol Tengah, sehingga pembangunan Tol Tengah untuk tahap I dimulai dari Bundaran Waru sampai didepan Royal Plaza, selanjutnya belok ke kanan melewati pasar beras Bendul Merisi dan selanjutnya akan menyusuri rel Kereta Api. Simpang susun Waru akan menjadi objek wisata yang tak kalah dengan jembatan Surabaya-Madura (Suramadu).
GAMBAR 5.2. RENCANA TOL TENGAH SIMPANG SUSUN MENANGGAL MENURUT RTRW SURABAYA 2009-2019 [2]
G-13 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
GAMBAR 5.3. RENCANA TOL TENGAH SIMPANG SUSUN JAGIR MENURUT RTRW SURABAYA 2009-2019 [2]
TABEL 5.1. DASAR-DASAR PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN STRUKTUR KOTA SURABAYA NO 1.
TUJUAN Mengurangi beban jaringan pusat kota
2.
Meningkatkan akses Timur-Barat Kota
3.
Memacu perkembangan Wilayah Barat
4.
Membuka akses JuandaKota Surabaya Meningkatkan jalur angkutan umum
5.
SASARAN Beban arteri primer jl.A.Yani-Tanjung Perak didistribusi ke - Lingkar Timur - Tol Waru-Perak - Lingkar Tengah Barat - Membuka jalur ITS-Benowo-Gresik - Membuka jalur Jagir-Sambikerep-Gresik - Membuka jalur Rungkut-Lakarsantri-Gresik - Meningkatkan akses Timur-Barat - Membuka Lingkar Tengah-Barat dan Lingkar Barat - Meningkatkan jalur Banyu Urip-Benowo - Melalui Lingkar Timur Membuka jalur angkutan massal bus kota yang melayani : - Jalur Utara-Selatan : Bungurasih-Tanjung Perak - Jalur Timur-Barat : ITS-Benowo
Sumber : RTRW kota Surabaya 2003-2013
Berdasarkan kondisi Surabaya membangun jaringan jalan
dengan
konsep
Proyek Frontage Road yang dibangun saat ini sudah bisa mengurai kemacetan di jalan Ahmad Yani, padahal baru sebagian sisi Timur yang dibangun, pembangunan
G-14
Frontage tersebut dapat menjadi pintu masuk untuk mengatasi kemacetan di Surabaya; yaitu dengan membuat jaringan jalan keluar masuk yang bisa menghubungkan jalan-jalan di Tengah Kota, sehingga saling bisa berhubungan. Setelah pembangunan Frontage selesai kemudian dibuatkan akses jalan ke Wilayah Timur menghubungkan ke jalan MERR.
ISBN : 978-979-18342-3-0
GAMBAR 5.3. RENCANA JARINGAN JALAN MENURUT RTRW SURABAYA 2003-2013 [1]
GAMBAR 5.4. RENCANA AKSES PENGHUBUNG DARI ARAH TIMUR-BARAT DAN UTARA-SELATAN MENURUT RTRW SURABAYA 2003-2013 [1]
DAFTAR PUSTAKA
VI. KESIMPULAN 1.
2.
3.
Apabila Tol Tengah lebih dulu terealisasi maka Tol Tengah menjadi Arteri Primer, sehingga kemacetan dan kepadatan lalu lintas jalur UtaraSelatan Kota Surabaya dapat teratasi. Keberadaan Tol Tengah dapat melengkapi Tol Sumo, karena simpang susun Waru akan mempertemukan pintu keluar Tol Sumo menuju pintu masuk Tol Tengah. Apabila jalan Lingkar Timur, MERR, Frontage Road, dan Lingkar Barat lebih dulu terealisasi maka keberadaan Tol Tengah menjadi Arteri Sekunder, karena kemacetan dan kepadatan lalu lintas Kota Surabaya sudah diatasi oleh ketiga jalan jaringan; yaitu Lingkar Timur, MERR, Frontage Road, Lingkar Barat.
[1]. Pemerintah Kota Surabaya, (2002), “Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Surabaya tahun 2003-2013”, Badan Perencanaan Pembangunan. [2]. Pemerintah Kota Surabaya, (2008), “Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Surabaya tahun 2009-2019”, Badan Perencanaan Pembangunan. [3].
F.D.Hobbs, 1995, “Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas”, Edisi Kedua, Gajah Mada University Press.
[4].
Bruton, M.J.(1975), “Introduction to Transportation Planning”, Hutchinson Technical Education, Edisi ke 2, London.
[5]. Hay, W.W.(1961), “An Introduction to Transportation Engineering”, Wiley, London. [6]. Pemerintah Provinsi Jawa Timur, (2008), ”Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur tahun 2009-2029”, Badan Perencanaan Pembangunan.
G-15 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Halaman ini sengaja dikosongkan
G-16
ISBN : 978-979-18342-3-0