KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT GORONTALO DALAM NASKAH TINILO PA’ITA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
ARTIKEL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh FEBRIANY I. SAU NIM. 311 411 175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Mei 2015
1
2
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT GORONTALO DALAM NASKAH TINILO PA’ITA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER Febriany I. Sau UniversitasNegeriGorontalo FakultasSastradanBudaya JurusanPendidikanBahasadanSastra Indonesia Anggota Ellyana G. Hinta Sance A. Lamusu ABSTRAK Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni : (1) bagaimana nilainilai kearifan lokal masyarakat Gorontalo dalam naskah Tinilo? (2) bagaimana relevansi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Gorontalo dan nilai-nilai pendidikan karakter? Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam naskah Tinilo dan relevansinya dengan pendidikan karakter. Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut digunakan metode deskriptif analisis untuk menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal yang tercermin dalam syair-syair dari naskah Tinilo Pa’ita yang bersumber dari hasil penelitian yang ditulis oleh Hinta. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yakni mengutip data-data atau syair-syair yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian berikut: (1) delapan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam naskah Tinilo, yaitu, pertama nilai budaya disiplin, yang kedua nilai budaya musyawarah, yang ketiga nilai budaya saling menyayangi, yang keempat nilai budaya saling menghormati, yang lima nilai budaya religius, yang keenam nilai budaya nasehat, yang ketujuh nilai budaya besedekah, yang kedelapan atau yang terakhir adalah nilai budaya sopan santun (2) kedelapan nilai kearifan lokal tersebut sangat relevan dengan nilai pendidikan karakter, yaitu yang pertama nilaikKedisiplinan relevan dengan nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai tanggung jawab dan nilai mandiri, yang kedua adalah nilai musyawarah relevan dengan nilai toleransi, yang ketiga adalah nilai saling 3
menyayangi relevan dengan nilai cinta damai, yang keempat nilai menghormati relevan dengan nilai menghargai prestasi, yang kelima adalah nilai religius relevansinya dengan nilai jujur, yang keenam adalah nilai nasehat relevan dengan nilai pribadi yang baik, yang ketujuh adalah nilai bersedekah relevan dengan nilai peduli sosial, dan yang kedelapan adalah nilai sopan santun relevan dengan nilai bersahabat, dengan bersikap sopan santun relevan dengan bersahabat. Kata-kata kunci: kearifan lokal, pendidikan karakter, tinilo pa’ita PENDAHULUAN Kearifan lokal adalah kebijakan-kebijakan yang sering masyarakat lakukan yang tercermin dari nilai luhur budaya, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang nilai-nilai kearifan lokal, walaupun nilai-nilai kearifan lokal sering dilakukan masyarakat, tetapi masyarakat tidak menyadari nilai-nilai tersebut tercermin dari budaya lokal. Kearifan lokal menurut Sibarani (2012:122-123) adalah pengetahuan asli (indigineous knowledge) atau kecerdasan lokal (local genius) suatu masyarakat, yang berasalal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan komunitas baik dalam penciptaan kedamaian maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal yang terdapat pada adat istiadat dijadikan pilar pendidikan karakter, pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013:42) pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baikburuk, memelihara kebaikan mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam Kementrian Pendidikan Nasional pendidikan karakter terdapat nilainilai antara lain nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai demokratis, nilai rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai
4
barsahabat/komunikatif, nilai cinta damai, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, nilai tanggung jawab. Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, meyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat (Soelaeman 2005:35). Pada penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai kearifan lokal yang dilihat relevansinya dengan pendidikan karakter melalui naskah Tinilo Pa’ita. Suryani (2012:47) naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran, perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau, naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang. Tinilo Pa’ita, adalah salah satu jenis sastra daerah Gorontalo yang dilaksanakan pada hari ke-40 setelah kematian. Sejalan dengan pendapat Hinta (2005:55) syair-syair berisi do’a kepada Allah SWT untuk keselamatan orang yang meninggal dan menghibur atau menasehati keluarga dan kerabat yang ditinggalkan. Syair-syair Tinilo yang mengandung do’a dan menjadi hiburan bagi keluarga yang berduka ini mengandung nilai-nilai yang menjadi kebijakan yang dilakukan masyarakat menjadi cermin bagi masyarakat lama dan menjadi panutan bagi masyarakat masa kini, tanpa disadari syair-syair dari Tinilo tersebut mengandung kearifan lokal yang dilakukan masyarakat dalam kesehariannya, sehingga sastra daerah khususnya naskah Tinilo Pa’ita menjadi objek dalam penelitian. METODE PENELITIAN Menurut Siswantoro (2010:55-56) metode berarti cara yang dipergunakan seorang di dalam usaha memecahkan masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut Kuta Ratna (2010:53), metode deskkriptif analisis diperoleh melelui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara
5
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dalam penelitian ini, metode deskriptif analitis digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kandungan kearifan lokal dalam naskah Tinilo dan melihat relevansinya dengan pendidikan karakter. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah Tinilo yang bersumber dari hasil penelitian yang ditulis oleh Hinta yang berjudul Tinilo Pa’ita Naskah Puisi Gorontalo: Sebuah Kajian Filologis yang terbit pada tahun 2005 di Jakarta oleh penerbit Djambatan, untuk mengumpulkan data, digunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi menurut Arikunto (2010:274) dokumentasi adalah mencari data yang mengenai hal-hal variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lenger, agenda dan sebagainya. Dalam menganalisis data dilakukan langkah-langkah yakni. (1) mengidentifikasi kata atau kalimat yang berhubungan dengan nilai-nilai kearifan lokal (2) mengklasifikasi kata atau kalimat yang termasuk dalam nilai-nilai kearifan lokal, (3) menganalisis makna kata atau kalimat yang termasuk dalam nilai-nilai kearifan lokal, (4) melihat relevansinya dengan pendidikan karakter, (5) menyimpulkan hasil analisis tentang kata atau kalimat yang termasuk dalam niai-nilai kearifan lokal dan relevansinya dengan pendidikan karakter. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat delapan nilai budaya yang menjadi bukti konkret nilai-nilai kearifan lokal. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat gorontalo dalam naskah tinilo pa’ita. 1) Nilai Budaya Disiplin Nilai budaya disiplin masyarakat Gorontalo dapat dilihat dari penggalanpenggalan Tinilo berikut ini. Kalima du’a aruwa
Tahlilan dan doa arwah
6
Pa’ita tonulahua Depita a:turua To huhulihe to huwa
Hiasilah batu nisan Diantar ke tempat makam dengan teratur Di usungan terhias rapi
Tinilo (syair) di dalam Yiladia (Rumah Kediaman) (Ep. 1-No.17) Kalimat yang terdapat pada kutipan baris ketiga di atas menjelaskan bahwa budaya disiplin sangat melekat pada kehidupan masyarakat Gorontalo. Budaya tersebut selalu teratur dalam segala hal baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam setiap upacara adat. Hal tersebut terlihat pada pelaksanaan upacara adat Tinilo. Setiap tahap pelaksanaannya dikerjakan dengan baik, tidak memandang siapa yang meninggal dan dari kalangan mana. Budaya disiplin seyogyanya diterapkan sejak dini dimulai dari lingkungan keluarga dan semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial tidak hanya sebatas slogan. Pihak eksekutif dan legislatif dari pusat sampai ke daerah harus mengambil peran untuk melakukan penerapan nilai budaya disiplin. 2) Nilai Budaya Musyawarah U lipu u duluo lo’u limo
Pemangku adat dua dari pada lima Pohala Gorontalo Mengadakan musyawarah bersama Kepada cucunda khalifah negeri Mengadakan upacara kebesaran adat Limboto-Gorontalo
lo pohala’a lo hulontalo Lo dulohupa ngopanggalo To wombu lio bilantalo Lo pohutu a:dati lo Limutu-Hulontalo
Tinilo (syair) di dalam Yiladia (Rumah Kediaman) (Ep. 1-No.3) Lo dulohupa ngopanggalo (Mengadakan musyawarah bersama). Tercermin dari kalimat tersebut terlihat jelas bahwa masyarakat Gorontalo menjaga sistem kekerabatan yang sudah melekat erat yang terus dipelihara dengan baik. Sehingga masyarakat sudah terbiasa menyelesaikan masalah secara musyawarah dan secara
7
mufakat. Masyarakat Gorontalo lebih mengedepankan musyawarah, pelaksanaan musyawarah memiliki tujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama sehingga semua hasil keputusan dapat diterima dan dijalankan dengan ikhlas dan baik yang diiringi dengan rasa tanggung jawab di dalamnya. Musyawarah juga tidak hanya berperan sebagai cara yang digunakan untuk mencari kesepakatan akhir, tetapi musyawarah juga dijadikan masyarakat sebagai sarana untuk saling menjalin silaturrahmi dengan sesama. 3) Nilai Budaya Saling Menyayangi Paita badaliati Modaha lipata lo hati Wunungo o saha:dati Wolo hilao ikhilasi
Batu nisan sebagai ibarat Menjaga agar tidak dilupakan Bersedih bersyahadat Dengan hati yang ikhlas
Tinilo (syair) Momuato Pa’ita (Mengangkat Batu Nisan) (Ep. 9-No.10) Baris pertama dan kedua pada penggalan syair di atas, merupakan cerminan masyarakat Gorontalo yang saling mencintai antar sesama. Artinya masyarakat Gorontalo saling mencintai dan menghargai satu sama lain sehingga terus terciptakan kekerabatan dan tali persaudaraan yang erat. Sama halnya dengan orang yang telah meninggal. Dalam budaya masyarakat Gorontalo, seseorang yang meninggal dapat dikenang dengan berbagai macam cara, diantaranya melalui batu nisan. Batu nisan dijadikan sebagai tanda atau pengingat untuk mengenang seseorang yang telah meninggal. Batu nisan yang diletakkan di atas kuburan memberikan tanda bagi keluarga almarhum/almarhumah, agar tidak melupakan sanak keluarga yang telah meninggal, masyarakat Gorontalo membuat batu nisan agar dengan setiap kali melihat batu nisan akan mengenang almarhum/almarhumah, walaupun telah berpisah alam.
8
4) Nilai Budaya Saling Menghormati Seperti nilai budaya saling menyayangi yang telah dibahas sebelumnya, pada bagian ini membahas nilai budaya saling menghormati, nilai budaya saling menghormati pada naskah ini dapat dilihat pada penggalan naskah di bawah ini. U lipu longa:turu O ngonga:la’a wulu-wulu Lo hutu a:dati dulu-dulu Bubato u lo tombu:lu
Pemangku adat mengatur Segenap keluarga sepakat Melaksanakan upacara adat pusaka leluhur pemangku adat yang melaksanakannya Tinilo (syair) di dalam Yiladia (Rumah Kediaman) (Ep. 1-No.7)
Nilai budaya saling menghormati sudah menjadi salah satu ciri pola hidup masyarakat Gorontalo, yang sudah menjadi jati diri masyarakat. Hal tersebut terefleksi dari dua baris pertama syair di atas, pada kalimat di atas jelas di paparkan bahwa masyarakat Gorontalo menghormati pemimpin, menghormati orang lain, menghormati siapa saja yang memberikan petunjuk agar bisa lebih baik sehingga apapun yang menjadi keputusan yang diberikan oleh orang lain yang dalam hal ini adalah
pemangku
adat
pasti
diterima
oleh
segenap
keluarga
yang
mengikuti/melaksanakan, tidak hanya di tegaskan dalam syair Tinilo tetapi juga sudah menjadi ajaran agama untuk menghormati para pemimpin dan setiap tamu yang datang berkunjung ke daerah Gorontalo. 5) Nilai Budaya Religius Budaya religus dalam masyarakat Gorontalo dapat terlihat dalam kutipan syair berikut ini. Bismi’l-Lahi’r rahmani’r rahim Bismillah mosabari Parenta he pilohutu Perintah Allah selalu dikerjakan Tabia limo wakutu Shalat lima waktu Batanga ma dutu-dutu Jasad sudah diletakkan Napasi ode gausu Napas akan ke alam gaib Tinilo (syair) di dalam Yiladia (Rumah Kediaman)
9
(Ep. 4-No.1) Nilai budaya religius sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Gorontalo karena penduduk Gorontalo sebagian besar memeluk agama Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada perintah yang dianjurkan dalam kutipa di atas yaitu mendirikan sholat lima waktu dan kalimat Bismi’l-Lahi’r rahmani’r rahim di atas. Kalimat tersebut menyatakan bahwa masyarakat Gorontalo setiap akan memulai suatu pekerjaan selalu mengawali dengan kata Bismi’l-Lahi’r rahmani’r rahim dan hal tersebut terlihat pada setiap pembukaan episode syair Tinilo menggunakan kalimat tersebut. Kata Bismi’l-Lahi’r rahmani’r rahim sepadan dengan falsafah hidup masyarakat Gorontalo, yaitu Aadati topatopango to sare’ati, sare’ati topatopango to Qur’ani yang berarti Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah. 6) Nilai Budaya Nasehat Nilai budaya nasehat pada masyarakat Gorontalo
dapat dilihat pada
penggalan kutipan naskah di bawah ini. Payu didu lalangi Malo molola jamani Di:la pohama tamani U mo’o rugi imani
Dasar tidak lagi di jalankan Telah Meninggalkan zaman Jangan memilih teman Yang merugikan iman Tinilo (syair) di dalam Yiladia (Rumah Kediaman) (Ep. 5-No.8)
Era globalisasi dan informasi tidak saja membawa dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Dampak yang ditimbulkannya antara lain, berupa perembesan budaya negatif yang mempengaruhi perilaku manusia dalam kehidupanya. Ringkasnya, era globalisasi mempengaruhi moral dan akhlak manusia, baik akhlak terhadap orang tua dan sesama, maka dalam hal ini dibutuhkan peran ekstra dari orang tua. Berkaitan dengan penggalan kutipan naskah di atas yang menyatakan budaya nasehat yang ada dalam naskah Tinilo ini merupakan nasehat yang tidak boleh dipandang remeh. Dari nasehat ini dikatakan bahwa “jangan memilih teman yang merugikan iman” yang artinya jangan sembarangan memilih teman yang dapat
10
menjerumuskan ke jalan yang tidak baik. Nasehat ini dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat terutama kalangan remaja. Setiap nasehat yang diterima mempunyai banyak pelajaran yang dapat diambil sehingga nasehat tersebut bisa diteruskan ke generasi selanjutnya. Nilai budaya nasehat ini di jaga agar tidak hilang dengan beriringnya perkembangan zaman, maka penerapannya dapat dilakukan sejak anak masih berusia dini. 7) Nilai Budaya Bersedekah Nilai budaya bersedekah tersebut dapat dilihat pada penggalan naskah Tinilo di bawah ini. Buga rambe hi dapata Siladia basarata Bakohati posadaka To ahali hitanngapa
Bunga rampai sudah siap Disediakan beserta Bungkusan kue adat untuk sedekah Bagi para keluarga dan kerabat yang hadir
Tinilo (syair) Mopodidi Lo Bakohati (Membagi-bagi Bungkusan Kue Adat) (Ep. 7-No.10) Penggalan kutipan di atas terlihat jelas bahwa budaya bersedekah dapat dilakukan dimana dan kapan saja, serta mampu dilakukan oleh siapa saja yang merasa dirinya cukup. Dalam nilai budaya tersebut, masyarakat tidak harus menunggu sampai mendapatkan kekayaan yang lebih. Tidak ada alasan untuk tidak bersedekah hanya dikarenakan harta yang sedikit. Sedikit harta akan mendatangkan keutamaan tersendiri bila mampu mensyukurinya. 8) Nilai Budaya Sopan Santun Nilai budaya sopan santun yang terdapat dalam masyarakat Gorontalo dapat dilihat pada penggalan kutipan naskah Tinilo di bawah ini. Banta samua tahulia Wau po’o amalia Wolo hale sabaria Moti wopa molo’ia
Anak semua dipesankan Perkuatlah amal Dengan sifat amal Dan merendahkan jika bertutur
11
Tinilo (syair) Mopodidi Lo Bakohati (Membagi-bagi Bungkusan Kue Adat) (Ep. 8-No.8) Budaya sopan santun dalam naskah Tinilo yang dibahas pada bagian ini yaitu berasal dari kata banta yang dalam bahasa Gorontalo yang artinya anak sama halnya dengan wala’o, tetapi memiliki tingkat kesopanan yang tinggi. Kata banta sering digunakan pada syair-syair dalam sastra lisan seperti Tinilo dan sastra lisan lainnya yang ada di Gorontalo, bahasa mencerminkan pribadi seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari perkataan yang diucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang kasar, menghakimi, menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi, mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang kurang berbudi. Begitu pula dengan penampilan pakaian seseorang, jika tak mampu menyesuaikan pakaian dalam situasi tertentu, maka dapat dikatakan tidak mampu menerapkan prinsip kesopanan. Relevansi Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Gorontalo dalam Naskah Tinilo dengan Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Kearifan lokal sangat relevan dengan pendidikan karakter, hal tersebut terlihat dari nilai yang pertama yaitu nilai kedisiplinan relevan dengan nilai disiplin, nilai kedisiplinan yang tergambar pada naskah Tinilo melahirkan sikap disiplin dalam segala hal, berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Kedisiplinan relevan dengan nilai kera keras, dengan disiplin akan tertanam dalam diri untuk bekerja keras dalam mencapai keinginan atau tujuan, yang ketiga kedisiplinan relevan dengan nilai tanggung jawab, dengan disiplin akan timbul dalam diri untuk tanggung jawab dalam hal pekerjaan atau dalam perbuatan yang dilakukan, yang keempat relevan dengan mandiri, kedisiplinan juga akan menimbulkan sikap mandiri, tidak mengandalkan orang lain dan tidak menggantungkan hidup pada orang lain.
12
Nilai musyawarah relevan dengan nilai teoleransi, dalam musyawarah dituntut untuk saling menghargai, toleransi antar sesama dan menerima pendapat orang, serta saling menghormati. Tidak melihat perbedaan suku, ras dan agama. Nilai saling menyayangi relevan dengan nilai cinta damai, dengan rasa saling menyayangi akan timbul rasa cinta damai, masyarakat yang aman dan nyaman akan terbentuk dari setiap anggota masyarakatnya saling menyayangi satu sama lain. Nilai menghormati relevan dengan nilai menghargai prestasi, dengan saling menghormati tumbuh dalam diri untuk menghargai prestasi orang lain, dan selalu bersusaha untuk melakukan sesuatu yang baik untuk diri sendiri dan masyarakat atau lingkungan. Nilai religius relevansi dengan nilai jujur, pribadi yang religius tercermin dari perilaku yang taat terhadap yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah SWT, termasuk dalam menjauhi larangan adalah tidak berkata bohong, tidak berkata bohong atau lebih dikenal dengan jujur yaitu tidak melebih-lebihkan informasi atau antara informasi dan kenyataan harus sama kebenarannya. Nilai nasehat relevan dengan nilai pribadi yang baik, nasehat yang diberikan, baik itu nasehat dalam pergaulan atau nasehat dalam menuntut ilmu akan memberikan manfaat jika diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan tercipta pribadi yang baik, menjadi pribadi yang baik adalah berusaha membuat perubahan dalam diri agar menjadi lebih baik lagi. Nilai bersedekah relevasinya dengan nilai kepedulian sosial, bersedekah tidak harus dalam jumlah yang banyak tetapi juga ikhlas dari dalam hati. Sedekah dapat meringankan beban lain dan peduli kepada orang di sekitar yang lebih membutukan. Terakhir adalah nilai sopan santun relevan dengan nilai persahabatan. Sopan santun baik itu dalam perkataan maupun dalam sikap dapat memudahkan untuk mendapatkan sahabat dan lebih mudah bergaul dengan siapa saja, karena dengan memiliki sifat yang sopan santun akan menimbulkan rasa rendah hati.
13
SIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab hasil penelitian dan pembahasan mengenai nilainilai kerifan lokal dalam Tinilo dan relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan karakter, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Kearifan lokal yang ditemukan dalam naskah Tinilo terdapat delapan nlai budaya yang merupakan nilai yang ada dalam masyarakat dan sering diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama nilai budaya disiplin, disiplin yang tergambarkan dalam naskah Tinilo yaitu teratur dalam bertindak dan selalu mengantur dengan baik setiap pelaksanaan upacara adat khususnya upacara adat Tinilo, yang kedua nilai budaya musyawarah, dalam naskah Tinilo tergambarkan kebiasaan masyarakat yang selalu mengedepankan musyawarah daripada mengambil keputusan sendiri. Ketiga nilai budaya saling menyayangi, saling menyayangi dapat telihat dari dibuatkan batu nisan untuk mengenang dan mengingat almarhum/almarhumah, dengan melihat batu nisan tersebut akan mengingat dan tidak akan lupa kepada sanak keluarga yang telah pulang ke pangkuan Allah SWT. Keempat adalah nilai budaya saling menghormati, nilai budaya saling menghormati tergambar dari setiap mengambil keputusan akhir dari musyawarah, keputusan tersebut dijalankan dengan ikhlas, dan menghormati pemimpin musyawarah atau dalam naskah Tinilo disebut dengan pemangku adat, yang kelima adalah nilai budaya religius, nilai budaya religius tergambar dari setiap awal episode Tinilo dimulai dengan kalimat Bismi’l-Lahi’r rahmani’r rahim, tercermin bahwa masyarakat Gorontalo ketika akan memulai pekerjaan selalu menyebutkan kalimat Bismi’l-Lahi’r rahmani’r Rahim, selain itu tergambar pula masyarakat Gorontalo selalu menjalankan perintah Allah yang yaitu mendirikan sholat, yang keenam adalah nilai budaya nasehat, nilai budaya nasehat yang ditemukan dalam naskah Tinilo adalah nasehat dalam pergaulan dan nasehat dalam menuntuk ilmu, yang ketujuh nilai budaya bersedekah,
14
tergambar dalam Tinilo bersedekah tidak harus dalam jumlah yang banyak, dalam jumlah yang sedikit akan lebih bermanfaat tetapi harus dari hati yang ikhlas daripada yang banyak tetapi tidak dari hati, dan yang kedelapan adalah atau yang terakhir adalah nilai sopan santun, dalam Tinilo digambarkan sopan santun terlihat dari perkataan yang diucapkan, perkataan yang diucapkan menggambarkan kualitas diri, perkataan yang baik mencerminkan pribadi yang baik begitu pun sebaliknya perkataan yang buruk mencerminkan pribadi yang buruk pula. 2) Relevansi kearifan lokal dengan pendidikan karakter, yang pertama nilai kedisiplinan relevan dengan nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai tanggung jawab, nilai mandiri. Dalam melaksanakan pekerjaan sangat dituntut untuk disiplin, sehingga dapat mengatur setiap pekerjaan dan patuh pada aturan, dengan selalu disiplin akan menimbulkan jiwa yang kerja keras, selalu melakukan yang terbaik untuk mendapatkan keingingan atau meraih tujuan dan bisa mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan dan perbuatan, sehingga akan muncul dalam diri untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Kedua adalah nilai musyawarah relevan dengan nilai toleransi, dalam musyawarah harus bersikap toleransi antar sesama tidak memandang perbedaan ras, suku dan agama, yang ketiga adalah nilai saling menyayangi relevan dengan nilai cinta damai, masyarakat yang damai tumbuh dari setiap anggota masyarakat yang saling mencintai, sehingga terwujud masyarakat yang aman dan nyaman. Keempat adalah nilai menghormati yang relevan dengan nilai menghargai prestasi, menghormati sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi, dengan memilki rasa hormat timbul dalam diri untuk bisa menghargai perstasi orang lain, dan berusaha berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan lingkungan, yang kelima adalah nilai religius relevansinya dengan nilai jujur. Pribadi yang religius akan sulit untuk berkata bohong, karena bohong merupakan salah satu larangan Allah, dan senantiasa berkata jujur.
15
Tidak melebih-lebihkan dan tidak mengurangi isi pembicaraan. Keenam adalah nilai nasehat relevan dengan nilai pribadi yang baik, nasehat yang diterima akan bermanfaat jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu nasehat dalam pergaulan maupun dalam hal menuntut ilmu, yang ketujuh adalah nilai bersedekah relevan dengan nilai peduli sosial, dengan bersdekah sehingga timbul kepedulian terhadap orang lain dan meringankan sedikit beban orang lain, dan yang terakhir adalah nilai sopan santun relevan dengan nilai bersahabat, dengan bersikap sopan santun menjadikan pribadi yang disenangi oleh orang lain, sehingga mampu bersahabat atau bergaul dengan orang-orang di sekitar.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hinta, G. Ellyana. 2005. Tinilo Paita Naskah Puisi Gorontalo: Sebuah Kajian Filologis. Jakarta: Djambatan. Salahudin, Alkrienchie. 2013. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Alfabeta Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal. Jakatra: Asosiasi Tradisi Lisan. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra : analisis struktur puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soelaeman, M Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar (Sebuah Pengantar). Bandung: Refika Aditama Suryani NS, Elis. 2012. Filologi. Bogor: GHALIA INDONESIA
16