KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot utilissima Pohl.) SETELAH PERLAKUAN OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA
(Skripsi)
Oleh Nia Elhayati Ali
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot utilissima Pohl.) SETELAH PERLAKUAN OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA
Oleh Nia Elhayati Ali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Keempat perlakuan tersebut ialah olah tanah minimum dan pengelolaan gulma secara manual (non herbisida), olah tanah minimum dan pengelolaan gulma dengan herbisida, olah tanah intensif dan pengelolaan gulma dengan herbisida, serta olah tanah intensif dengan pengelolaan gulma non herbisida. Herbisida yang digunakan berbahan aktif glifosat dan 2,4 D dengan dosis 160 ml Bimastar 240/120 SL dalam 1 liter air per ha dilakukan pada awal tanam. Pengambilan sampel arthropoda dengan pitfall trap (diameter 9 cm, tinggi 12 cm) sebanyak 8 kali dengan selang waktu 1 minggu. Arthropoda hasil tangkapan dikoleksi dalam botol vial dengan alkohol 70%, selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemelimpahan total arthropoda
Nia Elhayati Ali
permukaan tanah pada lahan pertanaman ubikayu dengan perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma ialah sebanyak 8910 ekor, yang tercakup dalam 10 ordo dan 27 – 29 famili. Diantara ordo dan famili yang diperoleh, dua ordo dan famili dengan kemelimpahan dan kepadatan populasi relatif tertinggi berturutturut ialah ordo Collembola dan Hymenoptera, serta famili Paronellidae dan Formicidae. Baik perlakuan pengolahan tanah maupun pengelolaan gulma yang dilakukan pada awal tanam tidak berpengaruh terhadap keanekaragaman arthropoda. Besarnya nilai-nilai indeks Shannon-Wiener dan indeks Simpson tergolong dalam kategori sedang. Selain itu juga diketahui bahwa pada keempat lahan dengan perlakuan pengolahan tanah dan aplikasi herbisida, arthropoda permukaan tanah yang didapatkan didominasi oleh arthropoda yang berperan sebagai dekomposer dan predator. Kata kunci : arthropoda permukaan tanah, keanekaragaman, olah tanah
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot utilissima Pohl.) SETELAH PERLAKUAN OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA
Oleh Nia Elhayati Ali
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada
Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
Judul Skripsi
: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot utilissima Pohl.) SETELAH PERLAKUAN OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA
Nama Mahasiswa
: Nia Elhayati Ali
Nomor Pokok Mahasiswa
: 1214121150
Jurusan
: Agroteknologi
Fakultas
: Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Ir. Agus M. Hariri, M.P. NIP 196108181986031001
Ir. Lestari Wibowo, M.P. NIP 196208141986102001
2. Ketua Jurusan
Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. NIP 196305081988112001
MENGESAHKAN
1.
2.
Tim Penguji
Ketua
: Ir. Agus M. Hariri, M.P.
............
Sekretaris
: Ir. Lestari Wibowo, M.P.
............
Penguji Bukan Pembimbing
: Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D.
............
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si. NIP 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 30 Maret 2017
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot utilissima Pohl.) SETELAH PERLAKUAN OLAH TANAH DAN PENGELOLAAN GULMA” merupakan hasil karya sendiri dan bukan hasil karya orang lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Bandar Lampung, Penulis,
Nia Elhayati Ali NPM 1214121150
Maret 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 24 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Ali Pailan, S.E. dan Eni Supiati, S.Pd. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Kartini-2 Bandar Lampung tahun 2000, SDN 1 Negeri Olok Gading pada tahun 2006, SMPN 15 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Agroteknologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis telah melaksanakan Praktik Umum pada tahun 2015 di Balai Karantina Tumbuhan Kelas 3 Panjang. Pada tahun 2016 penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Talang Rejo, Kecamatan Kota Agung Timur, Tanggamus. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Klinik Tanaman (2016). Selain itu, penulis juga aktif dalam Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) sebagai anggota Bidang Minat dan Bakat periode 2013-2014.
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT Kupersembahkan karya kecil ku ini untuk: Keluarga tercinta Bapak Ali Pailan, S.E., ibu Eni Supiati, S.Pd., kak rian, serta adikku tiara dan danu yang selalu mendoakan yang terbaik dan senantiasa mendukung keberhasilanku atas kasih sayang tulus, perhatian, dan dorongannya. Teman-teman atas dukungan dan bantuannya sehingga karya kecil ini dapat selesai. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung tempat penulis mendapat kesempatan menimba ilmu
MOTTO
Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan yang besar adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Jika kamu belum menemukannya, teruslah mencari, dan jangan merasa puas. (Steve Jobs)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia yang senantiasa dicurahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Ubikayu (Manihot utilissima Pohl.) setelah Perlakuan Olah Tanah dan Pengelolaan Gulma”. Selama penelitian, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Bapak Ir. Agus M. Hariri, M.P., selaku pembimbing utama yang telah memberikan ilmu, bimbingan, nasehat, saran, masukan serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai. 2. Ibu Ir. Lestari Wibowo, M.P., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan dukungan, saran, pengertian, dan bimbingan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi hingga selesai. 3. Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D., selaku pembahas atas segala saran dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Minat Studi Proteksi Tanaman atas perhatian, saran, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung. 5. Ibu Dr. Ir. Tumiar K.B. Manik, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan hingga penulisan skripsi. 6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 7. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8. Seluruh dosen Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung. 9. Kedua orang tua, kakak, dan adik-adik serta keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, nasehat, motivasi dan doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung. 10. Teman-teman seperjuangan Ari, Karisma, Puji Ayu, Nia af, Mutia, Rani, Mega, Puji As, Niken, Uci, Tanti, Hai, Opi, Isma dan Ketty atas doa, dukungan, dan kebersamaan yang tak terlupakan. 11. Mba Uum, Mas Jen, dan Pak Paryadi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Keluarga Besar Agroteknologi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Penulis,
Nia Elhayati Ali
Maret 2017
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL.....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian...........................................................................
4
1.3 Kerangka Pemikiran......................................................................
4
1.4 Hipotesis........................................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
9
2.1 Tanaman Ubikayu.........................................................................
9
2.2 Sistem Olah Tanah........................................................................
11
2.3 Herbisida.......................................................................................
12
2.3.1 Formulasi Herbisida............................................................
12
2.3.2 Sifat Herbisida.....................................................................
13
2.3.3 Jenis-Jenis Herbisida...........................................................
13
2.4 Arthropoda Tanah.........................................................................
14
2.4.1 Keanekaragaman Arthropoda Tanah...................................
16
2.4.2 Ukuran Keanekaragaman Jenis............................................
17
III. BAHAN DAN METODE..................................................................
19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................
19
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................
19
3.3 Metode Penelitian..........................................................................
20
3.3.1 Pengambilan Sampel Arthropoda Menggunakan Pitfall.....
22
3.3.2 Variabel Pengamatan dan Analisis Data.............................
24
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................
26
4.1 Kemelimpahan dan Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah............................................................................................
26
4.2 Kepadatan Populasi Relatif..........................................................
29
4.3 Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’)......................................
32
4.4 Indeks Simpson............................................................................
34
4.5 Indeks Nilai Penting.....................................................................
35
4.6 Populasi Arthropoda Berdasarkan Peranannya............................
38
V. KESIMPULAN...................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
42
7
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma....................................
21
2. Jumlah individu, ordo, dan famili arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma..............................................................................
26
3. Kemelimpahan ordo-ordo arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma..................................................................................................
27
4. Kemelimpahan masing-masing jenis arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma.............................................................................
28
5. Kepadatan populasi relatif ordo-ordo arthropoda tanah pada pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma..................................................................................................
29
6. Kepadatan populasi relatif famili arthropoda pada pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma..........
31
7. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada minggu ke 1 hingga minggu ke 8............................................................................
32
8. Nilai indeks Simpson pada minggu ke 1 hingga minggu ke 8...........
35
9. Indeks nilai penting arthropoda pada lahan pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma........................
37
10. Proporsi arthropoda pada lahan pertanaman ubikayu dengan perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma berdasarkan peranannya.........................................................................................
38
viii
11. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 1......
46
12. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 2......
47
13. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 3......
48
14. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 4......
49
15. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 5......
50
16. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 6......
51
17. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 7......
52
18. Data dan perhitungan indeks keanekaragaman arthropoda permukaan tanah hasil tangkapan pitfall trap pada minggu ke 8......
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Alur pikir pengaruh keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma...........................................................
7
2. Tata letak petak percobaan...............................................................
21
3. Titik letak perangkap pitfall trap pada tiap petak............................
23
4. Sketsa pemasangan perangkap pitfall...............................................
23
5. Ordo Hymenoptera famili Formicidae, Diapriidae, dan Braconidae.
54
6. Ordo Orthoptera famili Acrididae, Blattidae dan Gryllidae.............
54
7. Ordo Dermaptera famili Carcinophoridae dan Forficulidae.............
54
8. Ordo Isoptera famili Rhinotermitidae dan Termitidae......................
54
9. Ordo Diptera famili Calliphoridae, Culicidae, Dolichopodidae, dan Drosophilidae....................................................................................
55
10. Ordo Neuroptera famili Chrysopidae................................................
55
11. Ordo Hemiptera famili Miridae.........................................................
55
12. Ordo Coleoptera famili Carabidae, Staphylinidae, dan Ochodaeidae
56
13. Ordo Araneida famili Amaurobiidae, Araneidae, Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, dan Tetragnathidae........................................
56
14. Ordo Acarina famili Oribatidae..........................................................
56
15. Ordo Collembola famili Isotomidae, Paronellidae, Sminthuridae, Entomobryidae, Hypogastruridae, dan Neanuridae............................
57
1
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Di Indonesia, ubikayu merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam hampir di seluruh wilayah dan menjadi sumber karbohidrat utama setelah beras dan jagung. Daerah penghasil ubikayu terbesar di Indonesia adalah di Provinsi Lampung dan Jawa Timur (Agrica, 2007) .
Produksi total ubikayu pada tahun 2015 di Indonesia mencapai 21.801.415 ton dengan luas lahan 1.080.000 ha, sedangkan produksi jagung pada tahun tersebut adalah sebesar 19.612.435 ton pipilan kering. Produksi kacang tanah, kedelai, kacang hijau pada tahun 2015 sebesar 197.116.300 ton biji kering (BPS, 2015).
Menurut BPS (2015), tiga provinsi yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia yaitu adalah Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Total produksi ubikayu berturut- turut yaitu Provinsi Lampung pada tahun 2015 mencapai 279.226 ton dengan luas panen sebesar 314.607 ha, Jawa Timur total produksi adalah 146.787 ton dengan luas panen 176.102 ha, dan untuk Jawa Tengah produksi ubikayu 150.874 ton dengan luas panen 163.330 ha.
2
Permasalahan umum yang dihadapi petani ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan petani yang rendah. Rendahnya produktivitas antaralain disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk anorganik maupun organik (Arief dan Asnawi, 2008).
Peningkatan produktivitas ubikayu perlu diiringi pengolahan tanah yang baik. Pengolahan tanah yaitu membolak-balik tanah dan mencampur tanah, mengontrol tanaman penggangu, mencampur sisa tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi tanah yang baik pada daerah perakaran tanaman (Abdurachman et al., 2008 ).
Pengolahan tanah meliputi olah tanah minimun dan olah tanah intensif. Olah tanah minimum (OTM) merupakan cara pengolahan tanah yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pengolahan, sedangkan olah tanah intensif (OTI) merupakan cara pengolahan tanah dengan intensitas tinggi secara terus-menerus (Abdurachman et al., 2008). Masalah gulma selalu muncul baik pada penerapan sistem olah tanah minimum maupun sistem olah tanah intensif. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis dan kimia dengan (herbisida). Umumnya pada pertanaman ubikayu diterapkan sistem olah tanah intensif dan penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma.
Di dalam tanah, sebagian besar nutrisi tersedia bagi pertumbuhan tanaman, tergantung dari interaksi antara akar tanaman, mikroorganisme dan fauna tanah
3
(Bonkowski et al., 2000). Tingkat stabilitas suatu ekosistem pertanian ditentukan oleh interaksi antar komponen-komponen komunitas, antara lain organisme herbivora (hama), dan karnivora (predator dan parasitoid). Organisme tanah juga bermanfaat dalam dekomposisi bahan-bahan organik yang berasal dari sisa makhluk hidup seperti serasah-serasah daun maupun jasad hewan yang telah mati, menjaga ketersediaan hara di dalam tanah karena terjadi hubungan antara organisme dengan tanah yang saling menguntungkan, menjaga struktur tanah agar agregat tanah dapat menyimpan air yang dapat digunakan oleh tanaman (Moore dan Walter, 1988).
Serangga adalah kelompok yang paling dominan dalam filum Arthropoda. Jumlah spesies serangga sebelas kali lebih besar dari jumlah spesies arthropoda kelompok lain. Jumlah spesies yang telah teridentifikasi mencapai satu juta spesies dan diperkirakan masih ada sekitar 10 juta spesies yang belum diidentifikasi (Susilo, 2007). Arthropoda dapat ditemukan di berbagai tempat termasuk di permukaan tanah. Arthropoda permukaan tanah merupakan hewan pemakan tumbuhan hidup dan tumbuhan mati yang berada di atas permukaan tanah.
Arthropoda permukaan tanah berperan dalam proses dekomposer material organik tanah sehingga membantu dalam menentukan siklus material tanah sehingga proses perombakan di dalam tanah akan berjalan lebih cepat dengan adanya bantuan arthropoda permukaan tanah. Salah satu arthropoda tanah yang berperan dalam proses dekomposisi adalah ordo Collembola serta ordo Hymenoptera yang dapat digunakan sebagai indikator tanah (Ruslan, 2009).
4
Pada ekosistem pertanian komunitas arthropoda terdiri atas banyak jenis dan masing-masing jenis memperlihatkan sifat populasinya yang khas. Tidak semua jenis arthropoda dalam agroekosistem merupakan arthropoda hama yang merugikan melainkan terdapat jenis-jenis arthropoda yang bermanfaat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma.
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma
1.3
Kerangka Pemikiran
Pengolahan tanah adalah setiap kegiatan yang dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus merupakan upaya pemberantasan gulma. Dalam kaitannya dengan konservasi tanah dan air, pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja karena bila tanah diolah secara terus menerus akan merusak keadaan fisik dan biologi tanah (Utomo, 2012).
5
Pada sistem olah tanah minimum pembongkaran atau pembalikan tanah diminimumkan sehingga akan mengurangi gangguan terhadap arthropoda tanah. Penerapan sistem olah tanah minimum dapat meningkatkan kandungan air di dalam tanah, memperbaiki kegemburan, dan aerasi dalam tanah. Kondisi semacam ini akan menguntungkan bagi aktivitas arthropoda tanah. Pembalikan tanah yang terjadi pada olah tanah intensif dapat mengangkat arthropoda permukaan tanah. Akibatnya, aktivitas arthropoda di permukaan tanah akan terganggu. Menurut McEwen (1997), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas arthropoda tanah adalah kelembaban, suhu tanah serta faktor fisik tanah lainnya.
Terjadinya perubahan tataguna lahan, khususnya pertanian, menyebabkan hilangnya biodiversitas dibandingkan dengan ekosistem yang masih alami, terutama pada pertanian intensif karena manfaat biologi dan kimia tanah sebagai habitat menurun drastis ketika terjadi perubahan dari ekosistem alami. Frekuensi pengolahan lahan serta penggunaan bahan kimia berdampak besar terhadap arthropoda tanah. Aktivitas pertanian memiliki pengaruh positif dan negatif dalam kemelimpahan, keanekaragaman serta aktivitas fauna tanah, terutama disebabkan perubahan suhu tanah, kelembaban, serta jumlah dan kualitas bahan organik (Hendrix dan Edward, 2004).
Pada lahan yang semakin beragam vegetasinya, misalnya banyak terdapat gulma maka keberagaman arthropoda tanah akan semakin tinggi, pada kondisi komunitas arthropoda yang beragam, dominansi arthropoda jenis tertentu terutama
6
arthropoda hama tumbuhan tidak akan terjadi. Sebaliknya, bila vegetasi kurang beragam akibat aplikasi herbisida selektif maka akan terjadi dominansi jenis arthropoda hama tumbuhan tertentu yaitu arthropoda hama yang menggunakan gulma yang masih hidup sebagai sumber makanannya (Moenandir, 1990).
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain. Sebagai konsekuensi struktur komunitas makro dan mikro serangga akan mencerminkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah (Hendrix dan Edward, 2004).
Sebelum melakukan budidaya ubikayu perlu adanya pengolahan tanah agar pertumbuhan akar dan umbi dapat berkembang dengan baik, pengolahan tanah dapat dilakuakan dengan menggunakan tenaga mesin ataupun dengan mengunakan tenaga hewan yang bertujuan untuk membalik tanah sehingga tanah remah, gembur, dan memiliki drainase (tata ruang air) yang baik. Selanjutnya pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau dikoret dan penggunaan herbisida dengan jenis herbisida beracun yang ramah lingkungan. Pengendalian gulma ubikayu dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tumbuhan pengganggu) dan pengendalian gulma kedua dilakukan pada saat singkong berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubikayu dapat tumbuh dengan sempurna dan memperkokoh tanaman agar tidak rebah (Sahrizal, 2016).
7
Berdasarkan uraian di atas maka pengaruh pengolahan tanah dan pengelolaan gulma terhadap keanekaragaman arthropoda permukaan tanah merupakan hal penting untuk diketahui, termasuk pada pertanaman ubikayu. Alur pikir keanekaragaman arthropoda tanah setelah pengolahan tanah dan pengelolaan gulma dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Pengelolaan Lahan Ubikayu
Sistem Pengolahan Tanah
Olah Tanah Intensif Olah Tanah Minimum
Sistem Pengelolaan Gulma
Secara Mekanik Secara Kimiawi
Keanekaragaman arthropoda permukaan tanah di pertanaman ubikayu
Gambar 1. Alur pikir keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah pengolahan tanah dan pengelolaan gulma.
8
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa populasi dan keanekaragaman arthropoda tanah pada pertanaman ubikayu dipengaruhi oleh pengolahan tanah maupun pengelolaan gulma.
9
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Ubikayu
Ubikayu (Manihot utilissima Pohl.) termasuk tumbuhan berbatang kayu, beruasruas, batang ubikayu bisa mencapai 7 m, dengan cabang agak jarang. Susunan daun ubikayu menjari dengan 5-9 helai. Ukuran lebar belah daun 0,5-1,0 cm, panjang 5-12 cm, dan panjang tangkai daun berkisar 5-30 cm, bahkan sampai 40 cm. Daun ubikayu, terutama yang masih muda mengandung racun sianida (Rukmana, 1997).
Ubikayu mempunyai bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, yang dihasilkan pada tanaman tua yang sudah bercabang. Bunga betina terletak di bagian bawah, lebih rendah dibanding bunga jantan. Bunga ubikayu tidak mempunyai kelopak dengan 5 titik (Palumbai, 2012).
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung cadangan makanan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) berwarna kecoklat-coklatan (kering), kulit dalam sedikit tebal berwarna keputih-putihan (basah), dan daging berwarna
10
putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda (Rukmana, 1997).
Ubikayu masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies (Prihatman, 2000).
Dalam sistematika menurut USDA (2013) tanaman ubikayu diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Species
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Manihot : Manihot utilissima Pohl.
Menurut Roja (2009), tanah yang baik untuk budidaya ubikayu adalah memiliki struktur gembur atau remah yang dapat dipertahankan sejak fase awal pertumbuhan sampai panen. Kondisi tersebut dapat menjamin sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah terutama pada lapisan olah sehingga aktivitas organisme tanah dan fungsi akar optimal dalam penyerapan hara.
Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150200mm/bulan pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100150 mm, pada fase menjelang dan saat panen. Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang
11
air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan, serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah masam, kurang subur, dan peka terhadap erosi (Roja, 2009).
2.2 Sistem Olah Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk membolak-balik tanah, mencampur tanah, mengontrol tanaman penggangu, mencampur sisa tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi tanah yang baik untuk daerah perakaran tanaman. Menurut Banuwa (2013), pengolahan tanah dapat merubah struktur tanah yang mengakibatkan penurunan ketahanan tanah terhadap erosi.
Pengolahan tanah intensif memerlukan biaya yang tinggi, disamping mempercepat kerusakan sumber daya tanah. Pada umumnya saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah. Jika pada saat tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan terangkut bersama air permukaan (Utomo, 2012).
Untuk jangka panjang, pengolahan tanah yang terus-menerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi kerusakan karena pengolahan tanah, akhir-akhir ini diperkenalkan sistem pengolahan tanah minimum yang diikuti oleh pemberian mulsa agar dapat meningkatkan produksi pertanian. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah pengolahan tanah yang
12
dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan (Putte et al., 2012).
2.3 Herbisida
Gulma merupakan tumbuhan yang hadir secara alami, keberadaannya mengganggu tanaman budidaya dan menghambat kegiatan pemeliharaan maupun panen sehingga menyebabkan menurunnya keuntungan dalam sistem usahatani. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma, bahan kimiawi itu disebut herbisida. Herbisida mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (misalnya proses fotosintesis, respirasi, dan sebagainya) yang sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Wibawa et al., 2012).
2.3.1 Formulasi Herbisida
Umumnya formulasi herbisida ada dalam bentuk cairan, emulsi, tepung dan butiran. Formulasi ini erat kaitannya dengan cara aplikasi, herbisida butiran dapat langsung dicampur dengan pasir atau tanah dan disebarkan / ditaburkan ke petakan sawah. Herbisida ada yang bersifat selektif dan non selektif. Herbisida non-selektif biasanya diaplikasikan untuk membersihkan lahan dari vegetasi / tumbuhan sebelum tanaman di tanam. Herbisida non-selektif untuk tujuan pembersihan lahan sebelum tanam, dikenal dengan cara TOT (Tanpa Olah Tanah)
13
atau OTR (Olah Tanah Ringan) biasanya herbisida disemprotkan ke daun (Faqihhudin et al., 2014).
2.3.2 Sifat Herbisida
Penguapan larutan herbisida merupakan penguapan seluruh cairan tersebut, sehingga tidak ada sisa. Herbisida yang menguap beserta bahan aktifnya dapat meracuni tumbuhan di sekitarnya. Penguapan juga berkurang jika ada hujan atau pemberian air pada tanah yang mengandung herbisida tersebut. Faktor-faktor tersebut menentukan lamanya herbisida berada di dalam tanah dan lamanya herbisida tersebut dalam mengendalikan gulma, begitu juga pengaruh residu di dalam tanah terhadap tanaman yang akan di tanam sesudah aplikasi herbisida (Barus, 2003).
2.3.3 Jenis-Jenis Herbisida
Menurut Moenandir (1990), terdapat berbagai macam jenis herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma berdasarkan tipe gulmanya diantaranya 1.
Gulma berdaun sempit Gulma ini mempunyai ciri berdaun sempit dan panjang, daun terdiri dari pelepah daun dan helai daun. Tepi daun umumnya rata sedangkan urat-urat daun sejajar dengan panjang daun. Contohnya Echinochloa crus-galli, Cynodon dactylon. Jenis gulma ini dianjurkan dikendalikan dengan herbisida sistemik yang berbahan aktif glifosat, sulfosat, atau imazapir.
14
2. Gulma berdaun lebar Gulma ini mempunyai ciri bentuk daun lebar sepenuhnya, dari jenis dikotil maupun monokotil. Memiliki urat daun yang tidak berarturan, contoh gulma berdaun lebar adalah sambung rambat (Mikania micrantha), dan putri malu (Mimosa pudica). Jenis gulma ini dianjurkan dikendalikan dengan herbisida sistemik yang berbahan aktif 2,4-D , paraquat. 3. Gulma teki-teki Gulma ini mirip dengan gulma rumput. Batang berbentuk segitiga, pelepah daun menjadi satu membentuk pembuluh pada pangkal batang. Daun-daun tersusun dalam tiga deretan. Teki yang tumbuh tahunan mempunyai umbi atau rizom / rimpang di dalam tanah seperti teki berumbi Cyperus rotundus, Cyperus killingia. Jenis gulma ini dapat dikendalikan degan menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat, 2,4 D, metsulfuron methyl.
Pada pertanaman ubikayu, jenis-jenis gulma yang sering ditemukan ialah gulma semusim yang mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat dan menghasilkan biji yang sangat singkat, sehingga penyebaran pertumbuhannya perlu ditekan agar tidak mengganggu tanaman budidaya. Gulma yang sering dijumpai pada pertanaman ubikayu yaitu gulma Amaranthus sp., Digitaria sp., Eleusine indica, Setaria sp., Cynodon dactylon, dan Echinochloa cruss-galli (Marwati, 2014 ).
2.4 Arthropoda Tanah
Arthropoda tanah merupakan sekelompok hewan filum Arthropoda yang hidup di permukaan tanah dan di dalam tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam
15
peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik. Pada permukaan tanah terdapat berbagai komponen biotik ekosistem yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Sari, 2014).
Banyak jenis arthropoda yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Bagi arthropoda, tanah memberikan tempat bermukim atau sarang pertahanan dan juga makanan. Akibat perilaku dan aktivitas arthropoda tanah menjadi lebih banyak mengandung udara. Pada tanah juga bisa mengandung sisa-sisa tubuh serangga yang mati, dengan demikian sifat fisik dan kimia tanah menjadi lebih baik karena kandungan bahan organiknya (Borror et al., 1992).
Arthropoda permukaan tanah menurut Burges dan Raw (1967), tidak hanya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, tetapi juga memakan tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Arthropoda permukaan tanah banyak yang berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan arthropoda permukaan tanah. Keberadaan arthropoda permukaan tanah dan dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik tanah.
Dengan ketersediaan energi dan hara bagi arthropoda permukaan tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas arthropoda permukaan tanah akan berlangsung baik. Keanekaragaman di tiap-tiap tempat berbeda tergantung dari lingkungan yang ditempatinya, semakin tidak stabil lingkungan seperti banyaknya cemaran
16
bahan kimia ataupun sedikitnya kesuburan tanah maka keanekaragaman dari arthropoda yang ada di permukaan tanah semakin sedikit. Lingkungan yang memiliki kandungan tanah yang kaya akan kesuburan tanahnya lebih besar keanekaragaman yang dimiliki tempat tersebut, hal ini dikarenakan lingkungan yang stabil akan menunjang kehidupan bagi fauna yang ada di tanah (Sari, 2014).
2.4.1 Keanekaragaman Arthropoda Tanah
Keanekaragaman menunjukkan berbagai variasi hewan dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah atau di suatu tempat (Agustinawati et al., 2016). Tingginya keanekaragaman arthropoda berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi dan musuh alaminya umumnya terjadi pada ekosistem alami sehingga keberadaan arhropoda pada pertanaman tidak lagi merugikan melainkan akan memberikan manfaat terhadap pertanaman.
Arthropoda pada agroekosistem mempunyai peran yang berbeda-beda, diantaranya berperan sebagai hama, sebagai musuh alami hama dan dekomposer yang berperan dalam kesuburan tanah. Keanekaragaman yang ada di ekosistem pertanian dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, seperti dalam sistem perputaran energi. Aliran energi merupakan proses yang berjalan satu arah, aliran energi dari satu ekosistem akan selalu seirama dengan siklus materi yang berjalan melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan (Pracaya, 2007).
17
2.4.2. Ukuran Keanekaragaman Jenis Terdapat beberapa besaran indeks untuk melihat keanekaragaman jenis organisme di suatu tempat yaitu dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks Simpson (D), dan indeks nilai penting.
Indeks keanekaragaman (H’) merupakan gabungan antara jumlah jenis dan kemerataan jumlah individu di dalam jenis-jenis yang ditemukan.
Menurut Fitriana (2006), nilai tolok ukur indeks Shannon-Wiener adalah sebagai berikut : bila nilai H’ < 1,0 berarti tingkat keanekaragaman rendah, miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang berat, dan ekosistem tidak stabil. Nilai 1,0 < H’ < 3,322 berarti keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. Nilai H’ > 3,322 berarti keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, dan produktivitas tinggi.
Indeks Simpson digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis yang dominan artinya indeks dominansi dapat menggambarkan ada tidaknya jenis yang mendominansi terhadap jenis yang lainnya. Nilai Indeks Simpson berkisar antara 0-1, semakin tinggi nilainya mendekati 1 berarti semakin tinggi pula nilai dominansi yang didapat di dalam suatu komunitas yang berarti ada jenis yang mendominasi, sedangkan bila semakin rendah nilai dominansinya mendekati 0 berarti tingkat dominansinya juga rendah yang mengindikasikan tidak adanya jenis organisme yang mendominasi di dalam komunitas tersebut (Odum, 1993).
18
Indeks nilai penting (INP) adalah parameter yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain. Apabila INP suatu jenis merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas . Makin besar INP suatu jenis makin besar pula peranan jenis tersebut dalam komunitas, penguasaan spesies tertentu dalam suatu komunitas terjadi apabila spesies yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengan spesies yang lainnya (Hali et al., 2014).
19
III . BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada lahan penelitian kerjasama Universitas Lampung dengan Yokohama National University Jepang. Pengambilan sampel arthropoda permukaan tanah dilakukan pada petak percobaan yang telah berumur 8 bulan setelah tanam (BST) dan proses identifikasi dilakukan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Oktober 2016.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini adalah sendok tanah, pitfall trap, kuas, cawan petri, saringan, penggaris, botol vial, gelas ukur dan mikroskop stereo. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deterjen, air, dan alkohol.
20
3.3 Metode Penelitian
Pertanaman ubikayu ditanam pada bulan Oktober 2015 di kebun percobaan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ubikayu tersebut ditanam pada lahan yang mendapat perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma. Pengolahan tanah dan pengelolaan gulma dilakukan sekali pada saat awal tanam.
Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Keempat perlakuan tersebut ialah olah tanah minimum dan pengelolaan gulma secara manual (non herbisida), olah tanah minimum dan pengelolaan gulma dengan herbisida, olah tanah intensif dan pengelolaan gulma dengan herbisida, serta olah tanah intensif dengan pengelolaan gulma non herbisida.
Lahan dibagi menjadi 4 blok yang diberi simbol A,B,C dan D. Pada tiap blok terdapat 4 petak yang masing-masing berukuran 3 m x 4 m, dan diberi simbol P1, P2, P3, dan P4 yang merupakan perlakuan yang ditempatkan secara acak pada setiap blok (Gambar 2). Setiap kombinasi perlakuan (olah tanah dan pengelolaan gulma) diulang sebanyak 4 kali. Rincian perlakuan tercantum pada Tabel 1, sedangkan tata letak satuan percobaan tertera pada Gambar 2.
21
Tabel 1. Perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma Perlakuan P1= OTM non Herbisida
Keterangan Pertanaman ubikayu, tanah tidak diolah namun pencangkulan dilakukan pada lubang tanam ketika akan dilakukan penanaman ubikayu, gulma dikendalikan dengan cara dibabat.
P2= OTM + Herbisida
Pertanaman ubikayu, tanah tidak diolah namun pencangkulan dilakukan pada lubang tanam ketika akan dilakukan penanaman ubikayu, gulma dikendalikan dengan cara disemprot dengan herbisida yang berbahan aktif Glifosat dan 2,4 D dengan dosis 160 ml Bimastar 240/120 SL dalam 1 liter air per ha.
P3 = OTI + Herbisida
Pertanaman ubikayu, tanah diolah dengan menggunakan cangkul dan dibuat guludan, gulma dikendalikan dengan cara disemprot dengan herbisida yang berbahan aktif Glifosat dan 2,4 D dengan dosis 160 ml Bimastar 240/120 SL dalam 1 liter air per ha.
P4= OTI non Herbisida
Pertanaman ubikayu, tanah diolah dengan menggunakan cangkul dan dibuat guludan, gulma dikendalikan dengan cara dibabat.
Keterangan :
C
D
A = Blok I B = Blok II C = Blok III D = Blok IV P1 = Olah Tanah Minimum (OTM) non Herbisida P2 = Olah Tanah Minimum +Herbisida P3= Olah Tanah Intensif + Herbisida P4 = Olah Tanah Intensif (OTI) non Herbisida
u
B
P4
P2
P4
P3
P1
P3
P2
P4
P1
P1
P3
P2
3m
4m
P1
P2
P3
Gambar 2 . Tata letak petak percobaan
P4
A
22
3.3.1 Pengambilan Sampel Arthropoda Menggunakan Pitfall trap
Pengambilan sampel arthropoda permukaan tanah di pertanaman ubikayu dengan menggunakan perangkap jebakan (pitfall trap) yang dipasang selama 24 jam (McEwen, 1997). Perangkap pitfall berupa gelas plastik dengan diameter 9 cm dan tinggi 12 cm yang diisi cairan detergen konsentrasi 1% setinggi 1/3 bagian gelas. Gelas tersebut dipasang di dalam lubang tanah dengan posisi rata permukaan tanah. Pada setiap petak dipasang sebanyak 3 pitfall trap pada posisi diagonal petak. Pada setiap pemerangkapan pitfall dipasang selama 24 jam. Selanjutnya hasil tangkapan arthropoda dibilas dengan air mengalir dan disaring, dengan saringan berukuran 0,35µ kemudian dikoleksi di botol vial yang berisi alkohol 70% dan di beri label yang sesuai dengan titik-titik pengambilan sempel. Identifikasi sampel arthropoda berdasarkan buku identifikasi Borror et al. (1992) dan Lilies (1991), dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
23
Gambar 3. Titik letak perangkap pitfall pada tiap petak
a
b
c
d
Keterangan : a. Triplek (15 cm x 20 cm) b. Ajir bambu 25 cm c. Gelas plastik (diameter 9 cm) d. Larutan detergen 1%
Gambar 4. Sketsa pemasangan perangkap pitfall
24
3.3.2 Variabel Pengamatan dan Analisis Data
Jumlah ordo, famili, serta jumlah individu dari setiap ordo dan famili dari arthropoda yang diperoleh digunakan untuk menghitung beberapa besaran berikut:
(i) Kepadatan populasi relatif Kepadatan populasi relatif dihitung dari proporsi (persentase) populasi setiap jenis atau famili (Suin,1997) sebagai berikut : 𝐩𝐢 =
𝐧𝐢 × 𝟏𝟎𝟎% 𝐍
Keterangan: pi ni N
= kepadatan populasi relatif jenis ke-i = kelimpahan jenis ke-i = jumlah total seluruh individu.
(ii) Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dihitung dengan rumus (Agustinawati et al., 2016) :
H’ = - ∑ pi ln pi Keterangan : H’ pi ni N
= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener = ni / N = kemelimpahan jenis ke-i = jumlah total individu
25
(iii) Indeks Simpson Indeks Simpson dihitung dengan rumus (Agustinawati et al., 2016) : D = 1 – ∑ (pi)2 Keterangan : D pi pi
= indeks Simpson = kepadatan relatif jenis ke-i = (ni/N)
(iv) Nilai Prominen atau Nilai Penting Nilai Penting untuk masing-masing jenis arthropoda dihitung dengan rumus : PV= di √fi
Keterangan : PV di fi
= nilai prominen jenis = kelimpahan jenis ke-i = frekuensi kemunculan jenis ke-i / seluruh petak perlakuan
41
V. KESIMPULAN
1.
Keanekaragaman arthropoda permukaan tanah pada pertanaman ubikayu setelah perlakuan olah tanah dan pengelolaan gulma tergolong kategori sedang (H’= 1,81-1,91) dan relatif tidak berbeda antar perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma.
2.
Perlakuan pengolahan tanah maupun pengelolaan gulma berbahan aktif glifosat dan 2,4-D yang dilakukan pada awal tanam tidak berpengaruh terhadap keanekaragaman arthropoda permukaan tanah.
3.
Pada keempat lahan dengan perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma, arthropoda permukaan tanah yang didapatkan didominasi oleh arthropoda yang berperan sebagai dekomposer dan predator.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., Dariah, A., dan Mulyani, A. 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27(2):43-54. Agrica. 2007. Ubikayu. Lembaga Pers Mahasiswa AGRICA Edisi XIX/Tahun XXI September 2007. Agustinawati, Hibban, M., dan Wahid, A. 2016. Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) dengan Sistem Pertanian yang Berbeda di Kabupaten Sigi. e-J. Agrotekbi. 4(1):815. Arief, R.W., dan Asnawi, R. 2008. Teknologi Budidaya Ubikayu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung. 21 hlm. Banuwa, I. S. 2013. Erosi. Kencana Prenada. Media Group. Jakarta. 240 hlm. Bonkowski, M., Griffiths, B., dan Scrimgeoure. 2000. Substrate heterogenity and microfauna in soil organic ‘hotspots’ as determinants of nitrogen capture and growth of ryegrass. Appl. Soil Ecol. 14:37-53. Borror, D.J., Triplehorn, C. A., dan Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi keenam. Penerjemah dan penyunting : Partosoedjono, S., dan Brotowidjojo, M.D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083 hlm. Barus, M. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 105 hlm. BPS. 2015. Data Produktivitas Ubikayu Indonesia dan Provinsi Lampung. http://webbeta.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53¬ab=0. Diakses tanggal 29 Maret 2016. Faqihhudin, M.D., Haryadi, dan Purnawati, H. 2014. Penggunaan herbisida IPAGlifosat pada tanaman jagung. Ilmu Pertanian. 17(1):1-12.
43
Fitriana, Y.R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Biodiversitas. 7(1):67-72. Hali, M., Pramana, P., dan Yanuwiadi, B. 2014. Diversitas Arthropoda Tanah di Lahan Kebakaran dan Lahan Transisi Kebakaran Taman Nasional Baluran. Jurnal Biotropika. 2(1):20-25. Hendrix, P.F., dan Edward C.A. 2004. Earthworm in Agroecosystems: Research Approarches, in: Edward, C. A. (Eds.), Earthworm Ecology, second ed. CRC Press. Boca Raton. London, New York: 287-295. Indriyati dan Wibowo, L. 2008. Keragaman dan Kemelimpahan Collembola serta Arthropoda Tanah di Lahan Sawah Organik dan Konvensional pada Masa Bera. J. HPT. Tropika. 8(2):110-116. Lilies, C. 1991. Kunci Determinasi Seranga. Kanisius. Yogyakarta. 223 hlm. Ma’arif, S., Suartini, N.M., dan Ginantara, I.K. 2013. Diversitas Serangga Permukaan Tanah pada Pertanian Hortikultura Organik di Banjar Titigalar, Desa Bangli Kabupaten Tabanan Bali. Jurnal Biologi. XVIII(1):28-32. Marwati. 2014. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Ubikayu. http://gulma/2014/Pusat Penyuluhan Pertanian-BPPSDMP-Kementan.html. Diakses tanggal 26 januari 2017. McEwen, P. 1997. Sampling Handling and Rearing Insect, pp 5-26, In Dent DR & Walton MP (eds) Methods in Ecological & Agricultural Entomology. Cambridge. Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma Jilid 1. Rajawali. Jakarta. 139 hlm. Moore, J.C., dan Water D.E, 1988. Arthropod Regulation of micro and Mesobiota in below ground food webs. Annual Review of Entomology. 33:419-439. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi ketiga. Penerjemah Samingan, T. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Palumbai, S. 2012. Klasifikasi Manihot utilissima. http://menarailmuku.blogspot.co.id/2012/11/klasifikasi-dan-deskripsimanihot.html. Diakses tanggal 28 Maret 2016. Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima). Available at: http://www.ristek.go.id. Diakses tanggal 28 Maret 2016.
44
Putte, A.V.D., Govers, G., Diels, J., Langhans, C., Clymans, W., Vanuytrecht, E., Merckx, R., dan Raes, D. 2012. Functioning and Conservation Tillage in Belgian LoamBelt. Journal Soil. 122(2):1-11. Roja, A. 2009. Ubikayu Varietas dan Teknologi Budidaya. http://atmanroja.files. wordpress.com/2009/06/11vartekubikayu.pdf. Diakses tanggal 28 Maret 2016. Risda, M., Irsan, C., dan Suheryanto. 2015. Komunitas Arthropoda Tanah di Kawasan Sumur Minyak Bumi di Desa Mangun Jaya Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. 13(1):1-11. Rukmana, R. 1997. Budidaya Ubikayu dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 46 hlm. Ruslan, H. 2009. Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Fakultas Biologi Universitas Nasional. 2(1):43-53. Sari, M. 2014. Indentifikasi Serangga Dekomposer di Permukaan Tanah Hutan Tropis Dataran Rendah (Studi Kasus di Arboretum dan Komplek Kampus UNILAK dengan Luas 9,2 Ha). Biolectura. 2(1):63-72. Sahrizal. 2016. Analisis Modal Budidaya Singkong Kasesa UJ-5 Untuk Pemula. file:/// Powered by Seputar Pertanian.Com.htm. Diakses tanggal 26 Januari 2017. Suin, N.M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 189 hlm. Susilo, F.X. 2007. Pengantar Entomologi Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 127 hlm. USDA. 2013. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Manihot utilissima . http://plants.usda.gov/java/Classification. Diakses tanggal 28 Maret 2016. Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. 110 hlm. Wibawa, W., dan Dedi, S. 2012. Herbisida efektif, efesien, dan ramah lingkungan untuk pengendalian gulma pada perkebunan kelpa sawit Rakyat di Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Yanto,R.W., Hadi, M., dan Rahadian, R. 2015. Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anaorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Bioma. 17(1):21-26.
45
LAMPIRAN