TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Keamanan Wanita di Ruang Publik (Studi Kasus : Stasiun Kereta Tanah Abang, Jakarta Pusat) Theresia Budi Jayanti Lab. Arsitektur dan Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara Jakarta.
Abstrak Perkembangan pembangunan tidak bisa terlepas dari sektor transportasi dalam hal mobilitas masyarakat yang berpindah dari suatu kota dengan kota lainnya. Permasalahan yang dihadapi kota besar diantaranya adalah masalah sosial dan transportasi. Di dalam masalah kota-kota tersebut, keamanan terhadap kaum wanita harus diperhatikan. Jakarta yang merupakan kota metropolitan, masalah keamanan wanita merupakan hal yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Dalam tulisan ini, keamanan wanita pada ruang publik menjadi fokus perhatian. Kasus yang diambil adalah Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat; termasuk hubunganan dengan Pasar Tekstil Tanah Abang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami permasalahan keamanan wanita di stasiun Tanah Abang serta lingkungan sekitar yang menjadi jalan penghubung dengan Pasar Tekstil Tanah Abang, dengan melakukan survey experiental landscape, menganalisis dan membuat perbandingan dari teori dengan hasil survey. Upaya-upaya untuk mengatasi masalah keamanan wanita akan dikaji dalam tulisan ini. Kata-kunci : keamanan wanita, stasiun, transportasit
Pengantar Sistem transportasi memudahkan manusia berpergian dari suatu tempat ke tempat yang lain, bahkan bisa berpindah kota. Transportasi umum atau transportasi publik adalah alat transportasi dimana penumpang tidak berpergian menggunakan transportasi pribadi. Transportasi umum seperti kereta (LRT, MRT, Kereta Api) dan bus (bus kota, mikrolet) serta termasuk pelayanan kapal feri, maskapai penerbangan dan taksi. Dewasa ini, kemacetan menjadi salah satu masalah transportasi yang dapat menghambat perkembangan suatu kota, terutama transportasi darat. Oleh karena itu diperlukan suatu transportasi yang cepat dan mempunyai jalur khusus yang dapat mempercepat pergerakan. Semakin cepatnya mobilitas penduduk akan mempercepat perkembangan suatu kota. Di Indonesia, KRL merupakan salah satu transportasi yang dapat memberikan kecepatan dalam mobilitas. Disamping masalah kemacetan, masalah pada sistem transportasi di Indonesia diantaranya
adalah masalah keamanan untuk wanita. Padatnya KRL terutama pada jam berangkat dan pulang kerja serta akses menuju stasiun KRL menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman bagi wanita. Padatnya kereta seringkali menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman bagi wanita, sudah banyak kasus pelecehan yang terjadi di kereta. Wanita yang dipandang lemah seringkali menjadi korban “penyelewengan” di ruang publik. Hal tersebut membuat PT. KAI menyediakan gerbong khusus wanita di bagian depan dan belakang kereta yang hanya boleh dinaiki wanita saja. Namun, pemisahan gerbong tersebut belum tentu dapat menyelesaikan masalah keamanan wanita. Stasiun dan kereta yang ramai dan berdesakan serta akses pedestrian yang tidak sesuai dengan standar menimbulkan rasa kurang nyaman pada wanita, sehingga seringkali wanita tetap merasa tidak aman. Stasiun Tanah Abang dipilih menjadi objek penelitian karena merupakan salah satu stasiun tersibuk di Jakarta serta adanya kedekatan lokasi dengan Pasar Tekstil Tanah Abang. Kaum Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | C 013
Keamanan Wanita di Ruang Publik
wanita mendominasi aktivitas di sini terutama karena faktor kedekatan lokasi dengan area perdagangan tekstil yang banyak didatangi wanita untuk berbelanja. Terlepas dari kesibukan yang ada, interaksi yang terjadi di Stasiun Tanah Abang dan sekitarnya menarik untuk dibatas. Penumpang yang berasal dari berbagai daerah, dengan berbagai keperluan seperti anak sekolah, karyawan, hingga pedagang yang memenuhi stasiun ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami permasalahan keamanan wanita di stasiun Tanah Abang serta lingkungan sekitar yang menjadi jalan penghubung dengan Pasar Tekstil Tanah Abang. Adanya pembahasan analisis yang mendukung teori dan pengamatan mengenai keamanan wanita di stasiun kereta Tanah Abang, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca. Sumber data yang digunakan adalah teori buku dan hasil pengamatan. Studi Pustaka
“City for All’’ Dalam buku “City for All’ pada “The Woman Dweller : Public Space in Santiago’ oleh Olga Segovia, dikatakan bahwa banyak perempuan yang terkekang, seperti pada contoh kota Santiago yang memiliki keamanan yang buruk dan banyak tempat di jalanan yang kurang pencahayaan, yang dapat menyebabkan tindak kriminalitas, seperti pelecehan seksual, pencopetan, perampokan yang umumnya terjadi pada sarana transportasi umum1. Menurut Olga, penduduk membutuhkan ruang publik seperti jalan, plaza, tempat-tempat terbuka di mana untuk duduk, berjalan dan berinteraksi dengan batas-batas yang mendorong kegiatan yang beragam. Perempuan di ruang publik berkaitan erat dengan peran mereka, seperti belanja untuk makanan keluarga, menjemput anak-anak ke dan dari sekolah, mengawasi anak-anak bermain dan menemani anak-anak ke pusat medis. Penelitian di Barrios telah menun-
jukkan bahwa masalah antara perempuan dan laki-laki yang sering terulang adalah sosialisasi, identitas, kenyamanan setiap individu, pelecehan seksual, ketakutan, prasangka, privasi, dan rasa percaya. Dalam ruang eksternal dimana kehidupan sosial lebih luas dari barrios, adalah hal yang mungkin untuk mengamati pola perilaku spasial, yang mencerminkan peran wanita dalam ruang pribadinya selain di dalam rumah, sedangkan laki-laki, dalam perjalanan antara barrios dengan tempat mereka bekerja, ruang publik yang terjadi menjadi sangat luas.
Plug-in Urban Design Desain infrastruktur dalam pengembangan kota bervariasi meliputi skala kota, skala lingkungan sekitar dan skala kompleks bangunan. Desain kota plug-in fokus kepada pembangunan infrastuktur kota yang strategis.Dalam mendesain kota, konsep plug-in merupakan sebuah gagasan tentang menaruh infrastruktur ke dalam kota sebagai kataluis untuk berkembang dan untuk menggabungkan tempat-tempat yang berkembang. Desain yang menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah kesatuan memerlukan alasan-alasan. Alasan utamanya adalah untuk memperkuat aksesibilitas2. Pada kasus dalam tulisan ini, sistem plug-in yang terjadi pada kawasan Tanah Abang merupakan suatu sistem yang jalur keretanya sudah ada terlebih dahulu yang mengakibatkan tumbuhnya suatu kawasan di sekitar jalur kereta, sehingga stasiun Tanah Abang tersebut akhirnya didirikan pada tahun 1899-1904. Aspek Experiental Landscape Kita perlu mengintegrasikan pengalaman manusia dengan ruang terbuka di luar ruangan sehingga hubungan manusia dengan ruang menjadi lebih menonjol dalam bagaimana kita mema-
1
Olga Segovia, “The Woman Dweller : Public Space in Santiago”, dalam Jo Beall, “City for All : Valuing Difference and Working with Diversity”,1997, hlm 98. C 014 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
2
Jon Lang, Urban Design : A Typoplogy of Procedures and Products, 2007, hlm 302
Theresia Budi Jayanti 3.
hami dan membuat tempat-tempat terbuka Konsep pengalaman spasial ini direpresentasikan dalam experiental landscape dengan : 1.
Centre, tribut lingkungan yang memberikan rasa yang kuat dalam suatu lokasi (biasanya berupa awal dan akhir). Menghadirkan rasa “here-ness” (keberadaan disini).
2.
Metode Analisis dan Sintesis Analisis dilakukan dengan mencari keterkaitan antara berbagai aspek meliputi hasil survey, hasil kuesioner, isu-isu fenomena dan mengkaitkan dengan teori yang ada. Seluruh data yang terkumpul diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis dan Interpretasi
Direction, perjalanan berkelanjutan menuju suatu tujuan yang berhubungan antara dua titik. Menghadirkan rasa “there-ness” (keberadaan disana).
3.
Transition, Merupakan perasaan yang mem biarkan kita mengalami adanya perbedaan karakteristik antara dua tempat yang berbatasan (perubahan suasana, atmosfer dan fungsi)
4.
Area, tempat yang menimbulkan persaan adanya karakter yang kuat dalam suatu lokasi.
Metode Pendekatan Penelitian Studi ini menggunakan metode penelitian deduktifkualitatif. Diawali dengan menghimpun pemahaman mengenai teori-teori yang berkaitan dengan keamanan wanita di ruang publik. Metode kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai aktivitas-aktivitas di dalam dan sekitar Stasiun serta mengetahui fasilitas di dalam Stasiun terkait dengan kemamanan wanita. Metode pengumpulan data: Data lapangan diperoleh melalui pengamatan lapangan secara bertahap, didahului dengan observasi awal secara menyeluruh meliputi area didalam stasiun Tanah Abang khususnya ruang tunggu stasiun dan di sekitar stasiun Tanah Abang terutama konektivitasnya dengan Pasar Tekstile Tanah Abang.
Gambar 1. Tampak Depan Stasiun Tanah Abang
Stasiun Tanah Abang diresmikan tahun 1910 dan terletak di jalan Jatibaru, Kampung Bali, Tanah abang, Jakarta Pusat. Stasiun ini memiliki ketinggian +9m dan berada di Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini berada di sebelah timur Kanal Banjir Barat, dan di selatan Jembatan Layang Kalibaru. Stasiun ini sebagai tempat transit KA Commuter dan terminus KA Lintas Barat (jalur Tanah Abang-Merak). 1.
Entrance, karena ruang tunggu berada di ketinggian 9m, pencapaian ke atas pada entrance menggunakan tangga. Tidak ada ramp ataupun lift untuk akses difable, sehingga penyandang cacat (terutama cacat fisik) akan sangat kesulitan menaikinya. Tangga dibuat dua sisi, karena pada awalnya stasiun ini hanya memiliki satu tempat untuk entrance dan exit.
3
Kevin Thwaites dan Ian M.simkins, Experiental Landscape : An Approach to People, Place and Space, 2007, hlm.16 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | C 015
Keamanan Wanita di Ruang Publik
4.
Pintu keluar (exit); pintu keluar ini letaknya agak ‘dipaksakan’ karena langsung berbatasan dengan rumah warga didepannya. Pada jam-jam sibuk, pintu keluar ini selalu ramai. Jalan didepan pintu keluar ini juga macet karena banyak orang yang mencari kendaraan umum dan menyeberang.
Gambar 2. Pintu masuk Stasiun Tanah Abang sumber: www.ourlittlekingdom.com
2.
3.
Peron dan Atap, di peron ini, orang-orang menunggu kereta yang datang. Tersedia beberapa bangku yang tersebar di beberapa titik. Walaupun ruang tunggu, loket, dan kantor pengelula stasiun ada di ketinggian 9m, peron stasiun tetap berada selevel dengan jalan. Stasiun Tanah Abang menggunakan sistem kartu elektronik sebagai tiket. Teritisan atap hanya sebatas lantai peron, sehingga kadang masih tampias ketika hujan.
Fasilitas, toilet stasiun terletak di dekat tangga menuju peron. Setelah diterapkan sistem kartu elektronik, toilet hanya bisa diakses ketika sudah melewati pintu palang otomatis. Hal ini menjadi kurang nyaman terutama ketika seseorang yang sedang menunggu di ruang tunggu ingin pergi ke toilet. Orang tersebut harus menggunakan kartunya yang hanya boleh sekali pakai untuk bisa masuk ke toilet. Pada peron stasiun juga terdapat bangku untuk menunggu kereta.
Gambar 4. Akses menuju pintu keluar Stasiun Tanah Abang sumber: suratkawat.blogspot.com
5.
Angkutan Umum, angkutan umum yang berada di sekitar stasiun adalah mikrolet (terutama M08) dan ojek. Ojek-ojek yang mangkal di dekat pintu keluar ini sangat mengganggu sirkulasi kendaraan dan manusia, karena jalan menjadi sempit.
Gambar 5. Mikrolet di depan Stasiun
Analisis
Gambar 3. Area menunggu di Peron stasiun C 016 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Pada stasiun Tanah Abang dominasi pengguna layanan KRL adalah wanita. Kebanyakan dari pengguna ini pergi menuju Stasiun Tanah Abang dengan menbawa barang belanjaan dari Pasar Tanah Abang. Menurut hasil pengamatan si Stasiun Tanah Abang, didapati bahwa kondisi
Theresia Budi Jayanti
toilet kurang baik, banyak lantai yang tergenang air dan baunya terkadang kurang sedap. Sementara kondisi atap stasiun sudah mulai kurang memadai dimana sudah ada atap kaca yang tidak serasi dengan atap kaca yang bersebelahan, sirkulasi stasiun yang sedikit merepotkan bagi pengguna KRL yang ingin mengembalikan/menukarkan tiket elektronik dengan uang jaminan yang sudah dibayar, ukuran peron yang sempit pada jam-jam sibuk, banyaknya fasilitas tempat duduk yang sudah mulai rusak, ada beberapa bagian peron dimana tidak aman bagi orang untuk berjalan. Stasiun Tanah Abang tetap memiliki sisi yang baik yaitu pengudaraan dan pencahayaan yang cukup baik; keamanan stasiun juga didukung dengan adanya satpam, tentara yang berjaga serta CCTV di sudut-sudut stasiun. Pada jamjam sibuk, faktor keamanan perlu ditingkatkan, mengingat kondisi didalam stasiun yang ramai dan sesak.
Gambar 7. Kondisi Ruang Tunggu di Stasiun Tanah Abang
Pengaruh Faktor Lingkungan Sekitar Terhadap Keamana Wanita Lingkungan sekitar Stasiun Tanah Abang merupakan lingkungan yang sangat padat dimana dibawah Stasiun Tanah Abang terdapat kios-kios kecil untuk berjualan. Kios-kios tersebut berbatasan langsung dengan trotoar, sehingga trotoar menjadi padat. Ditambah lagi banyaknya kegiatan kaki lima yang berjualan di pinggir trotoar dekat Stasiun Tanah Abang. Adanya aktivitas tersebut juga memberikan dampat negatif bagi wanita yang akan lewat menuju stasiun. Selain rasa kurang nyaman karena sesak dan ramainya kondisi trotoar juga adanya kemungkinan terjadi kasus pelecehan seksual, pencopetan, penjambretan dan kejahatan jalan lainnya.
Gambar 6. Kondisi Stasiun Tanah Abang di jam sibuk
Kondisi Keamanan Wanita Tunggu Stasiun Tanah Abang
di
Ruang
Keamanan wanita di ruang tunggu ini sangat penting kaitannya dengan penerangan yang cukup, selain perlunya penjagaan dari security atau stpam di Stasiun Tanah Abang. Seperti contoh kasus di Santiago, terjadi tindak kriminal pelecehan seksual yang cukup tinggi karena lingkungan kota yang kurang aman dan nyaman bagi wanita untuk berjalan sendirian, seperti adanya beberapa daerah yang kurang penerangan.
Gambar 8. Aktivitas disekitar Stasiun Tanah Abang
Pelayanan Khusus Tanah Abang
Wanita
di
Stasiun
Pelayanan khusus wanita di stasiun ini berupa antrian khusus wanita, gerbong khusus wanita dan peron khusus wanita. Pada Stasiun Tanah Abang tidak ada ruang tunggu khusus wanita, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | C 017
Keamanan Wanita di Ruang Publik
semua ruangan kecuali toilet merupakan multigender, pria dan wanita berada di ruangan yang sama. Peron Stasiun Tanah Abang merupakan peron bersama, pria dan wanita mengantri pada peron yang sama, kecuali jika penumpang wanita berencana naik gerbong khusus wanita maka akan mengantri pada antrian yang berada di ujung depan dan belakang peron.
Gambar 10. Akses Pasar Tanah Abang dari dan menuju Stasiun Tanah Abang sumber : penulis, 2016
Gambar 9. Penumpang wanita yang menunggu di ujung peron untuk mengantri di gerbong wanita sumber: www.okezone.com
Experiental Landscape Dalam melakukan survey, teori experiental landscape digunakan untuk memahami dan mengenal kawasan yang di survey. Dengan merasakan ruang spasial secara langsung yang terdapat pada kawasan, permasalahan yang ada pada kawasan dapat dirasakan.
- Jalur pilihan kedua dengan berjalan kaki dari stasiun menuju pasar atau sebaliknya yang memalui jalan besar yang dilalui kendaraan. Jarak yang ditempuh sekitar 600m dan memakan waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. - Jalur pilihan ketiga dengan mengunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, seperti ojek, taksi dan mikrolet. Dengan kendaraan-kendaraan semacam ini, waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan hanya 4 menit jika jalanan tidak terkena macet. 3. Transition
1. Central
Experiental landscape ini dimulai dari Stasiun Tanah Abang dan menuju Pasar Tanah Abang atau sebaliknya. Jarak yang ditempuh untuk mencapai Pasar Tanah Abang sekitar 500m. Jika ditempuh dengan berjalan kaki, perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit. 2. Direction -
Jalur pilihan pertama dengan berjalan kaki dari pasar menuju stasiun yang melalui perumahan yang ada diantara stasiun dan pasar. Jarak yang ditempuh berkisar 500 m dan memakan waktu 10-15 menit dengan berjalan kaki.
C 018 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Gambar 11. Titik transisi Pasar Tanah Abang dari dan menuju Stasiun Tanah Abang
Pada jalur pilihan pertama terdapat beberapa transisi untuk menuju ke Stasiun Tanah Abang
Theresia Budi Jayanti
dari Pasar Tanah Abang, yaitu melalui toko-toko yang berada di pinggir jalan besar, memalui gang sempit dan perumahan yang kumuh dan melalui warung yang berada di sekitar Pasar Tanah Abang. Jalur pilihan utama ini merupakan jalur yang tidak aman bagi wanita dikarenakan gang sangat sempit dan lingkungan yang kumuh merupakan faktor penyebab terjadinya tindak kriminal. Pada jalur pilihan kedua terdapat beberapa transisi untuk menuju ke stasiun dari Pasar Tanah Abang, yaitu melalui toko-toko yang berada di pinggir jalan besar dan melalui warung yang berada di sekitar pasar. Jalur ini berada di pinggir jalan besar. Jalur pilihan ini merupakan jalur yang cukup aman bagi wanita dikarenakan jalan besar yang banyak dilalui kendaraan merupakan tempat yang jarang terjadi tindak kriminal.
GAMBAR C
Gambar 14. Aksesibilitas di Jln Kb. Jati, dekat pasar Blok G Tanah Abang; jalan besar yang ramai dengan trotoar yang sempit. sumber : google street, 2016
GAMBAR D
GAMBAR A
Gambar 15. Aksesibilitas di Jln Jatibaru Raya, dekat Pasar Tanah Abang. sumber : google street, 2016
4. Area Gambar 12. Aksesibilitas di Jln Jatibaru Raya, dekat stasiun; jalan besar yang ramai.
GAMBAR B
Area yang ditinjau dalam experiental landscape ini merupakan bagian dari kelurahan Kampung Bali yang termasuk dalam distrik perdagangan. Area ini merupakan area yang setiap harinya selalu ramai dikarenakan adanya 2 pusat aktivitas yang besar, yaitu pasar yang menjadi tempat wanita untuk berbelanja dan stasiun sebagai sarana untuk pencapaian dari area lain menuju area ini. Karena itu, tingkat keamanan wanita pada area ini perlu ditinjau terutama pada jalur yang dipakai untuk mencapai pasar. Kesimpulan
Gambar 13. Aksesibilitas di Jln Jatibaru Raya, sebelum belokan Jl. Kb. Jati ; jalan besar yang ramai dengan trotoar. sumber : google street, 2016
Stasiun Tanah Abang dan Pasar Tekstile Tanah Abang merupakan dua simpul aktifitas yang besar dan ramai. Pada area tersebut, kaum wanita merupakan sasaran yang mudah bagi pelaku tindak kriminal. Berdasarkan hasil analisis, keaProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | C 019
Keamanan Wanita di Ruang Publik
manan di dalam stasiun Tanah Abang cukup aman karena terdapat beberapa petugas keamanan yang berjaga serta CCTV. Sedangkan kemanan disekitar stasiun, terutama keterkaitan dengan akses dari atau menuju Pasar Tekstile Tanah abang dirasa kurang aman jika melewati gang-gang sempit dan kurang penerangan akibat padatnya pembangunan dan ketidakjelasan penanda arah sehingga sering terjadi tindak penodongan. Untuk kedepannya, fasilitas di stasiun Tanah abang perlu diperhatikan juga adanya ruang tunggu khusus wanita, ruang ibu menyusui dan perbaikan pada fasilitas yang rusak. Pengembangan Stasiun Tanah Abang juga harus segera di lakukan, mengingat stasiun Tanah Abang merupakan salah satu stasiun tersibuk di Jakarta, apalagi ditambah dengan adanya rencana pengembangan kawasan terintegrasi TOD. Ucapan Terima Kasih Ucapan Terimakasih kepada Ir. Diah A. sebagai dosen pembimbing serta mahasiswa Jurusan Arsitektur Untar (Wicanto, Andreas, Karmelia); atas keterlibatan dalam observasi dan pengolahan data di mata kuliah Kajian Arsitektur Kota. Daftar Pustaka Carr, Stephen. Public Space. Cambridge The University Press. NY. (1992). Kurniawati, Wakhidah, Retno Susanti dan Nurini. Studi
Penataan Ruang Publik Berdasar Aspek Keamanan Bagi Wanita. Unversitas Diponegoro, Semarang. Lang, Jon. (2007). Urban Design: A Typoplogy of Procedures and Products. Oxford: Elsevier. Little, Jo. Gender, Planning and The Policy Process. Pergamon. UK. (1994). Lynch, Kevin. (1960). The Image of The City. Massachusetts: MIT Press. Segovia, Olga. (1997). “The Woman Dweller : Public Space in Santiago”, dalam Jo Beall, “City for
All : Valuing Difference and Working with Diversity” Siswanti, Dea Desita. Kebutuhan Ruang yang Aman
Bagi Kaum Wanita Di Kawasan Simpang Lima Semarang. Shirvani, Hamid.(1985). The Urban Design Process., New York : Van Nostrand Reinhold, 1985 Thwaites, Kevin dan Ian M.simkins.
(2007).
Experiental Landscape: An Approach to People, Place and Space. C 020 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Ward, Gareth, Sydney Smith dan Jeffrey Barron, “City Transport for All”, dalam “City for All : Valuing
Difference and Working with Diversity” Watson D. et.al. (2003). Time Saver Standard for Urban Design. McGraww - Hill Professional. USA. Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu. Teori Perancangan Kota dan Penerapannya. Penerbit Kanisius dan Soegijapranata University Press. Yogyakarta.