BAB II PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN PSIKO RELIGI REMAJA A. Pernikahan Usia Muda 1. Pengertian pernikahan usia muda a. Pengertian Kitab-kitab fiqih klasik atau yang biasa dikenal dengan istilah “kitab kuning “ menyebut perkawinan muda / kawin belia dengan istilah nikah ash-shaghir/ash-shagirah, kebalikannya adalah al-kabir/alkabirah. Sementara kitab-kitab fiqih baru menyebutkannya dengan istilah azzawaj al-mubakkir (perkawinan dini). Shaghir/ shaghirah, secara literatur kecil, tetapi yang dimaksud disini adalah laki-laki/ perempuan yang belum baligh. Pada laki-laki, baligh ditandai dengan ihtilam yakni keluarnya sperma (air mani) baik dalam mimpi maupun dalam keadaan sadar. Sedangkan pada perempuan ketentuan baligh ditandai dengan menstruasi atau haid yang dalam fiqh syafi`i minimal dapat terjadi pada usia 9 tahun. Perkawinan usia muda / belia adalah perkawinan laki-laki atau perempuan yang belum baligh. Apabila ada batasan baligh itu ditentukan dengan hitungan tahun, maka perkawinan belia adalah perkawianan dibawah usia 15 tahun menurut mayoritas ahli fiqh, dan dibawah 17/18 tahun menurut Abu Hanifah.1 Ketentuan batas usia minimal untuk melangsungkan pernikahan hanya terdapat pada asal 15 ayat (1) yang 1
Husen Muhammad, fiqih perempuan refleksi kiai atas wacana agama dana gender ( Yogyakarta: LKIS, 2001) hlm. 67-70.
18
19
menyabutkan” untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur berdasarkan ketetapan pasal 7 undang-undang No.1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.”2 b. Tinjauan biologis dan psikologi masa muda Dalam diri remaja menuju dewasa terdapat banyak perubahan secara biologis berikut perubahan-perubahan yang terjadi: 1) Perubahan eksternal meliputi : perubahan tinggi badan, perubahan berat badan, perubahan proporsi tubuh, perubahan organ tubuh, dan perubahan organ seks. 2) Perubahan internal meliputi: a) perubahan sistem pencernaan seperti perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampai berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan brtambah panjang. b) Perubahan sistem peredaran darah seperti : jantung tumbuh pesa pada masa remaja menuju dewasa, c) Perubahan sistem pernafasan seperti kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang, sedangkan anak laki-laki meningkat kematangannya. 2
Zaitunah Subhan, menggagas fiqih pemberdayaan perempuan (jakarta selatan: ciputat molek, 2008) hlm. 219
20
d) Perubahan jaringan tubuh.3 Menurut H.Carl Witherington,sebagaimana dikutip oleh jalaludin dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Agama” psikologi di periode remaja ini pemilihan terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial moral, ekonomis, dan keagamaan.4 Dalam menentukan usia minimal nikah, ternyata sangat merugikan kaum perempuan. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa indikasi yaitu: 1) Kesempatan sekolah dan masa untuk mengembangkan diri bagi anak perempuan menjadi terpotong dan lebih singkat dibanding laki-laki. Padahal, pada dasarnya perkembangan intelektual, ilmu pengetahuan, bakat, keterampilan laki-laki dan perempuan tumbuh dalam standart usia yang sama. 2) Dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam keluarga semakin mempunyai alasan pembenaran. Suami yang berusia lebih “tua” cenderung merasa lebih berwenang dalam mengatur dan memutuskan kebijakan keluarga. Rumusan ini juga harus difahami dalam alur prinsip ideologi patriarkal yang menjadikan suami, mutlak sebagai kepala rumah tangga. Sebagai kepala, suami harus memenuhi beberapa kriteria yang lebih ideal dibanding dengan apa yang dimiliki istrinya. 3 4
Ibid. Hlm 211. Jalaludin, psikologi agama ( jakarta: raja wali pers, 2009) hlm. 74.
21
3) Usia nikah yang relatif muda kemudian langsung hamil, akan berisiko tingginya jumlah ibu meninggal pada saat melahirkan. Data statistik menunjukkan bahwa anggaka kematian Ibu(AKI) pasca natal di indonesia merupakan rangking paling tinggi dibanding negar-negara lain. 5 Pada usia 21 tahun, secara umum baik laki-laki maupun perempuan agaknya telah mencapai tingkat kematangan psikologis yang relatif dewasa. Khusus bagi perempuan, jika pada usia 21 tahun, ia mengandung dan melahirkan, kesiapan alat reproduksinya cenderung lebih siap dan kuat. Di samping itu, memperlakukan batas usia nikah baik pada laki-laki maupun perempuan seperti ini telah menghilangkan penilaian bias gender. Dalam konteks batas usia minimal ini, di sisi lain, setidaknya telah menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah lanjutan Menengah Atas (SLTA), sebagai persiapan untuk menjadi orang tua yang mampu mempersiapkan generasi cerdas dan memilki masa depan perempuan akan lebih siap menjadi ibu sebagai orang yang awal, pertama dan utama sebagai pendidik disamping laki-laki sebagai ayah yang telah siap dan mampu menjadi pengayom dan pelindung didalam
5
221
keluarga,
karena
bagaimanapun
keduanya
dimintai
Abu Halim syuqqah Abdul. kebebasan wanita wanita (jakarta : gema insani, 1998), hlm.
22
pertanggungjawabannya di dalam mengatur dan mengayun bahtera rumah tangga mereka.6 2. Hukum pernikahan usia muda Mayoritas besar ulama` fiqh- ibn mundzir bahkan mengangapnya sebagai ijmak(konsensus) ulamak fiqh mengesahkan perkawinan muda /belia atau dalam istilah yang lebih populer perkawinan dibawah umur. Menurut mereka, untuk masalah perkawinan, kriteria baligh dan berakal bukan merupakan persyaratan bagi keabsahan.7 Penegasan batasan minimal usia nikah di indonesia, cenderung tidak didasarkan pada pendapat mayoritas ulama` fiqih, seperti madzhab Syafi`i, Maliki, Hambali dan Hanafi. Diketahui bahwa dalam pandangan madzhab Syafi`i, Maliki dan Hambali, dikenal dengan istilah hak ijbar bagi wali mujbir, wali mujbir ialah orang tua permpuan yang dalam madzhab Syafi`i adalah ayah atau kakek. Sedangkan hak ijbar ialah hak ayah atau kakek untuk mengawinkan anak perempuannya, baik yang sudah dewasa maupun masih berusia muda tanpa harus mendapatkan perstujuan atau ijin terlebih dahulu dari anak perempuan yang akan di kawinkan. Berbeda dengan ketiga madzhab tersebut, madzhab Hanafi menyatakan bahwa hak ijbar hanya diberlakukan terhadap perempuan dibawah umur dan tidak berlaku terhadap perempuan yang sudah dewasa. Demikian dalam pandangan keempat madzhab ini. Mengawinkan anak yang masih dibawah umur baligh, meski tanpa persetujuan yang 6 7
Ibid, hlm. 222. Husein Muhammad, Op.Cit. hlm .68.
23
bersangkut, itu di bolehkan. Pendapat ini secara nyata berbeda dengan ketentuan pasal 15 ayat (1). Ada kecenderungan batas minimal usia pernikahan ini didasarkan atas pendapat ahli fiqih misalnya ibnu syubrumah, abu bakar al-Asham, dan Utsman al-Batti. Menurut ketiga ulam ini, laki-laki atau perempuan yang menikah dibawah umur tidak diperbolehkan.8 Menurut Hasan dan Ibrahim An-Nakha`i sebagaimana dikutip oleh Syekh Kamil Muhammad U`waidah dalam bukunya yang berjudul “ fiqih Wanita “ Diperbolehkan bagi orang tua menikahkah putrinya yang masih kecil dan juga yang sudah besar, baik gadis maupun janda.9 Beberapa aspek pernikahan usia muda dipandang sebagai berikut: a. PerkawinanUsiaMudaDalamPerspektifPsikologi Sebetulnya, kekhawatiran dan kecemasan timbulnya persoalanpersoalan psikisdan sosial telah dijawab dengan logis dan ilmiah oleh M. Fauzil Adhimdalam bukunya “Indahnya Pernikahan muda”, juga oleh Clarke-Stewart & Koch lewat bukunya “Children Development Through”: bahwa pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi solusi
8
Zaitunah Subhan ,Op.Cit. hlm 219-220 Syaikh Kamil Muhammad `Uwaidah, Fiqih Wanita , Edisi Lengkap, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2008) hlm. 402. 9
24
alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali. Ada banyak bukti empiris dan tidak perlu dipaparkan disini bahwa menikah di usia muda tidak menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang (seperti tertera sederet nama orang sukses yang melakukan pernikahan dini). Selain itu, menurut bukti-bukti (bukan hanya sekedar teori) psikologis, pernikahan usia muda juga sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga kita akan lebih mungkin mencapai kematangan yang puncak. Bahkan menurut Abraham M. Maslow, yang menikah di usia 20 tahun, orang yang menikah di usia muda lebih mungkin mencapai taraf aktualisasi diri lebih cepat dan lebih sempurna dibanding dengan mereka yang selalu menunda pernikahan. Pernikahan yang
sebenarnya,
menurut
Abraham
M.
Maslow,
dimulaidarisaatmenikah.Pernikahanakanmematangkanseseorangsekalig usmemenuhiseparuhdarikebutuhan-kebutuhanpsikologismanusia, yang padagilirannyaakanmenjadikanmanusia, mampumencapaipuncakpertumbuhankepribadian yang mengesankan.10 Bagaimanadenganhasilpenelitian
di
salahsatukota
di
Yogyabahwaangkaperceraianmeningkatsignifikankarenapernikahanmud a
?Ternyata,
setelahditeliti,
pernikahanusia
muda
yang
rentanperceraianituadalahpernikahan yang diakibatkan “kecelakaan” 10
Kompas. 2006. 13 Desember. ”BiarSehat, Menikah Yuk!”.(Online).(http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0612/13/141734.htm. Diakses 21 Maret 2009
25
(yang
disengaja).
Hal
inibisadimaklumi,
sebabpernikahankarenakecelakaanlebihkarenaketerpaksaan, bukankesadarandankesiapansertaorientasinikah
yang
kuat.Adapunurgensipernikahanterhadapupayamenanggulangikenakalanr emajabarangkalitidakbisadibantah.Ngerirasanyaketikakitamendengarha silsebuahpenelitianbahwa 90% mahasiswi di salahsatukotabesar di negaramusliminisudahtidakperawanlagi. Pergaulanbebasatau free sex samasekalibukannama
yang
asing
di
telingakaumremajasaatini.
Akhirnya, kata FauzilAdhim, kitaakanmenyaksikankehancuran yang berlangsungpelan-pelan,
tapisangatmengerikan,
sudahtidakgadislagi)
hamil
di
paragadis
(yang
luarnikah.
Na
„udzubillah!Untukmenanggulangimusibahkaumremajainihanyasatujawa bnya: nikah.11 b. PerkawinanUsiaMudaDalamPerspektif Agama Jikamenurutpsikologis,
usiaterbaikuntukmenikahadalahusiaantara
19 sampai 25, makabagaimanadengan agama? RasulullahSAW. bersabda, “Wahaiparapemuda, barangsiapa di antara kalian telahmencapaiba’ah, makakawinlah.Karenasesungguhnyakawinlebihbisamenjagapadapanda nganmatadanlebihmenjagakemaluan.Bilatidakmampumelaksanakannya makaberpuasalahkarenapuasabaginyaadalahkendali (darigairahseksual)” (HR. Imam yang lima). Hadits
di
atasdenganjelasdialamatkankepadasyabab
(pemuda).Siapakahsyababitu?Mengapakepadasyabab?Menurutmayorita 11
AnnisaKarlian. Annisa“PerkembanganMasaRemaja” ,http://annisakarliana.blog.com
26
sulama,
syababadalah
orang
yang
telahmencapaqilbalighdanusianyabelummencapaitigapuluhtahun.Aqilba lighbisaditandaidenganmimpibasah (haidbagiwanita)
(ihtilam)
atautelahmencapaiusia15
Tahun.
ataumasturbasi Sebelumnya,
menarikdiperhatikansabdaRasulullah SAW, “Perintahkanlahanakanakmumengerjakanshalatketikamerekaberumurtujuhtahun, danpukullahmerekakarenatidakmengerjakannyasetelahberusiasepuluht ahundanpisahkantempattidurnya” (Ahmad danAbuDawud).12 c. PerkawinanUsiamuda DipandangdariBerbagaiSisi Pertimbangandarisisimedis, pernikahanusiamudabisamerugikanpihakperempuan. Kondisirahimperempuanusiamudamasihbelumcukupkuatuntukmelahirk ananak.
Sementaramenurutpakarsosiologi,
pernikahanusiaMudabisalebihmemicukonflik keluarga. Inidisebabkanusiapasangansuamiistri
yang
masihlabil,
belummatangsecarapikiran, danpenuhemosi.13 Dalampraktiknya,
banyakditemuipraktikpernikahanmuda
di
pedesaan, dankondisimerekabaik-baiksaja. Para sosiologberpendapat, itukarenamasalahkultur
12
yang
tertanamkuatdalammasyarakatdesa,
http://dhikikurnia.blogspot.com/2013/07/h-hukum-islam-perkawinan-usia-dini.html, diakse 5 desember 2010 13 Zaitunah Subhan,Op.Cit. hlm 221
27
danbelumtentuterjadipada masyarakat perkotaan
yang
punyakulturberbeda.14 Mengenai kasus pernikahan Rosulullah saw, dengan siti Aisyah yang saat itu baru berusia enam tahun, menurut syubrumah, hal itu merupakan perkecualian atau suatu kekhususan bagi Nabi Muhammad saw sendiri yang tidak bisa di berlakukan bagi umatnya. Demikian juga, Rosulullah saw tidak serta merta menggauli Aisyah, menunggu sampai menimba ilmu dari Nabi saw, dan diakui intelektualnya dengan sabda Rasulullah kepada para sahabatnya “ ambillah sebagian ilmu agam kalian dari humaira` (pipi yang kemerah-merahan )” yang dimaksud adalah adlah Aisyah. Bahkan Rasul saw menikah dengan Saudah bin Zama`ah yang sudah berumur.15 3. Hikmah pernikahan Allah berfirman: An-nur ayat 32
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.16
14
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih perempuan Kontemporer ( Bandung: Ghalia Indonesia)
, hlm 34
15
Elizabeth, Op.cit hlm. 219-220. M.Uwaidah, Syekh Kamil, Fiqih Wanita Edisi Lengkap (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), hlm. 399. 16
28
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia di dunia ini berlanjut, dari generasi ke generasi. Selain juga berfungsi sebagai penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Dari Abu Hurairoh, ia berkata: bahwa Nabi bersabda: ” Sesungguhnya wanita itu apabila menghadap ke depan berbentuk setan dan jika menghadap ke belakang juga berbentuk syetan. Karenanya, jika salah seorang diantara kalian melihat seorang wanita yang menakjubkan pandangannya, maka hendaklah ia segera mendatangi istrinya. Yang demikian itu agar dapat mengendalikan gejolak yang ada di dalam dirinya. “ ( HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tarmidzi) Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara lakilaki dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih
sayang
dan
cinta
serta
penghormatan.
Wanita
muslimah
berkewajiban untuk mengerjakan tugas di dalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan suasana menyenangkan, supaya suaminya dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrowi.17 4. Faktor-faktor pendorong pernikahan usia muda a. Ekonomi
17
Ibid, hlm. 400.
29
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu. b. Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan
masyarakat,
menyebabkan
adanya
kecenderungan
mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur. c. Faktor orang tua Orang tuakhawatirkenaaibkarenaanakperempuannyaberpacarandenganlaki-laki yang sangatlengketsehinggasegeramengawinkananaknya. d.
Media massa Gencarnyaeksposeseks
di
media
massamenyebabkanremaja
modern kianPermisifterhadapseks. e. Faktoradat Perkawinanusiamudaterjadikarena
orang
tuanyatakutanaknyadikatakanperawantuasehinggasegeradikawinkan. f. Faktor kemauan anak Pernikahan usia muda dapat disebabkan karena anak terbiasa dengan pergaulan dengan lawan jenis sehingga hasrat untuk melakukan seksual semakin tinggi disertai dengan penasaran. g. Faktor budaya
30
Adat dan Budaya bisa mempengaruhi anak dalam menikah Usia muda karena mereka yang teman sebaya bahkan saudaranya suadah menikah akan merasa minder ketika belum menikah, sedangkan temantemannya sudah menikah walaupun mereka menikah di Usia Muda. di bandingkan dengan budaya yang lebih mementingkan sekolah, anakpun akan minder ketika dirinya menikah muda.18
.
h. Faktor pemahaman agama Di dalam agama Islam menikah merupakan separuh agama, dimana ketika seseorang yang sudah menikah pahalanya dilipat gandakan,beserta kenikmatan-kenikamatn yang ada dalam lingkup perniakahn sehingga itu bisa memepengaruhi anak dalam melakukan pernikahan pada usia muda, dari pada melakukan maksiat.19 i. Terjadinya kecelakaan (hamil diluar nikah) kebebasan pergaulan antara dua insan yang berbeda jenis akhirakhir ini semakin marak, bahkan sampai mengakibatkan banyak kasus kehamilan di luar nikah. masyarakat masih menganggap tabu kehamilan yang disebabkan “kecelakaan”. Imam Abu Hanifah berependapat sebagaimana dikutip oleh Huzaemah Tahido Yanggo dalam bukunya yang berjudul “Fiqih Perempuan Kontemporer” boleh mengawini perempuan hamil dari
18
http://dhikikurnia.blogspot.com/2013/07/h-hukum-islam-perkawinan-usia-dini.html, diakses pada 4 desember 2010. 19 Singarimbn. Masri hol LLD.penduduk dan perubahan (Yogyakarta : pustaka pelajar 1996), hlm 40
31
perbuatan zina dengan syarat kalau yang mengawini itu bukan laki-laki yang
menghamilinya,
tidak
boleh
menggaulinya
sehingga
ia
melahirkan. Imam Malik dan Imam Ahmad Ibn Hanbal berpendapat, tidak boleh mengawiwni perempuan hamil dari perbuatan zina oleh laki-laki yang bukan menghamilinya, kecuali telah habis masa iddahnya. Imam Ahmad menambahkan satu syarat boleh menikahi perempuan hamil karena zina oleh laki-laki yang bukan menghamilinya asalkan perempuan tersebut benar-benar bertaubat. 20 5. Dampak pernikahan usia muda a. Kesehatan perempuan 1) Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri 2) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi 3) Beresiko pada kematian usia dini 4) Meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI), ingat 4T 5) Study epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10x bila jumlah mitra sex 6/lebih atau bila berhubungan seks paertama dibawah usia 15 tahun 6) Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks 7) Resiko terkena penyakit menular seksual b. Kualitas anak
20
Huzaemah Tahido Yanggo, Op.Cit.hlm. 58
32
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri 2) Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBR memiliki kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal.
c. Keharmonisan keluarga dan perceraian 1) Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian 2) Ego remaja yang masih tinggi 3) Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah 4) Perselingkuhan 5) Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua 6) Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional 7) Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi21
B. Psiko Religi Remaja 1. Pengertian Psiko Religi Psiko religi merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan 21
http://dhikikurnia.blogspot.com/2013/07/h-hukum-islam-perkawinan-usia-dini.html
33
beragama, dengan demikian psiko religi mencakup 2 bidang kajian yang sama sekali berlainan , sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya. Psikoreligi mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness)
dan
pengalaman
agama
(religious
experience).
Kesadaran agama hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama adalah perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir.22 Menurut prof, Dr. Zakiyah sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Agama” berpendapat bahwa Psiko Religi (Psikologi Agama) adalah ilmu yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan kehidupan pada umumnya, dan juga mempelajari pertumbuhan serta perkembangan jiwa agama pada seseorang dan faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.23 Istilah psiko berasal dari bahasa Yunani yaitu „psyche’ yang berarti jiwa, sedangkan religi Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion (bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang barat yang menjajah bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan 22
Rahyu, “konseppsikoreligi”, psikoreligius.htmll, diakses 5 oktober 2012 23 Jalaluddin, Op.Cit, hlm. 15
http://www.motivasi\aku\konsep-psikologi-agama
34
adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut. Atau istilah lainnnya adalah din berasal dari bahasa Arab yang berarti undang-undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan dan akan mendapat hukuman atau balasan jika ditinggalkan. Psikolog adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Psikologi memang berarti ilmu jiwa. Karena berbagai alasan tertentu seperti timbulnya konotasi atau arti lain yang menganggap psikologi sebagai ilmu yang menyelidiki jiwa, sekurang-kurangnya selama dasa warsa terakhir ini menurut hemat penyusun istilah ilmu jiwa itu sudah sangat jarang dipakai orang. Kini berbagai kalangan profesional baik yang berkecimpung dalam dunia pendidikan maupun dalam profesi lainnya.24 Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan 24
Muhibbin syah “ psikologi pendidikan dengan pendekatan baru,( bandung: remaja rosdakarya, 2010) hlm. 7-8.
35
agama
pada
remaja
merupakan
interaksi
antara
dia
dengan
lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada
tuhan,
termasuk
persoalan
masyarakat
yang
tidak
menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali. Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.25 Adapun hal-hal yang berkaitan dengan agama, yaitu: a. kriteria orang yang matang beragama Manusia memiliki dua amacam perkembangan, yaitu perkembangan jasmani dan rohani. perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. sebaliknya perkembanngan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). pencapaian 25
Rahyu, “konseppsikoreligi”, psikoreligius.htmll, diakses 5 oktober 2012
http://www.motivasi\aku\konsep-psikologi-agama
36
tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity). Menurut W. Star Buck yang dikemukakan oleh W. Houston Clar dalam bukunya Relegion Psichologyadalah: 1) Optimis dan gembira Segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai dianggap sebagai peringatan tuhan terhadap manusia,mereka yakin bahwa Tuhan bersifat Pengasih Penyang. 2) Ekstrovet dan tak mendalam sikap ini berpandangan keluar dan mebawa suasana artinya lepas dari kungkungan ajaran ke agamaan yang terlalu rumit.Mereka senang kepada kemudahan dalam melaksanakan ajaran agama 3) Selalu berpandangan positip 4) Berkembang secara graduasi Maksudnya mereka menyakini ajaran agama melalui proses yang wajar dan tidak melalui proses pendadakan 5) Bersikap
lebih menekankan
ajaran
cinta
kasih
daripada
kemurkaan dan dosa.26 b. Fungsi Agama dalam kehidupan Masalah Agama tak akan mungkin dipisahkan dari kehidupan manusia,berikut ysng merupakan fungsi agama yaitu : 1) Berungsi sebagai Edukatif
26
Jalaluddin, Op.Cit.hlm. 132-133
37
Fungsi Edukatif mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbias dengan yang baik. 2) Berfungsi sebagai pendamaian Melalui Agama seseorang yang bersalah dapat mencapai kedamaian melalui taubat atau penebusan dosa.
3) Berfungsi sebagai sosial control Ajaran Agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama sebagai pengawassan sosial secara individu maupun kelompok. 4) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solodaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan : Iman dan kepercayaan. rasa kesatuan ini membina rasa solidaritas dalam kelompok. 5) Berfungsi Transformatif Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetaan kepada adat atau norma yang dianut sebelumnya. 6) Berfungsi sebagai penyelamat 7) Berfungsi sebagai kreatif
38
Ajaran
Agama
mendorong
dan
mengajak
para
penganutnya untuk bekerja produktif inovatif serta menemukan hal-hal yang baru. 8) Berfungsi Sublimatif Ajaran Agama bukan saja bersifat ukhrawi akan tetapi duniawi, segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus karena Allah merupakan ibadah. c. Sikap keagamaan yang menyimpang Sikap keagamaan yang menyimpang merupakan masalah yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tindakan yang negatif dari tingkat yang terendah hingga ke tingkat yag paling tinggi. sikap keagamaan yang menyimpang boleh dikatakan dapat terjadi pada semua bidang kehidupan manusia dan kaitannya dengan nilai-nilai
ajaran
agama,
penyimpangan
tersebut
mungkin
menyangkut bidang keyakinan, ritual, doktrin, ataupun perangkat keagamaan. kehadiran aliran ataupun sekte baru, dan keluar dari nilai-nilai dasar ajaran agama formal, dapat dianggap sebagai sebuah penyimpangan. Di luar itu, sikap keagamaan yang menyimpang juga bisa termanifestasikan dalam pelanggaran terhadap nilai-nilai moral ataupun norma agama. perilaku menyimpang ini disebut sebagai
39
tindakan amoral yang di dalamnya batas baik-buruk, benar-salah, pantas –tidak pantas.27 d. Pola perubahan minat religius 1) Periode kesadaran religius Pada saat remaja mempersiapkan diri unuk menjadi anggota IRMAS (ikatan remaja masjid) yang dianut orang tua, minat religiusnya meninggi, sebagai akibat dari meningkatnya minat ini, ia mungkin menjadi bersemangat mengenai agama sampai-sampai ia mempunyai keinginan untuk menyerahkan kehidupannya untuk agama, atau malah meragukan keyakinan yang di terima mentah-mentah selama masa kanak-kanak. Seringkali
remaja
membandingkan
keyakinannya
dengan
keyakinan teman-teman, atau menganalisis keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pengetahuannya. 2) Periode keraguan religius Berdasarkan penelitian secara kritis terhadap keyakinan masa kanak-kanak, remaja sering bersikap skeptis pada berbagai bentuk religius, seperti bedoa dan kemudian mulai meragukan ajaran religius, seperti ajaran mengenai sifat tuhan dan kehidupan setelah mati. Bagi beberapa remaja keraguan keyakinan tersebut membuat
27
Ibid, hlm. 275
mereka
kurang
taat
pada
agama,
sedangkan
40
kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan dari pada kepercayaan yang dianut oleh keluarganya. 3) Periode rekontruksi Agama Lambat atau cepat remaja membutuhkan keyakinan agam meskipin ternyata keyakinan pada masa kanak-kanak tidak lagi memuaskan. Pemuda biasanya merupakan mangsa religius yang berbeda atau baru.28 2. Pengertianremaja Istilah adolescence aatau remaja berasal dari kata latin (adolescere) kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” Bangsa primitif, demikian pula orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak dianggap
sudah
dewasa
apabila
sudah
mampu
mengadakan
reproduksi. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget. Dengan mengatakan “ secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai
28
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan (jakarta: erlangga, 1980) hlm. 222.
41
banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dala hubungan sosial orang dewasa, yangkenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.29 a. Pengelompokan sosial remaja 1) Teman dekat Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang bertengkar. 2) Kelompok kecil Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok temanteman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks. 3) Kelompok besar Kelompok bsar yang meliputi beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat berkurang di anatar anggota29
Ibid, hlm 206
42
anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka. 4) Kelompok yang terorganisir Kelompok pemuda yang di bina oleh orang dewasa di bentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa di atur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun.
5) Kelompok geng Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan
yang
merasa
tidak
puas
dengan
kelompok
yang
terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota genga yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan temanteman melalui perilaku anisosial.30 b. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang Terjadinya sikap yang menuyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap. Beberapa teori psikologis mengungkapkan
30
Ibid, hlm 213
43
mengenai perubahan sikap tersebut, antara lain: teori stimulus dan respons, teori pertimbangan siosial, teori konsistensi, dan teori fungsi.
Masing-masing
memiliki
dasar
pendekatan
aliran
psikologis. Berikut penjelasan dari teori tersebut : 1) Dalam kaitannya dengan sikap keagamaan yang menyimpang maka pengaruh stimulus yang relevan adalah segala bentuk objek yang berhubungan dengan keagamaan, misalkan adanya aliran yang berbeda, adanya sikap penolakan dan penerimaan aliran tersebut. 2) teori pertimbangan menurut teori ini sikap dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. faktor eksternal meliputi faktor penguatan, komunikasi persuasif, harapan yang di ingnkan. faktor internal meliputi: persepsi sosial dan posisi sosial. 3) teori konsistensi memandang perubahan sikap ditentukan oleh faktor intern yang bertujuan menyeimbangkan antara sikap dan perbuatan. perubahan sikap ini beasal dari senang atau tidak senangnya terhadap agama dan sikap. 4) teori fungsi memandang perubahan sikap seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan sesorang. teori fngsi ini mengungkapkan bahwa perubahan sikap tidak berlangsung secraserta merta, melainkan melalui suatu proses penyeimbangan diri dengan lingkungan.
44
keseimbangan tersebut merupakan penyesuaian diri dengan kebutuhan.31
31
Jalaludin. Op.Cit.hlm. 29-290.