KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”. Skripsi ini diajukan sebagai kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini dapat berhasil dengan baik berkat arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana. 3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.
5. Ibu Anak Agung Sri Utari, SH.,MH, Ketua Bagian Hukum Internasional serta Bapak I Gde Putra Ariana, SH.,M.Kn, Sekretaris Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan semangat dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum, Dosen Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberi arahan, bimbingan, dukungan, saran dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Made Maharta Yasa, SH., MH, Dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan banyak waktu dan telah dengan sabar memberi arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Putu Dwi Djaya dan Ketut Supartini selaku orang tua penulis yang senantiasa sabar dan tak pernah berhenti memberikan dukungan demi rampungnya skripsi ini. 9. Indah Triari Dwijayanthi dan Andina Triari Dwijayanthi selaku saudara penulis, yang selalu memberikan motivasi-motivasi pada saat jenuh maupun suntuk. 10. Bapak I Nyoman Bagiastra, SH.,MH, Dosen Pembimbing Akademik penulis yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
11. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah sangat berjasa memberikan ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku perkuliahan. 12. Seluruh Staff Administrasi dan Pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 13. Keluarga besar Asian Law Students’ Association Local Chapter Universitas Udayana, National Chapter Indonesia, Student Community for International Law, dan LittleCircleFoundation (LCF), tempat saya menempa soft skill dan menimba pengalaman yang tak kalah berguna dan sangat bermanfaat dalam penyusunan dan perampungan tugas akhir ini. 14. Komang Hare Yashuananda, Jody Bagus Wiguna serta teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang selalu memberikan dukungan selama penulis duduk di bangku perkuliahan.
Akhirnya, dengan menyadari keterbatasan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca dan bagi kemajuan ilmu hukum. Denpasar, 15 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM.......................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................iii HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI.....................................................iv KATA PENGANTAR...................................................................................................v DAFTAR ISI..............................................................................................................viii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................xiv ABSTRAK..................................................................................................................xv ABSTRACT..................................................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….....7 1.3 Ruang Lingkup Masalah ………………………………………………………...7 1.4 Orisinalitas Penelitian……………………………….…………………………...8 1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..…9 a. Tujuan Umum……………………………………………………………………...9 b. Tujuan Khusus…………………………………………………………………….10 1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….…...10 a. Manfaat Teoritis…………………………………………………………………...10
b. Manfaat Praktis…………………………………………………………………….11 1.7 Landasan Teori …..………………...…………………………………………….12 1.8 Metode Penelitian ……………....…………………………………………….…14 a. Jenis Penelitian……………....………………………………………...……….….14 b. Jenis Pendekatan……………....…………………………………….………….….15 c. Bahan Hukum/Data……………....…………………………………………….….17 d. Teknik Pengumpulan Bahan/Data……………....…………………………………18 e. Teknik Analisis……………....…………………………………………….………19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ILLEGAL FISHING DAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL 2.1 Tinjauan mengenai Illegal Fishing…………………..……………………………..20 2.1.1 Pengertian Illegal Fishing……………...……..……………………………20 2.1.2 Bentuk Tindakan Illegal Fishing……………...……..………..…………....22 2.2 Tinjauan mengenai Hukum Laut Internasional ………………………………….23 2.2.1 Pengaturan Zona-zona Maritim..……………...……..………..…………....23 2.2.2 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut ……………...……..…..………....25 BAB III PENGATURAN INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENANGANI PRAKTIK ILLEGAL FISHING 3.1 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982…………………………… 34 3.2 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and Management Measures by Fishing Vessels on High Sea………………………………………………………… 37 3.3 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan The Agreement for the Implementation of the Provision of the UNCLOS of 10 December 1982 relating to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks 1995 ………………… 40 3.3.1 Ketentuan Mengenai Konservasi dan Pengelolaan Persediaan Ikan yang Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan Yang Beruaya Jauh...................................................................................... 41 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional dalam Konservasi dan Pengelolaan Atas Persediaan Ikan yang Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan yang Beruaya Jauh ............... 43 3.3.3 Ketentuan Mengenai Kewajiban Negara Bendera Kapal .................. 45 3.3.4 Mekanisme Penataan dan Penegakan Hukum Di Laut Lepas ........... 49 3.4 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries ........................... 50 3.5 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan International Plan of Action to Deter, Prevent and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001 .. 53 3.6 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Ilegal Fishing Berdasarkan Regional
Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices including Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in the Region 2007 ............................................................................................. 58 3.7 Implementasi ketentuan Hukum Perikanan Internasional dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia di Bidang Perikanan ................................ 60 3.8 Tinjauan Komprehensif Perihal Pengaturan Instrumen Hukum Laut Internasional Dalam Menangani Praktek Illegal Fishing ...................... 76 BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL BERKAITAN DENGAN PRAKTIK ILLEGAL FISHING 4.1 Posisi Kasus..................................................................................................... 79 4.2 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai ................... 80 4.2.1 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Politik/DiplomatikError! Bookmark not defined. a.
Negosiasi (Perundingan) ............................ Error! Bookmark not defined.
b.
Pencarian Fakta (Inquiry) ........................... Error! Bookmark not defined.
c. Jasa baik dan Mediasi ................................. Error! Bookmark not defined. d.
Konsiliasi.................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur HukumError! Bookmark not defined. a.
International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS)Error! Bookmark not
defined. b.
International Court of Justice (ICJ) ........... Error! Bookmark not defined.
c. Arbitrase ..................................................... Error! Bookmark not defined. d.
Arbitrase Khusus ........................................ Error! Bookmark not defined.
4.3 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional Menggunakan Kekerasan ................................ Error! Bookmark not defined. a.
Non Perang ................................................. Error! Bookmark not defined. 1)
Retorsi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2)
Reprisal .................................................. Error! Bookmark not defined.
3)
Blokade Damai ...................................... Error! Bookmark not defined.
4)
Embargo ................................................. Error! Bookmark not defined.
b.
Perang ......................................................... Error! Bookmark not defined.
4.4 Tinjauan Komprehensif Mengenai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional Berkaitan dengan Praktik Illegal Fishing ...... Error! Bookmark not defined. BAB V 5.1
Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.
5.2
Saran......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 97
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Deklarasi dan Reservasi dari China Terhadap Ketentuan dalam UNCLOS 1982………………………………. 92
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
Lampiran 2.
The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with International Conservation and Management Measures by Fishing Vessels on High Sea
Lampiran 3.
The Agreement for the Implementation of the Provision of the UNCLOS of 10 December 1982 relating to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks 1995
Lampiran 4.
The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries
Lampiran 5.
International Plan of Action to Deter, Prevent and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001
Lampiran 6.
Regional Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices including Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in the Region 2007
ABSTRAK PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati. Perkembangan teknologi dan meningkatnya akses terhadap kekayaan alam yang ada di laut tidak hanya memberikan manfaat tetapi juga menimbulkan suatu ancaman bagi persediaan sumber daya ikan. Salah satu ancaman tersebut adalah praktik penangkapan ikan yang dilakukan secara tidak sah atau dikenal pula sebagai illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) proporsi penurunan atau eksploitasi ikan dewasa ini telah mencapai angka 25% yang disebabkan oleh maraknya praktek IUU-fishing itu sendiri. Sebagai negara maritim, praktik illegal fishing juga marak terjadi di perairan Indonesia. Hingga akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan ikan secara illegal, dimana sebagian besar kapal-kapal yang tertangkap justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan China. Hal ini menggambarkan urgensi pengaturan hukum internasional dan mekanisme penyelesaian sengketa internasional guna menangani praktik IUU-fishing tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dan pendekatan perundang-undangan dan analisis-konseptual hukum, penulis melalui skripsi ini akan membahas dua permasalahan hukum utama yakni: keberadaan peraturan hukum internasional yang memberikan kewajiban hukum internasional dalam menangani praktik illegal fishing dan mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing itu sendiri. Melalui penelitian normatif skripsi ini, adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1) Pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing sudah berada di tingkat hard law dan soft law; 2) Sesuai dengan ketentuan dalam hukum internasional, maka setiap sengketa internasional patut diselesaikan secara damai, baik melalui jalur politik/diplomatik maupun melalui jalur hukum. Kata kunci: penangkapan ikan secara illegal, pengaturan, penyelesaian sengketa internasional.
ABSTRACT Sea is one of the natural resources, both living and non-living. The rapid development of technology and increasing access over the natural resources in the sea had not only providing benefits but also presenting a threat to the supply of fish resources. One of the threats is the practice of fishing conducted illegally or also known as illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Based on data from the Food and Agriculture Organization (FAO), the proportion of the reduction or exploitation of fish these days has reached 25% due to the rampant practice of IUU-fishing itself. As a maritime nation, illegal fishing practices are also rife in the waters of Indonesia. Until the end of August 2013, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has captured 58 fishing vessels conducting illegal fishing, where most of the ships were caught actually comes from neighboring countries, such as Malaysia, the Philippines and China. Thus, international regulatory framework and any mechanism of international dispute settlement over IUU-fishing remain as an urgent matter in order to combat the practice of IUU-fishing itself. Through the application of normative legal research method and statutory and analytical-conceptual approach respectively, the author shall observe two main legal issues namely: the existence of international regulation, which entails the international obligation to all States to combat the illegal fishing and also any means of international disputes settlement can be taken related to the practice of illegal fishing itself. Through normative legal research analysis, conclusion drawn for each respective issues are as follows: 1) The existing international legal instruments to combat the practice of illegal fishing already formed both in hard law and soft law; 2) In accordance with the provisions of international law, any international disputes shall be settle peacefully, which can be done through political or diplomatic settlement or judicial settlement. Keywords: illegal fishing, regulatory, international dispute settlement.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau.1 Definisi ini merupakan definisi yang bersifat fisik semata. Laut menurut definisi hukum adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi, yaitu sekitar 70% atau 140 juta mil persegi dari permukaan bumi.2 Pada zaman kuno, status hukum dari lautan tidak pernah dipersoalkan oleh siapa pun, dimana setiap orang bebas memanfaatkan laut (freedom of the sea), demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 3 Pada masa itu, orang hanya memanfaatkan laut untuk kepentingan pelayaran, perikanan serta untuk kepentingan upacara-upacara keagamaan atau kepercayaan yang mereka yakini.4 Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut mengalami perubahanperubahan yang mendalam.5 Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam hukum laut internasional yaitu, Pertama, semakin bergantungnya penduduk 1
URL: http://kbbi.web.id/laut, diakses tanggal 25 April 2016. Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi Kedua, Cet. 4, P.T. Alumni, Bandung, h. 304-305. 3 Parthiana, I Wayan, 2014, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Cet. 1, Yrama Widya, Bandunug, h. 3. 4 Ibid. 5 Boer Mauna, op. cit., h. 304. 2
1
dunia yang semakin bertambah jumlahnya pada laut dan samudera sebagai sumber kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati termasuk minyak dan gas bumi; Kedua, kemajuan teknologi yang memungkinkan penggalian sumber kekayaan alam di laut yang tadinya tak terjangkau oleh manusia; Ketiga, perubahan peta bumi politik sebagai akibat kebangkitan bangsa-bangsa merdeka, menginginkan perubahan dalam tata hukum laut internasional yang dianggap terlalu menguntungkan negara-negara maju.6 Sejak masa itu hukum laut tidak hanya mengurus mengenai kegiatankegiatan di atas permukaan laut tetapi juga dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung di dalamnya.7 Di abad ke-20 ini, fungsi laut telah meningkat dengan ditemukannya bahan-bahan tambang dan galian yang berharga di dasar laut dan dimungkinkannya usaha-usaha menggambil kekayaan alam tersebut, baik di airnya maupun di dasar laut dan tanah dibawahnya.8 Perkembangan atas fungsi laut ini pun dirasakan Indonesia sebagai negara maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17.508 pulau9 dengan luas laut yang mencapai 5.8 juta km2 dan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dengan wilayah yang terletak pada posisi silang dunia, yaitu diantara dua benua dan dua samudera. Posisi geografis ini menyebabkan laut yang terdapat di antara pulau-pulau menjadi alur laut yang luas dan mengandung potensi sumber
6
Mochtar Kusumaatmadja, 1978, Hukum Laut Internasional, CV. Trimitra Mandiri, Bandung,
h. 81. 7
Ibid. Frans E. Lidkadja & Daniel F. Bassie, 1985, Hukum Laut Dan Undang-Undang Perikanan, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 21. 9 Portal Nasional Republik Indonesia, URL: http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/geografi-indonesia, diakses pada 13 April 2016. 8
2
daya kelautan yang sangat melimpah dan memiliki nilai strategis bagi kesinambungan Nasional. Luasnya wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia membawa tantangan tersendiri bagi Indonesia. Salah satu tantangan tersebut adalah pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan di perairan Indonesia menjadi sangat berat karena banyaknya praktek penangkapan ikan secara tidak sah yang oleh dunia internasional dikenal dengan kegiatan perikanan yang illegal, unreported and unregulated (selanjutnya disebut IUU-fishing). IUU-fishing ini telah mengancam persediaan ikan di seluruh dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), dalam pertengahan tahun 1970-an, proporsi penurunan atau eksploitasi ikan secara berlebihan (overfishing) hanya 10%, namun sekarang angka ini meningkat menjadi 25%. Illegal fishing sebagai bagian dari IUU-fishing, merupakan penyumbang signifikan dalam masalah penurunan persediaan ikan ini.10 Sampai akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan secara ilegal.11 Ironisnya, sebagian besar kapal-kapal ikan yang tertangkap mencuri ikan di perairan
10
Lihat: Laurance Blakely, 2008, “The End of the Viarsa Saga And the Legality of Australia’s Vessel Forfeiture Penalty For Illegal Fishing in Its Exclusive Economic Zone”, Pacific Rim & Law Policy Journal, h. 680. URL: http://digital.law.washington.edu/dspacelaw/bitstream/handle/1773.1/545/17PacRimLPolyJ677.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 25 April 2016. 11 Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016.
3
Indonesia, justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand dan China.12 Menurut Kementerian Perikanan dan Kelautan, modus operandi yang umumnya dilakukan adalah penangkapan ikan tanpa izin, mengunakan izin palsu, serta menggunakan alat tangkap yang dilarang.13 Pelaku juga diketahui melakukan penangkapan di wilayah yang tidak sesuai izin, serta tidak melaporkan hasil tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data hasil tangkapan.14 Adanya kemajuan teknologi penangkapan ikan yang semakin canggih dan disertai dengan meningkatnya kebutuhan umat manusia terhadap ikan memerlukan adanya pengaturan yang tegas dan bersifat mengikat. Hingga saat ini, secara de facto dan de jure, United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 berlaku sebagai hukum internasional positif guna menegakan hukum laut. Namun, walaupun berlaku sebagai salah satu hukum internasional positif, UNCLOS 1982 tidak mengatur tentang IUU-fishing. Kendati demikian, praktek IUU-fishing ini lazim terjadi di kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan dan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu negara yang secara umum diatur dalam UNCLOS 1982. Adapun salah satu pasal yang mengatur tentang penegakan hukum terhadap praktek IUU-fishing adalah Pasal 73 UNCLOS 1982, yang
12
Anonim, 2015, “Lagi, Kapal-Kapal Asing “Pencuri Ikan” Akan Ditenggelamkan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150812_indonesia_kapal, diakses pada 25 April 2016. 13 Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016. 14 Ibid.
4
menentukan bahwa jika kapal asing tidak mematuhi peraturan perundangundangan perikanan negara pantai di ZEE, negara pantai dapat menaiki, memeriksa, menangkap dan melakukan proses pengadilan atas kapal tersebut dan memberitahu negara bendera kapal. Salah satu insiden illegal fishing yang terjadi di Indonesia baru-baru ini adalah insiden penangkapan kapal motor Kway Fey 10078 yang berbendera China di perairan Natuna pada bulan Maret 2016, tepatnya pada tanggal 19 Maret 2016.15 Insiden ini diawali dengan adanya deteksi Target Operasi yang dimulai pada Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 14.15, dimana posisi kapal ikan asing terdeteksi berada di wilayah Indonesia.16 Target Operasi Kemudian dikejar dan diberhentikan, namun kapal tidak mau berhenti. Pihak Kapal Pengawas lalu memberikan tembakan peringatan, namun kapal tersebut tetap berusaha melarikan diri dengan zig-zag, sehingga KP Hiu 11 mendekat dan tidak bisa menghindari tabrakan.17 Dalam operasi tersebut, delapan ABK kapal Kway Fey 10078 ditahan setelah mereka diduga melakukan pencurian ikan di wilayah Indonesia dan tertangkap di koordinat 05°05,866'N. 109°07, 046'E jarak 2,7 mil haluan 67°.18
15
Hanna Azarya Samosir, 2016, “Insiden di Natuna, Menlu Panggil Kuasa Usaha Kedubes China”, CNN Indonesia, URL: http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160321124641-106118756/insiden-di-natuna-menlu-panggil-kuasa-usaha-kedubes-china/, diakses pada 25 April 2016. 16 Taufik Rachman, 2016, “Kronologi Penangkapan Kapal Pencuri Ikan KM Kway Fey 10078”, Republica.co.id, URL: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/20/o4c2xr219-kronologipenangkapan-kapal-pencuri-ikan-km-kway-fey-10078, diakses pada 25 April 2016. 17 Ibid. 18 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Janji Lepas ABK Kapal Cina, Ini Syaratnya”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/063755655/menteri-susi-janji-lepas-abk-kapalcina-ini-syaratnya, diakses pada 25 April 2016.
5
Namun upaya penyitaan kapal Kway Fey gagal dilakukan setelah kapal coastguard atau kapal penjaga pantai milik China mengejar dan kemudian menabrak Kway Fay, sehingga kapal Hiu 11 milik Kementerian Kelautan kesulitan untuk menarik kapal itu. Tabrakan terjadi sekitar 70-80 mil dari lokasi pemancingan ilegal dan saat hampir memasuki teritori Indonesia.19 Walau gagal membawa kapal Kway Fey, namun delapan ABK telah dipindah ke kapal Hiu 11 dan kemudian dibawa ke pangkalan Pulau Tiga Natuna. Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Luar Negeri telah mengecam keras aksi pemerintah China itu.20 Namun, China membantah dengan mengatakan lokasi pemancingan itu masuk wilayah penangkapan ikan tradisional (traditional fishing zone). 21 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengancam akan melaporkan China ke pengadilan internasional untuk hukum laut (The International Tribunal for the Law of the Sea) jika tetap melakukan pencurian ikan di wilayah Indonesia.22 Insiden yang terjadi antara Indonesia dan China sangat mempengaruhi hubungan baik antara kedua negara. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk melakukan penelitian guna mendapatkan solusi terbaik terhadap konflik ini agar tidak ada lagi ketegangan antar negara terkait dengan illegal fishing ini. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan mengidentifikasi instrumen hukum laut
19
Ibid. Ibid. 21 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Akan Lapor Cina ke Pengadilan Internasional”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/090755620/menteri-susi-akan-laporkancina-ke-pengadilan-internasional, diakses pada 25 April 2016. 22 Ibid. 20
6
internasional dalam menangani praktik illegal fishing serta mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing dalam bentuk skripsi dengan judul “PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul beberapa permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah pengaturan hukum laut internasional dalam menangani praktik illegal fishing? 2. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa internasional berkaitan dengan praktik illegal fishing? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang terkait illegal fishing dalam hukum internasional, maka akan sulit untuk membahas semua permasalahan dalam satu tulisan. Sehingga, dalam penulisan ini ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya mengenai pengaturan instrumen hukum laut internasional dalam menangani praktik illegal fishing dan penyelesaian sengketa internasional antara Indonesia dan China berkaitan dengan penangkapan kapal laut Kway Fey di Laut Natuna. Ruang lingkup permasalahan ini pun akan dibahas dengan memperhatikan ketentuan dalam konvensi internasional terkait, salah satunya adalah United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
7
1.4 Orisinalitas Penelitian Orisinalitas suatu penelitian sangat diperlukan untuk menghindari adanya plagiarisme. Adapun dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan suatu perbandingan terhadap penulisan penelitian ini dengan penulisan yang telah ada. Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya penulisan ilmiah lain adalah: Nomor 1.
Judul
Penulis
Tinjauan Hukum Laut Ni Internasional
Rumusan Masalah
Putu 1. Bagaimanakah kualifikasi
Terhadap Putri
hukum
tindakan
Tindakan Illegal Fishing Wasundari
fishing
yang
yang
oleh nelayan Vietnam?
Dilakukan
Nelayan
oleh
Vietnam
di
illegal
dilakukan
2. Bagaimanakah
Wilayah Indonesia
penegakkan hukum illegal fishing
yang
dilakukan
Indonesia
terhadap
nelayan Vietnam?
2.
Tinjauan
Tentang Yudi
1. Bagaimana
penegakan
Penegakan
Hukum Dharma
hukum terhadap pelaku
Tindak
Pidana Putra
tindak
pidana
Illegal
oleh
kapal
Penangkapan Ikan Secara
Fishing
Illegal (Illegal Fishing)
berbendera asing di Zona
di
ekonomi
Wilayah
Ekonomi
Zona Eksklusif
Indonesia?
8
eksklusif
Indonesia
2. Kendala yuridis apakah yang
menghambat
penegakan terhadap
hukum pelaku
tindak
pidana Illegal Fishing di Zona ekonomi eksklusif Indonesia?
Berdasarkan rincian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penulisan penelitian ini tidak memiliki kemiripan yang signifikan terhadap penulisan karya ilmiah yang telah ada sebelumnya, terlebih mengenai substansi pembahasan. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan penelitian ini adalah: 1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran dalam suatu karya ilmiah; 2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Khususnya dalam bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa; 3. Untuk menambah perkembangan ilmu pengetahuan hukum;
9
4. Untuk mengembangkan kepribadian diri mahasiswa di dalam kehidupan; 5. Pembulatan studi mahasiswa untuk memenuhi persyaratan SKS dari jumlah beban studi untuk memperoleh gelar sarjana hukum. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisa pengaturan hukum laut internasional dalam menangani praktik illegal fishing; 2. Untuk mengetahui opsi-opsi penyelesaian secara hukum internasional yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis merupakan manfaat yang ditujukan oleh peneliti dalam memberikan sumbangsih pada perkembangan bidang keilmuan yang didalami. 23 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dasar mengenai pengaturan instrumen hukum internasional dalam menangani praktik illegal fishing, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh dalam sengketa mengenai illegal fishing. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa pada 23
Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.
10
umumnya dan penulis pada khususnya dalam hal pengaturan hukum terhadap larangan praktik illegal fishing. b. Manfaat Praktis Penulisan yang bersifat ilmiah ini juga memiliki manfaat penelitian yang ditujukan untuk kegunaan praktis menyelesaikan persoalan lainnya yang sejenis. Biasanya ditujukan bagi para praktisi hukum, manfaat bagi negara atau manfaat bagi masyarakat awam yang menemui kasus yang sama.24 Selain itu, dari segi praktis berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung manfaatnya, seperti peningkatan keahlian meneliti dan keterampilan menulis, sumbangan pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan pengambilan keputusan yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu hukum.25 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional sebagai sarana pengembangan pemikiran tentang dasar hukum pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh para pihak yang bersengketa sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dewasa ini. 1.7 Landasan Teori Landasan teori bertujuan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat konsensus yang diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran (controleur baar). Landasan teoritis ini meliputi: filosofi, teori hukum, asas-asas hukum, 24
Ibid. Abdul Kadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 66. 25
11
norma, konsep-konsep hukum, dan doktrin.26 Usulan penelitian ini menggunakan landasan teoritis sebagai berikut: a. Teori Kedaulatan Negara Kedaulatan berasal dari bahasa Latin yaitu superanus artinya yang teratas. Jadi kedaulatan Negara diartikan bahwa Negara memegang kekuasaan tertinggi. Dalam hal ini, Negara memiliki monopoli kekuasaan dimana Negara
berhak
mempertahankan
mengambil
tindakan
kedaulatannya.
27
yang
Berdasarkan
diperlukan
untuk
konsep
hukum
internasional, maka kedaulatan memiliki tiga aspek utama28, yaitu ekstern, intern dan teritorial. (1)
Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain;
(2)
Aspek intern kedaulatan adalah hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk membuat undangundang yang diinginkan serta tindakan-tindakan untuk mematuhi;
26
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 75. 27 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty E. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, P.T. Alumni, Bandung, h. 16-17. 28 Nkambo Mugerwa, 1968, Subjects to International Law, Edited by Max Sorensen, Mac Millan, New York, h. 253.
12
(3)
Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut.
b. Teori Kepastian Hukum Teori Kepastian hukum secara normatif adalah suatu peraturan yang dibuat dan diundangkan secara pasti serta mengatur secara jelas dan logis. Sehingga, tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan tidak menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan; dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya atura yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.29 c. Prinsip Aut Judicare Aut Dedere Prinsip ini menyatakan bahwa “allege offender of crime shall be handed over to a state concerned”. 30 Prinsip ini merupakan penjabaran yang menyatakan bahwa setiap pelaku tindak kejahatan wajib dihadapkan pada peradilan terhadap tindak kejahatan yang dilakukan. d. Prinsip Kebebasan Memilih Prosedur Penyelesaian Hukum
internasional
tidak
berisi
keharusan
agar
suatu
negara
menyelesaikan sengketanya dengan suatu prosedur tertentu. Pasal 33 29 30
Peter Mahmud Marzuki, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h. 137. Antonio Cassese, 2003, International Criminal Law, Oxford University Press, New York, h.
9
13
Piagam PBB meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacam-macam prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa.31 Pasal 283 ayat 1 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 juga menetapkan, bahwa ketika timbul sengketa di antara negaranegara anggota menyangkut interpretasi atau penerapan konvensi tersebut, “para anggota yang bersengketa harus meneruskan bertukar pendapat dengan cara terbaik mengenai penyelesaiannya melalui negosiasi atau cara damai lainnya”. 1.8 Metode Penelitian Skripsi merupakan salah satu dari bentuk penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah dan tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Maka dari itu, penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah ini perlulah dilakukan suatu penelitian dan mencari kebenaran ilmu hukum dengan menggunakan metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan atau penyelidikan ilmiah yang tepat. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berarti penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah sistem
31
Boer Mauna, op.cit, h. 194.
14
norma. Menurut Soerjono Soekanto32 penelitian hukum dapat dibagi dalam: 1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari: a. b. c. d. e.
penelitian terhadap asas-asas hukum; penelitian terhadap sistematika hukum; penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; penelitian sejarah hukum; dan penelitian perbandingan hukum.
Selain itu Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya mengenai penelitian hukum normatif, adalah: “.... suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. ... Penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi....”33 Maka dari itu, penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu, dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif. b. Jenis Pendekatan Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah agar dapat mengungkapkan kebenaran jawaban atas permasalahan secara sistematis, metodologis, dan konsisten sehingga dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya, sebaiknya disusun dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan 32
Soerjono Soekanto dalam Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h.41. 33 Peter Mahmud Marzuki dalam Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.
15
peraturanperundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual.34 Pendekatan dalam penelitian hukum normatif dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa pendekatan, yaitu:35 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach); Pendekatan Konsep (Conseptual Approach); Pendekatan Analitis (Analytical Approach); Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach); Pendekatan Sejarah (Historical Approach); Pendekatan Filsafat (Philosophical Approach); dan Pendekatan Kasus (Case Approach). Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya tulis yang
bersifat ilmiah ini adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) adalah metode penelitian dengan menelaah semua undang-undang, memahami hirarki dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan. Dikatakan bahwa pendekatan perundang-undangan berupa legislasi dan regulasi yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 36 Namun dalam penulisan ini, penulis menganalisis instrumeninstrumen hukum internasional agar ditemukan substansi dari permasalahan
34 35
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h. 93. Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
h. 97.
36
Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit., h.184-191.
16
yang akan dibahas. Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian hukum normatif bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.
37
Penulis menggunakan pendekatan ini untuk
membahas bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa internasional yang dapat ditempuh oleh Indonesia dan China berkaitan dengan penangkapan kapal laut Kway Fey di Laut Natuna. c. Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengelolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku atau dokumen.38 Data sekunder terdiri atas: 1.
Bahan hukum primer yaitu bahan bahan hukum yang bersifat mengikat dalam tulisan ini, seperti United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982;
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, contohnya pendapat para sarjana;
37
Ibid, h. 189. Hilman Hadikusuma, 1995, Metode pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 65. 38
17
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.39 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa undang undang atau buku buku hukum terutama mengenai konvensi tentang hukum laut, khususnya illegal fishing. d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan nonhukum. 40 Adapun penulisan penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui: 1. Pengumpulan pengumpulan
bahan
hukum
instrumen
primer
yang
dilakukan
melalui
internasional
yang
berkaitan
dengan
permasalahan yang akan dibahas; 2. Pengumpulan bahan hukum sekunder yang dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan untuk mendapatkan bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang terdapat dalam suatu jurnal hukum, maupun artikel hukum terpercaya terkait dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yang terdapat di media massa atau internet;
39
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Graffindo Persada, Jakarta, h. 118. 40 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit, h.160.
18
3. Pengumpulan bahan hukum tersier dilakukan dengan menggunakan kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. e. Teknik Analisis Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.41 Setelah bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul, kemudian dilakukan suatu penilaian (evaluasi) dan selanjutnya dilakukan interpretasi yang kemudian diajukan dengan argumentasi. Teknik argumentasi dilakukan untuk memberikan preskripsi atau penilaian benar atau salah atau apa yang lebih tepat digunakan berdasarkan hukum daripada permasalahan yang dibahas. Dari tahap-tahap tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara sistematis agar tidak menimbulkan pertentangan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain. Adapun teknik lain yang digunakan oleh penulis adalah teknik Analisis, yaitu pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis.
41
Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. ke II, Ghalia Indo, Jakarta, h. 93.
19