Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa atas Rahmat dan Ridho-Nya, laporan akhir ini dapat kami persiapkan dan selesaikan sesuai dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan. Laporan akhir ini merupakan bagian dari luaran pekerjaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan dilakukan oleh konsultan, berisikan data primer maupun sekunder hasil survey lapangan yang terkait dengan pelaksanaan studi, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilaksanakan, serta susunan konsep standar hasil studi. Sistematika pelaporan dalam Laporan Akhir ini terdiri dari 6 (enam) bagian, di mana bagian atau bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan dan indikator keluaran; bagian 2 menyajikan studi pustaka dan landasan teori; bagian 3 menyajikan metodologi penelitian; bagian 4 menyampaikan hasil pengumpulan data dan informasi; pada bagian 5 berupa analisis dan pembahasan penyusunan konsep standar; sedangkan bagian 6 menyampaikan kesimpulan dan saran hasil studi. Dengan selesainya Laporan Akhir ini maka konsultan dalam kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, kritik dan masukan yang baik sehingga dapat memperbaiki kualitas dari studi ini. Jakarta, Nopember 2012
Konsultan
i
Abstrak Kondisi penyelenggaraan transportasi sungai danau dan penyeberangan terkait dengan pembangunan kapal maupun kepelabuhanan dan navigasi dilaksanakan berdasarkan kompetensi transportasi laut. Di lain hal pembinaan dan regulasi untuk penyelenggaraan operasional Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) dilaksanakan berdasarkan kompetensi transportasi darat. Dengan keunikan dan kekhususan penyelenggaraan ASDP mendorong diperlukannya standar sarana yang baku di dalam pelaksanaan kewenangan kompetensi perhubungan darat tersebut. Hal ini juga mengingat bahwa tugas pokok dan fungsi Direktorat SDP Ditjen Perhubungan Darat selama ini tidak hanya membina kapal pada penyeberangan jarak dekat, namun juga jarak jauh, seperti pada lintas Pulau Jawa ke Kalimantan dan sebaliknya. Dengan adanya kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan angkutan SDP, maka suatu standar sarana transportasi SDP agar faktor keselamatan dan kenyamanan transportasi publik tersebut menjadi perhatian bersama secara lebih serius keberadaannya, terutama pada standar karakteristik lambung kapal; ruang muat; peralatan navigasi dan komunikasi; peralatan keselamatan; peralatan pencegahan pencemaran sungai, danau, dan laut; dan standar sertifikasi. Penyusunan konsep standar khusus untuk aspek lambung kapal sampai dengan standar sertifikasi tersebut, dilakukan dengan pendekatan adopsi dan adaptasi agar pelayanan masyarakat tersebut lebih terjamin. Pada draft laporan akhir ini disampaikan secara lengkap penyusunan konsep standar tersebut. Kata kunci : transportasi SDP, konsep, standar, adopsi, adaptasi.
ii
Abstract Existing conditions of the river, lake, and ferries transportation system associated with the shipbuilding and the port and navigation development is carried by marine transport competence. On the other hand the implementation of the guidance and regulations for the operation of the Lake, River, and Ferry Transport (ASDP) refers to the land transport competence. With the uniqueness and specificity of the ASDP operational activities, cause the standard implementation is needed based on the authority of the land transport competence. It is well to think that the main tasks and functions of the Directorate General of Land Transportation for the Lake, River, and Ferry Transport has not only regulate the ferry ships with a short distance, but also for a long distance, as in cross Java Island to Kalimantan. With the authority and responsibility of organizing transport the SDP, then the SDP standard of transportation to enhance the safety factor and the convenience of public transport becomes a more serious concern, especially in the aspect of the standard for ship hull; cargo hold for car/passenger; navigation and communication equipment; safety equipment; equipment prevention of pollution of rivers, lakes, and seas, and certification standards. Drafting specific standards for these aspects of the hull up to the standards of the certification, conducted by the adoption and adaptation approaches that community service is more secure. In this draft final report was submitted in full preparation of the draft standard. Keywords : Ferry transport, inland and lake waterways transport, concept, standard, adoption, adaptation.
iii
Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR.
.
.
.
.
.
i
ABSTRAK
.
.
.
.
.
.
.
ii
DAFTAR ISI .
.
.
.
.
.
.
iv
DAFTAR TABEL
.
.
.
.
.
.
vii
DAFTAR GAMBAR .
.
.
.
.
.
x
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .
.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
.
.
.
.
.
xiv
DAFTAR LAMPI
.
.
.
.
.
v
BAB I PENDAHULUAN
.
.
.
.
.
1
A. Latar Belakang.
.
.
.
.
B. Maksud dan Tujuan
.
.
.
.
.
9
C. Ruang Lingkup
.
.
.
.
.
10
.
.
.
11
..
.
13
2) Kebijakan Bidang Transportasi SDP ..
.
20
3) Standar Bidang Sarana Transportasi SDP.
.
23
4) Sarana Transportasi SDP Negara Lain .
.
26
.
D. Indikator Keluaran dan Keluaran
1
BAB II STUDI PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum 1) Kegiatan Bidang Transportasi SDP
B. Identifikasi Komponen Standar Sarana Transportasi SDP 1) Terminologi & Definisi Standar
.
.
32
.
44
2) Identifikasi Komponen Standar Bentuk Lambung Kapal SDP
iv
3) Identifikasi Komponen Standar Ruang Muat dan Penumpang Kapal SDP
71
4) Identifikasi Komponen Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi
.
75
.
79
.
82
.
.
109
5) Identifikasi Komponen Standar Peralatan Keselamatan Kapal SDP 6) Identifikasi Komponen Standar Pencegahan Pencemaran
.
7) Identifikasi Komponen Standar Sertifikasi Kapal SDP
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Studi
.
.
.
.
.
118
B. Lingkup Kajian
.
.
.
.
.
122
C. Pola dan Alur Pikir Kegiatan. .
.
.
.
123
D. Pengumpulan Data.
.
.
.
126
E. Inventarisasi Komponen Standar.
.
.
.
126
F. Analisis dan Penyusunan Standar.
.
.
.
129
G. Penyusunan Konsep Standar .
.
.
.
130
H. Pelaporan dan Rekomendasi .
.
.
.
131
A. Kondisi Umum Sarana Angkutan SDP
.
.
133
.
138
.
.
157
.
.
178
BAB IV
.
.
HASIL PENELITIAN
B. Kondisi Eksisting Sarana Transportasi SDP 1) Sarana Angkutan Sungai 2) Sarana Angkutan Danau
.
3) Sarana Angkutan Penyeberangan .
v
C. Analisa Penyusunan Konsep Standar .
BAB V
.
.
210
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kriteria Standar
.
.
.
.
207
B. Analisis Sebab Akibat .
.
.
.
.
243
C. Pemilihan Nominasi Komponen Standar.
.
.
263
D. Penulisan Konsep Standar
.
.
.
288
.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
.
.
.
.
.
.
292
B. Saran
.
.
.
.
.
.
296
Daftar Pustaka Lampiran
vi
Daftar Tabel Halaman Tabel 2.1
Jumlah Sungai dan Angkutan Sungai
18
Tabel 2.2
Jumlah Kapal Sungai dan danau
19
Tabel 2.3a-b
Daftar nilai perbandingan ukuran utama & Koefisien
50
Tabel 2.4
Klasifikasi Ukuran Kapal Sungai dan Danau
74
Tabel 2.5
Klasifikasi Kapal Sungai dan Danau berdasarkan Jenis Muatan yang diangkut Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan Lintas Penyeberangan Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan lintas keperintisan
74
Tabel 4.1
Potensi alur pelayaran sungai dan danau di Indonesia berdasarkan wilayah propinsi
135
Tabel 4.2
Jumlah kapal yang beroperasi menurut jenisnya
136
Tabel 4.3
Potensi alur pelayaran sungai dan danau
159
Tabel 4.4
Jumlah kapal yang beroperasi
182
Tabel 4.5
Jumlah kapal yang beroperasi berdasar kepemilikan Kapal penyeberangan dan kondisi lambung, ruang muat dan ruang penumpang
184
Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan radio, navigasi & peralatan keselamatan Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan pencegah pencemaran & sertifikat kapal
193
Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Ruang
210
Tabel 2.6 Tabel 2.7
Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
Tabel 5.1 Tabel 5.2
75 75
191
196
212 vii
Tabel 5.3
Tabel 5.4 Tabel 5.5
Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9
Tabel 5.10 Tabel 5.11
Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 5.18 Tabel 5.19 Tabel 5.20
Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Sertifikasi Kapal Sungai dan Danau Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Lambung Kapal Penyeberangan Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Penyeberangan Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Klasifikasi Permasalahan Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi Kapal Sungai dan Danau Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Lambung Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muat
215
220 224
226 228 230 232
236 240
242 244 245 247 250 252 254 254 255 viii
Tabel 5.21 Tabel 5.22 Tabel 5.23 Tabel 5.24 Tabel 5.25 Tabel 5.26
Tabel 5.27
Tabel 5.28 Tabel 5.29
Tabel 5.30 Tabel 5.31 Tabel 5.32
Tabel 5.33
Tabel 5.34 Tabel 5.35
Tabel 5.36
dan Penumpang Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Sertifikasi Kapal Sungai dan Danau Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Desain Lambung Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan
256 258 261 263 264 265
266
270 273
275 276 278
279
281 285
287
ix
Daftar Gambar Halaman Gambar
2. 1
Elemen Penyelenggara transportasi SDP
15
Gambar
2. 2
Ukuran utama kapal
46
Gambar
2. 3
Pengertian koefisien blok pada kapal
51
Gambar
2. 4
53
Gambar
2. 5
Gambar
2. 6
Gambar
2. 7
Gambar
2. 8
Gambar
2. 9
Gambar
2. 10
Gambar
2. 11
Gambar
2. 12
Gambar
2. 13
Gambar
2. 14
Pengertian koefisien garis air pada kapal Body plan lambung kapal bentuk bilga round atau U Body plan lambung kapal bentuk bilga runcing atau V hubungan lambung dengan kecepatan dan gelombang Efisiensi tenaga gerak berdasakan gross tonnage dan Fr Koefisien blok berdasarkan besaran angka Froude Kurva tenaga mesin berdasarkan besaran gross tonnage Alur pikir algoritma pada penelitian tahap pertama Alur pikir algoritma pada penelitian tahap kedua Alternatif bentuk lambung kapal penyeberangan Lambung kapal optimum untuk kapal penyeberangan
Gambar
2. 15
Diagram Penyusunan Standar Nasional
115
Gambar
3. 1
Tahapan Studi
131
Gambar
3. 2
Pola Pikir
124
Gambar
3. 3
Alur Pikir Studi
125
Gambar
4. 1
Kapal sungai Banjarmasin
140
55 56 62 63 64 64 66 67 68 69
x
Gambar
4. 2
KMP Silok penyeberangan sungai
141
Gambar
4. 3
Motor Ketek
143
Gambar
4. 4
Motor Getek
143
Gambar
4. 5
Speed boat mini pandangan samping
144
Gambar
4. 6
Speed boat mini pandangan depan
144
Gambar
4. 7
Speed boat ukuran besar
145
Gambar
4. 8
Speed boat Palangkaraya
146
Gambar
4. 9
Bentuk bus air
147
Gambar
4. 10
Bentuk Kapal Jukung
148
Gambar
4. 11
Bentuk Truk Air
149
Gambar
4. 12
Bentuk Long Boat
150
Gambar
4. 13
Kapal Danau Tradisional
162
Gambar
4. 14
Kapal Danau Type LCT
162
Gambar
4. 15
Kapal Danau Type Katamaran
163
Gambar
4. 16
Kapal Wisata Danau
163
Gambar
4. 17
Kapal Wisata Danau Speed Boat
164
Gambar
4. 18
Tempat Sampah di Kapal
166
Gambar
4. 19
Peralatan Keselamatan
170
Gambar
4. 20
Komposisi Muatan Kapal Danau
172
Gambar
4. 21
Komposisi Muatan Motor Kapal Danau
172
Gambar
4. 22
Peta Lintas Angkutan Penyeberangan
175
Gambar
4. 23
Peta Sabuk Penyeberangan
181
Gambar
4. 24
Kapal Penyeberangan Type LCT
181
Gambar
4. 25
Kapal Penyeberangan Type RoRo
183
Gambar
4. 26
Kapal Penyeberangan Cepat
183
Gambar
4. 27
Letak Penyeberangan Bastiong – Sofifi
185
Gambar
4. 28
Letak Penyeberangan P.Bae – Lembar
187
Gambar
4. 29
Letak Penyeberangan Sibolga – Nias
189 xi
Gambar
4. 30
Ruang Muat Kendaraan
192
Gambar
4. 31
Ruang Akomodasi Penumpang
193
Gambar
4. 32
Peralatan Komunikasi
195
Gambar
4. 33
Peralatan Navigasi dan Radar
195
Gambar
4. 34
Peralatan Keselamatan Penumpang
196
Gambar
4. 35
Pengaturan Muatan Kapal Penyeberangan
201
Gambar
4. 36
Jarak Antar Kendaraan
202
Gambar
4. 37
Perlengakpan Lash dan Ganjal
203
Gambar
4. 38
Kecelakaan di Atas Kapal Penyeberangan
204
Gambar
5. 1
Diagram alur penulisan didasarkan PSN – BSN
289
xii
Daftar Arti Lambang dan Singkatan
Lambang dan Singkatan
Arti dan Keterangan
B
Lebar kapal
Cb
Koefisien Blok
Cm
Koefisien tengah kapal
Cp
Koefisien prismatic
Cw
Koefisien garis air
Fn
Angka Froude
GT
Gross Ton
H
Tinggi geladak kapal
KB
Titik buoyancy kapal
KG
Titik berat kapal
Km
Kilometer
LOA
Panjang keseluruhan
LPP
Panjang antara garis tegak
LWL
Panjang garis air
T
Sarat kapal
V
Volume displasmen
Vd
Kecepatan dinas kapal
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Konsep Standar Lambung Kapal Penyeberangan Lampiran 2 Konsep Standar Ruang Muat dan Penumpang Kapal Penyeberangan Lampiran 3 Konsep Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Lampiran 4 Konsep Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Lampiran 5 Konsep Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Lampiran 6 Konsep Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan Lampiran 7 Konsep Standar Standar Lambung Kapal Penyeberangan Lampiran 8 Konsep Standar Ruang Muat dan Penumpang Kapal Penyeberangan Lampiran 9 Konsep Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Lampiran 10 Konsep Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Lampiran 11 Konsep Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Lampiran 12 Konsep Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan
xiv
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1.
Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional; Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002 Tentang Perkapalan; Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2010 Tentang Kenavigasian; Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan; Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS;
1
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Keputusan Presiden RI Nomor 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi MARPOL; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 tahun 2012 Tentang Angkutan Penyeberangan; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 tahun 2005 Tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 5 tahun 2005 Tentang Telekomunikasi Pelayaran; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi; Per. Menhub. No. PM 81 Tahun 2011 Tentang SPM Bidang Perhubungan Daerah Prov. Dan Kab./Kota. International Maritime Organization (IMO)
2.
Gambaran Umum Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru di antaranya di sektor angkutan. Di sektor angkutan ini diperlukan tingkat pelayanan transportasi yang lebih optimal 2
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
baik dari tinjauan waktu, biaya, keamanan dan kenyamanan. Di samping itu upaya peningkatan kesejahtaraan rakyat masih perlu diimbangi dengan laju pertumbuhan di bidang ekonomi yang cukup memadai. Dalam kaitan ini diperlukan adanya
peningkatan
sarana
dan
prasarana
angkutan sebagai salah satu infrastruktur yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu prasarana
angkutan
meningkatkan
yang
diharapkan
dapat
ekonomi
adalah
pertumbuhan
angkutan sungai
danau dan penyeberangan
(ASDP). ASDP sebagai salah satu prasarana infrastruktur sebagai jembatan apung merupakan komponen
penting
untuk
menunjang
pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui, jaringan jalan di beberapa daerah dihubungkan dengan angkutan SDP.
Penyelenggaraan
transportasi
SDP
harus
diwujudkan sesuai dengan asas dan tujuan transportasi jalan, di mana transportasi jalan sebagai salah satu moda transportasi nasional diselenggarakan atas asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kepentingan
umum,
keterpaduan,
kesadaran
hukum dan percaya diri sendiri. Sedangkan tujuan
3
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
diselenggarakannya
transportasi
SDP
adalah
untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang terputus antar pulau dapat dihubungkan oleh ASDP dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur,
nyaman
dan
efisien,
mampu
memadukan transportasi lainnya, menjangkau seluruh
pelosok
menunjang
wilayah
pemerataan,
daratan,
untuk
pertumbuhan
dan
stabilitas, sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Dalam penyelenggaraan transportasi SDP tersebut perlu adanya suatu dorongan pembinaan dari pemerintah selaku pemegang otoritas lalu lintas dan angkutan SDP, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan SDP dalam keseluruhan moda transportasi memperhatikan
secara
terpadu
seluruh
aspek
dengan kehidupan
masyarakat. Sistem pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah akan dapat dilaksanakan apabila telah disusun suatu standard pelayanan minimal, yang pada pelaksanaannya perlu didukung dengan Penetapan Kriteria yang dipatuhi oleh semua pihak
termasuk
pemerintah,
pengelola
4
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
transportasi/ operator serta masyarakat /pengguna jasa transportasi.
Meningkatnya kebutuhan transportasi yang tidak diimbangi dengan peningkatan pelayanan yang memadai, secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak
pada
ketidak-efektifan,
ketidak-efisienan dan kurang nyamannya sistem transportasi, yang pada dasarnya lebih disebabkan karena
adanya
perencanaan
ketidakterpaduan
wilayah
dan
antara
perencanaan
transportasi.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, pemerintah daerah
terutama
pemerintah
kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya sebagai pembina transportasi di daerah perlu didukung dengan menyiapkan regulasi yang baku dalam hal penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisisen.
Sering
terjadi
kerancuan
dalam
menetapkan aturan maupun kebijakan transportasi karena
justifikasi
yang
bersifat
petunjuk
pelaksanaan dirasa masih belum cukup. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
5
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai dengan kewenangan pemerintah untuk saat ini dan masa mendatang, termasuk di bidang angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang perlu segera mengembangkan perumusannya kembali mengenai kriteria bidang transportasi SDP baik pada kebijakan pusat maupun daerah yang medapat otonomi. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, Tentang Pelayaran menyatakan bahwa : (1) Pelayaran
dikuasai
oleh
negara
dan
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. (2) Pembinaan pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengaturan; b. pengendalian; dan c. pengawasan. (3) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi penetapan kebijakan umum dan teknis, antara lain, penentuan norma,
standar,
perencanaan, persyaratan
dan
pedoman,
kriteria,
prosedur
termasuk
keselamatan
dan
keamanan
pelayaran serta perizinan.
6
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, perizinan, sertifikasi, serta bantuan teknis di bidang pembangunan dan pengoperasian. (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan pengawasan pembangunan dan pengoperasian agar sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan
termasuk melakukan tindakan korektif dan penegakan hukum.
Penyelenggaraan transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang terkait dengan operasi, pembangunan dermaga serta perambuan dan navigasi masih terkait dengan perhubungan laut. Dalam domain regulasi, keselamatan pelayaran menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut,
namun
dengan
adanya
kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda dalam penyelenggaraan angkutan SDP maka perlu adanya standar sarana di bidang transportasi SDP agar keselamatan pada transportasi publik menjadi perhatian lebih serius dan terstruktur.
7
PT. Bahari Engineering Consultant
3.
Laporan Akhir
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Kegiatan studi penyusunan konsep standar di bidang sarana transportasi sungai, danau, dan penyeberangan dilaksanakan berdasarkan alasanalasan sebagai berikut : 1) Kondisi perairan sungai, danau, dan daerah penyeberangan yang bervariasi sesuai
dengan
kondisi
geologis
dan
geografis alam daerah setempat; 2) Kondisi sarana dan prasarana angkutan SDP
yang
bervariasi
ukuran
dan
spesifikasinya, terutama dalam hal bentuk dan
ukuran
lambung,
peralatan
navigasi
peralatan
keselamatan,
ruang
dan
muat,
komunikasi, dan
peralatan
pencegahan pencemaran lingkungan; 3) Kondisi pengguna jasa angkutan SDP, terutama
truk
dan
muatannya
yang
mempunyai ukuran berat dan ketinggian bervariasi; 4) Kondisi jumlah armada angkutan SDP yang dibutuhkan berfluktuasi mengikuti musim kegiatan masyarakat;
8
PT. Bahari Engineering Consultant
5) Kondisi
Laporan Akhir
penyelenggaraan
standar
sertifikasi sarana angkutan SDP yang memerlukan pengembangan. Dengan kondisi tersebut sering dirasakan menjadi penyebab
terganggunya
transportasi
SDP
seperti
kinerja
operasional
timbulnya
antrian
panjang, penyesuaian ukuran truk bermuatan dengan kapal yang cocok, dan sebagainya. Oleh karena itu berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, penyusunan konsep Standar Di Bidang Sarana Transportasi SDP dipandang perlu dilaksanakan
untuk
mewujudkan
penyelenggaraan transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien berdasarkan standar
sarana
yang
tepat
dan
dapat
dipertanggung jawabkan.
B.
Maksud dan Tujuan
Maksud studi adalah melakukan penyusunan konsep standar di bidang Sarana transportasi SDP. Tujuan studi adalah untuk mendapatkan tingkat efisiensi,
efektifitas,
dan
keselamatan
serta
kelancaran pelayanan operasional di bidang
9
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
transportasi sungai, danau dan penyeberangan, serta penyusunan konsep RSNI (Rancangan Standar Nasional Indonesia) di bidang Sarana Transportasi SDP.
C.
Lingkup Perkerjaan
Supaya
ada
suatu
persepsi
dalam
konsep
penyusunan standar di bidang sarana transportasi sungai danau dan penyeberangan, yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang diberlakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.
Ruang lingkup studi ini adalah: 1. Melakukan
inventarisasi kegiatan di bidang
sarana transportasi SDP; 2. Melakukan inventarisasi dan mempelajari hal yang terkait dengan kebijakan di bidang sarana transportasi SDP; 3. Melakukan inventarisasi kebutuhan standar di bidang sarana transportasi SDP; 4. Melakukan
penyusunan
naskah
akademik
untuk rancangan 12 (duabelas) konsep standar di bidang sarana transportasi SDP, yaitu :
10
PT. Bahari Engineering Consultant
a.
Laporan Akhir
Standar lambung kapal sungai dan danau (perairan pedalaman)
b.
Standar ruang muat dan penumpang kapal sungai dan danau (perairan pedalaman)
c.
Standar peralatan navigasi dan komunikasi kapal
sungai
dan
danau
(perairan
pedalaman) d.
Standar
peralatan
keselamatan
kapal
sungai dan danau (perairan pedalaman) e.
Standar lambung kapal penyeberangan
f.
Standar ruang muat dan penumpang kapal penyeberangan
g.
Standar desain peralatan navigasi dan komunikasi kapal penyeberangan
h.
Standar
peralatan
keselamatan
kapal
penyeberangan i.
Standar
pencegahan
pencemaran
oleh
pencemaran
oleh
kapal sungai dan danau j.
Standar
pencegahan
kapal penyeberangan k.
Standar sertifikasi kapal sungai dan danau
l.
Standar sertifikasi kapal penyeberangan
5. Melakukan pengumpulan data yang terkait dengan studi yang dilakukan di Medan, Banjarmasin, Mataram, dan Ternate;
11
PT. Bahari Engineering Consultant
D.
Laporan Akhir
Indikator Keluaran dan Keluaran Keluaran (output) dan kegiatan studi ini adalah tersusunnya 4 (empat) laporan studi yaitu laporan pendahuluan, laporan antara/interim, rancangan laporan akhir dan laporan akhir. Laporan akhir terdiri dari laporan studi penyusunan konsep standar di bidang sarana transportasi SDP, dan buku konsep standar di bidang sarana transportasi SDP.
12
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI SDP
1. Kegiatan Bidang Transportasi SDP Kegiatan
transportasi
sungai,
danau,
dan
penyeberangan secara normatif diatur oleh pemerintah dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan turunan-turunannya. Sesuai dengan PP 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, angkutan sungai dan danau
didefinisikan sebagai kegiatan
angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan
danau.
Sedangkan
angkutan
penyeberangan
didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Karakteristik
umum
transportasi
penyeberangan adalah sebagai berikut: a)
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang 13
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya; b)
muatan
penumpang
dan
kendaraan
beserta
muatannya; c)
sebagai
bagian
dari
jaringan
pelayanan
transportasi darat (jalan dan jalan rel) dan mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut; d)
sesuai
dengan
struktur
tata
ruang,
menghubungkan seluruh kepulauan Indonesia meliputi jaringan lintas utara, jaringan lintas tengah, jaringan lintas selatan, jaringan lintas utara selatan, dan jaringan lintas penghubung; e)
menyediakan
pelayanan
ulang-alik,
serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak dilayani moda transportasi lain; f)
jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota, antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar negara); menghubungkan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
g)
Jarak lintasan penyeberangan dipilih jarak yang terpendek. Elemen penyelenggara transportasi sungai danau dan penyeberangan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
14
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.1 Elemen penyelenggara transportasi SDP. Peraturan Perundangan Kebijakan dan Ketentuan Nasional/Daerah & Konvensi Internasional
Terminal pelabuhan laut/ Pelabuhan penyebrangan
Derma ga
Type, material, Ukuran utama, kapasitas, kecepatan, klas, stabilitas, radius pelayaran , jumlah armada Ferr y Lintasan pendek, jauh, perintis, LN, wkt tempuh
Naviga si Derma ga
Terminal pelabuhan laut/ Pelabuhan penyebrangan
Laut/Sungai/Danau/Laut Antar
Hinterlan d
Hinterlan d
Economic, Safety, Security, Environmentaly dev
Negara
Gelombang, Arus, Angin, Cuaca, Vol muatan penumpang, Kedalaman perairan/sedimentasi, barang, dan kendaraan Ruang gerak kapal (lebar/jarak alur (statistik) pelayaran). Dermaga : Kapasitas, type, fasilitas Terminal pelabuhan laut/ Pelabuhan b/muat, penyebrangan : Lokasi, Fasilitas, aksesibilitas, Ukuran, dsb. kapasitas, Type, dsb.
Vol muatan penumpang, barang, dan kendaraan (statistik)
Iptek, tools/method menuju Sasaran (Goal) Aman, Lancar, Cepat, Nyaman, Terjangkau, Berwawasan lingkungan, Sarpras yg menunjang Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi, Sosial, Politik, dan Budaya
Pada prosesnya penyelenggaraan tansportasi SDP didukung oleh elemen sarana, prasarana, dan sumber daya manusia yang bekerja sama secara simultan dalam
melayani
kebutuhan
masyarakat
akan
transportasi baik angkutan sungai, danau maupun penyeberangan.
Kegiatan transportasi sungai dan danau berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
15
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam
negeri
dilakukan
oleh
orang
perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan kapal berbendera
Indonesia
yang
memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh
Awak
Kapal
berkewarganegaraan
Indonesia.
Kegiatan angkutan sungai dan danau antara Negara Republik Indonesia dan negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah
negara
tetangga
yang
bersangkutan.
Angkutan sungai dan danau yang dilakukan antara dua negara hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.
Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan
dilakukan
secara
terpadu
dengan
memperhatikan intra dan antar moda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan trayek
16
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur.
Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali mendapat izin dari Syahbandar
dengan
tetap
memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal.
Untuk
menunjang
usaha
pokok
dapat
dilakukan kegiatan angkutan sungai dan danau untuk kepentingan sendiri.
Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilakukan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan izin Pemerintah.
Angkutan sungai diperlukan untuk menjangkau daerah terpencil yang belum tersentuh oleh moda angkutan
lainnya,
angkutan
sungai
dapat
dimanfaatkan untuk mengangkut barang dalam jumlah dan volume yang relatif lebih besar dibanding dengan moda angkutan darat lainnya dan angkutan sungai juga memungkinkan kegiatan pariwisata dan interaksi sosial budaya antar daerah dan wilayah terpencil.
Ditinjau dari segi geografis, Indonesia memiliki 214 sungai yang umumnya tersebar di 14 Provinsi Pulau 17
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kalimantan, Sumatera dan Papua. Panjang sungai keseluruhan dapat mencapai kurang lebih 34.342 km dan yang dapat dilayari kurang lebih 23.255 km. Jumlah sungai yang ada di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua dijelaskan pada tabel 2.1. berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Sungai dan Angkutan Sungai Yang Ada di Daerah Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua Pulau
Jumlah Sungai
Panjang Sungai (km)
Panjang Sungai yang dapat dilayari (km)
Jumlah Angkutan Sungai (unit)
123 sungai
15.701 km
10.890 km
8.159
Kalimantan
64 sungai
10.161 km
7.054 km
12.635
Papua
24 sungai
7.135 km
Sumatera
4.940 km
105
Sumber data : Direktorat LLASDP 2011
Sampai saat ini jumlah kapal sungai dan danau yang terdaftar di Direktorat LLASD adalah sejumlah lebih dari 20.000 armada kapal sungai dan danau dengan berbagai jenis, pada tabel 2.2 disajikan data jumlah armada kapal sungai untuk setiap provinsi yang memiliki kapal sungai / danau di Indonesia. Dari jumlah kapal sungai danau tersebut, populasi kapal sungai yang besar tersebar pada wilayah yang
18
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
memiliki sungai besar, seperti provinsi Jambi, Sumatera
Selatan,
Riau,
Kalimantan
Barat,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Jenis angkutan sungai antara lain : sampan, ketek, getek, kano untuk angkutan kapasitas kecil jarak dekat, kemudian speed boat, long boat untuk angkutan cepat, jukung, bis air, klotok untuk angkutan barang dan penumpang dan truk air, barge steel hull, barge (tongkang) dan tug boat untuk angkutan barang.
Tabel 2.2 Jumlah kapal sungai dan danau No
Propinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAD Sumatera Utara Jambi Sumatera Barat Sumatera Selatan Riau Jawa Tengah Bali Sulawesi Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Irian Jaya
Jumlah 795 602 2.253 169 1.914 2.426 47 145 26 1.353 2.891 1.027 7.364 105
Sumber data : Direktorat LLASDP 2011
Jenis angkutan sungai ini pada umumnya dibuat secara tradisional menurut kebiasaan dan budaya masyarakat setempat secara turun temurun.
19
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Permasalahan
umum
yang
dihadapi
pengoperasian
angkutan
sungai
memadainya
tingkat
kehandalan,
adalah
dalam belum tingkat
keselamatan, serta tingkat kepuasan pengguna jasa baik karena faktor kondisi teknis angkutan sungai, faktor prasarana pendukung, faktor kondisi perilaku sosial budaya masyarakat di sekitar bantaran sungai, manajemen
pengoperasian
angkutan
termasuk lemahnya pengawasan
sungai,
maupun kualitas
penegakan hukum.
2. Kebijakan Bidang Transportasi SDP Jika kegiatan penyelenggaraan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dipelajari, maka kebijakan di bidang penyelenggaraan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dapat disampaikan sebagai berikut :
Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan semangat
otonomi
Perhubungan
daerah,
khususnya
Departemen Sub
sektor
Perhubungan Darat terus berupaya mendukung terlaksananya Otonomi Daerah. Salah satu kebijakan yang telah ditetapkan adalah Surat Edaran Menteri Perhubungan No. SE 7/2000
20
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tentang Rincian kewenangan Kabupaten/Kota di
sektor
perhubungan
dalam
rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Memberikan kewenangan yang luas kepada daerah
untuk
penetapan
jaringan
trayek,
penerbitan ijin usaha, tarip, pembangunan dan pengoperasian dermaga, alur pelayaran dan perambuan.
Seluruh Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) sebanyak 37 Kantor dan 209 Satker Lalu Lintas dan Angkutan Sungai dan Danau (LLASD ) telah diserahkan kepada daerah (Pemerintah provinsi/ Kabupaten/Kota) beserta P3D ( personil, peralatan, pembiayaan dan dokumen / arsip ).
Di samping hal tersebut di atas, berdasar kepada peraturan perundangan yang berlaku, juga telah diterapkan kebijakan seperti :
Memperbaiki pelayanan
keselamatan
prasarana
dan
dan
kualitas
sarana
serta
pengelolaan angkutan SDP;
Meningkatkan
kelancaran
dan
kapasitas
pelayanan di lintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antar moda dan kesinambungan transportasi darat
21
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
yang terputus di dalam pulau (sungai dan danau) dan antar pulau;
Pengembangan pelayanan ASDP di Jawa dan Madura
diarahkan
untuk
mendukung
pariwisata dan angkutan lokal pada lintas penyeberangan antar provinsi antar pulau seperti:
Merak-Bakauheni,
Jakarta-Pangkal
Pinang, Semarang-Banjarmasin, LamonganBalikapapan, Lamongan-Makassar-Takalar dan Ketapang-Gilimanuk.
Selain itu dilanjutkan dengan pengembangan lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota;
Pengembangan ASDP di Bali dan Nusa Tenggara
diarahkan
untuk
kegiatan
transportasi lokal dan menunjang pariwisata di danau Bedugul, Batur dan Kelimutu; lintas penyeberangan antarnegara seperti KupangDili, dan rencana kajian untuk Kupang-Darwin, serta lintas penyeberangan antar provinsi antar pulau menuju pulau Jawa dan pulau Sulawesi. Pengembangan lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota diperlukan keterpaduan antar moda dan dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan
permintaan
pada
jaringan
transportasi jalan;
22
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Pengembangan
ASDP
di
Kalimantan
diarahkan pada jaringan transportasi sungai untuk menjangkau seluruh daerah pedalaman dan terpencil yang didominasi oleh perairan yang tersebar luas; jaringan transportasi penyeberangan pada lintas antar provinsi dan antar pulau terutama dengan pulau Sulawesi, seperti Balikpapan-Mamuju, Nunukan-Manado, serta dengan pulau Jawa dan Sumatera, dan perencanaan
lintas
internasional
Tarakan-
Nunukan-Tawao. 3. Standar Bidang Sarana Transportasi SDP Standar bidang sarana transportasi sungai, danau, dan penyeberangan masih terbatas pada penyelenggaraan angkutan yang mengikuti regulasi atau ketentuan yang berlaku, di mana acuan tersebut pada umumnya masih dalam bentuk peraturan perundangan yang normatif atau belum dalam bentuk dokumen standar nasional. Beberapa acuan norma dan standar yang diacu untuk kegiatan di bidang sarana transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: Pengadaan Kapal sesuai dengan UndangUndang 17 tahun 2008 pasal 56 dan pasal 124.
23
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
PP 51 tahun 2002 tentang Perkapalan pasal 3 ayat (1, 2, 3 dan 4). KM. 26 / 2006 tentang Penyederhanaan Pengadaan
Sistem
Kapal
dan
dan
Prosedur Penggunaan/
Penggantian Bendera Kapal. Pembangunan dan Pengerjaan Kapal merujuk kepada Undang-Undang 17 tahun 2008 pasal 125. PP 51 tahun 2002 tentang Perkapalan Pasal 4. Standar atau peraturan klas Biro Klasifikasi Indonesia (BKI Vol I, II dan III) serta KM 65/2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi (NCVS). Konstruksi
dan
Desain
merujuk
kepada
Undang-Undang 17 tahun 2008 pasal 125. Lampiran KM 65 tahun 2009 tentang Standar kapal Non Konvensi (NCVS), SK. Dirjen Perhubungan
Darat
Nomor
AP.005/1994
tentang Petunjuk Teknis Persyaratan Pelayanan Minimal Kapal SDP pasal 4, serta Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. Lambung Timbul sesuai dengan UndangUndang 17 tahun 2008 pasal 147 dan Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. Stabilitas merujuk kepada Undang-Undang 17 tahun 2008 pasal 148, KM 65/2009 tentang
24
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Standar Kapal Non Konvensi (NCVS) dan SOLAS. Keselamatan Kapal sesuai dengan UndangUndang 17 tahun 2008 pasal 117, pasal 124 dan pasal 126. KM 29/1999 tentang Standar Kapal Non Konvensi (NCVS) dan SOLAS. Pengawakan Kapal merujuk kepada UndangUndang 17 tahun 2008 pasal 135, pasal 224 serta KM 65/2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi (NCVS). Pengukuran Kapal sesuai dengan UndangUndang 17 tahun 2008 pasal 155 dan pasal 156, KM nomor 6 tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal. Manajemen
Operasional
dan
Penempatan
Kapal sesuai dengan Undang-Undang 17 tahun 2008 Pasal 18, Pasal 21, Pasal 22. PP 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan pasal 52, pasal 61, pasal 65 dan pasal 66. Persetujuan Berlayar sesuai dengan UndangUndang 17 tahun 2008 Pasal 219; KM 1 tahun 2010 tentang tata cara penerbitan surat persetujuan berlayar (port clearance).
25
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
4. Sarana Transportasi SDP di Negara lain Di kawasan Asia, China merupakan salah satu negara yang memanfaatkan sarana transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan untuk keperluan angkutan yang sangat besar. China memiliki sekitar 5.800 sungai dengan panjang total mencapai 220.000 kilometer yang menghubungkan antara satu daerah dengan yang lainnya. Jalur utama transportasi sungai terdapat di sungai
Yangtze,
Pearl,
Heilongjiang,
Huaihe,
Qiantang, Minjiang, dan Huangpu. Usaha
peningkatan
sistem
transportasi
telah
dilaksanakan selama kurang lebih 4 dekade melalui program Inland Water Transport (IWT). Di lain hal, perairan Sungai Mekong juga telah digunakan selama berabad-abad untuk transportasi lokal baik untuk angkutan barang maupun orang, dengan pertimbangan pentingnya yaitu: •
Sungai menghubungkan daerah-daerah di mana sering dipilih menjadikan satu-satunya media transportasi;
•
Aliran air sungai menentukan waktu dan efisiensi transportasi; sedangkan
•
Bentuk Sungai menentukan metode transportasi apa yang dapat digunakan di daerah tersebut (misalnya jenis dan ukuran kapal).
26
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kapal dengan ukuran yang besar digunakan di perairan sungai yang lebih dalam seperti di beberapa lokasi di sepanjang Sungai Mekong yaitu di dataran yang lebih rendah di Kamboja dan Delta di Viet Nam. Sungai
yang
membentang
panjang
dilayari
di
Kamboja adalah Sungai Mekong, Danau Tonle Sap, dan Sungai Bassac. Beragam jenis alat transportasi dijumpai di daerah delta antara Phnom Penh dan Laut Cina Selatan. Kapal laut-dengan ukuran 2.000 s/d. 3.000 ton bobot mati (DWT) transit 330 km dari laut ke Phnom Penh. Kapal yang lebih besar juga berpotensi
dapat
menggunakan
Sungai
Bassac,
meskipun muara Bassac membatasi ukuran kapal sampai 3.000 DWT. Sungai kecil dan anak sungai di seluruh
cekungan
tersebut
digunakan
untuk
transportasi perahu lokal, serta untuk pergerakan angkutan hasil sumber daya alam (tanaman pangan, kayu, bambu, dll) oleh masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Kanal utama yang digali di delta Sungai Mekong selama abad ke-18 terus digunakan secara luas sampai saat ini. Kanal dan alur sungai terutama digunakan untuk mengangkut sejumlah besar produk pertanian, terutama padi dan tanaman sereal, bahan bangunan dan berbagai bahan lainnya seperti barang konsumen,
27
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kayu dan produk kayu pupuk, peralatan pertanian dan semen.
Nama-nama kanal utama di daerah tersebut adalah sebagai berikut: Lokasi daerah Nama Kanal Long Xuyen : Vinh Te, Cai San, Long Xuyen, Rach Gia Quadrangle Trans-Bassac : Xa No, Nang Mau Ca Mau Peninsula : Quan Lo - Phung Hiep Plain of Reeds : Hong Ngu, Dong Tien, Nguyen Van Tiep (sumber:www.cbd.int/.15.2_river_transportation.htm)
Sistem kanal ini memainkan peran penting dalam rezim hidrologi daerah delta. Meskipun pertama kali digali diperuntukkan untuk keperluan navigasi, namun di awal abad terakhir ini semakin digunakan untuk irigasi, drainase dan transportasi barang pertanian ke luar daerah. Sekarang ada kecenderungan untuk menggali dan memperbesar kanal tersebut untuk mendukung pertanian. Jalan sepanjang tepian kanal dan sungai-sungai di daerah delta tersebut berfungsi sebagai tanggul perlindungan banjir. Di Kamboja, transportasi di Danau Besar Tonle Sap terutama dimanfaatkan untuk angkutan produk ikan, serta lalu lintas penumpang dan pariwisata. Secara ekonomi kecil akan tetapi di dalam kegiatannya 28
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
semakin penting. Sekitar 120.000 hingga 150.000 ton produk ikan diangkut setiap tahun di Danau Besar Tonle Sap. Pergerakan penumpang terutama antara Phnom Penh dan Siem Reap memanfaatkan kapal kecepatan tinggi. Komoditas lainnya yang diangkut di daerah ini termasuk kerikil, beras dan minyak terutama selama musim hujan. Rencana untuk meningkatkan saluran pelayaran antara Phnom Penh dan Siem Reap, untuk mengurangi kedangkalan pada musim kemarau yang dapat menghambat navigasi selama musim kemarau, terutama di Danau Besar Tonle Sap memasuki. Selain itu, perbaikan juga direncanakan di tiga pelabuhan di sekitar danau (Chong Kneas, Lompang Luang dan Chnoc Trou). Sungai Mekong berhulu dari Phnom Penh. Berlayar di sepanjang Sungai Mekong akan terganggu oleh penghalang alami sehingga transportasi kapal terbatas pada segmen sungai yang relatif pendek-pendek. Hambatan termasuk jeram dan beting dekat Kratie, Khone Falls, di perbatasan Laos dan Kamboja, dan, jeram beting dan tikungan tajam antara Khone Falls dan Pakse. Selanjutnya dari bagian hulu serangkaian panjang jeram, tikungan tajam dan daerah dangkal juga mengganggu navigasi sepanjang hamparan sungai yang membentang dari bagian selatan Yunnan di China, dan Laos di utara Thailand. Banyak daerah
29
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
di sepanjang sungai ini bisa dilewati hanya dengan perahu
tradisional
lokal.
Di
selatan
Yunnan,
transportasi sungai diawali pada tahun 1950-an, ketika sebuah feri bermesin dilayarkan untuk melayani penyeberangan.
Pengangkutan
barang
meningkat
perlahan sampai dengan saat ini ditandai bahwa selama musim kemarau terdapat semakin besarnya ukuran kapal yang berlayar di sungai tersebut yaitu dari 300 sampai 500 ton. Pengambilan batu-batu besar baru-baru ini dilakukan di selatan Yunnan dengan rencana
untuk
mengatasi
hambatan
tambahan
sepanjang sungai ke arah utara Thailand sehingga memungkinkan pelayaran dilakukan sepanjang tahun dengan lebih besar dari Cina ke Thailand. Selain kota-kota kecil dan desa-desa di mana perahuperahu
kecil
digunakan
untuk
perdagangan,
memancing, dan mengangkut barang dan orang, namun terdapat sejumlah pelabuhan besar tersebar di sepanjang Sungai Mekong. Lokasi Vietnam Cambodia Thailand Lao PDR Yunnan
Nama pelabuhan : Long Xuyen, Tra Noc, Cao Lanh and My Tho : Phnom Penh, Kampong Cham and Kratie : Nong Khai : Savanakhet, Keng Kabao, Tha Naleng, Laksi, Thadeua, Luang Prabang : Jinghong, Simao
30
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(sumber:www.cbd.int/1.15.2_river_transportation.html)
Sejumlah pelabuhan-pelabuhan kecil yang terletak di sepanjang
sungai,
meskipun
banyak
yang
membutuhkan perbaikan. Di delta, rencana ada untuk menambahkan port kabupaten lebih untuk menangani kargo lokal sehingga port provinsi dapat digunakan terutama
untuk
kargo
internasional.
Proyeksi
kebutuhan kapasitas transportasi di delta menunjukkan peningkatan sehingga diperlukan perbaikan armada (terutama peningkatan penggunaan tongkang baja, sebagai
alternative
pengganti
kapal-kapal
self-
propullsion), kargo dan fasilitas penanganan (berlabuh ditingkatkan,
dan
penanganan
dan
fasilitas
penyimpanan) dan saluran air. Untuk mendukung program pengelolaan transportasi di negara China, pemerintah China mengeluarkan beberapa peraturan antara lain: Regulation for Safety Management of Water Traffic of the People’s Republic of China. Regulation
for
Management
of
Water
Transportation Regulation for Navigation Channels.
31
PT. Bahari Engineering Consultant
Detail
Rules
Laporan Akhir
and
Regulations
for
Implementation of Contracts for Strengthening Safety Management of IWT Enterprises. Regulations for Renewal and Renovation of Ship of Local Shipping Enterprises Provincial Plan on Legislation for the Seventh Five-year Plan Period. Dukungan kebijakan dalam bentuk regulasi merupakan salah satu jaminan keberhasilan program peningkatan sistem transportasi perairan di China.
B. IDENTIFIKASI KOMPONEN STANDAR SARANA TRANSPORTASI SDP 1. Terminologi & Definisi Standar Definisi adalah pengertian atau batasan pengertian yang diberikan agar pembaca mempunyai pengertian yang sama untuk objek yang sama. Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber diuraikan sebagai berikut : •
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional menjelaskan bahwa definisi standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara 32
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tertib dan bekerjasama dengan semua pihak; definisi standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup,
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. •
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salin, M.A. & Yenny Salim, B.Sc., Pustaka Phoenix, Standar : panji-panji, bendera sebagai lambang;
•
Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3, wj. S Poerwadarminta, Balai Pustaka, Standar: ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan;
•
Kamus Besar Bahasa Indonesia-online, Standar : (1) Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan; (2) Ukuran atau tingkat biaya hidup; (3) Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai (harga); (4) Baku:
33
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Laporan Akhir
Wikipedia, standar atau lengkapnya standar teknis adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi.
•
Studi
Kebutuhan
Transportasi
Standarisasi
dalam
Rangka
di
Sektor
Peningkatan
Keselamatan Transportasi, Sekretariat Badan LitBang Kementrian Perhubungan, disebutkan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang diberlakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan •
Studi Standar Pelayanan Angkutan KA di Perkotaan,
Puslitbang
mendefinisikan
Perhubungan
standarisasi
sebagai
Darat, proses
merumuskan, menetapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. Standar yang berbasis pada system manajemen kinerja menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain : •
Spesifik (specific);
•
Terukur (measureable); 34
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Tepat (appropriate);
•
Andal (reliable);
•
Tepat waktu (timely).
Laporan Akhir
Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Ketentuan dalam standar, setidaknya terdapat 4 (empat) kekentuan dalam standar adalah sebagai berikut : •
Standar harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya;
•
Mengandung komponen struktur (peraturanperaturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes).
Standar
struktur
menjelaskan
peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya; •
Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan system dalam organisasi. Pernyataan standar
35
PT. Bahari Engineering Consultant
mengandung pelanggan,
Laporan Akhir
apa
yang
bagaimana
diberikan
staf
kepada
berfungsi
atau
bertindak dan bagaimana system berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai; •
Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian
lagi
adalah
mengembangkannya
melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapnnya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi. Komponen – komponen standar meliputi : 1)
Standar struktur: Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi: •
Filosofi dan objektif;
•
Organisasi dan administrasi;
•
Kebijakan dan peraturan;
•
Staffing dan pembinaan;
36
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Laporan Akhir
Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggung jawab setiap posisi klinis);
• 2)
Fasilitas dan peralatan.
Standar proses: Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas professional di tatanan klinis, mencakup : •
Fungsi tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas;
3)
•
Manajemen kinerja klinis;
•
Monitoring dan evaluasi kinerja klinis.
Standar outcomes: Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam berfokus dengan status pelanggan. Standar ini berfokus pada asuhan pelanggan yang prima, meliputi: •
Kepuasan pelanggan;
•
Keamanan pelanggan;
•
Kenyamanan pelanggan.
Pada dasarnya ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, di samping
37
PT. Bahari Engineering Consultant
ada
standar
lain
Laporan Akhir
yang
secara
terarah
dan
berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diingingkan atau disebut juga tingkat terbaik, di mana ditentukan hal-hal
yang harus dikerjakan dan
mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi. Manfaat ditetapkannya suatu standar adalah : •
Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa;
•
Memelihara
keselamatan
publik
dan
perlindungan lingkungan; •
Meningkatkan efisiensi produk dan daya saing;
•
Melancarkan
transaksi
(perdagangan)
dan
pencapaian kesepakatan dagang (kontrak); •
Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barriers & entrance facilitation/tools;
•
Standar
menetapkan
norma
dan
memberi
kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas;
38
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Standar
Laporan Akhir
menunjukkan
ketersediaan
yang
berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja; •
Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal;
•
Standar
meningkatkan
efisiensi
dan
mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik; •
Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf;
•
Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun postbasic pelatihan dan pendidikan.
Dengan hal-hal tersebut di atas, maka kriteria permasalahan yang perlu mendapatkan solusi dengan upaya standarisasi adalah terkait dengan kesesuaian produk, pengendalian keanekaragaman jenis dan ukuran, kompatibilitas, pemanfaatan sumberdaya, peningkatan komunikasi dan pemahaman yang lebih baik, keamanan, keselamatan, kesehatan, pelestarian kemampuan konsumen
fungsi dan
lingkungan,
masyarakat,
dan
kepentingan mengurangi
hambatan perdagangan.
39
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Standar pada Sarana SDP/Kapal, berikut adalah beberapa definisi terkait dengan rancang bangun suatu kapal : •
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah – pindah.
•
Kenavigasian berkaitan
adalah
dengan
segala
sarana
sesuatu bantu
yang
Navigasi
Pelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrografi dan
meteorologi,
pengerukan penanganan pekerjaan
dan
alur
reklamasi,
kerangka bawah
dan
air
kapal, untuk
perlintasan, pemanduan, salvage
dan
kepentingan
keselamatan pelayaran kapal •
Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik yang lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan pelayaran
•
Peralatan Navigasi (pada kapal) adalah peralatan yang berfungsi untuk mendukung kenavigasian kapal dalam operasionalnya. 40
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Laporan Akhir
Lambung kapal adalah bagian utama badan kapal yang memberikan kekuatan menyeluruh, kualitas daya apung dan kinerja hidrodinamik sebuah kapal.
•
Ruang muat adalah ruang di dalam kapal yang dirancang untuk peruntukan muatan kapal dalam bentuk
barang
umum,
barang
khusus,
penumpang, kendaraan bermotor, maupun hewan, dengan diberikan kelengkapan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan. •
Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan
material,
konstruksi,
bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk radio, dan elektronika kapal. •
Telekomunikasi
pelayaran
adalah
telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas pelayaran yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elekromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran.
41
PT. Bahari Engineering Consultant
•
Laporan Akhir
Pencegahan pencemaran di kapal adalah upaya yang diambil oleh nakhoda atau awak kapal sedini
mungkin
untuk
menghindari
atau
mengurangi tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan. •
Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan
keselamatan
kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, kesejahteraan
garis
muat,
awak
kapal
pemuatan,
dan
kesehatan
penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Prinsip
standarisasi
pada
umumnya
dapat
mengacu kepada hal-hal sebagai berikut: a. Prinsip 1 : Standardisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar dengan tujuan penyederhanaan
oleh
maupun metodologi
suatu
proses,
tertentu. Hal
produk, ini
akan
mengecah timbulnya keanekaragaman produk yang tidak perlu. Keanekaragaman berlebih ini tidak akan menghasilkan suatu manfaat yang lebih luas.
42
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
b. Prinsip 2 : Standardisasi adalah suatu kegiatan sosial, politis dan ekonomis yang seyogianya digalakkan oleh berbagai pemangku kepentingan melalui konsensus. c. Prinsip 3 : Standar hanya bermanfaat bila digunakan dan diterapkan dengan benar. Ada kemungkinan penerapan standar merupakan suatu “kerugian” bagi suatu pihak tertentu namun memberikan keuntungan bagi masyarakat secara luas. d. Prinsip 4 : Standar merupakan kompromi antara berbagai alternatif yang ada, dan mencakup ketetapan terbaik serta penerapan yang bijaksana untuk suatu kurun waktu tertentu. e. Prinsip 5 : Standar perlu ditinjau ulang dalam periode tertentu dan direvisi atau bila perlu dinyatakan tidak berlaku lagi agar standar yang berlaku selalu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat. f. Prinsip
6
:
Bila
karakteristik
produk
di
spesifikasikan, maka harus didesain pula metode pengujiannya.
Bila
diperlukan
metode
pengambilan contoh (sampling), maka jumlah contoh dan frekuensi pengambilan juga harus
43
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
diperbaharui dan disesuaikan kembali dengan jelas. g. Prinsip 7 : Bila suatu standar harus ditetapkan dan diterapkan secara wajib, maka hal ini harus didukung
oleh
regulasi
teknis
pihak
yang
berwenang dan memenuhi peraturan-perundangan yang berlaku. Dalam menetapkan penerapan secara wajib maka perlu dipertimbangkan jenis standar, tingkat perkembangan industri dan sarana pendukung
lainnya
kesesuaian,
lembaga
seperti
lembaga
penguji
dan
penilai lembaga
kalibrasi yang harus tersedia dan terakreditasi. 2. Identifikasi komponen standar bentuk lambung Ada beberapa komponen yang terkait dengan standar desain lambung kapal antara lain:
Bentuk lambung kapal (mono hull and twin hull),
Bentuk buritan (double-ended and singleended),
Bentuk haluan (bulbous bow and nonbulbous),
Bentuk geladak (sheer and non-sheer), dll.
Pilihan kriteria tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi daerah operasional untuk masing-masing lintas.
44
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Untuk Identifikasi komponen standar desain lambung kapal dapat dilihat pada beberapa Undang-Undang dan keputusan pemerintah berikut: a. Undang-Undang 17 tahun 2008 Pasal 125 (1) dinyatakan bahwa sebelum pembangunan dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya, pemilik kapal wajib membuat perhitungan dan gambar
rancang
kelengkapannya,
bangun (2)
serta
data
Pembangunan
atau
pengerjaan kapal yang merupakan perombakan harus sesuai dengan gambar rancang bangun dan yang telah mendapat pengesahan dari Menteri. b. Keputusan Menteri nomor 65 tahun 2009 tentang Standar
Kapal
Non
Konvensi
Berbendera
Indonesia, Bab.II Bagian B Konstruksi Lambung Kapal. Secara lebih rinci bentuk lambung kapal dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang sering dipakai dalam teori bangunan kapal.
1)
Berdasarkan ukuran utama :
Lambung kapal dibatasi dengan ukuran-ukuran sebagai berikut :
45
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.2 Ukuran utama kapal.
Panjang antara garis tegak (Length Between Perpendicular - Lpp): yaitu jarak yang diukur dari garis tegak haluan (Fore Perpendicular FP) sampai dengan garis tegak buritan (After Perpendicular - AP).
Panjang keseluruhan (Length over All - LoA): adalah panjang kapal yang diukur dari titik ujung haluan terdepan sampai dengan titik ujung buritan terbelakang.
Panjang garis air (Length of water line - Lwl) adalah jarak mendatar antara ujung garis muat (garis air), yang diukur dari titik potong dengan
46
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
linggi buritan sampai titik potong dengan linggi haluan.
Lebar Kapal (Breadth – B) adalah jarak mendatar dari gading tengah yang diukur pada bagian luar gading di sisi lambung kanan sampai dengan sisi terluar di sisi lambung kiri.
Tinggi geladak (Depth – H) atau tinggi terendah dari geladak adalah jarak tegak dari garis dasar kapal sampai garis geladak yang terendah, umumnya diukur di tengah – tengah panjang kapal.
Sarat Kapal (Draft – T) adalah jarak tegak dari garis dasar kapal sampai pada garis air muat.
2).
Berdasarkan perbandingan ukuran utama
kapal Perbandingan ukuran utama kapal pada umumnya ditunjukkan oleh L/B ; L/H; B/T dan H/T. Ukuran perbandingan ini digunakan untuk menunjukkan kekuatan kapal yang harus diperhatikan dan juga kecepatan kapal yang akan terpengaruhi. Panjang kapal (L), terutama mempunyai pengaruh terhadap kecepatan
kapal
dan
juga
kepada
kekuatan
memanjang kapal yang harus menjadi perhatian.
47
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Perbandingan L/B yang besar terutama sesuai untuk kapal – kapal dengan kecepatan tinggi, dan mempunyai kapasitas ruangan yang baik, akan tetapi mengurangi kemampuan olah gerak kapal dan juga dapat mengurangi stabilitas kapal. Perbandingan L/B yang kecil memberikan kemampuan stabilitas yang lebih baik akan tetapi dapat menambah besarnya tahanan kapal. Perbandingan L/H terutama mempunyai pengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Untuk harga L/H
yang
besar
akan
mengurangi
kekuatan
memanjang kapal. Sebaliknya untuk harga L/H yang kecil akan menambah kekuatan memanjang kapal. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) mensyaratkan bahwa L/H = 14 adalah untuk daerah pelayaran samudra; L/H = 15 untuk daerah pelayaran pantai; L/H = 17 untuk daerah pelayaran lokal; L/H = 18 untuk daerah pelayaran terbatas. Ketentuan BKI ini dapat dinyatakan bahwa daerah yang mempunyai gelombang besar atau pengaruh–pengaruh luar lainnya yang lebih besar terhadap sebuah kapal mempunyai persyaratan harga perbandingan L/H yang lebih kecil. Namun demikian penyimpangan terhadap ketentuan ini masih dimungkinkan jika
48
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
diberikan bukti perhitungan kekuatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Lebar kapal (B), terutama mempunyai pengaruh terhadap tinggi metasentra melintang. Kapal dengan displacement yang sama, namun mempunyai B besar akan memiliki tinggi metasentra (KM) yang lebih besar.
Perbandingan B/T, terutama mempunyai pengaruh terhadap stabilitas kapal. Harga perbandingan B/T yang rendah akan mengurangi stabilitas kapal. Untuk kapal sungai pada umumnya mempunyai harga perbandingan B/T yang dapat di ambil sangat besar, Hal ini dikarenakan bahwa harga T dibatasi oleh kedalaman sungai yang pada umumnya sudah tertentu.
Tinggi Dek (H), terutama mempunyai pengaruh terhadap tinggi titik berat kapal (KG) atau Center of Gravity dan juga terhadap kekuatan kapal serta besaran ruangan dalam kapal. Pada umumnya sebuah kapal barang mempunyai harga KG sebesar 0,6 H.
49
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Sarat air (T), terutama mempunyai pengaruh terhadap tinggi Center of Bouyancy (KB).
Perbandingan H/T, adalah berhubungan dengan daya apung cadangan (reserve displacement). Harga H/T yang besar dapat dijumpai pada kapal – kapal penumpang. Harga H – T disebut lambung timbul (Free Board), yaitu tinggi tepi dek terendah dari permukaan air.
Sebagai gambaran diberikan data perbandingan ukuran utama sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.3.a. Daftar nilai perbandingan ukuran utama No. 1
2
3
4
5
Tipe Kapal Kapal Cepat Besar Kapal Cepat jarak pendek Kapal Barang Besar Kapal Barang Besar Kapal – kapal kecil
Kecepatan Vd (knot)
L/B
B/T
B/H
T/H
L/H
22
8,5–9,9
0,37-0,43
1,45–1,55
0,58-0,66
12,8-14,9
16 - 23
7,5-8,5
0,25-0,35
1,55-2,20
0,70-0,99
11,0-15,4
15 - 18
8,9-9,0
0,40-0,50
1,50-1,70
0,64-0,80
13,3-15,0
10 - 15
7,0-8,5
0,40-0,50
1,50-1,80
0,66-0,82
11,6-14,0
< 22
6,0-8,5
0,35-0,45
1,50-1,70
0,56-0,72
9,6-13,6
Sumber : Teknik Konstruksi Kapal Jilid I – Depdiknas, 2008.
50
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 23.b. Koefisien Bentuk Kapal KOEFISIEN BENTUK No.
Ukuran Kapal Cb
Cm
Cp
1.
Kapal kecil (< GT 7)
0.45 – 0.60
0.76 – 0.90
0.74 – 0.80
2.
Kapal motor kecil (> GT 7)
0.50 – 0.66
0.89 – 0.94
0.72 – 0.82
Sumber : Teknik Konstruksi Kapal Jilid I – Depdiknas, 2008.
3). Berdasarkan koefisien bentuk kapal : Lambung kapal ditunjukkan dengan koefisien bentuk kapal yang di antaranya ditunjukkan oleh koefisien blok (Cb) dan koefisien garis air (Cw).
Gambar 2.3 Skema perbandingan volume kapal yang tercelup dalam air dengan volume balok yang mengelilinginya.
Koefisien blok (Cb) adalah merupakan angka perbandingan antara isi volume kapal yang tercelup
51
PT. Bahari Engineering Consultant
dalam
air
Laporan Akhir
dengan
isi
suatu
balok
yang
mengelilinginya dengan ukuran panjang = Lwl, lebar = B dan sarat = T.
Cb = V/Lwl. B.T Di mana : V = Volume displasemen (m3). Lwl = Panjang garis air (m). B = Lebar kapal (m). T = Sarat kapal (m). Dari harga Cb dapat dilihat apakah badan kapal mempunyai bentuk yang gemuk atau ramping. Pada umumnya kapal cepat mempunyai harga Cb yang kecil dan sebaliknya kapal – kapal berkecepatan dinas rendah mempunyai harga Cb yang besar. Harga Cb terletak antara 0,20 ~ 0,84.
Koefisien
garis
air
(Cw)
adalah
merupakan
perbandingan antara luas garis air (Awl) dengan luas segi empat yang mengelilinginya dengan ukuran panjang Lwl dan lebar Bwl pada posisi sarat penuh.
52
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.4 Skema perbandingan antara luas garis air dengan luas segi empat yang mengelilinginya. Cw = Awl/Lwl.B Di mana : Aw = Panjang garis air pada posisi muatan kapal penuh (m2). Lwl = Panjang garis air pada posisi muatan kapal penuh (m). B = Lebar kapal maksimal pada posisi muatan kapal penuh (m). Dari harga Cw dapat dilihat apakah badan kapal mempunyai bentuk yang bergeladak luas atau sempit. Pada umumnya kapal cepat mempunyai harga Cw yang
kecil
dan
sebaliknya
kapal
–
kapal
berkecepatan dinas rendah mempunyai harga Cw yang besar. Harga Cw terletak antara 0,70 ~ 0,90.
4). Berdasarkan tonase ( Tonnage) Bahwa makin besar sebuah kapal, akan semakin besar
pula
biaya
operasional
yang
harus
53
PT. Bahari Engineering Consultant
dikeluarkannya.
Laporan Akhir
Sebagaimana
diketahui,
pertambahan besar kapal sangat bervariasi baik terhadap panjang, lebar maupun tingginya. Besarnya panjang kapal dan lebar kapal belum dapat dipakai sebagai pedoman untuk menunjukkan besarnya kapal.
Sebab
ukuran
besarnya
kapal
adalah
persoalan kapasitas muat (Carrying capacity). Oleh karena itu dalam menentukan biaya operasional termasuk pajak, berlaku suatu pedoman bahwa besarnya biaya operasional sebuah kapal haruslah sebanding dengan kemampuan kapal tersebut untuk menghasilkan (Potensial earning capacity). Atas dasar pemikiran ini, tonase kapal dianggap dapat menggambarkan potential earning capacity sebuah kapal, maka besar biaya operasional pada suatu kapal dapat didasarkan atas besarnya tonase kapal yang
bersangkutan.
Dalam
perkembangan
selanjutnya besarnya tonase bukan saja untuk memperkirakan biaya operasional saja melainkan juga untuk dasar penentuan biaya pengedokan, serta persyaratan keselamatan pelayaran, pencegahan pencemaran dari kapal, juga didasarkan pula atas besarnya tonnage.
54
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
5). Berdasarkan konfigurasi bentuk lambung : (a) Kapal displasemen (a.1).Mono hull (1). Round hull
Lambung kapal berbentuk U, dengan konfigurasi ukuran lambung yang tepat sesuai dengan kebutuhan kefungsian kapasitas kapal dan sesuai dengan daerah pelayarannya secara konvensional dapat bermanfaat untuk menghasilkan gerak dan manfaat yang sesuai. Pada umumnya mempunyai bentuk lambung yang gemuk dan tidak memerlukan kecepatan tinggi.
Gambar 2.5 Body plan lambung kapal dengan bentuk bilga round atau U.
(2). V hull Lambung kapal berbentuk dasar V, mempunyai bentuk ramping dan pada umumnya diperlukan untuk kapal berkecepatan tinggi. Bentuk kapal ini mempunyai keterbatasan luas geladak. Pada olah 55
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
geraknya membutuhkan kedalaman perairan yang cukup, untuk menghindari terjadinya kandas.
Gambar 2.6 Body plan lambung kapal dengan bentuk bilga runcing atau bentuk dasar V.
(3). Chine hull Bentuk lambung kapal dengan chine atau dengan tekukan
lambung
mempermudah
adalah
atau
pembangunannya.
dalam
penyederhanaan
Dengan
bentuk
upaya teknologi
ini
kapal
dimungkinkan memperluas geladaknya.
(4). Flat hull Bentuk lambung kapal dengan dasar rata yang pada umumnya dipakai pada kapal tongkang dan kapal kecil di perairan dangkal. Dengan bentuk ini kapal dimungkinkan memperluas geladaknya.
56
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(a.2) Multi hull Katamaran dan trimaran Lambung katamaran yang berupa lambung ganda tidak selalu menjadi yang terbaik di antara lambung kapal jenis lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa kapal katamaran mempunyai berat struktur dan biaya pembangunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan monohull. Namun demikian memberikan luas geladak yang lebih besar serta stablitas yang lebih baik. Pada type kapal dislpasemen dengan lambung yang ramping dan panjang, membuat kapal katamaran sangat efisien tidak menghadapi masalah hump dan juga mempunyai sibakan air yang sangat rendah. Untuk type planing akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi. Pada umumnya kapal katamaran menghadapi kendala struktur konstruksi berupa keretakan-keretakan yang tidak diharapkan. Demikian pula pada gerak pitch dan heave yang kurang nyaman di perairan yang bergelombang tinggi. Untuk mengatasi kendala ini katamaran dimodifikasi dengan menambahkan lambung atau dengan mengurangi jumlah pelayaran yang kurang menguntungkan, menyesuaikan
yaitu kondisi
dilayarkan cuaca
atau
dengan gelombang
perairan yang tepat. Atau dengan memperpanjang
57
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
ukuran kapal dengan berbagai konsekuensi kekuatan dan mengurangi kebebasan olah gerak di pelabuhan. (b). Kapal semi displacement (1). Planing/semiplaning – mono hull Teknologi telah terbukti dengan lambung yang efisien mampu berlayar dengan kecepatan sampai 30 knot, namun mempunyai luas geladak yang terbatas dan mempunyai tonnage yang kurang disukai. Bentuk lambung ini dikembangkan terus dengan bentuk double chine. Mampu berlayar dengan sarat yang rendah dengan kecepatan 20-30 knot. Di perairan yang bergelombang jenis ini kurang nyaman,
karena
gerakan
roll-nya
sangat
membutuhkan kestabilan kapal yang baik, demikian pula gerak pitch dan heave menjadi sangat terasa. Meskipun
demikian
pada
umumnya
biaya
pembangunannya lebih murah. (2). Hovercraft Untuk beberapa lintasan kemungkinan bentuk lambung type hovercraft tepat dipilih, yaitu terkait dengan kebutuhan teknologi berlayar yang lebih rumit, juga fasilitas dermaga penumpang perlu menyesuaikannya.
58
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(3). Hydrofoil Bentuk hydrofoil sangat efisien untuk kapal yang diperlukan berkecepatan tinggi. Gerakannya cukup stabil pada kecepatan yang tinggi. Pada kecepatan rendah memerlukan kedalaman perairan yang cukup untuk
menghindari
terjadinya
kandas.
Mesin
penggeraknya memerlukan tenaga besar, rumit, dan mahal. Desain foil dan material yang digunakan memerlukan biaya yang mahal, demikian pula struktur konstruksinya. Di samping bentuk lambung kapal yang telah diutarakan di atas, masih terdapat bentuk-bentuk lambung lainnya yaitu Hydrofoil hybrid – planning hull dengan hydrofoil , SWATH (Small Waterplane Area Twin Hull), dan Wing in ground effect serta Air-Lubricated Hulls. 6).
Berdasarkan bentuk haluan, buritan dan
geladak kapal (1). RoRo Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga disebut sebagai kapal roll on roll off atau disingkat Ro-Ro. Oleh karena itu, kapal ini
dilengkapi
dengan
pintu
rampa
yang
59
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dihubungkan dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga. Kapal Roro selain digunakan untuk
angkutan
truk
juga
digunakan
untuk
mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta penumpang jalan kaki. Kapal yang termasuk jenis RoRo antara lain: kapal
penyeberangan/ferry
yang melayani
lintasan tetap. kapal pengangkut mobil (car ferries), kapal general kargo yang beroperasi sebagai kapal RoRo.
(2). LCT LCT atau Landing Craft - Tank adalah sebuah kapal untuk mendaratkan tank di tepi-tepi pantai. Selain itu juga digunakan untuk mengangkut prajurit atau logistik, LCT juga merupakan kapal dengan bentuk dasar yang cocok untuk kebutuhan transportasi non militer. Dengan tetap memakai nama LCT, banyak kapal-kapal ini beroperasi di perairan Indonesia sebagai kapal-kapal komersial mengangkut berbagai muatan (misalnya alat-alat berat dan barang-barang konstruksi) ke berbagai penjuru Indonesia, terutama ke daerah pertambangan yang berada di pulau atau pantai terpencil. Di samping itu juga untuk transportasi sungai danau dan penyeberangan. 60
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(3). Kapal Ferry Cepat Kapal
ferry
cepat
merupakan
penumpang/penyeberangan
jarak
dekat
kapal dimana
memiliki kecepatan dinas lebih dari 15 knot. Pada umumnya kapal penyeberangan jenis ini tidak mengangkut kendaraan dan hanya mengangkut penumpang
saja.
Memiliki
bentuk
lambung
monohull maupun multihull dengan tipe hard chine.
7).
Contoh hasil penelitian bentuk lambung
kapal Dari hasil-hasil penelitian terhadap ukuran dan bentuk lambung kapal tersebut di atas maka terkait dengan studi penyusunan konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dapat diutarakan hal-hal sebagai berikut :
Lockheed Martin menggambarkan hubungan antara jenis-jenis lambung kapal penyeberangan dengan kecepatan kapal dan kondisi gelombang perairan sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut. Sampai dengan sea state 7 kapal jenis SWATH dan semi
SWATH
masih
dapat
berlayar
dengan
kecepatan 14 - 17 knots. Pada kondisi perairan dengan ketinggian gelombang yang moderat sea state 3 s/d 5, kapal dengan jenis lambung mono hull
61
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
masih mampu mempunyai kecepatan 5 s/d. 20 knots sedikit di bawah kemampuan kapal dengan lambung type SWATH.
Gambar 2.7 Diagram hubungan type lambung kapal dengan kecepatan dan kondisi gelombang perairan (Lockheed Martin) Levander O dari Wartsilla menulis tentang konsep efisiensi kapal penyeberangan sehubungan dengan kebutuhan penurunaan biaya operasional kapal dan penghematan energi, maka salah satu di antaranya adalah menyempurnakan bentuk lambung kapal yang ditunjukkan oleh parameter panjang kapal dan koefisien blok. Kapal penyeberangan pada umumnya dirancang dengan angka Froude antara 0,25 – 0,35.
62
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Koefisien blok diupayakan diperkecil sedangkan panjang kapal ditambah. Berdasarkan besaran tonnage menunjukkan bahwa semakin besar ukuran kapal dan dengan kecepatan yang semakin rendah diperoleh indek efisiensi tenaga gerak yang semakin rendah pula. Hal ini ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 2.8 Kurva efisiensi tenaga gerak kapal berdasakan gross tonnage dan Fr (Levander O Wartsila) Untuk memperoleh tahanan kapal yang rendah, maka koefisien blok juga dipilih kecil. Optimasi ukuran lambung kapal untuk memperoleh sasaran
63
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tersebut menjadi pertimbangan penting yang harus dilakukan dalam tahap kapal dirancang-bangun. Dari hasil penelitian optimasi terhadap kecepatan kapal dan koefisien blok ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2.9 Kurva koefisien blok berdasarkan besaran angka Froude (Levander O – Wartsila)
Gambar 2.10 Kurva tenaga mesin berdasarkan besaran gross tonnage (Levander O – Wartsila)
64
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Dengan diperolehnya harga koefisien blok yang tepat, maka akan dapat ditindaklanjuti dengan pertimbangan kapasitas kapal dan kebutuhan tenaga penggeraknya
untuk
mencapai
efisiensi
yang
dikehendaki. Suatu contoh hasil optimasi yang menghasilkan sebuah konfigurasi tenaga penggerak kapal berdasarkan besaran tonnage ditunjukkan pada gambar di atas.
Optimasi lambung kapal penyebrangan berdasarkan kualitas seakeeping dan tahanan kapal di perairan bergelombang
dilakukan
oleh
Cepowski
T.
Metodologi yang dipakai dalam penelitiannya diutarakan sebagaimana diagram pada gambar di bawah. Parameter yang digunakan adalah L/B, B/d, Cb, dan Cw. Tahap pertama, berdasarkan kriteria desain yang dilatarbelakangi oleh aspek ekonomi pengoperasian kapal dan aspek teknis kondisi gelombang perairan, diperlukan
kajian
bagaimana
optimasi
bentuk
lambung kapal yang tepat, yaitu yang mempunyai kinerja
seakeeping
yang
baik
dan
tahanan
gelombang yang rendah. Dari beberapa varian jenis lambung kapal dipelajari dan dianalisis untuk memilih bentuk lambung mana yang paling optimum.
65
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Dengan metode numerik sebagaimana alur pikir yang disampaikan pada gambar di bawah ini, maka tahap ke dua pemilihan lambung dari 8 varian terpilih satu lambung yang paling optimum.
Gambar 2.11 Alur pikir algoritma yang dilakukan pada penelitian tahap pertama (Cepowski T)
66
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.12 Alur pikir algoritma yang dilakukan pada penelitian tahap kedua (Cepowski T)
67
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.13 Alternatif bentuk lambung kapal penyeberangan dengan volume displasemen 13723 m3 dengan 8 variasi harga Cb, L/B dan B/d.
Dari hasil optimasi terhadap kualitas seakeeping dan besaran tahanan kapal pada perairan bergelombang untuk setiap variasi bentuk lambung kapal, maka dapat dipilih satu bentuk lambung kapal yang paling optimum sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut ini.
68
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 2.14 Bentuk lambung kapal yang p-aling optimum untuk kapal penyeberangan dengan V=13723, Cb = 0,64, Cw = 0,801, L/B = 6,75, dan B/d = 3,60 (Cepowski T) Sebagai tambahan tinjauan studi pustaka tentang lambung kapal SDP, maka dapat diutarakan bahwa kecenderungan
kebutuhan
desain
kapal
SDP,
khususnya untuk kapal penyeberangan adalah mengarah kepada kapasitas yang lebih besar, kecepatan yang lebih tinggi, konsumsi bahan bakarnya rendah dan ramah lingkungan, biaya
69
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
operasionalnya rendah, dan waktu layarnya semakin lebih cepat.
Dengan kapasitas yang besar mengharapkan paling tidak mampu mengangkut 9 truk ataupun trailer, 30 –
40
kendaraan
bermotor
roda
empat,
350
penumpang dengan dua ruang penumpang terpisah, terdapat geladak cuaca terbuka, ruang awak kapal yang
cukup,
dan
menyediakan
fasilitas
jika
mengangkut barang berbahaya, maupun hewan, dan juga LPG. Kecepatan yang lebih tinggi dibutuhkan untuk
mempersingkat
waktu
penyeberangan,
pemanfaatan mesin diesel turbo yang efisien dan ramah lingkungan, serta mampu mengatasi kondisi cuaca yang tidak menguntungkan. Konsumsi bahan bakar yang rendah diharapkan dengan menggunakan diesel ringan berkecepatan tinggi, optimasi terhadap ruang muat yang lebih besar, memanfaatkan panas ruang mesin untuk sumber energy yang dibutuhkan, pemilihan bentuk lambung kapal yang seimbang antara kebutuhan stabilitas dengan tahanan kapal yang ekonomis, serta dengan merancang berat kapal yang optimum. Biaya operasional diminimalkan diantaranya dengan upaya menurunkan jumlah awak kapal, pemanfaatan peralatan dan perlengkapan kapal yang efisien dan hemat energy serta kebutuhan
70
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
pemeliharaan yang murah, memanfaatkan mesin yang efisien dan hemat bahan bakar. Sedangkan waktu
layar
dibutuhkan
lebih
cepat
dengan
penyesuaian rancangan kapal dengan spesifikasi prasarana pelabuhan yang tepat, kapal dirancang untuk tidak menghendaki adanya perputaran muatan kendaraan di kapal, penyederhanaan perancangan kapal untuk kebutuhan pengisian bahan bakar dan pengisian profiant, serta perancangan yang tepat untuk
fasilitas
penumpang
dan
pekerjaan
pemeliharaan kebersihan.
Dari studi pustaka tentang lambung kapal tersebut di atas, maka terkait dengan studi standar sarana SDP dapat diutarakan bahwa komponen standar lambung kapal
dapat
diidentifikasi
berdasarkan
jenis,
parameter, dan kinerja bentuk lambung kapal.
3. Identifikasi Komponen Standar Desain Ruang Muat dan Ruang Penumpang Standar desain ruang muat dan ruang penumpang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk kapal penumpang
komposisi
diperuntukkan
untuk
ruangan
sebagian
akomodasi
besar
penumpang,
sementara kapal penumpang dan barang pembagian ruangan
disesuaikan
dengan
komposisi
antara
71
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penumpang dan barang yang diangkut sedangkan untuk kapal barang sebagian besar ruangan muat diperuntukkan untuk menyimpan barang. Dalam
penentuan
komposisi
ruangan
harus
berdasarkan kepada perhitungan dan peraturan yang mengacu kepada persyaratan pelayanan minimal untuk kapal sungai danau dan penyeberangan. Persyaratan desain ruang muat dan ruang penumpang diatur
dalam
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: AP.005/3/13/DRPD/94 antara lain: a. Pasal 1 (2) persyaratan pelayanan minimal terdiri dari
persyaratan
pelayanan
minimal
untuk
penumpang dan persyaratan pelayanan minimal untuk penyusunan muatan kapal sungai dan danau, serta persyaratan pelayanan minimal pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan. b. Pasal 2 (1) persyaratan minimal untuk penumpang terdiri dari; a. persyaratan pelayanan minimal kemyamanan penumpang, b. persyaratan minimal konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang. c. Pasal 3 (2) persyaratan pelayanan minimal kenyamanan penumpang yang didasarkan pada kelas-kelas tempat duduk penumpang, terdiri dari 3 kategori, yaitu; tempat duduk kelas ekonomi,
72
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tempat duduk kelas bisnis dan tempat duduk kelas eksekutif/VIP. d. Pasal 4 ayat (1) persyaratan minimal konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang meliputi: 1) luas ruangan; luas lantai tempat duduk/tempat tidur penumpang kurang lebih 60 % luas geladak ruangan. 2) penumpang, terdiri dari:
penumpang geladak terbuka;
penumpang geladak tertutup;
penumpang kamar.
3) tempat duduk; 4) gang/jalan lewat orang; 5) kamar mandi dan WC; 6) sistem lubang angin/ventilasi; 7) dapur dan kafetaria; 8) ruang rekreasi dan ruang ibadah. e. Pasal 6 (1) persyaratan pelayanan minimal pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan harus memenuhi persyaratan perlengkapan pintu rampa dan ruang kendaraan. f. Kapal
penyeberangan
yang
mengangkut
kendaraan, harus memenuhi perlengkapan dan ketentuan sebagai berikut:
73
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
1) Pintu rampa; 2) Ruang untuk kendaraan dan kelengkapannya. Secara lebih rinci ruang muat kapal sungai, danau, dan penyeberangan kebutuhannya ditentukan juga oleh jenis ukuran atau jenis muatan dari kapal itu sendiri. Adapun ukuran atau jenis muatan kapal tersebut diklasifikasikan sebagai berikut. Tabel 2.4 : Klasifikasi Ukuran Kapal Sungai dan Danau. Klasifikasi Ukuran Kapal Sungai dan Danau berdasarkan Ukuran Tonase Kapal
Klasifikasi 1 Klasifikasi 2
< GT 7 > GT 7
Sumber : KM 73 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan sungai dan danau
Tabel 2.5 : Klasifikasi Kapal Sungai dan Danau berdasarkan Jenis Muatan yang diangkut. Klasifikasi Kapal Sungai dan Danau berdasarkan jenis muatan Klasifikasi 3 Kapal untuk pengangkutan penumpang Klasifikasi 4 Kapal untuk pengangkutan barang umum Klasifikasi 5 Kapal untuk pengangkutan hewan Klasifikasi 6 Kapal angkutan barang khusus Klasifikasi 7 Kapal angkutan bahan berbahaya Klasifikasi 8 Kapal angkutan khusus Sumber : KM 73 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan sungai dan danau
74
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 2.6 : Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan Lintas Penyeberangan Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan Lintas Penyeberangan Klasifikasi 1 Kapal lintas penyeberangan antarnegara Klasifikasi 2 Kapal lintas penyeberangan antar propinsi Klasifikasi 3 Kapal lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dalam propinsi Klasifikasi 4 Kapal lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota Sumber : PM 26 tahun 2012 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan
Tabel 2.7 : Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan lintas keperintisan. Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan lintas keperintisan Klasifikasi 5 Kapal angkutan penyeberangan Perintis Sumber : PM 26 tahun 2012 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan
4. Identifikasi
Komponen
Standar
Peralatan
Komunikasi dan Navigasi Persyaratan peralatan komunikasi maupun navigasi pada kapal berbendera Indonesia telah diatur oleh pemerintah Indonesia dengan adanya Undang – Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran beserta turunannya. Peraturan yang mengatur secara spesifik dan menjadi dasar
aturan mengenai
75
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
peralatan komunikasi dan navigasi pada kapal antara lain adalah, a. Undang undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, disebutkan pada Pasal 131 (1) Kapal sesuai
dengan
jenis,
pelayarannya
wajib
perlengkapan
navigasi
ukuran,
dan
daerah-
dilengkapi
dengan
dan/atau
navigasi
elektronika kapal yang memenuhi persyaratan, (2) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerahpelayarannya wajib dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio dan kelengkapannya yang memenuhi persyaratan. b. Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2005 tentang Perkapalan pada bagian ke delapan tentang
Perlengkapan
Navigasi,
pasal
72
menyebutkan (1) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran dan daerah pelayarannya harus dilengkapi dengan perlengkapan navigasi dan navigasi elektronika kapal yang memenuhi persyaratan. Pada bagian kesembilan
tentang Perangkat
Komunikasi Radio kapal, pasal 73 menyebutkan (1) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran dan wilayah pelayarannya dalam dinas bergerak pelayaran, wajib dilengkapi dengan perangkat komunikasi
76
PT. Bahari Engineering Consultant
radio
dan
Laporan Akhir
kelengkapannya
yang
memenuhi
persyaratan. c. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2010 tentang
Kenavigasian
Kenavigasian berkaitan
adalah
dengan
menyebutkan segala
Sarana
sesuatu
Bantu
bahwa yang
Navigasi-
Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal. d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 8 tahun 2005
tentang
Telekomunikasi
Pelayaran,
didefinisikan bahwa Telekomunikasi Pelayaran adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran. Pasal 2 menyebutkan bahwa Penyelenggaraan telekomunikasi
pelayaran
dilakukan
dengan
menggunakan sarana stasiun radio pantai dan/atau stasiun bumi pantai, stasiun radio kapal dan/atau stasiun bumi kapal, jaringan telekomunikasi
77
PT. Bahari Engineering Consultant
umum
di
darat
Laporan Akhir
dan
sarana
jaringan
telekomunikasi satelit merupakan satu kesatuan jaringan telekomunikasi dalam dinas bergerak pelayaran. e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi pada lampiran Bagian III mengatur tentang peralatan Radio Komunikasi dan Peralatan Navigasi di kapal. Dari peraturan perundangan yang mengatur tentang kewajiban peralatan navigasi dan telekomunikasi di kapal, maka dapat ditentukan beberapa kriteria yang merupakan identifikasi awal terhadap komponen standar peralatan navigasi dan telekomunikasi pada kapal, baik kapal penyeberangan maupun kapal sungai danau. Selanjutnya dengan mengacu pada aturan International Maritime Organization (IMO) protocol Safety Of Life At Sea (SOLAS), parameter standar peralatan navigasi dan komunikasi yang berkaitan akan di-eksplorasi sebagai acuan standar. SOLAS
Convention
memuat
peraturan
yang
mengharuskan semua kapal dengan batas ukuran tonase tertentu dilengkapi dengan alat komunikasi yang memungkinkan dapat berkomunikasi dengan kapal-kapal lain dan dengan alat komunikasi di darat.
78
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Komunikasi radio kapal yang diatur dalam SOLAS Convention Chapter IV berlaku untuk kapal ukuran 300 GT atau lebih, dengan poin ketentuan sebagai berikut : a. Komunikasi Radio Kapal b. Peralatan Radio yang Diharuskan c. Standar Kehandalan Komunikasi d. Alat Komunikasi Global Marine Distress and Safety System (GMDSS) Peralatan navigasi untuk semua kapal dan peraturan penyampaian berita dan informasi yang dibutuhkan mengenai berita yang membahayakan kapal diatur oleh SOLAS pada Chapter V . pada Reg.12 disebutkan peralatan navigasi yang wajib dipasang pada kapal dengan ukuran tonase tertentu antara lain : magnetic compass, gyrocompass, gyrorepeater, radar, automatic radar plotting aids. 5. Identifikasi
Komponen
Standar
Peralatan
Keselamatan Standar peralatan keselamatan sarana transportasi SDP akan mengacu pada ketentuan yang diamanatkan pada Undang undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Bab VIII Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
pada
pasal
116
disebutkan
(1)
79
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Bab IX Kelaiklautan Kapal menyebutkan lebih terperinci tentang Keselamatan Kapal, yaitu pada pasal 124 (1) Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Komponen standar keselamatan pada studi ini dibatasi pada peralatan keselamatan untuk kapal barang dan penumpang khususnya kapal sungai danau dan penyeberangan. Acuan yang menjadi dasar penentuan komponen standar peralatan keselamatan kapal sungai danau dan penyeberangan adalah aturan internasional dari IMO yaitu protokol Safety of Life At
Sea
(SOLAS),
khususnya
untuk
peralatan
keselamatan terdapat pada Bagian III – SOLAS, yang mengatur antara lain : a. Pengujian Peralatan Keselamatan Kapal. b. Alat Keselamatan untuk Kapal Barang dan Penumpang di antaranya adalah: 1) Alat komunikasi; 2) Alat keselamatan untuk setiap orang; 3) Visual signals; 4) Alat Apung Penolong; 80
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
5) Sekoci Penolong; 6) Daftar
Petugas
dan
Instruksi
dalam
Keadaan Darurat; 7) Petunjuk Operasi; 8) Alat Pelempar; 9) Supervisi
dan
Pengawasan
Sekoci
Penolong; 10) Latihan untuk Meninggalkan Kapal. c. Perlindungan Kebakaran. Aturan terkait perlengkapan keselamatan pada kapal berbendera Indonesia juga terdapat pada lampiran Keputusan Menteri Perhubungan
nomor KM 65
tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi Berbendera Indonesia pada bagian ke IV disebutkan bahwa peralatan keselamatan di kapal harus sesuai dengan persyaratan umum dan persyaratan teknis. Sedangkan yang termasuk perlengkapan keselamatan pada kapal sesuai dengan aturan ini antara lain : a. Sekoci Penolong (Life Boat); b. Dewi dewi dan pengatur peluncuran sekoci; c. Sekoci Penyelamat (Rescue Boat); d. Sampan (Dinghy); e. Rakit Penolog Kembung (Inflatable Life Raft); f. Pelepas Hidrostatis (Hydrostatic Release Unit) g. Alat Apung (Buoyant Apparatus) ;
81
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
h. Pelampung Penolong (Life Buoy); i. Baju Penolong (Life Jacket); j. Sistem Evakuasi ; k. Sistem Alarm Umum; l. Roket Pelontar Cerawat Payung (Parachute Flare Rocket); m. Cerawat Tangan (Hand flare); n. Isyarat Asap (Smoke Signal); o. Peralatan
Pelontar
Tali
(Line
Trowing
Apparatus); p. Pemerikasaan dan Pemeliharaan; q. Pengujian Bahan Apung Busa Untuk Alat Penyelamat.
6. Identifikasi
Komponen
Standar
Pencegahan
Pencemaran oleh Kapal SDP Operasional kapal SDP sebagaimana operasional kapal pada umumnya, jika tidak dikelola dengan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan maka akan
memberikan
pengaruh
negatif
kepada
lingkungan di sekitarnya. Secara luas kegiatan pelayaran kapal SDP dapat berupa kegiatan berlabuh lego
jangkar,
bersandar,
berlayar,
maupun
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan reparasi. Kegiatan-kegiatan ini dapat berpengaruh kepada kualitas :
82
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
a) Tanah; b) Udara; c) Air; d) Tingkat kebisingan. Lingkungan tanah terkait dengan kegiatan kapal SDP terdapat pada lingkungan infrastruktur kepelabuhanan. Kegiatan SDP mendorong kegiatan perniagaan lain di sekitar pelabuhan yang disamping dapat memberikan pertumbuhan ekonomi daerah setempat, namun juga memberikan
beban
terhadap
lingkungan
tanah
setempat dari limbah-limbah yang ditimbulkannya baik limbah padat, sampah, maupun limbah cair. Dampak lain yang dapat timbul adalah kebisingan dan pencemaran air dan udara. Kegiatan ASDP di daerah kepelabuhanan dapat berupa pengisian bahan bakar dan air tawar, kegiatan restorasi untuk kebutuhan penumpang dan awak kapal, kegiatan naik turun kendaraan dan penumpang, kegiatan penumpang dan pengemudi di saat menunggu dalam antrian di pelabuhan ASDP, kegiatan pemeliharaan kapal, dsb. Karakteristik kegiatan di pelabuhan ASDP ini akan memberikan karakteristik dampak lingkungan tanah yang spesifik pada kegiatan ASDP. Partikel emisi gas buang kegiatan operasional kapal, termasuk kapal-kapal SDP, dapat berupa debu, celaga,
83
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dan zat-zat organik yang terkandung dalam gas buang. Dalam emisi gas buang ini di antaranya terdapat konsentrasi karbon monooksida, partikel debu atau celaga, ozone, sulfur dioksida, timbal, dan nitrogen dioksida. Partikel-partikel di dalam gas buang yang mempunyai diameter kurang dari 100 mikrometer dapat dinyatakan sebagai total suspended partikel. Hampir seluruh mesin diesel yang digunakan di kapal mempunyai partikel di dalam emisi gas buangnya sebesar 2,5 particulate matter (PM2,5). Partikel partikel dalam gas buang mesin diesel tersebut pada umumnya dalam bentuk carbon compounds, sulfur dioksida, dan gas yang bereaksi dengan udara membentuk partikel-partikel sulfat. Batasan besaran parameter emisi gas buang tersebut diatur dalam standar baku mutu lingkungan. Lebih rinci gas yang terkandung dalam emisi buang dari mesin diesel kapal pada umumnya mencakup : a. Carbon Dioxide (CO2), b. Methane (CH4), c. Nitrous Oxide (N2O), d. Carbon Monoxide (CO), e. Nitrogen Oxides (NOx), f. Non-Methane Volatile Organic Compounds (NMVOCs),
84
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
g. Sulphur Dioxide (SO2), h. Ozone. Pengelolaan kualitas udara di lingkungan pelabuhan dan sekitarnya harus diperhatikan terutama untuk mengembangkan sistem reservasi bagi kendaraan yang akan menggunakan jasa kapal penyeberangan. Emisi gas buang dari kegiatan kapal SDP di pelabuhan harus dikendalikan dan dikontrol di antaranya dengan menghindari antrian kendaraan yang akan menyeberang, serta antrian labuh kapal. Kendaraan dalam antrian yang lama disarankan untuk mematikan mesinnya dan menghidupkan mesin pada saat diperlukan saja. Khususnya untuk pengembangan armada kapal SDP baru harus dirancang dengan mempertimbangkan penghematan komsumsi bahan bakar dan berupaya agar kapal baru SDP memenuhi standar emisi gas buang
sebagaimana
ditetapkan
dalam
konvensi
internasional maupun Undang - undang Pengelolaan Lingkungan Hidup RI. Upaya pemanfaatan bahan bakar yang lebih bersih; penentuan ukuran kapal yang tepat sesuai kebutuhan kapasitas muat dan kondisi alur pelayaran; lambung kapal yang mampu memberikan tahanan kapal yang lebih kecil dan membutuhkan gaya dorong yang tidak berlebihan; pemilihan ukuran dan tipe mesin yang 85
PT. Bahari Engineering Consultant
hemat
bahan
Laporan Akhir
bakar
dan
ramah
lingkungan;
menghimbau operasional kapal agar memanfaatkan energy seperlunya; memelihara dan mengendalikan operasional kapal agar selalu sesuai dengan jadwal operasional pelayaran yang telah ditetapkan; cukup mengoperasikan satu mesin saja di saat di pelabuhan; mentargetkan agar emisi gas buang selalu memenuhi standar.
Upaya-upaya
pertimbangan
di
dalam
tersebut
menjadikan
penyusunan
standar
pencegahan pencemaran dari kapal SDP. Kegiatan operasional kapal SDP, terutama disaat berlabuh bongkar muat kendaraan pada kapal penyeberangan, diantaranya selalu timbul suara ataupun kebisingan. Kebisingan ini dirasakan oleh masyarakat maupun hewan di sekitar pelabuhan. Ambang batas kebisingan lebih diatur oleh Undangundang pengelolaan lingkungan hidup secara nasional juga berdasarkan peraturan daerah. Untuk mengatasi kebisingan itu sendiri pada umumnya dilakukan dengan
membangun
fasilitas
peredaman
suara;
memilih tipe kapal SDP yang lebih nyaman dan lembut suara mesinnya; melakukan peredaman pada konstruksi pondasi mesin maupun konstruksi lambung lainnya dengan tepat; dan mengupayakan bahwa pembangunan
komunitas
perkantoran
maupun
pemukiman di sekitar pelabuhan dihindari. 86
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kualitas air di lingkungan operasional pelayaran kapal SDP juga harus dijaga dengan baik. Kegiatan operasional kapal, termasuk kapal SDP, menimbulkan limbah cair dan padat serta sampah. Bahan pencemar seperti nitrogen dan phosphorus compounds, logam berat, minyak, dan gemuk sering dijumpai pada limbah operasional kapal. Bahan tersebut jika masuk ke
perairan
melalui
system
drainase
akan
menimbulkan pencemaran air. Kualitas air yang ditunjukkan
oleh
BOD,
COD,
salinitas,
Ph,
kandungan logam berat dsb. akan menunjukkan kondisi
perairan
setempat.
Air
di
lingkungan
berkualitas baik sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupan tumbuhan maupun biota dan organisme lainnya yang hidup di lingkungan tersebut. Ikan pada air tercemar akan membahayakan kehidupan umat manusia
terutama
bagi
mereka
yang
mengkonsumsinya. Upaya mencegah timbulnya pencemaran air karena kegiatan
operasional
kapal
SDP
dilakukan
di
antaranya dengan menempatkan dan mewadahi bahan berbahaya ke dalam tangki limbah; memilah limbah yang tidak berbahaya untuk dibuang secara aman; menghemat timbulan limbah di kapal; mengurangi atau
menghindari
pembuangan
limbah
secara
langsung ke perairan tanpa melalui proses pengolahan 87
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
yang aman; menempatkan limbah minyak pada tangki di dalam kapal yang tersedia untuk limbah berminyak; membuang limbah cair ke fasilitas penampungan limbah
di
pelabuhan
(reception
facilities);
menyediakan fasilitas penanganan atau pengolahan limbah di kapal (OWS, OCM, garbage shreader, incinerator, dsb.), melakukan pengisian bahan bakar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari tercecernya minyak ke laut; memilih bahan-bahan yang tidak beracun bagi keperluan operasional kapal; menerapkan sistem manajemen operasional kapal yang berwawasan lingkungan. Pertimbangan aspek lingkungan dalam pengoperasian kapal
SDP
untuk
mencegah
dan
menghindari
timbulnya pencemaran terhadap tanah, air, udara, maupun
terhadap
timbulnya
kebisingan
karena
kegiatan kapal, mengacu pada peraturan internasional MARPOL 73/78 - IMO maupun peraturan nasional UUPLH Indonesia dan peraturan daerah. Berdasarkan
konvensi
internasional
MARPOL
1973/1978 sebagaimana tertuang dalam 5 (lima) lampirannya yang mengatur pencegahan pencemaran laut dari kegiatan kapal mencakup ketentuan dan peraturan sebagai berikut :
88
PT. Bahari Engineering Consultant 1)
Laporan Akhir
Marpol Annex I – tertuang peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh Minyak;
2)
Marpol Annex II – tertuang peraturan-peraturan untuk pengawasan pencemaran oleh zat-zat cair beracun dalam jumlah besar ;
3)
Marpol
Annex III – tertuang peraturan-
peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh zat-zat berbahaya yang diangkut melalui laut dalam kemasan, atau peti atau tangki jinjing atau mobil tangki dan gerbong tangki; 4)
Annex IV – tertuang peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal;
5)
Annex V – tertuang peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal;
6)
Annex VI – tertuang peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran udara dari kapal.
Konvensi ini berlaku secara International sejak 2 Oktober
1983.
Implikasi
lamgsung
terhadap
kepentingan lingkungan laut dari hasil penerapannya memerlukan pelaksanaan secara berkelanjutan baik oleh
pemerintah
maupun
masyarakat
industry
perkapalan dan pelayaran. Peraturan MARPOL 1973/1978 tersebut di atas pada hakekatnya dibagi dalam 3 (tiga) kategori :
89
PT. Bahari Engineering Consultant
1)
Peraturan
Laporan Akhir
untuk
mencegah
terjadinya
pencemaran; 2)
Peraturan untuk menanggulangi pencemaran; dan
3)
Peraturan
untuk
melaksanakan
ketentuan
tersebut . Dalam hal pencegahan pencemaran lingkungan dari operasional kapal, Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 232, Pasal 238, Pasal 240, dan Pasal 243 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17
Tahun
2008
tentang
Pelayaran.
Peraturan
pemerintah tersebut adalah PP No. 21 Thn 2010, tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; di mana berdasarkan pasal 3 s/d. 16 peraturan pemerintah tersebut telah diatur hal-hal tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari pengoperasian kapal.
Dalam peraturan pemerintah tersebut di atas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan (1).
Perlindungan setiap
Lingkungan Maritim
upaya
menanggulangi
untuk
mencegah
pencemaran
adalah dan
lingkungan
perairan yang bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran.
90
PT. Bahari Engineering Consultant
(2).
Laporan Akhir
Pencegahan Pencemaran dari Kapal adalah upaya yang harus dilakukan Nakhoda dan/atau awak kapal sedini mungkin untuk menghindari atau
mengurangi
pencemaran
tumpahan
minyak, bahan cair beracun, muatan berbahaya dalam kemasan, limbah kotoran (sewage), sampah (garbage), dan gas buang dari kapal ke perairan dan udara. (3).
Penanggulangan
Pencemaran
dari
Pengoperasian Kapal adalah segala tindakan yang dilakukan secara cepat, tepat, dan terpadu serta
terkoordinasi
untuk
mengendalikan,
mengurangi, dan membersihkan tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan
untuk
meminimalisasi
kerugian
masyarakat dan kerusakan lingkungan laut. (4).
Penanggulangan Pencemaran dari Kegiatan Kepelabuhanan adalah segala tindakan yang dilakukan secara cepat, tepat, dan terpadu serta terkoordinasi
untuk
mengendalikan,
mengurangi, dan membersihkan tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari pelabuhan ke perairan untuk meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut. (5).
Minyak adalah minyak bumi dalam bentuk apapun termasuk minyak mentah, minyak
91
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
bahan bakar, minyak kotor, kotoran minyak, dan hasil olahan pemurnian seperti berbagai jenis aspal, bahan bakar diesel, minyak pelumas, minyak tanah, bensin, minyak suling, naptha, dan sejenisnya. (6).
Pengendalian
Anti
Teritip
(Anti-Fouling
Systems) adalah sejenis lapisan pelindung, cat, lapisan perawatan permukaan, atau peralatan yang
digunakan
di
atas
kapal
untuk
mengendalikan atau mencegah menempelnya organisme yang tidak diinginkan. (7).
Pembuangan Limbah di Perairan adalah setiap pembuangan limbah atau benda lain ke perairan, baik berasal dari kapal maupun berupa kerangka kapal itu sendiri, kecuali pembuangan yang berasal dari operasi normal kapal.
(8).
Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas
angkutan
di
perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. (9).
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau
ditunda,
termasuk
kendaraan
yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
92
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. (10). Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil. (11). Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (12). Pemilik Kapal adalah orang perseorangan atau perusahaan yang terdaftar sebagai pemilik kapal atau yang bertanggung jawab atas nama pemilik kapal termasuk operator. (13). Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. (14). Tangki Kapal adalah ruangan tertutup yang merupakan bagian dari konstruksi tetap kapal yang dipergunakan untuk menempatkan atau mengangkut
cairan
dalam
bentuk
curah
temasuk tangki samping (wing tank), tangki bahan bakar (fuel tank), tangki tengah (centre tank), tangki air balas (water ballast tank) atau tangki dasar ganda (double bottom tank),
93
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
tangki endap (slop tank), tangki minyak kotor (sludge tank), tangki dalam (deep tank), tangki bilga
(bilge
dipergunakan
tank), untuk
dan
tangki
memuat
bahan
yang cair
beracun secara curah. (15). Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki menjalankan
kewenangan dan
tertinggi
melakukan
untuk
pengawasan
terhadap dipenuhinya
ketentuan peraturan
perundang-undangan
untuk
menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran. (16). Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pelayaran. Secara umum berdasarkan pasal 2 s/d. 16 di dalam peraturan pemerintah tersebut di atas diatur bahwa: (1)
Penyelenggaraan
perlindungan
lingkungan
maritime dilakukan melalui: a.
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran dari pengoperasian kapal; dan b.
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran dari kegiatan kepelabuhanan.
94
PT. Bahari Engineering Consultant
(2)
Selain
Laporan Akhir
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran dari kegiatan pengoperasian kapal dan kegiatan kepelabuhanan, perlindungan lingkungan maritime juga dilakukan terhadap: a.
pembuangan limbah di perairan; dan
b.
penutuhan kapal.
Di samping hal tersebut di atas diatur juga bahwa: (1)
Setiap awak kapal wajib mencegah dan menanggulangi
terjadinya
pencemaran
lingkungan yang bersumber dari kapalnya. (2)
Pencemaran lingkungan yang bersumber dari kapal tersebut dapat berupa: a. minyak; b. bahan cair beracun; c. muatan bahan berbahaya dalam bentuk kemasan; d. kotoran; e. sampah; f. udara; g. air balas; dan/atau h. barang
dan
bahan
berbahaya
bagi
lingkungan yang ada di kapal.
Sesuai PP 21 Thn 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, pasal 4, diutarakan bahwa:
95
PT. Bahari Engineering Consultant
(1)
Laporan Akhir
Dalam melakukan pencegahan pencemaran, awak kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil pada kapal dengan jenis dan ukuran tertentu harus memastikan: a. tersedianya buku catatan minyak untuk ruang mesin dan buku catatan minyak untuk ruang muat bagi kapal tangki minyak; b. tersedianya tangki penampung minyak kotor dengan baik; c. tersedianya
manajemen
pembuangan
sampah dan bak penampung sampah; d. jenis bahan bakar yang digunakan tidak merusak lapisan ozon; e. terpasangnya
peralatan
pencegahan
pencemaran yang berfungsi dengan baik untuk kapal dengan ukuran tertentu; f. tersedianya tangki penampungan atau alat penghancur kotoran untuk kapal dengan pelayar 15 (lima belas) orang atau lebih; g. tersedianya sistem pengemasan, penandaan (pelabelan), pendokumentasian yang baik, dan penempatan muatan sesuai dengan tata cara dan prosedur untuk kapal pengangkut bahan berbahaya dalam bentuk kemasan;
96
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
h. tersedianya prosedur tetap penanggulangan pencemaran; dan i. tersedianya bahan kimia pengurai dan alat pelokalisir minyak.
(2)
Dalam
melakukan
pencemaran tersebut,
penanggulangan awak kapal
sesuai
dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil wajib: a. melokalisir minyak dengan menggunakan alat pelokalisir minyak; b. menghisap minyak dengan alat penghisap minyak; c. menyerap minyak dengan bahan penyerap; d. menguraikan minyak dengan menyiramkan bahan
kimia
pengurai
yang
ramah
lingkungan; dan e. melaporkan kepada Syahbandar terdekat dan/atau unsur pemerintah lainnya yang terdekat.
Sesuai PP 21 Thn 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, pasal 5, dapat diutarakan bahwa:
97
PT. Bahari Engineering Consultant
(1)
Laporan Akhir
Setiap kapal dilarang melakukan pembuangan limbah dan bahan lain dari pengoperasian kapal ke perairan.
(2)
Limbah tersebut meliputi: a. sisa minyak kotor; b. sampah; dan c. kotoran manusia.
(3)
Bahan lain, meliputi: a. air balas; b. bahan kimia berbahaya dan beracun; dan c. bahan yang mengandung zat perusak ozon.
(4)
Limbah dan bahan lain tersebut di atas wajib ditampung di kapal dan dipindahkan ke fasilitas penampungan yang ada di pelabuhan atau terminal khusus.
Sesuai PP 21 Thn 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, pasal 6, dapat diutarakan bahwa: (1)
Limbah dan bahan lain yang ada di kapal hanya dapat dibuang ke perairan setelah memenuhi
persyaratan
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2)
Persyaratannya meliputi: a. jarak pembuangan; b. volume pembuangan; dan
98
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
c. kualitas buangan. (3)
Tata cara pembuangan limbah dan bahan lain yang ada di kapal selanjutnya diatur dengan Peraturan dengan
Menteri menteri
setelah yang
berkoordinasi
menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Peralatan pencegahan dan bahan penanggulangan pencemaran di kapal juga telah diatur di dalam PP No. 21 Thn. 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, di pasal 7. Di dalam pasal 7 tersebut dicantumkan bahwa: (1)
Kapal dengan jenis dan ukuran tertentu wajib dilengkapi peralatan pencegahan dan bahan penanggulangan pencemaran di kapal.
(2)
Peralatan pencegahan pencemaran untuk kapal dengan jenis dan ukuran tertentu sebagaimana tersebut di atas meliputi: a. untuk kapal dengan ukuran GT 100 (seratus
Gross
Tonnage)
atau
lebih
dan/atau ukuran mesin penggerak utama 200 HP (dua ratus horse power) atau lebih paling sedikit harus memiliki peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak yang meliputi:
99
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
1. peralatan pemisah air dan minyak (oily water separator); 2. tangki penampungan minyak kotor (sludge tank); dan 3. standar
sambungan
pembuangan
(standard discharge connection); b. untuk kapal yang memuat bahan cair beracun paling sedikit harus memiliki peralatan pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun yang meliputi: 1. pompa stripping; dan 2. tangki endap (slop tank); c. untuk kapal dengan pelayar 15 (lima belas) orang atau lebih harus memiliki peralatan pencegahan pencemaran oleh kotoran yang meliputi: 1. alat pengolah kotoran; 2. alat penghancur kotoran; dan/atau 3. tangki
penampung
kotoran
dan
sambungan pembuangan standar; d. untuk setiap kapal paling sedikit harus memiliki
peralatan
pencegahan
pencemaran oleh sampah yang meliputi: 1. bak penampungan sampah; dan 2. penandaan;
100
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
e. untuk kapal dengan ukuran GT 400 (empat ratus Gross Tonnage) atau lebih paling sedikit
harus
pencegahan
memiliki
pencemaran
peralatan udara
yang
meliputi: 1. penyaring gas buang; dan 2. peralatan pemadam
sistem
pendingin
kebakaran
yang
dan tidak
menggunakan bahan perusak lapisan ozon. (3)
Peralatan
pencegahan
penanggulangan
dan
pencemaran
untuk
bahan kapal
dengan jenis dan ukuran tertentu tersebut meliputi: a. alat pelokalisir minyak; b. alat penghisap minyak; c. bahan penyerap minyak; dan d. bahan pengurai minyak. (4)
Peralatan pencegahan dan bahan tersebut di atas harus memenuhi standar teknis peralatan pencegahan
dan
bahan
penanggulangan
pencemaran yang ditetapkan oleh Menteri. Ketentuan
pengesahan
peralatan
dan
bahan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran di dalam PP No 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
101
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Lingkungan Maritim, diatur dalam pasal 8. Di dalam pasal 8 dituliskan bahwa: (1) Untuk
mengetahui
terpenuhinya
standar
kelengkapan teknis
dan
sebagaimana
tersebut di atas dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Menteri. (2) Pemilik atau operator kapal harus mengajukan permohonan pemeriksaan dan pengujian kepada Menteri dengan disertai dokumen: a. fotokopi
surat
ukur
dan
sertifikat
keselamatan; dan b. gambar instalasi peralatan di kapal. (3) Dalam hal hasil pemeriksaan dan pengujian memenuhi kelengkapan dan standar teknis tersebut
di
atas,
Menteri
memberikan
pengesahan dalam bentuk sertifikat. (4) Sertifikat tersebut berlaku untuk waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. (5) Dalam hal hasil pemeriksaan dan pengujian tidak memenuhi kelengkapan dan standar teknis, pemohon harus melengkapi dan memenuhi standar teknis. (6) Pemeriksaan dan pengujian terhadap peralatan dan bahan pencegahan pencemaran di kapal dilakukan setiap tahun dan sewaktu-waktu.
102
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Di dalam pasal 9, peraturan pemerintah tersebut di atas tercantum bahwa: Pemberian sertifikat tersebut di atas dikenai tarif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang penerimaan negara bukan pajak. Sedangkan di pasal 10, disebutkan bahwa: (1) Pemeriksaan dan pengujian di atas dilakukan pada pelabuhan atau terminal khusus yang terdapat petugas pemeriksa keselamatan kapal. (2) Dalam hal kapal berada pada pelabuhan atau terminal khusus yang tidak terdapat petugas pemeriksa keselamatan kapal, pemilik kapal dapat
mendatangkan
petugas
pemeriksa
keselamatan kapal atas persetujuan Menteri. Di pasal 11 peraturan pemerintah tersebut di atas mengatur bahwa: pengaturan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan, pengujian, dan pemberian sertifikat peralatan dan bahan pencegahan dan penanggulangan pencemaran diatur dengan Peraturan Menteri. Di dalam PP No. 21 Thn 2010 pasal 12 diatur perihal pola penanggulangan keadaan darurat pencemaran di kapal, yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
103
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(1) Kapal dengan jenis dan ukuran tertentu yang dioperasikan
wajib
dilengkapi
pola
penanggulangan pencemaran minyak dari kapal. (2) Pola
penanggulangan
pencemaran
minyak
sebagaimana tersebut di atas disusun oleh pemilik atau operator kapal. (3) Pola penanggulangan pencemaran minyak dari kapal dapat berupa: a. pola
penanggulangan
keadaan
darurat
pencemaran oleh minyak (Shipboard Oil Pollution
Prevention
Emergency
Plan/SOPEP); atau b. pola penanggulangan keadaan darurat untuk muatan berbahaya selain minyak (Shipboard Marine Pollution Prevention Emergency Plan/SMPEP). (4) Pola
penanggulangan
keadaan
darurat
pencemaran di kapal disahkan oleh Menteri berdasarkan permohonan dari pemilik atau operator kapal. Di dalam PP No. 21 thn 2010 juga mengatur perihal pencegahan pencemaran lingkungan yang bersumber dari barang dan bahan berbahaya yang ada di kapal. Dalam hal pengendalian Anti Teritip diatur dalam pasal 13, yang menentukan bahwa:
104
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(1) Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 400 (empat ratus Gross Tonnage) atau lebih dan kapal dengan ukuran panjang 24 (dua puluh empat) meter atau lebih wajib memenuhi standar sistem anti teritip yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Standar sistem anti teritip tersebut meliputi tata cara pengecatan anti teritip dan bahan cat yang digunakan. (3) Kapal yang telah memenuhi standar sistem anti teritip diberikan sertifikat oleh Menteri. (4) Ketentuan
mengenai
tata
cara
pemberian
sertifikat pemenuhan standar sistem anti teritip selanjutnya diatur dengan Peraturan Menteri. Di dalam hal manajemen air balas di kapal, diatur dalam PP No. 21 Thn. 2010 pasal 14, yaitu disebutkan bahwa (1) Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 400 (empat ratus Gross Tonnage) atau lebih wajib memenuhi standar manajemen air balas yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Standar manajemen air balas tersebut meliputi tata cara pembuangan air balas dan peralatan pengolahan air balas. (3) Kapal yang telah memenuhi standar manajemen air balas diberikan sertifikat oleh Menteri.
105
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
sertifikat
pemenuhan
standar
manajemen air balas diatur dengan Peraturan Menteri. Untuk standar daya tahan pelindung anti karat, di dalam PP No. 21 thn 2010, pasal 15, diatur bahwa: (1) Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau lebih wajib memenuhi standar daya tahan pelindung anti karat pada tangki air balas yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Standar daya tahan pelindung anti karat tersebut meliputi tata cara pengecatan. (3) Kapal yang telah memenuhi standar daya tahan pelindung anti karat diberikan sertifikat oleh Menteri. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan dan penerbitan sertifikat standar daya tahan pelindung anti karat diatur dengan Peraturan Menteri. Di dalam hal pencucian tangki kapal, maka PP No.21 Thn. 2010 mengaturnya dalam pasal 16. Di dalam pasal 16 tersebut diutarakan bahwa: (1) Pencucian tangki kapal dapat dilakukan oleh: a. awak kapal; atau 106
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
b. badan usaha yang bergerak di bidang pencucian tangki kapal. (2) Pencucian tangki kapal oleh awak kapal tersebut dilakukan dalam hal kapal dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan pencucian kapal. (3) Badan
usaha
pelaksana
pencucian
tangki
sebagaimana tersebut di atas wajib memiliki: a. izin usaha; dan b. izin kerja. (4) Izin usaha sebagaimana dimaksud di atas diberikan
oleh
Menteri
setelah
memenuhi
persyaratan: a. administrasi: 1. akte pendirian perusahaan; 2. nomor pokok wajib pajak; dan 3. surat keterangan domisili; b. teknis: 1. memiliki tenaga pencuci tangki kapal yang berpengalaman paling sedikit 2 (dua) orang; 2. memiliki atau menguasai peralatan dan perlengkapan pencucian tangki kapal yang terdiri atas: a) pompa cairan; b) blower; c) kompresor udara;
107
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
d) detektor gas; e) pakaian
tahan
api
dan
perlengkapannya; f) masker gas; g) lampu pengaman; h) sepatu karet; i) peralatan
pemadam
kebakaran
jinjing; j) alat pelokalisir minyak; k) bahan penyerap; l) cairan pengurai minyak; m) kapal kerja; dan n) sarana penampung limbah. (5) Izin kerja sebagaimana tersebut di atas dikeluarkan oleh Syahbandar setelah memiliki
izin
pengoperasian
alat
pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun
dari
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (6) Kapal
yang
diberikan
tangkinya surat
telah
dicuci
keterangan
oleh
Syahbandar. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin usaha dan izin kerja
108
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
pencucian tangki kapal (tank cleaning) diatur dengan Peraturan Menteri. 7. Identifikasi Komponen Standar Sertifikasi Pengoperasian kapal pada umumnya harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen dan sertifikat sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan baik pada tingkat internasional maupun nasional. a. Sertifikat Register Kapal Sertifikat register kapal menunjukkan bendera kebangsaan kapal, di mana kapal tersebut terdaftar. Untuk memperoleh sertifikat ini, pemilik kapal harus mendaftarkan kapalnya ke kantor yang berwenang menerbitkan sertifikasi register kapal di Negara di mana kapal itu akan didaftarkan. Dengan sertifikat ini kapal akan diijinkan untuk mengibarkan bendera Negara tersebut di kapalnya. b. Sertifikat Klas Kapal Sertifikat klas kapal diberikan oleh sebuah badan klasifikasi seperti Biro Klasifikasi Indonesia
(BKI).
Klas
kapal
diberikan
berdasarkan kesesuaian konstruksi badan kapal dan permesinan kapal terhadap regulasi klas suatu Negara. Sertifikat klas menunjukkan kondisi kelaikan konstruksi badan kapal dan 109
PT. Bahari Engineering Consultant
kondisi
kelaikan
Laporan Akhir
mesin
kapal
dan
perlengkapannya. c. Sertifikat Internasional untuk Tonnage Sertifikat tonnage akan memberikan angka besaran gross dan net tonnage kapal yang bersangkutan yang ditentukan berdasarkan Konvensi Tonnage Th 1969. Masa berlakunya sertifikat ini pada umumnya permanen, kecuali registrasi kapal ini dirubah dari satu Negara ke Negara lain. Hal ini mengingat bahwa besaran Tonnage juga terdapat acuan peraturan yang didasarkan kepada peraturan lokal Negara yang bersangkutan. Hal ini juga mengingat bahwa Konvensi Tonnage Th 1969 hanya mengatur kapal yang berukuran panjang lebih besar dari 24 meter (79 feet). d. Sertifikat lambung timbul Sertifikat lambung timbul atau sertifikat garis muat internasional diberikan untuk kapal yang direncanakan untuk berlayar pada pelayaran internasional, dan telah disurvey dan diberi tanda
lambung
timbul
sesuai
dengan
International Convention on Load Lines 1966. Tujuan utama sertifikasi ini adalah untuk menjamin bahwa kapal setelah melakukan
110
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
pemuatan cargo mampu menjaga lambung timbulnya dengan baik dengan ditunjukkan oleh tanda lambung timbul atau plimsol mark yang tertera pada ke dua sisi lambung kapal tersebut. Sertifikat
lambung
timbul
ini
tidak
diberlakukan pada kapal perang, kapal dengan panjang kurang dari 24 meter, kapal dengan ukuran tonnage kurang dari 150 ton gross tonnage, kapal layar, dan kapal ikan. Sertifikat lambung timbul berlaku untuk jangka waktu maksimum 5 tahun, di saat kapal harus menjalani survey awal untuk memperpanjang sertifikat klasnya. Atas permohonan pemilik kapal, sertifikasi ini dapat dilakukan oleh pengadministrasi perhubungan atau lembaga yang diberi kewenangan untuk menerbitkan sertifikasi tersebut seperti Biro Klasifikasi Indonesia. e. Buku stabilitas kapal (Intact Stability Booklet) Setiap kapal penumpang maupun kapal barang dengan panjang sama atau lebih dari 24 meter selesai dibangun harus diuji inclining untuk menentukan elemen-elemen stabilitas yang diperlukan
bagi
operasional
kapal
yang
111
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
bersangkutan. Dokumen dalam bentuk booklet ini harus dipegang oleh Kapten Kapal untuk acuan di dalam mengoperasikan kapal dengan berbagai kondisi muatan agar tetap stabil. f. International
Oil
Pollution
Prevention
Certificate Sertifikat pencegahan pencemaran laut oleh kapal diharuskan untuk kapal tangker dengan ukuran sama dengan atau di atas 150 GT dan untuk selain kapal tangker dengan ukuran sama dengan atau di atas 400 GT. Sertifikasi dilakukan berdasarkan konvensi internasional MARPOL 73/78. g. Safety Management Certificate Sertifikat keselamatan kapal dikeluarkan oleh instansi yang diberi kewenangan penerbitan sertifikat
dimaksud,
seperti
administrator
pelabuhan dengan tugas kesyahbandarannya. Sertifikat dikeluarkan berdasarkan konvensi internasional SOLAS 1974. Dokumen sertifikasi sebagaimana tersebut di atas masih ditambah lagi dengan berbagai sertifikasi
yang sangat
dibutuhkan untuk
kelaikan operasional sebuah kapal. Hal ini dapat mencakup sertifikat alat keselamatan
112
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(sekoci, livecraft, pemadam kebakaran, dsb.), sertifikat peralatan navigasi dan komunikasi, sertifikat bebas hama, dan lain-lain sebagainya. Pelaksanaan
sertifikasi
secara
umum
didasarkan kepada implementasi suatu regulasi, konvensi, ataupun standar yang telah diakui. Standarisasi pada umumnya bertujuan untuk kesesuaian
penggunaan
produk,
proses,
metode; kesesuaian tukar ataupun penggantian baik ukuran maupun kualitas; pengendalian dan pembatasan ukuran agar tidak terlalu luas dan beraneka;
menjamin
meningkatkan produksi;
kompatibilitas;
kemampuan
mempermudah
sumberdaya
pemahaman
dan
komunikasi dalam proses produksi maupun pemanfaatannya;
menjaga
keselamatan,
dan
kepentingan
konsumen
mengurangi
keamanan,
kesehatan;
hambatan
dan
menjamin industri;
komunikasi
dan
perdagangan. Pelaksanaan standarisasi dan sertifikasi selanjutnya pada umumnya dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut : a.
Perumusan standardisasi
dan
pelaksanaan berdasarkan
program Ketentuan
113
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Standardisasi Nasional yang ditetapkan oleh BSN. b.
Penyusunan dan penetapan tatalaksana dan sistem kelembagaan standardisasi.
c.
Perumusan
konsep
standar
untuk
dikonsensuskan menjadi rancangan SNI yang kemudian
diajukan
kepada
BSN
untuk
memperoleh persetujuan menjadi SNI. d.
Perumusan dan penetapan peraturan serta pedoman penerapan SNI.
e.
Penyelenggaraan kerjasama teknis, pembinaan, pengawasan
dan
peningkatan
kemampuan
teknis dalam rangka penerapan SNI. f.
Penyelenggaraan
hubungan
internasional
dengan koordinasi BSN, publikasi, publisitas, popularisasi,
pendidikan
dan
pelatihan
standardisasi. g.
Pelaksanaan
penilaian
terhadap
pemohon
akreditasi atas dasar penugasan yang diberikan oleh KAN. h.
Penyusunan
panduan
teknis
operasional
standarisasi dan sertifikasi beserta persyaratan lembaga sertifikasi serta laboratorium penguji berdasarkan persyaratan dan pedoman yang ditetapkan BSN.
114
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Khususnya untuk penyusunan SNI dilakukan langkahlangkah sebagaimana diagram berikut :
Gambar 2.15 Diagram Penyusunan Standar Nasional (Sumber : BSN-Pengembangan Standar Nasional)
115
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Keterangan : Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Rumusan SNI yang disusun oleh panitia teknis atau subpanitia teknis secara consensus. Panitia Teknis Perumusan SNI (PT) Organisasi yang dibentuk dan ditetapkan oleh BSN, yang beranggotakan para ahli yang menangani lingkup
tertentu
berkepentingan,
dan bertugas
mewakili melakukan
pihak
yang
perumusan
Rancangan SNI (RSNI) dan pemeliharaan SNI. Subpanitia Teknis Perumusan SNI (SPT) Bagian dari suatu PT yang bertugas menangani sebagian lingkup dari PT tersebut. Tenaga Ahli Standardisasi sebagai pengendali mutu (TAS-QC). Konseptor RSNI Gugus Kerja (GK) atau perorangan yang ditunjuk oleh ketua PT/SPT berdasarkan kesepakatan PT/SPT untuk merumuskan RSNI.
116
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI) RSNI yang siap ditetapkan menjadi SNI.
117
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB III METODOLOGI A. PENDEKATAN STUDI Pendekatan Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan
dilakukan dengan tahapan – tahapan
sebagai berikut :
Tahap persiapan, tahapan ini dilakukan pada awal dimulainya studi, di mana yang termasuk persiapan adalah persiapan administratif dan teknis. Persiapan administratif antara lain berupa penyiapan surat menyurat dan koordinasi tenaga ahli. Sedangkan persiapan teknis antara lain berupa
penyusunan
strategi
penyelesaian
pekerjaan/studi, dan penyiapan kuesioner survei sesuai dengan yang diperlukan.
Tahap
pengumpulan
data,
yaitu
tahapan
mendapatkan data yang diperlukan bagi studi ini baik itu data primer maupun sekunder.
Tahap analisis, yaitu melakukan analisis kondisi eksisting sarana transportasi SDP, identifikasi komponen standar sarana transportasi SDP, analisis standar komponen sarana transportasi SDP, analisis konsep standar di bidang sarana
118
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
transportasi SDP dengan rincian tahapan sebagai berikut : Tahap identifikasi. Pada tahap ini dilakukan dihadapi
identifikasi di
permasalahan
dalam
proses
yang
operasional
penyelenggaraan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang terkait dengan permasalahan standar. Tahap analisis sebab-akibat terhadap komponen
fokus
studi
untuk
memperoleh
parameter yang memerlukan solusi standarisasi dan selanjutnya dilakukan nominasi standar apa yang akan dipilih untuk konsep standar yang sedang dipelajari baik yang bersifat adopsi maupun adaptasi. Tahap pemilihan alternatif nominasi standar untuk konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dengan mempertimbangkan kriteria operasional penyelenggaraan angkutan tersebut yang efisien, efektif, dan handal.
Tahap
akhir,
yaitu
tahap
pelaporan
dan
rekomendasi.
Tahapan – tahapan studi secara sistematis disajikan pada Gambar 3.1.
119
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Metodologi yang digunakan dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan adalah :
Observasi data kondisi eksisting dan kebijakan terkait bidang sarana ASDP dilakukan dengan metode
survey
lapangan
dan
diskusi/wawancara.
Analisis deskriptif dilakukan terhadap data kondisi eksisting sarana transportasi SDP, kebijakan di bidang sarana transportasi SDP, dan identifikasi komponen standar di bidang sarana transportasi SDP.
Analisis gap dilakukan terhadap komponen standar di bidang sarana transportasi SDP yang sudah diidentifikasi berdasarkan pendekatan adopsi dan adaptasi.
Benchmarking terhadap standar yang berlaku di negara lain terkait dengan bidang sarana transportasi SDP untuk mendukung analisis gap yang dilakukan.
120
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER PERSIAPAN
IDENTIFIKASI
ANALISIS
KONSEP
KOMPONEN
KOMPONEN & KONSEP
STANDAR SARANA
STANDAR SARANA SDP
SARANA TRANSP. SDP
TRANSPORTASI SDP
Penilaian
Analisis
Komponen Standar :
Konsep Standar :
Rekomendasi Rekomendasi konsep RSNI bidang sarana Peraturan - peraturan transportasi terkait SDP
Peraturan/Kebijakan Administrasi
Keputusan Menteri Regulasi
Pemantapan
Internasional
Metodologi Kondisi Sarana Referensi Awal
Angkt. Penyeberangan
- Desain Lambung
- Desain Lambung
- Ruang Muat & Penumpang
- Ruang Muat & Penumpang
- Navigasi & Komunikasi
- Navigasi & Komunikasi
- Peralatan Keselamatan
- Peralatan Keselamatan
- Pencegahan Pencemaran
- Pencegahan Pencemaran
- Sertifikasi
- Sertifikasi
Bidang Sarana Angkutan Penyeberangan
Studi Terkait Penyiapan
Standar Sarana
Pengumpulan Data
Komparasi Aspek yang bersinergi antara amanat perundangan
SURVAY DAN
dgn aturan internasional
PENGUMPULAN HASIL SURVAY Survay Kondisi Angkt. Penyeberangan Survay Kebijakan Angkt. Penyeberangan Laporan Pendahuluan
Tahap Pendahuluan
Laporan Antara
Tahap Pengumpulan Data
Konsep laporan Akhir
Tahap Analisis
Laporan Akhir
Tahap Rekomendasi
Gambar 3.1. Tahapan Studi
121
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
B. LINGKUP KAJIAN Menurut UU nomor 17 tahun 2008 disebutkan bahwa transportasi sungai, danau dan penyeberangan adalah angkutan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau, yang penyelenggaraannya disusun secara terpadu intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan tatanan transportasi nasional serta menggunakan trayek tetap dan teratur yang dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur. Sementara yang disebut sebagai alur pelayaran di sungai antara lain dapat berupa kolam pemindahan kapal (lock), bendung pengatur kedalaman (navigation barrage) dan bangunan untuk pengangkat kapal (ship lift). Sedangkan transportasi penyeberangan adalah angkutan yang juga berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan kereta api yang terputus karena adanya perairan, dan mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya, serta diselenggarakan dengan trayek tetap dan teratur. Kriteria lintas penyeberangan meliputi menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus oleh laut, selat dan teluk, melayani lintas dengan tetap dan teratur, berfungsi sebagai jembatan bergerak, menghubungkan antara dua pelabuhan dan tidak mengangkut barang lepas. Transportasi sungai di Indonesia umumnya digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang baik di sepanjang sungai maupun di lintas penyeberangan sungai. Transportasi sungai relatif murah namun pemanfaatannya makin berkurang terutama pada wilayah yang sudah dibangun jalan dan jembatan. Penyelenggaraannya lebih banyak oleh masyarakat, dan peran pemerintah dalam investasi terutama pada pembangunan prasarana dermaga penyeberangan sungai dan danau relatif sedikit jumlahnya. Konsepsi penyeberangan adalah sebagai penghubung dan atau alternatif jaringan jalan yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang transportasi dalam kerangka tatanan transportasi nasional yang berfungsi mempersatukan wilayah Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau menjadi satu kesatuan Wawasan Nusantara, memegang peranan yang penting dan strategis.
122
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Berdasarkan kerangka acuan kerja yang diberikan maka lingkup kegiatan adalah sebagai berikut : 1) Uraian Kegiatan a. Inventarisasi kegiatan – kegiatan bidang transportasi SDP. b. Menginventarisasi kebijakan di bidang sarana transportasi SDP. c. Melakukan inventarisasi kebutuhan standar di bidang sarana transportasi SDP terkait dengan studi standarisasi . d. Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Medan, Banjarmasin, Mataram dan Ternate serta studi pustaka kegiatan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan di beberapa Negara. e. Menyusun rancangan 12 (duabelas) konsep standarisasi di bidang sarana transportasi SDP. 2) Batasan Kegiatan Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi SDP adalah berupa penyusunan standar sarana yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
C. POLA DAN ALUR PIKIR KEGIATAN Pola pikir studi disajikan pada Gambar 3.2 di halaman berikut ini.
123
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Instrumen Input Utama Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 Peraturan Terkait dengan ASDP Regulasi Internasional PROSES Subjek Input Aturan dan Standar terkait Sarana transportasi SDP
Kementrian Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat Operator ASDP BSN Pemerintah Daerah/Dinas Perhubungan
Objek Kebijakan Pemerintah Kegiatan Standarisasi Nasional
Metode Analisis Diskriptif Analisis Statistik Analisis Gap
Output Konsep RSNI di Bidang Sarana Transportasi SDP
Environmental Input Kebijakan tentang perlindungan lingkungan Perkembangan Teknologi Globalisasi Regional dan Nasional
Gambar 3.2. Pola Pikir Studi
124
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
Alur pikir kegiatan guna menyelesaikan studi disajikan dalam bentuk diagram atau flow chart dan tersaji pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Alur Pikir Studi
125
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
D. PENGUMPULAN DATA Dalam studi ini dikumpulkan data, baik berupa data primer maupun data sekunder. Adapun data tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari responden maupun intansi terkait melalui survey data, di mana data sekunder yang didapatkan antara lain : •
Peraturan – peraturan terkait dengan sistem transportasi sungai, danau dan penyeberangan
•
Data teknis terkait dengan sarana transportasi sungai, danau dan penyeberangan
•
Referensi – referensi studi yang pernah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan studi.
•
Data standar bidang sarana SDP dari peraturan internasional seperti
IMO, SOLAS, MARPOL, COLREG dan lain
sebagainya. •
Data kondisi eksisting bidang sarana transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Indonesia (seuai dengan daerah kajian)
•
Data lain yang dapat memperkaya hasil studi.
2) Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan survei lapangan. Survei lapangan dilakukan dengan kunjungan ke daerah operasi angkutan sungai danau dan penyeberangan sebagai lokasi studi. Metode survei yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan lapangan secara visual dan juga dengan melakukan diskusi dengan pemangku kepentingan di daerah studi.
E. INVENTARISASI KOMPONEN STANDAR Sebagai langkah awal konsultan melakukan inventarisasi peraturan – peraturan yang berlaku dengan dasar utama adalah Undang – Undang Negara
126
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2002 tentang perkapalan. Selanjutnya dari undang – undang tersebut yang diterjemahkan lebih detail ke dalam peraturan pemerintah, keputusan menteri dan peraturan atau regulasi yang berlaku di bawahnya. Peraturan – peraturan yang terkait dengan studi antara lain : (1)
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
(2)
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
(3)
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.
(4)
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
(5)
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai.
(6)
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2012 tentang Angkutan Penyeberangan.
(7)
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2011 tentang SPM Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
(8)
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian.
(9)
Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum.
(10) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 21 Tahun 2007 tentang Sistem Prosedur Pelayanan kapal, barang dan penumpang. (11) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2006 tentang Sistem Prosedur Pengadaan Kapal. (12) Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan lingkungan maritim. (13) Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 4 Tahun 2005 tentang Pencegahan pencemaran dari kapal. 127
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
(14) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 1999 tentang Keselamatan kapal kecepatan tinggi. (15) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Lambung timbul kapal. (16) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pengukuran kapal. (17) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 7 Tahun 2005 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP). (18) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun 2005 tentang Telekomunikasi Pelayaran. (19) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi. Selain peraturan atau regulasi yang berlaku di dalam negeri maka konsultan juga melakukan inventarisasi komponen standar terkait kapal SDP yang bersumber pada peraturan – peraturan perkapalan dan pelayaran yang berlaku internasional seperti dari IMO, SOLAS, MARPOL dan COLLREG. Di samping hal tersebut di atas konsultan juga melakukan penelaahan dari berbagai referensi mengenai perkembangan teknologi dan teori dalam dunia perkapalan dan pelayaran untuk memperkaya inventarisasi komponen standar terkait sarana/kapal angkutan sungai danau dan penyeberangan. Komponen – komponen standar dari berbagai referensi ilmiah ini dimanfaatkan untuk melengkapi hasil inventarisasi yang telah dilakukan konsultan baik yang bersumber dari regulasi yang ada dalam negeri maupun regulasi yang berlaku internasional. Dari acuan-acuan tersebut di atas diperoleh klasifikasi kapal berdasarkan ukuran tonnage, jenis muatan, jumlah pengawakan dan penumpang, tenaga mesin penggerak yang menentukan peralatan, bentuk kapal, dan sertifikasi yang harus dipenuhi oleh kapal sungai, danau, dan penyeberangan.
128
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
F. ANALISIS DAN PENYUSUNAN STANDAR 1) Analisis Komponen Standar Setelah melakukan inventarisasi komponen standar bidang sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan yang didasarkan berbagai sumber tersebut di atas maka selanjutnya konsultan melakukan analisis komponen dan penyusunan standar terkait dengan kapal sungai, danau dan penyeberangan.
Analisis
komponen
dimaksudkan
adalah
untuk
menentukan ukuran – ukuran atau ketetapan – ketetapan terkait dengan komponen standar untuk 12 standar tentang kapal SDP. Penetapan ukuran atau ketentuan – ketentuan dari komponen – komponen standar ditentukan berdasarkan referensi dari negara lain atau regulasi internasional, regulasi atau ketentuan dalam negeri dan berdasarkan literatur atau kajian ilmiah. Ukuran – ukuran atau ketentuan – ketentuan tentang komponen standar untuk 12 standar sesuai KAK yang disarikan dari berbagai referensi tersebut di atas maka selanjutnya konsultan melakukan analisis dengan pendekatan adopsi dan/atau adaptasi menjadi standar untuk 12 standar terkait dengan kapal SDP. 2) Proses Adopsi dan Adaptasi Proses adopsi adalah proses yang dilakukan konsultan untuk mengadopsi kriteria – kriteria yang telah diatur dalam peraturan internasional oleh IMO atau SOLAS dan ketentuan serta peraturan perundangan yang berlaku lainnya. Selain kedua peraturan tersebut maka adopsi juga dilakukan dari berbagai peraturan lain, literatur ilmiah untuk memperkaya peraturan Negara Republik Indonesia. Kriteria yang diadopsi dari regulasi/peraturan – peraturan internasional seperti IMO dan SOLAS dalam penerapannya di Indonesia perlu memperhatikan karakteristik kewilayahan, karakteristik demand dan lain sebagainya. Pada proses penerapan di Indonesia tersebut diperlukan penyesuain – penyesuaian (adaptasi) dengan kondisi dan situasi di dalam negeri, proses tersebut dimaksudkan sebagai proses adaptasi. Proses
129
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
adaptasi tersebut dilakukan konsultan dengan melakukan survei lapangan sebagai dasar untuk melakukan justifikasi adaptasi penyusunan 12 standar bidang sarana/kapal SDP yang lingkup studi. Selanjutnya hasil adopsi dan adaptasi ini menjadi bahan nominasi konsep standar bidang sarana/kapal SDP. G. PENYUSUNAN KONSEP STANDAR Sebagai tahap akhir analisis studi konsultan, akan menyusun standarisasi berdasarkan kriteria standar bidang sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan ke dalam bentuk konsep standarisasi untuk 12 standar yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja (KAK). Penyusunan konsep standarisasi melingkupi: 1) Lambung Kapal Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain lambung kapal misalnya bentuk lambung (mono hull / twin hull), bulbous bow, transom stern, knuckle, sheer atau tanpa sheer, dan lain sebagainya berdasarkan kebutuhan propulsive performance, loading performance dan manoeuvring performance kapal SDP. 2) Ruang Muat dan Ruang Penumpang Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain ruang muat kapal antara lain tata letak ruang muat, peralatan di ruang muat (perlindungan kebakaran, lashing, dll) berdasarkan aspek keselamatan sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional. Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain ruang penumpang pada kapal antara lain tata letak ruang penumpang, peralatan di ruang penumpang (peralatan keselamatan, perlindungan kebakaran, dll) berdasarkan aspek keselamatan dan kenyamanan sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional.
130
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
3) Peralatan Keselamatan Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain peralatan keselamatan kapal yaitu macam dan jumlah peralatan keselamatan yang diperlukan sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional. 4) Peralatan Komunikasi dan Navigasi Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain peralatan komunikasi dan navigasi kapal yaitu macam peralatan komunikasi dan navigasi yang diatur sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional. 5) Peralatan Pencegahan Pencemaran Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait desain peralatan pencegahan pencemaran dari kapal yaitu macam peralatan pencegahan pencemaran yang diatur sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional. 6) Sertifikasi Kapal Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen standar utama terkait jenis sertifikat kapal yang diatur sesuai dengan aturan perundangan, klasifikasi dan regulasi Internasional.
H. PELAPORAN DAN REKOMENDASI
Hasil akhir dari studi akan disajikan dalam bentuk buku laporan dengan pelaporan sesuai dengan tahapan – tahapan yang telah disepakati. Selain pelaporan sebagai naskah akademis dan hasil analisis maka konsultan akan menyampaikan
rekomendasi
sebagai
tindak
lanjut
untuk
lebih
mengefektifkan dan mengefisiensikan hasil studi. Rancangan 12 (dua belas) naskah akademik konsep standarisasi di bidang sarana transportasi SDP, yaitu :
131
PT. Bahari Engineering Consultant
Rancangan Laporan Akhir
Rancangan Konsep Standarisasi Kapal Sungai dan Danau (perairan Pedalaman), a. Lambung Kapal b. Ruang Muat dan Penumpang c. Peralatan Komunikasi dan Navigasi d. Peralatan Keselamatan e. Peralatan Pencegahan Pencemaran f. Sertifikasi Kapal Konsep Standarisasi Kapal Penyeberangan, a. Lambung Kapal b. Ruang Muat dan Penumpang c. Peralatan Komunikasi dan Navigasi d. Peralatan Keselamatan e. Peralatan Pencegahan Pencemaran f. Sertifikasi Kapal
132
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. KONDISI UMUM SARANA ANGKUTAN SDP Sesuai dengan PP 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, maka yang dimaksud dengan angkutan sungai dan danau sebagaimana telah diutarakan pada bab
sebelumnya
didefinisikan
sebagai
kegiatan
angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan
danau.
Sedangkan
angkutan
penyeberangan
didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Sarana angkutan SDP memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan adanya berbagai macam tipe kapal sungai, danau, dan penyeberangan yang berkembang saat ini meskipun dari segi kaidah ilmu perkapalan masih
133
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
perlu dioptimalkan terus sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Angkutan
sungai
terutama
digunakan
untuk
menjangkau daerah terpencil yang belum tersentuh oleh
moda
angkutan
lainnya
sehingga
dapat
dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang dan barang utamanya untuk kebutuhan sehari hari. Potensi lain adalah dapat digunakan sebagai sarana untuk kegiatan pariwisata atau interaksi sosial budaya antara daerah. Peranan transportasi sungai selain untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan mobilisasi penumpang juga membantu tercapainya pengalokasian sumber sumber ekonomi secara optimal yang akan menunjang terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal dan berkemampuan tinggi yang diselenggarakan secara tertib, teratur, terpadu, aman, nyaman dan lancar serta efisien, di samping untuk menunjang pergerakan
dinamika
pembangunan
dan
pengembangan wilayah. Dari data yang telah disebutkan pada Bab sebelumnya tercatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 214 sungai dengan panjang mencapai 34.342 kilometer dan yang dapat dilayari sekitar 23.255 kilometer yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
134
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Berdasarkan data statistik perhubungan 2009 yang diterbitkan pada tahun 2011, maka potensi sungai dan danau di Indonesia yang bermanfaat sebagai media berlayarnya kapal untuk berbagai keperluan seperti penyeberangan, wisata, pencarian ikan, dan kedinasan, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Potensi alur pelayaran sungai dan danau di Indonesia berdasarkan wilayah propinsi.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009, Terbitan Maret 2010. Khususnya
untuk
angkutan
perairan
danau,
ditunjukkan dalam Tabel 3.2, bahwa di Indonesia terdapat sejumlah 27 danau dengan luas keseluruhan 3.737 km2 yang dapat dimanfaatkan untuk alur-alur pelayaran kapal.
135
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Pada alur-alur pelayaran tersebut di atas terdata jumlah armada kapal yang beroperasi sebanyak kurang lebih 192 buah dengan berbagai jenis tipe kapal dan kepemilikan, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 4.2. Jumlah kapal SDP yang beroperasi pada Th. 2005-2009 berdasarkan jenis kapal dan kepemilikan.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009, Terbitan Maret 2010. Angkutan penyeberangan di mana didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan
kendaraan
beserta
muatannya, 136
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
berfungsi antara lain untuk menghubungkan jalan (maupun jalan rel) yang terpisah oleh perairan (sungai, danau dan laut) sebagai jembatan; biaya operasional yang lebih murah daripada membangun jembatan maupun terowongan. Jarak pelayanan penyeberangan adalah relatif dekat, jadwal teratur, menyediakan pelayanan ulang-alik, serta menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak dilayani
moda
transportasi
lain.
Jenis
muatan
penyeberangan mengangkut orang dan kendaraannya serta barang (dalam truk atau peti kemas, bahkan gerbong KA). Karakteristik umum transportasi penyeberangan adalah sebagai berikut: (1) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh
perairan
untuk
mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya; (2) muatan
penumpang
dan
kendaraan
beserta
muatannya; (3) sebagai bagian dari jaringan pelayanan transportasi darat (jalan dan jalan rel) dan mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut; (4) sesuai dengan struktur tata ruang, menghubungkan seluruh kepulauan Indonesia meliputi jaringan lintas utara, jaringan lintas tengah, jaringan lintas
137
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
selatan, jaringan lintas utara selatan, dan jaringan lintas penghubung ; (5) menyediakan
pelayanan
ulang-alik,
serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak dilayani moda transportasi lain; (6) jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota, antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar negara); menghubungkan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu.
B. KONDISI EKSISTING SARANA ANGKUTAN SDP 1. Sarana Angkutan Sungai a.
Umum Sarana angkutan sungai memiliki potensi yang
sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat khususnya di pulau Kalimantan,
Sumatera
dan
Papua.
Hal
ini
diindikasikan dengan adanya berbagai macam tipe kapal sungai yang digunakan saat ini meskipun dari segi kaidah ilmu perkapalan masih perlu dioptimalkan. Angkutan
sungai
terutama
digunakan
untuk
menjangkau daerah terpencil yang belum tersentuh oleh
moda
angkutan
lainnya
sehingga
dapat
dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang dan barang utamanya untuk kebutuhan sehari hari. Potensi 138
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
lain adalah dapat digunakan sebagai sarana untuk kegiatan pariwisata atau interaksi sosial budaya antara daerah. Peranan transportasi sungai selain untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan mobilisasi penumpang juga membantu tercapainya pengalokasian sumber sumber ekonomi secara optimal yang akan menunjang terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal dan berkemampuan tinggi yang diselenggarakan secara tertib, teratur, terpadu, aman, nyaman dan lancar serta efisien, disamping untuk menunjang pergerakan
dinamika
pembangunan
dan
pengembangan wilayah. Dari data yang telah disebutkan pada Bab sebelumnya tercatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 214 sungai dengan panjang mencapai 34.342 kilometer dan yang dapat dilayari sekitar 23.255 kilometer yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Jenis angkutan sungai yang beroperasi di ketiga pulau tersebut, pada umumnya dibuat secara tradisional menurut kebiasaan dan budaya masyarakat setempat secara turun temurun. Beberapa sarana angkutan sungai dapat diberikan sebagai berikut:
139
PT. Bahari Engineering Consultant
i)
Laporan Akhir
Kapal Sungai untuk Penyeberangan
Kapal ini dapat dijumpai di Banjarmasin dan beberapa daerah lain di Kalimantan dan Sumatera. Konstruksi angkutan sungai jenis ini terbuat dari kayu dengan ukuran yang bervariasi sebagai berikut:
Panjang
: 22 – 24.8
Lebar
: 5.5 – 5.72 meter
Sarat
: 1.8 – 1.91 meter
Kapasitas : 52 penumpang dan 47 kendaraan
meter
roda dua. Bentuk desain sebagai berikut:
Gambar 4.1. Kapal Penyeberangan Sungai Tradisional Banjarmasin
140
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.2. KMP. Silok Kapal Penyeberangan Sungai ASDP
Kapal ini adalah Kapal Motor Penyeberangan milik PT. ASDP jenis Ro – Ro yang terbuat dari material baja dan memiliki sertifikat Klasifikasi Indonesia (Biro Klasifikasi Indonesia atau BKI), sedangkan Ukuran Utama dari kapal ini adalah sebagai berikut :
Panjang kapal keseluruhan, Length Overall ( Loa )
21.50 m.
Panjang garis air muatan penuh, Length load
water line ( Lwl ) 19.87 m.
Panjang antara garis tegak, Length Between
Perpendicular ( LBP ) 19.87 m.
Lebar, Breadth ( B ) 8.00 m.
Sarat, draught ( d ) 1.40 m.
Jumlah ABK 11 orang.
141
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
KMP. SILOK memiliki berat kotor (GT) sebesar 132 dengan kapasitas muatan 50 penumpang, 6 unit kendaraan roda empat (R4). Untuk keluar masuk kendaraan ke geladak kendaraan pada kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa kiri dan kanan dimana :
Panjang pintu rampa kiri 3.00 m.
Lebar pintu rampa kiri 6.00 m.
Panjang pintu rampa kanan 3.00 m.
Lebar pintu rampa kanan 6.00 m.
ii). Perahu Ketek Konstruksi angkutan sungai jenis motor “ketek” terbuat dari kayu dengan beberapa variasi ukuran utama, yaitu:
Panjang
: 10 – 12 meter
Lebar
: 2,0 – 3,0 meter
Sarat
: 0,75 – 1,2 meter
Kapasitas angkut : 12 Orang dengan barang
bawaannya.
Posisi sopir : ¾ panjang kapal dari depan
Bentuk desain angkutan “ketek” dapat dilihat pada gambar berikut:
142
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.3. Bentuk Motor “Ketek” - Palembang
Gambar 4.4. Bentuk Motor “Getek” Ukuran Besar – Palangkaraya
iii).
Speed Boat
Konstruksi angkutan sungai jenis “Speed Boat” Palembang -Sumatera Selatan pada umumnya terbuat
143
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dari bahan kayu dengan beberapa variasi ukuran utama, yaitu:
Panjang
Lebar : 1,65 – 2,4 meter
Sarat : 0,60 – 1,25 meter
Kapasitas angkut : 12 – 20 penumpang
Daya mesin : 40 PK - 200 PK (Motor Tempel)
: 4,38 – 9,0 meter
Gambar 4.5. Pandangan Samping Speed Boat Mini Palembang
Gambar 4.6. Pandangan Depan Speed Boat Palembang
144
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Konstruksi angkutan sungai jenis “Speed Boat” Palangkaraya Kalimantan Tengah pada umumnya terbuat dari bahan fibreglass dengan beberapa variasi ukuran utama, yaitu:
Panjang
Lebar : 1,7 – 2,05 meter
Sarat : 0,79 – 1,25 meter
Kapasitas angkut : 12 – 20 penumpang
Daya mesin : 40 PK, 115PK, - 200 PK (Motor
: 4,78 – 10,75 meter
Tempel) Bentuk desain angkutan “Speed Boat” dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7. Bentuk Speed Boat Ukuran BesarPalangkaraya
145
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.8. Bentuk Speed Boat – Palangkaraya
iv).
Bus Air - Kalimantan Tengah
Kapal motor ini terbuat dari konstruksi kayu (kayu Ulin) dan dipergunakan sebagai angkutan barang dan penumpang sampai dengan kapasitas muat 200 penumpang dan 100 ton barang. Barang ditempatkan di dalam palka (lambung) atau di atas deck pertama, sedangkan penumpang pada deck pertama dan kedua. Kapal motor ini menggunakan mesin sekitar 420 HP dengan kecepatan sekitar 9 – 12 knot.
146
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.9. Bentuk Bus Air (DoubleDeck) Palangkaraya
v)
Motor Jukung - Palembang
Konstruksi angkutan sungai jenis “Jukung” Palembang pada umumnya
terbuat dari bahan kayu dengan
beberapa variasi ukuran utama, yaitu:
Panjang
Lebar : 2,5 – 5 meter
Sarat : 1,0 – 2,6 meter
Kapasitas angkut : 30 – 80 ton
Daya mesin : 22 - 33 PK
: 13 – 20 meter
147
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.10. Bentuk Kapal Jukung - Palembang
vi). Truk Air - Palangkaraya Konstruksi
angkutan
sungai
jenis
“Truk
Air”
Palangkaraya terbuat dari bahan kayu dengan ukuran utama, lihat hasil pengukuran di lapangan, yaitu:
Panjang
Lebar : 5,9 meter
Sarat : 2,5 meter
Kapasitas angkut : Barang 30 ton
Daya mesin : 48 PK
: 17,6 meter
148
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.11. Bentuk Truk Air di Palangkaraya vii).
Longboat Papua
Longboat ini mirip seperti angkutan transportasi sungai sejenis kapal klotok yang ada di alur sungai Martapura Kalimantan. Longboat termasuk generasi baru jenis alat transportasi sungai setelah Kano dan Kole Kole, di buat dari papan yang sudah dikonstruksi dengan sentuhan teknologi konvensional. Kapasitas dan ruangan Longboat cukup untuk dapat memuat sampai 20 penumpang dengan barang bawaannya
Angkutan sungai ini telah menggunakan mesin sebagai penggerak utama sampai 60 PK.
149
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.12. Bentuk Long Boat – Papua
b.
Kondisi Operasional Permasalahan
pengoperasian
umum
angkutan
yang
sungai
ada
dalam
adalah
belum
memadainya tingkat kehandalan, tingkat keselamatan, serta tingkat kepuasan pengguna jasa baik, karena faktor kondisi teknis angkutan sungai, faktor prasarana pendukung, faktor kondisi perilaku sosial budaya masyarakat di sekitar bantaran sungai, manajemen pengoperasian angkutan sungai, termasuk lemahnya pengawasan maupun kualitas penegakan hukum.
Selanjutnya
kebijakan
pemerintah
dalam
pengembangan angkutan sungai belum sepenuhnya diarahkan untuk mengembangkan potensi angkutan sungai yang mengutamakan keselamatan pelayaran dan menciptakan penyelengaraan angkutan sungai
150
PT. Bahari Engineering Consultant
yang
tertib
lalu
Laporan Akhir
lintas
dan
administrasi
penyelenggaraan angkutan sungai belum efektif dan efisien. Permasalahan pengoperasian angkutan sungai yang dijumpai di Indonesia, antara lain:
Pelayaran angkutan sungai yang ada sangat sensitif terhadap kondisi cuaca seperti pada saat musim kemarau yang menyebabkan alur sungai menjadi dangkal.
Kepedulian pada keamanan dan kenyamanan masih kurang, terutama untuk pelayaran yang membutuhkan waktu yang lama, dan pelayaran di waktu malam diperlukan fasilitas akomodasi, kurangnya peralatan keselamatan, lampu-lampu navigasi dan peralatan komunikasi.
Tingginya tingkat persaingan antar operator angkutan sungai yang berakibat dikorbankannya beberapa aspek syarat minimal keselamatan.
Kondisi dermaga yang sudah banyak yang rusak, kelengkapan fasilitas yang kurang memadai dan tidak terpadu dengan fasilitas intermoda lainnya, seperti jalan raya.
151
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kendala alur sungai antara lain: pendangkalan, perbedaan pasang surut yang relatif besar, gangguan alur akibat potongan kayu, tumbangan kayu dan tumbuhan enceng gondok, sistem perambuan
yang
sangat
kurang,
fasilitas
pemukiman di bantaran sungai.
Rendahnya
tingkat
disiplin
dan
kesadaran
masyarakat sebagai pengguna jasa dan lemahnya pengawasan dari aparat di lapangan.
Kurangnya fasilitas prasarana dan kelengkapan peralatan angkutan yang mendukung kelancaran pengoperasian kapal, seperti rambu-rambu yang rusak dan banyak yang hilang.
c.
Permasalahan perlunya standar untuk angkutan sungai Permasalahan Teknis angkutan sungai yang
ditemui di lapangan adalah :
Kapasitas angkutan sungai masih belum sesuai dengan besarnya beban dan jenis komoditi muatan yang diangkutnya pada rute alur sungai tertentu, masalah ini akan berkaitan dengan optimalisasi ukuran utama kapal.
Beberapa angkutan sungai di daerah secara intuitip tradisional sudah terdisain sebagaimana 152
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kapal sungai yang memiliki sarat yang rendah ( shallow draft ) namun masih perlu adanya penyempurnaan terhadap parameter perbandingan ukuran utamanya dengan mengacu pada kapal kapal sejenis yang di disain secara konvensional.
Pengaturan ruangan masih kurang memperhatikan aspek ergonomi dan kenyamanan penumpang.
Kebanyakan konstruksi kapal sungai yang ada dibuat oleh para pengrajin tradisional, oleh karenanya banyak yang tidak mengikuti peraturan konstruksi yang sudah dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi sehingga sulit untuk mendapatkan asuransi karena tidak classified.
Prediksi
besarnya
kekuatan
mesin
untuk
menghasilkan kecepatan yang diharapkan masih belum optimal, karena tenaga yang besar belum tentu menghasilkan kecepatan yang tinggi bahkan dapat mengakibatkan tidak efisiennya tenaga yang dikeluarkan
dan
tidak
ekonomisnya
biaya
operasional.
Angkutan sungai masih banyak yang belum mentaati peraturan terutama perlengkapan kapal, peralatan navigasi dan komunikasi, dan alat keselamatan penumpangnya. 153
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Stabilitas kapal masih ada yang belum memenuhi kriteria sebagai angkutan sungai.
d.
Kriteria standar Kebutuhan standarisasi sarana pelayaran di sungai
terutama untuk penyeberangan, angkutan barang dan pariwisata.
Khusus
untuk
angkutan
parawisata
merupakan alternatif alih fungsi dari sarana angkutan sungai mengingat dibeberapa tempat fungsi angkutan sungai sebagai sarana angkutan barang dan penumpang sudah
mulai
banyaknya
menurun
jaringan
daerah-daerah
seiring
jalan
terpencil.
dengan
semakin
yang
menghubungkan
Baik
sebagai
sarana
penyeberangan, angkutan barang dan pariwisata, kapal sungai memerlukan bentuk lambung kapal yang stabil dan handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga sarana navigasi dan komunikasi yang memadai. Dengan mempertimbangkan karakteristik daerah operasional aliran sungai dan jenis muatan yang akan diangkut, maka ada beberapa kriteria standar yang
154
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
harus menjadi perhatian terhadap kapal sungai antara lain: 1) Lambung kapal Kriteria lambung untuk kapal sungai harus sesuai dengan kondisi aliran sungai dimana dibeberapa tempat masih sering terjadi pendangkalan serta banyaknya belokan dengan arus air yang cukup deras. Untuk itu Lambung kapal untuk pelayaran penyeberangan di sungai harus memenuhi kriteria kebutuhan yang mencakup antara lain: memiliki sarat yang rendah (low wash), memberikan ruang muat yang cukup, memiliki ukuran utama yang memberikan kinerja stabilitas yang baik sesuai dengan karakteristik perairan sungai yang memiliki banyak belokan, dan memberikan kemampuan olah gerak yang diperlukan sesuai dengan fasilitas kolam pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang efisien untuk memperoleh kecepatan kapal yang diinginkan berdasarkan besaran mesin penggerak yang tersedia. 2) Ruang muat Ruang muat kapal selayaknya memiliki luas yang cukup untuk menampung penumpang dan barang sesuai dengan kapasitas yang ditentukan. Memiliki lebar yang cukup untuk berjajarnya kendaraan yang aman dan memberikan ruang kerja yang cukup
155
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
bagi anak buah kapal di dalam melaksanakan tugasnya;
dilengkapi
dengan
perlengkapan
pengikatan muatan yang tepat; memberikan sistem informasi pengeras suara yang strategis; akses penumpang dan awak kapal dari dan ke ruang penumpang maupun ruang anak buah kapal yang aman. 3) Peralatan navigasi dan komunikasi Peralatan navigasi sangat dibutuhkan kapal sungai khususnya untuk pelayaran dimalam hari, dimana sering terjadi kecelakaan diakibatkan tabrakan antara kapal sungai dengan material yang hanyut di sungai maupun tabrakan antar sesama kapal karena suasana
gelap.
Sedangkan
untuk
peralatan
komunikasi sangat diperlukan bagi kebutuhan penerimaan dan pengiriman berita secara periodik untuk menyatakan posisi kapal dari waktu ke waktu. 4) Peralatan keselamatan Sebagian besar kapal sungai tidak memiliki peralatan keselamatan yang memadai, hal ini disebabkan karena selain jarak lintasan yang pendek, juga pihak pemilik kapal masih merasa berat untuk menyediakan peralatan keselamatan bagi setiap penumpang. Untuk itu peralatan keselamatan perlu disosialisasikan dengan tetap
156
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
memperhatikan aspirasi dari masyarakat untuk memenuhi persyaratan keselamatan minimal yang harus disediakan. 5) Peralatan pencegahan pencemaran Sebagian besar pencemaran yang terjadi di sungai bukan
berasal
dari
kapal
yang
beroperasi
melainkan dari limbah masyarakat dan industri disekitar aliran sungai. Namun demikian peralatan pencegahan pencemaran sungai dari operasional kapal tetap dibutuhkan dengan mempertimbangkan peraturan dan ketentuan
yang berlaku bagi
pengelolaan penanganan sampah dan limbah cair yang mengandung minyak dari peraturan daerah setempat. 6) Standar sertifikasi Standar
sertifikasi
mempertimbangkan
disusun dan
mengacu
dengan kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
2.
Sarana Angkutan Danau a.
Umum Sesuai dengan PP 20 tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan, maka yang dimaksud dengan angkutan sungai
dan
danau sebagaimana
telah
diutarakan pada bab sebelumnya didefinisikan sebagai kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang
157
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. Sedangkan angkutan penyeberangan didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh
perairan
untuk
mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Berdasarkan data statistik perhubungan 2009 yang diterbitkan pada tahun 2010, maka potensi sungai dan danau di Indonesia yang bermanfaat sebagai media berlayarnya kapal untuk berbagai keperluan seperti penyeberangan, wisata, pencarian ikan, dan kedinasan, adalah sebagai berikut :
158
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 4.3. Potensi alur pelayaran sungai dan danau di Indonesia berdasarkan wilayah propinsi.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009, Terbitan Maret 2010.
Ditunjukkan dalam Tabel 4.1, bahwa di Indonesia terdapat sejumlah 27 danau dengan luas keseluruhan 3.737 km2 yang dapat dimanfaatkan untuk alur-alur pelayaran kapal. Pada alur-alur pelayaran tersebut di atas terdata jumlah armada kapal yang beroperasi sebanyak kurang lebih 192 buah dengan berbagai jenis tipe kapal dan kepemilikan. Berdasarkan survey terhadap sejumlah responden yang mewakili dinas perhubungan setempat, PT. ASDP, Operator kapal setempat; masyarakat penggunan sarana angkutan danau, dan wisatawan yang dilakukan di lingkungan perairan Danau Toba yang dinilai mewakili sejumlah kondisi pelayaran angkutan danau 159
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
di beberapa daerah di Indonesia, maka secara lebih rinci kondisi peruntukkan perairan danau serta kebutuhan
dan
karakteristik
kapal
danau
yang
mencakup bentuk lambung kapal, ruang muat, peralatan
navigasi
dan
komunikasi,
peralatan
keselamatan, serta peralatan pencegahan pencemaran lingkungan perairan pelayarannya dapat diutarakan pada sub-sub bab berikut.
b.
Kondisi peruntukan perairan danau Dari sisi mekanisme terjadinya danau di
Indonesia pada umumnya merupakan danau vulkano yang terjadi karena peristiwa meletusnya gunung berapi yang mengakibatkan timbulnya kaldera dan menjadi sebuah danau. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1 di atas, perairan danau mempunyai luasan yang bervariasi mulai dari yang sempit puluhan km2 sampai dengan yang sangat luas lebih dari seribu km2. Sebagai contoh Danau Toba mempunyai luas + 1.150 km2, yang membentang dengan panjang + 100 km dengan lebar + 30 km. Kedalaman juga bervariasi dari puluhan meter sampai dengan ratusan meter. Untuk Danau Toba mempunyai kedalaman sampai dengan + 529 meter. Kondisi pasang surut juga terjadi karena penguapan dan adanya musim kemarau dan musim hujan. Pasang surut terjadi dengan kisaran
160
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
antara 0,5 s/d. 1 meter. Kecepatan angin di perairan danau tercatat menyebabkan timbulnya gelombang permukaan. Di danau Toba dengan kecepatan angin maksimum yang secara periodik tahunan terjadi menyebabkan tinggi gelombang permukaan air di tempat-tempat
tertentu
(yang
mempunyai
posisi
terbuka) mencapai kurang lebih 3 meter. Arus air secara kontinyu menunjukkan angka kecepatan yang relatif rendah dan tenang. Kualitas air pada umumnya normal sebagaimana air tawar yang ada di darat dengan pH 7 ~ 8,4 dan DO 6,7 ~ 9,3 mg/l, serta COD 1,24 ~ 2,8 mg/l. Temperatur udara rata-rata 20°C. Dengan kondisi alam yang pada umumnya indah, secara geografis perairan danau pada umumnya juga memisahkan suatu wilayah administratif ataupun satu wilayah
aktivitas
perekonomian
penduduk
di
sekitarnya. Sebagai contoh danau Toba berbatasan dengan 7 (tujuh) wilayah Kabupaten yang satu dengan lainnya saling berhubungan dalam kegiatan ekonomi kesehariannya.
161
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.13. Kapal penyeberangan penumpang perairan danau Toba, berlambung mono hull terbuat dari kayu, kapasitas 140 penumpang.
Gambar 4.14: Kapal penyeberangan kendaraan dan penumpang di perairan danau Toba, berlambung mono hull type LCT terbuat dari baja, kapasitas + 16 kendaraan dan 40 penumpang.
162
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.15. Kapal penyeberangan kendaraan dan penumpang di perairan danau Toba, berlambung Katamaran terbuat dari baja, kapasitas + 36 kendaraan dan 140 penumpang.
Gambar 4.16. Kapal wisata untuk pesiar di perairan danau, berlambung mono hull terbuat dari kayu, kapasitas 100 penumpang wistawan.
163
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.17: Kapal-kapal wisata type speedboat dan sepeda air. Dengan
contoh
kondisi
perairan
danau
sebagaimana disebutkan di atas, maka pada umumnya perairan
danau
dimanfaatkan
untuk
berbagai
kebutuhan hidup umat manusia yang di antaranya untuk
kegiatan
pariwisata,
perikanan,
dan
penyeberangan, yang kesemuanya membutuhkan atau memanfaatkan
kapal
untuk
sarana
kegiatan-
kegiatannya.
c.
Pemanfaatan kapal di perairan danau Kapal sebagai sarana angkutan di air untuk
berbagai kebutuhan kegiatan pariwisata, perikanan, maupun penyeberangan di perairan danau sebagaimana disebutkan
di
atas
memerlukan
pertimbangan
keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kecepatan kapal yang dipilih di dalam pemanfaatannya. Di dalam
164
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
prakteknya bahwa kapal-kapal di perairan danau tersebut oleh para operator kapal sering dinilai sebagai kapal yang pengoperasiannya pada:
daerah perairan yang sangat terbatas,
jarak pandang yang terjangkau,
kondisi ombak dan arus air maupun kecepatan angin yang tenang,
kondisi waktu layar yang singkat tidak lebih dari 45 menit
kecepatan kapal yang rendah, dan
selalu beroperasi pada kondisi cuaca yang bersahabat,
sehingga menilainya tidak terlalu mempertimbangkan kelengkapan maupun
navigasi,
kelengkapan
keselamatan,
kelengkapan
komunikasi
sebagaimana
ditentukan dan dipersyaratkan di dalam ketentuan dan peraturan-perundangan.
Hal
ini
kecuali
faktor
kestabilan dan kenyamanan kapal sajalah yang selalu menjadi faktor utama dalam pertimbangan operasional kapal di perairan danau tersebut. Pemeliharaan kualitas lingkungan perairan danau yang menjadi satu kesatuan dengan ekosistem lingkungan di sekitarnya juga perlu menjadi perhatian khusus di dalam operasional kapal. Dari hasil survey tercatat bahwa pada umumnya para operator kapal dan pemakai jasa pelayaran kapal telah memperhatikan dan 165
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
melaksanakannya dengan baik. Hal ini mengingat bahwa perairan danau tersebut juga merupakan bagian sumberdaya kehidupan mereka melalui kegiatan perikanan baik secara alamiah maupun budidaya. Pembuangan limbah berupa sampah maupun limbah cair
yang
mengandung
minyak
oleh
kegiatan
operasional kapal terlihat terkendali. Kapal-kapal pada umumnya telah melengkapinya dengan perlengkapan dan
peralatan
pengelolaan
sampah,
sedangkan
penanganan limbah minyak dilakukan di pelabuhan sebagai bagian dari pengelolaan kebersihan fasilitas pelabuhan.
Gambar 4.18: Tempat sampah sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan di kapal.
166
PT. Bahari Engineering Consultant
Khususnya
Laporan Akhir
untuk
angkutan
wisata
dan
penyeberangan di perairan danau dapat diutarakan sebagai berikut : Untuk keperluan kegiatan pariwisata operator lebih cenderung memanfaatkan kapal jenis angkutan penumpang tanpa barang. Kapal pada umumnya terbuat dari kayu, dengan mesin penggerak marinezing diesel engine yang pada umumnya berasal dari mesin truk type D-15 dan D-16 . Radius pelayaran terbatas untuk
membawa
penumpang
dalam
menikmati
keindahan alam di sekitar perairan danau dengan lama pelayaran antara 30 menit sampai dengan 1 jam. Bentuk lambung hampir keseluruhannya mono hull berdasar rata, dengan koefisien blok berkisar antara 0,76 sampai dengan 0,86. Ruang penumpang pada umumnya ditempatkan di geladak utama dengan dinding berjendela luas dan di geladak atas beratap kain kanvas (terpal) dan diberikan railing di seluruh pinggir geladaknya, sehingga penumpang dapat dengan leluasa melihat kondisi keindahan alam di sekitarnya. Ruang
penumpang
dilengkapi
tempat
duduk
berkapasitas antara 40 sampai dengan 150 orang penumpang. Di dalam ruang penumpang dilengkapi pula dengan sound system, pengeras suara, tempat sampah, promt menjaga kebersihan, dan sejumlah alat keselamatan
(life
jacket
dan
botol
pemadam
167
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kebakaran). Akses penumpang untuk naik dan turun kapal melalui geladak haluan pada geladak utama. Bagian geladak haluan kapal dirancang lebar dan diberikan
pelindung
benturan
terhadap
dermaga
dengan memanfaatkan ban bekas kendaraan. Untuk menuju geladak atas disediakan tangga samping kanan dan kiri geladak kapal. Kapal jenis ini hampir secara keseluruhan selalu bersandar dengan bagian haluan saja yang merapat ke dermaga. Untuk pelayarannya, alat navigasi yang terpasang pada umumnya berupa kompas magnit. Sedangkan peralatan komunikasi pada umumnya terbatas pada pemanfaatan telepon genggam (HP). Aktivitas pelayaran sangat tergantung dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah danau tersebut. Sehingga frekuensi pelayaran kapal wisata akan terlihat sangat tinggi di saat musim-musim liburan, termasuk liburan hari raya maupun hari natal dan tahun baru. Sertifikasi kelaikan pelayaran pada umunya diterbitkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan Kementerian Perhubungan RI dengan pendekatan sebagai kapal laut. Pada cuaca yang kurang bersahabat yang
pada
umumnya
menimbulkan
gelombang
permukaan air yang tinggi antara 1 sampai dengan 3 meter, kapal-kapal wisata danau ini tidak beroperasi.
168
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Untuk kegiatan penyeberangan di perairan danau, untuk jarak + 30 km dengan waktu tempuh antara 30 ~ 45 menit, dari hasil survey terdapat dua jenis kapal yang dimanfaatkan. Pertama, kapal berlambung baja bergeladak kayu dengan type kapal LST (Landing Ship Tank). Bentuk lambung kapal ini ditemui ada dua type, mono hull dan katamaran. Panjang kapal berkisar antara 40 ~ 60 meter, Lebar kapal 8 ~ 12 meter. Gross tonnage antara 100 ~ 200 GT. Kapal penyeberangan jenis mono hull maupun katamaran ini diperuntukkan untuk penyeberangan kendaraan bermotor baik bus, truk, kendaraan kecil lainnya seperti kendaraan minibus dan sedan, serta sepeda motor beserta penumpangnya. Di samping itu juga
untuk
penyeberangan
orang
dan
barang
bawaannya. Kapasitas angkut berkisar antara 16 sampai dengan 38 kendaraan dan 40 sampai dengan 150 orang. Kedua, kapal penyeberangan terbuat dari kayu berlambung mono hull, dan berdasar rata pada umumnya diperuntukkan hanya untuk penyeberangan orang bersama barang bawaannya. Kapal ini pada umumnya berkapasitas tempat duduk sampai dengan 200 orang. Khusus kapal penyeberangan jenis ini adalah mirip dengan kapal-kapal yang digunakan untuk wisata danau. Di dalam pelayarannya, ke dua kapal jenis pertama maupun kedua pada umumnya hanya
169
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dilengkapi alat navigasi kompas, dan alat komunikasi telepon genggam (HP), sistem informasi dengan alat pengeras suara, perlengkapan keselamatan baju apung dan botol pemadam kebakaran, serta sejumlah tempat sampah.
Gambar 4.19. Sebagian peralatan keselamatan berupa baju apung dan botol pemadam kebakaran pada kapal penyeberangan danau. d. Permasalahan perlunya standar untuk angkutan danau Permasalahan dan kriteria untuk penyusunan konsep standar angkutan danau yang ditinjau pada kesempatan
bab
ini
menitikberatkan
kepada
permasalahan standarisasi lambung, ruang muat, peralatan
navigasi
keselamatan,
dan
peralatan
komunikasi, pencegahan
peralatan pencemaran
lingkungan, dan standar sertifikasi. Hal tersebut di atas terdorong sering ditemuinya permasalahan yang secara
170
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
spesifik terkait dengan keperluan standarisasi sarana angkutan danau tersebut. Permasalahan standar yang dihadapi untuk angkutan danau pada umumnya berupa hal-hal sebagai berikut:
Sangat bervariasinya muatan kendaraan yang diangkut mulai dari truk (baik yang kosong maupun bermuatan maksimal), truk tangki, bus, minibus, sedan, sampai dengan sepeda motor, di lain pihak sarana angkutan danau yang tersedia juga beraneka ukuran dan bentuk, sehingga terkadang muatan kendaraan yang satu harus menunggu kapal yang tepat untuk bisa mengangkutnya. Dengan kondisi ini di antaranya menjadikan waktu perjalanan para pengguna jasa penyeberangan menjadi lebih lama dan tidak produktif serta memakan sumberdaya energy dan waktu yang tidak sedikit. Jika muatan berupa sayur dan buahan, maka waktu pembusukan muatan di waktu edar di pasar tujuan menjadi lebih singkat.
171
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.20: Kepadatan kendaraan pada kapal penyeberangan pada perairan danau Toba.
Gambar 4.21 : Muatan kapal penyeberangan danau berupa sepeda motor yang ditempatkan di gang di sisi geladak penumpang.
Terjadi muatan sepeda motor dipaksakan untuk ditempatkan di gang samping geladak kapal.
172
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Dengan terbatasnya jumlah kapal yang tepat ukuran menjadikan sejumlah muatan kendaraan harus terpaksa berimpitan di ruang muat untuk dapat terangkut.
Kapal
dengan
lambung
ganda
seperti
katamaran menjadi idola para pengguna jasa penyeberangan angkutan danau, karena dinilai lebih besar dan lebih stabil.
Belum disadarinya kebutuhan alat navigasi dan komunikasi serta alat keselamatan yang lebih tepat untuk berbagai kebutuhan antisipasi kecelakaan kapal, meskipun tidak berlayar di wilayah perairan laut.
Dengan permasalahan tersebut di atas, jika diperhatikan
secara
cermat,
maka
merupakan
permasalahan yang perlu diberikan solusi dengan langkah-langkah standarisasi.
e.
Kriteria standar Kebutuhan standarisasi sarana pelayaran di
perairan danau seperti contoh di Danau Toba yang khususnya penyeberangan
diperuntukkan dan
pariwisata,
bagi secara
keperluan spesifik
disebabkan karena jenis dan jumlah muatan sangat bervariasi sebagaimana kondisi lalulintas jalan raya 173
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dan lalulintas wisatawan. Keinginan semua pihak baik pemerintah, perusahaan pelayaran ataupun operator maupun pengguna jasa angkutan danau adalah agar kegiatan penyeberangan dan wisata tersebut selalu dapat terselenggara dengan aman, lancar, nyaman, tertib, dan selamat sampai tujuan. Untuk hal tersebut di samping diperlukan bentuk lambung kapal yang stabil dan handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga sarana navigasi dan komunikasi yang memadai. Memperhatikan kondisi alur-alur pelayaran di perairan danau di Indonesia dan kondisi muatan penyeberangan maupun wisata, maka kriteria standar yang mesti harus diperhatikan oleh pemerintah dalam standarisasi kapal danau adalah sebagai berikut :
1). Lambung kapal Lambung kapal untuk pelayaran penyeberangan di perairan danau secara tepat harus memenuhi kriteria kebutuhan yang mencakup antara lain: memberikan ruang muat yang cukup leluasa berdasarkan ukuran-ukuran kendaraan pengguna
174
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
jasa penyeberangan tersebut; berukuran utama yang memberikan kinerja stabilitas yang baik sesuai dengan karakteristik perairan danau, dan memberikan diperlukan
kemampuan sesuai
olah
dengan
gerak
fasilitas
yang kolam
pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang efisien untuk
memperoleh
kecepatan
kapal
yang
diinginkan berdasarkan besaran mesin penggerak yang tersedia, memberikan wash yang rendah, serta hemat bahan bakar; Material lambung kapal dipilih yang memungkinkan pembuatan, pemeliharaan, serta perbaikan kapal dapat dilakukan di sekitar danau; dapat berlambung mono hull maupun katamaran; mempunyai kedalaman kapal yang rendah sesuai kedangkalan perairan danau yang dilayari;
Memberikan
ruang
mesin
dan
perlengkapan kapal yang cukup serta ruang anak buah kapal yang nyaman.
2). Ruang muat Ruang muat kapal mampu memberikan ketinggian geladak muat yang sama dengan ukuran ketinggian pada prasarana
angkutan jalan raya
seperti
ketinggian pintu tol; dan memberikan lebar yang cukup untuk berjajarnya kendaraan yang aman dan memberikan ruang kerja yang cukup bagi anak
175
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
buah kapal di dalam melaksanakan tugasnya; dilengkapi
dengan
perlengkapan
pengikatan
muatan yang tepat; ventilasi udara yang cukup; memberikan sistem informasi pengeras suara yang strategis; akses penumpang dan awak kapal dari dan ke ruang penumpang maupun ruang anak buah kapal yang aman.
3). Peralatan navigasi dan komunikasi Peralatan navigasi dipasang dengan menyesuaikan peralatan positioning untuk transportasi darat yang telah banyak berkembang dengan teknologi GPS; sedangkan untuk peralatan komunikasi sangat diperlukan
bagi
kebutuhan
penerimaan
dan
pengiriman berita secara teratur di dalam pelayaran penyeberangan maupun wisata, meskipun dalam jarak yang relatif pendek.
4). Peralatan keselamatan Peralatan keselamatan minimal untuk pertolongan pertama pada kecelakaan air, dan pencegahan bahaya kebakaran dilengkapi dengan mengacu kepada pelayaran laut yang sebanding.
176
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
5). Peralatan pencegahan pencemaran Peralatan pencegahan pencemaran perairan danau dari operasional kapal penyeberangan dan kapalkapal
wisata
dibutuhkan
dengan
mempertimbangkan peraturan dan ketentuan yang berlaku bagi pengelolaan penanganan sampah dan limbah cair yang mengandung minyak dari peraturan daerah setempat.
6). Standar sertifikasi Standar
sertifikasi
mempertimbangkan
disusun dan
mengacu
dengan kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Sebagai kriteria generik dalam penyusunan standar yang juga menjadi dasar pertimbangan adalah mencakup pertimbangan yang berdasarkan aspek biaya; aspek populasi keberadaan komponen; aspek reabilitas pemeliharaan; aspek kinerja; aspek teknologi; aspek dampak terhadap produktivitas industri perkapalan; aspek proses desain; aspek produksi; aspek komersiil; aspek dampak terhadap perkembangan industri perkapalan nasional; dan aspek keramahan terhadap lingkungan.
177
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
3. Sarana Angkutan Penyeberangan a. Umum Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 26 tahun 2012, angkutan penyeberangan didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Fungsi
Penyeberangan,
antara
lain
adalah
:
menghubungkan jalan (maupun jalan rel) yang terpisah oleh perairan (sungai, danau dan laut) sebagai jembatan; biaya
operasional
yang
lebih
murah
daripada
membangun jembatan maupun terowongan. Jarak pelayanan penyeberangan adalah relatif dekat, dengan jadwal teratur, menyediakan pelayanan ulangalik, serta menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak dilayani moda transportasi lain. Jenis muatan penyeberangan mengangkut orang dan kendaraannya serta barang (dalam truk atau peti kemas, bahkan gerbong KA). Karakteristik umum transportasi penyeberangan adalah sebagai berikut: (7) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh
perairan
untuk
mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya;
178
PT. Bahari Engineering Consultant
(8) muatan
penumpang
Laporan Akhir
dan
kendaraan
beserta
muatannya; (9) sebagai bagian dari jaringan pelayanan transportasi darat (jalan dan jalan rel) dan mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut; (10) sesuai dengan struktur tata ruang, menghubungkan seluruh kepulauan Indonesia meliputi jaringan lintas utara, jaringan lintas tengah, jaringan lintas selatan, jaringan lintas utara selatan, dan jaringan lintas penghubung (11) menyediakan
pelayanan
ulang-alik,
serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak dilayani moda transportasi lain; (12) jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota, antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar negara); menghubungkan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu. Dalam studi ini, telah dilakukan survey terhadap kondisi sarana angkutan penyeberangan di provinsi Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara, untuk lebih memahami karakteristik angkutan penyeberangan beserta permasalahan yang muncul pada kondisi operasional terutama pada sarana kapal penyeberangan.
179
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
b. Kondisi Operasional Sesuai Perhubungan
dengan nomor
26
Keputusan tahun
Menteri
2012,
Lintas
penyeberangan adalah suatu alur perairan di laut, selat, teluk, sungai dan/atau danau yang ditetapkan sebagai lintas
penyeberangan.
penyeberangan
Penetapan
dilakukan
lintas
dengan
angkutan
memperhatikan
pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalan kereta api yang tersusun dalam kesatuan tatanan transportasi nasional, dari Buku Perhubungan Darat Dalam Angka tahun 2011, sampai dengan tahun 2010 pemerintah telah menetapkan lintas penyeberangan sejumlah 235 lintas penyeberangan, dimana jumlah lintas
yang ditetapkan melalui Keputusan Pusat
(Menteri Perhubungan) sejumlah 192 lintasan, yang ditetapkan melalui Keputusan Pemerintah Daerah sejumlah 43 Lintasan, sedangkan status pengoperasian terdapat 155 lintasan yang beroperasi dan terdapat 75 lintasan yang belum dan tidak beroperasi. Dari sisi jenis pengoperasian angkutan terdapat lintas penyeberangan dengan angkutan komersil sejumlah 43 lintasan dan lintas penyeberangan dengan angkutan perintis sejumlah 112 lintasan. Pada gambar 3.22 disajikan peta lintasan penyeberangan eksisting yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai
tahun
2010,
dan
gambar
3.23.
yang
180
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
menggambarkan lintasan penyeberangan pada sabuk utara, tengah dan selatan.
Gambar 4.22. Peta Lintas Angkutan Penyeberangan
Gambar 4.23. Sabuk penyeberangan utara, tengah dan selatan yang menghubungan seluruh wilayah nusantara. Secara khusus elemen sarana transportasi SDP adalah berupa kapal dan perlengkapan pendukungnya, sampai tahun
2010
penyeberangan
penyelenggaraan memiliki
lebih
dari
transportasi 220
kapal
181
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penyeberangan dengan berbagai tipe seperti diuraikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Jumlah kapal yang beroperasi menurut jenisnya
No.
Jenis Kapal
a.
Kapal Ro-Ro
b.
Kapal LCT
8
c.
Kapal cepat penumpang
3
Jumlah
Jumlah (unit) 210
221
Sumber data : PDDA 2011
Gambar 4.24. Kapal Penyeberangan Jenis Landing Craft Tank (LCT)
182
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.25. Kapal Penyeberangan jenis RoRo
Gambar 4.26. Kapal Penyeberangan Cepat Dimana kapal yang berusia kurang dari 10 tahun berkisar 24%, berumur antara 11 sampai 20 tahun berkisar 25%, kapal penyeberangan berumur 21 sampi 30 tahun berkisar 33% dan sisanya yang berumur lebih 183
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dari 30 tahun berkisar 18%. Untuk sarana kapal penyeberangan, sebagian dioperasikan oleh perusahaan BUMN yaitu PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) sekitar 43%, dioperasionalkan oleh perusahaan swasta yang memiliki ijin dari Pemerintah sekitar 55% dan sekitar 2% dikelola oleh Pemerintah Daerah. Tabel 4.3 menyajikan jumlah kapal penyeberangan berdasarkan kepemilikan tahun 2010.
Tabel 4.5 Jumlah kapal yang beroperasi berdasarkan kepemilikan
No.
Pemilik/operator
Jumlah (unit)
a.
PT. ASDP Persero
95
b.
Kerja sama operasi PT. ASDP dengan Swasta
0
c.
Swasta
121
d.
Pemda
5
Jumlah
221
Sumber data : PDDA 2011
Kondisi pengoperasian pada wilayah studi akan mewakili kondisi lintasan pada 2 kategori, yaitu jalur lintasan pendek dan jalur lintasan panjang. Untuk lintasan pendek (kurang dari 15 mil) terdapat pada beberapa lintas penyebrangan di Provinsi Maluku Utara (ASDP cabang Ternate), yaitu lintas Bastiong – Sofifi (12 mil), Bastiong – Rum (5 Mil), dan Bastiong –
184
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Dawore (6 Mil), untuk lintsan jarak menengah (15 mil sampai dengan 50 mil) terdapat pada lintas Padang Bai – Lembar (38 mil), dan lintasan jarak jauh (lebih dari 50 Mil) yaitu Sibolga - Nias (82 mil). Berikut diuraikan gambaran operasional lintas penyeberangan
yang
disesuaikan berdasarkan pada klasifikasi jarak lintasan (sesuai hasil survey). i).
Lintasan Pendek
Penyeberangan
Bastiong-Sofifi
terletak
di
selat
Halmahera yang menghubungkan antaran Pulau Ternate (Bastiong) dengan Pulau Halmahera (Sofifi), secara geografi letak penyeberangan Bastiong –Sofifi seperti terlihat pada gambar 4.27 berikut.
Bastiong
Gambar 4.27. Letak Penyeberangan Bastiong -Sofifi
185
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Panjang Alur pelayaran 12 mil dengan waktu tempuh perjalanan + 1 jam, dengan kondisi arus dan gelombang relative
tenang,
karena
perairan
tertutup
pulau
Halmahera, Pulau Tidore, dan pulau di selatan. Kondisi cuaca saat operasional kapal, hal yang harus diwaspadai adalah kecepatan angina serta tingginya gelombang laut (pada saat tertentu) sesuai dengan informasi dari syahbandar dan BMKG setempat. Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan BastiongSofifi dengan lama waktu pelayaran + 1 jam. Waktu untuk setiap kapal 1 jam dengan perkiraan pembagian waktu 10 menit sandar, 30 menit muat dan 20 menit bongkar. Jadwal kapal belum begitu ketat mengingat jumlah armada yang melayani lintas ini masih belum banyak, hanya 1 sampai 2 kapal saja. Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat adalah tipe Movable Bridge (MB) sejumlah 1 unit. Kapal
penyeberangan
yang
melayani
lintas
penyeberangan di Maluku Utara adalah KMP Dolosi. KMP Bandeng, KMP Gorango, dan KMP Bobara.
ii).
Lintasan Menengah
Penyeberangan Padang Bai-Lembar terletak di selat lombok yang menghubungkan antara Pulau Bali
186
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
(Pelabuhan Padang Bai) dengan Pulau Lombok (Pelabuhan
Lembar),
secara
geografi
letak
penyeberangan Padang Bai-Lembar, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.28. Letak Penyeberangan Padang Bai-Lembar
Panjang Alur pelayaran 38 mil dengan waktu tempuh perjalanan + 4,5 jam, akan tetapi kondisi sebenarnya pada saat beroperasi adanya pengaruh angin dan gelombang mengakibatkan kapal mengambil posisi aman sehingga jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang.
Kondisi cuaca, saat operasional kapal hal yang harus diwaspadai adalah kecepatan angin serta tingginya 187
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
gelombang laut. Melihat kondisi cuaca global yang dapat berubah setiap saat , maka berpatokan pada bulanbulan tertentu sudah tidak dapat menjadi dasar. Informasi dari instansi yang berwenang terhadap masalah cuaca (BMG) yang menjadi perhatian untuk diwaspadai terhadap kondisi cuaca.
Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan Padang Bai-Lembar dengan lama waktu pelayaran + 4 jam 20 menit. Waktu untuk setiap kapal 1 jam 5 menit dengan perkiraan pembagian waktu 20 menit sandar, 25 menit muat dan 20 menit bongkar. Dengan waktu yang diperlukan oleh kapal yang demikian ketat maka setiap kapal yang bersandar harus dapat memenuhi waktu tersebut. Sehingga perhitungan yang matang tersebut diharapkan tidak akan mengganggu sirkulasi kendaraan yang akan naik ke kapal yang berada di area parkir. Sistem punishment diberikan pada kapal yang tidak dapat menepati waktu yang telah ditentukan tersebut. Sistem simulasi yang telah dilakukan menunjukan hasil sehingga optimalisasi manajemen lalu lintas dapat berjalan dengan baik.
Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat adalah tipe Movable Bridge (MB) sejumlah 2 unit, dan 1 Plengsengan.
188
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kapal penyeberangan yang melayani lintas Padang Bai – Lembar diantaranya adalah KMP Inerie, KMP Putri Yasmin, dan KMP Putri Gianyar.
iii).
Lintasan Jarak Jauh
Penyeberangan Sibolga – Gunung Sitoli (Nias) terletak di selat Mentawai yang menghubungkan antaran Pulau Sumatera (Sibolga) dengan Pulau Nias (Gunung Sitoli), secara geografi letak penyeberangan Bastiong –Sofifi seperti terlihat pada gambar 3.26 berikut.
SIBOLGA
GN. SITOLI
Gambar 4.29. Letak Penyeberangan Sibolga – Nias (Gng. Sitoli)
Panjang Alur pelayaran 86 mil dengan waktu tempuh perjalanan + 9 jam, akan tetapi kondisi sebenarnya pada
189
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
saat beroperasi adanya pengaruh angin dan gelombang mengakibatkan kapal mengambil posisi aman sehingga jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang. Kondisi cuaca, saat operasional kapal hal yang harus diwaspadai adalah kecepatan angin serta tingginya gelombang laut, mengingat perairan yang dilintasi adalah di Samudera Hindia Melihat kondisi cuaca global yang dapat berubah setiap saat, maka berpatokan pada bulan-bulan tertentu sudah tidak dapat menjadi dasar. Informasi dari instansi yang berwenang terhadap masalah cuaca (BMG) yang menjadi perhatian untuk diwaspadai terhadap kondisi cuaca. Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan Sibolga – Gunung Sitoli dengan lama waktu pelayaran + 9 jam 10 menit. Waktu operasional naik/turun penumpang dan kendaraan untuk setiap kapal rata-rata 1,5 jam, dengan perkiraan pembagian waktu 20 menit sandar, 30 menit muat dan 30 menit bongkar. Dengan waktu yang diperlukan oleh kapal yang belum begitu ketat, dikarenakan kondisi lintas yang tidak padat. Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat adalah tipe plengsengan sejumlah 1 unit. Kapal penyeberangan yang melayani lintas ini adalah KMP Belanak dan KMP Tanjung Burang. Beberapa data kapal penyeberangan yang diambil dari hasil survey dilapangan terkait dengan kondisi lambung,
190
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
ruang muat, ruang penumpang, peralatan radio, navigasi, peralatan keselamatan, pencegahan pencemaran, serta sertifikat kapal di uraikan pada tabel 4.4. tabel 4.5. dan tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Kapal penyeberangan dan kondisi lambung, ruang muat dan ruang penumpang No.
1
2
3
4
5
6
Nama Kapal KMP Bandeng
KMP Dolosi
KMP Gorango
KMP Bobara
KMP Bawal
KMP Roditha
Lintas yang dilayani
Lambung
Ruang Muat
Bastiong Rum
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 15 unit R4 Gol.IV
BastiongSofifi
Single Hull Flat Bottom
Tobelo Daruba
Single Hull Flat Bottom
Bastiong Babang
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 7 unit R4 Gol.IV, 12 unit Gol. V keatas Cardeck kapasitas 7 unit R4 Gol.IV, 10 unit Gol. V keatas Cardeck kapasitas 8 unit R4 Gol.IV, 14 unit Gol. V keatas
Bastiong Bitung
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 7 unit R4 Gol.IV, 12 unit Gol. V keatas
LembarPadang bai
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 7 unit R4 Gol.IV, 11 unit Gol. V keatas
Ruang Penumpang 150 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk 214 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk 200 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk 200 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk 215 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk dan ruang tidur 150 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk
191
PT. Bahari Engineering Consultant
7
8
KMP Putri Yasmin
KMP Putri Gianyar
Laporan Akhir
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 4 unit R4 Gol.IV, 12 unit Gol. V keatas
LembarPadang bai
Single Hull Flat Bottom
Cardeck kapasitas 4 unit R4 Gol.IV, 11 unit Gol. V keatas Cardeck kapasitas 7 unit R4 Gol.IV, 12 unit Gol. V keatas Cardeck kapasitas 8 unit R4 Gol.IV, 10 unit Gol. V keatas
LembarPadang bai
9
KMP Belanak
Sibolga – Gunung Sitoli
Single Hull Flat Bottom
10
KMP Tanjung Burang
Sibolga – Gunung Sitoli
Single Hull Flat Bottom
230 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk dan ruang tidur 234 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk dan ruang tidur 150 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk dan ruang tidur 155 Pax Akomodasi penumpang dengan tempat duduk dan ruang tidur
Sumber data : Hasil Survey 2012
Gambar 4.30. Ruang Muat Kendaraan
192
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.31. Ruang Akomodasi Penumpang Tabel 4.7 Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan radio, navigasi & peralatan keselamatan No.
1
2
3
4
Nama Kapal
KMP Bandeng
KMP Dolosi
KMP Gorango
KMP Bobara
Lintas yang dilayani
Peralatan radio
Bastiong Rum
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Peralatan Navigasi Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Peralatan Keselamatan
BastiongSofifi
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Tobelo Daruba
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Bastiong Babang
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Life Jaket Life Bouy ILR
193
PT. Bahari Engineering Consultant No.
5
Nama Kapal
KMP Bawal
6
KMP Roditha
7
KMP Putri Yasmin
8
9
10
KMP Putri Gianyar
KMP Belanak
KMP Tanjung Burang
Laporan Akhir
Lintas yang dilayani
Peralatan radio
Bastiong Bitung
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Peralatan Navigasi Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Peralatan Keselamatan
LembarPadang bai
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
LembarPadang bai
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
LembarPadang bai
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Sibolga – Gunung Sitoli
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Sibolga – Gunung Sitoli
Radio VHF Radio SSB Radio HT EPIRB
Spootlight Radar Compas Peta Laut Bendera
Life Jaket Life Bouy ILR
Life Jaket Life Bouy ILR
Sumber data : Hasil Survey 2012
194
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.32. Peralatan Komunikasi di KMP
Gambar 4.33. Peralatan Navigasi GPS & Radar di KMP
195
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.34. Peralatan Keselamatan Penumpang di KMP
Tabel 4.8 Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan pencegah pencemaran, & sertifikat kapal No.
Nama Kapal
Lintas yang dilayani
Peralatan pencegah pencemaran
1
KMP Bandeng
Bastiong Rum
Bak sampah Septic tank
2
KMP Dolosi
BastiongSofifi
Bak sampah Septic tank Oil separator
Sertifikat Kapal Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah
196
PT. Bahari Engineering Consultant
No.
Nama Kapal
Lintas yang dilayani
Laporan Akhir Peralatan pencegah pencemaran
Tobelo Daruba
Bak sampah Septic tank Oil separator
KMP Bobara
Bastiong Babang
Bak sampah Septic tank Oil separator
KMP Bawal
Bastiong Bitung
Bak sampah Septic tank Oil separator
3
KMP Gorango
4
5
Sertifikat Kapal Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan
197
PT. Bahari Engineering Consultant
No.
Nama Kapal
Lintas yang dilayani
Laporan Akhir Peralatan pencegah pencemaran
6
KMP Roditha
LembarPadang bai
Bak sampah Septic tank Oil separator
7
KMP Putri Yasmin
LembarPadang bai
Bak sampah Septic tank Oil separator
8
KMP Putri Gianyar
LembarPadang bai
Bak sampah Septic tank Oil separator
9
KMP Belanak
Sibolga –
Bak sampah
Sertifikat Kapal Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan
198
PT. Bahari Engineering Consultant
No.
Nama Kapal
Laporan Akhir Peralatan pencegah pencemaran Septic tank Oil separator
Lintas yang dilayani Gunung Sitoli
10
KMP Tanjung Burang
Bak sampah Septic tank Oil separator
Sibolga – Gunung Sitoli
Sertifikat Kapal Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification Srtfkt Kebangsaan Srtfkt Pembebasan Srtfkt Pencegah Pencemaran Surat ukur Srtfkt Klasifikasi Lambung Srtfkt Bebas Tikus Srtfkt Keselamatan Srtfkt Klaifikasi Mesin Srtfkt Konstruksi Srtfkt Garis Muat Srtfkt Perlengkapan SMC Certification
Sumber data : Hasil Survey 2012
c.
Faktor Kebutuhan Standar Operasional Faktor kebutuhan standar pada sarana kapal
penyeberangan selain penyesuaian dengan kebutuhan standar yang dipersyaratkan oleh pemerintah maupun regulasi
internasional,
juga
dapat
muncul
dari
permasalahan operasional di lapangan. Permasalahan dan kriteria untuk penyusunan konsep standar angkutan penyeberangan yang ditinjau pada bab
ini
menitikberatkan
kepada
permasalahan 199
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
standarisasi lambung, ruang muat, peralatan navigasi dan komunikasi, peralatan keselamatan, peralatan pencegahan pencemaran lingkungan, dan standar sertifikasi. Hal tersebut di atas terdorong sering ditemuinya permasalahan yang secara spesifik terkait dengan
keperluan
standarisasi
sarana
angkutan
penyeberangan. Permasalahan standar yang dihadapi untuk angkutan penyeberangan pada umumnya berupa hal-hal sebagai berikut:
Sangat bervariasinya muatan kendaraan yang diangkut mulai dari truk (baik yang kosong maupun bermuatan maksimal), truk tangki, bus, minibus, sedan, sampai dengan sepeda motor, di lain pihak sarana angkutan danau yang tersedia juga beraneka ukuran dan bentuk, sehingga terkadang muatan kendaraan yang satu harus menunggu kapal yang tepat untuk bisa mengangkutnya. Dengan kondisi ini di antaranya menjadikan waktu perjalanan para pengguna jasa penyeberangan menjadi lebih lama dan tidak produktif serta memakan sumberdaya energi dan waktu yang tidak sedikit. Jika muatan berupa sayur dan buahan, maka waktu pembusukan muatan di waktu edar di pasar tujuan menjadi lebih singkat.
200
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Terjadi muatan yang tidak berada di kendaraan hanya di taruh di dek sepeda motor dipaksakan untuk ditempatkan di gang diantara muatan R4 yang sebenarnya menjadi akses crew kapal dalam
bekerja.
Diperlukan
space
khusus
sebagai tempat khusus untuk kendaraan R2 yang terpisah dari R4 sehingga mudah dalam akses keluar dan pengaturannya (gambar 4.35).
Gambar 4.35. Pengaturan muatan yang tidak standar
Dengan terbatasnya jumlah kapal yang tepat ukuran menjadikan sejumlah muatan kendaraan
201
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
harus terpaksa berimpitan di ruang muat untuk dapat terangkut.
Gambar 4.36. Jarak antar kendaraan dibuat seminimal mungkin
Belum
dilakukannya
system
pengikatan
kendaraan (lashing) dikarenakan terbatasnya waktu sandar kapal di dermaga serta kurangnya kesadaran dari pada pengguna dan operator kapal untuk menerapkan system pengikatan yang aman tersebut (gambar 4.37)
202
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.37. Perlengkapan lash dan ganjal kendaraan di KMP
Untuk
mengantisipasi
tidak
terikatnya
kendaraan R4 dengan system lashing, pada umumnya pengaturan kendaraan R4 diberikan jarak antar kendaraaan seminimal mungkin dan diatur untuk kendaraan yang tingginya setara. Hal ini untuk menghindari kendaraan yang lebih tinggi akan menimpa kendaraan lain yang lebih kecil disampingnya disat kapal oleng (gambar 4.38).
203
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.38. a. Akibat pengaturan muatan kendaraan yang tidak sesuai SOP
204
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 4.38.b. Akibat pengaturan muatan kendaraan yang tidak sesuai SOP
Beberapa
kapal
penyeberangan
memiliki
ruangan ABK di dalam cardeck yang sering menimbulkan masalah akses bagi pada ABK ketika akan keluar ruangan dikarenakan pintu akses tidak dapat terbuka karena terhalang muatan/kendaraan.
205
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Beberapa kapal penyeberangan pada lintas tertentu tidak dapat mengatasi kondisi cuaca yang sedikit ekstrim, sementara ada kapal pada lintas tersebut yang masih dapat mengatasinya.
Lamanya waktu proses sandar kapal karena kapal
tidak
dilengkapi
dengan
thruster,
sehingga kemampuan olah gerak saat sandar sangat terbatas.
Sistem komunikasi antar crew saat pengaturan muatan/kendaraan
masih
belum
seragam,
karena disesuaikan dengan kondisi yang ada, ada yang menggunakan Handy Talky ataupun menggunakan Hand Phone.
Dengan
permasalahan
diperhatikan
secara
tersebut cermat,
di maka
atas,
jika
merupakan
permasalahan yang perlu diberikan solusi dengan langkah-langkah standarisasi.
d. Kriteria standar Keinginan
semua
pihak
baik
pemerintah,
perusahaan pelayaran (operator) maupun pengguna jasa angkutan penyeberangan adalah agar kegiatan penyeberangan tersebut selalu dapat terselenggara dengan aman, lancar, nyaman, tertib, dan selamat sampai tujuan. Untuk hal tersebut di samping 206
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
diperlukan bentuk lambung kapal yang stabil dan handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga sarana navigasi dan komunikasi yang memadai. Memperhatikan kondisi alur-alur pelayaran di semua lintas di Indonesia dan kondisi dan karakteristik muatannya, maka kriteria standar yang mesti harus diperhatikan oleh pemerintah dalam standarisasi kapal penyeberangan adalah sebagai berikut :
1) Lambung kapal Lambung kapal untuk pelayaran penyeberangan secara tepat harus memenuhi kriteria kebutuhan yang mencakup antara lain: memberikan ruang muat yang cukup leluasa berdasarkan ukuranukuran
kendaraan
pengguna
jasa
penyeberangan tersebut; berukuran utama yang memberikan kinerja stabilitas yang baik sesuai dengan karakteristik perairan setempat, dan memberikan kemampuan olah gerak yang diperlukan sesuai
dengan
fasilitas
kolam
pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang
207
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
efisien untuk memperoleh kecepatan kapal yang diinginkan berdasarkan besaran mesin penggerak yang tersedia, memberikan wash yang rendah, serta hemat bahan bakar; Material lambung kapal dipilih yang memungkinkan pembuatan,
pemeliharaan,
serta
perbaikan
kapal dapat dilakukan di sekitar danau; dapat berlambung mono hull maupun katamaran; mempunyai kedalaman kapal yang rendah sesuai
kondisi
alur
di
pelabuhan
penyeberangan; Memberikan ruang mesin dan perlengkapan kapal yang cukup serta ruang anak buah kapal yang nyaman.
2) Ruang muat Ruang
muat
kapal
mampu
memberikan
ketinggian geladak muat yang sama dengan ukuran ketinggian pada prasarana angkutan jalan raya seperti ketinggian pintu tol; dan memberikan berjajarnya
lebar
yang
kendaraan
yang
cukup aman
untuk dan
memberikan ruang kerja yang cukup bagi anak buah kapal di dalam melaksanakan tugasnya; dilengkapi dengan perlengkapan pengikatan muatan yang tepat; ventilasi udara yang cukup; memberikan sistem informasi pengeras suara
208
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
yang strategis; akses penumpang dan awak kapal dari dan ke ruang penumpang maupun ruang anak buah kapal yang aman.
3) Peralatan navigasi dan komunikasi Peralatan
navigasi
menyesuaikan
dipasang
peralatan
transportasi
darat
dengan
positioning
yang
telah
untuk banyak
berkembang dengan teknologi GPS; sedangkan untuk peralatan komunikasi sangat diperlukan bagi kebutuhan penerimaan dan pengiriman berita secara teratur di dalam pelayaran penyeberangan
maupun
wisata,
meskipun
dalam jarak yang relatif pendek.
4) Peralatan keselamatan Peralatan
keselamatan
minimal
untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan air, dan pencegahan
bahaya
kebakaran
dilengkapi
dengan mengacu kepada regulasi yang berlaku.
5) Peralatan pencegahan pencemaran Peralatan pencegahan pencemaran perairan dari operasional kapal penyeberangan dibutuhkan dengan
mempertimbangkan
peraturan
dan
ketentuan yang berlaku bagi pengelolaan
209
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penanganan sampah dan limbah cair yang mengandung minyak dari regulasi nasional maupun internasional.
6) Standar sertifikasi Standar
sertifikasi
mempertimbangkan
disusun dan
mengacu
dengan kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagai kriteria generik dalam penyusunan standar yang juga menjadi dasar pertimbangan adalah mencakup pertimbangan yang berdasarkan aspek biaya; aspek populasi keberadaan komponen; aspek reabilitas pemeliharaan; aspek kinerja; aspek teknologi; aspek dampak terhadap produktivitas industri perkapalan; aspek proses desain; aspek produksi; aspek komersiil; aspek dampak terhadap perkembangan industri perkapalan nasional; dan aspek keramahan terhadap lingkungan.
C. ANALISA PENYUSUNAN KONSEP STANDAR Berdasarkan metodologi sebagaimana diutarakan di dalam bab sebelumnya, maka analisis penyusunan konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 210
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
1) Tahap identifikasi. Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi di dalam proses
operasional
penyelenggaraan
angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan yang terkait dengan permasalahan standar. Hal ini mengacu kepada kriteria permasalahan-permasalahan yang spesifik terkait dengan permasalahan standar yang secara rinci permasalahan tersebut terkait dengan kesesuaian produk, pengendalian keanekaragaman jenis dan ukuran, kompatibilitas, pemanfaatan sumberdaya, pemahaman
peningkatan yang
lebih
komunikasi baik,
dan
keamanan,
keselamatan, kesehatan, pelestarian kemampuan fungsi lingkungan, kepentingan konsumen dan masyarakat,
dan
mengurangi
hambatan
perdagangan. Berdasarkan identifikasi ini dipelajari dampak terhadap kinerja angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dihadapi dan dirasakan. 2) Tahap analisis sebab-akibat terhadap komponen fokus studi untuk memperoleh parameter yang memerlukan solusi standarisasi dan selanjutnya dilakukan nominasi standar apa yang akan dipilih untuk konsep standar yang sedang dipelajari baik yang bersifat adopsi maupun adaptasi. 3) Tahap pemilihan alternatif nominasi standar untuk konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan
211
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penyeberangan dengan mempertimbangkan kriteria operasional penyelenggaraan angkutan tersebut yang efisien, efektif, dan handal. 4) Tahap penulisan konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sesuai fokus studi yang sedang dilakukan.
212
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada tahap analisis, dilakukan dengan teknik matrikulasi terhadap kebutuhan adopsi maupun adaptasi standar terhadap aspek yang teridentifikasi dan juga terhadap komponen standar yang akan dianalisis, analisa dilakukan dengan adopsi bersumber dari aturan-aturan/standar yang ada dan adaptasi berasal dari solusi permasalahan yang ada di lapangan (operasional), sehingga penyusunan konsep standar dapat mengakomodasi peraturan eksisting yang menjadi acuan maupun masukan dari hasil survey lapangan.
Terdapat 4
tahapan analisa yang diuraikan pada Bab ini, meliputi; identifikasi kriteria pada tiap komponen standar, analisis sebab akibat kebutuhan pada komponen standar, pemilihan nominasi komponen standar, serta penulisan konsep standar sesuai dengan aturan dari Badan Standarisasi Nasional.
A. Identifikasi dan Klasifikasi
Pada tahap awal telah dilakukan identifikasi terhadap komponen – komponen standar yang berkaitan dengan lingkup dalam studi ini. Pada tiap komponen standar yang telah diidentifikasi terdapat kriteria kebutuhan yang
207
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
merupakan dasar dalam penentuan komponen standar tersebut. Pengklasifikasian kebutuhan pada tiap komponen yang akan distandarkan didasarkan pada kesesuaian dengan tujuan standarisasi antara lain untuk kesesuaian penggunaan produk,
proses,
metode;
kesesuaian
tukar
ataupun
penggantian baik ukuran maupun kualitas; pengendalian dan pembatasan ukuran agar tidak terlalu luas dan beraneka; menjamin
kompatibilitas;
meningkatkan
kemampuan
sumberdaya produksi; mempermudah pemahaman dan komunikasi
dalam
proses
produksi
maupun
pemanfaatannya; menjaga keamanan, keselamatan, dan kesehatan; menjamin kepentingan konsumen dan industri; mengurangi hambatan komunikasi dan perdagangan. Untuk memberikan gambaran terhadap permasalahan operasional dalam kaitannya dengan kebutuhan standar, maka dalam tabel matrik akan diklasifikasikan keterkaitan permasalahan
operasional
tersebut
terhadap
tujuan
standarisasi, klasifikasi permasalahan standar meliputi: 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya; 6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian lingkungan;
208
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan. Berikut diuraikan klasifikasi komponen standar sesuai dengan identifikasi yang telah dilakukan untuk tiap objek standar.
1. Lambung kapal sungai dan danau
Bentuk lambung kapal sangat menentukan karakteristik kapal secara keseluruhan. Lambung merupakan dasar perhitungan terhadap stabilitas, tahanan gelombang, sistem propulsi serta beberapa komponen terkait dengan pembagian ruangan dalam kapal. Bentuk lambung kapal
sungai
semaksimal
mungkin
dapat
mengakomodasi batasan kondisi alur sungai tersebut, antara lain: penyesuaian sarat kapal, efek trim, pengaruh timbulan gelombang dan faktor teknis lainnya.
Selanjutnya,
lebar
alur
sungai
perlu
diperhatikan untuk daerah olah gerak dan manuver kapal, volume lalu lintas angkutan, disamping pengaruh olah gerak kapal akibat angin, gelombang dan arus. Pada umumnya kapal sungai dan danau di Indonesia dibangun di galangan kapal tradisional oleh sekelompok masyarakat pengrajin yang memiliki keahlian membuat kapal yang didapatkan secara turun temurun. Kondisi
209
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
sosial budaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap bentuk kapal yang dihasilkan, sehingga terdapat variasi bentuk kapal yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Secara teori ilmu perkapalan, keberagaman bentuk maupun ukuran kapal sungai dan danau menjadi bahan kajian guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bentuk kapal yang pada akhirnya dapat menghasilkan suatu standar desain lambung kapal yang sesuai untuk kondisi perairan sungai dan danau di Indonesia.
Tabel 5.1 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar
Desain Lambung
Variasi Bentuk dan Ukuran Lambung
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Variasi bentuk lambung kapal sungai dan danau yang ada saat ini perlu disesuaikan dengan kondisi daerah operasional dan peruntukannya. Hal itu penting karena pada bentuk lambung kapal tertentu bisa menjadi tidak sesuai dengan satu daerah operasional namun menjadi
210
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
efektif bila beroperasi didaerah lain. Demikian pula dalam hal peruntukannya dimana satu bentuk lambung bisa menjadi sesuai untuk mengangkut barang namun tidak
efektif bila digunakan
untuk mengangkut
penumpang. Selain pertimbangan kapasitas dan daya muat, variasi ukuran lambung kapal sungai dan danau juga terkait dengan karakteristik oleh gerak dan stabilitas kapal dengan indikasi sebagai berikut; -
Perbandingan L/B yang besar adalah sesuai untuk kapal
kapal
dengan
kecepatan
tinggi
dan
mempunyai perbandingan ruangan yang cukup baik
akan
tetapi
kekurangannya
adalah
mengurangi kemampuan olah gerak dan stabilitas kapal. -
Perbandingan L/B yang kecil akan memberikan kemampuan stabilitas yang lebih baik tetapi akan dapat menambah tahanan kapal.
-
Perbandingan L/H yang besar akan mengurangi kekuatan memanjang kapal sebaliknya harga perbandingan L/H yang kecil akan menambah kekuatan memanjang kapal.
-
Perbandingan B/T yang kecil akan mengurangi stabilitas kapal sebaliknya harga perbandingan B/T yang besar akan membuat stabilitas kapal lebih baik.
211
PT. Bahari Engineering Consultant
-
Laporan Akhir
Perbandingan H/T adalah berhubungan dengan cadangan daya apung dan pada kapal kapal penumpang
biasanya
memiliki
Harga
perbandingan H/T yang cukup besar.
2. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal sungai dan danau
Ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang
merupakan bagian yang terbesar dan terpenting dari seluruh komponen ruangan kapal sungai dan danau. Komposisi ruangan-ruangan tersebut harus ditata sebaik mungkin sesuai standar kenyamanan dan keselamatan penumpang dan pengguna jasa lainnya. Dari keberagaman jenis dan tipe kapal sungai dan danau yang ada, beragam pula permasalahan yang dihadapi dalam penataan ruang muatnya. Hal ini perlu diidentifikasi untuk selanjutnya dikaji untuk diberikan jalan pemecahannya. Tabel 5.2 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Ruang Muat & Penumpang Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi Desain Ruang Muat dan
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
a. Area Kendaraan Tidak Teratur b. Posisi dan Jarak
212
9
10
PT. Bahari Engineering Consultant )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
Fokus Standarisasi
No
Penumpang
Laporan Akhir
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
Antar Tempat Duduk Kurang Proporsional c. Tidak Tersedia Ruang Bagasi d. Posisi Jendela Tidak Nyaman e. Posisi Ruang Kemudi Kurang Sesuai
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari segi penggunaan, pada dasarnya kapal sungai dan danau dapat digolongkan sebagai kapal multifungsi. Tidak ada perbedaan bentuk lambung antara kapal penumpang dan kapal barang. Kondisi tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain; -
Batasan antara ruang muat dan ruang penumpang menjadi tidak jelas, sehingga sering dijumpai muatan
kendaraan
ditempatkan
di
ruang
penumpang demikian pula sebaliknya dimana banyak penumpang yang berada diruang muat kendaraan. -
Tempat duduk penumpang juga berfungsi sebagai tempat untuk barang bawaan penumpang.
-
Jumlah dan posisi jendela tidak memadai dan kurang sesuai dengan kenyamanan penumpang.
213
9
10
PT. Bahari Engineering Consultant
-
Pada
beberapa
Laporan Akhir
jenis
kapal,
ruang
kemudi
ditempatkan di bagian belakang kapal sehingga jarak pandang pengemudi lebih jauh dari batas normal satu setengah kali panjang kapal yang kurang sesuai untuk kapal sungai. 3. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal sungai dan danau
Peralatan navigasi kapal sungai dan danau merupakan peralatan yang diperlukan untuk membantu dalam hal petunjuk arah global agar kendali kapal menuju arah/tujuan sesuai dengan yang direncanakan. Peralatan komunikasi merupakan peralatan manual maupun elektronik yang diperlukan untuk membantu awak kapal dalam berhubungan dengan pihak lain baik didalam kapal, antar kapal dengan kapal lain, maupun kapal dengan berbagai pihak lain di darat. Peralatan navigasi dan komunikasi merupakan salah satu peralatan yang sangat vital diperlukan dalam operasional kapal, namun demikian hasil survey yang dilakukan pada kapal – kapal angkutan sungai dan danau
menunjukkan
tingkat
kepedulian
akan
kelengkapan dan kompatibilitas peralatan navigasi dan komunikasi yang masih rendah.
214
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.3 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Navigasi & Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi
1
Peralatan navigasi
2
Peralatan Komunikasi
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
a. Dijumpai perlengkapan navigasi standar untuk di anjungan kapal tidak lengkap b. Perlengkapan navigasi standar seperti kompas hanya sebagai pajangan dan belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan alasan para Nakhoda & crew kapal sudah sangat familiar dengan rute kapal mereka pada alur sungai, c. Lampu – lampu navigasi pada kapal sungai tidak seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut pancar, maupun warna, d. Pola operasional kapal – kapal sungai dan danau sebagian besar melakukan kegiatan pada siang hari, sehingga sering mengabaikan kelengkapan peralatan navigasi yang diperlukan pada malam hari, a. Dalam hal komunikasi internal di kapal belum tersedia peralatan komunikasi, b. Dalam hal komunikasi dengan
215
PT. Bahari Engineering Consultant )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
pihak luar (selain di kapal) rata-rata memanfaatkan jaringan GSM/CDMA, c. Dijumpai perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal sungai tidak seragam dalam hal jenis dan spesifikasi, d. Dijumpai perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal – kapal sungai sebagian masih tidak sinkron/kompatibel dengan yang digunakan oleh otoritas pelabuhan, maupun aparat keamanan setempat untuk kepentingan kordinasi operasional, e. Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan komunikasi pada kapal – kapal sungai dan danau.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Rendahnya tingkat kepedulian akan kelengkapan dan kompatibilitas peralatan navigasi dan komunikasi harus ditindak lanjuti oleh pihak – pihak terkait sebagai
216
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Pembina dalam hal penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dengan memberikan aturan dan standar yang jelas. Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil survey, beberapa permasalahan standar telah diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.3. dengan penjelasan sebagai berikut :
Kelengkapan peralatan navigasi minimal yang berada di anjungan kapal, memiliki klasifikasi standar dalam hal keamanan dan keselamatan, serta jaminan kepentingan konsumen yang harus diutamakan.
Perlengkapan navigasi seperti kompas yang belum termanfaatkan dengan baik dan maksimal oleh crew kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi
standar
dalam
hal
kesesuaian
penggunaan, keamanan dan keselamatan, serta jaminan kepentingan konsumen.
Lampu navigasi pada kapal sungai dan danau belum seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut
pancar,dan
warna
lampu,
memiliki
klasifikasi standar dalam hal keanekaragaman dan keamanan dan keselamatan.
Pola operasional kapal – kapal sungai dan danau sebagian besar melakukan kegiatan pada siang hari, sehingga sering mengabaikan kelengkapan peralatan navigasi yang diperlukan pada malam 217
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
hari, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan dan
keanekaragaman,
serta keamanan dan keselamatan.
Dalam hal komunikasi internal di kapal belum tersedia
peralatan
komunikasi,
memiliki
klasifikasi standar dalam hal kompatibilitas, keanekaragaman,
jaminan
kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Dalam hal komunikasi dengan pihak luar (selain di kapal) rata-rata memanfaatkan jaringan GSM/CDMA, dalam
memiliki
hal
kompatibilitas,
klasifikasi
kesesuaian
standar
penggunaan,
keanekaragaman,
jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal sungai tidak seragam dalam hal jenis dan spesifikasi, memiliki klasifikasi standar dalam hal keanekaragaman, hambatan perdagangan, serta keamanan dan keselamatan.
Perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal – kapal sungai sebagian masih tidak sinkron/kompatibel dengan yang digunakan oleh otoritas pelabuhan, maupun aparat keamanan setempat
untuk
kepentingan
kordinasi
operasional, memiliki klasifikasi standar dalam 218
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
hal kesesuaian penggunaan, kompatibilitas, keanekaragaman,
jaminan
kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan komunikasi pada kapal – kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi standar dalam hal keanekaragaman, hambatan perdagangan, serta keamanan dan keselamatan.
4. Peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau
Persyaratan keselamatan pada kapal sungai dan danau secara umum sesuai dengan standar kapal non konvensi berbendera
Indonesia
berdasar
atas
daerah
operasionalnya, maka dikategorikan sebagai kapal yang berlayar di perairan terlindung, namun demikian selama ini dalam hal persyaratan keselamatan, peralatan keselamatan tetap mengacu pada aturan peralatan keselamatan yang berlaku pada kapal laut pada beberapa peralatan seperti standar life jacket, dan pelampung. Dalam penerapannya banyak ketentuan yang belum diimplementasikan secara lengkap dan seragam oleh sebagian besar operator angkutan sungai dan danau. Pada tabel 5.4 disajikan pengklasifikasian terhadap permasalahan
standar
yang
terkait
peralatan
keselamatan pada kapal sungai dan danau.
219
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.4 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar
Peralatan keselamatan
a. Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan keselamatan b. Penempatan peralatan keselamatan bervariasi, c. Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan keselamatan kurang, d. Petunjuk dan tata cara penggunaan peralatan keselamatan belum ada, e. Kesadaran penumpang untuk menjaga keutuhan peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau sangat rendah, dengan sering hilangnya peralatan yang ada, f. Peralatan pencegah kebakaran belum lengkap dan spesifikasi tidak seragam pada kapal sungai dan danau g. Pendanaan
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
220
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan keselamatan pada kapal – kapal sungai dan danau.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Rendahnya tingkat kepedulian akan kelengkapan peralatan keselamatan harus ditindak lanjuti oleh pihak –
pihak
terkait
sebagai
Pembina
dalam
hal
penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dengan memberikan aturan dan standar yang jelas. Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil survey, beberapa permasalahan standar telah diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.4. dengan penjelasan sebagai berikut :
Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan keselamatan, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Penempatan peralatan keselamatan bervariasi, memiliki
klasifikasi
standar
dalam
hal
221
PT. Bahari Engineering Consultant
kesesuaian
Laporan Akhir
penggunaan,
keanekaragaman,
hambatan perdagangan, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan
keselamatan
kurang,
memiliki
klasifikasi standar dalam hal komunikasi dan pemahaman, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Petunjuk dan tata cara penggunaan peralatan keselamatan belum ada, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, keanekaragaman, komunikasi dan pemahaman, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Peralatan pencegah kebakaran belum lengkap dan spesifikasi tidak seragam pada kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, keanekaragaman, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kesadaran penumpang untuk menjaga keutuhan peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau sangat rendah, dengan sering hilangnya peralatan yang ada, memiliki klasifikasi standar dalam
hal
komunikasi
pemberdayaan dan
sumber
pemahaman,
daya, jaminan 222
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan keselamatan pada kapal – kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi standar dalam hal komunikasi dan pemahaman serta hambatan perdagangan.
5. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal sungai dan danau
Dari tinjauan survey lapangan terkait dengan upaya pencegahan pencemaran lingkungan karena operasional kapal sungai dan danau baik itu terhadap lingkungan perairan maupun lingkungan udara, maka dijumpai beberapa permasalahan yang diidentifikasikan sebagai permasalahan yang dapat diatasi dengan adanya suatu standar. Permasalahan tersebut mencakup hal-hal seperti terganggunya kenyamanan maupun kesehatan bagi pengguna jasa angkutan sungai dan danau; terganggunya estetika lingkungan perairan sungai dan danau;
ketersediaan
penanganan
pengelolaan
lingkungan kapal yang beraneka antara kapal yang satu dengan yang lain; timbulnya gangguan terhadap ekosistem biota di perairan sungai maupun danau; sering dijumpai terganggunya sistem propulsi karena
223
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
sampah; dan adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon dari permesinan kapal. Berdasarkan kriteria standar, maka permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan terkait dengan permasalahan pelestarian kemampuan fungsi alam atau lingkungan, disamping itu juga akan terkait dengan
keamanan,
keselamatan,
dan
kesehatan
lingkungan, maupun jaminan kepentingan konsumen. Selanjutnya klasifikasi permasalahan standar ini disajikan dalam tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1.
Fokus Standarisasi Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapal-kapal sungai dan danau karena minyak atau buangan yang mengandung minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
a. Terganggunya kenyamanan ataupun kesehatan bagi pengguna jasa angkutan sungai dan danau. b. Terganggunya estetika lingkungan perairan sungai dan danau. c. Ketersediaan penanganan pengelolaan lingkungan kapal yang beraneka. d. Terganggunya ekosistem biota di perairan sungai dan danau.
224
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
e. Terganggunya system propulsi karena sampah. f. Adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon. g. Adanya potensi pencemaran lingkungan karena pemakaian anti tritip; pemakaian bahan pelindung anti karat pada badan kapal (tangkitangki); pengelolaan air balas; dan pencucian tangki.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
6. Sertifikasi kapal sungai dan danau
Dari hasil survey lapangan ke institusi maupun perusahaan pelayaran kapal-kapal sungai dan danau terkait dengan sertifikasi maupun perijinan operasional kapal-kapal sungai dan danau, maka dijumpai beberapa permasalahan
yang
diidentifikasikan
sebagai
permasalahan yang dapat diatasi dengan suatu standar. Permasalahan
tersebut
mencakup hal-hal
seperti
beranekanya jumlah dan jenis sertifikasi yang harus dipenuhi dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal sungai dan danau; terdapat dua sektor perhubungan
225
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
yang terkait dengan operasional kapal sungai dan danau, yaitu sektor perhubungan matra laut dan matra darat; mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi kompetensi
dan
memerlukan
komunikasi
dan
pemahaman yang baik. Berdasarkan kriteria standar, maka permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan terkait dengan permasalahan standar komunikasi dan pemahaman sertifikasi dan juga jaminan kepentingan konsumen sebagaimana disajikan dalam tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Klasifikasi Permasalahan Standar Sertifikasi pada Kapal Sungai dan Danau )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi Sertifikasi operasional kapal sungai dan danau.
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
a. Sertifikasi yang harus dipenuhi dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal sungai dan danau bervariasi jumlah dan jenisnya berdasarkan ukuran kapal. b. Terdapat dua sektor perhubungan yang terkait dengan operasional kapal sungai dan danau, yaitu sektor pada matra laut dan matra darat.
226
PT. Bahari Engineering Consultant )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
c.
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
Mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi kompetensi dan memerlukan komunikasi dan pemahaman yang baik
Sumber : Analisis konsultan, 2012
7. Lambung kapal penyeberangan Pada umumnya kapal penyeberangan yang beroperasi di Indonesia sudah didesain dan dibangun sesuai dengan prosedur standar yang berlaku baik di galangan dalam negeri maupun luar negeri. Dari segi bentuk lambung, didominasi oleh bentuk V dan bentuk U, sementara dari segi tipe pada umumnya berlambung tunggal meskipun di beberapa daerah ada yang berlambung ganda (catamaran). Lambung berbentuk V memiliki keuntungan antara lain: -
Kemampuan seakeeping dan manouvering kapal lebih baik
-
Memiliki tahanan kecil sehingga bisa lebih cepat dari kapal bentuk lain pada tenaga mesin yang sama.
Lambung berbentuk U memiliki keuntungan antara lain: -
Kecenderungan memiliki stabilitas yang baik. 227
PT. Bahari Engineering Consultant
-
Laporan Akhir
Cenderung memiliki penataan ruang muat yang baik.
Pada prinsipnya bentuk dan tipe lambung kapal harus disesuaikan dengan kondisi perairan dimana kapal tersebut akan beroperasi. Untuk daerah perairan bergelombang tinggi maka tipe kapal yang sesuai adalah bentuk V sementara untuk daerah perairan dangkal sebaiknya dilayani
oleh
kapal dengan
lambung
berbentuk U. Hal ini dapat dipilih sebaliknya dengan telah diperhitungkan terlebih dahulu secara teliti untuk dapat dipertanggung jawabkan keselamatannya. Penempatan
kapal
yang
tidak
sesuai
dengan
karakteristik daerah pelayaran seringkali menghadapi kesulitan dalam operasionalnya. Tabel 5.7 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Lambung Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar
Desain Lambung
Variasi Tipe, Bentuk dan Ukuran Lambung
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Terdapat beberapa lintas penyeberangan di Indonesia yang dilayani oleh kapal-kapal dengan bentuk lambung yang bervariasi. Keberadaan kapal penyeberangan
228
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dengan bentuk lambung yang berbeda-beda pada lintas yang sama sering kali diakibatkan oleh kebijakan operator untuk memindahkan kapal yang sudah dioperasikan pada daerah yang sesuai ke lintas pelayaran baru dengan karakteristik perairan yang berbeda. Kebijakan penggunaan kapal bekas dari luar negeri juga memiliki resiko tidak sesuai dengan lintas yang akan dilayari di Indonesia. Selain bentuk lambung, variasi ukuran kapal pada lintasan yang sama juga dijumpai dihampir semua lintasan
penyeberangan.
Kondisi
ini
akan
mempengaruhi pola operasional pelabuhan secara keseluruhan dimana pemilik kendaraan cenderung menunggu
kapal
dengan
ukuran
lebih
besar
dibandingkan kapal kecil.
8. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal penyeberangan
Ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang
seharusnya didesain untuk mengakomodasi keaneka ragaman muatan yang akan diangkut. Ruang muat ditata berdasarkan jenis kendaraan yang akan diangkut. Perbedaan jenis kendaraan membutuhkan ruang dan perlakuan yang berbeda pula. Kendaraan roda empat atau lebih membutuhkan ruang yang lebih besar dan
229
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
jarak antar kendaraan harus cukup memadai untuk memudahkan pengikatan atau lashing. Sementara untuk kendaraan
roda
dua
atau
sejenisnya
meskipun
membutuhkan ruang yang kecil namun harus ditata sedemikian rupa supaya tidak mengganggu akses dalam proses bongkar muat. Ruang
akomodasi
penumpang
perlu
didesain
sedemikian rupa supaya lebih informatif dan akomodatif untuk memudahkan penumpang mencari akses yang diinginkan sehingga merasa aman dan nyaman dalam pelayaran. Tabel 5.8 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Ruang Muat & Penumpang Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi Desain Ruang Muat dan Penumpang
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestariankemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
a. Ketinggian Geladak Muatan Bervariasi b. Rambu Penataan Kendaraan Tidak Jelas c. Rambu dan Penunjuk Akses di Ruang Muat Kurang Informatif d. Area Parkir untuk Kendaraan R2 dan R3 Tidak Ada e. Jarak Antar Kendaraan Tidak Teratur f. Ukuran Pintu Rampa Bervariasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
230
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Ukuran tinggi geladak kapal penyeberangan sangat menentukan ukuran kendaraan yang bisa diangkut. Kondisi dilapangan seringkali dijumpai beberapa kendaraan mengalami kesulitan memasuki lambung kapal karena tinggi muatan kendaraan melebihi tinggi geladak kapal. Selain permasalahan teknis, manajemen penataan kendaraan di ruang muat tidak ditunjang oleh rambu yang memadai sehingga proses penempatan kendaraan tidak teratur. Selain itu tempat untuk kendaraan roda dua dan sejenisnya belum tersedia secara khusus sehingga semakin menambah keruwetan dalam proses bongkar muat kapal.
9. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal penyeberangan
Peralatan navigasi kapal penyeberangan merupakan peralatan manual maupun elektronik yang diperlukan untuk membantu dalam hal petunjuk arah global agar kendali kapal menuju arah/tujuan sesuai dengan yang direncanakan.
Peralatan
komunikasi
merupakan
peralatan manual maupun elektronik yang diperlukan untuk membantu awak kapal dalam berhubungan dengan pihak lain baik didalam kapal, antar kapal
231
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dengan kapal lain, maupun kapal dengan berbagai pihak lain di darat. Peralatan navigasi dan komunikasi merupakan salah satu peralatan yang sangat vital diperlukan dalam operasional kapal, namun demikian hasil survey yang dilakukan pada kapal – kapal angkutan penyeberangan menunjukkan tingkat kepedulian akan penggunaan, kelengkapan dan kompatibilitas peralatan navigasi dan komunikasi yang masih rendah, terutama untuk penggunaan alat komunikasi antar kapal dengan kapal, pengukur kedalaman (depth sounder). Pada tabel 5.9 disajikan pengklasifikasian terhadap permasalahan
standar
yang
terkait
peralatan
keselamatan pada kapal penyeberangan. Tabel 5.9 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Navigasi & Komunikasi pada Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi Peralatan navigasi
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
a. Dijumpai tidak tersedia secara lengkap di kapal. b. Spesifikasi teknis peralatan navigasi masih bervariasi. c. Peralatan pengukur kedalaman tidak digunakan secara maksimal.
232
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
2
Fokus Standarisasi
Peralatan komunikasi
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
d. Lampu – lampu navigasi belum seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut pancar, dan warna. e. Peralatan penunjuk arah dan peta digital belum seragam. a. Dijumpai masih ada kapal penyeberangan yang peralatan komunikasi intern (antar crew) masih kurang. b. Penggunaan radio komunikasi 2 arah dalam hal sepesifikasi masih belum seragam. c. Dijumpai komunikasi antar crew pada saat operasional menggunakan jaringan GSM/CDMA. d. Dijumpai sumber daya peralatan komunikasi masih menyatu dengan sumber tenaga listrik utama.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil survey,
beberapa
permasalahan
standar
telah
diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.9. dengan penjelasan sebagai berikut :
Dijumpai tidak tersedia secara lengkap di kapal, memiliki
klasifikasi
standar
dalam
hal
233
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kompatibilitas, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Spesifikasi teknis peralatan navigasi masih bervariasi, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, keanekaragaman, hambatan perdagangan, serta keamanan dan keselamatan.
Peralatan pengukur kedalaman tidak digunakan secara maksimal, sering terjadi kapal kandas pada perairan dangkal, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, Pemberdayaan
sumber
daya,
jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Lampu – lampu navigasi belum seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut pancar, dan warna, memiliki
klasifikasi
standar
dalam
hal
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman, serta keamanan dan keselamatan.
Peralatan penunjuk arah dan peta digital belum seragam, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian
penggunaan,
keanekaragaman,
kompatibilitas, serta keamanan dan keselamatan.
Dijumpai masih ada kapal penyeberangan yang peralatan komunikasi intern (antar crew) masih kurang, memiliki klasifikasi standar dalam hal 234
PT. Bahari Engineering Consultant
kesesuaian
Laporan Akhir
penggunaan,
keanekaragaman,
kompatibilitas, jaminan kepentingan konsumen serta keamanan dan keselamatan.
Penggunaan radio komunikasi 2 arah dalam hal sepesifikasi masih belum seragam, memiliki klasifikasi
standar
dalam
hal
kesesuaian
penggunaan, keanekaragaman, kompatibilitas, hambatan perdagangan serta keamanan dan keselamatan.
Dijumpai komunikasi antar crew pada saat operasional
menggunakan
GSM/CDMA, dalam
hal
kompatibilitas,
memiliki
klasifikasi
kesesuaian dan
jaringan
jaminan
standar
penggunaan, kepentingan
konsumen.
Dijumpai sumber daya peralatan komunikasi masih menyatu dengan sumber tenaga listrik utama, memiliki klasifikasi standar dalam hal kompatibilitas,
dan
jaminan
kepentingan
konsumen serta keamanan dan keselamatan.
10. Peralatan keselamatan pada kapal penyeberangan
Peralatan keselamatan yang dipersyaratkan pada kapal penyeberangan mengacu pada ketentuan kapal non konvensi (GRT dibawah 500GT) dan pada ketentuan 235
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Internasional (SOLAS). Dalam penerapannya banyak ketentuan
yang
belum
diimplementasikan
secara
lengkap dan seragam oleh sebagian besar operator angkutan penyeberangan. Pada tabel 5.10 disajikan pengklasifikasian terhadap permasalahan standar yang terkait
peralatan
keselamatan
pada
kapal
penyeberangan.
Tabel 5.10 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi Peralatan keselamatan
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
a. Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan keselamatan. b. Penempatan peralatan keselamatan bervariasi. c. Peralatan pemadam kebakaran dijumpai sudah kadaluwarsa. d. Petunjuk penggunaan peralatan pemadam kebakaran kurang informatif dan tidak seragam. e. Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan
236
10
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
keselamatan kurang informatif dan tidak seragam. f. Kartu petunjuk cara penggunaan peralatan keselamatan belum disediakan. g. Papan informasi tentang petunjuk dan tata cara evakuasi kondisi darurat belum seragam dalam hal tampilan maupun penempatannya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil survey,
beberapa
permasalahan
standar
telah
diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.10. dengan penjelasan sebagai berikut :
Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan keselamatan, memiliki klasifikasi standar dalam hal kesesuaian penggunaan, jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Penempatan peralatan keselamatan bervariasi, memiliki
klasifikasi
standar
dalam
hal
237
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
keanekaragaman,
jaminan
kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Peralatan pemadam kebakaran dijumpai sudah kadaluwarsa, memiliki klasifikasi standar dalam hal
kesesuaian
penggunaan,
jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Petunjuk
penggunaan
peralatan
pemadam
kebakaran kurang informatif dan tidak seragam, memiliki
klasifikasi
kesesuaian
standar
penggunaan,
dalam
hal
keanekaragaman,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan keselamatan kurang informatif dan tidak seragam, memiliki klasifikasi standar dalam
hal
kesesuaian
penggunaan,
jaminan
kepentingan
keanekaragaman,
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kartu petunjuk cara penggunaan peralatan keselamatan klasifikasi penggunaan,
belum standar
disediakan, dalam
memiliki
hal
kesesuaian
keanekaragaman,
jaminan
kepentingan konsumen, serta komunikasi dan pemahaman.
238
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Papan informasi tentang petunjuk dan tata cara evakuasi kondisi darurat belum seragam dalam hal tampilan maupun penempatannya, memiliki klasifikasi
standar
penggunaan,
dalam
hal
kesesuaian
keanekaragaman,
jaminan
kepentingan konsumen, serta komunikasi dan pemahaman.
11. Peralatan
pencegah
pencemaran
pada
kapal
penyeberangan
Dari tinjauan survey lapangan terkait dengan upaya pencegahan pencemaran lingkungan karena operasional kapal penyeberangan baik itu terhadap lingkungan perairan maupun lingkungan udara, maka dijumpai beberapa permasalahan yang teridentifikasikan sebagai permasalahan yang dapat diatasi dengan suatu standar . Sebagaimana hasil survey yang dilakukan terhadap operasional kapal-kapal sungai dan danau, maka pada kapal-kapal penyeberanganpun dijumpai permasalahan yang mirip sama. Permasalahan tersebut mencakup halhal
seperti
kesehatan
terganggunya bagi
kenyamanan
pengguna
jasa
maupun angkutan
penyeberangan; terganggunya estetika lingkungan perairan
sungai,
danau,
pantai
maupun
laut;
ketersediaan penanganan pengelolaan lingkungan
239
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kapal yang beraneka antara kapal yang satu dengan yang lain; timbulnya gangguan terhadap ekosistem biota di perairan sungai, danau, pantai, maupun laut; dan adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon dari permesinan kapal-kapal standar,
penyeberangan.
maka
diklasifikasikan
Berdasarkan
permasalahan terkait
kriteria
tersebut
dengan
dapat
permasalahan
pelestarian kemampuan fungsi alam atau lingkungan, di samping itu juga akan terkait dengan keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan, maupun jaminan
kepentingan
konsumen.
Selanjutnya
klasifikasi permasalahan standar ini disajikan dalam tabel 5.11 berikut. Tabel 5.11 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar
Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapal penyeberang an karena minyak atau buangan yang mengandung
a. Terganggunya kenyamanan ataupun kesehatan bagi pengguna jasa angkutan penyeberangan. b. Terganggunya estetika lingkungan perairan sungai danau, pantai, maupun laut.
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
240
10
PT. Bahari Engineering Consultant )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
Laporan Akhir
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar 1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
c.
Ketersediaan penanganan pengelolaan lingkungan kapal penyeberangan yang beraneka. d. Terganggunya ekosistem biota di perairan sungai, danau, pantai, maupun laut. Adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon dari kapal-kapal penyeberangan. Adanya potensi pencemaran lingkungan karena pemakaian anti tritip; pemakaian bahan pelindung anti karat untuk badan kapal (tangki-tangki); pengelolaan air balas; dan pencucian tangki.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
12. Sertifikasi kapal sungai dan danau pada kapal penyeberangan
Dari hasil survey lapangan ke institusi maupun perusahaan pelayaran kapal-kapal penyeberangan terkait dengan sertifikasi maupun perijinan operasional, maka
241
10
PT. Bahari Engineering Consultant
sebagaimana
Laporan Akhir
survey
yang
dilakukan
terhadap
operasional kapal-kapal sungai dan danau dijumpai juga beberapa permasalahan yang diidentifikasikan mirip sebagai permasalahan yang dapat diatasi dengan adanya suatu standar. Permasalahan tersebut mencakup hal-hal seperti beranekanya sertifikasi yang harus dipenuhi dan
dilengkapi
dalam
pengoperasian
kapal
penyeberangan; terdapat dua sektor perhubungan yang terkait dengan operasional kapal penyeberangan, yaitu sektor perhubungan matra laut dan matra darat; mekanisme
penerbitan
kompetensi
dan
sertifikasi
memerlukan
yang
multi
komunikasi
dan
pemahaman yang baik. Berdasarkan kriteria standar, maka permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan terkait dengan permasalahan standar komunikasi dan pemahaman sertifikasi dan juga jaminan kepentingan konsumen sebagaimana disajikan dalam tabel 5.12 berikut. Tabel 5.12 Klasifikasi Permasalahan Standar Sertifikasi pada Kapal Penyeberangan )* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No 1
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar
Sertifikasi operasional kapal penyeberang
a. Sertifikasi yang harus dipenuhi dan dilengkapi dalam
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
242
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar : 1). Kesesuaian penggunaan; 2). Interchangeability (mampu tukar); 3). Keanekaragaman (Variety reduction); 4). Kompatibilitas; 5). Pemberdayaan sumberdaya;
No
Fokus Standarisasi an
6). Komunikasi dan pemahaman; 7). Keamanan, keselamatan & kesehatan; 8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan; 9). Jaminan kepentingan konsumen; 10). Hambatan perdagangan.
Permasalahan Standar
1
2
Klasifikasi Permasalahan Standar )* 3
4
5
6
7
8
9
10
pengoperasian kapal penyeberangan bervariasi jumlah dan jenisnya berdasarkan ukuran kapal. b. Terdapat dua sektor perhubungan yang terkait dengan operasional kapal penyeberangan, yaitu sektor perhubungan pada matra laut dan matra darat. c. Mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi kompetensi dan memerlukan komunikasi dan pemahaman yang baik
Sumber : Analisis konsultan, 2012
B. Analisis Sebab Akibat
Untuk lebih mendalami esensi kebutuhan standar pada sarana angkutan penyeberangan sesuai dengan lingkup studi ini, maka setelah komponen standar yang teridentifikasi tersebut
diklasifikasikan
sesuai
dengan
klasifikasi
permasalahan standar, maka pointer – pointer permasalahan tersebut dilakukan analisa efek/dampak yang terjadi pada
243
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
kondisi operasional. Analisa sebab-akibat bertujuan untuk mengetahui sifat – sifat permasalahan standar yang muncul saat operasional dan bagaimana potensi dampak yang ditimbulkan pada saat operasional sarana angkutan penyeberangan, terutama tingkat kesesuaian dengan aturan yang berlaku.
1. Lambung kapal sungai dan danau
Indentifikasi dampak dari permasalahan desain lambung kapal sungai dan danau dari hasil survei dan kajian literatur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Lambung pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Desain Lambung
Variasi bentuk dan ukuran lambung
Dampak pada operasional (Akibat) -
-
Bentuk lambung yang lancip (V) tidak bisa beroperasi pada perairan dangkal. Pengaruh gelombang yang ditimbulkan oleh lambung kapal dapat merusak lingkungan sungai.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Timbulan gelombang yang terjadi pada permukaaan sungai dapat disebabkan oleh besarnya tahanan kapal terhadap air dan akibat bentuk badan kapal yang tidak sesuai, kecepatan angkutan sungai serta dangkalnya air sungai. Dampak timbulan gelombang ini adalah dapat
244
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
merusak lingkungan sungai, seperti: terjadinya erosi dan
sedimentasi
sungai,
ketidakstabilan
dan
ketidaknyamanan penumpang pada angkutan sungai, terganggunya aktifitas penduduk dan rusaknya struktur bangunan di sekitar bantaran sungai.
2. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal sungai dan danau
Beberapa permasalahan dan dampaknya terhadap operasional kapal terkait desain runag muat dan ruang akomodasi penumpang dapat diberikan pada tabel berikut: Tabel 5.14 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muat & Penumpang pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Desain Ruang Muat dan Penumpang
a. Area kendaraan tidak teratur
Dampak pada operasional (Akibat) -
b. Posisi dan jarak antar
tempat duduk kurang proporsional c. Tidak tersedia ruang bagasi d. Posisi jendela tidak nyaman e. Posisi ruang kemudi kurang sesuai
-
-
Memperlambat proses bongkar muat Mempengaruhi keseimbangan kapal Mengganggu kenyamanan penumpang Keamanan barang kurang terjamin Kenyamanan ruang muat menjadi berkurang Jarak pandang nakhoda lebih jauh dari haluan kapal
Sumber : Analisis konsultan, 2012
245
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Dari susunan peletakan ruangan kapal sungai terlihat bahwa tidak terdapat fasilitas yang cukup layak untuk penumpang seperti tempat duduk dan kamar kecil, sedangkan untuk penempatan barang sebagian ada yang diletakkan begitu saja di atas top deck tanpa diberi perlindungan yang memadai dapat merusak muatan, dan seringkali muatan berat (seperti pupuk, tabung gas elpiji, drum bahan bakar, dll) diletakkan di atas top deck, hal ini dapat mempengaruhi stabilitas kapal secara keseluruhan sehingga membahayakan keselamatan pelayaran kapal. Penempatan ruangan penumpang
berdekatan
dengan
kamar
mesin
mengakibatkan ketidaknyamanan penumpang akibat polusi suara dan asap yang bocor dari knalpot mesin kapal.
Kapal
ini
belum
dilengkapi
dengan
perlengkapan dan peralatan navigasi dan keselamatan, namun demikian sudah memiliki lampu depan yang berguna pada pelayaran malam hari dan hari gelap.
3. Peralatan
navigasi dan
komunikasi pada kapal
sungai dan danau
Permasalahan
standar
yang
muncul
pada
saat
operasional angkutan sungai dan danau khususnya yang berkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi akan memberikan dampak pada operasional kapal tersebut.
246
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Pada tabel 5.15 disajikan bagaimana dampak (akibat) potensial yang ditimbulkan oleh permasalahan standar (sebab) dalam fokus standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi. Tabel 5.15 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Peralatan navigasi
a. Dijumpai perlengkapan navigasi standar untuk di anjungan kapal tidak lengkap.
Pola olah gerak kapal kurang efisien karena hanya mengandalkan insting dan pengalaman Nakhoda/Serang, apabila Nakhoda/Serang berhalangan, maka operasional kapal menjadi terganggu. Ketenangan berlayar menjadi kurang terjamin jika Nakhoda/Serang berhalangan,
Peralatan Komunikasi
b. Perlengkapan navigasi standar seperti kompas hanya sebagai pajangan dan belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan alasan para Nakhoda & crew kapal sudah familiar dengan rute kapal mereka pada alur sungai. c. Lampu – lampu navigasi pada kapal sungai tidak seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut pancar, maupun warna. d. Pola operasional kapal – kapal sungai dan danau sebagian besar melakukan kegiatan pada siang hari, sehingga sering mengabaikan kelengkapan peralatan navigasi yang diperlukan pada malam hari. a. Dalam hal komunikasi internal di kapal belum tersedia peralatan
Kapal sungai beresiko terjadi tubrukan dengan kapal lain pada pelayaran petang/malam hari, Jaminan terhadap kepentingan, keselamatan dan keamanan pengguna jasa angkutan sungai menjadi tidak ada.
Kelancaran proses perintah dan arahan (komunikasi) kepada anak buah kapal terhambat.
247
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab) komunikasi. b. Dalam hal komunikasi dengan pihak luar (selain di kapal) ratarata memanfaatkan jaringan GSM/CDMA. c. Dijumpai perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal sungai tidak seragam dalam hal jenis dan spesifikasi. d. Dijumpai perlengkapan komunikasi yang digunakan pada kapal – kapal sungai sebagian masih tidak sinkron/kompatibel dengan yang digunakan oleh otoritas pelabuhan, maupun aparat keamanan setempat untuk kepentingan kordinasi operasional. e. Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan komunikasi pada kapal – kapal sungai dan danau.
Laporan Akhir
Dampak pada operasional (Akibat) Penggunaan jaringan GSM/CDMA tidak dapat menjamin kelancaran komunikasi sat kondisi darurat pada wilayah yang jauh dari jangkauan jaringan. Kompatibilitas peralatan dapat menimbulkan permasalahan teknis saat operasional.
Kompatibilitas peralatan dapat menimbulkan permasalahan teknis saat operasional dan kondisi darurat.
Pembatasan peralatan kapal dengan alasan pendanaan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan jaminan keselamatan pengguna jasa.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Permasalahan standar dan dampak yang dihasilkan terkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai dan danau sesuai dengan jenis dan fungsinya seperti disajikan pada tabel 5.15 menunjukan perlunya disusun suatu kebutuhan akan standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi yang diterapkan pada kapal sungai dan danau, dimana karakteristik kapal sungai dan danau di perairan pedalaman wilayah 248
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Indonesia sangat beragam, namun tetap memiliki fungsi dan pola operasi yang sama. Kebutuhan terkait standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai dan danau diturunkan dari permasalahan standard yang telah diuraikan sebelumnya, meliputi : a. Peta dan kelengkapannya, b. Peralatan penunjuk arah, tekanan, suhu, dan kedalaman. c. Lampu navigasi, d. Radio komunikasi dan perlengkapanya,
4. Peralatan
keselamatan
pada kapal sungai dan
danau Permasalahan
standar
yang
muncul
pada
saat
operasional angkutan sungai dan danau khususnya yang berkait dengan peralatan keselamatan akan memberikan dampak pada operasional kapal tersebut terutama pada saat kondisi darurat. Pada tabel 5.16 disajikan bagaimana dampak (akibat) potensial yang ditimbulkan oleh permasalahan standar (sebab) dalam fokus standarisasi peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau.
249
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.16 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Peralatan keselamatan kapal sungai dan danau
a. Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan keselamatan. b. Penempatan peralatan keselamatan bervariasi.
Apabila terjadi kondisi darurat/ kapal tenggelam, maka peluang terjadi korban yang tidak tertolong menjadi besar.
c.
Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan keselamatan kurang.
d. Petunjuk dan tata cara penggunaan peralatan keselamatan belum ada. e. Kesadaran penumpang untuk menjaga keutuhan peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau sangat rendah, dengan sering hilangnya peralatan yang ada. f. Peralatan pencegah kebakaran belum lengkap dan spesifikasi tidak seragam pada kapal sungai dan danau. g. Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal pengadaan peralatan keselamatan pada kapal – kapal sungai dan danau.
Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam mencari peralatan keselamatan dalam tempo singkat. Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam mencari peralatan keselamatan dalam tempo singkat. Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam menggunakan peralatan keselamatan dalam tempo singkat. Dengan hilangnya peralatan keselamatan yang ada di kapal maka keselamatan penumpang lainnya menjadi kurang terjamin (apabila terjadi kecelakaan). Antisipasi saat terjadi kebakaran menjadi berkurang, resiko kerusakan menjadi lebih besar. Pembatasan peralatan keselamatan kapal dengan alasan pendanaan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan jaminan keselamatan pengguna jasa.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Permasalahan standar dan dampak yang dihasilkan terkait dengan peralatan keselamatan untuk kapal sungai
250
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
dan danau sesuai dengan jenis dan fungsinya seperti disajikan pada tabel 5.16 menunjukan perlunya disusun suatu kebutuhan akan standarisasi peralatan keselamatan yang disediakan pada kapal sungai dan danau, dimana karakteristik kapal sungai dan danau di perairan pedalaman wilayah Indonesia sangat beragam, namun tetap memiliki fungsi dan pola operasi serta potensi kecelakaan yang sama. Kebutuhan terkait standar peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau diturunkan dari permasalahan standar yang telah diuraikan sebelumnya, meliputi : a. Alat keselamatan untuk penumpang, b. Perlengkapan P3K, c. Pencegahan & perlindungan kebakaran, d. Petunjuk dan rambu-rambu untuk kondisi darurat.
5. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal sungai dan danau
Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh operasional kapal sungai dan danau sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.5, maka dapat dirasakan bahwa pengguna jasa cenderung memilih kapal yang vaforit sesuai pilihannya, atau dengan terpaksa naik kapal yang
dinilainya
kurang
nyaman,
sehingga
penumpukan penumpang pada kapal pilihan terjadi;
251
PT. Bahari Engineering Consultant
menimbulkan
Laporan Akhir
gangguan
terhadap
kunjungan
wisatawan maupun hilangnya keindahan alam yang bisa
dinikmati
wisatawan; kapal
yang
masyarakat
menimbulkan tidak
sehat;
setempat
persaingan
maupun
operasional
menimbulkan
potensi
ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional kapal sungai dan danau; kecepatan operasional kapal terganggu. Dalam matrik sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan dalam tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapal-kapal sungai dan danau karena minyak atau buangan yang mengandung minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
a. Terganggunya kenyamanan ataupun kesehatan bagi pengguna jasa angkutan sungai dan danau.
Pengguna jasa menggunakan kapal yang favorit sesuai pilihannya, atau dengan terpaksa naik kapal yang dinilainya kurang nyaman. Penumpukan penumpang pada kapal pilihan terjadi. Menimbulkan gangguan terhadap kunjungan wisatawan maupun hilangnya keindahan alam yang bisa dinikmati masyarakat setempat. Menimbulkan persaingan operasional kapal yang tidak sehat.
b. Terganggunya estetika lingkungan perairan sungai dan danau. c.
Ketersediaan penanganan pengelolaan lingkungan kapal yang beraneka. d. Terganggunya ekosistem biota di perairan sungai dan danau. e. Terganggunya system propulsi karena
Membuka potensi ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional kapal sungai dan danau. Kecepatan operasional kapal terganggu.
252
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
sampah. Adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon. g. Adanya potensi pencemaran lingkungan karena pemakaian anti tritip; pemakaian bahan pelindung anti karat untuk badan kapal (tangki-tangki); pengelolaan air balas; dan pencucian tangki.. f.
Membuka potensi ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional kapal sungai dan danau. Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat mengganggu ekosistem perairan sungai dan danau setempat.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
6. Sertifikasi kapal sungai dan danau Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh operasional kapal sungai dan danau terkait dengan sertifikasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.6, maka dapat dirasakan bahwa pengurusan maupun pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang kurang cepat; Timbul ketidak-seragaman dalam kebijakan
proses
perijinan
ataupun
penerbitan
sertifikat; Membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk proses pengurusan sertifikat. Dalam matrik sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan dalam tabel 5.18 berikut.
253
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.18 Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Sertifikasi operasional kapal sungai dan danau.
a. Beraneka sertifikasi yang harus dipenuhi dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal sungai dan danau. b. Terdapat dua sektor perhubungan yang terkait dengan operasional kapal sungai dan danau, yaitu sektor pada matra laut dan matra darat, instansi pusat dan daerah. c. Mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi kompetensi dan memerlukan komunikasi dan pemahaman yang baik
Pengurusan maupun pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang kurang cepat. Timbul ketidak-seragaman dalam kebijakan proses perijinan ataupun penerbitan sertifikat.
Membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk proses pengurusannya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
7. Lambung kapal penyeberangan Variasi tipe, bentuk dan ukuran lambung kapal penyeberangan menimbulkan permasalahan tersendiri yang dapat mempengaruhi kinerja operasional kapal penyeberangan. Beberapa dampak terhadap operasional dapat dilihat sebagaimana tabel berikut; Tabel 5.19 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Lambung Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Desain Lambung
Variasi tipe, bentuk dan ukuran lambung.
-
Penumpang memilih kapal tertentu yang disukai Pada kondisi tertentu kapal kesulitan untuk sandar di pelabuhan
254
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat) -
-
Ada kapal yang tidak bisa beroperasi pada musim tertentu (gelombang tinggi) Memperpanjang waktu tunggu Mengurangi efisiensi bongkar muat di pelabuhan
Sumber : Analisis konsultan, 2012
8. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal penyeberangan Beberapa permasalahan standar yang ada dan dampak yang
ditimbulkan
dalam
operasional
kapal
penyeberangan anatara lain disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5.20 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muat dan Peumpang Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Desain Ruang Muat dan Penumpang
a.
Dampak pada operasional (Akibat)
Ketinggian geladak muatan bervariasi
-
b. Rambu Penataan Kendaraan Tidak Jelas c. Rambu dan penunjuk akses di ruang muat kurang informatif d. Area Parkir untuk Kendaraan R2 dan R3 Tidak Ada
-
e.
-
f.
Jarak Antar Kendaraan Tidak Teratur Ukuran Pintu Rampa Bervariasi
-
-
-
Beberapa kendaraan roda empat tidak bisa masuk ke kapal Penempatan muatan kendaraan tidak teratur Penumpang kesulitan mencari akses yang diperlukan Muatan kendaraan roda dua dan sejenisnya mengganggu akses penumpang dan kendaraan lainnya Mempersulit pengikatan atau lashing Mengganggu proses bongkar muat
Sumber : Analisis konsultan, 2012
255
PT. Bahari Engineering Consultant
9. Peralatan
Laporan Akhir
navigasi dan
komunikasi pada kapal
penyeberangan Permasalahan
standar
yang
muncul
pada
saat
operasional angkutan penyeberangan khususnya yang berkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi akan memberikan dampak pada operasional kapal tersebut. Pada tabel 5.21 disajikan bagaimana dampak (akibat) potensial yang ditimbulkan oleh permasalahan standar (sebab) dalam fokus standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi kapal penyeberangan.
Tabel 5.21 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Peralatan Navigasi
a. Dijumpai tidak tersedia secara lengkap di kapal.
b. Spesifikasi teknis peralatan navigasi masih bervariasi. c. Peralatan pengukur kedalaman tidak digunakan secara maksimal. d. Lampu – lampu navigasi belum seragam dalam hal kekuatan pancar, sudut pancar, dan warna. e. Peralatan penunjuk arah dan peta digital belum
Dampak pada operasional (Akibat) Gerak & orientasi arah kapal tidak efisien, menjadikan sering berolah gerak untuk memastikan arah gerak kapal, sehingga waktu layar jadi bertambah. Dapat memungkingkan terjadinya incompatible, dan akan menyulitkan dalam hal perawatan peralatan. Berpotensi menyebabkan kapal kandas pada perairan dangkal. Berpotensi menimbulkan misorientasi dari antar kapal saat operasional. Dapat memungkingkan terjadinya incompatible, dan
256
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab) seragam.
Peralatan komunikasi
a. Dijumpai masih ada kapal penyeberangan yang peralatan komunikasi intern (antar crew) masih kurang. b. Penggunaan radio komunikasi 2 arah dalam hal sepesifikasi masih belum seragam. c. Dijumpai komunikasi antar crew pada saat operasional menggunakan jaringan GSM/CDMA. d. Dijumpai sumber daya peralatan komunikasi masih menyatu dengan sumber tenaga listrik utama.
Laporan Akhir
Dampak pada operasional (Akibat) akan menyulitkan dalam hal perawatan peralatan. Dapat mengakibatkan pekerjaan crew menjadi kurang efektif karena kurang kordinasi dengan pihak yang terkait. Dapat memungkingkan terjadinya incompatible, dan akan menyulitkan dalam hal perawatan peralatan. Jika terjadi blank spot atau pulsa habis, maka opersional pelayanan dapat terganggu. Jika terjadi permasalahan pada mesin bantu, maka tidak ada back up daya untuk peralatan komunikasi pada kapal penyeberangan.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Permasalahan standar dan dampak yang dihasilkan terkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal penyeberangan seperti disajikan pada tabel 5.21 menunjukan masih perlunya disusun suatu kebutuhan akan standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi yang diterapkan pada kapal penyeberangan, dimana karakteristik kapal penyeberangan disetiap wilayah Indonesia cukup beragam, namun tetap memiliki fungsi dan pola operasi yang sama. Kebutuhan terkait standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal penyeberangan diturunkan dari permasalahan standar yang telah diuraikan sebelumnya, meliputi :
257
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
a. Peta dan kelengkapannya, b. Peralatan penunjuk arah, c. Peralatan penunjuk tekanan, d. Peralatan penunjuk suhu, e. Peralatan penunjuk kedalaman, f. Peralatan penunjuk posisi global (GPS), g. Radar, h. Lampu navigasi, i. Radio komunikasi dan perlengkapannya,
10. Peralatan keselamatan pada kapal penyeberangan Permasalahan
standar
yang
muncul
pada
saat
operasional angkutan penyeberangan khususnya yang berkait dengan peralatan keselamatan akan memberikan dampak pada saat operasional maupun kondisi darurat. Pada tabel 5.22 disajikan bagaimana dampak (akibat) potensial yang ditimbulkan oleh permasalahan standar (sebab) dalam fokus standarisasi peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau.
Tabel 5.22 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Peralatan Keselamatan pada kapal penyeberangan
a. Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan
Dampak pada operasional (Akibat) Apabila terjadi kondisi darurat/ kapal tenggelam, maka peluang terjadi korban yang tidak tertolong menjadi besar.
258
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab) keselamatan. b. Penempatan peralatan keselamatan bervariasi. c.
Peralatan pemadam kebakaran dijumpai sudah kadaluwarsa. d. Petunjuk penggunaan peralatan pemadam kebakaran kurang informatif dan tidak seragam. e. Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses peralatan keselamatan kurang informatif dan tidak seragam. f. Kartu petunjuk cara penggunaan peralatan keselamatan belum disediakan. g. Papan informasi tentang petunjuk dan tata cara evakuasi kondisi darurat belum seragam dalam hal tampilan maupun penempatannya h. Perlengkapan lashing pada ruang muat kendaraan tidak dimanfaatkan secara maksimal. i. Petunjuk penggunaan perlengkapan pengikatan muatan tidak informatif.
Laporan Akhir
Dampak pada operasional (Akibat) Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam mencari peralatan keselamatan dalam tempo singkat. Antisipasi saat terjadi kebakaran menjadi berkurang. Jika terjadi kebakaran, penggunaan peralatan pemadam menjadi tidak optimal. Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam mencari akses evakuasi. Dalam hal terjadi kondisi darurat, penumpang tidak familiar dalam menggunakan peralatan keselamatan dalam tempo singkat. Penumpang tidak familiar terhadap apa yang seharusnya dilakukan apabila terjadi kondisi darurat di kapal.
Dapat memperburuk stabilitas kapal disaat kapal oleng lebih dari 3 derajat. Dapat menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan peralatan pengikatan dengan benar.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan terkait standar peralatan keselamatan untuk kapal penyeberangan diturunkan dari permasalahan standar yang telah diuraikan sebelumnya, meliputi :
259
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
a. Alat keselamatan untuk penumpang, b. Alat evakuasi untuk penumpang, c. Sinyal darurat, d. Perlengkapan P3K, e. Pencegahan & perlindungan kebakaran, f. Petunjuk, peraga dan rambu-rambu untuk kondisi darurat, g. Alat keselamatan untuk kendaraan.
Acuan yang menjadi dasar penentuan komponen standar peralatan keselamatan kapal penyeberangan adalah aturan internasional dari IMO yaitu protokol Safety of Life At Sea (SOLAS), khususnya untuk peralatan keselamatan terdapat pada Bagian III – SOLAS, yang mengatur antara lain, pengujian peralatan keselamatan kapal, alat keselamatan untuk kapal barang dan penumpang, dan perlindungan kebakaran.
11. Peralatan
pencegah
pencemaran
pada
kapal
penyeberangan Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh operasional
kapal
penyeberangan
sebagaimana
ditunjukkan pada table 5.11, maka dapat dirasakan bahwa pengguna jasa menggunakan kapal yang vaforit sesuai pilihannya, atau dengan terpaksa naik kapal yang
dinilainya
kurang
nyaman;
penumpukan
260
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penumpang maupun kendaraan pada kapal pilihan terjadi; menimbulkan gangguan terhadap kunjungan wisatawan maupun hilangnya keindahan alam yang bisa dinikmati masyarakat; menimbulkan persaingan operasional kapal yang tidak sehat; Menimbulkan potensi
ketidaksimpatian
masyarakat
terhadap
operasional kapal penyeberangan; serta berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat mengganggu ekosistem perairan sungai dan danau maupun laut yang dilaluinya. Dalam matrik sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan dalam table 5.23 berikut.
Tabel 5.23 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran Pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapal penyeberangan karena minyak atau buangan yang mengandung minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
a. Terganggunya kenyamanan ataupun kesehatan bagi pengguna jasa angkutan penyeberangan.
Pengguna jasa menggunakan kapal yang vaforit sesuai pilihannya, atau dengan terpaksa naik kapal yang dinilainya kurang nyaman. Penumpukan penumpang maupun kendaraan pada kapal pilihan terjadi. Menimbulkan gangguan terhadap kunjungan wisatawan maupun hilangnya keindahan alam yang bisa dinikmati masyarakat. Menimbulkan persaingan operasional kapal yang tidak sehat.
b. Terganggunya estetika lingkungan perairan sungai danau, pantai, maupun laut. c. Ketersediaan penanganan pengelolaan lingkungan kapal penyeberangan yang beraneka.
261
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
d. Terganggunya ekosistem biota di perairan sungai, danau, pantai, maupun laut. e. Adanya kontribusi terjadinya pencemaran udara karena emisi gas buang hidrokarbon dari kapal-kapal penyeberangan. f. Adanya potensi pencemaran lingkungan karena pemakaian anti tritip; pemakaian bahan pelindung anti karat untuk badan kapal (tangki-tangki); pengelolaan air balas; dan pencucian tangki..
Membuka potensi ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional kapal penyeberangan. Membuka potensi ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional kapal penyeberangan. Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat mengganggu ekosistem perairan sungai dan danau maupun laut yang dilaluinya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
12. Sertifikasi kapal penyeberangan Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh operasional
kapal
penyeberangan
terkait
dengan
sertifikasi sebagaimana ditunjukkan pada table 5.12, maka dapat dirasakan bahwa pengurusan maupun pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang kurang cepat; Timbul ketidak-seragaman dalam kebijakan
proses
perijinan
ataupun
penerbitan
sertifikat; Membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk proses pengurusan sertifikat. Dalam matrik sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan dalam table 5.24 berikut.
262
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.24 Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Permasalahan Standar (Sebab)
Dampak pada operasional (Akibat)
Sertifikasi operasional kapal penyeberangan .
a. Sertifikasi yang harus dipenuhi dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal penyeberangan bervariasi. b. Terdapat dua sektor perhubungan yang terkait dengan operasional kapal penyeberangan dan harus dipenuhi, yaitu sektor perhubungan pada matra laut dan matra darat, instansi pusat dan daerah. c. Mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi kompetensi dan memerlukan komunikasi dan pemahaman yang teliti dan baik
Pengurusan maupun pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang kurang cepat. Timbul ketidak-seragaman dalam kelengkapan proses perijinan ataupun kelengkapan sertifikat.
Membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk proses pengurusannya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
C. Nominasi Komponen Standar Analisa sebab akibat memberikan informasi terkait kebutuhan standarisasi terhadap tiap objek studi dan hasil analisanya akan mengarahkan pada bagaimana kebutuhan tersebut
yang
kemudian
diterjemahkan
dalam
kriteria/persyaratan secara umum maupun secara teknis. Pada subbab ini diuraikan analisa terhadap kebutuhan standarisasi, nominasi standar, dan bagaimana sifat dari acuan/referensi standar.
263
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
1. Lambung kapal sungai dan danau Nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal sungai dan danau. Tabel 5.25 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai dan danau dengan ukuran lebih dari 7 GT. Tabel 5.25 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau
Kebutuhan standar a.
Nominasi Standar
Bentuk Lambung dan Rasio Ukuran Utama
b. Jarak Pandang dari Ruang Kemudi
Low Wash, Catamaran dan Mono Hull
Jarak Pandang sampai 1.5 L
Sifat Acuan Adaptasi (Bentuk lambung mengacu daerah operasional) Adaptasi (Theory of Ship Design and Construction )
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Nominasi standar terhadap bentuk lambung pada kapal sungai sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan daerah operasional, dimana sungai sebagai akses transportasi
memiliki
karakteristik
khusus
yang
memiliki banyak kelokan dan pada daerah tertentu mengalami pendangkalan bahkan beberapa sungai memiliki kondisi pinggiran yang mudah erosi oleh
264
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
hantaman gelombang yang ditimbulkan oleh lambung kapal.
2. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal sungai dan danau Nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal sungai dan danau. Tabel 5.26 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai dan danau dengan ukuran lebih dari 7 GT. Tabel 5.26 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan Danau
a. Area khusus kendaraan roda dua (R2)
Kendaraan Roda Dua (R2) ditempatkan di bagian tengah dan ujung ruang muat
b. Jarak Antar Tempat Duduk
Tempat Duduk Penumpang dan Bagasi
Sifat Acuan Adopsi (SPM 1994) Adaptasi Penataan ruang muat mengacu daerah operasional. Adopsi (SPM 1994)
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan
standar
terhadap
area
khusus
untuk
kendaraan roda dua pada kapal sungai dan danau merupakan salah satu kebutuhan mendesak dimana
265
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
hampir semua kapal belum melakukan penataan yang standar baik ditinjau dari segi keselamatan maupun kenyamanan penumpang.
3. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal sungai dan danau Nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal sungai dan danau. Tabel 5.27 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai dan danau dengan ukuran lebih dari 7 GT.
Tabel 5.27 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi Peralatan Navigasi
Kebutuhan standar c. Peta & kelengkapann ya
d. Alat penunjuk kedalaman e. Teropong
Nominasi Standar
Sifat Acuan
Peta alur perairan sungai/danau+ked alaman Jangka peta (jangka semat & jangka lukis) Clinometer Mistar jajar Segitiga (graded) Pemberat kertas Daftar peta Tabel logaritma Tabel arus Tabel pasang surut Tali duga
Adopsi (NCVS)
Teropong Binokular lengkap
Adopsi (NCVS)
Adopsi (NCVS)
266
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Kebutuhan standar
Nominasi Standar dengan tali leher dan kotak penyimpanan Kompas Magnetik, GPS
f. Alat penunjuk arah g. Alat pengukur tekanan dan suhu h. Isyarat Lampu
Barometer atau barograph & termometer Lampu P/S, lampu jangkar, lampu haluan & buritan, lampu sorot Klakson kapal
i. Isyarat Suara
Peralatan Komunikasi
Sifat Acuan
a. Perangkat Radio
Radio Very High Frequency (VHF); Medium Frequency (MF); High Frequency (HF); perangkat antenna Accu/Baterry
b. Sumber daya (power source)
Adopsi (NCVS Bab. III/5.7) Adaptasi, GPS for marine use
Adopsi : (NCVS) SNI 10-41341996 Adaptasi, kapasitas 125180Hz dan 117-118 dB. Adopsi (NCVS)
Adopsi (NCVS)
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Sesuai dengan ketentuan peraturan standar kapal nonkonvensi
berbendera
Indonesia,
peralatan
dan
instrument investigasi adalah semua peralatan yang harus digunakan dan disiapkan untuk melakukan pelayaran yang selamat. Peralatan navigasi untuk kapal sungai dan danau minimal dikategorikan sebagai kategori D yaitu standar alat-alat keselamatan dan peralatan
untuk
keadaan
yang
didasarkan
atas
pertimbangan pengawas keselamatan setempat yang dianggap sesuai untuk memenuhi fungsi sebagai 267
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
peralatan navigasi pada
kapal sungai dan danau.
Peralatan navigasi untuk kapal sungai dan danau dinominasikan sebagai berikut : a. Seperangkat peta dan kelengkapannya yang terdiri dari : chronometer, jam atau penunjuk waktu dengan ketetapan yang setara, buku log jaga, tabel pasang surut, tabel arus, pinsil, mistar segitiga, dan mistar jajar; b. Penunjuk arah, kompas magnetic (persyaratan umum dan teknis mengacu pada NCVS), Global positioning system (GPS) khusus penggunaan kelautan (marine type). c. Pengukur
kedalaman,
peralatan
pengukur
kedalaman mekanik/tali duga. d. Pengukur tekanan dan suhu, barometer atau barograph & thermometer. e. Teropong, binokuler lengkap dengan tali leher dan kotak penyimpanan. f. Lampu - lampu navigasi, terdiri atas lampu navigasi pada siang hari dan pada malam hari, lampu haluan/buritan, lampu P/S, lampu jangkar. Kebutuhan standar peralatan navigasi untuk kapal sungai dan danau diadopsi dari standar kapal non konvensi berbendera Indonesia, pada Bab III, B/5. Peralatan komunikasi untuk kapal sungai dan danau dinominasikan
pada
peralatan
komunikasi
radio
268
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
frekuensi sangat tinggi (VHF) untuk kebutuhan internal, dan peralatan komunikasi radio frekuensi menengah (MF) dan tinggi (HF) untuk kebutuhan komunikasi antar kapal dan dengan stasiun di darat. Kebutuhan standar peralatan komunikasi untuk kapal sungai dan danau diadopsi dari standar kapal non konvensi berbendera Indonesia, pada Bab III, B/4. Persyaratan umum peralatan komunikasi pada kapal sungai dan danau. berdasarkan ketentuan peraturan standar kapal non-konvensi berbendera Indonesia, semua kapal harus dilengkapi dengan peralatan komunikasi radio, yang harus memiliki fungsi sebagai berikut :
Mampu menerima tanda bahaya dari darat ke kapal;
Mampu memancarkan dan menerima tanda bahaya dari kapal ke kapal;
Mampu komunikasi
memancarkan kordinasi
dan
menerima
pencarian
dan
pertolongan (SAR);
Mampu memancarkan sinyal penentu posisi untuk lokasi musibah;
Mampu
memancarkan
dan
menerima
informasi keselamatan pelayaran;
269
PT. Bahari Engineering Consultant
Mampu
Laporan Akhir
memancarkan
dan
menerima
komunikasi radio umum dari sistem radio yang berbasis di darat dan antar anjungan;
Terdapat dinas jaga yang terus menerus diselenggarakan selama operasi pelayaran.
4. Peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau Nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal sungai dan danau. Tabel 5.28 menyajikan nominasi standar peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau dengan ukuran lebih dari 7 GT. Tabel 5.28 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi Peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Sifat Acuan
a. Alat keselamatan untuk penumpang,
Pelampung (Life buoys) Jaket pelampung (Life jacket)
Adopsi : (NCVS Bab IV) SNI ISO 12402-1: 2011
b. Perlengkapan P3K
Peralatan dan obat pembersih luka, Pencegah infeksi, Peralatan pembalut luka, Petunjuk P3K Perlengkapan personil pemadam, Pemadam kebakaran jinjing Kartu petunjuk arah evakuasi Kartu petunjuk
Adopsi (NCVS Bab III/6)
c. Pemadam & perlindungan kebakaran d. Petunjuk dan ramburambu untuk
Adopsi (NCVS Bab III/7)
Adaptasi
270
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
kondisi darurat
Sifat Acuan
arah posisi alat pemadam kebakaran, Kartu petunjuk penggunaan alat pemadam
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan standar peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau diadopsi dari standar kapal non konvensi berbendera Indonesia,
alat keselamatan
penumpang pada Bab IV, dan peralatan pemadam dan perlindungan kebakaran diatur pada Bab III, B/6-7. Peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau dinominasikan sebagai berikut : a. Alat keselamatan untuk
penumpang, meliputi :
Pelampung (life buoys), Jaket pelampung (life jacket). b. Perlengkapan P3K, meliputi : Peralatan dan obat pembersih
luka,
Pencegah
infeksi,
Peralatan
pembalut luka, dan Petunjuk P3K. c. Pemadam
& perlindungan kebakaran, meliputi :
Perlengkapan
personil
pemadam,
Pemadam
kebakaran jinjing (portable fire extinguisher). d. Petunjuk dan rambu-rambu untuk kondisi darurat, meliputi : Kartu petunjuk arah posisi alat pemadam kebakaran,
Kartu
petunjuk
penggunaan
alat
pemadam.
271
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
5. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal sungai dan danau Untuk memenuhi kriteria kelaikan operasional kapal di perairan sungai dan danau, maka berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan mempertimbangkan besaran ukuran kapal, maka kapal-kapal sungai dan danau wajib memasang atau wajib menyelenggarakan upaya pencegahan pencemaran lingkungan perairan dari kapal. Peraturan perundangan yang mengatur hal-hal tersebut di antaranya adalah UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; PP Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; PP Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; PP Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan; Kepmenhub Nomor 26 tahun 2012 tentang Angkutan Penyeberangan; Kepmenhub Nomor 73 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Kepmenhub Nomor 4 tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal; serta Permenhub Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal
Non
perundangan
Konvensi. tersebut
Berdasarkan suatu
standar
peraturan peralatan
pencegahan pencemaran dari operasional kapal sungai dan danau dapat dikembangkan. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam operasional kapal sungai dan danau sebagaimana ditnjukkan dalam tabel 5.5, maka secara lebih rinci
272
PT. Bahari Engineering Consultant
pasal-pasal
dan
Laporan Akhir
ayat-ayat
yang
terkait
dengan
standarisasi peralatan pencegahan pencemaran dari operasional kapal sungai dan danau seperti ditunjukkan pada tabel 5.29 dapat diadaptasi dan dinominasikan untuk usulan konsep standar nasional. Tabel 5.29 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapalkapal sungai dan danau karena minyak atau buangan yang mengandung minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
Kebutuhan standar a. Peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak. b. Peralatan pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun. c. Peralatan pencegahan pencemaran oleh kotoran d. Peralatan pencegahan pencemaran oleh sampah e. Peralatan pencegahan pencemaran udara f. Pemanfaatan anti teritip, bahan pelindung anti karat; pengelolaan air balas; pencucian tangki.
Nominasi Standar
Sifat Acuan
PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir a, ayat (3), dan ayat (4). PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir b, ayat (3), dan ayat (4).
Adaptasi
PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir c, ayat (3), dan ayat (4). PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir d, ayat (3), dan ayat (4). PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir e, ayat (3), dan ayat (4). PP 21 Th 2010 psl psl 13, psl 14, psl 15, psl 16.
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
273
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
6. Sertifikasi kapal sungai dan danau Permasalahan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.6 untuk terwujudnya kriteria kelaikan operasional kapal di perairan sungai dan danau, maka standar untuk proses sertifikasi perlu dikembangkan. Peraturan perundangan terkait dengan pelaksanaan sertifikasi operasional kapal sungai dan danau adalah tercantum pada peraturan perundangan di antaranya UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; PP Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; PP Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; PP Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan; Kepmenhub Nomor 26 tahun 2012 tentang Angkutan Penyeberangan; Kepmenhub Nomor 73 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Kepmenhub Nomor 4 tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal; serta Permenhub Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal
Non
perundangan operasional
Konvensi. tersebut kapal
Berdasarkan
suatu
sungai
standar dan
peraturan sertifikasi
danau
dapat
dikembangkan. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam operasional kapal sungai dan danau sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.6, maka secara lebih rinci pasal-pasal dan ayat-ayat yang terkait dengan standarisasi sertifikasi operasional kapal sungai dan danau seperti ditunjukkan pada tabel
274
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
5.30 dapat diadaptasi dan dinominasikan untuk usulan konsep standar nasional.
Tabel 5.30 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Sertifikasi Kapal Sungai dan Danau Fokus Standarisasi Sertifikasi operasional kapal sungai dan danau.
Kebutuhan standar Jumlah dan jenis sertifikat yang harus dipenuhi.
Institusi penerbit sertifikat
Mekanisme proses penerbitan sertifikat
Nominasi Standar Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d 11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58. Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d 11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58. Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d
Sifat Acuan Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
275
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Sifat Acuan
11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
7. Lambung kapal penyeberangan Penentuan nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal penyeberangan. Tabel 5.31 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal penyeberangan. Tabel 5.31 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Desain Lambung Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
Desain Lambung Kapal Penyebrangan
a. Rasio Ukuran Utama
Nominasi Standar Rasio panjang (L) dan lebar (B) L/B. Rasio lebar (B) dan Tinggi (D) B/D. Rasio lebar (B) dan Sarat (T) B/T. Block Coeff. (Cb). Midship Coeff. (Cm)
Sifat Acuan Adopsi (Aturan kapal baja pada Biro Klasifikasi Indonesia Volume II) Adaptasi (Watson – Parametric Design of the Ship) Rasio L/B; untuk kapal L<=30m, L/B = 4.0; kapal dengan 30
276
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Sifat Acuan Technical Journal 022009) Cb antara 0.6 – 0.8
b. Tipe Lambung Berdasarkan Daerah Operasional
Mono Hull, Catamaran, Bulbousbow, Bow thruster
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan standarisasi terhadap rasio ukuran utama kapal penyeberangan diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan ruang muat ukuran utama khususnya ketinggian geladak kendaraan tanpa mengabaikan faktor keselamatan kapal dan kenyamanan penumpang. Standar penentuan tipe lambung kapal penyeberangan disesuaikan
dengan
kondisi
perairan
lintas
operasionalnya.
8. Desain
ruang
muat
dan
ruang
akomodasi
penumpang kapal penyeberangan Penentuan nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal penyeberangan. Tabel 5.32 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal penyeberangan.
277
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.32 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Desain Ruang Muat dan Penumpang Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Sifat Acuan
Desain Ruang Muat dan Akomodasi Penumpang Kapal Penyeberanga n
a. Penataan umum ruang muat
Penataan akses pintu antara ruang muat dan akomodasi penumpang
b. Aksesibilitas ruang muat
Penataan akses dari ruang ABK ke ruang muat
Adopsi (Aturan mengenai kapal baja pada Biro Klasifikasi Indonesia Volume II) Adaptasi (UU 22 tahun 2009) Batasan ketinggian Car deck.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan standar untuk penataan umum serta aksesibilitas
ruang
muat
perlu
dilakukan
untuk
mempermudah proses bongkar muat muat muatan kendaraan atau turun naiknya penumpang.
9. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal penyeberangan Penentuan nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal penyeberangan. Tabel 5.33 menyajikan nominasi standar peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal penyeberangan.
278
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Tabel 5.33 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi Peralatan Navigasi
Kebutuhan standar a. Peta dan kelengkapa nnya
b. Peralatan penunjuk arah
c. Peralatan penunjuk kecepatan kapal d. Peralatan penunjuk tekanan udara & suhu e. Peralatan penunjuk kedalaman f. Teropong
Nominasi Standar 1. Daftar peta 2. Meja peta 3. Jangka peta (jangka semat & jangka lukis) 4. Obeng bermagnet 5. Penghapus 6. Thermometer 7. Barometer/baro graph 8. Tali pengukur lengas 9. Clinometer 10. Mistar jajar 11. Segitiga (graded) 12. Pemberat kertas 13. Tabel logaritma 14. Tabel arus 15. Tabel pasang surut 1. Magnetic Compass 2. Gyro-Compass
Speed & distance measuring device
Sifat Acuan Adopsi, NCVS Chapter III/5(13) Adopsi, SOLAS Reg.V/27;
1. Adopsi, SOLAS Reg.V/19(2.1); (2.5); Adopsi, NCVS Chapter.III/5(7 ); 2. Adopsi, SOLAS Reg.V/19(2.5); Adopsi, NCVS Chapter III/5(8) Adopsi, SOLAS Reg.V/19(2.3);
Barometer & Thermometer
Adopsi, NCVS
Echo-sounding device
Adopsi, SOLAS Reg.V/ 19(2.3.1)
Teropong Binokular
Adopsi (NCVS)
279
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
g. Peralatan penunjuk posisi
Peralatan Komunikasi
Laporan Akhir
Nominasi Standar lengkap dengan tali leher dan kotak penyimpanan 1. Automatic radar ploting aid (ARPA) 2. Steering gear 3. Rudder angle, rate of revolution and rate of turn indicator 4. Voyage Data Recorder (VDR) 5. Automatic Identification System (AIS) 6. Long range identification and tracking of ship
h. Radar
Radar Installations
i. Lampu & signal
Light & shapes Signaling equipment
Radio komunikasi dan perlengkapan nya
1. General requirements 2. Very High Frequensi (VHF) Radio Installation) 3. Medium
Sifat Acuan
1. Adopsi, SOLAS Reg.V/19(2.3 .3); Adopsi, NCVS Bab III/5(9); 2. Adopsi, SOLAS Reg.V/25-26; 3. Adopsi, SOLAS Reg.V/ 19(2.5.4); 4. Adopsi, SOLAS Reg.V/20; Adopsi, NCVS Chapter III/5(10); 5. Adopsi, NCVS Chapter III/5(11); 6. Adopsi, NCVS Chapter III/5(12) Adopsi, IMO Resolution A.477(XII); IMO Resolution A.574(14); Adopsi, SOLAS Reg.V/19(2.3.2); Adopsi, NCVS Chapter III/5(9). Adopsi, SOLAS Reg.V/42(1.1 – 1.2); Adopsi, SOLAS Reg.V/21. SNI 10-41341996 Adopsi : 1. SOLAS Regulation IV 2. NCVS Bab III/B-4.2.1 3. NCVS Bab III/B-4.2.2
280
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Laporan Akhir
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
4.
5. 6.
7. 8. 9.
Frequency (MF)/High Frequency (HF) Radio Emergency Position Indicating Radio Bacon (EPIRB) Navigation Telex (Navtex) Search and Rescue Transponder (SART) 2 ways Communication Equipment Side single band (SSB) Power Source
Sifat Acuan 4. NCVS Bab III/B-4.2.3 5. NCVS Bab III/B-4.2.4 6. NCVS Bab III/B-4.2.5 7. NCVS Bab III/B-4.2.6 8. NCVS Bab III/B-4.2.8 9. NCVS Bab III/B-4.2.9
Sumber : Analisis konsultan, 2012
10. Peralatan keselamatan pada kapal penyeberangan Nominasi standar didasarkan pada kebutuhan standar yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya untuk kapal penyeberangan. Tabel 5.34 menyajikan nominasi standar
peralatan
keselamatan
untuk
kapal
penyeberangan. Tabel 5.34 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
Nominasi Standar
Sifat Acuan
Peralatan Keselamatan kapal penyeberanga n
a. Alat keselamata n untuk penumpan g,
Lifebuoys Life jackets Immersions suits Anti-exposure suits Thermal protective aids Inflatable
Adopsi, Res. MSC.48(66)/Cha pter II(2.1) ;(2.2);(2.3) ;(2.4);(2.5). SNI ISO 124021:2011 Adopsi, Res.
b. Peralatan
281
PT. Bahari Engineering Consultant
Fokus Standarisasi
Kebutuhan standar
c.
evakuasi penumpan g, Sinyal darurat,
d. Perlengkap an P3K,
e. Pemadam & perlindung an kebakaran, f.
Petunjuk, peraga dan ramburambu untuk kondisi darurat,
g. Alat keselamata n untuk kendaraan.
Laporan Akhir
Nominasi Standar liferafts Rocket parachute flares Hand flares Buoyant smoke signals Peralatan dan obat pembersih luka, Pencegah infeksi, Peralatan pembalut luka, Petunjuk P3K Perlengkapan personil pemadam, Pemadam kebakaran jinjing, Hydran System Kartu petunjuk arah evakuasi Kartu petunjuk arah posisi alat pemadam kebakaran, Kartu petunjuk penggunaan alat pemadam Spesifikasi Jig & Lashing
Sifat Acuan MSC.48 (66)/Chapter IV(4.2) Adopsi, Res. MSC.48 (66)/Chapter III(3.1);(3.2);(3.3) . Adopsi (NCVS Bab III/6)
Adopsi (NCVS Bab III/7) SNI 03-17561989
Adaptasi
Adaptasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Kebutuhan standar peralatan keselamatan untuk kapal penyeberangan diadopsi dari peraturan Internasional IMO-Solas dan standar kapal non konvensi berbendera Indonesia. Peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau dinominasikan sebagai berikut :
282
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
a. Alat keselamatan untuk
penumpang, meliputi :
Pelampung (life buoys), Jaket pelampung (life jacket), Immersions suits, Anti-exposure suits, Thermal protective aids. b. Peralatan evakuasi penumpang, meliputi : inflatable liferafts. c. Peralatan sinyal darurat, meliputi : Rocket parachute flares, Hand flares, Buoyant smoke signals. d. Perlengkapan P3K, meliputi : Peralatan dan obat pembersih
luka,
Pencegah
infeksi,
Peralatan
pembalut luka, dan Petunjuk P3K. e. Pemadam
& perlindungan kebakaran, meliputi :
Perlengkapan
personil
pemadam,
Pemadam
kebakaran jinjing (portable fire extinguisher) dan system hydran kapal. f. Petunjuk, peraga dan rambu-rambu untuk kondisi darurat, meliputi : Kartu petunjuk arah evakuasi, Kartu petunjuk arah posisi alat pemadam kebakaran, Kartu petunjuk penggunaan alat pemadam. g. Alat keselamatan untuk kendaraan, meliputi : spesifikasi jig dan lashing.
11. Peralatan
pencegah
pencemaran
pada
kapal
penyeberangan Untuk memenuhi kriteria kelaikan operasional kapal penyeberangan,
maka
berdasarkan
peraturan
283
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
perundangan yang berlaku dan mempertimbangkan besaran ukuran kapal, maka kapal-kapal penyeberangan wajib memasang atau wajib menyelenggarakan upaya pencegahan pencemaran lingkungan perairan maupun udara dari kapal. Peraturan perundangan yang mengatur hal-hal tersebut di antaranya adalah UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; PP Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; PP Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; PP Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan; Kepmenhub Nomor
26
tahun
2012
tentang
Angkutan
Penyeberangan; Kepmenhub Nomor 73 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Kepmenhub Nomor 4 tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal; serta Permenhub Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut suatu standar peralatan pencegahan
pencemaran
dari
operasional
kapal
penyeberangan dapat dikembangkan, yaitu untuk memberikan
solusi
terhadap
permasalahan
yang
dihadapi dalam operasional kapal penyeberangan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.11. Selanjutnya secara lebih rinci pasal-pasal dan ayat-ayat yang terkait dengan standarisasi peralatan pencegahan pencemaran dari
operasional
kapal
penyeberangan
seperti
284
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
ditunjukkan pada table 5.35 dapat diadaptasi dan dinominasikan menjadi usulan standar nasional. Tabel 5.35 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi Peralatan Pencegah Pencemaran bersumber dari kapal penyeberanga n karena minyak atau buangan yang mengandung minyak; muatan bahan cair beracun; kotoran atau tinja; sampah; dan emisi gas buang.
Kebutuhan standar a. Peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak. b. Peralatan pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun. c. Peralatan pencegahan pencemaran oleh kotoran d. Peralatan pencegahan pencemaran oleh sampah e. Peralatan pencegahan pencemaran udara f.
Pemanfaatan anti teritip, bahan pelindung anti karat; pengelolaan air balas; pencucian tangki.
Nominasi Standar Sesuai dengan : PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir a, ayat (3), dan ayat (4). Sesuai dengan : PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir b, ayat (3), dan ayat (4). Sesuai dengan : PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir c, ayat (3), dan ayat (4). Sesuai dengan : PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir d, ayat (3), dan ayat (4). Sesuai dengan : PP 21 Th 2010, psl 7 ayat (1), ayat (2) butir e, ayat (3), dan ayat (4). Sesuai dengan : PP 21 Th 2010 psl psl 13, psl 14, psl 15, psl 16.
Sifat Acuan Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
285
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
12. Sertifikasi kapal penyeberangan Permasalahan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.6 untuk terwujudnya kriteria kelaikan operasional kapal penyeberangan, maka standar untuk proses sertifikasi perlu dikembangkan. Peraturan perundangan terkait dengan
pelaksanaan
penyeberangan
adalah
sertifikasi operasional tercantum
pada
kapal
peraturan
perundangan di antaranya UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; PP Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; PP Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; PP Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan; Kepmenhub Nomor 26 tahun 2012 tentang Angkutan Penyeberangan; Kepmenhub Nomor 73 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Kepmenhub Nomor 4 tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal; serta Permenhub Nomor 65 tahun 2009 tentang Standar Kapal
Non
perundangan
Konvensi. tersebut
Berdasarkan
suatu
standar
peraturan sertifikasi
operasional kapal penyeberangan dapat dikembangkan, yaitu untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam operasional kapal penyeberangan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5.12. Secara lebih rinci pasal-pasal dan ayat-ayat yang terkait dengan standarisasi sertifikasi operasional kapal penyeberangan
286
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
seperti ditunjukkan pada tabel 5.36 dapat diadaptasi dan dinominasikan untuk usulan konsep standar nasional. Tabel 5.36 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar Terkait Sertifikasi Kapal Penyeberangan Fokus Standarisasi Sertifikasi operasional kapal penyeberangan
Kebutuhan standar Jumlah dan jenis sertifikat yang harus dipenuhi.
Institusi penerbit sertifikat
Mekanisme proses penerbitan sertifikat
Nominasi Standar
Sifat Acuan
Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d 11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58. Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d 11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58. Sesuai dengan : UU 17 Th 2008 psl 126 s/d 133; PP 21 Th 2010 psl 8 s/d. 11; PM 26 Th 2012 psl 10 , psl 27, psl 31; KM 4 Th 2005 psl 8 s/d 11, psl 18 dan 19, psl 31; KM 73 Th 2004 psl 4 s/d 11, psl 39 s/d 46; PP 51 Th 2002 psl 55 s/d 58.
Adaptasi
Adaptasi
Adaptasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
287
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
D. Penulisan Konsep Standar Penulisan konsep standar di bidang sarana transportasi sungai, danau, dan penyeberangan dilakukan setelah seluruh rangkaian analisis terhadap permasalahan terkait dengan kriteria standar diselesaikan. Penulisan konsep standar dilakukan berdasarkan pedoman standarisasi nasional PSN 08:2007 yang diterbitkan oleh BSN. Dengan pedoman ini diharapkan dapat menjamin susunan konsep draft standar yang dikerjakan ini memenuhi struktur dan format tampilan yang seragam dan konsisten.
Penulisan standar diawali dengan penulisan klasifikasi substansi standar; penulisan persyaratan kesesuaian yang mencakup
prosedur,
dokumentasi,
dan
identifikasi
kesesuaian; penulisan unsur-unsur proses persetujuan dan penerbitan sertifikasi. Penulisan standar ini mengacu kepada pola adopsi dan adaptasi terhadap acuan normatif, regulasi, pedoman, dan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan ke masyarakat.
288
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Gambar 5.1 Diagram alur penulisan didasarkan PSN – BSN.
Secara umum penyusunan konsep standar di bidang sarana transportasi sungai, danau, dan penyeberangan yang mencakup konsep : a. Standar lambung kapal sungai dan danau (perairan pedalaman); b. Standar ruang muat dan penumpang kapal sungai dan danau (perairan pedalaman); c. Standar peralatan navigasi dan komunikasi kapal sungai dan danau (perairan pedalaman); d. Standar peralatan keselamatan kapal sungai dan danau (perairan pedalaman); e. Standar lambung kapal penyeberangan; f. Standar ruang muat dan penumpang kapal penyeberangan; g. Standar
desain
peralatan
navigasi
dan
komunikasi kapal penyeberangan;
289
PT. Bahari Engineering Consultant
h. Standar
peralatan
Laporan Akhir
keselamatan
kapal
penyeberangan; i. Standar pencegahan pencemaran oleh kapal sungai dan danau; j. Standar pencegahan pencemaran oleh kapal penyeberangan; k. Standar sertifikasi kapal sungai dan danau; l. Standar sertifikasi kapal penyeberangan. Konsep standar sesuai dengan ketentuan PSN mempunyai kerangka struktur penulisan sebagai berikut : a. Penulisan daftar Isi; b. Penulisan prakata; c. Penulisan ruang lingkup; d. Penulisan acuan normatif; e. Penulisan istilah dan definisi; f. Penulisan klasifikasi substansi standar ; g. Penulisan standar penyelenggaraan operasional kapal sungai dan danau serta kapal penyeberangan, yang mencakup diantaranya :
Penulisan standar prosedur standard an standar sertifikasi.
Penulisan standar dokumen yang harus diserahkan.
Penulisan standar persyaratan.
290
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Penulisan standar persyaratan identifikasi jenis sertifikat.
Penulisan standar unsur-unsur dalam proses persetujuan.
Penulisan standar penerbitan sertifikat.
291
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dalam studi penyusunan konsep standarisasi sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, maka dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut :
Kondisi sarana transportasi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan pada kenyataannya memiliki karakteristik operasional yang berbeda di setiap wilayah yang dilayani, dan menghadapi permasalahan standarisasi yang secara umum juga berbeda.
Aturan – aturan yang menjadi acuan dalam penyusunan konsep standarisasi sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan sangat erat kaitannya
dengan
aturan
tentang
sarana
angkutan laut baik aturan yang bersifat nasional maupun aturan internasional.
Penelusuran
kebutuhan
standarisasi
dapat
dilakukan dari hasil pengamatan permasalahan standar yang terfokus kepada kriteria standar
292
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
secara spesifik terkait dengan kesesuaian produk, pengendalian keanekaragaman jenis dan ukuran, kompatibilitas,
pemanfaatan
sumberdaya,
peningkatan komunikasi dan pemahaman yang lebih baik, keamanan, keselamatan, kesehatan, pelestarian
kemampuan
fungsi
lingkungan,
kepentingan konsumen dan masyarakat, serta mengurangi hambatan perdagangan di dalam operasional
angkutan
sungai,
danau,
dan
penyeberangan.
Kebutuhan standarisasi desain lambung kapal sungai dan danau meliputi : bentuk lambung dan rasio ukuran utama kapal sungai dan danau, jarak pandang dari ruang kemudi.
Kebutuhan standarisasi desain ruang muat dan penumpang pada kapal sungai dan danau meliputi : area khusus kendaraan roda dua, jarak antar tempat duduk di ruang penumpang.
Kebutuhan standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal sungai dan danau meliputi : peta dan kelengkapannya, peralatan penunjuk arah, tekanan, suhu, dan kedalaman, lampu
navigasi,
radio
komunikasi
dan
perlengkapannya.
Kebutuhan standarisasi peralatan keselamatan kapal
sungai
dan danau meliputi
: alat 293
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
keselamatan untuk
penumpang, perlengkapan
P3K, pencegahan & perlindungan kebakaran, petunjuk
dan
rambu-rambu
untuk
kondisi
darurat.
Kebutuhan
standarisasi
peralatan
pencegah
pencemaran dari kapal sungai dan danau meliputi : peralatan pencegahan pencemaran oleh
minyak,
bahan
cair
beracun,
kotoran/sewage, sampah, pencemaran udara, dan pengelolaan air ballast dan kebersihan tanki.
Kebutuhan standarisasi sertifikasi kapal sungai dan danau meliputi : jumlah dan jenis sertifikat yang harus dipenuhi.
Kebutuhan standarisasi desain lambung kapal penyeberangan meliputi : tipe lambung kapal penyeberangan berdasarkan daerah operasi, rasio ukuran utama.
Kebutuhan standarisasi desain ruang muat dan penumpang kapal penyeberangan meliputi : penataan umum ruang muat, aksesibilitas di ruang muat.
Kebutuhan standarisasi peralatan navigasi dan komunikasi kapal penyeberangan meliputi : Peta dan kelengkapannya, Peralatan penunjuk arah, peralatan penunjuk tekanan, peralatan penunjuk suhu, peralatan penunjuk kedalaman, peralatan 294
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
penunjuk posisi global (GPS), radar, lampu navigasi, radio komunikasi dan perlengkapannya.
Kebutuhan standarisasi peralatan keselamatan kapal penyeberangan meliputi : alat keselamatan untuk
penumpang,
alat
evakuasi
untuk
penumpang, sinyal darurat, perlengkapan P3K, pencegahan & perlindungan kebakaran, petunjuk, peraga dan rambu-rambu untuk kondisi darurat, alat keselamatan untuk kendaraan.
Kebutuhan
standarisasi
peralatan
pencegah
pencemaran dari kapal penyeberangan meliputi : peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak, bahan cair beracun, kotoran/sewage, sampah, pencemaran udara, dan pengelolaan air ballast dan kebersihan tanki.
Kebutuhan
standarisasi
sertifikasi
kapal
penyeberangan meliputi : jumlah dan jenis sertifikat yang harus dipenuhi.
Penulisan konsep standar harus mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu ketentuan yang terdapat pada Pedoman Standarisasi Nasional (PSN).
295
PT. Bahari Engineering Consultant
B.
Laporan Akhir
SARAN
Berdasarkan pada hasil studi ini, maka sebagai tindak lanjut disarankan beberapa hal sebagai berikut :
Penajaman
konsep
standarisasi
suatu
produk/objek perlu dilakukan secara intensif, berkelanjutan dan harus melibatkan badan – badan terkait, unsur pengguna jasa, unsur pelaku usaha, dan akademisi untuk dapat mencapai hasil yang acceptable dan maksimal dalam pemanfaatan.
Sosialisasi
perlu dilakukan sebelum
suatu
standar ditetapkan untuk mendapatkan inputan dari masyarakat khususnya pengguna dan pelaku usaha
angkutan
sungai,
danau
dan
penyeberangan, dan juga untuk menghindari penolakan dari pihak – pihak tertentu yang berpotensi membuat suatu standar menjadi tidak efektif.
296
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional, 1996. SNI 10-4134-1996. Persyaratan lampu dan sosok benda navigasi kapal. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional, 2007. Pedoman BSN No. PSN 01:2007 tentang Pedoman Standarisasi Nasional. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional, 2011. SNI ISO 12402-1 Baju penolong di kapal untuk pelayaran laut - Persyaratan keselamatan, Jakarta. Cepowski T, (2008), Determination of optimum hull form for passenger ferry with regard to its sea-keeping qualities and additional resistance in waves, Polish Maaritime Research Vol 15 pp. 3-11. Departemen Perhubungan 2004. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau, , Jakarta. Departemen Perhubungan 2005, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal, Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1994. Surat Keputusan Dirjendat Nomor 5 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kapal Sungai, Danau, dan Penyeberangan. Jakarta. International Maritime Organization – 1997, Consolidated text of the International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974, and its Protocol of 1978; articles, annexes and certificates, London. Jesper Aagesen “ The Danish Concept of Double-Ended Ferries & Review of a Project Regarding Island Ferries in Denmark” 2nd International Conference on DoubleEnded Ferries, 9-12 March 2003, Norway.
297
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Kementerian Perhubungan. 2007. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2007 tentang Perubahan atas KM 73/2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau. Jakarta. Kementerian Perhubungan. 2009. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi. Jakarta. Kementerian Perhubungan. 2010. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance). Jakarta. Kementerian Perhubungan. 2010. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 02 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2000 tentang Pedoman Penanganan Bahan/Barang Berbahaya Dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia. Jakarta. Kementerian Perhubungan. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Jakarta. Kementerian Perhubungan. 2011. Peraturan Perhubungan Nomor 26 Tahun 2011 Telekomunikasi Pelayaran. Jakarta.
Menteri tentang
Kementerian Perhubungan. 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan. Jakarta. Lembaga Pendidikan Doktor, Universitas Gajah Mada. 1984. Metodologi Penelitian-Analisis Kuantitatif. Yogyakarta – Indonesia. Levander O, (2009), Two efficient ferry concept, Wartsila Technical Journal 02, 2009. Li Zhitao, Senior Engineer Chang Jiang Water Way Bureau. Maintenance of Inland Waterway and Aids to Navigation in China, China.
298
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Lockheed Martin, Semi SWATH Small Ferry, Information property of Lockheed Martin. Mohamad Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian-Analisis Deskriptif. Ghalia - Indonesia. Patrick C et all, (2007), Pentland ferries new RoPax Catamaran, FBMA Marine Inc. Pemerintah Republik Indonesia. 1980. Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 1986. Keputusan Presiden RI Nomor 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi MARPOL. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah Propinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2004 tentang Standarisasi Nasional. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Telekomunikasi Pelayaran. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Kementerian Perhubungan, Jakarta.
299
PT. Bahari Engineering Consultant
Laporan Akhir
Poerwadarminta S. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke3. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Jakarta. Prins S & Mater B, (2011), Navigation waterways. Salim P., & Salim Y. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Pustaka Phoenix. Jakarta. Undang Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Zang Chang Kuan, Professor, Hohai Unversity, Nanjing China. Reform in Inland Water Transport China’s Experience, China.
300