KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem
Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa, bahwa untuk memenuhi salah satu persyaratan dan tugas yang diberikan kepada Konsultan selaku pelaksana, maka pada masa akhir kurun waktu pelaksanaan pekerjaan, konsultan pelaksana harus menyusun dan menyerahkan Laporan Akhir. Laporan ini merupakan laporan akhir yang berisi tentang uraian pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, terdiri dari uraian Pendahuluan, Landasan Teori, Metodologi, Rencana Kerja dan Jadwal Kegiatan, Hasil Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan Arsitektur Dasar Sistem Informasi yang ada pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi saat ini belum menggambarkan satu kesatuan data dan sistem yang dapat dibangun untuk menentukan hasil keluaran data kebutuhan pembangunan desa di Indonesia. Untuk lebih dalam lagi melihat beberapa kebutuhan terkait data dan informasi yang didapatkan dan disampaikan harus melalui berbagai tahapan supaya akses informasi baik untuk internal Kementerian maupun untuk stakeholder terkait dapat disampaikan dengan baik. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini juga kami membutuhkan saran dan masukan dari pihak-pihak terkait, khususnya masukan yang bersifat membangun yang dapat kami jadikan sebagai input untuk pengembangan dan perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata atas bantuan dan peran serta semua pihak terkait yang telah mendukung kelangsungan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini, kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Tim Penyusun
DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1.1
kondisi saat ini
1.2
kondisi yang diharapkan
2. Tujuan 3. Manfaat 4. Ruang Lingkup 5. Output Kegiatan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Arsitektur 2.2 Konsep Dasar Arsitektur Sistem Informasi Manajemen 2.3 Jenis Arsitektur Terhadap Tujuan 2.4 Jenis Informasi Menurut Kebutuhan dan Penjelasan Terhadap Teknologi Informasi
BAB III
METODOLOGI DAN ANALISIS PEKERJAAN
3.1 Metodologi Pelaksanaan 3.2 Lokasi Pelaksanaan 3.3 Jenis Data 3.4 Analsis Pekerjaan 3.4.1 Analisis Prototype 3.4.2 Analisis Spiral 3.4.3 Analisis Daur Hidup
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan 4.2 Rekomendasi
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Penyusunan Arsitektur Sistem Informasi Manajemen Gambar 2. Konsep Penyusunan Sistem Informasi Melalui Metode SDLC Gambar 3. Diagram Alur Proses Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Gambar 4. Data-Data Subsektor Yang Akan Diproses Pada Sistem Manajmen Informasi Data Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1 Kondisi saat ini Kondisi yang dialami saat ini, dalam pelaksanaan tugas penyiapan bahan perencanaan kebijakan strategis khususnya dalam konteks pembangunan desa,
ketersediaan
dan
penyajian
informasi
data-data
kebutuhan
pembangunan desa masih bersifat sporadis dan belum terkelola dengan baik sehingga keputusan-keputusan yang diambil oleh pimpinan cenderung sporadis dan tidak focus menjawab masalah-masalah yang terkait dengan upaya mengatasi masalah ketertinggalan. Peranan Bagian Perencanaan Umum dalam pengelolaan, pengolahan dan penyediaan data-data kebutuhan pembangunan masih belum optimal, yang berdampak pada kebijakan-kebijakan strategis yang diambil pimpinan menjadi kurang efektif dan tepat sasaran. Dalam rangka pembangunan sistem informasi dan data kebutuhan pembangunan desa tertinggal, maka perlu dilakukan perubahan tatalaksana yang diawali dengan menyusun arsitektur dasar sistem informasi dan data kebutuhan pembangunan desa tertinggal, yakni kerangka dasar dalam pembangunan data base, yang mencakup mengenai kerangka/pola dasar dalam penataan stuktur, hubungan-hubungan dan model-model data. Penyusunan arsitekur dasar ini dilakukan sebelum disusun pembangunan aplikasi-aplikasi pengolahan data yang dibutuhkan. Area perubahan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Bagian Perencanaan Umum adalah pada tatalaksana pengelolaan, pengolahan dan penyajian informasi dan data kebutuhan. Permasalahan-permasalahan yang menghambat pelaksanaan tugas khususnya terkait dengan pengelolaan, penyediaan dan penyajian data, yang berhasil diidentifikasi, antara lain :
•
Belum adanya SOP pengelolaan, pengolahan dan penyajian data
•
Belum optimalnya pembagian tugas bawahan dalam pengolahan data
•
Belum optimalnya dukungan peralatan kerja dalam pengolahan data
•
Belum optimalnya dukungan staf pengolah data
•
Belum
tersedianya
design/arsitektur
dasar
pengelolaan,
pengolahan dan penyajian data •
Belum terintegrasinya data-data dari eks PDT, Transmigrasi dan PPMD
•
Data-data yang dimiliki belum dimutakhirkan.
Dengan menggunakan model prioritas model, masalah prioritas yang harus dipecahkan adalah belum tersedianya design dasar pengelolaan, pengolahan dan penyajian data mengingat dari sisi keaktualan, problematik, kekhalayakan serta kelayakan memiliki skore tertinggi disbanding issue-isue lainnya. 1.2 Kondisi yang diharapkan Sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, salah satu tugas pokok Bagian Perencanaan Umum Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal adalah penyiapan
dan
analisis data
perencanaaan, yang
diselenggarakan melalui fungsi pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dalam rangka penyiapan bahan perencanaan kebijakan strategis. Dalam rangka penyiapan penyiapan kebijakan perencanaan kebijakan strategis, Bagian Perencanaan Umum harus memiliki data-data yang sesuai dengan kebutuhan, dan dapat menyajikan dengan benar sehingga keputusan-keputusan pimpinan mengenai percepatan pembangunan desa dapat diambil secara tepat dan cepat sesuai kebutuhan. Dalam rangka proses
pembangunan data base maka diharapkan terlebih dahulu tersedia arsitektur dasar sistem informasi dan manajemen data pembangunan sebagai kerangka dasar pembangunan data base
data kebutuhan
pembangunan desa. 2. TUJUAN a. Tujuan Jangka Pendek
:
Menyusun arsitektur dasar sistem
informasi manajemen data kebutuhan pembangunan desa tertinggal sebagai kerangka dasar pembangunan data base kebutuhan. b. Tujuan Jangka Menengah
:
Menyusun
sistem
aplikasi
data
:
Integrasi sistem aplikasi dan data
kebutuhan pembangunan c. Tujuan Jangka Panjang kebutuhan pembangunan 3. MANFAAT a. Untuk diri sendiri
:
Instrumen pengendalian dalam penyusunan
perencanaan kegiatan selanjutnya b. Untuk organisasi
:
Memberikan pedoman kepada seluruh unit
yang berkepentingan dengan informasi dan data dalam rangka proses pembangunan data base kebutuhan pembangunan di masing-masing unit data. 4. RUANG LINGKUP Kegiatan
ini
dilaksanakan
di
Bagian
Perencanaan
Umum
Biro
Perencanaan Sekretariat Jenderal dalam ruang lingkup Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa untuk mendukung pengambilan kebijakan strategis. 5. WAKTU PELAKSANAAN BULAN NO
KEGIATAN 1
1 2 3
Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan
NOVEMBER 2 3
4
1
DESEMBER 2 3
4
6. OUTPUT KEGIATAN Hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa Laporan Pelaksanaan Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa. Keluaran (output) kegiatan ini adalah: a. Tersusunnya model Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa; b. Terkoordinasikan
pelaksanaan
Penyusunan
Arsitektur
Dasar
Sistem
Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa;
BAB II LANDASAN TEORI 2.
KONSEP ARSITEKTUR DASAR SISTEM INFORMASI 2.1 Konsep Dasar Arsitektur Arsitektur sistem informasi terkadang disebut juga sebagai arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem informasi atau infrastruktur teknologi informasi.Adapun beberapa definisi mengenai arsitektur sistem informasi adalah sebagai berikut : “Pemetaan atau rencana kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi” (Turban, McLean, Wetherbe, 1999) “Bentuk khusus yang menggunakan teknologi informasi dalam organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan atau fungsi-fungsi yang telah dipilih “ (Laudon & Laudon, 1998) “Desain sistem komputer secara keseluruhan (termasuk sistem jaringan) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik” (Zwass, 1998) Arsitektur dari sistem merupakan sekumpulan dari model-model terhubung yang menggambarkan sifat dasar dari sebuah sistem. Keanekaragaman dari banyak model menggambarkan bagian berbeda dan aspek atau pandangan yang berbeda dari suatu sistem. Komponen merupakan blok pembangun : sistem dapat dibangun dengan cara menyatukan sekumpulan komponen berdasarkan aturan tertentu. Pandangan yang berbeda dari tiap komponen bukan berarti komponen-komponen tersebut berlaku sebagai sebuah sistem yang berdiri sendiri. Biasanya, sudut pandang dari suatu sistem terbagi menjadi beberapa sudut pandang yaitu : sudut pandang bisnis, sudut pandang fungsional dan sudut pandang teknis. Masing-masing dari sudut pandang tersebut dapat dipecah lagi
menjadi beberapa bagian. Sebagai contoh , sudut pandang teknis dapat dipecah menjadi sudut pandang software dan sudut pandang jaringan. Sedangkan arsitektur sistem informasi dapat dipecah menjadi empat level yaitu ; a. Business architecture. b. Functional architecture. c. Software architecture. d. Network architecture. Arsitektur sistem informasi berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Sedangkan tujuannya adalah agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan bisnis strategis organisasi. 2.2 Konsep Dasar Arsitektur Sistem Informasi Manajemen a) Konsep Dasar Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen 1) Konsep Arsitektur Dasar Arsitektur dasar sistem merupakan suatu lingkup ilmu mencakup rancangan dan membangun suatu seluruh lingkungan sistem mencakup lingkup sistem mikro dan makro yaitu meliputi proses perencanaan, perancangan, disain, proses dan output dari sistem yang akan dibangun 2) Konsep Sistem Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. 3) Konsep Informasi Informasi merupakan data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih bermanfaat bagi penggunanya. Pada lingkup informasi ini, tujuan dari kegiatan penyusunan arsitektur dasar sistem informasi manajemen data kebutuhan dalam pembangunan desa adalah hasil proses pengolahan data dari setiap elemen terkait kegiatan ini dan memberikan pemahaman terhadap kegiatan penyusunan arsitektur dasar sistem informasi manajemen data kebutuhan pembangunan desa
disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing satker yang ada di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 4) Konsep Manajemen Pada konsep manajemen ini, kegiatan penyusunan arsitektur dasar sistem informasi manajemen kebutuhan data memerlukan sebuah proses demi terlaksananya tujuan dari kegiatan ini yaitu mulai dari perencanaan, koordinasi dan mengendalikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2.3 Jenis Arsitektur Terhadap Tujuan 1) Arsitektur Tersentralisasi Arsitektur ini sudah dikenal semenjak tahun 1960-an dengan Mainframe sebagai faktor utama. Mainframe adalah komputer yang berukuran relatif besar
yang
ditujukan
untuk
menangani
data
yang
berukuran
besar,dengan ribuan terminal untuk mengakses data dengan tanggapan yang sangat cepat dan melibatkan jutaan transaksi. 2) Arsitektur Desentralisasi Arsitektur desentralisasi merupakan konsep dari pemrosesan data tersebar (terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi (atau biasa disebut sebagai komputasi tersebar) sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data. 3) Arsitektur Client/Server Pada arsitektur ini ada sebagian yang disebut Client dan ada yang disebut server. Server adalah sistem atau proses yang menyediakan data atau layanan yang diminta oleh Client. Secara fisik sebuah server dapat berupa komputer (Mainframe, mini – komputer, workstation ataupun PC) atau piranti lain (misalnya printer). Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri. Ketika sebuah Client meminta suatu data ke server, server akan segera menanggapinya dengan memberikan data yang
diminta ke Client bersangkutan. Setelah diterima Client segera melakukannya. a) Jenis informasi menurut kebutuhannya 1) Menyediakan
informasi
yang
dipergunakan
dalam
perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. 2) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. 3) Sistem informasi untuk manajemen persediaan (inventory management information systems). 4) Sistem informasi personalia (personal information systems). Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems). 2.4 Jenis Informasi Menurut Kebutuhan dan Penjelasan Terhadap Teknologi Informasi Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dalam bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis kegiatan pembangunan perdesaan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas , pengambilan keputusan manajerial, dan kerja sama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi kompetitif yang cepat sekali berubah. Berikut kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengatur pengetahuan yang disajikan dan memberi garis besar tentang hal yang perlu diketahui mengenai sistem informasi. Kerangka kerja tersebut dipusatkan kedalam 5 area pengetahuan Sistem Informasi berikut ini. 1) Konsep konsep dasar prilaku, teknis dan manajerial Konsep dasar keprilakuan, teknis, dan manajerial termasuk mengenai berbagai komponen dan peran sistem informasi. Contohnya meliputi konsep sistem informasi dasar yang berasal dari teori sistem umum, atau konsep keunggulan kompetitif yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi teknologi informasi dalam keunggulan kompetitif. 2) Teknologi informasi Konsep – konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu meliputi hardware, software, jaringan, manajemen data, dan banyak teknologi berbasis internet.
3) Aplikasi kebutuhan Penggunaan utama dari sistem informasi untuk operasi, manajemen dan keunggulan kompetitif . 4) Proses pengembangan Bagaimana para praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi untuk memenuhi peluang bisnis. 5) Tantangan manajemen Tantangan untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi pada tingkat pemakai akhir, dan global dalam pelaksanaan kegiatan. Lima fungsi dasar teknologi dan sistem informasi (apa yang dilakukan) 1) Capture (menangkap), Mendapatkan informasi pada titik asalnya/terjadinya 2) Cradle (menyangga), Menyimpan informasi 3) Create (menciptakan), Memproses untuk mendapatkan sesuatu yang baru 4) Convey (menyampaikan), Menyajikan informasi dalam bentuk yang bermanfaat 5) Communicate (mengkomunikasikan), Mengirimnya kepada orang lain Jenis informasi menurut kebutuhannya: 1) Menyediakan
informasi
yang
dipergunakan
dalam
perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. 2) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. 3) Sistem informasi untuk manajemen persediaan (inventory management information systems). 4) Sistem informasi personalia (personal information systems). 5) Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems).
BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS PEKERJAAN 3.1 Metodologi Pelaksanaan Untuk Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa, metode yang digunakan secara umum terdiri atas tiga metode, yaitu: Metode Prototype, Metode Spiral, dan Metode Daur Hidup (SDLC).
3.2 Lokasi Pelaksanaan Lokasi penyusunan pekerjaan Arsitektur Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa di Jawa dan Luar Jawa dilakukan di Jakarta dengan bertempat di Kantor Konsultan dan Kantor Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 3.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam kegiatan proyek ini adalah data kebutuhan dan data ketersediaan pada masing-masing unit dan satker untuk kebutuhan pembangunan. 3.4 Analsis Pekerjaan 3.4.1 Analisis Prototype Metode ini memberikan ide bagi system analyst atau pemrogram dalam menyajikan gambaran lengkap sistem. Sehingga user (pemesan) dapat melihat langsung bentuk / model gambaran sistem, baik dari sisi tampilan maupun teknik procedural (program) yang akan dibangun. Metode ini bisa berupa contoh dari arsitektur aplikasi yang akan dibangun. Ada 2 (dua) jenis metode prototype yang dikembangkan: 1. Lebih singkat dan kurang rinci Alur dari prototype ini adalah mengidentifikasi kebutuhan user kemudian mengembangkan prototype, jika prototype diterima lalu bias langsung dapat menggunakan prototype. 2. Lebih detil dan terperinci
Alur yang dipakai dari prototype ini adalah mengidentifikasi kebutuhan user kemudian mengembangkan prototype, jika prototype diterima akan dilanjutkan ke pembangunan konstruksi sistem. Setelah itu menguji operasional sistem dan dilanjutkan dengan implementasi sistem. Keuntungan dari metode ini adalah : •
Pengembang sistem dapat berinteraksi secara langsung dengan user, khususnya dalam persamaan persepsi dalam pemodelan sistem yang akan dibangun
•
User dapat terlibat aktif dan partisipasif dalam menentukan model arsitektur sistem dan operasionalnya
•
Meningkatkan kepuasan dari sisi user karena harapannya dapat terimplementasi dengan baik, sementara biaya pengembangan sistem bias lebih hemat.
Resiko dari metode ini adalah : •
Kurangnya dokumentasi secara rinci untuk setiap tahapan pembangunan arsitektur dasar sistem, yang menyebabkan deteksi control menjadi kurang cermat. Sehingga jika terdapat kesalahan, akan mengalami kesulitan dalam memperbaikinya termasuk jika suatu saat akan dilakukan pengembangan dari arsitektur lebih lanjut.
•
Ada kemungkinan user mengembangakan ide gagasanya ditengah perjalanan pembangunan sistem, sehingga dapat menyebabkan sistem makin luas dan sulit ter-implementasi.
3.4.2 Analisis Spiral Model spiral (spiral model) adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat literatif dari prototipe dengan cara kontrol dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. Model ini berpotensi untuk pengembangan versi pertambahan arsitektur aplikasi secara cepat. Di dalam model spiral, aplikasi dikembangkan di dalam suatu deretan pertambahan.
Selama awal iterasi, rilis inkremental bisa merupakan sebuah model atau prototipe kertas. Selama iterasi berikutnya, sedikit demi sedikit dihasilkan versi sistem rekayasa yang lebih lengkap. Model spiral dibagi menjadi sejumlah aktifitas kerangka kerja, disebut juga wilayah tugas, di antara tiga sampai enam wilayah tugas. Tahap-tahap model tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut. 1) Tahap Liason: pada tahap ini membangun komunikasi yang efektif di antara pengembangan dan kementerian. 2) Tahap Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumbersumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek. 3) Tahap Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen. 4) Tahap Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe atau pembangunan satu atau lebih representasi dari aplikasi tersebut 5) Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek. 6) Tahap Evaluasi: Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi. Dalam pengembangan sistem informasi berbasis web, model ini digunakan untuk menyelesaikan sistem secara global terlebih dahulu, kemudian untuk feature dari sistem akan dikembangkan kemudian. Dengan ini mempercepat dalam pengimplementasian project dan hal ini cocok digunakan dalam sistem informasi Web. Kelebihan dari metode ini adalah: 1) Sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar.
2) Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. 3) Baik pengembang maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena proses-prosesnya dapat diamati dengan baik. Kekurangan dari metode ini adalah: 1) Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar. 2) Sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko. 3) Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan. 4) Meyakinkan kementerian (khusunya dalam situasi kontrak) bahwa pendekatan evolusioner bisa dikontrol. 3.4.3 Analisis Daur Hidup SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau
informasi.
SDLC
juga
merupakan
pola
yang
diambil
untuk
mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning),analisis
(analysis),
desain
(design),
implementasi
(implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak.
Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan prototyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle). Adapun kegunaan utama dari SDLC adalah mengakomodasi beberapa kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu biasanya berasal dari kebutuhan pengguna akhir dan juga pengadaan perbaikan sejumlah masalah yang terkait dengan pengembangan perangkat lunak. Kesemua itu dirangkum pada proses SDLC yang dapat berupa penambahan fitur baru baik itu secara modular maupun dengan proses instalasi baru. Dari proses SDLC juga berapa lama umur sebuah perangkat lunak dapat diperkirakan untuk dipergunakan yang dapat diukur atau disesuaikan dengan kebijakan dukungan dari pengembang perangkat lunak terkait. Siklus hidup sistem (SLC) adalah metodologi yang digunakan untuk menggambarkan proses untuk membangun sistem informasi , dimaksudkan untuk mengembangkan sistem informasi dalam cara yang sangat disengaja, terstruktur
dan
teratur,
mengulangi
setiap
tahap
siklus
hidup
.
Pengembangan sistem siklus hidup, menurut Elliott & Strachan & Radford (2004), “berasal pada tahun 1960, untuk mengembangkan skala besar fungsional sistem bisnis di zaman skala besar konglomerat bisnis . Sistem informasi kegiatan berkisar berat pengolahan data dan angka-angka rutinitas “. Beberapa
kerangka
kerja
pengembangan
sistem
telah
sebagian
didasarkan pada SDLC, seperti analisis sistem terstruktur dan metode desain (SSADM)
diproduksi
untuk
pemerintah
Inggris
Kantor
Pemerintah
Commerce pada 1980-an. Sejak saat itu, menurut Elliott (2004), “pendekatan siklus kehidupan tradisional untuk pengembangan sistem telah semakin digantikan dengan alternatif pendekatan dan kerangka kerja, yang berusaha mengatasi beberapa kekurangan yang melekat pada SDLC tradisional”.
SDLC adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk mengembangkan sistem informasi , termasuk persyaratan, validasi kepemilikan (stakeholder), pelatihan, dan pengguna. Setiap SDLC harus menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, mencapai selesai dalam waktu dan perkiraan biaya, bekerja secara efektif dan efisien di saat ini dan direncanakan Teknologi Informasi infrastruktur , dan murah untuk mempertahankan dan biayaefektif untuk meningkatkan. Sistem komputer yang kompleks dan sering (terutama dengan munculnya baru-baru arsitektur berorientasi layanan ) link beberapa sistem tradisional berpotensi disediakan oleh vendor perangkat lunak yang berbeda. Untuk mengelola tingkat kompleksitas, sejumlah model SDLC atau metodologi telah diciptakan, seperti ” air terjun “;” spiral “;” Agile pengembangan perangkat lunak “;” prototipe cepat “;” incremental “; dan” sinkronisasi dan menstabilkan “. SDLC terdiri dari beberapa tahapan-tahapan berdasarkan analisa kebutuhan yang ada . Dimulai dari analisa kebutuhan perangkat lunak akan dibuat terlebih dahulu desain dari kebutuhan tersebut untuk mempermudah dalam
pengerjaannya.
Kemudian
segala
kebutuhan
tersebut
di
implementasikan dengan dua tahap yaitu tahap analisa dan tahap evaluasi (User Acceptance Test). Setelah melakukan implementasi, maka proses tersebut akan dikembalikan kembali ke dalam tahap desain untuk pengembangan kembali perangkat lunak ke versi yang terbaru. Tahap – tahap SDLC dalam pembangunan sistem informasi Web : 1) Plaining Plaining (perencanaan) adalah feasibility dan wawancara , observasi, Quesener. Jika pada tahap Feasibility hasilnya baik maka langsung ketahap investigasi dan diberi form kepada client untuk mencatat kebutuhan client. Dalam sistem investigasi, dapat berupa wawancara, kuosiener atau observation. Dalam tahap ini hal yang pertama dilakukan adalah memberikan form ke user yang digunakan untuk mengetahui permintaan user.
2) Analisa Analisa Teknologi memerlukan data penyimpanan secara informasi produk, Informasi berita digunakan database seeprti Mysql. Analisa informasi. Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap dan data dinamis, kategori informasi data tetap adalah : profile kementerian, visi dan misi, kementerian, latar belakang kementerian. Informasi dinamis adalah informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat setiap hari atau setiap jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah : a. Informasi persediaan ( stock ) data b. Informasi sumber data c. Informasi analisis data d. Informasi dari masing – masing satker 3) Desain a. Desain Informasi. Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap halaman, jika dalam sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap development dan database disain.. b. Desain Grafis. Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan graphic. c. Database Application d. Model Development Database Design PHP Library Development. Tahap untuk memodelkan seluruh proses yang ada, seperti proses penyimpanan data, update data, dan menampilkan data dari database. 4) Implementasi a. Penulisan Program dan Instalasi. Merupakan tahap penulisan program yang telah dianalisis dan diesain semua maka perogeram yang digunakan adalah PHP dan database yang digunakan MySql b. Desain Review. Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang digunakan namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti tidak ada lokasi lingk, image yang salah, pengujian sistem seperti penyimpanan data, update artikel dan lain-lain.
c. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software. Dalam tahap ini software dan hardware digunakan untuk Web server. d. Pengujian Web dan Dokumen Web. Menguji Web dengan berbagai teknologi browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Gambar 1. Konsep Penyusunan Arsitektur Sistem Informasi Manajemen
Gambar 2. Konsep Penyusunan Sistem Informasi Melalui Metode SDLC
Tujuan dari desain sistem secara umum adalah untuk memberikan gambaran secara umum kepada user tentang sistem yang baru. Desain sistem secara umum merupakan
persiapan
dari
desain
secara
terinci.
Desain
secara
umum
mengidentifikasikan komponen-komponen sistim informasi yang akan didesain secara rinci. Desain terinci dimaksudkan untuk pemrogram computer dan ahli teknik lainnya yang akan mengimplementasi sistem. Tahap desain sistem secara umum dilakukan setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan dan hasil analisis disetujui oleh manajemen. Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem informasi dirancang dengan tujuan untuk dikomunikasi kepada user bukan untuk pemrogram. Komponen sistem informasi yang didesain adalah model, output, input, database, teknologi dan kontrol. Tahap desain memutuskan bagaimana sistem akan beroperasi, dalam hal perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan infrastruktur; antar muka pengguna, formulir dan laporan, dan program khusus, database, dan file yang akan dibutuhkan.
Gambar 3. Diagram Alur Proses Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan
Pada diagram alur proses diatas, setiap proposal dari daerah yang masuk di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan dianalisa dan di sinkronisasikan dengan data yang tersedia pada Kemnterian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi. Pada saat proses sinkronisasi, terjadi duplikasi data (data tersedia) maka proposal akan disimpan sebagai arsip dan sebaliknya pada saat sinkronisasi data tidak tersedia dalam sistem maka akan masuk sebagai data terpilah dan masuk ke dalam database kebutuhan. Setelah masuk database kebutuhan, data terpilah akan diproses menggunakan formula kebutuhan yang memilah kebutuhan berdasarkan subsektor. Output dari hasil proses pengolahan data tersebut berupa data kebutuhan subsektor seperti kebutuhan sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor infrastrutur dan sektor lainnya. Dari output tersebut bisa menjadi dasar bagi pimpinan dalam mengambil kebijakan dan sebagai acuan KDPDTT dalam dalam melakukan koordinasi pembangunan daerah dengan kementerian/lembaga lain.
Gambar 4. Data-Data Subsektor Yang Akan Diproses Pada Sistem Manajmen Informasi Data Kebutuhan
Data Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
Data Pendidikan dan Kesehatan
Data Angkutan, Komunikasi dan informasi
Data Bencana dan mitigasi Bencana
Data Perumahan dan Lingkungan hidup
Data Warehouse
Data Kependudukan dan ketenaga kerjaan
Data Keamanan
Data Infrastruktur
Data Energi
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa merupakan alat bantu untuk memperluas pandangan ruang tim perencana dalam mengkaji permasalahan. 2. Penyusunan Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan Pembangunan Desa sebagai ujung tombak penyediaan data dan informasi pada prinsipnya didesain sedemikian rupa dengan model data agar mampu menjaring dan menyajikan seluruh informasi yang dibutuhkan. 3. Agregasi dan kompilasi data dalam sistem informasi manajemen ataupun aplikasi-aplikasi yang dikembangkan dapat dikontrol dengan menggunakan arsitektur dasar Sistem Informasi Manajemen. 4.2 Rekomendasi 1. Aplikasi-aplikasi yang dikembangkan oleh pihak ketiga wajib mengikuti Arsitektur Dasar Sistem Informasi Manajemen Data Kebutuhan yang telah disusun. 2. Sistem aplikasi yang akan dibangun dan dikembangkan memanfaatkan model arsitektur yang kurang lebih serupa dengan model mini arsitektur dashboard.
LAMPIRAN