Makalah Seminar Kerja Praktek IMPLEMENTASI TEKNOLOGI 802.11N PADA PERANGKAT ACCESS POINT UBIQUITI NANOSTATION LOCO M5 Hauril Maulida Nisfari ( 21060110120036 ), Achmad Hidayatno ST, MT (196912211995121001) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055
[email protected] Abstrak Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya, berkomunikasi dan dapat mengakses informasi. Beberapa klasifikasi jaringan komputer diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan untuk keperluan optimalisasi jaringan. WLAN (Wireless Local Area Network) adalah salah satu klasifikasi jaringan komputer berdasarkan letak geografis dan penggunaan media transmisinya. WLAN dapat difungsikan sebagai komplemen Wired LAN yang lebih dahulu hadir sebagai jaringan komputer dengan cakupan wilayah lokal, yang seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan stasiun kerja (workstation) dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik. WLAN yang berkomunikasi dengan media transmisi nirkabel ini merupakan produk jaringan lokal yang didasarkan pada standar IEEE 802.11. Biasa kita kenal sebagai Wi-Fi (Wireless Fidelity), merek dagang dari Wi-Fi Alliance. Selain itu, standar IEEE 802.11 diterapkan pada konektivitas alat-ke-alat (seperti Wi-Fi Peer to Peer atau Wi-Fi Direct), jaringan wilayah pribadi (PAN), jaringan wilayah lokal (LAN), dan bahkan sejumlah koneksi jaringan wilayah luas (WAN) terbatas. Beberapa varian dari standar 802.11 yang telah ada dan diterapkan saat ini adalah 802.11a, 802.11b, 802.11g dan 802.11n. Diantara standar IEEE 802.11 tersebut, standar 802.11n merupakan perubahan terbaru yang mengembangkan 802.11 sebelumnya dengan menambahkan MIMO (Multiple Input Multiple Output) dan beberapa fitur lainnya, sehingga merupakan penyempurna dari protokol-protokol 802.11 yang ada sebelumnya. Kata kunci : teknologi 802.11n, MIMO, WiFi, Access Point Ubiquti
yang mengembangkan 802.11 sebelumnya dengan menambahkan MIMO dan beberapa fitur lainnya, sehingga merupakan penyempurna dari protokol-protokol 802.11 yang ada sebelumnya. PT. DES Teknologi Informasi Semarang sebagai salah satu perusahaan penyedia jasa layanan internet atau yang sering dikenal sebagai Internet Service Provider (ISP), merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan teknologi 802.11n baik untuk menunjang aksesibilitas di dalam perusahan itu sendiri maupun sebagai salah satu solusi konektivitas ke internet yang ditawarkan pada pelanggan
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejarah jaringan komputer tentu tidak terlepas dari sejarah komputer dan sejarah telekomunikasi. Dua teknologi berbeda antara teknologi komputer dan telekomunikasi ini digabungkan hingga membentuk teknologi sendiri terhadap perkembangan jaringan telekomunikasi data berbasis komputer. Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya, berkomunikasi dan dapat mengakses informasi. WLAN (Wireless Local Area Network) adalah salah satu klasifikasi jaringan komputer berdasarkan letak geografis dan penggunaan media transmisinya. WLAN yang berkomunikasi dengan media transmisi nirkabel ini merupakan produk jaringan lokal yang didasarkan pada standar IEEE 802.11. Beberapa varian dari standar 802.11 yang telah ada dan diterapkan saat ini adalah 802.11a, 802.11b, 802.11g dan 802.11n. Diantara standar IEEE 802.11 tersebut, standar 802.11n merupakan perubahan terbaru
1.2 Tujuan Tujuan dari kerja praktek di PT. DES Teknologi Informasi Semarang adalah sebagai berikut. 1. Untuk mempelajari teknologi jaringan komputer 802.11 dan penerapannya di PT. DES Teknologi Informasi Semarang. 2. Untuk mempelajari implementasi dari masing-masing teknologi komunikasi data. 1
1.3 Batasan Masalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas. Untuk memperjelas ruang lingkup dan analisa, maka permasalahan lebih ditekankan pada spesifikasi, konfigurasi dan implementasi dari teknologi 802.11n
b. 802.11a Disaat IEEE melakukan pengembangan 802.11b, IEEE juga melakukan pengembangan standar Wi-Fi lainnya yaitu 802.11a. Karena 802.11b lebih popular, banyak orang mengira 802.11b adalah pengembangan dari 802.11a, namun hal tersebut salah kaprah karena faktanya standar 802.11a dan 802.11b dikembangkan secara bersamaan. Perangkat yang menggunakan standar 802.11a maksimal bandwidth dapat mencapai 54 Mbps dan menggunakan frekuensi kisaran 5 GHz. c. 802.11g Pada tahun 2002 dan 2003, standar wireless baru yang dikenal dengan 802.11g muncul di pasaran. 802.11g menggabungkan keunggulan dari dua standar sebelumnya, sehingga mampu mencapai bandwidth maksimum 54 Mbps dan menggunakan frekuensi 2.4 GHz untuk mendapatkan jangkauan yang luas. 802.11g sendiri kompatibel dengan 802.11b, sehingga access point yang menggunakan standar 802.11g dapat digunakan oleh perangkat yang menggunakan standar 802.11b d. 802.11n Standar IEEE 802.11n dirancang untuk memperbaiki standar 802.11g untuk bandwidth maksimal yang didukung dengan menggunakan multiple wireless signal dan antena (disebut teknologi MIMO). Standar 802.11n memiliki kecepatan sampai 300 Mbps. 802.11n juga menawarkan jangkauan yang lebih baik.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Teknologi 802.11 Teknologi 802.11 adalah sebuah standar yang ditetapkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) sebagai sebuah teknologi yang memanfaatkan peralatan elektronik untuk bertukar data secara nirkabel (menggunakan gelombang radio) melalui sebuah jaringan komputer, termasuk koneksi internet berkecepatan tinggi. Standar 802.11 ini biasa dikenal dengan istilah Wi-Fi (Wireless Fidelity), yang merupakan merupakan merek dagang dari Wi-Fi Alliance. Teknologi jaringan 802.11 bekerja menggunakan gelombang radio pada perangkat Wireless LAN dengan menerapkan metode transmisi OFDM dan dengan urutan penyebaran spektrum secara langsung (DirectSequence Spread Spectrum). Dikenal juga sebagai Direct Sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA), DSSS merupakan salah satu cara untuk menyebarkan modulasi sinyal digital di udara. Rentetan informasi dikirim dengan membagi sekecil mungkin sinyal, lalu ditumpangkan pada kanal frekuensi yang ada di dalam spektrum tertentu. Frekuensi yang dipakai adalah 2,4GHz atau 5GHz yaitu frekuensi yang tergolong ISM (Industrial, Scientific dan Medical) dan UNII (Unlicensed National Information Infrastructure)
2.3
Spesifikasi Teknologi 802.11n Pengembangan 802.11n dimulai pada tahun 2002, tujuh tahun sebelum publikasi dan didasarkan pada 802.11 standar sebelumnya dengan menambahkan Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) dan lebar saluran/kanal 40 MHz ke PHY (lapisan fisik), dan agregasi bingkai ke lapisan MAC . MIMO adalah teknologi yang menggunakan beberapa antena untuk menyelesaikan lebih banyak informasi secara koheren daripada menggunakan satu antena. Salah satu caranya melalui Spatial Division Multiplexing (SDM), yang secara spasial memultipleks beberapa aliran data independen, ditransfer secara serentak dalam satu saluran spektral dalam bandwidth. MIMO SDM dapat secara signifikan meningkatkan throughput
2.2 Perkembangan Teknologi 802.11 Beberapa varian dari teknologi 802.11 yang telah ada dan diterapkan saat ini adalah 802.11a, 802.11b, 802.11g dan 802.11n. a. 802.11b IEEE mengembangkan kembali standar 802.11 pada awal Juli 1999 dengan menciptakan spesifikasi 802.11b. Standar ini mendukung bandwidth sampai 11 Mbps. Sebanding dengan kecepatan Ethernet. 802.11b menggunakan frekuensi radio yang sama dan diatur pada sinyal (2,4 GHz) sebagai standar 802.11 yang asli.
2
data. Masing-masing aliran spasial membutuhkan antena diskrit di kedua sisi, baik pada pemancar dan penerima. Selain itu, teknologi MIMO memerlukan sebuah mesin radio frekuensi yang terpisah dan konverter analog-ke-digital untuk masing-masing antena MIMO. Saluran beroperasi dengan lebar 40 MHz adalah fitur lain yang dimasukkan ke dalam 802.11n, ini berarti menggandakan lebar saluran dari 20 MHz di 802.11 sebelumnya. Layer Phys untuk mengirimkan data akan menyediakan dua kali data rate PHY yang tersedia dibanding melalui saluran tunggal 20 MHz. 802.11n dapat diaktifkan dalam mode 5 GHz atau dalam mode 2,4 GHz. Pada dasarnya, arsitektur MIMO, dengan saluran bandwidth yang lebih luas, menawarkan peningkatan kecepatan transfer fisik atas 802.11a (5 GHz) dan 802.11g (2,4 GHz). Ketika 802.11g dirilis untuk berbagi band dengan perangkat 802.11b yang ada, itu merupakan cara untuk memastikan koeksistensi antara perangkat terdahulu dan perangkat penggantinya. 802.11n memperluas manajemen koeksistensi untuk mencakup pengirimannya dari perangkat terdahulu, yang meliputi 802.11g , 802.11b dan 802.11a . Ada mekanisme proteksi level MAC dan PHY yang diterapkan pada teknologi ini. Untuk mencapai output maksimum, 802.11n dengan jaringan 5 GHz sangat dianjurkan. Jaringan 5 GHz memiliki kapasitas yang cukup besar karena banyak kanal radio yang non-overlapping dan gangguan radio lebih sedikit dibandingkan dengan pita 2,4 GHz. Jaringan 802.11n mungkin tidak praktis bagi banyak pengguna karena mereka memerlukan dukungan perangkat terdahulu yang masih ada pada 802.11b/g. Akibatnya, mungkin lebih praktis dalam jangka pendek untuk mengoperasikan jaringan 802.11b/g/n campuran sampai hardware 802.11n menjadi lebih umum.
2.4.1
Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M% Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 dilengkapi dengan teknologi MIMO dengan mesin 2x2 atau dua aliran spasial. Acces Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 beroperasi pada standar mode 802.11a dan 802.11n. Karena pada standar 802.11n bisa kompatible dengan dua range frekuensi yaitu 2,4 GHz dan 5 GHz. Namun akan bekerja lebih maksimum di 5 GHz. Frekuensi yang digunakan pada range 5 GHz antara 5170 MHz – 5875 MHz. Pada kondisi outdoor throughput maksimum yang bisa didapatkan adalah 150+ Mbps untuk range 1 km.
Gambar 1. Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5
2.4.2
Router Mikrotik RB-750 RB750 adalah produk routerboard yang sangat mungil dan diperuntukkan bagi penggunaan SOHO. Memiliki 5 buah port ethernet 10/100, dengan prosesor baru Atheros 400MHz. Sudah termasuk dengan lisensi level 4 dan adaptor 12V.
2.4
Spesifikasi Perangkat Jaringan Wireless Pada proyek Kerja Praktek di PT. Des Teknologi Informasi, perangkat utama yang digunakan adalah Access Point dan Wireless Router. Untuk Access Point digunakan Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 sedangkan untuk Wireless Router digunakan adalah Router Mikrotik RB-750.
Gambar 2. Router Mikrotik RB-750
3
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT.DES Teknologi Informasi, dilakukan penerapan Jaringan Wireless LAN menggunakan Topologi Extended Service Sets (ESSs). Berikut merupakan gambar topologi sederhana jaringan wireless LAN :
2.5
Software dan Firmware yang Digunakan 2.5.1 AirOS Dalam proyek kerja praktek di PT. DES Teknologi Informasi Semarang, digunakan AirOS v5.0 untuk membantu dalam pengukuran dan analisis performansi jaringan wireless. AirOS v5.0 adalah evolusi terbaru dalam interface AirOS Ubiquiti. Ini adalah lanjutan sistem operasi untuk fitur nirkabel dan routing, dibangun di atas pondasi dengan user interface yang sederhana dan intuitif. AirOS v5.0 memaksimalkan kinerja produk nirkabel Ubiquiti Seri M yang didasarkan pada IEEE 802.11n.
Gambar 5. Topologi jaringan wireless ESSs
Topologi pada gambar 5 di atas menggunakan topologi Extended Service Sets (ESSs) maka terdapat dua Access Point yang berperan sebagai terminal pengatur lalu lintas dalam jaringan. Sesuai dengan prosedur kerja praktek, digunakan perangkat Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 dan Router Mikrotik RB-750. Masing-masing Access Point dikonfigurasikan dalam mode APRepeater. Konfigurasi ini bertujuan untuk meningkatkan kuat sinyal pada jarak yang jauh sehingga coverage dari jaringan wireless LAN bisa semakin luas. Dapat dilihat dari gambar PC-1 mempunyai alamat IP : 192.168.1.5/24 dengan Gateway : 192.168.1.1. Pada Router-1 Mikrotik RB-750 pada dasarnya mempunyai dua alamat IP untuk masing-masing port nya, ethernet 1 dan ethernet 2, namun karena Router dipakai dalam mode bridge karena berjalan dalam satu jaringan, maka kedua port ethernet 1 dan ethernet 2 digabungkan untuk memperoleh hanya satu alamat IP dengan cara “bridging”. Sehingga alamat IP untuk Router1 Mikrotik RB-750 adalah 192.168.1.1/24 yang merupakan gateway dari PC-1 itu sendiri. Access Point-1 Ubiquiti Nanostation Loco M5 mempunyai alamat IP : 192.168.1.4/24. Sedangkan Access Point-2 Ubiquiti Nanostation Loco M5 mempunyai alamat IP : 192.168.1.3/24. Alamat IP untuk Router-2 Mikrotik RB-750 adalah 192.168.1.2/24 dan alamat IP PC-2 : 192.168.1.6/24 dengan Gateway : 192.168.1.2. Koneksi antara PC dengan Router Mikrotik dan Router Mikrotik dengan Access Point Ubiquiti menggunakan
Gambar 3. Firmware airOs
2.5.2 Winbox Winbox adalah suatu aplikasi utillity yang digunakan untuk me-remote Mikrotik berbasis GUI (Graphical User Interfaces), sehingga akan mempermudah pengguna Mikrotik untuk melakukan konfigurasi tanpa harus mengetikkan perintah-perintah.
Gambar 4. Software Winbox
3.
Implementasi Teknologi 802.11n pada Perangkat Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5
3.1 Topologi Jaringan Wireless LAN Topologi WLAN berbeda dengan topologi kabel LAN, WLAN menggunakan teknologi wireless ( IEEE 802.11) sedangkan jaringan kabel LAN menggunakan teknologi Ethernet (IEEE 802.3 ). Ada tiga jenis topologi wireless LAN: 1. Independent Basic Service Sets (IBSSs) 2. Basic Service Sets (BSSs) 3. Extended Service Sets (ESSs)
4
kabel cross atau sering kita kenal dengan kabel LAN. Sedangkan komunikasi dari Access Point ke client menggunakan gelombang elektromanetik. Pada dasarnya Router berfungsi untuk menghubungkan beberapa jaringan atau network, namun dalam proyek kerja praktek di PT. Des Teknologi Informasi Router difungsikan dalam mode bridge, sehingga hanya mencakup satu jaringan saja. Untuk lebih lanjut Router dalam proyek ini digunakan sebagai sarana pengambilan informasi mengenai Throughput, Latency dan Load menggunakan software Winbox.
1 Pastikan end device (PC) telah terhubung pada perangkat Acces Point Ubiquiti Nanostation Loco M5. 2 Konfigurasi adapter ethernet pada end device dengan alamat IP : 192.168.1.x/subnet (x bisa berupa angka dari 1-255 kecuali 20, sedangkan subnet menggunakan subnet 24). Sehingga sesuai topologi alamat IP PC-1 yaitu 192.168.1.5/24. 3 Buka web browser dan ketikkan alamat https://192.168.1.20 pada address field lalu tekan enter. 4 Kemudian layar login akan ditampilkan isikan ubnt pada kolom Username dan Password. Pilih negara dan bahasa yang akan digunakan (Complient Test). Pilih aggreement lalu login 5 Setelah login halaman default airOS dilakukan, login kembali menggunakan alamat IP PC-1 yaitu https://192.168.1.5 dengan Username dan Password : ubnt. 6 Login pada alamat IP PC-1 ini untuk melakukan konfigurasi parameter-parameter performansi link pada sisi AP-Repeater-1. Konfigurasinya adalah sebagai berikut sebagaimana ditunjukkan pada gambar, pada intinya konfigurasi hanya dilakukan pada tab wireless dan network Berikut ini merupakan konfigurasi pada Tab Wireless.
3.2 Setting Perangkat Wireless LAN 3.2.1 Setting Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 dan AirOS v5.5.3
Gambar 6. Setting awal perangkat Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5
Acces Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 hanya mempunyai satu port ethernet pada bagian bawah Access Point. Port ethernet (LAN) dihubungkan dengan kabel cross atau kabel LAN dengan konektor RJ-45 ke port PoE (Power Over Ethernet) pada adaptor. Sedangkan port LAN pada adaptor dihubungkan ke port ethernet 1 Router Mikrotik RB-750. Dan kabel adaptor dihubungkan ke catu daya. Acces Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 dilengkapi dengan firmware yang berfungsi untuk konfigurasi interface berbagai parameter performansi jaringan. Pada proyek Kerja Praktek di PT. Des Teknologi Informasi digunakan firmware airOS v5.5.3. Untuk bisa terhubung pada airOS, yang perlu dilakukan adalah :
Gambar 7. Konfigurasi airOS pada tab wireless
Basic Wireless Setting Wireless Mode : AP-Repeater Auto : enable WDS Peers : SSID : ubnt-bridge Country Code : Complient Test IEEE 802.11 Mode : A/N Mixed Channel Width : 40 MHz Channel Shifting : Disabel 5
Frequency, MHz : 5745 MHz Automatic : Enable Extension Channel : Upper Channel Frequency List, MHz : Disabel Output Power : 23 dBm Max TX Rate, Mbps : MCS 15-300 Automatic : Enable Wireless Security Security : none RADIUS MAC Authentication : Disabel Mac ACL : Disabel Sedangkan berikut ini konfigurasi pada Tab Network
merupakan
Gambar 9. Setting perangkat Router dan Access Point
Pada port Ethernet 1 Router Mikrotik RB-750 dihubungkan ke port LAN pada adaptor Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 menggunakan kabel cross dengan konektor RJ-45. Sama halnya dengan port ethernet 2 disambungkan ke port ethernet PC. Dan kabel adaptor dihubungkan ke catu daya. Router Mikrotik RB-750 dilengkapi oleh sebuah aplikasi bernama Winbox yang berfungsi sebagai utiliti yang digunakan untuk melakukan remote ke server Mikrotik dalam mode GUI. Dalam proyek Kerja Praktek di PT. Des Teknologi Informasi digunkan Winbox 2.2.18. Berikut merupakan konfigurasi dari perangkat Router Mikrotik RB-750 menggunakan aplikasi Winbox : 1 Setting alamat IP pada masing-masing komputer
Gambar 8. Konfigurasi airOS pada tab network
Network Role Network Mode : Bridge Disabel Network : None Configuration Mode Configuration Mode : Simple Management Network Setting Management IP Address : Static IP Address : 192.168.1.4 Netmask : 255.255.255.0 Gateway IP : 192.168.1.1 Primary DNS IP : Secondary DNS : MTU : 1500 Management VLAN : Disabel Auto IP Aliasing : Enable STP : Disabel 3.2.2 Setting Router Mikrotik RB-750 dan Winbox. Sesuai dengan topologi jaringan yang dijelaskan diatas, setting perangkat Router Mikrotik RB-750 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 10. Setting alamat IP pada PC
6
2
Hubungkan Router Mikrotik RB-750 dengan komputer menggunakan kabel LAN. Konfigurasi Router Mikrotik RB750 menggunakan Software Winbox
5
Pilih menu bridge untuk melakukan pengaturan lebih lanjut. Gambar dibawah merupakan tampilan menu bridge.
Gambar 14. Tampilan menu bridge 6 Gambar 11. Halaman awal Winbox
3
Login Winbox dengan menggunakan alamat MAC dari Mikrotik tersebut 7
Pilih tab Port dari tampilan menu bridge sebelumnya, sehingga muncul jendela sebagai berikut. Lakukan pengaturan terhadap Interface yang berupa ethernet 1 dan ethernet 2 yang akan dijadikan satu. Tambahkan alamat IP untuk bridge1. Pilih menu IP-Address. Ketik alamat IP beserta subnetnya.
Gambar 12. Tampilan utama Winbox setelah login 4
Tambahkan Interface bridge1 pada pilihan New Interface. Interface ini yang nantinya merupakan penerapan metode “bridging” untuk kedua port ethernet
Gambar 15. Setting alamat IP bridge1
8
Lakukan ping untuk mengetes konektifitas Router terhadap perangkat-perangkat lainnya.
Gambar 13. Menambahkan Interface baru ;bridge1 Gambar 16. Uji konektifitas dengan ping
7
3.3 Parameter Performansi Jaringan Wireless LAN Kehandalan (performansi) Wireless LAN dapat ditentukan oleh beberapa parameter. Dalam proyek kerja praktek di PT. DES Teknologi Informasi, yang menjadi perhatian utama adalah parameter Signal to Noise Ratio (SNR), Bandwidth/Throughput dan Packet Lost 1 Signal to Noise Ratio (SNR) Signal to Noise Ratio (SNR) adalah rasio perbandingan antara sinyal yang diterima dengan gangguan (derau) sekitar dengan satuan desibel (dB). 2 Bandwidth dan Throughput Bandwidth (lebar pita) adalah besaran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan dalam koneksi melalui sebuah jaringan. Sedangkan throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang men-download suatu file. 3 Packet Loss Packet loss merupakan besar dari paket yang hilang dalam jaringan karena terjadi tabrakan atau collision. Packet loss terjadi ketika satu atau lebih paket data yang dikirim melalui jaringan komputer tidak dapat mencapai tujuan. Dalam implementasinya parameter loss packet ini erat kaitannya dengan waktu latensi yang akan dijelaskan lebih lanjut. Berikut merupakan salah satu hasil analisis performasi jaringan 802.11n yang menggunakan Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5. Dalam hal ini mikrotik difungsikan dalam mode bridge dan sebagai hardware yang mempunyai utilitas dalam mengetahui performansi jaringan melalui software Winbox. Sehingga pengukuran parameter performasi jaringan seperti Bandwidth /Throughput dan packet loss/latency serta CPU load menggunakan bantuan software Winbox, sedangkan untuk pengukuran SNR digunakan firmware airOS. Gambar dibawah merupakan hasil pengukuran parameter performansi jaringan 802.11n. Dapat dilihat, SNR yang dihasilkan adalah -39/-95 Bandwidth /Throughputnya adalah 90 Mbps, dengan loss packet 0 dan waktu latensinya berkisar dua digit.
Gambar 17. Halaman Main pada airOS
Gambar 18. Pengukuran Throughput maksimal menggunakan software Winbox
Gambar 19. Uji konektifitas dengan ping menggunakan software Winbox
8
performansi yang menggunakan channel width 20 MHz, menghasilkan throughput yang lebih besar dua kali lipat, 90 Mbps : 40 Mbps. Konfigurasi frekuensi tidak bisa secara pasti ditentukan. Karena penggunaan frekuensi adalah relatif. Yang menjadi catatan penting, frekuensi yang berada di range 5 GHz masih tidak banyak digunakan seperti halnya frekuensi di range 2,4 GHz. Sehingga dapat dipastikan jika jaringan yang berjalan di range 5 GHz akan menghasilkan throughput yang lebih besar daripada jaringan wireless di 2,4 GHz. Pada proyek Kerja Praktek di PT. Des Teknologi Informasi, frekuensi yang digunakan pada saat throughput maksimal di channel width 40 MHz adalah 5320 MHz, menghasilkan throughput 90 Mbps. Sedangkan untuk channel width 20 MHz frekuensi yang digunakan ketika throughput maksimal yaitu 40 Mbps adalah 5825 MHz. Max Tx Rate didefinisikan sebagai data rate (Mbps) yang bisa dicapai oleh perangkat untuk mengirimkan paket wireless. Konfigurasi Max Tx Rate juga berpengaruh pada throughput yang dihasilkan. Max Tx Rate di nilainya diwakilkan oleh MCS, dimana MCS (Modulation and Coding Set) adalah indeks yang mendefinisikan jumlah aliran spasial, modulasi (BPSK, QPSK, 16-QAM, atau 64-QAM) dan kode koreksi kesalahan yang digunakan untuk transmisi. Karena pada proyek ini menggunakan chain 2x2 maka maksimal MCS yang tersedia adalah MCS 15 (300 Mbps). Jika tersedia chain 4x4 dengan 4 aliran spasial, throughput bisa mencapai 600 Mbps dengan indeks MCS 31. Dapat dilihat pada tes performansi jaringan, dengan menggunakan indeks MCS yang mendukung throughput tertinggi, dihasilkan throughput maksimal 90 Mbps. Adanya perbedaan antara data rate yang tertera dengan maksimal throughput dikarenakan data rate diukur pada MAC layer. Dan aturan LAN yang harus diingat adalah throughput di MAC layer adalah setengah dari kecepatan transmisi atau data rate. Sehingga pada proyek, seharusnya didapatkan throughput sekitar 150 Mbps dari data rate 300 Mbps. Throughput maksimal yang diperoleh adalah 90 Mbps, hal ini masih bisa dikatakan normal karena besarnya throughput bisa terinterferensi oleh perangkat lain yang menggunakan juga menggunakan parameter yang kebetulan sama.
Gambar 20. Pengukuran CPU Load Mikrotik dengan menggunakan software Winbox
Sedangkan pada percobaan kedua, dapat dilihat jaringan 802.11n lainnya menghasilkan SNR -40/-93 Bandwidth/Throughputnya adalah 40 Mbps, dengan loss packet 0 dan waktu latensinya berkisar dua digit. Dalam analisis performansi jaringan, terdapat beberapa konfigurasi yang mempengaruhi parameter performansi jaringan 802.11n. Konfigurasi-konfigurasi tersebut pada prakteknya berada pada tab wireless dan tab network pada firmware airOS Ubiquiti Nanostation Loco M5. Konfigurasi yang mempengaruhi performansi jaringan adalah Channel Width, Frequency, Max Tx Rate dan Output Power. Pada contoh hasil pengukuran parameter performansi jaringan diatas, merupakan performansi terbaik dari beberapa variasi parameter yang digunakan. Gambar pertama menggunakan konfigurasi sebagai berikut : Channel Width : 40 MHz Frequency : 5320 MHz Max Tx Rate : MCS-15 Output Power : 23 dBm Sedangkan gambar kedua menggunakan konfigurasi sebagai berikut : Channel Width : 20 MHz Frequency : 5825 MHz Max Tx Power : MCS-15 Output Power : 23 dBm Salah satu keunggulan Teknologi 802.11n adalah menyediakan lebar kanal yang lebih besar yaitu 40 MHz dari teknologi sebelumnya yang hanya 20 MHz. Dengan dukungan lebar kanal 40 MHz throughput yang dihasilkan pun bisa mencapai dua kali throughput normal pada teknologi sebelumnya. Dapat ditampilkan pada tes hasil performansi pertama menggunakan channel width 40 MHz, dibandingkan dengan tes 9
Output power juga berpengaruh terhadap performansi jaringan wireless. Semakin tinggi output power maka semakin kuat pula pancaran sinyalnya. Jika sinyal yang dipancarkan kuat maka berpengaruh pada SNR yang semakin tinggi pula. Apabila SNR nya tinggi performansi jaringan wireless pun bisa dikategorikan baik.
mendukung teknologi 802.11n di set pada salah satu protokol saja. 802.11a saja atau 802.11n saja. 4. Dapat menjalin hubungan yang lebih lanjut dengan pihak perusahaan, sehingga antara pihak jurusan dan industri ada komunikasi yang baik.
4. Penutup 4.1 Kesimpulan 1. Standar 802.11n merupakan perubahan terbaru yang mengembangkan 802.11 sebelumnya dengan menambahkan MIMO 2. MIMO adalah teknologi yang menggunakan beberapa antena untuk menyelesaikan lebih banyak informasi secara koheren daripada menggunakan satu antena. 3. 802.11n dapat diaktifkan dalam mode 5 GHz atau dalam mode 2,4 GHz. 4. Kecepatan data hingga 600 Mbit/s pada Teknologi 802.11n hanya bisa dicapai dengan maksimalkan empat ruang aliran menggunakan salah satu lebar saluran 40 MHz. 5. Access Point Ubiquiti Nanostation Loco M5 adalah salah satu perangkat wireless yang bisa mengimplementasikan teknologi 802.11n, karena bisa beroperasi pada range 2,4 GHz dan 5 GHz serta mendukung teknologi MIMO 6. Performansi Wireless LAN dapat ditentukan oleh beberapa parameter utama, yaitu Signal to Noise Ratio (SNR), Bandwidth/Throughput dan Packet Lost. 7. Konfigurasi yang mempengaruhi performansi jaringan Wireless antara lain : Channel Width, Frequency, Max Tx Power dan Output Power
DAFTAR PUSTAKA 1. Gast, Matthew S, 802.11n A Survival Guide, O’Reilly, 2012 2. Bartz, Robert J, Certified Wireless Technology Specialist (CWTS) Official Study Guide, Wiley Publishing Inc, 2009 3. http://wndw.net/Jaringan_Wireless_di_D unia_Berkembang 4. http://en.wikipedia.org/wiki/IEEE_802.11 n-2009 5. http://id.wikipedia.org/wiki/IEEE_802.11 Biodata Penulis Hauril Maulida Nisfari (21060110120036) dilahirkan di Tanah Grogot (Kaltim), 5 April 1992. Telah menempuh pendidikan di SD 06 Boja, SMP Negeri 1 Boja, SMA Negeri 1 Boja dan sekarang masih menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Elektro konsentrasi Telekomunikasi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.
Semarang,
4.2 Saran 1. Dalam penempatan kedua Access Point harus diperhatikan direktivitasnya (pengarahannya) supaya bisa menghasilkan performansi yang maksimal 2. Penggunaan Access Point serta perangkat wireless lainnya sebaikan harus memperhatikan instalasi yang baik supaya perangkat bisa lebih awet, karena biasanya perangkat tersebut bekerja 24 jam dan setiap hari tanpa henti 3. Untuk meminimalisir interferensi sebaiknya mode dalam Access Point yang
Desember 2013
Menyetujui Dosen Pembimbing
ACHMAD HIDAYATNO ST, MT NIP 196912211995121001
10