1
HUBUNGAN PARITAS DENGAN USIA MENOPAUSE DI KELURAHAN SUSUKAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Ari Widyayanti1, Ns. Hj. Machmudah, M.Kep, Sp.Mat.2, Sufiati Bintanah, SKM, M.Si.3 ABSTRAK Berkaitan dengan tingginya angka perempuan yang telah mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan rata-rata jumlah paritas wanita dari tahun ke tahun. Seiring dengan itu, terjadi fenomena global yang menunjukkan bahwa rata-rata usia menopause wanita di berbagai belahan dunia akhir-akhir ini menjadi semakin cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara jumlah paritas dengan usia menopause. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode kuantitatif, menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada ibu-ibu yang telah mengalami menopause di Kelurahan Susukan kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada 134 orang sampel yang dipilih dengan metode proporsional random sampling dalam kurun waktu Mei sampai dengan Juli 2012.Variabel yang dikaji adalah karakteristik responden, jumlah paritas dan usia menopause. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada hubungan jumlah paritas dengan usia menopause pada ibu-ibu di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan tingkat kemaknaan koefisien korelasi sedang p 0.001 < 0.005 yang artinya semakin banyak jumlah paritas semakin lama usia menopause. Kata kunci: jumlah paritas, usia menopause,ibu-ibu
Kata Kunci : Remaja, Harga Diri, Interaksi Sosial, Jerawat
2
ABSTRACT Recently the number of women’s menopause is high, this is effect to mean of parity law. In the world mean of menopause age is quick, recently. The purpose of study was to examine the relate of between parity number and the age of menopause among women. A Descriptive correlation experimental design using .The research include in quantitative method with crossectional with women’s menopause in Subdistrict Susukan, District of east Ungaran and Sub province Ungaran. Data collecting procedure was carried out by interviews and give questioner to each of 134 sample and used proporsional random sampling method in May to July 2012. The variable is respondents characteristic, the number of parity, and menopause age. Data analysis was performed by Rank Spearman test. This study shows that the the relate of between parity number and the age of menopause among women in Subdistrict Susukan, District of east Ungaran and Sub province Ungaran. Rank Spearman two-tailed analysis proves that there is a moderate correlation between parity number and the age of menopause among women p 0.001 < 0.005 it means if the number of parity is high almost the the number of menopause age is late.
Keyword
: Parity, Menopause age, Women’s
3
PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya, hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes,2005) Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik dari Departemen Kesehatan pada tahun 1997 tentang usia harapan hidup perempuan diketahui bahwa dari jumlah penduduk di Indonesia sebesar 201,4 juta dan 100,9 juta diantaranya adalah perempuan, termasuk 14,3 juta orang perempuan berusia 50 tahun ke atas. Pada tahun 2000 jumlah penduduk perempuan berusia 50 tahun keatas telah mencapai 15,5 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah perempuan hidup dalam usia menopause tersebut terus bertambah jumlahnya menjadi 30,3 juta jiwa (Depkes RI,2005). Studi epidemiologis mengungkapkan fenomena yang menunjukan fakta bahwa ratarata usia menopause perempuan di Indonesia sebelum tahun 1995 adalah 50,5 tahun (Wishnuwardani, 1994 dalam Thomas, 2001). Sementara rata-rata usia menopause perempuan Indonesia saat ini adalah 45,2 tahun. Ini menggambarkan bahwa rata-rata usia menopause seorang perempuan cenderung menjadi lebih cepat (Said,2004).
Menopause dialami oleh wanita – wanita yang telah melewati masa subur yang ditandai dengan berhentinya menstruasi secara menetap. Sebelum menstruasi benarbenar berhenti ada fase di mana perempuan mengalami menstruasi yang tidak teratur, Fase tersebut disebut fase pra menopause (Sarwono,2003).
4
Fase pramenopause adalah fase yang dimulai usia 40 tahun dan dimulai masuk pada fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorhea) (Sarwono,2003) Setelah fase premenopause maka perempuan akan memasuki fase menopause. Menopause merupakan satu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Perempuan dikatakan menopause bila sudah mengalami amenore telah berhenti selama 12 bulan (Winjaksastro, 2005). Menopause memiliki hubungan yang sangat erat dengan fluktuasi kadar hormon estrogen dalam darah. Berkaitan dengan hal ini, percepatan usia menopause yang terjadi pada perempuan saat ini menjadi masalah tersendiri mengingat usia menopause yang lebih cepat menandakan penurunan kadar estrogen yang lebih cepat pula. Hormon estrogen yang memegang peranan penting dalam siklus reproduksi seorang perempuan dan akan dipengaruhi oleh jumlah paritas (Jacobsen, 2003) Paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman, 2003). Banyak hal yang dapat mempengaruhi usia menopause, diantaranya pengaruh genetik, riwayat ovarektomi, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, usia menarche dan jumlah paritas (McKinlay, 2008; Parazzini, 2006; Kevenaar, 2007). Hasil penelitian Thomas melaporkan bahwa semakin banyak jumlah paritas, maka usia menopause seorang perempuan akan cenderung semakin lambat, Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh, selain itu pengaruh paritas terhadap usia menopause dikendalikan oleh reseptor hormon Anti-Mullerian Hormone (AMH). Seiring dengan perubahan hormonal menjelang paritas, kadar progesterone yang sangat tinggi terbukti meningkatkan ekspresi reseptor AMH tersebut di jaringan.
5
Tingginya jumlah reseptor AMH ini pada akhirnya akan memperkuat efek inhibisi proses initial recruitment dari folikel perimordial sehingga memperlambat kejadian menopause. Karena paritas akan menstimulasi proses up regulation tersebut, maka peningkatan jumlah paritas juga akan memperlambat usia menopause (Thomas, 2001). Sebuah studi yang membandingkan usia menopause pada nullipara dengan multipara menemukan perempuan nullipara berpotensi mengalami menopause 16 bulan lebih cepat (p < 0,10) dibandingkan dengan multipara (Bromberger, 2007). Menguatkan hasil penelitian tersebut, sebuah studi kohort menyatakan bahwa perbedaan usia menopause yang terjadi antara nullipara dengan multipara berkisar 0,4 – 4,8 tahun lebih cepat (p = 0,005) untuk perempuan nullipara (Kevenaar, 2007). Berdasarkan survei awal peneliti lakukan di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang pada tanggal 30 November 2011 dengan melakukan wawancara kepada perempuan yang tinggal di wilayah kelurahan Susukan dan didapat data ibu muda (<45 tahun) yang sudah menopause adalah 32% dari 202 perempuan yang sudah mengalami menopause. Ini merupakan angka yang cukup tinggi oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang menguji apakah terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan usia menopause pada perempuan Indonesia. Atas dasar inilah, penulis tertarik untuk meneliti hubungan paritas dengan usia menopause pada ibu-ibu di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
6
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode kuantitatif, menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada saat itu tanpa ada follow up (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode proporsional random sampling, yaitu ibu-ibu yang telah mengalami menopause di Kelurahan Susukan, dengan responden sebanyak 134 ibuibu. Alat Pengumpulan Data dengan kuesioner yang berisi tentang karakteristik Responden, Paritas, Usia Menopause. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji (Rank Spearman rho). HASIL Hasil penelitian diperoleh karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain meliputi umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian gambaran karakteristik responden sebagian besar adalah berumur rata-rata 52 tahun yaitu sebanyak 32 orang (48,5%), berdasarkan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 30 orang (45,5%), serta berdasarkan pekerjaan responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 97 orang (72,4%). Berdasarkan hasil uji kenormalan data dengan kolmogorov smirnov test didapatkan hasil pada paritas dan usia menopause p 0.001 < 0,005 di peroleh hasil data berdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui keereatan hubungan dilanjutkan dengan uji spearman rho. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji Spearman's rho didapatkan hasil 1.000
dan p-value 0,001 < α 0,005. Sedangkan, Nilai Koofisien
Korelasi 0,545 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang dengan arah korelasi positif yang artinya semakin banyak jumlah paritas maka, semakin lama usia menopausenya. Berdasarkan hal tersebut maka Ho ditolak, sehingga, dapat
7
disimpulkan Ada hubungan antara jumlah paritas dengan usia menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Berikut hasil penelitian dalam bentuk tabel: Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Kel. Susukan, (n=134)
Umur
Mean
Median
Min
Max
SD
51,93
49,50
44
65
7.086
Sumber : Data terolah, Juli 2012
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Susukan, Juli 2012 (n=134) Pendidikan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Tamat SD
8
6,0
SD
26
19,4
SLTP
65
48,5
SLTA
35
26,1
134
100
Jumlah Sumber : Data terolah, Juli 2012
8
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kel. Susukan, (n=134) Frekuensi (f)
Persen
Bekerja
97
72.4
Tidak bekerja
37
27.6
Jumlah
134
100.0
Sumber : Data terolah, Juli 2012
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di Kelurahan Susukan, (n=134) Frekuensi Jml paritas
Persen
1
23
17.2
2
42
31.3
3
23
17.2
4
35
26.1
5
11
8.2
Total 134 Sumber : Data terolah, Juli 2012
100.0
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kategori Jumlah Paritas di Kelurahan Susukan Frekuensi (f) Jml Anak
<1 anak 23 1-3 anak 65 > 3 anak 46 Total 134 Sumber : Data terolah, Juli 2012
Persen 17.2 48.5 34.3 100.0
9
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan usia menopause sesuai dengan kategori Usia Menopause di Kelurahan Susukan Frekuensi
Persen
Usia
< 45 th
36
26.9
Mnp
45-60 th
69
51.5
> 60 th
29
21.6
Total
134
100.0
Tabel 7 Hasil Crosstab berdasarkan Hubungan Jumlah Paritas dengan Usia Menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan ungaran Timur Kabupaten Semarang, (n=134).
Paritas <1 1-3 >3
<45 th Jml 12 22 2 36
% 9% 16,4% 1,5% 26,9%
Usia Menopause 45-60 th Jml % 10 7,5% 36 26,9% 23 17,2% 69 51,5%
Total >60 th jml 1 7 21 29
% 0,7% 5,2% 15,7% 21,6%
jml 23 65 46 134
% 17,2% 48,5% 34,3% 100%
10
Tabel 8 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman rho berdasarkan Hubungan Jumlah Paritas dengan Usia Menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan ungaran Timur Kabupaten Semarang, (n=134). Variabel Bebas (Independen)
Variabel Terikat (Dependen) Usia Menopause Spearman's rho
p-value
Koofisien korelasi
1.000
0,001
0.545
Jumlah Paritas
PEMBAHASAN. Hasil Penelitian diperoleh Ada hubungan antara jumlah paritas dengan usia menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang α 0,005. Diketahui Nilai Koofisien Korelasi 0,545 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang dengan arah korelasi positif yang artinya semakin banyak jumlah paritas maka, semakin lama usia menopausenya. Berdasarkan hal tersebut maka Ho ditolak, sehingga, dapat disimpulkan Penelitian ini juga didukung hasil penelitian sebelumnya yang memiliki hasil yang relatif sama dengan hasil analisis diatas yaitu sebuah studi yang membandingkan usia menopause pada nullipara dengan multipara menemukan perempuan nullipara berpotensi mengalami menopause 16 bulan lebih cepat (p < 0,10) dibandingkan dengan multipara (Bromberger, 1997). Menguatkan hasil penelitian tersebut, sebuah studi kohort menyatakan bahwa perbedaan usia menopause yang terjadi antara nullipara dengan multipara berkisar 0,4 – 4,8 tahun lebih cepat (p = 0,005) untuk perempuan nullipara (Kevenaar, 2007). Dalam sebuah penelitian lintas negara, Thomas (2001) menyatakan bahwa besarnya angka korelasi antara jumlah paritas dengan usia menopause adalah 0,664 (p = 0,0054). Beberapa hasil penelitian
11
menunjukkan bahwa korelasi ini ternyata menunjukkan hubungan yang sinergis dimana jumlah paritas yang semakin banyak berkaitan dengan usia menopause yang juga semakin lama (Gold, 2001). Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Broekmans, (2009). Menjelang berhentinya haid pada masa menopause, telah terjadi berbagai perubahan struktural pada ovarium seorang perempuan seiring dengan proses penuaan, seperti proses sklerosis pembuluh darah dan atresia aparatus folikular terutama sel granulosa folikel. Keseluruhan perubahan ini dikenal sebagai ovarian ageing. Penurunan fungsi ovarium ini menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan hormon hipofisis FSH dan LH, padahal kedua hormon inilah yang sebenarnya menstimulasi proses ovulasi seorang perempuan. Penurunan sensitivitas folikel terhadap hormon FSH dan LH ini pada akhirnya akan membuat lebih banyak lagi folikel yang mengalami atresia dengan lebih cepat sehingga mencetuskan keadaan menopause. Keterbatasan dalam Penelitian ini hanya didasarkan pada kuesioner yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga hasil yang diperoleh dimungkinkan ada jawaban yang kurang sesuai dengan maksud responden dan masih mempunyai banyak kekurangan yang harus diperbaiki, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam pengumpulan data misalnya dengan metode indeep interview (wawancara), peneliti tidak meneliti hubungan seluruh factor-faktor dari menopause terbatas hanya pada jumlah paritas saja. Maka untuk peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menambahkah hubungan dari seluruh factor-faktor menopause seperti ras dan genetik, indeks masa tubuh, usia menarche, kebiasaan merokok, status sosial ekonomi keluarga,usia terakhir melahirkan, aktivitas dan penyakit kronis.
12
PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu yang telah mengalami menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang diperoleh ratarata umur responden dalam penelitian ini adalah 51,93 tahun dengan usia termuda 44 tahun dan tertua 65 tahun, pendidikan responden sebagian besar adalah SLTP yaitu sebanyak 65 orang (48,5%), pekerjaan responden sebagian besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 97 (72,4%), rata-rata jumlah paritas dalam penelitian ini adalah 2,6 dengan jumlah paritas terendah tidak memiliki anak sedangkan terbanyak memiliki 5 orang anak, sebagian besar kategori jumlah paritas adalah dalam rentan 1-3 anak yaitu sebanyak 65 orang (48,5%), rata-rata usia menopause responden dalam penelitian ini adalah 49,36 tahun dengan usia termuda 42 tahun dan tertua 62 tahun. Sebagian besar usia menopause adalah dalam rentan 45-60 tahun yaitu sebanyak 69 orang (51,5%), Hasil analisis hubungan yang signifikan anata paritas dan usia menopause di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang diperoleh Semakin banyak jumlah paritas maka semakin lama usia menopausenya dengan hasil X2 hitung 1.000 dan p value 0.001 < 0.005. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap hubungan jumlah paritas dengan
usia
menopause,
sehingga
peneliti
menyarankan
bagi
responden
mempertimbangkan bagi masyarakat luas, khususnya bagi kalangan perempuan di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang dalam merencanakan paritas selama masa reproduksinya, bagi peneliti lain yang ingin menggali dan memperdalam lebih jauh topik-topik tentang menopause seperti meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi menopause yang lain seperti ras dan genetik, indeks masa tubuh, usia menarche, kebiasaan merokok, status sosial ekonomi keluarga,usia terakhir melahirkan, aktivitas dan penyakit kronis.
13
1
Ari Widyayanti : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Ns. Hj. Machmudah, M.Kep, Sp.Mat : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
3
Sufiati Bintanah, SKM, M.Si : Dosen Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.
KEPUSTAKAAN Aina Safitri. (2009). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Menopause pada Wanita di Kelurahan Titi Papan Kota Medan. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Universitas Sumatra Utara: Medan. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baziad, A. (2003). Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI. Biela. (2002). Pengaruh Ras dan Genetika bagi Kesehatan Wanita. Media Aesculapius. FKUI Bhisma Murti, (2003). Prinsip dan metode riset epidemiologi. Edisi Kedua, Jilid Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. BKKBN. (2006). Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN. Brokemanns. (2009). Henti Haid . Jakarta : Balai FKUI Cahyowati. (2010). Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga. Bandung Curran. (2009). Mengenal Menopause.Jakarta : Delaprasta DB, S. L. (2005). Menopause. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2009). Kesehatan Indonesia. DJ.Liewellyn. (2007). Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa. Ferrer, H. (2009). Perawaatan Maternitas. Jakarta : EGC. Gold. (2001). Paritas. Jakarta : EGC Hardy. (2000). Smoking,Body Mass Index,Sosioeconomic Status and The menopausal Transision in a British National Cohort. Int J Epidemiol.
14
Kalichman. (2007). Hubungan Kadar Esterogen dengan kadar Deoxypiridinolin Urin pada Wanita Menopause. Denpasar: Bagian Obstretri dan Ginekologi FK Unud/RSUP Sanglah. Kasdu. (2004). Kiat sehat dan bahagia di usia menopause. Jakarta: Gramedia. Kavenaar. (2007). Faktor-Faktor Menopause. Delaprasta : Gramedia Manuaba. (2008). Ilmu Kandungan, Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2002). Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pakasi, L. (2000). Menopause : Masalah dan Penanggulangannya . Jakarta: Balai Pustaka. Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP. R, M. (2002). Menopause, Tuntunan Praktis Wanita. Jakarta: Bumi Aksara. Rebecca, D. (2002). Menopause. Jakarta: Salemba Medika. Reitz. (2003). Menopause, Suatu Pendekatan Positif. Jakarta: Bumi Aksara. Rustam. (2005). Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC. Sastrawinata, S. (2005). Gangguan pada Masa Bayi, Kanak-kanak, Pubertas,Klimakterium, dan Senium. Dalam: Wiknjosastro,H (pp. 240-241). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Shifren. (2007). Menopause. Jakarta : Delaprasta Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC. Verney. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Yatim. (2001). Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: Pustaka Populer Obor.