LAMA PENCAHAYAAN MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DENGAN METODE RAKIT APUNG Haryo Triajie, Yudhita, P, dan Mahfud Efendy Program studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Rumput laut E. cottonii merupakan jenis rumput laut yang berpotensi sebagai penghasil karagenan yang tinggi. Proses budidaya rumput laut pada saat ini salah satunya menggunakan rakit apung, dimana pada kondisi metode budidaya tersebut rumput laut seluruhnya terkena sinar matahari. Sedangkan habitat hidup alamiah rumput laut berada di dasar perairan atau menempel pada substrat. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian pengaruh lama pencahayaan matahari terhadap pertumbuhan rumput laut dengan metode rakit apung. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai bulan Mei 2010 sampai bulan Juli 2010 yang dilakukan di perairan Desa Talang Kec. Pademawu, Kab. Pamekasan Provinsi Jawa Timur. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri atas 6 perlakuan (Po = Lama pencahayaan 50 hari (kontrol); P1 = Kedalaman 50 cm selama 10 hari + lama pencahayaan 40 hari; P2 = Kedalaman 50 cm selama 20 hari + lama pencahayaan 30 hari; P3 = Kedalaman 50 cm selama 30 hari + lama pencahayaan 20 hari; P4 = Kedalaman 1 m selama 40 hari + lama pencahayaan 10 hari; P5 = Kedalaman 50 cm (sampai panen)) dan dan dilanjutkan dengan uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap nilai rata-rata pertumbuhan ADG total. Bobot terbaik terdapat pada P1 baik Lokal maupun Maumere yakni: 2.50%; 2.67%, sedangkan panjang terbaik untuk E. cottonii jenis Lokal pada P1 : 3.43% dan E. cottonii jenis Maumere pada P0 : 3.09% Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan PENDAHULUAN Keberhasilan budidaya rumput laut selain tergantung dari musim, dan kesesuaian lahan juga sangat tergantung dengan penguasaan teknologi budidaya. Pemaksaan metode budidaya yang tidak sesuai dapat dinilai hanya sebagai upaya mempermudah dalam pengelolaan. Kaidah- kaidah akan habitat asli dari rumput laut hampir diabaikan. Hal inilah yang menyebabkan turunnya produksi dan ditambah lagi dengan pengelolaan yang kurang tepat. Maka dari itu diperlukan suatu teknologi budidaya yang tepat guna peningkatan produksi dan akhirnya akan berpengaruh terhadap kandungan karaginannya melalui kajian pencahayaan yang diterima rumput laut dan sekaligus dalam rangka pemanfaatan ruang budidaya. Permasalahannya adalah permintaan pasar tinggi terhadap rumput laut memicu peningkatan produktivitas dengan menggunakan teknik budidaya yang menggunakan perlakuan lama pencahayaan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan lama penyinaran optimum yang dibutuhkan oleh rumput laut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengusaha tepat dalam rangka meningkatkan produksi. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Mei 2010 sampai Juni 2010. Tempat penelitian lapang di Desa Talang, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Bahan dan alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut spesies E. cottonii maumere dan Lokal (lihat Gambar 1), yang diperoleh dari hasil pembibitan kelompok tani rumput laut di desa Talang dan rakit. Budidaya rumput laut menggunakan metode rakit apung yang telah dimodifikasi dan terbuat dari bambu berukuran 2 m x 1.5 m yang tersusun bertingkat. Jumlah rakit yang digunakan dalam penelitian adalah 2 unit. Sistem pengikatan menggunakan tali Polyetilene (PE) dan pemberat menggunakan kotak beton dengan berat ±50 kg. Rakit budidaya ditempatkan sekitar 1 km dari tepi pantai.
(a) (b) Gambar 1. (a). E. cottonii Maumere dan (b). E. cottonii Lokal Alat-alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air adalah: thermometer, refraktometer, bola duga, seccidisk, pH meter, DO meter Tahap pelaksanaan Penelitian ini dilakukan selama dua bulan penuh yakni budidaya rumput laut E. cottonii Maumere dan E. cottonii Lokal Budidaya rumput laut Metode budidaya yang dilakukan adalah berdasarkan kebiasaan dan pengalaman penduduk di kabupaten Pamekasan, yaitu menggunakan metode rakit percobaan. Konstruksi rakit budidaya terbuat dari bambu dengan panjang 2 m dan lebar 1.5 m. Tali pengikat rumput laut adalah tali PE berdiameter 1 mm dan tali yang diikatkan pada pemberat (jangkar) berdiameter 10 mm.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
150 cm RL
8 cm
8 cm 200 cm
(A)
PE 8 cm
30cm
(B) Gambar 4. Konstruksi rakit budidaya rumput laut,Tampak Atas (A); Tampak Samping (B) Tahap pelaksanaan budidaya dan pengambilan data kualitas air serta pertumbuhan rumput laut adalah sebagai berikut: Menentukan lokasi budidaya yang terbaik untuk penempatan rakit, dilanjutkan dengan seleksi bibit dilakukan untuk mendapatkan rumput laut dengan pertumbuhan terbaik. Proses pengikatan bibit pada tali PE pada pagi hari. Setiap 10 hari dilakukan pemantauan terhadap kondisi rumput laut dan dibersihkan dari sampah serta biota pengganggu lainnya. Pemeliharan rumput laut berdasarkan perlakuan yaitu pada awalnya rumput laut dipelihara pada ke dalaman 50 cm. Hasil perhitungan selanjutnya dianalisis statistik untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan terhadap pertumbuhan E. cottonii Maumere dan E. Cottonii Lokal. b. Rencana analisis data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan lama pencahayaan (Po = Lama pencahayaan 50 hari (kontrol); P1 = Kedalaman 50 cm selama 10 hari + lama pencahayaan 40 hari; P2 = Kedalaman 50 cm selama 20 hari + lama pencahayaan 30 hari; P3 = Kedalaman 50 cm selama 30 hari + lama pencahayaan 20 hari; P4 = Kedalaman 1 m selama 40 hari + lama pencahayaan 10 hari; P5 = Kedalaman 50 cm (sampai panen). Jika hasil F-hitung berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Anova
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
c. Parameter penelitian Rata-rata pertumbuhan harian Untuk mengetahui laju pertumbuhan rumput laut , dilakukan dengan mengukur pertambahan bobot dan panjang biomass dihitung rata–rata pertumbuhan hariannya/average daily gain (ADG) menggunakan rumus; ADG =
x 100%
Keterangan: ADG = rata–rata pertumbuhan harian wo = bobot awal (mg) wt = bobot akhir (mg) t = waktu pemeliharaan (hari)
Kualitas air Parameter kualitas air suhu, pH dan oksigen terlarut diamati pagi dan sore yaitu jam 06.00, dan 15.00 sedangkan salinitas, kecepatan arus dan kecerahan diamati pada Suhu Salinitas Kecepatan arus Kecerahan pH Oksigen terlarut Nitrat Ortophospat Arah arus HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata Pertumbuhan Harian Average Daily Gain (ADG) Hasil analisis sidik ragam dapat disimpulkan, bahwa antara jenis spesies maumere dan lokal berbeda nyata. Data Bobot Dari hasil analisis sidik ragam pada yang terjdi beda sangat nyata adalah minggu ke 5, sedangkan bobot terbaik dalam pertumbuhan harian ADG adalah P1: 2.50%. Grafik pertumbuhan Rata-rata rumput laut E. Cottonii jenis lokal pada Gambar 2 di bawah ini:
ADG !0 Hari (%)
3,00
P0 P1
2,00
P2
1,00 0,00
P3 P4
Perlakuan
P5
Gambar 2. Rata-rata Pertumbuhan Harian (ADG) Setiap 10 Hari E. Cottonii Lokal pada masing-masing perlakuan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Pada E. cottonii jenis Maumere hasi analisis sidik ragam pada yang terjadi beda sangat nyata adalah minggu ke 5. Sedangkan bobot terbaik dalam pertumbuhan harian ADG adalah P1: 2.67%. Grafik pertumbuhan rata-rata rumput laut E. cottonii jenis Maumere pada Gambar 3 di bawah ini : ADG 10 Hari(%)
4,00
P0 P1
2,00
P2 P3
0,00
Perlakuan
P4
Gambar 3. Rata-rata Pertumbuhan Harian (ADG) Setiap 10 Hari E. cottonii Maumere pada masing-masing perlakuan
Respon cahaya fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan dan perpanjangan batang (thallus) Data Panjang
ADG Total (%)
Hasil analisis sidik ragam pada yang terjadi beda sangat nyata adalah minggu ke 1, 3, 4 dan, 5. Sedangkan bobot terbaik dalam pertumbuhan ADG adalah P1 : 3.43% Grafik pertumbuhan rata-rata rumput laut E. cottonii jenis lokal pada Gambar 4. 4,00
P0 P1
2,00 0,00
P2 P3
Perlakuan
P4
Gambar 4. Rata-rata Pertumbuhan Harian (ADG) Total E. Cottonii Lokal pada masingmasing perlakuan
ADG Total(%)
Hasil analisis sidik ragam pada yang terjadi beda sangat nyata adalah minggu ke 1, 3, 4 dan, 5. Sedangkan bobot terbaik dalam pertumbuhan ADG adalah P0 : 3.09% Grafik pertumbuhan rata-rata rumput laut E. Cottonii jenis Maumere pada Gambar 6 di bawah ini. 4,00
P0
2,00
P1
0,00
P2
-2,00
P3
Perlakuan
P4
Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Harian (ADG) Total E. Cottonii Maumere pada masing-masing perlakuan
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Tingkat pertumbuhan rumput laut jenis E.cottonii dengan menggunakan metode rakit apung mencapai 2% - 3% (Laode dan Aslan, 1998). Akan tetapi letak geografis sangat menentukan tingkat pertumbuhan rumput laut. Pertumbuhan rumput laut merupakan pertumbuhan somatik dan fisiologis. Pertumbuhan somatik, pertumbuhan yang bisa diukur didasarkan pada perpanjangan thallus, penambahan berat bobot. Pertumbuhan fisiologis didasarkan pada kandungan koloid dan reproduksinya (Laode dan Aslan, 1998). Respon cahaya fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan dan perpanjangan batang (thallus) Parameter Oseanografi Hasil Penelitian yang dilakukan selama di lapang, di bawah ini (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air di Lokasi Penelitian dengan Parameter Yang Sesuai Untuk Pertumbuhan Rumput laut E. Cottonii No
Parameter
Ideal (pustaka)
Rata-rata P/S
1
Salinitas
32 – 34
28.80
2
Kecerahan
7 – 10
37.70
3
pH
7 – 8.5
7.24
4
Arus
50
10.95
5
Suhu
27 – 30
26.42
6
Nitrat
-
3.54
7
Fosfat
0.031–0.1
0.13
Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa data kualitas air selama penelitian di perairan Desa Talang Kec. Pademawu Kab. Pamekasan, secara umum dalam kondisi sesuai dengan syarat hidup dan tumbuh bagi E. cottonii. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan - Lama pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut. - Perlakuan terbaik pada P1 (pemeliharan 40 hari di kedalaman 50 cm dan 10 hari dipermukaan) - Parameter kualitas air secara umum memperlihatkan kisaran yang relatif sesuai dengan syarat hidup dan tumbuh bagi E. cottonii. Saran Disarankan melakukan penelitian lanjutan dan mengukur intensitas cahaya menggunakan lux meter. Agar data yang diperoleh lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Aslan, 1991. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Malang. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Fitter, AH dan Hay, RKM. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Ditjenkan Budidaya, 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Laode., Aslan M, 1998. Rumput Laut seri budidaya . Kanisius. Yogyakarta. Lundsor, E. 2002. Eucheuma Farming in Zanzibar. Thesis for candidata scientiarum in marine biology. University of Bergen. 62 pp. Ma’ruf, W.F. 2002. Prospek Pengembangan Industri Rumput Laut. Forum Rumput Laut. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal. 17-31. Ricohermoso, M.A., Bueno, P.B., Sulit, V.T., 2007. Maximizing Opportunities in Seaweeds Farming. MCPI/NACA/SEA
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012