Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
LESSON STUDY BERBASIS MGMP PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI PEMBELAJARAN KEARIFAN LOKAL DI MTs NEGERI BONDOWOSO I Kusuma Wardani MTs Negeri Bondowoso I Abstrak; Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Laporan UNDP tahun 2011 yang mengungkapkan bahwa HDI bidang pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-119 dari 187 negara, hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan yaitu dengan menerapkan inovasi pembelajaran berupa Lesson Study yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai energi memperkokoh nilai-nilai budaya dan ukhuwah Islamiyah. Keberhasilan Lesson Study dalam meningkatkan profesionalisme guru pada mata pelajaran MIPA perlu ditularkan pada mata pelajaran lainnya terutama Akidah Akhlak karena adanya fenomena bahwa pembelajaran PAI saat ini cenderung membosankan dan kurang memotivasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi pada Lesson Study berbasis MGMP pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri Bondowoso I. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis dengan jenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan model Interaktif yaitu meliputi: reduksi data, sajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini, yaitu: Pertama, kegiatan perencanaan meliputi :a) guru model memaparkan materi pelajaran yang akan dilaksanakan pada waktu open lesson, b) guru model menjelaskan deskripsi RPP yang sudah dipersiapkan secara mandiri, c) moderator membahas RPP yang dijelaskan oleh guru model, d) guru-guru anggota Lesson Study berbasis MGMP menanggapi dan mengusulkan model-model pembelajaran yang akan diterapkan, e) guru model mempersiapkan rancangan media dan sumber belajar. Kedua, kegiatan pelaksanaan berupa kegiatan briefieng, open lesson dan kegiatan pengamatan . Ketiga, kegiatan refleksi yaitu: a) moderator mengungkapkan proses pembelajaran, b) guru model memberikan kesan dan pesan selama proses pembelajaran, c) observer memberikan masukan sesuai dengan hasil observasinya, dan d) hasil observasi didiskusikan bersama untuk mencapai pembelajaran yang lebih berkualitas. Kata Kunci: Lesson Studi Berbasis MGMP, Akidah Akhlak, Pembelajaran Kearifan Lokal
Kusuma Wardani
PENDAHULUAN Sektor pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu Negara menuju masa depan. Dewasa ini isu tentang pendidikan yang masih hangat diperdebatkan adalah menyangkut kualitasnya, sebagaimana diketahui kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetensi dan relevansinya. Laporan United Development Program (UNDP) tahun 2011 mengungkapkan bahwa Human Development Indek (HDI) bidang pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-124 dari 187 negara, sedangkan di Asia Pasifik Indonesia menempati urutan ke-12 dari 21 negara. Laporan UNDP tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Assegaf (2007: 133) menjelaskan bahwa sampai saat ini yang menjadi salah satu persoalan pendidikan nasional adalah mutu. Sedangkan dalam pedoman DISPENDIK Jawa Timur (2007) menerangkan bahwa mutu pendidikan yang rendah mewajibkan para pendidik untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini peningkatan mutu pendidikan dapat diarahkan pada perluasan inovasi metode pembelajaran dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, efiesien menyenangkan dan mencerdaskan kematangan serta tingkat perkembangan peserta didik. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana siswa dan guru belajar serta bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar (Broooks, 1993). Podhorsky dan Moore (2001) menyatakan bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program- program yang berfokus kepada perbaikan praktik mengajar dan belajar, bukan semata- mata berfokus pada perancangan
82
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
kelas dengan teacher proof curriculum. Dengan demikian praktik-praktik pembelajaran akan memberikan makna yang ditunjukkan untuk mengatasi siswa belajar. Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI (2006: 164) fakta yang terjadi di beberapa sekolah/madrasah masih terdapat kesenjangan antara praktik pendidikan dengan kebijakan pendidikan. Sebagai contoh; Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang berbunyi: “Proses pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandiriaan sesuai bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis anak didik”. Namun dalam praktiknya strategi pembelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir, akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Pengamatan ini diindikasikan dengan fenomena yang berlangsung saat ini bahwa sebagian guru dalam mengajar masih terkesan hanya menggugurkan kewajiban. Mereka datang ke Sekolah untuk mengajar hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan. Guru model demikian relatif tidak memerlukan strategi, kiat dan berbagai metode tertentu dalam mengajar. Hal ini sangat terkait dengan rendahnya motivasi yang dimiliki oleh sang guru. Menurutnya yang penting bagaimana sebuah peristiwa mengajar berlangsung. Transfer informasi sudah terjadi dan tidak menekankan proses interaksi selama proses
pembelajaran
tersebut, baik interaksi murid dengan murid ataupun guru dengan murid. Guru tersebut merasa tidak perlu tahu dengan karakteristik dan latar belakang siswa, kurang bisa menciptakan hubungan yang harmonis kepada siswa di dalam proses belajar mengajar. Mereka terkesan diktator, sering
83 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
marah-marah dan menganggap diri mereka segala-galanya. Semua ini dikarenakan guru kurang memiliki kecerdasan emosional dan motivasi kerja yang rendah dalam melaksanakan tugasnya. Padahal esensinya mengajar adalah gabungan keterampilan dan sikap, keterampilan itu bisa berupa pengetahuan materi ajar, metode pengajaran, kreatifitas guru dalam menyajikan pelajaran. Sedangkan sikap yang perlu ditunjukkan adalah perhatian kepada siswa. Sumarna Hendayana (2007: 10) menjawab semua kekurangan dari fakta-fakta diatas dibutuhkan suatu inovasi baru agar lebih meningkatkan kualitas Pembelajaran. Oleh karenanya dikembangkan suatu model in-service training yang lebih berfokus pada pemberdayaan guru sesuai kapasitas dan permasalahan yang dihadapi masing-masing. Inovasi tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsipprinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community). Dalam hal ini, Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi sebuah inovasi pembelajaran yang dalam kegiatannya dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu alternatif inovasi
dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Slamet Mulyana mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan, tujuan yang ingin dicapai agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan
84
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tersebut, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin lebih diperluas lagi. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan organisasi guru yang tujuan utamanya meningkatkan kompetensi dan professional guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (Mulyasa, 2008). Ruang lingkupnya meliputi guru dari satu sekolah/madrasah dan beberapa sekolah lainnya baik itu sekolah Negeri maupun swasta, baik yang berstatus PNS maupun non PNS. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan “dari, oleh dan untuk guru” pada semua Sekolah/madrasah yang tergabung dalam MGMP tersebut. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi non-struktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain. Melalui Pembelajaran berbasis kearifan lokal dalam wadah Lesson Study berbasis MGMP maka pemaknaan kearifan lokal dalam dunia pendidikan bisa diaktualisasikan. Hal ini untuk menjawab tantangan dunia pendidikan yang sangat kompleks, apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan global dibidang sains dan tehnologi, nilai-nilai kearifan lokal mulia memudar dan ditinggalkan. Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan kebijaksaan hidup, pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan secara luas adalah upaya mengokohkan ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa. Budaya nusantara yang plural dan dinamis merupakan sumber kearifan lokal yang tidak akan mati, karena semuanya merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari.
85 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
Keberhasilan Lesson Study dalam meningkatkan profesionalisme guru bermula di Jepang yang kini telah menyebar ke berbagai Negara di dunia termasuk Indonesia. Stepanek (2003) menjelaskan bahwa Lesson Study dapat membantu para guru untuk melihat kelas atau pembelajarannya melalui “kacamata” penelitian, selanjutnya, menurutnya bahwa peta pendidikan berubah secara signifikan. Ia menuliskan Lesson Study pertama kali dalam Jurnal Northwest Teacher di Northwest-US. Proses tersebut berpotensi untuk mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang dikerjakan untuk murid- muridnya. Karena keberhasilan kegiatan Lesson Study baru dirasakan oleh mata pelajaran MIPA, maka sangat perlu ditularkan untuk materi pelajaran lainnya terutama PAI. Implementasi Lesson Study ini merupakan langkah stategis yang perlu diterapkan pada mata pelajaran PAI yakni sebagai inovasi baru yang bisa menyegarkan suasana pembelajaran PAI. Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang titik tekannya membidik hubungan vertikal kepada Tuhan dalam hal keimanan dan hubungan horizontal dengan sesama manusia yang konsentrasinya pada pendidikan karakter, nilai dan moral. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan, oleh karena itu lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik (Asmani, 2011: 33). Maka berikut akan dipaparkan beberapa alasan yang mendasari penelitian tentang Lesson Study berbasis MGMP pada mata pelajaran akidah akhlak diantaranya yaitu: 1) Akidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan embrio dari
86
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
pemantapan keimanan dan pendidikan karakter, sehingga diupayakan pembelajaran akidah akhlak harus disajikan secara kreatif dengan menggunakan berbagai modelPembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, agar memotivasi peserta didik untuk antusias belajar dan mengembangkan potensi kreativitasnya. 2) Lesson Study dapat dijadikan sebagai wahana untuk menkonstruk perilaku terpuji (pendidikan karakter) bagi guru, karena selama proses Lesson Study terkandung nilai- nilai positif untuk memunculkan kebiasaan dan pada akhirnya akan membentuk karakter yang positif. Kegiatan itu misalnya; berkolaborasi menganalisis kurikulum, materi pembelajaran, menyusun skenario pembelajaran, melaksanakan open class dilanjut diskusi refleksi, kegiatan-kegiatan tersebut memuat karakter kerjasama, tekun, kritis, disipin, teliti, obyektif, tasamuh, ta’awun, obyektif, rasional, komunikatif, dan menghormati orang lain (Hidayati, 2012). Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang kreatif dan rekreatif. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan inovasi pembelajaran berbasis Lesson Study melalui Pembelajaran kearifan lokal. Dengan penggunaan Pembelajaran ini diharapkan memunculkan inovasi baru pembelajaran namun tetap melestarikan nilai-nilai kebijaksanaan setempat yang disesuaikan dengan materi pelajaran PAI khususnya akidah akhlak sehingga mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Metode Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan Lesson Study Berbasis MGMP, perilaku sumber primer yang diteliti secara mendalam kemudian diceritakan dalam bentuk narasi, sehingga diperoleh data deskriptif dengan mengumpulkan sejumlah data atau informasi secara mendalam dan mendetail baik berupa tulisan atau lisan mengenai
87 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
penerapan Lesson Study berbasis MGMP pada mata pelajaran Akidah Akhlak melalui pembelajaran kearifan lokal di MTs Negeri Bondowoso I. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Studi kasus dapat diartikan: an intensive, holistic description and analisis of a single instance, phenomenom, or social unit (Ozbarlas, 2008). Pengertian yang dapat dipetik yaitu bahwa pada dasarnya studi kasus merupakan suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci suatu latar atau satu orang subyek atau satu orang tertentu. Tipe yang digunakan desain kasus tunggal holistik, hal ini karena penelitian ini menggunakan satu obyek/kasus di satu tempat penelitian. Proses mengumpulkan data yakni sebagai berikut: Pertama, Observasi berperan serta (participant observation) dimana peneliti berperan serta melakukan dua peranan yaitu sebagai pengamat dalam kegiatan Lesson Study berbasis MGMP dan sekaligus menjadi anggota resmi dari Lesson Study berbasis MGMP tersebut, menurut Sugiyono dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2005). Kedua, Wawancara semi terstruktur (semistructrur interview) yaitu wawancara yang dilaksanakan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah informasi yang lebih mendalam untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga berorientasi kepada perolehan data dan keterangan dari beberapa sumber data untuk keperluan informasi, perolehan sikap, pendapat dan ide-idenya tentang penerapan kegiatan Lesson Study berbasis MGMP di MTs Negeri Bondowoso I. Ketiga, Dokumentasi dilakukan dengan cara menelaah dokumendokumen resmi, arsip, dan literatur penting yang berkaitan dengan kegiatan Lesson Study Berbasis MGMP, sehingga berguna untuk melengkapi hasil penelitian.
88
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model Interaktif Miles dan Huberman yang meliputi : Pertama, Reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data baik dari observasi, wawancara, dan study dokumentasi dianalisa secara keseluruhan, kemudian informasi difokuskan pada hal- hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Lesson Study Berbasis MGMP yang dilaksanakan di MTs Negeri Bondowoso I. Kedua, Sajian data dilakukan dengan membuat tata hubungan antar data yang telah dikumpulkan dalam bentuk bagan, matriks atau tabel sehingga data diperoleh dengan mudah dapat dibaca dan di pahami dengan jelas. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara pelaksanaan Lesson Study Berbasis MGMP dengan kompetensi-kompetensi yang dapat dimunculkan dari kegiatan tersebut. Misalnya melalui kerjasama yang efektif dalam kegiatan Lesson Study Berbasis MGMP akan membangun karakter guru dan sisiwa di madrasah. Dengan adanya display data ini maka akan memudahkan untuk menarik kesimpulan yang lebih efisien, hal ini senada dengan penjelasan Milles dan Hubberman tentang penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan Hubberman) Ketiga, Kesimpulan atau verifikasi yang dilakukan setelah berbagai data dan informasi terungkap melalui reduksi (analisa secara keseluruhan) kemudian data disajikan dalam bentuk bagan atau matriks. Kesimpulan yang masih bersifat tentative (percobaan) tersebut diperkuat, dilengkapi dan dikonfirmasikan melalui verifikasi sehingga dipandang memiliki kompetensi dalam kegiatan Lesson Study Berbasis MGMP. Dengan demikian maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan akurat karena ditunjang oleh kekuatan confirmability. MTs Negeri Bondowoso I merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Kabupaten Bondowoso yang tergabung dalam kegiatan Lesson Study berbasis MGMP, ketertarikan untuk meneliti kegiatan Lesson Study berbasis
89 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
MGMP di MTs Negeri Bondowoso I di sebabkan lembaga tersebut memiliki kondisi kultural agama yang kuat sehingga selalu termotivasi untuk mengedepankan pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi lebih berkualitas dengan mengusung pembelajaran berbasis kearifan local sebagai salah satu cara untuk menanamkan pendidikan karakter. Tinjauan Pustaka Lesson Study Berbasis MGMP Lesson Study (LS) atau research lesson adalah terjemah dari
bahasa
Inggris. Lesson Study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang awal mulanya berasal dari bahasa Jepang, di negara tersebut istilah ini lebih populer dengan sebutan untuk ” jugyokenkyu”. Menurut istilah, kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research (pengkajian). Dengan demikian Lesson Study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. Catherine lewis mengemukakan bahwa Lesson Study adalah ide yang sebenarnya mudah, namun untuk melaksanakan Lesson Study yang diperlukan adalah mengajak pengajar untuk merencanakan, mengobservasi dan merefleksikan pengajaran. Walaupun sederhana, tetap saja Lesson Study adalah sebuah proses yang kompleks, karena harus didukung oleh berbagai tujuan yang harus ditargetkan, pengumpulan data yang harus diteliti dalam pembelajaran dari siswa, dan berbagai protokol untuk membuat diskusi menjadi terarah. Jadi Lesson Study adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berkualitas yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya, untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya.
90
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah organisasi/wadah guru mata pelajaran, membahas segala hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas maupun segala hal yang berkaitan dengan kependidikan utamanya mata pelajaran sejenis (Susilo. Dkk,). MGMP merupakan wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran serta bertukar pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai pelaku perubahan pembelajaran di kelas. Menurut Syamsuri dan Ibrahim Lesson Study berbasis MGMP adalah kesepakatan beberapa orang guru bidang studi untuk membentuk kelompok studi pembelajaran. Adapun Lesson Study berbasis MGMP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah study pembelajaran secara kolaboratif yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran akidah `akhlak (PAI) pada tingkat kabupaten, dengan pendalaman kajian tentang perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pembelajaran yang bertujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat lebih ditingkatkan. Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kementerian Agama RI (2010) mata Pelajaran Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Secara subtansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negative dari era
91 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Pembelajaran Kearifan Lokal Joy & Weil (2080) berpendapat bahwa Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau diluar kelas. Jadi, Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih Pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Menelisik pengertian kearifan lokal, John M. Echols dan Hassan Shadily (2005) dalam Kamus Inggris Indonesia, lokal berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Kearifan lokal secara sederhana dapat diartikan kebijaksanaan lokal. Menurut Gobyah (dalam Ernawi, 2010) kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems) yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di sekeliling kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari (daily problem solving). Dalam pengertian yang lebih luas, kearifan lokal dapat dipahami sebagai berikut:“Lokal wisdom is the knowledge that discovered or acquired by lokal people through the accumulation of experiences in trials and integrated with the understanding of surrounding nature and culture” Naritoom mengartikan kearifan lokal sebagai pengetahuan yang terakumulasi karena
92
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
pengalaman-pengalaman hidup, dipelajari dari berbagai situasi di sekeliling kehidupan manusia dalam suatu wilayah. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa kearifan lokal adalah kegiatan interaktif antara pendidik dan peserta didik untuk mengaktualisasikan pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat tatacara berkomunikasi, cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat. Secara psikologis pembelajaran berbasis kearifan lokal memberikan sebuah pengalaman psikologis kepada siswa selaku pengamat dan pelaksana kegiatan. Dampak psikologis bisa terlihat dari keberanian siswa dalam bertanya tentang ketidaktahuannya, mengajukan pendapat, persentasi di depan kelas, dan berkomunikasi dengan masyarakat. Dengan pemanfaatan kearifan lokal maka kebutuhan siswa tentang perkembangan psikologisnya akan diperoleh. Karena lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosiopsikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. PEMBAHASAN Kegiatan Perencanaan pada Lesson Study Berbasis MGMP melalui Pembelajaran Kearifan Lokal Kegiatan perencanaan ini diawali dengan guru model memaparkan materi pelajaran yang akan dilaksanakan pada waktu open lesson yaitu: “Akhlak Terpuji Kepada Sesama Manusia” dengan kompetensi dasar mengidentifikasi bentuk dan contoh perilaku husnudzon, tawadduk, tasamuh dan ta’awun. Deskripsi RPP yang sudah dipersiapkan secara mandiri oleh
93 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
guru model dijelaskan secara terperinci kemudian dibahas oleh moderator sehingga guru-guru anggota Lesson Study berbasis MGMP menanggapi dan mengusulkan pembelajaran berbasis kearifan lokal yang akan diterapkan, selanjutnya
guru model mempersiapkan rancangan media dan sumber
belajar untuk mendukung materi pelajaran tersebut. Kegiatan Pelaksanaan pada Lesson Study Berbasis MGMP melalui Pembelajaran Kearifan Lokal Kegiatan pelaksanaan (do) ini terbagi tiga tahapan, yaitu : Pertama Kegiatan briefing pada pelaksanaan Lesson Study berbasis MGMP di MTs Negeri Bondowoso II telah terlaksana sesuai rencana dimana guru Model dan ketua LS MGMP menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, membagikan lembar pengamatan, RPP, LKS, hand out, denah siswa dan memberikan pengarahan kepada para pengamat agar aktivitas siswa tidak terganggu. Kedua, Kegiatan open lesson juga terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran, yaitu meliputi: a) Kegiatan awal: guru Model mengawali pembelajaran dengan salam kemudian berdoa diawal pelajaran untuk pembentukan karakter religius bagi siswa. Siswa memperhatikan guru pada kegiatan appersepsi dan penggalian konsep awal, hal ini ditunjukkan dengan adanya tiga siswa yang menjawap pertanyaan tentang pengertian husnuddzon, tawaddu’, tasamuh dan ta’awun. b) kegiatan inti: semua siswa memperhatikan ketika guru Model memutarkan film tentang perilaku terpuji kepada orang tua. Selanjutnya guru meminta siswa mengomentari film tersebut sehinggga terjadi interaksi antara siswa dengan guru. Untuk memberikan sentuhan kearifan lokal bentuk dari perilaku tawaddu’ maka guru Model bertanya kepada semua siswa, siapa yang berkomunikasi menggunakan bahasa madura halus kepada kedua orang tua. Beberapa siswa mengacungkan tangan dan guru
94
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Model memberikan (reward) pujian kepada siswa-siswa tersebut, kemudian guru Model menanyakan alasan siswa lainnya tidak berbahasa madura halus kepada kedua orang tuanya, alasan yang diungkapkan yakni: malu, tidak terbiasa, takut salah dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Selanjutanya guru Model meminta salah satu siswa untuk mempraktekkan cara berkomunikasi dengan bahasa madura halus kepada guru sebagai pengganti orang tua disekolah. C) kegiatan penutup: guru Model dan siswa mengulas dan menyimpulkan materi yang dipelajari, kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru secara individu, selanjutnya guru memberikan saran/ nasihat dan pelajaran ditutup dengan doa. Ketiga, Kegiatan pengamatan pada Lesson Study
berbasis MGMP
dilaksanakan sesuai aturan yang disepakati yaitu observer memasuki kelas bersama guru Model untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran, observer dilarang berbicara dengan sesama observer ataupun guru Model, observer menempati posisi observasi sesuai dengan kesepakatan, observer mengisi lembar observasi sesuai dengan hasil pengamatan, pengamatan terfokus pada kegiatan peserta didik, observer tidak meninggalkan kelas sebelum pembelajaran berakhir, observer tidak mengganggu proses pembelajaran,
salah satu
observer
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Refleksi pada Lesson Study Berbasis MGMP melalui Pembelajaran Kearifan Lokal Hasil penelitian pada tahapan refleksi, yakni sebagai berikut: Kegiatan refleksi ini dipimpin oleh seorang moderator dan dibantu oleh seorang notulen. Acara refleksi diawali oleh pemaparan moderator yang mengungkapkan proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan mayoritas peserta didik mengungkapkan bahwa proses pembelajaran waktu itu berbeda dari pembelajaran sebelumnya.
95 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
Menurut mereka pembelajaran sangat menarik dan menyenangkan, walaupun pada awalnya mereka merasa nervous karena diperhatikan oleh para pengamat. Setelah ulasan singkat tentang suasana open lesson kemudian moderator memberi kesempatan kepada guru Model untuk memberikan kesan dan pesan selama proses pembelajaran. Hasil refleksi sesuai dengan fokus pembahasan yaitu : a) interaksi terjalin antara siswa dengan siswa terutama saat berkolaborasi mengerjakan tugas dari guru, b) siswa cukup menguasai materi ajar sehingga antusias mengikuti pembelajaran, c) interaksi siswa dengan guru menunjukkan keaktifan karena mayoritas siswa tidak segan bertanya jika kurang memahami tugas yang diberikan guru, d) guru banyak mendapatkan pengalaman berharga.
PENUTUP Kesimpulan Pertama, Kegiatan Perencanaan Lesson Study berbasis MGMP pada mata pelajaran Akidah Akhlak melalui Pembelajaran kearifan lokal di MTs Negeri Bondowoso I yaitu : 1) guru Model memaparkan materi pelajaran yang akan dilaksanakan pada waktu open lesson, 2) guru Model menjelaskan deskripsi RPP yang sudah dipersiapkan secara mandiri, 3) moderator membahas RPP yang dijelaskan oleh guru Model, 4) guru-guru anggota Lesson Study berbasis MGMP menanggapi dan mengusulkan Model-Pembelajaran yang akan diterapkan, 5) guru Model mempersiapkan rancangan media dan sumber belajar. Kedua, Kegiatan Pelaksanaan Lesson Study meliputi: a) kegiatan briefieng yang menginformasikan proses pembelajaran yang direncanakan dan memberikan pengarahan kepada pengamat agar tidak menggangu
96
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
aktivitas siswa. b) open lesson sesuai dengan skenario pembelajaran menggunakan Pembelajaran berbasis kearifan lokal dan c) kegiatan pengamatan dilaksanakan sesuai aturan yang disepakati. Ketiga, Kegiatan Refleksi Lesson Study meliputi: a) moderator mengungkapkan proses pembelajaran, b) guru Model memberikan kesan dan pesan selama proses pembelajaran, c) observer memberikan masukan sesuai dengan hasil observasinya, dan d) hasil observasi didiskusikan bersama untuk mencapai pembelajaran yang lebih berkualitas. Sedangkan hasil refleksi sesuai dengan fokus pengamatan yakni berkonsentrasi pada: a) interaksi siswa dengan siswa, b) interaksi siswa dengan materi ajar, c) interaksi siswa dengan guru dan d) pengalaman berharga (Lesson Learned) yang didapatkan guru Akidah Akhlak. Saran Melalui Lesson Study diharapkan mampu memperkokoh persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) antar guru dalam wadah kolaborasi antar anggota. Amin Allahumma Amin.
DAFTAR PUSTAKA Assegaf, Abdurrahman. 2007. Pendidikan Islam di Indonesia. Jogyakarta: Suka Press. Asmani, Jamal Makmur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah. Jokjakarta: Diva Press. Broooks, J.G., & Brooks, M.G. 1993. In search of understanding: The case for constructivist classrooms. Virginia: Association For Supervision And Curriculum Development.
97 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Kusuma Wardani
Departemen Agama, 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI, ( Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur Menuju tahun 2025. Provinsi Jawa Timur. Iskandar. 2009. Metodologi Penelititan Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif), Jakarta : Gaung Persada Press Kementerian Agama RI.2010. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Lewis Catherine. 2002. Lesson Study: A hanbook of teacher-led instructional change. Philadelphia: Research for Better Schools. Miles, Matthew B. dan A. Michael Hubberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Terjm. Tjetjep Rohendi Rohadi, Pendamping Mulyanto. Cet.I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Mulyasa E. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Naritoom, Chatcharee. Local Wisdom/Indigenous Knowledge System. Nakhon Pathom, Thailand: Kasetsart University Nasution, S. 2007. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara. Hendayana,
Sumarna.
2007.
Suatu
Strategi
untuk
Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidikan, (Pengalaman IMSET- JICA), Bandung : UPI Press. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2012. Program Pascasarjanana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember. Podhorsky, C. & Moore, V. 2001. Issues in Curriculum: Improving instructional Practice through Lesson Study. NewYork: Kluwer-Springer.
98
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Lesson Study Berbasis MGMP Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Rusman. 2011. Model- Pembelajaran ; Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Susilo, Herawati. Dkk, 2011. Lesson Study Berbasis Sekolah; Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing. Syamsuri, Istamar dan Ibrahim, 2011. Lesson Study ( Studi Pembelajaran) : Model Pembimbingan Pendidik dipetik dari Pengalaman Lesson Study dalam Program SISTEMS JICA di Kabupaten Pasuruan. Malang: FMIPA UM . Ozbarlas, Yesim, 2008, Perspectives on Multicultural Education: Case Studies of A German and An American Female Monoriti Teacher, A Dissertation, not Published, Atlanta: The College of Education in Georgia State University.
99 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015