Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
MENGENAKAN „PRIBADI‟ Megan Arlin
Deden Hendan Durahman,M.Sch
Program Studi Sarjana Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : latar belakang keluarga, identitas, pakaian, kecantikan, kebanggaan, privasi
Abstrak Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, termasuk penulis. Aktivitas sehari-hari yang dijalani penulis hampir tidak dapat dilakukan tanpa mengenakan pakaian. Namun, dalam prakteknya dalam kehidupan sehari–hari, penulis mendapati dirinya memaknai pakaian-pakaian yang dimilikinya lebih dari sekedar kebutuhan pokoknya. Hal tersebut didorong oleh latar belakang keluarga penulis dimana penulis dilahirkan sebagai anak kembar dan tinggal seatap hanya dengan ibu serta saudari kembar penulis. Penulis merasakan suatu hubungan yang emosional dan kedekatan dengan pakaian- pakaian yang dimilikinya. Pakaian seolah- olah memberi arti atau nilai yang lain dalam keseharian penulis. Selain dari identitas kembar yang dimiliki penulis, kemudian „hasrat belanja‟ yang dimiliki oleh penulis dan keluarganya, penulis juga memastikan pakaian tersebut menaikkan kecantikan atau keistimewaan penulis saat mengenakannya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai yang secara berkelanjutan dibutuhkan dan dicari oleh penulis. Penulis menyadari, saat penulis menggunakan pakaian-pakaian tersebut keluar dari tempat penyimpanannya, yaitu lemari pakaian, pakaian yag dikenakan memiliki arti lebih dari sekedar menghangatkan tubuh. Pakaian-pakaian yang dimiliki seakan memberi makna bagi penulis saat melakukan rutinitasnya mengeluarkan pakaian dari lemari untuk dikenakan ke lingkungan atau tempat yang akan dikunjungi.
Abstract Clothes are one of the basic needs for human beings, including the author. Most of author‟s daily activities can hardly be done without wearing any clothes. However, in daily life practice, the author found that she interpret the clothes she had more than human‟s basic necessities. That fact is driven by the author‟s family background as she is born as a twin and raised by a single mother. The author feels an emotional connection and certain closeness with the clothes she owns. Her clothes are seem to be able to give different meanings and values in the author's everyday life. Apart from the identity of the author as a twin and 'the desire to shop' of the author and her family, the author is convinced that clothes are able to increase her beauty and her other qualities. Those qualities are values that the author needs and perpetually seeks. The author realized that, the moment the author takes a piece of clothing out of the wardrobe and wears it, the cloth is more than a mere object that is worn to provide warmth to its wearer. The clothes she owned seem to give a meaning to the author every time she takes it out of the wardrobe and wears it.
1.
Pendahuluan “We wear our second skin everyday” – Mella Jaarsma, 1999 : 5
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, termasuk penulis. Aktivitas sehari-hari yang dijalani penulis hampir tidak dapat dilakukan tanpa mengenakan pakaian. Namun, dalam prakteknya dalam kehidupan sehari– hari, penulis mendapati dirinya memaknai pakaian-pakaian yang dimilikinya lebih dari sekedar kebutuhan pokoknya. Pemikiran mengenai pakaian tersebut juga didukung dari dalam diri penulis yang terlahir sebagai anak kembar. Meskipun dilahirkan sebagai sepasang anak kembar yang dilahirkan dengan fisik yang kurang lebih serupa, orang tua penulis seakan-akan ingin semakin memperjelas identitas „kembar‟ penulis dan saudari kembar penulis dengan memilih serta mengenakan pakaian yang sama persis. Hal ini berlangsung untuk waktu yang cukup lama. Seiring dengan masa pertumbuhannya, penulis dan saudari kembar penulis secara alami melakukan usaha memilih pakaiannya masingmasing dengan maksud membedakan diri sekaligus memberi identitas terhadap diri penulis. Pada awalnya penulis dan saudari kembar penulis hanya berusaha membedakan warna pakaian yang dibeli, sampai pada akhirnya memutuskan untuk membedakan model untuk menghindari keseragaman pakaian yang dimiliki. Selain dari fakta bahwa penulis memiliki saudari kembar, penulis juga dihadapi dengan fakta bahwa penulis dan saudari kembar penulis hanya tinggal dengan ibunya. Dalam kehidupan rumah tangga yang ditinggali oleh wanita seluruhnya kedekatan dengan pakaian dirasakan semakin kental. Hasrat untuk memperoleh pakaian- pakaian baru cenderung tidak dapat ditahan karena ketiganya memiliki naluri yang serupa. Seakan- akan memiliki naluri dan selera yang sama, sehelai pakaian seakanakan menjadi suatu hal yang menyatukan penulis, saudari kembar penulis, dan ibu penulis. Berangkat dari pengalaman di atas, penulis merasakan suatu hubungan yang emosional dan kedeketan dengan pakaian-pakaian yang dimiliki penulis. Pakaian seolah- olah memberi arti atau nilai yang lain dalam keseharian penulis. Selain dari identitas kembar yang dimiliki, kemudian „hasrat belanja‟ yang dimiliki juga oleh keluarga penulis. Penulis juga memastikan pakaian tersebut menaikkan kecantikan atau keistimewaan penulis saat dikenakan. Nilai-nilai tersebut adalah nilai yang secara berkelanjutan dibutuhkan dan dicari oleh penulis. Penulis menyadari, saat penulis menggunakan pakaian-pakaian
tersebut keluar dari tempat penyimpanannya, yaitu lemari pakaian, pakaian yang dikenakan memiliki arti lebih dari sekedar menghangatkan tubuh. Pakaian-pakaian yang dimiliki seakan memberi makna bagi penulis saat melakukan rutinitasnya mengeluarkan pakaian dari lemari untuk dikenakan ke lingkungan atau tempat yang akan dikunjungi. Setiap manusia adalah individu yang diciptakan berbeda dalam berbagai hal. Cakupan karya Tugas Akhir yang dikerjakan oleh penulis terbatas pada ungkapan personal yang berasal dalam dirinya sendiri. Karya- karya secara khusus dibuat untuk melengkapi syarat mata kuliah Tugas Akhir Seni Grafis, selain itu karya juga bertujuan untuk menjadi upaya merasakan kembali memori yang semakin memperkuat hubungan penulis dengan keluarganya.
2.
Proses Studi Kreatif
Karya Tugas Akhir penulis yang berjudul “ Mengenakan „Pribadi‟ “ merupakan sebuah karya instalasi yang mengungkapkan arti-arti pakaian bagi penulis . Arti pakaian yang dituangkan dalam karya adalah arti pakaian selain sebagai penutup kulit atau sekedar penghangat tubuh. Kedekatan emosional penulis dengan pakaian dilatarbelakangi dari kondisi keluarga penulis. Dalam proses berkaryanya, penulis terlebih dahulu melakukan upaya mengingat kembali cerita-cerita masa lalu penulis dan kemudian merenungkan makna-makna yang terbentuk dalam pakaian yang dimiliki penulis. Proses mengingat dan merenungkan kembali yang dilakukan penulis membawanya ke kesimpulan bahwa di luar fungsi pakaian sebagai kebutuhan pokok, penulis merasakan ia mencari sesuatu yang lebih dari pakaian. Melalui pakaiannya, penulis mencari kecantikan, identitas, kebanggaan, sekaligus privasi. Makna-makna yang dicari dan kemudian dikenakan oleh penulis melalui pakaiannya dianggap turut membentuk pribadi penulis, siapa penulis saat ini, seperti yang Umberto Eco katakan dalam buku “Fashion Sebagai Komunikasi” bahwa ia berbicara melalui pakaiannya. Judul “Mengenakan „Pribadi‟ “ dipilih oleh penulis sebagai judul karya Tugas Akhirnya. Kata „Pribadi‟ pada judul karya mewakili makna- makna yang dianggap menjadikan diri penulis lewat pakaiannya. Yuniya Kawamura, dalam “Fashion-ology: An Introduction to Fashion Studies”, mengatakan bahwa fashion juga dianggap memiliki fungsi mengekspresikan identitas tertentu. Penulis mencoba memvisualisasikan konsepnya dengan karya instalasi yang menjadi ungkapan personal penulis tentang makna-makna yang didapat penulis dari pakaian-pakaiannya. Pada karya instalasi ini, penulis akan menampilkan empat buah lemari dimana setiap lemari yang terbuka akan menunjukkan suatu gaun yang mengungkapkan makna pakaian bagi penulis.
Gambar 2.1
Sketsa Karya
Sumber : Dokumentasi Penulis
Karya instalasi dipilih penulis karena dianggap sebagai bentuk karya yang dapat mewakili konsepnya dibandingkan karya-karya yang bersifat dwimatra. Sebagai mahasiswa seni grafis, penulis tentunya juga mengaplikasikan teknik seni grafis yaitu teknik cetak saring (sablon) dan cetak digital (digital print) karena teknik seni grafis merupakan teknik yang sangat dekat dengan kehidupan penulis. Selain sebagai teknik yang sangat dekat, penulis juga melihat adanya kemungkinan teknik grafis untuk menjelajahi berbagai kemungkinan baru, seperti yang dikatakan Enin Supriyanto : “Karya- karya dari akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an ini menunjukkan bahwa pada saat terjadi pergeseran, perubahan, dan perluasan wacana seni rupa kontemporer di Indonesia, seni(man) grafis Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2
Megan Arlin
tetap mampu menjelajahi berbagai kemungkinan baru.” -Enin Supriyanto, 2005 : 27
3.
Hasil Studi dan Pembahasan
Karya ini menampilkan empat buah lemari kayu yang serupa ketika lemari-lemari tersebut dalam keadaan tertutup. Penulis menghadirkan lemari sebagai makna penyimpanan,seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa lemari merupakan peti besar tempat menyimpan sesuatu.
Gambar 3.1
Mengenakan „Pribadi‟ #1
Sumber : Dokumetasi Penulis
Ketika lemari pertama dibuka, akan tampak sebuah gaun di dalamnya. Gaun tersebut dipenuhi dengan bunga- bunga kain bernuansa merah muda dan ungu. Di bawah gaun tersebut, terdapat bunga- bunga asli yang „tumpah‟ keluar saat penulis membuka lemarinya. Pada lemari pertama dan isinya, penulis ingin mengungkapkan bagaimana pakaian memberi arti „beauty‟ atau pakaian saat penulis mengenakannya. Penulis mengungkapkan bahwa dirinya ingin memastikan pakaian yang dikeluarkannya dari lemari untuk dikenakan akan membuatnya merasa cantik.
Gambar 3.2
Mengenakan „Pribadi‟ #2
Sumber : Dokumetasi Penulis Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Setelah lemari kedua dibuka, akan terlihat sebuah gaun yang lebih kecil dan sederhana dibandingkan gaun pada lemari pertama. Gaun dalam lemari kedua dipenuhi dengan kertas „tag‟ harga yang bernuansa hitam dan sedikit putih. Kertaskertas tag harga pada gaun memperlihatkan kata-kata seperti “What‟s New This Week”, “Must Have Items”, dan “Pricy Pride”. Selain tag harga, pada bagian atas gaun juga terdapat potongan- potongan kertas dengan tulisan “MADE IN PARIS”, “MADE IN BRITAIN”, “MADE IN ITALY”, “MADE IN MORROCCO”, dan “MADE IN LONDON”. Pada lemari kedua, penulis ingin mengungkapkan hasrat belanjanya. Penulis yang tinggal serumah dengan dua orang perempuan yaitu ibu dan saudari kembar penulis merasa sebuah pakaian tertentu dapat membuatnya merasa bangga ketika dikenakan terutama bila pakaian tersebut adalah sesuatu yang baru atau tidak ketinggalan jaman, maupun bila pakaian tersebut adalah suatu model pakaian yang wajib dimiliki pada saat itu. Oleh karena itu penulis menampilkan tulisan- tulisan ““What‟s New This Week”, “Must Have Items”, dan “Pricy Pride” pada gaun.
Gambar 3.3
Mengenakan „Pribadi‟ #3
Sumber : Dokumetasi Penulis
Dalam lemari ketiga, terdapat dua buah gaun bernuansa keputihan. Kedua gaun tersebut memiliki model dan ukuran yang sama. Yang membedakan kedua gaun dalam lemari keempat adalah apa yang tercetak di atas gaun-gaun tersebut. Angka- angka dan tulisan tercetak di atas gaun di sebelah kiri sementara cipratan cat berwarna-warni tertuang pada gaun di sebelah kanan. Pada lemari ketiga, penulis ingin menceritakan latar belakang kembar penulis yaitu bagaimana sebuah pakaian dapat membedakan sepasang anak kembar, penulis ingin mengungkapkan bagaimana pakaian seolaholah memberi identitas bagi dirinya dan saudari kembar.
Gambar 3.4
Mengenakan „Pribadi‟ #4
Sumber : Dokumetasi Penulis Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4
Megan Arlin
Lemari keempat merupakan lemari terakhir dalam rangkaian instalasi tugas akhir penulis. Pada lemari ini, penulis ingin menceritakan tentang privasi. Penulis tinggal dengan ibu dan saudari kembar penulis. Aktivitas bertukar dan saling meminjamkan barang-barang, termasuk pakaian, adalah hal yang sangat wajar. Penulis menyadari satu-satunya hal yang merupakan milik penulis seorang adalah pakaian dalamnya. Pakaian dalam dirasakan penulis sebagai sesuatu yang sangat pribadi, hanya penulis yang dapat mengenakannya. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan privasi yang dimaksud, lemari keempat tidak dibuka oleh penulis. Penulis menyadari, pakaian dalam merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap wanita dalam keseharian mereka. Secara umum, setiap manusia baik wanita maupun pria mengetahui bahwa dalam kesehariannya wanita, termasuk penulis, hampir selalu mengenakan pakaian dalamnya. Namun meskipun fakta tersebut diketahui secara jelas, sangat jarang seorang wanita secara terang- terangan menunjukkan pakaian dalam yang dikenakan kepada orang- orang yang ditemuinya. Alasan ini lah yang menyebabkan penulis tidak membuka lemari keempat, melainkan hanya memberi sebuah lubang kecil pada lemari dimana orangorang dapat mengintip isi dalam lemari tersebut. Penulis ingin orang- orang yang melihat mengetahui isi dalam lemari keempat tanpa perlu diberi tahu oleh penulis. Selain menampilkan instalasi, penulis juga menampilkan karya cetak fotografi digital untuk melengkapi karya Tugas Akhirnya. Karya-karya cetak digital tersebut menampilkan penulis dalam pakaian-pakaian yang dibuatnya. Foto penulis dalam karya-karya yang dikenakannya dianggap perlu oleh penulis untuk menggambarkan kedekatan penulis akan makna „mengenakan‟ pada pakaian.
Gambar 3.5
Karya Cetak Digital
Sumber : Dokumetasi Penulis
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
4. Penutup / Kesimpulan Manusia dilahirkan dalam latar belakang yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga tersebut seringkali mempengaruhi cara pandang manusia akan hal tertentu dalam kesehariannya. Penulis merasakan latar belakang keluarganya, dimana penulis dilahirkan sebagai anak kembar yang tinggal dengan ibunya telah mempengaruhi cara pandangnya akan pakaian- pakaian yang dipilih untuk dimiliki. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi untuk menutupi bagian tubuh yang seharusnya tidak terlihat dan juga untuk menghangatkan tubuh. Namun penulis memiliki kedekatan secara emosional dengan pakaian-pakaian yang dimiliki. Pakaian dirasakan penulis memiliki arti lebih dari fungsi-fungsi pokok yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor kekembaran yang dimiliki penulis dan faktor hasrat belanja yang secara bersamaan dimiliki penulis, ibu, dan saudari kembar penulis terasa mendorong kedekatan emosional penulis dengan pakaian. Dalam karya Tugas Akhir ini, penulis menciptakan karya instalasi yang mengungkapkan arti-arti pakaian bagi penulis di luar fungsi pokok pakaian tersebut. Penulis mengungkapkan bahwa pakaian tersebut terasa memberinya kecantikan, kebanggaan, identitas, dan tetap menjadi suatu privasi untuknya. Akhir kata, penulis merasa bahwa cara pandangnya terhadap pakaian berbeda dengan cara pandang umum manusia akan pakaian. Penulis tidak lagi memandang pakaian sebagai kebutuhan pokoknya melainkan memandang pakaian lebih ke sesuatu yang emosional.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Grafis FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing yaitu Deden Hendan Durahman, M.Sch.
Daftar Pustaka
Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta : JALANSUTRA
Hujatnikajennong, Agung, Adeline Ooi, Meta Knol, Eko Prawoto. 2009. Mella Jaarsma : The Fitting Room. Yogyakarta : Cahaya Timur
Kawamura, Yunika. 2005. Fashion-ology : An Intrduction To Fashion Studies. Oxford : Berg
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Supriyanto, Enin. 2000. Setengah Abad Seni Grafis. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia dan Bentara Budaya Jakarta
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6
Megan Arlin
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa
Megan Arlin
NIM
17008013 “MENGENAKAN ‘PRIBADI’ “
Judul Artikel
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
Deden Hendan Durrahman, M.Sch 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
Rekomendasi
2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi
Lingkari salah satu
3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori
Bandung, ......./......./ 2012
_______________________ Deden Hendan Durahman, M.Sch.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 8