71 PERUBAHAN PERILAKU DAN KESEIMBANGAN EKONOMI RUMAH TANGGA TKI PRIA DAN WANITA SETELAH KEPULANGANNYA KE PULAU LOMBOK CHANGES IN BEHAVIOR AND HOUSEHOLD ECONOMIC BALANCE OF INDONESIAN MAN AND WOMEN OVERSEAS LABAOURS AFTER COMING BACK TO LOMBOK ISLAND Suparmin dan M. Sidik Fakultas Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan perilaku dan keseimbangan ekonomi rumahtangga sebelum dan setelah TKI pria dan TKI wanita pulang dari luar negeri. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pola distribusi dan alokasi waktu kerja, pola produksi dan pola konsumsi rumahtangga sebelum dan setelah TKI pulang dari luar negeri; (2) menguji pengaruh penghasilan dan pengalaman kerja TKI yang dibawa dari luar negeri terhadap waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga; 3) membandingkan perubahan keseimbangan ekonomi rumahtangga TKI pria dan TKI wanita sebelum dan setelah pulang dari luar negeri. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode deskriptif yang didesain dalam bentuk penelitian survai. Data dikumpulkan melalui teknik triangulasi, yaitu dengan mengawinkan tiga teknik penelitian yaitu: teknik wawancara (interviews), pengamatan lapang (field observation) dan studi pustaka (desk study). Data dianalisis secara deskriptif dan regresi berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan ekonomi rumah tangga TKI pria dan TKI wanita di daerah asal pulau Lombok baik sebelum maupun sesudah kembali dari luar negeri tidak menunjukkan perubahan dan perbedaaan yang signifikan. Tingkat keseimbangan ekonomi berada sedikit diatas keseimbangan dasar. Penghasilan TKI di luar negeri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap curahan waktu kerja dan pendapatan, tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan konsumsi rumahtangga. Sementara pengalaman di luar negeri tidak berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi rumah tangga baik semasa atau setelah pulang dari luar negeri. ABSTRACT The general objective of this research was to study the changes in behaviors and household economic balance of both men and women labour before and after they come back from overseas. The detail objecttives of researh were to : 1) know the change of pattern of working time alocation, pattern/structure of income and pattern/structure of household expenditure of Indonesian Labour before and after coming back from overseas; 2) analyze the effect of income and experince from overseas on working time, income and expenditure of household, and 3) compare the balance of household economy of both men and women Indonesian labour before and after coming back from overseas. This research used descriptive method and survey technique. Data were collected through triangulation technique by combining several research techniques i.c. interview, observation, and desk study. The data were analyzed using descriptive methods and multiple regression. Results showed that balance of household economy of both men TKI and women TKI from Lombok Island before and after they come back from overseas indicated that there were no significant changes. The level of their economic balance was a little bit higher than the base balance. The foreign income did not significantly affect their working time and income, but significantly influenced their household consumption, while their experience from overseas did not affect their domestic economic activities household both before and after coming back from overseas. _______________________________ Kata Kunci: Keseimbangan ekonomi, TKI Keywords: Economics balance, The Journey of Indonesian Labour
PENDAHULUAN Mobilitas penduduk antar negara atau sering disebut migrasi internasional merupakan fenomena yang telah mendunia. Pada tahun 1990 an diperkirakan 120 juta penduduk dunia tinggal
di luar negara tempat kelahirannya (Wiyono, 2003). Migrasi internasional juga telah menjadi suatu fenomena penting di Indonesia, selain karena jumlahnya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, juga karena yang pergi Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
72 meninggalkan Indonesia adalah tenaga-tenaga produktif Indonesia, baik tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita.. Terjadinya peningkatan migrasi tenaga kerja dari Indonesia ke luar negeri tersebut mengindikasikan kuatnya faktor pendorong (push factors) di dalam negeri dan atau faktor penarik (pull factors) dari luar negeri. Faktor pendorong tenaga kerja migran untuk bekerja di luar negeri umumnya adalah karena semakin terbatasnya akses terhadap peluang kerja di dalam negeri, rendahnya tingkat upah, dan lainlain. Sementara faktor yang menjadi penarik untuk bekerja di luar negeri umumnya adalah karena peluang kerja lebih luas dengan upah yang lebih tinggi. Bila dicermati fenomena migrasi di berbagai daerah asal dan negara tujuan, tampaknya faktor dominan yang menyebabkan meningkatnya arus migrasi internasional pada dekade terakhir adalah faktor tekanan ekonomi di daerah asal. Kuatnya daya dorong yang berupa tekanan ekonomi di daerah asal juga terlihat dari derasnya arus migrasi tenaga kerja wanita Indonesia. Ini mengindikasikan segala hambatan termasuk hambatan sosial budaya yang menilai siri (malu besar) membiarkan tenaga kerja wanita untuk mencari nafkah semakin pudar. Di beberapa daerah termasuk Pulau Lombok, meskipun tidak ada ketentuan pasti tentang pembagian kerja antara kaum pria dan kaum wanita di dalam rumahtangga, tapi menurut penelitian Siddik (1991) kaum wanita lebih banyak waktunya untuk bekerja mengurus rumahtangga dibandingkan kaum pria. Sementara menurut beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kerja pria dan wanita dipengaruhi oleh banyak faktor. Hasil penelitian Halide (1981) di daerah pedesaan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa istri tidak banyak yang bekerja karena dianggap faktor siri (malu besar) bila istri mencari nafkah untuk membiayai rumahtangganya. Menurut hasil penelitian Kontjaraninggrat (1984) di pedesaan Jawa, suami istri sudah terbiasa bersama-sama mencari nafkah untuk keluarganya. Di Propinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya yang bekerja di sektor pertanian tenaga kerja wanita cenderung sebagai pembantu dalam kegiatan ekonomi rumahtangga (Siddik, 1991; Siddik, dkk, 1999), karena sebagian besar waktunya dialokasikan untuk kegiatan rumahtangga. Akan tetapi, kepergian tenaga kerja wanita untuk bekerja ke luar negeri (TKI), membuktikan bahwa tenaga kerja wanita, juga aktif mencari nafkah untuk rumahtangganya. Permasalahan yang relevan untuk dikaji lebih lanjut adalah apakah sepulangnya TKI Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…
wanita tersebut akan kembali sebagai pembantu rumahtangga, atau sebagai pelaku utama sebagaimana TKI pria; bagaimana perbedaan perilaku dan keseimbangan ekonomi rumahtangga setelah TKI pria dan TKI wanita pulang dari luar negeri; serta bagaimana pengaruh penghasilan dan pengalaman kerja yang dibawa dari luar negeri terhadap aktivitas ekonomi rumahtangga? Tulisan ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepergian TKI pria dan TKI wanita terhadap perubahan keseimbangan ekonomi rumahtangga yang ditinggalkan. Untuk dapat menjawab hal tersebut, secara spesifik tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui: (1) Pola alokasi waktu kerja rumahtangga TKI pria dan rumahtangga TKI wanita. (2) Struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga . (4) Hubungan antara waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didesain dengan dalam bentuk penelitian survai. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu dengan mengawinkan beberapa teknik penelitian, yakni: (1) teknik wawancara terstruktur (structured inteview); (2) wawancara mendalam (in-depth interview); (3) pengamatan lapang (observation), dan (4) studi pustaka (desk study). Daerah penelitian adalah desa Dasan Tereng Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, desa Gemel Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah dan Desa Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur yang merupakan daerah sumber TKI pria dan TKI wanita terbanyak di setiap kabupaten. Selanjutnya dilakukan pendataan terhadap rumahtangga yang memiliki TKI pria dan TKI wanita di luar negeri. Rumahtangga TKI yang menjadi sampel penelitian dipilih secara random sampling sebanyak 30 rumahtangga di setiap desa, sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah sebanyak 90 rumahtangga yang terdiri dari 45 rumahtangga TKI pria dan 45 rumahtangga TKI wanita. Variabel dan data penelitian yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
73 (1) Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga (W) yaitu alokasi waktu kerja pada sektor pertanian (W1), alokasi waktu kerja di luar sektor pertanian (W2) (2) Struktur pendapatan rumahtangga TKI (Y) yaitu pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (Y1), pendapatan rumahtangga di luar sektor pertanian (Y2) (3) Struktur konsumsi atau pengeluaran rumahtangga (P) yaitu pengeluaran untuk bahan makanan dan minuman (P1), pengeluaran di luar bahan makanan dan minuman (P2) (4) Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi alokasi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga yaitu pendapatan yang dikirim atau di bawa TKI (X1), lama TKI di luar negeri (X2), Intensitas TKI ke luar negeri (X3), tingkat pendidikan TKI (X4), jenis kelamin TKI (X5), jumlah tenaga kerja dalam rumahtngga TKI (X6), kondisi ekonomi rumahtangga TKI yang dilihat dari proporsi pengeluaran rumahtangga TKI untuk makanan/minuman (X7), sumber pencaharian rumahtangga TKI yang dilihat dari proporsi pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (X8) Data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan dan dikelompokkan untuk dianalisis lebih lanjut: (1) Untuk mengetahui pola alokasi waktu kerja, pola produksi (pendapatan) dan pola konsumsi (pengeluaran) rumahtangga dianalisis secara deskriptif. (2) Untuk mengestimasi faktor penentu yang mempengaruhi alokasi waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga, dianalisis dengan regresi berganda dan regresi sederhana, persamaan regresi sebagai berikut: Yi = bo + b1X1 + b2X2 + …+ b8X8 + ei ........ (1) Pj = do + d1X1 + d2X2 + …+ d8X8 + uj ......... (2) Wk = ko + k1X1 + k2X2 + … + k8X8 + ok ….. (3)
Y = to + tW ……………………………… (4) P = ro + rY ………………………………. (5) W = so + sP ………………………………. (6) (3) Untuk mengestimasi model keseimbangan ekonomi rumahtangga TKI pria dan TKI wanita diturunkan dari hasil analisis deskriptif dan analisis regresi di atas. Model keseimbangan ekonomi rumahtangga dibuat dalam bentuk grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga TKI TKI asal Pulau Lombok umumnya berstatus sebagai kepala rumahtangga dan ibu rumahtangga, sehingga kepergiannya ke luar negeri tentu akan mengurangi tenaga kerja inti dari rumahtangga TKI yang bersangkutan. Sebaliknya, kedatangannya TKI dari luar negeri akan menambah kembali tenaga kerja rumahtangga yang bersangkutan. Hal ini akan mempengaruhi perubahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga TKI secara keseluruhan. Berikut ini akan diuraikan perubahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluran rutin rumahtangga TKI dari semasa TKI masih di luar negeri dengan setelah TKI pulang dari luar negeri. Perubahan Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga TKI Hasil penelitian menunjukkan bahwa semasa TKI masih di luar negeri rata-rata waktu kerja yang dicurahkan oleh rumahtangga TKI pria selama setahun adalah sebanyak 2.705 jam dan pada rumahtangga TKI wanita adalah sebanyak 2.604 jam. Setelah TKI pulang dari luar negeri, curahan waktu kerja rumahtangga TKI pria pertahun meningkat menjadi 3.057 jam dan pada rumahtangga TKI wanita meningkat menjadi 3.162 jam (lihat Tabel 1) atau masingmasing meningkat sebesar 352 jam (13,01%) dan 558 jam (21,43%) per tahun.
Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
74 Tabel 1. Alokasi Waktu Kerja Tenaga Kerja Rumahtangga TKI Pria dan TKI Wanita Asal Pulau Lombok, Tahun 2008 (dalam jam/tahun) Jenis Pekerjaan
Jam Kerja RT TKI Pria Sebelum Setelah pulang pulang
1. Sektor Pertanian • Usaha Tani • Usaha Ternak • Perikanan • Perkebunan • Buruh Tani Total 1 2. Luar Sektor Pertanian • Usaha Dagang • Usaha Jasa • Industri Kerajian • Karyawan/Pegawai • Buruh luar Pertanian Total 2 Total 1 + 2
395 16 8 8 929 1.356
495 70 8 8 1.005 1.587
313 39 1.088 1.441
581 77 1.120 1.779
509 335 200 304 1.348 2.705
624 472 38 336 1.470 3.057
651 251 32 240 1.174 2.614
563 307 134 379 1.383 3.162
Bila dalam rumahtangga memiliki tenaga kerja rata-rata sebanyak 3 orang, maka peningkatan curahan waktu kerja rumahtangga di atas tidak terlalu menonjol, lebih-lebih pada rumahtangga TKI pria; karena bila ditarik secara linear, maka kehadiran TKI kembali dalam rumahtangganya semestinya harus meningkatkan waktu kerja rumahtangga minimal 33,33 % sesuai proporsi penambahan tenaga kerja dalam rumahtangga. Pada Tabel 1 jelas terlihat, bahwa kehadiran kembali TKI dalam rumahtangganya tidak banyak menciptakan pekerjaan baru bagi rumahtangga yang bersangkutan, karena jenis pekerjaan yang dilakukan relatif sama seperti jenis pekerjaan sebelum atau semasa TKI masih di luar negeri, yaitu sebagian besar masih menggeluti kegiatan sebagai buruh tani, pedagang, penjaja jasa, buruh kasar dan usaha ternak. Bahkan beberaapa jenis pekerjaan lain yang sebelumnya dikerjakan oleh TKI pria, tidak digeluti lagi, seperti usaha perkebunan, perikanan, dan sebagai karyawan/pegawai. Ini menunjukkan bahwa modal, pengalaman dan kehadiran TKI di dalam negeri tidak berdampak banyak terhadap kegiatan ekonomi rumahtangga TKI yang bersangkutan. Perubahan Pendapatan Rumahtangga TKI Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga TKI sangat tergantung dari kiriman atau uang yang dibawa oleh TKI dari luar negeri. Bahkan semasa TKI masih di luar negeri, sebagian besar pendapatan rumahtangga berasal Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…
Jam Kerja TKI Wanita Sebelum Setelah pulang pulang
dari kiriman TKI. Pada rumah tangga TKI pria, dari Rp. 13,662 juta pendapatannya, yang berasal dari kiriman TKI mencapai Rp.7,354 juta sedangkan yang berasal dari hasil kerja adalah sebesar Rp. 6,293 juta. Kondisi yang relatif sama juga dijumpai pada rumahtangga TKI wanita; dari Rp. 14,369 juta pendapatannya, yang berasal dari kiriman TKW mencapai ratarata Rp. 8,374 juta, sedangkan yang berasal dari hasil kerja hanya sebesar rata-rata Rp. 6,012 juta. Data ini memberikan penjelasan rasional tentang besarnya keinginan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja ke luar negeri. Setelah pulang dari luar negeri, TKI juga membawa penghasilan yang cukup besar, meskipun masih lebih kecil dari yang telah dikirim sebelumnya. Namun dengan kepulangannya, pendapatan rumahtangga dari hasil kerja juga semakin meningkat. Akan tetapi bila diperhitungkan secara keseluruhan, termasuk pendapatan yang dikirim atau dibawa dari luar negeri; maka pendapatan rumahtangga setelah TKI pulang cenderung semakin menurun. Pada masa setelah TKI pulang dari luar negeri, pendapatan rumahtangga TKI pria adalah sebesar Rp. 12,561 juta; dari hasil kerja adalah sebesar Rp. 8.043 juta dan dari luar hasil kerja (sebagian besar dari TKI) adalah sebesar Rp. 4,517 juta. Pada rumahtangga TKI wanita, pendapatannya adalah sebesar Rp. 12,508 juta; dari hasil kerja sebesar Rp. 8,106 juta dan dari luar hasil kerja (sebagian besar dari TKW) adalah sebesar Rp. 4,402 juta.
75 Tabel 2. Struktur Pendapatan Rumahtangga TKI Pria dan TKI Wanita Asal Pulau Lombok (dalam Rp.000/tahun) Pendptan RT TKI Pria Sumber Pendapatan 1. Pertanian • Usaha Tani • Usaha Ternak • Perikaan • Perkebunan • Buruh Pertanian Total 1 2. Luar Pertranian • Usaha Dagang • Usaha Jasa • Industri Kerajian • Karyawan/ • Buruh luar Pert Total 2 Total 1 + 2 3. Dari Luar Hasil Kerja • Kiriman/Bawaan TKI • Pemberian • Subsidi • Sewa Asset Total 3 Total 1+2+3
Sebelum TKI pulang
Pendptan TKI Wanita
Setelah TKI pulang
Sebelum TKI pulang
Setelah TKI pulang
1.477 40 25 21 1.177 2.741
1.967 264 25 21 1.675 3.951
555 110 1.556 2.221
1.425 195 1.994 3.613
1.134 1.336 361 720 3.552 6.293
1.506 1.746 120 720 4.092 8.043
1.380 1.196 307 909 3.791 6.012
1.458 1.017 1.140 878 4.492 8.105
7.354 3 13 7.370 13.662
4.413 36 12 56 4.517 12.561
8.347 8.347 14.359
4.387 16 4.402 12.508
Tabel 3. Struktur Pengeluaran Konsumtif Rumahtangga TKI Pria dan TKI Wanita Asal Pulau Lombok (dalam Rp.000/tahun) Jenis Pengeluaran 1. Makanan/Minuman • Beras+Karbihidrat lain • Lauk Pauk • Buah-buahan • Makanan Suplemen • Minuman Suplemen • Rokok, sirih dll Total 1 2. Luar Makanan/Minuman • Pakaian • Pendidikan • Kesehatan • Pemeliharaan Rumah • Bahan Bakar • Transport/Komunikasi • Partisipasi Sosial Total 2
RT TKI Pria
RT TKI Wanita
Sebelum TKI pulang
Setelah TKI pulang
Sebelum TKI Setelah TKI pulang pulang
1.800 2.765 116 255 171 203 5.309
2.347 3.446 199 259 182 365 6.799
1.883. 2.925 105 298 192 436 5.839
2.380 3.631 204 318 293 352 7.179
383 548 225 246 518 135 98 2.153
353 602 157 360 383 206 95 2.157
253 368 164 315 582 135 111 1.929
252 233 129 219 383 164 76 1.455
Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
76 Perubahan Pengeluaran Rumahtangga TKI Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pendapatan rumahtangga TKI semasa dan setelah TKI pulang dari luar negeri meskipun nilainya semakin meningkat, tapi dilihat dari strukturnya tidak menunjukkan perubahan yang mencolok. Peningkatan pengeluaran rumahtangga TKI tanpaknya hanya disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah anggota rumahtangga dengan kehadiran TKI dalam rumahtangga tersebut. Pengeluaran yang cukup signifikan meningkat hanya terlihat dari pengeluaran untuk bahan makanan dan minuman, terutama untuk beras dan lauk pauk; sedangkan untk pengeluaran lain relatif konstan. Ini berarti gaya hidup dalam arti pola konsumsi rumahtangga TKI tidak mengalami perubahan antara semasa dan setelah TKI pulang dari luar negeri. Para informan juga menuturkan para TKI setelah pulang juga ada kecenderungan malas untuk bekerja, terutama TKI angkatan muda. Pada awal-awal masa pulang, mereka tidak langsung mau bekerja. Mereka menganggur menghabiskan uang yang mereka bawa. Mereka mulai bekerja setelah tidak ada yang diharapkan untuk memenuhi kehidupannya; dan itupun tidak seperti semasa mereka belum pergi ke luar negeri. Dalam bekerja, seringkali membandingkan hasil kerjanya dengan yang diperoleh di luar negeri, yang menyebabkan mereka malas bekerja, dan senantiasa berusaha untuk dapat kembali ke luar negeri, meskipun untuk itu mereka pergi secara illegal atau harus menjual asset-asset yang mereka miliki. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Semasa TKI Masih di Luar Negeri Faktor yang mempengaruhi ketiga variabel terikat tersebut secara konsisten adalah jenis pencaharian rumahtangga (X8) dan kondisi ekonomi rumahtangga (X7). Bagi rumahtangga yang sumber pencahariannya sebagian besar dari sektor pertanian, total waktu kerja, pendapatan maupun pengeluarannya lebih kecil dari rumahtangga yang bermata pencaharian sebagian besar dari luar sektor pertanian. Ini disebabkan karena pekerjaan rumahtangga TKI pada sektor pertanian sebagian besar hanya sebagai buruh tani, dimana curahan tenaga kerjanya sangat ditentukan oleh faktor musim dan permintaan tenaga buruh tani. Ini berakibat terhadap rendahnya pendapatan dan pengeluaran rumahtangga yang bekerja pada sektor pertanian (baca: buruh tani). Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…
Pengaruh negatif jenis pencaharian pada sektor pertanian ini sejalan dengan pengaruh faktor kondisi ekonomi rumahtangga (X7) yang juga negatif terhadap curahan weaktu kerja, pendapatan dan pengeluaran tumahtngga TKI. Kondisi ekonomi rumahtangga dilihat dari proporsi pengeluaran rumahtangga untuk bahan makanan dan minuman, karena menurut Hukum Engel (Engels Law), semakin besar proporsi pengeluaran rumahtangga untuk bahan makanan, maka semakin miskin rumahtangga yang bersangkutan. Ini semakin menjelaskan bahwa rumahtangga TKI yang mempunyai pencaharian sebagian besar pada sektor pertanian mempunyai kondisi ekonominya lebih lemah dibandingkan rumahtangga yang memiliki pencaharian di luar sektor pertanian. Hal itu banyak disebabkan oleh kesempatan kerjanya yang lebih terbatas yang terlihat dari pengaruh negatif jenis pekerjaan ini terhadap waktu kerja anggota rumahtangga, yang merembet terhadap rendahnya pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap waktu kerja, dan pengeluaran rumahtangga semasa TKI masih di luar negeri adalah jumlah tenaga kerja rumahtangga (X6), tapi tidak berpengaruh secara significan terhadap pendapatan rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja rumahtangga mempunyai produktivitas marginal nol atau mendekati nol. Artinya pendapatan yang diperoleh dengan penambahan tenaga kerja pada pekerjaan yang dilakukan oleh rumahtangga TKI tersebut tidak memberikan tambahan pendapatan yang berarti bagi rumahtangga TKI yang bersangkutan. Karena itu jumlah tenaga kerja dalam rumahtangga semasa TKI masih di luar negeri lebih banyak berfungsi konsumtif daripada berfungsi produktif, meskipun mereka tetap bekerja, tapi penghasilan yang diperoleh tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan rumahtangga. Faktor lain yang berpengaruh signifikan terhadap waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga adalah pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari kiriman TKI (X1). Faktor ini berpengaruh negatif terhadap waktu kerja dan pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja, tapi berpengaruh positif terhadap pengeluaran rumahtangga. Ini artinya kiriman TKI dari luar negeri tidak merangsang kegiatan produktif anggota rumahtangga yang ditinggalkan, tapi menyebabkan anggota rumahtangga yang ditinggalkan menjadi malas, yang terlihat dari pengaruh negatifnya terhadap waktu kerja dan pendapatan rumahtangga dari hasil kerja. Bahkan menyebabkan rumahtangga
77 tambah boros, yang terlihat dari pengaruh positifnya terhadap pengeluaran rumahtangga. Secara teoritis memang diakui bahwa pendapatan yang bersumber dari luar curahan tenaga kerja, termasuk dari kiriman TKI cenderung menyebabkan waktu kerja semakin kecil dan waktu santai semakin banyak, karena kebutuhan rumahtangga sudah dapat dipenuhi dari pendapatan dari luar curahan tenaga kerja, dalam hal ini dari kiriman TKI (lihat Evenson, 1980:Ehrenberg and Smith, 1988). Faktor yang tidak berpengaruh signifikan terhadap waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga semasa TKI masih di luar negeri adalah jenis kelamin TKI (X5). Ini menunjukkan bahwa kepergian anggota rumahtangga ke luar negeri, baik pria maupun wanita tidak berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi anggota rumahtangga yang ditinggalkan. Hal ini disebabkan anggota rumahtangga TKI sudah biasa mandiri dalam mencari nafkah. Kondisi ini biasa terjadi pada rumahtangga miskin, dimana setiap anggota rumahtangga yang sudah mampu bekerja, ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumahtangga, baik pria maupun wanita. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Setelah TKI Pulang dari Luar Negeri Pada Tabel 5 jelas terlihat bahwa uang yang dibawa TKI dari luar negeri (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu kerja dan pendapatan rumahtangga; tapi berpengaruh positif sangat signifikan terhadap pengeluaran rutin rumahtangga. Berarti, meskipun TKI itu sendiri sudah berada dalam rumahtangganya, uang hasil kerja beratnya di luar negeri lebih dominan dipergunakan untuk kegiatan konsumtifnya dibandingkan untuk mengembangkan usaha. Pada penjelasan sebelumnya dapat dilihat kurang 30% hasil kerja TKI di luar negeri diinvestasikan untuk kegiatan produktif, selebihnya untuk membayar hutang dan paling banyak dialokasikan untuk keperluankeperluan yang bersifat konsumtif jangka panjang dan jangka pendek. Ini artinya dengan penghasilan TKI yang disisihkan untuk mengembangkan usaha, belum mampu meningkatkan kegiatan ekonomi rumahtangga TKI secara nyata. Semakin lama TKI berada di luar negeri (X2) dan semakin intensifnya TKI ke luar negeri (X3), bukan menyebabkan semakin kreatif dan rajin rumahtangga TKI untuk bekerja mencari nafkah, tapi justru sebaliknya menyebabkan waktu kerja rumahtangga semakin rendah,
sehingga apa yang sering dilontarkan oleh masyarakat “mentang-mentang sudah lama dan sering ke luar negeri, menyebabkan mereka angkuh, tidak mau kerja kasar lagi di dalam negeri” semakin terbukti. Ini berakibat terhadap pendapatan dan pengeluaran rumahtangganya yang cenderung semakin kecil dengan semakin sering TKI kerja ke luar negeri. Faktor lain yang melekat dalam diri TKI, seperti tingkat pendidikan (X4) juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas ekonomi rumahtangga, bahkan dilihat dari tanda koefisien regresinya yang negatif menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan TKI, semakin rendah aktivitas ekonominya. Hal ini memang sering disinyalir bahwa tenaga kerja terdidik cenderung gengsi untuk melakukan pekerjaan kasar di dalam negeri, meskipun di luar negeri mereka melakukan pekerjaan kasar. Faktor jenis kelamin TKI (X5) juga tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap curahan waktu kerja dan pengeluaran rumahtangga, tapi berpengaruh cukup signifikan terhadap pendapatan rumahtangga. Artinya rumahtangga yang memiliki eks TKI wanita, cenderung pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja lebih tinggi daripada rumahtangga .eks TKI pria, meskipun waktu kerja yang dicurahkan tidak berbeda nyata (signifikan). Jumlah tenaga kerja dalam rumahtangga (X6) mempunyai pengaruh yang sedikit berbeda antara sebelum dengan setelah TKI pulang dari luar negeri. Setelah TKI pulang dari luar negeri, jumlah tenaga kerja rumahtangga, tidak hanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran rumahtangga, tapi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap waktu kerja dan pendapatan rumahtangga. Ini artinya kehadiran TKI dalam rumahtangganya telah semakin meningkatkan fungsi tenaga kerja dalam rumahtangganya, tidak hanya berfungsi konsumtif, tapi juga berfungsi produktif. Sementara kondisi ekonomi rumahtangga (X7) dan jenis mata pencaharian rumahtangga (X8) mempunyai pengaruh yang sama sebagaimana sebelum TKI pulang dari luar negeri. Semakin miskin suatu rumah tangga dan semakin tergantung rumahtangga TKI dari sektor pertanian, semakin kecil curahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Hubungan Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Secara teoritis, curahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga mempunyai kaitan satu dengan lainnya. Curahan waktu kerja akan menentukan pendapatan rumahtangga, selanjutnya pendapatan Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
78 rumahtangga akan menentukan pengeluaran rumahtangga; dan pengeluaran rumahtangga akan menentukan waktu kerja yang dicurahkan, demikian seterusnya. Hubungan ketiga variabel tersebut tentu tidak bersifat mutlak atau berkorelasi sempurna, karena masing-masing variabel juga dipengaruhi oleh faktor lain. Pada Tabel 6 ditunjukkan nilai koefisien korelasi (R) waktu kerja dengan pendapatan, pendapatan dengan pengeluaran, dan pengeluaran dengan waktu kerja rumahtngga semasa TKI masih di luar negeri, yaitu masingmasing sebesar 65,11%, 56,08% dan 33,61%. Data ini menunjukkan bahwa hubungan antara waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga semasa TKI masih di luar negeri tidak terlalu kuat (dibawah 75%), namun demikian bila dilihat dari pengaruh masingmasing variabel terhadap variabel lainnya sangatlah signifikan atau berpengaruh sangat nyata. Setelah TKI pulang dari luar negeri, hubungan antara waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga, relatif sama sebagaimana sebelum TKI pulang dari luar negeri, yaitu tidak terlalu kuat (kurang 75%). Nilai koefisien korelasi (R) waktu kerja dengan pendapatan, pendapatan dengan pengeluaran, dan pengeluaran dengan waktu kerja rumahtangga adalah masing-masing sebesar 58,11%, 63,73% dan 44,54%. Tapi pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya juga sangat signifikan (lihat Tabel 7). Perubahan Keseimbangan Ekonomi Rumahtangga Semasa dan Setelah TKI Pulang dari Luar Negeri Hasil analisis deskriptif dan regresi tetang waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga TKI pada bagian 3.5. dan 3.6 di atas, menunjukkan bahwa kepergian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri telah merubah perilaku atau keseimbangan ekonomi anggota rumahtangga yang ada di dalam negeri; baik pada masa TKI masih di luar negeri maupun setelah TKI pulang dari luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari pola alokasi waktu kerja, pola pendapatan dan pola pengeluaran rumahtangga tersebut. Sebagaimana hasil penelitian sebelumnya, para TKI yang berasal dari Pulau Lombok pada umumnya berasal dari rumahtangga miskin, dimana pendapatan dan kebutuhan hidup anggota rumahtangganya sangat tergantung pada curahan waktu kerja dari tenaga kerja yang terdapat dalam rumahtangga tersebut (Suparmin dan Siddik, 2008). Setelah TKI pergi ke luar negeri, pola konsumsi rumahtangga cenderung Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…
berubah, tidak hanya tergantung dari pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja, tapi juga dari kiriman TKI di luar negeri; sehingga keseimbangan ekonomi rumahtangga meningkat pada posisi yang lebih tinggi. Bila data tahunan curahan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran setiap rumahtangga pada Tabel 1, 2 dan 3 diperhitungkan perhari, maka semasa TKI masih di luar negeri curahan waktu kerja rumahtangga di dalam negeri adalah rata-rata 7,4 jam (pertenaga kerja adalah 3,1 jam), yaitu pada sektor pertanian 3,9 jam dan dari luar sektor pertanian 3,5 jam. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja tersebut adalah rata-rata sebesar Rp. 17.100,- (dari sektor pertanian Rp. 6.900,- dan dari luar sector pertanian Rp. 10.200,-); sementara pengeluaran konsumtif rumahtangga yang bersifat rutin adalah sebesar Rp. 21.400,(untuk makanan/minuman Rp. 15.800,- dan untuk luar makanan/minuman Rp.5.700,-). Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif tersebut, diperoleh dari pendapatan yang berasal dari kiriman TKI dari luar negeri, yaitu rata-rata sebesar Rp. 4.300,- setiap hari. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa tingkat keseimbangan ekonomi yang sebenarnya dicapai oleh rumahtangga di dalam negeri hanya sampai Rp. 17.100,-, karena dari sumber lain sangat langka.. Tapi dengan adanya pendapatan yang diperoleh dari kiriman TKI, maka keseimbangan ekonomi rumahtangga ditingkatkan sampai pada posisi Rp.21.400,-. Setelah TKI pulang dari luar negeri, perilaku dan keseimbangan ekonomi rumahtangga sedikit berubah, meskipun pada masa ini pola konsumsi rumahtangga juga masih tergantung dari pendapatan rumahtangga yang berasal dari kiriman TKI. Pada masa ini, ratarata curahan tenaga kerja rumahtangga sedikit meningkat dengan adanya tambahan tenaga kerja TKI dalam rumahtangga, yaitu rata-rata 8,6 jam perhari (pertenaga kerja lebih rendah: 2,6 jam), yaitu pada sektor pertanian sebanyak 4,7 jam dan di luar sector pertanian 4,0 jam. Pendapatan rumahtngga dari hasil kerja juga semakin meningkat menjadi rata-rata Rp. 23.300,- (dari sektor pertanian Rp.10.500,- dan dari luar sektor pertanian Rp. 12.800,-); namun pengeluaran konsumtifnya juga semakin meningkat menjadi rata-rata Rp. 24.700,perhari (untuk makanan/minuman Rp. 19.600,- dan luar makanan/minuman Rp. 5.100,-). Berarti pada masa ini keseimbangan ekonomi yang tercipta masih tergantung dari pendapatan rumahtangga yang dibawa TKI dari luar negeri, yaitu sebesar Rp. 1.500,- perhari. Perubahan keseimbangan ekonomi rumahtangga pada semasa TKI di luar negeri dan
79 setelah TKI pulang dari luar negeri, secara substansial keseimbangan ekonomi rumahtangga sebenarnya tidak mengalami perubahan secara signifikan, karena peningkatan keseimbangan ekonomi setelah TKI pulang dari luar negeri lebih banyak disebabkan karena kehadiran TKI itu kembali ke rumahtangganya. Hal inilah yang menyebabkan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga semakin meningkat yang mendorong keseimbangan ekonomi rumahtangga semakin meningkat, yaitu dari posisi pendapatan dan pengeluaran sebesar Rp. 21.400,- ke posisi pendapatan dan pengeluaran sebesar Rp. 24.700,-. Hal esensial yang membedakan keseimbangan ekonomi semasa TKI masih di luar negeri dengan setelah TKI pulang dari luar negeri adalah tingkat ketergantungan rumahtangga dari luar yang semakin rendah setelah TKI pulang dari luar negeri. Semasa TKI masih di luar negeri, ketergantungan rumahtangga TKI dari luar (dari kiriman TKI) adalah sebesar Rp. 4.300,- perhari. Setelah TKI pulang dari luar negeri ketergantungan rumahtngga dari luar adalah sebesar Rp. 1.500,- perhari. Keseimbangan ekonomi rumahtangga yang dicapai pada masa TKI masih di luar negeri dan setelah 1-2 tahun kepulangan TKI dari luar negeri ini tentu bersifat labil, karena penghasilan yang dikirim atau dibawa oleh TKI dari luar
Tabel 4.
negeri secara lambat laun akan habis bila terus menerus dipergunakan untuk keperluan konsumtif. Karena itu, untuk mempertahankan atau mungkin meningkatkan keseimbangan ekonomi rumahtngga tersebut, maka tenaga kerja dalam rumahtangga TKI, khususnya tenaga kerja eks TKI harus bekerja lebih keras dan menginvestasikan sisa penghasilannya untuk tujuan-tujuan produktif, sehingga kebutuhan konsumtif rumahtangga yang semakin meningkat tersebut dapat dipenuhi dari penghasilan yang diperoleh dari hasil kerja. Karena bila tidak, maka keseimbangan ekonomi yang telah tercipta akan sulit dipertahan; dan hal ini dapat menyebabkan depresi dalam rumahtangga. Namun bila dilihat dari hasil analisis regresi pada Tabel 4 dan Tabel 5. jelas terlihat bahwa penghasilan TKI yang dikirim atau dibawa dari luar negeri (X1) tidak mendorong peningkatan aktivitas ekonomi rumahtangga secara nyata (signifikan); justru sebaliknya menyebabkan anggota rumahtangga semakin malas dan semakin boros. Begitu juga pengalaman dan intensitas TKI ke luar negeri, tidak menyebabkan tenaga kerja rumahtangga semakin kreatif dan produktif, tapi cenderung semakin malas melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar sebagaimana TKI kerjakan di luar negeri.
Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Semasa TKI Masih di Luar Negeri Variabe Bebas (Independent variable)
Konstante (a) Pendapatan dari TKI (X1) Jenis kelamin TKI (X5) Jumlah t.kerja RT TKI (X6) Kondisi ekonomi RT TKI (X7) Mata pencaharian RT TKI (X8) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Regresi Waktu Kerja (TW) 4721,43 -0,05* -166,67 472,97** -2742,07* -993,30*** 17,56
Pendapatan RT (TY) 27042,21 -0,33*** -871,28 875,83 -23291,41 -3692,17*** 33,57
Pengeluran RT (TP) 13344,41 0,08* -487,47 932,86*** -9647,75*** -1339,49*** 32,79
Keterangan: tanda *, **, dan *** menunjukkan tingkat signifikansi pada taraf keyakinan atau kepercayaan 90%, 95% dan 99%.
Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
80 Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Setelah TKI Pulang dari Luar Negeri Variabe Bebas (Independent variable) Konstante (a) Pendapatan dari TKI (X1) Lama TKI di Luar Negeri (X2) Intensitas TKI keluar negeri (X3) Pendidikan TKI (X4) Jenis kelamin TKI (X5) Jumlah t.kerja RT TKI (X6) Kondisi ekonomi RT TKI (X7) Mata pencaharian RT TKI (X8) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Regresi Waktu Kerja (TW) 8122,39 0,03 -354,45** -401,23*** -231,27 -246,30 700,63*** -5596,00*** -210,73 32,81
Pendapatan RT (TY) 38575,36 -0,04 -516,24 -1140,09** -274,68 -1943,01* 1230,29* -31671,64*** -3890,65*** 44,88
Pengeluran RT (TP) 25097,67 0,16*** -115,40 -358,95* -37,80 -264,38 958,82*** -21472,61*** -1234,92** 67,25
Keterangan: tanda *, **, dan *** menunjukkan tingkat signifikansi pada taraf keyakinan atau kepercayaan 90%, 95% dan 99%. Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Hubungan Antara Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Semasa TKI Masih di Luar Negeri Hubungan antar variabel
Komponen TW dgn TY Kontante (a) Koefisien Regresi (bi) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Korelasi (R)
TY dgn TP
-451,43 2,48*** 42,40 % 65,11 %
6268,26 0,24*** 31,45 % 56,08 %
TP dgn TW 1043,51 0,21*** 11,30 % 33,61 %
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Hubungan Antara Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Setelah TKI Pulang dari Luar Negeri Komponen Kontante (a) Koefisien Regresi (bi) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Korelasi (R)
TW dgn TY 2088,43 2,02*** 33,77% 58,11%
KESIMPULAN Kesimpulan Terbatas pada lingkup penelitian ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1)
Kepergian TKI ke luar negeri telah menyebabkan keseimbangan ekonomi rumahtangga di dalam negeri semakin meningkat, baik semasa TKI masih di luar negeri maupun setelah TKI pulang dari luar negeri; didorong oleh adanya pendapatan rumahtangga yang berasal
Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…
(2)
Hubungan antar variabel TY dgn TP TP dgn TW 5931,59 1061,29 0,35*** 0,23*** 40,62% 19,84% 63,73% 44,54%
dari kiriman atau yang dibawa TKI dari luar negeri. Keseimbangan ekonomi rumahtangga semasa TKI masih di luar negeri dan setelah TKI pulang dari luar negeri tidak berubah secara signifikan. Peningkatan keseimbangan ekonomi yang terjadi setelah TKI pulang, hanya disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja dalam rumahtangga yang berasal dari tenaga kerja TKI, yang berfungsi sebagai faktor produiksi dan konsumsi dalam rumahtangga.
81 (3)
Penghasilan TKI di luar negeri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan produksi (curahan waktu kerja dan pendapatan) rumahtangga; tapi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kegiatan konsumsi rumahtangga, karena sebagian besar (lebih 70%) penghasilan TKI di luar negeri dipergunakan untuk membayar hutang dan kebutuhan konsumtif rumahtangga.
(4)
Kepada TKI yang sudah pulang dari luar negeri, pengalaman positif di luar negeri (seperti semangat kerja keras) supaya diterapkan di dalam negeri, dan perilaku boros dan sikap gengsi kerja kasar yang tidak beralasan di dalam negeri supaya dihilangkan, agar penghasilan dan pengalaman kerja bertahun-tahun di luar negeri bermanfaat untuk diri dan rumahtangganya.
(4)
Pengalaman (lama dan intensitas ) kerja TKI di luar negeri tidak berdampak positif terhadap aktivitas ekonomi rumahtangga di dalam negeri, karena pengalaman kerja TKI di luar negeri yang sebagaian besar sebagai buruh kasar, tidak banyak manfaatnya dalam meningkatkan etos kerja dan produktivitas kerja TKI di dalam negeri.
(5)
Kepada pemerintah daerah atau dinas instansi terkait, supaya membuat skema perkreditan untuk para calon TKI agar tidak terjebak oleh para rentener atau pelepas uang dengan bunga yang tinggi, karena TKI dari Pulau Lombok rata-rarta berasal dari keluarga miskin.
(6)
Kepada pemerintah pusat, supaya memberikan perlindungan maksimal kepada TKI, baik semasa dalam perjalanan maupun pada saat mereka di luar negeri; karena mereka selain sebagai warga Negara yang wajib dilindungi; juga merupakan asset yang telah banyak mendatangkan devisa bagi Negara.
(5)
Jenis kelamin TKI tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas ekonomi rumahtangga di dalam negeri, baik semasa maupun setelah TKI pulang dari luar negeri, karena TKI asal Pulau Lombok umumnya berasal dari rumahtangga miskin, dimana setiap tenaga kerja dalam rumahtangga (baik pria maupun wanita) biasa kerja mencari nafkah untuk dirinya dan rumahtangganya.
Saran Beberapa saran yang diajukan: (1)
(2)
(3)
Kepada keluarga TKI di dalam negeri, supaya memanfaatkan hasil kerja para TKI untuk diinvestasikan pada kegiatankegiatan produktif, seperti usaha ternak, unggas, usaha dagang, usaha jasa atau usaha-usaha lain yang dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga. Kepada calon TKI yang mau kerja ke luar negeri, supaya pergi secara legal (lewat pemerintah atau PJTKI resmi) agar dalam perjalanan dan waktu kerja di luar negeri tidak menghadapi resiko dan dapat bekerja dengan tenan meskipun untuk itu harus mengeluarkan biaya yang lebih besar Kepada TKI yang masih kerja di luar negeri, supaya tidak bersikap boros dalam membelanjakan penghasilan (terutama pada saat-saat libur kerja) dan mentargetkan penghasilan yang dikirim atau dibawa pulang.
DAFTAR PUSTAKA Ehrenberg, Ronald G. And Robert S. Smith, 1988. Modern Labor Economics, Theory and Public Policy. Third Edition. Scott, Foresman and Company. Glenview, Illinois, Boston, London. Evenson, 1980. Nutrition, Work and Demografphic Behaviour in Rural Philippine Households. In Biswanger et.al. (eds). Rural Household Studies in Asia. Singapure University Press. Halide, 1981. Pemanfaatan Waktu Luang Rumahtangga Petani di DAS Jeneberang Sulawesi Selatan. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin Ujung Pandang Koentjaraninggrat, 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Siddik, M., 1991. Alokasi Waktu Kerja dan Pendapatan Rumahtangga Petani. Studi Kasus di Empat Desa Miskin Kabupaten Lombok Tengah. Tesis S-2. Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. Siddik, M., L. Wiresapta Karyadi dan L.Sukardi, 1999. Studi Perubahan Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani di Kawasan Penambangan Emas Batu Hijau Kabupaten Agroteksos Vol. 20 No.1, April 2010
82 Sumbawa NTB. Fakultas Pertanian Unram, Mataram.
Pertanian Universitas Mataram Vol. 9 No. 3. Desember 2008. Mataram
Suparmin dan M. Siddik, 2008. Perubahan Keseimbangan Ekonomi Rumah Tangga TKI Pria dan TKI Wanita di Daerah Asal Pulau Lombok. Jurnal Agrimansion Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Wiyono, Nur Hadi, 2003. Migrasi Internasional tenaga Kerja. Warta Demografi, Tahun ke 33, Nomor 4. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), Jakarta.
Suparmin, dkk : Perubahan Prilaku…