ARTIKEL ILMIAH A. Judul PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPEN REDUKSI INTERNAL FIKSASI FRAKTUR OLEKRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN SCREW
B. Identitas Penulis 1. Nama Lengkap 2. Jenis Kelamin 3. NPP 4. Disiplin Ilmu 5. Pangkat/Golongan 6. Jabatan Fungsional/Struktural 7. Fakultas/Jurusan
: Andung Maheswara Rakasiwi, SST. FT :Laki-Laki : 111009196 : Ilmu Kesehatan : Asisten Ahli / III a : Kepala Laboratorium DIII Fisioterapi : Ilmu Kesehatan / DIII Fisioterapi
Abstrak Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang atau terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena stress berlebihan pada tulang, juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringan dan tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh ruda paksa secara mendadak. Pada fraktur olekranon biasanya sering kali terjadi akibat trauma langsung dimana orang sering kali terjatuh atau mengalami kecelakaan dan bentuk perpatahannya adalah transvers ( Apply, 1995). Pada kasus ini akan menimbulkan permasalahan impairment diantaranya ada nyeri diam, nyeri tekan dan gerak pada siku kanan, keterbatasan lingkup gerak sendi siku sebelah kanan, penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Untuk penanganan yang efektif dan efisien dilakukan suatu pemeriksaan nyeri dengan VDS ( verbal Deskriptif Scale ), kekuatan otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing), lingkup gerak sendi dengan goneometer, serta kemampuan fungsional dengan indeks ADL. Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu mengurangi spasme, mengurangi oedem, mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan meningkatkan aktifitas fungsional. Dalam membantu mengatasi masalah tersebut dalam pelaksanaan fisioterapi dapat menggunakan modalitas berupa Infra Merah ( IR ), dan Terapi Latihan. Setelah dilakukan beberapa kali tindakan terapi didapatkan hasil berupa nyeri berkurang, lingkup gerak sendi siku bertambah, peningkatan kekuatan otot Flexor-extensor elbow dekstra dan pronator-supinator elbow dekstra, berkurangnya oedem atau bengkak pada siku kanan, berkurangnya spasme otot, dan meningkatnya aktifitas fungsional. Kata kunci : Fraktur olekranon dekstra, infra merah, terapi latihan
Upaya pelayanan kesehatan yang
berangsur angsur berkembang mencakup
semula hanya berupa penyembuhan sekarang
upaya peningkatan ( promotif ), pencegahan
(preventif ),
penyembuhan ( kuratif ), dan
Dalam gambaran epidemiologinya,
upaya pemulihan ( rehabilitatif ) yang
fraktur merupakan masalah kesehatan yang
bersifat
dan
menimbulkan kecacatan paling tinggi dari
dengan
semua trauma kecelakaan. Salah satu contoh
menyeluruh,
berkesinambungan. kemajuan
zaman
perkembangan tekhnologi
Bersamaan yang
ilmu
yang
terpadu
dirasakan
dan
dari jenis fraktur ini yaitu fraktur olekranon.
pengetahuan
dan
Fraktur
juga
langsung
dirasakan
akan
olekranon atau
dapat
tidak
langsung.
Fraktur
olekranon
Hal ini dapat menjadi kenyataan bahwa
penanganan secara baik akan mengakibatkan
semakin
akan
hal hal yang tidak diinginkan, seperti adanya
berdampak pada kemjuan industri yang
gangguan aktifitas atau hilangnya fungsi dari
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
anggota
Akibat salah
penyembuhan tulang yang terlalu lama dapat
kerja
yang
IPTEK
satunya adalah kecelakaan
sendiri.
Proses
memungkinkan adanya perubahan bentuk (
kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas,
deformitas ) yang terjadi pada tulang, dan
ataupun yang lain juga akan meningkat. Dan
terjadinya
akibat
memperburuk keadaan.
kecelakaan
masyarakat
itu
mendapatkan
baik
dari
dialami
badan
tidak
secara
mempengaruhi kehidupan pada masyarakat.
berkembangnya
yang
terjadi
tersebut
dapat
menimbulkan kelainan atau kecacatan fisik yang dapat berupa cidera berat atau cidera ringan. Sprain, strain, memar adalah salah satu contoh cidera ringan. Sedangkan fraktur ataupatah tulang merupakan salah satu cidera berat.
komplikasi
Pada dengan
fraktur
pemasangan
yang
dapat
olekranon
dekstra
screw,
maka
dari
gambaran klinis diatas dapat dijumpai nyeri yang timbul akibat dari tersayatnya jaringan pada daerah fraktur, menimbulkan nyeri spontan,
nyeri
gerak
maupun
nyeri
tekan.saat nyeri berlangsung, maka pasien akan
secara
otomatis
mengimobilisasi
anggota gerak yang sakit, dimana keadaan tersebut
berlangsung
lama
1. Apakah infra merah dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri pada siku kanan setelah operasi
akan
2. Apakah infra merah dan terapi latihan
menyebabkan kontraktur atau perlengketan
dapat mengurangi spasme pada siku
jaringanyang berdampak pada penurunan
kanan setelah operasi
lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot.
3. Apakah infra merah dan terapi latihan dapat mengurangi bengkak
Pada
kondisi
tersebut
fisioterapi
penting
dan
fraktur
olekranon
mempunyai
tanggung
jawab
4. Apakah infra merah dan terapi latihan
dalam
dapat meningkatkan lingkup gerak sendi
oedem ), meningkatkan kekuatan otot, lingkup
gerak
kanan setelah operasi
peranan
mengatasi masalah nyeri, spasme, bengkak (
meningkatkan
pada siku
sendi,
meningkatkan aktifitas fungsional, sehingga
pada siku kanan setelah operasi 5. Apakah infra merah dan terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot pada siku kanan setelah operasi
diharapkan dapat mengembalikan kapasitas
6. Apakah infra merah dan terapi latihan
fisik dan kemampuan fungsional. Dan pada
dapat meningkatkan aktifitas fungsional
kondisi
yang melibatkan gerakan pada siku
fraktur
olekranon
modalitas
fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi
kanan
permasalahan tersebut yaitu menggunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
infra merah dan terapi latihan. Adapun rumusan masalah pada post operasi fraktur olekranon dekstra antara lain :
1. Mengurangi nyeri pada siku kanan setelah operasi
2. Mengurangi spasme pada siku kanan setelah operasi
pengertian
sebagai
penggambaran
atau
abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Ada
3. Mengurangi bengkak pada siku kanan setelah operasi
dua macam variabel yaitu variabel dependent ( yang mempengaruhi ) dan variabel
4. Meningkatkan lingkup gerak sendi pada siku kanan setelah operasi
independent ( variabel bebas ) ( Notoatmojo, 1993 ).
5. Meningkatkan kekuatan otot pada siku
Dalam kasus ini variabel dependent adalah penurunan kekuatan otot fleksor –
kanan setelah operasi 6. Meningkatkan aktifitas fungsional yang
ekstensor dan pronator – supinator siku
melibatkan gerakan pada siku kanan
kanan, keterbatasan lingkup gerak sendi siku
Rancangan penelitian yang digunakan dalam
kanan, adanya oedem ( bengkak ) pada sendi
penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
siku kanan, adanya nyeri pada gerak siku
studi kasus dimana kasus yang terpilih
kanan,
adalah post operatif fracture olekranon
fungsional. Variabel independentnya adalah
dekstra.
infra merah dan terapi latihan.
Instrumen
kasusuadalah
penelitian proses
dalam
pemilihan
dan
a. Prosedur
adanya
gangguan
pengambilan
aktifitas
data
atau
pengembangan metode dan alat ukur yang
pengumpulan data dalam penyusunan
tepat dalam rangka pembuktian kebenaran
penelitian mencakup :
hipotesis ( Notoatmojo, 1993 ).
1). Data primer meliputi
Instrumen dalam penelitian meliputi
a.
pemeriksaan
fisik
bertujuan
variable, variable diartikan sebagai konsep
mengetahui keadaan
yang mempengaruhi variabilitas. Sedangkan
pemeriksaannya meliputi tanda vital, IPPA
konsep
dan pemeriksaan gerak dasar.
secara
sederhana
dapat
diberi
fisik
pasien
untuk yang
b. interview dilakukan dengan cara tanya
mengumpulkan data yang ada dari hasil
jawab antara terapis dengan pasien atau
evaluasi T1 ( tindakan pertama ) sampai T6 (
anamnesis
pasien,
tindakan terakhir ). Langkah selanjutnya
anamnesis juga bisa dilakukan dengan
menganalisa data tersebut sesuai dengan
keluarga atau orang lain yang mengetahui
permasalahan
keadaan pasien.
menganalisa data diperoleh tahapan tahapan :
c. observasi dilakukan untuk mengetahui
1). Mengumpulkan sumber data data yang
perkembangan
dihasilkan sehingga dapat dijadikan acuan
langsung
pasien
dengan
selama
diberiakn
yang
Proses
untuk
2). Data sekunder meliputi
kemundurann dalam proses terapi.
a. studi kasus dimana pada studi ini penulis
2).
mengamati dan mempelajari data status
selanjutnya dievaluasi oleh terapis secara
pasien di RSU sragen dan juga catatan
periodik
pemeriksaan laboratorium.
terhadap hasil yang telah dicapai pada terapi
b. studi pustaka diambil dari buku, kumpulan
berikutnya.
artikel dan bahan kuliah yang berkaitan
3). Menganalisa data dengan cara deskriptif
dengan
dan
post
operatif
fracture
Dari
data
perkembangan
utnuk
terapi.
kasus
mengetahui
ada.
yang
sudah
digunakan untuk
dievaluasi
dan
diperoleh
perbandingan
untuk
mengetahui
olekranon dekstra.
perkembangan pasien. Dengan menganalisa
b. Cara Analisis Data
data tersebut, terapis dapat menentukan
Data penelitian dikumpulkan dengan
program terapi berikutnya untuk dapat
cara pengumpulang langsung terhadap pasien
mencapai tujuan terapi, sehingga dapat
yang ditunjang dengan diagnosis dokter dan
diperoleh hasil dari tindakan apakah terdapat
assessment dari fisioterapi. Setelah itu
perkembangan dari proses terapi.
Pemeriksaan
a. Pelaksanaan Studi Kasus 1. Proses pemecahan masalah
yaitu
dilakukan
untuk
mengetahui informasi yang belum jelas dari
Hal yang pertama kali dilakukan
pasien,
sehingga
adalah
dasar
untuk
proses
ini
assessment
yang
fisioterapi
mempunyai
memperkuat
dilakukan dengan cara tanya jawab antara
fisioterapi.
fisioterapis dengan penderita secara umum
pemeriksaan nyeri dengan VDS ( verbal
yang berisi tentang identitas penderita seperti
descriptive scale ), kekuatan otot dengan
nama, umur jenis kelamin, agama, alamat,
Manual
pekerjaan, dan hobi. Anamnesis secara
antropometri dengan mid line, dan Activity
khusus yang berhubungan dengan riwayat
Daily Living dengan indeks ADL.
penyakit yang pernah diderita oleh pasien
b. Menentukan Diagnosa
antara
lain
penyakit
Muscle
ini
Testing
(
meliputi
MMT
),
sekarang,
Setelah dilakukan beberapa tahap
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
pemeriksaan diatas maka dapat diperoleh
pribadi, riwayat keluarga, dan anamnesis
beberapa
system yang berhubungan dengan keadaan
adanya keterbatasan gerak pada siku kanan,
umum.
adanya
2. Pemeriksaan fisik
gerakan di siku kanan, adanya nyeri gerak
Dalam
riwayat
Pemeriksaan
diagnose
pemeriksaan
penurunan
fisioterapi
kekuatan
yaitu
otot
pada
meliputi
aktif pasif siku kanan, adanya oedem pada
pemeriksaan tanda tanda vital, inspeksi,
siku kanan, adanya spasme otot siku kanan,
palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan
adanya keterbatasan aktifitas fungsional.
gerak dasar.
c. Tujuan Fisioterapi
3. Pemeriksaan spesifik
ini
permasalahan
Meningkatkan lingkup gerak sendi pada siku kanan, meningkatkan kekuatan otot
pada gerakan di siku kanan, mengurangi
d. Resisted active movement yaitu gerakan
nyeri
gerak
aktif
pasif
siku
kanan,
yang dilakukan oleh pasien secara aktif dan
mengurangi
oedem
pada
siku
kanan,
diberikan tahanan oleh fisioterapis bertujuan
mengurangi
spasme
otot
siku
kanan,
untuk meningkatkan kekuatan otot.
meningkatkan
keterbatasan
aktifitas
e. Hold relax yaitu gerakan yang dilakukan
fungsional.
untuk meningkatkan lingkup gerak sendi.
d. Penatalaksanaan Fisioterapi
e. Evaluasi dan Tindak Lanjut
1. Heating dengan menggunakan infra
1. Evaluasi dilakukan selama sebelum,
merah yang bertujuan untuk memperlancar
selama
peredaran
dilakukan
sirkulasi
darah,
mengurangi
spasme otot, dan relaksasi otot.
terapi
dan
meliputi
setelah
terapi
evaluasi
nyeri
dengan VDS, kekuatan otot dengan
2. Terapi latihan
MMT, lingkup gerak sendi dengan
a. Breathing exercise digunakan untuk
goniometer, oedem dengan antropometri
membantu rileksasi pada akan dilakukan
memakai mid line, spasme dengan
terapi dan selama terapi diberikan.
palpasi.
b. Relaxed passive movement digunakan untuk tujuan memberikan gerakan awal
Tabel 3.1 Evaluasi Nyeri Tindakan Nyeri terapi ke diam T1
2
Nyeri gerak pasif 6
T2
2
6
4
2
T3
2
6
4
2
T4
1
5
3
1
T5
1
5
3
1
untuk mempersiapkan anggota gerak yang
Nyeri gerak aktif 4
Nyeri tekan 2
akan diberikan latihan yang dilakukan oleh terapis. c. Free active movement yaitu gerakan latihan yang dilakukan dimana pasien secara aktif menggerakkan sikunya sebatas nyeri.
T6
1
4
2
1
Tabel 3.2.Evaluasi Kekuatan Otot Tindak an ke T1 T2 T3 T4 T5 T6
fleksi
ekstensi pronasi
3 3 3 4 4 4
3 3 3 3 4 4
supinas i 4 4 4 4 5 5
4 4 4 4 5 5
2. Tindak
Tabel 3.3 Evaluasi LGS
T1 T2 T3 T4 T5 T5
aktif pasif sagital rotasi sagital 0-0-80 85-0-80 0-0-95 0-0-80 85-0-80 40-0-98 0-0-85 85-0-80 0-0-105 0-0-88 85-0-80 2-0-110 0-0-97 85-0-80 2-0-115 0-0-115 85-0-80 3-0-121 Tabel 3.4. Antropometri
Patokan Epicon dylus 5cm proksi mal 10cm proksi mal 5cm distal 10 distal
T1 26
T2 26
T3 26
T4 26
Berpak aian Mandi Berhias Menyik at gigi Menyia pkan minum Mengg unakan kran makan
2
2
2
1
1
1
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 1 2
2 1 2
2 1 1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
lanjut
setelah
dilakukan
anamnesis, pemeriksaan, dan dilakukan rotasi 90-0-85 90-0-85 90-0-85 90-0-85 90-0-85 90-0-85
T5 26
T6 26
terapi dapat melakukan evaluasi sesaat untuk
menentukan
progran
terapi
selanjutnya yang diberikan.dan dengan evaluasi dapat diketahui bagaimana hasil terapi yang dilakukan. f. Pembahasan
26, 5
26,5
28
28
26, 5
26, 5
26
28
28
28
26 Pada kondisi fraktur olekranon dekstra 28
yang telah diberikan tindakan medis berupa pemasangan screw, tentu saja kondisi pasien
25, 5 25
25,5 25
25, 5 25
25, 5 25
25
25 sebelumnya tidak lepas dari komplikasi yang
25
25
terjadi akibat pasca operasi tersebut. Dalam hal ini fisioterapi berperan sebagai tim
Tabel 3.5. Aktivitas Fungsional Indeks ADL
T1
T2
T3
T4
T5
T6
rehabilitasi yang handal dalam pengembalian fungsi kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional.
Adapun
permasalahan
yang
dihadapi antara lain (1) adanya nyeri pada elbow,(2)
adanya
spasme,
(3)
adanya
bengkak, (4) adanya penurunan kekuatan otot, (5) adanya penurunan LGS, (6) adanya keterbatasan aktifitas fungsional.
Diagram 4.4 evaluasi ADL
Diagram 4.1 evaluasi nyeri
Diagram 4.2 evaluasi kekuatan otot
Kesimpulan Pada olekranon
kasus dekstra
post dapat
operasi dialami
fraktur oleh
siapapun, baik anak anak, remaja, da usia Diagram 4.3 evaluasi antropometri
lanjut. Fraktur dapat terjadi karena trauma secara langsung ataupun tidak langsung. Dengan pemasangan internal fiksasi dengan screw dapat memberi keuntungan seperti
reduksi
yang
tepat,
mobilisasi
dapat
Bloch,
Bernard.
1986.
Fracture
and
dilakukan segera. Adapun permasalahan
Dislocation. Yayasan Essentia Media.
fisioterapi yang muncul pada kasusu ini
Yogyakarta.
adalah (1) permasalahan kapasitas fisik pada
Chusid, G.J. 1993. Neuroanatomi Korelatif
fraktur berupa nyeri, spasme otot, bengkak,
dan Neurologi Fungsional. Bagian
penurunan kekuatan otot, keterbatasan gerak
Pertama ( diterjemahkan da. Andri
pada siku sebelah kanan. (2) permasalahan
Hartono ). YEM. Yogyakarta.
kapasitas fungsional yaitu menyisir rambut,
Daniel, L and Wortingham, C. 1980. Muscle
makan, minum, dan aktifitas lain dengan
Testing
tangan kanan. Adapun tujuan fisioterapi
Examination.
yaitu (1) mengurangi nyeri, (2) mengurangi
Company. Philadelphia
spasme,
(3)
mengurangi
meningkatkan
kekuatan
meningkatkan
LGS,
(6)
Techneque
of
W.B.
Manual Sounders
bengkak,
(4)
Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010 : Visi
otot,
(5)
Baru, Misi, Kebijakan Dari Strategi
meningkatkan
Pembangunan Kesehatan. Depkes RI,
aktifitas fungsional.
Jakarta. Daftar Pustaka
Apley, Graham, A dan Salomon Louis. Buku Ajar Orthopedi Dan Fraktur Sistem Apley, edisi ketujuh. Widya Medica. Jakarta. Hal 348 – 388 Basmanjian, V. John. 1976. Therapeutic Exercise. Third Edition. The William and Walkins Co. Sidney.
Ganong, B, W. 1995. Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Dr Mulyanin. Edisi kedua. EGC. Jakarta. Kapandji, I.A. 1987. The Physiology of The Joint. Volume Two. Lower Limb. Five edition. David Co. Philadelphia. Kisner and Colby, L. 1996. Therapeutic Exercise Foundation and Techneque.
Second Edition. F.A. Davis Company.
Lokomotor
Philadelphia.
Topografi. Edisi 6 ( alih bahasa dr.
Lewis, B, Carole and Knortz, A Karen. 1993. Orthopaedic Treatment
Assessment or
Geriatric
and Patient.
Mosby. Philadelphia. Mc. Rae, Ronald. 1994. Practical fracture Treatment.
Third
Edition.
ELBS,
United Kingdom. Moore, Keit L 2002. Anatomi Klinis Dasar. Edisi I. Penerbit Hipokrates. Jakarta. N.J.
Aston.
1996.
Traumatologik
Kapita dan
Selekta
Orthophaedik.
Edisi Ketiga ( alih Bahasa oleh dr Petrus Andrianto ). Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nugroho, D.S 2001. Neurologi Nyeri Dari Aspek Kedokteran ( disampaikan pada Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif
Pada
Nyeri
).
Surakarta. Pletzer, Warner. 1997. Atlas Berwarna dan Tesk
Anatomi
Manusia
Sistem
Musculoskeletal
dan
H.M. Syamsir ). Hipocrates. Jakarta.