|
250
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 250 | FEBRUARI 2017
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” [Markus 12:30]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 250: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Hana Ovilordia, Hendry Heryanto Ie David, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong Otniol H. Seba, Timotius Alfa Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL Membaca Renungan Perspektif dengan Pola “Lectio Divina”
A
pa itu “Lectio Divina”? Lectio Divina adalah istilah bahasa Latin yang berarti “Pembacaan Ilahi,” yang menunjuk pada sebuah teknik berdoa (saat teduh) dengan pembacaan Kitab Suci, yang memanggil umat Tuhan untuk mempelajari, menyelami dan mendengarkan, dan yang pada akhirnya diikuti dengan berdoa dari firman Tuhan yang dibaca. Bagaimana secara praktis, kita dapat melakukannya? Pada umumnya Lectio Divina dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu (1) Lectio (Reading - Membaca); (2) Meditatio (Reflecting - Merenungkan); (3) Oratio (Responding - Merespon), dan (4) Contemplatio (Listening to God Mendengarkan Perintah Allah). Masing-masing tahapan itu dapat kita kerjakan sebagai berikut: (1) LECTIO - Sebelum Anda membaca “bacaan harian teks Alkitab” yang tercantum dalam renungan harian PERSPEKTIF, mulailah terlebih dahulu dengan doa, memohon pencerahan dan tuntunan Allah Roh Kudus untuk mengajarkan kepada Anda kebenaran firman Tuhan. Setelah itu, Anda dapat membaca teks Alkitab “bacaan hari ini,” secara perlahan dan jika perlu dilakukan pengulangan; kemudian Anda melanjutkannya dengan membaca bahan renungan PERSPEKTIF tentang teks tersebut. (2) MEDITATIO - Setelah Anda membaca teks Alkitab dan bahan renungan tersebut, selanjutnya cobalah merenungkan teks maupun bahan renungan itu kembali dengan mencoba menerapkannya dalam kehidupan Anda, hal-hal apa saja yang perlu dan harus Anda lakukan; khususnya dalam hubungannya dengan pribadi Anda. (3) ORATIO - Setelah mendapatkan beberapa poin penting firman Allah, khususnya bagi pertumbuhan karakter, sikap atau kerohanian Anda, maka ambilah waktu teduh dan berdoalah kepada Allah untuk pertolonganNya untuk menyimpan firman itu dalam hati Anda. Berdoalah agar Tuhan mengoreksi dan membuka hati Anda untuk menerapkan firman-Nya. (4) CONTEMPLATIO - Di dalam doa yang Anda lakukan; biarkan Tuhan memberikan impresi (sebuah kesan dalam hati Anda) untuk Anda menyadari bahwa itulah perintah yang Tuhan berikan untuk Anda kerjakan. Janganlah terburu-buru menyudahi doa Anda, sediakanlah beberapa menit untuk menghayati dan merasakan kehadiran Tuhan dalam waktu teduh Anda. Setelah Anda menyelesaikan tahapan ini, mulailah dengan sebuah komitmen untuk mengerjakannya (OPERATIO). Anda dapat mencatat apa yang menjadi komitmen Anda dalam mengerjakan firman Tuhan sebagai pengingat, agar Anda tidak melupakan apa yang Tuhan telah perintahkan. Kiranya Anda dapat bertumbuh dalam pembacaan firman Tuhan bersama renungan harian PERSPEKTIF ini. Tuhan memberkati!
01 RABU
FEBRUARI 2017
“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?” (Kejadian 18:13)
Bacaan hari ini: Kejadian 18:1-15 Bacaan setahun: Keluaran 27-28, Markus 4
TERTAWA
S
eorang tertawa karena ada sesuatu hal yang lucu atau menggelikan, baik itu yang terjadi pada orang lain atau dirinya sendiri. Tetapi Sara tertawa bukan sekadar karena ada sesuatu yang menggelikan akan terjadi atas dirinya, tapi lebih dalam dari itu, dia tidak percaya bahwa Tuhan sanggup memberikan anak melalui dirinya. Oleh karena itu, Tuhan mengatakannya kepada Abraham. Sara yang menyadari bahwa Tuhan tahu apa yang ada dalam hatinya langsung mencoba menyangkalinya, tetapi siapakah yang sanggup bersembunyi dari Tuhan? Sara adalah pribadi yang terlihat sulit untuk percaya akan janji Tuhan terutama tentang keturunan yang Tuhan janjikan melalui dirinya. Ini terlihat dalam beberapa hal. Pertama karena memang usianya yang sudah tua dan secara biologis sudah tidak memungkinkan lagi baginya untuk melahirkan anak. Sedangkan Abraham, suaminya, juga sudah tua. Masakan orang dengan umur seperti mereka sanggup memiliki keturunan? Tidak heran dia tertawa. Kedua, Sara pernah dalam satu waktu memilih jalan lain untuk mendapatkan anak, yaitu melalui Hagar, hambanya. Tetapi jalan yang dipilihnya itu justru tidak diperkenan Tuhan. Malahan menimbulkan beberapa hal yang menyulitkan keluarga mereka sendiri. Tuhan mengingatkan Abraham dan Sara bahwa adakah yang mustahil bagi Tuhan? Jawabannya sudah pasti, bahwa tidak ada yang mustahil bagi Dia. Sara mengalami penggenapan janji Tuhan, di tahun berikutnya ketika Ishak dilahirkan. Pada akhirnya Sara menyadari akan ke-Maha Kuasaan Allah. Kiranya, hal ini juga menjadi pelajaran buat kita yang berada dalam pergumulan dan kesulitan. Ketika jalan keluar tidak nampak, bahkan jalan buntu justru yang nampak, mari kita tetap bertahan di dalam Tuhan. Jangan seperti Sara, yang memilih jalan lain atau meragukan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, bahkan ada orang yang nekad meninggalkan Dia. Marilah kita tetap menjalani hari-hari kita dengan setia dan peka melihat tuntunan Tuhan. Kiranya Tuhan menolong dan menguatkan kita semua! STUDI PRIBADI: (1) Apa bukti bahwa Sara adalah pribadi yang sulit percaya akan janji Tuhan? (2) Bagaimana pengalaman Anda ketika menantikan pertolongan Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang saat ini sedang mengalami kesulitan dan pergumulan agar mereka tetap beriman dan bersandar pada kuasa Tuhan, serta tetap setia menantikan pertolongan-Nya.
02 KAMIS
FEBRUARI 2017
“Abraham datang mendekat dan berkata: Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?” (Kejadian 18:23)
Bacaan hari ini: Kejadian 18:16-33 Bacaan setahun: Keluaran 29-30, Markus 5
DOA SYAFAAT
K
ita sering mendengar istilah doa syafaat, yang biasanya kita lakukan di ibadah atau persekutuan doa. Bahkan kita juga melakukannya dalam doa-doa pribadi kita. Bagian firman Tuhan ini mengajarkan kita tentang doa syafaat, yaitu dari doa Abraham untuk keselamatan Sodom Gomora dari hukuman Tuhan. (1) Doa syafaat adalah kita berdoa kepada Tuhan untuk orang lain, entah mereka mengetahuinya atau tidak. Abraham berdoa bagi Sodom dan Gomora, tentunya kita memahami karena ada Lot, keponakanannya, di sana. Tetapi lebih dari itu, Abraham juga peduli kalau-kalau ada orang benar selain Lot yang hidup di sana. Dalam pemikirannya tentang keadilan, Abraham tidak tega jika mereka yang benar ini juga ikut kena dampak akibat kejahatan kota itu. Karena itu, Abraham berdoa kalau ada orang benar di sana, apakah Tuhan tetap akan menghukum kota itu? (2) Abraham memohon dengan sangat sampai-sampai seperti sedang tawar-menawar dengan Tuhan. Tetapi dia belajar untuk tetap tunduk pada kehendak Tuhan. Pada akhirnya, Tuhan menghancurkan Sodom Gomora, tetapi menyelamatkan Lot dan keluarganya. Kejadian 19:29 mengatakan bahwa hal ini juga adalah sebagai sebuah jawaban bagi doa Abraham. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Mari kita belajar untuk berdoa syafaat, berdoa bagi orang lain dalam pergumulan mereka. Entah mereka mengetahuinya, ataukah tidak. Entah apakah kita perlu memberitahu mereka, atau tidak. Tetapi kita belajar untuk mendukung orang tersebut, terutama mendoakan hal yang orang tersebut tidak sadari. Misalnya, kita mendoakan iman dan kesabaran mereka, selain mendoakan agar Tuhan menolong kesulitan atau penyakit mereka. Selain itu, kita mengingat bahwa kita tetap memberi diri untuk tunduk di dalam kehendak Tuhan karena Dia tahu yang terbaik. Jadilah pendoa-pendoa syafaat yang dipakai Tuhan untuk menyatakan kemurahan dan kehendakNya bagi orang lain. Luangkanlah waktu dan hati kita untuk memohon belas kasihan Tuhan bagi yang terhilang atau dikuasai oleh kejahatan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dimaksud dengan doa syafaat itu? (2) Mengapa kita perlu melakukan doa syafaat? Berdoalah agar jemaat Tuhan memiliki hidup yang saling mendoakan, baik di Gereja ataupun dalam doa pribadi, sehingga damai sejahtera Allah boleh dinyatakan di tengah-tengah kita.
03 JUMAT
“Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia …” (Kejadian 19:16) FEBRUARI 2017
Bacaan hari ini: Kejadian 19:1-29 Bacaan setahun: Keluaran 31-33, Markus 6
TERPIKAT DENGAN DUNIA
L
ot memilih Sodom Gomora karena kesuburan tanahnya yang menjajikan kesuksesan baginya di sana. Tetapi Lot tidak tahu Tuhan merencanakan untutk menghancurkan kedua kota itu. Karena begitu jahat kota itu di hadapan Tuhan. Herannya, Lot dan keluarga tidak pernah ingin meninggalkan kota itu. Walaupun sebenarnya dia merasakan tekanan yang berat sekali hidup di tengah lingkungan yang jahat seperti itu. 2 Petrus 2:7 mengatakan, Lot sangat menderita karena tinggal di tengah-tengah orang-orang yang hanya menuruti hawa nafsunya dan selalu berbuat jahat. Lot terpikat dengan segala yang dia dapatkan dan nikmati, dan susah untuk melepaskannya. Celakanya, hal ini juga mendatangkan akibat bagi keluarganya. Hal itu dapat kita lihat dari bagian firman Tuhan ini. (1) Dia mengulur-ulur waktu untuk meninggalkan Sodom dan Gomora. Sampai-sampai dua orang yang diutus Tuhan itu memaksa dan segera menariknya. Lot begitu memikirkan segala hal yang sudah dicapai dan didapatnya di Sodom Gomora. Padahal, saat itu ada yang lebih penting untuk diselamatkan, yaitu nyawanya dan keluarganya. (2) Dia menawar untuk mengungsi di kota terdekat. Dia menolak untuk pergi sampai ke dataran tinggi untuk menghindari pemusnahan tersebut. Kemungkinan, dia masih berpikir untuk bisa kembali melihat keadaan dan jika memungkinkan, pergi menyelamatkan harta bendanya. (3) Keluarganya terkena konsekuensi pilihan Lot. Istrinya menoleh ke belakang dalam pengungsian dan menjadi tiang garam. Sedang 2 anak perempuannya malah sebenarnya telah mempunyai calon suami dari kota tersebut. Hanya saja mereka tidak mau diajak mengungsi. Pilihan Lot atas kehidupannya juga mempengaruhi keluarganya dan kehidupan mereka. Hendaknya peristiwa Lot ini mengingatkan kita agar kita berhati-hati dengan tipu daya dunia dan kekayaannya. Kiranya Tuhan membuat kita selalu peka akan firman-Nya dan kondisi kehidupan kita di hadapan Tuhan; sehingga ketika kita mulai menjauh dari Tuhan, kita diingatkan untuk segera kembali kepada Dia. STUDI PRIBADI: (1) Apa buktinya Lot sudah terlanjur nyaman tinggal di Sodom dan Gomora yang jahat? (2) Bagaimana pengalaman Anda pribadi tentang daya tarik dunia? Berdoalah bagi jemaat dan keluarganya agar ditolong oleh Tuhan untuk dapat mengutamakan Tuhan dan kehendak-Nya, sehingga mereka dapat menghindarkan diri dari daya tarik duniawi.
04 SABTU
“Yang lebih tua melahirkan … Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih muda pun melahirkan … Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.” (Kejadian 19:37-38) FEBRUARI 2017
Bacaan hari ini: Kejadian 19:30-38 Bacaan setahun: Keluaran 34-35, Markus 7
PATAHKAN KUASA DOSA
K
omnas perempuan merilis survei yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. Berdasarkan penerbitan survei Maret 2016, tercatat 899 kasus kekerasan dan 566 di antaranya terjadi di dalam keluarga. Kekerasan dan penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah keluarga ini merupakan dampak dari dosa yang merusak relasi dalam keluarga. Keluarga Kristen pun tidak terkecuali dari permasalahan ini, karena sekalipun sudah percaya pada Kristus, dosa masih menyisakan tabiat dan kecondongan hati yang bisa membuat orang melakukan dosa yang merusak relasi dalam keluarga. Hal ini terjadi dalam kehidupan keluarga Lot. Dalam nas yang kita baca, kedua putri Lot melakukan hal yang sangat tidak pantas, yakni membuat ayah mereka mabuk dan menyetubuhi mereka, sehingga hamil. Allen P. Ross menyatakan bahwa apa yang dilakukan kedua putri Lot ini adalah perbuatan yang mereka pelajari ketika tinggal di Sodom. Tinggal dalam komunitas yang fasik membuat putri-putri Lot tidak berpikir panjang untuk melakukan perbuatan dosa yang dibenci Tuhan. Ironisnya, Lot juga pernah melakukan tindakan jahat dengan menyerahkan kedua putrinya kepada orang-orang jahat di Sodom (Kej. 19:8). Pemusnahan Sodom dan perginya keluarga Lot dari Sodom masih menyisakan mentalitas tabiat dosa di dalam keluarga Lot. Bahkan, kuasa dan ikatan dosa ini diteruskan kepada keturunan mereka, Moab dan Ben-Ami, yang menjadi leluhur dua suku yang hidup tidak mengenal Allah. Siklus dosa terus berlanjut dan tidak dipatahkan dari generasi ke generasi. Dosa seringkali bercokol dalam kehidupan keluarga karena tidak ada kesadaran dan usaha intensional untuk menghentikannya. Ada kebiasaankebiasaan dosa yang diturunkan dari generasi demi generasi dan tidak ada yang merubahnya. Dengan kehancuran hati, kita perlu membawa hal-hal tersebut kepada Tuhan. Hanya dengan cara inilah keluarga-keluarga Kristen dapat dimurnikan dan bisa menjadi kesaksian bagi kemuliaan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kedua putri Lot dapat melakukan perbuatan yang tidak pantas terhadap dirinya? (2) Pelajaran penting apa yang Anda dapatkan dalam kisah ini? Berdoalah bagi setiap keluarga Kristen agar mereka secara intensional menemukan kebiasaan-kebiasaan dosa dan berjuang meninggalkan hal-hal tersebut dengan pertolongan Tuhan.
05 MINGGU
“ ... Aku tahu juga bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku.” FEBRUARI 2017 (Kejadian 20:6)
Bacaan hari ini: Kejadian 20:1-18 Bacaan setahun: Keluaran 36-38, Markus 8
KEBOHONGAN ITU JAHAT DI MATA TUHAN
S
eringkali, ada begitu banyak kebohongan yang kita katakan untuk menyelamatkan diri dan muka kita dari orang-orang tertentu. Ketika tujuannya baik dan menguntungkan, kita akan berpikir bahwa kebohongan tersebut adalah sah untuk dilakukan. Hal yang sama dilakukan Abraham. Untuk menyelamatkan nyawanya, ia mengatakan kebohongan, bahwa Sara adalah saudaranya, sehingga Abimelekh, raja Gerar, hendak mengambil Sara sebagai istrinya (ay. 2). Kebohongan ini dikatakan Abraham karena ia takut dibunuh, karena raja ingin menikahi istrinya yang cantik itu (ay. 11). Tujuan tidak membenarkan cara dan menganulir dosa. Semua kebohongan itu dosa di mata Tuhan. Tuhan menginterupsi hal ini melalui mimpi kepada Abimelekh. Tuhan menyatakan kebenaran yang menghindarkan Abimelekh jatuh dalam dosa karena mengawini perempuan yang sudah bersuami. Kebohongan Abraham bukan hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi hampir membawa orang lain jatuh dalam dosa. Kebohongan dapat membawa dampak buruk, bukan hanya bagi orang yang melakukannya, tetapi juga bagi orang lain. Anak yang diajarkan berbohong sejak kecil akan berpikir bahwa kebohongan bukanlah dosa yang serius dan sah saja dilakukan untuk tujuan yang baik. Dosa yang kita anggap enteng dan remeh dapat menghancurkan kehidupan mereka. Karena itu, kita perlu mawas diri terhadap kebohongan-kebohongan di dalam percakapan kita sehari-hari. Kita harus belajar mengatakan dengan jujur di mana posisi kita saat istri menelpon kita di tengah jalan. Kita harus belajar memberikan fakta ketika kita berhalangan hadir pada pementasan tari anak kita. Bahkan kita harus belajar dengan kebesaran hati meralat perkataan bohong yang tanpa sengaja keluar dari mulut kita kepada anggota keluarga kita. Hal-hal ini membuat kita seperti menelan ludah sendiri dan merendahkan diri kita di hadapan mereka. Tetapi bukankah Yesus merendahkan diri, bahkan Ia taat sampai mati di kayu salib? Jika kita mau serupa dengan Dia, kita harus belajar merendahkan diri. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Abraham berusaha menutupi jati diri Sara sebagai istrinya? (2) Apa yang Tuhan lakukan agar perbuatan Abraham itu tidak menghancurkan hidupnya? Berdoalah agar diri kita diberikan kerelaan hati untuk mengakui kebohongan yang kita ucapkan kepada orang lain. Mintalah hati seperti hati Yesus yang penuh dengan kerendahan hati.
06 SENIN
FEBRUARI 2017
“Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham pada masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.” (Kejadian 21:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 21:1-7 Bacaan setahun: Keluaran 39-40, Markus 9
SESUATU YANG BAIK DATANG DARI ALLAH “Berkat selalu dihasilkan karena kebaikan kita,” benarkah? Pada satu sisi, pandangan seperti ini tidaklah salah karena memang perbuatan baik lebih mungkin berbuah baik daripada perbuatan buruk. Di sisi lain, pandangan seperti ini menyesatkan. Karena pandangan ini, banyak orang menyangka musibah, kecelakaan, kematian, dan hal buruk lainnya adalah konsekuensi dari perbuatan dosa. Sebaliknya, anugerah, kebaikan, rahmat Allah adalah konsekuensi dari perbuatan baik. Benarkah demikian? Apabila kita melihat bacaan kita hari ini (Kej. 21:1-7), kita menemukan bahwa pernyataan di atas tidak tepat. Kesalahan besar jika kita berpikir bahwa Ishak, anak yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan Sara, merupakan hadiah atas perbuatan baik mereka. Kalau kita memperhatikan pasal sebelumnya (Kej. 20), kita akan menemukan bahwa Abraham telah tidak jujur terhadap Abimelekh, raja Gerar. Abraham tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa Sara adalah istrinya. Alhasil, Abimelekh beserta kerajaannya mendapatkan petaka dari Tuhan karena Abimelekh ingin memperistri Sara. Abimelekh yang tidak bersalah dihukum Allah karena dosa ketidak-jujuran Abraham. Apakah di sini Abraham berbuat baik? Kita semua pasti menjawab, tidak! Namun, mengapa di pasal ke-21 Abraham malah mendapatkan anak yang ia nantikan, padahal ia gagal berbuat baik? Maka benarlah bahwa, “sesuatu yang baik tidak selalu datang dari perbuatan baik.” Kalau begitu, dari manakah datangnya sesuatu yang baik? Yakobus 1:17a menjawab, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang.” Kelahiran Ishak bukanlah konsekuensi dari ketaatan Abraham, tetapi hanya karena karya Allah semata. Hanya Allah yang memungkinkan Sara mengandung dan melahirkan putra bagi Abraham pada masa tua mereka. Berkat Tuhan bukanlah hasil dari kerja keras, melainkan hadiah dari Allah. Karena itu, kita tidak boleh sombong atas apa yang kita miliki dan kita akan dengan lebih mudah mengembalikan berkat itu bagi pekerjaan Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apakah janji Tuhan memberikan keturuan (Ishak) kepada Abraham dikarenakan sikap Abraham baik? Jelaskan! (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda? Marilah kita berdoa agar keluarga-keluarga di gereja kita hidup bersukacita karena mereka belajar bersyukur atas banyak hal yang Tuhan telah berikan, bukannya mengeluh terus karena hal-hal yang mereka tidak miliki.
07 SELASA
“Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar, ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.” (Kejadian 21:20) FEBRUARI 2017
Bacaan hari ini: Kejadian 21:8-21 Bacaan setahun: Imamat 1-3, Markus 10
TAK BERKESUDAHAN PEMELIHARAAN TUHAN
A
llah telah menjanjikan seorang anak bagi Abraham. Namun setelah waktu lama berselang, akhirnya Sara, istri Abraham mencari solusi sendiri bagi dirinya, yakni memberikan hamba perempuannya kepada Abraham supaya Sara beroleh keturunan baginya. Ini bukanlah yang dikehendaki Allah, namun ini adalah akibat dari Sara yang mencoba turut campur dalam rancangan Allah yang sempurna. Yang menjadi korban pada peristiwa ini adalah Ismael. Dia tidak mendapat kasih yang cukup dari ayahnya dan melihat bahwa ibunya, Hagar, diperlakukan semena-mena oleh Sara. Dalam perikop yang kita renungkan hari ini, diceritakan bahwa Ismael dan Hagar diusir oleh Abraham dan Sara. Mereka diusir dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Kejadian 21:15-16 menulis, “Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: ‘Tidak tahan aku melihat anak itu mati.’ Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.” Dalam momen itu, di antara hidup dan mati, Tuhan memperhatikan Ismael. Meskipun Ismael bukanlah anak perjanjian, namun Tuhan menyertainya. Tuhan tidak membiarkan Ismael mati kehausan, dan bahkan Tuhan terus menyertainya sampai ia dewasa. Bagaimana dengan pengalaman iman kita berjalan bersama Tuhan? Dalam kehidupan kita, mungkin kita pernah merasa dipandang sebelah mata, atau bahkan ditolak oleh keluarga kita. Melalui kehidupan Ismael, marilah kita belajar percaya bahwa Tuhan tetap menyertai kita. Ia adalah Tuhan yang tidak pernah membiarkan umat-Nya berjalan sendirian. Pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita tidak akan berkesudahan. Di tengah segala pergumulan yang kita alami, Tuhan memperhatikan kita dan Dia akan menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang setia. Karena itu, marilah kita mau bertekun dalam iman dan pengharapan kita di dalam Dia, sebab Dia bekerja menurut waktu, hikmat dan rencana-Nya yang baik bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa Anda merasakan kehadiran Tuhan di tengah pergumulan Anda? (2) Bagaimana kita merespons kesetiaan pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita? Doakanlah untuk pertumbuhan kerohanian diri Anda secara pribadi, supaya setiap kita dapat selalu peka dengan kehadiran dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup sehari-hari.
08 RABU
FEBRUARI 2017
“Lalu Abraham mengambil domba dan lembu dan memberikan semuanya itu kepada Abimelekh, kemudian kedua orang itu mengadakan perjanjian.” (Kejadian 21:27)
Bacaan hari ini: Kejadian 21:22-34 Bacaan setahun: Imamat 4-5, Markus 11
PERJANJIAN DAMAI
O
rang percaya diberkati Tuhan untuk menjadi berkat. Salah satu cara menjadi berkat adalah dengan membawa damai. Ketika Abraham tinggal di negeri Gerar, ia berjumpa dengan raja di sana, Abimelekh. Perjumpaan Abimelekh dengan Abraham diwarnai dengan kejadian tidak menyenangkan (pasal 20). Namun melalui perjumpaan dengan Abraham, Abimelekh melihat bahwa Allah sungguh menyertai Abraham. Dalam perikop ini dikisahkan, Abimelekh yang adalah raja berinisiatif untuk mengikat perjanjian dengan Abraham. Maksud Abimelekh mengikat perjanjian dengan Abraham adalah supaya Abraham bersikap baik kepada keluarga dan keturunan Abimelekh. Ia mengikat perjanjian damai dengan Abraham karena ia tahu Allah yang disembah Abraham adalah Allah yang besar. Perjanjian itu diadakan untuk meredam kemungkinan pertikaian, perebutan tempat, dan kecurangan antara pihak Abraham dan Abimelekh. Abraham kemudian menerima ajakan Abimelekh untuk mengikat perjanjian. Bukan karena ia takut, tetapi karena ia sadar bahwa memang seharusnya ia membawa damai dari Allah. Namun demikian, ternyata sebelum perjanjian itu dibuat, telah terjadi perselisihan di antara orangorang Abraham dan orang-orang Abimelekh. Khususnya mengenai sebuah sumur yang digali Abraham, tetapi dirampas oleh orang-orang Abimelekh. Permasalahan itu kemudian diselesaikan melalui perjanjian, yakni dengan persembahan tujuh anak domba betina, diberikan langsung dari tangan Abraham kepada Abimelekh. Alkitab tidak mengajarkan orang percaya untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Namun Alkitab juga tidak mengajarkan orang-orang percaya untuk pasif dan berdiam diri ketika menghadapi konflik dengan orang lain. Alkitab mengajarkan agar orang percaya bersikap aktif menjadi pembawa damai dalam pertikaian yang terjadi. Hal itulah yang dilakukan oleh Abraham dalam peristiwa ini. Ia tidak membalas perlakukan orangorang Abimelekh dengan kekerasan, tetapi ia bersedia mengikat perjanjian damai dengan Abimelekh. Maukah Anda menjadi pembawa damai? STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang bisa kita lakukan untuk menjadi pembawa damai? (2) Mengapa tempat Abraham dan Abimelekh bertemu dalam perikop ini disebut Bersyeba? Doakan agar setiap anak Tuhan mampu menghadapi permasalahan hidup dengan tenang dan menjadi pembawa damai di tengah-tengah konflik yang terjadi.
09 KAMIS
“… Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” FEBRUARI 2017 (Kejadian 22:5)
Bacaan hari ini: Kejadian 22:1-24 Bacaan setahun: Imamat 6-7, Markus 12
IMAN YANG BENAR
P
erikop ini dibuka dengan pernyataan: Allah mencoba Abraham (ay. 1), Allah hendak menguji iman Abraham. Allah memberikan sebuah ujian bagi Abraham, yakni untuk mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, sebagai korban bakaran di hadapan Tuhan. Ketika berhadapan dengan permintaan Tuhan yang sangat susah ini, Abraham tidak membela diri atau bernego dengan Allah. Respons Abraham adalah langsung taat. Tidak berlama-lama, keesokan harinya, pada pagi-pagi hari, ia berangkat ke tempat yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Dalam perikop ini, pernyataan-penyataan yang dikatakan Abraham, adalah pernyataan iman. Pertama ia sampaikan kepada para hambanya, bahwa Abraham dan Ishak akan kembali kepada mereka setelah mereka berdoa (ay. 5). Bagian ini menyatakan bahwa Abraham percaya bahwa Ishak tidak akan mati karena Ishak adalah anak perjanjian yang sudah Tuhan berikan. Ia percaya bahwa Tuhannya adalah Tuhan yang tidak akan pernah menyangkali perjanjian-Nya. Pernyataan iman yang kedua adalah jawaban Abraham kepada Ishak mengenai anak domba untuk korban bakaran. Abraham menjawab, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Abraham menyatakan imannya, bahwa Allah akan menyediakan anak domba bagi persembahan korban. Iman Abraham dinyatakan dalam tindakan iman. Ia mempersiapkan kayu untuk bakaran, ia juga menaruh Ishak di atas mezbah. Ia percaya bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang Mahakuasa dan selalu menepati janji-Nya. Allah sanggup bahkan untuk membangkitkan anaknya jika Ishak mati. Iman Abraham lahir dari pengenalannya akan Tuhan yang benar. Dia kenal siapa Allahnya, karenanya ia berani mempercayakan hidupnya dan hidup anaknya ke tangan Tuhan. Tuhan melihat iman Abraham; Tuhan tahu bahwa Abraham percaya sepenuhnya kepada Allah dan tidak meragukan kebaikan dan kesetiaan Allah sedikitpun. Abraham lulus dari ujian iman dan didapati Tuhan, setia. Maka Tuhan menyediakan anak domba. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah kita percaya kepada Allah dan beriman kepada-Nya? (2) Dalam hal apa kita masih meragukan kebaikan dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita? Doakanlah pertumbuhan iman setiap diri kita secara pribadi, supaya setiap diri kita dapat memercayakan kehidupan kita beserta keluarga kita ke dalam tangan Tuhan yang baik dan setia.
10 JUMAT
FEBRUARI 2017
“Demikianlah ladang Efron … diserahkan kepada Abraham menjadi tanah belian …” (Kejadian 23:17-18)
Bacaan hari ini: Kejadian 23:1-20 Bacaan setahun: Imamat 9-10, Markus 13
RENCANA ALLAH DI BALIK DUKACITA
B
acaan Alkitab hari ini berbicara mengenai kematian dan penguburan Sara, istri Abraham. Jika kita perhatikan, ada hal yang menarik dalam bacaan ini, hanya tiga ayat yang berbicara secara langsung mengenai kematian Sara (ay. 1, 2, 19). Sisanya, sebanyak 17 ayat berbicara mengenai bagaimana proses Abraham membeli tanah untuk kuburan Sara. Dari sini kita melihat ada sebuah pesan yang ingin firman Tuhan sampaikan melalui bacaan hari ini, yang jauh melebihi sebuah kisah kedukaan Abraham, oleh karena kematian Sara. Apakah pesan itu? Pesan itu adalah bahwa Abraham sekarang benar-benar memiliki sebuah tanah di tanah yang dijanjikan Allah kepadanya. Sejak Abraham keluar dari tanah kelahirannya ke tanah yang dijanjikan Tuhan, Abraham telah menjadi seorang “raja” di tanah perjanjian. Bani Het di ayat 6 mengatakan, “Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah istrimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada seorang pun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu untuk menguburkan istrimu yang mati itu.” Dari kata “raja agung” kita melihat bahwa Abraham ialah seorang yang sangat terhormat dan termasyur di tanah Kanaan. Namun ada sebuah masalah di sana, yaitu “raja agung” itu tidak memiliki tanah sedikitpun di tanah Kanaan; sehingga ketika Sara meninggal, Abraham harus mencari dan membeli sebuah tanah untuk menguburkan istrinya. Namun puji Tuhan, sejak kematian Sara, Abraham akhirnya memiliki sebuah tanah di tanah Kanaan. Dimulai dari sebuah kedukaan, tetapi Allah menuntun Abraham kepada jalan yang terindah, yaitu penggenapan janji Tuhan mengenai seluruh tanah Kanaan akan menjadi milik Abraham. Bagaimana dengan pengalaman iman kita? Apapun yang terjadi dalam hidup kita, jika kita mau rendah hati memperhatikan kasih karunia Allah; maka kita akan tahu bahwa Dialah Tuhan yang setia dan penuh kebaikan. Di balik duka, ada penghiburan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Abraham dalam menantikan janji Allah tentang tanah perjanjian? (2) Mengapa Abraham tidak ingin mendapatkan tanah secara gratis? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam ketekunan dalam menantikan segala pertolongan tangan Tuhan, bahkan tetap mengerjakan yang terbaik di tengah-tengah situasi yang kurang baik.
11 SABTU
FEBRUARI 2017
“Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.” (Kejadian 24:4)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:1-9 Bacaan setahun: Imamat 11-12, Markus 14
MENCARIKAN PASANGAN HIDUP
D
alam kisah ini diceritakan Abraham yang mencarikan pasangan untuk Ishak, anak laki-lakinya. Untuk itu, Abraham mengutus hambanya yang paling tua untuk mencarikan pasangan baginya. Mengapa Abraham tidak langsung turun tangan dalam mencarikan jodoh bagi anaknya? Mengapa dia harus menyuruh hambanya untuk mencari? Bukankah urusan mencari jodoh ini adalah urusan yang sangat penting? Dalam ayat pertama dikatakan, Abraham telah tua dan lanjut umurnya. Kemungkinan besar, waktu itu Abraham telah kesulitan untuk berpergian jauh. Karena itulah Abraham menugaskan hambanya yang paling tua untuk menjadi pengganti Abraham mencarikan pasangan bagi Ishak. Walaupun tugas mencari pasangan itu diberikan kepada hambanya, Abraham tidak asal-asalan menyuruh hambanya pergi. Abraham memberi syarat-syarat yang harus dipenuhi hambanya itu dalam mencari pasangan bagi Ishak. Apa saja syaratnya? Pertama, tidak mengambil perempuan Kanaan sebagai pasangan Ishak. Abraham melarang Ishak untuk menikahi perempuan-perempuan Kanaan, karena mereka adalah penyembah-penyembah berhala. Mereka dapat membawa Ishak untuk tidak menyembah Allah Abraham. Kedua, perempuan itu harus mau mengikuti Ishak tinggal di negeri Kanaan dan tidak tinggal di negeri dimana dahulu Abraham berasal. Hal ini dikarenakan Abraham memegang janji Tuhan bahwa Abraham dan keturunannya harus tinggal di negeri yang dijanjikan, yaitu Kanaan. Dari pelajaran ini kita melihat satu hal yang menarik; bahwa seorang ayah—atau orang tua—yang takut akan Tuhan akan berusaha menolong anaknya untuk menemukan pasangan yang tepat. Mereka tidak akan membiarkan anaknya mencari sendiri pasangan hidupnya, tanpa ada bimbingan dari orang tuanya. Sebagai orang tua yang takut akan Tuhan, kita mempunyai kewajiban untuk mengarahkan anak-anak kita memahami kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk mencari pasangan hidupnya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Abraham tidak mau anaknya mengambil istri sembarangan dari orang Kanaan? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan melalui kisah ini? Berdoalah bagi para orang tua Kristen agar mereka dapat membimbing anak-anak mereka untuk hidup takut akan Tuhan, bahkan mencari pasangan yang seiman dan mengasihi Tuhan.
12
MINGGU
FEBRUARI 2017
“Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat perjalanannya berhasil atau tidak.” (Kejadian 24:21)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:10-54a Bacaan setahun: Imamat 13-14, Markus 15
BERDOA MENCARIKAN PASANGAN HIDUP
K
isah hari ini adalah kelanjutan dari kisah Abraham mencarikan Ishak pasangan hidup. Diceritakan bahwa setelah hamba Abraham itu bersumpah mencarikan pasangan bagi Ishak sesuai dengan syaratsyarat yang diberikan Abraham, hamba itu itu pergi ke kota Nahor. Yang menarik, pada waktu tiba di kota Nahor, sebelum hamba itu mulai mencari wanita untuk menjadi pasangan Ishak, diceritakan bahwa hamba itu berdoa kepada Allah Abraham. Dalam ayat 12-14 dia berdoa: “TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.” Luar biasanya, dikatakan Alkitab, sebelum hamba itu selesai berdoa, maka datanglah seorang wanita muda yang mengambil air dan menawarkan minum, persis seperti yang didoakan oleh hamba itu. Tentu pengalaman dari hamba Abraham ini tidak boleh kita jadikan sebuah klaim bahwa setiap kita berdoa untuk pasangan hidup, maka Tuhan pasti akan menjawab persis seperti yang kita minta. Tuhan dapat bekerja dengan cara demikian, tetapi tidak semua orang akan mengalami hal yang persis sama seperti yang dialami hamba Abraham ini. Namun ada sebuah pelajaran yang menarik yang dapat kita simpulkan dari pengalaman hamba Abraham pada waktu dia mencarikan Ishak pasangan hidup, yaitu berdoa. Mencarikan pasangan hidup, entah itu untuk diri kita sendiri, untuk anak kita, ataupun untuk orang lain, kita perlu bersandar sepenuhnya kepada Tuhan,—kita perlu berdoa. Dengan berdoa artinya kita sedang melibatkan Tuhan untuk menolong kita menemukan pasangan yang tepat. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan hamba Abraham agar tujuan dan perjalanannya berhasil? (2) Pelajaran apakah yang Anda dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi setiap anak muda Kristen agar mereka senantiasa mau melibatkan Tuhan dalam aktivitas hidup mereka, termasuk mecari pasangan hidup yang takut akan Tuhan.
13 SENIN
FEBRUARI 2017
“Tetapi jawabnya kepada mereka: Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil ...” (Kejadian 24:56)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:54b-61 Bacaan setahun: Imamat 15-16, Markus 16
PERJALANAN YANG BERHASIL
S
etiap perjalanan kehidupan manusia selalu dimulai dari kelahiran, pernikahan, membentuk keluarga dan kematian. Setiap bagian perlu dipersiapkan dengan sebaik mungkin, termasuk saat-saat hendak membentuk sebuah keluarga dan juga saat-saat menjelang kematian. Abraham sebagai orang tua yang baik telah mengutus hambanya yang setia untuk mencari pasangan hidup bagi Ishak, sesuai dengan perintah Tuhan. Karena itu, hamba Abraham ini selalu meminta petunjuk Tuhan ketika hendak memilih pasangan yang tepat bagi tuannya, Ishak. Kita telah membacanya bahwa dalam perjalanan hamba Abraham mencari seorang istri bagi Ishak, rupanya telah mencapai hasil yang baik. Artinya, bahwa hamba ini telah menemukan seorang gadis yang sangat sesuai dengan Ishak, yaitu Ribka. Pencarian dan penemuan yang dilakukan oleh hamba Abraham ini menunjukkan bahwa Tuhan telah membuat perjalanannya berhasil (Kej. 24:56). Apa yang telah dikerjakan oleh hamba Abraham ini mengingatkan kita bahwa untuk membentuk sebuah rumah tangga yang diberkati Tuhan, haruslah dimulai dari pencarian yang serius dan bergumul bersama dengan Tuhan. Keterlibatan Tuhan dalam menentukan Ribka menjadi pasangan bagi Ishak melalui hamba Abraham ini sangat nyata. Di sisi lain, hamba Abraham ini menemukan sebuah komitmen dari diri Ribka untuk pergi dan mengikuti hamba Abraham dan berjumpa dengan Ishak. Jawaban dari Ribka, “Mau” (Kej. 24:58b), ketika ditanya hamba Abraham, merupakan konfirmasi sekaligus komitmen dari Ribka untuk dijodohkan dengan Ishak. Demikianlah hamba Abraham membawa serta Ribka dalam perjalanan pulang kepada tuannya, Abraham, dengan penuh keberhasilan. Perjalanan untuk membentuk sebuah rumah tangga yang diberkati Tuhan merupakan sebuah impian bagi setiap kita yang hendak membentuk sebuah keluarga. Karena itu, melalui bagian firman Tuhan yang telah kita renungkan ini, kita harus selalu ingat untuk “selalu melibatkan Tuhan” dan menjaga komitmen yang teguh terhadap pasangan kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sikap hamba Abraham dalam menjalankan tugas yang diberikan kepada tuannya? (2) Bagaimana respons Ribka terhadap pinangan Ishak? Berdoalah bagi para muda-mudi Kristen agar mereka hidup dalam petunjuk firman Tuhan dan hidup dalam kekudusan, sehingga kehidupan mereka menjadi kesaksian bagi banyak orang.
14 SELASA
FEBRUARI 2017
“... Ishak mencintainya ...” (Kejadian 24:67)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:62-67 Bacaan setahun: Imamat 17-18, Lukas 1
PANDANGAN PERTAMA
K
emajuan zaman dan persaingan hidup yang sangat ketat, seringkali membuat kita tidak bahagia. Semakin hari, ada banyak keluarga yang mengalami permasalahan dan tidak sedikit akhirnya mereka mengalami perceraian. Mengapa kondisi seperti ini sangat mudah terjadi pada zaman akhir ini? Keberhasilan hamba Abraham membawa serta Ribka untuk berjumpa dengan Ishak, hanya sebuah permulaan dari sebuah perjalanan panjang yang akan dialami Ribka dan Ishak sebagai sepasang suami istri. Alkitab mencatat bahwa perjumpaan antara Ribka dan Ishak merupakan langkah pertama untuk membentuk keluarga. Perjumpaan itu dimulai dari rasa cinta pada pandangan pertama, yaitu sejak pertama kali Ishak memandang Ribka. Pandangan pertama dari dua insan yang saling mencintai dan saling memperhatikan, menjadi fondasi yang kokoh dalam kehidupan Ishak dan Ribka. Di sisi yang lain, dengan kehadiran Ribka, bukan saja membawa kebahagiaan bagi Ishak, tetapi juga membawa penghiburan bagi Ishak, khususnya di saat Ibunya (Sarah) telah dipanggil Tuhan. Kita dapat melihat bahwa cinta yang sejati, bukan saja mengikat kehidupan pasangan suami istri di saat-saat yang menyenangkan, tetapi juga di saat-saat yang sulit, seperti kedukaan, penderitaan dan lainnya. Cinta yang sejati akan dapat menggerakkan diri kita untuk melakukan peran kita dalam kehidupan berkeluarga sehingga keutuhan dan kebahagiaan dalam keluarga dapat terpelihara dengan baik. Kembali kepada pertanyaan di atas, mengapa perceraian dan ketidakbahagiaan banyak dialami oleh keluarga pada zaman akhir ini? Memang ada banyak sebab yang bisa kita telusuri, tetapi akar persoalan yang paling utama adalah terlalu banyak pasangan (anggota keluarga) kita telah kehilangan kasih/cinta yang mula-mula dalam dirinya dan mereka tidak melakukan peranan mereka sebagaimana semestinya. Kondisi inilah yang seringkali memicu dan membuat ketidak-harmonisan dalam keluarga pada zaman ini. Bagaimana dengan hubungan suami-istri Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa hubungan suami-istri harus dilandaskan pada cinta kasih, dan bukan yang lain? (2) Bagaimana memupuk cinta kasih suami-istri? Berdoalah bagi hubungan suami-istri pasangan muda, yang baru saja melangsungkan pernikahan atau menjalankan kehidupan bersama agar mereka membangun hubungan mereka di dalam kasih.
15 RABU
FEBRUARI 2017
“Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun.” (Kejadian 25:7)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:1-11 Bacaan setahun: Imamat 19-20, Lukas 2
TIGA PERKARA YANG MEMBUAT BAHAGIA
M
anusia hidup dalam dunia ini selalu dimulai dari satu titik, yaitu kelahiran; dan akan berakhir kepada satu titik, yaitu kematian. Karena itu, hal yang paling penting untuk dikerjakan selama hidup dalam dunia ini adalah, apakah kita telah mengisi detik-detik kehidupan kita dengan baik, bijaksana dan benar; sehingga sewaktu kita meninggalkan dunia ini kita dapat mempertanggung-jawabkan kehidupan kita kepada Allah yang memberikan kehidupan ini. Pembacaan Firman Tuhan hari ini, menunjukkan bahwa Abraham telah hidup dalam dunia ini selama 175 tahun. Tentunya sebuah usia yang sangat panjang jika dibandingkan dengan rata-rata usia kehidupan kita pada zaman ini. Namun yang menjadi penekanan dalam pembacaan kita bukanlah pada jumlah usia yang kita jalani, tetapi bagaimana kita mengisi kehidupan ini dengan baik, bijaksana dan benar. Tiga perkara yang dapat kita lihat dalam kehidupan Abraham, yaitu: (1) Abraham telah melaksanakan dengan baik perintah Tuhan, bukan saja rela meninggalkan tanah kelahirannya tapi juga untuk beranak-cucu; sehingga kita dapat melihat keturunan dari Abraham dengan jelas dan menjadi garis keturunan akan kedatangan Mesias ke dalam dunia. Secara sosial, bagi sebagian besar orang Yahudi, memang memiliki keturunan merupakan hal membanggakan. (2) Abraham telah membuat keputusan yang tepat (bijaksana) yaitu “memberikan segala harta miliknya kepada Ishak” (Kej 25:5). Yang menunjukkan bahwa Ishak adalah anak yang dipilih sebagai ahli warisnya. Keputusan yang tepat (bijaksana) ini merupakan hal yang menjadikan keluarga kita berjalan dengan rukun dan bahagia. (3) Abraham telah menunjukkan teladan yang benar, yaitu berjuang untuk menjadi umat Allah yang takut akan Allah. Tentu, peristiwa perjalanan menuju ke Gunung Moria bersama Ishak telah menjadi contoh bagi Ishak tentang ketaatan total dari Abraham kepada Allah, sehingga Allah memberkati kehidupan Abraham. Bagaimana dengan kita? Marilah kita belajar untuk hidup setia dan taat kepada Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana perjalanan hidup Abraham, sejak dipanggil Tuhan menuju tanah perjanjian hingga ajalnya? (2) Teladan apa yang bisa kita dapatkan dari Abraham? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka dapat menjadi teladan hidup yang baik bagi generasi selanjutnya, sehingga mewariskan sesuatu yang baik dan berguna bagi hidup mereka.
16 KAMIS
FEBRUARI 2017
“Itulah anak-anak Ismael, ...dua belas orang raja, masing-masing dengan sukunya.” (Kejadian 25:16)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:12-18 Bacaan setahun: Imamat 21-22, Lukas 3
ALLAH YANG SETIA, MANUSIA YANG INGKAR
N
ama Ismail dan keturunannya dicatat dalam kitab Kejadian terkait hubungannya dengan kehidupan keluarga Abraham. Ismael adalah putra dari Hagar, hamba Sarai yang diserahkan kepada Abraham pada saat Sarai belum juga mengandung, demi Abraham mendapatkan keturunan. Namun kemudian Sarai mengusir Ismael dan Hagar. Mereka hampir mati kehausan di padang gurun Bersyeba, hingga kemudian malaikat Tuhan menunjukkan adanya sumur. Secara manusiawi, kita menilai bahwa keberadaan Hagar dan Ismael adalah karena ketidak-percayaan dan ketidak-sabaran manusia menanti penggenapan janji Allah. Sehingga jika kemudian muncul berbagai kesulitan dalam keluarga mereka, kita akan memakluminya. Namun ternyata tidak demikian jika kita membaca rangkaian kisah hidup mereka yang banyak mengalami pertolongan Tuhan Allah. Malaikat TUHAN berkata kepada Ismael, “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya” (Kej.16:10); “ia akan memperanakkan 12 raja” (ps. 17:20), “membuatnya menjadi bangsa yang besar karena ia juga keturunan Abraham” (ps. 21:13, 18, 20). Bacaan hari ini menceritakan janji Tuhan telah digenapi pada Ismael, dengan memiliki keturunan yang besar dan memperanakkan 12 raja. Di sinilah bukti kasih dan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya yang tidak pernah dapat diselami oleh pikiran manusia. Meski manusia seringkali ingkar untuk setia berada di jalan Tuhan dan akibatnya terjebak kesulitan, Tuhan itu tetap setia dengan cara dan waktu-Nya, mengerjakan apa yang baik bagi anak-anak-Nya, asalkan mereka mau kembali setia mengikuti tuntunan Allah. Bagaimana dengan kita? Belajarlah mensyukuri dan mempercayai kasih setia Tuhan kepada umat-Nya, termasuk setiap kita. Sekalipun ada banyak hal yang sulit kita pahami, tetap percayalah dan berbaliklah kepada Allah, sebab Dialah yang berdaulat atas hidup kita. Jika Allah begitu setia, marilah kita juga belajar setia kepada Dia. STUDI PRIBADI: (1) Menurut Anda, mengapa Allah membiarkan Sarai menyerahkan Hagar kepada Abraham hingga melahirkan Ismail? (2) Bagaimana pengalaman Anda sendiri? Berdoa untuk nama-nama yang mungkin Anda ketahui sedang meragukan kesetiaan Allah, karena peliknya beban hidup sehingga mudah jatuh dalam pencobaan untuk memilih jalannya sendiri.
17 JUMAT
FEBRUARI 2017
“Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk istrinya, sebab istrinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, istrinya itu, mengandung.” (Kejadian 25:21)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:19-28 Bacaan setahun: Imamat 23-24, Lukas 4
MEMILIH HIDUP DI JALAN ANUGERAH TUHAN
S
etelah 20 tahun tidak mempunyai anak, Tuhan mengabulkan doa Ishak dengan membuat Ribka mengandung. Akan tetapi, Tuhan mempunyai rencana lain, kegembiraan Ribka atas kandungannya berubah menjadi kekuatiran karena ternyata kedua anaknya yang kembar bertolak-tolakan dalam kandungan. Dan Tuhan memberi petunjuk tentang dua suku bangsa yang akan lahir dari anak-anak Ribka. Perselisihan kedua anak kembar ini kemudian tampak dalam perbedaan sifat dan penampakan fisik keduanya pada saat kelahirannya. Esau tumbuh sebagai seorang pemburu, sangat dekat dengan Ishak, sedangkan Yakub tumbuh sebagai seorang yang senang tinggal di kemah dan sangat dekat dengan Ribka. Perbedaan kedekatan karena orang tua yang bersikap pilih kasih ini menjadi awal tragedi kehancuran kesatuan keluarga. Terlepas dari apa yang menjadi rencana Tuhan yang tidak mereka ketahui dengan jelas saat itu, adalah tugas orang tua untuk membesarkan anak-anaknya dengan kasih, bukan berdasar apa yang mereka tampakkan kepada orang tua, tetapi berdasarkan penghayatan peran orang tua sebagai wakil Allah di dunia ini, apalagi dalam konteks keluarga Ishak, yang sudah sekian lama merindukan kehadiran anak. Sikap Ishak dan Ribka inilah yang membuat anak-anak mereka saling bersaing, tumbuh dengan benci dan dendam. Bagaimana dengan kita, orang tua zaman ini? Sebagai anak-anak Tuhan, ketidak-mengertian kita akan rencana-rencana spesifik Allah dalam hidup kita seharusnyalah membuat kita tetap merendahkan diri dan hidup dalam terang firman Tuhan, dan bukannya sembarangan menjalani peran apapun yang melekat pada kita saat ini. Jika, kita dipercaya Tuhan menjadi orang tua, jadilah orang tua yang memenuhi panggilan itu. Jangan abaikan panggilan itu atau kita mengerjakan panggilan itu dengan sembrono dan tidak bertanggung jawab. Jika tidak, kita akan berkontribusi negatif dalam kehidupan anak-anak kita. Marilah kita penuhi panggilan hidup kita sesuai firman-Nya dan hidup dalam anugerah-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Anda menilai Ishak dan Ribka sebagai orang tua? (2) Apa yang orang tua harus lakukan pada anak-anaknya agar tidak jatuh pada sikap pilih kasih? Berdoalah untuk keluarga-keluarga muda di zaman modern ini agar dapat tetap membangun kehidupan keluarga dengan kasih sehingga janji dan berkat-berkat Tuhan boleh tercurah dalam keluarga mereka.
18 SABTU
FEBRUARI 2017
“Sahut Esau: Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?... Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.” (Kejadian 25:32-33)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:29-34 Bacaan setahun: Imamat 25-26, Lukas 5
JANGAN REMEHKAN & SERAKAH BERKAT-NYA
A
da macam-macam sikap dan cara orang menantikan pertolongan atau berkat Tuhan dalam hidupnya. Dua di antaranya dapat kita temukan dalam diri Esau dan Yakub. Persoalan yang diangkat di sini adalah tentang hak kesulungan, yang merupakan hak milik anak sulung zaman Israel kuno, yang terdiri atas: hak kepemimpinan dalam ibadah dan keluarga, bagian ganda dalam harta warisan, juga hak memperoleh berkat perjanjian Allah kepada Abraham. Sangat istimewa bukan? Namun sayang, Esau memandang rendah hak itu dan menukarnya dengan semangkuk sup kacang merah yang tentunya bukan semata karena kelezatannya, tetapi karena rasa lelahnya sepulang dari padang (ay. 29) dan juga nafsu untuk segera memenuhi apa saja yang ia butuhkan saat itu. Bukankah kita juga sering terjebak menjadi Esau masa kini yang tidak lagi menghargai berkat-berkat Tuhan, bahkan Pribadi Tuhan sendiri, demi untuk memenuhi nafsu kedagingan kita yang terwujud dalam berbagai hal? Yakub pun dengan cara-caranya yang licik menemukan titik lemah saudaranya, hingga menipu ayahnya, hanya demi memenuhi ambisinya akan hak kesulungan. Tipikal Yakub ini juga kerap muncul dalam diri orangorang Kristen masa kini, yang menghalalkan segala macam cara demi memenuhi ambisi-ambisinya dan kemudian menyebutnya sebagai “berkat” Tuhan yang datang kepadanya (ay. 33). Manusia dalam segala keberdosaannya harus mewaspadai segala tipu muslihat yang muncul dari diri sendiri yang memanipulasi Tuhan dan berkat-berkat-Nya atas kita. Berkat Tuhan yang sesungguhnya datang di jalan Tuhan dan waktu Tuhan, bukan di jalan ketidak-benaran dan waktu kita. Bagaimana dengan pengalaman hidup Anda? Belajarlah menghargai segala berkat Tuhan, menunggu waktu Tuhan dan kerjakan yang terbaik sesuai perintah Tuhan dalam firman-Nya. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, melainkan belajar hidup setia dan menanggalkan kebiasaan manusia lama kita sesuai hidup baru yang Tuhan berikan bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Anda menilai pertikaian Esau dengan Yakub? (2) Apakah menghalalkan segala macam cara demi kenyamanan hidup, itu dibenarkan? Berdoalah agar umat Tuhan tidak mudah tergoda oleh nafsu dirinya sendiri tetapi boleh tetap setia melibatkan Tuhan dalam keputusan-keputusan dan pilihan hidupnya.
19
MINGGU
FEBRUARI 2017
“Jadi tinggallah Ishak di Gerar.” (Kejadian 26:6)
Bacaan hari ini: Kejadian 26:1-6 Bacaan setahun: Imamat 27, Lukas 6
TETAP TINGGAL TENANG
H
idup tidak terlepas dari masalah. Namun, dalam menghadapinya, kita tidak boleh menjadi orang yang angkuh (meremehkan), atau sebaliknya kehilangan harapan dan menjadi pesimis. Dalam kisah perjalanan hidup yang harus dijalaninya, Ishak pernah menghadapi kesulitan besar karena bala kelaparan; sama seperti ayahnya, yaitu Abraham, yang juga pernah menghadapi bahaya kelaparan (ay. 1, bdk. Kej. 12:10). Permasalahan itu membuat Ishak harus berimigrasi ke tempat lain yang lebih menjanjikan daripada tinggal dalam keadaan yang sulit tersebut. Maka pergilah Ishak ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin; dan tujuan selanjutnya adalah ia harus ke Mesir. Dalam usaha mencari jalan keluar tersebut, nampaknya Tuhan tidak mengizinkan Ishak melangkah lebih jauh, bahkan sampai ke tanah Mesir. Di Gerar, Tuhan berfirman kepadanya: “Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu” (ay. 2). Apa yang sesungguhnya Tuhan ingin kerjakan dalam kehidupan Ishak? Tuhan menghendaki agar Ishak mau mempercayai pimpinan dan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupannya. Dalam ayat 3-5, Tuhan menyatakan kasih setia-Nya terhadap janji yang pernah disampaikan-Nya kepada Abraham, bahwa Ia akan memberikan tanah perjanjian kepada keturunannya. Janji itu kembali dikumandangkan Tuhan kepada Ishak. Pertanyaannya, masih relevankah janji itu? Ishak sedang menghadapi bahaya kelaparan, dan solusi yang baik menurut Ishak adalah ia harus ke Mesir. Namun Tuhan melarangnya ke sana. Di sini kita belajar, ada kalanya apa yang kita pikirkan, tidak seperti yang Tuhan kehendaki. Solusi yang Tuhan ambil dan solusi kita ada kalanya berbeda. Namun kita dapat belajar dari sikap Ishak yang mau taat pada kehendak Tuhan daripada menuruti keputusannya sendiri. Ketika Tuhan meminta Ishak untuk tinggal tenang di Gerar, Ishakpun taat (ay. 6). Bagaimanakah dengan kita? Masihkah kita mempercayai kuasa dan pimpinan Tuhan atas hidup kita? Marilah kita belajar tenang dalam menantikan pertolongan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Ishak menghadapi kelaparan yang melanda tempat tinggalnya? (2) Pengalaman apa yang Ishak terima dari Tuhan dalam menghadapinya? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi situasi sulit, entah itu sakit penyakit, pekerjaan atau lainnya, agar mereka tetap teguh dalam iman dan mempercayai pemeliharaan Tuhan atas hidup meraka.
20
SENIN
“Lalu Abimelekh memberi perintah kepada seluruh bangsa itu: Siapa yang mengganggu orang ini atau isterinya, pastilah ia akan dihukum mati.” (Kejadian 26:11) FEBRUARI 2017 Bacaan hari ini: Kejadian 26:7-11 Bacaan setahun: Bilangan 1-2, Lukas 7
PEMELIHARAAN TUHAN ATAS ISHAK
K
ita tentu pernah mendengar pepatah, “lepas dari mulut singa, tetapi masuk ke dalam mulut buaya.” Pepatah ini ingin mengungkapkan bahwa ada kalanya dalam hidup ini, kita menghadapi situasi yang menegangkan. Baru saja lepas dari satu masalah, sudah disusul dengan permasalahan yang lain. Dalam kisah Ishak yang sedang kita baca ini, kita menemukan, Tuhan menghendaki agar Ishak tetap tinggal tenang dalam menghadapi bahaya kelaparan. Namun, ketika Ishak menaati perintah Tuhan tersebut, muncul masalah baru; ternyata di Gerar, ia menghadapi “ancaman pembunuhan” karena paras istrinya yang elok. Penduduk daerah Gerar nampaknya tidak tahan melihat wanita yang berparas elok, apalagi rajanya (Abimelekh), akan segera menjadikan istrinya, apabila ia adalah seorang gadis. Situasi ini membuat Ishak menjadi takut dan ia mencari solusi dengan cara mengakui, bahwa Ribka adalah saudaranya (ay. 7). Dengan berbuat demikian, ia mengharap dapat luput dari ancaman pembunuhan. Pada satu sisi, pernyataan Ishak tentang Ribka adalah benar, karena Ribka adalah sepupunya; namun kebenaran tentang identitas Ribka tersebut tidak utuh. Dalam hidup ini, kita seringkali berusaha untuk “tidak jujur” agar kita bisa terhindar dari kesulitan. Namun hal ini bukan berarti ketidak-jujuran itu tidak akan menimbulkan masalah. Kisah Ishak ini mengajarkan agar kita lebih mau belajar jujur, sebab Tuhanlah yang menjadi Pembela kita. Dalam konteks masalah yang dihadapi oleh Ishak ini, nampaknya Tuhan masih menyatakan kebenaran dan pemeliharaan umum-Nya, yaitu sekalipun Abimelekh senang dengan banyak wanita yang berparas elok, termasuk masyarakatnya; namun mereka tetap menghargai istri orang lain. Itulah sebabnya dalam pemeliharaan Tuhan, Ishak terhindar dari kesulitannya, karena Abimelekh mengetahui, bahwa Ribka adalah istri Ishak, dan bukan saudaranya (ay. 8-10). Melalui Abimelekh ini, Tuhan telah memeliharakan hidup Ishak (ay. 11). Bagaimana dengan hidup kita? Percayakah kita pada pemeliharaan Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ishak tidak berani berterus terang bahwa Ribka adalah istrinya? (2) Bagaimana wujud pemeliharaan Tuhan atas hidup Ishak pada saat itu? Berdoaah bagi jemaat Tuhan agar mereka setia hidup dalam ketulusan dan kejujuran agar mereka terhindar dari kesulitan yang lebih besar lagi. Doakan agar mereka mempercayai pemeliharaan Tuhan atas mereka.
21
SELASA
FEBRUARI 2017
“Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapatkan hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.” (Kejadian 26:12)
Bacaan hari ini: Kejadian 26:12-25 Bacaan setahun: Bilangan 3-4, Lukas 8
TANTANGAN DAN BERKAT TUHAN
K
ita tidak pernah dapat menduga berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita; kapan itu akan dinyatakan-Nya dan berapa besar yang Ia berikan kepada kita. Namun percayalah bahwa Dialah Sumber berkat bagi umat-Nya. Demikian pula dengan berkat yang Tuhan berikan kepada Ishak. Di tengah situasi sulit, satu-persatu Tuhan membukakan jalan keluar bagi Ishak. Selain lepas dari bahaya kelaparan dan ancaman pembunuhan, Tuhan juga memberinya berkat. Ketika ia bercocok tanam di daerah Gerar, Alkitab mencatat, bahwa “ia mendapatkan hasil seratus kali lipat;” dan keberhasilan itu dipertegas karena “ia diberkati oleh TUHAN” (Kejadian 26:12). Nampaknya segala usahanya, dibuat TUHAN menjadi berhasil; dan TUHANlah yang menjadi sumber berkat bagi Ishak. Dalam hidup kitapun, sesungguhnya kita harus menyadari, bahwa kita berhasil, itu bukan karena kemampuan kita, tetapi karena berkat TUHAN. Ialah yang memberi kita “keberhasil demi keberhasilan.” Maka, janganlah menjadi sombong tatkala kita berhasil, melainkan bersyukurlah kepada Tuhan dan hiduplah rendah hati di hadapan-Nya. Di tengah berkat yang Ishak terima, bukan berarti hidupnya lepas dari permasalahan. Karena keberhasilannya itu, Abimelekh memintanya untuk meninggalkan Gerar; bahkan ketika Ishak berpindah tempat di lembah Gerar, para gembalanya berebut air dengan gembala lokal. Tetapi Ishak tetap bersikap tenang dalam menghadapi semua itu, tidak menjadi arogan dan tinggi hati, sekalipun telah menjadi kaya. Ia membiarkan sumur yang digalinya diklaim para gembala setempat. Kemudian ia berpindah tempat dan menggali sumur di tempat yang lain. Di situ ia menemukan air; dan ia menamai tempat itu “Rehobot,” karena TUHAN telah memberikan kelonggaran dan berkat-Nya kepada mereka. Bagaimana dengan kita? Di tengah tantangan, janganlah berputus asa, sebab ada Tuhan yang menjadi sumber berkat bagi kita. Sebaliknya, lakukanlah yang terbaik, hiduplah rendah hati dan teruslah berjuang dalam iman. STUDI PRIBADI: (1) Tantangan apa saja yang dialami oleh Ishak, ketika ia telah menjadi kaya? (2) Bagaimana sikap Ishak ketika menghadapi tantangan itu? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka tetap rendah hati menerima segala berkat yang Tuhan telah berikan kepada mereka. Kiranya semua itu tidak membuat mereka menjadi sombong, tetapi hidup rendah hati.
22
RABU
FEBRUARI 2017
“Lalu pada malam itu TUHAN menampakan diri kepadanya serta berfirman: Akulah Allah ayahmu Abraham; jangan takut …” (Kejadian 26:24)
Bacaan hari ini: Kejadian 26:26-33 Bacaan setahun: Bilangan 5-6, Lukas 9
KHARISMA ORANG YANG DIBERKATI TUHAN
D
i tengah-tengah masa kelaparan, TUHAN memberkati Ishak di negeri Filistin sehingga dia menjadi sangat kaya, dan itu membuat Abimelekh—raja Filistin, merasa kuatir dan takut tersaingi sehingga dia meminta supaya Ishak pergi meninggalkan negerinya. Tetapi setelah Ishak pergi dari negeri Filistin, Abimelekh datang menyusul. Ini pasti suatu usaha yang cukup besar; dia harus bertanya kepada orang-orang, informasi tentang Ishak dan keluarganya, ke mana mereka telah pergi. Dia mencari dari satu tempat ke tempat lain, sampai akhirnya bertemu Ishak di Bersyeba. Kedatangan Abimelekh mungkin membuat Ishak was-was, ada apa gerangan di balik kedatangannya? Apakah Abimelekh tidak rela dia telah memperoleh kekayaan yang banyak di negeri Filistin, sehingga Abimelekh datang untuk menuntut pembagian dengan alasan “pajak”? Atau dia datang untuk alasan lain yang lebih buruk? Tapi, bukan itu alasannya Abimelekh datang. Abimelekh datang justru karena dia takut kalau-kalau Ishak akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap dirinya. Dia tahu bahwa Ishak adalah orang yang disertai TUHAN! Dan karena itu dia menjadi takut, kalaukalau dia yang telah melakukan sesuatu yang salah dan mencelakakan dirinya sendiri, bahkan negerinya. Dia datang bukan untuk melakukan hal yang buruk kepada Ishak, tapi justru untuk mengadakan perjanjian damai. Reputasi TUHAN sebagai Allah orang Israel telah lama dikenal mulai dari Mesir sampai bangsa-bangsa di tanah Kanaan. Abimelekh telah menyaksikan sendiri bagaimana Allah memberkati Ishak dengan istri yang cantik, dan melindungi mereka di negeri asing, memberkati apa yang Ishak tabur, meskipun di tengah-tengah musim kekeringan (ay. 12). Apabila TUHAN ada di pihak Ishak, menyertai dia, maka tidak ada pihak manapun yang sanggup mengalahkannya. Dari kehidupan seorang yang disertai TUHAN, terpancar kharisma dan wibawa yang menimbulkan rasa kagum, hormat sekaligus rasa takut. Bagaimana dengan kita? Mari kita sertakan TUHAN dalam seluruh aspek hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana wujud penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang, seperi Ishak? (2) Pelajaran penting apa yang kita dapat terapkan dalam hidup pribadi? Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam penyertaan Tuhan, bukan karena keangkuhan ataupun mengandalkan kekuatan sendiri. Doakan agar mereka berpaut selalu pada Tuhan.
23
KAMIS
FEBRUARI 2017
“Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.” (Kejadian 26:35)
Bacaan hari ini: Kejadian 26:34-35 Bacaan setahun: Bilangan 7-8, Lukas 10
ESAU—LAKI-LAKI YANG HIDUP SEMBARANGAN
D
i tengah-tengah kisah kehidupan Ishak yang cemerlang, tiba-tiba muncul catatan tentang Esau yang mengambil perempuan bangsa Het menjadi istri-istrinya, dan ini menimbulkan kekecewaan yang sangat besar bagi kedua orang tuanya, sampai tahap kepedihan. Betapa tidak! Abraham, kakeknya, begitu serius dalam pernikahan Ishak, ayahnya, sampai-sampai Abraham mengutus dengan sangat serius, salah seorang hamba pribadinya untuk pergi kepada keluarga saudaranya, mencarikan seorang istri bagi Ishak. Esau pasti tahu cerita romantik antara ayahnya dengan Ribka, ibunya. Tapi dia tidak belajar dari orang tuanya, dia malah meremehkannya. Tapi begitulah Esau. Beberapa tahun yang lalu, dia menjual hak kesulungannya kepada Yakub demi semangkok kuah kacang merah, dia memandang ringan hak kesulungannya (ps. 25:34). Dia mengabaikan peraturan dan tata krama yang berlaku, menganggep enteng hal-hal yang serius. Itu nampak sejak dia menjual hak kesulungannya yang bisa sangat menentukan perjalanan hidupnya sampai hari tua. Yakub memang licik, tapi Esau adalah orang yang hidup sembarangan, meremehkan hal-hal yang penting, yang serius. Dia adalah keturunan Abraham yang ke-3, seharusnya dia tahu kisah hidup kakek dan ayahnya. Kakeknya, Abraham, adalah orang yang dipilih khusus oleh TUHAN untuk mengikat perjanjian dengannya, bahwa Abraham dan keturunannya menjalani suatu peran yang sangat penting dalam sejarah. Oleh keturunannya, semua bangsa di muka bumi ini akan diberkati! (Kej.12:2-3; 26:4-5). Allah sedang berkarya melalui keluarga mereka, lewat keturunan Abraham. Tapi Esau meremehkan semua itu. Mungkin saja, dia menyampaikan keinginannya kepada orang tuanya, dan Ishak mengingatkan Esau pentingnya menjaga garis keturunan sesuai perjanjian dengan TUHAN. Tetapi Esau tidak menghiraukannya. Dia hidup sembarangan, mengabaikan perjanjian dengan Allah. Bagaimana dengan Anda? Apakah pemuda-pemudi Kristen hari ini masih menganggap penting pernikahan dengan orang yang seiman? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan Esau dalam pemandangan orang tuanya yang menjaga perjanjian dengan Tuhan tentang keturuan Abraham? (2) Apa yang Anda pelajari? Berdoalah bagi setiap orang muda agar mereka tidak memilih pasangan dengan sembarangan, apalagi tidak takut akan Tuhan dan mengenal-Nya dengan benar. Doakan agar mereka hidup dalam iman.
24
JUMAT
FEBRUARI 2017
“... Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya...” (Kejadian 27:34)
Bacaan hari ini: Kejadian 27:1-40 Bacaan setahun: Bilangan 9-10, Lukas 11
YAKUB DIBERKATI, ESAU MENYESAL
P
ada hari tuanya, Ishak berencana untuk memberi berkatnya kepada Esau. Betapapun, Esau adalah anak sulung. Tetapi istrinya Ribka mengetahui itu dan menyusun suatu rencana lain. Kita tidak tahu persis mengapa Ribka melakukan itu; menyiasati Ishak. Tetapi bukan tidak mungkin, sang ibu lebih mengenal kedua anaknya itu. Sejak Esau menolak nasehat dan bersikukuh mengawini perempuan Het, Ribka melihat dengan jelas kualitas dari anak sulungnya Esau. Bukan tidak mungkin bahwa Ribka menyadari sesuatu yang lebih dalam berkaitan dengan berkat yang akan disampaikan Ishak. Dia menyakini di dalam hati; Yakublah yang layak mendapatkan berkat itu. Maka Ribka menjalankan sebuah strategi yang tepat supaya Yakublah yang menerima berkat dari Ishak. Pada awalnya, ada keraguan pada diri Yakub untuk membohongi ayahnya, tapi kemudian dia mengikuti semua saran ibunya Ribka. Mungkin dia teringat bahwa Esau sudah menjual hak kesulungannya beberapa tahun lalu, jadi secara prinsip dialah yang berhak diberkati ayahnya. Suatu stigma telah dilekatkan atas dirinya, bahwa dia adalah seorang penipu karena dia pernah mengakali kakaknya, dan kini dia mencoba mengakali ayahnya, dan dia berhasil. Tetapi Yakub juga bisa dilihat sebagai seorang pria tipikal yang cerdik melihat peluang dan berani bertindak memanfaatkan kesempatan. Dan acap kali dia berhasil. Yakub telah mendapatkan doa berkat, dan kini datanglah Esau dengan penuh harapan. Dia melakukan apa yang ayahnya minta kepadanya, dia membawa hasil buruannya, mengolahnya menjadi makanan kesukaan ayahnya dan membawanya kepada Ishak. Tapi Esau harus menghadapi satu kenyataan menyakitkan, adiknya telah merebut berkat itu. Dia sangat marah dan sakit hati, tetapi bagaimanapun, dia sudah menjual hak kesulungan kepada adiknya. Kesalahan Esau, sah adanya (Ibr.12:16-17). Hak kesulungan adalah hak istimewa seorang anak laki-laki sulung dalam budaya Ibrani. Hak kesulungan akan mendatangkan doa berkat atas hidupnya, bukan hanya secara materi, tapi kebahagiaan hidup. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Ribka memperjuangkan agar berkat kesulungan itu jatuh ke Yakub? Mengapa ia melakukannya? (2) Pesan apa yang Anda dapatkan dari sini? Berdoalah bagi kehidupan keluarga Kristen agar mereka tetap memilihara iman dan hidup dalam jalan Tuhan, bukan mengikuti jalan orang fasik, agar mereka mendapatkan sukacita dan damai sejahtera dari Tuhan.
25
SABTU
FEBRUARI 2017
“Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya,…” (Kejadian 27:41)
Bacaan hari ini: Kejadian 27:41-46 Bacaan setahun: Bilangan 11-12, Lukas 12
AKIBAT DOSA YANG BERKEPANJANGAN
D
endam yang dimiliki oleh Esau kepada Yakub tentu ada historinya. Berawal dari Esau yang menjual hak kesulungannya, hanya karena perut lapar, sampai kepada peristiwa Yakub menipu Ishak, untuk mengambil berkat yang sebenarnya diperuntukkan bagi Esau. Dendam kesumat ini berkembang menjadi rencana untuk melakukan dosa pembunuhan, Esau berniat membunuh Yakub. Esau tidak peduli lagi kalau Yakub itu adalah adik kandungnya, saudara satu bapak dan satu ibu dengannya. Dalam pikiran dan perasaan Esau, hanya membalas dendam, dengan cara menghabisi Yakub. Sebenarnya dendam dalam diri Esau bisa diselesaikan dengan cara menyenangkan Tuhan. Jika Esau menyadari dirinya sudah meremehkan hak kesulungannya, sehingga dia mau menjual hak kesulungan itu hanya demi semangkuk sup dari Yakub, maka Esau tidak akan sampai menaruh dendam, apalagi merencanakan pembunuhan terhadap Yakub. Dengan jalan demikian, sebenarnya Esau bisa menyelesaikan kebenciannya terhadap Yakub. Tetapi Esau memilih untuk mengembangkan dosa kebencian dalam dirinya, yang berakhir pada rencana membunuh Yakub. Tidak ada seorangpun dari kita yang kebal terhadap sakit hati. Dengan mudah orang lain bisa menyakiti diri kita. Sakit hati yang terlihat ringan, bisa berkembang menjadi kebencian. Kebencian bisa bertumbuh menjadi dendam. Dendam bisa bertumbuh menjadi dosa lain, yang bisa menyakiti sesama kita. Kristus sudah mati untuk menghapus dosa kita. Kematian Kristus menyatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa kita. Allah adalah Pribadi yang paling layak menghukum kita karena dosa kita, tapi Allah mau mengampuni kita. Siapalah kita, jika kita tidak mau mengampuni sesama yang menyakiti hati kita, padahal Allah sudah mengampuni kita. Mintalah anugerah dari Tuhan, untuk boleh menyelesaikan setiap kebencian dan dendam dalam hati kita. Kiranya kasih Kristus yang sudah mengampuni dosa kita, menguasai hati kita, sehingga kita bisa mengasihi sesama kita, yang bersalah pada kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Esau menjadi dendam kepada Yakub? Mengapa hal itu bisa terjadi? (2) Apakah sikap Esau ini dibenarkan? Berikan alasannya! Berdoa bagi jemaat agar bisa menyelesaikan setiap sakit hati dengan cara yang menyenangkan Tuhan, dan cara yang menumbuhkan iman serta kasihnya kepada Tuhan dan sesama.
26
MINGGU
FEBRUARI 2017
“Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi istrinya, di samping kedua istrinya yang telah ada… ” (Kejadian 28:9)
Bacaan hari ini: Kejadian 28:1-8 Bacaan setahun: Bilangan 13-14, Lukas 13
MEMILIH PASANGAN HIDUP VERSI ALKITAB
K
ejadian 27:46 sampai 28:1 mengisahkan bahwa Ishak dan Ribka tidak menyukai perempuan-perempuan Het, yang menjadi istri-istri Esau. Karena itu, Ishak dan Ribka menyuruh Yakub pergi. Selain untuk menghindari pembunuhan yang sudah direncanakan Esau, adalah agar Yakub tidak mengambil perempuan-perempuan Kanaan sebagai istrinya, tetapi mengambil seorang dari anak-anak Laban, yang masih sanak saudara mereka, untuk menjadi istrinya. Ketika Esau melihat dan mengetahui bahwa Ishak dan Ribka tidak menyukai kedua istrinya, karena mereka berasal dari Kanaan, maka Esau mengambil langkah selanjutnya untuk mengambil hati Ishak dan Ribka. Dia mengambil istri yang ketiga, yaitu Mahalat, anak Ismael. Tidak diceritakan selanjutnya, apakah Ishak dan Ribka menyukai Mahalat, istri ketiga Esau ini. Tetapi satu hal yang kita tahu, Esau bukanlah seorang yang melibatkan Tuhan dalam pemilihan istri dalam hidupnya. Esau tidak terlebih dahulu mencari tahu apa kehendak Tuhan, apa kriteria seorang istri baginya. Esau hanya melakukan apa yang menjadi kehendaknya, dan yang menyenangkan hatinya. Pada kali ketiga, ketika mengambil istri pun, Esau pun mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kehendaknya, mengambil istri ketiga dari Ismael, bukan dari kaum Kanaan lagi. Esau adalah cerminan seorang manusia yang tidak melibatkan Tuhan dalam memilih pasangan hidupnya. Tuhan ingin dalam memilih pasangan hidup, kita melibatkan-Nya. Hal ini bisa kita ajarkan kepada anak-anak kita, yang sedang bergumul mencari pasangan hidup. Jangan sampai anak-anak kita mencari pasangan hidup, hanya menurut impian, idealisme dan kehendaknya sendiri, tetapi yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Bagi pemuda/i yang sedang bergumul mencari pasangan, libatkanlah Tuhan. Mintalah hati yang peka untuk melihat apakah pasanganmu adalah memang dari Tuhan untuk Saudara, apakah pasanganmu sungguh bisa menjadi pasangan dalam memenuhi rencana Tuhan dalam hidup Saudara. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kesalahan Esau dalam hal mencari pasangan bagi dirinya? (2) Bagaimana seharusnya kita memilih pasangan hidup? Berdoalah bagi jemaat agar senantiasa melibatkan Tuhan dalam pemilihan pasangan hidup baik untuk anak-anaknya, maupun bagi dirinya sendiri (bagi yang belum menikah).
27
SENIN
FEBRUARI 2017
“… Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” (Kejadian 28:16)
Bacaan hari ini: Kejadian 28:9-22 Bacaan setahun: Bilangan 15-16, Lukas 14
MENYADARI KEHADIRAN TUHAN
D
alam momen dan tempat yang tidak terduga oleh Yakub, Tuhan mendatangi dan menyatakan diri kepada Yakub. Tuhan mengulangi kovenan-Nya kepada Abraham (Kej. 12:2-3), sekarang diteruskan kepada Yakub (ay. 13-15), sebagai orang pilihan Tuhan. Tuhan berjanji akan memberkati Yakub dan akan selalu menyertainya. Saat itu, Yakub menyadari, sesungguhnya TUHAN ada bersamanya. Awalnya, Yakub tidak sadar bahwa TUHAN telah menyertainya, sekalipun banyak kesalahan telah dilakukannya. Momen perjumpaan Yakub dengan TUHAN, menjadi momen penting dalam hidup Yakub. Yakub barulah mengenal TUHAN secara pribadi, Yakub barulah mengalami TUHAN secara pribadi. Yakub barulah menyadari kehadiran TUHAN di tengahtengah ketidak-pastian hidupnya ke depan. Semua itu dialami Yakub, pada saat dia keluar dari zona nyaman dalam hidupnya. Allah selalu hadir, mendiami hati kita, sejak Roh Kudus ada di dalam diri kita. Allah selalu menyertai dan tinggal bersama dengan diri kita (Mat. 28:20). Salah satu contoh kehadiran Tuhan dalam hidup kita adalah pada saat kita membaca Alkitab dan merenungkannya. Tuhan masih berkenan menyatakan diri-Nya kepada kita melalui firman-Nya, Tuhan menyatakan kehadiran-Nya dalam hidup Saudara juga. Kehadiran TUHAN ini penting untuk kita sadari dan alami dalam hidup keseharian. Dengan menyadari kehadiran TUHAN, kita akan diteguhkan untuk menghadapi hidup yang tidak pasti ini. Dengan mengalami kehadiran TUHAN, kita akan dikuatkan untuk hidup kudus di hadapan TUHAN, karena kita tahu bahwa Allah yang kudus selalu hadir dalam hidup kita. Kitapun ingin menjadikan hidup kita, kudus di hadapan-Nya. Tapi masalahnya, kita sering mengabaikan kehadiran-Nya; sehingga ada kalanya, Tuhan harus membawa kita keluar dari zona nyaman kita, barulah kita menyadari TUHAN hadir dalam hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan, mohonkanlah kepekaan dari TUHAN untuk menyadari dan mengalami kehadiran TUHAN dalam setiap aspek hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menjadi zona nyaman kita? (2) Apakah kita masih menyadari kehadiran TUHAN di tengah zona nyaman kita? Jika ya, dalam bentuk apa? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka memiliki hati yang peka, untuk menyadari kehadiran TUHAN dalam setiap bidang kehidupannya; sehingga mereka hidup dalam kebenaran-Nya.
28
SELASA
FEBRUARI 2017
“Lalu Yakub menceritakan kepada Rahel, bahwa ia sanak saudara ayah Rahel, dan anak Ribka. Maka berlarilah Rahel menceritakannya kepada ayahnya.” (Kejadian 29:12)
Bacaan hari ini: Kejadian 29:1-30 Bacaan setahun: Bilangan 17-18, Lukas 15
PERTEMUAN YAKUB DENGAN LABAN
K
ejadian 29:1-30 adalah kisah tentang Yakub yang melarikan diri ke daerah Mesopotamia di rumah Laban, saudara ibunya. Kisah ini menggambarkan perjalanan hidup Yakub, apa yang dilakukan di rumah Laban dan apa yang dialaminya di sana. Yakub dikenal karena sikap dan perilaku yang menipu saudaranya. Dengan cara memanfaatkan kelemahan Ishak, ayahnya yang rabun dan mengambil berkat yang seharusnya ditujukan kepada Esau. Berkat itu akhirnya diberikan Ishak kepada Yakub yang disangkanya Esau. Perilaku dan sikap yang demikian akhirnya membuat Yakub lari dari saudaranya, menuju ke rumah Laban, saudara ibunya. Di daerah Mesopotamia, Yakub tinggal dan bekerja di rumah Laban. Awalnya dia tinggal dan bekerja tidak digaji (bdk. ay. 15). Akhirnya, Laban yang sungkan, berbicara mengenai hal ini kepada Yakub. Lalu Yakubpun mengusulkan upahnya adalah mendapatkan Rahel, anak perempuan Laban yang kedua. Labanpun menyetujuinya dan Yakub bekerja selama 7 tahun. Setelah 7 tahun bekerja, bukan Rahel yang diberikan Laban kepada Yakub, melainkan Lea. Dan Yakub pun harus bekerja lagi selama 7 tahun kepada Laban untuk mendapatkan Rahel. Di sini kita dapat melihat, meski hal itu tidak secara langsung dituliskan bahwa sikap dan perbuatan Yakub yang menipu kakaknya Esau, juga dialami Yakub di rumah Laban. Laban dengan siasat dan strateginya berhasil menipu Yakub secara halus. Kisah ini mengajarkan bahwa hukum tabur tuai tetap berlaku di dalam kehidupan kita. Apa yang dilakukan seseorang, suatu saat orang itu akan menuai hasil perbuatannya. Firman Tuhan menegaskannya dalam Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Karena itu, marilah kita menjaga kehidupan dan segala perbuatan kita. Kekristenan bukan hanya berbicara soal pengetahuan iman, tetapi juga setiap perbuatan yang kita lakukan. Marilah kita hidup benar sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam Firman-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana pengalaman hidup Yakub setelah meninggalkan rumahnya dan bekerja di rumah Laban, pamannya? (2) Apa arti “yang kita tabur, kita tuai”? Berdoalah bagi kehidupan anak-anak muda masa kini agar mereka mengerjakan yang baik dan benar sehingga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat.
“Tetapi jawabnya kepada mereka: Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil ...” (Kejadian 24:56)