Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil
Nama Nim Kelas
: Angga Adi Utama : 10.11.3957 : S1 TI “F”
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari. Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal yang cukup luas di Asia Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun saat ini tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub tropis. Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal. Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga. Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat lain yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya hampir terlupakan oleh kita, yaitu pemanfaatan kulit jeruk. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama ini kulit jeruk kurang dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena penulis melihat beberapa tahun terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi
terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang ternyata mengandung minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan potensi kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita ketahui semakin lama semakin menipis serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan saat ini. Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak atsiri yang ada di dalam kulit jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai dengan pemanfaatannya langsung sebagai bahan bakar.
1.2 Rumusan Masalah Saat ini kondisi lingkungan kita semakin buruk akibat pengguaan bahan bakar fosil serta jumlahnya sudah mulai menipis. Bagitu banyak dampak yang ditimbulkan akibat pengguaan bahan bakar ini, salah satunya yang menjadi masalah global dan perlu penanganan segera yaitu mengenai isu global warming. Dampak ini tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi dasar penulisan karya tulis ini, yaitu Apakan kulit jeruk berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil ?
1.3 Batasan Masalah Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1.4
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung dalam kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin diperoleh antara lain : 1 Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. 2 Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan solusi, pemecahan dan jalan keluar yang baik akan masalah global saat ini, terutama terhadap masalah lingkungan. 3 Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghadapi masalah krisis bahan bakar yang perlu dikaji lebih lanjut.
BAB II METODE PENULISAN Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode dekskriktif kualitatif biasanya menggunakan literature review di mana data di ambil dari data tertulis dan seperti dokumen, laporan journal dan sumber data lain. Sumber data ini biasanya dari data primer dan data sekunder.
2.1
Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang sudah ada sebelumnya baik melalui buku, jurnal dan internet.
Percobaan sederhana Pengumpulan data dengan melakukan percobaan sederhana yaitu dengan menyemprotkan kulit jeruk dengan melipatnya terhadap nyala api.
2.2
Sumber Data
Sumber data primer di dapat dengan melakukan percobaan sederhana. Sumber data sekunder didapatkan dengan pengumpulan buku, jurnal dan internet.
2.3
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianalisis dengan cara menyajikan dan menerangkan data dalam bentuk kalimat yang sestematis sehingga diperoleh suatu kesimpulan
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Struktur dan kandungan kulit jeruk Kulit jeruk adalah bagian penting dari keseluruhan buah jeruk. Kulit jeruk melindungi bagian yang ada di dalamnya untuk tetap mengalami proses biologi. Secara umum kulit jeruk terdiri atas bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar cenderung berwarna tergantung dari jenis jeruknya. Untuk suatu proses biologi, dalam perkembangannya kulit jeruk, terutama warnanya bagian bawah atau sisi bagian dalam dari kulit jeruk umumnya berwarna putih dan terasa lembut bila disentuh. Kulit jeruk memiliki bintik yang cukup besar sehingga terlihat seperti pori-pori. Namun pada dasarnya kulit jeruk itu terbentuk dari kantong-kantong kecil yang rapat. Kantong inilah yang berisi cairan berupa minyak atsiri yang bila kulit jeruk dilipat, kantong-kantongnya pecah dan minyak akan menguap menjadi gas. Komposisi-komposisi dari gas pada kulit jeruk itu sendiri kompleks dan keseluruhannya membentuk gas yang mudah lepas pada udara bebas. Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari
3.2 Potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas yang terdapat dari kulit jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar, penulis mencoba menyemprotkan minyak atsiri tersebut pada nyala api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api membesar dan menimbulkan percikan-percikan api kecil. Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk ini berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya cukup luar biasa, tanpa tambahan zat lain ataupun proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri ini sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Sebelumnya telah ada pihak yang mencoba mengkaji tentang apa yang terkandung dalam kulit jeruk ini ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti
terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari. Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬-sinnsial (0,02%), dan ¬- sinensial (0,01%). (Kresno Aji) Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Atas kondisi itu, penulis berpendapat bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk digolongkan lebih dekat sebagai gas. Dari fakta ini sangat memungkinkan minyak atsiri pada kulit jeruk ini sebagai pengganti bahan bakar fosil, namun sejauh ini penulis belum bias mengkaji lebih jauh untuk memanfaatkan minyak atsiri ini sebagai pengganti bahan bakar fosil. Kemungkinannya sangat dekat sekali minyak atsiri pada kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil karena daya bakarnya sangat luar biasa.
3.3 Minyak atsiri dari kulit jeruk sebagai minyak yang mudah menguap dan terbakar Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Di dalam kulit jeruk terdapat zat-zat seperti limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬sinnsial (0,02%), dan ¬sinensial (0,01%). Menurut penulis, minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk terdapat senyawa-senyawa sejenis senyawa yang menyebabakan titik didih minyak atsiri tersebut rendah, namun sejauh ini penulis hanya dapat memprediksikan berdasarkan cirri-ciri kimia yang ada pada minyak atsiri. C, C adalah combustion atau pembakaran) yang kurang dari 1000 Kj/mol seperti yang ada pada gas alam. (T.Sasongko,dkk)HH) atau kalor pembakaran standar (Kami juga berpendapat bahwa minyak atsiri ini memiliki perubahan entalpi )
BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk memiliki potensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
4.2 Saran Untuk penelitian lanjutan hendaknya dapat mengkaji lebih jauh bagaimana minyak atsiri dalam kulit jeruk ini dapat menggantikan posisi bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA http://www.ristek.go.id http://localhost/agromedia http://localhost/agromedia/?pilih=news&aksi=lihat&id=12 http://www.citrus-indonesia.com, www.kalbar.go.id http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_Pontianak http://www.chem-is-try.org Sains http://www.chem.cornell.edu/gc39 Sasongko, T, dkk. 2003. Kimia SMA. Pabelan Cerdas Nusantara : Jakarta.