KARYA DESAIN MASJID ASH-SHIDDIIQI YOGYAKARTA Harry Kurniawan, ST, M.Sc
Yogyakarta 2015
1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI PENGANTAR DATA PROYEK ISU PERMASALAHAN PERSPEKTIF TEORITIK KONSEP DESAIN DESAIN/APLIKASI PENUTUP
………………………………………………………………………………………………..i ………………………………………………………………………………………………..ii ………………………………………………………………………………………………..1 ………………………………………………………………………………………………..1 ………………………………………………………………………………………………..1 ………………………………………………………………………………………………..3 ………………………………………………………………………………………………..4 ………………………………………………………………………………………………..5 ………………………………………………………………………………………………..7
Referensi Lampiran
………………………………………………………………………………………………..8 ………………………………………………………………………………………………..9
1
1.
PENGANTAR
Masjid Ash-Shiddiqqi didesain berdasarkan permintaan. Proyek ini adalah renovasi total atau bisa juga disebut pembangunan gedung baru, di mana gedung eksisting diratakan dengan tanah dan kemudian gedung berdasarkan desain baru dibangun di lokasi tersebut. Proses perancangan berjalan cukup mudah dan cepat. Beberapa pertanyaan dan permintaan yang diajukan takmir masjid masih dapat diakomodasi dalam desain. Setelah proses desain selesai di tahun 2012, tahapan persiapan pelaksanaan proyek pun dilakukan seperti pengumpulan dana, proses perizinan, dan kordinasi persiapan pembangunan. Setelah proses perizinan dan kordinasi selesai serta dana yang terkumpulkan cukup untuk paling tidak pekerjaan struktur, pada akhir tahun 2013 proses land clearing (pembersihan lahan) dimulai dan pertengahan Januari 2014 proses konstruksi mulai dijalankan. Tepat minggu kedua bulan Ramadhan, masjid ini sudah mulai dipergunakan untuk sholat subuh, maghrib, isya dan tarawih, serta shalat Jum’at meski pekerjaan pemasangan atap akhirnya baru dapat diselesaikan tiga hari menjelang hari raya. Hingga saat ini, proses pembangunan belum sepenuhnya selesai dan masih berjalan sedikit demi sedikit. Satu hal yang sangat menarik dalam proses perancangan hingga pembangunan masjid ini adalah posisi arsitek yang sangat dihargai sebagai pemilik desain. Keinginan-keinginan klien maupun keputusan-keputusan yang akan diambil didiskusikan terlebih dahulu dengan arsitek. 2.
DATA PROYEK
Nama Proyek
: Masjid Ash-Shiddiiqi
Lokasi
: Demangan Kidul, Yogyakarta
Tahun Desain
: 2012
Tahun Konstruksi
: Januari – Agustus 2014 (Tahap 1: Struktur & Arsitektur) Agustus 2014 – sekarang (Tahap 2: Finishing Arsitektur)
Arsitek dan Pengawas Arsitektur
3.
: Harry Kurniawan
ISU PERMASALAHAN
Pengurus Masjid Ash-Shiddiqqi memiliki permintaan yang ‘sederhana’ pada penugasan desain ini, yaitu membesar daya tampung masjid sehingga dapat mewadahi lebih banyak jamaah terutama saat shalat jum’at, serta memberi ruang yang lebih baik pada beberapa fungsi yang telah ada. Kondisi eksisting saat ini, masjid berupa bangunan satu lantai terdiri dari 1 ruang utama shalat, ruang perpustakaan kecil, 2 kamar tidur takmir, 1 kamar mandi/wc, 1 ruang wudhu pria dan 1 ruang wudhu wanita.
1
Selain permintaan tersebut, informasi yang didapat dari lahan dan tapak antara lain: -
Site yang terbatas dan berada di pojok pertigaan Bertetangga dengan fungsi-fungsi rumah atau rumah toko yang memiliki ketinggian bangunan satu hingga dua lantai saja Letak sumur di dalam masjid Lingkungan tanpa selokan, sehingga air mengalir sangat deras di jalan depan masjid Jalan di depan masjid yang sempit dan padat Jamaah yang bukan saja berasal dari warga kampung tetapi juga pegawai kantor dan toko yang ada di sekeliling area tersebut
Gambar 1. Siteplan eksisting
Gambar 2. Masjid eksisting
2
Gambar 3. Suasana teras dan interior Masjid eksisting
4.
PERSPEKTIF TEORITIK
Arsitektur tropis adalah arsitektur yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan iklim tropis. Iklim tropis mempunyai karakter iklim yang mendapatkan panas, memiliki intensitas hujan tinggi, kelembaban tinggi, dan angin siklon.
Gambar 4. Karakter iklim tropis menurut Troppo Architect (Sumber: Goad, 2005) Troppo Architect, salah satu konsultan arsitek besar yang berbasis di Australia, mengajukan empat prinsip dasar arsitektur tropis (Goad, 2005), yaitu: 1. Mempromosikan cooling breezes (aliran udara pendingin) Prinsip ini, menurut Troppo Architect, bisa mengurangi suhu udara otomatis tercapai. Ini dimungkinkan karena pertukaran udara yang terjadi dan meningkatkan rerata panas yang
3
lepas dari tubuh karena pergerakan udara di sekitar kulit. Efek cooling breezes bisa dimaksimalkan dengan melihat rumah dengan empat cara: a. Meletakkannya terhadap arah pergerakan angin b. Interaksi yang tepat dengan area luar bangunan c. Memperlakukan dengan benar penghalang yang potensial berada di jalur pergerakan angin memasuki rumah d. Mempergunakan instrumen tambahan yang mendorong adanya pergerakan udara
Gambar 5. Ilustrasi penerapan prinsip cooling breezes (Sumber: Goad, 2005) 2. Ventilasi dengan cara konveksi 3. Mengurangi radiasi panas 4. Melindungi dinding dan bukaan
5.
KONSEP
Konsep yang dipakai dalam desain Masjid ini adalah tropis kontemporer. Konsep ini memadukan prinsip-prinsip arsitektur tropis dengan bahasa kontemporer dalam desain masjid. Penggunaan konsep ini memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada seperti luasan lahan yang sangat terbatas dan luas fungsional bangunan yang besar, bangunan sekitar dengan tinggi 1-2 lantai; serta kebutuhan udara dan cahaya (tanpa konsumsi energi yang besar) dengan lebih banyak alternatif. Konsep tropis kontemporer ini juga dipandang sesuai dengan kultur sosial masyarakat sekitar yang sangat heterogen dan berkarakter urban.
4
Gambar 6. Sketsa Ide Desain Masjid Ash-Shiiddiiqi 6.
DESAIN/APLIKASI KONSEP
Program ruang Masjid ini didesain sefungsional mungkin. Semua ruang Masjid dibagi ke dalam tiga zona, dengan orientasi barat timur, yaitu zona ruang shalat (sisi utara), zona sirkulasi vertical (sisi tengah), dan zona kegiatan pendukung (zona selatan). Pembagian zona ini dilakukan untuk memperjelas dan mempertegas jenis dan karakter kegiatan di masing-masing zona serta memudahkan sirkulasi horizontal maupun vertical di dalam bangunan. Kebutuhan ruang yang cukup besar ini ditampung di tiga lantai bangunan, hanya saja agar massa bangunan tidak terlalu tinggi maka ketinggian antar lantai didesain hanya setinggi 2,6 meter. Ruang antar lantai yang ‘cukup’ ini juga memiliki beberapa keuntungan lain, seperti kesan horizontal yang merangsang jamaah memfokuskan perhatiannya ke arah depan/imam/khatib, membuat skala ruang yang lebih manusiawi, memberi kesan komunal (intim) yang lebih kuat, serta mengurangi beban kerja lampu di malam hari.
5
Gambar 7. Ruang sirkulasi vertikal (kiri); ruang shalat utama (kanan)
Hal utama yang dirujuk dalam desain ini adalah bagaimana menjadikan masjid ini dapat terkesan terbuka, namun memberikan suasana ibadah yang sejuk tanpa harus menggunakan air conditioner (AC) atau kipas angin yang banyak. Strategi yang dipilih untuk itu adalah dengan memundurkan ruang utama shalat dari tepi bangunan, sehingga terdapat area buffer zone yang menjadi filter bagi panas maupun suara untuk langsung masuk ke dalam masjid. Area buffer zone berada di sisi timur dan utara yang menjadi muka utama bangunan dan difungsikan sebagai teras dan perluasan area shalat (jika diperlukan) serta menjadi teritisan bagi air hujan, sementara sisi barat yang menjadi arah kiblat shalat (dan langsung berdampingan dengan lahan tetangga) ditutup massif. Sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun dimanfaatkan sebagai penerangan utama masjid di siang hari. Pada zona sirkulasi vertical, cahaya matahari dimasukkan semaksimal mungkin melalui atap transparan sepanjang ruang sirkulasi ini. Cahaya yang melimpah dari zona ini akan mensuplai cahaya untuk ruang shalat dan servis yang ada di kanan dan kiri nya. Sementara ruang utama shalat diterangi dengan cahaya tidak langsung yang masuk melalui pantulan cahaya di teras serta atap transparan selebar 60cm di sepanjang sisi atas dinding barat masjid. Ventilasi udara yang menjadi karakter penting arsitektur tropis—dan terwujud sebagai salah satu karakter utama masjid di Indonesia dalam bentuk bangunan bervoid/jendela besar—diwujudkan melalui jendela-jendela besar tanpa penutup di sisi-sisi masjid. Ini memungkinkan angin mengalir dengan lancar dan dalam jumlah besar masuk dan keluar ruang masjid. Desain masjid yang berupa atrium dengan tinggi 3 lantai juga memudahkan udara bersirkulasi sempurna di dalam masjid.
6
Gambar 8. Desain pintu dan jendela utama masjid Imej masjid disampaikan melalui beberapa elemen masjid pada umumnya,yaitu kubah dan roster motif geometric islam. Kubah bukan menjadi objek dominan pada masjid ini, namun peletakkannya ditujukan agar orang dari berbagai arah dapat langsung melihat dan mengasosiasikannya dengan masjid. Sedangkan roster menjadi fitur utama masjid karena ia menjadi fasad timur dan utara dari 2 lantai masjid. Fasad roster ini memungkinkan udara dan cahaya masuk. Seperti halnya fasad, dinding dalam sisi barat juga dihiasi dengan motif geometrik islam.
Gambar 9. Dinding Roster (bahan GRC) pada fasad masjid sebagai ventilasi dan tempat cahaya masuk (dok. Prijono, 2015)
Gambar 9. Desain dinding mihrab Masjid setinggi 9 meter (bahan GRC) 7
PENUTUP Klien yang percaya akan kemampuan arsitek menjawab kebutuhan dan keinginan yang mereka miliki adalah sebuah anugrah bagi arsitek. Dalam proyek ini, arsitek mendapatkan anugrah tersebut karena dengan proses diskusi yang berjalan ‘normal’, klien dapat menerima solusi desain yang diajukan. Program ruang dan kegiatan dalam masjid yang sederhana memberi ruang bagi arsitek untuk lebih berkonsentrasi pada penataan sirkulasi dan estetika arsitektur masjid itu sendiri. Konsep arsitektur tropis dipilih sebagai pemandu utama dalam membangun dan mengeksekusi desain.
REFERENSI Goad, Philip., 2005, Troppo Architects, Periplus Editions Holod, Renata, and Hasan-Uddin Khan., The Mosque and the Modern World: Architects, Patrons and Designs since the 1950s Kahera, Akel., Latif Abdul Malik., and Craig Anz., 2009, Design Criteria for Mosques and Islamic Centers: Art, Architecture and Worship, Architectural Press Publication, UK
8
Lampiran 1: Surat Keterangan Penugasan Sebagai Arsitek
9
Lampiran 2: Surat Keterangan Penugasan Sebagai Pengawas
10
Lampiran 3: Visualisasi Desain
11
Lampiran 4: Foto Terbangun
Gambar 1. Eksterior November 2014 (kiri: sisi utara; tengah: sisi barat; kanan: sisi timur) Dokumentasi: fakhriyyah khairunnida, 2014
Gambar 2. Interior Ruang Shalat (kiri: mezzanine/lantai 2 dilihat dari lantai 1; kanan atas: ruang shalat lantai 1; kanan bawah: ruang shalat mezzanine/lantai 2) Dokumentasi: fakhriyyah khairunnida, 2014
12
Gambar 3. Pintu Utama Masjid Dokumentasi: fakhriyyah khairunnida, 2014
Gambar 4. Tangga Utama (kiri); Tangga sekunder (kanan) Dokumentasi: fakhriyyah khairunnida, 2014
Gambar 5. Toilet (kiri); Tempat Wudhu Pria (kanan) Dokumentasi: Harry Kurniawan, 2014 13
Lampiran 5: Dokumentasi Penggunaan Ramadhan 1436 H, July 2014 : Shalat Tarawih dan Tadarus Al-Qur’an (dok. Prijono Nugroho)
14
28 Juni 2015 : Shalat Maghrib (dok. Prijono Nugroho)
28 Juni 2015 : Lomba Mewarnai Anak-Anak (dok. Prijono Nugroho)
15
Lampiran 6: Gambar Kerja
16