KARTOGRAFI TEMATIK
(Bahan Ajar)
Oleh Dedy Miswar, S.Si. M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 1
BAB I PENDAHULUAN Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan secara optimal. Ilmu yang mempelajari
tentang
masalah
perpetaan
meliputi
pembuatan sampai reproduksi, pembacaan, penggunaan, penafsiran dan analisis peta adalah kartografi. Seorang yang ahli di dalam bidang perpetaan, mulai dari membuat peta sampai reproduksi dan analisis peta disebut sebagai kartografer. Tujuan membuat
peta
Kartografi dimulai
pada dari
umumnya
mengumpulkan
adalah data,
memproses data, menggambarkan data ke dalam bentuk peta dan mereproduksi atau mencetak peta ke dalam bentuk peta. Ada dua macam penggolongan peta secara umum, yaitu peta umum dan peta khusus. Sebelum membicarakan lebih jauh tentang komposisi peta dan komponen peta, maka terlebih dahulu dipelajari tentang pengertian peta secara umum. Kuliah ini akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan 2 x 100 menit. Mahasiswa diharapkan dapat
2
menjelaskan dan mengerti tentang pengertian peta, penggolongan peta, peta rupabumi dan peta tematik. 1. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensional. Melalui sebuah peta kita akan mudah dalam melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya. Ada berbagai definisi tentang peta, namun secara umum peta adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan (ICA, 1973). Dengan kalimat sederhana, pengertian peta merupakan pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran, simbol, dan sistem generalisasi (penyederhanaan). Klasifikasi kartografi, sistem processing dalam kartografi, pengertian dan fungsi peta, dan klasifikasi peta. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pembaca diharapkan dapat: 3
a. menjelaskan
pentingnya
mempelajari
kartografi,
khususnya bagi para mahasiswa calon geografiwan; b. menjelaskan
konsep
(International
kartografi
Cartographic
menurut
association)
ICA
dan
UN
(United Nation) c. menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi kartografi; d. menjelaskan sistem prosessing di dalam kartografi; e. menjelaskan pentingnya peta dalam pembangunan; f. menjelaskan dan menyebutkan pengertian dan fungsi peta g. menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi peta. Dengan
makin
banyaknya
cabang
ilmu
pengetahuan dan aspek kehidupan di dalam masyarakat, menyebabkan
makin
banyaknya
jenis
peta
yang
dibutuhkan. Dengan demikian, ilmu perpetaan (a.l. geodesi dan kartografi) makiri berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang ada dalam segi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan geografi menjadi sangat relevan dalam pembuatan peta karena yang dipetakan adalah bentuk kenampakan di atas bumi baik yang bersifat fisis alami maupun kenampakan budidaya manusia. membuat
peta
Bakat seni juga dibutuhkan dalam
supaya
dapat
mengatur
komposisi,
membuat simbol dan dapat memberi lettering (tulisan) 4
yang baik, kelihatan indah, mudah dilihat serta dibaca. Dalam perhitungan azimuth, skala, dan lokasi astronomis diperlukan juga kemampuan di bidang ilmu pasti. Meskipun hal tersebut tidaklah mutlak, sebab dengan ketekunan dan keuletan disertai latihan maka dapatlah seseorang menghasilkan peta yang indah, bahkan dengan teknik komputer. 2. Konsep kartografi menurut ICA dan UN Ada dua pendapat tentang konsep kartografi yang pada umumnya dikenal dan digunakan oleh kartografi,
yaitu
definisi
kartografi
para ahli
menurut
ICA
(International Cartographic Association) dan definisi kartografi menurut UN (United Nation/Amerika Serikat). Kedua definisi tersebut adalah sebagai berikut: Cartography is the art, science and technology of makirig maps together with there study as scientific documents and work of art (ICA). Cartography is the science of preparing all maps and charts, including every operation from the original survei to the final printing (UN). Definisi kartografi menurut ICA pada kenyataannya lebih banyak digunakan atau dianut karena defnisi ini tidak terlalu luas dan lebih menekankan kepada
masalah-masalah pokok di dalam pembuatan
peta. Sedangkan menurut pengertian dari UN bahwa semua aktivitas pemetaan topografi seperti surveiing, 5
fotogrametri, dan geodesi akan menjadi bagian dari ilmu kartografi. Selain itu semua aktivitas pemetaan tematik seperti survei tanah, survei geologi, survei penduduk dan lain-lain juga harus menjadi bagian tugas dari
ilmu
kartografi. Karena itu definisi kartografi menurut United Nation
ini
dianggap
terlalu
luas
sehingga
jarang
dikemukakan
bahwa
digunakan. Dengan kartografi
demikian
adalah
ilmu
dapat yang
mempelajari
tentang
masalah perpetaan meliputi pembuatan peta sampai reproduksi peta, pembacaan peta, penggunaan peta, analisis peta, dan penafsiran peta. Tujuan ilmu kartografi pada umumnya adalah membuat peta dimulai dari mengumpulkan data, memproses data, menggambarkan data ke dalam bentuk peta, dan mereproduksi atau mencetak peta, serta mempelajari peta-peta yang sudah ada untuk digunakan lebih lanjut. Peta menggambarkan fenomena geografikal dalam ujud yang diperkecil dan mempunyai kegunaan yang luas apabila didesain dengan tujuan khusus. Kegunaan peta antara lain untuk kepentingan pelaporan (recording), peragaan
(displaying),
analisis
(analysing),
dan
pemahaman dalam interaksi (interlationship). Sebagai alat bantu, peta mempunyai peranan penting bagi 6
manusia
terutama
dalam
melakukan
pengamatan
lapangan, laporan penelitian, atau dalam mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Beberapa contoh kegunaan atau fungsi peta antara lain sebagai alat yang diperlukan dalam proses perencanaan kegiatan
wilayah,
penelitian,
alat alat
yang
membantu
peraga
untuk
dalam proses
pembelajaran di kelas, dan sebagai media untuk belajar secara mandiri. Pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan sebagai survei lapangan, sebagai alat penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis secara keruangan. Pada kegiatan penelitian, peta sangat diperlukan terutama
untuk
penelitian
yang
berorientasi
pada
wilayah atau ruang tertentu di muka bumi. Peta diperlukan sebagai petunjuk lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat analisis untuk mencari satu output dari beberapa input peta (tema peta berbeda) dengan cara tumpangsusun beberapa peta (overlay), dan sebagai sarana untuk menampilkan berbagai fenomena hasil penelitian seperti peta kepadatan penduduk, peta daerah bahaya longsor, peta daerah genangan, peta ketersediaan air, peta 7
kesesuaian
lahan,
peta
kemampuan
lahan,
dan
sebagainya. Pada dunia pendidikan, peta sangat diperlukan terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar. Peta sangat berperan sebagai alat peraga dalam kegiatan mengajar di kelas, terutama untuk topik pelajaran yang berkaitan dengan wilayah, areal atau ruang (spasial) tertentu. Sebagai alat belajar bagi murid dapat diberikan kegiatan menggambar peta, membuat diagram, dan memasukkan diagram-diagram ke dalam peta sehingga menjadi peta tematik atau peta dengan tema-tema tertentu. Kaitannya dengan pengadaan peta, barangkali timbul pertanyaan dimana dan dari mana kita dapat memperoleh peta? sebenarnya peta dapat diperoleh dari berbagai
instansi
atau
toko
buku
atau
hasil-hasil
penelitian. Instansi yang tugas utamanya membuat berbagai Koordinasi
tema
peta
Survei
dan
adalah
Bakosurtanal
Pemetaan
Nasional)
(Badan yang
berkedudukan di Jakarta atau Jantop (Jawatan Topografi Angkatan Darat) di Bandung. Instansi ini tidak hanya membuat peta tetapi juga menyebarluaskannya ke seluruh wilayah Indonesia secara cuma-cuma atau dengan cara membeli untuk mengganti ongkos cetak. Namun 8
sebenarnya kita dapat membuat peta sendiri secara sederhana dengan menggunakan kertas, pensil warna atau tinta warna. Banyak data yang dapat dipetakan, tentunya tergantung pada tema peta yang akan dibuat, kemudian dipilih simbol ataupun diagram yang akan dituangkan secara keruangan kedalam suatu peta. Data-data yang dapat dibuat peta adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif serta yang penting data tersebut mempunyai lokasi atau ruang yang jelas. Data yang bersifat kuantitatif dapat diujudkan dalam bentuk diagram atau simbol peta yang mencerminkan nilai atau jumlah. Kedua jenis data ini dimasukkan ke dalam peta dinamakan simbol peta. Adapun berbagai bentuk simbol peta akan dibicarakan lebih lanjut pada bab selanjutnya. 3. Klasifikasi Kartografi Mengingat
terus
berkembangnya
ilmu
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan manusia dibidang ilmu pengetahuan serta teknologi, maka ilmu kartografipun terus mengalami perkembangan sesuai dengan semakiri dibutuhkannya
peta
diberbagai
bidang
dan
segi
kehidupan manusia. Karena itu dibidang perpetaan juga semakiri diperlukan adanya pedoman baku tentang 9
pembuatan peta, dengan demikian tugas para ahli kartografipun
menjadi
semakiri
kompleks
sehingga
diperlukan adanya kemampuan yang lebih detail lagi dibidang ilmu kartografi. Mengingat hal-hal tersebut di atas maka secara global ilmu kartografi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Kartografi Dasar 2. Kartografi Topografi 3. Karografi Teknik 4. Kartografi Tematik Kartografi Dasar yaitu pengetahuan kartografi yang pekerjaannya lebih mengutamakan mulai dari pembahasan tentang judul peta, skala peta, legenda dan sebagainya. Kartografi topografi lebih mengutamakan kepada bidang pemetaan topografi, dan biasanya pada pembuatan peta-peta skala besar. Kartografi teknik adalah pekerjaan kartografi yang lebih mengkhususkan kepada bidang-bidang pembuatan lettering peta, cetak mencetak peta dan sebagainya. Sedangkan Kartografi Tematik yaitu mengkhususkan kepada pembuatan petapeta tematik, seperti pemetaan data sumberdaya alam dan mineral, data penduduk dan sebagainya.
10
4. Sistem Prosessing di dalam Kartografi Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam proses pembuatan peta yang baik maka prosedur secara kartografis harus selalu diperhatikan dan dijadikan pedoman, dengan harapan dapat dihasilkan peta yang benar, baik dan serasi/harmonis. Proses pemetaan dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari persiapan pengumpulan data, persiapan pembuatan peta dasar sampai kepada reproduksi atau pencetakan peta. Proses pembuatan peta di dalam kartografi menurut Phillip Muerlicke (1978) dapat dilihat pada skema berikut ini.
RW T1
RD
T2
MAP
T3
MI
T3 = (T2)1 Gambar. 1. Skema Sistem Prosessing dalam Kartografi
Keterangan: Tl T2 T3 RW RD MI
= Pengumpulan data (data collection) = Proses pembuatan peta (mapping) = Penggunaan peta (map reading, map analysis, map interpretation) = Real World = Raw Data = Map Image 11
Sistem processing di dalam kartografi yaitu tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan peta.
Langkah
awal
pembuatan
peta
yang
harus
dilakukan adalah pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian data yang telah diolah ke dalam bentuk peta. Hal ini dapatjuga dijelaskan sebagai berikut pada dunia nyata (real world) tentu terdapat berbagai macam data, kemudian data tersebut dikumpulkan sehinggga diperoleh informasi yang berupa data mentah (raw data). Kemudian data mentah tersebut perlu dimventarisa.si, digeralisasi, diseleksi dan diolah sehingga dapat disajikan dalam bentuk peta (map) sebagai perwuju dan kenampakan permukaan bumi yang diperkecil (dengan skala tertentu) dalam bentuk bidang datar. Selanjutnya peta yang sudah jadi tersebut yang berisi gambaran mengenai permukaan bumi (map image) harus dapat digunakan oleli si pengguna peta (map user). Bahkan pada peta yang baik dan benar secara kartografis, maka citra peta (map image) ini bila akan ditelusuri prosedur pembuatannya harus dapat dikembalikan lagi kepada data mentahnya (raw data). Langkah awal dalam prosedur pemetaan dimulai dari proses pengumpulan data. Data sangat penting artinya, karena dengan data seseorang akan dapat 12
melakukan analisis dan evaluasi mengenai keadaan suatu wilayah. Data yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal,
karena
data
tersebut
diperoleh
dengan
pengorbanan waktu dan biaya yang besar. Data yang dapat dipetakan bisa berupa data primer atau data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari catatan-catatan atau dokumentasi yang sudah ada dan dapat juga data sekunder ini diambil dari foto udara. Karena itu data sekunder dapat diperoleh dan dinas instansi atau lembaga-lembaga tertentu sesuai dengan tugasnya masing-masing, seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pekerjaan
Umum (DPU), Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Kantor Pariwisata, Kantor Pertanian, Pertambangan dan sebagainya. Para pembuat peta dapat saja langsung mengambil atau meminta data sekunder dari dinas atau lembaga yang terkait sesuai dengan
tema
peta
yang
akan
dibuat.
Contoh
pengumpulan data untuk membuat peta tentang protH sekolah, maka peta tersebut akan memerlukan data dari Departemen Pendidikan Nasional atau Kanwil Pendidikan dan atau data sekunder yang diambil secara langsung dan sekolah-sekolah yang ada. Masih banyak peta-peta tertentu yang memerlukan data sekunder dari dinas instansi atau lembaga tertentu, yang penting diketahui 13
bahwa peta dengan tema tertentu akan memerlukan jenis data yang tertentu juga. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifal spasial, artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada satuan wilayah tertentu Juhadi (2001). Banyak jenis data yang dapat dipetakan meliputi data yang bersifat kualitatif maupun data yang bersifat kuantitatif. Langkah ke dua dalam prosedur pemetaan seperti pada gambar 1. di atas adalah proses pemetaan (mapping), yang selanjutnya disebut sebagai tahap penyajian data. Pada tahap ini data yang telah terkumpul dikelompokkan
dahulu
menurut
jenisnya
seperti
kelompok data kualitatif atau kelompok data kuantitatif. Pengenalan sifat data sangat penting untuk pekerjaan selanjutnya seperti simbolisasi atau penentuan dan pemilihan bentuk simbol yany akan digunakan sehinggga simbol
tersebut
akan
mudah
dibaca
dan
mudah
dimengerti oleh para pengguna peta. Setelah
data
dikelompokkan
misalnya
dalam
bentuk tabel-tabel, sebelum data tersebut diolah lebih lanjut tentukan dahulu jenis simbol yang akan digunakan. Jenis simbol tersebut misalnya untuk data yang bersifat kuantitatif' akan menggunakan simbol batang, simbol 14
lingkaran, simbol arsir bertingkat. dan sebagainya. Kemudian lakukan dahulu perhitungan-perhitungan untuk memperoleh bentuk dan ukuran simbol yang sesuai. Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai. Adapun tahap pemetaan menurut Juhadi (2001), secara sistematis dianjurkan sebagai berikut: 1. Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat. 2. Menentukan data yang akan digunakan. 3. Mendesain simbol-simbol data dan simbol-simbol peta. 4. Membuat peta dasar. 5. Mendesain komposisi peta atau map layout, termasuk unsur-unsur peta. 6. Lettering atau penulisan nama-nama geografi. 7. Reviewing, Editing, dan Finishing. Selain mendesain simbol peta, pembuatan peta dasar juga penting untuk diperhatikan. Pemilihan peta dasar yang tidak sesuai akan menghasilkan peta yang ruwet (crowded) dan mungkiri akhimya tidak sesuai dengan tenia peta yang akan dibuat.
Misalnya dalam
pembuatan peta dengan judul "PETA ADMINISTRATIF DESA" , maka pada kasus ini unsur dasar yang perlu ditampilkan adalah kenampakan yang berkaitan dengan 15
keadaan administratif suatu wilayah saja seperti jalan, sungai, balai desa, kantor dusun bila ada, dan, batas administrasi. Informasi lain seperti penggunaan lahan, jenis tanah, atau kepadatan penduduk tidak perlu ditampilkan di dalam peta tersebut, karena tidak berkaitan langsung dengan tema peta. Peta dasar adalah peta yang akan digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya. Penggambaran peta dasar yaitu dari peta asli menjadi peta bentuk baru dapat dilakukan dengan berbagaicara antara lain: ngeblat ataujiplak, ngedam (metode kotakkotak bujur sangkar), dengan alat Pantograf, Map o'graf, Camera Lucida, fotografis, atau dengan fotocopi. Dalam hal ini perlu diperhatikan misalnya untuk cara fotocopi sering terjadi kesalahan karena hanya bagian peta yang dekat lampu saja yang benar, sedangkan bagian pinggir peta banyak mengalami kesalahan. Pembuatan peta dasar dengan cara mengeblat dapat dilakukan dengan menggunakan kertas tipis seperti kertas kalkir.
Untuk
pertimbangan reproduksi selanjutnya perlu dipikirkan pembuatan skala gratis pada peta yang bersangkutan. Peta dasar dapat juga dibuat atau diturunkan dan peta
topografi,
peta
dunia,
peta
navigasi,
peta
rupabumi, peta foto, dan foto udara. unsur-unsur 16
topografis yang akan ditampilkan pada peta dasar boleh digeneralisasi terlebih dahulu. Generalisasi mempakan proses pemilihan, penyederhanaan, pembesaran atau pengecilan, penghilangan, atau penghapusan. Tahap
akhir
dalam
bagian
ini
yaitu
tahap
penggunaan pela yang merupakan tahap yang tidak kalah pentingnya dari tahap-tahap sebelumnya karena tahap ini akan menentukan berhasil atau tidaknya pembuatan suatu peta. Peta yang sudah dirancang dengan baik dan benar tentu saja akan dapat dibaca serta digunakan dengan mudah oleh konsumen (user). Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi, karena itu pada peta yang dibuat harus terjalin interaksi antara para pembuat peta (map maker) dengan para pengguna peta (map user). Pada tahap penggunaan peta ini, para pengguna peta
harus
gambaran
dapat
simbol
mengembalikan dalam
peta
ke
atau
merubah
dalam
bentuk
kenampakan yang sebenarnya. Pengguna peta harus dapat merubah atau mengembalikan bentuk gambar visual
simbol
ke
dalam
bentuk
kenyataan
yang
sebenarnya di permukaan bumi atau di lapangan. Desain peta (map design) tercermin dalam suatu Cartonium sebagai model identitas kartografi (E. S. Boss, 17
1977), yaitu suatu model fungsional dari kartografi yang dilukiskan dalam bentuk molekul dan struktur atom, dimana masing-masing pusat atomnya dikelilingi oleh elektron-elektron. Desain peta merupakan inti (core) yang terletak di tengah-tengah cartonium dan dikelilingi oleh lima komponen utama yang sangat menentukan, yaitu: 1. muatan atau isi peta (map content) 2. desain simbol (symbol design) 3. generalisasi (generalization) 4. komposisi peta (map Layout) 5. perencanaan
produksi
peta
(map
production
planning) Selain dikelilingi oleh lima komponen di alas, desain peta juga dipengaruhi oleh proses dari komponen lain seperti kondisi peta, teknologi perpetaan, unsur seni, spatial data, dan kemampuan untuk membayangkan (imagination power). 5. Pengertian dan Fungsi Peta Telah
sama-sama
dimaklumi
bahwa
dalam
kehidupan sehari-hari peta mempunyai peranan yang sangat besar, baik dalam bidang pertanian, perikanan, perkebunan,
industri,
perdagangan,
pelayaran,
pendidikan, dan lain-lain. Bahkan ada bidang-bidang 18
pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya peta. Tokoh-tokoh seperti Jenghiz Khan, Yulius Caesar, Napoleon Bonaparte, dan Hitler selalu menggunakan peta apabila memimpin pasukan dalam operasi militemya. Dengan sendirinya peta-peta yang mereka gunakan masih sangat kasar dan bersifat sederhana, sesuai dengan keadaan jamannya. Bagi para pemimpin perang, mempunyai peta sama artinya dengan memiliki senjata yang ampuh, sebab dengan peta tersebut dapat diatur dan direncanakan sebagaimana strategi yang sebaik-baiknya untuk dapat menggempur lawan. Sebaliknya tanpa mempunyai peta, sama
halnya
seperti
orang
buta
yang
kehilangan
tongkatnya. Dalam masa damai seperti sekarang ini, dimana perhatian lebih banyak dicurahkan ke dalam bidang pembangunan, kedudukan peta masih tetap mempunyai peranan yang besar baik itu dalam bidang perencanaan maupun dalam bidang yang bersifat operasional. Bagi orang-orang yang mempelajari ilmu geografi harus memiliki kemampuan khusus untuk menggunakan dan membuat peta. Mereka harus mengetahui bermacammacam peta berdasarkan jenis, skala, dan kegunaannya. 19
Dalam studi geografi peta merupakan hakekat dasar yang tidak dapat ditinggalkan, bahkan dikatakan oleh seorang ahli geografi bahwa studi geografi itu dimulai dari peta dan akan berakhir dengan peta. Studi geografi biasanya harus selalu ke lapangan, karena itu supaya tetap dapat melihat dan menganalisa gejala yang ada di lapangan, maka kondisi lapangan tersebut harus direkam di dalam peta. Sama halnya dengan kartografi, untuk pengertian peta pun banyak ahli yang mengemukakannya, namun bila
diteliti
dengan
seksama
maka
definisi-definisi
tersebut mempunyai maksud yang sama, seperti berikut ini: Erwin Raiz (1948) mengemukakan bahwa peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakannya jika dilihat dari atas dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal. R.M. Soetardjo Soerjosoemamo (1970) peta adalah suatu lukisan
dengan
tinta
dari
seluruh
atau
sebagian
permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala atau kedar. Sedangkan menurut International Cartographic Association (ICA, 1984)) a map is a representation, normally to scale and on a plate medium, of selection of materials or abstract 20
features in relation to the earth surface or of the celestial body. Kurang lebih artinya bahwa peta adalah suatu gambaran yang biasanya berskala pada suatu bidang datar, dari material-material yang sudah dipilih atau
kenampakan-kenampakan
yang
abstrak
dalam
hubungannya dengan permukaan bumii atau jagat raya. Peta mempunyai fungsi untuk mencatat atau menggambarkan secara sistematis lokasi data permukaan bumi, baik data yang bersifat fisik maupun data budaya yang sebelumnya telah ditetapkan. Peta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud yang diperkecil dan mempunyai kegunaan yang luas apabila didesain dengan tujuan
khusus. Menurut Sinaga (1992) kegunaan peta
antara lain untuk kepentingan pelaporan, peragaan, analisis, dan pemahaman dalam interaksi dari obyek atau kenampakan secara keruangan (spatial
relationship).
Sebagai alat bantu, peta mempunyai peranan yang penting
terutama
dalam
melakukan
pengamatan
lapangan, laporan penelitian, atau dalam mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan terutama pada awal kegiatan atau tahap persiapan. Peta sangat diperlukan sebagai penentu 21
langkah awal perencanaan, sebagai pedoman penentu lokasi dalam kegiatan survai
lapangan, sebagai alat
penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis secara keruangan. Pada kegiatan penelitian, peta sangat diperlukan terutama
untuk
penelitian
yang
berorientasi
pada
wilayah atau ruang tertentu di muka bumi. Peta berguna sebagai petunjuk lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat analisis untuk mencari satu output dan beberapa input peta dengan cara tumpangsusun beberape peta (overlay), dan sebagai sarana untuk menampilkan berbagai fenomena hasil penelitian. 6. Penggolongan Peta Peta
dibuat
untuk
berbagai
tujuan
dan
kepentingan, sehingga terdapat berbagai tema dan judul peta. Namun dari berbagai tema dan tujuan peta tersebut dapat digolongkan dalam beberapa tema besar. Penggolongan peta sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi dan kegunaan peta secara tepat dan pemilihan atau pencarian peta secara cepat. Peta dapat dikelompokkan menurut bentuk peta, isi peta, skala peta, tujuan atau fungsi peta, simbol peta, tema peta, dan sebagainya. Kadang juga penggolongan 22
peta tersebut tidak tepat untuk suatu kepentingan tertentu, misalnya skala
1 : 50.000, merupakan skala
detil bagi seorang pendidik sebagai alat peraga, namun untuk kepentingan perencanaan bidang tertentu skala detil adalah 1 : 1.000. perbedaan kepentingan tersebut masih dapat diatasi dengan memilih dasar pedoman klasifikasi peta yang lain. Klasifikasi
peta
menurut
Bos,
ES,
(1977)
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu penggolongan peta menurut isi peta, skala peta, dan kegunaan peta, diuraikan sebagai berikut: a. Penggolongan Peta menurut isi (content): a) peta umum atau peta rupabumi atau dahulu disebut
peta
topografi,
yaitu
peta
yang
menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Peta-peta yang bersifat umum masuk dalam kelompok ini seperti peta dunia, atlas, dan peta geografi lainnya yang berisi informasi umum. b) Peta tematik, adalah peta yang memuat tematema khusus untuk kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu pengetahuan, perencanaan, pariwisata, peta kemampuan lahan,
23
peta
kesesuaian
lahan,
peta
daerah
rawan
longsor, dan sebagainya. c) Peta navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau bertujuan praktis untuk mebantu para navigasi laut, penerbangan maupun perjalanan. Unsur yang digambarkan dalam chart meliputi route perjalanan dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai panduan perjalanan seperti lokasi kota-kota, ketinggian daerah, maupun kedalaman laut. b. Penggolongan peta menurut skala (scale) a) Peta skala sangat besar : > 1 : 10.000 b) Peta skala besar
: < 1 : 100.000 – 1 : 10.000
c) Peta skala sedang
: 1 : 100.000 – 1 : 1.000.000
d) Peta skala kecil
: > 1 : 1.000.000
c. Penggolongan peta menurut kegunaan (purpose) a) Peta pendidikan b) Peta ilmu pengetahuan c) Peta navigasi d) Peta untuk aplikasi teknik e) Peta untuk perencanaan
24
Endang Saraswati (1979) menggolongkan peta menurut skala dan isinya, yaitu peta umum dan peta khusus sebagai berikut : a. Peta umum merupakan
peta
yang
memuat
kenampakan
umum, baik kenampakan fisis maupun kenampakan sosial ekonomi atau kenampakan budaya, meliputi : a) Peta rupabumi, peta umum skala besar b) Peta chorografi, peta umum berskala sedang c) Peta dunia, peta umum berskala kecil b. Peta khusus Merupakan peta yang memuat kenampakan khusus antara lain peta politik, peta kota, peta pariwisata, peta perhubungan, peta ilmu pengetahuan, peta militer, peta tanah, peta geologi, peta kemampuan lahan, peta kesesuaian lahan, peta daerah rawan banjir, dan sebagainya. Sutarto (1990) menggolongkan peta berdasarkan tujuan atau fungsi peta, yaitu peta masukan (input maps) dan peta keluaran (output maps) diuraikan sebagai berikut : a) peta masukan (input maps) peta masukan merupakan peta-peta yang fungsinya sebagai masukan untuk peta-peta keluaran, isi dari 25
peta masukan sifatnya masih terpisah-pisah pada tema-tema tertentu, belum dapat gambaran yang terintegrasi antar fenomena-fenomena dalam ruang. Contoh peta masukan antara lain peta iklim, peta tanah, peta penduduk, peta lokasi industri, dan peta geologi. b) Peta keluaran (output maps) Peta
keluaran
merupakan
peta
yang
mampu
memberikan gambaran berbagai fenomena muka bumi secara integreted, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. contoh : peta kesesuaian lahan untuk industri, peta rawan bencana, peta kemampuan lahan, peta potensi wilayah pantai, peta tingkat bahaya erosi, dan sebagainya. Masih banyak penggolongan peta yang lain, kita dapat menciptakan sistem penggolongan peta yang berbeda, namun yang penting dasar penggolongan harus benar, dapat dipercaya, dan tujuan penggolongan peta dapat tercapai dengan baik. Mengingat bermacam-macam,
teknik, maka
tujuan peta
dan dapat
skala
yang
digolongkan
menjadi :
26
a. Atas dasar skala peta Peta skala kecil
: < 1 : 250.000
Peta skala menengah : < 1 : 50.000 – 1 : 250.000 Peta skala besar
: < 1 : 250.000 – 1 : 50.000
Peta skala sangat besar : > 1 : 2.500 b. Atas dasar isinya Peta umum (peta topografi, dll) Peta khusus (peta tematik) c. Atas dasar pengukurannya Peta terestris dan peta fotogramteri d. Atas dasar penyajiannya Peta garis Peta foto Peta digital e. Atas dasar hirarkinya Peta manuskrip Peta dasar Peta induk Peta turunan 7. Peta rupabumi dan peta tematik Berdasarkan isinya ada tiga jenis peta yaitu peta rupabumi, peta tematik, dan peta navigasi (chart). Peta rupabumi dan peta tematik banyak digunakan untuk berbagai bidang kepentingan. Peta rupabumi digunakan 27
sebagai
dasar
untuk
pembuatan
peta-peta
lainnya
termasuk peta tematik, jadi fungsi utama peta rupabumi adalah sebagai peta dasar untuk pembuatan peta-peta lain. Peta navigasi (chart) hanya dipergunakan untuk pedoman
dalam
melakukan
kegiatan
perjalanan
penerbangan dan pelayaran saja. a. Perbedaan peta rupabumi dan peta tematik Peta rupabumi atau peta umum merupakan peta yang berperan sebagai dokumen negara karena memuat rahasia negara, menggambarkan sumberdaya alam yang ada, penyebarluasan peta rupabumi ini sangat terbatas dan pemilikan peta ini harus dengan menggunakan izin khusus. Informasi peta ini menggambarkan tentang kenampakan di permukaan bumi secara detil dan lengkap, lengkap sehingga peta rupabumi bersifat baku dan tidak dapat diubah-ubah. Peta umum bersifat konvensional berdasarkan perjanjian atau kesepakatan nasional. Pada bahan ajar tersebut akan dibahas tentang komposisi peta yang meliputi
penggambaran
simbol,
tata
letak
peta,
penggambaran skala peta, orientasi peta, letak lintang bujur, inset, sumber, pembuat, dan sebagainya. Sebagai contoh pada peta rupabumi penentuan isi peta dan komposisi atau tata letak peta bersifat baku atau tidak 28
dapat diubah-ubah, sedangkan pada peta tematik atau peta khusus dibuat dengan tujuan tertentu atau khusus, informasi terbatas dan perancangan tata letak peta lebih luwes berdasarkan aspek selaras, serasi dan seimbang. Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi atau data kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu tema atau maksud atau konsep tertentu dalam hubungannya
dengan
unsur-unsur
atau
detil-detil
topografi yang spesifik sesuai dengan tema peta tematik (Lukman Aziz, 1985). Pada umumnya yang dipentingkan dalam peta tematik adalah penyajian data-data statistik berupa data kualitatif atau data kuantitatif dalam bentuk simbol. Peta tematik memerlukan peta rupabumi sebagai peta dasar yang memuat detil-detil topografi seperti batas administrasi, jalan, sungai, dan informasi penting lainnya yang sesuai dengan tema peta yang dibuat. Perkembangan serta pembuatan peta tematik erat kaitannya
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
terutama dalam penyajian data-data untuk keperluan tertentu seperti pertanahan, geologi, iklim, topografi, hidrologi,
perkotaan,
pertambangan,
kependudukan
maupun data perkembangan ilmu pengetahuan sosial, budaya, dan ekonomi. 29
Pada pembuatan peta tematik aturan-aturan baku seperti pada peta rupabumi tidak diterapkan. Peta tematik lebih bersifat sederhana dan simpel, dan faktor subyektivitas dari pembuat peta sangat menentukan. Ide desain dan faktor seni dari pembuat peta sangat mempengaruhi hasil peta tematik yang dibuat. Kerapian, ketelitian, dan seni dari pembuat peta menentukan peta tematik yang dihasilkan. b. Kerangka Proses Pemetaan Peta Rupabumi dan Peta Tematik Peta rupabumi merupakan peta yang dibuat secara terestrial dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Dahulu pembuatan peta rupabumi dilakukan dengan cara terestrial sehingga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Wilayah-wilayah yang terpetakan dalam ujud peta rupabumi sangat terbatas, khusus pada wilayah yang potensial saja. Ilmu yang bergerak
dalam
bidang
pemetaan
terutama
peta
rupabumi disebut Ilmu Geodesi, pekerjaan seorang ahli Geodesi dapat dilihat pada gambar 1. Namun keterbatasan pembuatan peta rupabumi tersebut telah dapat diatasi setelah berkembang teknik penginderaan
jauh
atau
remote
sensing.
Teknik
penginderaan jauh dirasa sangat membantu pekerjaan 30
terestrial, walaupun untuk hal-hal tertentu pekerjaan terestrial tetap dilakukan (lihat gambarl). Teknologi ini menghasilkan citra berupa citra foto dan citra non foto, yang dibuat dengan melakukan pemotretan dari balon, pesawat udara atau dari satelit. Sutanto
(1992)
mengatakan
bahwa
Citra
menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dalam ujud dan letak obyek mirip aslinya, penyajian
relatif
lengkap,
meliputi
daerah
luas,
permanen, dan diperoleh dalam waktu cepat serta berupa data terbaru (up to date). Citra terutama citra foto merupakan model medan yang dapat digunakan sebagai substitusi peta dan sebagai model ikonik karena ujud gambarnya mirip dengan ujud obyek sebenarnya di permukaan bumi. Berbeda dengan peta yang merupakan model simbolik yang menggunakan simbol tertentu untuk menggambarkan ujud suatu obyek tertentu. Selain
membantu
pekerjaan
peta
rupabumi,
keberadaan citra foto sangat membantu pekerjaan pembuatan peta tematik (lihat gambar 1). Data-data terbaru terutama kenampakan permukaan bumi dalam berbagai tema seperti jalan, sungai, penggunaan lahan, dan sebagainya dapat diperoleh dan citra foto.
31
GEODESI
Citra Penginderaan Jauh (Foto udara dan satelit)
Terestrial ukur tanah
Data Geometri dan Data Tematik
GEOGRAFI Dll
Observasi lapangan - Data Primer - Data Sekunder
Peta Topografi (Basic Maps)
Peta Dasar (Base Maps)
PETA RUPABUMI
PETA TEMATIK
Gambar 1. Kerangka Dasar Pemetaan Peta Rupabumi dan Peta Tematik
Daftar Pertanyaan 1. Jelaskan dengan detil apa itu peta ? 2. Mengapa peta dikatakan sangat penting dalam pembangunan dan perencanaan suatu wilayah ? 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kartografer ?
Daftar Pustaka Erwin
Raiz, 1984, General Cartography, Mc Graw-Hill Company, New York Juhadi, dkk, 2001, Desain dan Komposisi Peta Tematik, Indoprint, Semarang Ischak, 1987, Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya, Liberty, Yogyakarta. 32
BAB II KOMPOSISI PETA RUPABUMI DAN PETA TEMATIK Pembahasan secara rinci tentang komposisi peta sangat penting terutama dalam membedakan antara komposisi pada peta umum (peta rupabumi) dengan khusus (peta tematik). Tujuan dan kegunaan dan kedua golongan peta ini (peta rupabumi dan peta tematik) berbeda, maka cara membuat, menggunakan, sampai proses pencetakan juga berbeda. Pelajari dengan cermat perbedaan komposisi pada kedua peta tersebut. Kuliah ini akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan 4 x 100 menit. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan mengerti tentang pengertian komposisi peta, komposisi peta rupabumi, dan komposisi peta tematik. 1. Pengertian Komposisi Peta memuat berbagai informasi tentang judul, skala, orientasi, letak koordinat, legenda, dan sumber peta, semua informasi peta ini dinamakan informasi tepi peta. Informasi tepi peta ini sangat penting untuk mengetahui identitas dan tema peta. Peta dengan komposisi informasi tepi peta yang diatur dan disusun dengan baik dan benar pada ruang garis tepi peta, akan 33
diperoleh penampilan peta yang menarik. Penampilan peta yang menarik dapat mengundang pengguna peta (map users) untuk mempelajari dan memanfaatkan peta tersebut. Komposisi peta disebut juga tata letak peta atau layout peta. Komposisi peta merupakan unsur terpenting dalam mengatur informasi tepi peta. Informasi tepi peta adalah semua keterangan yang terdapat di tepi peta, pada bagian atas, bawah atau samping kanan dan kiri peta. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mengatur komposisi peta adalah adanya keseimbangan {balance) dalam komposisi atau tata letak informasiinformasi
tepi
peta.
Penempatan
dan
pengaturan
informasi tepi peta ke dalam ruang-ruang kosong dalam garis tepi peta sangat menentukan hasil komposisi peta. Selain itu ukuran huruf (text) dan tipe huruf (style) mempunyai peranan pula, karena itu besar kecil huruf sangat perlu dipertimbangkan secara tepat. Komposisi peta rupabumi berbeda dengan peta tematik. Telah dipelajari pada bab satu bahwa sifat dari kedua peta tersebut berbeda, sifat peta rupabumi yang konvensional menjadikan peta ini bersifat baku atau tidak dapat diubah baik komposisi maupun isinya, kecuali atas keputusan konvensi. Pada peta tematik komposisi 34
peta diatur sesuai dengan ide dan seni dari pembuat peta. Unsur seni dari pembuat peta sangat menentukan hasil komposisi peta. 2. Komposisi Peta Rupabumi peta rupabum mempunyai komposisi peta yang bersifat baku atau bersifat tetap di suatu negara. Model komposis, peta rupabumi suatu negara berbed. Dengan negara lain. Peta topografi di Indonesia merupakan peta rupabumi peninggalan masa penjajahan Belanda yang dibuat secara terestrial di lapangan, wilayah yang dipetakan terbatas terutama di Pulau Jawa. Berkat kemajuan teknologi di Indonesia telah berhasil merevisi dan memperluas cakupan wilayah yang dipetakan, seluruh wilayah Indonesia telah dibuat peta rupabuminya oleh Jawatan Topografi Angkatan Darat (Jantop) dan Bakosurtanal. 3
1
2
Muka Peta
8
5
4-12 10
6
7-9
11
Gambar 2. Komposisi Peta Rupabumi 35
Keterangan: 1. Judul peta (daerah yang dicakup) 2. Nomor lembar seri 3. Pulau induk 4. Petunjuk letak peta 5. Petunjuk orientasi 6. Skala angka dan garis 7. Pengarang/penerbit 8. Indeks administrasi 9. Keterangan proyeksi 10. Legenda/keterangan 11. Penjelasan sumber 12. Letak lintang bujur
Peta rupabumi sejak terbitan tahun 1973 telah menggunakan sistem proyeksi UTM, peta rupabumi ini diproduksi
oleh
Jantop
dan
Bakosurtanal,
dengan
memanfaatkan teknologi penginderaan jauh atau remote sensing menggunakan citra satelit dan citra foto supaya diperoleh hasil yang lebih akurat. Perkembangan
komposisi
peta
rupabumi
di
Indonesia relatif tetap dari tahun ke tahun. Namun ada perbedaan komposisi peta rupabumi skala 1 : 250.000 dengan skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 25.000. Perbedaan tersebut hanya tampak pada ukuran kertas dan lokasi legenda peta saja, informasi lainnya seperti judul, skala, 36
orientasi, petunjuk peta, penerbit, dan sebagainya relatif tetap. Contoh komposisi peta rupabumi dapat dilihat pada gambar 2. Komposisi peta rupabumi secara umumyaitu muka peta {map face) diletakkan pada bagian tengah dan informasi tepi peta diletakkan disekeliling muka peta, tepatnya pada bagian atas, samping kiri, dan bagian bawah peta. Judul peta diletakkan di atas peta berdampingan dengan nomor seri dan induk peta, dengan maksud untuk mempermudah dalam pencarian peta. Informasi skala, orientasi, sumber peta, petunjuk letak peta, penerbit, legenda dan informasi lain diletakkan di bawah muka peta. Pada samping kiri terdapat informasi tentang indeks administrasi peta (lihat gambar 2). 3. Komposisi Peta Tematik Pada peta tematik komposisi peta dapat dibuat sedemikian
rupa
dengan
mempertimbangkan
asas
keserasian, keseimbangan, keselarasan, dan kerapian. Unsur seni dari pembuat peta sangat mendominasi hasil peta, komposisi peta yang selaras, serasi, dan seimbang ditambah kerapian akan menghasilkan tampilan peta yang menarik. Langkah utama pembuatan peta tematik adalah menentukan komposisi peta, dengan memperhatikan 37
bentuk wilayah dan ruang-ruang kosong yang ada pada peta. Ada tiga model komposisi peta tematik, yaitu: Model 1 komposisi dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di dalam
garis tepi peta (lihat
gambar 3) Model 2 komposisi berjajar dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah kanan atau kiri muka peta (map face) (lihat gambar 4) Model 3 komposisi bersusun dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan di sebelah bawah muka peta (map face) (lihat gambar 5). 5
4
5
1
3
2
6
2
4
3
Map face 7
1
Map face
7
9
8
6
Gambar 3. Komposisi dalam Bingkai Peta Tematik (model 1)
Keterangan: 1. Judul peta tematik 2. Skala angka dan garis 3. Orientasi peta 4. Garis tepi peta 5. Lintang dan bujur 38
6. Sumber peta 7. Legenda 8. Inset peta 9. pembuat peta
Model 1 merupakan tipe peta yang semua informasinya diletakkan di dalam peta. Pada model ini diperlukan variasi dalam mengatur letak informasi peta dengan mempertimbangkan ruang-ruang kosong. Bentuk wilayah sangat menentukan hasil komposisi peta (lihat gambar 3). Pada model 1 judul peta dapat diletakkan diatas pada sisi tengah (center)atau di bagian rata kanan/kiri, tergantung pada bentuk wilayah yang dipetakan dan ruang kosong yang tersedia. Kalau bentuk wilayah condong ke kanan maka untuk mengimbanginya judul dan informasi lain diletakkan di sebelah kiri, supaya terkesan ada keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi peta. Bentuk wilayah yang simetris (gambar 3-b) judul, skala, dan orientasi peta dapat diletakkan di tengahtengah peta secara simetris memusat, informasi tepi peta
yang
lain
dapat
menyesuaikan
dengan
asas
keseimbangan. Penempatan legenda peta sebaiknya di bawah peta dan tidak perlu diberi kotak atau bingkai seperti contoh di atas. Pengkotakan informasi legenda
39
peta akan membuat penampilan peta menjadi kaku penuh dengan kotak-kotak. Model 2 menekankan pada bentuk komposisi peta yang semua informasi tepi peta diletakkan secara mengelompok pada sisi samping kanan atau kiri peta (lihat gambar 4). Ada garis pemisah antara muka peta (kenampakan wilayah) dengan informasi tepi petanya, namun masih terdapat dalam satu bingkai garis tepi peta. 5
1 2 3
Map face
7 8 4 6 9
Gambar 4. Komposisi Berjajar dalam Bingkai Peta Tematik (Model 2)
Keterangan: 1. Judul peta tematik
6. Sumber peta
2. Skala angka dan garis
7. Legenda
3. Orientasi peta
8. Inset peta
4. Garis tepi peta
9. pembuat peta
5. Lintang dan bujur 40
Informasi koordinat diletakkan pada bingkai muka peta atau kenampakan wilayah. Penempatan informasi tepi peta di sebelah kanan atau kiri tergantung pada asas keseimbangan kecondongan
wilayah, bentuk
dengan
wilayah,
bila
memperhitungkan bentuk
wilayah
condong ke arah kiri maka informasi tepi peta diletakkan di bagian kanan dan sebaliknya. Bentuk komposisi semacam ini memerlukan kertas lebih panjang dibanding model 1, namun bentuknya masih memanjang kesamping, bila dimasukkan dalam buku laporan bentuk ini masih dapat dilipat ke samping. Model 3-a merupakan bentuk komposisi peta yang semua informasi petanya diletakkan dibawah muka peta (map face). Bentuk komposisi peta semacam ini akan mempunyai konsekuensi pada bentuk lembaran kertas yang memanjang ke bawah, sehingga untuk dijilid dalam buku pelaporan bentuk ini kurang sesuai karena sistem pelipatan peta tidak praktis (lihat gambar 5).
Gambar 5. Komposisi Bersusun dalam Bingkai Peta Tematik (model 3) 41
Keterangan: 1. Judul peta tematik 2. Skala angka dan garis 3. Orientasi peta 4. Garis tepi peta 5. Lintang dan bujur 6. Sumber peta 7. Legenda 8. Inset peta 9. pembuat peta
Bentuk komposisi model ini lebih tepat diterapkan untuk peta-peta lepas bukan sebagai peta hasil penelitian yang dijilid dalam bentuk buku. Peta-peta dinding banyak menggunakan model komposisi peta seperti model 3. Jenis peta seri geologi dan peta tanah menerapkan komposisi peta pada ini, karena mempermudah dalam penyimpanan dalam rak peta, seperti penyimpanan peta rupabumi. Bentuk model 3-b merupakan bentuk komposisi peta yang informasi legenda inset, dan sumber peta diletakkan di bagian bawah peta (map face). Informasi judul peta, skala peta, dan orientasi peta di letakkan pada bagian atas peta (map face), karena informasi ini merupakan informasi utama yang perlu diletakkan pada bagian atas peta. Peta dengan komposisi ini dapat 42
diterapkan sebagai peta lepas, atau kalau bentuk peta tidak terlalu panjang dapat difungsikan sebagai gambar atau lampiran pada suatu hasil penelitian yang dijilid dalam bentuk buku. Sistem penyimpanan peta rupabumi yang baik adalah jangan dilipat tetapi diletakkan pada rak besar secara vertikal. Posisi peta bagian atas peta diberi kertas tebal berlubang untuk penjepit dan diatur secara behajar. Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak dengan posisi peta diletakkan secara horizontal dan bertumpuk.
Penyimpanan
peta
secara
vertikal
mempunyai kebaikan dalam hal memudahkan dalam pencarian peta dan konsekuensi peta sobek sangat kedl. Penyimpanan peta secara horizontal dan bertumpuk mempunyai keburukan dalam hal pemeliharaan peta karena peta mudah lengket dan sobek, selain itu ada kesulitan dalam pencarian lembar peta dengan nomor tertentu karena harus membongkar tumpukan peta. Pada pembuatan peta tematik pilihiah komposisi peta
sesuai dengan kebutuhan, si pembuat peta (map
maker) hams memikirkan cara praktis dalam membuat peta dan sekaligus cara praktis si pengguna peta (map users) dalam pemakaiannya. Tidak ada aturan baku komposisi
peta
harus
dengan
model
tertentu, 43
berhematlah dengan biaya kertas dan waktu pembuatan peta.
Model-model
dijadikan
sebagai
komposisi pedoman
peta atau
di
atas
panduan
dapat dalam
membuat peta tematik. Perlu ditegaskan kembali bahwa desain dan komposisi dalam peta tematik tidak sama dengan peta rupabumi yang telah demikian baku dan antara satu peta rupabumi dengan yang peta rupabumi yang lain adalah sama. Namun sebaliknya untuk peta tematik, desain dan komposisi peta lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor skala peta, bentuk wilayah yang dipetakan, dan tingkat kompleksitas data atau simbol dalam kaitannya dengan luasan gambar dan atau kertas. Daftar Pertanyaan 1. Jelaskan perbedaan antara peta rupabumi dengan peta tematik ? 2. Jelaskan perbedaan komposisi antara peta rupabumi dengan peta tematik 3. Apa tujuan adanya komposisi peta yang teratur dan baik?
Daftar Pustaka Erwin
Raiz, 1984, General Cartography, Mc Graw-Hill Company, New York Juhadi, dkk, 2001, Desain dan Komposisi Peta Tematik, Indoprint, Semarang Ischak, 1987, Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya, Liberty, Yogyakarta. Bos, E.S, 1973, Cartographic Principles in Thematic Mapping, The Netherland, ITC, Lecture Note, Enschede. 44
BAB III KOMPONEN PETA TEMATIK Peta tematik merupakan peta yang mempunyai tema
tertentu.
Peta
tematik
menggambarkan
kenampakan, informasi, atau data yang bersifat kualitatif dan atau kuantitatif, kaitannya dengan unsur atau detaildetail topografi yang spesifik sesuai dengan tema peta. Pada umumnya detail-detail topografi tidak digambarkan secara lengkap tetapi hanya berlaku sebagai unsur penunjang data-data khusus yang disesuai dengan tema peta tematik yang dibuat. Data-data yang digunakan dalam peta tematik dapat diperoleh dan hasil survei lapangan secara langsung (sebagai data primer) maupun data-data statistik (data sekunder). Pembahasan tentang isi peta tematik akan dikemukakan lebih lanjut pada bab empat, pada bab ini memaparkan tentang komponen dan komposisi peta tematik saja. Komponen peta tematik merupakan informasi tepi peta, meliputi judul peta, skala peta, orientasi peta, garis tepi peta, letak koordinat, sumber peta, inset peta, dan legenda peta. Biasanya komponen peta tematik ini diatur sedemikian rupa sebagai komposisi atau tata letak peta tematik yang telah dibahas pada bab dua, dengan
45
memperhatikan aspek selaras, serasi, seimbang atau disingkat aspek 3S. Kuliah ini akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan 5 x 100 menit. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan mengerti tentang Judul peta, skala, orientasi, garis tepi, nama pembuat, koordinat, sumber peta, legenda, dan inset peta tematik. Penjelasan masing-masing komponen peta dan penempatannya sebagai tata letak atau layout peta hingga diperoleh hasil komposisi peta yang benar dan serasi akan dibahas sebagai berikut. 1. Judul Peta Tematik Judul peta pada peta tematik berbeda dengan judul peta pada peta rupabumi. Pada peta rupabumi judul peta merupakan nama daerah atau wilayah yang tergambarkan pada lembar peta tertentu dan diletakkan di atas peta pada sisi tengah. Nama judul dan posisinya pada peta sudah baku atau bersifat konvensional, sehingga tidak dapat diubah-ubah lagi. Pada peta tematik judul peta disesuaikan dengan tema peta yang akan dibuat. dan posisi judul dapat diubah-ubah sedemikian rupa sesuai dengan bentuk wilayah dan aspek 3S serta kepentingan tertentu. Judul peta tematik harus memuat tiga hal yaitu : 46
1. Tema peta 2. Nama lokasi wilayah yang dipetakan 3. Tahun pembuatan peta. Tema pada judul peta dibuat sesuai dengan isi peta, informasi dominan yang tergambar dalam peta, ataupun data-data statistik yang disimbolisasikan dalam peta tematik. Penentuan tema peta tematik diutamakan satu
macam saja yang paling mewakili dan dominan
tergambar
pada
peta
tematik.
Namun
apabila
dikehendaki dan dianggap penting, dapat ditampilkan dua tema secara bersamaan dalam satu peta. Contoh judul peta yang memuat dua tema secara bersamaan, yaitu : peta kepadatan dan jumlah penduduk, peta potensi
wilayah
dan
basis
pengembangan,
peta
pergerakan transportasi angkutan kota dan jumlah penumpang. Lokasi pada judul peta berupa nama daerah baik wilayah administrasi maupun bukan wilayah administrasi, yang mencerminkan wilayah yang dipetakan sesuai dengan
batas
wilayah
terluar
yang
digambarkan.
Penamaan lokasi peta dengan batas wilayah administrasi meliputi
lokasi
desa,
kecamatan,
kabupaten,
dan
sebagainya. Lokasi wilayah bukan administrasi antara lain batas daerah aliran sungai (DAS), batas daerah pengaliran 47
sungai (DPS), batas pulau atau kepulauan, batas tanah, dan batas kondisi fisik lainnya. Tahun pada judul peta disesuaikan dengan tahun informasi atau tahun data yang dipetakan. Peta tematik yang menggambarkan atau memetakan data statistik, informasi tahun harus dicantumkan karena data statistik selalu
mengalami
perubahan.
Peta
tematik
yang
memetakan informasi wilayah yang bersifat tetap seperti kondisi fisik wilayah, maka informasi tahun peta dapat diabaikan. Beberapa contoh pembuatan judul peta, yang memuat tema peta, lokasi peta dan tahun pembuatan peta dapat dilihat seperti di bawah ini. Amatilah apakah semua judul peta di bawah ini memuat tiga hal tersebut ? carilah alasannya. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang Tahun 1998 Peta Produksi Polowijo Propinsi Jawa Tengah Tahun 1999 Peta Kemiringan Lereng DAS Kali Babon Hulu Peta Lokasi Desa Watutunggul Peta Persebaran Industri di Kabupaten Purbalingga Tahun 1999
48
Peta Areal Genangan Banjir di Kota Semarang Tahun 2000 Peta Hidrogeologi Kabupaten Pekalongan Peta Potensi dan Pengembangan Pariwisata di Pantai Utara Jawa. Posisi judul peta pada peta tematik dapat diletakkan didalam bingkai garis tepi peta pada bagian tengah, kiri, atau kanan, sesuai dengan aspek selaras serasi dan seimbang (lihat gambar 3). Namun posisi Judul peta dapat diatur sedemikian rupa, dapat diletakkan pada sisi kiri atau sisi kanan (lihat gambar 4). Posisi judul peta seperti pada gambar 3 dan gambar 4 merupakan peta lepas yang disusun secara tersendiri dilipat dan dimasukkan pada suatu map tertentu atau dengan kata lain berfungsi sebagai peta lampiran. Pada penyusunanbuku, skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian, peta-peta ini diletakkan pada lampiran atau dimasukkan dalam map dan dijilid. Ada satu model penempatan judul peta (lihat gambar 6) yaitu judul peta diletakkan di luar bingkai atau garis tepi peta, tepatnya di bagian bawah bingkai peta. Judul peta ditulis di bawah peta karena peta tersebut berfungsi sebagai gambar dan bukan peta lampiran.
49
Gambar 6. Model Penempatan Judul Peta di Luar Bingkai Peta
Model penempatan judul peta seperti ini khusus dibuat untuk peta yang diletakkan di dalam halaman buku, skripsi, atau laporan, berupa gambar bukan peta lepas. Memang tidak ada aturan baku yang mengaturnya, tapi
menurut
pedoman
penulisan
karya
ilmiah
penempatan suatu peta yang berupa gambar dalam halaman isi laporan atau skripsi merupakan bagian dari gambar. Judul peta dibuat dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis sebagai huruf tegak dengan jenis huruf
standar
seperti
jenis
roman.
Tinggi
huruf 50
tergantung pada besar kecilnya peta, semakiri anda sering membuat peta maka semakiri mudah dalam memperkirakan tinggi huruf suatu peta. Tebal huruf juga dapat dibuat variasi jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis, sesuaikan dengan lebar kertasnya. Model
Judul Peta
A
PETA ADMINISTRASI PETA PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SUKABUMI TAHUN 2004 PETA DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2004 PETA KEMIRINGAN LERENG DAERAH ALIRAN SUNGAI WAY BESAI TAHUN 2004 PETA RUPABUMI KABUPATEN MUARA BUNGO
B C D E
Gambar 7. Model Pembuatan Judul Peta
Judul peta dapat dibuat dalam satu baris, dua baris,
atau
sampai
tiga
baris.
Apabila
tidak
memungkirikan dibuat dalam satu baris maka aturlah pemenggalan yang tepat, bedakan antara tema peta tahun peta dan wilayah pemetaan. Kalau judul dibuat dalam dua atau tiga baris maka aturlah spasinya, jangan terlalu rapat juga jangan terlalu lebar, tebal dan tinggi huruf dapat dibuat bervariasi (lihat gambar 7). Amatilah perbedaan beberapa model judul peta pada gambar 7,
51
bagaimana penerapannya pada peta yang akan anda buat ? Judul peta memuat informasi yang padat yaitu memuat tema, lokasi daerah dan tahun data dibuat, sehingga penulisan harus dirancang seefisien mungkiri, beberapa model pembuatan judul peta dapat dilihat pada tabel 1. Model B dan E merupakan contoh penulisan judul peta yang disusun secara memusat (center). Model C merupakan contoh penulisan judul peta secara rapi kanan (align right) dan model A dan model D merupakan contoh penulisan secara rapi kiri (align left). Apabila ruangan memungkirikan untuk membuat judul peta dalam satu baris maka buatlah dalam satu baris seperti model A.
Model B sampai E merupakan
contoh penulisan judul yang dibuat dalam dua sampai tiga
baris,
dengan
mempertimbangkan
mengatur
tinggi
aspek ruang.
huruf
dan
Model C tidak
mempunyai perbedaan tebal huruf, pada baris 1 dan 2 tebal huruf sama dan tinggi huruf berbeda sedikit. Model A, B, D, dan E mempunyai perbedaan pada tinggi dan tebal huruf. Amatilah tinggi dan tebal huruf pada bans pertama sampai ketiga, baris pertama paling tinggi makiri
ke
bawah
makiri
pendek.
Perbedaan
ini 52
menambah cantik penampilan judul peta, tema peta pada bans pertama dibuat dengan penampilan lebih menonjol dari pada lokasi wilayah dan tahun pembuatan peta pada baris kedua dan ketiga. Kesan adanya tingkatan jenis huruf, tebal huruf maupun tinggi huruf dalam menampilkan judul peta, akan memberikan arti tersendiri tentang makna judul peta. Gunakan jenis huruf yang sama, namun penampilan tebal/tipis huruf dan tinggi/rendah huruf boleh berbeda. Masih banyak model judul peta yang dapat anda ciptakan dan kembangkan sendiri. 2. Skala Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya dari dua titik di peta. Jarak sebenarnya disebut jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi. Skala peta harus selalu dicantumkan pada peta, karena dapat digunakan untuk mernperkirakan atau menghitung ukuran sebenarnya di permukaan bumi. Berdasarkan bentuknya ada dua macam skala peta (lihat contoh pada gambar 8), yaitu: a
Skala angka (skala numeris), merupakan skala yang ditampilkan dalam ujud besaran angka. Contoh skala
53
1 : 25.000 artinya satu cm pada peta sama dengan 25.000 cm atau 0,25 km di lapangan. b. Skala garis (skala grafis), merupakan skala yang ditampilkan dalam bentuk garis seperti petunjuk penggaris
(sebagai
satuan
cm)
dan
keterangan
skalanya dalam kilometer (sebagai jarak sebenarnya). Skala garis dapat dibuat dengan panjang sekitar 3 atau 4 cm, pada setiap satu centimeter diberikan tanda misalnya dengan garis penggalan vertikal (lihat contoh gambar 8. Setiap satu atau dua centimeter diberikan keterangan jarak sebenarnya (dalam km), dicantumkan di atas garis penggalan cm. Idealnya
pada
setiap
dicantumkan skala angka
peta
harus
dan skala garisnya. Apabila
tidak memungkirikan
maka skala garis lebih
untuk
karena
dicantumkan,
diperbesar
atau
selalu
diperkecil
apabila maka
mutlak
peta
tersebut
dapat
dihitung
perubahan skalanya. Berdasar pedoman pada skala garis satu satuan garis(dalam cm) sama dengan satu kilometer di
lapangan,
sehingga
perubahan
skala
dapat
diperhitungkan pemakaiannya. Tidak ada aturan baku komposisi
peta
harus
dengan
model
tertentu,
berhematlah dengan biaya kertas dan waktu pembuatan peta.
Model-model
komposisi
peta
di
atas
dapat 54
dijadikan
sebagai
pedoman
atau
panduan
dalam
membuat peta tematik. Skala 1 : 100.000 0 1 2
3
Skala 1 : 75.000
4 5
6 km 0 1 2
3
4 5
6 km
Gambar 8. Model Skala Angka dan Skala Garis pada Peta Tematik
Gambar 8. Model skala angka dan skala garis pada peta tematik Penampilan skala peta rupabumi tidak sama dengan skala peta tematik. Skala peta rupabumi sudah mempunyai
ketentuan-ketentuan
yang
bersifat
menyeluruh dalam arti setiap unsur yang ada pada peta rupabumi mempunyai perbandingan dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Sehingga penyajian skala peta rupabumi berbeda dengan peta tematik. Pada peta rupabumi penampilan skala peta harus jelas bahwa satu centimeter
di
lapangan,
jadi
peta
mewakili
penampilan
setiap
satuan
kilometer
centimeter
di dan
kilometer mutlak harus ditampilkan semuanya (lihat gambar 9). Skala
peta
tematik
umumnya
menunjukkan
referensi ketelitian dari peta dasar yang digunakan. Simbol dan unsur-unsur tertentu dalam peta umumnya 55
tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan skala petanya. Pada peta tematik penampilan skala peta dapat lebih praktis dan sederhana, sehingga penampilan/tulisan centimeter tidak harus dicantumkan (lihat gambar 8). Di Indonesia pedoman skala garis setiap satu bagian pasti satu centimeter, pasangan cm adalah km. Secara internasional inchi berpasangan dengan mil (inch to miles). 1 2
3
0 2 4
4 5 km 6
8 km
Skala 1 : 200.000
Gambar 9. Model skala garis dan skala angka pada peta rupabumi
Penempatan skala peta selalu berada di dalam bingkai peta dan diletakkan dibawah judul peta. Posisi skala peta mengikuti posisi judul peta seperti tampak pada gambar 3, gambar 4, dan gambar 5. Ada juga posisi skala peta yang tidak mengikuti judul yaitu untuk peta yang berfungsi sebagai gambar (lihat gambar 6), posisi judul peta berada di luar bingkai peta dan letak skala peta tetap di dalam bingkai peta.
56
Pada pembuatan skala peta yang mengikuti atau berada di bawah judul peta, maka tinggi huruf pada skala peta lebih pendek dari judul peta. Urutan penempatan pada peta yaitu judul peta diletakkan paling atas diikuti dengan skala angka baru skala garisnya, lihat contoh pada gambar 10. Beberapa alat atau cara yang digunakan untuk merubah skala peta atau memperbesar dan memperkecil skala peta yaitu: 1. Square Method atau Ngedam atau dengan kotak-kotak 2. Alat Pantograf 3. Alat Map 0-Graph 4. Alat Fotocopy atau cara Fotografis PETA POTENSI DAN BASIS PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA SKALA1 : 100.000 0 1 2
3
4 km
Gambar 10. Perbandingan tinggi huruf pada judul dan skala peta
Perlu selalu diingat bahwa skala peta berbanding terbalik, jadi dalam menghitung atau menentukan skala peta menjadi satu dibagi dengan angka skala (1/angka skala). Beberapa cara untuk menentukan skala peta apabila suatu peta belum diketahui skalanya, yaitu : 57
1. Membandingkan dua kenampakan antara peta yang tidak berskala dengan peta yang mempunyai skala. 2. Membandingkan
jarak
di
peta
dengan
jarak
sebenarnya di lapangan. 3. Membandingkan bentuk umum di peta dengan bentuk sebenarnya di lapangan, misalnya ukuran sepakbola dan jarak dua tiang listrik. 4. Menghitung jarak antara dua garis lintang, untuk daerah equator 1° =111 km. 5. Menghitung skala peta dan berdasarkan interval garis ketinggian (kontur interval atau ci), perhitungan ini dilakukan khusus untuk peta-peta yang mempunyai kontur atau garis tinggi. Rumus yang digunakan: d = 1/2000 x penyebut skala Orientasi peta adalah suatu tanda petunjuk arah peta, bukan arah mata angin. Arah yang ditampilkan pada peta hanya arah utara saja dengan posisis arah utara selalu menghadap ke atas, sesuai dengan utara grid (Grid North). Bentuk orientasi peta pada peta tematik digambarkan secara sederhana saja yaitu bentuk anak panah atau bentuk tombak yang panahnya berada di atas dan diberi tanda notasi huruf U atau utara, berarti arah 58
utara peta menghadap ke atas. Penempatan orientasi peta seperti skala peta yaitu selalu berada di dalam bingkai peta, dengan posisi di bawah skala peta atau pada
tempat-tempat
yang
luang.
Beberapa
model
orientasi peta disajikan pada gambar 11. U
U
Gambar 11. Model orientasi peta pada peta tematik
Bentuk orientasi peta pada peta tematik dengan pada peta rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi petunjuk arah ini dibuat lebih lengkap, karena peta rupabumi merupakan peta dasar yang digunakan sebagai pedoman pembuatan peta-peta lain. Orientasi pada peta rupabumi menunjukkan informasi tiga arah utara, yaitu utara sebenarnya {true north = TN), utara grid (grid north = GN), dan utara magnetik (magnetic north = MN). 4. Garis Tepi Peta Tematik Garis tepi peta atau garis bingkai peta merupakan garis yang membatasi informasi peta tematik. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi peta atau dengan kata lain tidak ada informasi yang berada di luar 59
garis tepi peta. Komponen peta yang dimaksud berada di dalam garis tepi meliputi judul peta, skala peta, orientasi peta, legenda, sumber peta, dan garis lintang dan bujur peta. Garis tepi peta terdiri dari empat garis yang berhubungan pada ujungnya dan membentuk siku-siku atau sudut 90 derajat, sehingga membentuk bangun segi empat. Garis tepi peta ini dapat didesain dengan satu atau dua garis tepi. Pembuatan dua garis tepi peta dapatdidesain
dengan
ketebalan
tertentu,
yaitu
ketebalan sama atau ketebalan berbeda, terserah kepada desain si pembuat peta. Contoh pembuatan garis tepi peta dapat dilihat pada gambar 12. Tebal garis diatur sesuai dengan ukuran kertas peta yang akan dibuat. Peta dengan ukuran kecil atau ukuran kertas A4 dapat dibuat garis tepi sebanyak satu garis atau dua garis dengan ketebalan yang berbeda. Tebal garis dapat dibuat dengan ukuran sekitar 0,50 mm untuk garis tepi bagian dalam dan 1,5 mm untuk garis tepi peta bagian dalam. Ukuran ini hanya merupakan ukuran perkiraan saja tidak mutlak setebal itu, pembuat peta dituntut untuk berkreasi dalam mendesain antara ukuran lebar peta atau ukuran kertas dengan tebal garis tepi peta yang akan dibuat. 60
Amatilah beberapa model garis tepi peta pada gambar 12, dimana letak perbedaannya. Anda dapat berkreasi dan menciptakan model garis tepi peta sesuai dengan tujuan dan kegunaan peta yang akan dibuat. Model A
Model C
Model B
Model D
Gambar 12. Model Pembuatan Garis Tepi Peta, Letak Koordinat, Nama Pembuat, dan Sumber Peta Tematik
61
5. Nama Pembuat Peta Tematik Informasi yang berada di luar garis tepi peta terluar hanya informasi pembuat peta yang diletakkan pada bagian luar peta berbatasan dengan garis tepi peta terluar. Letaknya pada sisi kanan bagian bawah di luar garis tepi peta. "Nama pembuat peta" merupakan unsur peta yang perlu
untuk
dicantumkan.
"Nama
pembuat
peta"
dicantumkan di luar garis tepi peta, karena "nama pembuatpeta" bukan merupakan komponen pokok peta tetapi merupakan informasi pendukung saja. Lokasinya berada di luar garis tepi peta terluar, pada bagian pojok kanan bawah. Contoh lokasi penempatan "nama pembuat peta" dapat dillhat pada Gambar 12. Penulisan "nama pembuat peta" mempunyai ketentuan, yaitu terdiri dan nama dan tahun pembuatan peta. Beberapa contoh penulisan nama pembuat peta dikemukakan seperti di bawah ini : 1. Disalin oleh
: Nadia Pitaloka, 1999.
2. Disusunoleh
: SitiAisyah, tahun 1997.
3. Digambaroleh
: Marjono, tahun 1998.
4. Dibuat oleh
: Dian Wiwahani, 2000.
Pembuat peta sebaiknya menuliskan kata-kata disalin,
disusun, digambar, atau dibuat secara jujur. 62
Membuat peta dengan cara menyalin atau ngeblat informasi
yang
ada
tanpa
menambahkan
atau
memasukkan ide dan pembuat peta, maka identitas yang ditulis adalah disalin oleh. Apabila pembuat peta menggambar peta dengan menambah informasi data lain maka dapat ditulis dengan disusun oleh atau digambar oleh. Kalau peta tersebut dibuat dengan ide murni dan pembuat peta maka dapat ditulis dengan kata dibuat oleh. 6. Koordinat Peta Tematik Koordinat pada dalam tematik merupakan salah satu unsur penting, karena koordinat menunjukkan lokasi absolut di bola bubumi. Koordinat dalam peta tematik dapat digunakan dengan dua cara yaitu: 1. Koordinat lintang dan bujur. 2. Koordinat x dan y atau dikenal dengan sistem UTM, menggunakan pedoman pada koordinat Universal Transverse Mercator. Besaran koordinat pada peta tematik berfungsi untuk mengetahui posisi suatu titik di muka bumi, atau untuk mengetahui letak astronomis suatu tempat di muka bumi. Suatu titik di peta mempunyai lokasi yang ditentukan berdasarkan pada besarnya lintang dan bujur. Besaran bujur {longitude} adalah busur yang diukur 63
(dalam derajat) antara titik tersebut dengan meredian utama
[Meridian
Greenwich}.
Meredian
Greenwich
mempunyai harga bujur 0° (not derajat). Bujur dari Greenwich ke arah timur disebut bujur timur (BT) dan ke arah barat disebut bujur barat (BB). Jadi besaran BB (0° sampai 180°) dan besaran BT (0° sampai 180°). Besaran lintang {latitute} adalah busur yang diukur (dalam derajat) antara tempat tersebut dengan equator (sebagai titik nol derajat lintang). Pengukuran besaran lintang dari equator ke arah kutub utara disebut lintang utara (LU), dan dan equator ke arah kutub selatan disebut lintang selatan (LS). Nilai besaran LU dan LS adalah dari 0° sampai 90°. Apabila suatu titik atau wilayah di ketahui letak lintang dan bujurnya berarti lokasi tersebut mempunyai koordinat geografis atau mempunyai letak astronomis. Besaran koordinat lintang dan bujur dinyatakan dalam satuan derajat (°), menit (‘), dan detik("). Contoh: 1. Lokasi titik P adalah pada 65°38-08"BB dan 7°10-56" LU. Kenampakan titik berupa satu dimensi, maka informasi koordinat yang digambarkan cukup satu saja, satu informasi lintang dan satu informasi bujur. 2. Lokasi suatu wilavah Ouasan atau dua dimensi) digambarkan dengan dua informasi lintang dan dua 64
informasi bujur. Informasi yang ditampilkan berupa luasan, jadi ada dua letak lintang dan dua letak bujur. Contoh wilayah terletak antara 65°38'08" BB sampai
85°6'47"
BB
dan
7°10'45"LU
sampai
15°58'36"LU. Pada peta rupabumi angka koordinat mutlak harus dicantumkan, bahkan dilengkapi pula dengan grid atau garis-garis
vertikal
dan
horisontal
yang
saling
berpotongan pada setiap jarak 2 cm. Peta rupabumi peninggatan Belanda menggunakan sistem koordinat lintang dan bujur, namun untuk peta rupabumi edisi tahun
1970-an
yang
diterbitkan
oleh
Jantop
dan
Bakosurtanal sudah menggunakan sistem koordinat UTM. Pembuatan dan penempatan grid dan angka lintang bujur pada peta rupabumi sudah mempunyai ketentuan dan aturan-aturan yang nyata dan baku serta bersifat konvensional. Sebaliknya pada peta tematik, pemakaian
grid
tidak
harus
dicantumkan,
namun
informasi koordinat tetap diperlukan untuk mengetahui letak astronomis suatu wilayah. Sesuai dengan ciri peta tematik yang lebih mementingkan aspek 35 dan tidak mempunyai aturanaturan yang bersifat baku, angka koordinat didesain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu informasi 65
lain di dalam peta. Angka koordinat sebaiknya di letakkan di dalam garis bingkai peta, karena garis tepi peta merupakan kenampakan terluar dari peta. Bentuk angka dapat dirancang dengan ukuran huruf yang kecil sehingga tidak mengganggu kenampakan peta yang lain. Penempatan koordinat pada peta ditandai dengan garis kecil dengan ukuran (sekitar 0,5 mm sampai 1 mm) yang ditempelkan pada garis tepi peta atau bingkai peta. Apabila ada dua garis bingkai maka tanda koordinat diletakkan
pada
bingkai
bagian
dalam.
Contoh
pembuatan dan penempatan koordinat pada peta tematik dapat dilihat pada gambar 12. Angka besaran koordinat ditulis
dengan
angka
ukuran
kecil
supaya
tidak
mengganggu informasi lain, dan diletakkan di dalam bingkai peta pada salah satu sisi saja yaitu sisi atas atau bawah dan sisi kanan atau kiri. Model A dan B merupakan model peta, yang semua informasi peta diletakkan dalam peta atau dalam bingkai peta. Model C dan D merupakan model yang semua informasi tepi peta diletakkan pada satu sisi yaitu sisi kanan atau sisi kiri tergantung bentuk wilayah dan keseimbangan, sehingga
koordinat dapat diletakkan
pada bingkai map face atau gambar petanya.
66
7. Sumber Peta Sumber
peta harus
dicantumkan pada peta
tematik karena berdasarkan sumber peta dapat diketahui kebenaran peta tematik yang dibuat. Sumber peta yang paling valid dan dapat dipercaya kebenarannya adalah peta-peta yang bersifat resmi seperti peta rupabumi, yang dibuat oteh Jawatan Topografi Angkatan Darat (Jantop) atau Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Selain itu peta-peta yang resmi dikeluarkan oleh suatu instansi juga dapat dipergunakan sebagai sumber peta. Hindarilah penggunaan sumber peta dan peta desa. Karena peta desa masih diragukan kebenarannya, sebagian besar pembuatannya masih berdasarkan pada 'mental map' dari staf kelurahan. Penempatan informasi sumber peta pada peta tematik diletakkan pada sebelah bawah pojok kanan atau sebelah bawah pojok kiri atau bawah tengah seperti model C (lihat gambar 12). Jangan meletakkan sumber peta di bagian atas peta, karena sumber peta bukan komponen utama peta, sehingga perlu diletakkan pada bagian bawah peta. Guna mempermanis kenampakan sumber peta dapat diberi kotak, namun bila kenampakan kotak mengganggu sebaiknya hindari pengkotakan.
67
Sumber peta dapat terdiri dari dua macam sumber yaitu sumber data dan sumber peta, sumber peta berasal dari peta dasar yang digunakan dan sumber data berasal dari data statistik yang digunakan. Informasi sumber peta pada peta tematik berisi tentang sumber peta dan skala, sedangkan sumber data berisi tentang jenis data, sumber data, dan tahun data. Tahun data mutlak harus dicantumkan
karena
nilai
data
selalu
mengalami
perubahan. Peta tematik yang harus mencantumkan sumber data yaitu peta kepadatan penduduk, peta produksi pertanian, peta persebaran industri kecil, peta transportasi angkutan kota, dan sebagainya Beberapa contoh pembuatan sumber data dikemukakan sebagai berikut : 1. Sumber : Peta Topografi Sheet XL-A, skala 1: 50.000. 2. Sumber : Peta Topografi Sheet XXXIX-C skala 1: 100.000 3. Sumber: Peta Jaringan Jalan, skala 1 : 25.000, DLLAJR 1990. Data Angkutan Kota Semarang, BPS, 1998. 4. Sumber: Peta Topografi Sheet XXVII-C skala 1 : 50.000 5. Sumber: Data Kepadatan Penduduk, BPS 2000. 8. Legenda Peta Tematik
68
Legenda peta merupakan kunci peta sehingga mutlak harus ada pada peta legenda peta berisi tentang keterangan
simbol,
tanda,
atau
singkatan
yang
dipergunakan pada peta. Peranan legenda peta sangat penting dalam pembacaan peta, maka legenda peta harus dibuat secara benar dan baik serta pada posisi yang serasi dan seimbang. Legenda pada peta tematik berbeda dengan peta rupabumi. Pada peta rupabumi legenda sangat banyak karena informasi-informasi peta rupabumi cukup
lengkap.
penempatannya
Bentuk
sudah
pasti,
pewarnaan bersifat
maupun baku
dan
konvensional. Sedangkan pada peta tematik, legenda peta terbatas tergantung pada tema dan data yang digunakan. Tidak ada aturan khusus bagi penempatan simbol pada legenda, akan tetapi aspek 3S harus selalu diutamakan. Penempatan simbol pada legenda peta tematik sebaiknya dikelompokkan menurut simbol garis, luasan, dan titik, supaya pengguna peta mudah dalam memahami dan membaca peta (lihat gambar 13). Tidak ada aturan baku dalam 3 penempatan urutan simbol pada legenda. Dahulukan informasi-informasi utama atau simbol yang paling dahulu digambarkan dalam peta tematik. Pada pembuatan peta tematik, biasanya kenampakan garis 69
seperti batas administrasi, sungai, atau jalan merupakan kenampakan pokok dan digambar terlebih dahulu, maka pada
legenda
simbol-simbol
garis
ini
didahulukan
urutannya. Bandingkan contoh legenda pada gambar 13, model A tampak teratur dan mudah dibaca, karena dikelompokkan menurut bentuk simbol. Simbol luas dikelompokkan dan diletakkan pada awal legenda, selanjutnya disusun kelompok simbol garis, simbol titik, dan simbol lainnya. Pada model B tidak memperhatikan pengelompokan bentuk simbol, sehingga menyulitkan dalam membaca peta. Bentuk simbol garis, simbol titik dan simbol luas tidak ditempatkan secara berurutan atau terpencar. Model A (teratur) Legenda :
Model B (tidak teratur) Legenda :
Sawah
Balai Desa
Permukiman
Batas Kelurahan
Batas Kecamatan
Sawah
Batas Kelurahan
Permukiman
Batas Dukuh
Sungai
Sungai
Batas Dukuh
Jalan
Jalan
Balai Desa
Batas 70
Kecamatan Gambar 13. Model Legenda pada Peta Tematik Pada peta tematik tidak ada aturan baku tentang pengkotaan legenda atau bingkai legenda. Pertimbangkan aspek 3S dalam pembuatan peta tematik, kalau memang tampak serasi dan indah maka bingkai legenda dapat digunakan, tetapi kalau kenampakan peta menjadi tidak serasi dan 'ruwet' hilangkanlah pengkotakan legenda atau dengan kata lain legenda tidak perlu diberi bingkai atau kotak. Ingatlah bahwa faktor seni dan subyektivitas dan pembuat peta sangat menentukan. 9. Inset Peta Tematik Ada dua macam jenis inset peta, yaitu : 1. Inset perbesaran peta. 2. Inset lokasi wilayah. Inset perbesaran peta banyak dijumpai
pada
Atlas, kegunaannya untuk menerangkan informasi penting dan suatu pulau. Kenampakan pulau tersebut pada skala tertentu tampak sangat kecil sehingga perlu diperbesar. Pulau
kecil
tersebut
diperbesar
dalam
inset
dan
dicantumkan pada halaman yang sama. Pada jenis inset perbesaran ini informasi skala perbesaran peta dan angka
71
koordinat mutlak harus dicantumkan, karena lokasi astronomis sangat diperlukan. Pada inset lokasi wilayah, banyak dijumpai pada peta-peta tematik. Inset lokasi ini
kegunaannya untuk
menjelaskan lokasi suatu daerah pada cakupan wilayah yang lebih besar lagi. Contoh peta tematik setingkat Deso memerlukan
peta
inset
Kecamatan),
sehingga
Kabupaten
dapat
(dengan
diketahui
lokasi
batas Desa
tersebut pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Pada jenis inset lokasi ini, yang dipentingkan adalah lokasi suatu Desa yang tidak dikenal dan diketahui namanya akan dapat diketahui letak Desa tersebut pada tingkat Kabupaten. Nama Kabupaten lebih dikenal daripada nama Desa. Berkaitan dengan hal tersebut maka informasi skala dan angka koordinat pada inset lokasi wilayah tidak hams dicantumkan atau ditampilkan atau dengan kata lain boleh dihilangkan. Namun apabila pembuat peta menganggap
skala
dan
letak
lintang
bujur
perlu
ditampilkan maka inset yang dibuat akan lebih lengkap informasinya. Beberapa contoh pembuatan
inset peta
pada peta tematik dapat dilihat pada gambar 14. Informasi yang perlu ditampilkan pada inset adalah judul wilayah dan keterangan, dan apabila 72
dianggap penting dapat ditambah dengan skala inset dan letak lintang bujur. Pada suatu hasil penelitian atau skripsi yang memuat banyak peta (lebih dari satu peta), maka inset peta cukye dicantumkan pada satu macam peta saja yaitu pada peta yang memuat informasi umum misalnya "Peta Lokasi Desa Medini" atau pada "Peta Ikhtisar Kecamatan Demak" atau "Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Tritih Kulon".
73
Contoh
Inset
seperti
pada
Gambar
14
menunjukkan bahwa ketiga model tersebut yaitu Model A, Model B, dan Model C terdapat perbedaan. Perbedaan pokok ; dan ketiga model tersebut ada pada judul peta, skala peta, letak lintang bujur, legenda peta, dan simbol peta. Judul peta pada model A, B, dan C berbeda, pada model A ada ditulis "peta inset", sedangkan pada model B dan C hanya judul wilayah saja yang ditulis. Kedua model judul inset peta ini memang tidak ada aturan baku sehingga pembuat peta dapat menentukan model judul inset peta yang akan dibuat. Skala inset peta boleh dicantumkan seperti model B,
tetapi boleh tidak
dicantunkan seperti model A dan C. Demikian pula dengan letak koordinat boleh dicantumkan boleh tidak. Kalau pembuat peta ingin menampilkan inset peta secara lengkap, maka skala dan koordinat tetap dicantumkan. Mengapa demikian? Hal ini mengingat dari fungsi inset peta
yaitu
sebagai
inset
lokasi
wilayah
untuk
menunjukkan tempat saja. 74
Legenda peta yang perlu dicantumkan pada inset peta
dibuat
sederhana
saja,
yang
pokok
harus
dicantumkan yaitu tentang petunjuk lokasi wilayah. Simbol lokasi wilayah dapat berupa simbol luas atau simbol titik, tergantung pada lokasi yang ditampilkan. Model A dan B menunjukkan lokasi wilayah dalam luasan, yaitu lokasi wilayah kelurahan atau lokasi daerah aliran sungai
(DAS),
sedangkan
pada
model
C
hanya
menampilkan lokasi wilayah dalam cakupan kecil bukan wilayah administrasi. Daftar Pertanyaan 1. Sebutkan dan jelaskan serta beri contoh masing-masing dari unsur-unsur yang terdapat di dalam suatu peta ? 2. Apa yang dimaksud dengan skala, dan sebutkan alat yang digunakan untuk memperbesar dan memperkecil skala yang anda ketahui ? 3. Apa tujuan adanya komponen peta ?
Daftar Pustaka Bos, E.S, 1973, Cartographic Principles in Thematic Mapping, The Netherland, ITC, Lecture Note, Enschede. Basuki Sudihardjo, 1986, Peta, Sejarah, dan Kegunaannya, Makalah Pidato Pengukuhan, Guru Besar, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Endang Saraswati, 1979, Kartografi Dasar, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Erwin Raiz, 1984, General Cartography, Mc Graw-Hill Company, New York Ischak, 1987, Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya, Liberty, Yogyakarta.
75
Juhadi, dkk, 2001, Desain dan Komposisi Peta Tematik, Indoprint, Semarang
BAB VI KENAMPAKAN DASAR PETA TEMATIK Peta tematik dan peta rupabumi mempunyai kenampakan informasi dasar peta yang berbeda. Peta rupabumi sebagai peta umum mempunyai informasi dasar peta yang leblh lengkap dibandingkan peta tematik, atau dengan kata lain peta tematik mengambil beberapa informasi dasar dari peta rupabumi. Beberapa informasi dasar
seperti
kenampakan
jalan,
sungai,
batas
administrasi, dan penggunaan lahan merupakan informasi dasar yang digunakan dalam peta tematik. Setiap tema peta tematik mempunyai informasi dasar yang berbeda demikian pula dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada bab ini dibahas tentang informasi dasar pada beberapa tema peta tematik, simbol-simbol dasar pada peta tematik dan simbol-simbol khusus peta tematik. Komponen
Kenampakan
dasar
peta
tematik
meliputi informasi dasar peta tematik, simbol-simbol
76
dasar peta tematik (jalan, sungai, batas administrasi, dan penggunaan lahan), simbol khusus pada peta tematik Kuliah ini akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan 5 x 100 menit. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan mengerti tentang komponen dasar peta tematik. 1. Informasi Dasar Peta Tematik Peta tematik memerlukan data dan peta dasar. Data merupakan informasi yang akan dipetakan sesuai dengan tema peta yang dibuat, sedangkan peta dasar diperlukan sebagai tempat untuk meletakkan informasi data ke dalam peta tematik. Peta dasar merupakan pedoman lokasi untuk penempatan informasi data secara keruangan. Peta dasar untuk peta tematik adalah peta yang berisikan informasi atau data topografi dan pada peta inilah semua data tematik akan diplot atau digambarkan (Lukman Aziz, 1985). Secara sederhana peta dasar adalah peta yang digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya. Peta dasar digunakan untuk satu jenis tema saja, peta dasar yang cocok untuk satu tema belum tentu cocok untuk tema lainnya betapapun bagusnya peta dasar tersebut.
77
Peta dasar umumnya diambil dan peta rupabumi, karena peta rupabumi merupakan peta umum yang dapat digunakan
untuk
pembuatan
peta-peta
lain.
peta
rupabumi memuat berbagai macam informasi dasar di permukaan bumi, sehingga dalam pembuatan peta dasar harus dipilih informasi dasar tertentu saja yang diambil sesuai dengan tema peta yang akan dibuat. Informasi dasar adalah bagian dari peta dasar, berupa jenis unsur yang diambil atau digunakan sebagai peta dasar. Peta tematik
dengan
tema seperti geologi,
geomorfologi, tanah, kemiringan lereng, dan hidrologi umumnya tidak berhubungan dengan batas administrasi atau batas 'wilayah, informasi dasar tentang kenampakan alam lebih diperlukan. Sebaliknya pada peta tematik dengan
tema
kepandudukan,
industri,
pendapatan,
pendidikan, ataupun keadan sosial ekonomi, memerlukan informasi dasar dan data sesuai dengan. tema peta yang dibuat. Informasi dasar yang dimaksud meliputi batas admimstrasi, jalan, dan sebagainya. Pemilihan informasi dasar secara tepat dan cermat dalam pembuatan peta tematik sangat diperlukan. Beberapa contoh informasi dasar yang digunakan pada pembuatan beberapa tema peta tematik, yaitu:
78
1. Peta Lokasi Wilayah, dapat disebut juga peta Ikhtisar. informasi peta dasar meliputi: jalan, sungai, rel kereta api, batas administrasi, dan nama wilayah administrasi. 2. Peta Penggunaan Lahan, memerlukan informasi dasar berupa batas-batas penggunaan lahan seperti batas sawah, tegal, pemukiman, hutan, dan sebagainya. 3. Peta Tata Guna Lahan, lebih mencerminkan penataan lahan sehingga informasi yang ditampilkan lebih banyak
dibandingkan
peta
penggunaan
lahan.
Informasi yang diperlukan meliputi batas penggunaan lahan, nama penggunaan lahan, jalan, dan sungai. 4. Peta Administrasi, hanya memuat informasi tentang batas-batas
administrasi
dan
nama
wilayah
administratif. Batas administrasi meliputi batas desa, kelurahan,
kecamatan,
kabupaten dan sebagainya
dan nama wilayah administrasi, meliputi nama desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya. 5. Peta Kemiringan Lereng, memerlukan Informasi dasar berupa kelas-kelas kemiringan lereng dan batas-batas kelas
kemiringan
lereng.
Kenampakan
yang
ditampilkan mempunyai nilai bertingkat sehingga simbol yang digunakan berupa simbol luas kuantitatif.
79
6. Peta Tanah, memerlukan informasi dasar berupa jenis-jenis tanah dan batas-batas jenis tanah. Peta tanah yang rinci memerlukan Informasi tentang sifat fisik tanah dan kimia tanah. 7. Peta Kepadatan Penduduk, memerlukan informasi dasar berupa: batas wilayah administrasi, nama wilayah, dan kelas-kelas kepadatan penduduk yang digambarkan atau disimbolkan secara luasan dengan menggunakan arsir atau gradasi warna. Simbol yang digunakan adalah simbol luas kuantitatif dengan interval tertentu, sedangkan jenis datanya bertingkat atau ordinal. 8. Peta Persebaran Industri Kecil, memerlukan informasi dasar berupa: batas-batas administrasi, jalan, sungai, pengeplotan lokasi industri kecil menurut jenisnya. Jenis simbol yang ditampilkan berupa simbol titik kualitatif, sedangkan data yang digunakan berupa data nominal kualitatif. 9. peta Lokasi Sekolah, memerlukan informasi dasar berupa:
jalan,
sungai,
batas
administrasi,
pengeplotan lokasi sekolah menurut jenis (sekolah negeri atau sekolah swasta) dengan menggunakan simbol kualitatif dan data nominal.
80
10. Peta
Persebaran,
memerlukan
informasi
dasar
berupa: jalan, sungai, batas administrasi, lokasi tambak yang disimbolkan secara luasan dengan warna atau simbol abstrak. Bentuk simbol luasan kualitatif. 11. Peta Produksi Pertanian, memerlukan informasi dasar berupa: jalan, sungai, batas administrasi, jenis produksi dan lokasi produksi. Simbol produksi secara kualitatif digambarkan dengan simbol titik berupa gambar (pictorial} atau bentuk geometri yang lain. Sedangkan untuk simbol produksi yang bersifat kuantitatif
terutama
simbol
titik
kuantitatif
digambarkan dengan bentuk diagram batang, diagram lingkaran, dan sebagainya. 12. Peta
Persebaran
informasi
dasar
Tambak berupa:
Udang, jalan,
memerlukan
sungai
batas
administrasi, lokasi tambak yang disimbolkan secara luasan dengan warna atau simbol abstrak, Bentuk simbol luas kualitatif, apabila ditampilkan informasi produksi tambak maka digambar dengan simbol luas kuantitatif. 13. Peta Produksi Pertanian, memerlukan informasi dasar berupa: jalan, sungai, batas administrasi, jenis dan lokasi produksi yang digambarkan dengan simbol titik. Jenis simbol yang digambarkan berupa simbol titik 81
kualitatif dengan bentuk pictorial atau simbol titik kuantitatif dalam bentuk diagram batang, diagram lingkaran, dan sebagainya. 14. Peta Migrasi atau Pergerakan Barang dari satu wilayah ke wilayah lain, memerlukan informasi dasar berupa batas
administrasi,
nama
wilayah,
dan
data
pergerakan barang atau penduduk. Jenis simbol dapat berupa garis kualitatif atau garis kuantitatif. Simbol garis kuantitatif digambarkan dengan ketebalan garis berbeda dengan arah tertentu, peta semacam ini disebut flow line. 2. Simbol-simbol Dasar Peta Tematik Simbol peta memegangperanan sangat penting, karena simbol peta merupakan media komunikasi gratis antara pembuat peta (map made} dengan pengguna peta (map users). Robinson (1969) mengatakan bahwa Simbol adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya di dalam peta. Simbol yang baik adalah simbol yang mudah dikenal dan mudah digambar. Secara lengkap syarat simbol yang baiksecara umum adalah: a. Sederhana b. Mudah digambar c. Mudah dibaca 82
d. Dapat mencerminkan data dengan teliti e. Bentuknya seragam dalam satu peta maupun dalam peta seri f. Bersifat umum. Bahkan
dalam
peta-peta
tematik
simbol
merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema suatu peta. Perancangan gambar suatu simbol di dalam peta sangat tergantung dan data yang ada dan informasi yang ingin diperoleh. Desain simbol secara tepat bagi penyajian suatu informasi sangat diperlukan. Tahapan yang perlu dilakukan dalam mendesam simbol antara lain: a. Amati jenis data yang akan ditampilkan, sehingga akan dapat ditentukan jenis datanya kualitatif atau kuantitatif.
Sifat
simbol
secara
umun,
dapat
ditentukan simbol kualitatif atau simbol kuantitatif. b. Berdasar sifat simbol tersebut, tentukan bentuk simbol yang akan dibuat simbol titik, simbol garis atau simbol luas. c. Rancang bentuk simbol tersebut secara benar dan sesuaikan
dengan
pengguna
peta
(map
users)
masyarakat umum, perencana, atau anak sekolah, hal ini terkait dengan kelengkapan dan kedetilan simbol.
83
d. Perancangan simbol harus disesuaikan dengan teknis dan pembiayaan. Bentuk simbol yang rumit akan mengalami kesulitan e. kesulitan dalam teknis pembuatan dan pencetakan. Simbol dengan banyak warna memertukan biaya pencetakan yang lebih mahal. Berkaitan
dengan
kenampakan
dasar
peta
tematik, maka yang akan dibahas pada bab ini berupa betuk simbol-simbol dasar yang digunakan dalam peta tematik saja. Simbol-simbol dasar yang biasa digunakan pada peta tematik antara lain berupa kenampakan lalan, sungai, batas administrasi, dan penggunaan lahan. Selain itu juga akan dibahas tentang bentuk dan warna dari simbol dasar tersebut. 1). Jalan Pada umumnya jalan digambarkan dengan bentuk garis lurus, satu garis atau dua garis, tergantung dari kelas jalan. Skala peta tematik tidak digunakan untuk menskalakan lebar jalan, akan tetapi dalam pembuatan simbol jalan dua garis harus diperhitungkan dengan kondisi di lapangan dan skala peta. Pembuatan simbol jalan dua garis tidak boleh terlalu lebar (lebih dari 5 mm), atau diperhitungkan dengan skala peta yang digunakan. Pada skala besar pembuatan lebar jalan harus 84
memperhitungkan skala peta, dengan cara mengalikan jarak dua garis jalan tersebut dengan skala. Hasil perkalian jarak di peta dengan skala tersebut disesuaikan dengan kondisi sebenarnya, mungkirikan lebar jalan sekian meter tersebut? Usahakan
dalam
membuat
simbol
garis
menggunakan penggaris, dan gambar jalan pada peta dengan rapi. Untuk jalan yang berliku gambar jalan dengan menggunakan penggaris lengkung atau gambar jalan tanpa penggaris dengan rapi. Buatlah jalan dengan garis yang tidak terputus, terpaksanya harus putus maka sambungan garis dibuat yang rapi. Pembuatan jalan dengan dua garis dibuat secara sejajar dengan jarak sama. Pada wilayah
peta
tematik yang mempunyai
administrasi,
penggambaran
jalan
batas boleh
memotong batas administrasi (lihat gambar 15). Jalan merupakan ujud kenampakan alami yang benar-benar ada di muka burmi, maka
penggambaran jalan boleh
memotong batas administrasi karena mencerminkan keadaan sebenarnya di lapangan. Sistem pewarnaan simbol jalan pada peta tematik dengan peta rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi warna simbol jalan adalah merah, sedangkan pada peta 85
tematik boleh berwarna merah atau hitam karena tidak ada aturan baku untuk peta tematik. Namun untuk membedakan dengan kenampakan simbol garis lainnya, maka sebaiknya simbol jalan diberi warna merah. Sistem pewarnaan simbol jalan pada peta tematik dengan peta rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi warna simbol jalan adalah merah, sedangkan pada peta tematik boleh berwarna merah atau hitam karena tidak ada aturan baku untuk peta tematik. Namun untuk membedakan dengan kenampakan simbol garis lainnya, maka sebaiknya simbol jalan diberi warna merah. Kenampakan jalan mempunyai tingkatan atau rangkirig atau kelas jalan, dibedakan dalam beberapa kelompok. Misalnya kelompok berdasarkan kelas jalan meliputi jalan kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan seterusnya. Kelompok berdasarkan fungsi jalan seperti jalan raya, jalan kampung, jalan setapak, dan seterusnya. Kelompok jalan menurut bentuk seperti jalan aspal, jalan batu, jalan tanah. Masih banyak lagi pengelompokan kelas jalan berdasarkan kriteria tertentu. Contoh pembuatan simbol jalan dapat dilihat pada contoh berikut ini : === : Jalan raya —— : Jalan kampung atau gang ..... : Jalan setapak. 86
2). Sungai Kenampakan simbol sungai pada peta tematik sama seperti pada peta rupabumi, demikian pula dalam hal warna. Penggunaan warna pada peta tematik boleh menggunakan warna biru atau hitam, namun untuk membedakan dengan kenampakan simbol garis yang lain sebaiknya gunakan warna biru untuk simbol sungai. Seperti
pada
simbol
jalan,
sungai
dapat
digambarkan dengan satu atau dua garis, lebar simbol sungai dengan dua garis digambarkan tidak terlalu lebar. Sungai-sungai besar boleh menggunakan simbol sungai dengan simbol dua garis, namun untuk sungai-sungai kedl sebaiknya menggunakan simbol satu garis saja (lihat gambar 16-a dan 16-b). Pada peta pola aliran yang menampilkan informasi sungai secara lengkap maka simbol sungai dapat digambarkan secara lebih lengkap lagi seperti dapat dilihat pada gambar 16-c. Bagi sungaisungai
besar,
perhitungkanlah
skala
peta
untuk
menentukan lebar simbol sungai
Gambar 16. Model simbol sungai pada peta tematik.
87
Seperti
pada
simbol
jalan,
sungai
dapat
digambarkan dengan satu atau dua garis, lebar simbol sungai dengan dua garis digambarkan tidak terlalu lebar. Sungai-sungai besar boleh menggunakan simbol sungai dengan simbol dua garis, namun untuk sungai-sungai kecil sebaiknya
menggunakan
simbol
satu
garis
saja.
Perhitungkanlah skala peta tematik untuk menentukan lebar simbol sungai. 3). Batas Administrasi Batas
administrasi
merupakan
kenampakan
abstrak, artinya tidak dijumpai secara nyata di muka bumi. Penggambaran simbol batas administrasi pada peta rupabumi
yang
bersifat
baku
berbeda
dengan
penggambaran pada peta tematik, karena tidak ada aturan baku untuk penggambaran batas administrasi pada peta tematik. Sistem pewarnaan simbol batas administrasi pada peta rupabumi menggunakan warna merah, sedangkan untuk peta tematik boleh menggunakan warna merah atau hitam. Supaya warna peta tematik tidak didominasi oleh warna merah maka simbol batas administrasi dapat menggunakan
warna
hitam,
pembuat
peta
dapat
88
merancang peta dengan baik sehingga dihasilkan peta bermutu. Bentuk simbol garis untuk batas administrasi dapat dibuat bertingkat sesuai dengan tingkat wilayah secara
administatif,
seperti
dukuh,
kelurahan,
kecamatan, kabupaten, propinsi, atau negara. +-+-+-+ -++..+..+..+. +•+•+•+•+ -..-..-..-... -•-•-•-•-•
Batas Batas Batas Batas Batas
Negara atau Batas Propinsi Propinsi atau Batas Kabupaten Kabupaten atau Batas Kecamatan Kecamatan atau Batas Desa Desa/Kelurahan atau Batas Dukuh
Gambar 17. Model simbol batas administrasi
Ada pedoman dalam membuat simbol batas administrasi, ditinjau dan urutan gambar simbol garis batas ini bersifat tetap urutannya yaitu mulai dan garis plus-minus-plus sebagai tingkatan administrasi tertinggi dan garis minus-titik-minus sebagai simbol tingkatan administrasi
terendah.
Nama
wilayah
administrasi
menyesuaikan dengan tingkatan simbol garis (lihat gambar 17). Pembuatan simbol batas administrasi pada peta tematik dapat dibuat dengan beberapa pedoman. Pada gambar 18 ada dua contoh model penggambaran batas administrasi,
terutama
batas
administrasi
yang
membatasi dua wilayah di luar wilayah yang dipetakan.
89
Model A menggambarkan peta wilayah kecamatan Tugu yang berbatasan dengan tiga kecamatan di luar wilayahnya yaitu kecamatan Duku, kecamatan Miati, dan kecamatan Pringgowaru. Pada model ini batas kecamatan di luar wilayah karena
Kecamatan Tugu tidak digambarkan
peta tematik yang digambarkan khusus untuk
kecamatan
Tugu.
Batas
administrasi
merupakan
kenampakan abstrak yang tidak dijumpai sebenarnya di lapangan jadi untuk simbol diluar wilayah tidak perlu digambar, sedangkan untuk jalan boleh digambarkan melebihi dan memotong batas administrasi dengan pertimbangan
bentuk
jalan
mencerminkan
kondisi
sebenarnya di lapangan. Model A
Model B
Kec. Dukuh
Kec. Dukuh Kec. Mlati
Kec. Mlati
Kec. Tugu
Kec. Tugu
Kecamatan Pringgodani
Kecamatan Pringgodani
Gambar 18. Model simbol batas administrasi di luar wilayah peta 90
Sebaliknya pada Model B justru menggambarkan kenampakan
batas
administrasi
kecamatan
Tugu
dengan
di
luar
pertimbangan
wilayah untuk
membedakan batas administrasi antara kecamatan Duku dan Miati. Model B menunjukkan penampilan peta lebih lengkap. Pembuat peta dapat memilih model A atau B tergantung
pada
kreasi
atau
argumentasi
dengan
mempertimbangkan tujuan pemetaan dan siapa pengguna peta. Ditinjau dan aspek ketelitian maka model B dapat diterapkan karena menggambarkan juga informasi di luar peta (kecamatan Tugu). Namun ditinjau dari aspek keindahan peta dan keserasian maka model A adalah lebih baik, karena bentuk wilayah Kecamatan Tugu menjadi
lebih
jelas
dan
tidak
merubah
bentuk
kecamatan, informasi yang ditampilkan khusus untuk wilayah sesuai dengan judul peta. Model B kalau ditinjau dari aspek bentuk wilayah dapat dikatakan merubah bentuk wilayah kecamatan Tugu. 4) Penggunaan Lahan Simbol penggunaan lahan untuk peta tematik dengan peta rupabumi berbeda. Pada peta rupabumi simbol penggunaan lahan sudah bersifat baku, sebagian besar simbol penggunaan lahan disimbolkan dengan 91
simbol yang bersifat abstrak dan piktorial (dengan gambar), supaya mudah diingat oleh si pengguna peta. Pada peta tematik penggambaran simbol penggunaan lahan, sebaiknya dibuat secara simpel dan sederhana misalnya dengan warna, yang penting simbol mudah dibaca dan dipahami. Gunakanlah simbol huruf, simbol warna, atau simbol abstrak untuk menggambarkan penggunaan lahan. Gunakanlah warna garis hitam untuk memberi garis batas antara penggunaan lahan satu dengan yang lain. Simbol penggunaan lahan termasuk kelompok simbol luas (area), sehingga dalam legenda keterangan simbol ini harus diberi kotak (lihat contoh peta penggunaan lahan gambar 19 dan gambar 20). Ada dua contoh pembuatan legenda penggunaan lahan yaitu menggunakan simbol huruf (gambar 19) dan simbol warna (gambar 20). Pembuat peta dapat memilih mana yang lebih baik dan lebih praktis untuk diterapkan. Pemilihan simbol warna akan dapat menghasilkan peta yang indah, menarik, dan memerlukan biaya pencetakan lebih mahal, sedangkan pemilihan simbol huruf lebih praktis menghemat biaya pencetakan warna.
Pk
Sw
Legenda :
92
Pk : Permukiman Sw : Sawah Tg
Kc
Kc : Kebun Campuran Tg : Tegalan
Sw
Gambar 19. Model simbol peta penggunaan lahan dengan menggunakan simbol huruf
Pilihlah jenis simbol sesual dengan tujuan dan kegunaan peta, peta untuk tujuan komersial untuk ditampilkan atau dipublikasikan secara luas sebaiknya digunakan simbol warna. Peta-peta yang dibuat untuk tujuan praktis dan tidak dipublikasikan secara umum dapat digunakan simbol huruf atau simbol arsir atau simbol abstrak. Pemilihan kedua bentuk simbol tersebut sangat
berkaitan
dengan
biaya
pembuatan
dan
pencetakan peta. Simbol warna dapat diganti dengan simbol abstrak yang berfungsi untuk memberikan rona atau kesan pengisian suatu simbol area atau luasan tertentu. Simbol abstrak tersebut dapat berupa arsir dengan berbagai bentuk dan arah arsir yang berbeda. Beberapa bentuk arsiran yang dapat diterapkan antara lain arsir dengan arah garis mendatar, arah garis tegak, arah garis miring ke kanan atau ke kiri, arah garis kotak-kotak tegak atau grid, arah garis kotak-kotak miring atau trellis,
dan 93
sebagainya.
Arsir
tersebut
dimaksudkan
untuk
memberikan identitas simbol luasan, untuk membedakan suatu kenampakan dengan kenampakan yang lain. Pembuat peta dapat berkreasi dalam membuat simbol abstrak ini. Simbol arsir yang berupa garis dapat dikreasikan dengan bentuk titik yang disusun sesuai dengan arah garis tertentu. Misalnya simbol garis dengan arah mendatar dapat dibuat bentuk lain yaitu dengan mengganti garis mendatar dengan menyusun titik-titik berupa dengan arah seperti garis yang mendatar, dan seterusnya.
LEGENDA: : Sawah : Tegalan : Kebun Campuran : Pemukiman
Gambar 20. Model simbol peta penggunaan lahan dengan menggunakan simbol warna
Setelah mempelajari informasi dasar dan simbolsimbol
dasar pada peta tematik, maka simbol-simbol
khusus peta tematikjuga perlu untukdiketahui. Simbol khusus pada peta tematik merupakan simbol pokok yang
94
dibuat secara khusus sesuai dengan tema peta yang akan dibuat. Pada hakekatnya dengan pemetaan simbol-simbol, pengguna peta dapat membaca peta dengan mudah. Seperti telah dipelajari pada bab sebelumnya, simbol peta tematik ada dua macam yaitu simbol dasar dan simbol khusus. Simbol dasar meliputi kenampakan dasar peta yang meliputi jalan, sungai, dan batas administrasi. Simbol khusus adalah simbol yang dirancang sesuai dengan tema peta yang akan dibuat dan data yang dipetakan. Secara garis besar simbol-simbol yang digunakan dalam peta tematik,
mempunyai ketentuan sesuai
dengan tema peta yang dibuat. Menurut artinya simbol dibedakan atas dua yaitu simbol kualitatifdan simbol kuantitatif.
Menurut
bentuknya
simbol
dibedakan
menjadi tiga yaitu simbol titik, simbol garis, dan simbol luas (Lukman Aziz, 1985). Dua perbedaan pokok simbol menurut artinya yaitu simbol kualitatif dan simbol kuantitatif dijelaskan seperti berikut. a. Simbol kualitatif, adalah simbol yang berbentuk titik, garis, maupun luas yang melukiskan keadaan asli suatu unsur dan tidak mempunyai nilai atau kuantitas 95
dari unsur yang diwakili. Simbol yang dipetakan hanya menampilkan identitas suatu obyeksaja. b. Simbol kuantitatif, merupakan simbol baik berbentuk titik, garis, maupun luas yang selain melukiskan keadaan asli dari suatu unsur juga menunjukkan adanya
nilai
atau
kuantitas
dari
unsur
yang
diwakilinya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang bentuk simbol khusus yang banyak digunakan pada petapeta tematik. Bentuk-bentuk simbol seperti simbol titik, simbol garis, dan simbol luas yang dibedakan menurut simbol kualitatif dan simbol kuantitatif dapat dilihat pada gambar 21,22 dan 23. Pada simbol kualitatif baik bentuk titik garis maupun luas, tampak bahwa simbol tersebut tidak mengandung unsur kuantitas atau jumlah sama sekali. Ada satu simbol tingkatan atau data yang bertingkat tapi tidak
mengandung
unsur
jumlah,
maka
dalam
penggambarannya dimasukkan sebagai simbol kualitatif. Unsur yang dimaksud di atas meliputi simbol batas administrasi
(propinsi,
kabupaten
dan
kecamatan),
simbol jalan (jalan raya utama, jalan raya, dan jalan setapak), simbol industri berat dan industri ringan, disini
96
juga tidak mengandung jumlah atau angka tertentu sehingga dimasukkan golongan kualitatif. Pada simbol kuantitatif, semua simbol memuat unsur nilai atau jumlah baik simbol titik, jalan maupun luas. Simbol jalan di atas yang termasuk kualitatif, dapat masuk kelompok kuantitatif apabila mengandung nilai atau jumlah seperti contoh gambar 22. Tipe jalan kelas 1 sampai kelas 4 dibedakan menurut kekuatan jalan terhadap beban yaitu lebih dari 19 ton sampai kurang dan 2 ton. Pada simbol titik, setiap titik mengandung nilai seperti ketinggian, tenaga kerja, maupun satu satuan titik mempunyai nilai tertentu, dan sebagainya. Simbol luas mewakili setiap satu satuan luas obyek tertentu di peta, obyek tersebut dibatasi oleh garis tertutup atau poligon. Pembuatan simbol luas pada legenda harus diberi batas berupa kotak lonjong, segi sembarang dan sebagainya. (lihat contoh gambar 23). Simbol yang digunakan dapat berupa simbol gambar tertentu, simbol abstrak dengan tanda khusus, maupun dengan
warna.
Penggunaan
warna
pada
simbol
kuantitatif harus bertingkat (gradasi warna), sedangkan simbol arsir juga harus bertingkat kerapatannya. Daftar Pertanyaan 1. Sebutkan dan jelaskan serta beri contoh penggunaan simbol 97
secara kualitatif dan kuantitatif peta tematik ? 2. Informasi dasar apa saja yang terdapat pada peta tematik ?
Daftar Pustaka Bos, E.S, 1973, Cartographic Principles in Thematic Mapping, The Netherland, ITC, Lecture Note, Enschede. Basuki Sudihardjo, 1986, Peta, Sejarah, dan Kegunaannya, Makalah Pidato Pengukuhan, Guru Besar, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Endang Saraswati, 1979, Kartografi Dasar, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Erwin Raiz, 1984, General Cartography, Mc Graw-Hill Company, New York. Ischak, 1987, Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya, Liberty, Yogyakarta. Juhadi, dkk, 2001, Desain dan Komposisi Peta Tematik, Indoprint, Semarang. Keates, J.S, 1978, Cartographic Design and Production, Second Edition, Longman Group Ltd, London. Lukman Azis, dkk, 1985, Kartografi Tematik, Teknik Geodesi ITB, Bandung. Sukwarjono, dkk, 1993, Pengetahuan Peta, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
98