Karim Santoso Masri
APLIKASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISTEM MANAJEMEN PEMBELAJARAN di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta
Penerbit YPM 2016
Judul buku Aplikasi Teori Multiple Intelligences pada Sistem Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta Penulis Karim Santoso Masri ISBN: 978-602-7775-51-0 Layout Juna Excel Penerbit YPM (Young Progressive Muslim) Jl. Talas II Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan 15418
© Hak Cipta Karim Santoso Masri, 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang email:
[email protected] http://www.ypm-publishing.com
iii
Persembahan Amal Jariyah yang mengalir dari kebaikan buku ini, saya peruntukkan buat ibunda: Hj. Marion binti H. Agus Allahummagfir laha warhamha wa’afiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha wawassi’ madkholaha... Amin
v
Istriku... Heni Lestari Soetoro, Allah SWT lancarkan studi Doktoralnya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. dan Masa Depanku... Nabiel Muhammad
(Karim Santoso Masri)
vii
MUKADIMAH Segala puji dan syukur kita panjatkan pada Allah Swt yang senantiasa memberikan segala kenikmatanNya yaitu nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabatnya dan seluruh umatnya yang setia mengamalkan sunnah-sunnahnya. Belajar adalah sebuah upaya dan proses untuk mencapai indikator hasil belajar pada setiap kompetensi. Sejatinya pengajaran yang menyesuaikan dengan pola kerja otak sesuai gaya belajar peserta didik adalah mementingkan usaha yang menyeluruh (the best process), dimana konsekuensi logis dari usaha menyeluruh dan proses terbaik belajar peserta didik harus dinilai secara autentik (penilaian berbasis proses). Proses terbaik akan menghasilkan hasil (produk) terbaik. Dalam melakukan aktivitas pembelajaran, penting kita mengetahui jenis kecerdasan terbaik dari peserta didik sebelum kita memilih strategi pengajaran. Strategi mengajar multiple intelligences yang diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis dominan kecerdasan jamak atau multiple intelligences. Dalam buku ini dibahas tentang manajemen pembelajaran berbasis multiple intelligences theory, hubungan multiple intelligences theory dengan konsep fitrah dalam pendidikan Islam, analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran, dan peran guru dalam aplikasi teori multiple intelligences. Tentu saja, seperti yang dikatakan Thomas Armstrong, strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sehingga, kreatifitas-kreatifitas guru menjadi kata kunci untuk memunculkan strategi mengajar multiple intelligences. Akhirnya kita berdoa semoga Allah Swt memberikan kemudahan dan bimbinganNya dalam menjalankan amanah yang mulia sebagai guru dan aktifitas sehari-hari dalam rangka meraih sukses dunia dan akhirat. Selamat membaca dan semoga buku ini bermanfaat. Amiin.
Jakarta, 23 Ramadhan 1437 H / 03 Juli 2016
ix
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillāhi washsholātu wassalāmu ‘alā rasulillah saw Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, atas nikmat dan karunia-Nya, shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabatnya serta kaum muslimin yang setia menjalankan sunnahnya hingga akhir zaman. Alhamdu lillah, dengan selesainya penulisan disertasi ini, ucapan terima kasih dan jazakumullahu khairan katsira kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, motivasi dan doa baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka tersebut adalah Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, sebagai Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A., dan Bapak Dr. J. M. Muslimin, M.A., masing-masing sebagai Kajur Program Doktor dan Kajur Program Magister SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. dan Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A. selaku penguji, terima kasih atas bimbingan dan arahannya. Bapak Prof. Dr. Husni Rahim, dan Bapak Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., sebagai promotor dan selaku pembimbing, terima kasih atas perhatian, kesabaran, ilmu dan ide yang telah disampaikan, yang sangat berarti dalam penyelesaian disertasi ini. Bapak Prof. Dr. Suwito, M.A., atas ide-ide cerdas yang menghasilkan teori baru, telah memantik kreatifitas berpikir cepat, Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A., Bapak Suparto, P.hD., Bapak M. Zuhdi, P.hD. yang dalam kesibukannya masih bersedia membaca dan mengoreksi disertasi ini. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si terima kasih atas revisi judul saat ujian WIP 1. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membuka wawasan intelektual para mahasiswa. Seluruh karyawan Sekolah Pascasarjana, Mba Ima, Mba Vemmy, Mas Adam, Mas Arief, Mas Tony, Mas Rofi, Mas Jayadi dan tim yang telah memberikan bimbingan, informasi dalam suasana penuh kekeluargaan, keramahan, dan pelayanan terbaik. Segenap rekan-rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saudara seperjuangan terutama Alamsyah Said, M.Si., Sapari Andi, Dr. Nicolas Habibi, Dr. Supandi, yang telah memberi semangat, sabar, ikhlas dan setia menemani penyelesaian disertasi ini. Pak Abdul, Pak Budi, Pak Alvi, Pak Arip, Pak Chayat, Pak Kasman, Bang Uji, Pak Zein, Ust. Al Mansur Hidayatullah, Lc dan tim serta Ust. Masdar Helmi, Lc. Seluruh guru, karyawan, murid dan orang tua murid Sekolah Insan Mandiri Jakarta: Pak Rohmat, M.Pd., Ust. H. Abdul Mughni, M.A., Bu Erliani Prihati, M.Pd., Bu Tuti Alawiyah, M.Pd., Bu Mustiawati, S.Pd.I, Bu
xi
Driana Sukma Anomsari, A.Md dan tim. Greenville: Pak Sugiarto, M.Pd., Ust. Anwar Soleh, M.Pd. dan tim. Kalisari: Ustadzah Tri Rachma Nurullita, M.Pd., Ust. Abdul Hakim, MM dan tim. Parung: Ust. Jafaruddin, S.Pd.I., Ust. Luthfi Zulkarnain, M.Si dan tim. Palembang: Ibu Adriyani Astuti, M.Pd dan tim yang mendoakan serta memberikan semangat yang tidak terbatas. Lembaga-lembaga pendidikan yang tergabung dalam Forum Group Discussion, khususnya Pembina dan ketua umum JSIT Indonesia Ust. Dr. Fahmi Alaydroes, Ust. Dr. Sukro Muhab, M.Si., Direktur Eksekutif KPI Ust. Dr. Shobikhul Qisom, Direktur GLC Bapak Dr. Pardan Prasetyo, Direktur Next Bapak Munif Chatib. Ayahanda terhormat Bapak H. M. Masri HB, semoga selalu dalam limpahan berkah dan ridhoNya, dan Ibunda tercinta Hj. Marion (Almh) semoga Allah Swt tempatkan dalam rahmat dan maghfirahNya, semoga Allah Swt menjadikan anak-anaknya, sebagai salah satu amal sholeh yang mengalir selamanya bagi kedua orang tua. Istri tersayang Hj. Heni Lestari, S.Pd, M.Si, terima kasih atas cintanya yang tulus, ananda terkasih Nabiel Muhammad, hadirmu menjadi penyemangat, semoga kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Mertuaku Ibunda Hj. Siti Rohaya, Ujuk Hj. Koryati, Kak Cak, Yuk Sari, Yuk Cek, Mas Gino, Yuk Nga, Kak Achyar, Yuk Kar, Bang Erwan, Said, Nadia, Mahfud, Eliya, Syaeful, Eva, Irdan, Nurul, Luthfi, Bang Agus, Bang Iim, Mama Mia serta seluruh keluargaku, terima kasih atas kasih sayang, pengertian, doa, dan segala bantuannya yang tiada lelah hingga terselesaikannya disertasi ini. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, tetapi mempunyai peranan dalam menyelesaikan disertasi ini. Semoga disertasi ini dapat memberi manfaat yang luas bagi penulis dan para pembaca. Mohon maaf atas kekurangan dan keterbatasan penulisan disertasi ini, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun terus diharapkan demi perbaikan disertasi ini. Semoga Allah Swt menerima semua amal kebaikan kita, Amiin.
Jakarta, 25 Maret 2016
xii
PENGANTAR Drs. Sukro Muhab, M.Si Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia Bismillāhirrahmānirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pendidikan bukan segala-segalanya tapi segalanya berawal dari pendidikan, makna kalimat ini berharap pendidikan menjadi solusi dalam pembangunan umat Manusia agar lebih berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Kondisi pendidikan saat ini belum menjadi jalan keluar yang tepat dalam memecahan persoalan hidup yang dihadapi umat. Hal ini disebabkan kurang tepatnya menggunakan kurikulum, metode pembelajaran, pengelolaan kelas dan pemberdayaan siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Alhamdulillah, pada saat banyak kekhawatiran para orangtua memilih sekolah yang berkualitas, lingkungan sekolah yang kondusif, guru-guru yang mengajar dengan cinta dan penuh kasih sayang serta menghargai semua peserta didiknya, kini Allah kembali hadirkan satu karya penting dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dengan prinsip dasar bahwa semua anak adalah fitrah dan memiliki potensi yang harus segera ditemukan. Suatu ciri kebesaran Allah adalah menciptakan mahluknya dengan khususan begitu pula setiap anak yang terlahir ke dunia memiliki kecerdasan dan bakat masing-masing karena diciptakan oleh Dia Yang Maha Sempurna. Namun terkadang kesempurnaan, kecerdasan, bakat yang dimiliki anak-anak kita kurang diberdayakan dengan cara yang tepat dilakukan oleh orang tua, guru dan lingkungan sosial dalam memberikan pendidikan dan stimulus yang tepat. Buku yang ada di tangan Anda ini, akan mengajak kita untuk menelusuri kecerdasan yang dimiliki anak-anak didik kita dan bagaimana memberikan pendidikan dan stimulus yang sesuai dengan kecerdasan dan bakatnya. Bagi para guru buku ini juga akan menginspirasi Anda untuk merancang strategi pembelajaran yg aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan serta menstimulus 8 potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik Anda. Selamat membaca dan menikmati buku yang berharga ini. Jakarta, 13 Syawal 1437 H/18 Juli 2016
ABSTRAK Disertasi ini menunjukkan bahwa penerapan teori multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar, bakat, dan kreatifitas peserta didik. Hasil disertasi ini menguatkan pendapat Sibel G. Yalmanci dan Ali Ibrahim, dalam “The Effects of Multiple Intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement and Retention of Knowledge,” tentang penerapan teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional. Penelitian ini membantah pendapat Anita Woolfolk dalam “Educational Psychology” bahwa guru olahraga kesulitan mengajar atletnya berdasarkan teori multiple intelligences. Walaupun pelajaran olahraga sangat dominan praktek kinestetik, namun dapat diajarkan dengan strategi mengajar melalui pendekatan multi strategi. Penelitian dalam disertasi ini termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif analitis untuk mendeskripsikan dan memaparkan sistem manajemen pembelajaran yang berbasis multiple intelligences system, dengan sumber primer yaitu dokumentasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dan sumber sekunder yaitu data-data pendukung penelitian yang berasal dari buku-buku, jurnal dan artikel yang terkait dengan tema multiple intelligences. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan penyebaran angket, observasi, wawancara, dan forum group discusion. Adapun subyek penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman penulisan transliterasi dalam penelitian ini: b
=
ب
Z
=
ز
F
=
ف
t
=
ت
S
=
س
Q
=
ق
th
=
ث
Sh
=
ش
K
=
ك
j
=
ج
ṣ
=
ص
L
=
ل
ḥ
=
ح
ḍ
=
ض
M
=
م
kh
=
خ
ṭ
=
ط
N
=
ن
d
=
د
ẓ
=
ظ
H
=
ه
dh
=
ذ
‘
=
ع
W
=
و
r
=
ر
Gh
=
غ
Y
=
ى
Short
:a=‘
i=ِ
u=ُ
Long
:ā=ا
ī=ى
ū=و
Diphthong
: ay = اى
aw = او
xv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL MUKADIMAH ..............................................................................................ix KATA PENGANTAR ...................................................................................xi ABSTRAK................................................................................................... xiii PEDOMAN TRANSLITERASI.................................................................. xv DAFTAR ISI .............................................................................................. xvii DAFTAR TABEL ........................................................................................xix DAFTAR DIAGRAM .................................................................................xxi DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xxiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xxv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Permasalahan ................................................................................. 13 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13 D. Manfaat atau Signifikasi Penelitian ............................................... 14 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................... 15 F. Metodologi Penelitian .................................................................... 22 G. Sistematika Penulisan. ................................................................... 24 BAB II MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES THEORY A. Sistem Multiple Intelligences ........................................................ 27 B. Multiple Intelligences Theory dalam Dunia Pendidikan dan Pengajaran...................................................................................... 38 C. Hubungan Multiple Intelligences Theory dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam. ................................................................ 58 D. Kritik dan Kelemahan Teori Multiple Intelligences ...................... 65 BAB III SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN MANDIRI JAKARTA PADA PELAKSANAAN MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM A. Sejarah Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. ..................... 69 B. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam Tinjauan Teori Multiple Intelligences System. .............................. 78 C. Tahapan Pelaksanaan Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran. .................................................................... 119 BAB IV ANALISIS APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN A. Analisis Aplikasi Multiple Intelligences dalam Hidden Kurikulum. ..................................................................................................... 131 B. Konstruksi Pemahaman Guru Terhadap Teori Multiple Intelligences ................................................................................. 135
xvii
C. Strategi Mengajar Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri ................................................................ 149 D. Penilaian Berbasis Proses (Authentic Assessment) ..................... 153 E. Peran Guru dalam Aplikasi Teori Multiple Intelligences. ........... 156 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ................................................................................. 167 B. Saran. ........................................................................................... 167 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 169 GLOSARIUM ............................................................................................. 185 INDEKS....................................................................................................... 189 RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................. 193
xviii
DAFTAR TABEL 2.1 Tabel Perubahan Paradigma. .................................................................... 34 2.2 Tabel Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk. ........................................ 39 2.3 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak ....... 54 3.1 Tabel Ringkasan Cara Pengembangan Manusia Dalam Praktek Pendidikan Sesuai Usia dan Tumbuh Kembang .......................... 103 3.2 Tabel Pelatihan Guru. ............................................................................. 110 3.3 Tabel Mapping Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Yang Sesuai Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Peserta Didik .......... 114 3.4 Tabel Aplikasi Model PEP Dalam Sistem Pembelajaran Multiple Intelligences Strategy Diterapkan. ............................................... 123 3.5 Tabel Hasil Multiple Intelligences Research ......................................... 125 3.6 Tabel Strategi Mengajar Berdasarkan Tabel Hasil Multiple Intelligences Research. ...................................................................................... 126 4.1 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak ..... 146 4.2 Tabel Aspek Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences .. 154
xix
DAFTAR DIAGRAM 2.1 Diagram Siklus Pengawasan Pembelajaran Sistem Multiple Intelligences. ................................................................................................... 33 3.1 Diagram Bagan Alur Input Penerimaan Calon Peserta didik Baru .......... 80 3.2 Diagram Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologis Multiple Intelligences Research, peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. ..................................................................................... 81 3.3 Diagram Siklus pembelajaran berbasis Multiple Intelligences ................ 94 3.4 Diagram Alur Aplikasi Teori Multiple Intelligences Dalam Sistem Manajemen Pembelajaran. ...................................................... 124 4.1 Diagram Penilaian Berbasis Proses ........................................................ 154
xxi
DAFTAR GAMBAR 3.1 Gambar Sertifikat Akreditasi Tahun 2008 ............................................. 117 3.2 Gambar Sertifikat Akreditasi Tahun 2014 ............................................. 118
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Standar Isi : 1. Kurikulum Kekhasan Sekolah Islam Terpadu 2. Islami Pembelajaran Lampiran II Standar Proses : 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences 2. Mind Map Peserta Didik 3. Proses Folio Assessment 4. Kegiatan Pembiasaan 5. Kegiatan Pendukung Lampiran III Standar Kompetensi Lulusan :
Lampiran IV Standar Pendidik dan Kependidikan : 1. Rekruitmen Guru 2. Pelatihan Lampiran V Standar Sarana dan Prasarana: 1. Pemeliharaan Sarana dan Pra Sarana Lampiran VI Standar Pengelolaan : 1. Dokumen Manual Mutu 2. Data Murid 3. Struktur Organisasi 4. Wawancara Yayasan 5. Wawancara Kepala Sekolah, 6. Wawancara Wakil Kepala Sekolah 7. Wawancara Guru 8. Wawancara Murid 9. Wawancara Orang Tua Murid 10. Wawancara Pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu 11. Wawancara Pengurus Global Learning Center Indonesia 12. Wawancara Pengurus Kualita Pendidikan Indonesia Lampiran VII Standar Pembiayaan : 1. Penggajian 2. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah 3. Alur Pengajuan Keuangan
xxv
4. Operasional Pendidikan 5. Dana Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lampiran VIII Standar Penilaian : 1. Observasi Kematangan Sekolah 2. Interview Calon Orang Tua Murid 3. Daftar Prestasi Murid 4. Hasil dari Multiple Intelligences Research 5. Alur Pendaftaran Penerimaan Murid Baru
xxvi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama keberadaan sekolah adalah menjadikan peserta didiknya sebagai manusia dengan akhlak dan karakter baik. Dengan kata lain tujuan pendidikan adalah menciptakan seorang cerdik pandai yang beretika, terampil, dan berakhlak. Yang demikian tersebut adalah hakikat filosofis pendidikan.1 Berbeda dengan pengajaran yang merupakan proses transfer ilmu belaka, pendidikan selain proses transfer ilmu dan keahlian juga menekankan pada pembentukan kesadaran dan kepribadian peserta didik dalam segala aspeknya atau dengan kata lain pendidikan merupakan transfer ilmu dan keahlian serta transformasi nilai-nilai. Dari filosofi ini terlihat bahwa pendidikan bukan hanya sebatas nilai dalam bentuk angka untuk mata pelajaran tertentu, ataupun hanya sekedar ranking satu. Pendidikan hakikatnya lebih daripada sekedar angka-angka di atas kertas. Pendidikan adalah bagaimana menjadikan nilai-nilai positif terinternalisasi dalam diri seorang peserta didik. Dalam perpspektif Islam tujuan pendidikan haruslah berpedoman pada Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dalam menata kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an yaitu menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang bertakwa yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam atau rahmatan lil alamien. Untuk mencapai tujuan tersebut, Alquran tidak hanya menyebutkan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan kehidupan manusia, yang menyangkut hubungan dengan Allah Swt sebagai Khaliq yang wajib disembah, namun juga integrasinya dalam hubungan dengan sesama manusia dan juga lebih jauh lagi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan.2 Beberapa filosof Barat memberikan definisi, tujuan dan hakikat pendidikan. Menurut Plato pendidikan adalah etika. Aristoteles menyebut pendidikan dengan cognito ergo sum,3 yaitu suatu pemenuhan ruang-ruang kognisi (inteligensi atau kecerdasan) di dalam lobus-lobus otak. Secara harfiah, Aristoteles ingin menekankan bahwa pendidikan juga berkaitan dengan kemampuan akademik kognitif. Pendidikan juga adalah 1
Alamsyah Said, Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas: Mal Praktek Pendidikan di Sekolah Tembok (Jakarta: Pena Publishing, 2015), 45. 2 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), 1. 3 Cognito ergo sum berasal dari bahasa Latin yang berarti aku berpikir karena aku ada.
1
menghasilkan produk. Thomas Alva Edison misalnya, ia merupakan tipe peserta didik yang sangat aktif melakukan apa saja. Karena kebiasaannya mengutak-atik sesuatu, Edison berhasil menemukan lampu. Karya Edison disebut produk atau istilah pendidikannya adalah kreatifitas atau keterampilan atau psikomotorik. Dengan demikian hakikat dan tujuan pendidikan versi Barat selain menekankan pada masalah moral, skill (ketrampilan) juga berorientasi pada produk atau hasil nyata. Dari beberapa paparan di atas terlihat bahwa pendidikan secara umum menyangkut pada masalah akhlak atau karakter yang menyangkut etika dan estetika, akademik kognitif, dan keterampilan yang kesemuanya bersemayam dalam otak dan jiwa manusia. Adapun hubungan manusia dengan Allah Swt yang diwujudkan dalam bentuk ibadah adalah manifestasi dari sifat berakhlak. Sifat berakhlak manusia diyakini berada pada daerah komponen otak cortex orbitofrontalis, ventomedial prefrontal, lateral prefrontal.4 Manifestasi sifat berakhlak merupakan hubungan transenden dalam bentuk ibadah ritual (hablummin Allah, hubungan manusia dengan Allah Swt). Dalam teori gelombang fisika disebutkan, bahwa setiap subjek yang bergerak cenderung menghasilkan getaran dan gelombang. Dalam kehidupan manusia, implikasi gelombang ibadah ritual (hablummin Allah) berdampak pada ibadah sosial (hablumminannas, hubungan sesama manusia). Efek yang ditimbulkan dari getaran dan gelombang akhlak adalah karakter. Karena itu, karakter seharusnya muncul dari sebuah sebab, yaitu akhlak. Di negara-negara yang menganut pendidikan sekuler seperti Jepang, akhlak atau karakter muncul tidak disebabkan dari akhlak, namun terbentuk dari pendidikan dan kebiasaan kolektif yang terbudaya.5 Salah satu yang menjadi contoh karakter orang Jepang adalah karakter antri di tempat umum, disiplin, dan taat aturan. Karakter antri ini tumbuh dan mengkristal dalam diri warga Jepang karena pengaruh lingkungan yang mendidiknya. Dengan demikian karakter dapat muncul dari perilaku umum yang dilakukan secara kolektif komunal, diajarkan melalui contoh dan perilaku, disimulasikan secara edukatif di ruang-ruang kelas, dipraktekkan di pojok-pojok kehidupan sekolah, dan membentuk karakter, bahkan sampai menjadi budaya, tentu memerlukan waktu yang panjang. Pada sistem pendidikan formal, pendidikan karakter masih sebatas slogan saja. Hal ini karena paradigma sistem pendidikan kita adalah bagaimana memperoleh nilai ujian terbaik. Pendidikan di negeri ini sangat kuat berorientasi akademik kognitif. Lebih mementingkan pemenuhan-pemenuhan kognisi pada otak anak.
4
Taufiq Pasiak, Tuhan dalam Otak Manusia: Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains (Bandung: Mizan, 2012), 208. 5 Andriana Nesia Arif, Dengan Pujian Bukan Kemarahan, Rahasia Pendidikan dari Negeri Sakura (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), 25.
2
Di Indonesia pendidikan akhlak dan karakter adalah ironi. Dikarenakan gravitasi paling besar dalam sistem pendidikan adalah akademik. Daya tarik akademik begitu kuat sehingga nampak dominan.6 Untuk memenuhi unsur keberhasilan akademik dibuatlah hasil belajar sistem ranking, peserta didik diklasifikasikan dalam kelompok pintar, kurang pintar dan bodoh. Kuatnya gravitasi akademik terhadap keberhasilan peserta didik, menjadikan orangtua mengalami disorientasi makna kualitas pendidikan. Faktor kognitif dianggap menjadi penentu sukses masa depan pendidikan seorang peserta didik. Pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran juga selayaknya berpusat pada peserta didik. Artinya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah komponen-komponen terkait seperti: peserta didik, guru-guru, para staf, orang tua peserta didik, masyarakat dan lain-lain harus berfungsi optimal melalui aktivitas pemberdayaan yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja organisasi sekolah. Sebagai operator sekolah, guru menjadi sutradara sekaligus manajer dalam keberlangsungan proses pendidikan. Faktor kualitas guru turut serta memberikan dampak pada pelaksanaan sistem manajemen berbasis sekolah.7 Statement yang disampaikan Supriyoko, bahwa pendidikan tanpa guru bermutu sudah berjalan bertahun-tahun.8 Telah memberikan penegasan bahwa kualitas mutu guru yang rendah akan sulit melakukan sistem manajemen pada sekolah.9 Umumnya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus menentukan salah satu fokus arah dan tujuan yang jelas, yaitu bagaimana kinerja sekolah yang akan ditingkatkan. Sulit akan meningkatkan kinerja sekolah secara umum tanpa adanya arah yang jelas. Apakah akan terfokus pada mutu belajar peserta didik, mutu manajemen pembelajaran, mutu kurikulum, mutu personal, mutu pengelolaan keuangan dan lain-lain.10 Selain manajemen berbasis sekolah, faktor seperti kualitas kurikulum sekolah yang 6
Alamsyah Said, Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas: Mal Praktek Pendidikan di Sekolah Tembok, 48. 7 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: Grasindo, 2002), 34. 8 Pendidikan tanpa guru bermutu sudah berjalan bertahun-tahun di Indonesia, dan dampaknya sudah dirasakan kini. Kita harus mengakhiri semua itu. Pemerintah dalam hal ini Depdiknas tidak perlu lagi menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang sebenarnya bisa di nomorsepuluhkan seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat, dan sebagainya. Semua itu akan sia-sia belaka dan tidak pernah dapat membuahkan hasil nyata tanpa guru bermutu. Kini, fokuskan kita, untuk memutukan guru SD, SMP, SMU dan SMK. Bila guru sudah bermutu, urusan lain akan terbereskan. Percayalah (Kompas, edisi 9 Juli 2002). 9 Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS sebagai salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan mendekati suatu permasalahan dari sudut pandang dan dalam perspektif yang lebih luas, Jakarta: Grasindo, 2002, 11. 10 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi, 4.
3
menekankan tumbuh kembang, minat dan potensi peserta didik didukung dengan kemampuan kualitas pengajaran guru yang sesuai dengan potensi multiple intelligences peserta didik menjadi ruh penting bagi sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah.11 Aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran dapat diterapkan sesuai dengan rujukan teori sistem manajemen berbasis sekolah. Dalam penerapan sistem manajemen pembelajaran diawali dengan sebuah perencanaan (planning), pengaturan sistem dan peraturan (organizing), pelaksanaan terhadap proses pendidikan dan pengajaran yang luas (actuating) dan proses evaluasi melalui sistem supervisi dan konsultasi (controling), serta proses pelaporan rekam jejak berbasis kinerja yang dituangkan dalam bentuk rapor guru (report progrest). Pelaksanaan proses manajemen berbasis sekolah menjadi suatu keharusan dalam proses pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Hal ini karena input yang mengalami proses pendidikan dan pengajaran sampai menjadi output adalah manusia (humaniora). Sumber kecerdasan ditentukan oleh tiga hal yaitu: genetik, asupan makanan, dan lingkungan. Kecerdasan yang diturunkan melalui faktor genetik pada manusia tidak bersifat mutlak terhadap kecerdasan, namun sebagai pondasi awal potensial kecerdasan. Kecerdasan manusia yang diperoleh dari turunannya lebih bersifat kekuatan potensial saja. Proses belajar menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kualitas kecerdasan.12 Asupan makanan berfungsi memperkaya kandungan kualitas kecerdasan, sedangkan faktor lingkungan yang positif akan memberikan hal baik terhadap kualitas kecerdasan pada usia tumbuh kembang. Pengalaman-pengalaman yang baik serta perilaku edukatif yang diperoleh selama masa tumbuh kembang telah memberikan sumbangsih besar dalam meningkatkan potensi kecerdasan manusia.13 Kesempurnaan dan keistimewaan manusia yang lain adalah potensi kecerdasan yang dimiliki melebihi level kecerdasan makhluk ciptaan Allah Swt yang lain. Potensi kecerdasan ini adalah keberkahan luar biasa yang Allah Swt berikan melalui otak. Otak merupakan perangkat keras
11
Disampaikan oleh Conny Semiawan, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam sebuah pengantar buku terjemahan karya: Thomas Armstrong. The Best School, Mendidik Siswa Menjadi Manusia Indonesia Seutuhnya (Bandung: Kaifa Learning, 2006), 17-19. 12 Kazuo Murakami, The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita (Bandung: Mizan, 2007), 79. 13 Faizah Dewi Utama, Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi: Memaknai Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK dan Masa Industri di Kelas Awal SD (Jakarta: Cindy Grafika, 2008), 92.
4
esensi seorang sebagai manusia.14 Otak merupakan sumber kecerdasan, karena itulah otak manusia merupakan sumber bagi banyak hal.15 Dalam batok kepala manusia, milyaran saraf dan bahan dasar lain tersusun sangat rapi dan kompleks. Allah Swt telah menciptakan setiap inci bagian otak dengan sangat canggih. Dalam istilah ilmu kedokteran, bagianbagian otak disebut lobus. Posisi lobus-lobus dalam otak (lobes of the brain) merupakan ruang-ruang kecerdasan yang menegaskan bahwa sepanjang manusia terlahir dengan memiliki otak, maka anak itu cerdas dengan multiple intelligences. Teori multiple intelligences lahir dari hasil riset otak dari sebuah kerja sistem saraf atau neurosains. Multiple intelligences dilandasi dari proses persepsi psikologis serta jalinan jalur saraf dalam otak yang membuat orang menyadari dan memperoleh pengetahuan.16 Multiple intelligences yang berarti kecerdasan jamak adalah representasi proses dari sistem kerja neurosains. Hasil penelitian Howard Gardner di universitas Harvard sejak tahun 1960 telah melahirkan gagasan kemunculan kecerdasan jamak atau multiple intelligences theory. Howard Gardner membangun teori multiple intelligences bukanlah sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan steril dari dimensi lain, namun ia mengaitkannya antara kecerdasan, kreativitas, kepemimpinan, profesionalitas, tanggungjawab dan berbagai bentuk seni.17 Pada tahun 1983, tepat dua puluh tiga tahun sejak kali pertama melakukan penelitian tentang otak, Howard Gardner mempostulatkan teori multiple intelligences melalui tujuh dimensi kecerdasan yang kemudian terus berkembang hingga kini sampai delapan dimensi kecerdasan (dengan mengabaikan dimensi kecerdasan spiritual). Postulat teori multiple intelligences yang ditawarkan Howard Gardner terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial visual, kecerdasan musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis.18 Dua kecerdasan pertama yaitu
14
Daniel G. Amen, Change Your Life Changer Your Brain: Mengoptimalkan Fungsi Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat (Jakarta: Qonita, 2011), 15. 15 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Alquran (Bandung: Mizan, 2002), 26. 16 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Alquran, 6. 17 Faizah Dewi Utama, Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi: Memaknai Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK dan Masa Industri di Kelas Awal SD, 97. 18 Thomas R Hoerr, Becoming A Multiple Intelligences School. 3rd Edition, (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision Curriculum Development ASCD, 2000), 4. Dan, Susan Baum, Julie Viens, dan Barbara Slatin in consultation with Howard Gardner, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom. A Teacher’s Toolkit, (New York and London: Teacher College Columbia University, 2005), 10.
5
linguistik dan kecerdasan logis matematis, lebih sering masuk dalam ranah akademik dan banyak berhubungan dengan penilaian di sekolah. Tiga kecerdasan berikutnya, yaitu spasial visual, kecerdasan musik dan kecerdasan kinestetik lebih sering diasosiasikan dengan seni. Jenis kecerdasan ini kurang berhubungan dengan penilaian di sekolah. Sementara kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal lebih terinput sebagai kecerdasan personal (personality smart),19 dan jenis kecerdasan ini tidak mendapat porsi penilaian di sekolah atau tidak berhubungan dengan penilaian dalam pendidikan di sekolah. Sementara pada kecerdasan naturalis terfokus pada suatu respon sikap, tanggungjawab dan perhatian dalam makna yang lebih luas dari setiap individu terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut flora dan fauna. Hal ini bertumpu pada jalur emosi dalam otak manusia.20 Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan tambahan yang ditawarkan Howard Gardner selain juga kecerdasan eksistensialis. Ruang lingkup dan cakupan dimensi kecerdasan tidak hanya dimensi kognisi saja, namun juga mencakup dimensi kreativitas, kepemimpinan, profesionalitas, tanggungjawab dan berbagai bentuk seni. Howard Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan bukanlah suatu kesatuan tunggal yang bisa diukur secara sederhana dengan tes IQ. Kecerdasan dapat ditingkatkan dan berkembang sepanjang sejarah hidup seseorang. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai suatu kapasitas untuk memecahkan permasalahan atau membentuk produk yang bernilai budaya.21 Potensi-potensi kecerdasan yang dibawa sejak lahir mengalami perkembangan sesuai pengalaman setiap individu. Proses belajar secara terus menerus memberikan stimulasi perkembangan jalur-jalur saraf di otak yang saling terhubung antar masing-masing lobus dalam otak. Kompleksnya jalinan milyaran saraf pada setiap lobus-lobus otak sangat memungkinkan setiap individu memiliki kecerdasan lebih dari satu, namun juga memiliki kemampuan terhadap kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, kepemimpinan, tanggungjawab, simpati, empati dan berbagai bentuk seni. Walaupun payung hukum sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 menegaskan, bahwa pengembangan kemampuan dan membentuk watak atau karakter peserta didik. Namun prakteknya, sistem pendidikan melalui pola dan proses pengajaran guru dan pembelajaran peserta didik mengabaikan faktor pengembangan kemampuan dan pembentukan watak atau karakter. Tak dipungkiri, gravitasi capaian utama output keberhasilan 19
Reza Prasetyo dan Yeny Andriani, Multiply Your Multiple Intelligences (Yogyakarta: Andi, 2009), 3. 20 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Alquran, 27. 21 Reza Prasetyo dan Yeny Andriani, Multiply Your Multiple intelligences, 7.
6
peserta didik adalah nilai akademik. Secara faktual, pengembangan kurikulum dan aplikasi silabus materi ajar menitikberatkan pada target capaian penyelesaian soal-soal bermuatan akademik. Secara nyata, hal ini masih mengindikasikan betapa kuatnya tarikan gravitas kognitif akademik dalam proses panjang pendidikan peserta didik. Sistem pendidikan nasional melalui undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menegaskan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22 Ketentuan pendidikan nasional menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, semua peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Setiap manusia memiliki fitrah yang dituangkan dalam bentuk potensi, minat, bakat dan kecerdasan. Potensi kecerdasan teraktualisasi dalam bentuk kemampuan. Potensi kemampuan ditimbulkan oleh otak yang ada dalam setiap manusia. Manusia yang terlahir sepanjang memiliki otak (brain) dipastikan cerdas.23 Otak yang ada dalam kepala manusia merupakan mesin pengelola kecerdasan.24 Dalam proses pendidikan, penekanan yang utama dalam sekolah adalah pengembangan kemampuan dan pembentukan watak atau karakter. Kemampuan yang dimaksud dalam lingkup pendidikan sekolah berupa potensi, minat, bakat, kemampuan kreatifitas, memecahkan masalah (problem solver), keterampilan dan kemampuan akademik kognitif. 22
Pasal 3 dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 3. 23 Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences And Student Achievment Success Stories From Six Schools (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd Curriculum Development ASCD, 2000), 4. 24 Jeff Hawkins and Sandra Blakesle, On Intelligence (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2004), 57.
7
Sedangkan, pembentukan watak atau karakter dalam lingkup pendidikan sekolah berupa pembentukan karakter positif melalui proses pembiasaan. Sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-undang dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 memiliki konteks yang bersifat humaniter (membangun manusia seutuhnya). Namun, dalam konteks pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih cenderung mengabaikan potensi fitrah manusia. Target hasil proses pembelajaran peserta didik lebih mengarah pada nilai akademik melalui penguatan kognisi. Hal ini terlihat dari praktek pendidikan melalui kelulusan dalam ujian nasional peserta didik. Disadari, dua kutub target yang ada dalam sistem ini, yaitu kutub target hasilhasil ujian atau disebut pencapaian akademik terstandar (penguatan kognisi akademik) dan kutub target keterampilan serta kutub watak atau karakter, yang cenderung tidak terukur hasilnya. Saat ini sistem penilaian kelulusan peserta didik memiliki porsi yang lebih besar 60% pada performance akademik, sedangkan performance keterampilan peserta didik memiliki komposisi 40% dari kalkulasi standar output pendidikan.25 Sementara, sisi pengembangan watak atau karakter tidak masuk dalam prosentase kalkulasi standar output kelulusan. Ironi pendidikan bangsa ini adalah terabaikannya pelatihan pengembangan watak atau karakter positif pada proses pendidikan peserta didik. Dalam prakteknya, proses pendidikan mengabaikan potensi fitrah serta minat peserta didik dan bakat yang tidak terwadahi dalam sistem proses pembelajaran. Semua sistem pendidikan termasuk proses pembelajarannya mengarah pada target capaian kognitif akademik. Faktor-faktor di atas, diakibatkan dari sistem yang sudah ada dan terbentuk akibat pola pikir atau paradigma guru dalam menerapkan sistem pembelajaran. Dikarenakan sistem pembelajaran, melalui pendekatan sistem sebagai suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Maka, faktor kepala sekolah, guru, orangtua peserta didik, sarana dan prasarana serta lingkungan turut memberikan andil terhadap kualitas output hasil pendidikan. Standar kelulusan peserta didik setiap jenjang sekolah yang diatur dalam delapan standar pendidikan nasional mengacu pada undang-undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.26 Artinya target kelulusan peserta didik tidak hanya persoalan akademik kognitif semata tetapi juga masalah perilaku, watak dan sikap peserta didik. Namun di lapangan, interpretasi, paradigma serta tujuan yang diharapkan menjadi bias dan cenderung salah. Paradigma penyelenggara 25
Petunjuk Teknis penilaian dalam Ujian Nasional (60% penilaian hasil UN dan 40% penilaian hasul US). 26 Standar Kelulusan Siswa dalam 8 Standar Pendidikan Nasional menurut UndangUndang Dasar Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8
sekolah, termasuk orang tua peserta didik lebih menekankan faktor akademik semata. Paradigma kesempurnaan peserta didik sebagaimana yang ditulis pada awal bab pertama dan kelebihan manusia dalam bidang intelektualitas terhadap ilmu pengetahuan yang disumberkan dari mesin kecerdasan otak serta faktor kekuatan kemauan dan iradat yang dimiliki individu peserta didik tidak serta merta dapat diterima dengan respon baik. Seolah hanya semata akademik kognisi faktor kesuksesan dan keberhasilan setiap individu peserta didik. Tentu hal ini salah dalam pandangan psikologi multiple intelligences. Ditambah dengan faktor kualitas guru yang tidak memahami dengan benar konsep penerapan multiple intelligences dalam dunia pendidikan. Menurut Thomas Armstrong, bahwa semua anak terlahir cerdas dan berbakat dan karenanya setiap anak itu unik.27 Dalam ranah pendidikan dan pengajaran guru di sekolah, pelaksanaan penerapan teori multiple intelligences terjadi banyak salah memahami dan tidak sesuai aplikasinya. Pandangan dan paradigma yang lebih luas terhadap penerapan multiple intelligences dalam ranah pendidikan dan pengajaran dimulai dari sistem yang lebih tinggi dari panduan proses pendidikan, yaitu kurikulum. Kurikulum sebagai peta pelaksanaan proses pendidikan harus mengikuti wacana perkembangan manusia.28 Teori multiple intelligences sebagai ranah psikologi ditransformasikan ke dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam bentuk penyesuaian strategi mengajar guru berdasarkan gaya belajar dan modalitas belajar peserta didik. Secara utuh, proses pendidikan dan pengajaran dimulai dari kehadiran peserta didik sebagai peserta didik yang akan belajar di sekolah. Kesalahan dalam memahami dan mempraktekkan multiple intelligences dalam dunia pendidikan diakibatkan oleh pemahaman yang parsial dan cenderung konservatif. Dalam beberapa kasus, multiple intelligences dalam ranah pendidikan dianggap sebagai kurikulum.29 Tentu pemahaman ini adalah kurang tepat. Dan akibat pemahaman yang salah terhadap multiple intelligences, penerapannya dibuat dalam bentuk kelas mengikuti komponen multiple intelligences. Tentu ini akibat pemahaman yang parsial. Sementara disisi yang lain, kuatnya paham konservatif dari elemen-elemen pengelola pendidikan sehingga menolak multiple intelligences dalam suasana pembelajaran peserta didik. Bahwa, multiple intelligences membuat peserta didik cenderung santai dan rileks sehingga 27
Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara (Bandung: Kaifa, 2002), 57. Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should Inform Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd Curriculum Development ASCD, 2006), 37. 29 Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition (Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2000), 54. 28
9
dianggap tidak akan memperoleh nilai akademik yang tinggi. Lebih dari pada itu, sistem penilaian proses belajar lebih cenderung konservatif pragmatis. Peserta didik dinilai secara tunggal melalui tes-tes tertulis. Dan salah satu dari sistem tersebut adalah sistem kelulusan pada ujian nasional yang mengutamakan nilai akademik. Baik dalam penerapan teori multiple intelligences atau pun tidak, terjadi pemahaman yang parsial, paradigma yang konservatif, dan keinginan yang cenderung pragmatisme dalam mengelola proses pendidikan dari pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan harus dikritisi. Didukung faktor kualitas guru yang cenderung kurang kreatif dan inovatif menyebabkan terhambatnya kesuksesan penerapan teori multiple intelligences di sekolah. Kegagalan guru dalam kreatifitas dan kekurangan inovasi dalam mengoperasionalkan proses pengajaran, serta kecenderungan asal mengajar tanpa melibatkan peserta didik belajar dalam proses mengajar guru menyebabkan malpraktek pendidikan kita. Secara sederhana, malpraktek pendidikan didefinisikan sebagai sebuah kesalahan prosedural dan tindakan dalam melakukan proses pendidikan30 dalam makna yang luas. Makna yang luas dapat berarti asal mengajar dengan mengindahkan gaya belajar sesuai multiple intelligences peserta didik. Kesalahan ini bisa terjadi dalam proses pendidikan, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga peserta didik dan anak gagal meraih hasil belajar secara paripurna. Kesalahan dalam proses pembelajaran di sekolah melibatkan sekolah dan guru sebagai ujung tombak pendidikan. Sementara di rumah, terkadang orangtua berperan dalam melahirkan bencana edukasi bagi anak-anaknya. Sistem di rumah dan di sekolah yang masuk kategori malpraktek pendidikan mempercepat pengkerdilan potensi kecerdasan dan mempercepat kematian minat dan bakat. Penerapan teori multiple intelligences digunakan sebagai dasar untuk menyediakan layanan software perangkat pembelajaran di dalam kelas atau berupa hasil desain metode yang sesuai dengan perangkat multiple intelligences. Sangat mungkin aplikasi multiple intelligences muncul dalam aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran komputer atau (multimedia learning project). Penggunaan teks dalam aktivitas pembelajaran komputer (multimedia learning project) dikategorikan sebagai area linguistik, ilustrasi sebagai area spasial, penggunaan sound sebagai area musik dan linguistik, dan video sebagai area kinestetik dan kecerdasan lainnya dapat dikembangkan oleh guru dalam sebuah aktivitas pembelajaran kreatif. Sebagai contoh, peserta didik yang belajar pada proyek holtikultura dapat mengkreasi prosedur aktivitas belajarnya. Program penguatan 30 Pardan Prasetyo, “Malpraktek Pendidikan Kita,” Majalah Oase, No 4. Jakarta, 4 Agustus 2015.
10
informasi dalam proyek pembelajaran holtikultura dimulai dari menulis uraian bunga (linguistik), melengkapi uraian tentang bunga pada proyek holtikultura dengan data statisik (logis-matematis). Melukis ilustrasi bunga (spasial-visual), menndengarkan, menyanyikan atau membuat lagu tentang bunga (musik dan kecerdasan linguistik)) dan mempresentasikan hasil proyek bunga (kinestetik) yang dilakukan secara kelompok (interpersonal) dan memaknai makna kehidupan dari tumbuhan holtikutura (intrapersonal), belajar dialam terbuka dengan media bunga (naturalis).31 Teori multiple intelligences berhasil ditransformasi ke dalam dunia pendidikan dan pengajaran di sekolah dengan suatu pengembangan strategistrategi mengajar yang kreatif, inovatif dengan menekankan proses berpikir tinggi atau high order thinking. Ini dilakukan agar menghasilkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan menghasilkan produk bernilai budaya.32 Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta didik.33 Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Strategi pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik selalu ada satu atau lebih kecerdasan dominan yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang dalam rencana pembelajaran guru. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah konteks yang luas. Apapun nama strateginya, disebut sebagai strategi multiple intelligences. Misalnya, strategi sosio drama (role play) sah-sah saja dimasukkan dalam keluarga besar strategi multiple intelligences. Demikian juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-lain. Strategi mengajar multiple intelligences juga active learning, menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif. Strategi mengajar 31
Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition, 174. Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences And Student Achievment Success Stories From Six Schools, 4-5. 33 Thomas Armstrong, Multiple Intelligencces in the Classroom. 3rd Edition, 6-7. 32
11
multiple intelligences berdampak pada inovasi guru. Sebagaimana hasil penelitian Iskandar tentang kemampuan pembelajaran dan keinovatifan guru menunjukkan hubungan yang signifikan antara kemampuan pembelajaran dengan keinovatifan guru.34 Pola inovasi dan kreatifitas guru ketika menerapkan strategi multiple intelligences adalah guru dituntut memiliki wawasan yang luas tentang cara, teknik, metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran, yang sesuai dengan karakteristik wawasan masing-masing. Salah satu pendekatan yang dianggap sesuai untuk menjelaskan pokok bahasan tersebut adalah melalui pendekatan cooperative learning dengan teknik jigsaw.35 Pada konteks inilah, strategi pembelajaran guru yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan peserta didik menjadi inti dasar penerapan teori multiple intelligences di sekolah. Potensi-potensi intelektualitas, kekuatan kemauan dan iradatnya, ditunjang kemampuan otak sebagai fungsi kecerdasan dan emosional sebagai sumber kekuatan kecerdasan bermuara di sekolah. Penemuan dan peningkatan potensi kecerdasan peserta didik menjadi tanggungjawab moral sekolah. Peran sekolah seharusnya seperti detektif pencari minat, bakat dan potensial kecerdasan peserta didik. Sebagaimana perbedaan pada pola genetik setiap individu peserta didik, maka perbedaan pada kemunculan potensial kecerdasan peserta didik adalah berbeda satu sama lain. 36 Kalau ada banyak pintu menuju syurga, begitu juga akan banyak cara untuk memantik munculnya potensi-potensi kecerdasan. Ada banyak cara untuk menghadirkan anak-anak menjadi cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan peserta didik. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak ke dalam tes IQ. Setiap peserta didik dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik (kemampuan motorik) atau lewat cara sosial emosional. Secara keilmuan teori multiple intelligences merupakan wilayah keilmuan pada bidang psikologi. Berdasarkan penjelasan permasalahan-permasalahan sebelumnya, maka perlu dilakukan kajian lebih mendalam dan komprehensif terhadap aplikasi teori multiple intelligences pada manajemen pembelajaran. Oleh karena itu, kajian dalam disertasi ini diberi judul: “Aplikasi Teori Multiple Iskandar S, “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. V, No. 9, April 2008, www.jurnal.upi.edu/ pendidikan dasar (Accessed: 16/09/2015). 35 Mulyanto R, “Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang”, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. V. No. 7, April 2007. www.jurnal.upi.edu/ pendidikan dasar (Accessed: 16/09/2015). 36 Kazuo Murakami, The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita, 138. 34
12
Intelligences Pada Sistem Manajemen Pembelajaran: Studi pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.” B. 1.
Permasalahan Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan cara mengaplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. a. Kurangnya pemahaman para guru secara utuh mengenai konsep multiple intelligences. b. Rendahnya informasi tentang cara-cara untuk mengetahui tipe kecenderungan kecerdasan atau gaya belajar peserta didik. c. Belum adanya model aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. d. Kurangnya pengetahuan para guru mengenai cara melakukan penilaian pembelajaran berbasis multiple intelligences. e. Terbatasnya hasil penelitian yang terkait dengan cara mengaplikasikan teori multiple intelligences pada manajemen sistem pembelajaran. 2.
Pembatasan Masalah Mengacu pada identifikasi masalah di atas, maka kajian ini dibatasi tentang cara mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik atau gaya belajar peserta didik dan aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran serta cara melakukan penilaian pembelajaran berbasis multiple intelligences. 3.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan dalam sebuah pertanyaan yaitu, bagaimana aplikasi teori multiple intelligences dalam meningkatkan minat belajar, bakat dan kreatifitas peserta didik? Hal ini perlu untuk dikaji mengingat bahwa teori multiple intelligences ini beranggapan bahwa semua anak adalah cerdas. C. 1.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
13
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tahapan-tahapan pelaksanaan aplikasi teori multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. b. Mengidentifikasi kecenderungan kecerdasan peserta didik berdasarkan hasil Multiple Intelligences Research (MIR). c. Menganalisa model aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. d. Membandingkan teknik penilaian pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan teknik penilaian non multiple intelligences. e. Menghasilkan studi yang terkait dengan cara mengaplikasikan teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. D. 1.
Manfaat atau Signifikasi Penelitian Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini mencoba mengaplikasikan teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran secara komprehensif diawali dari input peserta didik, proses pembelajaran peserta didik dan output pembelajaran peserta didik, serta outcome peserta didik. Dengan menggunakan konsep multiple intelligences research dan strategi mengajar multiple intelligences. Penelitian ini mencoba menjelaskan aplikasi multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. 2. Manfaat Metodologis Dengan penelitian kualitatif dan strategi focus group discussion diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan menyusun teori. Dalam penelitian ini juga disusun instrumen wawancara mencakup pra input, input, proses, output dan outcome. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru mengenai aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran di sekolah. 3. Manfaat Aplikatif a. Penyusunan Kebijakan dan Pengelola Program Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi kementerian pendidikan dan komisi nasional hak azasi manusia. Hasil ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif dalam mengaplikasikan teori multiple intelligences. Diharapkan para pembuat kebijakan dapat bekerja secara sinergis dalam menyelenggarakan sistem pola asuh pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah. b. Bagi Sekolah Penelitian ini memfokuskan pada cara mengetahui kecenderungan kecerdasan atau gaya belajar peserta didik, cara mengaplikasikan teori mutiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran dan cara melakukan penilaian pembelajaran berbasis multiple intelligences.
14
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. Penelitian : Pratical Assessment Research and Evaluation mengenai teori multiple intelligences menyebutkan bahwa, Howard Gardner (1983) mengusulkan agar pandangan baru tentang kecerdasan dimasukkan ke dalam kurikulum Sekolah Dasar. Mengingat definisi kecerdasan dalam teori multiple intelligences adalah sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan memperoleh produk yang bernilai budaya.37 2. Penelitian : Multiple intelligences Go to School Educational Implications of the Theory of Multiple intelligences yang dimuat dalam American Educational Research Association, menyimpulkan multiple intelligences sebagai sebuah pendekatan humanis dengan spektrum yang lebih luas terhadap kecerdasan seseorang. Howard Gardner Brualdi Timmins, mendefinisikan kecerdasan sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan memperoleh produk yang bernilai budaya. Aplikasi dan penerapan multiple intelligences dapat diterapkan pada kelompok peserta didik usia dini (childhood) sampai peserta didik menengah atas.38 3. Penelitian : “Playing with the multiple intelligences How Play Helps Them Grow.” Bermain yang dimaksudkan Gardner dalam penelitian ini adalah permainan yang melibatkan semua tipe kecerdasan, seperti permainan menggunakan verbal (kecerdasan linguistik), permainan dengan olahraga (kecerdasan kinestetik), permainan konser (kecerdasan musik), permainan angka-angka dan permainan melibatkan unsur logika (kecerdasan logis matematis), permainan yang dilakukan secara berkelompok (kecerdasan interpersonal), permainan yang dilakukan sendiri (kecerdasan intrapersonal), permainan yang melibatkan unsur imajinasi dan khayalan (kecerdasan spasial visual), dan permainan yang menggunakan lingkungan outdoor dengan menggunakan unsur alam (kecerdasan naturalis). Hasil riset yang dilakukan Eberle, Scott menyimpulkan bahwa bermain meningkatkan keterampilan dan memperkuat bakat alami, yang mana setiap jenis kecerdasan saling bersinergi satu sama lain dan betapa sulit memisahkan satu kecerdasan dengan satu kecerdasan lainnya. Semua ini, menurut Howard Gardner, meningkatnya keterampilan dan menguatnya bakat alami anak adalah
Brualdy Timmins and Amy C, Multiple Intelligences: Gardner’s Theory, “Practical Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10, Http://pareonline.net/ getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015). 38 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Multiple Intelligences Go to School: Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences,” American Educational Research Association, Vol. 18, No. 8 (Nov. 1989), 4-10 (Accessed: 16/09/2015). 37
15
produk dan proses dari bermain yang membuat anak tajam dalam penguatan keterampilan bakat.39 4. Penerapan multiple integlligences dalam sistem pembelajaran peserta didik memiliki keunikan masing-masing. Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkan hasil tes intelligences question sudah tidak relevan lagi karena tes intelligences question hanya membatasi pada kecerdasan logika (matematika) dan bahasa. Saat ini masih banyak sekolah yang terjebak dengan pandangan tradisional tersebut. Masih banyak guru yang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori multiple intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Multiple intelligences memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut. Teori multiple intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan peserta didik tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam. Selain itu proses pendidikan dapat mengakomodir setiap kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan keunikannya masing-masing. Jika sekolah ingin menerapkan multiple intelligences di dalam sistem pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba memulai dan bersedia untuk keluar dari zona nyamannya masing-masing. Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama di dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan melalui pertemuan berkala antara wali kelas dan guru bimbingan konseling dengan orang tua.40 5. Penelitian : Multiple Intelligences Theory, Action Research and Teacher Professional Development: The Irish Multiple Intelligences Project yang diterbitkan oleh jurnal Australian Journal of Teacher Education memberikan kesimpulan bahwa, kegagalan peserta didik di sekolah umumnya dikarenakan oleh pandangan yang sempit terhadap kecerdasan. Eberle Scott, “Playing with the Multiple Intelligences How Play Helps Them Grow”, American Journal of Play, Vol. 4, Number 1, (2011) (Accessed: 16/09/2015). 40 Handy Susanto, “Penerapan Multiple intelligences Dalam Sistem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.04/Th.IV/Juli 2005 (Accessed: 16/09/2015). 39
16
6.
7.
8.
9.
Konstruksi dan pandangan yang sempit terhadap kecerdasan memberikan dimensi kerugian pada pendidikan. Konstruksi yang lemah pada pendidikan dasar diakibatkan oleh ruang lingkup kecerdasan yang dipersempit. Ruang lingkup yang ditawarkan oleh kecerdasan yang diperluas mampu memberikan solusi terhadap kelemahan pendidikan. Efek penerapan multiple intelligences dalam pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah mampu meningkatkan kemampuan, minat dan motivasi, peserta didik dan secara manajerial, sistem manajemen yang diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran memberikan efek peningkatan kompetensi pedagogi guru.41 Penelitian tentang pengaruh penerapan teori multiple intelligences menegaskan bahwa teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional. Peserta didik dapat lebih berhasil secara akademis melalui pengajaran berbasis teori multiple intelligences.42 Penelitian penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran fisika menyebutkan bahwa metode pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan penerapan teori multiple intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan rasa senang para peserta didik terhadap mata pelajaran fisika. Proses pembelajaran fisika yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Penerapan multiple intelligences dalam pengajaran guru mampu meningkatkan minat dan kreatifitas peserta didik.43 Manfaat multiple intelligences dalam proses pengajaran guru meliputi metode dan praktek pengajaran. Dengan demikian penggunaan pendekatan pembelajaran multiple intelligences bagi peserta didik akan menjadikan peserta didik keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari sembilan jenis kecerdasan yang dimilikinya.44 Penelitian tentang pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar dengan kesimpulan yaitu terdapat
41 Joan Hanafin, “Multiple Intelligences Theory, Action Research, and Teacher Professional Development: The Irish MI Project”, Australian Journal of Teacher Education. Vol. 39, Issue 4 Article 8 (2004), (Accessed: 16/09/2015). 42 Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement And Retention of Knowledge”, International Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013), Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013) (Accessed: 16/09/2015). 43 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005 (Accessed: 16/09/2015). 44 Syukron Smanela, Makalah Hasil Penelitian Mengenai Multiple Intelligences.
17
pengaruh yang signifikan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif peserta didik.45 10. Penelitian tentang multiple intelligences, bahwa berbagai kegiatan yang relevan dengan pengembangan multi kecerdasan bermanfaat dalam pengembangan kompetensi peserta didik. Pengembangan multiple intelligences peserta didik pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas peserta didik dalam menerima materi pelajaran, sekaligus dapat meningkat mutu hasil pembelajaran. Kegiatan non intrakurikuler dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah mampu mengembangkan hobi, bakat, dan minat peserta didik juga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar, dan sekolah perlu mengembangkan multi kecerdasan peserta didik secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena hal itu dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.46 11. Artikel pendekatan belajar multiple intelligences menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran multiple intelligences menekankan pada kecerdasan dominan atau yang menonjol pada diri peserta didik dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Penggunaan pendekatan pembelajaran multiple intelligences kepada peserta didik akan menjadikan peserta didik keluar sebagai individu yang memiliki jati diri yang potensial pada salah satu atau lebih dari jenis kecerdasan yang ada.47 12. Penelitian : “Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences” bahwa, implikasi yang ditimbulkan dari penerapan konsep kecerdasan jamak dalam pendidikan sebagai berikut “preliminary data secured from project spectrum, an application in early childhood, indicate that even 4- and 5-year-old children exhibit distinctive profiles of strength and weakness. Moreover, measures of the various intelligences are largely independent and tap abilities other than those measured by standard intelligence tests.” Bahwa pada usia 4 dan 5 tahun, anak-anak pada usia dini mampu menunjukkan potensi kecerdasan jamak mereka.48 Tri Mei Ade Saputra, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, “Pengaruh Strategi Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2015. 46 Siskandar, “Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan NonEkstrakurikuler Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan hasil Pembelajaran”, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2008 (Accessed: 16/09/2015). 47 Siti Suratmi, “Pendekatan Belajar Multiple Intelligences”. Http://suratmisitisuratmi.blogspot.com/2013/05/v-bahavorurldafaulttvmlo.html (Accessed: 16/09/2015). 48 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Educational Implications of the Theory of Multiple intelligences”, Journal Educational Researcher Journal, Vol 18, 4-10, (1989) (Accessed: 16/09/2015). 45
18
13. Penelitian mengenai Learning Style and Multiple Intelligences in Student. Manner menjelaskan hasil risetnya bahwa, bagaimana peserta didik memproses informasi dengan baik saat mereka belajar dan seberapa baik peserta didik mempertahankan pengetahuan secara langsung sangat terkait dengan gaya belajar setiap individu. Peserta didik yang belajar dengan baik melalui pemaknaan informasi, mendengarkan ide, memproses informasi melalui refleksi, melakukan brainstorming terhadap informasi yang diterima dengan orang lain lalu merefleksikan informasi pengetahuan dalam kehidupan nyata dan melibatkan informasi pengetahuan pada pengalaman diri dari berbagai perspektif. Peserta didik yang secara aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri berkembang selama proses memanipulasi informasi pengetahuan atau ketika peserta didik menggunakan hasil manipulasi informasi pengetahuan dalam memecahkan persoalan atau problem solving yang dihadapi peserta didik. Manner menyebut, sebagai cara kerja peserta didik dalam proses belajar atau sebagai gaya belajar yang khas dari individu peserta didik. Setiap proses belajar yang melibatkan semua dimensi berpikir dan manipulasi panca inderawi saling terkordinasi dan terkoneksi dengan bidang-bidang kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Menurut Black (1994) yang dikutip Manner, bahwa setiap individu memiliki masing-masing delapan kecerdasan jamak sampai batas tertentu. Kombinasi dan derajat kecerdasan masing-masing peserta didik berbeda dan sangat jarang beroperasi secara independen.49 14. Penelitian : “Implications of Human Intelligences Theory in ELT Filed”, menyimpulkan bahwa, peserta didik cenderung menjadi lebih terlibat dalam belajar karena mereka menggunakan metode yang sesuai kecerdasan mereka. Selain itu, peserta didik efektif dalam proses pembelajaran yang melibatkan praktek. Keterlibatan pendekatan ini meningkatkan peserta didik dan keberhasilan peserta didik dalam merangsang pembelajaran guru untuk meningkatkan nilai mencapai tingkat keberhasilan semua. Inti kesimpulan dari riset ini adalah teori multiple intelligences bisa memiliki peran yang penting dalam menciptakan suasana yang menarik, mendorong peserta didik dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Dari hasil penemuan riset tersebut, memberikan rekomendasi sebagai berikut yaitu, agar guru memiliki kesadaran bahwa teori multiple intelligences memberikan implikasi dalam pendidikan secara umum dan pengajaran secara khusus, dan untuk memahami metodologi penerapan teori multiple intelligences
49 Barbara Manner, “Learning Styles and Multiple Intelligences in Students”, Journal of College Science Teaching, NSTA, 2001 (Accessed: 16/09/2015).
19
dalam pendidikan dan pengajaran diperlukan sesi pelatihan untuk para guru.50 15. Penelitian : “The Influence of Multiple Intelligences Theory on WebBased Learning”, Penerapan teori pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh diterapkan dalam konsep pembelajaran menggunakan dinamika kelompok. Kesimpulan riset ini melaporkan bahwa mengintegrasikan kecerdasan jamak dalam dunia pendidikan dan pengajaran merupakan komponen kunci untuk keberhasilan peserta didik. Guru yang memberi materi dan memenuhi kebutuhan dari kecerdasan jamak akan mendorong keberhasilan akademis dan mempromosikan pengalaman belajar yang berkualitas.51 16. Penelitian : “Pengaruh Media Pembelajaran dan Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Medan.” Menyimpulkan hasil belajar pelajaran TIK Mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media pembelajaran CD multimedia interaktif lebih baik dibandingkan dengan media pembelajaran modul. Hasil belajar Mahasiswa yang dominan kecerdasan spasial visualnya lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar Mahasiswa yang memiliki kecerdasan ganda linguistik.52 17. Penelitian : Manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah, bahwa harapan masyarakat akan pendidikan yang bermutu sejalan dengan tuntuan dunia usaha untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas. Sehingga, penyelenggaraan pendidikan harus mampu merespon dan mengakomodir harapan dan tuntutan tersebut dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan. Ini memberi keyakinan bahwa dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan, dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan (frame work) berbasis sekolah. Asumsi ini memberi konsekuensi bahwa sekolah harus menjadi bagian utama dalam proses pembuatan keputusan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sementara masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan
50 Ibnian, S.S.K. and Hadban, A.D, “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”, International Journal of Humanities and Sosial Science, Vol. 3. No. 4, 2013 (Accessed: 16/09/2015). 51 Mark Riha and Rebecca A.R. Pina, “The Influence of Multiple intelligences Theory on Web-Based Learning”, Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March 2009, (Accessed: 16/09/2015). 52 Harun Sitompul dan Reni Astuti, “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Medan”, Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan. 2012 (Accessed: 16/09/2015).
20
pemerintah berperan dalam hal menentukan kerangka kebijakan pendidikan.53 Penelitian-penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada penerapan metode-metode pengajaran kreatif berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran,54 menitikberatkan hasil pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences,55 serta paling umum dari hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah deskripsi proses pembelajaran yang lebih kreatif, proses belajar efektif, dan peserta didik cenderung lebih terlibat aktif dibanding pembelajaran konvensional.56 Perbedaan penelitian sebelumnya di atas dengan penelitian “Aplikasi Teori Multiple Intelligences pada Sistem Manajemen Pembelajaran” terletak pada jalur rangkaian penerapan teori multiple intelligences yang meliputi input, proses, outpout dan outcome.57 Sehingga, pada penelitian ini meliputi Hamzah, “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah”, Jurnal Studi Islamika STAIN Datokarama, Palu. Vol. 5, No. 1, Juni 2013 (Accessed: 20/10/2015). 54 Lihat Piping Sugiharti dalam “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005 (Accessed: 16/09/2015), Lihat juga Sibel G. Yalmanci dan Ali Ibrahim, dalam The Effects of Multiple intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement And Retention of Knowledge”, International Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013), Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013) (Accessed: 16/09/2015), dan lihat juga Harun Sitompul dan Reni Astuti dalam “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Medan”, Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan. 2012 (Accessed: 16/09/2015). 55 Tri Mei Ade Saputra, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, dalam “Pengaruh Strategi Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”, Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2015, dan lihat juga Siskandar dalam “Pengembangan Multiple intelligences Melalui Kegiatan Non-Ekstrakurikuler Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan hasil Pembelajaran”, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2008 (Accessed: 16/09/2015). 56 Ibnian S.S.K. dan Hadban, A.D., dalam “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”, International Journal of Humanities and Sosial Science, Vol. 3. No. 4, 2013 (Accessed: 16/09/2015). Amy C. Brualdi, dalam “Multiple Intelligences: Gardner’s Theory, Practical Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10, Http://pareonline.net/ getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015). Mark Riha dan Rebecca A.R. Pina dalam “The Influence of Multiple intelligences Theory on Web-Based Learning”, Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March 2009, (Accessed: 16/09/2015). Alamsyah Said dalam Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru. Penelitian Tindakan Sekolah”, GLC Indonesia, Jakarta, 2014, dan lihat juga Pardan Prasetyo dalam “Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Studi Deskriptip Kualitatif di Sekolah Islam DKI Jakarta),” Disertasi Universitas Islam Nusantara Bandung, 2015. 57 Input adalah, peserta didik baru dan peserta didik lama yang menjadi sumber objek pelaksanaan pembelajaran dimana setiap siswa baru dan lama dilakukan riset kecenderungan 53
21
sistem manajemen pembelajaran. Penelitian ini, tidak hanya pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran peserta didik namun juga menyangkut input awal peserta didik serta outcome yang diperoleh setelah peserta didik lepas menjalani proses pembelajaran. F. 1.
Metodologi Penelitian Tempat dan Sumber Penelitian. Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian terhadap Sekolah Dasar tersebut dikarenakan telah mengaplikasikan teori multiple intelligences ke dalam sistem manajemen pembelajaran dan metode pengajaran guru menggunakan pendekatan multiple intelligences atau multiple intelligences approach. Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data-data utama yang menjelaskan masalah yang dikaji yaitu dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, wawancara dan observasi. Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku dan jurnal yang terkait teori multiple intelligences, psikologi Islam dan buku-buku yang sesuai tema aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. 2.
Metode Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk verbal. Model peelitian ini dilakukan untuk menjadikan penelitian dan fenomena-fenomena yang ditemukan dari datadata yang ditemukan menjadi ilmiah dan filosofis. Kualitatif digunakan untuk merumuskan generalisasi dari data-data yang dianalisis berdasarkan informasi yang diperolah dari wawancara, observasi dan forum group discussion. Informasi yang diperoleh diharapkan menjadi acuan aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Penelitian ini kecerdasan melalui multiple intelligences research. Proses adalah pelaksanaan strategistrategi pembelajaran guru dalam aktivitas belajar mengjar peserta didik atau penerapan strategi multiple intelligences setelah hasil riset multiple intelligences pada input diperoleh. Proses merupakan langkah kedua penerapan multiple intelligences setelah pelaksanaan multiple intelligencecs research. Output adalah aktivitas penilaian pada peserta didik, dimana penilaian melaksanakan deskripsi rubrik penilaian. Dengan menekankan pada aktivitas proses belajar pserta didik, maka penilaian otentik merupakan langkah ketiga pelaksanaan aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran. Sementara, Outcome adalah hasil dari output yang diperoleh dari proses pembelajaran. Outcome merupakan hasil balik yang dihasilkan setelah peserta didik lepas dari proses pembelajaran di sekolah. Outcome memebrikan dampak yang lebih luas terhadap pendidikan.
22
juga bersifat kualitatif karena data diperoleh melalui sumber utama yaitu dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri akan dideskripsikan dan dianalsis secara komprehensif dan detail.58 Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan teknik: (1) Kuisioner Pengumpulan data dengan cara penyebaran kuisioner langsung dengan para pengelola lembaga yaitu pengurus yayasan terdiri dari pembina yayasan, pengawas yayasan dan pengurus yayasan. Kepala sekolah serta wakil kepala sekolah yang terdiri dari bidang kepeserta didikan, bidang akademik dan sarana dan prasarana, guru-guru berjumlah 15 orang, peserta didik berjumlah 150 dan orangtua peserta didik 15 serta 10 orang alumni Sekolah Islam Terpdau Insan Mandiri. Untuk mengetahui pandangan atau persepsi baik para pengelola sekolah maupun para orangtua peserta didik terhadap pelaksanaan aplikasi teori multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran. (2) Wawancara Metode wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam dan detail serta melengkapi informasi data kuisioner sebelumnya. Guru yang di wawancara 5 orang, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan 3 orang pengurus yayasan. Diperoleh informasi hasil wawancara dari guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan pengurus yayasan sebagai berikut: Sekolah Insan Mandiri mengaplikasikan teori multiple intelligences berdasarkan input peserta didik, proses pembelajaran, penilaian proses pmbelajaran (output pembelajaran). Sementara hasil wawancara 10 orang peserta didik dan 3 orang alumni adalah: Input peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri sangat beragam tipe kecerdasannya, prestasi peserta didik sangat beragam, peserta didik sering mengikuti lomba bidang apa saja dan selalu juara walaupun tidak mendapatkan juara pertama. Hal ini sesuai dengan motto Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai Sekolah Para Juara. Hasil wawancara 3 orangtua peserta didik memberikan informasi bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menganggap bahwa setiap anak adalah istimewa (juara), metode mengajar guru mampu memberikan kenyamanan belajar bagi peserta didik dan sistem penilaian yang menekankan proses belajar peserta didik. (3) Observasi Observasi dilakukan untuk melihat proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, dan melihat secara langsung kondisi ril tentang lingkungan fisik lembaga pendidikan dan lingkungan sosial. Secara umum hasil observasi proses kegiatan belajar mengajar, 58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 17.
23
mengindikasikan aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran, ini ditunjukkan melalui guru mengajar sesuai dominan kecerdasan anak atau sesuai hasil multiple intelligences research. Resume hasil observasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Guru-guru Insan Mandiri sangat baik dalam menjelaskan materi sehingga murid-murid bisa belajar dengan menyenangkan. Metode mengajar guru mudah dipahami, ditunjang dengan perilaku guru yang baik dalam kegiatan belajar mengajar, namun terkadang terlalu fokus. (4) Forum Grup Diskusi Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan para tokoh yang menguasai bidang pendidikan dan juga lembaga-lembaga yang konsern di dunia pendidikan, untuk mendapatkan informasi terkait kelebihan dan kekurangan pada lembaga yang sedang diteliti, terkait penerapan teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Para tokoh dalam forum grup diskusi adalah global learning center Indonesia yaitu lembaga konsultasi dan pelatihan pendidikan, jaringan sekolah Islam terpadu Indonesia dan kualita pendidikan Indonesia sebagai lembaga konsultasi dan pelatihan pendidikan. Proses forum grup diskusi sebagai berikut: Anggota grup berdiskusi mengenai penerapan teori multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran. Hasil diskusi menunjukkan bahwa penerapan teori multiple intelligences harus diawali dari kesamaan konsep tentang setiap anak cerdas, setiap anak memiliki kecerdasan dominan sebagai gaya belajar. guru mengajar sesuai dengan gaya belajar peserta didik dan penilaian pembelajaran peserta didik dilakukan secara proses. 3.
Metode Analisis Data. Setelah data dikumpulkan dan direkap, selanjutnya untuk menginterpretasikan data tersebut akan dianalisis dengan analisis kualitatif. Adapun analisis kualitatif menjelaskan secara langsung dari observasi dan wawancara serta hasil forum grup diskusi yang dilakukan secara langsung sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas. G.
Sistematika Penulisan. Dalam upaya menghadirkan karya tulis dalam bentuk yang sistematis, jelas dan terarah, maka disertasi ini diklasifikasi menjadi enam bab. Dimana setiap bab merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lainnya. Berikut gambaran dari penjelasan masing-masing bab disertasi ini, yaitu: Pada bab pertama, merupakan latar belakang problematika yang dikaji, apakah implikasi teori multiple intelligences terhadap sistem manajemen pembelajaran? Dalam bab ini juga terdiri dari beberapa sub bab seperti latar belakang masalah, permasalahan masalah, penelitian terdahulu
24
yang relevan, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua ialah berisikan perdebatan akademik teori-teori multiple intelligences serta sistem multiple intelligences, multiple intelligences theory dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hubungan multiple intelligences theory dengan konsep fitrah dalam pendidikan Islam, kritik dan kelemahan teori multiple intelligences. Bab ketiga, berisikan sejarah jaringan sekolah Islam terpadu Indonesia, profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam tinjauan teori multiple intellegences system, tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Bab keempat, multiple intelligences sebagai sistem sekolah unggul, peran guru dalam multiple intelligences dan strategi mengajar, penilaian berbasis proses. Terakhir adalah bab kelima atau penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
25
BAB II MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES THEORY Pada bab ini, dijelaskan tentang kerangka teori multiple intelligences dalam pembelajaran. Dengan landasan-landasan teori ini, akan dikembangkan teori yang sinkron berdasarkan teori-teori multiple intelligences dan manajemen pembelajaran. Oleh karena itu, dalam beberapa sub bab ini, akan dibahas tentang teori-teori multiple intelligences serta sistem multiple intelligences, multiple intelligences theory dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hubungan multiple intelligences theory dengan konsep fitrah dalam pendidikan Islam, kritik dan kelemahan teori multiple intelligences. A.
Sistem Multiple Intelligences Untuk memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia, Howard Gardner melahirkan teori multiple intelligences (kecerdasan majemuk), di mana teori ini menyatakan bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari hasil tes psikologi standar (Psycho test). Menurut teori Gardner ini kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dua aspek, yakni kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) dan kreativitas (creativity) atau kemampuan menciptakan produk yang bernilai budaya,1 di mana kedua hal ini didapatkan seseorang dari perkembangan dan pengalamannya bukan karena faktor kelahiran atau genetik atau bawaan semata.2 Teori kecerdasan yang digulirkan Gardner ini sesungguhnya merupakan penyempurnaan dari temuan-temuan ilmiah para ahli neuro- saintis tentang teori kecerdasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori multiple intelligences yang dikenalkan Howard Gardner ini melengkapi teori kecerdasan sebelumnya di mana kecerdasan tidak hanya dilihat secara verbal logika seperti halnya teori kecerdasan IQ (Intellignece Quetient) Alfred Binet, teori kecerdasan EQ (Emotional Quetient) Daniel Goleman, dan teori kecerdasan SQ (Spiritual Quotient) yang dikenalkan oleh Steven Covey. Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang secara etimologi memiliki makna yang memiliki makna yang memiliki similarisasi dengan kata cerdas, yaitu; 1) Al-fathanah atau al-fithnah, yang artinya cerdas, juga memiliki makna sama dengan al-fahm (paham).3 2) Adz-dzaka’ yang berarti 1
Thomas R. Hoerr, Becoming A Multiple Intelligences School (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD, 2000), 2-3. 2 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 54. 3 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut:dar Shadir, 1882),323 Cet. I, Juz 13
27
hiddah al-fuad wa sur’ah al-fithnah (tajamnya pemahaman hati dan cepat paham).4 Ibn Hilal al-Askari membedakan antara al-fithnah dan adz-dzaka’, bahwa adz-dzaka’ adalah tamam al-fithnah (kecedasan yang sempurna).5 3) Al-hadzaqah, di dalam kamus Lisan al-‘Arab, al-hadzaqah diberi ma’na alMaharah fi kull ‘amal (mahir dalam segala pekerjaan).6 4) An-Nubl dan anNajabah, menurut Ibn Mandzur an-Nubl artinya sama dengan adz-dzaka’ dan an-najabah yaitu cerdas.7 5) An-Najabah, berarti cerdas. 6) Al-Kayyis, memiliki ma’na sama dengan al-‘aqil (cerdas). Sedangkan Al-Mawardi dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Ddin menjelaskan tentang keutamaan akal, bahwa segala yang mulia memiliki asas dan segala etika memiliki sumber, asas bagi segala kemuliaan dan sumber bagi segala etika adalah akal. Lebih lanjut Al-Mawardi menyimpulkan definisi akal yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang diketahui secara langsung.8 Berdasarkan etimologi ini kecerdasan merupakan suatu kata yang tidak ditemukan maknanya dalam AlQur’an, namun Apabila kita meneliti ayat-ayat al-Quran, kata-kata yang memiliki arti kecerdasan, tergambar melalui kat-kata yang digunakan oleh alQur’an yang mengandung makna Kecerdasan, yaitu kata al-‘aql, al-lubb, alfikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam al-Quran dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun “apakah kamu tidak menggunakan akalmu”.9 Dengan demikian Kecerdasan menurut alQuran diukur dengan penggunaan akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal positif bagi dirinya maupun orang lain. Dengan demikian cerdas dalam perspektif Islam merupakan gabungan antara IQ (Intellignece Quetient), EQ (Emotional Quetient), dan SQ (Spiritual Quotient) karena ketiganya memiliki kaitan yang erat dan saling mempengaruhi serta memiliki tempat dan fungsi masing-masing. IQ yang menempati tempat pada otak manusia berfungsi untuk memperoleh pengetahuan secara nalar. Akal yang digunakan untuk berfikir akan
4 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut, dar Shadir, 1882), 287, Cet. I, Juz 13 5 Abu Hilal al-“Askari, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, (al-Maktabah asySyamilah),166 Juz 1. 6 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut, dar Shadir, 1882),40, Cet. I, Juz 13. 7 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut, dar Shadir, 1882), 6, Cet. I, Juz 13. 8 Al-Mawardi, Adab ad-Dunya wa ad-Din, (Beirut:Dar al-Fikr, 1995), 19 9 Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, (Beirut:Dar al-Fikr, 1988), 576 Juz I.
28
menciptakan pribadi yang unggul.10 Otak yang memiliki kemampuan yang luar biasa ini baru bersifat potensi. Dan jika dikembangkan secara optimal dengan mengetahui bagaimana cara kerjanya, maka akan tercapailah suatu kecerdasan intelektual yang besar. Kecerdasan emosional (EQ) menurut Goleman merupakan suatu dorongan untuk bertindak atau rencana dalam mengatasi masalah. Dalam perspektif Islam, kecerdasan spritual (SQ) merupakan kematangan iman yang tempatnya di hati berupa kesadaran tauhid yang akan mengendalikan kecerdasan intelektul dan kecerdasan emosional. Seseorang yang hatinya terkendali oleh nilai-nilai tauhid (keimanan), maka emosinya akan stabil dan akhirnya akan berimbas pada kemampuan berfikir yang optimal. Teori kecerdasan majemuk Gardner menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas hanya pada satu atau dua jenis-jenis kecerdasan tapi multiple atau beragam (kata sifat jamak). Itulah mengapa dalam pandangan Gardner kecerdasan manusia tidak hanya dinilai dari aspek kognitif atau akademik saja. Riset yang dilakukan Gardner menemukan paling sedikit ada sembilan jenis kecerdasan pada manusia, yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik, kecerdasan gerak-badani/kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal.11 Berikutnya, pada tahun 1999, Howard Gardner menambahkan adanya dua kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis atau lingkungan dan kecerdasan eksistensial.12 Pembahasan lebih lanjut mengenai kecerdasan majemuk Gardner ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kecerdasan Linguistik, menurut Gardner kecerdasan ini merupakan kemampuan mengekspresikan daya pikir melalui rangkaian kata dan bahasa dalam menghargai makna yang kompleks. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik dalam proses belajar mengajar akan lebih percaya diri ketika mereka mampu mempertahankan posisi dalam berargumentasi. Mereka memiliki peluang untuk mengetahui lebih dalam suatu pelajaran dari diskusi dengan teman-temannya. Dari kebiasaan berdiskusi inilah yang akan membuka peluang seseorang mengembangkan kecerdasan bahasanya. Anak yang memiliki cerdas bahasa ini akan menjadi manusia yang hebat dengan kemampuan bahasanya dan memiliki peluang berkarir sebagai penyair, pengarang, pembicara, pengajar, jurnalis dan sebagainya. 2. Kecerdasan logis-matematis, merupakan kemampuan menyelesaikan operasi-operasi matematis seperti berhitung, mengukur, dan menilai. 10
Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), cet 1, 119-120. Lihat juga surat Ali-Imran:190-191 11 Howard Gardner, Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (New York: Basic Books, 1983). 12 Howard Gardner, Intelligence Reframed: Multiple Intelligences (New York: Basic Books, 1999).
29
Kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mengolah angka-angka dan menggunakan logika.13 Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak dengan kecerdasan matematis logis ini dapat dilakukan melalui proses penalaran dan berpikir dalam hubungan sebab akibat serta melahirkan suatu hipotesis, menyusun keteraturan konseptual atau numerik, dan sebagainya. Anak yang memiliki kecerdasan matematis logis ini akan menjadi manusia yang hebat dengan kemampuannya ini dan memiliki peluang berkarir sebagai ilmuwan, akuntan dan programer. 3. Kecerdasan visual-spasial, yaitu kecerdasan yang mencakup kemampuan untuk memahami, mengubah dan mengkonstruksi aspek yang bersifat visualspasial. Anak dengan kecerdasan visual-spasial yang tinggi mempunyai dapat memvisualisasikan sesuatu dengan begitu hidup dan membangkitkan kapasitas tiga dimensi sebagaimana pelaut, pemahat, pelukis atau arsitek. Anak dengan kecerdasan ini biasanya memiliki perilaku suka membuat coretan-coretan lingkaran atau yang lainnya. Anak dengan kecerdasan visulaspasial yang tinggi akan memiliki peluang berkarir sebagai arsitek, fotografer, dan insinyur mesin, dan sebagainya. 4. Kecerdasan gerak badani atau kinestetik, sering disebut juga dengan kecerdasan fisik yang mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Secara kognisi kecerdasan ini berawal dari kontrol refleks dan gerakan-gerakan sukarelawan di mana inteligensi kinestetik ini digunakan oleh tubuh mengubah tujuan menjadi aksi yang menawan. Itulah mengapa anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki peluang berkarir menjadi seorang atlet olahraga, penari, aktor dan pemain pantomim, dan sebagainya. Dalam strategi pembelajaran, anak dengan kecerdasan kinestetik ini akan menyukai proses pembelajaran yang banyak mengakomodir gerak tubuh seperti berlari, memegang, menyentuh, dan sebagainya. 5. Kecerdasan musikal, ciri dasar dari kecerdasan ini ialah kemampuan untuk menangkap, menghargai dan menciptakan irama dan melodi melalui ritme dan nada. Secara kognisi disebutkan bahwa di suatu tempat dalam benak kita, terdapat ribuan ungkapan musikal yang menunggu isyarat untuk diaktifkan. Modal inilah yang dikembangkan seorang musisi, komposer serta pembuat alat musik untuk menciptakan nada-nada musik. Startegi pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak dengan cerdas musikal ini antara lain adalah melalui metode bernyanyi atau nada-nada yang berirama. 6. Kecerdasan interpersonal menurut Gardner merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki kemampuan untuk peka dan tanggap 13 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart, Identifiying and Development Your Multiple Intelligences (New York: New American Library, 1993), 85-86.
30
terhadap suasana hati, perasaan, perangai, dan hasrat orang lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan membina hubungan serta mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik sebagai anggota maupun pemimpin.14 Kecerdasan ini terlihat jelas pada orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang baik seperti pemimpin organisasi, guru, ahli terapi dan konselor. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak dengan kecerdasan ini antara lain adalah melalui kegiatan kelompok, sosio drama, dan sebagainya. 7. Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan hidup.15 8. Kecerdasan naturalis mampu mengenali dan memahami flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Anak dengan kecerdasan ini menyukai kegiatan outdoor seperti camping, hiking, memancing, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran mereka menyukai aktifitas belajar di luar kelas untuk mengobservasi alam secara langsung, serta senang mengoleksi benda-benda alam seperti batu-batuan, kulit kerang dan sebagainya. Teori multiple intelligences membawa implikasi perubahan terhadap makna kecerdasan. Kecerdasan yang sebelumnya didefinisikan sebagai hasil akhir dari sebuah proses ujian atau tes standar dan erat kaitannya dengan intelligences question (IQ) seseorang yang pada akhirnya menjadi sebuah labelisasi disability test, yaitu tes yang pada akhirnya digunakan untuk melihat ketidakmampuan seseorang.16 Teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk Gardner mengubah pandangan ini yang pada akhirnya memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk semua materi apapun. Namun dalam praktiknya umumnya terdapat kesalahan pada sekolah yang menerapkan teori multiple intelligences ini. Beberapa kesalahan tersebut antara lain adalah;
14 Psikolog asal Inggris, Nicholas Keynes Humphrey menyebut bahwa, inteligensi sosial adalah hal yang paling penting dalam intelek manusia. Humphrey mengatakan bahwa kegunaan kreatif dari pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk mempertahankan sosial manusia secara efektif. Lihat, Linda Campbell dan Bruce Campbell, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Depok: Intuisi Press, 2006), 172. 15 Sebagian besar peneliti percaya bahwa ketika kita lahir ke dunia, kecerdasan intrapersonal telah berkembang dari sebuah kombinasi gen, lingkungan dan pengalaman. Lihat, Linda Campbell dan Bruce Campbell, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, 202. 16 Dicetuskan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 di Harvard University.
31
bahwa Multiple Intelligences dianggap sebagai bidang studi dan tidak diterapkan secara sistemik (komprehensif).17 Aplikasi teori multiple intelligences pada sistem manajemen sekolah dilakukan melalui beberapa tahapan yakni: input, process dan output. Input, adalah bahan masukan berupa peserta didik yang dominan kecerdasannya diriset menggunakan multiple intelligences research, hasil riset tersebut menghasilkan informasi gaya belajar (kecenderungan kecerdasan yang paling dominan). Data informasi gaya belajar peserta didik menjadi penting untuk dilanjutkan ke dalam process pembelajaran, di mana guru menggunakan strategi mengajar multiple intelligences sesuai data hasil multiple intelligences research.18 Penekanan strategi mengajar multiple intelligences adalah aktivitas belajar cara belajar. Proses aktivitas belajar peserta didik dinilai menggunakan prinsip penilaian berbasis proses. Penilaian berbasis proses sebagai output penilaian kompetensi. Fokus utama aplikasi sistem multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran adalah bagaimana gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik karena selama ini kesulitan peserta didik dalam menerima pelajaran dikarenakan gaya mengajar guru yang tidak sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Aplikasi sistem multiple intelligences dalam manajemen sistem pembelajaran diterapkan dengan penekanan pada kinerja guru, tepatnya sebelum pelaksanaan pembelajaran, yaitu pada tahap penyusunan rencana pembelajaran guru melalui tahapan penguasaan strategi mengajar dengan multiple intelligences, yaitu pemilihan modalitas belajar yang tepat dengan memperhatikan kecerdasan peserta didik yang didapat melalui multiple intelligences risearch (MIR), penguasaan teknik belajar cara belajar dan kemampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan aplikasi teori multiple intelligences ini dalam manajemen pembelajaran antara lain dilakukan melalui siklus pengawasan pembelajaran empat tahapan, di antaranya:
17
Sistemik penerapan teori multiple intelligences memiliki prasyarat pelaksanaan dan syarat pelaksanaan. Prasayarat pelaksanaan adalah ketuntasan paradigma mengenai kecerdasan. Sedangkan syarat pelaksanaan meliputi input-proses output. 18 Alamsyah Said, “Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru. Penelitian Tindakan Sekolah”, GLC Indonesia, Jakarta, 2014.
32
2.1 Diagram Siklus Pengawasan Pembelajaran Sistem Multiple Intelligences.19 Lesson plan
Feedback
Konsultasi
Observasi Pola kerja siklus pengawasan manajemen pembelajaran merupakan bagian dari proses sistem multiple intelligences, dan bagian ini sebagai inti atau titik poin dari pelaksanaan mengajar menggunakan strategi multiple intelligences. Dampak yang dihasilkan dari siklus pengawasan pembelajaran adalah: 1. Guru menguasai perencanaan belajar dengan alat pengawasan lesson plan. 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran secara otomatis merupakan standar operasional prosedur guru dalam mengajar. 3. Alur isi rencana pelaksanaan pembelajaran adalah: persiapan (preparation), presentasi (presentation), praktek (practice), penampilan aktivitas (performance). Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan siklus pertama dari sebuah proses pembelajaran yang profesional. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar. Banyak sekali guru pada saat mengajar tidak membuat terlebih dahulu lesson plan. Akan berbeda kualitas pembelajaran seorang guru yang diawali dengan pembuatan lesson plan dibandingkan dengan guru yang tidak melakukan persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum mengajar. Keuntungan guru mengajar dengan menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran: 1. Rencana pengajaran pada jenjang kompetensi secara otomatis tercatat dan dapat di arsip. 2. Dengan adanya record/arsip dari rencana pelaksanaan pembelajaran akan menjadi bekal untuk guru yang bersangkutan menggunakannya dengan penyempurnaan pada tahun berikutnya. 19 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, (Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2009), 64-67.
33
3. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kualitas guru akan terkontrol dan tercatat (Management Quality Control). Tugas mengevaluasi kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran adalah konsultan atau supervisor atau petugas yang ditunjuk. 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan siklus pertama dari sebuah proses pembelajaran yang profesional. 5. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, akan dapat terukur kualitas pembelajaran di kelas yang berhubungan dengan hasil prestasi akademik peserta didik. 6. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru akan mempunyai waktu perencanaan sebuah topik pembelajaran tentang bagaimana sebuah topik disampaikan dengan baik dan menarik. Dampak lain yang dihasilkan dari siklus pengawasan pembelajaran multiple intelligences adalah: perubahan paradigma. 2.1 Tabel Perubahan Paradigma.20 Paradigma Lama
Paradigma Baru 1. Dengan guru mengajar belum 1. Konsep kalau guru mengajar tentu murid belajar. Sebab murid akan belajar. mengajar dan belajar adalah dua proses yang berbeda. 2. Perencanaan mengajar 2. Perencanaan mengajar terletak terletak pada bagaimana guru pada bagaimana murid bisa mengajar kemudian murid mengerti, barulah merancang mengerti. bagaimana guru mengajar. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menerapkan sistem multiple intelligences dengan terlebih awal melakukan pendidikan dan pelatihan secara berjenjang dan berkesinambungan mengenai multiple intelligences secara lengkap. Dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melakukan riset tentang kondisi peserta didik yang mendaftar ke Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, sehingga didapat data yang cukup. Data tersebut merupakan masukan penting dan acuan bagi sekolah dalam proses belajar mengajar. Dalam penerimaan calon peserta didik digunakan multiple intelligences research yaitu sebuah riset untuk mengetahui dominan kecerdasan dan gaya belajar peserta didik. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah sekolah yang mempunyai konsep dan sistem secara komprehensif. Sekolah unggul (the best school) menitikberatkan pada kualitas proses belajar, dan bukan pada 20
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 64-67.
34
input peserta didik. Paradigma sistem sekolah unggul (the best school) tidak menerapkan seleksi tes masuk, artinya sekolah unggul mensyaratkan tingkatan untuk disebut unggul, pertama: sekolah yang menerapkan tes standar masuk, sebagai sekolah dengan tingkatan terendah, kedua: sekolah yang hanya menerima anak-anak pintar dan bodoh, sebagai sekolah tingkatan rendah, dan ketiga: sekolah yang menerima semua kategori sebagai sekolah tingkatan tertinggi. Isyarat ini merujuk pada sekolah dengan tujuan dimensi kemanusiaan dan berkeadilan (human for learning). Delapan pilar sekolah disebut unggul di antaranya: 1. Desain kurikulum. Desain kurikulum dikembangkan dari tiga pilar penting, di antaranya: jasmani-ruhani, agama-akhlak, dan karakter. Penerapan kurikulum dengan silabus. Penerapan kurikulum yang baik adalah dengan keseimbangan dua muatan sebagai berikut: 1) Catalysis, menggali dan mengetahui apa yang diinginkan peserta didik, terdiri dari: a. Tema: Tema pembelajaran dari peserta didik. b. Pemilihan Tema: Peserta didik memilih sendiri tema yang akan dipelajarinya. 2) Challenge, memberi tantangan anak untuk mengetahui hal-hal yang baru. a. Guru menentukan tema pembelajaran 2. Agent of Change. Sekolah yang berperan sebagai agen pengubah kondisi peserta didiknya dari kondisi negatif menjadi kondisi positif. 3. The Best Process. Belajar yang berkualitas dan menyenangkan untuk semua kondisi. Strategi mengajar multiple intelligences menekankan apda sebuah kesamaan antara gaya menagajr guru dengan gaya belajar peserta didik. 4. The Best Teachers. Penekanan pada kualitas guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan dan pengajaran. Kualitas guru terindikasi dengan dalam momen mengajar dengan bertindak sebagai fasilitator ketika peserta didik belajar, terindikasi sebagai katalisator, ketika peserta didik mengalami proses aktivitas belajar. Guru katalisator adalah guru yang mampu mempercepat proses pemahaman peserta didik. Bagi peserta didik dengan kecepatan belajar normally learner menjadi lebih cepat paham, peserta didik dengan kategori belajar lambat (slow learner) menjadi mudah paham. Indikasi beriktunya adalah open mind. Guru memiliki idealitas belajar untuk memenuhi ruang-ruang kognisinya dan the best teacher terindikasi dengan komitmen. Termasuk komitmen meningkatkan kualitas sebagai guru,
35
5.
6.
7.
8.
memiliki sikap kasih sayang dan penuh Perhatian, dan kaya strategi mengajar. Active Learning. Model pembelaajran yang dikembangkan sekolah unggul adalah menekankan pada keaktififan peserta didik sat belajar. Applied Learning. Sekolah mengaitkan materi belajar dengan kehidupan nyata seharihari, sehingga peserta didik tidak hanya belajar konsep-konsep abstrak tetapi pembelajaran yang langsung diaplikasikan. Management Control. Sekolah yang mempunyai siklus kontrol dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan mengajar, konsultasi, observasi kelas dan analisa perbaikan yang dilakukan secara kontinyu. Sistem multiple intelligences. Input peserta didik dengan data hasil riset gaya belajar (multiple intelligences research), proses pembelajaran guru dengan apersepsi dan menggunakan strategi multiple intelligences sesuai hasil riset gaya belajar (multiple intelliegnces research) dan dengan teknik penilaian autentik atau penilaian berbasis proses aktivitas belajar.
Banyak orang termasuk guru, pengelola pendidikan, orangtua peserta didik, pengawas sekolah, masyarakat termasuk pengambil kebijakan bidang pendidikan menyebut bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang peserta didiknya adalah lulus masuk tes akademik, memiliki ranking akademik yang tinggi, serta selektif dan berstandar akademik tinggi dalam penerimaan peserta didik baru. Kenyataan tersebut di atas berbanding terbalik dengan konsep sekolah unggul dalam konteks dimensi kemanusiaan dan berkeadilan (human for learning). Sekolah diharapkan berkomitmen untuk mengembangkan pemahaman peserta didik yang mendalam dalam beberapa disiplin inti. Hal ini mendorong peserta didik menggunakan pengetahuan itu untuk memecahkan masalah-masalah dan menyelesaikan tugas-tugas yang mereka hadapi dalam masyarakat luas. Pada saat yang sama, sekolah berusaha untuk mendorong perpaduan unik dari kecerdasan-kecerdasan masing-masing peserta didik. Menilai perkembangan peserta didik secara teratur dengan cara-cara adil dan cerdas pula.21 Implikasi dari teori multiple intelligences jauh melampaui pengajaran kelas. Pada intinya, teori multiple intelligences tidak kurang suatu perubahan mendasar dalam cara sekolah-sekolah distruktur. Hal ini memberitahukan kepada para pendidik dimana pun pesan yang kuat, bahwa peserta didik yang 21
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 131.
36
datang ke sekolah setiap pagi hari memiliki hak untuk diberi pengalamanpengalaman yang mengaktifkan dan mengembangkan semua kecerdasan mereka. Selama hari sekolah normal, setiap peserta didik harus berhadapan dengan pelajaran, latihan, proyek atau program yang berfokus pada pengembangan kecerdasan peserta didik masing-masing, bukan hanya untuk kemampuan verbal dan logis yang standar yang selama puluhan tahun telah dijunjung tinggi di atas segala bentuk potensi manusia.22 Sekolah adalah kumpulan para peserta didik yang sedang mengalami proses belajar dalam dimensi bertumbuh dan berkembang.23 Penting sekali mengenali dan mengembangkan semua kecerdasan manusia yang bervariasi (keanekaragaman kecerdasan). Setiap peserta didik berbeda terutama karena semuanya memiliki kombinasi yang berbeda dari kecerdasan-kecerdasan itu.24 Hampir 80 tahun setelah tes kecerdasan pertama dikembangkan,25 teori multiple intelligences memiliki cakupan yang luas mengenai lingkup potensial manusia di mana melebihi batas-batas skor intelligence question (IQ). Psikolog kini telah meredefinisi kecerdasan, sebagai kapasitas/kemampuan memecahkan masalah-masalah dan menciptakan produk-produk dan karyakarya yang bernilai budaya, atau kemampuan melakukan tindakan kreatif (produk kreatif). Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua peserta didik akan dibimbing kearah perubahan yang lebih baik dalam arti lain. Guru mampu mengubah kualitas akademis dan moral peserta didik dari yang awalnya nakal, malas, menjadi positif. Resiko bagi pengurus sekolah yang mengklaim sebagai sekolah unggul adalah mau menerima semua peserta didik apa adanya tanpa diskriminasi dan tanpa menerapkan test seleksi. Sebab, setiap anak memiliki keunikan (unique) terhadap belajar,
22
Thomas Armstrong, Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Edisi Ketiga (Jakarta: Indeks, 2013), 129. 23 Ekosistem yang ada dalam komunitas sekolah adalah manusia. Manusia dengan segala fitrah, potensi kecerdasan, minat dan bakat mengalami fase belajar dalam dimensi tumbuh dan kembang. Namun, mencari sekolah yang benar-benar memfasilitasi fitrah, potensi kecerdasan, minat dan bakat dalam masa belajar sangatlah sulit. Sekarang ini, banyak sekali sekolah yang bukannya membangun keunggulan peserta didik melainkan membunuh banyak potensi-potensi yang ada pada peserta didik. Mayoritas sekolah di Indonesia tidak menghargai kecerdasan yang dimiliki peserta didik sebagai siswanya. 24 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences di dalam Kelas. Edisi Ketiga, 45. 25 Tes kecerdasan pertama dikembangkan oleh Alfred Binet pada tahun 1905 di Perancis. Tujuan tes kecerdasan (tes IQ) adalah untuk menentukan siswa kelas dasar mana yang “beresiko” untuk gagal. Sehingga, para siswa tersebut bisa mendapatkan perhatian khusus untuk memperbaikinya. Tes kecerdasan pertama kemudian diimpor ke Amerika Serikat. Beberapa tahun kemudian, tes kecerdasan menjadi tersebar luas, begitu pula gagasan ada sesuatu yang disebut “kecerdasan” yang dapat diukur secara objektif, dan dipersingkat menjadi satuan angka atau yang disebut skor/nilai “IQ”.
37
memiliki bakat (talent) dan memiliki kemampuan (ability).26 Karena, prinsip dasar yang digunakan oleh sekolah unggul adalah tidak ada peserta didik yang bodoh. Sekolah yang dijadikan model pendidikan pada dasarnya adalah sekolah yang berbasis pada konsep tumbuh kembang manusia (human) sesuai fitrah kemanusiaannya. B.
Multiple Intelligences Theory dalam Dunia Pendidikan dan Pengajaran. Sejak pertama kali teori multiple intelligences diperkenalkan, para guru-guru mengalami dampak akibat implikasi penerapan teori multiple intelligence. Para guru bergulat (grappling) secara pemikiran dan aplikatif dalam sistem pengajaran dan paradigmanya. Aplikatif dalam sistem pengajaran multiple intelligences lebih menekankan pada kemampuan dan keahlian guru dalam menggunakan kreatifitas pengajarannya, kreatifitas karyanya terhadap media-media pembelajaran di dalam kelas. Hal ini terjadi, dikarenakan guru-guru terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami karakteristik-karakteristik dari setiap jenis-jenis kecerdasan. Hal ini penting untuk menilai jenis kecerdasan peserta didik.27 Dalam lingkup pendidikan, belajar diidentikkan dengan proses kegiatan sehari-hari peserta didik di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu peserta didik dan guru. Dari segi peserta didik, belajar dialami sebagai suatu proses. Peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Sedangkan dari sisi guru, belajar itu dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal peserta didik tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar “tampak” lewat perilaku peserta didik dalam mempelajari bahan ajar. Perilaku belajar itu tampak pada tindak-tindak hasil belajar. Oleh karena itu, belajar adalah “perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal peserta didik dalam rangka menuju kematangan.”28 Secara sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian, berbagai upaya pembelajaran memiliki 26
Thomas Armstrong, In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences. Revised and Update (New York: Penguin Putnam Inc, 2000), 2. 27 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second Edition (Washington, DC, USA: International Society for Technology in Education ISTE, 2005), 11. 28 Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Grafindo, 2005), 7-8
38
banyak usaha untuk secara taktis merangsang seseorang peserta didik agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan karakteristik anak atau peserta didik. Mengenai penerapan teori kecerdasan jamak telah banyak dikaji dan diulas baik dalam bentuk buku maupun jurnal-jurnal hasil penelitian yang telah dilakukan, di antaranya: 2.2 Tabel Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk. Judul Buku dan Jurnal
No
1.
2.
3
Multiple Intelligences: The Theory in Practice.
Multiple Intelligences Go to School Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences. Multiple intelligences Theory, Action Research and Teacher Professional
Bahasan Implikasi praktis multiple intelligences melahirkan gagasan yang kuat bahwa ada kapasitas manusia yang terpisah, namun dapat saling bersinergi membentuk kompleksitas kecerdasan. Multiple intelligences pada manusia didasari dari area-area pada lobus otak, dan masing-masing saling berdiri sendiri, walau berdiri sendiri dapat bekerja secara bersama melalui proses belajar.29 Menurut Howard Gardner, setiap manusia memiliki delapan bentuk kecerdasan dan relatif independen satu sama lain. Berbagai kecerdasan terbaik dinilai melalui cara kontekstual. Sebuah aplikasi teori multiple Intelligences yang diriset pada kelompok anak usia dini, umur 4 dan 5 tahun, di mana anak menunjukkan profil kekuatan dan kelemahan.30 Laporan isi jurnal ini adalah menyajikan temuan dari sebuah proyek penelitian penerapan multiple intelligences di sekolah dan ruang kelas. Ini menunjukkan bagaimana teori multiple intelligences digunakan untuk menghasilkan praktik kelas, bagaimana guru berpartisipasi,
29
Howard Gardner, Multiple Intelligences: The Theory In Practice (New York: Basic Books, 1993). 30 Howard Gardner and Thomas Hatch, “Multiple Intelligences Go to School: Educational Implications of the Theory of Multiple Intelligences”, American Educational Research. Vol. 18, No. 8 (Nov., 1989), pp. 4-10 (Accessed: 16/09/2015). Laporan jurnal tersebut merekomendasi aplikasi teori multiple intelligences dalam pendidikan. Howard Gardner mengangankan sebuah sistem pendidikan yang akan membantu menerbitkan generasi-generasi muda yang mampu menantang masa depan, dengan tetap memelihara tujuan tradisional pendidikan humanis.
39
Development: The Irish Multiple Intellgences Project.
4
Multiple intelligences: Gardner’s Theory, Practical Assessment, Research and Evaluation.
5.
Playing with the multiple intelligences How Play Helps Them Grow.
6.
The Effects of Multiple intelligences Theory Based Teaching on Students
dievaluasi proyek; dan bagaimana guru menanggapi pengalaman profesional. Guru melaporkan hasil peserta didik yang sukses termasuk minat dan motivasi, ingat yang lebih baik dan pemahaman yang lebih dalam, pencapaian yang lebih tinggi, meningkatkan harga diri, dan lebih menyenangkan dan pengalaman kelas menyenangkan. Untuk guru sendiri, proyek adalah sebuah tantangan. Mereka membutuhkan lebih banyak waktu, ketekunan, lebih kolegialitas, dan lebih perencanaan dukungan manajemen.31 Usulan agar teori multiple intelligences dimasukkan ke dalam kurikulum Sekolah Dasar. Mengingat definisi kecerdasan teori multiple intelligences adalah sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan memperoleh produk yang bernilai budaya.32
Teori multiple intelligences dalam proses pengajaran guru mampu meningkatkan keterampilan dan menguatkan bakat alami anak. Strategi mengajar sesuai multiple intelligences membuat anak tajam dalam penguatan keterampilan dan bakat.33 Teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional. Peserta didik dapat lebih berhasil secara akademis melalui pengajaran berbasis multiple intelligences.34
31 Joan Hanafin, “Multiple intelligences Theory, Action Research, and Teacher Professional Development: The Irish MI Project”, Australian Journal of Teacher Education, Vol. 39, Issue 4 Article 8 (2004) (Accessed: 16/09/2015). 32 Brualdy Timmins and Amy C, “Multiple intelligences: Gardner’s Theory, Practical Assessment, Research & Evaluation,” Vol. 5, No. 10 (1996), 10, Http://pareonline.net/getvn.asp?v=5&n=10 (Accessed: 17/09/2015). 33 Eberle, G. Scott, “Playing with the Multiple Intelligences How Play Helps Them Grow”, American Journal of Play, Vol. 4, Number 1, (2011) (Accessed: 16/09/2015). 34 Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple Intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement and Retention of Knowledge”, International Journal on New Trends in Education And Their Implication, Vol. 4, Issue: 3 (July 2013),
40
7.
Achievement and Retention of Knowledge. Learning Styles and Multiple intelligences in Students.
8.
In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences
9.
Multiple Intelligences in the Elementary Classroom
Praktek mengajar sesuai gaya belajar (multiple intelligences) membantu peserta didik memproses informasi dengan baik saat mereka belajar.35 Setiap anak memiliki keunikan masing-masing dalam belajar dan memproses pengetahuan, ini merupakan hadiah dalam proses tumbuh kembang manusia (human growth). Setiap anak memiliki bakat (talent) dan kemampuan (ability). Faktanya, banyak anak yang dengan keunikannya diberi label sebagai Atention Deficit Disorder atau ADD dan Atention Deficit Hyperactivify Disorder atau ADHD, kesulitan belajar atau learning disabled, kesulitan belajar bahasa (dyslexic), kesulitan belajar angka (dyscalculia) atau singkatnya karena mengalami tidak berprestasi secara akademik (simply as underachievers).36 Teori multiple intelligences merupakan gagasan perubahan terhadap kecerdasan tunggal (IQ). Terdapat tiga hal yang siginifikan yang dikandung teori multipe intelligences dengan kecerdasan tunggal atau IQ, yaitu: 1). Kecerdasan bersifat jamak dan tidak hanya satu jenis kecerdasan, 2) Kecerdasan seseorang diekspresikan melalui aktivitas atau performance, hasil karya atau product, gagasan atau idea, kecerdasan tidak dinyatakan dalam bentuk nilai hasil test. dan, 3) kecerdasan
Article: 04 ISSN 1309-6349 (2013), Www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/04.yalmanci (Accessed: 16/09/2015). 35 Manner, M. Barbara, “Learning Styles and Multiple Intelligences in Students”, Journal of College Science Teaching, NSTA, 2001 (Accessed: 16/09/2015). 36 Thomas Armstrong, In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences. Revised and Update, 2.
41
10.
11.
dihasilkan melalui ekspresi kebudayaan 37 seseorang. Pertanyaan tentang kecerdasan dalam kepemimpinan (leadership). Individu yang menyukai dan memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) akan sangat efektif dalam kepemimpinannya. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1920 sampai 1930, menyebut kecerdasan berkontribusi terhadap kepemimpinan seseorang, sebagaimana studi Multiple yang dilakukan Edward Thorndike yang Intelligences dilaporkan oleh Ronald E. Riggio, Susan E. and Leadhership Murphy, and Francis J. Pirozzolo. Sebelum teori multiple intelligences dimunculkan tahun 1983, telah banyak penelitian-penelitian mengenai kecerdasan yang berhubungan dengan representasi mental. Sebagai contoh, Edward Thorndike pada tahun 1920 mendefinisikan kecerdasan sosial sebagai upaya untuk mengukur level mental sosial seseorang.38 Howard Gardner dan Thomas Armstrong telah banyak berkecimpung dalam aplikasi teori multiple intelligences dalam dunia pendidikan dan pengajaran, bahkan diaplikasikan dibanyak negara (around the world). Teori multiple intelligences dijadikan konsep dasar dalam Multiple proses pendidikan dan pengajaran. Di negaraIntelligences negara yang menggunakan konsep multiple Around The intelligences telah mendeskripsikan, World menganalisis, mengevaluasi dan mensistesis sesuai kearifan lokal kebudayaan dimasingmasing negara. Aplikasi multiple intelligences memperbaiki (improve) pendidikan semua peserta didik (students). Banyak orang yang akhirnya menemukan pekerjaan sesuai kepandaiannya (diligently), sesuai kecerdasan
37
Baum Susan, Julie Viens, and Barbara Slavin, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom. A Teacher’s Toolkit (New York and London: Teacher Collage, Columbia University, 2005), 10 38 Ronald E. Riggio, Susan E. Murphy, and Francis J. Pirozzolo, Multiple Intelligence and Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2002), 3.
42
11.
12.
13.
dominannya setelah mengaplikasikan multiple intelligences.39 Piping Sugiharti hasil penelitian menyebutkan bahwa metode pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan penerapan teori multiple intelligences dapat meningkatkan Penerapan Teori aktivitas dan rasa senang para peserta didik Kecerdasan terhadap mata pelajaran fisika. Proses Jamak dalam pembelajaran fisika yang menarik dan Pembelajaran menyenangkan sesuai dengan kecerdasan yang Fisika. dimiliki peserta didik. Penerapan multiple intelligences dalam pengajaran guru mampu meningkatkan minat dan kreatifitas peserta didik.40 95 Strategi Peserta didik bodoh itu mitos, sebab sepanjang Mengajar anak terlahir dengan fungsi otak yang sehat Multiple (medis), maka saat itu pula anak memiliki Intelligences. kemampuan mengolah kecerdasan, dan dengan Mengajar Sesuai proses belajar yang sesuai dengan jenis multiple Cara Kerja Otak intelligences, anak akan senang, aktif belajar dan Modalitas sehingga anak mudah memahami materi yang Belajar Peserta dilihat dari hasil penilaian autentik.41 didik. Paradigma salah kaprah menyebut sekolah unggul adalah sekolah favorit, yaitu sekolah yang menerima calon peserta didiknya dengan Sekolahnya seleksi ketat, yang pandai berhak masuk dan Manusia. yang bodoh tidak diterima. Sekolah yang baik dan benar adalah, sekolah yang manusiawi dalam pandangan sekolahnya manusia adalah sekolah yang menerima input peserta didiknya
39
Jie-Qi, Seana Moran, Howard Gardner, Multiple Intelligences Around The World (Editors by Howard Gardner), (San Fransisco CA 94103-1741: Jossey-Bass A. Wiley Imprint, 2009), 2. 40 Piping Sugiarti. “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005 (Accessed: 16/09/2015). 41 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences Mengajar Sesuai Cara Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2015)
43
14.
Sekolah AnakAnak Juara. Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan.
15.
Multiple Intelligences in the Calssroom.
dengan segala kondisi (termasuk calon peserta didik dengan hambatan belajar).42 Menegaskan dengan disertai fakta-fakta empiris berdasarkan riset dan pengalaman, bahwa kecerdasan seseorang sangat beranekaragam dan seorang dengan kemampuan IQ yang biasa-biasa saja dapat meraih kesuksesan hidup. Buku ini menjelaskan bahwa peserta didik yang rendah kognitif namun tinggi bidang psikomotorik dan afektif cenderung tidak dianggap dalam dunia sekolah.43 Teori multiple intelligences tidak hanya dalam kaitannya dengan belajar mata pelajaran akademik, tetapi perilaku, manajemen kelas, dan kehidupan secara umum. Anda tidak akan pernah melihat pendidikan dengan cara yang sama. Mempraktekkan multiple intelligences dalam pembelajaran guru di kelas sesuai dengan jenis-jenis kecerdasan jamak peserta didik. Metode pengajaran yang kreatif adalah hal yang sangat direkomendasikan agar pembelajaran guru di kelas mudah diterima peserta didik.44
Dalam sejarah perkembangan teori-teori pendidikan sampai pada abad ke-20, menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih bersifat pengembangan manusia. Trend yang mengarah pada teori pendidikan yang berbasis pada manusia sesuai fitrah neurosains manusia.45 Ini singkron 42
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (Bandung: Kaifa Learning, 2009). 43 Munif Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-Anak Juara. Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan (Jakarta: Kaifa, 2012). Buku ini menegaskan bahwa setiap anak juara sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Dengan mengisahkan pengalaman empiris penulis buku Sekolah Anak-Anak Juara ingin menekankan kecerdasan otak, dan tidak ada ciptaan Allah yang gagal. Semua manusia adalah penciptaan terbaik dan karya Maha Agung Allah. 44 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition. Thomas Arsmtrong memberikan review dari dasar-dasar teori multiple intelligences. Armstrong memberikan contoh yang tak terhitung tentang bagaimana setiap kecerdasan dapat digunakan di dalam kelas, serta bagaimana mereka kecerdasan dapat dinilai. Thomas Armstrong juga menyediakan ide-ide tentang apa yang harus disertakan dalam portofolio multiple intelligences dan bagaimana menilai belajar masing-masing siswa melalui kecenderungan yang unik intelektual mereka. 45 Taruna Ikrar, Ilmu Neurosains Moderen (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Jika dilihat dan dicermati dengan seksama, teori-teori pendidikan sejak dahulu hingga
44
dengan kemunculan dan perkembangan teori-teori pendidikan (learning theory) yang diawali dari teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan teori humanistik. Berikut ini beberapa penjelasan tentang ini, yaitu: 1. Telaah teori-teori belajar (learning theory) yang diawali teori behaviorisme memberikan asumsi filosofis bahwa manusia tumbuh secara alami (nature of human being) dan perubahan tingkah laku manusia sebagai hasil dari pengalaman. Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Penguatan yang dimaksud adalah belajar. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.46 2. Teori belajar kognitivisme. Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya. 3. Teori belajar konstruktivisme. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar konstruktivisme berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui
sekarang mengalami perluasan maknawi terhadap objek pendidikan, di mana manusia dipandang secara luas dengan melibatkan unsur neurobiologis. Ketika awal teori pendidikan dalam proses belajar hanya menekankan sebagai proses mekanistik saja, maka pada era milenium proses belajar telah melibatkan representasi mental, fungsi kerja otak secara neurosains dan melibatkan unsur pancainderawi tubuh. 46 Slavin, R.E, Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition (Boston: Allyn and Bacon, 2000), 143.
45
gerakan atau perbuatan.47 Adapun konstruktivisme yang dibangun atas dasar interakasi sosial merupakan proses belajar bagi anak yang dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.48 Belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut, terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip dalam pembelajaran teori konstruktivisme adalah:49 a. Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting. b. Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta didik. c. Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator. d. Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik. e. Strategi pembelajaran, student-centered learning , dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif. Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. c. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. e. Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik. f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. g. Mencari dan menilai pendapat peserta didik. h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik. 47 Diungkapkan oleh Jean Piaget. Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anakanak dan teori perkembangan kognitifnya. Jean Piaget adalah juga perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan. 48 Dirumuskan oleh Vygotsky, psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori perkembangan anak. Konsep ini menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada sebuah area dimana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat belajar hal yang baru sedangkan ada area lain dimana anak tersebut dapat belajar mandiri tanpa dibantu. 49 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan pembelajaran dan Konsep Dasar (Bandung: Rosda, 2011). 18.
46
4. Teori belajar humanistik Linieritas perkembangan teori-teori belajar mengarah pada humanistik dan mengerucut secara spesifik pada pembelajaran berbasis manusia, sesuai fitrah dan fungsi otak yang menjadi mesin kecerdasan manusia. Fitrah sebagai makhluk Allah Swt yang paling sempurna diwujudkan dari kemampuan proses belajar manusia. Sejak pada usia awal pertumbuhan dan perkembangan manusia, respon terhadap belajar dapat diakses melalui otak sebagai mesin kecerdasan. Diawali dari pertumbuhan dan perkembangan kemampuan sosial emosional yang berada pada area system limbic dan spiritualitas pada area temporal lobus dan kemampuan kognitif pada area cortex cerebri,50 yang diakses melalui kinestetik pada area cerebellum dan motor korteks,51 dan juga diakses secara visual spasial dan seni masing-masing pada area hemisfer kanan bagian belakang, lobus occipital dan lobus temporal bagian kanan.52 Gaya belajar yang terdiri dari kecerdasan logis matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan musik (seni), kecerdasan spasial visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan naturalis serta modalitas belajar yang terdiri dari auditori, visual, psikomotorik, dan taktil, yaitu dua kelompok besar aplikasi teori multiple intelligences dalam pengajaran di sekolah. Sistem aplikasi diawali dari input penerimaan peserta didik baru. Ditengarai bahwa tidak ada sekolah multiple intelligences “resmi” dan tidak ada lembaga akreditasi untuk menjamin bahwa sebuah sekolah yang menggunakan pendekatan dan strategi multiple intelligences mengikuti seperangkat standar yang sudah disetujui. Sekolah yang berbeda menerapkan multiple intelligences dengan cara yang berbeda.53 Ini menegaskan bahwa 50
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ. Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Alquran dan Neurosains Mutakhir (Bandung: Mizan, 2008), 120-121. 51 Daniel G. Amen, Changes Your Life Changes Your Brain. Mengoptimalkan Fungsi Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat (Jakarta: Qonita, 2009), 34. 52 Daniel G. Amen, Changes Your Life Changes Your Brain. Mengoptimalkan Fungsi Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat, 15-20. 53 Sebagai contoh: Key Renaisance Learning Community di Indanapolis, Indiana, Amerika Serikat adalah sekolah dengan pengalaman terlama dalam menggunakan multiple intelligences, menggunakan berbagai jenis struktur organisasi untuk menyelipkan teori multiple intelligences ke dalam kurikulum. Para guru mengembangkan dua tema setiap tahun dalam berbagai topik yang melibatkan semua kecerdasan.The Key School juga menilai kemajuan peserta didik berdasarkan multiple intelligences, membuat peserta didik menyiapkan portofolio hasil karya mereka melalui semua bentuk kecerdasan dan menggunakan laporan kemajuan khusus yang menilai kedelapan kecerdasan. The Key School juga menggabungkan unsur-unsur pembaruan sekolah dari ahli teori pendidikan yang lain. Di Cascade Elementry School, di Marysville, Washington, memperkaya penggunaan multiple intelligences dengan menciptakan kegiatan khusus dalam ruang kelas bagi masing-masing
47
ada banyak cara untuk mengambil teori multiple intelligences dan menerapkannya pada berbagai seting. Meski demikian, tidak berarti segala cara dihalalkan dalam sekolah multiple intelligences. Ada banyak cara di mana multiple intelligences bisa diguakan dalam nama tapi keliru diterapkan dalam semangat. Sebuah sekolah atau kelas bisa kelihatan seperti program multiple intelligences, dengan banyak poster, lagu dan kegiatan multiple intelligences yang dilibatkan, tetapi tidak benar-benar menyentuh inti teori multiple intelligences. Ini merupakan salah penerapan teori multiple intelligences.54 Teori kecerdasan jamak yang dikenalkan tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada proyek zero tahun 1967 mengkhususkan kepada kajian sistematis pemikiran artistik dan kreativitas dalam seni, serta humanistik dan disiplin ilmu baik ditingkat individu maupun kelembagaan.55 Ilmuwan Universitas Harvard yang berlatar belakang ilmu psikologis klinis, psikologi, sosiologi dan antropologi, memunculkan istilah multiple intelligences yang kemudian dikembangkan menjadi multiple intelligences theory melalui penelitian yang rumit melibatkan antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, fisiologi hewan dan neuroanatomi. Secara garis besar, teori kecerdasan jamak lahir dari aplikasi ilmu-ilmu terapan dalam domain psikologi dan neurosains.56 Implikasi teori kecerdasan jamak dalam pendidikan bagi pendidik adalah, multiple intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, yang setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep multiple intelligences dalam kurikulum adalah sebagai berikut yaitu:
kecerdasan. Di mana kelas-kelas khusus itu diberi nama berdasarkan orang-orang ternama yang menonjol dalam masing-masing area, seperti: Mother Teresa Center (kecerdasan interpersonal), Emily Dickinson (kecerdasan intrapersonal) William Shakespere Center (Kecerdasan linguistik), dan Pablo Picasso Center (kecerdasan spasial). Dalam satu tahun ajaran, para peserta didik mempunyai peluang untuk terlibat dalam kegiatan di semua pusat. Di Kent Garden Elementry School di McLean, Virgina, peserta didik kelas enam memenuhi ruang penemuan praktek pusat ide untuk menjelajahi multiple intelligences. Hal tersebut merupakan contoh dari sekian banyak cara penggabungan multiple intelligences ke dalam program sekolah atau kelas. Lihat, Thomas Arsmtrong, Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligences, 239. 54 Thomas Armstrong. Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 239. 55 Sebuah proyek besar-besaran yang mulai dilaksanakan pada awal tahun 1960-an, proyek zero ini merupakan proyek akademi, khususnya ilmu psikologis dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. Proyek zero fokus pada penelitian mengenai kecerdasan manusia. 56 Howard Gardner, Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.
48
1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks. 2) Multiple intelligences menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi standart kompetensi. 3) Multiple intelligences merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. 4) Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. 5) Penyusunan standar kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak hanya aspek kognitif atau spiritual saja tetapi secara seimbang dan tepat sasaran. 6) Multiple intelligences adalah suatu konsep kecerdasan yang ada sejak manusia dilahirkan.57 Konsep ini merupakan hasil kajian neurobiologis (neuroscience) dari peta otak yang mengandalkan jalinan saraf. Pada setiap lobus-lobus otak (lobe of brain), bertanggungajawab terhadap jenis kecerdasan dan saling independen, bekerjasama satusama lain secara biokimia. Implikasi dalam dunia pendidikan bagi guru, digunakan dalam pembelajaran bagi peserta didik. Guru mengajar dengan terlebih dahulu memahami gaya belajar kecenderungan jenis kecerdasan jamak peserta didik dan dominan modalitas belajar. Dalam konteks pembelajaran, guru yang mengajar jika sama dengan gaya belajar peserta didik, pelajaran menjadi mudah, peserta didik aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.58 Memperkenalkan multiple intelligences dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni; orientasi kurikulum, metodologi pengembangan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan 57
Manusia adalah makhluk paripurna (sempurna) yang diciptakan Allah Swt. Manusia lahir dengan membawa otak sebagai mesin kecerdasan. Sepanjang manusia lahir dengan memiliki otak yang sehat (tidak rusak secara medis), maka sudah pasti cerdas. Kualitas kecerdasan pada setiap orang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, kualitas keluarga, asupan gizi makanan dan genetik, namun genetik tidak menjadi penentu mutlak terhadap kecerdasan, namun bersifat potensial. 58 Tesis mengenai “gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik, menjadikan materi ajar menjadi mudah dipahami oleh peserta didik” Tesis ini sering disampaikan Munif Chatib dalam setiap sesi pelatihan Multiple Intelligences Strategy. Setidaknya tesis Munif Chatib mendapat dukungan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Sekolah Kristen BPK Penabur, Jakarta. Tesis ini juga terdapat dalam buku Munif Chatib, berjudul Gurunya Manusia. Terbitan Kaifa, Bandung, tahun terbit 2011.
49
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru– guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Tidak ada satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh untuk memacu kecerdasan ganda setiap peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan.59 Strategi mengajar multiple intelligences menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif. Strategi pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik selalu ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang dalam lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah konteks yang luas. Apapun nama strateginya, saya berusaha menamakan sebagai strategi multiple intelligences, contoh, strategi sosio drama (role play) sahsah saja saya masukkan dalam keluarga besar strategi multiple intelligences. Demikian juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-lain.60 Sebagai contoh, pada kecerdasan musik (musical intelligences) guru dapat memunculkan dengan hanya memperkenalkan musik menjadi pelajaran, atau dengan menargetkan kecerdasan naturalis (naturalis intelligences) menyederhanakan
59
Disarikan dari catatan ilmuwan psikologi pendidikan Thomas Armstrong, yang disadur dari prolog soft copy buku 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Sesuai Kerja Otak dan Modalitas Belajar Peserta Didik, karya Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, yang diterbitkan oleh Prenada Media, Jakarta. 60 Disarikan dari catatan Munif Chatib, hal ini juga sering kali diungkapkan Munif Chatib dalam berbagai pelatihan-pelatihan Strategi Mengajar Multiple Intelligences.
50
pelajaran yang berhubungan dengan flora dan fauna kedalam prosedur aktivitas pembelajaran.61 Pengembangan metodologi pembelajaran guru disesuaikan dengan kecenderungan kecerdasan peserta didik. Sehingga beragam metode atau strategi pengajaran guru saling bersinergi dengan jenis kecerdasan lainnya. Seperti berikut ini:62 1). Problem solving, peserta didik dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya adanya perkelahian antar pelajar, sering terlabat sekolah, prestasi kelas menurun, komunikasi dengan guru kurang baik. Peserta didik diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal. 2). Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan kecerdasan bahasa, di mana peserta didik diajak menyenangi dan mencintai bahasa, peserta didik dapat menikmati suara dari kata-kata, menghargai dan memaknai kekuatan dengan penuh tanggungjawab. 3). Reflective thinking/critical thinking, peserta didik secara pribadi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lain sebagainya. Peserta didik diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih sendiri oleh peserta didik. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik juga kecerdasan interpersonal. 4). Group dynamic, peserta didik dibimbing untuk kerja kelompok secara kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika, dan kecerdasan interpersonal. 5). Community building, peserta didik satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal. 6). Responsibility building, peserta didik diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal. 7). Piknik, peserta didik merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai sosial, spiritual, keindahan dan sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan spasial, dan kecerdasan musik. 8). Camping study, peserta didik diajak melakukan kegiatan perkemahan dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman 61 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second Edition, 11. 62 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 58-59.
51
sekolah. Seperti hal di atas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spasial, juga intrapersonal. 9). Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu peserta didik agar mereka berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesarbesarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan peserta didik baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong kerja regu adalah meminta para peserta didik agar bekerja dalam suatu regu atau kelompok supaya mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat memecahkan suatu masalah, dengan cara melaksanakan suatu eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhatihati agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakekat pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan pengalaman para peserta didik. Cara-cara seperti di atas dapat dikembangkan oleh guru untuk membangun kecerdasan peserta didik dalam bidang interpersonal, juga kecerdasan kinestetik. 10). Pertanyaan efektif, jika peserta didik diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong peserta didik berpikir dan berpendapat tidak hanya untuk menyalin jawaban. Keterampilan ini sangat tepat bila digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistik. 11). Membandingkan dan mensintesiskan informasi, pemahaman informasi yang dikumpulkan dari sumber daya dapat ditingkatkan jika peserta didik bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, peserta didik harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih anak dalam hal kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan logis matematis. 12). Mengamati (mengawasi) aktif, sering peserta didik tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru
52
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan di mana jawaban-jawaban akan muncul di dalam video dan ungkapan-ungkapan kunci di dalam pertanyaanpertanyaan juga terjadi di dalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif. Cara ini dapat digunakan guru untuk melatih anak mengembangkan kecerdasan linguistik, kecerdasan musik. 13). Peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah peserta didik mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas peserta didik dalam memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Peserta didik diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat digunakan guru untuk melatih anak-anak dalam mengembangkan kecerdasan linguistik. 14). Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan peserta didik untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan yang kontroversial (menjadi sengketa). Peserta didik bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, lingkungan atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, peserta didik dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk mengembangkan kecerdasan logis matematis. 15). Permainan peranan/konferensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi permainan peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa semua peserta didik diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peran serta peserta didik jika perlu dengan mengajukan pertanyaan. Pada akhir konferensi meja bundar,
53
peserta didik hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk menstimulasi anak agar berkembang kecerdasan interpersonalnya dengan baik. Fasilitas pembelajaran dengan multiple intelligences, adalah fasilitas yang dapat menunjang aktifitas dalam pembelajaran multiple intelligences yang dibagi menjadi dua, yaitu ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat sementara.63 Berikut adalah fasilitas yang bersifat tetap atau permanen. 2.3 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak64 No
Kecenderungan Kecerdasan
1.
Linguistik
2.
Logis-Matematis
3.
Spasial visual
4.
Kinestetik
5.
Musikal
Fasilitas Penunjang Strategi Mengajar Multiple Intelligences Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain yang nyaman); Laboratorium bahasa (audio files, earphone, talking books); Writing center atau fasilitas untuk menulis (typewriters, word processing, software, paper). Laboratorium matematika (calculators, manipulatives); Science center (chemistry set, microphone, measurement materials). Art area (paints, collage materials, draw and paint software) Visual media center (video, animations, software, videocams); Visualthinking area (maps, graphs, visual puzzles, picture library, three-dimensional buliding materials). Membuka ruang atau arena untuk bergerak (mini-trampolin, juggling equipment); Hands-on center (clay, carpentry, blocks); Tactile-learning area (relief maps, samples of different textures, sand-paper letters); Drama center (stage for perpform. Puppet theater). Music lab (audio files of sound effects, earphones, music library); Music performance center (percussion instruments, audio recorder, methronome); Listening lab (stethoscope, walkie
63
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 103-
64
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 104-
104. 106.
54
6.
Interpersonal
7.
Intrapersonal
8.
Naturalis
talkies, small bottles containing differents mystery sounds when shaken). Round table for group discussions; Desks paired together for peer teaching; Social area (board games, comfortable furniture for informal social gatherings). Study carrels for ondividual work; Loft (with nooks and crannies for privacy); Computer hutch (for self-paced study). Plant center with gardening tools and supplies; Animal center with a gerbil or rabbit cage, a terrarium, or an ant farm; Aquatic center with an aquarium and tools for measuring and observing marine life.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan multiple intelligences di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan. Manfaat menerapkan multiple intelligences di sekolah. Kita dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan. Dapat menjadi pintu masuk yang utama ke dalam proses belajar. Bahkan peserta didik yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar. Dengan menggunakan multiple intelligences. Guru menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas peserta didik di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat. Peserta didik akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan peserta didik sebagai seorang yang spesialis. Pada saat guru mengajar untuk memahami, peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan pejelasan sebelumnya, penulis melihat bahwa multiple intelligences perlu diaplikasikan dalam setiap langkah-langkah manajemen pembelajaran. Langkah-langkah manajemen pembelajaran, meliputi tiga konteks besar, di antaranya, sekolah yang terdiri dari yayasan, kepala sekolah, para guru dan staf karyawan, peserta didik sebagai peserta didik dan
55
orang tua peserta didik. Ketiga konteks besar ini harus saling bersinergi dan sejalan dalam sebuah proses pendidikan. Secara internal dalam lingkup sekolah, penerapan multiple intelligences dimulai dari paradigma kecerdasan, bahwa setiap anak cerdas dengan kecerdasan jamak, kemudian input peserta didik yang secara paradigma berpikir dianggap cerdas. Dalam prosesnya, input-input ini mengalami proses-proses pembelajaran sesuai kecerdasan utama peserta didik yang kemudian dipotret dalam bentuk penilaian berbasis proses sebagai output hasil pembelajaran. Hasil-hasil pembelajaran yang terus berlangsung pada peserta didik terwujud dalam konteks outcome, artinya, peserta didik akan mengalami capaian kompetensi maksimalnya selama dalam kehidupan pendidikannya memaksimalkan kecerdasan utamanya (dominan multiple intelligences). Sejalan itu pula, orangtua peserta didik membantu, mendampingi, menstimulasi dalam banyak aktivitas-aktivitas harian yang direkomendasi sesuai multiple intelligences anak. Laporan-laporan hasil penelitian berikut ini, menjelaskan keberhasilan tentang pengajaran yang dilakukan guru, di antaranya: laporan berjudul The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach. Isi laporan ini mengungkapkan jawaban-jawaban mengenai pertanyaan tentang mengapa anak-anak tidak bisa menguasai apa yang harus mereka pelajari di sekolah. Dalam laporan ini, diungkap antara sains kognitif dengan agenda pendidikan, memperlihatkan bagaimana ketidakcocokan pikiran-pikiran kita dengan pola pengajaran natural. Juga penjelasan tentang materi, praktik, dan lembaga pendidikan serta membuat suatu solusi untuk mengkonstruksikan pendidikan.65 Buku berjudul, Creating Minds: An Anatomy of Creativity Seen Through The Lives of Freud, Einstein, Picasso, Stravinsky, Eliot, Graham, and Gandhi. Dalam buku ini dipaparkan potret dari tujuh orang yang luar biasa untuk mengungkapkan pola yang mendorong proses kreatif dan untuk menunjukkan bagaimana keadaan juga memainkan peran yang sangat diperlukan dalam keberhasilan kreatif. Buku berjudul The Development and Education of The Mind: The Collected Works of Howard Gardner. Dalam buku ini menjelaskan bahwa melalui seleksi kita dapat melihat perkembangan pemikiran serta pengembangan praktek lapangan dan buku berjudul Howard Gardner Under Fire: The Rebel Psychologists Faces His Critics. Dalam buku ini dipaparkan tiga belas esai kritis menantang teori kecerdasan majemuk , ciri-ciri kemampuan, kurva berbentuk U dalam pembangunan, dan konsep psikologis lain spiritualitas, kreativitas, dan kepemimpinan. Semua dijawab oleh Gardner sendiri, dan ditambah dengan esai. 65 The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach adalah buku ke-5 Howard Gardner.
56
Hasil penelitian yang dilakukan Sibel G. Yalmanci dan Ali Ibrahim tentang pengaruh penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran menegaskan bahwa teori multiple intelligences jika diterapkan dalam proses belajar lebih efektif dibanding dengan pola pengajaran guru yang tradisional. Peserta didik dapat lebih berhasil secara akademis melalui pengajaran berbasis teori multiple intelligences.66 Juga sebagaimana dilaporkan penerapan teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran fisika menyebutkan, bahwa metode pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan penerapan teori multiple intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan rasa senang para peserta didik terhadap mata pelajaran fisika. Proses pembelajaran fisika yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Penerapan multiple intelligences dalam pengajaran guru mampu meningkatkan minat dan kreatifitas peserta didik.67 Dalam proses belajar mengajar kecenderungan kecerdasan, diartikan sebagai pintu masuk informasi yang disampaikan guru kepada para peserta didik. Pintu masuk yang terbesar inilah yang dinamakan “gaya belajar” atau “learning style”. Apabila informasi tersebut sudah berhasil memasuki pintu terbesar dari kecenderungan kecerdasannya, maka dapat diartikan bahwa peserta didik mendapatkan informasi sesuai dengan gaya belajarnya. Strategi mengajar guru yang sama dengan gaya belajar peserta didik adalah inti proses pembelajaran berbasis multiple intelligences. Sebagai contoh, kelas dengan dominan gaya belajar kinestetik, logis matematis dan naturalis, akan mendapatkan strategi mengajar yang sesuai dengan unsur kinestetik, logis matematis dan naturalis. Anak yang dominan dengan kecerdasan logis matematis dan spasial visual menyukai belajar menggunakan metode grafik kurva sedangkan anak dengan kecerdasan dominan linguistik dan interpersonal sangat menyukai belajar dengan cara bercerita dan belajar berkelompok. Pada sistem pengajaran tersebut di atas, mengarahkan guru-guru menggunakan strategi kreatif. Peserta didik akan merespon pembelajaran dengan sangat baik ketika metode mengajar guru sama dengan gaya dan modalitas belajar peserta didik tersebut. Kreatifitas guru sangat diperlukan karena mengajar adalah seni. Secara teori multiple intelligences adalah kecenderungan dominan dari jenis kecerdasan tertentu. Peserta didik dengan kecerdasan tertentu menyukai gaya mengajar tertentu. Guru tetap harus kreatif apapun kondisinya. Sibel G. Yalmanci and Ali Ibrahim, “The Effects of Multiple intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement Anda Retention of Knowledge”, International Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013), (Accessed: 16/09/2015) 67 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005, (Accessed: 16/09/2015) 66
57
C.
Hubungan Multiple Intelligences Theory dengan Konsep Fitrah dalam Pendidikan Islam. Dalam proses pembelajaran seorang pendidik haruslah memahami perbedaan potensi, kemampuan dan keahlian setiap peserta didiknya. Sebab setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Hal tersebut ditegaskan dalam Alquran surat al-Tiin ayat 4: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Jika melihat ayat tersebut maka diperoleh pengertian bahwa manusia dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan berbagai potensi yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Inilah yang dimaksud konsep fitrah dalam Islam. Fitrah memiliki beberapa makna yang di antaranya adalah potensi dasar manusia.68 Diskursus tentang tujuan pendidikan memperbincangkan dua hal penting. Pertama, memperbincangkan tujuan hidup, lebih tegasnya tujuan hidup manusia, sebab tujuan pendidikan pada dasarnya identik dengan tujuan hidup manusia di bumi. Kedua, mengupas masalah tujuan, memperbincangkan tentang sifat asal (nature) manusia, sebab pada manusia itulah dicita-citakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidikan.69 Dalam Islam, manusia diciptakan Allah Swt untuk beribadah dan menjadi khalifahNya di muka bumi. Hal ini diungkap tegas oleh Alquran surat Al-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” dan surat Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...” Penjelasan mengenai fakta penciptaan dengan sempurna, menjadikan sebuah penegasan ilmiah akan sifat Tuhan Yang Maha Menciptakan, seperti yang tertulis pada kitab-kitab suci agama samawi. Tanpa Allah Swt menciptakan manusia tak akan ada cerita kehidupan, tak akan ada ilmu pengetahuan dan peradaban. Maka, manusia adalah sebaik-baik penciptaan. Sebagaimana yang tertuang dalam Alquran “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
68
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan Psikologis (Jakarta: Darul Falah, 1999), 27. 69 Zuharini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 159 dalam Armai Arif, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005), 15.
58
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)” 70 dan Alquran “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik.”71 Sesungguhnyalah bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan desain kejiwaan yang sempurna, diberi kelengkapan psikologis untuk menandai yang buruk dan yang baik. Manusia juga diberi kelengkapan psikologis untuk berfikir, untuk merasa, berpikir, berkehendak dan untuk bertindak. Manusia bisa menangkap stimulus, bisa mempersepsi dan bisa mengambil keputusan, bertindak sesuai analisa keputusan. Pada kemampaun tersebut, diatur oleh otak manusia. Otak yang luar biasa tersebut memproses kemapuan berpikir, kemampuan emosional dan kemampuan akhlak di otak.72 Kecerdasan intelektual atau Intelligence Quetient, kecerdasan emosional atau Emotional Quetient, dan kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient. Dalam perspektif Islam antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spritual memiliki kaitan yang erat dan saling mempengaruhi serta memiliki tempat dan fungsi masing-masing. Kecerdasan inteketual yang menempati tempat pada otak manusia berfungsi untuk memperoleh pengetahuan secara nalar. Akal yang digunakan untuk berfikir akan menciptakan pribadi yang unggul.73 Otak yang memiliki kemampuan yang luar biasa ini baru bersifat potensi. Dan jika dikembangkan secara optimal dengan mengetahui bagaimana cara kerjanya, maka akan tercapailah suatu kecerdasan intelektual yang besar. Kecerdasan emosional merupakan suatu dorongan untuk bertindak atau rencana dalam mengatasi masalah. Dalam perspektif Islam, kecerdasan spritual merupakan kematangan iman yang tempatnya di hati melalui perintah otak, diwujudkan berupa kesadaran tauhid yang akan mengendalikan kecerdasan inteletual dan kecerdasan emosional. Seseorang yang hatinya terkendali oleh nilai-nilai tauhid (keimanan), maka emosinya akan stabil dan akhirnya akan berimbas pada kemampuan berfikir yang optimal. Dalam hubungannya dengan teori multiple intelligences, terdapat saling koneksi antar satu bagian lobus otak secara keseluruhan. Dimensi Lihat, Alquran surat Al-Mu’min ayat 67. Lihat, Alquran surat al-Mu’minūn ayat 12-14. 72 Taufiq Pasiak, Tuhan Dalam Otak Manusia. (Bandung: Mizan, 2012), 273. 73 Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), cet 1, 119-120. Lihat juga surat Ali-Imran:190-191 70 71
59
kecerdasan yang ditawarkan teori multiple intelligences semua tersimpan dengan kokoh dalam otak. Setiap dimensi kecerdasan terletak pada area-area lobus di otak. Posisi area-area lobus dalam otak (lobes of the brain) merupakan ruang-ruang kecerdasan yang menegaskan bahwa sepanjang manusia terlahir dengan memiliki otak, anak pasti cerdas. Dalam perspektif Islam dan hubungannya dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spritual masing-masing diatur oleh bagian cortex cerebri, system limbic dan temporal lobe.74 Secara Islami, pada kecerdasan emosional merupakan area melatih kualitas kesabaran dan kecerdasan spritual merupakan area melatih akhlak menjadi akhlak Islami. Ketiga area kecerdasan intelektual, emosional dan spritual ini dapat bersinergi dan dapat pula berfungsi secara terpisah sehingga berdampak pada bervariasinya perilaku dan karakter guru. Seluruh potensi psikologis yang sudah oleh Allah Swt adalah fitrah atau keadaan semula jadi manusia. Ketika manusia lahir, dari rahim ibunya, potensi itu masih tersembunyi, tetapi bersamaan dengan pertumbuhan fisiknya kelengkapan psikologinya semakin nampak dan aktual.75 Kelengkapan psikologis ini memberikan andil pada sisi kecerdasan manusia. Sejarah tentang kecerdasan telah ada sejak penciptaan manusia. Manusia-manusia terdahulu telah menunjukkan bukti kecerdasan jamak. Sebagai contoh, Rasulullah Muhammad Saw adalah sosok manusia yang mampu mengubah perilaku jahiliyah masyarakatnya dengan kecerdasan interpersonal. Rasulullah Muhammad Saw mengubah perilaku banyak orang dalam waktu yang singkat. Memupuk kerjasama dan kebersamaan, sebuah kemampuan manajerial dan organisasi yang mengagumkan. Dengan kecerdasan interpersonal, Rasulullah Muhammad Saw menghargai kemajemukan dan pemahaman persamaan hak asasi manusia. Bagaimana Rasulullah Muhammad Saw mengatasi masalah yang dihadapi dengan tidak menyinggung perasaan kebanyakan orang dalam penentuan pembangunan rumahnya dan masjid pertama di Madinah. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang luar biasa. Rasulullah Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang selalu tampil di depan dalam perjuangan menyampaikan kebenaran, meskipun mendapat tantangan yang berat. Seorang pemimpin sejati adalah ketika berada pada puncak kemenangan akan selalu menghargai orang-orang yang dikalahkannya, tidak dengan balas dendam, bahkan memberi perlindungan. Nabi Muhammad Saw menggunakan kecerdasan interpersonal ketika menaklukkan kota Mekkah. 74
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ, EQ, dan SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, 1020. Dan Daniel G. Amen, Changes Your Life Changer Your Brain (Jakarta: Qonita, 2011), 28-37. 75 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Kelaurga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa (Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia dan PT Bina Rena Parawira, 2005), 21.
60
Solusi terhadap problem pengepungan Quraisy dengan pengenalan peta wilayah yang sangat baik menjadi bukti kemampuan spasial sahabat Rasulullah Saw. Kemampuan pengenalan geospasial suatu wilayah dalam konsep kecerdasan jamak merupakan pola kecerdasan spasial visual. Memiliki ketangkasan memainkan pedang dan ketangguhan memainkan strategi perang dalam konsep kecerdasan jamak adalah merupakan pola kecerdasan kinestetik dan logis matematis. Rasulullah Saw dengan kemampuan analisa dan perhitungan ke depan terhadap suatu kasus merupakan pola kecerdasan logis matematis. Memiliki kemampuan negosiator yang sangat baik yang dalam konsep kecerdasan jamak merupakan pola kecerdasan interpersonal dan masih banyak sahabat-sahabat muslimin lain yang memiliki kompleksitas kecerdasan jamak. 76 Begitu juga dengan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel atau Romawi Timur, dikenal sebagai ahli strategi yang memiliki kemampuan logis matematis, kinestetik, intrapersonal dan interpersonal serta spasial visual yang kuat.77 Keniscayaan dari Sang Maha Pencipta, bahwa manusia memiliki kemampuan (kecerdasan) lebih dari kecerdasan yang dimiliki komputer paling canggih di dunia. Kemampuan komputer mampu menghitung dan menganalisa pada kecepatan yang ditentukan, namun hanya sampai disitu, kemampuan kecerdasan manusia meliputi sisi emosional, gerakan dan hubungan, serta menganalisa dan menciptakan pada skala yang sangat kompleks. Dalam konteks ini keberadaan kecerdasan ganda manusia sudah ada sejak ia dilahirkan. Secara akademik, postulat paradigma kecerdasan ganda memiliki miskonsepsi pengetahuan, keyakinan terhadap manusia secara sempurna dari sebelum penciptaan sampai masa penciptaan. Benar kiranya, manusia memiliki kecerdasan beragam namun bukan karena proses evolusi kecerdasan beragam manusia muncul, tapi ia hadiah terbaik Allah Swt pada sang khalifah. Karena posisi manusia sebagai wali amanat pengelolaan bumi, atau khalifatul fil ardhi, maka sutradara dan pencipta kehidupan Allah Swt memberikan fitur-fitur potensi kecerdasan berupa otak. Kecerdasan manusia yang banyak diatur di otak juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan manusia. Peran budaya terhadap kehidupan telah memberikan interpretasi psikologis78 selama masa pertumbuhan dan perkembangan manusia. Interpretasi psikologis mampu memberikan selfimage dan self esteem terhadap proses pengkayaan kecerdasan seseorang. 76
Para sahabat seperti Salman Al-Farisi, Khalid bin Walid dan Ali bin Abi Thalib menunjukkan mental kecerdasan melalui solusi dan keterampilan. Peristiwa ini terjadi 14 abad yang lalu jauh sebelum Howard Gardner menampilkan teori kecerdasan jamak. 77 Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (Jakarta: Al-Fatih Press, 2013), 45. 78 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 11.
61
Aktualisasi kemampuan yang ditampilkan setiap individu dilatari dari lingkungan yang melingkupi, lingkungan di mana seorang individu berada memberikan deskripsi tentang kualitas kecerdasan seseorang. Dalam teori multiple intelligences, faktor kebudayaan seseorang menjadi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan kecerdasan. Peserta didik adalah pribadi yang unik, karena satu sama lainnya berbeda dalam minat, bakat dan kecerdasan. Perbedaan ini disebabkan oleh genetika, kualitas proses belajar, pengalaman dan usaha-usaha yang dimiliki setiap manusia. Pengaruh genetika terhadap kecerdasan manusia tidak bersifat pasti dan mutlak.79 Genetika bersifat potensial terhadap kecerdasan seseorang. Dalam hal keturunan, gen menentukan kecerdasan seseorang. Namun, gen bukanlah satu-satunya penyebab kecerdasan seseorang. Gen adalah faktor penentu keturunan yang mengandung informasi genetis dari masa lalu, sehingga manusia merupakan cetak biru secara genetis yang mirip dengan dua garis generasi sebelum kita. Minat, bakat dan kecerdasan adalah seperangkat sistem yang telah ada bersemayam pada diri manusia. Di mana peningkatan kualitas kecerdasan yang sesuai minat dan menjadi bakat dipegaruhi oleh proses pembelajaran, pengalaman dan stimulasi lingkungan yang sesuai. Minat berupa perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan, atau dorongan/keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu.80 Sementara, bakat merupakan kemampuan bawaan bersifat potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik dan lain-lain.81 Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan menciptakan kreativitas.82 Kemampuan yang berarti mampu, berasal dari dua hal, yaitu: Pembiasaan-pembiasaan yang disebabkan oleh perilaku fisik dan pembiasaanpembiasaan yang disebabkan oleh faktor non fisik. Pembiasaan tindakan yang disebabkan oleh perilaku fisik dihasilkan oleh gerakan kenetik tubuh, seperti memainkan alat musik, membentuk pola, menentukan gradasi warna,
79
Kazuo Murakami, The Divine Message of DNA. Tuhan Dalam Gen Kita, 76. Minat lebih kepada dorongan perasaan atau keinginan. Misalnya, minat terhadap pelajaran, olahraga, atau hobi. Adapaun minat, ia bersifat pribadi (individual). Artinya, setiap orang memiliki minat yang bisa saja berbeda dengan minat orang lain. Minat berkaitan erat dengan motivasi seseorang, sesuatu yang dipelajari, serta dapat berubah-ubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode yang sedang trend, bukan bawaan sejak lahir. Faktor yang mempengaruhi munculnya minat seseorang tergantung pada kebutuhan fisik, sosial, emosi, dan pengalaman. Minat diawali oleh perasaaan senang dan sikap positif. Lihat, Http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/ 81 Http://www.academia.edu/8473659/Arti_Bakat 82 Jhon W. Santrock. Educational Phycholoy. 2nd edition. 80
62
melakukan tendangan pisang83 atau menggiring bola dengan kelenturan yang fleksibel.84 Sedangkan pembiasaan-pembiasaan yang disebabkan oleh faktor non fisik berupa tindakan pemikiran yang terpola dalam bentuk kebiasaan dalam kemapuan mengolah kata, memahami perhitungan bilangan dalam matematika dan merasa nyaman dan bahagia dengan interaksi personal. Gen dan kemampuan setiap individu itu sangat unik, namun rancangan pendidikan Indonesia masih mengabaikan keunikan tersebut. Diperlukan suatu perilaku pendidikan yang sesuai dengan bakat kemampuan seseorang. Proses pembelajaran yang belum mengakomodasi keunikan gaya dan cara belajar peserta didik. Saat ini, sistem-sistem pendidikan kita lebih mendewakan peserta didik dengan level ranking kelas. Hal lain yang menjadi dukungan sistem kini adalah tes-tes yang distandarisasi, tes ujian untuk menentukan peringkat dalam kelas. Penerimaan peserta didik baru di level Sekolah Dasar didasarkan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kenaikan kelas didasarkan pada kemampuan peserta didik membaca, kelulusan didasarkan pada tes-tes yang distandarisasi. Ini mengabaikan keunikan gen, kemampuan unik setiap individu, dan keanekaragaman kecerdasan. Pendidikan diorientasikan pada prestasi akademik, bukan pada kecerdasan sosial emosi dan kecerdasan spiritual (karakter akhlak).85 Sekolah dengan karakteristik sekolah juara menjadi tempat peserta didik melaksanakan belajar, karena belajar bagi sekolah para juara adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dalam hidup kita. Tujuan pendidikan adalah pembelajar memahami cara menghubungkan dan belajar dari pengetahuan, manusia lain dan dirinya sendiri dengan mengacu pada nilai utama adalah cara peserta didik mengetahui. Sekolah unggul memiliki prinsip, yaitu: komitemen. Komitmen diartikan sebagai keterlibatan pekerjaaan yang tinggi yang memihak pada pekerjaan tertentu dari organisasi yang merekrutnya. 86 Di sekolah guru merupakan tenaga profesional yang merupakan ujung tombak pelayanan terhadap peserta didik, maka sudah selayaknya guru mampu menjalankan kebijakan-kebijakan sekolah dan berkomitmen terhadap sekolah 83 Tendangan pisang adalah tendangan yang melengkung seolah membentuk pola pisang. Istilah tendangan pisang dikenal dalam sepak bola. Nama-nama pesepakbola terkenal yang mampu melakukan spesalisasi tendangan pisang adalah David Beckham, Lionel Messi, Hristo Stoickov, Cristiano Ronaldo. 84 Kemampuan menggiring bola dengan tingkat kelenturan yang fleksibel dilakukan oleh jenius kinestetik seperti, Lionel Messi, Diego Maradona pesepakbola asal Argentina, Neymar dan Ronaldinho asal Brazil yang terkenal dengan gocekannya. 85 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should Inform Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision nd Curriculum Development ASCD, 2006), 27-49. 86 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi (Jakarta: Indeks, 2006).
63
tempatnya bekerja. Sebagai guru, sudah seharusnya berkomitmen tinggi untuk menjadi fasilitator dan katalisator bagi peserta didik untuk mencapai kompetensi terbaiknya sampai pada tahap mencapai level kondisi akhir terbaik. Guru hebat tak akan menyepelekan pentingnya komitmen di sekolah. Pentingnya komitmen di sekolah menyangkut berbagai bidang antara lain: komitmen terhadap visi dan misi sekolah, komitmen terhadap program kerja sekolah, komitmen terhadap kegiatan belajar mengajar, komitmen terhadap peningkatan prestasi sekolah, dan komitmen terhadap profesi guru. Komitmen terhadap visi dan misi sekolah merupakan goal dari sebuah sekolah. Hal ini menjadi penting sebagai acuan semua elemen untuk mengarah kesana. Komitmen terhadap program kerja sekolah. Tak jauh berbeda dengan visi dan misi sekolah. Komitmen terhadap program kerja sekolah merupakan goal terhadap capaian-capaian institusi. Keberhasilan guru menjangkau capaian program kerja sekolah berbanding lurus dengan capaian kualitas guru. Komitmen terhadap kegiatan belajar mengajar diwujudkan dalam sebuah usaha terpadu melalui rangkaian aktivitas kreatif, baik saat mendesain pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, kreatif menggunakan media dan sumber pembelajaran, fokus dan adil dalam melakukan penilaian berbasis proses. Komitmen terhadap peningkatan prestasi sekolah, prestasi peserta didik, guru dan sekolah perlu didesain agar semuanya dapat dipersiapkan dengan matang. Mimpi merupakan hal penting untuk melecut diri agar menjadi insan yang mampu berkompetisi. Maka, perlu dibuatkan sebuah rencana prestasi yang akan dicapai pertahun. Sudah selayaknya, dalam rapat kerja tahunan, ditentukan prestasi apa yang akan dicapai sekolah tahun ini. Ini dapat dilihat dari prestasi sebelumnya. Komitmen terhadap profesi guru yaitu guru yang memahami betul profesinya. Artinya, kompetensi diri, komptensi pedagogi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus dimiliki seorang guru.87 Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, memiliki ciri sebagai berikut: 1. Memiliki perangkat dan instrumen multiple intelligences system. 2. Memiliki mekanisme pendeteksian kecerdasan dominan (gaya belajar) serta modalitas belajar peserta didik. 3. Memiliki mekanisme penemuan minat dan bakat dan kecerdasan melalui munculnya spesial momen (moment special)88 peserta didik. 4. Orientasi pada penciptaan produk hasil belajar.
87
Zainal Umuri. Artikel: Empat Prinsip Menjadi Sekolah Unggul. Http://www.sscdompetdhuafa.net/artikel/artikel-guru (Accessed: 27/12/2015). 88 Spesial momen (moment special) adalah suatu keadaan atau kondisi yang memunculkan perilaku spesial/hasil yang spesial dari peserta didik, selama proses belajar berlangsung.
64
D.
Kritik dan Kelemahan Teori Multiple Intelligences Kemunculan teori Multiple Intelligences sebagai sebuah konstruksi kecerdasan menimbulkan reaksi baik dari kalangan ahli psikologi maupun para ahli/praktisi pendidikan.89 Beberapa isi dari kritik tersebut antara lain: 90 1. Para ahli banyak yang bingung dengan konstruk teori multiple intelligences theory tersebut, apakah ia termasuk sebuah domain atau sebuah disiplin. 2. Multiple intelligences sulit dibedakan dengan sesuatu yang ada pada gaya belajar (learning style), cognitive style, atau working style. 3. Ada banyak macam jenis kecerdasan yang belum tercakup dalam konstruk multiple intelligences, seperti kemampuan seseorang untuk memahami goresan lukisan, membuat/menghadirkan suatu kondisi benda pada sebuah kanvas, dan lain-lain. 4. Definisi kecerdasan musik, tidak jelas dan tidak cukup untuk menunjuk kemampuan tersebut, karena untuk menghasilkan kerja musik diperlukan pula bodily-kinesthetic dan musical intelligences. 5. Teori multiple intelligences sebenarnya hampir sama dengan teori yang ada pada psychometric, hanya cakupannya yang ditambah. 6. Sulit melakukan pengetesannya, karena dengan demikian perlu ada 7 atau 8 set alat tes. Landasan teoritis teori multiple intelligences memiliki landasan pengkategorian. Hal ini dimaksudkan agar kedelapan jenis kecerdasan tersebut berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan, kemampuan atau bakat. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: sumber teori multiple intelligences terletak dalam otak. Dalam pengamatan history penelitian teori multiple intelligences diamati orang-orang yang pernah mengalami kecelakaan atau penyakit tertentu mempengaruhi wilayah otak tertentu pula. Cedera ini mengganggu kecerdasan tertentu, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi kecerdasan yang lain. Orang yang mengalami cedera di wilayah Broca (lobus kiri depan), misalnya, akan mengalami kesulitan memproduksi ujaran, tetapi masih dapat mengerjakan soal matematika, menari, mengekspresikan perasaan, dan menjalin hubungan dengan orang lain.91 Konklusi terhadap kritik teori multiple intelligences adalah keniscayaan dari sang Maha Pencipta, Allah Swt, bahwa manusia memiliki 89
Beberapa kritikus yang gencar antara lain Susan W Mills (Frostburg State University), Morgan, Elliot Eisner, Stenberg, dan lain-lain. 90 Bambang Saeful Hadi, Teori Kecerdasan Ganda Dan Implikasinya Terhadap Strategi Pembelajaran Di Sekolah. FIS Universitas Negeri Yogyakarta. 91 Tadkiroatun Musfiroh, Multiple Intelligences dan Implikasinya Dalam Pendidikan. Pusat Pendidikan Pendidikan usia Dini (Pusdik PAUD), Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
65
kemampuan. Kemampuan kecerdasan manusia meliputi sisi emosional, gerakan dan hubungan, kemampuan menganalisa dan menciptakan pada skala yang sangat kompleks menjadi konklusi bahwa proses kerja kecerdasan yang diproduksi di otak bekerja dengan sangat kompleks. Dalam konteks ini keberadaan kecerdasan ganda manusia sudah ada sejak ia dilahirkan. Postulat paradigma kecerdasan teori multiple intelligences muncul dari masa penciptaan seiring dengan proses tumbuh kembangnya manusia. Teori multiple intelligences muncul bukan karena proses evolusi manusia muncul, tapi berupa hadiah terbaik Allah Swt pada sang khalifah. Pada penelitian ini, ditegaskan bahwa salah besar jika teori multiple intelligences diterima kebenarannya dalam konteks evolusi makhluk hidup. Teori multiple intelligences dalam domain psikologi ini dipahami sebagai sebuah strategi pembelajaran untuk melejitkan potensi kecerdasan manusia.92 Pengalaman penerapan teori multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah kurangnya dukungan dari pengawas sekolah dinas pendidikan. Pengawas sekolah dari dinas pendidikan merekomendasikan untuk tidak menerima calon peserta didik baru yang lemah secara kognitif akademik dan berkebutuhan khusus. Sementara hakekat teori multiple intelligences adalah semua anak cerdas dengan kecerdasan jamak. Konsep multiple intelligences theory berawal dari definisi kemampuan yang ditawarkan sebagai kemampuan memecahkan masalah (problem solving) dan kemampuan kreatifitas.93 Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk variatif memilih strategi mengajar sesuai gaya belajar peserta didik. Namun dalam prosesnya terkadang guru kembali ke pola pengajaran konvensional yaitu dominan ceramah pada siatuasi belajar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sistem manajemen pembelajaran. Sementara, dalam pandangan orangtua memiliki image yang beragam mengenai pengelompokan peserta didik sesuai gaya belajar. Pandangan ini menjadi tantangan sekolah dalam menerapkan teori multiple intelligences. Kelemahan teori multiple intelligences yang ditampilkan dalam proses pembelajaran nampak pada mata pelajaran olahraga. Dimensi kecerdasan kinestetik-tubuh yang ditampilkan pada mata pelajaran olahraga menuntut semua peserta didik memiliki dominan kecerdasan tersebut, yang pada kenyataannya semua anak memiliki kecerdasan dominan kinestetiktubuh yang berbeda. Namun, teori multiple intelligences untuk dimensi kecerdasan lainnya tidak menjadi kendala ketika diaplikasikan dalam pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Hal yang menjadi tantangan penerapan teori multiple intelligences dalam konteks pembelajaran di sekolah 92
Alamsyah Said, Kecerdasan Manusia: Kritik Terhadap Acuan Pemikiran Teori Multiple Intelligences Howard Gardner. GLC Indonesia | Kamis, 20 Maret 2014. 93 Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. TenthAnniversary Edition. New York: Basic Books. 1983.
66
adalah tuntutan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Dan tidak semua guru mampu melakukan pengajaran kreatif dan inovatif tanpa didukung dengan sistem manajemen sekolah yang baik.94 Adapun kritik terhadap aplikasi teori multiple intelligences dalam pembelajaran adalah kurang unsur kompetisi akademik yang dialami peserta didik dikarenakan semua peserta didik dihargai semua jenis dan keanekaragaman kecerdasannya. Sehingga, hasil nilai akademik tidak menjadi target utama. Hal ini berdampak pada kurangnya daya saing atau daya kompetensi peserta didik. Sementara kelemahan teori multiple intelligences, dalam pembelajaran terdapat pada pembelajaran olahraga. Pembelajaran olahraga yang menekankan pada aktivitas kinestetik, cenderung memaksa semua peserta didik untuk mahir dan bisa mempraktekkan, memeragakan dan melakukan dengan baik dan benar gerakan-gerakan pada mata pelajaran olahraga, sementara tidak setiap anak atau peserta didik memiliki kecerdasan dominan kinestetik. Dari uraian dan penjelasan-penjelasan di atas, analisis teori multiple intelligences sebagai sebuah sistem pembelajaran dalam lingkup pendidikan dan pengajaran. Teori multiple intelligences terklasifikasikan sebagai kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Poin-poin dalam teori multiple intelligences adalah: 1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil setiap orang berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan. 2. Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai, kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan
94
Strategi pembelajaran multiple intelligence adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa. Strategi pembelajaran multiple intelligence adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga siswa mampu memecahkan masalahmasalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Strategi pembelajaran multiple intelligence menjadikan siswa sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap siswa selalu ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligence mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada.
67
sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran. 3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkaian, menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal). 4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori seseorang yang cerdas linguistik belum tentu pandai menulis, tetapi pandai bercerita dan berbicara secara memukau. Teori multiple intelligences dalam pembelajaran menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih bersifat pengembangan manusia sesuai perkembangan teori-teori pendidikan yang diawali dari teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan teori humanistik. Pandangan Islam mengenai teori multiple intelligences adalah representasi umum tentang keniscayaan Sang Maha Pencipta, bahwa manusia memiliki kemampuan (kecerdasan) yang menjadikannya sebagai khalifatul fil ardhi. Langkah awal tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran diawali dari kesamaan cara pandang konsep multiple intelligences sebagai potensi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik dan dilanjutkan dengan pelatihan kompetensi guru melalui pelatihan berjenjang. Dalam aplikasi teori multiple intelligences ditemukan kelemahan pada sisi aplikasinya, yaitu pada mata pelajaran olahraga dimana pembelajaran olahraga dominan praktek olahraga membutuhkan kemampuan spesifik seperti kinestetik atau kinestetik-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence), dan setiap anak memiliki perbedaan dominasi kecerdasan pada kinestetik.
68
BAB III SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU INSAN MANDIRI JAKARTA PADA PELAKSANAAN MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM Pada bab ketiga ini, dijelaskan tentang jaringan sekolah Islam terpadu Indonesia dan sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dilatar belakangi oleh tuntutan masyarakat yang menginginkan pendidikan putra-putrinya yang menguasai nilai-nilai akademik, memiliki akhlak yang mulia, dapat mengembangkan potensi anak-anak sejak dini dan mendapat pengalaman belajar dari lingkungan yang menyenangkan. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam tinjauan teori multiple intellegences system, tahapan pelaksanaan penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. A.
Sejarah Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, pesantren merupakan salah satu produk pendidikan tertua yang pernah dimiliki bangsa ini. Para pakar pendidikan di Indonesia bahkan menyatakan bahwa karakter budaya pendidikan pesantren banyak yang telah diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional dengan munculnya “sekolah-sekolah unggul” atau populer dikenal dengan boarding school sejak tiga dasawarsa terakhir. Pengadopsian ini terutama dalam hal metode maupun sistem pembinaan peserta didiknya. Bahkan Kementerian Agama sendiri sudah sejak pertengahan tahun 1980-an mengembangkan model pesantren ini di Madrasah Aliyah Progrm Khusus (MAPK). Hal yang diadopsi oleh Kementerian Agama terutama dalam aspekaspek mastery learning yang berkembang di pesantren ke dalam madrasah.1 Dengan demikian secara tidak langsung pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia telah memberikan sumbangan yang besar dalam konsep pendidikan di Indonesia. Hal ini memberi angin segar bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia terutama dunia pendidikan Islam. Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang mulai digagas pada awal tahun 1990-an secara tidak langsung juga mengadopsi sistem pendidikan pondok pesantren atau boarding school. Sebagaimana sekolah boarding school yang mengembangkan kurikulum sendiri dan memadukan dengan kurikulum nasional, Sekolah Islam Terpadu juga mengembangkan kurikulum sendiri. Kurikulum yang dikembangkan oleh SIT terutama menekankan pada 1 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wana Ilmu, 2001), 153.
69
kurikulum Alqur’an yakni tahsin dan tahfidz serta integrasi nilai-nilai keislaman dalam setiap materi ajar. Hal ini sejalan dengan semangat UndangUndang No. 20 tahun 2003 yang memberi peluang dan kesempatan yang sama kepada sekolah yang berciri khas Islam, seperti madrasah dan pesantren yang bukan sekolah umum.2 Artinya, ciri khas Islam yang melekat pada kurikulum sekolah tersebut mendapat legitimasi atau pengakuan formal yuridis. Sehingga dalam proses pengembangan sekolah, munculnya Sekolah Islam Terpadu yang membawa ciri sebagai sekolah Islam dengan cara mengkombinasikan dengan kurikulum nasional menjadi suatu keniscayaan. Berdirinya Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) pada tahun 1992 merupakan langkah besar dalam mewujudkan model sekolah yang mampu memadukan ilmu qauli dan qauni menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran sehingga diharapkan melalui sekolah-sekolah Islam terpadu terlahir para peserta didik yang berkualitas, baik secara akademik maupun mental spiritual.3 JSIT Indonesia merupakan induk pemberdaya sekolah-sekolah Islam terpadu yang bertugas mengarahkan SIT yang berada di bawah naungannya yang secara bersama-sama menyusun standar kekhasan SIT yang meliputi meliputi standar konsep Sekolah Islam Terpadu, standar isi atau kurikulum, standar pendidikan agama Islam, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar kerjasama, standar pembinaan peserta didik, standar sarana dan prasarana, dan standar penilaian, dimana standar tersebut terdiri dari standar kekhasan Sekolah Islam Terpadu dan standar nasional pendidikan.4 Standar-standar pendidikan yang dikembangkan oleh JSIT Indonesia mengacu pada delapan standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP), dengan menambahkan nilai-nilai keislaman yang mencari karakteristik SIT dan tertuang dalam visi dan misinya. Jaringan Sekolah Islam Terpadu merupakan metamorfosis dari forum silaturrahim (forsil), yang merupakan gabungan (ghuyub) dari Sekolahsekolah Islam Terpadu yang ada di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). 5 Secara de facto, forsil berdiri pada tahun 1993, setahun setelah berdirinya 2 Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Logos Wana Ilmu, 2005), 91. 3 Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang dibuat oleh Jaringan Islam Terpadu Indonesia, 2014. 4 Disadur dari Pengantar yang ditulis oleh Sukro Muhab, sebagai Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, pada tanggal 6 Januari 2014 di Jakarta. Kata Pengantar tersebut terdapat dalam buku Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang dibuat oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, 2014. 5 Delapan Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang pendidikan di seluruh wilayah hokum NKRI. Lihat UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 35 dan PP nomor 19 tahun 2005.
70
beberapa Sekolah Islam Terpadu di Jabodetabek.6 Dalam perkembangan selanjutnya seiring dengan makin maraknya pendirian Sekolah-sekolah Islam Terpadu, forsil semakin mengembangkan organisasinya yang pada akhirnya bermetamorfosis menjadi Jaringan Sekolah Islam Terpadu. Jaringan Sekolah Islam Terpadu merupakan induk pemberdaya Sekolah-sekolah Islam Terpadu.7 Keberadaan Jaringan Sekolah Islam Terpadu ini berfungsi sebagai upaya untuk mengembangkan sekolah-sekolah ini menjadi sekolah yang memiliki standar mutu yang tinggi dengan ke-khasan Sekolah Islam Terpadu. Untuk mendukung upaya ini Jaringan Sekolah Islam Terpadu kemudian membuat standar mutu bagi Sekolah Islam Terpadu yang bernaung di bawah naungannya. Adapun standar-standar tersebut mengacu pada Delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dengan tambahan beberapa standar sesuai dengan kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Adapun penambahan standar pendidikan yang mengacu pada kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang telah disusun pada tahun 2010 terdiri dari: (1) Standar konsep Sekolah Islam Terpadu, (2) Standar Pendidikan Agama Islam, (3) Standar Kerjasama, (4) Standar Pembinaan Peserta Didik.8 Sebagai sebuah induk atau wadah kerjasama dalam rangka pemberdayaan Sekolah-sekolah Islam Terpadu, Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia memiliki enam fungsi, yaitu: (1) Fungsi penggerak, dimana tugasnya adalah melakukan pemberdayaan terhadap Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya menuju sekolah yang efektif dan bermutu. (2) Fungsi koordinasi, dimana tugasnya mengoordinasi program kerjasama 6
Secara legal formal (de jure) memang tidak ada dokumen resmi yang menyebutkan waktu lahirnya Forsil. Data ini penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Fahmi Alaydrus salah satu pendiri SIT Nurul Fikri di Depok, yang juga penggiat berdirinya Forsil dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu. Berdasarkan keterangan beliau disebutkan juga bahwa Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang lahir pada tahun 1992 yang mempelopori berdirinya Forsil. Sekolah-sekolah tersebut antara lain: Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri di Depok Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah di Jakarta Selatan, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Khairat di Jakarta Timur, Sekolah Dasar Islam Terpadu IQRO di Bekasi, dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Ummul Quro di Bogor. 7 Istilah “terpadu” dalam term Sekolah Islam Terpadu adalah sebagai penguat (taukid) dari Islam itu sendiri, yaitu Islam yang utuh menyeluruh, integral bukan parsial, syumuliah bukan juz’iyah. Dalam aplikasinya kemudian, yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini, semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak terlepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Lihat, Tim Mutu Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu (Jakarta: JSIT Indonesia, 2014), 5. Lihat juga, Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 87-88. 8 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, VI. Lihat juga, lampiran-lampiran terkait hal ini yang penulis lampirkan di akhir penulisan.
71
antar-anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. (3) Fungsi supervisi, tugasnya melakukan pengawasan, penilaian, dan pembinaan dalam penyelenggaraan sekolah bagi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia menuju sekolah yang efektif dan bermutu. (4) Fungsi advokasi, yaitu melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan. (5) Fungsi pelayanan, berupa aktivitas melayani, membantu, dan memfasilitasi kebutuhan anggotanya. (6) Fungsi riset dan pengembangan, yaitu melakukan penelitian dan pengkajian bidang pendidikan bagi pengembangan sekolahsekolah yang menjadi anggotanya. Untuk menjalankan fungsinya ini Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia terus melakukan pembenahan-pembenahan baik dari tataran konsep, manajemen maupun ruang gerak. Adapun beberapa pembenahan-pembenahan yang telah dilakukan antara lain adalah “Penyusunan Visi, Misi, dan Tujuan”. Untuk pencapaian suatu tujuan dalam sebuah organisasi tentunya diperlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata. Visi dan misi dalam hal ini dapat dikatakan sebagai konsep perencanaan dan tindakan nyata untuk mencapai suatu tujuan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa visi merupakan konsep, gagasan, pemikiran, pandangan ke depan yang merupakan tujuan jangka panjang atau cita-cita masa depan yang hendak diwujudkan. 9 Terkait dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu sebagai wadah dari lembaga pendidikan Islam, maka visinya pun disesuaikan dengan cita-cita dan tujuan jangka panjang pendidikan Islam itu sendiri yaitu terbentuknya pribadi yang Islami (shaksiyah Islamiyah) yang aktif berperan serta dalam menjaga dan membina diri dan lingkungannya (rahmatan lil alamin) pribadi yang dapat menebarkan rahmat bagi seluruh umat manusia.10 Adapun visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu adalah, “Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu”. Visi ini dirumuskan setelah proses metamorphosis dari Forsil ke Jaringan Sekolah Islam Terpadu, oleh para penggiat Sekolah Islam Terpadu yang bernaung di bawah wadah Jaringan Sekolah Islam Terpadu. Landasan filosofis dari dirumuskannya visi ini adalah bahwa perspektif Islam tentang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari hakikat dan tujuan penciptaan manusia yaitu dalam rangka menunaikan misi suci (risalatul insan) yakni tugas kekhalifahan berupa memakmurkan dan memelihara negeri.11 Dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan 9
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 41-42. 10 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, 179. Lihat juga, Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, 44. Lihat juga, Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1989), 39. 11 Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, 1. Lihat juga, Alquran surat al-Baqārah ayat 30 dan surat al-Anbiyā’ ayat 107.
72
oleh Sekolah Islam Terpadu yang berada dalam naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesadaran, kemampuan, dan tanggung jawab dalam menjalankan misi kekhalifahan tersebut. Inilah makna secara filsofis dari sekolah efektif dan bermutu. Dirumuskannya visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu sebagaimana disebutkan di atas, juga dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut;12 Pertama, Pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah umum dan sekolah Islam selama ini belum menemukan bentuk yang optimal, baik dari sisi tujuan maupun prosesnya. Tujuan dan proses pendidikan yang berlangsung selama ini baru sekedar dalam tataran konsep dan hanya menyentuh tataran kognitif. Pendidikan khususnya pendidikan Islam yang ada selama ini belum menjadikan pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat (manhaji) berwibawa, efektif, dan kredibel dalam mewujudkan cita-cita Islam. Kedua, pendidikan Islam yang berlangsung di lembaga pendidikan Islam belum menjadikan Islam sebagai basis pembelajaran secara integral dan komprehensif. Dengan kata lain nilai-nilai Islam tidak terintegrasi dalam pembelajaran lain selain pembelajaran agama Islam. Hal ini menyebabkan lahirnya produk peserta didik yang cerdas secara kognitif namun kering nilai spiritual. Akibatnya lembaga pendidikan selama ini hanya melahirkan orang pintar namun tidak membawa manfaat bagi alam. Untuk itulah Sekolah Islam Terpadu hadir menawarkan Islamisasi pembelajaran, yaitu sebuah proses internalisasi nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat merealisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam semua sendi kehidupannya.13 Ketiga, hal ketiga yang melatarbelakangi visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu adalah tata kelola pada proses pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah Islam masih kurang efektif, dalam arti belum berbasis High Order Thingking, yaitu sebuah proses berpikir tingkat tinggi yang berupa berpikir kritis dan kreatif.14 Kemampuan berfikir kritis dan kreatif akan melahirkan manusia-manusia yang kreatif dan mampu berperan aktif dalam memproduksi kemaslahatan yang menumbuhkan kemanfaatan bagi hidup dan kehidupan manusia. Untuk mencapai sebuah visi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan misi. Karena misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pencapaian visi. Dengan kata lain misi merupakan 12
Wawancara dengan Fahmi Alaydrus salah satu pendiri SIT Nurul Fikri di Depok, yang juga penggiat berdirinya Forsil dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu. 13 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab Islami Pembelajaran. 14 Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu menghafal (recall thinking), berfikir dasar (basic thinking), berfikir kritis (critical thinking), dan berfikir kreatif (creative thinking).
73
jembatan untuk mencapai visi. Dengan demikian visi dan misi harus memiliki hubungan fungsional simbiotik, yaitu saling mengisi dan timbal balik.15 Dengan demikian misi dibuat sejalan dengan tujuan pada tercapainya visi. Terkait hal itu, maka berdasarkan visi Jaringan Sekolah Islam Terpadu “Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu”, dirumuskanlah misi sebagai berikut: 1. Membangun jaringan efektif antar Sekolah Islam Terpadu di Indonesia. Dalam pandangan Jaringan Sekolah Islam Terpadu, pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mengajak manusia kepada kebaikan (dakwah ilallah). Sebagaimana karakteristik dakwah yang membutuhkan jalan yang panjang dan waktu yang lama, maka dakwah dalam dunia pendidikan pun demikian. Dalam perspektif umum disebutkan bahwa mendidik itu bersifat jangka panjang atau long life education. Untuk itu perlu dibangun kerjasama antar lembaga pendidikan. Misi Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang pertama menggambarkan hal ini. Kerjasama merupakan fitrah manusia dan kebutuhan akan kerjasama ini akan makin terasa di era modern seperti sekarang. Untuk itulah perlu terus dibangun kerjasama antar Sekolah Islam Terpadu yang berada di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu melalui program-program yang selaras. Membangun jaringan dalam jalinan kerjasama ini dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu dengan berpegang pada asas manfaat, maslahat, legalitas, dan adil. 2. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia. Misi ini dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu Sekolah Islam Terpadu. Beberapa aksi yang dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu dalam mencapai misinya ini antara lain; (1) menerbitkan Buku Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu dan Buku Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Buku ini harus menjadi acuan bagi Sekolah Islam Terpadu yang berada di bawah naungan (menjadi anggota) Jaringan Sekolah Islam Terpadu, selain kurikulum nasional yang memang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Diterbitkannya dua buku ini bertujuan untuk; 16menjaga orisinalitas visi misi Sekolah Islam Terpadu sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu, membantu pengelola sekolah (yayasan), kepsek, dan guru dalam menjalankan tugasnya di lembaga pendidikan masing-masing, dan membangun diferensiasi dan kekhasan sebagai sekolah Islam yang berkualitas. (2) Memberlakukan tata tertib, norma dan etika, yang dibuatkan berdasarkan etika dan nilai Islami serta kepatutan sosial. Untuk itu Jaringan Sekolah Islam Terpadu menerapkan proses seleksi dan rekrutmen yang ketat 15 16
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II, 45. Tim Mutu JSIT Indonesia, Standar Mutu kekhasan Sekolah Islam Terpadu, iii.
74
terhadap calon kepala sekolah dan guru yang meliputi pemikiran, sikap moral dan perilaku (suluk) yang sesuai dengan ajaran Islam, serta mendapat rekomendasi dari sumber yang dipercaya oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu serta memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah.17 (3) mengawal mutu Sekolah Islam Terpadu dengan menyelenggarakan sertifikasi bagi Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu. 3. Melakukan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Hal yang dilakukan Jaringan Sekolah Islam Terpadu untuk mencapai misi ini antara lain adalah menyelenggarakan training-training (pembinaan) bagi pengelola sekolah, kepala sekolah dan guru terkait dengan kebutuhan dalam pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. Pembinaan yang dilakukan bekerjasama dengan pihak-pihak luar yang kompeten di bidang pendidikan, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri. 4. Melakukan Pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu di Indonesia. Secara umum kurikulum diartikan sebagai susunan bahan atau materi ajar yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan di sebuah lembaga pendidikan sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang.18 Pasal 36 ayat 3 UU Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut mengemukakan bahwa kurikulum hendaknya disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut; (1) peningkatan iman dan takwa, (2) Peningkatan akhlak mulia, (3) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, (4) keragaman potensi daerah dan lingkungan, (5) tuntutan pembangunan daerah dan nasional, (6) tuntutan dunia kerja, (7) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (8) agama, (9) dinamika perkembangan global, (10) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Sekolah Islam Terpadu yang pada hakikatnya merupakan sekolah yang mengimplentasikan konsep pendidikan Islam berdasarkan al-Quran dan hadis, memiliki kepentingan besar untuk menyusun kurikulumnya sesuai dengan hal ini. Jika dilihat panduan pengembangan pengembangan kurikulum menurut pasal 36 ayat 3 UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, maka Sekolah Islam Terpadu memiliki peluang yang besar untuk menyusun pengembangan kurikulum sesuai dengan kekhasannya. Kekhasan ini tentunya 17
Lihat, Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, dan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 18 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II, 121. Lihat juga, UU no 20 tahun 2003 pasal 1 poin 19. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas, 2002), 617.
75
bersifat mandiri dalam arti kekhasan ini tidak terdapat dalam kurikulum nasional, atau bisa juga kekhasan ini bersifat pengembangan, dalam arti kompetensi dimaksud terdapat dalam kurikulum nasional namun diperluas atau diperdalam oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu sesuai dengan kekhasan Sekolah Islam Terpadu.19 Pengembangan kurikulum merupakan pekerjaan dan usaha bersamasama yang melibatkan banyak pihak yang berkompeten terutama guru sebagai pelaksana di lapangan.20 Penyusunan pengembangan kurikulum kekhasan Sekolah Islam Terpadu diwadahi oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu dengan mengundang perwakilan guru dari Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu melalui acara lokakarya nasional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa guru pada hakikatnya memiliki kewenangan yang besar untuk melakukan inovasi kurikulum, mengujinya di dalam kelas, dan kemudian mengevaluasinya. 5. Melakukan aksi dan advokasi bidang pendidikan. Ditinjau dari aspek legal formal kelembagaan, sekolah di Indonesia dibagi menjadi dua katagori, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non pemerintah/swasta dengan penyelenggaranya berupa yayasan. Sekolah Islam Terpadu termasuk dalam katagori sekolah swasta di mana pendiriannya dilakukan oleh perorangan atau kelompok di bawah payung hokum yayasan masing-masing. Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia sebagai organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, yang salah satu fungsi keberadaannya adalah memelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu serta melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan. Terkait dengan fungsi advokasi ini, fungsi yang dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu antara lain adalah ikut mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan pendidikan, melakukan advokasi dan pendampingan terhadap tenaga pendidik dan kependidikan yang membutuhkan bantuan hukum, dan sebagainya. 6. Menjalin kemitraan strategis dengan institusi nasional dan internasional. Salah satu kekhasan Sekolah Islam Terpadu yang secara khusus dibuat oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu adalah standar kerjasama. Tujuannya adalah agar Sekolah Islam Terpadu dapat tumbuh dan berkembang dengan melakukan berbagai kerjasama dengan berbagai pihak 19
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab Daftar Penambahan Kekhasan Kurikulum SIT. 20 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrati. Cet. IV (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 72.
76
baik internal (Komite Sekolah, Sekolah Islam Terpadu lainnya, dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu sendiri), maupun eksternal (Pemerintah melalui dinas terkait, sekolah lain di luar Sekolah Islam Terpadu, pihak atau lembaga lain baik nasional maupun internasional. Sehubungan dengan kerjasama ini, Jaringan Sekolah Islam Terpadu menjadi mediator kerjasama antara Sekolah Islam Terpadu dengan mitranya, dengan mekanisme sebagai berikut: (1) kerjasama yang dilakukan secara tertulis dan resmi, harus mencantumkan hak dan kewajiban para pihak terkait. (2) Kerjasama yang mengatasnamakan Jaringan Sekolah Islam Terpadu harus mendapat persetujuan dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. (3) Memberikan laporan realisasi kerjasama kepada Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. 7. Menggalang sumber-sumber pembiayaan pendidikan. Penggalangan dana dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia dengan melakukan kerjasama dengan pihak manapun baik pemerintah maupun non pemerintah asalkan dapat membawa maslahat bagi pengembangan Sekolah Islam Terpadu dan tidak bertentangan dengan asas, visi, dan misinya. Berdasarkan visi dan misi yang telah disusunnya Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia selanjutnya merumuskan tujuan kerjanya demi tercapainya visi dan misi tersebut.21 Adapun tujuan yang telah dirumuskan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia adalah; (1) terciptanya jaringan kerjasama antara peneliti, pengembang, pemerhati, penyelenggara, dan pengelola pendidikan atau sekolah yang menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia; (2) meningkatnya kompetensi dan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia; (3) berlangsungnya proses perbaikan dan pengembangan kurikulum Sekolah Islam Terpadu; (4) terjalinnya kemitraan strategis dengan instansi/institusi nasional maupun internasional. Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia yang merupakan wadah bagi Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya memiliki peran yang cukup strategis bagi pengembangan Sekolah Islam Terpadu terutama bagi Sekolah Islam Terpadu yang baru berdiri. Meski memberikan pendampingan dan pembinaan, namun Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia memberikan kebebasan kepada Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya untuk melakukan inovasi-inovasi dalam rangka pengembangan sekolah sesuai dengan kearifan lokal di mana sekolah itu berada. Di sisi lain Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia juga tidak melakukan intervensi dalam kebijakan sekolah masing-masing, namun hanya 21 Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Tujuan memiliki cakupan yang lebih kecil dan merupakan bagian dari misi.
77
memberikan pandangan dan pendampingan jika memang sekolah tersebut membutuhkan pendampingan. Berdasarkan wawancara di lapangan dengan beberapa pengelola Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggota Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia, penulis mendapatkan data bahwa rata-rata pengelola Sekolah Islam Terpadu merasakan manfaat keberadaan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia terutama dalam hal bimbingan dan arahan bagaimana mengelola Sekolah Islam Terpadu yang efektif dan bermutu, serta membuka networking dengan Sekolah-sekolah Islam Terpadu lainnya dari seluruh Indonesia serta menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga lain di luar Sekolah Islam Terpadu.22 B.
Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam Tinjauan Teori Multiple Intelligences System. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah Sekolah Dasar Islam yang berada dibawah naungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ketika berdiri pada 21 Juli 2003, beralamat di Jl. Buncit Raya, Warung Jati Barat I No.82 Kalibata Pancoran Jakarta Selatan. Pada 18 Juli 2005 Insan Mandiri menempati gedung baru Jl. Batu Merah No.71 Rt 02/02 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan di bawah Yayasan Rachmatan Lil’alamin. Tahun 2007 menjadi laboratorium sekolah bagian psikologi pendidikan, fakultas psikologi universitas Indonesia. Pada tanggal 24 Februari 2010 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menandatangani kerja sama dengan yayasan kualita pendidikan Indonesia (KPI) tentang school improvement program (SIP).23 Pada awal tahun pembelajaran, sekolah ini hanya memiliki 2 kelas dengan 36 murid. Pada Tahun kedua berdirinya sekolah ini menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dilihat dari jumlah muridnya. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat untuk memasukkan anaknya di sekolah ini, meski ketika itu jika dilihat dari sisi sarana dan pra sarana sangat jauh dari ideal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah sejenis saat itu. Berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, dilatar belakangi oleh semangat ingin mengaktualisasikan potensi fitrah setiap anak dalam perilaku nyata sehari-hari. Oleh karena itu, pembentukan karakter dalam bingkai nilai-nilai Islami yang sesuai dengan Alquran dan hadits Nabi, mendapat perhatian yang cukup besar selain nilai-nilai akademik
22
Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dari beberapa SIT : 1. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Hikmah Jakarta Selatan, 2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Buah hati Jakarta Timur, 3. Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Ilmi di Bali, 4. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Mumtaz di Pontianak. 23 Dinukil dari sejarah singkat Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, yang tertuang dalam buku Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.
78
dalam bingkai ranah kognitif dan psikomotorik.24 Dalam perjalanannya, tepatnya tahun 2007 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menjadi laboratory school oleh bagian psikologi pendidikan, fakultas psikologi universitas Indonesia.25 Tahun 2015 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki 15 rombongan belajar dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, dengan jumlah murid 420 orang dan 48 orang guru serta 12 orang karyawan. Pada tahun pelajaran 2008/2009 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mulai menggunakan instrumen multiple intelligences research (MIR) secara sistemik, meliputi input calon peserta didik baru dan lama, proses pembelajaran dan output. Walaupun sejak berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri sudah menggunakan pembelajaran proses multiple intelligences walaupun belum secara sistemik. Proses penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dilakukan setiap bulan Nopember. Penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dilakukan oleh kepanitiaan yang tersusun melalui rapat pimpinan. Peserta didik baru yang diterima setiap tahunnya berjumlah 74 anak atau sesuai jumlah kuota pada tahun tersebut. Sehingga, deskripsi input calon peserta didik baru memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik kemampuan emosi, kognitif dan perilaku. Kecerdasan yang beranekaragam dari peserta didik menjadi tantangan bagi guru dalam menyusun strategi pembelajaran. Hal ini sangat sesuai dengan motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sebagai “Sekolah Para Juara dan Sayang Teman,” dimana semua anak dihargai akan potensinya sejak mereka menjadi calon peseta didik baru. Berikut gambar diagran alur proses input penerimaan calon peserta didik baru:
24
Dinukil dari sambutan oleh Heni Lestari, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, periode 2003-2011 yang ditulis dalam buku Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta pada tanggal 24 Desember 2010. 25 Proyek oleh Fakultas Psikologi bagian Psikologi pendidikan Universitas Indonesia yang dilaksanakan selama satu tahun dari tahun 2007 sampai 2008. Kegiatan yang dilakukan adalah observasi peserta didik, wawancara orangtua peserta didik, dan melakukan second opini untuk menghasilkan sebuah analisis tentang treatment atau perlakukan yang dianggap perlu dilakukan pada peserta didik angkatan pertama Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
79
3.1 Diagram Bagan Alur Input Penerimaan Calon Peserta didik Baru
Penerimaan peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tanpa melalui tes baca tulis hitung (calistung). Calon peserta didik hanya diobservasi dengan menggunakan dua alat observasi, yaitu Observasi Kematangan Sekolah (OKS) dan Multiple Intelligences Research serta wawancara calon orang tua murid.26 Calon orang tua peserta didik berkesempatan untuk mengikuti acara open house yang digelar sebelum pengambilan formulir pendaftaran. Open house adalah ajang silaturahim yang dilaksanakan secara terbuka untuk umum pesertanya dalam bentuk observasi kelas atau ruang belajar, lingkungan sekolah, fasilitas sekolah, kurikulum dan manajemen sekolah serta perkenalan para guru. Open house diadakan untuk memberi wawasan kepada calon orang tua peserta didik tentang visi dan misi sekolah serta kekhasannya. Serta sosialisasi kepada para orang tua tentang paradigma pendidikan berbasis multiple intelligences yang diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Pada saat open house para calon orang tua peserta didik diberikan alur penerimaan peserta didik baru.27 Fokus penelitian pada penerimaan peserta didik baru pada tahun pelajaran 2011-2012, dimana Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menerima 3 kelas murid baru dengan jumlah 74 peserta didik baru. Dari jumlah tersebut, akan diteliti 30 orang peserta didik secara lebih mendalam. Pembagian kelas pada penerimaan peserta didik baru tahun pelajaran 2011-2012 dibagi menjadi 3 kelas.28 Data pengelompokkan kelas belum berdasarkan 8 kelompok kecerdasan yang dihasilkan dari riset multiple intelligences dikarenakan keterbatasan jumlah kelas yang tersedia, karenanya 26
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab form wawancara dengan calon orang tua murid. 27 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab diagram alur pendaftaran penerimaan murid baru. 28 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab pembagian kelas murid baru tahun pelajaran 2011-2012.
80
untuk mengaplikasi hasil riset multiple intelligences di dalam kelas dibuat berbagai macam strategi yang dirancang oleh guru sesuai dengan data gaya belajar peserta didik. Sehingga sangat diperlukan guru-guru yang terlatih dengan baik dan menguasai konsep multiple intelligences ini. Berikut hasil multiple intelligences research pada observasi murid baru. 3.2 Diagram Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologis Multiple Intelligences Research, peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.29
Penjelasan mengenai diagram 4.2 tentang laporan hasil pemeriksaan psikologis multiple intelligences research pada peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Cerdas musik (cerdas seni). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik adalah 4.1 dari skala 5.0 2. Cerdas kinestetik (cerdas gerak). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik adalah 3.3 dari skala 5.0 3. Intrapersonal (cerdas diri). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik adalah 3.3 dari skala 5.0 4. Cerdas linguistik (cerdas bahasa). Poin angka yang ditunjukkan dalam grafik adalah 2.9 dari skala 5.0 29 Sekolah Dassar Islam Terpadu Insan Mandiri telah menggunakan multiple intelligences research sejak tahun 2008, kemudian informasi laporan hasil tersebut diaplikasikan guru saat mengajar.
81
Arti angka yang ditunjukkan melalui grafik batang adalah indikator keterpenuhan unsur kecerdasan jamak yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti multiple intelligences research. Empat poin teratas yakni 4.1 sampai 3.3 menunjukkan kecerdasan dominan atau gaya belajar paling dominan yang dimiliki peserta didik, sedangkan empat poin terbawah 3.3 sampai 2.9 menunjukkan minimnya akses kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Multiple intelligences research adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang atau kecerdasan dominan yang dimiliki setiap anak. Gaya belajar disini diartikan sebagai cara dan pola bagaimana sebuah informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Oleh karena itu seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajarnya peserta didik masing-masing. Kemudian setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar peserta didik yang telah diketahui dari multiple intelligences research. Yang menarik dari strategi mengajar multiple intelligences adalah teori multiple intelligences terbukti cukup fleksibel dalam merespon perbedaan setiap murid. Hal ini dilandasi oleh oleh sebuah konstruksi kecerdasan yang dimiliki manusia (human intelligences), penggunaan pendekatan strategi multiple intelligences ditentukan oleh guru sebagai adminstrator yang mengkreasi kebeabasan praktis mengajar.30 Hasil multiple intelligences research pada penerimaan peserta didik baru menjadi data yang penting bagi guru untuk menemukan kondisi peserta didik. Selanjutnya multiple intelligences research dapat dilaksanakan tiap tahun pada saat kenaikan kelas. Data multiple intelligences research tahun lalu dapat dijadikan masukan untuk pelaksanaan multiple intelligences research pada tahun depannya. Hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan yaitu perilaku yang diulang-ulang. Multiple intelligences research yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar akan menjadi akselerator baginya untuk menemukan kondisi akhir terbaiknya. Dengan Multiple intelligences research yang dilakukan rutin (minimal setiap tahun), maka setiap peserta didik akan memiliki data riwayat kecerdasan yang memungkinkan seseorang lebih cepat menemukan kondisi akhir terbaiknya. Hasil pemeriksaan psikologis melalui multiple intelligences research berguna untuk mengetahui jenis kecerdasan dominan 30 Linda Campbell dan Bruce Campbell, Multiple Intelligences and Student Achievement Success Stories From Six Schools (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD, 2000), 91-92.
82
peserta didik. Kecerdasan pada peserta didik dapat diketahui dari riset mengenai kebiasaan-kebisaaan anak baik di rumah maupun di sekolah (di lingkungan tempat tinggal). Terkait multiple intellegences research yang digunakan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dipandang sebagai sekolah yang berupaya memberikan stimulasi pendidikan yang maksimal. Kesadaran ini diupayakan dengan melakukan observasi kepada setiap anak melalui multiple intellegences research untuk mengetahui dominasi kecerdasan dan gaya belajar peserta didik. Nantinya, gaya belajar tersebut menjadi acuan mengajar guru di multiple intellegences research yang menunjukkan sisi kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik. Bila seorang anak menangkap informasi atau materi apapun sesuai dengan gaya belajarnya, maka tidak akan ada pelajaran yang sulit. Sebagaimana yang dilaporkn dalam The Good Project,31 bahwa mengidentifikasi individu dapat memberikan informasi mengenai jenis pekerjaan yang sesuai. Dengan multiple intelligences research akan diketahui deskripsi tentang kecenderungan atau gaya belajar peserta didik. Atas dasar inilah dapat digunakan pembagian kelas. Pembagian kelas berdasarkan hasil multiple intelligences research berkaitan dengan persamaan gaya belajar. Dengan gaya mengajar dan gaya belajar yang sama tercipta efektifitas dalam proses pembelajaran. Ini dikarenakan peserta didik dalam satu kelas umumnya mempunyai gaya belajar yang sama.32 Pembelajaran menggunakan aplikasi kecerdasan jamak menekankan proses pembelajaran terbaik (the best process).33 Pada dasarnya, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memandang semua anak adalah juara. Paradigma bagi guru dan karyawan terhadap peserta didik menegaskan bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki satu atau lebih potensi kecerdasan dan memiliki minat dan bakat. Pola pendidikan yang dilakukan disertai program pembiasaan pembentukan karakter ditunjang dengan sentuhan edukasi yang ramah anak menjadikan 31
Hasil publikasi ilmiah Howard Gardner yang dilaporkan dengan judul: Good Work: Theory and Practice. The Good Project adalah upaya skala besar untuk mengidentifikasi individu dan lembaga yang memberikan contoh pekerjaan yang baik, pekerjaan yang sangat baik dalam kualitas, tanggung jawab sosial, dan bermakna bagi praktisi. Dan untuk menentukan cara terbaik untuk meningkatkan pekerjaan yang baik di masyarakat kita. 32 Wawancara eksklusif Hernowo dengan Munif Catib tentang buku Sekolahnya Manusia yang diterbitkan tahun 2009 oleh Penerbit Kaifa Learning, pada tanggal 8 Juni 2009. 33 The best process atau proses terbaik adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas yang dilakukan peserta didik sesuai dengan kecerdasan jamaknya atau sesuai dengan gaya belajar peserta didik. The best process tidak memerlukan the best input. Titik tekan the best process adalah input apapun jika dilakukan dengan aktivitas-aktivitas terbaik, pembelajaran akan menyenangkan dan menjadi mudah dipahami peserta didik. Formula the best process adalah gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik.
83
peserta didik nyaman dan bahagia berada di lingkungan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri.34 Pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak dominan mendidik anak dari sisi kognitif. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, mengutamakan pembelajaran karakter (akhlak mulia). Paradigma Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah setiap anak sedini mungkin harus dikembangkan (pemberdayaan tumbuh kembang) karakter sosial emosi dan karakter akhlaknya. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, karakter sosial emosi dan karakter akhlak tidak dibentuk, namun dikembangkan secara alami (natural) melalui pembelajaran yang aktif, atraktif dan menyenangkan.35 Dengan menerapkan konsep multiple intelligences system.36 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah sekolah ”Para Juara”. Sekolah ini menggunakan proses pembelajaran active learning yang berbasis multiple intelligences research. Tujuannya untuk mencapai target pendidikan dan pembentukan karakter; jujur, disiplin, bersih, peduli, dan mandiri. Tak heran, berkat multiple intelligences research banyak peserta didik yang meraih prestasi di berbagai bidang, tak hanya bidang sains, ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga bidang sosial dan bahasa. Prestasi peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri tidak lepas dari keberhasilan metodologi multiple intelligences research dan pembelajaran multiple intelligences strategy. Sejak tahun berdiri 2003 sampai tahun 2011, koleksi piala yang ditorehkan peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri sudah bertengger lebih dari 600 piala dari berbagai ajang perlombaan.37 Oleh karena itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak mengenal sistem ranking dan tinggal kelas, sebab itu 34 Wawancara dengan orangtua dan beberapa peserta didik serta dengan guru-guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. 35 Setiap anak memiliki potensi minat dan bakat. Minat dan bakat anak terlihat dari kemampuan-kemampuan dominan yang dimiliki, baik yang tersembunyi dan yang terlihat. Kemampuan anak adalah eksplorasi potensi belajar yang dimiliki secara bawaan (genetik), dan dimiliki melalui proses belajar (lingkungan). Kemampuan tersebut telah ada dalam bentuk potensi dan sekolah harus mengembangkan sesuai usia tumbuh dan kembangnya anak. Setiap anak adalah fitrah dan fitrah anak cenderung kebaikan (potensi Ilahiah). Sehingga, yang tepat dalam pendidikan karakter sosial emosi dan karakter akhlak adalah mengembangkannya bukan membentuk (bentuk baru) akhlak, dengan karakter yang baik dan mandiri. Hal ini sesuai dengan statement dari Retno S. Sudibyo, ketika mempresentasikan “Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan”. Yang disajikan pada Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2007, Balitbang Kemdiknas RI. 36 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menerapkan manajemen multiple intelligences system, yaitu: sebuah proses pengelolaan pendidikan yang diawali dari: paradigma input, proses dan output. 37 Wawancara dengan Rohmat, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpaadu Insan Mandiri Jakarta. Tanggal 26 Nopember 2015.
84
akan berdampak buruk bagi psikologis anak. Bagi anak yang prestasi akademiknya menurun akan ada penanganan tersendiri. Guru akan membantu mengatasi kesulitan anak dan memberikan laporan perkembangan murid kepada orangtua sesering mungkin.38 Karena itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan input calon peserta didik baru.39 Faktor yang menengarai hal tersebut adalah infomasi yang kuat dari para orangtua peserta didik ke sesama orangtua. Informasi tersebut mengalir tanpa harus memasang spanduk penerimaan peserta didik baru. Informasi tersebut tidak lain adalah sebuah testimoni dalam bentuk cerita-cerita dari orangtua peserta didik ke calon orangtua peserta didik.40 Ciri khas Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, mendidik karakter sesuai potensi anak didik, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Dengan mengedepankan pendidikan karakter dan psikologi sosial. Konsep pendidikan karakter itu tidak akan berjalan tanpa tenaga pengajar yang berkualitas. Oleh karena itu, tenaga pengajar Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri pun harus berkarakter pula,41 yang ditambah dengan kemasan kurikulum bermuatan Alquran, tahsin dan tahfiz. Pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri di selipkan nilai-nilai Islam, dan nilai pembelajaran setiap pelajaran tidak terpisah. Namun, diperkaya dengan informasi (akhlak) Islam agar pondasi keislaman
38
Wawancara dengan Rohmat sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpaadu Insan Mandiri Jakarta. Pada tanggal 26 Nopember 2015. 39 Penerimaan calon peserta didik baru bagi Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Pendaftaran di Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri dibuka jam 08.00 WIB, ditutup pada jam 10.00 WIB jika kuota sudah terpenuhi sesuai jumlah daya tampung 3 kelas atau 75 peserta didik. 40 Beberapa anak lelaki dalam lingkaran kelompok kecil nampak hikmat mendengarkan seorang teman mereka menghafalkan sebuah ayat suci Alquran. Duduk di antara kelompok itu seorang guru yang memandu jalannya hafalan sambil sesekali mengoreksi bacaan atau hafalan yang salah. Tak jauh dari situ, di dalam ruangan kelas, anak-anak yang lebih kecil antusias mendengarkan berbagi cerita apa yang telah dilakukannya di rumah dengan Bu Guru. Ada yang tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita temannya, ada pula yang tak bisa diam dan tak sabaran ingin segera membagi ceritanya. Begitulah suasana di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Setiap murid aktif mengikuti beragam aktivitas dan menjalankan perannya di sekolah. Alhamdulillah, hingga kini kami masih merasa puas dengan pilihan sekolah yang telah kami ambil karena anak-anak mengalami kemajuan yang luar biasa dan mereka sangat senang (enjoy) bersekolah di sana. 41 Pelaksanaan pendidikan karakter yang disesuaikan dengan psikologi sosial telah lama dipraktekkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yakni, sejak berdiri tahun 2003, dan ini jauh sebelum Kementrian Pendidikan dan kebudayaan menggaungkan pendidikan karakter.
85
dan karakterter tertanam kuat sejak kecil.42 Setiap guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri harus mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan komptensi diri dan kompetensi pedagogik.43 1.
Landasan Filosofi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Landasan filosofi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak terlepas dari tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan merupakan upaya menumbuhkembangkan seorang manusia agar mampu merekonstruksi diri secara luas sehingga mampu membangun dirinya, keluarga, masyarakat sesuai dengan apa yang diinginkan Allah Swt. Pendidikan harus menjadi bekal memaknai kehidupan, pembelajaran harus mampu mengajarkan kita untuk menjalani hidup.44 Sehingga menunjukkan betapa pentingnya proses pendidikan dalam segala aspek kehidupan. Setidaknya ungkapan bahwa pendidikan bukan segala-galanya tetapi segalagalanya berawal dari pendidikan45 mendukung sebagai penguatan filosofi. Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat demi terwujudnya pengabdian kepada Allah Swt dan mengembangkan segala bakat dan potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga terhindar dari berbagai penyimpangan. Perspektif Islam tentang kependidikan tidak dapat dilepaskan dari hakekat dan tujuan penciptaan manusia. Islam menegaskan bahwa, misi penciptaan manusia adalah untuk dan dalam rangka menunaikan misinya yang suci, yakni menunaikan amanah kekhalifahan diatas muka bumi. Menunaikan kekhalifahan berarti memimpin, mengelola, dan memelihara hidup dan kehidupan untuk mendapatkan tujuan kedamaian, keharmonisan, kesejahteraan yang merupakan wujud kasih sayang Allah Swt (rahmatan lil ‘alamin). Allah Swt dengan tegas menyatakan misi kerisalahann manusia ini dalam Alquran, berbunyi: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka 42 Wawancara dengan Rohmat, sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam terpaadu Insan Mandiri Jakarta. Tanggal 26 Nopember 2015. 43 Guru-Guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, 100% merupakan lulusan sarjana (strata 1). Hal ini menjadi prioritas manajemen sekolah demi untuk meningkatkan kualitas diri guru. 44 Dinukil dari statement Sheika Mozah binti Naser dari Qatar Foundation saat memberikan sambutan pada acara Silaturahmi Pendidikan di Jakarta pada tanggal 21 Januari 2014. 45 Pendidikan bukan segala-galanya tetapi segala-galanya berawal dari pendidikan. Adalah sebuah ungkapan yang merupakan peribahasa bahasa Indonesia yang digunakan untuk mendeskripsikan mengenai suatu keadaan yang sebenarnya.
86
bumi.46 Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam adalah segala upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan manusia agar memiliki kesadaran, kemampuan, dan tanggungjawab untuk menjalankan misi kekhalifahan tersebut. Landasan filosofi pendidikan Islam yang diacu Jaringan Sekolah Islam Terpadu didasarkan pada konsepsi dasar Islam sebagai agama yang sempurna dengan memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakekat pendidikan, yakni memberdayakan potensi firtah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba,47 yang siap menjalankan risalah yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah di muka bumi.48 Oleh karena itu, pendidikan berarti merupakan suatu proses membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertaqwa, berpikir dan berkarya untuk kemashlahatan diri dan lingkungan. Manusia membutuhkan pendidikan sebagaimana manusia membutuhkan makanan, karena hakekat manusia sebagai mahkluk yang paradoksal.49 Tujuan pendidikan seharusnya mengajarkan, mengasuh, melatih, mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam rangka menyiapkan peserta didik merealisasikan fungsi dan risalah kemanusiaannya di hadapan Allah Swt, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt dan menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi sebagai makhluk yang berupaya memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama (living together) dengan aman, damai dan sejahtera. Karena itu tujuan pendidikan seharusnya diarahkan kepada upaya ma’rifah terhadap Allah Swt dalam upaya mengokohkan tali hubungan denganNya sebagai Rabb, pencipta, pemelihara dan penguasa alam raya, dan kemampuannya meningkatkan kualitas hubungan dengan sesama makhluk di alam fana ini
Lihat, Alquran surat al-Baqārah, ayat 30. Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan manusia yang sebelum penciptaan, Allah memberitahu kepada Malaikat dan Iblis agar keduanya bersujud kepada manusia (Adam), namun hanya Malaikat yang bersujud kepada mansusia (Adam), setelah Malaikat bertanya kepada Allah Swt, “apakah Allah akan menciptakan manusia yang gemar melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah bagi sesamanya?” Allah menjawab pertanyaan Malaikat dengan jawaban, “Aku (Allah) lebih tahu dan Maha Mengetahui segala sesuatu”. Maka, bersujudlah Malaikat kepada manusia (Adam), kecuali Iblis yang menyombongkan diri, dengan alasan Iblis lebih mulia ketimbang manusia. 47 Lihat, Alquran surat al-Shams ayat 8. Lihat juga, Alquran surat al-Dzariyat ayat 56. 48 Lihat, Alquran surat al-Baqārah ayat 30. Lihat juga, Alquran surat al-Ahzab ayat 72. 49 Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk Paradoksal (Jakarta: Gramedia, 1989), 54. 46
87
guna bersama merealisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai ilahiyah sehingga tercipta kedamaian dan kesejahteraan bagi sesama dan semua. 50 Dengan landasan filosofis seperti itulah, dalam kesejarahannya Islam telah membuktikan diri sebagai ummat yang memiliki peradaban gemilang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan mengungguli kejayaan Eropa pada zamannya, sekitar abad ke 8 sampai ke 10 masehi, Islam telah mewariskan ilmu dan pengetahuan yang mengagumkan dengan tokoh-tokoh ilmuwannya yang besar seperti Jabir Ibnu Hayyan sebagai ahli kimia pertama dan penemu teori atom jauh sebelum Jhon Dalton abad ke 18.51 Al Khawarizmi seorang ahli matematika dan astronomi pada abad ke 9 yang menemukan konsep aljabar dan trigonometri, Ar Razi seorang yang ahli dibidang kedokteran yang cemerlang diabad ke 9, Al Mas’udi seorang ahli sejarah, Al Biruni ahli matematika dan astronomi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, Al Kindi, Ibnu Haytam adalah produk-produk pendidikan Islam yang diakui dunia. Perhatian Islam akan pendidikan juga tercermin melalui banyaknya perpustakaan yang dibangun (dawarul kutub). Di Andalusia, misalnya terdapat sekitar 20 perpustakaan umum. Pada sekitar abad ke 10 masehi, perpustakaan itu mempunyai lebih dari 400.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Mesir yang didirikan oleh Hakim bin Amrillah pada tahun 395 H memiliki dua juta jilid buku. Perpustakaan Tripoli di Syiria yang dibumihangsukan oleh tentara Salib mempunyai buku sekitar tiga juta jilid. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia menyimpan buku-bukunya di dalam 40 kamar dan setiap kamar berisi 18.000 jilid. Demikian pula perpustakaan yang didirikan oleh Abud Daulah di sebuah kota besar di sebelah Selatan Persia memenuhi 360 kamar yang dikelilingi taman-taman yang indah.52 Format pendidikan haruslah memerhatikan konsekuensi logis dari perkembangan era global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan dan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat serta harapan tentang masyarakat dunia masa depan. United nations for education 50
Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005. 51 Jabir Ibnu Hayyan adalah ilmuwan Islam yang masa keemasannya diawali pada abad ke-8. Jabir Ibnu Hayyan dijuluki sebagai Bapak Kimia pertama, pemilik laboratorium pertama di dunia, dan pertama kali menemukan konsep tentang teori atom. Jabir Ibnu Hayyan mengatakan bahwa bagian terkecil suatu unsur adalah zarrah (dalam bangsa Arab), yang berarti sesuatu yang sangat kecil dan tak dapat dibagi lagi. Konsep ini ada jauh sebelum masa Jhon Dalton. Jhon Dalton asal Inggris mengajukan tentang konsep Partikel didasari dari teori atom yang pernah ada sebelumnya. 52 Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005.
88
organization atau UNESCO melalui komisi internasional untuk pendidikan abad dua puluh satu mengajukan rumusan pendidikan dalam konsep emapt pilar pendidikan untuk abad dua puluh satu, yaitu: 53 1. Learning to live together, yaitu belajar untuk memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. 2. Learning to know, penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk didalamnya memahami bagaimana tentang suatu konsep dalam bidang ilmu tertentu. Learning to know juga sering disebut juga dengan learning to think atau belajar bagaimana berpikir.54 3. Learning to do, belajar untuk mengaplikasikan ilmu, bekerjasama dalam tim, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Belajar ini merupakan konsekuensi logis dari learning to know, yang berarti bahwa pendidikan melalui proses belajar mengajarnya tidak sekedar transfer knowledge (memberi ilmu pengetahuan) kepada peserta didik tapi diarahkan pada semangat berbuat, semangat mengamalkan ilmu dan semangat-semangat lain yang searah dengan bertindak sesuai ilmu yang didapatnya.135 4. Learning to be, belajar untuk mampu mandiri, menjadi orang yang bertanggungjawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Learning to be (belajar menjadi diri sendiri) diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Pendidikan melalui proses pembelajaran juga harus mengarahkan peserta didik pada penemuan jati dirinya yang utuh, sehingga mempunyai pijakan kuat dalam bertindak dan tidak mudah terbawa arus, yang pada akhirnya menjadi manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang baik intelektual, emosi, sosial, fisik, moral maupun religiusitas.55 Keempat pilar pendidikan masa depan yang diajukan oleh komisi internasional untuk pendidikan abad dua puluh satu united nations for education organization (UNESCO) ini diterjemahkan kedalam format sekolah yang diharapkan mampu membantu peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupan di masa depan, yaitu kompetensi keagamaan (spiritualitas), kompetensi keterampilan (skill keahlian), kompetensi akademik (ilmu pengetahuan), kompetensi ekonomi dan kompetensi sosial pribadi.56 Format pendidikan yang berkualitas menekankan 53
Http://unesco.org/history.htm. Qodry Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2002), 30. 55 Syaodih Nana Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 203. 56 Fahmi Alaydroes (Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia periode pertama, Ketua Yayasan Pesantren Nurul Fikri), “Latar Belakang Visi dan Misi Sekolah Islam Terpadu”, Artikel. Diposted pada tanggal 17 Nopember 2005. 54
89
pada azas-azas psikologi atau tumbuh kembang dan perkembangan otak peserta didik.57 Termasuk psikometri perkembangan dan penilaian berbasis proses tumbuh kembang serta pedagogi yang mengarah ke konstruktivisme.58 Filosofis sekolah yang dibingkai dalam format sekolah yang menjanjikan masa depan adalah sekolah yang memiliki paradigma pendidikan yang maju dan visioner. Pendidikan haruslah mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah peserta didik yang memiliki sejumlah keunggulan-keunggulan kecerdasan, minat, dan bakat guna menghadapi segala tantangan ke depan 2.
Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi, diakui sebagai sekolah model terbaik di tingkat nasional yang aktif mewujudkan insan mandiri, cerdas, kreatif, peduli, dan berakhlak mulia, sedangkan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah: 1. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan aktif menjalin kemitraan dengan stakeholder dan lingkungan sekitar 2. Mengintegrasikan kurikulum nasional dengan pendekatan multiple intelligences system yang berorientasi pada pengembangan multidimensi kecerdasan dan karakter murid. 3. Mempersiapkan murid-murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di sekolah-sekolah bermutu yang mereka inginkan. 4. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan Islami. 5. Pendayagunaan information communication technology (ICT) dan bahasa asing (bahasa Inggris dan bahasa Arab) di lingkungan sekolah Dalam proses pelaksanaan pendidikan, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki tujuan atau goals pendidikan dengan menekankan: 1. Peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dapat menjadi peserta didik yang mandiri, cerdas, kreatif, memiliki kepekaan sosial, dan berkepribadian Islami, yang kesemuanya tertuang dalam jaminan kualitas (quality assurance) Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia guru dan karyawan, baik secara akademik, kepribadian maupun sosial. 57
Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should Inform Educaional Practice (Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD, 2006), 17. 58 BR. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories of Learning Teori Belajar (Jakarta: Kencana, 2008), 37.
90
3. Terlaksananya total quality management di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 4. Terciptanya kemitraan dengan stake holder dan lingkungan sekitar Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, memiliki target yang mengacu pada ketiga ranah pendidikan, di antaranya target pada ranah afektif atau kepribadian, ranah psikomotorik atau keterampilan dan ranah kognitif atau akademik. Berikut target ketiga ranah Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta: A. Ranah afektif atau perilaku, di antaranya: memiliki akhlak yang baik (karimah) dengan karakter kelulusan sebagai berikut: 1. Sholat dengan penuh kesadaran 2. Hormat dan patuh pada orang tua 3. Disiplin 4. Percaya diri 5. Budaya bersih 6. Senang membaca 7. Berperilaku baik B. Ranah psikomotorik atau keterampilan 1. Mampu melaksanakan sholat wajib dengan benar dan penuh kesadaran. 2. Hafal 2 Juz Alquran, yaitu Juz 29 dan 30 3. Tartil membaca Alquran 4. Kemampuan membaca efektif C. Ranah kognitif atau akademik 1. Memiliki nilai akademis yang optimal 2. Nilai ujian akhir rerata individu 8,00 dan rerata kelompok 8,5 3. Menghasilkan nilai ujian akhir terbaik untuk dapat masuk sekolah lanjutan favorit di Jakarta.59 Sebelum memulai kegiatan operasionalnya pada tanggal 21 Juli 2003, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta telah membuat beberapa konsep yang akan diaplikasikan pada kegiatan operasional sekolah nantinya. Konsep pertama yang dirumuskan adalah menyusun visi, misi, dan tujuan sekolah. Dengan melibatkan beberapa orang yang berkepentingan, seperti ketua yayasan, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat, pada tanggal 20 Mei 2003 dirumuskanlah tiga komponen tersebut. Rapat tersebut menghasilkan rumusan konsep visi, misi, dan tujuan kelembagaan sebagai berikut: Visi : Menjadi Lembaga Pembentuk Generasi Unggul Misi : 1. Sekolah idaman bagi semua 2. Pilihan utama menjadi tempat belajar bagi semua 59 Dikutip dari Manajemen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melalui wawancara terhadap Bapak. Rohmat (Kepala Sekolah Insan Mandiri) pada tanggal 26 Nopember 2015.
91
3. Pusat percontohan pendidikan Tujuan Kelembagaan: Terwujudnya murid yang cerdas, kreatif, berkepekaan sosial, mandiri dan berkepribadian Islami. Visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan pertama kali pada tahun 2003 tersebut terus digunakan sebagai sebuah plat form dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketika pada tahun 2009 sekolah menggunakan Multiple Intelligences System dalam penyelenggaraan pendidikan, maka perlu dibuat rumusan baru terkait visi, misi, tujuan kelembagaan, dan lain-lain. Terkait dengan judul penelitian dalam penulisan disertasi ini yaitu “Aplikasi Teori Multiple Intelligences Pada Sistem Manajemen Pembelajaran”, maka visi, misi, tujuan kelembagaan dan lain-lain yang akan diuraikan pada bab ini dimulai pada rentang tahun 2010-2015. Pada tanggal 2 Juli 2009, dimulai babak baru dalam penyelenggaraan operasional pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Pada bulan Desember 2008 dimulailah kerjasama dengan sebuah lembaga training guru yang concern membina sekolah-sekolah yang ingin menerapkan teori multiple intellgiences dalam system manajemen sekolahnya yaitu Next World Wide. Setelah diadakan training oleh lembaga tersebut terhadap seluruh pendidik dan tenaga kependidikan serta beberapa pengurus yayasan, yang diadakan selama tiga hari untuk satu level.60 Konsekuensi logis dari diterapkannya teori multiple intellgiences dalam system manajemen pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah perubahan pada beberapa platform penyelenggaraan operasional penyelenggaraan pendidikan termasuk dalam hal rumusan visi, misi, tujuan kelembagaan, dan lain-lain yang akan penulis uraikan di bawah ini: 1. Visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta Pada tanggal 20-24 Juni 2009 diadakanlah rapat kerja yang dihadiri oleh seluruh elemen sekolah yang berkompeten, seperti pengurus yayasan, tenaga pendidik dan kependidikan, serta mitra kerja sekolah yaitu Kualita Pendidikan Indonesia. Salah satu hal yang dibahas adalah perubahan pada visi, misi, tujuan kelembagaan, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan penyelenggaraan operasional sekolah. Adapun visi yang dirumuskan dalam rapat kerja tersebut adalah: Diakui sebagai sekolah model terbaik ditingkat nasional yang aktif mewujudkan insan yang mandiri, cerdas, kreatif, dan berkepekaan sosial serta berkepribadian Islami. Visi yang dibuat pada tahun 2009 ini merupakan kelanjutan atau pengembangan dari visi pada tahun 2003. Yang perlu ditekankan pada isi dari 60
Training MI terdiri dari dua level, yaitu level basic dan level intermediate, di mana masing-masing level membutuhkan waktu minimal tiga hari. Pelatihan level basic dimulai pada tanggal 21-23 Desember 2008, dan pelatihan level intermediate dimulai pada tanggal 5-7 Maret 2009.
92
visi yang terbaru ini adalah pada aspek kompetensi generasi unggul yang akan dihasilkan, yaitu mandiri, cerdas, kreatif, berkepekaan sosial, dan berkepribadian Islami. Lima unsur yang terdapat dalam visi merupakan karakteristik generasi unggul yang dicita-citakan oleh seluruh komponen sekolah dan stakeholder. Dengan karakteristik tersebut diharapkan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dapat mencetak geberasi-generasi yamg mampu menjawab tantangan zaman. Dalam dokumen manual mutunya diuraikan kriteria dari tiap-tiap kompetensi tersebut, yaitu sebagai berikut:61 A. Mandiri 1. Melaksanakan ibadah wajib dengan benar, tanggung jawab dan penuh kesadaran 2. Menguasai keterampilan dasar sehari-hari sesuai tingkat usia 3. Percaya diri dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri B. Cerdas 1. Nilai akademis rata-rata 7,5 2. Memiliki salah satu life skill. 3.Dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi sesuai dengan pilihannya C. Kreatif 1. Gemar membaca dan mencari informasi 2. Memiliki kemampuan komunikasi yang efektif 3. Memiliki satu karya yang orisinil D. Memiliki Kepekaan Sosial 1. Gemar berinfak 2. Memiliki budaya hidup bersih dan sehat 3. Melaksanakan budaya 5 S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun) E. Kepribadian Islami 1. Memiliki imunitas dari pengaruh budaya-budaya negatif 2. Gemar membaca Alquran dengan tartil dan hafal 2 Juz Alquran 3. Berbakti pada orang tua Dalam perspektif multiple intellgiences, kata cerdas yang tercantum dalam salah satu visi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mengandung beberapa implikasi. Berdasarkan dokumen dan data di lapangan yang penulis temui, impilkasi dari kata cerdas yang tercantum dalam visi adalah sebagai berikut; 1. Setiap anak memiliki komponen (spectrum) kecerdasan.62 2. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah (problem solver) dalam kehidupan sehari-hari, 61
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab manual mutu Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 62 Kecerdasan menurut Howard Gardner dalam buku Linda Campbell, dkk, Teaching and Learning Trough Multiple Intelligences (Massachusetts:Allyn and Bacon, 1996), XV.
93
kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menghasilkan suatu karya nyata (product).63 Langkah selanjutnya setelah merumuskan visi adalah merumuskan misi. Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai sebuah visi. Terkait dengan visinya selanjutnya Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta merumuskan misi lembaganya. Adapun rumusan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta adalah: 1. Mempersiapkan murid yang berprestasi dan mampu bersaing serta diterima di SMP/MTs unggulan. 2. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. 3. Mengintegrasikan kurikulum, metodologi dan program. 4. Berorientasi pada pengembangan murid, penilaian proses, pendekatan discovery, pendayagunaan IPTEK dan bahasa asing. Dalam perspektif multiple intellgiences, misi yang dirumuskan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta bukanlah suatu hal yang kontradiktif. Untuk membuktikan hal ini, akan diuraikan bagaimana aplikasi Multiple Intelligences System terkait hal itu. 3.3 Diagram Siklus pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
MIR
Strategi MI
Gaya Belajar
Aktivitas Belajar Cara Belajar
Penilaian Berbasis Proses Kompetensi
a. Melakukan riset terhadap calon peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melakukan riset tentang peserta didik calon peserta didik yang mendaftar ke sekolah sehingga didapat data yang cukup mengenai calon peserta didik tersebut terutama yang terkait kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya.64 Data tersebut merupakan masukan penting dan acuan bagi sekolah dalam proses belajar mengajar. Dari sinilah kemudian guru menyesuaikan gaya mengajarnya. Jika 63
Adi W. Gunawan, Born to be a Genius (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), 103-107. 64 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, hasil multiple intelligences research.
94
gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik, maka tidak ada pelajaran yang sulit dan membosankan. Jika demikian maka bukan mustahil jika peserta didik akan mencapai prestasi yang ditargetkan oleh sekolah. b. Merumuskan strategi pembelajaran65 Langkah selanjutnya setelah diketahui gaya belajar peserta didik adalah melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kata kunci yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan, karena proses pembelajaran merupakan sebuah tindakan untuk membantu peserta didik mencapai kemajuan dalam berbagai aspek.66 Untuk itulah diperlukan strategi pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik dengan efektif. Pada dasarnya perbedaan antara strategi pembelajaran dengan multiple intellgiences dan non multiple intellgiences terletak pada 2 hal pokok, yaitu: 1. Isi Pembelajaran: a. Penuh dengan aktivitas peserta didik, maka multiple intellgiences b. Sedikit aktivitas, peserta didik cenderung diam, maka non multiple intellgiences. 2. Dominasi Pembelajaran: a. Apabila Teacher Taking Time, maka non multiple intellgiences b. Apabila Student Taking Time, maka multiple intellgiences Dari paparan di atas terlihat bahwa proses pembelajaran yang berbasis multiple intellgiences dan dapat mengakomodir setiap kecerdasan peserta didik mempunyai beberapa strategi pembelajaran. Strategi ini terus berkembang dan tergantung dari kreativitas guru. Karena pembelajaran akan efektif jika didukung oleh pengembangan strategi yang mampu membelajarkan peserta didik. Itulah mengapa guru harus terus mengubah dan mengembangkan strategi dalam pembelajaran untuk membuat peserta didik belajar. Inilah yang dikenal dengan istilah belajar yang membelajarkan.67 Dalam perspektif multiple intellgiences, belajar yang membelajarkan dapat dilakukan dengan beberapa strategi antara lain: 1. Strategi mengingat dengan metode MIND MAP (Peta Pikiran), Peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan-otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.68 2. Strategi HOT (Higher Order Thinking), suatu teknik berfikir tingkat tinggi yang meliputi berfikir kritis dan kreatif. Dengan berfikir kritis dan 65
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab lesson plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berbasis Multiple Intelligences. 66 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 87-89. 67 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 151. 68 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab mind map peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
95
kreatif akan membantu peserta didik untuk mampu mengingat dengan baik materi-materi pelajaran yang telah dipelajari. c. Melakukan Penilaian.69 Dalam pespektif multiple intellgiences system penilaian yang dilakukan adalah penilaian autentik, yaitu penilaian portofolio dan penilaian berbasis proses. Pada dasarnya penilaian autentik adalah penilaian yang menganut asas-asas; 1. Soal berkualitas adalah soal yang bisa dikerjakan oleh peserta didik (ability test). Paradigma bahwa soal yang berkualitas adalah soal yang sulit dijawab oleh peserta didik (disability test) adalah paradigma yang salah menurut teori multiple intellgiences. 2. Discovering Ability, proses menemukan kemampuan seseorang (anak) berupa aktivitas guru untuk menjelajahi kemampuan peserta didik pada saat hasil tes peserta didik di bawah standar ketuntatasan. Dengan kata lain discovering ability meminta peserta didik menjawab soal yang sama dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh jika anak mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca, maka ia dapat menjawab soal dengan lisan. 3. Ipsative, kemampuan anak dinilai berdasar perkembangan hasil anak itu sendiri. 4. Penilaian berbasis proses, bukan pada akhir pembelajaran. 5. Penilaian tidak hanya dalam ranah kognitif (daya pikir) saja, namun ranah psikomotorik (berupa hasil karya) dan afektif (sikap) juga dinilai. Dari uraian di atas terlihat bahwa visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dirumuskan dengan mengakomodir bagi terlaksananya Multiple Intelligences System. Aplikasi multiple intellgiences system di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak hanya terbatas pada kegiatan pembelajaran namun juga pada kegiatan pendukung lainnya.70 Sebagai contoh peserta didik dapat mengikuti pilihan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Hal ini adalah bentuk dukungan dan penghargaan sekolah terhadap keragaman minat, bakat, dan kemampuan peserta didik.71 Proses pembelajaran berbasis multiple intellgiences yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas ternyata membuat peserta didik tidak merasa bosan melakukan pembelajaran di kelas dan 69
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab buku penilaian proses folio assessment. 70 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab daftar kegiatan siswa. 71 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab daftar prestasi murid dalam kegiatan ekstra kurikuler.
96
kegiatan-kegiatan lainnya baik di kelas maupun di luar kelas. Hal ini bisa diukur dari antusiasme murid dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas mulai pukul 06.30 s/d pukul 14.00 bahkan jika mereka ada yang ikut ekstra kurikurikuler, maka jam pulang pun mundur jadi pukul 15.30. Didukung oleh suasana sekolah yang hommy dan guru yang penuh perhatian dan kasih sayang, peserta didik tetap enjoy berada di sekolah dari mulai peserta didik kelas satu sampai kelas enam. 3.
Strategi dan Pendekatan dalam Menjalankan Misi Sekolah. Strategi dan pendekatan yang diterapkan dalam menjalankan misi dan upaya mencapai tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dengan mendukung keefektifan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, adalah: 1. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif (biah solihah) dalam dimensi keamanan, kesehatan, kebersihan, keindahan, suasana kekeluargaan (ukhuwah Islamiyah), fasilitas belajar dan beribadah. 2. Menerapkan aturan dan norma yang bersandikan nilai-nilai Islam dalam berperilaku, bertutur kata, berpakaian, berinteraksi (mu’amalah), makan dan minum serta perilaku lainnya yang lazim digunakan di lingkungan sekolah. 3. Menerapkan pembelajaran yang efektif dengan memperkaya dan meluaskan sumber belajar, meningkatkan interaksi yang stimulatif, melalui pendekatan dan metode yang menumbuhkan pemecahan masalah (problem based learning), melibatkan proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik melalui strategi-strategi pengajaran kreatif dan dilakukan dalam pendekatan saintifik. 4. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah berTuhan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan kreativitas kesadaran sebagai warga negara yang baik, belajar sepanjang hayat, perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas. 5. Melakukan proses Islamisasi dalam pembelajaran. Tujuan utama Islamisasi adalah membentuk kesadaran dan pola pikir integral dalam perspektif Islam. Peserta didik selalu diajak berpikir dan memahami bahwa seluruh fenomena alam yang terbentang dan segala permasalahan serta dinamika yang muncul tidak dapat dilepaskan dari peran Allah Swt. Dengan Islamisasi pembelajaran, diharapkan terjadi hubungan emosional yang kuat antara obyek bahasan peserta didik dan nilai-nilai Islam. 6. Memperkuat program pembinaan kepeserta didikan dengan kurikulum (kokurikuler) dan kurikulum tambahan (ekstrakurikuler), pembinaan kepemimpinan serta mengefektifkan pendekatan mentoring
97
(pengelompokan peserta didik ke dalam grup-grup binaan). Menekankan pada pembinaan peserta didik melalui pembiasaan beribadah seperti tilawah Alquran, menjaga wudhu, shalat, shaum, doa dan dzikir, shodaqoh/infaq, pelatihan dan kepemimpinan, kepedulian sosial seperti peduli dunia Islam, peduli fakir miskin, berbakti kepada orangtua (birrul walidayin), peduli lingkungan dan sebagainya. 7. Menjalin kemitraan yang efektif dengan berbagai pihak yang terkait, terutama orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Bersama orangtua peserta didik, pendidik (guru) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menjalin komunikasi dan kerjasama yang kooperatif dalam rangka meningkatkan layanan kepada peserta didik, menyamakan pemahaman persepsi terhadap visi, misi dan tujuan sekolah kepada seluruh orangtua peserta didik sehingga terjadi keselarasan dan kesinambungan antara pendidikan di sekolah dan rumah melalui jembatan komunikasi yang efektif. Mengefektifkan majelis ta’lim (pengajian guru dan orangtua setiap bulan) . 8. Menyelenggarakan sekolah penuh waktu (fullday school), dengan waktu efektif lima hari mulai Senin sampai Jumat selama delapan jam, sejak 06.30 sampai dengan 14.00. Dengan waktu yang lebih panjang, pendidikan agama dan pembinaan peserta didik mendapat keleluasaan yang cukup. 9. Memastikan kepala sekolah dan guru memiliki visi, misi dan semangat dan pemikiran (ghiroh dan fikroh) serta sikap dan perilaku yang sejalan dengan falsafah, nilai, visi dan misi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Menerapkan proses seleksi dan rekrutmen guru dengan standar penilaian yang ketat yang meliputi pemikiran, sikap/moral dan perilaku Islami. 10. Memberlakukan tata tertib, norma, dan etika yang dibuat bersandar kepada etika dan nilai Islami (akhlak mulia) dan kepatutan sosial.72 4.
Aspek Kurikulum yang Dikembangkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Kurikulum dikembangkan sesuai potensi fitrah yang dimiliki manusia sebagai khalifah fil ardhi, sehingga kurikulum dikembangkan menyesuaikan pada beberapa hal, di antaranya: 1. Berpusat pada kecerdasan jamak, potensi, minat dan bakat, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2. Beragam dan terpadu dengan nilai-nilai Islam (Islamic character). 72 Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu, Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. 2014, 9-10.
98
3. Penekanan pada bidang kesehatan rohani dan jasmani (mental dan fisik). 4. Respon dan tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Relevan dengan kebutuhan hidup 6. Menyeluruh dan berkesinambungan. 7. Belajar sepanjang hayat. 8. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka dikembangkanlah apa yang dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum Sekolah Dasar pun menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahanperubahan kebijakan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 bahwa kurikulum satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan dari badan standar nasional pendidikan. Landasan kurikulum yang dikembangkan oleh elemen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mengacu pada: 1. Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional: pasal 1, pasal 18, pasal 36, pasal 37, dan pasal 38. 2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1, pasal 5, pasal 7, pasal 8, pasal 10, pasal 11, pasal 13, pasal 14, pasal 16, pasal 17, pasal 18, dan pasal 20. 3. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 22 tahun 2006 tentang standar isi. 4. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan. 5. Peraturan menteri pendidikan nasional no. 24 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur sekolah dan komite sekolah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan kotamadya Jakarta Selatan, serta
99
dengan bimbingan narasumber ahli pendidikan dan pembelajaran dari tim pengembang/advokasi kurikulum dinas pendidikan dasar provinsi daerah khusus ibukota Jakarta. Pada akhirnya kurikulum ini tetap hanya sebuah dokumen, yang akan menjadi kenyataan apabila terlaksana di lapangan dalam proses pembelajaran yang baik. Pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, hendaknya berlangsung secara efektif yang mampu membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak. Dalam hal ini para pelaksana kurikulum, yakni guru yang akan membumikan kurikulum ini dalam proses pembelajaran. Para pendidik juga hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik betah di sekolah. Atas dasar kenyataan tersebut, maka pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak, efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Dengan spirit seperti itulah kurikulum ini disusun agar menjadi pedoman yang dinamis bagi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Muatan kurikulum yang dikembangkan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta terdiri dari komponen mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.73 Kurikulum merupakan inti dari sebuah sekolah karena kurikulum lah penentu arah kebijakan sekolah. Diskursus mengenai cakupan kurikulum sampai pada kesimpulan bahwa kurikulum tidak lagi sekedar bahan yang akan dipelajari serta urutan bahan yang akan dipelajari itu, tetapi seluruh pengalaman yang ditawarkan pada peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah.74 Dari sini bisa kita pahami bahwa cakupan kurikulum mencakup seluruh pengalaman yang diperoleh peserta didik, baik berupa pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.75 73
Ketiga komponen muatan kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, telah disesuaikan dengan ciri khas Sekolah Dasar Islam Terpadu. Pada komponen mata pelajaran dilakukan teknik integratif dan stimulatif yang diperkaya dengan Islamisasi pembelajaran, komponen muatan lokal diperkaya dengan bahasa Inggris mengingat pada masa depan, khususnya jelang pelaksanaan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) awal Januari 2016, maka pelajaran bahasa Inggris menjadi tambahan, sedang komponen muatan kurikulum pengembangan diri memasukkan Alquran (Tahsin dan Tahfidz), bahasa Arab, dan Aritmatika. Hal ini dapat dilihat pada Surat Keputusan Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan mandiri Jakarta Nomor: 026/ KTSP/SK/IV/2007 tentang Penetapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 74 Ronald C. Doll, Curriculum Improvement, Decision Making and Process (Boston: Allyn and Bacon, 1964), 15. 75 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis. Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggraan Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), 26.
100
Pada implementasinya kurikulum ini dievaluasi setiap akhir tahun yang hasilnya menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi penyelenggaraan pendidikan di tahun berikutnya.76 Terkait dengan aplikasi multiple intelligences research dalam sistem manajemen pembelajaraannya, maka kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memberi ruang bagi pelaksanaan multiple intelligences research.77 Adapun ruang yang memberi peluang pengembangan ini mencakup beberapa aspek, yaitu aspek isi atau bahan pelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.78 Kurikulum sekolah dijabarkan kedalam bentuk silabus. Penyelarasan prinsip pengembangan silabus dijabarkan sebagai berikut: 1. Berpusat pada kecerdasan jamak, minat, bakat dan potensi peserta didik yang disesuaikan dengan perkembangan (human growth), kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya a. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa semua peserta didik cerdas dengan kecerdasan jamaknya, dan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki minat, bakat dan potensi sehingga porsi pengembangan silabus disesuaikan dengan kecenderungan yang dimilikinya. b. Setiap peserta didik telah dipetakan kecenderungan kecerdasannya melalui riset kecenderungan kecerdasan (multiple itnelligences research) yang kemudian hasil riset diterjemahkan kedalam strategi pembelajaran melalui formula pengajaran, yakni gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik. c. Pengembangan silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dengan mengutamakan porsi psikomotorik dan afektif, sementara kognitif ditempakan pada porsi yang tepat. d. Kegiatan pengajaran dan pembelajaran dipusatkan pada gaya belajar peserta didik. 2. Beragam dan terpadu dengan nilai-nilai Islam a. Penanaman nilai-nilai Islam (Islamic character) peserta didik dilakukan dengan mengintegrasikan setiap mata pelajaran dengan nilai-nilai Islami agar menjadi manusia yang berkarakter Islam 76
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab Manual Mutu Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang diterbitkan pada tanggal 3 April 2010. 77 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tahun 2015, dan kurikulum kekhasan Sekolah Islam Terpadu. 78 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, bab Silabus dan Lesson Plan berbasis Multiple Intelligences.
101
(berakhlak mulia), memiliki dasar tauhid yang kokoh dan keimanan kepada Allah Swt. b. Integrasi karakter Islami didasari pada kandungan makna Alquran, hadist dan siroh Nabawiyah/kisah para sahabat dan salafussoleh secara tersurat dan tersirat terhadap mata pelajaran. Penanaman nilai ini dimunculkan dalam proses kegiatan belajar mengajar melalui strategi kecerdasan jamak (multiple intelligences strategy) c. Pengembangan kurikulum dan silabus difokuskan juga pada penilaian afektif peserta didik yang dilakukan berdasarkan enam kriteria, yaitu: 1. Diri sendiri Pemahaman intrapersonal (diri sendiri) terhadap respon lingkungan sekitar, baik interaksi secara individual maupun kolektif. 2. Teman Pemahaman interpersonal (hubungan antar relasi individuindividu). 3. Lingkungan Interaksi lingkungan terhadap setiap personal (one personality) yang dibangun secara positif. 4. Guru Hubungan simbiosis mutualisme yang menekankan pada rasa saling percaya yang dibangun diatas kasih sayang edukatif secara positif. 5. Materi Self interaction personal terhadap materi ajar dari setiap mata pelajaran yang didasari atas perhatian terhadap materi ajar dan capaian hasil belajar yang diinginkan. 6. Kesehatan mental, fisik, rohani dan jasmani Pengembanagn kurikulum melalui penjabaran silabus sangat concern memerhatikan kondisi sehat mental, jasmani, fisik dan rohani. Sehingga salah satu bidang olahraga, seperti taekwondo menjadi mata pelajaran, pelajaran Alquran, tahsin dan tahfidz serta kegiatan pembiasaan seperti sholat dhuha menjadi kegiatan rutin yang dibiasakan. Pengembangan kurikulum dan silabus Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mengutamakan porsi afektif dan psikomotorik, sementara kognitif ditempatkan pada porsi yang tepat. Berikut praktek pendidikan yang mengutamakan tumbuh dan kembang peserta didik:
102
3.1 Tabel Ringkasan Cara Pengembangan Manusia Dalam Praktek Pendidikan Sesuai Usia dan Tumbuh Kembang79
Umur
Suasana Pendidikan Terbaik
7- 10
Museum anak-anak
11-14
Lingkungan positif
Pendekatan Penilaian yang Fokus Penekanan Paling Sesuai Utama Kurikulum dengan Perkembangan Mempelaj Belajar Penilaian ari dunia sistem berbasis kinerja bekerja simbol, (psikomotorik) kebiasaan, pada aturan, pembelajaran lembaga, (pengukuran dan alam bersifat ipsatif) bebas Pembelaja Pendidikan Penilaian sendiri ran sosial, afektif, (jurnal, proyek), emosional pengemba tinjauan muriddan ngan guru atau hasil metakogni kecerdasan kerja penilaian tif emosional, teman kelompok kerja kecil
Hubungan Peserta didik - Guru Peserta didik sebagai pekerja/pem belajar, guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai penjelajah, guru sebagai pemandu
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas atau di laboratorium. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas kegiatan belajar peserta didik. Proses pembelajaran mengupayakan pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar. Setiap guru wajib membuat rencana pelaksanaan pembelajaran pada setiap kompetensi dasar dan sebelum melaksanakan pengajaran guru mengkonsultasikan rencana pelaksanaan pembelajarannya kepada konsultan internal. Konsultan internal melakukan observasi pembelajaran. Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tertuang komponenkomponen silabus mencakup standar kompetensi (SK), kompetensi dasar 79 Thomas Armstrong, The Best School: Human Development Research Should Inform Educaional Practice, 251.
103
(KD), hasil belajar (HB), indikator hasil belajar (IHB), alokasi waktu, dan karakter Islam. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan standar minimum yang harus dicapai oleh peserta didik. Pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dirujuk dari indikator hasil belajar peserta didik. Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran secara detil dijelaskan berikut: 1. Standar kompetensi Suatu capaian kompetensi menyeluruh yang harus dicapai peserta didik. Standar kompetensi memiliki cakupan kompetensi yang lebih luas terhadap kompetensi dasar. 2. Kompetensi dasar Capaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Jumlah kompetensi dasar pada setiap standar kompetensi bisa lebih dari satu kompetensi dasar, ini tergantung dari luasnya cakupan standar kompetensi 3. Hasil belajar Hasil suatu kemampuan pada setiap satu kompetensi dasar 4. Indikator hasil belajar Kemampuan yang dirujuk dan terindikasi pada setiap capaian kompetensi pada setiap hasil belajar, yang dapat diketahui dari penilaian autentik. Prinsip rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas, terukur pada setiap capaian kompetensi dasar, yang merujuk pada indikator hasil belajar peserta didik. Interaksi hubungan antara indikator hasil belajar secara nyata tertuang pada prosedur aktivitas belajar peserta didik melalui strategi mengajar yang sesuai dengan kecerdasan jamak peserta didik. Pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan jamak peserta didik mampu membuat peserta didik merasa senang dan aktif.80 Pembelajaran kreatif, kontekstual dan menyenangkan dilaporkan mampu memberikan hasil belajar yang positif terhadap peserta didik.81 Sehubungan dengan pernyataan mengenai setiap anak juara dan setiap anak memiliki kecerdasan jamak,82 maka diperlukan rencana pengajaran guru yang mewadahi jenis kecerdasan peserta didik.
80
Alamsyah Said, Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru. Bidang Akademik Yayasan Ibnu Abbas, Buahati Islamic School, Jakarta GLC Indonesia, Jakarta. 81 Piping Sugiarti, “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika.” Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005. 82 Ungkapan bahwa setiap anak juara dan setiap anak memiliki kecerdasan jamak banyak dijumpai dalam buku-buku, makalah-makalah, dan jurnal-jurnal pendidikan, baik yang disampaikan oleh Ilmuwan sekaligus penemu teori multiple intelligences Howard Gardner, maupun yang disampaikan Thomas Armstrong.
104
Konsep multiple intelligences83 diaplikasikan dalam pembelajaran dikelaskelas melalui sebuah kesamaan strategi mengajar.84 Kecerdasan setiap manusia adalah suatu dimensi tentang kemampuan yang dimiliki individu-individu sejak lahir yang mana kecerdasan manusia adalah suatu bentuk potensi dan kemampuan menghasilkan produk yang bernilai budaya dan mengandung benefiditas. Dalam arti karya setiap manusia yang dihasilkan dari kegiatan kreatif dan pemecahan masalah. Dua kegiatan inilah yang menjadikan definisi kecerdasan. Jenis kecerdasan manusia dapat dilihat dari domain kognitif, psikomotorik dan afektif, dimana ketiga ranah tersebut terbungkus rapi dalam otak manusia,85 yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial visual, kecerdasan musik, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis.86 Konten rencana pelaksanaan pembelajaran guru didesain dengan mengintegrasikan serta memberikan penguatan nilai karakter. Melalui Islamic character penguatan nilai setiap mata pelajaran. Substansi materimateri pelajaran diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam berdasarkan kandungan yang tersurat dan tersirat dalam Alquran, hadist dan sirah Nabawiyah serta kisah salafussoleh, hasil integrasi antara nilai-nilai Islam dengan materi-materi pada pelajaran ditarik menjadi karakter. 87 Nilai-nilai keislaman yang dimaksud tertuang dalam rencana program pembelajaran (RPP). Rencana program pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dicantumkan pada bagian silabus pembelajaran, di mana silabus tersebut diperkaya oleh guru dengan teknik menyesuaikan konten materi ajar dengan konteks pada kandungan dalam Alquran dan hadist.88 Penanaman nilai-nilai Islam (Islamic character) peserta didik dilakukan dengan mengintegrasikan setiap mata pelajaran dengan nilai-nilai Islami agar menjadi manusia yang berkarakter Islam (berakhlak mulia), memiliki dasar tauhid yang kokoh dan keimanan kepada Allah Swt.
83
Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Cetak Ulang (New York: Basic Books, 1993). 84 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition (Alexandria, Virginia USA: ASCD, 2000). 85 Taufiq Pasiak, Otak dan Kecerdasan: dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Alquran. 86 Thomas Armstrong, Kecerdasan Multiple di Dalam Kelas. Edisi Ketiga (Jakarta: Indeks, 2013), 106. 87 Integrasi akhlak Islami melalui penguatan, pembiasaan dalam peoses pendidikan menjadi standar mutu yang diterapkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. 88 Mengenai RPP yang diperkaya dengan nilai keislaman secara khusus telah dilakukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang dituangkan dalam buku Standar Mutu Kekhasan Sekolah islam Terpadu. JSIT Indonesia.
105
Integrasi setiap mata pelajaran yang substansi materi-materi pelajaran diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam berdasarkan kandungan yang tersurat dan tersirat dalam Alquran, hadist dan sirah Nabawiyah serta kisah salafussoleh, hasil integrasi antara nilai-nilai Islam dengan materi-materi pada pelajaran ditarik menjadi karakter, yang disebut: karakter Islami. Integrasi karakter Islami didasari pada kandungan makna Alquran, hadist dan siroh Nabawiyah/kisah para sahabat dan salafussholeh secara tersurat dan tersirat terhadap mata pelajaran. Penanaman nilai ini dimunculkan dalam proses kegiatan belajar mengajar melalui strategi kecerdasan jamak. Proses belajar mengajar adalah sebuah pekerjaan seni yang professional dan mempunyai management quality control (MQC) dalam pembelajaran. Konsekuensi guru apabila management quality control diterapkan sebagai berikut: 1) Guru harus membuat perencanaan mengajar atau lesson plan. 2) Guru harus berdiskusi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran guru kepada konsultan sebelum mengajar (guru melakukan konsultasi). 3) Guru harus mendapatkan informasi tentang kualitas proses pembelajaran dari konsultan dan para peserta didik (data costumer service). 4) Guru harus melakukan perbaikan kualitas lesson plan dengan feedback.89 Empat siklus pembelajaran ini akan terus berputar. Perputaran ini akan menimbulkan kreativitas guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengajar. Meliputi kegiatan konsultasi rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP, observasi/supervisi pembelajaran, dan umpan balik (feedback) hasil observasi/supervisi pembelajaran. Dalam proses belajar yang sebelumnya dituangkan secara tertulis dalam lesson plan hanya mengandung dua tahap pembagian secara garis besar, yaitu: 1) Presentasi, yaitu guru melakukan proses pengajaran dengan memberikan informasi kepada peserta didik. 2) Practice, yaitu informasi yang diterima dari guru, oleh peserta didik diaplikasikan dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan menghasilkan pemahaman informasi oleh peserta didik. Proses pembelajaran terwujud dari aplikasi kegiatan belajar mengajar dan merupakan perpanjangan dari rencana program pembelajaran yang telah dibuat guru. Bagaimana menerapkan proses pembelajaran yang diperkaya dengan nilai-nilai keislaman dilakukan dengan mengikuti kita dan teknik berikut ini, di ataranya: 1. Penggunaan istilah, yaitu penggunaan nama, peristiwa, atau benda yang bernuansa Islam. Misalnya, nama: dengan identitas keislaman, seperti 89 Dalam sebuah kuliahnya Bobbi De Porter, Presiden Learning Forum Super Camp Oceanside California USA mengatakan: mendidik dan mengajar adalah seni tingkat tinggi. Sehingga seni ini membutuhkan management quality control.
106
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ahmad, Umar, Yunus, Fatimah. Peristiwa: dengan mewakafkan se bidang tanah, dan benda: dengan himpunan masjid. Ilustrasi visual, yaitu: menggambarkan bahan ajar dengan gambar atau potret. Misalnya, dalam membahas materi simetri dapat dicontohkan dengan masjid, gambar ka’bah dan lain-lain yang berkorelasi. Aplikasi atau contoh-contoh, yaitu: menjelaskan bahan ajar dengan contoh aplikatif. Misalnya, dalam membahas pecahan dapat dikaitkan dengan harta warisan dalam Islam atau materi uang dan dagang dapat dikaitkan dengan bank Islam. Ayat dan hadist yang relevan, yaitu: dengan menyisipkan ayat dan hadist yang relevan dengan tema materi ajar. Misalnya, pelajaran matematika dan pelajaran ilmu sosial tentang muamalah, disisipkan ayat 9 dan 10 Alquran surat Al-Jumuah dan hadist tentang jual beli. Penelusuran sejarah, yaitu: pengungkapan fakta sejarah cendekiawan muslim. Misalnya, pembahasan bilangan bulat, dapat disampaikan tentang penemu bilangan nol. Jaringan topik, yaitu: mengaitkan materi ajar dengan disiplin ilmu lain. Misalnya, matematika dan ilmu pengetahuan alam, menjelaskan bahasan tentang relasi hubungan makanan seperti ayam makan padi, burung makan serangga, serigala makan ayam, atau kerbau makan rumput dikaitkan dengan rizqi yang Allah Swt berikan kepada segenap makhluknya. Simbol-simbol kauniyah, yaitu: memberikan contoh beredarnya bulan mengelilingi bumi, mengelilingi matahari atau tentang rotasi bumi pada porosnya. Eliminasi konten yang syubhat, yaitu: menekankan pada konten materi yang bermuatan syubhat. Misalnya, sejarah dunia dengan memunculkan peran khilafah Islamiyah, sejarah nasional dengan memunculkan peran ulama dan mujahid dalam jihad melawan penjajah. Pengakuan Islam terhadap negara kesatuan Republik Indonesia, sejarah penyebaran Islam di nusantara dengan memunculkan peran walisongo serta memunculkan sains Islam.90
5.
Aspek Sumber Daya Manusia dan Penempatan Personal. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yang berlokasi di wilayah Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Batu Merah Nomor. 71 Rt 02/02 Pejaten Timur, Pasar Minggu tidak termasuk sekolah unggulan.91 Sekolah 90
Training Islamisasi Pembelajaran disampaikan oleh Fahmi Alaydroes di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, 12 Juli 2007. 91 Dahulu kategori sekolah-sekolah di Indonesia dikategorikan sebagai berikut: Sekolah Rintisan Berstandar Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN). Untuk Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta tidak termasuk kedua kategori tersebut, namun dalam perjalanannya respon orangtua dan masyarakat terhadap perilaku
107
Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, merupakan sekolah swasta berbasis Islam yang mengedepankan perilaku-perilaku terpuji, menganggap semua peserta didik sebagai para juara dengan berbagai macam kemampuan. Paradigma tersebut telah terpatri dalam sanubari para guru sebagai tulang punggung utama dalam menjalankan proses pendidikan. Yang demikian tersebut menjadi modalitas penting bagi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Guru-guru yang ramah, sayang dan care kepada anak didik (peserta didik), kenyamanan dan rasa betah peserta didik berada di sekolah menjadi keunggulan yang dimiliki Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. Keunggulan lain adalah daya kreatifitas guru dalam mengelola kelas (display kelas) sehingga menjadikan suasana kelas hidup dengan interior-interior informasi pembelajaran sesuai tema besar materi ajar. Bahan display kelas dibuat dengan kreatifitas menggunakan bahan bekas ramah lingkungan dengan balutan display disesuaikan dengan pojok (corner), seperti pojok sains (sains corner), pojok matematika (corner math), pojok bahasa (langauge corner), dan pojok seni (art corner). Modalitas penunjang keunggulan tersebut didukung dengan semangat dan loyalitas dalam mendesain ruang-ruang display. Guru menempati posisi yang strategis dalam mencapai mutu kelulusan peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Oleh sebab itu, keberhasilan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam mencapai target capaian visi, misi dan tujuan serta standar kelulusan peserta didik ditentukan oleh kualitas guru-guru. Kualitas guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sangat ditentukan oleh frekuensi pendidikan dan pelatihan pada bidang yang dibutuhkan, dedikasi moral dan perilaku, dan kesejahteraan.92 Begitu juga dengan tenaga kependidikan lainnya seperti staf tata usaha, staf administrasi dan keuangan, staf pustakawan, guru bimbingan konseling, guru tahsin dan tahfidz, staf kesehatan (medis), staf koperasi sekolah, staf teknik perawatan sekolah (maintenance), staf supir sekolah (driver), tenaga kebersihan (office boy) dan tenaga keamanan sekolah (security),93
peserta didik (siswa-siswi) maupun lulusannya mendapat respon yang baik dan respon tersebut menjadi penguat motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri yang akhirnya menjadi branding. 92 Wawancara dengan Bapak Rohmat, M.Pd sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta pada Kamis tanggal 26 Nopember 2015 pukul 10.30 wib. 93 Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, tenaga pendidik adalah guru yang melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, sedangkan tenaga kependidikan diantaranya terdiri dari staf tata usaha, staf administrasi dan keuangan, staf pustakawan, guru bimbingan konseling, guru Tahsin dan tahfidz, staf koperasi sekolah, staf teknik perawatan sekolah (maintenance), staf supir sekolah (driver), tenaga kebersihan (office boy) dan tenaga
108
Sumber daya manusia guru tenaga pendidikan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki kualifikasi strata akademik yang sudah berkualifikasi sarjana (strata satu) lulusan dalam negeri seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universias Indraprasta (UNINDRA) PGRI Jakarta, Universitas Haji Abdul Malik Karim Amrullah (UHAMKA), Akademi Bahasa Asing (ABA) Jakarta, Sekolah Tinggi Islamiyah Dirosah Al Hikmah, dan lulusan luar negeri, seperi Universitas Melbourne Australia dan Universitas Al Azhar Mesir. Beberapa sumber daya kependidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta berkualifikasi magister (strata dua) yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Haji Abdul Malik Karim Amrullah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jakarta. Menurut data tahun 2014,94 Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki 47 orang personil guru terdiri dari 14 orang guru laki-laki 33 orang guru perempuan, jabatan fungsional terdiri dari kepala sekolah 1 orang, wakil kepala sekolah 2 orang, wali kelas 9 orang, guru kelas 11 orang, guru mata pelajaran 17 orang, guru alquran 6 orang, guru bahasa Arab 6 orang, guru olahraga 1 orang, guru bimbingan konseling 1 orang. Dilihat dari status kepegawaian sumber daya manusia guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta terdapat 45 orang guru tetap Yayasan Rahmatan Lil ‘Alamin, 2 guru berstatus guru PNS DKI Jakarta.167 Tenaga pendukung pendidikan meliputi staf tata usaha 3 orang, staf administrasi dan keuangan 2 orang, staf pustakawan 1 orang, staf kesehatan (medis) 1 orang, staf koperasi sekolah 1 orang, staf teknik perawatan sekolah (maintenance) 2 orang, staf supir sekolah (driver) 1 orang, tenaga kebersihan (office boy) 4 orang dan tenaga keamanan sekolah (security) 3 orang. Keseluruhan staf berstatus sebagai karyawan tetap Yayasan Rahmatan Lil ‘Alamin. Sumber Daya Manusia adalah ujung tombak dalam penyelenggaraan sekolah. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia memiliki loyalitas dan kapabilitas sesuai dengan yang dibutuhkan sekolah. Sehingga mereka yang akan diterima sebagai guru/karyawan, semuanya melalui mekanisme seleksi sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukannya. Mereka yang diterima untuk bekerja di akan melalui masa magang selama satu tahun. Sumber Daya Manusia Yayasan yang melaksanakan Sistem Manajemen Mutu memiliki kompetensi sesuai dengan proses/pekerjaan yang keamanan sekolah (security), bahkan juga staf medis bidang kesehatan yang terdiri dari tenaga dokter lulusan sarjana kedokteran. 94 Informasi tentang hal ini dapat dilihat pada data guru dan karyawan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri tahun pelajaran 2014-2015.
109
dilakukannya, berdasarkan pendidikan, pelatihan, keahlian dan pengalaman mereka. Sehingga mereka yang akan diterima sebagai Karyawan, semuanya melalui mekanisme seleksi sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukannya. Mereka yang diterima untuk bekerja di Yayasan akan melalui masa magang selama satu tahun. Divisi Pendidikan dan Penjamin Mutu bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan tentang kesesuaian kompetensi seluruh Karyawan Yayasan, mulai dari proses rekrutmen, pembinaan dan pelatihan, supervisi dan penilaian kinerja. Untuk pengangkatan dan penempatan karyawan dilakukan oleh Ketua Yayasan berdasarkan rekomendasi dari Divisi Pendidikan dan Penjamin Mutu. Direktur Pendidikan, Kepala Riset dan Pengembangan, kepala sekolah dan beberapa wakil kepala sekolah bertanggung jawab untuk melakukan pemantuan tentang kesesuaian kompentensi seluruh guru dan karyawan, mulai dari proses rekrutmen, pembinaan dan pelatihan, supervise, dan penilaian kerja.95 Seluruh guru dan karyawan diwajibkan mengikuti rangkaian pelatihan. Diawali dari program pelatihan tingkat dasar, tingkat intermediate dan tingkat lanjutan yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu secara berkelanjutan. Tahapan pelaksanaan aplikasi penerapan teori kecerdasan jamak sebagai berikut: 3.2 Tabel Pelatihan Guru.96 No
Tingkatan 1.
1.
Tingkat Dasar (Basic level)
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Materi Sejarah Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences History) Islamic Multiple Intelligences Sekolah Unggul (The Best School) Paradigma Multiple Intelligences Multiple Intelligences System Multiple Intelligences Strategy Lesson Plan Apersepsi
95
Durasi
48 jam
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat rekruitmen guru mulai dari proses seleksi, supervisi, dan penilaian. 96 Paradigma yang akan dibangun sebelum mengaplikasikan kecerdasan jamak secara sistemik adalah dengan mengikuti level pelatihan secara berjenjang mulai dari dasar sampai tingkat lanjut. Dimana total jam pelatihan berjumlah 108 jam dan dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan. Tanpa mengikuti pelatihan tersebut diatas, akan terasa sulit menerapkan multiple intelligences system dalam sebuah sekolah dan pembelajaran, sebab paradigma, kompetensi dan komitmen sangat diperlukan dalam hal ini.
110
2.
Tingkat Menengah (Intermediate level)
3.
Tingkat Lanjut (Advance level)
9. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) 1. Environmental Learning 2. Golden Age 3. Holistic Brain 4. Wave Brain 5. Intel Origin 6. Make Syllabus 7. Rubrik Penilaian (Rubric Assessment) 8. Scene setting 9. Soal Berkualitas 1. Workshop Strategi Mengajar Multiple Intelligences 2. Workshop RPP Berbasis Multiple Intelligences 3. Workshop Apersepsi 4. Workshop Scene Setting 5. Workshop Penilaian Autentik 6. Workshop Rubrik Penilaian 7. Workshop Pembuatan Silabus 8. Workshop Soal Berkualitas 9. Micro Teaching
48 jam
72 jam
Tabel tersebut di atas adalah susunan materi-materi tentang apa itu kecerdasan jamak, bagaimana aplikasi kecerdasan jamak dan untuk apa kecerdasan jamak diaplikasikan dalam pembelajaran dan mengapa perlu kecerdasan jamak. Susunan materi tersebut dilaksanakan dalam tiga tingkatan, dengan acuan materi dasar sampai lanjutan yang dilaksanakan dengan sesi training dan workshop atau praktek. Total durasi yang diperlukan adalah 108 jam dengan hitungan per hari adalah 8 jam. Hasil training dan workshop bagi semua elemen sekolah adalah untuk memberikan paradigma dan pemahaman, sehingga dalam sesi penerapan dalam pembelajaran semua elemen sekolah, khususnya guru sebagai pelaksanaan teknis pembelajaran memiliki komitmen dan wawasan yang utuh. pelaksanaan training mengondisikan paradigma baru sebagai pondasi kepahaman dan penerimaan konsep teori multiple intelligences. Pengembangan, peningkatan, dan perbaikan pendidikan harus dilaksanakan secara holistic dan simultan. Perbaikan mencakup bukan hanya mencakup sector kurikulum, fasilitas pembelajaran, maupun sumber daya manusia. Unsur lain yang tidak boleh dilupakan untuk kelancaran jalannya organisasi adalah staffing, yaitu penempatan personal yang tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan. Penempatan personil yang tepat
111
dalam struktur organisasi sebuah lembaga akan mendukung keberhasilan lembaga tersebut dalam mencapai visi dan misinya. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki kekhasan dan penerapan multiple intelligences research dalam manajemen pembelajaran, maka Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melakukan proses staffing sesuai dengan kebutuhannya.97 Dalam perspektif multiple intelligences research, struktur yang dibuat oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dengan memperbanyak divisi yang berkaitan dengan pembinaan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik dirasa sudah tepat. Selain itu kekhasan lain yang menjadi ciri Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta juga diakomodir dalam struktur yang ada, seperti koordinator tahfizh. Karena, tahfizh Alquran adalah salah satu keunggulan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang menjadi daya tarik masyarakat. Berdasarkan paparan-paparan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, bahwa aplikasi teori multiple intelligences research pada system manajemen pembelajaran harus dilaksanakan secara integral dan komprehensif. Hal ini dikarenakan sebagai sebuah system, dituntut adanya sinergi dari berbagai elemen penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 6.
Program Kegiatan Harian dan Pendukung Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta disiapkan mengusung konsep pembaruan pendidikan, ini dimaksudkan untuk membuat otonomi sekolah dan mendasari manajemen berbasis sekolah, maka konsep pembaruan pendidikan memungkinkan pengelolaan sekolah yang lebih baik dan menghasilkan mutu lulusan lebih mandiri. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta didesain dengan program pengajaran yang berusaha menjawab kebutuhan masyarakat dalam kemasan pendidikan. Pembentukan karakter peserta didik merupakan dasar untuk mengembangkan manusia bermutu di sekolah ini. Potensi akademik (style kognitif) yang diperkaya dengan kurikulum lokal berupa bahasa Arab dan tahfidz diharapkan memperkaya peserta didik tidak hanya dapat memiliki kecerdasan intelligences, namun juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan multiple intelligences system melalui metode pendekatan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri terintegrasi berbasis pembelajaran aktif (active learning) yang bercirikan tematis, melibatkan seluruh potensi belajar mengasah ketajaman kecerdasan spiritual (spiritual question), mengasah kepekaan kecerdasan emosi (emotional question) dan mengembangkan 97 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat struktur organisasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta.
112
kecerdasan intelektual (intelligence question), orientasi pada penilaian proses dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.98 Kegiatan harian dilakukan dalam bentuk penerapan pelaksanaan kegiatan secara harian atau everyday melalui program pembiasaan. Program kegiatan pembiasaan yang dikembangkan dan dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta merupakan proses pembentukan akhlak dan penanaman/ pengamalan ajaran agama Islam.99 Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan secara terprogram sesuai program-program yang telah ditetapkan dalam semester berjalan, di antara program-program pendukung tersebut adalah: 1. Peringatan hari besar islam a. Pesanteren Ramadhan, tahun baru Islam b. Maulid nabi Muhammad Saw, isra mi’raj c. Qurban idul adha, halal bi halal idul fitri 2. Kewirausahaan a. Market day setiap hari Jumat b. Perayaan kenaikan kelas c. Open house d. Seminar-seminar orang tua 3. Pengayaan kegiatan belajar mengajar a. Field trip b. Display c. Assembly 4. Ekstrakurikuler dilakukan pada hari Senin sampai Jumat mulai dari jam 14.30 sampai 15.30, ekstrakurikuler terdiri dari sains club, melukis, komputer, english club, catur, renang, basket,futsal, taekwondo, seni tari, dokter kecil, pramuka, panahan, marawis, penulis cilik dan paduan suara.100 Jenis-jenis ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri dihadirkan sesuai kebutuhan dan pilihan anak. Perwujudan jenis ekstrakurikuler bersumber dari pilihan-pilihan peserta didik. Teknis pemilihan dilakukan dengan cara memberikan form ekstrakurikuler kepada peserta didik, dimana peserta didik mengisi peminatannya terhadap jenis ekstrakurikuler yang diinginkannya. Berikut Mapping Kegiatan
98
Disadur dari 20106266.siap-sekolah.com, sebuah website resmi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Diambil pada taggal 4 Desember 2015. 99 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat tabel kegiatan pembiasaan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta 100 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat tabel jadwal program kegiatan pendukung.
113
Pembelajaran Multiple Intelligences Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri: 3.3 Tabel Mapping Kegiatan Pembelajaran Ekstrakurikuler Yang Sesuai Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Peserta Didik101 No. 1. 2. 3. 4.
Multiple Intelligences Linguistik Logis-Matematis Spasial visual Musik
5.
Kinestetik
6. 7. 8.
Interpersonal Intrapersonal Naturalis
Jenis Ekstrakurikuler English club dan penulis cilik Sains club, komputer, catur, dokter kecil Melukis dan seni tari Marawis dan paduan suara Catur, renang, basket, futsal, taekwondo, seni tari dan panahan Pramuka Sains club Pramuka
Di sini terlihat sekali bahwa pengembangan minat, bakat dan potensi peserta didik dikembangkan sangat maksimal bukan hanya pada sisi kognitif atau akademik saja, tetapi pada bidang-bidang keterampilan yang lain dengan banyaknya jenis ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah ini. 7.
Fasilitas, Sarana Pendidikan dan Aspek Pembiayaan. Gedung Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri berlokasi di wilayah perumahan warga Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang secara teritori sudah tidak ada lahan kosong yang bisa digunakan untuk pembangunan dan pengembangan sekolah. Sehingga hal ini, berdampak pada terbatasnya area-area bermain, olahraga dan pengembangan kelas sekolah. Tentu ini berdampak pada perluasan dan pembukaan kelas baru. Hal lain yang menjadi kendala adalah ruangan-ruangan kelas yang sudah terpakai dan tidak ada lagi ruang-ruang yang dapat digunakan sebagai pengadaan ruang seperti laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), bahkan kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri berada dalam satu ruangan kerja yang sama dengan direktur pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memiliki sarana pendidikan yang lengkap termasuk juga fasiltas pembelajaran yang digunakan guru-guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Sarana 101 Thomas R Hoerr, Sally Boggeman, Christine Wallach. Foreword By Howard Gardner. Celebrating Every Learner. Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom (San Fransisco, USA: Jossey-Bass, 2010).
114
pendidikan tersebut meliputi ruang kelas yang berukuruan 8 x 7 meter dengan jumlah 30 orang murid setiap kelas. Setiap kelas tediri dari fasilitas air conditioner atau AC, kotak lemari peserta didik sejumlah peserta didik dalam satu ruangan kelas, meja kerja guru, lemari guru, papan tulis whiteboard, fasilitas air galon mineral dalam setiap kelas, karpet setiap kelas. Mesjid tempat sholat, area bermain. Segala proses pembiayaan yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan dilakukan sesuai dengan Anggaran Belanja Sekolah yang telah ditetapkan bersama antara direktur pendidikan dengan kepala sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk sebagai tim. Penetapan dilakukan pada awal tahun kerja setelah kepala sekolah menyampaikan laporan pertanggungan jawabnya pada akhir tahun pelajaran. Adapun terhadap kebutuhan pembiayaan yang tidak terdapat dalam anggaran yang telah disahkan, dilakukan setelah melalui prosedur yang ditetapkan.102 Sebagai sebuah lembaga pendidikan swasta, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mendapatkan sumber dari pos-pos berikut; SPP, Dana kegiatan tahunan, dan Biaya Operasional Pendidikan. Penerimaan ini dikelola sendiri oleh yayasan dan pihak sekolah untuk operasional kegiatan sekolah baik yang bersifat rutin maupun insidentil. Seperti gaji guru dan karyawan,103operasional pendidikan,104 pemeliharaan sarana dan pra sarana,105pengembangan sumber daya manusia,106 dan lain-lain. Berdasarkan anggaran dan laporan keuangan yang ada, terlihat bahwa pos pengeluaran terbesar diserap oleh pos kegiatan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Dua hal ini memang menjadi prioritas perhatian yayasan dan sekolah mengingat salah satu keunggulan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang menjadi daya tarik orang tua yang ingin memasukkan anaknya adalah pada kegiatan sekolah yang beragam dengan tujuan mengakomodir bakat, minat dan kemampuan yang beragam. Sedangkan pengembangan sumber daya manusia terutama guru memang mendapat perhatian yang cukup besar dari yayasan dan sekolah mengingat guru adalah ujung tombak dalam keberhasilan proses
102 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat RAPBS dan alur pengajuan keuangan dari sekolah ke yayasan (direktur pendidikan). 103 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat peraturan penggajian guru dan karyawan. 104 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pos-pos pengeluaran untuk operasional pendidikan. 105 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pos-pos pengeluaran untuk pemeliharaan sarana dan pra sarana. 106 Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat anggaran pendanaan untuk pengembangan sumber daya manusia.
115
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, kompetensi guru harus sering diupgrade untuk menjaga mutu sekolah.107 Dalam perspektif multiple intelligences research, guru dituntut untuk aktif dan kreatif dalam memberikan proses pembelajaran kepada peserta didiknya. Untuk itu diperlukan pembinaan yang berkesinambungan untuk menjaga kualitas guru. Dalam perspektif Sekolah Islam Terpadu di mana proses pembelajaran berlangsung full day, guru dituntut untuk fokus dengan tugasnya di sekolah minimal dari pukul 07.00 s/d 14.00. Oleh karena itu, manajemen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada guru dan karyawannya dibandingkan sekolah lain yang sejenis. 8.
Prestasi-prestasi Murid Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Sejak berdiri tahun 2003, Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta telah menorehkan prestasi-prestasi baik tingkat internasional, nasional, regional, propinsi, tingkat kotamadya, tingkat kecamatan dan tingkat wilayah. Sebagaiman motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sebagai sekolah para juara, sayang teman dan berbasis sholat, maka raihan prestasi tersebut tidak mengukur prestasi akademik kognitif saja namun juga prestasi yang melibatkan keterampilan bakat dan kepribadian perilaku soleh dan sholehah. Daftar prestasi-prestasi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri sejak 2003 sampai 2015108 diantaranya peraih nilai akreditasi tertinggi di DKI Jakarta dalam 2 periode yaitu periode pertama tahun 2008 dengan nilai 98,18 peringkat A dan periode kedua tahun 2014 dengan nilai 98,00 peringkat A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
107
Dokumen Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta, lihat pelatihanpelatihan yang diikuti oleh guru. 108 Wawancara terhadap Bapak Rohmat, M.Pd selaku Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta dan observasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, pada hari Kamis tanggal 26 Nopember 2015 pukul 10.30 wib.
116
3.1 Gambar Sertifikat Akreditasi Tahun 2008
117
3.2 Gambar Sertifikat Akreditasi Tahun 2014
118
Dari informasi daftar prestasi-prestasi yang telah diperoleh peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sejak 2003 sampai 2015 menunjukkan indikator penerapan teori multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran telah berlangsung.109 Berdasarkan pada deskripsi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, teori yang dijelaskan pada bab II, yaitu Manajemen Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Theory sinkron untuk diterapkan pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Datadata dan deskripsi Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta membuktikan bahwa teori multiple intelligences memberikan kesemapatan yang luas kepada peserta didik untuk berprestasi sesuai potensi, minat, dan bakat terbaiknya. Prestasi-prestasi ini tidak hanya kognitif akademik tetapi juga prestasi berupa penampilan (performance) sebagai representasi pskomotorik keterampilan serta prestasi dalam bentuk penghargaanpenghargaan pada habitus sikap dan keteladanan. C.
Tahapan Pelaksanaan Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran. Pada semua elemen yang terkait terhadap aplikasi teori multiple intelligences, dapat diklasifikasikan dalam konteks pengelola pendidikan yang meliputi yayasan dan manajemen, guru sebagai pelaksana teknis pembelajaran, anak sebagai peserta didik, orangtua sebagai patronase anak di rumah dan di sekolah dan lingkup dinas pendidikan meliputi pengawas sekolah dan dinas pendidikan yaitu pengawas pendidikan. Kelima konteks tersebut adalah elemen-elemen yang saling berinteraksi dan mendukung pelaksanaan aplikasi multiple intelligences di sekolah. Adapun kelima konteks yang saling terkait dan melengkapi pelaksanaan aplikasi teori multiple intelligences, yaitu: 1. Pengelola pendidikan. Dalam hal ini adalah pihak manajemen atau yayasan yang merekomendasi dan mendukung pelaksanaan suatu usulan kegiatan pembelajaran secara sistemik. Pelaksana manajemen adalah ketua yayasan, direktur sekolah, kepala sekolah dan guru. Ketua yayasan disebut sebagai context system, artinya, memiliki tugas dan tanggungjawab yang lebih luas seperti:melakukan perekrutan kepala sekolah, guru dan karyawan, menentukan manajemen keuangan, menandatangani dokumen kesepakatan kerja bersama (KKB) dan surat 109
Setidaknya, secara paradigma Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sejak awal berdirinya memiliki pedoman yang menganggap semua anak-peserta didik adalah juara dimana ini kemudian menjadi motto Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta sebagai “Sekolah Para Juara”, serta lebih dari itu menekankan pada karakter Islam sebagai ciri khasnya melalui motto “Sekolah Sayang Teman.”
119
keterangan (SK) sebagai legalitas dokumen sekolah, dan menentuka kebijakan global sekolah. Sementara tugas dan tanggungjawab direktur pendidikan bersama kepala sekolah adalah perpanjangan tangan dari ketua yayasan dalam rangka mengimplementasikan proses pembelajaran di sekolah yang disebut sebagai content system.110 Aplikasi pelaksanaan teori multiple intelligences, dilakukan secara top up, artinya pihak yayasan/manajemen mendukung penuh dan merekomendasikan pelaksanaannya dan menjadikan penerapan teori multiple intelligences sebagai branding sekolah. Sebagai konteks, manajemen sekolah meliputi yayasan menerapkan multiple intelligences sebagai sistem pembelajaran.111 Artinya, mulai dari level manajemen/yayasan (top up) turun ke level operator pelaksana (bottom up) termasuk semua lingkup yang berada pada struktur sekolah. 2. Guru. Sebagai pelaksana teknis pembelajaran yang mengelola pembelajaran secara langsung, mendidik, mengajar, menilai, dan memonitoring perilaku perkembangan akademik, psikomotorik dan afektif peserta ddik. Guru melaksanakan proses mulai dari penerimaan input peserta didik baru sampai tahapan penilaian. Guru sebagai operator yang melaksanakan pembelajaran adalah penentu utama aplikasi pembelajaran sesuai multiple intelligences peserta didik. Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru terkait dengan unsur manajemen kerja guru: guru membuat perencanaan, kemudian mengaplikasikannya dengan mengajar di kelas, mengevaluasi kualitas pembelajaran hari demi hari.
110 Hasil diskusi dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama Dr. Sobhikul Qisom, M.Pd, Alamsyah Said, M.Si, Abdul Hakim, MM, material diskusi mengenai pendapat dan pemiiran Munif Chatib dalam buku Gurunya Manusia. Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, halaman 35-37 bahwa, Ketua Yayasan (Top Manajemen) disebut sebagai context dalam sistem manajemen sekolah, dimana context lebih memeilliki tugas dan tanggungjawab global terhadap sekolah, sedngkan content meliputi Direktur Pendidikan dan Kepala Sekolah (termasuk guru), yang memiliki tugas dan tanggungjawab secara spesifik dan bersifat lebih teknis operasional pembelajaran terhadap sekolah. 111 Menurut Sujarwo (sujarwo@uny,ac,id PLS FIP UNY) dalam Desain Sistem Pembelajaran sebagai berikut: Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; peserta didik, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan. Sedangkan menurut Alamsyah Said. Sistem Pembelajaran merupakan satu kesatuan besar yang utuh meliputi level manajemen (top manajemen) sampai semua unit-unit yang saling menunjang dan mendukung dalam sebuah sistem yang berlaku sekolah.
120
3. Peserta didik. Anak sebagai peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar dalam batasan perkembangan psikis secara mental-psikologi dan matang secara emosional-sosial, spiritual, kognitif dan bertumbuh secara fisik. Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang khas 112 sehingga ia membutuhkan bimbingan individual. Di sisi lain peserta didik juga merupakan individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam dan memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil baik, pemahaman terhadap karakterisitik peserta didik perlu dimiliki oleh seorang guru. Karena dengan pemahaman terhadap karakteristik peserta didik yang beragam ini, guru dapat memberikan pengarahan yang tepat dalam proses belajar, sehingga proses belajar dapat lebih diarahkan menjadi proses belajar yang menyenangkan dan disukai anak. Dengan demikian guru dapat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang bersifat teacher centris. Selain itu guru diharapkan lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) agar lebih kreatif dan inovatif. Untuk itu guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan menjadi teman diskusi yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat lebih leluasa dalam pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.113 4. Orangtua. Sebagai patronase anak di rumah, orangtua bertanggungjawab penuh untuk membesarkan dengan cara yang baik dan benar, mendidik dengan didikan yang benar, menghidupinya dengan cara yang baik. Patronase yang terbangun pada karakter anak, sangat dipengaruhi oleh pendidikan rumah dan lingkungan. Orangtua, rumah dan lingkungan adalah pabrik pertama yang membentuk dan menentukan seperti apa karakteristik anak kelak. Selain itu anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dari orang tua, mendapat kasih sayang dari orang tua. Dan anak sebagai peserta didik di sekolah berhak mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari guru, mendapatkan perlindungan dan keamanan, mendapatkan proses pengajaran yang sesuai gaya belajar dan modalitas anak (mendapatkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan) serta menggunakan fasilitas sekolah: kelas, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain yang berhubungan dengan pelayanan pendidikan di sekolah. 5. Dinas pendidikan. Dinas pendidikan adalah legitimasi legal yang diperoleh sekolah dalam proses pelaksanaan pendidikan. Meliputi pengawasan proses pelaksanaan pendidikan mulai dari input, proses sampai kelulusan peserta 112 113
Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: PT. Alifa Beta, 2010) Edi Suardi, Pedagogik, (Bandung: Angkasa, 1984).
121
didik harus bersinergi dengan dinas pendidikan. Standar kelulusan peserta didik adalah output peserta didik yang menjadi indikator sekolah. Sekolah mendapatkan pengakuan lewat izin operasional dan akreditasi sekolah. Pada proses supervisi pembelajaran yang dilakukan pengawas sekolah harus menerima sistem pembelajaran yang menerapkan multiple intelligences dalam pembelajaran. Bidang Kepengawasan sekolah, adalah dalam rangka peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan, peran pengawas sekolah bukan hanya memantau implementasi standar pendidikan saja, melainkan juga memperbaiki dan mencegah penyimpangan dari tujuan pendidikan. Peran pengawas sekolah dalam meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan. Kelima konteks tersebut adalah saling terkait, bersinergi dan mendukung paradigma, bahwa setiap peserta didik adalah cerdas dengan multiple intelligences. Teori multiple intelligences tidak dapat berjalan dengan sukses apabila paradigma di antara sistem tersebut tidak saling mendukung dan menguatkan. Intinya diperlukan tiga syarat penerapan teori multiple intelligences sebagai sistem pembelajaran, di antaranya, paradigma yang sama tentang hakekat teori kecerdasan jamak setiap komponen sekolah, manajemen, kepala sekolah, guru, orangtua peserta didik, peserta didik dan pengawas sekolah. Kemudian, tentang bagaimana penerapan dan proses pelaksanaannya (know how), dalam bentuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan dan terkontrol serta komitmen yang tidak boleh pudar untuk menerapkan aplikasi teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran. Bagian penting untuk memahami pendekatan terhadap varian-varian kecerdasan beragam (multiple intelligences) di dalam kelas adalah melalui instruksional pengamatan kebiasaan peserta didik (student habit) dalam suatu riset kecerdasan majemuk atau (multiple intelligences research). Penggunaan perangkat media riset digunakan pada murid saat proses penerimaan calon peserta didik baru, dan hasil riset yang dilakukan terhdap calon peserta didik baru dapat diigunakan untuk memperkaya akivitas dan pengalaman pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kecerdasan beragam (multiple intelligences) di dalam kelas ini menawarkan aktivitas pra pembelajaran atau apersepsi jenis scene setting (presoftware activities), yaitu dengan memancing rasa ingin tahu dan pengalaman-pengalaman (experience) pembelajaran sebelumnya yang dialami peserta didik dan akhir (ending) pembelajaran kecerdasan multiple intelligences di dalam kelas dilakukan dengan mendesain kembali pengetahuan yang telah dipelajari melalui
122
praktek. Sistem pembelajaran tersebut mengakomodasi semua varian multiple intelligences peserta didik.114 Sistem pembelajaran tersebut diatas mampu mengakomodasi semua jenis keanekaragaman kecerdasan (multiple intelligences) peserta didik dikenal sebagai model PEP yang merupakan kepanjangan dari presoftware, experience, postsoftware. Dalam sistem proses pembelajaran, presoftware adalah aktivitas pra pembelajaran yang dilakukan dengan mengidentifikasi materi ajar melalui pelibatan seluruh panca inderawi, seperti membaca dalam makna yang luas, mendiskusikan karakteristik suatu bahan atau materi ajar baik dilakukan di perpustakaan, di dalam kelas atau dilingkungan sekolah. Melakukan akumulasi-akumualsi aktivitas pembelajaran, menggunakan literatur buku, video atau mendengarkan pengalaman peserta didik terhadap suatu materi yang diajarkan. Experience, adalah suatu aktivitas yang dilakukan peserta didik dengan cara melibatkan intelektual, emosional melalui aktivitas kinestetik seperti memilih judul koleksi tema dan membaca quiz, sedangkan postsoftware adalah mengulang kembali (review) semua aktivitas selama masa belajar sampai mencapai tahapan puncak pemahaman (kulminasi).115 3.4 Tabel Aplikasi Model PEP Dalam Sistem Pembelajaran Multiple Intelligences Strategy Diterapkan. Perencanaan Penggunaan Tahapan PEP Presofware • Identifikasi • Akumulasi aktivitas
Experience • Membaca literatur • Menjawab quiz
Postsofware • Mendesain quiz • Kulminasi materi
Menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences sebaiknya dilakukan secara komprehensif dan sistemik.116 Secara definitif, multiple 114
Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second Edition (Washington, DC, USA: International Society for Technology in Education ISTE, 2005), 68. 115 Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional Technology. Second Edition, 69. 116 Komprehensif dan sistemik adalah syarat wajib menerapkan pembelajaran multiple intellgence, tanpa penerapan secara komprehensif dan sistemik menjadikan sistem pembelajaran multiple intelligences tidak tepat sasaran, sebab pencapaian sasaran berfokus pada kesamaan antara strategi mengajar guru dengan cara siswa belajar. Hal ini pula
123
intelligences terbagi dalam tiga proses pelaksanaan, yaitu input penerimaan peserta didik baru, proses pembelajaran multiple intelligences dan output penilaian proses pembelajaran. 3.4 Diagram Alur Aplikasi Teori Multiple Intelligences Dalam Sistem Manajemen Pembelajaran. Syarat Wajib
Pelatihan Workshop Bimbingan teknis Basic Intermediate Advance
Penilaian autentik
Multiple Intelligences System
Input
MIR
Proses
Strategi Multiple Intellige nces
Output
Konsultasi Observasi
Umpan balik
Produk / karya
Penjelasan mengenai proses aplikasi teori multiple intelligences di sekolah memiliki konsekuensi menyeluruh, di mana manajemen harus terlibat secara aktif dan memberikan dukungan moril, sebab teori multiple intelligences memberikan banyak pandangan terbalik terhadap proses pendidikan konvensional.117 Dasar utama pelaksanaan teori multiple intelligences adalah pelatihan teori multiple intelligences serta bagaimana teknik aplikasinya. Sesi penyeragaman paradigma, menjadi syarat wajib sebelum teknis pelaksanaan teori multiple intelligences. Kesuksesan syarat ini dalam menerima dan menyeragamkan paradigma multiple intelligences, menjadi kunci sukses keberhasilan pelaksanaan teori multiple intelligences dalam proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan proses aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem pembelajaran, terlebih dahulu semua guru dan manajemen mengikuti kegiatan pelatihan dan workshop secara berjenjang mengenai dasar ditunjang dengan paradigma tentang semua anak cerdas dan tidak ada siswa yang bodoh. Faktanya adalah, tidak semua guru-guru menerima paradigma tersebut. 117 Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan aplikasi teori multiple intelligences, baik di Sekolah Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, maupun saat peneliti memberikan pelatihan, workshop, bimbingan teknis, konsultasi dan pendampingan pelaksanaan teori multiple intelligences di sekolah-sekolah.
124
sampai pelatihan tingkat lanjut. Pelatihan tersebut wajib dilaksanakan sebagai upaya menyeragamkan konsep multiple intelligences. Lamanya pelatihan ini membutuhkan waktu tiga bulan. Sesi pelatihan dan workshop ini bagi semua elemen sekolah Islam terpadu Insan Mandiri diharapkan satu kesamaan pandang mengenai kecerdasan pada anak, sistem dan konsekwensi pelaksanaannya. Setelah sesi ini selesai, pelaksanaan proses multiple intelligences system dilaksanakan. Pelaksanaan proses multiple intelligences system diawali dari input, yaitu, penerimaan peserta didik baru tanpa melalui rangkaian tes akademik, tetapi melalui riset kecerdasan jamak (multiple intelligences research) dan observasi kematangan sekolah. Input pada peserta didik lama diartikan sebagai sumber awal yang harus diriset juga kecerdasan jamaknya. Sehingga input diartikan sebagai bahan baku awal yang harus diketahui jenis dominan kecerdasan jamaknya. Riset kecenderungan kecerdasan berguna untuk mendapatkan informasi mengenai kecerdasan dominan setiap peserta didik, sehingga informasi tersebut berguna untuk menyesuaikan strategi pengajaran guru saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data multiple intelligences research digunakan untuk melihat mana yang lebih dominan dari delapan kecerdasan yang dinilai. Berikut tabel hasil riset kecenderungan kecerdasan. 3.5 Tabel Hasil Multiple Intelligences Research118 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
KECERDASAN Musik (Cerdas Seni) Kinestetik (Cerdas Gerak) Intrapersonal (Cerdas Diri) Linguistik (Cerdas Bahasa) Spasial Visual (Cerdas Ruang dan Gambar) Naturalis (Cerdas Alam) Logis matematis (Cerdas Angka dan Logika) Interpersonal (Cerdas Bergaul)
POIN 4.1 3.3 3.3 2.9 2.9 2.5 2.1 1.7
Tabel di atas menginformasikan hasil multiple intelligences research peserta didik. Dari informasi tersebut, menunjukkan dominan kecerdasan musik (cerdas seni) sebagai kecerdasan yang paling dominan disusul kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), intrapersonal (cerdas diri) dan 118
Merupakan hasil Multiple Intelligences Research peserta didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta pada siswa atas nama Rahman. Disadur dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maemunah dalam Pendidikan Berbasis Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. 2013.
125
kecerdasan linguistik (cerdas bahasa). Urutan poin kecerdasan tabel 4.1 yang dimulai dari nomor urut pertama, kedua, ketiga dan keempat dikategorikan sebagai kecerdasan dominan, sementara urutan poin nomor kelima sampai nomor kedelapan adalah yang paling kecil atau kecerdasan yang tidak dominan.119 Informasi tabel kecerdasan diatas berada pada wilayah input. Sementara proses adalah, suatu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana desain metode pengajaran guru menyesuaikan hasil riset kecerdasan jamak multiple intelligences research peserta didik. Ruh aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem pembelajaran ada di wilayah proses. Inti proses pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah metode pengajaran guru yang sama dengan informasi hasil riset kecerdasan jamak. Pelaksanaan proses multiple intelligences diwujudkan dalam pembuatan rencana pengajaran. Pada bagian prosedur aktivitas rencana program pembelajaran yang dibuat guru, didesain langkah-langkah pembelajaran yang mengakomodasi kecerdasan jamak dominan peserta didik. Sebagaimana tabel 4.1 di atas, menunjukkan kecerdasan dominan individu peserta didik sebagai berikut: 1) Musik (Cerdas Seni) 2) Kinestetik (Cerdas Gerak) 3) Intrapersonal (Cerdas Diri) 4) Linguistik (Cerdas Bahasa) Berdasarkan tabel 4.1 proses pembelajaran multiple intelligences mengikuti empat kecerdasan dominan. Langkah-langkah pembelajaran, kemudian ditentukan jenis strategi yang sesuai dengan empat kecerdasan dominan tersebut. Dalam hal ini, ruh proses multiple intelligences adalah kesamaan antara strategi mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik.120 3.6 Tabel Strategi Mengajar Berdasarkan Tabel Hasil Multiple Intelligences Research.121 Kecerdasan Dominan
No. 1.
Musik (Cerdas Seni)
2.
Cerdas kinestetik
Strategi Mengajar Guru yang direkomendasi Menciptakan parodi lagu, membuat aturanaturan disiplin dengan lagu, memperbanyak hafalan-hafalan lagu. Jawaban stik, strategi fishing game, strategi
119
Dominan keceradsan seseorang tidak bersifat mutlak tetapi bersifat dinamis, artinya, kecerdasan tersebut dapat berubah urutan dominannya tergantung dari stimulasistimulasi dan kebiasaan-kebiasaan yang dialami anak/siswa. 120 Munif Chatib. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple intelligences di Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2009), 185. 121 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom. 3rd Edition, 73-94.
126
(Cerdas gerak)
3.
Intrapersonal (Cerdas Diri)
4.
Cerdas linguistik (Cerdas bahasa).
lompatan benar-salah, strategi matematika basket, strategi ular tangga, strategi simulasi, demonstrasi, bermain peran (role play). Menulis buku harian, koleksi benda-benda, mencari bakat di buku telepon. Ceramah, diskusi, tanya jawab, wawancara, presentasi, pelaporan oral, reporter bercerita, dongeng, debat, membaca nyaring, puisi, tebak kata, aksara bermakna, pantun, menulis imajinatif, menulis informasi, menulis cerpen, menulis novel, menulis cerita dari komik, menulis laporan, menulis personal, kosa kata, teka-teki silang, menyusun skenario.
Proses pembelajaran berbasis multiple intelligences menekankan pada pendekatan sesuai gaya belajar peserta didik yang telah diriset melalui multiple intelligences research diawal atau di area input. Penjelasan mengenai pendekatan gaya belajar yang dilakukan guru terhadap empat kecerdasan dominan sebagai berikut: 1) Musik (cerdas seni), melalui pendekatan gaya belajar berupa belajar dengan konsep musik, alat musik, menghubungkan musik dengan konsep tertentu. 2) Cerdas kinestetik (cerdas gerak), melalui pendekatan gaya belajar berupa belajar dengan aktivitas, drama, respon tubuh, membuat kerajinan tangan. 3) Intrapersonal (cerdas diri) melalui pendekatan gaya belajar sendiri, keinginan untuk mengekspresikan diri, kegiatan individual, menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi. 4) Cerdas linguistik (cerdas bahasa), melalui pendekatan dengan cara membaca, menulis, berdebat, berbicara di depan umum, bercerita. Aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem pembelajaran, secara proses diterjemahkan dalam bentuk strategi pembelajaran guru yang disesuaikan dengan hasil multiple intelligences research. Strategi mengajar guru berbasis multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan. Sehingga, peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Strategi pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan
127
kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik selalu ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang dalam lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah konteks yang luas.122 Setelah input peserta didik dan proses pembelajaran multiple intelligences, output peserta didik sebagai terminal poin penilaian yang dilakukan secara proses atau assessment authentic. Sebagaimana yang dilaporkan pada skema 4.2 tentang diagram alur aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran adalah menitikberatkan pada penilaian berbasis proses. Sistem penilaian multiple intelligences berorientasi pada produk atau karya peserta didik. Penilaian berbasis proses bentuk penilaiannya mencakup penilaian kinerja, portofolio dan tes tertulis. Keunggulan yang diperoleh dari penerapan penilaian proses dalam pembelajaran adalah: Guru memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, aktivitas belajar peserta didik mencerminkan masalah dunia nyata, guru menggunakan berbagai cara dan kriteria, cara penilaian holistik, meliputi kompetensi utuh yang merefleksikan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Bagaimana mengetahui gaya belajar jenis kecerdasan jamak peserta didik diperoleh dari informasi hasil multiple intelligences research yang dilakukan saat proses penerimaan peserta didik baru. Metodologi riset kecenderungan kecerdasan atau multiple intelligences research disusun oleh Munif Chatib.123 Multiple intelligences research menggunakan pendekatan teori multiple intelligences yang disusun Howard Gardner, yang dibagi dalam delapan klasifikasi kecerdasan. Metode multiple intelligences research digunakan kepada calon peserta didik untuk mengetahui tingkat masingmasing jenis kecerdasan pada setiap anak dengan teknik observasi dan acting out yang didasarkan pada kebiasaan (habit) anak. Dari multiple intelligences research diketahui jenis gaya belajar masing-masing peserta didik, sehingga dijadikan informasi bagi guru untuk menyusun strategi pembelajaran, dan juga sebagai bahan informasi bagi orangtua peserta didik dalam melakukan pendampingan belajar di rumah. Multiple intelligences research adalah suatu instrumen yang dapat memunculkan keunikan masing-masing pada setiap
122
Dikutip dari Thomas Armstrong, pendapat ilmiah Yohanes Surya, dan Munif Chatib dalam naskah buku 95 Strategi mengajar Multiple Intelligences. 123 Munif Chatib bersama Next Edu mengembangkan alat riset psikologis yang bernama "Multiple Intelligences Research".
128
anak, dan bukan tes yang mengukur benar atau salah seseorang, tapi sebuah alat riset yang menemukan kecenderungan kecerdasan seorang. Ada dua cara yang digunakan untuk mengetahui gaya belajar anak (kecenderungan kecerdasan anak), di antaranya adalah melalui pengamatan manual. Pengamatan manual untuk melihat kebiasaan yang disukai anak (peserta didik) saat belajar, yang kedua dengan alat riset psikologis, yaitu multiple intelligences research. Salah satu deskripsi multiple intelligences research adalah mengetahui kecenderungan kecerdasan anak dan deskripsi gaya belajar anak yang dominan. Dengan mengetahui gaya belajar anak/peserta didik, guru atau orangtua dapat menjadi fasilitator di saat peserta didik/anak belajar, atau minimal mengetahui pintu masuk otak terbuka lebar untuk informasi yang diterima oleh peserta didik/anak.
129
BAB IV ANALISIS APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana teori multiple intelligences diterapkan secara sistemik dalam sistem manajemen pembelajaran. A.
Analisis Aplikasi Multiple Intelligences dalam Hidden Kurikulum. Aplikasi teori multiple intelligences dalam sistem manajemen pembelajaran dimulai dari pembentukan paradigma bahwa setiap anak merupakan individu yang unik dengan bakat, kemampuan (ability), dan kecerdasan yang beragam. Implikasinya adalah setiap anak memiliki berbagai variasi gaya dalam belajar dan dalam menyerap informasi. Bervariasinya gaya setiap anak dalam belajar dan menyerap informasi ini, dalam proses pembelajaran menyebabkan bervariasi pula dalam cara pandang dan evaluasinya. Dari paradigma inilah kemudian memunculkan beberapa dasar pemikiran untuk menggunakan teori multiple intelligences dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks. Implikasi dari hal ini adalah bahwa strategi mengajar yang dilakukan guru hendaknya menggunakan multi metode. Dengan kata lain peserta didik diajak untuk mengalami berbagai pengalaman belajar. 2) Hasil belajar (learning outcomes) yang dicapai oleh peserta didik berisi penjelasan mengenai hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran, berupa kehandalan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu melalui kinerja yang dapat diukur. 3) Penyusunan kompetensi hasil belajar didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak hanya aspek kognitif atau spiritual. 4) Dalam konteks pembelajaran, jika gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar peserta didik, pelajaran menjadi mudah. 5) Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru–guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan untuk memacu kecerdasan ganda setiap peserta didik dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta didik dengan menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
131
Berdasarkan beberapa paradigma tersebut, akan dianalisa bagaimana aplikasi teori multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Uraian berikut merupakan aplikasi teori multiple intelligences terhadap peningkatan kecerdasan ganda setiap anak yang terdapat dalam kurikulum penunjang (hidden curriculum). 1. Kegiatan Pembiasaan Pagi Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta jam masuk sekolah dimulai pada pukul 06.30 waktu Indonesia barat dan termasuk Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia pertama yang menerapkan masuk pukul 06.30. Menurut ibu Heni Lestari selaku kepala riset dan pengembangan di sekolah ini, diberlakukannya peraturan masuk pukul 06.30 didasarkan pada beberapa pemikiran, antara lain; menghindari kemacetan di Jakarta yang biasanya berbarengan dengan jam berangkat kerja karyawan, penambahan jam pelajaran tahfizh Alquran pada pukul 06.30 sangat efektif dilakukan pada pagi hari karena suasana masih fresh, dengan masuk pukul 06.30 jam kepulangan peserta didik bisa dilakukan sebelum asar, hal ini karena sekolah yang menerapkan full day school menurut Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia proses pembelajaran dilakukan sampai dengan waktu asar, jadi peserta didik harus shalat asar di sekolah.1 Berdasarkan hasil observasi peneliti, aplikasi teori multiple intelligences di sekolah ini sudah terlihat ketika kedatangan peserta didik pada pukul 06.30 waktu Indonesia barat di mana kedatangan mereka sudah disambut oleh beberapa guru piket di depan pintu gerbang sekolah. Guru menyambut peserta didik dengan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun sebagaimana tertuang dalam dokumen manual mutunya, serta mengarahkan peserta didik untuk juga bersalaman dengan teman-temannya. Terkadang ada peserta didik yang datang sambil menangis terutama peserta didik kelas satu dan dua, dan guru pun turut mendiamkan peserta didik tersebut dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Dalam kegiatan pembiasaan di pagi hari ini menurut pengamatan peneliti, dapat melatih kecerdasan interpersonal yaitu berupa kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan membaca berbagai suasana hati, temperamen, motivasi, dan tujuan orang lain. Hal ini karena peserta didik dilatih antara lain untuk belajar bertegur sapa dengan sesama, berempati, berkasih sayang dan juga menghormati guru. Tepat pukul 06.30 waktu Indonesia barat peserta didik masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan mengulang (murojaah) hafalan Alquran dan dzikir (khusus tiap hari Jum’at). Pembelajaran pengayaan tahfizh pagi ini (begitu istilah yang digunakan di Sekolah Dasar Islam 1 Wawancara dengan ibu Heni Lestari, selaku Ketua Riset dan Pengembangan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta.
132
Terpadu Insan Mandiri ini) diampu oleh guru Alquran di masing-masing kelas. Pengayaan tahfizh pagi berlangsung hingga pukul 07.00 waktu Indonesia barat yang selanjutnya ditutup dengan shalat dhuha dan dilanjutkan dengan snack time, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik yang belum sarapan di rumah. Kegiatan pembiasaan ini dapat melatih kecerdasan eksistensial spiritual peserta didik. Karena di sini peserta didik dilatih melalui pembiasaan berdzikir dan keyakinan bahwa beragama dan menjalankan perintahNya sangat penting bagi kehidupan. Inilah mengapa kegiatan pembiasaan pagi ini merupakan bagian dari kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. 2. Kegiatan Pembiasaan Terintegrasi Kegiatan pembiasaan ini diberi judul terintegrasi karena kegiatan pembiasaan ini dilakukan include dalam setiap aktivitas peserta didik, baik saat belajar di kelas maupun saat istirahat dan bermain, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan terintegrasi ini diwujudkan melalui penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif (biah solihah) dalam dimensi keamanan, kesehatan, kebersihan, keindahan, suasana kekeluargaan (ukhuwah Islamiyah), fasilitas belajar dan beribadah, serta menerapkan aturan dan norma yang bersandikan nilai-nilai Islam baik dalam berperilaku, bertutur kata, berpakaian, berinteraksi (mu’amalah), makan dan minum serta perilaku lainnya yang lazim digunakan di lingkungan sekolah. Beberapa hal yang mendukung dalam meningkatkan multiple intelligences peserta didik dalam kegiatan pembiasaan terintegrasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, ini antara lain terlihat dari jaminan mutu (quality assurance), yaitu: 1) Melaksanakan ibadah wajib dengan benar, tanggung jawab dan penuh kesadaran. Hal ini dilakukan melalui kegiatan shalat zuhur berjamaah, di mana dalam kegiatan ini dimulai dengan; pengkondisian peserta didik untuk berwudhu dan menuju masjid dengan tertib dan penuh kesadaran. Dari pengamatan penulis, terlihat peserta didik berwudhu dengan benar dan tertib serta menuju masjid dengan sikap yang sesuai dengan adab-adab masuk masjid, seperti melangkah masuk dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid, serta melaksanakan shalat tahiyatul masjid serta menjaga sikap dan ucapan selama di dalam masjid. Selain pengarahan dan pengkondisian dari guru yang mereka sebut dengan kegiatan pra kondisi, kegiatan ini juga didukung dengan meletakkan kata-kata afirmasi dan peringatan di tempat-tempat strategis yang bisa dibaca oleh peserta didik, seperti kata-kata: Zona 3: Boleh berbicara keras pelan, Zona 2: Boleh berbicara pelan, Zona 1: Hanya boleh berdzikir, berdoa dan tilawah Alquran. Dari kegiatan ini terlihat peserta didik dilatih untuk menyadari kewajibannya sebagai hamba Allah Swt, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan peraturan yang ada, serta bermeditasi dalam bentuk dzikir dan
133
duduk diam. Dan beberapa kecerdasan yang dapat ditumbuhkan dari hal ini adalah kecerdasan eksistensial spiritual, kecerdasan interpersonal, dan kecerda-san intrapersonal. 2) Menguasai keterampilan dasar sehari-hari sesuai tingkat usia. Keterampilan dasar sehari-hari yang harus dikuasai peserta didik tersusun dalam silabus atau modul life skill yang disusun oleh tim guru. Keterampilan yang harus dikuasai ini disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan peserta didik. Sebagaimana contoh life skill yang harus dikuasai murid sesuai tingkatan usia antara lain keterampilan menyiapkan sarapan sederhana, melipat baju, dan memakai kaos kaki bagi kelas satu. Sedangkan bagi kelas dua keterampilan yang harus dimiliki antara lain mencuci piring, mengikat tali sepatu, dan merapikan isi tas. Asumsinya keterampilan yang ada di kelas satu sudah dimiliki oleh anak kelas dua. Begitu seterusnya. Keterampilan-keterampilan hidup ini menurut analisa penulis dapat meningkatkan kecerdasan jamak peserta didik. Seperti yang penulis saksikan ketika mereka belajar menyiapkan sarapan dengan membuat roti yang diolesi mentega atau selai. Di situ terlihat anak-anak yang menonjol kecerdasan kinestetis, naturalis, dan interpersonal sangat menikmati kegiatan tersebut. Sedangkan anak-anak yang kurang menonjol dalam tiga kecerdasan tersebut dengan bimbingan guru dan teman sebaya lambat laun juga menikmatinya. 3) Berkepribadian islami (akhlak karimah). Penanaman kepribadian islami ditanamkan di sekolah ini melalui sistem yang terintegrasi dalam semua kegiatan sekolah baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Misal membiasakan buang sampah pada tempatnya, membiasakan mengucapkan salam ketika masuk kelas, menggunakan kata-kata yang sopan, saling menyayangi sesama teman, dan lain-lain. Pembiasaan kepribadian islami ini menjadi perhatian semua elemen yang ada di sekolah mulai dari yayasan, kepala sekolah, guru, dan karyawan. Berdasarkan pengamatan penulis, penanaman kepribadian yang dilakukan di sekolah ini cukup berhasil karena dilakukan dengan mengakomodir kecerdasan ganda peserta didik. Terlihat beberapa kecerdasan yang diakomodir dalam penanaman ini antara lain kecerdasan interpersonal, kinestetis, bahkan spasial visual, yaitu melalui kata-kata afirmasi yang ditempel di dinding-dinding sekolah. Salah satu kegiatan dalam kurikulum penunjang yang ada di sekolah ini dalam rangka memantik kecerdasan ganda peserta didik adalah melalui kreativitas performance, yaitu daya kreativitas peserta didik yang meliputi kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order tihingking) baik dalam dimensi keterampilan (psikomotorik) maupun dimensi intelektual (kognitif). Peserta didik-peserta didik di sekolah ini diarahkan untuk mampu berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan perspektif multiple intelligences, kreativitas peserta didik yang ditunjukkan dengan berpikir kreatif (thingking creative), menghasilkan karya (product) dalam pembelajaran dan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang dilakukan peserta didik. Dari
134
pengamatan penulis, kegiatan yang memantik kreativitas peserta didik ini sangat banyak dilakukan di sekolah ini, seperti kegiatan mendisplay majalah dinding kelas, kegiatan pentas seni, penyelesaian masalah murid dengan mengajak murid untuk berdiskusi, dan lain-lain. Salah satu angket yang penulis sebar mengenai alasan orang tua menyekolahkan anaknya di sini adalah bahwa kreativitas murid di sekolah ini sangat diberi peluang besar melalui berbagai kegiatan sekolah. 3. Kegiatan Pengembangan Diri Kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta mengacu pada aplikasi teori multiple intelligences. Hal ini terlihat dari beragam kegiatan pengembangan diri yang disediakan sekolah. Peserta didik diberi kebebasan memilih kegiatan pengembangan diri yang terdapat dalam kegiatan ekstra kurikuler berikut: No. 1. 2. 3. 4.
Multiple Intelligences Linguistik Logis-Matematis Spasial visual Musik
5.
Kinestetik
6. 7. 8.
Interpersonal Intrapersonal Naturalis
Jenis Ekstrakurikuler English club dan penulis cilik Sains club, komputer, catur, dokter kecil Melukis dan seni tari Marawis dan paduan suara Catur, renang, basket, futsal, taekwondo, seni tari dan panahan Pramuka Sains club Pramuka
Berdasarkan observasi di lapangan, kegiatan pengembangan diri yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta yang mengacu pada aplikasi teori multiple intelligences terlihat dari peserta didik diberi kebebasan memilih lebih dari satu kegiatan pengembangan diri. Hal ini sejalan dengan teori multiple intelligences yang menyatakan bahwa setiap anak memiliki lebih dari satu kecerdasan. Dari dokumen yang ada, penulis melihat bahwa satu anak rata-rata mengikuti 2 atau lebih kegiatan pengembangan diri. B.
Konstruksi Pemahaman Guru Terhadap Teori Multiple Intelligences Aplikasi konsep kecerdasan (multiple intelligences) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menjadi sebuah konsep fungsional yang dapat dilihat bekerja di kehidupan para peserta didik-peserta didik dan guru dalam berbagai cara. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta telah mengaplikasikan teori multiple intelligences dalam proses pendidikan dan pengajaran guru. Setidaknya terdapat sembilan jenis kecerdasan dasar
135
yang termaktub pada teori multiple intelligences, yang dimiliki manusia, dengan mengelompokkan kemampuan-kemampuan manusia ke dalam sembilan kategori yang komprehensif yang telah diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Dalam proses pembelajaran, kesembilan kecerdasan tersebut dapat dijadikan sebagai pintu masuk untuk memulai proses kegiatan belajar mengajar. Berikut disajikan beberapa strategi mengajar berbasis teori multiple intelligences yang disarankan beberapa pakar teori ini. Peneliti melakukan analisa terhadap penerapan strategi ini yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Data diambil berdasarkan observasi langsung dan dalam situasi alamiah yang kemudian penulis buatkan rekamannya dalam bentuk video. 1. Kecerdasan Linguistik. Kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dan dimensi pragmatis atau kegunaan praktis dari bahasa. Beberapa manfaatnya termasuk retorika (menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang lain melalui aksi tertentu), memonik (menggunakan bahasa untuk mengingat informasi), penjelasan (menggunakan bahasa untuk menginformasikan, dan metabahasa (menggunakan bahasa untuk membicarakan tentang bahasa itu sendiri). Indikator strategi mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, dilakukan dalam dua konteks, diantaranya: 1.1. Konteks Program Utama. Konteks program utama berupa pengajaran dan pembelajaran peserta didik yang didasarkan dari hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik saat mulai menjadi peserta didik baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan linguistik peserta didik, adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar ceramah b) Strategi mengajar diskusi c) Strategi mengajar tanya jawab d) Strategi mengajar wawancara e) Strategi mengajar presentasi f) Strategi mengajar pelaporan oral g) Strategi mengajar reporter h) Strategi mengajar bercerita i) Strategi mengajar dongeng j) Strategi mengajar debat k) Strategi mengajar membaca nyaring l) Strategi mengajar puisi m) Strategi mengajar tebak kata
136
n) Strategi mengajar aksara bermakna o) Strategi mengajar pantun p) Strategi mengajar menulis imajinatif q) Strategi mengajar menulis informasi r) Strategi mengajar menulis cerita pendek s) Strategi mengajar menulis novel t) Strategi mengajar menulis cerita dari komik u) Strategi mengajar menulis laporan v) Strategi mengajar menulis personal w) Strategi mengajar kosa kata x) Strategi mengajar teka-teki silang y) Strategi mengajar menyusun skenario. 1.2. Konteks Program Pendukung, Diantaranya dalam aktivitas guru menyambut peserta didik datang ke sekolah pagi hari sambil menanyakan kabar hari ini, membuat cerita sebelum proses pebelajaran melalui cerita tausyiah. Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan kecerdasan bahasa, di mana peserta didik diajak menyenangi dan mencintai bahasa, peserta didik dapat menikmati suara dari kata-kata, menghargai dan memaknai kekuatan dengan penuh tanggungjawab. Melalui pertanyaan efektif, jika peserta didik diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong peserta didik berpikir dan berpendapat tidak hanya untuk menyalin jawaban. Keterampilan ini sangat tepat bila digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistik. Mengamati (mengawasi) aktif, sering peserta didik tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan di mana jawaban-jawaban akan muncul di dalam video dan ungkapan-ungkapan kunci di dalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi di dalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif. Guru menggunakan metode peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah peserta didik mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas peserta didik dalam memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Peserta didik diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan
137
kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat digunakan guru untuk melatih anak-anak dalam mengembangkan kecerdasan linguistik. 2.
Kecerdasan Logis Matematis. Kemampuan menggunakan angka secara efektif (misalnya, sebagai ahli matematika, akuntan, pajak, atau ahli statistik) dan untuk alasan yang baik (misalnya, sebagai seorang ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubunganhubungan yang logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi dan abstraksi terkait lainnya. Jenis-jenis proses yang digunakan dalam pelayanan kecerdasan logis matematis mencakup kategorisasi, klasifikasi, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis. Indikator strategi mengajar logis matematis di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, adalah sebagai berikut: 2.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik menjadi dasar bagi guru mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan logis matematis di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar pengamatan b) Strategi mengajar discovering c) Strategi mengajar problem solving d) Strategi mengajar identifikasi e) Strategi mengajar klasifikasi f) Strategi mengajar separasi, kuantifikasi g) Strategi mengajar komparasi, prosedural teks h) Strategi mengajar pendataan tebak angka i) Strategi mengajar tebak simbol j) Strategi mengajar sudoku k) Strategi mengajar latihan soal l) Strategi mengajar eksperimen m) Strategi mengajar action research n) Strategi mengajar studi kasus. 2.2. Konteks Program Pendukung, Diantaranya dalam aktivtas guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menyambut peserta didik datang ke sekolah pagi hari sambil menanyakan pada jam berapa peserta didik sholat subuh, jam berapa peserta didik mandi dan sarapan pagi, menanyakan jumlah surat dan ayat yang sudah dibaca atau dihafalkan. peserta didik dihadapkan pada masalah konkret dengan memberikan masalah. peserta didik dibimbing untuk kerja kelompok
138
secara kontinyu (group dynamic) dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika, dan kecerdasan interpersonal. Membandingkan dan mensintesiskan informasi, pemahaman informasi yang dikumpulkan dari sumber daya dapat ditingkatkan jika peserta didik bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, peserta didik harus membandingkan dan mendiskusikan jawabanjawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih anak dalam hal kecerdasan linguistik dan juga kecerdasan logis matematis. Guru juga dapat mengajak peserta didik menghitung Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan peserta didik untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan yang kontroversial (menjadi sengketa). Peserta didik bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, lingkungan atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, peserta didik dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk mengembangkan kecerdasan logis matematis. 3.
Kecerdasan Spasial-Visual. Kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat (misalnya, sebgai pemburu, pramuka, atau pemandu) dan melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. (misalnya, sebagai dekorator interior, arsitek, seniman atau penemu). Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur visual-spasial. Hal ini mencakup kemampuan untuk memisualisasikan diri secara tepat dalam sebuah matriks spasial. 3.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan spasial-visual diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan spasialvisual di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar mind mapp b) Strategi mengajar tulisan tangan dan pasir c) Strategi mengajar menulis di udara d) Strategi mengajar urutan gambar
139
e) Strategi mengajar tebak gambar f) Strategi mengajar menggambar imajinatif g) Strategi mengajar Strategi mengajar huruf dalam warna h) Strategi mengajar tebak sketsa wajah i) Strategi mengajar menggambar makna simbol j) Strategi mengajar membaca peta k) Strategi mengajar movie learning l) Strategi mengajar menebak peta m) Strategi mengajar membaca gambar n) Strategi mengajar tebak angka dalam warna o) Strategi mengajar flash card p) Strategi mengajar kartu domino. 3.2. Konteks Program Pendukung, Diantaranya dalam aktivtas ekstrakurikuler pesrta didik, guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri menanyakan tentang minat peserta didik terhadap kegiatan mencari jejak dalam pramuka atau meminta peserta didik menunjukkan arah kompas dan arah qiblat. Guru mengajak peserta didik melakukan piknik, peserta didik merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai sosial, spiritual, keindahan dan sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan spasial, dan kecerdasan musik. Camping study, peserta didik diajak melakukan kegiatan perkemahan dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah. Seperti hal di atas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spasial, juga intrapersonal. 4.
Keceradsan Kinestetik-Tubuh. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan (misalnya, sebagai aktorpemain pantomim, atlet atau penari) dan kelincahan dalam menggunakan tangan seseorang untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai seorang perajin, pematung, mekanik, atau ahli bedah). Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik, tertentu seperti kordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan ekcepatan serta kapasitas-kapasitas proprioseptif, dan taktil. 4.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan kinestetik diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan kinestetik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar jawaban stik, b) Strategi mengajar fishing game, c) Strategi mengajar lompatan benar salah,
140
d) Strategi mengajar matematika basket, e) Strategi mengajar gerakan kreatif f) Strategi mengajar ular tangga g) Strategi mengajar simulasi h) Strategi mengajar demonstrasi i) Strategi mengajar bermain peran j) Strategi mengajar lari kanan kiri benar salah k) Strategi mengajar injak angka l) Strategi mengajar lekukan simetris. 4.2. Konteks Program Pendukung, Diantaranya dalam aktivtas ekstrakurikuler pesrta didik, guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri meminta peserta didik memeragakan gerakan-gerakan tertentu, baik gerakan dalam menari atau olahraga.. 5.
Kecerdasan Musikal. Kemampuan untuk merasakan (misalnya, sebagai penikmat musik), memebdakan (misalnya, sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya, sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya, sebagai seorang performer atau pemain musik). Kecerdasan ini meiputi kepekaan terhadap ritme, nada atau melodi, dan atau warna nada dalam sepotong musik. 5.1.
Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan musik diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan musik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar parodi b) Strategi mengajar konser c) Strategi mengajar games tebak bunyi d) Strategi mengajar bernyanyi. 5.2. Konteks Program Pendukung, Diantaranya dalam aktivtas guru menyambut peserta didik datang ke sekolah, peserta didik diperdengarkan suara alunan murotal yang diputar setiap pagi hari. 6.
Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan untuk memahami dan membuat perbeddaan-perbedaan ada suasana hati., maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh. Kemampuan untuk membedakan berbagai berbagai jenis isyarat interpersonal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat tersebut dalam
141
beberapa cara pragmatis (misalnya, untuk mempengaruhi sekelompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan). 6.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan cerdas interpersonal diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan interpersonal di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar kerja kelompok b) Strategi mengajar kartu soal c) Strategi mengajar sosiodrama d) Strategi mengajar memberi dan menerima e) Strategi mengajar jigsaw f) Strategi mengajar cerdas cermat berantai g) Strategi mengajar surat untuk sahabat. 6.2. Konteks Program Pendukung Diantaranya dalam aktivtas guru menyambut peserta didik datang ke sekolah, peserta didik disambut dengan penuh keramahan dan keakraban, dan disalam ketika akan memasuki pintu sekolah gerbang sekolah setiap pagi hari. Peserta didik diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal. Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu peserta didik agar mereka berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesarbesarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan peserta didik baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong kerja regu adalah meminta para peserta didik agar bekerja dalam suatu regu atau kelompok supaya mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat memecahkan suatu masalah, dengan cara melaksanakan suatu eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakekat pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan pengalaman para peserta didik. Cara-cara seperti di atas dapat dikembangkan oleh guru untuk membangun kecerdasan peserta didik dalam bidang interpersonal, juga kecerdasan kinestetik Melalui aktivitas permainan peranan/konferensi meja bundar, guru memfasiliatsi peserta didik untuk diskusi sebagai kepentingan kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang
142
cara menafsirkan informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa semua peserta didik diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peran serta peserta didik jika perlu dengan mengajukan pertanyaan. Pada akhir konferensi meja bundar, peserta didik hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk menstimulasi anak agar berkembang kecerdasan interpersonalnya dengan baik. 7.
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunkan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Pengetahuan diri dan kemamuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan keterbatasan seseorang), kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri dan harga diri. Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap. 7.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan cerdas interpersonal diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan interpersonal di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar games siapa saya b) Strategi mengajar question student have c) Strategi mengajar mengenal tokoh, d) Strategi mengajar kontrak nilai e) Strategi mengajar manipulasi identitas. 7.2. Konteks Program Pendukung, Selama peserta didik berada di lingkungan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, peserta didik diebrikan kebebasan bermain baik secara sendiri-sendiri maupun kelompok. Dalam aktivtas mengajar, guru memfasilitasi cara peserta didik belajar secara personal. Guru juga bisa mengajak peserta didik melakukan reflective thinking/critical thinking, secara pribadi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lain sebagainya. Peserta didik diajak untuk membuat
143
catatan refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih sendiri oleh peserta didik. Peserta didik satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyarakat mini (community building) dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis. Peserta didik diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur (responsibility building). Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdaasan intrapersonal. 8.
Kecerdasan Naturalis. Jenis kecerdasan yang erat hubungannya dengan lingkungan, flora dan fauna, yang tidak hanya menyenangi alam untuk dinikmati keindahannya akan tetapi, sekaligus juga punya kepedulian untuk kelestarian alam tersebut. Hal ini juga mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainnya (misalna, formasi- formasi awan, gunung, bukit, lembah dan ngarai) dan, dalam kasus yang tumbuh di lingkungan. 8.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan cerdas alam (naturalis) diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan naturalis di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: a) Strategi mengajar tebak suara hewan b) Strategi mengajar identifikasi tumbuhan c) Strategi mengajar matematika daun d) Strategi mengajar karyawisata. 8.2. Konteks Program Pendukung, Peserta didik diberi kesempatan memelihara tanaman, menyiram tanaman sekolah dengan cara piket, memberikan kegiatan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya dan bersama membuat biopori dilingkungan sekolah Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri. 9.
Eksistensialis. Kesiapan manusia menghadapi kematian Dengan karakteristik kesadaran akan Tuhan, dengan memiliki ciri-ciri: cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian dan realitas yang dihadapinya, dan untuk apa manusia hidup di dunia ini. Anak belajar sesuatu dengan melihat gambaran besar berupa perilaku terbaik atau akhlak orangorang terdekat dan lingkungan sekitrnya. Sejak balita hingga beranjak dewasa, anak merekam, memperkaya pengetahuan dan keterampilan hidupnya. Anak persis seperti menonton televisi. Dengan demikian, anak
144
yang berperilaku baik sangat mungkin jika anak berasal dari kelaurga dan lingkungan yang baik. Anak yang berperangai aksar, sangat mungkin berasal dari keluarga dan lingkungan yang kasar. Lingkungan menajdi katalis bagi anak agar beperilaku baik dan penghambat bagi anak berperangai kasar. Lingkungan positif mempercepat anak menemukan simpul-simpul eksistensinya terhadap makna kehidupan. Kesadaran berketuhanan adalah prinsip pencarian eksistensi seseorang dalam hidup. Dalam perspektif Islam, kecerdasan eksistensial Gardner termasuk dalam ranah kecerdasan spiritual yaitu suatu kecerdasan yang berkaitan dengan keadaan jiwa, rohani, dan batin seseorang. Beberapa pakar mendefinisikan kecerdasan spiritual ini dengan kemampuan jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang terkandung di dalamnya.2 Kecerdasan spiritual adalah potensi dari dimensi non-material atau roh manusia yang belum terasah yang dimiliki oleh semua orang. Selanjutnya, tugas setiap oranglah untuk mengenali potensi masing-masing dan mengembangkannya sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik menurut teori multiple intelligences Gardner tidak mencantumkan kecerdasan spiritual ini. Namun di SDIT Insan Mandiri sesuai dengan kekhasannya sebagai Sekolah Islam Terpadu, seluruh peserta didik diasah kecerdasan spiritualnya salah satunya melalui kegiatan pembiasaan, kegiatan pengembangan diri, dan kegiatan pembelajaran. Strategi pengajaran berbasis kecerdasan spiritual ini diberikan dengan cara berdiri sendiri melalui pembelajaran agama Islam atau terintegrasi dengan strategi pengajaran yang lainnya. Misal melalui strategi pengajaran kecerdasan naturalis melalui strategi mengajar tadabbur alam dan strategi mengajar muhassabah. Peserta didik mendapatkan taushiah secara rutin, pembelajaran Alquran, peserta didik menghafal Alquran, peserta didik dibina akhlaknya sehingga sholat menjadi pembiasaan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, peserta didik ditargetkan mengahafal 2 juz Alquran dan peserta didik dilatih membaca Alquran dengan tartil dan memaknai artinya serta mentadabburi arti Alquran. 9.1. Konteks Program Utama. Hasil multiple intelligences research (MIR) peserta didik yang dominan cerdas eksistensialis diproyeksikan guru dalam mendesain strategi mengajarnya. Indikator strategi pengajaran guru khusus kecerdasan naturalis di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri adalah sebagai berikut: 2
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir Integralistik Dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan,Jakarta: Pustaka Mizan,2001), 12. Lihat juga Hasan Abdul Wahid, SQ Nabi : Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan Spiritual Rosululloh Di Masa Kini ,Jogjakarta : IrcisoD, 2006), 56.
145
a) Strategi mengajar tadabbur alam b) Strategi mengajar muhassabah 9.2. Konteks Program Pendukung, Peserta didik mendapatkan taushiah secara rutin, pembelajaran Alquran, peserta didik menghafal Alquran, peserta didik dibina akhlaknya sehingga sholat menjadi pembiasaan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, peserta didik ditargetkan mengahafal 2 juz Alquran dan peserta didik dilatih membaca Alquran dengan tartil dan memaknai artinya serta mentadabburi arti Alquran. Konteks penerapan multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, khususnya dalam pembelajaran dimodifikasi dan dikembangkan sesuai prinsip teori multiple intelligences. Kewenangan yang luas untuk dikembangkan, yang berarti ada banyak cara untuk menerapkan teori multiple intelligences dari berbagai setting, asal dengan menyentuh prinsip teori multiple intelligences. Sistem pelaksanaan proses pengajaran multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta melibatkan orangtua, agar orangtua bersama Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri mulai memusatkan perhatian mereka kepada kemampuan bawaan masing-masing peserta didik. Fasilitas pembelajaran dengan multiple intelligences, adalah fasilitas yang dapat menunjang aktifitas dalam pembelajaran multiple intelligences yang dibagi menjadi dua, yaitu ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat sementara. Berikut adalah fasilitas yang bersifat tetap atau permanen. 4.1 Tabel Fasilitas Penunjang Pembelajaran Sesuai Kecerdasan Jamak No
Kecenderungan Kecerdasan
1.
Linguistik
2.
Logis-Matematis
3.
Spasial visual
Fasilitas Penunjang Strategi Mengajar Multiple Intelligences Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain yang nyaman); Laboratorium bahasa (audio files, earphone, talking books); Writing center atau fasilitas untuk menulis (typewriters, word processing, software, paper). Laboratorium matematika (calculators, manipulatives); Science center (chemistry set, microphone, measurement materials). Art area (paints, collage materials, draw and paint software) Visual media center (video, animations, software, videocams); Visualthinking area (maps, graphs, visual puzzles, picture library, three-dimensional buliding materials).
146
4.
Kinestetik
5.
Musikal
6.
Interpersonal
7.
Intrapersonal
8.
Naturalis
Membuka ruang atau arena untuk bergerak (mini-trampolin, juggling equipment); Hands-on center (clay, carpentry, blocks); Tactile-learning area (relief maps, samples of different textures, sand-paper letters); Drama center (stage for perpform. Puppet theater). Music lab (audio files of sound effects, earphones, music library); Music performance center (percussion instruments, audio recorder, methronome); Listening lab (stethoscope, walkie talkies, small bottles containing differents mystery sounds when shaken). Round table for group discussions; Desks paired together for peer teaching; Social area (board games, comfortable furniture for informal social gatherings). Study carrels for ondividual work; Loft (with nooks and crannies for privacy); Computer hutch (for self-paced study). Plant center with gardening tools and supplies; Animal center with a gerbil or rabbit cage, a terrarium, or an ant farm; Aquatic center with an aquarium and tools for measuring and observing marine life.
Berdasarkan kerangka teori dan data-data yang telah terkumpul dari dua tabel di atas, penulis akan menganalisa bagaimana implementasi teori multiple intelligences dalam strategi pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Namun sebelum penulis menganalisa penerapan teori multiple intelligences dalam strategi mengajar guru, penulis terlebih dahulu mendalami sampai sejauh mana pemahaman guru terhadap strategi mengajar berbasis multiple intelligences ini. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap kepala sekolah dan wakil-wakilnya serta beberapa oranng guru, penulis mendapatkan data sebagai berikut: 1) Rohmat, M.Pd, kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta: “Meskipun saya baru bergabung di sekolah ini setelah sekolah ini berdiri pada tahun 2010, yaitu satu tahun setelah sekolah ini menerapkan teori multiple intelligences secara sistemik dalam input, proses, dan outputnya, namun kebijakan manajemen sekolah dalam hal ini direktur pendidikan dan kepala riset pengembangan di sekolah yang selalu memberikan pelatihan
147
secara intensif kepada guru-guru yang baru bergabung, membuat saya sedikit banyak sudah memahami mengenai implikasi teori ini dalam strategi pembelajara di kelas. Intinya guru dalam mengajar harus memperhatikan keragaman yang dimiliki peserta didik, sehingga dengan demikian peserta didik merasa senang dalam belajar dan pelajaran lebih mudah diterima atau dipahami.” 2) Erliani Prihati, S.Si, M.Pd, wakil kepala sekolah bidang kurikulum: “Selain menjabat sebagai wakakur (wakil kurikulum), saya juga mengampu mata pelajaran matematika kelas empat, lima, dan enam dari sejak sekolah ini berdiri pada tahun 2003. Dulu saya adalah guru yang kaku dalam mengajar, dan sebagaimana paradigma umum, guru matematika adalah guru ‘killer’, begitu pula dengan saya. Namun ketika pada tahun 2009 sekolah mengadakan in house training mengenai teori multiple intelligences serta aplikasinya dalam pengajaran, maka saya mulai mengubah gaya mengajar saya. Berdasarkan teori multiple intelligences setiap anak memiliki kecerdasan ganda atau majemuk, maka saya mulai merancang multi metode mengajar. Dengan multi metode ini, bukan hanya anak dengan dominasi kecerdasan matematika logis saja yang senang dengan pelajaran saya, namun anak dengan dominasi kecerdasan kinestetis pun mulai tertarik dengan pelajaran yang saya berikan. Biasanya untuk anak dengan dominasi kecerdasan kinestetis ini, saya melakukan pembelajaran dengan menggunakan gerakan jari-jari untuk menjelaskan konsep suatu matematika atau media yang lainnya…” 3) Tuti Alawiyah, M.Pd, wakil kepala sekolah bidang kepeserta didikan: “Saya bergabung dengan sekolah ini sejak tahun 2004. Sebelumnya saya mengajar di Taman Kanak-Kanak selama lima tahun. Ketika awal-awal sekolah ini menerapkan teori multiple intelligences mulai dari input penerimaan murid baru, proses pembelajaran, dan out putnya, saya tidak begitu mengalami kesulitan, apalagi saya biasanya selalu megang (menjadi guru/wali kelas-pen) kelas satu. Metode-metode pengajaran yang disarankan dalam teori ini sudah sering saya praktekkan walau sebelumnya saya belum tahu bahwa metode tersebut merupakan metode yang disarankan para pakar multiple intelligences…” 4) Murniati, S.Pd.I, M.Si, guru: “Saya bergabung di sekolah ini sejak tahun 2005. Yang saya sukai dari teori multiple intelligences adalah mengajar menjadi lebih menyenangkan, karena kita diajak untuk berpikir out of box. Apalagi di sekolah ini guru dibebaskan untuk berkreasi dalam menciptakan strategistrategi pembelajaran. Selain itu RPP yang digunakan dalam sekolah yang menerapkan teori ini bersifat fleksibel, tidak baku, walaupun tetap mengacu pada RPP yang dibuat sesuai petunjuk pemerintah.Salah satu penerapan yang pernah saya lakukan dalam mengajar adalah ketika saya membawa anak-anak
148
untuk mengunjungi rumah orang-orang yang tidak mampu di sekitar sekolah sambil memberikan sedikit bantuan sembako atau pelajaran mengenal bagian-bagian rumah dengan cara mengunjungi rumah orang tua murid yang dekat dengan sekolah.Di situlah terlihat bagaima anak-anak dengan kecerdasan kinestetis, interpersonal, dan linguistik sangat antusias.Karena kebanyakan anak-anak kelasku dominasi kecerdasannya tiga hal itu.” C.
Strategi Mengajar Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Dari pendapat kepala sekolah dan beberapa guru terlihat bahwa mereka sangat menguasi teori multiple intelligences dan implikasinya dalam pengajaran di kelas. Dan di sekolah ini sesuai dengan kekhasannya sebagai Sekolah Islam Terpadu, aplikasi teori multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada dua hal, yaitu; 1) Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman ke dalam pelaksanaan strategi multiple intelligences, 2) Menjadikan aplikasi strategi multiple intelligences sebagai sarana untuk memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari aplikasi teori multiple intelligences ini dalam kegiatan pembiasaan dan pengembangan diri yang terdapat dalam hidden curriculum. Berikut adalah penerapan teori multiple intelligences dalam strategi mengajar guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta. Implementasi Teori Multiple Intelligences dalam strategi mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta secara umum terlihat dari penerapan strategi pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Rata-rata guru di sekolah ini benar-benar kreatif dalam mengkombinasikan strategi mengajar dengan kegiatan-kegiatan yang menarik minat peserta didik. Dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap sampel beberapa guru dalam melakukan pembelajaran di kelas, penulis mendapatkan data-data sebagai berikut: 1. Strategi mengajar dengan pendekatan kecerdasan linguistik dan logis matematis Kelas : 2 Utsman bin Affan Nama Guru : Sri Lestari, S.Pd.I, M.Si Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPS/Dokumen Diri dan Keluarga 1.1. Kegiatan Awal: Guru membuka pelajaran dengan salam dan wajah yang penuh senyum. Beberapa kegiatan pembuka yang dilakukan guru antara lain adalah mengajak peserta didik melakukan permainan (ice breaking) seperti bermain tepuk tangan, dan kuis-kuis sederhana yang terintegrasi dengan materi yang akan diajarkan. Seperti, foto siapakah ini…? sambil guru memperlihatkan foto masa kecilnya. Kemudian guru mulai masuk ke materi yang akan
149
diajarkan dengan melakukan apersepsi yang dilakukan dengan dengan memperlihatkan foto-foto keluarga, hasil USG bayi, dan sebagainya. Sebelumnya anak-anak sudah diminta untuk membawa foto keluarga dan foto masa kecilnnya serta beberapa dokumen lain seperti KTP, KK, SIM, dan lain-lain. 1.2. Kegiatan Inti: Guru mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok melalui permainan mencari teman. Setelah terbentuk beberapa kelompok, kemudian peserta didik dalam kelompoknya secara satu per satu bercerita mengenai foto keluarga atau foto diri yang dibawanya. Setelah dalam kelompok, kemudian anak-anak perwakilan kelompok diminta maju ke depan kelas unutk bercerita kembali cerita yang ia sampaikan di kelompoknya. Hal ini dilakukan juga untuk mengakomodir peserta didik dengan kecerdasan kinestetis dan interpersonal, serta yang utama dalam pelajaran ini adalah kecerdasan linguistik peserta didik yaitu dengan bercerita. Anak yang menonjol kecerdasan kecerdasan linguistiknya terlihat senang diberi kesempatan bercerita, ceritanya pun runut dan jelas walau ada beberapa kata kunci yang diarahkan guru. 1.3. Kegiatan Penutup: Kegiatan penutup pada mata pelajaran ini berupa aktivitas anak memberikan tanggapan terhadap dokumen-dokumen foto yang dibawa oleh guru. Guru meminta anak mengamati dan mengidentifikasi salah dokumen selain foto yang dibawanya, yaitu KTP, KK, SIM, dan lain-lain. Guru memancing peserta didik dengan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu kegunaan dokumen, identitas (keterangan) apa saja yang ada dalam dokumen tersebut, dan lain-lain. Hal ini akan membuat anak berpikir kritis melalui penjabaran-penjabaran dari dokumen yang ditunjukkan oleh guru walaupun dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan kematangan berfikir anak usia kelas dua. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis yang dominan atau menonjol akan aktif menjawab pertanyaan dari guru dan akan bertanya juga mengenai peristiwa atau hal lain-lain di luar pertanyaan yang diajukan guru, misal; “Mengapa kita belum punya ktp?” dan sebagainya. Bahkan ketika guru menerangkan bahwa yang wajib memiliki KTP adalah bagi yang sudah berusia 17 tahun, ada salah satu peserta didik yang bertanya, “Mengapa harus berusia 17 tahun?” 2.
2.1.
Strategi mengajar dengan pendekata kecerdasan spasila visual dan kinestetis, logis matematis, linguistik, dan intrapersonal. Kelas : 5 Aisyah Nama Guru : Agung Nugroho, M.Pd Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Alat Pernafasan Pada Manusia Kegiatan Awal:
150
Guru membuka pelajaran sekaligus melakukan kegiatan apersepsi dengan kegiatan yang memancing keingintahuan peserta didik, yaitu dengan menggunakan masker penutup hidung. Setelah membuka maskernya guru bertanya tentang bagaimana rasanya jika hidung kita ditutup? Kemudian menyuruh peserta didik untuk menutup hidung dengan jari dengan durasi semampunya. Kemudian peserta didik diajak membandingkan bagaimana rasanya bernafas dengan hidung ditutup dan setelah hidung dibuka. Beberapa pertanyaan interaktif pun kemudian terjadi antara peserta didik dan guru. Pertanyaan yang berkembang kemudian menjadi cara untuk mengasah kecerdasan eksistensial spiritual peserta didik agar mensyukuri ciptaan Tuhan, dan kecerdasan interpersonal berupa kepedulian terhadap orang-orang yang sakit pernapasan. 2.2. Kegiatan Inti: Pada bagian ini guru mengajak peserta didik untuk mempraktekkan proses pernafasan dada dengan meminta peserta didik untuk menghirup oksigen dan mengeluarkannya berulang-ulang. Guru menanyakan apa yang dirasakan peserta didik ketika oksigen masuk dan bagaimana rongga dada? Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk mempraktekkan pernafasan perut, dan kembali mengajukan pertanyaan apa yang yang dirasakan atau apa yang terjadi dengan perut ketika oksigen masuk? Hal ini secara tidak langsung sudah mengakomodir kecerdasan kinistetis dan juga logis matematis peserta didik. Peserta didik dengan kecerdasan kinestetis dominan sangat antusias dalam praktek pernafasan ini. Kemudian guru bersama-sama peserta didik membuat gambar skema pernafasan dada dan pernafasan perut. Hal ini untuk mengakomodir peserta didik dengan kecerdasan spasial visual yang dominan. Guru menyuruh beberapa peserta didik dengan kecerdasan linguistik yang dominan untuk mempresentasikan bagan atau skema pernafasan yang dibuatnya. Dari kegiatan ini terlihat peserta didik dengan kecerdasan spasial yang dominan dapat membuat skema dengan baik namun ketika disuruh mempresentasikan mengalami sedikit kesulitan. Sebaliknya peserta didik dengan kecerdasan linguistik dominan kurang bagus dalam membuat skema namun bagus dalam presentasi. 2.3. Kegiatan Penutup: Kegiatan ditutup dengan melakukan refleksi diri, yaitu merenungi kenikmatan yang diberikan Tuhan dalam tubuh kita, kemudian peserta didik dengan kecerdasan intrapersonal diminta untuk mengungkapkan hasil refleksinya. 3.
Strategi mengajar dengan pendekatan kecerdasan naturalis dan musik Kelas : 1 Abu Bakar Nama Guru : Farhatun, M.Pd Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPA/Mengenal Jenis-jenis sayuran
151
3.1.
Kegiatan Awal: Guru membuka pelajaran sekaligus melakukan kegiatan apersepsi dengan kegiatan yang memancing keingintahuan peserta didik, yaitu dengan membawa beberapa jenis tumbuhan yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Peserta didik diminta menebak tumbuhan apakah ini. Peserta didik yang bisa menebak diberikan bintang prestasi. Kemudian guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan jenis sayuran yang disukai. 3.2. Kegiatan Inti: Pada bagian ini guru mengambil beberapa jenis tumbuhan sayuran yang sering dilihat peserta didik seperti wortel, bayam, dan lain-lain, kemudian memberikan kepada kelompok yang namanya sesuai dengan nama sayurannya. Peserta didik dalam kelompoknya mengidentifikasi nama sayuran, warnanya, dan rasanya. Kegiatan ini memantik peserta didik kecerdasan naturalis peserta didik dan juga kecerdasan interpersonal serta linguistiknya. Setelah semua kelompok selesai, guru meminta peserta didik yang bersedia untuk maju ke depan mempresentasikan temuannya atau hasil diskusi di kelompoknya. Selanjutnya guru mengajak peserta didik menciptakan satu lagu parodi yang berisi manfaat sayuran bagi kesehatan. Nada lagu diambil dari lagu yang akrab dan populer di kalangan anak. Anak dengan kecerdasan music yang dominan terlihat antusias dan menguasai kelas. Hingga akhirnya terciptalah satu lagu berjudul “Aku Anak Sehat”. 3.3. Kegiatan Penutup: Kegiatan ditutup dengan evaluasi yaitu melengkapi huruf yang berisi nama-nama sayuran. Misalnya: “B a ..a m” Dari hasil pengamatan, penulis melihat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan multiple intelligences di dalam proses pembelajaran kita dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang utama ke dalam proses belajar. Bahkan peserta didik yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar. Dengan menggunakan multiple intelligences, guru menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas peserta didik di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat. Peserta didik akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan peserta didik sebagai seorang yang spesialis. Pada saat guru mengajar untuk memahami, peserta
152
didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan pejelasan sebelumnya, penulis melihat bahwa multiple intelligences perlu diaplikasikan dalam setiap langkah-langkah manajemen pembelajaran. Langkah-langkah manajemen pembelajaran, meliputi tiga konteks besar, di antaranya, sekolah yang terdiri dari yayasan, kepala sekolah, para guru dan staf karyawan, peserta didik sebagai peserta didik dan orang tua peserta didik. Ketiga konteks besar ini harus saling bersinergi dan sejalan dalam sebuah proses pendidikan. D.
Penilaian Berbasis Proses (Authentic Assessment) Guru-guru pada semua jenjang pendidikan sekolah mengenal dan menggunakan sistem penilaian di kelas. Sistem penilaian dihasilkan dari penilaian yang disesuaikan dalan kegiatan proses belajar peserta didik. Penilaian (assessment) digunakan guru untuk memperkaya kualitas pengajaran dan untuk mengetahui katerapaian proses serta hasil pembelajaran peserta didik. Penilaian terhadap variasi-variasi dalam pembelajaran multiple intelligences dilakukan dengan cara penilaian pengalaman (Varieties of Assessment Experience) yang dilakukan dengan teknik penilaian berbasis proses atau authentic assessment. Penilaian berbasis proses atau authentic assessment adalah suatu alat instrumen yang digunakan untuk pengukuran atau menilai (penilaian) dari suatu metode yang digunakan. Multiple intelligences system mementingkan penilaian proses sebagai fundamental dalam penilaian sebagai output proses hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran. Dalam proses penilaian belajar peserta didik yang terus bertumbuh dan berkembang, hasil penilaian tidak mutlak dan tidak abadi karena peserta didik terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Fokus utama penilaian dalam pendidikan adalah mengenai sikap dan perilaku peserta didik, menyusul penilaian akademik dan penilaian keterampilan. Prosesnya aktivitas ketiga area ini sangat mungkin dilakukan secara autentik yaitu hasil penilaian dengan menekankan proses pembelajaran serta hasil belajar. Umumnya jika guru mengalami kesulitan ketika harus menilai aspek sikap dan menuangkannya dalam laporan hasil belajar. Berbeda saat menilai aspek pengetahuan yang dianggap sangat mudah oleh guru.
153
4.1 Diagram Penilaian Berbasis Proses PROSES FOLIO Penilaian Berbasis Proses AKTIVITAS BELAJAR Proses Belajar PORTO FOLIO Alat untuk merangkum/merecord penilaian pada proses pembelajaran KOGNITIF
PSIKOMOTORIK
AFEKTIF
4.2 Tabel Aspek Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences No.
Aspek 1.
1.
Menilai Sikap
2.
Menilai Keterampilan
3.
Menilai Pengetahuan
2. 1. 2. 1. 2.
Sumber Penilaian Diperoleh dari aktivitas proses belajar peserta didik. Cara menilai dengan menggunakan rubrik penilaian. Diperoleh dari aktivitas proses, namun dapat juga diperoleh dari hasil akhir (dalam bentuk karya). Cara menilai dengan menggunakan rubrik. Diperoleh dari hasil akhir, namun dapat juga diperoleh dari proses. Cara penilaian menggunakan skoring atau dapat juga menggunakan rubrik penilaian.
Berikut adalah penilaian berbasis proses yang diterapkan dalam proses pembelajaran berbasis teori multiple intelligences yang penulis dapatkan dari hasil observasi lapangan. Kelas : 2 Utsman bin Affan Nama Guru : Sri Lestari, S.Pd.I, M.Si Mata Pelajaran/Pokok Bahasan : IPS/Dokumen Diri dan Keluarga Indikator : Peserta didik dapat menemutunjukkan 3 jenis dokumen diri dan keluarga
154
Nama Peserta didik: X Aspek Sumber Penilaian Selama proses belajar berlangsung, X mengikuti semua kegiatan dengan sungguh-sungguh. Menilai Sikap Nilai:100 X dapat menceritakan jenis satu jenis dokumen Menilai Keterampilan
Meliputi nama dan fungsi dokumen dengan bahasanya sendiri) Nilai: 100
Menilai Pengetahuan
X dapat menemutunjukkan 2 dari 3 jenis dokumen diri dan keluarga dengan benar. Nilai: 2/3X100=67 (100+100+67):3= 89
Total Nilai
Kelas Nama Guru Mata Pelajaran/Pokok Bahasan Indikator
: : : :
5 Aisyah Agung Nugroho, M.Pd IPA/Alat Pernafasan Pada Manusia Menjelaskan proses pernapasan perut dan dada
Nama Peserta didik: X Aspek Sumber Penilaian Selama proses belajar berlangsung, X mengikuti semua Menilai Sikap kegiatan dengan antusis dan sungguh-sungguh. Nilai: 100 X dapat mempraktekkan pernapasan perut dan dada dengan Menilai benar. Keterampilan Nilai: 100 X dapat menjelaskan proses dan manfaat pernapasan perut Menilai dan dada dengan benar. Pengetahuan Nilai:100 Total Nilai (100+100+100):3=100
155
Kelas Nama Guru Mata Pelajaran/Pokok Bahasan Indikator
: : : :
1 Abu Bakar Farhatun, M.Pd IPA/Mengenal Jenis-jenis sayuran Menyebutkan jenis dan manfaat 2 jenis sayuran
Nama Peserta didik: X Aspek Sumber Penilaian Selama proses belajar berlangsung, X terlihat kurang Menilai Sikap atusias dan beberapa kali mengganggu teman Nilai: 75 Menilai X berhasil membuat satu lagu parodi tentang sayuran Keterampilan Nilai: 100 X dapat menyebutkan dua nama dan manfaat sayuran Menilai dengan benar Pengetahuan Nilai:100 Total Nilai (75+100+100):3=92 Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terkait dengan penilaian berbasis proses yang digunakan dalam aplikasi teori multiple intelligences dalam strategi pembelajaran ini, ada beberapa catatan yang dapat penulis berikan, yaitu: 1) Penilaian dilakukakan dapat sekaligus dalam tiga ranah jika kondisi memungkinkan, dan dapat juga secara bertahap yang dilakukan pada pertemuan selanjutnya. 2) Guru dituntut untuk jeli dalam mengamati peserta didiknya selama proses belajar berlangsung agar didapatkan nilai yang valid (objektif). 3) Dengan penilaian proses ini memungkin bagi semua anak untuk mendapatkan nilai akhir yang bagus karena nilai terdiri dari tiga komponen yang dimiliki semua anak walau tingkatannya berbeda-beda. Inilah salah satu alasan mengapa dalam sekolah yang menggunakan teori multiple intelligences dalam aplikasi manajemen pembelajarannya tidak ada yang tidak naik kelas. E. Peran Guru dalam Aplikasi Teori Multiple Intelligences. Implikasi dari aplikasi teori multiple intelligences dalam pendidikan dan pengajaran bagi guru-guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta menuntut pemahaman yang utuh dari setiap guru akan paradigma ini dan juga kreativitas setiap guru dalam merancang strategi pembelajaran yang memandang bahw setiap anak itu unik dan memiliki varian gaya belajar yang berbeda. Berbagai macam variasi dalam belajar yang dimiliki peserta didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, berimplikasi juga terhadap dalam sistem penilaian dan evaluasi.
156
Dasar implikasi menggunakan konsep multiple intelligences dalam kurikulum di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, adalah sebagai berikut yaitu: 1) Multiple intelligences berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks. 2) Multiple intelligences menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi standart kompetensi. 3) Multiple intelligences merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. 4) Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. 5) Penyusunan standar kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak hanya aspek kognitif atau spiritual saja tetapi secara seimbang dan tepat sasaran. 6) Multiple intelligences adalah suatu konsep kecerdasan yang ada sejak manusia dilahirkan. Konsep ini merupakan hasil kajian neurobiologis (neuroscience) dari peta otak yang mengandalkan jalinan saraf. Pada setiap lobus-lobus otak (lobe of brain), bertanggungajawab terhadap jenis kecerdasan dan saling independen, bekerjasama satusama lain secara biokimia. Implikasi dalam dunia pendidikan bagi guru, digunakan dalam pembelajaran bagi peserta didik. Guru mengajar dengan terlebih dahulu memahami gaya belajar kecenderungan jenis kecerdasan jamak peserta didik dan dominan modalitas belajar. Dalam konteks pembelajaran, guru yang mengajar jika sama dengan gaya belajar peserta didik, pelajaran menjadi mudah, peserta didik aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Teori multiple intelligences memberikan kesempatan bagi guru–guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, untuk mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Tidak ada satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh untuk memacu kecerdasan ganda setiap peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan delapan kecerdasan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Strategi pembelajaran multiple intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui delapan jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing peserta didik, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh kecerdasan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai
157
dengan kebutuhan. Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalahmasalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta dalam kegiatan pembelajaran strategi mengajar multiple intelligences dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni; 1) orientasi kurikulum, 2) metodologi pengembangan pembelajaran, dan, 3) evaluasi hasil pembelajaran. Pengembangan metodologi pembelajaran guru yang dilaksanakan Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta disesuaikan dengan kecenderungan kecerdasan peserta didik. Sehingga beragam metode atau strategi pengajaran guru saling bersinergi dengan jenis kecerdasan lainnya. Secara internal dalam lingkup sekolah, penerapan multiple intelligences dimulai dari paradigma kecerdasan, bahwa setiap anak cerdas dengan kecerdasan jamak, kemudian input peserta didik yang secara paradigma berpikir dianggap cerdas. Dalam prosesnya, input-input ini mengalami proses-proses pembelajaran sesuai kecerdasan utama peserta didik yang kemudian dipotret dalam bentuk penilaian berbasis proses sebagai output hasil pembelajaran. Hasil-hasil pembelajaran yang terus berlangsung pada peserta didik terwujud dalam konteks outcome, artinya, peserta didik akan mengalami capaian kompetensi maksimalnya selama dalam kehidupan pendidikannya memaksimalkan kecerdasan utamanya (dominan multiple intelligences). Sejalan itu pula, orangtua peserta didik membantu, mendampingi, menstimulasi dalam banyak aktivitas-aktivitas harian yang direkomendasi sesuai multiple intelligences anak. Implikasi multiple intelligences pada sistem manajemen pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta memberikan konsekwensi positif pada guru-guru dalam proses pelaksanaan mengajar. Konsekwensi ini dikarenakan strategi mengajar multiple intelligences menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif. Strategi pembelajaran multiple intelligences menjadikan peserta didik sebagai sang juara pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya, karena pada dasarnya dalam diri setiap peserta didik selalu ada satu atau lebih kecerdasan yang menonjol yang dimilikinya. Strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sebagai strategi pembelajaran, asalkan memiliki prosedural aktivitas yang tertuang dalam lesson plan. Strategi multiple intelligences adalah seperti sebuah konteks yang luas. Apapun nama strateginya, saya berusaha menamakan sebagai strategi multiple intelligences, sebagai contoh, strategi sosio drama (role play) dikelompokkan kedalam keluarga besar strategi multiple intelligences. Demikian juga tebak kata, konser, simulasi dan lain-lain. Sebagai contoh, pada kecerdasan musik (musical intelligences)
158
guru dapat memunculkan dengan hanya memperkenalkan musik menjadi pelajaran, atau dengan menargetkan kecerdasan naturalis (naturalis intelligences) menyederhanakan pelajaran yang berhubungan dengan flora dan fauna kedalam prosedur aktivitas pembelajaran. Dasar dari penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran dan pengajaran yang urgen dimiliki guru adalah daya kreatifitas dan paradigma kecerdasan yang lebih humanis. Dibutuhkan peran guru lebih dari sekedar mentransfer ilmu dan pengetahuan saja. Dalam Aplikasi Teori Multiple Intelligence, peran guru menjadi sangat vital, sentral dan kuat pengaruhnya terhadap proses pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran yang berbasis multiple intelligences. Guru terlebih awal harus menerima dengan keyakinan kuat dan logis bahwa inti teori multiple ntelligences adalah semua peserta didik memiliki kecerdasan beragam atau keanekaragaman kecerdasan, dan tidak ada peserta didik yang bodoh. Pondasi pemikiran tersebut diatas menjadi pondasi awal yang baik agar guru mampu mengaplikasikan teori multiple intelligences dalam sistem pengajaran dan pembelajaran. Bagaimana peran guru dalam aplikasi teori multiple intelligences adalah sebagai berikut: Pertama. Guru harus menerima keyakinan secara kuat serta logis bahwa dasar teori multiple intelligences dalam sistem pengajaran dan pembelajaran adalah tidak ada peserta didik yang bodoh. Setiap anak atau peserta didik memiliki satu atau lebih keanekaragaman kecerdasan. Bahwa tidak ada anak yang bodoh tetapi yang ada adalah anak dengan hambatan belajar atau learning disability. Hambatan belajar atau learning disability menunjukkan suatu tirai (barier) yang dialami anak atau peserta didik. Tirai atau barier yang dialami peserta didik/anak dapat bersifat psikologis akibat dari pola asuh selama masa tumbuh kembang sejak dari usia 0 tahun sampai usia sekolah dan bersifat non psikologis seperti pola hubungan harmonisasi saat terjadi interaksi belajar mengajar. Kedua. Guru yang bertindak sebagai “penjelajah kemampuan” atau discovering ability terhadap anak didiknya. Penjelajahan kemampuan yang dilakukan guru pada anak didiknya membawa guru pada perilaku eksploratif dan elaboratif terhadap profesi sebagai pendidik. Ini dapat menjadi penegasan, bahwasanya guru bukan hanya mengajar tetapi juga mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik atau anak didiknya. Ketiga. Guru harus mampu menjadi motivator bagi peserta didiknya. Kegiatan belajar mengajar guru harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi (need for achievment) pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need for achievment pada setiap peserta didik, maka peserta didik akan selalu menjadikankan seluruh aktivitasnya sebagai ajang meraih prestasi. Untuk
159
dapat membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta didik diperlukan suatu program kegiatan hadiah dan konsekuensi (reward and consecwensy).3 Untuk dapat membangkitkan kebutuhan akan prestasi, maka setiap pengalaman belajar peserta didik haruslah dirasakan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan, menantang dan bermakna bagi diri peserta didik. Motivasi-motivasi yang dilakukan guru, tidak hanya dari kemampuan memotivasi peserta didik dengan sistem ceramah tetapi juga dengan menunjukkan perilaku-perilaku positif yang mengarah pada kebutuhan akan prestasi atau need for achievment. Kemampuan guru berinteraksi dengan baik, humanis dan edukatif pada anak didik merupakan suatu mekanisme motivasi. Menurut peneliti, kecenderungan anak didik ketika diberikan motivasi melalui sistem ceramah monologis cenderung kurang direspon dengan kuat oleh anak didik. Oleh karena itu, sifat motivator yang terbaik dilakukan guru adalah dengan menjalin interaksi positif, humanis bernilai edukatif sampai pada tahap anak didik mengidolakan guru. Pada tahapan ini, telah terjadi ikatan kimiawi antara anak didik (peserta didik) dengan guru, sehingga apapun perkataan baik dari guru akan mudah diterima, dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik. Keempat. Guru sebagai fasiliator. Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan buku paket pegangan guru, namun diluar ruang kelas dapat dijadikan sumber dan media belajar. Sumber dan media belajar diperluas seperti lingkungan alam sekitar, masyarakat, pasar swalayan tradisional, masjid, kantor pemerintahan dan sebagainya. Berbagai media pembelajaran dapat digunakan dengan cara dibuat dengan rekayasa atau menggunakan sarana yang bersumber dari informasi teknologi. Dengan memperluas sumber dan media belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan cenderung informasi pengetahuan tersimpan secara memori jangka panjang (long term memory). Dalam proses pengajaran dan pembelajaran, guru memfasilitasi keanekaragaman kecerdasan peserta didik (anak didik) melalui aktivitasaktivitas yang berpusat pada student center yang mana peserta didik terlibat aktif, kreatif dalam proses aktivitas-aktivitas pembelajaran. Guru memfasilitasi keanekaragaman kecerdasan peserta didik dalam proses 3
Kegiatan pemberian hadiah atau reward adalah upaya menghargai prestasi anak/peserta didik setelah anak melakukan perilaku atau tindakan positif, dengan reward anak merasa dihargai dan dihormati dalam menghasilkan perilaku-perilaku positif, sementara konsekuensi merupakan pengganti dari hukuman. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri Jakarta, tidak menerapkan hukuman tetapi konsekuensi. Konsekuensi memiliki konotasi logis sebab akibat. Akibat yang dihasilkan dilatari dari sebab yang dilakukan oleh anak/peserta didik dan akibat yang ditimbulkan adalah anak/peserta didik bertanggungjawab terhadap konsekuensi yang muncul. Secara psikologis, konsekuensi memiliki muatan positif dari pada hukuman.
160
pengajaran dan pembelajaran melalui multi strategi sesuai informasi yang diperoleh dari multiple intelligences research (MIR). Kelima. Guru sebagai stimulator dalam proses kegiatan belajar mengajar peserta didik. Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifatsifat dan gaya kognitif bekerja. Dalam hal ini, psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam suasana belajar. Setiap peserta didik, memiliki kecepatan yang berbeda ketika mengakses dan memahami informasi pengetahuan. Terdapat empat kategorisasi kecepatan yang dialami peserta didik ketika mengakses informasi pengetahuan, di antaranya adalah:4 1) Fast learner (pembelajar cepat) 2) Normaly learner (pembelajar normal) 3) Slow Learner (pembelajar lambat) 4) Very slow learner (pembelajar sangat lambat) Keempat kategorisasi ini dipengaruhi dari pola asuh, pola didik saat peserta didik berada pada usia emas pertumbuhan (golden age) dan dipengaruhi oleh faktor genetik.5 Untuk melaksanakan kegiatan belajar integratif pada ketiga ranah pendidikan tersebut diperlukan suatu proses stimulasi melalui berbagai macam strategi belajar. Sebisa mungkin menghindari dan meniadakan pembelajaran tradisional yakni guru sebagai pusat (teacher centered) dan peserta didik sebagai pendengar yang monoton (listening centered). Guru melalukan olah seni tingkat tinggi dalam proses pembelajaran peserta didik. Guru bertindak sebagai fasilitator pendorong motivasi, pemberi stimulasi melalui aktivitas-aktivitas belajar peserta didik. Semaksimal mungkin, belajar tidak boleh terpaku pada pembahasanpembahasan konsep semata dan teori belaka. Setiap pokok bahasan harus berupaya ditarik ke dalam kehidupan nyata agar peserta didik tertarik untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi kedalaman dan keluasan pokok bahasan. Guru harus lebih mendorong bahwa aktivitas belajar peserta didik dimulai dari scene setting.6 Teknik memulai pembelajaran dengan memberikan rasa 4 Alamsyah Said dan Munif Chatib, Sekolah Anak-Anak Juara. Sekolah Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan, 45. 5 Faktor genetik hanya memberikan pengaruh sebesar 20%. Walau bersifat genetik namun tidak bersifat mutlak dalam menghasilkan kecerdasan seseorang, faktor genetik hanya bersifat potensi, dan akan semakin potensial jika diberikan stimulasi edukasi dan lingkungan edukatif yang positif. 6 Scene setting adalah bagian dari apersepsi. Scene setting adalah pengantar pembelajaran yang disampaikan oleh guru atau disimulasikan oleh peserta didik melalui tujuh formula penerapan, diantaranya: film, cerita imajinatif, informasi up to date, … Pelaksanaan scene setting dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai. Fungsi scene setting
161
penasaran diawal kepada peserta didik membantu peserta didik memulai proses belajarnya.7 Belajar melalui pengalaman (experiental learning) menjadi suatu pendekatan yang sangat perlu membantu guru menstimulasi peserta didik terlibat dalam proses belajar. Proses pembelajaran peserta didik perlu dipahami guru bahwa setiap peserta didik memiliki kecenderungan kecerdasan dominan. Setiap peserta didik, selain memiliki kecerdasan jamak juga memiliki modalitas belajar, yaitu bagaimana peserta didik menyerap informasi dengan mudah.8 Peserta didik juga memiliki tipe dominan dari proses berpikirnya.9 Pola-pola kecenderungan kecerdasan, modalitas belajar dan dominan berpikir harus dipahami oleh guru sebagai prasyarat awal untuk memulai aktivitas stimulasi fasilitator dalam proses pembelajaran. Banyak metode dan teknik-teknik pembelajaran yang dapat dikembangkan, dikreasikan guru melalui strategi mengajar sesuai cara peserta didik belajar.10 Hal yang paling esensial dari proses pembelajaran stimulatif adalah bagaimana guru mengajar sesuai cara peserta didik belajar. Mengajar sesuai cara kerja otak peserta didik adalah merupakan pemenuhan hak azazi tertinggi bagi peserta didik.11 Strategi pembelajaran guru, harus mempertimbangkan bagaimana memori bekerja (working memory) dan bagaimana gaya kognitif peserta didik (cognitive style). Working memory sangat memengaruhi performance seorang peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan kemampuan problem solving, reasoning, penyerapan perbendaharaan kata baru dan kemampuan membaca (reading comprehension).12 Hambatan belajar yang dialami peserta didik selama proses belajar sangat dipengaruhi sebagai jembatan penghantar sebelum masuk ke materi sesungguhnya guna mereduksi perintah. Scene setting dalam proses pembelajaran berbasis otak, berguna untuk membuka jalur informasi yang diteruskan dari batang otak (otak reptil) ke bagian otak limbik (limbic brain). 7 Munif Chatib, Gurunya Manusia, 34. 8 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Teaching (Jakarta: Kaifa, 2009). 9 Dominan berpikir ini meliputi dominasi kedua belahan otak, yaitu otak bagian kiri dan otak bagian kanan. Dominasi berpikir otak kanan menunjukkan pola acak, tanpa terstruktur, dan imajinatif atau secara umum disebut sebagai otak intuitif. Penjelasan mengenai otak intuitif didasari dari sifat berpikir yang ditunjukkan oleh orang yang kreatif, imajinatif dan cenderung tidak terstruktur dalam pola berpikirnya. Sementara, orang yang berpikir dominan otak kirinya, menunjukkan perilaku berpikirnya dengan sistematis, berurutan mengikuti pola yang baku dan linier mengikuti aturan. Dominasi otak kiri terhadap perilaku berpikir disebut sebagai otak rasional, karena lebih mengutamakan rasionalitas ketimbang intuitif. 10 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligence Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa, 10. 11 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligence Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa, 15-17. 12 Riding (2002) menjelaskan dalam strategi belajar working memory dan cognitive style.
162
oleh jenis kecepatan akses informasi pengetahuan13 atau dikenal dengan istilah cognitive load, yaitu suatu kelambatan kognitif mengakses informasi pengetahuan. Hal tersebut dapat direkayasa dengan menggunakan media belajar yang efektif14 dan melibatkan modalitas kinestetik.15 Rekayasa kelambatan akses kognitif (cognitive load) melalui penggunaan media belajar yang efektif dan penggunaan modalitas belajar kinestetik akan mendapatkan hasil belajar peserta didik yang optimal.16 Kualitas kognitif setiap peserta didik berbeda. Bahwa gaya berpikir setiap orang (peserta didik) terbagi atas dua gaya fundamental, yaitu the wholist analytic, adalah dimensi gaya berpikir yang cenderung mengola sesuatu dalam keseluruhan atau dalam bagian-bagian, dan the verbal imagery, adalah dimensi gaya berpikir yang cenderung menampilkan proses berpikirnya secara verbal atau dalam bentuk mental pictures17 dengan dua dimensi gaya kognitif (cognitive style) tersebut muncullah berbagai kombinasi gaya kognitif peserta didik, seperti kecenderungan berpikir analitis, kecenderungan berpikir verbal, berpikir melalui imajinasi (image). Luasnya cakrawala kemampuan manusia dalam memproses informasi pengetahuan, memungkinkan seorang peserta didik menyerap sesuai dengan hal yang paling disenangi, di antaranya melalui mendengar (listener), melihat (looker/visual) dan melakukan (mover).18 Hal ini sesuai dengan konsep modalitas belajar yang berbasis inderawi yaitu: audio, visual, kinestetik dan taktil.19 Inti dari kegiatan pembelajaran guru yang menstimulasi peserta didik sampai pada tahapan senang belajar dengan melibatkan seluruh fungsi otak dan inderawinya adalah inti dari pembelajaran quantum (quantum learning). 13
Pendapat ilmiah ini telah didasarkan oleh pengalaman-pengalaman empiris oleh Alamsyah Said selama menjadi guru. Alamsyah Said secara detil menjelaskan hal ini dalam sebuah naskah calon bukunya yang berjudul “Revolusi Mengajar, Pelajaran Sulit Menjadi Mudah”. Naskah tersebut masih dalam proses penulisan. Secara singkat Alamsyah Said bersama Munif Chatib menjelaskan hal tersebut pada buku Sekolah Anak-Anak Juara. Sekolah Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Peneliti mendapatkan informasi tersebut dari Alamsyah Said saat melakukan diskusi di Insan Mandiri Jakarta pada hari Kamis, 10 esember 2015 pukul 17.15 wib. 14 Sweller (1998) melakukan riset mendalam mengenai proses belajar (instructional process) memerhatikan masalah cognitive load. 15 Bobby DePorter and Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (Bandung; Kaifa Learning, 1999), 32. 16 Hasil penelitian tersebut dilaporkan oleh Sweller (1998). Kesimpulan Sweller adalah belajar akan mendapatkan hasil yang optimal apabila proses intruksional memperhatikan spilt attention effect, redundancy effect, works examples dan penggunaan multimedia. 17 Ridding dan Cheema (1991) dan Riding dan Rayner (1998). 18 Lauren Bradway dan Barbara Albers Hill (1993) mengemukakan 3 jenis gaya anak dalam menyerap pelajaran listener, looker, dan mover. 19 Bobby DePorter and Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, 45.
163
Stimulasi proses pembelajaran peserta didik, menuntut kreatifitas tingkat tinggi serta komitmen dari guru. Dalam proses pengajaran, guru tidak memberikan sepenuhnya jawaban-jawaban dari sebuah persoalan, tetapi guru menstimulasi dengan arahan-arahan, memfasilitasi dengan kelancaran prosedur aktivitas serta media-media pendukung kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Guru mengarahkan peserta didik kearah pemecahan masalah (problem solving), melalui jenjang berpikir rendah atau low order thingking sampai melibatkan peserta didik pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thingking). Keenam. guru sebagai evaluator. Guru melakukan penilaian secara menyeluruh (kaffah) dan manusiawi atau humanis selama proses pendidikan dan proses pembelajaran berlangsung. Penilaian lebih menekankan pada ipsativ, yaitu penilaian yang mengukur atau membandingkan dari prestasiprestasi sebelumnya dari setiap individu peserta didik. Metodologi atau sistem penilaian lebih menekankan performa (performance) perilaku, keterampilan dan performa akademik. Sistem penilaian mengutamakan penilaian proses pendidikan dan pembelajaran. Aspek yang dinilai mencakup aspek sikap yang diperoleh dari aktivitas proses belajar peserta didik. Aspek penilaian keterampilan diperoleh dari aktivitas proses dalam bentuk karya/produk, dan penilaian aspek pengetahuan diperoleh melalui proses belajar dan hasil akhir dari proses belajar. Ketiga aspek yang dinilai guru sebagai evaluator mengutamakan pada sistem penilaian autentik berbasis rubrik penilaian. Ketujuh. Guru sebagai sahabat dan orangtua peserta didik. Guru adalah orangtua kedua anak, setelah orangtua biologis anak di rumah. Dalam konteks pendidikan universal, guru adalah orangtua edukatif anak di sekolah. Guru menyentuh peserta didik melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran, melalui kegiatan-kegiatan pendukung program pendidikan. Tidak sekedar mengajar tetapi guru juga mendidik pembangunan mental, perilaku dan karakter. Dalam konteks yang lebih luas dan manusiawi, peserta didik mengalami proses bertumbuh dan berkembang dengan level pikiran yang berkembang sesuai usia biologis dan pikologis. Mengakomodasi pendidikan dengan menyentuh pikiran-pikiran positif peserta didik membantu peserta didik cakap dalam berkata dan bertindak. Kecakapan kata dan bertindak yang dilakukan secara berulang melahirkan kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang menjadi rutinitas melahirkan karakter. Dalam hal tersebut, guru sangat penting menjadi sahabat dan orangtua peserta didik agar proses cakap kata, cakap tindakan, cakap kebiasaan menjadi cakap karakter. Kedelapan. Guru sebagai edukator. Guru sebagai edukator menekankan sebagai pendidik bahwa segala kata, ucapan, tindakan, kebiasaan perilaku dan karakter menjadi layar yang dapat dilihat dan ditiru serta dijadikan ontoh dan rujukan. Cara guru mengajar bagi guru edukator
164
adalah menekankan pada sentuhan pembangunan mental dan perilaku. Mengajak, mencontohkan dan meneladani perilaku-perilaku yang berbasis pada perilaku ketaqwaan pada Allah Sang Maha Pencipta dan juga pada hubungan antar manusia. Kesembilan. Guru sebagai integrator. Keterpaduan menjadi sinergitas utama dalam melaksanakan proses pembelajaran, yakni mengintegrasikan atau memadukan kurikulum pendidikan Nasional yang bersifat umum dengan kurikulum kekhasan yang menitikberatkan pada agama, yakni pembelajaran Alquran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif adalah memberikan porsi pembelajaran agama secara seimbang, sementara pengertian kualititaf adalah menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, melalui proses integratif nilai dan pendidikan agama diperkaya dengan luasan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum nasional (kurikulum umum) dan kurikulum agama (Alquran) dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan muatan nilai pengetahuan peserta didik memahami esensi perspektif yang utuh dan terorientasi melalui cara pandang bahwa ilmu pengetahuan adalah keterpaduan antara qauli dan qauni. Dalam perspektif qauli dan qauni, memiliki sinergitas nilai yang saling menopang, seperti dalam pembelajaran fisika melalui ilmu pengetahuan alam terpadu, peserta didik mempelajari hukum ke III Newton, dalam kesaling integrasian antara qauli dan qauni memunculkan cara pandang yang lebih spiritualis, memunculkan sikap, bahkan memberikan pemahaman lengkap (kaffah) bahwa peserta didik tidak hanya memahami materi hukum ke III Newton, namun juga memahami bahwa perilaku rajin akan menghasilkan sebab prestasi.20 Kegiatan belajar mengajar menerapkan sistem integrasi pada ranah afektif, psikomotorik dan kognitif dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekuensinya, seluruh kegiatan belajar harus distimulasi melalui langkalangkah pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah afektif, psikomotorik dan kognitif. Dari uraian dan penjelasan-penjelasan di atas, analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran membutuhkan payung kurikulum, silabus dan program-program pendukung (hidden curricullum) dan rencana program pembelajaran guru sebagai teknis aplikasi teori multiple intelligences. Berikut uraian analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran: Kurikulum sebagai panduan standar isi dan proses yang memuat, mengarahkan dan mengakomodasi konteks dan konten pendidikan. Wadah kurikulum sebagai payung pelaksana pengajaran dan pembelajaran yang 20 Alamsyah Said, Hidup Sukses Cara Sains Melalui Etika, Estetika dan Keajaiban Ilmu (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), 210.
165
memuat unsur manusia sebagai peserta didik. Kurikulum menegaskan bahwa target capaian pendidikan dan bagaimana pendidikan diproses disesuaikan dengan teori multiple intelligences yang mengakomodasi semua calon peserta didik tanpa terkecuali dan memandang semua peserta didik cerdas dengan keanekaragaman kecerdasan. Silabus sebagai acuan pelaksanaan proses pengajaran dan pembelajaran yang memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan, memuat indikator-indikator hasil belajar peserta didik serta memuat panduan sumber belajar, alokasi muatan waktu belajar. Silabus menjadi kendaraan yang memandu pelaksanaan standar isi yang kemudian dijalankan sebagai standar proses. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, menekankan pada aplikasi pengajaran guru sesuai hasil multiple intelligences research atau MIR. Hasil pelaksanaan multiple intelligences research (MIR) dituangkan kedalam pemilihan strategi sesuai jenis-jenis kecerdasan peserta didik. Analisis aplikasi multiple intelligences dalam pembelajaran dilakukan dengan pendekatan multi strategi. Pelaksanaan multiple intelligences dalam pembelajaran membutuhkan peran guru sebagai operator pelaksana pembelajaran berbasis multiple intelligences. Diantara peran yang sangat dituntut dari seorang operator pelaksana pengajaran dan pembelajaran menggunakan teori multiple intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Mandiri, Jakarta diantaranya: guru sebagai discovering ablitiy atau sebagai penjelajah kemampuan dan bakat peserta didik, guru sebagai fasilitator kecerdasan beragam peserta didik, guru sebagai stimulator kecerdasan peserta didik. Guru sebagai evaluator proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik, guru sebagai sahabat dan orangtua peserta didik selama menjalani masa pendidikan dan pembelajaran, dan guru sebagai edukator peserta didik.
166
BAB V PENUTUP Sebagai bab penutup, pada bab ini akan dideskripsikan beberapa hasil temuan dalam penelitian disertasi ini. Kemudian, disusul dengan beberapa saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang tema yang terkait dengan disertasi ini. A.
Kesimpulan. Dari uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa aplikasi teori multiple intelligences dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar, bakat dan kreativitas peserta didik. Bukti-bukti yang mendukung pernyataan di atas adalah: 1. Murid antusias dalam mengikuti kegiatan belajar. 2. Guru menyesuaikan kecenderungan gaya belajar murid dalam menyampaikan materi pembelajaran. 3. Strategi belajar yang dilakukan oleh guru sangat dinamis dan metodologi yang beragam. B.
Saran. Berdasarkan pada penelitian dan kesimpulan dari penelitian disertasi ini, direkomendasikan kepada para pembaca, akademisi, dan peneliti lainnya dalam kajian multiple intelligences system berkaitan dengan manajemen pembelajaran sebagai berikut: 1. Untuk memulai aplikasi teori multiple intelligences dalam manajemen pembelajaran, diawali kesamaan paradigma dan pandangan tentang kecerdasan manusia. Kesamaan ini memungkinkan peserta didik dilakukan riset kecerdasan jamak melalui multiple intelligences research. 2. Pandangan baru tentang kecerdasan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar. Mengingat definisi kecerdasan dalam pandangan teori multiple intelligences adalah sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah (problem solving) dan menghasilkan produk atau karya bernilai budaya. 3. Aplikasi multiple intelligences system diawali dari input penerimaan peserta didik, proses pembelajaran menekankan multi strategi dan output dengan penilaian berbasis proses. 4. Sistem pengkelasan peserta didik mengacu pada hasil multiple intelligences research atau MIR. Pengkelasan diklasifikasikan berdasarkan anak-anak sesuai kecenderungan gaya belajar peserta didik yang sama. 5. Dalam penerimaan peserta didik baru, sekolah berperan sebagai agen perubah (agent of change) sehingga bisa menerima calon peserta didik
167
baru sesuai jumlah kuota yang ditetapkan sekolah dengan cara menerima calon peserta didik yang mendaftar lebih awal. 6. Dalam melakukan evaluasi atau penilaian hasil belajar dilaksanakan dengan menggunakan rubrik penilaian dalam penilaian autentik. 7. Mendorong dan memberi peluang bagi peneltian lebih lanjut. Dalam tulisan ini, masih terdapat celah-celah kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, sumbangan dari pembaca, akademisi dan peneliti lainnya atau penelitian selanjutnya sangat diharapkan, baik berupa kritik atau saran yang konstruktif demi perbaikan penelitian di masa mendatang.
168
DAFTAR PUSTAKA A. Referensi Buku. Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Abu Bakar, Usman dan Surohim. Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakata: Safiria Insania Press, 2005. Adi Sage, Lazuardi. Nasionalisme dan Islam. Jakarta: Citra Media, 1996. Alatas, Syed Farid. Muslim Reform in Southeast Asia: Perspectives from Malaysia, Indonesian and Singapore. Singapura: Majlis Ulama Islam Singapura, 2009. Alfajri, Ahmad. Menuju Islam Berkeadaban. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Amen, Daniel G. Changes Your Life Changer Your Brain: Mengoptimalkan Fungsi Otak untuk Hidup yang Lebih Baik dan Lebih Sehat. Jakarta: Qonita, 2011. Apple, Michael W. Ideology and Curriculm. New York: Taylor and Francis e-Library, 2002. Arief, Armai. Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Masyarakat Majemuk. Ciputat: Suara ADI dan UMJ Press, 2009. -------. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa, 2005. Arif, Andriana Nesia. Dengan Pujian Bukan Kemarahan. Rahasia Pendidikan dari Negeri Sakura. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 1987. -------. Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjuan Teori Dan Praktek Berdasarkan Pendidikan Interdisipliner. Jakarta: Bina Aksara, 1996. Armstrong, Thomas. Creating minds: an anatomy of creativity seen through the lives of Freud, Einstein, Picasso, Stravinsky, Eliot, Graham, and Gandhi. New York: Basic Books Inc, 1995. -------. In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences. Revised and Update. (New York: Penguin Putnam Inc, 2000.
169
-------. Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: Indeks, 2013. -------. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. USA: Association for Supervision and Curriculum Development, 2009. -------. Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa, 2002. -------. Setiap Anak Juara: Panduan Membantu Anak Belajar Dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. -------. The Best School: Mendidik Peserta didik Menjadi Insan Cendekia Seutuhnya. Bandung: Kaifa, 2011. Assegaf, Abd. Rachman. Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005. Azizy, Qodry. Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2002. Azra, Azyumardi, Dina Afrianty, Robert W. Hefner. “Pesantren and Madrasah: Muslim Schools and National Ideals in Indonesia”, dalam Robert w. Hefner dan Muhammad Qasim Zaman. Schooling Islam the Culture and Political of Modern Muslim Education. New Jersey: Princeton University Press, 2007. -------. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: UIN-Press-Kencana, 2012. B.D., Brooks & F.G. Goble. The Case of Character Education, the Role of School in Theaching Values and Virtue. North Ridge, CA: Studio Production, 1997. Bakker, Anton dan Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Jogjakarta: Kanisius, 1998. Banna (al-), Hasan. Majmu’atur Rasail. Terj. Kumpulan Risalah Dakwah Hasan al Banna. Jakarta: Al I’tishom Cahaya Umat, 2012. Barlow dan Witheringtone dalam Munif Chatib dan Alamsyah Said. Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa. 2010. Barnawi dan Arifin. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
170
Bartolome, Lilia I. “Beyond the Fog of Ideology”. dalam Ideoloies in Education Unmasking the Trap of Teacher Neutrality. New York: Peter Lang, 2008. Baum, Susan, Julie Viens dan Barbara Slatin. Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit. Columbia University New York and London: Teachers College Press, 2005. Bloom, Benyamin S., Potraits of an Educator. Second Edition. Edited by Thomas R. Guskey. Lanham - New York – Toronto Polymouth, UK: Rowman and Littlefield Publisher, Inc, 2012. BR. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. Theories of Learning Teori Belajar. Edisi ketujuh. Jakarta: Kencana, 2008. Bruinessen, Martin Van. “Traditonalist and Islamist Pesantrens in Contemporary Indonesia”. dalam Farish A. Noor, Yoginder Sikand, dan Martin Van Bruinessen. Madrasah in Asia Political Activism and Transnational Linkages. Amsterdam: Amsterdam University Press, 2008. Bryner, Karen. “Piety Projects: Islamic School for Indonesia’s Urban Middle Class”. Ph.D Dissertation of the Graduate School of Art Science, Columbia University, 2013. Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995. Campbell, Linda dan Bruce Campbell. Multiple Intelligences and Student Achievement: Success Stories from Six Schools. USA: Association for Supervision and Curriculum Development, 1999. Campbell, Linda, Bruce Campbell dan Dikinson Dee. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Terj. Depok: Intuisi Press. 2006. -------. Teaching and Learning through Multiple Intelligences. Massachusetts: Allyn and Bacon, 1996. Chatib, Munif dan Alamsyah Said. Sekolah Anak-Anak Juara: Sekolah Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa, 2012. Chatib, Munif. Gurunya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa, 2011. -------. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa, 2009.
171
Conrad, Lawrence I. Education and Learning in the Early Islamic World. Burlington: Ashgate Publishing Company, 2012. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud, 1989. Departemen Agama. Nalar Islam Nusantara: Studi Islam Ala Muhammadiyah, al-Irsyad, Persisi dan NU. Jakarta: Diktis, 2007. DePorter, Bobby and Mike Hernacki. Quantum Learning.Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung, Kaifa Learning, 1999. Djiwandono, J. Soedjati. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Dalam Tonny D Widiastono (ed). Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002. Doll, C. Ronald. Curriculum Improvement, Decision Making and Process. Boston: Allyn and Bacon, 1964. Evkans, Cassandra, William M. Ferriter, Michelle Goodwin, Tammy Heflebower, Tom Hierck, Cris Jakicic, Sharon V. Kreamer, Jeffry Overlie, Ainsley B. Rose, Nicole M. Vagle, and Adam Young, The Teacher as Assessment Leader. Edited by Thomas R. Guskey. In Introduction by Thomas R. Guskey. (555 North Morton street Bloomington: Library Blinding USA, 2009. Galayaini (al-), Mustafa. ‘Izat al-Nāshi’īn. Bairūt: Maktabah alAsyriyyah Littiba’ah Wa an-nasyr, 1913. Gardner, Howard dalam Thomas Armstrong. Frames of Mind. The Theory of Multiple Intelligences. New York: Tenth-Anniversary Edition. Basic Books, Inc., Publishers. 1983. -------. Intelligences Reframed: Multiple Intelligences for the 21st century. New York: Basic Books, 1999. -------. Multiple Intelligences. Terj. Jakarta: Indeks, 2009. -------. Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksa, 2003. -------. Multiple Intelligences: The Theory In Practice. New York: Basic Books, 1993. Gredler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan. Terj. Jakarta: CV. Rajawali, 1991.
172
Gunawan, Adi W. Born to be a Genius. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 2000. Hamdan, Cahyadi. Paradoks Pendidikan Tanah Air. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008. Handoko, T. Hani. Manajemen. Edisi 2. Yokyakarta: BPFE-UGM. 2011. Hariwibowo, Eko Hariwibowo. Manajemen Pendidikan Pesantren. Jakarta: Pustaka Semesta, 1999. Hasan, Noorhaidi. “Education, Young Islamist and Integreted Islamic School in Indonesia”. Studia Islamica, Vol. 19, No. 1, 2012. -------. “Salafi Madrasahs and Radicalism in Post-New Order Indonseia”. dalam Kamaruzzaman and Patrick Lory. Islamic Studies and Islamic Education in Contemporary Southeast Asia. Kuala Lumpur: Yayasan Ilmuan, 2011. -------. “The Salafi Madrasahs of Indonesia”, dalam Faris A. Noor, Yonginder Sikand, Martin Van Bruinessen. The Madrasah in Asia Political Activitis and Transnational Linkages. Amsterdam: Amsterdam University Press, 2007. Hawkins, Jeffand dan Sandra Blakesle. On Intelligence. Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2004. Hefner, Robert W. and Muhammad Qasim Zaman. Schooling Islam the Culture and Political of Modern Muslim Education. New Jersey: Princeton University Press, 2007. Hergenhahn, BR. dan Matthew H. Olson. Theories of Learning Teori Belajar. Edisi ketujuh. Jakarta: Kencana, 2008. Hing, Lee Kam. Education and Politics in Indonesia 1945-1965. Kuala Lumpur: University of Malaysia Press, 1995. Hoerr, Thomas R., Sally Boggeman dan Christine Wallach. Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom. San Francisco: Jossey-Bass, 2010. Hoerr, Thomas R. Becoming a multiple intelligences school. USA: Association for Supervision and Curriculum Development, 2000.
173
-------. Buku Kerja Multiple intelligences: Pengalaman New City School di St. Louis, Misouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung: 2007. Imron, Ali. Rencana Kerja Sekolah. Materi Bimbingan Teknis Manajemen Berbasis Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2013. Ismail, dkk. Dinamika Pesantren dan Madrasah. t.tp: Pustaka Pelajar, 2002. Jamaly (al-), Muhammad Fadhil. Nahwu Tarbiyat Mukminat. t.tp: alSyirkat al-Tunisiyat Li al-Tauzi’, 1977. Kahalah, Umar Rida. Mu’jam al-Mu’allafīn Tarajum Mushan Naïf alKutub al-‘Arabīah, Juz III. Bairūt: Muassasah al-Risālah, 1993. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002, tentang Komite Sekolah. -------. Kurikulum 2013 untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. -------. Permendikbud Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. -------. Permendikbud Nomor 41 Tahun 2013, tentang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. -------. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, tentang Standar Proses. Kohn, Hans. Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya. Terj. Sumantri Mertodipiro. Jakarta: PT. Pembangunan, 1961. Kohno, Takeshi. “Political Background of Islamic Education Institutions and the Reach of the State in Southeast Asia”. Studia Islamika, Vol. 16, No. 2, 2009. Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kuruikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988. Leahy, Louis. Manusia Sebuah Misteri. Sintesa Filosofis tentang Makhluk Paradoksal. Jakarta: Gramedia, 1989. Lehninger, Albert L. Principles of Biochemistry. The Johns Hopkins University School of Medicine. Alih Bahasa, Meggy Thenawidjaya. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1982.
174
Leonardo, Zeus. Ideology, Discourse, and School Reform. London: Praegare, 2003. Makhrus, dkk. Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pokja Akdemik UIN Sunan Kalijaga, 2005. Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Maksum. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos, 1999. Manner, M. Barbara. “Learning Styles and Multipleintelligences in Students”. Journal of College Science Teaching. NSTA, 2001. (Accessed: 16/09/2015). Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT.Al- Ma’arif, 1962. Mckenzie, Walter. Multiple Intelligences and Instructional Technology, Second Edition. Washington DC: International Society for Technology in Education, 2005. Moesa, Ali Maschan. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berasis Agama, Yogyakarta: PT LKiS, 2007. Mu’arif, Ambary Hasan. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998. Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999. -------. Psikologi Keluarga Dari Kelaurga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa. Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia dan PT Bina Rena Parawira, 2005. Mujib, Abdul. Fitrah dan Kepribadian Islam, Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999. -------. Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Mulkan, Abdul Munir. Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: SI Press, 1993. Murakami, Kazuo. Rahasia DNA. Bandung: Kaifa, 2015. -------. The Divine Massage of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita. Bandung: Mizan, 2007. An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam, Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press, 1995. -------. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro, 1992.
175
-------. Uṣūl at-Tarbīah Islāmīah wa Asālibuhā. Bairūt: Dār al-Fikr, 1979. Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Nasution. Sejarah Pendidikan Islam. Surabaya: Bumi Aksara, 1995. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. -------. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. -------. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. -------. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003. -------. Pendidikan Islam di Era Global : Pendidikan Multikultural, Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan Etika. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. -------. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1993. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Histories, Teoritis Dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah. Teori Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, 2002. Pasiak, Taufiq. Otak dan Kecerdasan dalam Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Alquran. Bandung: Mizan, 2002. -------. Tuhan dalam Otak Manusia. Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains. Bandung: Mizan, 2012. Prasetyo, Pardan. “Manajemen Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Studi Deskriptif Kualitatif di Sekolah Dasar Isam Terpadu DKI Jakarta)”. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, 2015. Prasetyo, Reza dan Yeny Andriani. Multiply Your Multipleintelligences. Yogyakarta: Andi, 2009. Qi, Jie, Seana Moran and Howard Gardner. Multiple Intelligences Around The World. (Editors by Howard Gardner), (San Fransisco: Jossey-Bass A. Wiley Imprint, 2009.
176
Al-Qosimi, Muhammad Jamaluddin. Tafsīr Mahāsin Ta’wil. Kairo: Dār al-Ihyā’i, 1979. Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2001. -------. Madrasah dalam Politik Pendidikan DI INDONESIA. Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2005. Rahmat, Jalaluddin. Otak Belajar: Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: Kaifa, 2013. Redaksi Great Publisher. Buku Pintar Politik, Sejarah Pemerintahan dan Ketatanegaraan. Yogyakarta: Galang Perss, 2009. Retno S. Sudibyo. “Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan”. Disajikan di Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2007. Balitbang Kemdiknas RI. (Accessed: 26/12/2015). Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam Perspektif Sosiologis-Filosofis. Terj. Mahmud Arif. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. Riggio, Ronald E., Susan E. Murphy dan Francis J. Pirozzolo. Multiple Intelligences and Leadership. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2002. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks, 2006. Roff, William R. “Pondoks, Madrasahs and the Production of ‘Ulama in Malaysia”. Studia Islamika, Vol. 11, No. 1, 2004. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013. Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: PT. Alifa Beta, 2010. Said, Alamsyah. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Peserta Didik. Jakarta: Prenada Kencana, 2015. -------. Hidup Sukses Cara Sains Melalui Etika, Estetika dan Keajaiban Ilmu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. -------. Sekolah Tanpa Tembok Pendidikan Tanpa Batas. Mal Praktek Pendidikan di Sekolah Tembok. Jakarta: Pena Publishing, 2015. Santoso, Listiyono. (de) Konstruksi Ideologi Negara. Jogjakarta: NingRat, 2003. Santrock, Jhon W. Educational Physocology. Jakarta: Prenada Media, 2008.
177
-------. Psychology: The Science of Mind and Behaviored, 2. Lowa: Wm.C. Brown Publisher, 1998. Sastrapratedja, M. “Pendidikan Nilai”. dalam EM. K. Kaswadi (Ed). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: Grasindo, 1993. Shalabī, Aḥmad. Tarikh al-Tarbīah Islamīah. t.tp: Kashshāf lī al-Naṣr wa al-Ṭibā’ah wa al-Tauzī’i, 1953. Siauw , Felix Y. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: Al-Fatih Press, 2013. Silbermen, Mel, Active Learning. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS, 2001. Siswono. Semangat Baru Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Yayasan Pembangunan Bangsa, 1996. Slavin, R.E. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon, 2000. Soejono, Agus. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV Ilmu Bandung, 1980. Steenbrink, Karel A. Pesantern Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam Kurun Modernisai and Identitas. Jakarta: Kencana, 2012. Suardi, Edi. Pedagogik. Bandung: Angkasa, 1984. Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas. Jakarta: Kencana, 2012. Suhartono. Sejarah Pergerakan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Sukmadinata, Syaodih Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Sukoco, Hadi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Katapedia, 2001. Kompas Rabu, 03-04-2013. Suparno, Paul. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius, 2004. Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars, 1980. Suriasumantri, Jujun. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor, 1981.
178
Sutrisno. Pendidikan Islam yang Menghidupakan: Studi Kritis Terhadap Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman. Yogyakarta: Kota Kembang, 2006. Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda, 2011. Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Thoumy. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Tadjab, dkk. Dasar-Dasar Kependidikan Islam. Surabaya: Karya Aditama, 1996. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992. Tan, Charlene. Islamic Education and Introduction: the Case in Indonesia. New York: Roultge, 2011. Thoha, M. Chabib dan Abdul Mu’ti. PBM-PAI Di Sekolah Eksistensi Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WALI SONGO bekerja sama dengan Pustaka Pelajar Offset, 2008. Tilaar, H.A.R. Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas, 2012. -------. Kekuasaan dan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. -------. Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Indonesia 19451995: Sebuah Analisis Kebijakan. Jakarta: Grasindo,1995. -------. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. -------. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya, 2002. -------. Pertanggungjawaban Manajemen Pendidikan dalam Menghidupi Pedagogik di Indonesia. Jakarta: UNJ-HISAPI, 2002. -------. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2002. TIM Dosen FIP-IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
179
Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2006. Tim Penjamin Mutu Sekolah Islam Terpadu Indonesia. “Sekolah Islam Terpadu Konsep dan Aplikasinya”. Jaringan Sekolah Islam Terpadu, 2006, 57-58. Ulwan, Abd Nasih. Pendidikan Anak dalam Islam: Pendidikan Sosial Anak Cet. III. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996. -------. Tarbiyatu ‘l-Aulad fi ‘l-Islam Juz II, Terjemah Saifullah Kamalie, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Al-Shifa’, 1988. Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2005. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Utama, Faizah Dewi. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi: Memaknai Pengembangan dan Pergulatan Masa Inisiatif di TK dan Masa Industri di Kelas Awal SD. Jakarta: Cindy Grafika, 2008. Waghid, Yusef. Conseption of Islamic Education. New York: Peter Lang Publishing, 2011. Wahid, Din. “Nurturing the Salafi Manhaj: A Studi of Salafi Pesantren in Contemporay Indonesia”. Dissertation of Utrecht University Nederland, 2014. Yatim, Badri. Bung Karno, Islam, dan Nasionalisme. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid. Tadzkirah : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005. Zuharini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. B. Referensi Jurnal, Artikel dan Laporan Penelitian. Afandi, Mochtar. “The Method of Muslim Learning as Illustrated in alZarnuji’s Ta’lim al’Muta’allim. McGill University (Canada) Dissertations. 1993. Http://search.proquest.com/docview/89192357 ?accountid=25740.
180
Alkandri, Kalthoum. “Transformation and Challenges of Islamic Education in a Globalized”. International Education, 2014, 44, No. 1: 91-107. Http://search.proquest.com/docviev/1636357699? accountid=25704. Fajar, Malik. “Makalah”. Munas VII LDII. 8 Maret 2011 di Surabaya. Fohl, Florian. “Negotiating Religious and National Identities in Contemporary Indonesia Islamic Education”. Cross Currents 61, (2001), No. 3: 399-414. Humanities Full Text (H.W. Wilson), EBSCO Host. Gardner, Howard and Thomas Hatch, “Educational Implications of the Theory of Multiple intelligences”. Journal Educational Researcher Journal, Vol 18, 4-10, (1989). (Accessed: 16/09/2015). -------. “Multiple intelligences Go to School: Educational Implications of the Theory of Multiple intelligences”. American Educational Research Association, Vol. 18, No. 8 (Nov. 1989), 4 – 10. (Accessed: 16/09/2015). Hamzah. “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah”. STAIN Datokarama, Palu. Jurnal Studi Islamika. Vol. 5, No. 1, Juni 2013. (Accessed: 20/10/2015). Hanafin, Joan. “Multiple Intelligences Theory, Action Research, and Teacher Professional Development: The Irish MI Project”. Australian Journal of Teacher Education. Vol. 39, Issue 4 Article 8 (2004). (Accessed: 16/09/2015). Hare, William. “Ideology Introduction and Teacher Education. Journal of Education Controversy, 2013. Www.ce.wwu.edu. Ibnian, S.S.K. and Hadban, A.D, “Implications of Multiple intelligences Theory in ELT Field,” International Journal of Humanities and Sosial Science, Vol. 3. No. 4, 2013. (Accessed: 16/09/2015). Iskandar S. “Kemampuan Pembelajaran dan Keinovatifan Guru”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. V, No. 9, April 2008, www.jurnal.upi.edu/pendidikan dasar. (Accessed: 16/09/ 2015). Manner, Barbara. “Learning Styles and Multiple Intelligences in Students”, Journal of College Science Teaching. NSTA, 2001.
181
http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/ (Accessed: 16/09/2015). Lukens Bull, Ronald Alan. “A Peacfull Jihad: Javanese Islamic Education and Religious Identity Construction”. Arizona State University Dissertations, 1997. Http://search.proquest.com/ docview/304328854. Mulyanto R, “Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. V. No. 7, April 2007. www.jurnal.upi.edu/ pendidikan dasar. (Accessed: 16/09/2015). Prasetyo, Pardan. “Malpraktek Pendidikan Kita”. Majalah Oase, No 4. Jakarta, 4 Agustus 2015. Riha, Mark and Rebecca A.R. Pina. “The Influence of Multiple intelligences Theory on Web-Based Learning”. Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, March 2009, (Accessed: 16/09/2015). Said, Alamsyah. “Kecerdasan Manusia: Kritik Terhadap Teori Multiple Intelligence Howard Gardner”, Oktober 2012. -------. “Penerapan Hasil Riset Gaya Belajar Dalam Pengajaran Guru. Penelitian Tindakan Sekolah”. GLC Indonesia. Jakarta. 2014. Saputra, Tri Mei Ade, Alben Ambarita dan Yuliana Hamdan, “Pengaruh Strategi Mengajar Multiple intelligences terhadap Hasil Belajar”. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, (2015). Scott, Eberle. “Playing with the Multiple intelligences How Play Helps Them Grow”. American Journal of Play, Vol. 4, Number 1, (2011). (Accessed: 16/09/2015). Siskandar. “Pengembangan Multiple intelligences Melalui Kegiatan Non-Ekstrakurikuler Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan hasil Pembelajaran”. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Dasar dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol.5 No.2. (2008). (Accessed: 16/09/2015). Start, Daniel dan Hovland, Ingie. “Analisis Swot (kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman) Tools for Policy Impact”. a Handbook for Researchers. Http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/pendidikan/utami-dewi-mpp/analisis-swot.pdf.
182
Sitompul, Harun dan Reni Astuti. “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Medan”. Jurnal teknologi Pendidikan, Teknologi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan. 2012. (Accessed: 16/09/2015). Smanela, Syukron, Makalah Hasil Penelitian Mengenai Multiple Intelligences. Sudibyo, Retno S. “Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan”, disajikan di Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2007, Balitbang Kemdiknas RI. (Accessed: 26/12/2015). Sudrajat, Akhmad. Konsep Manajemen Sekolah (Pengertian, Fungsi dan Bidang Manajemen. Https://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/ Posted on 3 Februari 2008. Sugiarti, Piping. “Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika”. Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 2, No. 05/Th.IV/Desember 2005. (Accessed: 16/09/2015). Suratmi, Siti. “Pendekatan Belajar Multiple Intelligences”. Http:// suratmisitisuratmi.blogspot.com/2013/05/vbahavorurldafaulttvmlo.html. (Accessed: 16/09/2015). Susanto, Handy. “Penerapan Multiple intelligences Dalam Sistem pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Penabur, No.04/Th.IV/Juli 2005. (Accessed: 16/09/2015). Timmins, Brualdy and Amy C, Multiple intelligences: Gardner’s Theory, “Practical Assessment, Research & Evaluation”. Vol. 5, No. 10 (1996), 10. Http://pareonline.net/getvn.asp?v=5&n=10. (Accessed: 17/09/2015). Yalmanci, Sibel G. and Ali Ibrahim. “The Effects of Multiple Intelligences Theory Based Teaching on Students Achievement Anda Retention of Knowledge”. International Journal on New Trends in Education And Their Implication. Vol. 4, Issue: 3 (July 2013). www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/04. yalmanci.pdf. (Accessed: 16/09/2015).
183
C. Website. http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2173798-fungsiperencanaan-pembelajaran-pai/ http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035422defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurut-para http://paudjateng.xahzgs.com/2015/05/paud-pendidikan-anak-usia-dinidi-singapura.html http://paudni.kemdikbud.go.id/ segment/49.html http://unesco.org/history.htm http://academia.edu/8473659/Arti_Bakat http://academia.edu/9569679/Pengertian_Manajemen_Secara_Etimologis http://kompasiana.com/imanuellabridgieta/resume-buku-sekolahnyamanusia-sekolah-berbasis-multiple-intelligences-di-Indonesia http://kompasiana.com/irul_yakusa /kesempurnaan-manusia. http://sscdompetdhuafa.net/artikel/artikel-guru http://jsit-Indonesia.com http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/
184
GLOSARIUM Akhlak Aktualisasi Alur
Aplikasi Argumentasi Asumsi Bakat Edukatif Efektif Ekspresi
Emosi
Esensi Fungsi Ganda Imajinasi Indikator Individu
Inovasi
Interaktif Ironi
: Budi pekerti; kelakuan: : Perihal mengaktualkan; pengaktualan: : Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian : Penggunaan; penerapan : Alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan; : Dugaan yang diterima sebagai dasar; : Dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir: : Bersifat mendidik: : Dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan) : Pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya) : Keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif) : Hakikat; inti; hal yang pokok: : Kegunaan dari suatu hal : (Tentang hitungan) kali; lipat : Sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan : Sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan: : Organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan organik dengan sesamanya) : Penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat); : Bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif; : Kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir
185
Jamak Karakter
Kasus
Katalisator
Kategori Kecerdasan Kemampuan Kognitif Kompetensi Komprehensif Konsekuensi Konsep Kontribusi Kurikulum Lulusan Malpraktek Manajemen Masalah Mental Metode
: Lazim; tidak aneh; lumrah; wajar: : Tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak : Keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal; soal; perkara; : Seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa : Bagian dari sistem klasifikasi (golongan, jenis pangkat, dan sebagainya); : Sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya) : Kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat: : Berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris : Kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu) : Luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); : Akibat (dari suatu perbuatan, pendirian, dan sebagainya); : Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: : Sumbangan : Perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; : Berhasil (dalam ujian); dapat melalui dengan baik (dalam menghadapi segala cobaan) : Bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku : Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran : Sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal; persoalan: : Bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga: : Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
186
Minat
:
Mitos
:
Model
:
Motivasi
:
Nilai
:
Paradigma Parsial
: :
Pedagogi Pembelajaran
: :
Pendekatan
:
Persepsi
:
Personal Perspektif Pesan
: : :
Potensi
:
Proses
:
Representasi Riset
: :
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan; Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan Cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib Pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan: Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan Kerangka berpikir Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan Ilmu pendidikan; ilmu pengajaran: Proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar; Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian; acangan; Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan: Bersifat pribadi atau perseorangan: Sudut pandang; pandangan; Perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya; Runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: Apa yang mewakili; perwakilan Penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta
187
Signifikansi Simulasi
: :
Sistem
:
Spiritual
:
Struktur Teknik Teori
: : :
Terpadu
:
Variasi
:
Wacana
:
yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik; Keadaan signifikan; pentingnya Metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya Berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin) Yang disusun dengan pola tertentu Metode atau sistem mengerjakan sesuatu; Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi Kurikulum yang memadukan semua mata pelajaran ke dalam bentuk permasalahan Tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula; selingan: Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah
188
INDEKS
A Akhlak, 1, 2, 3, 7, 35, 59, 60, 63, 69, 75, 84, 85, 86, 91, 98, 105, 113, 134, 144 Aktualisasi, 62 Alur, 33, 79, 80, 115, 124, 128 Aplikasi, 3, 4, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 21, 22, 23, 24, 32, 39, 42, 47, 48, 67, 68, 83, 92, 94, 96, 101, 106, 107, 110, 111, 112, 119, 120, 122, 123, 124, 126, 127, 128, 131, 132, 135, 145, 149, 156, 159, 165, 166, 167 Asumsi, 20, 45
G Ganda, 20, 21, 50, 61, 65, 66, 131, 132, 134, 148, 157 I Imajinasi, 15, 97, 163 Indikator, 82, 104, 119, 122, 136, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 154, 155, 156, 166 Individu, 6, 9, 12, 17, 18, 19, 42, 45, 48, 52, 62, 63, 83, 91, 102, 105, 121, 126, 131, 142, 164 Inovasi, 10, 11, 12, 50, 67, 76, 77, 128, 158 Interaktif, 20, 46, 151 Ironi, 3, 8
B Bakat, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 18, 30, 37, 38, 40, 41, 62, 63, 64, 65, 83, 84, 86, 90, 96, 98, 101, 111, 112, 114, 115, 116, 119, 127, 131, 166, 167
J Jamak, 5, 18, 19, 20, 21, 29, 39, 41, 43, 44, 48, 49, 54, 56, 57, 60, 61, 66, 82, 83, 98, 101, 102, 104, 106, 110, 111, 114, 122, 125, 126, 128, 131, 134, 146, 157, 158, 161, 162, 163, 167 Jamak, 21, 43, 44, 54, 110, 114, 146, 161, 163
E Edukatif, 2, 4, 102, 160, 161, 164 Efektif, 17, 19, 21, 31, 40, 42, 52, 57, 71, 72, 73, 74, 76, 78, 91, 93, 95, 97, 98, 100, 132, 136, 137, 138, 139, 141, 149, 161, 163 Ekspresi, 42, 141 Emosi, 6, 62, 63, 79, 84, 89, 112 Esensi, 5, 165
K Karakter, 1, 2, 3, 6, 7, 8, 35, 60, 63, 69, 78, 83, 84, 85, 90, 91, 102, 104, 105, 106, 112, 119, 121, 164 Kasus, 9, 51, 61, 138, 143, 144 Katalisator, 35, 64 Kategori, 10, 35, 68, 107, 136
F Fungsi, 5, 7, 12, 28, 43, 45, 47, 59, 71, 76, 86, 87, 138, 155, 161, 163
189
Kecerdasan, 1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 75, 79, 80, 82, 83, 86, 90, 93, 94, 95, 98, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 110, 111, 112, 114, 122, 123, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 148, 149, 150, 151, 152, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 166, 167 Kemampuan, 1, 4, 6, 7, 11, 12, 16, 17, 27, 29, 30, 31, 32, 37, 38, 41, 43, 44, 47, 49, 55, 56, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 68, 73, 79, 84, 87, 91, 93, 96, 97, 104, 105, 108, 111, 112, 115, 121, 131, 132, 134, 136, 138, 139, 141, 143, 145, 146, 153, 157, 159, 160, 161, 162, 163, 166 Kemampuan, 7, 12, 60, 61, 62, 63, 66, 73, 84, 91, 104, 136, 138, 139, 141, 143, 160 Kognitif, 1, 2, 3, 7, 8, 29, 44, 45, 47, 48, 49, 56, 66, 73, 79, 84, 91, 96, 101, 102, 105, 112, 114, 116, 119, 121, 131, 134, 157, 161, 162, 163, 165 Kompetensi, 3, 11, 17, 18, 32, 33, 49, 50, 56, 64, 67, 68, 70, 75, 76, 77, 86, 89, 93, 99, 103, 104, 109, 110, 116, 127, 128, 131, 157, 158, 166
Komprehensif, 12, 14, 23, 32, 34, 73, 112, 123, 136 Konsekuensi, 20, 48, 88, 89, 92, 106, 124, 160 Konsep, 9, 13, 14, 18, 20, 24, 25, 27, 34, 36, 38, 42, 46, 48, 49, 56, 58, 61, 66, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 81, 82, 84, 85, 88, 89, 91, 105, 111, 112, 125, 127, 135, 148, 157, 161, 163 Kontribusi, 31, 45 Kurikulum, 3, 7, 9, 15, 35, 40, 46, 47, 48, 49, 69, 70, 71, 74, 75, 76, 77, 80, 85, 90, 94, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 111, 112, 120, 131, 132, 134, 148, 157, 158, 165, 167 L Lulusan, 70, 86, 99, 109, 112 M Malpraktek, 10 Manajemen, 3, 4, 12, 13, 14, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 32, 33, 40, 44, 55, 66, 67, 72, 80, 84, 86, 91, 92, 101, 109, 112, 116, 119, 120, 122, 124, 128, 131, 147, 149, 153, 156, 158, 167 Masalah, 1, 2, 6, 7, 8, 11, 13, 15, 22, 24, 27, 29, 36, 37, 40, 46, 50, 51, 52, 58, 59, 60, 62, 66, 67, 89, 93, 97, 105, 121, 127, 128, 134, 138, 142, 158, 163, 164, 167 Mental, 38, 42, 45, 61, 70, 99, 102, 121, 163, 164, 165
190
Metode, 10, 12, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 30, 31, 38, 43, 44, 51, 53, 54, 57, 69, 95, 97, 101, 112, 126, 128, 131, 137, 139, 142, 143, 148, 153, 158, 162 Minat, 4, 7, 8, 10, 12, 13, 17, 18, 37, 40, 43, 55, 57, 62, 64, 75, 83, 84, 90, 96, 98, 101, 111, 112, 114, 115, 119, 140, 149, 152, 167 Mitos, 43 Model, 3, 13, 14, 22, 36, 38, 45, 69, 70, 90, 92, 100, 123, 145 Motivasi, 17, 40, 45, 55, 62, 132, 141, 143, 152, 159, 160, 161
78, 79, 83, 84, 85, 86, 89, 92, 94, 95, 96, 97, 100, 101, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 110, 111, 112, 114, 116, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 126, 127, 128, 131, 132, 134, 136, 142, 145, 146, 147, 148, 149, 152, 153, 154, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167 Pendekatan, 3, 8, 12, 15, 17, 18, 19, 22, 38, 47, 52, 58, 71, 82, 90, 94, 97, 103, 112, 122, 127, 128, 139, 149, 151, 162, 166 Persepsi, 5, 23, 31, 98, 139, 143 Personal, 3, 6, 63, 102, 107, 111, 127, 137, 143 Perspektif, 3, 4, 5, 14, 19, 20, 28, 59, 60, 72, 74, 86, 93, 94, 95, 97, 112, 116, 134, 145, 165 Pesan, 36, 71 Potensi, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 18, 29, 37, 52, 58, 59, 60, 61, 62, 66, 68, 69, 75, 78, 83, 84, 85, 86, 87, 90, 98, 99, 101, 105, 112, 114, 119, 142, 145, 159, 161 Proses, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 49, 52, 55, 56, 57, 58, 61, 62, 63, 64, 66, 70, 72, 73, 74, 75, 77, 79, 82, 83, 84, 86, 87, 89, 90, 94, 95, 96, 97, 98, 100, 102, 103, 106, 108, 109, 110, 112, 113, 114, 115, 116, 120, 121, 122,
N Nilai, 1, 2, 7, 8, 10, 19, 29, 37, 41, 49, 51, 53, 59, 63, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 78, 85, 87, 88, 89, 91, 93, 97, 98, 101, 102, 105, 106, 116, 133, 140, 143, 149, 155, 156, 165 P Paradigma, 2, 8, 9, 10, 32, 34, 35, 43, 56, 61, 66, 76, 80, 83, 84, 90, 95, 96, 99, 100, 108, 110, 111, 119, 122, 124, 131, 132, 148, 156, 158, 159, 167 Parsial, 9, 10, 71 Pedagogi, 4, 5, 17, 64, 90 Pembelajaran, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 73, 75,
191
123, 124, 125, 126, 127, 128, 131, 132, 135, 136, 137, 138, 142, 146, 147, 148, 149, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167
T Teknik, 12, 14, 22, 23, 32, 36, 95, 100, 105, 106, 108, 109, 124, 128, 153, 161, 162 Teori, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 56, 57, 59, 61, 62, 65, 66, 67, 68, 69, 78, 82, 88, 90, 92, 96, 104, 110, 111, 112, 119, 120, 122, 124, 126, 127, 128, 131, 132, 135, 136, 145, 146, 147, 148, 149, 154, 156, 157, 159, 161, 165, 166, 167 Terpadu, 13, 14, 22, 23, 25, 34, 64, 66, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 105, 107, 108, 109, 110, 112, 113, 114, 115, 116, 119, 124, 125, 131, 132, 133, 135, 136, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 149, 156, 157, 158, 160, 166
R Representasi, 5, 42, 45, 68, 119 Riset, 5, 15, 19, 20, 21, 29, 32, 34, 36, 44, 72, 80, 82, 83, 94, 101, 104, 110, 122, 125, 126, 128, 129, 132, 147, 163, 167 S Signifikansi, 25 Simulasi, 11, 50, 127, 141, 158 Sistem, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 32, 33, 34, 36, 38, 39, 47, 57, 62, 63, 66, 67, 69, 70, 75, 84, 92, 99, 101, 103, 109, 120, 122, 123, 124, 126, 127, 128, 131, 134, 146, 153, 156, 158, 159, 160, 164, 165, 167 Spiritual, 2, 5, 7, 27, 28, 49, 51, 59, 63, 70, 73, 112, 121, 131, 133, 134, 140, 145, 151, 157 Struktur, 46, 47, 112, 120, 136
V Variasi, 48, 131, 153, 156 W Wacana, 9, 46
192
RIWAYAT HIDUP PENULIS Karim Santoso Masri. Lahir di Biaro Baru, Musi Rawas, Sumatera Selatan, 25 Maret 1974. Beralamat di jalan Kalibata Utara II No.66 RT.8/7 Kalibata, Jakarta Selatan 12740. Email:
[email protected]. HP: 081319266628. Anak ke 6 dari 10 bersaudara. Dari pasangan H. Muhammad Masri bin H. Badri dan Hj. Marion (Almh) binti H. Agus. Menikah dengan Hj. Heni Lestari, S.Pd, M.Si (Kandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah). Dan dikaruniai seorang putra bernama Nabiel Muhammad (12 tahun) saat ini murid kelas 6A di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Ayah mertua Soetoro (Alm) bin Wamad dan Ibu mertua Hj. Siti Rohaya binti H. Rauf. Riwayat pendidikan SDN Biaro Baru, Musi Rawas, Sumsel (1981-1987). SMPN Karang Dapo, Musi Rawas, Sumsel (1987-1988). MTs Nurul Akhlaq Biaro Baru, Musi Rawas (1988-1990). MAN 2 Curup, Bengkulu (1990-1993). DIII IPPI (sekarang STAI) Al Qudwah, Depok (1993-1996). S1 Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (20002004) Program Studi Bimbingan dan Konseling. S2 Universitas Indonesia (2005-2008) Kekhususan Kajian Islam dan Psikologi. S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-2016) Konsentrasi Psikologi Islam. Short Program: Community For Palestine di Istanbul Turki (2013). School Leaders Immersion Programme di Al Irsyad, Singapura (2013). Dauroh Tokoh Indonesia di Universitas Islam Madinah (2016). Riwayat pekerjaan Guru, Bendahara, Kepala MI Al Falah Depok (1993-1998). Guru dan TU SDIT Al Muhajirin Depok (19981999).Guru, Wakil Kepala SDIT Al Hikmah Jakarta (1999-2003). Konsultan Pendidikan dan Trainer Nasional (2000-sekarang). Guru, Direktur SDIT Insan Mandiri Jakarta (2003-sekarang). Prestasi di bidang pendidikan Juara 1 Guru Berprestasi Kategori Pilihan Orang Tua Murid di SDIT Al Hikmah Jakarta (2002). Juara 1 Guru Favorit Pembaca Majalah Aku Anak Saleh (2006).
193