KARAKTERISTIK WILAYAH JELAJAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles 1821) DI PULAU TINJIL, PANDEGLANG, BANTEN
TUBAGUS M. MAULANA YUSUF
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
KARAKTERISTIK WILAYAH JELAJAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles 1821) DI PULAU TINJIL, PANDEGLANG, BANTEN
TUBAGUS M. MAULANA YUSUF
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN TUBAGUS M. MAULANA YUSUF. Karakteristik Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh HARNIOS ARIEF dan ENTANG ISKANDAR.
Monyet ekor panjang merupakan salah satu jenis satwa primata yang sangat banyak dijumpai di Indonesia. Jenis tersebut banyak dimanfaatkan oleh manusia, diantaranya sebagai hewan peliharaan dan hewan laboratorium untuk tujuan biomedis. Pemanfaatan monyet ekor panjang tersebut umumnya dipenuhi dengan pengambilan langsung di alam (Supriatna & Wahyono 2000). Hal ini merupakan salah satu ancaman kelangsungan hidupnya di alam. Oleh karena itu, perlu adanya upaya konservasi untuk menanggulangi ancaman tersebut, seperti mendirikan penangkaran. Salah satu penangkaran yang didirikan untuk menjaga kelestarian monyet ekor panjang adalah penangkaran semi alami di Pulau Tinjil. Dalam penangkaran semi alami, pengelolaan habitat merupakan salah satu kegiatan terpenting guna menjamin keberhasilan penangkaran tersebut. Salah satu informasi terpenting dalam pengelolaan habitat monyet ekor panjang di Pulau Tinjil adalah wilayah jelajah monyet ekor panjang itu sendiri. Dengan mengetahui informasi tersebut, maka dapat ditentukan bentuk pengelolaan habitat yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik wilayah jelajah monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten pada bulan Juni-Agustus 2009. Data wilayah jelajah berdasarkan jelajah hariannya diperoleh dengan metode mengikuti pergerakan kelompok atau anggota kelompok monyet ekor panjang pada waktu aktifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah jelajah monyet ekor panjang di Pulau Tinjil menempati tipe ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah dengan strata tajuk didominasi oleh strata C. Kondisi cover yang digunakan monyet ekor panjang untuk melakukan aktivitas harian dalam wilayah jelajahnya memiliki penutupan tajuk yang berbeda (penutupan tajuk yang rapat dan tidak rapat). Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan oleh monyet ekor panjang sebanyak 25 jenis dan jenis yang paling disukai adalah butun (Baringtonia asiatica), huni (Antidesma bunius), kondang (Ficus variegata), lampeni (Ardisia humilis), loa (Ficus sp.), sawo kecik (Manilkara kauki) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Air yang dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang berasal dari berbagai sumber (air hujan yang tertampung pada celah-celah batang pohon, air sumur yang ditempatkan di bak minum oleh staf lapang, air yang keluar dari keran air yang terletak di sekitar basecamp serta air yang terkandung dalam buah dan daun). Rata-rata luas wilayah jelajah dugaan monyet ekor panjang sebesar 6,9 ha.
Kata kunci: Karakteristik wilayah jelajah, Monyet ekor panjang, Pulau Tinjil.
SUMMARY TUBAGUS M. MAULANA YUSUF. Home Range Characteristics of Long-tailed Macaque (Macaca fascicularis Raffles 1821) on Tinjil Island, Pandeglang, Banten. Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism. Faculty of Forestry. Bogor Agricultural University. Under supervision of HARNIOS ARIEF and ENTANG ISKANDAR.
Long-tailed macaque (Macaca fascicularis Raffles 1821) is one of primate species found in Indonesia. The species is frequently used as pets and laboratory animal for biomedical purposes. However, the need of this long-tailed macaque is generally fulfilled with direct capture from the wild (Supriatna & Wahyono 2000). This wild capture is one of the threat for the population of the species. Therefore, it needs an conservation effort to overcome this threat, such as establishing a captive breeding. One of the captive breeding that has been established to preserve the sustainability of long-tailed macaque is a semi natural captive breeding on Tinjil Island. In semi natural captive breeding, habitat management is one of the most important activities to ensure the success of captive breeding. One of the most important information in habitat management of long-tailed macaque on Tinjil Island is its home range. By knowing this information, it can be determined the appropriate habitat management. The purpose of this study was to determine home range characteristics of long-tailed macaques on Tinjil Island. The research was conducted in Semi Natural Captive Breeding of Tinjil Island, Pandeglang, Banten from June to August 2009. Home range data was formulated based on daily range of long-tailed macaque, obtained by the group follows method at its active time. The result showed that the home range of longtailed macaques on Tinjil Island occupied coastal forest ecosystem type and lowland rainforest. The crown stratification was dominated by strata C. The longtailed macaques used different conditions of crown closures (dense and less dense crown closures) for their daily activities. The species of plants that has been used as food sources consist of 25 species. The high preferences of food consist of Baringtonia asiatica, Antidesma bunius, Ficus variegata, Ardisia humilis, Ficus sp., Manilkara kauki, and Hibiscus tiliaceus. The water that is used by long-tailed macaques comes from various sources (rain-water in the slot of trees, water from containers placed by field staff, water from the tap around the Basecamp and from the fruits and leaves). The average estimation home range for long-tailed macaque is 6.9 ha.
Keywords: Home range characteristics, Long-tailed macaque, Tinjil Island.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Tubagus M. Maulana Yusuf NIM E34050407
Judul Skripsi : Karakteristik Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten Nama : Tubagus M. Maulana Yusuf NIM : E34050407
Menyetujui: Pembimbing I,
(Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F) NIP: 19640709.199002.1.002
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si) NIP: 19670619.200701.1.002
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
(Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.) NIP: 19580915.198403.1.003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Fakultas Kehutanan, serta civitas lain pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F dan Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si sebagai dosen pembimbing yang banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi pada penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik mengenai materi maupun bahasannya karena keterbatasan yang dimiliki. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan di masa yang akan datang sehingga penyusunan tulisan berikutnya dapat menjadi lebih baik. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, Februari 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Tubagus Muhammad Maulana Yusuf dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 April 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Tubagus M. Arief, SE dan Tuti Khairani, SE. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 11 Bintaro, Jakarta dari tahun 1993 sampai 1999, pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 177 Jakarta dari tahun 1999 sampai 2002 dan pendidikan menengah umum di SMU Negeri 90 Jakarta dari tahun 2002 sampai 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Tingkat Persiapan Bersama dari tahun 2005 sampai 2006, kemudian penulis melanjutkan pada program mayor minor IPB dengan mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dari tahun 2006 sampai 2010. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai staf Biro Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2006-2007, staf Biro Sosial Lingkungan HIMAKOVA tahun 2007-2008, panitia GEBYAR HIMAKOVA tahun 2007 dan Ketua Pelaksana Kampus Konservasi HIMAKOVA tahun 2007-2008. Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Leuweung Sancang dan Cagar Alam Kamojang pada tahun 2007, penulis juga melakukan kegiatan Praktik Konservasi Exsitu di PT Megacitrindo dan PUSPIPTEK pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Karakteristik Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten dibawah bimbingan Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F dan Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakteristik Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Papa, mama dan kedua kakakku atas doa dan kasih sayangnya, serta bantuan moril dan materiil yang telah diberikan kepada penulis tanpa hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Harnios Arief, M.Sc.F dan Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp, Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc dan Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, dosen Fakultas Kehutanan serta dosen TPB Institut Pertanian Bogor yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan bekal ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. 5. Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian. 6. Septiantina Dyah Riendriasari, S.Hut yang telah memberikan arahan dan kesediaan waktunya sebagai pembimbing lapang penulis. 7. Nur Anita Gusnia selaku teman teristimewa yang selalu memberikan masukan positif, motivasi, pengertian dan doanya kepada penulis, serta kesediaan waktunya mendampingi dalam penulisan skripsi ini. 8. Seluruh staf lapang Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil yang telah memberikan bantuan dan keceriaan selama penelitian.
9. Arief Adi Pradana, Eka Chandra Prasetyawan dan Rika Setiabudi Santoso yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 10. Sadam Husein, Muhammad Askuri, Muhammad Fahri Prawira, Ade Putra, Hadre Hardeka dan Firli Gustian atas doa dan dukungan yang diberikan pada penulis. 11. Teman-teman Tarsius 42 atas kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini. 12. Teman-teman pengurus HIMAKOVA 2007/2008 atas kekompakan dan kerjasamanya dalam menjalankan kepengurusan. 13. Seluruh staf Tata Usaha (TU) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB yang memudahkan penulis dalam pengurusan administrasi selama menuntut ilmu di DKSHE. 14. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Mohon maaf atas segala kekurangan dan penulis menerima saran dan kritik apabila diperlukan. Terima kasih.
Bogor, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ i RIWAYAT HIDUP ................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................. 1.4 Kerangka Pemikiran ...........................................................
1 2 2 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi ......................................................................... 2.2 Morfologi ........................................................................... 2.3 Bio-ekologi ........................................................................ 2.4 Perilaku .............................................................................. 2.5 Pakan ................................................................................. 2.6 Habitat ............................................................................... 2.7 Wilayah Jelajah .................................................................. 2.8 Daerah Inti ......................................................................... 2.9 Teritori ............................................................................... 2.10 Status Konservasi ...............................................................
4 4 5 6 8 8 9 10 10 11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ........................................ 3.3 Data yang Dikumpulkan ..................................................... 3.3.1 Data primer ............................................................... 3.3.2 Data sekunder ............................................................ 3.4 Metode Pengambilan Data.................................................. 3.4.1 Kegiatan pendahuluan ............................................... 3.4.2 Pelaksanaan kegiatan ................................................. 3.5 Analisis Data ...................................................................... 3.5.1 Ukuran kelompok monyet ekor panjang ..................... 3.5.2 Analisis vegetasi ........................................................ 3.5.3 Kerapatan vegetasi..................................................... 3.5.4 Cover......................................................................... 3.5.5 Ketersediaan tumbuhan pakan ................................... 3.5.6 Palatabilitas pakan ..................................................... 3.5.7 Wilayah jelajah, daerah inti dan teritori......................
12 12 12 12 13 13 13 13 15 15 15 16 16 16 17 17
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan .................................................... 4.2 Topografi dan Geologi ....................................................... 4.3 Tanah dan Air .................................................................... 4.4 Iklim .................................................................................. 4.5 Sejarah dan Status Kawasan ............................................... 4.6 Kondisi Flora dan Fauna .................................................... 4.6.1 Flora .......................................................................... 4.6.2 Fauna......................................................................... 4.7 Sarana dan Prasarana Kawasan ...........................................
18 18 18 18 19 20 20 20 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Ekosistem................................................................... 5.1.1 Komposisi dan struktur vegetasi ................................ 5.1.2 Kerapatan vegetasi..................................................... 5.1.3 Cover......................................................................... 5.1.4 Ketersediaan tumbuhan pakan ................................... 5.1.5 Palatabilitas pakan ..................................................... 5.1.6 Ketersediaan air ......................................................... 5.2 Populasi ............................................................................. 5.2.1 Wilayah jelajah .......................................................... 5.2.1.1 Jelajah harian ................................................. 5.2.1.2 Daerah inti ..................................................... 5.2.1.3 Teritori........................................................... 5.2.2 Ukuran kelompok monyet ekor panjang .....................
23 23 26 27 28 30 32 33 33 33 39 41 44
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ........................................................................ 6.2 Saran ..................................................................................
46 46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
47
LAMPIRAN ...........................................................................................
50
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Jenis vegetasi yang terdapat di Pulau Tinjil ........................................
24
2. Kerapatan tingkat pertumbuhan pada masing-masing jalur .................
26
3. Jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ................
28
4. Nilai palatabilitas tumbuhan pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ........................................................................................
31
5. Jelajah harian monyet ekor panjang di Pulau Tinjil .............................
35
6. Luas wilayah jelajah dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ......
38
7. Luas daerah inti dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil .............
39
8. Luas teritori dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ...................
41
9. Estimasi ukuran kelompok monyet ekor panjang di Pulau Tinjil .........
44
10. Daftar jenis vegetasi pada jalur 1 ........................................................
51
11. Daftar jenis vegetasi pada jalur 2 ........................................................
52
12. Daftar jenis vegetasi pada jalur 3 ........................................................
53
13. Penghitungan nilai p pada jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang ..........................................................................
54
14. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 1 .....................
55
15. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 2 .....................
55
16. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 3 .....................
55
17. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 1 .................
56
18. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 2 .................
56
19. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 3 .................
56
20. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 1.......................
57
21. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 2.......................
57
22. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 3.......................
57
23. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 1.....................
58
24. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 2 .....................
58
25. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 3 .....................
59
26. Tally sheet profil pohon jalur 1 ...........................................................
60
27. Tally sheet profil pohon jalur 2 ...........................................................
61
28. Tally sheet profil pohon jalur 3 ...........................................................
62
No.
Halaman
29. Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 3 ....................
67
30. Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 3........................
69
31. Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 3 .......................
71
32. Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 3 ....................
73
33. Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 3 ......................
75
34. Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 5 ....................
77
35. Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 5........................
79
36. Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 5 .......................
81
37. Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 5 ....................
83
38. Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 5 ......................
84
39. Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 8 ....................
86
40. Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 8........................
88
41. Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 8 .......................
90
42. Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 8 ....................
92
43. Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 8 ......................
94
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ...........................................................
3
2. Layout metode garis berpetak .............................................................
14
3. Beberapa satwa yang terdapat di Pulau Tinjil .....................................
21
4. Persentase strata pohon pada masing-masing jalur ..............................
26
5. Aktivitas monyet yang sedang memanfaatkan cover ...........................
27
6. Buah-buahan sebagai pakan monyet ekor panjang ..............................
30
7. Bak minum ........................................................................................
32
8. Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 3...................
35
9. Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 3 ..............................
35
10. Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 5...................
36
11. Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 5 ..............................
36
12. Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 8...................
37
13. Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 8 ..............................
37
14. Peta daerah inti dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ..............
40
15. Peta teritori dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil ....................
42
16. Pohon tidur monyet ekor panjang .......................................................
43
17. Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 3..............................
63
18. Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 5..............................
64
19. Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 8..............................
65
20. Dokumentasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil .............................
66
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Daftar jenis vegetasi pada jalur 1 (kelompok kandang 3) ....................
51
2. Daftar jenis vegetasi pada jalur 2 (kelompok kandang 5) ....................
52
3. Daftar jenis vegetasi pada jalur 3 (kelompok kandang 8) ....................
53
4. Penghitungan nilai p pada jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang ..........................................................................
54
5. Tabulasi indeks nilai penting pada tingkat semai ................................
55
6. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang.....................................
56
7. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang ..........................................
57
8. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon ........................................
58
9. Tally sheet profil pohon jalur 1 ...........................................................
60
10. Tally sheet profil pohon jalur 2 ...........................................................
61
11. Tally sheet profil pohon jalur 3 ...........................................................
62
12. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 3 ................
63
13. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 5 ................
64
14. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 8 ................
65
15. Dokumentasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil .............................
66
16. Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 3 ..........................................................................
67
17. Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 5 ..........................................................................
77
18. Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 8 ..........................................................................
86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu jenis satwa primata yang sangat banyak dijumpai di Indonesia. Indonesia termasuk salah satu negara pengeksport monyet terbesar di dunia (Suprijatna 2000, diacu dalam Djuwantoko et al. 2008). Jenis tersebut banyak dimanfaatkan oleh manusia, diantaranya sebagai hewan peliharaan, topeng monyet dan hewan laboratorium untuk menguji berbagai jenis obat-obatan, pembuatan vaksin dan pembiakan sel. Akan tetapi, untuk kebutuhan eksport dan untuk kegiatan pemanfaatan monyet ekor panjang lainnya umumnya dipenuhi dengan pengambilan langsung di alam (Supriatna & Wahyono 2000). Hal ini merupakan salah satu ancaman kelangsungan hidupnya di alam. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk menanggulangi kepunahan dengan suatu usaha konservasi seperti mendirikan penangkaran. Salah satu penangkaran yang didirikan untuk menjaga kelestarian monyet ekor panjang adalah penangkaran semi alami di Pulau Tinjil, dimana monyetmonyet tersebut dilepas di hutan tetapi masih diberikan pakan yang terbatas (Prasetyo 1992). Pulau Tinjil merupakan suatu pulau yang digunakan untuk kegiatan penangkaran monyet ekor panjang untuk berbagai kepentingan, baik di bidang ekologi maupun sosial ekonomi. Dengan keberadaan penangkaran semi alami monyet ekor panjang di Pulau Tinjil, diharapkan terjadi peningkatan pada jumlah populasi monyet ekor panjang di Indonesia serta dapat memenuhi kebutuhan pasar nasional dan internasional. Dalam penangkaran semi alami, pengelolaan satwa dan pengelolaan habitat merupakan kegiatan terpenting guna menjamin keberhasilan penangkaran tersebut. Salah satu informasi terpenting dalam pengelolaan habitat monyet ekor panjang di Pulau Tinjil adalah penggunaan habitat oleh monyet ekor panjang itu sendiri. Wilayah jelajah merupakan salah satu aspek penggunaan habitat oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Dengan mengetahui aspek tersebut, maka dapat ditentukan bentuk pengelolaan habitat yang sesuai sehingga satwa dapat berkembang biak secara optimal dan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh
karena itu, perlu dilakukan suatu studi untuk mengetahui karakteristik wilayah jelajah monyet ekor panjang di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik wilayah jelajah monyet ekor panjang di Pulau Tinjil.
1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menentukan lokasi kandang tangkap berdasarkan daerah yang paling sering dikunjungi oleh monyet ekor panjang dalam wilayah jelajahnya. Selain itu hasil penelitian juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4 Kerangka Pemikiran Wilayah jelajah monyet ekor panjang merupakan salah satu informasi terpenting dalam penangkaran monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Daerah yang paling sering dikunjungi oleh monyet ekor panjang dalam wilayah jelajahnya dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan lokasi kandang tangkap di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Karakteristik Wilayah Jelajah
Tipe Ekosistem
Populasi
Kondisi Habitat
Komposisi & Struktur Vegetasi
Kerapatan Vegetasi
Cover
Ketersediaan Pakan
Palatabilitas Pakan
Ketersediaan Air
Wilayah Jelajah
Jelajah Harian
Daerah Inti
Ukuran Kelompok Monyet Ekor Panjang
Teritori
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Jumlah
Struktur Umur
Nisbah Kelamin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Monyet ekor panjang memiliki klasifikasi ilmiah seperti yang dipaparkan oleh Napier dan Napier (1985) sebagai berikut : Kerajaan : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Bangsa : Primata Suku
: Cercopithecidae
Marga
: Macaca
Jenis
: Macaca fascicularis Raffles 1821
Spesies ini memiliki nama lain atau sinonim: long-tailed macaque (Inggris), macaque de buffon (Perancis), macaca cangrejera (Spanyol), javaapa atau krabbmakak (Swedia). Maryanto et al. (2007) menambahkan nama yang umum dipakai di Indonesia adalah: kara (Riau), karau (Minangkabau), kunyuk (Sunda), ketek (Tengger), ketang (Madura) dan lain-lain.
2.2 Morfologi Pada monyet muda sering terdapat jambul di kepala, warna rambut bervariasi menurut umur satwa dan lokasi tempat tinggalnya, sedangkan pada monyet yang umurnya lebih tua mempunyai cambang yang lebat dan mengelilingi mukanya. Monyet ekor panjang mempunyai dua warna utama, yaitu coklat keabuabuan dan kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna menurut musim, umur dan lokasi. Populasi yang hidup di dalam hutan umumnya berwarna lebih gelap dibandingkan dengan yang hidup di pantai (Lekagul & McNeely 1977). Medway (1978) menjelaskan bahwa warna bulu monyet ekor panjang umumnya coklat mengkilap (grizzled olive brown); kulit telanjang pada wajah, telapak tangan dan kaki berwarna coklat kemerah-mudaan. Anak yang baru lahir berambut sangat tipis, dengan puncak kepala gelap dan lapisan tulang belakang. Perbedaan dengan beruk dan beruk kentoi yaitu pada panjang ekor yang bukan ekor prehensil. Ukuran kepala dan badan 350-455 mm, ekor 400-565 mm dan
memiliki bobot badan 1,5-5,0 kg. Pada hewan yang sudah tua ekor kemungkinan lebih pendek akibat kecelakaan. Monyet ekor panjang adalah satwa primata yang menggunakan kaki depan dan belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari, memiliki ekor yang lebih panjang dari panjang kepala dan badan. Monyet berukuran sedang, dengan sebuah kepala memiliki panjang tubuh 500 mm (20 in.). Monyet tersebut memiliki ukuran tubuh yang lebih panjang dibandingkan dengan monyet lain. Umumnya monyet berwarna coklat keabu-abuan (Napier & Napier 1985). Menurut Crockett dan Wilson (1980) diacu dalam Soehartono dan Mardiastuti (2003), monyet ekor panjang memiliki tubuh ramping dan berekor panjang (lebih dari 60 cm). Jenis monyet ini mempunyai dimorfisme seksual, dengan individu jantan (5-7 kg) lebih besar dibandingkan individu betina (3-4 kg). Kedua jenis kelamin tersebut kelihatan sama, rambut kepala berwarna abu-abu sampai kecoklatan. Bayi berwarna hitam, membuat mereka berbeda menyolok dengan individu dewasa yang berwarna pucat. Payne et al. (2000) menambahkan bahwa panjang kepala dan tubuh monyet ekor panjang 400-470 mm, panjang ekor 500-600 mm, panjang kaki belakang sekitar 140 mm. Jantan dewasa memiliki berat 5-7 kg dan betina dewasa memiliki berat 3-4 kg.
2.3 Bio-ekologi Monyet ekor panjang mempunyai kebiasaan memasukkan tangan mereka ke lubang kecil untuk mencari kepiting atau hewan lain. Selain itu, monyet ekor panjang tidak takut air dan pandai berenang (Lekagul & McNeely 1966). Medway (1978) menambahkan bahwa monyet ekor panjang hidup berkelompok, umumnya beranggotakan sekitar 40 (berkisar antara 8-73 individu), terdiri dari beberapa jantan dewasa, banyak betina dan remaja dari segala umur. Sebagian besar arboreal, meskipun seringkali turun ke permukaan tanah; jika ketakutan biasanya melarikan diri sampai ke puncak pohon. Secara alami omnivora, monyet ini dapat menjadi hama di lahan tanaman, merusak padi, bibit karet dan kebun buah. Menurut Wheatley (1980) diacu dalam Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyatakan bahwa monyet ekor panjang di habitat alaminya hidup dalam kelompok multi-male yang kecil dengan jumlah 10-20 ekor. Seks rasio rata-rata
adalah satu jantan dewasa untuk tiga betina dewasa. Payne et al. (2000) menambahkan bahwa monyet ekor panjang aktif secara teratur dari fajar sampai petang. Sering bepergian dalam kelompok beranggotakan 20 sampai 30 ekor atau lebih terdiri dari 2-4 jantan dewasa, 6-11 betina dewasa dan selebihnya anakan. Hoeve (2003) juga menyampaikan bahwa monyet ekor panjang hidup dalam kelompok yang sangat besar, terkadang sampai dengan 300-400 ekor sebelum terjadi pemecahan. Jumlah rata-rata kelompok antara 30-60 ekor. Apabila dua kelompok resus saling bertemu, timbul ketegangan dan perkelahian selama 15-30 menit, dimana pada monyet ekor panjang hanya mengayun-ayunkan dahan dan memperlihatkan gigi. Jantan berukuran lebih besar dan lebih galak daripada betina.
2.4 Perilaku Perilaku merupakan hasil dari perubahan yang berkelanjutan pada otot tubuh sebagai aliran yang tidak terpotong pada tubuh dan pergerakannya. Perilaku juga didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana pergerakan jelas terlihat (Huntingford 1984). Menurut Odum (1993), perilaku dalam arti yang luas merupakan tindakan yang tegas dari suatu organisme untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan guna menjamin hidupnya. Alikodra (2002) menjelaskan bahwa perilaku adalah kebiasaan-kebiasaan satwaliar dalam aktivitas hidupnya, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara kawin dan melahirkan anak. Kehidupan di dalam kelompok primata adalah selalu seimbang antara kompetisi dan persaingan. Kompetisi ditunjukkan oleh agregasi. Beberapa agregasi, sebagai contoh mempertahankan sumber pakan, tempat beristirahat, tempat tidur, mempunyai hubungan tertutup dengan sumberdayanya. Tipe agregasi lainnya adalah memantapkan dan memelihara dominansi hierarki, yang mana hubungannya bersifat tidak langsung dengan kompetisi sumberdaya. Selain persaingan, dalam kehidupan primata juga dikenal koperasi. Koperasi di dalam kelompok primata beragam, meliputi mencari kutu, pembagian pakan antar individu, pembagian tempat mencari pakan, bersama-sama mempertahan diri dari
predator, bersama-sama mempertahankan daerah teritorinya atau sumberdaya alam dan formasi kelompok lainnya (Arief 1998). Sugiharto (1992) memaparkan bahwa aktivitas makan dapat dibagi dalam tiga tahapan, yaitu mengambil makanan, memasukkan ke mulut dan menguyah. Hadinoto (1993) juga menambahkan bahwa perilaku agonistik meliputi perkelahian, pengejaran dan pertengkaran. Perilaku ini terjadi baik antara individu jantan dengan betina, sesama betina, individu jantan dengan kelompok betina dan individu betina dengan kelompok betina. Dalam perkelahian, individu-individu mengeluarkan suara khas (khrukh...khrukh...khrukh) sambil memunculkan giginya dilanjutkan dengan berkejaran. Penggunaan waktu oleh monyet ekor panjang dalam satu hari yang diamati oleh Widiyanti (2001), yaitu perilaku bergerak sebanyak 28% (145 menit) yang dilakukan sepanjang hari, perilaku makan sebanyak 25% (130 menit) pada rentang waktu pukul 07.00-15.00 WIB, perilaku istirahat sebanyak 21% (105 menit) yang dilakukan pada periode aktif monyet tersebut, perilaku mencari kutu atau grooming 15% (75 menit) yang dilakukan saat sedang istirahat bersama, perilaku main sebanyak 9% (45 menit) yang biasanya dilakukan oleh anakan dan aktivitas lainnya sebanyak 2% (10 menit). Waktu aktif monyet ekor panjang adalah pukul 05.00-17.00 WIB, sedangkan waktu mulai keluar dari lokasi tidur adalah pukul 05.30 WIB. Aktivitas harian monyet ekor panjang yang diamati oleh Saroyo (2002) di Pulau Tinjil mencakup aktivitas makan (feeding), istirahat (resting), berjalan (moving) dan tidur (sleeping). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (1993) di Pualu Tinjil, kelompok monyet ekor panjang yang diamati yaitu kelompok M.26 menunjukkan bahwa setiap hari terjadi hubungan seksual. Jantan dewasa aktif mendekati, mengikuti, atau mengejar betina dewasa untuk dikawini (kopulasi). Biasanya jantan dewasa akan mendekati betina saat makan atau istirahat. Beberapa betina yang tanggap langsung menunjukkan posisi berdiri sambil ekornya diangkat (visual communication) sehingga memudahkan jantan untuk melakukan pemeriksaan kelamin betina dengan cara menyentuh kelamin dengan jarinya (tactile communication) atau langsung diciumnya (olfactory communication).
2.5 Pakan Monyet ekor panjang lebih bersifat omnivora daripada langur, memakan buah-buahan, biji-bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluska (Lekagul & McNeely 1966). Crockett dan Wilson (1977) diacu dalam Linburg (1980) menambahkan bahwa jenis pakan monyet ekor panjang adalah buah karet (Hevea brasiliensis), bagian pucuk padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays). Di daerah rawa mangrove monyet ekor panjang juga merupakan satwa yang bersifat frugivore-omnivore, karena monyet ekor panjang selain memakan buah Sonneratia sp. dan Nypa fruticans, juga memakan kepiting. Berdasarkan hasil penelitian Romauli (1993), monyet ekor panjang merupakan satwa frugivorus atau pemakan buah, ini didukung oleh besarnya persentase bagian buah yang dipilih sebagai pakan. Berdasarkan pengamatan Sugiharto di Pulau Tinjil pada tahun 1992, diketahui jenis yang paling banyak dimakan yaitu Ficus benjamina (31,7%), Eugenea densiflora (11,5%), Gnetum gnemon (11,4%), Terminalia catappa (11%), Hibiscus teleaceus (10,5%) dan Baringtonia asiatica (9,3%). Bagian yang paling banyak dimakan yaitu daun muda (48%), buah (40,4%), bunga (5,9%) dan bagian lain (5,7%). Santoso (1992) menambahkan bahwa jenis pakan yang sangat disukai oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil antara lain ampelas, jambu klampok, ketapang, ki ara, ki cau, kondang, loa, peuris, songgom dan waru.
2.6 Habitat Pada dasarnya habitat merupakan kombinasi air, pakan, cover dan ruang yang dibutuhkan satwaliar untuk bertahan hidup (Shumon et al. 1966). Menurut Alikodra (2002), pengertian habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwaliar. Lekagul dan McNeely (1977) menyatakan bahwa meskipun habitat klasik monyet ekor panjang adalah rawa mangrove, namun mereka juga ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder sampai ketinggian 2000 meter, di hutan bekas tebangan dan daerah-daerah pertanian dimana mereka kemungkinan merusak
tanaman. Monyet ekor panjang hidup pada hutan primer dan sekunder dari dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter di atas permukaan laut (Supriatna & Wahyono 2000). Menurut Payne et al. (2000), monyet ekor panjang umumnya ditemukan di hutan pesisir, yaitu hutan mangrove dan hutan pantai, dan hutan di sepanjang sungai-sungai besar.
2.7 Wilayah Jelajah Wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin, disebut wilayah jelajah (Boughey 1973). Menurut Bailey (1984) diacu dalam Alikodra (2002), wilayah jelajah adalah wilayah atau daerah yang dilalui satwa atau kelompok satwa dalam aktivitas hariannya yang normal. Santoso (1993) mengemukakan bahwa wilayah jelajah (home range) terbentuk oleh karena upaya kelompok binatang untuk memenuhi keperluan hidupnya, sehingga pada home range terdapat tempat untuk makan, minum, tidur, bermain, berkembangbiak dan berlindung. Napier dan Napier (1985) menyebutkan bahwa ukuran kelompok dan ukuran home range monyet bervariasi sesuai dengan habitatnya. Alikodra (2002) juga menambahkan bahwa wilayah jelajah bervariasi sesuai dengan keadaan sumberdaya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin sempit ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim perkembangbiakan. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), daerah jelajah (home range) monyet ekor panjang bervariasi dari 10-80 ha di daerah hutan primer dan 125 ha di daerah hutan bakau. Ukuran wilayah jelajah monyet ekor panjang yang diamati oleh Mukhtar (1982) di Taman Wisata dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran adalah 23,3 ha dengan rata-rata jarak perjalanan harian sejauh 1812,50 m dan kepadatannya 0,52 ekor/ha. Hasil penelitian Prasetyo (1992) menyebutkan wilayah jelajah kelompok Si Gendut (M.26) di Pulau Tinjil seluas 13 ha. Kepadatan monyet ekor panjang pada wilayah jelajah tersebut 98 ekor/13 ha atau 7,54 ekor/ha. Alikodra (2002) menambahkan ukuran luas wilayah jelajah bagi
jenis primata ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu jarak perjalanan yang ditempuh setiap hari oleh setiap anggota kelompok dan pemencaran dari kelompoknya.
2.8 Daerah Inti Kaufmann (1962) diacu dalam Jewell (1966) mendefinisikan bahwa suatu wilayah tertentu dari home range dan digunakan dengan frekuensi yang lebih dibandingkan dengan wilayah lainnya disebut core area. Menurut Sussman (1979) diacu dalam Santoso (1993), daerah inti (core area) merupakan wilayah jelajah dari kelompok binatang yang diduduki atau digunakan secara intensif.
2.9 Teritori Daerah jelajah yang dipertahankan secara aktif disebut teritori (Odum 1993). Menurut Maton (2000), teritori adalah suatu bagian dari lahan dimana satwa atau kelompok satwa mempertahankannya dari pengganggu. Beberapa spesies mempunyai tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan aktif (teritori), misalnya tempat tidur pada primata (Delany 1982; Whitten 1982, diacu dalam Alikodra 2002). Teritori memiliki batas yang pasti dan jarang tumpang tindih. Bermacammacam satwa yang berbeda membuat teritori untuk menghindari predator, mempertahankan sumber pakan, atau mengawasi tempat perkembangbiakan yang baik. Beberapa satwa menjaga teritorinya secara tetap, beberapa satwa lainnya membuat dan mempertahankan teritori hanya untuk sementara. Satwa menandai teritori mereka menggunakan bau, suara, atau sinyal yang tampak (Maton 2000). Alikodra (2002) menambahkan bahwa batas-batas teritori dikenali dengan jelas oleh pemilknya, biasanya ditandai dengan urine, feses dan sekresi lainnya. Pertahanan teritori ini dilakukan dengan perilaku yang agresif, misalnya dengan mengeluarkan suara, ataupun dengan perlawanan fisik. Pada umumnya lokasi teritori lebih sempit daripada wilayah jelajahnya. Adanya teritorial pada suatu binatang pada umumnya berkaitan dengan kepentingan berkembangbiak,
seperti bangsa
burung dimana sarangnya
merupakan teritori. Teritorial merupakan bagian dari core area, dan core area
merupakan bagian dari home range. Pada teritorial telah ada unsur dipertahankan penggunaannya, sedangkan pada core area dan home range belum dipertahankan penggunaannya (Santoso 1993). Arief (1998) juga menambahkan bahwa umumnya jantan mempertahankan daerah teritori yang merupakan daerah jelajah beberapa satwa betina dan mengeluarkan satwa jantan lainnya dari daerah teritorinya.
2.10 Status Konservasi Monyet ekor panjang tergolong satwa Appendix II CITES 2009, yaitu jenis satwa yang boleh dimanfaatkan tetapi dari hasil budidaya. Menurut daftar merah IUCN versi 3.1 (2009), satwa ini tergolong Least Concern atau beresiko rendah mengalami kepunahan tetapi memerlukan perhatian, sedangkan dalam Perundangundangan di Indonesia monyet ekor panjang tidak termasuk satwa yang dilindungi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Agustus 2009.
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peta kawasan Pulau Tinjil dan literatur mengenai monyet ekor panjang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Global Positioning System (GPS), teropong binokuler, kompas, klinometer, meteran, pita ukur, tambang, tali plastik, jam tangan, kamera digital, tally sheet, seperangkat komputer beserta software ArcView GIS Versi 3.3 dan AutoCAD 2006.
3.3 Data yang Dikumpulkan 3.3.1 Data primer Data primer yang dikumpulkan meliputi: a. Ukuran kelompok monyet ekor panjang, yaitu jumlah anggota dalam satu kelompok, struktur umur dan nisbah kelamin monyet ekor panjang. b. Tipe ekosistem, secara umum dilihat dari ciri-cirinya. c. Kondisi habitat monyet ekor panjang yang dilihat dari komponen habitat, yaitu biologi dan fisik. Komponen biologi dilihat berdasarkan parameter-parameter tegakan yang terdiri dari: komposisi dan struktur vegetasi serta indeks nilai penting pada berbagai tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon), kerapatan vegetasi, cover, ketersediaan tumbuhan pakan dan palatabilitas pakan. Komponen fisik hanya mencakup ketersediaan air yang terdapat di habitat monyet ekor panjang. d. Wilayah jelajah monyet ekor panjang yang mencakup luas dan letaknya berdasarkan jelajah hariannya. e. Daerah inti, mencakup luas dan letak daerah inti dalam wilayah jelajah monyet ekor panjang.
f. Teritori, mencakup luas dan letak teritori dalam wilayah jelajah monyet ekor panjang.
3.3.2 Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan yaitu: a. Kondisi umum Pulau Tinjil. b. Daftar jenis pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. c. Palatabilitas pakan monyet ekor panjang.
3.4 Metode Pengambilan Data 3.4.1 Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan yang meliputi: a. Studi pustaka dari buku, jurnal ataupun hasil penelitian terdahulu mengenai monyet ekor panjang, wilayah jelajah, daerah inti dan teritori. b. Observasi lapangan untuk mengetahui keadaan lokasi penelitian dan menentukan kelompok monyet ekor panjang yang akan diamati.
3.4.2 Pelaksanaan kegiatan a. Pendugaan ukuran kelompok monyet ekor panjang dilakukan dengan metode concentration count, yaitu penghitungan yang dilakukan pada saat monyet berkumpul pada waktu dan tempat yang relatif bersamaan. Pengamatan dilakukan pada tiga kelompok, yaitu kelompok kandang 3, kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8. Pemilihan kelompok tersebut dilakukan berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan pada kegiatan pendahuluan, keadaan kondisi lapang pada ketiga kelompok monyet ekor panjang tersebut memudahkan pengamat mengikuti penjelajahannya. b. Metode yang digunakan untuk menentukan tipe ekosistem adalah metode observasi lapangan. c. Kondisi habitat monyet ekor panjang yang dilihat dari parameter-parameter tegakan dapat ditentukan dengan cara analisis vegetasi, yaitu membuat petak contoh pada lokasi yang dapat mewakili wilayah jelajah monyet ekor panjang. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak. Ketentuan ukuran petak
contoh untuk tingkat semai (tinggi < 1,5m) 2m x 2m, tingkat pancang (diameter < 10cm dengan tinggi > 1,5m) 5m x 5m, tingkat tiang (diameter 10-20cm) 10m x 10m dan tingkat pohon (diameter > 20cm) 20m x 20m (Soerianegara & Indrawan 2005).
Gambar 2 Layout metode garis berpetak. Keterangan : A B C D
= Petak contoh semai (2x2) m2 = Petak contoh pancang (5x5) m2 = Petak contoh tiang (10x10) m2 = Petak contoh pohon (20x20) m2
d. Kerapatan vegetasi ditentukan dengan cara menghitung jumlah pohon per satuan luas dalam petak contoh. Data kerapatan vegetasi diperoleh dari data analisis vegetasi. e. Profil pohon ditentukan dengan cara mengukur dan mencatat jenis, diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, tinggi tajuk, lebar tajuk dan posisi pohon dalam petak contoh berukuran 20 m x 20 m. Data yang diukur dicatat pada tally sheet (Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11), kemudian diilustrasikan pada diagram profil pohon dengan menggunakan software AutoCAD 2006. Petak contoh yang digunakan sebanyak 5 petak pada masingmasing jalur yang mewakili wilayah jelajah monyet ekor panjang. f. Ketersediaan tumbuhan pakan ditentukan dengan cara menghitung jumlah setiap jenis tumbuhan pakan yang terdapat dalam petak contoh. Data tumbuhan pakan dicatat pada tally sheet jenis tumbuhan pakan pada petak contoh (Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3). g. Palatabilitas pakan monyet ekor panjang ditentukan dengan menggunakan metode observasi lapang. h. Untuk menentukan ketersediaan air pada wilayah jelajah monyet ekor panjang, dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapang. i. Metode yang digunakan untuk menentukan jelajah harian monyet ekor panjang adalah mengikuti pergerakan kelompok atau anggota kelompok monyet ekor
panjang dalam melakukan aktivitas hariannya, mulai pada saat kelompok tersebut keluar dari lokasi tidur sampai kembali ke lokasi tidur. Pada saat mengikuti pergerakan tersebut, juga dilakukan pencatatan titik koordinat posisi monyet ekor panjang pada setiap aktivitasnya dengan menggunakan GPS. Pengamatan dilakukan pada tiga kelompok dengan lima kali pengulangan, yaitu kelompok kandang 3, kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8. j. Daerah inti dan teritori ditentukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan pada saat pengamatan dilakukan pencatatan titik koordinat posisi monyet ekor panjang pada setiap aktivitasnya dengan menggunakan GPS. k. Untuk menentukan layout wilayah jelajah, daerah inti, maupun teritori monyet ekor panjang digunakan metode minimum convex polygon dengan software ArcView GIS versi 3.3. Metode ini menghubungkan titik-titik koordinat terluar dari titik-titik posisi tempat beraktivitasnya monyet ekor panjang yang telah dicatat pada saat pengamatan di lapangan.
3.5 Analisis Data 3.5.1 Ukuran kelompok monyet ekor panjang Ukuran kelompok monyet ekor panjang dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui nisbah kelamin, yaitu perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina dari suatu populasi (Alikodra 2002). Analisis deskriptif merupakan penyajian dalam bentuk tabel serta penguraian dan penjelasan mengenai jumlah, struktur umur dan nisbah kelamin pada masing-masing kelompok monyet ekor panjang.
3.5.2 Analisis vegetasi Hasil analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui komposisi jenis dan dominansi. Dominansi suatu jenis pohon ditunjukkan dalam besaran indeks nilai penting (INP). Untuk tingkat semai dan pancang, INP tersebut merupakan penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR), sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dijumlahkan lagi dengan nilai dominansi relatif (DR). Berikut ini merupakan beberapa persamaan yang digunakan untuk perhitungan besaran-besaran tersebut (Soerianegara & Indrawan 2005):
Kerapatan suatu jenis
=
Kerapatan relatif (KR)
=
Frekuensi suatu jenis
=
Frekuensi relatif (FR)
=
Dominansi suatu jenis
=
luas bidang dasar (lbds) suatu jenis luas unit contoh
Dominansi relatif (DR)
=
dominansi suatu jenis dominansi seluruh jenis
Luas bidang dasar suatu jenis
= ¼ π d2
INP (tiang dan pohon)
= KR + FR + DR
INP (semai dan pancang)
= KR + FR
jumlah individu suatu jenis luas unit contoh kerapatan suatu jenis kerapatan total jenis
x 100%
jumlah plot ditemukannya suatu jenis jumlah total plot frekuensi suatu jenis total frekuensi
x 100%
x 100%
3.5.3 Kerapatan vegetasi Analisis data kerapatan vegetasi dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan persamaan (Soerianegara & Indrawan 2005): Kerapatan pohon = jumlah individu dalam petak contoh luas total petak contoh 3.5.4 Cover Cover dianalisis secara deskriptif, yaitu berupa penguraian dan penjelasan mengenai diagram profil pohon berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.
3.5.5 Ketersediaan tumbuhan pakan Analisis data ketersediaan tumbuhan pakan dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan perhitungan jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan oleh monyet ekor panjang. Perhitungan jumlah jenis tumbuhan pakan dilakukan dengan menghitung jumlah setiap jenis tumbuhan pakan yang terdapat dalam petak contoh yang telah dicatat pada tally sheet jenis tumbuhan pakan.
3.5.6 Palatabilitas pakan Tingkat palatabilitas pakan dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan persamaan (Trippensee 1948, diacu dalam Mulyana 2004) sebagai berikut: x P
= y
Keterangan: P = palatabilitas (nilai berkisar antara 0-1) x = jumlah petak contoh ditemukan jenis i yang dimakan y = jumlah seluruh petak contoh terdapatnya jenis i
3.5.7 Wilayah jelajah, daerah inti dan teritori Wilayah jelajah, daerah inti dan teritori masing-masing kelompok yang diteliti dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui luas wilayah jelajah, daerah inti dan teritori kelompok kandang 3, kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8. Penghitungan luas dilakukan dengan menggunakan software ArcView versi 3.3. Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan mengenai wilayah jelajah, daerah inti dan teritori masing-masing kelompok monyet ekor panjang yang diteliti berupa gambar dan tabel berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Pulau Tinjil terletak di selatan Pulau Jawa lebih kurang 16 km dari Pantai Muara Binuangeun dengan luas lebih kurang 600 hektar. Secara administratif, Pulau Tinjil terletak di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis, Pulau Tinjil berada pada 105 046’ – 109049’ LS dan 6056’ – 6059’ BT (Soehartono & Mardiastuti 2003).
4.2 Topografi dan Geologi Kondisi topografi Pulau Tinjil umumnya datar, kecuali pada jalur HW (Hartono Wirdjodarmodjo), di sebelah barat pulau (3200 m dari ujung timur basecamp jalur Emil Salim) yang sedikit berbukit. Kondisi pantai sebagian besar berupa batu karang kecuali di bagian Pantai Penyu dan Pondok Gede berupa pasir putih. Pada musim hujan, beberapa lokasi banyak yang tergenang air.
4.3 Tanah dan Air Menurut hasil penelitian Santoso (1992), jenis tanah di Pulau Tinjil sebagian besar Lithic Quartzipsanment (215 ha) dan Lithic Ustipsamment (292 ha). Jenis tanah ini memiliki kelas tekstur kasar, struktur lepas, permeabilitas cepat, kedalaman lapisan solum tanah dangkal serta kandungan unsur Ca dan Mg yang tinggi. Karakteristik tanah ini cukup rawan terhadap adanya gangguan (eksploitasi). Tanah berupa pasir koral yang bercampur dengan humus hutan atau serasah hutan. Kondisi tanah tersebut menyebabkan tanah sulit ditembus oleh akar sehingga akar vegetasi cenderung dangkal. Sekeliling pulau berupa pasir putih dan gugusan karang (Romauli 1993).
4.4 Iklim Suhu rata-rata di dalam tajuk 26,83 0C dan di luar tajuk 27,17 0C. Pengaruh suhu erat kaitannya dengan intensitas cahaya, yaitu dari pagi-siang-sore hari terjadi perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh tajuk hutan. Kecepatan
angin rata-rata di dalam tajuk pada siang hari 0,3 m/detik dan di luar tajuk 2,47 m/detik (Santoso 1992). Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Pulau Tinjil termasuk dalam tipe iklim B. Pulau Tinjil memiliki karakteristik iklim yang sangat dipengaruhi oleh pola iklim samudera dengan curah hujan rata-rata 2.878 mm/tahun (PSSP 1998, diacu dalam Saroyo 2002).
4.5 Sejarah dan Status Kawasan Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil dibangun pada tahun 1987 dan bertujuan untuk mengembangbiakan monyet ekor panjang yang bebas dari simian retrovirus (SRV). Monyet ekor panjang mulai diintroduksi pada tahun 1988. Sampai dengan tahun 2007 telah diintroduksi sebanyak 603 ekor monyet ekor panjang dewasa (61 jantan dan 542 betina) yang berasal dari Lampung, Sumatera Selatan dan Jawa Barat telah dilepaskan ke Pulau Tinjil sebagai populasi induk. Sebelum dilepasliarkan, satwa tersebut dikarantina terlebih dahulu (Iskandar et al. 2009). Soehartono dan Mardiastuti (2003) menambahkan bahwa sejak tahun 1990 dilakukan kegiatan monitoring setiap tahun dan dapat diketahui bahwa populasi induk tersebut telah membentuk antara 18-20 kelompok dengan jumlah individu tiap kelompok 49 ekor yang terdiri dari 5 jantan dan 23 betina. Penangkaran Pulau Tinjil memiliki 13 kandang tangkap (12 m x 6 m x 2,5 m) dan fasilitas perangkap yang tersebar di seluruh pulau untuk melakukan penangkapan secara periodik dan untuk pemantauan kesehatan. Legalitas yang dimiliki oleh Pusat Studi Satwa Primata IPB sebagai pengelola kawasan diantaranya adalah : a. Konsesi selama 20 tahun dari Perum Perhutani untuk memanfaatkan Pulau Tinjil sebagai pulau penangkaran monyet ekor panjang berdasarkan surat No.13/SP/DIR/1987, tanggal 6 Juli 1987. b. Memorandum of Understanding antara IPB dengan Menteri KLH serta Konsorsium Penelitian Primata Amerika Serikat, tanggal 24 Februari 1988. c. Surat Menteri Sekretaris Negara No. R. 433/Mensesneg/8/1990, tanggal 13 Agustus 1990.
d. Rekomendasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sesuai Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Pandeglang No. 524.3/330Disnak.30/10/90, tanggal 30 Oktober 1990. e. Izin usaha penangkaran yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia Sesuai Surat Keputusan Dirjen PHPA No.01/KPTS/DJ-VI/1991, tanggal 2 Januari 1991. f. Tim pengarah upaya penangkaran monyet ekor panjang di Pulau Tinjil: SK Menteri KLH No.24/MENKLH/5/1991, tanggal 23 Mei 1991.
4.6 Kondisi Flora dan Fauna 4.6.1 Flora Pulau Tinjil tertutup oleh hutan hujan dataran rendah dan hutan pantai. Wilayah utara banyak terdapat spesies Barringtonia dan Callophyllum, sedangkan bagian selatan didominasi oleh Pandanus sp. Vegetasi dominan di hutan hujan dataran rendah tersebut yaitu Gnetum gnemon, Dysoxylum spp. dan Manilkara kauki (Romauli 1993).
4.6.2 Fauna Menurut Romauli (1993), jenis burung yang berada di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil adalah enggang (Ptilinopus melanosphilla), dara laut (Ducula bicolor), celadodang (Oriolus chinensis), kutilang (Pycnonotus goiavier), raja udang (Halcyon chloris) dan nikobar (Caleonas nicobarica). Beberapa jenis reptil yang berada di lokasi tersebut antara lain biawak (Varanus salvator), kadal emas (Cnemidophorus sexlineatus) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Iskandar et al. (2009), di Pulau Tinjil juga menemukan ular python (Python reticulatus) dan ular lidah api (Dendrelaphis pictus). Jenis amfibi yang ditemukan pada lokasi penelitian hanya satu jenis, yaitu katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax). Jenis mamalia yang berada di lokasi tersebut yaitu kelelawar (Pteropus vampyrus) dan tikus (Rattus rajah). Jenis avertebrata yang dijumpai di Pulau Tinjil adalah kepiting (Scylla serrata) dan umang-umang atau klomang (Reptania sp.).
(a)
(b)
(c) Gambar 3 Beberapa satwa yang terdapat di Pulau Tinjil. Ket: (a) Biawak; (b) Kadal emas dan (c) Penyu sisik. 4.7 Sarana dan Prasarana Kawasan Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil memiliki beberapa sarana dan prasarana guna menunjang fungsi kawasan tersebut, salah satunya adalah jalan setapak (trail) atau jalur transek yang berfungsi sebagai jalur pengamatan populasi, pengontrolan habitat dan jalan menuju kandang pakan. Adapun jalurjalur transek yang ada di Pulau Tinjil yaitu: a. Jalur SH (Suhardjo Hardjosworo)
:
4175 m
b. Jalur ES (Emil Salim)
:
6275 m
c. Jalur CD (Chuck Darsono)
:
7025 m
d. Jalur KO (Kamil Oesman)
:
600 m
e. Jalur OS (Orville Smith)
:
925 m
f. Jalur RK (Randy Kyes)
:
1175 m
g. Jalur JK (Jay Kaplan)
:
1000 m
h. Jalur SA (Sitanala Arsjad)
:
1000 m
i. Jalur HW (Hartono Wirdjodarmodjo) :
850 m
j. Jalur DS (Dondin Sajuthi)
:
850 m
k. Jalur JP (Joko Pamungkas)
:
1250 m
l. Jalur EI (Entang Iskandar)
:
850 m
Fasilitas lain yang ada di dalam kawasan tersebut yaitu 13 kandang tangkap dan juga sekaligus merupakan kandang pemberian pakan (feeding cage) yang berukuran 12m x 6 m x 2,5m; 1 kandang penampungan untuk pemanenan; 1 unit gudang tempat penyimpanan pakan dan peralatan; 6 unit pondok dan 1 rumah besar (basecamp) yang di dalamnya terdapat 3 kamar tidur serta dilengkapi dengan 1 ruang dapur.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik wilayah jelajah mencakup dua aspek, yaitu tipe ekosistem beserta kondisi habitatnya dan populasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Berikut ini merupakan penguraian hasil dan pembahasan dari masing-masing karakterisik wilayah jelajah: 5.1 Tipe Ekosistem Tipe ekosistem yang menempati Pulau Tinjil terdiri atas ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah. Ciri dari hutan pantai adalah tidak dipengaruhi pasang surut, substrat pasir dan batuan karang, tidak dipengaruhi oleh musim, dan dijumpai beberapa vegetasi hutan pantai seperti ketapang, waru dan binar. Ciri dari hutan hujan dataran rendah adalah dijumpai vegetasi hutan hujan dataran rendah seperti lame. Hernowo et al. (1989) menambahkan bahwa vegetasi hutan hujan dataran rendah didominasi oleh binar ( Ochrocarpus ovalivolius), melinjo (Gnetum gnemon) dan Dysoxylum spp. Pada wilayah jelajah monyet ekor panjang kelompok kandang 3 dan kelompok kandang 5 termasuk ekosistem hutan pantai, sedangkan pada wilayah jelajah monyet ekor panjang kelompok kandang 8 termasuk ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah. 5.1.1 Komposisi dan struktur vegetasi Komposisi vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang di Pulau Tinjil dapat dilihat dari jenis-jenis yang ditemukan berdasarkan analisis vegetasi yang telah dilakukan. Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis vegetasi dilakukan pada tiga jalur yang berbeda, masing-masing jalur tersebut termasuk dalam wilayah jelajah masing-masing kelompok dari ketiga kelompok monyet ekor panjang di Pulau Tinjil yang diamati. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan, ditemukan 42 jenis tumbuhan yang terdiri dari 21 jenis semai, 23 jenis pancang, 17 jenis tiang dan 25 jenis pohon. Jenisjenis yang mendominasi berbeda pada setiap tingkatan pertumbuhan vegetasi dan setiap jalurnya.
Tabel 1 Jenis vegetasi yang terdapat di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Nama Lokal Albasia Ampelas Bayur Binar Bintaro Butun Cerlang Gadog Huni Jambu klampok Kalapari Kampis Kapas Ketapang Kepuh Ki ara Ki cau Ki ciat Ki huru Ki hoe Ki langir Ki lalayu Ki tako Kondang Laban Lame Lampeni Loa Mara Melinjo Merbau Nyamplung Pancal Pangku Paranje Peuris Renghas Salam hutan Sawo kecik Songgom Tanjung Waru
Nama Ilmiah Paraserianthes falcataria Ficus ampelas Pterospermum javanicum Ochrocarpus ovalivolius Cerbera manghas Baringtonia asiatica Pterospermum diversifolium Bischofia javanica Antidesma bunius Syzygium cymosa Pongamia pinnata Hernandia peltata Gossypium acuminatum Terminalia catappa Sterculia foetida Ficus glomerata Dolichandrone spathacea Ficus septica Litsea chinensis Parinarium glabericum Dysoxylum amoroides Arytera littoralis
Suku Fabaceae Moraceae Sterculiaceae Guttiferae Apocynaceae Lecythidaceae Sterculiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Leguminosae Hernandiaceae Malvaceae Combretaceae Malvaceae Moraceae Bignoniaceae Moraceae Euphorbiaceae Rosaceae Meliaceae Sapindaceae
Ficus variegata Vitex goffasa Alstonia scholaris Ardisia humilis Ficus sp. Macaranga tanarius Gnetum gnemon Intsia bijuga Calophyllum inophyllum Aglaia sp. Dysoxylum excelsum Glycosmis cochinchinensis Antidesma montanum Gluta renghas Syzygium lineata Manilkara kauki Melanoorhoea wallichii Mimusops elengii Hibiscus tiliaceus
Moraceae Verbenaceae Apocynaceae Myrsinaceae Moraceae Euphorbiaceae Gnetaceae Fabaceae Clusiaceae Meliaceae Meliaceae Rutaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Myrtaceae Sapotaceae Anacardiaceae Sapotaceae Malvaceae
Pada jalur satu, yaitu jalur yang termasuk dalam wilayah jelajah kelompok kandang 3 diketahui jenis yang mendominasi pada vegetasi tingkat semai adalah paranje (Glycosmis cochinchinensis) dengan nilai INP sebesar 62,44%. Pada tingkat pancang didominasi oleh paranje (G. cochinchinensis) dengan nilai INP sebesar 48,43%. Pada tingkat tiang didominasi oleh melinjo (Gnetum gnemon) dengan nilai INP sebesar 69,05%. Pada tingkat pohon didominasi oleh ki ara (Ficus glomerata) dengan nilai INP sebesar 62,60%.
Pada jalur dua, yaitu jalur yang termasuk dalam wilayah jelajah kelompok kandang 5 diketahui jenis yang mendominasi pada vegetasi tingkat semai adalah paranje (Glycosmis cochinchinensis) dengan nilai INP sebesar 66,91%. Pada tingkat pancang didominasi oleh peuris (Antidesma montanum) dengan nilai INP sebesar 39,94%. Pada tingkat tiang didominasi oleh ki cau (Dolichandrone sepathaceae) dengan nilai INP sebesar 53,90%. Pada tingkat pohon didominasi oleh merbau (Intsia bijuga) dengan nilai INP sebesar 61,27%. Jalur terakhir atau jalur tiga merupakan jalur yang termasuk dalam wilayah jelajah kelompok kandang 8 diketahui jenis yang mendominasi pada vegetasi tingkat semai adalah jambu klampok (Syzygium cymosa) dengan nilai INP sebesar 43,03%. Pada tingkat pancang didominasi oleh binar (Ochrocarpus ovalivolius) dengan nilai INP sebesar 34,99%. Pada tingkat tiang didominasi oleh tanjung (Mimusops elengii) dengan nilai INP sebesar 62,26%. Pada tingkat pohon didominasi oleh ki langir (Dysoxylum amoroides) dengan nilai INP sebesar 58,54%. Struktur vegetasi menunjukkan strata pada masing-masing tingkat pertumbuhan. Strata tersebut merupakan lapisan atau tingkat ketinggian dari pohon-pohon yang terdapat dalam wilayah jelajah monyet ekor panjang. Stratifikasi tajuk yang nampak pada wilayah jelajah monyet ekor panjang, terbagi ke dalam tiga strata, yaitu strata A, B dan C. Strata A merupakan lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30m ke atas. Strata B merupakan lapisan di bawah lapisan teratas, yang terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 2030m, sedangkan strata C terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20m (Soerianegara & Indrawan 2005). Kondisi tajuk pada jalur satu dan jalur dua didominasi oleh strata C, dengan nilai persentase masing-masing sebesar 72,97% dan 75.93% (Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi tajuk pada kedua jalur tersebut didominasi oleh tajuk yang memiliki tinggi antara 4-20m. Kondisi tajuk pada jalur tiga didominasi oleh strata A dengan nilai persentase sebesar 59,42%. Hal ini menunjukkan bahwa pada jalur tersebut didominasi oleh tajuk yang memiliki tinggi lebih dari 30m.
80
75.93
72.97
Persentase (%)
70
59.42
60 50 40
Strata A
31.88 25.68
30
24.07
Strata B
20 10
8.70 1.35
Strata C
0.00
0 Jalur 1
Jalur 2
Jalur 3
Jalur Analisis Vegetasi
Gambar 4 Persentase strata pohon pada masing-masing jalur. Berdasarkan hasil pengamatan, strata C lebih banyak digunakan oleh monyet ekor panjang untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti aktivitas makan, bermain, beristirahat, kawin dan grooming. Penggunaan strata A dan B selain untuk melakukan berbagai aktivitas seperti yang dilakukan pada strata C, juga digunakan sebagai tempat tidur. Kedua strata tersebut erat kaitannya dengan peranan vegetasi sebagai pelindung, yaitu memiliki ketinggian batang yang cukup tinggi, sehingga dapat menghindari serangan predator, seperti ular dan biawak. Selain itu kedua strata tersebut juga memiliki tajuk yang lebar yang berfungsi sebagai pelindung dari keadaan cuaca (panas dan hujan). 5.1.2 Kerapatan vegetasi Nilai kerapatan pada setiap jalur analisis vegetasi pada masing-masing tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Kerapatan tingkat pertumbuhan pada masing-masing jalur No.
Jalur
1. 2. 3.
Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
Semai 202 155 97
Kerapatan Jenis (Individu/ha) Pancang Tiang 220 35 270 55 107 42
Pohon 185 132 172
Pada tabel di atas dapat diketahui pada tingkat semai dan pohon, yang memiliki nilai kerapatan tertinggi adalah jalur 1, sedangkan pada tingkat pancang dan tiang, yang memiliki nilai kerapatan tertinggi adalah jalur 2. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa tidak ada komposisi tingkatan pertumbuhan yang seimbang, dimana tingkat pertumbuhan tiang memiliki nilai kerapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai kerapatan pohon. Hal ini
dapat mempengaruhi kelestarian monyet ekor panjang di Pulau Tinjil, dikarenakan vegetasi tersebut selain sebagai tempat melakukan aktivitas hariannya, beberapa diantaranya juga sebagai vegetasi pakan. 5.1.3 Cover Monyet ekor panjang merupakan jenis satwa arboreal. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan pemanfaatan cover dalam aktivitas hariannya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa perilaku monyet ekor panjang yang berkaitan dengan cover yaitu dimanfaatkannya pohon sebagai tempat beristirahat dan tidur, tempat berlindung dari sinar matahari, tempat grooming, tempat kawin dan sebagai media berpindah. Salah satunya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 Aktivitas monyet yang sedang memanfaatkan cover. Kondisi cover yang digunakan monyet ekor panjang untuk melakukan aktivitas harian dalam wilayah jelajahnya memiliki penutupan tajuk yang berbeda. Pada wilayah jelajah kelompok kandang 3 (Lampiran 12 ) dan kelompok kandang 8 (Lampiran 14) memiliki penutupan tajuk yang rapat, dimana intensitas cahaya yang masuk sampai ke lantai hutan cukup rendah. Wilayah jelajah kelompok kandang 5 (Lampiran 13) memiliki penutupan tajuk yang tidak rapat, dimana intensitas cahaya yang masuk sampai ke lantai hutan cukup besar. Namun demikian, dari ketiga wilayah jelajah kelompok monyet ekor panjang tersebut, wilayah jelajah kelompok kandang 8 merupakan wilayah jelajah yang memiliki
tingkat penutupan tajuk yang sangat rapat dan wilayah jelajah kelompok kandang 5 merupakan wilayah jelajah yang memiliki penutupan tajuk yang tidak rapat. 5.1.4 Ketersediaan tumbuhan pakan Tumbuhan yang dijadikan sebagai pakan oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil bervariasi, baik menurut jenisnya maupun bagian-bagian yang dimakannya. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan, jenis-jenis tumbuhan beserta bagiannya yang dimakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis-jenis tersebut umumnya memiliki nilai dominasi (indeks nilai penting) yang berbeda pada tiap jalurnya. Tabel 3 Jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Lokal Ampelas Bayur Binar Bintaro Butun Huni Jambu klampok Kalapari Kampis Ketapang Ki ara Ki cau Ki ciat Ki huru Ki langir Kondang Lampeni Loa Melinjo Merbau Peuris Renghas Sawo kecik Songgom Waru
Nama Ilmiah Ficus ampelas Pterospermum javanicum Ochrocarpus ovalivolius Cerbera manghas Baringtonia asiatica Antidesma bunius Syzygium cymosa Pongamia pinnata Hernandia peltata Terminalia catappa Ficus glomerata Dolichandrone spathacea Ficus septica Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Ficus variegata Ardisia humilis Ficus sp. Gnetum gnemon Intsia bijuga Antidesma montanum Gluta renghas Manilkara kauki Melanoorhoea wallichii Hibiscus tiliaceus
Bagian yang Dimakan Bunga Daun Buah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasarkan analisis vegetasi, 68% jenis tumbuhan yang terdapat pada jalur 1 merupakan jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang, yaitu 17 jenis tumbuhan pakan dari 25 jenis tumbuhan yang dijumpai. Pada jalur tersebut diketahui jenis tumbuhan pakan yang mendominasi pada tingkat semai adalah renghas (Gluta renghas) dengan nilai INP sebesar 26,49%. Pada tingkat pancang didominasi oleh ki langir (Dysoxylum amoroides) dengan nilai INP sebesar 29,46%. Pada tingkat
tiang didominasi oleh melinjo (Gnetum gnemon) dengan nilai INP sebesar 69,05%. Pada tingkat pohon didominasi oleh ki ara (Ficus glomerata) dengan nilai INP sebesar 62,60%. Pada jalur 2 diketahui jenis tumbuhan pakan yang mendominasi pada tingkat semai adalah ki langir (Dysoxylum amoroides) dan renghas (Gluta renghas) dengan nilai INP sebesar 29,81%. Pada tingkat pancang didominasi oleh peuris (Antidesma montanum) dengan nilai INP sebesar 39,94%. Pada tingkat tiang didominasi oleh ki cau (Dolichandrone sepathaceae) dengan nilai INP sebesar 53,90%. Pada tingkat pohon didominasi oleh merbau (Intsia bijuga) dengan nilai INP sebesar 61,27%. Pada jalur 3 diketahui jenis tumbuhan pakan yang mendominasi pada tingkat semai adalah jambu klampok (Syzygium cymosa) dengan nilai INP sebesar 43,03%. Pada tingkat pancang didominasi oleh binar (Ochrocarpus ovalivolius) dengan nilai INP sebesar 34,99%. Pada tingkat tiang didominasi oleh ki cau (D. sepathaceae) dengan nilai INP sebesar 50,19%. Pada tingkat pohon didominasi oleh ki langir (D. amoroides) dengan nilai INP sebesar 58,54%. Berdasarkan hasil analisis vegetasi ditemukan 25 jenis tumbuhan pakan dari 42 jenis tumbuhan yang terdapat dari ketiga wilayah jelajah kelompok monyet ekor panjang yang terdapat di Pulau Tinjil. Hal ini dapat diartikan bahwa 59,52% tumbuhan yang terdapat di Pulau Tinjil merupakan tumbuhan pakan monyet ekor panjang. Selain itu berdasarkan perhitungan nilai dominasi dan frekuensi relatif, dapat diketahui bahwa tumbuhan pakan memperoleh nilai yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis lain yang tidak termasuk jenis pakan monyet ekor panjang. Kedua hal tersebut sangat menguntungkan bagi monyet ekor panjang yang hidup di dalamnya, karena dengan keanekaragaman jenis vegetasi pakan yang tersedia akan memberi kemungkinan yang besar terhadap monyet untuk mendapatkan setiap zat makanan yang dibutuhkannya dan dengan cukup tingginya nilai dominasi dan frekuensi relatif dari pakan monyet ekor panjang menunjukkan bahwa sumber pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil tersedia cukup banyak, dengan demikian dapat dikatakan bahwa potensi makanan monyet di Pulau Tinjil dapat mencukupi kebutuhan monyet yang hidup di dalamnya.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 6 Buah-buahan sebagai pakan monyet ekor panjang. Ket: (a) bintaro; (b) butun; (c) kampis; (d) kondang; (e) merbau dan (f) sawo kecik. 5.1.5 Palatabilitas pakan Pengamatan jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil juga berdasarkan atas tingkat kesukaan (palatabilitas) jenis tumbuhan apa yang sering dimakan oleh monyet tersebut. Palatabilitas adalah hasil keseluruhan faktor-faktor yang menentukan sampai tingkat mana suatu makanan menarik bagi satwa (Ivins 1952, diacu dalam Mulyana 2004). Nilai palatabilitas tertinggi (P = 1) dijumpai pada jenis butun (Baringtonia asiatica), huni (Antidesma bunius), kondang (Ficus variegata), lampeni (Ardisia humilis), loa (Ficus sp.), sawo kecik (Manilkara kauki) dan waru (Hibiscus tiliaceus) (Tabel 4). Nilai kisaran palatabilitas adalah 0-1 (Trippensee 1948, diacu dalam Mulyana 2004). Mulyana juga menambahkan bahwa nilai 1 berarti memiliki tingkat kesukaan sangat tinggi, sedangkan nilai 0 memiliki tingkat kesukaan sangat rendah. Ketujuh jenis yang diketahui memiliki nilai palatabilitas tertinggi merupakan jenis-jenis yang sangat disukai oleh monyet ekor panjang. Menurut hasil penelitian Santoso (1993) jenis-jenis tumbuhan pakan yang sangat disukai oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil meliputi jenis ampelas (Ficus ampelas), butun (B. asiatica), jambu klampok (Syzygium cymosa), ketapang (Terminalia catappa), ki ara (Ficus glomerata), kondang (F. variegata), peuris (Antidesma montanum), songgom (Melanoorhoea wallichii) dan waru (H. tiliaceus).
Tabel 4 Nilai palatabilitas tumbuhan pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Lokal Ampelas Bayur Binar Bintaro Butun Huni Jambu klampok Kalapari Kampis Ketapang Ki ara Ki cau Ki ciat Ki huru Ki langir Kondang Lampeni Loa Melinjo Merbau Peuris Renghas Sawo kecik Songgom Waru
Nama Ilmiah Ficus ampelas Pterospermum javanicum Ochrocarpus ovalivolius Cerbera manghas Baringtonia asiatica Antidesma bunius Syzygium cymosa Pongamia pinnata Hernandia peltata Terminalia catappa Ficus glomerata Dolichandrone spathacea Ficus septica Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Ficus variegata Ardisia humilis Ficus sp. Gnetum gnemon Intsia bijuga Antidesma montanum Gluta renghas Manilkara kauki Melanoorhoea wallichii Hibiscus tiliaceus
Nilai P 0,14 0,20 0,33 0,50 1,00 1,00 0,40 0,67 0,17 0,33 0,67 0,10 0,50 0,56 0,29 1,00 1,00 1,00 0,55 0,19 0,08 0,20 1,00 0,50 1,00
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Santoso (1993) terdapat beberapa jenis pakan berbeda yang sangat disukai oleh monyet ekor panjang, diantaranya ampelas (Ficus ampelas), jambu klampok (Syzygium cymosa), ketapang (Terminalia catappa), ki ara (Ficus glomerata) dan songgom (Melanoorhoea wallichii). Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan buah masing-masing jenis tersebut. Menurut Santoso (1993) dan Fadilah (2003) sebagian besar bagian tumbuhan yang dimakan oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil adalah buah. Oleh sebab itu ketersediaan pakan berupa buah tergantung pada musim atau waktu buah dihasilkan. Pada saat pengamatan dilakukan bertepatan dengan sedang berlangsungnya awal musim kemarau, sehingga buah yang dihasilkan masingmasing jenis tumbuhan pakan yang terdapat di Pulau Tinjil sedikit dijumpai. Sebagian besar aktivitas makan monyet dijumpai sedang memakan daun. Walaupun juga dijumpai sedang memakan beberapa jenis buah, yaitu buah butun (Baringtonia asiatica), jambu klampok (S. cymosa), kondang (Ficus variegata), loa (Ficus sp.) dan sawo kecik (Manilkara kauki).
5.1.6 Ketersediaan air Monyet ekor panjang di Pulau Tinjil memanfaatkan air untuk minum dan mandi. Air yang dimanfaatkan oleh monyet tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu: (1) air hujan yang tertampung pada celah-celah batang pohon, (2) air sumur yang kemudian ditempatkan di bak minum oleh staf lapang, (3) air yang keluar dari keran air yang terletak di sekitar basecamp dan (4) air yang terkandung dalam buah maupun daun pada vegetasi yang tumbuh dalam wilayah jelajahnya. Dari seluruh sumber tersebut, hanya sumber air pertama yang tidak dijumpai, dikarenakan waktu dilakukannya pengamatan bertepatan dengan waktu musim kemarau yang sedang berlangsung. Namun demikian, hanya celah-celah batang pohon yang tidak terisi dengan air yang dapat dijumpai. Dari keempat sumber air tersebut, dapat dilihat diantaranya pada gambar di bawah ini.
Gambar 7 Bak minum. Selain sumber-sumber air tersebut, sumber air di Pulau Tinjil lainnya adalah air laut, dikarenakan Pulau Tinjil dikelilingi oleh Samudera Hindia. Monyet ekor panjang di Pulau Tinjil tidak ada yang dijumpai sedang melakukan aktivitas berenang di laut, walaupun secara ekologi monyet ekor panjang merupakan monyet yang dapat berenang dengan baik (Medway 1978). Hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya karang yang tajam di pinggir pantai dan gelombang laut yang tinggi serta arus laut yang kuat.
5.2 Populasi 5.2.1 Wilayah jelajah Wilayah jelajah monyet ekor panjang yang diperoleh merupakan akumulasi jelajah harian dengan menggabungkan titik-titik koordinat terluar posisi monyet ekor panjang dalam melakukan jelajah hariannya. 5.2.1.1 Jelajah harian Jelajah harian adalah jarak perjalanan harian yang ditempuh oleh monyet ekor panjang pada waktu aktifnya. Jelajah harian monyet ekor panjang setiap harinya menempuh jarak yang berbeda (Tabel 5). Tabel 5 Jelajah harian monyet ekor panjang di Pulau Tinjil Pengamatan hari ke1. 2. 3. 4. 5. Rata-rata
Kelompok Kandang 3 1339 1444 1380 1165 1024 1270,4
Jelajah Harian (m) Kelompok Kandang 5 2513 2071 1743 1751 2256 2066,8
Kelompok Kandang 8 2719 2538 2205 2676 2132 2454,0
Dari tabel di atas diketahui jarak jelajah harian rata-rata tiap kelompok berbeda. Hal ini disebabkan sumberdaya lingkungan yang berbeda-beda (ketersediaan pakan dan air), kemudahan akses untuk memperoleh sumberdaya lingkungan tersebut serta faktor cuaca. Menurut Santoso (1993), satwa liar tidak menyebar merata dan mengeksploitasi ruang secara acak dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua hal, yaitu faktor dari dalam diri satwa (umur, jenis kelamin dan morfologi) dan faktor dari luar yang lebih dikenal dengan faktor ekologi (ketersediaan makanan, kondisi fisik, biotik dan iklim dari habitatnya). Pada ketiga wilayah jelajah kelompok tersebut ketersediaan pakan dan air berbeda jumlah dan penyebarannya. Berdasarkan analisis vegetasi, 68% jenis tumbuhan yang terdapat pada wilayah jelajah kelompok kandang 3 merupakan jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang, yaitu 17 jenis tumbuhan pakan dari 25 jenis tumbuhan yang dijumpai. Kelompok ini juga merupakan kelompok yang paling banyak mendapatkan pakan tambahan (pisang dan jagung) yang diberikan oleh staf lapang Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil. Sumber air pada wilayah jelajah kelompok ini juga cukup tersedia, yaitu selain berasal dari air yang
terkandung dalam daun dan buah pada vegetasi, juga terdapatnya dua unit keran air dan satu unit bak minum yang disediakan oleh staf lapang. Akses untuk mendapatkan pakan dan air tersebut juga sangat mudah, yaitu tidak hanya melalui percabangan antar pohon, tetapi juga dilakukan di permukaan tanah, dikarenakan kelompok ini sudah terhabituasi dengan keberadaan dan aktivitas manusia (staf lapang dan peneliti) di Pulau Tinjil sehingga kelompok ini berani untuk turun ke permukaan tanah. Wilayah jelajah kelompok kandang 5 memiliki 17 jenis tumbuhan pakan dari 26 jenis tumbuhan (65,38%). Kelompok ini hanya melakukan aktivitas makan di pohon, dikarenakan kelompok ini belum terhabituasi dengan keberadaan manusia. Sumber air pada wilayah jelajah kelompok ini hanya terdapat pada air yang terkandung dalam daun dan buah, serta air sumur yang ditempatkan di bak minum oleh staf lapang. Akses untuk mendapatkan pakan dan air tersebut tidak mudah, dikarenakan banyaknya pohon yang tumbang pada wilayah jelajah kelompok ini, sehingga dalam melakukan jelajahan hariannya tidak semudah seperti kelompok kandang 3 dan kelompok kandang 8. Pada wilayah jelajah kelompok kandang 8, terdapat 65,21% diantaranya merupakan jenis tumbuhan pakan, yaitu 15 jenis tumbuhan pakan dari 23 jenis tumbuhan. Sumber air pada wilayah jelajah kelompok ini hanya terdapat pada air yang terkandung dalam daun dan buah, serta air sumur yang ditempatkan di bak minum oleh staf lapang. Akses untuk mendapatkan pakan dan air tersebut juga cukup mudah, yaitu dengan melalui percabangan antar pohon yang jaraknya cukup rapat. Jelajah harian monyet ekor panjang dimulai dari pohon tempat tidur dan berakhir juga pada pohon tempat tidur yang sama. Arah jelajah harian monyet ekor panjang ditentukan dan dipimpin oleh jantan dominan (alpha male). Adapun bentuk jelajah harian masing-masing kelompok monyet ekor panjang dapat dilihat pada Gambar 9, Gambar 11 dan Gambar 13 berikut ini.
Gambar 8 Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 3. Ket: (a) hari pertama; (b) hari kedua; (c) hari ketiga; (d) hari keempat; (e) hari kelima dan (f) akumulasi perjalanan harian.
Gambar 9 Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 3.
Gambar 10 Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 5. Ket: (a) hari pertama; (b) hari kedua; (c) hari ketiga; (d) hari keempat; (e) hari kelima dan (f) akumulasi perjalanan harian.
Gambar 11 Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 5.
Gambar 12 Jelajah harian monyet ekor panjang kelompok kandang 8. Ket: (a) hari pertama; (b) hari kedua; (c) hari ketiga; (d) hari keempat; (e) hari kelima dan (f) akumulasi perjalanan harian.
Gambar 13 Peta wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 8. Wilayah jelajah pada ketiga kelompok monyet ekor panjang yang terdapat di Pulau Tinjil memiliki luas yang berbeda. Luas masing-masing wilayah jelajah kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas wilayah jelajah dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3.
Kelompok monyet ekor panjang Kelompok kandang 3 Kelompok kandang 5 Kelompok kandang 8 Rata-rata
Luas (ha) 3,45 8,00 9,24 6,90
Masing-masing luas wilayah jelajah dugaan berbeda tiap kelompoknya. Jika kelompok kandang 3, kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8 dibandingkan, maka luas wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 3 lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah jelajah dugaan kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8. Rata-rata luas wilayah jelajah dugaan ketiga kelompok tersebut adalah 6,90 ha. Nilai rata-rata tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriatna dan Wahyono (2000) menyebutkan daerah jelajah monyet ekor panjang bervariasi dari 10-80 ha di daerah hutan primer dan 125 ha di daerah hutan bakau dan hasil penelitian Prasetyo (1992) yang menyatakan bahwa wilayah jelajah kelompok Si Gendut (M.26) di Pulau Tinjil seluas 13 ha. Perbedaan luas wilayah jelajah dugaan tersebut disebabkan perbedaan jelajah harian masing-masing kelompok. Selain itu, pendugaan wilayah jelajah monyet ekor panjang sangat dipengaruhi oleh lamanya penelitian serta frekuensi pertemuan antara pengamat dengan monyet, sebagaimana pernyataan Singleton dan Schaik (2000) diacu dalam Hadi (2002) yang menyatakan bahwa variasi yang terjadi dalam pendugaan wilayah jelajah bergantung pada lamanya penelitian, serta waktu penelitian yang paling lama menghasilkan pendugaan wilayah jelajah yang paling besar. Napier dan Napier (1985) menyebutkan bahwa ukuran kelompok dan ukuran home range monyet bervariasi sesuai dengan habitatnya. Alikodra (2002) juga menambahkan bahwa wilayah jelajah bervariasi sesuai dengan keadaan sumberdaya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya maka semakin sempit ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim perkembangbiakan.
5.2.1.2 Daerah inti Hasil penghitungan luas daerah inti dugaan dengan menggunakan aplikasi software Arc View 3.3 menunjukkan nilai yang berbeda. Masing-masing kelompok memiliki luas daerah inti seperti yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Luas daerah inti dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3.
Kelompok monyet ekor panjang Kelompok kandang 3 Kelompok kandang 5 Kelompok kandang 8 Rata-rata
Luas (ha) 0,81 2,31 3,50 2,21
Tidak semua wilayah jelajah monyet ekor panjang merupakan daerah inti (core area), ini dapat diketahui dari intensitas penggunaan habitat oleh monyet ekor panjang itu sendiri. Daerah inti merupakan bagian dari wilayah jelajah monyet ekor panjang yang digunakan dengan frekuensi yang lebih atau digunakan secara intensif. Menurut Napier dan Napier (1985), daerah inti adalah daerah dimana aktivitas sosial sering dilakukan. Indikasi untuk membatasi daerah inti adalah dengan mengikuti dan mencatat titik-titik koordinat terluar dari keseluruhan titik-titik koordinat yang merupakan tempat yang digunakan oleh monyet ekor panjang dengan frekuensi yang lebih atau digunakan secara intensif seplama penjelajahannya. Faktor yang menyebabkan perbedaan luas ketiga daerah inti di atas adalah faktor-faktor yang juga menyebabkan perbedaan luas wilayah jelajah ketiga kelompok tersebut. Namun, yang menjadi ciri utama dari daerah inti masingmasing kelompok adalah faktor penggunaan daerah tersebut dengan frekuensi yang tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yang termasuk dalam wilayah jelajahnya. Hal ini dapat diketahui berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, yaitu dengan mencatat lamanya waktu yang digunakan oleh masing-masing kelompok monyet pada masing-masing daerah intinya dalam melakukan aktivitas hariannya selama penjelajahan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama lima hari berturut-turut, setiap harinya rata-rata waktu yang digunakan oleh masing-masing kelompok berbeda-beda dalam melakukan aktivitas hariannya di daerah inti, pada kelompok kandang 3 dapat diketahui selama 7 jam 25 menit (29,51%), pada daerah inti kelompok kandang 5 selama 6 jam 33 menit (27,29 %), dan pada daerah inti kelompok kandang 8 selama 6 jam 16 menit (23,89 %).
Adapun bentuk daerah inti masing-masing wilayah jelajah kelompok monyet ekor panjang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
(a)
(b)
(c) Gambar 14 Peta daerah inti dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Ket: (a) kelompok kandang 3; (b) kelompok kandang 5 dan (c) kelompok kandang 8.
5.2.1.3 Teritori Hasil penghitungan luas teritori dugaan dengan menggunakan aplikasi software Arc View 3.3 menunjukkan nilai yang berbeda. Masing-masing kelompok memiliki luas teritori seperti yang tertera pada Tabel 8. Tabel 8 Luas teritori dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3.
Kelompok monyet ekor panjang Kelompok kandang 3 Kelompok kandang 5 Kelompok kandang 8 Rata-rata
Luas (ha) 0,13 0,15 0,15 0,14
Teritori merupakan bagian dari wilayah jelajah yang dipertahankan dari pengganggu. Teritori juga merupakan bagian dari wilayah jelajah yang di dalamnya terletak pohon yang selalu digunakan oleh monyet untuk tidur pada waktu tidurnya. Pada masing-masing teritori kelompok yang diamati, tidak dijumpainya aktivitas perkelahian antar kelompok. Dalam menentukkan teritori dan batasnya, tidak hanya dengan melihat adanya perkelahian saja, tetapi juga dapat dilihat dari tanda yang ditinggali oleh kelompok tersebut, seperti feses dan bau urine yang telah kelompok tersebut keluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Delany (1982) dan Whitten (1982) diacu dalam Alikodra (2002) yang menyatakan bahwa beberapa spesies mempunyai tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan aktif (teritori), misalnya tempat tidur pada primata. Alikodra (2002) juga menambahkan bahwa batas-batas teritori dikenali dengan jelas oleh pemilknya, biasanya ditandai dengan urine, feses dan sekresi lainnya. Adapun bentuk teritori masing-masing wilayah jelajah kelompok monyet ekor panjang dapat dilihat pada Gambar 15.
(a)
(b)
(c) Gambar 15 Peta teritori dugaan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Ket: (a) kelompok kandang 3; (b) kelompok kandang 5 dan (c) kelompok kandang 8.
Pada masing-masing teritori tersebut dijumpai jenis-jenis pohon tidur yang berbeda, yaitu jenis ki ara (Ficus glomerata), merbau (Intsia bijuga) dan kondang (Ficus variegata). Jenis-jenis tersebut dipilih monyet ekor panjang dikarenakan memiliki kriteria seperti tajuk lebar dan rindang, percabangan yang banyak dan relatif datar, serta tersedianya buah pada jenis tersebut. Gambar berikut ini merupakan gambar pohon tidur yang dimanfaatkan oleh masing-masing kelompok monyet ekor panjang yang diamati.
(a)
(b)
(c) Gambar 16 Pohon tidur monyet ekor panjang. Ket: (a) ki ara; (b) merbau dan (c) kondang.
5.2.2 Ukuran kelompok monyet ekor panjang Monyet ekor panjang yang terdapat di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil tersebar menjadi beberapa kelompok. Jumlah kelompok monyet ekor panjang yang ditemukan selama observasi lapang sebanyak 7 kelompok, yaitu kelompok kandang 1, kelompok kandang 2, kelompok kandang 3, kelompok kandang 5, kelompok kandang 8, kelompok kandang 9 dan kelompok kandang 12. Iskandar et al. (2009) menambahkan bahwa kelompok monyet ekor panjang di Pulau Tinjil terdapat sebanyak 29 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut dapat dijumpai pada setiap jalur transek yang ada. Jalur transek yang terdapat di Pulau Tinjil berjumlah 12 jalur, dengan 9 jalur arah utara ke selatan pulau dan 3 jalur yang arah timur ke barat pulau. Kelompok monyet ekor panjang yang diamati yaitu kelompok kandang 3, kelompok kandang 5 dan kelompok kandang 8. Ukuran masing-masing kelompok monyet ekor panjang yang ditemukan selama pengamatan bervariasi antara 27-37 individu per kelompok dengan komposisi umur mulai dari anak sampai dewasa. Dugaan kelas umur masing-masing individu tiap kelompok monyet ekor panjang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Estimasi ukuran kelompok monyet ekor panjang di Pulau Tinjil No. 1. 2. 3.
Nama Kelompok
Kelompok kandang 3 Kelompok kandang 5 Kelompok kandang 8 Total Ket: ♂ = jantan ♀ = betina
Dewasa ♂ ♀ 5 12 5 9 6 14 16 35
Jumlah Individu Muda ♂ ♀ 4 2 3 4 3 3 10 9
Anak ♂ 13 6 8 27
Total ♀ 1 0 0 1
37 27 34 98
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada kelompok monyet ekor panjang yang memiliki komposisi umur yang lengkap (jantan dewasa, betina dewasa, jantan remaja, betina remaja, jantan anak dan betina anak). Rata-rata ukuran kelompok adalah 32,7 individu/kelompok. Nisbah kelamin (sex ratio) monyet ekor panjang dewasa di Pulau Tinjil yaitu 16 jantan dewasa untuk 35 betina dewasa, atau sama dengan 1 jantan dewasa untuk 2,2 betina dewasa. Menurut Wheatley (1980) diacu dalam Soehartono dan Mardiastuti (2003), nisbah kelamin rata-rata monyet ekor panjang adalah 1 jantan dewasa untuk 3,3 betina
dewasa. Informasi lain yang juga dapat diketahui adalah pada usia remaja dan anak, jumlah monyet betina sangat sedikit dan tidak seimbang jika dibandingkan dengan jantan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup populasi monyet ekor panjang karena nisbah kelaminnya yang tidak sesuai dengan ekologi populasi monyet ekor panjang di habitat alaminya. Kelangsungan populasi tersebut dapat ditanggulangi dengan cara melakukan pemanenan terhadap juvenil atau anakan jantan pada ketiga kelompok tersebut atau dengan melakukan introduksi sejumlah monyet ekor panjang betina dalam berbagai struktur umur pada setiap kelompok kandang.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Wilayah jelajah monyet ekor panjang di Pulau Tinjil memiliki beberapa karakteristik, yaitu menempati tipe ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah dengan strata tajuk didominasi oleh strata C. Selain itu, kondisi cover yang digunakan monyet ekor panjang untuk melakukan aktivitas harian dalam wilayah jelajahnya memiliki penutupan tajuk yang berbeda, yaitu penutupan tajuk yang rapat dan tidak rapat. Rata-rata luas wilayah jelajah dugaan kelompok monyet ekor panjang adalah 6,9 ha, dengan bentuk wilayah jelajah yang berbeda-beda pada tiap kelompoknya. Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil sebanyak 25 jenis dan jenis yang paling disukai adalah butun (Baringtonia asiatica), huni (Antidesma bunius), kondang (Ficus variegata), lampeni (Ardisia humilis), loa (Ficus sp.), sawo kecik (Manilkara kauki) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Air yang dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang di Pulau Tinjil berasal dari berbagai sumber, yaitu (1) air hujan yang tertampung pada celahcelah batang pohon, (2) air sumur yang kemudian ditempatkan di bak minum oleh staf lapang, (3) air yang keluar dari keran air yang terletak di sekitar basecamp dan (4) air yang terkandung dalam buah maupun daun pada vegetasi yang tumbuh dalam wilayah jelajahnya.
6.2 Saran a. Perlu dilakukannya pengkajian mengenai kelimpahan dan palatabilitas pakan monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. b. Penentuan lokasi kandang tangkap monyet ekor panjang di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil seharusnya berdasarkan daerah inti kelompok monyet tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Arief H. 1998. Primata. Laporan Penelitian Dosen. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Boughey AS. 1973. Ecology of Populations. London: Collier Macmillan Publishers. [CITES] Convention on International Trades in Endangered Species of Wildlife Flora and Fauna. 2009. Macaca fascicularis. Di dalam: CITES species database Indonesia. http://www.cites.org/ [1 Juni 2009]. Djuwantoko, NR Utami, Wiyono. 2008. Perilaku Agresif Monyet (Macaca fascicularis Raffles 1821) Terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta. http://www.unsjournals.com/D/D0904/D090413 DjuwanMacacxxxa [2 Juni 2009]. Fadilah A. 2003. fascicularis Kabupaten Konservasi Bogor.
Evaluasi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca Raffles 1821) di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil Pandeglang Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Jurusan Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Hadi AN. 2002. Studi Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hadinoto. 1993. Studi Perilaku dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) dalam Kandang Penangkaran [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hoeve VW van. 2003. Ensiklopedia Seri Fauna: Mamalia 1. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Huntingford F. 1984. The Study of Animal Behaviour. London: Chapman and Hall. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2009. Macaca fascicularis. Di dalam: IUCN Red List of Least Concern Species. Version 2009.1. http://www.iucnredlist.org [2 Juni 2009]. Iskandar E, SD Riendriasari, W Sinaga. 2009. Dua Dekade Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821): Tinjauan Aspek Populasi, Habitat dan Manajemen. Laporan Penelitian. Bogor: Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB.
Jewell PA. 1966. The Concept of Home Range in Mammals. Di dalam: Jewell P. A. dan C. Loizos, editor. The Procedings of a Symposium Held at The Zoological Society of London; London, 19-20 November 1965. London: Academic Press. hlm 85-106. Lekagul B, JA McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Bangkok: Kurusapha Ladprao Press. Linburg DG. 1980. The Macaques: Studies in Ecology, Behavior and Evolution. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Ludwig JA, JF Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New York: John Wileys & Sons. Maryanto I, AS Achmadi, MH Sinaga. 2007. Nama Daerah Mamalia Indonesia. Jakarta: LIPI. Maton A. 2000. Exploring Life Science. New York: Marshall Cavendish Corporation. Medway L. 1978. The Wild Mammals of Malaya (Peninsular Malaysia) and Singapore. Second Edition. Kuala Lumpur: Oxford University Press. Mulyana R. 2004. Jenis dan Palatabilitas Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Cikaniki Citalahab TN Gunung Halimun [tugas akhir]. Bogor: Program Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mukhtar AS. 1982. Penelitian Pola Pergerakan (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Taman Wisata dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran Jawa Barat [tesis]. Bogor: Magister Sains Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Napier JR, PH Napier. 1985. The Natural History of The Primates. Massachusetts: The MIT Press Cambridge. Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Payne J, CM Francis, K Phillipps, SN Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Bogor: WCS. Prasetyo A. 1992. Studi Penggunaan Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil, Pandeglang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Romauli S. 1993. Studi Konservasi Vegetasi di Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Santoso N. 1992. Analisis Habitat dan Potensi Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil. Media Konservasi V (1): 5-9.
__________. 1993. Studi Populasi dan Perilaku Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles 1821) di Pulau Tinjil Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Saroyo. 2002. Jelajah Harian dan Daerah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Kelompok Spikehead di Pulau Tinjil, Jawa Barat, Indonesia [tesis]. Bogor: Program Studi Primatologi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Shumon JJ, BL Ashbaugh, CD Tolman, N Smith, F Holmes. 1966. Wildlife Habitat Improvement. New York: National Audubon Society. Soehartono T, A Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: JICA (Japan International Cooperation Agency). Soerianegara I, A Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sugiharto G. 1992. Studi Perilaku Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Supriatna J, EH Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Widiyanti DR. 2001. Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Lahan Hutan Rakyat: Studi Kasus di Dusun Nyemani, Desa Sidoharjo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar jenis vegetasi pada jalur 1 (kelompok kandang 3) Tabel 10 Daftar jenis vegetasi pada jalur 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Lokal Albasia Ampelas Bayur Butun Huni Kalapari Kampis Kapas Ketapang Ki ara Ki cau Ki ciat Ki huru Ki hoe Ki langir Ki lalayu Ki tako Melinjo Merbau Pancal Pangku Paranje Peuris Renghas Waru
Nama Ilmiah Paraseriantes falcataria Ficus ampelas Pterospermum javanicum Baringtonia asiatica Antidesma bunius Pongamia pinnata Hernandia peltata Gossyium acuminatum Terminalia catappa Ficus glomerata Dolichandrone sepathaceae Ficus septica Litsea chinensis Parinarium glabericum Dysoxylum amoroides Arytera littoralis
Suku Fabaceae Moraceae Sterculiaceae Lecythidaceae Euphorbiaceae Leguminosae Hernandiaceae Bombacaceae Combretaceae Moraceae Bignoniaceae Moraceae Euphorbiaceae Rosaceae Meliaceae Sapindaceae
Gnetum gnemon Intsia bijuga Aglaia sp. Dysoxylum excelsum Glycosmis cochinchinensis Antidesma montanum Gluta renghas Hibiscus tiliaceus
Gnetaceae Fabaceae Meliaceae Meliaceae Rutaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Malvaceae
Keterangan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Jenis pakan Jenis pakan
Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Lampiran 2. Daftar jenis vegetasi pada jalur 2 (kelompok kandang 5) Tabel 11 Daftar jenis vegetasi pada jalur 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Lokal Ampelas Bayur Bintaro Cerlang Jambu klampok Kampis Kapas Ketapang Kepuh Ki ara Ki cau Ki huru Ki hoe Ki langir Ki tako Kondang Loa Melinjo Merbau Nyamplung Pancal Paranje Peuris Renghas Sawo kecik Tanjung
Nama Ilmiah Ficus ampelas Pterospermum javanicum Cerbera manghas Pterospermum diversifolium Syzygium cymosa Hernandia peltata Ceiba pentandra Terminalia catappa Sterculia foetida Ficus glomerata Dolichandrone sepathaceae Litsea chinensis Parinarium glabericum Dysoxylum amoroides
Suku Moraceae Sterculiaceae Apocynaceae Sterculiaceae Myrtaceae Hernandiaceae Bombacaceae Combretaceae Malvaceae Moraceae Bignoniaceae Euphorbiaceae Rosaceae Meliaceae
Keterangan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Ficus tinctoria Ficus sp. Gnetum gnemon Intsia bijuga Calophyllum inophyllum Aglaia sp. Glycosmis cochinchinensis Antidesma montanum Gluta renghas Manilkara kauki Mimusops elengi
Moraceae Moraceae Gnetaceae Fabaceae Clusiaceae Meliaceae Rutaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Sapotaceae Sapotaceae
Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Lampiran 3. Daftar jenis vegetasi pada jalur 3 (kelompok kandang 8) Tabel 12 Daftar jenis vegetasi pada jalur 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22. 23.
Nama Lokal Binar Bintaro Gadog Jambu klampok Kalapari Kampis Kapas Ketapang Ki cau Ki ciat Ki huru Ki langir Laban Lame Lampeni Mara Melinjo Merbau Pangku Peuris Salam hutan Songgom Tanjung
Nama Ilmiah Ochrocarpus ovalivolius Cerbera manghas Bischofia javanica Syzygium cymosa Pongamia pinnata Hernandia peltata Ceiba pentandra Terminalia catappa Dolichandrone sepathaceae Ficus septica Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Vitex goffasa Alstonia scholaris Ardisia humilis Macaranga tanarius Gnetum gnemon Intsia bijuga Dysoxylum excelsum Antidesma montanum Syzygium lineata Melanoorhoea wallichii Mimusops elengi
Suku Guttiferae Apocynaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Leguminosae Hernandiaceae Bombacaceae Combretaceae Bignoniaceae Moraceae Euphorbiaceae Meliaceae Verbenaceae Apocynaceae Myrsinaceae Euphorbiaceae Gnetaceae Fabaceae Meliaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Anacardiaceae Sapotaceae
Keterangan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan Jenis pakan
Lampiran 4. Penghitungan nilai p pada jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang Tabel 13 Penghitungan nilai p pada jenis tumbuhan pakan monyet ekor panjang No. Nama Lokal 1. Ampelas 2. Bayur 3. Binar 4. Bintaro 5. Butun 6. Huni 7. Jambu klampok 8. Kalapari 9. Kampis 10. Ketapang 11. Ki ara 12. Ki cau 13. Ki ciat 14. Ki huru 15. Ki langir 16. Kondang 17. Lampeni 18. Loa 19. Melinjo 20. Merbau 21. Peuris 22. Renghas 23. Sawo kecik 24. Songgom 25. Tanjung 26. Waru Keterangan: P = Palatabilitas
Nama Ilmiah Ficus ampelas Pterospermum javanicum Ochrocarpus ovalivolius Cerbera manghas Baringtonia asiatica Antidesma bunius Syzygium cymosa Pongamia pinnata Hernandia peltata Terminalia catappa Ficus glomerata Dolichandrone spathacea Ficus septica Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Ficus variegata Ardisia humilis Ficus sp. Gnetum gnemon Intsia bijuga Antidesma montanum Gluta renghas Manilkara kauki Melanoorhoea wallichii Mimusops elengii Hibiscus tiliaceus
Keterangan P = 1/7 = 0,14 P = 1/5 = 0,20 P = 1/3 = 0,33 P = 1/2 = 0,50 P = 1/1 = 1 P = 1/1 = 1 P = 4/10 = 0,4 P = 2/3 = 0,67 P = 1/6 = 0,17 P = 2/6 = 0,33 P = 2/3 = 0,67 P = 1/10 = 0,10 P = 2/4 = 0,50 P = 9/16 = 0,56 P = 7/24 = 0,29 P = 1/1 = 1 P = 1/1 = 1 P = 1/1 = 1 P = 6/11 = 0,55 P = 4/21 = 0,19 P = 2/24 = 0,08 P = 2/10 = 0,2 P = 1/1 = 1 P = 1/2 = 0,5 P = 2/10 = 0,2 P = 3/3 = 1
Lampiran 5. Tabulasi indeks nilai penting pada tingkat semai A. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 1 Tabel 14 Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Lokal Huni Melinjo Ki huru Ki langir Paranje Ki tako Renghas Pancal Ampelas Peuris
Nama Latin Antidesma bunius Gnetum gnemon Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Glycosmis cochinchinensis Gluta renghas Aglaia sp. Ficus ampelas Antidesma montanum Jumlah
K(ind/ha) 2,5 10,0 2,5 20,0 87,5 35,0 22,5 7,5 2,5 12,5 202,5
KR(%) 1,23 4,94 1,23 9,88 43,21 17,28 11,11 3,70 1,23 6,17
F 0,1 0,1 0,1 0,3 0,5 0,6 0,4 0,2 0,1 0,2 2,6
FR(%) 3,85 3,85 3,85 11,54 19,23 23,08 15,38 7,69 3,85 7,79
INP(%) 5,08 8,79 5,08 21,42 62,44 40,36 26,49 11,39 5,08 13,96
F 0,1 0,5 0,5 0,5 0,2 0,1 0,1 0,4 0,1 0,1 0,1 2,7
FR(%) 3,70 18,52 18,52 18,52 7,41 3,70 3,70 14,81 3,70 3,70 3,70
INP(%) 5,31 66,91 29,81 29,81 12,25 5,31 6,93 27,71 5,31 5,31 5,31
B. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 2 Tabel 15 Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Lokal Nyamplung Paranje Renghas Ki langir Peuris Pancal Cerlang Ki tako Melinjo Jambu klampok Sawo kecik
Nama Latin Calophyllum inophyllum Glycosmis cochinchinensis Gluta renghas Dysoxylum amoroides Antidesma montanum Aglaia sp. Pterospermum diversifolium Gnetum gnemon Syzygium cymosa Manilkara kauki Jumlah
K(ind/ha) 2,5 75,0 17,5 17,5 7,5 2,5 5,0 20,0 2,5 2,5 2,5 155,0
KR(%) 1,61 48,39 11,29 11,29 4,84 1,61 3,23 12,90 1,61 1,61 1,61
C. Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 3 Tabel 16 Tabulasi indeks nilai penting tingkat semai pada jalur 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Lokal Ki huru Lame Jambu klampok Ki langir Peuris Tanjung Melinjo Lampeni Laban Songgom Kampis Binar
Nama Latin K(ind/ha) KR(%) F FR(%) INP(%) Litsea chinensis 5,0 5,13 0,1 4,35 9,48 Alstonia scholaris 7,5 7,69 0,2 8,70 16,39 Syzygium cymosa 25,0 25,64 0,4 17,39 43,03 Dysoxylum amoroides 5,0 5,13 0,2 8,70 13,83 Antidesma montanum 2,5 2,56 0,1 4,35 6,91 Mimusops elengii 5,0 5,13 0,2 8,70 13,83 Gnetum gnemon 5,0 5,13 0,2 8,70 13,83 Ardisia humilis 10,0 10,26 0,1 4,35 14,61 Vitex goffasa 12,5 12,82 0,3 13,04 25,86 Melanoorhoea wallichii 2,5 2,56 0,1 4,35 6,91 Hernandia peltata 12,5 12,82 0,2 8,70 21,52 Ochrocarpus ovalivolius 5,0 5,13 0,2 8,70 13,83 Jumlah 97,5 2,3 Keterangan: K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif dan INP = Indeks Nilai Penting.
Lampiran 6. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang A. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 1 Tabel 17 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Lokal Ki tako Pancal Paranje Waru laut Ki langir Peuris Albasia Ki huru Melinjo Ampelas
Nama Latin Aglaia sp. Glycosmis cochinchinensis Hibiscus tiliaceus Dysoxylum amoroides Antidesma montanum Paraseriantes falcataria Litsea chinensis Gnetum gnemon Ficus ampelas Jumlah
K(ind/ha) 37,5 15,0 64,0 7,5 32,5 20,0 2,5 17,5 2,5 2,5 201,5
KR(%) 18,61 7,44 31,76 3,72 16,13 9,93 1,24 8,68 1,24 1,24
F 0,6 0,3 0,5 0,1 0,4 0,5 0,1 0,3 0,1 0,1 3,0
FR(%) 20,00 10,00 16,67 3,33 13,33 16,67 3,33 10,00 3,33 3,33
INP(%) 38,61 17,44 48,43 7,05 29,46 26,6 4,57 18,68 4,57 4,57
B. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 2 Tabel 18 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Lokal Ki tako Bintaro Peuris Ki langir Renghas Pancal Paranje Jambu klampok Ki huru Ampelas Ki hoe Bayur
Nama Latin Cerbera manghas Antidesma montanum Dysoxylum amoroides Gluta renghas Aglaia sp. Glycosmis chochinensis Syzygium cymosa Litsea chinensis Ficus ampelas Parinarium glabericum Pterospermum javanicum Jumlah
K(ind/ha) 55,0 30,0 55,0 25,0 2,5 20,0 30,0 25,0 20,0 2,5 2,5 2,5 270,0
KR(%) 20,37 11,11 20,37 9,26 0,93 7,41 11,11 9,26 7,41 0,93 0,93 0,93
F 0,8 0,1 0,9 0,5 0,1 0,5 0,6 0,3 0,5 0,1 0,1 0,1 4,6
FR(%) 17,39 2,17 19,57 10,87 2,17 10,87 13,04 6,52 10,87 2,17 2,17 2,17
INP(%) 37,76 13,28 39,94 20,13 3,10 18,28 24,15 15,78 18,28 3,10 3,10 3,10
B. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 3 Tabel 19 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pancang pada jalur 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Lokal Laban Ki langir Ki huru Gadog Lame Tanjung Merbau Melinjo Kampis Bintaro Binar Mara
Nama Latin K(ind/ha) KR(%) F FR(%) INP(%) Vitex goffasa 10,0 9,30 0,2 9,52 18,82 Dysoxylum amoroides 17,5 16,28 0,3 14,29 30,57 Litsea chinensis 10,0 9,30 0,3 14,29 23,59 Bischofia javanica 7,5 6,98 0,2 9,52 16,50 Alstonia scholaris 7,5 6,98 0,2 9,52 16,50 Mimusops elengii 7,5 6,98 0,2 9,52 16,50 Intsia bijuga 2,5 2,33 0,1 4,76 7,09 Gnetum gnemon 2,5 2,33 0,1 4,76 7,09 Hernandia peltata 5,0 4,65 0,2 9,52 14,17 Cerbera manghas 2,5 2,33 0,1 4,76 7,09 Ochrocarpus ovalivolius 32,5 30,23 0,1 4,76 34,99 Macaranga tanarius 2,5 2,33 0,1 4,76 7,09 Jumlah 107,5 2,1 Keterangan: K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif dan INP = Indeks Nilai Penting.
Lampiran 7. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang A. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 1 Tabel 20 Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 1 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
K(ind/ha)
KR(%)
F
FR(%)
D(m2/ha)
DR(%)
INP(%)
7,5 7,5 7,5 2,5 5,0 5,0 35,0
21,43 21,43 21,43 7,14 14,29 14,29
0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,2 0,9
11,11 11,11 22,22 11,11 22,22 22,22
0,12 0,15 0,16 0,04 0,05 0,11 0,63
19,05 23,81 25,40 6,35 7,94 17,46
51,59 56,35 69,05 24,60 44,45 53,97
D(m2/ha) 0,18 0,05 0,07 0,10 0,12 0,10 0,02 0,02 0,03 0,02 0,03 0,74
DR(%) 24,32 6,76 9,46 13,51 16,22 13,51 2,70 2,70 4,05 2,70 4,05
INP(%) 53,90 16,78 29,51 43,59 46,30 43,59 12,72 12,72 14,07 12,72 14,07
Nama Latin K(ind/ha) KR(%) F FR(%) D(m2/ha) Gossyium acuminatum 2,5 5,88 0,1 6,25 0,02 Antidesma montanum 2,5 5,88 0,1 6,25 0,07 Dysoxylum amoroides 5,0 11,76 0,2 12,50 0,06 Alstonia scholaris 5,0 11,76 0,1 6,25 0,05 Dolichandrone sepathaceae 7,5 17,65 0,3 18,75 0,08 Mimusops elengii 7,5 17,65 0,3 18,75 0,15 Intsia bijuga 5,0 11,76 0,2 12,50 0,06 Gnetum gnemon 2,5 5,88 0,1 6,25 0,04 Dysoxylum excelsum 2,5 5,88 0,1 6,25 0,03 Hernandia peltata 2,5 5,88 0,1 6,25 0,02 Jumlah 42,5 1,6 0,58 Keterangan: K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, D = Dominansi, DR = Dominansi Relatif dan INP = Indeks Nilai Penting.
DR(%) 3,45 12,07 10,34 8,62 13,79 25,86 10,34 6,90 5,17 3,45
INP(%) 15,58 24,20 34,60 26,63 50,19 62,26 34,60 19,03 17,30 15,58
Nama Lokal
Ki ciat Waru laut Melinjo Ki lalayu Peuris Ki huru
Nama Latin
Ficus septica Hibiscus tiliaceus Gnetum gnemon Arytera littoralis Antidesma montanum Litsea chinensis Jumlah
B. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 2 Tabel 21 Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Lokal Ki cau Kampis Ki langir Jambu klampok Melinjo Peuris Pancal Ki huru Paranje Tanjung Kapas
Nama Latin Dolichandrone sepathaceae Hernandia peltata Dysoxylum amoroides Syzygium cymosa Gnetum gnemon Antidesma montanum Aglaia sp. Actinodaphne sphaeocarpa Glycosmis chochinensis Mimusops elengii Gossyium acuminatum Jumlah
K(ind/ha) 10,0 2,5 5,0 7,5 7,5 7,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 52,5
KR(%) 19,05 4,76 9,52 14,29 14,29 14,29 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76
F 0,2 0,1 0,2 0,3 0,3 0,3 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 1,9
FR(%) 10,53 5,26 10,53 15,79 15,79 15,79 5,26 5,26 5,26 5,26 5,26
C. Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 3 Tabel 22 Tabulasi indeks nilai penting tingkat tiang pada jalur 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Lokal Kapas Peuris Ki langir Lame Ki cau Tanjung Merbau Melinjo Pangku Kampis
Lampiran 8. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon A. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 1 Tabel 23 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Nama Lokal Ki ciat Kampis Merbau Butun Waru laut Kalapari Ki huru Ki langir Albasia Bayur Renghas Ki ara Ketapang Pangku Ki cau Melinjo Pancal Kapas Ki hoe
Nama Latin Ficus septica Hernandia peltata Intsia bijuga Baringtonia asiatica Hibiscus tiliaceus Pongamia pinnata Litsea chinensis Dysoxylum amoroides Paraseriantes falcataria Pterospermum javanicum Gluta renghas Ficus glomerata Terminalia catappa Dysoxylum excelsum Dolichandrone sepathaceae Gnetum gnemon Aglaia sp. Gossyium acuminatum Parinarium glabericum Jumlah
K(ind/ha) 20,0 2,5 7,5 2,5 15,0 5,0 27,5 30,0 5,0 10,0 2,5 10,0 10,0 2,5 20,0 7,5 2,5 2,5 2,5 185,0
KR(%) 10,81 1,35 4,05 1,35 8,11 2,70 14,86 16,22 2,70 5,41 1,35 5,41 5,41 1,35 10,81 4,05 1,35 1,35 1,35
F 0,3 0,1 0,3 0,1 0,3 0,2 0,7 0,7 0,2 0,3 0,1 0,4 0,2 0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 0,1 4,9
FR(%) 6,12 2,04 6,12 2,04 6,12 4,08 14,29 14,29 4,08 6,12 2,04 8,16 4,08 2,04 8,16 4,08 2,04 2,04 2,04
D(m2/ha) 1,22 0,27 1,17 0,38 1,44 0,84 3,27 4,53 1,94 2,82 0,49 22,59 1,60 0,45 1,48 0,34 0,31 0,55 0,38 46,07
DR(%) 2,65 0,59 2,54 0,82 3,13 1,82 7.10 9,83 4,21 6,12 1,06 49,03 3,47 0,98 3,21 0,74 0,67 1,19 0,82
INP(%) 19,58 3,98 12,71 4,21 17,36 8,60 36,25 40,34 10,99 17,65 4,45 62,60 12,96 4,37 22,18 8,87 4,06 4,58 4,21
Nama Latin K(ind/ha) KR(%) F FR(%) D(m2/ha) DR(%) Intsia bijuga 22,5 16,98 0,6 16,67 7,78 27,62 Gossyium acuminatum 7,5 5,66 0,3 8,33 1,25 4,44 Dolichandrone sepathaceae 7,5 5,66 0,2 5,56 0,88 3,12 Hernandia peltata 2,5 1,89 0,1 2,78 2,83 10,05 Dysoxylum amoroides 12,5 9,43 0,3 8,33 1,37 4,86 Glycosmis cochinchinensis 2,5 1,89 0,1 2,78 0,38 1,35 Litsea chinensis 20,0 15,09 0,3 8,33 1,88 6,67 Ficus sp. 2,5 1,89 0,1 2,78 0,49 1,74 Gluta renghas 5,0 3,77 0,1 2,78 0,83 2,95 Ficus ampelas 15,0 11,32 0,5 13,89 1,13 4,01 Parinarium glabericum 5,0 3,77 0,2 5,56 0,74 2,63 Terminalia catappa 5,0 3,77 0,2 5,56 3,16 11,22 Pterospermum javanicum 5,0 3,77 0,1 2,78 0,61 2,17 Mimusops elengii 5,0 3,77 0,2 5,56 1,39 4,93 Ficus tinctoria 2,5 1,89 0,1 2,78 0,75 2,66 Ficus glomerata 10,0 7,55 0,1 2,78 2,15 7,63 Sterculia foetida 2,5 1,89 0,1 2,78 0,55 1,95 Jumlah 132,5 3,6 28,17 Keterangan: K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, D = Dominansi, DR = Dominansi Relatif dan INP = Indeks Nilai Penting.
INP(%) 61,27 18,43 14,34 14,72 22,62 6,02 30,09 6,41 9,50 29,22 11,96 20,55 8,72 14,26 7,33 17,96 6,62
B. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 2 Tabel 24 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Lokal Merbau Kapas Ki cau Kampis Ki langir Paranje Ki huru Loa Renghas Ampelas Ki hoe Ketapang Bayur Tanjung Kondang Ki ara Kepuh
C. Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 3 Tabel 25 Tabulasi indeks nilai penting tingkat pohon pada jalur 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Latin K(ind/ha) KR(%) F FR(%) D(m2/ha) DR(%) Intsia bijuga 25,0 14,49 0,5 10,42 8,67 11,65 Dysoxylum amoroides 27,5 15,94 0,9 18,75 17,75 23,85 Ficus septica 2,5 1,45 0,1 2,08 0,18 0,24 Mimusops elengii 20,0 11,59 0,6 12,50 11,45 15,38 Terminalia catappa 5,0 2,90 0,2 4,17 4,38 5,89 Pongamia pinnata 2,5 1,45 0,1 2,08 0,45 0,61 Syzygium cymosa 2,5 1,45 0,1 2,08 0,75 1,01 Syzygium lineata 2,5 1,45 0,1 2,08 0,15 0,20 Dysoxylum excelsum 20,0 11,59 0,5 10,42 6,59 8,85 Gossyium acuminatum 7,5 4,35 0,2 4,17 1,62 2,18 Bischofia javanica 2,5 1,45 0,1 2,08 1,96 2,63 Antidesma montanum 32,5 18,84 0,7 14,58 14,33 19,25 Melanoorhoea wallichii 2,5 1,45 0,1 2,08 0,38 0,51 Hernandia peltata 10,0 5,80 0,2 4,17 4,13 5,55 Litsea chinensis 2,5 1,45 0,1 2,08 1,38 1,85 Gnetum gnemon 5,0 2,90 0,2 4,17 0,16 0,22 Macaranga tanarius 2,5 1,45 0,1 2,08 0,10 0,13 Jumlah 172,5 4,8 74,43 Keterangan: K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, D = Dominansi, DR = Dominansi Relatif dan INP = Indeks Nilai Penting.
Nama Lokal Merbau Ki langir Ki ciat Tanjung Ketapang Kalapari Jambu klampok Salam hutan Pangku Kapas Gadog Peuris Songgom Kampis Ki huru Melinjo Mara
INP(%) 36,56 58,54 3,77 39,47 12,96 4,14 4,54 3,73 30,86 10,70 6,16 52,67 4,04 15,52 5,38 7,29 3,66
Lampiran 9. Tally sheet profil pohon jalur 1 Tabel 26 Tally sheet profil pohon jalur 1 Tinggi Tajuk Posisi Pohon D TT TBC U S B T X Y 1. Waru 15 1,8 50 8,0 5,0 8,4 0 0 0 2. Kalapari 14 1,8 32 3,2 5,7 4,8 4,8 5 5 3. Merbau 30 2,0 30 11,1 2,0 6,4 2,0 3 -9,4 4. Kampis 15 3,5 37 5,9 4,7 6,2 1,0 5,9 6 5. Waru 12 1,8 40 6,0 5,0 5,3 2,0 15 2 6. Waru 8 2,0 27 3,0 2,0 5,3 1,0 15 2 7. Waru 10 2,0 24 0 5,1 0 10,1 15 2 8. Ki ciat 11 3,5 35 0 4,0 4,1 3,2 12 -5 9. Ki ciat 5 2,0 22 5,0 0 5,0 0 10 -2 10. Ki ciat 15 3,5 31 6,5 2,0 7,0 2,0 8 -8 11. Butun 20 4,0 44 11,0 0 4,0 9,0 11 -10 12. Ki huru 17 10,0 31 6,9 0 6,8 0 22 1 13. Merbau 20 10,0 45 8,4 4,2 1,0 9,3 25 0 14. Waru 9 2,0 30 3,2 5,9 5,7 3,0 27 2 15. Ki ciat 10 4,0 32 4,2 2,0 3,6 4,0 25 -6 16. Ki ciat 10 2,5 25 1,5 4,0 3,1 6,1 25 -6 17. Ki ciat 10 2,5 28 4,4 4,0 5,7 4,3 35 1 18. Ki huru 18 10,0 42 9,0 3,2 4,2 6,2 50 2 19. Ki ciat 15 5,0 26 3,0 4,2 3,6 2,0 34 4 20. Ki huru 10 5,0 30 5,4 0 6,0 1,0 36 7 21. Ki langir 25 20,0 53 13,7 0 5,1 5,4 50 -10 22. Merbau 25 9,0 55 1,0 8,3 5,0 9,0 50 -10 23. Albasia 25 2,0 76 6,0 10,0 0 4,3 50 -5 24. Bayur 15 3,0 66 3,0 5,7 12,0 4,0 52 -5 25. Bayur 30 6,0 62 11.5 3,0 9,7 9,7 50 0 26. Renghas 20 4,0 50 2,0 6,0 6,3 5,0 52 -1 27. Waru 7 1,8 32 6,2 1,5 10,0 3,3 80 10 28. Ki ara 26 6,0 135 9,0 11,0 8,9 7,8 79 2 29. Ki langir 25 10,0 55 10,5 3,4 10,0 8,8 73 10 30. Ketapang 20 2,0 40 15,0 0 0 0 85 -5 31. Ki langir 30 10,0 73 6,5 1,7 7,5 10,0 85 -5 32. Pangku 28 6,0 48 6,8 9,6 7,4 8,5 86 -5 33. Ki huru 22 15,0 23 3,0 3,0 3,0 3,0 87 -5 34. Ki cau 15 9,0 28 3,5 3,5 3,5 3,5 95 -7 35. Kalapari 24 5,0 47 7,4 5,5 5,5 7,5 93 0 36. Ki langir 30 9,0 58 7,1 4,0 6,5 5,3 81 -9 Keterangan : TT = Tinggi total (m) X = Posisi pohon arah U-S (m) TBC = Tinggi bebas cabang (m) Y = Posisi pohon arah B-T (m) D = Diameter pohon (cm) U = Panjang tajuk bagian Utara (m) S = Panjang tajuk bagian Selatan (m) B = Panjang tajuk bagian Barat (m) T = Panjang tajuk bagian Timur (m) K = Kondisi (B=Baik, T=Terganggu, R=Rusak) F = Fungsi (C=Cover, S=Shelter) No.
Jenis
Lampiran 10. Tally sheet profil pohon jalur 2 Tabel 27 Tally sheet profil pohon jalur 2 Tinggi Tajuk Posisi Pohon D TT TBC U S B T X X 1. Merbau 25 20,0 38 5 2 7 2,0 5 -6 2. Kapas 20 7,0 28 3 2 4 3,0 0 -6 3. Merbau 30 8,0 68 7 6 6 9,0 6 -6 4. Ki cau 13 12,0 21 1 1 4 1,0 7,5 -4 5. Kampis 20 3,0 120 4 7 11 3,0 13 -1 6. Ki langir 15 9,0 25 3 4 2 2,0 27 2 7. Paranje 15 3,0 44 5 1 4 1,5 39 -3 8. Ki langir 12 5,0 30 4 5 3 3,0 27 -5 9. Merbau 30 7,0 78 4 4 8 8,0 48 -7 10. Kapas 30 9,0 62 4 3 5 4,0 60 -1 11. Ki huru 15 8,0 35 3 5 3 3,0 69 3 12. Ki langir 12 8,0 22 4 2 1 1,0 70 0 13. Ki huru 21 5,0 21 4 1 4 1,0 64 -3 14. Ki langir 15 8,0 44 4 4 4 1,0 70 6 15. Loa 30 2,5 50 4 2 4 4,0 78 0 16. Ki huru 10 9,0 32 1 5 5 1,0 84 -1 17. Renghas 15 8,0 31 6 4 4 3,0 82 -3 18. Ampelas 10 4,0 21 1 3 3 1,0 86 -1 19. Merbau 30 10,0 66 6 7 8 4,0 95 -4 20. Merbau 10 8,0 21 2 3 2 2,0 100 -4 21. Renghas 16 10,0 57 2 5 4 1,0 100 -7 Keterangan : TT = Tinggi total (m) X = Posisi pohon arah U-S (m) TBC = Tinggi bebas cabang (m) Y = Posisi pohon arah B-T (m) D = Diameter pohon (cm) U = Panjang tajuk bagian Utara (m) S = Panjang tajuk bagian Selatan (m) B = Panjang tajuk bagian Barat (m) T = Panjang tajuk bagian Timur (m) K = Kondisi (B=Baik, T=Terganggu, R=Rusak) F = Fungsi (C=Cover, S=Shelter) No.
Jenis
Lampiran 11. Tally sheet profil pohon jalur 3 Tabel 28 Tally sheet profil pohon jalur 3 Tinggi Tajuk Posisi Pohon D TT TBC U S B T X Y 1. Merbau 25 12,0 24 3 3 3 3 0 6 2. Ki langir 30 1,3 30 3 4 5 3 5 5 3. Ki ciat 20 7,0 30 8 7 4 3 5 2 4. Tanjung 30 9,0 48 4 3 2 3 7 5 5. Ketapang 40 25,0 111 5 3 4 4 10 4 6. Kalapari 32 6,0 48 2 5 3 3 0 -5 7. Merbau 25 18,0 38 4 4 4 4 7 -7 8. Jambu klampok 35 9,0 62 5 8 5 7 27 5 9. Tanjung 25 20,0 28 4 3 3 3 25 -5 10. Salam hutan 15 9,0 28 2 2 2 2 26 -6 11. Pangku 35 28,0 62 3 3 3 3 27 -6 12. Kapas 35 29,0 28 3 4 3 3 30 -6 13. Ki langir 25 20,0 38 3 7 5 3 30 -3 14. Gadog 40 20,0 100 5 5 7 5 50 9 15. Peuris 30 9,0 60 3 4 4 3 53 5 16. Peuris 35 3,0 39 3 3 3 3 40 5 17. Ki langir 35 30,0 32 4 5 4 2 46 -5 18. Peuris 35 10,0 88 8 7 5 5 45 -9 19. Peuris 28 4,0 97 7 8 7 7 60 5 20. Peuris 26 4,0 81 5 5 7 5 65 7 21. Merbau 35 20,0 44 4 4 8 4 79 5 22. Ki langir 22 9,0 37 5 5 4 4 78 1 23. Ketapang 32 10,0 100 3 4 9 3 72 -3 24. Merbau 30 28,0 68 6 5 6 6 72 -4 25. Merbau 26 12,0 43 3 5 3 3 77 -5 26. Peuris 32 15,0 111 7 8 6 6 67 -8 27. Tanjung 40 18,0 81 4 4 7 4 87 5 28. Tanjung 30 12,0 30 2 1 1 2 80 9 29. Songgom 15 7,0 44 2 2 3 4 85 9 30. Merbau 40 9,0 92 5 5 6 6 86 9 31. Kampis 15 7,0 36 2 3 2 2 86 -5 32. Kapas 35 9,0 77 5 7 5 5 80 -9 33. Ki langir 40 20,0 108 4 7 5 5 97 -6 34. Ki huru 35 2,0 84 2 3 2 2 98 5 35. Kapas 30 25,0 39 2 4 2 3 97 -8 Keterangan : TT = Tinggi total (m) X = Posisi pohon arah U-S (m) TBC = Tinggi bebas cabang (m) Y = Posisi pohon arah B-T (m) D = Diameter pohon (cm) U = Panjang tajuk bagian Utara (m) S = Panjang tajuk bagian Selatan (m) B = Panjang tajuk bagian Barat (m) T = Panjang tajuk bagian Timur (m) K = Kondisi (B=Baik, T=Terganggu, R=Rusak) F = Fungsi (C=Cover, S=Shelter) No.
Jenis
Lampiran 12. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 3
Gambar 17 Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 3.
Lampiran 13. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 5
Gambar 19 Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 5.
Lampiran 14. Gambar profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 8
Gambar 20 Profil pohon wilayah jelajah kelompok kandang 8.
Lampiran 15. Dokumentasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 20 Dokumentasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Ket: (a) jantan dominan; (b) individu betina remaja; (c) aktivitas grooming pada monyet; (d) individu betina dewasa.
Lampiran 16.
Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 3 A. Hari Pertama Tabel 29 Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 3 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589761 0589744 1. 26. 9231688 9231743 0589766 0589741 2. 27. 9231696 9231735 0589776 0589745 3. 28. 9231694 9231726 0589782 0589731 4. 29. 9231699 9231727 0589777 0589729 5. 30. 9231710 9231718 0589769 0589741 6. 31. 9231716 9231712 0589774 0589759 7. 32. 9231728 9231727 0589779 0589757 8. 33. 9231747 9231737 0589798 0589764 9. 34. 9231748 9231744 0589796 0589759 10. 35. 9231760 9231751 0589788 0589756 11. 36. 9231761 9231760 0589786 0589774 12. 37. 9231768 9231754 0589774 0589788 13. 38. 9231766 9231761 0589762 0589780 14. 39. 9231763 9231747 0589756 0589786 15. 40. 9231760 9231760 0589751 0589807 16. 41. 9231756 9231753 0589755 0589798 17. 42. 9231749 9231748 0589759 0589795 18. 43. 9231751 9231722 0589774 0589802 19. 44. 9231754 9231725 0589774 0589812 20. 45. 9231766 9231719 0589775 0589813 21. 46. 9231776 9231728 0589762 0589812 22. 47. 9231763 9231732 0589752 0589818 23. 48. 9231764 9231745 0589751 0589823 24. 49. 9231756 9231739 0589747 0589825 25. 50. 9231746 9231730 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589826 9231715 0589827 9231708 0589834 9231704 0589844 9231697 0589867 9231686 0589883 9231687 0589881 9231657 0589875 9231631 0589863 9231613 0589850 9231599 0589834 9231584 0589816 9231578 0589799 9231582 0589783 9231593 0589766 9231598 0589752 9231603 0589736 9231606 0589718 9231609 0589725 9231618 0589729 9231642 0589723 9231656 0589721 9231681 0589731 9231685 0589741 9231676 0589749 9231674
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589757 0589795 76. 91. 9231670 9231722 0589751 0589773 77. 92. 9231678 9231728 0589749 0589788 78. 93. 9231674 9231715 0589741 0589791 79. 94. 9231676 9231709 0589743 0589808 80. 95. 9231681 9231711 0589738 0589806 81. 96. 9231689 9231701 0589735 0589793 82. 97. 9231699 9231697 0589736 0589801 83. 98. 9231706 9231693 0589741 0589806 84. 99. 9231712 9231701 0589746 0589813 85. 100. 9231707 9231700 0589755 0589810 86. 101. 9231710 9231690 0589764 0589801 87. 102. 9231707 9231693 0589769 0589793 88. 103. 9231716 9231686 0589777 0589782 89. 104. 9231710 9231686 0589788 0589779 90. 105. 9231715 9231676 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 106. 107.
Koordinat UTM 0589766 9231670 0589761
9231688
B. Hari kedua Tabel 30 Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 3 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589761 0589802 1. 26. 9231688 9231724 0589766 0589813 2. 27. 9231696 9231728 0589764 0589813 3. 28. 9231707 9231732 0589755 0589818 4. 29. 9231710 9231745 0589746 0589807 5. 30. 9231707 9231752 0589741 0589798 6. 31. 9231711 9231748 0589536 0589802 7. 32. 9231706 9231724 0589735 0589794 8. 33. 9231699 9231722 0589724 0589774 9. 34. 9231708 9231728 0589729 0589779 10. 35. 9231718 9231747 0589731 0589774 11. 36. 9231727 9231754 0589745 0589773 12. 37. 9231726 9231766 0589741 0589788 13. 38. 9231735 9231761 0589744 0589796 14. 39. 9231743 9231760 0589747 0589798 15. 40. 9231746 9231748 0589755 0589807 16. 41. 9231749 9231752 0589759 0589796 17. 42. 9231751 9231760 0589764 0589786 18. 43. 9231744 9231768 0589757 0589773 19. 44. 9231737 9231766 0589759 0589762 20. 45. 9231727 9231763 0589774 0589756 21. 46. 9231728 9231760 0589769 0589751 22. 47. 9231716 9231756 0589777 0589755 23. 48. 9231710 9231749 0589787 0589757 24. 49. 9231716 9231737 0589794 0589745 25. 50. 9231722 9231725 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589729 9231718 0589718 9231716 0589718 9231723 0589712 9231721 0589705 9231723 0589694 9231727 0589681 9231726 0589715 9231754 0589725 9231747 0589715 9231754 0589743 9231776 0589769 9231793 0589783 9231782 0589804 9231771 0589796 9231760 0589807 9231753 0589804 9231771 0589834 9231737 0589843 9231728 0589838 9231713 0589843 9231698 0589842 9231682 0589834 9231671 0589827 9231650 0589801 9231631
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589789 0589791 76. 91. 9231615 9231709 0589766 0589777 77. 92. 9231598 9231710 0589752 0589774 78. 93. 9231603 9231728 0589736 0589764 79. 94. 9231606 9231744 0589725 0589780 80. 95. 9231618 9231747 0589729 0589796 81. 96. 9231642 9231760 0589723 0589798 82. 97. 9231656 9231748 0589741 0589780 83. 98. 9231659 9231747 0589757 0589774 84. 99. 9231670 9231728 0589766 0589769 85. 100. 9231671 9231716 0589779 0589776 86. 101. 9231676 9231694 0589782 0589766 87. 102. 9231686 9231696 0589776 0589761 88. 103. 9231694 9231688 0589782 89. 9231699 0589787 90. 9231716 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
C. Hari ketiga Tabel 31 Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 3 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589761 0589774 1. 26. 9231688 9231754 0589766 0589774 2. 27. 9231696 9231766 0589764 0589762 3. 28. 9231707 9231763 0589755 0589774 4. 29. 9231710 9231754 0589746 0589780 5. 30. 9231707 9231747 0589741 0589764 6. 31. 9231711 9231744 0589729 0589774 7. 32. 9231718 9231728 0589730 0589788 8. 33. 9231727 9231716 0589729 0589795 9. 34. 9231718 9231723 0589745 0589802 10. 35. 9231726 9231725 0589741 0589813 11. 36. 9231735 9231729 0589744 0589812 12. 37. 9231743 9231732 0589747 0589813 13. 38. 9231746 9231729 0589755 0589812 14. 39. 9231749 9231719 0589751 0589808 15. 40. 9231756 9231711 0589753 0589791 16. 41. 9231764 9231709 0589756 0589788 17. 42. 9231760 9231716 0589762 0589777 18. 43. 9231763 9231710 0589756 0589769 19. 44. 9231760 9231716 0589759 0589764 20. 45. 9231751 9231707 0589764 0589755 21. 46. 9231744 9231710 0589757 0589746 22. 47. 9231737 9231707 0589759 0589735 23. 48. 9231727 9231699 0589774 0589727 24. 49. 9231728 9231696 0589764 0589719 25. 50. 9231744 9231700 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589713 9231707 0589718 9231716 0589718 9231723 0589712 9231721 0589707 9231715 0589705 9231722 0589694 9231727 0589680 9231725 0589668 9231715 0589654 9231706 0589644 9231696 0589630 9231684 0589633 9231675 0589647 9231680 0589633 9231675 0589639 9231662 0589651 9231661 0589648 9231643 0589639 9231662 0589639 9231649 0589634 9231636 0589635 9231624 0589654 9231618 0589676 9231614 0589689 9231612
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589703 0589812 76. 93. 9231616 9231732 0589718 0589818 77. 94. 9231609 9231745 0589725 0589807 78. 95. 9231618 9231753 0589715 0589798 79. 96. 9231632 9231748 0589729 0589796 80. 97. 9231642 9231760 0589740 0589788 81. 98. 9231644 9231761 0589753 0589786 82. 99. 9231645 9231768 0589767 0589774 83. 100. 9231651 9231766 0589778 0589762 84. 101. 9231659 9231763 0589789 0589756 85. 102. 9231670 9231760 0589792 0589751 86. 103. 9231686 9231756 0589794 0589747 87. 104. 9231698 9231746 0589801 0589744 88. 105. 9231693 9231743 0589806 0589741 89. 106. 9231701 9231735 0589808 0589745 90. 107. 9231711 9231726 0589812 0589729 91. 108. 9231719 9231718 0589813 0589718 92. 109. 9231729 9231716 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126.
Koordinat UTM 0589724 9231708 0589719 9231700 0589727 9231696 0589731 9231685 0589738 9231689 0589743 9231681 0589741 9231676 0589769 9231674 0589757 9231670 0589766 9231670 0589757 9231670 0589769 9231674 0589751 9231659 0589743 9231681 0589741 9231676 0589751 9231659 0589761 9231688
D. Hari keempat Tabel 32 Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 3 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589761 0589764 1. 26. 9231688 9231744 0589766 0589759 2. 27. 9231696 9231727 0589764 0589757 3. 28. 9231707 9231737 0589755 0589764 4. 29. 9231710 9231744 0589746 0589774 5. 30. 9231707 9231754 0589741 0589780 6. 31. 9231711 9231747 0589729 0589764 7. 32. 9231718 9231744 0589730 0589762 8. 33. 9231727 9231763 0589729 0589774 9. 34. 9231718 9231766 0589745 0589774 10. 35. 9231726 9231754 0589741 0589774 11. 36. 9231735 9231728 0589744 0589759 12. 37. 9231743 9231727 0589747 0589769 13. 38. 9231746 9231716 0589751 0589777 14. 39. 9231756 9231710 0589752 0589788 15. 40. 9231764 9231716 0589756 0589795 16. 41. 9231760 9231723 0589762 0589802 17. 42. 9231763 9231725 0589759 0589812 18. 43. 9231751 9231719 0589756 0589808 19. 44. 9231760 9231711 0589755 0589791 20. 45. 9231749 9231709 0589757 0589788 21. 46. 9231737 9231716 0589764 0589782 22. 47. 9231744 9231699 0589759 0589777 23. 48. 9231751 9231710 0589757 0589791 24. 49. 9231737 9231709 0589774 0589794 25. 50. 9231728 9231698 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589801 9231693 0589810 9231690 0589813 9231699 0589819 9231704 0589827 9231708 0589826 9231715 0589825 9231725 0589843 9231728 0589865 9231712 0589883 9231687 0589867 9231685 0589856 9231666 0589834 9231671 0589817 9231667 0589801 9231667 0589789 9231670 0589778 9231659 0589767 9231651 0589753 9231645 0589740 9231644 0589741 9231649 0589749 9231674 0589743 9231681 0589738 9231689 0589735 9231699
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589736 0589813 76. 87. 9231706 9231729 0589741 0589812 77. 88. 9231712 9231719 0589745 0589808 78. 89. 9231726 9231711 0589759 0589791 79. 90. 9231727 9231709 0589774 0589782 80. 91. 9231728 9231699 0589787 0589794 81. 92. 9231716 9231698 0589795 0589792 82. 93. 9231723 9231685 0589802 0589782 83. 94. 9231725 9231686 0589813 0589776 84. 95. 9231729 9231694 0589813 0589766 85. 96. 9231732 9231696 0589824 0589761 86. 97. 9231730 9231688 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
E. Hari kelima Tabel 33 Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 3 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589761 0589780 1. 26. 9231688 9231747 0589766 0589774 2. 27. 9231696 9231728 0589764 0589788 3. 28. 9231707 9231716 0589755 0589777 4. 29. 9231710 9231710 0589746 0589769 5. 30. 9231707 9231716 0589741 0589759 6. 31. 9231711 9231727 0589729 0589757 7. 32. 9231718 9231737 0589730 0589764 8. 33. 9231727 9231744 0589745 0589774 9. 34. 9231726 9231728 0589741 0589759 10. 35. 9231735 9231727 0589744 0589745 11. 36. 9231743 9231726 0589747 0589757 12. 37. 9231746 9231737 0589755 0589747 13. 38. 9231749 9231746 0589751 0589751 14. 39. 9231756 9231756 0589752 0589752 15. 40. 9231764 9231764 0589756 0589740 16. 41. 9231760 9231766 0589762 0589744 17. 42. 9231763 9231776 0589759 0589774 18. 43. 9231751 9231775 0589774 0589783 19. 44. 9231754 9231782 0589774 0589786 20. 45. 9231766 9231768 0589774 0589788 21. 46. 9231776 9231761 0589786 0589796 22. 47. 9231768 9231760 0589774 0589804 23. 48. 9231766 9231771 0589762 0589807 24. 49. 9231763 9231753 0589774 0589818 25. 50. 9231754 9231745 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589835 9231737 0589842 9231729 0589839 9231713 0589834 9231704 0589844 9231698 0589842 9231682 0589834 9231671 0589817 9231667 0589801 9231667 0589789 9231670 0589779 9231676 0589782 9231686 0589776 9231694 0589782 9231699 0589791 9231709 0589788 9231716 0589795 9231723 0589802 9231725 0589812 9231719 0589813 9231729 0589802 9231725 0589808 9231711 0589812 9231719 0589791 9231709 0589794 9231698
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0589793 0589743 76. 82. 9231686 9231681 0589779 0589738 77. 83. 9231676 9231689 0589766 0589731 78. 84. 9231670 9231685 0589757 0589743 79. 85. 9231670 9231681 0589749 0589751 80. 86. 9231674 9231679 0589741 0589761 81. 87. 9231676 9231688 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
Lampiran 17.
Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 5 A. Hari Pertama Tabel 34 Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 5 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588896 0588944 1. 26. 9231268 9231367 0588907 0588927 2. 27. 9231264 9231358 0588916 0588931 3. 28. 9231252 9231338 0588928 0588915 4. 29. 9231271 9231330 0588909 0588902 5. 30. 9231283 9231338 0588918 0588904 6. 31. 9231295 9231346 0588930 0588879 7. 32. 9231306 9231360 0588940 0588877 8. 33. 9231285 9231347 0588956 0588876 9. 34. 9231269 9231326 0588964 0588897 10. 35. 9231280 9231322 0588961 0588885 11. 36. 9231265 9231310 0588955 0588882 12. 37. 9231304 9231291 0588963 0588853 13. 38. 9231313 9231294 0588972 0588847 14. 39. 9231324 9231312 0588955 0588842 15. 40. 9231330 9231334 0588956 0588857 16. 41. 9231349 9231351 0588931 0588877 17. 42. 9231338 9231347 0588941 0588879 18. 43. 9231331 9231360 0588955 0588857 19. 44. 9231330 9231351 0588963 0588833 20. 45. 9231313 9231354 0588983 0588822 21. 46. 9231300 9231350 0588995 0588804 22. 47. 9231305 9231354 0588993 0588804 23. 48. 9231329 9231333 0588972 0588798 24. 49. 9231324 9231319 0588956 0588780 25. 50. 9231349 9231328 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0588788 9231345 0588773 9231348 0588760 9231337 0588732 9231339 0588728 9231365 0588753 9231388 0588799 9231411 0588855 9231393 0588851 9231372 0588843 9231366 0588844 9231376 0588815 9231380 0588789 9231381 0588795 9231366 0588804 9231354 0588788 9231345 0588804 9231333 0588820 9231318 0588798 9231319 0588790 9231305 0588771 9231310 0588748 9231300 0588704 9231306 0588714 9231335 0588728 9231365
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588754 0588881 76. 89. 9231365 9231256 0588732 0588880 77. 90. 9231339 9231240 0588714 0588863 78. 91. 9231335 9231245 0588704 0588846 79. 92. 9231306 9231255 0588720 0588829 80. 93. 9231277 9231267 0588748 0588798 81. 94. 9231250 9231276 0588745 0588790 82. 95. 9231272 9231305 0588777 0588807 83. 96. 9231266 9231292 0588748 0588826 84. 97. 9231250 9231292 0588787 0588829 85. 98. 9231221 9231267 0588818 0588848 86. 99. 9231222 9231278 0588845 0588853 87. 100. 9231233 9231294 0588863 0588826 88. 101. 9231245 9231292 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112.
Koordinat UTM 0588847 9231312 0588820 9231318 0588826 9231292 0588848 9231278 0588866 9231270 0588846 9231255 0588848 9231278 0588853 9231294 0588882 9231291 0588909 9231283 0588896 9231268
B. Hari Kedua Tabel 35 Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 5 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588896 0588944 1. 26. 9231268 9231367 0588909 0588969 2. 27. 9231283 9231362 0588882 0588956 3. 28. 9231291 9231349 0588853 0588982 4. 29. 9231294 9231347 0588848 0588993 5. 30. 9231278 9231329 0588866 0588995 6. 31. 9231270 9231305 0588881 0588983 7. 32. 9231256 9231300 0588879 0588961 8. 33. 9231240 9231265 0588863 0588964 9. 34. 9231245 9231280 0588866 0588983 10. 35. 9231270 9231274 0588846 0588956 11. 36. 9231255 9231269 0588829 0588952 12. 37. 9231267 9231248 0588826 0588841 13. 38. 9231292 9231259 0588848 0588928 14. 39. 9231278 9231271 0588853 0588940 15. 40. 9231294 9231285 0588826 0588956 16. 41. 9231292 9231269 0588820 0588964 17. 42. 9231318 9231280 0588842 0588940 18. 43. 9231334 9231285 0588857 0588961 19. 44. 9231351 9231265 0588879 0588955 20. 45. 9231360 9231304 0588905 0588963 21. 46. 9231346 9231313 0588902 0588955 22. 47. 9231338 9231330 0588915 0588956 23. 48. 9231330 9231349 0588931 0588931 24. 49. 9231338 9231338 0588927 0588941 25. 50. 9231358 9231331 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0588955 9231330 0588972 9231324 0588963 9231313 0588983 9231300 0588995 9231305 0589016 9231309 0589038 9231302 0589058 9231297 0589074 9231279 0589087 9231270 0589085 9231295 0589081 9231320 0589069 9231316 0589081 9231320 0589070 9231354 0589053 9231378 0589040 9231396 0589021 9231416 0589008 9231401 0588996 9231415 0589021 9231416 0588990 9231436 0588980 9231416 0588996 9231415 0588987 9231400
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588980 0588833 76. 85. 9231416 9231354 0588971 0588822 77. 86. 9231399 9231350 0588951 0588804 78. 87. 9231390 9231354 0588926 0588795 79. 88. 9231380 9231366 0588884 0588789 80. 89. 9231388 9231381 0588855 0588814 81. 90. 9231394 9231380 0588852 0588844 82. 91. 9231378 9231376 0588851 0588851 83. 92. 9231372 9231378 0588843 0588879 84. 93. 9231366 9231360 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101.
Koordinat UTM 0588877 9231347 0588875 9231325 0588897 9231322 0588885 9231310 0588882 9231291 0588866 9231270 0588881 9231256 0588896 9231268
C. Hari Ketiga Tabel 36 Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 5 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588896 0588798 1. 26. 9231268 9231276 0588881 0588807 2. 27. 9231256 9231292 0588916 0588826 3. 28. 9231252 9231292 0588907 0588829 4. 29. 9231264 9231267 0588909 0588846 5. 30. 9231283 9231255 0588918 0588863 6. 31. 9231295 9231245 0588940 0588880 7. 32. 9231285 9231240 0588930 0588902 8. 33. 9231306 9231228 0588955 0588916 9. 34. 9231304 9231205 0588963 0588911 10. 35. 9231313 9231175 0588955 0588895 11. 36. 9231330 9231147 0588941 0588881 12. 37. 9231331 9231123 0588931 0588858 13. 38. 9231338 9231132 0588927 0588839 14. 39. 9231358 9231150 0588904 0588837 15. 40. 9231346 9231172 0588879 0588835 16. 41. 9231360 9231192 0588852 0588818 17. 42. 9231378 9231222 0588851 0588806 18. 43. 9231372 9231241 0588843 0588787 19. 44. 9231366 9231221 0588833 0588818 20. 45. 9231354 9231222 0588822 0588845 21. 46. 9231350 9231233 0588804 0588863 22. 47. 9231333 9231245 0588798 0588866 23. 48. 9231319 9231270 0588790 0588853 24. 49. 9231305 9231294 0588771 0588826 25. 50. 9231310 9231292 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0588820 9231318 0588804 9231333 0588780 9231328 0588788 9231345 0588804 9231354 0588804 9231333 0588788 9231345 0588773 9231348 0588771 9231310 0588780 9231328 0588798 9231319 0588820 9231318 0588847 9231312 0588853 9231294 0588882 9231291 0588909 9231283 0588928 9231271 0588941 9231259 0588952 9231248 0588956 9231269 0588964 9231280 0588940 9231285 0588956 9231269 0588928 9231271 0588940 9231285
No.
Koordinat UTM 0588909 76. 9231283 0588928 77. 9231271 0588907 78. 9231264 0588896 79. 9231268 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
D. Hari Keempat Tabel 37 Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 5 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588896 0588798 1. 26. 9231268 9231319 0588907 0588820 2. 27. 9231264 9231318 0588909 0588847 3. 28. 9231283 9231312 0588928 0588842 4. 29. 9231271 9231334 0588916 0588820 5. 30. 9231252 9231318 0588907 0588826 6. 31. 9231264 9231292 0588928 0588829 7. 32. 9231271 9231267 0588940 0588846 8. 33. 9231285 9231255 0588918 0588863 9. 34. 9231295 9231245 0588909 0588880 10. 35. 9231283 9231240 0588882 0588902 11. 36. 9231291 9231228 0588866 0588929 12. 37. 9231270 9231230 0588853 0588964 13. 38. 9231294 9231216 0588826 0588976 14. 39. 9231292 9231189 0588807 0588995 15. 40. 9231292 9231171 0588798 0589006 16. 41. 9231276 9231156 0588790 0589051 17. 42. 9231305 9231150 0588771 0589064 18. 43. 9231310 9231189 0588780 0589075 19. 44. 9231328 9231226 0588788 0589087 20. 45. 9231345 9231270 0588773 0589074 21. 46. 9231348 9231279 0588789 0589057 22. 47. 9231381 9231268 0588795 0589035 23. 48. 9231366 9231270 0588804 0589047 24. 49. 9231354 9231283 0588804 0589038 25. 50. 9231333 9231302 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589016 9231309 0588995 9231305 0588982 9231274 0588964 9231280 0588940 9231285 0588956 9231269 0588964 9231280 0588961 9231295 0588983 9231300 0588963 9231313 0588972 9231324 0588955 9231330 0588963 9231313 0588955 9231304 0588930 9231306 0588940 9231285 0588956 9231269 0588982 9231274 0588952 9231248 0588956 9231269 0588941 9231259 0588952 9231248 0588880 9231240 0588881 9231256 0588896 9231268
E. Hari Kelima Tabel 38 Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 5 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588896 0588983 1. 26. 9231268 9231300 0588881 0588961 2. 27. 9231256 9231295 0588866 0588940 3. 28. 9231270 9231285 0588863 0588956 4. 29. 9231245 9231269 0588846 0588941 5. 30. 9231255 9231259 0588848 0588916 6. 31. 9231278 9231252 0588866 0588928 7. 32. 9231270 9231271 0588882 0588909 8. 33. 9231291 9231283 0588886 0588918 9. 34. 9231309 9231295 0588897 0588930 10. 35. 9231322 9231306 0588915 0588918 11. 36. 9231330 9231295 0588931 0588940 12. 37. 9231338 9231285 0588941 0588928 13. 38. 9231331 9231271 0588955 0588941 14. 39. 9231330 9231259 0588972 0588952 15. 40. 9231325 9231248 0588956 0588956 16. 41. 9231350 9231269 0588944 0588964 17. 42. 9231367 9231280 0588927 0588940 18. 43. 9231358 9231285 0588905 0588930 19. 44. 9231345 9231306 0588902 0588955 20. 45. 9231338 9231304 0588915 0588961 21. 46. 9231330 9231295 0588931 0588964 22. 47. 9231338 9231280 0588956 0588983 23. 48. 9231350 9231274 0588955 0589001 24. 49. 9231330 9231249 0588963 0589035 25. 50. 9231313 9231225 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0589033 9231205 0589026 9231179 0589006 9231156 0588985 9231142 0588959 9231134 0588957 9231150 0588959 9231134 0588939 9231134 0588921 9231127 0588901 9231123 0588880 9231123 0588858 9231132 0588840 9231150 0588837 9231172 0588835 9231192 0588817 9231222 0588787 9231221 0588748 9231250 0588745 9231272 0588748 9231300 0588771 9231310 0588790 9231305 0588798 9231276 0588829 9231267 0588848 9231278
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0588825 0588842 76. 87. 9231291 9231334 0588807 0588857 77. 88. 9231292 9231351 0588790 0588877 78. 89. 9231305 9231347 0588798 0588876 79. 90. 9231320 9231326 0588780 0588885 80. 91. 9231328 9231310 0588773 0588897 81. 92. 9231348 9231322 0588788 0588902 82. 93. 9231345 9231338 0588804 0588915 83. 94. 9231333 9231330 0588804 0588897 84. 95. 9231354 9231322 0588822 0588876 85. 96. 9231350 9231326 0588833 0588885 86. 97. 9231354 9231310 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106.
Koordinat UTM 0588882 9231291 0588853 9231294 0588866 9231270 0588881 9231256 0588896 9231268 0588882 9231291 0588909 9231283 0588907 9231264 0588896 9231268
Lampiran 18.
Koordinat perjalanan harian monyet ekor panjang kelompok kandang 8 A. Hari Pertama Tabel 39 Koordinat perjalanan hari pertama kelompok kandang 8 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587446 0587466 1. 26. 9230394 9230591 0587458 0587463 2. 27. 9230394 9230576 0587471 0587484 3. 28. 9230396 9230567 0587488 0587516 4. 29. 9230406 9230555 0587482 0587499 5. 30. 9230424 9230578 0587474 0587527 6. 31. 9230449 9230570 0587456 0587516 7. 32. 9230466 9230555 0587483 0587498 8. 33. 9230468 9230534 0587466 0587529 9. 34. 9230489 9230526 0587488 0587516 10. 35. 9230501 9230555 0587480 0587540 11. 36. 9230521 9230550 0587498 0587529 12. 37. 9230534 9230526 0587474 0587552 13. 38. 9230549 9230522 0587484 0587562 14. 39. 9230567 9230498 0587483 0587576 15. 40. 9230591 9230477 0587499 0587586 16. 41. 9230602 9230499 0587491 0587602 17. 42. 9230616 9230513 0587508 0587580 18. 43. 9230628 9230521 0587529 0587570 19. 44. 9230629 9230539 0587532 0587575 20. 45. 9230646 9230554 0587508 0587567 21. 46. 9230628 9230572 0587520 0587577 22. 47. 9230603 9230584 0587499 0587588 23. 48. 9230602 9230567 0587499 0587609 24. 49. 9230578 9230567 0587483 0587628 25. 50. 9230591 9230559 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0587646 9230542 0587660 9230526 0587661 9230549 0587675 9230556 0587674 9230566 0587646 9230564 0587626 9230584 0587623 9230599 0587602 9230587 0587589 9230601 0587572 9230602 0587571 9230620 0587597 9230617 0587524 9230620 0587621 9230652 0587646 9230670 0587655 9230653 0587676 9230640 0587655 9230653 0587646 9230670 0587621 9230652 0587595 9230644 0587579 9230647 0587562 9230650 0587532 9230646
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587529 0587445 76. 93. 9230629 9230520 0587554 0587442 77. 94. 9230625 9230502 0587571 0587438 78. 95. 9230620 9230484 0587557 0587427 79. 96. 9230606 9230453 0587572 0587413 80. 97. 9230602 9230424 0587559 0587411 81. 98. 9230589 9230403 0587557 0587410 82. 99. 9230606 9230382 0587554 0587425 83. 100. 9230625 9230371 0587529 0587448 84. 101. 9230629 9230356 0587508 0587477 85. 102. 9230628 9230351 0587491 0587507 86. 103. 9230616 9230346 0587468 0587532 87. 104. 9230605 9230337 0587466 0587534 88. 105. 9230591 9230360 0587463 0587532 89. 106. 9230576 9230378 0587458 0587518 90. 107. 9230562 9230405 0587451 0587498 91. 108. 9230548 9230392 0587448 0587480 92. 109. 9230534 9230379 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126.
Koordinat UTM 0587470 9230365 0587455 9230372 0587466 9230382 0587471 9230396 0587462 9230413 0587446 9230417 0587430 9230411 0587446 9230394 0587425 9230396 0587430 9230411 0587411 9230403 0587425 9230396 0587410 9230382 0587432 9230377 0587455 9230372 0587447 9230383 0587446 9230394
B. Hari Kedua Tabel 40 Koordinat perjalanan hari kedua kelompok kandang 8 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587446 0587504 1. 26. 9230394 9230451 0587447 0587507 2. 27. 9230383 9230481 0587458 0587527 3. 28. 9230394 9230471 0587446 0587553 4. 29. 9230394 9230472 0587425 0587576 5. 30. 9230396 9230477 0587432 0587599 6. 31. 9230377 9230482 0587425 0587611 7. 32. 9230371 9230496 0587448 0587625 8. 33. 9230356 9230511 0587455 0587638 9. 34. 9230372 9230528 0587470 0587646 10. 35. 9230365 9230542 0587466 0587646 11. 36. 9230382 9230564 0587480 0587661 12. 37. 9230379 9230549 0587471 0587660 13. 38. 9230396 9230525 0587466 0587650 14. 39. 9230382 9230514 0587455 0587625 15. 40. 9230372 9230511 0587432 0587618 16. 41. 9230377 9230527 0587410 0587638 17. 42. 9230382 9230528 0587411 0587660 18. 43. 9230403 9230525 0587425 0587646 19. 44. 9230396 9230542 0587430 0587628 20. 45. 9230411 9230559 0587446 0587609 21. 46. 9230417 9230567 0587462 0587604 22. 47. 9230413 9230546 0587482 0587588 23. 48. 9230424 9230567 0587474 0587602 24. 49. 9230449 9230587 0587483 0587623 25. 50. 9230468 9230599 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 587626 9230584 587602 9230587 587589 9230601 587577 9230584 587588 9230567 587575 9230554 587567 9230572 587577 9230584 587559 9230589 587572 9230602 587577 9230584 587602 9230587 587609 9230567 587588 9230567 587575 9230554 587570 9230539 587580 9230521 587552 9230522 587562 9230498 587553 9230472 587549 9230454 587573 9230448 587583 9230465 587599 9230482 587586 9230499
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587611 0587518 76. 91. 9230496 9230405 0587617 0587537 77. 92. 9230479 9230418 0587620 0587561 78. 93. 9230460 9230430 0587608 0587573 79. 94. 9230441 9230448 0587603 0587583 80. 95. 9230421 9230465 0587609 0587576 81. 96. 9230401 9230477 0587613 0587562 82. 97. 9230377 9230498 0587619 0587539 83. 98. 9230351 9230501 0587624 0587552 84. 99. 9230329 9230522 0587605 0587529 85. 100. 9230324 9230526 0587582 0587515 86. 101. 9230326 9230508 0587559 0587507 87. 102. 9230328 9230481 0587532 0587483 88. 103. 9230337 9230468 0587534 0587466 89. 104. 9230360 9230489 0587532 0587488 90. 105. 9230378 9230501 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119.
Koordinat UTM 0587480 9230521 0587498 9230533 0587474 9230549 0587480 9230521 0587466 9230489 0587456 9230466 0587474 9230449 0587449 9230438 0587446 9230417 0587430 9230411 0587413 9230424 0587411 9230403 0587425 9230396 0587446 9230394
C. Hari Ketiga Tabel 41 Koordinat perjalanan hari ketiga kelompok kandang 8 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587446 0587540 1. 26. 9230394 9230550 0587425 0587552 2. 27. 9230396 9230522 0587410 0587562 3. 28. 9230382 9230498 0587425 0587586 4. 29. 9230371 9230499 0587448 0587611 5. 30. 9230356 9230496 0587470 0587625 6. 31. 9230365 9230511 0587480 0587618 7. 32. 9230379 9230527 0587498 0587638 8. 33. 9230392 9230528 0587518 0587651 9. 34. 9230405 9230514 0587505 0587671 10. 35. 9230423 9230513 0587482 0587660 11. 36. 9230424 9230526 0587474 0587680 12. 37. 9230449 9230528 0587456 0587671 13. 38. 9230466 9230513 0587466 0587691 14. 39. 9230489 9230506 0587480 0587715 15. 40. 9230521 9230491 0587474 0587742 16. 41. 9230549 9230494 0587484 0587771 17. 42. 9230567 9230511 0587483 0587789 18. 43. 9230591 9230526 0587468 0587801 19. 44. 9230605 9230548 0587491 0587786 20. 45. 9230616 9230570 0587499 0587770 21. 46. 9230602 9230591 0587520 0587750 22. 47. 9230603 9230613 0587527 0587728 23. 48. 9230570 9230633 0587536 0587712 24. 49. 9230576 9230656 0587527 0587692 25. 50. 9230570 9230677 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0587668 9230678 0587646 9230670 0587621 9230652 0587625 9230620 0587623 9230599 0587597 9230617 0587571 9230620 0587572 9230602 0587589 9230601 0587602 9230587 0587588 9230567 0587604 9230546 0587618 9230527 0587602 9230513 0587580 9230521 0587586 9230499 0587576 9230477 0587553 9230472 0587527 9230471 0587515 9230508 0587539 9230501 0587529 9230526 0587498 9230533 0587515 9230508 0587488 9230501
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587507 0587430 76. 83. 9230481 9230411 0587504 0587446 77. 84. 9230451 9230417 0587474 0587462 78. 85. 9230449 9230413 0587449 0587458 79. 86. 9230438 9230393 0587456 0587471 80. 87. 9230466 9230396 0587427 0587488 81. 88. 9230453 9230406 0587413 0587498 82. 89. 9230424 9230392 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 90. 91. 92. 93. 94.
Koordinat UTM 0587471 9230396 0587466 9230382 0587455 9230372 0587447 9230383 0587446 9230394
D. Hari Keempat Tabel 42 Koordinat perjalanan hari keempat kelompok kandang 8 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587446 0587537 1. 26. 9230394 9230418 0587446 0587561 2. 27. 9230417 9230430 0587449 0587549 3. 28. 9230438 9230454 0587427 0587573 4. 29. 9230452 9230448 0587413 0587583 5. 30. 9230424 9230464 0587430 0587576 6. 31. 9230411 9230476 0587446 0587562 7. 32. 9230417 9230498 0587462 0587539 8. 33. 9230413 9230501 0587488 0587527 9. 34. 9230406 9230471 0587505 0587515 10. 35. 9230423 9230508 0587482 0587539 11. 36. 9230424 9230501 0587488 0587553 12. 37. 9230406 9230472 0587498 0587562 13. 38. 9230392 9230498 0587480 0587552 14. 39. 9230379 9230522 0587471 0587580 15. 40. 9230396 9230521 0587462 0587570 16. 41. 9230413 9230539 0587482 0587552 17. 42. 9230424 9230522 0587504 0587562 18. 43. 9230451 9230498 0587525 0587580 19. 44. 9230443 9230521 0587527 0587604 20. 45. 9230471 9230521 0587553 0587628 21. 46. 9230472 9230559 0587549 0587626 22. 47. 9230454 9230584 0587525 0587646 23. 48. 9230443 9230564 0587505 0587628 24. 49. 9230423 9230559 0587518 0587609 25. 50. 9230405 9230567 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0587602 9230587 0587626 9230584 0587623 9230599 0587597 9230617 0587589 9230601 0587571 9230620 0587572 9230602 0587559 9230588 0587567 9230572 0587575 9230554 0587570 9230539 0587604 9230546 0587618 9230527 0587638 9230528 0587646 9230542 0587660 9230525 0587651 9230514 0587640 9230494 0587625 9230511 0587651 9230514 0587671 9230513 0587691 9230506 0587715 9230491 0587727 9230472 0587714 9230433
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587708 0587525 76. 88. 9230405 9230443 0587706 0587504 77. 89. 9230377 9230451 0587679 0587507 78. 90. 9230353 9230481 0587646 0587515 79. 91. 9230335 9230508 0587624 0587529 80. 92. 9230329 9230526 0587605 0587540 81. 93. 9230324 9230550 0587582 0587527 82. 94. 9230326 9230570 0587558 0587499 83. 95. 9230328 9230578 0587532 0587499 84. 96. 9230337 9230602 0587534 0587483 85. 97. 9230360 9230591 0587532 0587499 86. 98. 9230378 9230578 0587518 0587484 87. 99. 9230405 9230567 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111.
Koordinat UTM 0587516 9230555 0587498 9230533 0587480 9230521 0587488 9230501 0587507 9230481 0587483 9230468 0587474 9230449 0587482 9230424 0587462 9230413 0587458 9230393 0587447 9230383 0587446 9230394
E. Hari Kelima Tabel 43 Koordinat perjalanan hari kelima kelompok kandang 8 No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587446 0587536 1. 26. 9230394 9230576 0587447 0587559 2. 27. 9230383 9230588 0587455 0587567 3. 28. 9230372 9230572 0587470 0587540 4. 29. 9230365 9230550 0587480 0587575 5. 30. 9230379 9230554 0587466 0587588 6. 31. 9230382 9230567 0587471 0587577 7. 32. 9230396 9230584 0587480 0587589 8. 33. 9230379 9230601 0587496 0587602 9. 34. 9230371 9230587 0587498 0587577 10. 35. 9230392 9230584 0587518 0587572 11. 36. 9230405 9230602 0587537 0587559 12. 37. 9230418 9230588 0587540 0587577 13. 38. 9230440 9230584 0587549 0587567 14. 39. 9230454 9230572 0587553 0587588 15. 40. 9230472 9230567 0587539 0587609 16. 41. 9230501 9230567 0587529 0587604 17. 42. 9230526 9230546 0587552 0587575 18. 43. 9230522 9230554 0587540 0587570 19. 44. 9230550 9230539 0587527 0587552 20. 45. 9230570 9230522 0587520 0587580 21. 46. 9230603 9230521 0587499 0587570 22. 47. 9230602 9230539 0587483 0587604 23. 48. 9230591 9230546 0587499 0587628 24. 49. 9230578 9230559 0587527 0587646 25. 50. 9230570 9230542 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator
No. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Koordinat UTM 0587660 9230526 0587671 9230513 0587691 9230506 0587715 9230491 0587742 9230494 0587727 9230472 0587714 9230434 0587709 9230406 0587706 9230377 0587679 9230353 0587646 9230335 0587618 9230351 0587613 9230377 0587609 9230401 0587603 9230421 0587608 9230441 0587620 9230460 0587617 9230479 0587611 9230496 0587603 9230513 0587580 9230521 0587586 9230499 0587576 9230476 0587553 9230472 0587527 9230471
No.
Koordinat UTM No. Koordinat UTM 0587507 0587518 76. 85. 9230481 9230405 0587483 0587498 77. 86. 9230468 9230392 0587504 0587488 78. 87. 9230451 9230406 0587527 0587462 79. 88. 9230471 9230413 0587525 0587458 80. 89. 9230443 9230393 0587505 0587446 81. 90. 9230423 9230394 0587482 0587425 82. 91. 9230424 9230396 0587488 0587430 83. 92. 9230406 9230411 0587505 0587446 84. 93. 9230423 9230394 Keterangan: UTM = Universal Transverse Mercator