KARAKTERISASI ERAPAN NITRAT PADA TANAH PERTANIAN LAHAN KERING DI PULAU JAWA
MASRUROH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Erapan Nitrat pada Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Masruroh NIM A14100104
ABSTRAK MASRUROH. Karakterisasi Erapan Nitrat pada Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SYAIFUL ANWAR. Penggunaan pupuk urea dan kotoran ternak yang berlebihan oleh petani menyebabkan terjadinya akumulasi ion nitrat pada tanah pertanian. Pengetahuan tentang kemampuan tanah dalam mengerap nitrat menjadi sangat penting dalam kaitan pergerakan nitrat di dalam profil tanah. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Karakterisasi sifat-sifat fisiko-kimia tanah pertanian pada lahan kering di pulau jawa. (2) Mencari model terbaik dalam menggambarkan nilai erapan nitrat pada lahan pertanian lahan kering di Pulau Jawa, dan (3) Karakterisasi pola erapan nitrat pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa dihubungkan dengan sifat fisiko-kimia yang berbeda. Data erapan nitrat diperoleh dengan menjenuhkan tanah dengan larutan nitrat pada berbagai konsentrasi, setelah sebelumnya tanah dijenuhi dengan ion Cl-.Nitrat dalam larutan supernatan ditetapkan menggunakan UV-VIS Spectrophotometer dengan panjang gelombang 210 nm dan 275 nm. Kemudian, data dianalisis menggunakan tiga persamaan yaitu, persamaan Langmuir, Persamaaan Tempkin, dan persamaan Freundlich. Hasil menunjukkan bahwa Erapan nitrat dapat disimulasikan dengan baik oleh persamaan Freundlich. Nilai erapan maksimum (K) persamaan Freundlich berkorelasi positif dengan total C (r=0.2722), Alo(r=0.4090), Feo (r=0.1610), Alo +1/2 Feo (r=0.4215), Ald (r=0.3385), Fed (r=0.0134), dan Alo+1/2 Feo (r=0.4215) meskipun korelasi yang dihasilkan tidak terlalu nyata, dan berkorelasi negatif dengan klei (r=-0.1920). Sementara nilai n (konstanta) hanya berkorelasi positif dengan total C (r=0.1114). Kata kunci: erapan, freundlich, langmuir, nitrat, sifat tanah, tempkin
ABSTRACT MASRUROH. Chracterization of Nitrate Sorption on Upland Soil in Java Island. Supervised by ARIEF HARTONO dan SYAIFUL ANWAR. The urea fertilizer and manures were used excessively by farmers. It caused the accumulation of nitrate in Agriculture soils. The knowledge of soil capability to sorb nitrate is very important concerning the nitrate movement in soil profile. The objectives of this research were to (1) Characterization of physicochemical properties of upland soils in Java island, (2) Finding the best equation to simulate nitrate sorption on upland soils in Java island, and (3) Correlation between physico-chemical properties and parameters of nitrate sorption. Prior to nitrate sorption, the soil was saturated with chloride ion. Afer that, the 2.00 g of soil was equilibrated in 5 ml solution containing 0.005 to 0.2 mol L-1 of KNO3. After equilibrium was reached, nitrate was determined by UV Spectrophotometer with wave length 210 nm and then was corrected with 275 nm for dissolve organic carbon (C). The nitrate sorption data were simulated with Langmuir, Temkin and Freundlich equation. The results showed that the Freundlich equation simulated nitrate sorption better than Langmuir and Temkin. The R2 of equation of Freundlich ranged from 0.87 to 0.99. The nitrate sorption maxima (K) of Freundlich were positively correlated with total C (r=0.27), oxalate-extractable aluminum (Alo) (r=0.41), oxalate-extractable iron (Feo) (r=0.16), dithionitecitrate-bicarbonate-extractable aluminum (Ald) (r=0.34), dithionite-citratebicarbonate-extractable iron (Fed) (r=0.01) and Alo + ½ Feo (r=0.42). The K values were negatively correlated with clay content (r=-0.19). As for n values of Freundlich equation, it was positively correlated with total C (r=0.11). Keywords: sorption, freundlich, langmuir, nitrat, soil properties, tempkin
KARAKTERISASI ERAPAN NITRAT PADA PERTANIAN LAHAN KERING DI PULAU JAWA
MASRUROH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi :Karakterisasi Erapan Nitrat pada Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa. Nama :Masruroh NIM :A14100104
Disetujui oleh
Dr Ir Arief Hartono, MScAgr Pembimbing I
Dr Ir Syaiful Anwar, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Karakterisasi Erapan Nitrat pada Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa” Terima Kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Arief Hartono, MScAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir Syaiful Anwar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. Selaku dosen penguji atas kritik, saran, dan masukan dalam perbaikan skripsi. 2. Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, dan kepercayaannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini. 4. Novianti, Rahayu, Bambang, Ishlachul Mua’syaroh, Nia Liani, Rizqa Mardhiyyah, dan rekan-rekan MSL 47 atas kebersamaan dan dukungannya selama penelitian. 5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.
Bogor, Juni 2014 Masruroh
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Nitrogen dalam Tanah
2
Persamaan Langmuir
3
Persamaan Temkin
3
Persamaan Freundlich
3
Lahan Kering (Upland)
4
BAHAN METODE
4
Waktu Dan Tempat Pengambilan Contoh Tanah dan Pelaksanaan Penelitian
4
Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia
5
Karakterisasi Erapan Nitrat
5
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa
7
Erapan nitrat
9
Hubungan antara nilai K dan n persamaan Freundlich dengan beberapa sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering 14 SIMPULAN DAN SARAN
20
Kesimpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa Parameter persamaaan Langmuir Parameter persamaaan Temkin Parameter persamaaan Freundlich Korelasi beberapa sifat fisik kimia tanah dengan nilai K dan n persamaan Freundlich
8 10 11 12 14
DAFTAR GAMBAR 1 2
3
4
5
6
7
Sebaran contoh tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa Contoh sebaran data erapan nitrat tanah andisol kawah putih 0-15 cm menggunakan persamaan Langmuir (a), persamaan Temkin (b) dan, persamaan Freundlich (c) Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Pangalengan kedalaman 0-21 cm (a), 21-52 cm (b), dan kedalaman 52-83 cm (c) Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Lembang kedalaman 0-16 cm (a), 16-36 cm (b), 36-70 cm (c), dan 70-100 cm (d) Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Cimacan 0-40 cm (a), Andisol Cimacan 40-60 cm (b), Andisol Darandang 0-20 cm (c), dan Andisol Ngantang 0-20 cm (d) Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Kawah Putih 0-15 cm (a), Andisol Kawah Putih 15-60 cm (b), Andisol Malangbong 0-20 cm (c), dan Andisol Lembang 0-20 cm (d) Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Batu Malang 0-20 cm (a), Inseptisol Borobudur 0-20 cm (b), Andisol Cicalengka 0-20 cm (c), dan Andisol Lembang 0-20 cm (d)
5
13
15
16
17
18
19
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Kriteria Penilaian Sifat Fisiko-Kimia Tanah BerdasarkanBalai Penelitian Tanah (2009) Prosedur Analisis pH H2O (1:5) dengan pH Meter Prosedur Penetapan Kapasitas Tukar Kation Prosedur Penetapan Kejenuhan Basa Prosedur Penetapan P-tersedia dengan Metode P-Bray I Prosedur Total C dengan Metode Walkey and Black Prosedur Penetapan Total N dengan Metode N-Kjeldahl Prosedur Penetapan Tekstur dengan Metode Pipet.
22 22 22 23 23 24 24 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk urea dan kotoran ternak secara berlebihan oleh petani menyebabkan terjadinya akumulasi ion nitrat dalam tanah. Erapan merupakan istilah dalam kimia tanah untuk menggambarkan proses dimana anion maupun kation teretensi oleh partikel dalam koloid tanah. Karakteristik erapan fosfat, nitrat dan sulfat berbeda-beda disebabkan oleh sifat anion itu sendiri. Erapan nitrat terjadi karena ikatan elektrostatik. Ikatan elektrostatik ini terjadi karena adanya muatan positif pada partikel tanah, terjadi karena adanya proses protonisasi AlOH pada mineral liat alofan dan liat besi dan aluminium oksida yang amorf (Tani et al. 2004; Maeda et al. 2008). Muatan positif yang ada di partikel tanah ini menarik ion nitrat menjadi nitrat yang tererap. Muatan positif pada tanah pertanian lahan kering dapat mengurangi kontaminasi air tanah oleh nitrat. Pengetahuan tentang kemampuan tanah-tanah pertanian dalam mengerap nitrat sangat penting dalam kaitanya dengan pergerakan nitrat didalam profil tanah sampai pada air tanah. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Andisol dan Inceptisols. Andisol tanah yang terbentuk dari batuan induk abu vulkan dan mempunyai mineral liat silikat alofan dan mineral liat besi serta aluminium oksida yang amorf (Tan dan Van Schuylenborgh, 1961; Tan1965). Tipe-tipe mineral liat ini mempunyai kapasitas yang besar dalam erapan anion-anion seperti fosfat, nitrat dan sulfat (Wada, 1959; Van Ranst et al. 2004). Penelitian sebelumnya pada Andisols di Indonesia yang terkait dengan erapan anion adalah penelitian tentang fosfat (Hartono 2007; Hartono et al. 2007; Hartono dan Bilhaq 2011). Inceptisol terbentuk dari bahan induk tuff vulkan yang telah melapuk yang mengandung tipe mineral amorf disebut klei paracrystalline (misalnya, alofan) dengan campuran kaolinit, dan beberapa mineral smektit (Van Schuylenborgh 1985). Muatan positif terjadi pada mineral-mineral oksida Fe dan Al dan koloid tanah amorf. Muatan positif dapat juga terjadi pada tepi-tepi mineral klei. Muatan ini biasanya terlihat nyata pada nilai pH dibawah titik isoelektronik atau muatan titik nol. Oleh karena itu permukaan tepi yang patah dari suatu lembar oktahedral mempunyai lapisan rangkap bermuatan positif pada pH rendah. Lapisan rangkap ini semakin bermuatan positif dengan menurunya pH (Tan 1998). Beberapa penelitian melaporkan bahwa kandungan bahan organik dapat menurunkan erapan nitrat (Perrott 1978; Tani et al. 2004). Walaupun demikian belum banyak dipelajari faktor-faktor tanah apa saja yang berpengaruh terhadap erapan nitrat. Karakterisasi erapan nitrat sangat spesifik lokasi, oleh karena itu perlu dicari lebih jauh sifat-sifat kimia tanah apa saja yang berpengaruh terhadap erapan nitrat pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa. Terdapat tiga tipe persamaan yang digunakan untuk menggambarkan nitrat yang tererap dalam penelitian ini, yaitu persamaan Langmuir, persamaan Tempkin, dan persamaan Freundlich.
2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Karakterisasi sifat-sifat fisiko-kimia tanah pertanian pada lahan kering di Pulau Jawa. 2. Mencari model terbaik dalam menggambarkan nilai erapan nitrat pada lahan pertanian lahan kering di Pulau Jawa. 3. Karakterisasi pola erapan nitrat pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa dikaitkan dengan sifat fisiko-kimia yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA Nitrogen dalam Tanah Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3- . Ion-ion ini didalam tanah-tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N dan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah tersebut. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik. Jumlah nitrat yang dibebaskan dari pupuk dan bahan organik ditentukan oleh kesetimbangan antara faktor-faktor yang mempengaruhi proses mineralisasi dari lapisan tanah (Leiwakabessy et al. 2003). Pemberian pupuk N dan pupuk kandang sebagai sumber N kedalam tanah secara berlebihan meningkatkan konsentrasi nitrat didalam tanah menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan permukaan air tanah (Dresler et al. 2011; Fan et al.2010; Yang et al. 2004). Perubahan bentuk nitrogen dari bahan organik dalam tanah dapat melalui berbagai macam proses antara lain proses aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Aminisasi adalah pembentukan senyawa amino dari bahan organik (protein) oleh mikroorganisme. Amonifikasi adalah pembentukkan ammonium dari senyawa amino oleh mikroorganisme. Nitrifikasi adalah perubahan dari ammonium (NNH4+) menjadi nitrit (N-NO2-) yang dibantu oleh mikroorganisme Nitrosomonas kemudian (N-NO2-) kemudian menjadi nitrat (N-NO3-) dengan dibantu oleh mikroorganisme Nitrobacter (Hardjowigeno 2007). Menurut Pang dan Letey (2000) nitrogen dalam bentuk nitrat lebih mobil dan mudah pindah ke dalam air tanah yang menyebabkan degradasi kualitas air. Nitrogen dalam bentuk nitrat bersifat lebih mobil dalam tanah karena sifatnya yang mudah larut dan tidak teradsorpsi oleh koloid tanah. Pada kondisi curah hujan yang tinggi atau penambahan air irigasi maka nitrat tercuci dari horizon atas ke horizon di bawahnya atau masuk dalam sistem perairan (Tisdale et al. 1990). Persamaan Langmuir Persamaan Langmuir pada mulanya diturunkan dari erapan gas oleh zat padat. Proses penurunan persamaan didasarkan atas tiga asumsi. Asumsi pertama adalah energi erapan tetap konstan dan tidak tergantung pada penutupan
3
permukaan (Permukaan dianggap merupakan suatu permukaan homogen). Asumsi kedua adalah erapan terjadi pada tapak-tapak spesifik tanpa terjadi interaksi diantara molekul-molekul yang tererap, dan asumsi ketiga adalah erapan maksimum yang mungkin tercapai berasal dari suatu lapisan molekul tunggal pada seluruh permukaan reaktif zat tererap (Bohn et al.1979). Persamaan Langmuir ditulis sebagai berikut (Hartono et al. 2005) : 𝑞 = (𝐾𝑏𝐶)/(1 + 𝐾𝐶) Bentuk persamaan Langmuir dalam bentuk linear adalah sebagai berikut: 𝐶/𝑞 = (1/𝐾𝑏) + (1/𝑏)𝐶 Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan, K (L mmol-1) adalah energi ikatan, dan b (mmol g-1) adalah erapan maksimum. Persamaan Tempkin Turunan dari isoterm Tempkin menggunakan teori molekul statistik. Model isoterm Temkin menjelaskan tentang interaksi antara molekul yang tererap dengan pengerapnya. Model ini menganggap erapan pada semua molekul pada permukaan akan menurun linear dengan jumlah interaksi antara larutan yang tererap dan pengerapnya (El-Shafeiet al. 2001) Persamaan Tempkin ditulis sebagai berikut (Sanyal et al.1993):
q = 𝐾₁𝑙𝑛(𝐾₂𝐶) Persamaan linearnya adalah sebagai berikut: 𝑞 = 𝐾₁𝑙𝑛𝐾₂ + 𝐾₁𝑙𝑛 𝐶 Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, K1 dan K2 adalah konstanta Tempkin, dan C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan. Persamaan Freundlich Herbert Max Finley Freundlich, seorang ahli kimia dari jerman. erapan isotherm disajikan secara empiris untuk sistem non-ideal. Persamaan Freundlich menunjukan hubungan awal yang menggambarkan persamaan erapan. Persamaan Freundlich digunakan untuk menentukan penerapan energi pada permukaan heterogen dalam proses erapan (Mahamudur 2008). Persamaan Freundlich ditulis sebagai berikut:
𝑞 = 𝐾. 𝐶 1/n
4
Persamaan linearnya adalah sebagai berikut: Log q = log K + 1/n log C Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, K (mmol g-1) adalah erapan maksimum, n adalah konstanta, dan C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan. Lahan Kering (Upland) Istilah lahan kering yang digunakan masyarakat pada umumnya banyak mengarah pada penggunaan lahan untuk pertanian tadah hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap (Notohadiprawiro 1989). Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan, dan peternakan. Tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian, terutama karena adanya faktor pembatas tanah seperti lereng yang sangat curam atau solum tanah dangkal dan berbatu, atau termasuk kawasan hutan. Dari total luas 148 juta ha, lahan kering yang sesuai untuk budidaya pertanian hanya sekitar 76.22 juta ha (52%), sebagian besar terdapat di dataran rendah (70.71 juta ha atau 93%) dan sisanya di dataran tinggi. Di wilayah dataran rendah, lahan datar bergelombang (lereng < 15%) yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan mencakup 23.26 juta ha. Lahan dengan lereng 15−30% lebih sesuai untuk tanaman tahunan (47.45 juta ha). Di dataran tinggi lahan yang sesuai untuk tanaman pangan hanya sekitar 2.07 juta ha, dan untuk tanaman tahunan 3.44 juta ha (Abdurrahman et al. 2008).
BAHAN DAN METODE Waktu Dan Tempat Pengambilan Contoh Tanah dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Contoh tanah diambil dari 19 contoh tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa yaitu: Pengalengan, Lembang, Cimacan, Kawah Putih, Malambong, Batu Malang, Cicalengka, Darandang, Borobudur, dan Ngantang. Contoh bahan tanah yang digunakan adalah Andisol dan Inceptisol. Contoh bahan tanah diambil pada kedalaman 0-100 cm, tergantung horison penyusun profil tanah tersebut. Sebaran pengambilan contoh bahan tanah pertanian lahan kering disajikan pada Gambar 1. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
5
Gambar 1. Sebaran contoh tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Bahan tanah dikering-udarakan, ditumbuk kemudian diayak menggunakan saringan ukuran 2-mm (Eimer and Amend). Penetapan pH tanah 1:5 (m/v) menggunakan pH meter (Eutech Instruments pH 2700). Tekstur tanah ditetapkan menggunakan metode pipet. Kandungan C-organik ditetapkan menggunakan metode Walkley dan Black. Kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan basabasa diekstrak menggunakan 1 M NH4OAc pH 7.0, selanjutnya penetapan KTK menggunakan metode titrasi, sedangkan kandungan basa-basa Ca dan Mg ditetapkan dengan menggunakan atomic absorption spectrophotometry (AAS) (Shimadzu AA-6300). Sementara K dan Na ditetapkan menggunakan flame emission spectrophotometry (Corning 405). Analisis P tersedia ditetapkan menggunakan metode P-Bray1. Kriteria penilaian hasil analisis berdasarkan kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah (2009) yang disajikan pada Lampiran 1. Total oksida besi (Fed) dan aluminium (Alo) diekstrak menggunakkan pengekstrak dithionite-circate-bicarbonate berdasarkan metode Mehra dan Jackson (1960). Karakterisasi Erapan Nitrat Data erapan nitrat diperoleh dengan menggunakan prosedur yang dipublikasikan oleh Fox dan Kamprath (1970).Contoh tanah dijenuhi dengan ion Cl- menggunakan larutan 1 M KCl. Ion Cl- yang berlebih dalam contoh tanah kemudian dicuci menggunakan air destilata. Setelah itu tanah dikering-udarakan sebelum digunakan pada percobaan erapan nitrat. Kemudian 2 gram contoh tanah ditimbang dan dimasukkan dalam tabung sentrifus 50 mL. Setelah itu
6
ditambahkan 5 mL larutan KNO3 dengan konsentrasi (0.001, 0.005, 0.01, 0.04, 0.08, 0.1, dan 0.2) mol L-. Tabung sentrifus dikocok (Eyela Multi Shaker MMS) selama 2 jam kemudian disentifuse (International Centrifuge Size 2 Model K No 3225 M) selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm (Tani et al. 2004). Setelah itu disaring menggunakan kertas saring 0.45 𝜇𝑚 penyaringan menggunakan vacum (GAST Manufacturing.ins DOA-P104-BN) untuk mendapatkan larutan supernatant. Nitrat dalam larutan supernatan ditetapkan menggunakan UV-VIS spectrophotometer (Shimadzu UV-1201) dengan panjang gelombang 210 nm dan 275 nm. Bahan organik yang terlarut menyerap UV (Ultraviolet), dan NO3- pada panjang gelombang 210 nm, sedangkan panjang gelombang 275 nm tidak menyerapUV (Ultraviolet), sehingga untuk mendapatkan pembacaaan larutan oleh NO3-, maka pembacaan larutan pada panjang gelombang 210 nm harus dikurangi dengan 2.5 kali pembacaan pada panjang gelombang 275 nm. Analisis Data Data erapan nitrat disimulasikan dengan persamaan Langmuir, persamaan Temkin, dan persamaan Freundlich. persamaan Langmuir ditulis sebagai berikut (Hartono et al. 2005) :
𝑞 = (𝐾𝑏𝐶)/(1 + 𝐾𝐶) Persamaan linearnya adalah sebagai berikut: 𝐶/𝑞 = (1/𝐾𝑏) + (1/𝑏)𝐶 Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan, K (L mmol-1) adalah energi ikatan, dan b (mmol g-1) adalah erapan maksimum. Persamaan Tempkin ditulis sebagai berikut (Sanyal et al.1993):
q = 𝐾₁𝑙𝑛(𝐾₂𝐶) Persamaan linearnya adalah sebagai berikut: 𝑞 = 𝐾₁𝑙𝑛𝐾₂ + 𝐾₁𝑙𝑛 𝐶 Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, K1 dan K2 adalah konstanta Tempkin, dan C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan. Persamaan Freundlich ditulis sebagai berikut:
𝑞 = 𝐾. 𝐶 1/n
7
Persamaan linearnya adalah sebagai berikut: Log q = log K + 1/n log C Dimana q (mmol g-1) adalah nitrat yang dierap, K (mmol g-1) adalah erapan maksimum, n adalah konstanta, dan C (mmol L-1) adalah konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisiko-kimia Tanah Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa Sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa disajikkan dalam Tabel 1. Nilai pH tanah berkisar dari 4.71 (masam) sampai 7.11 (netral) dengan nilai rata-rata 5.69 (agak masam). Tota C berkisar dari 1.15% (rendah) sampai 79.40%(sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 18.75% (sangat tinggi). Total C tertinggi terdapat pada tanah lembang pada kedalaman 0-20 cm, sedangkan total C terendah terdapat pada tanah andisol cimacan pada kedalam 40-80 cm. Total N berkisar dari 0.15% (rendah) sampai 6.79% (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 1.56% (sangat tinggi). Rasio CN berkisar dari 7.49 (rendah) sampai 28.28 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 14.11(sedang). Rasio CN menggambarkan mudah tidaknya bahan organik terlapuk, tingkat kematangan bahan organik dan immobilisasi dari N tanah. Bahan organik yang mempunyai rasio CN lebih besar dari 30 maka akan terjadi immobilisasi nitrogen dalam tanah. untuk nilai 20-30 tidak terjadi immobilisasi ataupun pelepasan nitrogen dalam tanah. sedangkan rasio CN lebih kecil dari 20 maka cepat terjadi pelepasan nitrogen dari bahan organik kedalam tanah (Leiwakabessy et al., 2003).
8
Tabel 1. Sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa Bray-p Nama tempat
Order Tanah
Kedalaman
pH
KTK
Ex-bases
(cm)
(H2O)
(cmol kg-1)
(cmol kg-1)
KB (%)
(mg
Total
Total
P2O5 kg-
C (%)
N (%)
C/N
Alo
Feo
(g kg-1)
(g kg-1)
1
Alo+1/2 Feo (g kg-1)
Ald
Fed
Klei
(g kg-1)
(g kg-1)
(%)
)
Pengalengan
Andisol
0-21
5.94
34.87
2.00
5.74
57.11
8.16
0.61
13.32
21.72
9.79
26.61
5.43
30.31
35.98
Pengalengan
Andisol
21-52
5.94
31.79
1.43
4.50
79.34
5.19
0.38
13.80
12.44
12.47
18.68
8.60
35.72
57.49
Pengalengan
Andisol
52-83
5.87
21.38
0.98
4.58
96.50
3.25
0.24
14.13
91.00
15.48
98.74
7.81
35.94
62.37
Lembang
Andisol
0-16
5.46
35.26
1.50
4.25
63.92
7.25
0.54
13.34
40.55
5.55
43.32
4.46
33.39
41.63
Lembang
Andisol
16-36
5.61
30.52
1.43
4.69
75.28
4.33
0.33
12.95
92.32
9.24
96.94
5.98
32.20
46.77
Lembang
Andisol
36 – 70
5.27
30.60
2.07
6.77
80.00
7.86
0.28
28.20
74.86
8.71
79.22
9.97
37.04
46.21
Lembang
Andisol
70 -100
5.76
38.98
2.09
5.36
86.05
8.27
0.29
28.28
61.06
10.37
66.25
12.19
44.65
44.68
Cimacan
Andisol
0 – 40
5.06
21.43
1.08
5.29
60.50
2.65
0.21
12.68
14.82
11.50
20.57
2.33
43.09
16.72
Cimacan
Andisol
40 - -80
4.71
18.44
1.23
6.67
49.16
1.15
0.15
7.49
22.01
12.91
28.47
2.98
59.94
32.43
Kawah Putih
Andisol
0 – 15
4.89
28.39
3.75
12.98
195.6
8.88
0.54
16.34
9.89
7.94
13.86
6.77
37.16
16.21
Kawah Putih
Andisol
15 – 60
5.82
15.72
0.10
0.64
84.54
6.30
0.29
21.53
87.84
8.45
92.07
7.41
40.36
45.95
Malangbong
Andisol
0 – 20
6.27
16.70
1.12
60.60
124.00
1.93
0.19
10.05
7.20
16.10
15.20
7.67
66.94
71.60
Batu malang
Andisol
0 – 20
7.11
23.60
18.69
79.19
202.00
4.98
0.47
10.60
67.70
34.70
88.00
14.25
15.31
19.20
Cicalengka
Andisol
0 – 20
5.40
24.50
12.47
50.90
83.8
2.89
0.29
9.97
6.60
28.50
20.90
5.11
40.72
48.60
Darandang
Andisol
0 – 20
5.14
13.80
4.39
31.81
89.50
2.17
0.22
9.73
14.20
14.70
21.50
12.82
81.63
68.80
Lembang
Andisol
0 – 20
5.16
34.00
4.89
14.38
134.00
7.94
0.49
16.20
211.90
92.50
258.20
25.56
41.22
16.20
Borobudur
Inceptisol
0 – 20
6.62
7.00
9.50
135.71
181.00
0.76
0.08
10.00
6.70
15.20
14.30
1.84
6.36
6.68
Ngantang
Andisol
0 – 20
6.56
16.70
19.43
116.35
302.00
1.55
0.17
9.39
15.20
20.90
20.40
3.10
13.57
11.00
lembang
Andisol
0 – 20
5.34
27.00
8.85
32.78
126.00
7.02
0.68
10.34
179.90
59.20
205.50
22.83
32.80
19.80
Minimum
4.71
7.00
0.10
0.64
49.16
0.76
0.08
7.49
6.60
5.55
13.86
1.84
6.36
6.80
Maximum
7.11
38.98
19.43
135.71
302.00
8.88
0.68
28.28
211.90
92.50
258.20
25.56
81.63
71.60
Rata-rata
5.68
24.75
5.58
30.69
119.49
4.87
0.34
14.12
54.42
20.75
64.67
8.80
38.33
37.29
Stdev
0.63
8.69
5.97
40.35
73.73
2.77
0.17
5.92
58.53
21.43
67.32
6.47
17.60
20.06
9
Kadar P tersedia pada tanah berkisar dari 49.16 mg P2O5 kg-1 (sangat tinggi) sampai dengan 302.00 mg P2O5 kg-1 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 119.49 mg P2O5 kg-1. Hal ini menunjukkan bahwa kadar P di Pulau Jawa sangat tinggi. Kadar P tertinggi terdapat pada Andisol Ngantang. Jumlah basa-basa berkisar dari 0.10 cmol kg-1 sampai dengan 19.43 cmol kg-1 dengan nilai rata-rata 5.58 cmol kg1 . Kapasitas tukar kation berkisar dari 7.00 cmol kg-1 (rendah) sampai dengan 38.98 cmol kg-1 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 24.75 cmol kg-1(sangat tinggi). Kejenuhan basa-basa berkisar dari 0.64% (sangat rendah) sampai dengan 135.71% (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata 30.69% (sangat tinggi). Aluminium yang diekstrak dengan 0.3 M ammonium oxalate (Alo) berkisar dari 6.60 g kg-1sampai dengan 211.90 g kg-1dengan nilai rata-rata 54.42 g kg-1. Fe yang diekstrak dengan 0.3 M ammonium oxalate (Feo) berkisar dari 5.55 g kg1 sampai dengan 92.50 g kg-1 dengan nilai rata-rata 20.75 g kg-1. Alo+1/2 Feo berkisar dari 14.3 g kg-1 sampai dengan 258.20 g kg-1 dengan nilai rata-rata 73.5 g kg-1. Aluminium yang diekstrak dengan dithionite-citrate bicarbonate (Ald) berkisar dari 1.84 g kg-1 sampai dengan 25.56 g kg-1 dengan nilai rata-rata 8.80 g kg-1. Nilai Fe yang diekstrat dengan dithionite-citrate bicarbonate (Fed) berkisar 6.36 g kg-1 sampai dengan 81.63 g kg-1 dengan nilai rata-rata 38.33 g kg-1. Kadar liat berkisar dari 6.80% sampai dengan 71.60% dengan nilai rata-rata sebesar 37.29%. Erapan Nitrat Proses pengerapan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan juga memiliki pola penyebaran titik-titik isoterm tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses erapan antara lain jenis zat pengerap, jenis zat yang tererap, konsentrasi zat yang tererap, luas permukaan zat pengerap dan suhu. Oleh karena faktor-faktor tersebut maka setiap zat pengerap yang mengerap suatu zat satu dengan zat yang lainya tidak mempunyai pola isoterm erapan yang sama. Terdapat tiga jenis persamaan pola erapan yang digunakan dalam proses pengerapan nitrat dalam tanah yaitu persamaan Langmuir, persamaan Tempkin, dan persamaan Freundlich. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan apa yang dapat digunakan untuk menggambarkan erapan nitrat yang terjadi pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa. Berdasarkan data hasil berbagai konsentrasi nitrat yang ditambahkan dapat ditentukan data model isoterm erapan. Nilai parameter persamaan Langmuir, persamaan Tempkin, dan persamaan Freundlich disajikan pada Tabel 2, 3, dan Tabel 4. Nilai parameter Langmuir disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan nilai K,dan nilai b serta nilai R2 yang menunjukkan hubungan antar variabel yang diukur.
10
Tabel 2. Parameter persamaaan Langmuir Order Tanah
Kedalaman (cm)
K (x 10 L mmol-1)
b (x 10 mmol g-1)
R2 persamaan linear Langmuir
Pengalengan
Andisol
0-21
-196.56
-386.32
0.019
Pengalengan
Andisol
21-52
-133.06
-281.02
0.322
Pengalengan
Andisol
52-83
-1369.99
-169.55
0.148
Lembang
Andisol
0-16
-830.38
-344.55
0.267
Lembang
Andisol
16-36
-278.10
-625.59
-0.060
Lembang
Andisol
36 – 70
-815.81
-189.40
0.990
Lembang
Andisol
70 -100
-1136.83
-120.23
0.509
Cimacan
Andisol
0 – 40
-724.73
-304.66
0.351
Cimacan
Andisol
40 - -80
-550.37
-445.99
0.856
Kawah Putih
Andisol
0 – 15
412.28
0.015
0.081
Kawah Putih
Andisol
15 – 60
-210.72
-0.034
0.106
Malangbong
Andisol
0 – 20
-208.96
-740.91
0.023
Batu malang
Andisol
0 – 20
-217.75
-311.57
0.003
Cicalengka
Andisol
0 – 20
-133.15
-650.20
0.961
Darandang
Andisol
0 – 20
-699.93
-352.94
0.829
Lembang
Andisol
0 – 20
-014.25
-0.08
0.935
Borobudur
Inceptisol
0 – 20
-045.28
-789.58
0.160
Ngantang
Andisol
0 – 20
-171.56
-530.08
0.019
Lembang
Andisol
0 – 20
20.14
0.03
0.063
Lokasi
2
2
Parameter persamaan Langmuir disajikan pada Tabel 2. Nilai R2 yang diperoleh mempunyai nilai berkisar dari 0.081 sampai 0.990. Nilai R2 yang dihasilkan kecil sehingganilai K (energi ikatan) dan b (erapan maksimum) tidak dapat digunakan, sehingga persamaan Langmuir tidak dapat digunakan untuk menggambarkan erapan nitrat yang terjadi. Nilai parameter persamaan Tempkin disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan nilai K1, K2, dan nilai R2 yang menunjukkan hubungan antar variabel yang diukur.
11
Tabel 3. Parameter persamaan Tempkin Lokasi
Order Tanah
Kedalaman (cm)
K1
K2
Pengalengan
Andisol
0-21
3.00
135.34
R2 persamaan linear Tempkin 0.696
Pengalengan
Andisol
21-52
17.00
171.24
0.791
Pengalengan
Andisol
52-83
26.00
281.05
0.896
Lembang
Andisol
0-16
20.00
165.30
0.555
Lembang
Andisol
16-36
3.00
135.34
0.645
Lembang
Andisol
36 – 70
9.00
188.88
0.728
Lembang
Andisol
70 -100
13.00
198.81
0.945
Cimacan
Andisol
0 – 40
8.00
416.86
0.674
Cimacan Kawah Putih Kawah Putih Malangbong
Andisol
40 - -80
6.00
223.13
0.762
Andisol
0 - 15
10.00
818.73
0.815
Andisol
15 – 60
14.00
424.37
0.687
Andisol
0 - 20
50.00
29.01
0.743
Batu malang
Andisol
0 – 20
6.00
846.48
0.592
Cicalengka
Andisol
0 – 20
19.00
158.48
0.580
Darandang
Andisol
0 – 20
9.00
411.11
0.655
Lembang
Andisol
0 – 20
2.00
718.28
0.882
Borobudur
Inceptisol
0 – 20
4.00
135.34
0.542
Ngantang
Andisol
0 – 20
2.00
606.53
0.778
Lembang
Andisol
0 – 20
0.04
3490.34
0.345
Persamaan Tempkin ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai R2 yang diperoleh mempunyai nilai berkisar dari 0.345 sampai dengan 0.945. Nilai K1 dan K2 dapat digunakan, tetapi tidak cukup baik dalam menggambarkan erapan nitrat yang terjadi karena beberapa tanah mempunyai nilai R2 yang kecil. Nilai parameter persamaan Freundlich disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan nilai K dan n, serta nilai R2 yang menunjukkan hubungan antar variabel yang diukur.
12
Tabel 4. Parameter persamaan Freundlich Lokasi
Order Tanah
Kedalaman (cm)
Pengalengan
Andisol
0-21
98.40
101.63
R2 persamaan linear Freundlich 0.868
Pengalengan
Andisol
21-52
0.64
36.32
0.957
Pengalengan
Andisol
52-83
1102.00
96.06
0.986
Lembang
Andisol
0-16
169.00
76.75
0.810
Lembang
Andisol
16-36
27.60
73.80
0.928
Lembang
Andisol
36 – 70
53.80
71.53
0.983
Lembang
Andisol
70 -100
16.10
53.65
0.915
Cimacan
Andisol
0 – 40
246.00
85.56
0.880
Cimacan
Andisol
40 - -80
170.00
92.17
0.993
Kawah Putih
Andisol
0 – 15
1191.00
130.86
0.900
Kawah Putih
Andisol
15 – 60
350.00
83.35
0.997
Malangbong
Andisol
0 – 20
1.00
40.24
0.937
Batu malang
Andisol
0 – 20
308.00
107.05
0.938
Cicalengka
Andisol
0 – 20
30.00
58.61
0.914
Darandang
Andisol
0 – 20
191.00
83.75
0.988
Lembang
Andisol
0 – 20
1297.18
82.4
0.934
Borobudur
Inceptisol
0 – 20
1.38
48.17
0.991
Ngantang
Andisol
0 – 20
108.00
97.85
0.886
Lembang
Andisol
0 – 20
48.30
52.55
0.877
K (x 106 mmol g-1)
n x 10
2
Parameter persamaan Freundlich ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai erapan maksimum (K) Andisol Pengalengan, Andisol Lembang mempunyai nilai K yang fluktuatif pada tiap kedalaman, sedangkan Andisol Cimacan, dan Andisol Kawah Putih nilai erapan maksimum (K) meningkat dengan meningkatnya kedalaman. Nilai konstanta (n) pada persamaan Freundlich menunjukkan nilai positif. Nilai erapan maksimum (K) dan konstanta (n) Andisol kawah putih kedalaman 0-15 cm terbesar dibandingkan dengan tanah-tanah lainya. Nilai K dalam persamaan Freundlich menunjukkan kapasitas erapan nitrat dan nilai n menunjukan kekuatan erapan. Nilai R2 persamaan Freundlich mempunyai nilai berkisar dari 0.810 sampai dengan 0.999. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara erapan nitrat dengan konsentrasi nitrat dalam larutan kesetimbangan dapat dengan baik disimulasikan dengan persamaan Freundlich. Sebaran data menggunakan persamaan Langmuir, persamaan Tempkin, dan persamaan Freundlich disajikan pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan model yang dapat menggambarkan dengan baik erapan nitrat yang terjadi.
13
a 4500
4500
4000
4000 q (mmol g--1)
(a)
3500 C/q- (g L-1)
3000 2500 2000 1500
y = 6749x + 1637, R² = 0,081
1000
(b)
3500 3000 2500
y = 0,010x - 0,012 R² = 0,815
2000 1500 1000
500
500
0 0
2
4
0
6
0
C (mmol NO3L-1)
2 ln C (mmol NO3
4 -
6
L-1)
0
log q (mmol g-1)
-0,5
(c)
-1 y = 1,199x - 3,455 R² = 0,996
-1,5 -2 -2,5 -3 0
1 log C (mmol NO3- L-1)
2
Gambar 2. Contoh sebaran data erapan nitrat tanah andisol kawah putih 0-15 cm menggunakan persamaan Langmuir (a), persamaan Temkin (b) dan, persamaan Freundlich (c)
Dari ketiga persamaan yang diperoleh dapat diketahui bahwa pola erapan nitrat dapat dengan baik disimulasikan menggunakan persamaan Freundlich dan persamaan Tempkin tetapi hubungan antara erapan nitrat dengan konsentrasi nitrat dalam larutan dapat disimulasikan lebih baik dengan menggunakan persamaan Freundlich yang mempunyai nilai R2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan
14
persamaaan Tempkin. Sedangkan penelitian yang dilakukan Tani et al. (2004) menunjukan hasil nitrat yang dierap sangat baik disimulasikan menggunakan persamaan Langmuir Hubungan Antara Nilai K dan nPersamaan Freundlich dengan Beberapa Sifat Fisiko-Kimia Tanah Pertanian Lahan Kering Hasil uji korelasi sederhana antara beberapa sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering dengan nilai K dan n persamaan Freundlich disajikan pada Tabel 5. Pada tabel tersebut diperoleh beberapa sifat fisiko-kimia yang berhubungan dengan nilai K dan n persamaan Freundlich. Tabel 5. Korelasi beberapa sifat fisik kimia tanah dengan nilai K dan n persamaan Freundlich Total C K n
0.2722 0.1114
Alo
Feo
0.409 0.161 -0.180 --0.150
Alo+1/2 Feo
Ald
Fed
Klei (%)
0.4215 -0.183
0.3385 -0.0758
0.0134 -0.016
-0.192 -0.254
Nilai korelasi antara nilai K dan n dengan sifat fisiko-kimia tanah disajikan pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan nilaiK persamaan Freundlich berkorelasi positif dengan total C, Alo, Feo, Ald dan Alo +1/2 Feo. Sedangkan untuk kadar Klei(%) nilai K Freundlich menunjukkan korelasi negatif. Korelasi paling besar adalah korelasi nilai K Freundlich dengan Alo, dan Alo + ½ Feo masing-masing sebesar 0.409 dan 0.4215. Sementara nilai n hanya berkorelasi positif dengan total C. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas erapan nitrat sangat ditentukan oleh kadar dari Al dan Fe oksida yang amorf dalam hal ini adalah alofan dengan kekutan ikatan yang sangat bervariasi. Grafik pola erapan nitrat dengan persamaan Freundlich pada tanah pertanian lahan kering disajikan pada Gambar 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada gambar tersebut dapat diketahui erapan nitrat menggunakan persamaan Freundlich pada tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa.
15
0,25 Nitrat yang tererap (mmol g-1)
Nitrat yang tererap (mmol g-1)
0,25 0,2
(a)
0,15 0,1 0,05 0 0
50
0,2
(b)
0,15 0,1 0,05 0 0
100 150 200
Nitrate dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
50
100
150
Nitrate dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
200
Nitrat yang tererap (mmol g-1)
0,25 0,2
(c) 0,15 0,1 0,05 0 0
100
200
Nitrate dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
Gambar 3. Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Pengalengan kedalaman 0-21 cm (a), 21-52 cm (b), dan kedalaman 52-83 cm (c)
16
0,25
0,2
Nitrat yang dierap (mmol g-1 )
Nitrat yang dierap (mmol g-1 )
0,25
(a)
0,15 0,1 0,05 0 0
(b)
0,15 0,1 0,05 0 0
50 100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1 )
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1 )
0,25
0,25
0,2
(c) 0,15 0,1 0,05 0 0
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1 )
Nitrat yang dierap (mmol g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g-1 )
0,2
0,2
(d)
0,15 0,1 0,05 0 0
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
Gambar 4. Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Lembang kedalaman 0-16 cm (a), 16-36 cm (b), 36-70 cm (c), dan 70-100 cm (d)
17
0,2
(a) 0,15 0,1 0,05 0 50 100 150 200 Nitrate dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
0,25 0,2
(b) 0,15 0,1 0,05 0 0
50 100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
0,25 0,25 0,2
(c)
0,15
Nitrat yang dierap (mmol
g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g- 1)
0
Nitrate yang tererap (mmol g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g-1)
0,25
0,2
0,15
0,1 0,05
(d)
0,1
0,05
0 0
50 100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L- 1)
0 0
50
100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
Gambar 5. Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Cimacan 0-40 cm (a), Andisol Cimacan 40-60 cm (b), Andisol Darandang 0-20 cm (c), dan Andisol Ngantang 0-20 cm (d)
0,25
0,25 Nitrat yang dierap (mmol g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g-1)
18
0,2 0,15
(a)
0,1 0,05 0 0
(b)
0,15 0,1 0,05 0
50 100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
0
50
100 150 200 Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
0,25 nitrat yang dierap (mmol g- 1)
0,25 Nitrat yang dierap (mmol g-1)
0,2
0,2
(c) 0,15 0,1 0,05 0 0
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
0,2 0,15
(d)
0,1 0,05 0 0
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1 )
Gambar 6. Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Kawah putih 0-15 cm (a), Andisol Kawah Putih 15-60 cm (b), Andisol Malangbong 0-20 cm (c), dan Andisol Lembang 0-20 cm (d)
0,25
0,25 Nitrat yang dierap (mmol g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g-1)
19
0,2 0,15
(a)
0,1 0,05 0 0
50
100
150
0,2 0,15
(b)
0,1 0,05 0
200
0
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
(c)
0,1 0,05 0 50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
Nitrat yang dierap (mmol
g-1)
Nitrat yang dierap (mmol g-1)
0,2
0
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1 )
0,25
0,15
50
0,25 0,2
(d)
0,15 0,1 0,05 0 0
50
100
150
200
Nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1)
Gambar 7. Erapan Nitrat dengan Persamaan Freundlich pada Andisol Batu Malang 0-20 cm (a), Inseptisol Borobudur 0-20 cm (b), Andisol Cicalengka 0-20 cm (c), dan Andisol Lembang 0-20 cm (d)
20
Gambar3, 4, 5, 6, dan 7 dapat diketahui bahwa pola erapan nitrat yang diperoleh dari tanah pertanian lahan kering di Pulau Jawa tidak menunjukkan adanya pola erapan maksimum sehingga pola erapan nitrat yang terjadi dapat disimulasikan dengan baik menggunakan persamaan Freundlich.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sifat fisiko-kimia tanah pertanian lahan kering beragam, hal ini dapat dilihat dari nilai standart deviasi yang diperoleh. 2. Nitrat yang dierap (mmol g-1) dengan nitrat dalam larutan kesetimbangan (mmol L-1) dapat dengan baik disimulasikan dengan persamaan Freundlich. 3. Nilai K (erapan maksimum) persamaan Freundlich berkorelasi positif dengan total C (r=0.2722), Alo(r=0.4090), Feo (r=0.1610), Alo +1/2 Feo (r=0.4215), Ald (r=0.3385), Fed (r=0.0134), dan Alo+1/2 Feo (r=0.4215), meskipun korelasi yang dihasilkan tidak terlalu nyata. tetapi berkorelasi negatif dengan klei(%) (r=-0.1920). Sementara nilai n (konstanta) hanya berkorelasi positif dengan total C (r=0.1114). Total C, Alo, Feo, Ald dan Alo +1/2 Feo dapat digunakan sebagai sifat kimia yang dapat digunakan untuk menduga erapan nitrat Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut pada tanah tanah pertanian lahan kering terutama untuk jenis tanah selain andisol dan inseptisol di Pulau Jawa yang beragam sehingga lebih dapat membandingkan erapan nitrat pada tanah-tanah pertanian lahan kering lainya.
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman A,Dariah A, Mulyani A. 2008. Strategi dan pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang Pertanian. 27(2):43–49. [Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. BohnHL,Mc NealBL, O’ConnorG. A.. 1979. Soil Chemistry. John Willey and Sons. New York. Dresler S, Bednarek W, Tkaczyk P. 2011. Nitrate nitrogen in the soils of Eastern Poland as influenced by type of crop,nitrogen fertilisation and various organic fertilisers. Journal of Central European Agriculture. 12(2):367379. El-Shafei AA, MNH Moussa, AA El-Far. (2001). The corrosion inhibition character of thion semicarbazide and its derrivatives on C-steel in hydrocloric acid solution. Materials Chem Phy. 70:175-180.
21
Fan J, Hao M, Malhi S. 2010. Accumulation of nitrate-N in the soil profile and its implications for the environment under dryland agriculture in Northern China: a review. Can J Soil Sci. 90:429-440. Fox RL, Kamprath EJ.1970. Phosphate sorption isotherm for evaluating the phosphate requirements of soils. Soil Sci Soc Am. 34:902-907. Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hartono A. 2007.The effect of calcium silicate on the phosphorous sorption characteristics of andisol Lembang West Java. J Tanah Lingk. 10:14-19. Hartono A, Anwar S, Lutfi CM. 2007. Studi Erapan Fosfor, Belerang dan Boron pada Tanah Andisol Sukamantri, Latosol Darmaga dan Grumusol Cihea.Seminar Kongres Nasional IX HITI. Hartono A, Bilhaq R. 2011. Pengaruh silikat terhadap pola pelepasan fosfor Andisol Lembang dengan menggunakan successive Resin Extraction.Seminar Kongres Nasional XHITI. Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID): IPB Pr. McKeague, J. A. and J. H. Day. 1966. Dithionite and oxalate extractable Fe and Al as aids in differentiating various classes of soils. Can. J. Soil Sci.46: 13-22. Maeda M, Hara H, Ota T. 2008. Deep-soil adsorption of nitrate in a Japanese Andisol in response to different nitrogen sources. Soil Sci Soc Amer J.72:702-710. Mahamudur I. 2008. Development of adsorption media for removal of lead and nitrate from water [tesis]. India (IN): National Institute of Technology. Mehra, P.O. and M.L. Jackson. 1960. Iron oxide removal from soils and clays by dithionite-citrate system buffered with sodium bicarbonate. Clays Clay Miner.7: 317-327. Notohadiparwiro T. 1989. Pertanian Lahan Kering di Indonesia: Potensi, Prospek, Kendala dan Pengembangannya. Lokakarya Evaluasi Pelaksanaan Proyek Pengembangan Palawija; 1989 Des 6-8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): SFCDPUSAID. Pang XP, Letey J. 2000. Organic farming: challenge of timing nitrogen availability to crop nitrogen requirement. Soil Sci Soc Am J. 64:247-253. Perrott KW. 1978. Influence of organic-matter extracted from humified clover on properties of amorphousaluminosilicates. Aust J of Soil Res.16:327-339. Sanyal, S. K., S. K. De Datta, and P. Y. Chan. 1993. Phosphate sorptiondesorption behavior of some acidic soils of south and southeast Asia. Soil Sci. Soc. Am. J. 57: 937-945 Tan KH. 1998. Principles of Soil Chemistry 3rd ed. New York (US): Marcel Dekker. Tan KH,Van Schuylenborg J. 1961. On the classification and genesis of soils developed over acid volcanic material under humid tropical conditions. Neth J Agr Sci. 9:41-54. Tani M, Okuten T, Koike M, Kuramochi K, Kondo R. 2004. Nitrate adsorption in some andisols developed under different moisture conditions. Soil Sci Plant Nutr.50:439-446. Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1990. Soil Fertility and Fertilizers 4th ed. New York (US): Macmillan.
22
Van Ranst E, Utami SR, Vanderdeelen J, Shamshuddin J. 2004. Surface reactivity of Andisols on volcanic ash along the Sunda arc crossing Java Island, Indonesia. Geoderma. 123:193-203. Van Schuylenborgh J. 1958. On the genesis and classification of soils derived from andesitic tuffs under humic tropicalconditions. Neth J Agric Sci. 6(2):99–123. WadaK. 1959. Reactions of phosphate with allophane and halloysite. Soil Sci. 87:325-330. Yang S, Li F, Sukhdev SM, Wang P, Sao D, Wang J. 2004. Long term fertilization on crop yield and nitrate nitrogen accumulation in soil in Nothwestern China. Agronomy Journal. 96:1039-1049.
LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2009) Parameter tanah
C- total (%) N-total (%) Nisbah CN P2O5 Bray (ppm P) KTK (cmol(+)/kg) Ca dd (cmol(+)/kg) Mg dd (cmol(+)/kg) Na dd (cmol(+)/kg) K dd (cmol(+)/kg) KB (%)
pH (H2O)
Nilai Sangat rendah <1 <0.1 <5 <4 <5 <2 <0.4 <0.1 <0.1 <20 Sangat masam <4,5
rendah
sedang
tinggi
1-2
2-3
3-5
0.1-0.2 5-10 5-7 5-16 2-5 0.4-1 0.1-0.3 0.1-0.3 20-40 masam
0.21-0.5 11-15 8-10 17-24 6-10 1.1-2.0 0.4-0.7 0.4-0.5 41-60 Agak masam 5,5-6,5
0.51-0.75 16-25 11-15 25-40 11-20 2.1-8.0 0.8-1.0 0.6-1.0 61-80 netral
4,5-5,5
6,5-7,5
Sangat tinggi >5 >0.75 >25 >15 >40 >20 >8.0 >1.0 >1.0 >80 Agak alkalin 7,6-8,5
Alkalin >8,5
Lampiran 2. Prosedur Analisis pH H2O (1:5) dengan pH Meter 1. 2. 3. 4.
Timbang 10 g contoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan ke dalam botol kocok. Tambahkan air destilata 50 ml. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok. Ukur nilai pH menggunakan pH meter.
Lampiran 3. Prosedur Penetapan Kapasitas Tukar Kation
23
1. 2. 3. 4. 5.
Timbang 5 g contoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan kedalam tabung sentrifuse 50 ml. Tambahkan 20 ml NH4OAc pH 7.0 aduk dengan menggunakan pengaduk gelas sampai merata dan diamkan kurang lebih selama satu malam. Aduk kembali kemudian, sentrifuse selama 10 menitdengan kecepatan 2500 rpm. Ekstrak NH4OAc pH 7.0 didekantasi, disaring dengan kertas saring dan filtrat ditampung kedalam labu takar 100 ml. Penambahan NH4OAc pH 7.0 diulang sampai 5 kali. Setiap penambahan diaduk merata, disentrifuse dan ekstraknya didekantasi ke dalam labu takr 100 ml sampai tanda tera. Ekstrak ini digunakan untuk penetapan kadar K, Na, Ca, dan Mg yang dapat dipertukarkan serta untuk penetapan kejenuhan basa. 6. Untuk pencucian kelebihan NH4+ tambahkan 20 ml alkohol 80% kedalam tabung sentrifuse yang berisi residu tanah tersebut. Aduk sampai merata, sentrifuse, dekantasi, dan filtratnya dibuang. pencucian kelebihan NH4+ dilakukan sebanyak 5 kali sampai tanah dalam tabung sentrifuse bebas NH4+ berlebihan. 7. Setelah tanah bebas dari NH4+, tanah dipindahkan secara kuantitatif dari tabung tabung sentrifuse kadalam labu didih. Tambahkan air kira-kira 450 ml. 8. Pada labu didih ditambahkan beberapa butir batu didih, 5-6 tetes paraffin cair dan 20 ml NaOH 50% kemudian, didestilasi. 9. Destilat ditampung dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml H2SO4 0.1 N (dipipet tepat 25 ml) dan 5-6 tetes indikator conway. Destilasi dihentikan jika destilat yang ditampung mencapai 150 ml. 10. Kelenihan asam dititrasi menggunakan NaOH 0.1N, titik akhir titrasi dicapai apabila warna berubah menjadi hijau. 11. Lakukan destilasi tanpa tanah sebagai blenko. 12. Besarnya KTK dapat dihitung menggunakan rumus: KTK ( cmol kg-1) =
𝑚𝑙𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑚𝑙𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ 𝑥𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ 105°
𝑥100
Lampiran 4. Prosedur Penetapan Kejenuhan Basa. 1. 2.
3.
Ambil secukupnya ekstrak NH4OAc dari penetapan KTK. Tetapkan kandungan Ca dan Mg menggunakan atomic absorption spectrophotometry (AAS). Kandungan K dan Na menggunkan flame emission spectrophotometry. Besarnya KB dapat dihitung menggunkan rumus: KB(%) =
(𝐾+𝑁𝑎 +𝐶𝑎+𝑀𝑔 ) 𝐾𝑇𝐾
𝑥 100%
Lampiran 5. Prosedur Penetapan P-tersedia dengan Metode P-Bray I 1.
Timbang 1.5 g contoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan kedalam botol kocok.
24
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tambahkan 15 ml larutan P-A. Kocok 15 menit dengan mesin pengocok kemudian saring. Pipet 5 ml hasil saringan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml larutan P-B kemusian kocok. Tambahkan 5 tetes larutan pereduksi P-C dan kocok. Tunggu 15 menit dan baca kerapatan optik dengan alat ukur spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 660 nm. 8. Pembakuan, buat seri larutan baku yang mempunyai konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm P. Larutan ini dibuat dari larutan baku yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Kemudian diencerkan dengan P-A dalam labu takar 50 ml. Ambil 5 ml larutan baku, masukan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5 ml larutan P-B dan 5 tetes P-C seterusnya sesuai dengan metode yang diuraikan untuk penetapan contoh. Buat kurva baku dengan ppm P sebagai sumbuh X dan Abs sebagai sumbu Y. 9. P-tersedia dapat dihitung menggunakan rumus: P tanah (ppm) = P dalam larutan (ppm) 𝑥
15 1.5
𝑥
10 5
𝑥
100+𝐾𝐴 100
Lampiran 6. Prosedur Penetapan Total C dengan Metode Walkley And Black 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Timbang 0.5 g contoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan kedalam labu erlenmeyer 500 ml. Pipet 10 ml K2Cr2O7 1 N ke dalam erlenmeyer, goyang secara perlahan hingga tanah terdispersi dalam larutan. Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat ke dalam Erlenmeyer. Goyang dengan cepat. Usahakan agar tidak ada partikel tanah yang terlempar ke dinding labu Erlenmeyer. Diamkan campuran tersebut selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air destilata ke dalam erlenmeyer. Diamkan 30 menit hingga dingin. Tambahkan 4-5 tetes indicator ferroin 0.025 M. Titrasi dengan FeSO4 0.5 N.titik akhir titrasi dicapai jika larutan berubah warna menjadi merah anggur. Buat titrasi untuk blanko dengan cara yang sama tetapi tidak menggunakan tanah. Hitung total C menggunakan rumus berikut: Total C =
𝑣𝑜𝑙𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ −𝑣𝑜𝑙𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
𝑥𝑁FeSO 4 𝑥 0.003
𝑚𝑔𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ
𝑥 100
Lampiran 7. Prosedur Penetapan Total N dengan Metode N-Kjeldahl. 1. 2. 3. 4. 5.
Timbang 0.5 g contoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan kedalam labu digestion. Tambahkan campuran Se sebanyak satu sudip kedalam labu digestion. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat. Digestion selama 1 jam hingga contoh tanah berubah warna menjadi kehijauan. Lanjutkan digestion hingga ± 15 menit. Matikan alat digestion. Tunggu hingga agak dingin.
25
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Masukkan contoh tanah kedalam labu destilasi. Tambahkan air destilata ± 100 ml kedalam labu destilasi. Kemudian tambahkan NaOH 50% senamyak 20 ml, Untuk penampungnya, pipet 10 ml H3BO3 1% pada erlenmeyer 250 ml, kemudian tambahkan 5 tetes indikator conway. Destilasi dilakukan hingga ekstrak yang tertampung mencapai 75 ml. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan HCl ) 0.05 N. Titik akhir titrasi dicapai ketika warna berubah menjdi merah anggur. Lakukan juga untuk penetapan blanko dengan cara yang sama. Hitung kadar total N dengan rurmus Total N (%) =
𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ−𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 14 𝑥 100
𝐵𝐾𝑀 Lampiran 8. Prosedur Penetapan Tekstur dengan Metode Pipet.
1. Timbang 10 g (tanah pasir 20 g) cotoh tanah kering udara ukuran 2 mm, masukkan kedalam gelas piala 1000 ml, kemudian panaskan pada penangas air selama 30 menit. Tambahkan 20 ml H2O2 dan aquadest sampai 200 ml sambil diaduk perlahan-lahan, kemudian didiamkan selama 1 jam. Penambahan H2O2 terus menerus dilakukan sampai bahan organik habis (sudah tidak berbuih), setelah itu penangas dimatikan. 2. Tambahkan HCl 50 ml dan aquadest sampai 800 ml sambil diaduk diamkan ± 1 jam atau sampai tanahnya mengendap. Setelah itu buang airnya. 3. Tambah aquadest sampai 600 ml sambil diaduk diamkan ± 1 jam atau sampai tanahnya mengendap. Setelah itu buang airnya. 4. Tambahkan aquadest sampai 400 ml sambil diaduk diamkan ± 1 jam atau sampai tanahnya mengendap. Setelah itu buang airnya sampai 200 ml, kemudian tera pakai aquadest sampai 300 ml. 5. Siapkan cawan poselin dan tabung sedimen 1000 ml, kemudian disaring menggunakan saringan 52µm. Hasil saringan pertama dimasukkan kedalam cawan porselin dioven ± semalamandigunakan untuk menentukkan fraksi pasir. Untuk menentukan fraksi debu dan liat, menggunakan air (debu dan liat) yang lolos saringan dan ditampung kedalam tabung sedimen 1000 ml yang direndam kedalam bak air. Tabung sedimen dikocok sebanyak 13 kali, kemudian dipipet (pipety terndam sampai setengah isi tabung sedimen). Ekstrak disimpan kedalam cawan dan dioven. Kemudian ukur suhu dalam bak, hasil pengukuran suhu digunakan untuk menentukan waktu pemipetan selanjutnya. 6. Perhitungan tekstur dengan menggunakan rumus: Berat Tanah (gram) = Berat Cawan + Tanah (gram) – Berat Cawan Kosong (gram) Bobot Total = (Pipet 1 x 40) + Berat Pasir (gram) Pasir (%) = (Berat Pasir / Bobot Total) x 100% Liat (%) = ((Pipet 2 x 40) Bobot Total) x 100% Debu (%) = 100%- (% Pasir + % Liat)
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21Juli 1992 dari pasangan Bapak (Alm) Sumaji dengan Ibu Sumiatun dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tarbiyatut tholabah pada tahun 2004 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2007 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tarbiyatut tholabah. Tahun 2010 penulis lulus dari Madrasah Aliyah (MA) Tarbiyatut tholabah, kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian di tahun yang sama. Penulis pernah diberi tanggung jawab menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pengantar Kimia Tanah dan Kimia Tanah.